Sunday, May 1, 2022

EPISODE 01/14 ~ THE BOOK OF HEBREWS ~ INTRODUCTION: SUBSTANCE AND SHADOWS ~ WALTER VEITH

 

THE BOOK OF HEBREWS

Part 01/14 – Walter Veith

INTRODUCTION: SUBSTANCE AND SHADOWS

https://www.youtube.com/watch?v=6oAH72Ec58I

 

Dibuka dengan doa

 

 

We are now going to do a study on the book of Hebrews. Now the question is, why the book of Hebrews at this particular time in history? I think the book of Hebrews is probably  one of the most important theological books in the New Testament. It brings together the Old Testament and the New Testament and highlights the principles that are absolutely necessary for the time that we are living in, as well for the time for which it was written.

Now the book of Hebrews is a magnificent book and just as the Jews in their time misunderstood the ministry of Christ, and the book of Hebrews was supposed to enlighten them, and these things were written for our example, so I believe that the book of Hebrews is just as necessary for our time as it was for the time when Jesus walked upon this earth. And so we decided to do a study on the book of Hebrews.

 

Sekarang kita akan membuat suatu studi tentang kitab Ibrani. Nah, pertanyaannya ialah, mengapa khusus kitab Ibrani pada saat ini dalam sejarah? Menurut saya kitab Ibrani mungkin adalah salah satu dari buku-buku theologi yang paling penting di Perjanjian Baru. Dia mempersatukan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan memberi penekanan pada prinsip-prinsip yang mutlak penting bagi zaman di mana kita hidup sekarang, dan juga bagi zaman ketika kitab itu ditulis.

Nah, kitab Ibrani adalah kitab yang luar biasa, dan sama seperti orang Yahudi di zaman mereka telah salah memahami ministri Kristus, dan kitab Ibrani ini yang seharusnya mencerahkan mereka. Dan hal-hal ini ditulis menjadi teladan kita, demikian pula saya yakin bahwa kitab Ibrani itu sama diperlukannya untuk zaman kita sebagaimana untuk zaman ketika Yesus hidup di bumi. Jadi kami memutuskan untuk membuat suatu pelajaran tentang kitab Ibrani.

 

 

Now, I’ve titled this series “The Book of Hebrews ~ Substance and Shadow” and I think the slide basically says it all. There is a cross with a shadow, and a lamb, and this is what the book is all about.

 


Nah, saya memberi judul seri ini kitab Ibrani ~ Substansi dan Bayangan, dan menurut saya apa yang di layar sudah menjelaskan semuanya. Ada sebuah salib dengan bayangannya, dan seekor domba, dan tentang inilah isi kitabnya.

 

 

And according to the Reformers, and here it also says in the KJV of the Bible, it says “the epistle of Paul, the apostle to the Hebrews”. Now I know that the higher critics do not want to acknowledge that Paul was the author of this book, but with the Reformers I believe that indeed it was Paul that penned this book. Now why did he not introduce himself? Why did he introduce himself in all the other books but he didn't introduce himself in this book? Because this book is essentially about Jesus Christ and He is the Substance of all the shadows. How can you start a book of this magnitude, bringing the Old Testament and the New Testament together by writing your name on it? So I think it is very fitting that he left out his name in terms of the authorship.

 

Dan menurut para Reformator, dan di Alkitab KJV di sini juga tercantum “surat rasul Paulus kepada orang Ibrani”. Nah, saya tahu bahwa kritikus-kritikus tinggi tidak mau mengakui bahwa Paulus adalah penulis kitab ini, tetapi bersama para bapak Reformator saya sependapat bahwa memang benar Paulus yang menulis kitab ini. Nah, mengapa dia tidak memperkenalkan dirinya? Mengapa di kitab-kitab yang lain Paulus memperkenalkan dirinya tetapi di kitab ini tidak? Karena kitab ini esensinya adalah tentang Yesus Kristus, dan  Dialah Substansi dari segala bayangan-bayangan. Bagaimana dia bisa memulai suatu kitab seagung ini, mempersatukan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan mencantumkan namanya sendiri di sana? Jadi saya pikir, sangat tepat Paulus tidak mencantumkan namanya berkaitan dengan penulis kitab itu.  

 

 

Now when we look at this book in the first chapter, the first chapter is only 14 verses long but it is packed, absolutely packed with information. It identifies:

·       the Son, Jesus Christ as the Creator,

·       then it identifies Him as the Savior,

·       then it identifies Him as the Ruler,

·       then it identifies Him as God,

·       then it identifies Him as eternal,

·       then it identifies Him as the Lord YaHWeH.

So basically he is telling us what Jesus is all about.

 

Nah, bila kita melihat kitab ini di pasalnya yang pertama, itu isinya hanya 14 ayat, tetapi semuanya itu sarat, benar-benar sarat dengan informasi. Di sana diidentifikasikan:

·       Sang Anak, Yesus Kristus sebagai Sang Pencipta,

·       kemudian dia mengidentifikasi Yesus sebagai Sang Juruselamat,

·       kemudian dia mengidentifikasi Dia sebagai Sang Pemimpin,

·       kemudian dia mengidetifikasi Dia sebagai Allah,

·       kemudian dia mengidentifikasi Dia sebagai kekal,

·       kemudian dia mengidentifikasi Dia sebagai Tuhan YaHWeH.

Jadi pada dasarnya dia memberitahu kita segala sesuatu tentang Yesus.

 

 

But before we dive into a verse by verse study on this book, some people have asked, how do you go about studying something like this? And why is there so much confusion in the world? And how can we be sure that we are studying it in right lines? It's a very difficult thing because everything that we read in the Bible can be distorted, and there have been many people that have become experts in distorting the Word of God. So we need to study it prayerfully. We cannot open the Bible when it comes to issues such as this without prayer. And we need to ask God to tell us what is the substance of the verse that we are studying. And you cannot study it in isolation, because it links to other portions of Scripture. In fact most of it, is quotes from the Scriptures. And so you have to bring the past into the present and you have to compare it verse by verse, and what resources does one use to study a book such as the book of Hebrews. 

 

Tetapi sebelum kita terjun ke pembelajaran ayat demi ayat dari kitab ini, ada yang bertanya, bagaimana caranya kita mempelajari sesuatu seperti ini? Dan mengapa ada begitu banyak kebingungan di dunia? Dan bagaimana kita bisa yakin bahwa kita mempelajarinya menurut jalur yang benar? Itu adalah hal yang sangat sulit karena segala yang kita baca di  Alkitab bisa didistorsi (maknanya diubah), dan sudah ada banyak orang yang mejandi ahli dalam mendistorsi Firman Allah. Jadi kita perlu mempelajarinya dengan doa. Kita tidak bisa membuka Alkitab bila kita berurusan dengan isu-isu seperti ini tanpa doa. Dan kita perlu minta Allah memberitahu kita apakah substansi dari ayat yang kita pelajari. Dan kita juga tidak bisa mempelajari hanya kitab itu sendii, karena kitab itu terkait dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci. Malah sebagian besar adalah kutipan-kutipan dari Kitab Suci. Maka kita harus membawa yang lampau ke masa sekarang, dan kita harus membandingkannya ayat demi ayat, dan sarana-sarana apa yang harus kita pakai untuk mempelajari sebuah kitab seperti kitab Ibrani.

 

 

Well, in this day and age we have many resources available to us. There are Bible programs such as E-Sword for example, that will give you connections, there are discussions on E-Sword that you can use together with it, and you can see what did some of the Reformers say, what do the Concordances say, so you can compare what is being said. And you can also read what some of the Reformers, the trustworthy people of the past, said about this book. Because I believe that God when He gave the translators the words in the original language, and said put it into a language that the people can understand,  He used inspired people. And I believe that those early Reformers and their ideas are in harmony with what they translated.

And then of course we have other things available to us. We have the Spirit of Prophecy, and the Spirit of Prophecy is a marvelous filter. The Word of God and the Spirit of Prophecy together will give an overall view and whatever can be gleaned from these writings should be used in our study.

Then of course there are the pioneers, and many of them were ardent Bible students and many, many, things were written, the whole shelf behind me here is full of books of Bible commentary and what our pioneers believed on particular subjects.

And we can study what other theologians have said as well, but I  want to make sure that what I study comes from consecrated people that believe in the Bible and the Spirit of Prophecy and bring them into harmony. Then I have more faith in what they are saying. And it's good to get ideas from as many sources as possible. And even some of the modern writers, they sometimes have good ideas, but it's always good to keep the filters at hand.

So with that being said, let's dive into an introduction to this great book.

 

Nah, di zaman sekarang ini kita punya banyak sarana yang tersedia. Ada program-program Alkitab semacam E-Sword misalnya, yang memberi kita kaitan-kaitan, ada diskusi-disusi di E-Sword yang bisa kita pakai bersama dengannya, dan kita bisa melihat apa kata beberapa bapak Reformator, apa yang dikatakan Konkordansi, sehingga kita bisa membandingkan apa yang dikatakan. Dan kita juga bisa membaca tulisan-tulisan beberapa bapak Reformasi, orang-orang yang bisa dipercaya dari zaman lampau, mengenai kitab ini. Karena saya meyakini ketika Allah memberikan perkataan-perkataan itu kepada para penerjemah dalam bahasa aslinya, dan berkata, jadikan itu bahasa yang bisa dipahami orang banyak, Allah menggunakan orang-orang yang dituntun Roh Kudus. Dan saya meyakini konsep-konsep bapak-bapak Reformasi yang mula-mula itu selaras dengan apa yang mereka terjemahkan.

Kemudian tentu saja ada hal-hal lain yang tersedia bagi kita. Kita memiliki Roh Nubuat, dan Roh Nubuat adalah filter/penyaring yang luar biasa. Firman Allah dan Roh Nubuat bersama-sama akan memberikan pandangan yang menyeluruh, dan apa pun yang bisa kita petik dari tulisan-tulisan itu, harus kita pakai dalam pelajaran kita.

Lalu tentu saja ada para pioner, dan banyak dari mereka adalah pelajar-pelajar Alkitab yang tekun, dan mereka menulis banyak, banyak hal, seluruh rak di belakang saya ini penuh dengan buku-buku komentar tentang Alkitab dan apa yang diyakini para pioner kita mengenai topik-topik tertentu.

Dan kita juga bisa belajar dari apa yang dikatakan theolog-theolog lain, tetapi kalau saya akan memastikan bahwa apa yang saya pelajari berasal dari orang-orang yang saleh, yang mempercayai Alkitab dan Roh Nubuat, dan mempersatukan mereka secara harmonis. Dengan demikian saya lebih yakin dengan apa yang mereka katakan. Dan bagus saja mendapatkan ide-ide dari sebanyak sumber yang ada. Bahkan beberapa penulis modern terkadang mereka punya ide-ide yang bagus, tetapi selalu lebih baik kita mempunyai filter/penyaring.

