Friday, September 2, 2022

EPISODE 114 ~ WHAT'S UP PROF? ~ FOR YOUR EARS ONLY ~ PART 2 ~ WALTER VEITH/MARTIN SMITH

 

WHAT’S UP PROF?

# 114 – Walter Veith/Martin Smith

FOR YOUR EARS ONLY ~ PART 2

https://www.youtube.com/watch?v=eXhvO9Cew5o&t=2s

 

Dibuka dengan doa

 

 

John played such a pivotal role. He was ~ as we said many times ~ the son of thunder, and then he became this meek but firm-as-a-rock to principle disciple, and I don't think it's coincidental that the Lord gave him the  Revelation on the isle of Patmos to link the New Testament prophecies to the Old Testament prophecies. And you know, Martin, when I looked at Daniel and I read in Selected Messages, I found it very interesting that there was another perspective to this last verse in the book of Daniel chapter 12, where God says what would happen at the end.  So He gives a time prophecy from verse 10 onwards, 11, and 12 and then He says, 13 But go thou thy way till the end be; for thou shalt rest…” that means he will be put to sleep  “…and stand in thy lot at the end of the days.”

Now, the way I always interpreted it is, that there will be a resurrection, and I think that's correct, there will be a resurrection, but there's another application that I missed. He will stand in his lot, or in his place, in the latter days. Now that's very interesting because that means he will fulfill a prophetic position in the last days. Because remember, that there was a portion of the book of Daniel the 2300 day prophecy that was sealed unto the time of the end. So actually the book will also be standing in its place. And then I read in Selected Messages, and I found this so fascinating. You know the Bible is a marvelous book and the Spirit of Prophecy is such a wonderful help.

 

Yohanes memainkan peranan yang sangat penting. Seperti yang telah sering kami katakan, dia adalah anak guntur, dan kemudian dia menjadi rasul yang rendah hati namun dengan prinsip yang sekokoh batu karang, dan saya pikir itu bukan kebetulan Tuhan memberikan kepadanya Wahyu di pulau Patmos untuk menghubungkan nubuatan-nubuatan Perjanjian Baru kepada nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama. Dan kau tahu, Martin, ketika saya menyimak kitab Daniel dan saya membaca di Selected Messages, saya menemukan bahwa itu sangat menarik, bahwa ada perspektif lain untuk ayat terakhir di Daniel pasal 12, di mana Allah berkata apa yang akan terjadi pada akhirnya. Jadi Allah memberi suatu nubuatan waktu mulai dari ayat 10, 11, dan 12, dan kemudian Dia berkata, 13  Tetapi lanjutkanlah hidupmu sampai akhirnya, karena engkau akan beristirahat…”  artinya dia akan ditidurkan,   “…dan akan berdiri di bagianmu di hari-hari akhir.”

Nah, selama ini saya selalu mengartikannya bahwa nanti akan ada kebangkitan, dan menurut saya itu tidak salah, memang akan ada kebangkitan. Tetapi ada aplikasi lain yang terlewatkan. Dia akan berdiri di bagiannya atau di tempatnya di hari-hari akhir. Nah, ini sangat menarik karena itu berarti dia akan menggenapi posisi nubuatan di hari-hari akhir. Karena ingat, bahwa ada satu bagian dari kitab Daniel, nubuatan 2300 petang dan pagi yang dimeteraikan hingga akhir zaman. Maka tentunya kitab itu juga akan berdiri di tempatnya. Lalu saya membaca di Selected Messages, dan saya mendapati ini begitu menarik. Kalian tahu, Alkitab adalah buku yang mengagumkan, dan Roh Nubuat itu adalah pembantu yang luar biasa.

 

 

I’m reading it from page 109 in Selected Messages book two,  and it says, “All that God has in prophetic history specified to be fulfilled in the past has been, and all that is yet to come in its order will be. Daniel, Gods prophet, stands in his place…”  that's in his lot, “…John stands in his place.  In the Revelation the Lion of the tribe of Judah has opened to the students of prophecy the book of Daniel, and thus is Daniel standing in his place. He bears his testimony, that which the Lord revealed to him in vision of the great and solemn events which we must know as we stand on the very threshold of their fulfillment.”

So here he stands in his place, in other words, he fulfills a prophetic profile. And John and Daniel are to be linked together.

 

Saya membaca dari Selected Messages Vol. 2 hal 109 dan dikatakan, “Semua yang Allah punya dalam sejarah nubuatan untuk digenapi di masa lampau, sudah digenapi, dan semua yang masih akan datang sesuai urutannya, akan digenapi. Daniel, nabi Allah, berdiri di tempatnya…”  yaitu di bagiannya,    “…Yohanes berdiri di tempatnya. Di kitab Wahyu, Singa dari suku Yehuda telah membukakan kitab Daniel untuk para pelajar nubuatan, demikianlah  Daniel berdiri di tempatnya. Dia menyampaikan kesaksiannya, yang diungkapkan Tuhan kepadanya dalam penglihatan tentang peristiwa-peristiwa besar dan serius yang harus kita ketahui sementara kita sedang berdiri di ambang penggenapannya.” 

Jadi di sini Daniel berdiri di tempatnya, dengan kata lain, dia menggenapi suatu profil nubuatan. Dan Yohanes dan Daniel harus dikaitkan menjadi satu.

 

 

v   Now the gospel of John tells the story of Jesus in a totally different way to the other three gospels, the synoptic gospels, and we discussed that last time.

And then it has this information for God's people that are going to be faced with a crisis.

v   And then you have the epistles that John wrote, 1 John, 2 John, 3 John.

v   And then the book of  Revelation which links it all together.

And it's fascinating to me that when you study it and you study the Spirit of Prophecy with it, it tells you quite clearly that the events that are foretold for the time that we are living in, have to do with the authority of God and the Law of God.

 

v   Nah, injil Yohanes mengisahkan cerita Yesus dengan cara yang sama sekali berbeda dengan tiga injil yang lain, injil-injil sinoptik, dan yang lalu ini sudah kita bahas.

Kemudian ada informasi ini untuk umat Allah yang akan berhadapan dengan suatu krisis.

v   Kemudian ada surat-surat yang ditulis Yohanes, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes.

v   Lalu kitab Wahyu yang menghubungkan semuanya menjadi satu.

Dan yang menarik bagi saya ialah, ketika kita mempelajarinya dan kita mempelajari Roh Nubuat bersamanya, itu dengan jelas memberitahu kita bahwa peristiwa-peristiwa yang sudah dinubuatkan untuk masa di mana kita hidup sekarang, berkaitan dengan autoritas Allah dan Hukum Allah.

 

 

Now, we spoke last time about the order of the books, and that the Law would be far more prominent if the order had been retained.

Now the Law of God of course is the basis of His government, and the Sabbath is the symbol of His authority, to wield that authority and to implement or to make it the basis of His government. And the Devil is opposed to it, and he has an agent, and as these messages were unfolded ~ the First, Second, and Third Angels’ Messages ~ as they are unfolded in their time from 1843 to 1844 and onwards, they were enlightened by the Spirit of God and the whole conflict that was really highlighted in the Reformation, comes to its culmination in the book of  Revelation.  And we know what the enemy of God is doing to get rid of the basis of His government, the Law.

And in John's time, you must also put it in perspective, the Sabbath wasn't under attack. No, because they were all ~ the Christians and the Jews ~ were still keeping the real Sabbath. So he didn't even know when he was in Revelation giving it, that this authority will be attacked, that it was going to be about the Sabbath in the end.

 

Nah, yang lalu kita sudah bicara tentang urutan kitab-kitab, dan bahwa Hukum akan lebih menonjol andaikan susunannya yang lama dipertahankan.

Nah, Hukum Allah tentunya adalah dasar pemerintahanNya, dan Sabat adalah simbol autoritasNya, untuk menggunakan autoritas itu dan mengimplementasi atau menjadikannya dasar dari pemerintahanNya. Dan Iblis menentang itu, dan dia memiliki sebuah agen, dan ketika pesan-pesan ini diungkapkan ~ Pekabaran Malaikat Pertama, Kedua dan Ketiga ~ ketika mereka diungkapkan di masa mereka dari 1843 hingga 1844 dan seterusnya, pekabaran-pekabaran itu diterangi oleh Roh Allah dan seluruh konflik yang disorot di Reformasi, tiba pada puncaknya dalam kitab Wahyu. Dan kita tahu apa yang dilakukan musuh Allah untuk melenyapkan dasar pemerintahanNya.

Dan di zaman Yohanes, kita juga harus menempatkannya dalam perspektif, Sabat tidak diserang. Tidak, karena mereka semuanya ~ orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi ~ masih memelihara Sabat yang benar. Jadi Yohanes bahkan tidak tahu ketika dia menyampaikannya di kitab Wahyu bahwa autoritas ini akan diserang, bahwa pada akhirnya, yang akan menjadi masalah adalah Sabat.

 

 

Yes, and the interesting thing is, if you're relate it back to the duty of God's people in the end and why it's important that we understand these things, then we must turn to Isaiah chapter 58, because this relates  the duty of God's people.

So Isaiah chapter 58 talks about a people that will restore the old waste places,  and it talks about the fast that God requires, that changes the heart. And verse 7 it says, or in verse 6 actually, 6 Is not this the fast that I have chosen? To loose the bands of wickedness, to undo the heavy burdens, and to let the oppressed go free, and that ye break every yoke?...” that is the purpose of evangelism. That's the purpose of it.  “…7 Is it not to deal thy bread to the hungry…” now this is very important, because we're going to talk about the gospel of John, and we will discuss certain issues there where the bread becomes very important in a spiritual sense. So if we read this, spiritually  “…7 Is it not to deal thy bread to the hungry and that thou bring the poor that are cast out to thy house? When thou seest the naked, that thou cover him; and that thou hide not thyself from thine own flesh?...” This is not only in a physical sense, this is a spiritual sense. In other words, the naked are those that are devoid of the righteousness of Christ, and those that are hungry are those that are not  being fed with the truths of the gospel.

 

Dan yang menarik ialah, jika kita mengaitkannya kembali ke tugas umat Allah di akhir zaman dan mengapa penting bagi kita untuk mengerti hal-hal ini, maka kita harus menyimak Yesaya pasal 58, karena ini berkaitan dengan tugas umat Allah.

Jadi Yesaya 58 bicara tentang suatu umat yang akan memulihkan reruntuhan lama yang terbengkalai, dan itu bicara tentang puasa yang dikehendaki Allah, yang mengubah hati. Dan di ayat 6 dikatakan, 6 Bukankah puasa inilah yang telah Kupilih? Untuk membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan beban-beban yang berat, untuk memerdekakan yang tertindas, dan mematahkan setiap kuk?…” itulah tujuan penginjilan. Itulah tujuannya. “…7 Bukankah untuk berbagi rotimu dengan orang yang lapar…”  nah, ini sangat penting, karena kita akan membahas injil Yohanes dan kita akan membahas isu-isu tertentu di sana di mana roti menjadi sangat penting dalam pengertian spiritual. Maka jika kita membaca ini dalam makna spiritual, “…7 Bukankah untuk berbagi rotimu dengan orang yang lapar  dan engkau membawa orang miskin yang terusir ke rumahmu?  Bila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan dirimu dari saudaramu sendiri?…”  Ini bukan hanya dalam pengertian fisik, ini dalam pengertian spiritual. Dengan kata lain, yang telanjang adalah mereka yang sama sekali tidak mengetahui kebenaran Kristus, dan yang lapar adalah mereka yang tidak diberi makan dengan kebenaran injil.

 

 

And the interesting thing is, it says, many of them were “cast out of thy house” in other words, God's own people trampled on His possession, and made their lives a misery. And there will be a gathering time and God will set the record straight and bring them back.

That's interesting, again in the previous one  we also mentioned, they're coming into the house, so nobody's leaving the house. So if you are saying, you must leave because the house has become Babylon, well, the house was corrupt because many were cast out of the house and many have been trampled upon, but God will gather them again, He'll bring them back into the house.

 

Dan yang menarik ialah, dikatakan bahwa banyak dari mereka “dicampakkan keluar dari rumahmu”, dengan kata lain, umat Allah sendiri menginjak-injak milikNya dan membuat hidup mereka sengsara. Dan akan ada waktu pengumpulan dan Allah akan memperbaiki yang salah dan membawa mereka kembali.

