_____REVELATION’S
SEVEN TRUMPETS_____
Part 19/24 - Stephen Bohr
MEASURING THE TEMPLE OF GOD
https://www.youtube.com/watch?v=kCranXEW7jU&t=28s
Dibuka
dengan doa.
So let's read Revelation 11:1 this will be our verse of study. “1 Then I was given a
reed like a measuring rod…” so we have in
this verse, a measuring rod. “…And the Angel
stood, saying, ‘Rise and measure the temple of God, the altar, and those
who worship there…” So we have a command
here to measure the temple, the altar, and
those who worship there.
Jadi mari kita baca Wahyu
11:1, ini akan menjadi ayat pembahasan kita. “1
Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur
rupanya…” jadi di ayat ini ada sebatang buluh pengukur “…Dan Malaikat yang berdiri berkata, ‘Bangunlah
dan ukurlah Bait Suci Allah, mezbahnya, dan mereka yang beribadah di sana…” jadi ada sebuah perintah di sini untuk mengukur Bait
Suci, mezbah, dan mereka yang beribadah di sana.
Now the
word “rise” in this verse is the imperative mood (the imperative mood
means that it is a command). That is to
say the Angel commands John to rise. Now why does the Angel command John with
the word “rise” in this verse? Well, the New Testament uses this word to
describe sick people that someone raises up by taking them by the hand. In the
context of Revelation chapter 10 we remember that John's stomach got sick after
he ate the little book, so presumably the
Angel commanded him to get up from his sickbed, to measure the temple.
Nah, kata
“bangun” di ayat ini adalah moda imperatif (moda imperatif
artinya itu suatu perintah).
Dengan kata lain, Malaikat itu memerintahkan Yohanes untuk bangun. Nah, mengapa
Malaikat itu memerintah Yohanes dengan kata “bangun” di ayat ini? Nah, Kitab
Perjanjian Baru memakai kata ini untuk menggambarkan orang sakit yang dibangunkan oleh orang
lain dengan memegang tangannya. Dalam konteks
Wahyu pasal 10, kita ingat bahwa perut Yohanes menjadi sakit setelah dia makan
gulungan kitab kecil itu, maka diperkirakan Malaikat itu memerintahkan dia bangun dari tempat tidurnya,
untuk mengukur Bait Suci.
Now, the book of Revelation has several instances where the chapter
division is in the wrong place. I wish I had time to show you several examples,
but we don't have time to do that. We should see Revelation 11:1 as the concluding verse
of Revelation 10, rather than the introductory verse to chapter 11. So what you need to do is, you need to move
Revelation 11:1 back to chapter 10. It would be the conclusion of chapter 10.
And you say, “Well, why is this?”
Nah, di beberapa bagian kitab Wahyu pembagian pasalnya
terjadi di tempat yang salah. Seandainya saya punya waktu untuk menunjukkan
beberapa contoh kepada kalian, tapi kita tidak ada waktu untuk itu. Kita harus
melihat Wahyu 11:1 sebagai ayat penutup
Wahyu 10 dan bukan ayat pengantar ke pasal 11. Jadi yang perlu
kalian lakukan ialah, kalian harus memindahkan Wahyu 11:1 kembali ke pasal 10,
itulah penutup dari pasal 10.
Dan kalian berkata, “Nah, mengapa begini?”
Let me read you from Joseph A. Seiss who wrote a good commentary in
Revelation. Of course he doesn't have all of the Seventh-Day Adventist’s light,
but he has a lot of good insights. He wrote this, “The connection between what concludes the one…”
that is Revelation 10, “…and what begins the other…”
Revelation 11:1, “…appears to be as close as it well could be: seeing that the Angel who before addressed
John
still continues here to address him; and the new injunction, ‘Rise and measure’, is but
a sequel to His previous injunction, ‘Thou must prophesy again.’…”
Are you understanding this statement? So he's saying that really Revelation
11:1 is a continuation of Revelation chapter 10. So this would be the last
verse of Revelation 10.
Coba saya bacakan dari Joseph A. Seiss yang menulis
sebuah komentar yang bagus tentang kitab Wahyu. Tentu saja dia tidak memiliki
semua terang MAHK, tetapi dia punya banyak pemahaman yang mendalam. Dia menulis
begini, “…Hubungan antara (ayat) yang
mengakhiri yang satu…” maksudnya
Wahyu 10 “…dan (ayat) yang mengawali yang lain…” yaitu Wahyu 11:1, “…tampaknya sudah sedekat mungkin:
karena Malaikat yang sebelumnya berbicara kepada Yohanes di sini, masih
terus berbicara kepadanya; dan perintah baru ‘Bangunlah dan ukurlah’ semata-mata hanya kelanjutan dari
perintahNya ‘Kamu harus bernubuat lagi’…”(The Apocalypse: Exposition of the Book of Revelation, Electronic
Database. Copyright © 1998, 2003,
2006 by Biblesoft, Inc. All
rights reserved.)
Apa kalian
paham pernyataan ini? Jadi dia berkata, sesungguhnya Wahyu 11:1 adalah
kelanjutan Wahyu pasal 10, jadi ini adalah ayat terakhir pasal 10.
So let's ask some questions about Revelation 11:1, better stated Revelation
10:12.
1. To which temple does Revelation 11:1 refer?
Is this the Heavenly temple that needs to be measured, or a rebuilt earthly
Jerusalem temple?
2. What does it mean to measure the temple,
the altar, and those who worship there at the altar?
3. What does the measuring rod represent?
4. And which altar is being spoken of here? Is
it the altar of sacrifice in the Court or the altar of incense in the Holy
Place?
5. And then of course the question is, why was
it necessary to measure the altar of incense, if the altar is the altar of
incense?
Jadi mari kita lihat beberapa pertanyaan tentang Wahyu
11:1, yang lebih tepatnya disebut Wahyu 10:12.
1.
Wahyu 11:1 mengacu kepada Bait Suci yang mana? Apakah ini
Bait Suci Surgawi yang perlu diukur, atau Bait Suci duniawi di Yerusalem yang
dibangun kembali?
2.
Apa maksudnya mengukur Bait Suci, mezbahnya, dan mereka
yang beribadah di mezbah?
3.
Tongkat pengukurnya mewakili apa?
4.
Dan mezbah yang mana yang dibicarakan di sini? Apakah
mezbah kurban di Pelataran, atau mezbah ukupan di Bilik Kudus?
5.
Kemudian tentu saja pertanyaannya ialah, mengapa mezbah
ukupan itu ~ kalau benar itu memang mezbah ukupan ~ perlu diukur?
So let's go to the first question.
To which
temple does Revelation 11:1 refer?
The fundamental mistake that the Millerites made is that they believed that
the temple to be cleansed was the earth, the Sanctuary was the earth. And this
in spite of the fact that there's not one verse in the Bible that tells us that
the earth is the Sanctuary. It was simply an assumption on their part. Clearly the temple
referred to here is where? The Heavenly Sanctuary.
Jadi mari kita ke pertanyaan pertama.
Wahyu 11:1 mengacu pada Bait Suci yang mana?
Kesalahan mendasar yang dibuat golongan Miller
ialah mereka meyakini bahwa Bait Suci yang akan dibersihkan adalah bumi ini,
bahwa Bait Suci adalah bumi ini. Dan itu kendati tidak ada satu pun ayat di
Alkitab yang mengatakan kepada kita bahwa bumi ini adalah Bait Suci. Itu
semata-mata asumsi mereka sendiri. Jelas, Bait
Suci yang dirujuk di sini itu yang di mana? Bait Suci Surgawi.
The Romans destroyed the earthly temple when? In the year 70. It no longer
exists. When the Sixth Trumpet sounded between 1798 and 1844 was there any
Jewish temple? No, there was no Jewish temple. So this cannot be referring to
measuring the literal earthly Jerusalem Temple.
Bangsa Roma telah menghancurkan Bait Suci di dunia ini
kapan? Tahun 70. Sekarang sudah tidak ada. Ketika Terompet Keenam berbunyi
antara 1798 dan 1844, apakah masih ada Bait Suci Yahudi itu? Tidak, tidak ada
lagi Bait Suci Yahudi. Jadi ini tidak mungkin mengacu kepada Bait Suci
Yerusalem yang literal di dunia.
Furthermore, the book of Hebrews makes it abundantly clear that the earthly
Sanctuary and its services were shadows of the Heavenly. When Jesus
died, the temple veil was rent from top to bottom, God was announcing what? That
the ceremonial system had reached its goal and end. No need for
a literal temple anymore. Jesus now ministers where? He's the
reality, He's that which projected the shadow if you please. He ministers in the Heavenly Sanctuary where
He did not enter with the blood of bulls and goats, but He entered with His own
precious blood there to intercede for us.
Lebih jauh, kitab Ibrani membuatnya sangat jelas bahwa Bait Suci di dunia dan
pelayanannya adalah bayangan dari yang Surgawi. Ketika Yesus
mati, tirai Bait Suci itu tercabik dari atas ke bawah. Allah mengumumkan apa?
Bahwa sistem seremonial Bait Suci sudah
mencapai tujuannya dan berakhir. Tidak diperlukan lagi sebuah
Bait Suci literal. Yesus sekarang
melayani di mana? Dialah realitanya, Dialah yang memroyeksikan
bayangan itu. Dia yang melayani di
Bait Suci Surgawi di mana Dia masuk bukannya dengan membawa
darah lembu dan kambing, tetapi Dia masuk membawa darahNya sendiri yang tak
ternilai untuk menjadi perantara bagi kita.
Moreover, the book of Hebrews states that the Heavenly things must be
cleansed with blood of better sacrifices than the earthly. Notice Hebrews 8:1-2 that tells us clearly
where Jesus ministers today. “1 Now this is the main point of the
things we are saying: We have such a High Priest, who is seated…” where? “…at the right hand of the throne of the
Majesty in the heavens, 2 a
Minister of the Sanctuary and of the true Tabernacle which the Lord
erected, and not man.”
Lagi pula, kitab Ibrani menyatakan bahwa
benda-benda Surgawi harus dibersihkan dengan darah dari kurban yang lebih baik
daripada yang di dunia. Simak Ibrani 8:1-2 yang dengan jelas memberitahu kita
di mana Yesus sedang melayani sekarang. “1
Inti segala yang kita
bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk
di…” mana? “…di
sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, 2 Pelayan dari Bait Suci dan dari Tabernakel yang sejati,
yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.”
So what is the true temple or Tabernacle? It is the Heavenly Sanctuary. And
no longer do we have a series of priests that die, we have a High Priest that lives
forever according to the book of Hebrews. Now must the Heavenly things also be
cleansed like the earthly things, like the earthly Sanctuary needed to be
cleansed? Notice Hebrews 9:23, ”23 Therefore it was necessary that the
copies…” what are the
copies? That's the earthly system,
“…that the copies of the things in the heavens…” that's the reality, “…should be purified…” so notice, “…Therefore it was necessary that the copies of the things in the
heavens should be purified with these, but the heavenly things themselves…” needed to be cleansed with what? “…with
better sacrifices than these.”
So does the Heavenly Sanctuary need cleansing as well? It most certainly
does. If the earthly Sanctuary needed cleansing, that means that the
Heavenly Sanctuary, the reality, also needs cleansing.
Jadi apakah kuil yang sejati atau Tabernakel? Itulah
Bait Suci Surgawi. Dan kita tidak lagi punya serentetan imam yang mati, menurut
kitab Ibrani kita memiliki Imam Besar yang hidup selamanya. Nah, haruskah
benda-benda Surgawi juga dibersihkan seperti benda-benda duniawi, seperti Bait
Suci di dunia perlu dibersihkan? Simak Ibrani 9:23, “23 Jadi adalah perlu tiruan-tiruan…” tiruan-tiruan ini apa? Yaitu sistem yang di dunia, “…tiruan-tiruan dari benda-benda yang ada di
sorga…” yaitu realitasnya, “…harus ditahirkan…” jadi simak, “…Jadi
adalah perlu tiruan-tiruan dari benda-benda yang ada di sorga harus ditahirkan dengan semua ini [yaitu
darah
kurban hewan] tetapi benda-benda sorgawi
sendiri…” harus ditahirkan dengan apa? “…dengan kurban yang lebih baik daripada ini…”
Jadi apakah Bait Suci Surgawi perlu dibersihkan juga?
