_____THE HEBREW RELIGIOUS CALENDAR_____
Part 13/24 - Stephen Bohr
THE FEAST OF PENTECOST
https://www.youtube.com/watch?v=2PVpVOk2tk4
Dibuka
dengan doa
As I was mentioning, page 131, the title of the document is “The Lord Is Our Rock”
and I would like to begin by mentioning two things that we have already
mentioned. But I want to underline them once again.
1.
And the first is, that there is a
very intimate connection between what occurred at the cross and what took place
on the day of Pentecost.
You cannot separate the cross from
the day of Pentecost, they're very closely linked and we're going to see that
in our study this morning.
2.
The second great reality is that the
great event on the day of Pentecost did not take place on earth.
The great event on the day of Pentecost took place in
Heaven; and what happened on earth was simply an announcement here of
something that had happened up there.
So the two points
that I want us to begin with are number one, two great realities. Number one is the fact that there's a
connection between the cross and what happened on the day of Pentecost, and
secondly we need to understand that the important event on the day of Pentecost
occurred in Heaven and not on earth.
Seperti
yang tadi saya singgung, hal. 131 judul dokumennya ialah “Tuhan Batu Karang
Kita” dan saya mau mulai dengan mengatakan dua hal yang sudah kita simak,
tetapi saya mau menekankan mereka sekali lagi.
1. Dan yang pertama ialah, ada koneksi yang sangat erat antara apa yang terjadi di
salib dan apa yang terjadi pada hari Pentakosta.
Kita
tidak bisa memisahkan salib dari hari Pentakosta, mereka sangat erat terkait
dan kita akan melihat itu di pelajaran kita pagi ini.
2. Kenyataan besar yang kedua ialah peristiwa yang
penting pada hari Pentakosta tidak terjadi di bumi.
Peristiwa penting pada hari Pentakosta
terjadi di Surga; dan apa
yang terjadi di bumi semata-mata suatu pengumuman di sini dari sesuatu yang
telah terjadi di atas sana.
Jadi
kedua poin yang saya mau mulai ialah pertama, dua kenyataan penting. Nomor satu
ialah fakta bahwa ada koneksi antara salib dengan apa yang terjadi pada hari
Pentakosta; dan yang kedua kita perlu memahami bahwa peristiwa yang penting
pada hari Pentakosta terjadi di Surga dan bukan di bumi.
Now as we examine
the Old Testament we find a very interesting phenomenon. And that is that you
have a sacrifice, and then after the sacrifice is offered, if God accepts the
sacrifice He rains fire down from Heaven to consume the sacrifice. And this
occurs several times throughout the Old Testament, and it bears a direct relationship
with what happened at the cross and what occurred on the day of Pentecost.
The first reference
that I would like us to take a look at is not directly mentioned in Scripture.
We know that the first official sacrifice that was offered according to the
Bible was the one in Genesis 3:21, Adam
and Eve were given garments of skins. But we don't have a lot of detail about
that, other than you know God took
garments of skins and covered their nakedness. But the first explicit mention
of a sacrifice is the sacrifice of Abel and the lame sacrifice of Cain. And
even though the Bible doesn't tell us how God showed that He accepted the
sacrifice of Abel and rejected the sacrifice of Cain, as we examined the rest
of the Old Testament we discover that the way in which God showed that He accepted the
sacrifice of Abel was because He rained fire down from Heaven to consume the
sacrifice.
And so I'm going to
read Signs of the Times, February 6, 1879
where Ellen White makes this absolutely clear, that God manifested that He accepted the sacrifice by consuming
the sacrifice after the animal had been offered. It says there in a very short
statement, “God had respect unto this sacrifice…” what does that mean
“God had respect”? God accepted it, right? God had respect unto this sacrifice
and how did God show that He accepted the sacrifice?
“…and fire came down from
Heaven and consumed it.”
So you have the
sacrifice, and the signal that God accepts the sacrifice is fire to consume the
sacrifice.
Nah, saat
kita memeriksa Perjanjian Lama kita menemukan fenomena yang sangat menarik. Dan
itu ialah, ada kurban, kemudian setelah kurban itu dipersembahkan, jika Allah
menerima kurban itu, Dia menurunkan hujan api dari Surga untuk membakar habis
kurban itu. Dan ini terjadi berulang-ulang sepanjang masa Perjanjian Lama, dan
itu memberikan makna hubungan langsung dengan apa yang terjadi di salib dan apa
yang terjadi di hari Pentakosta.
Rujukan
pertama yang saya ingin kita lihat, tidak
langsung disebutkan di dalam Alkitab. Kita tahu bahwa kurban yang pertama yang
dipersembahkan menurut Alkitab ialah yang ada di Kejadian 3:21, Adam dan Hawa
diberikan pakaian dari kulit. Tetapi kita tidak punya banyak keterangan
mengenai ini selain faktanya bahwa Allah mengambil pakaian dari kulit dan
menutupi ketelanjangan mereka. Tetapi kurban pertama yang disebutkan secara
eksplisit ialah kurban Habel dan kurban asal-asalan dari Kain. Dan walaupun
Alkitab tidak mengatakan kepada kita bagaimana Allah menunjukkan bahwa Dia
menerima kurban Habel dan menolak kurban Kain, saat kita menyimak bagian lain
dari Perjanjian Lama kita menemukan dengan cara mana Allah menunjukkan Dia menerima kurban Habel
ialah karena Dia menghujankan
api turun dari Surga untuk membakar habis kurban itu.
Maka saya akan membacakan Signs of the Times, 6
Februari,1879, di mana
Ellen White membuat ini benar-benar jelas bahwa Allah menyatakan Dia menerima
kurban dengan membakar habis kurban itu setelah hewan kurban dipersembahkan.
Dikatakan dalam kalimat yang sangat pendek, “…Allah
menghargai kurban ini…” apa maksudnya “Allah
menghargai”? Allah menerimanya, benar? Allah menghargai kurban
ini, dan bagaimana Allah menunjukkan bahwa Dia menerima kurban itu?
“…dan api turun dari langit dan membakarnya sampai habis…”
Jadi ada
kurbannya, dan tanda bahwa Allah
menerima kurban itu ialah api yang menghabiskan kurban itu.
The next example that
we have in the Old Testament is when the Tabernacle in the wilderness was
dedicated and the record is in Leviticus 9:22-24. Once again you have the idea of
sacrifices, you have three kinds of sacrifices actually that are mentioned in
this passage, and then fire from Heaven to consume the sacrifice. Let's read
beginning in:22, “22 Then Aaron lifted His hand
toward the people, blessed them, and came down from offering the sin
offering, the burnt offering, and peace offerings. 23 And Moses and Aaron went
into the tabernacle of meeting, and came out and blessed the people. Then the
glory of the Lord appeared to all the
people, 24 and fire
came out from before the Lord and consumed the burnt
offering and the fat on the altar. When all the people saw it, they shouted and fell on
their faces.” So once again you have these victims
that are placed on the altar and God shows that He accepts these victims by
raining fire and consuming the sacrifices.
Contoh berikutnya yang ada di Perjanjian Lama ialah
ketika Kemah Suci di padang gurun ditahbiskan, dan catatannya ada di Imamat
9:22-24. Sekali lagi ada kurban, sebenarnya ada tiga jenis kurban yang
disebutkan di bacaan ini, kemudian api turun dari Surga untuk menghabiskan
kurban itu. Mari kita baca mulai ayat
22, “22 Lalu
Harun mengangkat kedua tangannya ke arah
bangsa itu, memberkati mereka, kemudian turun dari
mempersembahkan kurban penghapus dosa, kurban bakaran dan kurban-kurban pendamaian. 23 Dan Musa
dan Harun masuk ke dalam Kemah Pertemuan, lalu keluar dan
memberkati bangsa itu, lalu kemuliaan TUHAN terlihat
kepada segenap bangsa itu. 24 Dan keluarlah api dari hadapan
TUHAN, lalu membakar habis kurban bakaran
dan lemak yang di atas mezbah. Tatkala
seluruh bangsa itu melihatnya, mereka berseru
dan tersungkurlah mereka dengan muka ke tanah…” Jadi sekali lagi ada hewan-hewan kurban
ini yang diletakkan di mezbah, dan Allah menunjukkan Dia menerima hewan-hewan
kurban ini dengan menurunkan hujan api dan membakar habis kurban-kurban itu.
The next example that we have is from the period
of the Hebrew monarchy, the period of King David, more specifically. You remember
that the Ark of the Covenant was taken to
the Philistine cities and it poured out plagues on the Philistines, and
so the Philistine said to David, “You come and get the Ark, we don't want the
Ark anymore.” And so David picked up the Ark, and as it was returning to
Jerusalem it was on a cart, and it looked like it was going to fall, and
Uzza touched the Ark and he fell dead.
And so David didn't feel like he could take the Ark all the way to Jerusalem,
so he placed it on Ornan’s threshing
floor and there on Ornan’s threshing-floor he offered a sacrifice. 1 Chronicles
21:26 it says there, “ 26 And
David built there an altar to the Lord, and offered burnt offerings
and peace offerings, and called on the Lord; and He answered
him…” that is the Lord answered David “…from heaven by fire on the
altar of burnt offering.” So once again you notice a sacrifice, fire as the signal that God accepted
the sacrifice.
Contoh berikutnya yang ada ialah dari periode raja-raja
Ibrani, periode raja Daud lebih tepatnya. Kalian ingat ketika Tabut Perjanjian
dibawa ke kota-kota bangsa Filistin dan itu mencurahkan
wabah penyakit pada bangsa Filistin? Maka orang-orang Filistin berkata kepada
Daud, “Datang dan ambillah Tabutnya, kami tidak mau lagi Tabut itu.” Jadi Daud
menjemput Tabut itu dan dalam perjalanan kembali ke Yerusalem, Tabut itu
diletakkan di pedati, dan suatu saat seolah-olah mau jatuh dan Uza menyentuh
Tabut itu dan dia langsung mati. Maka Daud merasa dia tidak mampu membawa Tabut
itu sampai ke Yerusalem, jadi dia menempatkannya di tempat pengirikan Ornan dan
di tempat itulah Daud mempersembahkan kurban. 1 Tawarikh 21:26 berkata, “26 Dan Daud mendirikan di sana
mezbah bagi TUHAN, dan mempersembahkan
kurban-kurban bakaran dan kurban-kurban pendamaian; dan memanggil TUHAN, dan TUHAN
menjawab dia…” artinya
Tuhan menjawab Daud, “…dari surga dengan
menurunkan api ke atas mezbah kurban bakaran itu…” Jadi sekali lagi kalian lihat suatu
kurban, api sebagai sinyal Allah menerima kurban tersebut.
The next example is from the period of the dedication
of the temple that was built by Solomon. 2 Chronicles 7:1 describes the moment
when sacrifices were placed on the altar at the dedication of the temple that
was built by Solomon. It says there in 2 Chronicles 7:1,
“1 When Solomon had finished
praying, fire came down from heaven and consumed the burnt offering and
the sacrifices; and the glory of the Lord filled the temple.” So once again you have the sacrifices
placed on the altar, and the fire consumes the sacrifices as the signal that
the sacrifices were accepted by the Lord.
Contoh berikutnya ialah dari periode pentahbisan
Bait Suci yang dibangun oleh Salomo. 2 Tawarikh 7:1 menggambarkan momen ketika
kurban-kurban diletakkan di atas mezbah saat pentahbisan Bait Suci yang
dibangun oleh Salomo. Dikatakan di 2 Tawarikh 7:1, “1 Setelah Salomo mengakhiri doanya, api pun turun dari langit memakan
habis kurban bakaran dan kurban-kurban itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Bait Allah itu…” Jadi sekali lagi ada kurban-kurban yang
ditempatkan di atas mezbah, dan api membakar habis kurban-kurban itu sebagai
tanda bahwa kurban-kurban itu telah diterima oleh Tuhan.
