Thursday, May 19, 2022

EPISODE 04/14 ~ THE BOOK OF HEBREWS ~ CHAPTER 3 ~ GREATER THAN MOSES ~ WALTER VEITH

 

THE BOOK OF HEBREWS

Part 04/14 – Walter Veith

CHAPTER 3 ~ GREATER THAN MOSES

https://www.youtube.com/watch?v=pp64iMZEnl4

 

Dibuka dengan doa.  

 

 

So if we turn to chapter 3 of the book of Hebrews, it stands in stark contrast to chapter 4. Now chapter 4 is about God's rest and chapter 3 is about those that did not enter into that rest. So it's a very important chapter for us because it will give us clues as to what the pitfalls are on the way, and the trappings that Satan  will set for those who want to follow the narrow path. So it is in contrast to chapter 4, the chapter on rest. And if our experience does not transcend that of chapter 3, we will remain in a parched land and never find the promised rest.

Now sadly many Christians seem determined to repeat the history of Israel, and choose either of two extremes to find the promised rest:

ü  they either believe that the benevolence of God will save them in their sins,

ü  or they seek to gain entrance into the kingdom of God by their works.

Our choices during the wilderness journey determine the outcome. Of those 600’000 men, besides women and children, that crossed the red sea, only two entered the promised land. We need to think about these things.

So chapter 3 is a very important chapter for us in regards to the way we should approach our experience.

 

Maka jika kita ke pasal 3 kitab Ibrani, dia merupakan kontras yang mencolok dengan pasal 4. Nah, pasal 4 itu tentang perhentian Allah, dan pasal 3 itu tentang mereka yang tidak masuk ke perhentian tersebut. Jadi itu adalah pasal yang amat penting bagi kita karena itu memberi kita informasi jurang-jurang apa saja yang ada dalam perjalanan, dan jerat-jerat apa yang akan dipasang Setan bagi mereka yang mau mengikuti jalan yang sempit. Jadi pasal 3 itu kontras dengan pasal 4, pasal tentang perhentian. Dan jika pengalaman kita tidak melampaui apa yang di pasal 3, kita akan tertinggal di tanah yang gersang dan tidak akan pernah menemukan perhentian yang dijanjikan.

Nah, sayangnya banyak orang Kristen sepertinya bertekad mau mengulangi sejarah Israel, dan memilih salah satu dari dua ekstrem di bawah ini untuk menemukan perhentian yang dijanjikan:

ü  entah mereka meyakini bahwa rahmat Allah akan menyelamatkan mereka dalam dosa-dosa mereka,

ü  atau mereka mencoba untuk bisa masuk ke kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan mereka.

Pilihan-pilihan kita selama perjalanan di padang gurun yang menentukan hasilnya. Dari 600’000 orang laki-laki di samping para wanita dan anak-anak yang menyeberangi Laut Merah, hanya dua orang yang memasuki tanak perjanjian. Hal-hal ini perlu kita pikirkan.

Jadi pasal 3 adalah pasal yang sangat penting bagi kita sehubungan dengan cara bagaimana kita harus menangani pengalaman kita.

 

 

Hebrews 3:1-3

Hebrews 3:1, “1 Wherefore, holy brethren, partakers of the heavenly calling, consider the Apostle and High Priest of our profession, Christ Jesus…” I like the way he always puts Jesus at the center of every single issue that he discusses,  “…2 Who was faithful to Him that appointed Him, as also Moses was faithful in all His house. 3 For this Man was counted worthy of more glory than Moses, inasmuch as he who hath builded the house hath more honour than the house.…”

Obviously it was Paul's burden to explain to his Hebrew fellows what the position of Jesus Christ was, because they were so attached to the shadows, to the types that they could not see the anti-type, they couldn't grasp the Substance. And this was the burden of his heart. If only you could understand that the Substance was there from the beginning, and the shadows just pointed to it. But they were so fixated on Moses, and they were convinced that if they followed Moses and everything that he explained, that was enough. And if you miss the Substance?

And so he says, He was of more glory than Moses, more honor goes to Him because He built the house, He is the Substance of their shadows.

 

Ibrani 3:1-3

Ibrani 3:1, 1 Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mengambil bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Kristus Yesus…”  saya suka caranya selalu menempatkan Yesus di bagian tengah setiap isu yang dibahasnya,  “…2 yang sudah setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap perihal rumah-Nya. 3 Sebab Orang ini diperhitungkan layak mendapat kemuliaan lebih besar daripada Musa, sebagaimana dia yang telah membangun rumah, itu memiliki kehormatan yang lebih daripada rumahnya. …” 

Jelas itu beban Paulus untuk menjelaskan kepada orang-orang Yahudi sebangsanya apa posisi Yesus Kristus, karena mereka begitu terikat kepada bayangan-bayangan, kepada tipe-tipenya sehingga mereka tidak bisa melihat antitipenya, mereka tidak bisa menangkap Substansinya. Dan inilah beban di hatinya. Seandainya kalian bisa mengerti bahwa Substansi itu sudah ada di sana sejak semula, sementara bayangan itu hanya menunjuk padaNya. Tetapi mereka begitu terikat pada Musa, dan mereka yakin jika mereka mengikuti Musa dan segala yang dijelaskannya, itu sudah cukup. Tapi bagaimana kalau kita kehilangan Substansinya? 

Maka Paulus berkata, Dia kemuliaanNya lebih daripada Musa, lebih banyak penghormatan diberikan padaNya karena Dialah yang telah membangun rumah itu, Dialah Substansi dari bayangan-bayangan mereka.

 

 

 

If we go to the attitude of the Pharisees and try to understand their mindset, this becomes very clear, when you look at the situation that occurred when Jesus healed the man that was born blind. And when he finally came before the Pharisees, the Bible says in John 9:28, 28 Then they reviled him, and said, ‘Thou art His disciple…” referring to Jesus, “…but we are Moses' disciples…” So this was the issue this was the burden of Paul's heart, how could he bring it across that they would understand the Substance and distinguish it from the shadow? They continued, “…29 We know that God spake unto Moses, as for this Fellow, we know not from whence He is.’ 30 The man answered and said unto them, ‘Why herein is a marvellous thing, that ye know not from whence He is, and yet He hath opened mine eyes…”  So this was the mindset that Paul was confronted with.

 

Jika kita simak sikap orang-orang Farisi dan berusaha memahami pola pikir mereka, ini menjadi sangat jelas saat kita melihat situasi yang terjadi ketika Yesus menyembuhkan orang yang dilahirkan buta. Dan ketika akhirnya orang tersebut datang ke hadapan orang-orang Farisi, Alkitab mengatakan di Yohanes 9:28, 28 Lalu mereka mencelanya dan berkata, ‘Engkau muridNya…” mengacu kepada Yesus, “…tetapi kami murid-murid Musa…”  Jadi inilah beban di hati Paulus, bagaimana dia bisa membuat agar mereka mengerti Substansinya dan membedakanNya dari bayanganNya? Mereka melanjutkan,  “…29 Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Orang ini, kami tidak tahu dari mana Ia datang.’ 30 Jawab orang itu kepada mereka, ‘Nah, di sini ada hal yang mengagumkan, bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, namun demikian Ia telah mencelekkan mataku…”  Jadi inilah pola pikir yang dihadapi oleh Paulus.

 

 

In Matthew 12:6 it says, 6 But I say unto you, ‘That in this place is One greater than the temple.’…” Not only was He greater than Moses. He was greater than the temple, because the entire temple typology was a shadow pointing to Christ.

 

Di Matius 12:6 dikatakan, 6 Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Bahwa di tempat ini ada Satu yang lebih besar daripada Bait Allah.’…”  Bukan saja Dia lebih besar daripada Musa. Dia lebih besar daripada Bait Suci, karena seluruh tipologi Bait Suci adalah bayangan yang menunjuk kepada Kristus.

 

 

In Matthew 12:41 we read, 41 The men of Nineveh shall rise in judgment with this generation, and shall condemn it, because they repented at the preaching of Jonas; and, behold, a greater than Jonas is here….” so He was greater than Moses, greater than the temple, and greater than the prophets. Matthew 12:42,  “…42 The queen of the south shall rise up in the judgment with this generation, and shall condemn it, for she came from the uttermost parts of the earth to hear the wisdom of Solomon; and, behold, a greater than Solomon is here.”

 

Di Matius 12:41 kita  baca, 41 Orang-orang Niniwe akan bangkit di penghakiman bersama angkatan ini, dan akan mengutuknya sebab mereka bertobat dengan khotbah Yunus; dan lihat, yang lebih besar daripada Yunus ada di sini…”  Jadi Dia lebih besar daripada Musa, lebih besar daripada Bait Suci, dan lebih besar daripada nabi-nabi. Matius 12:42, “…42 Ratu dari Selatan akan bangkit di penghakiman bersama angkatan ini, dan akan mengutuknya, sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan lihat,  yang lebih besar daripada Salomo ada di sini."

 

 

So He was greater than the typological offerings of the temple, greater than the construction of the temple because every portion of the temple referred to Him, greater than the prophets, and greater than the greatest king that Israel ever had. He was the King of kings, He was the Lord of lords, this is what Paul tried to bring across. So He was greater than the ceremonial Law, greater than the prophets, and greater than the kings.

 

Jadi Kristus itu lebih besar daripada kurban-kurban tipologis Bait Suci, lebh besar daripada konstruksi Bait Suci karena setiap bagian Bait Suci itu mengacu kepadaNya, lebih besar daripada para nabi, dan lebih besar daripada raja yang paling besar yang pernah dimiliki bangsa Israel. Dialah Raja segala raja, Dialah Tuan segala tuan, inilah yang berusaha disampaikan Paulus. Maka Dia lebih besar daripada Hukum Seremonial, lebih besar daripada para nabi, dan lebih besar daripada raja-raja.

 

 

Hebrews 3:4

In Hebrews 3:4 it says, 4 For every house is builded by some man; but He that built all things is God…”   Now we need to put that on a scale because in Colossians 1:16  Paul writes,  16 For by Him were all things created, that are in heaven, and that are in earth, visible and invisible, whether they be thrones, or dominions, or principalities, or powers: all things were created by Him, and for Him.” So if He built all things, and Paul says, “He that built all things” who is he referring to? He's referring to Jesus Christ. And then he says, “He's God.” So this is a very important point and we've dealt with it in chapter 1 but here he reiterates it.

