Monday, January 2, 2023

EPISODE 15/22 ~ BELIEVE HIS PROPHETS ~ THE ALPHA AND OMEGA APOSTASY 2 ~ STEPHEN BOHR

 

BELIEVE HIS PROPHETS

Part 15/22 - Stephen Bohr

THE ALPHA AND OMEGA APOSTASY 2

https://www.youtube.com/watch?v=HzUrLAWig5Y

 

Dibuka dengan doa.

 

 

Well, we've been discussing how Pantheism attempted to enter the Seventh-Day  Adventist Church at the very beginning of the 20th century, and we want to continue our study now. We are on page 216 at the bottom of the page.

You remember that Elder Daniells after a long day of debate was kind of dejected, and so he comes home with a long face, sad. He's wondering if the church is going to fall apart. And let's pick up the story at that point.

A.G. Daniells entered his house, tired and heavy hearted. He looked at the future of the church with dire forebodings. But he was surprised to find in his house a group of people that were smiling and happy. He wondered how these people could be smiling when a crisis threatened to tear the church apart. It just so happens that that very day two letters had arrived from Ellen G. White who at the time was in California, way over on the other side of the country. In these two letters sent weeks before, Ellen White warned the leadership about the dangerous errors found in the book The Living Temple. She instructed Elder Daniells and now I quote, “I have some things to say to our teachers in reference to the new book,The Living  Temple.’  Be  careful  how  you  sustain  the  sentiments  of  this  book regarding the personality of God. As the Lord represents matters to me, these sentiments do not bear the endorsement of God. They are a snare that the enemy has prepared for these last days.” (Review and Herald, October 22, 1903)

 

Nah, kita sedang berbicara tentang bagaimana Pantheisme berusaha masuk ke gereja MAHK pada awal abad ke-20, dan kita mau melanjutkan pelajaran kita sekarang. Kita berada di hal. 216 di bagian bawah halaman.

Kalian ingat bahwa Ketua Daniells setelah seharian lamanya terlibat dalam perdebatan, rada merasa kehabisan semangat, maka dia pulang ke rumahnya dengan wajah murung, sedih. Dia bertanya-tanya apakah gereja akan terpecah belah. Mari kita lanjutkan ceritanya dari sini.

A.G. Daniells masuk ke rumahnya, merasa lelah dan berat hati. Dia memandang masa depan gereja dengan firasat yang buruk. Tetapi dia heran ketika di rumahnya dia mendapatkan sekelompok orang yang sedang tersenyum dan bergembira. Dia tidak mengerti mengapa orang-orang ini bisa tersenyum sementara ada krisis yang mengancam akan memecah belah gereja. Kebetulan pada hari yang sama dua surat tiba dari Ellen G. White yang pada waktu itu sedang berada di California, jauh di bagian lain dari negeri. Dalam dua surat ini yang sudah dikirimkan beberapa minggu sebelumnya, Ellen White telah memperingatkan pimpinan tentang kesalahan-kesalahan berbahaya yang ditemukan di buku The Living Temple. Dia menginstruksikan Ketua Daniells dan sekarang saya kutip, “…Ada yang mau aku katakan kepada pengajar-pengajar kita sehubungan dengan buku baru The Living Temple. Harus sangat berhati-hati bagaimana kalian mendukung sentimen buku ini mengenai kepribadian Allah. Sebagaimana yang dinyatakan Tuhan kepadaku tentang hal ini, sentimen-sentimen itu tidak mendapatkan pengabsahan Allah. Mereka adalah jebakan yang telah dipersiapkan si musuh untuk hari-hari akhir ini.” (Review and Herald, Oktober 22, 1903)

 

 

She further explained, “In the  visions of the night this matter was clearly presented me before a large number. One of authority was speaking . . . The speaker held up Living Temple, saying, ‘In this book there are statements that the writer himself does not comprehend. Many things are stated in a vague, undefined way. Statements are made in such a way that nothing is sure. And  this is not the only production of the kind that will be urged upon the people. Fanciful views will be presented by many minds. What we need to know at this time is:  What is the truth that will enable us to win the salvation of our souls?’…” (Letter 211, 1903)

 

Ellen White menjelaskan lebih lanjut, “…Dalam penglihatan-penglihatan di malam hari, soal ini dinyatakan kepadaku dengan jelas di hadapan jumlah yang besar. Satu yang berwewenang berbicara…  Pembicara itu mengangkat Living Temple dan berkata, ‘Di dalam buku ini ada pernyataan-pernyataan yang penulisnya sendiri tidak paham. Banyak hal ditulis dalam cara yang samar-samar, tidak jelas. Pernyataan-pernyataan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada yang pasti. Dan ini bukanlah satu-satunya hasil karya yang sejenis yang akan dipaksakan kepada umat. Pandangan-pandangan yang hanya khayalan akan disampaikan oleh banyak orang. Apa yang perlu kita ketahui untuk masa ini ialah: Apakah kebenaran yang akan memampukan kita memenangkan keselamatan jiwa kita?’…” (Letter 211, 1903)

 

 

And then Ellen White told Daniells how to face the crisis. “After taking your position firmly, wisely, cautiously,  make not one concession on any point concerning which God has plainly spoken. Be as  calm as a summer evening, but as  fixed as the everlasting hills. By conceding you would be  selling our whole cause into the hands of the enemy…” selling what? The whole cause to the enemy.  “…The cause of God is not to be traded away. We must now take hold of these matters…”  how? “…decidedly…” (Letter 216, 1903, p. 6)

 

Kemudian Ellen White memberitahu Daniells bagaimana caranya menghadapi krisis ini. “…Setelah menyatakan posisimu dengan teguh, dengan bijak, dengan hati-hati, jangan mengalah dalam poin mana pun mengenai apa yang telah dikatakan Allah dengan jelas. Bersikaplah setenang petang hari di musim semi, namun sekokoh bukit-bukit yang abadi. Dengan mengalah, kau hanya akan menjual seluruh tujuan perjuangan kita ke tangan musuh…”  menjual apa? Seluruh tujuan kepada si musuh. “…Tujuan Allah janganlah diperdagangkan. Sekarang ini kita harus menghadapi hal-hal ini…”  bagaimana?    “…dengan ketetapan hati.(Letter 216, 1903, hal. 6)

 

 

One thing that I admire is Elder Wilson's serenity and calmness with everything that's happening in the church.  God has raised him for a time such as this.  God is giving a great opportunity to the Seventh-Day Adventist Church through a great leader. You know, I had the privilege of seeing him there at the Theology of Ordination Study Committee to which I belonged, and he sat there, and he never had a look of anxiety, and a look of anguish on his face, he sat there in a calm way. In his sermons he's been firm but he's been very kind in his way of expressing things. He knows that the church is facing a huge crisis. In fact I don't know how the man can sleep, to be honest with you, because there are so many issues going on in the Seventh-Day Adventist Church, particularly in North America and the other countries that are called the developed countries.

 

Satu hal yang saya kagumi ialah ketenangan dan kedamaian Ketua Wilson di tengah segala sesuatu yang sedang terjadi di gereja. Allah telah membangkitkan dia untuk masa seperti ini. Allah sedang memberikan kesempatan yang besar kepada gereja MAHK melalui pemimpinnya yang hebat. Kalian tahu, saya mendapat kesempatan istimewa melihatnya di  komite Theology of Ordination Study, di mana saya menjadi anggotanya. Dia duduk di sana, tidak pernah terbersit pandangan khawatir, pandangan menderita di wajahnya. Dia duduk di sana dengan tenang. Dalam khotbahnya dia teguh, tetapi dia sangat ramah dalam caranya mengungkapkan hal-hal. Dia tahu bahwa gereja sedang menghadapi krisis yang besar. Bahkan, jujur saya tidak tahu bagaimana orang ini bisa tidur, karena ada begitu banyak isu yang terjadi di gereja MAHK, terutama di bagian Amerika Utara dan di negeri-negeri lain yang disebut negeri-negeri yang maju.

 

 

Let's go back to our story at the bottom of page 217.

Daniells read Ellen White's two letters about the errors in Living Temple.  Many “amens” were heard,  tears flowed freely from the eyes, most of those present gave glory to  God for His miraculous deliverance. All were forced to admit that  God had intervened at the precise moment that He was needed. Many confused minds were led back to the light, confessions were freely uttered.

Sadly not all accepted the counsel of Ellen White. Many great teachers, physicians, administrators, and ministers, were lost to the cause. Kellogg himself left the church never to return, and he took with him many of our medical institutions. But it was a blessing, it was a blessing that there was this shaking, and these individuals left the church, the teachers, the administrators, the physicians, the nurses, many of them left. It was a traumatic experience for the Seventh-Day Adventist Church, but it was a blessing because the church was cleansed from this defiling influence.

 

Mari kita kembali ke cerita kita di bagian bawah hal. 217.

Daniells membacakan kedua surat Ellen White mengenai kesalahan-kesalahan di Living Temple. Banyak “amin” terdengar, dan air mata mengalir, kebanyakan yang hadir memuliakan Allah karena mujizat penyelamatanNya ini. Semua harus mengakui bahwa Allah telah campur tangan pada momen yang tepat saat Dia dibutuhkan. Banyak pikiran yang bingung dituntun kembali kepada terang, pengakuan-pengakuan kesalahan pun meluncur dengan bebas.

Sayangnya tidak semua menerima nasihat Ellen White. Banyak pengajar-pengajar hebat, dokter-dokter, para administrator, dan para pendeta, hilang dari tujuan Allah. Kellogg sendiri meninggalkan gereja tidak pernah lagi kembali, dan dia membawa serta banyak orang dari institusi-institusi medis kita. Tetapi itu suatu berkat, ini suatu berkat karena adanya pengayakan ini, dan orang-orang itu meninggalkan gereja, para pengajar, para administrator, para dokter, para perawat, banyak dari mereka yang keluar. Suatu pengalaman yang traumatis bagi gereja MAHK, namun itu adalah suatu berkat karena gereja dibersihkan dari pengaruh yang mencemarkan ini.

 

 

Now the question is, why did Ellen White send these two letters to Elder Daniells? Well, on November 1, 1903, Ellen White sent a letter explaining why she had sent these two letters when she did, and now I read a rather lengthy passage from Ellen White on the reason why she sent these letters right at the right time. She says this, “Shortly before I sent out the testimonies regarding the efforts of the enemy to undermine the foundation of our faith through the dissemination of seductive theories,  I had read an incident about a ship in a fog meeting an iceberg. For several nights I slept but little….” it was an impressive dream.  “…I seemed to be bowed down as a cart beneath sheaves.  One night a scene was clearly presented before me. A vessel was upon the waters, in a heavy fog. Suddenly the lookout cried,Iceberg just ahead!’ There, towering high above the ship, was a gigantic iceberg…”   reminds you of the Titanic, doesn't it? “…An authoritative voice cried out, Meet it!’ There was not a moment's hesitation. It was a time for instant  action.  The  engineer  put  on  full  steam,  and  the  man  at  the  wheel steered the ship straight into the iceberg…” that might have been a good idea for the Titanic too.  “… With a crash she struck the ice. There was a fearful shock, and the iceberg broke into many pieces, falling with a noise like thunder to the deck. The  passengers were violently shaken by the force of the collisions, but no lives were lost. The  vessel was injured, but not beyond repair. She rebounded from the contact, trembling from stem to stern, like a living creature. Then she  moved forward on her way…” that ship represented the Seventh-Day Adventist Church, folks. “…Well I knew the meaning of this representation. I had my orders. I had heard the words, like a voice from our Captain, Meet it!’  I knew what my duty was, and that there was not a moment to lose. The time for decided action had come. I must  without delay obey the command,Meet it!’

