BELIEVE
HIS PROPHETS
Part 10/22 - Stephen Bohr
THE PRIMARY TESTS OF A PROPHET
https://www.youtube.com/watch?v=i3K_bg3Yd80
Dibuka dengan doa
If you take a look at your syllabus you'll find that from page 107 through page
282 we have the tests of a true prophet applied to Ellen G. White.
Immediately before page 107, actually beginning on page 103
through page 106 we have the biblical tests of a prophet.
So basically page 103 to 106 gives the biblical test of a prophet and then
beginning with page 107 through 282 those biblical tests are applied to Ellen
White, to see if Ellen White passes the test.
So the great majority of this first volume of the syllabuses deals with the
tests of a true prophet.
Jika kita menyimak diktat kita, kalian akan melihat bahwa
mulai hal. 107 hingga hal. 282 ada ujian untuk menentukan tulen tidaknya seorang nabi yang diaplikasikan kepada Ellen G. White.
Tepat sebelum hal. 107, mulai di
hal. 103 hingga hal. 106, ada ujian untuk
menentukan ketulenan seorang nabi menurut Alkitab.
Maka pada dasarnya hal. 103-106 itulah ujian ketulenan seorang
nabi menurut Alkitab, kemudian mulai dari hal. 107-282 ujian-ujian dari Alkitab
itu diaplikasikan kepada Ellen White, untuk melihat apakah Ellen White lulus
ujian tersebut.
Jadi mayoritas isi dari jilid pertama diktat ini
membahas tentang ujian-ujian ketulenan seorang nabi.
Now we're going to take a look, we're going to page 103 in our syllabus,
and we're going to see what biblical tests need to be applied to anyone who
claims to be a true prophet.
I’d like to begin by reading a statement from Review and Herald, May 25, 1905 where Ellen White warns that in the
last days there will be more and more false prophets. This is what she wrote, “There will be those who will claim to have visions. When God gives you clear evidence that the vision is from Him, you may accept it, but do not accept it on any other evidence; for people are going to be led more and more astray in foreign countries and in America.”
So she's saying we need to present the biblical tests to determine whether an individual
who claims the gift of prophecy is a true prophet.
Nah, kita akan melihat, kita
ke hal. 103 dari diktat kita dan kita akan melihat ujian-ujian di Alkitab yang
perlu diaplikasikan kepada siapa pun yang mengklaim sebagai seorang nabi yang tulen.
Saya ingin mulai dengan
membaca sebuah pernyataan dari Review and Herald,
25 Mei, 1905, di mana Ellen White memperingatkan bahwa di hari-hari
akhir akan ada semakin banyak nabi-nabi palsu. Inilah yang ditulisnya, “…Akan ada orang-orang yang mengklaim memiliki
penglihatan-penglihatan. Bilamana Allah memberimu bukti yang jelas bahwa
penglihatan itu berasal dariNya, kalian boleh menerimanya, tetapi jangan
menerimanya berdasarkan bukti lain apapun; karena manusia akan semakin lama
semakin disesatkan baik di negeri-negeri asing maupun di Amerika.”
Jadi Ellen White berkata, kita
perlu mempresentasikan ayat-ayat Alkitab untuk menentukan apakah seseorang yang
mengklaim memiliki karunia nubuat itu seorang nabi yang tulen.
Now the Bible tells us that in the last days there are going to be false prophets.
I’m going to read a couple of passages from
Scripture that show that close to the end of time there are going to be false prophets.
The first of these is found in Matthew
24:11 and then we will read verse 24. Here Jesus is giving His Olivet discourse
and He says, “11 Then many false prophets will rise up and deceive many…” And you know that Matthew 24 has a double
application, it applies to the destruction of Jerusalem, but it also applies to
events close to the end of the world. And so Jesus is saying, “11 Then many false prophets will rise up and deceive many…” and then in verse 24 Jesus continues His sermon by saying, “ 24 For false christs and false prophets will rise
and show great signs and wonders…” interesting “…signs and wonders to deceive, if possible, even the elect.”
And by the way if you read the Greek construction of this statement, “to deceive if possible the very elect” what it really means in the Greek is, that
these signs and wonders will be an attempt to deceive the elect, but it will
not be possible to deceive them. So this is just a potential thing, it
is not going to happen “to deceive if
possible the very elect”.
So there will be false prophets at the end of time.
Nah, Alkitab memberitahu kita bahwa di hari-hari akhir
akan ada nabi-nabi palsu. Saya akan membacakan dua bacaan dari Alkitab yang
menunjukkan bahwa dekat-dekat akhir masa akan ada nabi-nabi
palsu.
Yang pertama ditemukan di
Matius 24:11, kemudian kita akan membaca ayat 24. Di sini Yesus sedang
menyampaikan ceramahNya di bukit Zaitun, dan Dia berkata, “11
Lalu banyak
nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang…” Dan kita tahu bahwa Matius 24 itu punya aplikasi ganda,
itu diaplikasikan kepada penghancuran Yerusalem tetapi itu juga diaplikasikan
kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi dekat-dekat akhir dunia. Maka Yesus
berkata, “…11 Lalu banyak
nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang…” kemudian di ayat 24, Yesus
melanjutkan khotbahNya dengan berkata, “24
Sebab mesias-mesias (kristus-kristus) palsu dan nabi-nabi palsu akan
muncul dan akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar…” menarik, “…tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar untuk menyesatkan sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan…”
Nah, jika
kita membaca kalimat pernyataan ini dalam bahasa
Greeka “untuk menyesatkan sekiranya mungkin bahkan orang-orang pilihan…” yang dimaksud
sesungguhnya dalam bahasa Greeka ialah tanda-tanda dan
mujizat-mujizat tersebut merupakan upaya untuk menyesatkan orang-orang pilihan,
namun itu tidak akan berhasil
menyesatkan mereka. Jadi ini hanyalah suatu potensi, tapi tidak akan berhasil, “…untuk
menyesatkan sekiranya mungkin bahkan
orang-orang pilihan…”
Jadi di akhir zaman akan ada nabi-nabi palsu.
The second passage that I want to read concerning the false prophecy
manifestation at the end of time is found in Matthew 7:15 and then verses 22
and 23, and by the way you'll find these quotations at least these references
in your syllabus. I simply have added the text to my notes, so I don't have to
take the time to look them up in Scripture.
Matthew 7:15 says, “15 Beware of
false prophets, who come to
you in sheep’s clothing, but inwardly they are ravenous wolves.” So
false prophets hide their true identity and it's interesting they come in
sheep's clothing, and the sheep is a symbol of Christ, they come claiming to
follow Christ.
Going down to verse 21 of Matthew 7, Jesus states, “21 Not everyone who says to
Me, ‘Lord, Lord,’…” will these be Christians if they're saying,
“Lord, Lord”? Sure! “…21 Not everyone who says to
Me, ‘Lord, Lord,’ shall enter
the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father
in heaven. 22 Many will say to Me in
that day,…” this is at the end of time, “…‘Lord, Lord, have we not…” what? “…prophesied in Your name, cast out demons in
Your name, and done many wonders in Your name?’…” were these Christians who were doing these
things, are these individuals who claim to be
Christians? Absolutely! Why would they be doing this in the name of Jesus if
they didn't actually believe in Jesus? Now notice the answer of Jesus, “…23 And then I will declare to
them, ‘I never knew you; depart from Me, you who
practice lawlessness!’…” And as I
mentioned before the word that is used there is, ἀνομία [anomia] which is translated in 1 John 3:4 in the
King James Version “transgression
of the Law”. In other words, this could very well
be translated “you
transgressors of the Law”. So you'll
notice that those who are false prophets will encourage people to
what? To disobey
God's Law.
Bacaan kedua yang mau saya bacakan mengenai manifestasi
nubuatan palsu pada akhir zaman ditemukan di Matius 7:15 kemudian di ayat
22-23, dan kalian akan menemukan kutipan-kutipan ini, sedikitnya referensinya
di diktat kalian. Saya tambahkan teksnya ke catatan saya supaya tidak usah
buang waktu mencarinya di Kitab Suci.
Matius 7:15 mengatakan, “15 Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu, yang datang kepadamu dengan kulit domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah
serigala yang buas…” Jadi nabi-nabi palsu menyembunyikan identitas asli mereka, dan yang menarik mereka datang dalam kulit domba, dan
domba adalah lambang Kristus, mereka mengklaim mengikuti Kristus.
Lanjut ke ayat 21 Matius 7, Yesus menyatakan, “21 Bukan setiap orang yang berseru
kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!…” Apakah mereka ini orang-orang
Kristen bila mereka berkata, “Tuhan, Tuhan”? Tentu saja! “…21
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22
Pada hari itu banyak orang akan berseru
kepada-Ku…” ini di akhir zaman,
“…‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami…” apa? “…bernubuat dalam
nama-Mu, dan mengusir setan dengan nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat dalam
nama-Mu?’…” apakah mereka ini orang-orang Kristen
yang melakukan hal-hal ini? Apakah individu-individu ini mengklaim sebagai orang Kristen? Tentu saja! Mengapa
mereka melakukannya dalam nama Yesus seandainya mereka tidak percaya pada
Yesus? Sekarang simak jawaban Yesus, “…23
Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada
mereka, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari Aku, kamu sekalian yang mempraktekkan ketidakadanya Hukum!’…” Dan seperti yang
sudah saya singgung sebelumnya, kata yang dipakai di sini adalah ἀνομία
[anomia] yang
diterjemahkan di 1 Yohanes 3:4 di KJV sebagai “pelanggaran Hukum”. Dengan kata lain, ayat ini bisa saja
diterjemahkan “kamu sekalian yang pelanggar Hukum!…” Jadi kalian lihat bahwa mereka yang adalah nabi-nabi palsu akan mendorong
manusia untuk apa? Untuk tidak
mematuhi Hukum Allah.
Now the question is, if there will be false prophets, there must be true
ones. Is that correct? Yes! So must we test the prophets to see which is the
genuine manifestation and which is the counterfeit? There must be tests applied.
The apostle Paul told us that we're supposed to test the gift of prophecy. In 1 Thessalonians 5:19-21 the apostle Paul wrote, “19 Do not
quench the Spirit. 20 Do
not despise prophecies. 21 Test
all things; hold fast what is good. 22 Abstain from every form of evil.” So he says, test all things, which would mean
testing the gift of prophecy.
Nah pertanyaannya
ialah, jika akan ada nabi-nabi palsu, tentunya akan ada yang tulen. Benarkah? Ya! Jadi haruskah kita menguji nabi-nabi itu
untuk melihat mana yang adalah manifestasi yang tulen dan mana yang
palsu? Ujian-ujian itu harus diaplikasikan. Rasul Paulus memberitahu kita bahwa kita haruslah menguji karunia nubuat. Di 1 Tesalonika 5:19-21
rasul Paulus menulis, “19 Janganlah
memadamkan Roh. 20 Janganlah menghina
nubuatan-nubuatan. 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah erat-erat apa yang baik. 22 Jangan ikut ambil bagian dalam segala
jenis kejahatan…” Jadi kata Paulus, ujilah segala sesuatu, yang artinya
ujilah karunia nubuat.
So the question is, are there biblical tests that we can apply to determine
if an individual is a true prophet or a counterfeit prophet? The answer is absolutely
yes!
We have four primary tests of a true prophet, and then we have many
secondary tests. Let's take a look first of all at the first primary test that
we need to apply to an individual who claims the gift of prophecy.
Jadi pertanyaannya ialah, apakah ada ujian-ujian
alkitabiah yang bisa kita aplikasikan untuk menentukan apakah seseorang itu
seorang nabi yang tulen atau nabi yang palsu?
Jawabannya adalah tentu saja ada!
Ada empat ujian utama untuk menguji apakah seseorang itu
nabi tulen, kemudian juga ada ujian-ujian sekunder. Mari kita lihat
dulu ujian-ujian utama yang harus kita aplikasikan kepada seseorang yang
mengklaim karunia nubuat.