The last example that I want to give you from the Old Testament
is from the period of the prophets, specifically the
times of Elijah. And we know this experience, you know the prophets of Baal placed all their victims on the altars and there was no fire, but Elijah placed the victims on the altar and
the Bible tells us that fire consumed the sacrifices because God accepted them. Let's read 1 Kings 18:38, “38 Then the fire of the Lord fell and consumed the burnt
sacrifice, and the wood and the stones and the dust, and it licked up the water
that was in the
trench. 39 Now
when all the people saw it, they
fell on their faces; and they said, ‘The Lord, He is God!
The Lord, He is God!’…”
Contoh terakhir yang ingin saya berikan kalian dari
Perjanjian Lama berasal dari periode para nabi, tepatnya zaman Elia. Dan kita
sudah tahu pengalaman tersebut, kalian tahu nabi-nabi Baal meletakkan semua
hewan kurban mereka pada mezbah-mezbah dan tidak ada api. Tetapi ketika Elia
meletakkan kurban-kurbannya di atas mezbah, Alkitab mengatakan kepada kita
bahwa api membakar habis kurban-kurban tersebut karena Allah menerima mereka.
Mari kita baca 1 Raja-raja 18:38, “38 Lalu api dari TUHAN
jatuh dan
membakar habis kurban bakarannya, dan kayunya, dan batu-batunya
dan tanahnya, dan
menjilat habis air yang ada dalam parit.
39 Nah ketika seluruh rakyat
melihat itu, tersungkurlah mereka dengan wajah ke tanah, dan mereka berkata,
‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’…"
So you have this interesting pattern in the Old Testament. You
have sacrifices, and then fire consumes the sacrifices as a signal that God accepted
the sacrifice or the sacrifices.
Jadi ada pola yang menarik ini di Perjanjian Lama.
Ada kurban-kurban, dan kemudian api membakar habis kurban-kurban itu sebagai
tanda bahwa Allah sudah menerima kurban atau kurban-kurban tersebut.
Now we want to take a look at a different symbolism that teaches
the same lesson. We're not going to talk about, you know, a sacrifice, and then
fire as an indication that God accepted the sacrifice; we're going to look at a different
symbolism that teaches the same basic lesson, and that is the
striking of the rock, and the signal that God gives that He accepts the
striking of the rock, is that the rock gives its water. So in other words, the sacrifice and the fire
is parallel to striking the rock, and the rock giving its water. Two different
symbolisms that teach basically the same lesson.
And then at the end of our presentation, we're going to bring
both of these symbolisms together and apply them to the day of Pentecost.
Sekarang kita mau menyimak simbol-simbol yang
berbeda yang mengajarkan pelajaran yang sama. Kita tidak akan bicara tentang
kurban dan kemudian api sebagai indikasi bahwa Allah telah menerima kurban itu.
Kita akan menyimak simbol yang berbeda
yang mengajarkan ajaran dasar yang sama, dan itu ialah pemukulan pada batu, dan sinyal
yang diberikan Allah bahwa Dia menerima batu itu dipukul ialah batu tersebut
mengeluarkan air. Jadi dengan kata lain, kurban dan api itu
paralel dengan dipukulnya batu dan batu tersebut mengeluarkan air. Dua lambang
yang berbeda yang pada dasarnya
mengajarkan pelajaran yang sama.
Kemudian pada akhir presentasi kita, kita akan
mengumpulkan simbol-simbol ini bersama dan mengaplikasikan mereka ke hari
Pentakosta.
The first Rock episode in the Old Testament is found
in Exodus 17:1-6. And so let's read through that passage, “1 Then all the congregation
of the children of Israel set out on their journey from the Wilderness
of Sin, according to the commandment of the Lord, and camped in Rephidim;
but there was no
water for the people to drink. 2 Therefore the people contended with Moses, and said, ‘Give us water, that we may
drink.’ So Moses said to them, ‘Why do you contend with me? Why
do you tempt the Lord?’ 3 And the people thirsted there
for water, and the people complained against Moses, and said, ‘Why is it you have brought us up out of Egypt, to kill us and
our children and our livestock with thirst?’…” were the people
sinning by murmuring against God? Had they seen the hand of God up to this
point? You know, in the very previous chapter you had
the manna, God from the bakery in Heaven rains enough manna to feed all of
Israel. They had seen the plagues of Egypt, they'd seen how God opened the Red
Sea for them to go through, how God had buried the Egyptians. They had seen the pillar of cloud and the
pillar of fire leading them. They had seen all kinds of evidences that God was
with them, that God was blessing them. And now they're murmuring because they
don't have water. They were sinning against the Lord. Did they deserve to be
punished by the Lord because of what they were doing? Absolutely!
But now notice something very interesting occurs. Verse 4, “…4 So Moses cried out to
the Lord, saying, ‘What shall I do with this
people? They are almost ready to stone me!’ 5 And the Lord said to Moses, ‘Go on before the people, and
take with you some of the elders of Israel. Also take in your hand your rod
with which you struck the river, and go…” that is the River Nile, and you remember the Nile was turned
into blood. So He says, “…take … your rod with which you struck the river, and
go…” and then we find this very interesting verse. The Person that is
speaking here is actually Jesus, “the LORD” here is Jesus, the same Person that appeared in the
burning bush. “… 6 Behold,
I will stand before you there on the rock in Horeb…” are you catching
the picture? You have the rock, it's a literal rock, but standing on the rock is what the rock
symbolizes. The rock symbolizes Jesus. So you have the symbol and what
is symbolized together. And so it says here once again, “… 6 Behold, I will stand
before you there on the rock in Horeb…” and now notice,
“… and you shall strike the rock, and water will come out of it, that
the people may drink.’…” so you have three symbols in this
passage:
a.
The first symbol is the rock,
b.
the second symbol is the rod,
c.
and the third symbol is the water
that comes from the rock.
Episode Batu yang
pertama di Perjanjian Lama terdapat di Keluaran 17:1-6. Maka mari kita baca seluruh ayat-ayat itu, “1 Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari
padang gurun Sin, sesuai dengan perintah TUHAN,
dan berkemah di Rafidim; tetapi di sana
tidak ada air untuk diminum bangsa itu. 2 Maka orang-orang itu marah dengan
Musa, dan berkata, ‘Berikan air kepada kami,
supaya kami boleh minum.’ Jadi Musa berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu marah padaku?
Mengapa kamu mencobai TUHAN?’ 3 Dan bangsa
itu haus di sana akan air; dan bangsa
itu bersungut-sungut kepada Musa dan berkata, ‘Mengapa engkau membawa kami keluar dari Mesir, untuk membunuh
kami dan anak-anak kami dan ternak kami
dengan kehausan?’…” Apakah
orang-orang berbuat dosa dengan bersungut-sungut kepada Allah? Sudahkah mereka
melihat tangan Allah hingga saat itu? Kalian tahu, di pasal sebelumnya ada
manna, Allah mencurahkan cukup banyak manna dari bakerei di Surga untuk memberi
makan seluruh Israel. Mereka juga telah menyaksikan malapetaka-malapetaka di
Mesir, mereka telah melihat bagaimana Allah telah membelah Laut Merah bagi
mereka supaya mereka bisa melewatinya, bagaimana Allah telah mengubur
orang-orang Mesir. Mereka telah melihat tiang awan dan tiang api memimpin
mereka. Mereka telah melihat segala macam bukti bahwa Allah menyertai mereka,
bahwa Allah memberkati mereka. Dan sekarang mereka bersungut-sungut karena
mereka tidak punya air. Mereka berdosa terhadap Tuhan. Apakah mereka layak
dihukum Tuhan karena apa yang mereka lakukan? Tentu saja!
Tetapi
sekarang simak sesuatu yang sangat menarik terjadi. Ayat 4, “…4 Maka Musa berseru kepada
TUHAN, katanya, ‘Apa yang harus kulakukan dengan bangsa ini? Mereka nyaris siap merajam aku.’ 5
Dan TUHAN berfirman
kepada Musa, ‘Berjalanlah di depan
bangsa itu dan bawalah besertamu beberapa dari para tua-tua Israel. Juga bawalah di tanganmu tongkatmu yang
kaupakai memukul sungai, dan pergilah…” itu
sungai Nil, dan kalian ingat bahwa sungai Nil diubah menjadi darah. Maka kata
TUHAN, “…bawalah … tongkatmu yang kaupakai memukul
sungai, dan pergilah…” Kemudian
kita melihat ayat yang sangat menarik ini. Sosok yang berbicara di sini
sesungguhnya Yesus, “TUHAN” di sini adalah Yesus, Sosok yang sama yang tampil di
semak belukar yang terbakar. “…6 Lihatlah, Aku akan berdiri di sana di depanmu,
di batu di Horeb…” apakah
kalian menangkap gambarnya? Ada batu, batu literal, tetapi berdiri di batu itu ialah apa yang dilambangkan batu itu.
Batu itu melambangkan Yesus. Jadi ada simbol dan ada apa yang
dilambangkan oleh simbol itu bersama-sama. Maka dikatakan di sini sekali lagi, “…6 Lihatlah, Aku akan berdiri di sana di
depanmu, di batu di Horeb…” dan
sekarang simak, “…dan engkau harus memukul
batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, supaya
bangsa itu boleh minum.’…” Jadi ada tiga simbol di ayat-ayat ini.
a. Simbol pertama ialah batu,
b.
simbol kedua ialah tongkat,
c.
dan simbol ketiga ialah air yang keluar
dari batu itu.
Now if we can interpret each individual symbol and then put them
together, we can understand what God wanted to teach through this particular
episode. Remember the Old Testament gives witness to Jesus. This passage must
have something to do with Jesus. It's not just the story where God gives them H2O,
where God gives them water to drink. There's a deeper significance to this. So let's
try and decipher these three symbols: the rock, the rod, and the water.
Sekarang jika kita
bisa menafsirkan setiap simbol lalu mengumpulkan mereka menjadi satu, kita bisa
memahami apa yang mau diajarkan Allah melalui episode ini. Ingat Perjanjian
Lama bersaksi tentang Yesus. Ayat-ayat ini tentunya berkaitan dengan Yesus. Ini
bukan sekadar cerita di mana Allah memberikan H2O kepada mereka, di
mana Allah memberi mereka air untuk diminum. Ada makna yang lebih mendalam daripada
ini. Jadi mari kita berusaha mengupas ketiga simbol
ini: batu, tongkat, dan air.
Let's begin with the rock.
What does the rock represent? Well, we know from the New Testament
that the rock represents Christ. But we don't have to wait till the New
Testament, because the Old Testament identifies the Lord as the rock. Should Israel
have understood the lesson that God was going to teach them even in the Old
Testament? Of course! Notice Deuteronomy 32:4, the Rock is a person. Israel should have understood the
symbolism. It says here in Deuteronomy 32:4, and we could read many other verses, this whole chapter I
think about 9 times refers to the Lord as the rock, it says, “4 He is the Rock, His work is perfect; for all His ways are justice, a God of truth and without
injustice; righteous and upright is He.”
Mari kita mulai dengan batunya.
Batu itu melambangkan apa? Nah, kita tahu dari
Perjanjian Baru bahwa batu melambangkan Kristus. Tetapi kita tidak perlu
menunggu sampai zaman Perjanjian Baru, karena di zaman Perjanjian Lama Tuhan juga diidentifikasi
sebagai batu. Haruskah Israel mengerti pelajaran yang mau
diajarkan Allah kepada mereka bahkan di zaman Perjanjian Lama? Tentu saja!
