Monday, April 18, 2022

EPISODE 12/13 ~ REVELATION'S SEVEN CHURCHES ~ LAODICEA PART 2 ~ STEPHEN BOHR

 

_____REVELATION’S SEVEN CHURCHES_____

Part 12/13 - Stephen Bohr

LAODICEA ~ PART 2

https://www.youtube.com/watch?v=iQFmon0DSWo

 

 

Dibuka dengan doa.

 

 

Well, first of all let's review what we studied in our first presentation about the church of Laodicea. Last time we studied about Laodicea’s disease and we noticed that Laodicea does the right things for the wrong reason. In other words, they do things to impress men and to impress God, and earn the favor of God. The outside looks good but there are deep problems on the inside. Laodicea has form and theory of the truth but it is just a form of godliness without the power thereof. Laodicea has rituals and beliefs ~ nothing wrong with the rituals and beliefs ~ but the problem is that behind those rituals and beliefs there is no power.

 

Nah, pertama-tama mari kita mengulangi apa yang sudah kita pelajari dalam presentasi kita yang pertama tentang gereja Laodekia. Terakhir kalinya kita mempelajari penyakit Laodekia, dan kita sudah menyimak bahwa Laodekia melakukan perbuatan-perbuatan yang benar tapi dengan alasan yang salah. Dengan kata lain, mereka melakukan perbuatan untuk membuat manusia terkesan dan membuat Allah terkesan, dan untuk mendapatkan perkenan Allah. Bagian luarnya tampak bagus tetapi di dalamnya ada masalah-masalah besar. Laodekia memiliki bentuk dan teori kebenaran, tetapi itu hanya suatu bentuk kesalehan tanpa kuasanya. Laodekia memiliki ritual-ritual dan kepercayaan-kepercayaan ~ tidak ada yang salah dengan ritual dan kepercayaan ~ tetapi masalahnya ialah di balik semua ritual dan kepercayaan itu, tidak ada kuasa.

 

 

Jesus and Laodicea look at each other differently. Laodicea thinks she's rich, that she has 20/20 vision, and that she is luxuriously clothed, and super happy.

Jesus says, “No, Laodicea, you've got it all wrong. Instead of being rich, you're poor; instead of seeing 20/20, you're blind; instead of being luxuriously clothed, you are naked; and instead of being happy, you are absolutely miserable. In other words, Laodicea, you are self deceived.”

 

Yesus dan Laodekia memandang satu sama lain secara berbeda. Laodekia menganggap dia kaya, bahwa dia punya penglihatan 20/20, dan bahwa dia berpakaian mewah, dan super bahagia.

Yesus berkata, “Tidak, Laodekia, kamu salah besar. Bukannya kamu kaya, kamu miskin; bukannya kamu bisa melihat 20/20, kamu buta; bukannya kamu berpakaian mewah, kamu telanjang; dan bukannya kamu bahagia, kamu sama sekali menyedihkan. Dengan kata lain, Laodekia, kamu sedang menipu dirimu sendiri.”

 

 

I read a statement this morning from Vol. 3 of The Testimonies page 252 where Ellen White wrote, The message of the True Witness finds the people of God in a  sad deception yet honest in that deception.  They  know not that their condition is deplorable in the sight of God.”

And that's why God gives the Laodicean’s message, so that Laodicea will no longer be in a sad deception and honest in that deception.

 

Pagi ini saya sudah membacakan pernyataan dari Testimonies Vol. 3 hal. 252 di mana Ellen White menulis, “…Pekabaran dari Saksi yang Benar mendapati umat Allah dalam suatu penipuan yang menyedihkan namun jujur dalam penipuan itu. Mereka tidak tahu bahwa kondisi mereka itu mengenaskan di pemandangan Allah…”  

Dan itulah mengapa Allah memberikan pekabaran kepada Laodekia, agar Laodekia tidak lagi dalam kondisi tertipu yang mengenaskan, dan memang jujur tertipu.

 

 

Now how do we convince one who is sick, but doesn't think that they're sick, to seek treatment? It is virtually an impossibility, and that is the problem with Laodicea. So God does not mince any words when it comes to the condition of the Laodicean church. He tells it like it is ~ and the reason why is because He wants Laodicea to see its disease and to seek for the remedy for that disease.

In Vol. 4 of The Testimonies page 87 Ellen White wrote, The only hope for the Laodiceans is a clear view of their standing before God, a knowledge of the nature of their disease.”  

So the only hope for Laodicea is to realize the disease that Laodicea has.

 

Nah, bagaimana kita bisa meyakinkan seseorang yang sakit tapi yang tidak menganggap dirinya sakit untuk mencari pengobatan? Itu sesuatu yang mustahil, dan itulah masalah Laodekia. Jadi Allah tidak berbasa-basi tentang kondisi gereja Laodekia. Dia mengatakannya sebagaimana adanya ~ dan alasannya ialah karena Dia ingin Laodekia melihat penyakitnya dan mencari obat untuk penyakit itu.

Di Testimonies Vol. 4 hal. 87 Ellen White menulis,   “…Satu-satunya harapan bagi Laodekia ialah melihat dengan jelas posisi mereka di hadapan Allah, pengetahuan tentang kondisi penyakit mereka…”  Jadi satu-satunya harapan bagi Laodekia ialah menyadari penyakit yang dimiliki Laodekia.

 

 

Now the question is what has God prescribed from the divine pharmacy, so to speak, for the disease of the church of Laodicea? He has actually recommended three medicines. Now, they might be bitter but they will bring healing.

1.   The first of these is gold tried in the fire,

2.   the second remedy is white garments that Laodicea might be clothed,

3.   and the third is eye salve that Laodicea might see.

So the gold that she might be rich, the garments so that she might be clothed, and the eye salve so that she can see.

 

Nah, pertanyaannya ialah apa yang diresepkan Allah dari apotek Ilahi ~ katakanlah begitu ~ untuk penyakit gereja Laodekia? Dia merekomendasikan tiga macam obat. Nah, mereka mungkin pahit, tetapi mereka bisa menyembuhkan.

1.   Yang pertama ialah emas yang telah diuji dalam api,

2.   obat kedua ialah pakaian putih supaya Laodekia berpakaian,

3.    yang ketiga ialah salep mata agar Laodekia bisa melihat.

Jadi emasnya supaya dia bisa menjadi kaya, pakaiannya supaya dia berpakaian, dan salep mata supaya dia bisa melihat.

 

 

Let's talk first of all about the gold tried in the fire.

What does the gold tried in the fire represent? We're going to read a series of verses now that tell us what is represented by the gold. Go with me if you have your Bibles to Galatians 5:6. Here we find clearly explained what the gold is. The apostle Paul wrote, For in Christ Jesus neither circumcision nor uncircumcision avails anything, but faith working through love.”

So the gold tried in the fire represents faith that works by love. You see, the Pharisees had lots of works, but the works were not the product of love. The gold represents works,  that are works because they come from a heart of love, and they come as a result of faith.

 

Pertama mari kita  bicara tentang emas yang diuji dalam api.

Emas yang diuji dalam api melambangkan apa? Kita akan membaca  serangkaian ayat sekarang yang akan memberitahu kita apa yang dilambangkan oleh emas. Jika kalian membawa Alkitab, marilah bersama saya ke Galatia 5:6. Di sini kita lihat dijelaskan dengan gamblang emas itu apa. Rasul Paulus menulis, 6 Sebab di dalam Kristus Yesus baik bersunat maupun tidak bersunat tidak berarti apa pun, tetapi hanya iman yang bekerja melalui kasih…”  Jadi emas yang diuji oleh api melambangkan iman yang bekerja melalui kasih. Kalian lihat, orang-orang Farisi punya banyak perbuatan, tetapi perbuatan-perbuatan itu bukanlah hasil kasih. Emas melambangkan perbuatan-perbuatan yang dikerjakan karena mereka berasal dari hati yang punya kasih, dan mereka adalah hasil iman.

 

 

Actually, true and pure religion has two dimensions, those two dimensions are found in James 1:27.  Here the brother of Jesus, James, wrote the following words, 27 Pure religion and undefiled before God and the Father, is this, to visit the fatherless and widows in their affliction…”  is that all? Practical godliness, visit the fatherless and the widows, that is the destitute of society? No! Because the second half says, “…and to keep himself…” what?  “…unspotted from the world.” (KJV) In other words, it's doing good works at the same time refraining from becoming contaminated by the world.

 

Sesungguhnya, agama yang benar dan murni memiliki dua dimensi, keduanya ditemukan di Yakobus 1:27. Di sini, saudara Yesus, Yakobus, menulis kata-kata berikut, 27 Agama yang murni dan yang tak tercemar di hadapan Allah dan Bapa, ialah ini, mengunjungi anak-anak yatim dan janda-janda dalam kesusahan mereka…”  itu saja? Kesalehan praktis, melawat anak-anak yatim dan janda-janda, yaitu mereka yang melarat di masyarakat? Tidak! Karena paro keduanya mengatakan,  “…dan menjaga supaya dirinya sendiri…”  apa?   “…tidak dicemarkan oleh dunia…” (KJV)  Dengan kata lain, melakukan perbuatan yang baik dan pada waktu yang sama mencegah terkontaminasi oleh dunia.

 

 

Let's notice 1 Timothy 6:17-19, we're still speaking about the gold tried in the fire. Here the apostle Paul is going to once again discuss what true faith is all about, it's a faith that works by love. The apostle Paul writes in 1 Timothy 6:17, 17 Charge them that are rich in this world, that they be not highminded, nor trust in uncertain riches, but in the living God, who giveth us richly all things to enjoy; 18 That they…” now notice this,  “…that they…” what?  “…do good…” not believe good, “…that they do good, that they be rich in…” what?  “… good works…” So what does the gold represent? It represents good works, but they are true good works, because they come from faith and they come from a motivation of love. So how is that manifested?  “…that they be rich in good works, ready to…” what?  “…ready to distribute…” that is to give,  “…willing to communicate; 19 laying up in store for themselves a good foundation against the time to come, that they may lay hold on eternal life.” (KJV)

So once again we find here that the true riches are good works, that distribute, that communicate, and that give. But they are works that are produced by faith, they are not simply dead works.

 

Mari kita simak 1 Timotius 6:17-19, kita masih bicara tentang emas yang diuji dalam api. Di sini rasul Paulus akan membahas sekali lagi iman yang sejati itu bagaimana, itu adalah iman yang bekerja melalui kasih. Rasul Paulus menulis di 1 Timotius 6:17, 17 Perintahkan orang-orang kaya sekarang ini agar mereka jangan tinggi hati, maupun mengandalkan pada kekayaan yang tidak tentu, melainkan pada Allah yang hidup, yang memberikan kepada kita dengan limpah segala sesuatu untuk dinikmati. 18 Hendaknya  mereka…”  sekarang simak ini, “…18 Hendaknya  mereka…”  apa? “…berbuat kebaikan…”  bukan percaya kebaikan, “…18 Hendaknya  mereka berbuat kebaikan, agar mereka menjadi kaya dalam…” apa? “…perbuatan baik…” jadi emas itu melambangkan apa? Itu melambangkan perbuatan baik, tetapi itu adalah perbuatan baik yang tulen, karena mereka berasal dari iman, dan mereka berasal dari motivasi kasih. Jadi bagaimana itu diwujudkan? “…agar mereka menjadi kaya dalam perbuatan baik, siap…” apa?   “…berbagi…”  maksudnya memberi   “…rela memberi; 19 mengumpulkan bagi diri mereka sendiri, suatu dasar yang baik untuk masa yang akan datang, supaya mereka bisa mendapatkan hidup yang kekal.” (KJV)

Jadi sekali lagi, kita simak di sini bahwa kekayaan yang sejati adalah perbuatan baik, yang dibagikan, yang disampaikan, dan yang diberikan. Tetapi itu adalah perbuatan yang dihasilkan oleh iman, itu bukan semata-mata perbuatan mati.

