WHAT’S
UP PROF?
# 113 – Walter
Veith/Martin Smith
FOR YOUR EARS ONLY – PART 1
https://www.youtube.com/watch?v=eXhvO9Cew5o&t=2s
Dibuka dengan doa.
Martin, we are living in the last days, I also believe that we are speedily heading for
the climax of the age, therefore it is important that we understand the issues
around the close of probation, the latter rain and everything that pertains to
that. So we have two programs in a row now, where we discuss current events,
where we look at the issues in the news, the Ukraine, Russia, all of these
things; but we always want to make sure that we do not lose our spiritual
foothold.
Martin, kita sedang hidup di hari-hari terakhir, saya
juga meyakini bahwa kita dengan cepat sedang menuju ke klimaks dari zaman
ini, karena itulah penting bagi kita untuk memahami isu-isu seputar tutupnya
pintu kasihan, hujan akhir dan segala yang berkaitan dengannya. Maka kami punya
dua program sekarang, di mana kami mendiskusikan peristiwa-peristiwa yang
sedang terjadi, di mana kami meneliti isu-isu di berita, tentang Ukraina,
Russia, dan segala hal itu; tetapi kami selalu mau memastikan kami tidak
kehilangan pijakan spiritual kami.
So we want to look at the gospel of John. And many years ago ~ not many
years ago about four years ago, five years ago, time flies, huh? ~ I gave a
sermon that was titled “For Your Ears Only”, and we want to look at what that
actually pertains to, with regards to the gospel of John. But before we get
there, let's just first talk about the significance of the disciples and the
message that they bore.
Jadi kita akan menyimak Injil Yohanes. Banyak tahun yang
lalu ~ bukan banyak tahun yang lalu, sekitar empat-lima tahun lalu, waktu cepat
berlalu, huh? ~ saya pernah berkhotbah dengan judul “Hanya untuk Telingamu”,
dan kita mau menyimak sesungguhnya itu berkaitan dengan apa sehubungan dengan
Injil Yohanes. Tetapi sebelum kita ke sana, mari kita bicara dulu tentang
peranan para murid dan pekabaran yang mereka bawa.
I don't know, Martin, whether everybody is aware of it, but originally the
sequence of the books in the New Testament wasn't the same as it is today. So
if you take your Bible and you look at the New Testament, you know you have a
particular sequence.
ü You have the gospels,
ü and then you have the book of Acts,
ü and today you start then immediately with the writings of Paul,
ü and then right at the end you have the books of James, and Peter, and the epistles of
John, and Jude.
Now, originally
they were not at the back. They followed immediately after the book of Acts.
So why they actually changed it, is a bit of a mystery.
But the original sequence is actually quite significant. Not that it
changes the content of the Word of God, but it changes the ~ how shall I put this ~ it changes the
thoughts and the deliberations. Because Paul is the theologian who brings out
the typologies; but the elders James and John ~ they were the ones ~ and Peter ~ that were basically giving the directive for how things
should be understood in the future.
And they were right after Jesus ascended to Heaven. So Paul came later,
three and a half years later. So this was the message that was for the church.
Martin, saya tidak tahu apakah semua menyadari, tetapi
aslinya urut-urutan kitab-kitab di Perjanjian Baru tidak sama dengan yang ada
hari ini. Jadi jika kita lihat Alkitab kita dan kita lihat ke Perjanjan Baru,
kita melihat susunan yang tertentu.
ü ada kitab-kitab Injil,
ü lalu Kitab Kisah Para Rasul,
ü dan susunan yang sekarang itu
langsung diikuti oleh tulisan-tulisan Paulus,
ü kemudian di bagian akhir ada kitab-kitab Yakobus, dan Petrus,
dan surat-surat Yohanes, dan Yudas.
Nah, aslinya,
kitab-kitab ini tidak di belakang, mereka langsung
mengikuti setelah kitab Kisah Para Rasul. Jadi mengapa mereka
mengubahnya merupakan sebuah misteri.
Tetapi urutan yang asli itu sesungguhnya sangat bermakna.
Ini sih tidak mengubah isi Firman Allah, tetapi ini mengubah ~ bagaimana harus saya
katakan ~ ini mengubah alur pikiran dan pertimbangan yang
membaca. Karena Paulus adalah theolognya, yang menyampaikan
tipologi-tipologinya; tetapi para
tua-tua Yakobus dan Yohanes dan Petrus merekalah yang memberikan petunjuk pada
dasarnya bagaimana memahami hal-hal di
masa mendatang. Dan mereka ada setelah Yesus kembali ke Surga.
Paulus baru muncul kemudian, tiga setengah tahun kemudian. Jadi ini adalah
pesan bagi gereja.
So when we look at the original order of the New Testament books, when the New
Testament was originally canonized by the apostles Peter, Paul, and John,
and that is an important aspect as well, you know, because people think that some church put it
together, or the Catholic church gave us the sequences and all of these
things. Nothing could be further from the truth. Long before there was a
Catholic church, there was an apostle Paul, Peter, and John, and they put
together the canon of the New Testament.
Then the
“general epistles” were placed after the book of Acts, and before the epistle
of Romans. Now the “general epistles” are the ones that refer to the
writings of Peter, and John, and James, and Jude. So the epistles:
ü James,
ü 1, and 2 Peter,
ü 1, 2, and 3 John,
ü and Jude,
thus immediately followed the book of Acts. And the Byzantine text still follows this
order. So it's just interesting. It doesn't change the Word of God, it
just changes your mindset in terms of how you are prepared for what is coming
next. It's like when you read a book, a novel, and you start in the middle, and
then go to the beginning, and then to the end, you can get the gist of it but
it might change your mindset a little bit on it. Very well put.
Jadi bila kita menyimak susunan kitab-kitab Perjanjian
Baru yang asli, ketika Perjanjian
Baru aslinya dikanonisasi oleh rasul-rasul Petrus, Paulus, dan Yohanes ~ dan ini adalah aspek yang
penting juga, karena orang
menganggap ada gereja yang menyusunnya, atau gereja Katolik yang
memberikan urut-urutan itu dan segalanya. Ini sama sekali tidak benar. Jauh
sebelum ada gereja Katolik, sudah ada rasul Paulus, Petrus, dan Yohanes, dan
mereka yang menyusun kanon Perjanjian Baru.
Pada waktu itu “surat-surat
umum” ditempatkan setelah kitab Kisah Para Rasul, sebelum surat kepada Roma.
Nah “surat-surat umum” adalah yang merujuk ke tulisan Petrus, dan Yohanes, dan
Yakobus, dan Yudas. Dengan demikian surat-surat:
ü Yakobus,
ü 1 dan 2 Petrus,
ü 1, 2, dan 3 Yohanes,
ü dan Yudas,
langsung mengikuti kitab Kisah Para Rasul. Dan teks
Byzantine masih mengikuti susunan ini. Jadi ini menarik. Ini tidak mengubah isi
Firman Allah, ini hanya mengubah pola pikir kita sehubungan dengan bagaimana
kita dipersiapkan untuk apa yang muncul berikutnya. Ini seperti kita membaca
sebuah novel dan kita mulai di tengah-tengah, kemudian ke bagian awal, dan ke
bagian akhir. Kita bisa mendapatkan isinya, tetapi itu mungkin mengubah pola
pikir kita sedikit. Tepat sekali.
So if this order had been retained there would have been less confusion
regarding the issue of Law and grace. Because if you jump right into Paul, then
you can become confused, and let's face it, I believe the world is very confused.
So the proof of the pudding is in the eating, right?
Well, if you look at basically the Christian world, very rarely people
actually do study the other books, they mainly study Paul, so that shows you
that if they study the other books they will probably get confused because of
the way that Paul puts everything regarding the Law. If you had a very clear
statement by the apostles and then you had the explanations in the writings of Paul, then you wouldn't
lose your perspective that easily.
Maka seandainya susunan ini dipertahankan, akan ada lebih
sedikit kebingungan mengenai isu Hukum dan kasih karunia. Karena jika kita
langsung masuk ke tulisan Paulus, kita bisa menjadi bingung, dan harus kita
akui, menurut saya dunia sangat bingung. Kenyataannya memang demikian, benar?
Jika kita lihat dunia Kristen pada dasarnya orang jarang
mempelajari kitab-kitab yang lain, mereka terutama mempelajari tulisan-tulisan
Paulus. Nah, itu menunjukkan bahwa jika mereka mempelajari kitab-kitab yang
lain, kemungkinan mereka akan menjadi bingung karena cara Paulus menyampaikan
segalanya mengenai Hukum. Jika kita lebih dulu memiliki pernyataan-pernyataan
yang sangat jelas dari para rasul, kemudian kita mendapat penjelasan dari tulisan-tulisan
Paulus, maka kita tidak akan semudah itu kehilangan
perspektif kita.
So one of the issues that is very important is obedience to the Law of God, because
the Law of God is the standard of judgment. And it's also the
standard on which sin is determined. Because sin is the transgression
of the Law. There isn't a government in the world that doesn't base its justice
system on law. So if we had a look at the epistles of James,
and Peter, and John, then we can see that they played a very important role in
bringing this emphasis to the fore.
So just a few examples, in James 1:25 we read , “25 But
whoso looketh into the perfect Law of liberty, and continueth therein, he being
not a forgetful hearer, but a doer of the work, this man shall be blessed in his
deed.” So he places quite an emphasis on
obedience. But also if you put it like this, they were putting the Law back
into its rightful place, because the leaders of the church at that stage
totally distorted it.
Jadi salah satu isu yang
sangat penting ialah kepatuhan kepada Hukum Allah, karena Hukum Allah adalah
standar penghakiman. Dan itu juga standar dengan apa dosa ditentukan. Karena dosa adalah
pelanggaran Hukum (1 Yoh. 3:4). Tidak ada satu pun pemerintahan di dunia yang
tidak mendasarkan sistem peradilannya pada hukum. Maka jika kita simak
surat-surat Yakobus, Petrus, dan Yohanes kita bisa melihat bahwa mereka
memainkan peranan yang sangat penting dalam mengemukakan tekanan pada topik ini.
Sekadar beberapa contoh, di Yakobus
1:25, kita baca, “25
Tetapi barangsiapa meneliti Hukum yang memerdekakan, yang sempurna, dan bertekun di dalamnya, tidak sebagai pendengar yang pelupa, tetapi sebagai pelaku yang melakukannya, orang ini akan diberkati perbuatannya…” Jadi Yakobus
memberikan penekanan yang cukup kuat pada kepatuhan. Tetapi juga, bila kita melihatnya demikian, mereka menempatkan Hukum
kembali ke posisinya yang benar karena para pemimpin gereja pada waktu itu
sudah sama sekali mendistorsinya.
Chapter 2:9 he says, “9 But if ye have respect to persons,
ye commit sin, and are convinced of the Law as transgressors…” now this is a very important statement
here. In other words, what James is saying, “Don't listen to what the people
are saying, don't listen to what the Pharisees are saying, but listen to what
the Word of God is saying. Don't be a respecter of persons. Preaching is
important but it's only of value if it is in harmony with the Word of God,
because people get so hooked up on people, that when those people disappoint
them, they throw the baby out with the bath water, and suddenly they don't
believe anymore. No! Your anchor must be the Word of God, your anchor mustn't
be a Martin Smith or a Walter Veith, or whoever out there in the world. The anchor
is the Word of God and should we just become totally apostate one day
doesn't change the Word of God at all. And the same with like we have always
mentioned, if there's apostasy in the church, it doesn't necessarily make
the whole church apostate. No! And it doesn't negate the truth. So don't be a respecter of persons, but be
convinced by the Law because you can easily become a transgressor by following
a person if that person is very convincing. I mean, look at the Devil,
how convincing he was, right? Look at the angels. Even though if you follow the spirit it can
be totally wrong if the spirit is not according to the Law. “To the Law and to the testimony” that's the whole Bible.
So verse 10 says, “…10 For whosoever shall keep
the whole Law, and yet offend in one point, he is guilty of all. 11
For He that said, Do not commit adultery, said also, Do not kill…” So Martin, let's be very specific. What Law
is he referring to here? The Ten Commandments definitely. “…Now if thou commit no adultery, yet if thou
kill, thou art become a transgressor of the Law…”
Di Yakobus 2:9 dia
berkata, “9 Tetapi, jikalau
kamu memandang kedudukan orang, kamu berbuat
dosa, dan Hukum yang meyakinkan
bahwa kamu itu pelanggar Hukum…” nah ini adalah
pernyataan yang sangat penting di sini. Dengan kata lain, apa yang dikatakan
Yakobus ialah, “Jangan dengarkan apa kata orang, jangan dengarkan apa kata
orang-orang Farisi, tetapi dengarkan apa kata Firman Allah. Jangan memandang
kedudukan orang. Berkhotbah itu penting tetapi itu hanya ada nilainya jika itu
selaras dengan Firman Alah, karena manusia begitu terikat pada manusia,
sehingga bila orang yang dikagumi itu mengecewakan mereka, mereka membuang bayinya
bersama air mandinya yang kotor ( = membuang semuanya,
termasuk pekabaran yang baik) dan tiba-tiba
mereka tidak punya iman lagi. Jangan!
Jangkar kita haruslah Firman Allah, jangkar kita janganlah pada seorang Martin
Smith atau Walter Veith, atau siapa pun di dunia. Jangkar adalah Firman Allah. Dan kalaupun
suatu hari kami menjadi murtad
seluruhnya itu sama sekali tidak mengubah Firman Allah. Sama seperti yang
sering kami katakan, jika
di dalam gereja ada kemurtadan itu tidak harus berarti seluruh
gereja sudah murtad. Betul. Dan itu
juga tidak membuktikan bahwa kebenaran sudah bukan kebenaran.
Jadi janganlah kita melihat kedudukan manusia, melainkan diyakinkan oleh Hukum,
karena kita bisa dengan mudah menjadi
pelanggar Hukum dengan mengikuti seseorang jika orang itu
meyakinkan. Maksud saya, lihatlah Iblis betapa meyakinkannya dia, kan? Lihat
malaikat-malaikat yang kena tipuannya. Walaupun kita mengikuti roh, itu bisa
salah jika roh itu tidak sesuai dengan Hukum. “Bandingkan
dengan Hukum dan Kesaksian…” (Yes
8:20), itu berarti seluruh
Alkitab.