Simak Ulangan 32:4, Batu itu suatu pribadi. Israel seharusnya mengerti simbolisme tersebut.
Dikatakan di Ulangan 32:4 ~ dan ada banyak ayat lain yang bisa kita baca, di pasal ini saya rasa ada sekitar 9
kali merujuk ke Tuhan sebagai batu ~ dikatakan, “4 Dialah Batu itu, pekerjaan-Nya sempurna; karena
segala jalan-Nya adil, Allah kebenaran dan tanpa ketidakadilan; Dia benar dan jujur.”
In fact later on in the chapter, you know, Moses writes, you
know, the rock of the other nations is not like our Rock, because the Lord is
our Rock. So you know, with a little pride he's saying, “We have the
greatest Rock. You know, the pagan nations they have their rock but theirs is
not like our Rock.” So the Rock represents the Lord, it represents Jesus. Lest you have any
doubt, let's go to 1 Corinthians 10:1-4,
“1 Moreover, brethren,…” Paul is reviewing some experiences in the history of Israel, “…Moreover brethren, I do not want you to be unaware that all our
fathers were under the cloud, all passed through the sea, 2 all were baptized into
Moses in the cloud and in the sea, 3 all ate the same…” what kind of food?
“…spiritual food…” later on we discovered that the manna
represented whom? We studied this. Jesus, that's right, as a spiritual dimension, “…4 and all drank the
same spiritual drink…” so this is not only
literal water, the literal water bears a
deep spiritual significance. And then it continues saying, “…For they drank of that spiritual Rock that
followed them, and that Rock was Christ.”
So who is the Rock in the Old Testament? Who did the rock
symbolize? The Rock symbolized Jesus Christ.
So now we've deciphered our first symbol. The Rock in the story
of Exodus 17 represents Jesus Christ.
Bahkan lebih ke belakang dari pasal
ini, Musa menulis, batu bangsa-bangsa lain tidak seperti Batu kami (ayat 31),
karena Tuhanlah Batu kami. Jadi kalian tahu, dengan sedikit bangga
Musa berkata, “Kami memiliki Batu yang paling hebat. Bangsa-bangsa pagan mereka
punya batu mereka, tetapi punya mereka tidak seperti Batu kami.” Jadi Batu
melambangkan Tuhan, melambangkan Yesus.
Sekiranya kalian punya keraguan, mari kita ke 1
Korintus 10:1-4, “1
Lagi pula, Saudara-saudara…” Paulus sedang mengulangi beberapa
pengalaman dalam sejarah Israel, “…Lagi pula,
Saudara-saudara, aku tidak mau kamu tidak menyadari,
bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan, mereka semua
telah melintasi laut. 2 semua telah dibaptis dalam Musa di awan dan di laut 3
semua sudah
makan…” makanan
apa? “…makanan
rohani yang sama…” belakangan kita mendapati bahwa manna
melambangkan siapa? Kita sudah mempelajari ini. Yesus, tepat sekali, sebagai
dimensi spiritualnya, “…4 dan mereka
semua sudah
minum minuman rohani yang sama…” jadi ini bukan hanya air literal. Air
literal ini mengandung makna spiritual yang dalam.
Kemudian dikatakan selanjutnya, “…Sebab mereka sudah minum dari Batu rohani yang mengikuti mereka, dan Batu itu ialah
Kristus…” jadi
di Perjanjian Lama Batu itu siapa? Batu itu melambangkan siapa? Batu itu
melambangkan Yesus Krisuts.
Jadi
sekarang kita sudah menafsirkan simbol kita yang pertama. Batu di kisah
Keluaran 17 melambangkan Yesus Kristus.
But now we need to ask the question: what does the rod represent?
Well you know, you spare the rod and you spoil the child, right?
Really the
rod represents judgment. Every time that Moses raised His rod in Egypt,
a judgment came. The act of smiting with the rod represents that God's judgment is
falling on something.
For example we find in the book of
Exodus that Moses takes his rod and he strikes the Nile River
and the Nile River is turned into blood. There's a judgment on the Nile River.
He strikes the dust and lice come out
of the dust, a plague, you know, there's a punishment against the Egyptians.
And then God strikes the firstborn of
Egypt.
And the word “strike” there is the same word that is used for
striking the Rock. So the rod represents God's judgment, and
the act of smiting represents that God's judgment is falling upon that which is
being smitten. So what does this
mean?
Let's go to Isaiah 53:4 the very same word is used in this
messianic chapter. It says there in Isaiah 53:4, “4 Surely He has borne
our griefs and carried our sorrows; yet we esteemed Him…” what? “…stricken…” it's the same Hebrew word נָגַע[nâga‛] that is used for striking the Rock. So it says here,
“…yet we esteemed Him stricken, smitten by…” whom? “…smitten
by God, and afflicted..."
So you can imagine the scene.
Tetapi sekarang kita perlu bertanya: tongkat itu
melambangkan apa?
Nah, kita tahu peribahasa jika kita
menahan tongkatnya, maka kita memanjakan anaknya, benar? Sesungguhnya tongkat itu melambangkan
penghakiman. Setiap kali Musa mengangkat tongkatnya di Mesir,
suatu penghakiman datang. Tindakan
memukul dengan tongkat melambangkan penghakiman Allah sedang jatuh ke atas
sesuatu.
Misalnya
kita lihat di kitab Keluaran bahwa Musa mengambil tongkatnya dan dia memukul
sungai Nil dengannya dan sungai Nil berubah menjadi darah. Ada penghakiman yang jatuh pada sungai Nil.
Musa
memukul debu tanah dan muncul kutu-kutu dari sana, suatu wabah kalian tahu,
penghukuman bagi orang-orang Mesir.
Kemudian
Allah memukul anak-anak sulung di Mesir.
Dan kata “pukul” di sana adalah kata yang sama yang
dipakai untuk memukul Batu itu. Maka tongkat
melambangkan penghakiman Allah, dan tindakan memukul melambangkan bahwa
penghakiman Allah sedang dikenakan pada objek yang dipukul. Jadi
apa artiya ini?
Mari ke Yesaya 53:4, kata yang sama dipakai dalam
pasal mesianik ini. Dikatakan di sini di Yesaya 53:4, “4 Sesungguhnya, Dia yang telah menanggung duka kita dan memikul kesedihan
kita; namun kita menganggap Dia…” apa? “…kena pukul…” kata
Ibrani yang sama נָגַע[nâga‛] yang dipakai untuk memukul Batu itu. Jadi dikatakan di sini, “…namun kita menganggap Dia kena pukul, dipukul oleh…” siapa? “…dipukul oleh Allah dan tersiksa…”
Jadi
kalian bisa membayangkan adegannya.
There is Israel, they’re standing before the Rock, Moses raises his rod,
they knew the power that was in that rod, they knew that judgments fell from
God when the rod was raised. They said, “Oh-oh, because we're murmuring, the
rod of God's judgment is going to fall on us.” But instead of the rod of God's
judgment falling on them, it fell on the Rock, and the Person who was standing
on the Rock. Are you starting to catch the symbolism? Upon whom did God's
judgment fall? It should have fallen on us because we are sinners, but instead
of falling on us, the rod of God's judgment fell upon Jesus Christ. Are you following
me or not?
Bangsa Israel ada di sana, mereka berdiri di
hadapan Batu itu, Musa mengangkat tongkatnya, dan mereka
tahu kuasa yang ada pada tongkat itu, mereka tahu penghakiman Allah jatuh
bilamana tongkat itu diangkat. Mereka berkata, “Waduh, karena kami
bersungut-sungut, tongkat penghakiman Allah akan jatuh pada kami.” Tetapi
tongkat penghakiman Allah tidak jatuh ke atas mereka, melainkan itu jatuh pada
Batu itu, dan Pribadi yang berdiri di Batu itu.
Apakah kalian mulai menangkap simbolismenya? Penghakiman Allah jatuh ke atas
siapa? Seharusnya itu jatuh ke atas kita karena kitalah orang-orang yang
berdosa. Melainkan tongkat penghakiman
Allah jatuh ke atas Yesus Kristus. Apakah kalian paham atau
tidak?
Now we need to interpret what the water represents.
What is the water that comes forth from the Rock? We don't have to guess because Jesus interpreted it for us.
John 7:37-39, this is speaking about an event that took place at the Feast of
Tabernacles, the last day of the Feast of Tabernacles, that's called the great day of
the feast. And Jesus is present in Jerusalem. It says there, “37 On the last
day, that great day of
the feast, Jesus stood and cried out, saying, ‘If anyone
thirsts, let him come to…” whom? “…to Me and drink…” so who is the Rock? Jesus is the Rock, He says, “…come to Me and drink…” and then notice this, “…38 He who believes
in Me…” that's important. What does it mean to believe in Jesus? It
means to trust Him, right? To have faith in Him, a person who comes to Him as a
sinner, repentant, confessing sin, and trusting in the merits of Jesus. That's
what it means to believe in Jesus. So Jesus says, “…He who
believes in Me…” notice “he who” it's individual, right? “…He who believes in Me as the Scripture has
said, out of his heart will flow rivers of living
water.’…” out of whose heart will waters flow? Out of the believer’s
heart. Now where did that water come from?
Well, Jesus said, “Come and drink!” And when you drink, the water goes
in and then the water goes out, it enters your heart and then you become a
tributary of water to others. What was Jesus referring to when He said this?
Verse 39, “…39 But this He
spoke concerning the…” what? “…the Spirit, whom those believing in
Him would…” what? “…would receive; for the Holy Spirit was not yet given, because Jesus was not yet glorified…” See, when was Jesus glorified? At Pentecost.
Sekarang kita perlu menginterpretasikan air itu
melambangkan apa.
Air yang keluar dari Batu itu
apa? Kita tidak usah menebak karena Yesus sudah menginterpretasikannya bagi
kita. Yohanes 7:37-39 ini bicara tentang suatu peristiwa yang terjadi saat
Perayaan Tabernakel, hari
terakhir dari Perayaan Tabernakel (Pondok Daun), yang disebut hari besar dari
perayaan itu. Dan Yesus ada di Yerusalem. Dikatakan di sana, “37 Dan pada hari terakhir, yaitu pada hari besar puncak perayaan itu, Yesus berdiri
dan berseru, ‘Jika ada yang haus, baiklah ia
datang kepada…” siapa? “…kepada-Ku dan minum.’…” Jadi
siapa Batunya? Yesuslah Batunya, Dia berkata, “…datang kepadaKu dan minum…” lalu simak ini, “…38 Dia yang percaya dalam
Aku…” ini
penting. Apa artinya percaya dalam Yesus? Artinya mempercayai Dia, benar?
Beriman padaNya, seseorang yang datang kepadaNya sebagai seorang yang berdosa,
bertobat, mengakui dosanya, dan mempercayai jasa-jasa Yesus. Itulah artinya
percaya dalam Yesus. Jadi Yesus berkata, “…38 Dia yang percaya dalam Aku,…” simak, “Dia yang” itu bersifat
individu, bukan? “…38 Dia yang percaya dalam
Aku seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: ‘Dari dalam hatinya akan mengalir sungai-sungai air hidup.’…” dari
hati siapa akan mengalir air-air? Dari hati orang yang percaya. Nah, dari mana
air itu berasal? Yesus berkata, “Datanglah dan minum!” Dan bila kita minum, air
itu masuk kemudian air itu keluar; air itu masuk ke hati kita lalu kita menjadi
saluran air bagi orang lain. Yesus merujuk kepada apa ketika Dia berkata
demikian? Ayat 39, “…39 Tetapi ini Dia bicara mengenai…” apa? “…Roh, yang akan…” apa? “…akan diterima oleh mereka yang percaya dalam Dia; karena
pada saat itu Roh itu belum diberikan, karena Yesus belum dimuliakan.…” Lihat, kapan Yesus dimuliakan? Saat
Pentakosta.