Tentu saja iya. Jika Bait Suci di dunia perlu dibersihkan, berarti Bait Suci di Surga, realitasnya,
juga perlu dibersihkan.
Now there are two words for “temple” in the New Testament.
1.
The first is the
word ἱερόν [hieron]
2.
and the second
is the word ναός [naos].
The book of Revelation never uses the word ἱερόν [hieron] that generally
refers to the entire temple complex, in other words that it includes
the Court, the Holy Place, and the Most Holy Place. However, the word ναός [naos] is used 16 times in the book of Revelation
and in every instance the word ναός [naos] refers to the Most Holy Place of the
Heavenly Sanctuary.
An example of this is found in Revelation 11:19, here the word ναός [naos]
is used. It gives us the idea of where the ναός [naos] is. It says there, "19 Then the temple...” not the ἱερόν [hieron] the total temple complex but the temple, the ναός [naos] “...of God was...” what?
“...opened in heaven...” now if it was opened, before this it must
have been closed. And what is seen when the temple is opened? Where is this
temple?
“...and the ark of His covenant was seen...” where? In His ναός [naos],
“...in His temple...” So what does the word “temple” here refer to? It refers to
the Most Holy Place. How do we know that? Because the Ark of the
Covenant was in the Most Holy Place.
And then notice the phenomena that come
when the temple in Heaven is opened. By the way, what is in the temple? The
Ark. And what is inside the Ark? The Law. Now notice the phenomena in nature
that occur when the temple is opened and the Ark is seen, and by implication
the Tables of the Law. We are told in Exodus chapter 19 (this is on the next
page) Exodus 19:16-20 the phenomena that take place when the Ten Commandments
were given on Mount Sinai.
But let's read first of all the last part of Revelation 11:19, “…19 Then the temple of God was opened in
heaven, and the Ark of His covenant was seen in His temple...” and now notice, “…And there were…” what? “…lightnings, noises, thunderings, an
earthquake, and great…” what? “…and great hail…” by the way this is not simply hail composed of H2O, this is fiery hail.
Nah, ada dua kata untuk ”Bait Suci” di
Perjanjian Baru.
1.
Kata yang pertama ialah kata ἱερόν
[hieron]
2.
dan yang kedua ialah kata ναός [naos].
Kitab Wahyu tidak pernah
memakai kata ἱερόν
[hieron] yang secara umum mengacu kepada keseluruhan kompleks Bait Suci,
dengan kata lain itu termasuk Pelataran, Bilik Kudus dan Bilik Mahakudus.
Namun, kata ναός
[naos] dipakai 16 kali di kitab Wahyu, dan setiap kali kata ναός [naos] mengacu
kepada Bilik Mahakudus dari Bait Suci Surgawi. Suatu contoh dari ini ada di
Wahyu 11:19, di sini kata ναός
[naos] yang dipakai. Itu memberikan kesan
kepada kita di mana ναός
[naos] itu. Dikatakan di sana,
“19 Lalu kuil (bilik Mahakudus) …” bukan ἱερόν
[hieron] keseluruhan
kompleks Bait Suci, melainkan ναός
[naos] “…Allah…” apa? “…terbuka di sorga…” nah, jika itu sekarang terbuka, maka sebelumnya tentunya
dia tertutup. Dan apa yang tampak ketika kuil itu terbuka? Di manakah kuil ini? “…dan kelihatanlah Tabut Perjanjian-Nya di…” mana? Di ναός
[naos]Nya “…di dalam Kuil itu…” Jadi kata “kuil” di sini merujuk
kepada apa? Itu merujuk kepada
Bilik Mahakudus. Dari mana kita tahu itu? Karena Tabut
Perjanjian ada di Bilik Mahakudus.
Lalu simak fenomena yang terjadi ketika kuil di Surga terbuka. Nah, apa yang
ada di dalam kuil itu? Tabut Perjanjian. Dan apa yang ada di dalam Tabut
Perjanjian? Hukum Allah.
Kemudian simak fenomena
yang terjadi ketika kuil di Surga itu terbuka. Nah, apa
yang ada di dalam kuil? Tabut Perjanjian. Dan apa yang ada di dalam Tabut
Perjanjian? Hukum Allah. Sekarang simak fenomena di
alam yang terjadi ketika kuil itu terbuka dan Tabut Perjanjian
itu tampak, dan implikasinya juga tampak loh-loh Hukum.
Kita diberitahu di Keluaran pasal 19 (ini di halaman berikut), Keluaran
19:16-20, fenomena yang terjadi ketika ke-10 Perintah diberikan di G. Sinai.
Tapi sebelumnya mari kita baca bagian terakhir dari Wahyu
11:19, “…Lalu
kuil Allah terbuka di sorga dan
kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Kuil…” dan sekarang simak “…dan terjadilah…” apa? “…kilat, deru,
guruh dan gempa bumi dan…” apa? “…hujan batu es lebat…” ketahuilah ini
bukan hujan batu es semata-mata dari H2O, ini batu es api.
Now the phenomena that accompanied the opening of the temple are reminiscent
of the phenomena that existed when God revealed His Law on Mount Sinai.
Nah, fenomena yang menyertai dibukanya kuil (bilik
Mahakudus) mengingatkan tentang fenomena yang ada ketika Allah menyatakan
HukumNya di G. Sinai.
In 1844 on the Day of Atonement the Ark of His Covenant was opened and what
was seen there? The Law in the Ark. And the center of the Law is what? The
Sabbath. Shortly after the opening of the Most Holy Place what did the pioneers
discover? They discovered that the Law was still binding and that the Sabbath
was still binding, because the Sabbath is in the center of the Law.
Di 1844 pada Hari Pendamaian, Tabut PerjanjianNya dibuka
dan apa yang terlihat di sana? Hukum di dalam Tabut itu, dan di tengah-tengah
Hukum itu apa? Sabat. Tidak lama setelah dibukanya Bilik Mahakudus apa yang
ditemukan para pioner? Mereka menemukan bahwa Hukum masih tetap mengikat dan
bahwa Sabat masih tetap mengikat, karena Sabat ada di tengah-tengah Hukum.
Now what were
the phenomena that we read when the Ark of the Testament is seen in the Most
Holy Place? Lightnings, noises, thunderings, an
earthquake, and great hail. Now let's go to Exodus 19 to see if this has
any relationship with when God revealed the Ten Commandments. It says there in
Exodus 19:16, “16 Then it came to pass on the
third day, in the morning, that there were…” what?
“…thunderings…” and what else? “…and lightnings, and a thick cloud on the
mountain; and the sound of the trumpet was very loud…” what was it that announced the Day of
Atonement? The trumpets, right? So it says,
“…and the sound of the trumpet was very loud so that all the people
who were in the
camp trembled. 17 And Moses
brought the people out of the camp to meet with God, and they stood at the foot
of the mountain. 18 Now Mount Sinai was completely in smoke, because the Lord descended upon it in…” what?
“…in fire…” that's equivalent to the hail. “…Its smoke ascended like the smoke of a
furnace…” and is there an
earthquake also? “…and the whole mountain…” what? “…quaked greatly. 19 And when the blast of the trumpet sounded long and
became louder and louder, Moses spoke, and God answered him by voice.”
So did we have
very similar phenomena when God revealed the Ten Commandments as when the
Most Holy Place is opened and the Ark of the Covenant is seen? Yes.
What is going
to be revealed to the world now? The Law. And what are we judged by? We
are judged by the perfect Law of what? Of Liberty.
Nah, apakah fenomena yang kita baca ketika Tabut Perjanjian terlihat di
bilik Mahakudus? Kilat, deru,
guntur, gempabumi, dan hujan es batu yang lebat. Nah, mari kita
ke Keluaran 19 untuk melihat apakah ini ada kaitannya dengan ketika Allah
menyatakan Ke-10 Perintah Allah. Dikatakan di Keluaran 19:16, “16
Dan terjadilah pada hari
ketiga, pada waktu pagi ada…” apa? “…guruh…” dan apa lagi? “…dan kilat dan awan tebal di atas gunung, dan bunyi sangkakala yang sangat keras…” apakah yang mengumumkan datangnya Hari Pendamaian?
Terompet-terompet, benar? Maka dikatakan, “…dan
bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada
di perkemahan. 17 Lalu
Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan
berdirilah mereka di kaki gunung. 18 Gunung Sinai ditutupi seluruhnya oleh asap, karena TUHAN turun ke atasnya
dalam…” apa?
“…dalam api…” itu sama dengan
batu-batu es api, “…asapnya
membubung seperti asap dari tungku api…” dan apakah ada
gempa bumi juga? “…dan seluruh gunung itu…” apa? “…bergetar
hebat. 19 Dan ketika bunyi sangkakala terdengar panjang dan kian lama kian keras, berbicaralah Musa, lalu
Allah menjawabnya dengan suara…”
Jadi apakah ada fenomena yang sangat mirip ketika Allah
menyatakan Ke-10 PerintahNya seperti ketika
bilik Mahakudus itu terbuka dan Tabut Perjanjian itu terlihat?
Ya. Apa yang sekarang akan
dinyatakan kepada dunia? Hukum Allah. Dan kita dihakimi oleh
apa? Kita dihakimi oleh Hukum Allah yang sempurna yang bagaimana? Yang
memerdekakan.
Now Revelation 15:5-8
refer to the ναός [naos] as the Temple of the Tabernacle. So the Tabernacle is one thing but the
Tabernacle has a what? The Tabernacle has a temple. The Tabernacle is the total complex, the Holy and Most Holy. What would the Temple
of the Tabernacle be? It's the ναός [naos] which already has been identified as what?
As the
Most Holy Place. Let's read Revelation 15:5-8, “5 After these things I looked, and behold, the temple
of the Tabernacle…” that is the word ναός [naos] “…the temple of the Tabernacle of
the testimony in heaven was opened. 6 And…” out
of the ναός [naos], “…out of the temple came the seven angels having the seven
plagues, clothed in pure bright linen, and having their chests girded with
golden bands. 7 Then one of the four living creatures gave to the seven angels seven golden
bowls full of the wrath of God…” so at this moment is probation closed? Yes, “…who lives forever and ever. 8 The temple…” that's the word ναός [naos],
it's used several times here, speaking about the Most Holy Place; where
does Jesus conclude His work in the Sanctuary? In the Most Holy Place.
“…The temple…” or the ναός [naos] “…was filled with smoke from the glory
of God and from His power…” and now comes a very interesting detail,
“…and no one was able to enter the temple…” or the ναός [naos]“…till the seven plagues of the seven
angels were completed…” Why is no one able to enter the temple from
this point on? Can we enter the temple in Heaven now? Can we come boldly to the temple in Heaven
now? So we take a rocket and go up there? No! How do we enter the
temple now? We enter the temple by faith in our mind, right? And so “no one was able to enter the temple” means that probation is closed, nobody can
enter the temple to claim Jesus as what? As the intercessor.
Nah, Wahyu 15:5-8 mengacu kepada ναός [naos] sebagai kuil dari Tabernakel. Jadi Tabernakel itu satu hal, tetapi Tabernakel memiliki sebuah apa? Tabernakel memiliki sebuah kuil. Tabernakel itu ialah keseluruhan kompleks, Bilik Kudus dan Biik Mahakudus. Kalau begitu kuil Tabernakel itu apa? Itu ναός [naos] yang sudah kita identifikasi sebagai apa? Sebagai Bilik Mahakudus.
Mari kita baca Wahyu 15:5-8, “5 Kemudian setelah
itu aku melihat, dan tampaklah kuil Tabernakel …”
ini kata ναός [naos] “…kuil Tabernakel kesaksian di sorga terbuka.
