FROM
THE CLOSE OF PROBATION TO THE NEW EARTH
Part 22/24 - Stephen Bohr
THE NEW JERUSALEM
https://www.youtube.com/watch?v=O6PY7y_3Maw
Dibuka
dengan doa
I'm going to work through the study notes. I’m going to
be reading several quotations from the Spirit of Prophecy and from another author, so you know, bear
with me, I know that when a person reads and they're preaching there's a
tendency to get distracted, but the quotations are phenomenal. I couldn't have said it better myself. And so we're
going to begin by mentioning that some sophisticated 21st century minds have
considered the language of Revelation 21 and 22 as symbolic, as is most of the
rest of Revelation. They say, “Come on, do you really believe that there's a
City in the sky, that has pearly gates, a golden street, foundations of
precious stones, with a tree of life, and from the throne flowing a literal
river of water? Come on, we're living in the 21st century.” But God has instructed us to have childlike faith. I
did not say childish faith, I said childlike faith. Children have no problem
believing that the City is real. It's when we grow up and we become educated,
and sophisticated, that we say, “Oh, come on, that can't be true.”
Saya akan membahas semua
yang ada di diktat. Saya akan membacakan beberapa kutipan dari Roh Nubuat dan dari seorang penulis yang lain, jadi mohon kalian bersabar. Saya tahu
bila seseorang sedang membaca dan mereka berkhotbah, ada kecenderungan
perhatian kita bisa teralih, tetapi kutipan-kutipan ini luar biasa. Saya tidak
bisa menggambarkannya lebih baik. Maka kita akan mulai dengan mengatakan bahwa
pikiran manusia canggih abad ke-21 menganggap bahasa Wahyu 21 dan 22 sebagai
simbolis, demikian juga bagian Wahyu yang lain. Mereka berkata, “Ah, masa kita
benar-benar percaya ada sebuah Kota di atas langit, yang berpintukan mutiara,
punya jalanan dari emas, fondasi dari batu-batu permata, punya pohon kehidupan,
dan yang dari takhta mengalir sebuah sungai? Ah, kita ini hidup di abad ke-21.”
Tetapi Allah menyuruh kita untuk memiliki iman
yang murni seperti seorang anak. Saya tidak berkata iman yang kekanak-kanakan,
saya berkata iman yang murni seperti seorang anak.
Anak-anak tidak punya masalah mempercayai bahwa Kota itu sungguh-sungguh ada.
Justru setelah kita menjadi dewasa dan kita menjadi terpelajar, dan canggih,
kita mengatakan, “Ah, itu tidak mungkin benar.”
I want to read a statement that we find in the book the Great Controversy 674 and 675. Ellen White is
talking about the danger of spiritualizing away Heaven. This is what she wrote,
“A fear of making the future inheritance seem too material has led many to spiritualize away the very
truths which lead us to look upon it as our home. Christ assured His disciples that He went to prepare mansions for them in the Father's house. Those who accept the teachings of God's word will not be wholly
ignorant concerning
the
heavenly abode…” they
will be quite ignorant, but not wholly ignorant. She continues telling us why. “…And yet, ‘eye hath not
seen, nor ear heard, neither
have entered into the heart of man, the things which God hath prepared
for them that love
Him.’
Human
language
is
inadequate
to describe the reward of the righteous. It will be known only to those
who behold it.
No finite mind can comprehend the glory of the Paradise of God.”
So Ellen White did not believe that the future
inheritance was just a spiritual thing. She says there's a danger of thinking
that the future is going to be too material and they spiritualize it away.
Saya mau
membacakan sebuah pernyataan yang ada di buku Great Controversy
hal. 674 dan 675. Ellen White berbicara tentang bahaya membuat Surga itu
simbolis. Inilah yang ditulisnya, “…Kekhawatiran
menjadikan warisan masa depan kita terlalu literal
telah membuat banyak orang menjadikan kebenaran-kebenaran yang kita pandang sebagai rumah masa depan kita, sebagai sesuatu
yang simbolis. Kristus memberikan jaminan
kepada murid-muridNya bahwa Dia pergi untuk menyediakan rumah-rumah
indah bagi mereka di rumah Bapa. Mereka yang
menerima ajaran Firman Allah, tidaklah sama sekali buta tentang tempat tinggal
surgawi ini…” mereka cukup buta tetapi tidak sama sekali buta. Ellen White melanjutkan
mengatakan mengapa. “…Namun begitu, ‘Apa
yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: itulah yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.’ (1 Korintus 2:9). Bahasa manusia tidak memadai untuk melukiskan pahala yang
akan diterima orang-orang benar. Itu hanya akan diketahui oleh mereka yang
memandangnya. Tidak ada pikiran
manusia yang terbatas yang bisa memahami kemuliaan
Surga Allah…” Jadi Ellen White tidak percaya bahwa warisan yang akan datang itu hanya spiritual/simbolis. Dia berkata, ada bahaya menganggap masa depan itu terlalu literal, sehingga mereka menjadikannya spiritual/simbolis.
In another statement that we find in the book Manuscript Releases Volume 4 and page 60 she
wrote this, “Heaven is not a vapor. It is a place. Christ has gone to prepare mansions for those who love Him, those who, in obedience to His commands, come out from the world, and
are separate…”
notice who's going to be in the City, those
who what? ”…come out from the world, and
are separate.
The principles of Heaven
must be brought into our
experience, that we may be distinguished from the world. There must be a marked contrast between
us
and the world; for we are God's
denominated people...”
In other words, we have a special name and
therefore God tells us to be different
than the world.
Di pernyataan yang
lain yang ada di Manuscript Releases Vol. 4 hal. 60, Ellen White
menulis ini, “…Surga itu bukan isapan jempol. Itu adalah
suatu tempat. Kristus sudah pergi untuk mempersiapkan rumah-rumah
indah bagi mereka yang mengasihiNya, mereka yang
dengan mematuhi Perintah-perintahNya, keluar dari dunia dan memisahkan
diri…” simak siapa yang akan ada di
dalam Kota itu, mereka yang apa? “…keluar dari
dunia dan memisahkan diri. Prinsip-prinsip Surga haruslah dibawa masuk ke dalam
pengalaman kita, agar kita bisa dibedakan dari dunia. Harus ada perbedaan yang
nyata antara kita dengan dunia; karena kita adalah umat Allah yang dibedakan
dari yang lain…” dengan kata lain, kita menyandang suatu nama yang khusus, dan oleh karena
itu Allah menyuruh kita untuk berbeda dari dunia.
In fact the description that we find of the City in the
last two chapters of the book of Revelation is but a dim representation in
human language of what the City is really like. It is so much more glorious
than the human mind could ever imagine. You can imagine the City as being the
most glorious and it's going to be even more glorious than that.
Bahkan deskripsi yang kita dapati tentang Kota ini di dua
pasal terakhir kitab Wahyu hanyalah suatu gambaran yang kabur dalam
bahasa manusia tentang bagaimana Kota itu sebenarnya. Kota ini sedemikian jauh
lebih indah daripada yang bisa dibayangkan pikiran manusia. Kita bisa
membayangkan Kota itu sudah yang paling luar biasa indahnya, tetapi aslinya itu masih akan jauh lebih indah daripada yang kita
bayangkan.
Ellen White wrote in the book Early Writings page 289 the following words, “Language is altogether too feeble to attempt a description of Heaven. As the scene
rises before me,
I
am
lost in amazement.
Carried
away with the
surpassing splendor and excellent glory, I lay down the pen,
and exclaim, ‘Oh,
what love! what wondrous love!’…” And then she ends by saying, “…The most exalted language fails to describe
the
glory of Heaven or
the matchless depths of a Savior's love.”
So human language simply cannot describe what the City
and what the future life is going to be like. It is going to be so glorious
that we cannot even begin to understand it here, but we can understand some.
Ellen White menulis dalam buku Early Writings hal. 289 kata-kata berikut, “…Bahasa manusia sama sekali terlalu lemah dalam
upaya memberikan gambaran tentang Surga. Ketika
adegan itu muncul di hadapanku, aku terbengong dalam rasa kagum. Terpesona oleh keindahan yang luar biasa dan kemuliaan yang amat
indah, aku letakkan penaku dan berseru, ‘O, kasih yang luar biasa! Kasih yang begitu mengagumkan!’…” Kemudian Ellen Whte mengakhirinya dengan berkata, “…Bahasa
yang paling ditinggikan pun gagal menggambarkan kemuliaan Surga atau dalamnya
kasih Sang Juruselamat yang tidak ada tandingannya.”
Jadi bahasa manusia semata-mata tidak bisa menggambarkan seperti apa Kota itu
dan kehidupan yang akan datang. Itu akan begitu mulia sehingga kita bahkan
tidak bisa mengertinya di sini, tetapi kita bisa memahami sedikit.
Now on what basis ~ we must study this during the course of this week ~ on what basis can we say that before the
Second Coming, Israel and Jerusalem are spiritual and global, whereas after the
Second Coming, Jerusalem is local, and a literal City. On what basis
can we say that? Well, let me give you an illustration so that we can
understand. I used this in the course of the week, but we have a lot of new
people here, so let me explain what I mean.
Adam and Eve at the beginning had an
invisible robe and a visible one. The invisible robe was the robe of
righteousness, because they had not sinned. However, they were also covered
with a robe of light, literal light, according to the Spirit of Prophecy. So
they had the literal robe, was a visible manifestation of the fact that they
were righteous, because they were obedient to God.
What was the first thing that happened to
Adam and Eve when they sinned? They lost which robe? They lost first of all
their spiritual robe, right? Because they broke their relationship with God.
And what happened as a result with the literal robe? The literal robe then also
disappeared because their righteousness had disappeared.
Now what is the purpose of the plan of
salvation? The plan of salvation is to restore both robes.
1. The first robe is restored during this
lifetime by being covered with the righteousness of Christ.
2. The literal robe will be given to us when Jesus comes, when we'll be covered with the
glorious robe that God gives us, a literal robe of light.
So in the future we have the literal and we
have the symbolic coming together. Are you understanding me or not?
So actually Jerusalem before the thousand years and
Israel before the thousand years is spiritual, after the thousand years Israel is literal,
it's God 's literal Israel. “If
you are Christ's you are…”
what? “…you
are Abraham's seed according to the promise”.
Now when we accept Jesus
Christ as our Savior, we become citizens of the New Jerusalem. Our names
are written up there according to Hebrews 12:22-24. Even though we live
physically on earth, we are strangers and pilgrims here, seeking a homeland as
the book of Hebrews tells us. In fact the apostle Paul explains in the book of
Philippians 3:20-21 that our citizenship is where? Our citizenship is in
Heaven. And the book of Hebrews also tells us in chapter 13:14 that we are
looking for a permanent City because we have no permanent City here on this
earth. In fact Hebrews 11:16 reads like this,“ 16 But
now…” speaking about the Old
Testament heroes, “…they desire a better,
that is, a Heavenly country. Therefore,
God is not ashamed to be called their God, for He has prepared…” what? “…He has prepared a City for them.”
Nah, atas dasar apa
~ kita harus mempelajari ini selama minggu ini ~ atas dasar apa kita bisa mengatakan bahwa sebelum Kedatangan Kedua, Israel
dan Yerusalem itu spiritual dan global, sementara setelah Kedatangan Kedua,
Yerusalem itu lokal, dan adalah sebuah Kota literal. Atas dasar
apa kita bisa mengatakan itu? Nah, saya akan memberikan sebuah ilustrasi supaya
kita bisa paham. Saya sudah memakai ilustrasi ini selama minggu ini tetapi ada
banyak orang baru di sini, jadi izinkan saya
menjelaskan apa maksud saya.
Adam dan Hawa pada mulanya memiliki jubah yang tidak tampak dan jubah yang
tampak. Jubah yang tidak tampak adalah jubah kebenaran, karena pada waktu itu
mereka tidak berdosa. Namun, mereka juga tertutup oleh jubah cahaya, cahaya
literal, menurut Roh Nubuat. Jadi mereka memiliki jubah literal, yang adalah
manifestasi lahiriah dari fakta bahwa mereka
itu orang benar, karena mereka pada waktu itu patuh pada Allah.