THE FIRST TEST
is that any prophet that arises needs to teach in harmony with all of the
previous revelation. In other words, the teachings of someone who claims the gift of
prophecy have to be in absolute harmony with all of the revealed information
that was given before in the Scriptures. In other words, any true
prophet that rises will not be an innovator. A true prophet will be a restorer. A prophet will not seek to change any truth
that has been given before, but will agree, amplify, and confirm, the truth as
it has been given.
There's a Bible text that refers to this particular test, that we need to
apply to an individual who claims the gift of prophecy. And that text we use
over and over again, it's a good one, Isaiah 8:20, “ 20 To the Law and to the
testimony!...” at this point
when Isaiah wrote, there were some prophets that arose, so what he's saying is,
in his day anyone who spoke as a prophet had to agree with the Law which would be the writings of
Moses, and the Testimony which we've already identified as the gift of
what? Prophecy.
So it says, “…20 To the Law and to the
testimony…” that is according to Scripture “…If they
do not speak according to this word, it is because there is no light in them.”
So if somebody comes teaching contrary to what the Bible has to say, we can
know that that person is not a true prophet.
UJIAN YANG PERTAMA
adalah setiap nabi yang bangkit
harus mengajarkan selaras dengan semua wahyu yang telah diberikan sebelumnya.
Dengan kata lain, ajaran seseorang
yang mengklaim mendapat karunia nubuat harus mutlak serasi dengan semua
informasi yang telah dinyatakan, yang telah diberikan sebelumnya di Kitab Suci.
Dengan kata lain, nabi yang sejati yang bangkit itu bukanlah seorang inovator (penemu sesuatu yang baru). Nabi yang sejati adalah seorang pemulih (memulihkan yang sudah ada), dan seorang
nabi tidak akan berusaha mengubah kebenaran apa pun yang telah diberikan
sebelumnya, melainkan akan menyetujui, menjelaskan, dan mengkonfirmasi
kebenaran yang telah diberikan.
Ada sebuah ayat Alkitab yang
mengacu kepada ujian khusus ini bahwa kita harus mengaplikasikannya kepada
orang yang mengklaim memiliki karunia nubuat. Dan ayat itu kita pakai
berulang-ulang, ini ayat yang bagus. Yesaya 8:20, “20 Bandingkan
dengan Hukum dan dengan Kesaksian…” pada saat itu
ketika Yesaya menulis ini, ada beberapa nabi yang bangkit, jadi Yesaya
mengatakan ini, di zamannya bila ada orang yang bicara sebagai nabi, haruslah itu serasi dengan Hukum,
yaitu tulisan-tulisan Musa, dan dengan Kesaksian, yang sudah kita identifikasi
sebagai karunia apa? Nubuat. Jadi
dikatakan, “…20 Bandingkan dengan Hukum dan dengan
Kesaksian…” maksudnya sesuai isi Kitab Suci, “…Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan perkataan ini, itu
karena tidak ada terang di dalam mereka…”
Jadi jika ada yang datang mengajarkan yang bertentangan
dengan apa yang dikatakan Alkitab, kita tahu bahwa orang tersebut bukanlah nabi
yang sejati.
The apostle Paul expressed this principle in another way. In 1 Corinthians
14:32 the apostle Paul explained, “32 And the spirits of the prophets are subject
to the prophets.”
Basically that means that any
individual who claims to have the spirit of prophecy must agree with previous prophets.
So the apostle Paul says, “the spirits of the prophets are subject
to the prophets”. True
prophets will always call God's people to be obedient to the Scriptures and
specifically to the Law of God. False prophets many times will perform signs and
wonders, but they will encourage God's people to be disobedient to God's Word,
and specifically to God's holy Law.
I read this passage before but I’m going to read it again, it's found in
Deuteronomy 13:1-5 this is the prime passage in the Old Testament that
distinguishes between a true prophet and a false one. It has to do with the
attitude of a person towards the Law of God. Notice Deuteronomy 13:1-5, here
Moses is giving the definition of what a true prophet needs to teach in
contrast to a false prophet. “1 If there
arises among you a prophet or a dreamer of dreams, and he gives you a
sign or a…” what? “…a wonder…” so here you have signs and wonders, the
same expressions that we found in Matthew 24. Remember we just read that? So if
an individual rises, and he performs a sign and a wonder “…2 and the
sign or the wonder comes to pass…” but now notice, what is linked with this?
“…of which he spoke to you, saying, ‘Let us go after other gods’—which
you have not known—‘and let us serve them,’ 3 you shall
not listen to the words of that prophet…” even if he performs signs and wonders,
“… 3 you shall not listen to the words of that
prophet or that dreamer of dreams, for the Lord your
God is testing you to know whether you…” and now there are several synonymous words “…whether you love the Lord your
God with all your heart and with all your soul. 4 You
shall walk after the Lord your
God…” when the Bible uses the word “walk”
it's speaking about “conduct”, it is speaking about your behavior. In the New
Testament it says, “he
who says that he is in Jesus, needs to walk even as He walked”. It means that you need to behave as Jesus
behaved. And so when it says here in verse 3, “… 3 you shall not listen to the words of that prophet or
that dreamer of dreams, for the Lord your
God is testing you to know whether you (1) love
the Lord your
God with all your heart and with all your soul. 4 You
shall (2) walk after the Lord your
God…” and now comes another word that
further defines that, “…and (3) fear Him…” and then it says, and what? “…and (4) keep His
commandments and (5) obey His voice…” and then comes another synonymous term “…you shall (6) serve Him
and (7) hold fast to Him. 5 But that
prophet or that dreamer of dreams shall be put to death…” the one that performs a sign and wonder,
but tells people to go astray from the Law of God, “…that prophet or that dreamer of dreams
shall be put to death because he has spoken in order…” now notice this, “…to turn you away from the Lord your
God, who brought you out of the land of Egypt and redeemed you from the house
of bondage…” and now notice, “…to entice
you from the way in which the Lord your
God commanded you to walk. So you shall put away the evil from your
midst.”
Rasul Paulus menyatakan
prinsip ini dengan cara yang lain. Di
Korintus 14:32, rasul Paulus menjelaskan, “32 Dan
roh-roh pada nabi-nabi harus tunduk kepada nabi-nabi…” Pada dasarnya itu
berarti bahwa siapa pun yang
mengklaim memiliki roh nubuat haruslah serasi dengan nabi-nabi sebelumnya.
Jadi rasul Paulus berkata, “…roh-roh pada nabi-nabi harus tunduk kepada nabi-nabi…”
Nabi-nabi yang sejati selalu akan
memanggil umat Allah supaya patuh kepada Kitab Suci, khususnya kepada Hukum
Allah. Nabi-nabi palsu sering kali
membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat namun mereka akan mendorong umat Allah
untuk tidak patuh kepada Firman Allah, khususnya kepada Hukum Allah yang kudus.
Saya sudah membacakan ini sebelumnya tetapi saya akan
membacakannya lagi. Ini terdapat di Ulangan 13:1-5, ini adalah bacaan utama di
Perjanjian Lama untuk membedakan seorang nabi sejati dari nabi yang palsu. Ini
berkaitan dengan sikap seseorang terhadap Hukum Allah. Simak Ulangan 13:1-5, di
sini Musa memberikan definisi apa yang harus diajarkan seorang nabi yang sejati
dibandingkan dengan seorang nabi palsu.
“1 Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang
nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberikan
kepadamu suatu tanda atau…” apa? “…suatu mujizat…” jadi di sini
dikatakan ada tanda-tanda dan mujizat-mujizat, istilah yang sama yang kita
temukan di Matius 24, ingat kan kita baru membacanya? Maka jika muncul
seseorang dan dia membuat suatu tanda dan suatu mujizat, “…2 dan
tanda atau mujizat itu terjadi…” tetapi sekarang
simak, apa yang terkait dengan ini, “…dan dia berkata
kepadamu, katanya, ‘Mari kita mengikuti
allah-allah lain’ ~ yang tidak kaukenal ~ ‘dan mari kita berbakti kepada mereka’, 3 janganlah engkau
mendengarkan perkataan nabi itu…” walaupun dia
membuat tanda dan mujizat, “…3 janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi itu
atau
pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, sedang
menguji kamu untuk mengetahui, apakah kamu…” dan sekarang ada
beberapa kata yang bersinonim,
“…apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu. 4 Engkau
harus berjalan menurut TUHAN,
Allahmu…” bilamana Alkitab
menggunakan kata “berjalan”, itu bicara tentang “tindakan”, itu bicara tentang
sikap kita. Di Perjanjian Baru dikatakan, “6
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia sendiri wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yoh. 2:6). Artinya kita harus bersikap
sebagaimana Yesus bersikap. Maka ketika di ayat 3 di sini dikatakan, “…3 janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi
atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, sedang
menguji kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh (1) mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu. 4 Engkau harus (2)
berjalan menurut TUHAN,
Allahmu…” dan sekarang muncul kata lain yang menjelaskannya lebih
lanjut “…dan (3) takut akan Dia…” lalu dikatakan, dan apa? “… dan (4)
memelihara Perintah-perintahNya, dan (5) mendengarkan
suara-Nya…” lalu ada istilah
sinonim lainnya, “…engkau harus (6) melayani Dia dan (7) berpaut erat-erat
padaNya. 5 Tetapi nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum
mati…” yang telah membuat
tanda dan mujizat tetapi menyuruh orang untuk menyimpang dari Hukum Allah. “…nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum
mati karena Ia telah berbicara untuk…” sekarang simak
ini, “…untuk mengalihkan kamu dari TUHAN, Allahmu yang telah membawa kamu keluar
dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan…” dan sekarang simak, “…untuk
menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk
kau jalani. Demikianlah harus engkau singkirkan yang jahat itu dari
tengah-tengahmu.”
Is the principle clear? If an individual claims to be a true prophet and he
says, “Folks, you don't have to keep the Sabbath, the Sabbath was for the Jews.
You don't have to worry about what you eat, you can have your pork chops, the
Bible says that the prayer sanctifies your pork chop.” Immediately you know
that that individual is not a true messenger of God, because what they teach is
not in harmony with God's Word, even if they should slay people in the
spirit, even if they should speak in
tongues, even if they should apparently perform miracles of healing, you can
know that that person is not a true prophet, not a true messenger of God,
because what they teach is not in harmony with God's Word.
The first test
of a prophet, the litmus test of a prophet is whether
that prophet teaches in harmony with God's holy Word.
Apakah prinsipnya jelas? Jika seseorang mengklaim sebagai
nabi sejati dan dia berkata, “Saudara-saudara, kalian tidak usah memelihara
Sabat, Sabat itu untuk bangsa Yahudi. Kalian tidak usah pusing apa yang kalian
makan, kalian boleh makan babi, Alkitab berkata bahwa doa menguduskan daging
babi kalian.” Segera kalian tahu bahwa orang itu bukanlah utusan Allah yang tulen, karena apa
yang mereka ajarkan itu tidak selaras dengan Firman Allah, walaupun mereka bisa
membuat orang-orang berjatuhan (kebiasaan di gereja Pentakosta dan karismatik
orang-orang berjatuhan ke lantai yang menurut mereka itu perbuatan Roh Kudus),
walaupun mereka bisa bicara dalam bahasa-bahasa, walaupun mereka ternyata bisa
membuat mujizat penyembuhan, kita bisa tahu bahwa orang itu bukanlah nabi
yang tulen, bukan utusan Allah yang sejati, karena apa yang mereka
ajarkan tidak sesuai dengan Firman Allah.
Ujian pertama
seorang nabi, ujian tentang benar tidaknya seseorang adalah nabi, ialah apakah nabi
tersebut mengajarkan yang selaras dengan Firman Allah yang kudus.
THE SECOND TEST
Now let's go to the second test. The second test of a true prophet is “by their fruits ye shall know them”, the
personal life of the prophet, and the ministry of the prophet must bring honor
and glory to God, and must be productive in leading people to Jesus Christ.
