_____REVELATION’S
SEVEN CHURCHES_____
Part 11/13 - Stephen Bohr
LAODICEA
https://www.youtube.com/watch?v=bdF1yAPmcyM
Dibuka
dengan doa.
I'm going to begin as I usually begin, and that is by reading
the entire message to the church of Laodicea. It is found in Revelation 3:14-22,
“14 And to the angel of
the church of the
Laodiceans write, ‘These things says the Amen, the
Faithful and True Witness, the
Beginning of the creation of God: 15 ’I know your
works, that you are neither cold nor hot. I could wish you were cold or hot. 16 So then,
because you are lukewarm, and neither cold nor
hot, I will vomit you out of My mouth. 17 Because you
say, ‘I am rich,
have become wealthy, and have need of nothing’—and do not know that you are
wretched, miserable, poor, blind, and naked— 18 I counsel
you to buy from
Me gold refined in the fire, that you may be rich; and white
garments, that you may be clothed, that the
shame of your nakedness may not be revealed; and anoint your eyes with eye
salve, that you may see. 19 As many as
I love, I rebuke and chasten. Therefore
be zealous and
repent. 20 Behold, I stand at
the door and knock. If anyone
hears My voice and opens the door, I will come
in to him and dine with him, and He with Me. 21 To him who
overcomes I will
grant to sit with Me on My throne, as I also overcame and sat down with My
Father on His throne.22 He who has an
ear, let him hear what the Spirit says to the churches.’
Saya akan mulai seperti biasa, dan itu ialah dengan
membacakan seluruh pesan kepada gereja Laodekia. Ini ditemukan di Wahyu
3:14-22, “14 Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia, ‘Inilah yang dikatakan Amin, Saksi yang Setia dan Benar, Pemula dari ciptaan Allah: 15
Aku tahu segala pekerjaanmu, bahwa engkau
tidak dingin maupun tidak panas. Alangkah
baiknya andai engkau dingin atau panas! 16
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan
memuntahkan engkau dari mulut-Ku. 17 Karena engkau berkata: ‘Aku
kaya, dan makmur dalam harta, dan tidak kekurangan apa-apa’, dan tidak tahu
bahwa engkau malang, susah, miskin, buta dan
telanjang, 18 Aku menasihatkan engkau, supaya membeli dari Aku emas
yang telah dimurnikan dalam api agar
engkau menjadi kaya; dan juga pakaian putih, supaya engkau boleh berpakaian agar
ketelanjanganmu yang memalukan jangan kelihatan, dan minyakilah matamu dengan salep mata,
supaya engkau boleh melihat. 19 Seberapa banyak yang Kukasihi, Aku tegur dan hajar. Sebab itu bersemangatlah dan bertobatlah! 20
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar
suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke
tempatnya dan makan bersamanya dan ia bersama-Ku.
21 Barangsiapa menang Aku akan mengaruniakan kepadanya untuk duduk bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama
dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. 22 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan
apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
Now the message to Laodicea is composed of five basic
parts.
1. first of all we have the person who delivers the
message;
that is in 3:14-15, the
first part of verse 15.
2. Then we have the diagnosis of Laodicea’s
disease and the rebuke,
that's in 3:15, the
second part of the verse through verse
17.
3. Then in 3:18 we have the remedy for Laodicea's
disease.
4. And then in 3:19-20 we have the reason
or purpose of the message.
5. And finally in verse 21 we have the reward
for those who accept the message.
Nah, pekabaran kepada Laodekia terdiri atas 5 bagian
dasar.
1.
Orang yang
menyampaikan pekabaran tersebut,
itu di pasal 3:14-15, paro pertama dari ayat 15.
2.
Kemudian ada diagnosa
penyakit Laodekia dan teguran untuknya,
itu di 3:15, paro kedua dari ayat itu hingga ayat 17.
3.
Lalu di 3:18 ada solusi
untuk penyakit Laodekia.
4.
Dan kemudian di 3:19-20 ada alasan atau tujuan dari pekabaran
tersebut.
5.
Dan akhirnya di ayat 21, ada pahala bagi mereka yang menerima pekabaran
tersebut.
Now obviously Laodicea is the church of the end-time, for
the simple reason that is the Seventh Church, and the churches represent
different periods of church history. I want to read a statement that I read in our
first two presentations, because there are probably people here who were not
able to come during the week and last Sabbath.
In Acts of the Apostles
page 585 Ellen White wrote, “The names of the 7 churches are symbolic of the church
in different periods of the Christian era. The number 7 indicates completeness,
and is symbolic of the fact that the messages extend to the end of time, while
the symbols used reveal the condition of the church at different periods in the history of the world.”
Nah, sudah jelas Laodekia adalah gereja akhir zaman,
semata-mata karena itu adalah Gereja Ketujuh, dan gereja-gereja melambangkan
periode-periode yang berbeda dalam sejarah gereja. Saya mau membacakan suatu
pernyataan yang sudah saya bacakan dalam dua presentasi kita sebelumnya, karena
mungkin ada yang hadir di sini yang tidak datang selama minggu ini dan Sabat
yang lalu.
Di Acts of the Apostles
hal. 585 Ellen White menulis, “Nama
ketujuh jemaat tersebut merupakan simbol dari
gereja di zaman-zaman yang berbeda dari era Kekristenan. Angka 7 menunjukkan keseluruhan dan merupakan simbol dari fakta bahwa
pekabaran-pekabaran itu berlaku terus hingga akhir zaman. Sementara simbol-simbol yang dipakai itu mengungkapkan kondisi gereja pada masa-masa
yang berbeda dalam sejarah dunia.”
So you'll notice here in the book Acts of the Apostles several times it's repeated, it represents
different periods in the history of the Christian Church. Now the church
of Laodicea is the church that exists during the period of the final judgment
and of course we know that judgment began in 1844, more specifically October 22,
1844.
How do we know that Laodicea is the church of the
judgment? For the simple reason that the name “Laodicea” ~ and you noticed in
the quotation that I just read, we are told that the names represent the condition of
the church at different periods ~ the name “Laodicea” means “judging the people”. So
when the Laodicean message comes to an end, when it's been proclaimed, everyone
in the world will be either hot or cold. In other words, the purpose of the Laodicean message is
to cause a shaking, and those who are lukewarm they will either end up
hot by having a revival; or they will go into the world and become worldlings.
So the message to Laodicea is a message of shaking, a message that will sift
the church, if you please.
Jadi kalian lihat di sini di buku Acts of the Apostles, beberapa kali
itu diulangi, itu melambangkan periode-periode yang berbeda dalam sejarah
Gereja Kristen. Sekarang, gereja
Laodeia adalah gereja yang ada selama periode penghakiman terakhir,
dan tentu saja kita tahu bahwa penghakiman
dimulai di 1844, lebih tepatnya 22 Oktober 1844.
Bagaimana kita tahu bahwa Laodekia adalah gereja
penghakiman? Semata-mata karena nama “Laodekia” ~ dan kalian simak di kutipan
yang baru saya bacakan kita diberitahu bahwa nama melambangkan kondisi gereja pada periode yang
berbeda ~ nama “Laodekia”
berarti “menghakimi umat”. Jadi pada waktu pekabaran Laodekia
berakhir, pada waktu pekabaran itu sudah diumumkan, semua orang di dunia akan
menjadi panas atau dingin. Dengan kata lain tujuan dari pekabaran Laodekia ialah untuk menimbulkan
suatu pengayakan, dan mereka yang suam-suam akan berakhir panas
melalui suatu kebangunan rohani; atau mereka akan masuk ke dunia dan menjadi
orang-orang dunia. Maka pekabaran kepada Laodekia adalah pekabaran pengayakan,
suatu pekabaran yang akan menampi gereja, katakanlah demikian.
Now we are told that many will oppose this message. In the book
Early Writings page 270 we find these words,
“I
asked the meaning of the shaking I had seen, and was shown that it would be
caused by the straight testimony called forth by the counsel of the True
Witness to the Laodecians…” So
the shaking is caused by this message that we are studying this morning. She
continues, “…This will have its effect upon the heart of the
receiver, and will lead him to exalt the standard and pour forth the straight
truth. Some will not bear this straight…” truth or “…testimony. They
will rise up against it, and this will…” what? “…cause a shaking among God’s people...”
Sekarang kita diberitahu bahwa banyak yang akan menentang pekabaran ini.
Di buku Early Writings hal. 270, kita mendapatkan
kata-kata ini, “Aku menanyakan makna pengayakan yang aku lihat, dan ditunjukkan bahwa itu akan diakibatkan oleh
kesaksian tegas yang disampaikan melalui teguran Saksi yang Benar kepada jemaat
Laodekia…” Jadi pengayakan itu disebabkan oleh pekabaran ini
yang sedang kita pelajari pagi ini. Ellen White melanjutkan, “…Ini akan berdampak pada hati orang yang menerimanya, dan
akan membawanya untuk meninggikan standar dan mencurahkan kebenaran yang
hakiki. Ada yang tidak mau menerima…” kebenaran atau
“…kesaksisan ini,
mereka akan melawannya, dan ini akan menyebabkan…” apa?
“…menyebabkan suatu pengayakan di
antara umat Tuhan…”
So this is a crucial message, the acceptance or rejection
of the message will determine whether you are hot or cold in the final crisis.
Jadi ini adalah suatu pesan yang krusial, diterima atau
ditolaknya pesan ini akan menentukan apakah kita menjadi panas atau dingin di
krisis yang terakhir.
The interesting thing is that Jesus had nothing good to
say about Laodicea. The pioneers of the Seventh-Day Adventist Church always bragged
that they were Philadelphia, the church of brotherly love, and that the
apostate churches were Laodicea. This idea was shattered by Ellen White. In the
year 1856 she wrote, “The message to
the Laodiceans is applicable to Seventh-Day Adventists who have had great
light and have not walked in the light.”
Hal yang menarik ialah Yesus tidak punya pujian apa pun
untuk Laodekia. Para pioner MAHK selalu membanggakan bahwa mereka adalah
Filadelfia, gereja kasih persaudaraan, dan gereja-gereja lain yang murtad itu
Laodekia. Konsep ini dipatahkan oleh Ellen White. Di tahun 1856, Ellen White
menulis, “…Pekabaran kepada
Laodekia itu berlaku bagi MAHK yang telah menerima terang yang besar dan tidak
berjalan di dalam terang itu.” ( 2SM, p. 66)
In Vol. 7 of the
Seventh-Day Adventist Bible Commentary page 959 we find another statement. The message
to Laodicea applies especially to Seventh-Day Adventist but in a general sense
it applies to all the Christian churches because all of the churches at
the end will be lukewarm. And of course
the Loud Cry that we spoke about last evening is going to divide the world into
two groups. There will be no lukewarm people at the Second Coming of Christ,
there will either be hot who have the seal of God, or cold who have the mark of
the Beast. And the message to the Laodicean church, how you receive it will
decide in what group you will be.
In this Vol. 7 of the
Bible Commentary page 959 we find this message. “The message to the church of the Laodiceans applies especially to the people of God
today. It
is a
message
to professing
Christians
who have become
so
much
like the world that no
difference can be seen.”
Di SDA Bible Commentary Vol. 7 hal. 959 kita melihat pernyataan yang lain. Pekabaran kepada Laodekia terutama berlaku bagi MAHK
tetapi secara umum itu berlaku bagi semua gereja Kristen karena
semua gereja di akhir zaman akan menjadi suam-suam. Dan tentu saja Seruan
Nyaring yang kita bahas semalam akan membagi dunia menjadi dua kelompok. Tidak
akan ada umat yang suam-suam saat Kedatangan Kedua Kristus. Yang ada hanya yang
panas yang memiliki meterai Allah, atau yang dingin yang akan memiliki tanda
Binatang. Dan bagaimana kita menerima pekabaran kepada gereja Laodekia itu akan
menentukan ke kelompok mana kita akan masuk.