6 Dan…” dari ναός [naos], “…dari
kuil keluar ketujuh malaikat
dengan ketujuh malapetaka itu, berpakaian lenan yang putih bersih dan
berkilau-kilauan dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. 7 Dan
satu dari keempat makhluk hidup itu
memberikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi
murka Allah…” jadi pada saat ini apakah pintu kasihan sudah tutup? Ya, “…yang
hidup selama-lamanya. 8 Dan kuil itu…”
ini kata ναός [naos], yang dipakai beberapa kali di sini, berbicara tentang Bilik
Mahakudus. Di mana Yesus menyelesaikan pekerjaanNya di Bait
Suci? Di Bilik Mahakudus “…Dan kuil itu…” atau ναός [naos] itu, “…dipenuhi asap dari kemuliaan Allah dan dari
kuasa-Nya…” dan sekarang ada detail yang sangat menarik, “…dan
seorang pun tidak dapat memasuki kuil itu…” atau ναός [naos] itu, “…hingga
ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu
terjadi semuanya.…” Mengapa tidak ada yang bisa masuk ke dalam kuil itu sejak
waktu ini? Bisakah kita masuk ke kuil di Surga sekarang? Bisakah kita datang dengan berani ke
kuil di Surga sekarang? Jadi kita harus naik roket untuk ke
sana? Tidak! Bagaimana kita bisa masuk ke kuil itu sekarang? Kita masuk ke kuil
itu dengan iman dalam pikiran kita,
benar? Maka “seorang pun tidak dapat
memasuki kuil itu” berarti masa kemurahan Allah sudah berakhir, tidak ada
lagi orang yang bisa masuk ke kuil itu untuk mengklaim Yesus sebagai apa?
Sebagai Perantaranya.
Now here's
another question. How can earthlings worship in Heaven? However, the question
that immediately comes to mind is this, how can God's people be worshiping in the
Heavenly temple in 1844 during the Sixth Trumpet while they are still living on
the earth? Does it say “measure the temple
and those who worship there”? Yes. So where are God's people worshipping in the Sixth
Trumpet, Revelation 10? They're worshipping in the Heavenly temple. You
say, “Wait, how could they be worshiping in the Heavenly temple if they were on
earth in 1844?”
Well, let’s
continue. The answer is actually quite simple. On the Old Testament Day of
Atonement while the high priest was cleansing the Sanctuary from the sins of
Israel, what did the people do? The people were required to gather outside,
afflict their souls, fast and be in tune with what was happening where? In the
Most Holy Place, by the high priests. So they entered there by what? By faith.
The people gathered, fasted, abstain from work, and afflicted their souls.
Nah, ini ada
pertanyaan yang lain. Bagaimana orang-orang dunia bisa beribadah di Surga?
Namun, pertanyaan yang segera muncul dalam pikiran kita ialah ini, bagaimana umat Allah bisa beribadah di Bilik Mahasuci di
Surga di 1844 selama
periode Terompet Keenam sementara mereka masih hidup di dunia?
Bukankah dikatakan “ukurlah kuil itu dan mereka yang beribadah di sana”? Iya. Jadi umat Allah beribadah di mana selama Terompet
Keenam, Wahyu 10? Mereka beribadah di Bait Suci Surgawi.
Kalian berkata,
“Tunggu, bagaimana mereka bisa beribadah di Bait Suci Surgawi jika mereka ada
di bumi di 1844?”
Nah, mari kita
lanjutkan. Jawabannya sebenarnya cukup sederhana. Di Hari Pendamaian zaman
Perjanjian Lama selagi imam besar sedang membersihkan Bait Suci dari dosa-dosa Israel,
apa yang dilakukan umat? Umat diharuskan berkumpul di luar, menyelidiki hati
mereka, berpuasa, dan mengikuti apa yang sedang terjadi di mana? Di dalam Bilik Mahakudus
yang dilakukan oleh imam besar. Maka mereka masuk ke sana dengan apa? Dengan iman. Umat
berkumpul, berpuasa, tidak melakukan pekerjaan, dan menyelidik hati mereka.
Now here comes
an important detail. In the Old Testament Sanctuary the Court was opened to the
view of the congregation, is that correct? Could the congregation see what was happening in the Court? Yes. But the inside
of the tent itself was not open to their view, correct? Who only could enter
there? The priests. The people had to follow the work of the priests how? By
faith, based on the description of the Sanctuary that they could read in the book
of Exodus.
· The Court represents what? The earthly work of Christ, because there
you have the altar of sacrifice which represents His what?
· What does the altar of sacrifice represent,
where the animals were placed? His death.
· What does the Laver represent? The burial
and resurrection of Christ. It's like you know, it's like
Baptism, buried and resurrected. Where did Jesus perform these works of
death and resurrection? He did on earth. Could people see what He did on earth,
those who lived at that time?? Absolutely yes!
It was open to their eyes.
· But could the disciples follow Jesus
physically into the Holy Place when He began His intersession there? Absolutely
not! So how could they follow His work and come boldly to the throne of grace?
Only by following Jesus’ work in Heaven by faith. Are you with me?
There is a work
of measuring
the temple in Heaven ~ that's examining the books of record there
~ and a
parallel work of measuring the spiritual temple on earth, which are the actual
worshipers in the church on earth.
Actually in a
certain sense those who have claimed Jesus as Savior and Lord are written
where? In Heaven. So are we in a certain sense in Heaven? Is God keeping a
record of our lives in Heaven? So in a certain sense we're there through our
records, because God keeps a precise transcript of their lives.
Nah, sekarang ada detail yang sangat penting. Di Bait
Suci zaman Perjanjian Lama, Pelataran terbuka dan bisa dilihat oleh jemaat,
benar? Bisakah jemaat melihat apa yang sedang terjadi di Pelataran? Ya. Tetapi
bagian dalam kemah (tenda) itu tidak bisa dilihat, benar? Siapa saja yang bisa
masuk ke sana? Para imam. Umat harus mengikuti pekerjaan para imam bagaimana?
Dengan iman, berdasarkan deskripsi Bait Suci yang bisa mereka baca di kitab
Keluaran.
· Pelataran melambangkan apa? Pekerjaan
Kristus di dunia, karena di sana ada mezbah kurban yang
melambangkan apaNya?
· Mezbah kurban di mana binatang-binatang ditempatkan, melambangkan apa?
KematianNya.
· Bejana Pembasuh melambangkan apa? Penguburan
dan kebangkitan Kristus. Itu seperti baptisan, dikuburkan kemudian
dibangkitkan. Di mana Yesus melakukan pekerjaan kematian dan kebangkitan ini?
Dia melakukannya di dunia. Bisakah manusia yang hidup di zaman itu melihat apa
yang dilakukan Kristus di dunia? Betul sekali, iya! Itu terbuka bagi
pemandangan mereka.
· Tetapi bisakah para murid
mengikuti Yesus secara
fisik ke dalam Bilik Kudus
ketika Dia memulai pekerjaan
PerantaraanNya di sana? Sama sekali tidak! Jadi bagaimana mereka
bisa mengikuti pekerjaanNya dan datang dengan berani ke takhta kasih karunia?
Hanya dengan mengikuti pekerjaan Yesus di Surga dengan iman. Apakah kalian
mengikuti saya?
Ada suatu pekerjan
mengukur bilik Mahakudus di Surga ~ itu memeriksa kitab-kitab catatan di sana
~ dan suatu pekerjaan paralel mengukur
Bait Suci rohani di dunia, yaitu mereka yang beribadah di gereja di dunia.
Sebenarnya, dalam pemahaman tertentu, mereka yang telah
mengklaim Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan sudah tercatat di mana? Di Surga.
Jadi apakah kita dalam pemahaman tertentu berada di Surga? Apakah Allah menyimpan
catatan hidup kita di Surga? Jadi dalam pemahaman tertentu kita berada di sana
melalui catatan kita, karena Allah menyimpan suatu transkrip yang akurat
tentang hidup kita.
The book of Hebrews
depicts those
who enter the Heavenly temple by faith as worshiping where? As worshiping
in the Heavenly temple though they actually live on earth. Let's read
Hebrews 4:14-16 so you can see that people can be on earth, but they can also
come boldly to the throne of grace in Heaven. It says there, “14 Seeing then that we have a
great High Priest who has passed through the heavens, Jesus the Son of
God, let us hold fast our confession. 15 For we do not have
a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses…” where does that High Priest serve? We
already notice in Hebrews 8:1-2 that He serves where? In the Heavenly
Sanctuary.
“…For we do not have a High Priest who cannot sympathize with our
weaknesses but was in all points tempted
as we are, yet without sin…” what does it say then?
“…16 Let
us therefore come boldly to…” where?
“…come boldly to the throne of grace…” where? Where was Jesus enthroned?
Revelation 3:21 says He was enthroned with His Father on His throne. Where is
the Father's throne? In Heaven. So it says. “… Let us therefore come
boldly to the throne of grace that we may obtain mercy and find grace to help
in time of need…”
Thus the Apostle
Paul could speak of the temple of God as representing the church on earth while the
book of Revelation describes it as the place where Christ ministers in Heaven.
Kitab Ibrani menggambarkan mereka
yang masuk ke Bait Suci Surgawi dengan iman sebagai beribadah di
mana? Sebagai beribadah di Bait
Suci Surgawi walaupun mereka sesungguhnya masih hidup di bumi.
Mari kita baca Ibrani 4:14-16 supaya
kalian bisa melihat bahwa manusia bisa berada di bumi namun mereka juga bisa
datang tanpa rasa takut ke takhta kasih karunia di Surga. Dikatakan di sana, “14 Karena kita sekarang mempunyai satu Imam
Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah,
baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. 15 Sebab kita
bukan punya Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita…” Imam Besar ini melayani di mana? Kita sudah menyimak di
Ibrani 8:1-2 bahwa Dia melayani di mana? Di Bait Suci di Surga.
“…Sebab kita bukan punya Imam
Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai, namun tidak
berbuat dosa…” apa katanya kemudian? “…16 Sebab
itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri…” ke mana?
“…dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia…” di mana? Di mana
Yesus bertakhta? Wahyu 3:21 berkata Dia bertakhta bersama BapaNya di takhtaNya.
Di mana takhta Bapa? Di Surga. Jadi dikatakan, “…marilah kita dengan penuh keberanian
menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan
kasih karunia untuk dapat menolong
kita pada waktu kita membutuhkannya…”
Dengan demikian Rasul Paulus bisa berbicara tentang Bait Suci Allah sebagai mewakili
gereja di bumi, sementara kitab Wahyu menggambarkannya sebagai tempat di mana Kristus melayani
di Surga.
So let's take a
look then at this issue of the temple of God and let's do it from the
perspective of the Antichrist.
The Apostle Paul
describes the coming Antichrist as one who would sit in the temple of God claiming
to be what? Claiming to be God. So that means that the Pope went to NASA ~ I'm
being facetious to make a point ~ and he got on one of the Endeavour you know
spacecrafts, and he went directly and took God off of His throne, and sat
there. No! Let's read 2 Thessalonians
2:4, “4 who opposes…” speaking about the Antichrist,
“…who opposes and exalts himself above all that is called God
or that is worshiped, so that he sits as God…” where?
“…in the temple of God, showing himself that he is…” what? “…
God.” Is the
expression “temple of God” in 2 Thessalonians 2 a reference to a literal
rebuilt Jerusalem Temple? Obviously not. The temple of God is where? In Heaven.
So it's impossible for the Pope to sit
in God's seat or on God's throne in that temple. The Antichrist does not sit in the
Heavenly temple but rather in the earthly one. What is the earthly one? The Church,
which is the earthly reflection of the Heavenly temple.
Matthew 21:12-13
speak about the final time that Jesus entered the temple. He actually entered
several times in the last few days of His life, and we're told about the Jewish
temple at that time, the following. Matthew 21:12-13, this is the conclusion of
the triumphal entry. “12 Then Jesus went into the
temple of God…” was it still the temple of God? Yes, “…and drove out all those who bought and
sold in the temple, and overturned the tables of the money changers and
the seats of those who sold doves. 13 And He said to them, ‘It is written, My house shall be called a house of
prayer, but you have made it a ‘den of thieves.’…” So what did Jesus call the temple of God?
He said, it's “My house”. So was it still His house when He entered
there at the end of His ministry? Absolutely!
But then Jesus pronounced the woes on the scribes and Pharisees, and
when He ended His woes upon the scribes and Pharisees, the Bible says that He
left the temple and He pronounced these words in Matthew 23:38, “ 38 See! Your
house is left to you desolate…” Do you see the change? When He went into
the temple He said it's “My house” it’s a temple of God. When He left, He
said what? “your house is left unto you
desolate”. Clearly the Jewish
temple was no longer God's temple after Jesus left.
Jadi kalau begitu
mari kita simak isu Bait Suci Allah ini dan mari kita lakukan dari
perspektif Antikristus.
Rasul Paulus menggambarkan kedatangan Antikristus sebagai dia yang akan
duduk di Bait Suci Allah, mengklaim sebagai apa? Mengklaim sebagai Allah. Jadi
itu berarti bahwa Paus pergi ke NASA ~ saya bercanda sekarang untuk menekankan
suatu poin ~ dan dia masuk ke dalam salah satu pesawat ruang angkasa Endeavour,
dan dia langsung pergi dan mencopot Allah dari takhtaNya, dan duduk di sana.