 

 

Now of course the place where we really want to go and dwell some time in this particular chapter is James 2, because there the apostle James writes about the relationship between faith and works. So let's go to James 2 and we'll read verse 5. 5 Hearken, my beloved brethren, Hath not God chosen the poor of this world rich in…”  what?  “…rich in faith, and heirs of the kingdom which He hath promised to them that love Him?” (KJV)

Now that's an important verse. What are we supposed to be rich in? We ought to be rich in faith and that is manifested in love for God, because the last part of  the verse says:  “He hath promised to them that love Him?”

 

Nah, tentu saja tempat yang benar-benar ingin kita simak dan menghabiskan beberapa waktu di pasal ini ialah Yakobus pasal 2, karena rasul Yakobus menulis tentang hubungan anara iman dan perbuatan. Jadi mari kita ke Yakobus pasal 2 dan kita akan membaca ayat 5. 5 Dengarkanlah, saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah telah memilih orang-orang miskin di dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan ahliwaris Kerajaan yang telah Dia janjikan kepada mereka yang mengasihiNya?”

Nah ini ayat yang penting. Kita seharusnya kaya dalam apa? Kita harus kaya dalam iman dan itu diwujudkan dalam bentuk kasih kepada Allah, karena bagian akhir ayat ini berkata,   “telah Dia janjikan kepada mereka yang mengasihiNya?”

 

 

Now were the people that James wrote to, practicing what James wrote about? Absolutely not! Notice James 2:14-17. Now we're going to see why he said here in this verse you know that we need to be rich in faith, but it is a faith that works by love.

In James 2 we have a problem that James presents that the churches had, that he wrote to. I read verse 14. 14 What doth it profit, my brethren, though a man say he hath faith…” that word “say” is very important. Does he really have faith? No!  “…though a man say he hath faith and have not works, can faith save him?...” Really what he's saying is, “can such a faith save him?” And then what is he talking about? It's faith that works by love. Notice verse 15, “…15 If a brother or sister be naked, and destitute of daily food, 16 and one of you say unto them, ‘Depart in peace, be ye warmed and filled’ notwithstanding ye give them not those things which are needful to the body; what doth it profit? 17 Even so, faith if it hath not works, is dead, being alone.” (KJV)

Are you seeing that this is practical Christianity that is being spoken of here?

The people that James wrote to, said, “We have great faith.” But needy people would come into the congregation that needed food, that needed clothing, and they said, “Go home and dress appropriately to come to church, and go and have breakfast before  you come to church.” And these were the people who said they had faith. They had a faith that did not work, which is really not faith.

 

Nah, apakah mereka yang disurati oleh Yakobus mempraktekkan apa yang ditulis Yakobus? Sama sekali tidak! Simak Yakobus 2:14-17. Sekarang kita akan melihat mengapa dia mengatakan di ayat ini bahwa kita perlu kaya dalam iman, tetapi itu adalah iman yang bekerja melalui kasih.

Di Yakobus 2 kita melihat Yakobus menunjukkan masalah yang dimiliki gereja-gereja yang disuratinya. Saya membacakan ayat 14, 14 Apakah gunanya, Saudara-saudaraku, walaupun seorang mengatakan ia mempunyai iman…” kata “mengatakan” itu sangat penting. Apakah dia benar-benar punya iman? Tidak!  “…walaupun seorang mengatakan ia mempunyai iman tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?…”  sebenarnya yang dikatakannya ialah, “bisakah iman seperti itu menyelamatkan dia?” Kemudian apa yang dibicarakannya? Itu adalah iman yang berbuat melalui kasih. Simak ayat 15, “… 15 Jika seorang saudara laki-laki atau perempuan tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 16 dan seorang dari antara kamu berkata kepada mereka, ‘Selamat jalan, jangan kedinginan dan makanlah yang kenyang!’ tetapi kamu tidak memberikan mereka apa yang diperlukan secara jasmani, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga iman jika tidak disertai perbuatan, iman saja, maka iman itu mati…”

Apakah kalian melihat bahwa ini adalah Kekristenan praktis yang dibicarakan di sini?

Orang-orang yang disurati Yakobus mengatakan, “Kami punya iman besar”. Tetapi jika orang-orang yang kekurangan masuk ke dalam jemaat, membutuhkan makanan, pakaian, mereka berkata, “Pulanglah dan berpakaianlah yang pantas untuk ke gereja, dan makanlah sarapan sebelum kamu ke gereja.” Dan ini adalah mereka yang berkata mereka punya iman. Mereka punya iman yang tidak berbuat, yang sesungguhnya bukan iman.

 

 

Now God saves us by grace through faith alone, but the faith that saves never is alone. James 2:18. 18 Yea, a man may say, ‘Thou hast faith, and I have works…” and then James says,  “…Shew me thy faith without thy works, and I will shew thee my faith by my works.’…” (KJV)

In other words, how is faith revealed? Faith is revealed in works.

What kind of works? Works of love, works of love. In other words, a person who truly has faith will produce works of love to benefit those who are in dire need.

 

Nah, Allah menyelamatkan kita dengan kasih karunia melalui iman saja, tetapi iman yang menyelamatkan tidak pernah hanya iman. Yakobus 2:18, 18 Iya, orang bisa berkata, ‘Kamu punya iman dan aku punya perbuatan…” kemudian Yakobus berkata,   “…Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatanmu, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’…” (KJV)  Dengan kata lain, bagaimana iman dinyatakan? Iman dinyatakan dalam perbuatan.

Perbuatan macam apa? Perbuatan kasih. Dengan kata lain, orang yang sungguh-suggguh memiliki iman akan menghasilkan perbuatan-perbuatan kasih demi kebaikan mereka yang sangat membutuhkan.

 

 

Notice James 2:18 once again, 18 Yea, a man may say, ‘Thou hast faith, and I have works. Shew me thy faith without thy works, and I will shew thee my faith by my works.’…” Let's go to verse 19. You know the word “faith”, as it's being used by James describing the people that he wrote to, is really an intellectual belief, like Laodicea has. In other words, it's something that they only have in the brain. It's actually an intellectual assent to truth, it's a mental belief in the truth that is not translated into action. Notice James 2:19.  19 You believe that there is one God. You do well.…” is it important to believe that there's one God? Of course!  “…You do well…” but now notice this,  “…Even the demons believe—and tremble!...” Do you think that Satan believes that Jesus is coming again? Do you think Satan believes that the Sabbath is the proper day of rest? Do you believe that Satan believes that Jesus died on the cross and then He resurrected, and that He's interceding in Heaven, and that the investigative judgment began October 22, 1844? The devil believes all of that, and yet it's not going to save him because his belief is simply a mental intellectual belief that is not translated into good doing, in fact all he does with people is evil.

 

Simak Yakobus 2:18 sekali lagi, 18 Iya, orang bisa berkata, ‘Kamu punya iman dan aku punya perbuatan. Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatanmu, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’…” Mari ke ayat 19. Kalian tahu, kata “iman” seperti yang dipakai oleh Yakobus untuk menggambarkan orang-orang yang disuratinya, sesungguhnya adalah suatu yang diyakini secara intelektual, seperti yang dimiliki Laodekia. Dengan kata lain, itu sesuatu yang hanya mereka miliki di benak mereka. Itu sebenarnya adalah suatu iman yang hanya dimengerti oleh otak, suatu keyakinan mental mengenai kebenaran, yang tidak diterjemahkan ke dalam perbuatan. Simak Yakobus 2:19, 19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah, engkau benar!…”  apakah penting untuk percaya bahwa ada satu Allah? Tentu! “…engkau benar!…”  tetapi sekarang simak ini,  “…Bahkan setan-setan pun percaya dan gemetar…”  Menurut kalian apakah Setan percaya Yesus akan datang lagi? Menurut kalian apa Setan percaya bahwa Sabat adalah hari perhentian yang benar? Menurut kalian apakah Setan percaya Yesus mati di salib lalu Dia bangkit dan Dia sedang menjadi perantara di Surga, dan bahwa penghakiman investigasi dimulai pada 22 Oktober 1844? Iblis percaya semua itu, namun itu tidak akan menyelamatkan dia karena apa yang dipercayainya semata-mata suatu kepercayaan intelektual mental yang tidak diterjemahkan ke dalam perbuatan baik, malah apa yang dilakukannya pada manusia itu jahat.

 

 

In other words, the word “faith” is an action word in the Greek language, the word “faith” is πίστη [písti] and the Greek word, the verbal form is πιστεύω [pisteuō], it is an action it really should be translated “trust” rather than just “faith” or “belief”. It's the same word that appears iJohn 3:16 where it says “For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whosoever believes in Him…”, and so people think, O, I just have to believe that Jesus came to this world, He died on the cross, He resurrected, and He went to Heaven. Hallelujah, I'm saved. Really it should say that everyone who trusts in Him “…should not perish but have  everlasting life.”

 

Dengan kata lain, kata “iman” adalah kata tindakan dalam bahasa Greeka, kata “iman ialah πίστη [písti] dan kata Greekanya bentuk kata kerjanya ialah πιστεύω [pisteuō], itu adalah suatu perbuatan, sesungguhnya itu harus diterjemahkan “mempercayai” daripada sekadar “iman” atau “percaya”. Itu adalah kata yang sama yang muncul di Yohanes 3:16 di mana dikatakan, 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya setiap orang yang percaya dalam Dia…”  maka orang berpikir, “O, saya hanya perlu percaya bahwa Yesus datang ke dunia ini, Dia mati di salib, Dia bangkit dan naik ke Surga, Halleluya, saya sudah selamat.” Sebenarnya seharusnya dikatakan bahwa setiap orang yang mempercayai Dia   “…tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

 

 

Let's go to James verse 20 and 21.“ 20 But do you want to know, O foolish man…” interesting how he wrote. Person who says he has faith but doesn't have works is what?  Foolish.  “…O foolish man that faith without works is…”  what?  “…is dead? 21 Was not Abraham our father…” now this is a controversial statement,  “…justified by works when he offered Isaac his son on the altar?” Wow! Abraham was justified by what? By works!

Now wait a minute, didn't the apostle Paul say that Abraham was justified by faith?

So here we have a contradiction in the Bible, don’t we?

·       Paul says, it's by faith.

·       and James says it's by works.

How do you reconcile those two ideas?

We are going to take a look at that, but let me just give you an anticipation of what is happening here.

Paul is telling us how a person is saved, he is saved by grace through faith.

And James says, “Hallelujah! A faith that works”, because a faith that does not work is not faith.

Are you with me?

So James is not fighting with the apostle Paul. He's saying. “Yeah, Paul you're right, we're justified by grace through faith, but it's a true faith.” And a true faith does what? A true faith works.

 

Mari kita ke Yakobus ayat 20 dan 21. 20 Tetapi  maukah engkau tahu, hai manusia yang bebal…”  menarik caranya menulis. Orang yang berkata dia punya iman tetapi tidak punya perbuatan itu apa? Bebal. “…manusa yang bebal,  bahwa iman tanpa perbuatan itu…”  apa? “…mati? 21 Bukankah Abraham, bapak kita…” nah ini adalah pernyataan yang kontroversial, “…dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?…”  Wow! Abraham dibenarkan oleh apa? Oleh perbuatan-perbuatan!

Nah, tunggu dulu, bukankah rasul Paulus mengatakan bahwa Abraham dibenarkan karena iman? Jadi di sini ada kontradiksi di Alkitab, bukan?

·        Paulus berkata karena iman,

·        dan Yakobus berkata karena perbuatan.