Di SDA Bible Commentary Vol. 7 hal. 959 kita menemukan pekabaran ini. “…Pekabaran kepada gereja Laodekia
terutama berlaku bagi umat Allah hari ini. Itu adalah suatu
pekabaran kepada yang mengaku Kristen yang telah menjadi begitu mirip dunia
hingga tidak tampak perbedaannya.”
Now I once had a personal experience that I would like to
share with you on the power that this message to the Laodiceans has. In 1978 I
received a call to teach Theology in our Seventh-Day Adventist University in
the city of Medellin, Colombia. Upon my arrival there in the Theology
department, one of my colleagues was causing a deep division in the church not
only in that city, but across the entire country. He was being critical of the
leaders and the organization of the church, and it caused huge strife in the
entire country. Soon his spirit spread like grass fire, churches split down the
middle with members opposing members and families being torn apart. The
Conference and Union leaders traveled everywhere trying to put out the fire but
to no avail; things were getting worse and worse. In the midst of this strife
the Union asked me to have a revival series in one of the most striped filled
churches, it was in the city of Bucaramanga called the Redemption Church. The
church had about 400 members and a significant number of those members
sympathized with this rebel theology teacher.
The first couple of evenings that I preached at this
church I got mostly stony stares and glares from many of the church members.
They could not hide their hostility. I was an emissary of the leadership and of
the organization. However, with each day that passed things got a little
better. The meetings by the way started on the Sabbath morning. The last Friday
evening the Union President was there. I did not know that he was coming. He
was public enemy # 1 to all of these people who were against the establishment,
so to speak, because he and the Union had taken strong measures to discipline
those individuals who had gotten out of line. Well that evening I preached the
message to the church of the Laodiceans. I boldly told the congregation that
both groups needed to accept the Laodicean message, because each group was
pointing the finger at the other, and crying out to God: “Father, I thank you
that I am not like them.” I told them both groups are self sufficient like the
Pharisees in the days of Christ. When I ended the message I could tell that the
Holy Spirit had descended upon the church in power. A solemnity was present in
the air. Enemies reconciled amidst tears, members confessed their sins, and
there was an incredible revival. The ringleader in that church when he saw the
Union President standing back at the door, he invited him to come to the
platform, and embraced him, and in the midst of tears begged him for
forgiveness. This is the power that the Laodicean message has. I have never
felt a greater power in all of my ministry than what I felt at that place when
I preached the strong message of the Faithful Witness to the church of the
Laodiceans.
Now some people might say, “Well, pastor Bohr why preach
something so controversial and something that it's so abrasive?”
The reason why is because God tells us ministers that we
are supposed to preach this message.
Nah, saya pernah punya pengalaman pribadi yang ingin saya
bagikan kalian mengenai kuasa yang dimiliki pesan kepada Laodekia ini. Di 1978
saya menerima panggilan untuk mengajar Theologi di universitas MAHK kita di
kota Medellin, Colombia. Ketika saya tiba di sana di departemen Theologia,
salah seorang rekan saya sedang menciptakan suatu keretakan besar di dalam
gereja, bukan hanya di kota itu tetapi di seluruh negeri. Dia mengecam para
pemimpin dan organisasi gereja, dan itu menimbulkan perselisihan besar di
seluruh negeri. Tidak lama kemudian roh perselisihannya menyebar seperti rumput
yang terbakar, gereja-gereja terbelah dua dengan anggota menentang anggota, dan
keluarga-keluarga terpecah belah. Pemimpin-pemimpin Konferens dan Uni pergi ke
mana-mana berusaha memadamkan api itu tetapi tidak berhasil; kondisi terus-menerus
memburuk. Di tengah-tengah pertengkaran ini, Uni minta
saya mengadakan suatu seri kebangunan rohani di salah satu gereja yang paling
terpecah-belah, dan itu ada di
kota Bucaramanga, di gereja Redemption Church. Gereja itu beranggotakan sekitar 400
orang, dan sejumlah besar dari anggota mereka bersimpati pada dosen theologi
yang memberontak ini.
Malam-malam pertama saya berkhotbah di gereja ini,
kebanyakan yang saya peroleh adalah tatapan keras dan pelototan dari banyak
anggota gerejanya. Mereka tidak menyembunyikan perasaan kebencian mereka. Saya
adalah utusan pimpinan dan organisasi. Namun, dengan berlalunya setiap hari,
kondisi membaik sedikit. Pertemuan-pertemuan itu dimulai pada pagi Sabat. Malam
Jumat yang terakhir, Presiden Uni hadir. Saya tidak tahu dia akan hadir. Dia
adalah musuh besar # 1 bagi semua orang yang menentang institusi, katakanlah
demikian, karena dia dan Uni telah mengambil langkah-langkah keras untuk
mendisiplin orang-orang yang sudah keluar jalur. Nah, malam itu saya
mengkhotbahkan pekabaran kepada gereja Laodekia. Dengan berani saya memberitahu
yang hadir bahwa kedua kubu perlu menerima pekabaran Laodekia ini, karena
setiap kubu sedang menudingkan jari kepada yang lain dan berteriak kepada
Allah, “Bapa, terima kasih aku tidak seperti mereka.” (Luk. 18:11) Saya katakan kepada mereka, kedua kubu sama-sama angkuh
seperti orang Farisi di zaman Kristus. Ketika pesan saya berakhir, saya bisa
melihat bahwa Roh Kudus telah turun dengan kuasa ke atas jemaat. Suatu
kekhidmatan terasa. Yang bermusuhan berbaikan lagi dengan air mata,
anggota-anggota mengakui dosa-dosa mereka, dan terjadi suatu kebangunan rohani
yang luar biasa. Pemimpin pemberontakan di gereja itu ketika dia melihat
Presiden Uni berdiri di belakang dekat pintu, dia undang untuk naik ke mimbar,
lalu memeluknya, dan di tengah deraian air mata dia memohon maaf. Inilah kuasa yang
dimiliki pekabaran Laodekia. Saya tidak pernah merasakan kuasa yang lebih besar
di seluruh ministri saja daripada yang saya rasakan di tempat itu ketika saya
mengkhotbahkan pesan yang keras dari Saksi Yang Setia kepada gereja Laodekia.
Nah, mungkin ada yang berkata, “Nah, Pastor Bohr mengapa
mengkhotbahkan sesuatu yang begitu kontroversial dan begitu tajam?”
Alasannya mengapa adalah karena Allah mengatakan kepada
kami para pendeta bahwa kami harus mengkhotbahkan pesan ini.
In the book Gospel Workers
page 87, we find the following words, “Ministers
who are preaching present truth should not neglect the solemn
message to the Laodiceans.
The testimony of the True Witness
is not a smooth message. The Lord
does not say to them, ‘You are
about right; you have borne chastisement and reproof that you never deserved; you
have been unnecessarily discouraged by severity; you are not guilty
of the wrongs and sins for which you have been reproved.’…” That's not what the Faithful Witness says.
Now we can be certain that the message to the Laodiceans is absolutely
trustworthy because of the way in which Jesus is introduced when He speaks to
this church. He is called “the Amen”. The word “Amen” means “it is so”. So “it
is so” is telling Laodicea their condition.
Di buku Gospel Workers hal.
87, kita mendapatkan kata-kata berikut,
“…Pendeta-pendeta yang mengkhotbahkan kebenaran masa kini, jangan
mengabaikan pekabaran yang serius kepada
Laodekia. Kesaksian dari Saksi yang Benar bukanlah pekabaran yang lunak. Tuhan
tidak berkata kepada mereka, ‘Kamu sudah cukup benar, kamu sudah menanggung kesukaran
dan teguran yang tidak layak kamu terima, kamu telah dikecilkan hati secara
tidak layak oleh penderitaan, kamu tidak bersalah dalam
kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa untuk mana kamu ditegur’…” bukan itu yang dikatakan Saksi yang Setia. Sekarang
kita boleh merasa pasti bahwa pekabaran kepada Laodekia itu mutlak dapat
dipercaya karena cara bagaimana Yesus diperkenalkan ketika Dia bicara kepada
gereja ini. Dia disebut “Sang Amin”. Kata “Amin”
berarti “benar demikian” Jadi Yang “benar
demikian” sedang memberitahu Laodekia bagaimana kondisi mereka.
Furthermore He is called “the Beginner of the creation of God”, He is not the “beginning”, He is the
one that began creation, so He knows His creation real well. Besides He is
called “the Faithful and True Witness” so He's not going to lie. And the message
starts by saying, “ 15 ’I know your
works…” so anything that He says in this message we
can take to the bank, whether we want to accept it or not is a choice of ours,
but the message is absolutely trustworthy.
Lebih jauh, Dia
disebut “Pemula dari ciptaan Allah” Dia bukan “permulaan”nya,
Dialah yang memulai penciptaan, jadi Dia sangat tahu tentang ciptaanNya. Selain
itu Dia disebut “Saksi yang Setia dan Benar” jadi Dia tidak akan
berbohong. Dan pekabaran itu dimulai dengan mengatakan, “15 Aku tahu segala pekerjaanmu” maka apa pun yang dikatakanNya di pekabaran ini, bisa
kita andalkan, apakah kita menerima atau tidak itu pilihan kita, tetapi
pekabarannya mutlah bisa dipercaya.
Now let's diagnose the disease that Laodicea has. And
Laodicea of course primarily represents the Seventh-Day Adventist Church, our
church of which this church is a branch.
So the message applies also to the Edmond Church, and other churches
that are represented here.
You see, Laodicea looks at herself in an entirely
different way than what Jesus looks at her. Laodicea says she's rich,
luxuriously clothed, has 20/20 vision, and is absolutely happy. However, Jesus
says, “No! You're not rich, you're poor.
No, you're not luxuriously dressed, you are naked. You do not see 20/20, you
are blind. And you are not happy you are miserable.”
Obviously, there is something drastically wrong with the
church of Laodicea.
Her problem is that she refuses to believe that she is sick. Now
how can you ever help someone who does not believe that they're sick when they
are. You see, unless you realize that you're sick, you're not going to seek a
physician to prescribe a remedy.
Sekarang mari kita mendiagnosa penyakit Laodekia. Dan
Laodekia tentu saja terutamanya melambangkan gereja MAHK, gereja kita, di mana
gereja ini adalah cabangnya. Maka pekabaran itu berlaku juga kepada Edmond Church dan
gereja-gereja lain yang dilambangkan di sini.
Kalian lihat, Laodekia memandang dirinya dengan cara yang
sama sekali berbeda dengan bagaimana Yesus memandangnya. Laodekia berkata bahwa
dia kaya, berpakaian mewah, punya penglihatan 20/20, dan sangat bahagia. Namun
Yesus berkata, “Tidak! Kamu tidak kaya, kamu miskin.
Tidak, kamu tidak berpakaian mewah, kamu telanjang. Kamu tidak bisa melihat
20/20, kamu buta. Dan kamu tidak bahagia, kamu merasa sedih.”
Sudah jelas ada sesuatu yang salah secara drastis di
gereja Laodekia.
Masalahnya ialah dia menolak
mengakui bahwa dia sakit. Nah, bagaimana kita bisa menolong
orang yang tidak mengakui mereka sakit padahal memang mereka sakit? Kalian
lihat, kecuali kita sadar bahwa kita sakit, kita tidak akan mencari dokter agar meresepkan obat.
