_____THE HEBREW RELIGIOUS CALENDAR_____
Part 22/24 - Stephen Bohr
THE SABBATH AND THE FEASTS
https://www.youtube.com/watch?v=NWlgk6wzCRo
Dibuka
dengan doa
Anyway
it's good to see you back. This afternoon we are going to dedicate the first
hour to finishing the reasons why I believe that we are not required to keep
the Feasts. Now it doesn't mean that the meaning of the Feasts we should not study,
we should certainly study the meaning of the Feasts, but we are not required to
fulfill the specific details of their observance.
Nah,
senang bertemu kalian lagi. Petang ini kita akan mendedikasikan jam yang
pertama untuk menyelesaikan alasan-alasan mengapa saya yakin kita tidak disuruh
memelihara Perayaan-perayaan. Nah, itu tidak berarti bahwa kita tidak harus
mempelajari makna Perayaan-perayaan itu,
tentu saja kita harus mempelajari makna Perayaan-perayaan itu, tetapi kita
tidak perlu memenuhi detail-detail spesifik pemeliharaannya.
Now we are
going to begin with a review on page 241 of your syllabus where the title is “the
Statutes and the Ceremonial Law” and I'm just going to review the points that
we covered in our last session yesterday, and that it is true that the Feasts are called
Statutes but the word “Statutes” bares a closer relationship with the Ten
Commandments than it bears with the Ceremonial Law. And we dealt with
that yesterday.
And I
also recommended that you read that particular article by Ellen White where she
remarks about the relationship between the Ceremonial Law and the Statutes.
Sekarang
kita akan mulai dengan mengulang hal. 241 silabus kalian di mana judulnya
ialah “The
Statutes and the Ceremonial Law” (Ketetapan-ketetapan
dan Hukum Seremonial) dan saya akan mengulangi poin-poin yang kita liput dalam
sesi terakhir kita kemarin, yaitu walaupun memang benar Perayaan-perayaan disebut
Ketetapan-ketetapan, tetapi kata “Ketetapan” memiliki hubungan yang lebih dekat
kepada Kesepuluh Perintah Allah daripada kepada Hukum Seremonial. Dan ini sudah kita bahas kemarin.
Dan
saya juga merekomendasikan kepada kalian untuk membaca artikel tertentu tulisan
Ellen White di mana dia mengomentari tentang hubungan antara Hukum Seremonial
dengan Ketetapan-ketetapan.
The
next point that we’ve covered was on page 246, and here we’ve noticed that the
Gentiles were not commanded to keep the Feasts. At the Jerusalem Council the
issue was not only circumcision, the issue was also the command to keep the Law
of Moses. So it was broader than just circumcision. And there's no evidence whatsoever that God at that council
commanded the Gentiles to observe the Hebrew Feasts.
Poin
berikut yang kita liput ada di hal. 246, dan di sini kita menyimak bahwa
bangsa-bangsa lain tidak diperintahkan untuk memelihara Perayaan-perayaan. Di
konsili Yerusalem, isunya bukan hanya tentang sunat, isunya juga tentang
perintah untuk memelihara Hukum Musa. Jadi isunya lebih luas daripada hanya
sunat. Dan tidak ada bukti apa
pun bahwa Allah di konsili tersebut memerintahkan bangsa-bangsa lain untuk
memelihara Perayaan-perayaan Ibrani.
Then on
page 247 we also noticed that there were sacrifices connected with the Feasts, and what Feasts-keepers
say is that, well you know we can offer a spiritual sacrifice, we can offer
ourselves as a spiritual sacrifice. But there's no place in the Bible where it says that a spiritual sacrifice
can take the place of a literal sacrifice, and
you can't separate the sacrifices from the other observances that are linked
with the sacrifices.
Kemudian
di hal. 247 kita juga menyimak bahwa ada kurban-kurban yang terkait kepada
Perayaan-perayaan dan para pemelihara Perayaan-perayaan berkata, nah, kami bisa
mempersembahkan suatu kurban yang spiritual, kami bisa mempersembahkan diri
kami sendiri sebagai kurban yang spiritual. Tetapi di Alkitab tidak ada di mana pun yang mengatakan bahwa
suatu kurban spiritual boleh menggantikan kurban literal, dan
kita tidak boleh memisahkan kurban-kurban dari upacara-upacara yang lain yang
terkait kepada kurban-kurban itu.
We’ve
also noted that all males 12 years and older were commanded to go to Jerusalem
at least for three of these Feasts, the harvest Feasts. And of course today we
can't travel to Jerusalem to the temple to celebrate those Feasts. So why can we bypass that requirement and have to
fulfill other requirements related to the Feasts?
Kita
juga sudah menyimak bahwa semua laki-laki mulai usia 12 tahun ke atas
diperintahkan pergi ke Yerusalem paling sedikit untuk tiga dari
Perayaan-perayaan tersebut, Perayaan-perayaan
musim panen. Dan tentu saja sekarang kita tidak bisa pergi ke Yerusalem ke Bait
Sucinya untuk merayakan Perayaan-perayaan itu. Jadi mengapa kita boleh mengabaikan peraturan tersebut tetapi harus
menggenapi peraturan lain sehubungan dengan Perayaan-perayaan itu?
And
then we have the word “forever” or the word “perpetual”. You know Feasts-keepers
say, well we're told that the Feasts are perpetual, the Feasts are forever. Well,
we’ve already noticed that the word “forever” does not necessarily mean endless (without
end). The word “forever” is used for a long indefinite period of
time, that at the end does come to a conclusion. So just because the
word “perpetual” or “forever” is used in conjunction with the Feasts, doesn't mean
that they're to last beyond the death and the resurrection of Christ, beyond
His intercession on Pentecost, etc.
Kemudian
ada kata “selamanya” atau “terus-menerus”. Kalian tahu, para pemelihara
Perayaan berkata, nah, kami diberitahu bahwa Perayaan-perayaan itu terus-menerus,
Perayaan-perayaan itu selamanya. Nah, kita sudah menyimak bahwa kata “selamanya” tidak selalu
berarti tanpa akhir (tidak ada ujungnya).
Kata “selamanya” dipakai untuk periode
waktu yang lama yang tidak ditentukan batasannya, yang pada akhirnya akan
selesai. Jadi hanya karena
perkataan “terus-menerus” atau “selamanya” dipakai sehubungan dengan
Perayaan-perayaan, itu tidak berarti mereka akan berlangsung terus melampaui
kematian dan kebangkitan Kristus, melampaui perantaraanNya pada Pentakosta,
dll.
We’ve also
noticed that the way in which the Feasts are kept today by Feast-keepers, many times
is based
on their own traditions, because is there any prescription in the Bible
on how to celebrate the Feasts without the sacrifices? How much of the Feast
you should celebrate? How much of them you should not celebrate? You know, do
we offer barley today, do we offer wheat today? We don't do any of those things, and
yet those were an integral part of the Feasts. So why can we choose to
implement some things concerning the Feasts and not others? What we do,
would be based only on our own what? Would be based on our own tradition,
and not on a “thus saith the Lord”.
Kita
juga sudah menyimak cara bagaimana Perayaan-perayaan
tersebut dipelihara sekarang ini oleh para pemelihara Perayaan.
Banyak kali itu hanya berdasarkan
tradisi mereka sendiri, karena apakah di Alkitab ada tertulis
peraturan bagaimana merayakan Perayaan-perayaan tersebut tanpa kurban? Berapa banyak
bagian dari Perayaan itu yang harus dirayakan? Berapa banyak bagiannya yang
tidak harus dirayakan? Apakah kita mempersembahkan jelai sekarang, apakah kita
mempersembahkan gandum sekarang? Kita
sudah tidak melakukan hal-hal itu, namun semua itu adalah bagian integral dari
Perayaan-perayaan tersebut. Jadi mengapa kita boleh memilih untuk
mengimplementasikan beberapa hal mengenai Perayaan-perayaan itu dan bukan yang
lain? Apa yang kita lakukan berarti
hanya berdasarkan apa kita sendiri? Hanya berdasarkan tradisi kita sendiri, dan bukan
atas dasar suatu “demikianlah firman Allah”.
Then we’ve
noticed also that these are agricultural Feasts, you know that the cycle is
based on the year of agriculture. It's based on the barley harvest at the time
of Passover; on the Feast of wheat on the day of Pentecost; and the fruit
harvest at the end of the year. So how do people who live in other parts of the world
where there's not a subtropical climate, how would they observe the Feasts? How
would they bring a sheaf of barley? How would they bring you know two loaves of
wheat? Do they go to the supermarket and buy the wheat and not from their
field? See, you have the problem once again of observing the Feast the way the
person thinks it should be observed, rather than by a direct command of the
Lord.
Kemudian kita juga telah menyimak bahwa
ini adalah Perayaan-perayaan agrikultural, siklusnya berdasarkan tahun
agrikultural. Didasarkan atas panen jelai saat masa Passah; dan Perayaan gandum
pada hari Pentakosta; dan panen buah-buahan pada akhir tahun. Jadi bagaimana orang yang hidup di
bagian dunia lain di mana tidak ada iklim substropis, bagaimana mereka bisa
memelihara Perayaan-perayaan itu? Bagaimana mereka bisa membawa
seberkas jelai? Bagaimana mereka bisa membawa dua potong roti gandum? Apakah
mereka harus ke supermarket dan membeli gandum dan tidak mengambil dari ladang
mereka? Lihat, sekali lagi ada problem untuk memelihara Perayaan-perayaan
menurut pendapat orang bagaimana itu harus dipelihara dan bukan menurut
perintah langsung dari Tuhan.
And then last time we were dealing with
the Sabbath and the Feasts, and that is on page 250 of your syllabus, and I want
to go back again to what we’ve dealt with at the end of our class last time, because you know,
I don't want to just start in the middle, so let's begin at the top of the page “the Sabbath and the
Feasts”.
There's
a fundamental difference between the Seventh-Day Sabbath and the Feasts. God established
the Sabbath when? At Creation, before sin, and
therefore it is perpetually binding upon all human beings. Not so with the
Ceremonial Law. When God created the heavens and the earth there was no need of sacrifices or
Feasts to commemorate or to prefigure anything.
The
Bible is clear that the Feasts originated at Mount Sinai, in fact the first Feast, Passover was to remind
Israel of the first step in their journey from Egypt to Canaan. The Feasts
are connected with literal Israel and their particular history.
In
contrast God
gave the Sabbath to the entire human race at Mount Sinai, but it existed
long before Mount Sinai. It's eternal.
The
Sabbath is part of the Ten Commandments and the Feasts are part of the book
that the priests placed beside the Ark of the Covenant.
The fourth commandment bears no relationship to the
agricultural year but rather follows the weekly cycle of seven days that is
determined by the rising and the setting of the sun. This has something
to say to those who keep the Sabbath according to a lunar rather than a solar
calendar. Ellen White clearly and repeatedly refers to the Sabbath as a solar
observance not a lunar one.
Kemudian
yang lalu kita sudah membahas tentang Sabat dan Perayaan-perayaan, dan itu di
hal. 250 silabus kalian, dan saya mau kembali ke sana lagi ke apa yang telah
kita bahas pada akhir kelas kita yang lalu karena saya tidak mau mulai di
tengah-tengah, jadi mari kita mulai di bagian atas halaman “The
Sabbath and the Feasts”.
Ada
perbedaan yang fundamental antara Sabat Hari Ketujuh dengan Perayaan-perayaan.
Allah menetapkan Sabat kapan? Saat Penciptaan, sebelum ada dosa, dan oleh
karena itu Sabat itu selamanya mengikat semua manusia. Tidak demikian dengan
Hukum Seremonial. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, tidak diperlukan
kurban-kurban atau Perayaan-perayaan untuk memperingati atau memberikan
gambaran pendahulu apa pun.
Alkitab
sangat jelas bahwa Perayaan-perayaan
bermula di Gunung Sinai, bahkan Perayaan yang pertama, Passah,
itu agar bangsa Israel mengingat langkah pertama mereka dalam perjalanan mereka
dari Mesir menuju Kana’an. Perayaan-perayaan
dihubungkan dengan Israel literal dan khusus dengan sejarah mereka.
Sebagai
kontrasnya, di Gunung Sinai
Allah memberikan Sabat kepada seluruh umat manusia, namun Sabat sudah ada lama
sebelum Gunung Sinai. Sabat itu kekal.