Nah, setelah mengatakan semua ini, marilah kita terjun ke pengantar kitab yang istimewa ini.

 

 

If we want to understand the book of Hebrews, we must also look at the issues that were in existence in the time when this book was written. What were the issues exactly? The New Testament had brought a fulfillment of the Old Testament traditions and types of the Old Testament, and it was necessary to explain that the shadow had been replaced by the substance. So if we do not understand the issue of substance and shadow we will never understand the book of Hebrews. In fact we won't understand the Old Testament because the Bible says that the Old Testament testified of Jesus Christ, and if we do not see Jesus in every aspect of the Old Testament, then we will not understand the fulfillment of those great types and the great anti-type: Jesus Christ.

 

Jika kita mau mengerti kitab Ibrani kita harus menyimak pada isu-isu yang ada di zaman kitab tersebut ditulis. Tepatnya isu-isu apa itu? Perjanjian Baru telah membawa penggenapan kepada tradisi dan tipe-tipe Perjanjian Lama, dan adalah penting menjelaskan bahwa yang bayangan telah digantikan oleh substansinya (yang asli). Jadi, apabila kita tidak mengerti isu substansi dan bayangan, kita tidak akan pernah mengerti isi kitab Ibrani. Malah, kita tidak akan mengerti Perjanjian Lama karena Alkitab berkata  bawa Perjanjian Lama itu bersaksi tentang Yesus Kristus, dan jika kita tidak melihat Yesus dalam setiap aspek Perjanjian Lama, maka kita tidak akan mengerti penggenapan tipe-tipe besar dan anti-tipe yang besar: Yesus Kristus.

 

 

So some of the issues regarding the faith of the Jews in the time of Christ, we find in the warnings that the Bible has regarding these issues, for example in Matthew 15 we read from verse 1, 1 Then came to Jesus scribes and Pharisees, which were of Jerusalem, saying, ‘2 Why do Thy disciples transgress the tradition of the elders? For they wash not their hands when they eat bread.’ 3 But He answered and said unto them, ‘Why do ye also transgress the Commandment of God by your tradition?’…”

So there was a clash of traditions. The scribes and the Pharisees had a set of traditions which according to the Scripture were contrary to the will of God, and this issue had to be cleared up. Now it wasn't only the scribes and the Pharisees. The scribes and the Pharisees were looked up to by the people at the time, and the traditions which they held dear were basically the traditions of the people. So the whole mindset of the entire community had to be changed.

 

Jadi kita lihat beberapa isu mengenai keyakinan orang Yahudi di zaman Kristus dalam peringatan-peringatan yang diberikan Alkitab mengenai isu-isu itu, misalnya di Matius 15, kita baca dari ayat 1, 1 Kemudian datanglah kepada Yesus ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dari Yerusalem, berkata, 2 ‘Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Karena mereka tidak membasuh tangan ketika mereka makan roti.’ 3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka, ‘Mengapa kamu pun melanggar Perintah Allah dengan  adat istiadatmu?’…”

Jadi ada benturan tradisi (adat istiadat). Para ahli Taurat dan Farisi memiliki serangkaian tradisi yang menurut Kita Suci bertentangan dengan kehendak Allah, dan isu ini harus dibereskan. Nah, itu bukan hanya para ahli Taurat dan orang Farisi. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi dihormati oleh masyarakat di zaman itu, dn tradisi yang mereka pegang erat pada dasarnya adalah tradisi masyarakat. Jadi semua pola pikir (mindset) seluruh komunitas harus diubah.

 

 

There are warnings in the Word of God regarding this clash of traditions. So in Colossians we read in chapter 2:8, 8 Beware lest any man spoil you through philosophy and vain deceit, after the tradition of men, after the rudiments of the world, and not after Christ. 9 For in Him dwelleth all the fulness of the Godhead bodily.”

So there was a serious danger that the traditions would wipe out the very essence of what the Scriptures were about, namely Jesus Christ.  These are they that testify of Jesus who is the One in whom dwelleth all the fullness of the Godhead bodily.

 

Ada peringatan-peringatan di Firman Allah mengenai benturan tradisi ini. Maka di Kolose 2:8 kita membaca, 8 Berhati-hatilah, supaya jangan ada yang merusak kamu dengan filsafat dan penipuan hampa menurut ajaran tradisi manusia, menurut prinsip-prinsip mula dunia dan bukan menurut Kristus. 9 Sebab di dalam Dialah berdiam seluruh kepenuhan keAllahan secara jasmani.”

Jadi ada bahaya yang serius bahwa tradisi bisa menghapus setiap esensi Kitab Suci yang adalah Yesus Kristus. Mereka inilah yang menyaksikan bahwa Yesus adalah Dia di dalam Siapa berdiam seluruh kepenuhan keAllahan secara jasmani.

 

 

Colossians 2:20 says 20 Wherefore if ye be dead with Christ from the rudiments of the world, why as though living in the world, are ye subject to ordinances, 21 Touch not; taste not; handle not; 22 which all are to perish with the using; after the commandments and doctrines of men?”

 

Kolose 2:20 mengatakan, “20 Dengan demikian, jika kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dari prinsip-prinsip mula dunia, mengapakah kamu hidup di dunia seolah-olah masih takluk pada peraturan-peraturan: 21 jangan jamah, jangan kecap, jangan sentuh;  22 yang semuanya itu akan binasa bersama pemakaiannya; menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia?”

 

 

So the Bible is very clear that humanity ~ and here in particular, the Jews ~ are inclined and were inclined to substitute human regulations, a human form of worship, for the true worship.

So basically it is a clash of the divine will with that of humanity. And this is how we must read the book of Hebrews, how the shadow has to be transplanted by the Substance.

 

Jadi Alkitab sangat jelas bahwa kemanusiaan ~ dan di sini khususnya bangsa Yahudi ~ cenderung dan memiliki kecenderungan mengganti ibadah yang sejati dengan peraturan-peraturan manusia, bentuk ibadah buatan manusia.

Maka pada dasarnya ini adalah benturan antara kehendak Ilahi dengan kehendak manusia. Dan inilah caranya kita harus membaca kitab Ibrani, bagaimana bayangan itu harus digantikan oleh Substansinya.

 

 

If we go to 2 Timothy chapter 2 we read, 14 Of these things put them in remembrance, charging them before the Lord that they strive not about words to no profit, but to the subverting of the hearers. 15 Study to shew thyself approved unto God, a workman that needeth not to be ashamed, rightly dividing the Word of truth. 16 But shun profane and vain babblings: for they will increase unto more ungodliness.”

 

Jika kita ke 2 Timotius pasal 2, kita membaca, 14 Tentang hal-hal ini, masukkanlah ke dalam ingatan, menasihati mereka di hadapan Allah agar mereka jangan berselisih tentang kata-kata, yang tidak ada gunanya, melainkan menjatuhkan yang mendengarnya. 15 Belajarlah untuk menunjukkan dirimu sendiri layak di hadapan Allah, seorang pekerja yang tidak usah malu, yang dengan benar menjelaskan Firman kebenaran. 16 Tetapi hindarilah ocehan yang kotor dan sia-sia karena mereka akan bertambah menjadi lebih banyak kefasikan.”

 

 

And in Titus 1:14 we read, 14 Not giving heed to Jewish fables, and commandments of men, that turn from the truth.”

So what was the issue here, why is the Bible so absolutely direct in its warning against the commandments of men and the fables associated with it? Well, we have to go back to the time ~ and this applies just as much to the present time as it did to that time in the past. And we will turn to information that we find in the Jewish writings called the Talmud.

 

Dan di Titus 1:14 kita membaca, 14 Tidak mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan perintah-perintah manusia yang berbalik dari kebenaran.”

Jadi apa isunya di sini, mengapa Alkitab begitu blak-blakan memberikan peringatan terhadap perintah-perintah buatan manusia dan dongeng-dongeng yang terkait dengannya? Nah, kita harus kembali ke masa lalu ~ dan ini berlaku sama di masa sekarang sebagaimana di masa lampau. Dan kita akan melihat ke informasi yang kita temukan dalam tulisan-tulisan Yahudi yang disebut Talmud.

 

 

Now what was the Talmud? The Talmud is a compendium of the great sayings of Jewish teachers, covering many centuries. The Talmud was begun soon after the return of the Jews from Babylonian captivity several centuries before Christ, and it consists of a number of components. Now most of these sayings by the great Jewish teachers were orally transmitted, they weren't written down initially, so there were all of these sayings by the rabbis during the Babylonian captivity, and also by the rabbis subsequent to this Babylonian captivity, and eventually these were written down and they were added to as time progressed, and they came to supersede the instructions of the Bible. In other words, the people were living according to these sayings which were from men, and not directly by inspiration from God.

So if we look at the Talmud it has a number of components.

1.   The first one is the Mishnah.

It's a commentary on the Old Testament with about 5’000 mishnahioth or traditions. So here is a book that gives commentary and it has about 5’000 sayings and these became the norm and the standard.

2.   and then there is the Gemara which is a commentary on the Mishnah.

Containing thousands of laws, illustrations, and allegories.

And these oral traditions became basically the basis for the religions of the Jews, and it is with these oral traditions that Christ came into conflict because He ignored them.

Now not everything that is written in these sayings is bad, but some of it is directly contrary to the Word of God.

 

Nah, Talmud itu apa? Talmud adalah suatu kompendium (koleksi) ucapan-ucapan guru-guru Israel selama berabad-abad. Talmud ini dimulai tidak lama setelah bangsa Yahudi kembali dari penawanan Babilon beberapa abad sebelum Kristus, dan itu terdiri atas sejumlah komponen. Nah, kebanyakan dari ucapan-ucapan guru-guru besar Yahudi ini diberikan secara lisan, pada awalnya mereka tidak ditulis. Jadi ada ucapan-ucapan oleh rabi-rabi selama masa penawanan di Babilon, dan juga oleh rabi-rabi setelah masa penawanan Babilon, dan pada akhirnya ini ditulis dan mereka menambahnya seiring berlalunya waktu. Dan semua itu menjadi pengganti petunjuk-petunjuk Alkitab. Dengan kata lain, masyarakat hidup menurut ucapan-ucapan itu yang berasal dari manusia dan tidak langsung menurut kata-kata yang diilhamkan Allah.

Maka jika kita simak Talmud ini, dia memiliki beberapa komponen.

1.   Pertama ialah Misnah.

Ini adalah komentar tentang kitab Perjanjian Lama, dengan sekitar 5’000 mishnahioth atau tradisi. Jadi ini adalah sebuah buku yang memberikan komentar dan ada sekitar 5’000 komentar, dan ini menjadi norma dan standarnya.