 

Ibrani 3:4

Di Ibrani 3:4 dikatakan, 4 Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang manusia, tetapi Dia yang membangun segala sesuatu ialah Allah…”  Nah, kita perlu meletakkan itu untuk dipertimbangkan, karena di Kolose 1:16 Paulus menulis, “…16 Karena oleh Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan; segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia…”  Maka jika Dia yang membangun segalanya, dan Paulus berkata bahwa  Dia yang membangun segala sesuatu” dia mengacu kepada siapa? Dia mengacu kepada Yesus Kristus. Kemudian dia berkata, “Dia Allah.” Jadi ini adalah poin yang sangat penting dan ini sudah kita bahas di pasal 1, tetapi di sini Paulus mengulanginya.

 

 

Hebrews 3:5-11

“…5 And Moses verily was faithful in all His house, as a servant, for a testimony of those things which were to be spoken after…” So he tells the Hebrews, Moses was faithful, yes, but he was just a servant. “…6 But Christ as a Son over His own house; whose house are we, if we hold fast the confidence and the rejoicing of the hope firm unto the end…” So he's constantly contrasting shadow with Substance, shadow with Substance, and pleading with the Hebrews to embrace the Substance. Verse 7 says,  “…7 Wherefore, as the Holy Ghost saith, ‘Today if ye will hear His voice, 8 harden not your hearts, as in the provocation, in the day of temptation in the wilderness…” so they didn't enter into the rest.  But God wants His people to enter into rest. So,  “…‘Today if ye will hear His voice, 8 harden not your hearts, as in the provocation, in the day of temptation in the wilderness…” Now this is a quote from Psalms 95:8 and it is repeated in Hebrews 3:15, and again in Hebrews 4:7. So do you think Paul is trying to emphasize the point here, if he says ‘To day if ye will hear His voice, 8 harden not your hearts.’?  Verse 9 says,  “…9 When your fathers tempted Me, proved Me, and saw My works forty years. 10 Wherefore I was grieved with that generation, and said, ‘They do alway err in their heart; and they have not known My ways. 11 So I sware in My wrath, ‘They shall not enter into My rest.’…”

So we need to discuss the reasons why they could not enter into the rest, and why it is important that today if you hear His voice, you do not harden your hearts.

 

Ibrani 3:5-11

5 Dan Musa memang setia dalam segenap perihal rumah Allah, sebagai seorang pelayan, untuk menjadi kesaksian dari hal-hal yang akan dibicrakan kemudian…”  Maka Paulus memberitahu bangsa Ibrani, Musa memang setia, iya, tetapi dia hanya seorang hamba.   “…6 tetapi Kristus sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya sendiri; dan rumah-Nya ialah kita, apabila kita memegang teguh keyakinan dan sukacita harapan itu sampai akhir…” Jadi Paulus terus-menerus menunjukkan kontras antara bayangan dengan Substansinya, bayangan dengan Substansinya, dan memohon agar orang-orang Ibrani ini menerima Substansinya. Ayat 7 berkata, “…7 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus, ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, 8 janganlah mengeraskan hatimu, seperti di waktu provokasi, pada waktu pencobaan di padang gurun…”  sehingga mereka tidak masuk ke perhentian itu. Tetapi Allah ingin umatNya masuk ke perhentian itu. Jadi, “…‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, 8 janganlah mengeraskan hatimu, seperti di waktu provokasi, pada waktu pencobaan di padang gurun…”  Nah ini adalah kutipan dari Mazmur 95:8 dan itu diulangi di Ibrani 3:15, dan lagi di Ibrani 4:7. Jadi menurut kalian apakah Paulus berusaha menekankan poinnya di sini jika di berkata, “…‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, 8 janganlah mengeraskan hatimu’? Ayat 9 mengatakan, “…9 ketika bapak-bapakmu mencobai Aku,  menguji Aku, dan melihat perbuatan-perbuatan-Ku empat puluh tahun lamanya. 10 Itulah sebabnya Aku berduka terhadap angkatan itu, dan berkata, ‘Mereka memang selalu berhati sesat, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, 11 maka Aku bersumpah dalam murka-Ku, ‘Mereka takkan masuk ke perhentian-Ku.’…"

Jadi kita perlu membahas alasan-alasan mengapa mereka tidak bisa masuk ke perhentian, dan mengapa penting jika hari ini kita mendengar suaraNya, jangan kita keraskan hati.

 

 

Now as we said we will deal with one chiastic structure in each of the chapters, there are many, again let me reiterate that, even between chapters, and we cannot deal with that because that would take up all the time.

This is a very simple one in chapter 3.

It's  got an A,  B,  A’  structure.

 


Nah, seperti yang sudah dikatakan, kita akan menangani satu struktur kiastik setiap pasal, ada banyak, izinkan saya mengulangi itu, bahkan antar pasal, dan kita tidak bisa membahas itu karena itu akan menghabiskan semua waktu.

Di pasal 3 ini, ini adalah yang sangat sederhana.

Ada struktur A, B, A’.

 

A:     Ibrani 3:7 “…seperti yang dikatakan Roh Kudus, ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya...”

 

B:     Ibrani 3:13  tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama itu masih disebut ‘hari ini’ supaya jangan ada di antara kamu yang dikeraskan hatinya melalui tipu daya dosa.”

 

A’:    Ibrani 3:15,Sementara dikatakan, ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, janganlah mengeraskan hatimu seperti di waktu provokasi.”

 

 

So sandwiched between the two “today if you hear His voice” you have “exhort one another daily while it is called today”.  This is such a beautiful little chiasm, just stuck there in chapter 3 telling us what it means “today if you hear His voice do not harden your hearts”.  It means that you have to on a daily basis make sure that you are on the right track, “exhort one another daily while it is called today’. This is the heart of the matter, in the heart of the chiastic structure in Hebrews chapter 3.

And we need to be careful that we consider what the Hebrews did while they wandered those 40 years in the desert so that we do not fall into that same trap.

 

Jadi terjepit di antara dua  “Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya” ada nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama itu masih disebut ‘hari ini’.” Ini adalah kiasma kecil yang begitu indah, terpancang begitu saja di sana di pasal 3, memberitahu kita apa artinya “Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya”. Itu berarti setiap hari kita harus memastikan kita ada di jalur yang benar, nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama itu masih disebut ‘hari ini’.  Inilah ini masalahnya, di tengah-tengah struktur kiastik di Ibrani pasal 3.

Dan kita perlu berhati-hati, kita perlu mempertimbangkan apa yang dilakukan orang Israel selama mereka mengembara selama 40 tahun di padang gurun sehingga kita tidak jatuh ke jebakan yang sama.

 

 

Now the KJV says “exhort one another daily” we'll come to that.

 

Nah KJV mengatakan nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari” kita nanti akan membahas ini.

 

 

So doomed to wandering because of unbelief, they sojourned in circles pulling up their tent pens only to fix them again in a parched land, restless, aimless, dissatisfied, hungry, thirsty, murmuring, souls fainting within. This is a description of the wandering in the 40 years.

 

Maka bangsa Israel yang ditentukan mati dalam pengembaraan karena ketidakpercayaan mereka, harus keliling berputar-putar, membongkar tenda untuk memasangnya kembali di tanah yang gersang, resah, tanpa tujuan, tidak puas, lapar, haus, menggerutu, jiwa mereka penat. Inilah gambaran pengembaraan selama 40 tahun.

 

 

Psalms 4:2 says, 2 O, ye sons of men, how long will ye turn My glory into shame? How long will ye love vanity, and seek after leasing?” “leasing” means lying. How long will you believe lies? How long will you cling to shadows and ignore the Substance? How long will you embrace the lies and reject the truth?

We are in the same situation in the world today. The world is flooded with lies and humanity is just too willing to swallow them.  So the Psalmist says they loved vanity.

 

Mazmur 4:2 mengatakan, 2  Hai, kalian anak-anak manusia, berapa lama kalian akan membalikkan kemuliaanku menjadi aib?  Berapa lama kamu akan mencintai kesia-siaan dan mencari kebohongan?…”  Berapa lama kamu akan mempercayai kebohongan? Berapa lama kamu akan berpegang terus pada bayangan dan mengabaikan Substansinya? Berapa lama kamu akan merangkul kebohongan dan menolak yang benar?

Kita ada di situasi yang sama di dunia hari ini. Dunia ini dibanjiri oleh kebohongan dan manusia terlalu siap menelannya. Maka si pemazmur berkata bahwa mereka mencintai kesia-siaan.

 

 

In Ecclesiastes we read in 1:14, 14 I have seen all the works that are done under the sun; and, behold, all is vanity and vexation of spirit.”

Chapter 12:8 says, 8 Vanity of vanities, saith the preacher; all is vanity.”

Well, we need to take note of these verses, because that was the experience of the children of Israel, and that was the example that we should study so as not to emulate it.

 

Di Pengkhotbah kita  baca di 1:14, 14 Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, dan  lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan kekesalan hati.”

Pasal 12:8 mengatakan, 8 Kesia-siaan dari semua kesia-siaan’ kata si pengkhotbah; ‘semua adalah kesia-siaan.’”

Nah, kita perlu memperhatikan ayat-ayat ini karena itulah pengalaman bangsa Israel, dan itulah contoh yang harus kita pelajari agar tidak kita tiru.

 

 

In 2 Kings 17:15 we read, 15 And they rejected His statutes, and His covenant that He made with their fathers, and His testimonies which He testified against them; and they followed vanity…” now that's an interesting statement. So they rejected His statutes, His Laws, and His testimonies. They rejected the Law and the testimony or both. Do we have the same situation?  I have so many people who write to me and say, “My pastor says that we should ignore the testimonies.” No! It's the Law and the testimonies.  And they followed vanity, so if we ignore one or both, we are following vanity,  “… and became vain, and went after the heathen that were round about them, concerning whom the LORD had charged them, that they should not do like them.”

 

Di 2 Raja-raja 17:15 kita  baca,  15 Dan mereka menolak ketetapan-Nya dan perjanjian-Nya yang telah dibuat dengan nenek moyang mereka, dan kesaksian-kesaksian-Nya yang telah disaksikan terhadap mereka; dan mereka mengikuti kesia-siaan…” Nah itu pernyataan yang menarik. Jadi mereka menolak ketetapan-ketetapanNya, Hukum-hukumNya, dan kesaksian-kesaksianNya. Mereka menolak Hukum-hukum dan Kesaksian-kesaksian atau keduanya. Apakah kita punya situasi yang sama? Ada begitu banyak orang yang menulisi saya dan berkata, “Pendeta saya berkata bahwa kita harus mengabaikan kesaksian-kesaksian itu.” Tidak! Selalu Hukum-hukum dan Kesaksian-kesaksian (Yes. 8:20). Dan mereka mengikuti kesia-siaan. Jadi jika kita mengabaikan satu atau keduanya (Hukum atau Kesaksian), kita mengikuti kesia-siaan,  “…dan menjadi angkuh, dan mengikuti bangsa-bangsa yang di sekeliling mereka, yang tentang mereka TUHAN telah memberikan perintah kepada mereka, agar jangan berbuat seperti mereka.” 

