THE
BOOK OF HEBREWS
Part 12/14 – Walter Veith
CHAPTER 11 ~ THE GALLERY OF FAITH
https://www.youtube.com/watch?v=-SvttQu0ZMs
Dibuka dengan doa
This is to me one of the most magnificent chapters in the whole Bible because
it is so encouraging. And it's almost impossible to take one chapter and to
elevate it above any other, but it's just that it brings it down to the
personal level. And it also, well, tells us about some of the problems that we have
in the world today.
So in chapter 10 we already addressed the big three spiritual components of
the Christian walk: faith, hope, and love.
And in chapter 11 we hone in on Faith, without which it is impossible to
please God.
1 Corinthians 13:13 says, “13 And
now abideth faith, hope, charity, these three; but the greatest of these is
charity.”
Now this word “charity” is the same as the
KJV translates as the word “love” in other portions of Scripture, like for
example in 1 Thessalonians 1:3, “3
Remembering without ceasing your work of faith, and labour of love, and
patience of hope in our Lord Jesus Christ, in the sight of God and our Father.”
So the same word, ἀγάπη [agapē] is translated
"charity" over here and "love" over there. Now this word "charity"
comes from the word "caritas"
and it has an element of works associated with it. So personally I
would have liked it if they had just translated it as "love" even
though there are different forms of love, but this particular "love"
as we know is the selfless love, the ἀγάπη [agapē] love.
1 Thessalonians 5:8 says, “8 But
let us, who are of the day, be sober, putting on the breastplate of faith and
love; and for an helmet, the hope of salvation.” Interesting the helmet of course covers the cognitive part of the brain,
and it is the one where we have not only faith and love, but where we embrace this hope,
that things can change.
Bagi saya ini adalah salah satu
pasal yang paling luar biasa di seluruh Alkitab karena ini begitu membesarkan
hati. Dan nyaris tidak mungkin mengambil satu pasal dan meninggikannya di atas
yang lain, tetapi hanya saja pasal ini membawanya turun ke tingkat pribadi. Dan dia juga memberitahu kita mengenai
masalah-masalah yang kita hadapi di dunia hari ini.
Jadi di pasal 10 kita sudah membahas tiga komponen besar spiritual dari kehidupan Kristen:
iman, pengharapan, dan kasih.
Dan di pasal 11 kita fokus ke Iman, tanpa iman mustahil
itu diperkenan Allah. (Ibr. 11:6).
1 Korintus 13:13 berkata, “13 Dan sekarang tinggal iman, pengharapan dan amal; tiga ini. Tetapi
yang paling besar dari semua ini ialah amal…”
Nah, kata “amal”
ini adalah kata yang sama yang diterjemahkan KJV di bagian lain Kitab Suci
dengan kata “kasih”, seperti di 1 Tesalonika 1:3, “…3 Mengingat selalu pekerjaan imanmu, dan kerja
keras kasihmu dan kesabaran
pengharapanmu dalam Tuhan kita Yesus Kristus
di hadapan Allah dan Bapa kita.”
Jadi kata
yang sama ἀγάπη
[agapē] diterjemahkan “amal” di sini dan “kasih” di sana.
Nah, kata “amal” ini berasal dari kata “caritas” (bah. Latin) dan mengandung unsur perbuatan
yang terkait padanya. Maka secara pribadi saya lebih suka seandainya mereka
menerjemahkannya “kasih” walapun ada macam-macam bentuk kasih, tetapi “kasih”
yang ini, seperti yang kita ketahui adalah kasih yang tanpa pamrih, kasih ἀγάπη
[agapē].
1 Tesalonika 5:8
mengatakan, “8 Tetapi biarlah kita, yang adalah orang-orang siang,
sadar, mengenakan baju zirah iman dan kasih; dan sebagai ketopongnya,
pengharapan keselamatan.” Menarik, ketopong
tentu saja menutupi bagian kognitif dari otak, dan adalah tempat di mana kita
tidak hanya memiliki iman dan kasih, tetapi di mana kita memegang pengharapan ini, bahwa kondisi
bisa berubah.
Some people think that a gospel that tells us of what is going to happen in
the world like Matthew 24 for example, deprives us of hope. But in actual fact
when we see the things developing around us, and we see the way in which the
world is going, our hope should not be fastened upon anything down here, we should lift
up our eyes and our heads and look because our salvation draweth near. And that should be the Christian hope.
Romans 8:24 says, “24 For
we are saved by hope, but hope that is seen is not hope; for what a man seeth,
why doth he yet hope for? 25 But if we hope for that we see not,
then do we with patience wait for it”
So hope is incredibly important, and we must cling to it.
Ada yang
berpikir bahwa injil yang memberitahu kita apa yang akan terjadi di dunia
seperti Matius pasal 24 misalnya, melenyapkan harapan kita. Tetapi
sesungguhnya, ketika kita melihat perkembangan situasi di seputar kita, dan
kita melihat ke mana arah dunia ini sedang menuju, harapan kita janganlah disandarkan pada apa pun di dunia
ini, kita harus mengangkat mata kita dan kepala kita dan melihat ke atas karena
keselamatan kita sudah semakin dekat (Luk. 21:28). Dan seharusnya itulah
pengharapan orang Kristen.
Roma 8:24
mengatakan, “24 Sebab
kita diselamatkan oleh pengharapan. Tetapi
pengharapan yang tampak, bukan pengharapan;
sebab apa yang dilihat manusia, mengapa masih diharapkannya?
25 Tetapi
jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, maka kita menantikannya dengan sabar.
…”
Jadi pengharapan itu sangat penting,
dan kita harus berpegang erat padanya.
So the question is how great must our faith be?
Matthew 17:20 says, “ 20 And
Jesus said unto them, ‘Because of your unbelief. For verily I say unto you, ‘If ye have faith as a grain of mustard
seed, ye shall say unto this mountain, Remove hence to yonder place; and it
shall remove; and nothing shall be impossible unto you.’…”
So we
must have faith, even if it is the size of a mustard seed.
Jadi pertanyaannya ialah, seberapa besarkah iman kita
seharusnya?
Matius 17:20 mengatakan, “20 Dan Yesus berkata
kepada mereka, ‘Karena kurangnya
percayamu. Sebab sungguh Aku berkata kepadamu, ‘Sekiranya kamu
mempunyai iman sebesar biji sesawi, kamu
akan berkata kepada gunung ini: Pindah dari sini
ke tempat di sana,’ --maka gunung itu akan pindah; dan takkan ada yang mustahil bagimu.’…”
Jadi kita
harus punya iman, walaupun itu hanya sebesar biji sesawi.