Apakah hal pertama yang menimpa Adam dan Hawa ketika mereka berbuat dosa?
Mereka kehilangan jubah yang mana? Pertama mereka kehilangan jubah spiritual
mereka, benar? Karena mereka telah melanggar hubungan mereka dengan Allah. Dan
sebagai akibatnya apa yang terjadi pada jubah literalnya? Jubah literalnya ikut
lenyap karena kebenaran mereka telah lenyap.
Nah, apakah tujuan rencana keselamatan? Rencana keselamatan ialah untuk
memulihkan kedua jubah tersebut.
1.
Jubah yang pertama
itu dipulihkan di kehidupan ini, yaitu dengan menutupi
kita dengan kebenaran Kristus.
2.
Jubah yang literal akan diberikan
kepada kita ketika Yesus datang,
pada waktu itu kita akan ditutupi oleh jubah mulia yang diberikan Allah kepada
kita, jubah literal dari cahaya.
Maka di masa depan kita akan memiliki jubah yang literal dan kita akan
memiliki jubah yang simbolis bersama-sama. Apakah kalian paham atau tidak?
Jadi sesungguhnya
Yerusalem sebelum masa 1000 tahun dan Israel sebelum masa 1000 tahun itu
simbolis, setelah 1000 tahun Israel itu literal, yaitu Israel literal milik
Allah. “29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka
kamu adalah…” apa? “…benih
Abraham, menurut
janji Allah…” (Gal.
3:29)
Nah, ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat kita, kita menjadi warganegara Yerusalem Baru. Nama kita ditulis di
atas sana, menurut Ibrani 12:22-24. Walaupun secara fisik kita masih hidup di
dunia, di sini kita hanyalah orang asing dan musafir yang mencari tempat
kediaman yang tetap, seperti yang dikatakan kitab Ibrani. Bahkan rasul Paulus
menjelaskan di Filipi 3:20-21 bahwa kewarganegaraan kita itu di mana?
Kewarganegaraan kita itu di Surga. Dan kitab Ibrani juga mengatakan kepada kita
di pasal 13:14 bahwa kita mencari Kota yang permanen, karena di dunia ini kita
tidak memiliki Kota yang permanen. Faktanya Ibrani 11:16 bunyinya demikian, “…16 Tetapi sekarang…” bicara tentang pahlawan-pahlawan
Perjanjian Lama, “…mereka
merindukan yang lebih baik, yaitu
tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia
telah mempersiapkan…” apa? “…Ia telah mempersiapkan sebuah Kota bagi mereka.”
So as we've studied in the course of this week,
·
Jerusalem
before
the Second Coming
is global
and is composed
of people from every nation, kindred, tongue, and people.
·
After the Second Coming of Christ,
the
City of Jerusalem is literal, it is a real physical City where God is going to take the redeemed to Heaven, where
they're going to spend a thousand years, and then the City will descend after the
thousand years, and it will be local, it will be where the Mount of Olives is
today, where Jesus suffered so much.
Nah, seperti yang sudah kita pelajari selama minggu ini,
·
Yerusalem sebelum Kedatangan Kedua,
itu global
dan terdiri atas manusia dari
segala bangsa, kaum, bahasa, dan suku.
·
Setelah Kedatangan
Kedua Kristus,
Kota Yerusalem itu literal,
itu adalah Kota fisik
yang sungguh ada, di mana Allah akan membawa orang-orang tebusan ke Surga, di
mana mereka akan melewatkan 1000 tahun di sana, dan kemudian Kota itu akan turun setelah berakhirnya 1000
tahun itu, dan Kota itu akan menjadi lokal (ada di satu tempat saja),
dia akan berada di mana Bukit
Zaitun hari ini berada, di mana Yesus pernah menderita begitu banyak.
Now let me ask you, can we drink the water of life now,
can we? Didn't Jesus say, “he
who thirst come to Me and…” what? “…and
drink.” But when we get there what kind of water are we going to drink? We're
going to drink H2O, we're going to drink real water. Can we eat
manna now spiritually? Yes, we can. Jesus said, “I
am the manna”. And so we can eat
the manna spiritually now in this period, right? Ellen White
even says that we can eat from the tree of life now. See, in fact she says that
the branches of the tree of life hang over the wall, and we can partake of the
fruit of the tree of life even here.
Obviously in a spiritual sense.
Nah, coba saya
tanya, bisakah kita sekarang minum
air kehidupan, bisakah? Bukankah Yesus berkata, “37…‘Jika ada yang haus,
baiklah ia datang kepada-Ku dan…” apa? “…dan
minum.’…” (Yoh.
7:37) Tetapi bilamana kita tiba di sana, air apa yang akan kita minum? Kita akan minum H2O, kita akan minum air literal.
Bisakah sekarang kita makan manna spiritual? Ya, bisa. Yesus berkata, “Akulah
roti hidup” (Yoh. 6:35). Maka sekarang
di masa ini kita bisa makan manna itu secara simbolis, benar?
Ellen White bahkan mengatakan bahwa sekarang kita juga bisa makan dari pohon kehidupan.
Lihat, bahkan dia berkata bahwa dahan-dahan pohon kehidupan itu menggantung
melewati dinding, dan kita bisa mengambil bagian dari buah pohon itu walaupun
kita masih ada di sini. Tentu saja dalam
pengertian simbolis.
So what is spiritual here then becomes what? Becomes
literal
in the future life. Spiritual Jerusalem, global, people from every
nation, kindred, tongue, and people. And after the Second Coming of Jesus in Heaven and in the new earth it will be local
Jerusalem, with all of God 's faithful people inside.
Maka apa
yang spiritual/simbolis di sini lalu menjadi apa? Menjadi literal di kehidupan
yang akan datang. Yerusalem spiritual, global, manusia dari
segala bangsa, kaum, bahasa, dan suku. Dan setelah Kedatangan Kedua Yesus di
Surga dan di dunia baru, itu akan menjadi Yerusalem yang lokal, di mana semua
umat Allah ada di dalamnya.
Ellen White provides a vivid description of the Heavenly
City that she saw in a vision. In the book ~ this is a long statement ~ it's actually in Spiritual Gifts Volume 2 pages 52-55 and I’m going to read this,
because Ellen White actually had an advanced tour of Heaven and when she came
back to earth everything appeared to be dark. She said, you know, “the glories
that I saw in Heaven I can't describe. Human language cannot grasp it.” But she
does describe many different things that she saw there.
“With Jesus at our head we all descended from the
City down to this earth, on a great and mighty mountain, which could not bear Jesus up, and it parted asunder,
and
there was a mighty plain…” this is after the Millennium, the holy City descends upon
the place that Jesus’ feet touched, and
it became a great plain. She continues, “…Then we looked up and saw the great
City, with twelve foundations, twelve gates, three on each side, and an
angel at each gate. We all cried out,…”
she's participating in this. God is transporting her to the future. God can do that because God knows the future. “…We all
cried out, ‘The City, the great City, it's coming! It's coming down from God out of Heaven!’ And it came and settled on the place where we stood. Then we began to look at the glorious things outside
of the City…” See, it's not only the City that descends
but the surrounding area as well. And so she says, “…Then we began to look at the glorious things outside
of the City. There I saw most beautiful houses,…” nothing like the houses here on this earth. No termites
there, like there are lots in Fresno.
“…There I saw most beautiful houses that had the appearance of silver, supported by four pillars set
with pearls, most glorious to behold, which were to be inhabited by the saints, and in them was a golden shelf. I saw
many of the saints go into the houses, take off
their glittering
crowns and lay them on the shelf, then go out into the field by the houses to do something with the earth…” in
other words agriculture, but not the difficult type of agriculture today where
you have to fertilize it, and you have to pull weeds. That's why Ellen White
says here they did something with the earth, “…not as we have to do
with the earth here.
A glorious light shone all
about their heads, and they were
continually offering
praises to God….” as they worked in
the field. Then she describes the
flowers. “…And I saw another field full of all kinds of flowers, and as I plucked them I cried
out, ‘they will never fade’…”
imagine that plucking a flower and the
flower's not going to fade.
“…Next I saw a field of tall grass most
glorious to behold;
it was living green, and had a reflection
of silver and gold, as it waved to the glory of
King Jesus. Then we entered a field full of all kinds of beasts--the lion, the lamb,
the
leopard and the wolf, all together in perfect union.
We passed through the
midst of them, and they followed on peaceably after. Then we entered a wood, not like
the dark woods we have here; but light and beautiful. The branches of
the trees waved to and fro, and we all cried out, ‘We will dwell safely in the wilderness
and
sleep in the woods.’ We passed through the woods, for we were on our way to
Mount Zion…”
at this point they're outside the City,
right? They're not in the City yet.
“…As we were traveling along, we met a company who were also gazing at the glories of the place. I noticed red as a border on their garments; their
crowns were brilliant; their robes were
pure white. As we greeted them I asked
Jesus who they were. He said
they
were martyrs that had
been slain for Him. With
them was an innumerable
company of little ones; they had a hem of red on their
garments also.
Mount Zion was just before us, and on the mount was a building which looked to me like
a temple…” notice the temple is not in the City, we
studied this this week. The temple is outside the City. So it says, “…before us, and on the mount was a building
which looked to me like
a temple and about it were seven other mountains, on which grew roses and lilies. And I saw the little ones climb, or if they chose, use their little wings and
fly
to the top of the mountains, and pluck the never-fading flowers. There were
all kinds of trees to beautify the place; the
box, the pine, the
fir,
the oil, the myrtle, the pomegranate,
and the fig-tree, bowed down with the
weight of its timely figs…” California products, “…that made the place all over glorious. And as we were
about to enter the temple, Jesus raised his lovely voice and said, ‘Only the
144’000 enter this place’, and we shouted ‘Alleluia’….” you know that's why we have to overcome selfishness in this life, because if only the 144’000
enter and we have a sinful heart, we say, “Well, how do they rate?” There'll be
no jealousy, there'll be no envy there. The 144’000 will have special
privileges. She continues,
“…The temple was supported by seven pillars, all of transparent gold, set with pearls most glorious. The things I saw there I cannot describe. O, that I could talk in
the language of Canaan, then could I tell a little
of the glory of the better world. I saw there, tables of stone in
which the names of 144,000 were engraved in letters
of gold. After we beheld the glory of the temple, we went out,…” and
now listen carefully, “…and Jesus left us,
and went to
the
City….” is the temple in the City?
No! That's why Revelation says “in the
City I saw no temple”, right? And so once again, “…After we beheld the glory of the temple, we went out and
Jesus left us, and went to the City. Soon we heard His lovely voice again, saying, ‘Come, My people, you have come out of great tribulation, and done My will; suffered for Me;
come in to supper; for I
will gird Myself and serve you.’…” imagine that, we're going to be the guests and Jesus is going to be the Waiter. We should be
waiting on Him. She continues,
“…We shouted ‘Alleluia,
glory!’, and entered into the City.
And
I saw a table of pure silver, it was many miles in
length, yet our eyes could extend over it…” see the Lord is going to fix our eyes, right? “…I saw the fruit of the
tree
of life, the manna,…”
all California products by the way, “…the manna, almonds, figs,
pomegranates, grapes,…”
and as I mentioned this week, the reason
why is because Ellen White retired in California, so God is speaking to her in her frame of reference.
I’m serious. But then for those of you
who like mangoes, and papayas, and bananas, she says, “…and many other kinds of fruit.
…” she continues, “…I asked Jesus to
let me eat of the fruit. He said, ‘Not now. Those who eat of the fruit of this land, go back to earth no more. But in a little while,
if faithful, you shall both
eat of the fruit of the tree of
life, and drink of
the water of the fountain’.
And
He said, ‘You must go back to earth again, and relate to
others what I have revealed to you.’…”
And then she says sadly, “…Then an angel bore me gently down to this dark world.”
She got an advanced tour, but she says she can't describe
in human language what she saw. She gives us a description, but it's nothing
like when we will go there, it will be so much more glorious.