That night I was up at one o'clock, writing as fast as my hand could pass over the paper. For the next few days I worked early and late, preparing for our people  the  instruction  given  me  regarding  the  errors  that  were  coming  in among us.

I have been hoping that there would be a thorough reformation, and that the principles for which we fought in the early days, and which were brought out in the power of the Holy Spirit, would be maintained.” (ISM 205-206)

 

Nah, pertanyaannya ialah, mengapa Ellen White mengirimkan dua surat kepada Ketua Daniells? Nah, pada 1 November 1903, Ellen White mengirimkan sepucuk surat menjelaskan mengapa dia telah mengirimkan kedua surat yang telah dikirimnya, dan sekarang saya bacakan teks yang agak panjang dari Ellen White tentang alasannya mengapa dia mengirimkan surat-surat tersebut tepat pada waktunya. Dia berkata demikian, “…Sedikit waktu sebelum aku mengirimkan kesaksian mengenai upaya si musuh untuk mendongkel fondasi iman kita melalui penaburan teori-teori yang menggoda, aku telah membaca tentang insiden sebuah kapal yang sewaktu kabut bertemu dengan gunung es. Selama beberapa malam aku hanya tidur sedikit sekali…” mimpi yang berkesan. “…Sepertinya aku terbungkuk bagaikan sebuah gerobak di bawah beban berkas-berkas gandum. Suatu malam suatu adegan dinyatakan dengan jelas di hadapanku. Sebuah kapal berlayar di laut, dalam kabut tebal. Tiba-tiba si pengawas di atas berteriak, ‘Gunung es di depan!’ Di sana, menjulang di atas kapal itu, sebuah gunung es raksasa…”  mengingatkan kita tentang Titanic, bukan?    “…Suatu suara yang berwibawa berseru, ‘Hadapi!’ Tidak ada waktu sedikit pun untuk ragu, inilah saatnya untuk segera bertindak. Jurumesin menambah uap maksimal, dan orang yang memegang kendali mengarahkan kapal itu lurus ke gunung es tersebut…”  mungkin ini ide yang bagus juga buat Titanic. “…Dengan suara hantaman keras kapal itu menabrak gunung es itu. Ada guncangan yang mengerikan dan gunung es itu pecah berkeping-keping, yang berjatuhan seperti guntur di atas geladak kapal. Para penumpang  amat terguncang karena benturan yang hebat itu, tetapi tidak ada nyawa yang hilang. Kapal tersebut rusak, tetapi bukan tidak bisa diperbaiki. Kapal itu pulih dari benturan tersebut, bergetar dari depan hingga belakang, seperti makhluk hidup. Lalu dia maju melanjutkan perjalanannya…”  Kapal ini melambangkan gereja MAHK, Saudara-saudara. “…Nah, aku tahu makna penyampaian ini. Aku telah menerima perintahku. Aku telah mendengar kata-katanya, seperti suara dari Kapten kita, ‘Hadapi!’ Aku tahu apa kewajibanku, dan bahwa tidak ada waktu lagi untuk berlambat. Saat untuk mengambil tindakan yang pasti telah tiba. Aku harus segera mematuhi perintah ‘Hadapi!’ itu. Malam itu aku bangun pukul satu, menulis secepat tanganku bisa bergerak di atas kertas. Selama beberapa hari berikutnya aku bekerja pagi dan malam, mempersiapkan instruksi yang telah diberikan padaku bagi umat kita tentang kesalahan-kesalahan yang akan datang kepada kita.

Aku berharap akan ada reformasi yang menyeluruh, dan prinsip-prinsip yang kita perjuangkan di awal-awal, yang dikemukakan melalui kuasa Roh Kudus, akan dipertahankan.” (Selected Messages Vol. 1 hal. 205-206)

 

 

Interesting that  God would have shown her these things before she sent these two letters right on time.  God certainly worked through the Spirit of Prophecy to preserve the church from a major disaster. But why an iceberg? Where is the dangerous part of an iceberg? It is not what can be seen. The largest part of the iceberg is what cannot be seen. So the doctrines of Kellogg superficially appeared to draw people closer to  God, but beneath the surface they were extremely dangerous, and cold, and hard.

Ellen White explained what would have happened if the ideas of Kellogg had been embraced, if  God had not led her to intervene to meet this crisis. And incidentally as I read this passage, it's scary that this is what's happening in the Adventist Church today. Let me just read the statement. “The enemy of souls has sought to bring in the supposition that a great reformation was to take place among Seventh-day Adventists, and that this reformation would consist in…” what?  “… giving up the doctrines which stand as the pillars of   our   faith,   and   engaging   in   a   process   of   reorganization. ..”  it’s not talking here about reorganization in terms of the organization of the church, but reorganizing our teachings is what she's saying.  Notice, “…Were   this reformation to take place, what would result? The  principles of truth that God in  His  wisdom  has  given  to  the  remnant  church  would  be  discarded…” our present truth message would be discarded, folks. No more emphasis on the Sabbath, no more emphasis on the state of the dead, no more emphasis on any of the doctrines of the church, on the sanctuary, that would be all cast aside, is what she's saying.  “…The  principles of truth that God in  His  wisdom  has  given  to  the  remnant  church  would  be  discarded. Our religion would be…” what?  “… changed…”  are we seeing that in the Adventist Church today? Absolutely!  “…The fundamental principles that have sustained the  work  for  the  last  fifty  years  would  be  accounted  as  error.  A   new organization would be established.  Books of a new order would be written…” we're seeing those books in our publishing houses. “…A system of intellectual  philosophy would be introduced…” that's Spiritual Formation, that's philosophy  “…The founders of this system would go into the cities, and do a wonderful work. The Sabbath of course, would be  lightly regarded, as also the God who created it.  Nothing…”  listen, “…nothing would be allowed to stand in the way of the new movement…”  they would cram it down people's throats “…The leaders would teach that virtue is better than vice, but  God being removed, they would place their dependence on human power, which, without God, is worthless. Their foundation would be built  on  the  sand,  and  storm and  tempest  would  sweep  away  the structure….” (1 SM 204-205)

Wise words.

We’re seeing them fulfilled before our very eyes.

 

Menarik Allah menunjukkan kepada Ellen White hal-hal ini sebelum dia mengirimkan kedua pucuk surat itu tepat pada waktunya. Allah benar-benar bekerja melalui Roh Nubuat untuk memelihara gereja dari bencana yang besar. Tetapi mengapa sebuah gunung es? Di mana bagian yang berbahaya dari sebuah gunung es? Bukan pada bagian yang tampak. Bagian terbesar dari gunung es itu justru yang tidak tampak. Maka doktrin-doktrin Kellogg di permukaan tampaknya seolah-olah membawa manusia lebih dekat kepada Allah, namun di bawah permukaan mereka sangatlah berbahaya, dingin, dan keras.

Ellen White menjelaskan apa yang akan terjadi andaikan konsep-konsep Kellogg diterima, andaikan Allah tidak menuntunnya untuk mengintervensi menghadapi krisis tersebut. Dan kebetulan saat saya membacanya, ini mengerikan karena inilah yang sedang terjadi di dalam gereja Advent hari ini. Saya akan membacakan pernyataannya.

“…Musuh jiwa-jiwa telah berusaha mengetengahan perkiraan bahwa suatu reformasi besar akan terjadi di MAHK, dan bahwa reformasi ini akan termasuk…” apa?  “…meninggalkan doktrin-doktrin yang adalah pilar-pilar (tiang-tiang) iman kita, dan melakukan suatu proses reorganisasi…”  Lihat, ini tidak bicara tentang reorganisasi dalam arti reorganisasi gereja, tetapi reorganisasi ajaran-ajaran kita, itulah yang dikatakan Ellen White. Simak,  “…Andaikan reformasi ini terjadi, apa akibatnya? Prinsip-prinsip kebenaran yang telah diberikan Allah dalam hikmatNya kepada gereja umat sisa, akan dibuang…”  pekabaran masa kini kita akan dibuang, Saudara-saudara. Tidak lagi ada penekanan pada Sabat, tidak lagi ada penekanan pada status orang mati, tidak ada lagi penekanan pada doktrin mana pun dari gereja, tentang bait suci, itu semuanya akan dibuang, itulah yang dikatakan Ellen White. “…Prinsip-prinsip kebenaran yang telah diberikan Allah dalam hikmatNya kepada gereja umat sisa, akan dibuang. Agama kita akan…”  bagaimana?  “…akan diubah…”  apakah kita melihat ini di gereja Advent sekarang? Tentu!  “…Prinsip-prinsip fundamental yang telah mendukung pekerjaan Allah selama 50 tahun yang lampau, akan dianggap sebagai kesalahan. Suatu organisasi yang baru akan didirikan. Buku-buku tatanan yang baru akan ditulis…”  kita melihat buku-buku itu sekarang di penerbitan-penerbitan kita. “…Suatu sistem filosofi intelektual akan diperkenalkan…”  itulah Spiritual Formation, itu filosofi. “…Para pendiri sistem ini akan pergi ke kota-kota, dan melakukan pekerjaan yang mengagumkan. Sabat, tentu saja akan dianggap sepele, sebagaimana Allah yang telah menciptakannya. Tidak ada apa pun…”  dengarkan, “…tidak ada apa pun yang diizinkan berdiri menghalangi gerakan baru tersebut…”  mereka akan memaksakannya kepada orang-orang dengan segala cara. “…Para pemimpin akan mengajarkan bahwa  perbuatan baik itu lebih baik daripada perbuatan jahat, namun dengan menyingkirkan Allah, mereka akan menempatkan ketergantungan mereka pada kekuasaan manusia, yang sia-sia tanpa Allah. Fondasi mereka akan dibangun di atas pasir, dan badai dan topan akan menyapu habis bangunan itu…”  (Selected Messages Vol. 1 hal. 204-205)

Kata-kata yang bijak.

Kita sedang menyaksikan penggenapannya dengan mata kita sendiri.

 

 

In fact, Ellen White did predict that what happened in the Alpha will happen in the Omega. I believe that now we are entering the Omega, and we are well into the Omega of apostasy. Will the Omega of apostasy have many similarities with the Alpha, but perhaps refined somewhat? Yeah, the Devil knows that he's not going to be able to introduce the crude Pantheism of Dr. Kellogg, so he has to refine it. He has to tweak it. He has to fine-tune it.

 

Bahkan Ellen White telah memprediksi bahwa apa yang terjadi di Alfa, akan terjadi di Omega. Saya meyakini bahwa sekarang kita telah memasuki Omega, dan kita sudah jauh berada dalam kemurtadan Omega. Apakah kemurtadan Omega akan memiliki banyak persamaan dengan yang Alfa, namun agak diperhalus? Iya, Iblis sudah tahu bahwa dia tidak akan bisa memperkenalkan bentuk Pantheisme mentah Dr. Kellogg, karena itu dia harus memperhalusnya. Dia harus mengubahnya sedikit, dia harus memperhalus suaranya.

 

 

Ellen White stated in Selected Messages Vol. 1 page 200, “In the book Living Temple there is presented the  alpha of deadly heresies. The omega will follow, and will be received by those who are not willing to heed the warning God has given.’  (Selected Messages, Vol. 1, p. 200).

 

Ellen White menyatakan  di Selected Messages Vol. 1 hal. 200, “…Di buku Living Temple di sana disajikan bagian alfa dari kebidatan yang mematikan. Bagian omeganya akan mengikuti, dan akan diterima oleh mereka yang tidak mau mendengarkan peringatan yang telah diberikan Allah.