Bagaimana kita mempertemukan kedua konsep ini? Kita akan membahasnya tetapi sekarang saya hanya akan memberikan antisipasi dari apa yang terjadi di sini.

Paulus mengatakan kepada kita bagaimana seseorang diselamatkan, dia diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman.

Dan Yakobus berkata, “Halleluya, iman yang berbuat.” Karena iman yang tidak berbuat itu bukan iman.

Apakah kalian paham?

Jadi Yakobus tidak berselisih dengan rasul Paulus. Yakobus mengatakan, “Iya, Paulus, kamu benar, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, tetapi iman yang sejati.” Dan iman yang sejati melakukan apa? Iman yang sejati, berbuat.

 

 

If you don't believe that, just notice Hebrews 11 the great chapter of faith. You know that is the great chapter of faith, right? Have you ever noticed that in Hebrews 11 people aren't only believing something, they're really doing something?

v God says to Noah, “Noah, there's going to be a flood.”

And Noah says, “Thank you, God, for this revelation. Now I'll sit down and I'll watch.” No! God says to Noah what? “Build a boat, and get in the boat!” Faith acted by building a boat.

v He says to Moses, “Moses, instead of choosing the treasures of Egypt I want you to go out with this rebellious people, they are going to be criticizing you all the time.”

What did Moses do? He left, he acted upon it.

v Let me ask you what did Abel do?

He offered a sacrifice. And so on.

v Enoch walked with God.

We already talked about what it means to walk with God. It means to have similar conduct to God.

And so in Hebrews 11 “faith” is an action word, it's not something you believe in your head, it's something yes, that you have in your head but it's translated into action. Works by love.

So James 2:22 says, “ 22 Do you see that faith was working together with his works, and by works faith was made perfect?” In other words, faith without works is imperfect.

By the way the word “perfect” here really means “complete”.

 

Jika kalian tidak percaya, simak saja Ibrani 11, pasal besar tentang iman. Kalian tahu itu adalah pasal besar tentang iman, benar? Pernahkah kalian memperhatikan di Ibrani 11 orang-orang bukan sekadar meyakini sesuatu, tetapi mereka melakukan sesuatu?

v Allah berkata kepada Nuh, “Nuh, nanti akan ada air bah.”

Dan Nuh berkata, “Terima kasih, Allah, untuk pemberitahuan ini. Sekarang aku akan duduk dan menyaksikan.” Tidak! Allah berkata apa kepada Nuh? “Bangun sebuah bahtera dan masuklah ke dalamnya.” Iman berbuat dengan membangun sebuah bahtera.

v Allah berkata kepada Musa, “Musa, sebagai gantinya memilih harta Mesir, Aku mau kamu pergi dengan bangsa pemberontak ini, mereka akan terus-menerus mengeritikmu.”

Apa yang dilakukan Musa? Musa berangkat, dia berbuat sesuai perintah itu.

v Coba saya tanya apa yang dilakukan Habel?

Dia mempersembahkan kurban, dst.

v Henokh berjalan bersama Allah.

Kita sudah bicara tentang apa artinya berjalan bersama Allah. Itu berarti berbuat yang sama seperti Allah.

Maka di Ibrani pasal 11 “iman” adalah sebuah kata yang bekerja, bukan sesuatu yang cuma kita yakini di dalam kepala, iya betul itu sesuatu yang ada di dalam kepala kita tetapi itu diterjemahkan ke dalam suatu tindakan. Perbuatan kasih.

Maka Yakobus 2:22 berkata, 22 Apakah kamu lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman dibuat menjadi sempurna?” Dengan kata lain, iman tanpa perbuatan itu tidak sempurna.

Nah, kata “sempurna”  di sini sesungguhnya berarti “lengkap”.

 

 

Now when you open a door, let me ask you which of the two sides moves first, the inside or the outside? They both move together, don't they?

When you start your car in the morning, and by the way this is on a good day when the road is clear, and you put your car on drive, and your car is a back wheel drive, which of the two wheels move first, the front wheels or the back wheels? Lots of people say, when I don't tell them whether it's front or rear-wheel drive, they say, well is it front wheel or rear-wheel drive? It makes no difference. When the rear wheels move, the front wheels follow instantly.

Where there is faith there is works.

Ellen White compared faith and works with two oars of a boat. Let me ask you which oar is more important, the right oar or the left oar? Well if you have the left oar, you're going to go in circles to the left; if you have the right oar you're going to go in circles to the right. You have to have faith and works together to advance in spiritual life.

Let me ask you this, I want to give you a little thing to do. See this little piece of paper? II would like one of you to come and take one side off the paper, just one side. Can you take one side off of the paper? Well you can peel it, but it still has two sides. Faith and works they go together, you cannot have one without having the other, it's an impossibility.

 

Nah, bila kita membuka pintu, coba saya tanya sisi yang mana yang bergerak lebih dulu, bagian dalamnya atau bagian luarnya? Mereka sama-sama bergerak berbarengan, bukan?

Bila kita menghidupkan mesin mobil di pagi hari, dan ini di hari yang indah ketika jalanan bersih, dan kita memasukkan gigi mobil, dan mobil kita adalah jenis yang roda belakangnya yang bergerak, yang mana dari roda-roda itu yang bergerak duluan, roda depan atau roda belakang? Banyak orang berkata ~ bila saya tidak mengatakan apakah itu mobil roda depan atau roda belakang, mereka berkata ~ nah, apakah itu mobil roda depan atau roda belakang? Tidak jadi soal. Bila roda belakang bergerak, roda depannya akan segera mengikuti.

Di mana ada iman, di situ ada perbuatan.

Ellen White membandingkan iman dan perbuatan dengan dua dayung sebuah perahu. Coba saya tanya, dayung yang mana yang lebih penting, dayung kiri atau dayung kanan? Nah, jika kita hanya memakai dayung kiri, kita akan berputar-putar ke arah kiri; jika kita hanya memakai dayung kanan, kita akan terus berputar ke arah kanan.

Kita harus punya iman dan perbuatan bersama-sama untuk maju dalam kehidupan spiritual.

Coba saya tanya, saya mau minta kalian melakukan sesuatu. Lihat kertas kecil ini? Jika ada salah seorang dari kalian maju dan mengambil satu sisi dari kertas ini, hanya satu sisinya saja, bisakah kita mengambil hanya satu sisi kertas ini saja? Nah, kita bisa merobeknya tetapi itu tetap memiliki dua sisi. Iman dan perbuatan, mereka itu satu paket, kita tidak bisa memiliki yang satu tanpa memiliki yang lain, itu hal yang mustahil.

 

 

Let's go to James 2:23, “ 23 And the Scripture was fulfilled which says, ‘Abraham believed God, and it was accounted to him for righteousness.’ And he was called the friend of God.”

What happened when God called Abraham, and Abraham was willing to offer his own son?

He acted, in other words, upon his faith. What did God say that Abraham was? He was His friend.

This reminds me of John 15:14 where Jesus said, “ 14 You are My friends if you do whatever I command you.” 

So James was a friend of God,  Abraham was a friend of God, because they did what God commanded them to do. Faith acted in works.

 

Mari kita ke Yakobus 2:23, 23 Dan genaplah nas yang mengatakan, ‘Abraham percaya kepada Allah, dan itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran’. Dan Abraham disebut ‘teman Allah.’…”  Apa yang terjadi ketika Allah memanggil Abraham, dan Araham rela mempersembahkan anaknya sendiri? Dengan kata lain, dia berbuat sesuai dengan keyakinannya. Allah menyebut Abraham apa? Dia teman Allah.

Ini mengingatkan saya kepada Yohanes 15:14 di mana Yesus berkata, “…14 Kamu adalah teman-teman-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

Jadi Yakobus adalah teman Allah, Abraham adalah teman Allah, karena mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka untuk dilakukan. Iman diwujudkan dalam perbuatan.  

 

 

Notice James 2:24, here James states, “ 24 You see then that a man is justified by works, and not by faith only?”  

Now we need to understand that James is not saying that you're justified by works in the sense that many people believe. What he's saying is that you are justified by a faith that works, which is the only genuine kind of faith.

 

Simak Yakobus 2:24, di sini Yakobus mengatakan, 24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya oleh iman?”

Nah, kita perlu memahami bahwa Yakobus tidak mengatakan kita dibenarkan oleh perbuatan dalam pengertian yang dipahami banyak orang. Apa yang dikatakannya ialah kita dibenarkan oleh iman yang berbuat, yang adalah satu-satunya jenis iman yang tulen.

 

 

By the way the apostle Paul also has much to say in his epistles about works. Let me just say this for a moment here, this is very important. The apostle Paul uses the expression very frequently “works of Law” , “man is not justified by the works of the Law”. Listen, “works of the Law”  is a negative term in itself. In the writings of the apostle Paul, “works of the Law”  by definition are works that a person performs in order to be saved, in other words, they are bad works. When the apostle Paul uses the expression “works of Law”  he is speaking about evil works, because they are works that are performed like Laodicea does, like the Pharisees did, in order to earn salvation and in order to be seen by human beings.

 

Nah, rasul Paulus juga bicara banyak dalam surat-suratnya tentang perbuatan. Saya akan mengatakan ini sebentar, ini sangat penting. Rasul Paulus sangat sering menggunakan ungkapan “perbuatan Hukum”:  “orang tidak dibenarkan oleh perbuatan Hukum” (Gal. 2:16). Dengarkan, istilah “perbuatan Hukum” itu sendiri adalah negatif. Dalam tulisan-tulisan rasul Paulus, “perbuatan Hukum” menurut definisinya adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan orang supaya diselamatkan, dengan kata lain, itu adalah perbuatan-perbuatan yang buruk. Ketika rasul Paulus menggunakan istilah “perbuatan Hukum” dia bicara tentang perbuatan-perbuatan yang jahat karena itu adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan gereja Laodekia, seperti orang-orang Farisi, supaya mendapatkan upah keselamatan dan supaya dilihat oleh manusia.

  

 

And of course Martin Luther, he did not like the book of James, he called it the epistle of straw, because he was in a great battle with the Roman Catholic Church, which was a very works-centered church. Let's not be too hard on Luther, because he was fighting against the deadly enemy and that was that works are meritorious, that you can be saved by your pilgrimages, and by doing this, and by doing that, by lighting candles, by going and confessing to a priest. So Luther just could not understand what the perspective of James was.

You see,

v Paul was struggling against those who believed that faithless works can save them.

v Whereas James was struggling against those who were saying that a workless faith could save them.

 

Dan tentu saja Martin Luther, dia tidak menyukai kitab Yakobus, dia menyebutnya surat jerami, karena dia sedang terlibat dalam perang besar dengan gereja Roma Katolik, yang adalah sebuah gereja yang sangat berorientasi pada perbuatan. Janganlah kita terlalu menyalahkan Luther karena dia sedang berperang dengan musuh yang mematikan, dan itu adalah perbuatan-perbuatan yang dihitung sebagai jasa, bahwa manusia bisa diselamatkan oleh ziarah-ziarah, dan dengan melakukan ini, melakukan itu, dengan menyalakan lilin, dengan pergi mengakui dosa kepada seorang romo. Maka Luther sama sekali tidak bisa mengerti sudut pandang Yakobus.

Kalian lihat,

v Paulus sedang bergumul melawan mereka yang meyakini bahwa perbuatan yang tanpa iman bisa menyelamatkan mereka.

v Sementara Yakobus bergumul melawan mereka yang berkata bahwa iman yang tanpa perbuatan bisa menyelamatkan mereka.

 

 

Let's go to James 2:25. Here James is going to give another example. 25 Likewise, was not Rahab the harlot also justified by works when she received the messengers and sent them out another way?”

