Tuesday, May 24, 2022

EPISODE 05/14 ~ THE BOOK OF HEBREWS ~ CHAPTER 4 ~ THE GOSPEL OF REST ~ WALTER VEITH

THE BOOK OF HEBREWS

Part 05/14 – Walter Veith

CHAPTER 4 ~ THE GOSPEL OF REST

https://www.youtube.com/watch?v=aVMljfaVfNU

 

Dibuka dengan doa

 

 

The Gospel of Rest. What does it mean to find rest in God? When we discussed chapter 3, we saw that the Israelites could not enter into that rest because there was no faith involved in their action.

 

Injil Perhentian. Apa artinya mencari perhentian dalam Allah? Ketika kita membahas pasal 3, kita melihat bahwa bangsa Israel tidak bisa masuk ke perhentian itu karena tidak ada iman yang dilibatkan dalam perbuatan mereka.

 

 

Hebrews 4:1

So let us go to Hebrews 4:1, 1 Let us therefore fear, lest a promise being left us of entering into His rest, any of you should seem to come short of it.”

This is a very serious statement. The Israelites had come short of it and they never entered into the rest, and they wandered in the wilderness for 40 years. And he is warning us here that the same could happen to us. And indeed this is the central issue around which the gospel revolves, and therefore it is of paramount importance that we are very careful in how we tread.

 

Ibrani 4:1

Jadi mari kita ke Ibrani 4:1, 1 Sebab itu, baiklah kita takut, jangan-jangan janji yang ditinggalkan kepada kita tentang masuk ke dalam perhentian-Nya, di antara kamu mungkin ada yang tidak bisa mencapainya.”

Ini adalah pernyataan yang serius. Bangsa Israel tidak bisa mencapainya dan mereka tidak pernah memasuki perhentian itu, dan mereka mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Dan Paulus memperingatkan kita di sini bahwa hal yang sama bisa terjadi pada kita. Dan memang benar inilah isu intinya di mana injil berpusat, dan oleh karena itu sangatlah penting kita harus berhati-hati bagaimana kita berjalan.

 

 

Now the word “rest” there comes from the Greek κατάπαυσις [katapausis].

Let's have a look what Strong says about this.

From G2664.

It is: reposing down,  that is (by Hebraism) abode: ~ rest.

Well, let's have a look what  Thayer has to say on the issue.  He says it is:

1)   a putting to rest

1a)   calming of the winds.

        I quite like that one, a calming of the winds, a settling down of the storms within

2)   a resting place

2a)   metaphorically the  Heavenly blessedness in which God dwells and of which He has promised to make persevering believers in Christ partakers after the toils and trials of life on earth are ended.

Part of a speech: it's a noun, it's feminine.

And mostly through chapter 4 in the book of Hebrews this word “rest” comes from the Greek κατάπαυσις [katapausis] except once, and we'll get to that in a moment.

 

Nah, kata “perhentian” di sana berasal dari kata Greeka κατάπαυσις [katapausis].

Mari kita simak apa yang dikatakan Strong tentang ini.

Dari G2664.

Artinya: berbaring, yaitu (dalam Ibrani) tinggal: ~ berhenti.

Nah, mari kita lihat Thayer mengatakan apa tentang isu ini, dia berkata:

1)   mengistirahatkan

1a)   menenangkan angin

Saya suka ini, menenangkan angin, meredakan badai di dalam.

2)   tempat perhentian

2a)   secara metaforis, kedamaian surgawi di mana Allah tinggal, dan yang dijanjikan kepada orang-orang percaya dalam Kristus yang setia, yang ikut ambil bagian setelah kesukaran dan ujian hidup di bumi berakhir.

Bagian dari kalimat: kata benda, bentuk feminin.

Dan hampir di seluruh pasal 4 kitab Ibrani, kata “perhentian” ini berasal dari kata Greeka κατάπαυσις [katapausis] kecuali satu kali, dan nanti kita akan ke sana.

 

 

Hebrews 4:2

2 For unto us was the gospel preached, as well as unto them: but the Word preached did not profit them, not being mixed with faith in them that heard it.”

Now in what sense was the gospel preached to them?  Because we know that it was preached to us, Jesus Christ Himself introduced the gospel, as well as unto them. Obviously if the gospel was preached to them, how was it preached to them? In type. Their shadows pointed to the greater reality, the Substance which is Jesus Christ. So they had the gospel although they had it in types and shadows.

 

Ibrani 4:2

2 Karena kepada kita kabar kesukaan (Injil) diberitakan, sama seperti kepada mereka; tetapi Firman yang disampaikan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak dicampur dengan iman pada mereka yang mendengarnya.”

Nah, dalam pengertian apa Injil disampaikan kepada mereka? Karena kita tahu itu disampaikan kepada kita, Yesus Kristus sendiri memperkenalkan Injil itu, sama seperti kepada mereka. Jelaslah jika Injil itu disampaikan kepada mereka, bagaimana cara penyampaiannya kepada mereka? Dalam bentuk tipe. Bayangan-bayangan mereka menunjuk kepada realita yang lebih besar, kepada Substansinya, yaitu Yesus Kristus. Jadi mereka menerima Injil itu, dalam betuk tipe-tipe dan bayangan-bayangan.

 

 

Hebrews 4;3

And then it says in verse 3, 3 For we which have believed do enter into rest…” again the word there is from the Greek κατάπαυσις [katapausis] "…as He said, ‘As I have sworn in My wrath, if they shall enter into My rest’ although the works were finished from the foundation of the world.”

Now this is quite a tricky one to understand in the KJV. So let's read it again 3 For we which have believed do enter into rest…” so faith is of paramount importance to enter into that rest, into that ceasing of the storms, the winds,  “…as He said, ‘As I have sworn in My wrath, if they shall enter into My rest’ although the works were finished from the foundation of the world.”

So I’ve drawn on the NKJV to see how they translate it, because sometimes in translation we can see some differences. If those differences add to the understanding then fine, if those differences contradict what has been said before, then it is problematic. In this case I don't think it contradicts, it adds to the understanding. It says,“For we who have believed do enter in that rest, as He said, so I swore in My wrath they shall not enter into My rest…” so all they are doing is they are quoting it more completely “…although the works were finished from the foundation of the world.” So in other words, from the very beginning, the task was done. Now if a task is done, if it is completed, is there anything we can add to it? No! We can merely enjoy it. We can merely appropriate it but we cannot add anything to it because the works were finished from the foundation of the world.

 

Ibrani 4:3

Lalu dikatakan di ayat 3, 3 Karena kita yang sudah percaya, masuk ke perhentian…”  lagi-lagi kata di sini berasal dari kata Greeka κατάπαυσις [katapausis], “…seperti yang Ia katakan, ‘Sebagaimana Aku telah bersumpah dalam murka-Ku, jika mereka sampai masuk ke perhentian-Ku, sekalipun pekerjaan itu sudah selesai sejak dunia dijadikan.’”

Nah, ini adalah ayat yang sulit untuk dipahami dari KJV. Jadi mari kita  baca lagi,  3 Karena kita yang sudah percaya, masuk ke perhentian…”  jadi iman itu sangat penting untuk masuk ke perhentian tersebut, masuk ke badai yang berhenti, angin-angin,   “…seperti yang Ia katakan, ‘Sebagaimana Aku telah bersumpah dalam murka-Ku, jika mereka sampai masuk ke perhentian-Ku, sekalipun pekerjaan itu sudah selesai sejak dunia dijadikan.’…” 

Jadi saya mengambil dari NKJV untuk melihat bagaimana mereka menerjemahkannya, karena terkadang kita bisa melihat adanya perbedaan dalam penerjemahan. Jika perbedaan itu menambahkan kepada pemahamannya, maka baguslah. Jika perbedaan itu mengkontradiksi apa yang dikatakan sebelumnya, itu menjadi masalah. Dalam hal ini menurut saya itu tidak mengkontradiksi tapi menambah pemahamannya. Dikatakan,     “…3 Karena kita yang sudah percaya, masuk ke perhentian itu, seperti yang Ia katakan, ‘Maka Aku telah bersumpah dalam murka-Ku, mereka tidak akan masuk ke perhentian-Ku…”  jadi apa yang mereka lakukan ialah mereka mengutipnya dengan lebih lengkap,   “…sekalipun pekerjaan itu sudah selesai sejak dunia dijadikan.’…”  Maka dengan kata lain, dari awal mula, pekerjaan itu sudah selesai.

Nah, jika suatu pekerjaan sudah selesai, jika itu sudah lengkap, apakah ada yang bisa kita tambahkan kepadanya? Tidak! Kita hanya bisa menikmatinya. Kita hanya bisa memanfaatkannya untuk diri kita sendiri, tetapi kita tidak bisa menambahkan apa-apa kepadanya karena pekerjaan itu sudah selesai sejak saat dunia dijadikan. 

 

 

Hebrews 4:4-6

Verse 4 says, 4 For He spake in a certain place of the seventh day on this wise: ‘And God did rest…” and he uses the same word  “…the seventh day from all His works.’…” In other words, what Paul is saying that the seventh day was set as a memorial to remind us of this rest, this completed work. And it was done from the very beginning so there was nothing that could be added. Verse 5, 5 And in this place again, ‘If they shall enter into My rest’…” κατάπαυσις [katapausis] “… 6 Seeing therefore it remaineth that some must enter therein, and they to whom it was first preached entered not in, because of unbelief…” So they did not enter in, but the promise still stands. And therefore it says that "some must enter therein”, there will be people that will enter in.

So as a nation the Jews had rejected that rest, which we find in a Person. And so the gentiles were given the opportunity, and many of them entered into that rest, but many did not.

Now, not all the Jews rejected this rest, and many did enter into the rest. Didn't Joshua enter into that rest? Didn't Caleb enter into that rest? They trusted in the promises of God and they entered in by faith. Those who didn't have faith could not enter into that rest.

 

Ibrani 4:4-6

Ayat 4 mengatakan, 4 Sebab Dia sudah berbicara di suatu tempat (di suatu ayat) tentang hari ketujuh demikian: ‘Dan Allah berhenti…”  dan dia menggunakan kata yang sama,   “…pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya.’…” Dengan kata lain, apa yang dikatakan Paulus ialah bahwa hari ketujuh telah ditetapkan sebagai peringatan untuk mengingatkan kita kepada perhentian ini, pekerjaan yang sudah selesai ini. Dan itu sudah dilakukan dari awal mula, sehingga tidak ada yang bisa ditambahkan. Ayat 5, “…5 Dan di tempat  itu (di ayat itu) lagi,Jika mereka akan masuk ke perhentian-Ku.’…”  κατάπαυσις [katapausis]   “…6 Mengingat karena masih ada beberapa yang harus masuk ke sana,  dan mereka kepada siapa lebih dahulu disampaikan kabar kesukaan itu tidak masuk karena ketidakpercayaan mereka…”  Jadi mereka tidak masuk, tetapi janji itu tetap berlaku. Maka dikatakan bahwa  “…ada beberapa yang harus masuk ke sana”  akan ada orang-orang yang akan masuk.

Jadi sebagai bangsa, orang Yahudi telah menolak perhentian itu, yang terdapat dalam satu Pribadi. Maka orang-orang bukan Yahudi diberi kesempatan, dan banyak dari mereka yang masuk ke perhentian itu, tetapi banyak tidak.

Nah, tidak semua orang Yahudi menolak perhentian ini, banyak juga yang masuk ke perhentian itu. Bukankah Yosua masuk ke perhentian itu? Bukankah Kaleb masuk ke perhentian itu? Mereka mempercayai janji-janji Allah dan mereka masuk dengan iman. Mereka yang tidak punya iman, tidak bisa masuk ke perhentian tersebut.

 

 

So the promise still stands and the door is still open to those that accept the rest.  

So if we consider why they didn't enter it's quite plain in this verse, “because of their unbelief”. So faith is absolutely important.

Now there's a whole chapter coming in the book of Hebrews on the issue of faith, so we don't want to go into great detail here, but certain points we need to understand as we continue.

 

Jadi janjinya masih berlaku, dan pintunya masih terbuka bagi mereka yang menerima perhentian itu.

Jadi jika kita pertimbangkan mengapa mereka tidak masuk, itu cukup jelas di ayat ini,  “karena ketidakpercayaan mereka”.  Jadi iman itu mutlak penting.

Nah, di depan ada satu pasal penuh di kitab Ibrani mengenai isu iman, jadi kita tidak mau berpanjang lebar di sini, tetapi poin-poin tertentu perlu kita pahami sambil kita melanjutkan.

 

 

Hebrews 4:7-9

Verse 7 says, “…7 Again, He limiteth a certain day, saying in David, ‘Today, after so long a time; as it is said, Today if ye will hear His voice, harden not your hearts.’…”   so he's talking in the time of David which was well after the 40 years wandering in the wilderness, and there was still a “today”. In other words, the door for entrance into that rest has not closed unto this present day. As a nation they did not enter and the gospel went to the gentiles, but as individuals anybody who acknowledges his faith in the completed works of Jesus Christ, can enter into that rest. “...8 For if Jesus had given them rest, then would He not afterward have spoken of another day….” and that's interesting. Verse 9 says,  “…9 There remaineth therefore a rest…” and here this word “rest” is not translated from κατάπαυσις [katapausis] but is translated from σαββατισμός [sabbatismos]   “…to the people of God... 9 There remaineth therefore a σαββατισμός [sabbatismos] to the people of God...” and this is the only time in chapter 4 where this word “rest” is from the word σαββατισμός [sabbatismos].  

 

Ibrani 4:7-9

Ayat 7 mengatakan, “…7 Sekali lagi, Ia membatasi satu hari tertentu, mengatakan melalui Daud, ‘Hari ini’, setelah sekian lamanya; sebagaimana dikatakan,  ‘Hari ini, jika kamu mau mendengar suara-Nya, janganlah mengeraskan hatimu!’…" Jadi dia bicara tentang zaman Daud, yang sudah lewat lama setelah 40 tahun pengembaraan di padang gurun, dan masih ada satu “hari ini”. Dengan kata lain, pintu masuk ke perhentian itu belum ditutup hingga hari ini. Sebagai bangsa, mereka tidak masuk, dan Injil pergi ke orang-orang non-Yahudi, tetapi sebagai individu, siapa pun yang mengakui imannya dalam pekerjaan Yesus Kristus yang sudah selesai, bisa masuk ke perhentian itu. “…8 Karena, andaikata Yesus telah memberi mereka perhentian, maka Ia tidak akan berkata kemudian tentang suatu hari lain…”  dan itu menarik. Ayat 9 mengatakan, “…9 Jadi oleh karena itu masih tersisa satu perhentian…” dan kata “perhentian” ini tidak diterjemahkan dari κατάπαυσις [katapausis], melainkan diterjemahkan dari σαββατισμός [sabbatismos]   “…bagi umat Allah… 9 Jadi oleh karena itu masih tersisa  satu  perhentian bagi umat Allah…”  dan inilah satu-satunya kali di pasal 4 kata “perhentian” ini berasal dari kata σαββατισμός [sabbatismos].  