So what does the water represent? The water represents the Holy Spirit.
When we come and trust in Jesus, Jesus takes His life and death and places them
to our account. He gives us His spirit. We drink the Water, so to speak, and then we become fountains of Water to other people. Are you with me or not?
Jadi air itu melambangkan apa? Air itu melambangkan Roh Kudus. Ketika
kita datang dan percaya dalam Yesus, Yesus mengambil hidupNya dan matiNya dan
memperhitungkannya sebagai milik kita. Dia memberi kita RohNya. Kita minum Air itu,
katakanlah demikian, lalu kita menjadi sumber Air bagi
orang lain. Apakah kalian paham atau tidak?
Now let me illustrate what I mean. You go out a certain evening in
Fresno and the sky is clear and you look and you see this beautiful full moon
in the sky. You know our tendency is to say, “Oh, isn’t that moon beautiful this evening?” Well, that's
only a half-truth. Yeah, the moon is beautiful, but what is the reason why the
moon is beautiful? Does the moon have any light? The moon doesn't have any
light, the moon is actually pretty ugly, you know, it's full of crevices and
canyons, and you know it's nothing, no beauty to behold. But is it beautiful
when it shines in the sky, the full moon? It certainly does. So what do we need
to say? We need to look at the sky, we need to say, “How beautiful the sun is this evening” because the light that the moon gives is the light of the sun,
right? So the glory of the moon is the glory of the sun, in the same way when
God's people trust in Jesus and Jesus gives them His Spirit, they then become tributaries of the Spirit to bless other
people. That's what this passage is
saying, when you drink the Water you then
become a fountain of water. So the water represents What? The Holy Spirit .
Nah, saya akan memberikan ilustrasi apa yang saya
maksudkan. Kita keluar pada suatu malam di Fresno dan langit sedang jernih dan
kita memandang dan kita melihat bulan yang indah di langit. Kalian tahu, kita
cenderung berkata, “Oh, bukankah bulannya cantik banget malam ini?” Nah,
itu hanya setengah benar. Iya bulannya cantik, tetapi apa alasannya mengapa
bulan itu cantik? Apakah bulan itu memiliki sinar? Apakah bulan itu punya cahaya?
Bulan tidak punya cahaya, sebenarnya bulan itu jelek, kalian tahu, penuh dengan
retak-retak dan ngarai-ngarai, dan tidak ada apa-apanya, tidak ada yang cantik
untuk dilihat. Tetapi apakah dia cantik saat bersinar di langit, bulan yang
purnama? Tepat sekali. Jadi apa yang seharusnya kita katakan? Kita perlu
memandang ke langit dan kita harus berkata, “Betapa
cantiknya matahari malam ini,” karena sinar yang dipancarkan bulan adalah terang
dari matahari, benar? Jadi kemuliaan bulan adalah kemuliaan matahari. Dengan
cara yang sama ketika umat Allah percaya dalam Yesus dan Yesus memberi mereka
RohNya, mereka lalu menjadi saluran Roh untuk memberkati orang lain.
Itulah yang dikatakan bacaan ini. Pada waktu kita
minum Air itu, kita lalu menjadi sumber air. Jadi Air itu
melambangkan apa? Roh Kudus.
So notice the Rock is stricken, and how does God show that He accepts
the striking of the Rock? Because the Rock gives Water.
The sacrifice is offered, how does God show that He accepts the
sacrifice? By consuming the sacrifice with fire.
So the fire is an indication that the sacrifice was accepted.
The water, the pouring out of the water is an indication that
the sacrifice is accepted.
Are you following me or not?
Different symbolism, but the same basic lesson.
Jadi simak, Batu itu dipukul, dan bagaimana Allah
menunjukkan bahwa Dia menerima pemukulan Batu itu? Karena Batu itu mengeluarkan
Air.
Kurban dipersembahkan,
bagaimana Allah menunjukkan bahwa Dia menerima kurban itu? Dengan membakar
habis kurban itu dengan api.
Jadi api merupakan indikasi bahwa kurban itu sudah
diterima.
Air, air yang tercurah keluar adalah indikasi bahwa
kurban itu sudah diterima.
Apakah kalian paham atau tidak?
Simbolisme yang berbeda,
namun pelajaran dasarnya sama.
By the way 1 Corinthians 12:13 makes it very clear that the
water represents the Holy Spirit. It says, “13 For by one Spirit we were all baptized into one
body—whether Jews or Greeks, whether slaves or free—and have all been made
to…” what? “…to drink into one Spirit.” So the water represents what? It represents the Holy Spirit .
Why could the Holy Spirit be poured out on the day of Pentecost? It was
a signal that God accepted what? Christ's sacrifice.
Nah, 1 Korintus 12:13 membuatnya sangat
jelas bahwa air melambangkan Roh Kudus. Dikatakan, “13 Sebab oleh satu Roh kita semua,
telah dibaptis menjadi satu tubuh, baik
orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak,
maupun orang merdeka, dan kita semua telah dibuat…” apa? “…minum ke
dalam satu Roh…” Jadi
air melambangkan apa? Melambangkan Roh Kudus.
Mengapa
Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta? Itulah tanda bahwa Allah sudah
menerima apa? Kurban Kristus.
Now there's a second Rock episode in the Old Testament. It's found
in the book of Numbers chapter 20 and
beginning with verse 7. Notice what we find
there written by Moses, “7 Then the Lord spoke to Moses,
saying, 8 ‘Take the rod; you and your
brother Aaron gather the congregation together…” and now there's a
little variation, very important, “…Speak to the rock before their
eyes, and it will yield its water; thus you shall bring water for them out
of the rock, and give drink to the congregation and their animals.’…” so what is the little difference between the first episode and
the second episode? In the second episode Moses was to ask the Rock for its water,
was to pray to the Rock, if you please, to ask the Rock to give its water. But
Moses lost it. The only sin that is mentioned in the
life of Moses from the time they left Egypt till the time that Israel was about
to enter the promised land. And Ellen White says in Patriarchs and Prophets, that if it hadn't
been for this one sin, he would have
been translated to Heaven from among the living. He had gained the victory over
sin, except for this one lapse at the end of his life.
And so Moses, you know the story, he takes his rod and what does
he do? In
anger he strikes the Rock twice, and he was excluded from the promised
land. And you know, had he longed for 40 years
to enter the promised land with the
people? Oh, he could think of nothing else. And now God says, “You can't
enter, you can’t enter there with your
people.” It was devastating. Why was the punishment so drastic? For a long time
I would ask, why was the punishment so drastic?
Nah, ada episode Batu yang kedua di Perjanjian Lama.
Itu ada di kitab Bilangan pasal 20 dan mulai dari ayat 7. Simak apa yang kita
lihat di sana, ditulis oleh Musa, “7 Lalu TUHAN berfirman kepada Musa, 8 ‘Ambillah tongkatmu itu. Engkau dan Harun, kakakmu, harus mengumpulkan umat itu menjadi satu…” dan sekarang ada sedikit perbedaan,
sangat penting, “…Bicaralah kepada
Batu itu di depan mata mereka, dan Batu itu akan
mengeluarkan airnya; demikianlah engkau akan
memberi mereka air dari dalam Batu itu
dan memberi minum umat serta ternak mereka.’…” jadi apa perbedaan kecil antara episode
pertama dan episode kedua? Di
episode kedua Musa harus minta kepada Batu itu untuk airnya,
harus berdoa kepada Batu itu, katakanlah demikian, minta kepada Batu itu untuk
memberikan airnya. Tetapi Musa berbuat kesalahan. Satu-satunya dosa yang disebutkan dalam hidup Musa sejak
waktu mereka meninggalkan Mesir hingga saat Israel hampir masuk ke tanah
perjanjian. Dan Ellen White berkata di Patriarchs
and Prophets, seandainya bukan gara-gara satu dosa ini, Musa sudah diubahkan
dan diangkat ke Surga dari antara orang hidup. Dia telah memperoleh kemenangan
atas dosa, kecuali untuk satu kejatuhan ini menjelang akhir hidupnya.
Maka
Musa, kalian tahu kisahnya, dia mengambil tongkatnya dan apa yang dilakukannya?
Dalam amarah dia memukul Batu
itu dua kali, dan dia terganjal masuk ke tanah perjanjian. Dan
kalian tahu, apakah selama 40 tahun dia rindu untuk memasuki tanah perjanjian
bersama bangsa Israel? Oh, hanya satu-satunya hal itu yang dipikirkannya. Dan sekarang Allah berkata, “Kamu tidak boleh
masuk, kamu tidak boleh masuk
ke sana bersama bangsamu.” Itu pukulan yang sangat berat. Mengapa hukumannya
begitu drastis? Untuk waktu yang lama saya bertanya-tanya mengapa hukumannya
begitu drastis?
Notice what Ellen White explains in Patriarchs and Prophets page 418, “By his rash act Moses took away the force of the lesson that God purposed to teach. The rock, being
a symbol of Christ, had been
once smitten, as
Christ was to be once offered. The second time it was needful only to speak to the rock, as we
have
only to ask for blessings in the name of Jesus. By the second smiting of the rock the significance of this
beautiful figure of Christ was
destroyed.”
Moses destroyed the symbolism that Jesus doesn't have to die again for us
to get the blessing of the Holy Spirit. That took place once for all.
The Holy Spirit was poured out on the
day of Pentecost. All we need to do today is come to Jesus in faith and ask for the Holy
Spirit.
Simak penjelasan Ellen White di Patriarchs and Prophets hal. 418,
“…Dengan perbuatannya yang gegabah, Musa telah menyingkirkan bobot pelajaran
yang mau diajarkan Allah. Batu itu, sebagai simbol Kristus, sudah pernah
dipukul satu kali, sebagaimana Kristus akan dikurbankan satu kali. Kedua
kalinya hanya diperlukan bicara kepada Batu itu, sebagaimana kita hanya perlu
minta berkat-berkat dalam nama Yesus. Dengan
dipukulnya Batu itu untuk kedua kalinya, makna simbol Kristus yang indah ini
telah dihancurkan. …”
Musa telah
menghancuran simbolisme bahwa Yesus
tidak perlu mati lagi bagi kita untuk mendapatkan berkat Roh Kudus.
Itu terjadi cukup satu kali untuk selamanya. Roh Kudus akan dicurahkan pada
hari Pentakosta. Sekarang kita hanya
perlu datang kepada Yesus dalam iman dan
minta Roh Kudus.
Notice Luke 11:13 where Jesus during His ministry expressed this
very thought. Luke 11:13, He says to His disciples, “ 13 If you then, being evil, know
how to give good gifts to your children, how much more will your heavenly Father give the
Holy Spirit to those who…” what? “…to those who ask Him!”
Simak
Lukas 11:13 di mana Yesus saat pelayananNya mengungkapkan pendapat ini. Lukas
11:13, Dia berkata kepada murid-muridNya, “13 Jadi jika kamu
yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang…” apa? “…meminta kepada-Nya."
Now listen carefully what I'm going to say. There is a church in
the world that teaches that at each Mass Jesus is sacrificed all over again,
over and over, and over again. If God punished
Moses and did not allow him to enter the promised land for destroying the symbolism
of Christ once for all death for sin and the pouring out of the Holy Spirit,
how do you suppose the Lord looks upon a church that teaches that at each mass
Jesus is sacrificed over and over, and over again?
Jesus ~ according to the book of Hebrews ~ when He was stricken
by God, He was stricken once for all. He died once for all. There's no need for
Him to die anymore. The Spirit is available. All we have to do is what? Ask.
