Thursday, May 5, 2022

EPISODE 02/14 ~ THE BOOK OF HEBREWS ~ CHAPTER 1 ~ THE SUPREMACY OF GOD'S SON ~ WALTER VEITH

 

THE BOOK OF HEBREWS

Part 02/14 – Walter Veith

CHAPTER 1 ~ THE SUPREMACY OF GOD’S SON

https://www.youtube.com/watch?v=R5WLFcgQ8Bw

 

Dibuka dengan doa

 

 

So I’ve titled the section on the first chapter: “The Supremacy of God's Son”.

Now chapter 1 of the book of Hebrews tells us in no uncertain terms who we are dealing with. It is beyond dispute an immovable Rock that the gates of hell will not prevail against and the KJV correctly titles it “The Supremacy of the Son”.

 

Jadi saya memberi judul bagian di pasal 1: “Keunggulan Anak Allah”.

Nah pasal 1 kitab Ibrani mengatakan kepada kita tanpa keraguan dengan siapa kita sedang berurusan. Ini sudah tidak usah diperdebatkan, sebuah Batu yang tidak bisa digerakkan, yang tidak bisa dikalahkan oleh gerbang neraka, dan KJV dengan tepat memberinya judul “Keunggulan Anak Allah”.

 

 

Here's a quote from the Spirit of Prophecies. “The personality of God is represented in Jesus Christ. He is the express image of His Father's person. An understanding of the first chapters of the book of Hebrews is important. we may find comfort and encouragement in studying these chapters prayerfully. (25 LtMs, Ms8, 1914, par.37)

 

Ini ada kutipan dari Roh Nubuat.    “…Kepribadian Allah diwakili dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah gambar yang persis dari pribadi BapaNya. Suatu pemahaman akan pasal-pasal pertama kitab Ibrani itu penting, kita bisa mendapatkan penghiburan dan dukungan moral dengan mempelajari pasal-pasal ini dengan doa.” (25 LtMs, Ms8, 1914, par.37)

 

 

’Take heed, brethren, lest there be in any of you an evil heart of unbelief, in departing from the living God. But exhort one another daily while it is called ‘today’, lest any of you be hardened through the deceitfulness of sin.’…” quoting Hebrews 3:12-13. (25 LtMs, Ms8, 1914, par.38)

So he introduces the main Character of the book. In fact it is the main Character of the entire Bible, and he is talking about the position of Jesus Christ.

 

 “…12 Waspadalah, hai saudara-saudara, jangan sampai ada di antara kamu yang berhati jahat karena ketidakpercayaan, dengan murtad dari Allah yang hidup. 13 Tetapi nasihatilah satu sama lain setiap hari, selama masih dinamakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang dikeraskan hatinya melalui tipu daya dosa. …”  mengutip Ibrani 3:12-13. (25 LtMs, Ms8, 1914, par.38)

Jadi dia memperkenalkan Tokoh utama kitab itu, bahkan itu adalah Tokoh utama seluruh Alkitab, dan dia sedang bicara tentang posisi Yesus Kristus.

 

 

Now I said in our Introduction that we will be looking at some of the chiastic structures in the book of Hebrews. We will not be dealing with them in detail because they are so numerous, and if we had to pay attention to every single one of them as we possibly can we would probably still miss most of them. And the purpose of this study is to find the heart and the essence of the meaning for particularly the time that we are living in. But for interest sake, we will do one chiasm for every chapter.

Now here's an interesting one, it starts as follows:

It has the structure A, B, and then the reverse A’, B’.

A:       Hebrews 1:2, 2 Hath in these last days spoken unto us by His Son, whom He hath appointed heir of all things, by whom also He made the worlds.”

So we have the statement spoken unto us by His Son.

B:       Hebrews 1:5 is B, 5 For unto which of the angels said He at any time, ‘Thou art My Son, this day have I begotten Thee’? And again, ‘I will be to Him a Father, and He shall be to Me a Son?’…”

A’:      So the first A spoken by the Son.

The second A’ Hebrews 1:8, 8 But unto the Son He saith, Thy throne, O God, is for ever and ever: a sceptre of righteousness is the sceptre of Thy kingdom.”

B’:      and then B’ we go back to the counterpart of section B over here and it says, 13 But to which of the angels said He at any time, ‘Sit on My right hand, until I make Thine enemies Thy footstool”?

 



 

Nah, di pengantar kita, saya katakan bahwa kita akan melihat ke beberapa struktur kiastik di kitab Ibrani. Kita tidak akan membahas mereka secara mendetail karena jumlahnya sangat banyak, dan jika kita harus memberikan perhatian kepada setiap buah, kemungkinan kita masih akan kelewatan banyak dari mereka. Dan tujuan pelajaran ini ialah menemukan inti dan esensi dari maknanya terutama untuk masa di mana kita hidup sekarang. Tetapi supaya menarik, kita akan membahas satu kiasma setiap pasal.

Nah di sini ada satu yang menarik, dimulai demikian:

Dia memiliki struktur  A, B, kemudian kebalikannya A’, B’.

A:       Ibrani 1:2, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Allah telah menjadikan dunia-dunia.

Jadi sekarang kita memiliki pernyataan, telah berbicara kepada kita melalui AnakNya”.

B:       Ibrani 1:5 itu B, 5 Karena kepada malaikat-malaikat yang mana Ia pernah berkata, ‘Engkau Anak-Ku, hari ini Aku telah memperanakkan Engkau.’ Dan lagi ‘Aku akan menjadi Bapa bagiNya, dan Ia akan menjadi bagiKu Anak’?..."

A’:      Maka A yang pertama, “berbicara melalui Sang Anak.

A’ yang kedua Ibrani 1:8, 8 Tetapi kepada Anak Ia berkata, ‘Takhta-Mu, ya Allah, itu selama-lamanya. Sebuah tongkat kebenaran adalah tongkat kerajaan-Mu.”

B’:      Tetapi lalu B’ kita kembali ke pasangan bagian B di sana, dan dikatakan, 13 Tetapi kepada malaikat yang mana Ia pernah berkata, ‘Duduklah di sebelah tangan kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu’?”

 

 

So what does this chiasm actually do? It tells us what the position of the Son is. He's the Creator of the world. And then it compares Him with the angels, and introduces the supremacy of the Son of God over and above that of the angels. So this is the central issue. And what the chiasm is supposed to do, is to elevate these thoughts, and to make them prominent.

 

Jadi kiasma ini sebenarnya untuk apa? Dia memberitahu kita apa posisi Sang Anak. Dia adalah Sang Pencipta dunia. Kemudian dia membandingkan Sang Anak itu dengan para malaikat, dan memperkenalkan keunggulan Anak Allah yang melebihi dan di atas para malaikat. Jadi inilah isu intinya. Dan apa yang seharusnya dilakukan kiasma ini ialah meninggikan pikiran-pikiran ini, dan membuat mereka menjadi menonjol.

 

 

So let's go into this chapter, verse by verse and bring it in connection with other portions of Scripture.

Hebrews 1:1-3

Hebrews chapter 1 starts with the word: God, and as I said before, it doesn't start with “I, Paul” it starts with 1 God, who at sundry times and in divers manners, spake in time past unto the fathers by the prophets…” So he's referring to the Scriptures of the Old Testament. “…2 hath in these last days spoken unto us by His Son, whom He hath appointed heir of all things, by whom also He made the worlds…” So in the past the gospel was transmitted by angels, by prophets, it was expounded to the people, but now the time has come when He speaks directly to humanity through the Son, whom He has appointed heir of all things and by whom also He made the world. So if we go to my Bible over here, where it says “the epistle of Paul, the apostle to the Hebrews” and we go to the beginning here it says  “…God who at sundry times and in divers manners spake in time past unto the fathers by the prophets  2 hath in these last days spoken unto us by His Son, whom He hath appointed heir of all things, by whom also He made the worlds…” there we identify the Son specifically as the Creator. So we have the Creator. And then we'll progress to the Savior, to the Ruler, to God Himself, the Eternal One, and to His name because the Bible says that this name “YaHWeH, the Lord” is the name of the Father but the name has been placed into His Son, so Both of them are referred to as YaHWeH. So verse 3 says,  “…3 Who being the brightness of His glory, and the express image of His person, and upholding all things by the Word of His power, when He had by Himself purged our sins, sat down on the right hand of the Majesty on high…”

I don't think one could pen these thoughts in more sublime words than these. What a magnificent introduction to the book of Hebrews, telling us precisely who we are dealing with.

We are dealing:

v with the Son of God,

v who created this world,

v who is the brightness of the glory of the entire Godhead,

v the express image of His Person,

v who upholds all things by the Word of His power,

v and who by Himself has paid the price for our sins, has purged our sins,

v and receives this majesty and this glory

v and sits down on the right hand of the Majesty on High, on that throne, the mercy seat.

It is an amazing introduction.

 

Jadi mari kita ke pasal ini, ayat demi ayat dan menghubungkannya dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci.

Ibrani 1:1-3

Ibrani pasal 1 dimulai dengan kata:  Allah, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, itu tidak diawali dengan “Aku, Paulus” tapi itu dimulai dengan, 1 Allah, yang di waktu-waktu yang berbeda dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi…”  jadi Paulus mengacu kepada kitab-kitab Perjanjian Lama,   “… 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Allah telah menjadikan dunia-dunia…”  Jadi di masa lampau injil disampaikan oleh para malaikat, oleh para nabi, yang menguraikan kepada umat, tetapi sekarang waktunya sudah tiba ketika Dia berbicara langsung kepada manusia melalui Sang Anak, yang telah ditetapkanNya menjadi ahliwaris segala sesuatu dan yang melalui Dia juga Allah menciptakan dunia. Maka jika kita ke Alkitab saya di sini di mana dikatakan “Surat rasul Paulus kepada bangsa Ibrani” dan kita ke bagian awalnya di sini, dikatakan,   “…1 Allah, yang di waktu-waktu yang berbeda dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Allah telah menjadikan dunia-dunia…”  di sini kita mengidentifikasi Sang Anak terutama sebagai Sang Pencipta. Jadi kita tahu siapa Sang Pencipta. Lalu kita lanjut ke Sang Juruselamat, ke Sang Pemimpin, ke Allah Sendiri, Dia yang kekal, dan ke namaNya karena Alkitab mengatakan namaNya “YaHWeH, Tuhan”, adalah nama Sang Bapa, tetapi nama itu telah diberikan kepada Sang Anak, maka Mereka Berdua sama-sama disebut YaHWeH. Ayat 3 berkata,  “…3 Yang adalah terang kemuliaan Allah dan gambar yang persis dari PribadiNya, dan yang memelihara segala sesuatu dengan kuasa Firman-Nya, ketika oleh DiriNya sendiri Ia telah menghapuskan dosa kita,  Ia duduk di sebelah tangan kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi…”  Menurut saya tidak ada orang lain yang bisa menuliskan konsep ini dengan kata-kata yang lebih indah daripada ini. Betapa hebatnya pengantar ke kitab Ibrani ini, memberitahukan kita tepatnya dengan siapa kita berurusan.