Tidak! Mari kita baca 2 Tesalonika 2:4, “4
yang melawan…” berbicara tentang
Antikristus, “…yang melawan dan meninggikan dirinya di atas segala yang disebut Allah atau yang disembah, sehingga ia duduk sebagai Allah…” di mana? “…di Bait Allah dan menyatakan dirinya bahwa dia adalah…” apa? “…Allah…”
Apakah ungkapan “Bait Suci Allah” di 2
Tesalonika 2 mengacu kepada Bait Suci literal yang dibangun kembali di
Yerusalem? Jelas bukan. Bait Suci Allah ada di mana? Di Surga. Jadi mustahil
bagi Paus untuk duduk di tempat Allah atau di takhta Allah di Bait Suci itu. Antikristus tidak
duduk di Bait Suci
di Surga melainkan di yang di
dunia. Yang di dunia itu apa? Gereja, yang adalah pantulan di dunia dari
Bait Suci yang ada di Surga.
Matius 21:12-13 berbicara tentang terakhir kalinya Yesus
memasuki Bait Suci. Sebenarnya Dia ke Bait Suci
beberapa kali di hari-hari terakhir hidupNya, dan kita diberitahu
demikian tentang Bait Suci Yahudi pada waktu itu. Matius 21:12-13, ini adalah
penutup dari peristiwa kedatangan Yesus ke Yerusalem yang dielu-elukan sebagai
Raja. “12 Lalu Yesus masuk ke Bait
Allah…” apakah itu masih
Bait Suci Allah? Ya, “…dan mengusir semua
orang yang berjual beli di halaman Bait Allah,
dan membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati. 13
Dan Dia berkata kepada mereka: ‘Ada
tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa.
Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’…” Jadi Yesus
menyebut Bait Suci Allah apa? Dia berkata, “Itu rumahKu”. Jadi pada waktu itu masihkah itu rumahNya ketika Dia
memasukinya pada akhir ministriNya? Betul sekali! Tetapi kemudian Yesus
menyebutkan segala macam celaka kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, dan
ketika Dia selesai dengan celaka-celakaNya untuk para ahli Taurat dan Farisi,
Alkitab berkata Dia meninggalkan Bait Suci dan Dia mengucapkan kata-kata ini di
Matius 23:38, “…38 Lihatlah!
Rumahmu telah
ditinggalkan kepadamu terlantar.’…” Apakah kalian melihat perubahannya? Ketika Yesus masuk ke
Bait Suci Dia berkata, itu “RumahKu”, itu Bait Suci
Allah. Ketika Yesus keluar, Dia berkata apa? “…Rumahmu
telah ditinggalkan kepadamu terlantar…” Jelas Bait
Suci Yahudi bukan lagi Bait Suci Allah setelah kepergian Yesus.
When the Apostle
Paul used
the word “temple” ~ he used ναός [naos] by the way ~ he always applied it spiritually to the
Christian Church, and never to the literal Jerusalem temple. And you
can look up the verses here. Every time that Paul mentions the word “temple” it
is always the church. The New Testament contains two Greek words that are
translated “temple”, one is ἱερόν [hieron] which is that entire temple complex, and
the other is ναός [naos]. The Apostle Paul never used the word ναός [naos] to refer to the Jewish temple. Without
exception he used the word ναός [naos] as a reference to the spiritual temple,
the Christian Church.
Now here's an
interesting detail. The book of Acts refers to the Jewish temple twenty-five
times. So if you go to the book of Acts you look up the word “temple” and 25
times the word “temple” appears, but the Jewish temple is never called ναός [naos],
it is always
called ἱερόν [hieron].
Furthermore none
of the epistles uses the word ναός [naos] to refer to the literal Jewish temple.
Ketika Rasul
Paulus memakai kata “Bait Suci” ~ nah dia memakai kata ναός [naos] ~ dia selalu
mengaplikasikannya secara spiritual kepada gereja Kristen dan
tidak pernah kepada Bait Suci Yerusalem yang literal. Dan kalian bisa melihat
ayat-ayatnya di sini. Setiap kali Paulus menyebut kata “Bait Suci” itu selalu
diartikan gereja. Di Perjanjian Baru ada dua kata Greeka yang diterjemahkan
“Bait Suci”, satu ialah ἱερόν [hieron] yang mengacu kepada seluruh
kompleks Bait Suci, dan yang lain ialah ναός
[naos]. Rasul Paulus tidak pernah memakai kata ναός [naos] untuk menyebut Bait Suci Yahudi. Tanpa kecuali dia
menggunakan kata ναός [naos] untuk mengacu kepada Bait
Suci spiritual, yaitu gereja Kristen.
Nah, ini ada detail yang menarik. Kitab Kisah menyebut
Bait Suci Yahudi 25 kali. Jadi jika kalian ke Kitab Kisah, dan kalian mencari
kata “Bait Suci”, 25 kali kata “Bait Suci” akan muncul, tetapi Bait Suci Yahudi
tidak pernah disebut ναός [naos], selalu dia disebut ἱερόν [hieron].
Lebih jauh, semua surat rasul-rasul tidak ada yang memakai kata ναός [naos] untuk menyebut Bait Suci Yahudi literal.
Paul explained
to the Ephesians what he meant by the word “temple”. Now let's notice this,
Ephesians 2:19-22, “19 Now, therefore,
you are no longer strangers and foreigners, but fellow citizens with the saints
and members of the household of God, 20 having been built on the foundation of the…”
what? Are those
literal foundations? No, they're people, “… having been built on the foundation of the
apostles and prophets…” does this temple have a chief cornerstone? Yes. Who is the cornerstone? “…Jesus Christ Himself being the chief
cornerstone, 21 in whom the whole…” what? Is this a literal building or a spiritual
building? Well, the foundations are apostles and prophets and Christ, obviously
they're not literal stones. So it says, “…in whom the whole
building, being fitted together, grows into a holy…” what? Oh, it’s “…a holy temple in the
Lord,…” and then it
says, “…22 in
whom you also are being built together…” so who are the stones that are built on
the cornerstone and on the other stones, the foundation stones? The believers
because it says, “…in whom you also are being built together for a dwelling place of
God in the Spirit…”
Let me ask you
in the Old Testament could people literally see the Shekinah? Could they see
the cloud of glory that descended on the Sanctuary? Who is the Shekinah now in the spiritual
temple? The Holy Spirit, because he says, “…are being built together for a dwelling place of God in the Spirit”.
Paulus menjelaskan kepada orang-orang Efesus apa yang dimaksudnya dengan
kata “Bait Suci”. Nah, mari kita simak ini, Efesus 2:19-22, “19 Demikianlah, kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan sesama
warga dengan orang-orang kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah 20 yang
telah dibangun di atas dasar…” apa? Apakah ini
fondasi literal? Tidak, mereka manusia, “…yang telah dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi…” apakah Bait Suci
ini memiliki batu penjuru utama? Ya. Siapakah batu penjuru itu?
“…dengan Kristus Yesus sendiri
sebagai batu penjuru utama 21 Di
dalam Dia seluruh…” apa? Apakah ini suatu bangunan literal atau bangunan
spiritual? Nah, fondasinya para rasul dan nabi dan Kristus, jelas mereka bukan
batu-batu literal. Jadi dikatakan, “…Di
dalam Dia seluruh bangunan, rapi
tersusun, tumbuh menjadi…” apa? Oh, “…satu Bait
Allah yang kudus, di dalam Tuhan…” kemudian dikatakan di ayat 22, “…22
Di dalamNya kamu juga turut dibangun bersama-sama…” jadi siapakah
batu-batu yang dibangun di atas batu penjuru dan di atas batu-batu lainnya,
batu-batu fondasi? Orang-orang percaya, karena dikatakan, “…Di dalamNya
kamu juga turut dibangun bersama-sama menjadi tempat kediaman Allah secara
Roh…”
Coba saya tanya di Perjanjian Lama bisakah orang secara
literal melihat Shekinah? Bisakah mereka
melihat awan kemuliaan yang turun di atas Bait Suci? Siapakah Shekinahnya sekarang di Bait Suci
spiritual? Roh Kudus, karena Paulus
berkata, “…dibangun bersama-sama menjadi tempat kediaman Allah secara
Roh…”
So what kind of
temple are we talking about? We're talking about the spiritual earthly temple,
which is the what? The church, which is the reflection of the literal Heavenly
temple.
So in this
passage the Apostle Paul clearly explains:
· that the temple is a spiritual house,
composed of spiritual materials,
· the foundations of the temple are the
apostles and prophets,
· the chief cornerstone is Jesus,
· the stones built upon the foundations are
the believers,
· and the Shekinah is the invisible Holy
Spirit.
In conclusion
then “the man of sin who sits in the temple
of God” must sit within
where? The
Christian Church. Yes or no? Yes! So we can clearly see the link
between the Little Horn and the man of sin, by the fact that the Little Horn or
the Beast of Revelation 13 speaks what? Blasphemies against the Most High, and
demands worship.
Jadi Bait Suci macam apa yang kita bicarakan? Kita bicara
tentang Bait Suci spiritual di dunia, yang adalah apa? Gereja, yang adalah
pantulan dari Bait Suci literal di Surga.
Maka di ayat-ayat ini Rasul Paulus dengan jelas menerangkan:
· bahwa Bait Suci adalah rumah
yang spiritual, terbuat dari bahan-bahan spiritual,
· fondasi Bait Suci itu adalah
para rasul dan nabi,
· batu penjuru utamanya ialah
Yesus,
· batu-batu yang dibangun di atas fondasi itu adalah orang-orang
percaya,
· dan Shekinah-nya ialah Roh
Kudus yang tidak tampak.
Kesimpulannya kalau begitu, “manusia durhaka yang duduk di Bait Allah” haruslah duduk
di dalam mana? Di dalam gereja Kristen.
Iya atau tidak? Iya! Jadi kita bisa melihat dengan jelas kaitan antara Tanduk
Kecil dengan Manusia Durhaka berdasarkan fakta bahwa Tanduk Kecil atau Binatang
Wahyu 13 mengucapkan apa? Hujatan terhadap Yang Mahatinggi, dan menuntut
disembah.
Now here's an
interesting little tidbit. It is hardly coincidence that Pope Benedict XVI as well
as Francis I (see, I wrote this before
Francis I was pope) at the conclusion of the week for Christian Unity
in St. Paul's outside the wall (this is the cathedral outside the walls of the
Vatican) sat on a great white throne and on each side of the throne was a
cherub. What does that bring to mind? By the way I do mention Francis, I added
this afterwards. Interesting.
Nah, ini ada info sedap yang menarik. Bukanlah suatu
kebetulan bahwa Paus Benedict XVI dan juga Francis I (lihat, saya menulis ini
sebelum Francis I menjadi Paus) di akhir minggu acara Christian Unity
(Persatuan Kristen) di St. Paul di luar dinding (ini adalah
Notice Psalm 80:1,
who is it that dwells between the
cherubim? It says in Psalm 80:1, “1 Give ear, O Shepherd of Israel,
You who lead Joseph like a flock; You who dwell between the cherubim, shine
forth!”
And what color
is God’s throne? White.
What imagery are
you getting from this? That Francis and
John Paul II (should be Benedict
XVI) claimed to occupy the throne between the cherubim. That is what? Blasphemy, that's right!
Simak Mazmur 80:1, siapakah yang ada di antara kerub?
Dikatakan di Mazmur 80:1, “1 Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang
menggiring Yusuf bagaikan kawanan domba! Ya
Engkau, yang berdiam di antara kerub-kerub, tampillah bersinar.”
Dan apa warna takhta Allah? Putih.
Gambaran apa yang kita peroleh dari ini? Bahwa Francis dan Benedict XVII
mengklaim menempati takhta di antara kerub-kerub. Apa itu?
Hujat, betul sekali!
Now what does it
mean to measure? So are you understanding this so far? What does it mean to
measure? The
act of measuring is a symbolic expression of judging. The word “measure”
in Greek here in Revelation 11 is μετρέω [metreō]. What word do we get from μετρέω [metreō]? “Meter”. Is that a measurement? Yes.