Sekarang dengarkan baik-baik apa yang akan saya
katakan. Ada satu gereja di dunia yang mengajarkan bahwa di setiap misa, Yesus
dikurbankan kembali, berulang-ulang, dan berulang-ulang. Jika Allah
menghukum Musa dan tidak mengizinkan dia masuk ke tanah perjanjian karena telah
menghancurkan simbolisme Kristus yang mati satu kali untuk dosa dan pencurahan
Roh Kudus bagi semua manusia, menurut kalian bagaimana Tuhan memandang gereja
yang mengajarkan bahwa di setiap misa Yesus dikurbankan berulang-ulang dan
berulang-ulang?
Yesus ~ menurut kitab Ibrani ~ ketika Dia dipukul
oleh Allah, Dia dipukul satu kali untuk semua manusia. Dia mati satu kali bagi
semua. Dia tidak perlu mati lagi. Roh Kudus sudah tersedia. Kita hanya perlu
apa? MemintaNya.
Now let's apply what we've studied to what occurred on the day
of Pentecost. We have talked about the Ministry of Jesus in the Camp and in the
Court.
·
In the Camp Jesus lived His perfect
life, He wove a perfect robe of righteousness.
·
Then He offered His life on the Altar
of Sacrifice, so to speak, paying the debt of the sins of the human race.
He resurrected at
the Laver according to what we've studied.
So what would we expect next? We
would expect the fire from Heaven to consume the sacrifice, to indicate that
the sacrifice was what? That the sacrifice was accepted.
·
Now in the geography of the Hebrew
Sanctuary, after the Altar of Sacrifice and the Laver what came?
The Holy Place of
the Sanctuary came. After Jesus died and resurrected on earth, we would expect
Him to do what next? To begin His
ministry in the Holy Place of the
Heavenly Sanctuary, because that's the next place in the Sanctuary where we
would expect Him to minister.
Now where did Jesus enter when He ascended to Heaven after His
sacrifice on Calvary? Where did Jesus enter? He entered the Holy Place of the
Sanctuary. How do we know that? Because Revelation chapter 4 tells us He
entered there. Notice Revelation 4:5 it
says, “ 5 And
from the throne…” this is before Jesus actually arrives
in Heaven “…5 And from the throne
proceeded lightnings, thunderings, and voices. Seven lamps of
fire were burning
before the throne, which are the seven Spirits of God.” So what was burning before the throne? The seven-branch
candlestick. And that represented what? The seven Spirits of God. Doesn't mean that there are seven Holy
Spirits. It means that there's a fullness of the Holy Spirit present there. So where is the
candlestick in the Sanctuary? It's in the Holy Place. So in Revelation 4 where are we?
In Revelation 4 we're in the Holy Place of the Sanctuary.
Now in chapter 5 as we were studying yesterday, Jesus arrives
with the heavenly hosts to the Holy Place of the Sanctuary. Notice Revelation 5:6, how does Jesus present Himself there in the Holy Place before
His Father, before the One who is sitting on the throne? Revelation 5:6 tells us, it says there, “6 And I looked, and behold, in the midst of the
throne and of the four living creatures, and in the midst of the elders,
stood a Lamb as though it had been slain…” He presents Himself as
the sacrificial lamb, right? It continues saying,
“…having seven horns and seven eyes, which are the seven
Spirits of God…” now there's an important little
detail here, this is chapter 5, Jesus has arrived, He's presenting Himself
before His Father, was showing them His wounds, and what's the next thing that
happens? It says, and “…having seven horns and seven eyes,
which are the seven Spirits of God…”
what?
“…sent out into all the earth.”
So what happens in chapter 4, the seven Spirits are there in the
Holy Place. What happens when Jesus presents Himself as the Lamb and shows
the Father His wounds? It says the seven Spirits are then what? Sent to the
earth. What event is that? What historical event is that? Pentecost.
Sekarang mari kita aplikasikan apa yang telah kita
pelajari kepada apa yang terjadi pada hari Pentakosta. Kita sudah membahas
pelayanan Yesus di Perkemahan dan di Pelataran.
·
Di
Perkemahan Yesus menghidupkan hidup yang sempurna, Dia menenun sebuah jubah kebenaran.
·
Kemudian
Dia mempersembahkan nyawaNya di Mezbah Kurban, katakanlah demikian, membayarkan
utang dosa semua umat manusia.
Dia
bangkit di Bejana Pembasuh menurut apa yang sudah kita pelajari.
Jadi apa
yang ada di urutan berikutnya? Kita tahu akan ada api dari Surga untuk membakar
habis kurban itu, yang menandakan bahwa kurban itu bagaimana? Kurban itu sudah
diterima.
·
Nah,
secara geografis di Bait Suci Ibrani, setelah Mezbah Kurban dan Bejana Pembasuh,
apa yang ada berikutnya?
Berikutnya
ialah Bilik Kudus Bait Suci. Setelah Yesus mati dan bangkit di dunia, kita memperkirakan
Dia akan berbuat apa berikutnya? Memulai ministriNya di Bilik Kudus Bait Suci
surgawi, karena itulah tempat berikutnya di Bait Suci di mana kita
memperkirakan Dia akan melayani.
Nah, Yesus masuk ke mana ketika Dia naik ke Surga
setelah kurbanNya di Kalvari? Yesus masuk ke mana? Dia masuk ke Bilik Kudus
Bait Suci. Dari mana kita tahu itu? Karena Wahyu pasal 4 mengatakan kepada kita
Dia ke sana. Simak Wahyu 4:5 berkata, “5
Dan dari takhta…”
ini sebelum Yesus tiba di Surga, “…5 Dan dari
takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan suara-suara. Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu:
itulah ketujuh Roh Allah…” Jadi
apa yang menyala di hadapan takhta? Tujuh kaki dian. Dan itu melambangkan apa?
Ketujuh Roh Allah. Tidak berarti ada tujuh Roh Kudus. Ini artinya Roh Kudus
hadir dengan sepenuhnya di sana. Nah, kaki
dian ada di bagian mana di Bait Suci? Ada di Bilik Kudus. Maka
di Wahyu 4 kita ada di mana? Di
Wahyu 4 kita ada di Bilik Kudus Bait Suci.
Nah,
di pasal 5, menurut yang kita pelajari kemarin, Yesus tiba bersama balatentara
surgawi di Bilik Kudus Bait Suci. Simak Wahyu 5:6. Bagaimana Yesus
mempersembahkan DiriNya di Bilik Kudus di hadapan BapaNya, di hadapan Yang
duduk di atas takhta? Wahyu 5:6 mengatakan kepada kita, dikatakan di sana, “…6 Maka aku melihat, dan tampaklah, di tengah-tengah takhta dan
keempat makhluk hidup itu dan di
tengah-tengah tua-tua itu, berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih…” Dia
mempersembahkan DiriNya sebagai domba kurban, benar? Dikatakan selanjutnya, “…memiliki tujuh tanduk dan tujuh mata, itulah ketujuh
Roh Allah…” nah,
di sini ada detail kecil yang penting, ini pasal 5, Yesus sudah tiba, Dia
mempersembahkan DiriNya di hadapan BapaNya, menunjukkan bekas luka-lukaNya. Dan
apa yang terjadi berikutnya? Dikatakan, “…memiliki tujuh tanduk dan tujuh mata, itulah ketujuh
Roh Allah…” apa? “…yang diutus ke seluruh bumi.”
Jadi apa yang terjadi di pasal 4, ketujuh Roh ada
di Bilik Kudus. Apa yang terjadi ketika
Yesus mempersembahkan DiriNya sebagai Domba dan menunjukkan bekas-bekas lukaNya
kepada Bapa? Dikatakan ketujuh
Roh lalu diapakan? Dikirim
ke bumi. Peristiwa apa itu? Peristiwa sejarah apa itu? Pentakosta.
Let me ask you what was seen on earth on the day of Pentecost? Tongues
of fire, my, my! Interesting! Why would tongues of
fire be seen on the day of Pentecost? It was God's signal that Jesus had
presented Himself as the sacrifice, and the sacrifice had been what? Accepted,
exactly. So the fire on earth was an announcement of a Heavenly event. Was it necessary
for Jesus to die to be able to pour out the Holy Spirit? Absolutely! Did His
sacrifice had to be accepted in order for Him to minister for God's people? Absolutely!
Ellen White understood this. Notice this statement that we find
in The Story of Redemption page 386. “The rending of the veil of the temple showed that the Jewish
sacrifices and ordinances would no longer be received. The great Sacrifice had been offered and had been accepted, and the Holy Spirit…” notice it was
offered and what? Accepted, “…and the Holy
Spirit which descended on the day of Pentecost carried the minds of the disciples from the earthly sanctuary to the heavenly, where Jesus
had entered by His own blood, to shed upon His disciples…” notice not upon the
whole human race “…upon His
disciples the benefits
of His atonement…”
Coba saya tanya, apa yang terlihat di bumi pada
hari Pentakosta? Lidah-lidah api, luar biasa!
Menarik. Mengapa lidah-lidah api
terlihat pada hari Pentakosta? Itulah
tanda dari Allah bahwa Yesus telah mempersembahkan DiriNya sebagai kurban, dan
kurban tersebut sudah apa? Sudah
diterima, tepat sekali. Jadi api di bumi adalah pengumuman suatu
peristiwa di Surga. Apkah Yesus harus mati untuk bisa mencurahkan Roh Kudus?
Tentu saja. Apakah kurbanNya harus diterima supaya Dia bisa melayani demi umat
Allah? Tepat sekali!
Ellen White memahami ini. Simak pernyataan ini yang
kita dapati di The Story of Redemption hal. 386, “…Cabiknya tirai Bait Suci menunjukkan bahwa
kurban-kurban dan upacara-upacara Yahudi tidak lagi diterima. Kurban yang agung
sudah dipersembahkan dan sudah diterima, dan Roh Kudus…” simak kurban
agung itu sudah dipersembahkan dan apa? Diterima, “…dan Roh Kudus yang turun pada hari
Pentakosta membawa pikiran para murid dari Bait Suci di dunia ke Bait Suci yang
surgawi ke mana Yesus sudah masuk membawa darahNya sendiri untuk mencurahkan
kepada murid-muridNya…” simak, bukan
ke atas seluruh umat manusia, “…manfaat-manfaat dari
pendamaianNya…”
What are the benefits of Christ's atonement? What benefits did
He deposit in the bank? A perfect life and a what? And a death for sin, right? Were
these available now? Could people claim them by repentance, by confession, and
by faith? Absolutely! How many people claim them on the day of Pentecost? 3,000
of them claimed the benefits of Christ's atonement. The disciples had already
claimed those benefits. They had prepared before the outpouring of the Holy
Spirit on the day of Pentecost.
Apakah manfaat-manfaat Pendamaian Kristus?
Manfaat-manfaat apakah yang telah dimasukkanNya ke dalam bank? Hidup yang
sempurna dan apa? Kematian demi dosa, benar? Apakah semua ini sekarang
tersedia? Bisakah manusia mengklaim mereka melalui pertobatan, pengakuan, dan
iman? Tentu saja! Berapa banyak orang yang mengklaim mereka pada hari
Pentakosta? 3’000 dari mereka mengklaim manfaat-manfaat pendamaian Krisitus.
Para murid sudah mengklaim manfaat-manfaat itu. Mereka sudah siap sebelum
pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Were sins forgiven then when Jesus died on the cross? No! Sins
are actually forgiven when people come and claim Jesus as their Intercessor or as their Mediator. Notice these verses we've read them before in another
context, but let's go through them quickly to show when individual sins are
forgiven.