2.   Lalu ada Gemara, yang mengomentari Misnah.

Berisikan ribuan hukum, ilustrasi, dan alegori (kiasan)

Dan tradisi-tradisi lisan ini pada dasarnya menjadi fondasi agama orang Yahudi, dan dengan tradisi-tradisi lisan inilah Kristus terlibat konflik karena Kristus mengabaikan mereka.

Nah, tidak semua ucapan-ucapan yang tertulis ini buruk, tetapi ada yang jelas-jelas bertentangan dengan Firman Allah.

 

 

Now basically there are two Talmuds. So let's just look at that, so that we can understand the background and why the Bible has such sharp sayings when it comes to discussing these so-called traditions.

So that you have:

1.   the Talmud Jerushalmi, which is the Jerusalem Talmud

2.   and the Talmud Bovel or the Babylonian Talmud.

They are so called because the sayings therein were derived by oral tradition from those teachers living in Babylon. They were later written down and they became known as the Babylonian Talmud.

And the sayings from the teachers in Jerusalem they were recorded in the Talmud Jerushalmi which is the Jerusalem Talmud.

So they derived from the teachers living in Babylon during the captivity and those residing in Jerusalem.

 

Nah, pada dasarnya ada dua Talmud. Jadi mari kita lihat itu supaya kita bisa mengerti latar belakangnya dan mengapa di Alkitab ada kata-kata yang begitu tajam sehubungan dengan yang dianggap tradisi-tradisi ini.

Jadi ada:

1.   Talmud Jerushalmi, yang adalah Talmud Yerusalem.

2.   Dan Talmud Bovel atau Talmud Babilon.

Disebut demikian karena ucapan-ucapan di dalamnya diambil dari tradisi lisan para guru yang hidup di Babilon. Mereka kemudian ditulis dan mereka dikenal sebagai Talmud Babilon.

Dan ucapan-ucapan dari guru-guru di Yerusalem, itu dicatat dalam Tamud Jerushalmi, yang adalah Talmud Yerusalem.

Jadi ucapan-ucapan itu berasal dari guru-guru yang hidup di Babilon selama masa pengasingan dan mereka yang ada di Yerusalem.

 

 

Now these learned teachers had many disciples under them, and it is said of one of these teachers,  Hillel who had 80 disciples, that 30 of them were worthy, so that the glory of God rested upon them as it did upon Moses. So in other words, they ascribed such stature to these Jewish sages that they acquainted them with Moses himself. So 30 of them were of such high stature that the glory that rested upon Moses also rested upon them. And 30 the sun would stand still at their command, as it did for Joshua. And 20 were only moderately learned. Now the greatest of these 80 was Joshua the son of Uziel of whom he said that when he studied the Law every bird that flew over his head was at once burned up.

So you can imagine if you have such Jewish sayings and such fables and these people were elevated to such heights that this could lead to a form of religion denying the Power thereof.

Now this quote comes from F.C. Gilbert ~ Practical Lessons From The Experience of Israel For The Church Of Today. And Gilbert was one of the pioneers in the Advent Movement, and he was of Jewish descent, so he was well acquainted with the mode and thinking of the Hebrews.

 

Nah, guru-guru terpelajar ini punya banyak murid yang mengikuti mereka, dan dikatakan salah satu guru itu, Hillel, punya 80 orang murid, 30 di antaranya sangat layak, sehingga kemuliaan Allah ada pada mereka sebagaimana pada Musa. Jadi dengan kata lain mereka memberikan kedudukan sedemikian tinggi kepada orang-orang bijak Yahudi ini sehingga mereka disejajarkan dengan Musa sendiri. Jadi 30 dari mereka begitu tinggi kedudukannya sehingga kemuliaan yang hinggap pada Musa juga hinggap pada mereka. Dan yang 30 lagi, bisa memerintahkan matahari tidak bergerak, sebagaimana Yosua. Dan yang 20 hanya rata-rata terpelajar. Nah, yang paling hebat dari ke-80 murid ini ialah Yosua anak Uziel, yang dikisahkan pada waktu dia mempelajari Hukum setiap burung yang terbang di atas kepalanya segera hangus terbakar. (F.C. Gilbert 1972, Practical Lessons from the Experience of Israel for the Church of Today  pg. 24 ~ South Lancaster Printing Company).

Jadi bisa kalian bayangkan jika ada ucapan-ucapan seperti itu dan dongeng-dongeng demikian, dan orang-orang itu begitu ditinggikan, sehingga ini bisa menghasilkan suatu bentuk agama yang menolak Kuasa Ilahi.

Nah, kutipan ini berasal dari F.C. Gilbert 1972, Practical Lessons from the Experience of Israel for the Church of Today. Dan Gilbert ini adalah salah satu pioner dalam Gerakan Advent dan dia dari keturunan Yahudi, maka dia sangat mengenal modus dan pemikiran orang Israel.

 

 

Now if we want to find out a little bit more about what the situation was in that time, and why it was necessary to give such a complete explanation as in the book of Hebrews, we read that the traditions and laws kept increasing, and even if they were in conflict with each other they were considered correct and immutable and the law of the rabbi became the voice of God.

 

Nah, jika kita mau mencari tahu sedikit lebih banyak tentang bagaimana situasinya di zaman itu dan mengapa perlu memberikan suatu penjelasan lengkap seperti yang terdapat di kitab Ibrani, kita baca bahwa tradisi-tradisi dan hukum-hukum terus bertambah, dan walaupun mereka bertentangan satu sama lain, mereka dianggap benar dan tidak bisa diubah, sehingga hukum dari rabi menjadi suara Allah.

 

 

So at one stage for example, there was a dispute between the rabbis. And one of the rabbis himself said, that it was wrong to eat an egg that had been laid on the Sabbath. And one of the other rabbis said, “No, it was not wrong to eat an egg that was laid on the Sabbath.” Now both of these are in the Talmud. Now which one is right? Well, they're both right because they both come from these sages. But they bend the law and say that spiritually the one is right, but practically the other one should be followed. So it's not right to eat an egg that's laid on the Sabbath, although spiritually it might be right. So this is how you can become totally confused in this issue.

 

Jadi misalnya suatu kali ada perselisihan antara para rabi. Salah seorang rabi itu sendiri mengatakan bahwa makan telur yang ditelurkan pada hari Sabat itu tidak boleh. Dan rabi yang lain mengatakan, “Tidak, tidak salah makan telur yang ditelurkan pada hari Sabat.” Nah, kedua ucapan itu ada dalam Talmud. Siapa yang benar? Oh, keduanya benar karena keduanya berasal dari guru-guru bijak. Tetapi mereka memperkosa hukum itu dan mengatakan secara spiritual yang satu benar, tetapi secara praktis, ikutilah yang lain. Maka, makan telur yang ditelurkan pada hari Sabat itu tidak benar, walaupun secara spiritual itu mungkin benar. Jadi demikianlah orang bisa menjadi sama sekali bingung dengan isu ini.

 

 

And for a few examples  from the Talmud.

ü  As a man is commanded to honor and fear his father, so he's bound to honor and fear his rabbi more than his father.

Remember that Jesus had said that they break the Commandments of God for the sake of their traditions?  And here's just one of the examples. There are more.

ü  If his father and his rabbi be oppressed with a load, he is first to help his rabbi down, then assist his father.

And it says here, “thou must consider no honor greater than the honor of the rabbi and no fear greater than the fear of the rabbi. The wise men have said the fear of thy rabbi is as the fear of God.

So this was the stature of the rabbis. And if we understand this, then we can understand some of the sayings of Jesus and comprehend what the situation was in that time.

Here's another statement from the Talmud.

ü  It is forbidden to a disciple to call his rabbi by name even when he is not in his presence.

Neither is he to salute his rabbi, neither to return his salutation in the same manner that the salutations are given or returned amongst friends. On the contrary he is to bow down before the rabbi and say to him with reverence and honor, “Peace be to thee, Rabbi.”

 

Dan beberapa contoh dari Talmud.

ü  Sebagaimana manusia diperintahkan untuk menghormati dan takut pada bapaknya, maka dia diharuskan menghormati dan takut pada rabi(guru)nya lebih daripada bapaknya.

Ingat Yesus mengatakan bahwa mereka melanggar Perintah-perintah Allah demi tradisi mereka? Dan di sini salah satu contohnya. Masih ada banyak yang lain.

ü  Jika bapaknya dan rabinya terbeban oleh beban yang berat, dia harus lebih dulu menurunkan beban rabinya baru membantu bapaknya.

Dan dikatakan di sini, “engkau harus menganggap tidak ada kehormatan yang lebih besar daripada kehormatan rabi, dan tidak ada rasa takut yang lebih besar daripada takut kepada rabi. Orang-orang bijak itu berkata, takut kepada rabi sama dengan takut kepada Allah.

Jadi demikianlah kedudukan rabi-rabi. Dan jika kita mengerti ini, maka kita bisa mengerti beberapa perkataan Yesus dan mengerti bagaimana situasinya di zaman itu.

Ini ada pernyataan lain dari Talmud.

ü  Seorang murid dilarang menyebut rabinya dengan namanya walaupun rabi itu tidak hadir di hadapannya.

Juga dia tidak boleh memberi salam kepada rabinya, maupun membalas salam rabi itu dengan cara sebagaimana pertukaran salam antar teman. Sebaliknya dia harus sujud di hadapan rabi itu dan berkata kepadanya dengan penuh hormat dan takzim, “Damai menyertai engkau, Rabi.”

 

 

So if we understand what the mindset was, and we ask ourselves, how does it apply to our time, well, then we can see some parallels. Hasn't the same kind  of thinking crept into the minds of men in the days that we are living in today? “My pastor said”, “my priest”, and so we have these mediators, these sages that think for us and digest the Word of God for us and feed us with that word, but is that the will of God? Or should each and every one of us be individually responsible for what we believe, and how we act according to our conscience, together with the Word of God?

 

Jadi jika kita mengerti bagaimana pola pikirnya, dan kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana ini aplikasinya di zaman kita, nah, maka kita bisa melihat beberapa paralel. Bukankah pola pikir yang sama sudah menyelinap masuk ke pikiran manusia di zaman di mana kita hidup sekarang? “Pendeta saya berkata”, “imam saya berkata”, maka ada para perantara ini, orang-orang bijak ini yang berpikir untuk kita, dan yang mencernakan Firman Allah bagi kita, dan menyuapi kita dengan firman itu, tetapi apakah itu kehendak Allah? Atau haruskah setiap orang dari kita bertanggung jawab sendiri secara pribadi atas apa yang kita yakini, dan bagaimana kita bertindak menurut hati nurani kita bersama dengan Firman Allah?