 

 

So if we want to find out what this word actually means, then we can look it up in dictionaries, and we can look it up in concordances, but I thought let's use a modern example and I looked it up in Bible Study Tools and it says the following, “Vanity is defined as excessive pride in, or admiration of, one's own appearance or achievements…” In other words, it's based on the arm of flesh. “…The biblical usage describes vanity as having no ultimate meaning, a concept shared with many philosophies. Vanities is recognized only in the accomplishments or appearances of oneself without the humility to appreciate the merits of others including God.  If faith is allowed to focus on God rather, true meaning and joy are to be found.” (https://www.biblestudytools.com)

Well, this is what they say. This is true. If your faith is based on yourself, if it is based on human achievement. If human achievement is going to be your savior, then you will have serious problems in this world.

 

Jadi jika kita ingin mencari tahu apa arti kata ini sebenarnya, maka kita bisa mencarinya dalam kamus, dan kita bisa melihatnya di Concordance, tetapi saya pikir mari kita pakai contoh modern dan saya mencarinya di Bible Study Tools, dan inilah katanya,  “…Kesia-siaan digambarkan sebagai keangkuhan berlebihan, atau kebanggaan pada penampilan atau pencapaian diri sendiri…” Dengan kata lain, itu berdasarkan kekuatan manusia.    “…Penggunaan alkitabiahnya menggambarkan kesia-siaan sebagai tidak punya arti apa pun, suatu konsep yang juga dianut banyak filsafat. Kesia-siaan hanya diakui dalam pencapaian-pencapaian atau penampilan diri sendiri tanpa adanya kerendahan hati menghargai jasa pihak lain termasuk Allah. Jika iman sebaliknya diizinkan fokus pada Allah, maka makna yang sejati dan sukacita akan bisa ditemukan.” (https://www.biblestudytools.com)

Nah, itulah yang mereka katakan. Ini benar. Jika iman kita bersandar pada diri kita sendiri, maka itu terbias (berat sebelah) pada pencapaian manusia. Jika pencapaian manusia yang akan menjadi juruselamat kita, maka kita akan punya masalah yang serius di dunia ini.

 

 

Hebrews 3:12

Verse 12 in Hebrews chapter 3, 12 Take heed, brethren, lest there be in any of you an evil heart of unbelief, in departing from the living God.”

Now unbelief in the Word of God is planted into the hearts of men from the minute they come into the educational system of the world. And today unbelief in the Word of God particularly in Genesis chapter 1 or anything in between, is rife.

 

Ibrani 3:12

Ayat 12 di Ibrani pasal 3, 12 Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan ada yang berhati jahat tidak percaya, dengan murtad dari Allah yang hidup.”

Nah, ketidakpercayaan pada Firman Allah ditanamkan ke dalam hati manusia begitu mereka memasuki sistem pendidikan dunia. Dan hari ini ketidakpercayaan pada Firman Allah terutama pada kitab Kejadian pasal 1 atau apa saja di antaranya, sudah matang.

 

 

Proverbs 4:23, 23 Keep thy heart with all diligence; for out of it are the issues of life.”

 

Amsal 4:23, 23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

 

 

1 Peter 4:7, 7 But the end of all things is at hand: be ye therefore sober, and watch unto prayer.”

 

1 Petrus 4:7, 7 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu hendaknya kamu selalu sadar, dan berjaga dalam doa.

 

 

So skepticism amongst believers can often be traced to a neglect of prayer.

So first, men depart from God, and then they deny Him, and that's what happened to the world.

ü  You first neglect your prayer life,

in other words, you have no personal communication with God;

ü  then God is put into the closet;

ü  eventually you depart from God;

ü  and then you deny Him.

This is where humanity has come to.

So it is time to take cognizance and to make a concerted effort  to come back to a position where we have a relationship with God.  So we must learn to trust and not murmur.

The Israelites murmured about three things in particular:

1.   they murmured about bread and flesh foods

2.   they murmured about water

3.   they murmured against an inability to conquer

 

Jadi skeptisisme di antara orang-orang beriman sering bisa dilacak bermula dari mengabaikan doa.

Pertama manusia meninggalkan Allah, kemudian mereka tidak mengakuiNya, dan itulah yang terjadi pada dunia.

ü  Pertama kita mengabaikan kehidupan doa kita,

dengan kata lain, kita tidak punya komunikasi pribadi dengan Allah;

ü  lalu Allah dimasukkan ke dalam lemari;

ü  akhirnya kita meninggalkan Allah;

ü  lalu kita tidak mengakui Dia.

Manusia sudah menjadi seperti ini.

Jadi sudah waktunya untuk memberikan perhatian dan menggalang upaya untuk kembali ke posisi di mana kita memiliki hubungan dengan Allah. Jadi kita harus belajar untuk mempercayai dan tidak meggerutu.

Bangsa Israel menggerutu tentang tiga hal utama:

1.   mereka menggerutu tentang roti dan makanan daging

2.   mereka menggerutu tentang air

3.   mereka menggerutu tentang ketidakmampuan untuk menaklukkan.

 

 

Now is there anything wrong with  water or bread? No! So what is it that they were murmuring about? Their personal comfort. But they neglected the higher meanings of the spiritual aspects of spiritual bread, spiritual water. And they were murmuring because they were unable to conquer in their own strength. And this is the problem with humanity. We have whole religious systems in the world, that do nothing other than try to conquer in their own strength. And that is why the world is in the state that it is in.

So their solutions to these three problems in their lives were return to the flesh pots and rivers of Egypt, or to try to conquer the enemy in their own strength, “We'll do it!” Now if we look at the world today, and we look at the movies that are coming out, isn't it absolutely evident that humanity is going to solve their problems by force, or by science, or by whatever?

 

Nah, apakah ada yang salah dengan air atau roti? Tidak! Jadi mereka menggerutu tentang apa? Kenyamanan pribadi mereka sendiri. Tetapi mereka mengabaikan makna-makna yang lebih tinggi dari aspek-aspek rohani roti dan air.  Dan mereka menggerutu karena mereka tidak berdaya menaklukkan dengan kekuatan mereka sendiri. Dan inilah masalahnya dengan kemanusiaan. Kita memiliki sistem-sistem relijius di dunia yang tidak berbuat apa-apa selain berupaya menaklukkan dengan kekuatan mereka sendiri. Dan itulah mengapa dunia ini berada dalam kondisi begini sekarang.

Maka solusi mereka untuk ketiga masalah ini dalam hidup mereka ialah untuk kembali ke kuali-kuali daging dan sungai-sungai Mesir, atau upaya menaklukkan musuh dengan kekuatan mereka sendiri. “Kami yang akan melakukannya!”. Nah, bila kita memandang dunia hari ini, dan kita lihat film-film yang diedarkan, bukankah itu bukti yang sangat jelas bahwa kemanusiaan akan membereskan sendiri masalah mereka dengan kekerasan atau dengan sains atau dengan apa saja?

 

 

So when we look at this bread from heaven that came down, this manna, and we read in Exodus 16:1 and it says, 1 And they took their journey from Elim, and all the congregation of the children of Israel came unto the wilderness of Sin, which is between Elim and Sinai, on the fifteenth day of the second month after their departing out of the land of Egypt. 2 And the whole congregation of the children of Israel murmured against Moses and Aaron in the wilderness…” this is after two months. “…3 And the children of Israel said unto them, ‘Would to God we had died by the hand of the LORD in the land of Egypt, when we sat by the flesh pots, and when we did eat bread to the full; for ye have brought us forth into this wilderness, to kill this whole assembly with hunger.’ 4 Then said the LORD unto Moses, ‘Behold, I will rain bread from heaven for you; and the people shall go out and gather a certain rate every day, that I may prove them, whether they will walk in My Law, or no.’…” 

So here was the issue. They were murmuring about food and flesh, and then when the bread fell they despised even that.

 

Jadi ketika kita melihat ke roti yang turun dari Surga ini, manna ini, dan kita  baca di Keluaran 16:1, dikatakan,  1 Setelah mereka berangkat dari Elim, dan seluruh jemaat Israel tiba di padang gurun Sin yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, setelah keluarnya mereka dari tanah Mesir. 2 Dan seluruh jemaat Israel bersungut-sungut kepada Musa dan Harun di padang gurun…”  ini setelah lewat dua bulan, “…3 dan bangsa Israel berkata kepada mereka,  Lebih baik  kami mati di tanah Mesir oleh tangan TUHAN, ketika kami duduk dekat kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu telah membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaat ini dengan kelaparan.’ 4 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa, ‘Lihat, Aku akan menurunkan hujan roti dari langit bagimu; dan bangsa ini akan keluar dan mengumpulkan  takaran tertentu setiap hari, supaya Aku boleh menguji mereka, apakah mereka akan hidup menurut Hukum-Ku atau tidak…” 

Jadi di sinilah isunya. Mereka menggerutu mengenai makanan dan daging, kemudian ketika roti-roti dihujankan bahkan itu pun mereka benci.   

 

 

Numbers 11:6 says, 6 But now our soul is dried away: there is nothing at all, beside this manna, before our eyes.”

So if we despise the bread that came down from heaven, then there is no cure for the hunger of the soul.

Imagine, if you despise this bread, this bread that we are studying right now, and we are in chapter 3, and we're looking at the issue of today, and how to enter into the rest of God, this is the issue of chapter 3. So we must learn lessons from what happened here.

 

Bilangan 11:6 mengatakan, 6 Tetapi sekarang kami kurus kering, tidak ada apa pun, kecuali manna ini yang di depan mata kami.”

Jadi, jika kita membenci roti yang turun dari Surga, maka tidak ada lagi yang bisa menyembuhkan kelaparan hati kita.

Bayangkan, jika kita membenci roti ini (Alkitab), roti yang sedang kita pelajari sekarang, dan kita sedang di pasal 3, dan kita melihat pada isu hari ini dan bagaimana masuk ke perhentian Allah, ini adalah isu pasal 3.

