Wednesday, November 16, 2022

EPISODE 08/22 ~ BELIEVE HIS PROPHETS ~ THE LESSER LIGHTS ~ STEPHEN BOHR

 

BELIEVE HIS PROPHETS

Part 08/22 - Stephen Bohr

THE LESSER LIGHTS

https://www.youtube.com/watch?v=0kknVJ-yKXc

 

Dibuka dengan doa

 

All right, welcome back. This is session # 4 of the second day. How about that? We're on a roll here. This afternoon we're not going to be able to finish the lesser light, we're going to do everything possible to try and finish, but I rather doubt that we will be able to, because we have to cover 20 pages, and from previous experience many hundreds of presentations I know that it's difficult to get through 12, and so we are going to do the best we can, and we might have to revisit this subject tomorrow morning, when we come to the first session. But that's fine, we are in no hurry, we still have three days to go, plus Sabbath which is a partial day.

 

Baiklah, selamat bertemu kembali. Ini adalah sesi #4 hari kedua. Bagus kan? Kita maju terus. Petang ini kita tidak akan bisa menyelesaikan terang yang lebih kecil, kita akan berusaha keras untuk mencoba menyelesaikannya, tetapi saya ragu kita bisa karena ada sekitar 20 halaman yang harus diliput, dan dari pengalaman ratusan presentasi sebelumnya saya tahu bisa melewati 12 halaman itu saja sulit, maka kita akan berusaha sebaik-baiknya dan mungkin kita harus kembali ke subjek ini besok pagi di sesi pertama kita. Tetapi itu tidak apa, kita tidak tergesa-gesa, kita masih punya tiga hari plus Sabat yang merupakan sebagian hari.

 

 

Okay we're going to begin on page 81 at the bottom of the page, where it says “Introduction”. During the last several years I’ve had the privilege of preaching in several evangelistic meetings at my church here in Fresno, Fresno Central Church. Having been the pastor there for the better part of 19 years, you can't always preach the same series of evangelistic sermons because you usually have much of the same audience. And so after doing a series on Genesis, and after doing a series and the Three Angels’ Messages, I decided to do a series trying to present all of the Adventist message from the four Gospels and the book of Acts, and the name of that series was “What Jesus Said” and I might say that this is one of the series that we have in the docket for the future here in our studio at Secrets Unsealed because there are many Christians who say, “Well, I’m a New Testament Christian”, and there are some that say, you know, “I am only a Gospels Christian and up to Acts 2:38 that's the Church of Christ.” So if you can prove all of the Adventist doctrines from the four Gospels and the book of Acts, you know you're taking that cart away from them, that you know, you have to go by what the Gospels and the book of Acts have to say. And so I decided that I would do this series “What Jesus Said” presenting the full Adventist message from the four Gospels and from the book of Acts.

 

Baiklah, kita akan mulai di hal. 81 di bagian bawah halaman di mana tertulis “Pengantar”. Selama beberapa tahun terakhir saya punya kehormatan berkhotbah di beberapa pertemuan evangelistik di gereja saya di Fresno di sini, Gereja Fresno Central. Setelah menjadi gembala sidang di sana selama bagian terbesar dari 19 tahun, saya tidak bisa selalu mengkhotbahkan seri evangelistik yang sama karena biasanya pendengarnya adalah orang-orang yang sama. Maka setelah menyelesaikan seri tentang kitab Kejadian dan seri Pekabaran Tiga Malaikat, saya memutuskan untuk membuat sebuah seri menyajikan semua pekabaran Advent dari keempat kitab Injil dan kitab Kisah Rasul-rasul, dan nama seri tersebut ialah “What Jesus Said” (Apa Kata Yesus), dan saya bisa mengatakan bahwa ini adalah salah satu seri yang kami punya dalam agenda mendatang kami di studio kami di Secrets Unsealed karena ada banyak orang Kristen yang berkata, “Nah, saya seorang Kristen Perjanjian Baru”, dan ada yang berkata, “Saya hanya Kristen kitab-kitab Injil hingga Kisah 2:38, itulah gereja Kristus.” Maka jika kita bisa membuktikan semua doktrin Advent dari keempat kitab Injil dan kitab Kisah, maka kita menggagalkan konsep mereka, bahwa harus berdasarkan apa yang dikatakan kitab-kitab Injil dan kitab Kisah. Maka saya putuskan saya akan membuat seri ini “What Jesus Said” menyajikan keseluruhan pekabaran Advent dari keempat kitab Injil dan kitab Kisah.

 

 

Actually, as I did my research, it was very easy to find all of the doctrines of the Seventh-Day Adventist Church in the Gospels and the book of Acts. That was a piece of cake. But there was one doctrine that I kept on struggling with, and that was the gift of prophecy. I kept on thinking, and I kept on coming up with a dead end. Not that the Gospels and the book of Acts do not mention the gift of prophecy ~ those books mentioned the gift of prophecy many, many, times ~ but I wanted to present the gift of prophecy in the context of the end-time, the gift as it is given to the remnant Church. So I struggled with this for several weeks thinking and reflecting and doing research and rereading the Gospels and the book of Acts, and one day I was sitting there at my desk, at the church, and meditating and thinking about this, and praying and asked the Lord to show me how I should make this specific presentation, when suddenly like a flash of lightning across my mind ~  you know I don't believe a lot in voices, I don't think that I can say that I’ve heard the audible voice of God ~ but it was almost like I heard a voice saying to me,  “Study the life, message, and mission of John the Baptist and you will find the message that you need to present during this series.”

So I went to Strong's Concordance and I looked up every reference to John the Baptist and what I’m going to share with you is the fruit of the research that I did after deciding to study the life of John the Baptist. So what we're going to do first is we're going to take a look at the life, and mission, and message of John the Baptist, and then in the second part of our study we are going to take a look at the life, the message, and the mission of Ellen White, and we're going to see a striking parallel between  John the Baptist and Ellen White. There are many, many, striking parallels.

 

Sebenarnya selagi saya membuat riset saya, sangatlah mudah menemukan semua doktrin gereja MAHK dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kisah. Mudah sekali. Tetapi ada satu doktrin yang membuat saya terus bergumul dan itu adalah karunia nubuat. Saya terus berpikir, dan saya terus-menerus mendapatkan jalan buntu. Bukan karena kitab-kitab Injil dan kitab Kisah tidak bicara tentang karunia nubuat ~ kitab-kitab tersebut bicara tentang karunia nubuat banyak, banyak, kali ~ tetapi saya ingin menyajikan karunia nubuat dalam konteks akhir zaman, karunia seperti yang diberikan kepada gereja umat yang sisa. Maka saya bergumul dengan ini selama beberapa minggu, berpikir, dan merenung, dan membuat riset dan membaca ulang kitab-kitab Injil dan kitab Kisah, dan suatu hari selagi saya duduk di meja saya, di gereja, dan bermeditasi dan berpikir tentang ini, dan berdoa memohon Tuhan menunjukkan kepada saya bagaimana saya harus membuat presentasi khusus ini, ketika tiba-tiba seperti kilat yang melintas di pikiran saya ~ kalian tahu saya tidak percaya dengan suara-suara, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya mendengar suara Tuhan ~ tetapi nyaris seperti saya mendengar suatu suara berkata kepada saya, “Pelajarilah kehidupan, pekabaran dan misi Yohanes Pembaptis dan kamu akan menemukan pekabaran yang kamu perlukan untuk presentasi seri itu.”

Jadi saya ke Strong’s Concordance dan saya mencari setiap referensi tentang Yohanes Pembaptis dan apa yang akan saya bagikan kalian adalah hasil dari riset yang saya buat setelah memutuskan untuk mempelajari kehidupan Yohanes Pembaptis. Jadi apa yang akan kita lakukan dulu ialah kita akan menyimak kehidupan, dan misi, dan pekabaran Yohanes Pembaptis; kemudian di bagian kedua pelajaran kita, kita akan melihat kehidupan, pekabaran, dan misi Ellen White, dan kita akan melihat suatu paralel mencolok antara Yohanes Pembaptis dan Ellen White. Ada banyak, banyak paralel yang mencolok.

 

 

Now let's begin by talking about the great Advent revival that took place slightly before Jesus began His ministry, actually a few months before He began His ministry. It was the spring and summer of the year 27 AD, and momentous events were taking place in and around Jerusalem, a great religious revival was taking place among God's people. They were aware of the fact that the prophecy of the 70 weeks was about to come to an end, at least the prophecy of the first 483 years. Obviously they knew when the decree had been given to restore and build Jerusalem, and so they knew that the last week of the 70 weeks was about to begin and there was great expectancy. Multitudes flocked to the wilderness, or to the desert, to John the Baptist, to be baptized, and they confessed their sins, and they repented of sin, and they requested that John the Baptist baptized them in the River Jordan.

We find a description of this revival in Matthew 3:5-6, it reads there, Then Jerusalem, all Judea, and all the region around the Jordan went out to him…” that is to John  “…and were baptized by him in the Jordan, confessing their sins.”

Notice this is a large revival, because we're told Jerusalem, all Judea, and all the region around the Jordan, goes out to the desert to where John is preaching. There can be little doubt that one reason for the excitement was that the final week of the 70 weeks, like I mentioned before, was about to begin.

 

Sekarang mari kita mulai bicara tentang Kebangunan Rohani Advent yang besar, yang terjadi sedikit waktu sebelum Yesus memulai ministriNya, tepatnya beberapa bulan sebelum Dia memulai ministriNya. Itulah musim semi dan musim panas tahun 27 AD, dan peristiwa-peristiwa penting sedang terjadi di dan seputar Yerusalem, suatu kebangunan rohani akbar sedang terjadi di antara umat Allah. Mereka menyadari faktanya bahwa nubuatan 70 minggu akan segera berakhir, paling tidak nubuatan 483 tahun yang pertama. Jelas mereka tahu kapan titah untuk memulihkan dan membangun kembali Yerusalem itu diberikan, maka mereka tahu bahwa minggu terakhir dari ke70 minggu akan segera dimulai, dan orang-orang menantikannya dengan harapan besar. Banyak orang berkumpul ke padang belantara, atau ke gurun, ke Yohanes Pembaptis, untuk dibaptis, dan mereka mengakui dosa-dosa mereka, dan mereka bertobat dari dosa, dan mereka minta Yohanes Pembaptis membaptis mereka di sungai Yordan.

Kita mendapatkan deskripsi tentang kebangunan rohani ini di Matius 3:5-6, dikatakan di sana,  5Lalu Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan datang kepadanya…”  yaitu ke Yohanes, “…6 dan dibaptis olehnya di sungai Yordan sambil mengakui dosa-dosa mereka. …” 

Simak, ini adalah kebangunan rohani yang akbar, karena kita diberitahu bahwa Yerusalem, seluruh Yudea, dan semua daerah di sekitar Yordan, pergi ke padang gurun ke mana Yohanes sedang berkhotbah. Tidak diragukan lagi bahwa salah satu alasan adanya semangat yang tinggi itu ialah minggu terakhir dari nubuatan 70 minggu akan segera dimulai, seperti kata saya tadi.

 

 

Furthermore, we must remember that the Old Testament ended in expectancy, the Old Testament ended by saying that they should expect Elijah before the coming of the great and terrible day of the Lord. In other words, before the coming of the Messiah, Elijah would

come. And John the Baptist seemed to fit the description of that Elijah. He lived in the desert like Elijah, he ate what Elijah ate, he was clothed like Elijah, he called the people to repentance, as did Elijah. And so everybody said this must be the precursor, this must be the forerunner of the Messiah, because he is just like Elijah, and the Old Testament promised the coming of Elijah before the coming of the Messiah.

 

Lebih jauh, kita harus ingat bahwa Perjanjian Lama berakhir dengan suatu penantian. Perjanjian Lama berakhir dengan mengatakan bahwa mereka akan didatangi Elia sebelum datangnya hari besar Tuhan yang mengerikan. Dengan kata lain, sebelum kedatangan Sang Mesias, Elia akan datang. Dan Yohanes Pembaptis sepertinya cocok mengisi deskripsi Elia ini. Dia hidup di padang gurun seperti Elia, dia makan apa yang dimakan Elia, dia berpakaian seperti Elia, dia memanggil orang-orang supaya bertobat sebagaimana Elia. Maka semua orang berkata ini tentunya yang si pendahulu, ini tentunya si perintis yang mendahului Sang Mesias, karena dia sama seperti Elia; dan Perjanjian Lama menjanjikan datangnya Elia sebelum kedatangan Sang Mesias.