Kita berurusan:

v dengan Anak Allah,

v yang telah menciptakan dunia ini,

v yang adalah terang kemuliaan keseluruhan Keallahan,

v gambar yang persis dari PribadiNya,

v yang memelihara segala sesuatu melalui kuasa FirmanNya,

v dan yang oleh DiriNya Sendiri telah membayarkan harga dosa-dosa kita, telah menghapuskan dosa-dosa kita,

v dan menerima kerajaan ini dan kemuliaan ini,

v dan duduk di sebelah tangan kanan Sang Raja di tempat tinggi, di atas takhta, takhta belas kasihan.

Ini adalah pengantar yang luar biasa.

 

 

If we go to the Spirit of Prophecy, we read in The Review and Herald  August 15, 1907 Art. A. par. 3 “God, who at sundry times and in divers manners spake in time past unto the fathers by the prophets  2 hath in these last days spoken unto us by His Son…” so she's quoting all the verses in the first opening lines of the book of Hebrews,  “…whom He hath appointed heir of all things, by whom also He made the worlds. 3 Who being the brightness of His glory, and the express image of His Person, and upholding all things by the Word of His power, when He had by Himself purged our sins, sat down on the right hand of the Majesty on high…” and then she continues to say,  “…here the position of Jesus Christ in reference to His Father is brought to view. While They are one in purpose, and one in mind, yet in personality They are two…” this is a very, very, important statement, because it cuts across popular thinking in the world today. And if we study what other religious systems say about the Godhead, then this concept of the Father and the Son being distinct Personalities but one in mind, and in that sense “one”, is a very, very, important concept.

 

Jika kita ke Roh Nubuat, kita  baca di Review and Herald 15 Agustus 1907 Art. A, par. 3, “… 1 Allah, yang di waktu-waktu yang berbeda dan dalam pelbagai cara, di waktu lampau berbicara kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi, 2 pada hari-hari akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya…”  maka Ellen White mengutip semua ayat ini di bagian pembuka kitab Ibrani, “…yang telah Ia tetapkan sebagai ahliwaris dari semuanya, yang melalui Dia juga Allah telah menjadikan dunia-dunia.3 Yang adalah terang kemuliaan Allah dan gambar yang persis dari PribadiNya, dan yang memelihara segala sesuatu dengan kuasa Firman-Nya, ketika oleh DiriNya sendiri Ia telah menghapuskan dosa kita,  Ia duduk di sebelah tangan kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi’…”  kemudian Ellen White melanjutkan berkata,    “…di sini posisi Yesus Kristus sehubungan dengan BapaNya dikemukakan. Sementara Mereka itu satu dalam tujuan, dan satu dalam pikiran, namun secara pribadi Mereka itu dua.…”  Ini adalah pernyataan yang amat sangat penting karena ini menggagalkan pendapat yang populer di dunia hari ini. Dan jika kita mempelajari apa yang dikatakan sistem-sistem relijius yang lain tentang Keallahan, maka konsep ini mengenai Bapa dan Anak itu dua Pribadi yang berbeda tetapi satu dalam pemikiran, dan dalam pengertian itu “satu”, ialah konsep yang amat sangat penting.

 

 

May we not learn from this that there is to be unity between believers? There is no reason why one should feel that it is necessary for him to bring others to the exact line of his own individuality. So as long as we are subject to the temptations of Satan, we shall each have all we can possibly attend to in order to maintain a right relation to God, that Christ may do for us His atoning work. And though we may differ in the form of words and in the expression of our individuality, yet our words may be sanctified, and our characters purified through the sacrifice of Christ.

 

Tidakkah kita bisa belajar dari ini bahwa harus ada persatuan antara orang-orang percaya? Tidak ada alasan mengapa harus ada yang merasa dia wajib membawa orang lain ke jalur yang persis sama dengan individualitasnya sendiri. Selama kita masih takluk kepada pencobaan Setan, kita masing-masing sudah repot sendiri untuk tetap berada dalam suatu hubungan yang benar dengan Allah, supaya Kristus bisa mengerjakan dalam kita pekerjaan penebusanNya. Dan walaupun kita berbeda dalam bentuk kata-kata dan dalam ekspresi individualitas kita, namun perkataan-perkataan kita bisa dikuduskan dan karakter kita bisa dimurnikan melalui kurban Kristus.

 

 

So in other words, what Paul is saying here is that Jesus Christ is the exact image of the Father, He is one with the Father, He is the One through whom the world was created, He has a distinct individuality, He is a distinct Person. But the oneness of God, that unity exists in unity of mind, and unity of purpose. And if we could take that to heart even within our own ranks, then many of the arguments that exist  amongst us on issues of understanding could be removed.

 

Jadi dengan kata lain, apa yang dikatakan Paulus di sini ialah bahwa Yesus Kristus adalah gambar yang persis dari Bapa, Dia satu dengan Bapa, melalui Dialah dunia diciptakan, Dia memiliki individualitas yang khas, Dia adalah Pribadi yang berbeda. Tetapi kesatuan Allah, persatuan yang ada itu dalam pikiran, dan persatuan dalam tujuan. Dan jika kita bisa mengingat hal ini bahkan di dalam jajaran kita sendiri, maka banyak perdebatan yang ada di antara kita mengenai isu-isu pemahaman, bisa disingkirkan.

 

 

Romans 8:34 says, 34 Who is He that condemneth? It is Christ that died, yea rather, that is risen again, who is even at the right hand of God, who also maketh intercession for us.”

 

Roma 8:34 mengatakan, 34 Siapakah Dia yang menghukum? Kristus-lah yang telah mati, ya, lebih tepatnya, yang telah bangkit lagi, yaitu yang ada di sebelah tangan kanan Allah, yang juga membuat perantaraan bagi kita.”

 

 

Hebrews 1:4

And that brings us in line with Hebrews 1:4, “…4 Being made so much better than the angels, as He hath by inheritance obtained a more excellent name than they.”

So Jesus Christ is not  to be compared even with the angelic host, He is so much more excellent than they, so much more exalted. The Bible says, 16 For by Him were all things created”, “and without Him was not anything created”. Everything comes from Jesus Christ.

So He:

v Is one with the Father

v is the exact image

v in Him dwells all the fullness of the Godhead bodily

So how fitting is it that this epistle should start with this word “God”?

And we need to look into that word in a little bit more detail and we'll do it in a moment.

 

Ibrani 1:4

Dan ini membawa kita selaras dengan Ibrani 1:4, 4 Dijadikan jauh lebih baik daripada malaikat-malaikat, karena Dia melalui warisan telah mendapatkan nama yang lebih unggul daripada mereka…” 

Jadi Yesus Kristus tidak bisa dibandingkan bahkan dengan balatentara malaikat, Dia begitu jauh lebih unggul daripada mereka, jauh lebih ditinggikan. Alkitab berkata,   “…16 Karena oleh Dialah telah diciptakan segala sesuatu” (Kol. 1:16), “dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan” (Yoh. 1:3). Segalanya berasal dari Yesus Kristus.

Jadi Dia:

v adalah satu dengan Bapa,

v adalah gambar yang persis dari Bapa,

v dalam DiriNya berdiam seluruh kepenuhan KeAllahan secara jasmani (Kol. 2:9)

Jadi seberapa tepatkah surat ini harus dimulai dengan kata “Allah”?

Dan kita perlu meneliti kata itu sedikit lebih mendetail lagi, dan kita akan melakukannya sebentar lagi.

 

 

And we must not here when we talk about Jesus, confuse the word “made” in verse 4 “being made so much better than the angels” as implying that Christ is a created being. He was there from the beginning, “in Him was life unborrowed, underived”,  but He was made better  than any other by what He went through and was willing to go through as we will see later. So we could interpret this portion of Scripture and say Jesus is a created being? No! What made Him better? His example, the way in which He portrayed in Himself the plan of salvation, what He was prepared to do, to go from glory to a manger, to go from exaltation to tribulation, that is what made Him so much better. And we will see this as we continue in the study.

 

Dan janganlah di sini saat kita bicara tentang Yesus, menjadi bingung dengan kata “dijadikan” di ayat 4, 4 Dijadikan jauh lebih baik daripada malaikat-malaikat”  seolah-olah mengimplikasikan bahwa Kristus adalah makhluk ciptaan. Dia sudah ada dari semula. Di dalam Kristus terdapat  hidup  yang  asli, bukan pinjaman dan tidak berasal dari siapa pun…” (Desire of Ages hal. 530), tetapi Dia menjadi lebih baik daripada yang lain dengan apa yang dialamiNya dan yang masih rela dialamiNya seperti yang akan kita simak nanti. Jadi apakah kita bisa menginterpretasikan bagian dari Kitab Suci ini dan mengatakan Yesus adalah makhluk ciptaan? Tidak! Apa yang menjadikan Dia lebih baik daripada yang lain? TeladanNya, caraNya menggambarkan DiriNya dalam rencana keselamatan, apa yang rela dijalaniNya dari kemuliaan turun ke palungan, dari yang ditinggikan ke kesengsaraan, itulah yang membuatNya menjadi jauh lebih baik. Dan kita akan melihat ini saat kita lanjut dalam pelajaran ini.

 

 

So who is this Jesus Christ? This is the burden of Paul's heart, and it should be the burden of our heart because if this is the case, then He cannot be equated with any other deity of any other world religion or system. All of them will have to bow the knee. And it is humanity that wants to remove the exclusivity of Jesus Christ and put Him on a par with the founders of all the other religions that are missing the plot here. So it is important that we understand who we are dealing with, and this is the burden of Paul's heart.

 

Jadi siapakah Yesus Kristus ini? Inilah beban di hati Paulus, dan ini harus menjadi beban di hati kita karena jika demikianlah halnya, maka Dia tidak bisa disejajarkan dengan siapa pun yang disembah di sistem atau agama dunia lainnya. Semua mereka harus bertekuk lutuh. Dan manusialah yang ingin menyingkirkan eksklusivitas Yesus Kristus dan meletakkan Dia sejajar dengan pendiri-pendiri semua agama yang lain, yang telah kehilangan plotnya (= bingung, tidak tahu apa yang benar) di sini. Jadi penting kita mengerti dengan siapa kita berurusan dan inilah beban di hati Paulus.