Ellen White menyediakan suatu deskripsi yang hidup
tentang Kota Surgawi yang dia lihat dalam penglihatan ~ ini adalah pernyataan yang panjang ~ di buku Spiritual Gifts Vol. 2
hal. 52-55, saya akan membacakan ini, karena Ellen White sesungguhnya sudah
mendapatkan suatu tour ke masa depan ke Surga dan
ketika dia kembali ke bumi semua di sini tampak gelap. Ellen White berkata,
“kemuliaan yang aku lihat di Surga tidak bisa aku gambarkan. Bahasa manusia
tidak bisa menangkapnya.” Tetapi dia menggambarkan banyak hal yang lain yang
dilihatnya di sana.
“…Dengan Yesus sebagai pemimpin kami, kami semuanya turun
dari Kota itu ke bumi ini, yang berada di atas sebuah gunung yang besar dan
perkasa, yang tidak kuat menahan Yesus, dan itu terbelah dua, dan terjadilah
sebuah dataran yang besar…” ini setelah Millenium, Kota suci itu turun di atas tempat yang disentuh
kaki Yesus, dan tempat itu menjadi sebuah dataran yang luas. Ellen White
melanjutkan, “…Kemudian kami memandang ke atas dan
melihat sebuah Kota yang agung, yang punya 12 fondasi, 12 pintu gerbang,
masing-masing 3 di setiap sisinya, dan ada seorang malaikat di setiap gerbang.
Kami semuanya berteriak…” Ellen White ikut ambil bagian
dalam hal ini. Allah memindahkan dia ke masa depan. Allah bisa berbuat itu
karena Allah tahu masa depan. “…Kami semuanya berteriak, ‘Kota itu, Kota agung
itu, dia datang! Sedang turun dari Allah dari Surga!’ Dan Kota itu tiba dan mengambil
tempat di mana kami sedang berdiri. Kemudian kami mulai melihat ke hal-hal yang
indah di luar Kota itu…” Lihat, bukan saja Kota itu yang turun, tetapi daerah yang mengelilinginya
juga. Maka kata Ellen White, “…Kemudian kami mulai melihat ke hal-hal yang
indah di luar Kota itu. Di sana aku melihat rumah-rumah yang sangat
indah…” tidak seperti rumah-rumah di
dunia ini. Di sana tidak ada rayap, seperti yang banyak ada di Fresno. “…Di sana aku
melihat rumah-rumah yang sangat indah yang punya penampilan seperti perak, yag
ditunjang oleh 4 tiang bertatahkan mutiara, sangat indah dilihatnya, yang akan
menjadi tempat tinggal orang-orang kudus, dan di dalamnya ada sebuah rak dari
emas. Aku melihat banyak orang kudus masuk ke dalam rumah-rumah itu, mencopot
mahkota mereka yang berkilauan dan meletakkannya di atas rak itu, kemudian
mereka keluar ke padang yang di dekat rumah-rumah itu untuk mengerjakan sesuatu
dengan tanahnya…” dengan kata lain bercocoktanam, tetapi tidak seperti bercocoktanam yang
sulit sekarang ini di mana kita harus memberikan pupuk, dan harus membersihkan
ilalang. Itulah mengapa Ellen White berkata bahwa di sana mereka mengerjakan
sesuatu dengan tanahnya “…tidak seperti yang kita kerjakan dengan
tanah di sini. Suatu cahaya yang terang bersinar mengelilingi kepala mereka,
dan mereka terus-menerus mempersembahkan puji-pujian kepada Allah…” sambil mereka bekerja di padang itu. Kemudian Ellen White menggambarkan
bunga-bunga,
“…Dan aku melihat padang lain yang penuh dengan segala macam bunga, dan
ketika aku memetik mereka, aku berseru, ‘mereka tidak akan
layu’…” bayangkan memetik bunga dan bunga itu tidak akan layu. “…Berikutnya aku melihat sebuah padang yang tinggi
rumputnya, sangat indah dilihat; warnanya hijau yang hidup, dan memantulkan perak dan emas, saat melambai pada kemuliaan Raja Yesus. Lalu kami memasuki sebuah padang
yang penuh dengan segala jenis hewan ~ singa, domba, macan tutul, dan serigala,
semuanya bersama-sama dalam keserasian yang sempurna. Kami melewati
tengah-tengah mereka, dan mereka mengikuti di belakang dengan tenang. Kemudian
kami memasuki sebuah hutan, tidak seperti hutan yang gelap yang ada di sini, melainkan
hutannya terang dan indah. Cabang-cabang pohon melambai ke sana kemari, dan
kami semuanya berseru, ‘Kita aka hidup dengan aman di padang belantara dan
tidur di dalam hutan.’ Kami melewati hutan-hutan, karena kami dalam perjalanan
ke Gunung Sion…” pada saat ini mereka berada di luar Kota, benar? Mereka masih belum masuk ke
dalam Kota. “…Sementara dalam perjalanan, kami bertemu dengan satu kelompok yang
juga sedang memandang kemuliaan tempat tersebut. Aku melihat pakaian mereka
berpelipit warna merah; mahkota mereka berkilauan, jubah mereka putih bersih.
Saat kami menyapa mereka aku bertanya kepada Yesus siapa
mereka. Yesus berkata mereka adalah para martir yang telah dibunuh demi Dia.
Bersama mereka ada sekelompok anak-anak kecil yang tidak terhitung jumlahnya,
pakaian mereka juga berpelipit warna merah. Gunung Sion sudah di depan mata
kami. Dan di atas gunung itu ada sebuah bangunan yang bentuknya seperti sebuah
Bait Suci…” simak Bait Suci itu tidak di
dalam Kota, kita sudah mempelajari ini minggu ini. Bait Suci itu ada di luar
Kota. Maka dikatakan, “…sudah di depan mata kami. Dan di atas gunung
itu ada sebuah bangunan yang bentuknya seperti sebuah Bait Suci, dan di
sekelilingnya ada tujuh buah gunung yang lain, di mana tumbuh bunga-bunga mawar
dan bakung. Dan aku melihat anak-anak kecil memanjat, atau jika mereka mau,
mereka memakai sayap kecil mereka dan terbang ke atas gunung-gunung dan memetik
bunga-bunga yang tidak pernah layu. Di sana ada segala macam pohon yang membuat
tempat itu menjadi indah; pohon perdu, pohon pinus, pohon cemara, pohon minyak,
pohon mirtus/murad, pohon delima, pohon ara yang merunduk karena diberati
oleh buah-buah aranya yang berbuah pada waktunya…” produk-produk California, “…yang
membuat tempat itu seluruhnya indah. Dan
sementara kami akan masuk ke Bait Suci, Yesus mengangkat suaraNya yang merdu
dan berkata, ‘Hanya ke-144’000 yang masuk ke tempat ini’ dan kami semuanya
berseru ‘Haleluya’…” itulah mengapa kita harus mengalahkan sifat egois kita di kehidupan ini,
karena jika hanya ke-144’000 yang boleh masuk ke sana dan kita memiliki hati
yang berdosa, kita akan berkata, “Nah, memangnya sebaik apa mereka?” Di sana
tidak ada lagi iri hati, tidak ada lagi dengki. Ke-144’000 punya hak-hak
istimewa. Ellen White melanjutkan, “…Bait Suci itu disokong oleh tujuh tiang,
semuanya dari emas yang tembus cahaya,
bertatahkan mutiara yang paling indah. Hal-hal yang aku lihat di sana tidak
bisa kugambarkan. O, seandainya aku bisa bicara dengan bahasa Kana’an, maka aku
akan bisa menceritakan sedikit tentang kemuliaan dunia yang lebih baik ini. Aku
melihat di sana, loh-loh batu di mana nama ke-144’000 terukir dalam huruf-huruf
emas. Setelah kami menyaksikan kemuliaan Bait Suci itu, kami keluar…” dan sekarang dengarkan
baik-baik,
“…dan Yesus meninggalkan kami dan pergi ke Kota itu…” apakah Bait Suci ada di dalam
Kota itu? Tidak! Itulah mengapa Wahyu mengatakan bahwa Yohanes tidak melihat
Bait Suci di dalam Kota itu, benar? Jadi sekali lagi, “…Setelah kami menyaksikan kemuliaan Bait Suci itu, kami
keluar dan Yesus meninggalkan kami dan pergi ke Kota itu. Tak lama
kemudian kami mendengar suaraNya yang indah lagi, berkata, ‘Mari, umatKu,
kalian telah keluar dari kesukaran besar dan melakukan kehendakKu, menderita
bagiKu, masuklah ke perjamuan itu, karena Aku akan mengikat pinggangKu sendiri
dan melayani kalian.’…” bayangkan, kita akan menjadi tamu dan Yesus yang akan menjadi Pelayannya.
Seharusnya kita yang melayani Dia. Ellen White melanjutkan, “…Kami berseru,
‘Halelluyah! Mulia! Dan kami masuk ke dalam Kota. Dan aku melihat sebuah meja
dari perak murni, panjangnya bermil-mil, namun mata kami bisa melihat
seluruhnya…” lihat, Tuhan akan memperbaiki mata kita, benar? “…Aku melihat buah pohon
kehidupan, manna…” semua produk California, “…manna, buah badam, buah ara, buah delima,
anggur…” dan seperti yang sudah saya
singgung minggu ini, alasannya ialah karena Ellen White pensiun di California,
jadi Allah berbicara kepadanya sesuai kerangka referensinya. Sungguh. Tetapi
kemudian bagi kalian yang suka mangga, dan papaya, dan pisang, Ellen White
berkata, “…dan banyak jenis buah yang lain…” dia melanjutkan, “…Aku minta Yesus untuk mengizinkan aku makan buah itu.
Dia berkata, ‘Tidak sekarang. Mereka yang makan buah dari negeri ini tidak akan
kembali ke dunia lagi. Tetapi tidak lama lagi, jika setia, kamu akan makan baik
buah dari pohon kehidupan maupun minum air dari mata air.’ Dan Dia berkata, ‘Kamu harus kembali ke dunia
lagi dan menyampaikan kepada yang lain apa yang telah Aku nyatakan kepadamu.’…”
kemudian Ellen White berkata dengan sedih, “…Kemudian
seorang malaikat membawaku turun dengan lembut ke dunia yang gelap ini.”
Ellen White diberikan tour ke masa depan, tetapi dia
tidak bisa menggambarkan dalam bahasa manusia apa yang dia lihat. Dia
memberikan suatu deskripsi kepada kita tetapi itu tidak akan sama dengan ketika
kita sendiri nanti yang ke sana, itu akan jauh lebih indah.
Now in Revelation 21:9-10 we have a description of the
light of the City. Let's read those
verses. Revelation
21:9-10, “9 Then one of the seven angels who had the seven bowls filled with the
seven last Plagues came to me and talked with me, saying, ‘Come, I will
show you the bride, the Lamb’s wife.’…” now you remember that we mentioned that the
angel that comes in Revelation chapter 17 to show the story of the great Harlot
was the Sixth Plague angel, right? Now I believe that this is also the Sixth
Plague angel, because the Sixth Plague angel in Revelation 17 is describing the
Sixth Plague, the judgment of the Harlot, the judgment of the great city Babylon. Now this angel is going to
talk about another great City, the New Jerusalem. Verse 10, “…10 And he carried me away in the Spirit to a great
and high mountain, and showed me the…” what? Ah, Jerusalem is a great City, just
like Babylon, “…the great City, the holy Jerusalem,
descending out of Heaven from God, 11 having the glory of God. Her light was like a most precious stone,
like a jasper stone, clear as crystal.”
So the angel comes back to describe the great City, New
Jerusalem, is probably the same angel that described the great city Babylon, because the text tells us that
it was one of the seven angels that poured out the last Plagues.