Jadi di ayat 10 dikatakan, “…10
Sebab barangsiapa menuruti seluruh Hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian
darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya. 11 Sebab Ia yang
mengatakan, ‘Jangan berzinah’, mengatakan juga ‘Jangan membunuh’…” Jadi Martin,
marilah kita sangat spesifik, Hukum mana yang dimaksudnya di sini? Sudah pasti
Kesepuluh Perintah Allah. “…Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi
membunuh, maka kamu menjadi pelanggar Hukum…”
And I thought about that many times. If you covet, that's what the Devil
did in Heaven, it started with the transgression of the tenth Commandment, he
coveted the position of Christ ~
ü if you covet, that's breaking the tenth Commandment.
ü So if you want to be in that position,
you actually want to
place yourself there, then you're actually breaking the first
Commandment: “you shall have no other Gods beside Me”.
ü All right, and that is a species of idolatry,
that's breaking
the second Commandment.
ü That is a blasphemy against God,
that's breaking
the third Commandment.
ü If you then start tampering with the authority of God,
and questioning
the authority of God, then you're breaking the fourth Commandment.
ü And God was his Parent,
he's breaking
the fifth Commandment.
ü Eventually you become so enraged that you're willing to actually kill your Parent
which the Devil
actually did at the cross, he killed Jesus Christ, who was his Creator,
therefore he broke the sixth Commandment.
ü Did he create spiritual adultery? Yes.
Did he break
therefore the seventh Commandment?
ü Was he a liar and a thief?
From the
beginning. So he broke the eighth
ü and the ninth.
You start with the tenth, you break them all.
Dan saya sering memikirkan ini, jika kita mengingini
milik orang lain ~ itulah yang dilakukan Iblis di Surga. Itu dimulai dengan
pelanggaran Perintah ke-10, Iblis menginginkan posisi Kristus. ~
ü Jika kita mengingini milik
orang,
itu melanggar
Perintah ke-10.
ü Maka jika kita mau
berada di posisi itu,
kita benar-benar
mau menempatkan diri kita di
posisi Allah, maka sesungguhnya kita telah melanggar Perintah ke-1: “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Kel.
20:3).
ü Baiklah, dan itu
termasuk penyembahan berhala,
itu melanggar
Perintah ke-2.
ü Itu menghujat Allah,
itu melanggar
Perintah ke-3.
ü Kemudian jika kita
mulai mengotak-atik autoritas Allah
dan mempertanyakan
autoritas Allah, maka kita melanggar Perintah ke-4.
ü Dan Allah adalah Bapaknya,
maka Iblis telah
melanggar Perintah ke-5.
ü Pada akhirnya dia
menjadi begitu murka sehingga dia rela benar-benar
membunuh Bapaknya,
yang betul-betul
dilakukan Iblis di salib, dia membunuh Yesus Kristus, yang adalah Penciptanya;
maka dia telah melanggar Perintah ke-6.
ü Apakah dia
melakukan perzinahan spiritual?
Ya.
Apakah dengan
demikian dia melanggar Perintah ke-7?
ü Apakah dia seorang
pembohong dan pencuri?
Dari awal.
Jadi dia melanggar
Perintah ke-8
ü dan ke-9.
Dia mulai dengan Perintah ke-10, dia melanggar semuanya.
Okay, “…12 So speak ye, and so do, as
they that shall be judged by the Law of liberty…”
So this
epistle was immediately after the book of Acts, that sets the tone. And
then if you read Paul, and it said it is by faith and not by works that you are
saved, then it has to be read in the context of this. That's why Martin Luther
said, anyone that can marry James and Paul in the sense of understanding how
they get together will understand how grace works.
So it's very important. And this sequence
is therefore rather sad that it has been changed, right?
Baiklah, “…12 Jadi
berbicaralah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh Hukum
yang memerdekakan…”
Jadi surat
ini ada langsung setelah kitab Kisah Para Rasul, yang menentukan
arahnya. Kemudian jika kita membaca Paulus dan dikatakan bahwa kita
diselamatkan oleh iman dan bukan oleh perbuatan, maka itu dibaca dalam konteks
ini. Itulah mengapa Martin Luther berkata, siapa yang bisa mengawinkan Yakobus
dan Paulus dalam arti mempersatukan tulisan mereka, akan mengerti bagaimana
kasih karunia bekerja.
Jadi ini sangat penting. Dan sangatlah disayangkan mengapa urutan ini telah diubah, bukan?
Chapter 4:11, “ 11 Speak not evil one of another,
brethren. He that speaketh evil of his brother, and judgeth his brother,
speaketh evil of the Law, and judgeth the Law. But if thou judge the Law, thou
art not a doer of the Law, but a judge.”
That's also a very interesting verse. So you know you can become such a stickler in the
Law like the Pharisees did, that you set yourself up as judge. You start
looking at your brothers and your sisters, and you start saying, “They're
Law-breakers.” But we all have our foibles, right? And if we have very strict definitions
that aren't necessarily based on the Word of God but upon our opinions like the
Pharisees had, then everybody who doesn't do things exactly like you do them,
becomes a Law-breaker. So let's leave the judgment to God.
So this is a very balanced view that James portrays here.
Yakobus 4:11, “11 Saudara-saudaraku, janganlah
kamu saling memfitnah! Dia yang memfitnah
saudaranya dan menghakimi saudaranya, menjelekkan
Hukum dan menghakimi Hukum. Tetapi jika engkau menghakimi Hukum, maka
engkau bukanlah pelaku Hukum, melainkan seorang hakim…”
Ini juga ayat yang sangat menarik. Jadi kita tahu, kita bisa menjadi orang yang
kaku tentang Hukum seperti yang dilakukan orang-orang Farisi,
sampai kita menempatkan diri sendiri
sebagai hakim. Kita mulai melihat saudara-suadara kita, dan kita
mulai berkata, “Mereka itu pelanggar Hukum.” Tetapi kita semua memiliki
kelemahan kita, bukan? Dan jika kita memiliki definisi yang sangat kaku yang
belum tentu berdasarkan Firman Allah melainkan berdasarkan opini kita sendiri
seperti orang-orang Farisi, maka orang-orang lain yang tidak berbuat persis
seperti yang kita buat, menjadi pelanggar Hukum bagi kita. Jadi serahkan penghakiman kepada
Allah.
Jadi ini adalah pandangan yang sangat seimbang yang
digambarkan Yakobus di sini.
If we go to Peter, it was also there in the beginning.
It says in 1 Peter 4:17, “17 For the time is come that
judgment must begin at the house of God: and if it first begin at us, what
shall the end be of them that obey not the gospel of God?...” so obedience, was it important to Peter?
Oh, definitely. And then he has this very interesting verse that most people
would rather not have in the Bible, “…18
And if the righteous scarcely be saved, where shall the ungodly and the sinner
appear?...” In other words, tread lightly, don't
be presumptuous and think oh I’m standing on holy ground, I’m fine. That is
presumption.
Jika kita ke Petrus, surat-suratnya juga ada di sana pada
mulanya.
Dikatakan di 1 Petrus 4:17, “17
Karena telah tiba saatnya penghakiman harus dimulai,
di rumah Allah; dan jika penghakiman itu
dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?…” jadi apakah kepatuhan itu penting bagi
Petrus? O, tentu saja. Kemudian ayat yang sangat menarik ini
yang orang-orang lebih suka andai tidak tercantum di Alkitab, “…18 Dan jika orang benar nyaris tidak terselamatkan, di manakah orang fasik dan orang berdosa akan muncul?…” Dengan kata lain,
berjalanlah dengan hati-hati, jangan sombong dan berpikir oh, saya sudah berdiri di tanah suci ( = sudah
selamat), saya baik-baik saja. Itu sombong.
2 Peter 1:3, “…3 According as His divine
power hath given unto us all things that pertain unto life and godliness,
through the knowledge of Him that hath called us to glory and virtue…” Does this entail a changed life? Yes, but
you cannot just pronounce that I’m
changed. Your works and fruits have to follow. So in other words, you can't say
Jesus paid it all, all to Him I owe, there's nothing left for me to do except
relax, right? No! You're not only called to glory ~ which is the character and the
righteousness of Christ ~ you're also called to virtue, you’d better
do something.
2 Petrus 1:3, “3 Sesuai
dengan kuasa ilahi-Nya, telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu
yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan,
melalui pengetahuan
kita akan Dia, yang telah memanggil kita ke
kemuliaan dan kesalehan…” Apakah ini berkaitan dengan suatu
perubahan dalam hidup? Ya, tetapi kita tidak bisa hanya mengumumkan bahwa saya
sudah berubah. Harus diikuti oleh
perbuatan dan buah-buah. Jadi dengan kata lain, kita tidak bisa mengatakan,
Yesus sudah membayar semuanya, saya berutang semua padaNya, tidak ada lagi yang
tersisa untuk saya lakukan selain bersantai, kan? Tidak! Kita tidak hanya dipanggil ke kemuliaan ~
yang adalah karakter dan kebenaran Kristus ~ kita juga dipanggil ke
kesalehan, kita harus berbuat sesuatu.
2 Peter 2:21, “…21 For it had been better for
them not to have known the way of righteousness, than after they have known it,
to turn from the holy commandment delivered unto them.” That's
pretty straightforward. You cannot twist that one. So in other words, it would have been better not
to have known the righteousness than to turn your back upon what has been
delivered in terms of obedience and all of those issues and virtue.
2 Petrus 2:21, “21 Karena itu, lebih baik bagi mereka seandainya
mereka tidak pernah mengenal jalan kebenaran daripada setelah mengenalnya, kemudian berbalik dari perintah kudus yang
disampaikan kepada mereka…” Ini cukup jelas. Orang tidak bisa memlintir ini. Jadi dengan kata lain,
lebih baik tidak tahu kebenaran daripada membalikkan punggung kepada apa yang
telah disampaikan tentang kepatuhan dan semua isunya, dan kesalehan.
But the Bible is interesting. Because can you not now say it's better not
to evangelize because if they never knew they would have been saved? Yes, but
if they never knew they were probably or most likely in a very high probability
lost.
But there's also a verse in the Bible that says if you don't tell them
their blood be on you. That's very interesting.
You know there's also a statement in the Spirit of Prophecy which says “almost but not wholly saved, is to be not
almost, but totally lost.” That's pretty
well put.
Tetapi Alkitab itu menarik. Bisakah kita sekarang tidak
berkata bahwa lebih baik tidak menginjil karena jika mereka tidak pernah tahu,
mereka boleh diselamatkan? Ya, tetapi jika mereka tidak tahu, kemungkinan besar
atau sangat besar kemungkinannya mereka tidak akan selamat.
Tetapi di Alkitab juga ada ayat yang mengatakan jika kita
tidak memberitahu mereka, maka darah mereka adalah
tanggunan kita.
(Yehezkiel 3:17-18) Itu sangat menarik.
Kalian tahu, di Roh Nubuat juga ada pernyataan yang
mengatakan, “hampir
tetapi tidak seluruhnya selamat; itu bukannya hampir, tapi seluruhnya tidak selamat.” (Christ’s Object Lessons hal. 118). Pernyataan itu pas sekali.
Then let's go to John. Well, let's first look at the gospel of John.
John 14:21, this is Jesus speaking, “21 He that hath My
Commandments, and keepeth them, he it is that loveth Me. And he that loveth Me
shall be loved of My Father, and I will love him, and will manifest Myself to
him.” That's a promise. So if you want Jesus to
manifest Himself, make known His principles, well, then you’d better keep the
Commandments, right? And it's also important to remember here He is the
one that empowers you to keep His own Commandments, and then He can
manifest Himself.
Lalu mari kita ke Yohanes. Nah, pertama mari kita simak
Injil Yohanes.
Yohanes 14:21, ini Yesus sedang bicara, “21 Dia
yang memegang perintah-Ku dan melakukannya,
dialah yang mengasihi Aku. Dan dia yang
mengasihi Aku, akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku pun akan mengasihinya, dan
akan menyatakan Diri-Ku kepadanya…” Itu suatu janji. Jadi jika kita mau Yesus menyatakan
DiriNya, menyatakan prinsip-prinsipNya, nah, sebaiknya kita mematuhi
Perintah-perintahNya, bukan? Dan juga penting untuk diingat di sini Yesus-lah yang memampukan kita
untuk mematuhi Perintah-perintahNya sendiri, lalu Dia bisa
menyatakan DiriNya.
Now let's listen to the words of John himself in 1 John 2:4, “4
He that saith I know Him, and keepeth not His Commandments, is a liar, and the
truth is not in him.”
Nah, mari kita
dengarkan kata-kata Yohanes sendiri di 1 Yohanes 2:4, “4 Dia
yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’ dan
tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia
seorang pendusta dan kebenaran tidak ada dalamnya.”
Now Martin, if you had read the Bible in this original sequence, and you come
across these things, would you then be confused when Paul says, you're not
saved by the Law, but you are saved by grace? No, because now you'll know, okay
this is how important the Law is, so when Paul says that, he's telling you don't let
this become a human activity about keeping the Law, it must be a Godly
manifested activity.
Nah, Martin, jika kita sudah membaca Alkitab dalam
urutannya yang asli, dan kita bertemu
dengan hal-hal ini, akankah kita menjadi bingung ketika Paulus berkata kita
tidak diselamatkan oleh Hukum tetapi kita diselamatkan oleh kasih karunia?
Tidak, karena sekarang kita sudah tahu, oke Hukum itu sedemikian pentingnya,
maka ketika Paulus mengatakan begitu, dia memberitahu kita agar jangan menjadikan kepatuhan
kepada Hukum itu suatu perbuatan manusia, itu haruslah suatu perbuatan yang
dimanifestasi oleh Allah.
All right, let's go to the book of Jude which was the next one. “3
Beloved, when I gave all diligence to write unto you of the common salvation,
it was needful for me to write unto you, and exhort you that ye should
earnestly contend for the faith which was once delivered unto the saints. 4
For there are certain men crept in unawares, who were before of old ordained to
this condemnation, ungodly men, turning the grace of our God into lasciviousness,
and denying the only Lord God, and our Lord Jesus Christ.”
