_____REVELATION’S
SEVEN TRUMPETS_____
Part 08/24 - Stephen Bohr
THE FOURTH TRUMPET 2
https://www.youtube.com/watch?v=O4VlBX1Jmn8
Dibuka
dengan doa.
Well, we are in the process of studying the Fourth
Trumpet. We're on a roll, aren't we? It's only the second day and we're already
finishing the Fourth Trumpet. But don't be too confident because number Five
and Six are going to take us a long period of time. And then we have several
other things that we're going to be dealing with as well.
Nah, kita sedang mempelajari Terompet Keempat. Kita
bergerak cukup cepat, bukan? Baru hari kedua dan kita sudah akan menyelesaikan
Terompet Keempat. Tetapi jangan
terlalu “pede” karena nomor Lima dan Enam akan butuh waktu yang panjang.
Kemudian masih ada beberapa hal lain yang juga akan kita bahas.
So we are on page 107, we’ve read those quotations on
page 107, and we’ve noticed that during
the period of papal supremacy there was darkness, it's called the Dark Ages.
Why? Because the sun was eclipsed, the moon was eclipsed, and the stars were
also eclipsed. And of course the sun represents whom? Christ. The
moon represents the Scriptures, and the stars represent God's people.
And you know we were reading statements from the chapter in The Great Controversy, “An Era of Spiritual Darkness”, that title
itself of the chapter about papal supremacy says a lot.
Now I'm not going to read all the statements under this
section, because we have a lot of material to cover, but I want to highlight
certain words beginning on page 107, the words that I have underlined and in
bold. Do you notice the number of times that you have “Dark Ages”, “darkness
deepened” then a little bit farther down the “Prince of Darkness”? And then the
suppression of the Scriptures, so the darkness comes because the Scriptures are
proscribed or suppressed.
Then at the bottom of the page, as time goes by darkness
seemed to what? To grow more dense.
Jadi kita berada di hal. 107, kita sudah membaca
kutipan-kutipan di hal. 107, dan kita sudah melihat bahwa selama periode
kekuasaan Kepausan ada kegelapan, itu disebut Zaman Kegelapan. Mengapa? Karena
matahari tertutup, bulan tertutup, dan bintang-bintang juga tertutup. Dan tentu
saja matahari mewakili
siapa? Kristus. Bulan mewakili Kitab
Suci, dan bintang-bintang
mewakili umat Allah. Dan kita
sudah membaca pernyataan-pernyataan dari bab di Great Controversy, “An Era of Spiritual Darkness”, judul
bab ini saja sudah berkata banyak tentang kekuasaan Kepausan.
Nah, saya tidak akan membaca semua pernyataan di bawah
bagian ini karena kita punya banyak bahan yang harus dibahas, tetapi saya mau
memberi penekanan pada beberapa kata di hal 107, kata-kata yang saya
garisbawahi dan dicetak tebal. Apakah kalian sadar berapa kali disebut tentang
“Zaman Kegelapan”, “kegelapan menjadi lebih pekat” lalu sedikit lebih ke bawah
ada “Pangeran Kegelapan”? Kemudian tentang dilarangnya
kehadiran Kitab Suci sehingga kegelapan
terjadi karena Kitab Suci dilarang atau disembunyikan.
Lalu di bagian bawah halaman, dengan berlalunya waktu,
kegelapan sepertinya menjadi apa? Menjadi bertambah pekat.
On the next page the advancing centuries witnessed the
constant increase of what? Of error. In the next statement which is describing
the 13th century, it uses the expression “the Prince of
Darkness” and let's read the one from Great
Controversy page 60. “But ‘the noon of the papacy was…” what? “…
the midnight of the world.’ (-J.
A. Wylie, The History of Protestantism, b. 1, chapter. 4.)…” It’s
the description of the period of papal supremacy. Why was it the midnight of
the world? Ellen White states “…The Holy Scriptures were almost…” what? “…unknown, not only to the people, but to the
priests. Like the Pharisees of old, the papal leaders hated the light which would reveal their sins.”
Di halaman berikut, abad-abad berikutnya menyaksikan
pertambahan yang terus menerus dari apa? Kesalahan. Di pernyataan-pernyataan
berikut yang menggambarkan abad ke-13 dipakai istilah “Pangeran Kegelapan”, dan
mari kita baca yang dari Great Controvesy hal. 60. “…’tetapi tengah harinya Kepausan (maksudnya saat Kepausan sedang terang benderang) adalah…” apa? “…tengah malamnya dunia’. (-J. A.
Wylie, The History of Protestantism, b. 1, chapter. 4.) …” Inilah gambaran periode kekuasaan Kepausan. Mengapa
itu tengah malam dunia? Ellen White menyatakan, “…Kitab Suci nyaris…” apa? “…tidak dikenal, bukan hanya oleh
umat, tetapi juga oleh para imam. Seperti orang-orang Farisi di zaman dulu,
para pemimpin Kepausan membenci terang yang akan menyatakan dosa-dosa mereka…”
And then the next statement at the very bottom of the
statement you have the banishing of the Word of God. Great Controversy page 586, “…The iniquity and spiritual darkness that prevailed under the supremacy of Rome were
the inevitable result of her suppression
of…” what? “…of the Scriptures. . .”
Kemudian
pernyataan berikut di bagian bawah sendiri dari pernyataan itu, disebutkan tentang disingkirkannya Firman Allah. Great Controversy
hal. 586,
“…Dosa dan kegelapan yang berjaya di bawah kekuasaan Roma adalah akibat
yang tidak terelakkan dari dilarangnya keberadaan…” apa? “…Kitab Suci.”
And you know you can notice at the top of the next page
you have the mention of the Holy Scriptures. “…ignorance of
the Scriptures. The Bible would exalt God and place finite men in their
true position…” The Bible was concealed and suppressed, “…the circulation
of the Bible was prohibited…” (GC 51) So in other words during this period people did not catch
a glimpse of Jesus because the lesser
light was hidden and was suppressed.
Dan, kalian bisa menyimak di bagian atas halaman berikut,
disebutkan tentang Kitab Suci, “…ketidaktahuan tentang Kitab Suci. Alkitab akan meninggikan Allah dan
menempatkan manusia fana di posisi mereka yang sebenarnya…” Alkitab disembunyikan dan disingkirkan,
“…sirkulasi Alkitab dilarang (GC 51)…” Jadi dengan kata lain selama periode ini orang-orang
tidak bisa melihat Yesus karena terang kecil disembunyikan dan disingkirkan.
The next statement speaks about William Miller studying
the Scriptures. It says, “…the Scriptures
were carefully searched…” and
what happened as a result? “…light poured in upon our darkness…” (CET p. 56)
Pernyataan berikut berbicara tentang William Miller
mempelajari Kitab Suci. Dikatakan, “…Kitab Suci
diselidiki dengan teliti…” dan sebagai
akibatnya apa yang terjadi? “…terang tercurah ke atas kegelapan
kami….” (CET hal. 56)
And then the last statement that we have in this page has
to do with the end times. Let's read that, “Dear brethren and sisters: As error is
fast progressing, we should seek to be awake in the cause of God, and realize
the time in which we live. Darkness is
to cover the earth, and gross darkness the
people. And as nearly all around us are being enveloped in the thick darkness…” what is the thick darkness? “…of error and…” what?
“…delusion…”
is that the case during the period of papal
supremacy? Yes. “…it becomes us
to shake off stupidity and live near to God, where we can draw divine…” what?
“…rays of light and glory from the countenance of Jesus. As darkness thickens and error
increases…” so notice darkness is related to error, “… we should obtain a more thorough knowledge
of the truth and be prepared to maintain our position from…” where? “…from the
Scriptures.” (EW 104, 105)
Kemudian
pernyataan yang terakhir yang ada di halaman
ini berkaitan dengan akhir zaman. Mari kita
baca, “…Saudara-saudara yang terkasih. Karena
kesalahan sedang berkembang dengan pesat, kita harus berupaya untuk
tetap berjaga di dalam misi Allah, dan menyadari zaman di mana kita hidup. Kegelapan akan menutupi
bumi, kegelapan besar akan menutupi manusia. Dan karena nyaris semua di sekeliling
kita terselubung dalam kegelapan pekat…” kegelapan pekat ini apa?
“…dari kesalahan dan…” apa? “…delusi (khayalan kosong)…” itukah
keadaannya selama periode kekuasaan Kepausan? Ya.
“…adalah baik bagi kita untuk menyingkirkan kebodohan dan hidup dekat dengan
Allah, dari mana kita bisa mendapatkan…” apa? “…pancaran cahaya ilahi dan
kemuliaan dari wajah Yesus. Sementara kegelapan menjadi semakin tebal dan
kesalahan meningkat…” jadi simak
kegelapan berkaitan dengan kesalahan, “…kita harus
mendapatkan pengetahuan yang lebih menyeluruh tentang kebenaran dan siap
mempertahankan posisi kita dari…” mana?
“…dari Kitab Suci….” (EW 104, 105)
And then at the top of
page 110 Ellen White quotes Isaiah 8:20,
“ 20 To the law and to the testimony, if they do
not speak according to this word, it
is because there is no light in them.” In other words, they are in what? They're
in darkness. The people of God are directed where? To the Scriptures as their
safeguard against the influence of false teachers and the delusive power of
spirits of darkness.
Kemudian di bagian
atas hal. 110, Ellen White mengutip Yesaya 8:20, “20 Bandingkan
dengan Hukum dan dengan Kesaksian. Jika mereka tidak berbicara sesuai dengan kata-kata tersebut, itu karena tidak ada terang di dalam
mereka…” Dengan kata lain, mereka berada dalam apa? Mereka dalam
kegelapan. Umat Allah diarahkan ke mana? Ke Kitab Suci sebagai pengaman mereka
terhadap pengaruh guru-guru palsu dan kuasa roh-roh kegelapan yang menipu.
So how is the darkness dispelled? The darkness is dispelled by the Scriptures,
by the lesser light that leads to whom? That leads to Jesus The Greater Light.
Jadi bagaimana kegelapan itu disingkirkan? Kegelapan disingkirkan oleh
Kitab Suci, oleh terang kecil yang menuntun kepada siapa? Yang
menuntun kepada Yesus Terang Besar.
Now let's talk about how the papacy darkened the sun and
moon. We know that it was by the
suppression of the Scriptures, but let's be a little bit more specific. In
order to understand the darkening of the sun and the moon during the Fourth
Trumpet, we need to study the “Daily” that the Little Horn took away from the
Prince of the host. And that should be fresh in your minds because two
Sabbath's ago we were studying Daniel 8 in our Sabbath School lessons. Remember
that the Little Horn attacked the Prince of the host, and he attacked the host,
and he took away the “Daily”? Now let's pursue this.
Sekarang, mari kita bicara tentang bagaimana Kepausan
menggelapkan matahari dan bulan. Kita tahu bahwa itu dilakukannya dengan melarang dipakainya Kitab Suci, tetapi marilah kita sedikit lebih spesifik.
Agar bisa memahami penggelapan matahari dan bulan selama periode Terompet
Keempat, kita perlu mempelajari “yang terus-menerus itu” yang diambil oleh Tanduk Kecil dari Pangeran para
balatentara. Dan ini seharusnya masih segar dalam ingatan kalian karena dua
Sabat lalu kita mempelajari Daniel 8 dalam pelajaran Sekolah Sabat kita. Ingat,
Tanduk Kecil itu menyerang Pangeran para balatentara, dan dia menyerang para
balatentaraNya, dan dia
menyingkirkan “yang terus-menerus itu”? Sekarang mari
kita bahas ini.
It is difficult to interpret the word “Daily” unless we
go to other places in the Bible to explain what this word means. The word is an
adjective and in Daniel 8 it has no noun to qualify, so the question is the Little
Horn took away the “Daily” what? You know the word “sacrifice” isn't there. The
meaning of the word תָּמִיד [tâmı̂yd] in Hebrew is simply “something which goes on continuously without
interruption” that's what the word תָּמִיד [tâmı̂yd] means. However, what is
it in Daniel 8 that goes on continuously without interruption? Now you remember
that the Little Horn of Daniel 8
represents what power? The papacy, the same power that's being described in the
Fourth Trumpet, right? Now it is important to keep in mind that the word תָּמִיד [tâmı̂yd] “Daily” has the definite article, it is not simply
“Daily” it is THE “Daily” it is a specific “Daily”, that is taken away by
the Little Horn. As I mentioned before,
the King James Version translators added the word “sacrifice” but Ellen
White has this statement in Early Writings page
74 and 75 where she wrote, “Then I
saw in relation to the ‘daily’ (Daniel 8:12) that the word ‘sacrifice’ was supplied by man’s wisdom,
and does not belong to the text; and that the Lord gave the correct view of it
to those who gave the judgment-hour cry….”
