_____REVELATION’S
SEVEN CHURCHES_____
Part 08/13 - Stephen Bohr
SARDIS
https://www.youtube.com/watch?v=-rVG99J5tnQ
Dibuka
dengan doa.
The message to the church of Sardis is found in
Revelation 3:1-6 and as usual I'm going to read this message so we have the
elements in our minds. It reads as follows, “1 And
to the angel of the church in Sardis write, ‘These
things says He who has the seven Spirits of God and the seven
stars…” so notice the
introduction of Jesus as having the seven Spirits and the seven stars. “…‘I know your works, that you have a name
that you are alive, but you are dead. 2 Be watchful, and strengthen the things
which remain, that are ready to die, for I have not found your works perfect
before God. 3 Remember therefore how you have received
and heard; hold fast and repent. Therefore
if you will not watch, I will come upon you as a thief,
and you will not know what hour I will come upon you. 4 You have a few names even in Sardis who have not defiled their garments; and they shall walk
with Me in white, for they are worthy. 5 He who overcomes shall be clothed in white garments, and I
will not blot out his name from the Book of Life; but I will confess his name before My Father
and before His angels. 6 He who has an ear, let him hear what the
Spirit says to the churches.’…”
That is the passage.
Pesan kepada
gereja Sardis ditemukan di Wahyu 3:1-6 dan seperti biasa saya akan membacakan
pesan ini supaya kita ingat elemen-elemennya. Demikian bunyinya, “1 Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Sardis, ‘Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan
ketujuh bintang itu…” jadi simak Yesus diperkenalkan sebagai memiliki tujuh Roh
dan tujuh bintang. “…‘Aku tahu segala perbuatanmu: engkau punya nama bahwa engkau hidup, tetapi
engkau mati! 2 Berjagalah, dan
kuatkanlah apa yang masih tersisa, yang
sudah hampir mati, sebab Aku tidak mendapati
perbuatanmu
sempurna di hadapan Allah. 3 Karena itu ingatlah, bagaimana
engkau telah menerima dan mendengarnya; peganglah
itu kuat-kuat dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak mau berjaga-jaga, Aku akan datang kepadamu seperti pencuri dan engkau tidak akan tahu kapan
Aku akan datang kepadamu. 4
Ada beberapa nama di Sardis yaitu yang tidak
mencemarkan pakaiannya. Dan mereka akan
berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka layak. 5 Barangsiapa yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih; dan Aku tidak akan menghapus namanya dari Kitab
Kehidupan, melainkan Aku akan mengakui namanya
di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.6 Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada
jemaat-jemaat.’…”
Itulah bacaannya.
Now I want to say a few things about the city of Sardis.
600 years before John wrote the book of Revelation, Sardis
had been one of the greatest cities of antiquity. It was the capital of the kingdom of Lydia,
ruled by wealthy Croesus. However, in the Roman period Sardis had lost much of
its glory and its prestige, the glory that it had, rested in the memory of the past, the glorious past, but the city itself had
lost its luster. In fact, William M. Ramsay who dedicated a good share of his life to study the
geographical region where the seven churches were found, wrote this about about
the city of Sardis. “No city of Asia at that
time showed such a melancholy contrast between past splendor and present decay
as Sardis.” So
its past was splendorous, but the present in the times of John it was a city in
decay in the process of dying, if you please. This is very significant
because the message to the church of Sardis says that Sardis has a name that it
is alive but it really is in the process of dying.
Nah, saya mau mengatakan beberapa hal tentang kota
Sardis.
600 tahun sebelum Yohanes menulis kitab Wahyu, Sardis adalah
salah satu kota terbesar di zaman purba, itu adalah ibukota kerajaan Lydia, yang
diperintah oleh Croesus yang kaya raya. Namun, di zaman Roma, Sardis sudah
kehilangan banyak dari kemuliaannya dan kehormatannya, kemuliaan yang tersimpan
dalam kenangan masa lalunya yang megah, tetapi kota itu sendiri sudah
kehilangan gemerlapnya. Bahkan William M. Ramsay yang
mendedikasikan sebagian besar dari hidupnya untuk mempelajari daerah geografis
di mana ketujuh jemaat itu ditemukan, menulis ini tentang kota Sardis. “…Tidak ada kota di Asia pada waktu itu
yang menunjukkan kontras yang begitu mengenaskan antara kemegahan masa lalunya
dan kerusakannya sekarang seperti Sardis.…” Jadi masa lalunya megah, tetapi di masa di zaman Yohanes itu adalah
sebuah kota yang sudah rusak dalam proses mau mati, katakanlah
begitu. Ini sangat signifikan karena pesan kepada gereja Sardis mengatakan
Sardis punya nama bahwa dia hidup, namun sesungguhnya dia dalam kondisi
sekarat.
Now you'll notice that Jesus is introduced as the One who
has the seven stars in His hand. We have already studied this in a previous presentation.
But there's a new element here and that is in Revelation 3:1, it says there, “1 And to the angel of the church in Sardis write, ‘These
things says He who has the seven Spirits of God and the seven
stars: ‘I know your works, that you have a name that you are alive, but you are
dead.’…”
Notice that Jesus is introduced as the One who has the
seven Spirits of God. Now we all know that there are not seven Holy Spirits, there is
one Holy Spirit, but the number seven represents totality or completeness.
Nah, kita melihat
bahwa Yesus diperkenalkan sebagai Yang memegang ketujuh bintang di tanganNya.
Kita sudah mempelajari ini dalam presentasi sebelumnya. Tetapi di sini ada
elemen baru dan itu ialah di Wahyu 3:1 dikatakan di sana, “1 Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Sardis, ‘Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan
ketujuh bintang itu: Aku tahu segala perbuatanmu: engkau punya nama bahwa engkau hidup, tetapi
engkau mati!…” Simak Yesus diperkenalkan sebagai Dia yang mempunyai
ketujuh Roh Allah. Sekarang kita semua tahu bahwa bukan ada tujuh Roh Kudus, hanya ada satu Roh Kudus, tetapi angka 7 melambangkan
totalitas atau kelengkapan.
The problem with the church of Sardis is that the body was
okay, but the body did not have the Spirit, and of course the body without the
Spirit is dead. In other words, the church of Sardis needed a new Pentecost
where the church body would be joined by the Spirit of God, and then it could
be alive once again. In other words, Sardis needed a Spiritual resurrection by
receiving the fullness of the Spirit in the body of the church.
Masalah yang dimiliki gereja Sardis ini ialah tubuhnya oke,
tetapi tubuh itu tidak punya Roh,
dan tentu saja tubuh tanpa Roh itu mati. Dengan kata lain, gereja Sardis
memerlukan Pentakosta baru, di mana tubuh gereja akan digabungkan dengan Roh
Allah, baru dia akan hidup sekali lagi. Dengan kata lain, Sardis membutuhkan suatu kebangkitan rohani
dengan menerima kegenapan Roh di dalam tubuh gereja itu.
Ellen White described this very well, her quotation is
found in the Seventh-Day Adventist Bible Commentary Vol. 4 pages 1165-1166, and she is commenting on the church of
Sardis. “Without the
Holy Spirit, without the
breath of God, there is torpidity
of
conscience, loss of
spiritual life. Many who are without spiritual life have their names on the church records, but
they are not written in the Lamb's book of life…”
this is talking about the church of Sardis.
She continues,
“…They may be joined to the church, but they are
not
united to the Lord. They may be diligent in the performance of a certain set of duties, and
may
be regarded as living men; but many are among
those who have…” and
now she quotes Revelation 3:1, “…have ’a name that thou
livest,
and
art dead.’ …”
So what was the problem with Sardis? It was a church body
devoid of the Spirit and Jesus presents Himself as the One who has the
seven Spirits, because He is the solution to the problem of this dying
church.
Ellen White menggambarkan ini dengan sangat baik,
kutipannya ada di The SDA Bible Commentary Vol. 4 hal.
1165-1165, dan dia mengomentari gereja Sardis.
“…Tanpa Roh Kudus, tanpa nafas Allah, hati nurani pun mengalami
kelumpuhan, kehilangan kehidupan rohani. Banyak yang tidak memiliki kehidupan
rohani namanya tercantum dalam catatan gereja, tetapi mereka tidak tercantum di
Kitab Kehidupan Anak Domba…” ini bicara
tentang gereja Sardis. Ellen White melanjutkan, “…Mereka mungkin saja tergabung dengan gereja,
tetapi mereka tidak menyatu dengan Tuhan. Mereka mungkin saja rajin dalam
melakukan serangkaian tugas, dan mungkin dianggap sebagai manusia yang hidup; tetapi banyak
dari antara mereka itu yang punya…” dan sekarang
Ellen White mengutip Wahyu 3:1 “… ‘punya nama bahwa engkau hidup, tetapi
engkau mati!’ (Wah. 3:1)…”
Jadi apakah
masalahnya dengan Sardis? Itu adalah sebuah tubuh gereja yang kosong Roh dan Yesus mempersembahkan DiriNya
sebagai Dia yang memiliki ketujuh Roh, karena Dialah solusi problem gereja yang
sekarat ini.
Now you'll notice also that we're told that this specific
church has a name that it is alive, but it is actually dead. Now what does that
mean that this church has a name that it is alive? Well the NIV I believe catches the nuance of
what this means, it translates the word “name” with “reputation”. In other
words, this
church had a reputation that it was alive, but it was
really on its deathbed.
Now there's a similar verse that we find in Genesis 11:4,
you remember the builders of the Tower of Babel? The builders of the Tower of
Babel said, “let us
build ourselves a city, and a tower that will make a name for
ourselves”. What were they actually
saying? They were actually saying, “so that we can have a reputation”, in other
words, we want to be famous.
So the city of
Sardis which was very, very glorious in the past, one of the main cities; now
is at the point of death, but it was remembering the good old days, so to
speak, but it was on its way to dying. It had a name, a reputation that it was alive from the
past, but in the present it was in the process of dying.
Nah, kalian menyimak juga bahwa kita mendapat tahu gereja
ini memiliki nama bahwa dia hidup, tetapi sesungguhnya dia mati. Nah, apa
maksudnya gereja ini memiliki nama bahwa dia hidup? Nah, terjemahan NIV menurut
saya menangkap nuansa dari apa yang dimaksud di sini, dia menerjemahkan kata
“nama” dengan “reputasi”, dengan kata lain gereja
ini memiliki reputasi bahwa dia hidup, namun sesungguhnya dia sedang sekarat.
Nah ada ayat yang mirip ini di Kejadian 11:4, kalian
ingat mereka yang sedang membangun menara Babel? Mereka yang membangun menara
Babel mengatakan, "4
Marilah kita dirikan bagi kita sebuah
kota dan sebuah menara yang akan membuat nama bagi kita…” Apa yang sesungguhnya mereka katakan? Sesungguhnya mereka
berkata, “supaya kita boleh punya reputasi”, dengan kata lain kami ingin
menjadi terkenal.
Jadi kota Sardis yang dulunya sangat mulia, salah satu kota
utama, sekarang berada di titik kematian, tetapi dia sedang mengingat-ingat
masa kejayaannya, katakanlah demikian, tetapi dia sedang sekarat. Dia punya
nama, punya reputasi di masa lampau
bahwa dia hidup, tetapi di masa sekarang dia sedang sekarat.
I want to read you another couple of statements. These two statements describe the church of
Sardis as
it is applied to the church today. Remember that the councils to the
churches deal with specifically different errors of the church, but there are
people from Sardis in the church of Laodicea today and so on.
Saya mau membacakan dua pernyataan yang lain. Kedua
pernyataan ini menggambarkan gereja Sardis sebagaimana
diberlakukan ke gereja hari ini. Ingat, bahwa nasihat-nasihat
kepada gereja-gereja berkaitan dengan kesalahan-kesalahan spesifik gereja
tersebut, tetapi ada orang-orang dari Sardis di dalam gereja Laodekia hari ini,
dan seterusnya.
This quotation is from 7 Bible
Commentary page 958, this is from Ellen White. “God calls upon this church to make a change. They had
a name to live, but their works were
destitute of the love of Jesus. Oh, how many have fallen because they trusted in their profession
for salvation! How many are lost by their effort to keep
up a name! If one has the
reputation of being a successful evangelist…” she is speaking about preachers now
“…a
gifted preacher, a man of prayer, a man of faith, a man of
special devotion, there is positive danger that he will make shipwreck
of
faith when tried by the little tests that God suffers to come. Often his great effort will be to maintain his reputation.”