 

 

Now Jesus alluded to the prophecy of the 70 weeks when He began His ministry. Notice Mark 1:15 where we are told that Jesus said, "15 ‘The time is fulfilled…” what did Jesus mean when He said the time is fulfilled? What time was He referring to? He was referring to the prophecy of the 70 weeks.  “…15 ‘The time is fulfilled and the kingdom of God is at hand. Repent, and believe in the Gospel."

The reason why Jesus stated that the time was fulfilled is because His anointing at His baptism had just taken place, in harmony with the prophecy of the 70 weeks; and the kingdom of God was at hand, because Jesus had just at this moment with His baptism begun His public ministry or He was about to begin His public ministry in the synagogue in Nazareth.

 

Nah, Yesus menyinggung tentang nubuatan 70 minggu ketika Dia mengawali ministriNya. Simak Markus 1:15 di mana kita mendapat tahu Yesus berkata, 15 Waktunya telah digenapi…”  apa maksud Yesus ketika Dia berkata waktunya telah digenapi? Waktu apa yang dimaksud? Dia mengacu kepada nubuatan 70 minggu.  “…15 Waktunya telah digenapi dan Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!’ …” 

Alasan mengapa Yesus menyatakan bahwa waktunya sudah digenapi itu karena pengurapanNya saat baptisanNya baru saja terjadi, sesuai dengan nubuatan 70 minggu; dan kerajaan Allah sudah dekat, karena pada saat ini dengan baptisanNya, Yesus baru saja memulai ministriNya untuk umum, atau Dia akan segera memulai ministriNya untuk umum di sinagog di Nazaret. 

 

 

Now let's say a few things about John the Baptist, the forerunner, the one that was supposed to prepare the way for the coming of the Messiah, the first coming of the Messiah. John the Baptist was a humble and modest man, he did not seek to attract attention to himself, his main function was to give testimony to Jesus. When the Jews sent the priests and the Levites to ask John the Baptist if he was the Christ, or even if he was Elijah the prophet, John the Baptist responded, and this is in John 1:19-21, I am not.” Notably although John stated that he was not Elijah, and he was not the prophet, Jesus identified him as the greatest of the prophets and also called him Elijah. Interestingly enough. The fact is that John did not claim to be a prophet. He was humble. And he was modest.

He did not seek the call to be a prophet. So the question is, if John the Baptist was not the prophet, then who was John the Baptist?

 

Sekarang mari kita mengatakan beberapa hal tentang Yohanes Pembaptis, sang perintis, yang harus mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias, kedatangan Sang Mesias yang pertama. Yohanes Pembaptis adalah orang yang rendah hati dan sederhana. Dia tidak berusaha untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Fungsinya yang utama adalah memberikan kesaksian tentang Yesus. Ketika orang-orang Yahudi mengutus imam-imam dan orang-orang Lewi untuk bertanya ke Yohanes apakah dialah Sang Kristus, atau bahkan apakah dia si nabi Elia, tanggapan Yohanes Pembaptis adalah, “Saya bukan”,  ini ada di Yohanes 1:19-21. Simak, walaupun Yohanes menyatakan dia bukan Elia dan dia bukan nabi, Yesus mengidentifikasinya sebagai nabi yang paling besar, dan juga menyebutnya Elia. Cukup menarik. Faktanya ialah Yohanes tidak mengklaim sebagai seorang nabi. Dia rendah hati. Dan dia sederhana. Dia tidak mencari panggilan menjadi seorang nabi. Maka pertanyaannya ialah, jika Yohanes Pembaptis bukan seorang nabi, kalau begitu siapa Yohanes Pembaptis?

 

 

Well, in Luke 7:27 we find the answer to that question, which is really a quotation that comes from Malachi 3:1. There in Luke 7:27 the words that were written over 400 years before are now going to be quoted, and applied to John the Baptist, and notice the name that is given to John the Baptist, it says, 27 This is he of whom it is written: ‘Behold, I send My…”  what? Don't forget all these details, we're going to come back to them. “…I send My messenger before Your face, who will…” what?  “…prepare Your way before You.’…”

So he's not the prophet, but he is the messenger of the Lord. This is the title of John the Baptist, he is the messenger.

 

Nah, di Lukas 7:27 kita mendapatkan jawabannya kepada pertanyaan yang sesungguhnya adalah sebuah kutipan yang berasal dari Maleakhi 3:1. Di sini di Lukas 7:27, kata-kata yang ditulis itu sudah 400 tahun lalu sebelum sekarang dikutip dan diaplikasikan kepada Yohanes Pembaptis. Dan simak nama yang diberikan kepada Yohanes Pembaptis, dikatakan, 27 Inilah dia, yang tentangnya ada tertulis: ‘Lihatlah, Aku menyuruh…”  apa? Jangan lupa dengan semua detail ini, nanti kita akan kembali kemari.   “…Aku menyuruh

utusan-Ku mendahului Engkau, yang akan…” apa? “…mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.’…”

Jadi dia bukanlah seorang nabi, tetapi dia adalah seorang utusan Tuhan. Inilah gelar Yohanes Pembaptis, dia seorang utusan.

 

 

Now another interesting detail about John the Baptist is that he was not only a prophet he was actually more than a prophet.  Notice Luke 7:26 here Jesus is speaking about John the Baptist and He says,26 But what did you go out to see? A prophet? Yes, I say to you, and more than a prophet.”

So John the Baptist says, “I’m not a prophet.” His name is “the messenger of the Lord” and we find here that Jesus states that John was greater than a prophet, his work was greater than that of a common prophet.

 

Nah, detail lain yang menarik tentang Yohanes Pembaptis ialah dia bukan hanya seorang nabi, sesungguhnya dia lebih daripada seorang nabi. Simak Lukas 7:26, di sini Yesus bicara tentang Yohanes Pembaptis dan Dia berkata, 26 Tapi kamu pergi untuk melihat apa? Seorang nabi? Ya, Aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada seorang nabi…” 

Maka Yohanes Pembaptis berkata, “Aku bukan seorang nabi”. Namanya ialah “utusan Tuhan”, dan kita dapatkan di sini Yesus menyatakan bahwa Yohanes itu lebih besar daripada seorang nabi, pekerjaannya lebih besar daripada pekerjaan seorang nabi biasa.

 

 

In Matthew 11:11 we also find the same idea. 11 Assuredly, I say to you…” here Jesus is speaking  “…among those born of women there has not risen one greater than John the Baptist; but he who is least in the kingdom of heaven is greater than he.”

By the way one of the books that you were supposed to read, or that you should read, for this class is The Greatest of The Prophets and I hope that you'll read that book because that book describes some sad things that are happening within the Seventh-Day Adventist Church when it comes to the gift of prophecy.

 

Di Matius 11:11 kita mendapatkan konsep yang sama. 11 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu,…” ini Yesus yang bicara, “…di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah bangkit seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun dia yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya…” 

Oh ya, salah satu buku yang seharusnya kalian baca atau yang harus kalian baca untuk kelas ini ialah The Greatest of the Prophets (Yang Terbesar dari Para Nabi) dan saya berharap kalian akan membaca buku itu karena buku itu menggambarkan hal-hal yang menyedihkan di dalam gereja MAHK sehubungan dengan karunia nubuat.

 

 

In Desire of Ages page 220 Ellen White had this to say about the work of John the Baptist,

“Aside from the joy that John found in his mission, his life had been one of sorrow. His voice had been seldom heard except in the wilderness. His was a lonely lot. And he was not permitted to see the result of his own labors. It was not his privilege to be  with  Christ  and  witness  the  manifestation  of  divine  power  attending  the Greater Light…” who is the Greater Light here? Jesus. Very well, that's important to remember.  “…It was not for him to see the blind restored to sight, the sick healed, and the dead raised to life. He did not behold the light that shone through every word of Christ, shedding glory upon the promises of prophecy. The least disciple who saw Christ's mighty works and heard His words was in this sense  more highly  privileged  than  John  the  Baptist,  and  therefore  is  said  to  have  been greater than he.”

So Jesus says he's the greatest of the prophets, but He also said he is the least of all and others are greater than he. And Ellen White explains the apparent discrepancy between those two ideas.

 

Di Desire of Ages hal. 220 Ellen White mengatakan ini tentang pekerjaan Yohanes Pembaptis, “Selain sukacita yang diperoleh Yohanes dari misinya, hidupnya penuh duka. Suaranya jarang terdengar kecuali di padang gurun. Dia hidup kesepian. Dan dia tidak diizinkan melihat hasil pekerjaannya sendiri. Dia tidak mendapat kesempatan berjalan bersama Kristus dan menyaksikan manifestasi kuasa ilahi yang menyertai Terang Besar. …”  Siapa Terang yang lebih Besar di sini? Yesus. Baiklah, itu penting diingat.  “…Dia tidak diizinkan melihat yang buta dipulihkan penglihatannya, yang sakit disembuhkan, dan yang mati dibangkitkan. Dia tidak memandang terang yang bersinar melalui setiap perkataan Kristus, menyebarkan kemuliaan di atas janji-janji nubuatan. Murid yang terkecil yang pernah melihat pekerjaan hebat Kristus dan mendengar perkataanNya, dalam hal ini mendapat kesempatan yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, oleh karena itu dikatakan mereka lebih besar dibandingkan dia.”

Jadi Yesus mengatakan dia adalah nabi yang paling besar, tetapi Yesus juga berkata dia adalah yang terkecil dari semuanya, yang lain-lain semuanya lebih besar daripada dia. Dan Ellen White menjelaskan perbedaan nyata ini di antara kedua konsep tersebut.

   

 

In another place she explained that what made John the greatest of the prophets was the fact that he was the bridge between two dispensations, he was the bridge between the old dispensation the Old Testament period and the New Testament period. He had the privilege of bridging both of those periods.

 

Di bagian lain Ellen White menjelaskan apa yang menjadikan Yohanes nabi yang terbesar ialah faktanya bahwa dialah yang menjembatani dua dispensasi, dialah jembatan antara dispensasi lama, periode Perjanjian Lama dengan periode Perjanjian Baru. Dia punya kesempatan istimewa menjembatani kedua periode tersebut.

 

 

Another interesting detail about John the Baptist is that he did not perform miracles and signs. You say where does the Bible say that John the Baptist did not perform miracles and signs? Notice John 10:41-42, 41 Then many came to Him and said…” to Jesus,  “…‘John performed no sign, but all the things that John spoke about this Man were true.’ 42 And many believed in Him there.”

So what was important about John the Baptist? Was it the signs and wonders or was it the message that he presented? The message authenticated the gift of prophecy, not the signs and the wonders.

 

Detail menarik lainnya tentang Yohanes Pembaptis ialah dia tidak membuat mujizat dan tanda-tanda. Kalian berkata, di mana di Alkitab dikatakan bahwa Yohanes Pembaptis tidak membuat mujizat dan tanda-tanda? Simak Yohanes 10:41-42, 41 Lalu banyak orang datang kepada-Nya dan berkata,…” datang ke Yesus, “…‘Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua  yang pernah dikatakan Yohanes tentang Orang ini, itu benar. 42 Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.”

Jadi apa yang penting tentang Yohanes Pembaptis? Apakah tanda-tandanya dan mujizat-mujizatnya atau apakah pekabaran yang dibawanya? Pekabarannya yang mengesahkan karunia nubuat, bukan tanda-tanda dan mujizat-mujizatnya.    

 

 

John the Baptist had the testimony of Jesus.

Notice John 5:31-34 and I might remind you that the word “witness” in the New Testament is the same identical word “testimony” so we need to remember that, when we read this passage. Here John says, actually I think this is Jesus who says this,  31 If I bear witness…” or testimony  “…of Myself, My witness [testimony] is not true. 32 There is another who bears witness [testimony] of Me, and I know that the witness [testimony] which He witnesses [testifies] of Me is true…” Well, who was Jesus speaking about? John the Baptist.  “…33 You have sent to John, and he has borne witness [testimony] to the truth…”  did you notice the number of times that were told that John the Baptist bore testimony to Jesus? Did John the Baptist have the testimony of Jesus Christ? Yes. His purpose was to point to Jesus Christ.