Itu menarik, di pelajaran yang lalu kami juga sudah mengatakan bahwa mereka akan masuk ke dalam rumah, jadi tidak ada yang meninggalkan rumah. Maka jika kita mengatakan kita harus pergi karena rumah itu sudah menjadi Babilon, nah, rumah itu rusak gara-gara banyak yang dikeluarkan dari rumah itu dan banyak yang diinjak-injak, tetapi Allah akan membawa mereka kembali lagi, Dia akan membawa mereka kembali ke rumah itu.

 

 

And then verse 8, “…8 Then shall thy light break forth as the morning, and thine health shall spring forth speedily; and thy righteousness shall go before thee; the glory of the LORD shall be thy rereward ….” this is such a wonderful promise. In other words, you'll be surrounded by the righteousness of Christ, and He will go before you, and He will be behind you. He will hedge you in.  “… 9 Then shalt thou call, and the LORD shall answer; thou shalt cry, and He shall say…” I am here,  “…‘Here I am’. If thou take away from the midst of thee the yoke, the putting forth of the finger, and speaking vanity…”  You know people place yokes on other people, by constantly criticizing, this is just the nature of humanity it seems; and place burdens upon them that God never required. And you know, one of the great burdens that the Jewish nation placed upon its own people were the exacting rules and regulations particularly with regards to the Sabbath. “…10 And if thou draw out thy soul to the hungry, and satisfy the afflicted soul; then shall thy light rise in obscurity, and thy darkness be as the noon day…”  what a beautiful promise. So no self-centered religion can be placed into this setting. So what was the character of the leadership like, that God had to make a statement like that? They were boastful, and proud, and full of themselves probably. And then this beautiful promise in verse 11, “…11 And the LORD shall guide thee continually, and satisfy thy soul in drought, and make fat thy bones: and thou shalt be like a watered garden, and like a spring of water, whose waters fail not. 12 And they that shall be of thee shall build the old waste places: thou shalt raise up the foundations of many generations; and thou shalt be called, The repairer of the breach, The restorer of paths to dwell in…”

 

Lalu ayat 8, 8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar, dan kesehatanmu akan segera timbul; dan kebenaranmu akan berada di depanmu, kemuliaan TUHAN akan menjadi penjaga belakangmu…”  ini janji yang begitu indah. Dengan kata lain, engkau akan dikelilingi oleh kebenaran Kristus, dan Dia akan berjalan di depanmu, dan Dia akan ada di belakangmu, Dia akan memagari engkau di dalam.   “…9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak dan Ia akan berkata,…”Aku di sini,  “…‘Ini Aku!’ Apabila engkau menyingkirkan kuk dari tengah-tengahmu, jari yang menuding orang, dan membicarakan hal yang sia-sia…” Orang menempatkan kuk pada orang lain dengan terus-menerus mengeritik, sepertinya itu adalah kodrat kemanusiaan; dan menempatkan beban pada mereka yang tidak pernah diminta Allah. Dan kalian tahu, salah satu beban besar yang ditempatkan orang Yahudi pada bangsanya sendiri adalah peraturan-peraturan dan syarat-syarat ketat terutama berkenaan dengan Sabat. “…10 Apabila engkau berbelaskasihan kepada yang lapar, dan memuaskan hati orang yang tertindas, maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari…”  Betapa indahnya janji ini. Jadi tidak ada agama yang mementingkan diri yang bisa ditempatkan dalam tatanan ini. Jadi seperti apakah karakter para pemimpin sehingga Allah harus membuat pernyataan seperti itu? Mereka suka membual, dan sombong, dan kira-kira menganggap diri sendiri yang terbaik. Kemudian janji yang indah ini di ayat 11, “…11 Dan TUHAN akan senantiasa menuntun engkau dan akan memuaskan hatimu di musim kekeringan, dan akan menguatkan tulang-tulangmu; engkau akan seperti taman yang diairi dan seperti mata air yang airnya tidak pernah habis. 12 Dan mereka dari antaramu akan membangun tempat-tempat reruntuhan tua yang terlantar. Kamu akan menegakkan dasar-dasar dari banyak generasi; dan kamu akan disebut ‘Yang memperbaiki yang terbobol’, ‘Pemulih jalan-jalan untuk dihuni’.

 

 

Martin, who's He talking about here? He's talking about the remnant that will come out. Yes, because this is reminiscent of  Revelation 12:17 the remnant that will remain, 12 And they that shall be of thee…” those that come forth out of this truth,  they “…shall build the old waste places…”,  in other words, many a truth has been buried in rubble, it's a wasted place,  it has to be repaired, “…thou shalt raise up the foundations of many generations…”

So Martin, even the foundation has been destroyed. Now what is the foundation? “I will put enmity between thee and the woman…”  that was the first gospel message ever preached, and this gospel message, this everlasting gospel, must be restored.

 

Martin, Dia bicara tentang siapa di sini? Dia bicara tentang umat yang sisa yang akan muncul. Ya, karena ini mengingatkan kita kepada Wahyu 12:17, umat yang sisa yang akan tersisa, 12 Dan mereka dari antaramu…” mereka yang dihasilkan oleh kebenaran ini, mereka    “…akan membangun tempat-tempat reruntuhan tua yang terlantar…”  dengan kata lain, ada banyak kebenaran yang tertimbun di bawah reruntuhan, tempat yang terlantar, yang harus diperbaiki.  “…Kamu akan menegakkan dasar-dasar dari banyak generasi…”

Jadi Martin, bahkan fondasinya telah dirusak. Nah, fondasinya itu apa? 15Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini(Kej. 3:15)itulah pekabaran injil yang pertama yang disampaikan, dan pekabaran injil ini, injil yang kekal ini, harus dipulihkan.

 

 

Now, the interesting thing is, the Christian world today has rejected the Law of God. They pay it lip service sometimes, but they have basically made it null and void, right? Okay, but if the Law is the basis of God's government then it cannot be made null and void and it cannot be divorced from the gospel, because if you divorce the Law from the gospel, then there is no need for Christ to die. And like we've said before as well, the fact that He died proves that the Law stands. So you cannot divorce the Law, it's the basis of everything. It's because the Law was transgressed that death came into the world, that a Savior was required. So we have to restore those old waste places, and build up that foundation from the ground up. “Many generations”, so it's not only this generation that has lost the plot, they lost the plot throughout history, because there's an adversary, and then this people they shall be called “the repairer of the breach,  the restorers of paths to dwell in”. Now a breach was in the wall. Now the wall always stood for the Law, the wall of protection. There was a breach in it.

 

Nah, hal yang menarik ialah dunia Kristen hari ini telah menolak Hukum Allah. Terkadang mereka bicara tentangnya ala kadar, tetapi pada dasarnya mereka menjadikan itu nihil dan tidak berarti, benar? Baiklah, tetapi jika Hukum adalah dasar pemerintahan Allah, maka itu tidak bisa dijadikan nihil dan tidak berarti, dan itu tidak bisa dipisahkan dari Injil, karena jika Hukum dipisahkan dari injil maka Kristus tidak usah mati. Dan seperti yang kami katakan sebelumnya, fakta bahwa Kristus mati membuktikan bahwa Hukum itu tetap ada. Jadi kita tidak bisa memisahkan Hukum, itu adalah dasar segala sesuatu. Justru karena Hukum telah dilanggar sehingga maut masuk ke dalam dunia maka dibutuhkan seorang Juruselamat. Jadi kita harus memulihkan tempat-tempat reruntuhan tua yang terlantar itu, dan membangunnya kembali dari fondasi ke atas. “banyak generasi…” jadi bukan hanya generasi ini yang telah kehilangan rancangannya, mereka telah kehilangan rancangan itu sepanjang sejarah, karena adanya musuh. Kemudian umat ini, mereka akan disebut  “Yang memperbaiki yang terbobol”, “Pemulih jalan-jalan untuk dihuni”. Sekarang ada lubang di dindingnya. Nah, dinding selalu melambangkan Hukum, dinding pelindung. Ada lubang di sana.

 

 

And then it has to give us some details as to what that breach was, right? And verse 13 is actually in the original a new paragraph. So let's read this. This is very important.

13 If thou turn away thy foot from the Sabbath, from doing thy pleasure on My holy day…”

what is the Lord's day? Sabbath. So how can the Christian world claim that when John speaks about being in vision on the Lord's day that that was Sunday? It's incomprehensible! And it actually means that a little bit of a lack of study, because if you study this, you cannot go wrong. You cannot go wrong, this is the only definition of what the Lord's day is, because He says,  “My holy day” it's not our day. People always say, “You keep your Sabbath and I’ll keep mine. And I say,  No, no, no! I keep the Lord's Sabbath, you are keeping a human Sabbath.

“…and call the Sabbath a delight, the holy of the LORD, honourable; and shalt honour Him, not doing thine own ways, nor finding thine own pleasure, nor speaking thine own words…”  is it important the Sabbath? Pivotal, right?  So is it just a question of a day, Martin? No, no, no! There's a much, much, deeper meaning. Everything hangs on itu, authority. Let me just read that first section again. “…“13 If thou turn away thy foot from the Sabbath…” now what do you do with your foot? Don't you trample under foot! So in other words, that the Sabbath will be trampled under foot. And if you stop doing that, stop trampling My Sabbath underfoot, then what will be the consequences?   “…14 Then shalt thou delight thyself in the LORD; and I will cause thee to ride upon the high places of the earth, and feed thee with the heritage of Jacob thy father…” the heritage of Jacob thy father is eternal life,  “…for the mouth of the LORD hath spoken it.”

 

Kemudian diberikan beberapa detail tentang apa lubang itu, benar? Dan ayat 13 di naskah aslinya adalah paragraf baru. Jadi mari kita  baca, ini sangat penting.

13 Apabila kamu tidak menginjak-injak hari Sabat, tidak melakukan kesenangan kamu sendiri pada hari kudus-Ku…” 

hari Tuhan itu yang mana? Sabat. Jadi mengapa dunia Kristen mengklaim ketika Yohanes bicara bahwa dia mendapat penglihatan pada hari Tuhan, itu dikatakan hari Minggu? Sungguh tidak bisa dimengerti! Dan itu sebenarnya menandakan kurangnya mempelajari karena jika dipelajari, orang tidak bisa salah tentang ini. Orang tidak bisa salah, karena inilah satu-satunya definisi hari Tuhan itu apa, karena di sini dikatakan “hari kudus-Ku”,  itu bukan hari milik kita. Orang selalu mengatakan “Kamu pelihara saja Sabatmu, dan saya memelihara punyaku.” Dan saya berkata, “Tidak, tidak, tidak! Saya memelihara Sabat Tuhan sedangkan kamu memelihara sabat buatan manusia.”  

“…dan menyebut Sabat suatu yang menyenangkan’, hari kudus TUHAN, yang dihormati; dan akan menghormati Dia, tidak melakukan kehendakmu sendiri atau mencari kesenanganmu sendiri, atau mengucapkan kata-katamu sendiri…”  Apakah Sabat itu penting? Sangat penting, bukan? Jadi apakah itu hanya masalah hari, Martin? Tidak, tidak, tidak! Ada makna yang jauh lebih mendalam. Semua tergantung di sana, autoritas. Saya akan membacakan bagian yang pertama lagi,   “…13 Apabila kalian tidak menginjak-injak hari Sabat…”  Nah apa yang kita laukan dengan kaki kita? Jangan menginjak-injak! Maka dengan kata lain, Sabat ini akan diinjak-injak. Dan jika orang berhenti melakukan itu, berhenti menginjak-injak SabatKu, maka apa konsekuensinya? “…14 maka kamu akan bersenang-senang dalam TUHAN, dan Aku akan membuat kamu berkendaraan ke tempat-tempat yang tinggi di bumi dan memberi kamu makan dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu…”  milik pusaka Yakub bapa leluhurmu adalah hidup kekal,  “…sebab mulut Tuhan-lah yang telah mengatakannya.”              

 

 

So Martin, can we divorce the Law, and particularly the Sabbath, from the end time message? Actually the Sabbath will re-emphasize the importance of keeping the whole Law. All right, and it also emphasizes the relationship. It is the breach in the wall, because it attacks the authority of God, and attacks the basis of His government.

Jesus said in the Old Testament in prophetic terms, “I delight to do Thy will.” So this is a very pivotal section.

It's also very pivotal “the delight” because how many people say it's a burden, the Sabbath. Aha! Now let's just look at that one.

 

Jadi Martin, bisakah kita memisahkan Hukum, terutama Sabat, dari pekabaran akhir zaman? Sesungguhnya Sabat akan memberikan penekanan ulang kepada pentingnya memelihara keseluruhan Hukum. Dan itu juga menekankan hubungannya. Itulah lubangnya yang ada di dinding karena itu menyerang autoritas Allah, dan menyerang dasar pemerintahanNya.