In other words, the “name”
represents the reputation.
Kutipan ini dari 7 Bible Commentary
hal. 958, ini dari Ellen White. “…Allah memanggil gereja ini untuk membuat perubahan. Mereka memiliki nama
bahwa mereka hidup, tetapi perbuatan mereka miskin kasih Yesus. Oh, betapa
banyak yang telah jatuh karena mereka mengandalkan profesi mereka untuk
keselamatan! Berapa banyak yang tidak selamat karena upaya mereka
mempertahankan namanya! Jika seseorang memiliki reputasi sebagai seorang evangelis
yang berhasil…” Ellen White
bicara tentang para pengkhotbah sekarang, “…seorang pengkhotbah yang berbakat,
seorang pendoa, seorang beriman, seorang dengan pengabdian yang istimewa; ada
bahaya yang pasti bahwa dia akan membuat imannya hancur bilamana diuji oleh
ujian-ujian kecil yang diizinkan Allah untuk datang. Seringkali upayanya yang
besar adalah untuk mempertahankan reputasinya. …”
Dengan kata
lain, “nama” itu melambangkan reputasi.
There is another statement that we find in Vol. 5 of The Testimonies page 172 that
describes the Sardis syndrome, if you please. It's a rather long statement but
it puts its finger on the problem of the church of Sardis, and I
would say it also is a problem in our very own church today. Here is the
quotation. “The accession of members who have not been
renewed
in heart and reformed in life is a source
of
weakness to the church. This fact is often ignored. Some ministers and churches are so
desirous of securing an increase of numbers that they do not bear faithful testimony against
unchristian habits and practices. Those who accept the truth are not taught that they cannot safely be worldlings in conduct while they are
Christians in name…”
Christians in what? That brings to mind
what? The church of Sardis. She continues, “…Heretofore…”
that means to this point, “…they were Satan's subjects; henceforth they are to be subjects of Christ.
The life must testify to the change of
leaders. Public opinion
favors a profession of Christianity. Little self-denial or self-sacrifice is required in
order to put on
a form of godliness…” that
is appearing like you're alive “…and to have one's name enrolled upon
the church book.
Hence many
join the church without
first
becoming
united
to
Christ. In
this Satan triumphs. Such
converts are his most efficient agents. They serve as decoys to other souls. They are false lights, luring
the unwary to perdition. It is in vain that men
seek
to make the Christian's path broad and pleasant for worldlings. God has not smoothed or widened
the rugged,
narrow
way. If we would enter into life, we must follow the same path which Jesus and His disciples
trod--the path of humility, self-denial, and
sacrifice.”
Now that's the broadest application of the church of
Sardis; it
applies even to the church today, but it applies more specifically in a
restricted sense to the period after the papacy has gained power in Europe, towards the
end of the Protestant Reformation.
Ada pernyataan yang lain di Testimonies Vol. 5 hal. 172, yang menggambarkan sindrome Sardis, katakanlah
demikian. Ini adalah pernyataan yang lumayan panjang tetapi dia menunjuk tepat
kepada masalah gereja Sardis,
dan menurut saya itu juga masalah di
dalam gereja kita sendiri hari ini. Inilah kutipannya. “…Meningkatnya jumlah anggota yang
belum diperbarui hatinya dan belum diperbaiki hidupnya merupakan sumber
kelemahan bagi gereja. Fakta ini sering diabaikan. Beberapa pendeta dan gereja
begitu mendambakan untuk mendapatkan peningkatan dalam jumlah anggota sehingga
mereka tidak memberikan kesaksian yang setia terhadap kebiasaan-kebiasaan dan
praktek-praktek yang tidak kristiani. Mereka yang menerima kebenaran tidak
diajar bahwa mereka tidak bisa tetap hidup sebagai orang dunia dalam perbuatan
mereka sementara mereka mengaku Kristen dalam nama…” Kristen dalam apa? Itu mengingatkan kita kepada
apa? Gereja Sardis. Ellen White melanjutkan,
“…Sebelum ini…” artinya
hingga ke titik ini, “…mereka adalah pengikut-pengikut
Setan; mulai sekarang mereka harus menjadi pengikut-pengikut Kristus. Hidup
mereka harus menjadi saksi adanya pergantian pemimpin dalam hidup mereka. Pendapat
umum menyukai profesi Kekristenan. Hanya sedikit penyangkalan diri atau
pengorbanan yang diminta untuk menampilkan suatu bentuk kesalehan…” maksudnya tampil seperti kamu itu hidup, “…dan agar namanya ditulis di kitab
gereja. Karena itu banyak yang bergabung dengan gereja tanpa lebih dulu menyatu
dengan Kristus. Dalam hal ini Setan menang. Orang-orang yang masuk ke gereja
seperti ini adalah agen-agen Setan yang paling efisien. Mereka berperan sebagai
pengalih perhatian bagi jiwa-jiwa lain. Mereka adalah terang-terang palsu,
memikat yang tidak berhati-hati ke kebinasaan. Percuma manusia berusaha
menjadikan jalan Kekristenan lebar dan nyaman bagi orang-orang dunia. Allah
tidak menghaluskan atau melebarkan jalan sempit yang berbatu. Jika kita mau
masuk kepada kehidupan, kita harus mengikuti jalan yang sama yang ditapak Yesus
dan murid-muridNya ~ yaitu jalan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan
pengorbanan.”
Nah itu adalah
aplikasi yang paling luas dari gereja Sardis. Itu bahkan berlaku bagi gereja hari ini,
tetapi itu berlaku secara lebih
spesifik dalam pengertian yang terbatas ke periode setelah
Kepausan mendapatkan kekuasaan di Eropa, menjelang
akhir dari Reformasi Protestan.
So we are going to take a look at what happened with the
church during this period towards the end of the church of Thyatira, and the
end of the Protestant Reformation.
Maka kita akan menyimak pada apa yang terjadi dengan
gereja selama periode ini menjelang akhir gereja Tiatira, dan akhir dari
Reformasi Protestan.
Now the name Sardis means “escaping”. Now why would the
word “escaping” be significant as applied to the church of Sardis? Simply
because this
church was escaping from the darkness of the Middle Ages, particularly at
its beginning.
The Protestant Reformers brought life into the decaying church,
into the church of Thyatira, but then Protestantism itself began the process of
decay. After
the Protestant Reformation, the church appeared to be quite alive, there was
great emphasis on doctrinal orthodoxy, and correct ritual, but without
the life-giving power of the Holy Spirit. The great Protestant creeds came into existence during this period but
the
church was actually dead because it depended on a head religion and on a creed
rather than a living experience with Jesus. The church of Sardis did not complete
the Reformation. The various churches became petrified in
their creeds and failed to accept increasing light. In other words, they became
stagnant. Protestantism said we are satisfied with what we have, what the
Protestant Reformers gave us.
Nah, nama Sardis
berarti “lolos”. Nah mengapa kata “lolos” ini signifikan
sebagaimana diaplikasikan kepada gereja Sardis? Semata-mata karena gereja ini sedang lolos dari
kegelapan Abad Pertengahan, terutama di bagian awalnya.
Para Reformator Protestan membawa hidup ke dalam gereja
yang mati, ke dalam gereja Tiatira, tetapi kemudian Protestantisme sendiri
memulai proses kematiannya. Setelah
Reformasi Protestan, gereja tampaknya cukup hidup, ada penekanan besar pada
doktrin-doktrin yang konservatif, dan ritual-ritual yang benar,
tetapi tanpa adanya kuasa menghidupkan dari Roh Kudus. Kredo-kredo (= pengakuan iman) Protestan yang hebat dilahirkan selama periode ini, tetapi gereja sesungguhnya mati karena dia bergantung pada agama
berdasarkan logika dan pada sebuah kredo daripada pada suatu pengalaman hidup bersama Kristus. Gereja Sardis tidak
menyelesaikan Reformasi. Pelbagai denominasi gereja itu membeku dalam kredo mereka dan gagal menerima
terang yang bertambah. Dengan kata lain mereka menjadi stagnan. Protestantisme
mengatakan kami sudah puas dengan apa yang kami punya, apa yang diberikan oleh
para Reformator Protestan kepada kami.
Now I want to read you a statement by Samuel Turner, he
wrote a very interesting book on the Puritans and he describes the church
during this period, he stated. “The Reformers began well, but many of their successors were not so consecrated as they and
so their works were not found perfect before God…”
this is actually referring to the church of Sardis. “…They had
a name to live and yet were dead,
and
the life of vital godliness which sprang from the great doctrines of the Reformers, gradually degenerated
into
lifeless formalism, until at the
time of John Wesley the conditions were such
that many of the ministers of the established
Churches of Europe were
drunkards and libertines and were among the lowest of the people…”
the ministers, folks. He continues writing, “…Men like the Wesleys, Whitfield,
the Puritans and
the Pietists began to protest against these things
with such earnestness and unction
of
the Spirit of God
that they succeeded in bringing about the modern revival and missionary period
typified by the conditions at Philadelphia.” And that is the next church.
So in other words, when Wesley, Whitfield, the Puritans,
and the Pietists arose and they said, the church is dead, the church needs a
resurrection; then you enter the next stage which is the church of
Philadelphia, that we are going to discuss in our next study together.
Sekarang saya mau membacakan suatu pernyataan oleh Samuel Turner, dia menulis sebuah buku yang sangat menarik tentang kelompok Puritan dan dia menggambarkan gereja selama periode ini, dia berkata, “…Para Reformator mengawalinya dengan baik, tetapi banyak dari penerus mereka tidak begitu saleh seperti mereka, sehingga perbuatan mereka tidak didapati sempurna di hadapan Allah…” ini sebenarnya mengacu kepada gereja Sardis. “…Mereka memiliki nama bahwa mereka hidup namun mereka mati, dan hidup kesalehan yang vital yang muncul dari doktrin-doktrin hebat para Reformator perlahan-lahan merosot menjadi formalisme mati, hingga di zaman John Wesley, kondisi menjadi sedemikian buruknya banyak dari para hamba Allah gereja-gereja yang diakui di Eropa itu pemabuk dan cabul, dan adalah orang-orang yang paling rendah moralnya…” ini para hamba Allah, Saudara-saudara. Dia melanjutkan menulis, “…Orang-orang seperti Wesley, Whitfield, para Puritan, dan Pietist (dari kelompok Lutheran) mulai memprotes terhadap hal-hal ini dengan ketulusan dan curahan Roh Allah sehingga mereka berhasil mendatangkan periode kebangkitan rohani dan pekerjaan misionari modern yang ditandai oleh kondisi Filadelfia.” (Samuel H. Turner, Outline Studies in the Book of Revelation, p. 13.) Dan itu adalah gereja berikutnya.
Jadi dengan kata
lain, ketika Wesley, Whitfield, kelompok Puritan,
kelompok Pietist bangkit dan mereka berkata, gereja ini mati, gereja ini butuh
kebangkitan, maka kita memasuki tahap berikutnya yang adalah gereja Filadelfia,
yang akan kita bahas dalam pelajaran kita berikutnya.
Another individual that wrote about this period was
Daniel Neal. He wrote History of the Puritans
in Vol. 1 page 269, he wrote the following,
"For my part, I cannot sufficiently bewail the condition of the reformed churches, who are come
to a period in religion, and
will go
at present
no farther
than
the instruments
of their reformation. The Lutherans cannot be drawn to go beyond what Luther saw; and the
Calvinists, you
see,
stick fast where they were left by that great man
of
God, who yet saw
not
all things. This is a misery much
to be lamented; for
though
they were burning and shining lights in their time…”
speaking about Luther and Calvin, “…yet they penetrated not into
the whole counsel of God, but were they now living,
would be as willing to embrace further light as that which they first received."—
In other words, Protestantism became self-satisfied, it
became stagnant, it advanced no further, and if you're not growing, you're dying.