UJIAN YANG KEDUA
Sekarang mari kita ke ujian kedua. Ujian kedua tentang ketulenan seorang nabi ialah “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Mat. 7:20), kehidupan pribadi nabi itu, dan ministri nabi itu
haruslah menghormati dan memuliakan Allah, dan haruslah produktif dalam membawa
manusia kepada Yesus Kristus.
In Matthew 7:15-20 we find this particular test described. “15 Beware of
false prophets, who come to
you in sheep’s clothing…” so it’s speaking
about prophets
“…but inwardly they are ravenous wolves. 16 You will
know them by their…” what? “…by their fruits. Do men
gather grapes from thornbushes or figs from thistles? 17 Even so, every good
tree bears good fruit…” it's speaking about prophets, right? “…every
good tree bears good fruit but a bad tree bears bad fruit. 18 A good tree cannot bear bad fruit, nor can a bad tree bear good fruit. 19 Every tree that does not bear good fruit is cut down and thrown into the
fire. 20 Therefore by their fruits you will know them.”
You have to look at the life of the prophet.
Is the prophet in it for popularity and for profit P R O F I T. Is the prophet
in for glory for himself? Are the fruits of his labor such that he leads people
to follow the Lord and to obey the Lord's will? The fruit of the life of the
prophet and the ministry of the prophet must be positive, or else the prophet
is not of God.
Di Matius 7:15-20 kita
mendapatkan ujian khusus ini dideskripsikan. “15
Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu dengan kulit domba…”
jadi ini bicara tentang nabi-nabi, “…tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala
yang buas.16 Kamu akan mengenal mereka dari…” apa?
“…buahnya. Apakah orang mengumpulkan buah anggur dari semak duri atau
buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon yang baik
menghasilkan buah yang baik…” ini bicara tentang nabi-nabi, benar?
“…setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik tetapi pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Pohon yang baik itu tidak bisa menghasilkan buah yang tidak baik demikian pula pohon yang tidak baik tidak
bisa menghasilkan buah yang baik.
19 Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti
ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka…”
Kita harus melihat kehidupan si nabi. Apakah nabi itu menjadi nabi demi ketenaran dan keuntungan? Apakah nabi itu menjadi nabi demi kemuliaan bagi dirinya sendiri? Apakah buah jerih
payahnya itu untuk membawa orang mengikuti Tuhan dan mematuhi kehendak Tuhan?
Buah kehidupan nabi itu dan ministri nabi itu haruslah positif, kalau tidak
nabi itu tidak berasal dari Allah.
Ellen White amplified this. In the book Counsels to the Church pages 92
and 93 ~ and you want to write this down in your notes, pages 92 and 93, it is in
the section where we deal with applying these tests to Ellen White, but you
might want to write it down here. She says, “Let the
Testimonies
be judged by their…” what?
“…fruits. What
is
the spirit
of
their
teaching?...” In other words,
does the teaching of the writings of Ellen White lead you closer to Jesus or
does it lead you astray from Jesus? It leads you much closer to Jesus, right?
It's led my life much closer to Jesus.
You can't read Desire of Ages,
folks, and not be closer to Jesus. You can't read Steps to Christ and Christ’s Object
Lessons and Thoughts from the Mount of
Blessing and Ministry of Healing
without being drawn much closer to Jesus Christ. So Ellen White's says, “…What is the spirit
of
their
teaching?
What has been the
result
of their influence?...” see, their influence on other people. She says, “…All who desire to do so can acquaint themselves with the
fruits of these visions...” she's talking, “You can see the trajectory
of my work. You can see the fruits.” She continues saying,
“…For seventeen years
God
has seen fit to let them survive…” that is her Testimonies “…and strengthen against the opposition of Satan's forces and the influence of human agencies that have aided Satan in his
work. God
is
either teaching His church, reproving their wrongs
and strengthening their faith, or He is not. This work
is of God, or it is not…”
So you can't say Ellen White wasn't of God
or of the Devil she was of herself. She says it is of God or it isn't. In fact
she continues saying,
“…God does nothing in partnership with Satan. My work…” she says, “…bears the stamp of God or the stamp of the enemy. There is no halfway work in the matter. The Testimonies are of the Spirit of God, or of the
Devil…” she sets the bar really high, doesn't
she? She continues saying,
“…As the Lord has manifested Himself through the
Spirit of prophecy, past, present, and future have passed before me. I have been
shown faces that I had never seen, and years
afterward I knew them when I saw
them. I have been aroused from my sleep with a vivid sense of subjects previously presented to my mind;
and
I have written, at midnight, letters that have gone
across the
continent
and,
arriving at a crisis, have saved great disaster to the cause of God…”
and in this syllabus you find several examples,
the Salamanca vision, the Indiana camp meeting Testimony, what she did in the
pantheism crisis, letters arrived right
at the right time when they needed to arrive to save the church from calamity,
from a major disaster. Certainly those are fruits that show that God was
guiding her. She continued saying, “… A power has impelled me to reprove and rebuke wrongs that I had not thought
of. Is this work…” she asks,
“…from above
or from beneath?”
Would the Devil rebuke sin? I rather doubt whether the Devil would rebuke
sin, and rebuke sinners, because the Devil loves us to practice sin.
Ellen White menjelaskan ini. Di buku Counsels to the Church hal. 92-93, ~ dan kalian perlu menulis ini di diktat kalian, hal.
92-93, ini ada di bagian di mana kita bicara tentang mengaplikasikan
ujian-ujian ini pada Ellen White, tetapi mungkin kalian mau mencatatnya di
sini. Ellen White berkata, “…Hendaknya Kesaksian-kesaksian diukur
oleh…” apa? “…buah-buah
mereka. Apakah roh dari ajaran mereka? …”
Dengan kata lain, apakah ajaran tulisan-tulisan
Ellen White membawa kita lebih dekat kepada Yesus atau apakah itu membawa kita
menjauh dari Yesus. Itu membawa kita lebih dekat kepada Yesus, benar? Itu telah
membawa hidup saya lebih dekat kepada Yesus. Kita tidak bisa membaca Steps
to Christ, dan Christ’s Object Lessons, dan Thoughts from the Mount of Blessing, dan Ministry of Healing tanpa merasa tertarik lebih
dekat kepada Yesus Kristus. Jadi Ellen White berkata, “…Apakah roh dari
ajaran mereka? Apakah hasil dari pengaruh mereka?…” lihat, pengaruh mereka pada
orang lain. Ellen White berkata, “…Semua
yang ingin melakukannya, bisa mengenalkan diri mereka kepada buah-buah dari penglihatan-penglihatan tersebut…” Ellen White bicara, “Kalian
bisa melihat jalur trayek pekerjaanku, kalian bisa melihat buah-buahnya.”
Dia melanjutkan berkata, “…Selama 17 tahun Allah menganggapnya tepat
mengizinkan mereka tetap bertahan…” yaitu Kesaksian-kesaksiannya, “…dan menguatkannya terhadap perlawanan kekuatan Setan dan pengaruh
agen-agen manusia yang telah membantu Setan dalam pekerjaannya. Allah itu
mengajar gerejaNya, menegur kesalahan-kesalahan mreka dan menguatkan iman
mereka, atau Dia tidak. Pekerjaan ini adalah pekerjaan Allah, atau itu bukan…” Jadi kita tidak bisa mengatakan Ellen White bukan dari Allah dan bukan dari Setan, dia dari dirinya sendiri. Ellen White berkata, itu berasal dari
Allah, atau bukan. Bahkan dia melanjutkan berkata, “…Allah tidak
melakukan kerjasama apa pun dengan Setan. Pekerjaanku…” katanya, “…menyandang
stempel Allah atau stempel si musuh. Tidak ada pekerjaan yang setengah-setengah
dalam hal ini. Kesaksian-kesaksian itu berasal dari Roh Allah, atau dari Iblis…” dia menempatkan standarnya
sangat tinggi, bukan? Ellen White melanjutkan berkata, “…Sebagaimana
Tuhan telah memanifestasikan DiriNya melalui Roh nubuat, maka waktu lampau, waktu sekarang, dan waktu akan datang lewat di depanku. Aku pernah ditunjuki
wajah-wajah yang belum pernah aku lihat, dan bertahun-tahun kemudian aku
mengenal mereka ketika aku bertemu mereka. Aku pernah dibangunkan dari tidurku
dengan suatu perasaan yang nyata
tentang hal-hal yang sebelumnya sudah disampaikan kepada pikiranku; dan aku pernah menulis di tengah malam, surat-surat yang menyeberangi benua dan
yang tiba pada saat krisis, yang telah menyelamatkan pekerjaan Allah dari
bencana besar…” dan di diktat ini kalian akan menemukan beberapa
contoh, penglihatan Salamanca, kesaksian Indiana Camp Meeting, apa yang dia
lakukan saat krisis Panteisme, surat-surat tiba tepat waktu ketika mereka
diperlukan tiba untuk menyelamatkan gereja dari bencana, dari bencana besar.
Tentu saja itulah buah-buah yang menunjukkan bahwa Allah yang membimbingnya.
Dia melanjutkan berkata, “…Suatu kuasa telah mendorong aku untuk
menegur dan mencela kesalahan-kesalahan yang tadinya tidak aku pikirkan. Apakah
pekerjaan ini…” Ellen White bertanya, “…berasal dari atas atau dari bawah? …” Akankah Iblis menegur dosa?
Saya ragukan apakah Iblis akan menegur dosa, dan menegur pendosa, karena Iblis
suka kita bikin dosa.
So the second test that we need to apply to an individual who claims to be
a prophet is whether the fruits of their personal life, and the fruits of their
ministry, are positive.
And the first test that we studied is that their teachings must square with
every revelation that has been given before.
Jadi ujian kedua yang perlu kita aplikasikan kepada orang
yang mengklaim sebagai nabi adalah apakah buah-buah kehidupan pribadinya, dan
buah-buah ministrinya, itu positif.
Dan ujian yang pertama yang sudah kita pelajari ialah
bahwa ajaran mereka harus selaras dengan setiap wahyu yang sudah pernah
diberikan sebelumnya.
THE THIRD TEST
The third primary test of a true prophet is that a true prophet will teach
that Jesus came to this world in our flesh, He came to this world as a real Man,
He came
to this world as a real human being.
Now I’m going to talk for a few moments about the Roman Catholic’s view of
the humanity of Christ and the humanity of Mary His mother, and I’m doing this
for a special reason. It's not enough simply to say that Jesus came with human
flesh, He came as a Man; we must understand that Jesus came
with the humanity of His converted brethren. In other words, Jesus came with a sinful nature that
was under the influence and power of the Holy Spirit. He, in other
words, He did not have the nature of Adam before
the fall. He had the nature the human nature of Adam after the fall, but under the
control of the Holy Spirit, that sinful nature never expressed itself in sin.
He condemned sin in our flesh. So we have to go one step beyond simply saying
that Jesus came, you know, with a human body like us, and with a brain like us.
He came with the human nature of His converted brethren. Jesus, in other words, we could
say was
born “born-again”.
UJIAN YANG KETIGA
Ujian utama ketiga tentang keaslian seorang nabi ialah,
seorang nabi yang sejati akan mengajarkan
bahwa Yesus datang ke dunia ini dengan daging kita, Dia datang ke dunia ini
sebagai Manusia sejati. Dia datang ke dunia ini benar-benar sebagai manusia.
Sekarang saya akan bicara sejenak tentang pandangan Roma
Katolik mengenai kemanusiaan Kristus dan kemanusiaan Maria, ibuNya, dan saya
melakukan ini demi tujuan yang khusus. Tidak cukup hanya mengatakan Yesus
datang dengan daging manusia, Dia datang sebagai seorang Manusia; kita harus
memahami bahwa Yesus datang dengan
kemanusian saudara-saudaraNya yang sudah bertobat, dengan kata
lain, Yesus datang dengan sifat alami
manusia berdosa yang tunduk di bawah pengaruh dan kuasa Roh Kudus.