But there's another question that arises then. Should it stay a mustard
seed?
Luke 13:18, “18
Then said He, ‘Unto what is the kingdom of God like, and whereunto shall I
resemble it? 19 It is like a grain of mustard seed, which a man
took, and cast into his garden; and it grew, and waxed a great tree; and the
fowls of the air lodged in the branches of it.”
So our
faith should not remain the size of a mustard seed. It should grow.
It should wax into a great tree. And the only way in which we can accomplish that is by
experience, repeated experience, continuous walk in the way.
Tetapi ada pertanyaan lain yang muncul. Apakah dia harus
tetap selamanya sebesar sebiji sesawi?
Lukas 13:18, “18 Maka kata Yesus, ‘Seperti apakah Kerajaan Allah itu,
dan dengan apakah akan Aku menyamakannya? 19
Ia seumpama sebuah biji sesawi, yang diambil
dan ditaburkan orang di kebunnya; dan biji
itu tumbuh, dan menjadi pohon yang besar; dan
burung-burung di udara bersarang di
cabang-cabangnya.”
Jadi iman kita tidak
boleh terus selamanya ukuran sebuah biji sesawi. Dia harus tumbuh. Dia harus tumbuh menjadi
sebatang pohon yang besar. Dan satu-satunya cara bagaimana kita bisa mencapai itu ialah dengan pengalaman,
pengalaman yang berulang-ulang, berjalan terus-menerus di jalan itu.
So what is the definition of faith?
Jadi apakah
definisi iman?
Hebrews 11:1
“1 Now
faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.”
To me one of the most amazing definitions that I’ve ever read in my life, partly because it is so nonsensical. Because faith
cannot be substance, and it cannot be
evidence of things not seen. It is an impossibility.
I always use a rather silly example, but let
me use it again.
If you are in a court of Law and the judge
asks the witness to come forward and to testify as to what he has seen and the
witness says, “Your Honor, this is what
I did not see.”
Then that would be a pretty nonsensical thing
to do, and the case would be dismissed.
Ibrani 11:1
“1
Nah, iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal
yang diharapkan, bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.”
Bagi saya ini
salah satu definisi yang paling mengagumkan yang pernah saya baca dalam hidup saya, sebagian karena ini
begitu tidak masuk akal. Karena iman tidak bisa menjadi substansi (wujud) dan
dia tidak bisa menjadi bukti dari hal-hal yang tidak dilihat. Itu suatu
kemustahilan.
Saya selalu memakai contoh yang rada
konyol, tetapi izinkan saya memakainya lagi.
Jika kita ada di pengadilan dan si
hakim minta kepada saksi untuk maju dan memberikan kesaksian tentang apa yang
telah dilihatnya, dan saksi ini berkata, “Yang Mulia, inilah yang tidak saya
lihat.”
Maka itu menjadi perbuatan yang sangat
tidak masuk akal, dan kasusnya akan dibubarkan.
So “faith is the substance of things hoped for”. So if you're hoping for something ~ let's say
you hope for a gift, such as a new car ~ does the faith in this hoping for this
car provide the substance? In other
words, if you have faith that you will one day get a car, can you go and sit in
the car and drive away? The answer is No!
But what if your faith is so strong that you are absolutely convinced that
the substance, the car, is yours even though you cannot yet see it? Well, then
it is something else.
And what is “evidence of
things” that you have “not seen”?
“Provide us with the evidence of what you
saw.”
“No, Your Honor, this is the evidence of
what I did not see.”
It doesn't make any sense.
But this is the definition of faith, and without it, it is impossible to
please God. So we need to study it in
some detail.
Jadi “iman
adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan”.
Maka jika
kita mengharapkan sesuatu ~ katakanlah kita mengharapkan suatu pemberian,
misalnya sebuah mobil baru ~ apakah iman yang ada dalam pengharapan untuk mobil
ini menjadikan dia terwujud? Dengan kata lain, jika kita punya iman suatu hari
kita akan mendapat mobil baru, bisakah kita pergi dan duduk di mobil itu
sekarang dan mengendarainya? Jawabannya ialah Tidak!
Tetapi bagaimana jika iman kita begitu kuat sehingga kita
benar-benar yakin substansi itu, mobil itu, adalah milik kita walaupun kita
belum bisa melihatnya? Nah, kalau begitu, itu beda.
Dan apakah itu “bukti
dari hal-hal yang tidak…” pernah “…dilihat”?
“Berikan kita bukti
dari apa yang kamu lihat.”
“Tidak, Yang
Mulia, ini adalah bukti dari apa yang tidak saya lihat.”
Ini tidak masuk
akal.
Tetapi inilah definisi iman, dan tanpa itu, mustahil
membuat Allah berkenan (Ibr. 11:6). Maka kita perlu mempelajarinya dengan lebih
mendetail.
Here's a statement from the Spirit of Prophecy. “To the distressed father, seeking for the tender
love and pity of Christ to be exercised in behalf of his afflicted son, Jesus said: ‘If thou canst believe, all things are possible to him that believeth.’
All things are possible with God, and by faith we may lay hold on His
power. But faith is not sight; faith is not feeling;
faith is not reality. ‘Faith is the substance
of things hoped for, the evidence
of things not seen.’ To abide in faith is to put aside feeling and selfish desires, to walk humbly with the Lord, to appropriate His promises, and apply them to all occasions, believing that God will work out His own plans and purposes
in your heart
and life by the sanctification of your character;
it is to rely entirely, to trust
implicitly, upon the faithfulness of God. If this course is followed,
others will see the special
fruits of the Spirit manifested in the life and
character.” (Special Testimonies on Education pg. 115)
Di sini ada pernyataan dari
Roh Nubuat.
“…Kepada ayah yang sedang bingung memohon kasih rahmat dan belas kasihan
Kristus bagi anaknya yang menderita, Yesus berkata, ‘Jika kamu bisa percaya, segala sesuatu itu mungkin bagi dia yang
percaya.’ (Mark. 9:23). Segala hal itu mungkin bagi Allah, dan melalui iman
kita bisa mengandalkan kuasaNya. Tetapi iman
itu bukan penglihatan, iman bukan perasaan, iman bukan realita. ‘Iman adalah substansi
(wujud) dari hal-hal yang diharapkan, bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.’ (Ibr.11:1). Untuk tetap beriman berarti mengesampingkan perasaan dan
keinginan egois, untuk berjalan bersama Tuhan dengan rendah hati, untuk
menerima janji-janjiNya dan mengaplikasikannya kepada setiap keadaan, meyakini
bahwa Allah akan mengerjakan rancanganNya dan tujuanNya Sendiri di hati dan
hidup kita lewat pengudusan karakter kita; untuk bersandar sepenuhnya, untuk
mempercayai tanpa keraguan pada kesetiaan Allah. Jika jalan ini diikuti, orang lain akan
melihat buah-buah Roh yang istimewa terwujud dalam hidup dan karakter kita.” (Special Testimonies on Education hal. 115)
It's very important that love (should
be: Faith) is not evidence, it is
not feeling, it is not reality. It is something that you appropriate that is not yet
there. So sometimes people when they become discouraged feel that God
has abandoned them, but the Word of God says, “I will never leave
you nor forsake you”.