Individu yang lain yang menulis tentang periode ini ialah Daniel Neal. Dia menulis History of the Puritans di Vol. 1 hal. 269, dia menulis sbb.: “…Bagi saya, ratapan saya itu masih tidak cukup untuk menangisi kondisi gereja-gereja reformasi, yang tiba pada suatu periode dalam keagamaan, dan sekarang ini tidak mau bergerak lebih lanjut daripada konsep yang dipakai untuk reformasi mereka. Golongan Lutheran tidak bisa ditarik untuk maju melampaui apa yang dilihat Luther. Dan golongan Calvin, kalian lihat, tetap tidak mau bergerak dari mana mereka ditinggalkan oleh orang besar Allah itu, yang masih belum melihat segala hal. Ini adalah kesedihan yang sangat disesali, karena walaupun di zamannya mereka adalah terang yang menyala dan bersinar…” bicara tentang Luther dan Calvin “…namun mereka belum mempenetrasi ke dalam seluruh petunjuk Allah. Tetapi seandainya mereka sekarang hidup, mereka akan siap menerima terang tambahan seperti yang dulu pertama mereka terima.” (D. Neal, History of the Puritans, vol. 1, p. 269. GC, p. 292)
Dengan kata lain
Protestantisme menjadi puas dengan dirinya sendiri, dia menjadi stagnan, dia
tidak maju lebih jauh. Dan jika orang tidak bertumbuh, maka dia mati.
Now Ellen White also wrote about this period and I have a
rather long statement from Ellen White about this period. Bear with me, it's
going to be on the screen. It's found in Story
of Redemption so let's take a look at this quotation pages 352 to 355. “The Reformation did not, as many suppose, end with Luther. It is to be continued to the close of this world's history.
Luther had a great work to
do in reflecting to
others
the light which
God
had permitted to shine upon him; yet he did not receive all the light…”
remember the quotation that we read from
Turner, who was a secular writer? So
“…yet he did not receive all the light which
was
to be given to the
world. From that time to this, new light has been
continually shining
upon the Scriptures, and new
truths have been
constantly unfolding.
Luther and his co-laborers accomplished
a noble work
for God; but, coming as they did from the
Roman Church…” see that's Thyatira, right? Coming from
Thyatira, “…having themselves believed
and advocated her doctrines, it was
not to be
expected that they would discern all these errors. It
was their work to break the fetters
of
Rome and to give the Bible to the world; yet there were important truths which they failed to discover,
and
grave errors which they did not renounce…” And now she's going to mention an example. “…Most of them continued to observe the Sunday
with other papal festivals. They did not, indeed, regard it
as possessing divine authority, but believed that it should
be
observed as a generally accepted
day
of worship….”
Those who received the great blessings of the Reformation did not go forward in the path so
nobly entered upon by Luther…”
now notice the next word. “… A few…” do
you remember that the message to Sardis says that there are “a few” in Sardis? We will come back to that. “… A few faithful men arose from time to
time
to proclaim
new
truth and expose long-cherished error, but the majority ~ like the Jews in Christ's day, or the
papists in the time of Luther ~ were content to believe as their fathers believed, and to live as
they lived. Therefore religion again
degenerated into formalism; and errors
and superstitions which would
have been cast aside had the church continued to walk
in the light of God's Word, were retained and cherished. Thus the spirit inspired by the Reformation gradually…” what? Does that sounds like Sardis? “…gradually died out,
until there was almost
as
great need of reform in the Protestant churches as in the Roman Church in the time of Luther. There was the same spiritual stupor…” because the Spirit wasn't there, “…the same respect for the opinions of men, the same spirit of worldliness, the same substitution of
human theories for the
teachings of God's Word. Pride and extravagance were fostered under the guise of religion. The
churches became corrupted by allying themselves
with the world. Thus were degraded the great
principles for which Luther and his fellow laborers had done and
suffered
so much. As Satan
saw that he had
failed to crush out the truth
by
persecution, he again resorted to
the
same plan of compromise which had led to the great apostasy and the formation of the Church
of
Rome. He induced Christians to ally themselves, not now with pagans, but with those who, by their worship
of
the god of this world, as truly proved
themselves idolaters.
Satan could no longer keep the Bible from the people; it had been placed within the reach of all. But he led thousands to accept false interpretations and unsound theories, without searching the Scriptures to learn the truth for themselves. He had corrupted the doctrines of the Bible, and traditions which were to
ruin
millions were taking deep root. The church was upholding and
defending these traditions, instead of contending for the faith once delivered to the saints. And
while wholly unconscious of their condition and their peril, the church and the world were
rapidly approaching the most solemn and momentous period of earth's history--the period of
the revelation
of
the Son of man.”
Nah, Ellen White juga menulis tentang periode ini, dan
saya punya pernyataan yang rada panjang dari Ellen White tentang periode ini.
Bersabarlah, ini akan ditayangkan di layar. Ini ada di Story of Redemption jadi mari kita
lihat kutipan ini, hal. 352-355. “…Reformasi ternyata tidak berakhir
dengan Luther seperti yang disangka banyak orang. Itu harus dilanjutkan
hingga ke akhir sejarah dunia ini. Luther telah melakukan suatu pekerjaan yang
hebat dengan memantulkan kepada orang lain terang yang diizinkan Allah untuk
meneranginya; namun dia tidak menerima seluruh terang…” ingat kutipan yang kita baca dari Turner, yang
adalah seorang penulis sekuler? Jadi, “…namun dia tidak menerima seluruh
terang yang akan diberikan kepada dunia. Dari masa itu hingga kini, terang
baru terus-menerus menyinari Kitab Suci
dan kebenaran-kebenaran baru terus-menerus terungkap.
Luther dan rekan-rekan sekerjanya sudah menyelesaikan
suatu pekerjaan yang luhur bagi Allah, tetapi karena mereka berasal dari gereja
Roma…” lihat, ini
Tiatira, bukan? Berasal dari Tiatira, “…di mana mereka pernah meyakini dan mempraktekkan doktrin-doktrinnya, tidaklah diharapkan mereka bisa memahami semua
kesalahan itu. Tugas mereka ialah mematahkan belenggu Roma dan memberikan
Alkitab kepada dunia; namun ada kebenaran-kebenaran yang penting yang gagal
mereka temukan dan kesalahan-kesalahan besar yang tidak mereka tolak…” dan sekarang Ellen White akan menyebutkan sebuah
contoh. “…Kebanyakan mereka
berlanjut memelihara hari Minggu bersama dengan perayaan-perayaan Kepausan yang
lain. Memang mereka tidak menganggap itu memiliki autoritas ilahi, tetapi mereka
meyakini bahwa itu harus dipelihara sebagai hari ibadah yang diterima oleh
umum…
Mereka yang telah menerima berkat-berkat besar hasil Reformasi tidak melanjutkan maju di
jalan yang dimasuki Luther dengan begitu luhur…” Sekarang simak kata berikutnya.
“…Beberapa…” apakah kalian
ingat pesan kepada Sardis berkata ada “beberapa” di Sardis? Kita nanti akan kembali ke sana.
“…Beberapa orang yang setia dari waktu ke waktu bangkit untuk
menyampaikan kebenaran yang baru dan membongkar kesalahan yang lama
dipertahankan. Tetapi mayoritasnya ~ seperti
orang-orang Yahudi di zaman Kristus atau orang-orang Kepausan di zaman
Luther ~ merasa puas meyakini apa yang diyakini bapak-bapak mereka dan hidup
seperti mereka hidup. Itulah sebabnya agama kembali merosot ke formalisme, dan
kesalahan-kesalahan dan takhayul-takhayul yang seharusnya disingkirkan
seandainya gereja melanjutkan berjalan di terang Firman Allah, justru dipertahankan
dan disayangi. Dengan demikian semangat yang diilhami oleh Reformasi secara
bertahap…” apa? Apakah
ini seperti Sardis? “…secara bertahap mati, hingga ada kebutuhan
untuk reformasi di gereja-gereja Protestan yang nyaris sama besarnya dengan di
gereja Roma di zaman Luther. Ada kelumpuhan rohani yang sama,…” karena Roh tidak ada di sana,
“…ada penghormatan yang sama bagi pendapat manusia, roh keduniawian yang
sama, substitusi yang sama dari teori-teori manusia menggantikan ajaran-ajaran
Firman Allah. Kesombongan dan pamer kemewahan dipelihara di bawah alasan agama.
Gereja-gereja menjadi korup dengan bersekutu dengan dunia. Maka prinsip-prinsip
agung untuk mana Luther and rekan-rekan sekerjanya telah bekerja dan menderita
begitu banyak, merosot.
Ketika Setan melihat bahwa dia gagal
menghancurkan kebenaran melalui persekusi, dia kembali memakai rencana kompromi yang sama yang telah mengakibatkan
kemurtadan besar dan terbentuknya gereja Roma. Setan membujuk orang-orang
Kristen untuk bersekutu sekarang bukan dengan pagan, tetapi dengan mereka, yang
melalui ibadahnya kepada dewa dunia ini, benar-benar telah membuktikan mereka sebagai
penyembah berhala. Setan tidak lagi bisa menahan Alkitab dari manusia, Alkitab
sudah ditempatkan di tempat yang bisa dijangkau oleh semua. Tetapi Setan
memimpin ribuan untuk menerima penafsiran-penafsiran palsu dan teori-teori yang
tidak sehat tanpa menyelidiki Kitab Suci untuk menemukan kebenaran bagi diri
mereka sendiri. Setan telah merusak doktrin-doktrin Alkitab, dan
tradisi-tradisi yang akan menghancurkan jutaan manusia mulai berakar mendalam.
Gereja menjunjung tinggi dan membela tradisi-tradisi ini, gantinya mempertahankan
iman yang pernah disampaikan kepada orang-orang kudus. Dan sementara sama
sekali tidak menyadari kondisi mereka, dan bahaya yang mereka hadapi, gereja
dan dunia sama-sama akan segera menghampiri periode yang paling khusuk dan penting
dari sejarah dunia ~ periode dinyatakannya Anak Manusia.”
You know I once heard a little story, I
don't know if it's true, but there was this evangelist that visited a farmer and
he wanted to share the gospel with him but he needed to know first of all what
the farmer believed.
So he says to the farmer, “Sir, could you
tell me what you believe?”
And the farmer said, “I believe what my
church believes.”
So the evangelist wasn't about to give up,
so he says, “Well, what does your church believe?”
He said, “Well, my church believes what I
believe.”
And he wasn't about to give up so he said,
“What do you and your church believe?”
“We both believe the same thing.”
Probably not a true story, but it makes a
point, doesn't it? The point is that there's so many people that simply
believe what their church believes, they don't really know what they believe, because they
don't study the Bible for themselves.
Tahukah kalian saya pernah mendengar sebuah cerita, tidak tahu apa itu
benar atau tidak, tetapi ada seorang penginjil yang mengunjungi seorang petani
dan dia ingin membagikan injil kepadanya, tetapi sebelumnya dia ingin tahu dulu
apa keyakinan si petani ini.
Maka dia bertanya kepada si petani, “Pak, bolehkah saya tahu apa keyakinan
Anda?”
Dan petani itu menjawab, “Saya meyakini apa yang diyakini gereja saya.”
Maka si penginjil belum mau menyerah, jadi dia berkata, “Nah, apa yang
diyakini gereja Anda?”
Petani menjawab, “Gereja saya meyakini apa yang saya yakini.”
Dan si penginjil masih belum menyerah, jadi dia berkata, “Apa yang diyakini
Anda dan gereja Anda?”
“Kami sama-sama meyakini hal yang sama.”
Mungkin ini bukan kejadian yang sebenarnya, tetapi ini menunjukkan suatu
konsep, bukan? Konsepnya ialah banyak
orang semata-mata meyakini apa yang diyakini gereja mereka,
mereka sendiri tidak tahu
sebenarnya apa yang mereka yakini karena mereka tidak mempelajari Alkitab
sendiri.
Incidentally Ellen White gave us a time frame for the
church of Sardis, she actually has a quotation that I'm going to read now from Great Controversy 309-310 where she is
speaking about the signs in the sun, the moon, and the stars, and the great
earthquake of Lisbon.
Do you remember what dates those are? 1755, 1780, and
1833. That's the period of Sardis before the Great Advent Awakening of the
Millerites. Notice what she wrote, this is in Great
Controversy 309-310. “The condition of the church at this time is pointed out in the Savior's words in the Revelation: ‘Thou hast a
name that thou livest, and art dead.’ And
to those who refuse to
arouse from their careless
security, the solemn warning is addressed: ‘If therefore thou shalt not watch, I will come on thee as a thief, and thou shalt not know what hour I will come upon thee.’...”