So can you change the grace of God into something that is condemnable?
Unfortunately people do. They do change into condemnation. Yes.
Baik, mari kita ke kitab Yudas yang adalah kitab berikutnya.
“…3 Saudara-saudaraku yang terkasih,
sementara aku dengan segala ketekunan
menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku perlu menulis ini kepada kamu, dan menasihati kamu, supaya kamu harus tetap berjuang untuk iman yang pernah diberikan kepada orang-orang kudus. 4
Sebab ada orang-orang tertentu yang tanpa diketahui telah menyelinap masuk, yaitu yang di
masa lampau sebelumnya sudah ditetapkan untuk
kutukan ini, orang-orang
yang fasik, yang memutarbalikkan kasih
karunia Allah kita menjadi nafsu cabul, dan
menyangkal satu-satunya Tuhan Allah, dan Tuhan
kita, Yesus Kristus.”
Jadi bisakah kasih karunia Allah diubah menjadi sesuatu
yang terkutuk? Sayang sekali manusia berbuat begitu. Mereka mengubahnya menjadi
kutukan. Ya.
So these are the ones that followed immediately after the gospel, and
they're pretty plain.
Jadi inilah kitab-kitab yang mengikuti persis setelah
injil-injil, dan mereka cukup jelas.
Now let's go to the gospel of John because I find the gospel of John so
fascinating. This is something that might summarize it a little bit.
The gospel of John is unlike the synoptic gospels. So the gospels of
Matthew, Mark, and Luke, are the synoptic gospels and they are basically
eyewitness accounts and a bit of history that tell you exactly what transpired,
and many of the teachings and the way in which Jesus worked are supported by
three witnesses ~ by two or three witnesses shall every word be established,
right? But the gospel of John is totally
different, because it largely
concerned with the last week of Jesus on earth and contains many
portions which are not mentioned by the other gospel writers.
ü The gospel of
John relates no parables,
that's
interesting in itself, right?
ü It relates seven
of the miracles of Jesus of which only
two:
(1) the feeding of the five thousand and (2) the walking on the sea, are in the other gospels, that's interesting.
The miracles
related by John testify to the divinity of Christ in a special sense. So the
gospel of John has a different emphasis. It emphasizes the divinity of Christ,
ü and it has a
very special message for
those that will receive the former
rain, and by implication, the latter rain.
ü The water to
wine speaks of the special cleansing.
That's also a
very interesting story in the Bible, because when He changed the water into
wine many people use this as a license to imbibe in beverages, which has
nothing to do with it whatsoever. Because the water that was used was filled into the
cleansing vats where they did ceremonial cleansing, washing of the
hands, and washing of the feet, which was a ceremonial cleansing. So that is
the water that He used. Those stone jars that were outside, and that had taps
for cleaning your hands and your feet, He had those filled with water, and changed
that water into wine representing His blood. So what He was basically
doing was saying, there would be a higher cleansing than the cleansing of this
water, and if you do not imbibe in that higher cleansing, you have no part in
Him. So it's a brilliant miracle, which can be brought down to the level of the
mundane, if you ignore the typology. And if you just use your logic and you do
a little bit of research you'll see that those jars represented approximately
probably 800 liters of water. So if you take in Jesus during the latter part of
that wedding changing water to 800 liters of wine for a wedding, I don't think
that's how He would work. So it was definitely unfermented because the
fermented wine would be a symbol of sin, because fermentation was used as a
symbol of sin. So all of those things need to be understood in the contents.
ü the feeding of
the five thousand embraces
humanity,
so that's a very
important miracle that is mentioned over there. And He's feeding them with the
bread of life, it was a symbol of the Bread of life, a symbol of Himself, and the number
five is the number of humanity ~ you have five senses ~ so that
embraced all of humanity being fed by the Bread of life.
ü the walking on
the sea.
The sea in
prophecy represents peoples, nations, multitudes, kingdoms. So He's the One who
is the Master of the sea, He is actually the Owner of the universe, He is above
the common Laws of nature, He's not subject to them, He's above them. So this
is part of His rulership, part of His Divinity.
ü then the
royal official’s son
is an example of
undaunted faith in the Word. So here's a royal official who believed and said
it's not necessary for You to even come to my house, just say the word and my
son will be healed. And this is undaunted faith, and this is the kind of faith that He
required of His people. It's interesting that it's very often those
that were not part of His people, like Roman officials and centurions, that
were the perfect example of what faith entailed. They got it right.
ü then the
lame man at Bethesda and the stirring of the water
addresses the
superstitions of the professed believers. We can look into those sort of issues
as well.
ü the healing
of the blind man
is a witness to
the church leaders.
ü and then the raising of Lazarus crowns them all.
So this is basically what the emphasis of John is, to show the divinity.
Sekarang mari ke kitab Yohanes karena menurut saya injil
Yohanes itu begitu menarik. Ini sesuatu yang bisa merangkumnya.
Injil Yohanes tidak sama dengan injil-injil sinoptik.
Injil-injil Matius, Markus, Lukas, adalah injil-injil sinoptik dan pada
dasarnya mereka memberikan kesaksian hidup dan sedikit sejarah yang memberitahu
kita tepatnya apa yang telah terjadi, dan banyak dari ajaran-ajaran dan cara
bagaimana Yesus bekerja, didukung oleh ketiga saksi ini ~ oleh dua atau tiga
saksi, setiap perkataan diteguhkan (Ulangan 19:15), benar?
Tetapi injil
Yohanes sama sekali beda, karena sebagian besar ini bicara tentang minggu terakhir
kehidupan Yesus di dunia, dan berisikan banyak bagian yang tidak
disinggung oleh penulis injil-injil yang lain.
ü Injil Yohanes
tidak mengisahkan perumpamaan,
itu saja sudah menarik, bukan?
ü Menceritakan 7
dari mujizat-mujizat Yesus,
yang darinya hanya dua: (1) diberi makannya 5’000 orang
dan (2) berjalan di atas laut yang ada di injil-injil yang lain,
ini menarik.
Mujizat-mujizat yang diceritakan Yohanes memberikan kesaksian tentang
keilahian Kristus dalam pengertian yang istimewa. Jadi injil
Yohanes punya penekanan yang berbeda, dia menekankan tentang keilahian Kristus.
ü Dan berisikan pesan yang sangat istimewa
bagi mereka yang
akan menerima hujan awal, dan oleh implikasi, hujan akhir.
ü Muzijat mengubah
air menjadi anggur bicara tentang pembasuhan khusus.
Ini juga cerita yang sangat menarik di Alkitab, karena
ketika Yesus mengubah air menjadi anggur, banyak orang memakai ini sebagai izin
untuk minum minuman keras, yang sama sekali bukan itu maksudnya. Karena air yang dipakai itu diisikan ke
dalam gentong-gentong pembasuh di mana mereka melakukan upacara pembasuhan,
pembasuhan tangan, pembasuhan kaki, yang adalah upacara pembasuhan. Jadi itulah
air yang dipakai Yesus. Gentong-gentong dari batu yang ada di luar, yang ada
keran untuk mencuci tangan dan kaki. Yesus
menyuruh mengisi itu dengan air, dan mengubah
air itu menjadi anggur yang melambangkan darahNya. Jadi apa yang
dilakukan Yesus pada dasarnya ialah mengatakan akan ada pembasuhan yang lebih
tinggi daripada pembasuhan dengan air, dan jika kita tidak mengambil bagian
dalam pembasuhan yang lebih tinggi itu, kita tidak punya bagian dalam Dia.
Jadi ini adalah mujizat yang brilyan, yang bisa dibawa ke
tingkat sehari-hari (yang biasa), jika kita abaikan tipologinya. Dan jika kita
hanya memakai logika dan kita membuat sedikit riset, kita akan tahu bahwa
gentong-gentong itu berisikan mungkin sekitar 800 liter air. Maka jika kita
pertimbangkan bahwa di bagian akhir perjamuan perkawinan itu Yesus mengubah air
menjadi 800 liter anggur, menurut saya Dia tidak akan berbuat seperti itu. Jadi
itu adalah air anggur yang
tidak difermentasi karena anggur yang terfermentasi adalah
lambang dosa, karena fermentasi dipakai sebagai lambang dosa. Maka segala hal
itu harus dipahami dalam konteksnya.
ü Diberi makannya
5’000 orang merangkul kemanusiaan,
jadi ini adalah mujizat yang sangat penting yang
disebutkan di sana. Dan Yesus memberi mereka makan dengan roti hidup, itu
adalah simbol dari Roti hidup, simbol DiriNya sendiri, dan angka 5 itu angka kemanusiaan ~ kita
memiliki 5 indera ~ jadi itu merangkul semua kemanusiaan yang diberi makan Roti
hidup.
ü Berjalan di atas
laut.
Laut dalam nubuatan melambangkan kaum, bangsa, orang
banyak, kerajaan. Maka Dia adalah Sang Tuan atas laut, Dia sesungguhnya adalah
Pemilik semesta alam, Dia lebih tinggi daripada hukum alam, Dia tidak tunduk
kepada hukum alam, Dia berada di atasnya. Jadi ini adalah bagian dari
kekuasaanNya, bagian dari keilahianNya.
ü Kemudian anak seorang bangsawan
itu adalah contoh dari iman yang teguh dalam Firman. Di
sini ada seorang bangsawan yang punya iman dan mengatakan, “Tidak
perlu Engkau datang ke rumahku, ucapkan saja perkataannya dan anakku akan
sembuh.” Ini adalah iman yang kokoh, dan iman
seperti ini yang diminta Yesus dari umatNya. Yang menarik ialah
sering mereka yang bukan bagian dari umatNya, seperti bangsawan Roma ini dan kepala
pasukan senturion yang adalah contoh yang bagus tentang apa iman itu. Mereka
memahaminya dengan tepat.
ü Kemudian orang yang lumpuh di Betesda, dan air yang
dikacau
bicara tentang ketahayulan orang-orang yang mengaku
percaya. Kita akan melihat isu-isu ini juga.
ü Penyembuhan orang
yang buta,
adalah kesaksian kepada para pemimpin gereja.
ü Kemudian kebangkitan Lazarus merupakan puncak dari
semuanya.
Jadi pada dasarnya inilah yang ditekankan oleh Yohanes,
untuk menunjukkan keilahian Yesus.
But there are other things in John that we need to look at very carefully. The
question is why no parables? There are parables in all the synoptic gospels,
why no parables in the book of John? I believe it's because Jesus said that the parables
are for the uninformed but to His People He speaks plainly. The
parables are a brilliant way of teaching without being so direct, as to cause
major consternation. You say something in a parable, then you get the message
in obliquely. And also sometimes for some people it is more better explained
through a parable, or they probably wouldn't understand it. It's like an object
lesson.
Tetapi ada hal-hal lain di kitab Yohanes yang perlu kita
simak dengan teliti. Pertanyaannya ialah, mengapa
di situ tidak ada perumpamaan? Di semua injil sinoptik ada
perumpamaan-perumpamaan, mengapa tidak ada di kitab Yohanes? Menurut saya itu karena Yesus mengatakan bahwa
perumpamaan-perumpamaan itu untuk mereka yang tidak tahu apa-apa, tetapi bagi
umatNya, Dia bicara dengan gamblang (Matius 13:13). Perumpamaan-perumpamaan adalah cara yang brilyan untuk
mengajar secara tidak langsung sehingga tidak menimbulkan kejutan. Jika kita
mengatakan sesuatu dalam bentuk perumpamaan, maka orang menerima pesannya
secara tidak langsung. Dan juga terkadang bagi beberapa orang lebih baik
dijelaskan lewat perumpamaan atau mereka mungkin tidak akan menangkapnya. Itu
seperti contoh-contoh yang praktis.
So in John 16:25 you read, “25 These things have I spoken
unto you in proverbs: but the time cometh, when I shall no more speak unto you
in proverbs, but I shall shew you plainly of the Father.”
So the gospel of John is plain talk, it is a very direct testimony, and
it's interesting that that is the testimony that enraged the Pharisees and the
Jewish leaders, but they are also very plain talk to the disciples that we will
come to.
Jadi di Yohanes
16:25 kita baca, “25 Hal-hal ini
Kukatakan kepadamu dalam kiasan; tetapi saatnya tiba ketika Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dalam kiasan, melainkan Aku akan
menunjukkan Bapa kepadamu dengan jelas.
…”
Jadi Injil Yohanes adalah bicara yang gamblang, itu
adalah kesaksian yang sangat jelas, dan yang menarik ialah kesaksian ini
membuat marah orang-orang Farisi dan para pemimpin Yahudi, tetapi itu juga
bicara yang gamblang kepada para murid, yang akan kita simak.
Now if we look at the structure of
the book.
ü so the first 13 chapters deal with these issues.
But many of
these happened in the very last portion of the ministry of Christ.
ü Chapter 13 to 17 of the gospel of John
deal with the
last hours of the life of Jesus. So a substantial portion of the book deals with just
the last hours. Interesting that the Spirit of Prophecy also says you
should spend a thoughtful hour every day on the last hours of Jesus. So it's
good that we must do that, right?
ü and then there are special instructions given to His chosen followers.
ü and the remaining chapters
deal with the
crucifixion, resurrection, and the events before the ascension of Jesus.
ü So there's a substantial portion that was given to the disciples on the
last day in the last portion of the day.
Nah, jika kita simak struktur kitab itu,
ü 13 pasal yang pertama
berkaitan dengan isu-isu ini. Tetapi banyak dari
mereka terjadi di bagian akhir ministri
Kristus.
ü Pasal 13 hingga 17 Injil Yohanes
berkaitan dengan jam-jam terakhir hidup Yesus. Maka sebagian besar porsi kitab ini
berkaitan dengan jam-jam terakhir itu. Yang menarik di Roh
Nubuat juga dikatakan bahwa kita harus memakai waktu satu jam setiap hari untuk
merenungkan jam-jam terakhir hidup Yesus. Jadi bagus jika kita harus melakukan
itu, kan?
ü Kemudian ada
instruksi-instruksi khusus
yang diberikan kepada pengikut-pengikut pilihanNya.