Concerning the self-deception of Laodicea ~ because she’s
self-deceived ~ we find in Vol. 3 of the Testimonies
page 252-253 the following words. “The message of the True Witness finds the people of God in a sad deception…” in other words they're deceiving themselves,
“…yet honest in that deception…” in other words they honestly think that they're okay,
that they're clothed, that they're rich, that they have perfect eyesight. So
she says,
“…a sad deception yet honest in that deception. They
know not that their condition is deplorable in the sight of God.”
So they need to accept this message so they
realize that they really are in need and that they are sick, and that they need
a remedy.
Mengenai Laodekia yang menipu dirinya sendiri ~ karena
dia menipu dirinya sendiri ~ kita lihat di Testimonies Vol. 3 hal.
252-253 kata-kata berikut, “…Pekabaran dari Saksi yang Benar
mendapati umat Allah dalam suatu penipuan yang menyedihkan…” dengan kata lain mereka menipu diri mereka sendiri,
“…namun jujur dalam penipuan itu…” dengan kata lain mereka jujur mengira mereka baik-baik saja, bahwa mereka
berpakaian, bahwa mereka kaya, bahwa mereka punya penglihatan yang sempurna.
Jadi Ellen White berkata, “…penipuan yang menyedihkan namun
jujur dalam penipuan itu. Mereka tidak tahu bahwa kondisi mereka itu
mengenaskan di pemandangan Allah…” Jadi mereka
perlu menerima pekabaran ini supaya mereka sadar bahwa sesungguhnya mereka itu
kekurangan, dan bahwa mereka itu sakit, dan bahwa mereka membutukan
penyembuhan.
In fact, Ellen White describes the church of Laodicea by
the expression “Pharisaic pride”, she links the church of Laodicea with the
Pharisees. Let me read you that statement. Selected
Messages Vol. 1 page 357, she speaks about Laodicea and says, “They have resisted His
grace, abused His privileges, slighted His opportunities, and have been
satisfied to sink down in contentment, in lamentable ingratitude, hollow formalism,
and hypocritical insincerity.;;” Wow! That's what I say, “…With
Pharisaic pride…” this is an important point “…With
Pharisaic pride they have vaunted themselves till it has been
said of them, ‘Thou sayest, I am rich, and increased with goods, and have need of nothing.’…"
Malah, Ellen White menggambarkan gereja Laodekia dengan
ungkapan “kesombongan Farisi”, dia mengaitkan gereja Laodekia dengan Farisi.
Saya akan membacakan pernyataan itu. Selected Messages Vol. 1 hal. 357, Ellen White bicara tentang Laodekia, katanya, “…Mereka sudah menolak kasih karuniaNya,
menyalahgunakan hak-hak istimewa yang diberikanNya, menganggap
enteng kesempatan-kesempatan dariNya,
dan merasa puas terbenam dalam kenyamanan, dalam rasa tidak bersyukur yang
menyedihkan, dalam formalisme kosong, dan ketidaktulusan yang
munafik…” Wow! Itu kata
saya, “…Dengan kesombongan Farisi…” ini adalah poin yang penting, “…Dengan kesombongan Farisi mereka membanggakan
diri hingga dikatakan tentang mereka, ‘17… engkau berkata: ‘Aku kaya, dan makmur dalam harta, dan tidak kekurangan apa-apa’…”
The problem with Laodicea is that Laodiceans are not good worldlings and
they are not good Christians.
You see,
lukewarm water is composed of a combination of hot water and cold water. And
they’re neither cold nor hot.
Now they do have something hot and they have something
cold, and you say what is it that Laodicea has hot and what is it that Laodicea
has cold?
Basically we're going to notice now that Laodicea
has hot works but they are done with a cold heart, they're done with
the wrong motivation. The outside looks pretty well, the fig tree has an
abundance of leaves, but the tree has no fruit.
v You see the Laodicean church has a rich
denominational heritage.
We have William Miller,
Joseph Bates, James and Ellen White, J.N. Loughborough, J.N. Andrews and
others, we have a rich denominational heritage.
v We have health principles and medical
institutions all across the world.
v We have the largest Protestant parochial system
in the world.
We're working in over 200
countries, and baptizing thousands of people in one day.
v We have dozens of publishing houses
that spread their
literature like the leaves of autumn across the world.
v We have an organizational system that spans the
world,
and financial policies to
distribute the wealth so that everybody is helped in the proclamation of the
gospel.
v Laodicea has a belief system that has solid biblical
foundations,
her doctrines fit
together like links of a chain.
v Her members have a unique lifesteyle,
they don't smoke or drink, they dress
modestly most of the time, they do not eat pork or shrimp, they tithe their
income, they go to church on Saturday, they do not dance or go to the theater,
at least most, they consider themselves to be the peculiar people of the Lord.
Externally all looks nice to the eye of the beholder. All
of the form of religion and piety is there for the world to behold. We function
like a gigantic mean lean machine. So we have a lot to be proud of. There's a
lot about Laodicea that is hot, the externals what can be seen. But Laodicea
has something cold too. Everything she brags about is simply an external
display.
Masalahnya
dengan Laodekia ialah Laodekia
bukanlah orang-orang dunia yang baik, dan mereka bukan orang-orang Kristen yang
baik.
Kalian lihat air yang suam-suam itu terdiri atas
kombinasi air panas dan air dingin. Dan Laodekia itu tidak dingin maupun panas.
Nah, mereka memiliki sesuatu yang panas, dan mereka
memiliki sesuatu yang dingin, dan kalian berkata, apa yang dimiliki Laodekia
yang panas dan apa yang dimiliki Laodekia yang dingin?
Pada dasarnya sekarang kita akan menyimak bahwa Laodekia memiliki perbuatan yang
panas tetapi yang dikerjakan dengan hati yang dingin, yang dilakukan karena motivasi yang salah. Bagian luarnya
tampak lumayan bagus, pohon ara yang lebat daunnya, tapi pohon itu tidak punya
buah.
v Kalian lihat,
gereja Laodekia memiliki warisan
denominasi yang kaya.
Kita punya William Miller, Joseph Bates, James dan Ellen White, J.N.
Loughborough, J.N. Andrews dan lain-lain, kita punya warisan denominasi yang
kaya.
v Kita punya prinsip-prinsip kesehatan dan
institut-institut medis di seluruh dunia.
v Kita punya sistem parokial Protestan yang
terbesar di dunia.
Kita bekerja di lebih dari 200 negara, dan setiap harinya membaptiskan
ribuan orang.
v Kita punya lusinan
tempat penerbitan
yang menyebarkan buku-buku mereka di seluruh dunia seperti jatuhnya
daun-daun di musim gugur.
v Kita memiliki
sistem organisasi yang terbentang di
seluruh dunia,
dan kebijakan-kebijakan finansial untuk membagikan kekayaan sehingga semua
orang terbantu dalam proklamasi Injil.
v Laodekia memiliki sistem kepercayaan dengan
fondasi alkitabiah yang solid,
doktrinnya cocok semua seperti mata-mata sebuah rantai.
v Anggota-anggotanya
memiliki pola hidup yang unik,
mereka tidak merokok, tidak minum alkohol, kebanyakan waktu mereka
berpakaian sopan, mereka tidak makan babi atau udang, mereka mengembalikan
persepuluhan, mereka ke gereja pada hari Sabtu, mereka tidak dansa atau ke
teater, paling tidak kebanyakan dari mereka begitu, mereka menganggap diri mereka
adalah umat Allah yang berbeda.
Secara lahiriah semuanya tampak bagus di pemandangan yang
melihat. Semua bentuk relijius dan kesalehan ada
di sana untuk dilihat dunia. Kita berfungsi seperti sebuah mesin besar yang
bisa bekerja keras, dan terampil dan efisien. Jadi ada banyak yang bisa kita
banggakan. Laodekia punya banyak yang panas, bagian luarnya yang tampak. Tetapi
Laodekia juga punya yang dingin. Semua
yang dibanggakannya hanyalah pamer lahiriah.
Let me now turn to what Laodicea has cold. You see the
problem with Laodicea is not on the outside. The problem with Laodicea is on the
inside, the problem is not with the behavior, the problem is with the
heart.
I read from Vol. 18 of
Manuscript Releases pages 39-40. “There is hope for our churches if they will heed the message given to
the
Laodiceans. Sabbath after Sabbath they meet together, and with effort…” with what?
“…with effort sing the
songs that are assigned…” that is not everybody, some people don't even sing with
joy or not with joy. So it says once again, “…and with effort sing the songs that are
assigned…” but now notice where the problem is, “…but that do
not come from the heart. The joy of Christ in the heart will make
songs to come from
inspired lips
and warm, thankful hearts.”
Where is Laodicea’s problems? On the outside, on her
works, on everything she has? No! The problem is in the heart.
Akan saya tunjukkan apa yang dingin di Laodekia. Kalian
lihat, masalah dengan Laodekia bukan di bagian luarnya. Masalah dengan Laodekia ada di bagian dalamnya, masalahnya bukan
dengan sikapnya, masalahnya ialah hatinya.
Saya bacakan dari Manuscript Releases Vol. 18 hal. 39-40, “…Ada harapan bagi gereja-gereja kita jika mereka mau mendengarkan
pekabaran yang diberikan kepada Laodekia. Dari Sabat ke Sabat mereka bertemu,
dan dengan upaya keras…” dengan apa?
“…dengan upaya keras menyanyikan lagu-lagu yang ditugaskan…” ini bukan semua, beberapa orang
bahkan tidak menyanyi, dengan sukacita atau tanpa sukacita. Jadi dikatakan
sekali lagi, “…dengan upaya keras menyanyikan lagu-lagu yang ditugaskan…” tetapi
sekarang simak di mana masalahnya, “…tetapi itu
tidak datang dari hati. Sukacita Kristus di dalam hati akan membuat lagu-lagu keluar dari bibir-bibir yang diilhami dan hangat, dari hati-hati yang penuh
syukur.…”
Di mana
masalah Laodekia? Di bagian luarnya, di perbuatannya, di segala yang
dimilikinya? Tidak! Masalahnya ada di hatinya.
I'm going to read several statements from the writings of
the Spirit of Prophecy. As Seventh-Day Adventist
we believe that Ellen White was given the prophetic gift and when I mention
these books I'm referring to her.
Notice what she says in Vol.
3 of The Testimonies page 252. “…The people of God are
represented
in the message to
the Laodiceans as in a position of carnal security…”
They say, “We're okay, we're alright, you
know we're going to be saved, we're good.” She continues, “…They are at ease, believing
themselves to be in an
exalted condition of spiritual attainments.”
Saya akan membacakan beberapa pernyataan dari
tulisan-tulisan Roh Nubuat. Sebagai MAHK
kita meyakini Ellen White diberi karunia nubuat dan bila saya menyebutkan
buku-buku ini, saya mengacu kepadanya.
Simak apa katanya di Testimonies Vol. 3
hal 252, “…Dalam pesan kepada Laodekia umat
Allah dilambangkan sebagai berada dalam posisi keamanan manusiawi…” Mereka berkata, kami oke, kami tidak apa-apa, kami
akan diselamatkan, kami baik-baik.” Ellen White melanjutkan, “…Mereka santai, yakin bahwa mereka
berada dalam kondisi pencapaian
spiritual yang tinggi.”
Ellen White describes them as having patchwork characters,
and of course the patch is put on an old garment, and eventually the new patch
will rip the old garment. This is how she expresses it in the devotional book Our High Calling page 342. “The Savior gives no
encouragement to
any
to think that He will accept a patchwork
religion. Such a religion is of no value in His sight. There may at first seem to be some of
self
and some of Christ…” see, the patch is self and there's some of
Christ, but she continues, “…but
it soon seen that
there is none of Christ. The patches of
selfishness increase, till the entire garment is covered with them.”