So then faith must pierce the shadow and grab hold of the Substance, and
say even though I don't see it, even though the circumstances are stacked
against me, by faith I will accept that He has not left me nor forsaken me.
And we will need this faith more and more as we approach the times that are
ahead of us.
Sangatlah penting bahwa iman itu bukan bukti, itu bukan perasaan,
itu bukan kenyataan. Itu adalah sesuatu
yang kita terima, yang belum ada. Jadi terkadang ketika orang
menjadi kecil hati, merasa Allah telah meninggalkan mereka, tetapi Firman Allah
berkata, “Aku
tidak akan pernah meninggalkan kamu maupun
tidak mempedulikan kamu.” (Ibr. 13:5)
Kalau begitu iman haruslah menembus bayangan dan memegang
Substansinya, dan walaupun saya tidak melihatnya, walaupun situasi memusuhi
saya, saya berkata, dengan iman, saya akan
menerima bahwa Dia tidak meninggalkan saya maupun mengabaikan saya. Dan kita akan semakin
membutuhkan iman demikian saat kita mendekati masa-masa yang ada di hadapan
kita.
So in my own words I tried to summarize as following:
Society rests on
a faith which is rooted in man. This is what
we see on a daily basis. We see it in the media every single day. We have been
schooled to place our faith in man, and in the inventions of man. Every
advertisement that we see in the media makes a promise and is successful
insofar as men believe it, and act upon it. The entire economy runs on this
principle from our first breath to our last. We trust the physician that
delivers the infant, we trust the formulas which are fed to them, the food we
eat, the stores we buy our food from, the education we receive, the science we
learn, the bankers that take care of our finances, the preachers we listen to,
the religious systems we belong to, the decisions of those that rule over us,
and the news that feed us. If we trust all of these things, we can be in
serious-serious trouble. Many follow blindly and do so without questioning the
sources, and those that do are branded conspiracy theorists and fanatics, and
they are often removed from society.
Maka dengan kata-kata saya sendiri, saya berusaha
menyimpulkannya sbb.:
Masyarakat
bersandar pada suatu iman yang berakar pada manusia. Inilah yang kita lihat
sehari-hari. Kita melihatnya di media setiap hari. Kita telah dididik untuk
menempatkan percaya kita pada manusia dan pada ciptaan manusia. Setiap iklan
yang kita lihat di media memberikan janji, dan itu berhasil selama manusia
mempercayainya dan bertindak sesuai dengannya. Seluruh perekonomian berjalan
pada prinsip ini dari tarikan nafas kita yang pertama hingga yang terakhir.
Kita mempercayai para dokter yang menangani kelahiran bayi-bayi, kita mempercayai
susu formula yang disuapkan kepada mereka, makanan yang kita makan, toko-toko
di mana kita membeli makanan kita, pendidikan yang kita terima, ilmu-ilmu yang
kita pelajari, para bankir yang mengurus keuangan kita, para pengkhotbah yang
kita dengarkan, sistem-sistem relijius yang kita ikuti, keputusan-keputusan
mereka yang berkuasa atas kita, dan berita-berita yang disuapkan kita. Jika
kita mempercayai semua ini, kita bisa berada dalam masalah yang amat sangat
serius. Banyak orang mengikuti dengan buta tanpa mempertanyakan sumbernya,
sementara mereka yang mempertanyakan dicap sebagai penganut teori konspirasi
dan para fanatik, dan sering mereka disingkirkan dari masyarakat.
So in all of the
above there are three elements.
v there's a promise,
if you buy this; this and this will
happen.
v there's faith,
I’m sure it will happen.
v and there's a response,
you buy it. Whether it is a statement
that you buy from the lips of your teacher, whether it is a statement that you
buy from the lips of your pastor, whether it is a statement that you buy from
the lips of the bankers, or the politicians, if you buy it, and you have faith
in it, you vote for it. And sometimes you vote yourself into oblivion.
Jadi di semua yang disebutkan di atas ada tiga unsur.
v Ada janji,
jika kita membeli ini; maka ini dan ini akan
terjadi.
v Ada iman,
kita yakin itu akan terjadi.
v Dan ada respons,
kita membelinya. Apakah itu suatu pernyataan yang kita
beli dari bibir guru kita, apakah itu suatu pernyataan yang kita beli dari
bibir pendeta kita, apakah itu suatu pernyataan yang kita beli dari bibir para
bankir, atau politikus, jika kita beli dan kita mempercayainya, kita
mendukungnya. Dan terkadang kita mendukung sampai diri kita sendiri hilang.
So the same criteria apply to the voice of God in the Scriptures, and in
nature, but who has believed?
Psalms 50:1 and onward says, “ 1 A psalm for Asaph.
The God of gods, the Lord hath spoken, and He hath called the earth. From the
rising of the sun, to the going down thereof. 2 Out of Sion the loveliness of His beauty. 3 God shall come
manifestly: our God shall come, and shall not keep silence. A fire shall burn
before Him: and a mighty tempest shall be round about Him. (Douay-Rheims Bible)
That's the promise of the second coming.
Question is, do we believe this? Are we so acquainted with His character
that we actually look forward to this? Or are we afraid that things are not
right in our lives, or are we afraid of change and rather cling to what we
have, a shadow of a world, and deny the Substance, this faith that has been promised, the
Substance that has been promised?
So Isaiah 53:1 mournfully asks, “1 Who
hath believed our report? And to whom is the arm of the LORD revealed?”
Sadly the answer is, most have not believed the report. And even within
God's supposed people there are people that say, “Oh, please don't let Him come yet.”
Maka kriteria yang sama berlaku untuk suara Allah di
Kitab Suci, dan untuk alam, tetapi siapa yang percaya?