So she is saying that the church of Sardis covers the period
before the Great Advent Awakening by the Millerite, which would mean
that the
church of Philadelphia must be the church of the Great Advent Awakening,
are you with me or not?
Nah, Ellen White memberi kita suatu kerangka waktu untuk
gereja Sardis, dia punya suatu kutipan yang akan saya bacakan sekarang dari Great Controversy hal. 309-310 di mana dia berbicara tentang tanda-tanda pada matahari,
bulan, dan bintang, dan gempa bumi besar Lisbon. Apakah kalian ingat tanggal
peristiwa-peristiwa itu? 1755, 1780, dan 1833. Itulah periode Jemaat Sardis
sebelum Kebangunan Advent Akbar golongan Miller. Simak apa yang ditulisnya, ini
ada di Great Controversy hal. 309-310,
“…Kondisi gereja pada saat ini ditunjukkan oleh kata-kata Sang
Juruselamat di kitab Wahyu, ‘engkau
punya nama bahwa engkau hidup, tetapi engkau mati’ (Wah. 3:1)
dan kepada mereka yang menolak untuk bangkit dari kecerobohan rasa aman mereka, peringatan yang serius ini diberikan, ‘Karena itu, jikalau engkau tidak mau berjaga-jaga, Aku akan datang kepadamu seperti pencuri dan engkau tidak akan tahu kapan
Aku akan datang kepadamu.’ (Wah.
3:3) …”
Jadi Ellen
White berkata bahwa gereja Sardis
meliputi periode sebelum Kebangunan Advent Akbar golongan Miller,
yang berarti gereja Filadelfia
tentunya adalah gereja Kebangunan Advent Akbar itu, apakah
kalian paham atau tidak?
Now, the problem with Sardis is similar to the problem
that the church of Ephesus had. The church of Ephesus was a desirable church at
first, but towards the end of the first century it was losing its first love.
Likewise the Reformers brought revival into the church, but towards the end of
the period of Sardis the church was at the point of dying. So what counsel does
Jesus give to the church of Sardis? Revelation 3:2, “ 2 Be watchful, and strengthen the things
which remain, that are ready to…” what? “…ready to
die…” not quite dead yet but ready to die,
“...for I have not found your works perfect before God.”
What was the problem with Sardis? Their works were not
what? Perfect towards God.
Nah, masalahnya
dengan Sardis itu mirip masalah yang dimiliki Jemaat Efesus. Gereja Efesus
adalah gereja yang didambakan pada mulanya, tetapi menjelang akhir abad
pertama, dia kehilangan kasihnya yang pertama. Demikian pula para Reformator
sudah membawa kebangunan rohani ke dalam gereja tetapi menjelang akhir periode
Sardis, gereja itu berada di kondisi sekarat. Jadi apa nasihat yang diberikan
Yesus kepada gereja Sardis? Wahyu 3:2, “2 Berjagalah,
dan kuatkanlah apa yang masih tersisa,
yang sudah hampir…” apa?
“…hampir mati…” belum mati betul-betul, tetapi hampir mati, “…sebab
Aku tidak mendapati perbuatanmu sempurna di hadapan Allah…”
Sardis punya masalah apa? Perbuatannya tidak apa? Tidak sempurna di hadapan Allah.
Now here's the question. What is meant by that expression
“your works are not perfect before God”,
what does that mean? Well, there are two possibilities.
Nah, ini pertanyaannya. Apa yang dimaksud dengan “ perbuatanmu tidak sempurna di hadapan Allah”? Apa artinya itu? Nah, ada dua kemungkinan.
The
first possibility is
that the church during this period ~ at the end of the period of Sardis ~
claimed to
have faith but they did not have corresponding works.
There was a lot of saying, a lot of claiming the righteousness
of Christ, but not much doing. The church during this period taught a mere
forensic view of justification, and sanctification was placed on the
backburner. That is the reason why many of the pastors were drunks according to
what we just read. The church needed the message of James chapter 2, where we
are told that faith is made perfect by works.
Notice James 2:22, very similar to what we read in
relation to the church of Sardis, “ 22 Do you see that faith was working together with
his…” that is with Abraham's “…works, and
by works faith was made…” what? “… perfect?...”
What was the problem with
the church of Sardis? Its works were not what? Perfect before God. Why? Because
they did not have genuine what? They did not have genuine faith.
Kemungkinan
pertama ialah gereja di periode ini ~ di bagian akhir periode Sardis ~ mengklaim memiliki iman tetapi mereka
tidak punya perbuatan yang serasi dengan iman itu. Ada banyak
yang dikatakan, banyak klaim pada kebenaran Kristus, tetapi tidak banyak yang
dilakukan. Gereja selama periode ini semata-mata mengajarkan pandangan pembenaran
yang bersifat legalistis, dan pengudusan
diletakkan di prioritas belakang. Itulah alasannya mengapa banyak hamba Allah
yang pemabuk menurut apa yang baru kita baca. Gereja membutuhkan pesan Yakobus
pasal 2, di mana kita diberitahu bahwa iman
menjadi sempurna melalui perbuatan.
Simak Yakobus
2:22, sangat mirip dengan apa yang kita
baca sehubungan dengan gereja Sardis, “22
Apakah kamu lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya?…” yaitu perbuatan-perbuatan Abraham, “…dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman dibuat menjadi…” apa? “…sempurna…” Apa masalahnya
dengan gereja Sardis? Perbuatan-perbuatannya tidak apa? Tidak sempurna di
hadapan Allah. Mengapa? Karena mereka tidak punya apa yang sejati? Mereka tidak
punya iman yang sejati.
You see, Luther himself had a very negative attitude
towards the book of James. There are two books of the New Testament that Luther
never wrote a commentary on.
ü One was Revelation ~ because he said,
“I only see beasts, and mysterious numbers, and dragons here, I don't find
Christ in Revelation”.
ü And the other book he never wrote a
commentary on was the book of James. He called it “the epistle of straw”
because it emphasizes work so much. But actually it emphasizes a faith that
works.
You see the church of Sardis did not have a
faith that works, its works were not perfect because they were not
produced by faith. They were giving intellectual assent to the message but they did not believe that
works had anything to do whatsoever with salvation. And James 2:26 says, “26 For as the body without the spirit is…” what? “…dead, so faith without works is dead also.”
So you'll notice here that you find the two words,
“works” and “dead” in the church of Sardis, and also in the book of James.
Kalian lihat, Luther sendiri memiliki sikap yang sangat
negatif terhadap kitab Yakobus. Ada dua kitab Perjanjian Baru yang tidak pernah dikomentari secara tertulis oleh
Luther.
ü Yang satu adalah kitab Wahyu ~
karena Luther berkata, “Aku hanya melihat binatang-binatang buas, dan
angka-angka misterius, dan naga-naga di sana. Aku tidak menemukan Kristus di
kitab Wahyu.”
ü Dan yang lain yang
tidak pernah dikomentarinya dalam tulisan ialah kitab Yakobus. Luther memanggilnya “kitab
jerami” karena kitab itu begitu menekankan pada perbuatan. Tetapi sesungguhnya
itu menekankan suatu iman yang berbuat.
Kalian lihat, gereja Sardis tidak memiliki iman
yang berbuat, perbuatannya tidak sempurna karena mereka tidak
dihasilkan oleh iman. Mereka memberikan persetujuan secara intelektual kepada
pesan itu tetapi mereka tidak meyakini bahwa perbuatan punya kaitan apa pun
dengan keselamatan. Dan Yakobus 2:26 mengatakan, “ 26 Sebab seperti tubuh tanpa roh itu…” apa? “…mati,
demikianlah iman tanpa perbuatan-perbuatan juga
mati…”
Jadi kalian lihat di sini ada dua perkataan: “perbuatan”
dan “mati” baik di gereja Sardis maupun di dalam kitab
Yakobus.
You see the apostle Paul taught that we are “saved by grace through faith” and James says we're not saved only by
faith “we're saved by works”.
Now you say, well they're contradicting each other,
because Paul says you're saved by grace through faith without works, and James
says that you're saved by works.
Now really there's no contradiction. They are
fighting against two enemies of the gospel. You see during the period of
Sardis, people were quoting the apostle Paul,
v we don't have to work, you know,
v works don't save us,
v all we need is the forensic justification
of Jesus Christ to declare us righteous,
v our life has nothing to do with our
salvation.
Well,
James
said, wait a minute,
v those who claim to be justified, who
claimed only forensic justification but don't live a holy life it shows that
their faith is dead,
v and a dead faith does not produce good
works.
So in other words, Paul is telling us how we're saved.
And James is telling us how a saved person should live,
and if a person doesn't live that way it's because that person is not saved.
So the church of Sardis had the problem that its works
were not perfect, because it did not have a faith that produces good works.
Lihat, rasul Paulus
mengajarkan bahwa kita ini “diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman” (Efe.
2:8) dan Yakobus mengatakan kita tidak hanya diselamatkan melalui iman, “kita diselamatkan melalui perbuatan” (Yakobus 2:24).
Kalian berkata,
mereka saling bertentangan karena Paulus berkata kita diselamatkan kasih
karunia melalui iman tanpa perbuatan, dan Yakobus mengatakan kita diselamatkan
oleh perbuatan (Yak. 2:24).
Sesungguhnya tidak ada kontradiksi.
Keduanya itu sedang berperang melawan dua musuh Injil. Lihat, selama periode
Sardis, orang-orang mengutip rasul Paulus:
v kita tidak usah
berbuat
v perbuatan tidak
menyelamatkan kita
v yang kita butuhkan
hanyalah pembenaran legalistis dari Yesus Kristus yang
menyatakan kita sudah dibenarkan
v hidup kita tidak berkaitan
dengan keselamatan kita.
Nah, Yakobus
mengatakan, tunggu dulu.
v Mereka yang
mengklaim sudah dibenarkan, yang mengklaim hanya pembenaran legalistis tetapi tidak
menjalani suatu kehidupan yang kudus, membuktikan bahwa iman mereka itu mati.
v Iman yang mati
tidak menghasilkan perbuatan yang baik.
Jadi dengan kata
lain, Paulus menjelaskan
kepada kita bagaimana kita
diselamatkan.
Dan Yakobus memberitahu
kita bagaimana orang yang sudah
diselamatkan itu harus hidup. Dan jika dia tidak hidup seperti
itu, berarti dia tidak diselamatkan.
Maka gereja Sardis
punya masalah perbuatannya tidak sempurna karena dia tidak punya iman yang
mengasilkan perbuatan baik.
The
second possibility of this
expression here in the book of Revelation where it
says, “your works are not perfect before God”, is the fact that they had not completed the work of Reformation that God had called the church
to perform. You see, the word for “perfect”
in
Revelation 3:2 is not the same word for “perfect” in the book of James.
In the book of Revelation it's not the word τελειόω [teleioō], it is the word πεπληρωμένα [peplērōmena] which means “to fulfill” or “to complete”. In other words, the church of Sardis had
not completed the Protestant Reformation, instead of progressing they were
regressing and that's the reason why they were in the process of dying. They
claimed faith but had no works, and they did not complete the Reformation for which God had called this
specific church.
Kemungkinan kedua dari ungkapan ini
di kitab Wahyu (3:2) di mana dikatakan “perbuatanmu tidak sempurna di hadapan Allah” ialah fakta bahwa mereka
tidak menyelesaikan pekerjaan Reformasi untuk
mana Allah telah memanggil gereja ini untuk melakukannya. Kalian lihat,
kata “sempurna” di Wahyu 3:2
tidak sama dengan kata “sempurna” kita kitab Yakobus (2:22). Di kitab Wahyu,
itu bukan kata τελειόω
[teleioō] itu adalah kata πεπληρωμένα [peplērōmena] yang artinya “menggenapi” atau
“menyelesaikan”. Dengan kata lain, gereja Sardis tidak
menyelesaikan Reformasi Protestan. Mereka bukannya maju, mereka malah mundur,
dan itulah alasannya mengapa mereka dalam kondisi sekarat. Mereka mengklaim
memiliki iman, tetapi tidak memiliki perbuatan, dan mereka tidak menyelesaikan Reformasi untuk mana
Allah telah memanggil gereja spesifik ini.