Sulit menerjemahkan kata “yang
terus-menerus itu” kecuali kita ke
tempat-tempat lain di Alkitab untuk menerangkan apa makna kata ini. Kata ini
adalah kata sifat, dan di Daniel 8 tidak ada kata benda yang diterangkannya.
Maka pertanyaannya ialah Tanduk Kecil itu mengambil APA “yang terus-menerus
itu”? Kalian sudah tahu bahwa kata “kurban” itu ditambahkan (aslinya tidak
ada). Makna kata תָּמִיד [tâmı̂yd] dalam bahasa
Ibrani semata-mata ialah “sesuatu yang
berlangsung terus-menerus tanpa jeda”, itulah makna kata תָּמִיד [tâmı̂yd]. Namun, APA yang
di Daniel 8 yang berlangsung terus-menerus tanpa interupsi? Nah, kalian ingat
bahwa Tanduk Kecil Daniel 8 mewakili kekuasaan apa? Kepausan, kekuasaan yang
sama yang digambarkan dalam Terompet Keempat, benar? Nah, penting diingat bahwa
kata תָּמִיד [tâmı̂yd] “yang terus-menerus itu” didahului oleh
kata penunjuk tentu
(=
yang...itu). Itu bukan asal
sembarang “terus-menerus”, melainkan “terus-menerus yang itu”, jadi “terus-menerus” yang khusus, yang diambil
oleh Tanduk Kecil. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya para penerjemah
KJV menambahkan kata “kurban” tetapi ada pernyataan Ellen White ini di Early Writings hal. 74-75 di mana dia menulis, “…Lalu saya melihat sehubungan dengan
‘terus-menerus itu’ (Daniel 8:12), bahwa kata ‘kurban’ itu ditambahkan oleh hikmat manusia
dan bukan asli bagian ayat itu; dan Tuhan memberikan pandangan yang tepat
tentang hal itu kepada mereka yang menyerukan telah datang saat
penghakiman…”
Now, Heidi Heiks whom I mentioned before, wrote an entire
book on this issue of the “Daily”. There are two views. One is that the “Daily”
is paganism that was taken away; the other view is the view that I’m going to
share, which I believe that fits better with the context of what we are
studying here.
Nah, Heidi Heiks yang saya singgung sebelumnya, menulis
sebuah buku lengkap tentang isu “terus-menerus” ini. Ada dua pandangan. Satu
ialah bahwa “terus-menerus itu” adalah paganisme
yang disingkirkan; pandangan yang lain ialah pandangan yang akan saya bagikan
yang saya yakini lebih pas dengan konteks apa yang kita pelajari di sini.
So at the bottom of page 110, what then does this word
mean? What does the word “Daily” mean? We must allow other Old Testament texts
to explain what the word means. The Old Testament when we examine other verses
clearly indicates that this word refers to “the daily ministration of the priest in the
Court of the sanctuary and in the Holy place of the sanctuary.” And by the way you know because it’s
dealing with the sanctuary, you have to interpret the word “Daily” in the
context of the sanctuary, right? So this
means that the Little Horn was going to attempt to take away from the Prince ~ that is from Jesus, the Prince of the host ~ His ministration where? In the Court and in the Holy place of the sanctuary. Now in
order to comprehend how the Little Horn did this, we need to answer two
fundamental questions:
1. The first question is in which sanctuary did the Prince
minister at this point in the vision of Daniel 8, and also during the
period of the Fourth Trumpet. In which sanctuary was the Prince ~ who is Jesus
~ ministering? Some earthly sanctuary? No, there was no earthly sanctuary.
2. The second question we must answer is what does
each piece of furniture in the Court and
in the Holy place represent.
What did the Altar of Sacrifice, the Candlestick, the Table of Showbread
and the Altar of Incense represent? What did they symbolize in other words.
Maka di bagian bawah hal.110, kalau begitu apa makna kata
ini? Apa makna kata “terus-menerus itu”? Kita harus mengizinkan ayat-ayat lain di Perjanjian Lama untuk
menjelaskan apa makna kata ini. Bila kita memeriksa ayat-ayat lain, kitab
Perjanjian Lama dengan jelas mengindikasikan bahwa kata ini merujuk kepada “pelayanan terus-menerus para imam di Pelataran Bait Suci dan di bilik Kudus
Bait Suci.” Dan, kalian tahu karena ini berkaitan dengan Bait Suci,
kita harus menerjemahkan kata “terus-menerus” ini dalam konteks Bait Suci,
benar? Jadi ini berarti bahwa Tanduk
Kecil berusaha mengambil dari Sang Pangeran ~ yaitu dari Yesus, Pangeran para
balatentara ~ pelayananNya di mana? Di Pelataran dan di bilik Kudus
Bait Suci. Nah, untuk dapat memahami bagaimana Tanduk Kecil
melakukan ini, kita harus menjawab dua pertanyaan fundamental:
1.
Pertanyaan pertama ialah, di Bait Suci mana Sang Pangeran melayani
pada saat itu, di penglihatan Daniel 8, dan juga selama periode Terompet
Keempat. Di Bait Suci mana Sang Pangeran ~ yang adalah Yesus ~ melayani? Bait
Suci duniawi? Tidak. Tidak ada lagi Bait Suci duniawi.
2.
Pertanyaan kedua yang harus kita jawab ialah setiap perabot di Pelataran dan
di Bilik Kudus melambangkan apa? Mezbah Kurban, Kaki Dian, Meja
Roti Sajian, dan Mezbah Ukupan melambangkan apa? Dengan kata lain mereka adalah
simbol apa?
Well, let’s look for the answer to the first question.
Who is the Prince? Well, let’s go to Joshua 5:13-15, here
Israel is about to conquer Jericho, they have it surrounded and Joshua is on
the outskirts of Jericho, and this majestic Warrior shows up, and let’s read
about it in verse 13. “13 And it came
to pass, when Joshua was by Jericho, that he lifted his eyes and looked, and
behold, a Man stood opposite him with His sword drawn in His hand.
And Joshua went to Him and said to Him, ‘Are You
for us or for our adversaries?’ 14 So He said,
‘No, but as Commander of the army of
the Lord…” Now you
don’t catch the connection with Daniel 8 but there are only two places where
you have the expression “Prince of the host” which is translated here
“Commander of the Lord’s army”, it’s the identical Hebrew expression, so it’s
the same Prince in Joshua as in Daniel 8. “14 So He said, ‘No,
but as Commander of
the army of the Lord I
have now come.’ And
Joshua fell on his face to the earth and…” what? “…worshiped…” Was this
Warrior, God? If He wasn’t God, well then Joshua’s practicing idolatry, isn’t
he?
“…and said to Him, ‘What does my Lord say to His servant?’
15 Then the
Commander of the Lord’s army
said to Joshua, ‘Take your
sandal off your foot, for the place where you stand is Holy.’ And Joshua
did so.”
What other place in Scripture do we find a command to
take off the sandals? In chapter 3 of Exodus, where Moses is commanded because
he's in the presence of God.
So who is the Prince of the host? The Prince of the host is none other than
Jesus Christ.
Nah, mari kita
mencari jawaban untuk pertanyaan pertama.
Siapakah Sang
Pangeran? Mari kita ke Yosua 5:13-15, di sini Israel akan menaklukkan Yerikho,
mereka telah mengepungnya dan Yosua ada di tepi Yerikho, dan seorang Pejuang
yang berpenampilan seperti raja ini muncul. Mari kita baca di ayat 13, “13
Dan ketika Yosua dekat Yerikho, ia mengangkat matanya dan melihat, dan lihatlah, seorang Laki-laki berdiri di hadapannya dengan pedang terhunus di tanganNya.
Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya, ‘Apakah
Engkau di pihak kami atau di pihak lawan?’ 14 Maka jawab Orang
itu, ‘Bukan, tetapi sebagai Panglima balatentara TUHAN, …” nah, kita tidak menangkap koneksi ini dengan Daniel 8, tetapi hanya ada dua tempat di mana
ditemukan ungkapan “Pangeran balatentara” yang di sini diterjemahkan “Panglima
balatentara Tuhan”, itu adalah ungkapan yang sama dalam bahasa Ibrani. Jadi
yang ada di Yosua dengan yang di Daniel 8 adalah Pangeran yang sama. “…Maka jawab Orang itu,
‘Bukan, tetapi sebagai Panglima balatentara TUHAN, Aku datang sekarang.’ Lalu sujudlah Yosua
dengan mukanya ke tanah dan…” apa? “…menyembah…” apakah Pejuang ini
Allah? Andai Dia bukan Allah, maka Yosua sudah menyembah berhala, bukan? “…dan berkata kepadaNya: ‘Apakah yang akan
dikatakan Tuanku kepada hambaNya ini?’ 15 Dan Panglima balatentara
TUHAN itu berkata kepada Yosua, ‘Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab
tempat di mana engkau berdiri itu kudus.’
Dan Yosua berbuat demikian…”
Di tempat lain
mana di Kitab Suci kita menemukan perintah untuk menanggalkan sandalnya? Di
Keluaran pasal 3, di mana Musa diperintahkan karena dia berada di hadirat
Allah.
Now the question is, where was Jesus serving as Prince of
the host during the period of the Little Horn of Daniel 8 and the Fourth
Trumpet of the book of Revelation? Well, let's pursue this.
Matthew 21:12-13 describes the triumphal entry of Jesus
into Jerusalem on what Christians call “Palm Sunday”. We're told there that He entered the temple of God and He
called the temple what? “My
Father's house.” So
when He enters, it's called the temple of God and He says,
that it is “My
Father's house.”
However, a short while later in chapter 23 the last two verses, Jesus now
leaves the temple and as He's leaving He says to the Jewish leaders, “Your
house is left unto you desolate.” In
other words, the Shekinah had left and the temple was doomed. Now, because the
Jewish nation rejected Christ, in AD 70 ~ as we've studied ~ the Romans
destroyed the Jerusalem Temple, and it has never been rebuilt. In other words, during the
period of the Fourth Trumpet there was no Jewish temple, that's very
clear. For this reason it is not possible to conclude that the sanctuary that
the Little Horn trampled upon during the Christian era, was the Jerusalem
Temple, because there was no Jerusalem temple to trample. During the Christian
dispensation when the Little Horn did its work, there was no earthly Jerusalem
temple in existence.
Sekarang pertanyaannya ialah, di mana Yesus melayani
sebagai Pangeran para balatentara selama periode Tanduk Kecil Daniel 8 dan
Terompet Keempat kitab Wahyu? Nah, mari kita simak.
Matius 21:12-13 menggambarkan masuknya Yesus ke Yerusalem
dielu-elukan sebagai Raja pada hari yang disebut orang Kristen “Minggu Palem”. Kita mendapat
tahu bahwa Dia memasuki Bait Suci Allah dan Dia menyebut Bait Suci itu apa? “Rumah BapaKu”. Jadi ketika Dia masuk, itu disebut Bait Suci Allah, dan
Dia mengatakan itu “Rumah BapaKu”. Namun, tidak lama
kemudian di pasal 23, dua ayat yang terakhir, Yesus sekarang meninggalkan Bait
Suci dan sementara Dia meninggalkannya Dia berkata kepada para pemimpin Yahudi,
“Rumahmu ditinggalkan kepadamu
terlantar.” Dengan kata lain, Shekinah sudah meninggalkan dan Bait Suci itu nasibnya bakal binasa. Nah, karena bangsa Yahudi telah menolak Kristus,
maka di tahun 70 AD ~ seperti yang sudah kita pelajari ~ bangsa Roma
menghancurkan Bait Suci Yerusalem, dan sejak itu tempat itu tidak pernah
dibangun kembali. Dengan kata lain selama
periode Terompet Keempat, Bait Suci Yahudi
sudah tidak ada lagi, itu jelas sekali. Karena alasan ini, mustahil untuk
menyimpulkan Bait Suci yang diinjak-injak Tanduk Kecil selama era Kristen
adalah Bait Suci Yerusalem karena sudah tidak ada Bait Suci Yerusalem yang bisa
diinjak. Selama dispensasi Kristen ketika Tanduk Kecil melaksanakan
pekerjaannya, sudah tidak ada Bait Suci Yerusalem di dunia.
However, if the Little Horn did not do its work in the
Jerusalem Temple, then where did it do its work? The answer is twofold.
·
First
upon His
ascension, Jesus began His ministry as High Priest where? In the
literal Heavenly sanctuary, personally and what? Physically. He is the
genuine High Priest who ministers in the literal Heavenly temple on the
literal Mount Zion in the literal Heavenly Jerusalem, correct? He is the minister of a better covenant
because He presents before His Father His Own better blood that runs where?
Does He
literally present His blood? You better believe it! It runs
through His veins. He says, “Father, My blood, My blood, My blood.”