Sabat
itu adalah bagian dari Kesepuluh Perintah Allah, sedangkan Perayaan-perayaan
adalah bagian dari kitab yang diletakkan imam-imam di samping Tabut Perjanjian.
Perintah yang Keempat tidak punya kaitan dengan tahun
agrikultural, melainkan mengikuti
siklus mingguan tujuh hari yang ditentukan oleh terbit dan terbenamnya
matahari. Ini seharusnya jelas bagi mereka yang memelihara Sabat
menurut perhitungan lunar (bulan) dan bukan perhitungan solar (matahari).
Ellen
White dengan jelas dan berulang-ulang mengacu Sabat sebagai pemeliharaan
menurut perhitungan matahari dan bukan perhitungan menurut bulan.
So is
there a distinction between the Feasts and the Sabbath with regards to when
they are supposed to be celebrated? Yes! The Feasts are marked by the moon whereas the Sabbath
and the days are marked by the sun. There's a radical distinction between
both. I'm not going to read all these statements that we read yesterday, but
Ellen White is explicit in these statements, that the day is determined by the
rising and setting of the sun and the week is based on that as well.
The top of page 251.
The Sabbath is a weekly
celebration while the Feasts were yearly ones.
The
Sabbath was not a shadow but the Feasts are a shadow.
Although
it is true that the Sabbath secondarily commemorated redemption from Egypt, it
was still a weekly celebration, and its observance was determined by the sun
not by the moon. The Sabbath took on a secondary function after sin and pointed
to the rest of redemption. So just because the Sabbath takes on a secondary
function and points to redemption, doesn't mean that the Sabbath is one of the
Feasts or it should be celebrated according to the moon.
Jadi
apakah ada perbedaan antara Perayaan-perayaan dan Sabat sehubungan dengan kapan
mereka seharusnya dirayakan? Ya! Perayaan-perayaan
ditandai oleh bulan, sementara Sabat dan hari-hari ditandai oleh matahari.
Ada perbedaan yang radikal antara keduanya. Saya tidak akan membacakan semua pernyataan
yang sudah kita baca kemarin, tetapi pernyataan-pernyataan Ellen White ini
eksplisit, bahwa perhitungan hari
ditentukan oleh terbit dan terbenamnya matahari, dan perhitungan minggu juga
didasarkan pada itu juga. Bagian atas hal. 251.
Sabat adalah perayaan mingguan
sementara Perayaan-perayaan itu tahunan.
Sabat
bukanlah bayangan tetapi Perayaan-perayaan adalah bayangan.
Walaupun
memang benar Sabat mengambil fungsi keduanya untuk memperingati penebusan dari
Mesir, tetapi itu tetap perayaan mingguan dan perayaannya ditentukan oleh
matahari bukan bulan. Sabat
mengambil fungsi yang kedua setelah adanya dosa dan menunjuk kepada perhentian
penebusan. Jadi hanya karena Sabat
mengambil fungsi kedua dan menunjuk ke penebusan, tidak berarti bahwa Sabat
adalah salah satu Perayaan-perayaan atau harus dirayakan menurut perhitungan
bulan.
Now those
who observe the Feasts have referred to Leviticus 23:1-4 ~ here we enter new
territory as proof for Feasts-keepers. These verses seem to indicate that the Sabbath was one of the Feasts.
Feast-keepers argue that if we are still required to keep the Seventh- Day Sabbath, and the
Sabbath is one of the Feasts, then we must also keep the Feasts.
Let's
read Leviticus 23:1-5, actually verse 1-4 where you find this passage that Feast-keepers use, “1And the Lord spoke to Moses,
saying, 2’Speak to the children of Israel, and
say to them: ‘The feasts of the Lord, which you shall proclaim to be holy convocations,
these are My feasts…”and of course this would be Jesus speaking, right? To whom do
the Feasts belong? Do the Feasts belong to the Jews? No! They are whose calendar?
The Feasts are Jesus's calendar, right? They are Messiah’s calendar and so we shouldn't be
surprised that Jesus calls them “these are My
Feasts” because they point to events in His particular ministry. And then in verse 3 you have a reference to
the Sabbath. It says, “…3 ‘Six days shall work be
done, but the seventh day is a
Sabbath of solemn rest, a holy convocation. You shall do no work on it; it is the Sabbath of the Lord in all your dwellings…” And then you'll notice after the mention the Sabbath, once again
it mentions the Feasts. It says in
verse 4, “…4 ‘These are the feasts of the Lord, holy convocations which you
shall proclaim at their appointed times.”
And so
the argument is the Sabbath is sandwiched with the Feasts, because the first
part of the passage says “these are the Feasts of the Lord”, then the Sabbath
is mentioned, and then once again we find the expression “these are My Feasts”
or “these are the Feasts of the Lord”.
But really the Sabbath here is a parenthetical statement, it means besides the
Sabbaths of the Lord, you are supposed to keep the Feasts.
And you
say where do you get that idea from?
We get
it from the end of the chapter, chapter 23:37-38 make a distinction between the
Ceremonial observance of the Feasts and the observance of the Sabbath. Notice verse 37 where you have the
concluding verse concerning
the Feast. “37 ‘These are the feasts of the Lord which you shall
proclaim to be holy
convocations, to offer an offering made by fire to the Lord, a burnt offering and a grain
offering, a sacrifice and drink offerings, everything on its day…” now notice this, “…38 besides the Sabbaths of
the Lord…” so are the Sabbaths of the Lord included in the Feasts? No! “…besides the Sabbaths of
the Lord, besides your gifts, besides all
your vows, and besides all your freewill offerings which you give to the Lord.”
So
basically the Sabbath is a parenthetical statement.
When
you go to the end of chapter 23 that becomes clear, because it says, you shall
keep the Feasts besides the Sabbath of the Lord.
Nah,
mereka yang memelihara Perayaan-perayaan mengacu pada Imamat 23:1-4 ~
di sini kita memasuki teritori baru yang dipakai sebagai
bukti oleh para pemelihara Perayaan-perayaan.
Ayat-ayat ini sepertinya mengindikasikan bahwa Sabat adalah salah satu
Perayaan-perayaan itu. Para pemelihara Perayaan-perayaan itu mendebat bahwa
jika kita masih harus memelihara Sabat Hari Ketujuh, dan Sabat itu salah satu
dari Perayaan-perayaan, maka berarti kita juga harus memelihara
Perayaan-perayaan itu.
Mari kita baca Imamat 23:1-4 di mana kita akan melihat
ayat-ayat yang dipakai para pemelihara Perayaan-perayaan, “1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 ‘Berbicaralah kepada orang
Israel dan katakan kepada mereka: Perayaan-perayaan
TUHAN yang harus kamu maklumkan sebagai waktu pertemuan kudus, inilah Perayaan-perayaan-Ku…” dan tentu saja ini adalah Yesus yang
sedang berbicara, benar? Perayaan-perayaan itu milik siapa? Apakah
Perayaan-perayaan itu milik bangsa Yahudi? Tidak! Mereka itu kalender siapa?
Perayaan-perayaan itu kalender Yesus, benar? Itu kalender Mesias, jadi kita
tidak usah heran Yesus menyebutnya “Perayaan-perayaanKu” karena mereka menunjuk ke peristiwa-peristiwa dalam ministriNya
yang khusus. Kemudian di ayat 3 ada referensi tentang Sabat, dikatakan, “…3 Enam hari untuk
bekerja, tetapi hari yang ketujuh adalah
Sabat perhentian yang khidmat, hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu
pekerjaan pada hari itu; itulah Sabat TUHAN
di seluruh tempat kediamanmu…” lalu kita melihat setelah Sabat
disebut, sekali lagi disebutkan Perayaan-perayaan. Dikatakan di ayat 4, “…4 Inilah Perayaan-perayaan TUHAN, hari-hari pertemuan
kudus, yang harus kamu maklumkan pada masing-masing waktunya yang telah ditetapkan.”
Maka argumentasinya ialah karena Sabat
ini terjepit di antara Perayaan-perayaan, karena bagian yang pertama ayat-ayat
itu mengatakan “inilah Perayaan-perayaan-Ku” kemudian Sabat disebut, lalu sekali
lagi kita melihat ungkapan, “Inilah Perayaan-perayaan TUHAN”. Tetapi sebenarnya Sabat di sini adalah suatu pernyataan sisipan, artinya
selain Sabat-sabat Tuhan, kamu harus memelihara Perayaan-perayaan itu.
Dan kalian bertanya dari mana timbul
ide tersebut?
Kita
mendapatnya dari bagian akhir pasal itu, pasal 23:37-38 memberikan perbedaan
antara pemeliharaan Perayaan-perayaan Seremonial itu dengan pemeliharaan Sabat.
Simak ayat 37 di mana ada kesimpulan mengenai Perayaan-perayaan itu. “37
Inilah Perayaan-perayaan TUHAN, yang harus kamu maklumkan sebagai hari pertemuan kudus untuk
mempersembahkan kurban api-apian kepada TUHAN, yaitu kurban bakaran dan kurban biji-bijian, kurban sembelihan dan
kurban-kurban minuman, semua sesuai harinya…” sekarang simak ini, “…38 di samping Sabat-sabat TUHAN, di samping
persembahan-persembahanmu, di samping semua nazarmu,
dan di samping segala kurban sukarelamu, yang kamu persembahkan kepada
TUHAN…”
Jadi
pada dasarnya Sabat di sini adalah pernyataan sisipan.
Bila
kita ke bagian akhir pasal 23, itu menjadi jelas, karena dikatakan, kamu harus
memelihara Perayaan-perayaan itu di
samping Sabat Tuhan.
One
further consideration, there's a distinction between the Seventh-Day Sabbath
and the rest of the Ceremonial sabbaths.
You see,
on the
Sabbath the weekly Sabbath no work was to be done.
But
when it comes to the Feasts it says no servile or regular work shall you do on
the sabbaths. Of course with the exception of the Day of Atonement. The solemn
Day of Atonement was to be kept as the Seventh-Day Sabbath.
But
there is a distinction between the manner of observing the Ceremonial sabbaths
and the manner of observing the
Seventh-Day Sabbath.
Satu
hal lagi yang perlu dipertimbangkan, ada perbedaan jelas antara Sabat Hari
Ketujuh dan semua sabat Seremonial yang lain.
Kalian
lihat, pada Sabat mingguan, tidak
diperbolehkan bekerja sama sekali.
Tetapi
bila itu Perayaan-perayaan
dikatakan pada hari-hari sabatnya tidak diperbolehkan mengerjakan
pekerjaan fisik atau pekerjaan mencari nafkah sehari-hari. Tentu
saja kecuali Hari Pendamaian. Hari
Pendamaian yang khidmat harus dipelihara seperti Sabat Hari Ketujuh.
Tetapi
ada perbedaan yang jelas antara cara memelihara sabat-sabat Seremonial dengan
cara memelihara Sabat Hari Ketujuh.
Now the
next argument in page 252 is that Genesis 1:14 is used to say that the Feasts
existed at Creation. You see Feast-keepers they're not willing to admit that
the Feasts originated at Mount Sinai, they say that the Feasts existed even
before sin came into the world, and they use Genesis 1:14 and Psalm 104:19 to
refer or to try and prove this point. What they say is that the word “seasons”
in Genesis 1:14 is a technical term that refers to the Feasts, and therefore
the Feasts already existed in Genesis 1:14 when God created the heavenly
luminaries.
Let's
read the passage and you tell me if you find anything here that says we're supposed
to celebrate Passover, Unleavened Bread. Why would you celebrate Passover, there was no need of a
Redeemer? Why would you celebrate Unleavened Bread there? You know Jesus wasn't
going to rest in the tomb yet. There was no need for Him to rest in the tomb.
Why would you have a Feast point to the beginning of His intercessory ministry
if there was no sin? Are you understanding what I'm saying?
Sekarang,
argumentasi berikut di hal. 252 ialah bahwa Kejadian 1:14 dipakai untuk
mengatakan bahwa Perayaan-perayaan dibuat saat Penciptan. Kalian lihat, para
pemelihara Perayaan-perayaan ini tidak ikhlas mengakui bahwa Perayaan-perayaan
itu berasal dari Gunung Sinai, mereka berkata bahwa Perayaan-perayaan sudah ada
sebelum dosa masuk ke dalam dunia, dan mereka memakai Kejadian 1:14 dan Mazmur
104:19 sebagai rujukan untuk mencoba membuktikan poin ini. Apa yang mereka
katakan ialah, kata “musim” di Kejadian 1:14 adalah istilah teknis yang mengacu
kepada Perayaan-perayaan, dan oleh sebab itu Perayaan-perayaan sudah ada di
Kejadian 1:14 ketika Allah menciptakan penerang-penerang di langit.