 

 

“God spake”, so this Word of God through the prophets and through the Son “the Word made flesh”, the Bible is like no other book. It bears the divine imprint. No other book written over centuries and millennia contains such a harmonious note of love, sacrifice, and hope, as does this book. It is not written to gratify the senses nor to satisfy curiosity. It is written to reveal the divine heart, and to lay bare issues of the great controversy between good and evil, its origin, its solution, and its culmination.

If Satan has succeeded in the minds of men to allegorize the Bible, if Satan has succeeded to take away the veracity  of the Word and replace it with human suppositions, and human traditions, and human fables, and human rituals, then we have lost the plot. Because the only solution for humanity ~ particularly in the time that we are living in ~ lies in these opening verses of the book of Hebrews: who are we dealing with, and how do we approach this mighty Deity who condescended to become a human being, from the manger to an adult death on the cross. Who is He and what are we dealing with. This is not a book of fables, and it is time that humanity accepted it as the Word of God.

 

“Allah berbicara”, jadi Firman Allah ini diberikan melalui para nabi dan melalui Sang Anak yang adalah “Firman yang telah menjadi daging” (Yoh. 1:14), Alkitab itu tidak seperti buku yang lain. Dia menyandang cap Ilahi. Tidak ada buku lain yang ditulis selama berabad dan beribu tahun yang berisikan catatan yang begitu serasi, tentang kasih, pengorbanan, dan harapan, seperti Alkitab. Dia tidak ditulis untuk memuaskan indera, maupun untuk memuaskan rasa ingin tahu. Dia ditulis untuk mengungkapkan hati Allah, dan memaparkan secara terbuka isu-isu pertentangan besar antara yang baik dan yang jahat, asal usulnya, solusinya, dan kulminasinya.

Jika Setan berhasil membuat Alkitab ini sebagai kisah kiasan di pikiran manusia, jika Setan berhasil menyingkirkan kebenaran Firman Allah dan menggantikannya dengan perkiraan manusia dan tradisi  manusia, dan dongeng-dongeng manusia dan ritual-ritual manusia, maka kita telah kehilangan plotnya. Karena satu-satunya solusi buat manusia ~ terutama di zaman di mana sekarang kita hidup ini ~ terletak di ayat-ayat pembuka kitab Ibrani: dengan siapa kita berurusan, dan bagaimana kita bisa menghampiri Allah yang Mahakuasa yang berkenan menjadi manusia, dari palungan hingga kematian dewasa di salib. Siapakah Dia dan apa yang kita hadapi? Ini bukanlah buku dongeng, dan sudah waktunya manusia menerimanya sebagai Firman Allah.

 

 

We read in the Review and Herald Apr. 5, 1906 par. 5-6, “But while God's Word speaks of the humanity of Christ when upon this earth it also speaks decidedly regarding His pre-existence. The Word existed as a Divine Being, even as the eternal Son of God, in union and oneness with His Father…”   and please note that it says, “…from everlasting He was the mediator of the covenant, the One in whom all nations of the earth, both Jews and gentiles, if they accepted Him, were to be blessed. ‘The Word was with God and the Word was God’…” and no matter how people try to distort the Scripture or wrest them from their original intent, this is the fact of the matter. And even if you change this one verse as some Bibles do, it doesn't negate all the other verses which are in harmony with this portion of Scripture “…Before men or angels were created, ‘the Word was with God and the Word was God’.  The world was made by Him and ‘without Him was not anything made that was made’. If Christ made all things, He also existed before all things. The words spoken in regard to this are so decisive that no one need to be left in doubt. Christ was…” essentially God, He was “…God essentially, and in the highest sense. He was with God from all eternity, God over all, blessed forever more.”

 

Kita baca di Review and Herald, 5 April 1906, par. 5-6   “…Tetapi sementara Firman Allah bicara tentang kemanusiaan Kristus ketika di dunia ini, dia juga bicara dengan tegas mengenai pra-eksistensiNya. Firman itu sudah ada sebagai Sosok Ilahi, yaitu sebagai Anak Allah yang kekal, bersatu dan dalam satu kesatuaan dengan BapaNya…” dan harap simak dikatakan bahwa “…dari kekekalan Dialah perantara dari perjanjian itu, Dialah yang di dalamNya segala bangsa di dunia, baik Yahudi maupun non-Yahudi, jika mereka menerimaNya, akan mendapat berkat. ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yoh. 1:1)…”  dan tidak peduli bagaimana manusia berusaha mendistorsi Kitab Suci atau membelokkan mereka dari tujuannya yang asli, ini adalah faktanya. Dan bahkan bila satu ayat ini diganti seperti yang dilakukan beberapa terjemahan Alkitab, itu tidak membatalkan semua ayat yang lain yang selaras dengan bagian Kitab Suci ini.     “…Sebelum manusia maupun malaikat diciptakan, ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yoh. 1:1). Dunia diciptakan olehNya “dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan” (Yoh. 1:3). Jika Kristus menciptakan segala sesuatu, Dia juga sudah ada sebelum segala sesuatu. Kata-kata yang diucapkan sehubungan dengan ini begitu tegas, tidak ada yang perlu ragu-ragu lagi. Kristus…” pada dasarnya adalah Allah. Dia “…adalah Allah secara esensi, dan dalam pengertian yang tertinggi. Dia bersama dengan Allah dari kekekalan, Allah di atas semuanya, diberkati untuk selama-lamanya.”

 

 

And if we read Philippians 2:6 it says, 6 Who, being in the form of God, thought it not robbery to be equal with God.”:

 

Dan jika kita membaca Filipi 2:6 dikatakan, 6 yang dalam bentuk Allah tidak berpikir untuk mempertahankan kesetaraanNya dengan Allah…”

 

 

So if we do not understand that Jesus Christ is very God  we will have lost the plot. Just think of what humanity is doing to Jesus Christ. They've taken Him out of the school room, they've taken Him out of the halls of the legislature, they have removed His gospel of salvation and replaced it with the gospel of human devising. It is time that we woke up, that we understood what the Bible is telling us. These are words penned for our time as much as they were penned for the Hebrews that still wanted to cling to their traditions. If we want to understand what Jesus is all about, we must understand what the Bible says about Him.

 

Jadi jika kita tidak mengerti bahwa Yesus Kristus itu benar-benar Allah, kita kehilangan plotnya. Pikirkan saja apa yang dilakukan manusia kepada Yesus Kristus. Mereka telah mengeluarkanNya dari ruang-ruang kelas, mereka telah mengeluarkanNya dari ruang-ruang legislasi, mereka telah menyingkirkan Injil keselamatanNya dan menggantinya dengan injil rekayasa manusia. Sudah waktunya kita bangun dari tidur, supaya kita mengerti apa yang dikatakan Alkitab kepada kita. Inilah kata-kata yang ditulis bagi zaman kita sama seperti mereka ditulis bagi orang-orang Ibrani yang masih ingin tetap berpegang kepada tradisi mereka. Jika kita mau mengerti Yesus itu tentang apa, kita harus mengerti apa yang dikatakan Alkitab tentang DiriNya.

 

 

If we turn to Psalms 2:1 and onwards, the heading in the King James for this section is “The Reign of the Lord's Anointed”. 1 Why do the heathen rage, and the people imagine a vain thing? 2 The kings of the earth set themselves, and the rulers take counsel together, against the LORD, and against His anointed…” Let's just stop there for a moment. Exegetically for the time in which the book of Hebrews was written, things applied to that time. Exactly the same, this prophecy in Psalms referring to the time when Jesus would come to this earth.  It is true that the rulers of the earth, the Romans, the Herods of this world aligned themselves and counseled together against the King of kings. That is true for that time. But typologically when we apply the type to the antitype, my question today is, do the kings of the earth and the rulers of this planet counsel together against the Lord? And against His anointed, against Jesus Christ? Are they removing Him from the legislature? Are they introducing laws and legislation and rules and guidance that is absolutely contradictory to the Word of God? I don't think anybody can deny that. So what applied in the time of Jesus, applies equally to the time that we are living in. And what are they saying? “… saying, 3 Let us break their bands asunder, and cast away their cords from us…” that is echoing the words of the great rebel himself. “Do what thou wilt” is the whole of the law. In fact “do what is contrary to the Law of God, and you will receive the accolades of the world.” That's exactly what is happening in our time as well.  “…4 He that sitteth in the heavens shall laugh: the LORD shall have them in derision…” He will allow them to do this as He is doing at the moment, but the consequences are being felt in all of humanity. And anybody with a grain of moral virtue left in them must realize that there is something seriously wrong with what the rulers and the kings of this world are doing to the Son of God.  “…5 Then shall He speak unto them in His wrath, and vex them in His sore displeasure…” this is the promise of the judgment that is going to come. “…6 Yet have I set My king upon My holy hill of Zion. 7 I will declare the decree: the LORD hath said unto Me, ‘Thou art My Son; this day have I begotten Thee.’…” Don't ignore the position of the Son of God. And they will have to realize that He is Lord of lords and King of kings. Verse 8 says, “…8 Ask of Me, and I shall give Thee the heathen for Thine inheritance, and the uttermost parts of the earth for Thy possession…” Christ is going to be the victor, there's no doubt about this.  “…9 Thou shalt break them with a rod of iron; thou shalt dash them in pieces like a potter's vessel. 10 Be wise now therefore, O ye kings; be instructed, ye judges of the earth…” isn't that fascinating? Are these judgments that we find in the world today, in harmony with the Word of God? Or do they directly contradict the very essence of what is written in the Law?  “… 11 Serve the LORD with fear, and rejoice with trembling…” and then this verse,  “…12 Kiss the Son, lest He be angry, and ye perish from the way, when His wrath is kindled but a little. Blessed are all they that put their trust in Him.”