Mark 16:16 says, “ 16 He who believes
and is…” what? “…baptized will be saved; but he who does
not believe will be condemned.”
Apakah dosa-dosa diampuni ketika Yesus mati di
salib? Tidak! Dosa-dosa sebenarnya diampuni ketika manusia datang dan mengklaim
Yesus sebagai Perantara mereka atau sebagai Mediator mereka. Simak ayat-ayat
ini yang telah kita baca sebelumnya dalam konteks yang berbeda, tetapi mari
kita baca mereka lagi dengan cepat untuk
menunjukkan kapan dosa-dosa pribadi diampuni.
Markus 16:16 berkata, “16 Dia yang percaya
dan …” apa? “…dibaptis akan diselamatkan, tetapi dia yang tidak percaya, akan dihukum.”
Acts 2:37-38 Peter preaches his sermon and the people are
impressed, they're impacted, “37 Now when they heard this, they were cut to the
heart, and said to Peter and the rest of the apostles, ‘Men and brethren, what shall we do?’
38 Then Peter
said to them, ‘Repent, and let every one of you be baptized in the name of
Jesus Christ for the remission of sins.’…” so when were the sins of those individuals remitted? When they
accepted Jesus as their Savior, right? On the day of Pentecost.
Kisah 2:37-38 Petrus menyampaikan khotbahnya dan orang-orang
terkesan, mereka terpengaruh.“37 Nah ketika mereka mendengar ini, hati mereka sangat tersentuh, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang
lain, ‘Bapak-bapak dan Saudara-saudara, apa
yang harus kami perbuat?’ 38 Lalu kata
Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu.’…” jadi kapankah dosa-dosa masing-masing
individu diampuni? Ketika mereka menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka,
benar? Pada hari Pentakosta.
Acts 10:43, “ 43 To
Him [Jesus] all the prophets witness that, through His name, whoever…” what? “…believes in Him, will
receive remission of sins.”
Kisah
10:43, “43 Tentang Dia [Yesus] semua nabi
bersaksi, bahwa melalui namaNya, barangsiapa
yang…” apa? “…percaya di dalam Dia, akan menerima pengampunan dosa.”
Hebrews 7:25, “25 Therefore He is also able
to save to the uttermost those who come to God through Him…” do we have to come to God through Jesus? Yes, in order to be saved. Yes! “…since He always lives to
make intercession for them…” who is “them”? Those who come to God through Him.
Ibrani
7:25, “25 Karena itu Ia sanggup juga
menyelamatkan dengan sempurna mereka yang
datang kepada Allah melalui Dia…” apakah kita harus datang kepada Allah
melalui Yesus? Ya, supaya diselamatkan. Ya! “…Sebab Ia hidup senantiasa
untuk melakukan perantaraan bagi mereka…”
siapa “mereka” ini? Orang-orang yang datang ke Allah melalui
Yesus.
And then 1 John 2:1-2 this is from the NIV, “1My dear children, I write
this to you so that you will not sin. But if anybody does sin, we have one who
speaks to the Father in our defense—Jesus Christ, the Righteous One…” I like that.
See, can we come before the throne of God and say, “Here I am.”?
No, no, we're sinners we would have been destroyed. But when I come through
Jesus, see Jesus lived a perfect life and He paid the debt, and when I claim
Him, Jesus goes and represents me before the Father. And just to dramatize, the
Father might say, “Well, where is Steve
Bohr?” Jesus says, “He doesn't have to come here, I'm his representative, I
take his place, I'm the substitute, because he accepted Me.”
Kemudian 1 Yohanes 2:1-2 ini dari NIV-MIT, “1
‘Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika
seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang yang
berbicara kepada Bapa, membela kita ~Yesus Kristus, yang benar…” Saya suka ini.
Lihat,
bisakah kita datang ke hadapan takhta Allah dan berkata, “Ini saya datang.”? Tidak, tidak, kita ini orang-orang berdosa,
kita pasti akan binasa. Tetapi bila saya datang melalui Yesus ~ lihat, Yesus
sudah menghidupkan hidup yang sempurna dan Dia sudah membayarkan utang kita,
dan ketika saya mengklaim Dia, Yesus pergi dan mewakili saya di hadapan Bapa.
Dan untuk mendramatisasikan adegan itu, Bapa mungkin berkata, “Nah, di mana
Stephen Bohr?” Yesus berkata, “Dia tidak perlu datang kemari, Akulah wakilnya,
Aku yang mengambil tempatnya, Aku penggantinya karena dia telah menerima Aku.”
And so the Apostle Paul says, we are “accepted in the Beloved”, isn't that wonderful news? That's what happens when people
repent and confess their sin and believe. At that moment their sins are forgiven
and the righteousness of Christ stands in place of our own righteousness.
Maka rasul Paulus berkata, kita ini “diterima di dalam Yang Terkasih” (Efesus 1:6), bukankah ini kabar baik? Itulah yang terjadi
ketika kita bertobat dan mengakui dosa kita dan percaya. Pada saat itu dosa
kita diampuni dan kebenaran Kristus menggantikan di
tempat kebenaran kita sendiri.
Now we also said that on the day of Pentecost not only was the
Holy Spirit poured out but it was poured
out for a purpose. What was the purpose? It was poured out upon the disciples
so that the water that they drink, they could now share. So what was the mission
of the disciples? We’re at the section on page 137. What good would it do for
Jesus to begin His intercessory work for individuals in the Holy Place if no
one on earth knew about it? The mission of the disciples was to preach that
Jesus had purchased salvation by His life and death, the benefits of Christ's
work were now available to anyone who personally met the conditions and claimed
them. In other words, the message of the disciples was to announce what Jesus
had done on earth, and what He was doing in Heaven. Jesus had lived a perfect
life and died in our place. And the Holy Spirit
was given to enable the disciples to preach the good news to others.
During the ten days before Pentecost the disciples had repented and confessed
their sins, and had placed their faith in Jesus, and then asked for the Spirit
in prayer and they were the first ones to personally receive the benefits of
Christ's earthly work.
Nah, kita juga berkata pada hari Pentakosta bukan
hanya Roh Kudus dicurahkan, tetapi Roh Kudus dicurahkan untuk satu tujuan. Apa
tujuannya? Roh Kudus dicurahkan kepada para murid supaya air yang mereka minum,
sekarang bisa mereka bagikan. Jadi apa misi para murid? Kita ada di bagian hal.
137. Apa gunanya bagi Yesus untuk memulai pekerjaan perantaraanNya bagi
individu-individu di Bilik Kudus jika tidak ada orang di bumi yang tahu tentang
hal itu? Misi para murid ialah mengabarkan bahwa Yesus sudah membeli keselamatan
dengan hidupNya dan matiNya, manfaat-manfaat pekerjaan Kristus sekarang
tersedia bagi siapa saja yang secara pribadi memenuhi syarat dan mengklaim
mereka. Dengan kata lain, pekabaran para murid ialah mengumumkan apa yang telah
dilakukan Yesus di bumi, dan apa yang sedang dilakukanNya di Surga. Yesus sudah
menghidupkan hidup yang sempurna dan mati menggantikan kita. Dan Roh Kudus
diberikan untuk memampukan para murid mengabarkan kabar baik itu kepada orang
lain. Selama 10 hari sebelum Pentakosta, para murid sudah bertobat dan mengakui
dosa-dosa mereka, dan telah menempatkan iman mereka pada Yesus, kemudian minta
Roh Kudus dalam doa. Dan mereka adalah orang-orang yang pertama menerima secara
pribadi manfaat-manfaat pekerjaan Kristus di dunia.
Let's notice Acts 1:7-8, it comes through clearly that the
purpose of receiving the Spirit is witness, it is evangelism. Acts 1:7-8, “ 7 And He said to
them, ‘It is not for you to know times or seasons which the
Father has put in His own authority. 8 But you shall receive power…” this is the drinking of the water, right? This is drinking the
water “…8 But you shall receive power when
the Holy Spirit has come upon you…” and there's a
second “you shall” here, “… and you shall be witnesses to Me in Jerusalem,
and in all Judea and Samaria, and to the end of the earth….”
Mari kita simak Kisah 1:7-8, pesannya sangat jelas
bahwa tujuan menerima Roh Kudus ialah untuk bersaksi, itu penginjilan. Kisah 1:7-8, “7 Dan Dia berkata kepada mereka, ‘Bukan hakmu untuk mengetahui waktu dan masa,
yang diletakkan
Bapa dalam wewenangNya sendiri. 8 Tetapi kamu akan menerima kuasa…”
ini bagian minum airnya, benar? Ini adalah minum airnya, “…8 Tetapi kamu akan menerima
kuasa, saat Roh Kudus turun ke atas kamu…” dan di sini ada “kamu akan” yang kedua, “…dan kamu akan menjadi
saksi bagi-Ku di Yerusalem dan di Yudea, lalu Samaria dan kemudian
sampai ke ujung bumi.’…”
You notice “you shall” is used twice? The first “you shall” is “…you shall…” what? “…receive…” You're going to drink the water, in other words. And then it
says, “…and you shall be
witnesses…” now you're going to share the water. If we don't have anything
to share, it's because we haven't drunk the water. The greatest evidence that
an individual has truly committed his or her life to Jesus is an intense desire
to let other people know about it. If we have no light to share, it's because
we are not in connection with the Light. If we have no water to give, it is
because we have not drunk the Water.
Acts 1:7-8 then tells us that we drink the water to give the
water.
Kalian simak “kamu akan” dipakai dua kali? “Kamu
akan” yang pertama ialah “…kamu akan…” apa? “…menerima…” Kamu akan minum airnya, dengan kata lain.
Kemudian dikatakan, “…kamu akan menjadi
saksi…” sekarang kamu akan membagikan airnya.
Jika kita tidak punya apa-apa untuk dibagikan, itu karena kita belum minum
airnya. Bukti paling kuat bahwa seseorang sudah sungguh-sungguh menyerahkan
hidupnya kepada Yesus ialah keinginan kuat untuk memberitahu orang lain tentang
hal itu. Jika kita tidak punya terang untuk dibagikan, itu karena kita belum
minum Air itu.
Kisah
1:7-8 memberitahu kita bahwa kita minum air itu untuk membagikan air itu.
Now there's an interesting story that brings all of this
together, the story of the woman from Samaria. And so we're going to take the
last moments of this class to talk about this woman. This woman came at noon one day to what is known
as Jacob's Well and Jesus was there, He was sitting there observing her come at
that hour. And by the way it was a very unusual hour to come and draw water at
noon, it's very hot in Israel, and you know usually people come early in the
morning or late in the afternoon for water. But she came at noon because she
had kind of a not a very good moral life, let me put it that way. She'd had
five men in her life, and the man that she was living with was not her husband.
And so she, yeah, you know, she didn't have a good reputation, so she didn't
want anybody to see her. So she comes there at noon to the well to draw water,
and Jesus is there observing her. And Jesus says to her, “Woman, give Me water to drink.” And the
woman immediately looks at Jesus, and she says, “How is it that you a Jew would
ask a Samaritan woman for water?” So when the story begins, this woman
perceives that Jesus is a Jew. We're going to see a progression in her
understanding of Jesus, because when Jesus reveals to her, her life, reads her
like a book, then the woman says, “Hmm, I believe that You're a prophet.” So
now Jesus is a Prophet. But by the time we get to the end of the story, she
says, “I believe that You're the Messiah.”
So her understanding of Jesus progresses and grows as time goes along.
And so when Jesus says, “Give Me water to drink,” she says, “How is it that you a Jew asks me water for
drink?” And then Jesus says, “Listen the
water that you draw from this well when you drink it, you have to come back to
the well again and again and again. You have to continue coming for the water.