Mazmur 50:1 dan seterusnya berkata, “1 Mazmur Asaf. Allah
segala allah, TUHAN Allah, telah berfirman,
dan Dia telah memanggil bumi. Dari terbitnya
matahari sampai kepada terbenamnya. 2 Dari Sion, keelokan keindahanNya. Allah akan datang dalam wujud,
3 Allah kita akan datang dan
tidak akan diam. Suatu api akan menyala di
hadapan-Nya, dan badai yang dahsyat akan mengelilingiNya.” (Douay-Rheims Bible)
Inilah janji Kedatangan Kedua.
Pertanyaannya ialah, apakah kita
mempercayai ini? Apakah kita sudah begitu mengenal karakterNya sehingga kita
benar-benar menantikan ini? Atau apakah kita takut bahwa ada yang tidak benar
dengan hidup kita, atau apakah kita takut pada perubahan dan lebih suka
menggandoli apa yang kita punya, bayangan dari dunia, dan menolak Substansinya,
iman yang telah dijanjikan itu, Substansi yang telah dijanjikan?
Jadi Yesaya 53:1 dengan sedih bertanya,
“1
Siapakah yang sudah percaya kepada laporan kami? Dan kepada siapakah lengan TUHAN dinyatakan?” Yang menyedihkan, kebanyakan tidak mempercayai laporan
itu. Dan bahkan di atara yang mengaku umat Allah, mereka berkata, “Oh,
moga-moga Dia jangan datang dulu.”
Hebrews 11:2-3
So Hebrews 11:2 says, “2 For
by it…” by faith
“…the elders obtained a good report.”
And then comes the list of those that gave us this good report. Verse 3, “3
Through faith we understand that the worlds were framed by the Word of God, so
that things which are seen were not made of things which do appear.” That's the first statement of faith in
Hebrews chapter 11. By faith we understand that the worlds were framed by the Word of God,
and that the things that we see were not made from things, but they
were made
“ex nihilo” out of nothing. I almost want to use an explicit, and say, how much of the world actually believes this? A tiny, tiny minority believes this. Does
the educational system of the world believe this? Absolutely not! What is
taught in our schools, what's even taught in our primary schools? Anything but
this. In fact the exact opposite is being embraced by the world. The theory of
Evolution has totally negated verse 3, it has been swallowed not only by the
philosophers of science but by the very scientists that are producing the
substances which are supposed to save humanity in the days that we are living
in.
Ibrani 11:2-3
Jadi Ibrani 11:2 mengatakan, “2 Sebab oleh imanlah para leluhur telah mendapatkan laporan yang baik…”
Kemudian muncul daftar mereka yang
telah memberi kita laporan baik ini. Ayat 3, “…3
Melalui iman kita mengerti, bahwa dunia-dunia telah dirancang oleh Firman Allah,
sehingga hal-hal yang terlihat
tidak dibuat dari apa yang kita lihat…” Itulah pernyataan
iman yang pertama di Ibrani pasal 11. Melalui iman kita mengerti bahwa dunia-dunia dirancang oleh Firman
Allah, dan bahwa hal-hal yang kita lihat tidak dibuat dari
benda-benda yang ada, tetapi mereka dibuat
“ex-nihilo” dari yang tidak ada. Saya nyaris mau memakai kata yang
eksplisit dan berkata, seberapa banyak
dari dunia ini yang mempercayai ini? Hanya minoritas yang amat sangat kecil
yang mempercayai ini. Apakah sistem pendidikan dunia mempercayai ini? Sama
sekali tidak! Apa yang diajarkan sekolah-sekolah kita, bahkan yang diajarkan di
Sekolah Dasar kita? Apa saja kecuali ini. Bahkan yang sebaliknya yang dianut
oleh dunia. Teori Evolusi sudah seluruhnya menyangkal ayat 3, itu sudah ditelan
bulat-bulat bukan hanya oleh para filsuf sains tetapi juga oleh para ilmuwan
yang sama yang menciptakan substansi-substansi yang dianggap menyelamatkan
kemanusiaan di hari-hari di mana kita sekarang hidup.
So the question is does the world have faith? And the answer is No, it does
not have faith, particularly if it believes the lie that is being propagated in
the world regarding this very issue. So it's a sad state of affairs that the very
first statement of faith is negated by the entire scientific world and embraced
by the religious world. So even the supposed people of God that stand in the
pulpit will defend the voice of science over and above the Word of God,
a very sad state of affairs.
Maka pertanyaannya ialah, apakah dunia punya iman?
Jawabannya ialah Tidak, dunia tidak punya iman, terutama jika dia mempercayai
kebohongan yang disebarkan di dunia mengenai isu ini. Jadi ini adalah kondisi
yang menyedihkan, bahwa pernyataan
iman yang pertama disangkal oleh seluruh dunia saintifik yang dianut oleh dunia
relijius. Jadi, bahkan
mereka yang dianggap umat Allah yang berdiri di atas mimbar
membela suara sains di atas Firman Allah, suatu kondisi yang amat sangat
menyedihkan.
Hebrews 11:4
And as we go down the line Hebrews 11:4, “4 By
faith Abel offered unto God a more excellent sacrifice than Cain, by which he
obtained witness that he was righteous, God testifying of his gifts: and by it
he being dead yet speaketh…” that is the second statement, it goes right
back to the garden of Eden. “…by faith Abel offered a more excellent
sacrifice…” if we ask ourselves, the religious systems
of the world, do they embrace the religion of Abel, that the Substitute should
die for us, that there would be an atonement that would pay the price for our
sins? If you take the great religious systems of the world, they all deny it. And even in
the Christian world it is denied as verily as Cain denied it. And we've
seen in the previous chapters how they deny the atonement of Jesus Christ,
and how the whole world can sit around one table in a happy ecumenism with
those that deny the atonement of Christ and claim that they are brothers and sisters in
Christ.
Ibrani 11:4
Dan sambil kita lanjutkan
Ibrani 11:4, “4 Karena iman, Habel telah mempersembahkan kepada Allah kurban
yang lebih baik daripada kurban Kain, dengan mana
ia memperoleh kesaksian bahwa ia benar, Allah bersaksi
atas persembahan-persembahannya; dan melalui itu, walaupun ia mati, namun ia masih bicara…” ini adalah
pernyataan yang kedua, yang kembali ke taman Eden. “…4 Karena iman Habel telah
mempersembahkan kepada Allah kurban yang lebih baik…” Jika kita bertanya
kepada diri sendiri, sistem relijius dunia, apakah mereka menganut agama Habel,
bahwa Seorang Pengganti harus mati bagi kita, bahwa nanti akan ada pendamaian
yang akan membayarkan harga dosa kita? Jika kita lihat sistem-sistem relijius dunia yang besar-besar, mereka
semua menyangkalnya. Dan bahkan di dunia Kristen, itu disangkal
sama seperti Kain menyangkalnya. Dan kita sudah melihat di pasal-pasal
sebelumnya bagaimana mereka
menyangkal pendamaian Yesus Kristus, dan bagaimana seluruh dunia
bisa
duduk mengelilingi satu meja dalam
eukumenisme yang ceria bersama-sama dengan mereka yang menyangkal pendamaian
Kristus dan mengklaim mereka itu
saudara-saudara laki-laki dan perempuan dalam Kristus.