 

 

So it's no wonder that Jesus said in Matthew 23:4, 4 For they bind heavy burdens and grievous to be borne, and lay them on men's shoulders; but they themselves will not move them with one of their fingers. 5 But all their works they do for to be seen of men: they make broad their phylacteries, and enlarge the borders of their garments, 6 And love the uppermost rooms at feasts, and the chief seats in the synagogues, 7 And greetings in the markets, and to be called of men, Rabbi, Rabbi. 8 But be not ye called Rabbi: for one is your Master, even Christ; and all ye are brethren. 9 And call no man your Father upon the earth: for one is your Father, which is in heaven.”

Do we get a little glimpse of what Jesus is saying in here and what the confrontation was? And do we get a little glimpse of the situation in our time?

 

Jadi tidak heran Yesus berkata di Matius 23:4,4 Karena mereka mengikat beban-beban berat dan yang susah ditanggung, dan meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau memindahkannya dengan satu jarinya pun. 5 Karena semua pekerjaan yang mereka lakukan untuk dilihat orang; mereka memperlebar kotak filakteri mereka dan memperbesar tepian jubah mererka; 6 dan suka ruang-ruang yang paling tinggi di perjamuan-perjamuan dan tempat-tempat duduk yang terkemuka di rumah-rumah ibadat; 7 dan salam-salam di pasar,  dan suka dipanggil orang ‘Rabi, Rabi’. 8 Tetapi janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Gurumu, yaitu Kristus; dan kamu semua adalah saudara. 9 Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapamu di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yang ada di sorga.”

Apakah kita mendapatkan sekilas pandang tentang apa yang dikatakan Yesus di sini dan konfrontasinya tentang apa? Dan apakah kita mendapat sekilas pandang tentang situasi di zaman kita?

 

 

So here we are talking about an ecclesiastical elevation but the Bible says, don't do that! Don't call anyone your teacher, your master, and bow down to him. And for good measure don't call anyone your spiritual Father here on earth, because you have one Father and that is your Father which is in heaven.

So do we have religious systems in the world today where the ecclesiastics are called “father”? And some are even presumptuously called “holy Father”? And then we have to obey their signs even if they are contrary to the Word of God. So what was in that time is just as much alive and living in the times that we are living in.

 

Jadi di sini kita sedang bicara tentang suatu keimamatan yang ditinggikan, tetapi Alkitab berkata, jangan berbuat demikian! Jangan menyebut siapa pun gurumu, tuanmu, dan sujud kepadanya. Dan sebagai tambahan, jangan memanggil siapa pun bapak rohanimu di dunia sini, karena kamu hanya punya satu Bapa dan itulah Bapamu yang ada di Surga.

Nah, apakah ada sistem-sistem relijius di dunia hari ini di mana para imamnya dipanggil “bapak (romo)”? Dan bahkan ada yang lebih angkuh lagi disebut “bapak suci”? Lalu kita harus mematuhi tanda-tanda mereka walaupun itu bertentangan dengan Firman Allah. Jadi apa yang ada di zaman itu sama hidupnya dan masih hidup di zaman di mana kita berada.

 

 

So this is a very serious issue. If we want to understand what God is trying to say to us, then read the Word of God for yourselves. For example, they taught that the written Law was like water, in other words, God's Word was like water; but the oral law, the Mishnah was like wine, and the Gemara, those  thousands and thousands of laws of which the Bible knows absolutely nothing, was like spiced wine.  And rabbi Judah son of Tamai said, “A child at 5 years should study the Bible, at 10 the Mishnah, and at 15 the Gemara.” That is an arrogance that is just unbelievable. In other words, the Bible is for five-year-olds, for children on milk; but the Mishna and the Gemara they are the words of the sages. “Yea, though they should tell thee that thy right hand is the left and the left hand that it is the right, it must be believed.” (F.C. Gilbert 1972, Practical Lessons from the Experience of Israel for the Church of Today  pg. 26).

So this comes directly from the Talmud.

 

Jadi ini adalah isu yang sangat serius. Jika kita mau mengerti apa yang Allah mau katakan kepada kita, maka bacalah Firman Allah sendiri. Misalnya, mereka mengajarkan bahwa Hukum yang tertulis itu seperti air, dengan kata lain Firman Allah seperti air; tetapi hukum lisan yaitu Misnah itu seperti anggur, dan Gemara yaitu beribu-ribu hukum yang sama sekali tidak dikenal oleh Alkitab, itu seperti anggur yang bercampur rempah. Dan rabi Judah anak Tamai berkata, “Seorang anak pada usia 5 tahun harus mempelajari Alkitab, pada usia 10 mempelajari Misnah, dan pada usia 15 Gemara.” Itu suatu keangkuhan yang luar biasa. Dengan kata lain, Alkitab itu untuk anak 5 tahun, yang masih minum susu, tetapi Misnah dan Gemara itulah upacan-ucapan orang-orang bijak. “Ya, meskipun mereka mengatakan kepadamu bahwa tangan kananmu itu kiri, dan tangan kiri itu kanan, itu harus kamu yakini.” (F.C. Gilbert 1972, Practical Lessons from the Experience of Israel for the Church of Today  pg. 26).

Ini datang langsung dari Talmud.

 

 

Do we have a similar situation in other organizations today? The Jesuit Order. Isn't it told that if something is black and the general says that it's white, that you must believe it? And even if God should give them a dog as the general, they should not hesitate to obey absolutely?

We have exactly the same situation in the world that we are living in today as confronted Jesus in the time when He walked upon this earth, nothing has changed. The word of the ecclesiastic is supposed to be taken as the very Word of God when often it is in direct conflict with the Word of God.

 

Apakah hari ini kita memiliki situasi yang sama di organisasi yang lain? Ordo Jesuit. Bukankah dikatakan bahwa sesuatu yang berwarna hitam tetapi jika jenderal (kepala) Ordo itu mengatakan putih, mereka harus meyakini itu? Dan bahkan jika Allah memberi mereka seekor anjing sebagai jenderal mereka, mereka tidak boleh ragu-ragu mematuhinya secara mutlak?

Kita punya situasi yang persis sama di dunia di mana kita hidup sekarang ini, seperti yang dihadapi Yesus di saat ketika Dia hidup di dunia ini. Tidak ada yang berubah. Ucapan para rohaniawan itu harus dianggap sebagai Firman Allah sendiri, walaupun sering itu bertolakbelakang langsung dengan Firman Allah.

 

 

So another issue that's very important, and this is what the book of Hebrews is all about. It  is a comparison between ritualism and true worship.  Now it is true that the Old Testament has many rituals in it. Are those rituals wrong? No, if rightly understood those rituals will lead you to a full understanding of the plan of salvation. But when wrongly applied, when the ritual becomes the substance, then you have ignored the Substance that the ritual should actually lead you to. If the ritual takes you to the teachings of men, then you have lost the plot. This is why the book of Hebrews is so important not only for the time in which it was written. And understanding what is written in the context of the time in which it was written, that we call “exegesis” but we cannot ignore type and anti-type, because when we apply typology to the exegesis then that which applies to the past becomes relevant to the present, and that is how this, that was written for the past, was written for our admonition.

 

Jadi isu yang lain yang sangat penting, dan itulah isi kitab Ibrani. Ini adalah suatu perbandingan antara ritualisme dengan ibadah yang sejati. Nah, memang benar di masa Perjanjian Lama ada banyak ritual. Apakah semua ritual itu salah? Tidak, jika dipahami dengan benar, ritual-ritual itu akan menuntun kita kepada suatu pengertian penuh tentang rencana keselamatan. Tetapi bila salah diaplikasikan, bila ritual itu menjadi substansinya, maka kita telah mengabaikan Substansinya yang seharusnya ditunjukkan oleh ritual tersebut. Jika ritual itu menuntun kita kepada ajaran-ajaran manusia, maka kita sudah kehilangan plotnya. Itulah mengapa kitab Ibrani begitu penting, bukan hanya untuk masa saat dia ditulis. Dan memahami apa yang tertulis dalam konteks waktu di mana dia ditulis, itu kita sebut “eksegesis” (penjelasan kritis tentang ayat Alkitab) tetapi kita tidak bisa mengabaikan tipe dan antitipe karena bila kita mengaplikasikan tipologi ke eksegesis, maka apa yang berlaku di masa lampau menjadi relevan di masa sekarang, dan itulah bagaimana hal ini, yang ditulis untuk masa lalu, ditulis untuk nasihat bagi kita.

 

 

So let's have a look at one of the great examples in the Bible of ritualism versus true worship in Mark 7:9 we read, 9 And he said unto them, ‘Full well ye reject the commandment of God, that ye may keep your own tradition.’…”

So folklore, tradition, and faith, come into conflict.

And what is your faith based on? Based on a ritual? Based on a liturgy? Or is it based on the Substance?

 

Jadi mari kita simak salah satu contoh besar di Alkitab mengenai ritualisme versus ibadah sejati di Markus 7:9, kita baca, 9 Yesus berkata kepada mereka, ‘Baguslah kamu menolak perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.’…”

Jadi dongeng rakyat, tradisi, dan iman, saling bertentangan.

Dan iman kita berdasarkan apa? Berdasarkan suatu ritual? Berdasarkan liturgy? Atau berdasarkan Substansinya?

 

 

So the example that the Scripture gives is Jesus that heals a lame man by the pool of Bethesda. I know we've discussed this in other series as well, but it is so important particularly for the time in which we are also living today.

So Jesus comes to this pool, and He finds this lame man, and He says to him, “Rise, take up thy bed, and walk!” violating every single one of those laws that are written in those writings of the Jewish sages.

So these three commands were forbidden by the Jews to be performed on the Sabbath day. It says nothing about it in the Bible, but that is what they believed.

 

Maka contoh yang diberikan Kitab Suci ialah Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh di samping kolam Betesda. Saya tahu kita sudah membicarakan ini dalam seri-seri yang lain, tetapi ini begitu penting terutama untuk masa di mana kita sekarang hidup.

Jadi Yesus datang ke kolam ini dan Dia mendapati orang lumpuh ini, dan Dia berkata kepadanya, “Bangun, angkat kasurmu, dan jalan!” yang melanggar setiap hukum yang tertulis dalam kumpulan tulisan para orang bijak Yahudi.

Jadi tiga perintah ini merupakan larangan bagi bangsa Yahudi untuk dilakukan pada hari Sabat. Di dalam Alkitab tidak ada larangan itu, tetap itulah yang mereka yakini.

 

 

In the book Faith And Works pg. 19-20 we read the following statement, “Let the subject be made distinct and plain that it is not possible to effect anything in our standing before God or in the gift of God to us through creature merit. Should faith and works purchase the gift of salvation for anyone, then the Creator is under obligation to the creature. Here is an opportunity for falsehood to be accepted as truth. If any man can merit salvation by anything he may do, then he is in the same position as the Catholic to do penance for his sins. Salvation, then, is partly of debt, that may be earned as wages….” I don't think you can say it more succinctly as this.