ü Dan pasal-pasal sisanya
berkaitan dengan penyaliban, kebangkitan, dan
peristiwa-peristiwa sebelum kenaikan Yesus.
ü Jadi ada porsi yang besar yang
dialokasikan kepada para murid pada hari yang terakhir, di bagian terakhir hari
itu.
So after Judas had departed, not one of those that were left, was to be
lost. It's interesting. Judas departed and the others are all in the book of
life, they were the ones who were to receive the early rain. And so I believe
it will be in the end, the latter rain will fall on those who have been
purged of the Judas syndrome. So when Judas left, that what remained received the early rain.
At the end of time when Judas leaves the company of the believers, those that
remain will receive the latter rain. So this was a mini shaking. This was a
shaking. And also God removes the tares. He said to Judas, “Do what you
do quickly.” You see, Judas has made a decision in his heart, God knew about
the decision, and He didn't prevent him, because He knew He wasn't going to
turn him around, so He said, “Whatever you're going to do just do it quickly.”
And the disciples didn't know what He was talking about. They thought he had to
go and get something or whatever.
Maka setelah Yudas sudah pergi, tidak satu pun dari
mereka yang tersisa yang hilang. Itu menarik. Yudas pergi, dan yang lain
semuanya ada dalam Kitab Kehidupan, mereka adalah orang-orang yang sama yang
akan menerima hujan awal. Maka saya meyakini, demikian pulalah nanti
pada akhirnya, hujan akhir akan
jatuh pada mereka yang telah dibasuh bersih dari sindrom Yudas.
Jadi setelah Yudas pergi, yang tersisa menerima hujan awal. Pada
akhir masa setelah Yudas pergi meninggalkan
persekutuan orang-orang percaya, mereka yang tersisa akan menerima hujan akhir.
Jadi yang ini adalah suatu penampian mini. Ini adalah penampian. Dan juga Allah memisahkan
lalangnya. Dia berkata kepada Yudas, “Lakukanlah cepat apa yang mau kamu
lakukan.” Kalian lihat, Yudas sudah membuat keputusan di hatinya, Tuhan
mengetahui keputusan itu, dan Tuhan tidak mencegah Yudas karena Dia tahu Dia
tidak mungkin memutarbalikkan dia. Jadi Tuhan berkata, “Apa pun yang
mau kamu lakukan, lakukan saja cepat.” Dan para murid tidak tahu Yesus bicara
apa. Mereka sangka Yudas harus pergi mengambil sesuatu atau entah apa.
Now after
this purging they received a message for their ears only. There was no
Judas left in the company, it was not preached to the multitude but
was for their encouragement. It was to equip them for their task of preaching
the message with power. It was information that set them apart and
fortified them against the errors of the scribes and the Pharisees, in
other words they had to be so settled in the truth that they could not be moved.
That's called sealing, Martin. Sealing time. In the same way we need to
be inoculated against these errors. Every wind of doctrine will be blowing, and in the midst of this you need to
cling to very sound instruction. I believe we are living in this time, we are sitting
right now at the last supper, very soon there will be a shaking. Judas will get
up from the table and will leave. There are people that say, “No, the disciples
must leave and Judas must stay.” It's not that way around, it's the other way
around. Laodicea
doesn't have a coming out, no, it has a spewing out. “What you do, go and
do it quickly!” Judas must leave. Will Judas be an accusing brethren? Oh,
definitely. He might regret it later, but he'll be an accusing brethren, and
he will bring the leaders for persecution towards you. This is all interesting
typology. We need to understand it. We
need to spend a contemplative hour.
Nah setelah
pembersihan itu, mereka menerima pekabaran yang hanya diperuntukkan telinga
mereka. Sudah tidak ada lagi Yudas dalam persekutuan itu, pekabaran itu tidak disampaikan
kepada orang banyak, melainkan khusus untuk menguatkan para murid. Itu diberikan guna mempersenjatai mereka untuk
melaksanakan tugas mereka menyampaikan pekabaran dengan kuasa. Itu adalah informasi yang
memisahkan mereka dan menguatkan mereka terhadap kesalahan-kesalahan
para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dengan kata lain, mereka harus tertanam sedemikian
mantapnya dalam kebenaran sampai mereka tidak akan goyah. Itulah yang disebut
pemeteraian, Martin. Waktu pemeteraian. Dengan cara yang sama kita
perlu divaksin terhadap kesalahan-kesalahan. Setiap angin doktrin akan bertiup,
dan di tengah-tengah itu kita perlu memegang erat-erat petunjuk-petunjuk yang
benar. Saya yakin kita sekarang
sedang hidup di masa itu, kita sedang duduk di Perjamuan
Terakhir, segera akan ada pengayakan. Yudas
akan bangkit dari meja dan akan meninggalkan tempat. Ada orang-orang yang
berkata, “Tidak, para murid yang harus keluar dan Yudas yang tinggal.” Tidak
demikian. Justru sebaliknya yang terjadi. Laodekia
tidak mengalami hijrah bersama-sama, tidak, dia mengalami dimuntahkan. “Apa yang mau
kamu lakukan, lakukan cepat!” Yudas harus pergi. Apakah Yudas menjadi saudara yang menuduh? Betul
sekali. Belakangan dia mungkin
menyesalinya, tapi dia menjadi saudara yang menuduh, dan dia
akan membawa para pemimpin untuk mempersekusi kita. Semua ini adalah tipologi
yang menarik. Kita harus memahaminya, kita harus memakai waktu satu jam untuk
merenungkannya.
John 17:12, “12
While I was with them in the world, I kept them in Thy name. Those that Thou
gavest Me I have kept, and none of them is lost, but the son of perdition; that
the Scripture might be fulfilled.”
Those that received the former rain, those 11 disciples, none of them were
lost, it says so, except the son of perdition, the Judas principle, he left.
Yohanes 17:12, “12 Selama Aku bersama mereka di dunia ini,
Aku memelihara mereka dalam nama-Mu. Mereka yang
telah Engkau berikan kepada-Ku, Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang
pun dari mereka yang hilang selain anak
kebinasaan itu, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci…”
Mereka yang menerima hujan awal, ke-11 murid itu, tidak
ada yang hilang, dikatakan demikian, kecuali si anak kebinasaan, si prinsip
Yudas, dan dia sudah pergi.
So let's look at the statement in the Spirit of Prophecy as to what we can
expect when we study John. This one quotes the book of John.
So we need to study the Word in the knowledge that God is speaking to us
directly, it's important that when you read you must have faith that you are
reading the Word of God, that's very important. You can't emphasize it enough, you must have
confidence that what you are reading is the Word of God, and you must have
confidence that God preserved His Word. So let's read this quote.
Jadi mari kita lihat pernyataan di Roh Nubuat mengenai
apa yang bisa kita harapkan dengan mempelajari kitab Yohanes. Yang ini mengutip
dari kitab Yohanes.
Jadi kita perlu mempelajari Firman dengan mengetahui bahwa Allah sedang berbicara langsung kepada kita. Yang
penting ialah ketika kita membacanya, kita harus beriman bahwa kita sedang
membaca Firman Allah, itu sangat penting. Penekanan
itu tidak pernah berlebihan. Kita harus punya keyakinan apa yang kita baca adalah
Firman Allah, dan kita harus punya keyakinan bahwa Allah memelihara FirmanNya.
Jadi mari kita baca kutipan ini.
“Those only who read the Scriptures as the voice of God speaking to them, are true learners.
They tremble at the voice of God, for to them it is a
living reality. They open their understanding to divine instruction and pray for grace, that they may obtain
a preparation for service…” the latter rain is that a preparation for service?
Definitely, that's the preparation for the most
important work that can be done on this earth. “…As the heavenly torch is placed
in his hand, the seeker for truth sees his own frailty, his infirmity, the hopelessness of looking to
himself for righteousness…” that's beautifully put, that embraces all the writings of Paul. “…He sees that there is
in him nothing that can recommend him to
God…” Let's just go back to those early
disciples. At that last supper they had three and a half years’ instruction in
the university of Christ, and they were perfect, right? No! They were pathetic.
So maybe we're pathetic too, right? They were arguing on the way to the last
supper as to who was the greatest, they were arguing about who will sit on His
left and right side. So they were full of themselves, and they hadn't realized
their hopelessness and their nothingness, that they had nothing to recommend
themselves, and “…He prays for the Holy Spirit, the representative of Christ, to be
his constant guide, to
lead him into all
truth. He repeats the promise,
‘The Comforter, which is the Holy Ghost,
whom the Father will send in My name, He shall teach you all things.’…” quote in “…John
14:26.” (Counsels to Parents, Teachers and Students pg. 450)
So this is how we must approach this book. This is the final instruction by
the God of the universe for those who will be His representatives.
So how important can it be? It's unbelievable.
“Hanya mereka yang membaca Kitab Suci sebagai suara Allah
yang
berbicara kepada mereka, adalah
pelajar-pelajar yang sejati. Mereka gemetar mendengar suara Allah, bagi mereka
itu adalah realita nyata. Mereka membuka pemahaman mereka kepada petunjuk ilahi
dan berdoa memohon karuna agar mereka bisa mendapatkan
persiapan untuk pelayanan…” hujan akhir, apakah itu suatu
persiapan untuk melayani? Jelas itu persiapan untuk pekerjaan yang paling
penting. “…Ketika
obor ilahi ditempatkan di tangannya, si pencari kebenaran melihat
kelemahannya sendiri, ketidakberdayaannya, ketidakadanya harapan mencari
kebenaran dalam dirinya sendiri…” ini dikatakan dengan sangat indah, ini merangkum semua tulisan Paulus. “…Dia melihat dalam dirinya tidak ada apa pun yang bisa
merekomendasikan dirinya kepada Allah. …”
Mari kita kembali ke murid-murid yang awal ini. Saat perjamuan yang terakhir, mereka sudah memiliki tiga setengah tahun
petunjuk di universitas Kristus, dan mereka sudah sempurna, bukan? Tidak!
Mereka mengenaskan. Jadi mungkin kita juga mengenaskan, benar? Mereka berdebat
sepanjang jalan ke perjamuan itu tentang siapa yang lebih besar, mereka
berdebat tentang siapa yang akan duduk di sebelah kiri dan kananNya. Jadi
mereka menganggap diri mereka bagus, dan mereka belum menyadari ketidakadanya harapan
mereka dan bahwa mereka bukan apa-apa, bahwa tidak ada yang bisa mereka
rekomendasikan dari diri mereka, dan “…Dia berdoa agar Roh Kudus, wakil Kristus, menjadi
penuntunnya yang tetap, untuk menuntunnya kepada semua kebenaran. Dia
mengulangi janji, ‘Penghibur itu, yaitu Roh Kudus, yang akan dikirim oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu’…” dikutip dari “…Yohanes 14:26.” (Counsels to Parents, Teachers and Students pg.
450)
Jadi beginilah kita harus menghampiri kitab ini. Inilah petunjuk terakhir
dari Allah semesta alam bagi mereka yang akan menjadi wakil-wakilNya.
Jadi seberapa pentingnyakah ini? Luar biasa.
Here's another quote from the Review and Herald
June 18, 1901, par. 3
“The
will of God in regard to His people is plainly expressed in the 6th,
13th, 14th, 15th, 16th, and 17th
chapters of John…” now that's the portion where Jesus speaks
to His disciples intensely, instructing them as to what is important in terms
of their mission. And then come the chapters that deal with the crucifixion
itself. So we need to understand the 6th, the 13th, the
14th, the 15th, the 16th, the 17th chapters of John.
“…The divine antidote for the sin of the whole world is contained in the gospel
of John. ‘Whoso eateth My flesh and
drinketh My blood,’ Christ declared, ‘hath
eternal life, and I will raise him up at the last day.’…” So if we do not internalize the character
of Christ, which is embodied in obedience to all of God's requirements, then we
have missed the boat. And it also refers to the last day so these words that
Jesus gave to the disciples there is typologically for us going towards the
last day. That's why we need to study it. “…He
may die as Christ died, but the life of the Savior is in him. His life is hid
with Christ in God. ‘I am come that they
might have life,’ Jesus said, ‘and that they might have it more abundantly.’
He carries on the great process by which believers are made one with Him in
this present life, to be one with Him throughout all eternity.”
So you know some people may die, but if you have Christ in you, then you are not dead, you have eternal life.
Ini ada kutipan yang lain dari Review and Herald, 18 Juni 1901, par. 3
“Kehendak Allah sehubungan dengan umatNya dinyatakan
dengan jelas di pasal 6, 13, 14, 15, 16, dan 17 kitab Yohanes…” nah itulah bagian di mana
Yesus bicara kepada murid-muridNya dengan intensif, memberi petunjuk kepada
mereka tentang apa-apa yang penting sehubungan dengan misi mereka.
Kemudian diikuti oleh pasal-pasal yang berkaitan dengan penyaliban itu sendiri.
Jadi kita perlu memahami pasal-pasal 6, 13, 14, 15, 16, dan 17 kitab Yohanes. “…Obat ilahi bagi dosa seluruh dunia terdapat di dalam
injil Yohanes. ‘54
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,’ kata Kristus, ‘mempunyai
hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada hari yang terakhir.’ (6:54)…” Jadi kalau kita tidak mencerna karakter Kristus yang dilambangkan dengan
kepatuhan kepada semua tuntutan Allah, maka kita kehilangan kesempatan. Dan ini
juga mengacu ke hari-hari akhir, maka kata-kata yang diberikan Yesus kepada
para murid di sana adalah tipologi bagi kita yang sedang menuju hari yang
terakhir. Itulah mengapa kita harus mempelajarinya. “…Mungkin dia akan mati sebagaimana Kristus mati, tetapi
hidup Sang Juruselamat ada dalam dirinya. Hidupnya tersembunyi bersama Kristus
di dalam Allah. ‘Aku datang, supaya
mereka boleh mempunyai hidup, dan agar mereka boleh mempunyainya lebih berlimpah.’(10:10).