·
second
point Jesus
is also minister in the spiritual temple on earth. The spiritual temple
is a reflection of the Heavenly temple. And that temple on earth is what? The
Christian Church. This spiritual temple has spiritual foundations, it has a
spiritual cornerstone, it has spiritual
building stones, and a spiritual Shekinah which is what? The invisible
Holy Spirit. Are you following or not? Did the Apostle Paul identify
the church as the temple on earth, a spiritual temple? All you have to do is
read Ephesians 2:19-22, he clearly identifies the church as the temple.
In other words Jesus ministers in two places at the same
time:
(1) physically in Heaven and
(2) spiritually on earth, through the ministry of the
Holy Spirit.
His
Heavenly hosts are the angels, and His earthly hosts are His faithful
followers. Is this making sense?
Namun, jika Tanduk Kecil tidak melakukan pekerjaannya di
Bait Suci Yerusalem, maka di mana dia melakukan pekerjaannya? Jawabannya ganda.
·
Pertama, pada
saat kenaikanNya ke Surga, Yesus
memulai pelayananNya sebagai Imam Besar di mana? Di Bait Suci surgawi yang
literal, secara Pribadi dan apa? Secara fisik. Dia benar-benar Imam Besar
yang tulen yang melayani di
Bait Suci surgawi yang literal, di Bukit Sion yang literal, di Yerusalem
surgawi yang literal, benar? Dia adalah Imam Besar dari
perjanjian yang lebih baik karena Dia mempersembahkan di hadapan BapaNya,
darahNya Sendiri yang lebih baik, yang mengalir di mana? Apakah Dia secara literal
mempersembahkan darahNya? Percayalah! Darah itu mengalir dalam pembuluh-pembuluh darahNya.
Dia berkata, “Bapa, darahKu, darahKu, darahKu.”
·
Poin kedua, Yesus
juga melayani di Bait Suci spiritual di bumi. Bait Suci di bumi
ini adalah pantulan dari Bait Suci surgawi. Dan Bait Suci di dunia ini apa? Gereja Kristen.
Bait Suci spiritual ini memiliki fondasi
yang spiritual, batu penjuru yang spiritual, batu bangunan yang spiritual,
dan Shekinah yang spiritual,
yaitu apa? Roh Kudus yang
tidak terlihat. Apakah kalian mengikuti atau tidak? Apakah rasul
Paulus mengidentifikasi gereja sebagai Bait Suci di bumi, Bait Suci spiritual?
Kalian hanya perlu membaca Efesus 2:19-22, dia dengan jelas mengidentifikasi
gereja sebagai Bait Suci.
Dengan kata lain Yesus
melayani di dua tempat pada waktu yang bersamaan:
(1) Secara
fisik di Surga dan
(2) Secara
spiritual di bumi, melalui pelayanan Roh Kudus.
Balatentara surgawiNya
ialah para malaikat, dan balatentara duniawiNya adalah para pengikutNya yang
setia. Apakah ini masuk akal?
So what does Daniel 8 mean when it states that the Little
Horn took away the “Daily” from the Prince and killed His hosts? Obviously it cannot
mean that the Little Horn literally and personally traveled to Heaven and
depose Jesus and that he destroyed the Heavenly hosts which are the angels.
Certainly it cannot mean that. What
then does it mean? We find the answer in Daniel 8:11 where the text tells us
that the
Little Horn ~ this is important ~ cast down the PLACE of the Princes’ sanctuary to
the earth. In other words, instead of the Heavenly sanctuary, the Little
Horn transfers it to the place on earth. We have already identified the
place as the Princes’ sanctuary in the literal Heavenly temple and in His
Church on earth. The word “place” מָכוֹן [mâkôn] in Hebrew is unusual. There are some very
common words in the Old Testament for “place” that are used multiple times. But
this is not one of those common words. This word is used 17 times in the Hebrew
Bible, and in 16 of those 17 references it denotes the Heavenly sanctuary as “God's
dwelling place”.
Jadi apa makna Daniel 8 ketika dikatakan bahwa Tanduk
Kecil mengambil “yang terus-menerus itu” dari Sang Pangeran dan membunuh balatentaraNya? Jelas
itu tidak mungkin berarti Tanduk Kecil secara literal dan pribadi pergi ke
Surga dan menggulingkan Yesus dan dia membinasakan balatentara
surgawi yang adalah para malaikat. Tentu saja tidak mungkin berarti itu. Kalau
begitu apa artinya? Kita temukan jawabannya di Daniel 8:11 di mana ayat ini
mengatakan kepada kita bahwa Tanduk
Kecil ~ ini penting ~ mencampakkan
TEMPAT Bait Suci Sang Pangeran ke bumi. Dengan kata lain, Tanduk Kecil memindahkan Bait
Suci surgawi ke tempat di bumi. Kita sudah mengidentifikasi
tempat Bait Suci Sang Pangeran di Bait Suci surgawi yang literal dan di
gerejaNya di bumi. Kata “tempat” מָכוֹן [mâkôn] dalam bahasa
Ibrani itu tidak umum. Ada beberapa kata yang sangat umum untuk “tempat” di
Perjanjian Lama, yang dipakai berulang-ulang. Tetapi ini bukan salah satu dari
kata-kata yang umum itu. Kata ini dipakai 17 kali dalam Alkitab Ibrani, dan 16
kali darinya dia menggambarkan Bait
Suci surgawi sebagai “kediaman Allah”.
Now perhaps it would be good to consider some of these
references. Now this is a long passage but it's very important, so I'm going to
take the time to read it. 1 Kings 8:37-50 and I want you to catch the
relationship here between what is happening in Heaven and what is happening on
earth, it says there, “37 When there
is famine in the land, pestilence, or blight,
or mildew, locusts or grasshoppers; when their
enemy besieges them in the land of their cities; whatever plague or
whatever sickness there is; 38 whatever prayer,
whatever supplication is made by anyone, or by all Your people Israel, when each one knows the
plague of his own heart, and spreads out his hands toward this temple…” speaking about the literal earthly temple,
right? “…toward this temple, 39 then…” wait a minute now, so they pray towards the earthly
temple, but what? “…then hear in Heaven Your dwelling
place…” that's the word מָכוֹן [mâkôn] and what does God do when He hears the prayer
in the Heavenly temple that is uttered toward the earthly temple? And what? “…and forgive, and act, and give to everyone
according to all his ways, whose heart You know ~ for You
alone know the hearts of all the sons of men ~ 40 that they may fear You
all the days that they live in the land which You gave to our fathers. 41 Moreover, concerning a
foreigner, who is not
of Your people Israel, but has come from a far country for Your name’s sake. 42 ~ for they
will hear of Your great name and Your strong hand and Your outstretched
arm ~ when he comes and prays toward this
temple…” which temple? They pray toward the earthly
temple, right? But God hears where? “…43 hear in Heaven Your dwelling place…” there's מָכוֹן [mâkôn] again “…Your dwelling place and do according to all
for which the foreigner calls to You, that all peoples of the earth may
know Your name and fear You, as do Your people Israel, and that they may know that this
temple which I have built is called by Your name…” verse 44, “…44 When Your people go out to battle against their
enemy, wherever You send them, and when they pray to the Lord toward
the city…” Notice, they are praying toward the city “…which You
have chosen and the temple which I have built for Your name, 45 then hear…” where? “…hear in Heaven their prayer and their
supplication, and maintain their cause. 46 When they sin against You ~ for there is no one who does not sin ~ and You become angry with them and deliver
them to the enemy, and they take them captive to the land of the enemy,
far or near; 47 yet when they come to themselves
in the land where they were carried captive, and…” what? “…repent, and make supplication to…” whom? “…to You in the land of those who took them
captive, saying, ‘We have sinned and done wrong, we have committed
wickedness’ 48 and when they return to You
with all their heart and with all their soul in the land of their enemies who
led them away captive, and pray to You…” where? “…toward their land which You gave to their
fathers, the city which You have chosen and the temple which I have built for
Your name,…” where
does God hear? “…49 then hear in Heaven Your
dwelling place…” there's
מָכוֹן [mâkôn] the third time “…hear in Heaven Your dwelling place their
prayer and their supplication, and maintain their cause, 50 and…” what happens, what does God do from the
Heavenly temple?
“…and forgive Your people who have sinned against You, and all their
transgressions which they have transgressed against You; and grant them…” what? What comes from the Heavenly temple?
Forgiveness and what?
“…compassion before those who took them captive, that they may have
compassion on them.”
Long passage but very interesting. People pray towards
the earthly temple, but they're really receiving an answer from where? From the
God who is in Heaven.
Mungkin baik memikirkan beberapa referensi ini. Nah, ini
adalah bacaan yang panjang, tetapi ini sangat penting, jadi saya akan mengambil
waktu untuk membacakannya. 1 Raja 8:37-50 dan saya mau kalian menangkap
hubungan yang ada di sini antara apa yang terjadi di Surga dan apa yang terjadi
di bumi. Dikatakan di sana, “37
Apabila di negeri ini ada kelaparan, sampar atau
penyakit, hama, atau hama jamur tanaman, belalang
pelahap, atau belalang hijau;
apabila musuh mengepung mereka di negeri kota mereka; apa pun tulah atau penyakit; 38 apa pun doa
dan permohonan yang dibuat oleh satu orang, atau oleh segenap
umat-Mu Israel, bila setiap orang tahu penyakit di hatinya
sendiri, dan menadahkan tangannya ke arah Bait Suci ini, …” berbicara tentang
Bait Suci duniawi yang literal, benar? “…ke arah Bait Suci ini, 39 maka…” tunggu dulu, jadi
mereka berdoa ke arah Bait Suci duniawi, tetapi apa? “…maka
dengarlah di sorga tempat kediaman-Mu…” itu kata מָכוֹן [mâkôn] dan apa yang dilakukan Allah ketika Dia mendengar doa itu
di Bait Suci surgawi yang diutarakan ke
arah Bait Suci duniawi? Dan apa? “…ampunilah, dan bertindaklah,
dan balaskanlah kepada setiap orang sesuai
dengan segala kelakuannya, yang hatinya
Engkau kenal ~ karena Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak
manusia ~ 40 supaya mereka takut akan Engkau selama mereka
hidup di atas tanah yang telah Kauberikan kepada nenek moyang kami. 41
Lebih jauh, apabila seorang asing, yang
tidak termasuk umat-Mu Israel, melainkan dia telah datang
dari negeri jauh demi nama-Mu, 42 ~ sebab mereka
akan mendengar tentang nama-Mu yang besar dan tangan-Mu yang kuat dan lengan-Mu
yang teracung ~ apabila ia datang berdoa ke arah Bait Suci ini…” Bait Suci yang
mana? Mereka berdoa ke arah Bait Suci
yang di dunia, benar? Tetapi Tuhan mendengar di mana? “…43 dengarlah
di Surga tempat kediamanMu…” ini מָכוֹן [mâkôn] lagi, “…tempat kediamanMu, dan lakukanlah semua seperti yang diserukan
kepada-Mu oleh orang asing itu, supaya
segala bangsa di bumi boleh mengenal nama-Mu dan takut akan Engkau, sebagaimana
umat-Mu Israel; dan supaya
mereka boleh tahu, bahwa Bait Suci yang telah kudirikan ini, disebut dengan nama-Mu. 44 Apabila umat-Mu keluar untuk
berperang melawan musuh mereka, ke mana pun
Engkau mengirim mereka, dan apabila mereka
berdoa kepada TUHAN dengan berkiblat ke kota…”
simak, mereka berdoa ke arah kota (Yerusalem), “…yang telah Kaupilih dan ke Bait Suci yang telah kudirikan bagi nama-Mu,
45 maka dengarlah…” di mana? “…di
Surga, doa dan permohonan mereka, dan belalah misi
mereka. 46 Apabila mereka berdosa terhadap-Mu ~ karena
tidak ada manusia yang tidak berdosa ~ dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan
mereka kepada musuh, dan musuh mereka menawan
mereka dan mereka dibawa ke
negeri musuh yang jauh atau yang dekat, 47 tetapi bila mereka sadar di negeri tempat mereka ditawan, dan…” apa? “…bertobat, dan memohon…” kepada siapa?
“…kepada-Mu di negeri orang-orang yang menawan
mereka, dan berkata, ‘Kami telah berdosa, dan berbuat kesalahan, kami telah berbuat
fasik,’ 48 dan apabila mereka kembali kepada-Mu dengan segenap hati mereka dan dengan segenap jiwa mereka di negeri musuh mereka yang menawan mereka, dan
berdoa kepada-Mu…” di mana? “…ke arah negeri
mereka yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka, kota yang telah Kaupilih dan Bait Suci yang telah kudirikan bagi nama-Mu…” di mana Allah mendengar? “…49 maka dengarlah di surga, tempat kediaman-Mu…” itu מָכוֹן [mâkôn] untuk ketiga kalinya, “…maka dengarlah di surga, tempat kediaman-Mu doa mereka dan permohonan mereka dan belalah
misi mereka. 50 Dan…” apa yang terjadi?