Nah, apa maksudnya mengukur? Jadi apakah kalian paham
sampai di sini? Apa maksudnya mengukur? Tindakan
mengukur itu ungkapan simbolis untuk penghakiman. Kata
“mengukur” dalam bahasa Greeka di sini, di Wahyu 11 ialah μετρέω [metreō]. Kata apa yang kita peroleh dari μετρέω [metreō]? “Meter”. Apakah itu suatu ukuran? Ya.
Now, let's go to
the next page. A couple of examples of how the Bible uses the concept of
measuring. God is going to measure Jerusalem here and He says, “13 And I will stretch over
Jerusalem the..." what? “…the measuring line of Samaria and the
plummet…” that's also an
implement to measure, “…the plummet of
the house of Ahab; I will wipe Jerusalem as one wipes a dish, wiping it and turning it upside
down…” So God is going
to judge Jerusalem. He's going to measure Jerusalem. He's going to judge
Jerusalem.
Then there's the
text that I read previously, this is
Matthew chapter 7 and we'll read verses 1 and 2, “1 Judge not, that you
be not judged. 2 For with what judgment you
judge, you will be judged; and with the
measure you use, it will be measured back to you.” Let me ask you is judging and measuring are
those concepts synonymous in this verse? Absolutely!
Nah, mari kita ke halaman berikut. Dua contoh bagaimana Alkitab meggunakan
konsep mengukur. Allah akan mengukur Yerusalem di sini, dan Dia berkata, “13 Dan Aku
akan merentangkan atas Yerusalem…” apa? “…tali pengukur Samaria dan unting-unting…” itu juga sebuah
alat untuk mengukur (kelurusan),
“…unting-unting pengukur keluarga Ahab; dan
Aku akan menghapus Yerusalem seperti orang melap
pinggan, melapnya dan menjungkirbalikkannya (2 Raja 21:13)…” Jadi Allah akan
menghakimi Yerusalem. Dia akan mengukur Yerusalem. Dia akan menghakimi
Yerusalem.
Kemudian ada ayat yang sebelumnya sudah saya bacakan, ini
ialah Matius pasal 7 dan kita akan membaca ayat 1 dan 2, "1Jangan menghakimi, supaya
kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai
untuk menghakimi, kamu akan dihakimi; dan dengan
ukuran yang kamu pakai, itu akan
diukurkan kembali kepadamu…” Coba saya tanya,
apakah menghakimi dan mengukur di ayat ini konsep yang sinonim? Tepat sekali!
Ellen White
concurs. In the next statement Seventh-Day Adventist
Bible Commentary Volume 7 page 972, “The grand judgment is taking place, and has been going on for some time. Now the Lord says,…” is she going to quote Revelation 11:1? Yes.
“…Now the Lord
says,
‘Measure the temple and the worshipers thereof. Remember when you are walking the streets about your
business, God is…” what? “…measuring you;…” what does that mean? He’s what? Judging
you, “…when you are attending your household duties, when you engage in conversation, God is measuring you. Remember
that your words and actions are
being
daguerreotyped…”
that's an old
word for photographed “…in the books of heaven, as the face is reproduced
by
the artist on the polished plate.
. . .”
Ellen White
sependapat. Dalam pernyataan berikut, SDA Bible
Commentary Vol.7 hal. 972 “…Penghakiman besar sedang terjadi dan sudah terjadi selama beberapa waktu
lamanya. Sekarang kata Tuhan…” apakah Ellen
White akan mengutip Wahyu 11:1? Ya. “…Sekarang kata
Tuhan, , ‘Ukur Bait Sucinya dan penyembah-penyembahnya’. Ingat, bila kamu
sedang berjalan melakukan pekerjaanmu, Allah sedang…” apa? “…mengukur kamu…” apa maksudnya? Dia sedang apa? Dia sedang
menghakimimu. “…Bila kamu sedang mengerjakan tugas-tugas
rumah tanggamu, bila kamu sedang terlibat dalam percakapan, Allah sedang
mengukurmu. Ingatlah, perkataanmu dan tindakanmu sedang diambil gambarnya…” “daguerreotyped” itu
adalah sebuah kata Inggris kuno artinya “difoto”, “…di kitab-kitab Surgawi, seperti seorang seniman mencetak gambar wajah di
atas lempengan yang terpoles…”
Ellen White once
described a judgmental woman, and this is kind of humorous. “You can be a blessing…” she says to her. “…You can help such as need help; but you must lay down your measuring tape, for that is not for you to use. One who is unerring in judgment, who understands the
weakness of
our fallen, corrupt natures, holds the standard
Himself. He weighs in the balances of the sanctuary, and
His just…” what? “… measure
we shall all accept…”
She's commenting on “judge not that
ye be not judged”.
So what does it mean to measure? It
means to judge.
Suatu ketika Ellen White
menggambarkan seorang perempuan yang suka menghakimi, dan ini rada lucu.
“…Kamu bisa menjadi berkat…” katanya
kepada perempuan itu, “…Kamu bisa membantu mereka yang
butuh bantuan; tetapi kamu harus meletakkan alat pengukurmu karena itu bukan hakmu untuk
menggunakannya. Dia yang tidak pernah berbuat salah dalam menghakimi, yang
paham kelemahan-kelemahan sifat-sifat alami manusia berdosa yang rusak, yang
menetapkan standarnya Sendiri. Dia yang menimbang dalam neraca Bait Suci, dan…”
apanya?
“…pengukuranNya yang adil akan kita terima. (2T hal. 438) …” Ellen White mengomentari tentang "Jangan
menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi”.
Jadi mengukur
itu artinya apa? Artinya menghakimi.
Let me ask you back to Revelation 10,
after John eats the book, it’s sweet in the mouth and bitter in the stomach, he's
told, “You must prophesy again” and then he's told, “You must measure the
temple.” What does that mean? That the
judgment was going to what? The judgment was going to begin. The work of
judging was going to begin.
By the way, what is the tape measure in the
judgment? Notice this statement,
two statements actually.
Coba kami tanya, kembali ke
Wahyu 10. Setelah Yohanes makan gulungan kitab itu, terasa manis di mulut dan pahit di perut, dia
diberitahu, “Kamu harus bernubuat lagi”, kemudian dia diberitahu, “Kamu harus
mengukur Bait Suci.” Apa maksudnya itu? Bahwa penghakiman akan apa? Penghakiman
akan dimulai. Pekerjaan penghakiman akan dimulai.
Nah, apakah alat pengukur dalam penghakiman? Simak pernyataan ini, dua pernyataan sebetulnya.
Signs of the Times,
December 29, 1887, “When the Judgment is set and the books opened, your life
and
mine will be measured
by the Law of the Most High.”
Signs of the Times, 29 Desember 1887, “…Ketika pengadilan sudah siap, dan
kitab-kitab dibuka, hidupmu dan hidupku akan diukur oleh Hukum Yang
Mahatinggi.”
And then Volume 7 of the Testimonies pg. 219, “Every case is coming in review before God; He is…”
doing what? “…measuring the temple and the
worshipers therein.”
Is that a reference to Revelation 11:1?
Yes.
Kemudian Vol. 7 Testimonies
hal. 219, “…Setiap kasus akan
dimunculkan dalam pertimbangan di hadapan Allah; Dia akan…” melakukan apa?
“…mengukur Bait Suci dan mereka yang beribadah di dalamnya. …”
Apakah ini
suatu referensi pada Wahyu 11:1? Ya.
So let me ask you is Revelation 11:1 really a part of the
conclusion of Revelation chapter 10? Very, very clearly.
Jadi coba saya tanya, apakah Wahyu 11:1
sesungguhnya bagian dari penutup Wahyu pasal 10? Amat, sangat jelas.
Let's read the next statement on page
275, “The Lord has provided His church with capabilities and blessings, that they
may
present to the world an image of His own sufficiency, and that His church may be complete in
Him, a continual representation of
another, even the eternal world, of laws that are higher
than earthly laws. His church is to be a…”
what? “… a temple…” so is the church a temple? So Jesus
is measuring in Heaven because He's looking at our Heavenly records. But whose
Heavenly records are they? Ours on earth. So He's measuring our lives who live
on earth in the Heavenly temple. So it continues,
“…His church is to be a temple built after the divine similitude, and the
angelic architect has brought His golden…”
what? “…measuring rod from heaven…”
so He's
measuring in Heaven, but He's measuring those who live where? On earth, “…that every stone may be hewed and squared by
the divine measurement, and polished to shine as an emblem of
heaven, radiating in all directions the bright, clear beams of the Sun of
Righteousness.”
That's why James stated that we will
all be judged by what? “by the perfect Law of Liberty”.
So Ellen White and the Bible are in
harmony.
Mari kita baca pernyataan
berikutnya di hal 275, “…Tuhan telah menyediakan bagi gerejaNya kemampuan-kemampuan
dan berkat-berkat agar mereka boleh mempersembahkan kepada dunia keserupaan
dari kesempurnaanNya Sendiri, dan agar gerejaNya boleh menjadi
sempurna di dalam Dia, sebuah perwakilan yang terus-menerus dari sebuah dunia lain
yang kekal, yang hukumnya lebih tinggi daripada hukum-hukum duniawi.
GerejaNya haruslah menjadi sebuah…” apa?
“…sebuah Bait Suci…” jadi apakah
gereja itu sebuah Bait Suci? Jadi Yesus sedang mengukur di Surga karena Dia
sedang meneliti catatan kita di Surga. Tetapi catatan di Surga itu milik siapa?
Milik kita yang di dunia. Maka di Bait Suci di Surga Yesus sedang mengukur
hidup kita yang hidup di dunia. Jadi selanjutnya,
“…GerejaNya haruslah menjadi sebuah Bait Suci, yang dibangun mengikuti
kemiripan ilahi, dan Ahli Bangunan Ilahi telah membawa…” apaNya? “…tongkat pengukurNya dari Surga…” jadi Dia mengukur di Surga, tetapi Dia mengukur
mereka yang hidup di mana? Di bumi, “…agar setiap
batu boleh dipotong dan dibentuk menurut ukuran ilahi,
dipoles sampai bercahaya sebagai lencana Surgawi, yang memancarkan
ke segala arah berkas-berkas cahaya Surya Kebenaran yang terang dan jelas. (CET
hal. 208)….”
Itulah sebabnya mengapa
Yakobus berkata bahwa kita semua akan dihakimi oleh “hukum yang sempurna yang memerdekakan”.
Jadi Ellen White dan Alkitab
itu serasi.
We must understand the idea of measuring the Heavenly
temple in Revelation 11:1 in the context of the preceding chapter where we find
a description of the little book episode. What is the central theme of the little
book episode? The 2300 days and the beginning of what? Of the judgment.
So do you have to understand the measuring of the temple
in the light of that? Of course. As we have seen, a message of judgment came out of the
little book beginning at the time of the end, that is post 1798, which
John devoured and proclaimed. As John devoured, the message was sweet in his
mouth, but the aftermath was what? Was bitter. Thus somehow the message of
judgment that came out of the little book would be at first sweet and then
bitter. After the bitter sweet experience, the Angel told John to do what? To prophesy
again from the little book, and the message had to do with what? With
measuring of the temple.
So did we get the idea that after 1844 Jesus began the work of
judgment in the Heavenly Sanctuary, we get that from the writings of
Ellen White, right? Wrong! We get it from the conclusion of Revelation 10 in
Revelation 11:1. We're told so very clearly, aren't we?
Kita harus memahami konsep mengukur Bait Suci
Surgawi di Wahyu 11:1 dalam konteks pasal sebelumnya, di mana kita bertemu
dengan deskripsi episode gulungan kitab kecil. Apakah tema inti episode
gulungan kitab kecil itu? Nubuatan 2300 hari dan awal apa? Awal penghakiman.
Jadi apakah kita harus memahami pengukuran Bait
Suci sehubungan dengan hal itu? Tentu. Seperti yang sudah kita simak, dari gulungan kitab kecil itu
muncul pekabaran tentang penghakiman yang dimulai dari masa akhir zaman, yaitu
pasca 1798, yang makan habis oleh Yohanes dan dikabarkannya.
Ketika dimakan oleh Yohanes, pesan tersebut manis
di mulutnya tetapi kemudian menjadi apa? Menjadi pahit. Dengan demikian,
pekabaran tentang penghakiman yang keluar dari gulungan kitab kecil itu
pertamanya akan terasa manis kemudian pahit Setelah pengalaman manis-pahit ini,
Malaikat itu menyuruh Yohanes
melakukan apa? Bernubuat lagi dari
kitab kecil itu, dan pekabaran itu berkaitan dengan apa? Dengan mengukur Bait Suci.