 

 

Hebrews 4:10

So if we continue in verse 10 it says,  “...10 For he that is entered into His rest, he also hath ceased from his own works, as God did from His.”

So this plan of salvation was complete before the foundations of the world were even laid, and God rested on the seventh day. And so anybody who enters into that rest must also cease from his own works, in order to attain that rest, because work and rest are mutually exclusive.

 

Ibrani 4:10

Maka jika kita lanjutan ke ayat 10, dikatakan, 10 Karena dia yang telah masuk ke perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari pekerjaannya sendiri, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.”

Maka rencana keselamatan ini sudah selesai bahkan sebelum fondasi bumi ini diletakkan, dan Allah berhenti pada hari ketujuh. Jadi siapa pun yang masuk ke dalam perhentian itu harus juga berhenti dari pekerjaannya sendiri, supaya bisa mendapatkan perhentian itu, karena kerja dan perhentian itu sama-sama ekslusif (tertutup, tidak bisa dimasuki yang lain).

 

 

Hebrews 4:11

But now it's fascinating that if you read verse 11,  it says, 11 Let us labour therefore to enter into that rest, lest any man fall after the same example of unbelief.”

So this is a very interesting nuance. So you have to work, but you have to rest. The two are actually mutually exclusive. So how do you combine those two? The only way you can combine them is in Jesus Christ.

It's like “Be ye perfect as your Father in  Heaven is perfect” ~  “He who says he is without sin is a liar and the truth is not in him”, they seem diametrically opposed to each other, but in Christ they become a reality.

So there's work to do, you have to sell everything, you have to strive to enter into the narrow gate, but it is not your labor that does it, because you have to cease from your work. It is something that has been completed in Christ.

 

Ibrani 4:11

Tetapi sekarang ini menarik jika kita  baca ayat 11, dikatakan, 11 Karena itu marilah kita bekerja keras untuk masuk ke perhentian itu, jangan sampai siapa pun jatuh mengikuti contoh ketidakpercayaan yang sama…”  Jadi ini adalah nuansa yang sangat menarik. Jadi kita harus bekerja, tetapi kita harus berhenti. Keduanya sesungguhnya sama-sama ekslusif. Jadi bagaimana menggabungkan keduanya? Satu-satunya cara kita bisa menggabungkan mereka ialah dalam Yesus Kristus.

Ini mirip dengan 48 Jadilah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga itu sempurna." (Mat. 5:48), dan 8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak punya dosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1 Yoh. 1:8), mereka sepertinya bertolak belakang satu sama lain, tetapi dalam Kristus mereka menjadi kenyataan.

Jadi ada yang harus dilakukan, kita harus menjual segalanya, kita harus bekerja keras untuk masuk melalui pintu yang sempit, tetapi itu bukanlah kerja keras kita karena kita harus berhenti dari kerja kita. Itu adalah sesuatu yang sudah diselesaikan dalam Kristus.

 

 

Hebrews 4:12-13

Verse 12 says, 12 For the Word of God is quick, and powerful, and sharper than any two-edged sword, piercing even to the dividing asunder of soul and spirit…” So he directs our attention to the Word of God. This is where the solution lies, and this is where the answer must be found. It cannot be found in tradition, it must be found in the Word of God. So the verse continues,  “…and of the joints and marrow, and is a discerner of the thoughts and intents of the heart…” Now we must also remember that the Word also points to an Individual, “In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God” it's referring to Jesus Christ, who discerns the intentions of the heart. “…13 Neither is there any creature that is not manifest in His sight: but all things are naked and opened unto the eyes of Him with whom we have to do…” there's nothing you can hide from God. He knows every single thing about us.

 

Ibrani 4:12-13

Ayat 12 mengatakan, 12 Sebab Firman Allah itu hidup, dan berkuasa, dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; menembus bahkan sampai ke pemisahan jiwa dan roh…” Jadi dia mengarahkan perhatian kita ke Firman Allah. Di sinilah letak solusinya, dan di sinilah di mana jawaban itu harus ditemukan. Tidak bisa ditemukan di tradisi, itu harus ditemukan dalam Firman Allah. Maka selanjutnya ayat itu berkata, “…dan dari sendi-sendi dan sumsum; dan adalah pengenal dari pikiran dan niat hati…” Nah, kita harus mengingat bahwa Firman itu juga menunjuk kepada satu Inidividu. 1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (1 Yoh. 1:1), ini mengacu ke Yesus Kristus, yang mengenali niat-niat dalam hati.

13 Dan tidak ada makhluk apa pun yang tidak tampak dalam pandanganNya, tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata Dia, dengan Siapa kita berurusan…”  Tidak ada apa pun yang bisa kita sembunyikan dari Allah. Dia tahu setiap hal tentang kita.

 

 

Now in these verses again we are going to look at a particular chiastic structure because we're going to look at one chiasm in each chapter. Again I reiterate there are many, but we'll just do one for the sake of inclusiveness. And this one has again the structure A, B, C,  and then the reverse C’, B’, A’.

 

Sekarang, di ayat-ayat ini sekali lagi kita akan menyimak struktur kiastis yang tertentu karena kita akan menyimak satu kiasma setiap pasal. Kembali saya ulangi bahwa ada banyak kiasma tetapi kita hanya akan menyimak satu demi inklusivitas. Dan yang ini memiliki struktur A, B, C, kemudian kebalikannya C’, B’, A’.

 


 

A:   Hebrews 4:2 said, the gospel was not combined with faith.

A’:  And if you go to Hebrews 4:11 where faith is the paramount issue, then the antithesis is: the gospel was combined with faith in those that entered into His rest.

B:  Hebrews 4:3, they do not enter into the rest, do not rest in the completed work. So they could not enter because they were not combining it with faith and so “God said in His wrath ‘they shall not enter into My rest’”.

B’:  Then we come to the antithesis of that which is B’, verse 10, rest in the completed work, ceased from their labors.

So he's contrasting those that did, and those that did not.

And the middle aspect is the:

C:  Hebrews 4:4 God rests on the seventh day, and the seventh day becomes a symbol of His completed work. “Remember the Sabbath day to keep it holy. Six days shall you labor and do all your work”, etc. but the seventh day is the day on which He rested and because God created it, He commanded you to keep the seventh day. So God rested on the Sabbath day, the seventh day.

C’: and Hebrews 4:9 God's people rest, and the word used there for the first time is σαββατισμός [sabbatismos] on the seventh day. Now what does that mean? We'll look at it a little bit more in detail later.

But essentially σαββατισμός [sabbatismos] is a verb used as a noun, expressing the action of the verb, for example “keep the Sabbath” as a verb,  and “sabbath keeping” as a noun. So basically what he is saying is that God's people who enter into the rest, rest as God rested on the seventh day. And He included it in His commandment. Therefore God's people rest σαββατισμός [sabbatismos], in other words, “keep the Sabbath” or are a group of “sabbath-keeping” individuals, because they rest.

 

A:  Ibrani 4:2 mengatakan, Injil tidak digabungkan dengan iman.

A’: Dan jika kita ke Ibrani 4:11 di mana iman itu isu yang terbesar, maka antithesisnya adalah: Injil digabungkan dengan iman pada mereka yang masuk ke dalam perhentianNya.

B:  Ibrani 4:3, mereka tidak masuk ke perhentian itu, tidak berhenti dalam pekerjaan yang sudah selesai. Maka mereka tidak bisa masuk karena mereka tidak menggabungkannya dengan iman. Maka Allah berkata dalam murkaNya, ‘mereka tidak akan masuk ke perhentianKu.”

B’: Lalu kita tiba pada antithesis dari itu yang adalah B’, ayat 10, berhenti dalam pekerjaan yang sudah selesai, berhenti dari kerja mereka sendiri.

Jadi dia membuat kontras antara mereka yang berhenti dan mereka yang tidak.

Dan aspek tengahnya ialah:

C:  Ibrani 4:4 Allah berhenti pada hari ketujuh, dan hari ketujuh menjadi simbol dari pekerjaanNya yang sudah selesai. 8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah agar tetap kudus: 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu” dst. (Kel. 20:8-9) tetapi hari ketujuh adalah hari di mana Dia berhenti, dan karena Allah menciptakannya, Dia memerintahkan manusia untuk memelihara hari ketujuh. Jadi Allah berhenti pada hari Sabat, hari ketujuh.

C’: dan Ibrani 4:9 umat Allah berhenti, dan kata yang dipakai di sana untuk pertama kalinya adalah σαββατισμός [sabbatismos] pada hari ketujuh. Nah, apa artinya? Kita akan menyimaknya lebih mendetail sebentar lagi.

     Tetapi pada dasarnya σαββατισμός [sabbatismos] adalah kata kerja yang dipakai sebagai kata benda, menggambarkan tindakan kata kerja tersebut, misalnya “memelihara Sabat” sebagai kata kerja, dan “pemeliharaan Sabat” sebagai kata benda. Jadi pada dasarnya apa yang dikatakannya ialah umat Allah yang masuk dalam perhentian itu, berhenti sebagaimana Allah berhenti pada hari ketujuh. Dan Allah memasukkan itu dalam PerintahNya. Itulah sebabnya umat Allah berhenti σαββατισμός [sabbatismos], dengan kata lain “memelihara Sabat” atau adalah sekelompok “orang pemelihara Sabat” karena mereka berhenti.

  

 

Now this becomes confusing to many. Now the Bible says that they, the Jews, did not enter into that rest because they concentrated on their own merits and their own works, they did not rest in the completed works, they didn't rest in the promises of God.

Now you can keep the Sabbath as a form of works and have thousands of rules as the Jews did, almost 2’000 rules as to how to keep the Sabbath, that's not resting, that's working, and then claiming credit for the works. Just because something is used in a wrong way doesn't make it wrong.  God did not take away His Law, not one jot or one tittle would by any means disappear from the Law, because people misappropriated it, or used it in a wrong way.

So there remains a rest for the people of God, a σαββατισμός [sabbatismos] not as a form of works, but as a memorial.

Just as God rested on the seventh day He asks us to rest on the seventh day as a witness to the world that we accept the rest that is in Christ.

So we need to understand and unpack this and we must use the Bible and the Bible alone because it alone cuts like a sword through to the marrow.

 

Nah, ini membingungkan bagi banyak orang. Alkitab berkata bahwa mereka, orang-orang Yahudi, tidak masuk ke dalam perhentian karena mereka memusatkan pada jasa mereka sendiri dan perbuatan mereka sendiri. Mereka tidak berhenti dalam pekerjaan yang sudah selesai, mereka tidak berhenti dalam janji-janji Allah.

Nah, kita bisa memelihara Sabat sebagai suatu bentuk perbuatan dan punya ribuan peraturan seperti orang Yahudi, hampir 2’000 peraturan mengenai bagaimana memelihara Sabat. Itu namanya bukan perhentian, itu namanya berbuat, kemudian mengklaim kreditnya untuk pekerjaan itu.  Hanya karena sesuatu disalahgunakan, tidak menjadikan itu salah. Allah tidak menghapus HukumNya, tidak satu noktah atau titik akan lenyap dari Hukum dengan cara apa pun, gara-gara manusia salah menggunakannya atau memakainya dengan cara yang salah.

Maka masih tersisa satu perhentian bagi umat Allah, satu σαββατισμός [sabbatismos] bukan sebagai bentuk perbuatan melainkan sebagai suatu peringatan.

Sama seperti Allah berhenti pada hari ketujuh, Dia minta kita berhenti pada hari ketujuh sebagai suatu kesaksian kepada dunia bahwa kita menerima perhentian yang ada dalam Kristus.

Jadi kita perlu memahami dan mengupas ini, dan kita harus menggunakan Alkitab, dan hanya Alkitab, karena hanya itulah yang memotong seperti pedang yang menembus hingga ke sumsum.

 

 

So a central doctrine in the Scriptures in the New Testament is the doctrine of justification, righteousness by faith. And righteousness by faith excludes works. And this doctrine is the one doctrine that has been under the attack from the very beginning, from the time of Adam and Eve.

v Cain said, “I will not bring the prescribed offering

that reminds me of a Savior to come who has completed the works for me, I will bring the works of my own hands and God will have to be satisfied with it.” That is where the rebellion brought us, a rejection of the rest that God had promised.

v The gospel was reintroduced when Christ came to this world.

And He went to that man that for 38 years represents the ones that were wandering in the wilderness, and He said, “Do you want to be well? Would you like to find rest in My completed works, and not wait for the shadows, and the forms, and the rituals, to save you?” And by faith that man stood up when Jesus said, “Pick up your bed and walk!” So the issue of righteousness by faith was reintroduced into the gospel, and Paul very succinctly wrote about it, as well as the other disciples.

v And then somehow it got lost again.

v And then in the Reformation it was reawakened.

v And unfortunately then it got lost again.

v And then in 1888 it was to be brought to the fore again.

v And God's people had to go back in the wilderness, because again they rejected it.

 

Jadi doktrin yang sentral dalam Kitab Suci Perjanjian Baru adalah doktrin pembenaran, kebenaran melalui iman. Dan kebenaran melalui iman tidak mengikutsertakan perbuatan. Dan doktrin ini adalah doktrin yang terus-menerus diserang dari awal mula, dari zaman Adam dan Hawa.

v Kain berkata, “Aku tidak mau membawa persembahan yang ditentukan

yang mengingatkan aku pada seorang Juruselamat yang akan datang yang telah menyelesaikan pekerjaannya bagiku. Aku mau membawa perbuatan tanganku sendiri, dan Allah harus puas dengan itu.” Ke sanalah kita telah dibawa oleh pemberontakan, yaitu penolakan kepada perhentian yang telah dijanjikan Allah.

v Injil diperkenalkan ketika Kristus datang ke dunia ini.

Dan Dia datang ke orang itu yang selama 38 tahun melambangkan mereka yang mengembara di padang gurun, dan Dia berkata, “Maukah kamu sembuh? Maukah kamu mendapatkan perhentian dalam pekerjaanKu yang sudah selesai dan tidak menunggu bayangan, dan bentuknya, dan ritualnya untuk menyembuhkan kamu?” Dan oleh iman orang tersebut berdiri ketika Yesus berkata, “Angkat tilammu dan jalanlah!” Maka isu kebenaran oleh iman pun diperkenalkan kembali di dalam Injil, dan Paulus menulisnya dengan singkat dan jelas, begitu juga murid-murid yang lain.

v Dan entah bagaimana itu hilang lagi.

v Kemudian saat Reformasi Protestan itu dibangkitkan kembali.

v Dan sayangnya itu kemudian hilang lagi.

v Lalu di 1888 itu diketengahkan lagi.

v Dan umat Allah harus kembali ke padang gurun karena mereka kembali menolaknya.