Now the sad state of affairs is that the people that are involved in these
systems are blissfully unaware of the official teaching, because they've never learned
to question, they have been ritualized, and that is why it is so important for
the enemy of souls to ensure that people are ritualized, so that they block out
their cognitive functions. The faith of Abel is not the faith of the religious
world, nor is it the faith of many in the supposed Christian world.
Nah, kondisi yang menyedihkan ialah orang-orang yang
terlibat dalam sistem-sistem ini sama sekali tidak menyadari ajaran yang resmi,
karena mereka tidak pernah belajar mempertanyakan, mereka sudah diritualisasi,
dan itulah mengapa begitu penting bagi musuh jiwa-jiwa (Setan) untuk
memastikan bahwa orang-orang diritualisasi supaya mereka memblokir fungsi
kognitif mereka. Iman Habel bukanlah agama dunia ini, maupun agama dari banyak
mereka di dunia yang mengaku sebagai Kristen.
Hebrews 11:5
Verse 5, “…5 By faith Enoch was
translated that he should not see death; and was not found, because God had
translated him. For before his translation he had this testimony, that he
pleased God.”
Now Enoch serves as a type for the anti-deluvian world, that God would
fulfill His promises. And Enoch was taken to Heaven just as Elijah was, without
seeing death, as a guarantor for those living at the end of time who will be
alive when the Lord will come, that they too will be able to see God without
facing death first.
Ibrani 11:5
Ayat 5, “5 Karena
iman, Henokh diubahkan supaya ia tidak
mengalami kematian; dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya.
Sebab sebelum pengangkatannya, ia memiliki kesaksian ini, bahwa ia berkenan kepada Allah.”
Nah, Henokh
berfungsi sebagai suatu tipe bagi dunia pra-airbah, bahwa Allah akan memenuhi
janji-janjiNya. Dan Henokh dibawa ke Surga sebagaimana Elia, tanpa melihat
kematian, sebagai jaminan bagi mereka yang masih akan hidup di akhir zaman
ketika Tuhan datang, bahwa mereka juga akan bisa melihat Allah tanpa lebih dulu
mengalami kematian.
Now is this believed in the world today? Well, I’ve heard many many sermons. I’ve heard even the Nobel laureates of this world,
like the Desmond Tutu’s of this world, stating that the story of the
resurrection is an allegory, that it never happened, or the Jesus Seminar that says Jesus
was probably eaten by dogs, there was never a resurrection, this is purely a
story, a figment of the imagination. And this is the supposed Christian world,
the Nobel laureates and the bishops of this world?
Nah, apakah ini dipercayai di dunia sekarang ini? Nah, saya telah mendengar banyak-banyak khotbah. Saya telah mendengar bahkan para pemenang hadiah Nobel dunia ini, seperti para Desmond Tutu *) dunia ini, yang menyatakan bahwa kisah kebangkitan itu kiasan, bahwa itu tidak pernah terjadi. Atau yang dikatakan kelompok Jesus Seminar **) bahwa Yesus itu kira-kira dimakan anjing, tidak pernah ada kebangkitan, itu semata-mata suatu dongeng, ciptaan dari imajinasi saja. Dan ini datang dari yang mengaku sebagai dunia Krisiten, para pemenang Nobel dan para uskup dunia ini.
*) Desmond Tutu itu Theolog dan
Uskup Anglikan Afrika Selatan, menjabat Uskup Agung Cape Town – wafat Des. 2021
**) kelompok yang dibentuk di Amerika tahun 1985 yang
mempelajari tokoh Yesus. Pendirinya mati tahun 2005 dan tidak lama kemudian
kelompok ini berhenti berfungsi walaupun tidak pernah dibubarkan secara resmi).
“By faith Enoch…” is that believed in the world today? No,
but he's in the Hall of Fame as is Abel.
So it is difficult to walk with God in the midst of a wicked world with myriads
of temptations. But Enoch did. Was this written down long after the translation
of Enoch as a reminder of his achievements, or was it an example of what we can
achieve by faith in the time that we are living in? These things are written says the Bible for
our example, everything in the Bible is written for our example. And every
word in the Bible is God breathed, that is what we have to accept by faith.
And if you want to have the faith of Enoch then you must walk with God in the
midst of a world as it is today, where every imagination of the heart is
continually evil, as it was in the antediluvian day.
1 Corinthians 10:11 says, “11
Now all these things happened unto them for ensamples, and they are written for
our admonition, upon whom the ends of the world are come.”
“5 Karena iman, Henokh…” apakah ini dipercayai di dunia hari ini?
Tidak, tetapi Henokh masuk “Kategori Orang-orang yang
Dihormati Karena
Pencapaian Mereka”, seperti juga Habel. Jadi
memang sulit berjalan bersama Allah di tengah-tengah dunia yang jahat dengan
pencobaan yang tidak terbilang jumlahnya. Tetapi Henokh berhasil. Apakah ini
ditulis jauh setelah pengangkatan Henokh untuk memperingati pencapaiannya atau
apakah ini suatu contoh dari apa yang bisa kita capai melalui iman di zaman di
mana kita hidup sekarang? Kata Alkitab hal-hal ini ditulis untuk
teladan kita, segala yang ada di
Alkitab itu ditulis bagi teladan kita. Dan setiap perkataan di
Alkitab itu diilhami oleh Allah, itulah
yang harus kita terima dengan iman. Dan jika kita mau memiliki
iman Henokh, maka kita harus hidup bersama Allah di tengah-tengah dunia
sebagaimana adanya hari ini, di mana setiap imajinasi hati terus-menerus jahat,
seperti di zaman pra-airbah.
1 Korintus 10:11 berkata, “11 Nah, semua hal ini telah menimpa mereka sebagai contoh,
dan mereka ditulis untuk menjadi peringatan
bagi kita, yang kepada siapa akhir dunia akan tiba.”
So what are the consequences of not having faith? And we see that the world
doesn't have faith. It doesn't believe anything that is written in those first
three pillars of faith, or a minute fraction of the world believes it.