Apa yang dilakukan Allah dari Bait Suci surgawi? “…dan ampunilah umat-Mu yang telah berdosa
kepada-Mu, dan segala pelanggaran mereka yang mereka lakukan terhadap-Mu, dan karuniakanlah kepada mereka…” apa? Apa yang
datang dari Bait Suci surgawi? Pengampunan dan apa? “…belas kasihan
di hadapan orang-orang yang menawan mereka, agar orang-orang itu
berbelaskasihan kepada mereka.”
Bacaan yang panjang tetapi sangat menarik. Manusia berdoa
ke arah Bait Suci di dunia, tetapi
mereka sebenarnya menerima jawaban dari mana? Dari Allah yang ada di Surga.
There is a paradox in this passage. Although God's people
utter their prayers towards the earthly temple, God hears their prayers and
answers from Heaven. Notice also 1 Kings 8:30, “30 And may You hear the
supplication of Your servant and of Your people Israel, when they pray toward
this place…” but where does God hear?
Oh, “…Hear in Heaven Your dwelling place…” once again מָכוֹן [mâkôn], heed
and what? Heed and forgive, “...and when You hear,
forgive.”
Thus the conclusion is, there is an intimate connection
between the earthly and Heavenly temples, in a sense God dwells in both.
Ada paradoks dalam
pesan ini. Walaupun umat Allah menyerukan doa mereka ke arah Bait Suci di dunia, Allah mendengar doa
mereka dan menjawabnya dari Surga. Juga simak 1 Raja 8:30, “30
Dan semoga Engkau mendengar permohonan
hamba-Mu dan umat-Mu Israel saat mereka berdoa ke arah
tempat ini…” tetapi di mana
Allah mendengar? Oh, “… Dengarlah di Surga di tempat kediaman-Mu…” sekali lagi מָכוֹן [mâkôn], dengarkan dan apa? Dengarkan dan ampunilah, “…dan
apabila Engkau mendengarnya, ampunilah.”
Maka kesimpulannya ialah, ada kaitan yang akrab antara
Bait Suci di dunia dengan yang di Surga, dalam pengertian Allah berdiam di
kedua-duanya.
For our purposes here it
is important to remember that when Nebuchadnezzar came and destroyed the
Jerusalem temple he was not able to touch the Heavenly temple, right? So the
earthly Antichrist, is he able to interfere with the earthly functions? Yes. But
is he able to interfere with the Ministry of Christ in the Heavenly temple? Absolutely
not. In a similar fashion, the Little Horn was able to take over the sanctuary
functions from the Prince and kill His hosts on earth, but he was not able to
take away the functions of the Priest in Heaven nor destroy His angels.
Untuk tujuan kita di sini, penting untuk mengingat ketika
Nebukadnezar datang dan menghancurkan Bait Suci Yerusalem, dia tidak bisa
menyentuh Bait Suci surgawi, benar? Jadi apakah Antikristus duniawi bisa campur
tangan dalam fungsi-fungsi duniawi? Ya. Tetapi apakah dia bisa campur tangan
dalam pelayanan Kristus di Bait Suci surgawi? Tentu saja tidak. Dengan cara
yang sama, Tanduk Kecil bisa mengambil alih fungsi-fungsi Bait Suci dari Sang
Pangeran dan membunuh balatentaraNya di bumi, tetapi dia tidak bisa merebut
fungsi-fungsi Imam Besar di Surga maupun membinasakan malaikat-malaikatNya.
The
act of casting down the place of the Princes’ sanctuary does not mean that the Little Horn
demolished mortar and stones of the Heavenly sanctuary. The meaning is that the Little
Horn usurped and placed on earth the “Daily” or continual ministration of the
Heavenly Prince. In other words that which belonged to the Prince in
Heaven the
Little Horn usurped, and what? And set up on earth. He changes the place of
the sanctuary, in other words. Significantly at this point in the flow of
Christian history, the Little Horn ~ this is an important point ~ attempted
to interfere mainly with what? With the “Daily” ministry of the Prince in the
Court and in the Holy place. This is understandable because during that period
Jesus had not yet what? Jesus had not yet entered the Most Holy place, so the
Little Horn mainly interferes with the Court, and the Holy ministration.
Tindakan
mencampakkan tempat Bait Suci Sang Pangeran tidak berarti bahwa Tanduk Kecil itu menghancurkan
plesteran dan batu-batu Bait Suci surgawi. Artinya
Tanduk Kecil merebut dan memindahkan ke bumi pelayanan “yang terus-menerus itu” atau yang tidak berkeputusan dari Pangeran surgawi. Dengan kata lain,
apa yang adalah hak Pangeran surgawi direbut
oleh Tanduk Kecil dan apa? Dan dipindahkan ke bumi. Dengan kata lain dia
mengubah tempat Bait Suci. Secara signifikan pada waktu ini menurut alur sejarah
Kristen, Tanduk Kecil ~
ini poin yang penting ~ berusaha
mengganggu terutama apa? Pelayanan
“terus-menerus” Sang Pangeran di Pelataran dan di bilik Kudus.
Ini bisa dimengerti karena selama periode tersebut Yesus belum apa? Yesus belum
masuk ke bilik Mahakudus, maka Tanduk Kecil terutama mengganggu pelayanan di Pelataran
dan di bilik Kudus.
The central issue then is
who will control the sanctuary service in the Court and in the Holy place: The
Prince or the Little Horn? Why is control of the sanctuary such an important
and vital issue? We find the answers to these questions by considering the meaning of
the Altar of Sacrifice in the Court, and the Candlestick, the Table of
Showbread and the Altar of Incense in the Holy place. So now we're going to
take a look at the furniture that was in the sanctuary to understand in what sense the
place of the sanctuary is cast down, and the earthly Little Horn takes over the
functions of the Heavenly Prince.
Isu intinya kalau begitu ialah siapa yang akan
mengendalikan pelayanan Bait Suci di Pelataran dan di bilik Kudus: Sang
Pangeran atau Tanduk Kecil? Mengapa kendali
atas Bait Suci itu isu yang begitu penting dan vital? Kita dapatkan jawabannya
untuk pertanyaan-pertanyaan ini dengan
mempelajari Mezbah Kurban di Pelataran, Kaki Dian, Meja Roti
Sajian, dan Mezbah Ukupan di bilik Kudus. Jadi sekarang kita akan melihat perabotan yang ada di Bait Suci
untuk memahami dalam pengertian apa tempat Bait Suci itu dicampakkan, dan Tanduk Kecil yang duniawi mengambil alih fungsi Sang Pangeran surgawi.
Morning and evening ~ let's talk about the Altar of Sacrifice ~
morning and evening the priest offered a lamb upon the Altar of Sacrifice in
the Court for the sins of Israel. As long as the Hebrew sanctuary stood there
was never a time when the fire of the sacrifice was not burning. It burned
continually. This was the “Daily” burned offering. Notice as an example Exodus
29:39. “38 Now
this is what you
shall offer on the altar: two lambs of the first year, day by day…” what? Same word as in Daniel 8, “…continually תָּמִיד [tâmı̂yd] continually. 39 One lamb you shall
offer in the morning, and the other lamb you shall offer at
twilight.”
The sacrifice of the Lamb of course represented what? The
sacrifice of Jesus on the cross of Calvary. The priest offered the sacrifice
“Daily” morning and evening, thus indicating that the death of Christ has enduring
value. He died how many times? Once for all and never needs to die
again. The book of Hebrews makes this clear. Hebrews 7:26-27, “26 For such a
High Priest was fitting for us, who
is holy, harmless, undefiled, separate from sinners, and
has become higher than the heavens; 27 who does not need daily, as those high priests, to
offer up sacrifices, first for his own sins and then for the people’s, for
this He did…” what? “…once for all when He offered up
Himself.”
So the sacrifice of Christ was what? The “Daily” indicates He was offered
once for all and that sacrifice is a value for everyone for all time.
Pagi dan petang ~
mari kita bicara tentang Mezbah
Kurban ~ pagi dan petang imam mempersembahkan seekor domba di
Mezbah Kurban di Pelataran bagi dosa-dosa Israel. Selama Bait Suci Ibrani
berdiri tidak pernah ada suatu waktu ketika api kurban tidak menyala. Api itu
menyala terus-menerus. Inilah persembahan bakaran “yang terus-menerus
itu”. Simak, sebagai contoh Keluaran 29:39, “38 Inilah
yang harus kaupersembahkan di atas mezbah
itu: dua anak domba berumur setahun, hari demi
hari…” apa? Kata yang sama seperti di Daniel
8, “…terus menerus תָּמִיד [tâmı̂yd] terus-menerus 39 Domba
yang satu haruslah kaupersembahkan pada
waktu pagi dan domba yang lain kaupersembahkan
pada waktu di antara dua petang. …”
Kurban domba tentu saja melambangkan apa? Kurban Yesus di
salib Kalvari. Imam mempersembahkan kurban
“terus-menerus itu” pagi dan petang, dengan
demikian mengindikasi bahwa kematian Kristus memiliki nilai yang terus bertahan. Yesus mati berapa kali? Satu kali bagi semua, dan tidak
pernah perlu mati lagi. Kitab Ibrani membuat ini jelas. Ibrani 7:26:27, “…26 Sebab
Imam Besar yang demikianlah yang layak bagi kita:
yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang
berdosa, dan telah menjadi lebih tinggi daripada semua
langit 27 yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap
hari harus mempersembahkan kurban pertama untuk
dosanya sendiri dan sesudah itu untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah
dilakukan-Nya…” apa? “…satu kali
untuk semua manusia, ketika Ia
mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban. …”
Maka kurban Kristus itu apa? Yang “terus-menerus itu” mengindikasikan Dia telah
dipersembahkan satu kali untuk semua dan kurban itu berlaku bagi semua orang di
semua zaman.
Notice Hebrews 9:25-26 from the King James Version, “25
Nor yet that He should offer himself often, as the high priest entereth into
the holy place every year with blood of others; 26 For then must He
often have suffered since the foundation of the world: but now…” how many times?
“…once in the end of the world hath He appeared to put away sin by the
sacrifice of Himself. 27 And as it is appointed unto men once to
die, but after this the judgment: 28 So Christ was…” what?
“…once offered to bear the sins of many; and unto them that look for Him
shall He appear the second time without sin unto salvation.”
So how many times was Jesus going to die? He was only
going to die once for all.
Jadi berapa kali Yesus harus mati? Dia hanya harus mati
satu kali bagi semua.
Now how did the Little Horn hide this fact, that Jesus
had died once for all? Well, in the middle of the page we have the answer.
The
Roman Catholic dogma of the sacrifice of the mass counterfeits the once-for-all
sacrifice of Jesus Christ on the cross. According to Roman Catholic theology, according to the dogma, the priest
sacrifices Jesus repeatedly in every mass. Instead of looking to the
Lamb of God who takes away the sin of the world and presents His own blood
before the Father, the Roman Catholic Church teaches believers to look at the
wafer hosts and supposedly the real body of Jesus is found there. It's called
the ubiquity of the presence of Christ. Instead of coming boldly to Jesus at
the throne of grace in Heaven to claim His once-for-all and sufficient sacrifice,
Roman
Catholic priests teach the faithful that the host nourishes them because they
are feeding on the literal body of Jesus
and drinking His literal blood.
In fact the priests store the host in a flower-like
artifact called the “tabernacle” and at the center of the artifact is the
circular wafer host, and coming forth from the edges of the hosts are the rays
of the sun. When the priest brings the tabernacle before the congregation ~
this is important ~ which contains the host, he teaches the members to bow and
worship the host! This is simply a deceitful form of sun worship.
Nah, bagaimana Tanduk Kecil menyembunyikan fakta ini
bahwa Yesus sudah mati satu kali buat semua manusia? Di bagian tengah halaman kita dapati jawabannya. Dogma Roma Katolik tentang
kurban dalam misa, memalsukan kurban Yesus di salib yang sekali-bagi-semua.
Menurut theologi Roma
Katolik, menurut dogmanya, imam yang mempersembahkan Yesus berulang-ulang dalam setiap misa. Bukannya mengajarkan pengikut-pengikutnya supaya memandang
kepada Anak Domba Allah yang mengangkat dosa dunia dan mempersembahkan darahNya
sendiri di hadapan Bapa, gereja Roma Katolik mengajarkan agar pengikut-pengikutnya memandang ke roti hosti dan menurut
kata mereka tubuh Yesus sendiri ada di sana. Ini disebut “ubiquity of the presence of Christ” atau kehadiran Kristus di mana-mana. Bukannya datang dengan berani ke
Yesus di takhta kasih karuniaNya di Surga untuk mengklaim kurbanNya yang cukup
sekali-bagi-semua, imam-imam Roma
Katolik mengajarkan kepada umatnya yang setia bahwa roti hosti itu yang memberi
gizi kepada mereka karena mereka makan tubuh literal Yesus dan minum darah
literalNya.