Yesus berkata di Perjanjian Lama dalam ungkapan nubuatan, 8  Aku suka melakukan kehendak-Mu…” (Maz. 40:8) jadi ini adalah bagian intinya yang sangat penting.

“suka”nya juga bagian yang inti karena banyak orang mengatakan bahwa Sabat itu beban. Aha! Nah, mari kita simak ini.

 

 

Now Jesus, did He make Sabbath issues prominent in His ministry? Definitely, like we've mentioned the pool of Bethesda. All of those miracles, those seven Sabbath miracles and  they incensed the Jews. But here it says quite plainly,  you must “call the Sabbath a delight”. Now the one who was healed, the one who was loosened from this yoke of bondage, was he joyful on that day? He leaped. He leaped, right? Who was miserable? The people that were keeping Sabbath, but on their terms.

Let's put it in a modern context. If you delight yourself in the Sabbath today who is miserable? The rest of the Christian world. The rest of the Christian world is miserable. Nothing has changed. Nothing has changed. So we cannot divorce this from our study of what John has to say, right? So we need to understand that John is not only lifting up Christ in the stories that he tells, he is lifting up the Law, he's lifting up the Sabbath by relating what Christ did on those particular days, loosening the yoke, and how He rebuked those Pharisees and say, “Just think about it, this woman who has been suffering all these years, and you don't want to release her from this yoke on the Sabbath day? Unbelievable, right? So you can have a right concept of the Sabbath, you can have a wrong concept of the Sabbath. You can have a right understanding of what true religion is, and you can have a wrong understanding. You can have a  liberating view and you can have a yoke view. It's been like that all along.

 

Nah, apakah Yesus membuat isu-isu Sabat ini menonjol dalam ministriNya? Jelas iya, seperti yang sudah disebutkan tentang penyembuhan di kolam Betesda. Semua mujizat itu, ketujuh mujizat yang dilakukanNya pada hari Sabat itu membuat murka orang-orang Yahudi. Tetapi di sini dikatakan dengan sangat jelas, kita harus  “menyebut Sabat suatu yang menyenangkan”. Nah, dia yang disembuhkan, dia yang dilepaskan dari belenggunya, apakah dia bersukacita pada hari itu? Dia melompat-lompat, benar? Siapa yang tidak senang? Mereka yang memelihara Sabat menurut peraturan mereka sendiri.

Mari kita membuat ini dalam konteks modern.

Jika hari ini hati kita gembira dengan Sabat, siapa yang tidak senang? Semua yang lain dari dunia Kristen. Seluruh dunia Kristen menjadi tidak senang. Tidak ada yang berubah. Jadi kita tidak bisa memisahkan ini dari pelajaran kita mengenai apa yang dikatakan Yohanes, benar? Jadi kita perlu memahami bahwa Yohanes bukan saja mengangkat tinggi Kristus dalam kisah-kisah yang diceritakannya, dia mengangkat tinggi Hukum, dia mengangkat tinggi Sabat dengan mengaitkan apa yang dilakukan Kristus pada hari-hari tersebut, melepaskan kuk, dan bagaimana Kristus menegur orang-orang Farisi itu dan berkata, “Pikirkan saja, perempuan ini yang sudah menderita selama bertahun-tahun ini, kamu tidak mau melepaskannya dari kuk itu pada hari Sabat? Sungguh terlalu, bukan?

Jadi kita bisa punya konsep yang benar tentang Sabat, kita bisa memiliki konsep yang salah tentang Sabat. Kita bisa punya pemahaman yang benar tentang agama yang benar, dan kita bisa punya pemahaman yang salah. Kita bisa memiliki pandangan yang memerdekakan dan kita bisa memiliki pandangan yang membelenggu. Sudah seperti itu sejak lama.

 

 

So that brings us now to our further study. Now last time we also had this quote, so let's just put this quote there again, comes from the Review and Herald June 18, 1901 par. 3 “The will of God in regard to His people is plainly expressed in the 6th, 13th, 14th, 15th, 16th, and 17th chapters of John…” the chapters after that deal with the events of the crucifixion, but the instruction to God's people, to that group that was to receive the former rain we find it in these chapters. We need to understand the 6th, the 13th, the 14th, the 15th, the 16th, and the 17th chapter of John. This was when Judas was already gone, like you've mentioned. He leaves in the 13th chapter. So this is for the disciples, or for the end time people only. So Martin, this is what we want to do in this study.  We want to go through the 6th, the 13th, the 14th, the 15th, the 16th, and the 17th chapter of John and see what instruction there is for God's people. And this is  “…The divine antidote for the sin of the whole world is contained in the gospel of John…” that's a powerful statement, right? So is it important that we study it? Well, it's the antidote.  “…‘Whoso eateth My flesh and drinketh My blood,’ Christ declared, ‘hath eternal life, and I will raise him up at the last day.’ He may die as Christ died, but the life of the Savior is in him. His life is hid with Christ in God. ‘I am come that they might have life,’ Jesus said, ‘and that they might have it more abundantly.’ He carries on the great process by which believers are made one with Him in this present life, to be one with Him throughout all eternity.”

 

Jadi itu membawa kita ke pelajaran kita selanjutnya. Nah, yang lalu kita sudah melihat kutipan ini, jadi mari kita masukkan kutipan ini di sini lagi, yang berasal dari Review and Herald, 18  Juni, 1901, par. 3, “Kehendak Allah sehubungan dengan umatNya dinyatakan dengan jelas di pasal 6, 13, 14, 15, 16, dan 17 kitab Yohanes.…”  pasal-pasal setelah ini berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penyaliban, tetapi instruksi kepada umat Allah, kepada kelompok itu yang akan menerima hujan awal, kita dapati di pasal-pasal ini. Kita perlu memahami pasal-pasal 6, 13, 14, 15, 16, dan 17 dari Yohanes. Ini adalah setelah Yudas pergi. Yudas pergi di pasal 13. Nah, pesan-pesan ini diperuntukkan para murid, atau bagi umat akhir zaman saja. Jadi Martin, inilah yang mau kita lakukan di pelajaran ini. Kita mau membahas pasal-pasal  6, 13, 14, 15, 16, dan 17 dari kitab Yohanes dan menyimak apa petunjuknya di sana bagi umat Allah. Dan itu ialah,   “…Obat ilahi bagi dosa seluruh dunia terdapat di dalam injil Yohanes. …”  ini adalah pernyataan yang kuat, bukan? Jadi apakah penting kita harus mempelajarinya dengan benar? Itulah obatnya. “…54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,’ kata Kristus, ‘mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada hari yang terakhir.’ (6:54) Mungkin dia akan mati sebagaimana Kristus mati, tetapi hidup Sang Juruselamat ada dalam dirinya. Hidupnya tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. ‘Aku datang, supaya mereka boleh mempunyai hidup, dan agar mereka boleh mempunyainya lebih berlimpah.’(10:10). Dia yang melanjutkan proses besar itu di mana orang-orang percaya djadikan satu denganNya di kehidupan yang sekarang, untuk menjadi satu denganNya selama kekekalan.”

 

 

So let's turn to the gospel of John and go to chapter 6. We came up to chapter 5 last time. Now why is chapter 6 so important? Well, we just read what the task of God's people is at the end of time, it's to feed the hungry and to share the bread, right? So we need to understand what is meant when we are to share the bread.

 

Jadi mari kita ke injil Yohanes dan ke pasal 6. Yang lalu kita sudah sampai pasal 5. Nah, mengapa pasal 6 begitu penting? Nah, kita baru membaca apa tugas umat Allah pada akhir zaman, yaitu memberi makan yang kelaparan dan berbagi rotinya, benar? Jadi kita perlu mengerti apa yang dimaksud dengan kita harus berbagi roti.

 

 

Chapter 6

So 1 After these things Jesus went over the sea of Galilee, which is the sea of Tiberias. 2 And a great multitude followed Him, because they saw His miracles which He did on them that were diseased. 3 And Jesus went up into a mountain, and there He sat with His disciples. 4 And the passover, a feast of the Jews, was nigh. 5 When Jesus then lifted up His eyes, and saw a great company come unto Him, He saith unto Philip, ‘Whence shall we buy bread, that these may eat?’...” Now just think in terms of the gospel message, come buy without price without money, come buy bread and wine. So we are dealing here with the gospel message. So He's actually testing Philip. He's saying to Philip, “Where will we get bread for all of these people?” And of course they're thinking  literally, and Jesus is thinking spiritually. He wants to give them a message. So it tells us this, “…6 And this He said to prove him: for He himself knew what He would do. 7 Philip answered Him, ‘Two hundred pennyworth of bread is not sufficient for them, that every one of them may take a little.’…” now a penny was a day's wages, so 200 days’ wages is not enough to feed these people.  “…8 One of His disciples, Andrew, Simon Peter's brother, saith unto Him, ‘ 9 There is a lad here, which hath five barley loaves, and two small fishes: but what are they among so many?’...” there's a lot of symbolism in the barley loaves and the two small fishes. Now barley was the early harvest, wheat was the late harvest. So when it speaks about barley loaves, we're talking about the early rain.  So there are five barley loaves. Five is the number of humanity as we’ve said, five senses. And then there are two small fishes. Now a fish was the symbol of humanity that would be caught by the net, right? Now there are two small fishes, now why two small fishes? The interesting thing is, what is catching them? The gospel. The gospel is catching them. And where is the gospel written? The Old and the New Testament, so that's two portions, right? So people look at this and they want to make literal arguments about whether it's right to eat fish or not. This is ridiculous. We're dealing with a spiritual issue here. It's not a dietary plan here.

 

Pasal 6

Jadi, 1 Sesudah itu Yesus pergi menyeberangi danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 2 Dan orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka telah melihat mujizat-mujizatNya, yang dilakukanNya pada mereka yang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung, dan di situ Ia duduk dengan murid-murid-Nya. 4 Dan Passah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 Ketika Yesus mengangkat matanya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, ‘Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?’…”  Nah, coba kita berpikir dalam konteks pekabaran injil, datanglah membeli tanpa harga dan tanpa uang, datanglah membeli roti dan anggur (Yes. 55:1). Jadi kita di sini berurusan dengan pekabaran injil. Maka Yesus sesungguhnya sedang menguji Filipus. Dia berkata kepada Filipus, “Di mana kita bisa mendapat roti untuk semua orang ini?” Dan tentu saja para murid menganggap ini literal, sementara Yesus maksudnya spiritual. Yesus mau memberi mereka suatu pekabaran. Jadi kita diberitahu demikian, “…6 Dan ini dikatakan-Nya untuk menguji dia ( = Filipus), sebab Ia Sendiri tahu, apa yang akan dilakukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya, ‘Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka agar masing-masing boleh mendapat sedikit.’…”  nah, satu dinar itu upah satu hari kerja, jadi ini upah 200 hari kerja pun tidak cukup untuk memberi makan semua orang itu. “…8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, 9 ‘Ada seorang anak di sini, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan kecil; tetapi apalah artinya itu untuk orang sebanyak ini?’…”  Ada begitu banyak simbolisme dalam roti jelai dan dua ikan kecil. Nah, jelai itu panen yang awal, gandum itu panen yang akhir. Jadi ketika ini bicara tentang ketul-ketul jelai, maka yang dibicarakan ialah tentang hujan awal. Jadi ada lima ketul jelai. Lima adalah angka kemanusiaan seperti yang sudah kami katakan, lima indera. Kemudian ada dua ikan kecil. Nah seekor ikan adalah simbol kemanusiaan yang akan ditangkap dalam jaring, benar? Nah, di sini ada dua ikan kecil, nah mengapa dua ikan kecil? Yang menarik ialah apa yang menangkap mereka? Injil. Injil yang menangkap mereka. Dan di manakah injil tertulis? Di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, jadi itu dua bagian, benar? Maka manusia melihat ini dan mereka mau membuat argumentasi literal bahwa makan ikan itu benar. Ini konyol. Di sini kita sedang bicara tentang isu spiritual, bukan mengenai pola makanan. 

 

 

So we're dealing with barley loaves, we're dealing with the outpouring of the former rain. And what is applicable to the former rain must also be applicable to the latter rain. So I’ve got five here that's enough for all of humanity and there are two small fishes here there are two things that have been brought into this gospel. So let's talk about God's Word. 