Jadi kita harus belajar dari pelajaran-pelajaran yang terjadi di sini

 

 

What was their problem with the water?

 1 And all the congregation…” Exodus 17:1  “… of the children of Israel journeyed from the wilderness of Sin, after their journeys, according to the commandment of the LORD, and pitched in Rephidim: and there was no water for the people to drink. 2 Wherefore the people did chide with Moses, and said, ‘Give us water that we may drink.’ And Moses said unto them, ‘Why chide ye with me? Wherefore do ye tempt the LORD?’ 3 And the people thirsted there for water; and the people murmured against Moses, and said, ‘Wherefore is this that thou hast brought us up out of Egypt, to kill us and our children and our cattle with thirst?’…” I think that humanity is dying of thirst, and they are complaining and muttering as far as they go, because they have never learned to drink this water, and to take it as it stands. They put their own interpretation upon it, and wonder why their thirst is not satisfied. If you drink this water you will thirst again, but I will give you living water and you will never thirst again. Give me this water, this is what we should be asking. Verse 4 says, “…4 And Moses cried unto the LORD, saying, ‘What shall I do unto this people? They be almost ready to stone me.’  5 And the LORD said unto Moses, ‘Go on before the people, and take with thee of the elders of Israel; and thy rod, wherewith thou smotest the river, take in thine hand, and go. 6 Behold, I will stand before thee there upon the rock in Horeb; and thou shalt smite the rock, and there shall come water out of it, that the people may drink.’ And Moses did so in the sight of the elders of Israel. 7 And he called the name of the place Massah, and Meribah, because of the chiding of the children of Israel, and because they tempted the LORD, saying, ‘Is the LORD among us, or not?’…” 

Strike the rock!

 

Apa masalahnya dengan air mereka?

1 Dan seluruh jemaat…”  Keluaran 17:1   “…Israel berjalan dari padang gurun Sin, menurut perjalanan mereka sesuai dengan Perintah TUHAN, dan berkemah di Rafidim; dan di sana tidak ada air untuk minum bangsa itu. 2 Oleh karena itu, orang-orang itu marah kepada Musa, dan berkata, ‘Berikan air kepada kami, supaya kami boleh minum.’ Dan Musa berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu marah padaku? Mengapa kamu mencobai TUHAN?’ 3 Dan bangsa itu haus di sana akan air;  dan bangsa itu bersungut-sungut pada Musa dan berkata, ‘Mengapa engkau membawa kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami dan anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?’…”  Saya rasa kemanusian sedang mati kehausan dan mereka sedang menggerutu dan mengomel sepanjang perjalanan karena mereka tidak pernah belajar minum Air ini, dan menerimaNya sebagaimana adanya. Mereka memberikan penafsiran mereka sendiri kepadaNya dan heran mengapa kehausan mereka tidak terpuaskan. “Jika kamu minum air ini kamu akan haus lagi, tetapi Aku akan memberimu Air Hidup dan kamu tidak akan pernah haus lagi.” (Yohanes 4:13-14). “Berilah padaku air ini,” inilah yang seharusnya kita minta. Ayat 4 berkata, “…4 Maka Musa berseru kepada TUHAN, katanya, ‘Apa yang harus kulakukan dengan bangsa ini? Mereka hampir siap merajam aku.’ 5 Dan TUHAN berfirman kepada Musa, ‘Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah sertamu beberapa dari para tua-tua Israel dan tongkatmu yang kaupakai memukul sungai, bawalah itu di tanganmu dan pergilah. 6 Lihatlah, Aku akan berdiri di sana di depanmu, di batu di Horeb dan engkau harus memukul batu itu, dan dari dalamnya akan keluar air, supaya bangsa itu boleh minum.’ Dan Musa berbuat demikian di depan mata tua-tua Israel. 7 Dan dia menamai tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena kemarahan orang Israel, dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan, ‘Apakah TUHAN ada di antara kita atau tidak?’…”

Pukullah batu itu!

 

 

Now we know that the rock is a symbol of Christ, and He was to be once smitten for all of humanity, in order to satisfy that thirst of the human soul. If we do not understand the Substance and we live in the shadow, we will remain thirsty. If we neglect the water of life there's no cure for our spiritual thirst.

John 4:10 says, 10 Jesus answered and said unto her, ‘If thou knewest the gift of God, and who it is that saith to thee, ‘Give Me to drink’, thou wouldest have asked of Him, and He would have given thee living water.’ 11 The woman saith unto Him, ‘Sir, Thou hast nothing to draw with, and the well is deep: from whence then hast Thou that living water?’…”

So the answer in John 7:38, 38 He that believeth on Me, as the Scripture hath said, out of his belly shall flow rivers of living water.”   So Christ refers to faith in Himself and in the Scriptures. And if you internalize those two then you will have access to that living water.

 

Nah, kita sudah tahu bahwa batu itu simbol Kristus, dan Dia harus dipukul satu kali bagi semua manusia, untuk memuaskan kehausan jiwa manusia. Jika kita tidak mengerti Substansinya, dan kita hidup dalam bayangannya, kita akan terus kehausan. Jika kita mengabaikan air kehidupan, maka kehausan spiritual kita tidak ada obatnya.

Yohanes 4:10 berkata, 10 Jawab Yesus kepadanya, ‘Andaikan engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu, ‘Berilah Aku minum’ niscaya engkau sudah akan minta kepada-Nya dan Ia akan memberikan kepadamu Air Hidup.’11 Kata perempuan itu kepada-Nya, ‘Tuan, Engkau tidak punya apa-apa untuk menimba air dan sumur ini dalam; kalau begitu dari manakah Engkau memperoleh Air Hidup itu?’…”

Maka jawabannya ada di Yohanes 7:38, 38 Dia yang percaya dalam Aku seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci ‘Dari dalam perutnya akan mengalir sungai-sungai air hidup.’…” Jadi Kristus merujuk ke iman dalam DiriNya dan dalam Kitab Suci. Dan jika kita mencerna keduanya maka kita akan punya akses kepada Air Hidup itu.

 

 

We read in the Spirit of Prophecy, “He finds an all-absorbing commanding attractive character in Jesus Christ…”   that's the one who is looking “…the One who died to deliver him from the deformity of sin. And with quivering lip and tearful eye he declares, ‘He shall not have died for me in vain. Thy gentleness has made me great.’ How prone we are on all occasions to look to our fellow men for sympathy, for uplifting, instead of looking to Christ. How ready is the human agent to forsake the fountain of living water, the cool snow waters of Lebanon and drink of the turbid streams of our valley. Oh in His mercy and faithfulness God will cause our fellow men ~ in whom we place confidence ~ to fail us, in order that we may learn the folly of trusting in man and making flesh our arm. Listen to the words of the prophet (see Jeremiah 17:5-6). Talk of heavenly things, talk of the eternal weight of glory that will be awarded to the overcomer, and you will have success in your work.” (9LtMs, Lt 102, 1894 par. 28)

Today the arm of flesh is the only one that we are grabbing, and even the churches are asking us to embrace the arm of flesh. It is time we did some serious introspection.

 

Kita baca ini di Roh Nubuat,  “…Dalam Yesus Kristus dia menemukan suatu karakter yang sangat menarik dan memukau dan berwibawa…”  itulah bagi dia yang mencari   “…Dia yang mati yang telah menyelamatkannya dari cacat dosa. Dan dengan bibir bergetar dan mata berair dia menyatakan, ‘Dia tidak akan mati sia-sia bagiku. KelemahlembutanMu telah menjadikan aku hebat.’  Betapa mudahnya kita di setiap kesempatan memandang kepada sesama manusia untuk mendapatkan simpati, untuk dibesarkan hatinya, dan bukannya memandang Kristus. Betapa mudahnya kebiasaan manusia meninggalkan sumber air hidup, air salju yang dingin dari Lebanon, dan minum dari sungai-sungai yang kotor di lembah-lembah kita. Oh, dalam kemurahanNya dan kesetiaanNya Allah akan membuat manusia sesama kita ~ dalam siapa kita menaruh percaya ~ untuk mengecewakan kita, supaya kita boleh belajar bodohnya menaruh percaya kepada manusia, dan menjadikan manusia sandaran kita. Dengarkan kata-kata nabi (lihat Yeremia 17:5-6). Bicaralah tentang hal-hal surgawi, bicarakan tentang makna kemuliaan kekal yang akan dikaruniakan kepada mereka yang menang, dan kita akan mendapat sukses dalam pekerjaan kita.”  (9LtMs, Lt 102, 1894 par. 28)

Hari ini kekuatan manusialah satu-satunya yang kita pegang, dan bahkan gereja-gereja minta kita merangkul kekuatan manusia. Sudah waktunya kita melakukan introspeksi yang serius.

 

 

Let's look at Numbers chapter 13, when the spies were sent into Canaan. 1 And the LORD spake unto Moses, saying, 2 Send thou men, that they may search the land of Canaan, which I give unto the children of Israel: of every tribe of their fathers shall ye send a man, every one a ruler among them.’ …” This is a rather sad statement, “rulers”, the leaders, “…25 And they returned…” these spies “…from searching of the land after forty days. 26 And they went and came to Moses, and to Aaron, and to all the congregation of the children of Israel, unto the wilderness of Paran, to Kadesh; and brought back word unto them, and unto all the congregation, and shewed them the fruit of the land…” it's interesting they weren't against the fruit of the land, but they were against the hardship that they envisioned that it would take to get there.  “…27 And they told him, and said, ‘We came unto the land whither thou sentest us, and surely it floweth with milk and honey; and this is the fruit of it. 28 Nevertheless…” what a terrible word  “…the people be strong that dwell in the land, and the cities are walled, and very great: and moreover…” just a synonym for “nevertheless”,   “…we saw the children of Anak there. 29 The Amalekites dwell in the land of the south: and the Hittites, and the Jebusites, and the Amorites, dwell in the mountains: and the Canaanites dwell by the sea, and by the coast of Jordan. 30 And Caleb stilled the people before Moses, and said, ‘Let us go up at once, and possess it; for we are well able to overcome it.’…” and that terrible word again in the Bible, “…31 But the men that went up with him said, ‘We be not able to go up against the people; for they are stronger than we.’…” We have so many people in the world that say, “We are not able. We are not able to cope with this situation. We have to run to the arm of flesh to help us. In any case, this thing is too big. That giant we won't conquer. There's no God in heaven.”  “…they are stronger than we.’ 32 And they brought up an evil report of the land which they had searched unto the children of Israel, saying, ‘The land, through which we have gone to search it, is a land that eateth up the inhabitants thereof; and all the people that we saw in it are men of a great stature…” they're the scientists of the world, the most brilliant minds. “We cannot go against the popular thinking of the world.” And the ecclesiastics are standing behind them. “There's no way that we can conquer.”  “…33 And there we saw the giants, the sons of Anak, which come of the giants: and we were in our own sight as grasshoppers, and so we were in their sight.”