 

Jika kita membuka Mazmur 2:1 dan seterusnya, judulnya di KJV untuk bagian ini ialah “Pemerintahan Dia yang Diurapi Allah”. 1 Mengapa bangsa-bangsa marah, dan orang-orang membayangkan hal yang sia-sia? 2 Raja-raja dunia mengambil posisi mereka dan para penguasa berembuk bersama-sama melawan TUHAN dan melawan Yang Diurapi-Nya…”  Mari kita berhenti sejenak di sini. Secara eksegesis untuk zaman di mana kitab Ibrani ini ditulis, hal-hal ini berlaku untuk masa itu. Sama seperti itu, nubuatan di Mazmur ini merujuk kepada waktu ketika Yesus akan datang ke dunia ini. Apakah benar para penguasa dunia, bangsa Roma, kaum Herodian dunia ini bersekutu dan berembuk bersama untuk melawan Sang Raja segala raja? Itu benar untuk zaman itu. Tetapi secara tipologi ketika kita mengaplikasikan tipe kepada antitipe, pertanyaan saya hari ini ialah apakah raja-raja bumi dan para penguasa planet ini berembuk bersama melawan Tuhan? Dan melawan Yang DiurapiNya, melawan Yesus Kristus? Apakah mereka menyingkirkan Dia dari badan legislatif? Apakah mereka memperkenalkan undang-undang dan legislasi dan peraturan-peraturan dan petunjuk yang sama sekali bertentangan dengan Firman Allah? Saya rasa tidak ada yang bisa menyangkal hal ini. Jadi apa yang terjadi di zaman Yesus, sama terjadi di zaman di mana kita hidup. Dan apa kata mereka? “…dengan mengatakan, 3 ‘Marilah kita putuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari kita!’…”  ini menggemakan kata-kata si pemberontak besar itu sendiri. “Lakukan apa yang kamu suka” itulah keseluruhan hukumnya. Bahkan “Lakukan apa yang bertolakbelakang dengan Hukum Allah, dan kamu akan menerima penghormatan dunia.” Persis beginilah yang terjadi di zaman kita juga. “…4 Dia yang bersemayam di surga akan tertawa; Tuhan akan menempatkan mereka dalam cemooh…”  Tuhan akan mengizinkan mereka melakukan ini seperti yang dilakukanNya pada saat ini, tetapi konsekuensinya dirasakan oleh semua manusia. Dan siapa pun yang masih memiliki setetes nilai moral harus menyadari ada sesuatu yang sangat salah dengan apa yang dilakukan para raja dan penguasa dunia ini kepada Anak Allah. “…5 Lalu Ia akan berkata kepada mereka dalam murka-Nya, dan menyusahkan mereka dalam amarah-Nya yang besar…” ini adalah janji dari penghakiman yang akan datang. “…6 Namun demikian Aku telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus! 7Aku mau mengumumkan titahnya: TUHAN telah berkata kepadaKu,  ‘Engkau adalah AnakKu; hari ini telah Kuperanakkan Dikau.’…”  Jangan abaikan posisi Anak Allah. Dan mereka akan harus menyadari bahwa Dia adalah Tuan segala tuan dan Raja segala raja. Ayat 8 mengatakan, “…8 Mintalah kepada-Ku, dan akan Kuberikan kepadamu bangsa-bangsa kafir menjadi milik pusakaMu, dan bagian yang paling ujung dari bumi menjadi kepunyaanMu…”  Kristus akan menjadi pemenang, tidak diragukan lagi. “…9 Engkau akan meremukkan mereka dengan tongkat besi, Engkau akan membanting mereka sampai berkeping-keping seperti bejana tukang periuk. 10 Oleh sebab itu, hai raja-raja, jadilah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia!…”  tidakkah ini menarik? Apakah penghakiman yang kita lihat di dunia sekarang sesuai dengan Firman Allah? Atau apakah mereka malah secara terbuka mengkontradiksi esensi dari apa yang tertulis di Hukum Allah?  “…11 Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan bersukacitalah dengan gemetar…” kemudian ayat ini, “…12 Ciumlah Sang Anak, supaya jangan Ia murka dan kamu binasa dari jalan, ketika murka-Nya hanya menyala sedikit. Diberkatilah semua orang yang menempatkan percayai mereka dalam Dia!”

 

 

Now did the Jewish leaders in the time of Jesus Christ when He was upon this earth, did they have these Scriptures at their disposal? Why is it that they wanted to stone Jesus when He said He was the Son of God? Because they said He was making Himself equal with God. Did He not prove His case by all the miracles that He performed? And yet in spite of them they ignored Him.

 

Nah, apakah para pemimpin Yahudi di zaman Yesus Kristus ketika Dia hidup di dunia, apakah mereka memiliki kitab-kitab suci ini yang siap untuk mereka pakai? Mengapa mereka mau merajam Yesus ketika Yesus berkata Dia adalah Anak Allah? Karena menurut mereka Yesus membuat DiriNya setara dengan Allah. Apakah Yesus tidak membuktikan kebenaran itu dengan semua mujizat yang diperbuatNya? Namun walaupun ada semua itu, mereka mengabaikanNya.

 

 

Now the early church rightly applied this psalm to Christ. Acts 4:25 and onward says, 25 Who by the mouth of thy servant David hast said, ‘Why did the heathen rage, and the people imagine vain things? 26 The kings of the earth stood up, and the rulers were gathered together against the Lord, and against His Christ.’ 27 For of a truth against Thy holy Child Jesus, whom Thou hast anointed, both Herod, and Pontius Pilate, with the Gentiles, and the people of Israel, were gathered together.”

So here they make a typological application and apply it to Jesus Christ.

We have the same right to do the same thing in the times that we are living in.  Jesus is the Ruler and the kings of the world have arrayed themselves together against the Lord and against His Christ.

 

Nah, gereja mula-mula dengan tepat mengaplikasikan mazmur ini (Mazmur pasal 2) kepada Kristus. Kisah 4:25 dan seterusnya mengatakan, 25 yang melalui mulut hamba-Mu Daud, telah berfirman, ‘Mengapa bangsa-bangsa marah dan orang-orang membayangkan hal yang sia-sia? 26 Raja-raja dunia berdiri dan para penguasa berkumpul bersama untuk melawan TUHAN, dan melawan Kristus-Nya. 27 Sebab sesungguhnya untuk menghadapi Anak-Mu yang kudus, Yesus, yang telah Engkau urapi; baik Herodes dan Pontius Pilatus, bersama dengan bangsa-bangsa non-Yahudi, dan bangsa Israel, telah dikumpulkan menjadi satu.”

Jadi di sini mereka membuat aplikasi tipologi dan mengaplikasikannya ke Yesus Kristus.

Kita punya hak yang sama melakukan hal yang sama di zaman di mana kita hidup sekarang. Yesus adalah Sang Penguasa, dan raja-raja bumi telah memposisikan diri mereka untuk melawan Tuhan dan melawan KristusNya.

 

 

Hebews 1:5-6

So if we continue with chapter 1 in the book of Hebrews, we come to verse 5, and this is a fascinating verse, 5 For unto which of the angels said He at any time, Thou art My Son, this day have I begotten Thee? And again, I will be to Him a Father, and He shall be to me a Son? 6 And again, when He bringeth in the Firstbegotten into the world, He saith, ‘And let all the angels of God worship Him.’…” 

What do these verses tell us? It tells us of the supremacy of the Son of God. To which of the angel did He ever say, “Thou art My Son”? None of them. So here's a very special arrangement.

 

Ibrani 1:5-6

Jadi jika kita lanjut dengan pasal 1 kitab Ibrani, kita tiba di ayat 5, dan ini adalah ayat yang sangat menakjubkan. 5 Karena kepada malaikat-malaikat yang mana Ia pernah berkata, ‘Engkau adalah Anak-Ku, hari ini Aku telah memperanakkan Engkau.’? Dan lagi ‘Aku akan menjadi Bapa bagi-Nya, dan Ia akan menjadi bagiKu Anak’? 6 Dan lagi ketika Ia memperkenalkan yang Sulung kepada dunia, Ia berkata, ‘Hendaknya semua malaikat Allah menyembah Dia.’…"

Apa yang dikatakan ayat-ayat ini kepada kita? Keunggulan Anak Allah. Kepada malaikat yang mana Dia pernah berkata, “Engkau adalah AnakKu”? Tidak ada. Jadi di sini ada pengaturan yang sangat istimewa.

 

 

Now people get so confused with this word “begotten” and many relate this word “begotten” to the normal process of birth as we see in humanity as an example. But this example has nothing to do with Christ being a created Being because we've already seen that He was there from the beginning, that He was always with the Father. We'll go into it in a little bit more detail in a moment.

 

Nah orang-orang menjadi bingung dengan kata “memperanakkan” dan banyak yang mengaitkan kata “memperanakkan” ini kepada proses kelahiran biasa seperti yang kita lihat pada manusia misalnya. Tetapi contoh ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kristus menjadi makhluk ciptaan, karena kita sudah melihat bahwa Dia ada sejak awal, bahwa Dia selalu ada bersama Bapa. Kita nanti akan kembali kemari secara lebih mendetail.

 

 

And then it says quite plainly “and let all the angels of God worship Him”. So what does that make Him, the Son? Makes Him God, because you shall “worship the Lord thy God and Him only shalt thou serve”. So Jesus is in the very essence God the eternal One, together with the Father. And He is the One through whom everything was created. So it's not only the angels that must worship Him, but men must also worship Him.

Luke 24:51, 51 And it came to pass, while He blessed them, He was parted from them, and carried up into heaven. 52 And they worshipped Him, and returned to Jerusalem with great joy.”

So the angelic host as well as all of humanity should worship Him, and as such He must be God, because only God may receive worship.

 

Kemudian dikatakan dengan cukup gamblang, Hendaknya semua malaikat Allah menyembah Dia". Jadi itu membuat Dia, Sang Anak, apa? MembuatNya Allah, karena kita harus “menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dialah engkau berbakti” (Matius 4:10).  Maka Yesus dalam pengertian yang paling murni adalah Allah Sendiri yang kekal, yang bersama dengan Bapa. Dan Dialah Sosok melalui siapa segala sesuatu diciptakan. Jadi bukan hanya malaikat yang harus menyembahNya, tetapi manusia juga harus menyembahNya.

Lukas 24:51, 51 Dan terjadilah, sementara Ia memberkati mereka, Ia dipisahkan dari mereka dan diangkat ke sorga. 52 Dan mereka sujud menyembah-Nya, dan kembali ke Yerusalem dengan sukacita besar.”

Maka balatentara malaikat dan juga semua manusia harus menyembah Dia, maka kalau demikian Dia tentunya harus Allah, karena hanya Allah yang boleh menerima disembah.

 

 

Now this little word “begotten” occurs three times in the book of Hebrews. It occurs in Hebrews 1:5, 5:5, and 11:17, and it's not always the exact same word.

So in Hebrews 1:5 it says, 5 For unto which of the angels said He at any time, Thou art My Son, this day have I begotten thee?...” and the word there in the Greek is γεννάω [gennaō]  “…And again, I will be to Him a Father, and He shall be to me a Son?”

In Hebrews 5:5 we read, 5 So also Christ glorified not Himself to be made a high priest; but He that said unto Him, 'Thou art My Son, today have I begotten Thee..."

again the word is γεννάω [gennaō].

And then Hebrews 11:17 is the third time that this word is translated "begotten" and here it is the word μονογενής [monogenēs], "17 By faith Abraham, when he was tried, offered up Isaac: and he that had received the promises offered up his only begotten μονογενής [monogenēs] son."