 

 

So let's look at this righteousness by faith.

Romans 9:30, 30 What shall we say then? That the Gentiles, which followed not after righteousness, have attained to righteousness, even the righteousness which is of faith. 31 But Israel, which followed after the Law of righteousness, hath not attained to the Law of righteousness. 32 Wherefore? Because they sought it not by faith, but as it were by the works of the Law. For they stumbled at that stumbling stone.”

This stumbling stone has been a bone of contention since the very beginning and it will remain so until the very last day.

And if we neglect it, we cannot enter into the rest.

And this war rages in all denominations.

 

Jadi mari kita simak kebenaran oleh iman ini.

Roma 9:30, 30 Jika demikian, apakah yang akan kita katakan? Bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengikuti kebenaran, telah mendapatkan kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. 31 Tetapi Israel, yang mengikuti Hukum kebenaran, tidaklah sampai kepada Hukum kebenaran itu. 32 Mengapa? Karena mereka tidak mencarinya dengan  iman, tetapi sebagaimana yang mereka lakukan, oleh perbuatan Hukum.  Karena mereka tersandung pada batu sandungan.”

Batu sandungan ini telah menjadi isu perselisihan sejak awal mula dan itu akan tetap demikian hingga hari yang terakhir.

Dan jika kita mengabaikannya, kita tidak bisa masuk ke perhentian.

Dan perang ini berkecamuk dalam semua denominasi.

 

 

Isaiah 53:11 says, 11 He shall see of the travail of His soul…”  a reference to Jesus Christ “… and shall be satisfied; by His knowledge shall My righteous servant justify many; for He shall bear their iniquities.”

The emphasis here is on the Substance. The emphasis here is on what Christ has done for you, works that were completed from the very foundation, because by promise He had already been sacrificed, a Lamb that was sacrificed from the very foundation of this world.

 

Yesaya 53:11 mengatakan, 11 Dia akan melihat hasil penderitaan jiwaNya…”  suatu referensi kepada Yesus Kristus,  “…dan akan dipuaskan.  Dengan hikmatNya  Hamba-Ku yang benar itu akan membenarkan banyak orang, karena Dia  yang akan memikul dosa-dosa mereka.

Tekanannya di sini ada pada Substansinya. Tekanannya di sini ada pada apa yang telah dilakukan Kristus bagi kita, pekerjaan yang sudah selesai sejak dari penciptaan dunia karena melalui janji Dia sudah dikorbankan, Anak Domba yang dikorbankan sejak dunia dijadikan.

 

 

Martin Luther said,  “If the article of justification is lost, all Christian doctrine is lost at the same time.” (W40 1, 48).

“This doctrine [justification] is the head and the cornerstone, it alone begets, nourishes, builds, preserves, and defends the church of God; and without it the church of God cannot exist for one hour…” (W30 II, 651).

“When the article of justification has fallen, everything has fallen.” (W40 I, 72)

(What Luther Says by Ewald Plass).

 

Martin Luther mengatakan,  “…Jika doktrin pembenaran itu hilang, semua doktrin Kristen hilang pada waktu yang sama (W40 1, 48).

“Doktrin ini (pembenaran) adalah batu penjuru utamanya, itu sendiri yang melahirkan, membesarkan, membangun, mempertahankan, dan membela gereja Allah, dan tanpa itu gereja Allah tidak akan eksis satu jam pun.” (W30 II, 651).

“Ketika doktrin pembenaran jatuh, segalanya jatuh.” (W40 1, 72)

(What Luther Says by Ewald  Plass)

 

 

So this is a very, very, important point: Justification by faith. Of course there's also sanctification by faith, because if it is not of faith, then it is by works.

v Justification is the imputed righteousness of Jesus Christ.

v Sanctification is the imparted righteousness of Jesus Christ.

Both come from Him, and not from us, lest we should boast.

 

Jadi ini adalah poin yang amat sangat penting: Pembenaran oleh iman. Tentu saja juga ada Pengudusan oleh iman karena jika itu bukan oleh iman, berarti itu oleh perbuatan.

v Pembenaran adalah kebenaran Yesus Kristus yang diperhitungkan sebagai milik kita

v Pengudusan adalah kebenaran Yesus Kristus yang diberikan kepada kita.

Kedua-duanya berasal dari Dia, bukan dari kita, jangan sampai kita menyombong.

 

 

Now at the Council of Trent, this doctrine of justification was declared an anathema. Canon IX  of the Council of Trent reads, “If anyone shall say that by faith alone the sinner is justified so as to understand that nothing else is required to cooperate in the attainment of the grace of justification, and that it is in no way necessary that he be prepared and disposed by the action of his own will, let him be an anathema.”

So here an element of works is brought in, and it negates the aspect of faith. There is no rest in completed works here, because you must labor to enter in.

 

Nah, di Konsili Trent, doktrin pembenaran ini dinyatakan sebagai sebuah anathema (sesuatu yang menjijikkan, doktrin yang tidak diakui Kepausan). Canon IX Konsili Trent berbunyi,  “…Jika ada yang mengatakan seorang pendosa itu hanya dibenarkan oleh iman saja, dengan pengertian bahwa tidak ada apa pun yang diperlukan untuk bekerjasama dalam pencapaian karunia pembenaran itu, dan bahwa sama sekali tidak perlu membuat dia siap dan bersedia oleh tindakan dari kehendaknya sendiri, maka biarlah dia menjadi suatu anathema…”

Maka di sini unsur perbuatan dimasukkan dan itu membatalkan aspek iman. Di sini tidak ada perhentian dalam pekerjaan yang sudah selesai, karena orang harus bekerja keras untuk masuk.

 

 

Canon XI makes it clearer.  “Anyone who says that sinners are justified by faith alone so as to mean that nothing else is required to cooperate in order under the obtaining the grace of justification, let him be an anathema.” (quote in Canon IX and Canon XIV).

Anyone who says that sinners are justified by the sole imputation of the righteousness of Christ or by the sole remission of sins without the charity which is shed abroad in their hearts by the Holy Ghost (i.e. without infused grace) let him be an anathema.” (Canon X, XI, 6th Session of the Council of Trent).  This is a powerful statement by the Roman Catholic church, and it stands in direct contradiction to the Word of God.

And this is the very war that has been raging since the time of Adam and Eve. And Cain was the first one who demonstrated it in his open rebellion.

 

Canon XI membuatnya lebih jelas.    “…Siapa pun yang mengatakan bahwa para pendosa dibenarkan hanya oleh iman saja, dengan pengertian tidak ada apa pun yang diperlukan untuk bekerjasama dalam mendapatkan karunia pembenaran, biarlah da menjadi suatu anathema.” (Kutipan di Canon IX and Canon XIV).

“Siapa pun yang mengatakan bahwa para pendosa dibenarkan hanya oleh diperhitungkannya kebenaran Kristus atau hanya oleh pengampunan dosa tanpa perbuatan baik yang dipancarkan keluar dari hati mereka oleh Roh Kudus (yaitu tanpa karunia yang dicurahkan), biarlah dia menjadi suatu anathema.” (Canon X, XI, 6th Session of the Council of Trent).

Ini adalah pernyataan yang keras dari gereja Roma Katolik, dan jelas bertentangan dengan Firman Allah.

Dan inilah perang yang sedang terus berkecamuk sejak zaman Adam dan Hawa. Kain adalah yang pertama yang mendemonstasikannya dalam pemberontakan terang-terangan.

 

 

Here's another statement from the Council of Trent. “If anyone says that the justice received is not preserved and also not increased before God through good works, but that those works are merely the fruit and signs of justification obtained, but not the cause of its increase, let him be an anathema.” (6th Session, Canons concerning Justification, Canon XXIV).

 

Ini ada pernyataan lain dari Konsili Trent.   “…Jika ada yang mengatakan bahwa keadilan yang diterima itu tidak dipertahankan dan juga tidak ditambah di hadapan Allah melalui perbuatan baik, tetapi bahwa perbuatan-perbuatan baik itu sekadar buah dan tanda dari pembenaran yang sudah diperoleh, tetapi bukan hasil dari pertambahannya, biarlah dia menjadi suatu anathema.” (6th Session, Canons concerning Justification, Canon XXIV).

 

 

Well, you cannot be more clear than that. So the Roman Catholic church directly in its ex-cathedra statements from the  bishop's chair, denies the doctrine of justification and says that you have something to add. That's not rest, that's works. And just as the Jews added works to every single one of God's precepts, they thereby denied the rest.

 

Nah, mau lebih jelas lagi bagaimana? Jadi gereja Roma Katolik langsung melalui pernyataan-pernyataan ex-cathedra-nya, dari kursi Paus, menyangkal doktrin pembenaran dan mengatakan bahwa manusia harus menambahkan sesuatu. Itu namanya bukan perhentian, itu perbuatan. Dan sama seperti orang-orang Yahudi menambahkan perbuatan kepada setiap peraturan Allah, dengan itulah mereka menyangkal perhentian.

 

 

Here is the Protestant’s view of justification.

“Christ: the Word, that is the Son of God, had two natures: the divine and the human, inseparably enjoined in one Person. (Article III of the Son of God 1 & 2).

Christ's work: men cannot be justified before God by their own strength, merits, or works; but are freely justified for Christ's sake through faith. When they believe that they are received into favor, and that their sins are forgiven for Christ's sake, who by His death had made satisfaction for our sins. This faith God imputes for righteousness in His sight.” (Article IV of Justification 1-3)

This is not only the Protestant’s view, this is the Biblical view.

There is nothing that we can add, no shadow can portray the Substance in its fullness. It is a sad fact of history that the blood of millions has flown as a consequence of the conflict raging around this particular doctrine.

 

Inilah pandangan Protestan tentang pembenaran.

“…Kristus: Sang Firman, yaitu Anak Allah, memiliki dua kodrat: yang Ilahi dan yang manusiawi, menyatu tidak bisa dipisahkan dalam satu Pribadi.” (Article III of the Son of God 1 & 2).

“Pekerjaan Kristus: manusia tidak bisa dibenarkan di hadapan Allah oleh kekuatan mereka sendiri, jasa atau perbuatan; tetapi dibenarkan dengan cuma-cuma demi Kristus melalui iman. Pada waktu mereka percaya bahwa mereka telah diterima ke perkenan Allah, dan dosa-dosa mereka telah diampuni demi Kristus, yang oleh kematianNya telah membayar untuk dosa-dosa kita. Iman ini Allah perhitungkan sebagai kebenaran dalam pemandanganNya.”  (Article IV of Justification 1-3)

Ini bukan hanya pandangan Protestan, ini adalah pandangan Alkitab.

Tidak ada apa pun yang bisa kita tambahkan, tidak ada bayangan yang bisa menggambarkan Substansinya secara lengkap. Adalah fakta yang menyedihkan dalam sejarah darah jutaan manusia telah dicurahkan sebagai akibat dari konflik yang berkobar seputar doktrin ini.

 

 

Justification does not exclude sanctification.

Sanctification is the work of a lifetime, but even those works are works that Christ is working in you, and not works which come out of your own wellspring, because the Bible says in us there is no good thing. But Christ within us can change that. That is sanctification.

Justification is a judicial act, a declaring of righteousness, and imputed to you without any work or contribution on your own side. A dead man cannot raise himself from the dead.

 

Pembenaran tidak meniadakan pengudusan.

Pengudusan adalah pekerjaan seumur hidup, tetapi bahkan pekerjaan itu pun adalah pekerjaan yang dikerjakan Kristus dalam kita, dan bukan pekerjaan yang bersumber dari diri kita sendiri, karena Alkitab berkata dalam diri kita tidak ada yang baik. Tetapi Kristus di dalam kita bisa mengubah itu. Ini pengudusan.

Pembenaran adalah tindakan judisial, menyatakan tentang kebenaran, dan diperhitungkan kepada kita tanpa perbuatan atau kontribusi apa pun dari pihak kita. Orang mati tidak bisa membangkitkan dirinya dari kematian.

 

 

Unfortunately the modern Protestant world has compromised on the issue of justification. Martin Luther was adamant that not one jot or one tittle could be moved from that pillar of Protestantism: the doctrine of justification. But look what they did in their Joint Declaration On Justification, when the Protestant world signed together with the Catholic church that they had reached a compromise. Their statement said, “Together we confess by grace alone, in faith in Christ’s saving work and not because of any merit on our part we are accepted by God and receive the Holy Spirit  who renews our hearts while equipping and calling us unto good works.”

It sounds very flowery, it sounds very nice, but this is Roman Catholic doctrine disguised as Protestant doctrine.

 

Sayangnya dunia Protestan modern sudah berkompromi dalam isu pembenaran ini. Martin Luther bersikeras bahwa tidak ada satu titik atau noktah pun yang boleh dihilangkan dari pilar (sokoguru) Protestantisme: doktrin pembenaran. Tetapi lihat apa yang telah mereka perbuat dengan Joint Declaration on Justification (Deklarasi Bersama tentang Pembenaran), ketika dunia Protestan menandatangani bersama-sama dengan gereja Katolik bahwa mereka telah mencapai suatu kompromi. Pernyataan mereka mengatakan,  “…Bersama-sama kita mengakui hanya oleh kasih karunia, dengan iman dalam perbuatan Kristus yang menyelamatkan dan bukan karena jasa apa pun di pihak kita, kita diterima oleh Allah, dan menerima Roh Kudus yang memperbarui hati kita sementara melengkapi dan memanggil kita kepada perbuatan baik.”

Kedengarannya sangat indah, kedengarannya sangat baik, tetapi ini adalah doktrin Roma Katolik yang menyamar sebagai doktrin Protestan.

 

 

If we look at it carefully it says, “Together we confess…” that's Roman Catholicism and Protestantism together,  “…that by grace alone…” yes, it is by grace alone, but the Bible says it should be by faith alone, faith alone, by faith alone, “…in faith…” and then it says “…in Christ's saving work…” now, yes, that is also true in a sense, but we are justified by the blood of the Lamb. So this sentence should read, if it were true, it should read, “by faith alone in the atoning sacrifice of Jesus Christ”. Here it says “…Christ’s saving work…”

Now if you know Catholic doctrine, they have a treasury of merit, where they say the good works of Jesus Christ are in that treasury, but they also place in that same treasury the good works of Mary and all the saints, and that that merit can be transferred to another person.  So the good works of the people throughout all ages in Catholicism and all their so-called saints, are added to that treasury of merit.