Dia yang melanjutkan proses besar itu di
mana orang-orang percaya djadikan satu denganNya di kehidupan yang
sekarang, untuk menjadi satu denganNya selama kekekalan. …” Jadi kita tahu, ada yang akan mati tetapi jika kita memiliki Kristus di
dalam kita, maka kita tidak mati, kita punya hidup kekal.
I was thinking the other day when God said “the day you eat
of it you will surely die”, that was
actually a proclamation of mercy. Because the Devil hates those that have
accepted Christ as their personal Savior, and he hounds them, and he follows
them, and he tries to destroy them, and he makes their life a misery. So this
walk, this earthly walk has its pitfalls, right? And then you get older, and
you get tired, and eventually you get so old and tired that you wish you could
go to sleep. So then death becomes a mercy, right? And once
you are asleep, nobody can get hold of you anymore, nobody can hound
you, nobody can persecute you. They can throw tantrums, they can go and dig up
the bones of Wycliffe, grind them, burn them, grind them to a pulp, throw them
into a river in a fit of rage, doesn't help them, because Wycliffe doesn't know
anything about it. He's totally at peace resting in Christ, while all around
them are throwing tantrums, right? Not even the taxman can get hold of you
anymore. Nobody can get hold of you. It's actually a merciful situation. And
when that day of resurrection comes, what a day it will be.
Tempo hari
saya berpikir, ketika Allah berkata, “…pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati.’ (Kej.
2:17) sesungguhnya
itu suatu proklamasi belas kasihan. Karena Iblis membenci mereka yang telah
menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka dan dia menghantui mereka,
dia mengikuti mereka, dan dia berusaha membinasakan mereka, dan dia membuat
hidup mereka sengsara. Jadi perjalanan hidup ini, perjalanan hidup di bumi ini
ada lubang-lubang jebakannya, bukan? Kemudian kita menjadi semakin tua, dan
kita menjadi lelah, dan pada akhirnya kita menjadi begitu tua dan lelah kita
ingin bisa beristirahat saja. Maka kematian
datang sebagai suatu rahmat, benar? Dan begitu kita tertidur, tidak ada siapa
pun yang bisa menangkap kita, tidak ada yang bisa menghantui
kita, tidak ada yang bisa mempersekusi kita. Mereka bisa teriak-teriak
mengamuk, mereka bisa menggali keluar tulang belulang Wycliffe, menghancurkan
mereka, membakarnya, menggilingnya menjadi bubur, membuangnya ke dalam sungai
dalam amarah, itu tidak menolong mereka karena Wycliffe tidak tahu apa-apa. Dia
seluruhnya damai beristirahat dalam Kristus sementara semua yang di sekelilingnya berteriak-teriak mengamuk. Bahkan petugas
pajak tidak bisa mencari kita lagi. Tidak ada yang bisa mencekal kita lagi. Itu
adalah suatu kondisi yang rahmani. Dan ketika hari kebangkitan tiba, betapa
luar biasanya hari itu.
“There are those today who will present falsehoods as
testing truths, even as the Jews presented the maxims of men as the bread of
heaven. Sayings of no value are given to the people of God as their portion of
meat, while souls are starving for the bread of life. Fables have been devised,
and men are trying to weave these fables into the web. Those who do this will
one day see their work as it is viewed by the heavenly intelligences. They
choose to bring to the foundation wood, hay, and stubble, when they have at
their command the Word of God, with all its richness and power, from which they
can gather precious treasures of truth.”
(Review and Herald June 18, 1901, par. 4)
How important is that statement for the times we are living in? Absolutely
important. How many falsehoods do we have? How many winds of doctrine are
blowing even within the church? And if you don't cling to the Word of God,
you'll get up and walk. But it is Judas that got up and walked.
“Sekarang ini ada orang-orang yang mau menyajikan
kebohongan sebagai standar penghakiman, sebagaimana
orang-orang Yahudi mengajukan kebenaran manusia sebagai roti surgawi. Kata-kata
yang tidak ada nilainya diberikan kepada umat Allah sebagai makanan mereka,
sementara jiwa-jiwa kelaparan akan roti hidup. Dongeng-dongeng dirancang, dan
manusia berusaha merajut dongeng-dongeng ini ke dalam jaringnya. Mereka yang
berbuat demikian suatu saat akan melihat perbuatan mereka sebagaimana sosok-sosok surgawi
melihatnya. Mereka memilih untuk membawa ke fondasi
itu kayu, sekam, dan jerami, padahal mereka memiliki Firman Allah yang bisa
mereka gunakan dengan segala kekayaannya dan kuasanya, dari mana mereka bisa
mengumpulkan harta kebenaran yang berharga.” (Review and Herald June
18, 1901, par. 4)
Seberapa pentingnyakah pernyataan itu untuk masa di mana kita sekarang
hidup? Sangat penting. Berapa banyak kebohongan yang kita miliki? Berapa banyak
angin doktrin yang bertiup bahkan di dalam gereja? Dan jika kita tidak
berpegang erat ke Firman Allah, kita akan bangkit dan pergi. Padahal Yudas-lah yang bangkit dan pergi.
There's another statement from the Review and
Herald, “The food that is being prepared for the flock of God
will cause spiritual consumption, decline, and death. When those who profess to
believe present truth come to their senses, when they accept the Word of God
just as it reads, when they do not try to wrest the Scriptures, they will bring
from the treasure-house of the heart things new and old, to strengthen
themselves and those for whom they labor.” (Review and Herald June
18, 1901, par. 5)
We have to be Word-based Christians.
Ada pernyataan lain dari Review and Herald, “…Makanan yang sedang disiapkan bagi kawanan domba Allah akan menyebabkan sakit
paru-paru, kemunduran dan kematian. Ketika mereka yang mengaku mempercayai
kebenaran masa kini menjadi sadar, ketika mereka menerima Firman Allah
sebagaimana tertulis, ketika mereka tidak berusaha memelintir Kitab Suci,
mereka akan membawa dari rumah perbendaharaan hati, hal-hal yang baru dan yang
lama, untuk menguatkan diri sendiri dan orang-orang bagi siapa mereka bekerja.”
(Review and Herald June 18, 1901, par. 5)
Kita harus menjadi orang-orang Kristen yang mendasarkan pada Firman Allah.
“There are those who say not only in their hearts, but in
all their works, ‘My Lord delayeth His
coming.’…” that's another
big problem, right? Remember, it's the wicked servant that says, “My lord
delays his coming”.
“…Because Christ's coming has been long foretold, they conclude that
there is some mistake in regard to it. But the Lord says, ‘The vision is yet for an appointed time, but at the end it shall
speak, and not lie: though it tarry, wait for it; because it will surely come.’
It will not tarry past the time that the message is borne to all nations,
tongues, and peoples. Shall we who claim to be students of prophecy forget that
God's forbearance to the wicked is a part of the vast and merciful plan by
which He is seeking to compass the salvation of souls? Shall we be found among
the number who, having ceased to co-operate with God, are found saying, ‘My Lord delayeth His coming’?” (Review and Herald June
18, 1901, par. 6)
Martin, I hope we don't fall into that trap but that we continue to say,
“He's coming!” and you know that's why we need to have a balance. We need to
have a balance between what's happening in the world, not just “We’re at
the door!” but also what is the spiritual
fortification that we need for when He is at the door. Absolutely.
“Ada mereka yang mengatakan, bukan saja di dalam hati
mereka, tetapi melalui semua perbuatan mereka, ‘49 Tuanku menunda
kedatangannya’,(Mat. 24:49)…” Ini masalah besar yang lain,
bukan? Ingat, hamba yang jahatlah yang mengatakan “Tuanku menunda
kedatangannya.” “…Karena kedatangan Kristus sudah sejak lama
dinubuatkan, mereka menarik keimpulan bahwa ada yang salah sehubungan dengan
itu. Tetapi Tuhan berkata, ‘3
…penglihatan itu masih untuk waktu yang
ditentukan, tetapi pada ahirnya ia akan bicara dan tidak menipu; walaupun itu belum datang, nantikanlah’ (Habakuk
2:3). Kedatangan itu tidak akan tertunda melewati
waktu disampaikannya pekabaran itu kepada segala bangsa, bahasa, dan kaum.
Apakah kita yang mengklaim sebagai pelajar-pelajar nubuatan melupakan bahwa
kesabaran Allah bagi orang-orang jahat adalah bagian dari rancangan kemurahan
yang luas dengan mana Dia berusaha untuk menjangkau keselamatan jiwa-jiwa?
Akankah kita didapati di antara mereka yang setelah berhenti bekerjasama dengan
Allah, didapati mengatakan, ‘Tuanku
menunda kedatangannya’?…” (Review and Herald June 18, 1901, par. 6)
Martin, saya berharap kita tidak jatuh ke dalam jebakan itu melainkan kita
terus mengatakan, “Dia akan datang!” dan kalian tahu itulah mengapa kita perlu
keseimbangan. Kita perlu punya
keseimbangan antara apa yang terjadi di dunia, bukan saja “kita sudah
ada di pintu!” tetapi juga penguatan spiritual
apa yang kita butuhkan ketika Dia berdiri di depan pintu. Tepat sekali.
I think it's time we started diving into the book of John, right? Let's
just briefly go through some of the others as well.
Saya rasa sekarang sudah waktunya untuk terjun ke kitab
Yohanes, bukan? Mari kita secara singkat juga melihat beberapa kitab yang lain.
Chapter 1
So when we read the gospel of John, then immediately we see what the burden
of John is. And it starts ~ as we have said a number of times already ~ with “In the beginning”. What other book starts with that again,
Martin? Genesis. I love these little connections that we find.
“1 In the beginning was the Word, and the Word
was with God, and the Word was God….”
And then it talks about the witness and that that witness was John the
Baptist and he testified and in verse 11 which by the way is the beginning of a
new paragraph it says, “11 He came unto His own, and
His own received Him not. 12 But as many as received Him, to them
gave He power to become the sons of God, even to them that believe on His name 13
which were born, not of blood, nor of the will of the flesh, nor of the will of
man, but of God…”
So let's not be presumptuous. We are
saved because God calls us, because we've all gone astray and it is God that
calls us back. So all honor and glory go to Him. “…14 And
the Word was made flesh, and dwelt among us, and we beheld His glory, the glory
as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.” Now this is John writing. He's one of the sons
of thunder. What changed him? Only Jesus could. Okay. He beheld His glory. He saw that He was God, but what did he see? Did he
see a glorious Being shining with light? Yes, he saw it once at the
transfiguration, he saw this glorious shining Being. But what did he perceive
before he saw the glorious shining Being and before His character was changed, what did he
perceive? He saw a Man that came from poverty, he saw an unpretentious Person,
he saw a kind Person, he saw a gentle Person, he saw a Person that had
tremendous patience, he saw a suffering Person, he saw the way in which He
dealt with His suffering and he marveled and he thought to himself after a
while, I wish I could be like that, I’m a son of thunder, and I wish I could be
like that. So what he saw was the character of Christ. And he saw also the
meekness because if you're a son of thunder meekness is not your big virtue, you always flare up and you've got
a short fuse.
I can relate to that.
You have a short fuse, Martin?
Yeah, just as short as I am.
So did the Lord give you a wife to
sort out your short fuse?
Yes, He gave me a lightning
conductor.
Your poor wife.
Pasal 1
Jadi ketika kita membaca injil Yohanes, maka kita segera
melihat apa beban Yohanes. Dan itu dimulai ~ seperti yang sudah saya katakan
beberapa kali ~ dengan “Pada mulanya”. Kitab lain yang mana juga dimulai dengan itu, Martin?
Kejadian. Saya suka hubungan-hubungan kecil yang kita temukan ini.
“1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah…”
Kemudian dia bicara tentang saksi, dan bahwa saksi itu
ialah Yohanes Pembaptis, dan dia bersaksi di ayat 11 yang adalah awal dari
paragraf baru, dikatakan, “…11 Ia
datang kepada milik-Nya Sendiri, tetapi orang-orang-Nya
Sendiri tidak menerima-Nya. 12Tetapi seberapa banyak orang yang menerima-Nya, kepada mereka diberi-Nya kuasa untuk menjadi
anak-anak Allah, yaitu kepada mereka
yang percaya dalam nama-Nya; 13 yang diperanakkan bukan dari darah, maupun dari
kemauan daging, maupun oleh keinginan manusia, melainkan dari Allah…”
Jadi jangan sombong. Kita diselamatkan karena Allah
memanggil kita, karena kita semuanya sudah tersesat dan
Allah-lah yang memanggil kita kembali. Jadi segala hormat dan kemuliaan adalah untuk
Allah. “…14 Dan Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai
satu-satunya yang berasal dari Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran…” Nah, yang menulis
ini Yohanes, dia itu salah satu “anak-anak guntur”. Apa yang telah mengubahnya?
Hanya Yesus yang bisa. Oke. Yohanes melihat kemuliaan Yesus. Dia melihat bahwa Yesus
itu Allah, tetapi apa yang dilihatnya? Apakah dia melihat Sosok yang bersinar dengan terang? Ya, dia melihatNya satu kali saat transfigurasi, dia melihat Sosok yang mulia ini bersinar. Tetapi apa yang dilihatnya sebelum dia melihat Sosok
mulia yang bersinar dan sebelum
karakternya diubah, apa
yang dilihatnya? Dia melihat seorang Manusia yang berasal dari kemelaratan, dia
melihat Seorang yang jujur, dia melihat Seorang yang baik, dia melihat Seorang
yang lemah lembut, dia melihat Seorang yang memiliki kesabaran luar biasa, dia
melihat Seorang yang menderita, dia melihat bagaimana caraNya Dia menangani
penderitaanNya dan dia kagum, dan setelah beberapa lama dia berpikir sendiri,
aku ingin bisa seperti itu, aku ini anak guntur, dan aku ingin bisa seperti
itu. Jadi apa yang dia lihat adalah karakter Kristus. Dan dia juga melihat
kerendahan hatiNya, karena jika seorang anak guntur, maka kerendahan hati
bukanlah sifat baik yang dimilikinya, dia selalu tersulut, dan sekeringnya
cepat putus.
Saya bisa merasakan itu.
Apakah sekeringmu pendek, Martin?
Iya, sependek aku.
Jadi apakah Tuhan memberimu seorang istri untuk
membereskan sekeringmu?