Bahkan para imam menyimpan roti hosti dalam sebuah tempat
model bunga yang disebut “tabernakel”, dan di tengah tempat itulah terdapat
roti hosti yang bundar. Dan dari tepi roti hosti itu ada pancaran sinar
matahari. Ketika imam membawa tabernakel itu kepada jemaat ~ ini penting ~ di
mana terdapat roti hosti, jemaat diajarkan untuk bersujud dan menyembah roti
hosti itu! Ini semata-mata bentuk tipuan penyembahan kepada matahari.
Furthermore the Roman Catholic theology teaches that the
priest on earth takes over the power and prerogatives of Jesus Christ. When the priest
pronounces the words of
consecration: hoc est corpus meum (this is my body), the wafer according to Catholic theology
is no longer a wafer but it is rather the real physical body of Jesus. Roman
Catholic theology teaches that when these words are pronounced, the earthly
priest has the power to transubstantiate the wafer into the real body of Jesus
Christ, that is to say the earthly priest supposedly has the power to
create his Creator. This is blasphemy to the fullest degree!
Lebih lanjut, theologi Roma Katolik mengajarkan bahwa
imam di dunia mengambil alih kuasa dan hak prerogatif Yesus Kristus. Ketika imam mengucapkan
kata-kata konsekrasi: hoc est corpus meum (inilah tubuhku),
roti hosti itu menurut theologi
Katolik bukan lagi roti melainkan itu benar-benar tubuh fisik Yesus.
Theologi Roma Katolik mengajarkan bahwa ketika kata-kata itu diucapkan, imam yang fana memiliki kuasa
untuk men-transubstansiasi roti menjadi tubuh literal Yesus Kristus,
dengan kata lain, imam fana ini
dipercayai memiliki kuasa untuk menciptakan Penciptanya. Ini adalah menghujat
tingkat tinggi!
Saint Alphonsus Liguori, one of the 33 doctors of the
Roman Catholic Church in the History of the Church, wrote about the
transubstantiating power that the Roman Catholic Church believes the priest has.
This is in his book The Dignity and Duties of
the Priest or Selva page 32 and 33, “Thus the priest may, in a certain manner,
be called the creator of his Creator, since by
saying the words of consecration, he creates, as it were, Jesus in the
sacrament, by giving Him a sacramental existence, and produces Him as a victim
to be offered to the eternal Father. As in creating the world it was
sufficient for God to have said, ‘Let it be made’, and it was created, He
spoke, and they were made, so it is sufficient for the priest to say, ‘Hoc est corpus meum’,
and behold the
bread is no longer bread, but the body of Jesus Christ. ‘The power of the
priest’, says St. Bernardine of Sienna, ‘is the power of the divine person; for
the transubstantiation of the bread requires as much power as the creation of
the world.’…”
Is that blasphemy? Does
it hide the once-for-all sacrifice of Christ? Yes, because Jesus is presenting Himself
in Heaven, His blood before the Father. And where are people looking? They're
not looking to Heaven, they're looking at earth, they're looking at a host! They're
thinking that, they think they'll be
nourished by the physical body of Jesus. It totally hides the work of Jesus The
Greater Light in the Heavenly sanctuary.
St. Alphonsus Liguori, salah satu dari 33 Doktor gereja
Roma Katolik di bidang sejarah gereja, menulis tentang kuasa transubstansiasi
yang dimiliki seorang imam menurut keyakinan gereja Roma Katolik. Ini dari buku
The Dignity and
Duties of the Priest or Selva hal. 32 dan
33. “…Dengan demikian, imam itu bisa, dalam
pemahaman tertentu, disebut pencipta dari Penciptanya, karena dengan mengucapkan kata-kata konsekrasi, imam itu
menciptakan Yesus dalam sakramen tersebut, dengan memberikan kepada Yesus suatu
eksistensi sakramental, dan menjadikan Dia sebagai kurban untuk dipersembahkan
kepada Bapa yang kekal. Sebagaimana dalam penciptaan dunia, cukup bagi
Allah untuk mengatakan, ‘Terjadilah demikian’ dan itu tercipta, Allah berfirman
dan semuanya jadi, maka begitu juga cukup bagi imam itu untuk mengatakan ‘Hoc est corpus meum’ dan demikianlah
roti itu bukan roti lagi melainkan tubuh Yesus Kristus. ‘Kuasa seorang imam’,
kata St. Bernardine dari Sienna, ‘adalah kuasa pribadi yang ilahi, karena
transubstansiasi roti membutuhkan kuasa yang sama dengan kuasa menciptakan
dunia.’ …” Apakah ini
menghujat? Apakah ini menyembunyikan kurban Kristus yang sekali-bagi-semua? Ya,
karena Yesus mempersembahkan DiriNya di Surga, darahNya di hadapan Bapa. Dan ke
mana manusia memandang? Mereka tidak memandang ke Surga, mereka memandang ke
bumi, mereka memandang pada sebuah hosti! Mereka berpikir mereka mendapat gizi
dari tubuh fisik Yesus. Ini sama sekali menyembunyikan pekerjaan Yesus, Terang
Besar, di Bait Suci surgawi.
Now what about the Table of Showbread? Well, as you know
the Table of Showbread contained two stacks of bread, two stacks of six loaves
on each side of the table. And what did the twelve loaves represent? Well, it represented
that there was sufficient bread to nourish all of Israel which had twelve
tribes.
Now this bread is called the תָּמִיד [tâmı̂yd] bread, the continual
bread. Numbers 4:7 I’m reading from the King James version because it's
translated “continual” it's the word תָּמִיד [tâmı̂yd]. Let's read there, "7 And upon the table of
shewbread they shall spread a cloth of blue, and put thereon the dishes, and
the spoons, and the bowls, and covers to cover withal: and...” what else? “...the continual bread shall be thereon.”
Now what does the bread represent? The bread represents the Word of God,
right?
Nah, bagaimana dengan Meja Roti Sajian? Seperti yang kalian
tahu, di Meja Roti Sajian ada dua tumpukan roti, dua tumpukan enam buah roti
pada setiap sisi meja itu. Dan kedua
belas buah roti ini melambangkan apa? Nah, itu melambangkan
bahwa ada cukup roti untuk memberi
makan seluruh Israel yang terdiri atas 12 suku.
Nah, roti ini disebut roti תָּמִיד [tâmı̂yd], roti
“terus-menerus”. Bilangan 4:7, dan saya membaca dari KJV karena di situ
diterjemahkan “terus-menerus”, yaitu kata תָּמִיד [tâmı̂yd]. Mari kita
baca, “7 Dan di atas meja roti sajian mereka harus
membentangkan sehelai kain biru, dan
meletakkan di atasnya pinggan-pinggan, dan sendok-sendok, dan cawan-cawan, dan juga penutup-penutupnya untuk menutupi, dan…” apa lagi? “…roti
yang terus-menerus harus ada di atasnya.”
Nah, roti itu
melambangkan apa? Roti melambangkan
Firman Allah, benar?
So let's notice some texts.
Isaiah 55:10-11, “10 For as
the rain comes down, and the snow from heaven, and do not
return there but water
the earth, and make it
bring forth and bud that it may
give seed to the sower and bread to
the eater, 11 so shall My
word be that goes forth from My mouth…” so what does the “bread of the eater” represent? “… so shall My
word be that goes forth from My mouth…” so what does the bread represent? The word that comes out of the mouth of
God.
Notice Matthew 4:4, “4 … ‘Man shall not live by bread alone…”
that is by physical bread alone
“…but by every…” what?
“…word that proceeds from the mouth of God.’…”
So what did the bread on the table of the showbread
represent? They represent the Word of God. The number 12 indicates that it's
sufficient to feed all of God's people, indicated by the number 12.
Jadi mari kita simak beberapa ayat.
Yesaya 55:10-11, “10 Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit
dan tidak kembali ke sana, melainkan
mengairi bumi, dan membuatnya memberikan hasil dan bertunas, agar memberikan
benih kepada penabur dan roti kepada pemakan, 11 seperti
itulah Firman-Ku yang keluar dari
mulut-Ku…” jadi “roti bagi
pemakan” itu melambangkan apa? “…seperti
itulah Firman-Ku yang
keluar dari mulut-Ku…” jadi roti itu
melambangkan apa? Firman yang keluar dari mulut Allah.
Simak Matius 4:4, “… ‘Manusia hidup bukan dari roti saja…” maksudnya roti
literal, “…tetapi dari setiap…” apa? “…Firman yang keluar dari mulut Allah.’
Jadi roti
yang di atas meja roti sajian itu melambangkan apa? Mereka
melambangkan Firman Allah.
Angka 12 mengindikasikan itu cukup untuk memberi makan semua umat Allah, yang
diwakili oleh angka 12.
Now after Jesus fed the 5’000 with only five loaves of
bread and two fishes He made a very controversial remark in John 6:53, “53 Then Jesus
said to them, ‘Most
assuredly, I say to you, unless you eat the
flesh of the Son of Man and drink His blood, you have no life in you…” Roman Catholics use this text to show that
in each mass people literally partake of the body and the priest of course of
the blood of Jesus. Is this what Jesus
really meant, that His literal body and blood nourish the members of the
church? Absolutely not.
In context Jesus explained what He meant in John 6:63, “ 63 It is the Spirit who gives life; the flesh profits nothing…” that doesn't profit you at all to eat the
flesh of Jesus. “…The words that I speak to you
are spirit, and they are…”
what? “…life.”
Nah, setelah Yesus
memberi makan ke-5’000 orang dengan hanya lima ketul roti dan dua ikan, Dia
membuat komentar yang kontroversial di Yohanes
6:53, “53 Maka kata
Yesus kepada mereka, ‘Aku berkata kepadamu sungguh-sungguh,
kecuali kamu makan daging Anak Manusia dan
minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu…” Orang-orang Roma
Katolik memakai ayat ini untuk menunjukkan bahwa dalam setiap misa, umatnya
benar-benar mengambil bagian dari tubuh, dan si imam tentu saja juga
dari darah Yesus. Apakah memang ini yang dimaksud Yesus, bahwa tubuh dan
darahNya yang literal memberi gizi kepada anggota-anggota gereja? Tentu saja
tidak!
Dalam konteks Yesus menjelaskan apa yang dimaksudNya di
Yohanes 6:63, “…63 Rohlah yang
memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna…” makan daging Yesus
itu sama sekali tidak menguntungkan kamu.
“…Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh, dan mereka adalah…” apa?
“…hidup. …”
Jadi mengambil
bagian dari Kristus itu bukan mengambil bagian dari tubuh dan darahNya secara
literal. Artinya semata-mata ialah
kita mengambil bagian
dari apa? Dari FirmanNya.
What did the papacy do with the Word of God during the
1260 years? Eclipsed it, right? So we have to read Daniel 8 with the Fourth
Trumpet, because they cover the same period, that is to say the words
of Jesus have power to nourish our spiritual life. As literal bread
sustains physical life, the Word of God sustains spiritual life. Spiritually
speaking when we study the Word, we
assimilate whom? Jesus. And He becomes flesh of our flesh and bone of our
bones, spiritually speaking. The ingested Word of God cleanses our life and
gives us the victory over sin. David understood this when he wrote in
verses that are very well known, Psalm 119:9-11, “9 How can a
young man cleanse his way?...” when the Bible uses the word “way” symbolically it means
conduct or behavior, so how can a young man cleanse his behavior? How can he do
it? “…By taking heed according to Your word.10 With my whole heart I
have sought You. Oh, let me not wander from Your commandments! 11 Your Word I have hidden
in my heart, that I might not sin against You.”
See, in the Roman Catholic Church they believe that just
by partaking of the little host you know, because that's the “literal body of
Jesus”, it nourishes you spiritually. Is that what is being taught by the Showbread? No! Absolutely not! What is it
that nourishes us? It's the Word of God.
Was the word of God scarce during the period of papal
dominion? Absolutely!
Apa yang diperbuat
Kepausan dengan Firman Allah selama 1260 tahun? Menutupinya, benar? Jadi kita
harus membaca Daniel 8 bersama Terompet Keempat karena mereka meliput periode
yang sama, dengan kata lain, kata-kata
Yesus yang memiliki kuasa untuk memberi gizi kepada hidup kerohanian kita.