 

 

I mentioned before that Ellen White did not want to read Kellogg's book. Notice the statement that she makes. Listen, if Ellen White did not want to read, if Ellen White  God's prophet did not want to read the book because of the dangerous nature of its contents, what hope is there for a seminary student who is just starting his seminary career? Have mercy! Listen to this statement, “Finally my son said to me,…” this is Willie White,  “…Mother, you ought to read at least some parts of the book that you may see whether they are in harmony with the light that God has given you.’ He sat down beside me, and together we read the preface, and most of the first chapter, and also paragraphs in other chapters. As we read, I recognized the very sentiments against which I had been bidden to speak in warning during the early days of my public labors…” she dealt with holy flesh back then, which is a cousin to Pantheism. She continues saying,  “…When I first left the State of Maine, it was to go through Vermont and Massachusetts, to bear a testimony against these sentiments. Living Temple contains the  alpha of these theories. I knew that the omega would follow in a little while; and I trembled for our people.” (Selected Messages, volume 1, p. 203)

 

Sebelumnya sudah saya singgung bahwa Ellen White tidak mau membaca buku Kellogg. Simak pernyataan yang dibuatnya. Dengarkan, jika Ellen White tidak mau membacanya, jika nabi Allah Ellen White tidak mau membaca buku itu karena isinya yang begitu berbahaya, harapan apa yang dimiliki seorang mahasiswa seminari yang baru memulai karier seminarinya? Amit-amit! Dengarkan pernyataan ini, “…Akhirnya anakku berkata kepadaku…”  ini Willie White,    “…’Ibu, engkau harus membaca sedikitnya beberapa bagian dari buku ini supaya Ibu bisa melihat apakah itu selaras dengan terang yang telah diberikan Allah kepada Ibu.’ Dia duduk di sampingku dan bersama-sama kami membaca kata pengantarnya, dan sebagian besar bab pertama, dan juga paragraf-paragraf di bab-bab lain. Selagi kami membacanya, aku mengenali sentimen-sentimen yang sama yang aku diperintahkan untuk memberikan peringatan terhadap mereka di awal-awal pekerjaan publikku…”  pada waktu itu Ellen White sedang menangani daging kudus, yang adalah sepupu Pantheisme. Ellen White melanjutkan berkata, “…Ketika aku pertama meninggalkan negara bagian Maine, tujuannya adalah ke Vermont dan terus ke  Massachusetts, untuk memberikan kesaksian terhadap sentimen-sentimen ini. Living Temple berisikan alfanya teori-teori itu. Aku tahu bahwa omeganya akan mengikuti tak lama lagi, dan aku gemetar demi umat kita.” (Selected Messages, volume 1, hal. 203)

 

 

And then she uses some strange terminology to describe these pantheistic ideas, and this is what we're going to deal with in our next study, as soon as I read this last statement from Ellen White. Testimonies Vol. 8 pages 291 and 292, she speaks about the results of Pantheism, “I have seen the results of these fanciful views of God, in apostasy…”  what else? “…spiritualism, and free-lovism. …” what? Pantheism is free-loveism? Spiritualism? What are you talking about? She continued saying,  “… The  free-love tendency of these teachings was so concealed that at first it was difficult to make plain its real character. Until the Lord presented it to me, I knew not what to call it, but I was instructed to call it ‘unholy spiritual love.’…” (Testimonies, vol. 8, pp. 291, 292 - 1904)

Why would Ellen White call these pantheistic ideas: free-love tendency, free-loveism, and unholy spiritual love? It must be a counterfeit of love, somehow it's a counterfeit of love. A very dangerous counterfeit of love. So the question is, how are we to understand this terminology?

 

Kemudian dia menggunakan terminologi yang asing untuk menggambarkan konsep-konsep Pantheis ini, dan kita akan membahasnya dalam pelajaran kita berikutnya, begitu saya membacakan pernyataan terakhir ini dari Ellen White.

Testimonies Vol.8 hal. 291-292, Ellen White bicara tentang akibat Pantheisme.    “…Aku telah melihat akibat pandangan-pandangan ajaib tentang Allah ini, dalam kemurtadan,…”  apa lagi? “…spiritualisme, dan faham cinta-bebas…” apa? Pantheisme itu faham cinta-bebas? Spiritualisme? Bicara tentang apa ini? Ellen White melanjutkan berkata,    “…Kecenderungan cinta-bebas dalam ajaran-ajaran ini begitu terselubung sehingga pada awalnya sulit melihat karakternya yang sebenarnya dengan jelas. Sampai Tuhan menunjukkannya kepadaku, aku tidak tahu harus menyebutnya apa, tetapi aku diinstruksikan untuk menyebutnya ‘cinta spiritual yang najis’…”  (Testimonies, vol. 8, hal. 291, 292 - 1904)

Mengapa Ellen White menyebut konsep-konsep pantheistis ini: kecenderungan cinta-bebas, faham cinta-bebas, dan cinta spiritual yang najis? Tentunya ini cinta yang palsu, entah bagaimana ini adalah cinta palsu, pemalsuan cinta yang sangat berbahaya. Jadi pertanyaannya ialah, bagaimana kita harus memahami terminologi itu?

 

 

Now we go to our next exciting chapter page 221 in your syllabus, the hidden dangers of Pantheism. We believe in a personal God, whose habitation is in heaven. Now notice an additional point.  God is the absolute arbiter of good and evil, in other words  God defines what is good and what is evil, that is, the definition of good and evil is not inside man but rather outside of man in God.

Now let me give you a little inkling of where we're going with this. If you are  God, your source of ethics is inside you, and you can do your own thing. That's the counterfeit of love. We'll come to that. I just want to give you a little inkling.

 

Sekarang kita ke bab yang menarik kita berikutnya, hal. 221 di diktat kalian, yaitu bahaya-bahaya laten (tersembunyi) Pantheisme. Kita meyakini Allah yang pribadi, yang tempat tinggalnya di Surga. Sekarang simak poin tambahan. Allah adalah penentu yang mutlak antara yang baik dan yang jahat, dengan kata lain, Allah yang menentukan apa yang baik dan apa yang jahat, artinya definisi baik dan jahat tidak terdapat di dalam manusia, melainkan di luar manusia, di dalam Allah.

Sekarang mari saya berikan sedikit petunjuk ke mana tujuan kita dengan ini. Jika kita ini Allah, maka sumber etika kita ada dalam kita, dan kita bisa berbuat sesuka hati. Itulah kepalsuan cinta. Kita akan ke sana. Saya hanya memberikan sedikit petunjuk di sini.

 

 

God is the Creator of the universe, we are creatures made by  God,  and therefore we are separate and distinct from Him as Isaiah 64:8 says, He is the Potter and we are the clay.  God is above us, and independent of us. To put it clearly, there is a clear distinction between God and us. We are not  God nor part of  God and  God is not in everything nor is He everything. If  God dwelt in everything, He would dwell in the heart of both saints and sinners, and  God would be responsible for sin. Are you starting to catch the picture of how serious this is?

Now let's go back to the very beginning.

 

Allah itu Pencipta alam semesta, kita adalah ciptaan yang dibuat Allah, karena itu kita terpisah dan berbeda dari Dia seperti yang dikatakan Yesaya 64:8, Dialah Sang Penjunan, dan kita tanah liatnya. Allah ada di atas kita, dan terlepas dari kita. Supaya jelas, ada perbedaan yang jelas antara Allah dengan kita. Kita bukan Allah maupun bagian dari Allah, dan Allah tidak ada dalam segala sesuatu maupun adalah segala sesuatu. Andai Allah ada dalam segala sesuatu, Dia akan ada dalam hati baik orang-orang yang saleh, maupun orang-orang pendosa, maka Allah menjadi bertanggungjawab atas dosa. Apakah kalian mulai menangkap gambaran betapa seriusnya ini?

Sekarang, mari kita kembali ke asal mula.

 

 

The first postmodern, was in the Garden of Eden, you see. But postmodern, “modern” means “now”? No! Postmodern philosophy began in the Garden of Eden. Let's take a look at it. 

God gave a command to Adam and Eve and He expected them to obey this Command. The tree is called the knowledge of good and evil because  God is the absolute arbiter and definer of what is good and what is evil. To obey  God's Command is good, and to disobey  God's Command is evil. Who defines good and evil?  God. Outside of me. Objectively, not subjectively. The truth, good and evil, is defined outside. It is not inside. Of course if I am  God, it is defined where? Inside.

Now the Command that God gave to Adam and Eve was simple, not complicated. The Command was clear, that it was easy to understand, and it was understood. The Command was easy to obey. It was a small test. And by the way, in this one Command were contained all of the Ten Commandments, the principles of the Ten Commandments.

·       Did Eve want to make herself  God?

“Thou shall have no other  Gods before Me”.

·       Did the Devil convince Eve that she could idolize herself? Yes.

·       Did Eve misquote  God? She's giving  God a bad name.  

·       Did Eve dishonor her Creator?

·       Did she dishonor her Father?

Ellen White says the Commandment honoring father and mother applies to honoring  God as well. 

·       Did Eve kill? You say, “No, she didn't kill.” 

She tempted Adam and death came into the world.

·       Did she commit spiritual adultery by choosing a different lover, spiritually speaking?

·       Did she steal what did not belong to her? Yes.

·       Did she bear false witness? Yeah. 

“God says that we're not even supposed to touch it.” God had not said that. She's misquoting  God, she's bearing false witness, she's attributing words that  God didn't speak.

·       Did she covet? Yes.

So in this one Command were contained all of the principles of the Ten Commandments. So to disobey this Command was to disobey  God's Commandments.

 

Post-modernisme yang pertama, terjadi di taman Eden.

Tetapi post-modernisme, “modern” itu kan berarti “sekarang”? Tidak.  Filosofi post-modernisme sudah dimulai di Taman Eden. Mari kita simak.

Allah memberikan perintah kepada Adam dan Hawa, dan Dia mengharapkan mereka mematuhi Perintah ini. Pohon larangan itu disebut pengetahuan tentang baik dan jahat, karena Allah adalah penentu mutlak dan yang menetapkan apa yang baik dan apa yang jahat. Mematuhi Perintah Allah itu baik, dan melanggar Perintah Allah itu jahat. Siapa yang menentukan baik dan jahat? Allah. Di luar saya. Secara objektif, bukan subjektif. Kebenarannya, baik dan jahat, itu ditentukan dari luar. Itu tidak datang dari dalam manusia. Tentu saja jika saya itu Allah, itu ditentukan di mana? Di dalam (saya).

Nah Perintah yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa itu sederhana, tidak rumit. Perintah itu jelas, mudah dipahami, dan itu dipahami. Perintah tersebut mudah dipatuhi. Itu hanya ujian kecil. Nah, dalam satu Perintah ini terangkum keseluruhan Sepuluh Perintah Allah, prinsip-prinsip dari Ke-10 Perintah Allah.

·       Apakah Hawa mau menjadikan dirinya Allah?

Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.” (Kel. 20:3).

·       Apakah Iblis berhasil meyakinkan Hawa dia bisa menjadikan dirinya berhala? Ya.

·       Apakah Hawa salah mengutip perkataan Allah?

Dia memberi Allah nama yang buruk. 

·       Apakah Hawa tidak menghormati Penciptanya?

·       Apakah dia tidak menghormati Bapanya?

Ellen White berkata, Perintah untuk menghormati bapak dan ibu berlaku juga untuk menghormati Allah.

·       Apakah Hawa membunuh? Kalian berkata, “Tidak, dia tidak membunuh.”

Dia mencobai Adam dan akibatnya kematian masuk ke dalam dunia.