Mari
kita baca ayat-ayat itu dan coba kalian
katakan kepada saya jika kalian menemukan apa-apa yang mengatakan kita harus
merayakan Passah, Roti Tidak Beragi. Mengapa harus merayakan Passah, saat itu
tidak dibutuhkan Penebus? Untuk apa merayakan Roti Tidak Beragi di sana? Yesus
masih belum akan beristirahat di dalam kubur. Dia belum dibutuhkan untuk
beristirahat di dalam kubur. Untuk apa ada Perayaan yang menunjuk kepada awal
pelayanan perantaraNya jika tidak ada dosa? Apakah kalian paham apa yang saya
katakan?
Now
notice, let's read this passage Genesis 1:14-19, “14 Then God said, ‘Let there
be lights in the firmament of the heavens to divide the day from the
night; and let them be for signs and seasons…” See, there's the keyword that they say, this is a technical term
that refers to the Feasts, “…and seasons and for
days and years; 15 and
let them be for lights in the firmament of the heavens to give light on the
earth’; and it was so. 16 Then
God made two great lights: the greater light to rule the day, and
the lesser light to rule the night. He made the stars also. 17 God set them in the firmament of the heavens to
give light on the earth, 18 and
to rule over the day and over the night, and to divide the light from the
darkness. And God saw that it was good. 19 So the evening and the
morning were the fourth day.”
Sekarang simak, mari kita baca
ayat-ayat di Kejadian 1:14-19, “14 Berfirmanlah
Allah: ‘Jadilah penerang-penerang di cakrawala langit
untuk memisahkan siang dari malam; dan
biarlah mereka menjadi tanda-tanda dan musim-musim…” lihat,
ini kata kuncinya kata mereka, ini adalah istilah teknis yang mengacu kepada
Perayaan-perayaan, “…dan
musim-musim dan untuk hari-hari dan tahun-tahun, 15 dan biarlah mereka menjadi penerang pada cakrawala di langit untuk memberikan terang pada bumi.’
Dan jadilah demikian. 16 Maka
Allah menciptakan dua penerang yang
besar: terang
yang lebih besar untuk memerintah siang dan terang yang lebih kecil untuk memerintah malam. Dia juga menciptakan bintang-bintang.
17Allah menaruh mereka di
cakrawala langit untuk memberikan terang pada bumi, 18 dan untuk memerintah atas siang
dan atas malam, dan untuk memisahkan terang
dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 19 Maka petang dan pagi itulah hari keempat.”
So what
is the argument here? In the Old Testament the word “seasons” is most often used to describe an appointed place where some event had to
occur, in a lesser sense it is used to describe an appointed time for an
event to occur, and you can go to Strong's
Concordance or go to Online Concordance
and you can corroborate what I’m saying.
Jadi
apa argumentasinya di sini? Di Perjanjian Lama kata “musim-musim” sering dipakai untuk menggambarkan
suatu tempat yang tertentu di mana suatu peristiwa harus terjadi. Dalam
pengertian yang lebih sempit itu dipakai untuk menggambarkan suatu waktu yang
tertentu di mana suatu peristiwa akan terjadi. Dan kalian bisa
ke Strong’s Concordance atau ke Online Concordance
dan kalian bisa mengkoroborasi apa yang saya katakan.
What
I'm saying, most of the time, this word that is translated “seasons” or “appointed”
it's referring to an appointed place for an event to occur,
· sometimes it is used to speak about the Feasts, however, it
is not used exclusively to refer to the Feasts.
· For example it's used to describe the time, the set time at
which Sarah was to bear Isaac,
· it refers to the set time for the fulfillment of prophetic
events,
· it refers to the time of the year when the vintage harvest was
to be gathered in,
· and it also refers to the specific time when birds were to
migrate.
So just
because it is used for the Feasts doesn't mean that in Genesis chapter 1:14
it's talking about the Feasts. The heavenly bodies simply were meant to mark
specific times of the year: months, seasons, etc.
Apa
yang saya katakan ialah, seringnya kata ini yang diterjemahkan
“musim-musim” atau “yang ditentukan”, mengacu kepada tempat yang tertentu di
mana suatu peristiwa akan terjadi
· Terkadang ini dipakai untuk bicara
tentang Perayaan-perayaan, namun
ini tidak eksklusif dipakai untuk mengacu kepada Perayaan-perayaan.
· Misalnya, ini dipakai untuk
menggambarkan waktu, waktu yang ditentukan saat Sarah harus melahirkan Ishak.
· Ini mengacu kepada waktu yang
ditentukan untuk penggenapan peristiwa-peristiwa nubuatan.
· Ini mengacu kepada musim ketika panen
anggur harus dikumpulkan.
· Dan ini juga mengacu kepada waktu
tertentu ketika burung-burung bermigrasi.
Jadi
hanya karena kata itu dipakai untuk Perayaan-perayaan tidak berarti Kejadian
1:14 itu bicara tentang Perayaan-perayaan. Benda-benda langit semata-mata
tujuannya untuk menandai waktu-waktu tertentu dalam satu tahun: bulan-bulan, musim-musim,
dll.
Now it
is not sound biblical practice to take the word in Leviticus 23:2, and argue
its meaning back into Genesis 1:14. Genesis is not referring to the Feasts at
all, it is simply saying that God made the heavenly bodies to divide light from
darkness and to determine the seasons of the year. We must consider each text
within its particular context. In Leviticus 23 the context is the cultic calendar or the
Ceremonial system, but in the context of Genesis 1 as well as Psalm 104 the
context is the creation of the heavenly bodies to mark days, months, and
seasons. God created the moon to determine the month, and He
established the sun to determine the day.
Later God used the moon
to determine the time for the cultic festivals, but it is illegitimate to argue
the festivals back into Genesis 1:14, as if
it was God's original intention. Some Adventists even go so far as to say that
a lunisolar calendar should determine when we observe the weekly Sabbath and
they argue somewhat like this. And in
our next session we're going to deal with this specific point.
Nah,
memakai perkataan di Imamat 23:2 sebagai dasar argumentasi memasukkan maknanya
kembali ke Kejadiadn 1:14 itu bukan praktek alkitabiah yang sehat. Kitab
Kejadian sama sekali tidak bicara tentang Perayaan-perayaan, Kejadian melulu
berkata bahwa Allah menciptakan benda-benda langit untuk membedakan terang dari
gelap dan untuk menentukan musim-musim tahunan. Kita harus mengartikan setiap
ayat di dalam konteksnya sendiri. Di Imamat 23, konteksnya ialah kalender
upacara atau sistem Seremoial. Tetapi konteks
Kejadian 1 dan juga Mazmur 104 adalah tentang Penciptaan benda-benda langit
untuk menentukan hari-hari, bulan-bulan, musim-musim. Allah
menciptakan bulan untuk menentukan lamanya satu bulan dan Dia menetapkan
matahari untuk menentukan lamanya satu hari.
Belakangan Allah memakai bulan untuk
menentukan waktu upacara festival-festival, tetapi tidaklah sah memasukkan
festival-festival itu kembali ke Kejadian 1:14
seolah-olah itulah
rancangan asli Allah. Beberapa orang Advent bahkan melenceng jauh dan
mengatakan bahwa kalender lunisolarlah yang harus menentukan kapan kita
memelihara Sabat mingguan, dan argumentasi mereka ialah seperti ini. Dan dalam
sesi kita berikutnya kita akan membahas poin yang spesifik ini.
Genesis
1:14 and Psalm 104:19 linked the word “seasons” with the lunar cycle and we
would admit that, right? The word “seasons” in Genesis 1:14 is referring to the
lunar cycle. Leviticus 23 includes the Sabbath in the category of the seasons,
this is the way they argue, therefore the Sabbath like the Feasts was
determined by the lunar cycle. Are you understanding this circular reasoning
that they're using?
For several reasons this reasoning
is flawed.
1.
The Jews have kept the Sabbath on our Saturday
for thousands of years, and the sequence of
days has never changed.
2. Ellen White and the pioneers kept the same Sabbath that we do.
It is inconceivable that God would leave the remnant Church in
the dark on this matter from its inception until recent times.
3.
It is beyond belief that
God would allow His remnant Church to keep the wrong day of the week from 1846
until relatively recent times.
If the Sabbath is so
important would
God allow the remnant Church to go for well over a hundred years keeping the
wrong day?
4.
The sequence of the days
in Luke 23:54 through 24:1 indicates that Jesus was crucified on Friday, He rested in the
tomb on Sabbath, and He resurrected the first day of the week. Ellen
White is clear on this point.
I'm going to read only a part of this statement that we
find here. Manuscript Releases Vol. 3 pages
425-426, in the middle of this statement we find, “….
It was in God's plan that the work, which
Christ had engaged
to do, should be completed…” when?
“…on a Friday…” what part of Friday don't
we understand “…should be
completed on a Friday and that on the Sabbath He should rest
in the
tomb…” and there's a
significance to that, “…even as the
Father and
Son had rested after completing Their creative work. The hour of Christ's apparent defeat was the hour of His victory. The great plan, devised
before the foundations of the earth were laid, was successfully carried
out.”
Is there any doubt that
Ellen White believed in the Friday crucifixion? No doubt! That Jesus rested in
the tomb all day Sabbath? Absolutely! That Jesus resurrected on the first day
of the week? No doubt whatsoever!
Kejadian
1:14 dan Mazmur 104:19 mengaitkan kata “musim-musim” kepada siklus bulan, dan
kita akui demikian, benar? Kata “musim-musim” di Kejadian 1:14 mengacu kepada
siklus bulan. Imamat 23 memasukkan Sabat dalam kategori musim-musim,
itulah argumentasi mereka, karena itu
Sabat seperti Perayaan-perayaan, ditentukan oleh siklus bulan. Apakah kalian
paham lingkaran pengertian yang mereka pakai ini?
Pengertian ini cacat menurut beberapa
alasan:
1. Bangsa Yahudi sudah memelihara
hari Sabat pada hari Sabtu kita selama ribuan tahun, dan urutan harinya tidak pernah
berubah.
2. Ellen White dan para
pionir telah memelihara Sabat yang sama seperti kita.
Tidak
masuk akal Allah akan membiarkan Gereja yang sisa dalam kegelapan mengenai hal
ini mulai dari awalnya hingga akhir-akhir ini.
3. Mustahil Allah akan mengizinkan
GerejaNya yang sisa untuk memelihara hari mingguan yang salah sejak 1846 hingga
masa akhir-akhir ini.
Jika
Sabat itu sedemikian petingnya, akankah Allah membiarkan
GerejaNya yang sisa untuk selama lebih dari seratus tahun memelihara hari yang
salah?
4. Urut-urutan harinya di Lukas 23:54
hingga 24:1 mengindikasikan bahwa Yesus
disalibkan pada hari Jumat, Dia beristirahat di dalam kubur pada hari Sabat,
dan Dia bangkit hari pertama pada minggu itu. Ellen White jelas
sekali mengenai poin ini.
Saya
akan membacakan hanya sebagian dari pernyataan yang kita lihat di Manuscript Releases Vol. 3 hal. 425-426,
bagian tengah pernyataan itu, “…Itu adalah rancangan Allah
bahwa pekerjaan yang harus dilakukan Kristus harus selesai…” kapan? “…pada hari Jumat…” bagian mana dari Jumat yang tidak kita pahami?
“…harus selesai pada hari Jumat, dan pada hari Sabat Dia harus beristirahat di
dalam kubur…” dan ini ada maknanya, “…sebagaimana Bapa dan Anak telah berhenti
setelah menyelesaikan pekerjaan penciptaan Mereka. Saat Kristus seolah-olah
mengalami kekalahan adalah saat kemenanganNya. Rancangan yang besar ini, yang
diciptakan sebelum dunia dijadikan, telah dilaksanakan dengan berhasil.”
(Manuscript 25, 1898, hal. 3, 4. - "The Man of Sorrows,"
typed, February 24, 1898;
found in Manuscript Releases, volume 3, hal. 425, 426).
Apakah
ada keraguan apa pun bahwa Ellen White meyakini penyaliban pada hari Jumat?
Tidak ada! Bahwa Yesus beristirahat di dalam kubur sepanjang hari Sabat? Sama
sekali tidak ada! Atau bahwa Yesus bangkit pada hari pertama minggu itu? Sama
sekali tidak ada keraguan!