 

Di dalam buku Faith and Works hal. 19-20, kita membaca pernyataan berikut,   “…Hendaknya hal ini dibuat jelas dan mudah dipahami, bahwa perbuatan baik manusia tidak ada pengaruh apa pun pada kedudukan kita di hadapan Allah atau pada karunia yang diberikan Allah kepada kita. Seandainya iman dan perbuatan yang membelikan karunia keselamatan buat seseorang, maka Sang Khalik berutang kepada manusia itu. Di sinilah ada kesempatan di mana  kebohongan diterima sebagai kebenaran. Jika ada manusia yang berhak mendapatkan keselamatan dari apa pun yang dilakukannya, maka dia berada di posisi yang sama sebagaimana orang Katolik yang membayar dosa-dosanya dengan melakukan hukumannya. Dengan demikian, keselamatan itu sebagian terdiri dari utang, yang bisa diperoleh sebagai upah kerja…”  Saya rasa tidak bisa dikatakan lebih singkat dan jelas daripada ini.

 

 

This is the great danger when the ritual becomes your means of salvation, when that which you do, earns you salvation, like performing a pilgrimage, like taking part in the mass, like performing some religious ritual, going to a specific place in order to receive a specific blessing, as we find in most of the great religions of the world; then once having performed that duty, then that merit is earned by your actions. But there is no such way in the Bible. And man loves to substitute ritualism for the substance of truth.

 

Inilah bahaya yang sangat besar ketika ritual menjadi sarana keselamatan kita, ketika apa yang kita lakukan menghasilkan keselamatan bagi kita, seperti pergi ziarah, seperti ikut mengambil bagian dalam misa, seperti melakukan suatu ritual relijius, pergi ke tempat tertentu untuk menerima berkat khusus, seperti yang kita lihat ada di agama-agama besar dunia; lalu begitu sudah melakukan kewajiban itu, maka pahala itu sudah diperoleh dengan perbuatan. Tetapi di Alkitab tidak ada yang begitu. Manusia suka mengganti substansi kebenaran dengan ritualisme.

 

 

So let's look at this story again. It was a Sabbath day, and Jesus went to the pool of Bethesda having five porches. This story applies to the whole of humanity. 3 In these lay a great multitude of impotent folk, of blind, halt, withered, waiting for the moving of the water. 4 For an angel went down at a certain season into the pool, and troubled the water: whosoever then first after the troubling of the water stepped in was made whole of whatsoever disease he had.…” So their religious system had taught them that there was something specific they could do for healing, physical as well as spiritual healing. There was a pool which probably had some thermal activity and every now and then there were bubbles that appeared in the pool and tradition had taught them that that was an angel that was stirring the water. So you have thousands of people flocking to particular healers and particular circumstances and often water is associated with it, like the water at Lourdes for example, that if only you could come into contact with this water, something miraculous would happen. And people base their faith on things such as these, when we have direct access to the throne of God.

So here were these people, and the Bible describes these people as impotent, blind, halt, withered, while they are waiting for these events to take place. And what kind of God is this that will select one person because he might be stronger than another one, and manages to get to that water; or richer than the next man and can afford the plane ticket to fly to these places, to come in contact with this water, what kind of God is that? Is that a God that cares for the weakest and the poorest as well? And so they waited for this troubling of the water, and then they would be healed. But the trouble was that only the strongest succeeded in this venture.   “…5 And a certain man…” that's very generic  “…5 And a certain man was there, which had an infirmity thirty and eight years…” now this time period 38 years is a reference to the time period that the Jews were sent back into the wilderness. They had wandered for two years in the wilderness and they were about to cross into Cana’an when the report of the spies brought an evil report. In other words, a report in contradiction to the promises of God. And they were sent back into the wilderness for 38 years, making a total of 40 years wandering in the desert. And during that time they were basically impotent, blind, halt, and withered, and proved it over and over again. So this was a reference to the Jewish nation hidden in a story, in an allegory, if you like. 38 years referring to the Jewish nation that did not trust in the promises of God. “…6 When Jesus saw him lie, and knew that he had been now a long time in that case, He saith unto him, ‘Wilt thou be made whole?’…” Now what was the requirement? Did he have to go into the pool? Did he have to follow the ritual? Did Jesus support their tradition? Absolutely not! All he had to have is an eye of faith, looking at the Man standing in front of him. 7 The impotent man answered Him, ‘Sir, I have no man…” now if we put that into our modern times, aren't there many pastors that invite you to such events? Do they not perform great performances? Do they not call fire from heaven? And yet humanity is more destitute now than it has ever been in the history, that has been afforded this planet? I think it is true that if we try to follow those rituals then we can say, “…‘Sir, I have no man when the water is troubled, to put me into the pool: but while I am coming, another steppeth down before me.’ 8 Jesus saith unto him, ‘Rise, take up thy bed, and walk.’…” Turn your back on these feeble traditions that lead nowhere, that are based on conjectures and sayings by people that have virtually zero connection with the Word of God, that say this is for the five-year-olds, but if you want to become intelligent then listen to what we say. In verse 10 it says,  “…10 The Jews therefore said unto him that was cured, ‘It is the sabbath day: it is not lawful for thee to carry thy bed.’…” So human law, human tradition, gets set above divine Law.“…14 Afterward Jesus findeth him in the temple, and said unto him, ‘Behold, thou art made whole, sin no more,…”  He had the entire plan of salvation in one short sentence “…thou art made whole…” What made him whole? A look of faith into the eyes of the One that was standing in front of him. And then the admonitions,  “…sin no more…” come back into harmony with God's Law “…lest a worse thing come unto thee. 15 The man departed, and told the Jews that it was Jesus, which had made him whole. 16 And therefore did the Jews persecute Jesus, and sought to slay him, because He had done these things on the Sabbath day.” Now if type is to meet antitype can we expect something similar to happen in the time that we are living in? Absolutely! I think it is inevitable because our mindset is not any different to what it was in the time of Jesus. So they will persecute those  that point to Jesus and obedient to His precepts “Go and sin no more. Return to the Law of God” and those that elevate the Law including the Law of authority which is the Sabbath day. 17 But Jesus answered them, ‘My Father worketh hitherto, and I work.’ 18 Therefore the Jews sought the more to kill Him, because He not only had broken the Sabbath, but said also that God was His Father, making Himself equal with God.”

Here is the crux of the matter.

 

Jadi mari kita lihat lagi kisah ini. Yohanes 5:3-18. Itu hari Sabat, dan Yesus pergi ke kolam Betesda yang punya lima serambi. Kisah ini berlaku untuk semua manusia. 3 dan di serambi-serambi itu terbaring sejumlah besar orang yang tidak berdaya: yang buta, timpang, lumpuh, yang menantikan bergeraknya air. 4 Sebab seorang malaikat turun pada musim tertentu ke kolam itu dan mengacau air itu; maka barangsiapa yang sesudah air itu dikacau pertama masuk ke dalamnya, disembuhkan dari apa pun penyakit yang dimilikinya…”  Jadi sistem relijius mereka mengajarkan bahwa ada sesuatu yang khusus yang bisa mereka lakukan untuk disembuhkan, kesembuhan fisik maupun spiritual. Ada sebuah kolam yang kira-kira memiliki aktivitas termal dan dari waktu ke waktu ada gelembung-gelembung yang terlihat di kolam itu, dan tradisi mengajar mereka bahwa itu adalah malaikat yang mengacau airnya. Jadi ada ribuan orang yang berkerumun ke penyembuh-penyembuh tertentu dan kondisi-kondisi khusus, dan air sering diasosiasikan dengannya, seperti air di Lourdes misalnya, bahwa jika manusia bisa kontak dengan air ini, suatu mujizat akan terjadi. Dan manusia mendasarkan iman mereka pada hal-hal seperti ini, sementara kita memiliki akses langsung ke takhta Allah.

Maka di sini, orang-orang itu ~ dan Alkitab menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang tidak berdaya, buta, pincang, lumpuh, selagi mereka menunggu peristiwa-peristiwa itu terjadi. Allah macam apa ini yang akan memilih satu manusia karena mungkin dia lebih kuat daripada yang lain, dan berhasil masuk ke dalam air itu; atau yang lebih kaya daripada yang lain dan mampu membayar tiket pesawat terbang ke tempat-tempat tersebut untuk kontak dengan air itu ~ Allah macam apa itu? Apakah itu Allah yang peduli pada yang paling lemah dan paling miskin? Maka mereka menunggu air itu bergerak supaya mereka akan disembuhkan. Tetapi masalahnya ialah hanya dia yang paling kuat yang berhasil dalam upaya tersebut. 5 Dan ada seorang…”  ini sangat umum, “…5 Dan ada seorang  di situ yang mempunyai kelemahan tiga puluh delapan tahun lamanya…”  Nah, periode waktu 38 tahun ini mengacu kepada periode waktu orang Yahudi dikirim kembali ke padang gurun. Mereka sudah mengembara selama dua tahun di padang gurun dan mereka sudah hampir menyeberang masuk ke Kana’an, ketika para mata-mata membawa laporan yang jahat. Dengan kata lain, laporan yang bertolakbelakang dengan janji-janji Allah. Dan bangsa Israel pun dikirim kembali ke padang gurun selama 38 tahun, menjadikan waktu pengembaraan mereka di gurun total 40 tahun. Dan selama waktu itu mereka pada dasarnya tidak berdaya, buta, pincang, dan lumpuh, dan itu terbukti berulang-ulang. Maka ini mengacu kepada kisah bangsa Yahudi yang tersembunyi dalam cerita ini, dalam kiasan ini, katakanlah demikian. 38 tahun mengacu kepada bangsa Yahudi yang tidak mempercayai janji-janji Allah.  6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan  tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, ‘Maukah engkau sembuh?’…”  Nah, apakah syaratnya? Apakah orang itu harus masuk ke dalam kolam? Apakah dia harus mengikuti ritualnya? Apakah Yesus mendukung tradisi mereka? Sama sekali tidak! Orang itu hanya perlu memiliki mata iman, memandang Manusia yang berdiri di hadapannya. “…7 Orang yang tidak berdaya itu menjawab-Nya, ‘Tuhan, aku tidak punya orang…” nah, jika ini kita aplikasikan ke masa modern kita, bukankah ada banyak pendeta yang mengundang kita ke peristiwa-peristiwa seperti itu? Tidakkah mereka melakukan mujizat-mujizat besar? Tidakkah mereka menurunkan api dari langit? Namun demikian kemanusiaan sekarang lebih parah daripada yang pernah dialaminya sepanjang sejarah planet ini. Saya rasa itu benar, jika kita berusaha mengikuti ritual-ritual itu, maka kita bisa berkata, “…‘Tuhan, aku tidak punya orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya dikacau, tetapi sementara aku datang, orang lain sudah turun mendahului aku.’ 8 Kata Yesus kepadanya, ‘Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah.’…” Tinggalkanlah segala tradisi tidak berarti ini yang tidak menuntun ke mana pun, yang hanya berdasarkan dugaan dan ucapan orang-orang yang sama sekali tidak punya hubungan dengan Firman Allah, yang mengatakan Alkitab itu buat anak umur 5 tahun, jika orang mau menjadi pintar maka dengarkanlah apa yang kami katakan. Di ayat 10 dikatakan, “…10 Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada dia yang disembuhkan, ‘Hari ini hari Sabat, tidaklah sesuai hukum bagimu memikul tilammu.’…”  Maka hukum buatan manusia, tradisi buatan manusia, ditempatkan di atas Hukum Ilahi. “…14 Kemudian Yesus menemukannya di Bait Allah, dan berkata kepadanya, ‘Lihat, engkau telah disembuhkan; jangan berdosa lagi…” Yesus punya seluruh rencana keselamatan dalam satu kalimat pendek “…engkau telah disembuhkan…” apa yang membuat orang itu sembuh? Suatu pandangan iman ke dalam mata Dia yang berdiri di hadapannya. Kemudian tegurannya, “…jangan berdosa lagi…” kembalilah selaras dengan Hukum Allah   “…jangan sampai terjadi yang lebih buruk lagi padamu.’ 15 Orang itu meninggalkan tempat itu, dan menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. 16 Dan karena itu orang-orang Yahudi mempersekusi Yesus, dan berusaha membunuhNya, karena Ia telah melakukan hal-hal itu pada hari Sabat…”  Nah, jika tipe harus bertemu antitipe, bisakah kita berharap sesuatu yang mirip ini terjadi di masa di mana kita hidup sekarang? Tentu saja! Saya pikir itu tidak bisa dihindari karena pola pikir kita sama sekali tidak berbeda dengan saat di zaman Yesus. Maka orang-orang akan mempersekusi mereka yang menunjuk pada Yesus dan patuh pada ketentuanNya “Pergilah dan jangan berdosa lagi. Kembalilah ke Hukum Allah”, dan mereka yang meninggikan Hukum Allah termasuk Hukum yang menunjukkan autoritas yang adalah Hari Sabat. “…17 Tetapi Yesus menjawab mereka, ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, dan Aku bekerja.’ 18 Karena itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia telah melanggar hari Sabat, tetapi juga mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya, menjadikan Dirinya setara dengan Allah…” 