·       Apakah Hawa melakukan perzinahan spiritual dengan memilih kekasih yang lain, bicara secara rohani?

·       Apakah Hawa mencuri apa yang bukan miliknya? Ya.

·       Apakah dia memberikan saksi dusta? Ya.

“Allah berkata kami bahkan tidak boleh menyentuhnya.” Allah tidak berkata begitu. Dia salah mengutip Allah, dia memberikan saksi dusta. Dia mengatributkan kata-kata yang tidak dikatakan Allah.

·       Apakah dia mengingini? Ya.

Jadi dalam satu Perintah ini terkandung semua prinsip Ke-10 Perintah Allah.

Jadi melanggar Perintah ini adalah melanggar Perintah-perintah Allah.

 

 

The big test was, would man obey the Command of  God without question or reservation? The central issue was would men obey  God's Word or not. The love of Adam and Eve ~ notice this ~ genuine love ~ the love of Adam and Eve would be revealed by their what? Express obedience to the Word of  God and by extension to the Law of  God. Love is keeping  God's Commandments. They would reveal their love by obedience. But Satan attacked  God's Word. The entire debate between Eve and the serpent revolves around the trustworthiness of what? Of  God's Word and by extension His Commandments.

 

Ujian besarnya ialah, apakah manusia akan mematuhi Perintah Allah tanpa reserve atau protes? Isu pusatnya ialah, akankah manusia mematuhi Firman Allah atau tidak. Cinta Adam dan Hawa ~ simak ini, cinta yang sejati ~ cinta Adam dan Hawa akan dinyatakan oleh apa mereka? Kepatuhan ketat kepada Firman Allah dan perpanjangannya, yaitu Hukum Allah. Cinta ialah memelihara Perintah-perintah Allah. Mereka menyatakan cinta mereka lewat kepatuhan. Tetapi Setan menyerang Firman Allah. Keseluruhan perdebatan antara Hawa dengan ular berpusat pada bisa tidaknya dipercaya apa? Firman Allah dan perpanjangannya, yaitu Perintah-perintahNya.

 

 

Satan used five methods to lead Eve to disobey  God's clear simple Word.

1.    first of all he performed a counterfeit miracle.

Because serpents don't speak and Ellen White says that Eve knew that serpents did not speak. So for a serpent to speak is a miracle. The Devil performed a counterfeit miracle.

2.    secondly he distorted  God's Word.

So God has said that “You can't eat of any tree of the garden” so he misquoted  God's Word. He plays games with  God's Word and he gets Eve to add to  God's Word.

3.    In the third place the Devil leads Eve to follow the logic of her mind.

We'll come back to that in a few moments.

4.    In the fourth place he leads Eve to follow the testimony of her senses:

that tree, the fruit looked good, tasty, the Devil was appealing to her ears, she took the fruit, her touch is involved. The Devil is leading her to follow the testimony of her senses, her logic. He's playing games with God's Word, he's performing counterfeit miracles

5.    and finally he uses Eve to tempt Adam,

like the Devil uses people to tempt people.

All of those methods are contained there in Genesis chapter 3.

 

Setan menggunakan lima metode menuntun Hawa untuk melanggar Firman Allah yang sederhana dan jelas.

1.    Pertama, dia membuat mujizat palsu.

Karena ular tidak bisa bicara dan Ellen White mengatakan Hawa tahu bahwa ular tidak bisa bicara. Maka seekor ular yang bisa bicara itu keajaiban. Iblis membuat sebuah mujizat palsu.

2.    Dia mendistorsi Firman Allah

sehingga dia bilang Allah mengatakan bahwa “Kamu jangan makan buah apa pun di taman ini.” Jadi Setan sengaja mengutip Firman Allah dengan salah. Dia mempermainkan Firman Allah, dan dia membuat Hawa menambahi Firman Allah.

3.    Iblis menuntun Hawa untuk mengikuti logika pikirannya.

Nanti kita akan kembali kemari.

4.    Dia menuntun Hawa untuk mengikuti kesaksian inderanya,

bahwa buah pohon itu tampaknya bagus, enak, Iblis merayu melalui telinga Hawa. Hawa mengambil buah itu, indera perasanya terlibat. Iblis menuntunnya untuk mengikuti kesaksian inderanya, logikanya. Dia mempermainkan Firman Allah, dia membuat mujizat palsu.

5.    Dan akhirnya dia menggunakan Hawa untuk menggoda Adam,

sebagaimana Iblis menggunakan manusia untuk menggoda manusia.

Semua metode tersebut ada di kitab Kejadian pasal 3.

 

 

Now we need to dwell particularly on the third method, how the Devil led Eve to follow the logic of her mind.

Satan misstated  God's Word. Satan said to Eve, “So  God has said that you cannot eat of any tree of the garden.” Did he misquote  God's Word? Do you know why he’s misquoting  God's Word? The Devil is a master psychologist. That's why it's dangerous to study psychology in world universities today, extremely dangerous discipline, psychology. It's pretty much messed up. What it does is, it messes people up rather than solving their psychological problems. So if you want a solution to your psychological problems, go to Jesus, or find yourself a good consecrated pastor that can offer good counsel. Or find yourself a good Christian psychologist. I’m not saying that all psychologists are bad, there are some good Christian psychologists out there, but make sure that they're not using all of this methodology that the world uses, make sure that they're using the methodology that is found in the books Mind, Character, and Personality Vol. 1 & 2 where Ellen White expresses true psychology.

 

Sekarang kita perlu menyimak khususnya tentang metode ketiga, bagaimana Iblis menuntun Hawa untuk mengikuti logika pikirannya.

Setan sengaja salah mengutip Firman Allah. Setan berkata kepada Hawa, “Jadi Allah berkata bahwa kamu tidak boleh makan dari pohon mana pun di taman.” Apakah Setan sengaja salah mengutip Firman Allah? Iblis itu ahli psikologi. Itulah mengapa berbahaya mempelajari psikologi di universitas duniawi sekarang ini, psikologi adalah mata pelajaran yang sangat berbahaya. Itu sangat kacau. Apa yang dilakukan ialah, dia malah membuat kacau manusia dan bukan menyelesaikan masalah psikologi mereka. Jadi jika kita mencari solusi untuk masalah psikologi kita, pergilah ke Yesus, atau carilah seorang pendeta yang baik dan saleh yang bisa memberikan nasihat yang baik. Atau carilah seorang psikolog Kristen yang baik. Saya tidak mengatakan bahwa semua psikolog itu buruk, ada beberapa psikolog Kriten yang baik di luar sana, tetapi pastikan mereka tidak menggunakan semua metode yang dipakai oleh dunia, pastikan mereka menggunakan metode yang terdapat di buku Mind, Character, and Personality Vol. 1 & 2, di mana Ellen White menyampaikan psikologi yang benar.

 

 

Now why would the Devil misquote  God's Word? Listen carefully, there's no better way to engage somebody else in conversation than to make a wrong statement. For example if I said to you right now, “Do you see this coat that I have on? It's red.” Now if you're colorblind this illustration will not work for you, but if I said, “This coat is red”, immediately you would have somebody said, “No it isn't.” Because I made a false statement. So what does the Devil want to do? He wants to engage Eve in conversation, he wants her to respond and so he makes the wrong statement, knowing that she's going to correct him. Is that what happens? Yes. She says, “No, no, no, you got it wrong.  God has told us that we can eat of all of the trees, but of this particular tree we cannot eat, because the day that we eat of it we will surely die.” And now the Devil creates what psychologists call cognitive dissonance,  he's going to create confusion in the mind of Eve, he's going to say because she said,  “God has said that the day that we eat of it we will surely die” now he says, “You will not surely die.” Now when he says those words, what is Eve thinking? Let's think psychologically a little bit. What is Eve thinking when he says, “You will not surely die”?  She's thinking, “Wait a minute,  God said that if we ate from the tree we would surely die. Now the serpent is telling me that we eat of the tree and we're not going to die. So my big question is why did  God tell us in the first place that we were going to die? What is  God's hidden agenda?” Are you with me or not?  God has to have some reason why He told us that if we ate we would die. I’d like to know what reason  God had. So the Devil has planted in the mind of Eve the next step which is, “Okay, you said I’m not going to die, so tell me why did  God say that?” Is that the next thing that the Devil is going to say?

 

Nah mengapa Iblis sengaja salah mengutip Firman Allah? Dengarkan baik-baik, tidak ada jalan yang lebih baik untuk mengajak orang lain berbicara daripada mengucapkan pernyataan yang salah. Misalnya jika sekarang saya berkata kepada kalian, “Apakah kalian melihat jas yang saya pakai? Ini merah.” Nah, jika kalian buta warna maka ilustrasi ini tidak ada efeknya buat kalian. Tetapi saya berkata, “Jas ini merah.” Langsung akan ada yang berkata, “Tidak, bukan merah.” Karena saya telah membuat pernyataan yang salah. Jadi Iblis mau berbuat apa? Dia mau ngajak Hawa mengobrol, dia mau Hawa menjawab, maka dia membuat pernyataan yang salah, mengetahui bahwa Hawa akan mengoreksi dia. Itukah yang terjadi? Ya. Hawa berkata, “Bukan, bukan, bukan, kamu salah paham. Allah memberitahu kami bahwa kami boleh makan dari semua pohon, cuma dari pohon yang ini kami tidak boleh makan, karena pada hari kami memakannya, kami pasti akan mati.” Dan sekarang Iblis telah menciptakan apa yang disebut para psikolog sebagai disonansi kognitif, kebingungan dalam pikiran Hawa. Karena Hawa berkata, “Allah mengatakan pada hari kami makan buah ini, kami pasti akan mati”, Iblis sekarang berkata, “Kamu pasti tidak akan mati.” Nah, ketika Iblis mengucapkan kata-kata itu, apa yang dipikir Hawa? Mari kita berpikir sedikit secara psikologi. Apa yang dipikir Hawa ketika Iblis berkata, “Kamu pasti tidak akan mati”? Hawa berpikir, “Tunggu sebentar, Allah berkata jika kami makan dari pohon ini kami pasti akan mati. Sekarang ular ini memberitahu aku bahwa jika kami makan dari pohon ini, kami tidak akan mati. Jadi pertanyaan besarku ialah, mengapa dari awal Allah memberitahu kami bahwa kami akan mati? Apa agenda tersembunyi Allah?” Apakah kalian paham atau tidak? Tentunya Allah harus punya alasan mengapa Dia memberitahu kami bahwa jika kami makan, kami akan mati. Aku ingin tahu apa alasan Allah. Jadi Iblis telah menanamkan di pikiran Hawa langkah berikutnya yang adalah, “Oke, kamu mengatakan aku tidak akan mati, jadi katakan kepadaku mengapa Allah berkata begitu?” Apakah itu yang akan dikatakan Iblis berikutnya?

 

 

In fact Ellen White has a statement in  Patriarchs and Prophets where she says, “As if he were able to discern (read) the workings of her mind …” those are Ellen White's words.  “…As if he were able to discern…”  determine or understand “…the workings of her mind…” “That's psychology,”  the Devil says. Does the Devil have an explanation for her? Oh, yeah.

Eve was saying, “You know, I always wondered why  God said we couldn't eat from this tree.” Because  God didn't explain why they couldn't eat from that one. In fact Ellen White says that that tree was no different than any other tree, it wasn't taller, it didn't have bigger fruit, it didn't have a halo of glory around it, it was just like any other tree, Ellen White says, but  God had said, “That tree, you don't eat from that tree!”

So Eve wondered, “Why in the world did  God tell us not to eat from this tree, I’d like to know, tell me. You tell me!”