So what do these words mean?

And then in Hebrews 1:6 it says, 6 And again, when He bringeth in the Firstbegotten into the world, He saith, ‘And let all the angels of God worship Him.’…”

We've just looked at that verse.

 

Nah, kata kecil “memperanakkan” ini ada 3 kali di kitab Ibrani. Ada di Ibrani 1:5, 5:5, dan 11:17, dan itu tidak selalu berasal dari kata Greeka yang sama.

Maka di Ibrani 1:5 dikatakan,5 Karena kepada malaikat-malaikat yang mana Ia pernah berkata, ‘Engkau adalah Anak-Ku, hari ini Aku telah memperanakkan Engkau.’?…” dan kata Greekanya di sana ialah γεννάω [gennaō]  “…Dan lagi ‘Aku akan menjadi Bapa bagi-Nya, dan Ia akan menjadi bagiKu Anak’?” 

Di Ibrani 5:5 kita baca, 5 Demikian pula Kristus tidak memuliakan Diri-Nya Sendiri untuk menjadi Imam Besar, tetapi Dialah (Bapa) yang berfirman kepada-Nya, ‘Engkau adalah Anak-Ku, hari ini Aku telah memperanakkan Engkau.’…” lagi-lagi kata Greekanya adalah γεννάω [gennaō].

 

Kemudian di Ibrani 11:17, ini adalah ketiga kalinya diterjemahkan “memperanakkan” dan di sini kata Greekanya ialah μονογενής [monogenēs] 17 Karena iman Abraham, tatkala ia diuji, mempersembahkan Ishak. Dan ia, yang telah menerima janji-janji itu, mempersembahkan satu-satunya anaknya yang  μονογενής [monogenēs] unik/tidak ada duanya itu. “

Jadi apa arti kata-kata ini?

Kemudian di Ibrani 1:6 dikatakan, 6 Dan lagi ketika Ia memperkenalkan yang Sulung diperanakkan kepada dunia, Ia berkata, ‘Hendaknya semua malaikat Allah menyembah Dia.’…"

Kita baru saja menyimak ayat ini.

 

 

So what does this word “first begotten” mean? Well, if we turn to the Concordance then

πρωτοτόκος [prōtotokos] means,

From G4413 an alternate and it gives a concordance number G5088; first born (usually as noun, literally or figuratively): - firstbegotten (means to be born).

 

Jadi apa makna kata “yang sulung diperanakkan” ini? Nah, jika kita pergi ke Concordance, maka πρωτοτόκος [prōtotokos] berarti:

Dari G4413 suatu pengganti lalu ada nomor Concordance G5088; “yang sulung dilahirkan” (biasanya kata benda, secara literal atau kiasan); - yang sulung diperanakkan (artinya dilahirkan)

 

 

Does this apply now to a literal birth? If we go to the word γεννάω [gennaō] then according to Thayer:

1. of men who fathered children

1a. to be born

1b. to be begotten

1b1. of women giving birth to children

2. but it also has a metaphorical meaning

2a. to engender, to cause to arise, to excite,

2b. in a Jewish sense, of one who brings others over to his way of life,  to convert someone

2c. of God making Christ His Son

2d. of God making men His sons through faith in Christ's work

So there's a metaphorical meaning.

Now do we go with the literal meaning and make a shadow a substance, or do we go with the higher meaning? This is what we have to decide.

 

(Joseph Henry Thayer adalah Presiden dari Society of Biblical Literature and Exegesis 1894-1895, penulis Greek-English Lexicon of the New Testament)

 


Apakah ini berlaku bagi kelahiran literal? Jika kita ke kata γεννάω [gennaō] maka menurut Thayer:

1.   tentang laki-laki yang menjadi ayah anak-anak

1a. dilahirkan

1b. diperanakkan

1b1. tentang perempuan yang melahirkan anak-anak

2.   tetapi juga ada pengertian metaforis/kiasan

2a. untuk menimbulkan, untuk mengakibatkan munculnya, untuk membangkitkan gairah.

2b. dalam pengertian Yahudi, tentang seseorang yang membawa orang lain mengikuti cara hidupnya, mengubah/menobatkan seseorang.

2c. tentang Allah membuat Kristus menjadi AnakNya

2d. tentang Allah menjadikan manusia anak-anakNya melalui iman dalam pekerjaan Kristus.

Jadi ada arti metaforisnya.

Nah, apakah kita mengikuti makna literalnya dan membuat bayangan menjadi substansi, atau kita memilih makna yang lebih tinggi? Inilah yang harus kita putuskan.

 

 

And the word μονογενής [monogenēs] means  (by Thayer Definition):

1.  single of its kind, one of a kind, unique, there's nobody else like him.

“to which of the angels has He ever said…” To none of them. There is none like Him. He cannot be compared to anyone.

The only One that He is one with, is the Father.

 


Dan kata μονογενής [monogenēs] menurut definisi Thayer berarti:

1.  satu-satunya dari jenisnya, tidak ada duanya, unik, tidak ada yang lain seperti itu.

“kepada malaikat-malaikat yang mana Ia pernah berkata…Tidak satu pun.

Tidak ada yang seperti Dia. Dia tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun.

Satu-satunya yang bersama dengan Dia adalah Bapa.

 

 

So besides the word γεννάω [gennaō], the word μονογενής [monogenēs] is also applied to Christ in other Scriptures. For example we find μονογενής [monogenēs] in the following verses:

ü  John 1:14,

14 And the Word was made flesh, and dwelt among us, (and we beheld His glory, the glory as of the only begotten of the Father,) full of grace and truth.”

So here you have this meaning of one of a kind, this uniqueness.

ü  John 1:18,

18 No man hath seen God at any time, the only begotten Son, which is in the bosom of the Father, He hath declared Him.”

So here the unique one, the one of a kind He is the One that tells us what the Father is like. That's why He said, “if you have seen Me you have seen the Father” for “I and the Father are one”.

ü  and the other place where it occurs is in this fabulous verse John 3:16,

16 For God so loved the world, that He gave His only begotten Son…” μονογενής [monogenēs], one of a kind “...that whosoever believeth in Him should not perish, but have everlasting life.”

And as we saw in those earlier verses He is the very express image of the Father.

Here are some more verses that refer to Jesus as the one of a kind,  the μονογενής [monogenēs]:

ü  John 3:18,

18 He that believeth on Him is not condemned: but he that believeth not is condemned already, because he hath not believed in the name of the only begotten Son of God.”

So here is this concept again of this one of a kind.

ü  1 John 4:9,

9 In this was manifested the love of God toward us, because that God sent His only begotten Son into the world, that we might live through Him.”

So this is the burden of Paul also in the book of Hebrews, to describe the uniqueness of the Son of God.

 

Jadi di samping kata γεννάω [gennaō], kata μονογενής [monogenēs] juga diaplikasikan kepada Kristus di kitab-kitab suci lain. Misalnya kita menemukan μονογενής [monogenēs] di ayat-ayat berikut:

ü  Yohanes 1:14

14 Dan Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, (dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya dari  Bapa), penuh kasih karunia dan kebenaran.”

Jadi di sini kita melihat arti satu-satunya, yang unik.

ü  Yohanes 1:18

18 Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, satu-satunya Anak, yang ada di dada Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”

Maka di sini “Yang Unik, satu-satunya”, Dialah yang memberitahu kita bagaimana Bapa itu. Itulah mengapa Dia berkata,  “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9) karena “Aku dan Bapa-Ku adalah satu" (Yoh. 10:30)

ü  Dan di tempat lain di mana ada kata ini, ialah di ayat yang sangat indah, Yohanes 3:16,

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang satu-satunya itu…” μονογενής [monogenēs] “…supaya setiap orang yang percaya  dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Dan kita sudah melihat di ayat-ayat sebelumnya bahwa Dia adalah gambar yang persis dari Bapa.

Ini ada beberapa ayat lagi yang menunjuk Yesus sebagai yang satu-satunya (tidak ada duanya), Sang μονογενής [monogenēs].

ü  Yohanes 3:18,

18 Barangsiapa yang percaya pada-Nya tidak dihukum; tetapi dia yang tidak percaya, sudah terhukum, sebab ia tidak percaya dalam nama satu-satunya Anak Allah.”

Jadi di sini konsep yang sama lagi, satu-satunya yang ada (tidak ada duanya).

ü  1 Yohanes 4:9,

9 Dalam hal inilah kasih Allah kepada kita dinyatakan, karena Allah telah mengutus Anak-Nya satu-satunya ke dalam dunia, supaya kita boleh hidup oleh-Nya.”

Jadi inilah beban Paulus juga, di kitab Ibrani, untuk menggambarkan keunikan Anak Allah.

 

 

We go back to the Signs of the Times, we read, “’The pre-existent self-existent Son of God.’ Christ is the pre-existent, self-existent Son of God. In speaking of His pre-existence, Christ carries the mind back through the dateless ages. He assures us that there never was a time when He was not in close fellowship with the eternal God. He ~ to whose voice the Jews were then listening ~ had been with God as One brought up with Him.” (Signs of the Times, August 29, 1900 Ev. 615.2)

 

Kita kembali ke Signs of the Times, kita  baca,    “…’Pra-eksistensi Anak Allah yang eksis sendiri.’ Kristus adalah pra-eksistensi Anak Allah yang eksis sendiri. Bicara tentang pra-eksistensiNya, Kristus membawa pikiran mundur ke zaman-zaman kekekalan yang tidak bertanggal. Dia memberi kita jaminan bahwa tidak pernah ada suatu masa ketika Dia tidak berada dalam hubungan yang dekat dengan Allah yang kekal. Dia ~ yang suaraNya saat itu didengarkan orang Yahudi ~ sudah ada bersama Allah sebagai Satu yang dididik bersamaNya.” (Signs of the Times, August 29, 1900 Ev. 615.2)

 

 

He is eternal, there was never a time when He was not, not even a split second when He was not. He's not a created being, He's co-eternal with the Father.

“He was equal with God, infinite, and omnipotent. He is the eternal self-existent Son” (Manuscript 101, 1897, Ev. 615.3)

And this is exactly what Scripture teaches about Him as well.

 

Dia kekal, tidak pernah ada suatu masa ketika Dia tidak ada, bahkan tidak pernah sekejap mata pun ketika Dia tidak ada. Dia bukan makhluk ciptaan, Dia itu sama abadinya dengan Bapa.

“…Dia setara dengan Allah, infinit (tidak terbatas), dan mahakuasa. Dialah Anak yang kekal dan eksis sendiri.” (Manuscript 101, 1897, Ev. 615.3)

Dan persis ini jugalah yang diajarkan Kitab Suci tentang Dia.