A seminary
professor was correct when he wrote these following words, “The
fact that the function of the
moon
begins on the fourth day of Creation week makes it impossible to identify
the Sabbath, coming three
days later, as a moon day.”
Are you
understanding his argument? Devastating.
Because the moon was made on the fourth day, so where do you begin the sabbatical cycle? On
the fourth day? Or do you do it the way the Bible says, beginning with the
first day, the first solar day? I think
the answer is self-explanatory.
Seorang profesor seminari, benar ketika
dia menulis kata-kata berikut, “…Faktanya bahwa fungsi bulan
dimulai pada hari keempat minggu Penciptaan (Kejadian 1:14-19) membuatnya
mustahil mengidentifikasikan Sabat yang terjadi tiga hari kemudian sebagai hari
menurut perhitungan bulan.” ( Jacques
Doukhan
~ Ministry, April 2010 “Should we observe the Levitical Festivals?” hal. 10).
Apa kalian paham argumentasinya? Pukulan telak. Karena bulan diciptakan pada hari
keempat, jadi kapan siklus Sabat itu mulai dihitung? Pada hari keempat? Atau
kita melakukannya sesuai kata Alkitab, dimulai dari hari pertama, hari pertama
menurut perhitungan matahari? Menurut saya jawabannya sudah jelas.
Now did
Paul keep the Feasts?
Some festivals that are
mentioned in the book of Acts are simply meant to give us a time frame for the
occurrence of certain events, in other words, this
took place at Passover season, but they're not related to any command to observe
that particular Feast. As we have previously noted, Ellen White stated
that it would be an insult to celebrate the Passover when the Lord's Supper has
replaced it. Do you remember that statement that we read? Explicit. Clear.
The
question is this, would the apostle Paul insult Jehovah by teaching that the
celebration of the Passover is mandatory for Christians? The book of Acts does
not make the celebration of the Feasts a test of fellowship, nor does it
command people to keep them. There is no evidence whatever of Gentiles keeping
the Feasts except perhaps the Galatians whom Paul rebuked for keeping them.
Paul
did offer sacrifices in the temple according to Acts 21:17-26, obviously the apostle Paul was not offering
those sacrifices thinking that they pointed forward to the death of Christ,
that would be absurd. He allowed for Timothy to be circumcised also, and he did
tarry at Philippi to spend Passover with the church. In fact let me read Acts of the Apostles 390-391. Did Paul go
there because he says it is mandatory for me to celebrate the Passover? If he
did, he insulted Jehovah according to what we read. What is it that replaces
the Passover? It's the communion service. Did the apostle Paul speak of the
communion service? Yes! In 1 Corinthians chapter 11, doesn't he? He reviews
what happened on the night that the communion service was established. So he
knew that communion
takes the place of the Passover. Why did Paul go to Philippi and celebrate the
Passover with these people? We might catch a glimpse of the reason why
in Acts of the Apostles 390 and 391. “At Philippi Paul tarried to keep the Passover. Only Luke remained with him, the other members
of the company passing
on to Troas
to
await him there. The Philippians were the most loving and truehearted of the
apostle's converts, and during the eight days of the feast he enjoyed…”
what? “…peaceful and
happy communion with them.”
What
was the main reason why he wanted to be there with the Philippians? Because
they were the most loving, he wanted to have communion with them. It
wasn't because he believed that the celebration of the Passover was mandatory.
Nah,
apakah Paulus memelihara Perayaan-perayaan?
Beberapa
festival yang disebutkan di kitab Kisah, semata-mata dimaksudkan untuk memberi
kita kerangka waktu kapan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Dengan kata lain, kejadian ini terjadi di masa
Passah, namun tidak ada kaitannya dengan perintah apa pun untuk memelihara
Perayaan tersebut. Seperti yang telah kita simak, Ellen White menyatakan bahwa
merayakan Passah setelah Perjamuan Kudus ditetapkan sebagai penggantinya,
merupakan penghinaan kepada Tuhan. Apakah kalian ingat pernyataan tersebut yang
pernah kita baca? Eksplisit. Jelas.
Pertanyaannya,
akankah rasul Paulus menghina Yehovah dengan mengajarkan bahwa perayaan Passah
itu keharusan bagi orang Kristen? Kitab Kisah tidak menentukan bahwa merayakan
Perayaan-perayaan itu syarat keanggotaan Kristen maupun memerintahkan orang
untuk memeliharanya. Sama sekali tidak ada bukti bahwa bangsa-bangsa lain
memelihara Perayaan-perayaan tersebut, kecuali mungkin orang-orang Galatia yang
ditegur Paulus karena mereka memeliharanya.
Menurut Kisah 21:17-26 Paulus memang
mempersembahkan kurban di Bait Suci. Sudah jelas rasul Paulus tidak
mempersembahkan kurban-kurban itu dengan berpikir mereka menunjuk ke depan ke
kematian Kristus, itu pasti tidak masuk akal. Dia juga mengizinkan Timotius
disunat. Dan dia tinggal di Filipi untuk melewatkan Passah bersama gereja. Nah,
saya akan membacakan Acts of the Apostles hal. 390-391. Apakah Paulus ke sana karena dia
mengatakan saya harus merayakan Passah? Andai begitu, dia telah menghina
Yehovah menurut apa yang tadi kita baca. Apa yang telah menggantikan Passah?
Perjamuan Kudus. Apakah rasul Paulus bicara tentang Perjamuan Kudus? Ya, di 1
Korintus pasal 11, kan? Dia mengulangi apa yang terjadi pada malam ketika
Perjamuan Kudus itu ditetapkan. Berarti dia tahu bahwa Perjamuan Kudus menggantikan Passah. Mengapa Paulus pergi ke Filipi
dan merayakan Passah bersama orang-orang di sana? Kita bisa
menangkap alasannya mengapa di Acts
of the Apostles hal. 390-391. “…Di Filipi Paulus tinggal untuk memelihara
Passah. Hanya Lukas yang tinggal bersamanya, anggota-anggota lain dari
rombongannya melanjutkan perjalanan ke Troas untuk menunggunya di sana.
Orang-orang Filipi adalah yang paling mengasihi dan setia dari mereka yang
ditobatkan si rasul, dan selama delapan hari Perayaan itu dia menikmati…”apa? “…perjamuan kudus yang
damai dan menyenangkan bersama mereka…”
Apa tujuan
utamanya mengapa Paulus mau berada di sana bersama orang-orang Filipi? Karena
mereka adalah yang paling mengasihi, Paulus
ingin mengadakan perjamuan
kudus bersama mereka. Itu bukan
karena Paulus percaya bahwa merayakan Passah itu suatu keharusan.
Now
let's go to Acts 18:18-21. It says here, and this gives the impression that the
apostle Paul felt that it was mandatory to keep the Feast of Passover in
Jerusalem. Notice what it says in Acts 18 beginning with verse 18. “18 So Paul still remained a
good while. Then he took leave of the brethren and sailed for Syria, and
Priscilla and Aquila were with
him. He had his hair
cut off at Cenchrea, for he had taken a vow. 19 And he came to Ephesus,
and left them there; but he himself entered the synagogue and reasoned with the
Jews….” what do you suppose he reasoned with the Jews
about? What would be the reason? Well, he wanted to show them ~ like it says in
the rest of the book of Acts ~ that Jesus was what? The Messiah. Notice verse 20, “…20 When they asked him to stay a longer time with them, he did not
consent, 21 but
took leave of them, saying, ‘I must by all means keep this coming
feast in Jerusalem; but I will return again to you, God willing.’ And he
sailed from Ephesus.”
So
Feasts-keepers say this indicates without any doubt that the apostle Paul felt
it was a moral obligation to keep the Passover. However, this creates
difficulties. As we know that Ellen White stated that to keep the Passover
after Jesus instituted the Lord's Supper would be an insult to Jehovah. Would
Paul insult Jehovah by keeping the Passover, because he felt that it was
mandatory? Paul cannot contradict Paul. In Colossians 2, and Galatians 4, Paul
clearly points out that the Ceremonial observances were shadows of things to
come. And Ellen White as we have read, quotes Colossians 2 to this
effect.
Sekarang mari ke Kisah 18:18-21,
dikatakan di sini ~ dan ini memberikan kesan seolah-olah rasul Paulus merasa
adalah keharusan untuk memelihara Perayaan Passah di Yerusalem. Simak apa
katanya di Kisah 18 mulai dari ayat 18, “18 Maka Paulus masih
tinggal beberapa lamanya. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di
situ, dan berlayar ke Siria, dan Priskila
dan Akwila ada bersamanya. Ia memotong rambutnya di Kengkrea, karena ia telah
bernazar. 19 Lalu ia tiba di
Efesus. Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila di situ. Tetapi Ia sendiri masuk ke rumah ibadat dan berdiskusi dengan orang-orang Yahudi. …” menurut kalian kira-kira apa yang
didiskusikannya bersama orang-orang Yahudi? Apa alasannya? Nah, Paulus mau
menunjukkan kepada mereka ~ seperti yang dikatakan di sisa kitab Kisah ~ bahwa
Yesus itu siapa? Yesus itu Mesias. Simak ayat 20, “…20 Ketika mereka
minta kepadanya untuk tinggal lebih lama bersama
mereka, ia tidak mengabulkannya, 21 melainkan ia minta diri dan berkata, ‘Aku harus sedapat-dapatnya memelihara Perayaan yang akan datang ini di
Yerusalem; tetapi aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya.’
Lalu bertolaklah ia dari Efesus…”
Maka
para pemelihara Perayaan-perayaan mengatakan ini mengindikasikan tanpa keraguan
lagi bahwa rasul Paulus merasa sebagai kewajiban moral untuk memelihara Passah.
Namun, ini menciptakan kesulitan. Seperti yang kita ketahui Ellen White menyatakan
bahwa memelihara Passah setelah Yesus menetapkan Perjamuan Kudus adalah suatu
penghinaan kepada Yehovah. Akankah Paulus menghina Yehovah dengan memelihara
Passah karena dia merasa itu suatu keharusan? Paulus tidak bisa mengkontradiksi
Paulus. Di Kolose 2 dan Galatia 4, Paulus
secara jelas menunjukkan bahwa pemeliharaan Seremonial itu bayangan dari
peristiwa-peristiwa yang akan datang. Dan Ellen White, seperti yang telah kita baca, kurang lebih mengutip Kolose 2 demikian.
Two considerations
would help us avoid a seeming conflict between Paul's counsel and Paul's
practice.
1.
This is a very important
point. It will be noticed that in recent translations of the Bible the phrase “I must by all means keep this coming Feast in Jerusalem” is missing.
You know, you look at all
of the modern versions, this part of the
verse is missing where the apostle Paul says, “I must by all means
keep this coming Feast in Jerusalem”. Why is
it missing? There is textual evidence that this phrase was not part of
the original text.
2. Paul followed a specific principle when he did his utmost to reach different
cultures.
I believe that the principle behind Paul's observance of some of the Feasts
can be found in 1 Corinthians 9:19-22. He stated, “19 For though I am free from
all men, I have made
myself a servant to all, that I might win the more; 20 and to the Jews I
became as a Jew, that I might win Jews; to those who are under the law, as under the law, that I might
win those who are under
the law; 21 to those who are without law, as without
law (not being without law toward God, but under law toward
Christ), that I might win those who
are without law…” speaking about the Jewish laws, the laws of the Jews. 22 to the weak I
became as weak, that I might win the weak. I have become all things
to all men, that I
might by all means save some. 23 Now
this I do for the gospel’s sake, that I may be partaker of it with you.” So it's most likely that the apostle Paul went to the celebration of these
Feasts so that he could take advantage of the opportunity to witness to these
individuals and so that they would not accuse him of totally forsaking the
roots of his religion. In fact when you go to the end of the book of
Acts the apostle Paul says to these Roman rulers he says, “I have done nothing but follow what is in
the writings of Moses and what is in the Scriptures”
Dua
hal yang harus dipertimbangkan yang akan membantu kita terhindar dari
seolah-olah ada konflik antara nasihat Paulus dan apa yang dipraktekkan Paulus:
1. Ini adalah poin yang sangat penting. Terlihat
dalam terjemahan-terjemahan Akitab yang kontemporer bahwa ungkapan “…‘Aku harus sedapat-dapatnya
memelihara Perayaan yang akan datang ini di Yerusalem...” (Kisah 18:21) itu tidak ada. (di LAI kalimat ini juga tidak ada.)