That's trying to resolve your problems of behavior when
the heart is wrong.
Ellen White menggambarkan mereka memiliki karakter tambal-sulam,
dan tentu saja tambalan itu dipasang pada pakaian yang tua, dan akhirnya
tambalan yang baru itu akan mencabik pakaian tua itu. Beginilah dia
menggambarkannya dalam buku devosi Our High Calling
hal. 342. “…Sang Juruselamat tidak mendorong siapa pun
untuk berpikir bahwa Dia mau menerima suatu agama yang tambal-sulam. Agama seperti ini tidak
ada harganya di pemandanganNya. Pada awalnya mungkin ada sebagian diri dan sebagian Kristus…” lihat,
tambalannya ialah diri, dan ada sebagian Kristus, tetapi Ellen White melanjutkan, “…tapi segera akan terlihat bahwa tidak ada Kristus.
Tambalan-tambalan egoisme semakin bertambah, hingga seluruh pakaian itu
tertutup olehnya. …”
Itu berusaha
menyelesaikan malasah sikap kita bilamana hati kita tidak benar.
Ellen White describes Laodiceans as “almost Christians”.
In Christ’s Object Lessons page 118 she
wrote, “Almost Christians, yet
not
fully Christians, they seem near
the kingdom of heaven, but they cannot enter there. Almost but not wholly saved means to
be
not almost, but wholly lost.”
Ellen White
menggambarkan jemaat Laodekia sebagai “hampir Kristen”. Di Christ’s Object Lessons hal. 118, Ellen White
menulis, “…Hampir Kristen, namun belum Kristen penuh,
mereka seolah-olah dekat kerajaan Surga, tetapi mereka tidak bisa memasukinya.
Hampir tetapi tidak seluruhnya selamat berarti bukan hampir melainkan
seluruhnya tidak selamat.”
She also says that Laodiceans are half-hearted Christians,
and they're non-committal, in other words they don't fall on one side or the
other side, they are on the fence. In the book Our
High Calling page 348 I read her words, “Halfhearted
Christians are
worse than infidels…” Laodicea
is worse than cold people who never profess religion. “…Halfhearted Christians are
worse than infidels for
their
deceptive words and
noncommittal position…” “noncommittal” means neutral, their “…noncommittal position
lead many astray. The infidel shows his colors…”
he smokes, he drinks, he goes to the
movies, you know and he hangs out in bars. So she says, “…The lukewarm
Christian deceives both parties…” Interesting. “…He is neither a good worldling nor a good Christian. Satan
uses him to do
a work that no one else can
do.”
Ellen White juga berkata bahwa jemaat Laodekia adalah
Kristen separo hati, dan mereka
non-komital, dengan kata lain mereka tidak berada di sisi yang satu atau sisi
yang lain, mereka duduk di atas pagar. Di buku Our High Calling
hal. 348, saya bacakan kata-katanya,
“…Kristen yang separo hati itu lebih
buruk daripada yang tidak beragama…” Laodekia itu
lebih buruk daripada orang-orang yang dingin yang tidak pernah mengaku
beragama. “…Kristen yang separo hati itu lebih buruk
daripada yang tidak beragama karena kata-kata mereka yang menyesatkan
dan posisi mereka yang non-komital…” “non-komital” artinya netral, “…posisi mereka yang non-komital
menyesatkan banyak orang. Yang tidak beragama menunjukkan keaslian mereka…” mereka merokok, mereka minum minuman keras, mereka
menonton film, kalian
tahu, dan mereka menghabiskan waktu di bar-bar. Jadi Ellen White berkata,
“…Orang Kristen yang suam-suam menipu kedua belah pihak…” Menarik. “…Dia bukan orang dunia yang baik, maupun orang Kristen
yang baik. Setan menggunakan dia untuk melakukan tugas yang tidak bisa
dilakukan oleh orang lain.”
Ellen White also says that Laodicea has an insipid religion, do you know what “insipid”
means? “Tasteless”. In Vol. 7 of the Bible
Commentary page 962 she wrote, “The message to the Laodicean church applies
most decidedly
to those
whose religious experience is insipid, who do
not
bear decided witness in
favor
of the truth.”
You see, Laodiceans are role players, they are actors,
they put on a good facade, they are like apples hung by threads on an apple
tree, the fruit does not come from the tree, it's artificially put on the tree.
Ellen White juga berkata bahwa Laodekia memiliki agama
yang hambar. Tahukah kalian apa artinya “hambar”? “Tidak ada
rasanya”. Di Bible Commentary Vol. 7 hal. 962 Ellen White
menulis, “…Pekabaran kepada gereja
Laodekia tanpa keraguan berlaku bagi mereka yang pengalaman rohaninya hambar,
yang tidak memberikan kesaksian yang kuat untuk kebenaran.”
Kalian lihat,
jemaat Laodekia adalah pembawa-pembawa peran, mereka aktor, mereka memasang
muka yang bagus, mereka seperti apel yang digantung tali di pohon apel, buah
yang tidak keluar dari pohon itu, tapi dipasangkan secara buatan pada pohon
itu.
Ellen White in Vol. 4 of
the Testimonies page 87 wrote, they are lacking in devotion and
fervor. “They profess to love the truth, yet are deficient in Christian fervor and devotion. They dare not give up wholly and
run the risk of the unbeliever, yet they are unwilling
to die to self and
follow out closely the principles
of
their faith.” Wow! That is some disease!
Ellen White
di Testimonies Vol. 4 hal. 87 menulis,
mereka kurang punya kesetiaan dan semangat. “…Mereka mengaku mencintai kebenaran,
namun mereka kurang dalam semangat dan kesetiaan. Mereka tidak berani sama
sekali melepaskan (imannya) dan menerima resiko orang tidak percaya, namun
mereka tidak rela mematikan diri dan mengikuti dengan taat prinsip-prinsip iman
mereka…” Wow! Ini
penyakit yang berat!
That is us, that is the Seventh-Day Adventist Church, the
Laodicean church, say not I, says the Spirit of Prophecy.
Inilah kita, gereja MAHK, gereja Laodekia, bukan kata
saya, kata Roh Nubuat.
Now Ellen White, you remember, compared the piety of Laodicea with the Pharisees, with
pharisaic pride she said. So what do we need to do? We need to go back to the times
of Christ and take a look at what the piety of the Pharisees was like, because
they were Laodiceans way back there.
Let's go in our Bibles to Matthew 5:20 we're going to
notice a lot of Scripture now. Matthew 5:20 Jesus had something very
interesting to say to those who were listening to Him, “ 20 For I say
to you, that unless your righteousness exceeds…” righteousness what? “…exceeds…” in other words “has to be greater”, “…unless your righteousness exceeds the righteousness of the scribes
and Pharisees, you will by no means enter the kingdom of heaven.”
What Jesus is saying is, you have to do what the Pharisees are doing, but
you have to go beyond that. What did Jesus mean by that? You see the problem
with the Pharisees is that they had external righteousness that did not flow
from a converted heart. The apostle Paul is a prime example of this. In
Philippians 3:4-6 we find the Laodicean spirit of the apostle Paul before his
conversion. In verse 4 he said, “ 4 though I also might have confidence in the flesh.
If anyone else thinks he may have confidence in the flesh, I more so…” Did he feel rich and increased with goods?
You’d better believe he did, “…5 circumcised the eighth day, of the stock of
Israel, of the tribe
of Benjamin, a Hebrew of the Hebrews; concerning the Law, a
Pharisee; 6 concerning
zeal, persecuting the church; concerning the righteousness which is in the
Law, blameless.” Do
you see there the attitude of the Pharisee? He says, “I'm okay, I'm all right,
I'm rich, and increased with goods, and have need of nothing.”
Nah, Ellen White, kalian ingat membandingkan kesalehan
Laodekia dengan golongan Farisi, dengan kesombongan Farisi, katanya. Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita harus
kembali ke zaman Kristus dan melihat bagaimana kesalehan Farisi itu, karena di
zaman itu merekalah Laodekianya.
Mari kita ke
Matius 5:20 dan kita sekarang akan menyimak banyak ayat. Matius 5:20 Yesus punya
sesuatu yang sangat menarik untuk dikatakan kepada orang-orang yang sedang mendengarkanNya, “20 Karena
Aku berkata kepadamu, kecuali kebenaranmu melebihi…”
kebenaranmu apa? “…melebihi…”
dengan kata lain harus lebih besar, “…kecuali kebenaranmu melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, kamu sama sekali tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga…”
Apa yang dikatakan Yesus ialah, kalian harus melakukan apa yang diperbuat orang
Farisi tetapi kalian harus
melampaui itu. Apa yang dimaksud Yesus dengan itu? Kalian lihat,
masalahnya dengan orang Farisi ialah mereka memiliki kebenaran eksternal yang
tidak mengalir dari hati yang bertobat. Rasul Paulus adalah contoh yang bagus
untuk ini. Di Filipi 3:4-6 kita melihat semangat Laodekia rasul Paulus sebelum
pertobatannya. Di ayat 4 dia berkata, “…4
Sekalipun aku mungkin juga mengandalkan hal-hal lahiriah. Jika ada orang
lain berpikir dia dapat mengandalkan hal-hal lahiriah, aku lebih lagi…” Apakah dia merasa kaya dan makmur dalam harta? Percayalah dia begitu, “…5 [aku] disunat pada hari
kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang yang paling Ibrani dari semua orang Ibrani, dalam hal Hukum Taurat, seorang
Farisi, 6 dalam hal semangat, aku penganiaya jemaat, dalam hal kebenaran menurut Hukum
Taurat aku tidak bercacat…” Apakah kalian melihat di sana sikap orang Farisi? Dia
berkata, “Aku oke, aku baik-baik, aku kaya, makmur dalam harta, dan tidak kekurangan apa-apa.”
Jesus also spoke to the people of His day telling them
that the external is not really what counts, it's what happens in the heart. The
outside can be hot, but if it's done with a cold heart, God does not accept it.
Notice Matthew 5:21 and 22, Jesus stated to those who were listening: “21 You have
heard that it was said to those of old, ‘You shall
not murder, and whoever murders will be in danger of the judgment.’ 22 But I say
to you that whoever is
angry with his brother without a
cause shall be in danger of the judgment. And whoever says to his brother, ῥακά [rhaka] shall be in
danger of the council. But whoever says, ‘You fool!’
shall be in danger of hell
fire.’…”
Does Jesus raise the bar? Oh yes, He says murder is not
simply taking out a gun and shooting someone, murder is anger towards your brother,
and where does anger reside? It resides in your heart. Is Jesus asking for less
righteousness than the Pharisees? Is Jesus saying you can murder someone as
long as your heart is right? Of course not. He is saying, if your heart is
right you will not commit murder. So the problem of the Pharisees was, they could say, “We've never killed
anyone”, but Jesus says, “If you hate your brother you have already committed
murder.”
Yesus juga bicara kepada orang-orang di zamanNya,
memberitahu mereka bahwa yang di bagian luar itu tidak terlalu diperhitungkan,
yang penting itu yang di dalam hati. Bagian luarnya mungkin saja panas, tetapi
bila itu dilakukan dengan hati yang dingin, Allah tidak menerimanya.