 

Yohanes Pembaptis memiliki kesaksian Yesus.

Simak Yohanes 5:31-34 dan saya harus mengingatkan bahwa kata “saksi” di Perjanjian Baru itu kata yang identik sama dengan kata “kesaksian”, jadi kita perlu mengingat itu saat kita membaca ayat-ayat ini. Di sini Yesus mengatakan, 31 Jika Aku menjadi saksi…”  atau memberi kesaksian   “…tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar. 32 Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku; dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang disaksikan-Nya tentang Aku adalah benar…” Nah, Yesus bicara tentang apa? Yohanes Pembaptis. “… 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah memberikan kesaksian tentang yang benar…” tahukah kalian berapa kali kita diberitahu bahwa Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus? Apakah Yohanes Pembaptis memiliki kesaksian Yesus Kristus? Ya. Tujuannya ialah menunjuk ke Yesus Kristus.

 

 

Now it's interesting to notice  that John was asked if he was the light, and he said no. John 1:6-9, There was a man sent from God, whose name was John. This man came for a witness [testimony], to bear witness [testimony] of the Light, that all through him might believe. He was not that Light, but was sent to bear witness [testimony] of that Light. That was the true Light which gives light to every man coming into the world.”

So what was the role of John the Baptist? It was to give witness or to give testimony concerning the what? Concerning the Light. He wasn't the Light but he was going to give testimony to the Light.

 

Nah, menarik untuk menyimak bahwa Yohanes ditanyai apakah dialah terang itu, dan dia mengatakan tidak. Yohanes 1:6-9, 6 Ada seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 7 Orang ini datang sebagai saksi,  untuk memberi kesaksian tentang Terang itu supaya melalui dia semua orang boleh percaya.8 Ia bukan Terang itu tetapi ia diutus untuk memberi kesaksian tentang Terang itu. 9 Terang itulah Terang yang sesungguhnya yang memberi terang kepada setiap orang yang masuk ke dalam dunia.…” 

Jadi apakah peranan Yohanes Pembaptis? Untuk menjadi saksi bagi atau memberikan kesaksian mengenai apa? Mengenai Terang itu. Dia bukanlah Terang itu, tetapi dia yang akan memberikan kesaksian tentang Terang itu.

 

 

But there's something very interesting. John the Baptist was a light. You say, what? Absolutely! He was not The Light, he was a light to point to the Light, the lesser light to point to the Greater Light.

Notice John 5:35-36 speaking about John, Jesus says, “ 35 He was the burning and shining lamp…” it's the word λύχνος [luchnos] which is a lamp, which is not the sun by the way, it's not the Greater Light, it's a little lamp.  “… 35 He was the burning and shining lamp and you were willing for a time to rejoice in his...” what? “...light...” Did John the Baptist have light? Yes. What kind of light? A lesser light to lead men and women to the Greater Light. It continued, and now notice Jesus says,  so that you see that Jesus is the Greater Light,  “...36 But I have a greater witness than John’s...”  are you catching the picture? So who is the lesser light? The lesser light is John. Who is the Greater Light? The Greater Light is Jesus Christ. So it says in verse 36,  “...36 But I have a greater witness than John’s for the works which the Father has given Me to finish—the very works that I do—bear witness of Me, that the Father has sent Me.”

 

Tetapi ada sesuatu yang sangat menarik. Yohanes Pembaptis adalah sebuah terang. Kalian berkata, apa? Ya, betul sekali! Dia bukanlah Terang itu, dia sebuah terang yang menunjuk ke Terang itu, dialah terang kecil yang menunjuk ke Terang Besar.

Simak Yohanes 5:35-36 bicara tentang Yohanes, Yesus berkata,  35 Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya…” itu kata λύχνος [luchnos] yaitu sebuah pelita, bukan matahari, bukan Terang Besar, itu pelita kecil.   “…35 Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya, dan kamu bersedia untuk bersukacita sejenak dalam…” apa?   “…terangnya…”  Apakah Yohanes Pembaptis memiliki terang? Ya. Terang macam apa? Terang yang lebih kecil yang memimpin manusia ke Terang yang lebih Besar. Dikatakan selanjutnya, dan sekarang simak Yesus berkata, agar kalian melihat bahwa Yesus adalah Terang Besar, “…36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih besar daripada kesaksian Yohanes…”  apakah kalian menangkap gambarannya? Jadi siapa terang yang lebih kecil? Terang yang lebih kecil itu Yohanes. Siapa Terang yang Besar? Terang yang Besar itulah Yesus Kristus. Jadi dikatakan di ayat 36, “…36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih besar daripada kesaksian Yohanes, karena pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu supaya Aku selesaikan ~ yaitu pekerjaan yang sama yang Kukerjakan sekarang, memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”

 

 

But now there's something else that's very interesting. The Scriptures were also a lesser light. You say, What? We've heard that the Scriptures are the Greater Light, and that the Spirit of Prophecy is the lesser light. But when you examine it carefully, that's not the case. The Scriptures were also a lesser light. And you say, how's that?  

Let's continue here where it says the Scriptures are lesser light. No book can fully reveal Jesus Christ in all of His glory, as He is in person. Would you agree with that? The Bible is merely a pale reflection of Jesus the Person. The Greater Light is a sun and the lesser light is the moon. The light of the moon has the purpose of reflecting the light of the sun to the earth in the darkness of the night.

 

Tetapi sekarang ada hal lain yang sangat menarik. Kitab Suci juga sebuah terang yang kecil. Kalian berkata, apa? Kami selalu mendengar bahwa Kitab Suci adalah Terang Besar, dan Roh Nubuat itu terang kecil. Tetapi bila kita memeriksanya dengan seksama, tidak demikian halnya. Kitab Suci juga adalah terang kecil. Dan kalian berkata, kok bisa begitu?

Mari kita lanjut di sini di mana dikatakan bahwa Kitab Suci adalah terang kecil. Tidak ada kitab yang bisa menyatakan dengan sempurna Yesus Kristus dalam semua kemuliaanNya, sebagaimana PribadiNya. Apakah kalian setuju? Alkitab hanyalah pantulan yang pucat dari Pribadi Yesus. Terang yang Besar itu ibarat matahari, dan terang yang kecil itu ibarat bulan. Terang pada bulan tujuannya memantulkan terang dari matahari kepada bumi di tengah kegelapan malam.

 

 

Now let's notice that the Scriptures are also a lesser light to lead to Jesus the Greater Light. Notice John 5:39, here Jesus is speaking,39 You search the Scriptures, for in them you think you have eternal life; and these are they which testify of Me.” Do the Scriptures also testify of the Greater Light? Absolutely!

So you have two lesser lights.

You say why do you need two lesser lights? For the same reason that you need Ellen White and the Bible. Two lesser lights. We'll come back to that.

 

Sekarang mari simak Kitab Suci juga sebuah terang kecil yang membawa kepada Yesus Terang yang Besar. Simak Yohanes 5:39, di sini Yesus yang sedang bicara,39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku. …”  Apa Kitab Suci juga memberi kesaksian tentang Terang yang Besar? Tentu saja!

Jadi ada dua terang kecil.

Kalian berkata, mengapa perlu sampai dua terang kecil? Untuk alasan yang sama kita butuh Ellen White dan Kitab Suci. Dua terang kecil.  Nanti kita kembali kemari.

 

 

Why two lesser lights? The question immediately suggests itself. Why did the people need a non-canonical source? Because John the Baptist was not a writing prophet, he doesn't have a book of the Bible. Why did the people need a non-canonical source if they had the written Scriptures of the Old Testament? Or even further, why would they need a lesser light if the Greater Light would be in their midst immediately after John the Baptist? Are you understanding the question? The answer is quite simple. During the period between the Testaments the people had fallen into gross darkness and had gone astray because of a neglect and a misinterpretation of the written Scriptures. All kinds of false teachings and practices came in during this period, and therefore they needed a lesser light to point the people to the Greater Light through the Scriptures.

In other words the purpose of John was to shine upon the pages of the Scriptures, so that they could see Jesus there. Are you understanding me? Let's read about the darkness that existed during this period.

Isaiah 60:1-2, when Jesus came, 1Arise, shine; for Your light has come! And the glory of the LORD is risen upon You.2For behold, the  darkness shall cover the earth, and  deep darkness the people; but the LORD will arise over You, and His glory will be seen upon You.” This is a messianic prophecy, it's saying that the people were going to be in darkness and the Greater Light was going to come to shed light.

 

Mengapa dua terang kecil? Pertanyaannya segera mengusulkan jawabannya sendiri. Mengapa manusia membutuhkan sumber non-kanonikal (di luar Alkitab)? Karena Yohanes Pembaptis bukanlah seorang nabi yang menulis kitab suci, tidak ada kitab tulisannya di Alkitab. Mengapa manusia membutuhkan sumber non-kanonikal jika mereka sudah punya Kitab Suci yang tertulis dari Perjanjian Lama? Atau bahkan lebih jauh, mengapa manusia membutuhkan terang kecil jika Terang Besar ada di tengah-tengah mereka segera setelah Yohanes Pembaptis? Apakah kalian paham pertanyaannya? Jawabannya cukup mudah. Selama periode antara kedua Perjanjian, umat telah jatuh dalam kegelapan pekat dan telah menyimpang dari kebenaran karena ketidakpedulian dan kesalahpahaman tentang tulisan-tulisan Kitab Suci. Segala jenis ajaran dan praktek palsu masuk dalam periode itu, dan oleh karenanya mereka membutuhkan terang kecil untuk memberi petunjuk manusia kepada Terang yang Besar melalui Kitab Suci.

Dengan kata lain, tujuan Yohanes ialah untuk menerangi halaman-halaman Kitab Suci, supaya mereka bisa melihat Yesus di sana. Apakah kalian paham?

Mari kita baca tentang kegelapan yang ada di zaman itu.

Yesaya 60:1-2 ketika Yesus datang, 1 Bangkitlah, bersinarlah, sebab terangMu telah datang. Dan kemuliaan TUHAN telah terbit atasMu. 2 Sebab lihatlah, kegelapan akan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi TUHAN akan terbit atasMu, dan kemuliaan-Nya akan terlihat di atasMu…”  Ini adalah nubuatan mesianik. Ini mengatakan bahwa manusia akan berada dalam kegelapan, dan Terang yang Besar akan datang untuk memancarkan terang.

 

 

We find in Matthew 4:16 the following words, 1The people who sat in darkness have seen…” what?  “…a Great Light…” speaking about Jesus  “…and upon those who sat in the region and shadow of death Light has dawned.”

If I enter a dark room where I have never been before, I need to find the light switch, right? It would help if I had a lesser light or a flashlight to lead me to the light switch, to turn on the greater light.

 

Kita lihat di Matius 4:16 kata-kata berikut, 16 Bangsa yang duduk dalam kegelapan, telah melihat…”  apa?   “… Terang yang Besar…”  bicara tentang Yesus,   “…dan  ke atas mereka yang duduk di daerah dan bayang-bayang maut, Terang telah terbit…” 

Jika saya masuk ke ruangan yang gelap yang belum pernah saya kenal, saya perlu mencari tombol lampunya, kan? Akan sangat membantu jika saya punya sebuah terang kecil atau lampu senter untuk membawa saya ke tombol lampu itu dan menyalakan terang yang besar.  

 

 

Now John the Baptist did not bring any new light. The role of John was not to bring new light, but rather to turn the attention of the people to the light already given. And what light would that be: the light already given? The written Scriptures. He was to awaken interest, amplify, and explain Old Testament prophecy. That is to say the role of John was not supplementary, but rather what? Complimentary to Scripture. You see, those who claimed to be God's people and boasted of having the written Scriptures of the Old Testament were violating every principle of the Word of God. They professed to be waiting for the Messiah, they professed to love God, they claimed to have a close relationship with Him, and yet they ended up crucifying their Messiah because they misunderstood the written Scriptures of the Old Testament and rejected the clarifying light given by the lesser light, John the Baptist. Are you starting to catch the picture here?

Because they rejected the lesser light, John, they ended up rejecting what the Greater Light, Jesus Christ. You can just imagine the people boasting, “We have Moses!” And yet they did not understand or practice his teachings. They boasted of their knowledge of the Scriptures, and yet they did not understand or obey them.