Sebagaimana roti literal menghidupi hidup fisikal kita, Firman Allah menghidupi
hidup spiritual kita. Secara spiritual ketika kita mempelajari Firman Allah,
kita mengasimilasi siapa? Yesus. Dan Dia menjadi daging dari daging kita dan
tulang dari tulang kita, secara spiritual. Firman
Allah yang kita cerna membersihkan hidup kita dan memberi kita kemenangan atas
dosa. Daud memahami ini ketika dia menulis di ayat-ayat yang
sangat terkenal, Mazmur 119:9-11, “9 Bagaimanakah
seorang muda boleh membersihkan jalannya?…” bila Alkitab memakai kata “jalan” secara simbolis itu berarti
kelakuan atau sikap, jadi bagaimana seorang muda boleh membersihkan
kelakuannya? Bagaimana dia bisa melakukannya? “…Dengan menyimak menurut Firman-Mu. 10 Dengan segenap hatiku
aku telah mencari Engkau, janganlah biarkan
aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. 11 Firman-Mu
telah kusimpan di dalam
hatiku, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. …”
Lihat, di gereja Roma Katolik mereka meyakini bahwa hanya
dengan mengambil bagian dalam hosti yang kecil itu ~ karena itu adalah “tubuh
literal Yesus” ~ itu memberi gizi secara spiritual. Itukah yang diajarkan oleh Roti
Sajian? Tidak! Sama sekali tidak. Apa yang memberi gizi kepada kita? Firman
Allah.
Apakah Firman Allah sangat langka selama masa kekuasaan
Kepausan? Tepat sekali!
Notice John 15:3, it's the word that cleanses, “3 You…” Jesus
says to His disciples “…You are already…” what? “…clean…” how are they made clean? “…You are already clean because of
the Word which I have spoken to you.”
It's the Word that cleanses, the bread, the spiritual
bread, the Word.
Simak Yohanes 15:3,
Firman-lah yang membersihkan, “3
Kamu…” kata Yesus kepada
murid-muridNya, “…Kamu sudah…” apa?
“…bersih…” bagaimana mereka menjadi bersih? “…Kamu
sudah bersih karena Firman yang telah
Kukatakan kepadamu…” Firmanlah yang membersihkan, roti, roti yang spiritual,
yaitu Firman.
Notice Ephesians 5:25-26, “25 Husbands,
love your wives, just as Christ also loved the church and gave Himself for
her…” for what reason? “…26 that He might sanctify and cleanse
her with…” what? “…with the washing of water by the Word.”
So does the little host nourish us? No! The little host
doesn’t nourish us. What nourishes us is the spiritual bread, the Word of God.
And during the period of the Fourth Trumpet the Word of God was eclipsed, the
two witnesses witnessed in darkness or in obscurity. Eating a literal wafer
certainly has no power to spiritually feed and transform us. The ingested Word
of God cleanses our lives from sin.
Simak Efesus
5:25-26, “25 Hai
suami-suami, kasihilah isteri kalian sebagaimana Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan Diri-Nya baginya…”
untuk tujuan apa? “…26 supaya Dia boleh menguduskannya
dan membersihkannya dengan…” apa?
“…dengan pembasuhan air, oleh Firman…”
Jadi apakah hosti kecil itu memberi gizi kita? Tidak!
Hosti kecil itu tidak memberi gizi kita. Apa yang memberi gizi kita ialah roti
rohani, Firman Allah. Dan selama periode Terompet Keempat, Firman Allah
ditutupi, dan kedua saksi memberikan kesaksiannya dalam kegelapan atau dalam
keremang-remangan. Makan roti yang literal sudah pasti tidak ada kuasa untuk
memberi makanan spiritual dan mengubah kita. Firman Allah yang dicerna itulah
yang membersihkan hidup kita dari dosa.
So what does the Table of the Showbread teach us? There are at least three lessons:
1. the bread represents Jesus as contained where?
In the written Word of God.
2. the bread is continually available for all
of God's people and
3. finally if assimilated, the Word will
nourish our spiritual life and provide victory over sin.
Jadi apa yang diajarkan oleh Meja Roti Sajian? Paling
sedikit ada tiga pelajaran:
1.
roti melambangkan Yesus seperti yang terdapat di mana? Di
Firman Allah yang tertulis.
2.
roti tersedia terus-menerus bagi semua umat Allah, dan
3.
akhirnya jika roti itu diasimilasikan, Firman itu akan
memberi gizi pada hidup spiritual
kita dan memberikan kemenangan atas dosa.
In what sense did the Little Horn cast down the meaning of
the Table of the Showbread? That's the question. The answer is not
difficult to find. The Roman Catholic Church substituted what? Traditions and philosophies of men in
place of the Word of God. The word of a supposedly infallible Magisterium
or teaching office of men took the place of a “thus saith the Lord”. The number of unbiblical and anti biblical
traditions in Roman Catholicism is legion.
Here are some of them that are never found in the Bible:
·
purgatory
· limbo
· celibacy
· auricular
confession
· the
immortality of the soul
· an
eternally burning hell
· Lent
· processions
· the
mass
· relics
· canonization
of saints
· the
rosary
· bowing
before images
· the
Immaculate Conception
· the
Assumption of Mary
·
baptism of infants by aspersion
· novenas
· the
observance of Sunday
You want me to continue?
Dalam pemahaman apa Tanduk Kecil mencampakkan makna Meja
Roti Sajian? Itulah pertanyaannya. Jawabannya tidak sulit dicari. Gereja Roma Katolik menggantikan
apa? Tradisi dan filsafat manusia di
tempat Firman Allah. Kata-kata dari Magisterium yang dianggap tidak bisa salah, atau dari
ajaran manusia menggantikan tempat “demikianlah Firman Allah”.
Jumlah tradisi yang tidak alkitabiah maupun yang anti-alkitabiah dalam Roma
Katolikisme itu berjibun. Ini ada beberapa dari mereka yang tidak ada dalam
Alkitab:
·
api pencucian
·
limbo (tempat arwah bayi-bayi yang belum dibaptis)
·
selibat
·
pengakuan dosa
·
kebakaan jiwa
·
neraka yang terus menyala
·
lent (puasa pra Paskah)
·
arak-arakan
·
misa
·
benda-benda keramat
·
kanonisasi orang-orang yang sudah mati sebagai
orang-orang kudus.
·
rosario
·
sujud di depan patung
·
kelahiran Maria yang tanpa dosa
·
kenaikan Maria ke Surga
·
baptisan bayi dengan percikan
·
novena
· pemeliharaan hari Minggu
Kalian mau saya meneruskan?
What did the papacy do with the Word of God? Totally
obscured the Word of God. And because it obscured the lesser light people could
not see what? They could not see the work of The Greater Light in the Heavenly
sanctuary. What was the result of these traditions replacing the Word of God? Spiritual
what? Malnutrition.
And moral laxity that made the pagan Romans look like saints. It is no
coincidence that the 3rd and 4th Seals of Revelation described the spirit as
famine for the Word of God. Now we're not studying the Seals, but in the Seals there's a tremendous
scarcity of bread because wheat and barley are exorbitantly expensive, 8-16
times more expensive than before, under the Third Seal.
Apa yang dilakukan Kepausan dengan Firman Allah? Dia
menutupi Firman Allah secara menyeluruh. Dan karena dia menutup terang kecil,
manusia tidak bisa melihat apa? Mereka tidak bisa melihat Terang yang Besar di
Bait Suci surgawi. Apa akibat
dari tradisi menggantikan Firman Allah ini? Kerohanian mengalami apa? Malnutrisi. Dan kelonggaran moralitas
yang membuat orang-orang Roma pagan menjadi seperti orang-orang yang suci.
Bukan kebetulan di Wahyu Meterai yang Ketiga dan Keempat menggambarkan roh
kelaparan akan Firman Allah. Nah, kita sekarang tidak mempelajari seri Meterai,
tetapi di Meterai-meterai ada kelangkaan besar akan roti karena gandum dan
jelai amat sangat mahal, di zaman Meterai Ketiga 8 -16 kali lebih mahal
daripada sebelumnya.
So let's continue here. In effect during the period of
the Third Horse, that's the period of Constantine, the church assimilated the
unbiblical teachings and practices of the pagans. And as a result under the 4th
Horse the period of papal dominion was a life threatening scarcity of bread.
Now this is also true of the period of the Fourth Church of Revelation. See,
Fourth Trumpet, Fourth Church. Under this church who is mentioned as being in
the church and influencing the church? Jezebel.
ĂĽ What happened during the period of Jezebel
in the Old Testament? It didn't rain. It didn't rain for how long? Three and a
half years.
ĂĽ For how long did it not rain when spiritual
Jezebel ruled during the Church of Thyatira? Three and a half years, but not
literal years. What? Symbolic years: time, times, and the
dividing of time.
So what was literal in the Old Testament becomes
symbolic during the 1260 years. So are you understanding this?
Jadi mari kita lanjut di sini. Sesungguhnya selama
periode Kuda Ketiga ~ itu adalah periode Constantine ~ gereja mengasimilasi
ajaran-ajaran yang tidak alkitabiah dan praktek-praktek paganisme. Dan sebagai
akibatnya di bawah Kuda Keempat, periode kekuasaan Kepausan, ada kelangkaan
roti yang mengancam nyawa. Nah, ini juga benar selama periode Jemaat Keempat
kitab Wahyu. Lihat, Terompet Keempat, Jemaat Keempat. Di bawah jemaat ini siapa
yang disebut berada di dalam jemaat dan yang mempengaruhi jemaat? Izebel.
ĂĽ Apa yang terjadi
selama periode Izebel di Perjanjian Lama? Tidak ada hujan. Tidak hujan berapa
lamanya? Tiga setengah tahun.
ĂĽ Berapa lamanya
tidak hujan ketika Izebel simbolis memerintah di periode Jemaat Tiatira? Tiga setengah tahun,
tetapi bukan tahun literal. Apa? Tahun
simbolis: satu masa, dua masa, dan setengah masa.
Jadi apa
yang literal di Perjanjian Lama menjadi simbolis selama 1260 tahun.
Apakah kalian paham ini?
Now what about the Candlestick? We've talked about the
Altar of Sacrifice, we've talked about the Table of the Showbread. What about
the Candlestick? According to Leviticus 24:1-4 one of the roles of the high
priest was to trim the wicks and to replenish the oil in the seven-branched
Candlestick in the Holy place. Thus he would make sure that the light
of the Candlestick burned what? תָּמִיד [tâmı̂yd] continually.
Let's read Leviticus 24:1-4, “1 Then the Lord spoke to Moses, saying: 2 ‘Command the children of Israel that they bring to
you pure oil of pressed olives for the light, to make the lamps burn…” what? “…תָּמִיד [tâmı̂yd] continually. 3 Outside
the veil of the Testimony, in the tabernacle of meeting, Aaron shall be in
charge of it from evening until morning before the Lord...” what's the next word? “...תָּמִיד [tâmı̂yd] continually; it shall be a
statute forever in your generations. 4 He shall be in charge of the lamps on the
pure gold lampstand
before the Lord..” once again
“...
תָּמִיד [tâmı̂yd] continually.’..."
Nah, bagaimana dengan Kaki Dian? Kita sudah bicara tentang
Mezbah Kurban. Kita sudah bicara tentang Meja Roti Sajian. Bagaimana dengan
Kaki Dian? Menurut Imamat 24:1-4 salah satu dari peranan imam besar ialah
meratakan sumbu and menambah minyak dalam ketujuh Kaki Dian di bilik Kudus. Dengan
demikian dia memastikan bahwa terang
dari Kaki Dian itu menyala, apa? תָּמִיד [tâmı̂yd] terus-menerus.
Mari kita baca Imamat 24:1-4, “1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 ‘Perintahkanlah kepada orang
Israel, supaya mereka membawa kepadamu perasan minyak
zaitun murni untuk lampu, supaya lampu dapat
dipasang dan menyala…” apa? “…תָּמִיד [tâmı̂yd] terus menerus. 3 Di sebelah luar tabir tabut
kesaksian, di dalam kemah pertemuan, Harun harus bertanggung jawab atasnya dari petang hingga pagi di hadapan TUHAN…” apa kata
berikutnya? “…תָּמִיד [tâmı̂yd] terus menerus. Itu harus menjadi suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu
turun-temurun. 4 Dia harus
bertanggungjawab atas lampu-lampu pada kaki dian emas murni di hadapan TUHAN…” sekali lagi “…תָּמִיד [tâmı̂yd] terus menerus…”
What did the seven-branched Candlestick symbolize? Well,
let's interpret the symbols.
ĂĽ The number seven represents what? Totality
or fullness. So the seven Candlesticks represent the totality of the history of the
Christian Church.
ĂĽ The oil is a symbol of what? Of the Holy Spirit.
ĂĽ And the Candlesticks where the oil goes in so
the Candlesticks give light represents what? Represents the Seven Churches.
ĂĽ And the Seven Churches are seven what? Seven
periods of church history.
Now let's notice Revelation 1:20 that makes this clear, “ 20 …The seven stars are the angels of the seven
churches…” that
is the messengers, “…and the seven lampstands which you saw are…” what? “…the seven churches.”