Kalian
tahu, jika kita lihat semua terjemahan Alkitab kontemporer, bagian ini tidak
ada di ayat tersebut, di mana Paulus berkata, “…‘Aku harus sedapat-dapatnya memelihara Perayaan yang akan datang ini di
Yerusalem...” Mengapa tidak ada? Karena ada bukti tekstual bahwa kalimat ini
bukan bagian dari teks asli ayat itu.
2. Paulus mengikuti prinsip yang spesifik,
yaitu dia melakukan sebisa-bisanya
untuk menjangkau budaya-budaya yang berbeda.
Saya
meyakini prinsip di balik tindakan Paulus untuk merayakan beberapa Perayaan
bisa ditemukan di 1 Korintus 9:19-22. Dia menulis, “19 Karena sungguh pun
aku bukan budak siapa pun, aku menjadikan
diriku hamba bagi semua orang, supaya aku
boleh memenangkan lebih banyak. 20
Dan kepada orang Yahudi aku menjadi seperti
orang Yahudi, supaya aku bisa memenangkan
orang-orang Yahudi. Kepada mereka yang di bawah hukum Taurat, sebagai di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat
memenangkan mereka yang di bawah hukum Taurat. 21 Kepada mereka
yang di luar hukum, sebagai di luar
hukum (bukan
di luar hukum terhadap Allah, melainkan di bawah hukum kepada Kristus), supaya aku dapat memenangkan mereka yang di luar hukum Taurat…” bicara tentang hukum Yahudi, hukum
bangsa Yahudi. “…22 Kepada
yang lemah aku menjadi sama lemahnya,
supaya aku boleh memenangkan yang lemah. Aku
telah menjadi apa saja kepada semua orang supaya aku boleh
dengan cara apa pun memenangkan beberapa. 23 Nah, ini aku lakukan demi kepentingan Injil, supaya aku boleh
punya bagian di dalamnya bersama kamu…”
Jadi kemungkinan
besar rasul Paulus datang merayakan Perayaan-perayaan itu supaya dia bisa
menggunakan kesempatan tersebut untuk bersaksi kepada orang-orang itu, dan
supaya mereka tidak akan menuduhnya telah sama sekali meninggalkan akar
agamanya. Bahkan jika kita ke bagian akhir kitab Kisah, rasul
Paulus berkata kepada penguasa-penguasa Roma, “Aku tidak melakukan apa-apa
selain mengikuti apa yang ada di tulisan-tulisan Musa dan apa yang ada di Kitab
Suci.” (Kisah 25:8)
Now Herbert Douglass wrote this about the apostle Paul. “He knew of the impending
destruction of
Jerusalem,
the
temple, and the soon termination of the Jewish ritual system. Time was swiftly running out for the Jews, and
it was not unreasonable that he (and other Jewish Christians
looking for practical evangelistic opportunities) to maximize their prospective audience. The Feast
celebrations
would be the
ideal
platform to proclaim Christ’s
great antitypical sacrifice
and high priestly
ministry—the meaning
and significance of the
six annual celebrations.” So it'd be a golden opportunity to take advantage of the Feasts to teach
people how these Feasts were fulfilled in Jesus Christ.
Nah, Herbert
Douglass menulis ini tentang rasul Paulus. “…Dia tahu tentang kehancuran yang akan
jatuh ke atas Yerusalem, Bait Sucinya, dan sistem ritual Yahudi yang akan
segera dihentikan. Waktu akan segera habis bagi bangsa Yahudi, dan bisa
dimengerti dia (dan orang-orang Kristen Yahudi lainnya yang mencari kesempatan
praktis untuk menginjil) memaksimalkan calon-calon pendengar.
Perayaan-perayaan adalah panggung yang ideal untuk menyampaikan kurban besar
antitipikal Kristus dan pelayananNya sebagai Imam Besar ~ makna dan arti dari
keenam perayaan tahunan.” (Herbert. E.
Douglass, Feast Days—The Shadows of Our Faith, hal. 31.) …” Jadi itu
adalah kesempatan emas memanfaatkan Perayaan-perayaan untuk mengajar
orang-orang bagaimana Perayaan-perayaan ini digenapi dalam Yesus Kristus.
Ellen White explains that
even after the death and resurrection and ascension of Christ, the Christians
were very slow in understanding that all of this system had come to an end. In
a rather long passage which I'm going to read, because it's loaded with
important information, Acts of the Apostles
page 189-190 Ellen White wrote this, “The Jewish converts, generally were not inclined to move as rapidly as the providence of God opened the
way. From the result of the
apostles' labors
among the
Gentiles, it was evident that the converts among the latter people would far exceed the Jewish converts in number. The Jews feared that if the restrictions and ceremonies of their law were not made obligatory upon the Gentiles
as a condition of church fellowship, the national peculiarities of the Jews, which had hitherto kept them distinct from all other people, would finally disappear from among
those who received the gospel message…” Are you understanding
what she's saying? “…The Jews had always prided themselves upon their divinely appointed services, and many of
those who had been converted to the faith of Christ
still felt that since God had once clearly
outlined the Hebrew manner of worship, it was improbable that He would ever authorize
a change in any of its specifications. They insisted
that the Jewish laws and
ceremonies…”
it's not only the sacrifices, folks. “…They insisted that the Jewish laws and ceremonies should be incorporated into the rites of the…”
what? “…of the Christian religion. They were
slow to discern
that all the sacrificial offerings
had but prefigured
the
death of the Son of God, in which type met antitype, and after which the rites and ceremonies of the Mosaic dispensation were no
longer binding.
Before his conversion,
Paul had regarded himself as blameless ‘touching the
righteousness
which is in the law.’ However, since his change of heart,
he had gained a clear
conception of the mission of the Savior as the Redeemer of the entire race, Gentile as well as
Jew
had, and had learned the difference between a living faith and a dead
formalism. In the
light of the
gospel, the ancient rites and ceremonies committed to Israel had gained a new and deeper significance. That which they shadowed forth had come to pass, and those who were living
under the
gospel
dispensation had
been…”
what? “… freed from their
observance.
God's
unchangeable Law of Ten Commandments, however, Paul still kept in spirit as well as in letter.”
Ellen White menjelaskan bahwa walaupun
setelah kematian dan kebangkitan dan kenaikan Kristus, orang-orang Kristen masih lamban dalam memahami bahwa semua
sistem ini telah berakhir. Dalam bacaan yang rada panjang yang akan saya
bacakan, karena isinya padat dengan informasi, Ellen White menulis ini di Acts of the Apostles
hal. 189-190, “…Orang-orang Yahudi yang telah menjadi
Kristen cenderung untuk tidak bergerak secepat kesempatan yang dibuka oleh
Allah. Dari hasil kerja keras para rasul di antara bangsa-bangsa lain, terbukti
bahwa orang-orang yang bertobat dari mereka jumlahnya jauh melampaui
orang-orang Yahudi yang bertobat. Orang-orang Yahudi khawatir jika
persyaratan-persyaratan dan upacara-upacara hukum mereka tidak dibuat wajib
atas bangsa-bangsa lain sebagai persyaratan persekutuan dalam gereja, ciri-ciri
khas nasional Yahudi yang sampai saat ini telah memisahkan mereka dari semua
bangsa lain, akhirnya akan leyap dari antara mereka yang menerima pekabaran
injil…” apakah kalian paham apa yang dikatakan Ellen White? “…Bangsa Yahudi selalu membanggakan diri
mereka akan pelayanan-pelayanan mereka yang ditetapkan secara Ilahi, dan banyak
dari mereka yang telah menerima iman Kristus masih merasa bahwa karena Allah
pernah dengan jelas memisahkan cara ibadah Ibrani, sangat mustahil Allah akan
memerintahkan suatu perubahan dalam spesifikasinya yang mana pun. Mereka
bersikukuh bahwa hukum Yahudi dan upacara-upacaranya…” jadi bukan
hanya kurban-kurbannya, Saudara-saudara, “…Mereka bersikukuh bahwa hukum Yahudi dan
upacara-upacaranya harus dimasukkan ke dalam ritual…” apa?
“…agama Kristen. Mereka lamban untuk memahami bahwa semua persembahan
kurban itu hanyalah melambangkan kematian Anak Allah, di mana tipe bertemu
dengan antitipe, dan setelah itu semua ritual dan upacara zaman Musa tidak lagi
mengikat.
Sebelum
pertobatannya, Paulus menganggap dirinya tidak bercela ‘dalam hal kebenaran menurut hukum
Taurat’ (Fil. 3:6). Namun, sejak perubahan hatinya, dia
mendapatkan pemahaman yang jelas tentang misi Sang Juruselamat sebagai Penebus
seluruh umat manusia, bangsa-bangsa lain dan juga bangsa Yahudi, dan telah
memahami perbedaan antara iman yang hidup dengan formalitas yang mati. Dengan
penerangan injil, ritual-ritual dan upacara-upacara kuno yang dipercayakan
kepada bangsa Israel, mendapatkan makna yang baru dan lebih mendalam. Apa yang
dulunya mereka lambangkan, sudah menjadi kenyataan, dan mereka yang hidup di
zaman injil telah …” diapakan? “…dibebaskan dari pemeliharaannya. Namun,
Hukum Allah yang tidak berubah, Kesepuluh Perintah Allah, tetap dipelihara oleh
Paulus baik secara rohani maupun secara literal.”
It bears noting that the
apostle John
~ you know John wrote his gospel and the book of Revelation, as well as his epistles
at the very end of the first century ~ this is significant, he never
refers to the Hebrew Feasts as Christian festivals. He refers to them simply as
“celebrations of the Jews”. In the book of Revelation and the epistles
you find the same thing, and they were written at the end of the first century.
On the other hand,
neither John nor any other apostle referred to the weekly Sabbath as “the
Sabbath of the Jews”.
But constantly in his
gospel he says “the Feast of the Jews”,
“the Feast of the Jews”, because he understood that these Feasts applied
to the Jewish nation until Messiah came to fulfill these prescriptions.
Perlu
diperhatikan bahwa rasul Yohanes
~ kalian tahu Yohanes menulis injilnya dan kitab Wahyu dan juga surat-suratnya
pada akhir abad pertama ~ ini signifikan ~ dia tidak pernah menyebut Perayaan-perayaan Ibrani sebagai
Perayaan-perayaan Kristen. Dia menyebut mereka semata-mata sebagai “Perayaan-perayaan
orang Yahudi”. Di kitab Wahyu dan surat-suratnya, kita melihat
hal yang sama, dan mereka ini semua ditulis pada akhir abad pertama.
Di
pihak lain, baik Yohanes maupun rasul yang lain mana pun tidak pernah menyebut
Sabat mingguan sebagai “Sabat orang Yahudi”.
Tetapi
secara konstan dalam injilnya dia menyebut “Perayaan-perayaan orang Yahudi”,
“Perayaan-perayaan orang Yahudi”, karena dia paham bahwa Perayaan-perayaan ini
berlaku bagi bangsa Yahudi hingga kedatangan Mesias untuk menggenapi ketentuan-ketentuan
ini.
Another argument that is
used is that Jesus attended the Feasts.
It's clear that Jesus did
attend some of the Feasts. For example John 2:23 the Passover, John
chapter 7 the Feast of Tabernacles. However, He attended these Feasts with the purpose
of encouraging people to look to Him as the fulfillment of these Feasts.
We find for example, and we've studied this before, in John 7:37-39 where Jesus
reminded those present that He was the rock from which the water gushed forth.
He applied this historical episode to Himself and to the outpouring of the Holy
Spirit on the day of Pentecost. At the same Feast Jesus announced that He was
the Light of the world, thus alluding to the emphasis on light in the Feast of
Tabernacles.
Argumentasi
yang lain yang dipakai ialah bahwa Yesus menghadiri Perayaan-perayaan itu.
Jelas
Yesus memang menghadiri beberapa
Perayaan. Misalnya Yohanes 2:23 Passah, Yohanes pasal 7,
Perayaan Tabernakel. Namun, Yesus menghadiri Perayaan-perayaan ini dengan tujuan untuk mendorong
orang-orang memandang padaNya sebagai penggenapan Perayaan-perayaan tersebut. Kita melihat
misalnya, dan ini sudah kita pelajari, di Yohanes 7:37-39 Yesus mengingatkan
mereka yang hadir bahwa Dialah batu dari mana memancar air. Dia mengaplikasikan
episode sejarah ini kepada DiriNya sendiri dan kepada pencurahan Roh Kudus pada
Hari Pentakosta. Di Perayaan yang sama Yesus mengumumkan Dialah Terang dunia,
dengan demikian memberikan penekanan pada terang di Perayaan Tabernakel.