The role of John was to attract attention of the people to the Scriptures already given, in other words,  he was a lesser light to shine on the other lesser light, so that everybody could see the Greater Light.

 

Nah, Yohanes Pembaptis tidak membawa terang baru apa pun. Peranan Yohanes bukanlah membawa terang yang baru, melainkan mengalihkan perhatian orang-orang ke terang yang sudah diberikan. Dan terang mana itu, terang yang sudah diberikan? Kitab Suci yang tertulis. Yohanes Pembaptis harus membangkitkan minat, menerangkan, dan menjelaskan nubuatan Perjanjian Lama. Artinya peranan Yohanes bukanlah menambahkan, melainkan apa? Melengkapi Kitab Suci. Kalian lihat, mereka yang mengklaim umat Allah dan menyombong memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama yang tertulis sedang melanggar setiap prinsip dari Firman Allah. Mereka mengaku menantikan kedatangan Mesias, mereka mengaku mengasihi Allah, mereka mengklaim memiliki hubungan yang dekat dengan Allah, namun mereka berakhir dengan menyalibkan Mesias mereka, karena mereka salah memahami Kitab Suci Perjanjian Lama yang tertulis, dan menolak terang yang memberi penjelasan dari terang kecil, Yohanes Pembaptis. Apakah kalian mulai menangkap gambarnya di sini?

Karena mereka telah menolak terang yang kecil, Yohanes, mereka berakhir dengan menolak Terang yang Besar, Yesus Kristus. Kalian bisa bayangkan saja orang-orang menyombong, “Kami punya Musa!” namun mereka tidak mengerti maupun mempraktekkan ajaran-ajarannya. Mereka menyombongkan pengetahuan mereka tentang Kitab Suci, namun mereka tidak mengerti maupun mematuhi mereka.

Peran Yohanes ialah menarik perhatian orang-orang ke Kitab Suci yang sudah diberikan, dengan kata lain, dia adalah terang yang kecil untuk menyinari terang kecil yang lain, supaya semua orang bisa melihat Terang yang Besar.

 

 

Now John 5:39, and 45-47 once again we find that the Scriptures are a lesser light. It says there, here Jesus is speaking to the Jews, 39 You search the Scriptures, for in them you think you have eternal life; and these are they which testify of Me…” so are the Scriptures a lesser light that lead to Jesus the Greater Light? Do they give testimony to Jesus? Absolutely! Then Jesus says,  “… 45 Do not think that I shall accuse you to the Father; there is one who accuses you—Moses, in whom you trust. 46 For if you believed Moses…” that's the written Scriptures, correct?  “… 46 For if you believed Moses you would believe Me; for he wrote about Me.  47 But if you do not believe his writings, how will you believe My words?”

So the Scriptures are a lesser light to lead to Jesus the Greater Light; and John the Baptist is a lesser light to shine on the pages of Scripture so that the people in the Scriptures can see Jesus the Greater Light.

 

Sekarang, Yohanes 5:39, dan 45-47 sekali lagi kita melihat bahwa Kitab Suci adalah terang kecil. Dikatakan di sana, di sini Yesus bicara kepada orang-orang Yahudi, 39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku…”  Jadi apakah Kitab Suci sebuah terang kecil yang membimbing kepada Yesus Terang yang Besar? Apakah mereka memberi kesaksian tentang Yesus? Tentu saja! Lalu Yesus berkata, “…45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; ada seorang yang akan mendakwamu ~ yaitu Musa, yang kamu percayai. 46 Sebab andaikan kamu mempercayai Musa…”  itu Kitab Suci yang tertulis, benar?   “…46 Sebab andaikan kamu mempercayai Musa, tentu kamu akan mempercayai Aku, sebab ia menulis tentang Aku. 47Tetapi jikalau kamu tidak mempercayai apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya apa yang Aku katakan? …” 

Jadi Kitab Suci adalah terang kecil yang membawa kepada Yesus Terang yang Besar, dan Yohanes Pembaptis adalah terang kecil untuk memberikan terangnya pada halaman-halaman Kitab Suci supaya manusia bisa melihat Yesus Terang yang Besar di dalam Kitab Suci.

 

 

 

I am of a firm belief that if the Jews had understood and obeyed the writings of Moses, God would never have called John the Baptist. John drew attention to the Old Testament prophecies that pointed to the Messiah, he pointed out Jesus as the Lamb of God, a clear reference to the Sanctuary service and to Isaiah 53. Was that new light? Did John the Baptist brought new light when he said “Behold the Lamb of God?” Absolutely not! He took from the Old Testament and showed how it was being fulfilled in Jesus. He exalted the Old Testament and made it vivid and alive. He expanded, rebuked, reproved, corrected, but he did not add anything of substance. Even baptism was known in the days of John. Certainly the Jews knew that in the Sanctuary water was used for cleansing. They knew about the story of Na’aman,  they knew that leprosy was a symbol of sin and that Na’aman had been cleansed by submerging himself in the Jordan River seven times. The apostle Paul even writes that the children of Israel were baptized in the Red Sea. So baptism was not even a new revolutionary doctrine or concept that was unknown among the Jews.

 

Saya benar-benar yakin bahwa andaikan orang-orang Yahudi memahami dan mematuhi tulisan-tulisan Musa, Allah tidak akan pernah memanggil Yohanes Pembaptis. Yohanes membangkitkan perhatian kepada nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Sang Mesias, dia menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah, suatu referensi yang jelas kepada pelayanan Bait Suci dan kepada Yesaya 53. Apakah itu terang yang baru? Apakah Yohanes Pembaptis membawa terang baru ketika dia berkata, “Lihat Anak Domba Allah”? Sama sekali tidak! Dia mengambil dari Perjanjian Lama dan menunjukkan bagaimana itu digenapi dalam Yesus. Dia meninggikan Perjanjian Lama dan membuatnya cerah dan hidup. Dia memperluas, menegur, mencela, mengoreksi, tetapi dia tidak menambahkan substansi apa-apa. Bahkan baptisan pun sudah dikenal di zaman Yohanes. Orang Yahudi pasti sudah tahu bahwa di Bait Suci air dipakai untuk membersihkan. Mereka tahu kisah Na’aman, mereka tahu bahwa penyakit kusta adalah simbol dosa dan bahwa Na’aman telah dibersihkan dengan berendam di sungai Yordan tujuh kali. Rasul Paulus bahkan menulis bahwa orang Israel dibaptis di Laut Merah. Maka baptisan bahkan bukan doktrin atau konsep baru yang  revolusioner yang belum pernah dikenal orang Yahudi sebelumnya.

 

 

Now John the Baptist was a fly in the ointment, a pain in the neck, a speck in the eye, he was no pushover, he was not politically correct, but told it like it is. He rebuked sin fearlessly and played no favorites and of course this won him what? Enemies. He was not liked. This lesser light was not liked. The lesser light to shine on the pages of the other lesser light, so that people could see the Greater Light: Jesus, they didn't like it. In Matthew 11:7-8 we find that John rebuked Herod to his face for committing adultery with his brother's wife, and lost his head as a result. John was totally unafraid of speaking the truth. And we’re going to find that Ellen White was fearless in speaking the truth, and she did not spare anyone. She spoke to the greatest leaders of the church, she did not play this political correctness game, she told it like it was. She rebuked sin openly, and clearly.

I want you to notice what it says in Matthew 11:7-8 about the type of person that John the Baptist was,As they departed, Jesus began to say to the multitudes concerning John: ‘What did you go out into the wilderness to see? A reed shaken by the wind?’…” you know, in other words, a little pushover? You know a reed, when the wind blows the reed goes this way and that, is that what you expected to see?  “…But what did you go out to see? A man clothed in soft garments? Indeed, those who wear soft clothing are in kings’ houses.”

 

Nah, Yohanes Pembaptis itu ibarat lalat di dalam minyak oles, pengganggu yang menjengkelkan, debu dalam mata, dia tidak bisa diperintah, dia bersikap tidak tepat secara politis, melainkan bicara apa adanya. Dia menegur dosa tanpa rasa takut, dan tidak pilih kasih, dan tentu saja ini membuat dia panen apa? Musuh. Dia tidak disukai. Terang kecil ini tidak disukai. Terang kecil yang menerangi halaman-halaman terang kecil yang lain agar manusia bisa melihat Terang Besar Yesus, tidak disukai orang.

Di Matius 11:7-8 kita temukan bahwa Yohanes menegur Herodes terang-terangan karena telah berzinah dengan istri saudaranya, dan akibatnya dia kehilangan kepalanya. Yohanes sama sekali tidak takut bicara kebenaran. Dan kita akan meliha bahwa Ellen White juga tidak takut bicara kebenaran, dan dia tidak mengecualikan siapa pun. Dia bicara kepada pemimpin-pemimpin besar gereja, dia tidak bermain politik yang benar, dia bicara apa adanya. Dia menegur dosa secara terbuka dan dengan jelas.

Saya mau kalian melihat apa yang dikatakan di Matius 11:7-8 tentang bagaimana jenis manusia Yohanes Pembaptis itu, 7 Sementara mereka meninggalkan tempat itu, Yesus mulai berkata kepada orang banyak tentang Yohanes: ‘Kamu pergi ke padang gurun untuk melihat apa? Sebatang buluh yang digoyangkan angin?…”  dengan kata lain, seorang yang mudah dipengaruhi? Kalian tahu sebatang buluh yang tertiup angin akan bergerak ke sana ke sini, itukah yang kalian berharap lihat?  “…8 Tetapi kamu pergi untuk melihat apa? Melihat orang yang berpakaian halus? Sesungguhnya orang yang berpakaian halus ada di istana raja-raja.”

 

 

John the Baptist was a restorer and a preparer of the way for the first coming of Christ. The role of John was to prepare a people for the first coming of Jesus. By repentance, revival, and reformation, the people were to wait expectantly for the bridegroom. Is that the role of Ellen White by the way? Absolutely!

He didn't bring any new truths. He simply called Israel to repent and return to the religion of the fathers. This is why Elijah built the altar of the Lord. He also called upon the God of the covenant founders, and he called the children to return to the fathers. Elijah did that. And John the Baptist is in the New Testament what? Elijah. Not in person but in the spirit and power of Elijah, with the same message.

 

Yohanes Pembaptis adalah seorang yang memulihkan dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus yang pertama. Peranan Yohanes adalah mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan pertama Yesus. Melalui pertobatan, kebangunan rohani, dan reformasi, umat seharusnya menunggu kedatangan mempelai laki-laki. Nah, itukah peranan Ellen White? Tepat sekali!

Yohanes tidak membawa kebenaran baru apa pun. Dia semata-mata memanggil Israel untuk bertobat dan kembali ke agama leluhur mereka. Itulah mengapa Elia membangun mezbah Tuhan. Dia juga memanggil Allah para pelopor perjanjian, dan dia memanggil anak-anak untuk kembali kepada bapak-bapak. Elia melakukan itu. Dan Yohanes Pembaptis di periode Perjanjian Baru adalah siapa? Elia. Bukan dalam pribadi, melainkan dalam semangat dan kuasa Elia, dengan membawa pekabaran yang sama.

 

 

I want you to notice three passages now that speak about John as the great restorer and the preparer of the way for the Messiah.

Luke 1:16-17

speaking about the mission of John it says, 16 And he will turn many of the children of Israel to the Lord their God…” are you catching the picture here? What is the role of John? Here's the role of John: primarily to reach out the worldlings and bring them to the Lord. No! It's to bring the children of God, Israel, back to the Lord. So it says,   “…16 And he will turn many of the children of Israel to the Lord their God 17 He will also go before Him…” in other words, John the Baptist would go before Jesus  “…in the spirit and power of…” whom?  “…of Elijah, ‘to turn the hearts of the fathers to the children,’…”  and notice, “…and the disobedient to the wisdom of the just, to make ready a people prepared for the Lord.”

So what was the role of John the Baptist? The role of John the Baptist was to bring God's people back to the foundation, so that when the Messiah would come they would be ready.

Notice Matthew 3:1-3.

1 In those days John the Baptist came preaching in the wilderness of Judea, and saying, ‘Repent, for the kingdom of heaven is at hand!’…”  what was the kingdom of Heaven that was at hand? Jesus and His ministry. Verse 3, “…For this is he who was spoken of by the prophet Isaiah, saying: ‘The voice of one crying in the wilderness: ‘Prepare the way of the Lord; make His paths straight.’…”

So once again John the Baptist doesn't bring any new truth, he's to lead the people back to the foundational truths, so that they would be ready to receive the Messiah.