Dengan kata lain Dia tidak memiliki kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya dalam dosa. Yesus memiliki kodrat alami Adam
setelah kejatuhannya, namun
di bawah kendali Roh Kudus, kodrat alami manusia berdosa itu tidak pernah menyatakan dirinya dalam dosa. Yesus menghukum
dosa dengan daging kita. Jadi kita harus maju selangkah melampaui
hanya berkata bahwa Yesus datang dengan tubuh manusia seperti kita, dan dengan
otak seperti kita. Dia datang dengan kodrat alami saudara-saudaraNya yang
sudah bertobat. Dengan kata lain, bisa kita katakan Yesus lahir dalam kondisi “sudah mengalami kelahiran baru”.
Now let me present to you the Roman Catholic’s view. According to
Roman Catholic theology ~ and there are many scholars in the church who have
similar Roman Catholic thinking when it comes to Christ, unfortunately ~
according to Roman Catholic theology there are two reasons why Mary had to
be conceived with an immaculate or sinless human nature. Have you ever
heard of the doctrine of the Immaculate Conception? You know many people have
the misconception that that means that Christ was conceived immaculately.
That's not what that doctrine teaches. What the doctrine teaches is that Mary was
born without any taint of sin, she was born with a sinless nature like Adam
before the fall, that's basically the idea.
Sekarang mari saya presentasikan kepada kalian pandangan Roma Katolik.
Menurut theologi Roma Katolik ~ dan sayangnya, ada banyak pakar di gereja yang
memiliki pemikiran yang sama dengan pemikiran Roma Katolik sehubungan dengan
Kristus ~ menurut theologi Roma Katolik ada dua alasan mengapa Maria harus lahir dengan kodrat alami
manusia yang tanpa noda atau tidak
berdosa. Pernahkah
kalian mendengar tentang doktrin Pembuahan yang Tanpa Dosa? Kalian tahu, banyak
orang salah paham bahwa itu berarti Kristus dibuahi tanpa dosa. Bukan itu yang
diajarkan doktrin ini. Apa yang
diajarkan doktrin ini ialah Maria yang lahir tanpa noda dosa, dia lahir dengan kodrat alami tanpa
dosa seperti Adam sebelum kejatuhannya, itulah konsepnya pada dasarnya.
In other words, there are two reasons we're going to find why the Roman
Catholic Church teaches this.
1. Because only an immaculate and sinless Mary could bring into the world an
immaculate and sinless Jesus.
Are you
understanding the first reason? So they have to say, you know, Mary that had a
sinful nature could not bring into the world Jesus with a sinless nature, and
so you have to say that Mary did not inherit the results of the fall, she had
the nature of Adam before the fall. This is the first reason. Because if Mary
was not born immaculate and sinless she could not bring into the world a Savior
who was immaculate and sinless, that is, with the nature of Adam before the
fall.
Allow me to read you some statements from
Roman Catholics sources that teach this view. I’m taking all of these
statements from the book The Glories of Mary
it was written by St. Alphonsus Liguori, a Roman Catholic saint. Not only a Roman
Catholic saint but he is also a doctor of the church, which is one of the few
doctors of the Roman Catholic Church. He was actually canonized as a saint. And
this individual wrote a book called The Glories of Mary where he gathered all of the wisdom of
Roman Catholicism concerning Mary up to the day that he lived. So I’m going to
take several quotations from the book that he wrote.
a. First of all he's quoting the words of St. Bridget.
“Mary was conceived
without sin that the divine Son might be born of her without sin.” Of course the question is, if Mary was born
without sin and she was born from her parents, then her parents would have had
to be born without sin too. And so you start having theological problems here.
That is found on page 296 of the book The
Glories of Mary.
Incidentally
it's a fascinating book, we have that book here in stock at Secrets Unsealed.
It's a thick book and it is a blasphemous book I might say. The things that are
said, Mary
is really a rival of Jesus in Roman Catholic theology. She's actually higher than
Jesus in Roman Catholic theology, in the mentality of people in Roman
Catholicism. You can tell jokes about the Pope, but you cannot tell any jokes
about Mary, because that is sacred. She is the mother, she's the Holy Mother,
so don't say anything bad about her.
And by the way,
Mary was a wonderful woman, don't get me wrong. You know we shouldn't trash
Mary because of the Roman Catholic’s view of Mary where they exalt her higher
than what the Bible does. She was a wonderful woman, many positive qualities of
Mary, but she
was not the mother of God, she was not born immaculate, she wasn't conceived immaculately,
she did not ascend bodily to Heaven, she does not intercede for sinners. So we need to recognize that she was a
wonderful woman but let's not take it to a level where the Bible does not take
it.
On page 297 we find this statement, “Corruption is a disgrace of human nature; and as Jesus was not
subject of it,
Mary was also exempted; for the flesh of Jesus is the flesh of Mary.”
Interesting.
Here's another one, “For not only is it true that the flesh of Jesus is the same as that of Mary, but the flesh of our Savior, even after His resurrection, remained the same that He had
taken from His mother.” In other words, Jesus did not have our flesh, He had the flesh of Mary His
mother, and His mother had the nature of Adam before the fall. Are you
understanding what I’m saying?
b. Now he quotes St. Damien.
And St. Damien
had these words to say, this is in page 311
of his book. “...the flesh of the Virgin, taken from Adam, did not admit of the stain of
Adam.” So she took the nature of Adam but
not the stain of Adam, she took the nature of Adam before the fall.
Here's another one, Glories of Mary pg. 299, “…the Blessed Virgin never committed any actual sin,…”
so they not only believed that she had a
nature of Adam before the fall, but she had never actually sinned. And we're
going to see that there's a reason why they believe that she was conceived
immaculately, and she never committed sin. That's the second reason why they
teach this doctrine. Finish reading this statement. “…the Blessed Virgin never committed any actual sin, not even a venial one…” because the
Catholic Church says that there's a venial sin and there's mortal sin. I won't
get into that. “…Otherwise, she would not have been a mother worthy of Jesus Christ; for the ignominy of the mother would also have been that
of the Son, for He would have
had
a sinner for His
mother.”
And so it's
inconceivable that Mary could have ever sinned, because then Jesus would have
had a sinful mother, and that can't be possible according to Roman Catholic
theology.
Here's another
one. this is page 25, this is of the publication by the Knights of
Columbus in the book or the pamphlet The Mother
of Jesus page 25, it says this, “Mary
would
have inherited
sin and the penalties of
sin, if God
had
not preserved her from them. As a result,
hers was a condition similar to our first
parents before the fall.” So in other words, Mary took the nature of
Adam before the fall, so that Jesus could take the nature of Adam before the
fall.
The first reason
is because if Jesus was going to be born with a sinless nature, His mother had
to be sinless.
2. But there's a second reason why the Roman Catholic Church teaches that Mary
had to have a sinless nature, and that has to do with her intercessory role supposedly after
she went to Heaven.
You see, Mary,
according to Roman Catholic theology, is the intermediary between us and
Christ, and then Christ goes to God in our behalf. And the reason why is
because in Roman Catholic theology ~ this is not officially but in practical
terms ~ Jesus is inaccessible but Mary is so much closer to us. And so what we
do is we go to Mary, then Mary begs her Son, and then the Son begs the Father.
She is the Mediatrix. And by the way that's an official position of the Roman
Catholic Church. She is the Mediatrix between human beings and God. But in order
to mediate before God she could not have a sinful nature, and she could never
have sinned, because a sinner cannot represent us before God.
Are you
understanding the second reason?
Dengan kata lain, ada dua alasan yang akan kita temukan
mengapa gereja Roma Katolik mengajarkan ini.
1.
Karena hanya
seorang Maria yang tidak bernoda dan tidak berdosa yang bisa membawa seorang
Yesus yang tidak bernoda dan tidak berdosa ke dunia.
Apakah kalian paham alasan pertama? Maka mereka berkata seorang Maria yang
memiliki kodrat alami manusia berdosa
tidak akan bisa menghadirkan Yesus ke dunia dengan kodrat alami yang
tanpa dosa, karena itu kita harus mengatakan bahwa
Maria tidak mewarisi akibat kejatuhan Adam, Maria memiliki kodrat alami Adam
sebelum kejatuhannya. Inilah alasan yang pertama. Karena andai Maria tidak
dilahirkan tidak bernoda dan tidak berdosa, dia tidak akan bisa menghadirkan ke
dunia seorang Juruselamat yang tidak bernoda dan tidak berdosa, yaitu dengan kodrat alami Adam
sebelum kejatuhannya.
Izinkan saya membacakan kalian beberapa pernyataan dari
sumber-sumber Roma Katolik yang mengajarkan pandangan ini. Saya mengambil
pernyataan-pernyataan itu dari buku The Glories of Mary, yang ditulis oleh St.
Alphonsus Liguori, seorang santo Roma Katolik. Bukan hanya
seorang santo Roma Katolik, tapi dia juga seorang doktor gereja, salah satu
dari beberapa gelintir doktor gereja Roma Katolik. Dia dikanonisasi menjadi
seorang santo (orang kudus), dan orang ini menulis sebuah buku yang berjudul The Glories of Mary di mana dia mengumpulkan semua hikmat Roma Katolikisme
mengenai Maria hingga saat dia hidup. Jadi saya akan mengambil beberapa kutipan
dari buku yang ditulisnya itu.
a.
Pertama-tama dia mengutip
kata-kata St. Bridget.
“…Maria
dibuahi tanpa dosa, sehingga Anak yang ilahi boleh dilahirkan darinya tanpa
dosa…” Tentu saja pertanyaannya
ialah, jika Maria lahir tanpa dosa dan dia lahir dari orangtuanya, maka
orangtuanya juga harus lahir tanpa dosa. Maka mulai muncul masalah theologis di
sini. Kutipan itu terdapat di hal. 296 buku The Glories of Mary.
Nah, ini adalah buku yang
menarik. Buku ini ada di stock kami di Secrets Unsealed. Bukunya tebal dan bisa saya katakan itu
adalah buku yang menghujat. Apa yang dikatakan di buku itu, Maria sesungguhnya adalah saingan Yesus
dalam theologi Roma Katolik. Maria sesungguhnya lebih tinggi derajatnya daripada Yesus dalam theologi Roma Katolik,
dalam mentalitas orang-orang penganut Roma Katolikisme. Orang boleh bergurau tentang
Paus, tetapi orang tidak boleh bergurau tentang Maria, karena dia sakral.
Dialah Ibu Suci, jadi tidak boleh bicara sembarangan tentangnya.
Nah, ketahuilah, Maria adalah
seorang perempuan yang luar biasa, jangan berpikir salah tentang saya. Kita
jangan merendahkan Maria karena pandangan Roma Katolik tentang Maria yang
meninggikannya lebih tinggi daripada apa yang dilakukan Alkitab. Maria adalah
perempuan yang sangat baik, punya banyak kualitas yang positif, tapi dia bukan Ibu Allah,
dia tidak dilahirkan tanpa noda,
dia tidak dibuahi tanpa noda, dia tidak naik ke Surga, dia tidak menjadi
perantara bagi orang-orang berdosa. Jadi kita harus mengakui
bahwa dia adalah seorang perempuan yang luar biasa, tetapi jangan membawanya ke
derajat di mana Alkitab tidak membawanya.
Di hal. 297 kita dapati pernyataan ini, “…Kerusakan adalah suatu pencemaran kodrat
alami manusia; dan sebagaimana Yesus tidak tunduk kepadanya, Maria juga
dibebaskan darinya; karena daging Yesus adalah daging Maria…” Menarik.
Ini ada yang lain, “…Bukan saja itu
benar bahwa daging Yesus adalah daging Maria, tetapi daging Juruselamat kita bahkan setelah kebangkitanNya, tetap
adalah daging yang sama yang diambilNya dari ibuNya…” Dengan kata lain Yesus tidak
punya daging seperti daging kita, Dia memiliki daging Maria ibunya, dan ibuNya
memiliki kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya. Apakah kalian
paham apa yang saya katakan?
b.