Aaah, he's got her worried, where he wants her. He says,  “God knows something that He doesn't want you to know.”

And at this point what is Eve's mind saying? “Come on, tell me, tell me, tell me, I want to know, what does  God know that He doesn't want me to know.”

“For  God knows that the day that you eat of it your eyes will be opened. God wants you to be blind. He has something that He’s hiding from you, that He doesn't want you to know.”

At this point what is Eve thinking? Her mind is screaming “Tell me! Tell me!”

“For  God does know that the day that you eat of it, your eyes will be opened, and you will be like  God.”

Now listen carefully, you know what the Devil is really telling Eve?

And Ellen White confirms this in Patriarchs and Prophets. What he’s telling  Eve is, at some point in the past  God ate from this tree, and when He ate from this tree, it gave Him the powers of  God. And when He ate from the tree and He saw all of the powers that the tree gave Him to be  God, He didn't want anyone else to have those powers. And so from that point on He intimidated anyone who came around telling them that they were going to die, but His real agenda is that He did not want them to be like Him.” 

Are you with me? An almost overmastering delusion.

And Eve says, “Now I get it.  God is selfish.”

The Devil is giving  God a black eye, he's saying  God is a liar, He only wants to be  God, He doesn't want anybody to be on the same level as Him, but there's one final point in the Devil's argument. He says, “You will be like  God in a special sense” ~ not like  god but like  God, it's the word אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] the same word in Genesis 1:1 “In the beginning  God created the heavens and the earth”. So he's not saying you're going to be little tiny  god, he's saying you will be like  God in a certain sense,  knowing good and evil. What is he saying? He's saying, "Eve, you don't have to depend on  God to know what is good and evil, you can know that yourself once you are  God." Are you with me?

 

Bahkan Ellen White punya suatu pernyataan di Patriarchs and Prophets hal. 54 di mana dia berkata,   “…Seolah-olah dia bisa membaca bagaimana pikiran Hawa bekerja…”  itulah kata-kata Ellen White.    “…Seolah-olah dia bisa membaca…”  menentukan atau memahami   “…bagaimana pikiran Hawa bekerja…”  inilah psikologi, Iblis berkata. Apakah Iblis punya penjelasan untuk Hawa? O, iya. Hawa berkata, “Aku selalu bertanya-tanya mengapa Allah berkata kami tidak boleh makan dari buah ini,” karena Allah tidak menjelaskan mengapa mereka tidak boleh makan dari satu pohon ini. Malah Ellen White berkata bahwa pohon itu tidak ada bedanya dari pohon yang lain, pohon itu tidak lebih tinggi, dia tidak punya buah yang lebih besar, tidak ada pancaran sinar kemuliaan darinya, dia hanya seperti pohon biasa lainnya, kata Ellen White, namun Allah telah berkata, “Kamu tidak boleh makan dari pohon itu.” Jadi Hawa bertanya-tanya, “Memangnya mengapa Allah menyuruh kami tidak boleh makan dari pohon ini, aku ingin tahu, katakan kepadaku. Kamu katakan padaku!”

Aaah, Iblis telah membuat Hawa khawatir, tepat di mana dia mau Hawa berada. Dia berkata, “Allah tahu  sesuatu yang Dia tidak mau kamu tahu.”

Dan pada momen ini apa kata pikiran Hawa? “Ayo, katakan kepadaku! Katakan! Katakan! Aku mau tahu apa yang diketahui Allah yang Dia tidak mau aku tahu.”

“Karena Allah tahu bahwa pada hari kamu makan darinya matamu akan terbuka. Allah mau kamu tetap buta. Dia punya sesuatu yang Dia sembunyikan dari kamu, yang Dia tidak mau kamu tahu.”

Pada momen ini apa yang dipikirkan Hawa? Pikirannya menjerit, “Katakan padaku! Katakan padaku!”

“Karena Allah tahu bahwa pada hari kamu memakannya, matamu akan terbuka dan kamu akan seperti Allah.”

Nah, dengarkan baik-baik, tahukah kalian apa yang sebenarnya yang dikatakan Iblis kepada Hawa?

Dan Ellen White mengkonfirmasi ini di Patriarchs and Prophets. Apa yang dikatakan Iblis kepada Hawa ialah, pada suatu waktu di masa lampau, Allah makan dari pohon ini. Dan ketika Dia makan dari pohon ini, ini memberiNya kuasaNya. Dan ketika Allah makan dari pohon ini dan Dia melihat segala kekuatan yang diberikan pohon ini kepadaNya untuk menjadi Allah, Dia tidak mau orang lain memiliki kekuatan tersebut. Maka mulai saat itu Allah mengintimidasi siapa pun yang datang, mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan mati, tetapi agendaNya yang asli ialah Dia tidak mau mereka menjadi seperti Dia.”

Apakah kalian paham? Suatu penipuan yang nyaris tidak dapat diatasi.

Dan Hawa berkata, “Sekarang aku paham. Allah itu egois.”

Iblis menjatuhkan nama Allah. Dia mengatakan, Allah itu penipu. Dia hanya mau menjadi Allah. Dia tidak mau ada orang lain yang menyamai Dia. Tetapi ada satu poin terakhir dalam argumentasi Iblis. Dia berkata, “Kamu akan seperti Allah dalam pengertian khusus.” ~ bukan seperti allah, melainkan seperti Allah, katanya ialah אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym], kata yang sama di Kejadian 1:1, Di permulaan Allah menciptakan langit dan bumi.” Jadi Iblis tidak berkata kamu akan seperti allah kecil, dia berkata kamu akan seperti Allah dalam pengertian tertentu, tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Dia berkata apa? Dia berkata, “Hawa, kamu tidak usah bergantung pada Allah untuk tahu apa yang baik apa yang jahat, kamu tahu sendiri begitu kamu menjadi Allah.” Apakah kalian paham?

 

 

That's the same thing that the Devil told the angels in heaven. Because what the Devil did in heaven he repeated on earth. He said, “If it worked there, it's going to work here.” Did he say, “I will be like the Most High in heaven”? Did he deceive a third of the angels?

 

Itulah hal yang sama yang dikatakan Iblis kepada para malaikat di Surga. Karena apa yang telah dilakukan Iblis di Surga, itu diulanginya di bumi. Dia berkata, “Di sana berhasil, maka di sini juga akan berhasil.” Tidakkah dia berkata, “Aku akan seperti Yang Mahatinggi di Surga?” Tidakkah dia berhasil menyesatkan sepertiga malaikat?

 

 

Now listen to this statement from the writings of Ellen White, it's found in Great Controversy pg 499, profound, speaking about Lucifer in heaven, “He reiterated his claim that angels needed no control, but should be left to follow…” what?  “… their own will, which would  ever guide them right…” No need for a Law outside of the angels to tell them what to do. They can know what to do themselves, they can be their own source of ethics, their own source of decisions concerning good and evil. She continues writing,  “…He denounced the divine statutes as a restriction of their liberty and declared that it was his purpose to secure the abolition of Law; that, freed from this restraint, the hosts of heaven might enter upon a  more exalted, more glorious state of existence.(GC 499)

 

Sekarang dengarkan pernyataan ini dari tulisan Ellen White, ini ada di Great Controversy hal. 499, mendalam, berbicara tentang Lucifer di Surga. “…Dia mengulangi klaimnya bahwa para malaikat tidak membutuhkan kendali, melainkan harus dibiarkan mengikuti…”  apa?  “…kemauan mereka sendiri, yang selamanya akan menuntun mereka dengan benar…”  Tidak perlu ada Hukum di luar para malaikat yang mengatakan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan. Mereka bisa tahu sendiri apa yang harus mereka lakukan, mereka bisa menjadi sumber etika mereka sendiri, sumber mereka sendiri dalam memutuskan yang baik dari yang jahat. Ellen White melanjutkan menulis, “…Dia menolak peraturan-peraturan Ilahi sebagai pengekangan kebebasan mereka dan mendeklarasikan tujuannya ialah untuk memastikan penghapusan Hukum, agar dengan terbebas dari pengekangan ini, balatentara surgawi bisa masuk ke tahap eksistensi yang lebih ditinggikan, lebih mulia.”

 

 

Is that exactly what he said to Eve? Yep! Satan was insinuating that  God developed His keen sense of discrimination between good and evil by eating from the tree, and He intimidated everyone else by telling them that they would die if they ate from the tree.

 

Persis itukah yang dikatakan Iblis kepada Hawa? Ya! Setan menyindir bahwa Allah mengembangkan pengertianNya yang hebat dalam membedakan antara yang baik dari yang jahat dengan makan dari pohon itu, dan Allah mengintimidasi setiap orang lain dengan mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan mati jika mereka makan dari pohon itu.

 

 

Now we are prepared to understand the terminology that Ellen White used. Ellen White's unusual terminology for Pantheism, bottom of page 223.

“I have seen the results of these fanciful views of God, in…”  what? “… apostasy,…” did Eve become apostate? Did she go astray from  God? Yes!  “… spiritualism,…” did the Devil use spiritualism to communicate with Eve, to get her to follow her own choice and her own source of ethics? Of course, he's the first medium in human history. Spiritualism. And when he says, “You will not surely die” that is the foundation of spiritualism. And then  “…and  free-lovism…” most of you ~ well, I shouldn't say most of you ~ some of you, would never remember the 60s. Some of you are too young for the 60s. Wanda can remember the 60s although she was very young back there in the 60s. What was the central theme of the hippie movement? Free love. How did they consider policemen? Pigs. How do they consider the authority of their parents? They rejected it. How did they consider the authority of preachers, the authority of the government? All authorities were rejected in the name of love, free-loveism,  free from what? Free from the restriction of  God's Law. Are you understanding now the terminology? “…I have seen the results of these fanciful views of God, in  apostasy,  spiritualism, and free-loveism. The  free-love tendency of these teachings was so concealed that at first it was difficult to make plain its real character. Until the Lord presented it to me, I knew not what to call it, but I was instructed to call it ‘unholy spiritual love.’…” (8T 292)

It is love without  God's Law.

Is that being taught in the churches these days? Is that at the foundation of many of the things that the Spiritual Formation Movement is teaching? They say, “Only talk about the love of Jesus, it's all about love, don't talk to me about Law, don't talk to me about the restrictions concerning the Sabbath, don't talk to me about all those things. Just tell me that Jesus loves me, this I know, for the Bible tells me so.” Counterfeit love, love without Law.

 

Sekarang kita siap untuk mengerti terminologi yang dipakai Ellen White. Terminologi Ellen White yang tidak biasa untuk Pantheisme, hal. 223 bagian bawah.