Apa yang dilambangkan ketujuh Kaki Dian? Nah, mari kita
tafsirkan simbol-simbolnya.
ĂĽ Angka tujuh melambangkan apa? Totalitas atau keseluruhan.
Jadi tujuh Kaki Dian melambangkan keseluruhan sejarah
gereja Kristen.
ĂĽ Minyaknya adalah simbol
apa? Roh Kudus.
ĂĽ Kaki Diannya di mana minyak itu masuk supaya Kaki Dian itu bisa
memberikan terang, melambangkan apa? Melambangkan
Ketujuh Jemaat.
ĂĽ Dan Tujuh
Jemaat ialah tujuh apa? Tujuh
periode sejarah gereja.
Sekarang mari kita simak Wahyu 1:20 yang membuat ini
jelas, “20 … ketujuh
bintang itu ialah malaikat-malaikat ketujuh
jemaat…” yaitu para utusan, “…dan ketujuh kaki dian yang kamu lihat itu ialah…”
apa? “…ketujuh jemaat.”
Now notice Ellen White's
explanation of the seven lamps. It says there in Acts
of the Apostles page 585, “The
names of the 7 churches are symbolic of the church in different periods of the
Christian era. The number 7 indicates…” what? “…completeness,
and is symbolic of the fact that the messages extend to the end of time…” so it covers from the
Apostolic period till the end of time, the fullness of church history, in other
words. She continues, “…while
the symbols used reveal the condition of the church at different periods in the
history of the world.”
Sekarang
simak penjelasan Ellen White tentang Ketujuh Kaki Dian. Dikatakan di Acts of the Apostles, hal. 585. “Nama
ketujuh jemaat tersebut simbolis dari kondisi gereja di periode-periode yang
berbeda dari era Kekristenan. Angka 7 menunjukkan…”
apa? “…
keseluruhan, dan simbolis bahwa pesan itu membentang hingga akhir zaman…” jadi itu meliput mulai zaman apostolik hingga akhir
zaman, dengan kata lain keseluruhan sejarah gereja. Dia melanjutkan, “…sementara simbol-simbol yang dipakai menyatakan kondisi gereja
pada masa-masa yang berbeda dalam sejarah dunia.”
Thus the Candlestick represents the witness
of the church to the world through the power of the Holy Spirit in different
periods of Christian history. The
period of papal dominion was one of what? Darkness. The light of the church
shone but dimly for it was the Dark Ages. At times it looked like the light of
the church was going to be extinguished, particularly during the period of
Thyatira, the light burned dim.
So are you following me?
Dengan
demikian Kaki Dian melambangkan kesaksian
gereja kepada dunia melalui kuasa Roh Kudus di periode-periode yang berbeda
dalam sejarah Kristen. Periode kekuasaan Kepausan adalah periode
apa? Kegelapan. Terang dari gereja hanya bersinar redup karena itu Abad
Kegelapan. Seringkali tampaknya seolah-olah terang gereja akan mati, terutama
selama periode Tiatira, terangnya redup.
Apakah
kalian mengikuti saya?
Now what about the golden Altar of Incense? Did the
papacy also blur and hide the meaning of the Altar of Incense, especially? Yes.
The Altar of Incense is also called the תָּמִיד [tâmı̂yd] Altar of Incense. The incense was
to be presented continually morning and evening. Let's read Luke and
some of this we covered before so we don't have to cover all of the details. In
Luke 1:8-11 you have Zechariah serving in the temple and it says, “8 So it was, that while he…” that was Zechariah, “…was serving as priest before God
in the order of his division, 9 according
to the custom of the priesthood, his lot fell to burn incense when he
went into the temple of the Lord. 10 And the whole multitude of the people was praying
outside at the hour of incense. 11 Then an angel of the Lord appeared to him, standing
on the right side of the altar of incense.”
So notice that the people are praying and Zecharias is
offering the incense. Now what does that represent? That represents the fact
that we pray, and who receives our prayers and mingles them with the merits of
His perfect life? Jesus does, right?
Psalm 141:2 also relates the incense to the prayers of
the saints, “2 Let my prayer be set before You as incense, the lifting up of my
hands as the evening
sacrifice.”
We read the introductory scene to the Trumpets, it says
in Revelation 8:3-4, “ 3 Then another Angel, having a golden censer, came and
stood at the altar. He was given much incense, that He should offer it with the prayers of all
the saints upon the golden altar which was before the throne. 4 And the smoke of the
incense, with the prayers of the saints, ascended before God from the Angel’s
hand.”
Nah, bagaimana dengan Mezbah Ukupan dari emas? Apakah Kepausan
juga mengaburkan dan menyembunyikan makna Mezbah Ukupan, terutama? Ya. Mezbah
Ukupan juga disebut Mezbah Ukupan תָּמִיד [tâmı̂yd]. Ukupan harus dipersembahkan
terus-menerus pagi dan petang. Mari kita baca Lukas dan beberapa dari ini sudah kita
bahas sebelumnya jadi kita tidak usah meliput semua detailnya. Di Lukas 1:8-11
ada Zakharia sedang melayani di Bait Suci dan dikatakan, “8 Demikianlah pada
suatu kali, sewaktu Zakharia melakukan tugas
keimaman di hadapan Tuhan menurut giliran
kelompoknya, 9 sebagaimana lazimnya menurut keimamatan, dia mendapat bagian untuk membakar ukupan pada waktu dia
masuk ke dalam Bait Suci Tuhan. 10 Dan seluruh umat sedang
sembahyang di luar pada waktu pembakaran ukupan. 11 Lalu seorang malaikat Tuhan menampakkan
diri kepada Zakharia, berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran
ukupan."
Jadi simak, orang-orang berdoa dan Zakharia sedang
mempersembahkan dupa. Nah, itu melambangkan apa? Itu melambangkan fakta bahwa
saat kita berdoa, siapa yang menerima doa kita dan mencampurinya dengan jasa
hidupNya yang sempurna? Yesus, benar?
Mazmur 141:2 juga mengaitkan dupa ini kepada doa-doa
orang-orang kudus, “2
Biarlah doaku dipersembahkan di hadapan-Mu sebagai ukupan, dan tanganku yang terangkat sebagai persembahan korban petang hari…”
Kita sudah baca
adegan pengantar Terompet, dikatakan di Wahyu 8:3-4, “3 Lalu seorang Malaikat lain, membawa sebuah pedupaan emas, datang dan berdiri di dekat mezbah. Dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkanNya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
yang ada di hadapan takhta itu. 4
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari
tangan Malaikat itu ke hadapan Allah.”
I read this statement before but it's so beautiful I've
got to read it again. Review and Herald October
30, 1900, “There is an inexhaustible fund of…” what? “…of perfect obedience accruing from His obedience….” So is there is an inexhaustible fund? Yeah.
Based on what? On His obedience.
“…In heaven His merits, His self-denial
and self-sacrifice, are treasured as incense to be offered up with the prayers
of His people. As the sinner's
sincere, humble prayers ascend to the throne of God…” what does Jesus do? “…Christ mingles with them the merits of His
own life of perfect obedience. Our prayers are made fragrant by this incense.
Christ has pledged Himself to intercede in our behalf, and the Father always
hears the Son. Pray then, pray without
ceasing. An answer is sure to come.”
Saya sudah pernah membacakan pernyataan ini, tetapi
begitu indahnya saya harus membacakannya lagi. Review and Herald 30 Oktober 1900, “Ada dana yang tidak akan habis dari…” apa? “…kepatuhan yang sempurna yang
didapat dari kepatuhanNya. …” jadi apakah ada
dana yang tidak akan habis? Ya. Berdasarkan apa? KepatuhanNya.
“… Di Surga, jasaNya, penyangkalan
DiriNya, dan pengorbananNya, tersimpan sebagai dupa yang dipersembahkan bersama
doa-doa umatNya. Pada saat doa-doa orang berdosa yang tulus dan rendah hati
naik ke takhta Allah…” apa yang
dilakukan Yesus? “…Kristus mencampur dalam mereka jasa-jasa
hidupNya sendiri dari kepatuhan yang sempurna. Doa-doa kita dijadikan harum
oleh dupa ini. Kristus telah menjaminkan DiriNya untuk menjadi perantara bagi
kita, dan Sang Bapa selalu mendengar AnakNya. Kalau begitu berdoalah, berdoalah
tanpa henti. Jawaban pasti akan datang.…”
And then I spoke about the Veil. The veil was
embroidered with angels, right? Ascending and descending on the veil,
represents the fact that our prayers go up to the presence of God and the
answers come back. We talked about the ladder that Jacob saw in his dream, not
Jacob's Ladder, but the one that he saw in his dream of angels ascending and
descending. They take our prayers to Christ and then they bring back the
answers from Him.
Kemudian saya bicara tentang Tabir. Tabir itu disulam dengan gambar malaikat-malaikat, benar? Yang naik dan
turun di tabir itu, melambangkan fakta bahwa doa-doa kita naik ke hadirat
Allah, dan jawabannya turun kembali. Kita sudah bicara tentang tangga yang
dilihat Yakub dalam mimpinya, itu bukan tangga milik Yakub, tapi yang
dilihatnya dalam mimpinya, malaikat sedang naik dan turun. Mereka membawa
doa-doa kita kepada Kristus, kemudian mereka membawa kembali jawabannya dari
Dia.
So at the bottom of page 123 in what sense then did the
Little Horn take away this function from the Prince? Roman Catholicism has established a
counterfeit priesthood to whom the faithful confess their sins. Is that
correct? I know Don and Debbie used to be, well at least Don used to be a
Catholic, not Debby. Debby kind of set him straight. Roman Catholicism has
established a counterfeit priesthood to whom the faithful confess their sins,
that is to say instead of the faithful directing their prayers to Jesus in
Heaven for forgiveness, they utter them to a human priest on earth, who cannot
forgive. In this way the Little Horn cast down the intercessory
Ministry of Jesus in Heaven and places that where? On earth.
Even the faithful in Roman Catholicism offer their
prayers to whom? Their petitions to Mary and the saints instead of to Jesus. In
consequence, the attention of the faithful shifts away from Jesus who can truly
hear their petitions and forgive their sins. Are you catching the picture?
What did the papacy do? It totally obscured the work of Jesus
Christ, His sacrifice, His Word, His intercession, the fact that He gives the
Holy Spirit for the church to set forth the light. Everything was
obscured by the papacy, darkened by the papacy. That's why the sun, the moon, and the
stars, are eclipsed. Are you
with me or not?
Jadi di bagian bawah hal. 123, kalau begitu dalam
pengertian apa Tanduk Kecil itu mengambil fungsi Sang Pangeran? Roma Katolikisme telah mendirikan
suatu imamat yang palsu, kepada siapa umatnya yang setia mengakui dosa mereka.
Betul itu? Saya tahu Don dan Debbie dulu begitu, nah, paling tidak Don dulu
seorang Katolik, bukan Debbie. Debbie yang meluruskannya. Roma Katolikisme
telah mendirikan suatu imamat yang palsu kepada siapa umatnya yang setia
mengakui dosa mereka, dengan kata lain umat setia mereka bukannya mengarahkan
doa-doa mereka kepada Yesus di Surga untuk minta pengampunan, mereka
menyampaikannya kepada seorang imam manusia di bumi, yang tidak bisa
mengampuni. Dengan cara ini Tanduk
Kecil telah melemparkan/mencampakkan pelayanan perantara Yesus di Surga
dan memindahkannya ke mana? Ke bumi.
Bahkan umat setia dalam Roma Katolikisme mempersembahkan
doa-doa mereka kepada siapa? Permohonan mereka kepada Maria dan orang-orang
suci dan bukan kepada Yesus. Sebagai akibatnya, perhatian umat setia ini
dialihkan dari Yesus yang benar-benar bisa mendengar permohonan mereka dan
mengampuni dosa-dosa mereka. Apakah
kalian menangkap gambarnya?
Apa yang dilakukan Kepausan?
Dia sama sekali mengaburkan
pekerjaan Yesus Kristus, kurbanNya, FirmanNya, perantaraanNya, faktanya bahwa
Dia telah mengaruniakan Roh Kudus kepada gereja untuk menyampaikan terang.
Segala dikaburkan oleh Kepausan, digelapkan oleh Kepausan. Itulah mengapa matahari, bulan, dan bintang-bintang
ditutupi. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
The Bible is clear that,
·
there
is one Mediator between God and men, the man Christ Jesus. (1 Tim. 2:5)
·
Jesus
assured us that He is the way, the truth, and the life, and no man comes unto
the Father, no person comes unto the Father except by Him. (John 14:6).
·
The
Apostle Paul wrote in Romans 8:34 that Jesus makes intercession for us.