Ya, Dia memberiku sebuah penangkal petir.
Kasihan istrimu.
And then it says, “15
John bare witness of Him, and cried, saying, ‘This was He of whom I spake, ‘He
that cometh after me is preferred before me’, for He was before me.” So who was older, John or Jesus? John, he
was older by six months. Yes, he was older, but he says Jesus was before him so
he must have recognized something, right?
“16
And of His fullness have all we received, and grace for grace. 17
For the Law was given by Moses, but grace and truth came by Jesus Christ.”
So basically what he's saying is, the
Law, the books of Moses, the pentateuch foreshadowed Jesus, and what He would
do for us, but the reality, the substance, was manifested in Christ. Beautiful,
right? So basically chapter 1 deals with who Christ is, that He is God.
Kemudian dikatakan, “15 Yohanes memberi kesaksian
tentang Dia dan berseru, katanya, ‘Inilah Dia, yang aku
bicarakan, ‘Dia yang datang setelah aku, lebih
daripada aku’ sebab Dia telah ada sebelum aku…” Jadi siapa yang
lebih tua? Yohanes atau Yesus? Yohanes, dia lebih tua 6 bulan. Ya, dia lebih
tua, tetapi dia berkata Yesus sudah ada sebelum
dirinya, berarti dia tentunya mengenali sesuatu, bukan? “…16
Dan dari kepenuhan-Nya kita semua telah
menerima, kasih karunia demi kasih karunia; 17 sebab Hukum diberikan
oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.…” Jadi pada
dasarnya, apa yang dikatakannya ialah, Hukum, kitab-kitab Musa, kelima kitab tulisan Musa, mengamarkan tentang Yesus dan apa yang akan
dilakukanNya bagi kita. Tetapi kenyataannya, substansinya terwujud dalam
Kristus. Indah, bukan?
Jadi pada dasarnya pasal 1 bicara tentang siapa Kristus,
bahwa Dia Allah.
And then if we drop down to verse 35 it
says, “35
Again the next day after John stood, and two of his disciples; 36
and looking upon Jesus as He walked, he saith, ‘Behold the Lamb of God!’ 37
And the two disciples heard him speak, and they followed Jesus. 38
Then Jesus turned, and saw them following, and saith unto them, ‘What seek ye?’
They said unto him, ‘Rabbi, (which is to say, being interpreted, Master,) where
dwellest thou?’ 39 He saith unto them, ‘Come and see.’ They came and
saw where He dwelt, and abode with Him that day: for it was about the tenth
hour.40 One of the two which heard John speak, and followed Him, was
Andrew, Simon Peter's brother. 41 He first findeth his own brother
Simon…” and so it continued, this one found that one, and that one found that one,
and the two of them eventually found this one, and someone found Nathaniel, and
so one after the other they came through the witness of what some saw, through
what John saw, they came to Christ, right?
And all Jesus says, “Come and see.”
So He's not telling them anything. “Come and see for yourself, see what it's
all about.”
So that's the burden of chapter 1.
We want to get to the instructions
that are important for our time, so we're not going to do a verse by verse
exposition of the book of John.
Kemudian jika kita turun ke ayat 35, dikatakan, “…35 Kembali
pada keesokan harinya setelah itu Yohanes
berdiri dengan dua orang muridnya, 36 dan melihat Yesus saat Dia lewat, ia berkata, ‘Lihatlah Anak Domba
Allah!’ 37 Dan kedua murid itu
mendengar apa yang dikatakannya itu, dan
mereka mengikut Yesus. 38 Lalu
Yesus menoleh dan melihat mereka mengikuti, dan berkata kepada mereka, ‘Apakah yang kamu
cari?’ Kata mereka kepada-Nya, ‘Rabi (yang
diterjemahkan: Guru), di manakah Engkau tinggal?’ 39 Ia berkata
kepada mereka, ‘Ikutlah dan lihat.’ Mereka datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan
tinggal bersama dengan Dia hari itu karena waktu itu kira-kira jam kesepuluh (pukul empat sore). 40
Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes, dan mengikut Yesus adalah Andreas, saudara
Simon Petrus. 41 Andreas mula-mula mencari
Simon, saudaranya sendiri, …" Dan begitulah itu berlanjut, yang ini menemukan itu, yang
itu menemukan yang lain, dan keduanya akhirnya membawa yang ini, dan ada yang
menemukan Nathaniel, maka satu demi satu mereka datang melalui kesaksian orang
yang melihat, melalui apa yang dilihat Yohanes, mereka datang kepada Kristus,
benar? Dan Yesus hanya berkata, “Ikutlah dan lihat.” Jadi Dia tidak memberitahu
mereka apa-apa. “Ikut dan lihatlah sendiri, lihat apa ini.”
Jadi itulah beban pasal 1.
Kita mau ke petunjuk-petunjuk yang penting bagi masa
kita, jadi kita tidak akan membuat eksposisi ayat demi ayat kitab Yohanes.
Chapter 2
Then in chapter 2 you have the
cleansing, the turning of the water into wine. Now we've talked about that
already, so that's a very important message, that the real cleansing comes through the blood
of the Lamb.
Pasal 2
Kemudian di
pasal 2 ada pembasuhan, diubahnya air menjadi anggur. Nah, kita sudah bicara
tentang itu, jadi itu adalah pekabaran yang penting, bahwa pembasuhan yang sesungguhnya adalah melalui darah Anak
Domba.
Chapter 3
Chapter 3 deals with Nicodemus, and
that you have to be born again, you have to get a spiritual insight. And this
discussion is fascinating. It deals with so many aspects. It deals with who Jesus
is. So if we just look at verse 7, it says, “7 Marvel not that I said unto
thee, ‘Ye must be born again.’…” there needs to
be a spiritual birth. If you drop down to verse 14 He says, “14
And as Moses lifted up the serpent in the wilderness, even so must the Son of
man be lifted up…” that was an
important clue, and Nicodemus internalized that. And when the crucifixion took
place, he understood that Christ had become sin for us. The disciples ran away,
but Nicodemus remembered this statement of Jesus.
Pasal 3
Pasal 3 bicara tentang
Nikodemus, dan bahwa kita harus dilahirkan kembali, kita harus mendapatkan
wawasan rohani. Dan diskusi itu sangat menarik. Itu membahas begitu banyak
aspek. Itu bicara tentang siapa Yesus. Jadi jika kita bisa ke ayat 7, dikatakan,
“7 Janganlah heran
kalau Aku berkata kepadamu, ‘Kamu harus dilahirkan kembali.’…” harus ada
kelahiran spiritual. Jika kita turun ke ayat 14, Dia berkata, “…14 Dan sama seperti Musa mengangkat ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus diangkat…” ini adalah
petunjuk yang penting, dan Nikodemus mencernanya. Dan ketika penyaliban itu
terjadi dia paham bahwa Kristus telah menjadi dosa bagi kita. Para murid kabur,
tetapi Nikodemus ingat pernyataan Yesus ini.
And there are very important lessons that follow. “…15 That whosoever believeth in
Him should not perish, but have eternal life…” verse 16, “…16 For God so loved the world,
that He gave His only begotten Son, that whosoever believeth in Him should not
perish, but have everlasting life. 17 For God sent not His Son into
the world to condemn the world; but that the world through Him might be saved…”
Those are probably the most famous
verses in the whole of the gospel of John, maybe the Bible even. Well, it's the
summary of the entire character of God in the Bible. It is the
difference between true religion and false religion. Any religion that doesn't
embrace that, has a wrong concept of the character of God, which is sad.
Dan ada pelajaran-pelajaran
yang sangat penting yang mengikuti. “…15 supaya barangsiapa
yang percaya dalam Dia, jangan binasa tapi
beroleh hidup yang kekal…” Ayat 16, “…16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya
supaya barangsiapa yang percaya dalam Dia
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab
Allah tidak mengutus Anak-Nya ke dalam dunia
untuk menghukum dunia, melainkan melalui Dia dunia boleh diselamatkan.”
Kira-kira
ini adalah ayat-ayat yang paling terkenal di seluruh injil Yohanes, bahkan
mungkin di seluruh Alkitab. Nah, ini
adalah rangkuman dari seluruh karakter Allah di Alkitab. Inilah
bedanya antara agama yang benar dengan agama yang salah. Agama apa pun yang
tidak mengandung konsep ini, memiliki konsep yang salah tentang karakter Allah. Itu
menyedihkan.
Now after we've read what Jesus told
Nicodemus, and this is so important because in verse 18, He says to Nicodemus, “…18
He that believeth on Him is not condemned, but he that believeth not is
condemned already, because he hath not believed in the name of the only
begotten Son of God.” That's dealing
with the character, the name deals with the character, you have no concept of
what God is all about if you don't understand Jesus. This is the burden of
John, the son of thunder who looks at Jesus and realizes that his character
falls far short. Now Jesus is saying these things, because if you read it here
in the gospel of John, the words are in red, Jesus is speaking.
Nah, setelah kita baca apa yang dikatakan Yesus kepada Nikodemus,
dan ini begitu penting karena di ayat 18, Dia berkata kepada Nikodemus, “18
Dia yang percaya
pada-Nya tidak dihukum; tetapi dia yang
tidak percaya, sudah terhukum, sebab ia
tidak percaya dalam nama satu-satunya Anak
Allah (tidak ada duanya)…” Ini bicara tentang
karakter, nama berkaitan dengan karakter, kita tidak akan paham konsep Allah
itu apa jika kita tidak paham Yesus. Inilah beban Yohanes, anak guntur, yang
memandang Yesus dan menyadari bahwa karakternya jauh di bawah yang diharapkan. Nah, yang mengucapkan kata-kata ini
ialah Yesus karena jika kita baca di sini, di injil Yohanes kata-kata itu
dicetak dengan warna merah, jadi Yesus yang bicara.
Let's get another witness. Now we
turn to John. Drop down to verse 22 and verse 23, they are bold in my Bible. In
other words, this is a new paragraph. So verse 22, “22 After these things came
Jesus and His disciples into the land of Judea; and there He tarried with them,
and baptized. 23 And John also was baptizing in Aenon near to Salim,
because there was much water there: and they came, and were baptized. 24
For John was not yet cast into prison.”
Mari kita lihat saksi yang lain. Sekarang kita ke Yohanes. Kita turun ke
ayat 22 dan 23, di Alkitab saya ini dicetak tebal. Dengan kata lain ini adalah
paragraf baru. Jadi ayat 22, “22
Sesudah itu datanglah Yesus dan murid-murid-Nya ke tanah Yudea; dan Ia diam
di sana bersama-sama mereka dan membaptis. 23 Dan Yohanes pun sedang membaptis di Ainon, dekat Salim, sebab di situ ada banyak air, dan mereka datang dan dibaptis. 24
Sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.”
And then interesting in verse 25
which is again a new paragraph, “…25 Then there arose a question
between some of John's disciples and the Jews about purifying.” That's interesting because Jesus has just
explained to Nicodemus how one is purified, you have to be born again. And the purification
is not something that you do through your ritualistic endeavors, but through
the blood of Christ. So this dispute arises, and they consult John. Now
John doesn't go into details and tells them what they must do, and how many
times they must wash and all of these things, but he gives a witness under the
full power of the Holy Spirit, and he says in verse 30, referring to Christ, “30 He
must increase, but I must decrease. 31 He that cometh from above is
above all; he that is of the earth is earthly, and speaketh of the earth. He
that cometh from heaven is above all. 32 And what He hath seen and
heard, that He testifieth; and no man receiveth His testimony…” Interesting. So here John is saying that Jesus is from Heaven,
and that He is above all things and has full knowledge about the Godhead,
because He
Himself is God, and then he says, no man receives His testimony. So if the Spirit doesn't convince you, you won't get there. You have to be born
again. I just want to mention that we mustn't get confused here, this John that
is speaking here is John the Baptist, it's not John that wrote the gospel. It's not John that wrote the gospel
that is speaking here, he's quoting John the Baptist. Remember that they were
disciples of John the Baptist.
Kemudian yang menarik di ayat
25, yang juga adalah paragraf baru, “25 Lalu timbul
pertanyaan di antara beberapa murid Yohanes dengan orang-orang Yahudi
tentang penyucian…” Ini menarik karena Yesus baru saja menerangkan Nikodemus
bagaimana orang disucikan, dia harus dilahirkan baru. Dan penyucian bukanlah sesuatu yang kita lakukan melalui
upaya ritualistik, melainkan melalui darah Kristus. Maka
perselisihan ini muncul dan mereka bertanya kepada Yohanes. Nah, Yohanes tidak
memberikan detail dan memberitahu apa yang harus mereka lakukan, dan berapa
kali mereka harus membasuh dan semua hal itu, tetapi dia memberi suatu
kesaksian di bawah kuasa penuh Roh Kudus, dan dia berkata di ayat 30, merujuk
ke Kristus, “…30 Ia harus makin besar, tetapi
aku harus makin kecil. 31 Dia
yang datang dari atas, itu di atas semuanya; dia yang berasal dari bumi, itu
duniawi dan bicara tentang bumi. Dia yang datang dari
sorga di atas semuanya. 32 Dan apa yang telah dilihat-Nya
dan didengar-Nya, itu disaksikanNya; dan tak
seorang pun menerima kesaksian-Nya.…” Menarik. Jadi di sini Yohanes berkata bahwa Yesus itu dari Surga,
dan Dia itu di atas segalanya dan memiliki pengetahuan penuh tentang Keilahian,
karena Dia sendiri itu Allah.
Kemudian dia berkata, tidak ada orang yang menerima kesaksianNya. Maka jika Roh
tidak meyakinkan kita, kita tidak akan tiba di sana. Kita harus dilahirkan
kembali. Saya hanya mau mengatakan bahwa kita jangan bingung di sini, Yohanes
yang bicara di sini adalah Yohanes Pembaptis, itu bukan Yohanes yang menulis
kitab injil. Ini bukan Yohanes yang menulis Injil yang berbicara di sini, dia
mengutip Yohanes Pembaptis. Ingat bahwa rasul Yohanes tadinya adalah murid
Yohanes Pembaptis.