”Aku telah melihat akibat pandangan-pandangan yang aneh-aneh tentang Allah ini pada…”  apa?   “…kemurtadan,…”  apakah Hawa menjadi murtad? Apakah dia sesat dari Allah? Ya!  “…spiritualisme,…”  apakah Iblis menggunakan spiritualisme untuk berkomunikasi dengan Hawa, membuatnya mengikuti pilihannya sendiri dan sumber etikanya sendiri? Tentu saja, Iblis adalah dukun yang pertama dalam sejarah manusia. Spiritualisme. Dan ketika Iblis berkata, “Kamu pasti tidak akan mati” itulah fondasi dari spiritualisme. Kemudian   “…dan faham cinta bebas…”  kebanyakan dari kalian ~ nah, saya seharusnya tidak berkata kebanyakan dari kalian ~ beberapa dari kalian, tidak akan ingat tahun 60an. Beberapa dari kalian bahkan terlalu muda untuk tahun 60an. Wanda bisa mengingat tahun 60an walaupun dia sangat muda di waktu itu. Apa tema intinya dari gerakan hippie? Cinta bebas. Bagaimana mereka menganggap polisi? Babi. Bagaimana mereka menganggap autoritas orangtua mereka? Mereka menolaknya. Bagaimana mereka menganggap autoritas para pendeta, autoritas Pemerintah? Semua autoritas ditolak atas nama cinta, faham cinta-bebas, bebas dari apa? Bebas dari pengendalian Hukum Allah. Apakah kalian sekarang paham terminologinya? “…Aku telah melihat akibat pandangan-pandangan yang aneh-aneh tentang Allah ini pada kemurtadan, spiritualisme, dan faham cinta bebas. Kecenderungan cinta bebas ajaran-ajaran ini sedemikian terselubung pada awalnya, sehingga sulit melihat karakter aslinya dengan jelas. Sampai Tuhan menyatakannya kepadaku, aku tidak tahu harus menyebutnya apa, tetapi aku diinstruksikan menyebutnya ‘cinta spiritual yang najis…” (8T 292)

Inilah cinta di luar Hukum Allah

Apakah ini yang diajarkan di gereja-gereja sekarang ini? Inikah fondasi dari banyak hal yang diajarkan gerakan Spiritual Formation? Mereka berkata, “Bicara saja hanya tentang kasih Yesus, semuanya tentang kasih, jangan bicara tentang Hukum, jangan bicara kepada saya tentang larangan-larangan mengenai hari Sabat, jangan bicara kepada saya tentang semua hal itu. Cukup katakan kepada saya bahwa Yesus mengasihi saya, ini saya tahu, karena Alkitab yang memberitahu saya begitu.” Cinta palsu. Cinta di luar Hukum.

 

 

Now let's continue here. Ellen White in another statement in Acts of the Apostles page 51 says this, It is not a conclusive evidence that a man is a Christian because he manifests spiritual ecstasy under extraordinary circumstances.  Holiness is not rapture…” what is holiness then?  “…it is an entire surrender of the will to God; it is living by every Word that proceeds from the mouth of God;…” what is holiness?   “…living by every Word that proceeds from the mouth of God;…” is that what Adam and Eve should have lived by? Yes!  “…It is  doing the will of our heavenly Father; it is trusting God in trial, in darkness as well as in the light; it is  walking by faith and not by  sight; it is  relying  on  God with  unquestioning  confidence, and resting in His love.

In other words, what holiness is, is obedience to  God's Law.

 

Nah, mari kita lanjut. Ellen White dalam pernyataan yang lain di Acts of the Apostles hal. 51, mengatakan ini,  “…Bukan alasan yang konklusif bahwa seseorang itu Kristen karena dia memanifestasikan ekstasi spiritual di bawah kondisi yang luar biasa. Kekudusan itu bukan ekspresi sukacita berlebihan…”  kalau begitu kekudusan itu apa?    “…Itu adalah penyerahan total dari kehendak kita kepada Allah, itu adalah hidup oleh setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. …”  Kekudusan itu apa?    “…hidup oleh setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah…”  oleh itukah Adam dan Hawa seharusnya hidup? Ya! “…Itu ialah melakukan kehendak Bapa surgawi kita, itu ialah mempercayai Allah dalam pencobaan, dalam kegelapan, sebagaimana dalam terang; itulah berjalan dengan iman dan bukan dengan penglihatan; itulah bersandar pada Allah dengan keyakinan tanpa keraguan, dan beristirahat dalam kasihNya…”  Dengan kata lain, kekudusan ialah patuh kepada Hukum Allah.

 

 

So why do you suppose  God told Ellen White to call it “unholy spiritual love”? Interesting.

ü   There is a true spiritual love, and true spiritual love is one that depends on  God's Commandments.

ü   Unholy spiritual love is a love that where a good feeling oozes from your heart,  but you claim that you don't have to keep  God's Law and you say that in the name of love.

 

Jadi menurut kalian mengapa Allah memberitahu Ellen White untuk menyebutnya “cinta spiritual yang najis”? Menarik.

ü   Ada cinta spiritual yang sejati, dan cinta spiritual sejati itu bersandar pada Perintah-perintah Allah.

ü   Cinta spiritual yang najis adalah cinta di mana ada perasaan nyaman yang mengalir keluar dari hati, tetapi mengklaim bahwa tidak usah memelihara Hukum Allah, dan itu dikatakan atas nama cinta.

 

 

How does the Bible define love? Let's read some verses here at the middle of page 224.

Ø   John 14:15, Jesus said,

If ye love Me, keep My  Commandments.”

What is true love? Keeping  God's Commandments. Are those Commandments, were they established by  God outside of me? Or do they just come naturally? They don't come from inside. But listen, if Pantheism is true and I am  God, who defines what is right and what is wrong? I do. And whatever I do is the loving thing, because  God always does the loving thing.

Ø   1 John  2:3-5,  

And hereby we do know that we know Him, if we…” what?  “…if we  keep  His commandments.  He  that  saith,  I  know  Him,  and  keepeth  not  His commandments, is a liar, and the truth is not in him. But whoso keepeth His word, in him verily is  the love of God perfected…” in who is the love of  God perfected? In those that keep His objective external Word  “…hereby know we that we are in Him.

Ø   1 John 5:3

For this is the love of God, that we keep  His commandments: and His commandments are not grievous.”

Ø   Romans 13:10

8 Owe no man anything…” actually it's verse 10, but it's the previous verses all the way from verse 8.  “…Owe no man anything but to love one another: for he that loveth another hath fulfilled the Law. 9 For this, Thou shalt not commit adultery, Thou shalt not kill, Thou shalt not steal, Thou shalt not bear false witness, Thou shalt not covet; and if there be any other commandment, it is briefly comprehended in this saying, namely, Thou shalt love thy neighbor as thyself. 10 Love worketh no…” evil or  “…ill to his neighbor: therefore  love is…” what?  “…love is the fulfilling of the Law.”

Whose Law? God’s Law. Where is it found?  In Him.  Now  God can write it in us, but it's still His external Law that He put in us. It doesn't come naturally from us, because we are God, because we are divine.

 

Bagaimana Alkitab mendefinisikan cinta? Mari kita  baca beberapa ayat di sini, di tengah-tengah hal. 224.

Ø   Yohanes 14:15, Yesus berkata,

“Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.”.

Cinta sejati itu apa? Memelihara Perintah-perintah Allah. Apakah Perintah-perintah itu ditetapkan Allah di luar saya? Atau mereka ada begitu saja secara alami? Mereka tidak datang dari dalam. Tetapi dengar, andai Pantheisme itu benar dan saya adalah allah, siapa yang menentukan mana yang benar mana yang salah? Saya. Dan apa pun yang saya lakukan, itu adalah perbuatan cinta, karena Allah selalu melakukan perbuatan cinta.

Ø   1 Yohanes 2:3-5,

3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita…”  apa?   “…jikalau kita menuruti Perintah-perintah-Nya. 4 Dia yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’ dan tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia seorang pendusta dan kebenaran tidak ada dalamnya. 5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah…”  dalam siapa kasih Allah disempurnakan? Dalam mereka yang memelihara FirmanNya yang objektif di luar dirinya.   “…Dengan itulah kita tahu, bahwa kita ada di dalam Dia.”.

Ø   1 Yohanes 5:3,

3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti Perintah-perintah-Nya. Dan Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.”

Ø   Roma 13:10,

8 Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun…”  sebenarnya ayat 10, tapi ayat-ayat sebelumnya mulai dari ayat 8.   “…8 Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun, melainkan saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi Hukum. 9 Karena perintah ini: ‘jangan berzinah’, ‘jangan membunuh’, ‘jangan mencuri’, ‘jangan bersaksi dusta’, ‘jangan mengingini’ dan jika ada perintah yang lain, semuanya sudah tersimpul dalam kata-kata ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’ 10  Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah…”  apa?   “…kegenapan Hukum. …” 

Hukum siapa? Hukum Allah. Terdapat di mana? Dalam Allah. Nah, Allah bisa menuliskan Hukum itu dalam diri kita, tapi itu tetap Hukum eksternal Allah yang ditempatkanNya dalam kita. Itu tidak berasal dari kita secara alami karena kita ini Allah, karena kita ini ilahi.  

 

 

Let's talk about Pantheism’s counterfeit love.

Pantheism teaches that all that is, is  God. That being the case, each of us is  God, and no one is a lesser  God than anyone else. The implications of this view are very serious. If this is true, then who determines what our ethical standards will be? Who defines what is right

and what is wrong?  God does. But because we are  God, we make the definition. This is exactly what Satan told Eve, “You don't need God to tell you what is right and wrong, because you are  God if you eat from the tree; you can define good and evil on your own.”

Let's see how this works out in a modern example.

 

Mari kita bicara tentang cinta palsu Pantheisme.

Pantheisme mengajarkan bahwa semua yang ada, itu Allah. Dengan demikian, setiap kita adalah Allah, dan tidak ada yang lebih kecil keallahnya daripada orang lain. Implikasi dari pandangan ini sangat serius. Andai ini benar, maka siapa yang menentukan standar etika kita? Siapa yang mendefinisikan apa yang benar dan apa yang salah? Allah. Tetapi karena kita adalah Allah, kitalah yang membuat definisinya. Persis inilah yang dikatakan Setan kepada Hawa, “Kamu tidak perlu Allah untuk memberitahumu apa yang benar dan apa yang salah, karena kamu adalah Allah jika kamu makan buah pohon ini; kamu bisa mendefinisikan baik dan jahat sendiri.”

Mari kita lihat bagaimana ini dalam bentuk contoh yang modern.

 

 

Public schools are using New Age philosophy as their foundation. They are told to teach children using the principles of Values Clarification. You ever heard of that Values Clarification? What they say is that values are already present in children, because they are  God, and simply must be discovered by them. In other words, values emerge from within, they are not taught from without. The psychology of the age therefore teaches that values should not be imposed from an external source, such as the Bible, parents, teachers, church, etc. Students should discover and clarify their own values. According to this view no value system should be imposed on children. There are no external absolute universal truths to be believed, and followed by all. Values are to be subjectively determined. If parents tell a child that premarital sex is wrong, the child can answer, “But that's just your value judgment, don't force it on me.” If a minister says that a gay lifestyle is wrong, they can accuse the minister of attempting to impose his value system on them. This is post-modernism, folks. Is it not post-modernism? Post-modernism says that the only values that you should use in deciding are in you, not outside of you.

 

Sekolah-sekolah negeri (di Amerika Serikat) menggunakan filosofi New Age sebagai fondasi mereka. Mereka diberitahu untuk mengajari anak-anak menggunakan prinsip-prinsip Klarifikasi Nilai-nilai (Moral). Pernahkah kalian mendengar tentang Klarifikasi Nilai-nilai? Apa yang mereka katakan ialah nilai-nilai moral itu sudah ada di dalam anak-anak, karena mereka itu Allah, dan hanya harus ditemukan oleh mereka. Dengan kata lain, nilai-nilai moral muncul dari dalam, bukan diajarkan dari luar. Karena itu psikologi zaman ini mengajarkan nilai-nilai moral tidak boleh dipaksakan dari sumber di luar, seperti dari Alkitab, orangtua, guru, gereja, dll. Para pelajar harus menemukan dan membuat jelas nilai-nilai moral mereka sendiri. Menurut pandangan ini, tidak ada sistem nilai moral yang boleh dipaksakan pada anak-anak. Tidak ada kebenaran mutlak eksternal yang universal yang harus diyakini dan dipatuhi oleh semua. Nilai-nilai moral harus ditentukan secara subjektif. Jika orangtua memberitahu seorang anak bahwa hubungan seksual sebelum menikah itu salah, si anak boleh menjawab, “Itu kan hanya penilaian moralmu, jangan memaksakannya padaku.” Jika seorang pendeta berkata bahwa gaya hidup gay itu salah, mereka boleh menuduh si pendeta mau mencoba memaksakan sistem nilainya pada mereka. Inilah post-modernisme, Saudara-saudara. Apakah ini bukan Post-modernisme? Post-modernisme mengatakan satu-satunya nilai yang harus kamu pakai dalam membuat keputusan, ada di dalam dirimu, bukan di luar dirimu.