Now you'll notice in this verse, in Revelation 3:2 that it
says that the church of Sardis is supposed to watch, did you notice that? “Watch”
is the counsel that Jesus gives to this church. Now it's interesting the command
to watch is given only to believers in the book of Revelation as well as in the
Gospels. So whenever God's people are commanded to watch, it's not for
worldlings, it's for those who claim Jesus Christ.
Nah, kalian akan menyimak di ayat ini, Wahyu 3:2 di mana
dikatakan bahwa gereja Sardis itu diharuskan berjaga-jaga, apakah kalian
melihat itu? “Berjagalah” adalah nasihat yang diberikan Yesus kepada gereja ini.
Nah, yang menarik ialah, perintah
untuk berjaga ini diberikan hanya kepada orang-orang percaya di kitab Wahyu dan
juga di kitab-kitab Injil. Jadi bilamana umat Allah
diperintahkan untuk berjaga, itu bukan untuk orang-orang dunia, itu buat mereka
yang mengklaim Yesus Kristus.
Now it will help us to understand where Sardis was
located.
Sardis was built on a very steep hill and the inhabitants
of the city of Sardis believed that their city was an invincible fortress,
because it had natural defenses, it was at the top of a very steep hill. As a
result, they felt very confident that the enemies could not come and overtake the city.
The city was actually only overtaken twice in history. The first time was by
Cyrus the Persian in the year 549 BC, and the second time it was overtaken by
Antiochus in the year 218 BC. What they did was, at night while everybody was
sleeping and nobody was watching, they scaled the steep side into the city and
the city fell. They didn't feel like anybody needed to watch because they felt
that the city was built in a way in which it could never fall.
Now it's interesting that the word “watch” that is given
here is a continuous verb. In other words, what it really means is “keep on
watching”. It's not just watch once and then go to sleep. No, it's keep
on watching. And by the way, it is an imperative, it means that it is a
command. It’s a command in a progressive tense. In other words, Jesus is
commanding, “watch, keep on watching!”
Nah, mengetahui lokasi Sardis akan membantu kita
mengerti.
Sardis dibangun di atas bukit yang sangat terjal, dan
penduduk kota Sardis meyakini bahwa kota mereka adalah benteng yang tidak bisa
ditembus, karena memiliki pertahanan alami, dia berada di puncak sebuah bukit
yang sangat terjal. Dan sebagai akibatnya mereka merasa sangat yakin bahwa musuh tidak bisa datang dan
menaklukkan kota itu. Dalam sejarah kota ini hanya pernah
ditaklukkan dua kali. Petama oleh Koresh orang Persia di tahun 549 BC, dan
kedua kalinya itu ditaklukkan oleh Antiochus di tahun 218 BC. Apa yang mereka
lakukan ialah di malam hari saat semua orang tidur dan tidak ada yang berjaga,
mereka mendaki sisi yang terjal itu lalu masuk ke dalam kota dan kota itu pun
jatuh. Mereka tidak merasa perlu ada yang menjaga karena mereka merasa bahwa
kota itu dibangun sedemikian rupa sehingga dia tidak mungkin jatuh.
Nah, yang menarik ialah kata “berjaga” yang ada di sini
itu dalam bentuk kata kerja sedang berlangsung. Dengan kata lain, apa yang
dimaksudkannya ialah “berjagalah
terus”. Itu bukan hanya berjaga satu kali kemudian pergi tidur.
Tidak, itu terus-menerus berjaga. Dan ketahuilah, ini adalah bentuk kalimat perintah,
artinya ini adalah sebuah perintah, sebuah perintah dalam bentuk progresif.
Dengan kata lain, Yesus memerintahkan, “Berjagalah, berjagalah terus-menerus.”
Now another word that is used is the word “strengthen”. He
says, “Watch!”, He says “Strengthen!”. Now what is meant by the word “strengthen what you have”? Let's read a couple of verses that uses
the same word “strengthen”.
1 Peter 5:10, and you'll notice here four synonymous
words that help us understand what the word “strengthen” means. Jesus says, “strengthen what you have”. In others words don't forget the past,
strengthen the good things from the past. It says there, “ 10 But may
the God of all grace, who called us to His eternal glory by Christ
Jesus, after you have suffered a while, perfect…” is that a word that we find in the message
to Sardis? Yes. “…perfect…” and now comes the same word
“…establish…” that's
the word “strengthen”, same identical word, not translated the same. What else? “…perfect, establish,
strengthen, and…” what?
“…and settle you.”
Nah, kata lain yang
dipakai di sini ialah kata “kuatkan”. Dia
berkata, “Berjagalah!”, Dia berkata “Kuatkanlah!” Nah apa yang dimaksud dengan “kuatkanlah apa yang masih tersisa” (Wah.
3:2). Mari kita baca dua ayat yang
menggunakan kata “kuatkan” yang sama.
1 Petrus 5:10, dan
kalian akan melihat di sini 4 kata sinonim yang membantu kita mengerti apa arti
kata “kuatkan”. Yesus berkata, “kuatkanlah apa yang masih tersisa” (Wah.
3:2). Dengan kata lain jangan lupa yang sudah lewat, kuatkanlah hal-hal yang baik
dari masa lampau. Dikatakan di sana, “10
Tetapi semoga Allah segala kasih karunia,
yang telah memanggil kita kepada
kemuliaan-Nya yang kekal oleh Kristus Yesus, sesudah kamu menderita seketika lamanya,
menyempurnakan,…” apakah itu
perkataan yang ada di pesan kepada Sardis? Ya. “…menyempurnakan,…” dan sekarang kata yang sama
“…meneguhkan…” itu adalah kata “kuatkan”, kata yang persis sama hanya diterjemahkan
berbeda. Apa lagi? “…menyempurnakan, meneguhkan, menguatkan
dan…” apa? “…dan
mengokohkan kamu.”
Notice 2 Thessalonians 3:3-4, where the same word is
used, it says there, “3 But the
Lord is faithful, who will establish you and guard you from the evil one. 4 And we
have confidence in the Lord concerning you, both that you do and will do the
things we command you.”
In other words the church of Sardis refused to live up to the old
light and therefore they rejected the new light.
In contrast we're going to see that the church of Philadelphia lived up to
all of the old light that they had and therefore they were willing to accept
the new light.
Simak 2 Tesalonika 3:3-4 di mana kata yang sama dipakai,
dikatakan di sana, “3
Tetapi Tuhan itu setia, yang akan menguatkan kamu dan menjagamu dari
si jahat. 4 Dan kami punya keyakinan pada Tuhan mengenai kamu, bahwa kamu melakukan dan akan kamu lakukan apa yang kami perintahkan kepadamu.”
Dengan kata lain, gereja
Sardis menolak untuk hidup sesuai terang lama dan karenanya mereka menolak
terang yang baru.
Sebagai kontrasnya, kita akan melihat gereja Filadelfia yang
menghidupkan semua terang lama
yang mereka miliki, dan oleh karenanya mereka mau menerima terang yang baru.
I want to read you a statement from Vol. 7 of the Bible Commentary page 958, actually the original
source is Manuscript 34, 1905 and Ellen
White is addressing directly Sardis. This idea that we're noticing, which is to
“strengthen”. She wrote, “In Sardis many had been converted through the preaching of the apostles.
The truth had been
received as a bright and shining light. But some had forgotten the wonderful manner in which
they had received the truth, and Jesus found it necessary to
send reproof. One after another of the old standard-bearers had fallen, and some had become wearied of the oft-repeated truths….” In
other words, people would say, oh the investigative judgment, the sabbath, the
state of the dead, we've heard that a million times, evangelist always preached
about that. She continues, “…They desired a new phase of doctrine, more pleasing to many minds. They thought they needed
a wonderful change, and in their spiritual blindness did
not
discern that their
sophistries would uproot all the experiences of the
past. But the Lord Jesus could see the end from the beginning. Through
John He sent them the warning, ‘Remember therefore how
thou hast received and
heard, and hold fast, and repent…”
repent from what? From not having a faith
that produces works, and from not completing the Reformation, and abandoning
the old landmarks. She continues, she is quoting now. “…‘Remember therefore how
thou hast received and
heard, and hold fast, and repent. If therefore thou shalt not watch, I will come on thee as a thief’…”
We will deal with that a little bit later.
Saya mau membacakan sebuah pernyataan dari Bible Commentary Vol. 7 hal. 958, sebenarnya sumber aslinya ialah Manuscript 34, 1905, dan Ellen White
sedang bicara langsung tentang Sardis. Konsep yang sedang kita simak ini, yaitu
“kuatkan”. Ellen White
menulis, “…Di Sardis banyak yang telah ditobatkan
melalui khotbah para rasul. Kebenaran telah diterima sebagai terang yang
besinar benderang. Tetapi beberapa telah melupakan cara yang luar biasa
bagaimana mereka telah menerima kebenaran itu, dan Yesus merasa perlu untuk
mengirimkan teguran. Satu demi satu pembawa panji yang tua berguguran, dan
beberapa menjadi lelah dengan kebenaran-kebenaran yang begitu sering
diulang-ulang…” dengan kata
lain, orang-orang berkata, oh, penghakiman investigasi, Sabat, status orang mati,
kami sudah mendengarnya berjuta kali, para penginjil selalu bicara tentang itu.
Ellen White melanjutkan, “…Mereka menginginkan doktrin tahap yang baru, yang lebih menyenangkan
bagi pikiran banyak orang. Mereka pikir mereka membutuhkan perubahan yang indah
dan dalam kebutaan rohani mereka, mereka tidak melihat bahwa perbedaan pendapat mereka yang salah ini akan membongkar sampai ke
akar-akarnya semua pengalaman masa lampau. Tetapi Tuhan Yesus bisa melihat dari
awal hingga akhirnya. Melalui Yohanes Dia mengirimkan peringatan ‘Karena itu ingatlah, bagaimana engkau
telah menerima dan mendengarnya; peganglah itu
kuat-kuat dan bertobatlah!’…” bertobat dari
apa? Dari tidak memiliki iman yang menghasilkan perbuatan, dan dari tidak
menyelesaikan Reformasi, dan dari meninggalkan tanda-tanda pengenal yang lama.
Ellen White melanjutkan, sekarang dia mengutip, “…‘Karena
itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; peganglah itu kuat-kuat dan bertobatlah!’ Karena
jikalau engkau tidak mau berjaga-jaga, Aku
akan datang kepadamu seperti pencuri…’ (Wahyu
3:3) (MS, p. 34, 1905
- 7BC, p. 958)
Nanti
kita akan membahas ini.
Now let's go to Revelation 3:3, “ 3 Remember therefore how you have received
and heard; hold fast and repent….” this is what we just studied, we didn't read the verse at
the beginning but this is what we just studied. “… Therefore if you will not watch, I will
come upon you as a thief, and you will not know what hour
I will come upon you.”
Sekarang mari kita
ke Wahyu 3:3, “3Karena itu ingatlah, bagaimana
engkau telah menerima dan mendengarnya; peganglah
itu kuat-kuat dan bertobatlah!…” ini yang baru kita pelajari, kita tidak membaca ayatnya
di bagian awal tetapi ini yang baru kita pelajari.
“…Karena jikalau engkau tidak mau
berjaga-jaga, Aku akan datang kepadamu
seperti pencuri dan engkau tidak akan tahu kapan Aku akan datang
kepadamu.”
Now let's go to the issue
of watching, what is meant by “watching”, what is meant by “Jesus
coming upon the church of Sardis as a thief”. Well, for this I want us
to go to Mark 13:33-37. You see, in order to understand the command of Jesus to
Sardis to watch and if you don't watch I will come upon you as a thief, we need
to go back to the Gospels where Jesus speaks about watching and the possibility
of Him coming as a thief. So the Gospels will explain what this means.
Mark 13:33-37. “33 Take heed, watch and pray; for you do not know when the time is. 34 It is like a man going to a far country, who left his house and
gave authority to his servants, and to each his work, and commanded
the doorkeeper to watch…” And
then Jesus states, “…35 Watch therefore, for you do not know when the master of the
house is coming—in the evening, at midnight, at the crowing of the rooster, or
in the morning— 36 lest, coming suddenly, he finds you sleeping. 37 And what I say to you, I say to all: Watch!”
Now what moment is this
referring to when Jesus says that you do not know when the master of the house
is coming? Generally, we have applied this to the Second Coming of Christ. But
it's really not speaking about the Second Coming of Christ.