 

Jadi kita berurusan dengan ketul jelai, kita berurusan dengan pencurahan hujan awal. Dan apa yang berlaku untuk hujan awal tentunya juga berlaku bagi hujan akhir. Jadi ada lima di sini, itu cukup untuk seluruh kemanusiaan, dan ada dua ikan kecil di sini. Jadi ada dua hal yang dibawa masuk ke injil ini. Mari kita  bicara tentang Firman Allah.

 

 

“… 10 And Jesus said, ‘Make the men sit down.’ Now there was much grass in the place. So the men sat down, in number about five thousand…” again you have the number five.  “…11 And Jesus took the loaves; and when He had given thanks, He distributed to the disciples, and the disciples to them that were set down; and likewise of the fishes as much as they would…” Interesting, right? There's always a little twist there. I love the way these things are written.

 

10 Dan Yesus berkata, ‘Suruhlah orang-orang itu duduk.’ Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, banyaknya kira-kira lima ribu laki-laki…”  lagi-lagi kita bertemu dengan angka 5. “…11 Dan Yesus mengambil ketul-ketul roti itu, dan setelah Dia mengucap syukur, Dia membagi-bagikannya kepada para murid, dan para murid kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki…”  Menarik, bukan? Selalu ada makna yang istimewa di sana. Saya suka bagaimana hal-hal ini ditulis.  

 

 

Here is a principle in verse 11. Jesus took the loaves, and when He had given thanks He distributed to whom? To the disciples, and they to the people. Okay, so how does this work, Martin? So when it comes to dealing out the spiritual bread, Jesus will give you what you need if you do the necessary preparation. And then it is your duty to pass it on. That is the line of demarcation. So

1.   Jesus takes the loaves, the bread,

He gives thanks, He distributes to the disciples.

2.   The disciples to them which sat down.

And likewise of the fishes,  as much as they would. So you could take less or you could take more, right? As much as they would. You have a choice.

 

Di ayat 11 ada suatu rumus. Yesus mengambil ketul-ketul roti, dan setelah Dia mengucap syukur Dia membagikannya kepada siapa? Kepada para murid, dan mereka kepada orang banyak. Oke, jadi bagaimana kerjanya ini, Martin? Jadi mengenai membagikan roti spiritual, Yesus akan memberi kita apa yang kita perlukan, jika kita membuat persiapan yang diperlukan. Kemudian tugas kitalah untuk meneruskannya. Itulah garis demarkasinya. Jadi:

1.   Yesus mengambil ketul-ketul rotinya,

Dia mengucap syukur, lalu Dia membaginya kepada para murid.

2.   Para murid kepada mereka yang duduk.

Dan demikian juga ikannya, sebanyak yang mereka mau. Jadi kita bisa ambil lebih sedikit, kita bisa ambil lebih banyak, bukan? Sebanyak yang kita mau. Kita punya pilihan.

 

 

And  “…12 When they were filled, He said unto His disciples, ‘Gather up the fragments that remain, that nothing be lost.’…” that's important, right? Nothing may be lost. If you put it into this spiritual, you can get so much more than you understand what He means.

Okay so something might be thrown down but nothing will be lost, nothing. The Word of God will not return empty.

And I think of these stories, that are often read where you know people get angry, and there was a story about a man and I think it was in South America who was angry with the Bible, and he tore it up, when he threw it into the river, and downstream someone was catching fish and he saw it and he picked up one leaf after the other, and he put it together again. That was nice,  nothing was lost. 

 

Dan 12 Ketika mereka sudah kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Kumpulkanlah potongan-potongan yang tersisa, supaya tidak ada yang hilang.’…”  itu penting, kan? Tidak ada yang boleh hilang. Jika kita aplikasikan ini kepada yang spiritual, artinya kita bisa mendapatkan jauh lebih banyak daripada yang bisa kita pahami apa yang dimaksudNya. Baiklah. Jadi ada yang mungkin terbuang tetapi tidak ada yang boleh hilang, tidak ada. Firman Allah tidak akan kembali dengan hampa.

Dan saya teringat cerita-cerita ini yang sering dibacakan, orang yang marah, dan ada kisah tentang seseorang yang saya rasa di Amerika Selatan yang begitu marah kepada Alkitab, dan dia merobek-robeknya, dan membuangnya ke sebuah sungai. Dan di hilir sungai ada seseorang yang sedang memancing ikan, dan dia melihatnya dan dia memungutnya halaman demi halaman dan mengumpulkan semuanya kembali lagi. Itu indah, tidak ada yang hilang.

 

 

 “…13 Therefore they gathered them together, and filled twelve baskets…” How many disciples were there? Twelve around One, all right, so there was enough for each of them to have a basket to distribute,  “…with the fragments of the five barley loaves, which remained over and above unto them that had eaten. 14 Then those men, when they had seen the miracle that Jesus did, said, ‘This is of a truth that prophet that should come into the world.’ 15 When Jesus therefore perceived that they would come and take Him by force, to make Him a king, He departed again into a mountain Himself alone.”

So the people saw this miracle and said, “This must be the Messiah, we’ll make Him king!” Again they had a wrong concept, right? They wanted a solution to their immediate problem but they didn't necessarily want a solution to the soul  problem.  It's pretty much where we are today again, people want an earthly savior for an earthly kingdom. They want an earthly kingdom. 

 

“…13 Maka mereka pun mengumpulkannya, dan memenuhi dua belas bakul…”  Ada berapa murid di sana? 12 mengelilingi Satu, baiklah. Jadi ada cukup buat setiap orang dari mereka untuk mendapat satu bakul untuk dibagikan, “…dengan potongan-potongan dari kelima ketul roti jelai yang tersisa lebih daripada yang mereka makan. 14 Lalu orang-orang itu ketika mereka telah melihat mujizat yang dibuat Yesus, mereka berkata, ‘Ini benar-benar nabi itu, yang seharusnya datang ke dalam dunia.’ 15 Maka ketika Yesus tahu, bahwa mereka akan datang dan membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir kembali ke gunung, Seorang Diri.”

Jadi orang-orang menyaksikan mujizat ini dan berkata, “Ini tentunya Sang Messias, kita akan mengangkatNya menjadi raja!” Lagi-lagi mereka punya konsep yang salah, kan? Mereka menghendaki suatu solusi kepada masalah mereka yang sekarang, tetapi mereka tidak merasa memerlukan solusi bagi masalah jiwa. Ini mirip dengan kondisi kita sekarang. Manusia menginginkan seorang penyelamat duniawi untuk kerajaan yang duniawi. Mereka menginginkan suatu kerajaan duniawi.

 

 

It's interesting, Martin that the very next story we don't have to read at all, is a very interesting one, because here He is walking on the sea, because they left in their boats and a great wind blew, and there was a storm upon the water. And then Jesus came walking upon the sea. So He's the Master of the sea, and He's the one that can calm the sea. But this is a spiritual story of the storms that will rage amongst humanity, because the waters stand for the peoples, the multitudes, the nations. And here is One that is above the storm, He walks across the water.

 

Menarik, Martin, di kisah yang berikutnya ~ tidak usah kita  baca ~ itu adalah kisah yang sangat menarik karena di sini Yesus berjalan di atas laut; karena para murid meninggalkan tempat itu dalam perahu-perahu mereka, dan suatu angin besar berembus, dan ada badai di laut. Kemudian Yesus datang dengan berjalan di atas laut. Jadi Dialah Penguasa atas laut, dan Dialah yang bisa meredakan laut. Tetapi ini adalah kisah yang spiritual,  mengenai badai yang mengamuk di antara manusia karena air-air melambangkan kaum-kaum, orang banyak, bangsa-bangsa. Dan di sini ada Satu yang lebih berkuasa daripada badai. Dia berjalan di atas air.

 

 

And then there's another little miracle here. When Jesus said, “It is I,” 21 Then they willingly received Him…”  it says in verse 21,  “…into the ship: and immediately the ship was at the land whither they went.”

Here's another miracle, right? There were a number of those miracles, instant transportation. How did we get here? And God will perform miracles to help us to spread the gospel to wherever it is needed.

 

Kemudian ada mujizat kecil lain di sini. Ketika Yesus berkata, “Ini Aku,” 21 Lalu mereka bersedia menerimaNya…”  dikatakan di ayat 21, “…ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu berada di daratan yang mereka tuju…”  Di sini ada mujizat yang lain, bukan? Ada sejumlah mujizat seperti itu, dipindahkan langsung. Bagaimana kami bisa sampai di sini? Dan Allah akan membuat mujizat untuk membantu kita menyebarkan Injil ke mana pun itu dibutuhkan.

 

 

The next day, Martin, He again meets up with the people that were involved in this great miracle of the bread. And they came to seek for Him and He said, “You know, you come to seek Me because you were filled with physical bread.”

And there are many so-called loaves-and-fishes-Christians, who are there for the temporal advantages, but the deeper meaning often escapes them. 

And so now we need to understand what Jesus has to say to them. They say to Him, “How did You come here? Where did You come from? etc. And Jesus said, verse 26,  26 ‘Verily, verily, I say unto you, Ye seek Me, not because ye saw the miracles, but because ye did eat of the loaves, and were filled. 27 Labour not for the meat…” for the food  “…which perisheth, but for that meat which endureth unto everlasting life, which the Son of man shall give unto you: for Him hath God the Father sealed.’…” Interesting, right?   “…28 Then said they unto Him, ‘What shall we do, that we might work the works of God?’...” is that an important question? Definitely. “…29 Jesus answered and said unto them, ‘This is the work of God, that ye believe on Him whom He hath sent…” So if you believe in Christ then you will be empowered to do the works of God, because then you will want to be transformed, right?

And what is the works of God? It is to hand out the bread to the other people.

Why did Jesus come to this world? To seek and save the lost, right? And He shares that, because He hands it to the disciples, and the disciples are supposed to hand it to the other people.

 

Keesokan harinya, Martin, Yesus kembali bertemu dengan orang-orang yang terlibat dalam mujizat besar roti itu. Dan mereka datang untuk mencariNya dan Dia berkata, “Kalian datang mencari Aku karena kalian kenyang dengan roti fisik.” (6:26)

Dan ada begitu banyak orang Kristen abal-abal yang demi roti dan ikannya, yang hadir demi keuntungan duniawinya, namun maknanya yang lebih mendalam sering tidak mereka tangkap.

Maka sekarang kita perlu mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka. Mereka berkata kepadaNya, “Bagaimana Engkau datang kemari? Engkau datang dari mana?” dll. Dan Yesus berkata, ayat 26, 26 ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat mujizatnya, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan dikenyangkan. 27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang dimeteraikan oleh Allah Bapa.’…”  menarik, bukan?  “…28 Lalu kata mereka kepada-Nya, ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami boleh mengerjakan pekerjaan Allah?’…”  Apakah ini pertanyaan yang penting? Betul sekali. “…29 Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Inilah pekerjaan Allah, yaitu supaya kamu mempercayai Dia yang diutusNya.’…” Maka jika kita mempercayai Kristus, maka kita akan diberi kuasa untuk melakukan pekerjaan Allah, karena pada waktu itu kita akan mau diubahkan, benar?

Dan pekerjaan Allah itu apa? Yaitu membagikan roti kepada orang lain.

Mengapa Yesus datang ke dunia? Untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, benar? Dan Dia membagikan tugas itu karena Dia menyerahkannya kepada para murid, dan para murid yang seharusnya menyerahkan kepada orang-orang lain.

 

 

It's amazing that they then ask Him, “…30 ‘What sign shewest Thou then, that we may see, and believe Thee? What dost Thou work?’...” it's amazing. Just the previous day showed them physically and now they don't understand. All right. Now here is the crux of the matter. They say to Him,  “… 31 Our fathers did eat manna in the desert; as it is written, He gave them bread from heaven to eat.’…” and now comes the spiritual application  “…32 Then Jesus said unto them, ‘Verily, verily, I say unto you, Moses gave you not that bread from heaven; but My Father giveth you the true Bread from heaven. 33 For the Bread of God is He…” not it  “…He…” it is a person  “…the Bread of God is He which cometh down from heaven, and giveth life unto the world.’…” so the gospel is personified, it is in a Person.  “…34 Then said they unto Him, ‘Lord, evermore give us this Bread.’ 35 And Jesus said unto them, ‘I am the Bread of life: he that cometh to Me shall never hunger; and he that believeth on Me shall never thirst.’…” Those are two powerful promises. Now if you were to take them literally then you would be disappointed, right? Because there will be times when you will be hungry, and there will be times when you will be thirsty. But this spiritual food and spiritual drink is for all eternity.