Sekarang dia mengutip dari St.
Damien.
Dan St. Damien mengatakan
demikian ~ ini di hal. 311 bukunya ~ “…daging Sang
Perawan yang diambil dari Adam, tidak termasuk noda Adam.” (Liguori,
The Glories of Mary
p. 311). Maka Maria mengambil kodrat alami Adam tetapi tidak noda Adam, Maria mengambil kodrat alami Adam sebelum
kejatuhannya.
Ini ada yang lain, Glories
of Mary hal. 299,
“…Perawan yang diberkati tidak pernah melakukan dosa apa pun…” jadi mereka bukan hanya
meyakini Maria memiliki kodrat alami Adam sebelum kejatuhan, tetapi Dia
benar-benar tidak pernah berbuat dosa. Dan kita akan melihat bahwa ada alasan
mengapa mereka meyakini bahwa Maria dibuahi tanpa noda, dan dia tidak pernah
berbuat dosa. Inilah alasan kedua mengapa mereka mengajarkan doktrin ini.
Selesaikan membaca pernyataan ini, “…Perawan yang diberkati tidak pernah
melakukan dosa apa pun, bahkan tidak sebuah dosa yang ringan…” karena gereja Katolik berkata
ada dosa yang ringan (yang tidak mematikan) dan ada dosa yang
mengakibatkan kematian. Saya tidak akan membahas itu. “…Jika tidak
demikian, Maria tidaklah layak menjadi ibu Yesus Krisitus; karena noda si ibu
juga akan menjadi noda si Anak, berarti Dia memiliki seorang pendosa sebagai
ibuNya. …”
Maka tidak bisa diterima akal
bahwa Maria pernah berbuat dosa, karena kalau begitu Yesus memiliki seorang ibu
yang berdosa dan menurut theologi Roma Katolik, itu tidak mungkin terjadi.
Nih ada yang lain, ini hal.
25, ini diterbitkan oleh Knights of Columbus di buku atau
pamflet The Mother of Jesus, hal. 25, yang mengatakan, “…Maria
akan mewarisi dosa dan hukuman dosa seandainya Allah tidak menjauhkannya dari
itu. Akibatnya, kondisinya adalah kondisi yang sama dengan kondisi orangtua
kita yang pertama sebelum kejatuhan mereka.” Jadi dengan kata lain, Maria
mengambil sifat alami Adam sebelum kejatuhan, agar Yesus bisa mengambil sifat
alami Adam sebelum kejatuhan.
Alasan pertama ialah karena
jika Yesus harus dilahirkan dengan kodrat alami yang tidak berdosa,
ibuNya haruslah tidak berdosa.
2.
Tetapi ada alasan kedua mengapa gereja Roma Katolik mengajarkan bahwa Maria
harus memiliki kodrat alami yang tidak berdosa, dan itu berkaitan dengan
perannya sebagai perantara ~
seperti yang mereka percayai ~ setelah dia naik ke
Surga.
Kalian lihat, menurut theologi
Roma Katolik, Maria adalah perantara antara kita dengan Kristus, kemudian
Kristus pergi ke Bapa untuk kita. Dan alasannya ialah karena dalam theologi
Roma Katolik ~ ini tidak resmi tetapi secara praktisnya ~ Yesus itu tidak bisa
diakses, tetapi Maria jauh lebih dekat kepada kita. Maka apa yang kita lakukan
ialah kita datang ke Maria, lalu Maria memohon AnakNya, kemudian Sang Anak
memohon BapaNya. Maria adalah perantara. Dan ketahuilah, itulah posisi resmi
gereja Roma Katolik. Maria
adalah perantara antara manusia dengan Allah. Tetapi supaya bisa
menjadi perantara di hadapan Allah dia tidak boleh memiliki kodrat alami berdosa dan dia tidak boleh pernah berdosa, karena seorang pendosa tidak bisa
mewakili kita di hadapan Allah.
Apakah kalian paham alasan
kedua?
And so she had to take the nature of Adam before the fall, so that Jesus
could also have the same nature. And so that she could intercede for us, and
Jesus could intercede for us as well.
Maka Maria harus mengambil kodrat alami Adam
sebelum kejatuhannya, sehingga Yesus bisa memiliki
kodrat alami yang sama. Supaya dia bisa menjadi perantara kita
dan Yesus bisa menjadi perantara kita juga.
I want to read a couple of statements from Roman Catholic theology on this
issue of Mary as the sinless intercessor, so
to speak. This is in the book Glories of Mary pg.
293. “God could preserve angels in heaven spotless, in the midst of the devastation
that surrounded them; was He, then, unable to
preserve the mother of his Son
and
the Queen of
angels from the
common fall of men?”
Interesting! God was able to preserve the
angels from sin so wouldn't He be able to preserve Mary from the stain of
original sin, or/and from actually committing sin?
Saya mau membacakan dua pernyataan dari theologi Roma
Katolik tentang isu Maria sebagai perantara tanpa dosa, katakanlah demikian.
Ini ada di buku Glories of
Mary hal. 293. “…Allah bisa memelihara para malaikat di Surga tanpa
noda, di tengah-tengah kehancuran yang mengelilingi
mereka; kalau begitu apakah Dia tidak mampu memelihara ibu dari AnakNya, dan
Ratu para malaikat dari kejatuhan biasa manusia?” …” Menarik! Allah bisa memelihara
para malaikat dari dosa maka tidakkah Dia bisa memelihara Maria dari noda dosa
asal dan/atau dari benar-benar berbuat dosa?
In The Glories of Mary page 289 St. Gregory is
quoted. “St. Gregory says…”
writes Liguori, “ ‘that an enemy cannot undertake to
appease his Judge, who is
at
the same time the injured Party; for if he did, instead of appeasing Him, he would provoke Him
to greater wrath.’ And therefore, as Mary was to be the mediatrix of peace
between men and
God, it was of the utmost importance that
she should not herself appear as a sinner and
as an enemy of God, but that she
should appear in all things as a friend, and free from every stain of sin.” That's the Roman
Catholic view.
Di The Glories of Mary hal. 289, mengutip St.
Gregory. “…St. Gregory berkata, …” tulis Liguori, “…’bahwa
seorang musuh tidak bisa berbuat untuk meredakan amarah Hakimnya, yang pada
waktu yang sama adalah Pihak yang dirugikan; karena andai dia bisa, bukannya
meredakan amarahNya, dia malah akan memprovokasiNya menjadi semakin marah.’ Dan
karena itu, karena Maria harus menjadi perantara damai antara manusia dan
Allah, adalah sangat penting Maria sendiri tidak tampil sebagai seorang pendosa
dan musuh Allah, melainkan dia harus tampil dalam segala hal sebagai seorang
teman, dan terbebas dari setiap noda dosa …” Itulah pandangan Roma Katolik.
And with regards to Christ, it is the
view that is taught by many Adventist scholars in the Adventist Church, that
Christ took the nature of Adam before the fall, He did not take our sinful
human nature, because if He took our sinful nature, then Jesus would be a
sinner. The fundamental misconception of this is that the Bible does not define sin as having
a sinful nature, but it defines sin as
responding to the sinful nature.
Ellen White said that there's only one
definition of sin in the Bible, and that is 1 John 3:4, sin is when you choose to transgress
the Law of God, then you become a sinner. Having a sinful nature does
not mean that you're a sinner, you're a sinner only when you allow that sinful
nature to express itself in action, in thought, or in word. Jesus had
the sinful nature of man, the fallen nature of Adam, but He also
from His conception had the Holy Spirit to give Him control of the sinful
nature so that His sinful nature never sinned. Are you understanding
what I’m saying? Having a sinful nature is not sin.
And by the way, is it possible
for human beings to live a life of victory over sin in sinful flesh?
Yes!
Dan sehubungan dengan Kristus, pandangan yang diajarkan
oleh banyak pakar Advent di gereja Advent ialah, bahwa Kristus mengambil kodrat alami Adam
sebelum kejatuhannya, Dia tidak mengambil kodrat manusia berdosa seperti kita,
karena jika Dia mengambil kodrat alami kita yang berdosa, maka Yesus akan menjadi orang yang berdosa.
Kesalahan fundamental dari konsep ini ialah Alkitab tidak menjabarkan dosa
sebagai memiliki kodrat alami manusia berdosa,
melainkan dosa adalah bereaksi kepada kodrat alami manusia berdosa tersebut.
Ellen White berkata bahwa hanya ada satu definisi dosa di
Alkitab, dan itu ada di 1 Yohanes 3:4, dosa
ialah ketika kita memilih untuk melanggar Hukum Allah, lalu kita menjadi
seorang pendosa. Memiliki kodrat alami manusia berdosa tidak berarti kita seorang pendosa. Kita menjadi pendosa
hanya bila kita mengizinkan kodrat alami manusia
berdosa tersebut
menyatakan dirinya dalam perbuatan, pikiran atau perkataan. Yesus memiliki kodrat alami
manusia berdosa, kodrat Adam setelah dia berdosa; tetapi Yesus juga dari saat
pembuahanNya, memiliki Roh Kudus yang mengendalikan kodrat alami manusia berdosa itu
sehingga kodrat alami manusia berdosa milikNya tidak
pernah berbuat dosa. Apakah kalian paham apa yang saya katakan? Memiliki
kodrat alami manusia berdosa itu bukan dosa.
Dan apakah mungkin
bagi manusia untuk menjalani suatu kehidupan mengalahkan dosa dalam dagingnya?
Ya!
Now, let's notice what the Bible view is of this issue. This is an extremely
important issue and I might say that two or three weeks ago I was in the city
of Medellin Columbia, Biblical Research Institute, was invited down there. You
know, the head of the Biblical Research Institute, Angel Manuel Rodriguez and
some others, because they're having troubles down there with certain doctrinal
deviations, like they're having issues with the Trinity and they're having
issues with Lunar Sabbath, and issues with the Feast-keepers and you know all
the things that we're experiencing here; the winds have blown from the north towards
the south. And so they organized this symposium at our Seventh-Day Adventist University
where I taught for six years, and they invited me to present the specific
subject on the nature of Christ. And it was amazing as I presented this view to
see that the 650 pastors that were present there, it was almost like they had
never heard this before, because many of
them you know came to me they said, “This is not the standard Adventist view,
is it?”
I said, “Well, it isn't now, but it was before 1949, in Bible readings for
the home, it was in all of the publications, even in Ellen White. Before 1949. And I can prove that.” And I
did in my presentation. I had three hours of presentation there with them, and
I read statements from the Spirit of Prophecy and from the Bible. I said, “It
used to be.”
Sekarang mari kita simak apa pandangan Alkitab mengenai
isu ini. Ini adalah isu yang amat sangat penting, dan saya mau katakan
bahwa 2-3 minggu yang lalu saya di kota Medellin Columbia, Biblical Research
Insitute, saya diundang ke sana. Kalian tahu, kepala Biblical Research
Institute, Angel Manuel Rodriguez dan beberapa yang lain, karena mereka sedang
menghadapi masalah di sana dengan penyimpangan-penyimpangan doktrinal tertentu,
seperti isu dengan Trinitas, dan isu dengan Lunar Sabat, dan isu dengan para
pemelihara Perayaan-perayaan Yahudi, dan semua hal yang kita alami di sini; angin telah
meniup dari utara ke selatan. Maka mereka mengorganisasikan symposium ini di Universitas
MAHK di mana saya pernah mengajar selama 6 tahun, dan mereka mengundang saya
untuk menyampaikan subjek khusus tentang kodrat alami Kristus. Dan yang mengagumkan
saat saya mempresentasikan pandangan ini, saya melihat ke-650 orang
pendeta yang hadir di sana, seolah-olah
mereka tidak pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya karena banyak dari
mereka datang ke saya dan berkata, “Ini bukan pandangan standar Advent, kan?”