 

 

Now notice in the book A Crash Course on the New-Age page 119 we find the following explanation and I’d like to read this. This is a significant statement,  New age support for a host of rights’ issues (such as human rights, civil rights, women’s rights, gay rights) can also be traced back to their belief in and  value of autonomy…”  you know what “autonomy” means? That means, do your own thing, “…or the sovereignty of the self. In other words, if we are  all equally divine, then we each have the right to pursue  self-realization without  outside interference, as long as we don’t interfere with others in their pursuit. Consequently, most would hold that  no Laws should be passed touching abortion or homosexuality, for example, since people have the right to  do  what  they please with their own bodies….” because everybody is equally divine.

 

Sekarang, simak di buku A Crash Course on the New Age hal. 119, kita mendapatkan penjelasan berikut, dan saya akan membacakannya. Ini adalah pernyataan yang signifikan,  “…New Age mendukung sejumlah isu ‘hak’ (seperti hak asazi, hak sipil, hak perempuan, hak gay) itu bisa ditelusuri kembali ke keyakinan mereka dalam, dan pada, nilai autonomi…”  kalian tahu arti “automoni”? Itu artinya, melakukan urusanmu sendiri,   “…atau kedaulatan diri. Dengan kata lain, jika kita semua setara keallahannya, maka setiap kita memiliki hak untuk mengejar realisasi diri tanpa campur tangan dari luar, selama kita tidak mencampuri orang lain dalam pengejaran mereka. Akibatnya, banyak akan bersikukuh bahwa tidak ada undang-undang yang boleh dikeluarkan mengenai aborsi atau homoseksualitas, misalnya, karena manusia punya hak untuk berbuat sesuka hati mereka dengan tubuh mereka sendiri.…”  karena semua setara keallahannya.   

 

 

This is the way it works out. If I am  God and you are  God then we must each choose our own internal ethical system, because there is no external person out there where absolute moral guidance comes from. Are you understanding me, folks? Thus because moral decisions are anthropocentric,  homosexuality can be alright for one but not for another. I am not at liberty to judge any person because every person is just as much  God as I am. There is no room in this system for a personal  God who lives in a specific place called heaven, and who at a specific time began judging human beings in a literal sanctuary, by comparing their lives with an objective Law, separating the righteous from the wicked.

 

Beginilah cara kerjanya. Jika saya Allah, dan kamu Allah, maka kita masing-masing harus memilih sistem etika internal kita sendiri, karena tidak ada orang di luar sana dari mana datang tuntunan moral yang mutlak. Apakah kalian memahami saya, Saudara-saudara? Maka karena keputusan-keputusan moral itu anthroposentris (berpusat pada manusia), homoseksualitas bisa baik saja bagi satu orang tetapi bukan bagi orang lain. Saya tidak punya kebebasan untuk menghakimi siapa pun karena setiap orang itu sama Allahnya seperti saya. Di sistem ini tidak ada tempat bagi Allah yang pribadi, yang tinggal di suatu tempat tertentu yang bernama Surga, dan yang pada suatu waktu yang tertentu mulai menghakimi manusia di dalam Bait Suci yang literal, dengan membandingkan hidup mereka dengan Hukum yang objektif, memisahkan yang benar dari yang jahat.

 

 

Now listen, if you’re  God who's going to judge you? You are! This is the primary reason why people love the theory of Evolution, because you're not accountable to a Creator. And that's why people love this Pantheism because you're only accountable to yourself. If you're  God you're going to judge yourself. That's what spiritualism teaches as well. There's no room in this system for a personal  God who lives in a specific place: Heaven, Who at a specific time 1844 began judging human beings in a literal sanctuary by comparing their lives with an objective external Law, thus separating the righteous from the wicked. There's no such thing as righteous and wicked, all are equally  God, if  God is in all then all is holy, there is no reason to separate the righteous from the unrighteous, or the holy from the unholy, all is equally holy because all is equally God. This is the source of many seminars that teach self-reliance, self-esteem, self-development, positive thinking. It is the same lie that Satan uttered since the beginning. 

 

Sekarang dengarkan, jika kamu Allah, siapa yang akan menghakimi kamu? Kamu! Inilah alasan utamanya mengapa orang mencintai teori Evolusi, karena manusia tidak usah bertanggungjawab kepada Sang Pencipta. Dan itulah mengapa orang mencintai Pantheisme ini karena dia hanya perlu bertanggungjawab pada dirinya sendiri. Jika kamu itu Allah, kamu akan menghakimi dirimu sendiri. Itulah yang diajarkan spiritualisme juga. Tidak ada tempat dalam sistem ini untuk Allah yang pribadi yang tinggal di tempat yang khusus: Surga, yang pada suatu waktu di 1844 mulai menghakimi manusia di Bait Suci yang literal dengan membandingkan hidup mereka dengan Hukum eksternal yang objektif, dengan demikian memisahkan yang benar dari yang jahat. Tidak ada yang namanya benar dan jahat, semua sama Allahnya. Jika Allah ada dalam semua, maka semuanya kudus, tidak ada alasan untuk memisahkan yang benar dari yang tidak benar, atau yang kudus dari yang tidak kudus, semua sama kudusnya karena semua sama Allahnya. Inilah sumber banyak seminar yang mengajarkan percaya pada diri sendiri, menghargai diri sendiri, mengembangkan diri sendiri, berpikir positif. Inilah dusta yang sama yang diucapkan Setan sejak awal.

 

 

Ellen White made this profound remark about Pantheism. She said, “Today there are coming into  educational institutions and into the churches everywhere spiritualistic  teachings that undermine faith in God and in His word. The theory that God is an essence pervading all nature is received by many who  profess  to  believe  the  Scriptures  but  however  beautifully  clothed, this theory is a  most dangerous deception. It misrepresents God and is a dishonor to His greatness and majesty…” see you're no longer thinking that He's the great  God up in Heaven.  You say,  “I’m  God” so He loses His majesty and His greatness,  “…And it surely tends not only to mislead but also to debase  men…”   why would it debase men? Because you're following your own impressions. There's no restraint. “…Darkness  is  its  element,   sensuality  its  sphere…” what else came with the hippies? They were pantheists, the minute you're a pantheist there's no objective standard. So do your own thing, right? And so you have all kinds of sexual aberrations being practiced. Sensuality, Ellen White says, is the result of this.  “…The  result  of accepting it is separation from God…” We’d better be very careful about this Spiritual Formation stuff. It's devastating to the church and most people can't see it. She says, “…And to fallen human nature this means ruin. Our condition through sin is unnatural, and the Power that restores us must be Supernatural, else it has no value…” in other words, it  can't come from us, from inside, it must come from outside.  “…There is but one Power that can break the hold of evil from the hearts of men, and that is the power of God in Jesus Christ. Only through the blood of the Crucified One is there cleansing from sin. His grace alone can enable us to resist and subdue the tendencies of our fallen nature. The spiritualistic theories concerning God make His grace of no effect. If God is an essence pervading all nature, then  He dwells in all men; and in order to attain holiness, man has only to develop the power within him…”  Are you catching the seriousness of this and why it was a blessing for Ellen White to protect the church from this deadly heresy?  “…These theories followed  to  their  logical  conclusion,  sweep  away  the  whole Christian economy. They do away with the necessity for the atonement and make man his own savior.” (MH 428)   Because if you're  God you save yourself.

 

Ellen White membuat komentar yang mendalam ini tentang Pantheisme. Dia berkata,    “…Hari ini masuk ke institusi-institusi pendidikan dan ke gereja-gereja di mana-mana, ajaran spiritualis yang merongrong iman dalam Allah dan dalam FirmanNya. Teori bahwa Allah adalah suatu esensi yang menyebar dalam seluruh alam diterima oleh banyak yang mengaku mempercayai Kitab Suci, tetapi betapa pun dikemas dengan indahnya, teori ini adalah penipuan yang sangat berbahaya. Teori ini sengaja salah merepresentasikan Allah dan merupakan suatu penghinaan terhadap kebesaranNya dan keagunganNya…”  lihat, manusia tidak lagi berpikir bahwa Allah itu Allah yang mahakuasa di Surga. Orang berkata, “Aku Allah”, maka Allah kehilangan keagunganNya dan kemahakuasaanNya.   “…Dan itu bukan hanya bertendensi untuk menyesatkan tetapi juga untuk merendahkan manusia…”  Mengapa itu merendahkan manusia? Karena manusia mengikuti kesannya sendiri. Tidak ada kendali. “…Kegelapan adalah unsurnya, sensualitas itu dunianya…”  apa lagi yang muncul bersama para hippie? Mereka itu pantheis. Dan begitu seseorang itu pantheis, tidak ada standar yang objektif. Jadi sesuka-sukanya sendiri, benar? Maka segala jenis penyimpangan seksual dipraktekkan. Kata Ellen White, sensualitas merupakan akibat dari ini.  “…Akibat menerima ini, adalah terpisahnya dari Allah…”  Kita harus sangat berhati-hati dengan hal-hal Spiritual Formation ini. Itu merusak gereja dan kebanyakan orang tidak menyadarinya. Ellen White berkata, “…Dan untuk manusia yang berdosa, ini berarti kehancuran. Kondisi kita karena dosa itu tidak alami, dan Kuasa yang memulihkan kita haruslah Supranatural, kalau tidak, tidak ada gunanya…”  dengan kata lain, itu tidak bisa datang dari kita, dari dalam, itu harus datang dari luar.   “…Hanya ada satu Kuasa yang bisa mematahkan cengkeraman kejahatan dari hati manusia, dan itu ialah kuasa Allah dalam Yesus Kristus. Hanya melalui darah Dia yang tersalib, ada pembersihan dari dosa. Kasih karuniaNya saja yang bisa memampukan kita untuk menolak dan menaklukkan tendensi kodrat keberdosaan kita. Teori-teori spiritualis mengenai Allah menjadikan kasih karuniaNya tidak berpengaruh. Jika Allah adalah suatu esensi yang menyebar di alam, maka Dia tinggal dalam semua manusia; dan agar mencapai kekudusan manusia hanya perlu mengembangkan kuasa itu di dalam dirinya…”  apakah kaian menangkap keseriusan ini dan mengapa Ellen White itu suatu berkat untuk melindungi gereja dari kebidatan yang mematikan ini?    “…Teori-teori ini jika diikuti hingga ke konklusi logis mereka, menyapu habis seluruh ekonomi Kristen. Mereka menyingkirkan kebutuhan akan pendamaian dan menjadikan manusia penyelamatnya sendiri.” (MH 428)

Karena jika kamu Allah, ya kamu selamatkan dirimu sendiri.

 

 

She continues saying, this is in The Upward Look page 336, “Pantheistic ideas regarding God in nature are framed by Lucifer, the fallen angel. The strange part of the matter is that these ideas have been accepted by so many  as beautiful truth…”  as people are saying about Spiritual Formations, “this is beautiful truth, this is new light. “…But that which they think is light will lead them into dense darkness. It is a distinguishing feature of the experience of Seventh- day Adventists to give glory to God…”  but if you are  God to whom are you going to give glory? To yourself. She says, “…It is a distinguishing feature of the experience of Seventh- day Adventists to give glory to God. When we give glory to human agencies,,,”   Why? Because we say that all are equally  God “…when we have unlimited confidence in man, speaking of the excellence that we suppose him to possess, we worship we know not what. Let God be exalted. Let frail, erring human beings humble themselves before Him.