You know, I wrote a little book, the name of the book is Taken or Left on Matthew 24:40-41. You know,
one will be taken, and the other will be left? I dealt specifically with this
passage.
Nah,
mari kita pergi ke isu tentang berjaga, apa yang dimaksud dengan “berjaga”, apa
yang dimaksud dengan “Yesus
akan datang ke gereja Sardis sebagai seorang pencuri.” Nah, untuk
ini saya mau kita ke Markus 13:33-37. Kalian lihat, supaya bisa memahami
perintah Yesus ke Sardis untuk berjaga dan jika kamu tidak berjaga, Aku akan datang
kepadamu seperti pencuri, kita perlu kembali ke Injil di mana Yesus berbicara
tentang berjaga dan kemungkinan Dia datang seperti pencuri. Maka Injil akan
menjelaskan apa artinya ini.
Markus 13:33-37, “33 Hati-hatilah, berjaga-jagalah dan berdoalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. 34
Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian
ke negeri yang jauh, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung
jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan
penunggu pintu supaya berjaga-jaga…” Lalu Yesus
berkata, “…35 ‘Karena itu berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau
tengah malam, atau saat ayam berkokok atau pagi
hari, 36 supaya
kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. 37
Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!’…"
Nah
ini mengacu kepada saat yang mana ketika Yesus berkata bahwa kau tidak tahu
kapan tuan rumah itu datang? Biasanya kita mengaplikasikan ini ke Kedatangan
Kedua Kristus. Tetapi sesungguhnya ini tidak bicara tentang Kedatangan Kedua Kristus.
Kalian tahu, saya
sudah menulis sebuah buku kecil, namanya Taken
or Left tentang Matius 24:40-41. Kalian tahu,
satu akan diambil dan yang lain ditinggalkan? Saya membahas ayat-ayat ini
secara khusus.
Notice how Ellen White comments on this passage about
what moment is referred to when Jesus said, “you do not know when the Master of
the house is coming.” This is found in Vol. 2
of Testimonies page 190-191. “Jesus has left us word: ‘Watch ye therefore: for ye know not
when
the Master of
the house cometh, at even, or at midnight,
or at the
cockcrowing,
or in the
morning: lest coming suddenly He finds you sleeping.
And
what I say unto you I say unto all, Watch!...” Is she quoting Mark 13? Yes. Now notice her commentary. “…We are waiting and watching for the return of the Master…” by the way “waiting and watching” means that you're
awake, you're alert, you’re spiritually active, you're coming
to church, you're returning your tithes and offerings, you know, you're
rejoicing in the Lord, you have an active spiritual life. So she
continues,
“…We are waiting and watching for the
return of the Master
who is to bring the morning, lest coming suddenly He finds us sleeping…” And now here comes the key portion. “…What time is here referred to?...”
she asks the question, “…What time is
here referred to? Not to the revelation of Christ in the clouds of Heaven to find a people asleep…” When then? She repeats, “… No! But to His return from His ministration in the Most Holy place
of the heavenly sanctuary, when He lays off His priestly attire and clothes Himself
with garments of vengeance, and when the mandate goes forth: ‘He that is unjust, let him be unjust still: and he which is filthy, let him be filthy still: and he that is
righteous, let him be righteous still; and he that is holy, let him be holy still.’…"
What
moment is being described in those verses from Revelation? The close of probation. So when
is it that we're supposed to be watching for the Master to come? It's not the
Second Coming, the Second Coming is too late. Notice she continues, “…When Jesus ceases to
plead for man, the cases
of
all are forever decided. This is the time of reckoning
with
His servants. To those who
have…” now
I want you to notice the words that she uses. “…To those
who have neglected…”
not rejected, folks, no, not rejected. “…To those who
have…” what? “…neglected
the preparation
of purity
and holiness…”
their sanctification, “…which fits them to be waiting ones to welcome their Lord, the sun sets in gloom and darkness, and
rises not again.
Probation
closes; Christ's intercessions cease in heaven.
This time finally comes suddenly
upon all, and those who
have…” notice
the word again, what? “…those who have…” what? “…neglected to purify their souls by obeying the truth
are
found sleeping.
They became weary of waiting and watching; they became…” what? “… indifferent in
regard to the coming of their Master.
They longed not for His appearing, and
thought
there
was no
need of
such continued,
persevering watching.
They
had been disappointed in
their expectations and
might be again. They concluded
that there was time
enough yet to arouse. They would be sure not to
lose the opportunity of securing an
earthly treasure. It would be safe to get all of this world they could. And in securing this object, they lost
all
anxiety and interest in the appearing of the
Master. They became indifferent and careless,…” notice this isn't rejection, this is indifference,
carelessness, you know, no anxiety about the coming of Jesus. So she says, “…They became indifferent and careless, as though His coming were yet in the distance. But while their interest was buried up in their
worldly gains, the work closed in the heavenly sanctuary, and they were unprepared.”
Simak bagaimana Ellen White mengomentari bacaan ini
mengenai saat mana yang dimaksud ketika Yesus berkata, “kamu tidak tahu kapan
Tuan rumah itu datang.” Ini ada di Testimonies Vol. 2
hal. 190-191, “Yesus telah meninggalkan pesan, 35 ‘Karena
itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah Tuan rumah itu pulang,
menjelang malam, atau tengah malam, atau saat
ayam berkokok atau pagi hari, 36 supaya kalau ia tiba-tiba
datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. 37Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan
kepada semua orang: berjaga-jagalah!’ (Mark. 13:35-37). …” Apakah Ellen White mengutip dari Markus 13? Ya.
Sekarang simak komennya. “…Kita sedang menunggu dan berjaga untuk kembalinya Sang
Tuan…” nah, “menunggu
dan berjaga” berarti kita tidak tidur, kita waspada, kita aktif secara rohani,
kita pergi ke gereja, kita mengembalikan persepuluhan dan persembahan, kita
bersukacita dalam Tuhan, kita
punya hidup rohani yang aktif. Ellen White melanjutkan, “…Kita sedang menunggu dan berjaga-jaga untuk kembalinya
Sang Tuan yang akan membawa pagi yang cerah. Jangan sampai saat Dia mendadak
datang Dia mendapati kita tertidur…” Dan sekarang bagian kuncinya “…Waktu mana yang dimaksudkan di sini?…” Ellen White bertanya.
“…Waktu mana yang dimaksudkan di sini? Bukan ke saat kedatangan Kristus di awan-awan di langit,
yang mendapati orang-orang tertidur…” Kalau begitu kapan? Ellen White mengulangi, “…Bukan. Tetapi kepada kembalinya Dia dari pelayananNya di
Bilik Mahasuci Bait Suci Surgawi, ketika Dia melepaskan jubah imamNya dan
mengenakan pakaian pembalasanNya, dan ketika mandat itu diucapkan, ‘Barangsiapa
yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat, barangsiapa yang cemar,
biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus benar; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus
kudus!’ (Wah. 22:11)…” Saat apa yang
digambarkan di ayat-ayat Wahyu ini. Tutupnya
pintu kasihan. Jadi kapankah seharusnya kita berjaga-jaga untuk
kedatangan Sang Tuan rumah? Bukan KedatanganNya yang Kedua. Sudah terlambat
kalau Kedatangan Kedua. Simak Ellen White melanjutkan, “…Ketika Yesus berhenti menjadi pembela
manusia, kasus semua orang sudah diputuskan untuk selamanya. Inilah saat
membuat perhitungan dengan hamba-hambaNya. Bagi mereka yang telah…” nah, saya mau kalian menyimak kata yang dipakai
Ellen White. “…Bagi mereka yang telah lalai…” bukan menolak, Saudara-saudara, bukan menolak,
“…Bagi mereka yang telah…” apa?
“…lalai mempersiapkan kemurnian dan kekudusan…” pengudusan
(sanctification) mereka, “…yang menjadikan mereka sesuai untuk menantikan dan
menyambut Tuhan mereka, matahari akan terbenam dalam kesuraman dan kegelapan,
dan tidak akan terbit lagi. Masa
percobaan telah berakhir. Pengantaraan Kristus di Surga telah berakhir. Masa
itu akhirnya benar-benar akan datang secara mendadak pada setiap manusia. Dan
mereka yang telah…” simak kata itu lagi, apa?
“…mereka yang telah…” apa?
“…melalaikan untuk memurnikan jiwa mereka
dengan mematuhi kebenaran, kedapatan tertidur. Mereka menjadi jemu menunggu dan
berjaga, mereka menjadi…” apa? “…tidak peduli lagi
dengan kedatangan Tuan mereka. Mereka tidak lagi merindukan kedatanganNya dan
mengganggap tidak perlu terus berjaga-jaga dengan tekun. Mereka sudah pernah
kecewa dalam harapan mereka dan bisa kecewa lagi. Mereka memutuskan masih cukup
waktu untuk bangkit nanti, mereka mau memastikan tidak mau lagi kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan harta duniawi. Masih aman untuk mendapatkan
segalanya yang bisa diperoleh dari dunia ini. Dan dalam upaya mereka
mendapatkan itu, mereka kehilangan segala kekhawatiran dan minat dalam
kedatangan Tuan mereka. Mereka menjadi tidak peduli dan ceroboh…” simak ini
bukan penolakan, ini tidak peduli, kecerobohan, tidak ada rasa khawatir tentang
kedatangan Yesus. Jadi Ellen White berkata,
“…Mereka menjadi tidak peduli dan ceroboh
seolah-olah kedatanganNya masih jauh di masa depan. Tetapi sementara minat
mereka terpendam dalam perolehan harta dunia mereka, pekerjaan di Bait Suci
Surgawi berakhir, dan mereka tidak siap.”
Do we need to prepare for the Second Coming or for the
close of probation? For the close of probation! And you know what, folks?
Listen up, there is a close of probation for the world, but there is also an
individual close of probation. If I should die tonight my probation is closed,
even if I don't get to the moment of the close of probation for the world.
There is a corporate close of probation when Jesus leaves the sanctuary, and
there is an individual close of probation as well.
So the counsel and the command to watch is urgent for
us, even if we don't reach the time when probation for the world closes.
Apakah kita perlu bersiap-siap untuk Kedatangan Kedua
atau untuk tutupnya pintu kasihan? Untuk tutupnya pintu kasihan! Dan kalian
tahu apa, Saudara-saudara? Dengarkan, ada tutupnya pintu kasihan bagi dunia,
tetapi juga ada tutupnya pintu kasihan bagi perorangan. Jika saya mati malam
ini, pintu kasihan menutup bagi saya, walaupun saya tidak sampai ke saat
tutupnya pintu kasihan bagi dunia. Jadi ada penutupan pintu kasihan buat semua
orang ketika Yesus meninggalkan Bait Suci, dan ada penutupan pintu kasihan bagi
perorangan juga.
Maka nasihat
dan perintah untuk berjaga-jaga itu mendesak bagi kita, walaupun kita tidak
mencapai waktu ketika pintu kasihan menutup bagi dunia.
Now was there a faithful remnant in Sardis? Yes. Notice
Revelation 3:4, “ 4 You have a few names even in Sardis…” I’d like to think of John Wesley, the Pietists, Whitfield, etc. that were
mentioned in a previous quotation. “… 4 You have a few names even in Sardis who have not defiled their…” what? “…their garments…” that's their character by the way
“…and they shall walk…” notice this, they
have white garments already, but Jesus says they will walk
“…with Me in white…”
why? “…for they are…” what? “…for they are worthy….”
So notice, they already have the garments, the undefiled
garments, but Jesus says in the future they're going to what? “They
are going to walk with Me in white.” We will come back to that in a few
moments.
Nah, apakah di
Sardis ada umat sisa yang setia? Ya. Simak Wahyu 3:4, “4 Ada beberapa nama
di Sardis…” Saya ingin membayangkan John Wesley, kelompok Pietist, Whitfield, dll. yang sudah disebutkan dalam kutipan
sebelumnya. “…4 Ada beberapa nama
di Sardis yaitu
yang tidak mencemarkan…” apa? “…pakaiannya…”nah, ini karakter
mereka, “…Dan mereka akan berjalan…” simak ini, mereka sudah punya pakaian putih, tetapi Yesus
berkata mereka akan berjalan “…dengan
Aku dalam pakaian putih…” mengapa?