What does this say? That Rahab was justified by what? By works. Was she really justified by works? No, she was justified by a faith that works. God had said that He was going to destroy Jericho. Was that the most ridiculous thing in the world if you lived in Jericho at that time? Of course. Jericho was the city walled to the heavens, it's says in the book of Joshua. And so the spies come and they say God is going to destroy the city. Instead of saying, “Yeah, right”, she believed God and she hid the spies, and she sent the spies out  another way. Her faith was shown by her works. She really believed that the city was going to be destroyed even though it appeared like it was an impossibility. She not only believed in her head, she acted on her belief by hiding the spies and sending them out another way.

 

Mari kita ke Yakobus 2:25. Di sini Yakobus akan memberikan contoh yang lain. 25 Seperti itu pula, bukankah Rahab yang pelacur itu, dibenarkan juga oleh perbuatan-perbuatannya ketika ia menerima utusan-utusan itu dan menyuruh mereka keluar melalui jalan yang lain?”

Apa yang dikatakan di sini? Rahab dibenarkan oleh apa? Oleh perbuatan. Apakah dia sungguh-sungguh dibenarkan oleh perbuatan? Tidak, dia dibenarkan oleh iman yang berbuat. Allah telah mengatakan Dia akan menghancurkan Yerikho. Bukankah itu hal yang paling tidak masuk akal andai kita hidup di Yerikho di zaman itu? Tentu saja. Yerikho adalah sebuah kota yang dindingnya sampai ke langit, menurut kitab Yosua. Maka mata-mata itu datang dan mereka mengatakan Allah akan menghancurkan kota ini. Bukannya mengatakan “Oh, iya, masa?” Rahab mempercayai Allah dan dia menyembunyikan mata-mata itu dan dia menyuruh mereka keluar lewat jalan lain. Imannya dibuktikan melalui perbuatannya. Dia sungguh-sungguh percaya bahwa kota itu akan dihancurkan walaupun tampaknya itu sesuatu yang mustahil. Dia bukan hanya percaya di dalam kepalanya, dia bertindak sesuai apa yang dipercayainya dengan menyembunyikan mata-mata itu dan mengirim mereka pergi lewat jalan yang berbeda. 

 

 

And then comes the conclusion in James 2:26, 26 For as the body without the Spirit is dead, so faith without works is dead also.”

Let me ask you what's more important, your body or your spirit? What's more important your body or your spirit? Can your body function without the spirit? Can the spirit function without the body? No, you have to have both of them together.

You see, Paul and James are not fighting each other, Paul and James are simply giving two different dimensions of salvation.

Paul is saying yes, we're saved by grace through faith, but James is saying true faith will be manifested in works and if it doesn't manifest itself in works of love, it is not genuine faith, it is incomplete, just like your body without the spirit would be incomplete.

 

Kemudian muncul kesimpulan di Yakobus 2:26, 26 Sebab seperti tubuh tanpa Roh itu mati, demikianlah iman tanpa perbuatan-perbuatan juga mati.”

Coba saya tanya, mana lebih penting, tubuh atau roh? Bisakah tubuh berfungsi tanpa roh? Bisakah roh berfungsi tanpa tubuh? Tidak, kita harus memiliki keduanya bersama-sama.

Kalian lihat, Paulus dan Yakobus tidak saling bertentangan. Paulus dan Yakobus semata-mata memberikan dua dimensi keselamatan yang berbeda.

Paulus mengatakan, Ya, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman. Tetapi Yakobus mengatakan iman yang sejati akan terwujud dalam perbuatan-perbuatan, dan jika tidak termanifestasi dalam perbuatan kasih, itu bukan iman yang sejati, itu tidak lengkap, sama seperti tubuh tanpa roh itu tidak lengkap.

 

 

I want to read you this statement from the Spirit of Prophecy, it's found in Vol. 1 of Selected Messages page 398. “Grace is unmerited favor, and the believer is justified without any merit of his own, without any claim to offer to God. He is justified through the redemption that is in Christ Jesus, who stands in the courts of Heaven as the sinner's substitute and surety. But while he is justified because of the merit of Christ, he is not free to work unrighteousness. Faith works by love and purifies the soul. Faith buds and blossoms and bears a harvest of precious fruit. Where faith is, good works appear…” and what are those good works?   “…The sick are visited, the poor are cared for, the fatherless and the widows are not neglected, the naked are clothed, the destitute are fed. Christ went about doing good, and when men are united with Him, they love the children of God, and meekness and truth guide their footsteps.

Isn't that a beautiful statement? A very balanced statement. She says we are saved by grace through faith, but she says, that grace that saves us, comes into our heart and as a result we practice practical godliness, benefiting and helping others.

 

Saya mau membacakan pernyataan ini dari Roh Nubuat, ditemukan di Selected Messages Vol. 1 hal. 398,   “…Kasih karunia adalah pemberian yang tidak berdasarkan jasa, dan orang percaya dibenarkan tanpa kebaikan apa pun dari dirinya sendiri, tanpa klaim apa pun yang bisa dipersembahkannya kepada Allah. Dia dibenarkan melalui penebusan yang ada dalam Kristus Yesus, yang berdiri di pengadilan Surgawi sebagai pengganti dan penjamin orang yang berdosa.  Tetapi sementara dia dibenarkan karena jasa Kristus, dia tidak bebas untuk melakukan perbuatan yang tidak benar. Iman bekerja melalui kasih dan memurnikan jiwa. Iman bersemi dan berbunga dan menghasilkan tuaian buah-buah yang berharga. Di mana ada iman, di sana muncul perbuatan baik…”  Dan perbuatan baik itu apa saja?  “…Yang sakit dilawat, yang miskin dipelihara, yang yatim dan janda tidak diabaikan, yang telanjang diberi pakaian, yang kekurangan diberi makan. Kristus ke mana-mana berbuat baik, dan ketika orang bersatu denganNya, mereka mengasihi anak-anak Allah, dan langkah-langkah mereka dituntun kerendahan hati dan kebenaran. …”  

Bukankah ini pernyataan yang indah? Suatu pernyataan yang sangat seimbang. Ellen White berkata, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman. Tapi dia berkata bahwa kasih karunia yang menyelamatkan kita masuk ke dalam hati kita, dan sebagai akibatnya, kita mempraktekkan kesalehan yang praktis, menolong dan membantu yang lain.

 

 

Now the second remedy for Laodicea besides a faith that works by love is  white garments, so let's pursue what the white garments represent.

Adam and Eve in their innocent state wore no artificial garments, they were covered with a garment of light, the light that covers God because they reflected the glory of God. In Genesis 2:25 we are told, 25 And they were both naked, the man and his wife, and were not ashamed.”

But then Adam and Eve sinned, and what was the first result of Adam and Eve’s sin? They lost the robe of light. And now they realize that they are naked and they're embarrassed because they know that their relationship with God has been broken. So somehow they have to solve this problem of nakedness. And so they decide they're going to go the way of the Pharisee. In Genesis 3:7 we are told, “ Then the eyes of both of them were opened, and they knew that they were naked; and they sewed fig leaves together and made themselves coverings.”

So they cover themselves with fig leaves.

 

Nah, obat yang kedua buat Laodekia selain iman yang berbuat melalui kasih adalah pakaian putih. Jadi mari kita kupas apa yang dilambangkan pakaian putih ini.

Adam dan Hawa dalam kondisi mereka yang murni tidak mengenakan pakaian buatan, mereka terselubung oleh pakaian cahaya, cahaya yang menyelubungi Allah karena mereka memantulkan kemuliaan Allah. Di Kejadian 2:25 kita mendapat tahu,25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.”

Tetapi kemudian Adam dan Hawa berbuat dosa, dan apakah akibat pertama dari dosa Adam dan Hawa? Mereka kehilangan jubah cahayanya. Dan sekarang mereka menyadari bahwa mereka telanjang dan mereka malu, karena mereka tahu bahwa hubungan mereka dengan Allah sudah rusak. Jadi bagaimana caranya mereka harus menyelesaikan masalah ketelanjangan itu. Maka mereka memutuskan mereka akan mengambil jalan yang kelak diambil orang-orang Farisi. Di Kejadian 3:7 kita mendapat tahu, 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun-daun pohon ara dan membuat penutup bagi diri mereka sendiri.”

Jadi mereka menutupi diri mereka dengan daun-daun ara.

 

 

Now it's interesting that after this God comes to the garden, He says, “Adam, where are you?” At this point when God calls they already have the fig leaves covering their nakedness, but they still feel naked. Notice Genesis 3:10.  10 So he said,…” this is Adam speaking to God,  “…‘I heard Your voice in the garden, and I was afraid because I was naked; and I hid myself.’…” They knew that the fig leaves could not cover the nakedness of sin.

What does a garment represent in Scripture? What are our garments that we use to cover our nakedness, what do they represent? Isaiah 64:6 has the answer. But we are all like an unclean thing, and all our righteousnesses…” another translation say, “…our righteous actions are like filthy rags…” So in other words, the garments made of fig leaves represent our attempt of covering the shame of our nakedness and we can't do that.

 

Nah, menarik setelah itu Allah datang ke taman, Dia berkata, “Adam, di mana kamu?” Saat itu ketika Allah memanggil, mereka sudah menutupi ketelanjangan mereka dengan daun-daun ara, namun mereka masih merasa telanjang. Simak Kejadian 3:10, 10 Jadi Ia menjawab…”  ini Adam yang bicara kepada Allah,  “…’Aku mendengar suaraMu di taman dan aku takut, karena aku telanjang; dan aku bersembunyi.’…”  Mereka tahu bahwa daun-daun ara tidak bisa menutupi ketelanjangan dosa.

Pakaian di Kitab Suci melambangkan apa? Apakah pakaian yang kita pakai untuk menutupi ketelanjangan kita? Melambangkan apa itu? Yesaya 64:6 memberi jawaban. “…6 Tetapi kami sekalian seperti barang yang najis dan segala kebenaran kami…”  terjemahan lain mengatakan    “…perbuatan benar kami seperti kain kotor…”

Jadi dengan kata lain, pakaian dari daun ara melambangkan upaya kita menutupi aib ketelanjangan kita, dan kita tidak bisa berbuat itu.

 

 

How did God cover the nakedness of Adam and Eve? Genesis 3:21 tells us, it says there, 21 Unto Adam also and to his wife did the LORD God make…” coats of polyester, oh I'm going to have to get new glasses.  “…21 Unto Adam also and to his wife did the LORD God make…” garments of cotton? No! Garments of  “…coats of skins, and clothed them.” (KJV).

Now what needs to happen in order to get the skin of an animal? The animal must be killed. What did those animals represent, because it is “skins”, plural? They were Adam and Eve. What do they represent? The death of Jesus Christ which covers the shame of our nakedness. There was a death in the garden that day, which represented the death of Christ which will cover the shame of our nakedness.

In fact Isaiah 61:10 tells us that the robe represents the robe of righteousness. Let's read that Isaiah 61:10. 10 I will greatly rejoice in the Lord, my soul shall be joyful in my God; for He has clothed me with the garments of salvation, He has covered me with the robe of righteousness…”  

 

Bagaimana Allah menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa? Kejadian 3:21 mengatakan kepada kita, dikatakan di sana, 21 juga bagi Adam dan istrinya, TUHAN Allah membuatkan…”  jubah dari polyester, oh, saya harus membeli kacamata baru.   “…21 juga bagi Adam dan istrinya, TUHAN Allah membuatkan…”  pakaian dari katun? Bukan! Pakaian dari   “…pakaian dari kulit-kulit binatang, dan mengenakannya kepada mereka.” (KJV)

Nah, apa yang harus terjadi supaya bisa mendapatkan kulit dari binatang? Binatang itu harus dibunuh. Binatang-binatang itu melambangkan apa, karena di sini dikatakan “kulit-kulit”, itu jamak. Mereka Adam dan Hawa. Mereka melambangan apa? Kematian Yesus Kristus yang menyelubungi ketelanjangan kita. Hari itu ada kematian di taman, yang melambangkan kematian Kristus, yang akan menutupi aib ketelanjangan kita.