 

 

He's from everlasting.

 “But while God's Word speaks of the humanity of Christ when upon this earth it also speaks decidedly regarding His pre-existence…” We've read this one before but let's read it again.

  “…The Word existed as a Divine Being, even as the eternal Son of God, in union and oneness with His Father. From everlasting He was the mediator of the covenant, the One in whom all nations of the earth, both Jews and gentiles, if they accepted Him, were to be blessed. ‘The Word was with God and the Word was God’.. Before men or angels were created, ‘the Word was with God and the Word was God’...”  The Bible and the Spirit of Prophecy are absolutely in harmony on those points.

 

Dia berasal dari kekekalan.  

“…Tetapi sementara Firman Allah berbicara tentang kemanusiaan Kristus ketika berada di atas bumi, dia juga berbicara dengan tegas mengenai pra-eksistensiNya…”  Kita sudah pernah membaca yang ini sebelumnya, tetapi mari kita  baca lagi. “…Firman itu sudah ada sebagai Sosok Ilahi, yaitu sebagai Anak Allah yang kekal, bersatu dan satu kesatuaan dengan BapaNya. Dari kekekalan Dialah perantara dari perjanjian, Dialah yang di dalamNya segala bangsa di dunia, baik Yahudi maupun non-Yahudi, jika mereka menerimaNya, akan mendapat berkat. ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yoh. 1:1). Sebelum manusia maupun malaikat diciptakan, ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yoh. 1:1).(Review and Herald Apr. 5, 1906 par. 5, Ev. 615.4)

Alkitab dan Roh Nubuat mutlak serasi dengan poin-poin ini.    “…

 

 

“Christ chose them, that although they might reckon His life to be less than 50 years yet His divine life could not be reckoned by human computation. The existence of Christ before His incarnation is not measured by figures.” (Signs of the Times, May 3, 1899, Ev. 616.1)

He was there from all eternity.

 

“…Kristus yang memilih mereka, walaupun mereka mungkin menghitung umurNya kurang dari 50 tahun namun hidup ilahiNya tidak bisa dihitung oleh perhitungan manusia. Eksistensi Kristus sebelum inkarnasiNya tidak bisa diukur dengan angka.” (Signs of the Times, May 3, 1899, Ev. 616.1)

Dia sudah ada di sana dari kekekalan.

 

 

Let's have a look how Martin Luther saw it. It's good when we compare what people are saying, where we know that the Spirit of God dwelt in them, moved them, and worked in their lives. Luther wrote, “We Christians should know that if God is not in the scale to give it weight, we on our side sink to the ground. I mean it this way: if it cannot be said that God died for us, but only a man, we are lost. But if God's death and a dead God lie in the balance, His side goes down and ours goes up like a light and empty scale. Yet He can also readily go up again or leap out of the scale! But He could not sit on the scale unless He became a man like us, so that it could be called God's dying, God's martyrdom, God's blood, and God's death. For God in His own nature cannot die, but now that God and man are united in one person, it is called God's death when the Man dies, who is one substance or one person with God.” (On the Councils and the Church, quoted in the Formula of Concord: Solid Declaration VIII:44, Concordia: The Lutheran Confessions, McCain et al., Eds. St. Louis: Concordia, 2005, 2006 pp. 588-589)


So Martin Luther is adamant that Jesus Christ was very God. After all who can receive worship but God alone?

 


 

Mari kita lihat bagaimana Martin Luther memahaminya. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang yang kita tahu memiliki Roh Allah di dalam mereka, yang menggerakkan mereka dan bekerja di dalam hidup mereka, itu bagus. Luther menulis,   “…Kita orang Kristen harus mengetahui apabila Allah tidak berada dalam timbangan untuk memberinya berat,  kita di pihak kita akan jatuh ke bawah. Maksud saya demikian: jika tidak bisa dikatakan bahwa Allah yang mati bagi kita, melainkan hanya seorang manusia (yang mati bagi kita), maka kita tidak selamat. Namun bila ada kematian Allah dan Allah yang mati berada dalam timbangan itu, maka sisiNya turun dan sisi kita naik seperti kilat dan seperti timbangan yang kosong. Tetapi Dia juga bisa langsung naik lagi atau melompat keluar dari timbangan! Dia tidak bisa duduk di timbangan itu kecuali Dia menjadi seorang manusia seperti kita, sehingga itu bisa disebut matinya Allah, kemartiran (kesyahidan) Allah, darah Allah, dan kematian Allah. Karena Allah dalam kodratNya sendiri tidak bisa mati, tetapi sekarang karena Allah dan manusia dipersatukan dalam satu Pribadi, itu disebut kematian Allah ketika Manusia itu mati, yang adalah satu substansi atau satu pribadi bersama Allah.” (On the Councils and the Church, quoted in the Formula of Concord: Solid Declaration VIII:44, Concordia: The Lutheran Confessions, McCain et al., Eds. St. Louis: Concordia, 2005, 2006 pp. 588-589)

Jadi Martin Luther bersikeras bahwa Yesus Kristus itu benar-benar Allah. Lagi pula siapa yang bisa menerima penyembahan selain Allah sendiri?

 

 

Hebrews 1:7-10

So if we continue with our study on the book of Hebrews we come to verse 7, “…7 And of the angels He saith, ‘Who maketh His angels spirits, and His ministers a flame of fire’. 8 But unto the Son He saith, ‘Thy throne, O God, is for ever and ever: a sceptre of righteousness is the sceptre of Thy kingdom.’…” So here he's quoting the Scriptures, and he succinctly says that Jesus Christ is very God. 9 Thou hast loved righteousness, and hated iniquity; therefore God, even Thy God, hath anointed Thee with the oil of gladness above Thy fellows. 10 And, Thou, Lord, in the beginning hast laid the foundation of the earth; and the heavens are the works of Thine hands…” 

So he reiterates that Jesus Christ is the Creator of all things.

Imagine if humanity accepted this ideal in the book of Hebrews, how changed things would be.

 

Ibrani 1:7-10

Jadi bila kita lanjut dengan pelajaran kita tentang kitab Ibrani, kita tiba di ayat 7, “…7 Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata, ‘Yang membuat malaikat-malaikat-Nya roh dan pelayan-pelayan-Nya nyala api.’ 8 Tetapi kepada Anak Ia berkata, ‘Takhta-Mu, ya Allah, itu selama-lamanya. Sebuah tongkat kebenaran adalah tongkat kerajaan-Mu…” Jadi di sini Paulus mengutip kitab suci, dan dengan sangat tegas dia mengatakan bahwa Yesus Kristus itu benar-benar Allah. 9 Engkau telah mencintai kebenaran dan membenci dosa;  sebab itu Allah, yaitu Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sukacita, melebihi rekan-rekanMu. 10 Dan Engkau, Tuhan, pada mulanya, telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu…”

Jadi Paulus mengulangi bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta segala sesuatu.

Bayangkan jika kemanusian menerima konsep ideal di kitab Ibrani ini, betapa kondisi akan berubah.

 

 

Now in the time of Jesus the Jews refused to accept that Jesus was the Son of God. They thought it a blasphemy that He appropriated to Himself the title that Daniel used, “Son of Man” and they could not correlate Jesus Christ with the image of God Himself. And yet they had the Scriptures at their disposal, they could have known it. We have read many Scriptures from the Old Testament that testify to the fact that there is a Son, and that He is very God.

 

Nah, di zaman Yesus, orang-orang Yahudi menolak untuk menerima Yesus sebagai Anak Allah. Mereka menganggap itu hujatan bahwa Dia telah mengambil untuk DiriNya sendiri, titel “Anak Manusia” yang dipakai Daniel, dan mereka tidak bisa mengkorelasikan Yesus Kristus dengan gambar Allah Sendiri. Padahal mereka punya kitab-kitab suci di tangan mereka, mereka seharusnya mengetahui itu. Kita sudah membaca banyak kitab-kitab suci dari Perjanjian Lama yang memberikan kesaksian tentang fakta bahwa ada Sang Anak, dan bahwa Dia itu benar-benar Allah.

 

 

Now it's interesting that if you read the opening chapters of the book of Genesis, 30 times in Genesis chapter 1 does the word “God” appear. And in this chapter that deals with the Creation, it is always in the plural form. Now this is interesting. And the word used there for “God” 30 times is in the plural form in Genesis chapter 1. In other chapters the singular is used, but when it comes to the Creation account 30 times the word is in the plural form: אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] "Gods”,  אֵל['êl] is the singular, and אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] is the plural form of that name. So we read in Genesis 1:26 for example, 26 And God אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym]..." plural,  “...said, 'Let Us make man in Our image...” that's also plural “...after Our likeness...” that's also plural “...and let them have dominion over the fish of the sea, and over the fowl of the air, and over the cattle, and over all the earth, and over every creeping thing that creepeth upon the earth."

And if we look it up in the Concordance it tells us that אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] is plural, "Gods" in the ordinary sense, but specifically used in the plural, thus especially with the article of the supreme God.

 

Nah, yang menarik, jika kita membaca pasal-pasal pembuka kitab Kejadian, 30 kali di Kejadian pasal 1 kata “Allah” muncul. Dan di pasal ini yang bicara tentang Penciptaan, kata tersebut selalu dalam bentuk jamak. Nah, ini menarik. Dan kata yang dipakai di sana untuk “Allah” itu 30 kali dalam bentuk jamak di Kejadian pasal 1. Di pasal-pasal lain, dipakai bentuk tunggal, tetapi bilamana itu mengenai kisah Penciptaan, 30 kali kata itu dalam bentuk jamak: אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] "Allah-Allah”, אֵל['êl] itu bentuk tunggalnya, dan אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym]  adalah bentuk jamak dari nama itu. Jadi di Kejadian 1:26 kita baca, misalnya, 26 Dan Allah אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym]…” jamak “…berfirman, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia dalam gambar Kita…”  ini juga jamak, “…menurut rupa Kita…”  ini juga jamak “…biarlah mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’…”

Dan jika kita memeriksanya di Concordance, itu memberitahu kita bahwa אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym]  itu jamak, “Allah-Allah” dalam pengertian umum, tetapi terutama dipakai dalam bentuk jamak, dengan demikian terutama dipakai bersama kata sandang Allah Yang Mahatinggi.

 

 

Now how did the Jewish scribes deal with this? Here it plainly stated that the God who created everything is here in the plural. Well, they said that this conversation in their Talmud was a conversation between God and the angels, so in this Creation account God had the conversation with the angels, and said to them, “Let us make man in our image.” But the Bible clearly says that the angels were also created, because without Him was not anything that wasn't created by Him. So who was this conversation really with? If they really wanted to, they could find Jesus in these very verses.