Jadi apa konsekuensinya tidak memiliki
iman? Dan kita melihat bahwa dunia tidak punya iman, yang tidak mempercayai apa
pun yang tertulis di ketiga pilar iman yang pertama, atau hanya sebagian yang
sangat kecil dari dunia yang mempercayainya.
Hebrews 11:6
Well, verse 6 is the consequence. “6 But
without faith it is impossible to please Him. For he that cometh to God must
believe that He is, and that He is a rewarder of them that diligently seek
Him.”
The religious world has said they can embrace Atheists, as long as they are
people that walk according to the common good. But without faith in God it is impossible
to please Him.
Ibrani 11:6
Nah, ayat 6 adalah konsekuensinya. “6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah. Sebab dia yang datang kepada Allah, harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa
Allah adalah pemberi hadiah kepada mereka yang rajin
mencari Dia.”
Dunia relijius
berkata mereka bisa merangkul para atheis selama mereka adalah orang-orang yang
hidup demi kepentingan orang banyak. Tetapi tanpa iman pada Allah, itu mustahil berkenan padaNya.
So God's gallery of faithful men and women includes people from all walks
of life, from the most noble to the most ignoble occupations; and from the
highest to the lowest stature in society. The issues of faith also stand in stark
contrast to the issues that the most brilliant minds in this world hold dear. It
is the
absolute antithesis of what the world believes. Let's continue.
Jadi galeri Allah dari laki-laki dan perempuan yang setia
termasuk orang-orang dari segala macam kehidupan, dari profesi yang paling
mulia hingga yang paling hina; dari status yang paling tinggi hingga yang
paling rendah dalam masyarakat. Isu
iman ini juga berdiri dalam kontras yang sangat jelas terhadap isu
konsep-konsep yang disayangi oleh mereka yang paling brilyan di dunia. Itu adalah antithesis mutlak dari
apa yang diyakini dunia. Mari kita lanjutkan.
Hebrews 11:7
“7 By
faith Noah…” in fact you don't even have to go
further than that, already the world stumbles
“…being warned of God of things not seen as yet, moved with fear,
prepared an ark to the saving of his house; by the which he condemned the
world, and became heir of the righteousness which is by faith.” What a magnificent verse!
I remember when I was an Atheist and an
Evolutionist, and I switched to becoming a believer in God's Word and in
Creation, I had so many discussions with my colleagues; and one of my
colleagues ~ who by the way who was an elder in the church, in the Christian
church ~ when I asked him what about the universal flood, he said, “There was
no universal flood.” Because he was a paleontologist and they don't believe in
the universal flood. In fact Evolution cannot tolerate a universal flood. And
so I asked him what about it, and he said, “No, it's a figment of the
imagination.”
Then I said to him, but what about Jesus?
He's an elder in the church! What about Jesus, He said, when the
flood came it took them all away.
And his answer was, “Jesus was lying, or He
was ignorant.”
Ibrani 11:7
“7 Karena iman, Nuh…” malah kita tidak
perlu pergi lebih jauh lagi, dunia sudah jatuh tersandung, “…setelah
diperingatkan Allah tentang hal-hal yang
belum kelihatan, bertindak dengan gentar, mempersiapkan sebuah bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dengan tindakan mana ia telah menghukum
dunia, dan menjadi ahliwaris kebenaran, yaitu melalui iman.” Betapa luar biasanya ayat ini!
Saya ingat ketika saya seorang Atheis dan Evolusionis,
dan saya pindah menjadi orang yang mempercayai Firman Allah dan Penciptaan, saya berdiskusi
begitu banyak dengan kolega-kolega saya, dan salah satu dari kolega saya ini ~
yang kebetulan juga seorang tua-tua gereja, di gereja Kristen ~ ketika saya
bertanya padanya tentang air bah universal, dia berkata, “Tidak ada air bah
universal.” Karena dia seorang ahli paleontologi (ilmu fosil
tanaman dan hewan) dan mereka tidak percaya pada air bah universal. Bahkan
golongan Evolusi tidak menoleransi air bah universal. Maka saya tanya kepadanya
bagaimana tentang itu dan dia berkata, “Tidak, itu cuma ciptaan imajinasi.”
Lalu saya katakan kepadanya, bagaimana tentang Yesus? Dia ini seorang tua-tua
di gereja loh! Bagaimana dengan
Yesus? Yesus mengatakan air bah datang dan menyapu habis dunia (Mat. 24:39). Dan
jawabannya ialah, “Yesus bohong atau Dia tidak tahu apa-apa.”
“By faith Noah…” it's a sad state of affairs, that my
academic colleagues didn't have any faith in terms of what Noah believed. And
so they have influenced thousands and thousands against what the Bible defines
as faith.
There are organizations run on campuses by the Christian world that
represent Christianity and they make it their business at the universities to train
people to turn their backs on the “myths” of the Bible so that they do not look
like fools in the eyes of science. Well, one day they will look like fools in the eyes
of God, because the Bible says, “the fool says
in his heart there is no God” (Psa. 14:1), and the fool says in his heart there
was no flood.
Let's continue our walk of faith. The world really is in trouble so far.
“7
Karena iman, Nuh…”
ini adalah
kondisi yang menyedihkan, bahwa kolega-kolega akademis saya tidak punya iman
apa pun sehubungan dengan apa yang diyakini Nuh. Maka mereka telah mempengaruhi
beribu-ribu orang untuk tidak mempercayai apa yang dikatakan Alkitab sebagai
iman.
Ada organisasi-organisasi
yang dijalankan oleh dunia Kristen di kampus-kampus yang
mewakili Kekristenan dan sasaran mereka ialah melatih di universitas-universitas agar orang-orang
berpaling dari “mitos-mitos” Alkitab, supaya mereka tidak terlihat seperti
orang-orang bodoh di mata sains. Nah, suatu hari mereka akan terlihat seperti
orang-orang bodoh di mata Allah, karena Alkitab berkata, “…Orang bebal berkata dalam hatinya, Tidak ada
Allah…” (Maz.
14:1) dan orang bebal berkata dalam hatinya
tidak ada air bah.
Mari kita lanjutkan
perjalanan iman kita. Dunia benar-benar dalam masalah sampai sejauh ini.
Hebrew 11:8-10
“8 By
faith Abraham, when he was called to go out into a place which he should after
receive for an inheritance, obeyed; and he went out, not knowing whither he
went. 9 By faith he sojourned in the land of promise, as in a
strange country, dwelling in tabernacles with Isaac and Jacob, the heirs with
him of the same promise: 10 For he looked for a City which hath
foundations, whose builder and maker is God.”
Well, how many people believe that in the world today? This is the gallery
of faith.