Notice Matthew 17:11

11 Jesus answered and said to them, ‘Indeed, Elijah is coming first and will…”  innovate all things. Oh, thank you, I need to get some new glasses here. It says, he  “…will…” what?  “…restore all things.”  

What does it mean to restore? Does it mean to bring new truths, something that has never been heard before? No! It means to restore that which has been forgotten and forsaken, and is not being practiced.

So John the Baptist was the great restorer, like all of the prophets before him, that led people to come back to the foundational truths, that we find in the writings of Moses.

 

Saya mau kalian menyimak tiga ayat sekarang yang bicara tentang Yohanes sebagai orang yang memulihkan dan mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias.

Lukas 1:16-17

Bicara tentang misi Yohanes, mengatakan, 16 Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan Allah mereka…”  apakah kalian menangkap gambarnya di sini? Apa peranan Yohanes? Inikah peran Yohanes: terutama untuk menjangkau orang-orang dunia dan membawa mereka kepada Tuhan? Bukan! Untuk membawa umat Allah, Israel, kembali kepada Tuhan. Jadi dikatakan,   “…16 Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan Allah mereka 17 dan ia akan berjalan mendahului Dia…” dengan kata lain Yohanes Pembaptis akan mendahului Yesus   “…dalam roh dan kuasa…”  siapa?  “…Elia, untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya…”  dan simak,  “…dan orang-orang yang tidak patuh, kepada hikmat orang-orang benar, guna menyiapkan suatu umat yang siap bagi Tuhan. …” 

Jadi apakah peran Yohanes Pembaptis? Peranan Yohanes Pembaptis ialah membawa umat Allah kembali ke fondasinya, supaya bila Sang Mesias datang, mereka akan siap.

Simak Matius 3:1-3

1 Di masa itu Yohanes Pembaptis datang berkhotbah di padang gurun Yudea,  2 dan berkata, ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!’ …”  kerajaan Surga yang sudah dekat itu apa? Yesus dan ministriNya. Ayat 3, “…3 Karena dia inilah yang disebut oleh nabi Yesaya, katanya, ‘Suara seorang yang berseru-seru di padang gurun: ‘Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.’…” 

Maka sekali lagi Yohanes tidak membawa kebenaran yang baru apa pun. Tugasnya ialah membawa umat Allah kembali ke kebenaran dasar agar mereka siap menerima Sang Mesias.

Simak Matius 17:11

11 Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Memang Elia akan datang lebih dulu dan akan…”  memperbarui segala hal. Oh, terima kasih, saya perlu membeli kacamata baru. Dikatakan dia “…akan  memulihkan segala sesuatu…” 

Apa artinya memulihkan? Apakah itu berarti membawa kebenaran yang baru, sesuatu yang tidak pernah didengar sebelumnya? Tidak! Itu artinya memulihkan apa yang telah dilupakan dan ditinggalkan, dan tidak lagi dipraktekkan.

Maka Yohanes Pembaptis adalah pemulih besar, seperti semua nabi lain sebelumnya, yang membimbing umat kembali ke kebenaran-kebenaran dasar yang kita temukan di tulisan-tulisan Musa.

 

 

In New Testament times, the friend of the bridegroom was responsible for making all the preparations for the wedding. So that all was ready when the groom should come. The friend of the bridegroom was not to take any glory for himself. The glory was for the groom who was to marry the bride. The best man in the wedding is not the center of attraction. The friend of the bridegroom decreases, so that the groom can increase. And who was the Groom that wanted to marry His people? Jesus Christ. And who was the matchmaker? John the Baptist, was supposed to prepare everything for the wedding.

 

Di zaman Perjanjian Baru, teman mempelai laki-lakilah yang bertanggungjawab membuat segala persiapan perkawinan, supaya semuanya sudah siap ketika mempelai laki-laki datang. Teman mempelai laki-laki tidak boleh menerima kemuliaan apa pun bagi dirinya sendiri. Kemuliaannya adalah bagi si mempelai laki-laki yang akan mengawini mempelai perempuan. Pendamping mempelai laki-laki bukanlah pusat perhatian. Teman mempelai laki-laki ini perannya menjadi semakin kecil, sehingga peranan mempelai laki-laki bisa bertambah besar. Dan siapakah Mempelai laki-laki yang akan mengawini umatNya? Yesus Kristus. Dan siapakah yang mempertemukan kedua mempelai? Yohanes Pembaptis yang harus mempersiapkan segalanya untuk perkawinan itu.

 

 

The Old Testament contained prophecies about the bridegroom coming to marry his bride. The matchmaker, John the Baptist, had come to make all the arrangements for the wedding. But the bride rejected the invitation. By rejecting ~ listen carefully ~ the preparatory work of the matchmaker, they rejected the bridegroom as well. The very people he came to serve mistreated John the Baptist. Are you starting to catch the interesting picture here?

 

Perjanjian Lama berisikan nubuatan-nubuatan tentang mempelai laki-laki yang datang untuk mengawini mempelai perempuannya. Oranng yang mempertemukan, Yohanes Pembaptis, datang untuk membuat semua persiapan untuk perkawinan. Tetapi mempelai perempuan menolak undangan tersebut. Dengan menolak ~ dengarkan baik-baik ~ pekerjaan persiapan yang mempertemukan kedua mempelai, mereka telah menolak mempelai laki-laki itu juga. Orang-orang yang sama, kepada siapa dia datang untuk melayani, memperlakukan Yohanes Pembaptis dengan buruk. Apakah kalian mulai menangkap gambar yang menarik di sini?

 

 

Now John the Baptist was despised and rejected. I want to read three texts that describe how John the Baptist was looked upon, and how he was treated.

Matthew 11:18

They went a long ways the people at that time, they came close to committing the unpardonable sin.

18 For John came neither eating nor drinking, and they say, ‘He has a demon.’ 

They attributed his prophecy gift as being inspired by the devil; and some people have said that concerning Ellen White, I might say.

In Matthew 21:32

It says, 32 For John came to you in the way of righteousness, and you did not…”  what? “…believe him; but tax collectors and harlots believed him; and when you saw it, you did not afterward relent and believe him.”

And so if they did not believe in the message of John the Baptist, would they believe in Jesus? Would they believe in the message of the Scriptures if they did not believe in John the Baptist? No! By rejecting John the Baptist they were rejecting the Scriptures, and they rejected Jesus the Greater Light. And who was particularly to blame? The scholars and the church leaders.

Notice Luke 7:29-30

29 And when all the people heard him…” the problem wasn't with the people  “…29 And when all the people heard him even the tax collectors justified God, having been baptized with the baptism of John. 30 But the Pharisees…”  that would be the preachers, “…and lawyers…” those are the theologians  “…rejected the will of God for themselves, not having been baptized by him.”

The religious leaders knew him not. They did with John as they pleased, and therefore they treated Jesus in the same way. And these were the people, the very people who claimed to understand and teach the Scriptures. By rejecting the lesser light they rejected the Greater Light.

Matthew 17:12-13

adds its testimony about how John the Baptist was treated and how the rejection of John led to the rejection of Jesus. It says there in  Matthew 17:12, 11 Jesus answered and said to them, ‘Indeed, Elijah is coming first and will restore all things. 12 But I say to you that Elijah has come already…” and how did they react?  “…and they did not know him…”  that's another expression that means that they rejected him. It’s not talking about not knowing intellectually, it means not accepting. So notice once again it says in  verse 12 and verse 13, “…12 But I say to you that Elijah has come already and they did not know him…” and notice,  “…but did to him…” what?  “…whatever they…”  pleased or whatever they “…wished…”   And now notice the result “…Likewise…” because they did with him what they wished  “…Likewise the Son of Man is also about to suffer at their hands.’ 13 Then the disciples understood that He spoke to them of…” whom?  “…of John the Baptist.”

 

Nah, Yohanes Pembaptis dibenci dan ditolak. Saya mau membacakan tiga ayat yang menggambarkan bagaimana Yohanes Pembaptis dipandang, dan bagaimana dia diperlakukan.

Matius 11:18

Mereka sudah keterlaluan orang-orang pada zaman itu, mereka sudah nyaris mendekati melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.

18 Karena Yohanes datang, tidak makan dan tidak minum, dan mereka berkata, ‘Ia kerasukan setan’…”  Mereka menganggap karunia nubuatnya sebagai diilhami oleh Iblis; dan bisa saya katakan, ada orang-orang yang berkata demikian tentang Ellen White.

Di Matius 21:32

Dikatakan, 32 Sebab Yohanes datang  kepadamu dalam jalan kebenaran, dan kamu tidak…” apa? “…percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan ketika kamu melihat itu, setelah itu kamu tidak menyesal maupun percaya kepadanya…” 

Maka jika mereka tidak percaya pada pekabaran Yohanes Pembaptis, apakah mereka percaya pada Yesus? Akankah mereka mempercayai pekabaran Kitab Suci jika mereka tidak mempercayai Yohanes Pembaptis? Tidak! Dengan menolak Yohanes Pembaptis, mereka menolak Kitab Suci, dan mereka menolak Yesus, Terang yang Besar. Dan salah siapakah ini utamanya? Para pakar Kitab Suci dan para pemimpin gereja.

Simak Lukas 7:29-30

29 Dan ketika semua orang  mendengarnya…”  masalahnya tidak terletak pada umat,   “…29 Dan ketika semua orang  mendengarnya, bahkan para pemungut cukai mengakui kebenaran Allah, setelah dibaptis oleh baptisan Yohanes. 30 Tetapi orang-orang Farisi…”  ini adalah para pengkhotbah,   “…dan ahli-ahli Taurat…”  ini para theolog,   “…yang tidak dibaptis oleh Yohanes, menolak kehendak Allah bagi diri mereka sendiri. …” 

Para pemimpin rohani tidak mengenalnya. Mereka memperlakukan Yohanes sesuka hati mereka, karena itu mereka memperlakukan Yesus juga seperti itu. Dan mererka inilah orang-orang yang sama yang mengklaim mengerti dan mengajarkan Kitab Suci. Dengan menolak terang yang kecil mereka menolak Terang yang Besar.

Matius 17:12-13

Menambahkan kesaksian bagaimana Yohanes Pembaptis diperlakukan dan bagaimana penolakan terhadapnya membawa kepada penolakan kepada Yesus. Dikatakan di Matius 17:12, 11 Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Memang Elia akan datang lebih dulu dan akan  memulihkan segala sesuatu 12 tetapi Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang…”  dan bagaimana respon mereka?   “…dan mereka tidak mengenal dia…”  ini ungkapan lain yang berarti mereka menolaknya. Ini tidak bicara tentang tidak mengenal secara intelektual, tapi artinya tidak menerima. Maka simak sekali lagi dikatakan di ayat 12 dan 13, “…12 tetapi Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang dan mereka tidak mengenal dia…” dan simak “…tetapi memperlakukannya…” apa? “… sesuka hati…”  atau semau  “…mereka.…”  Dan sekarang simak hasilnya,  “…Demikian juga…”  karena mereka memperlakukan dia semau mereka, “…Demikian juga Anak Manusia akan menderita di tangan mereka.’ 13 Lalu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang…”  siapa?   “…Yohanes Pembaptis.”  

 

 

The people to whom prophets are sent, never love true prophets. In fact those who profess to be God's chosen people hated the prophets. Before the Babylonian captivity we find these words in 2 Chronicles 36:15-16, 15 And the Lord God of their fathers sent warnings to them by His messengers, rising up early and sending them, because He had compassion on His people and on His dwelling place. 16 But they mocked the messengers of God, despised His words, and scoffed at His prophets, until the wrath of the Lord arose against His people, till there was no remedy.”

The rejection of the gift of prophecy led to the rejection of the people. Jesus rebuked the scribes and Pharisees, in Matthew 23:37 we find these words of Jesus, 37 O Jerusalem, Jerusalem, the one who kills the prophets and stones those who are sent to her! How often I wanted to gather your children together, as a hen gathers her chicks under her wings, but you were not willing!” 