Nah, di Wahyu
21:9-10 ada deskripsi tentang terang yang di dalam Kota. Mari kita baca
ayat-ayat itu. Wahyu 21:9-10,
“9 Lalu datanglah kepadaku
seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan yang penuh dengan
ketujuh malapetaka terakhir itu, dan berkata:
‘Datanglah kemari, aku akan menunjukkan
kepadamu pengantin perempuan itu, istri Anak Domba…” nah, kalian ingat
bahwa kita sudah membahas bahwa malaikat yang datang di Wahyu pasal 17 untuk
menunjukkan kisah tentang perempuan Pelacur itu adalah malaikat Malapetaka
Keenam, bukan? Nah, saya yakin ini juga malaikat Malapetaka
Keenam, karena malaikat Malapetaka Keenam di Wahyu 17 juga menggambarkan
Malapetaka Keenam, penghakiman atas perempuan Pelacur itu, penghakiman atas
Babilon Kota Besar itu. Nah, malaikat ini juga akan bicara tentang Kota Besar
yang lain, Yerusalem Baru. Ayat 10, “…10 Lalu, ia
membawa aku pergi di dalam roh, ke atas sebuah
gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku…” apa? Ah, Yerusalem itu sebuah Kota besar, sama seperti Babilon, “…Kota yang besar
itu, Yerusalem yang kudus, turun dari sorga, dari Allah 11 dengan
kemuliaan Allah. Cahayanya
sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti
kristal.”
Maka malaikat yang kembali untuk menggambarkan Kota besar
itu, Yerusalem Baru, kemungkinan adalah malaikat yang sama yang menggambarkan
Babilon Kota Besar, karena ayat itu mengatakan kepada kita bahwa itu adalah
salah satu dari ketujuh malaikat yang mencurahkan Malapetaka-malapetaka
Terakhir.
Now let's notice a very interesting statement that we
find in the book, The Apocalypse:
Exposition
of the Book of Revelation, by J.A. Seiss.
I don't quote secular writers or Non-Adventist writers
very frequently because we have the Spirit of Prophecy, and you know she saw
these things in vision. But this quotation is particularly significant. Have
you ever heard that Jesus is going to
marry the holy City? He's going to marry the New Jerusalem. So is Jesus going to marry walls and streets? He's not
going to marry walls and streets. It’s a City full of people, it's the people
that really Jesus is marrying, of course
in the City.
Notice that Seiss understood this. This is what he wrote,
“The heavenly City is
Christ's Bride, not on account of what makes it a City, but on account of the sanctified and glorified ones
who inhabit it. Without the saints,
whose home and residence it is, it would
not
be the Lamb's Wife; and yet it is the
Lamb's Wife in a sense which does not exclude the foundations, walls, gates,
streets and constructions which contribute to make
it a
City…” so in other words it's not either or, it's both. He continues, “…Mere edifices
and
avenues
do not make a City; neither does a mere congregation or multitude of
people make a City. You cannot have a living City without people to inhabit it; and you cannot have a City without the
edifices and avenues arranged in some fixed shape for the accommodation of those who make up its population. It is the
two together, and the order in which
the
parts are severally
disposed, the animate
with the inanimate, which constitute a City. And while this holy Jerusalem is the Bride and Wife of Christ with reference to its
holy occupants, it is still those
occupants as disposed and arranged in that City. So
that the City
as a City, as well as its people as a people,
even the whole taken together, is embraced in what the
angel
calls ‘the Bride, the Lamb's Wife,’ as she
finally appears in her eternal
form and completeness.”
Pretty nice statement, isn't it? So Jesus is not going to marry a physical City,
streets, and you know walls, and so on. But He does marry that because inside
the City are what? Are the people that inhabit the City.
Nah, mari kita lihat suatu pernyataan yang sangat menarik
yang ada di buku The Apocalypse:
Exposition
of the Book of Revelation, oleh J.A. Seiss.
Saya jarang mengutip penulis-penulis sekuler atau Non-Advent karena kita memiliki Roh Nubuat, dan Ellen
White melihat hal-hal ini dalam penglihatan. Tetapi kutipan ini memiliki makna
khusus. Pernahkah kalian mendengar bahwa Yesus akan mengawini Kota suci? Dia
akan mengawini Yerusalem Baru. Jadi apakah Yesus akan mengawini dinding-dinding
dan jalan-jalan? Dia tidak akan mengawini dinding-dinding dan jalan-jalan. Kota
itu penuh dengan manusia, jadi manusianyalah yang sesungguhnya dikawini Yesus,
tentu saja manusia yang ada di dalam Kota itu.
Simak bagaimana Seiss memahami ini. Inilah yang ditulisnya, “…Kota surgawi itu ialah Mempelai Perempuan Kristus,
bukan karena apa yang menjadikannya sebuah Kota, melainkan karena orang-orang
yang telah dikuduskan dan dimuliakan yang tinggal di dalamnya. Tanpa
orang-orang kudus itu yang bertempat tinggal di Kota itu, Kota itu tidak akan
menjadi Mempelai Anak Domba; namun demikian Kota itu menjadi Mempelai Anak
Domba dalam pengertian yang tidak mengecualikan fondasi-fondasinya,
dinding-dindingnya, pintu-pintu gerbangnya, jalan-jalannya dan
konstruksi-konstruksinya yang punya andil menjadikannya sebuah Kota…” jadi dengan kata lain, bukan
salah satu, melainkan kedua-duanya. Dia melanjutkan, “…Gedung-gedungnya, dan jalan-jalannya saja tidak
membuat sebuah Kota; begitu juga sekumpulan atau himpunan banyak orang tidak
membuat sebuah Kota. Kita tidak bisa memiliki Kota yang hidup tanpa manusia
yang tinggal di dalamnya; dan kita tidak bisa memiliki sebuah Kota tanpa
bangunan-bangunan dan jalan-jalan yang diatur dalam bentuk yang baku untuk
akomodasi mereka yang membentuk populasinya. Jadi Kota adalah kedua-duanya, dan pengaturan di mana bagian-bagiannya
masing-masing ditata, benda yang hidup bersama dengan benda yang mati, itulah
yang menjadikannya sebuah Kota. Dan sementara Yerusalem yang suci ini adalah
Mempelai dan Istri Kristus, merujuk kepada penghuni-penghuninya yang kudus, itu
tetap para penghuni sebagaimana bertempat dan diatur di Kota
itu. Maka, Kota tersebut sebagai sebuah Kota,
demikian juga penghuninya sebagai penghuni, yaitu seluruhnya bersama-sama, itu termasuk di dalam apa
yang disebut malaikat itu sebagai “Mempelai
perempuan, Istri Anak Domba’ saat dia akhirnya tampil dalam bentuk abadinya
dan kesempurnaannya.” (J.A. Seiss, The Apocalypse:
Exposition
of
the Book
of Revelation, Electronic Database. Copyright © 1998,
2003, 2006 by Biblesoft)
Pernyataan yang bagus, bukan? Jadi Yesus tidak akan mengawini sebuah Kota fisik, jalan-jalan, dan dinding-dinding, dsb. Tetapi Dia
mengawini itu karena di dalam Kota tersebut ada apanya? Ada orang-orang yang
tinggal di dalam Kota itu.
Now let's talk a little bit about the wall
of the City. This is Revelation 21:12-24, “12 Also she had a great and
high wall with twelve gates, and twelve angels at the gates, and names
written on them, which are the
names of the twelve tribes of the children of Israel: 13 three gates on the east, three gates on the north, three gates on the
south, and three gates on the west. 14 Now the wall of the City
had twelve foundations, and on them were the names of the twelve
apostles of the Lamb…” Listen, the City contains both all of the
Old Testament saints, and the New Testament saints because it has
characteristics of the tribes, and it has characteristics of the apostles.
Ellen White wrote in Acts
of the Apostles page 19 the following words, “As in the Old Testament the twelve patriarchs
stood as representatives of Israel,
so the
twelve apostles stand as representatives of the gospel church.”
So in other words, in the City will be all of the Old
Testament saints and in the City will be the New Testament saints as well.
And by the way, folks, the book of Hebrews tells us that
all of the Old Testament saints, this is chapter 11, actually “looked for the City whose builder and
maker is God”. In other words,
Abraham, Isaac, and Jacob, did not look to the earthly Jerusalem, they actually knew that the earthly
Jerusalem was a shadow or a little type of the New Jerusalem which they look
forward to inhabiting.
Sekarang mari kita
bicara sedikit tentang dinding Kota itu. Ini Wahyu 21:12-24. “12 Juga
Kota itu memiliki tembok yang besar lagi
tinggi dengan dua belas pintu gerbang dan
dua belas malaikat di pintu gerbang itu dan nama-nama tertulis pada mereka, yaitu nama kedua belas suku Israel. 13 Tiga
pintu gerbang di sebelah timur, tiga pintu gerbang di sebelah utara, dan tiga
pintu gerbang di sebelah selatan, dan tiga pintu gerbang di sebelah barat. 14
Dan tembok Kota itu mempunyai dua belas batu fondasi
dan di atasnya tertulis nama-nama kedua
belas rasul Anak Domba itu…” Dengar, Kota itu
berisikan orang-orang kudus
zaman Perjanjian Lama dan orang-orang kudus zaman Perjanjian Baru karena dia
memiliki karakteristik suku-suku Israel, dan karakteristik para rasul.
Ellen White menulis di Acts of the
Apostales hal.19, kata-kata ini, “…Sebagaimana di
Perjanjian Lama ke-12 bapak-bapak berdiri mewakili Israel, demikian pula ke-12
rasul berdiri sebagai wakil gereja Injil…”
Jadi dengan kata lain, di dalam Kota itu akan ada
semua orang kudus Perjanjian Lama dan semua orang kudus Perjanjian Baru juga.
Nah, Saudara-saudara, kitab Ibrani mengatakan kepada kita bahwa semua orang
kudus Perjanjian Lama ~ ini di pasal 11 ~ sesungguhnya mereka “10 …menanti-nantikan Kota yang … pembangunnya dan pembuatnya
ialah Allah.” Dengan kata lain,
Abraham, Ishak, Yakub tidak menantikan Yerusalem duniawi. Mereka sesungguhnya
tahu bahwa Yerusalem duniawi hanyalah suatu bayangan atau tipe kecil dari
Yerusalem Baru yang mereka nantikan untuk bisa mereka huni.
Now let's notice the materials of the walls the gates and
the street. Revelation 21:18-21, “ 18 The construction of its
wall was of jasper;
and the City was pure
gold, like clear glass. 19 The foundations of the
wall of the City were adorned
with all kinds of precious stones: the first foundation was jasper…” which is red, “…the second sapphire…” blue, “…the third chalcedony…” translucent grayish white, “…the fourth emerald…” green, “… 20 the fifth sardonyx…” reddish brown, “…the sixth sardius…” red, “…the seventh
chrysolite…” which
is kind of an off green, “…the eighth
beryl…” which is transparent, “…the ninth topaz…” which can be orange, brown, or pink, “…the tenth chrysoprase…” it's apple green, “…the eleventh jacinth…” orange, “…and the twelfth amethyst…” which is reddish purple. So can you imagine
what it's going to be like to see that? By the way all these stones are
precious and semi-precious stones, some of them are semi-precious stones, but
still the Bible calls them precious stones. And so in verse 21 we find, “…21 The twelve
gates were twelve..” what? “…twelve pearls: each individual gate was of
one pearl. And the street of the City was pure gold, like transparent glass.” Does it sound like a place that you might
want to live?
It's not like our houses here. You know in my house when it gets hot
and the air conditioning breaks down, it's miserable to be in there. The
weather is going to be perfect there, folks, it's not going to be cold, it's
not going to be hot, it's going to be just absolutely perfect.
Tidak seperti rumah-rumah kita di sini. Kalian tahu, di rumah saya bila udara panas dan
ACnya rusak, menderita di dalam sana. Di Kota itu
udaranya sempurna, Saudara-saudara, tidak dingin dan tidak panas, di sana akan
pas seluruhnya nyaman.
Now let's notice the size of the City. Revelation
21:15-17. It says there, “ 15 And he who talked with
me had a gold reed to measure the City, its gates, and its wall. 16 The City is laid out as a
square…” actually
it's a cube, “…its length is
as great as its breadth. And he measured the City with the reed: twelve
thousand furlongs. Its length, breadth, and height are equal…” it's a cube. “…17 Then he measured its wall:
one hundred and forty-four
cubits, according to
the measure of a man, that is, of an angel.”
Nah, mari kita
lihat ukuran Kota itu. Wahyu
21:15-17, dikatakan di sana, “15
Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari
emas untuk mengukur Kota itu, pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. 16
Kota itu bentuknya empat persegi…” tepatnya sebuah kubus,
“…panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur Kota itu dengan tongkat itu:
dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama…” jadi sebuah kubus. “…17 Lalu ia mengukur temboknya:
seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran seseorang
manusia, yaitu seorang malaikat.”