Bahkan Yesaya 61:10 mengatakan kepada kita bahwa jubah itu melambangkan jubah kebenaran. Mari kita  baca Yesaya  61:10, 10 Aku akan sangat bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku akan bersukacita di dalam Allahku, sebab Ia telah mengenakan pakaian keselamatan kepadaku, Dia telah menyelubungi aku dengan jubah kebenaran…”

 

 

Do you know at what moment Jesus covers us with His robe of righteousness? It is at the moment that we are baptized. At that moment when we confess our sins and the sins are buried in the baptismal waters, at that time we put on the garment of Christ's righteousness.

Notice Galatians 3:27. 27 For as many of you as were baptized into Christ have put on Christ.” 

So when a person comes forth from the baptistry, from the waters where they were buried, they come forth covered with the robe of Christ's righteousness. But there is more to the story.

 

Tahukah kalian pada saat kapan Yesus menutupi kita dengan jubah kebenaranNya? Itu pada saat kita dibaptis, pada saat kita mengakui dosa-dosa kita dan dosa-dosa itu dikuburkan di dalam air baptisan, pada waktu itu kita mengenakan jubah kebenaran Kristus.

Simak Galatia 3:27,  27  Karena seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.”

Jadi ketika seseorang keluar dari kolam baptisan, dari air di mana dia tadinya dikuburkan, dia keluar tertutup oleh jubah kebenaran Kristus. Tetapi ceritanya masih belum selesai.

 

 

You see, there's a robe of justification and that robe of justification includes also the robe of sanctification.

Notice Revelation 19:7-8, you see when you're truly sorry for sin and your sins are buried in the waters of baptism, you will despise and hate sin, and you will want to overcome, and you will beg Jesus to give you victory over sin. Revelation 19:7-8,7 Let us rejoice and be glad and give him glory! For the wedding of the Lamb has come, and his bride has made herself ready…” Now notice.  “…8 Fine linen, bright and clean, was given her to wear…” (NIV) I am reading now from the New International Version, and then in parentheses in the NIV you have    “…(Fine linen stands for the righteous acts of the saints.)

 

Kalian lihat, ada jubah pembenaran, dan jubah pembenaran itu juga termasuk jubah pengudusan.

Simak Wahyu 19:7-8, kalian lihat bila kita benar-benar menyesali dosa, dan dosa kita dikuburkan di dalam air baptisan, kita akan merasa jijik dan membenci dosa, dan kita akan mau mengalahkannya, dan kita akan memohon kepada Yesus untuk memberikan kita kemenangan atas dosa. Wahyu 19:7-8, 7 Marilah kita bergembira  dan bersukacita dan memuliakan Dia! Karena  [perjamuan] perkawinan Anak Domba telah tiba, dan istri-Nya telah mempersiapkan dirinya…”  Sekarang simak,  “…8 Kain lenan halus, bersih dan putih dikaruniakan kepadanya untuk memakai!’…”  saya sekarang membaca dari terjemahan NIV, kemudian di NIV tertulis dalam kurung,  “…(lenan halus melambangkan perbuatan-perbuatan benar  orang-orang kudus).

 

 

Now you say, “Wait a minute, doesn't the robe represent the righteousness of Christ?”

Yes, it represents the righteousness of Christ manifested in righteous acts on the part of his people.

Let's go to Romans 10:3. Here we have a diagnosis of the problem that existed in the days of Christ with the Jews. Romans 10:3 says, “ For they being ignorant of God’s righteousness, and seeking to establish their own righteousness, have not submitted to the righteousness of God.” 

What was their problem? They wanted to establish their own righteousness instead of manifesting in their lives the righteousness of God.

 

Sekarang kalian berkata, “Tunggu sebentar, bukankah jubah itu melambangkan kebenaran Kristus?”

Ya, itu melambangkan kebenaran Kristus yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan baik oleh umatNya.

Mari kita ke Roma 10:3. Di sini kita punya diagnosa masalah yang ada di zaman Kristus dengan orang-orang Yahudi. Roma 10:3 berkata, 3 Sebab, karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. …” 

Apa masalah mereka? Mereka menginginkan menetapkan kebenaran mereka sendiri dan bukan mewujudkan kebenaran Allah dalam hidup mereka.

 

 

Now I'm going to read a rather lengthy statement from the Spirit of Prophecy, it's found in that magnificent book Christ's Object Lessons page 311 and 312,  This robe,…” and you're going to see the relationship between justification and sanctification. Justification is when we receive Jesus, when we repent of sin and we confess to Him, at that moment Jesus takes His life and His death and He places them to our account. That's justification. And God looks upon us as if we had never sinned. But that is not unrelated to sanctification. Notice how Ellen White relates both of these.   “…This robe, woven in the loom  of Heaven, has in it not one thread of human devising. Christ in His humanity wrought out a perfect character, and this character He offers to impart to us. All our righteousness are as filthy rags.’ Everything that we of ourselves can do is defiled by sin. But the Son of God was manifested to take away our sins; and in Him is no sin.’ Sin is defined to be the transgression of the Law.’ But Christ was obedient to every requirement of the Law. He said of Himself, I delight to do Thy will, O My God; yea, Thy Law is within My heart.’ When on earth, He said to His disciples, I have kept My Father's commandments.’ By  His  perfect  obedience…” listen carefully,  “…He  has  made  it  possible  for  every human being to obey God's commandments….” And now comes the secret.  “…When we submit ourselves to Christ, the heart is united with His heart, the will is merged in His will, the mind becomes one with His mind, the thoughts are brought into captivity to Him; we live His life. This is what it means to be clothed with the garment of His righteousness…”  isn't that interesting?   “…Then as the Lord looks upon us He sees, not the fig-leaf garment, not the nakedness and deformity of sin, but His own robe of righteousness, which is perfect obedience to the Law of Jehovah.”

This garment of Christ's righteousness is produced by Him, is given by Him. The problem with the Pharisees is that they cover themselves with the robe of their own righteousness and their own works, they were disconnected with Christ.

 

Sekarang saya akan membacakan sebuah pernyataan yang rada panjang dari Roh Nubuat, ini ada di buku yang luar biasa Christ’s Object Lessons hal. 311-312,   “…Jubah ini…”  dan kalian akan melihat hubungan antara pembenaran dengan pengudusan. Pembenaran ialah ketika kita terima Yesus, ketika kita bertobat dari dosa, dan kita mengakuinya kepadaNya, dan pada saat itu Yesus mengambil hidupNya dan matiNya dan Dia memperhitungkannya sebagai milik kita. Itu pembenaran. Dan Allah memandang kita seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Tetapi itu bukan tak terhubung ke pengudusan. Simak bagaimana Ellen White menghubungkan keduanya   “…Jubah ini, ditenun di mesin tenun surgawi, sama sekali tidak mengandung sehelai pun benang buatan manusia. Kristus dalam kemanusiaanNya telah merajut suatu karakter yang sempurna dan karakter ini Dia tawarkan untuk dibagikan kita. ‘segala kebenaran kami seperti kain kotor’ (Yes. 64:6.). Segala sesuatu yang bisa kita lakukan sendiri itu sudah tercemar dosa. Tetapi Anak Allah,  dijadikan manusia untuk mengangkat dosa kita, dan di dalam Dia tidak ada dosa’ (1 Yoh. 3:5) Dosa itu didefinisikan sebagai ‘pelanggaran Hukum’ (1 Yoh. 3:4) Tetapi Kristus taat kepada setiap tuntutan Hukum. Dia berkata tentang DiriNya sendiri, ‘Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya AllahKu; ya, Hukum-Mu ada di dalam hati-Ku.’ (Maz. 40:8). Ketika masih hidup di dunia, Dia berkata kepada murid-muridNya, ‘Aku telah menuruti Perintah-perintah Bapa-Ku’ (Yoh. 15:10). Lewat kepatuhanNya yang sempurna…”  dengarkan baik-baik,   “…Dia telah memungkinkan setiap manusia untuk mematuhi perintah-perintah Allah…”  Dan sekarang ini rahasianya, “…Bilamana kita menyerahkan diri kepada Kristus, hati kita dipersatukan dengan hatiNya, kemauan kita menyatu dengan kemauanNya, pikiran kita menjadi satu dengan pikiranNya, pikiran kita tunduk kepada kekuasaanNya, kita menjalani hidupNya. Inilah yang dimaksud dengan mengenakan pakaian kebenaranNya…”  bukankah ini menarik? “…Maka pada saat Tuhan memandang kita, Dia tidak melihat pakaian daun ara, tidak melihat ketelanjangan dan keburukan dosa, tetapi Dia melihat jubah kebenaranNya sendiri, yaitu kepatuhan yang sempurna kepada hukum-hukum Yehova.”

Pakaian kebenaran Kristus ini dibuat oleh Dia, diberikan oleh Dia. Masalahnya dengan orang-orang Farisi ialah mereka menutupi diri mereka sendiri dengan jubah kebenaran mereka sendiri dan perbuatan mereka sendiri, mereka terpisah dari Kristus.

 

 

Now the third remedy that we find for Laodicea is the eye salve. The eye salve represents spiritual discernment because Laodicea has problems with the eyes, she sees herself as being perfect, but really her eyes are deceiving her.

Notice Matthew 15:14 Jesus said about the religious leaders of His day, 14 Let them alone. They are blind leaders of the blind. And if the blind leads the blind, both will fall into a ditch.”

In Matthew 23 and I'll just mention the verses, 16, 17, 19, 24, and 26, five times Jesus refers to the religious leaders of His day as blind guides.

In John 9 we have the healing of the man who was born blind. You know at the end of the story Jesus said something very interesting, it's found in verse 39, 39 And Jesus said, ‘For judgment I have come into this world, that those who do not see may see…” He's referring to the man who was blind and He's not talking about physical eyesight, He's talking about the fact that this man discerned Him as the Messiah, whereas those who claim to see, the scribes and Pharisees, were blind because they did not realize that Jesus was the Messiah. So once again, 39 And Jesus said, ‘For judgment I have come into this world, that those who do not see may see, and that those who see may be made blind.’…”

 

Nah, obat ketiga yang kita temukan untuk Laodekia ialah salep mata. Salep mata melambangkan pemahaman spiritual, karena Laodekia memiliki masalah dengan mata, dia melihat dirinya sendiri sempurna, tetapi sebenarnya matanya menipunya.

Simak Matius 15:14 Yesus berkata tentang para pemimpin relijius di zamanNya, 14 Biarkanlah mereka itu. Mereka aalah pemimpin buta dari orang buta. Dan jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam parit."

Di Matius 23 dan saya hanya akan menyebut ayat-ayatnya, 16, 17, 19, 24, dan 26,  lima kali Yesus mengacu kepada para pemimpin relijius di zamanNya sebagai pemimpin-pemimpin buta.