 

Umat kepada siapa nabi itu dikirim, tidak pernah mengasihi nabi-nabi yang benar. Malah mereka yang mengaku sebagai umat Allah membenci nabi-nabi. Sebelum penawanan Babilon kita mendapatkan kata-kata ini di 2 Tawarikh 36:15-16, 15Dan TUHAN, Allah nenek moyang mereka mengirim peringatan-peringatan kepada mereka melalui utusan-utusanNya, tanpa menunda-nunda waktu, TUHAN mengirim utusan-utusanNya karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya.  16       Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, memandang rendah segala Firman-Nya, dan salah memperlakukan nabi-nabi-Nya, hingga murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sampai tidak bisa diredakan lagi. …” 

Penolakan atas karunia nubuat mengakibatkan penolakan Allah kepada umatNya. Yesus menegur para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, di Matius 23:37, “…37Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”

 

 

Could we say that the same type of thing is happening to God's messenger in these last days? There is no doubt whatsoever, folks. Maybe you're encapsulated in your own local church. I have the privilege of traveling all over the world. It is alarming to see how the Spirit of Prophecy is ignored, and in many circles attacked, and tried to explain away what Ellen White has to say.

 

Bisakah kita katakan hal yang sama terjadi kepada utusan Allah di hari-hari akhir ini? Tidak diragukan sama sekali, Saudara-saudara. Mungkin kalian terlindung di dalam gereja kalian sendiri.  Saya mendapat kesempatan istimewa pergi keliling ke mana-mana di dunia. Sangat mengerikan melihat bagaimana Roh Nubuat itu diabaikan, dan di banyak lingkungan itu diserang, dan apa yang dikatakan Ellen White dijelaskan sedemikian rupa sehingga itu diabaikan.

 

 

Now John the Baptist was not omniscient. He was not infallible. He was a weak human instrument. Prophets are not omniscient and infallible. They were always weak human beings in need of the grace of God. And here comes an important point. Prophets grew in their understanding of truth. At first they might not have fully understood the message of God, but as time goes by, things become clearer and clearer in their minds. John the Baptist did not fully understand the Kingdom at the beginning of his ministry. He believed that there would be only one coming of the Messiah.

Notice Matthew chapter 3, where we find these words, “ 12 His winnowing fan is in His hand…” here John is announcing the work of Jesus  “…12 His winnowing fan is in His hand and He…” that is the coming Messiah  “…will thoroughly clean out His threshing floor, and gather His wheat into the barn; but He will burn up the chaff with unquenchable fire.” Does that sound like he believed in the coming of a Messiah who was going to say “Love your enemies”,  “turn the other cheek”, “carry this load two miles if they ask you to take it one”? It sure doesn't sound like it. John the Baptist did not understand fully, even though he was a true prophet. At the beginning of his ministry he did not fully understand. As time goes by things become clearer to him.

Let's read a few statements from Ellen White where Ellen White makes this very, very, clear. You know sometimes we expect too much from a prophet.

 

Nah, Yohanes Pembaptis tidak mahatahu. Dia tidak kebal kesalahan. Dia adalah sebuah alat manusia yang lemah. Para nabi tidak mahatahu dan kebal kesalahan. Mereka selalu adalah manusia-manusia yang lemah, yang membutuhkan kasih karunia Allah. Dan sekarang ini poin yang penting. Nabi-nabi itu bertumbuh dalam pengertiannya tentang kebenaran. Pada awalnya mungkin mereka tidak mengerti semua pekabaran dari Allah, tetapi dengan berlalunya waktu, hal-hal menjadi semakin lama semakin jelas di benak mereka. Yohanes Pembaptis tadinya tidak seluruhnya paham tentang Kerajaan Allah di bagian awal ministrinya. Tadinya dia meyakini hanya akan ada satu kedatangan Sang Mesias.

Simak Matius 3, di mana kita temukan kata-kata ini, 12 Alat penampi ada ditangan-Nya…”  di sini Yohanes sedang mengumumkan pekerjaan Yesus,   “…12 Alat penampi ada ditangan-Nya dan Ia…”  maksudnya Mesias yang akan datang,   “…akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi Dia akan membakar habis jerami itu dengan api yang tidak bisa dipadamkan…”  apakah ini terdengar seperti dia meyakini datangnya Seorang Mesias yang akan berkata “Cintailah musuh-musuhmu”, “berikan pipi yang satunya”, “pikullah beban dua mil jika kamu diminta memikulnya satu mil”? Jelas sepertinya tidak. Yohanes Pembaptis tadinya tidak seluruhnya paham walaupun dia adalah nabi yang sejati. Di awal ministrinya dia tidak seluruhnya paham. Dengan berlalunya waktu, hal-hal menjadi semakin jelas baginya.

Mari kita  baca beberapa pernyataan dari Ellen Whie di mana Ellen White membuat ini amat sangat jelas. Kalian tahu, terkadang kita menuntut terlalu banyak dari seorang nabi.

 

 

Ellen White said some things at the very beginning of her ministry that as time goes by she clarifies, and she amplifies, and she explains things that might be misunderstood. Now she presents it in a way in which it cannot be misunderstood. But some people take only what she said at the beginning of her ministry. They don't take the trajectory, the fuller understanding. They say, “Oh, Ellen White was wrong. Look what she said when she was 17 years old.” That's not fair because prophets grow in their understanding.

 

Ellen White mengatakan beberapa hal pada awal ministrinya, dan dengan berlalunya waktu dia menjelaskannya, dan dia memperluasnya, dan dia menerangkan hal-hal yang mungkin disalahpahami. Sekarang dia menyajikannya sedemikian rupa sehingga tidak akan disalahpahami. Tetapi ada orang-orang yang hanya mengambil apa yang dia katakan pada awal ministrinya, mereka tidak melihat perkembangannya, pemahaman yang lebih lengkap. Mereka mereka, “Oh, Ellen White salah. Lihat, apa yang dia katakan ketika dia berusia 17 tahun.” Itu tidak adil karena nabi-nabi bertumbuh dalam pengertian mereka.

 

 

Notice this statement from Desire of Ages page 103, “John  did not fully understand the nature of the Messiah's kingdom. He looked for Israel to be delivered from her national foes; but the coming of a King in righteousness, and the establishment of Israel as a holy nation, was the great object of his hope.

He thought that the Messiah was going to take over the throne of the kingdom.

 

Simak pernyataan ini dari Desire of Ages hal. 103, “Yohanes tidak sepenuhnya paham tentang sifat kerajaan Sang Mesias. Dia berharap Israel akan diselamatkan dari musuh-musuh negaranya; tetapi kedatangan seorang Raja dalam kebenaran dan mendirikan Israel sebagai suatu bangsa yang kudus, adalah objek besar harapannya. …” 

Dia sangka Sang Mesias akan mengambil alih takhta kerajaan.

 

 

Notice Desire of Ages page 136, During the weeks that followed…” that is the baptism of Jesus  “…John with new interest studied the prophecies and the teaching of the sacrificial service…” see, he's trying to understand the type of Messiah that has just come. She continues saying,  “… He  did  not distinguish clearly the two phases of Christ's workas a suffering sacrifice and a conquering kingbut he saw that His coming had a deeper significance than priests or people had discerned.

Was he less of a prophet because he did not fully understand? He was still a full fledged prophet, but he was not omniscient, he was not absolutely infallible. We have to look at the total trajectory of his ministry. Are you following me or not? This is important to understand Ellen White.

When Jesus did not appear to measure up to his expectations, John sent a message to Jesus asking Him if He was the expected Messiah or they were to wait for another. Imagine that! This is that John the Baptist that said, “Behold, the Lamb of God who takes away the sin of the world.” Now he sends a message, “Are you the Messiah that we're expecting?” He was human. He was not omniscient. He was not infallible. He grew in his understanding.

 

Simak Desire of Ages hal. 136. “Selama minggu-minggu berikutnya…”  yaitu setelah pembaptisan Yesus,   “… Yohanes mempelajari nubuatan-nubuatan serta ajaran tentang upacara Bait Suci dengan minat yang baru.…”  lihat, dia berusaha mengerti jenis Mesias yang baru saja datang. Ellen White melanjutkan berkata,  “…Dia belum bisa membedakan dengan jelas kedua fase pelayanan Kristus ~ yaitu sebagai kurban yang menderita dan raja yang menang ~ tetapi dia melihat bahwa kedatanganNya memiliki arti yang lebih mendalam daripada yang dipahami para imam atau umat…” 

Apakah dia tidak layak dianggap nabi karena dia tidak paham seluruhnya? Dia tetap seorang nabi yang diakui, tetapi dia tidak mahatahu, dia tidak mutlak kebal kesalahan. Kita harus memandang keseluruhan perkembangan dari ministrinya. Apakah kalian paham atau tidak? Ini penting untuk bisa memahami Ellen White.

Ketika Yesus tidak muncul sesuai harapannya, Yohanes mengirimkan pesan kepada Yesus, bertanya kepadaNya apakah Dia itulah Mesias yang dinantikan atau haruskah mereka menantikan yang lain. Bayangkan itu! Ini adalah Yohanes Pembaptis yang berkata, “Lihatlah, Anak Domba Allah yang mengangkat dosa dunia!” Sekarang dia mengirim pesan, “Engkaukah Mesias yang kami tunggu-tunggu?” Yohanes Pembaptis itu manusiawi. Dia tidak mahatahu. Dia tidak kebal kesalahan. Pemahamannya bertumbuh.  

 

 

Was John a false prophet because he did not fully understand the work of the Messiah? No! Was his work as a prophet any less trustworthy because his knowledge and understanding were limited because of his own misconceptions? No! Notably when the disciples of John ~ this is important ~ brought back the report from the lips of Jesus,  in fact they did more than bring the report from the lips of Jesus. Actually, Jesus told the disciples of John to stick around. He said, “Stick around and see what I’m going to do today.” So they stayed all day. Jesus opened the eyes of the blind, He healed paralytics, He raised the people from the dead, and then at the end of the day He said to the disciples of John, “Now, you go tell John what you saw.” And John finally in prison remembered the prophecy of Isaiah that He will open up the eyes of the blind, and He would heal the lame, and so on. He said, “This is the Messiah.” So he finally came to understand at the end of his ministry.

 

Apakah Yohanes seorang nabi palsu karena dia tidak memahami seluruh pekerjaan Sang Mesias? Tidak! Apakah pekerjaannya sebagai seorang nabi kurang bisa dipercaya karena pengetahuan dan pemahamannya terbatas oleh salah konsepnya sendiri? Tidak! Terutama ketika para murid Yohanes ~ ini penting ~ membawa kembali laporan dari bibir Yesus, bahkan mereka membawa lebih daripada laporan dari bibir Yesus. Sesungguhnya Yesus memberitahu para murid Yohanes untuk mengikutiNya. Dia berkata, “Ikutlah dan lihatlah apa yang Aku lakukan hari ini.” Maka mereka mengikutiNya sepanjang hari. Yesus mencelekkan mata orang buta, Dia menyembuhkan yang lumpuh, Dia membangkitkan yang mati, kemudian di bagian akhir hari itu Dia berkata kepada murid-murid Yohanes, “Sekarang, pergilah katakan kepada Yohanes apa yang telah kalian lihat.” Dan di dalam penjara Yohanes akhirnya teringat nubuatan Yesaya bahwa Mesias akan mencelekkan mata orang buta, Dia akan menyembuhkan yang lumpuh, dsb. Dia berkata, “Ini memang Sang Mesias!”, maka akhirnya dia paham pada akhir ministrinya.

 

 

Now we need to go to the other prophet. We have about thirteen and a half minutes left, but let's take advantage of that time because there's a lot of material to cover.

Ellen White was accused of not having the prophetic gift because she did not perform miracles. Interesting. Did John perform miracles? No!

 

Sekarang kita ke nabi yang lain. Kita masih punya waktu 13½ menit sisa, tetapi mari kita manfaatkan waktu ini karena ada banyak materi yang harus diliput.

Ellen White dituduh tidak memiliki karunia nubuat karena dia tidak membuat mujizat. Menarik. Apakah Yohanes membuat mujizat? Tidak!

 

 

Notice this is found in Selected Messages Vol. 2 page 53-54, “Some declare their unbelief in the work that the Lord has given me to do because, as  they  say,  Mrs.  E.G.  White   works  no  miracles.  But  those  who  look  for miracles as a sign of divine guidance are in grave danger of deception.”