And then the people rebelled. 1 And all the congregation lifted up their voice and cried; and the people wept that night. 2 And all the children of Israel murmured against Moses and against Aaron. And the whole congregation said unto them, ‘Would God that we had died in the land of Egypt!’ or ‘would God we had died in this wilderness!’…” Now it's interesting that God in His kindness chose the second option. He didn't let them die in Egypt, but He did fulfill their wish that they should die in the wilderness. Do we want to die in the wilderness because we think we are unable to take the land, or that it is not yet time to conquer Canaan? “…3 ‘And wherefore hath the LORD brought us unto this land, to fall by the sword, that our wives and our children should be a prey? were it not better for us to return into Egypt?’ 4 And they said one to another, ‘Let us make a captain, and let us return into Egypt.’…”

 

Mari kita lihat Bilangan pasal 13 ketika mata-mata dikirim ke Kana’an. 1 Dan TUHAN bicara kepada Musa, mengatakan, 2Utuslah orang-orang supaya mereka boleh mengintai tanah Kanaan, yang Kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka utuslah satu orang, masing-masing seorang pemimpin di antara mereka.’…” Ini adalah pernyataan yang rada menyedihkan. “pemimin”, kepala-kepala,   “…25 Dan mereka kembali…” mata-mata itu  “…dari mengintai negeri itu setelah lewat empat puluh hari. 26 Dan mereka datang kepada Musa, dan kepada Harun, dan kepada seluruh kumpulan umat Israel di padang gurun Paran hingga Kadesh; dan membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat dan memperlihatkan kepada mereka hasil negeri itu…”  menarik mereka tidak keberatan dengan hasil negeri itu, tetapi mereka keberatan terhadap kesukaran yang mereka bayangkan akan terjadi untuk bisa masuk ke sana   “…27 Dan mereka memberitahunya dan berkata, ‘Kami sudah datang ke negeri ke mana kauutus kami, dan memang negeri itu berkelimpahan susu dan madu, dan inilah hasilnya. 28 Namun begitu…” kata yang begitu mengerikan,  “…bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat, dan kota-kotanya dikelilingi dinding, dan sangat besar, dan lagi pula…”  sinonim untuk “namun begitu”, “…kami melihat keturunan Enak di sana. 29 Orang Amalek diam di sebelah selatan, dan orang Het dan orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, dan orang Kanaan diam sepanjang laut dan di tepi sungai Yordan. 30 Dan Kaleb menenangkan bangsa itu di hadapan Musa, dan berkata,Mari kita segera naik dan menduduki negeri itu, sebab kita sangat mampu mengalahkannya!’…”  kemudian kata yang mengerikan itu lagi dalam Alkitab, “…31 Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata, ‘Kita tidak mampu maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat daripada kita.’…”  Ada begitu banyak manusia di dunia yang berkata, Kita tidak sanggup. Kita tidak sanggup menangani situasi ini. Kita harus lari minta bantuan manusia untuk menolong kita. Bagaimana pun masalah ini terlalu besar. Kita tidak akan menaklukkan raksasa itu. Tidak ada Allah di Surga.  “… ‘mereka lebih kuat daripada kita.’. 32 Dan  mereka menyampaikan laporan yang jahat tentang negeri yang telah mereka intai kepada umat Israel dengan berkata, ‘Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang besar-besar perawakannya…”  mereka ini para ilmuwan dunia, otak-otak yang paling brilyan. “Kita tidak boleh melawan pendapat yang populer di dunia.” Dan para rohaniawan berdiri di belakang mereka. “Mustahil kita bisa menang.” “…33 Dan di sana kami melihat raksasa-raksasa, keturunan orang Enak yang berasal dari raksasa; dan kami dalam penglihatan kami sendiri seperti belalang, dan demikian pula kami di pemandangan mereka…” 

Kemudian bangsa itu memberontak. (Pasal 14)  “…1 Lalu segenap umat itu mengangkat suara mereka dan menangis; dan malam itu umat itu meratap. 2 Dan semua orang Israel bersungut-sungut kepada Musa dan kepada Harun. Dan segenap umat itu berkata kepada mereka, ‘Sekiranya kami mati di tanah Mesir’, atau ‘sekiranya kami mati di padang gurun ini!’…”  Nah, yang menarik, Allah dalam kemurahanNya memilih opsi yang kedua, Dia tidak membiarkan mereka mati di Mesir, tetapi Dia mengabulkan permintaan mereka untuk mati di padang gurun. Apakah kita mau mati di padang gurun karena kita pikir kita tidak sanggup menduduki negeri itu atau masih belum waktunya untuk menaklukkan Kana’an?   “…3 ‘Dan untuk apa TUHAN telah membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang sehingga isteri serta anak-anak kami akan menjadi korban? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?’ 4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain, ‘Sebaiknya kita mengangkat seorang pemimpin, dan marilah kita pulang ke Mesir.’…"

 

 

Well, in the previous chapter we studied why the Captain of our salvation was made perfect through suffering to lead God's people through a wilderness experience to Canaan. But these people says,  “Let us make us a captain that will take us back to Egypt.” Well, it's not hard, you can just go to Rome and choose one, and go back to Egypt. Or you could choose to follow the Captain of your salvation. And if we now neglect so great a salvation, we will have a problem. But the world has chosen another captain and they're listening to that captain, who doesn't speak one word about salvation but speaks about creating a perfect world down here, and making the people suffer even more than the One who would lead them to salvation.

It is impossible to conquer Canaan if we choose another captain, the earthly captains that we are dealing with in our lives today are not there to conquer Canaan. They want to make their home here on earth, they're waiting for a temporal millennium when the problems will be removed, but they're not looking for salvation.

 

Nah, di pasal sebelumnya kita sudah mempelajari mengapa Komandan keselamatan kita menjadi sempurna (memenuhi syarat) dengan melalui penderitaan untuk memimpin umat Allah melalui pengalaman padang gurun ke Kana’an. Tetapi orang-orang ini berkata, “Mari kita mengangkat seorang menjadi komandan bagi kita untuk membawa kita kembali ke Mesir.” Nah, itu tidak sulit, kita bisa saja pergi ke Roma dan memilih seseorang dan kembali ke Mesir. Atau kita bisa memilih untuk mengikuti Komandan keselamatan kita. Dan jika sekarang kita mengabaikan keselamatan yang sedemikian besarnya, kita akan punya masalah. Tetapi dunia telah memilih komandan yang lain, dan mereka mendengarkan komandan itu, yang sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun tentang keselamatan melainkan bicara tentang menciptakan suatu dunia yang sempurna di sini, dan membuat manusia lebih menderita daripada Dia yang akan memimpin mereka ke keselamatan.

Mustahil menaklukkan Kana’an jika kita memilih komandan yang lain. Komandan-komandan duniawi yang mengatur hidup kita sekarang ini tidak hadir untuk menaklukkan Kana’an. Mereka mau menjadikan bumi ini rumah mereka, mereka menantikan millenium duniawi saat masalah-masalah akan lenyap. Tetapi mereka tidak mencari keselamatan.

 

 

So Israel was defeated in battle when they tried to go their own way.39 And Moses told these sayings unto all the children of Israel: and the people mourned greatly. 40 And they rose up early in the morning, and gat them up into the top of the mountain, saying, ‘Lo, we be here, and will go up unto the place which the LORD hath promised: for we have sinned.’ 41 And Moses said, ‘Wherefore now do ye transgress the commandment of the LORD? but it shall not prosper. 42 Go not up, for the LORD is not among you; that ye be not smitten before your enemies…” I would like to say the same thing in the times that we are living in. “Go ahead, do what those other captains say. It will not prosper.”43… For the Amalekites and the Canaanites are there before you, and ye shall fall by the sword: because ye are turned away from the LORD, therefore the LORD will not be with you. 44 But they presumed…” they were presumptuous  “…to go up unto the hill top: nevertheless the Ark of the Covenant of the LORD, and Moses, departed not out of the camp…” “to the Law and to the testimony” didn't go with them. So we need to study the Law and the testimony, and stay in the circle of that power. If we neglect it and run with the world and after that other captain, there will be no blessing in it.  “…45 Then the Amalekites came down, and the Canaanites which dwelt in that hill, and smote them, and discomfited them, even unto Hormah.”

So they refused to learn the lesson of the past. They did not deny the past. They would be very quick to tell you how God had delivered them from Egypt, but they feared the present and trusted Him not, to deliver them from present circumstances. And we are exactly the same, we are exactly the same. We say we believe in the Lord and the Lord saved us and He brought us into His embrace. But when it comes to really trusting Him, no, we turn to the arm of flesh.

 

Jadi Israel dikalahkan dalam peperangan ketika mereka berusaha mengikuti jalan mereka sendiri. 39 Dan Musa menyampaikan perkataan-perkataan ini kepada semua orang Israel, dan umat pun berkabung dengan sangat. 40 Dan mereka bangun pagi-pagi keesokan harinya dan naik ke puncak gunung sambil berkata, ‘Lihatlah, kami ada di sini, dan mau maju ke negeri yang dijanjikan TUHAN; karena kami telah berbuat dosa.’ 41 Dan Musa berkata, "Mengapa kamu sekarang melanggar perintah TUHAN? Tetapi  itu tidak akan berhasil. 42 Janganlah maju, sebab TUHAN tidak ada di tengah-tengahmu, supaya jangan kamu dikalahkan di hadapan musuhmu…”  Saya ingin mengatakan hal yang sama di zaman di mana kita hidup ini. “Silakan, lakukanlah apa yang dikatakan komandan-komandan yang lain. Itu tidak akan berhasil.” “…43 sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; karena kamu berbalik dari TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu.’ 44 Tetapi mereka punya pikiran sendiri…” mereka sombong, “…untuk naik ke puncak gunung itu; namun demikian Tabut Perjanjian TUHAN dan Musa tidak meninggalkan tempat perkemahan…”  “Bandingkan dengan Hukum dan dengan kesaksian” (Yesaya 8:20) (Hukum = Tabut Perjanjian; Kesaksian = nabi-nabi, Musa) tidak pergi bersama mereka. Maka kita perlu mempelajari Hukum dan Kesaksian, dan tetap tinggal di dalam lingkup kuasa tersebut. Jika kita mengabaikannya, dan berjalan bersama dunia dan mengikuti komandan yang satunya, tidak ada berkat di sana. “…45 Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang diam di pegunungan itu dan menyerang mereka dan mempermalukan mereka, bahkan sampai ke Horma.”