Jadi apakah kita memperoleh konsep bahwa setelah 1844 Yesus memulai pekerjaan
penghakiman di Bait Suci Surgawi dari tulisan-tulisan Ellen
White, benar? Salah! Kita
mendapatnya dari kesimpulan Wahyu 10 di Wahyu 11:1. Kita sudah
diberitahu dengan sedemikian jelasnya, bukan?
Now, let's go to the altar. The altar here ~ because the
worshipers worship at the altar, in the temple at the altar ~ the altar here must be the one where? In the Holy
Place and not the one in the Court.
You say why?
Well, because the Angel instructed John not to measure the
Court, so it can't be the altar in the Court, because he was told not to
measure it. Jesus died so to speak at the altar in the Court, in the first
century, but the measurement of this altar began when? During the Sixth Trumpet
near the close of time. Are you understanding the difference between the two
altars?
Nah, mari kita ke mezbah. Mezbahnya di sini ~
karena orang-orang yang beribadah, beribadah di mezbah, di mezbah Bait Suci ~ mezbahnya di sini haruslah yang
berada di mana? Di Bilik
Kudus and bukan yang ada di Pelataran.
Kalian berkata, mengapa?
Nah, karena Malaikat itu menginstruksikan Yohanes
agar tidak mengukur Pelataran, maka tidak mungkin ini mezbah yang di Pelataran
karena Yohanes sudah diberitahu agar jangan mengukurnya. Yesus mati, katakanlah
demikian, di mezbah di Pelataran, di abad pertama. Tetapi pengukuran mezbah
yang ini dimulai kapan? Selama periode Terompet Keenam, menjelang akhir masa.
Apakah kalian paham perbedaan antara kedua mezbah?
Kenneth Strand
~ this is a very important tidbit ~
Kenneth Strand has shown in
an incisive article that the background to Revelation 11:1 is
the
Day of Atonement of
Leviticus 16. This is a really good article. On Yom Kippur, which is the Day of Atonement, there was an atonement for
(in this order):
·
the priests,
·
the sanctuary,
·
the altar
·
and the congregation.
Revelation
mentions three of these
four, leaving out the atoning for the priest, OK?
Jesus needs no atonement or measuring on the
Day
of Atonement, that's why the
priest would not be included in Revelation 11:1. In both Leviticus 16 and Revelation 11:1 we see
the same movement from
the temple ~ to the altar ~ to the worshipers.
So is Revelation 11:1 dealing with
the Day of Atonement? Absolutely!
Kenneth Strand ~ ini adalah
informasi yang sangat penting ~ Kenneth Strand telah menunjukkan dalam suatu
artikel yang sangat jelas bahwa latar
belakang Wahyu 11:1 ialah Hari Pendamaian (Hari Grafirat) di Imamat 16. Ini adalah artikel yang sungguh bagus. Pada Yom Kippur, yaitu Hari
Pendamaian, ada pendamaian bagi (sesuai urutan ini):
·
imam-imam,
·
Bait Suci,
·
mezbah,
·
dan jemaat.
Wahyu menyebut tiga dari empat hal ini, tidak menyebut tentang pendamaian bagi si imam, OK? Yesus tidak butuh pendamaian
atau diukur pada Hari Pendamaian, itulah sebabnya di Wahyu 11:1
iman tidak termasuk. Baik di Imamat 16 dan Wahyu 11:1 kita melihat gerakan yang
sama, dari Bait Suci ~ ke mezbah ~ ke jemaat.
Jadi apakah Wahyu 11:1 berkaitan
dengan Hari Pendamaian? Tepat sekali!
We must underline once again that John sees
those who worship in the temple as worshiping in Heaven although they are
physically where? They're physically on earth. This is a common way of
expressing that God's people enter boldly into the Heavenly Sanctuary by faith,
while they are still living physically on earth. Until 1844 the faith of God's people
entered where? The Holy Place. Is that where Jesus was
ministering? Yes. After 1844 their faith enters
where? The
Most Holy Place. By the way, does Jesus continue interceding in the
Most Holy Place? Well, of course. What He does is, He just takes on an
additional function, which is the judgment. But if Jesus had ceased His Holy
Place ministry, everybody would be lost after 1844. So He continues
interceding.
Kita harus menekankan sekali
lagi bahwa Yohanes melihat
mereka yang beribadah di Bait Suci seolah-olah berada di Surga walaupun secara
fisik mereka ada di mana? Secara fisik mereka ada di dunia. Ini adalah cara yang
umum untuk menggambarkan umat Allah masuk dengan berani ke Bait Suci di Surga
dengan iman, sementara mereka masih hidup secara fisik di dunia. Hingga 1844, iman umat Allah
masuk ke mana? Ke Bilik
Kudus. Apakah Yesus melayani di sana? Iya. Setelah 1844, iman mereka masuk ke mana?
Ke Bilik Mahakudus.
Nah, apakah Yesus masih terus menjadi Perantara di Bilik Mahakudus? Tentu saja.
Apa yang dilakukan Yesus ialah, Dia semata-mata mengambil tugas tambahan, yaitu
menghakimi. Tetapi andaikan Yesus menghentikan pelayananNya di Bilik Kudus,
semua orang setelah 1844 tidak ada yang selamat. Itulah sebabnya Yesus masih
terus menjadi Perantara.
So how do people draw near to the
throne of grace? That's the big question. How do people draw near to the throne
of grace? We do it how? Through prayer. Don't we come boldly to the throne of grace
through prayer? Isn't that the way we enter by faith into the Heavenly
Sanctuary? Absolutely! Notice Psalm
141:2, we're dealing with this altar, the altar of incense. “2 Let my prayer be set before You as…” what? “…incense, the lifting up of my hands as the evening sacrifice.”
Jadi bagaimana kita mendekat ke takhta kasih karunia, itu pertanyaannya
yang penting. Bagaimana orang datang ke takhta kasih karunia? Kita melakukannya
bagaimana? Melalui doa. Bukankah kita
datang dengan berani ke takhta kasih karunia melalui doa?
Bukankah dengan cara demikian kita masuk ke Bait Suci Surgawi dengan iman?
Tepat sekali! Simak Mazmur 141:2, kita berurusan dengan mezbah ini, mezbah
ukupan. “2 Biarlah doaku dipersembahkan di hadapan-Mu sebagai…” apa? “…ukupan, dan tanganku yang terangkat sebagai persembahan korban petang hari…”
In Luke 1 we find something very
interesting. Here Zacharias, the father of John the Baptist is serving in the
Holy Place in his turn. There were 24 courses or 24 different turns that the priest
took to serve in offering incense, and it says in verse 8, “8 So it was, that while he was serving as priest before God in the order of
his division, 9 according
to the custom of the priesthood, his lot fell to burn incense when he
went into the temple of the Lord…” so what is Zacharias going to do in
the Holy Place? He's going to burn incense, right? What are the people doing
outside? Are they in tune with what's happening inside? Yes, it says, “…10 And the whole multitude of the people was praying
outside at the hour of incense…” So you have the
people praying outside, and Zacharias is doing what? He's offering the incense
inside. Is that pretty much true today? We live on earth, and we enter by faith
to a place that we can't see, through the incense of Christ's merits?
Absolutely! Now the incense doesn't
represent prayer. The incense is mingled with prayer and we talked about this
previously several days ago.
Di Lukas 1 kita menemukan sesuatu yang sangat menarik. Di sini Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, sedang melayani di Bilik Kudus saat gilirannya. Ada 24 putaran atau 24 giliran yang berlaku bagi imam-imam melayani persembahan dupa, dan dikatakan di ayat 8, “8 Demikianlah pada suatu kali, sewaktu Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Allah menurut giliran kelompoknya, 9 sebagaimana lazimnya menurut keimamatan, dia mendapat bagian untuk membakar ukupan pada waktu dia masuk ke dalam Bait Suci Tuhan…” Jadi apa yang akan dilakukan Zakharia di Bilik Kudus? Dia akan membakar dupa, benar? Apa yang dilakukan jemaat di luar? Apakah mereka selaras dengan apa yang sedang terjadi di dalam? Ya, dikatakan, “…10 Dan seluruh umat sedang sembahyang di luar pada waktu pembakaran ukupan…” Jadi di sini ada umat yang berdoa di luar, dan Zakharia sedang berbuat apa? Dia sedang mempersembahkan dupa di dalam. Apakah seperti itu juga yang terjadi sekarang? Kita hidup di dunia, dan dengan iman kita masuk ke tempat yang tidak bisa kita lihat, melalui dupa jasa Kristus? Tepat sekali!
Nah, dupa itu tidak melambangkan doa. Dupa itu dicampur
dengan doa dan kita sudah membahas ini beberapa hari yang lalu.
Notice Revelation 8:3-4, “ 3 Then another Angel…” this is the
introduction to the trumpets,
“…Then another Angel having a golden censer, came and stood at the
altar…” which altar? The altar of incense. “…He was given much incense, that He should
offer it…” what? “…with the
prayers of all the saints upon the golden altar which was before the
throne…” So does the incense represent prayer? No, the prayers are
what? Mingled with the incense. And it says, “…4 And the smoke of the incense, with the prayers
of the saints, ascended before God from the Angel’s hand.”
Simak Wahyu 8:3-4, “3
Maka seorang Malaikat lain…” ini adalah ayat pengantar pada Terompet-terompet, “…Maka seorang Malaikat lain membawa sebuah
pedupaan emas, datang dan berdiri di dekat
mezbah…” mezbah yang mana? Mezbah ukupan. “…Dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkanNya…”apa?
“…bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta itu…” Jadi apakah dupa
itu mewakili doa? Tidak, doa-doa itu apa? Dicampur dengan dupa. Dan dikatakan, “…4 Maka naiklah asap kemenyan
bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan Malaikat itu ke
hadapan Allah.”
And I read this statement before but
this is just absolutely beautiful. Ellen White on page 277, “Christ has pledged Himself to be our…” what? “…to be our substitute and surety, and He
neglects no one. There is an inexhaustible fund…” currency in other words, “…of perfect obedience accruing
from His obedience. In heaven His merits, His self-denial and self-sacrifice,
are treasured as incense to be offered up with the prayers of His people. As the sinner's sincere, humble prayers
ascend to…” where? We’re on earth
but where are the
prayers going? To Heaven “… the throne of God, Christ mingles
with them the merits of His own life of perfect obedience. Our prayers are made
fragrant by this incense…”
Dan saya sudah pernah
membacakan pernyataan ini sebelumnya, tapi pernyataan ini benar-benar indah.
Ellen White, halaman 277. “Kristus telah menjaminkan Dirinya menjadi …” apa? “…pengganti dan garansi kita, dan
Dia tidak melalaikan siapa pun. Ada dana yang tidak akan habis…” dengan kata lain alat penukaran “…dari kepatuhan yang sempurna yang didapat
dari kepatuhanNya. Di Surga, jasaNya, penyangkalan DiriNya, dan pengorbananNya, tersimpan sebagai dupa
yang dipersembahkan bersama doa-doa umatNya. Pada saat doa-doa orang berdosa
yang tulus dan rendah hati naik ke…” mana? Kita berada di dunia tetapi doa-doa kita
pergi ke mana? Ke Surga, “…takhta Allah, Kristus mencampur
dalam mereka jasa-jasa hidupNya sendiri dari kepatuhan yang sempurna. Doa-doa
kita dijadikan harum oleh dupa ini…”(Review and Herald 30 Oktober 1900 ~ Sons
and Daughters of God, hal. 22)
However, not all prayers are sincere
and genuine. Some prayers are uttered with crocodile tears. Proverbs 28:9, I'm going to read it in the New
King James Version as well as the NIV. The New King James says, “9 One who turns away his ear from hearing the law, even his prayer is an abomination.” Are there people
who turn away from the Law of God who pray?
And what is their prayer? An abomination.
I like the way the NIV puts it, “9 If anyone turns a deaf ear to the law, even his prayers are detestable.”
Namun begitu, tidak semua doa
itu tulus dan sungguh-sungguh. Ada doa-doa yang disampaikan dengan air mata
buaya. Amsal 28:9, saya akan membacakannya dari NKJV dan juga NIV.