 

Mengagumkan mereka kemudian bertanya kepadaNya, 30…‘Tanda apakah yang Engkau tunjukkan kalau begitu, supaya dapat kami melihatnya dan mempercayaiMu? Engkau mengerjakan apa?…”  Mengagumkan. Baru hari sebelumnya mereka sudah ditunjukkan secara fisik, dan sekarang mereka tidak mengerti. Nah, inilah inti masalahnya. Mereka berkata kepadaNya, “…31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis, Dia memberi mereka roti dari sorga untuk dimakan.’…” dan sekarang ini aplikasi spiritualnya   “…32 Lalu kata Yesus kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bukan Musa yang memberikan kamu roti itu dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu Roti yang sejati dari sorga. 33 Karena Roti yang dari Allah ialah Dia…”  bukan “itu” (benda), “…Dia…”  satu Pribadi, “…Roti yang dari Allah ialah Dia  yang turun dari sorga dan  memberi hidup kepada dunia.’ 34 Maka kata mereka kepada-Nya, ‘Tuhan, berikanlah kami Roti itu senantiasa.’ 35 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Akulah Roti hidup; dia yang datang kepada-Ku, tidak akan pernah lapar; dan dia yang mempercayaiKu,  tidak akan pernah haus.’…”  Ini adalah dua janji yang sangat kuat. Nah, jika kita menganggap itu literal, maka kita akan kecewa, bukan? Karena akan ada saatnya ketika kita akan kelaparan, dan akan ada saatnya kita akan kehausan. Tetapi ini adalah makanan rohani dan minuman rohani untuk selama-lamanya.

 

 

36 But I said unto you, ‘That ye also have seen Me, and believe not. 37 All that the Father giveth Me shall come to Me; and him that cometh to Me I will in no wise cast out…” that's an amazing promise. In other words, “seek and you will find”.  “…38 For I came down from heaven, not to do Mine own will, but the will of Him that sent Me. 39 And this is the Father's will which hath sent Me, that of all which He hath given Me I should lose nothing, but should raise it up again at the last day…” So all that come to Christ with penitent hearts, and hunger and thirst, shall be filled and they shall be filled with the “He” not with the “it”, and they will be raised up at the last day.  “…40 And this is the will of Him that sent Me, that every one which seeth the Son, and believeth on Him, may have everlasting life: and I will raise him up at the last day…”

So how does this work? “Believe” that means by faith, so righteousness is by faith. But that wasn't acceptable to them. They wanted righteousness by works, but now they ask Him, “What are Your works?” And they receive an answer that they don't like, because the answer is, “You have to believe.” They want to hear something that they must do. Correct, just give me a recipe and I’ll bake the cake. But they don't get a recipe. You have to believe.

 

36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu, ‘Bahwa kamu juga telah melihat Aku, dan tidak percaya. 37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku; dan dia yang datang kepada-Ku, ia sama sekali tidak akan Kubuang…”  ini adalah janji yang mengagumkan. Dengan kata lain, “carilah maka engkau akan menemukan.”   “…38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku Sendiri, melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 39 Dan Inilah kehendak Bapa yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku, Aku tidak kehilangan apa pun, tetapi supaya Kubangkitkan lagi pada hari yang terakhir…”  Maka semua yang datang ke Kristus dengan hati yang bertobat, dan lapar serta haus, akan dipuaskan. Dan mereka akan dipuaskan oleh “Dia” bukan dengan benda, dan mereka akan dibangkitkan pada hari yang terakhir. “…40 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, supaya setiap orang, yang melihat Anak dan mempercayai Dia, boleh beroleh hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada hari yang terakhir…”

Jadi bagaimana cara kerjanya ini? “Mempercayai” berarti dengan iman. Jadi pembenaran itu oleh iman. Tetapi mereka tidak mau menerima ini. Mereka mau pembenaran oleh perbuatan. Tetapi sekarang mereka bertanya kepada Yesus, “Apa yang Engkau kerjakan?” Dan mereka menerima jawaban yang tidak mereka sukai, karena jawabannya ialah, “Kamu harus percaya.” Mereka ingin mendengar bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Ya, berikan saja resepnya kepada saya, dan saya yang membuat kue itu. Tapi mereka tidak mendapat resepnya. Mereka harus percaya.

 

 

Now this believing of course doesn't mean that you don't have to obey the Word because Jesus Himself said, “I came to do the will of Him who sent Me”. You see, if you put the faith in the right position, then the other will follow. Absolutely correct.

So what did they do when He said this? This is amazing.

So faith, in other words, doesn't negate works, but as you said, they must be in the right sequence, right? And they are ensconced in an individual who is Christ.

 

Nah, tentang mempercayai (beriman) ini tentunya tidak berarti bahwa kita lalu tidak perlu mematuhi Firman lagi karena Yesus Sendiri berkata, “Aku datang untuk melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” (6:38) Kalian lihat, jika kita meletakkan iman di posisinya yang tepat, maka yang lain-lain akan mengikuti.

Jadi apa yang mereka lakukan ketika Yesus mengatakan begitu? Ini luar biasa.

Jadi iman, dengan kata lain, tidak membatalkan perbuatan, tetapi seperti yang kau katakan, mereka harus berada di urutan yang tepat. Dan mereka harus terkandung dalam satu individu yaitu Kristus.

 

 

So verse 41 is rather surprising. 41 The Jews then murmured at Him…” they weren't happy with that, right? Is the Christian world today happy with that? No, they are happy with their version of it. So didn't the largest so-called Christian denomination call it an anathema to believe that the righteousness of Christ comes by faith alone? So they murmured at Him,  “…because He said, ‘I am the Bread which came down from heaven.’ 42 And they said, ‘Is not this Jesus, the son of Joseph, whose father and mother we know? How is it then that He saith, I came down from heaven?’ 43 Jesus therefore answered and said unto them, ‘Murmur not among yourselves. 44 No man can come to Me, except the Father which hath sent Me draw him; and I will raise him up at the last day…” that's the third time He made that promise, three times. And the Sadducees couldn't have been happy with that either, right? Because they didn't believe in the resurrection.  “…45 It is written in the prophets, ‘And they shall be all taught of God’…” Now prior, the gospel was administered by angels, so said Paul in the book of Hebrews. Now they will be taught of God. So who was standing in front of them? God.  “…Every man therefore that hath heard, and hath learned of the Father, cometh unto Me. 46 Not that any man hath seen the Father, save He which is of God, He hath seen the Father. 47 Verily, verily, I say unto you, he that believeth on Me hath everlasting life.’…”  What an amazing promise.

 

Nah, ayat 41 agak mengherankan. 41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi padaNya…”  mereka tidak senang dengan itu, bukan? Apakah dunia Kristen hari ini senang dengan itu? Tidak, mereka senang dengan versi mereka sendiri. Bukankah yang mengaku denominasi Kristen terbesar menyebut menyakini pembenaran Kristus datang dari iman saja itu anathema? Jadi mereka bersungut-sungut padaNya, “…karena Ia telah mengatakan, ‘Akulah Roti yang turun dari sorga.’ 42 Dan kata mereka, ‘Bukankah ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata, Aku turun dari sorga?’ 43 Maka Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Jangan kamu bersungut-sungut sendiri. 44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, kecuali Bapa yang telah mengutus Aku, menariknya, dan Aku akan membangkitkannya pada hari yang terakhir…”  Ini untuk ketiga kalinya Dia membuat janji ini, tiga kali. Dan orang-orang Saduki juga tidak mungkin senang dengan itu, bukan? Karena mereka tidak percaya ada kebangkitan. “…45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi, ‘Dan mereka semua akan diajari oleh Allah.’…” Nah, sebelumnya, injil itu disampaikan oleh malaikat, demikian kata Paulus di kitab Ibrani (1:14). Sekarang mereka akan diajari oleh Allah. Jadi siapa ini yang berdiri di depan mereka? Allah. “…Maka setiap orang yang telah mendengar, dan telah belajar dari Bapa, datang kepada-Ku. 46 Tidak ada seorang pun yang telah melihat Bapa, kecuali Dia yang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. 47 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, dia yang mempercayai Aku, mempunyai hidup yang kekal.’…” Betapa mengagumkannya janji ini.

 

 

48 I am that Bread of life. 49 Your fathers did eat manna in the wilderness, and are dead. 50 This is the Bread which cometh down from heaven, that a man may eat thereof, and not die. 51 I am the living Bread which came down from heaven: if any man eat of this Bread, he shall live for ever: and the Bread that I will give is My flesh, which I will give for the life of the world…” Here He declares himself God again. Yes, absolutely. “I am that living Bread”.  

 

48 Akulah Roti hidup itu. 49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan telah mati. 50 Inilah Roti yang turun dari sorga, agar orang boleh makan darinya dan tidak mati. 51 Akulah Roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau siapa pun makan dari Roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan Roti yang akan Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan supaya dunia hidup.’…”  Di sini Yesus mendeklarasikan Dirinya Allah lagi.  “…48 Akulah Roti hidup itu.”

 

 

And then “…52 The Jews therefore strove among themselves, saying, ‘How can this Man give us His flesh to eat?’…”  so they refused to make the spiritual application, they were thinking cannibalistically. “…53 Then Jesus said unto them, ‘Verily, verily, I say unto you, Except ye eat the flesh of the Son of man, and drink His blood, ye have no life in you. 54 Whoso eateth My flesh, and drinketh My blood, hath eternal life; and I will raise him up at the last day…” here's the promise again. So flesh is death, but blood is life, because the life is in the blood. So Christ gives His blood so that we might have life, and He dies in the flesh to be raised up into eternal life. And because we believe in Him we can be raised up with Him, if we are prepared to die to self. That is what it amounts to.

 

Kemudian, 52 Maka orang-orang Yahudi bertengkar di antara mereka sendiri, mengatakan, ‘Bagaimana Orang ini bisa memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?’…” Jadi mereka menolak membuat aplikasi spiritualnya, mereka berpikir secara kanibal. “…53 Lalu kata Yesus kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali kamu makan daging Anak Manusia, dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, mempunyai hidup kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada hari yang terakhir.’…”  ini janjinya lagi. Jadi daging itu mati, tapi darah itu hidup, karena hidup itu ada dalam darah. Jadi Kristus memberikan darahNya supaya kita boleh punya hidup, dan Dia mati dalam daging untuk dibangkitkan ke hidup kekal. Dan karena kita mempercayai Dia kita bisa dibangkitkan bersamaNya, jika kita bersedia mati kepada diri. Itulah kesimpulannya.

 

 

Now Martin, what does this mean, that you must eat the flesh? He says in verse 55, “…55 For My flesh is meat indeed, and My blood is drink indeed. 56 He that eateth My flesh, and drinketh My blood, dwelleth in Me, and I in him. 57 As the living Father hath sent Me, and I live by the Father: so he that eateth Me, even he shall live by Me. 58 This is that Bread which came down from heaven: not as your fathers did eat manna, and are dead: he that eateth of this Bread shall live for ever…” 

 

Nah, Martin, apa artinya ini, bahwa kita harus makan dagingNya? Dia mengatakan di ayat 55, 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Dia yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup telah mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga dia yang memakan Aku, maka dia akan hidup oleh Aku. 58 Inilah Roti yang telah turun dari sorga; bukan seperti nenek moyangmu makan manna dan mereka telah mati, dia yang  makan Roti ini akan hidup selama-lamanya."

 

 

Now let's just get another verse in the Bible to bring this into some context. I want to read Jeremiah 15:16, 16 Thy Words were found, and I did eat them; and Thy Word was unto Me the joy and rejoicing of Mine heart: for I am called by Thy name, O LORD God of hosts.”

Just mull that one over. Let's just turn back to the very first verse in the gospel of John and we should all know that one.  “In the beginning was the Word and the Word was with God and the Word was God” and the “Word” here in my Bible, in the KJV is capitalized, so “In the beginning was the Word and the Word was with God and the Word was God”. Jeremiah said 16 Thy Words were found, and I did eat them; and Thy Word was unto Me the joy and rejoicing of Mine heart: for I am called by Thy name, O LORD God of hosts.”  So what is the purpose of eating the flesh of the Son of God and drinking the blood? Internalizing His Word.

 

Nah mari kita simak ayat lain di Alkitab untuk membawa sedikit konteks kepada ini. Saya ingin membacakan Yeremia 15:16, 16 Kata-kataMu sudah ditemukan, dan aku memakannya; dan perkataan-Mu bagiku adalah sukacita dan kegembiraan hatiku, sebab aku dipanggil dengan nama-Mu, ya TUHAN Allah semesta alam.”