So why would Jesus go to the Feasts?
· Well, first of all He was a Jew, and they hadn't been fulfilled
yet, they would be fulfilled.
So as a good Jew He would
be keeping the Feasts.
· However there's another reason.
And that is that Jesus
would take advantage of the opportunity to say, “Hey, you have this water
ceremony at the Feast of Tabernacles. Come to Me and drink!”, “Hey, you have the emphasis on light at this
time of the year. I am the Light of the world.” So Jesus had the intention of
drawing their attention to Himself through the observance of these Feasts.
· And of course we know that when Jesus was twelve years old.
He also amazed the
religious leaders by the questions that He asked about the death of the Messiah,
just awakening their interest in Himself in the fulfillment of the Feast of
Passover, more specifically in the death of the Messiah.
Clearly Jesus
attended the Feast for a very specific evangelistic purpose. He was
intent on leading
the people to look to Him as the fulfillment of the rites and ceremonies of the
Hebrew economy.
No doubt this was the
same reason why the apostle Paul attended the Feasts. What a golden opportunity
it was to preach Jesus as the fulfillment of their entire ritual system.
Jadi kenapa Yesus
pergi ke Perayaan-perayaan itu?
· Nah, pertama, Dia orang Yahudi, dan
Perayaan-perayaan itu masih belum digenapi, mereka masih akan digenapi.
Maka
sebagai orang Yahudi yang baik, Dia memelihara Perayaan-perayaan itu.
· Namun, ada alasan lain.
Yesus
mau memakai kesempatan itu untuk mengatakan, “Hei, ada upacara air di Perayaan
Tabernakel. Datanglah kepadaKu dan minum!”, “Hei, ada penekanan pada terang di
musim sekarang ini. Akulah Terang dunia.” Jadi Yesus punya niat untuk menarik
perhatian mereka kepada DiriNya melalui pemeliharaan Perayaan-perayaan itu.
· Dan tentu saja kita tahu ketika Yesus
berusia 12 tahun.
Dia
membuat kagum para pemuka agama dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukanNya
tentang kematian Mesias, untuk membangunkan minat mereka pada DiriNya sebagai
penggenapan Perayaan Passah, lebih tepatnya dalam kematian Sang Mesias.
Jelas
Yesus menghadiri
Perayaan-perayaan itu untuk tujuan penginjilan yang spesifik.
Dia berniat memimpin
orang-orang agar memandang padaNya sebagai penggenapan ritus-ritus dan
upacara-upacara zaman Ibrani.
Tidak
diragukan ini adalah alasan yang sama mengapa rasul Paulus menghadiri
Perayaan-perayaan. Itu adalah kesempatan emas untuk berkhotbah tentang Yesus
sebagai penggenapan seluruh sistem ritual mereka.
Another thing needs to be
taken into account, and that is, if Jesus is our example in Feasts-keeping He was
not a very good example.
You say, why is that?
Because Jesus was absent
from some of the Feasts. Notice this statement from Desire of Ages page 450, “As the sons of Joseph made preparation to attend the Feast of Tabernacles, they saw that Christ
made no movement signifying His intention of attending. They watched Him with anxiety…” was this a requirement
for Jesus to go? According to Hebrew Law was this a requirement? Of course it
was a requirement, it was required by Jewish Law. So if He's going to give us a good example He would have had to
have gone, right? So she says, “…They watched Him with anxiety. Since the healing at Bethesda He had not attended the national gatherings. To avoid useless conflict with the leaders at Jerusalem, He had restricted His labors to Galilee. His apparent
neglect of the great religious assemblies, and the enmity manifested
toward Him by the priests and rabbis, were a cause of perplexity to the people about Him, and even to His own disciples and His kindred. In His teachings He had dwelt upon the blessings of obedience to the Law of God, and yet
He Himself seemed to be indifferent to the service which had been
divinely
established.”
Is that clear?
Hal
lain yang perlu dipertimbangkan ialah, jika Yesus adalah teladan kita dalam hal
memelihara Perayaan-perayaan, Dia bukanlah teladan yang baik.
Kalian
berkata, mengapa begitu?
Karena Yesus absen dari beberapa
Perayaan. Simak pernyataan ini dari Desire
of Ages hal.450, “…Saat
anak-anak Yusuf membuat persiapan untuk menghadiri Perayaan Tabernakel, mereka
melihat bahwa Kristus tidak melakukan apa-apa yang menandakan niatNya untuk hadir.
Mereka mengamatiNya dengan bingung…” apakah ini
suatu keharusan bagi Yesus untuk hadir? Menurut hukum Ibrani apakah ini suatu
keharusan? Tentu saja ini suatu keharusan, ini diharuskan oleh hukum Ibrani.
Maka jika Yesus akan memberikan teladan yang baik untuk kita, tentunya Dia akan
hadir, bukan? Jadi kata Ellen White, “…Mereka mengamatiNya dengan bingung. Sejak
penyembuhan di Betsaida Dia tidak menghadiri
perkumpulan nasional apa pun. Untuk menghindari konflik yang tidak
bermanfaat dengan para pemimpin di Yerusalem, Yesus membatasi pekerjaanNya ke
Galilea. TindakanNya yang jelas mengabaikan perkumpulan-perkumpulan agama yang
penting dan permusuhan yang dipamerkan terhadapNya oleh para imam dan rabi,
menjadi sumber kebingungan bagi orang-orang di sekitarNya, dan bahkan kepada
murid-muridNya sendiri dan keluargaNya. Dalam ajaran-ajaranNya, Dia selalu memusatkan
berkat-berkat penurutan kepada Hukum Allah, namun Dia Sendiri seolah-olah
mengabaikan pelayanan yang adalah penetapan ilahi. …”
Apakah ini jelas?
There's another statement
Desire of Ages 451-452, “From Jerusalem the
report of Christ's miracles had spread wherever the
Jews
were dispersed; and although for many months He had been absent from the Feasts, the interest in Him had
not
abated. Many from all parts of the world had come up to the Feast of Tabernacles in the hope of seeing Him. At the beginning of the feast many inquiries were made for Him. The
Pharisees and rulers looked for Him
to come, hoping
for
an opportunity to condemn Him. They anxiously inquired, ‘Where is He?’ but no one knew. The thought of Him was uppermost in all
minds. Through fear of the priests and rulers, none dared acknowledge Him as the Messiah, but
everywhere there was quiet yet earnest discussion concerning
Him. Many defended Him as One sent from
God, while others denounced Him as
a deceiver
of the people.”
Ada
pernyataan lain di Desire of Ages hal. 451-452, “…Dari Yerusalem cerita tentang
mujizat-mujizat Kristus telah menyebar ke mana orang-orang Yahudi menyebar, dan
walapun selama berbulan-bulan Dia absen dari
Perayaan-perayaan, perhatian kepadaNya tidak berkurang. Banyak yang dari segala
penjuru dunia datang ke Perayaan Tabernakel berharap untuk bertemu denganNya.
Di awal Perayaan itu banyak yang bertanya tentang Dia. Orang-orang Farisi dan
para penguasa mencari kedatanganNya, berharap mendapat kesempatan untuk
menghukumNya. Mereka bertanya-tanya dengan cemas, ‘Di mana Dia?’ Tetapi tidak
ada yang tahu. Pikiran tentang Dia menempati urutan pertama dalam pikiran semua
orang. Karena takut kepada para imam dan penguasa, tidak ada yang berani
mengakui Dia sebagai Sang Mesias, tetapi di mana-mana ada pembicaraan-pembicaraan
diam-diam yang serius tentang Dia. Banyak yang membelaNya sebagai Yang diutus
oleh Allah, sementara yang lain menolakNya sebagai penipu banyak orang.”
So was Jesus a faithful
Feasts-keeper? I wouldn't say that He was a faithful Feast-keeper. When He did
attend the Feast what was the purpose of attending the Feast? The purpose was evangelistic,
to attract attention to Himself.
Even when He was 12 years
old at the temple, you remember, that His family left without Him and three
days later they discovered, “Oh-oh our Son is not with us!” So they go back to Jerusalem. They're looking for Him all over
the place, and suddenly they come and they find Him in the temple dialoguing
with all of the PhDs. And we’re told in
the Gospel of Luke where this is recorded, that He amazed the religious leaders
by His questions.
What do you suppose His
questions were?
“Now you folks say that
the Messiah is supposed to come and He's supposed to destroy the Romans and
He's going to sit on the throne in Jerusalem, and He's going to place the
Jewish nation at the apex of civilization again. What do you do with Isaiah 53?
How do we understand it?” And He was
sincere, you know, He didn't come across as arrogant like He knew more than
they. Ellen White describes Him in Desire of
Ages. He's sincerely asking and the religious leaders say, “We don't know,
we have no answer to that question.” So even when He was 12 ~ which would be
His bar-mitzvah if you please ~ He is
already attracting attention to whom? He's attracting attention to Himself as
the Lamb of God who takes away the sin of the world. Undoubtedly He left in the
minds of the religious leaders many questions that perhaps some of them looked
for the answer, and some of them perhaps accepted Jesus because we know in Acts
6:7 it says that many of the priests obeyed the faith. So the seeds that Jesus planted undoubtedly
bore fruit.
Jadi
apakah Yesus seorang pemelihara Perayaan-perayaan yang setia? Saya tidak akan
mengatakan Dia pemelihara Perayaan-perayaan yang setia. Kalau Dia menghadiri
Perayaan, apa tujuanNya hadir? TujuanNya adalah penginjilan, untuk menarik
perhatian kepada DiriNya sendiri.
Bahkan
ketika Dia berusia 12 tahun di Bait Suci, kalian ingat, keluargaNya pulang
tanpa Dia dan baru tiga hari kemudian mereka sadar, “oh-oh, Anak kita tidak
bersama kita!” Jadi mereka kembali ke Yerusalem. Mereka mencariNya di
mana-mana, dan tiba-tiba mereka menemukan Dia di Bait Suci berdiskusi dengan
semua sarjana agama. Dan kita mendapat tahu dari kitab Injil Lukas yang
mencatat peristiwa ini, bahwa Dia membuat para pemimpin agama itu kagum dengan
pertanyaan-pertanyaanNya.
Kira-kira
apa pertanyaan-pertanyaanNya?
“Nah,
kalian berkata bahwa Mesias harus datang dan Dia harus membinasakan bangsa Roma
dan Dia akan duduk di atas takhta Yerusalem, dan Dia akan menempatkan bangsa
Yahudi di puncak peradaban lagi. Lalu bagaimana dengan Yesaya 53? Bagaimana
kita harus memahaminya?” Dan Yesus bersikap tulus, Dia tidak memberikan kesan sombong seolah-olah Dia lebih tahu
daripada mereka. Ellen White menggambarkan Dia di Desire of Ages,
Dia bertanya dengan tulus. Dan para pemimpin agama berkata, “Kami tidak tahu,
kami tidak punya jawabnya untuk pertanyaan itu.” Jadi bahkan ketika Dia berumur
12 ~ yang adalah saat bar-mitzvahNya ~ Dia sudah menarik perhatian kepada siapa? Dia menarik perhatian
kepada DiriNya sebagai Domba Allah yang mengangkat dosa dunia. Tidak diragukan
lagi, Dia meninggalkan banyak pertanyaan di pikiran para pemimpin agama yang
mungkin beberapa dari mereka akan mencari jawabannya, dan beberapa dari mereka
kemudian menerima Yesus, karena kita tahu di Kisah 6:7 bahwa banyak dari
imam-imam kemudian menerima iman. Jadi benih yang ditanamkan Yesus tidak
diragukan lagi menghasilkan buah.
Now I need to deal with
two other points before we bring this to a close.
Ellen White and the Feast
of Tabernacles.
There is no evidence that Ellen White kept the
Feasts. I know that there are little indications here, you know, that
people that the Feast-keepers use to try and prove that Ellen White kept the
Feasts. For example she speaks about a certain place where she went and she
says, “we kept the fast”, so immediately you know they say, “See, she kept the
fast, and fasting had to do with the Feast on the Day of Atonement.” But when you read the context they were fasting on
that Sabbath for a particular historical reason. They were not
celebrating the Feasts. But because she speaks of the fast and there was a fast
during the Feasts, “see, Ellen White was a Feasts-keeper.” But there is no
explicit reference in the writings of Ellen White that Ellen White regularly
kept all of the Feasts. She simply did not, neither did all of the pioneers.