Inilah inti masalahnya.

 

 

My question is, the great religions of the world, do they consider Jesus as one with the Father, equal with God, yes or no? The answer is absolutely no!

And here's another question, even in the great Christian world, in the ecumenical movement which wants to embrace more and more and more of humanity, is Jesus Christ being downgraded to the level of any other of the world religious teachers? Absolutely!

So the same problem that we face here, we are facing today, and that problem regards the authority of the Son, and this is what the book of Hebrews is going to be about, and this is why it is essential that we understand it and internalize it.

 

Pertanyaan saya ialah, agama-agama besar dunia, apakah mereka menganggap Yesus sebagai satu dengan Bapa, setara dengan Bapa, ya atau tidak? Jawabannya ialah sama sekali tidak!

Dan ini ada pertanyaan yang lain, bahkan di dunia Kristen yang besar, di dalam gerakan ekumene yang mau merangkul semakin banyak kemanusiaan, apakah Yesus Kristus diturunkan derajatnya ke tingkat salah satu guru-guru agama dunia lainnya? Tepat sekali!

Maka masalah yang sama yang kita lihat di sini, kita hadapi sekarang, dan masalah mengenai autoritas Sang Anak, inilah isi kitab Ibrani, dan inilah mengapa penting kita memahaminya dan mencernakannya.

 

 

Now “The authority of the Son” is a heading that the King James translators put in there. John 5:19, 19 Then answered Jesus and said unto them, ‘Verily, verily, I say unto you, The Son can do nothing of himself, but what He seeth the Father do: for what things soever He doeth, these also doeth the Son likewise…” This is incredibly important. In other words, Jesus is saying, He is exactly like the Father, whatever the Father does, He does. “…20 For the Father loveth the Son, and sheweth Him all things that Himself doeth: and He will shew Him greater works than these, that ye may marvel. 21 For as the Father raiseth up the dead, and quickeneth them; even so the Son quickeneth whom He will. 22 For the Father judgeth no man, but hath committed all judgment unto the Son…” 

This is the crux of the matter. This is why they had to destroy Jesus because He would have supplanted their religion with that of the Substance, their types and shadows which they had hedged in with their own laws and rituals would have been replaced by the true religion of true worship.

 

Nah, “Autoritas Sang Anak” adalah judul yang diberikan para penerjemah KJV di sana. Yohanes 5:19,19 Lalu Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, kata-Nya, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat mengerjakan apa pun dari Diri-Nya sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa, sebab apa pun yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak dengan cara yang sama…”  Ini sangat penting. Dengan kata lain, Yesus mengatakan Dia persis seperti Bapa, apa pun yang dilakukan Bapa, Dia lakukan. “…20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, dan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan ini, supaya kamu boleh takjub.21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkan mereka, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22 Karena Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan semua penghakiman  kepada Anak…” 

Inilah inti masalahnya. Inilah mengapa mereka harus membinasakan Yesus karena Dia akan menggantikan agama mereka dengan Substansinya, tipe-tipe dan bayangan-bayangan  yang telah mereka pagari dengan hukum dan ritual mereka sendiri, akan digantikan oleh agama yang sejati dari ibadah yang sejati.

 

 

Verse 38 says, 38 And ye have not His Word abiding in you: for whom He hath sent, Him ye believe not…” I would want to say that humanity has reached the point where Jesus is absolutely excluded even in the Law in the halls of the legislature. And I would like to go even further, even in the ecclesiastical circles Jesus is being replaced by social virtues which are dictated by another source. If we do not put Jesus back into the center  ~  and this is what the book of Hebrews is all about ~ then we will have lost the plot. It says in verse 39, “…39 Search the Scriptures; for in them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of Me…” this is the issue. If we do not find the heart of the issue, then we will have lost the plot and with millions we'll be running over the precipice led by blind guides who think that their traditions and their interpretations of more value than those of the Scriptures.  “…40 And ye will not come to Me, that ye might have life…”  does that apply to the time in which we are living? How many people want to find the solution in Jesus Christ? No, they want to find the solution in whatever legislation they are thinking up, but the solution doesn't lie there. If you do not come to Christ, you cannot have life. “…41 I receive not honour from men. 42 But I know you, that ye have not the love of God in you. 43 I am come in My Father's name, and ye receive Me not: if another shall come in his own name, him ye will receive….” This is the crux of the matter and this is what the book of Hebrews is all about, the supremacy of the Son, the Substance of all their shadows.44 How can ye believe, which receive honour one of another, and seek not the honour that cometh from God only?...” Do we see a situation like this in the world? Do we see the ecclesiastics of the world making pilgrimages to Rome, for example, to receive honor from one another, to pat each other on the back, and to talk about issues that are based on a so-called social doctrine; when the Bible tells us what the solution to humanity's problems are?  “… 45 Do not think that I will accuse you to the Father: there is one that accuseth you, even Moses, in whom ye trust…” they had a form of godliness. They professed to believe the Scriptures, they professed to believe what Moses has said, but they had ritualized it. And  “…46 For had ye believed Moses, ye would have believed Me; for he wrote of Me. 47 But if ye believe not his writings, how shall ye believe My words?”

Humanity is at exactly the same point, and that is why it is so important that every single Christian takes time to study the Word of God prayerfully and to internalize it for himself because the guides of this world, the great ecclesiastics of this world, no matter how fine their phylacteries and their coats that they are wearing, will not be able to help you  through the time that we are heading towards. “If they believe not his writings how shall they believe My words?”

 

Ayat 38 berkata, 38 dan engkau tidak memiliki Firman-Nya menetap di dalam dirimu, sebab Siapa yang dikirimNya, Dia tidak kamu percayai…”  Saya ingin mengatakan bahwa kemanusiaan telah tiba di titik di mana Yesus sudah sama sekali dikeluarkan bahkan dari hukum di dalam balai-balai legislatif. Dan saya mau mengatakan lebih jauh, bahkan di kalangan rohani Yesus sudah digantikan oleh nilai-nilai sosial yang didiktekan dari sumber yang lain. Jika kita tidak mengembalikan Yesus ke tengah-tengahnya ~ dan inilah yang dibicarakan kitab Ibrani ~ maka kita kehilangan plotnya. Dikatakan di ayat 39,  “…39 Selidiki kitab-kitab suci sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku…”  inilah isunya.  Jika kita tidak mencari jantung isu itu, maka kita kehilangan plotnya dan bersama jutaan manusia lain kita akan lari di atas tebing curam dipimpin oleh penuntun-penuntun buta yang mengira tradisi mereka dan penafsiran mereka lebih berharga daripada yang di Kitab Suci. “…40 dan kamu tidak mau datang kepadaKu supaya kamu boleh memperoleh hidup…” Apakah ini berlaku di zaman di mana kita sekarang hidup? Berapa orang mau mencari solusi dalam Yesus Kristus? Tidak, mereka mau mencari solusi dalam legislasi apa pun yang mereka ciptakan, tetapi solusi itu tidak terdapat di sana. Jika kita tidak datang ke Kristus, kita tidak bisa memiliki hidup. “…41 Aku tidak menerima hormat dari manusia. 42 Tetapi Aku kenal kamu, kamu tidak mempunyai kasih Allah di dalammu. 43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain akan datang dalam namanya sendiri, dia akan kamu terima…”  Inilah inti masalahnya, dan inilah isi kitab Ibrani, keunggulan Sang Anak, Substansi dari semua bayangan mereka. “…44 Bagaimanakah kamu dapat percaya, yang menerima hormat seorang dari yang lain, dan tidak mencari hormat yang datang hanya dari Allah?…”  Apakah kita melihat situasi seperti ini di dunia? Apakah kita melihat para rohaniawan dunia membuat perjalanan ziarah ke Roma, misalnya, untuk menerima hormat satu dari yang lain, untuk saling menepuk bahu masing-masing, dan untuk membicarakan isu-isu berdasarkan apa yang disebut sebagai doktrin-doktrin sosial sementara Alkitab mengatakan kepada kita apa solusinya untuk masalah-masalah kemanusiaan? “…45Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; ada seorang yang akan mendakwamu ~ yaitu Musa, yang kamu percayai…”  mereka memiliki bentuk kesalehan, mereka mengaku mempercayai Kitab Suci, mereka mengaku mempercayai apa yang dikatakan Musa, tetapi mereka menjadikannya sebagai ritual. “…46 Sebab andaikan kamu mempercayai Musa, tentu kamu akan mempercayai Aku, sebab ia menulis tentang Aku. 47 Tetapi jikalau kamu tidak mempercayai apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya apa yang Aku katakan?”