Di Yohanes 9 ada penyembuhan tentang manusia yang dilahirkan buta. Kalian tahu, di bagian akhir cerita, Yesus mengatakan sesuatu yang sangat menarik, itu ada di ayat 39, 39 Dan kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya mereka yang tidak melihat, dapat melihat, …”  Dia mengacu kepada orang yang buta, dan Dia tidak bicara tentang penglihatan fisik, Dia bicara tentang fakta bahwa orang ini memahami Dia sebagai Sang Mesias sementara mereka yang mengklaim bisa melihat, para ahli Taurat dan Farisi, itu buta karena mereka tidak menyadari Yesus adalah Sang Mesias. Jadi sekali lagi, “…39 Dan kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya mereka yang tidak melihat, dapat melihat,  dan supaya mereka yang dapat melihat, menjadi buta.’…”

 

 

The apostle Paul had this problem of the garment. As I read this morning and I'm going to read again now in Philippians 3:3-8, the apostle Paul, you know, when he was a Pharisee he thought that he was pretty good, he was rich and increased with goods, and in need of nothing, he was covered with the robe of his own righteousness. Let's read. For we are the circumcision, who worship God in the Spirit, rejoice in Christ Jesus, and have no confidence in the flesh, though I also might have confidence in the flesh. If anyone else thinks he may have confidence in the flesh, I more so: circumcised the eighth day, of the stock of Israel, of the tribe of Benjamin, a Hebrew of the Hebrews; concerning the Law, a Pharisee; concerning zeal, persecuting the church; concerning the righteousness which is in the Law, blameless…” But then he was converted, and notice verse 7, “…But what things were gain to me…”  everything that he's mentioned, “…these I have counted loss for Christ. Yet, indeed I also count all things loss for the excellence of the knowledge of Christ Jesus my Lord, for whom I have suffered the loss of all things, and count them as rubbish, that I may gain Christ.” 

You know, when Saul of Tarsus was afflicted, he was afflicted with blindness, wasn't he? But he met the Messiah on the road, and suddenly he went and he had his eyes healed, because now he could see, he could see that Jesus was the promised Messiah.

 

Rasul Paulus memiliki masalah dengan pakaian ini. Seperti yng sudah saya bacakan tadi pagi, saya akan membacakan kembali Filipi 3:3-8, rasul Paulus kalian tahu, ketika dia masih seorang Farisi, dia punya pendapat yang tinggi tentang dirinya sendiri, dia kaya, dan punya banyak harta, dan tidak kekurangan apa-apa. Dia tertutup oleh jubah kebenarannya sendiri. Mari kita baca, 3karena kitalah yang bersunat itu, yang beribadah kepada Allah dalam Roh, dan bersukacita dalam Kristus Yesus, dan tidak mengandalkan daging. 4 Sekalipun aku mungkin juga mengandalkan hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain berpikir dia dapat mengandalkan hal-hal lahiriah, aku lebih lagi  5 [aku] disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang yang paling ibrani dari semua orang Ibrani, dalam hal  hukum Taurat, seorang  Farisi, 6 dalam  hal semangat, aku penganiaya jemaat, dalam hal kebenaran menurut hukum Taurat aku tidak bercacat…” Tetapi dia lalu bertobat. Dan simak ayat 7, “…7 Tetapi apa yang dahulu kuanggap menguntungkan bagiku…” yaitu semua yang disebutkannya, “…sekarang karena Kristus kuanggap tidak bernilai. 8 Malahan segala sesuatu juga kuanggap tidak bernilai demi keistimewaan pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, demi Dia-lah aku telah menderita kehilangan segala sesuatu, dan yang kuanggap sebagai sampah, supaya aku boleh memperoleh Kristus.…” 

Ketika Saulus dari Tarsus kena pukulan, dia terpukul dengan kebutaan, bukan? Tetapi dia bertemu dengan Sang Mesias di perjalanan, dan dia pergi dan matanya sembuh karena sekarang dia bisa melihat, dia bisa melihat Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.

 

 

In the book 4 Testimonies pages 88 and 89 Ellen White describes the remedies for Laodicea and I want us to notice particularly the issue of the eye salve. She wrote, The True Witness counsels us to buy of Him gold tried in the fire, white raiment, and eye salve. The gold here recommended as having been tried in the fire is faith and love. It makes the heart rich; for it has been purged until it is pure, and the more it is tested the more brilliant is its luster. The white raiment is purity of character, the righteousness of Christ imparted to the sinner. This is indeed a garment of Heavenly texture, that can be bought only of Christ for a life of willing obedience…” Now comes the eye salve.  “…The eye salve is that wisdom and grace which  enables us to  discern between the evil and the good, and to detect sin under any guise. God has given His church eyes which He requires them to anoint with wisdom, that they may see clearly; but many would put out the eyes of the church if they could; for they would not have their deeds come to the light, lest they should be reproved. The divine eye salve will impart clearness to the understanding.”  

 

Di buku Testimonies Vol. 4 hal. 88-89 Ellen White menggambarkan obat untuk Laodekia dan saya mau kita melihat terutama isu tentang salep mata ini. Ellen White menulis,    “…Saksi yang Benar menasihati kita untuk membeli dariNya emas yang telah diuji dalam api, pakaian putih, dan salep mata. Emas yang direkomendasikan di sini sebagai yang sudah diuji dalam api ialah iman dan kasih. Itu membuat hati menjadi kaya; karena telah dibersihkan hingga menjadi murni, dan semakin dia diuji, semakin terang kilaunya.  Pakaian yang putih adalah kemurnian karakter, kebenaran Kristus yang diberikan kepada orang yang berdosa. Ini memang sungguh pakaian tekstur surgawi yang hanya bisa dibeli oleh Kristus melalui suatu hidup kepatuhan yang ikhlas…”  Sekarang salep matanya.   “…Salep mata ialah hikmat dan kasih karunia yang memampukan kita untuk memahami antara yang jahat dan yang baik, dan untuk mendeteksi dosa dalam penyamaran apa pun. Allah telah memberikan gerejaNya mata yang disuruhNya mereka beri salep hikmat supaya mereka bisa melihat dengan jelas; tetapi banyak yang jika bisa, mau memadamkan mata gereja, karena mereka tidak mau perbuatan mereka nyata dalam terang, supaya jangan mereka ditegur. Salep mata ilahi akan memberikan kejelasan kepada pemahaman.”

 

 

So what are the three remedies that we can get in the divine pharmacy?

1.   Faith that works by love,

2.   the righteousness of Christ that is manifested in acts of love,

3.   and the eye salve that helps us see what our condition is so that we can seek healing.

Those are the remedies for Laodicea.

 

Jadi apakah ketiga obat yang bisa kita peroleh dari apotek Ilahi?

1.   Iman yang berbuat melalui kasih,

2.   kebenaran Kristus yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan kasih,

3.   dan salep mata yang membantu kita melihat bagaimana kondisi kita supaya kita bisa mencari pengobatan.

Itulah obat-obat bagi Laodekia.

 

 

Unfortunately in the message to Laodicea Jesus is outside the heart. Notice Revelation 3:20, here Jesus at the conclusion of the message to Laodicea says, “ 20 Behold, I stand at the door and knock…”  Notice He doesn't knock down the door, He knocks, and then He says, “…If anyone…” this is an individual thing, right?  “…If anyone hears My voice and opens the door, I will come in to him and…” what?  “…dine with him, and he with Me.” 

Jesus in other words is coming at supper time, interestingly enough.

 

Sayangnya di  pekabaran kepada Laodekia Yesus ada di luar hati. Simak Wahyu 3:20, di sini Yesus berada di bagian akhir pekabaran Laodekia, berkata, 20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk…” Simak, Yesus tidak menendang pintu sampai terbuka. Dia mengetuk, kemudian Dia berkata, “…jikalau ada orang…” ini bersifat individu, benar?   “…jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke tempatnya dan…”  apa?   “…makan bersamanya dan ia bersama-Ku…”  dengan kata lain Yesus datang pada waktu jam makan malam, menarik sekali.

 

 

Now this morning we talked about the importance of motive, didn’t we? I want to read some of those statements again, because

·       really works that are produced with the right motivation are works that God accepts, because they're produced by Him.

·       Works that come from our own efforts are rejected by God because they are artificially created by human beings.

Let me read you several of these statements once again.

 

Nah, tadi pagi kita sudah bicara tentang pentingnya motivasi, bukan? Saya mau membacakan beberapa pernyataan itu lagi, karena,

·       sungguh perbuatan yang dilakukan dengan motivasi yang benar adalah perbuatan yang diterima oleh Allah, karena perbuatan itu dihasilkan olehNya.

·       perbuatan yang berasal dari upaya kita sendiri, ditolak oleh Allah, karena mereka adalah buatan manusia.

Saya akan membacakan beberapa pernyataan-pernyataan ini sekali lagi.

 

 

The drunkard is despised and is told that his sin will exclude him from Heaven; while pride, selfishness, and covetousness too often go unrebuked. But these are sins that are especially offensive to God; for they are contrary to the benevolence of His character.…”  She continues, “…. He who falls into some of the grosser sins may feel a sense of his shame and poverty and his need of the grace of Christ; but pride feels no need, and so it closes the heart against Christ and the infinite blessings He came to give.”

 

“…Si pemabuk dibenci dan diberitahu bahwa dosanya akan menghalangi dia masuk Surga; sementara kesombongan, egoisme, dan keserakahan sering dibiarkan tidak ditegur. Tetapi ini adalah dosa-dosa yang terutama dibenci Allah, karena mereka itu bertentangan dengan sifat kemurahan karakterNya…”  Ellen White melanjutkan, “…Dia yang jatuh ke dalam dosa-dosa yang lebih hina bisa merasakan suatu rasa malu dan kehinaannya dan kebutuhannya akan kasih karunia Kristus; tetapi kesombongan tidak merasakan kebutuhannya, dan dengan demikian itu menutup hatinya terhadap Krstus dan berkat-berkat yang tidak terbatas yang Dia datang untuk memberi.” (Steps to Christ, p. 30)

 

 

In Gospel Workers page 111 Ellen White wrote, “Many acts which pass for good works, even deeds of benevolence, will, when closely investigated, be found to be prompted by wrong motives…”  Remember the Pharisees when they gave alms? Oh they gave alms, they would play the trumpet, “Come and see, I'm giving poor people some things that they need!” Good thing with the wrong motivation. She continues,  “…Many receive applause for virtues which they do not possess.  The Searcher of hearts weighs  motives, and often the deeds which are highly applauded by men are recorded by Him as springing from selfishness  and base hypocrisy. Every act of our lives, whether excellent and praiseworthy or deserving of censure, is judged by the Searcher of hearts according to the motives which prompted it.” 

 

Di Gospel Workers hal. 111 Ellen White menulis, “…Banyak perbuatan yang dianggap perbuatan baik, bahkan dianggap kebajikan, bila diteliti dengan seksama, akan kedapatan dipicu oleh motif yang salah…”  Ingat orang Farisi ketika mereka memberikan derma? Oh, kalau mereka memberi derma, mereka meniup terompet, “Ayo datang lihat, saya memberi orang-orang miskin apa yang mereka butuhkan!” Perbuatan baik dengan motivasi yang salah. Ellen White melanjutkan, “…Banyak orang menerima pujian untuk kebaikan-kebaikan yang tidak mereka miliki. Sang Pengamat hati menimbang motif-motif, dan sering perbuatan-perbuatan yang dipuji oleh manusia dicatat olehNya sebagai berasal dari egoisme dan kemunafikan yang hina. Setiap tindakan dalam hidup kita, apakah itu bagus sekali dan patut dipuji, atau apakah itu layak mendapatkan teguran, dinilai oleh Sang Pengamat hati menurut motif yang melahirkannya.” (Gospel Workers 1915 hal. 275)  

 

 

Sons and Daughters of God page 171. Every action derives its quality from the  motive which prompts it.”

 

Sons and Daughters of God hal. 171,   “…Mutu setiap perbuatan berasal dari motif yang memicunya. …”  

 

 

Child Guidance page 201. Every course of action has a twofold character and importance. It is virtuous or vicious, right or wrong, according to  the motive which prompts it.”  