But I have a water that if you drink it, you will never thirst again.”
Nah, ini ada kisah yang menarik, yang merangkum
semua tema ini, kisah perempuan Samaria. Jadi kita akan memakai waktu
menit-menit terakhir kelas ini untuk bicara tentang perempuan ini.
Perempuan ini datang tengah hari ke tempat yang
dikenal sebagai Sumur Yakub. Dan Yesus ada di sana, Dia sedang duduk
dan mengawasi perempuan itu datang pada saat itu. Dan ketahuilah itu adalah
waktu yang sangat tidak lazim untuk datang dan mengambil air di tengah hari. Di Israel panas sekali dan
biasanya orang datang pagi-pagi atau sore-sore untuk mengambil air. Tetapi perempuan
ini datang tengah hari karena dia memiliki hidup yang kurang bermoral,
katakanlah demikian. Dia sudah pernah memiliki lima laki-laki dalam hidupnya
dan laki-laki yang hidup bersamanya sekarang bukan suaminya. Maka dia, yah, dia
tidak punya reputasi yang baik, jadi dia tidak mau bertemu orang lain. Maka dia
datang tengah hari ke sumur itu untuk mengambil air, dan Yesus ada di sana
mengawasinya. Dan Yesus berkata kepadanya, “Perempuan, berilah Aku air untuk
minum.” Dan perempuan ini segera memandang Yesus dan dia berkata, “Bagaimana
Engkau yang seorang Yahudi minta air kepada seorang perempuan Samaria?” Jadi
ketika ceritanya dimulai, perempuan ini melihat bahwa Yesus adalah seorang
Yahudi. Kita akan melihat kemajuan dalam pemahamannya tentang Yesus, karena
ketika Yesus menyatakan kepadanya hidupnya, dan membaca sejarahnya seperti
membaca buku, maka perempuan itu berkata, “Hmmm, aku rasa Engkau seorang nabi.”
Jadi sekarang Yesus seorang nabi. Tetapi ketika kita tiba di bagian akhir
cerita, perempuan itu berkata, “Aku percaya Engkaulah Sang Mesias.” Jadi
pemahamannya tentang Yesus mengalami kemajuan dan bertumbuh seiring berlalunya
waktu.
Jadi ketika Yesus berkata, “Beri Aku air untuk
minum,” perempuan itu berkata, “Bagaimana Engkau yang seorang
Yahudi minta air minum kepadaku?” Kemudian Yesus berkata, “Dengar, air yang
kamu ambil dari sumur ini, bila kamu minum, kamu harus kembali lagi dan kembali
lagi berulang-ulang. Kamu harus terus-menerus datang untuk airnya. Tetapi Aku
punya air yang jika kamu minum, kamu tidak akan haus lagi.”
Let's read John 4:13-14, “13 Jesus answered and said to
her, ‘Whoever drinks of this water will thirst again, 14 but whoever drinks
of the water that I shall give him will never thirst…” now notice what we find
in the following verse, “…But the water that I shall give
him will become…” what?
“…in him a fountain of water springing up into everlasting life.’…”
What does it say here? The person drinks from the fountain and
then the person becomes a fountain. Are you catching what it's saying? Jesus is
saying, “If you drink the water I give,”
by the way He’s speaking about the Holy Spirit, isn't He? Because you have the
future tense. “Whoever drinks of the water that I shall give him” and then again, once again in verse 14, “but the water that I shall
give him will become in him a fountain of water springing to everlasting life.” In other words, what Jesus is saying is, when you drink the
water you become a fountain of water of everlasting life for other people.
Mari kita baca Yohanes 4:13-14, “13 Yesus menjawab dan
berkata kepadanya, ‘Barangsiapa
minum air ini ia akan haus lagi, 14
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak pernah akan haus lagi…” sekarang simak apa yang kita dapati di
ayat berikut, “…Tetapi air
yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi…”
apa? “…mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai hidup yang
kekal.’…” Apa
yang dikatakan di sini? Orang yang minum dari mata air itu, orang itu menjadi
mata air. Apakah kalian menangkap apa maksudnya? Yesus berkata, “Jika kamu
minum air yang Aku berikan,” nah, Dia sedang bicara tentang Roh Kudus, bukan?
Karena Dia memakai keterangan waktu akan datang, “…barangsiapa minum air yang
akan Kuberikan kepadanya…” kemudian
sekali lagi di ayat 14, “…Tetapi air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di
dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai
hidup yang kekal.’…” Dengan kata lain, apa yang dikatakan
Yesus ialah, ketika kamu minum air itu, kamu menjadi mata air hidup kekal bagi
orang lain.
Do you remember that when we studied
the type-antitype relationship between Sinai and Pentecost that we mentioned
that on the
day of Pentecost was the official day when God incorporated Israel as His chosen
church? Remember that? And why did God choose Israel as His church? What
was the purpose? You remember we read
several verses, what did God expect from Israel? He expected Israel to go and
tell the world. Is that one of the things that happened at Sinai? So is that
what happened at Pentecost? Was the church officially established at Pentecost?
Was that the marriage of Jesus with the church? Would you say? Yes! And what
was the purpose for the establishment of the church? It was not established as
a social club. No, it was established, it was organized for service. It was
established for witness and the power was given on the day of Pentecost so that
they could witness, that's the purpose of the Holy Spirit.
The purpose of the Holy Spirit is not self edification, it's not being able to jump in the aisles, and roll in the
aisles, and shout “hallelujah” and “glory to the Lord”, and “praise the Lord.” No! The purpose of the Holy Spirit is for witness. It's for sharing with others.
And let me say this, when you're in a
service where everybody is talking in gibberish all at the same time, I would
not say that that's giving any witness to what Jesus is doing in Heaven right
now. The purpose is to share an intelligible message with others about what
Jesus has done, what Jesus is doing, so that people can make a commitment, a
full and complete commitment to Jesus Christ as Savior and Lord.
Apakah
kalian ingat ketika kita mempelajari tipe-antitipe hubungan antara Sinai dengan
Pentakosta, kita menyinggung bahwa pada
hari Pentakosta adalah hari resmi ketika Allah menetapkan Israel sebagai gereja
pilihanNya? Ingat itu? Dan mengapa Allah memilih Israel sebagai
gerejaNya? Dia berharap Israel pergi dan mengabarkannya kepada dunia. Itukah salah satu
hal yang terjadi di Sinai? Jadi apakah itu yang terjadi di Pentakosta? Apakah
gereja ditetapkan secara resmi saat Pentakosta? Apakah itu perkawinan Yesus
dengan gereja? Menurut kalian? Ya! Dan apakah tujuan ditetapkannya gereja?
Gereja tidak didirikan untuk
menjadi perkumpulan sosial. Tidak,
gereja didirikan, diorganisasikan untuk melayani. Gereja didirikan untuk
bersaksi dan pada hari Pentakosta gereja diberi kuasa supaya mereka bisa
bersaksi, itulah tujuan Roh Kudus.
Tujuan Roh Kudus bukanlah untuk meningkatkan kepentingan pribadi, bukan supaya bisa meloncat-loncat di dalam
gereja, berguling-guling di antara bangku-bangku gereja, dan berteriak-teriak
“Halelluyah” dan “kemuliaan kepada Tuhan” dan “puji Tuhan”.
Ketahuilah bahwa tujuan Roh Kudus
itu untuk bersaksi, untuk berbagi kepada yang lain.
Dan saya
akan mengatakan ini, jika kita berada dalam acara pelayanan di mana semua orang
sedang bicara tidak keruan pada waktu yang bersamaan, menurut saya itu bukan
memberi kesaksian kepada apa yang sedang dilakukan Yesus di Surga sekarang ini.
Tujuannya ialah membagikan pekabaran yang bisa dipahami kepada orang-orang lain
tentang apa yang telah dilakukan Yesus, apa yang sedang dilakukan Yesus, supaya
orang-orang bisa membuat komitmen, suatu komitmen yang penuh dan utuh kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
So basically this woman now accepts
Jesus Christ as her Savior and what does she do? She says, “I've discovered who
the Messiah is, I’ve got to go get back to my city, and I've got to tell everybody
about this.” And so the story tells us that she goes back to Sychar, the city
where she lived, and no longer is she embarrassed, you know, she's not saying,
“Oh, you know my life.” She understood that Jesus had forgiven all these things
when she accepted Him as Savior. So now she goes from house to house, she says,
[knock-knock] “I found the Messiah! [knock-knock] I found the Messiah! I found
the Messiah! You’ve got to come, you’ve
got to come and see Him! You’ve got to hear Him! I found Him, the One
that was promised in prophecy, the Savior! I found Him!” And so now she
gathered all the people from Sychar, and she actually brings them to where
Jesus is.
Jadi pada
dasarnya perempuan Samaria itu sekarang menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamatnya, lalu apa yang dilakukannya? Dia berkata, “Aku sudah menemukan
siapa Mesias itu, aku harus pulang ke kotaku, dan aku harus memberitahu semua
orang tentang ini.” Maka menurut cerita, perempuan ini kembali ke Sikhar, kota
tempat tinggalnya, dan dia tidak lagi merasa malu, dia tidak berkata, “Oh, tapi
hidupku kan…” Dia paham bahwa Yesus sudah mengampuni semua hal itu ketika dia
menerimaNya sebagai Juruselamat. Jadi sekarang dia pergi dari rumah ke rumah,
dia berkata [ketuk-ketuk], “Aku sudah menemukan Sang Mesias! [ketuk-ketuk] Aku
sudah menemukan Sang Mesias! Aku sudah menemukan Sang Mesias! Kamu harus ke
sana, kamu harus ke sana dan melihatNya! Kamu harus mendengarNya! Aku sudah
menemukan Dia, Yang dijanjikan dalam nubuatan, Sang Juruselamat! Aku sudah
menemukan Dia!” Dan sekarang perempuan itu mengumpulkan semua orang di Sikhar
dan dia benar-benar membawa mereka ke mana Yesus berada.
Meanwhile the disciples whom Jesus had sent to get some food,
they return and they say to Jesus, “Lord,
we have brought the food.” And Jesus says, “My food and My drink is to do My Father's
will and to accomplish His work.” And the text says, the disciples said, “Well,
maybe somebody brought Him food while we were gone.” They just did not get it.
And then Jesus did something very interesting. He pointed into
the distance and He said, “You've heard that there's four months until the
harvest. No way!” He says. “Look at the
fields, they're already white for the harvest.” What harvest was He talking
about? What feast? Pentecost. Do you know when Jesus pointed at the fields He
was not pointing at fields of wheat literally. Ellen White explains in The Desire of Ages, He was pointing at the
entire city of Sychar that was coming with this woman to hear Jesus. She had drunk the water, and now she became a
fountain of water. That's what it's all about.
Sementara itu para murid yang diutus Yesus untuk
membeli makanan, mereka kembali dan mereka berkata kepada Yesus, “Tuhan, kami
sudah membawa makanan.” Dan Yesus berkata, “MakananKu dan minumanKu ialah
melakukan kehendak BapaKu dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yoh. 4:34) Dan
ayat-ayat berkata, para murid berkata, “Mungkin selagi kami pergi ada yang
membawakan makanan untukNya.” Mereka sama sekali tidak paham.
Kemudian Yesus melakukan sesuatu yang sangat
menarik. Dia menunjuk ke kejauhan dan Dia berkata, “Kalian sudah mendengar
bahwa empat bulan lagi panen. Tidak begitu!” kataNya. “Lihatlah ke ladang,
sudah putih siap untuk dipanen.” (Yoh. 4:35) Panen apa yang dimaksud Yesus?