 

Jika kita simak dengan teliti, ini mengatakan, “…Bersama-sama kita mengakui…”  yaitu Roma Katolikisme dan Protestantisme bersama-sama,   “…hanya oleh kasih karunia…”  iya, itu hanya oleh kasih karunia, tetapi Alkitab mengatakan bahwa itu seharusnya hanya oleh iman, iman saja, oleh iman saja,  “…dengan iman…”  lalu dikatakan, “…dalam perbuatan Kristus yang menyelamatkan…”  nah, iya, ini juga benar dalam pemahaman tertentu, tetapi kita dibenarkan oleh darah Anak Domba. Jadi kalimat ini seharusnya ~ seandainya benar ~ seharusnya berbunyi demikian, “hanya oleh iman dalam kurban pendamaian Yesus Kristus”. Di sini dikatakan, “…perbuatan Kristus yang menyelamatkan …” 

Nah, jika kalian kenal doktrin Katolik, mereka punya lumbung jasa, di mana menurut mereka perbuatan-perbuatan baik Yesus Kristus ada dalam lumbung itu, tetapi mereka juga menempatkan di lumbung yang sama segala perbuatan baik Maria dan semua orang kudus, dan bahwa jasa itu bisa dipindahkan ke manusia yang lain. Jadi dalam Katolikisme, segala perbuatan baik manusia sepanjang zaman dan perbuatan baik semua yang mereka sebut orang-orang kudus, ditambahkan ke dalam lumbung jasa tersebut.

 

 

It is not by the works that we are saved,

it is by the shedding of His blood

because without the shedding of blood there is no forgiveness of sins.

 

Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan

kita diselamatkan oleh darahNya yang dicurahkan

karena tanpa pencurahan darah, tidak ada pengampunan dosa.

 

 

This is Roman Catholic doctrine.

And then it continues,  “…and not because of any merit on our part…” Correct! “…We are accepted by God and receive the Holy Spirit who renews our hearts, while equipping and calling us unto good works.” That's not justification! That's sanctification!

So this is a conglomerate statement, mixing sanctification and justification, and applying it to themselves. This is the doctrine of salvation by works mingled with the gospel of grace denying faith and denying the atonement. This is the travesty of justice. Let us be very sure that we understand what this is about.

 

Inilah doktrin Roma Katolik.

Kemudian selanjutnya    “…dan bukan karena jasa apa pun di pihak kita…”  Betul! “…kita diterima oleh Allah, dan menerima Roh Kudus yang memperbarui hati kita sementara melengkapi dan memanggil kita kepada perbuatan baik…”  Ini bukan Pembenaran. Ini Pengudusan!

Jadi ini adalah suatu pernyataan campuran, mencampur Pengudusan dengan Pembenaran, dan mengaplikasikannya kepada mereka sendiri. Ini adalah doktrin penyelamatan oleh perbuatan bercampur dengan injil kasih karunia, yang menyangkal iman dan menyangkal penebusan. Ini adalah parodi keadilan. Hendaknya kita pasti bahwa kita paham ini bicara tentang apa.

 

 

Galatians 2:16, 16 Knowing that a man is not justified by the works of the Law, but by the faith of Jesus Christ…” So it's important that it is the faith OF Jesus, it must be a higher faith than we can even attend to. It is something that is a gift from God  “…even we have believed in Jesus Christ, that we might be justified by the faith of Christ, and not by the works of the Law: for by the works of the Law shall no flesh be justified.” That's pretty clear. The Roman Catholic Council of Trent is speaking directly against the Scriptures, and the Joint Declaration on Justification is a sellout by Protestantism to the doctrine of works.

 

Galatia 2:16, 16 mengetahui bahwa orang tidak dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat, tetapi karena iman Kristus Yesus…”  Jadi yang penting itu ini adalah iman milik Yesus,  iman ini harus lebih tinggi daripada iman yang bisa kita capai. Inilah sesuatu yang adalah karunia dari Allah, “…demikianlah kami sudah beriman dalam Kristus Yesus, supaya kami boleh dibenarkan oleh iman Kristus, dan bukan karena melakukan Hukum Taurat. Sebab oleh melakukan Hukum tidak ada seorang pun yang akan dibenarkan."

Ini sangat jelas. Konsili Trent gereja Roma Katolik mengatakan yang langsung berlawanan dengan Kitab Suci, dan the Joint Declaration on Justification adalah pengkhianatan pihak Protestantisme demi doktrin perbuatan.

 

 

Galatians 3:2 says, 2 This only would I learn of you, ‘Received ye the Spirit by the works of the Law, or by the hearing of faith’?”

It's a rhetorical question. Of course by faith!

 

Galatia 3:2 berkata, 2 Hanya ini yang hendak kuketahui dari kamu, ‘Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan Hukum Taurat atau karena iman melalui pendengaran’?”

Ini adalah pertanyaan retoris. Jelas karena iman!

 

 

Verse 22 in Galatians 3 says, 22 But the Scripture hath concluded all under sin, that the promise by faith of Jesus Christ might be given to them that believe.”

 

Ayat 22 di Galatia 3 berkata, 22 Tetapi Kitab Suci telah menyimpulkan bahwa semua ada di bawah dosa, supaya janji oleh iman Yesus Kristus boleh diberikan kepada mereka yang percaya.”

 

 

And Romans makes it clear that whatever is not of faith is sin.

Romans 3:28, 28 Therefore we conclude that a man is justified by faith without the deeds of the Law.”

Can it be any clearer?

It is amazing, that Roman Catholicism talks about “saint Paul” and names its cathedrals after him, but denies everything that he has written.

 

Dan kitab Roma membuatnya jelas bahwa apa pun yang bukan dari iman, adalah dosa.

Roma 3:28, 28 Oleh karena itu, kami simpulkan, bahwa manusia dibenarkan oleh iman tanpa melakukan Hukum Taurat.”

Apakah bisa lebih jelas daripada ini?

Bukankah ini luar biasa? Roma Katolikisme bicara tentang “Santo Paulus” dan memberi nama katedral-katedralnya dengan nama itu, tetapi menyangkal segala sesuatu yang dia tulis.

 

 

If we turn to the Spirit of Prophecy, the statement says, “The great doctrine  of justification  by faith, so clearly taught by Luther, had been almost wholly lost sight of; and the Romish principle of trusting to good works for salvation, had taken its place. Whitefield and the Wesleys, who were members of the established church…” now she’s speaking of Protestantism  “…were sincere seekers for the favor of God, and this they had been taught was to be secured by a virtuous life and an observance of the ordinances of religion….”  It says in the Great Controversy page 253 “…When Charles Wesley at one time fell ill, and anticipated that death was approaching, he was asked upon what he rested his hope of eternal life. His answer was,I have used my best endeavors to serve God.’ As the friend who had put the question seemed not to be fully satisfied with his answer, Wesley thought:What! are not my endeavors a sufficient ground of hope? Would He rob me of my endeavors? I have nothing else to trust to.’…”  (John Whitehead, Life of the Rev. Charles Wesley, page 102.) Such was the dense darkness that had settled down on the church, hiding the atonement, robbing Christ of His glory, and turning the minds of men from their only hope of salvation—the blood of the crucified Redeemer.”

If we do not understand the doctrine of justification then we cannot find rest.

 

Jika kita ke Roh Nubuat, pernyataannya berkata,   “…Doktrin agung Pembenaran oleh iman, yang diajarkan dengan begitu jelas oleh Luther, nyaris sudah hilang dari pandangan; dan prinsip Roma yang mengandalkan perbuatan baik supaya selamat telah menggantikan tempatnya. Whitefield and Wesley bersaudara yang adalah anggota-anggota gereja-gereja yang resmi…”  sekarang Ellen White bicara tentang Protestantisme,    “…adalah pencari-pencari kehendak Allah yang tulus, dan mereka diajari untuk mendapatkan keselamatan itu melalui kehidupan yang saleh dan pemeliharaan peraturan-peraturan agama…”  kata Great Controversy hal. 253. “…Ketika suatu kali Charles Wesley jatuh sakit, dan mengantisipasi bahwa ajalnya sudah dekat, dia ditanya kepada apa dia menyandarkan harapannya akan hidup kekal. Jawabannya ialah, ‘Aku telah memakai upayaku yang paling maksimal untuk melayani Allah.’ Karena teman yang mengajukan pertanyaan itu tampaknya belum sepenuhnya puas dengan jawabannya, Wesley berpikir, ‘Apa! Masa upaya-upayaku bukan landasan harapan yang memadai? Masa Allah akan merampok upaya-upaya itu dariku? Aku tidak punya apa-apa lagi yang bisa aku andalkan.’ (John Whitehead, Life of the Rev. Charles Wesley, page 102). Sedemikian pekatnya kegelapan yang telah menutupi gereja, menyembunyikan pendamaian Kristus, merampok kemuliaanNya dari Kristus dan mengalihkan pikiran manusia dari satu-satunya harapan mereka akan keselamatan ~ yaitu dalam darah Penebus yang disalibkan.

Jika kita tidak memahami doktrin Pembenaran, maka kita tidak bisa menemukan perhentian.

 

 

Hebrews 4:14-16

Now once this rest has been explained by Paul  in some detail, then he switches gears and in Hebrews 4:14 he starts speaking about Jesus as the great High Priest. And this is a logical progression. 14 Seeing then that we have a great High Priest, that is passed into the heavens, Jesus the Son of God, let us hold fast our profession. 15 For we have not an high priest which cannot be touched with the feeling of our infirmities; but was in all points tempted like as we are, yet without sin. 16 Let us therefore come boldly unto the throne of grace, that we may obtain mercy, and find grace to help in time of need.”

 

Ibrani 4:14-16

Nah begitu Paulus sudah menjelaskan tentang perhentian ini cukup mendetail, dia lalu beralih topik dan di Ibrani 4:14 dia mulai bicara tentang Yesus sebagai Imam Besar Agung. Dan ini adalah progresi yang logis. 14 Oleh karena kita sekarang mempunyai satu Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. 15 Sebab kita bukan punya seorang imam besar yang tidak dapat disentuh oleh perasaan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa. 16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk membantu pada waktu dibutuhkan.”

 

 

Now, this is the new way. Later on Paul will come to this new way that has been found to have access to God, in Jesus Christ; and he admonishes the believers to “come boldly to the throne of grace…” to that Mercy Seat, “…that we may obtain mercy and find grace to help in times of need.” Direct access to the Godhead through Jesus Christ, to meet Him at the Ark of the Covenant at the Mercy Seat, shielding us from the condemnation of the Law, so that His justice can be imputed to His people.

That's why Hebrews 4:9 says,9 There remaineth therefore a rest to the people of God.”

Yes, does that exclude the Law? Of course not. The Law is not at fault, we are at fault. Jesus had no sin, therefore He kept the Law perfectly. Those that enter into His rest keep the Law perfectly in Him.

 

Nah, ini adalah jalan yang baru. Belakangan Paulus akan datang ke jalan baru ini yang telah ditemukan untuk bisa mengakses Allah dalam Yesus Kristus; dan dia menasihati orang-orang percaya untuk “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia…” takhta belas kasihan, “…supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk membantu pada waktu dibutuhkan…”  Akses langsung ke Keallahan melalui Yesus Kristus untuk bertemu dengan Dia di Tabut Perjanjian, di Tutup Pendamaian, yang melindungi kita dari kutukan Hukum, sehingga keadilanNya bisa diperhitungkan kepada umatNya.

Itulah mengapa Ibrani 4:9 berkata, “…9 Jadi oleh karena itu masih tersisa satu perhentian bagi umat Allah…”  Iya, apakah itu menyingkirkan Hukum? Tentu saja tidak. Hukum itu tidak salah, kita yang salah. Yesus tidak punya dosa, karena itu Dia memelihara Hukum dengan sempurna. Mereka yang masuk ke perhentianNya, memelihara Hukum dengan sempurna di dalam Dia.

 

 

I have penned a few words here to try and bring these thoughts to paper. Humanity yearns for rest. In this day and age there is not a soul that is not weary emotionally and spiritually, that is not in need of rest. Our times are so stressful that there is no mechanism available to human nature that can repair the damage to the delicate composition of the human nervous system, other than the balm of divine rest. Human rest is totally inadequate to restore the soul. Therefore,  this rest is not our rest, but His rest. Hebrews 4:1 reminded us, 1 Let us therefore fear, lest, a promise being left us of entering into His rest, any of you should seem to come short of it.” And I remind you of verse 3 that we already discussed ,  3 For we which have believed do enter into rest, as He said, ‘As I have sworn in My wrath, if they shall enter into My rest’ although the works were finished from the foundation of the world.” The 4th verse says, “God did rest”. So this was not a rest of weariness or inactivity but a rest in completed work that was designated “very good”. It was a sigh of satisfaction. In one of the translations from the Greek it implies a “Haaah” a sigh of satisfaction. The Godhead never slumbers nor does It sleep so this rest is a rest in completed works.

 

Saya telah menulis beberapa kata di sini untuk mencoba membawa pikiran-pikiran itu ke atas kertas. Kemanusiaan merindukan perhentian. Di hari dan zaman ini tidak ada manusia yang tidak lelah secara emosional dan spiritual, yang tidak membutuhkan perhentian. Zaman kita ini begitu penuh stress sehingga tidak ada mekanisme yang tersedia bagi kemanusiaan yang bisa memperbaiki kerusakan komposisi sistem saraf manusia yang halus selain balsam perhentian ilahi. Perhentian manusiawi sama sekali tidak cukup untuk memulihkan jiwa. Karena itulah perhentian ini bukanlah perhentian kita, melainkan perhentianNya. Ibrani 4:1 mengingatkan kita, 1 Sebab itu, baiklah kita takut, jangan-jangan janji yang ditinggalkan kepada kita tentang masuk ke dalam perhentian-Nya, di antara kamu mungkin ada yang tidak bisa mencapainya…”  Dan saya ingatkan kalian kepada ayat 3 yang sudah kita bahas,  “…3 Karena kita yang sudah percaya, masuk ke perhentian seperti yang Ia katakan, ‘Sebagaimana Aku telah bersumpah dalam murka-Ku, jika mereka sampai masuk ke perhentian-Ku, sekalipun pekerjaan itu sudah selesai sejak dunia dijadikan.’…”  Ayat ke 4 mengatakan, “…Allah berhenti…”  Jadi ini bukan perhentian karena kelelahan atau tidak aktif, melainkan suatu perhentian dalam pekerjaan yang sudah selesai, yang dinilai “sangat baik”. Itu adalah suatu embusan nafas lega. Di salah satu terjemahan dari bahasa Greeka itu mengimplikasikan suatu “Haaah” sebuah embusan nafas puas. Keallahan tidak pernah terlelap maupun tidur, jadi perhentian ini adalah perhentian dalam pekerjaan yang selesai.    

 

 

Psalms 121:4 says, 4 Behold, He that keepeth Israel shall neither slumber nor sleep.”

So this wasn't the rest of tiredness that God had.

Verse 17 in John 5 says, 17 But Jesus answered them, ‘My Father worketh hitherto, and I work’.”

Hebrews 7:25 says, 25 Wherefore He is able also to save them to the uttermost that come unto God by Him, seeing He ever liveth to make intercession for them.”