Now how large is this 12’000 furlongs? Well, Joseph Seiss
also wrote what the dimensions of the City would be in our way of measuring
today. This is what he wrote, “Thus,
this
City is a solid cube of golden constructions,
1,500 miles every way…” I’d say that's a good size City. And then to give you
some perspective, he writes,
“…the base of it would stretch from furthest
Maine to furthest Florida, and from the
shore of the Atlantic to Colorado..” we have lots of people here in the class from Colorado.
Now, listen carefully, “… It would cover
all Britain, Ireland, France, Spain,
Italy, Germany, Austria, Prussia, Eastern EuropeanTurkey, and half of European Russia, taken together!”
That is going to be some City. Well, I guess God is expecting a lot of guests. Some people say
how are all the redeemed going to fit in it? Well, you know, it's going to be
an awful large City according to the dimensions.
Nah, seberapa
luasnyakah 12’000 stadia ini? Joseph Seiss juga menulis tentang dimensi Kota itu menurut cara kita mengukur hari ini.
Inilah yang dia tulis, “…Jadi Kota ini adalah sebuah kubus yang
padat yang konstruksinya dari emas, 1’500 mil setiap arah…” menurut saya itu ukuran Kota yang
besar. Kemudian untuk memberi kalian sedikit perspektif, dia menulis, “…dasarnya akan terbentang dari Maine titik paling
ujung hingga Florida titik paling
ujung, dan dari pantai Atlantik hingga ke
Colorado…” ada banyak yang dari Colorado
di kelas ini. Nah, dengarkan baik-baik, “…Itu akan
mencakup seluruh negara Inggris Raya, Irlandia, Perancis, Spanyol, Italia,
Jerman, Austria, Prusia, Turki Eropa Timur, dan separo Rusia Eropa, semuanya menjadi satu!” (J. A. Seiss, The Apocalypse: Exposition of the
Book of Revelation,
Electronic Database. Copyright ©
1998,
2003,
2006 by Biblesoft)
Ini bakal menjadi Kota yang
luar biasa besarnya. Nah, kira-kira Allah berharap punya banyak tamu. Ada yang berkata,
bagaimana semua orang tebusan bisa muat di sana? Nah, Kota itu bakal luar biasa
besarnya menurut ukurannya.
Now let's notice the glory of the City. Revelation
21:22-27. Here ~ and I’m going to say some things that I said last
night for the benefit of those who are here this morning that are not taking
the class ~ it says, “22 But I saw
no temple in it…” that
is in the City, we already explained that, “…for the Lord God Almighty and the Lamb are
its temple….” So in the City who is the temple? The
Father and Christ. “…23 The City had no need of the sun or of the moon to
shine in it, for the glory of God illuminated it. The Lamb is its light…” So
some people take this verse, as I was mentioning last night, and they say,
“Well, you know, there's not going to be any sun or moon in the new earth.” And
of course that's not true, because the Bible tells us that there are going to
be months, and for the month you have to have the moon. And there are going to
be days, because you have the week, we're going to keep the Sabbath. The problem
is they don't read the text carefully. The text does not say that there is no
sun, or moon. It says in the City there is no need of sun or moon, in the City
not in the whole earth.
You know it would be like, and I gave this
illustration, you know it was very hot on Monday when we started here, and the
air conditioner in the church went up, but when you went outside it was 114 degrees. Imagine if I’m walking out there in the
courtyard, and I have a flashlight, and the beam is on. Is the beam on? Can it
be seen on the ground? Why not? Because the glory of the sun eclipses the glory
of the flashlight.
So there is sun and moon even in the City, but they are
eclipsed. In fact Isaiah 24:23 describes it even more vividly,
it says, “23 Then
the moon will be disgraced and the sun ashamed; for the Lord of
hosts will reign on Mount Zion and in Jerusalem and before His
elders, gloriously.” And
we're not going to going to get into the elders, we discussed that in our study
last evening.
Although no physical temple is within the City ~ because
the temple symbolizes Jesus and the
Father ~ there is a temple outside the holy City, and of course we already read
a quotation, and you can read Early Writings
page 18 where it describes the temple being outside, and Jesus going to the City, and then the redeemed
going into the City.
Nah, mari kita simak kemuliaan Kota itu. Wahyu 21:22-27.
Di sini ~ dan saya akan mengatakan beberapa hal yang sudah saya katakan
semalam, demi mereka yang hadir pagi ini di sini yang tidak mengikuti kelas
pelajaran ~ dikatakan, “22
Dan aku melihat tidak ada Bait Suci di
dalamnya…” yaitu di dalam Kota itu, ini sudah dijelaskan,
“…sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, dan Anak Domba adalah Bait
Sucinya…” Jadi di dalam Kota itu siapa Bait Sucinya? Allah Bapa dan
Kristus. “…23 Dan Kota
itu tidak memerlukan matahari atau bulan
untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu cahayanya…”
Maka beberapa orang menganggap ayat
ini, seperti yang saya jelaskan semalam, dan mereka berkata, “Nah, di dunia
yang baru tidak akan ada matahari atau bulan.” Dan tentu saja itu tidak benar,
karena Alkitab mengatakan kepada kita bahwa di sana ada hitungan bulan, dan
supaya ada hitungan bulan harus ada rembulan. Dan di sana akan ada hitungan
hari-hari karena ada hitungan minggu, kita akan memelihara Sabat. Masalahnya
orang tidak membaca ayat ini dengan teliti. Ayat itu tidak mengatakan tidak akan ada matahari atau bulan. Ayat itu
mengatakan di dalam Kota tidak diperlukan matahari atau bulan, di dalam Kota,
bukan di seluruh bumi.
Ini seperti ~ dan
saya sudah pernah memberikan ilustrasi ini ~ kalian tahu udaranya sangat panas
pada hari Minggu ketika kita memulai pelajaran kita, dan AC di gereja dinyalakan,
tetapi jika kita keluar itu 114 derajat. Bayangkan jika saya berjalan di luar
di halaman dan saya membawa lampu senter, dan senter itu menyala. Apakah
sinarnya keluar? Bisakah itu dilihat di
lantai? Mengapa tidak? Karena terang matahari menutupi terangnya lampu senter.
Jadi di dalam Kota pun ada matahari dan bulan, tetapi
sinar mereka tertutup. Bahkan Yesaya 24:23 menggambarkannya dengan lebih hidup,
dikatakan, “…23Lalu bulan
akan terhina, dan matahari akan dipermalukan sebab TUHAN semesta alam akan memerintah di gunung
Sion dan di Yerusalem dan di hadapan
tua-tua-Nya, dengan kemuliaanNya…” Dan kita tidak
akan membahas para tua-tua, kita sudah membahasnya dalam pelajaran kita
semalam.
Walaupun tidak ada Bait Suci fisik di dalam Kota ~ karena
Bait Suci melambangkan Yesus dan Allah Bapa ~ di luar Kota suci ada Bait Suci,
dan tentu saja kita sudah membaca sebuah kutipan, dan kalian bisa membacanya di
Early Writings hal.
18 di mana digambarkan bahwa Bait Suci
itu ada di luar, dan Yesus pergi ke dalam Kota, dan kemudian umat tebusan masuk
ke dalam Kota.
Ellen White described the temple in Early Writings page 19. She wrote, “The temple was supported by seven pillars, all of transparent gold, set with pearls
most glorious. The
wonderful things I saw there
I cannot describe. O, that I could talk in the
language of Canaan, then could I tell a little
of the glory of the better world. I saw there, tables of stone in
which the names of 144’000 were engraved in letters
of gold….”
Let me ask you, are the 144’000 a special
group? Yes, they are. Will they have special privileges? Will they have gone through an experience
that no other generation has ever gone through? They are those who will go
through the final Time of Trouble, alive. They will never suffer physical
death, they are represented by Enoch who was translated to Heaven without
dying, and by Elijah who was also translated to Heaven without dying.
Ellen White menggambarkan Bait Suci di Early Writings hal. 19. Dia menulis,
“Bait Suci itu disokong oleh tujuh tiang, semuanya dari emas yang tembus cahaya, bertatahkan mutiara yang paling indah. Hal-hal yang
luar biasa yang aku lihat di sana tidak bisa kugambarkan. O, seandainya aku
bisa bicara dengan bahasa Kana’an, maka aku akan bisa menceritakan sedikit
tentang kemuliaan dunia yang lebih baik ini. Aku melihat di sana, loh-loh batu
di mana nama ke-144’000 terukir dalam huruf-huruf emas. …” Coba saya tanya, apakah
ke-144’000 kelompok yang istimewa? Ya, betul. Apakah mereka akan memiliki
hak-hak istimewa? Apakah mereka sudah melewati suatu pengalaman yang tidak
pernah dialami generasi lain? Mereka adalah orang-orang yang akan melalui Masa
Kesukaran Besar yang terakhir, hidup-hidup. Mereka tidak pernah merasakan
kematian fisik, mereka dilambangkan oleh Henokh yang diangkat ke Surga tanpa
mengalami kematian, dan oleh Elia yang juga diangkat ke Surga tanpa mengalami
kematian.
Now let's talk about the river of the City. It says in Revelation
22:1, “1 And he showed me a pure river of
water of life, clear as crystal, proceeding from the throne of God and of the
Lamb.” There will be no Flint,
Michigan there. No water like the water that
was in Flint, Michigan. No water bottles, no refrigerator filters will be
necessary. There will be no litter in the Heavenly streets. The water will be
crystal clear, like that that comes from the Sierra Nevada. I suspect that in
this world we really don't understand what real sweet water tastes like.
Nah, mari kita
bicara tentang sungai di dalam Kota. Dikatakan di Wahyu 22:1, “1
Lalu ia menunjukkan kepadaku
sungai air kehidupan yang murni, yang jernih
bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan Anak Domba
itu.” Di sana tidak akan ada Flint, Michigan (krisis air di Kota Flint, Michigan 2014-2019 ketika air mereka
terkontaminasi timah dan bakteri), tidak ada air seperti air di Flint, Michigan. Tidak ada
botol air, tidak dibutuhkan filter lemari es. Tidak ada sampah di jalan-jalan
di Surga. Airnya jernih seperti kristal, seperti
yang datang dari pegunungan Sierra Nevada.
Saya rasa di dunia ini kita tidak mengerti bagaimana rasanya air yang
sesungguhnya yang manis.
Let's talk about the tree of life. Revelation 22:2, we're just
going through the chapter, you know, I think as that as we behold our future inheritance,
our commitment to Christ becomes stronger. Notice the tree of life, Revelation 22:2, “ 2 In the middle of its street, and on either
side of the river, was the
tree of life…” now
we have a little problem here. It says, “on either side of the river was the
tree” one tree, but it's on both sides of the river. Now let's continue,
“…which bore twelve fruits, each tree yielding its fruit every month. The leaves of the
tree were for the
healing of the nations…” the word that is used there is θεραπεία [therapeia] where we get the word “therapy” from. So the leaves are for the therapy of the
nations, we're going to talk about that in our first study this afternoon, what
that means, the leaves are for the therapy or for the healing of the nations.
Mari kita bicara
tentang pohon kehidupan. Wahyu
22:2, kita hanya mengikuti pasalnya. Saya rasa dengan memandang
ke warisan masa depan kita, komitmen kita kepada Kristus akan bertambah kuat.