Perayaan apa? Pentakosta. Tahukah kalian ketika Yesus menunjuk ke ladang-ladang
Dia tidak menunjuk ke ladang-ladang gandum secara literal? Ellen White menjelaskan
dalam The Desire of Ages, Dia sedang menunjuk ke seluruh kota Sikhar yang
datang bersama perempuan ini untuk mendengarkan Yesus. Perempuan ini sudah
minum airnya, dan sekarang dia menjadi mata air. Inilah intinya.
Let me read you this passage of Ellen White as we close this
session. Is this helping you understand a little better Pentecost? Ellen White in
Ministry of Healing 102, “She proved herself a more effective missionary than His own disciples. The disciples
saw nothing in Samaria to indicate that it was an encouraging
field…” Ah, don't go to
Samaria, you know, they're hard-hearted, there's no prospective believer there, don't waste
your time, that's what they thought. “…Their thoughts
were
fixed upon a great work
to be done in the
future…” sounds like some Adventist that say, “Well you know, we're not
winning many souls today but when the latter rain falls!” There's the harvest to be gathered right now.
“…They did not see that
right around them was
a harvest to
be gathered. But through the woman whom they despised a whole cityful were brought to hear Jesus. She carried the light
at once to her countrymen. This woman represents the working of a practical faith in Christ.”
Saya akan membacakan tulisan Ellen White ini
sebagai penutup sesi ini. Apakah ini membantu kalian memahami Pentekosta
sedikit lebih baik? Ellen White di Ministry
of Healing hal. 102, “…Perempuan itu membuktikan dirinya seorang
misionaris yang lebih efektif daripada murid-murid Yesus sendiri. Para murid
tidak melihat apa-apa di Samaria yang menandakan itu ladang yang
menjanjikan…” Ah, jangan ke
Samaria, kalian tahu, mereka berhati keras, tidak ada orang percaya
yang prospektif di sana, jangan membuang waktu percuma, itulah pikiran mereka.
“…Pikiran mereka terpaku pada suatu pekerjaan besar untuk dilakukan di masa
depan…” mirip apa yang dikatakan beberapa orang Advent,
“Nah, kalian tahu, kita tidak memenangkan banyak jiwa sekarang, tetapi nanti
kalau hujan akhir jatuh!” Sekarang ini
ada tuaian yang harus dikumpulkan. “…Mereka tidak melihat bahwa di sekitar mereka
ada tuaian yang harus dikumpulkan. Tetapi melalui perempuan yang mereka benci
ini, satu seluruh kota
dibawa datang untuk mendengarkan Yesus. Perempuan itu segera membawa terang
kepada orang-orang sebangsanya. Perempuan ini melambangkan karya dari iman yang
praktis dalam Kristus.”
"This woman represents the working of a practical faith in Christ…”
This is from Ministry of Healing
102 and 103, “… Every true disciple is born into the kingdom of God as a…”
what? “…as a missionary…”
have you heard that statement before? It's one of those
well-known statements of Ellen White, that every individual, every true disciple,
is born into the kingdom of God as a missionary. This is in the context of the
Samaritan woman. She continues writing,
“…No sooner does he come to know the Savior than he
desires to make others acquainted with Him. The saving and sanctifying truth cannot be shut
up
in his heart…” the truth has come in, can't keep it in now. “…He who
drinks of the living water becomes a fountain of life. The receiver
becomes a giver. The grace of Christ in the soul is like a spring in the desert,
welling up to refresh all, and making those who are ready to perish eager to drink of the water of life. In doing
this work a greater blessing is received
than if we work merely to benefit ourselves. It is
in working to
spread the good news of salvation that we are brought near to the Savior.”
Isn’t that a beautiful passage from the writings of Ellen White?
“Perempuan ini melambangkan karya
dari iman yang praktis dalam Kristus…” ini dari Ministry of Healing hal. 102-103, “…Setiap murid yang sejati dilahirkan ke
dalam kerajaan Allah sebagai…” apa? “…sebagai seorang misionaris…” pernahkah kalian mendengar pernyataan ini
sebelumnya? Ini salah satu ucapan Ellen White yang terkenal, bahwa setiap
individu, setiap murid yang sejati, dilahirkan ke dalam kerajaan Allah sebagai
seorang misionaris. Ini dalam konteks perempuan Samaria itu, Ellen White
melanjutkan menulis,
“…Tidak lama setelah dia mengenal Sang Juruselamat dia punya kerinduan
untuk membuat orang lain kenal denganNya juga. Kebenaran yang telah
menyelamatkan dan menguduskannya tidak bisa dibungkam dalam hatinya…” kebenaran sudah masuk, sekarang tidak bisa disimpan
di dalam. “…Dia yang minum air
hidup menjadi mata air hidup. Si penerima menjadi si pemberi. Karunia Kristus
dalam hati itu seperti mata air di padang gurun, mengeluarkan banyak air untuk
menyegarkan semua, dan membuat mereka yang siap binasa, berhasrat untuk minum
air hidup itu. Dengan melakukan pekerjaan ini, suatu berkat yang lebih besar
akan diterima daripada jika kita hanya bekerja demi keuntungan diri kita
sendiri. Dalam bekerja untuk menyebarkan kabar baik keselamatan itulah kita
dibawa semakin dekat kepada Sang Juruselamat. …”
Bukankah ini
pernyataan yang indah dari tulisan Ellen White?
And so the day of Pentecost is all about the acceptance of Christ's sacrifice
by the Father. Incidentally was it necessary for Jesus to live a perfect life
in order for that sacrifice to be acceptable? So would His life in the Camp be
included there in terms of being acceptable? Sure, the Father accepted His sacrifice
because Jesus had lived a sinless life.
· So Jesus in the in the Camp, He lives His perfect life.
· In the Court He suffers death,
at the Laver
He resurrects from the dead.
Then He goes
to the Holy Place and the tongues of fire that come on the day of Pentecost on
earth, are the signal on earth that Jesus has presented Himself as the Lamb
before His Father, and that His sacrifice has been accepted.
Maka hari Pentakosta itu bicara tentang
diterimanya kurban Kristus oleh Bapa.
Nah, apakah Yesus perlu menghidupkan suatu
kehidupan yang sempurna supaya kurbanNya diterima? Jadi apakah hidup Kristus di
Perkemahan termasuk dalam persyaratan kurbanNya bisa diterima? Tentu saja, Bapa
menerima kurbanNya karena Yesus telah menjalani hidup yang tanpa dosa.
·
Jadi di
Perkemahan Yesus menjalani hidupNya yang sempurna.
·
Di
Pelataran Dia mengalami kematian.
Di Bejana Pembasuh Dia bangkit dari kematian.
Lalu Dia ke Bilik Kudus, dan lidah-lidah api yang
datang pada hari Pentakosta di bumi, merupakan sinyal di bumi bahwa Yesus telah
mempersembahkan DiriNya sebagai Domba di hadapan BapaNya, dan bahwa kurbanNya
sudah diterima.
And then what happens after that?
Then the Holy Spirit is poured
out upon those who are in the upper room.
And what is the purpose of receiving the Holy Spirit?
What does Peter do as soon as the Holy Spirit is poured out? What does Peter do? He's
preaching, isn't he? He's preaching. Is he the only one that's preaching? Oh,
no! The gift of tongues have been given, everybody in there is preaching. It's
like Sabbath school classes in Fresno Central.
There's this group, and that group, and the other group, and they're all
preaching, they're all talking about
what Jesus has done, and Jesus went to Heaven, He's at the right hand of God,
He's there, the Sanctuary is opened, you know He's receiving clients, you can
choose Him as your advocate, as your intercessor, as your mediator.
And wow what happens when Peter preaches his sermon? Because
he's received the Holy Spirit now he's
bold, isn't he?
And so now those who are listening they say, “Wow, you know, how
can we not respond?” And so 3,000 individuals come, they say to Peter, “Peter,
you preached the sermon but you didn't make a call. What do we need to do?”
Peter says, “Well, you need to do what we did.” Yes, with no sound system. “Repent, confess your sins, trust in Jesus,
choose Him as your advocate and get baptized. And if you do, your sins will be
forgiven, and you will receive the Holy Spirit.” That's Acts 2:38.
And then what would those
do?
They would do the same thing. They would go out and they would
announce it to others. And those others would announce it to others, and the
work would be finished. Where does the
chain of command break down? It breaks down with us.
Lalu setelah itu apa yang terjadi?
Lalu Roh Kudus dicurahkan kepada mereka yang ada di
ruang atas.
Dan apa tujuannya menerima Roh Kudus?
Apa yang dilakukan Petrus segera setelah Roh Kudus
dicurahkan? Apa yang dilakukan Petrus? Dia berkhotbah, bukan? Dia berkhotbah.
Apakah dia satu-satunya yang berkhotbah? Oh, tidak! Karunia lidah telah
diberikan, semua orang di sana berkhotbah. Seperti kondisi kelas-kelas Sekolah Sabat
di Fresno Central. Ada kelompok ini, dan kelompok itu, dan kelompok lain lagi,
dan mereka semua berkhotbah, mereka semuanya bicara mengenai apa yang telah
dilakukan Yesus, dan bahwa Yesus sudah ke Surga, Dia berada di tangan kanan
Allah, Dia ada di sana, Bait Suci sudah terbuka, Yesus menerima pengunjung,
manusia bisa memilih Dia sebagai pembelanya, sebagai perantaranya, sebagai
mediatornya.
Dan wow, apa yang terjadi ketika Petrus berkhotbah?
Karena dia telah menerima Roh Kudus, sekarang dia menjadi berani, bukan?
Maka sekarang mereka yang mendengarkan berkata,
“Wow, bagaimana kami bisa tidak merespon?”
Jadi 3’000 orang datang, mereka berkata kepada
Petrus, “Petrus, engkau menyampaikan khotbah tapi engkau tidak memberikan
panggilan. Apa yang harus kami lakukan?”
Petrus berkata, “Nah, kalian perlu melakukan apa
yang kami lakukan.” Ya, dan tanpa pengeras suara. “Bertobatlah, akui
dosa-dosamu, percaya dalam Yesus, pilihlah Dia sebagai pembelamu dan ikutlah
dibaptis. Dan jika kalian berbuat begitu, dosa-dosamu akan diampuni, dan kalian
akan menerima Roh Kudus.” Itu Kisah 2:38.
Kemudian apa yang dilakukan mereka?
Mereka melakukan hal yang sama. Mereka pergi dan
mereka mengabarkannya kepada orang-orang lain.
Dan orang-orang lain itu akan mengabarkan kepada
orang-orang lain, dan pekerjaan itu akan selesai.
Di mana rantai komando itu terputus? Rantai itu
terputus di kita.
You know, God wants to reach the entire human race, and He reaches
the entire human race through us, as His instruments. But unfortunately so many
of God's people enjoy the benefits of salvation
but they are not fulfilling the responsibilities of salvation. God needs
to light a fire in us so that the blessings that we have received are the
blessings that we share with a world that is desperate, in desperate need of
peace in their minds and in their hearts, in a forgiveness. May God help us to
be those people.
Kalian tahu, Allah mau menjangkau seluruh umat
manusia dan Dia menjangkau seluruh umat manusia melalui kita, sebagai alatNya.
Tetapi sayangnya begitu banyak umat Allah menikmati manfaat keselamatan tetapi
mereka tidak menggenapi kewajiban keselamatan. Allah perlu menyalakan api dalam
diri kita agar berkat-berkat yang telah kita terima, adalah berkat-berkat yang
kita bagikan kepada dunia yang putus asa, yang sangat membutuhkan kedamaian
pikiran dan hati, dalam pengampunan. Semoga Allah membantu kita menjadi
orang-orang yang demikian.
29 07 21
No comments:
Post a Comment