God is not inactive.

 

Mazmur 121:4 mengatakan,4 Lihatlah, Dia yang menjaga Israel tidak akan terlelap maupun tertidur.”

Jadi ini bukanlah perhentian dari kelelahan Allah.

Ayat 17 Yohanes 5 mengatakan, 17 Tetapi Yesus menjawab mereka, ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, dan Aku bekerja.’…”

Ibrani 7:25 mengatakan, 25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna mereka yang datang kepada Allah melalui Dia. Sebab Ia hidup senantiasa untuk melakukan perantaraan bagi  mereka.”

Allah tidak diam saja.

 

 

So unbelief cannot find the rest spoken of in this epistle. Therefore that rest can only be found by faith, and those that have not appropriated it still have access to it because it says “there remains therefore a rest to the people of God.”  We have to contemplate what Christ did and not attempt to add our merit so that we can be justified before God. It is all Jesus. It is all Substance. There is not one iota of shadow left.

 

Jadi ketidakpercayaan tidak bisa menemukan perhentian yang dibicarakan dalam surat ini. Oleh karena itu perhentian hanya bisa ditemukan oleh iman, dan mereka yang tidak memlikinya masih punya akses kepadanya karena dikatakan,oleh karena itu masih tersisa satu perhentian bagi umat Allah.” Kita harus merenungkan apa yang telah dilakukan Kristus dan tidak berusaha menambahkan perbuatan baik kita sendiri supaya kita bisa dibenarkan di hadapan Allah. Semuanya itu Yesus. Semuanya itu Sang Substansi. Tidak ada satu iota bayangan pun yang tersisa.

 

 

So as we discussed before the word there used “for there remains therefore a rest”,  a σαββατισμός [sabbatismos] according to Thayer it means:

v a keeping of the Sabbath

v the blessed rest from toils and troubles, looked for in the age to come by true worshipers of God, and true Christians.

 

Maka seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, kata yang dipakai untuk   oleh karena itu masih tersisa satu perhentian"” satu σαββατισμός [sabbatismos]  menurut Thayer, itu artinya:

v pemeliharaan hari Sabat

v perhentian yang diberkati dari kerja keras dan kesukaran, yang dinantikan di masa yang akan datang oleh para penyembah Allah yang sejati, dan Kristen yang sejati.

 

 

Now isn't it amazing that the Jews put so many exactions on the Sabbath and added so many works to its keeping that it was almost impossible to keep, it was a burden and therefore it was no rest whatsoever. And the modern Christian world labels those who keep the Sabbath as a memorial to a completed work as “works orientated”. So again in the modern world people are saying, “You shouldn't keep the Sabbath because that's works.” That's exactly what the Jews did. They made it works. And so the modern Christian world designates it as works. And it can be. There are people, I am sure, who think that by doing something like keeping the Sabbath they have found a path of righteousness in themselves, that God will approve of. No! If you keep the Sabbath in the real way and you attain to the σαββατισμός [sabbatismos]  it is a memorial to the completed works of Jesus Christ. So God rested and we can rest. How? By entering into that rest by faith. God created the worlds and He created humanity with the freedom of choice, and placed them on probation to see if they would obey His voice or not. God's way was the way of peace, and life. And the contrary choice is the way of suffering and death. So was this unfair of God? No! Because the happiness of the universe was at stake and He was prepared to bear the consequences Himself. He who hated sin and unrighteousness was prepared to become sin for us. It is He that saves us through His blood.

Hebrews 1:9 says, 9 Thou hast loved righteousness, and hated iniquity; therefore God, even Thy God, hath anointed Thee with the oil of gladness above Thy fellows.”

 

Nah, bukankah itu mengagumkan bagaimana orang Yahudi membuat begitu banyak tuntutan tentang hari Sabat dan menambahkan begitu banyak perbuatan dalam pemeliharaannya sehingga itu nyaris tidak bisa dipelihara, itu menjadi beban, dan oleh karenanya itu sama sekali bukanlah perhentian. Dan orang-orang Kristen modern memberi label mereka yang memelihara hari Sabat sebagai peringatan akan pekerjaan yang sudah selesai sebagai “orientasi pada perbuatan”. Jadi lagi-lagi di dunia modern orang-orang berkata, “Kamu jangan memelihara Sabat karena itu perbuatan.” Itu persis apa yang dilakukan orang-orang Yahudi, mereka yang menjadikan itu perbuatan, sehingga dunia Kristen modern memberinya label perbuatan. Dan memang itu bisa menjadi perbuatan. Ada orang-orang ~ saya merasa pasti ~ yang mengira dengan melakukan sesuatu seperti memelihara hari Sabat, mereka menemukan jalan kebenaran dalam diri mereka sendiri, yang akan diperkenan Allah. Tidak! Jika kita memelihara Sabat dengan cara yang benar dan kita mencapai σαββατισμός [sabbatismos], itu adalah peringatan akan selesainya pekerjaan Yesus Kristus. Jadi karena Allah berhenti, kita bisa berhenti. Bagaimana? Dengan masuk ke perhentian itu oleh iman. Allah telah menciptakan dunia-dunia dan Dia telah menciptakan manusia dengan kebebasan memilih, dan menempatkan mereka dalam uji-coba untuk melihat apakah mereka akan mematuhi suaraNya atau tidak. Jalan Allah adalah jalan damai dan hidup. Dan pilihan sebaliknya ialah jalan penderitaan dan kematian. Jadi apakah Tuhan tidak adil? Tidak! Karena kebahagiaan alam semesta menjadi taruhan dan Dia bersedia menanggung akibatnya Sendiri. Dia yang membenci dosa dan ketidakbenaran bersedia menjadi dosa bagi kita. Dialah yang menyelamatkan kita melalui darahNya.

Ibrani 1:9 berkata, 9 Engkau telah mencintai kebenaran dan membenci dosa;  sebab itu Allah, yaitu Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sukacita, melebihi rekan-rekanMu.”

 

 

The book of Hebrews is not about what we can do, it is about what He has done. So to enter into His rest, we must allow Him to transform us so that we too love righteousness and hate iniquity. And this is the work of “Christ in us, the hope of glory”. And it is a progressive work, it is called sanctification, it is an imparted righteousness, Christ living within, enabling us to do good works. We cannot even take merit for those works because it is He working in us. So this righteousness can only be appropriated by faith.

As long as we war against the will of God there can be no rest for human restlessness. So total surrender is the only way to obtain it, total surrender no matter what the storm is out there, “haaah”, it can be done.

 

Kitab Ibrani bukan tentang apa yang bisa kita lakukan, tapi tentang apa yang telah Tuhan lakukan. Jadi, untuk masuk ke perhentianNya, kita harus mengizinkan Dia mengubah kita, agar kita juga mencintai kebenaran dan membenci dosa. Dan inilah yang dikerjakan “Kristus dalam kita, harapan kemuliaan” (Kol. 1:27). Dan ini adalah pekerjaan yang progresif, ini yang disebut Pengudusan, ini adalah kebenaran yang dibagikan kita, Kristus hidup dalam kita, (Gal. 2:20) memampukan kita untuk melakukan perbuatan yang baik. Kita bahkan tidak bisa mengakui perbuatan-perbuatan itu sebagai perbuatan baik kita karena Dialah yang bekerja di dalam kita. Maka kebenaran ini hanya bisa kita miliki melalui iman.

Selama kita berperang melawang kehendak Allah, tidak akan ada perhentian bagi kegelisahan manusia. Jadi berserah secara total adalah satu-satunya cara untuk mendapatkannya, berserah secara penuh. tidak jadi soal apa pun badainya di luar sana, “haaah” (napas lega) itu bisa dilakukan.

 

 

Luke 11:2 says, 2 And He said unto them, ‘When ye pray, say, Our Father which art in heaven, Hallowed be Thy name. Thy kingdom come. Thy will be done, as in heaven, so in earth.”

The will of God is being done in  Heaven and in the kingdom of God the will, will be done here on earth. But now we don't see it yet, because people don't enter into the rest. So we must rest from chaffing, we must rest from striving, rebelling against the will of God, keeping all the Commandments of God and not ignoring even one, is a requirement, not as a means to salvation but as a consequence of salvation.

Isn't it interesting that Rome declared this thought an anathema?

 

Lukas 11:2 berkata, 2 Jawab Yesus kepada mereka, ‘Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa kami yang ada di Surga, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Jadilah kehendakMu, sebagaimana di Surga demikian di bumi.”

Kehendak Allah sedang terjadi di Surga, dan di kerajaan Allah kehendak itu akan terjadi di bumi di sini. Tetapi sekarang kita belum melihat kenyataan itu, karena manusia tidak masuk ke perhentian tersebut. Jadi kita harus berhenti dari mencemooh, kita harus berhenti melawan, memberontak terhadap kehendak Allah; kita harus memelihara semua Perintah Allah dan tidak mengabaikan bahkan satu pun, itulah persyaratannya, bukan sebagai sarana mendapatkan keselamatan melainkan sebagai akibat dari keselamatan.

Tidakkah itu menarik Roma mendeklarasikan pendapat ini sebagai suatu anathema?

 

 

Keeping the Sabbath to be saved is an impossibility because that would not be rest but works.

Keeping the Sabbath because we rest in the completed work of God is an acknowledgement of His power and the ultimate sign of accepting His redemptive work in our behalf by faith.

So the Sabbath is the symbol of rest, and therefore we can never and may never imply works. Why would we add one stitch to a perfect garment, or why would we wish to add a sentence to a signed and sealed warrant of complete pardon? Nobody would do that. If you got a document signed and sealed of complete pardon, why would you want to add a sentence to that? And this is exactly what the Scripture tells us. This work was completed from the foundation of the world. So He who loved us and has given His life for us has by creation and redemption prepared the way for us to enter into His rest. Why should we not trust Him? Why should we not follow Him? Why should we not walk where the Shepherd leads us? Why should we fear? Why should He abandon what He has so dearly purchased? We constantly lose faith in Jesus just like the Hebrews. They could have entered in, but they looked at all the obstacles: the giants, the viruses, who knows what they looked at. Exactly the same as we do today. Why would He abandon us if He paid such a heavy price to purchase us?

 

Memelihara Sabat supaya selamat adalah suatu kemustahilan karena itu namanya bukan perhentian tetapi melakukan pekerjaan.

Memelihara Sabat karena kita berhenti dalam pekerjaan Allah yang sudah selesai adalah suatu pengakuan atas wewenangNya dan tanda tertinggi dari penenerimaan dengan iman akan pekerjaan penebusanNya bagi kita.

Jadi Sabat adalah simbol perhentian, dan oleh karenanya kita tidak akan pernah dan tidak pernah boleh mengimplikasi perbuatan. Untuk apa kita menambahkan satu jahitan lagi pada pakaian yang sudah sempurna jadi, atau mengapa kita mau menambahkan satu kalimat pada surat pengampunan penuh yang sudah ditandatangani dan dimeterai, mengapa kita mau menambahkan satu kalimat lagi padanya? Dan persis inilah yang dikatakan Kitab Suci kepada kita. Pekerjaan ini sudah selesai dari fondasi dunia (saat dunia diciptakan). Jadi Dia yang mengasihi kita dan yang telah memberikan nyawaNya bagi kita, melalui penciptaan dan penebusan telah mempersiapkan jalan bagi kita untuk masuk ke perhentianNya. Mengapa kita tidak mempercayaiNya? Mengapa kita tidak mau mengikutiNya? Mengapa kita tidak mau berjalan ke mana Sang Gembala menuntun kita? Mengapa kita harus takut? Masa Dia akan meninggalkan apa yang telah dibeliNya dengan harga yang begitu mahal? Kita berulang-ulang kehilangan iman dalam Yesus, persis seperti orang-orang Ibrani itu. Mereka sebenarnya bisa masuk ke perhentian itu, tetapi yang mereka lihat adalah semua halangan yang ada: raksasa-raksasanya, virusnya, entah apa lagi yang mereka lihat. Sama dengan kita hari ini. Masa Dia akan meninggalkan kita jika Dia sudah membayar harga yang begitu mahal untuk menebus kita?

 

 

Isaiah 26:3 says, 3 Thou wilt keep him in perfect peace, whose mind is stayed on Thee: because he trusteth in Thee.”

This is where the road leads. We must learn to trust implicitly by faith in Jesus Christ, and  He who said that He will complete the good works that He started in us and bring him to completion, that's a promise we must believe. And then we must act upon the promise.

 

Yesaya 26:3 mengatakan, 3 Engkau akan memeliharanya dalam damai sejahtera, yang pikirannya tidak beranjak dariMu, sebab ia mempercayai Engkau.”

Ke sanalah jalan itu menuju. Kita harus belajar mempercayai tanpa reserve dengan iman dalam Yesus Kristus, dan Dia yang berkata bahwa Dia akan menyelesaikan pekerjaan baik yang telah dimulaiNya dalam diri kita dan membawanya ke kesempurnaan, itulah janji yang harus kita yakini. Kemudian kita harus bertindak berdasarkan janji itu.

 

 

John 14:27 says, 27 Peace I leave with you, My peace I give unto you: not as the world giveth, give I unto you. Let not your heart be troubled, neither let it be afraid.”

There's so much fear in the world. Why? Because there's so little faith in the world.

Psalms 119:165, 165 Great peace have they which love Thy Law: and nothing shall offend them.”

So how do we find peace in this restless world of rebellion and anarchy, of unbelief and infidelity?  How can our fallen natures be changed to conform to the will of God?

 

Yohanes 14:27 mengatakan, 27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu, yang Kuberikan kepadamu. Janganlah hatimu khawatir, juga jangan membiarkannya takut.”

Ada begitu banyak ketakutan di dunia, mengapa? Karena hanya ada begitu sedikit iman di dunia.

Mazmur 119:165, 165 Besarlah ketenteraman yang dimiliki mereka yang mencintai Hukum-Mu, dan tidak ada apa pun yang akan mengganggu mereka.”

Jadi bagaimana kita menemukan damai di dunia yang tidak tenang ini, di mana yang ada pemberontakan dan anarki, atau ketidakpercayaan dan ketidaksetiaan? Bagaimana kodrat kita yang berdosa bisa diubahkan untuk disesuaikan dengan kehendak Allah?

 

 

Hebrews 4:12-13

We continue with Hebrews 4:12. “12 For the Word of God is quick, and powerful, and sharper than any two-edged sword, piercing even to the dividing asunder of soul and spirit, and of the joints and marrow, and is a discerner of the thoughts and intents of the heart….”  Verse 13, “…13 Neither is there any creature that is not manifest in His sight: but all things are naked and opened unto the eyes of Him with whom we have to do…” We cannot hide anything from God, we cannot impress God by anything that we have done. Compared to what He has done for us, how do our own works fade into insignificance. So there's no hiding from God. He knows us from the outside to the inside.