And here John is saying an
interesting thing, if we read from verse 34 it says, “…34
For He whom God hath sent speaketh the words of God; for God giveth not the
Spirit by measure unto Him. 35 The Father loveth the Son, and hath
given all things into His hand. 36 He that believeth on the Son hath
everlasting life; and he that believeth not the Son shall not see life; but the
wrath of God abideth on him.” That is a powerful
testimony by John the Baptist because he brings out how important it is to have
faith without seeing.
Dan di sini Yohanes mengatakan
hal yang menarik, jika kita baca dari ayat 34, dikatakan, “34 Sebab Dia yang diutus Allah, menyampaikan Firman Allah; karena Allah tidak mengaruniakan Roh dengan ditakar kepadaNya. 35 Bapa mengasihi Anak, dan telah
menyerahkan segala sesuatu ke tangan-Nya. 36
Dia yang percaya kepada Anak, memiliki hidup yang kekal, dan dia yang tidak percaya kepada Anak, tidak akan melihat hidup,
melainkan murka Allah tinggal dalamnya…” Ini adalah
kesaksian yang keras oleh Yohanes Pembaptis, karena dia mengetengahkan betapa
pentingnya memiliki iman tanpa melihatnya.
Chapter 4
Now immediately after this
conversation in chapter 3 where you have the witness of Jesus to Nicodemus, and
you have the confirmation of that witness by John the Baptist; in chapter 4,
you have the woman at the well in Samaria. So you're moving from God's people
and their representatives Nicodemus, and those that were listening to the
message of John the Baptist, you move to the despised Samaritans.
Pasal 4
Nah, segera
setelah pembicaraan ini di pasal 3, di mana terdapat
kesaksian Yesus kepada Nikodemus, dan ada konfirmasi dari kesaksian itu oleh
Yohanes Pembaptis; di pasal 4 ada perempuan di pinggir sumur di
Samaria. Jadi kita bergerak dari umat Allah dan wakil-wakil mereka seperti
Nikodemus, dan mereka yang sedang mendengarkan pekabaran Yohanes Pembaptis,
kita bergerak ke orang-orang Samaria yang dibenci.
The story is in the gospel of John to
show that Jesus is no respecter of persons, unlike what the Jews would have
done.
The next story deals with this woman.
And a
woman is typologically a symbol of the church. So God's church includes all of humanity
even the despised Samaritans. And this woman when she recognized Jesus as the Messiah,
she ran to her city and said, “Come and see a Man who told me all things about
myself, One who knows everything. This is the Messiah!” She had not one iota of
doubt. And it just shows how all embracing God's love is. Yes, I think you hit
the nail on the head. And this is the first time that Jesus actually says
plainly that He is the Messiah. This is unbelievable. He didn't say it
to Nicodemus, He didn't say it to anyone else, He said it to a Samaritan woman.
He actually didn't say it to the ones that were supposed to know it. And it
says here in verse 25 and 26, “25 The woman saith unto Him, ‘I
know that Messias cometh, which is called Christ, when He is come, He will tell
us all things’. 26 Jesus saith unto her, ‘I that speak unto thee am
He.’…”
Unbelievable, to a Samaritan woman He
says “I am the Messiah”. What does that
tell us about evangelism? You have to go to the world that does not know about
the Messiah, that does not have this Word and tell them Jesus is the Messiah,
that's what you have to tell them. So Martin, there's a work to be done because
the greatest portion of humanity denies that Christ is the Messiah.
Kisahnya ada di injil
Yohanes untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak memandang kedudukan, tidak seperti
apa yang dilakukan orang-orang Yahudi.
Kisah
berikutnya bicara tentang perempuan ini. Seorang
perempuan secara tipologi adalah simbol gereja. Jadi gereja Allah merangkul seluruh
kemanusiaan bahkan orang-orang Samaria yang dibenci. Dan perempuan
ini setelah dia mengenali Yesus sebagai Sang Messias, dia lari ke
kotanya dan berkata, “Ayo ikut, dan lihat Orang yang menceritakan semua hal
tentang diriku, Orang yang tahu segala sesuatu. Inilah Sang Messias!” Dia
sama sekali tidak ragu-ragu. Dan in menunjukkan bagaimana kasih Allah itu
merangkul semua. Ya, tepat sekali. Dan inilah
pertama kalinya Yesus mengatakan dengan gamblang bahwa Dialah Sang Messias.
Ini luar biasa. Yesus tidak mengatakannya kepada Nikodemus, Dia tidak
mengatakannya kepada orang lain siapa pun, Dia mengatakannya kepada seorang
perempuan Samaria. Dia malah tidak mengatakannya kepada mereka yang seharusnya
mengetahui itu. Dan di ayat 25 dan 26 dikatakan, “25 Perempuan itu berkata kepada-Nya, ‘Aku tahu, bahwa Mesias
akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitatahu kami segala hal.’ 26 Kata Yesus kepadanya, ‘Aku yang sedang
berkata-kata dengan engkau, ialah
Dia.’…"
Luar biasa, kepada seorang perempuan
Samaria Dia berkata, “Akulah Sang Messias.” Itu mengatakan
apa kepada kita tentang penginjilan? Kita harus pergi ke dunia yang tidak tahu
tentang Messias, yang tidak memiliki Firman Allah ini, dan memberitahu mereka
Yesus-lah Sang Messias, itulah yang harus kita katakan kepada mereka. Nah,
Martin, ada pekerjaan yang harus kita lakukan karena bagian terbesar dari
kemanusiaan menyangkal bahwa Kristus itu Sang Messias.
Chapter 5
Let's drop down to chapter 5. In chapter
5 we have this interesting story that takes place at the pool of Bethesda, where
this lame impotent man had been lying for 38 years.
That's a very interesting time period, because
those 38 years represent the wandering of the children of Israel in the desert
when they had to return after having come to Canaan. They could have entered in,
but they did not enter in, they wandered for 40 years, remember? But two had
passed already, and they were turned back for another 38 years because they did
not believe, because they had their
superstitious ways and did not trust God's Word completely.
So here was this impotent man, who had been
lying there all this time, so he was a symbol of the unbelieving, wandering Jews,
destitute in the wilderness experience that they were in, and he's lying at
this pool, and they believed that the water would be stirred when an angel came
down, and this was a superstition that they had. And Jesus addresses him and
says, “Will thou be made whole?” And the man says, “I have no one.” That's a
rather sad statement, right? “I have no
one, no one.” All the other “holy ones” as they perceived themselves were around
there but nobody helped him. He had no one. And God set the record straight.
And it was on a Sabbath day. This enraged the Jews, it set up the controversy
and the conflict between true worship and false worship. Is there a lesson in
it for us today? Definitely. Are there rituals in
the world where people believe that certain things will happen if you do
certain particular things? If you go through rituals, or you go to a
particular faith healer, and you trust that when you are able to go to a
particular place like Lourdes or wherever, there your probability of being
healed is so much greater than if you stayed at home? How ridiculous. Is God
not everywhere?
Do you have to undergo a pilgrimage to a specific spot in order to find His
grace? No! It's a false religion.
Pasal 5
Mari kita ke
pasal 5. Di pasal 5 ada kisah yang menarik yang terjadi di kolam Betesda, di
mana orang yang lumpuh ini sudah terbaring di sana selama 38 tahun.
Itu adalah kerangka waktu yang
menarik karena ke-38 tahun itu melambangkan waktu bangsa Israel mengembara di
padang gurun ketika mereka harus berbalik setelah mereka tiba di Kanaan.
Sebenarnya mereka bisa masuk, tetapi mereka tidak masuk. Mereka mengembara
selama 40 tahun, ingat? Tetapi sudah lewat dua tahun, dan mereka harus mengembara
kembali selama 38 tahun karena mereka tidak percaya, karena mereka punya
takhayul-takhayul mereka dan tidak mempercayai Firman Allah sepenuhnya.
Jadi di
kolam ini ada orang yang lumpuh
yang sudah terbaring di sana selama waktu itu, dia adalah simbol dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan
yang mengembara, mengenaskan, dalam
pengalaman padang
gurun yang mereka jalani. Dan orang itu terbaring di
dekat kolam, dan mereka meyakini bahwa air itu akan dikacau ketika ada
malaikat yang turun, dan ini adalah takhayul mereka. Dan Yesus berkata kepada
orang itu, “Maukah kamu disembuhkan?” Dan orang itu berkata, “Aku tidak punya
siapa pun.” Ini adalah pernyataan yang rada menyedihkan, kan? “Aku tidak punya
siapa-siapa.” Semua “orang-orang kudus” yang lain (mereka menganggap diri
mereka kudus) ada di sekeliling sana, tapi tidak ada yang menolongnya. Dia
tidak punya siapa pun. Dan Allah mengubah kondisinya. Itu adalah hari
Sabat. Ini membuat marah orang-orang Yahudi, ini membangkitkan kontroversi dan
konflik antara penyembahan yang sejati dengan penyembahan yang palsu. Apakah
ada pelajaran buat kita hari ini? Tentu saja. Apakah ada ritual-ritual di dunia di mana manusia percaya bahwa
hal-hal tertentu akan terjadi jika mereka melakukan hal-hal tertentu?
Jika kita menjalani ritual-ritual itu, atau kita datang ke seorang dukun
penyembuh tertentu, dan kita meyakini bahwa bila kita bisa pergi ke tempat
tertentu seperti Lourdes atau ke mana pun, di sana kemungkinan kita disembuhkan
jauh lebih besar daripada bila kita duduk di rumah? Betapa tidak masuk akalnya.
Bukankah Allah bisa dihubungi dari
mana-mana? Apakah kita harus pergi ziarah ke suatu tempat untuk
menemukan kasih karuniaNya? Tidak! Itu agama yang palsu.
So what Jesus does in chapter 5
is He
addresses false religion. So this healing that we had at the pool of Bethesda
was a very, very, important pivotal point, because it created the opportunity not
only for enlightenment, but out of the conflict that arose between Jesus and
the Pharisees, the truth was presented to them, and they could either accept it
or reject it. For after all, a great miracle had taken place, right? They had a
witness. Yet so many things happening at the same time simultaneously like you
mentioned. He was standing between this man and the pool, not even looking at
the pool, He
was ignoring the pool, because the pool was a superstitious belief system
that they had embraced, which denied the power of God and relied on human
strength, to go and crawl into that pool. So there He showed, “I am the Healer, look at Me!”
Jadi apa
yang diperbuat Yesus di
pasal 5 ialah, Dia
menyinggung tentang agama yang palsu. Jadi penyembuhan yang
terjadi di kolam Betesda adalah poin putar
balik yang amat
sangat penting, karena itu menciptakan kesempatan bukan saja untuk mencerahkan,
tetapi dari konflik yang timbul antara Yesus dengan orang-orang Farisi,
kebenaran disampaikan kepada mereka, dan mereka bisa menerimanya atau
menolaknya. Karena sesungguhnya suatu mujizat besar telah terjadi, bukan? Ada
saksinya. Begitu banyak hal yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Yesus
sedang berdiri di antara orang itu dan kolam itu, tanpa memandang
ke kolam itu Yesus mengabaikan
kolam itu karena kolam itu adalah suatu sistem kepercayaan yang palsu
yang mereka anut, yang menyangkal kuasa Allah dan bersandar pada kekuatan
manusia, untuk pergi merangkak masuk ke dalam kolam itu. Jadi di sana Dia
menunjukkan, “Akulah yang menyembuhkan, pandanglah Aku!”
And then secondly what also He did is,
He did it on a Sabbath, to show them that He's the Healer and Lord of the Sabbath.
That's why it says in verse 16, “16 And
therefore did the Jews persecute Jesus,
and sought to slay Him, because He had done these things on the Sabbath day…” And then He enraged them because He said, “…17 But Jesus answered them, ‘My
Father worketh hitherto, and I work.’ 18 Therefore the Jews sought
the more to kill Him, because He not only had broken the Sabbath, but said also
that God was His Father, making Himself equal with God.” They fully understood what He said, that He
was God.
And can you now say that He broke the
Law, He broke the Sabbath Law?
How can He break the Law if He is
Lord of the Sabbath?
So He didn't break it, He broke it
according to them.
Yes, according to their human
dictates.
Will there be a similar case? Will
there be a human law which will be contrary to God's Law, worthy of pronouncing
the death sentence on someone who doesn't keep the human law? We're heading for
the same situation, Martin.
Lalu yang kedua, apa yang
dilakukan Yesus itu dilakukan pada hari Sabat, untuk menunjukkan kepada
mereka bahwa Dialah Sang Penyembuh dan Tuan atas hari Sabat. Itulah mengapa di
ayat 16 dikatakan, “16
Dan karena itu orang-orang Yahudi mempersekusi
Yesus, dan berusaha membunuhNya, karena Ia telah melakukan hal-hal itu pada hari
Sabat…” Kemudian Yesus
membuat mereka marah karena Dia berkata, “…17 Tetapi Yesus menjawab mereka, ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, dan Aku bekerja.’ 18 Karena
itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, karena bukan saja Ia telah melanggar Sabat, tetapi juga mengatakan bahwa Allah adalah
Bapa-Nya, menjadikan Dirinya setara dengan Allah…” Mereka mengerti
sepenuhnya apa yang dikatakan Yesus, bahwa Dia adalah Allah.
Dan bisakah kita mengatakan bahwa Yesus telah melanggar
Hukum, bahwa Dia melanggar Hukum Sabat?
Bagaimana Dia bisa melanggar Hukum jika Dia adalah Tuan
dari Sabat?
Jadi Yesus tidak melanggarnya, menurut mereka saja Dia
melanggarnya.
Menurut ketentuan manusia yang mereka buat.
Apakah bakal ada kasus yang sama? Akankah nanti ada hukum
manusia yang bertentangan dengan Hukum Allah, yang layak diberlakukan hukuman mati bagi orang yang tidak mau menuruti hukum
manusia itu? Kita sedang menuju situasi yang sama, Martin.