Kata saya, “Nah, sekarang bukan, tetapi sebelum 1949
inilah pandangan Advent, dalam bacaan-bacaan Alkitab di rumah, dalam
segala penerbitannya, bahkan di tulisan-tulisan Ellen White. Sebelum 1949, dan saya bisa membuktikan itu.” Dan saya
buktikan dalam presentasi saya. Presentasi saya sepanjang tiga jam di sana
bersama mereka, dan saya membacakan pernyataan-pernyataan dari Roh Nubuat dan
dari Alkitab. Saya berkata, “Dulu itulah
pandangannya.”
Let me say something, folks, in the early 1950s there was a detour in
the Seventh-Day Adventist Church, and we
have to come to terms with this, and we have to admit it. There was a detour in
Adventist theology and it came as a result of the Walter Martin affair. I
won't get into all of the details of that, but
ü our view of righteousness by faith,
ü our view of the nature of Christ,
ü our view of the atonement,
ü and our view of the Godhead,
changed. And that has been taught for 60 years. And so what has happened is
practically
all of our pastors and all of our theologians these days have this new view,
which is totally contrary to the view that was held by our pioneers, and that
was held by Ellen White.
Izinkan saya mengatakan sesuatu, Saudara-saudara, di awal 1950an di gereja MAHK terjadi penyimpangan, dan kita harus menerima kondisi itu, dan itu harus kita akui. Ada penyimpangan dalam theologi Advent dan itu adalah akibat kasus Walter Martin. Saya tidak akan membahas semua detail darinya, tetapi
ü pandangan kami tentang
pembenaran oleh iman,
ü pandangan kami tentang kodrat
alami Kristus,
ü pandangan kami tentang
pendamaian,
ü dan pandangan kami tentang
Keallahan
berubah. Dan hal itu diajarkan selama 60 tahun. Maka apa
yang terjadi ialah, praktis semua
pendeta kami dan semua theolog kami hari ini mempunyai pandangan yang baru itu,
yang seluruhnya bertentangan dengan pandangan-pandangan yang dipegang oleh para
pioner kami, dan yang dipegang oleh Ellen White.
Let's see what the Bible has to say.
1 John 4:1-3 ~ we're still dealing with the third test ~ Jesus has come in the flesh. 1 John 4:1-3 how
important is this in determining whether an individual's a true prophet or not?
Do you think St. Alphonsus Liguori, was he a true prophet? He's a false
prophet. And all the people he quotes were false prophets, because he is giving
to Christ and to Mary a nature that was not theirs according to Scripture.
Notice 1 John
4:1-3,1 Beloved, do not believe every
spirit, but test the spirits, whether they are of God; because many…”
what? Ah listen,
it's talking about prophets, “…because many
false prophets have gone out into the world…” how do you know the true from the false?
“…2 By
this you know, the Spirit of God…” and the Spirit of God speaks through the
prophets, right? “…2 By this you know, the Spirit of God, every spirit that
confesses that Jesus Christ has come in the flesh is of God, 3 and every spirit that
does not confess that Jesus Christ has come in the flesh is not of
God…” and this is even
more serious because it says, “…And this is
the spirit of the
Antichrist, which you have heard was coming, and is now already in the world.” If you don't have the coming of Jesus in the
flesh right, that is what? The spirit of Antichrist according to this passage.
So we better make sure that we have this right.
And Ellen White
had it right.
Mari kita lihat apa yang dikatakan Alkitab.
1 Yohanes 4:1-3 ~ kita masih membahas ujian yang ketiga ~
Yesus sudah datang sebagai Manusia. Seberapa pentingnyakah untuk menentukan apakah
seseorang adalah nabi yang sejati atau bukan? Menurut kalian apakah St. Alphonsus Liguori
seorang nabi tulen? Dia seorang nabi palsu. Dan semua orang yang dia kutip
tulisannya adalah nabi-nabi palsu karena dia memberikan kepada Kristus dan
kepada Maria suatu kodrat alami yang bukan milik mereka menurut Kitab Suci.
Simak 1 Yohanes 4:1-3, “1 Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah percaya pada setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu,
apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak…” apa? Ah, dengarkan,
ini bicara tentang nabi-nabi, “…sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah keluar ke dunia…” bagaimana kita
membedakan yang tulen dari yang palsu? “…2 Dengan ini kita
mengenal Roh Allah…” dan Roh Allah bicara melalui nabi-nabi, bukan? “…2 Dengan ini kita mengenal Roh Allah, setiap roh yang mengakui bahwa Yesus Kristus
telah datang sebagai Manusia,
berasal dari Allah, 3 dan setiap roh yang tidak mengakui Yesus Kristus telah datang sebagai Manusia, tidak
berasal dari Allah…” dan ini lebih parah, karena dikatakan, “…Dan ini adalah
roh antikristus, yang telah kamu dengar bahwa ia akan datang, dan
sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia…”
Jika orang tidak memiliki konsep yang
benar tentang kedatangan Yesus sebagai Manusia, itu adalah apa? Menurut ayat
ini itulah roh Antikristus. Jadi pastikan konsep yang kita miliki itu benar.
Ellen White memiliki konsep yang benar.
You will find
statements in the material that we're not going to have time to cover, where I apply
these tests to Ellen White in your syllabus. The great majority of pages in the
syllabus deal with proving that Ellen White passes all of these tests. I hope that you're going to read it. But I want you to see the biblical test so
that then you can go to the writings of Ellen White and say, “Now let me apply all of these tests to Ellen
White for myself.” Because I can tell you, but that doesn't have the same
convicting power as you saying, “Okay, now I know what the tests are, I’m going
to go, and I’m going to check it out for myself.” And once you've checked it
out, you will be solid. Nothing will be able to move you.
Kalian akan mendapatkan pernyataan-pernyataan di materi
di dikat kalian yang tidak akan sempat kita liput, di mana saya mengaplikasikan
ujian-ujian ini kepada Ellen White. Bagian terbesar halaman-halaman di diktat
itu bicara tentang pembuktian bahwa Ellen
White telah lulus semua ujian ini. Saya berharap kalian akan
membacanya. Tetapi saya ingin kalian melihat ujian-ujian alkitabiah itu supaya
nanti kalian bisa pergi ke tulisan-tulisan Ellen White dan berkata, “Nah, saya
akan mengaplikasikan sendiri
ujian-ujian ini ke Ellen White.” Karena saya bisa memberitahu kalian, tetapi itu tidak
akan memiliki kuasa meyakinkan yang sama seperti seandainya kalian berkata,
“Oke, sekarang saya tahu apa saja ujian itu, dan saya akan mengeceknya
sendiri.” Dan begitu kalian sudah mengeceknya, pendapat kalian akan menjadi
solid, tidak akan ada yang bisa mengguncang kalian.
At the
Incarnation did Jesus take human flesh? John 1:14, “14 And the
Word became flesh and dwelt among us, and we beheld His glory,
the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.”
Did the Word become
flesh? Yes, He did. Whose flesh did He inherit? Do we have the genealogy of
Jesus? We have the genealogy in Matthew
chapter 1, right? Have you examined that list of ancestors of Jesus? There you
have the adulterer Solomon, you have that apostate king towards the end of the
history of Israel, or actually you have a couple of extremely wicked kings at
the end of the history, you have in that genealogy the liar Abraham, and the
murderer David, and Jesus came from that lineage. Did Jesus inherit the nature of His
ancestors? Yes, He did, albeit when He was born His sinful human nature
that He received was under the control of the Holy Spirit from the moment of
His conception. It's because if
that wasn't the case, Jesus could have never overcome. We cannot overcome just
with the sinful nature that we receive. It has to be regenerated by the Holy
Spirit. Jesus had that from His birth. From His birth His sinful nature was
under the control of the Holy Spirit, in each moment. And therefore it never
expressed itself in acts of sin. Are you following me or not?
Pada waktu inkarnasi, apakah Yesus mengambil tubuh manusia? Yohanes 1:14, “14 Dan Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai
satu-satunya yang berasal dari Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran…” Apakah Firman menjadi Manusia? Ya, benar. Kedagingan
siapa yang diwarisiNya? Apakah kita tahu silsilah Yesus? Silsilahnya ada di
Matius pasal 1, benar? Sudahkah kalian memeriksa daftar nenek moyang Yesus? Di
sana ada Salomo si pezinah, ada raja yang murtad menjelang akhir sejarah
Israrel, atau ada dua orang raja yang amat sangat jahat di bagian akhir
sejarah, dalam silsilah itu ada Abraham si pembohong, dan Daud si pembunuh, dan
Yesus datang dari garis keturunan tersebut. Apakah Yesus mewarisi kodrat alami nenek moyangNya?
Ya, benar, namun demikian
ketika Dia lahir, kodrat alami manusia berdosa yang diterimaNya berada di bawah
kendali Roh Kudus, mulai dari saat pembuahanNya. Karena andaikan
tidak demikian, Yesus tidak akan pernah bisa mengalahkan dosa. Kita tidak bisa
mengalahkan dosa hanya dengan kodrat alami manusia berdosa yang kita terima.
Kodrat alami itu harus dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Yesus sudah mengalami
itu dari saat Dia lahir. Dari saat
kelahiranNya, kodrat alami berdosaNya berada di bawah kendali Roh Kudus setiap
saat. Dan itulah mengapa kodrat tersebut tidak pernah menyatakan dirinya dalam
perbuatan dosa. Apakah kalian paham atau tidak?
Ellen White in Desire of Ages has a statement where she says
that it would have been an almost infinite humiliation for Jesus to take the
nature of Adam before the fall, but He took it after 4’000 years of sin. That statement
alone says that He did not take the nature of Adam before the fall, it would
have been an almost infinite humiliation for Him to do that, but He
didn't, He took the nature of Adam after
4’000 years of sin. That statement alone makes it very, very clear. But there are many others.
Notice Hebrews
2:14-18, “14 Inasmuch then as the children
have partaken of flesh and blood, He Himself likewise shared in the same…”
now let me ask
you what “the same” mean? What part of “same” don't you understand? Who are
“the children”? Adam and Eve? No! Us! “…14 Inasmuch then as the
children have partaken of flesh and blood, He Himself likewise shared in
the same, that through death He might destroy him who had the power
of death, that is the Devil, 15 and release those who through fear of death
were all their lifetime subject to bondage. 16 For indeed He does not give aid to angels…” other versions say “He did not take the inheritance of
angels”, “…but He does give aid to the seed of
Abraham…” and now notice
verse 17. “…17 Therefore,
in…” most things He had to be made like His brethren ~ therefore in some things He had to be made like His
brethren, “…17 Therefore, in all
things He had to be made like His brethren…”
now what does
“all” mean? Now, who are His brethren? Listen carefully, Jesus
did not take the nature of a drunk that has never been born again, are you with
me? He took
the regenerated sinful nature of Adam. Was Adam converted after he
sinned? Did a new power enter into his life that would give him power to
overcome? Yes. When he was converted the Holy Spirit came into his life to give
him victory over his sinful nature. That's where Jesus started at His
conception. It's not rocket science. It's not ultra complicated. The brethren
of Jesus ~ if you read the expression “brethren” in the New Testament, it
refers to His converted brethren. The word “brethren” never refers to a sinner who
has not been regenerated by the Holy Spirit.
You remember,
one time the brothers of Jesus and the
mother of Jesus, they went to where Jesus was speaking, because they were
afraid He was going to have a nervous breakdown, and they wanted to take Him
home. And they said to Him, “By the way,
your mother and your brothers are outside.” What did Jesus say? “My mother and
My brothers are those who do the will of My Father.” Those are His converted
brethren. He took the nature of His converted brethren, are you with me? And so
it says there, “…17 Therefore, in all things He had to be made
like His brethren
that He might be a merciful and faithful High Priest in things pertaining to God, to make
propitiation for the sins of the people. 18 For in that He Himself has suffered,
being tempted…” in what nature was He tempted? In all things, it says, right? “…He is able to…” what? “…to aid those who are…” what? “…those who are tempted.”