Kemanusiaan berada di posisi yang sama, dan itulah mengapa begitu penting setiap orang Kristen menyediakan waktu untuk mempelajari Firman Allah dengan doa, dan mencernanya untuk dirinya sendiri, karena para penuntun dunia ini, para rohaniawan besar dunia ini, tidak peduli sebagus apa pun filakteri mereka dan jubah yang mereka pakai, tidak akan bisa menolong kita melalui waktu yang akan kita tuju. “Jika mereka tidak mempercayai tulisannya, bagaimana mereka bisa mempercayai kata-kataKu?”

 

 

So the book of Hebrews, what was it all about? I tried to pin something here to just try and put it together. I believe that the book of Hebrews links the Old and the New Testament into one harmonious gospel, one beautiful story of redemption. It tells the story so sublime that it will be the study of eternity, the lesson book of the universe never again to be trodden underfoot or distorted by the whims of men and demons. It is the expositor, this book of substance and shadow, which should forever dispel superstition and form, in matters of religion.

 

Jadi kitab Ibrani itu bicara tentang apa? Saya berusaha menunjukkan sesuatu di sini hanya untuk mengumpulkannya menjadi satu. Saya percaya kitab Ibrani mengaitkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mejadi satu injil yang harmonis, satu kisah penebusan yang indah. Dia menceritakan kisah yang sedemikian luar biasanya, dia akan dipelajari sampai kekekalan, buku pelajaran alam semesta yang tidak akan lagi diinjak-injak atau diselewengkan oleh kehendak manusia dan iblis. Inilah kitab yang memberikan penjelasan, kitab tentang Substansi dan bayangan ini, yang harus melenyapkan untuk selamanya segala takhayul dan bentuk dalam masalah-masalah agama.

  

 

A tree casts a shadow but we can only climb the tree and not the shadow, that's pretty obvious. The shadow tells us something about the tree, but only the substance can hold our weight.

A letter from a beloved is sweet, we can read it over and over, to come as close as possible to the source, but it can never replace the embrace of the beloved. The letter can comfort and give hope, but the embrace brings rest.

This is how we should read the Scriptures. This is how we should discern what is shadow and what is substance, and don't turn the substance back into a shadow.

 

Sebatang pohon menebarkan sebuah bayangan, tetapi kita hanya bisa memanjat pohon itu dan bukan bayangannnya, itu jelas sekali. Bayangan itu memberitahu kita tentang pohon itu, tetapi hanya substansinya (pohon itu sendiri) yang bisa menahan beban berat kita.

Sepucuk surat dari seorang kekasih itu manis, bisa kita baca berulang-ulang untuk menghampiri sumbernya sedekat mungkin, tapi itu tidak akan pernah bisa menggantikan pelukan sang kekasih. Surat itu bisa menghibur dan memberi harapan, tetapi pelukan yang membawa perhentian.

Seperti itulah kita harus membaca Kitab Suci. Seperti itulah kita harus memahami apa itu bayangan apa itu substansinya, dan jangan menjadikan substansi itu kembali menjadi bayangan.

 

 

The book of Hebrews tells of a love letter from God to humanity, a promise of substance veiled in shadows. It provided a glimpse of the celestial light, but men loved shadows and darkness more than light. He came, the Bible tells us in Luke 1:79, 79 To give light to them that sit in darkness and in the shadow of death, to guide our feet into the way of peace.” And John 1:4 says, 4 In him was life; and the life was the light of men. 5 And the light shineth in darkness; and the darkness comprehended it not.”  Now isn't it sad that we find exactly the same situation in the world that we live in today? There is so much darkness in the world. And they refuse the light, they have changed the type and the substance thereof into a mythological story, and they've swept away the truth as it is written in this book. Whatever “ism” they have come up, whether it is evolutionism, whether it is higher criticism, whatever it is, everything is designed to destroy the veracity  of this book. People love darkness, they revel in it, they teach it at our universities. John 3:19,19 And this is the condemnation, that light is come into the world, and men loved darkness rather than light, because their deeds were evil.”

This is the situation we are in, and this is why the book of Hebrews is of such paramount importance.

 

Kitab Ibrani mengisahkan sepucuk surat cinta dari Allah kepada manusia, suatu janji akan Substansi yang tertutup oleh bayangan. Dia memberikan pandangan sekelebat tentang cahaya surgawi, tetapi manusia mencintai bayangan dan kegelapan lebih daripada cahaya. Dia datang, kata Alkitab kepada kita di Lukas 1:79, 79 untuk memberi terang kepada mereka yang duduk dalam kegelapan dan dalam bayang-bayang maut, untuk menuntun kaki kita ke jalan damai sejahtera…”  dan Yohanes 1:4 mengatakan, “…4 Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia. 5 Dan terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak memahaminya…”  Nah, bukankah ini menyedihkan kita menemukan situasi yang persis sama di dunia di mana kita hidup sekarang? Ada begitu banyak kegelapan dalam dunia. Dan mereka menolak terang, mereka telah mengganti tipenya dan substansinya ke dalam sebuah kisah dongeng mitos, dan mereka menyapu habis kebenaran seperti yang tertulis dalam kitab ini. “Isme” (faham) apa pun yang mereka sajikan, apakah itu evolusionisme, apakah itu kritikisme tinggi, apa pun itu, semuanya itu dirancang untuk menghancurkan kebenaran dalam kitab ini. Manusia mencintai kegelapan, mereka bergelimang dalamnya, mereka mengajarkannya di universitas-universitas kita. Yohanes 3:19, “…19 Dan inilah kutukan itu bahwa terang telah datang ke dalam dunia, dan manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat…” Inilah situasi di mana kita berada, dan inilah mengapa kitab Ibrani itu begitu sangat pentingnya.

 

 

If you go back to the time of the Jews they even proclaimed the following, John 11:49, 49 And one of them, named Caiaphas, being the high priest that same year, said unto them, ‘Ye know nothing at all, 50 Nor consider that it is expedient for us, that one man should die for the people, and that the whole nation perish not.’…”

Our traditions are so important, our liturgies are so important, that if we were to accept the Substance then our entire religious system would be removed. It is better to sacrifice the Substance, it is better to sacrifice Christ than to lose our influence and our ritual and the accolades  from the people that worship the very ground we walk upon.

Luke 11:35 says, 35 Take heed therefore that the light which is in thee be not darkness.”

And John 8:12 says, 12 Then spake Jesus again unto them, saying,’ I am the light of the world: he that followeth Me shall not walk in darkness, but shall have the light of life.’…”

46 ‘I am come a light into the world’..” says John 12:46,  “…that whosoever believeth on Me should not abide in darkness.’…”

That is the solution for humanity, that is the story of the Scriptures. This is what it testifies about, and humanity has given it up for a bowl of potash.

 

Jika kita kembali ke zaman orang Yahudi, mereka bahkan mengumumkan seperti ini, Yohanes 11:49, 49 Dan seorang di antara mereka, bernama Kayafas, yang adalah Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka, ‘Kamu tidak tahu apa-apa, 50 maupun  mempertimbangkan, bahwa lebih menguntungkan bagi kita, jika satu orang yang harus mati bagi rakyat, supaya seluruh bangsa tidak binasa.’…”  Tradisi-tradisi kami begitu penting, liturgi-liturgi kami begitu penting, sehingga sekiranya kami menerima yang Substansi, maka seluruh sistem relijius kami akan lenyap. Lebih baik mengorbankan Substansinya, lebih baik mengorbakan Kristus daripada kehilangan pengaruh kami dan ritual kami dan penghormatan dari masyarakat yang menyembah tanah yang kami pijak.

Lukas 11:35 berkata, 35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.”

Dan Yohanes 8:12 berkata, 12 Lalu Yesus berbicara kepada mereka lagi, kata-Nya, ‘Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.’…”

46 Aku datang sebagai terang ke dalam dunia…”  kata Yohanes 12:46,   “…supaya siapa pun yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.’…” 

Itulah solusinya untuk kemanusiaan, itulah kisah Kitab Suci. Itulah kesaksian yang diberikannya, dan kemanusiaan telah menukarkannya untuk semangkuk garam abu (barang murahan).  

 

 

I want to end this introduction to the book of Hebrews with a statement. It is when the religious leaders clung to the shadow and refused the Substance thereof, that they were plunged into darkness. And exactly the same applies today.

When Paul comprehended the light which blinded him, he proclaimed ~ remember he was as much in darkness, he was a member of the Sanhedrin, he said in Acts 26:15 he said,  15 ‘Who art thou, Lord?’…” Now let's just stop there for a second. The entire Scripture testify of Jesus Christ and this learned man, one of the most learned of all of them, said,  ‘Who art thou, Lord?’, he had no comprehension of what the Substance was that the shadow pointed to, he was so steeped in shadows that he never comprehended the Substance. And he had the answer when he saw this blinding light ‘who art thou Lord?’ “…And He said, ‘I am Jesus whom thou persecutest. 16 But rise, and stand upon thy feet: for I have appeared unto thee for this purpose, to make thee a minister and a witness both of these things which thou hast seen, and of those things in the which I will appear unto thee; 17 Delivering thee from the people, and from the Gentiles, unto whom now I send thee,…” Why? “…18 To open their eyes, and to turn them from darkness to light, and from the power of Satan unto God, that they may receive forgiveness of sins, and inheritance among them which are sanctified by faith that is in Me.’…”

This is the burden of Paul's heart from this moment forward. He has to deliver those that live in darkness and turn them to the light. Do you think that the Devil was well pleased with this light that shone upon this master of persecution? I don't think so. Do you think the Devil is well pleased with the light that is exposed through the writings of Paul in the Bible? Do you think that they will be well pleased these demonic forces with the light that shines from these pages, or will he make every effort to compromise the Word of God, to distort it and to wrest  it from its original meaning? I think he will.

So what is the solution?

Well, when you accept the light, then you can receive forgiveness of sins, inheritance amongst them which are sanctified by faith in Jesus Christ.

And who is the light? Jesus is the light. If you turn to Him then you will have the light.

 

Saya mau mengakhiri pengantar ke kitab Ibrani ini dengan sebuah pernyataan. Pada waktu para pemimpin rohani berpegang erat pada bayangannya dan menolak Substansi darinya, maka mereka tercebur ke  dalam kegelapan. Dan persis seperti itulah yang terjadi hari ini.