Jadi mereka menolak belajar dari pelajaran masa lampau. Mereka bukan tidak mengakui masa lampau. Mereka akan sangat cepat menceritakan bagaimana Allah telah menyelamatkan mereka keluar dari Mesir, tetapi mereka takut pada masa sekarang dan tidak mempercayai Dia untuk menyelamatkan mereka dari kondisi sekarang. Dan kita persis sama, kita persis sama. Kita mengatakan kita mempercayai Tuhan, dan bahwa Tuhan sudah menyelamatkan kita dan Dia telah membawa kita ke dalam pelukanNya. Tetapi bila itu tentang benar-benar mempercayaiNya, tidak, kita berpaling kepada kekuatan manusia.

 

 

Psalms 106:24, 24 Yea, they despised the pleasant land, they believed not His word: 25 But murmured in their tents, and hearkened not unto the voice of the LORD. 26 Therefore He lifted up His hand against them, to overthrow them in the wilderness: 27 To overthrow their seed also among the nations, and to scatter them in the lands. 28 They joined themselves also unto Baalpeor, and ate the sacrifices of the dead…” did you take note of that verse?  “…28 They joined themselves also unto Baalpeor, and ate the sacrifices of the dead…” Aren't we invited as Christians to partake in a universal eucharist? Isn't that a sacrifice of the dead? This is what caused their downfall. Are we doomed to repeat it? Did we join ourselves to Baalpeor?  “…29 Thus they provoked Him to anger with their inventions: and the plague brake in upon them.”

This is the burden of Paul in chapter 3. Do not follow this route. Do not be like the Israelites were.

 

Mazmur 106:24, 24 Ya, mereka telah membenci negeri yang indah itu, mereka tidak percaya kepada firman-Nya 25 melainkan menggerutu di dalam kemah mereka dan tidak mendengarkan suara TUHAN. 26 Itulah sebabnya Ia mengangkat tangan-Nya terhadap mereka, untuk menjatuhkan mereka di padang gurun. 27 Untuk menjatuhkan juga anak cucu mereka di antara bangsa-bangsa, dan untuk menyerakkan mereka ke pelbagai negeri. 28 Mereka menggabungkan diri juga kepada Baal Peor, dan memakan kurban-kurban orang mati…”  Bukankah kita sebagai orang Kristen diundang untuk ikut ambil bagian dalam ekaristi universal? Bukankah itu suatu kurban orang mati? Inilah yang menyebabkan kejatuhan mereka. Apakah kita harus mengulanginya? Apakah kita telah menggabungkan diri kepada Baalpeor?   “…29 Dengan demikian mereka memprovokasiNya smapai marah dengan ciptaan-ciptaan mereka, dan tulah pun merebak di antara mereka…” 

Inilah beban Paulus di pasal 3. Jangan mengikuti jalan ini. Jangan seperti bangsa Israel dulu.

 

 

We read in the Signs of the Times August 18, 1881, par. 12  “God speaks to us today in warnings, counsels, reproofs, given to ancient Israel. If we depart from Him our condemnation will be greater than theirs, for we have their experience as a warning and all the instruction which God has given since their time. Many and varied are the idols which we cherish, idols that engross the mind and harden the hearts, so that sacred things are not rightly valued. Oh, that the lessons given to ancient Israel might so impress our hearts and affect our lives that we would fully turn from idols to serve the living God.”

We need to contemplate these things more and more.

 

Kita baca di Signs of the Times 18 Agustus 1881, par. 12, “Hari ini Allah berbicara kepada kita melalui peringatan-peringatan, nasihat-nasihat, teguran-teguran yang diberikan kepada Israel kuno. Jika kita meninggalkan Dia, hukuman kita bakal lebih berat daripada hukuman mereka, karena kita memiliki pengalaman mereka sebagai peringatan dan semua instruksi yang telah Allah berikan semenjak zaman mereka. Banyak dan bermacam-macam ilah yang kita sayangi, ilah-ilah yang memenuhi pikiran dan mengeraskan hati, sehingga hal-hal yang suci tidak dihargai dengan tepat. Oh, sekiranya pelajaran-pelajaran yang diberikan kepada Israel kuno boleh sedemikian mengesankan hati kita dan mempengaruhi hidup kita, sehingga kita akan sepenuhnya berpaling dari ilah-ilah untuk mengabdi kepada Allah yang hidup.”

Kita perlu semakin merenungkan hal-hal ini.

 

 

“The work is soon to close. The members of the church militant who have proved faithful will become the church triumphant.  In reviewing our past history having traveled over every step of advance to our present standing, I can say praise God, as I see what God has wrought. I’m  filled with astonishment and with confidence in Christ as leader, we have nothing to fear for the future except as we shall forget the way the Lord has led us, and His teaching in our past history.  We are now a strong people if we will put our trust in the Lord, for we are handling the mighty truths of the Word of God. We have everything to be thankful for if we walk in the light as it shines upon us from the living oricles of God. We shall have large responsibilities corresponding to the great light given us of God. We have many duties to perform because we have been made the depositories of sacred truth to be given to the world in all its beauty and glory. We are debtors to God to use every advantage He has entrusted us to beautify the truth of holiness of characters and to send the message of warning and of comfort of hope and love to those who are in darkness of error and sin.” (GCDB January 29, 1893, par. 28)

 

“Pekerjaan akan segera berakhir. Anggota-anggota gereja militan yang telah terbukti setia akan menjadi gereja pemenang. Dalam melihat kembali sejarah kita yang lampau, setelah menempuh setiap langkah kemajuan hingga posisi kita sekarang, saya bisa mengatakan Puji Tuhan, saat saya melihat apa yang telah diperbuat Allah. Saya dipenuhi oleh rasa kagum dan keyakinan dalam Kristus  sebagai pemimpin, kita tidak perlu takut apa pun untuk masa depan kecuali jika kita melupakan bagaimana Tuhan telah memimpin kita, dan ajaran-ajaranNya dalam sejarah masa lampau kita. Kita sekarang adalah umat yang kuat jika kita meletakkan percaya kita dalam Tuhan, karena kita menangani kebenaran-kebenaran hebat dari Firman Allah. Kita punya segala alasan untuk bersyukur jika kita berjalan dalam terang sebagaimana terang itu menerangi kita dari wahyu-wahyu Allah yang hidup. Kita akan memiliki tanggung jawab besar sepadan dengan terang besar yang telah diberikan kita oleh Allah. Kita punya banyak tugas yang harus dikerjakan karena kita telah dijadikan penyimpan kebenaran yang sakral untuk diberikan kepada dunia dalam segala keindahan dan kemuliaannya. Kita berutang kepada Allah untuk menggunakan setiap kemudahan yang telah dipercayakanNya kepada kita untuk membuat indah kebenaran dari kekudusan karakter dan mengirimkan pesan peringatan dan penghiburan, harapan, dan kasih kepada mereka yang berada dalam kegelapan kesalahan dan dosa.” (GCDB January 29, 1893, par. 28)

 

 

This is our opportunity. Are we going to grab it, or are we going to be like the Israelites and turn to the arm of flesh and forget our history, forget our beautiful health message, and the warnings that we have, that we ought to give? We have a ministry of healing.

 

Inilah kesempatan kita. Apakah kita akan cepat menangkapnya atau apakah kita akan seperti orang Israel dan berpaling kepada kekuatan manusia dan melupakan sejarah kita, melupakan pekabaran kesehatan kita yang indah dan peringatan-peringatan yang kita miliki, yang harus kita sampaikan? Kita memiliki ministri penyembuhan.

 

 

“My brethren, it is all together too late in the day to be half-hearted, serving diverse lusts and cherishing traits of character that will exclude you from heaven. You cannot put away the evils of your doings too soon. I beseech you to make thorough work for eternity. Now is the accepted time beloved, now is the day of salvation…”  As Paul said,  today when you hear his voice do not harden your hearts” (Heb. 3:15)  “… ‘Seek ye the Lord while He may be found, call ye upon Him while He is near. Let the wicked forsake his way and the unrighteous man his thoughts, and let him return unto the Lord, and He will have mercy upon him; and to our God for He will abundantly pardon.’ (Isaiah 55:6-7)…”  (16LtMs, Ms151, 1901 par. 23)

 

“Saudara-saudaraku, hari sudah terlalu sore sekarang untuk menjadi separo hati, melayani bermacam-macam nafsu dan menyayangi karakter yang ciri-cirinya akan menghalangi kita masuk Surga. Tidak pernah terlalu pagi untuk menyingkirkan jahatnya perbuatan-perbuatan kita. Saya mohon agar kalian bekerja dengan sepenuh hati untuk kekekalan. Kekasih, ‘sekarang inilah saat yang diperkenan, sekarang inilah hari keselamatan’ (2 Korintus 6:2) …”  Seperti yang dikatakan Paulus,  ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, janganlah mengeraskan hatimu’ (Ibr. 3:15). “…6 Carilah TUHAN selama Ia bisa ditemukan; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! 7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; dan hendaklah ia kembali kepada TUHAN, dan Dia akan berbelaskasihan padanya; dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.’ (Yesaya 55:6-7)…” (16LtMs, Ms151, 1901 par. 23)

 

 

“How thankful we should be for such an assurance, weighted with the grace of our God. The Lord Jesus yearns over us with intense earnestness. He desires that we shall be saved. But we shall perish if we depart from God and place ourselves in the enemy's power. God has forbidden His people to stand upon Satan's ground. Our God has built round about us a wall of protection lest we become exposed to the temptations that beset us on every side.” (16LtMs, Ms151, 1901, par. 24)

Now is the time to listen to this advice, to start drinking living water out of the Word.

I believe that many of us are in the same danger as was Israel of old. He brought them out of Egypt, but they trusted Him not to bring them into Canaan. He brought us out of darkness into His glorious light, are we going to trust Him to bring us into Canaan? Will we be able to stand when the pressure is brought to bear upon us? 