Renungkan saja ini. Mari kita kembali ke halaman pertama injil Yohanes dan kita semua seharusnya sudah kenal ini. 1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” dan “Firman” di sini di Alkitab saya, di KJV dicetak dengan huruf besar, jadi 1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”

Yeremia berkata, 16 Kata-kataMu ditemukan, dan aku memakannya; dan perkataan-Mu bagiku adalah sukacita dan kegembiraan hatiku, sebab aku dipanggil dengan nama-Mu, ya TUHAN Allah semesta alam.” Jadi apa tujuannya makan daging Anak Allah dan minum darahNya? Mencerna kata-kata-(Firman)Nya.

 

 

Now Martin, in today's world people are inclined to rely on experience, experiential religion, feel good religion. Not only that, I am led by the Spirit. Now the Spirit never works separate from the Word of God. If you take Catholicism which believes in the spiritual exercises of Ignatius Loyola which is totally divorced from the Word because it is based on a spiritual experience, now let's rephrase that “a spiritualistic experience”, which could be the voice of demons. It is. Because in the past there's been situations like in 1988, those people that had for five years all these experiences with angels and eventually the angels told them to get rid of some of the other members in their Bible study group. Yes, because they were a threat to the group. So you can be so indoctrinated by an experience that you even think that murdering somebody can be good. Well, doesn't the Bible say that eventually this power that is called Babylon will turn upon God's people and make laws to eradicate them? Yeah. Isn't that exactly the same thing that is going to happen on a universal scale, that happened here in a mini scale? Exactly. And they are going to think that by experience they're doing the will of God, they're doing God a favor.

 


Nah, Martin, di dunia hari ini orang-orang cenderung bersandar pada pengalaman, agama berdasarkan pengalaman, agama yang memberi merasa nyaman. Bukan hanya itu, saya dituntun oleh Roh. Nah, Roh tidak pernah bekerja terpisah dari Firman Allah. Jika kita lihat Katolikisme, yang mempercayai latihan spiritual Ignatius Loyola yang sama sekali terpisah dari Firman Allah karena itu berdasarkan pengalaman spiritual, nah, mari kita ubah frase itu sebagai “pengalaman spiritualistis”, yang bisa saja suara roh-roh gelap. Memang itu. Karena di masa lampau sudah ada peristiwa-peristwa seperti itu di 1988, orang-orang yang selama lima tahun punya pengalaman dengan roh-roh dan akhirnya roh-roh itu menyuruh mereka menyingkirkan beberapa anggota dalam grup studi Alkitab mereka. Ya, karena orang-orang itu dianggap mengancam grup tersebut. Jadi manusia bisa begitu terindoktrinasi oleh suatu pengalaman sehingga dia bahkan berpikir bahwa membunuh seseorang itu baik. Bukankah Alkitab berkata bahwa pada akhirnya kuasa yang disebut Babilon ini akan berpaling memusuhi umat Allah dan membuat peraturan-peraturan untuk melenyapkan mereka? Bukankah persis seperti itu yang akan terjadi dalam skala universal apa yang di sini terjadi dalam skala mini? Tepat sekali! Dan mereka akan berpikir bahwa melalui pengalaman itu mereka sedang melakukan kehendak Allah, mereka melakukan sesuatu yang menyenangkan Allah.

 

 

So let's make it quite plain and state it categorically. If you want to eat the flesh and drink the blood, in other words if you want to internalize the life of Christ and His character in you, where must you start? In the Word.

 

Jadi mari kita buat sederhana dan menyatakannya secara kategori. Jika kita mau makan daging dan minum darahNya, dengan kata lain jika kita mau mencerna hidup Kristus dan karakternya di dalam diri kita, di mana harus kita mulai? Di Firman Allah.

 

 

All right, what was the battle about in the Reformation? About the Word of God. The war raged about the Word of God, it was a conflict between the flesh and the blood of Christ the Word of God, internalizing the Word of God, a “thus says the Lord” as opposed to human laws and traditions. And it's so important to just reiterate the real truth, the real Word of God.

Now the people in the time of Christ wanted signs and wonders and Jesus said you will have no miracles, no signs except the sign of Jonah. You will see there was a death and there was a resurrection, that's the sign of Jonah, right? He was in the belly of the ground and He rose from the dead.

So here in the end we will only have one safe God, and that is the Word of God.

 

Baiklah. Di Reformasi Protestan, pertempurannya itu mengenai apa? Mengenai Firman Allah. Perang yang berkecamuk itu tentang Firman Allah. Itulah konflik antara daging dan darah Kristus, Firman Allah, mencerna Firman Allah, suatu “demikianlah sabda Tuhan” melawan peraturan-peraturan dan tradisi buatan manusia. Dan itu begitu penting untuk mengulang-ulangi kebenaran yang sejati, Firman Allah yang sejati.

Nah masyarakat di zaman Kristus minta tanda-tanda dan mujizat-mujizat, dan Yesus berkata, kepadamu tidak akan diberikan mujizat-mujizat atau tanda-tanda selain tanda Yunus. Kita lihat ada kematian dan ada kebangkitan, itulah tanda Yunus, bukan? Dia berada di dalam perut bumi dan Dia bangkit dari kematian.

Maka di sini, pada akhirnya kita hanya memiliki satu Allah yang aman, dan itu ialah Firman Allah.

 

 

We dare not trust our feelings. We dare not trust our emotions. Emotions are fine in their right place, as long as it's in harmony with the Word. This is the basis. This was the basis of Martin Luther. If it wasn't in the Scripture, then he was not going to be convinced. And he said it is not good to go against your conscience. So if you have a religion that is experiential, that tells you that the spirit tells you that something can be done that is contrary to this Word, then it is a lying spirit.

If the Christian world says that the Sabbath is not important when the Bible just told us that how important it is, then it is a lying spirit.

So this is very, very, important issue.

Now can you see why chapter 6 is so important? It takes us back to the Word. Takes you back to where your basis has to come from, your anchor is in the Word, which reflects Jesus.

 

Kita jangan mempercayai perasaan kita. Kita jangan mempercayai emosi kita. Emosi itu baik di tempatnya yang tepat, selama itu serasi dengan Firman. Itulah dasarnya. Itulah dasar Martin Luther. Jika itu tidak ada di Kitab Suci, maka dia tidak akan percaya. Dan dia berkata, tidaklah baik melawan hati nurani sendiri. Jadi jika kita menganut agama yang berdasarkan pengalaman, yang mengatakan kepada kita bahwa roh mengatakan kepada kita sesuatu yang bertentangan dengan Firman Allah itu boleh dilakukan, maka itu adalah roh penipu.

Jika dunia Kristen mengatakan bahwa Sabat itu tidak penting, padahal Alkitab mengatakan kepada kita betapa pentingnya itu, maka itu adalah roh penipu.

Jadi ini adalah isu yang amat sangat penting.

Nah, bisakah kalian sekarang mengerti mengapa pasal 6 itu begitu penting? Ini menggiring kita kembali kepada Firman. Membawa kita kembali ke mana dasar kita harus berada, jangkar kita ada pada Firman, yang memantulkan Yesus.

 

 

Now, interesting, Martin, that the people that listened to this they weren't overly excited, right? And so we read in verse 59, “…59 These things said He in the synagogue, as He taught in Capernaum. 60 Many therefore of His disciples, when they had heard this, said, ‘This is an hard saying; who can hear it?’ 61 When Jesus knew in Himself that His disciples murmured at it, He said unto them, ‘Doth this offend you? 62 What, and if ye shall see the Son of man ascend up where He was before?  63 It is the Spirit that quickeneth; the flesh profiteth nothing: the Words that I speak unto you, they are spirit, and they are life…” the Words that I speak to you, the Bible, the Word of God, Old Testament, the gospel in type and shadows, the New Testament, the gospel in verity. And the result is verse 66,  “…66 From that time many of His disciples went back, and walked no more with Him…”

 

Nah, menarik, Martin, bahwa orang-orang yang mendengarkan ini, mereka tidak menjadi sangat tertarik. Mari kita  baca di ayat 59,  “…59 Semuanya ini dikatakan Yesus di rumah ibadat, ketika Ia mengajar di Kapernaum. 60 Maka banyak dari muridNya, ketika mereka sudah mendengar ini, berkata, ‘Ini perkataan yang keras, siapa yang sanggup mendengarnya?’ 61 Ketika Yesus tahu dalam hati-Nya, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang itu, Ia berkata kepada mereka, ‘Apakah itu menyinggung perasaanmu? 62 Bagaimana, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh, dan mereka adalah hidup…”  Firman yang Aku sampaikan kepadamu, yaitu Alkitab, Firman Allah, Perjanjian Lama, yaitu injil dalam tipe dan bayangan, dan Perjanjian Baru, injil dalam penggenapannya. Dan hasilnya ialah ayat 66,  “…66 Mulai dari waktu itu banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”

 

 

Martin, another question: how many people in today's world when you confront them with the issues in the Word, do the same thing, from that day they walk no more on this road? And it is a hard thing. And the problem is they go back to a road that they think is the one leading to Heaven, but it doesn't; because there's only one way, and He's the way, the truth, and the life. And His Words are the ones that ought to determine what is the way of truth and life. That's so important. So no pastor, no nothing else but the Word of God, Jesus, tells you what He requires of you.

 

Martin, pertanyaan lain: berapa banyak orang di dunia hari ini ketika kita menyodorkan isu-isu Firman Allah, melakukan hal yang sama, mulai saat itu mereka tidak lagi berjalan di jalan itu? Itu adalah hal yang berat. Dan masalahnya ialah mereka kembali ke jalan yang mereka sangka adalah yang menuju ke Surga, tetapi itu tidak; karena hanya ada satu jalan, dan Kristus-lah jalan itu, kebenaran dan hidup. Dan FirmanNya yang harus menentukan yang mana jalan kebenaran dan hidup itu. Itu begitu penting. Jadi tidak ada pendeta, tidak ada apa pun selain Firman Allah, Yesus, yang memberitahu kita apa yang dimintaNya dari kita.

 

 

“…67 Then said Jesus unto the twelve, ‘Will ye also go away?’ 68 Then Simon Peter answered Him, ‘Lord, to whom shall we go? Thou hast the Words of eternal life. 69 And we believe and are sure that Thou art that Christ, the Son of the living God.’ 70 Jesus answered them, ‘Have not I chosen you twelve, and one of you is a devil?’ 71 He spake of Judas Iscariot the son of Simon; for he it was that should betray Him, being one of the twelve….”

So at this point the disciples say, there is no other way, where shall we go? You have the Words of eternal life, there's no other way, it's either that or death. That's how important the choice is. And one of them is the Devil, so we can expect some fireworks in the times that are ahead.

 

“…67 Lalu kata Yesus kepada yang dua belas, ‘Apakah kamu juga mau pergi?’ 68 Lalu Simon Petrus menjawab-Nya, ‘Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Engkau yang memiliki Firman hidup yang kekal; 69 dan kami percaya dan yakin bahwa Engkau adalah Kristus, Anak dari Allah yang hidup.’ 70 Yesus menjawab mereka, ‘Bukankah Aku yang telah memilih kamu yang dua belas ini, dan seorang di antaramu adalah Iblis?’ 71 Dia bicara tentang Yudas Iskariot, anak Simon; sebab dialah yang akan mengkhianati Yesus, seorang dari antara kedua belas itu.”

Maka di poin ini para murid berkata, tidak ada jalan yang lain, ke mana kami akan pergi? Engkau yang memiliki Firman hidup yang kekal, tidak ada jalan lain, hanya itu atau maut. Sepenting itulah pilihannya. Dan salah satu dari mereka adalah si iblis, jadi kita bisa mengharapkan letusan-letusan api di masa-masa mendatang.

 

 

So that's the basis of chapter 6 and why it is so important, and why here at the end we need to be Word-based, we need to understand the mission, we need to understand Isaiah 58, we need to understand Daniel's prophecy in relation to the prophecies in  Revelation, and we need to find these things from the Word and not from some human devising. Show me in the Word, right, Martin?

We're not going to go into any great detail in the other chapters, we want to come to the crux of the message which is chapter 13.

 

Jadi itulah dasar dari pasal 6 dan mengapa itu begitu penting, dan mengapa di sini di akhir masa kita perlu berdasarkan pada Firman Allah, kita perlu memahami misinya, kita perlu memahai Yesaya 58, kita perlu memahami nubuatan Daniel sehubungan dengan nubuatan-nubuatan di Wahyu, dan kita perlu menemukan hal-hal ini dari Firman Allah dan bukan dari sesuatu yang ciptaan manusia. Tunjukkan apa kata Firman Allah, benar, Martin?