Simak pohon kehidupan, Wahyu 22:2, “2
Di tengah-tengah alun-alun Kota yaitu di
kedua sisi sungai itu, ada pohon
kehidupan…” nah, sekarang kita punya masalah kecil di sini. Dikatakan,
“di kedua sisi sungai itu ada pohon itu”, satu pohon, tetapi berada di kedua
sisi sungai. Nah, mari kita lanjut, “…yang
berbuah dua belas macam buah, dan mengeluarkan buahnya setiap bulan. Daun
pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa…” perkataan yang
dipakai di sini ialah θεραπεία
[therapeia] dari mana kita
mendapat kata “terapi”. Maka daun-daun
adalah untuk terapi bangsa-bangsa, kita akan membahas ini dalam pelajaran kita
yang pertama nanti petang, tentang apa yang dimaksud dengan daun-daunnya untuk
terapi atau untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
So how do we understand that it's one tree but it's on
both sides of the river? Well, Ellen White as usual provides a very simple
explanation. In Early Writings page 289 she
wrote, “I
then saw Jesus leading His people to the tree of life, and again we heard His lovely voice, richer than any music that ever fell on mortal ear, saying, ‘The leaves
of this tree are for the healing of the nations. Eat ye all of it.’ Upon the tree of life was
most beautiful fruit, of which the saints could partake freely. In the City was
a most glorious throne, from
which proceeded a pure river
of water of life…” is this literal H2O? It is, but what does it
symbolize? It symbolizes the Holy Spirit in this period of history, right? So
it's symbolic here, it's a shadow here, but the reality, the tangible reality is there, and so it says, “…In the
City was a most glorious throne, from
which proceeded a pure river
of water of life,
clear as crystal. On
each side of this river was the tree of life, and on the banks of the
river were other beautiful trees bearing fruit which was good for food.”
Jadi bagaimana
kita memahami bahwa itu satu pohon tetapi berada di kedua sisi sungai? Nah,
Ellen White seperti biasa memberikan penjelasan yang sangat sederhana. Di Early Writings hal. 289 dia menulis, “…Lalu aku melihat Yesus membawa umatNya ke
pohon kehidupan, dan kembali kami mendengar suaraNya yang merdu, lebih kaya daripada segala musik yang
pernah didengar telinga yang fana, mengatakan, ‘Daun
pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa’. Makanlah kalian
semua darinya.’ Pada pohon kehidupan itu terdapat buah yang amat sangat
indah, yang boleh dinikmati orang-orang kudus dengan bebas. Di dalam Kota itu
ada sebuah takhta yang sangat mulia, dari mana keluar sebuah sungai air hidup
yang murni…” apakah ini H2O
literal? Iya, tetapi itu melambangkan apa? Di periode sejarah sekarang itu
melambangkan Roh Kudus, benar? Jadi di sini itu simbolis, di sini itu suatu
bayangan, tetapi realitanya, realitanya yang nyata ada di sana, jadi dikatakan,
“…Di
dalam Kota itu ada sebuah takhta yang sangat mulia, dari mana keluar sebuah
sungai air hidup yang murni, jernih seperti Kristal. Pada setiap sisi sungai
ini ada pohon kehidupan, dan di tepi-tepi sungai itu ada pohon-pohon lain yang indah yang mengeluarkan buah yang baik
untuk makanan.”
Now on page 17, Ellen
White describes why the tree is on both sides of the river. This is what she wrote,
“Here we saw the tree of life and the throne of God. Out of the throne came a pure river of water, and on either side of the river was the tree of life. On one side of
the
river was a trunk of a tree, and
a trunk on the other side of the river, both of
pure, transparent gold. At first I thought I saw two trees. I looked again, and saw
that they were united at the top…” in
other words it's an arch over the river, “…I looked again, and saw
that they were united at the top
in one tree. So it was the tree of life on either side
of the river of life. Its branches bowed to the
place where we stood, and the fruit was glorious; it looked like
gold mixed with silver.” I guess God
likes gold and silver because everything up there seems to be gold and silver.
Nah, di hal. 17, Ellen White menggambarkan mengapa
pohon itu bisa berada pada kedua sisi sungai. Inilah yang ditulisnya, “…Di sini kami melihat pohon kehidupan dan takhta Allah.
Dari takhta itu keluar sebuah sungai yang airnya murni, dan di kedua sisi
sungai itu terdapat pohon kehidupan. Di satu sisi sungai itu ada batang pohon,
dan di sisi yang lain dari sungai itu ada batang pohon, keduanya sama-sama
terbuat dari emas yang tembus cahaya.
Pertama aku kira aku melihat dua pohon. Aku lihat lagi, dan melihat bahwa
mereka bersatu di bagian atas…” dengan kata lain itu sebuah lengkungan di atas sungai. “…Aku lihat lagi,
dan melihat bahwa mereka bersatu di bagian atas sebagai satu pohon. Jadi pohon
kehidupan itu berada di masing-masing sisi sungai kehidupan. Dahan-dahannya
merunduk ke tempat di mana kami sedang berdiri, dan buahnya begitu indah;
tampaknya seperti emas bercampur perak.” (Early Writings
hal. 17). Kayaknya Allah suka emas dan perak karena semua di atas sana sepertinya
dari emas dan perak.
Does
anybody have a gold house around here? You know, some people say, “Oh, I’ve got
this beautiful house.” Is it made of gold? “Oh, I’ve got this fancy Lamborghini.”
Does it fly? You know the transportation there is going to be very different
than the transportation here. We're going to be able to travel to other planets
almost instantaneously. You know, human beings, they think they're so great. You
say, “Wow, computers! Look at megabytes, gigabytes, terabytes, and all the story,
all that they can store!”
Ellen
White tells us that after the Millennium God is going to show in panoramic view
above the City the whole history of the human race. How much storage space do
you need for that? Man just simply reflects a little bit of what God has given
the human race.
Ada
di sini yang punya rumah dari emas? Kalian tahu, ada orang berkata, “Oh, saya
punya rumah yang bagus.” Apakah itu terbuat dari emas? “Oh, saya punya
Lamborghini yang mewah ini.” Bisakah itu terbang? Kalian tahu, transportasi di
sana akan sangat berbeda dengan transportasi di sini. Kita akan bisa pergi ke
planet-planet lain nyaris secara instan. Kalian tahu, manusia itu mengira
mereka sudah begitu hebat. Kalian berkata, “Wow, komputer! Lihat berapa megabytes,
gigabytes, terabytes, dan semua cerita, semua yang bisa mereka simpan!”
Ellen
White mengatakan kepada kita bahwa setelah Millenium, Allah akan menunjukkan
suatu pandangan panoramik di atas Kota, seluruh sejarah manusia. Butuh tempat penyimpanan
seberapa besar untuk arsip itu? Manusia hanya memantulkan sedikit saja dari apa
yang telah diberikan Allah kepada manusia.
Now let's notice that there is no curse and no night in
the City. It says in Revelation 22:3-5, “ 3 And there shall be no more
curse, but the throne of God and of the Lamb shall be in it, and
His servants shall serve Him. 4 They shall see His face, and His
name shall be on
their foreheads. 5 There shall be no night
there: They need no lamp nor light of the sun, for the Lord God gives
them light. And they shall reign forever and ever.” So this is a description of the future
home of the redeemed. Does it sound like a place that you would like to go? I
know it sounds like a place that I would like to go, but I’d like to see the
real deal, not just the shadow that Ellen White presents here in her writings.
She says, you know, we cannot wholly embrace it,
“eye has not seen nor ear heard nor entered into the imagination of man the
things that God has prepared for those
who love Him.” There's the key, “for those who love Him”.
Nah, mari kita
simak bahwa di Kota itu tidak ada kutuk dan tidak ada malam. Dikatakan di Wahyu 22:3-5, “3 Maka tidak akan ada lagi laknat, melainkan takhta Allah dan takhta Anak Domba
akan ada di dalamnya, dan hamba-hamba-Nya akan melayani-Nya,
4 Mereka akan melihat
wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. 5 Dan malam
tidak akan ada di sana, mereka tidak
memerlukan lampu maupun cahaya matahari,
sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka. Dan mereka akan memerintah sebagai
raja untuk selama-lamanya…”
Jadi ini adalah suatu deskripsi rumah masa depan umat
tebusan. Apakah itu seperti tempat yang kalian ingin pergi? Saya tahu, itu
seperti tempat yang saya ingin pergi, tetapi saya ingin melihat aslinya, bukan
hanya bayangannya yang disajikan Ellen White di sini di tulisannya. Kalian
tahu, Ellen White mengatakan kita tidak bisa menangkap seluruhnya, “…Apa
yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: itulah yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi
Dia…” itu kuncinya,
“…untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Kor. 2:9)
And now we come to the epilogue of the book, so let's
take a look at the epilogue of the book or the conclusion of the book, it's in Revelation
22:6-13. Let's read beginning with verse 6-13. “6 Then he said to me, these words are faithful and true…” so can we take the words that we've read
this morning to the bank? Can we take the book of Revelation on face value and
know that it's true? Yes! “…these words are faithful and
true. And the Lord God of the holy prophets sent His angel to show
His servants the things…” and now there's a very important concept
here,
“…the things which must shortly take place…” you know that word “must” is the Greek word
δεῖ [dei] and according to the lexicons it means “unconditional
necessity, absolute, unquestioned, deterministic, it is going to happen that
way”. In fact it's the word that is used when Jesus set His face to Jerusalem and He says, “I must go to Jerusalem”. So in other
words, when it says here, that the angel
has shown “…His servants the things which must
shortly take place…”
they are going to take place, they must take place. Verse 7, “…7 Behold, I am coming quickly! Blessed is he who keeps the words of the prophecy of this
book....” is it vitally important to study the book
of Revelation? There's a blessing on those who study the book of Revelation,
and keep the words of the book of Revelation. And then what I want you to do is
put parentheses ~ and you do have it in your study notes ~ around verses 8-9
because this breaks the flow of thought in the epilogue. You see, John has just seen the holy City,
the glories of the holy City, and this majestic angel has appeared to him to
describe everything. And so John is overwhelmed. And so notice what he does,
verse 8,
“...( 8 Now I, John, saw and heard these
things. And when I heard and saw, I fell down to worship before the feet
of the angel who showed me these things. 9 Then he said to me, ‘See that you do not do that. For I am your fellow
servant, and of your brethren the prophets, and of those who keep the words of
this book. Worship God.’)…” So this is a little interjection about the reaction of
John in seeing the glorious things that this glorious angel showed him. And then in verse 10 it picks up again where
verse 7 left off, “…10 And he said to me…” now I want you to notice that here, there
are three specific time points, three. “…10 And he said to me, ‘Do not seal the words
of the prophecy of this book…” which
book? The book of Revelation. Is the book of
Revelation sealed? No! If it's not sealed can people study it and gain
information that will help them be in Heaven? Of course. So here the angel
says,
“…‘Do not seal the words of the prophecy of this book…” so let me ask you is the door of mercy
open then while the book is not sealed? Of course. But now comes the second
point, the time is coming when the book will be sealed and nobody will be able
to gain a message from it. It continues saying,
“…for the time is at hand…” what time is at hand? The time when
probation will close, and it will be irrelevant to study the book. Notice what
it continues saying, we know this is the close of probation because it says, “…11 He who is unjust, let him be unjust still;
he who is filthy, let him be filthy still; he who is righteous, let him be
righteous still; he who is holy, let him be holy still…” does that sound pretty determinative? Does
that sound final? It is final. So John is told (1) don't seal the book, people can study it, read it, and they
can gain a message that will save them. But the time is coming when (2) probation is going to
close. And then notice the third point, it says
in verse 12, after probation closes, and we know after the Time of Trouble it
says, Jesus is speaking, “…12 And behold, (3)I am
coming quickly, and My reward is with
Me, to give to every one according to his work. 13 I am the Alpha and the Omega, the Beginning and the End, the First and the Last.”
Dan sekarang kita tiba di epilog
(penutup) kitab Wahyu, jadi mari kita lihat epilog kitab ini, atau konklusi dari
kitab ini, yaitu Wahyu 22:6-13.