Simak Matius
5:21-22, Yesus berkata kepada mereka yang sedang mendengarkan, “21 Kamu telah mendengar yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: ‘Jangan membunuh; siapa yang membunuh akan dalam bahaya dihakimi’ 22
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya tanpa alasan, akan
dalam bahaya dihakimi. Dan siapa yang berkata kepada saudaranya: ‘ῥακά
[rhaka] Tidak berguna!’ dalam
bahaya disidang dan siapa yang berkata: Tolol! dalam bahaya api neraka’ …”
Apakah Yesus menaikkan standarnya? O, iya, Dia mengatakan
membunuh bukan sekadar mengeluarkan pistol dan menembak seseorang, membunuh
adalah amarah terhadap saudaramu. Dan di mana amarah berdiam? Di dalam hati.
Apakah Yesus minta lebih sedikit kebenaran daripada orang-orang Farisi? Apakah
Yesus berkata kamu boleh membunuh seseorang asalkan hatimu benar? Tentu saja
tidak. Dia berkata, jika hatimu benar, kamu tidak akan membunuh. Jadi masalah
orang-orang Farisi adalah mereka bisa mengatakan, “Kami tidak pernah membunuh
siapa pun”, tetapi Yesus berkata, “Jika kamu membenci saudaramu, kamu sudah
melakukan pembunuhan.”
Notice Matthew 5:27-28, we're diagnosing the disease now
by looking at those who lived in the time of Christ. Matthew 5:27 and 28, “27 You have heard
that it was said to those of
old, ‘You shall
not commit adultery.’…” And when Jesus said that the Pharisees
suddenly inflated, that's us. Aaahh! But now Jesus raises the bar. “…28 But I say
to you that whoever looks at a
woman to lust for her has already committed adultery with her in his heart.” What was their problem? Were they
committing the act of adultery? No, but they certainly were thinking of the act
of adultery. Was Jesus saying, it's okay to commit adultery? No! He was saying,
“Don't commit adultery, but do it for the right reason.”
Simak Matius
5:27-28, kita sedang mendiagnosa penyakitnya dengan melihat mereka yang hidup
di zaman Kristus. Matius 5:27-28, “27
Kamu telah mendengar dikatakan kepada mereka
dari zaman lampau, ‘Jangan berzinah.’…”
Dan ketika Yesus berkata itu,
orang-orang Farisi tiba-tiba mekar kepalanya, itulah kami. Aaahh! Tetapi
sekarang Yesus menaikkan standarnya. “…28 Tetapi Aku berkata kepadamu,
siapa pun yang memandang seorang perempuan dengan nafsu terhadapnya, sudah melakukan perzinahan dengan dia di dalam
hatinya…” apa masalahnya? Apakah mereka melakukan perbuatan zinah?
Tidak, tetapi mereka pasti memikirkan perbuatan zinah. Apakah Yesus berkata,
“Boleh berzinah?” Tidak! Yesus berkata, “Jangan melakukan perzinahan, tetapi
lakukan itu demi alasan yang benar.”
Notice Matthew 23:23-28, these are the woes upon the
scribes and Pharisees, notice how Jesus uses the word “inside” and “outside”. “23 Woe to you,
scribes and Pharisees, hypocrites! For you pay
tithe of mint and anise and cumin…” is that wrong to pay tithe? No. Does Jesus say, you don't
have to tithe anymore, as long as your heart is right, don't tithe? That is not
what Jesus is saying. “…23 Woe to you,
scribes and Pharisees, hypocrites! For you pay
tithe of mint and anise and cumin and have
neglected the weightier matters of
the Law…” those
are the things that come from the heart, “…justice, and mercy and faith. These you
ought to have done, without leaving the others undone…” In other words, you still tithe but you
tithe with a spirit of justice, mercy and faith; you have the insight. And then
He says to them, notice in verse 24, “…24 Blind
guides…” does
Jesus said that Laodicea is blind? Oh, so now Jesus says that the Pharisees are
blind, and the scribes, “…24 Blind
guides who strain out a gnat and swallow a camel! 25 ‘Woe to you, scribes and Pharisees,
hypocrites! For
you cleanse the…” what?
“…outside of the cup and dish, but inside they are full of extortion and self-indulgence…” And then Jesus once again says, “…26 Blind Pharisee, first cleanse…” what?
“…the inside of the cup and dish, that the outside of them may be clean
also…” When the inside is clean
the outside is clean as well. Verse 27, “…27 ‘Woe to you, scribes and Pharisees,
hypocrites! For
you are like whitewashed tombs which indeed appear beautiful outwardly, but
inside are full of dead men’s bones
and all uncleanness. 28 Even so you also outwardly appear righteous
to men…” that's
the hot part by the way, “…but inside you are full of hypocrisy and
Lawlessness’.”
Simak Matius
23:23-28, ini adalah celaka-celaka pada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
simak bagaimana Yesus memakai kata “di dalam” dan “di luar”. “23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik! Sebab kamu mengembalikan persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan,
tetapi telah mengabaikan yang lebih penting dalam Hukum Taurat…” itulah hal-hal
yang datang dari hati, “…keadilan dan belas kasihan dan iman. Yang satu harus dilakukan dan yang lain
jangan diabaikan…” dengan kata lain, kamu masih harus mengembalikan persepuluhan, tapi kamu mengembalikan
persepuluhan dengan roh keadilan, belas kasihan, dan iman. Kamu punya pengertian
yang lebih dalam. Kemudian Yesus berkata kepada mereka,
simak ayat 24, “…24 Pemimpin-pemimpin
buta…” apakah Yesus mengatakan Laodekia itu buta? Oh, jadi
sekarang Yesus berkata bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu buta. “…24
Pemimpin-pemimpin buta, yang menyaring
ngengat dan menelan unta! 25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, orang-orang munafik! Sebab kamu
bersihkan…” apa? “…sebelah luar cawan dan pinggan, tetapi sebelah dalamnya
penuh pemerasan dan pemanjaan diri…” Lalu Yesus berkata
sekali lagi, “…26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah
dahulu…” apa? “…sebelah dalam cawan dan pinggan itu, supaya sebelah
luarnya juga akan bersih…” Bila bagian
dalamnya bersih, luarnya bersih juga. Ayat 27, “…27
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik! Sebab kamu sama seperti kuburan
yang dicuci bersih, yang memang tampak indah sebelah luarnya, tetapi di sebelah
dalamnya penuh tulang belulang orang mati
dan pelbagai kenajisan. 28 Demikian jugalah, di luar kamu tampaknya benar
di mata orang, tetapi di dalam kamu penuh kemunafikan dan pelanggaran Hukum.”
Are you catching a glimpse of the disease? Mark 7:6 Jesus
is speaking of the people of His day. “6 He answered
and said to them, ‘Well did
Isaiah prophesy of you hypocrites…”
what is a hypocrite? He is an actor, he's
someone that puts on a facade and acts out something that he isn't. So Jesus
says, “… ‘Well did
Isaiah prophesy of you hypocrites
as it is written: ‘This people honors Me with their lips, but their heart is far from Me.”
Apakah kalian
menangkap sekilas penyakitnya? Markus 7:6 Yesus sedang bicara tentang manusia
di zamanNya.“6 Jawab-Nya kepada mereka: ‘Benarlah nubuat
Yesaya tentang kamu, orang-orang munafik…” orang munafik itu
bagaimana? Dia seorang aktor, dia seseorang yang memasang topeng dan
memperagakan sesuatu yang bukan dirinya. Jadi Yesus berkata, “…‘Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu,
orang-orang munafik, sebagaimana ada tertulis: Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibir mereka, tetapi hati mereka
jauh dari-Ku.”
You remember the story of the rich young ruler? Would the
rich young ruler have made a good Seventh-Day Adventist in the Edmond Church?
Do you think the rich young ruler was tithing? Oh yes, he was. Do you think he was
keeping the Sabbath? Yes. Do you think he was eating shrimp with his meals? No,
no, no, no, no. Now am I saying, eat shrimp, and don't tithe, and break the
Sabbath, is that what I'm saying? No, no, no, no, no! Jesus expects a greater righteousness,
a righteousness that springs from the heart. He expects better behavior than
the Pharisees, but with the right motivation.
Let's read about the rich young ruler, Matthew 19:16-22. “16 Now behold,
one came and said to Him, ‘Good Teacher, what good thing shall I do
that I may have eternal life?’ 17 So He said to him, ‘Why do you call Me good? No one is good but One, that is, God…” In other word Jesus was wondering if he was
recognizing Him just as a good man or he was recognizing Him as God. “…But if you want to enter into life…” this is eternal life by the way, “…keep the commandments.’…” Is that a good Seventh-Day Adventist’s answer?
Oh it's a wonderful Seventh-Day Adventist answer, “…Keep
the commandments…” And
the young man is saying, “This is too good to be true, I can't believe it I'm
doing this.” Verse 18, “…18 He said to Him, ‘Which ones?’ Jesus
said, ‘You
shall not murder,’ ‘You shall not commit adultery,’ ‘You shall not steal,’ ‘You
shall not bear false witness,’ 19 ‘Honor your father and your mother,’…” and now notice Jesus left one out, “you
shall not covet”, but in place of “you shall not covet” Jesus put in
there, “you shall love your neighbor as
yourself” because love for your neighbor is the opposite of covetousness. He is
putting the 10th Commandment in a positive way. So once again, verse 19, “… 19 ‘Honor your father and your mother,’ and, ‘You shall love your neighbor as yourself.’ 20 The young man said to Him, ‘All these things I
have kept from my youth. What do I still lack?’…” I'm ready for heaven, take me now. “…21 Jesus said to him, ‘If you want to be perfect…” that means if you want to enter eternal life, “… ‘If you want to be perfect, go, sell what
you have and give to the poor…” would that be an act of love that springs from the heart?
Absolutely, “…and
you will have treasure in heaven; and come, follow Me.’ 22 But when the young man heard that saying,
he went away sorrowful, for he had great possessions.”
Was he a Law-keeper externally? Yes, he was. Was he
really a Law-keeper? No, because
all of his Law-keeping came from a cold heart.
Kalian ingat cerita seorang pemimpin muda yang kaya?
Apakah pemimpin muda kaya itu bisa menjadi seorang MAHK yang baik di Edmond Church?
Menurut kalian apakah pemimpin muda kaya ini mengembalikan persepuluhan? Oh,
ya. Menurut kalian apakah dia memelihara Sabat? Ya. Menurut kalian apakah dia
makan udang bersama makanannya? Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak. Nah apakah
saya mengatakan, makanlah udang, jangan mengembalikan persepuluhan, langgarlah
Sabat, apakah itu yang saya katakan? Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak! Yesus
mengharapkan kebenaran yang lebih besar, kebenaran yang keluar dari hati. Dia
mengharapkan sikap yang lebih baik daripada sikap orang-orang Farisi, tetapi
dengan motivasi yang benar.