I have had much to say of the glory of God as seen in His created works, but never have I left the impression that  our God Omnipotent, who ruleth in the heavens and fills all the heavens, is to be found in flower and leaf and tree. What I have said of God's works in nature was meant to lead the mind from nature  to nature's God, to show that all the glory should be given to Him who ruleth in the heavens.”

When we make our heart, our reason, our feelings, our emotions, our intuitions, our senses, the norm for right and wrong, we are harboring counterfeit love, or what Ellen White calls “unholy spiritual love”.

Pantheism is a frontal attack on the doctrine of sanctification, a doctrine that invites us to reflect the principles of  God's Law in our lives. This is why Ellen White connected pantheism with holy flesh because people who claim to have holy flesh they claim that nothing that they did was sinful because it was holy flesh that was doing it! Do you see the connection? This is why Ellen White connected Pantheism with holy flesh. Where people claim to have holy flesh and therefore not being able to release sin. The grossest sins were then committed and attributed to  God, who supposedly dwelt in them.

 

Ellen White melanjutkan berkata, ini dari The Upward Look hal. 336, …Konsep Pantheis mengenai Allah dalam alam semesta itu dibentuk oleh Lucifer, malaikat yang sudah jatuh dalam dosa. Bagian yang aneh dari hal itu ialah konsep-konsep itu telah diterima oleh begitu banyak orang sebagai kebenaran yang indah…”  sebagaimana kata orang tentang Spiritual Formation,  Ini adalah kebenaran yang indah, ini terang baru.    “…Tetapi apa yang mereka anggap terang akan membawa mereka ke kegelapan pekat. Ciri yang menonjol  dari pengalaman orang MAHK ialah memuliakan Allah…”  tetapi jika kamu itu Allah, kepada siapa kamu akan memuliakan? Kepada dirimu sendiri. Ellen White berkata,     “…Ciri yang menonjol dari pengalaman orang MAHK ialah memuliakan Allah. Bila kita memuliakan manusia…”  mengapa? Karena kita mengatakan bahwa semua sama-sama Allah,  “…bila kita punya rasa percaya yang tidak terbatas pada manusia, bicara tentang keunggulan yang menurut kita dimiliki olehnya, kita tidak tahu apa yang kita sembah. Biarlah Allah yang ditinggikan. Biarlah manusia yang lemah dan berdosa merendahkan diri mereka di hadapanNya.

Ada banyak yang telah saya katakan tentang kemuliaan Allah seperti yang tampak pada ciptaanNya, tetapi tidak pernah saya memberikan kesan bahwa Allah kita yang Mahakuasa yang memerintah di Surga, dan memenuhi  seluruh langit, bisa ditemukan di dalam bunga dan daun dan pohon. Apa yang telah saya katakan tentang pekerjaan Allah di alam, tujuannya ialah untuk membawa pikiran dari alam kepada Allah alam itu, untuk menunjukkan bahwa segala kemuliaan harus diberikan kepada Dia yang memerintah di Surga. …” 

Bila kita membuat hati kita, pikiran kita, perasaan kita, emosi kita, intuisi kita, indera kita, sebagai standar apa yang benar dan apa yang salah, kita menyimpan cinta palsu, atau apa yang disebut Ellen White “cinta spiritual yang najis”.

Pantheisme itu serangan frontal pada doktrin pengudusan, suatu doktrin yang mengundang kita untuk memantulkan prinsip-prinsip Hukum Allah dalam kehidupan kita. Inilah mengapa Ellen White menghubungkan Pantheisme dengan daging kudus karena orang yang mengklaim memiliki daging kudus, mereka mengklaim apa pun yang mereka lakukan itu bukan dosa karena yang melakukannya itu daging kudus! Apakah kalian melihat hubungannya? Itulah mengapa Ellen White mengaitkan Pantheisme dengan daging kudus. Di mana orang mengklaim memiliki daging kudus dan oleh karena itu tidak bisa melepaskan dosa, justru dosa-dosa yang paling buruk dilakukan dan diatribusikan kepada Allah yang katanya ada dalam mereka.

 

 

Ellen White had this to say, ‘Spiritualism  asserts  that  men  are  unfallen  demigods;  that  each  mind  will judge itself;’ thattrue knowledge places men above all Law;’ thatall sins committed are…” what?  “…innocent;’  for  ‘whatever  is,  is  right,’  and  God  doth  not condemn.’…”  because you're not going to condemn yourself, right?  “…The basest of human beings it represents as in Heaven, and highly exalted there…” the basest of human beings are said to be in Heaven, folks.  “…Thus it declares to all men,It matters not what you do; live as you please…” see? There's the idea,  just  “…live as you please, Heaven is your home.’ Multitudes are thus led to believe that desire is the highest Law, that license is liberty, and that man is accountable only to himself….” (Education 227-228)

 

Ellen White berkata demikian,  “…Spiritualisme menegaskan bahwa manusia itu allah-allah kecil yang tidak pernah jatuh dalam dosa; bahwa ‘setiap pikiran akan menghakimi dirinya sendiri’, bahwa ‘pengetahuan sejati menempatkan manusia di atas segala Hukum’, bahwa ‘semua dosa yang dibuat itu…”  apa?  “…tidak bersalah’, karena ‘apa pun yang ada, itu benar’, dan ‘Allah tidak menghukum’…” karena kamu tidak akan menghukum dirimu sendiri, benar?    “…Manusia yang paling rendah digambarkan berada di Surga dan sangat ditinggikan di sana…”  manusia yang paling rendah dikatakan berada di Surga, Saudara-saudara. “…Dengan demikian ini mendeklarasikan kepada semua orang, ‘tidak jadi soal apa yang kamu lakukan, hidup saja sesuka hatimu’…” lihat? Itulah idenya, cukup    “…’hidup saja sesuka hatimu, Surga itu rumahmu.’ Dengan demikian banyak orang dituntun untuk mempercayai bahwa keinginan itulah Hukum yang tertinggi, bahwa asusila itu kebebasan, dan bahwa manusia hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri.….” (Education 227-228)

 

 

She also states this, towards the bottom of the page.

Ministry of Healing 428-429, “These theories regarding God make His Word of no effect, and those who accept them are in great danger of being led finally to look upon the  whole Bible as a fiction. They may regard virtue as better than vice; but, having shut out God from His rightful position of sovereignty…”   that is the  God who is in Heaven sitting on His throne “…they place their dependence upon human power, which, without God, is worthless…” you cannot conquer your sinful nature by yourself, on your own. She says,  “…The  unaided human will has no real power to resist and overcome evil. The defenses of the soul are broken down. Man has no barrier against sin. When once the restraints of God's Word and His Spirit are rejected, we know not to what depths one may sink.(MH 428-429)

 

Ellen White juga menyatakan ini, dekat bagian bawah halaman.

Ministry of Healing hal. 428-429, “…Teori-teori ini mengenai Allah, menjadikan FirmanNya

tidak berpengaruh, dan mereka yang menerimanya berada dalam bahaya besar dibawa pada akhirnya untuk menganggap seluruh Alkitab sebagai fiksi. Mereka mungkin menganggap perbuatan baik itu lebih baik daripada perbuatan jahat; tetapi dengan menyingkirkan Allah dari kedudukanNya yang sah sebagai raja…” inilah Allah yang ada di Surga di atas takhtaNya, “…mereka meletakkan ketergantungan mereka pada kekuatan manusia, yang tanpa Allah, itu tidak ada nilainya…”  manusia tidak bisa menaklukkan keberdosaannya yang alami sendiri, dengan kemampuan sendiri. Ellen White berkata, “…Kemauan manusia yang tidak mendapatkan pertolongan tidak akan memiliki kekuatan untuk menolak dan menaklukkan yang jahat. Pertahanan jiwa terpatahkan. Manusia tidak memiliki pelindung terhadap dosa. Bila satu kali Firman Allah dan RohNya yang membentengi ditolak, manusia tidak tahu sampai sedalam apakah dia akan tenggelam.” (MH 428-429)

 

 

Is it important to have the Spirit of Prophecy in these last days? I read from page 229 because I don't want to return to this.

“The last great delusion is soon to open before us. Antichrist is to perform his marvelous works in our sight. So closely will the counterfeit resemble the true that it will be impossible to distinguish between them except by the Holy Scriptures…” what is the litmus test? What is the standard?  God's Word outside of us. She says,  “… By  their  testimony  every  statement  and  every  miracle  must  be tested.  (The Great Controversy, p. 593)

 

Apakah penting memiliki Roh Nubuat di hari-hari akhir ini? Saya membaca dari hal. 229 karena saya tidak mau kembali ke topik ini lagi.

“…Penipuan besar yang terakhir akan segera terbentang di depan kita. Antikristus akan melakukan pekerjaannya yang mengagumkan di depan mata kita. Sedemikian miripnya yang palsu menyamai yang benar hingga mustahil untuk membedakan mereka kecuali melalui Kitab Suci…”  apakah uji keasliannya? Apa standarnya? Firman Allah di luar kita. Ellen White berkata,   “…Melalui kesaksian mereka setiap pernyataan dan setiap keajaiban harus diuji.” (The Great Controversy, p. 593)

 

 

Selected Messages Vol. 1 pg. 197, “Be not deceived; many will depart from the faith, giving heed to seducing spirits and doctrines of devils. We have now before us the alpha of this danger. The omega will be of a most startling nature.” (1SM 197) And we are seeing that in our midst today. And it is very startling.

 

Selected Messages Vol. 1 hal. 197, “…Janganlah tertipu; banyak yang akan meninggalkan iman, mendengarkan roh-roh penggoda dan doktrin-doktrin iblis. Sekarang di hadapan kita ini adalah bahaya alfanya. Omeganya akan bersifat sangat mengejutkan.” (1 SM 197). …”  Dan kita sedang melihatnya di tengah-tengah kita hari ini. Dan memang itu sangat mengejutkan.

 

 

Once again Selected Messages Vol. 1 page 200, In the book Living Temple there is presented the alpha of deadly heresies. The omega will follow, and will be received by those who are not willing to heed the warning God has given.” (1SM 200)

 

Sekali lagi Selected Messages Vol. 1 hal. 200,    “…Di buku Living Temple di sana disajikan bagian alfa dari kebidatan yang mematikan. Bagian omeganya akan mengikuti, dan akan diterima oleh mereka yang tidak mau mendengarkan peringatan yang telah diberikan Allah.”

 

 

So we thank the Lord for giving us the Spirit of Prophecy to preserve the Adventist Church from the disaster.  We thank the Spirit of Prophecy for helping us keep on track regarding our name, our origin, and our mission. We thank the Lord for this marvelous gift that  God has given His church for these last days.

 

Jadi kita bersyukur kepada Tuhan karena telah memberi kita Roh Nubuat untuk menjaga eksistensi gereja Advent dari bencana. Kita berterimakasih kepada Roh Nubuat karena telah membantu kita tetap pada jalur yang benar berkaitan dengan nama denominasi kita, asal usul, dan misi kita. Kita berterimakasih kepada Tuhan untuk karunia yang luar biasa ini yang telah diberikan Allah kepada gerejaNya untuk hari-hari akhir ini.

 

 

 

 

02 01 2023

 

No comments:

Post a Comment