Ellen White di Desire of Ages memiliki pernyataan di mana dia berkata bahwa bagi
Yesus untuk mengambil kodrat alami Adam sebelum kejatuhannya, itu sudah nyaris
suatu aib yang tidak terbilang; tetapi Dia malah mengambilnya setelah 4’000
tahun keberdosaan
manusia. Pernyataan itu saja bahwa Dia tidak mengambil kodrat
alami Adam sebelum kejatuhanNya, yang nyaris sudah merupakan aib yang tidak
terbilang bagiNya seandainya Dia melakukan itu namun Dia tidak melakukannya,
Dia malah mengambil kodrat alami Adam setelah 4’000 tahun keberdosaan. Pernyataan
itu saja membuatnya amat sangat jelas. Tetapi ada banyak pernyataan yang lain.
Simak Ibrani 2:14-18, “14 Oleh sebab itu sebagaimana
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia Sendiri juga mengambil
bagian dalam hal yang sama…” nah, coba saya
tanya, apa artinya “yang sama”? Bagian mana dari “yang sama” yang tidak kita
pahami? Siapa yang dimaksud dengan “anak-anak”? Adam dan Hawa? Bukan! Kita! “…14 Oleh
sebab itu sebagaimana anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan
daging, maka Ia Sendiri juga mengambil bagian dalam hal yang sama. Agar supaya
oleh kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia
yang berkuasa atas maut, yaitu Iblis. 15 dan
membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya berada di bawah perhambaan. 16 Sebab sesungguhnya, Dia tidak mengambil kodrat malaikat-malaikat bagi DiriNya sendiri, melainkan Dia mengambil bagi DiriNya sendiri kodrat benih Abraham…”
dan sekarang simak ayat 17, “…17 Itulah sebabnya, dalam…” kebanyakan hal, Dia harus dijadikan sama dengan saudara-saudaraNya ~ dalam beberapa hal
Dia harus dijadika sama dengan saudara-saudaraNya “…17 Itulah
sebabnya, dalam segala hal Ia harus dijadikan sama dengan saudara-saudara-Nya…” nah, apa artinya “segala”? Siapakah “saudara-saudara”Nya?
Dengarkan baik-baik, Yesus tidak mengambil kodrat alami seorang pemabuk yang
belum pernah dilahirkan kembali. Apakah kalian paham? Yesus mengambil kodrat alami Adam yang berdosa yang sudah
mengalami kelahiran baru. Apakah Adam bertobat setelah dia berbuat dosa? Apakah
ada kuasa baru yang masuk dalam hidupnya yang memberinya kuasa untuk
mengalahkan dosa? Ya. Ketika dia bertobat, Roh Kudus masuk ke dalam hidupnya
untuk memberinya kemenangan atas kodrat alami orang berdosa yang dimilikinya.
Di titik inilah Yesus mulai saat pembuahanNya. Ini bukan sains roket yang
sulit. Ini tidak ultra rumit. Saudara-saudara Yesus ~ jika kita membaca istilah
“saudara-saudara” di Perjanjian Baru, itu mengacu
kepada saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Kata “saudara-saudara” tidak pernah mengacu kepada
seorang pendosa yang belum mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus.
Kalian ingat, suatu ketika saudara-saudara Yesus dan
ibunya, mereka mendatangi tempat di mana Yesus sedang bicara karena mereka
khawatir Dia kelelahan dan mereka ingin membawaNya pulang. Dan orang-orang berkata kepadaNya, “IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di
luar.” Apa kata Yesus? “IbuKu dan saudara-saudaraKu adalah mereka yang
melakukan kehendak BapaKu.” (Mat. 12:50). Mereka itu adalah
saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Apakah kalian paham? Yesus mengambil kodrat alami
saudara-saudaraNya yang sudah bertobat. Apakah kalian paham?
Maka dikatakan di sana, “…17 Itulah
sebabnya, dalam segala hal Ia harus dijadikan sama dengan saudara-saudara-Nya supaya Ia
bisa menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia dalam segala hal
yang berkaitan dengan Allah, untuk membuat
perdamaian bagi dosa seluruh umat. 18 Sebab
sebagaimana Ia sendiri telah menderita karena dicobai…” Dia dicoba dalam hal apa? Dikatakan
dalam segala hal, bukan? “…maka
Ia dapat…” apa? “…menolong mereka yang…” apa? “…mereka
yang dicobai.”
Let me give you
an illustration. Let's suppose that Superman existed. I think it's a good illustration.
Let's suppose that Superman existed. Does Superman have powers that we don't?
Of course he does. So Superman appears in that door, actually appears at the front
door, and we're out there, and Superman says, “Folks, follow me!” wuusshh he
flies off into the air. Is that fair? Why not? Because he has powers I don't.
Could Jesus ask
me to follow His example if He had powers I don't? You see, at the very root of this is
the possibility of following the example
of Jesus, because Jesus suffered being tempted, He is able to help those who
are tempted, because He's gone over the ground, the same ground as us. Did Jesus still
have His human nature when He resurrected? Yes, but listen carefully to what
I’m going to say. When Jesus resurrected He had holy flesh, the sinful nature was removed.
You say, “Wait a
minute!”
Yeah! When we
resurrect will the sinful nature be removed? Of course it will be. We cannot
have now holy flesh, we will have our sinful nature until Jesus comes
and this body is transformed into the similitude of the glorious body of Jesus.
We cannot have, Ellen White says, sinless flesh; but we can have a victorious
character, we can have a holy character, because Jesus is able to help us,
because He was tempted as we are.
Coba saya berikan sebuah ilustrasi. Mari kita anggap Superman sungguh
ada. Menurut saya ini ilustrasi yang baik. Anggap saja Superman sungguh ada. Apakah Superman punya kemampuan yang tidak kita punyai? Tentu saja. Jadi Superman muncul di pintu, tepatnya muncul di pintu depan, dan kita ada
di luar sana, dan Superman berkata, “Saudara-saudara, ikutlah saya!” wuuussh dia terbang pergi ke
angkasa. Apakah itu adil? Mengapa tidak? Karena dia memiliki kemampuan yang tidak kita miliki.
Bisakah Yesus
minta saya untuk mengikuti teladanNya jika Dia memiliki kemapuan yang tidak saya miliki? Kalian lihat, di bagian paling mendasar dari ini
adalah kemungkinan kita bisa mengikuti teladan Yesus,
karena Yesus sudah menderita dicobai, Dia bisa menolong mereka yang dicobai,
karena Dia sudah pernah mengalami yang sama, sama dengan yang kita alami.
Apakah Yesus masih memiliki kodrat manusiawinya
saat Dia bangkit? Ya, tetapi
dengarkan baik-baik kepada apa yang akan saya katakan. Ketika Yesus bangkit, Dia memiliki tubuh yang kudus, kodrat keberdosaannya telah disingkirkan.
Kalian berkata, “Tunggu sebentar!”
Oya! Saat kita dibangkitkan apakah kodrat alami keberdosaan kita akan disingkirkan? Tentu
saja. Sekarang kita tidak bisa memiliki tubuh yang kudus, kita
tetap akan memiliki kodrat alami yang berdosa hingga nanti Yesus datang, dan
tubuh kita ini diubahkan menjadi serupa dengan tubuh Yesus yang mulia.
Ellen White berkata, sekarang kita tidak bisa memiliki tubuh yang bebas dosa; tetapi kita bisa memiliki
karakter yang bisa menaklukkan dosa, kita bisa memiliki karakter yang kudus karena Yesus bisa
menolong kita, karena Dia sudah pernah dicobai sebagaimana kita.
When Jesus
resurrected He still was a human being. Notice Luke 24:36-43, “36 Now as they said these things, Jesus Himself…” this is in the upper room “…stood in the
midst of them, and said to them, ‘Peace to you.’ 37 But they were terrified and frightened, and supposed they
had seen a spirit. 38 And He said to them, ‘Why are you troubled? And why do doubts arise in your
hearts? 39 Behold…” what? Did Jesus have hands and feet after
His resurrection? Yeah. “…39 Behold My hands and My feet, that it is I Myself. Handle Me and see, for a spirit does not have…” what? “…flesh and bones
as you see I have.’ 40When He had said this, He showed them His hands and His
feet. 41 But while they still did not believe for joy, and
marveled, He said to them, ‘Have you any food here?’…” basically He's saying, “Do spirits eat?” “…42 So they gave Him a piece of a broiled fish and some
honeycomb. 43 And He took it and
ate in their presence.”
Ketika Yesus bangkit, Dia masih tetap Manusia. Simak Lukas 24:36-43, “36 Dan
sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus sendiri…” ini terjadi di
ruang yang di loteng, “…berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata kepada mereka, ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ 37 Tetapi mereka sangat
ngeri dan ketakutan dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 38
Dan Ia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu
terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39
Lihatlah…” apa? Apakah Yesus punya tangan dan kaki setelah
kebangkitanNya? Iya. “…39
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku, bahwa ini
adalah Aku sendiri; rabalah Aku dan lihatlah, karena
hantu tidak punya…” apa?
“…daging dan tulang, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." 40
Setelah berkata ini, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 41
Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia
kepada mereka, ‘Adakah padamu makanan di sini?’…” pada dasarnya Dia
berkata, “Apakah roh itu makan?” “… 42 Lalu mereka memberikan
kepada-Nya sepotong ikan panggang dan sedikit
sarang madu. 43 Dan Ia
mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”
Did Jesus
ascend to Heaven with a victorious human nature, victorious over sin? He
most certainly did. Is He still that victorious human being in Heaven? Yes. 1
Timothy 2:5, you don't even have to look it up, you've read it many times, “ 5
For there is one God and one Mediator between God and men, the Man…” Jesus Christ or
“…Christ Jesus.”
He is still a
Man up there, and He still
has the human nature that He had while He was here, but
it is a
glorified human nature.
Apakah Yesus naik ke Surga dengan kodrat alami manusia yang telah
menang atas dosa? Betul sekali. Apakah Dia masih Manusia yang menang atas dosa di Surga? Ya.
1 Timotius 2:5, kalian bahkan tidak usah mencarinya di Alkitab, kalian
sudah begitu sering membacanya, “5 Karena Allah itu satu, dan satu Pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu Manusia…” Yesus Kristus atau “…Kristus Yesus…” Di atas sana Dia masih Manusia, dan Dia
masih memiliki kodrat manusia yang dimilikiNya selagi Dia hidup di dunia,
tetapi itu adalah
kodrat manusia yang sudah
dimuliakan.
Final text that
I want us to deal with in this particular section, the third test of a true
prophet, is found in Romans 8:3-4, “ 3 For what the Law could not do in that it was
weak through the flesh, God did by
sending His own Son in…” what? “…in the likeness of…” sinless flesh… oh thank you very much, and
these are brand new glasses too, “…by sending His own Son
in the likeness of sinful flesh…” was the flesh of Jesus like ours? Yes. And now
notice, “…on account of sin: He condemned
sin in the flesh…” in what kind of
flesh did Jesus condemn sin? In sinful flesh He condemned sin. Did
Jesus ever allow His sinful nature to express itself? Never. In sinful flesh He
condemned sin, that's what the text is saying. Verse 4, now notice what the purpose
of this is, “…4 that
the righteous requirement of the Law might be fulfilled in us,…” does His victory over sin and sinful flesh
have anything to do with us? It has everything to do with us. “…4 that the righteous requirement of the Law might be
fulfilled in us, who do not walk…” what does “walk” mean? Aaah, it has to do
with conduct or behavior “…who do not walk according to the
flesh but according to the Spirit.” Did Jesus walk according to the flesh? No!
Did He have sinful flesh? Yes. Did He walk according to flesh? No! Can we have
sinful flesh and not walk according to the flesh? That's the reason why Jesus
condemned sin in the flesh according to Romans 8:3-4, vitally
important.