 

“Betapa berterimakasihnya kita seharusnya untuk jaminan seperti ini, yang diperkuat oleh karunia Allah kita. Tuhan Yesus merindukan kita dengan intensitas yang sungguh-sungguh. Dia ingin kita diselamatkan. Tetapi kita akan binasa bila kita beralih dari Allah dan menempatkan diri kita di bawah kuasa musuh. Allah telah melarang umatNya untuk berdiri di kawasan Setan. Allah kita telah membangun sebuah tembok pelindung mengelilingi kita supaya kita tidak terekspos oleh pencobaan-pencobaan yang mengepung kita di segala penjuru.” (16LtMs, Ms151, 1901, par. 24)

Sekarang inilah waktunya untuk mendengarkan nasihat ini, untuk mulai minum Air Hidup yang keluar dari Firman Allah. Saya percaya banyak dari kita berada dalam bahaya yang sama seperti Israel kuno. Dia telah membawa mereka keluar dari Mesir, tetapi mereka tidak mempercayai Dia untuk membawa mereka masuk Kana’an. Dia telah membawa kita keluar dari kegelapan kepada terangNya yang mulia. Apakah kita akan mempercayai Dia untuk membawa kita masuk ke Kana’an? Apakah kita akan bisa bertahan tetap berdiri ketika tekanan dikenakan kepada kita?

 

 

“The world's greatest need ~ The greatest want of the world is the want of men,  men who will not be bought or sold, men who in their inmost soul are true and honest, men who do not fear to call sin by its right name, men whose conscience is as true to duty as the needle to the pole,  men who will stand for the right though the heavens fall.” (Education 57, 1903. CM 54.4)

I must say that I have been encouraged of late, even though there was a time when it looked like an almost impossible situation, to see young people stand up and stand for the truth though the heavens fall. I’m  longing for the leaders to stand up and stand like the needle to the pole. But the young people, some of our young medical doctors, some of our young people that are not steeped in years and years of theology, are standing up and giving the trumpet a certain sound. May more, and more, and more, join them.

 

Kebutuhan dunia yang terbesar ~ kekurangan terbesar di dunia adalah kurangnya manusia, manusia yang tidak mau dijual atau dibeli, manusia yang dalam lubuk hatinya benar dan jujur, manusia yang tidak takut menyebut dosa dengan sebutannya yang benar, manusia yang hati nuraninya sama setianya kepada kewajibannya seperti jarum kompas ke kutub, manusia yang mau berdiri membela yang benar walaupun langit runtuh.” (Education 57, 1903. CM 54.4)

Harus saya katakan bahwa belakangan saya merasa berbesar hati ~ walaupun ada saatnya ketika keadaan sepertinya nyaris tidak ada harapan ~ melihat orang-orang muda berdiri dan membela kebenaran walaupun langit runtuh. Saya merindukan para pemimpin berdiri teguh seperti jarum kompas ke arah kutub. Tetapi orang-orang muda, beberapa dari dokter-dokter medis kita yang muda-muda, beberapa dari orang-orang muda yang belum terbongkok oleh theologi bertahun-tahun, sedang berdiri dan membunyikan terompet dengan suara yang pasti. Semoga semakin banyak dan semakin banyak yang bergabung dengan mereka.

 

 

Beware of hardness of heart creeping in amongst us.

 

Waspada dengan kekerasan hati yang menyelinap masuk di antara kita.

 

 

Mark 10:5,  5 And Jesus answered and said unto them, ‘For the hardness of your heart he wrote you this precept.’…”

 

Markus 10:5, 5 Dan Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Karena kekerasan hatimu maka Musa menuliskan peraturan ini untuk kamu.’…”

 

 

Romans 2:5, 5 But after thy hardness and impenitent heart treasurest up unto thyself wrath against the day of wrath and revelation of the righteous judgment of God.”

 

Roma 2:5, 5 Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat, engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.”

 

 

Hebrews 3:13

13 But exhort one another daily, while it is called ‘Today’, lest any of you be hardened through the deceitfulness of sin.”

So this is the burden of chapter 3.

But it gets interesting now because this little word here in Hebrews 3:13 “exhort one another daily”, it's not translated like that in all the Bibles.  So let's look at the definition. Here's Merriam Webster's definition of “exhort”.

~   transitive verb: to incite by argument or advice, urge strongly, exhorting for example voters to do the right thing.

~   intransitive verb: to give warning or advice, make urgent appeals.

That's what it means. Make an urgent appeal, use strong arguments to convince people, give them evidence. That's what it means “to exhort”.

 

Ibrani 3:13

13 Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama itu masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang dikeraskan hatinya melalui tipu daya dosa.”

Jadi inilah beban pasal 3.

Tetapi sekarang menjadi menarik karena kata kecil di sini di Ibrani 3:13, “nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari” tidak diterjemahkan seperti itu di dalam semua Alkitab. Jadi mari kita lihat definisinya. Di sini menurut kamus Merriam Webster tentang kata “exhort” (menasihati).

-      kata kerja transitif:  untuk membangkitkan melalui argumentasi atau nasihat, mendesak dengan keras, menasihati misalnya para pemilih untuk melakukan hal yang benar.

-      kata kerja intransitif: memberikan peringatan atau nasihat, membuat permohonan yang mendesak.

Itulah artinya. Membuat permohonan yang mendesak, memakai argumentasi yang kuat untuk meyakinkan orang, memberi mereka bukti. Itulah artinya kata “exhort”.

 

 

If we’re going to look at the definition in Thayer, it's:

 


 So basically you are basically begging people through strong arguments to accept the truth.

  

Jika kita lihat definisinya menurut Thayer, itu adalah:

(Thayer):

παρακαλέω [parakaleō]

Definisi Thayer:

1)   memanggil supaya datang ke sisinya, memanggil, memerintah supaya datang

2)   menujukan, berbicara kepada (panggilan untuk, memanggil agar) yang bisa dilakukan dalam bentuk menasihati, memohon, menghibur, memberi petunjuk, dll.

2a)  menegur, memberi nasihat

2b)  memohon, meminta

2b1)  berusaha meredakan dengan memohon

2c)  menghibur, membesarkan hati, menguatkan melalui penghiburan, melipur

2c1)  menerima penghiburan, dihiburkan

2d)  mendorong, menguatkan

2e)  menasihati, dan menghibur dan mendorong 

Jadi pada dasarnya kita memohon orang melalui argumentasi yang kuat untuk menerima kebenaran.

 

 

Now let's look how the NIV translates this verse.

Hebrews 3:13, “But encourage one another daily as long as it's called ‘today’ so that none of you may be hardened by sins’ deceitfulness.”

Let's go to the webpages that give Bible commentary and just see how they consider this word “encourage”. And here's an interesting webpage:

https://ohheytruth.com/episode-22-exhortation-encouragement-prayer/:

 

and it says what is the difference between “exhortation” and “encouragement”.

v “exhortation” is like a form of teaching,

in other words you are  encouraging people, yes, but through strong argument, to take a position and a stand. It's like a form of teaching, it encourages you to take actionable steps given in the Word of God.

v “encouragement” is practicing telling people what they are doing great in.

Isn't that interesting? So“encouraging” people is telling them you're doing great, continue. That's not “exhortation”.

“Exhortation” is entreating them and warning them through strong arguments.

In fact the NIV is telling people to stay exactly like they are, and continue on their path; whereas the KJV tells people to change their path, and to consider.

It's the exact opposite.

 

Sekarang mari kita lihat bagaimana NIV menerjemahkan ayat ini.

Ibrani 3:13, “Tetapi doronglah satu sama lain setiap hari selama itu masih disebut ‘hari ini’ supya tidak ada di antara kamu yang dikeraskan oleh tipu daya dosa-dosa.”

Mari kita ke situs yang ada komentar Alkitabnya dan kita lihat bagaimana mereka mengartikan kata “encourage” (mendorong) ini. Dan inilah situs yang menarik:

https://ohheytruth.com/episode-22-exhortation-encouragement-prayer/:

 

Dan ini mengatakan apa perbedaan antara “exhortation” (menasihati) dan “encouragement” (mendorong).

v “exhortation” (menasihati) itu seperti suatu bentuk mengajar,

dengan kata lain kita mendorong orang, itu betul, tetapi melalui argumentasi yang kuat untuk mengambil posisi atau memilih. Itu seperti suatu bentuk mengajar, itu mendorong orang untuk mengambil langkah yang akan ditindaklanjuti yang diberikan dalam Firman Allah.

v “encouragement” (mendorong) ialah mengatakan kepada orang bahwa apa yang mereka lakukan itu hebat.

Bukankah ini menarik? Jadi “encouraging” (mendorong) orang itu mengatakan kepada mereka bahwa “yang kamu lakukan itu bagus, lanjutkan.” Itu bukan “exhortation” (menasihati).

“Exhortation” (menasihati) itu memohon mereka dan memberi peringatan kepada mereka melalui argumentasi yang kuat.

Malah faktanya NIV memberitahu orang-orang untuk tetap seperti apa adanya dan melanjutkan jalur mereka; sementara KJV memberitahu orang-orang untuk mengubah jalur mereka dan mempertimbangkan.

Itu sama sekali bertolak belakang.

 

 

Hebrews 3:14-15

14 For we are made partakers of Christ, if we hold the beginning of our confidence stedfast unto the end; 15 While it is said, ‘Today, if ye will hear His voice, harden not your hearts, as in the provocation.”

We've discussed this in the chiastic structure a little bit earlier. We harden our hearts gradually.

v It is hearing but not obeying that leads to the hardening of hearts.

v Hardening leads to justifying one's actions

v and justifying leads to rejection

v and rejection leads to the slippery slope of perdition.

So I think we should contemplate this.

If we constantly refuse to do something that God requires of us ~ just take the health reform for example ~ eventually we will justify our course, and say, “Oh, that was for that time” or whatever reason we can conjure up, in order not to do that which God requires of us. Eventually it will lead to the slippery slope of perdition like verse 13 says, “but exhort one another daily while it is called ‘today’…”

Do people like exhortation in the church? No! They prefer encouragement. They don't like exhortation.

 

Ibrani 3:14-15

14 Karena kita dijadikan pengikut Kristus, jika kita memegang teguh awal keyakinan iman kita sampai akhir. 15 Sementara dikatakan, ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, janganlah mengeraskan hatimu seperti di waktu provokasi.”

Kita sudah membahas ini sedikit di struktur kiastik tadi. Kita mengeraskan hati kita secara perlahan-lahan.

v Mendengar tapi tidak mematuhi itu membuat hati menjadi keras.

v Hati yang keras membuat kita membenarkan tindakan kita.

v Dan membenarkan tindakan mengakibatkan penolakan.

v Dan penolakan membawa kita ke tebing kebinasaan yang licin.