Abraham when he didn't even know where he was going to go, obeyed. He left
his home, he left his family, and he went. And he wandered in a strange country
dwelling in tabernacles and he was waiting for a City which has foundations
whose builder and maker is God, a literal City. And people say that this is
foolishness. And so the world today preaches a Millennialism
or Millenniumism on this earth. Either way they are not looking for a
City. Roman Catholicism and conservative Protestantism teach a millennialism.
There is no Millennium and the kingdom of God
will be eternal and the church will rule here on earth.
The Bible says, “My kingdom is not of this world” (John 18:36).
So how do you reconcile those two issues?
And the Protestant world ~ the Pentecostal world in particular ~ they teach
a millennium, a thousand years of peace and safety upon this earth,
when the Bible knows nothing. In fact when they say “peace and
safety” the Bible says “…sudden
destruction will come upon them...” (1 Thessa 5:3)
Ibrani 11:8-10
“8 Karena
iman, Abraham ketika ia dipanggil untuk berangkat ke tempat yang kemudian akan
diterimanya sebagai milik pusakanya, patuh; dan
ia berangkat tanpa mengetahui ke mana ia pergi.
9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di negeri asing, tinggal dalam
tenda-tenda dengan Ishak dan Yakub, ahliwaris-ahliwaris bersamanya dari janji yang sama. 10
Sebab ia menanti-nantikan Kota yang mempunyai fondasi,
yang pembangun dan pembuatnya ialah Allah.”
Nah, berapa banyak
orang di dunia hari ini yang mempercayai ini? Inilah galeri iman.
Abraham ketika dia
tidak tahu ke mana dia akan pergi, dia patuh. Dia meninggalkan rumahnya, dia
meninggalkan sanak kerabatnya, dan dia berangkat. Dan dia mengembara di negeri
yang asing, hidup dalam tenda-tenda, dan dia menatikan sebuah Kota yang punya
fondasi yang pembangun dan pembuatnya ialah Allah, sebuah Kota literal. Dan
orang-orang mengatakan ini kebodohan. Maka dunia
hari ini mengkhotbahkan suatu Millenialisme atau Milleniumisme di bumi ini.
Apa pun itu, mereka tidak mencari sebuah Kota. Roma Katolikisme dan Protestan
konservatif mengajarkan Millenialisme. Tidak ada Millenium dan kerajaan Allah akan kekal dan gereja akan memerintah di bumi
ini.
Alkitab mengatakan, “Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini…” (Yoh. 18:36).
Jadi bagaimana kita bisa mempertemukan kedua isu itu?
Dunia Protestan~ terutama yang Pentekosta ~ mereka mengajarkan suatu Millenium,
1’000 tahun damai dan aman di bumi ini, padahal Alkitab tidak
mengatakan apa-apa. Bahkan ketika mereka berkata, “…‘damai’ dan ‘aman’…” Alkitab berkata “…kebinasaan tiba-tiba akan menimpa mereka…”
(1 Tesa.
5:3)
So if you read Matthew 24, surely it doesn't speak about peace and safety. So
how many people have the faith of Abraham? How many people are willing to “come out of her, My people” (Rev. 18:4) to walk destitute in the world ~ spiritually speaking ~ without comfort, waiting
and looking for a City that God has prepared for them that love Him? Very-very
few. But that is a requirement. God says, “Come out of
her, My people”, and if you
refuse to come out because you love the shadow and refuse the Substance, then you have a problem.
Maka kalau kita membaca Matius 24, jelas itu tidak bicara
tentang damai dan aman. Jadi berapa orang yang memiliki iman Abraham? Berapa
orang yang rela untuk “Keluarlah darinya, hai umat-Ku” (Wah.
18:4), untuk hidup kekurangan di dunia ~ bicara secara
spiritual ~ tanpa kenyamanan, menunggu dan mengharapkan suatu Kota yang telah
disiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia? Amat sangat sedikit. Tetapi
itulah persyaratannya. Allah berkata “Keluarlah darinya, hai umat-Ku” dan jika kita menolak untuk keluar karena kita menyukai
bayangannya dan menolak Substansinya, maka kita punya masalah.
Hebrews 11:11-12
Hebrews 11:11 is an interesting one because it says, “11
Through faith also Sara herself received strength to conceive seed, and was
delivered of a child when she was past age, because she judged Him faithful who
had promised…” Well, if you want to talk about
mustard seed faith, then I think Sara qualifies. What did she do when the angel
announced that she was going to conceive? She laughed because she thought it
impossible. And when she was confronted, she says, “No, no, no, I didn't, I
didn't laugh, no, no, no.” But she had this tiny little seed of faith, and
she's placed into the Hall of Fame. That can surely give us some courage
as to how much God expects in terms of
us. We have many weaknesses, but there she is in the Hall of Fame. “…12 Therefore sprang there even
of one, and him as good as dead…” speaking about Abraham, “…
so many as the stars of the sky in multitude, and as the sand which is by the
sea shore innumerable.”
Ibrani 11:11-12
Ibrani 11:11 adalah ayat yang
menarik karena dia mengatakan, “11 Karena
iman juga Sara sendiri beroleh kekuatan untuk mengandung benih, dan melahirkan seorang anak ketika usianya sudah lewat, karena ia menilai
Dia yang telah berjanji, itu setia…” Nah, jika kita mau
bicara tentang iman sebesar biji sesawi, maka menurut saya Sarah memenuhi
syaratnya. Apa yang dilakukannya ketika malaikat itu mengumumkan
bahwa dia akan mengandung? Dia tertawa karena dia pikir itu mustahil. Dan
ketika dia ditanya, dia berkata, “Tidak, tidak, tidak, saya tidak tertawa,
tidak, tidak, tidak.” Tetapi dia memiliki benih mungil iman ini, dan dia ditempatkan
di “Kategori Orang-orang yang Dihormati Karena Pencapaian Mereka”. Tentunya ini bisa memberi kita dorongan tentang
seberapa besarnya iman yang diharapkan
Allah dari kita. Kita punya banyak kelemahan, tetapi Sara ada di Kategori
Orang-orang yang Dihormati” itu. “…12
Itulah sebabnya, muncul dari satu orang, dan dia itu sudah sama dengan orang mati…” bicara tentang
Abraham, “…sebegitu
banyak jumlahnya seperti bintang di langit, dan seperti pasir di tepi pantai laut, yang tidak terhitung banyaknya.”