 

Ibrani 4:12-13

Kita lanjut dengan Ibrani 4:12, 12 Sebab Firman Allah itu hidup, dan berkuasa, dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; menembus bahkan sampai ke pemisahan jiwa dan roh, dan dari sendi-sendi dan sumsum; dan adalah pengenal dari pikiran dan niat hati…”  Ayat 13,  “…13 Dan tidak ada makhluk apa pun yang tidak tampak dalam pandanganNya, tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata Dia, dengan Siapa kita berurusan…”  Kita tidak bisa menyembunyikan apa-apa dari Allah, kita tidak bisa membuat Allah terkesan dengan apa pun yang kita lakukan. Dibandingkan dengan apa yang telah Dia lakukan bagi kita, maka perbuatan kita memudar tidak ada artinya. Jadi tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Allah. Dia mengenal kita dari luar hingga ke bagian dalam.

 

 

Psalms 139:8, 8 If I ascend up into heaven, Thou art there: if I make my bed in hell, behold, Thou art there. 9 If I take the wings of the morning, and dwell in the uttermost parts of the sea; 10 even there shall Thy hand lead me, and Thy right hand shall hold me. 11 If I say,’ Surely the darkness shall cover me; even the night shall be light about me. 12 Yea, the darkness hideth not from Thee; but the night shineth as the day: the darkness and the light are both alike to Thee.’…”

There's nowhere we can hide from God. So we cannot avoid God. Even if we try to evade Him, sooner or later we will all stand before the judgment seat of God, that's why the Bible says in 1 John 1:9, 9 If we confess our sins, He is faithful and just to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness.”

 

Mazmur 139:8, 8 Jika aku naik ke langit, Engkau di sana; jika aku tidur di kubur, lihatlah, di situ pun Engkau ada. 9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan tinggal  di bagian laut yang paling dalam, 10 bahkan di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu akan memegang aku.11 Jika aku berkata, ‘Pastilah kegelapan akan melingkupi aku, bahkan malam pun akan menjadi terang di sekelilingku, 12 Ya, kegelapan tidak menyembunyikan apa pun dariMu, tetapi malam bersinar seperti siang; kegelapan dan terang keduanya sama bagiMu.”

Tidak ada tempat mana pun di mana kita bisa bersembunyi dari Allah. Jadi kita tidak bisa menghindari Allah. Bahkan kalaupun kita mencoba menghindari Dia, cepat atau lambat kita semua akan berdiri di depan takhta penghakiman Allah, itulah sebabnya mengapa Alkitab mengatakan di 1 Yohanes 1:9, 9 Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni kita dari segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

 

 

Now here's a question. If this is a promise of God, if I come to God with my sinfulness and I confess my sins and He is faithful and just, and forgives me my sins, and cleanses me from all unrighteousness,

ü  then who did the cleansing? Me or Him?  He did it!

ü  How perfect is that cleansing? Absolutely perfect.

ü  How righteous do I stand before God after this cleansing? Absolutely perfect.

What did I add to it, what did I contribute? Or am I going to rewrite the sentence and start adding notes as to my own righteousness? When actually it is His righteousness working in me.  It is incomprehensible that this war should still be raging in the Protestant world to this very day.

 

Nah, ini pertanyaannya. Jika ini adalah janji Allah, yaitu bila saya datang kepadaNya dengan keberdosaan saya dan saya mengakui dosa-dosa saya, Dia setia dan adil dan mengampuni dosa-dosa saya dan membersihkan saya dari semua kejahatan,

ü  kalau begitu, siapa yang melakukan pembersihan, Dia atau saya? Dia!

ü  Sesempurna apa pembersihan tersebut? Mutlak sempurna.

ü  Seberapa benar saya saat berdiri di hadapan Allah setelah pembersihan ini? Mutlak sempurna.

Apa yang telah saya tambahkan, apa kontribusi saya? Atau apakah saya akan menulis ulang keputusannya dan mulai menambahkan catatan tentang kebenaran saya sendiri? Padahal sebenarnya kebenaranNya-lah yang bekerja dalam saya. Benar-benar tidak bisa dimengerti mengapa perang ini masih terus berkecamuk di dunia Protestan hingga hari ini.

 

 

So His eyes miss no one and no thing. He who created the sight of the eagle has no lesser sight than that of His creation. If the eagle can see a cricket moving in the shrubbery from kilometers up in the air, how much more so God.

 

Jadi mataNya tidak melewatkan siapa pun dan apa pun. Dia yang menciptakan penglihatan burung elang, penglihatanNya tidak lebih rendah daripada ciptaanNya. Jika burung elang bisa melihat seekor jangkrik bergerak di semak-semak dari ketinggian beberapa kilometer di udara, apalagi Allah.

 

 

The two-edged sword pierces and divides, it cleaves asunder even to expose the marrow. The priest inspected the lamb for blemishes, then he clove it asunder to expose the inner parts and burnt the fat around the kidneys, that symbol of sin. So the sword must do its work.

The world with its trumpets and heralds proclaiming the philanthropy of the great men cannot fool God who sees in secret. The phrase “the eyes of the Lord” occurs many times in Scripture, and we would do well to study these verses.

Today in the world, in the news media we read all about philanthropy, but at the same time if we read carefully we can find all about infidelity in the very people that practice the so-called philanthropy. God is not fooled by any of this. The only way to find salvation is to come to the throne of God, to that mercy seat, and to confess that we fall short.

 

Pedang bermata dua menembus dan membagi, dia membelah dan memisahkan bahkan sampai ke sumsum tulang. Seorang imam memeriksa domba untuk melihat apakah ada cacatnya, lalu dia membelahnya untuk mengekspos bagian dalamnya dan membakar lemak seputar ginjal-ginjalnya, yang melambangkan dosa. Jadi pedang itu harus melakukan tugasnya.

Dunia dengan semua terompet dan pekabarannya yang mengumumkan tentang orang-orang besar yang dermawan, tidak bisa menipu Allah yang melihat segala yang rahasia. Ungkapan “mata Tuhan” terjadi banyak kali di Kitab Suci, dan akan bermanfaat bagi kita untuk mempelajari ayat-ayat tersebut.

Hari ini di dunia di berita-berita media kita baca tentang kedermawanan tetapi di waktu yang sama jika kita membacanya dengan seksama, kita bisa menemukan segala hal tentang ketidaksetiaan pada orang-orang yang sama yang mempraktekkan apa yang mereka sebut kedermawanan itu. Allah tidak bisa ditipu oleh semua ini. Satu-satunya cara untuk menemukan keselamatan ialah dengan datang ke takhta Allah, ke takhta belas kasihan itu dan mengakui bahwa kita sudah gagal mencapainya.

 

 

v Genesis 6:8,

8 But Noah found grace in the eyes of the Lord.”

 Was Noah without fault? Didn't he become drunk and lay naked?

v Deuteronomy 11:12,

12 A land which the Lord thy God careth for: the eyes of the Lord thy God are always upon it, from the beginning of the year even unto the end of the year.”  God misses nothing.

v Deuteronomy 13:18,

18 When thou shalt hearken to the voice of the Lord thy God, to keep all His commandments which I command thee this day, to do that which is right in the eyes of the Lord thy God.”

v 1 Samuel 26:24,

24 And, behold, as thy life was much set by this day in mine eyes, so let my life be much set by in the eyes of the Lord, and let Him deliver me out of all tribulation.”

Those that had a connection with God knew where their help came from. Not from their own works. No! From God.

 

v Kejadian 6:8,

8 Tetapi Nuh mendapat rahmat di mata TUHAN.”

Apakah Nuh tidak punya salah? Tidakkah dia pernah mabuk dan tidur telanjang?

v Ulangan 11:12,

12 Sebuah negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu selalu mengawasinya, dari awal tahun bahkan hingga ke akhir tahun.” Tidak ada yang terlewatkan oleh Allah.

v Ulangan 13:18,

18 Bila engkau akan mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, untuk berpegang pada segala Perintah-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, untuk melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahmu."

v 1 Samuel 26:24,

24 Dan lihat, sebagaimana nyawamu pada hari ini berharga di mataku, maka biarlah nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesukaran.”

Mereka yang punya hubungan dengan Allah tahu dari mana pertolongan itu datang. Bukan dari perbuatan mereka sendiri. Tidak! Dari Allah.

 

 

We can go through many verses in the Bible.

v In 2 Samuel 15:25,

25 And the king said unto Zadok, ‘Carry back the Ark of God into the city: if I shall find favour in the eyes of the Lord, He will bring me again, and shew me both it, and His habitation.”

They depended upon God, those that trusted in Him.

v 1 Kings 15:5,

5 Because David did that which was right in the eyes of the Lord, and turned not aside from any thing that He commanded him all the days of his life, save only in the matter of Uriah the Hittite.”

Now David did many, many, things wrong, not only in the case of Uriah the Hittite. He numbered the people ~ I mean the examples are everywhere ~ the way he dealt with his children,  all of these are recorded in the Bible. But he repented. And this is the issue. He didn't rely on those works that were in between which God wrought in him, he realized what he was, he realized he was a sinner.

v 1 Kings 15:11,

11 And Asa did that which was right in the eyes of the Lord, as did David his father.”

v 1 King 16:25, 

25 But Omri wrought evil in the eyes of the Lord, and did worse than all that were before him.”

God records all of these things.

 

Kita bisa melihat banyak ayat di Alkitab.

v Di 2 Samuel 15:25,

25 Dan raja berkata kepada Zadok, ‘Bawalah Tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat perkenan di mata TUHAN, maka Ia akan membawa aku kembali dan menunjukkan kepadaku baik itu dan tempat kediamanNya.”

Mereka bergantung pada Allah, mereka yang mempercayai Dia.

v 1 Raja 15:5,

5 Karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN, dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkan-Nya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.”

Nah, Daud telah melakukan banyak, banyak kesalahan, bukan hanya urusan Uria orang Het. Dia menghitung rakyatnya ~ maksud saya ada banyak contohnya di mana-mana ~ bagaimana dia mendidik anak-anaknya, semua itu dicatat di Alkitab. Tetapi dia bertobat. Dan inilah isunya. Dia tidak bergantung pada perbuatan-perbuatan baiknya yang dikerjakan Allah dalam dirinya, di antara kesalahan-kesalahannya. Dia menyadari siapa dirinya. Dia menyadari dia seorang pendosa.

v 1 Raja 15:11,

11 Dan Asa melakukan apa yang benar di mata TUHAN, seperti Daud, bapa leluhurnya.”  

v 1 Raja  16:25,

25 Tetapi Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia melakukan yang lebih buruk daripada segala orang yang mendahuluinya.”

Allah mencatat semua hal ini.

 

 

And then there are verses where the eyes of the Lord are on the kings and what they are doing.

v 1 Kings 22:43,

43 And he walked in all the ways of Asa his father; he turned not aside from it, doing that which was right in the eyes of the LORD: nevertheless the high places were not taken away; for the people offered and burnt incense yet in the high places.

v 2 Chronicles 14:2,

2 And Asa did that which was good and right in the eyes of the LORD his God.”

v 2 Chronicles 16:9,

9 For the eyes of the LORD run to and fro…” says 2 Chronicles 16:9  “…throughout the whole earth, to shew Himself strong in the behalf of them whose heart is perfect toward Him…” What is perfection? Total reliance on Jesus Christ.  “…Herein thou hast done foolishly: therefore from henceforth thou shalt have wars.”

So whether it is good or whether it is bad, God discerns it.

v 2 Chronicles 21:6,

6 And he walked in the way of the kings of Israel, like as did the house of Ahab…”   and the eyes of the Lord saw it, everything whether it is good or bad.

v 2 Chronicles 29:6,

6 For our fathers have trespassed, and done that which was evil in the eyes of the LORD our God, and have forsaken Him, and have turned away their faces from the habitation of the LORD, and turned their backs.”

v Psalm 34:15,

15 The eyes of the LORD are upon the righteous, and His ears are open unto their cry.”

Should we not internalize these verses? Should we not trust more, particularly in the time we are living in?

 

Kemudian ada ayat-ayat di mana mata Tuhan ada pada para raja dan apa yang mereka lakukan.

v 1 Raja 22:43,

43 Dan ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya; ia tidak menyimpang dari sana, melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Namun demikian tempat-tempat pemujaan di bukit-bukit tidak dilenyapkan, karena orang-orang masih mempersembahkan dan membakar kurban di bukit-bukit itu.”

v 2 Tawarikh 14:2,

2 Dan Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata TUHAN, Allahnya.”

v 2 Tawarikh 16:9,

9 Karena mata TUHAN menjelajah…” kata 2 Tawarikh 16:9,   “…seluruh bumi untuk menunjukkan DiriNya kuat dalam membela mereka yang hatinya sungguh-sungguh sempurna terhadap Dia…”  Sempurna itu apa? Bersandar total pada Yesus Kristus. “…Dalam hal ini engkau telah berbuat bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan…” 

Jadi apakah itu baik atau apakah itu buruk, Allah melihatnya.

v 2 Tawarikh 21:6,

6 Dan ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, seperti yang dilakukan keluarga Ahab…” dan mata Tuhan melihatnya, semuanya, entah itu baik atau buruk.  

v 2 Tawarikh 29:6,

6 Karena nenek moyang kita telah melanggar, dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allah kita; dan telah meninggalkan-Nya, dan telah memalingkan muka dari kediaman TUHAN dan membelakangi-Nya.”

v Mazmur 34:15,

15  Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya terbuka kepada teriakan mereka.”

Tidakkah kita harus mencerna ayat-ayat ini? Tidakkah kita harus lebih mempercayai, terutama di masa di mana kita sekarang hidup?

 

 

v Proverbs 5:21,

21 For the ways of man are before the eyes of the LORD, and He pondereth all his goings.”

v Proverbs 15:3,

3 The eyes of the LORD are in every place, beholding the evil and the good.”

We cannot hide from God.

v Proverbs 22:12,

12 The eyes of the LORD preserve knowledge, and He overthroweth the words of the transgressor.”

v Isaiah 49:5,

5 And now, saith the LORD that formed me from the womb to be His servant, to bring Jacob again to Him, ‘Though Israel be not gathered, yet shall I be glorious in the eyes of the LORD, and My God shall be My strength’…”

These are the promises we must understand.

v Jeremiah 52:2,

2 And he did that which was evil in the eyes of the LORD, according to all that Jehoiakim had done.”

In other words, His scrutiny is piercing, His eyes miss nothing.