 

Nah, bagaimana para ahli Taurat menghadapi hal ini? Di sini dinyatakan dengan gamblang bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu itu di sini dalam bentuk jamak. Nah, mereka mengatakan bahwa percakapan ini di kitab Talmud mereka adalah percakapan antara Allah dengan para malaikat. Jadi di kisah Penciptaan ini Allah berbicara dengan para malaikat, dan berkata kepada mereka, “Mari kita membuat manusia dalam gambar kita.” Tetapi Alkitab jelas mengatakan bahwa malaikat pun diciptakan, karena tanpa Dia, tidak ada apa pun yang tidak diciptakan olehNya. Jadi pembicaraan ini sebenarnya antara siapa? Andai mereka benar-benar mau, mereka bisa menemukan Yesus dalam ayat-ayat ini.

 

 

So if we go a little bit further and study this out. Genesis 1:26 thus says that man was made in the image of Gods, literally translated the verse thus reads, 26 And Gods said, ‘Let Us make man in Our image, after Our likeness…”

Now some people living in the world today would shout, “Blasphemy!” but this is exactly what the verse says.

If we go to 1 Corinthians 8:6 it says, 6 But to us there is but one God, the Father, of whom are all things, and we in Him; and one Lord Jesus Christ, by whom are all things, and we by Him.”

And if we go to Deuteronomy 6:4 we find the echo, 4 Hear, O Israel: The LORD our God is one LORD.”  And this is the reason why the Jews rejected the deity of Christ because it says “the Lord our God is one Lord”.

But let's look at this a little bit more carefully.

 

Jadi jika kita lanjut sedikit jauh, dan mempelajari ini. Kejadian 1:26 mengatakan bahwa manusia dibuat menurut gambar Allah-Allah, jika diterjemahkan secara harafiah, ayat itu berbunyi, 26 Dan Allah-Allah berfirman, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita…”

Nah ada orang-orang yang hidup sekarang akan berteriak, “Hujat!” tetapi persis itulah yang dikatakan ayat ini.

Jika kita ke 1 Korintus 8:6 dikatakan, 6 Namun bagi kita hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang dari-Nya asal segala sesuatu, dan kita dalam Dia; dan satu Tuhan Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu ada, dan kita ada olehNya.

Dan jika kita ke Ulangan 6:4 kita menemukan gemanya, 4  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN Allah kita adalah satu TUHAN!…”  Dan inilah alasannya mengapa orang Yahudi menolak keilahian Kristus karena dikatakan,   “…TUHAN Allah kita adalah satu TUHAN.”

Tetapi mari kita simak ini sedikit lebih teliti.

 

 

There are two words in the Hebrew for this word “one”, though they have similarity yet they are different in meaning.

The two words are אֶחָד['echâd] and יָחִיד[yâchı̂yd]. The word יָחִיד[yâchı̂yd] is used in the sense of “absolute aloneness”; but the word אֶחָד['echâd] translated “one” expresses and contains the thought of “unity”, it frequently has the idea of at least two, but one in thought, action, and expression.

Now, this is very fascinating.

 

Ada dua kata dalam bahasa Ibrani untuk kata “satu” ini, walaupun mereka memiliki persamaan namun mereka berbeda dalam arti.

Kedua kata tersebut ialah אֶחָד['echâd] dan יָחִיד[yâchı̂yd].

Kata יָחִיד[yâchı̂yd] dipakai dalam pengertian “kesendirian mutlak” tetapi kata אֶחָד['echâd] diterjemahkan “satu” mengekspresikan dan mengandung konsep “persatuan”, sering konsep ini berarti  sedikitnya ada dua, tetapi satu dalam pikiran, perbuatan, dan ekspresi.

Nah, ini sangat menarik.

 

 

Bagi yang ingin mempelajari lebih dalam ini ada link

https://www.bible.ca/trinity/trinity-oneness-unity-yachid-vs-echad.htm

 

 

So we have to be very particular when we read these verses to see what do they really mean. So when God says, “Let Us make man in Our image” He's referring to a conversation within the Godhead. We read, 24 Therefore shall a man leave his father and his mother…” this is Genesis 2:24  “…and shall cleave unto his wife: and they shall be one flesh.”  So in every respect they were to be one; two persons with one plan, one purpose. This comes from F.C. Gilbert - Practical Lessons from the Experience of Israel for the Church of Today pg. 38-39.

So this little word which implies a plurality, one in purpose rather than one in being, is echoed in the creation of humanity,  “Let Us make man in Our image” (Gen. 1:26),  male and female created He them” (Gen. 1:27) to be one in purpose, but not one in individuality. So the creation of humanity where you have two individuals that are supposed to become one in purpose, is an image of God.

Where does that put Jesus Christ then in relation to His Father? One in purpose, as it is here on earth in His image humanity, one in purpose, two Individuals, so it is in Heaven.

 

Jadi kita harus sangat hati-hati ketika kita membaca ayat-ayat ini untuk melihat apa makna yang sesungguhnya. Jadi ketika Allah berkata, “Baiklah Kita menjadikan manusia dalam gambar Kita” Allah sedang mengacu kepada pembicaraan di antara Keallahan. Kita  baca, 24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya…”  ini Kejadian 2:24, “…dan bersatu dengan isterinya, dan mereka akan menjadi satu daging…”  Jadi dalam setiap aspek mereka harus menjadi satu; dua orang dengan satu rencana, satu tujuan. Ini dari F.C. Gilbert ~ Practical Lessons from the Experience of Israel for the Church of Today pg. 38-39.

Jadi kata kecil ini yang mengimplikasikan arti jamak, satu dalam tujuan bukan satu dalam pribadi, digemakan dalam penciptaan manusia, “Baiklah Kita menjadikan manusia dalam gambar Kita” (Kej. 1:26), “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27) untuk menjadi satu dalam tujuan, tetapi bukan satu dalam pribadi. Maka penciptaan manusia di mana ada dua individu yang seharusnya menjadi satu dalam tujuan, adalah gambar Allah.

Di mana ini menempatkan Yesus Kristus  dalam hubungan dengan BapaNya? Satu dalam tujuan ~ seperti di bumi di sini dalam gambar kemanusiaanNya ~ satu dalam tujuan, dua Pribadi ~ demikian juga di Surga.

 

 

Hebrews 1:11-14

So let's continue with our book of Hebrews and we go to verse 11. 11 They shall perish; but Thou remainest; and they all shall wax old as doth a garment…” So this creation has a temporary phase because it is polluted by sin, but it will be restored. And then it says verse 12,  “…12 And as a vesture shalt Thou fold them up, and they shall be changed: but Thou art the same, and Thy years shall not fail.” So the only thing that is unchangeable, that is forever consistently the same is Jesus Christ. “…13 But to which of the angels said He at any time, ‘Sit on My right hand, until I make thine enemies thy footstool’? 14 Are they not all ministering spirits, sent forth to minister for them who shall be heirs of salvation?”

So what is Paul's purpose here when he states it in this fashion, “to which of the angels said He at any time, ‘Sit on My right hand”?  The obvious answer is to none of them. So this again shows the exalted position of the Son of God. He's making the point that the Jews had every opportunity of realizing the magnitude of what they were dealing with, but they chose to ignore it.

 

Ibrani 1:11-14

Jadi mari kita lanjut dengan kitab Ibrani dan kita ke ayat 11, 11 Mereka akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan mereka semua akan menjadi usang seperti pakaian…”  Jadi ciptaan ini memiliki fase sementara karena dia terpolusi dosa, tetapi itu akan dipulihkan. Lalu dikatakan di ayat 12, “…12 Dan seperti sebuah jubah akan Engkau lipat mereka, dan mereka akan diganti; tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan…”  Jadi satu-satunya yang tidak berubah, yang selamanya konsisten sama ialah Yesus Kristus, “…13 Tetapi kepada malaikat yang mana Ia pernah berkata, ‘Duduklah di sebelah tangan kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu’? 14 Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan menjadi ahliwaris keselamatan?”

Jadi apa tujuan Paulus di sini ketika dia menyatakan seperti ini,  “kepada malaikat yang mana Ia pernah berkata, ‘Duduklah di sebelah tangan kanan-Ku’?”  Jawaban yang sangat jelas ialah tidak kepada siapa pun dari mereka. Maka ini menunjukkan lagi posisi Anak Allah yang ditinggikan. Paulus sedang menekankan poinnya bahwa orang Yahudi punya segala kesempatan untuk menyadari keagungan dari apa yang sedang mereka hadapi, tetapi mereka memilih untuk mengabaikannya.

 

 

My question is in the time that we are living in, do we have every opportunity when we study the Word of God and we study these Scriptures, to realize what we are dealing with, when we are talking about the position of the Son of God, to which of the angels did He ever say, “Come and sit here at My right hand? To which of the prophets did He ever say ~ and I'm not only referring to the prophets in Christianity, but to the prophets in other religions ~ to which of the angels, or to which of the prophets did He ever say, “Come and sit here at My right hand? To none of them. If we do not rightly position Jesus Christ, then we will end up like the world is today, having removed Him out of the legislature, they have placed themselves in His position, and are violating His Laws by their traditions, their maxims, and their laws, as readily as did the Jews in the time of Christ.

“Are they not all ministering spirits”, the angels? Don't they all have a job like you and I have?  “sent forth to minister for them who shall be heirs of salvation?” What is our duty? To go and preach climate change or to go and preach salvation in Jesus Christ? If we take these verses in the introduction in the book of Hebrews, what is our duty?

 

Pertanyaan saya ialah, di masa di mana kita hidup sekarang, apakah kita mendapat segala kesempatan ketika kita mempelajari Firman Allah dan kita mempelajari kitab-kitab suci ini, untuk menyadari apa yang sedang kita hadapi, ketika kita bicara tentang posisi Anak Allah, kepada malaikat mana Dia pernah mengatakan “Mari duduk di sebelah tangan kananKu? Kepada nabi mana Dia pernah berkata ~ dan saya tidak hanya mengacu kepada nabi-nabi Kristen, tetapi nabi-nabi agama-agama lain ~ kepada malaikat mana atau kepada nabi mana Dia pernah berkata, “Mari datang dan duduk di sini di sebelah tangan kananKu? Tidak kepada satu pun dari mereka. Jika kita tidak menempatkan posisi Yesus Kristus dengan benar, maka kita akan berakhir seperti dunia ini hari ini, yang telah menyingkirkan Dia dari semua badan legislatif, mereka menempatkan diri mereka di posisiNya, dan melanggar HukumNya dengan tradisi-tradisi mereka, dengan ucapan-ucapan bijak mereka, dan hukum-hukum mereka, sama seperti yang dilakukan orang Yahudi di zaman Kristus.

Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani…”  para malaikat? Tidakkah mereka semua punya tugas seperti kalian dan saya? “…yang diutus untuk melayani mereka yang akan menjadi ahliwaris keselamatan?…”  Apa tugas kita? Untuk pergi dan mengkhotbahkan perubahan iklim atau untuk pergi dan mengkhotbahkan keselamatan di dalam Yesus Kristus? Jika kita perhatikan ayat-ayat dalam pengantar kitab Ibrani ini, apa tugas kita?  

 

 

Martin Luther writes, “St. John says, ‘In the beginning was the Word and the Word was with God and the Word was God’ etc. The apostle Thomas also called Christ, God, where he said, ‘My Lord and My God’. In like manner St. Paul in Romans 9 speaks of Christ that He is God where he says ‘who is God over all, blessed forever, amen’;  and in Colossians 2, ‘in Christ dwelleth all the fullness of the Godhead bodily’, thus, is substantially. Christ must needs be true God, seeing He through Himself fulfilled and overcame the Law, for most certain it is that no one  else could have vanquished the Law, angels or human creatures, but Christ only, so that it cannot hurt those who believe in Him...” We mustn't believe at this point that Martin Luther said that the Law has now been done away with, because in other places he says succinctly that the Law stands forever. So what He overcame is the condemnation of the Law. The Law condemns us to death, but Christ vanquished the condemnation of the Law, and gives us eternal life because He has taken the punishment upon Himself. This is the basis of the atonement. This is what is denied by the world religion, and even in Catholicism, and that is supposed to be the leader of the Christian world. So here Martin Luther plainly states his faith in the Deity of the Son of God. He continues, “….therefore most certainly He is the Son of God and natural God. Now if we comprehend Christ in this manner as the holy Scripture displays Him before us, then certain it is that we can neither err nor be put to confusion; and may then easily judge what is right to be held of all manner of divine qualities, religions, worship, that are used and practiced in the universal world. Were this picturing of Christ removed out of our sight or darkened in us, undeniably there must needs follow utter disorder.” (Table Talk pg. 104)

I want to say with Martin Luther, that the utter disorder we find in the religious world today is because this is precisely what they have done, they have removed Christ from His throne and replaced Him with one of human devisings.

 

Martin Luther menulis,     “…St. Yohanes berkata, 1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yoh. 1:1) dst. Rasul Tomas juga menyebut Kristus: Allah, di mana dia berkata, ‘Tuhanku dan Allahku’ (Yoh. 20:28). Dengan cara yang sama St. Paulus di Roma 9(:5) bicara tentang Kristus bahwa Dia adalah Allah saat dia berkata, ‘yang adalah Allah di atas semua, diberkatilah selama-lamanya. Amin.’; dan di Kolose 2(:9), di dalam Kristus berdiam seluruh kepenuhan keAllahan secara jasmani’ artinya, secara substansial. Kristus haruslah benar Allah, karena Dia melalui DiriNya Sendiri telah menggenappi dan mengalahkan Hukum, karena sudah pasti tidak ada yang lain yang bisa mengalahkan Hukum, malaikat maupun manusia, tetapi hanya Kristus, agar Hukum itu tidak bisa mencelakakan mereka yang percaya dalam Dia…”  Kita jangan menyangka pada waktu itu Martin Luther mengatakan bahwa Hukum sudah dihapus karena di tempat lain dia mengatakan dengan jelas bahwa Hukum itu selalu tegak. Jadi apa yang dikalahkan Kristus adalah kutukan (hukuman) Hukum. Hukum itu menghukum kita kepada kebinasaan, tetapi Kristus mengalahkan kutukan Hukum  dan memberi kita hidup kekal darena Dia telah mengambil hukuman itu dan menanggungnya Sendiri. Ini adalah dasar penebusan. Inilah yang tidak diakui oleh agama dunia, bahkan di Katolikisme, yang dianggap sebagai pemimpin dunia Kristen. Jadi di sini Martin Luther dengan jelas menyatakan imannya dalam keilahian Anak Allah. Dia melanjutkan,  “…karena itu sudah pasti Dia adalah Anak Allah dan Allah secara alami. Nah, bila kita mengerti Kristus dengan cara ini sebagaimana Kitab Suci menampilkanNya di hadapan kita, maka pastilah kita tidak akan salah atau dibuat bingung; dan dengan demikian boleh menilai dengan mudah apa yang benar untuk dipertahankan  dari segala konsep Keallahan, agama, ibadah, yang dipakai dan dipraktekkan di dunia universal. Seandainya gambar Kristus ini disingkirkan dari pandangan kita atau digelapkan dalam kita, sudah pasti itu akan diikuti oleh kekacauan total.” (Table Talk pg. 104)

Saya mau mengatakan sama dengan Martin Luther, bahwa kekacauan total yang kita temukan di dunia relijius hari ini ilah karena persis inilah yang telah mereka lakukan, mereka telah menyingkirkan Kristus dari takhtaNya dan menggantikan Dia dengan yang dari buatan manusia.

 

 

He writes in Table Talk pg. 106 “We must think of no other God than Christ, that god which speaks not out of the Christ's mouth is not God. God in the Old Testament bound Himself to the throne of grace, there was the place where He could hear so long as the policy and government of Moses stood and flourished. In like manner, He will still hear no man or human creature but only through Christ…” Do we have even the slightest idea what this means in the world today? Imagine all of the religious systems in the world, and here he proclaims exactly as the Scriptures do, that if we do not come to God through Christ we have missed the point. “No one comes to the Father…” say the Scriptures “…except through Him”. “…so long as the policy and government of Moses stood and flourished. In like manner He will still hear no man or human creature but only through Christ…” Doesn't that put an evangelistic burden on us? Isn't it time we put Christ back where He belongs? “…As a number of the Jews ran to and fro burning incense and offering here and there and seeking God in various places, not regarding the Tabernacle, so it goes now, we seek God everywhere, but not seeking Him in Christ we find Him nowhere.”

 

Dia menulis di Table Talk hal. 106,    “…Kita jangan berpikir tentang Allah yang lain kecuali Kristus, bahwa allah yang berbicara tidak melalui mulut Kristus bukanlah Allah. Allah di Perjanjian Lama mengikat DiriNya kepada takhta kasih karunia, itulah tempat di mana Dia bisa mendengar, selama kebijakan dan pemerintahan Musa berdiri dan berkembang. Dengan cara yang sama, Dia masih tidak akan mendengar manusia atau makhluk ciptaan apa pun, melainkan hanya melalui Kristus…”  apakah terlintas di pikiran kita apa artinya ini di dunia sekarang? Bayangkan semua sistem relijius di dunia, dan di sini Luther mengumumkan persis seperti yang dikatakan Kitab Suci, bahwa jika kita tidak datang ke Allah melalui Kristus, maka kita telah tersesat.  “Tidak ada seorang pun yang sampai kepada Bapa…”  kata Kitab Suci, “…kalau tidak melalui Dia.’ (Yoh. 14:6) “…selama kebijakan dan pemerintahan Musa berdiri dan berkembang. Dengan cara yang sama, Dia masih tidak akan mendengar manusia atau makhluk ciptaan apa pun, melainkan hanya melalui Kristus…”  Tidakkah itu menempatkan suatu beban penginjilan pada kita? Bukankah sudah waktunya kita menempatkan Kristus kembali ke tempatNya yang benar?     “…Sebagaimana sejumlah orang Yahudi berlarian ke sana kemari membakar dupa dan mempersembahkan kurban di sini dan di sana, mencari Allah di pelbagai tempat, mengabaikan Tabernakel, begitulah yang terjadi hari ini, kita mencari Allah ke mana-mana tetapi karena tidak mencariNya dalam Kristus, maka kita tidak menemukanNya di mana pun.

 

 

I think it is time for the Christian world to rise up and take the book of Hebrews to heart, who tells us exactly what the position of Jesus Christ is.

Of this highly exalted Son it is also written Isaiah 53:3, 3 He is despised and rejected of men; a Man of sorrows, and acquainted with grief: and we hid as it were our faces from Him; He was despised, and we esteemed Him not.”

And John 1:11, 11 He came unto His own, and His own received Him not.” That's one of the saddest verses in the Bible.

 

Menurut saya sudah waktunya dunia Kristen bangun dan benar-benar menyimak kitab Ibrani yang mengatakan kepada kita persisnya apa posisi Kristus itu.

Tentang Sang Anak yang sangat ditinggikan juga tertulis di Yesaya 53:3, 3 Ia dibenci dan ditolak oleh manusia, seorang Manusia penuh duka, dan yang terbiasa dengan kesedihan: dan kita seolah-olah menyembunyikan wajah kita dariNya; Ia dianggap hina, dan kita tidak menghargaiNya.”

Dan Yohanes 1:11, 11 Ia datang kepada milik-Nya sendiri, dan milik-Nya sendiri tidak menerima-Nya.”  Ini adalah salah satu ayat yang paling menyedihkan dalam Alkitab.

 

 

May God give us wisdom and grace to put Christ where He belongs and as disciples and as professed followers of Jesus Christ, isn't it time to raise our voices like a trumpet and say to the world, that “You are seeking God here, and you are seeking God there, but if you are not seeking Him in Christ, you will find Him nowhere”?

May God give us wisdom to understand this book and if we not know who we are dealing with, that we are dealing with the Son of God, the Creator God, the God who is our Redeemer, and who is called one with the Father, and His name is in Him and He is called YaHWeH,  then we will not understand the rest of this book. So may God give us wisdom in our understanding.

Let's pray.

 

Semoga Allah memberi kita hikmat dan rahmat untuk menempatkan Kristus di tempatNya yang seharusnya, dan sebagai murid-murid dan yang mengaku pengikut Yesus Kristus, bukankah sudah waktuya untuk mengangkat suara kita seperti sebuah terompet dan berkata kepada dunia bahwa, “Kalian mencari Allah di sini, dan kalian mencari Allah di sana, tetapi jika kalian tidak mencariNya dalam Kristus, kalian tidak akan menemukanNya di mana pun.”

Semoga Allah memberi kita hikmat untuk memahami kitab ini dan jika kita tidak tahu dengan siapa kita berhadapan, bahwa kita berhadapan dengan Anak Allah, Allah Pencipta, Allah yang adalah Penebus kita, dan yang disebut satu dengan Bapa, dan Nama Bapa ada padaNya dan Dia disebut YaHWeH, maka kita tidak akan mengerti sisa kitab ini. Jadi semoga Allah memberi kita hikmat dalam pemahaman kita.

Mari kita berdoa.

 

 

05 05 22

No comments:

Post a Comment