Mari kita baca mulai dari ayat 6-13. “6 Lalu Ia berkata kepadaku:
‘Perkataan-perkataan ini setia dan benar…” jadi apakah perkataan-perkataan yang kita baca tadi pagi
diandalkan? Bisakah kita percaya kitab Wahyu sesuai tulisannya dan yakin bahwa itu benar? Ya! “…‘Perkataan-perkataan ini setia dan benar. Dan Tuhan, Allah para nabi yang kudus mengutus malaikat-Nya untuk
menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya hal-hal…” nah, sekarang ada
konsep yang sangat penting di sini, “…hal-hal yang harus segera terjadi…” Kalian tahu, kata
“harus” di sini adalah kata Greeka δεῖ [dei] dan menurut kamus itu berarti “kebutuhan yang tidak bisa
ditawar, mutlak, tidak diragukan, pasti, itu akan terjadi demikian”. Faktanya
itulah kata yang dipakai ketika Yesus memandang ke arah Yerusalem dengan keteguhan hati dan Dia berkata, “Aku
harus ke Yerusalem.” Jadi dengan kata lain, ketika dikatakan di sini bahwa
malaikat itu telah menunjukkan “…hamba-hamba-Nya
hal-hal yang harus segera terjadi…” mereka pasti akan
terjadi, mereka harus terjadi. Ayat 7, “…7
Lihat, Aku datang segera. Diberkatilah orang yang menuruti
perkataan-perkataan nubuat kitab ini!…” apakah sangat penting mempelajari kitab Wahyu? Ada berkat
bagi mereka yang mempelajari kitab Wahyu dan mematuhi perkataan-perkataan kitab
Wahyu. Lalu yang saya mau kalian lakukan ialah meletakkan tanda kurung ~ dan
ini sudah ada di diktat kalian ~ pada ayat
8-9 karena ayat-ayat ini adalah
sisipan dan memutus alur epilog itu. Kalian lihat, Yohanes baru
saja melihat Kota kudus itu, kemuliaan dari Kota kudus itu, dan malaikat yang
anggun ini tampil kepadanya untuk menggambarkan segala sesuatu. Maka Yohanes bingung.
Maka simak apa yang dilakukannya, ayat 8, “…( 8
Nah aku, Yohanes, telah mendengar dan
melihat hal-hal itu. Dan ketika aku mendengar dan melihatnya, aku
tersungkur untuk menyembah di depan kaki malaikat yang telah menunjukkan hal-hal itu kepadaku. 9 Lalu ia berkata kepadaku: ‘Pastikan engkau tidak berbuat demikian! Karena aku adalah sesama hamba
seperti engkau dan saudara-saudaramu para nabi, dan dari semua yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah
Allah!’)…” jadi ini adalah sebuah sisipan kecil mengenai reaksi
Yohanes ketika melihat hal-hal yang luar biasa indah yang ditunjukkan malaikat
yang sangat anggun ini. Lalu di ayat 10 dilanjutkan di mana tadi ayat 7
berhenti. “…10 Lalu ia
berkata kepadaku…” sekarang saya mau kalian menyimak di sini ada tiga poin
waktu yang spesifik, tiga. “…10
Lalu ia berkata kepadaku, ‘Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat
dari kitab ini…” kitab Wahyu ini.
Apakah kitab Wahyu dimeteraikan? Tidak! Jika tidak dimeteraikan, bisakah kitab
itu dipelajari dan mendapatkan informasi yang bisa menolong mereka supaya bisa
berada di Surga? Tentu saja. Maka di sini malaikat itu berkata, “…‘Jangan
memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini…” coba saya tanya, apakah pintu kasihan masih terbuka
ketika kitab ini belum dimeteraikan? Tentu saja. Tetapi sekarang poin kedua,
waktunya akan tiba ketika kitab ini akan dimeteraikan dan tidak ada orang yang
bisa mendapatkan pekabaran darinya. Selanjutnya dikatakan, “…sebab waktunya sudah dekat…” waktu apa yang
sudah dekat? Waktu ketika pintu kasihan akan ditutup, dan pada waktu itu tidak
ada gunanya mempelajari kitab ini. Simak apa katanya selanjutnya, kita tahu ini
bicara tentang tutupnya pintu kasihan karena
dikatakan, “…11 Barangsiapa
yang tidak benar, biarlah ia tetap tidak
benar, barangsiapa yang cemar, biarlah ia tetap
cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia tetap
benar; barangsiapa yang kudus, biarlah ia tetap kudus!…”
apakah ini kesannya sangat menentukan?
Apakah kesannya final? Ya, sudah final. Maka Yohanes diberitahu agar (1) jangan memeteraikan kitab ini, orang-orang masih bisa mempelajarinya, membacanya, dan
mereka bisa mendapatkan pekabaran yang bisa menyelamatkan mereka. Tetapi (2)
saatnya akan tiba
ketika pintu kasihan akan menutup. Kemudian simak
poin ketiga, dikatakan di ayat 12, setelah pintu kasihan tutup dan kita tahu
itu setelah Masa Kesukaran Besar, dikatakan, Yesus yang sedang bicara, “…12
Lihatlah, (3) Aku datang segera dan Aku
membawa pahala-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut
perbuatannya. 13 Aku adalah Alfa dan Omega, Yang AWAL dan Yang AKHIR,
Yang PERTAMA dan Yang TERAKHIR.’…”
So we have three specific points in these verses, verses
10-12.
·
the
book is open, people can gain knowledge and be saved.
·
the
time is coming when the book is going to be sealed, and the filthy will be
filthy and the righteous will be righteous.
·
and
then Jesus will what? Jesus will come.
Does probation close before Jesus comes? Of course it does, because it says
that Jesus when He comes He brings the
reward. In order to bring the reward He would have had to have determined what
the reward would be in a judgment beforehand.
Jadi ada tiga poin spesifik di ayat-ayat ini, ayat-ayat
10-12.
·
Kitab itu terbuka, orang bisa mendapatkan pengetahuan dan
diselamatkan.
·
Waktunya akan datang ketika kitab ini akan dimeteraikan,
dan mereka yang cemar akan tetap cemar, dan yang benar akan tetap benar.
·
Kemudian Yesus akan apa? Yesus akan datang.
Apakah pintu kasihan tutup sebelum Yesus datang? Tentu
saja, karena dikatakan bahwa ketika Yesus datang Dia membawa pahala. Supaya
bisa membawa pahala tentunya Dia harus sudah menentukan apa pahalanya dalam
penghakiman sebelumnya.
Now let's read Testimonies
for the Church Volume 2 pages 190 and 191. This is very solemn what Ellen
White writes here. You know many times when Jesus said, you know, watch because the Son of Man
is coming at a time you don't expect. You know most everybody thinks well that
the Second Coming is going to come at a time that we don't expect. But really it's the
close of probation that comes at a time when we do not expect. Notice
this statement from Ellen White. 2 Testimonies
page 190 and 191, “Jesus has left us word: ‘Watch ye therefore: for ye know not
when
the Master of
the house cometh, at even, or at midnight,
or at the
cockcrowing,
or in the
morning: lest coming suddenly He find you sleeping…” is that the second coming? No! Notice how Ellen White
continues the statement, “…We are waiting and watching for the return of the Master, who is to bring the morning, lest coming suddenly He finds us sleeping…”
and then she asks this, “…What time
is here referred to?
Not to the revelation of Christ in the clouds of
Heaven to find a people asleep. No…”
she wants to emphasize this, “…Not…” she says,
“…Not to the revelation of Christ in the clouds of Heaven to find a people asleep. No!
But
to His return from His ministration in the Most Holy place
of the heavenly sanctuary, when He lays off His priestly attire and clothes Himself
with garments of vengeance, and when the mandate goes forth: ‘He that is unjust, let him be unjust still: and he which is filthy, let him be filthy still: and he that is
righteous, let him be righteous still; and he that is holy, let him be holy still.’…"
It refers to the close of probation.
Sekarang mari kita
baca Testimonies for the Church Vol. 2
hal. 190-191. Ini sangat serius apa yang ditulis Ellen White di sini. Kalian tahu,
seringkali Yesus berkata, berjagalah, karena Anak Manusia akan datang di waktu
yang tidak kamu sangka. Kebanyakan orang menganggap Kedatangan Kedua itu akan
terjadi di saat yang tidak kita sangka. Tetapi sesungguhnya sebenarnya ini adalah tutupnya
pintu kasihan yang terjadi pada saat tidak kita sangka. Simak
pernyataan ini dari Ellen White, 2 Testimonies hal.
190-191, “Yesus telah meninggalkan pesan, ‘Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu
tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah
malam, atau saat ayam berkokok atau pagi hari,
36 supaya kalau
ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.’ (Mark. 13:35-36)…” apakah ini Kedatangan Kedua?
Bukan! Simak bagaimana Ellen White melanjutkan pernyataan ini, “… Kita sedang menunggu dan menantikan
kembalinya Sang Tuan, yang akan membawa pagi yang cerah. Jangan sampai saat Dia
mendadak datang Dia mendapati kita tertidur…” kemudian Ellen White
menanyakan ini, “…Waktu mana yang dimaksudkan di sini? Bukan
saat kedatangan Kristus di awan-awan di langit, yang mendapati orang-orang
tertidur. Bukan. Tetapi kembalinya Dia dari pelayananNya di Bilik Mahasuci Bait
Suci Surgawi, ketika Dia melepaskan jubah imamNya dan mengenakan pakaian
pembalasanNya, dan ketika mandat itu diucapkan, ‘Barangsiapa yang berbuat
jahat, biarlah ia terus berbuat jahat, barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus
cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus benar; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus kudus!’ (Wah. 22:11)…”
Ini mengacu kepada tutupnya
pintu kasihan.
And by the way, folks, there are two closes of probation.
I’m not
saying one
for the Adventist church and one for the world, that's not what I’m saying.
What I’m saying is that:
1. there's a corporate close of probation for the entire
world, right before the Time of Trouble.
2. but if we should die today, the door of
probation is closed for us individually.
And so we should not only focus on then, we have to focus on walking with the Lord
all the time.
Dan ketahuilah, Saudara-saudara, ada dua penutupan pintu
kasihan. Saya tidak mengatakan
satu untuk gereja Advent dan satu bagi dunia, saya tidak
mengatakan ini. Yang saya katakan ialah bahwa:
1.
ada penutupan pintu kasihan secara korporasi bagi seluruh dunia, tepat
sebelum Masa Kesukaran Besar.
2.
Tetapi bila sekarang kita mati, maka
pintu kasihan bagi kita secara
individu pun menutup.
Karena itu jangan kita hanya fokus ke saat itu, kita harus fokus hidup bersama Tuhan senantiasa.
Now let's notice verse
8 and 9. Revelation 22:8-9. I think that we already read these verses, so let's
skip those.
And let's go to a quotation from Ellen White,
Early Writings page 230. “The angel then showed John the heavenly City with all its splendor and dazzling
glory, and he, enraptured and
overwhelmed, and forgetful of the former reproof of the angel…”
because the angel had to do it also in
chapter 19,
“…again fell to worship at his feet. Again the gentle reproof was given, ‘See thou do it not for I am thy fellow servant, and of thy brethren the prophets,
and
of them which keep the sayings of this book: worship God.’…”
Nah, mari kita
simak ayat 8 dan 9. Wahyu 22:8-9. Saya rasa kita sudah membaca ayat-ayat ini,
jadi kita lompati saja.
Dan mari ke kutipan Ellen White, Early Writings hal. 230. “…Malaikat
itu kemudian menunjukkan kepada Yohanes Kota surgawi dengan segala kemegahan
dan kemuliaannya yang memukau, dan Yohanes terkesima dan terpesona, lupa pada
teguran malaikat itu sebelumnya…” karena malaikat itu sudah berbuat demikian di pasal 19, “…kembali jatuh tersungkur untuk menyembah di kakinya.
Kembali teguran yang lembut diberikan, ‘Pastikan
engkau tidak berbuat demikian! Karena aku
adalah sesama hamba seperti engkau dan
saudara-saudaramu para nabi, dan dari semua
yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!’ (Wah.
22:9)…”
And then verses 14-17 we find these words. Revelation
22:14-17, “14 Blessed are those
who do His commandments…” we studied that yesterday, remember? Some versions say “wash their robes”. I believe that there's clear evidence that
it is “keep the Commandments”, “…that they may
have the right to the tree of life, and may enter through the gates
into the City. 15But outside…” so it says, those who are inside are what kind? They're what? Commandment
keepers, right? “…15But outside
are dogs…” not talking about
canines by the way, talking about people “…and sorcerers
and sexually immoral and murderers and idolaters, and whoever loves and
practices a lie. 16 I, Jesus, have sent My angel to
testify to you these things in the churches. I am the Root and the Offspring of
David, the Bright and Morning Star. 17 And the Spirit and the
bride say, ‘Come!’ And let him who hears say, ‘Come!’ And let him who
thirsts come. Whoever desires, let him take the water of life freely.”