Jadi saya pikir, kita perlu merenungkan ini.

Jika kita terus-menerus menolak melakukan apa yang Tuhan minta dari kita ~ kita ambil contoh reformasi kesehatan saja ~ akhirnya kita akan membenarkan pilihan kita dan berkata, “Oh, itu untuk zaman dulu” atau apalah alasan yang bisa kita munculkan agar tidak melakukan apa yang diminta Allah dari kita. Akhirnya itu akan membawa kita ke tebing kebinasaan yang licin seperti kata ayat 13, “Tetapi nasihatilah satu sama lain setiap hari selama itu masih disebut ‘hari ini’…”

Apakah orang suka dinasihati di dalam gereja? Tidak! Mereka lebih suka diberi dorongan. Mereka tidak suka dinasihati.

 

 

“lest any of you be hardened through the deceitfulness of sin”. It is time for God's people to practice exhortation, not only within the church, but out there in the world. That includes warning them of the  path that they are on, explaining to them what the consequences of their actions will be, showing them by strong arguments from the Word of God where they are walking on a slippery slope, and calling them back like Paul is doing in chapter 3.

 

“supya tidak ada di antara kamu yang dikeraskan oleh tipu daya dosa-dosa”. Sudah waktunya bagi umat Allah untuk mempraktekkan menasihati, bukan saja di dalam gereja tetapi di luar sana di dunia. Itu termasuk memperingatkan mereka tentang jalur di mana mereka sedang berada, menjelaskan kepada mereka apa nantinya akibat dari perbuatan mereka, menunjukkan mereka dengan argumentasi-argumentasi yang kuat dari Firman Allah di mana mereka sedang berjalan, di tebing yang licin, dan memanggil mereka kembali seperti yang dilakukan Paulus di pasal 3.

 

 

Hebrews 3:16-17

Verse 16 says, 16 For some, when they had heard, did provoke; howbeit not all that came out of Egypt by Moses….” some were faithful.  “…17 But with whom was He grieved forty years? Was it not with them that had sinned, whose carcases fell in the wilderness?”

So He brought them out with a mighty hand but they trusted not that He could bring them in. That's rather amazing. They were very happy to say how He brought them out of Egypt but they were not happy when He was about to bring them in. That's why in 2 Corinthians 13:5 Paul says, 5 Examine yourselves, whether ye be in the faith; prove your own selves. Know ye not your own selves, how that Jesus Christ is in you, except ye be reprobates?”

 

Ibrani 3:16-17

Ayat 16 mengatakan, 16 Bagi beberapa orang, ketika mereka telah mendengar, mereka memang memprovokasi; namun begitu tidak semuanya yang keluar dari Mesir oleh Musa…”  ada yang setia. “…17 Tetapi karena siapakah Ia bersedih selama empat puluh tahun? Bukankah karena mereka yang telah berbuat dosa, yang mayatnya jatuh di padang gurun?”

Jadi Allah membawa mereka keluar dengan lengan yang perkasa, tetapi mereka tidak percaya Dia bisa membawa mereka masuk. Ini rada mengherankan. Mereka senang sekali mengatakan bagaimana Allah telah membawa mereka keluar dari Mesir, tetapi mereka tidak senang ketika Dia akan membawa mereka masuk. Itulah sebabnya di 2 Korintus 13:5 Paulus berkata, 5 Periksalah dirimu sendiri, apakah kamu di dalam iman; buktikanlah dirimu sendiri.  Apakah kamu tidak tahu dirimu sendiri, bagaimana Kristus Yesus ada di dalam dirimu, kecuali kamu itu memang tidak bisa diselamatkan.”

 

 

Hebrews 3:18-19

Let's continue with Hebrew chapter 3 the last two verses.

18 And to whom sware He that they should not enter into His rest, but to them that believed not? 19 So we see that they could not enter in because of unbelief.”

So chapter 3 is a warning against unbelief, and it is the antithesis of chapter 4 which invites you into the rest. And so first the warning and then the solution, we will deal with that in the next chapter.

 

Ibrani 3:18-19

Mari kita lanjut dengan Ibrani pasal 3 dua ayat terakhir.

18 Dan kepada siapa Ia bersumpah bahwa mereka takkan masuk ke perhentian-Nya, selain kepada mereka yang tidak percaya? 19 Jadi kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan.”

Jadi pasal 3 adalah suatu peringatan terhadap ketidakpercayaan, dan itu adalah antithesis dari pasal 4 yang mengundang kita masuk ke perhentian. Maka pertama diberikan peringatannya, kemudian baru solusinya, dan kita akan membahas itu di pasal berikut.

 

 

A statement from the Spirit of Prophecy to end off with.

“From Elijah's experience during those days of discouragement and apparent defeat, there are many lessons to be drawn, lessons invaluable to the servants of God in this age, marked as it is by general departure from right…”  This is the time we are living in, a general departure from right. We have sold out much of what God has given us, He has given us so much light, but we have chosen captains to take us back to Egypt. “…The apostasy pevailing today is similar to that which in the prophet's day overspread Israel. In the exaltation of the human above the divine, in the praise of popular leaders, in the worship of mammon, and in the placing of the teachings of science above the truth of revelation, multitudes today are following after Baal…” I think we should contemplate those words very seriously in the time that we are living in. “…Doubt and unbelief are exercising their baleful influence over the mind and heart, and many are substituting for the oracles of God the theories of men, it is publicly taught that we have reached a time when human reason should be exalted above the teachings of the Word. The Law of God, the divine standard of righteousness, is declared to be of no effect. The enemy of all truth is working with deceptive power to cause men and women to place human institutions where God should be, and to forget that which was ordained for the happiness and salvation of mankind…” just an example God gave us a health message, why should we run with the world?  “…Yet this apostasy, widespread as it has come to be, is not universal. Not all in the world are lawless and sinful; not all have taken sides with the enemy. God has many thousands who have not bowed the knee to Baal, many who long to understand more fully in regard to Christ and the Law, many who are hoping against hope that Jesus will come soon to end the reign of sin and death.  And there are many who have been worshiping Baal ignorantly, but with whom the Spirit of God is still striving.” (Prophets and Kings pg. 170-171)

 

Sebuah pernyataan dari Roh Nubuat sebagai penutup.

“…Dari pengalaman Elia selama hari-hari keputusasaan dan kekalahan yang nyata, ada banyak pelajaran yang bisa diperoleh, pelajaran-pelajaran yang sangat berharga bagi hamba-hamba Allah di zaman ini, yang ditandai oleh kebenaran yang umumnya sudah ditinggalkan. …”  Inilah zaman di mana kita sedang hidup, secara umum kebenaran telah ditinggalkan. Kita telah menjual habis banyak dari yang diberikan Allah kepada kita, Dia telah memberi kita begitu banyak terang, tetapi kita memilih komandan-komandan untuk membawa kita kembali ke Mesir. “…Kemurtadan yang ada hari ini mirip dengan yang  merebak di seluruh Israel di zaman nabi itu. Dengan meninggikan manusia di atas Yang Ilhai, dengan memuji para pemimpin yang terkenal, dengan menyembah mammon, dan dengan menempatkan ajaran-ajaran sains di atas kebenaran wahyu, orang banyak hari ini sedang mengikuti Baal…”  Saya rasa kita perlu merenungkan kata-kata ini dengan sangat serius di masa di mana kita hidup. “…Keraguan dan ketidakpercayaan sedang menanamkan pengaruh mereka yang mengancam ke pikiran dan hati manusia, dan banyak yang menggantikan wahyu-wahyu Allah dengan teori-teori manusia. Secara publik diajarkan bahwa kita telah mencapai suatu masa ketika logika manusia harus ditinggikan di atas ajaran-ajaran Firman Allah. Hukum Allah, standar kebenaran Ilahi dinyatakan tidak ada gunanya. Musuh segala kebenaran sedang bekerja dengan kuasa penipuan untuk membuat laki-laki dan wanita menempatkan lembaga-lembaga kemanusiaan  di mana Tuhan yang seharusnya ada di sana, dan untuk melupakan apa yang telah ditetapkan Tuhan demi kebahagiaan dan keselamatan manusia…”  Sekadar contoh, Allah memberi kita suatu pekabaran tentang kesehatan, mengapa kita malah mengikuti dunia? “…Namun kemurtadan ini, walaupun sudah menyebar luas tapi tidak universal. Tidak semua yang di dunia melanggar Hukum dan berbuat dosa; tidak semua berpihak pada musuh. Allah masih punya beribu-ribu yang tidak sujud kepada Baal, banyak yang rindu untuk mengerti lebih mendalam tentang Kristus dan Hukum, banyak yang menanti-nantikan Yesus untuk segera mengakhiri kekuasaan dosa dan maut. Dan ada banyak yang menyembah Baal dari ketidaktahuannya, dengan siapa Roh Allah masih bergumul.(Prophets and Kings pg. 170-171)

 

 

My brothers and sisters, as we approach the final moments of earth's history, is it not time that we exhort the nations and our own people  to pick up the standard, to stand like the needle to the pole, to accept the warning, as given in chapter 3, so that we can enter into chapter 4 which is the rest of God?

 

Saudara-saudaraku, selagi kita mendekati momen-momen terakhir sejarah dunia bukankah sudah waktunya kita menasihati bangsa-bangsa dan umat kita sendiri untuk mengangkat panjinya, untuk berdiri tegak seperti jarum kompas mengarah ke kutub, untuk menerima peringatan yang diberikan di pasal 3, agar kita bisa masuk ke pasal 4 yaitu perhentian Allah?

 

 

Let us pray that our church will wake up so that we can give the trumpet a certain sound and exhort the nations who have not fully understood these things, but long to understand them, to come into a full relationship with Jesus Christ and to be part of that rest that we will talk about in the next chapter.

Let us pray.

 

Mari kita berdoa agar gereja kita akan terjaga dari tidurnya supaya kita bisa membunyikan terompet dengan pasti dan menasihati bangsa-bangsa yang belum sepenuhnya mengerti hal-hal ini tetapi rindu untuk memahami mereka, agar bisa mencapai suatu hubungan yang sempurna dengan Yesus Kristus, dan menjadi bagian dari perhentian yang akan kita bicarakan di pasal berikut.

Mari kita berdoa.

 

 

18 05 22

No comments:

Post a Comment