“…karena mereka…” apa? “…karena mereka layak…”
Jadi simak, mereka sudah punya pakaian, pakaian yang suci,
tetapi Yesus berkata di masa depan mereka akan apa? “Mereka akan berjalan
dengan Aku dalam pakaian putih.” Nanti kita akan kembali kemari.
Ellen White has an interesting comment about what the
garments represent. Christ’s Object Lessons
page 311 and 312. “By His perfect obedience He…” that is Jesus, “…has made it possible for every human being to obey
God’s commandments.”… now
comes the secret.
“…When we submit ourselves to Christ, the heart is united
with His heart, the will is merged in His will, the mind becomes one with His mind, the
thoughts are brought into captivity to Him; we
live His life. This is what it means to be clothed with the garment of His righteousness…” that
deals with sanctification. You see, a person who is truly justified, the life
will show it. The greatest evidence that a person has been justified,
that a person has been forgiven, that a person has repented and confessed their
sins truly, is the fact that they hate sin and they want to reflect the
character of Jesus Christ. That was the problem with most of the people
in Sardis, they wanted just “I'm justified. My works don't count at all. Let's
stop where Luther stopped.” No! There's more that God expected.
Ellen White punya
komentar yang menarik mengenai apa yang dilambangkan pakaian itu. Christ’s Object Lessons hal. 311-312. “Lewat kepatuhanNya yang sempurna, Dia…” yaitu Yesus
“…telah memungkinkan setiap manusia untuk
mematuhi perintah-perintah Tuhan. …” Sekarang ini rahasianya, “…Bilamana kita menyerahkan diri kepada Kristus, hati kita
dipersatukan dengan hatiNya, kemauan kita menyatu dengan kemauanNya, pikiran
kita menjadi satu dengan pikiranNya, pikiran kita tunduk kepada kekuasaanNya,
kita menjalani hidupNya. Inilah yang dimaksud
dengan mengenakan pakaian kebenaranNya…” ini berkaitan dengan pengudusan (sanctification). Kalian lihat, seseorang yang benar-benar dibenarkan, akan terbukti dari
hidupnya. Bukti terbesar bahwa seseorang telah dibenarkan, bahwa
seseorang telah diampuni, bahwa seseorang sudah bertobat dan mengakui
dosa-dosanya dengan tulus, ialah faktanya bahwa mereka membenci dosa dan mereka mau memantulkan karakter
Yesus Kristus. Itulah masalahnya dengan kebanyakan orang di
Sardis, mereka hanya mau “Saya sudah dibenarkan. Perbuatan saya tidak masuk hitungan sama sekali. Mari kita berhenti di mana
Luther berhenti.” Tidak! Allah mengharapkan lebih banyak dari itu.
Now let's take a look at the promises that Jesus made to
the church of Sardis. Revelation 3:5. “ 5 He who overcomes…” incidentally it's in a continuous tense in
the Greek
“…He who (continues to) overcome, shall be clothed in white garments…” now wait a minute, didn't we just read that
there were some in Sardis that already had garments that were not defiled? But
now it says in future, it says, they shall be clothed in white garments. The
garments that we have now are spiritual garments, the garments that we
will have in
the future are literal garments of white. We will be covered with
light, like Adam and Eve in the Garden of Eden. So, we will read a quotation on
that in a moment. So,
“…5 He who overcomes,
shall be clothed in white garments…” that is one promise, “…and I will not blot out his name from the Book of Life…” second promise, “…but I will
confess his name before My Father and before His angels.”
Nah, mari kita
menyimak pada janji-janji yang dibuat Yesus kepada gereja Sardis. Wahyu 3:5. “5 Barangsiapa yang menang…” nah, dalam bahasa Greeka kata ini dalam bentuk terus
berlangsung, “…Barangsiapa yang (terus)
menang, akan dikenakan pakaian putih…” nah, tunggu dulu,
bukankah tadi kita baru membaca bahwa ada beberapa di Sardis yang sudah
memiliki pakaian yang tidak tercemar? Tetapi sekarang dikatakan di masa depan,
mereka akan berpakaian pakaian putih. Pakaian
yang sekarang kita punya adalah pakaian spiritual. Pakaian yang akan kita punya
di masa depan adalah pakaian putih yang literal. Kita akan diselubungi oleh cahaya seperti Adam dan Hawa di taman Eden. Nanti
kita akan membaca kutipan mengenai hal itu. Jadi, “…5 Barangsiapa yang (terus)
menang, akan dikenakan pakaian putih…” itu janji yang pertama, “…dan Aku
tidak akan menghapus namanya dari Kitab Kehidupan…” janji kedua, “…melainkan
Aku akan mengakui namanya di hadapan Bapa-Ku
dan di hadapan para malaikat-Nya.”
So let's take a look first of all at the promise not to
erase names from the book of life, to those who overcome, who are overcoming.
In the book In Heavenly Places page 360, Ellen
White wrote: “When we
become children of God, our names are written in the Lamb's book of life…”
actually in other quotations she says that when we are
baptized, at that moment our name is written in the book of life. Now
notice what she continues saying,
“…and they remain there…”
the names remain there “…until the time of the investigative judgment…” until our name comes up in the
investigative judgment. “…Then the name of every individual will be called, and his record examined. If
in that day it shall appear that all our wicked deeds have not been fully repented of, our names will be
blotted from the book of life, and our
sins will stand against us.”
Jadi mari kita simak dulu tentang janji tidak akan
menghapus nama-nama dari Kitab Kehidupan, bagi mereka yang menang, yang terus
menang. Di dalam buku In Heavenly Places hal. 360 Ellen White
menulis, “…Ketika kita menjadi
anak-anak Allah, nama kita ditulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba…” sebenarnya di kutipan yang lain Ellen White
mengatakan saat kita dibaptis,
pada waktu itu nama kita ditulis di
Kitab Kehidupan. Sekarang simak apa katanya selanjutnya,
“…dan mereka tetap ada di sana…” nama-nama itu tetap di sana
“…hingga waktu penghakiman investigasi…” ketika nama kita muncul dalam penghakiman
investigasi. “…Lalu nama setiap
individu akan dipanggil, dan catatannya diperiksa. Dan jika pada hari itu
terlihat bahwa semua perbuatan jahat kita belum ditobati seluruhnya, nama kita
akan dihapuskan dari Kitab Kehidupan, dan dosa-dosa kita akan menjadi saksi
terhadap kita.”
Can names be blotted out of the book of life? Yes, if our
faith does not produce works of love. Bare faith will not save us,
there is no such thing as “faith alone”.
·
Some
people say, saved by faith alone,
·
others
say, we are saved by works,
·
others
say like the Catholic Church,
they are saved by faith plus works.
·
We
are not saved by any of those: by faith alone, by works alone, or by faith plus
works.
We are saved by a faith that works, because faith that does not work is not
real faith. If you don't believe that read Hebrews 11. In Hebrews 11 people are doing stuff. By faith
Noah built, by faith Abel offered, by faith Abraham left, by faith Moses
refused to be called the son of Pharaoh's daughter, in other words everybody in
Hebrews 11 is showing their faith by their works.
She continues once again the last part of this quotation.
“If
in that day it shall appear that all our wicked deeds have not been fully repented of, our names will be
blotted from the book of life, and our
sins will stand against us.”
What a solemn thought.
Bisakah nama-nama dihapuskan dari Kitab Kehidupan? Ya, jika iman kita tidak
menghasilkan perbuatan kasih. Iman saja tidak akan menyelamatkan kita,
tidak ada yang namanya “iman saja”.
·
Ada orang mengatakan, diselamatkan oleh
iman saja
·
yang lain berkata, kami diselamatkan
oleh perbuatan (amal, darma)
·
yang lain seperti gereja Katolik berkata, mereka diselamatkan oleh iman plus perbuatan
·
Kita tidak diselamatkan oleh mana pun dari yang di atas:
oleh iman saja, oleh perbuatan saja, atau oleh iman plus perbuatan.
Kita diselamatkan oleh iman yang menghasilkan perbuatan, karena iman yang
tidak berbuat itu bukan iman yang sejati. Jika kalian tidak percaya, bacalah
Ibrani pasal 11. Di Ibrani 11 orang-orang berbuat sesuatu. Karena iman Nuh
membangun bahtera, karena iman Habel mempersembahkan kurban, karena iman
Abraham berangkat, karena iman Musa
menolak disebut anak putri Firaun. Dengan kata lain semua orang di Ibrani 11 menunjukkan iman mereka dengan
perbuatan mereka.
Ellen White melanjutkan, sekali lagi bagian terakhir dari
kutipan itu, “Dan jika pada hari itu
terlihat bahwa semua perbuatan jahat kita belum ditobati seluruhnya, nama kita
akan dihapuskan dari Kitab Kehidupan, dan dosa-dosa kita akan menjadi saksi
terhadap kita.”
Renungan yang
serius.
Now let's talk about the garments. What garments covered
Adam and Eve when they were in the Garden of Eden? Let's read Patriarchs and Prophets page 45. They were
robed in white, literally, they had a literal robe of light which was white. We
are not talking only about a robe of righteousness which is their spiritual
condition because they were obedient. We are talking about their spiritual
obedience to the Lord it was reflected in real light.
Ellen White wrote, “…The sinless pair wore no artificial
garments, they were clothed with a covering of light and glory such as the
angels wear. So long as they lived in
obedience to God, this robe of light
continued to enshroud them.…”
Are God's people going to return to that condition? Are
God's people going to be covered with a literal robe of light? Remember the
promise, “he shall walk with Me in white”, Jesus said. That's future but they
already had garments that were not defiled in the present, spiritually
speaking.
Nah, mari kita bicara tentang pakaiannya. Pakaian apa
yang menyelubungi Adam dan Hawa
ketika mereka masih di taman Eden? Mari kita baca Patriarchs and Prophets hal. 45. Mereka berpakaian putih, secara literal, mereka
mempunyai jubah cahaya yang putih. Kita tidak bicara hanya mengenai jubah
kebenaran yang adalah kondisi kerohanian mereka karena mereka pada waktu itu
patuh kepada Tuhan. Kita bicara tentang kepatuhan rohani mereka kepada Tuhan,
dan itu dipantulkan oleh cahaya literal.
Ellen White menulis, “…Pasangan yang tidak berdosa itu tidak
mengenakan pakaian buatan, mereka diselubungi oleh penutup cahaya dan kemuliaan
seperti yang dipakai para malaikat. Selama mereka hidup dalam kepatuhan kepada
Allah, jubah cahaya ini akan terus menyelubungi mereka …”
Apakah umat
Allah akan kembali ke kondisi tersebut? Apakah umat Allah akan diselubungi oleh
jubah literal dari cahaya? Ingat janjinya, “dia akan berjalan dengan Aku dalam
pakaian putih”, kata Yesus. Itu di masa depan, tetapi mereka sudah memiliki
pakaian yang tidak tercemar di masa sekarang, bicara secara spiritual.
Notice the moment when Christ will robe His followers
with the robe of white light. Revelation 7:9, great multitude of the saved, it says, “9 After these things I looked, and behold, a great
multitude which no one could number, of all nations, tribes, peoples, and
tongues, standing before the throne and before the Lamb, clothed
with…” what? “…white robes, with palm branches in their
hands…” This is the Feast of
Tabernacles that we will spend in Heaven for a thousand years. That's where
this promise of walking with Jesus in white will be finally fulfilled.
Simak saat ketika
Kristus akan memakaikan jubah kepada pengikut-pengikutNya dengan jubah cahaya
putih. Wahyu 7:9, himpunan besar umat yang diselamatkan. Dikatakan, “9 Setelah
hal-hal itu aku melihat: dan tampaklah,
suatu kumpulan besar yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa,
dan suku, dan kaum, dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai…” apa? “…jubah
putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka…” Ini adalah
Perayaan Tabernakel yang akan kita rayakan di Surga selama seribu tahun. Dari
sinilah janji berjalan bersama Yesus dalam pakaian putih itu akhirnya digenapi.
Now the final point that we want to study is what Jesus
said concerning His coming. He says, He will come as a thief. Now, Jesus is
not a robber. He is using the surprise element of the coming of the thief. Let
me give you an illustration.