So what do you need to look? At the fact that Ellen White performed many miracles or what she wrote was true? What she wrote was true.

 

Simak, ini ada di Selected Messages Vol. 2 hal. 53-54, “Beberapa orang menyatakan ketidakpercayaan mereka terhadap pekerjaan yang telah diberikan Tuhan kepadaku karena seperti kata mereka, ‘Nyonya E.G. White tidak membuat mujizat.’ Tetapi mereka yang mencari mujizat sebagai tanda bimbingan ilahi akan mudah sekali tertipu…” 

Jadi apa yang harus kita cari? Faktanya bahwa Ellen White membuat banyak mujizat atau apa yang ditulisnya itu benar? Apa yang ditulisnya itu benar.

     

 

It's interesting to notice that Ellen White preferred not to be called a prophet. Remember John the Baptist? “Are you a prophet?” “No, no, I’m not a prophet.”  

Notice this statement that we find in Selected Messages Vol. 1 pages 35 and 36. Ellen White has given a discourse at the Battle Creek Tabernacle in Michigan and this is what she states, During the discourse, I said that I  did not claim to be a prophetess. Some were surprised at this statement, and as much is being said in regard to it, I will make an explanation. Others have called me a prophetess, but I have  never assumed that title…” is that true of John the Baptist as well? Absolutely!  “…I have not felt that it was my duty thus to  designate myself. Those who boldly assume that they are prophets in this our day are often a reproach to the cause of Christ.”  

 

Menarik menyimak bahwa Ellen White lebih suka tidak disebut seorang nabi. Ingat Yohanes Pembaptis? “Apakah kamu seorang nabi?” “Tidak, tidak, aku bukan nabi.”

Simak pernyataan ini yang kita temukan di Selected Messages Vol. 1 hal. 35-36, Ellen White memberikan ceramah di Battle Creek Tabernacle di Michigan, dan inilah pernyataannya, “…Selama ceramah aku sudah berkata aku tidak mengklaim sebagai seorang nabiah. Beberapa orang terkejut dengan pernyataan ini, dan karena banyaknya pembicaraan tentang hal ini, aku akan memberikan penjelasan. Orang-orang lain menyebut aku nabiah, tetapi aku sendiri tidak pernah memakai gelar tersebut…”  Apakah ini terjadi juga pada Yohanes Pembaptis? Tentu saja!    “…Aku tidak pernah merasa bahwa itulah kewajibanku menamakan diriku demikian. Mereka yang dengan berani menganggap bahwa mereka adalah nabi-nabi di zaman kita ini, seringkali merupakan aib bagi misi Kristus.”

 

 

In the same book Selected Messages Vol. 1 page 35 we find this statement, “When I was last in Battle Creek, I said before a large congregation that I  did not claim to be a prophetess. Twice I referred to this matter, intending each time to make the statement,I  do not claim to be a prophetess.’ If I spoke otherwise than this, let all now understand that what I had in mind to say was that I  do not claim the title of prophet or prophetess.”

Because Ellen White was humble, and because prophets had a bad name in those days. So if Ellen White did not claim to be a prophet, who was she? Well, she preferred to be called “the messenger of the Lord”. By coincidence of coincidences! It's not a coincidence.

 

Di buku yang sama, Selected Messages Vol. 1 hal. 35 kita mendapatkan pernyataan ini, “Ketika aku terakhir berada di Battle Creek, aku berkata di hadapan jemaat yang besar bahwa aku tidak mengklaim sebagai seorang nabiah. Dua kali aku menyebut tentang hal ini, setiap kali dengan niatan memberikan pernyataan ‘Saya tidak mengklaim sebagai seorang nabiah’. Jika aku pernah berbicara berlawanan dengan ini, biarlah semua sekarang memahami bahwa yang selalu ingin aku katakan adalah aku tidak mengklaim gelar nabi atau nabiah. …”  Karena Ellen Whie itu rendah hati, dan karena para nabi punya reputasi yang jelek di zaman itu. Maka jika Ellen White tidak mengklaim sebagai seorang nabi, siapakah dia? Nah, dia lebih suka disebut “utusan Tuhan”. Kebetulan di atas kebetulan, bukan? Ini bukan suatu kebetulan.

 

 

Selected Messages Vol, 1 page 32, Early in my youth I was asked several times: Are you a prophet? I have ever responded,  I  am…” what?  “…the  Lord's   messenger.  I  know  that  many  have  called  me  a prophet, but I have made no claim to this title. My Savior declared me to be His messenger.’…”  Just like John the Baptist.

On page 32 she continues saying, ‘I have had no claims to make, only that I am instructed that I am the Lord's messenger; that He called me in my youth to be  His messenger, to receive His word, and to give a clear and decided message in the name of the Lord Jesus.’…”

 

Selected Messages Vol. 1 hal. 32, “Di masa mudaku aku ditanya beberapa kali, apakah kamu seorang nabi? Aku selalu menjawab, aku adalah…”  apa?    “…utusan Tuhan. Aku tahu banyak orang memanggilku seorang nabi, tetapi aku tidak pernah mengklaim titel ini. Juruselamatku menyatakan kepadaku untuk menjadi utusanNya.’ …”  Persis sama dengan Yohanes Pembaptis.

Di hal. 32 Ellen White melanjutkan berkata,    “…Aku tidak mengklaim apa-apa, hanya bahwa aku telah diinstruksikan, aku itu utusan Tuhan, bahwa Tuhan memanggilku di masa mudaku untuk menjadi utusanNya, untuk menerima FirmanNya, dan untuk menyampaikan pekabaran yang jelas dan pasti dalam nama Tuhan Yesus.”

 

 

One further statement, Selected Messages Vol. 1 page 34, ‘To claim to be a prophetess is something that I have never done. If others call me by that name, I have no controversy with them. But my work has covered so many lines that I cannot call myself other than a messenger, sent to bear a message from the Lord to His people, and to take up work in any line that He points out.’

So she says, “I don't claim to be a prophet”, but she is the messenger of the Lord and she did not perform any miracle.

 

Satu pernyataan lagi, Selected Messages Vol. 1 hal. 34, “Mengklaim sebagai seorang nabiah adalah hal yang tidak pernah aku lakukan. Jika orang lain memanggilku dengan nama itu, aku tidak berselisih dengan mereka. Tetapi pekerjaanku meliputi begitu banyak bidang sehingga aku tidak bisa menyebut diriku dengan nama lain kecuali seorang utusan, yang diutus untuk menyampaikan pekabaran Tuhan kepada umatNya, dan untuk bekerja dalam pekerjaan apa pun yang Tuhan tunjukkan kepadaku.”

Jadi Ellen White berkata, “Aku tidak mengklaim sebagai seorang nabi”, tetapi dia adalah utusan Tuhan dan dia tidak membuat mujizat apa pun.

 

 

But Ellen White was more than a prophet. Let's read these interesting statements in Selected Messages Vol. 1 page 36, Ellen White stated this,  My work includes…” what?  “…much  more than this name [prophetess] signifies…” Was John more than a prophet? Yes. Ellen White says,  “my work is more than the work of a common prophet”,  “…I regard myself as a messenger, entrusted by the Lord with messages for His people….. My commission embraces the  work  of  a  prophet,  but  it  does  not  end  there.  It embraces  much more than the minds of those who have been sowing the seeds of unbelief can comprehend.’…”  

 

Tetapi Ellen White itu lebih daripada seorang nabi. Mari kita  baca pernyataan-pernyataan yang menarik ini di Selected Messages Vol. 1 hal. 36, “Pekerjaanku meliputi…”  apa?    “…lebih banyak daripada apa yang diartikan oleh nama ini…”  apakah Yohanes lebih dari seorang nabi? Ya! Ellen White berkata, “Pekerjaanku lebih banyak daripada pekerjaan seorang nabi biasa.    “…Aku menganggap diriku sebagai seorang utusan yang dipercayai Tuhan dengan pekabaran-pekabaran bagi umatNya… Tugasku meliputi pekerjaan seorang nabi, tetapi tidak berakhir di sana. Tugasku meliputi jauh lebih banyak daripada apa yang bisa dipahami oleh pikiran orang-orang yang menaburkan benih-benih ketidakpercayaan.”

 

 

Page 32 she says, “Why have I not claimed to be a prophet?—Because in these days many who boldly claim that they are prophets are a reproach to the cause of Christ; and because my work includes…” listen now,  “…much more than the wordprophet’ signifies.”

Was John more than a prophet? Was Ellen White more than a prophet? Absolutely!

 

Hal. 32 Ellen White berkata, “…Mengapa aku tidak mengklaim sebagai nabi? Karena di zaman sekarang banyak yang dengan berani mengklaim bahwa mereka adalah nabi, justru merupakan aib bagi pekerjaan Kristus, dan karena pekerjaanku meliputi…”  dengarkan sekarang, “…lebih daripada makna kata ‘nabi’ itu sendiri.…” 

Apakah Yohanes lebih daripada seorang nabi? Apakah Ellen White lebih dari seorang nabi? Tentu saja!

 

 

One final quotation, this should be page 34, you can delete the 93 there, I have a problem with my Apple computer, it scrolls and scrolls and scrolls so I have to eliminate bunches of numbers and sometimes it falls through the cracks. So it's Selected Messages Vol. 1 page 34“To claim to be a prophetess is something that I have never done. If others call me by that name, I have no controversy with them…” but now notice.  “…But my work has covered…” what?  “…so many  lines that I cannot call myself other than a messenger, sent to bear a message from the Lord to His people, and to take up work in any line that He points out.

 

Satu kutipan terakhir, ini di hal. 34. Jadi ini Selected Messages Vol. 1 hal. 34, Mengklaim sebagai seorang nabiah adalah hal yang tidak pernah aku lakukan. Jika orang lain memanggilku dengan nama itu, aku tidak berselisih dengan mereka. …”  tetapi sekarang simak, “…Tetapi pekerjaanku meliputi…”  apa? “…begitu banyak bidang sehingga aku tidak bisa menyebut diriku dengan nama lain kecuali seorang utusan, yang diutus untuk menyampaikan pekabaran Tuhan kepada umatNya, dan untuk bekerja dalam pekerjaan apa pun yang Tuhan tunjukkan kepadaku.”

 

 

In what sense was Ellen White more than a prophet? Look at the list that you find at the bottom of page 93.  

Did she address issues in the medical field? Yes.

How about the educational field?

How about the publishing field?

How about the administration of the work? You know these abbreviations.

ü    You have the medical work (MH, CH, CDF, MM): Ministry of Healing, Counsels on Health, Counsels on Diets and Foods, and Medical Ministry.

ü    Educational (ED, FCE):  Education, Fundamentals of Christian Education.

ü    Publishing (CM): Colporteur Ministry.

ü    Administration of the work (TM): Testimonies to ministers,

ü    Ministerial (GW): Gospel Workers

ü    Evangelism (EV): you have the compilation, the book Evangelism

ü    Theology (Conflict Series): the conflict series

ü    Home and Marriage (AH):  the Adventist Home

ü    Psychology (MCP): Mind, Character, and Personality

ü    Devotional life (DA): The Desire of Ages

ü    Children (CG): Child Guidance

ü    Finances (CS): Counsels on Stewardship

ü    Health (MH, CH, CDF): Ministry of Healing, Counsels on Health, Counsels on Diets and Foods

She was more than a prophet because she was to prepare a people in every sphere of life for the second coming of Jesus Christ. Her work was more than the work of a conventional prophet. She was more in the line of Moses. If you really look at her. And in the present I’m developing a sermon comparing Moses and Ellen White.  There's a very interesting comparison between them.

 

Dalam pengertian apa Ellen White lebih dari seorang nabi? Lihat daftar yang ada di hal. 39 bagian bawah.

Apakah Ellen White membahas isu-isu di bidang medis? Ya.

Bagaimana dengan bidang pendidikan?

Bagaimana dengan bidang penerbitan?

Bagaimana dengan administrasi pekerjaan? Kalian sudah kenal singkatan-singkatan ini.

ü    Ada pekerjaan medis (MH, CH, CDF, MM): Ministry of Healing, Counsels on Health, Counsels on Diets and Foods, dan Medical Ministry.

ü    Pendidikan (ED, FCE):  Education, Fundamentals of Christian Education

ü    Penerbitan (CM): Colporteur Ministry.