And then Jesus answered and He said
the following, “19
Then answered Jesus and said unto them, ‘Verily, verily, I say unto you, the
Son can do nothing of Himself, but what He seeth the Father do: for what things
soever He doeth, these also doeth the Son likewise…” They have the same power, They have the
same authority, They have the same mindset. And then He continues, “…20 For the Father loveth the
Son, and sheweth Him all things that Himself doeth: and He will shew Him
greater works than these, that ye may marvel…”
Now He's talking about the works, they just
witnessed a tremendous miracle. “…21
For as the Father raiseth up the dead, and quickeneth them; even so the Son
quickeneth whom He will. 22 For the Father judgeth no man, but hath
committed all judgment unto the Son: 23 That all men should honour
the Son, even as they honour the Father. He that honoureth not the Son
honoureth not the Father which hath sent Him…”
You can only come to the Father through
Christ, and in Christ is the only means whereby you can understand the Father.
If you see the Son, you have seen the Father. He continues and says, “24
‘Verily, verily, I say unto you, He that heareth My word, and believeth on Him
that sent Me, hath everlasting life, and shall not come into condemnation; but
is passed from death unto life…” Here's a
theological sermon on salvation, and who is He giving it to? To the
leaders. So this confrontation was brought about to bring a theological reality and
a discourse to the Jews, to the leaders. How would they react? Furious.
And then He confirms that He's the resurrection and the life. “…25 Verily, verily, I say unto
you, ‘The hour is coming, and now is, when the dead shall hear the voice of the
Son of God: and they that hear shall live. 26 For as the Father hath
life in Himself; so hath He given to the Son to have life in Himself. 27
And hath given Him authority to execute judgment also, because He is the Son of
man.”
The “Son of man” is a title that you find
in the book of Daniel 7:13, “13 I
saw… one like the Son of man …
came to the Ancient of days,…” This is a
judgment scene that takes place in Heaven. So these two titles “Son of
God”, “Son of man” are unique to Christ.
“28
Marvel not at this: for the hour is coming, in the which all that are in the
graves shall hear His voice, 29 and shall come forth; they that have
done good, unto the resurrection of life; and they that have done evil, unto
the resurrection of damnation.” So He's giving
them a theological lesson and He's infuriating the Sadducees who don't believe
in the resurrection. He's got everybody covered there. All right.
Kemudian Yesus menjawab dan
Dia berkata yang berikut, “19 Maka Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku
berkata kepadamu, Anak tidak dapat melakukan
apa-apa dari Diri-Nya Sendiri, tetapi apa
yang Dia lihat dilakukan Bapa. Sebab apa pun
yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak
dengan cara yang sama…” Mereka memiliki
kuasa yang sama, Mereka memiliki autoritas yang sama, Mereka memilki pola pikir
yang sama. Kemudian Yesus melanjutkan, “…20 Sebab
Bapa mengasihi Anak dan menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang
dikerjakan-Nya Sendiri; dan Ia akan
menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada ini, sehingga kamu boleh takjub…” Sekarang Dia
bicara tentang perbuatan, mereka baru saja menyaksikan suatu mujizat yang luar
biasa. “…21 Sebab sama
seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkan mereka, demikian juga Anak menghidupkan siapa pun yang dikehendaki-Nya. 22 Karena Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan
telah menyerahkan semua penghakiman kepada
Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka
menghormati Bapa. Dia yang tidak menghormati
Anak, tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia…” Kita hanya bisa
datang ke Bapa melalui Kristus, dan dalam Kristus terdapat satu-satunya sarana
dengan mana kita bisa memahami Bapa. Jika kita sudah melihat Anak, kita sudah
melihat Bapa. Dia melanjutkan berkata, “…24
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, dia yang
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, memiliki hidup yang kekal dan tidak akan kena penghukuman, melainkan sudah lolos dari maut
ke hidup…” Di sinilah khotbah
theologis tentang keselamatan, dan kepada siapa Yesus
menyampaikannya? Kepada para pemimpin. Maka konfrontasi ini ditimbulkan untuk mengetengahkan suatu
kenyataan theologi dan suatu pelajaran bagi orang-orang Yahudi, kepada para
pemimin. Bagaimana mereka bereaksi? Marah besar. Lalu Dia
mengkonfirmasi bahwa Dialah kebangkitan dan hidup. “…25
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Saatnya akan tiba, dan sekarang ini, ketika orang-orang
mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.
26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri,
demikian juga telah diberikan-Nya Anak untuk mempunyai hidup dalam Diri-Nya Sendiri. 27
Dan telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi juga, karena Ia adalah Anak Manusia…”
“Anak Manusia”
adalah gelar yang kita temukan di kitab Daniel 7:13, “…13 …aku
melihat… seorang seperti Anak Manusia datang…
kepada Yang Lanjut Usia…” ini adalah adegan penghakiman yang terjadi di Surga. Jadi kedua gelar ini “Anak Allah” dan “Anak Manusia” itu
khas untuk Kristus.
“28
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, di mana semua orang yang di dalam kubur akan
mendengar suaraNya,29 dan akan bangkit;
mereka yang telah berbuat baik, kepada
kebangkitan untuk hidup kekal; dan mereka yang telah berbuat jahat kepada kebangkitan untuk penghukuman…” Jadi Yesus memberi
mereka suatu pelajaran theologi, dan Dia membuat marah orang-orang Saduki yang
tidak percaya kepada kebangkitan. Dia sudah membuat semua orang marah di sini,
tidak ada yang luput.
So do we have similar religions today? They might not believe in
a resurrection, but they believe in a reincarnation.
Here is theology at its best.
ü
It tells us what the
position of the Son is,
ü
it tells us all judgment
is given unto Him,
ü
it tells us that the
power of the resurrection is in His word,
ü
that He will raise them
up on the last day,
ü
that there are two resurrections
~
in this place it doesn't tell us that they're separated by a
thousand years, but later in the book of Revelation we get to understand that
also.
Nah, apakah sekarang ini ada
agama yang serupa itu? Mereka mungkin tidak mempercayai kebangkitan tetapi
mereka mempercayai reinkarnasi.
Di sinilah theologi disampaikan
dengan sebaik-baiknya.
ü
Ini mengatakan kepada kita apa kedudukan Sang
Anak,
ü
ini mengatakan kepada kita semua penghakiman
diserahkan kepada Yesus.
ü
ini mengatakan kepada kita bahwa kuasa
kebangkitan ada dalam FirmanNya,
ü
bahwa Dia yang akan membangkitkan mereka pada
hari terakhir,
ü
bahwa akan ada dua kebangkitan ~
di sini kita tidak diberitahu bahwa kedua
kebangkitan itu terpisah 1000 tahun, tetapi nanti di kitab Wahyu kita juga akan
mendapatkan pemahaman itu juga.
Now if we read verse 31, Martin, it
says, “31
If I bear witness of Myself, My witness is not true…” because you need more than one witness,
right? Now this is very important. “…32
There is another that beareth witness of Me; and I know that the witness which he witnesseth of Me is true. 33
Ye sent unto John, and he bare witness unto the truth. 34 But I
receive not testimony from man: but these things I say, that ye might be saved.
35 He was a burning and a shining light: and ye were willing for a
season to rejoice in his light…” so He just
performed the mighty miracle, He's bearing witness of Himself to them and He's
saying, “All right, you don't want to accept My testimony that I am the Way,
the Truth, and the Life; I am the One that has the power of resurrection at My
disposal because I and the Father are one, We are God.” They just recognized
that He'd said that. Now He brings in the witness of John, and He says John
testified of these things, and we read it just now, where John testified of
these things. Then He says in verse 36, “…36
But I have greater witness than that of John: for the works which the Father
hath given Me to finish, the same works that I do, bear witness of Me, that the
Father hath sent Me…” so there's
another witness. “…37
And the Father Himself, which hath sent Me, hath borne witness of Me. Ye have
neither heard His voice at any time, nor seen His shape. 38 And ye
have not His word abiding in you: for whom He hath sent, Him ye believe not…”
Nah, jika kita membaca ayat
31, Martin, dikatakan, “ 31 Jika Aku menjadi
saksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar…” karena dibutuhkan
lebih dari satu saksi, benar? Nah, ini sangat penting. “… 32 Ada yang lain yang bersaksi
tentang Aku; dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang disaksikannya tentang
Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan
ia telah memberikan kesaksian tentang yang benar. 34 Tetapi Aku tidak menerima kesaksian dari manusia; namun ini Aku
katakan, supaya kamu bisa diselamatkan. 35Ia adalah
pelita yang menyala dan bercahaya, dan kamu bersedia
bersukacita sejenak dalam terangnya…” Jadi Yesus baru saja membuat mujizat besar, Dia
memberikan kesaksian tentang DiriNya Sendiri kepada mereka dan Dia mengatakan,
“Baiklah, kalian tidak mau menerima kesaksianKu bahwa Akulah Jalan, Kebenaran,
dan Hidup; Akulah yang punya kuasa membangkitkan yang Aku gunakan sesuai
kehendakKu karena Aku dan Bapa itu satu, Kami adalah Allah.” Mereka mengenali Dia
berkata demikian. Sekarang Dia mengetengahkan kesaksian Yohanes dan Dia berkata
bahwa Yohanes memberikan kesaksian tentang hal-hal ini, baru saja kita baca di mana Yohanes bersaksi tentang hal-hal
itu. Kemudian di ayat 36 Yesus berkata, “…36 Tetapi
Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih besar daripada
kesaksian Yohanes, karena pekerjaan yang
diserahkan Bapa kepadaKu supaya Aku selesaikan ~
yaitu pekerjaan yang sama yang Kukerjakan
sekarang, memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku…” jadi ada saksi yang lain. “…37
Dan Bapa Sendiri,
yang telah mengutus Aku, telah bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah
mendengar suara-Nya kapan pun, maupun melihat bentukNya. 38 Dan kamu tidak punya Firman-Nya menetap di dalammu;
sebab Dia yang diutus-Nya tidak kamu percayai…”
So Martin, He's saying that there are
a number of witnesses that testify to the fact that He is who He claims to be.
1.
He talks about
Himself.
He says, “All right, you say that witness
is not true because I’m testifying of Myself, but what about John? You were happy to abide in his light, he
testified of exactly the same thing, but you won't believe him now,
because you don't want to believe Me. “Behold the Lamb of God”.
2.
Then He says
what about the works?
“The works testify that I am who I claim to
be. Have you ever seen a man lame get up and walk just by My word, on the
Sabbath day that you are contesting, and saying I’m a Law breaker because of
that? Whereas I am showing you I am Lord of the Sabbath. I am your Creator, and
you keep the Sabbath because I said that I created the earth, the Heavens, and
everything in them in six days. But you won't acknowledge Me as the Creator God
if I give life to someone who is dead for 38 years in a sense?”
3.
And then the
Father, He says, testified.
Where did the Father testify? At the baptism,
“This is My beloved Son in whom I am well
pleased”, and the people heard Him.
So there was a Witness from Heaven;
there was a witness on earth, John the Baptist; the works testify.
Jadi Martin,
Yesus berkata ada sejumlah saksi yang bersaksi akan faktanya bahwa Dia memang benar adalah
siapa yang Dia katakan.
1.
Dia bicara tentang Dirinya Sendiri.
Dia berkata, “Baiklah, kalian
mengatakan kesaksian itu tidak benar karena Aku bersaksi tentang DiriKu
Sendiri, tetapi bagaimana dengan Yohanes?
Kalian sangat senang menetap dalam terangnya, dia bersaksi tentang hal yang persis sama. Tetapi sekarang kalian tidak mau
mempercayainya karena kalian tidak mau mempercayai Aku. “Lihatlah, Anak
Domba Allah!”
2.
Lalu apa kataNya tentang pekerjaan?
“Pekerjaan-pekerjaan itu bersaksi tentang
siapa Aku sesuai yang Aku klaim. Pernahkah kalian melihat orang yang lumpuh
bangkit dan berjalan hanya dengan perkataanKu pada hari Sabat yang kalian
pertentangkan, dan mengatakan Aku seorang pelanggar Hukum karena itu? Sementara
Aku menunjukkan kepada kalian Akulah Tuan atas hari Sabat. Akulah Penciptamu.
Dan kalian memelihara Sabat karena Aku yang berkata Aku yang telah menciptakan
bumi, langit dan semua isinya dalam enam hari. Tetapi kalian tidak mau mengakui
Aku sebagai Allah Pencipta walaupun Aku memberi hidup kepada orang yang sudah
praktis mati selama 38 tahun?”
3.
Lalu Bapa, kataNya, memberi kesaksian.
Di mana Bapa memberi kesaksian? Saat pembaptisanNya.
“Inilah
Anakku yang Kukasihi. KepadaNya Aku sangat berkenan”, dan orang-orang mendengar
perkataan Bapa itu.
Jadi ada
Saksi dari Surga, ada saksi di bumi yaitu Yohanes Pembaptis, dan
pekerjaan-pekerjaanNya juga memberi kesaksian.
And then He says in verse 39, “…39 Search the Scriptures; for in
them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of Me…”
So there are four witnesses:
1. John testified,
2. the works testified,
3. the Father testified,
4. and the Scriptures testified.
There's no doubt about this issue.
Lalu katanya
di ayat 39, “39
Selidikilah Kitab-kitab Suci, sebab di dalamnya kamu pikir kamu mendapatkan hidup kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian
tentang Aku…”
Jadi ada empat saksi:
1.
Yohanes bersaksi,
2.
pekerjaan-pekerjaan bersaksi,
3.
Bapa bersaksi,
4.
dan kitab-kitab
Suci bersaksi.
Jadi tidak ada keraguan tentang isu ini.
So now, Martin,
that we have laid the groundwork for the message that is to come to God's
people, to prepare them for the latter rain which is ensconced in the message to
the disciples who were to receive the former rain, I think we should take a
break and do this in another episode. We'll continue later.
Let's do that. Will
you pray for us?
Jadi
sekarang, Martin, setelah kita sudah meletakkan pekerjaan dasarnya bagi
pekabaran yang akan datang kepada umat Allah untuk mempersiapkan mereka bagi
hujan akhir yang terkandung dalam pekabaran kepada para murid yang akan
menerima hujan awal, saya rasa kita istirahat dulu dan melanjutkan ini dalam
episode yang lain. Kita sambung nanti.
Baik kita
lakukan itu. Tolong doakan kita.
25 08 22