Mari kita baca tentang pemimpin muda
yang kaya ini, Matius 19:16-22, “16
Lihatlah, seorang datang dan berkata kepadaNya, ‘Guru yang
baik, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?’ 17 Maka berkatalah Ia
kepadanya, ‘Mengapa
engkau menyebut Aku baik? Tidak ada yang baik, hanya Satu, yaitu Allah…”
dengan kata lain Yesus ingin tahu
apakah orang ini mengenaliNya hanya sebagai orang yang baik atau dia mengenali
Dia adalah Allah. “…Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam
hidup…” nah, ini hidup kekal, “…turutilah perintah-perintah
Allah.’…” apakah ini jawaban MAHK yang baik? Oh,
ini jawaban MAHK yang bagus,
“…turutilah perintah-perintah Allah.’…” Dan orang muda itu berkata “Wah ini mudah sekali, saya tidak bisa percaya
saya melakukannya.” Ayat 18, “…18 Kata orang itu kepada-Nya,
‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus, ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan
mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19 hormatilah ayahmu dan
ibumu’…” dan sekarang Yesus
meninggalkan satu yaitu “Jangan
mengingini milik orang”, tetapi sebagai ganti “Jangan mengingini milik orang”
Yesus memasukkan di sana “kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” karena
mengasihi sesama adalah lawan dari mengingini milik orang. Yesus membuat
Perintah ke-10 dalam bentuk positif. Jadi sekali lagi ayat 19, “…19 hormatilah ayahmu dan ibumu’
dan ‘kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.’ 20 Kata orang muda
itu kepada-Nya: ‘Semuanya itu telah kuturuti dari
masa aku kecil, apa lagi yang masih kurang?’…” Aku sudah siap ke
Surga, bawalah aku sekarang! “…21 Kata Yesus kepadanya,
‘Jikalau engkau mau jadi sempurna,…” artinya kalau kamu
mau masuk ke hidup kekal,
“…‘Jikalau engkau mau jadi sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin,…” apakah ini suatu
perbuatan kasih yang terbit dari dalam hati? Betul sekali. “…maka engkau akan punya harta di sorga, kemudian datanglah, ikutlah Aku.’ 22
Tetapi ketika orang muda itu mendengar
perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.”
Apakah orang muda ini seorang pemelihara Hukum secara
lahiriah? Ya, betul. Apakah dia sungguh seorang pemelihara Hukum? Tidak! Karena
semua tindakannya memelihara Hukum berasal dari hati yang dingin.
You remember the story of the Pharisee and the publican that came to church to pray. Let's
read about it in Luke 18:10-14 we know these stories, but I want to read them
from the Bible because the Bible has power. Notice what it says there in Luke 18:10-14.
“10 Two men
went up to the temple to pray, one a Pharisee and the other a tax collector…” a hated tax collector, they extorted money,
they charge more than they should have, they lived it up and they actually stole from the poor, as we know from
the story of Zacchaeus. Verse 11, “…11 The
Pharisee stood and
prayed thus with himself,…” he's full of self, isn't he? “… ‘God, I
thank You that I am not like other men—extortioners, unjust, adulterers, or
even as this tax collector…” Thank you that I'm not a worldling, is what he's saying,
and then he says, “…12 I fast
twice a week; I give tithes of all that I possess.’…” What was the attitude of the tax collector? “…13 And the tax
collector, standing afar off, would not so much as raise his eyes to heaven, but beat his
breast, saying, ‘God, be merciful to me a sinner!’ 14 I tell you,
this man went down to his house justified rather than the other; for
everyone who exalts himself will be humbled,
and he who humbles himself will be exalted.”
Kalian ingat kisah
orang Farisi dan pemungut cukai yang datang ke gereja untuk berdoa? Mari
kita baca tentang ini di Lukas 18:10-14.
Kita sudah tahu kisah-kisah ini, tetapi saya mau membacanya dari Alkitab karena
Alkitab punya kuasa. Simak apa yang dikatakan di Lukas 18:10-14, “10 Ada dua orang pergi ke Bait
Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai…” pemungut cukai yang dibenci, mereka suka memeras, mereka
menagih lebih daripada yang seharusnya, mereka hidup berfoya-foya, dan mereka sesungguhnya mencuri dari
orang-orang miskin, seperti yang kita tahu dari kisah Zakeus. Ayat 11, “…11 Orang Farisi itu berdiri dan
berdoa demikian dengan dirinya sendiri…” dia sombong sekali, bukan? “…‘Ya
Allah, aku bersyukur aku tidak seperti orang
lain ~ pemeras, lalim, pezinah, bahkan seperti pemungut cukai ini…” Terima kasih aku
bukan orang dunia itulah yang dikatakannya, kemudian dia berkata, “…12 Aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.’…” Bagaimana sikap si pemungut cukai? “…13
Dan pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul dadanya sambil
berkata: ‘Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.’ 14 Aku
berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan
Allah, tidak
seperti yang satunya. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
You remember the story of the prodigal son? Do you know
that that story of the prodigal son has two brothers, one brother is the one
that left home and lived it up; his brother said that he went to bed with
harlots. Let's read about the older brother, when the younger brother comes
home smelling like pigs and his clothes all soiled with the dirt, we find the attitude
of his brother. Let's read about it in the gospel of Luke 15 and beginning with
verse 25. “25 Now his
older son was in the field. And as he came and drew near to the house, he heard
music and dancing…” There
was a celebration because the younger son had come home. “…26 So he called one of the servants and asked what
these things meant…” Why
is there a party in my father's house? “…27 And he said to him, ‘Your brother has come, and
because he has received him safe and sound, your father has killed the fatted
calf.’…” And so the older brother says praise the
Lord, my brother is back. No! It says, “…28 But he was angry and would not go in. Therefore his
father came out and pleaded with him. 29 So he answered and said to his father,…” this is the attitude of the Pharisee,
notice. “…‘Lo, these many years I have been
serving you; I never transgressed your commandment at any time; and yet you
never gave me a young goat, that I might make merry with my friends…” This older son was a son with a servant’s
mentality. He served his father because he wanted to earn his father's favor,
he wanted to get brownie points from his father, and he despised his brother.
Do you know one of the greatest signs of a Pharisee is an individual who is
always critical of everyone else's piety? I am a vegan and he's not; I don't go
out to restaurants on Sabbath and she does. The Pharisee not only feels self-righteous,
but the Pharisee always compares himself with other people. The Bible says “work out your own salvation with fear and
trembling” not the salvation of
somebody else.
Kalian ingat kisah anak yang hilang? Tahukah kalian bahwa
di kisah anak yang hilang itu ada dua bersaudara, yang satu adalah yang
meninggalkan rumah dan berfoya-foya; saudaranya berkata bahwa dia berhubungan
dengan pelacur-pelacur. Mari kita baca
tentang saudara yang sulung, ketika yang bungsu pulang baunya seperti babi dan pakaiannya kotor semua, kita
mendapati sikap saudaranya. Mari kita
baca tentang ini di Injil Lukas 15 dan mulai dari ayat 25, “25 Nah,
anaknya yang sulung berada di ladang. Dan
ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar musik dan tari-tarian…” lagi ada perayaan karena anak yang bungsu sudah pulang. “…26 Lalu ia memanggil salah
seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu…” Mengapa ada pesta
di rumah bapakku? “…27
Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan karena ia mendapatnya kembali dengan
sehat dan selamat, ayahmu telah menyembelih
anak lembu tambun…” Maka saudara yang
sulung berkata, Puji Tuhan, saudaraku pulang. Tidak! Dikatakan, “…28
Tetapi marahlah anak sulung itu dan ia tidak
mau masuk. Maka ayahnya keluar dan membujuknya. 29
Jadi ia menjawab ayahnya, katanya…” ini adalah sikap
Farisi, simak, “…‘Telah bertahun-tahun aku
melayani bapak dan
belum pernah aku melanggar perintah bapak, tetapi kepadaku belum pernah bapak berikan seekor anak kambing supaya aku boleh bersenang-senang
dengan sahabat-sahabatku…” Anak sulung ini adalah anak dengan mental seorang hamba.
Dia melayani bapaknya karena dia mau
mendapatkan kebaikan bapaknya, dia mau mendapatkan nilai bagus dari bapaknya,
dan dia membenci saudaranya. Tahukah kalian apa salah satu tanda seorang Farisi
ialah seseorang yang selalu mencari kesalahan kesalehan orang lain. Saya
seorang vegan, dia bukan; saya tidak ke restoran pada hari Sabat, dia berbuat
begitu. Orang Farisi
bukan hanya merasa diri suci,
tetapi orang Farisi selalu
membandingkan dirinya dengan orang lain. Alkitab berkata, “…kerjakanlah
keselamatanmu sendiri dengan takut dan
gentar (Fil.
2:12)…” bukan keselamatan
orang lain.
Now notice Matthew 6:1-6, we find here the attitude of the
Pharisees when they went to the marketplace to pray and to give alms, it says,
Jesus speaking, “1Take
heed that you do not do your charitable deeds before men, to be seen by them…” Why do the Pharisees do all these things?
Oh they wanted everybody to say, Oh, that person is really pious, and really
holy. “…Otherwise you have no reward from your
Father in heaven. 2 Therefore, when you do a charitable deed,
do not sound a trumpet…” imagine
the Pharisees they would sound a trumpet, we're going to do a good deed now,
folks, “…do not sound a trumpet before you as the
hypocrites do in the synagogues and in the streets, that they may have glory
from men. Assuredly, I say to you, they have their reward….” Their reward is the glory that they receive from men. “…Assuredly, I say to you, they have their
reward. 3 But when you do a charitable deed, do not
let your left hand know what your right hand is doing,4 that your charitable deed may be in secret;
and your Father who sees in secret will Himself reward you openly. 5 And when you pray, you shall not be like the hypocrites. For they love to pray standing
in the synagogues and on the corners of the streets, that they may be seen by
men. Assuredly, I say to you, they have their reward. 6 But you,
when you pray, go into
your room, and when you have shut your door, pray to your Father who is in the secret place; and your Father who sees
in secret will reward you openly.”
Sekarang simak
Matius 6:1-6, kita melihat di sini sikap orang Farisi ketika mereka pergi ke
pasar untuk berdoa dan memberikan derma, dikatakan, Yesus yang berbicara, “1 ‘Berhati-hatilah,
jangan kamu melakukan amalmu di hadapan orang supaya dilihat mereka…” Mengapa orang
Farisi melakukan semua hal itu? Oh, mereka mau semua orang berkata, Wah, orang
ini benar-benar saleh dan suci. “…kalau tidak, kamu tidak beroleh balasan dari Bapamu yang di sorga. 2
Karena itu apabila engkau berbuat amal
janganlah engkau membunyikan terompet…” bayangkan orang
Farisi, mereka akan membunyikan terompet, kami akan berbuat kebaikan sekarang,
Saudara-saudara! “…janganlah engkau membunyikan terompet di depanmu
seperti yang dilakukan orang-orang munafik
di rumah-rumah ibadat dan di jalan-jalan,
supaya mereka boleh dimuliakan orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, mereka sudah
mendapat balasannya.…” balasan mereka
ialah kemuliaan yang mereka terima dari manusia. “…Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapat balasannya.
3 Tetapi jika engkau berbuat amal, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang
diperbuat tangan kananmu 4 supaya
amalmu itu secara
rahasia, maka Bapamu yang melihat yang rahasia,
Dia sendiri akan memberimu balasan secara terbuka. 5 Dan apabila kamu
berdoa, janganlah seperti orang-orang munafik,
karena mereka suka berdoa sambil berdiri dalam rumah-rumah ibadah dan di pojok-pojok jalan, supaya mereka dilihat
orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu,
mereka sudah mendapat balasannya. 6
Tetapi jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada
di tempat rahasia. Maka Bapamu yang melihat secara rahasia akan memberimu balasan secara terbuka.”
So Laodicean's problem is not on the outside, Laodicean's
problem is on the inside. Her problem is not what she professes, her problem is
what she is. The problem with Laodicea is not sins, the problem with Laodicea
is sin that resides in the heart, the sin in the heart is hidden by apparently
good behavior. It does no good to eliminate sinful actions without killing the sinful
root that produces those actions. The
way to kill a tree is not by picking off leaves, but by pulling out the tree by
the roots.