And Ellen White
teaches it all over her writings, her writings are in harmony with the
Bible, the fruit of a seventy year ministry can be clearly seen, and she
teaches that
Jesus was a real human being with our human nature, our
regenerated human nature.
Ayat terakhir yang saya mau
kita bahas dalam bagian khusus ini, ujian ketiga tentang ketulenan seorang
nabi, terdapat di Roma 8:3-4, “3
Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan Hukum
karena itu lemah oleh kedagingan, telah dilakukan oleh Allah dengan
mengutus Anak-Nya Sendiri
dalam…” apa?
“…dalam keserupaan dengan…” kedagingan yang
tidak berdosa… oh, terima kasih banyak, padahal ini kacamata baru, “…dengan mengutus AnakNya Sendiri dalam keserupaan dengan kedagingan yang berdosa…”
apakah kedagingan Yesus sama dengan kedagingan kita?
Ya! Dan sekarang simak, “…karena dosa, Ia telah menghukum dosa dalam kedagingan…” dalam kedagingan
macam apa Yesus menghukum dosa? Dalam
kedaginganNya yang berdosa Dia menghukum
dosa. Apakah Yesus pernah mengizinkan
kodrat alamiNya yang condong kepada dosa untuk menyatakan dirinya? Tidak
pernah. Dalam kedagingan yang berdosa Dia menghukum dosa, itulah yang dikatakan
ayat ini. Ayat 4, sekarang simak apa tujuannya, “…4 supaya tuntutan Hukum yang benar boleh
digenapi di dalam kita…” apakah kemenangan Yesus atas dosa dan kedagingan yang
berdosa ada kaitannya dengan kita? Itu seluruhnya berkaitan dengan kita. “…4 supaya tuntutan
Hukum yang benar boleh digenapi di dalam kita, yang tidak berjalan…” apa artinya “berjalan”? Aaah, itu berkaitan dengan
tindakan atau sikap, “…yang
tidak berjalan menurut daging, tetapi menurut Roh…” apakah Yesus berjalan menurut daging? Tidak! Apakah Yesus
memiliki kedagingan manusia berdosa? Ya. Apakah Yesus
berjalan menurut kedagingan itu? Tidak! Bisakah kita memiliki kedagingan manusia berdosa tapi tidak
berjalan menurut daging? Itulah alasannya mengapa Yesus menghukum dosa dalam
daging menurut Roma 3:3-4, sangat penting.
Dan Ellen
White mengajarkan ini di semua tulisannya. Tulisan-tulisannya
itu selaras dengan Alkitab, buah dari
ministrinya selama 70 tahun tampak jelas, dan dia mengajarkan bahwa Yesus adalah benar-benar Manusia
yang memiliki kodrat alami manusia seperti kita, kodrat alami manusia kita yang
sudah dilahirkan baru.
THE FOURTH TEST
Let's go to the
fourth test. We only have 5 minutes
left and we're going to cover number 4. We're not going to deal a lot with this,
but I want to read two biblical texts on this test. Test # 4, the fourth of the
primary tests is, that a prophet
who claims to be true must give predictions that are fulfilled. In
other words, the predictions of a true prophet need to be fulfilled. If a
prophet gives predictions and they're not fulfilled, well, then the individual
is a false prophet. However, there's a caveat here. Sometimes prophets will give a prophecy
that is
conditional. And listen carefully, sometimes the condition is not even expressed,
so if
it's not fulfilled it must be because of a change of circumstances.
Remember the story of Jonah? In 40 days Nineveh will be destroyed if you don't
repent. Is that what he preached? No! Categorically he said, “In 40 days Nineveh
will be destroyed.” And he actually got mad because God made it conditional.
There was no condition in his prophecy. And yet because the circumstances
changed, the prophecy changed.
Let me ask you
this, what would you think of a God that even though the Ninevites repented who
would say, “I said I was going to destroy them, and I don't care if they
repented, he's a true prophet. Kill them.”
Did a change in
the attitude of the people determined a change in the council? Yes!
Was Jonah a
false prophet? He was a true prophet.
UJIAN YANG KEEMPAT
Mari kita ke ujian keempat. Kita hanya punya waktu 5
menit yang tersisa dan kita akan meliput # 4. Kita tidak akan bisa membahas
banyak, tetapi saya mau membacakan dua ayat Alkitab tentang ujian ini.
Ujian # 4, test utama keempat ialah, seorang nabi yang mengklaim sebagai nabi tulen haruslah
memberikan prediksi yang digenapi. Dengan kata lain,
prediksi-prediksi seorang nabi yang tulen haruslah ada penggenapannya. Jika
seorang nabi memberikan prediksi-prediksi yang tidak digenapi, nah, maka orang
itu adalah seorang nabi palsu. Namun ada syaratnya di sini. Terkadang
nabi-nabi memberikan suatu nubuatan
yang bersyarat. Dan
dengarkan baik-baik, terkadang
syarat tersebut tidak dinyatakan. Jadi jika nubuatan itu tidak terjadi, itu harus karena ada perubahan kondisi. Ingat kisah Yunus? Dalam 40 hari Niniwe akan
dihancurkan jika tidak bertobat. Itukah yang dikhotbahkan Yunus? Tidak! Lebih
tepatnya dia berkata, “Dalam 40 hari Niniwe akan dihancurkan.” Dan dia marah karena Allah menjadikan itu bersyarat. Dalam
nubuatan yang disampaikannya tidak ada syaratnya. Namun begitu karena kondisinya
berubah, nubuatan itu berubah.
Coba saya tanya, bagaimana kita menganggap Allah yang
walaupun bangsa Niniwe sudah bertobat masih berkata, “Aku
sudah mengatakan akan menghancurkan mereka, Aku tidak peduli apakah mereka
bertobat. Dia adalah nabi yang benar. Bunuhlah mereka.”
Apakah perubahan sikap penduduk Niniwe menentukan suatu
perubahan dalam dewan pertimbangan? Iya!
Apakah Yunus seorang nabi palsu? Dia seorang nabi tulen.
Incidentally in
your syllabus pages 145 to 158 ~ you’d better read this because I’m going
to test you on this ~ there are two
expositions there, on a vision that Ellen White had in 1856, it's known as “The 1856 Vision”. It is used by
every enemy of Ellen White against Ellen White, where she seemed to predict
that there were some people there alive that would go through the plagues and
would be eaten by worms at the Second Coming of Christ; and so they say, “Never
happened, all those people are dead. False prophet.” You have to read the
explanation that is provided by Roger Coon. And there's another explanation by the
White Estate. You have the same situation as with Jonah, and there are other
examples there of prophecies that were conditional, even though there was no
expression of conditionality in it.
Nah, di diktat kalian hal. 145-158 ~ sebaiknya kalian baca ini karena saya akan menguji
kalian tentang itu ~ ada dua penjelasan di sana tentang penglihatan Ellen White
di 1856 yang dikenal sebagai “Penglihatan 1856”. Ini dipakai oleh setiap musuh Ellen White untuk
menyerang Ellen White, di mana sepertinya dia memprediksi bahwa ada beberapa
orang di sana yang masih hidup yang akan mengalami malapetaka-malapetaka
terakhir dan akan dimakan oleh cacing-cacing saat Kedatangan Kedua Kristus;
maka mereka berkata, “Itu tidak pernah terjadi. Semua orang itu sudah mati.
Jadi nabi palsu.” Kalian harus membaca penjelasan yang diberikan oleh Roger Coon. Dan ada penjelasan lain oleh The White Estate. Ada situasi yang sama seperti kasus
Yunus, dan ada contoh-contoh lain di sana tentang nubuatan-nubuatan yang
bersyarat, walaupun tidak ada ungkapan persyaratan di dalamnya.
So when we say
that the predictions need to be fulfilled, you need to look at all the
circumstances to see if the prophecy was conditional. Are you understanding
what I’m saying?
Jadi bila kita berkata bahwa prediksi-prediksi itu harus
digenapi, kita harus melihat ke semua kondisinya untuk melihat apakah nubuatan
itu bersyarat. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Now let's read
these two texts that speak of this fourth test of a true prophet.
Jeremiah 28:9, “ 9 As for the prophet who prophesies of peace,
when the word of the prophet comes to pass, the prophet will be known as one whom the Lord has truly sent.” Fulfilled prediction.
Sekarang mari kita
baca dua ayat yang bicara tentang ujian yang keempat ini bagi seorang
nabi yang tulen.
Yeremia 28:9, “9 Sedangkan
bagi nabi yang bernubuat tentang
damai sejahtera, bilamana nubuat nabi itu terjadi, nabi
itu akan dikenal sebagai seorang yang benar-benar diutus oleh TUHAN…” Prediksi yang
digenapi.
The second text
is found in Deuteronomy 18:21-22,“ 21 And if you say in your heart, ‘How shall we know the
word which the Lord has not spoken?’…” this is the opposite side of the coin, see?
The one in Jeremiah 28:9 says if what the prophet said comes to pass, you can
know that he's a true prophet. But now you have the other side of the coin. “… 21 And if you say in your heart, ‘How shall we know the
word which the Lord has not spoken?’ 22 when a prophet speaks in the name of
the Lord, if the thing does not happen or
come to pass, that is the
thing which the Lord has not spoken; the
prophet has spoken it presumptuously; you shall not be afraid of him.”
Ayat kedua ada di Ulangan
18:21, “21 Dan jika kamu berkata dalam hatimu, ‘Bagaimanakah
kami bisa mengetahui
perkataan yang tidak difirmankan TUHAN?’…” ini sisi mata uang yang berbeda, lihat? Yang di Yeremia
28:9 mengatakan jika apa yang dikatakan si nabi terjadi sungguh, maka kita
boleh tahu dia adalah nabi tulen. Tetapi sekarang sisi kebalikan dari mata uang
itu. “…21 Dan jika kamu
berkata dalam hatimu, ‘Bagaimanakah kami bisa mengetahui
perkataan yang tidak difirmankan TUHAN?’ 22 Apabila seorang nabi bicara dalam nama TUHAN, jika hal
itu tidak terjadi atau digenapi, maka itulah
hal yang tidak difirmankan TUHAN; nabi itu
telah lancang mengatakannya, janganlah kamu takut padanya.”
Fulfilled
predictions are a test of a true prophet, but always remembering that there
might be some conditional element, and you have to look at all of the
circumstances to know if there was some conditional element in the prophecy.
Prediksi-prediksi yang digenapi adalah ujian seorang nabi yang tulen, tetapi selalu
ingat mungkin ada elemen persyaratan, dan kita harus melihat ke semua
kondisinya untuk mengetahui apakah ada elemen persyaratan dalam nubuatan
tersebut.
So the four
primary tests of a true prophet are:
1.
Any person who
claims to be a prophet, their teachings must be in harmony with everything that
God gave before in the Holy Scriptures.
2.
The fruit of the
personal life and of the ministry of the prophet must be positive, it must be
seen that God was leading that prophet.
3.
A true prophet
must teach that Jesus came in the flesh, as we have expounded upon it.
4.
And the final
test of the primary test is that the predictions of a prophet must be fulfilled
but we must take into account the conditionality fact.
Maka keempat ujian utama seorang nabi yang tulen adalah:
1.
Siapa pun yang mengklaim sebagai nabi, ajarannya haruslah
serasi dengan segala yang telah diberikan Allah sebelumnya di dalam Kitab Suci.
2.
Buah kehidupan pribadi dan ministri nabi itu haruslah
positif, harus terlihat bahwa Allah yang memimpin kehidupan nabi itu.
3.
Seorang nabi yang tulen harus mengajarkan bahwa Yesus
sudah datang sebagai Manusia, seperti yang sudah kami kupas panjang lebar.
4.
Dan ujian utama yang terakhir ialah prediksi-prediksi
seorang nabi haruslah digenapi tetapi kita harus mempertimbangkan faktor
persyaratannya.
28 11 22