 

Child Guidance hal. 201,   “…Setiap jalur tindakan memiliki karakter dan kepentingan ganda. Apakah itu luhur atau jahat, benar atau salah, sesuai motif yang memicunya.”

 

 

She continues in another quotation, this is found in Vol. 5 of The Testimonies page 279.

“It is not the greatness of the work, but the love with which it is done, the motive underlying the action, that determines its worth.

 

Ellen White melanjutkan di kutipan yang lain, ini ada di   Testimonies Vol. 5 hal. 279,   “…Bukan betapa hebatnya perbuatan itu, melainkan kasih dengan mana perbuatan itu dilakukan, motif yang mendasari tindakan itu, yang menentukan nilainya.”

 

 

You see, God is less impressed with what we eat, than why we eat it. God is less impressed with what we give, then why we give it. He is less impressed with what we do, than why we do it. He is less impressed with what we wear, than why we wear it. He is less impressed with where we go, than why we go. You know, Jesus frequented the parties of the publicans and sinners. Now, we would say, “We should never hang out with these people.” But what was the motivation of Jesus? He went because He wanted to win souls. And so, you know those people criticized Him, “You should not go there”, but they needed to understand why Jesus went there. The motive determines whether the act is good or not.

 

Kalian lihat, Allah tidak terlalu terkesan dengan apa yang kita makan, daripada mengapa kita memakannya. Allah tidak terlalu terkesan dengan apa yang kita berikan, daripada mengapa kita memberikannya. Allah tidak terlalu terkesan dengan apa yang kita lakukan, daripada mengapa kita melakukannya. Allah tidak terlalu terkesan dengan apa yang kita kenakan, daripada mengapa kita mengenakannya. Allah tidak terlalu terkesan dengan ke mana kita pergi, daripada mengapa kita pergi. Kalian tahu Yesus sering datang ke pesta-pesta para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Nah, kita bisa mengatakan, “Kita jangan pernah berkumpul dengan orang-orang itu.” Tetapi apa motif Yesus? Dia ke sana karena Dia mau memenangkan jiwa. Jadi, orang-orang itu mengritikNya, “Kamu tidak boleh ke sana.” Tetapi mereka harus mengerti mengapa Yesus pergi ke sana. Motifnya yang menentukan apakah perbuatan itu benar atau salah.

 

 

You know the Bible has examples of things that come from the heart. For example, Israel when God said, “Build Me a sanctuary.” They needed the raw materials to build the sanctuary, so Moses went out, he said, “Folks, we need to contribute for the building of the sanctuary.” You can read this in Exodus 25. It says that the people out of the kindness of their heart, it was really something motivated by the heart, they brought and brought, and brought, until finally Moses said, “Don't bring any more!” Wouldn't that be great in the Edmond Church where the pastor would have to get up some Sabbath and say, “Folks, don't bring any more money. Please don't bring any more money.” You know, the bank is going to go bust, that would be the day.

You know I had an associate pastor in my church who said, you know, “There is plenty of money in this church,” he used to say, “it's all in people's pockets.” So the problem is not with our money, the problem is with the heart. The problem isn't with the wallet, the problem is with the heart. Where your treasure is there will your heart be also.

That's why the apostle Paul said in 2 Corinthians 9:7 that “God loves a cheerful giver.” Do you remember when the widow brought her two mites to the sanctuary? Oh the Pharisees they were bringing their big donations, and they had used coins at that times, they didn't use bills, they would drop them from real high, clang, clang, clang, clang, clang. The widow she came just so they couldn't even see that she was there, and she gave her two mites. Jesus said, “She gave more than all of the rest.” Not in quantity, but her motivation was right.

Is it possible that a philanthropist might give a huge amount of money to build a hospital just because he wants his name to be attached to it? That would be a wrong motivation. Is it just possible that a church member would donate to purchase pews of the church as long as their name is at the end of the pew?

See, that is giving with the wrong motivation. That is the problem with Laodicea. In other words, the problem that we have, folks, is a heart problem, it's not a problem of actions, it's a problem about why we act the way we do.

 

Kalian tahu, Alkitab memberikan contoh-contoh dari hal-hal yang berasal dari hati. Misalnya, Israel ketika Allah berkata, “Bangunkan Aku sebuah Bait Suci.” Mereka membutuhkan bahan mentahnya untuk membangun Bait Suci, maka Musa keluar dan berkata, “Saudara-saudara, kita perlu memberikan kontribusi untuk pembangunan Bait Suci.” Kalian bisa membaca ini di Keluaran 25. Dikatakan orang-orang dari kemurahan hati mereka ~ itu sungguh-sungguh sesuatu yang termotivasi dari hati ~ mereka memberi dan memberi, dan memberi, sampai akhirnya Musa berkata, “Jangan memberi lagi!” Tidakkah itu luar biasa bila di Edmond Church ini pendetanya pada suatu hari Sabat harus berdiri dan berkata, “Saudara-saudara, jangan bawa uang lagi! Tolong jangan membawa uang lagi!” Kalian tahu, banknya akan bangkrut. Hal  itu tidak akan terjadi.

Kalian tahu, ada seorang rekan gembala di gereja saya yang berkata, “Di gereja ini uangnya banyak,” dia suka berkata begitu, “ada di semua saku jemaat.” Jadi masalahnya bukanlah uang kita, masalahnya ialah dengan hati. Di mana hartamu, di situlah juga hatimu.

Itulah mengapa rasul Paulus berkata di 2 Korintus 9:7 bahwa  “Allah menyukai orang yang memberi dengan sukacita”. Ingatkah ketika si janda membawa dua keping uangnya ke Bait Suci? Oh, orang-orang Farisi mereka membawa pemberian mereka yang besar dan di zaman itu mereka memakai koin bukan uang kertas, dan mereka akan menjatuhkan koin-koin itu dari tempat yang tinggi hinga berbunyi, kling, kling, kling, kling, kling. Si janda dia datang supaya tidak dilihat orang, dan dia memberikan dua keping uangnya. Dan Yesus berkata, “Janda itu memberi lebih banyak daripada semua yang lain.” Tidak dalam jumlah, tetapi motivasinya benar.

Apakah mungkin seorang filantrofis memberikan sejumlah besar uang untuk membangun sebuah rumah sakit hanya karena dia ingin namanya lekat di sana? Itu motivasi yang salah. Mungkinkah seorang anggota gereja menyumbang untuk membeli bangku-bangku gereja asalkan nama mereka ada di bagian akhir bangku itu?

Lihat, ini adalah memberi dengan motif yang salah. Itulah masalah Laodekia. Dengan kata lain, masalah yang kita miliki, Saudara-saudara, adalah masalah hati, itu bukan masalah perbuatan, itu adalah masalah mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan.

 

 

I want to read several statements now from Scripture about the issue of the heart.

Matthew 15:8 Jesus said, ‘These people draw near to Me with their mouth, and honor Me with their lips, but their heart is far from Me…” Notice, the problem is with the fountain where the works come from, the motivation.

 

Saya mau membacakan beberapa pernyataan sekarang dari Kitab Suci mengenai masalah hati ini.

Matius 15:8 Yesus berkata, 8 Bangsa ini mendekati Aku dengan mulutnya, dan menghormati Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari-Ku…”  Simak, masalahnya ialah dengan sumber dari mana perbuatan itu keluar, motivasinya.

 

 

Psalms 66:18. 18 If I regard iniquity in my heart, the Lord will not hear.”

 

Mazmur 66:18, 18 Seandainya ada dosa dalam hatiku Tuhan tidak mau mendengar.”

 

 

We read Matthew 5:27-28, 27 You have heard that it was said to those of old, ‘You shall not commit adultery.’ 28 But I say to you that whoever looks at a woman to lust for her has already committed adultery with her in his heart.’…” 

Let me ask you where does adultery begin? Does it begin with wrong acting or wrong thinking? It begins with wrong thinking. So if you want to overcome adultery it has to be overcome in the heart, that's where the root has to be taken out.

 

Kita baca Matius 5:27-28, 27 Kamu telah mendengar dikatakan kepada mereka dari zaman lampau, ‘Jangan berzinah.’ 28 Tetapi Aku berkata kepadamu, siapa pun yang memandang seorang perempuan dengan nafsu terhadapnya, sudah melakukan perzinahan dengan dia di dalam hatinya.’…” 

Coba saya tanya di mana perzinahan dimulai? Apakah itu dimulai dengan perbuatan yang salah atau pikiran yang salah? Itu dimulai dengan pikiran yang salah. Maka jika kita mau mengalahkan perzinahan, itu harus dikalahkan di dalam hati, di sanalah akar yang harus dicabut.

 

 

Notice Matthew 6:19-21. 19 Do not lay up for yourselves treasures on earth, where moth and rust destroy and where thieves break in and steal; 20 but lay up for yourselves treasures in Heaven, where neither moth nor rust destroys and where thieves do not break in and steal…” And now notice,  “…21 For where your treasure is, there your heart will be also.”

So the way that you manage your money is an issue of the heart.

 

Simak Matius 6:19-21, 19 Janganlah mengumpulkan bagimu sendiri harta di bumi; di mana ngengat dan karat menghancurkan dan di mana pencuri masuk dan mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di mana ngengat dan karat tidak menghancurkan dan pencuri tidak masuk dan mencurinya…”  Dan sekarang simak,   “…21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu. …” 

Jadi cara kita mengatur uang kita juga isu hati.

 

 

Notice Matthew 12:34-35 Jesus said to the Jews of His day, “ 34 Brood of vipers! How can you, being evil, speak good things? For out of the abundance of the heart the mouth speaks. 35 A good man out of the good treasure of his heart brings forth good things, and an evil man out of the evil treasure brings forth evil things.” 

 

Simak Matius 12:34-35, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi di zamanNya, 34 Hai anak-anak ular beludak, bagaimanakah kamu yang jahat dapat mengucapkan hal-hal yang baik? Karena dari isi hati, mulut berbicara. 35 Orang yang baik, dari perbendaharaan hatinya yang baik, mengeluarkan hal-hal yang baik; dan orang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat.”

 

 

I remember when I was growing up once in a while my mom would wash my mouth with soap because I said some words that I wasn't supposed to say. And I remember one day I said to my mom, “Mom, you're going about it the wrong way, it does no good to wash my mouth with soap, wash my heart so that when my heart is washed my words will come out correctly.”

 

Saya ingat ketika saya masih muda, sekali waktu ibu saya akan mencuci mulut saya dengan sabun karena saya mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya saya ucapkan. Dan saya ingat suatu hari saya berkata kepada ibu saya, “Mom, Ibu salah caranya, tidak ada gunanya mencuci mulut saya dengan sabun, cuci hati saya supaya bila hati saya sudah dicuci, kata-kata saya yang keluar benar.”

 

 

Notice Mark 7:21-23.  21 For from within, out of the heart of men, proceed evil thoughts, adulteries, fornications, murders, 22 thefts, covetousness, wickedness, deceit, lewdness, and evil eye, blasphemy, pride, foolishness. 23 All these evil things come from within and defile a man.”

Now you can externally look like you’ve overcome these things, but really Jesus says all of these evil actions come from a bad heart, so what you need is to have your heart repaired or transplanted.

 

Simak Markus 7:21-23, 21 sebab dari dalam, dari hati orang  timbul segala pikiran jahat, perzinahan, percabulan, pembunuhan, 22 pencurian, keserakahan, kejahatan, penipuan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 23 Semua kejahatan ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Nah, kita bisa tampak dari luar seakan-akan kita sudah mengatasi semua hal ini, tetapi sesungguhnya Yesus berkata, semua perbuatan jahat ini datang dari hati yang jahat, maka apa yang kita perlukan ialah hati kita harus diperbaiki atau ditransplantasi.