 

v Amsal 5:21,

21 Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan Dia memikirkan semua langkahnya.”

v Amsal 15:3,

3 Mata TUHAN ada di segala tempat, melihat yang jahat dan yang baik.”

Kita tidak bisa bersembunyi dari Allah.

v Amsal 22:12,

12 Mata TUHAN melestarikan pengetahuan, dan Ia meruntuhkan perkataan si pelanggar.”

v Yesaya 49:5,

5 Maka sekarang, firman TUHAN, yang telah membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk membawa Yakub kembali kepada-Nya, ‘Walaupun Israel tidak dikumpulkan, namun aku akan dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku akan menjadi kekuatanku’…”

Inilah janji-janji yang harus kita pahami.

v Yeremia 52:2,

2 Dan ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, menurut segala yang telah dilakukan Yoyakim.”

Dengan kata lain, pandangan mataNya menyelidik, tidak ada yang luput dari penglihatanNya.

 

 

Now if we turn to the gospel and we look at what Jesus did, we read in Mark 11:11, 11 And Jesus entered into Jerusalem, and into the temple: and when He had looked round about upon all things, and now the eventide was come, He went out unto Bethany with the twelve.” I can imagine that look, His eyes missed nothing. The doom of the temple and the city was sealed. That look missed nothing and He left. The verse says “He went out”.  What a terrible calamity that He should leave the temple never to return,  “Your house has been left to you desolate” that means God is no longer in the shadow, He has become the Substance.

 

Nah, jika kita melihat ke Injil dan kita lihat apa yang telah dilakukan Yesus, kita  baca di Markus 11:11, 11 Dan Yesus masuk ke Yerusalem, dan ke dalam Bait Allah. Dan setelah Dia memandang sekeliling ke segala sesuatu, dan sekarang malam sudah menjelang, Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.” Saya bisa membayangkan tatapan itu, mataNya tidak melewatkan apa pun. Kebinasaan Bait Suci dan kota itu sudah dimeteraikan. Pandangan itu tidak melewatkan apa pun, dan Dia meninggalkan tempat itu. Ayat itu mengatakan, Ia keluar”.  Betapa mengerikan bencana itu, bahwa Dia meninggalkan Bait Suci itu dan tidak akan pernah kembali lagi. “Rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu terlantar” (Matius 23:38) Itu berarti Allah tidak lagi ada dalam bayangan, Dia telah menjadi Substansinya.

 

 

2 Corinthians 6:16, 16 And what agreement hath the temple of God with idols? For ye are the temple of the living God; as God hath said, ‘I will dwell in them, and walk in them; and I will be their God, and they shall be My people’…”

Does God force Himself upon us or does He stand at the door and knock at that soul temple where He wishes to reside?

 

2 Korintus 6:16, 16 Dan persamaan apakah yang ada antara Bait Allah dengan berhala? Karena kamu adalah bait dari Allah yang hidup; sebagaimana Allah telah berfirman, ‘Aku akan diam di tengah mereka dan hidup di tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.’…”

Apakah Allah memaksa DiriNya pada kita atau apakah Dia berdiri di depan pintu dan mengetuk pintu Bait Suci jiwa di mana Dia ingin diam?

 

 

If we look at this history we read that twice Jesus cleansed the temple, but finally when there was no change of heart, He left.  So let it not happen to us. He knows our condition and like a skillful surgeon He is willing and able to excise the tumors of sin and moral declension out of our heart but as with earthly surgeons we must sign the document of consent before He will apply the sword to not only reveal the source of the evil, but to perform the removal thereof as well.

He does not shrink from the worst cases. All are curable under His hand. We judge the actions and the hardness of the heart, but He knows the cause and the cure. We should think about that often. We look at the person and we say, “What a miserable specimen that is,” but we never inquired why, what happened in that person's life, why is he so miserable. Can a gentle touch cure the situation? Let us too be compassionate towards the worst of cases because we know not what transformed them into what they are.

 

Jika kita melihat sejarah ini, kita  baca bahwa dua kali Yesus membersihkan Bait Suci, tetapi akhirnya ketika tidak ada perubahan hati, Dia meninggalkannya. Jadi jangan sampai itu terjadi pada kita. Dia mengetahui kondisi kita, dan seperti seorang dokter bedah yang terampil Dia bersedia dan sanggup memotong tumor dosa dan kejatuhan moral dari hati kita. Tetapi sebagaimana dengan dokter-dokter bedah duniawi, kita harus menandatangani surat persetujuan sebelum Dia bersedia mengenakan pedang untuk bukan saja menyatakan sumber kejahatan tetapi untuk melakukan penyingkiran tumor itu juga.

Dia tidak menghindar dari kasus-kasus yang paling buruk. Semua bisa disembuhkan oleh tanganNya. Kita menghakimi tindakan dan kekerasan hati, tetapi Dia tahu penyebab dan obatnya. Kita harus sering memikirkan itu. Kita memandang orang dan kita berkata, “Betapa hinanya makhluk ini,” tetapi kita tidak pernah bertanya apa yang telah terjadi dalam kehidupan orang tersebut, mengapa dia begitu hina. Bisakah suatu sentuhan yang lembut menyembuhkan situasi? Biarlah kita pun menjadi berbelas kasihan terhadap kasus-kasus yang paling buruk karena kita tidak tahu apa yang telah mengubah mereka menjadi seperti itu.

 

 

Proverbs 15:1 says, 1 A soft answer turneth away wrath: but grievous words stir up anger.”

There are too many grievous words amongst us.

 

Amsal 15:1 mengatakan, 1 Jawaban yang lemah lembut meredakan amarah, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah.”

Ada terlalu banyak kata-kata pedas yang melukai di antara kita.

 

 

Revelation 1:14 says,  14 His head and His hairs were white like wool, as white as snow; and His eyes were as a flame of fire.”

 

Wahyu 1:14 berkata, 14 KepalaNya dan rambut-Nya putih bagaikan bulu domba, seputih salju, dan mata-Nya bagaikan nyala api.”

 

 

16 Repent…” says Revelation 2:16,   “…or else I will come unto thee quickly, and will fight against them with the sword of My mouth.”

 

16 Bertobatlah!…”  kata Wahyu 2:16, “…kalau tidak, Aku akan segera datang kepadamu, dan akan memerangi mereka dengan pedang di mulut-Ku.”

 

 

So what is the great cleaver? The Word of God.  And the eyes of the Lord are like flames of fire.

 

Jadi pisau besar itu apa? Firman Allah. Dan mata Tuhan itu seperti nyala api.

 

 

Revelation 19:15 says, 15 And out of His mouth goeth a sharp sword, that with it He should smite the nations: and He shall rule them with a rod of iron: and He treadeth the winepress of the fierceness and wrath of Almighty God.”

 

Wahyu 19:15 mengatakan, 15 Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam dan dengan pedang itu Dia akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi. Dan DIa yang menginjak tempat perasan anggur kegeraman dan murka Allah Yang Mahakuasa.”

 

 

So I thought about this, eyes without a sword cannot strike a target. A sword without eyes would miss the target. So this sword can kill or heal depending on our choices. The sword is the Word of God.

Now if God so clearly put the issue of rest so clearly in His Word, and the powers of this world so adamantly reject it, what should our stand be? Where do we stand in this great war?

 

Jadi saya pikir demikian, mata tanpa pedang tidak bisa memukul sasaran. Pedang tanpa mata sasarannya akan meleset. Maka pedang ini bisa membunuh atau menyembuhkan tergantung pilihan kita. Pedang adalah Firman Allah.

Nah, jika Allah dengan begitu jelas meletakkan isu perhentian ini dalam FirmanNya, dan kuasa dari dunia ini menolaknya dengan begitu keras, bagaimana posisi kita? Di mana kita berdiri dalam peperangan ini?

 

 

The Word is life. John 6:63, 63 It is the spirit that quickeneth; the flesh profiteth nothing: the words that I speak unto you, they are spirit, and they are life.”

So the Word is active. No wonder Paul quotes this in Hebrews 4:12 where he says, “12 For the Word of God is quick, and powerful, and sharper than any twoedged sword, piercing even to the dividing asunder of soul and spirit, and of the joints and marrow, and is a discerner of the thoughts and intents of the heart.” This is an amazing verse. We should contemplate it more and internalize it so when it enters the heart it asserts itself this Word. It has authority, it's supposed to prune, it changes the blasphemer into a child of God. Is it us, is it we that become righteous? Or is it the righteousness of Christ that works in us? His Word working in us. This Word pierces says Paul. At Pentecost it pierced the heart of three thousand men. This is the kind of preaching we need again in this time of the latter rain. As wickedness abounds we must become not less but more bold in our preaching.

 

Firman itu hidup. Yohanes 6:63, 63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu, mereka adalah Roh, dan mereka adalah hidup.”

Jadi Firman itu aktif. Tidak heran Paulus mengutip ini di Ibrani 4:12 di mana dia  mengatakan,  “12 Sebab Firman Allah itu hidup, dan berkuasa, dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; menembus bahkan sampai ke pemisahan jiwa dan roh, dan dari sendi-sendi dan sumsum; dan adalah pengenal dari pikiran dan niat hati.” Ini adalah ayat yang mengagumkan. Kita harus lebih banyak merenungkannya dan mencernanya agar bila dia masuk ke dalam hati, dia memantapkan dirinya, Firman ini. Dia punya wewenang, tugasnya adalah memangkas, dia mengubah seorang penghujat menjadi anak Allah. Apakah kita, apakah kita yang menjadi benar? Atau apakah kebenaran Kristus yang bekerja dalam kita? FirmanNya yang bekerja dalam kita. Firman ini menembus sampai dalam kata Paulus. Saat Pentakosta dia menembus hati tiga ribu orang. Inilah macam khotbah yang kita perlukan lagi di masa hujan akhir ini. Saat kejahatan berlimpah, kita harus menjadi lebih berani bukannya kurang berani dalam khotbah kita.

 

 

The heading in the KJV is “The Word of God Divides”.

Luke 12:51, 51 Suppose ye that I am come to give peace on earth? I tell you, 'Nay; but rather division: 52 For from henceforth there shall be five in one house divided, three against two, and two against three…” One house. Is He talking about the church? Is He talking about the church that keeps the Commandments and holds to the testimony of Jesus? Is the house divided three against two, two against three? Pretty much so. If we look at the world today, if we look at the wider house, if we look at Christianity as a whole, they're sitting in ecumenical councils because they're supposedly no longer divided? Don't they have the Word that pierces to the soul?   “…53 The father shall be divided against the son, and the son against the father; the mother against the daughter, and the daughter against the mother; the mother in law against her daughter in law, and the daughter in law against her mother in law.”

Isn't this what is happening in the church, that church that calls herself “the mother of all churches” is she in harmony with her daughters? Or have their daughters thrown away the Word in order to compromise with her?

 

Judul di KJV adalah “Firman Allah Memisahkan”.

Lukas 12:51, 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Kukatakan kepadamu, ‘Bukan, melainkan justru pemisahan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada lima orang di dalam satu rumah yang dipisahkan, tiga melawan dua dan dua melawan tiga…”  Satu rumah. Apakah Yesus bicara tentang gereja? Apakah Dia bicara tentang gereja yang memelihara Perintah-perintah Allah dan memegang kesaksian Yesus? Apakah rumah itu terbagi, tiga melawan dua dan dua melawan tiga? Kurang lebih begitu. Jika kita lihat dunia hari ini, jika kita lihat rumah yang lebih luas, jika kita lihat Kekristenan seluruhnya, mereka pada duduk di konsili-konsili ekumene karena mereka beranggapan mereka tidak lagi terpisah? Tidakkah mereka memiliki Firman yang menembus jiwa?   “…53 Ayah akan terpisah melawan anaknya laki-laki, dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."

Bukankah ini yang terjadi dalam gereja, gereja yang menyebut dirinya “ibu semua gereja”, apakah dia harmonis dengan anak-anak perempuannya? Ataukah anak-anak perempuannya sudah mencampakkan Firman untuk berkompromi dengannya?

 

 

So no earthly court was more precise than God in discerning evil. We don't have to despair because God knows our every action. I cannot hide from God, I cannot deny my past, I cannot make right what happened in my past, I cannot correct my faults, but I can confess them. Hebrews 4:15 says, “15 For we have not an high priest which cannot be touched with the feeling of our infirmities; but was in all points tempted like as we are, yet without sin.”

You know we might be able to hide our sins from family and friends, and from the community, but we can't hide them from God. And therefore a total confession is absolutely necessary. And what kind of high priest do we have? One who already died for those sins. Do you think He didn't know them when He died for them even before they were committed? So “16 Let us therefore come boldly unto the throne of grace, that we may obtain mercy, and find grace to help in time of need.”

People don't want to do that. They want a mediator, they want a priest somewhere in between.

But need drives us to the throne of grace, only when we realize our great need can we begin the journey of recovery.

 

Jadi tidak ada pengadilan duniawi yang lebih seksama daripada Allah dalam mengenali yang jahat. Kita tidak usah putus asa karena Allah tahu setiap tindakan kita. Saya tidak bisa bersembunyi dari Allah, saya tidak bisa menyangkal masa lampau saya, saya tida bisa membuat benar apa yang sudah terjadi di masa lampau saya, saya tidak bisa mengoreksi kesalahan-kesalahan saya, tetapi saya bisa mengakui mereka. Ibrani 4:15 mengatakan, 15 Sebab kita bukan punya seorang imam besar yang tidak dapat disentuh oleh perasaan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa.”

Kalian tahu, mungkin kita bisa menyembunyikan dosa-dosa kita dari keluarga dan teman, dan dari lingkungan, tetapi kita tidak bisa menyembunyikan mereka dari Allah. Oleh karena itu pengakuan yang total mutlak diperlukan. Dan imam besar macam apa yang kita miliki? Yang sudah pernah mati bagi dosa-dosa itu. Menurut kalian apakah Dia tidak tahu dosa-dosa apa saja itu ketika Dia mati untuk dosa-dosa itu bahkan sebelum dosa-dosa tersebut dibuat? Maka, 16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita boleh menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk membantu pada waktu dibutuhkan.”

Orang tidak mau berbuat itu. Mereka mau seorang perantara, mereka mau seorang imam yang ada di tengah-tengah.

Tetapi kebutuhan mendorong kita datang ke takhta kasih karunia, hanya apabila kita menyadari kebutuhan kita yang besar barulah kita bisa memulai perjalanan pemulihan kita.