Sekarang
saya mau membahas dua poin lain sebelum kita akhiri.
Ellen
White dan Perayaan Tabernakel.
Tidak ada bukti bahwa Ellen White
memelihara Perayaan-perayaan.
Saya tahu ada indikasi kecil-kecil di sini, yang dipakai para pemelihara
Perayaan untuk mencoba membuktikan bahwa Ellen White memelihara
Perayaan-perayaan. Misalnya Ellen White bicara mengenai satu tempat tertentu
yang didatanginya di mana dia berkata, “kami berpuasa”, maka langsung mereka
berkata, “Tuh, lihat, Ellen White berpuasa, dan puasa terkait dengan Perayaan Hari Pendamaian.”
Tetapi bila kita baca konteksnya, mereka berpuasa pada hari
Sabat itu untuk tujuan peristiwa sejarah tertentu. Mereka bukan
merayakan Perayaan. Tetapi karena Ellen White bicara tentang puasa itu dan ada
puasa dalam Perayaan, maka mereka berkata, “lihat, Ellen White adalah seorang
pemelihara Perayaan”. Tetapi tidak ada referensi yang eksplisit dalam
tulisan-tulisan Ellen White bahwa Ellen White biasa memelihara semua Perayaan.
Dia sama sekali tidak, begitu juga semua pionir yang lain.
But some use this
statement that we already analyzed ~ but it would be a good idea for us to take
a look at it again ~ because you know, some
people will be watching this presentation that did not watch the first one.
They use a statement in Patriarchs and Prophets page 540 and 541 where
Ellen White seems to indicate that we are required to keep the Feast of
Tabernacles. Now I might say that the Feast of Tabernacles is the only Feast
that has not yet been fully fulfilled, it's in the future. When is the Feast of Tabernacles going to be
celebrated by God's people? We studied this, it's going to be celebrated when
God's people travel for seven days to Heaven and then the eighth day ~ the
Bible doesn't say this, the Spirit of Prophecy does say seven days of travel to
Heaven ~ on the eighth day will be the
great day of the Feast, if you please, and that table will be set up, the
Welcome Table where you have all of these wonderful Freshno agricultural
products. Now I like to think that maybe Indiana corn might be on there too,
because Indiana corn is delicious, among the best corn I've ever had in my
life, and maybe papayas, and mangoes, and other kinds of fruit because Ellen
White says “other kinds of fruit”. But it's interesting that Ellen White would
refer to the very fruit that was harvested in Israel at the end of the year,
because Tabernacles was to commemorate the harvest of the fruit, so she would
use almonds and pomegranates, and she would use grapes, and olives, etc.
Tetapi
ada yang memakai pernyataan tersebut yang baru kita bahas ~ jadi baiklah kita
lihat lagi, karena kalian tahu,
mungkin nanti ada yang menonton
presentasi ini yang tidak menonton presentasi yang sebelumnya.
Mereka
memakai pernyataan di Patriarchs and
Prophets hal. 540-541 di mana Ellen White sepertinya
mengindikasikan bahwa kita diharuskan memelihara Perayaan Tabernakel. Nah, bisa
saya katakan Perayaan Tabernakel adalah satu-satunya Perayaan yang belum
digenapi secara sempurna, dia masih di masa depan. Kapan Perayaan Tabernakel
akan dirayakan oleh umat Allah? Kita sudah mempelajari ini, ini akan dirayakan
bila umat Allah menempuh perjalanan selama tujuh hari ke Surga, kemudian pada
hari kedelapan ~ Alkitab tidak mengatakan ini, tetapi Roh Nubuat mengatakan
tujuh hari perjalanan ke Surga ~ pada hari kedelapan itulah hari besar puncak
Perayaan itu, katakanlah demikian, dan akan ada meja itu, Meja Selamat Datang
di mana ada segala produk agrikultural Freshno
yang enak-enak. Nah, saya suka membayangkan barangkali ada jagung
Indiana di sana juga, karena jagung
Indiana ini enak sekali, jagung paling enak yang pernah saya makan seumur
hidup. Dan mungkin ada papaya, dan mangga, dan jenis buah-buah yang lain karena
Ellen White mengatakan “buah-buahan yang lain”. Tetapi yang menarik, Ellen
White menyebut buah-buah yang dipanen di Israel pada akhir tahun, karena
Tabernakel itu untuk memperingati panen buah, jadi dia memakai buah badam dan
delima, dan anggur, dan zaitun, dll.
Now let's read this statement
that's found in Patriarchs and Prophets page
540-541, “At these yearly
assemblies the hearts of old and young would be
encouraged in the service of God, while the association of the people from the different quarters of the land would strengthen the ties that bound them to God and to one another…”
so she's talking about the Feast of Tabernacles, and then she
states this, “… Well would
it be…” is this
a command? Is she saying you must keep the Feast of Tabernacles? No! She says,
“well would it be”, does that make it optional? Of course it makes it optional. “…Well would it be for the people of God at the present time to…”
celebrate the Feast of Tabernacles? No! She says,
“…Well would it be for the people of
God
at the present time to have a Feast of Tabernacles--a joyous
commemoration of the blessings of God to them…” now let me stop there for a moment. Can we keep the Feast of
Tabernacles like the Jews kept the Feast of Tabernacles? Why not? Because they
kept the Feast of Tabernacles after the Day of Atonement was finished, and they
commemorated the ingathering of the fruit harvest, and their settlement in the
land of Canaan. Are we settled in
Canaan? Are we literal Israelites? Do we all gather in the grapes, and the
olives, etc? No! You see the Feast of Tabernacles in its historical
application was routed to the Jewish nation. If we keep it, we keep it
not to commemorate a Jewish event: the settling in the land, but it will be the
settling in the land of what? Of the heavenly Canaan, at least not the
settling, but the being in tents for the final settlement here on planet
earth. So she continues writing
“…Well would it be for the people of
God
at the present time to have a Feast of Tabernacles--a joyous
commemoration of the blessings of God to them.
As the children of
Israel celebrated the
deliverance that God had
wrought for their fathers, and His miraculous preservation of them
during their journeyings
from
Egypt, so should we gratefully call to mind the various ways He
has
devised for bringing us out from the world, and from the darkness of error, into the precious
light of His grace and truth.”
So are we to understand
this statement from Ellen White as a mandate to observe the Feast of
Tabernacles? Absolutely not!
Nah, mari kita baca pernyataan ini yang
terdapat di Patriarchs and
Prophets hal. 540-541, “…Di pertemuan-pertemuan tahunan ini, baik
hati orang tua maupun orang muda disemangati dalam pelayanan mereka kepada
Allah, sementara pengumpulan orang-orang dari pelbagai tempat di negeri itu
akan menguatkan ikatan yang mempersatukan mereka kepada Allah dan satu sama
lain…” jadi Ellen White bicara tentang Perayaan
Tabernakel. Kemudian dia menyatakan ini, “…Akan bagus jika…” apakah ini suatu perintah? Apakah Ellen White
berkata kamu harus memelihara Perayaan Tabernakel? Tidak! Dia berkata, “Akan
bagus jika”, apakah ini artinya opsional? Tentu saja ini menjadikannya
opsional. “…Akan bagus jika umat
Allah pada masa sekarang ini…” merayakan
Perayaan Tabernakel itu? Tidak! Dia
berkata, “…Akan bagus jika umat Allah pada masa sekarang ini mengadakan suatu
Perayaan Tabernakel, suatu peringatan penuh sukacita atas berkat-berkat Allah
kepada mereka…” Nah, saya
akan berhenti sejenak di sini. Bisakah kita memelihara Perayaan Tabernakel
seperti bangsa Yahudi memelihara Perayaan Tabernakel? Mengapa tidak? Karena
mereka memelihara Perayaan Tabernakel setelah Hari Pendamaian berakhir, dan
mereka memperingati dikumpulkannya panen buah, dan menetapnya mereka di tanah
Kana’an. Apakah kita bermukim di Kana’an? Apakah kita Israel literal? Apakah
kita mengumpulkan anggur dan buah zaitun, dll? Tidak! Kalian lihat, Perayaan Tabernakel aplikasi
historisnya terkait dengan bangsa Yahudi. Jika kita
memeliharanya, kita memeliharanya bukan untuk memperingati suatu peristiwa
Yahudi: menetapnya di negeri itu, melainkan itu akan menjadi menetap di mana?
Di Kana’an surgawi, paling tidak bukan menetapnya, melainkan berada di dalam
tenda-tenda menantikan penetapan terakhir di planet bumi di sini. Jadi Ellen
White melanjutkan menulis, “…Akan bagus jika umat Allah
pada masa sekarang ini mengadakan suatu Perayaan Tabernakel, suatu peringatan
penuh sukacita atas berkat-berkat Allah kepada mereka. Sebagaimana bangsa
Israel merayakan kelepasan yang telah dilakukan Allah bagi nenek moyang mereka,
dan pemeliharaanNya yang penuh mujizat atas mereka selama perjalanan mereka
dari Mesir, demikianlah kita seharusnya memperingati dengan penuh rasa syukur
segala cara yang dipakaiNya membawa kita keluar dari dunia dan dari kegelapan
kesalahan, ke terangNya yang berharga dari anugrah dan kebenaranNya.”
Jadi
apakah kita harus menganggap pernyataan Ellen White
ini sebagai perintah untuk memelihara Perayaan Tabernakel? Sama sekali tidak!
And how do God's people
celebrate the yearly Feast of Tabernacles today? How do Conferences celebrate this? Conferences
celebrate this by having camp meetings, that's the place to remember
the blessings of God in the previous year, it's the time to study the Word of
God together, it's the time to sing and to praise the Lord. Camp meetings would
be the occasions that Ellen White mentions here, “Well would it be for
the people of God at the present time to have a Feast of Tabernacles”. And by the way the pioneers
probably could understand what Ellen White was saying a little bit
better than us, because really what they would do is they would pitch this huge
tent and then individuals will also bring their tents and they would pitch
their tents around the place where the camp meeting was taking place.
And so really it was kind
of like a Feast of Booths it was like a Feast of Tabernacles where you have all
these people camping in tents, you know, and staying in other people's houses,
you know, because Adventists would invite other Adventists, Adventists that
lived in the area, and so they would all come and they would live in these
provisional places and then after the glorious celebration they would go home.
You know it kind of
reminds me of Soquel, here in central California. You know I worked with the
locating crew for the better part of the years that I spent here, and I'll tell
you that was a real job. Sometimes the first several days we would work as many
as 18 hours from dawn till dusk, locating people where they were supposed to
pitch their tent, the cabin where they were supposed to stay at, you know we
would actually also help them pitch their tents. You know they all came from
all over Central California, all over the United States, not only Central Cal,
all over the United States. Soquel attracts people, people who have been coming ~ I think of Jane Johnson ~ over 50 years going to Soquel. And so people
spend there ~ it begins on a Thursday night, and they stay for almost ten days
till, not the following Sabbath but the
Sabbath after. And I'll tell you what, to be honest with you, after the ten
days I'm ready to go home. I'm ready to go to my permanent home, because I had
to stay in the girls dorm, and you know I had to travel back and forth, it was
a rat race. Well, yeah and the girls dorm was nice, but it was vacation time
the girls weren't there, so it was okay.
So anyway camp meeting at
Soquel reminds me of the celebration of the Feast of Tabernacles where
everybody leaves home, they go to camp meeting, they sing, they celebrate, they
study the Word, they fellowship with one another, they thank the Lord for all the blessings
that the Lord has poured out, and then Ellen White says that at the end of the Feast of Tabernacles the people
were wiped out. That's not her
expression but that's the idea that she gives. They were wiped out, and
everybody was joyful and happy but they were ready to go home.
Dan
bagaimana umat Allah merayakan Perayaan Tabernakel setiap tahun sekarang?