·
Furthermore
in words that are impossible to misunderstand, the book of Hebrews (7:25) tells
us that Jesus is also able to save to the uttermost those who come to God
through Him since He always lives to make intercession for them.
·
And
1 John 2:1 says that we have an advocate with the Father, Jesus Christ the
righteous.
·
And
that we have one Mediator between God and man (1 Tim. 2:5).
Why do we need mere human intermediaries when we can come
boldly to the throne of grace (Heb. 4:16) through Jesus, the God Man?
The confessional in Roman Catholicism focuses the
attention of the people upon a man on earth instead of directing them to Christ
in Heaven.
Alkitab jelas bahwa,
·
Hanya ada satu Perantara antara Allah dan manusia, yaitu
Manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:5)
·
Yesus meyakinkan kita bahwa Dialah jalan, kebenaran, dan
hidup, dan tidak ada manusia yang bisa datang kepada Bapa, tidak ada orang sampai
kepada Bapa selain melalui Dia. (Yohanes 14:6).
·
Rasul Paulus menulis di Roma 8:34 bahwa Yesus menjadi
pengantara bagi kita.
·
Lebih lanjut dengan kata-kata yang mustahil disalahpahami
kitab Ibrani (7:25) mengatakan kepada kita Yesus sanggup menyelamatkan dengan
sempurna mereka yang datang kepada Allah melalui Dia karena Dia selalu hidup
untuk membuat perantaraan bagi mereka.
·
Dan 1 Yohanes 2:1 berkata bahwa kita punya seorang
pembela pada Bapa, Yesus Kristus yang benar.
·
Dan kita punya seorang Perantara antara Allah dan manusia
(1 Tim. 2:5)
Mengapa kita butuh perantara-perantara yang cuma manusia kalau kita bisa datang dengan berani
ke takhta kasih karunia (Ibrani 4:16) melalui Yesus, Manusia Allah?
Pengakuan dosa dalam Roma Katolikisme memfokuskan
perhatian umat kepada seorang manusia di bumi, dan bukan mengarahkan mereka
kepada Kristus di Surga.
So in summary: two Princes are struggling for the souls
of human beings.
One Prince Jesus:
·
performs
a continual ministry of salvation in the Heavenly sanctuary by pleading His
blood ~ the blood of His one and only sacrifice ~ before the Father: that's the
Altar of Sacrifice.
·
That
Prince feeds His people with what? With the Word of God: the Table of
Showbread.
·
Keeps
the light of the church burning by the power of the Holy Spirit: the
Candlestick
·
And forgives those who come to Him in penitence
and prayer: the golden Altar of Incense.
The other Prince Satan, unable to overthrow the
Heavenly Ministry of the Prince,
·
establishes
a counterfeit continual ministry on earth: the mass,
·
tradition,
·
the
confessional,
·
the
Pope,
in the earthly temple the church because he
can't do it with the Heavenly temple. By shifting the attention of the people from
Heaven to earth he casts down the place of the sanctuary and prevents
human beings from discerning what? The saving work of Christ in Heaven.
Not being able to discern the saving work
of Christ in Heaven what happens with souls? Souls perish. Because in no one is
there salvation other than in Jesus, no other name given to men on earth (Acts
4:12).
Jadi kesimpulan: Dua pangeran bertarung memperebutkan jiwa manusia.
Satu Pangeran
Yesus:
·
Melaksanakan suatu pelayanan keselamatan yang
terus-menerus di Bait Suci surgawi dengan mempersembahkan darahNya ~ darah dari
satu-satunya kurbanNya ~ di hadapan Bapa: itu Mezbah Kurban.
·
Pangeran ini memberi makan umatNya dengan apa? Dengan
Firman Allah: Meja Roti Sajian.
·
Memelihara terang gereja tetap menyala melalui kuasa Roh
Kudus: Kaki Dian.
·
Dan mengampuni mereka yang datang kepadaNya dalam
pertobatan dan doa: Mezbah Ukupan dari emas.
Yang
lain Pangeran Setan, gagal menggulingkan pelayanan surgawi Sang Pangeran, dia
·
mendirikan
pelayanan palsu yang terus-menerus di bumi: misa,
·
tradisi,
·
pengakuan dosa,
·
Paus,
di Bait Suci dunia: gereja, karena
dia tidak bisa melakukannya dengan Bait Suci surgawi. Dengan mengalihkan perhatian umatnya dari Surga ke bumi,
dia melemparkan tempat Bait Suci dan mencegah manusia dari
memahami apa? Pekerjaan penyelamatan Kristus di Surga.
Karena tidak bisa memahami pekerjaan penyelamatan Kristus di Surga, apa
yang terjadi pada jiwa-jiwa? Jiwa-jiwa binasa. Karena keselamatan tidak ada
pada siapa pun selain dalam Yesus, tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia di bumi. (Kisah 4:12)
Now let's talk briefly in conclusion about the darkening
of the stars.
The vision of Daniel 8 portrays a ram with two horns, a he-goat
with a notable horn and then four horns that come out when the notable horn is
broken, then a Little Horn attacks the host, and finally the Prince of Heaven. So
you have a sequence of powers.
You have:
·
the
ram with two horns
·
the
he-goat with a notable horn
·
four
horns that come up when the noble horn is broken
·
then
you have the Little Horn that extends first of all geographically, and then it
extends to the hosts of Heaven, and it attacks the Prince of the hosts in
Heaven.
Now who are the hosts that this Little Horn attacks? Well, the hosts that it attacks can't be
the angels because the angels are in Heaven.
You see in Daniel 8 you have an explanation of the
vision. What I just described is in the first half of Daniel chapter 8. The second
half of chapter 8 tells us what is represented by the hosts of Heaven. It's not the
angels, it's the hosts of Jesus living on earth, the saints. Notice the
last paragraph or the next last paragraph.
Sekarang mari kita bicara singkat sebagai penutup tentang
digelapkannya bintang-bintang.
Penglihatan Daniel 8 menggambarkan seekor domba jantan
dengan dua tanduk, seekor kambing jantan dengan tanduknya yang mencolok,
kemudian empat tanduk yang muncul ketika tanduk yang mencolok itu patah,
kemudian sebuah Tanduk Kecil yang menyerang para balatentara, dan akhirnya
menyerang Pangeran surgawi. Jadi ada urut-urutan kekuasaan. Ada:
·
Domba jantan dengan dua tanduk
·
Kambing jantan dengan tanduknya yang mencolok
·
Empat tanduk yang muncul ketika tanduk yang mencolok itu
patah
·
Kemudian Tanduk Kecil yang pertama-tama meluaskan kekuasaannya secara geografis, lalu dia meluas ke balatentara surgawi,
dan dia menyerang Sang Pangeran dari balatentara yang ada di Surga.
Sekarang siapakah
balatentara yang diserang Tanduk Kecil ini? Nah, balatentara
yang diserangnya tidak mungkin para malaikat karena para malaikat ada di Surga.
Kalian lihat, di Daniel 8 terdapat penjelasan untuk penglihatan itu. Apa yang saya gambarkan baru bagian
pertama dari Daniel 8. Paro
kedua Daniel 8 mengatakan kepada kita apa yang dilambangkan oleh
balatengara surgawi. Itu bukan
para malaikat. Itu adalah balatentara Yesus yang hidup di bumi, orang-orang
kudus. Simak paragraf terakhir atau sebelum paragraf terakhir.
The angel interpreter at the end of the vision explained that:
ĂĽ the two-horned ram represents what? The
Medes and Persians. (Dan. 8:20)
ĂĽ He then stated that the he-goat represents
Greece and its notable horn is its first king, who is that? Alexander the
Great. (Dan. 8:21)
ĂĽ Next he informs us that four horns
represent the divisions of Greece after the death of the first king. Those are
the four generals of Alexander that fight for the territory that he left. (Dan.
8:22)
ĂĽ and finally the explanation portion of
Daniel 8, tells us that a king will arise (Dan. 8:23) ~ which is
parallel to what? The Little Horn ~ who will destroy the mighty and holy people
(Dan. 8:24), that's in the same position as casting down the stars in the vision
portion (Dan. 8:10). In the
explanation portion it says “destroy
the mighty and holy people”. So what do the stars represent? “the mighty and holy
people”.
ĂĽ And then do you remember that also it said
in the first, in the vision part that he would attack the Prince of the host
(Dan. 8:11)? The explanation part says
in verse 25 and he will stand up against whom? The Prince of Princes. So what
is represented by trampling upon the host? It represents destroying God's people. And by
the way in the vision portion of illusion it says, that he takes the stars and
he casts them to the ground. So the explanation part tells us that the stars that the Little Horn throws to the
ground represent what? Represent according to this, “the mighty and holy
people”. Even a passing glance of Daniel 8
indicates that the hosts and the stars of Heaven in the vision is found in the
same identical place as “the
mighty and holy people” in
the explanation of the vision. Thus the stars represent what? They represent God's
people. Are you understanding this point?
Pada akhir
penglihatan itu, Malaikat yang menerjemahkan menjelaskan bahwa:
ĂĽ Domba jantan
bertanduk dua melambangkan apa? Medo dan Persia (Dan. 8:20).
ĂĽ Dia lalu
menyatakan bahwa kambing jantan melambangkan Greeka dan tanduknya yang mencolok
adalah rajanya yang pertama, siapa dia? Alexander Agung (Dan. 8:21).
ĂĽ Berikutnya dia
memberitahu kita bahwa keempat tanduk melambangkan pembagian Greeka setelah
kematian rajanya yang pertama. Mereka adalah keempat jenderal Alexander yang
berebut teritori yang ditinggalkannya. (Dan. 8:22).
ĂĽ Dan akhirnya
bagian penjelasan Daniel 8 memberitahu kita bahwa seorang raja akan muncul (Dan. 8:23) ~
yang paralel dengan apa? Tanduk
Kecil ~ yang akan membinasakan yang perkasa dan umat yang kudus
(Dan. 8:24), ini ada di
posisi yang sama dengan dilemparkannya bintang-bintang di bagian penglihatan
(Dan. 8:10). Di bagian penjelasan dikatakan, “membinasakan… yang perkasa dan umat yang kudus”. Maka bintang-bintang itu melambangkan
apa? “yang perkasa
dan umat yang kudus”.
ĂĽ Kemudian apakah
kalian ingat bahwa juga dikatakan di bagian pertama, di bagian penglihatan,
bahwa dia akan menyerang Sang Pangeran balatentara (Dan. 8:11)? Bagian
penjelasan mengatakan di ayat 25, dia akan melawan siapa? Pangeran segala
pangeran. Jadi apa yang dilambangkan oleh menginjak-injak
balatentara? Itu melambangkan dibinasakannya umat Allah. Dan di
bagian penglihatan dikatakan bahwa dia mengambil bintang-bintang dan
dilemparkannya ke tanah. Maka bagian penjelasan mengatakan kepada kita bahwa bintang-bintang yang dilemparkan
ke tanah oleh Tanduk Kecil melambangkan apa? Menurut ini
melambangkan “yang perkasa dan umat yang kudus”. Bahkan selayang
pandang atas Daniel 8 pun mengindikasikan bahwa balatentara dan bintang-bintang
surgawi di penglihatan itu ditemukan di posisi yang sama dengan “yang
perkasa dan umat yang kudus” di bagian penjelasan penglihatan itu. Dengan demikian bintang-bintang melambangkan
apa? Mereka melambangkan umat
Allah. Apakah kalian paham poin ini?
So now we've studied the first four Trumpets.
1. First Trumpet is what? The destruction of
Jerusalem.
2. The second, the fall of the Roman Empire.
3. The third, apostasy begins to enter the
church in the period of Constantine.
4. The Fourth Trumpet the period of papal
dominion.
5. And this is going to lead us to the Fifth
Trumpet which describes the French Revolution and the deadly wound that is
given to the papacy in 1798.
So tomorrow I'm hoping that in two sessions that we have
in the morning we will be able to cover the Fifth Trumpet and then we'll get
into the most exciting part which is the Sixth Trumpet of the book of
Revelation.
Jadi sekarang kita sudah mempelajari empat Terompet
Pertama.
1.
Terompet Pertama ialah apa? Penghancuran Yerusalem.
2.
Yang Kedua, kejatuhan kekaisaran Roma.
3.
Yang Ketiga, kemurtadan mulai memasuki gereja di periode
Constantine.
4.
Terompet Keempat, periode kekuasaan Kepausan.
5.
Dan ini akan membawa kita ke Terompet Kelima yang menggambarkan Revolusi Perancis dan
luka yang mematikan yang diberikan kepada Kepausan di tahun 1798.
Jadi besok saya berharap dalam dua sesi di pagi hari kita
akan bisa menyelesaikan Terompet Kelima, kemudian kita akan masuk ke bagian
yang paling menarik, yaitu Terompet Keenam kitab Wahyu.
15
12 20
No comments:
Post a Comment