NKJV berkata, “9 Dia yang
memalingkan telinganya dari mendengarkan
Hukum, bahkan doanya adalah kekejian…” apakah ada orang yang berdoa tapi berpaling dari Hukum
Allah? Dan doa mereka itu apa? Suatu kekejian.
Saya suka cara NIV mengatakannya, “…Siapa
pun yang menulikan telinganya kepada Hukum, bahkan doa-doanya dibenci.”
Notice Jeremiah 7:16, “16Therefore do not pray for this people…” God tells the
prophet, “…nor lift up a cry or prayer for them, nor
make intercession to Me; for I will not hear you…” Why? Because
they were in rebellion. They claimed to be God's people but they were in
rebellion.
Simak Yeremia 7:16, "16
Karena itu janganlah berdoa untuk
bangsa ini…” Allah berkata kepada nabi itu, “…maupun
menaikkan suatu seruan atau doa untuk
mereka, juga jangan menjadi perantara kepadaKu, sebab Aku tidak akan mendengarkan
engkau…” Mengapa? Karena
mereka memberontak, mereka mengklaim sebagai umat Allah, namun mereka
memberontak.
Psalm 66:18-19, “18 If I regard iniquity in my
heart,…” what would happen? “…the Lord will not hear. 19 But certainly God has heard me…” why? “…He has attended to the voice of
my prayer…” because there's no iniquity in his
what? In his heart.
Mazmur 66:18-19, “18
Seandainya ada dosa dalam hatiku…” apa yang akan terjadi? “…Tuhan tidak mau mendengar. 19 Tetapi Allah sungguh telah mendengar aku…” mengapa? “…Ia telah menangani
suara doaku. …” karena tidak
ada dosa di apanya? Di hatinya.
So are their prayers that are
insincere? Are their prayers that don't go beyond the ceiling of the house
where you're praying? Absolutely!
Jadi apakah ada doa-doa yang
tidak tulus? Apakah ada doa-doa yang tidak naik melampaui langit-langit rumah
di mana orang itu berdoa? Jelas!
Now why would God have to judge His
people? Why would God have to judge all of those who pray? Well, there's a
simple reason. Let's read from Albert Barnes. You know if you can get a commentary
by Albert Barnes, it would be very
productive. You know that he's an old Bible commentator who really comments on the Bible and doesn't just give
you a bunch of pretty stories like many commentaries these days. Notice, “There is some apparent incongruity…” what does “incongruity” mean? An
apparent contradiction, they don't rhyme, right? “…There is some apparent incongruity in directing him to ‘measure’
those who were engaged in worship…”
aren't they all
genuine if they're involved in worship? No, no,
“…but the obvious meaning is, that he was to take a correct estimate of
their character; of what they professed; of the reality of their piety; of their lives, and of the general state of the
church considered as professedly worshipping God.”
That sounds like an Adventist, doesn't it? In other words it's a process of
separating the genuine from the counterfeit.
Nah, mengapa Allah mau
menghakimi umatNya? Mengapa Allah mau menghakimi semua yang berdoa? Nah, demi
alasan yang sangat sederhana. Mari kita
baca dari Albert Barnes. Kalian tahu, jika kalian bisa mendapatkan
komentar dari Albert Barnes, itu sangat produktif. Kalian tahu, dia seorang
komentator tua untuk Alkitab yang betul-betul mengomentari Alkitab dan tidak
hanya memberikan seikat cerita yang indah seperti yang banyak dilakukan para
komentator sekarang ini. Simak, “…Ada beberapa keganjilan yang
nyata…” apa maksudnya
“keganjilan”? Suatu kontradiksi yang nyata, mereka tidak klop, benar?
“…Ada beberapa keganjilan yang nyata dengan menyuruh dia (Yohanes) untuk
mengukur mereka yang sedang beribadah…” bukankah mereka semuanya tulus jika mereka terlibat
dalam ibadah? Tidak, tidak, “…tetapi maknanya yang jelas ialah, dia (Yohanes) harus membuat estimasi
yang tepat tentang karakter mereka, tentang pengakuan iman mereka, tentang benar-tidaknya kesalehan mereka, tentang hidup mereka, tentang kondisi umum gereja yang
dianggap mengaku beribadah kepada Allah.” (Barnes' Notes; Electronic Database Copyright © 1997, 2003, 2005, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights
reserved.)
Ini terkesan
seperti bicara seorang Advent, bukan? Dengan kata lain, itu adalah suatu proses
pemisahan yang tulen dari yang palsu.
By the way, where does the judgement
begin? 1 Peter 4:17, “17 For the time has come for judgment to begin…” where?
“…to begin at the house of God; and if it begins with us first…” by the way, he's speaking about that
the judgment begins with those who first
die, I'm going to read it in a moment.
You know the Apostle Peter at this point is basically knowing that he's
probably not going to be alive when the Lord comes, so
“…and if it begins with
us first…” that is with believers first, “…what will be the end of those who do not obey the gospel of
God?”
So who is judged first? Those who
claim Jesus.
Who will be judged later? Which he
expresses as “what will be
the end of those who do not obey the gospel of God”? Those who are
judged when? They're in the Millennium.
Now what is “the house of
God”? Because it
says, “judgment begins
at the house of God”
what is that? 1 Timothy 3:14-15, Paul
explains it himself, “14 These
things I write to you, though I hope to come to you shortly; 15 but if I am
delayed, I write so
that you may know how you ought to conduct yourself in the house of God, which is the church…” what is the house of God? The church. So who is judged first? The church, those who
claimed Jesus Christ.
Nah, di mana penghakiman dimulai? 1 Petrus 4:17, “17 Karena telah tiba saatnya
penghakiman dimulai…” di mana? “…dimulai di
rumah Allah. Dan jika penghakiman itu lebih dulu
dimulai pada kita…” nah, dia bicara bahwa penghakiman dimulai dari mereka
yang pertama mati, nanti akan saya bacakan. Kalian tahu, pada dasarnya rasul
Petrus pada saat ini tahu bahwa kemungkinan dia sudah tidak hidup lagi ketika
Tuhan datang, jadi, “…Dan jika penghakiman itu lebih dulu dimulai pada kita…” yaitu dengan
orang-orang beriman dulu, “…bagaimanakah kesudahannya dengan mereka
yang tidak patuh pada Injil Allah?”
Jadi siapa yang dihakimi dulu? Mereka yang mengklaim
Yesus.
Siapa yang akan dihakimi kemudian, yang disebut Petrus
sebagai “…bagaimanakah kesudahannya
dengan mereka yang tidak patuh pada Injil
Allah?…” Mereka ini
dihakimi kapan? Mereka dihakimi saat Millenium.
Nah, apakah “rumah
Allah”? Karena dikatakan, “penghakiman dimulai di rumah Allah.” Apa itu? 1
Timotius 3:14-15 Paulus menjelaskannya, “14
Hal-hal ini kutuliskan kepadamu, walaupun
kuharap segera dapat mengunjungi engkau. 15 Tetapi jika aku tertunda, aku tulis supaya engkau tahu bagaimana engkau harus bersikap di rumah Allah, yakni jemaat…” rumah Allah itu apa? Gereja
(jemaat). Jadi siapa yang akan dihakimi lebih dulu? Gereja,
mereka yang mengklaim Yesus Kristus.
Notice Ellen White's description of
this judgment. Because the Apostle Paul (should
be Peter) says that the judgment
begins with us first, is he including himself as part of the church, believers?
Absolutely! It begins with believers and
it ends with those who do not obey the gospel of Christ.
So notice Ellen White's description, “…As the
books of record are opened in the judgment, the lives of all who have believed
on Jesus come in review before God.
Beginning with those who first lived upon the earth,…” so that would be
whom? Adam first, “…our Advocate
presents the cases of each successive generation…” so it's done in chronological order,
correct? I'm glad it's not alphabetical, my last name begins with “B”. But anyway, “…Beginning with those who first lived
upon the earth our Advocate presents the cases of each successive generation
and closes with…” whom? That's the
sealing of 144,000, by the way, “…with the living…” How many names
are mentioned? “…Every name is mentioned. Every case closely
investigated. Names are accepted…” names of whom? Of those who believed, who
claimed to believe. “…Names are
accepted, names rejected…” What would be the names rejected? Did they claim to be
believers the names that are rejected? Yes. Why are they rejected? Because their records show that they were counterfeit believers. She continues, “…When
any have sins remaining upon the books of record, unrepented of and unforgiven,
their names will be blotted out of the book of life and the record of their good deeds will be
erased from the book of God's remembrance.”
Simak deskripsi Ellen White
tentang penghakiman ini. Karena rasul Petrus berkata bahwa penghakiman dimulai
dengan kita lebih dulu, apakah dia memasukkan dirinya sebagai bagian dari
gereja, orang-orang beriman? Tentu saja! Dimulai dengan orang-orang beriman dan
diakhiri dengan mereka yang tidak mematuhi injil Kristus.
Jadi simak deskripsi Ellen
White, “…Ketika kitab-kitab
catatan dibuka dalam penghakiman, kehidupan semua yang percaya dalam Yesus, tampil dalam penilaian
di hadapan Allah. Dimulai dari mereka yang pertama hidup di bumi…” jadi siapa itu? Adam yang pertama,
“…Pembela kita menyajikan kasus setiap generasi secara urut…” jadi ini dilakukan sesuai urutan kronologis, benar?
Saya senang ini tidak secara abjad, nama akhir saya dimulai dengan huruf “B”.
Tetapi baiklah,
“…Dimulai dari mereka yang pertama hidup di bumi, Pembela kita
menyajikan kasus setiap generasi secara urut dan diakhiri dengan…” siapa? Nah, itulah pemeteraian ke-144ribu “… yang hidup…” Berapa nama yang disebut?
“…Setiap nama disebut. Setiap kasus diperiksa dengan seksama. Nama-nama
diterima…” nama-nama
siapa? Nama-nama mereka yang percaya, yang mengaku percaya.
“…Nama-nama diterima, nama-nama ditolak…” nama-nama yang ditolak yang bagaimana? Apakah
mereka mengklaim sebagai orang percaya, nama-nama yang ditolak ini? Ya. Mengapa
mereka ditolak? Karena catatan mereka membuktikan bahwa mereka adalah
orang-orang percaya yang palsu. Ellen White melanjutkan
“…Bila ada yang dosanya masih tertinggal di dalam kitab-kitab catatan,
yang tidak ditobati dan tidak diampuni, nama-nama mereka akan dihapus dari
kitab kehidupan dan catatan perbuatan baik mereka akan dihapus dari kitab
ingatan Allah.” (GC hal. 483)
Clearly the judgment of Revelation 11:1
describes only those who profess to follow Jesus and worship by faith at the
altar of incense in the temple.
Jelas penghakiman Wahyu 11:1 menggambarkan hanya mereka yang
mengaku mengikuti Yesus dan beribadah
dengan iman pada mezbah ukupan di Bait Suci.
Now we have an interesting parable
that Jesus told which illustrates what happens with a person who cries for
mercy and is not sincere. Can God revoke forgiveness? Yes, He can revoke
forgiveness. Remember the story of the two debtors?
There was one individual that owed
ten thousand talents to his lord, probably he had embezzled the money.
And so the Lord says, “Come and
settle accounts with me.”
And this debtor, what does he say?
Oh, he starts crying, he says, “Oh, please, please.”
“I'm going to throw you in prison,”
is what his lord says.
“Oh, please, please, please, give me
time, I'll pay.”
And of course the lord says, “Pay?
Are you kidding me? Ten thousand talents? You can never pay that.” So he says,
“Throw him into prison, confiscate all his goods, take his family with him.”
And he continues crying, “Oh, please,
please, please, please.”
And so his lord is moved to mercy and
he says to him, “Guess what? Because you cried out to me for mercy your debt is
forgiven.”
“I don't have to pay?”
“No, your debt is forgiven.”
“Oh,” he said, “this is
unbelievable!” And so he goes out the door and he finds someone that owes him
100 denari, the equivalent of 100 days
of work, a significant amount but it could be paid in installments. And he sees
this guy, he says, “Pay me what you owe me.”
And this individual does the same
with him as he had done with his lord. He says, “Oh, please give me time, I'll
pay you.”
He says, “I'm not going to give you a
single second.” And he grabbed him by the neck and he was choking him.
Let me ask you why did he cry out to
his lord? Because he was sorry that he'd gotten into debt? No. Because he
didn't want to suffer the consequences. Are you with me? Counterfeit
repentance, crocodile tears, if you please.