Bagaimana Conference merayakannya? Conference
merayakan ini dengan mengadakan camp meeting. Itulah tempatnya untuk mengingat
berkat-berkat Allah dalam tahun yang lalu, waktunya untuk mempelajari Firman
Allah bersama-sama, waktunya untuk menyanyi dan memuji Tuhan. Camp meeting adalah peristiwa yang disebut Ellen White di
sini, “…Akan bagus jika umat Allah pada masa sekarang ini mengadakan
suatu Perayaan Tabernakel…” Dan ketahuilah, kemungkinan besar para pionir
lebih bisa mengerti apa yang dikatakan Ellen White daripada kita, karena
sesungguhnya apa yang mereka lakukan
ialah mereka memasang tenda besar ini,
kemudian individu-individu juga akan membawa tenda-tenda mereka dan mereka akan
memasang tenda-tenda mereka di sekeliling tempat di mana camp
meeting itu sedang diadakan. Maka itu
mirip Perayaan Pondok Daun, mirip Perayaan Tabernakel di mana semua orang ini
tinggal dalam tenda-tenda, dan tinggal di rumah-rumah orang, karena orang-orang
Advent yang tinggal di daerah itu akan mengundang orang-orang Advent yang lain,
dan mereka semua akan datang dan tinggal di tempat-tempat sementara itu dan
kemudian setelah perayaan yang luar biasa, mereka akan pulang.
Kalian
tahu, itu mengingatkan saya akan Soquel di sini di Central California.
Kalian tahu, dulu selama bagian terbesar tahun-tahun yang saya lewatkan di sana
saya bekerja bersama krew yang menentukan lokasi peserta, dan percayalah itu
benar-benar tugas yang berat. Terkadang selama hari-hari yang pertama kami
harus bekerja selama 18 jam dari fajar hingga petang, menempatkan orang-orang
di mana mereka harus mendirikan tenda mereka, kabin di mana yang harus mereka
tempati, dan kami juga benar-benar membantu mereka memasang tenda mereka.
Kalian tahu, mereka datang dari seluruh Central California, seluruh Amerika Serikat, bukan hanya Central
California, tetapi seluruh Amerika
Serikat. Soquel menarik orang-orang,
orang-orang selalu datang ~ saya teringat Jane Johnson ~ selama 50 tahun datang
ke Soquel. Maka orang-orang tinggal di sana ~ dimulai Kamis malam, dan mereka
tinggal hampir selama 10 hari hingga bukan Sabat berikutnya tetapi Sabat
setelah itu. Dan percayalah, jujur saya katakan, setelah 10 hari itu, saya
sudah siap pulang. Saya ingin pulang ke rumah saya yang permanen, karena selama
itu saya harus tinggal di asrama putri, dan saya harus menempuh perjalanan
bolak-balik, dikejar-kejar waktu. Nah, iya, asrama putrinya sih bagus, tetapi
itu waktu liburan dan tidak ada putri di sana, jadi tidak apa-apa.
Nah,
camp
meeting di Soquel mengingatkan saya pada Perayaan Tabernakel
di mana semua orang meninggalkan rumah masing-masing, mereka pergi ke camp
meeting, mereka menyanyi, mereka
merayakan, mereka mempelajari Firman, mereka bersekutu satu sama lain, mereka
mengucapkan syukur kepada Tuhan untuk semua berkat yang telah dicurahkan Tuhan,
dan kemudian Ellen White berkata bahwa pada akhir Perayaan Tabernakel itu,
orang-orang sudah terkuras. Ellen White tidak
memakai kata itu tetapi itulah gambaran yang diberikannya. Orang-orang sudah terkuras, dan semua gembira dan bahagia, tetapi
mereka sudah ingin pulang.
Now let's go to the last
point here in this section of the syllabus. None of our pioneers including Ellen White
ever commanded to observe the Feasts. By the way that would include some
great scholars that we had in our church: Uriah Smith; it would include what I
consider to be the best scholar in the history of the Adventist Church: J.N. Andrews.
This was a fellow who really knew his Bible. He had the New Testament
memorized. He was like a Randy Skeet, I mean, who can stand and he can rattle
off the verses without a single note. I will only be able to do that in
eternity when the Lord gives me a photographic memory. But none of our pioneers or Ellen White
give us any evidence that the Feasts are supposed to be kept. None of
the writings of the pioneers tell us to keep the Feasts.
Sekarang
mari kita ke poin kita yang terakhir di sesi ini dari silabus. Tidak
satu pun dari para pionir kita termasuk Ellen White pernah menyuruh untuk
memelihara Perayaan-perayaan. Nah, ini termasuk beberapa
pakar-pakar Alkitab besar yang ada di gereja kita: Uriah Smith; juga termasuk
seorang pakar yang saya anggap yang terbaik dalam sejarah gereja Advent yaitu
J.N. Andrews. Dia sangat mengenal Alkitabnya. Dia hafal seluruh Perjanjian
Baru. Dia seperti Randy Skeet, maksud saya, yang bisa berdiri dan melontarkan
ayat-ayat tanpa secuil catatan pun. Saya hanya akan bisa berbuat itu di masa
kekekalan ketika Tuhan memberi saya memori fotografi. Tetapi tidak satu pun dari
pionir-pioner kita atau Ellen White pernah memberi bukti apa pun bahwa
Perayaan-perayaan itu harus dipelihara. Tulisan-tulisan para
pionir tidak ada satu pun yang menyuruh kita memelihara Perayaan-perayaan itu.
You see, folks, Feast-keeping distracts the remnant Church from
its unique mission. The unique mission is to preach the Three Angels Messages to
the world.
It's hard enough for people to embrace the Sabbath because other
Christians say it's Jewish, it becomes almost overwhelming to them when they
are told that they must keep the Feasts as well. Then they’ll have a right to
really consider us Jewish.
We certainly can prove to them that the Sabbath was made at the
beginning and applies to the entire human race, but we cannot do so with the
Feasts.
The Bible clearly teaches that the Feasts were given specifically to the Jews at Mount
Sinai, to foreshadow future events. They commemorate events of Jewish history,
and look forward to the coming of the Messiah.
Kalian lihat, Saudara-saudara, memelihara Perayaan-perayaan
mengalihkan perhatian gereja yang sisa dari misinya yang unik.
Misi unik itu ialah menyampaikan
Pekabaran Tiga Malaikat kepada dunia.
Mengajak orang untuk menerima Sabat
saja sudah cukup sulit karena orang-orang Kristen lain mengatakan itu Yahudi,
maka akan menjadi terlalu sulit bagi mereka
jika mereka diberitahu mereka harus memelihara Perayaan-perayaan juga. Pada
saat itu mereka benar-benar punya alasan untuk menganggap kita ini Yahudi.
Kita memang bisa membuktikan kepada mereka bahwa Sabat diciptakan pada
awal mula dan berlaku bagi seluruh umat manusia, tetapi kita tidak bisa berbuat
demikian dengan Perayaan-perayaan itu.
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa
Perayaan-perayaan itu diberikan khususnya kepada bangsa Yahudi di Gunung Sinai,
sebagai bayangan pendahulu dari peristiwa-peristiwa yang akan datang. Mereka
memperingati peristiwa-peristiwa sejarah Yahudi dan memandang ke depan ke kedatangan
Mesias.
So for all of these
reasons that we've analyzed in the syllabus I believe that we are not commanded to keep the Feasts.
There are some individuals in the Adventist Church who take advantage of the
season of these Feasts to have a little commemoration, and like I say I'm not going
to be a judge to tell them “don't do that!” Where I draw the line is when the
Feast-keepers say, “You must keep the Feasts and if you don't keep the Feasts
it's a matter of salvation, you could be lost.” Where they say that “the
observance of the Feast is as important as the observance of the Seventh-Day
Sabbath.”
Jadi
karena semua alasan ini yang telah kita analisa dalam silabus, saya meyakini
bahwa kita tidak diperintahkan untuk
memelihara Perayaan-perayaan itu. Ada individu-individu dalam
gereja Advent yang mengambil kesempatan saat musim Perayaan-perayaan ini untuk
membuat suatu peringatan kecil, dan seperti yang sudah saya katakan, saya tidak
akan menghakimi mereka dan mengatakan kepada mereka, “Jangan berbuat itu!” Tapi
garis batas toleransi saya ialah bila para pemelihara Perayaan-perayaan itu
berkata, “Kamu harus memelihara Perayaan-perayaan itu, jika tidak, itu menjadi
masalah keselamatan, kamu akan tidak selamat!”, dan bila mereka berkata,
“Pemeliharaan Perayaan-perayaan itu sama pentingnya dengan memelihara Sabat
Hari Ketujuh.”
The final crisis is not going to have to do
with whether you keep the Feasts or not. The final crisis has to do with the seal
of God, and the mark of the Beast, and we
all know that the seal of God is the Seventh-Day Sabbath. Observing the Seventh-Day
Sabbath with all of our heart, understanding it's true meaning. And we all know
that the mark of the Beast ~ no one has received it yet ~ but the mark of the
Beast will be given to those who have full knowledge that the Sabbath is God's
day of rest and yet to be able to buy or sell, in order to not lose their
lives, they will go against their conscience, and they will say, “I choose to
keep Sunday anyway.” And then there will
be those who are deceived, who are self-deceived that will not look at any of
the evidence.
Krisis yang terakhir tidak akan ada
hubungannya dengan apakah kita memelihara Perayaan-perayaan itu atau tidak.
Krisis yang terakhir berkaitan dengan Meterai Allah dan tanda Binatang, dan kita semua tahu bahwa Meterai
Allah ialah Sabat Hari Ketujuh. Memelihara Sabat Hari Ketujuh dengan segenap
hati kita, memahami maknanya yang hakiki. Dan kita semua tahu bahwa tanda
Binatang ~ sekarang belum ada yang menerimanya ~ tetapi tanda Binatang ini akan
diberikan kepada mereka yang memiliki pengetahuan lengkap bahwa Sabat adalah hari
perhentian Allah, namun supaya bisa berjual-beli, supaya tidak kehilangan
nyawa, mereka akan bertindak melawan hati nurani mereka dan mereka akan
berkata, “Saya memilih memelihara hari Minggu saja.”
Kemudian juga akan ada mereka yang tertipu, yang menipu dirinya sendiri, yang
tidak mau melihat pada bukti-bukti yang ada.
So the final division of the
human race does not have to do with whether you celebrate the Feasts or not. The
final crisis has to do with the seal of God and the mark of the Beast. And by the
way, that is the Third Angel’s Message. Let's not get distracted into side issues.
Let's remember that the reason for the existence of the Seventh-Day Adventist Church is to
preach the Three Angels’ Messages of Revelation chapter 14, “Fear God and give glory to Him, for the hour of His judgment
has come. And worship Him who made the heavens, the earth, the seas, and the
fountains of waters.”
Also the second message,
calling those who are in Babylon to come out of Babylon, and to embrace the
truth as it is in Jesus.
And then the Third
Angel's Message which is the most solemn, which says, if you choose to stay in
Babylon, you will receive the mark of the Beast; and the wrath of God will
destroy those who receive the mark of the Beast.
So let's stick to what
we're supposed to be doing, and not get distracted into all these side issues.
Let's not keep the lunar Sabbath which is keeping a counterfeit Sabbath, just
as much as keeping Sunday as the Sabbath. And of course that will be the
subject of study for our last session in our next class.
Jadi
pemisahan terakhir dari umat manusia tidak ada kaitannya dengan apakah kita
merayakan Perayaan-perayaan itu atau tidak. Krisis yang terakhir berkaitan
dengan Meterai Allah dan tanda Binatang. Dan ketahuilah, itulah Pekabaran Tiga
Malaikat. Janganlah perhatian kita dialihkan oleh isu-isu samping. Mari kita
ingat bahwa alasan eksistensi
gereja MAHK ialah menyampaikan Pekabaran Tiga Malaikat Wahyu
pasal 14, “7 … ‘Takutlah akan Allah dan
muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang
telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.’…"
Juga
pekabaran yang kedua, yang memanggil mereka yang ada di Babilon untuk keluar dari
Babilon, dan menerima kebenaran sebagaimana adanya, dalam Yesus.
Kemudian
Pekabaran Malaikat Ketiga yang paling khidmat, yang mengatakan, jika kamu
memilih untuk tetap tinggal di Babilon, kamu akan menerima tanda Binatang; dan
murka Allah akan membinasakan mereka yang menerima tanda Binatang.
Jadi
marilah kita tetap melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dan jangan
dialihkan oleh semua isu samping ini. Marilah jangan memelihara Sabat Lunar yang sama dengan memelihara
Sabat yang palsu, tidak ada bedanya dengan memelihara hari
Minggu sebagai Sabat. Dan tentu saja itu akan menjadi topik pembelajaran sesi
kita yang terakhir dalam kelas kita berikutnya.
23 09 21
No comments:
Post a Comment