 

 

Deuteronomy 30:6.  “ And the Lord your God will circumcise your heart and the heart of your descendants, to love the Lord your God with all your heart and with all your soul, that you may live.”

 

Ulangan 30:6, 6 Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu agar engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya  engkau boleh hidup.”

 

 

God is in that heart transplant business. God does not put in, as I mentioned this morning, spiritual pacemakers, do bypass surgeries, change valves, or do angioplasty; the only type of surgery that God does is heart transplants. He will take out the heart of stone, come in and give us a heart of flesh. And then He will write His Law  in our hearts so that we do what the Law  requires, not because we have to but because we want to.

 

Allah itu punya usaha transplantasi jantung hati. Seperti yang saya sebutkan tadi pagi Allah tidak memasang alat pacu jantung rohani, membuat pembedahan bypass, mengganti katup, atau angioplasty; satu-satunya pembedahan yang dilakukan Allah ialah transplantasi jantung hati. Dia akan mengeluarkan jantung hati kita yang dari batu, lalu masuk dan memberi kita jantung hati dari daging. Kemudian Dia akan menuliskan HukumNya di jantung hati kita agar kita melakukan apa yang diminta Hukum itu, bukan karena kita harus, melainkan karena kita mau.

 

 

Psalms 37:31 speaks about the importance of the heart once again. 31 The Law of his God is in his heart; none of his steps shall slide.”

When is that we don't slide? When the Law  of God is where? In our hearts. And the Law  is a reflection of whose character? Of Christ's character.

 

Mazmur 37:31 sekali lagi bicara tentang betapa pentingnya hati. 31 Hukum Allahnya ada di dalam hatinya, tak satu pun langkahnya akan terpeleset.”

Kapan kita tidak akan terpeleset? Bila Hukum Allah ada di mana? Di hati kita. Dan Hukum adalah pantulan karakter siapa? Karakter Kristus.

 

 

Let's notice Psalm 40:8. Here Jesus is speaking prophetically about the way that He would feel when He came to this earth.   I delight to do Your will…” did the Pharisees delight to do God's will? No, they did it as a matter of being obligated to do it, they said, I'll do it whether it kills me, whether I like it or not.  “…I delight to do Your will, O  my God…”   why did Jesus delight to do His Father's will? “…and Your Law is within My heart.”

 

Mari kita simak Mazmur 40:8, di sini Yesus berbicara dalam nubuatan mengenai bagaimana Dia akan merasa pada waktu Dia datang ke bumi ini. 8  Aku suka melakukan kehendak-Mu…” apakah orang-orang Farisi suka melakukan kehendak Allah? Tidak, mereka melakukannya sebagai kewajiban. Mereka berkata, “Aku akan melakukannya walaupun sulit, suka atau tidak suka.” “…8  Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku…”  mengapa Yesus suka melakukan kehendak BapaNya?   “…dan Hukum-Mu ada di dalam hati-Ku."

 

 

I read Ezekiel 36:26 and 27 in our study this morning. “ 26 I will give you a new heart and put a new spirit within you…” see, inside,   “… I will take the heart of stone out of your flesh and give you a heart of flesh. 27 I will put My Spirit within you…”  notice that when Jesus comes into the heart, we don't do less; we do more, but we do it with a different motivation. Are you understanding the disease of Laodicea?  “… 27 I will put My Spirit within you and cause you to walk in My statutes, and you will keep My judgments and do them.” You see, when the Law  is in our hearts Jesus won't need to tell us how to dress, we will speak like Jesus, we will give like Jesus, we will act like Jesus, we will eat like Jesus, we will do everything like Jesus. Because we will do it, because it comes from the heart.

 

Saya bacakan Yehezkiel 36:26-27 di pelajaran kita tadi pagi. 26 Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru, dan menempatkan roh yang baru di dalam dirimu…”  lihat, di bagian dalam,  “…Aku akan mengeluarkan dari dagingmu, hatimu yang dari batu dan Kuberikan kepadamu hati yang dari daging. 27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu…”  simak ketika Yesus masuk ke dalam hati, kita tidak berbuat lebih sedikit, kita berbuat lebih banyak, tetapi kita melakukannya dengan motivasi yang berbeda. Apakah kalian paham penyakit Laodekia?   “…27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam dirimu

dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku, dan kamu akan berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya…”  Lihat, bila Hukum ada di dalam hati kita, Yesus tidak perlu memberitahu kita bagaimana kita harus berpakaian, kita akan bicara seperti Yesus, kita akan berbagi seperti Yesus, kita akan bertindak seperti Yesus, kita akan makan seperti Yesus, kita akan melakukan segalanya seperti Yesus. Karena kita mau melakukannya, karena itu datang dari hati.

 

 

I want to read Matthew 5:8 this verse tells us who are the only ones that are going to be ready when Jesus comes. Blessed are the pure in heart, for they shall see God.”

The purity is not primarily purity of action, it is purity of heart. And when the heart is right the actions are right.

 

Saya mau membacakan Matius 5:8, ayat ini mengatakan kepada kita siapa saja yang akan siap ketika Yesus datang.8 Diberkatilah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah…” 

Kemurniannya bukan semata-mata kemurnian perbuatan, tapi kemurnian hati. Bila hatinya benar, maka perbuatannya benar.

 

 

Ellen White wrote, this is found in Bible Commentary Vol. 7 page 966.  But the  counsel of the True Witness…”  this is the good news,  “…does not represent those who are lukewarm as in a hopeless case…” so our situation is not hopeless. She says,  “…There is yet a chance to remedy their state, and the Laodicean message is full of  encouragement; for the backslidden church may yet buy the gold of faith and love, may yet have the white robe of the righteousness of Christ, that the shame of their nakedness need not appear. Purity of heart, purity of motive, may yet characterize those who are halfhearted and who are striving to serve God and mammon. They may yet wash their robes of character and make them white in the blood of the Lamb.

There is hope as long as we apply the remedies.

 

Ellen White menulis, ini di Bible Commentary Vol. 7 hal. 966,    “…Tetapi nasihat dari Saksi yang Benar…” ini kabar baiknya, “…tidak menggambarkan mereka yang suam-suam seperti  kasusnya sudah tidak punya harapan…”  jadi kondisi kita bukan tidak ada harapan. Ellen White berkata, “…Masih ada kesempatan memperbaiki kondisi mereka, dan pekabaran kepada Laodekia itu penuh dorongan yang membesarkan hati, karena gereja yang sudah merosot ini masih bisa membeli emas iman dan kasih, masih bisa memiliki jubah putih kebenaran Kristus, supaya aib ketelanjangan mereka tidak perlu terlihat. Kemurnian hati, kemurnian motif, masih mungkin menjadi karakter mereka yang sekarang separo hati dan yang berusaha keras untuk melayani Allah dan mamon. Mereka masih bisa mencuci jubah karakter mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba.” (RH Aug. 28, 1894)

Masih ada harapan selama kita mengaplikasikan obatnya.

 

 

I want to end by reading a statement from Review and Herald February 25, 1902. This is what the church needs. “A revival and a reformation must take place under the ministration of the Holy Spirit. Revival and  reformation  are  two  different  things.  Revival  signifies  a  renewal  of  spiritual  life,  a quickening  of  the  powers  of  mind  and  heart,  a  resurrection  from  the  spiritual  death…” that is revival, but now notice.  “…Reformation signifies a reorganization, a change in ideas and theories,…” it's a change in the way that you what? The way that you think. Once again.  “…Reformation signifies a reorganization, a change in ideas and theories…” but that's not all, not only the way you think. She continues  “…habits and practices…” that is what you think, putting it into what? Into action. And then she states, “…Reformation will not bring forth the good fruit of righteousness unless it is connected with the revival of the Spirit. Revival and reformation are to do their appointed work, and in doing this work they must blend. 

 

Saya mau mengakhiri dengan membacakan pernyataan dari Review and Herald 25 Februari 1902. Inilah yang dibutuhkan gereja. “…Suatu kebangunan rohani dan suatu reformasi harus terjadi di bawah pelayanan Roh Kudus. Kebangunan rohani dan reformasi itu dua hal yang berbeda. Kebangunan rohani merupakan tanda pembaharuan kehidupan rohani, menghidupkan kuasa pikiran dan hati, suatu kebangkitan dari kematian rohani…”  itulah kebangunan rohani. Tetapi sekarang simak,   “…Reformasi menandakan suatu reorganisasi, suatu perubahan dalam konsep dan teori…”  suatu perubahan dalam cara kita apa? Cara kita berpikir. Sekali lagi,  “…Reformasi menandakan suatu reorganisasi, suatu perubahan dalam konsep dan teori…”  tapi bukan hanya itu, bukan hanya dalam cara kita berpikir. Ellen White melanjutkan,   “…kebiasaan-kebiasaan dan praktek-praktek…”  yaitu apa yang kita pikir, dan bagaimana kita mempraktekkannya. Kemudian Ellen White berkata,   “…Reformasi tidak akan menghasilkan buah kebenaran kecuali bila terhubung dengan kebangunan dari Roh. Kebangunan rohani dan reformasi harus melakukan tugas masing-masing, dan dalam menjalankan pekerjaan itu mereka harus bersatu.” (Christian Service, p. 42)

 

 

What is more important, revival or reformation? If you're revived and you're not reformed you ain't been revived ~ excuse the bad English. And if you are reformed by your own efforts and you haven't been revived, it's like a dead body trying to act and trying to live. Revival and reformation must go together.

v Revival is a resurrection from spiritual death.

Jesus taking out the heart of stone putting in a heart of flesh. And when that happens, when revival happens, when we resurrect from spiritual death, then

v the result will be reformation in our lives.

But it will come naturally, it will flow naturally from the heart, the motivations for our actions will be the right motivations, and when the motives are right God will accept our actions; because He is producing it through the presence of His Spirit in our hearts.

 

Apa yang lebih penting, kebangunan rohani atau reformasi? Jika kita terbangun rohaninya tapi tidak berubah pikirannya, maka kita belum terbangun rohaninya. Dan jika kita sudah berubah dengan upaya kita sendiri, maka kita belum dibangunkan rohaninya, itu seperti tubuh yang mati yang berusaha berbuat dan berusaha untuk hidup. Kebangunan rohani dan reformasi harus jalan bersama-sama.

v Kebangunan rohani ialah kebangkitan dari kematian rohani.

Yesus mengeluarkan hati dari batu dan memasukkan hati dari daging. Dan bila itu terjadi, bila kebangunan rohani terjadi, bila kita bangkit dari kematian rohani, maka

v hasilnya adalah reformasi dalam hidup kita.

Tetapi itu akan terjadi secara alami, itu akan mengalir secara alami dari hati. Motivasi-motivasi perbuatan kita akan menjadi motivasi-motivasi yang benar, dan bilamana motivasinya benar Allah akan menerima perbuatan kita karena Dia yang menciptakannya melalui kehadiran RohNya di dalam hati kita.

 

 

So is there hope for the Laodicean church? Yeah, there's hope for the Methodists, and the Presbyterians, you know we usually think of them as the Laodicean, we are Philadelphian. Well, brutal awakening. These remedies must be applied by the Remnant Church in order to receive the Latter Rain and finish the work of God. May that be our experience.

 

Jadi, masihkah ada harapan bagi gereja Laodekia? Ya, ada harapan bagi gereja Methodist, dan Presbyterians, kalian tahu kita terbiasa menganggap merekalah Laodekia itu, kita yang Filadelfia. Nah, kesadaran yang brutal. Obat-obat ini harus diberikan kepada gereja umat yang sisa supaya bisa menerima Hujan Akhir dan menyelesaikan pekerjaan Allah. Semoga itulah pengalaman kita.

 

 

 

18 04 22

 

 

 

No comments:

Post a Comment