 

 

If we look at the story of the leper's need in 2 Kings, 3 And there were four leprous men at the entering in of the gate: and they said one to another, ‘Why sit we here until we die?’…” Now leprosy is a symbol of sin.  “…4 If we say, ‘We will enter into the city, then the famine is in the city, and we shall die there. And if we sit still here, we die also. Now therefore come, and let us fall unto the host of the Syrians, if they save us alive, we shall live; and if they kill us, we shall but die.’ 5 And they rose up in the twilight, to go unto the camp of the Syrians, and when they were come to the uttermost part of the camp of Syria, behold, there was no man there. 6 For the LORD had made the host of the Syrians to hear a noise of chariots, and a noise of horses, even the noise of a great host: and they said one to another, ‘Lo, the king of Israel hath hired against us the kings of the Hittites, and the kings of the Egyptians, to come upon us. 7 Wherefore they arose and fled in the twilight, and left their tents, and their horses, and their asses, even the camp as it was, and fled for their life…” Now, who had done this? God had done this. He had prepared the way. “…8 And when these lepers came to the uttermost part of the camp, they went into one tent, and did eat and drink, and carried thence silver, and gold, and raiment, and went and hid it; and came again, and entered into another tent, and carried thence also, and went and hid it. 9 Then they said one to another, ‘We do not well: this day is a day of good tidings, and we hold our peace: if we tarry till the morning light, some mischief will come upon us: now therefore come, that we may go and tell the king's household.’…”

This story is recorded for us. If we have discovered the work that God has done for us, and we start scooping up the benefits, if we do not share it, we become guilty. And the Christian world today is guilty before humanity. So we too need grace and mercy,  and  heavenly food. And we must tell it to the world.

 

Jika kita lihat kisah kebutuhan orang kusta di 2 Raja 7:3    “…3 Dan ada empat orang yang sakit kusta di depan pintu gerbang masuk, dan mereka berkata seorang kepada yang lain, ‘Mengapa kita duduk di sini sampai kita mati?…”  nah, kusta adalah simbol dosa.   “…4 Jika kita berkata, ‘Kita akan masuk ke kota, nah dalam kota ada kelaparan, dan kita akan mati di sana. Dan jika kita duduk saja di sini, kita akan mati juga. Jadi kalau begitu, marilah, kita akan menyerang tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup; dan jika mereka membunuh kita, kita hanya akan mati.’ 5 Dan mereka bangkit waktu senja, untuk pergi ke perkemahan orang Aram. Dan ketika mereka sampai ke bagian paling ujung perkemahan orang Aram itu, lihat, tidak ada orang di sana. 6 Sebab TUHAN telah membuat tentara Aram itu mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bahkan bunyi tentara yang besar, dan mereka  berkata  yang seorang kepada yang lain, ‘Lihat, raja Israel telah mengupah raja-raja orang Het dan raja-raja orang Mesir untuk memusuhi kita, supaya menyerang kita.’ 7 Karena itu mereka bangkit dan melarikan diri pada waktu senja, dan meninggalkan kemah-kemah mereka dan kuda-kuda mereka dan keledai-keledai mereka, yaitu perkemahan itu sebagaimana adanya; dan kabur menyelamatkan nyawa…”  nah, siapa yang telah melakukan ini? Allah yang telah melakukan ini. Dia yang telah menyiapkan jalannya.  “…8 Dan ketika orang-orang yang sakit kusta itu sampai ke bagian paling ujung perkemahan, mereka masuk ke dalam sebuah kemah, lalu makan dan minum, dan mengangkut dari sana emas, dan perak, dan pakaian, dan pergi menyembunyikannya. Dan mereka datang lagi, dan masuk ke dalam kemah yang lain dan mengangkut juga dari sana, dan pergi menyembunyikannya. 9 Lalu mereka berkata seorang kepada yang lain, ‘Tidak baik yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, dan kita diam saja. Apabila kita menanti sampai terang pagi, semacam kecelakaan akan menimpa kita. Jadi sekarang, marilah kita pergi dan memberitahukan hal itu ke istana raja.’…"

Kisah ini dicatat bagi kita. Jika kita telah menyadari pekerjaan yang telah dilakukan Allah bagi kita, dan kita mulai mengangkut habis keuntungannya, jika kita tidak membaginya, kita salah. Dan dunia Kristen hari ini bersalah di hadapan kemanusiaan. Jadi kita juga membutuhkan kasih karuna dan rahmat dan makanan rohani. Dan kita harus memberitahu dunia tentang itu.

 

 

Men seek help from men. Men will appoint priests to minister to their salvation, and trust in the arm of flesh to deliver them from sin. They build chapels, and churches, and temples, and cathedrals, and mega churches, and appoint shepherds to lead them. When the Divine Shepherd is standing outside knocking, waiting for someone to open the door. Men pay for priests to fill the longings of the soul, when the Divine Priest offers salvation for free. He was so much better than angels, He’s set aside for humans to take His place. Isn't this what the world is doing? And don't we have systems, religious systems that call themselves “priests”? And “holy”? And “holy fathers”?

Hebrews 1:4, 4 Being made so much better than the angels, as He hath by inheritance obtained a more excellent name than they.”

Why should we go to man if we can come to Christ?

 

Manusia mencari pertolongan dari manusia. Manusia menetapkan imam-imam untuk melayani keselamatan mereka, dan bersandar pada lengan manusia untuk menyelamatkan mereka dari dosa. Mereka membangun kapel-kapel, dan gereja-gereja, dan kuil-kuil, dan katedral-katedral, dan gereja-gereja mega, dan menunjuk gembala-gembala untuk memimpin mereka. Padahal Gembala Agung yang Ilahi sedang berdiri di luar sedang mengetuk pintu, menunggu ada yang membukakan pintu. Manusia membayar imam-imam untuk mengisi kehausan jiwa, padahal Imam Ilahi menawarkan keselamatan dengan cuma-cuma. Dia jauh lebih baik daripada para malaikat, Dia disingkirkan supaya (imam) manusia bisa mengambil tempatNya. Bukankah ini yang dilakukan dunia? Dan bukankah kita punya suatu sistem, sistem relijius yang menyebut diri mereka “imam”? Dan “suci”? Dan “bapa suci”?

Ibrani 1:4, 4 Dijadikan jauh lebih baik daripada malaikat-malaikat, karena Dia melalui warisan telah mendapatkan nama yang lebih unggul daripada mereka.”

Untuk apa kita pergi kepada manusia jika kita bisa datang ke Kristus?

 

 

So becoming one with humanity in all things like them except for sin. He was the sinless One. Hebrews 4:15 says, “15 For we have not an high priest which cannot be touched with the feeling of our infirmities; but was in all points tempted like as we are, yet without sin. 16 Let us therefore come boldly unto the throne of grace…” and by faith appropriate salvation.

 

Jadi menyatu dengan kemanusiaan dalam segala hal sama seperti mereka kecuali dalam hal dosa. Dia adalah Yang tidak berdosa. Ibrani 4:15 mengatakan, 15 Sebab kita bukan punya seorang imam besar yang tidak dapat disentuh oleh perasaan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa. 16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia…”  dan dengan iman mendapatkan keselamatan.

 

 

“He gave up all…” says the Spirit of Prophecy,  “…to carry out God's plan of mercy for the fallen race. In the fulfillment of the purpose of  Heaven, He became obedient unto death, even the death of the cross. He had no communion with sin, had known nothing of it, but He came to this world and took upon His sinless soul the guilt of sinful man that sinners might stand justified before God. He grappled with temptation, overcoming in our behalf. The Son of God pure and unsullied, bore the penalty of transgression and received the stroke of death, that brought deliverance to the race.” (Review and Herald, January 20, 1903, CM 76.2)

This is Protestantism at its finest.

 

“Dia telah mengorbankan semuanya…”  kata Roh Nubuat,    “…untuk melaksanakan rencana belas kasihan Allah bagi umat manusia yang sudah jatuh. Dalam menggenapi tujuan Surga, Dia patuh bahkan hingga mati, yaitu kematian di salib. Dia tidak pernah berhubungan dengan dosa, tidak pernah tahu apa pun tentang itu, tetapi Dia datang ke dunia ini dan membebankan kepada jiwaNya yang tidak berdosa, segala kesalahan manusia berdosa, supaya manusia berdosa boleh berdiri dibenarkan di hadapan Allah. Dia bergumul dengan pencobaan, mengalahkannya bagi kita. Anak Allah, murni dan tidak tercemar, menanggung hukuman untuk pelanggaran dan menerima pukulan kematian, yang mendatangkan keselamatan bagi  umat manusia.” (Review and Herald, January 20, 1903, CM 76.2)

Inilah Protestantisme dalam konsepnya yang paling baik.

 

 

Hebrews 2:18 says, 18 For in that He himself hath suffered being tempted, He is able to succour them that are tempted.”

If we go to Hebrews 4:15, we read, “15 For we have not an high priest which cannot be touched with the feeling of our infirmities; but was in all points tempted like as we are, yet without sin.”

 

Ibrani 2:18 mengatakan, 18 Sebab sebagaimana Ia sendiri telah menderita karena dicobai, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.” 

Jika kita ke Ibrani 4:15, kita  baca,  “15 Sebab kita bukan punya seorang imam besar yang tidak dapat disentuh oleh perasaan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa.”

 

 

So the issue of rest is strongly coupled to the high priest who gave us that rest. So what do we do? We flock to earthly priests, imposters, who take upon themselves the prerogatives of Christ to absolve from sin and pronounce blessings upon unconverted souls, that they have never been pierced by the sword of God.

 

Maka isu perhentian ini terhubung erat kepada Imam Besar yang memberi kita perhentian tersebut. Jadi apa yang kita lakukan? Kita malah mengerumuni imam-imam duniawi, yang palsu, yang telah mengambil prerogatif Kristus untuk mengampuni dosa dan mengucapkan berkat kepada orang-orang yang tidak bertobat, yang tidak pernah ditembus oleh pedang Allah.

 

 

When I was in the Catholic church I had no need of a Bible, I had no need of the sword. I was fed that all I needed was a priest. And when one day the priest wasn't available I started to think, and started to study this Word of God. Because there's only one Priest that qualifies because He is a Priest forever.

We are not priests, but we are ministers. We serve not command. We plead not coerce or force. We cry inside not shout and command. We preach a gospel of repentance not salvation in sin. Yet the Bible says we are a royal priesthood. But our offerings are not sacrificial, but consist of the incense of prayer and praise. And the greatest reward of these offerings are surrendered lives that enter the rest.

It is time that God's people read more and prayed more.

 

Ketika saya masih ikut gereja Katolik, saya tidak memerlukan Alkitab, saya tidak memerlukan pedang itu. Saya dicekoki bahwa apa yang saya butuhkan hanyalah seorang imam. Kemudian suatu hari imam itu tidak bisa melayani, dan saya mulai berpikir, dan mulai mempelajari Firman Allah ini. Karena hanya ada satu Imam yang memenuhi syarat, karena Dia adalah Imam untuk selamanya.

Kita bukanlah imam-imam, melainkan hamba-hamba Allah. Kita melayani, tidak memerintah. Kita memohon, tidak memaksa. Kita menangis di dalam tidak berteriak dan memberi perintah. Kita mengkhotbahkan suatu Injil pertobatan bukan keselamatan dalam dosa. Namun Alkitab menyebut kita “imamat yang rajani”. Tetapi persembahan-persembahan kita bukanlah kurban, melainkan terdiri atas harum dupa doa dan pujian. Dan pahala yang paling besar dari persembahan-persembahan ini adalah hidup yang berserah yang masuk ke perhentian.

Sudah waktunya umat Allah membaca lebih banyak dan belajar lebih banyak.

 

 

Hebrews 4:3 said, “3 For we which have believed do enter into rest, as He said, ‘As I have sworn in My wrath, if they shall enter into My rest’ although the works were finished from the foundation of the world.”

This is the essence of chapter 4.

 

Ibrani 4:3 berkata, 3 Karena kita yang sudah percaya, masuk ke perhentian seperti yang Ia katakan, ‘Sebagaimana Aku telah bersumpah dalam murka-Ku, jika mereka sampai masuk ke perhentian-Ku, sekalipun pekerjaan itu sudah selesai sejak dunia dijadikan.’…”

Inilah esensi pasal 4.

 

 

So we are living in the great anti-typical Day of Atonement. On that day all the priests other than the high priest were banished from the temple, and only the high priest clad in a simple garment of white, made atonement for the sins of the people, the priests, and for himself. We serve the Great High Priest who was without sin, yet became sin for us; and officiates in a temple not made by human hands.

We read in 2 Corinthians 5:21, 21 For He hath made Him to be sin for us, who knew no sin; that we might be made the righteousness of God in Him.”

 

Maka kita sedang hidup di antitipe Hari Grafirat/Pendamaian yang besar. Pada hari itu semua imam selain Imam Besar harus keluar dari Bait Suci dan hanya Imam Besar saja yang mengenakan sebuah jubah putih yang sederhana, membuat pendamaian bagi dosa-dosa umat, dosa-dosa para imam, dan bagi dirinya sendiri. Kita melayani Imam Besar Agung yang tidak punya dosa, namun telah menjadi dosa bagi kita; dan yang melayani di dalam Bait Suci yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Kita  baca di 2 Korintus 5:21, 21 Karena Dia telah menjadikan Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia.”

 

 

And in Matthew 11:28 it says, 28 Come unto me, all ye that labour and are heavy laden, and I will give you rest.”

This is the burden of chapter 4, the rest in the completed works of God, something that we can contribute nothing to, because it has been completed. And then this, this call 28 Come unto me, all ye that labour and are heavy laden, and I will give you rest.”

Let us return to God, let us follow the path prescribed in the Scriptures, and we will be on a safe path. Let us again acknowledge that we can find rest only in Him and not through our own labors, which doesn't mean that we  shouldn't do what is right or strive to enter into the narrow gate or wrestle against principalities and powers, but not in our own strength, in His strength. And may God help us to understand this issue because this issue has been the war that has been raging from the beginning and will be the final issue that has to be resolved before Christ comes.

Let's pray.

 

Dan di Matius 11:28 dikatakan, 28 ‘Marilah kepadaKu semua yang bekerja keras dan memikul beban berat, dan Aku akan memberimu perhentian.”

Inilah beban pasal 4, perhentian dalam pekerjaan Allah yang sudah selesai, sesuatu yang tidak bisa ditambahi kontribusi kita, karena itu sudah selesai. Kemudian ini, panggilan ini,  “28 ‘Marilah kepadaKu semua yang bekerja keras dan memikul beban berat, dan Aku akan memberimu perhentian.”

Marilah kita kembali kepada Allah, marilah kita mengikuti jalan yang ditunjukkan di Kitab Suci, dan kita akan berada di jalan yang aman. Marilah kita sekali lagi mengakui bahwa kita hanya bisa mendapatkan perhentian dalam Dia dan bukan melalui usaha keras kita sendiri. Ini tidak berarti bahwa kita tidak usah berbuat apa yang benar atau berusaha keras untuk masuk ke pintu yang kecil atau bergumul melawan penguasa dan kekuasaan, tetapi bukan dengan kekuatan kita sendiri, melainkan dalam kekuatanNya. Dan semoga Allah membantu kita mengerti isu ini karena isu ini sudah lama menjadi topik peperangan yang berkecamuk dari awal dan akan menjadi isu terakhir yang harus diselesaikan sebelum Kristus datang.

Mari kita berdoa.

 

 

 

 

23 05 22 

No comments:

Post a Comment