Kemudian ayat 14-18 kita temukan kata-kata ini. Wahyu 22:14-17, “14 Diberkatilah mereka yang melakukan
perintah-perintah Tuhan…” kita sudah
mempelajari ini kemarin, ingat? Beberapa versi mengatakan “mencuci/membasuh jubah mereka”. Saya yakin buktinya jelas bahwa itu adalah melakukan
perintah-perintah Tuhan sehingga mereka boleh
memperoleh hak atas pohon kehidupan, dan mereka boleh masuk melalui pintu-pintu
gerbang ke dalam Kota itu. 15 Tetapi di luar…” jadi dikatakan,
mereka yang di dalam adalah jenis yang bagaimana? Mereka itu apa? Para pelaku
Perintah-perintah, benar? “…15 Tetapi di luar itu
anjing-anjing…” ini tidak bicara mengenai anjing literal, ini bicara
tentang manusia, “…dan tukang-tukang sihir, orang-orang yang secara seksual tidak bermoral, pembunuh-pembunuh,
dan penyembah-penyembah berhala dan setiap
orang yang mencintai dan melakukan dusta. 16‘Aku, Yesus, telah mengutus
malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu di gereja-gereja. Aku adalah Akar dan Keturunan Daud, Bintang Timur yang
gilang-gemilang. 17 Dan Roh dan
pengantin perempuan itu berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya,
hendaklah ia berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia
datang. Barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan
cuma-cuma!”
And then the book ends with a dire warning. Interesting
that the book would end with a warning. Don't mess with the book! In short
that's what it means. We find in verse 18, “18 For I
testify to everyone who hears the words of the prophecy of this book: If
anyone adds to these things, God will add to him the plagues that are
written in this book;…” so
God says, “you add, I add.” “…19 and if anyone takes away from the words of the book
of this prophecy, God shall take away his part from the Book of
Life, from the holy City, and from the
things which are written in this book…” God says, “You
add, I add. You take away and I take away your name from the Book of
Life.” “…20 He who
testifies to these things says, ‘Surely I am
coming quickly.’ Amen. Even so, come, Lord Jesus!...” you
can just hear John saying that, he's on Patmos, he's a prisoner, he's working
in the sulfur mines, and he's seeing the battles between righteousness and
wickedness, between Christ and Satan, he's seen the Plagues that afflict the
world, he sees the tribulation that God's people are suffering, and he ends the
book by saying, “Even
so, come, Lord Jesus.” And then he ends on a positive note. “…21 The grace of our Lord Jesus Christ be with you all. Amen.”
Kemudian kitab itu
diakhiri dengan peringatan keras. Menarik kitab ini diakhiri dengan sebuah
peringatan. Jangan main-main dengan kitab ini! Singkatnya, itulah yang
dimaksud. Kita melihatnya di ayat 18, “18 Karena aku
bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari
kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini,
maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di
dalam kitab ini…” jadi Allah
berkata, “Kalau kamu
menambahi, Aku akan menambahi.” “…19 Dan
jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan di kitab nubuat
ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari Kitab
Kehidupan dan dari Kota kudus, dan dari hal-hal yang tertulis di dalam kitab ini…” Allah berkata,
“Kamu menambahi, Aku tambahi. Kamu hilangkan, maka Aku akan menghilangkan
namamu dari Kitab Kehidupan.” “…20 Ia yang
memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Benar, Aku datang segera!’ Amin. Terjadilah
demikian, datanglah, Tuhan Yesus!…” apa? “…21 Kasih karunia Tuhan Yesus kita menyertai kamu sekalian! Amin.”
Now I’ve saved the best till last. Many people want to go
to Heaven because of all of the fringe benefits, everything we've talked about.
But you know what's going to be especially the real reason why we should go
there is because we want to be with the Lord, even if there was nothing of what
we studied this morning, even if we didn't have a street of gold, and you know,
precious stones, and golden houses, and clear crystal clear water, and a tree
of life that produces different fruits. You know, we usually think of those
things, oh, I want to be in Heaven because of all those things. But Jesus has a passion for us to be with Him. Let me
just mention some Bible verses in
closing.
Nah,
yang paling baik saya sisakan untuk yang terakhir. Banyak orang mau pergi ke
Surga karena semua bonus tambahannya, segala yang sudah kita bicarakan. Tetapi
alasan sesungguhnya yang terutama mengapa kita harus pergi ke sana ialah karena
kita mau bersama-sama Tuhan, walaupun seandainya di sana tidak ada apa pun
seperti yang kita pelajari tadi pagi, walaupun kita tidak mendapat jalan dari
emas, batu-batu permata, rumah-rumah dari emas, air sebening kristal, dan pohon
kehidupan yang menghasilkan buah beda-beda. Kalian tahu, biasanya itu yang kita
pikirkan, oh, saya mau ada di Surga karena segala hal itu. Tetapi Yesus punya
kerinduan besar bagi kita untuk ada bersamaNya. Saya akan menyebutkan beberapa
ayat Alkitab sebagai penutup.
You remember the apostle Paul in 1 Thessalonians chapter
4 describes those who will resurrect, he says, “…the
dead in Christ will rise first, then we who are alive and remain will be caught
up with them in the air to meet the Lord in the air”, and how does the passage end? “And thus we shall always be with the Lord.” That's the important part, we shall always be with
the Lord.
Kalian ingat rasul
Paulus di 1 Tesalonika pasal 4 menggambarkan mereka yang akan
dibangkitkan, dia berkata, “16 …dan mereka yang mati dalam
Kristus akan lebih dahulu bangkit. 17sesudah itu, kita yang hidup,
yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan bertemu Tuhan di angkasa…” dan bagaimana ayat ini berakhir? “…Demikianlah
kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan…” Ini bagiannya yang penting,
kita akan selamanya bersama dengan Tuhan.
You remember John 14:1-3, “1Let not your
heart be troubled; you believe in God, believe also in Me. 2 In My
Father’s house are many mansions; if it were not so, I would
have told you. I go to
prepare a place for you. 3 And if I go
and prepare a place for you, I will come
again and…” and
then what does it say? “…and
receive you to Myself; that where I
am, there you may be
also.”
Once again with Him.
Kalian ingat
Yohanes 14:1-3, “1Janganlah
biarkan hatimu gelisah; kamu percaya kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. 3
Dan apabila Aku pergi dan menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali…” lalu apa katanya? “…dan menerima
kamu kepada Diriku Sendiri, supaya di mana Aku berada, kamu pun boleh berada…”
Sekali lagi bersamaNya.
In fact in John 17:24 in this great prayer that Jesus uttered on the way to the garden of Gethsemane,
Jesus expressed what His passion was. That's John 17:24. He said, “24 ‘Father, I
desire that they also whom You gave Me may be with Me where I am, that they may
behold My glory which You have given Me; for You
loved Me before the foundation of the world.’…”
I want them to be with Me.
Bahkan di Yohanes
17:24 dalam doa yang luar biasa ini yang diucapkan Yesus dalam perjalananNya ke taman Getsemani, Yesus menyatakan apa kerinduanNya yang besar. Itu di Yohanes 17:24, Dia berkata, “24 ‘Ya Bapa, Aku mau supaya mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, boleh bersama-sama dengan Aku di mana Aku berada, agar mereka boleh memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”
Aku mau mereka ada bersamaKu.
So Paul says, “we shall always be with the Lord.”
Jesus says, “I will
take you unto Myself, that where I am you may be also.”
And in John 17:24, “Father, I want them with Me.”
Revelation 21:3 repeats the same thought. Let's read Revelation
21:3, the privilege of being there with Jesus is the most important point. It says there in
Revelation 21:3, “ 3 And I heard a loud voice from Heaven saying,
‘Behold, the tabernacle of God is with
men, and He will dwell with them, and they shall be His people. God Himself
will be with them and be their
God.”
Maka Paulus berkata, “Kita akan selamanya bersama dengan
Tuhan.”
Yesus berkata, “Aku akan membawa kalian kepada DiriKu,
supaya di mana Aku berada, kalian juga boleh ada di sana.”
Dan di Yohanes 17:24, “Bapa, Aku mau mereka bersamaKu.”
Wahyu 21:3 mengulangi pikiran yang sama. Mari kita baca Wahyu
21:3, hak istimewa bisa berada bersama Yesus itulah poin yang
paling penting. Dikatakan di Wahyu 21:3, “3
Dan aku mendengar suara yang nyaring dari Surga berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ialah bersama manusia dan Ia akan diam dengan
mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya, Allah sendiri akan bersama mereka, dan menjadi
Allah mereka.”
And you
know something very interesting? We call the City where God's people are going
to live the New Jerusalem, but do you know that the Bible says it's going
to have another name? Go to
Ezekiel. This will be our last text. Ezekiel chapter 48. In the previous verses
to this one you have the gates on the east, the west, the north, and the south
of the City, which is in Revelation. And I want you to notice what Ezekiel
48:35 says after describing the gates, three gates at the north, three gates of
the south, three gates on the east, three gates in the west, then it tells us
what the name of the City is going to be. It says there, “ 35 All
the way around shall be eighteen
thousand cubits; and
the name of the City from that day shall be: יְהוָ֥ה׀ [YaH-WeH] שָֽׁמָּה׃
[šām-māh] THE LORD IS THERE.”
Dan
kalian tahu apa yang sangat menarik? Kita menyebut Kota di mana umat Allah akan
tinggal itu Yerusalem Baru,
tetapi tahukah kalian Alkitab mengatakan Kota itu akan memiliki nama yang lain? Mari ke
Yehezkiel. Ini adalah ayat kita yang terakhir. Yehezkiel pasal 48. Di ayat-ayat
sebelum ini, dibicarakan tentang gerbang-gerbang di sebelah timur, barat,
utara, dan selatan dari Kota itu, yang ada di Wahyu. Dan saya mau kalian
menyimak apa kata Yehezkiel 48:35 setelah menggambarkan gerbang-gerbang itu,
tiga di sebelah utara, tiga di sebelah selatan, tiga di sebelah timur, tiga di
sebelah barat, kemudian dia memberitahu kita apa nama Kota itu nantinya.
Dikatakan di sana, “35 Jadi keliling Kota itu adalah
delapan belas ribu hasta.Dan sejak hari itu
nama Kota itu akan menjadi
יְהוָ֥ה׀ [YaH-WeH] שָֽׁמָּה׃
[šām-māh] TUHAN HADIR DI SITU."
So why should we want to go to Heaven? Oh, we want to
travel to other worlds, right? Now those are the fringe benefits. See, I want
to drink that water, I want to see what the manna tasted like, I want to eat
those other kinds of fruit, I want to sit at the table have Jesus serve, we think of all of the fringe
benefits. But the greatest privilege will be to sit at the table with
Jesus who created us, and who came to
this world and shed His blood to make it possible for us to be there.
So as we meditate upon these things, let us make sure
that we don't allow anything to stand in the way. Jesus said, “what
shall it profit a man if He gains the whole world and loses His own soul?”
May God bless us
and may we all meet there in the kingdom come. I look forward to spending
eternity with each of you.
Jadi mengapa kita mau ke Surga? Oh, kita mau jalan-jalan
ke dunia-dunia yang lain, benar? Nah itu adalah bonusnya. Lihat, saya mau minum
airnya, saya mau melihat bagaimana rasanya manna, saya mau makan buah-buah yang
berbeda di sana, saya mau duduk di meja di mana Yesus yang melayani, kita
memikirkan semua bonus ini. Tetapi hak istimewa yang terbesar adalah bisa duduk
di meja bersama Yesus yang telah menciptakan kita, dan yang sudah datang ke
dunia ini dan mencurahkan darahNya untuk memungkinkan kita bisa berada di sana.
Maka sementara kita merenungkan hal-hal ini, marilah kita
pastikan kita tidak akan mengizinkan apa pun berdiri menghalangi kita. Yesus
berkata, “26 Apa untungnya
bagi seorang manusia jika dia memperoleh
seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya sendiri?
…” (Mat. 16:26).
Tuhan memberkati kita, dan semoga kita semua bertemu di
sana di kerajaan yang akan datang. Saya tidak sabar menikmati kekekalan bersama
masing-masing kalian.
06 02 22
No comments:
Post a Comment