Imagine what it would be like if an
individual has an avocado tree in his house. By the way, in Central California
we grow avocados, I know you don't here in Oklahoma because of the weather, but
supposing an individual has an avocado tree, and he’s had that tree for 15
years and the tree has not produced even one avocado. It's embarrassing. People
come by, they see this tree doesn't have any avocado any time of the year. The
neighbors say, what's wrong with the avocado tree? So the owner of the tree
says, “I know what I'm going to do, I'm going to go down to Walmart and I'm
going to buy 200 avocados.” And so that night the individual goes to Walmart,
buys 200 avocados, and while the neighbors are sleeping he puts threads through
the avocados and he hangs them on the tree. The next day the neighbors get up
and they look, they say, “A miracle! Overnight the avocado tree has produced
avocados!” They are artificial avocados because they do not come from the
nature of the tree.
That was the spirit of the Pharisee, they were hanging
good works unto their lives to be seen by men, to display, but their heart was
wrong. In order to change behavior we have to go to the root, we have to go to
the heart. Pride, selfishness, covetousness, envy, hatred, these are the big
sins.
Jadi masalah Laodekia bukanlah di luarnya, masalah
Laodekia ada di dalamnya. Masalahnya bukan apa yang diakuinya, masalahnya ialah
apa dirinya. Masalah Laodekia bukanlah dosa-dosa, masalahnya ialah dosa yang
ada di dalam hatinya, dosa di dalam hati yang ternyata tersembunyi di balik
sikap yang baik. Tidak ada gunanya
melenyapkan perbuatan-perbuatan dosa tanpa membunuh akar dosa yang menghasilkan perbuatan-perbuatan tersebut. Caranya
mematikan sebuah pohon bukan dengan menggunduli daunnya tetapi dengan mencabut pohon tersebut dari akarnya.
Bayangkan bagaimana jadinya jika ada yang punya pohon apokat di
pekarangannya. Nah, di Central California kami menanam apokat, saya tahu di sini di
Oklahoma kalian tidak, karena iklimnya,
tetapi misalkan ada orang punya pohon apokat dan dia sudah memiliki pohon itu
15 tahun lamanya tapi pohon itu tidak pernah berbuah kapan pun. Itu memalukan.
Orang-orang lewat melihat pohon ini tidak pernah ada buahnya di musim apa pun.
Para tetangga bertanya, kenapa pohon ini? Maka pemilik pohon ini berkata, “Aku
tahu apa yang harus kubuat. Aku akan ke Walmart dan aku akan membeli 200 buah
apokat.” Maka malam itu orang ini ke Walmart, membeli 200 buah apokat, dan
sementara para tetangganya tidur, dia mengikat buah-buah apokat itu dan dia menggantung
mereka di pohonnya. Keesokan harinya para tetangga bangun dan melihat, dan
mereka berkata, “Mujizat! Dalam satu malam pohon apokat itu sudah menghasilkan
buah!” Itu buah palsu karena mereka tidak tumbuh secara alami dari pohon itu.
Itulah roh orang-orang Farisi, mereka menggantungkan
perbuatan baik mereka di hidup mereka supaya dilihat manusia, untuk dipamerkan,
tetapi hati mereka tidak benar. Untuk
mengubah sikap, kita harus ke akarnya, kita harus ke hati.
Kesombongan, egoism, mengingini milik orang, iri hati, benci, itu adalah
dosa-dosa yang besar.
You see with Laodicea the truth has reached the intellect
but it has not changed the heart. Jesus is outside the church of Laodicea.
So then who is in control of the heart if Jesus is outside the church of
Laodicea knocking? It must be that self is in control of the heart. The heart
is cold and the works are hot, which equals lukewarm.
You see the problem with Laodicea is not with
actions, it's with motivations.
Kalian lihat, di Laodekia kebenaran telah mencapai intelek tetapi itu tidak mengubah hati. Yesus ada di luar gereja Laodekia. Jadi kalau begitu siapa yang mengendalikan hati jika Yesus ada di luar gereja Laodekia sedang mengetuk pintu? Tentunya diri yang sedang mengendalikan hati. Hati itu dingin dan perbuatannya panas, yang menjadi suam-suam.
Kalian lihat, masalahnya
dengan Laodekia bukanlah perbuatannya, masalahnya ialah motivasinya.
Let me read you some statements from the Spirit of
Prophecy on the importance of motivations. Do you know that it’s
motives that make an act good or bad? Can you do something with a bad motivation
that turns out good? Sure, you can. Can you do something with a good motivation
that turns out bad? Yes, you can. And people when it turns out bad they say, “Oh,
what a bum.” You know, and if it turns out good, people say that person is
wonderful, when really the motivation was wrong. Let me read you some
statements from the Spirit of Prophecy.
Saya akan membacakan beberapa kutipan dari Roh Nubuat
mengenai pentingnya motivasi. Tahukah kalian motivasilah yang menjadikan suatu perbuatan itu baik atau
buruk? Bisakah kita
melakukan sesuatu dengan motivasi buruk yang hasilnya baik? Bisa. Dan ketika
hasilnya buruk orang-orang berkata, “Dasar pecundang.” Dan jika itu hasilnya
baik, orang-orang akan berkata, “Dia ini hebat”, padahal sebenarnya motivasinya salah. Saya akan
membacakan beberapa pernyataan dari Roh Nubuat.
First one is Gospel
Workers 1915 page 275. “Many acts which pass for good works, even deeds
of benevolence, will, when closely investigated, be found
to be prompted by wrong motives. Many receive applause for virtues which they do not
possess. The Searcher
of hearts weighs motives, and often the deeds
which are highly applauded by men are recorded
by Him as springing from selfishness and base hypocrisy. Every act of our lives, whether excellent and praiseworthy or deserving of censure, is judged by the
Searcher of hearts according to the motives which prompted
it.”
Wow! Jesus will not judge us only on the
basis of what we did, but what motivated what we did. Was it to be
seen by men, was it to earn brownie points with the Lord, or was it because we
love Jesus and it flowed from the heart, that is the big question.
Yang pertama
ialah Gospel Workers (1915) hal. 275
“…Banyak perbuatan yang dianggap perbuatan baik, bahkan dianggap kebajikan,
bila diteliti dengan seksama, akan kedapatan dipicu oleh motif yang salah.
Banyak orang menerima pujian untuk kebaikan-kebaikan yang tidak mereka miliki. Sang Pengamat
hati menimbang motif-motif, dan sering perbuatan-perbuatan yang dipuji oleh
manusia dicatat olehNya sebagai berasal dari egoisme dan
kemunafikan yang hina. Setiap tindakan dalam hidup kita, apakah itu bagus
sekali dan patut dipuji, atau apakah itu layak mendapatkan teguran, dinilai oleh
Sang Pengamat hati menurut motif yang melahirkannya.”
Wow! Yesus tidak akan menghakimi kita
hanya berdasarkan apa
yang kita lakukan, tetapi apa
yang memotivasi apa yang kita lakukan. Apakah itu untuk dilihat
manusia, apakah itu untuk mendapatkan nilai bagus dari Tuhan, atau apakah itu
karena kita mengasihi Yesus dan itu mengalir keluar dari hati, itulah
pertanyaannya yang penting.
Let me read you three or four other statements.
Sons and Daughters of God page 171. “Every action derives
its quality from the motive which prompts it.”
Once again this is a short statement. “Every action derives its quality from the motive which prompts it.”
Saya akan
membacakan 3-4 pernyataan yang lain.
Sons and Daughters of God hal. 171, “…Mutu setiap perbuatan berasal
dari motif yang memicunya. …” Sekali lagi,
ini adalah pernyataan yang singkat, “…Mutu setiap
perbuatan berasal dari motif yang memicunya.”
In the book Child
Guidance page 201. “Every course of action has a twofold character and importance. It is virtuous or vicious, right or
wrong, according
to the
motive which prompts it.”
Di buku Child Guidance hal.
201,
“…Setiap prosedur tindakan memiliki karakter dan kepentingan ganda. Apakah
itu luhur atau jahat, benar atau salah, sesuai motif yang memicunya.”
Here's another one Vol. 5
of Testimonies page 279. “It is not the greatness of the work, but the love with which it is done, the motive
underlying the action, that determines its worth.”
Ini yang lain, Testimonies Vol. 5
hal. 279, “…Bukan betapa besarnya perbuatan itu,
melainkan kasih dengan mana perbuatan itu dilakukan, motif yang mendasari
tindakan itu, yang menentukan nilainya.”
One more. Vol. 7 of The
Bible Commentary page 966. “Purity of heart, purity of motive, may yet characterize those who are halfhearted and
who are striving to
serve God and
mammon.”
Satu lagi. Bible Commentary Vol. 7 hal. 966, “…Kemurnian hati, kemurnian motif,
masih mungkin menjadi karakter mereka yang sekarang separo hati dan yang
berusaha keras untuk melayani Allah dan mamon.
So the problem with the Laodicean, is that the
Laodicean does good things with the wrong motivation, the purpose is to earn salvation,
the purpose is to impress other people. Now is there anything wrong with the
good things the Laodicea does? No. You see the works are good, nothing wrong with the
works, but
the motive that prompts those works is where the problem is.
And so what does Laodicea need? Laodicea needs to invite Jesus into the
heart, and when Jesus comes into the heart our lives will not be less
obedient to the Lord, they will be more obedient to the Lord, but with the
right motivation.
Jadi masalahnya dengan Laodekia ialah orang-orang Laodekia berbuat
perbuatan-perbuatan yang baik dengan motivasi yang salah,
tujuannya ialah untuk mendapatkan
keselamatan, tujuannya ialah untuk memberikan kesan baik kepada
orang lain. Nah, apakah ada yng salah dengan perbuatan-perbuatan baik Laodekia?
Tidak. Lihat, perbuatan-perbuatannya
baik, tidak ada yang salah dengan perbuatan-perbuatan itu, tetapi motif yang melahirkan
perbuatan-perbuatan itu, itulah masalahnya.
Jadi apa yang dibutuhkan Laodekia? Laodeia perlu mengundang Yesus masuk ke dalam hatinya,
dan bila Yesus masuk ke dalam hati, hidup kita tidak akan menjadi semakin tidak
patuh kepada Tuhan, malah akan menjadi lebih patuh kepada Tuhan tetapi dengan
motivasi yang benar.
Let's go in our Bibles to Ezekiel 36:26-27. This is a
powerful couple of verses that we are going to reach the conclusion with in our
study this morning. Are you understanding the disease? Now if you don't come at
5 o'clock you're not going to have the remedy, you're still going to be sick. So
I'm hoping that everybody will come for Part 2. See, Laodicea messages are Part
1 and Part 2. We diagnose the disease and then we prescribe the cure, God has
the cure.
Mari ke Alkitab kita ke Yehezkiel 36:26-27. Ini adalah
dua ayat yang sangat berkuasa dengan mana kita akan membuat kesimpulan dari
pelajaran kita pagi ini. Apakah kalian sudah paham penyakitnya? Nah, jika nanti
pukul 5 sore kalian tidak datang, kalian tidak akan mendapatkan obatnya, kalian
akan tetap sakit. Jadi saya berharap semua orang akan hadir untuk Bagian ke-2.
Lihat, pekabaran Laodekia ada Bagian ke-1 dan Bagian ke-2. Kita mendiagnosa
penyakitnya, lalu kita mendapatkan
resep obatnya. Allah punya obatnya.