Supposing that there is this night at the
end of December in Oklahoma City the temperature is zero and you've been out
working, and you're very tired, get home and you eat your supper, nice warm
soup. Shouldn’t be talking about warm now because it's the warm period of the
year. But anyway, you eat your warm soup and then you sit down to watch the
news and kind of doze off. So you say, I'm going to go to bed. So you lower the
thermostat and you get under the covers and the house is nice and cool, you
know what it’s like. And then when you're laying in bed and you say, “Oh no, I
forgot to lock the door. Oh, it's so nice and warm under these covers, I hate
to get out and go lock the door. I am so comfy. Ah, I've lived in this house
for 20 years and a thief has never come.” Lo and behold, everybody goes to
sleep in the house and the thief comes, and he finds the door unlocked, nobody
is watching; he comes in and he steals as many things as he can find. Do the
people in the house know that the thief has come? They are unaware that the
thief has come.
Jesus said He's going to come as a thief. It's going to
be a surprise element. Is probation going to close as an overwhelming
surprise? Yes. People in the world are not going to know it, that
probation has closed. Let me ask you when do you find out that the thief has
come? When you wake up in the morning and you discover all your things missing.
When will the people in the world realize that the thief has come, that probation
is closed? They will only know it when Jesus comes on the clouds, but at that time
the thief will have had already come, the door will have had closed before that
and they will have been found wanting.
Nah, poin terakhir yang akan kita pelajari ialah apa yang
dikatakan Yesus tentang kedatanganNya. Dia berkata, Dia akan datang seperti pencuri.
Nah, Yesus bukan perampok. Dia memakai elemen kejutan
dari kedatangan seorang pencuri. Saya akan memberikan sebuah ilustrasi.
Misalkan ini malam di akhir Desember di Oklahoma City, dan suhunya nol, dan
seanjang hari kita sudah
bekerja, kita lelah, pulang, dan kita makan malam, sop hangat yang nikmat.
Seharusnya tidak bicara tentang sop hangat sekarang karena sekarang ini musim
panas. Baiklah, kita makan sop hangat kita dan kemudian kita duduk menonton
berita dan tertidur. Jadi kita berkata, aku akan pergi tidur. Maka kita
turunkan termostat pemanasnya lalu kita
masuk di bawah selimut dan rumah itu nyaman dan sejuk, kalian tahu seperti apa
itu. Lalu saat kita sedang berbaring di ranjang kita berkata, “Waduh, aku lupa
mengunci pintu. Wah, di bawah selimut ini begitu nyaman dan hangat, aku malas
keluar untuk mengunci pintu. Aku sudah nyaman. Ah, aku sudah tinggal di rumah
ini 20 tahu dan tidak pernah ada maling yang datang.” Dan terjadilah, semua
orang di dalam rumah tidur dan si pencuri datang dan dia mendapatkan pintu
tidak terkunci, dan tidak ada yang berjaga-jaga. Dia masuk dan dia mencuri sebanyak-banyaknya
yang bisa dia peroleh. Apakah orang-orang di dalam rumah itu tahu bahwa pencuri
telah datang? Mereka tidak sadar pencurinya sudah datang.
Yesus berkata Dia akan datang seperti pencuri. Itu akan menjadi
elemen kejutan. Apakah pintu
kasihan akan menutup itu hal yang mengejutkan? Ya. Orang-orang
di dunia tidak akan mengetahuinya bahwa pintu kasihan sudah tutup. Coba saya
tanya, kapan kita tahu bawa pencuri telah datang? Saat kita bangun pagi harinya
dan kita melihat semua barang kita hilang. Kapan orang-orang di dunia menyadari bahwa
pencuri sudah datang, bahwa pintu
kasihan sudah tutup? Mereka hanya akan tahu ketika Yesus sudah datang di atas awan-awan,
tetapi pada waktu
itu si pencuri sudah datang, pintu
sudah menutup sebelumnya, dan mereka akan didapati tidak
memenuhi syarat.
Now let's go to Matthew 24:37-39, where we find a living
example in the Bible. I want you to notice that the word “until” is used twice
here.
“ 37 But as the days of Noah were, so
also will the coming of the Son of Man be…” and we've usually interpreted that as the Second Coming
of Jesus. And the Second Coming is included, see, the Second Coming is when you
actually discover that the thief came. But there's another truth here. It
continues saying, Jesus
is comparing the flood with His coming, “…38 For as in the days before the flood, they
were eating and drinking, marrying and giving in marriage, until the
day that Noah…” what? “…entered the ark, 39 and did not know…” those who were outside the ark, “… did not know until the
flood came and took them all away, so also will the coming of the Son of Man
be.”
Let me ask you, when were the people lost before the
flood? When the door closed or when it started to rain? When the door closed. Did a
period of time pass after the door closed? Yes. Did the people outside the ark
know that they were lost? No. When did they find out that they were
lost? When it began to rain, but then it was too late. Jesus says, “So will it
be at My coming.”
The door of mercy will close before Jesus comes and then
God's people will go through a time of trouble such as never has been seen in
the history of the world. Do you think Noah went through a time of trouble in
the ark? Imagine one day passes no rain, two, three, four, five, six, seven, no
rain. How do you think the people outside the ark acted each day? Oh mocking,
they became more and more violent. Ellen White describes it in Patriarchs and Prophets. It was victory for
those outside, and it was a test of faith for those who were inside. But seven
days later the world realized that probation had closed and it was too late to
be saved.
Sekarang mari kita
ke Matius 24:37-39 di mana kita menemukan contoh yang hidup di Alkitab. Saya
mau kalian menyimak kata “sampai” yang dipakai dua kali di sini. “37 Sebab sebagaimana halnya pada
zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia…” dan biasanya kita
menafsirkan ini sebagai Kedatangan Kedua Yesus. Dan Kedatangan Kedua memang
termasuk di sini, lihat, Kedatangan Kedua ialah ketika kita menyadari bahwa si
pencuri sudah datang. Tetapi di sini ada kebenaran lain. Selanjutnya dikatakan,
Yesus sedang membandingkan air bah dengan kedatanganNya, “…38
Sebab sebagaimana
mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan sampai kepada hari Nuh…” apa? “…masuk
ke dalam bahtera 39 dan mereka tidak menyadarinya…” mereka yang di
luar bahtera “…tidak menyadarinya sampai air bah
itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada
kedatangan Anak Manusia…”
Coba saya tanya, kapan orang-orang itu ditentukan
nasibnya sebelum air bah? Ketika pintu bahtera tutup
atau ketika hujan mulai jatuh? Ketika pintu bahtera menutup. Apakah ada suatu
jangka waktu setelah saat pintu bahtera itu tutup? Ya. Apakah mereka yang berada di luar
bahtera tahu bahwa mereka sudah tidak selamat? Tidak. Kapan
mereka tahu mereka tidak selamat? Ketika hujan mulai jatuh, tetapi pada waktu
itu sudah terlambat.
Yesus berkata, “demikian pula di saat kedatanganKu.”
Pintu kasihan akan menutup sebelum Yesus datang, lalu umat
Allah akan mengalami suatu Masa Kesukaran Besar yang tidak pernah terlihat
sepanjang sejarah dunia ini. Menurut kalian apakah Nuh melewati suatu masa kesukaran di dalam
bahtera? Bayangan, satu hari lewat, tidak ada hujan, dua, tiga, empat, lima,
enam, tujuh, tidak ada hujan. Kira-kira bagaimana sikap orang-orang di luar
bahtera setiap hari itu? Oh, mereka mengejek, mereka menjadi semakin beringas. Ellen White menggambarkannya di Patriarchs and Prophets. Yang di luar
bahtera merasa menang, dan bagi yang di dalam bahtera itu ujian iman. Tetapi
setelah tujuh hari kemudian dunia menyadari bahwa masa percobaan sudah
berakhir, dan sudah terlambat untuk diselamatkan.
You see, in the Bible the door always closes before the
actual destruction comes. Let me give you some examples in closing
·
Did
the door of probation closed for the Jewish nation before Jerusalem was
destroyed?
It was closed in the year
34 and they were destroyed in the year 70.
·
Did
the door of probation closed for the Babylon of Nebuchadnezzar before
Belshazzar was destroyed? Yes.
Was the close of
probation announced on the wall, the finger that wrote? Yes before the
destruction.
·
Was
there a closed door in Sodom and Gomorrah?
Yes, when the men
gathered around the house of Lot and they wanted to do violence to Lot, the
angels pulled him in and shut the door. When the door was shut probation closed
for the cities.
·
Was
there a close of probation also in the Old Testament destruction of Jerusalem?
Yes.
Was there a sealing that
took place in Ezekiel 8 before the city of Jerusalem was destroyed? Was a mark
placed on those who sighed and cried so that they would not be destroyed when
the city was destroyed? Yes.
·
Is
God going to make an announcement at the end of time, “he who is filthy let him be filthy still;
he who is righteous let him be righteous still” before probation closes? Absolutely.
Kalian lihat, di Alkitab, pintu selalu menutup sebelum pembinasaan yang aktual
datang. Saya akan memberikan beberapa contoh sebagai penutup.
ü Apakah pintu kasihan
menutup bagi bangsa Yahudi sebelum Yerusalem dihancurkan?
Pintu itu menutup di tahun 34, sedangkan Yerusalem dihancurkan tahun 70.
ü Apakah pintu
kasihan menutup bagi Babilon Nebukadnezar sebelum Belsyasar dihancurkan? Ya.
Bukankah tutupnya pintu kasihan diumumkan dengan tulisan di dinding oleh
sebuah jari? Ya, sebelum kehancuran terjadi.
ü Apakah pintu sudah
menutup di Sodom dan Gomora?
Ya, ketika orang-orang mengepung rumah Lot dan berusaha berbuat kekerasan
kepada Lot, dan malaikat-malaikat itu menarik Lot masuk dan menutup pintu.
Ketika pintu itu menutup, masa percobaan bagi kota-kota itu berakhir.
ü Apakah ada
penutupan masa percobaan juga di
penghancuran Yerusalem Perjanjian Lama? Ya.
Apakah ada pemeteraian yang teradi di Yehezkiel 8 sebelum kota Yerusalem
dihancurkan? Apakah ada tanda yang diberikan kepada mereka yang berkeluh kesah
dan meratap supaya mereka tidak akan dihancurkan ketika kota itu dihancurkan?
Ya.
ü Apakah Allah akan
membuat pengumuman di akhir zaman, “11 …barangsiapa yang cemar, biarlah
ia tetap cemar; dan barangsiapa yang benar,
biarlah ia tetap benar…” sebelum masa percobaan berakhir? Tepat sekali.
You see when Michael stands up ~ Michael is the
name for Jesus ~ that's the close of probation. Daniel 12:1 says that when Michael
stands up, when probation closes there will be a time of trouble such as never
has been seen in the history of the world. But the good news is:
ü that those who have watched,
ü those who have been on guard,
ü those who have the white garments of
Christ's righteousness,
ü those whose works show that they truly were
repentant and confessed their sins and had faith,
they will be delivered.
It says there in Daniel 12:1 it says, “Your people shall be delivered, everyone
who is found written in the book.”
Is that what we find in the message to the church of
Sardis, the book? Yes.
Kalian lihat, ketika
Mikhael berdiri ~ Mikhael adalah nama Yesus ~ itulah tutupnya pintu kasihan.
Daniel 12:1 mengatakan ketika Mikhael berdiri, ketika pintu kasihan tutup, akan
ada suatu Masa Kesukaran Besar seperti yang tidak pernah dilihat sepanjang
sejarah dunia. Tetapi kabar baiknya ialah:
ü mereka yang telah
berjaga
ü mereka yang telah
siaga
ü mereka yang
memiliki jubah putih kebenaran Kristus
ü mereka yang
perbuatannya membuktikan bahwa mereka sudah benar-benar bertobat dan mengakui
dosa-dosanya, dan memiliki iman
mereka ini akan diselamatkan.
Dikatakan di Daniel 12:1, “…
bangsamu akan diselamatkan, yakni setiap orang yang namanya didapati tertulis
dalam Kitab itu.”
Itukah yang kita
temukan dalam pesan kepada gereja Sardis, Kitab itu? Ya.
So, folks, that's the message to the church of Sardis.
Next time we will study the message to the church of Philadelphia.
Jadi, Saudara-saudara, itulah pesan kepada gereja Sardis.
Berikutnya kita akan mempelajari pesan kepada gereja Filadelfia.
04 04 22
No comments:
Post a Comment