Kita tidak akan membahas panjang lebar pasal-pasal yang lain, kita mau ke inti pekabarannya yang adalah pasal 13.

 

 

Chapter 7

Just interesting things in chapter 7:17 Jesus says, 17 If any man will do His will, he shall know of the doctrine, whether it be of God, or whether I speak of Myself…” It's a very interesting statement,  17 If any man will do His will, he shall know of the doctrine”, so is it a prerequisite? If you want to understand the doctrine of Christ, and the doctrine of salvation, is obedience a prerequisite? Yes! If any man will do His will, then you'll understand the doctrine, that's when the doors open not before. So once you continually criticized for instance the Sabbath, if you start keeping it you will see it differently. Yes. That's what He's promising you here, so give it a chance.

 

Pasal 7

Hanya hal-hal yang penting, di pasal 7:17 Yesus berkata, 17 Jika siapa pun mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengenal doktrin itu, apakah itu berasal dari Allah, atau apakah Aku berbicara dari diriKu sendiri…”  ini pernyataan yang sangat menarik,  “…17 Jika siapa pun mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengenal doktrin itujadi apakah itu sebuah persyaratan? Jika kita mau memahami doktrin Kristus  dan doktrin keselamatan, maka kepatuhan adalah persyaratannya? Ya! Jika siapa pun mau melakukan kehendakNya, maka dia akan mengerti doktrin, itulah saat pintu dibukakan, bukan sebelumnya. Maka kalau dulu kita terus-menerus mengeritik misalnya Sabat, jika kita mulai memeliharanya kita akan melihatnya berbeda. Itulah yang dijanjikanNya kepada kita di sini. Jadi berilah itu kesempatan.

 

 

Chapter 8

Chapter 8 deals with the adulteress, and that's also an interesting, very interesting little chapter, because spiritual adultery is a very prominent factor amongst people that profess to be followers of Christ, right? And followers of God. So here is a fascinating portion of Scripture where these people bring this woman caught in the very act. And a woman spiritually speaking is a church, right? And Jesus writes in the sand. It's fascinating to me that nowhere do you ever read that Jesus wrote something, except with His finger, right? Now where did He write with His finger before? On the tables of stone. So you know all of these fine little nuances, Martin, people who say that this is a human book, of human devising, nobody can think up all of these fine little connections. It is an inexhaustible book. And what was the attitude of the woman that was caught in adultery? She was remorseful, and she was quiet, and she was humble. And she knew that she was guilty. And He forgave her, and He said, “Go and sin no more.” So you know there's hope, and there's such beautiful things.



Pasal 8

Pasal 8 bicara tentang si perempuan yang berzinah, dan itu juga pasal pendek yang sangat menarik karena perzinahan spiritual adalah faktor yang sangat penting di antara umat yang mengaku sebagai pengikut Kristus, bukan? Dan pengikut Allah. Maka di sini ada porsi yang menarik dalam Kitab Suci di mana orang-orang membawa perempuan yang tertangkap basah itu. Dan seorang perempuan secara spiritual adalah sebuah gereja, benar? Dan Yesus menulis di atas pasir. Menarik bagi saya bahwa tidak ada di tempat lain kita pernah melihat Yesus menulis sesuatu selain dengan jariNya, benar? Nah, di mana Dia pernah menulis dengan jariNya sebelumnya? Pada kedua loh  batu. Jadi kita tahu semua nuansa halus ini, Martin. Orang-orang mengatakan ini kitab karangan manusia, ciptaan manusia, tidak ada manusia yang bisa berpikir tentang semua koneksi kecil-kecil yang halus ini. Ini adalah kitab yang memberikan informasi yang tidak ada habisnya. Dan bagaimana sikap perempuan yang tertangkap lagi berzinah itu? Dia penuh penyesalan, dan dia diam, dia merendahkan diri. Dia tahu dia bersalah. Dan Yesus mengampuninya, dan Dia berkata, “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Jadi kita tahu ada harapan, dan ada hal-hal yang begitu indah.

 

 

Chapter  9

Chapter 9 to me is also a very fascinating chapter, where this man who was born blind and was blind from birth was healed. And you know this is such a fascinating chapter. And the disciples asked, who had sinned, this man or his parents? We always want to find the blame, right? Why did this thing happen to you, etc. And Jesus says “…3 ‘Neither hath this man sinned, nor his parents: but that the works of God should be made manifest in him.’ 4 I must work the works of Him that sent Me, while it is day: the night cometh, when no man can work. 5 As long as I am in the world, I am the light of the world.’…”

 

Pasal 9

Bagi saya pasal 9 adalah pasal yang sangat menarik, di mana orang yang lahir buta ini, yang buta dari lahirnya, disembuhkan. Dan ini adalah pasal yang begitu menarik. Dan para murid bertanya, siapa yang telah berbuat dosa, orang ini atau orangtuanya? Kita selalu mau mencari siapa yang salah, bukan? Mengapa hal ini terjadi padamu? dll. Dan Yesus berkata,  3… ‘Bukan orang ini yang berbuat dosa maupun orang tuanya, melainkan agar pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.’ 4 Aku harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, saat tidak ada orang yang dapat bekerja. 5 Selama Aku ada di dunia, Akulah terang dunia.’…"

 

 

And then He does something fascinating. “6 When He had thus spoken, He spat on the ground, and made clay of the spittle, and He anointed the eyes of the blind man with the clay, 7 And said unto him, ‘Go, wash in the pool of Siloam,’ (which is by interpretation, Sent.)…”

 

Lalu Dia melakukan sesuatu yang menarik. 6 Setelah Ia mengatakan demikian, Ia meludah ke tanah, dan membuat lempung dari ludah itu, dan Dia mengolesi mata orang buta itu dengan lempung, 7 dan berkata kepadanya, ‘Pergilah, basuhlah di kolam Siloam.’ (yang diterjemahkan: ‘diutus’)…

 

 

That's fascinating. So the works of God were to be made manifest in him. Now here's a very interesting nuance. He made clay, and He anointed the eyes, because the man was blind. Now we think spiritually, he was also spiritually blind, and then it applies to all of us because all of us are spiritually blind from birth.


 

Ini menarik. Jadi pekerjaan Allah harus dinyatakan dalam dia. Nah, ini adalah nuansa yang sangat menarik. Yesus membuat lempung dari tanah, dan Dia mengolesi matanya karena orang itu buta. Nah, bila kita pikirkan secara spiritual, dia juga buta spiritual, maka ini bisa diaplikasikan kepada kita semua karena kita semua itu buta spiritual dari lahir.

 

 

Now when did He mold clay on a previous occasion? At the creation of Adam. Doesn't the Bible say all things were created by Him and without Him was not anything created? So who was the Creator? Jesus. And He took clay, and that was the original creation of humanity. Now He takes clay again, and He anoints the eyes, that's a symbol of recreation. So here's the Creator God taking clay and anointing the eyes, in other words recreating the spiritual eyesight. And He sends him to a pool which is called Siloam which means “to be sent”, in other words he was to be a messenger. Now who was he sent to? Because it said to him, “Go to the pool of Siloam and wash.” So you have to have spiritual eyesight, you need to have a recreation, and then you need to wash. He had a mini baptism. You have to wash away, you have to die that old death, and have a resurrection, and then like the woman in the previous chapter, go and sin no more. Even though this wasn't because of his sin that he was blind. 

And so he was sent to the Pharisees, right? And they were overjoyed to see a man that had been born blind, that he should now suddenly see, and come and teach them something. Were they overjoyed? No! Not at all! They were furious, absolutely furious.

Wasn't this done on the Sabbath as well? Yes! Now this miracle, Martin, was obviously done on the Sabbath day because in verse 16 they say, 16 Therefore said some of the Pharisees, ‘This man is not of God, because He keepeth not the Sabbath day.’ Others said,  ‘How can a man that is a sinner do such miracles?’ And there was a division among them.”

 

Nah, kapankah Dia juga membuat lempung dari tanah di waktu yang lalu? Saat penciptaan Adam. Bukankah Alkitab mengatakan segala sesuatu diciptakan olehNya dan tanpa Dia tidak ada apa pun yang diciptakan? Jadi siapakah Penciptanya? Yesus. Dan Dia mengambil lempung dari tanah, dan itulah penciptaan yang asli dari manusia.

Sekarang Dia mengambil lempung dari tanah lagi, dan Dia mengolesi mata, itu adalah simbol Penciptaan-kembali. Jadi di sini Allah Sang Pencipta mengambil lempung dari tanah dan mengolesi mata, dengan kata lain menciptakan kembali penglihatan spiritual. Dan Dia mengirim orang itu ke kolam yang disebut Siloam, yang artinya “diutus”, dengan kata lain dia akan menjadi seorang utusan. Nah, ke mana dia diutus? Karena dikatakan kepadanya, “Pergilah ke kolam Siloam dan basuhlah.” Maka kita perlu memiliki penglihatan spiritual, kita perlu diciptakan kembali, kemudian kita perlu membasuh. Orang itu menerima baptisan mini. Kita harus dibasuh, kita harus mati, orang lama kita, dan mengalami kebangkitan, kemudian seperti perempuan di pasal sebelumnya, pergi dan tidak berbuat dosa lagi. Walaupun orang ini buta bukan karena dosanya sendiri.

Maka dia dikirim ke orang-orang Farisi, bukan? Dan mereka bersukacita melihat orang yang lahir buta tiba-tiba sekarang dia bisa melihat dan datang mengajarkan sesuatu kepada mereka. Apakah mereka bersukacita? Tidak! Sama sekali tidak! Mereka marah besar, sangat murka.

Bukankah ini terjadi pada hari Sabat juga? Ya! Nah, mujizat ini, Martin, jelas dilakukan pada hari Sabat karena di ayat 16 mereka berkata, 16 Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu,  ‘Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’ Yang lain berkata, ‘Mana mungkin seorang yang berdosa membuat mujizat yang demikian?’ Dan timbullah perpecahan di antara mereka.”

 

 

Martin, that is the message, that people are sent with, that is rooted in the Bible, create great division. How many lives have been lost because of this message?

And so they wouldn't believe him, and so they called his parents, and his parents were afraid of them. So they said, “Why don't you ask him?” So they asked him again, they shouted at him,  “Are you trying to teach us? This Man was a sinner!” And he says, 25 Whether He was a sinner or not I cannot tell.  One thing I know I was blind and now I see.” And they were furious. So 30 The man answered and said unto them…” verse 30,  “…‘Why herein is a marvellous thing, that ye know not from whence He is, and yet He hath opened mine eyes. 31 Now we know that God heareth not sinners: but if any man be a worshipper of God, and doeth His will, him He heareth. 32 Since the world began was it not heard that any man opened the eyes of one that was born blind. 33 If this Man were not of God, He could do nothing.’ 34 They answered and said unto him, ‘Thou wast altogether born in sins, and dost thou teach us?’…” Martin, do we have similar situations where people suddenly discover truth in the Word and they go to the minister, and the pastor, and they say to him, “Well, what do we do about this?” And they say, “Who are you? Are you educated in the schools of? Did you study Greek and Hebrew, and did you do all of these things? Do you want to come and teach us? Now you're not a theologian!” Nothing has changed. And then it says,  “…And they cast him out.”

 

Martin, itulah pekabarannya, bahwa bila ada orang-orang diutus, yaitu yang berakar pada Alkitab, itu menimbulkan perpecahan besar. Berapa nyawa yang sudah lenyap karena pekabaran ini?