ü    Administrasi pekerjaan (TM): Testimonies to Ministers

ü    Ministri (GW): Gospel Workers

ü    Penginjilan (EV): ada kompilasinya, buku Evangelism

ü    Theologi (Seri Konflik): seri konflik

ü    Rumah tangga dan Perkawinan (AH):  the Adventist Home

ü    Psikologi (MCP): Mind, Character, and Personality

ü    Kehidupan devosi (DA): The Desire of Ages

ü    Anak-anak (CG): Child Guidance

ü    Keuangan (CS): Counsels on Stewardship

ü    Kesehatan (MH, CH, CDF): Ministry of Healing, Counsels on Health, Counsels on Diet and Foods

Ellen White itu lebih daripada seorang nabi karena dia harus mempersiapkan suatu umat dalam setiap aspek kehidupan bagi kedatangan kedua Yesus Kristus. Pekerjaannya lebih daripada pekerjaan seorang nabi konvensional. Dia lebih sejalur dengan Musa. Jika kita sungguh-sungguh menyimaknya. Dan saat ini saya sedang membuat khotbah membandingkan Musa dengan Ellen White. Ada perbandingan yang sangat menarik di antara mereka.

 

 

Now let me ask you. Did Ellen White have the testimony of Jesus Christ just like John did? Of course. We've already read Revelation 12:17, 19:10 and 22:9 where it says that the remnant church would have the testimony of Jesus which is the Spirit of Prophecy. And I’d like to just read this statement from Loma Linda Messages page 33, where Ellen White discusses Revelation 12:17 and she says this, “This prophecy points out clearly that the   remnant church will acknowledge God in His Law…”  that is because they keep the Commandments of God “…and will have…”  what? “… the prophetic gift. Obedience to the Law of God and the Spirit of Prophecy has always distinguished the true people of God, and the test is usually given on present manifestations.” 

So did Ellen White, like John, have the testimony of Jesus Christ? Most certainly, yes!

 

Sekarang coba saya tanya. Apakah Ellen White memiliki kesaksian Yesus Kristus sama seperti Yohanes? Tentu saja. Kita sudah membaca Wahyu 12:17, 19:10, dan 22:9 di mana dikatakan bahwa gereja umat yang sisa akan memiliki kesaksian Yesus yaitu Roh Nubuat. Dan saya ingin membacakan pernyataan ini dari Loma Linda Messages hal.33 di mana Ellen White membahas Wahyu 12:17, dan dia berkata begini, “Nubuat ini menunjukkan dengan jelas bahwa gereja yang tersisa akan mengakui Allah dalam HukumNya…”  itu karena mereka memelihara Perintah-perintah Allah, “…dan akan memiliki…”  apa?    “…karunia nubuat. Ketaatan kepada Hukum Allah, dan roh nubuat selalu membedakan umat sejati Allah, dan biasanya ujiannya diberikan pada manifestasi saat itu. …” 

Jadi apakah Ellen White, seperti Yohanes, memiliki kesaksian Yesus Kristus? Tentu saja, iya!

 

 

Now we reach another very interesting point. Ellen White spoke of her writings as a “lesser light”, notice what we find in Vol. 3 of Selected Messages page 30. “Little heed is given to the Bible…”  is that true of the Jews in the days of Christ?  “…Little heed is given to the Bible…” so what did God do? God raised up John the Baptist, to do what? To shine on the pages of the Bible, so that people had a renewed understanding, and they could see Jesus. Is that clear? So are we to understand Ellen White's statement about the lesser and Greater Light in the same context? You allow Ellen White to explain Ellen White.  Now listen,  “…Little heed is given to the Bible and the Lord has given a lesser light…” that's the writings of Ellen White, to shine on what? On the Bible,  “…to lead men and women to…” what?  “…to the Greater Light.…” and who was the Greater Light? Jesus Christ.

 

Sekarang kita tiba di poin lain yang sangat menarik. Ellen White bicara tentang tulisan-tulisannya sebagai “terang kecil”, simak apa yang kita temui di Selected Messages Vol. 3, hal. 30 “Sedikit perhatian yang diberikan kepada Alkitab…”  apakah itu kondisinya pada orang Yahudi di zaman Kristus?    “…Sedikit perhatian yang diberikan kepada Alkitab…”  jadi apa yang dilakukan Allah? Allah membangkitkan Yohanes Pembaptis, untuk melakukan apa? Untuk bersinar pada halaman-halaman Alkitab, supaya umat mendapatkan pemahaman yang diperbarui, dan mereka bisa melihat Yesus. Apakah itu jelas? Maka haruskah kita memahai pernyataan-pernyataan Ellen White tentang terang kecil dan Terang Besar dalam konteks yang sama? Kita izinkah Ellen White untuk menjelaskan Ellen White. Sekarang dengarkan,  “…Sedikit perhatian yang diberikan kepada Alkitab dan Tuhan telah memberikan terang kecil ini…”  yaitu tulisan-tulisan Ellen White, untuk menerangi apa? Menerangi Alkitab, “…untuk membimbing laki-laki dan wanita…”  ke apa?    “…kepada Terang yang besar…”  dan siapa Terang yang Besar? Yesus Kristus.

 

 

The Greater Light is not Scripture. Scripture is a lesser light. The writings of Ellen White are a lesser light. But Ellen White was raised up to shine on the pages of the Bible, that people have ignored, they don't understand, and when she shines in the Bible, people say, “Wow, I see Jesus there!”

 

Terang yang Besar bukanlah Alkitab. Kitab Suci itu terang kecil. Tulisan-tulisan Ellen White itu terang kecil. Tetapi Ellen White dibangkitkan untuk menerangi halaman-halaman Alkitab yang telah diabaikan manusia, mereka tidak mengerti, dan ketika Ellen White menyinari Alkitab, manusia berkata, “Wow! Saya melihat Yesus di sana!”

 

 

Let's read this statement from Desire of Ages page 220.  “The prophet John was the connecting link…” see, we let Ellen White explain what lesser and Greater Lights are, folks.  “…The prophet John was the connecting link between the two dispensations. As God's representative he stood forth to show the relation of the Law and the Prophets to the Christian dispensation…” see, he was to show the relationship between the Old Testament and the New Testament, the Christian dispensation. Now notice,   “…He was the  lesser light, which was to be followed by a greater…” who is the greater? Jesus.  “…The Holy Spirit illuminated the mind of John that he might shed light upon his people; but  no other light..”  see, here you're going to find what the Greater Light is, “…but  no other light ever has shone or ever will shine so clearly upon fallen man as that which emanated from the teaching and example of Jesus. Christ and His mission had been but dimly understood as typified in the shadowy sacrifices…” see, in the Old Testament, the sacrifices were shadowy, because they were a lesser light, the Old Testament sacrifices. So she says,  “…Christ and His mission had been but dimly understood as typified in the shadowy sacrifices. Even John had not fully comprehended the future, immortal life through the Savior.”

 

Mari kita  baca pernyataan ini dari Desire of Ages hal. 220. “Nabi Yohanes adalah rantai penghubung…”  lihat, kita izinkan Ellen White menjelaskan apa terang kecil dan Terang Besar itu, Saudara-saudara.    “…Nabi Yohanes adalah rantai penghubung  antara dua masa. Sebagai wakil Allah, dia tampil berdiri untuk menunjukkan hubungan antara Hukum serta Nabi-nabi kepada zaman Kekristenan…”  lihat, Yohanes itu untk menunjukkan hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,  dispensasi Kristen. Sekarang simak,  “… Dia adalah terang kecil, yang akan diikuti oleh Terang yang besar…”  siapa Terang yang lebih besar? Yesus. “…Pikiran Yohanes diterangi oleh Roh Kudus agar dia bisa memancarkan terang pada bangsanya. Tetapi tidak ada terang lain…”  lihat, di sini kita akan melihat Terang yang Besar itu apa, “…Tetapi tidak ada terang lain yang pernah atau akan bersinar sedemikian jelasnya kepada manusia-manusia berdosa, seperti terang yang memancar dari ajaran dan teladan Yesus. Kristus dan misiNya hanya dipahami secara kabur seperti yang dilambangkan dalam kurban-kurban bayangan…”  lihat, di Perjanjian Lama kurban-kurban itu bersifat bayangan, karena mereka itu terang kecil, kurban-kurban Perjanjian Lama itu. Maka kata Ellen White,   “…Kristus dan misiNya hanya dipahami secara kabur seperti yang dilambangkan dalam kurban-kurban bayangan. Bahkan Yohanes tidak sepenuhnya mengerti hidup kekal di masa depan melalui Sang Juruselamat.”

 

 

We have time to read one more quotation from Review and Herald Vol. 41 #17 April 8, 1873 Ellen White explains, ‘The religion of the Jews, in consequence of their departure from God, consisted mostly in ceremony. John was the  lesser light, which was to be followed by a Greater Light. He was to shake the confidence of the people in their…” what?  “…traditions, and call their sins to remembrance, and lead them to repentance; that they might be prepared to appreciate  the work of Christ.’…”

He was the lesser light, so that they would appreciate Christ the Greater Light.

 

Kita punya waktu untuk membaca satu lagi kutipan dari Review and Herald Vol. 41 #17 April 8, 1873, Ellen White menjelaskan, “Agama orang Yahudi ~ sebagai akibat mereka meninggalkan Allah ~ sebagian besar hanyalah upacara. Yohanes adalah terang kecil, yang akan diikuti oleh Terang Besar. Yohanes diutus untuk mengguncang keyakinan umat dari …”  apa?    “…tradisi mereka, dan mengingatkan dosa-dosa mereka, dan membimbing mereka kepada pertobatan, supaya mereka siap untuk menghargai pekerjaan Kristus.’ …” 

Dialah terang yang kecil agar mereka bisa menghargai Kristus, Terang yang Besar.

 

 

In Conflict and Courage page 279 we find these words, It was not his…”  that is John's “…privilege to be with Christ and witness the manifestation of divine power attending the Greater Light.”

So on the writings of Ellen White what is the Greater Light? The Scriptures? No! The Greater Light is Jesus Christ.

 

Di Conflict and Courage hal. 279, kita temukan kata-kata ini,  “Yohanes tidak mendapat kesempatan untuk berjalan bersama Kristus dan menyaksikan manifestasi kuasa ilahi yang menyertai Terang Besar…”

Jadi pada tulisan-tulisan Ellen White, Terang Besar itu apa? Kitab Suci? Bukan! Terang Besar adalah Yesus Kristus.

 

 

Now we're going to read one more statement and then we will continue our study of the greater and lesser light in our first session tomorrow morning. Have you understood what we've studied? Is there a remarkable parallel between the mission and ministry of John the Baptist and the mission and ministry of Ellen White? It's a striking parallel. We haven't finished presenting the full parallel, but once we continue tomorrow you're going to say wow, this is simply amazing.

And so what is the role of Ellen White? The role of Ellen White is very simple, folks, it's not to give new light, it's not another Bible, her writings are not of lesser authority than the Bible, less inspired than the Bible, the purpose of her writings is for her to shine in the Scriptures, so that people can see in the Scriptures Jesus Christ. It's that simple and that's the work of Ellen White.

 

Nah, kita akan membaca satu pernyataan lagi kemudian kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang Terang Besar dan terang kecil dalam sesi pertama kita besok pagi. Apakah kalian sudah mengerti apa yang kita pelajari? Apakah ada paralel yang mencolok antara misi dan ministri Yohanes Pembaptis dengan misi dan ministri Ellen White? Itu paralel yang mencolok. Kita belum selesai mempresentasikan paralelnya semua tetapi begitu kita lanjutkan besok, kalian akan berkata wow, ini mengagumkan.

Jadi apakah peranan Ellen White? Peranan Ellen White itu sangat sederhana, Saudara-saudara, itu bukan untuk memberi terang yang baru, itu bukan Alkitab yang lain, tulisan-tulisannya tidak kurang autoritasnya daripada Alkitab, atau kurang terilhami daripada Alkitab. Tujuan tulisan-tulisannya ialah agar dia bisa menerangi Kitab Suci, agar manusia bisa melihat Yesus Kristus dalam Kitab Suci. Sesederhana itu dan itulah pekerjaan Ellen White.

 

 

16 11 22

No comments:

Post a Comment