So then the messengers of the master,
they see that this is happening, and so they go back and they tell the master
what this guy did. By the way they represent the angels who record our works,
and they say, “You know what this guy did, that you forgave a debt he could
never pay? He went right out the door, he didn't appreciate what forgiveness is
all about ‘forgive us our
debts as we forgive our debtors’ ~ he went out and he was choking this guy
that owed him 100 denari.”
And so the master says, “Bring that
guy here.” And he says to him, “If I forgave you a debt that you could never
pay, why couldn't you forgive a debt by someone else?” And he threw him into
prison with all of his family until he paid the entire debt. And he died in
prison I might say, because there's no way that he could pay it.
Was his forgiveness revoked? Yes,
because our works show if our repentance is genuine. Are you understanding the
point?
Nah, kita punya perumpamaan
yang menarik yang diceritakan Yesus yang mengilustrasikan apa yang terjadi pada
seseorang yang berteriak minta ampun tapi tidak tulus. Bisakah Allah mencabut
pengampunan? Ya, Dia bisa mencabut pengampunan. Ingat kisah dua orang yang
berutang?
Ada satu orang yang berutang
sepuluh ribu talenta pada tuannya, kira-kira dia mencuri uang itu.
Maka tuannya berkata, “Ayo, buatlah perhitungan dengan aku.”
Dan yang punya utang ini, apa
katanya? Oh, dia mulai menangis, dia berkata, “Oh, ampun, ampun.”
“Aku akan menjebloskan kamu ke
dalam penjara,” kata tuannya.
“Oh, ampun, ampun, ampun, beri
saya waktu, saya akan membayar.”
Dan tentu saja tuannya
berkata, “Membayar? Omong kosong! Sepuluh ribu talenta? Kamu tidak akan pernah
bisa membayar itu.” Maka kata si tuan, “Masukkan dia ke dalam penjara, sita
semua miliknya, ambil juga keluarganya.”
Dan orang itu terus menangis,
“Oh, ampun, ampun, ampun, ampun.”
Maka tuannya tergerak hatinya
dan jatuh kasihan dan berkata kepadanya. “Tahu kamu? Karena kamu berseru minta
ampun kepadaku, utangmu aku ampuni.”
“Saya tidak usah membayar?”
“Tidak, utangmu diampuni.”
“Oh,” kata orang itu, “ini
luar biasa!” Dan begitu dia keluar dari pintu dia pergi mencari orang yang
berutang 100 dinar padanya, itu sama dengan upah 100 hari kerja, jumlah yang
lumayan tetapi bisa dibayar dengan cicilan. Dan dia melihat orang itu, dia
berkata, “Ayo bayar utangmu padaku.”
Dan orang itu melakukan yang
sama seperti yang tadi dia berbuat pada tuannya. Dia berkata, “Oh, tolong beri
aku waktu, aku akan membayarmu.”
Orang itu berkata, “Aku tidak
akan memberimu waktu sedetik pun.” Dan dia mencengkeram leher orang itu dan
mulai mencekiknya.
Coba saya tanya, mengapa orang
ini berteriak kepada tuannya? Apakah karena dia menyesal dia telah menumpuk
utang? Tidak! Karena dia tidak mau menderita akibatnya. Apakah kalian mengikuti
saya? Pertobatan palsu, air mata buaya, katakanlah.
Maka para utusan si tuan,
mereka melihat kejadian ini, dan mereka kembali dan mereka melaporkan kepada si
tuan apa yang dilakukan orang itu. Nah, mereka melambangkan para malaikat yang
mencatat perbuatan kita, dan mereka berkata, “Tuan tahu apa yang dilakukan
orang ini, yang sudah Tuan ampuni utangnya yang tidak bisa dibayarnya? Begitu
dia keluar dia tidak menghargai apa maknanya pengampunan ~ ‘ampunilah kesalahan kami sebagaimana kami mengampuni
orang yang bersalah pada kami’ ~ dia keluar dan dia mencekik
orang yang berutang 100 dinar padanya.”
Maka tuan itu berkata, “Bawa
orang itu kemari.” Dan dia berkata kepada orang itu, “Jika aku bisa mengampuni
utangmu yang selamanya tidak akan mampu kamu bayar, mengapa kamu tidak bisa
mengampuni utang orang lain?” Dan tuan itu melemparkan orang ini ke penjara
dengan seluruh keluarganya hingga dia bisa membayar semua utangnya. Dan bisa
saya tambahkan dia mati di penjara karena tidak mungkin dia bisa membayar
utangnya.
Apakah pengampunannya dicabut?
Ya. Karena perbuatan kita membuktikan apakah pertobatan kita itu tulus.
Apakah kalian paham poinnya?
I can say you know, I can say, like
for example a person who beats his wife, “Oh, I’m so sorry, I’m so sorry!” and
an hour later he's hitting her again. That's a sign that there's not true
repentance. True repentance is manifested in a change of life.
You know when I was a kid sometimes I
fought with my three sisters. The Lord didn't bless me with a brother, so I’ve
no one to defend me. So you know I would fight with my sisters and my parents ~
because they were girls ~ they always said, my dad would say, “Son, I'm going
to give you a licking.” You know what that means, right? And so he would take
out his belt. You know what I would say to my dad? “Oh, no, Dad, I'm sorry, I'm
sorry.” Do you think I was really sorry about fighting with my sisters? No way!
I was sorry I was going to get punished. That's false repentance. I've learned
a lot since then. I get along fine with my sisters. Are you following this?
Saya bisa berkata, misalnya
orang yang memukul istrinya, “Oh, saya menyesal, saya sungguh menyesal!” dan
satu jam kemudian dia sudah memukuli istrinya itu lagi. Itu adalah tanda bahwa
tidak ada pertobatan yang sejati. Pertobatan yang sejati termanifestasi dalam
suatu perubahan dalam hidup.
Kalian tahu, ketika saya masih
kecil, terkadang saya berkelahi dengan tiga saudara perempuan saya. Tuhan tidak
memberkati saya dengan saudara laki-laki sehingga tidak ada yang membela saya.
Jadi, saya berkelahi dengan saudara-saudara perempuan saya dan orangtua saya ~
karena mereka perempuan ~ orangtua saya selalu berkata, ayah saya berkata,
“Nak, aku akan memberimu pelajaran.” Kalian tahu apa artinya itu, benar? Maka
dia akan melepas ikat pinggangnya. Kalian tahu apa yang akan saya katakan
kepada ayah saya? “Oh, jangan, Yah, aku menyesal, aku menyesal.” Kalian pikir
apa saya sungguh-sungguh menyesal berkelahi dengan saudara-saudara perempuan
saya? Sama sekali tidak! Saya menyesal karena saya akan dihukum. Itu pertobatan
yang palsu. Sejak itu saya sudah belajar banyak. Sekarang saya akur-akur saja
dengan saudara-saudara perempuan saya. Apakah kalian paham ini?
Now let's go to our summary here.
The Angel descends from Heaven,
ü the physical
characteristics are described.
ü He comes down
with an open scroll.
ü He puts His feet
on dry land and on the sea.
ü He roars like a
lion: seven thunders.
ü John is told to
seal the message of the thunders, not write them down.
ü the Angel then
swears an oath in the name of the Creator, that time would be no longer.
ü the Angel then
gives the book to John instructing him to eat it and it was bitter in the
stomach and sweet in the mouth. John then suffers in digestion.
ü the same Angel
then instructs John to prophesy again from the little book,
ü and then the
same Angel tells him to measure the temple.
ü Then the mystery
of God is finished.
ü And then the
Seventh Trumpet blows.
Wow! Why does our church exist? To proclaim this
message, this distinctive message with everything involved in the Most
Holy Place.
Sekarang mari ke rangkuman
kita di sini.
Malaikat itu turun dari Surga,
ü karakteristik fisiknya dideskripsikan,
ü Dia turun membawa gulungan kitab kecil yang terbuka,
ü Dia menempatkan kakiNya di daratan dan di lautan,
ü Dia mengaum seperti singa: ketujuh guntur,
ü Yohanes disuruh memeteraikan pesan guntur-guntur itu, dan tidak
menuliskannya,
ü kemudian Malaikat itu mengucapkan suatu sumpah dalam nama Sang Pencipta,
bahwa waktu tidak akan ada lagi,
ü Malaikat itu kemudian memberikan gulungan kitab itu kepada Yohanes,
menyuruhnya untuk memakannya, dan itu pahit di perutnya dan manis di mulutnya.
Yohanes lalu sakit perut.
ü Malaikat yang sama lalu menyuruh Yohanes untuk bernubuat lagi dari kitab
kecil itu,
ü lalu Malaikat yang sama menyuruh dia untuk mengukur Bait Suci.
ü Lalu misteri Allah selesai.
ü Dan Terompet Ketujuh ditiup.
Wow! Mengapa gereja kita eksis? Untuk
menyampaikan pekabaran ini, pekabaran khusus ini lengkap dengan
segala yang terlibat di Bilik Mahakudus.
Ellen White wrote, “In a special sense Seventh-day Adventists have been set
in the world as watchmen…” that's a defensive role, isn't it? A
watchman defends, doesn't let the enemy come in “…and light bearers…” that's offense. “…To them has
been entrusted the last warning for a perishing world. On them is shining
wonderful light from the word of God…” on us. “…They have been given a work of the most solemn
import—the proclamation of the First, Second, and Third Angels’ Messages. There
is no other work of so great importance. They are to allow nothing else to
absorb their attention…”
Ellen White menulis, “…Dalam arti yang khusus, MAHK
ditempatkan di dunia sebagai penjaga…” ini peranan defensif, bukan? Seorang penjaga
mempertahankan, tidak mengizinkan musuh masuk, “…dan pembawa terang…” ini ofensif.
“…Kepada mereka telah dipercayakan peringatan terakhir kepada sebuah
dunia yang sedang binasa. Kepada mereka diberikan cahaya terang yang luar biasa
dari Firman Allah…” kepada kita
“…Mereka telah diberikan tugas yang paling serius ~ menyampaikan
Pekabaran Malaikat Pertama, Kedua dan Ketiga. Tidak ada pekerjaan lain yang
sedemikian pentingnya. Mereka tidak boleh mengizinkan hal lain apa pun menyerap
perhatian mereka….” (9 T hal. 19.1)
What if the church does not fulfill
its mission? You know here's a quotation that isn't read very much. Last Day Events
page 59 and 60, “In the balances
of the Sanctuary the Seventh-Day Adventist Church is to be weighed…” God not only weighs
people, He weighs churches. “…She will be judged by the privileges and advantages
that she has had. If her spiritual experience does not correspond to the advantages that Christ at infinite
cost has bestowed on her, if the blessings conferred have not qualified her to
do the work entrusted to her, on her
will be pronounced the sentence: ‘Found wanting’. By the light bestowed, the
opportunities given, will she be judged.”
Is the church doing today what it's
supposed to be doing? We have all kinds of distractions and fights, and questioning our message, and questioning
our interpretation of prophecy. If we fail, this is what the Spirit of Prophecy
tells us will happen
Bagaimana kalau gereja tidak
melaksanakan misinya? Kalian tahu, di sini ada kutipan yang tidak banyak dibaca.
Last Day Events hal. 59-60,
“…Di atas neraca Bait Suci, gereja MAHK akan ditimbang…” Allah bukan hanya menimbang manusia, Dia menimbang
gereja. “…Dia (gereja MAHK) akan dihakimi
berdasarkan hak-hak istimewa dan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Jika
pengalaman rohaninya tidak sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang telah
dianugerahkan kepadanya oleh Kristus dengan pengorbanan yang tak ternilai, jika
berkat-berkat yang diberikan tidak membuatnya memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, maka kepadanya akan dijatuhkan vonis:
‘Didapati kurang’. Berdasarkan terang yang telah dikaruniakan,
kesempatan-kesempatan yang telah diberikan, dia akan dihakimi…” (8 T hal.
247.2)
Apakah hari ini
gereja melakukan apa yang seharusnya dia lakukan? Ada begitu banyak gangguan
dan perselishan, dan pertanyaan
tentang pekabaran kita, dan mempertanyakan interpretasi nubuatan kita. Jika kita
gagal, inilah yang dikatakan Roh Nubuat akan terjadi pada kita.
04 03 21
No comments:
Post a Comment