Now notice Ezekiel 36:26-27. This is a beautiful promise
by God. “ 26 I will give you a new heart…” what does Jesus promise? To give us a new
heart. Listen, God is the great cardiologist. He doesn't work at Loma Linda,
which is the famous Adventist Heart Hospital. Jesus is the great cardiologist,
but Jesus does not do bypass surgery, He doesn't change valves, He doesn't do
angioplasty, He doesn't do bypasses, there's only one kind of surgery that
Jesus does, heart transplants. He is not going to fix your old heart, He is
going to give you a new one. Notice once again. “… 26 I will give you a new heart and put a new
spirit within you; I will take the heart of stone out of your flesh…” see it's a transplant, “…I will take the heart of stone out of your
flesh and…” what? “…and give you a heart of flesh…” that is a converted heart, a heart where
Jesus dwells. When Jesus knocks, and He is invited in. We will not live less
piously, we will live more piously. We will be more careful about what we eat,
how we dress, what we do on Sabbath, how we manage our money, we will not be
less in that, we will be more, but it will be with the right motivation that
comes from the human heart. Now let's notice verse 27 where this truth is
taught. So we find God saying here, “I
will give you a new heart, I'll put a new Spirit within you, I'll take out the heart of stone, give
you a heart of flesh”, and then notice verse 27, “…27 I will put
My Spirit within you…” and listen carefully now, “…and cause
you to walk…” incidentally
when you find in the Bible the word “walk” used in a metaphorical sense, it's
talking about your conduct or your behavior. For example it says in 1 John 2:6,
“6 He who says he abides in Him ought himself also to walk just as He
walked.” So when the Bible uses “walk” not in a
literal sense, but walking in the spirit or walking in God's commandments it's
talking about obeying them, it's talking about behavior, or conduct. So it says
in verse 27, “…27 I will put My Spirit within you…” and what will be the result of having a new
heart and the Spirit in the heart? “…and cause you to walk in My statutes, and
you will keep My judgments and do them.”
So are people who are truly converted less strict in
their observance of the commandments or more strict? They're more strict, but
with the right motivation.
Sekarang, simak
Yehezkiel 36:26-27, ini adalah janji yang indah dari Allah. “26 Aku
akan memberikan kepadamu hati yang baru,
…” apa yang
dijanjikan Yesus? Memberi kita hati yang baru. Dengarkan, Allah itu seorang
kardiolog yang hebat. Dia tidak bekerja di Loma Linda, di mana ada Rumah Sakit
Jantung Advent yang terkenal. Yesus adalah kardiolog besar, tetapi Yesus tidak
melakukan bedah bypass, Dia tidak mengganti katup,
Dia tidak melakukan angioplasty,
hanya ada satu jenis pembedahan yang dilakukan Yesus, transplantasi jantung.
Dia tidak akan memperbaiki jantung lama kita, Dia akan memberi kita jantung
yang baru. Simak sekali lagi, “…26 Aku akan memberikan
kepadamu hati yang baru, dan menempatkan
Roh yang
baru di dalam dirimu,…” lihat, ini
transplantasi, “…Aku akan mengeluarkan
dari dagingmu hatimu yang dari batu dan…” apa? “…Kuberikan
kepadamu hati yang dari daging…” yaitu hati yang
bertobat, hati di mana Yesus berdiam. Bilamana Yesus mengetuk pintu dan Dia
diundang masuk. Kita tidak akan hidup berkurang saleh, kita akan hidup lebih
saleh. Kita akan lebih berhati-hati dengan apa yang kita makan, bagaimana kita
berpakaian, apa yang kita lakukan pada hari Sabat, bagaimana kita mengatur uang kita, kita tidak akan menjadi berkurang dalam semua
itu, kita akan semakin lebih, tetapi dengan
motivasi yang benar yang datang dari hati manusia (bukan hati
batu). Sekarang mari kita simak ayat 27 di
mana kebenaran ini diajarkan. Jadi di sini kita mendapati Allah berkata, “Aku
akan memberimu hati yang baru, Aku akan memasukkan Roh yang baru ke dalam
dirimu, Aku akan mengeluarkan hati yang dari batu dan memberimu hati dari
daging”. Lalu simak ayat 27, “…27 Aku
akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu…” dan sekarang
dengarkan baik-baik, “…dan Aku akan membuat kamu berjalan…” nah, bila kalian melihat di Alkitab kata “berjalan”
dipakai secara kiasan, itu bicara tentang perbuatan atau sikap. Misalnya di 1
Yoh. 2:6 dikatakan, “6
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia sendiri wajib berjalan sama seperti Kristus telah berjalan.” Jadi bilamana Alkitab memakai kata
“berjalan” tidak dalam pengertian literal, tetapi berjalan dalam Roh atau berjalan dalam Hukum Allah, itu bicara tentang
mematuhinya, itu bicara tentang sikap atau tindakan. Jadi dikatakan di ayat 27,
“…27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu…”
dan apakah hasilnya dari memiliki hati
yang baru dan Roh di dalam hati? “…dan Aku akan membuat kamu berjalan menurut
segala ketetapan-Ku dan kamu akan berpegang
pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. …”
Jadi apakah orang-orang yang benar-benar berubah menjadi
berkurang ketatnya dalam pemeliharaan Hukum atau semakin ketat? Mereka semakin
ketat, tetapi dengan motivasi yang benar.
I want to read in closing a passage that we all know very
well, it's found in the book of Jeremiah 31. Jesus wants to do a beautiful
thing, He wants to give us a new heart and then He wants to do something with
that heart. Jeremiah 31 and let's begin reading at verse 31,
“31 Behold, the days are coming, says the Lord, when I will make a new covenant with the house of Israel and with the
house of Judah…” by
the way you might say, “Well, this is for Old Testament Israel.” This is quoted
in the book of Hebrews and applied to Christians. So it's in the New
Testaments, not only in the Old Testaments but in the New Testament. Notice
verse 32. “…32 not according to the covenant that I made with their
fathers in the day that I
took them by the hand to lead them out of the land of Egypt…” was there a problem with that covenant? No, there wasn't
a problem with that covenant. “…My covenant which they broke, though I was a husband to them, says
the Lord….” God says, “I was a husband to
them”, says the Lord, “I got married with Israel at Mount Sinai.” Verse 33, 33 But
this is the covenant
that I will make with the house of Israel after those days, says the Lord: I will put My Law…” where? “…in their minds, and
write it…” where? “…on their hearts; and I will be their God, and they shall be My
people…” After
God gives us a new heart, what does He do with that new heart? He does
what? He writes His Law in our hearts
and the Law is a reflection of whom? Of Jesus, the Law is a written description
of Jesus. So if the Law is in the heart, Jesus is in the heart, and then people
are not going to have to say you are not keeping the Sabbath the right way, now
don't forget to tithe, don't forget to dress modestly when you come to church,
no need for that. Notice what it says in verse 34, “…34 No more shall every man teach his neighbor, and
every man his brother, saying, ‘Know the Lord,’ for they all shall know Me, from the least of them to the greatest
of them, says the Lord. For I will forgive their iniquity, and their sin I will remember no
more.”
Sebagai penutup saya akan membacakan sesuatu yang sudah sangat kita kenal,
ini ada di kitab Yeremia 31. Yesus mau melakukan hal yang indah, Dia mau
memberi kita hati yang baru, kemudian Dia mau berbuat sesuatu dengan hati itu.
Yeremia 31, dan mari kita mulai dari ayat 31,“31 ‘Lihat, harinya akan
datang,’ firman TUHAN, ‘ketika Aku
akan membuat perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum
Yehuda…” nah, mungkin
kalian akan berkata, “Ini untuk Israel Perjanjian Lama.” Ayat ini dikutip di
kitab Ibrani dan diaplikasikan kepada orang Kristen. Jadi ini ada di Perjanjian
Baru. Simak ayat 32, “…32 bukan menurut perjanjian yang telah Kubuat dengan nenek moyang mereka pada hari Aku memegang tangan mereka untuk menuntun mereka keluar dari tanah Mesir…” apakah ada masalah
dengan Perjanjian itu? Tidak, tidak ada masalah dengan Perjanjiannya? “…perjanjian-Ku
yang telah mereka langgar, meskipun Aku adalah suami
bagi mereka, demikianlah firman TUHAN…”
Allah berkata, “Aku menjadi suami
mereka.” Kata Tuhan, “Aku telah menikahi Israel di gunung Sinai.” Ayat 33, “…33 Tetapi beginilah perjanjian
yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah
waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Hukum-Ku…” di mana? “…di benak mereka, dan menulisnya
di…”
mana? “…di hati mereka; dan
Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku…” Setelah Allah
memberi kita hati yang baru, apa yang dibuatNya dengan hati yang baru itu? Dia
menulis HukumNya di hati kita dan Hukum adalah pantulan dari siapa? Dari Yesus.
Hukum adalah deskripsi tertulis Yesus. Jadi jika Hukum ada di dalam hati, Yesus
ada di dalam hati, lalu orang-orang tidak lagi perlu mengatakan, hei kamu tidak
memelihara Sabat dengan benar, nah jangan lupa mengembalikan persepuluhan, dan
jangan lupa berpakaian yang sopan kalau ke gereja. Semua itu tidak diperlukan
lagi. Simak apa yang dikatakann di ayat 34, “…34
Dan tidak usah lagi orang mengajar tetangganya,
dan mengajar saudaranya dengan mengatakan:
‘Kenallah TUHAN!’ Sebab mereka semua akan mengenal Aku, dari yang paling kecil hingga yang paling besar dari mereka,’ firman
TUHAN, ‘sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan dosa mereka tidak akan Kuingat lagi. "
So what does God want for the church of Laodicea, for His
people? Folks, what Jesus wants is to give us a new heart, and then He wants to
write His Law in our hearts, He wants Jesus to dwell there because the Law is a
transcript of Jesus, and then we will live like Him, we will walk like Him
because we will reflect Him, because He is dwelling in our hearts. That is what
Jesus is waiting for Laodicea to experience.
And by the way, when that happens the world is going to
wake up. They're going to say, “Wow! We need to pay attention to these people.”
And it will raise up a group against the church. Others will leave the church.
People from Babylon will come into the church. And once the church is cleansed, everyone will be on the same page, an army
of the Lord ready to proclaim the Loud Cry through the power of the Holy
Spirit, so that the end can come, and Jesus Christ can come to rescue His
people from this earth, that we might dwell with Him a thousand years in Heaven
and then return and live with Jesus throughout eternity in an earth made new.
So this is the diagnosis. In our next study we will take
a look at the cure.
Jadi apa yang diinginkan Allah dari gereja Laodekia, dari
umatNya? Saudara-saudara, apa yang diinginkan Yesus ialah memberi kita hati
yang baru, kemudian Dia mau menulis HukumNya di hati kita. Dia mau Yesus
berdiam di sana karena Hukum adalah salinan Yesus. Lalu kita akan hidup seperti
Dia, kita akan berjalan seperti Dia karena kita akan memantulkan DiriNya,
karena Dia diam dalam hati kita. Itulah yang ditunggu Yesus untuk dialami oleh
Laodekia.
Dan ketahuilah, bilamana itu terjadi, dunia akan terjaga.
Mereka akan berkata, “Wow! Kami harus
memperhatikan orang-orang ini.”
Dan itu akan membangkitkan suatu kelompok yang menentang gereja. Yang lain
akan meninggalkan gereja. Orang-orang dari Babilon akan masuk ke dalam gereja kita. Dan begitu gereja kita sudah
dibersihkan dan semua orang seia-sekata, pasukan Tuhan siap untuk mengumumkan
Seruan Nyaring melalui kuasa Roh Kudus, supaya kesudahan boleh datang, dan
Yesus Kristus boleh datang untuk menyelamatkan umatNya dari dunia ini, agar
kita bisa hidup bersamaNya selama 1’000 tahun di Surga, lalu kembali dan hidup bersama Yesus
selama kekekalan di dunia yang diciptakan baru.
Jadi inilah diagnosanya. Di pelajaran kita berikutnya
kita akan menyimak obatnya.
12 04 22
No comments:
Post a Comment