Ketika Paulus memahami terang yang telah membutakannya, dia menyatakan ~ ingat dia berada dalam kegelapan yang sama, dia adalah anggota Sanhedrin, dan di Kisah 26:15 dia berkata, 15‘Siapakah Engkau, Tuhan?’…”  nah, mari kita berhenti sejenak. Semua kitab-kitab suci memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, dan orang yang terpelajar ini, salah satu dari yang paling terpelajar dari semuanya, berkata,  “… ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ dia tidak punya pemahaman tentang siapakah Substansinya yang ditunjukkan bayangannya. Dia begitu terjebak oleh bayangan sampai dia tidak pernah mengerti apa Substansinya. Dan dia baru mendapatkan jawabannya ketika dia melihat cahaya yang membutakannya itu, ‘siapakah Engkau, Tuhan?’,  “…Dan kataNya, ‘Akulah Yesus, yang kau persekusi. 16 Tetapi bangunlah dan berdirilah, karena Aku menampakkan DiriKu kepadamu untuk tujuan ini, untuk menjadikan engkau seorang pelayan dan saksi, baik tentang hal-hal ini yang telah kaulihat, dan tentang hal-hal di mana Aku akan tampil kepadamu nanti. 17 Menyelamatkan engkau dari bangsa ini, dan dari bangsa-bangsa lain, ke mana sekarang Aku mengutusmu…”  Mengapa?   “…18 untuk membuka mata mereka, dan memutar mereka berbalik dari kegelapan kepada terang, dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka boleh menerima pengampunan dosa dan hak waris dari antara mereka yang dikuduskan oleh iman yang ada padaKu.’…”

Inilah beban di hati Paulus sejak saat ini dan seterusnya. Dia harus menyelamatkan mereka yang berada dalam kegelapan dan membalikkan mereka kepada terang. Menurut kalian apakah Iblis senang dengan terang yang bersinar pada jagoan persekusi ini? Saya pikir tidak. Menurut kalian apakah Iblis senang dengan terang yang terungkap lewat tulisan-tulisan Paulus di Alkitab? Menurut kalian apakah kuasa kegelapan ini akan senang dengan terang yang bersinar dari halaman-halaman ini ataukah dia akan membuat segala upaya untuk mengkompromi Firman Allah, untuk mendistorsinya dan merebutnya secara paksa dari maknanya yang asli? Menurut saya ia akan.

Jadi apa solusinya?

Nah, bila kita menerima terang, maka kita bisa menerima pengampunan dosa, hak waris di antara mereka yang dikuduskan oleh iman dalam Yesus Kristus.

Dan siapakah terang itu? Yesuslah terang itu. Jika kita berpaling kepadaNya, maka kita akan mendapat terang.

 

 

Now my question is, who better to pen the book of Hebrews than the one who bore the marks of that light in his flesh, as a constant reminder of his folly? He had this mark in him, this thorn in his flesh, and three times he asked God to remove it, and he received the answer “My grace is sufficient for you.” You need the reminder of the darkness that you once dwelt in, in order to appreciate the light that you are walking in now.

So sometimes God gives us thorns in our flesh that we may be constantly reminded to stay focused on the light, lest we wander off in the shadow again.

In his striving to cling to the shadow and persecute the Substance, he persecuted Christ, he persecuted Christ in the form of His people. And once he understood the light, he could bring that light to the people, and he wrote it down, and what a pity that Peter had to write that people distort the writings of Paul.

 

Sekarang pertanyaan saya ialah, siapa yang paling layak menulis kitab Ibrani ini selain dia yang menyandang tanda terang itu di tubuhnya, sebagai pengingat yang selalu ada tentang kebodohannya dulu? Dia memiliki tanda ini padanya, duri dalam dagingnya ini, dan tiga kali dia mohon kepada Tuhan untuk menyingkirkannya, dan dia menerima jawaban, “Kasih karuniaKu cukup bagimu.” (2 Kor. 12:9). Kamu membutuhkan peringatan tentang kegelapan yang pernah kamu diami dulu supaya bisa menghargai terang di mana kamu sekarang berjalan.

Jadi terkadang Allah memberi kita duri dalam daging kita supaya kita selalu diingatkan untuk tetap fokus pada terang, jangan sampai kita menyasar ke mana-mana dalam kegelapan lagi.

Dalam pergumulannya memegang erat-erat kepada yang bayangan dan mempersekusi yang Substansi, dia mempersekusi Kristus, dia mempersekusi Kristus dalam bentuk umatNya. Segera setelah dia mengerti tentang terang itu, dia bisa membawa terang itu kepada orang-orang, dan dia menulisnya, dan sayang sekali Petrus harus menulis bahwa orang-orang mendistorsi tulisan-tulisan Paulus.

 

 

Let me talk a little bit more about some  of the structures in the book of Hebrew, and we are going to do a study on what the book of Hebrews actually says, and what it means for our time. We could do a literary assessment of the book of Hebrews, we could study its form in much detail and spend years doing studies on the book of Hebrews. But for the time that we are living in we need to concentrate on the essence. So I will talk a little bit about the structure and give examples as we go along, and these tools are so useful. And if we can use them to enlighten our minds as to what the book of Hebrews said, then fine.

 

Saya akan bicara sedikit lagi tentang beberapa struktur dalam kitab Ibrani, dan kita akan mempelajari apa yang sesungguhnya dikatakan kitab Ibrani itu, dan apa maknanya untuk masa kita sekarang. Kita bisa membuat suatu penilaian dari sudut sastra tentang kitab Ibrani, kita bisa mempelajari bentuknya secara mendetail dan menghabiskan bertahun-tahun mempelajari kitab Ibrani. Tetapi untuk masa sekarang di mana kita hidup ini kita perlu memusatkan pada esensinya. Jadi saya akan bicara sedikit tentang strukturnya dan memberikan contoh-contoh sambil jalan, dan alat-alat ini begitu berguna. Dan jika kita bisa memakai mereka untuk mencerahkan pikiran kita tentang apa yang dikatakan kitab Ibrani, maka baguslah.

 

 

One of the tools is the chiastic structure of the book of Hebrews. Now here's a quote from a scholar and he says in his 1742 book, Gnomon Novi Testamenti this German scholar John Albert Bengal mentions the presence of chiastic structures in the book of Hebrews. In his introduction to Hebrews, he states, “The chiasmus is so common in this epistle that the observation of this figure alone contributes very much to the explanation of the epistle.”

(https://www.chiasmusxchange.com/2015/12/06/hebrews-51-10/)

 

Salah satu alatnya ialah struktur kiastik kitab Ibrani. Nah, di sini ada kutipan dari seorang pakar dan dia berkata di bukunya tahun 1742, Gnomon Novi Testamenti, pakar berbangsa Jerman ini John Albert Bengal, menyebut adanya struktur kiastik di kitab Ibrani. Dalam pengantarnya ke kitab Ibrani, dia menyatakan,   “…Kiasmusnya sedemikian umum dalam surat ini, sehingga observasi tentang bentuk ini sendiri, memberikan kontribusi yang sangat besar kepada penjelsan surat tersebut.”

(https://www.chiasmusxchange.com/2015/12/06/hebrews-51-10/)

 

 

Now a chiasm is a particular literary style which elevates a thought and places it in a central position, and the whole book is structured in chiasms, so it gives us a structure that tells us what the kernel, what the essence is, that Paul is trying to bring across.

And then there are chiasms within chiasms, every chapter has chiasms in it. The whole book is a chiastic structure, and it links to other references as well. And we could do a study just on that. I’ve included here two sources where some of the chiastic structures are discussed, and these come largely from theses that were done at universities by modern day scholars.

http://www.bible.literarystructure.info/bible/58_Hebrews_pericope_e.html

http://www.chiasmsxchange.com/2015/06/06/hebrews-135-18-2/

People can look them up, and look at some of the chiastic structures, but there are of course many, many, more that are not even mentioned in some of these studies, but they are useful for those who want to have a little bit more insight into the chiastic structure.

 

Nah, suatu kiasma adalah suatu bentuk sastra yang khusus, yang meninggikan suatu pemikiran dan menempatkannya di posisi yang sentral, dan seluruh kitab ini terstruktur dalam kiasma, sehingga memberi kita suatu struktur yang menunjukkan kepada kita apa intinya, apa esensinya yang mau disampaikan Paulus.

Kemudian ada kiasma di dalam kiasma, setiap pasal ada kiasma di dalamnya. Seluruh kitab terstruktur dalam kiasma, dan itu terkait kepada referensi-referensi yang lain juga. Dan kita bisa membuat studi khusus tentang itu.

Saya memasukkan di sini dua sumber di mana beberapa dari struktur kiasma itu dibahas, dan ini kebanyakan berasal dari thesis yang dibuat di universitas-universitas oleh pakar-pakar modern.

http://www.bible.literarystructure.info/bible/58_Hebrews_pericope_e.html

http://www.chiasmsxchange.com/2015/06/06/hebrews-135-18-2/

Orang bisa memeriksanya, dan melihat beberapa struktur kiasma, tetapi tentunya ada lebih banyak lagi yang tidak disebutkan dalam beberapa studi ini, tetapi mereka bermanfaat bagi orang-orang yang ingin mendapatkan pandangan yang lebih luas lagi tentang struktur kiasma.

 

 

So when we go through the book of Hebrews chapter for chapter, I will include one chiastic example in each of the chapters, but I really want to concentrate on the essence. And you know, when you go back into this time in history when Paul penned this work and you think that he was trying to explain to his citizens, he was writing to the Hebrews what the Substance of their shadows was, and why it was so important to accept this Substance lest they wander in the darkness of shadows. What did they do to Jesus? They crucified Him. It is it is absolutely astounding that with the example that He gave, the life that He led, that they should take Him and crucify Him. But that is the way of humanity.

 

Jadi bila nanti kita membahas kitab Ibrani pasal demi pasal, saya akan memasukkan satu contoh kiasma di setiap pasal, tetapi saya mau memusatkan perhatian pada esensinya. Dan kalian tahu, bila kita mundur dalam sejarah ke masa ketika Paulus menulis ini, dan kita bayangkan dia sedang berusaha menjelaskan kepada anak bangsanya ~ karena dia menulis kepada bangsa Ibrani ~ apa Substansi dari bayangan mereka, dan mengapa Substansi itu begitu penting supaya jangan mereka tersasar dalam kegelapan bayangan. Apa yang sudah mereka lakukan pada Yesus? Mereka menyalibkan Dia. Benar-benar mengherankan dengan teladan-teladan yang diberikanNya, hidup yang dijalaniNya, mereka malah menangkapNya dan menyalibkan Dia. Tetapi memang begitulah sifat manusia. 

 

 

So may God preserve us from lingering in the shadows when we could be embracing the Substance.

Let's pray.

 

Jadi semoga Allah melindungi kita dari berlama-lama berada dalam bayang-bayang padahal kita bisa memeluk Substansinya.

Mari kita berdoa.

 

 

01 05 22

No comments:

Post a Comment