Maka orang-orang Farisi itu tidak mau mempercayainya, dan mereka memanggil orangtuanya, dan orangtuanya takut kepada orang-orang Farisi ini, jadi mereka berkata, “Mengapa kalian tidak tanya langsung saja padanya?” Maka mereka pun menanyai orang itu lagi, mereka membentaknya, “Apakah kamu mau mengajar kami? Orang itu seorang pendosa!” Dan orang yang tadinya buta itu berkata, 25…‘Apakah Orang itu berdosa atau tidak, aku tidak tahu. Satu hal yang aku tahu, yaitu aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.’…” dan mereka marah besar. “…30 Orang itu menjawab dan berkata kepada mereka…” ayat 30, “…‘Nah di sini ada hal yang luar biasa, bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, namun Ia telah mencelekkan mataku. 31 Nah kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, tetapi apabila ada orang yang beribadah pada Allah dan melakukan kehendak-Nya, orang itu didengarNya. 32 Sejak dunia jadi tidak pernah terdengar ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. 33 Andai Orang ini tidak datang dari Allah, Ia tidak akan dapat berbuat apa-apa.’ 34 Mereka menjawab dan berkata kepadanya, ‘Engkau ini seluruhnya lahir dalam dosa dan engkau mengajar kami?’…”  Martin, apakah ada situasi yang sama sekarang di mana orang-orang yang tiba-tiba menemukan kebenaran dalam Firman Allah dan mereka datang ke pendeta mereka, dan pastor mereka, dan mereka berkata kepadanya, “Nah, apa yang harus kita lakukan dengan kebenaran ini?” Dan si pendeta dan si pastor berkata, “Siapa kamu? Apakah kamu sudah mengikuti pendidikan di sekolah agama? Apakah kamu sudah belajar bahasa Greeka dan Ibrani? Dan apakah kamu sudah melakukan semua hal ini dan itu? Kok sekarang kamu mau datang dan mengajar kami? Nah, kamu bukan theolog!” Tidak ada yang berubah. Kemudian dikatakan,   “…Lalu mereka mengusir dia ke luar.”

 

 

All right let's draw a parallel. In the times that we are living in, if you go and you confront someone with the Word of God, and they refuse to listen to it; if the blindness has been taken away and you are sent with the message, the likelihood that they will cast you out is very high. It is because they cast out Jesus as well, so they will cast you out. So they would not accept the correction, they’d say “Dost thou teach us?”

Then 35 Jesus heard that they had cast him out; and when He had found him, He said unto him, ‘Dost thou believe on the Son of God?’…” It's an interesting question, so let's just recap there. Did this man at any stage up until this point see Jesus? No, he did not even know who was the Man. But he received a spiritual eyesight, he became a witness for Christ, he started witnessing. Then he was cast out. Now he could have felt very rejected. Did Jesus leave him in that state? No, He came and met him right there. There's a beautiful promise there, right? So when this happens to you, then Jesus will come to you.

And He said, “… ‘Dost thou believe on the Son of God?’   36 He answered and said, ‘Who is He, Lord, that I might believe on Him?’ 37 And Jesus said unto him, ‘Thou hast both seen Him, and it is He that talketh with thee.’…” that's pretty straight, in other words, Martin, if you have received your spiritual eyesight and you are prepared to witness on behalf of what you have received, and you receive persecution as a consequence, will you then see Christ? Yes, He will reveal Himself to you. Didn't it say that if you do the will of God you will know of the doctrine? “…38 And he said, ‘Lord, I believe.’ And he worshipped Him…”  So what must Jesus be if he worshipped Him? God. Only God. So how is it possible that in this world that we are living in, people deny the divinity of Christ? Unbelievable, right? It's unbelievable.  Now this issue of Jesus being God is highly contested in the world today, but it is very clear in the gospel of John, and it is reiterated over, and over, and over again. Did Jesus rebuke this man because he worshiped Him? No, not at all. So Jesus is in the fullest sense God.

 

Baiklah mari kita buat paralelnya. Di zaman di mana kita sekarang hidup, jika kita pergi dan kita mendebat seseorang dengan Firman Allah, dan mereka menolak mendengarkannya; jika kebutaan kita sudah diangkat dan kita diutus membawa pekabaran itu, kemungkinan besar mereka akan mengusir kita itu sangat besar. Karena mereka juga mengusir Yesus, jadi mereka akan mengusir kita juga. Berarti mereka tidak mau menerima dikoreksi, mereka akan berkata, “Kamu mau mengajari kami?”

Kemudian, 35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir keluar oleh mereka; dan ketika Dia menemukan orang itu, Dia berkata kepadanya, ‘Percayakah engkau kepada Anak Manusia?’…”  pertanyaan yang menarik. Jadi mari kita simpulkan di sini. Apakah orang ini hingga detik itu pernah melihat Yesus? Tidak. Dia bahkan tidak tahu siapa Orang ini. Tetapi dia menerima penglihatan spiritual, dia menjadi saksi bagi Kristus, dia mulai bersaksi. Lalu dia diusir pergi. Nah, dia bisa saja merasa sangat kecewa. Apakah Yesus meninggalkan dia dalam kondisi itu? Tidak. Yesus datang dan bertemu dengannya di sana. Ada janji yang indah di sini, bukan? Maka jika hal ini terjadi pada kita, Yesus akan datang pada kita.

Dan Yesus berkata, “…‘Percayakah engkau kepada Anak Manusia?’ 36 Dia menjawab dan berkata, ‘Siapakah Dia, Tuan, supaya aku boleh percaya pada-Nya?’ 37 Dan Yesus berkata kepadanya, ‘Engkau sudah melihat Dia dan Dia-lah  yang sedang berkata-kata dengan engkau.’…”  itu cukup jelas. Dengan kata lain, Martin, jika kita telah menerima penglihatan spiritual dan kita bersedia menjadi saksi tentang apa yang telah kita terima, dan sebagai akibatnya kita mendapat persekusi, apakah waktu itu kita akan melihat Kristus? Ya, Dia akan menyatakan DiriNya kepada kita. Bukankah dikatakan jika kita melakukan kehendak Allah, kita akan tahu doktrinNya? “…38 Dan dia berkata,Tuhan, aku percaya!’ Dan ia sujud menyembah-Nya…” Jadi Yesus haruslah apa jika orang itu menyembahNya? Allah. Hanya Allah. Jadi bagaimana mungkin di dunia ini orang menyangkal keilahian Kristus? Luar biasa, kan? Sungguh luar biasa. Nah, isu bahwa Yesus itu Allah hari ini di dunia banyak ditentang, tetapi sangat jelas di Injil Yohanes, dan itu diulang-ulang, diulang-ulang terus. Apakah Yesus menegur orang ini karena dia menyembahNya? Tidak, sama sekali tidak. Jadi Yesus itu dalam pengertian sepenuhnya adalah Allah.

 

 

Chapter 10

Chapter 10 there is a dispute or discussion between Jesus and the Jewish people, and it says in verse 17, 17 Therefore doth My Father love Me, because I lay down My life, that I might take it again. 18 No man taketh it from Me, but I lay it down of Myself. I have power to lay it down, and I have power to take it again. This commandment have I received of My Father…” Must He be God in order to do that? It can only be God.

 

Pasal 10

Di pasal 10 ada perselisihan atau perbincangan antara Yesus dengan orang-orang Yahudi, dan dikatakan di ayat 17, 17 Itulah sebabnya BapaKu mengasihi Aku, karena Aku menyerahkan hidupKu agar Aku bisa mengambilnya kembali. 18 Tidak seorang pun mengambilnya dariKu, melainkan Aku menyerahkannya sendiri. Aku punya autoritas (wewenang) untuk menyerahkannya dan Aku punya autoritas untuk mengambilnya kembali. Perintah ini telah Aku terima dari Bapa-Ku…”  Haruskah Dia Allah supaya bisa berbuat begitu? Hanya Allah yang bisa.

 

 

Okay, then He says it quite plainly in verse 30, 30 I and my Father are One. 31 Then the Jews took up stones again to stone Him. 32 Jesus answered them, ‘Many good works have I shewed you from My Father; for which of those works do ye stone Me?’ 33 The Jews answered Him, saying, ‘For a good work we stone Thee not; but for blasphemy; and because that Thou, being a Man, makest Thyself God.’…” So did they understand what Jesus was saying? Yes, they acknowledged that He mentioned He was God. He is God and they understood it as such, and they denied it, right?

So this required one final super proof that they could not deny. He said “I am the Resurrection, I lay down My life, I take it up again. I and the Father are One.” And they were furious because He was making Himself God.

 

Baiklah, kemudian Dia mengatakannya dengan cukup jelas di ayat 30,   “…30 Aku dan Bapa adalah satu.’ 31 Lalu orang-orang Yahudi mengambil batu lagi untuk melempari Yesus.  32 Yesus menjawab mereka, ‘Banyak pekerjaan baik yang telah Kuperlihatkan kepadamu yang berasal dari Bapa-Ku; untuk pekerjaan yang manakah di antaranya kamu merajam Aku?’ 33 Orang-orang Yahudi menjawabNya, berkata,Untuk pekerjaan yang baik kami tidak melempari Engkau, tetapi karena menghujat, dan karena Engkau yang seorang manusia, menjadikan diri-Mu Allah.’…”  Jadi apakah mereka paham apa yang dikatakan Yesus? Ya, mereka mengakui bahwa Dia mengatakan Dia itu Allah. Dia adalah Allah, dan mereka memahami itu dengan baik, dan mereka menyangkalnya, benar?

Maka ini membutuhkan satu bukti istimewa yang tidak bisa mereka sangkal. Dia berkata, “Akulah Kebangkitan, Aku menyerahkan hidupKu, Aku mengambilnya lagi. Aku dan Bapa adalah Satu.” Dan orang-orang Yahudi marah besar karena Dia menjadikan DiriNya Allah.

 

 

Chapter 11

And then in chapter 11, you have the story of the resurrection of Lazarus. This is indisputable proof that He is God, because He is the one who calls Lazarus forth out of the grave. And what did the Jews want to do to Lazarus as a consequence then? They wanted to kill him as well. Now, does that surprise you? No, as soon as you do the will of God and you acknowledge that Jesus is God, Satan wants to kill you as well. So this is a pattern that we find in humanity. We find this pattern that there is a resistance to the truth and particularly a resistance to the truth as it is in Jesus. And you can take all the big religions of the world: Catholicism denies the atonement, Islam denies the atonement, the Jews deny the atonement, and the other religions of the world have no need of an atonement.

So the big issue is really the position of Jesus Christ, it's always been, even the great controversy started like that in Heaven. That was the big final proof, that Jesus gave of His power and His divinity. And the lesson is there for all to study.

 

Pasal 11

Kemudian di pasal 11, ada kisah kebangkitan Lazarus. Ini adalah bukti yang tidak terbantahkan bahwa Dia itu Allah, karena Dialah yang memanggil Lazarus keluar dari kubur. Dan apa yang mau dilakukan orang-orang Yahudi sebagai akibatnya? Mereka mau membunuh Lazarus sekalian. Nah, apakah itu membuat kita heran? Tidak, begitu kita melakukan kehendak Allah dan kita mengakui bahwa Yesus adalah Allah, Setan mau membunuh kita juga. Jadi ini adalah pola yang kita temui di kemanusiaan. Kita temukann pola ini bahwa ada penolakkan terhadap kebenaran dan terutama penolakkan kepada kebenaran sebagaimana yang ada pada Yesus. Dan kita bisa menyimak semua agama besar dunia: Katolikisme menyangkal penebusan, Islam menyangkal penebusan, Yahudi menyangkal penebusan, dan agama-agama lain di dunia tidak membutuhkan penebusan.

Maka isu besarnya sesungguhnya ialah posisi Yesus Kristus, selalu begitu, bahkan pertentangan besar yang dimulai di Surga. Itulah bukti besar terakhirnya, yang diberikan Yesus tentang kekuasaanNya dan keilahianNya. Dan pelajarannya ada di sini untuk dipelajari semua orang.

 

 

And now we come to the portion where Jesus is about to depart from this world, and He has a final message of instruction for His disciples, a very important message for their ears only, and it starts with the story of the last supper, which we read about in chapter 13. And then Judas departs.

And then in chapters 14 to 17 we have this final instruction which we need to internalize. We need to eat this flesh and drink this blood, so that we can stand in the days that are coming. So this important issue we will discuss in our next episode. This is very important, this has got to do with what we are going through right now. And this message is for us, just as much as it was for the disciples.

So let's close with a word of prayer.

 

Dan sekarang kita tiba pada bagian di mana Yesus akan meninggalkan dunia ini, dan Dia punya pesan terakhir, petunjuk bagi para muridNya, suatu pesan yang sangat penting hanya untuk telinga mereka, dan itu dimulai dengan kisah perjamuan terakhir yang kita  baca di pasal 13. Kemudian Yudas pergi.

Lalu di pasal 14 sampai 17 ada instruksi terakhir ini yang perlu kita cerna. Kita perlu makan daging ini dan minum darah ini supaya kita tahan berdiri di hari-hari yang akan datang. Jadi isu yang penting ini akan kita bahas di episode kita berikutnya. Ini sangat penting, dan ini berkaitan dengan apa yang sekarang sedang kita alami. Dan pekabaran itu diperuntukkan kita, sama seperti itu diperuntukkan para murid.

Jadi mari kita akhiri dengan doa.

 

 

 

01 09 22

No comments:

Post a Comment