Hebrew 11:13-14
“Faith is the
Substance of things hoped for the
evidence of things not seen” (ay. 1). He
believed there was a City, he believed it was going to be his abode, and he was
willing to wander amongst this
wilderness of this world, not having received the promises ~ because it says in
verse 13,“13
These all died in faith, not having received the promises, but having seen them
afar off, and were persuaded of them, and embraced them, and confessed that
they were strangers and pilgrims on the earth. 14 For they that say
such things declare plainly that they seek a country…” and this should be our attitude. These all
died in their faith not having received the promises. And if we go to the book
of Daniel, Daniel was also told to wait for the promise because in verse 13 of
chapter 12 we read, “13 But go
thou thy way till the end be: for thou shalt rest, and stand in thy lot at the
end of the days.” You will go and sleep, Daniel, but when you
are resurrected then you will be heirs of the promise, together with Abraham,
and Isaac, and Jacob, and Sarah, and all those that believed the promises of
God.
Now we are living in a time when we have an opportunity, and I believe it
is a very distinct opportunity, that we will be able like Enoch, to see the
coming of the Lord without seeing death. So embrace the promises. Grab hold of
the Substance.
Ibrani 11:13-14
“1 Nah,
iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan,
bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.” (ay. 1). Dia percaya ada sebuah Kota, dia percaya itu
akan menjadi tempat tinggalnya, dan dia rela mengembara di tengah-tengah padang
gurun dunia ini, tanpa menerima janji-janji itu ~ karena dikatakan di ayat 13, “13 Mereka semua ini mati dalam iman, tidak
memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi karena
telah melihat semua itu dari jauh,
dan telah diyakinkan akan adanya itu semua, dan telah memeluk semua itu dan telah mengakui bahwa mereka adalah orang asing
dan peziarah di bumi ini. 14
Sebab mereka yang berkata demikian,
menyatakan dengan jelas, bahwa mereka
mencari suatu negeri…” dan ini yang harus
menjadi sikap kita. Mereka semua itu mati dalam iman mereka, belum menerima
janji-janji itu. Dan bila kita ke kitab Daniel, Daniel juga disuruh menunggu
janji itu karena di pasal 12:13 kita
baca, “13
Tetapi engkau, lanjutkanlah hidupmu
sampai akhirnya, karena engkau akan beristirahat, dan akan berdiri di bagian dan tempatmu pada hari-hari
akhir.” Kamu akan pergi tidur, Daniel, tetapi ketika kamu dibangkitkan maka kamu
akan menjadi ahliwaris janji itu, bersama dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub,
dan Sara, dan semua mereka yang mempercayai janji-janji Allah.
Sekarang kita hidup
di suatu zaman di mana kita punya kesempatan, dan saya percaya ini adalah
kesempatan yang sangat khas, bahwa kita akan bisa seperti Henokh, melihat
kedatangan Tuhan tanpa merasakan kematian. Jadi peluklah janji-janji itu.
Peganglah erat-erat Substansinya.
Hebrews 11:15
Verse 15 tells us there's no turning back. “…15 And truly, if they had
been mindful of that country from whence they came out, they might have had
opportunity to have returned.”
If we borrow from verse 38 (ch. 10) for a moment, “38 Now the
just shall live by faith: but if any man draw back, My soul shall have no
pleasure in him.” If you've made this decision to follow this walk, and the obstacles become so great
that you think that you cannot surmount them, if the Anakim are too large for
you, then trust
in the promises, don't be like the ten spies, be like the two. Say,
“Yes, I can do this together with God. We can move this mountain and tell it to
move from there to there and the obstacle will go away. Are we facing
obstacles? Absolutely! Is there legislation on the cards that will put us in a
straight place? Absolutely! And where is our hope? Where is our strength?
Where's our help going to come from? By faith, grab hold of the Substance!
Ibrani 11:15
Ayat 15 memberitahu kita tidak ada jalan putar balik. “15 Dan sesungguhnya, seandainya mereka memikirkan negeri dari mana mereka telah keluar, mereka bisa saja mempunyai kesempatan untuk kembali.”
Jika kita meminjam
dari pasal 10:38 sejenak, “38 Nah, orang benar akan hidup oleh iman. Tetapi jika siapa pun mengundurkan dirinya, Aku
tidak berkenan kepadanya.” Jika kamu sudah
membuat keputusan ini untuk mengikuti perjalanan ini, dan penghalang-penghalangnya begitu besar
sampai kamu mengira kamu tidak bisa mengatasinya, jika orang-orang Enak itu
terlalu besar bagimu, maka percayalah
pada janji-janji itu, jangan seperti ke-10 orang pengintai, jadilah seperti yang 2 orang. Katakan, “Ya, saya bisa
melakukan ini bersama dengan Allah. Kami bisa memindahkan gunung ini,
menyuruhnya untuk pindah dari sini ke sana, dan penghalang-penghalang itu akan lenyap.
Apakah kita sekarang sedang menghadapi halangan-halangan? Tepat sekali! Apakah
ada peraturan yang sedang disiapkan yang akan menempatkan kita di tempat yang
sulit? Benar sekali! Dan di mana harapan kita? Di mana kekuatan kita? Dari mana
bantuan kita akan datang? Dengan iman, peganglah erat-erat pada Substansinya!
So they could have returned. Did the Israelites want to return to Egypt? Absolutely!
Did Abraham return? No! But he lingered, he lingered for a while in Haran, and
he had to have a second call to come out. And the same with this world. There are two
calls to come out of Babylon and the final call is right now. Because many
a Protestant soul and many a Christian soul is lingering in Haran, they should
come out. They should come out and go into the wilderness, and
wait for the Heavenly City because this earthly one will not become a reality.
Jadi mereka bisa saja kembali. Apakah orang Israel ingin
kembali ke Mesir? Tepat sekali! Apakah Abraham kembali? Tidak! Tetapi dia berhenti,
dia berhenti sejenak di Haran, dan dia harus dipanggil kedua kalinya untuk
keluar. Dan dunia ini sama. Ada
dua panggilan untuk keluar dari Babilon, dan panggilan yang terakhir adalah
sekarang. Karena banyak orang Protestan dan banyak orang Kristen
yang berhenti di Haran, mereka harus keluar. Mereka harus keluar dan pergi ke padang gurun, dan
menunggu Kota Surgawi karena yang duniawi ini tidak akan menjadi kenyataan.
Hebrews 11:16
Verse 16, “16 But now they desire a better country, that
is, an heavenly: wherefore God is not ashamed to be called their God, for He
hath prepared for them a City.”
I think we should study this a little bit further. So in other words, if you
believe that there is a literal Heavenly City that God has prepared for them
that love Him; then God is not ashamed to be called your God, wherefore
God is not ashamed to be called their God. This is amazing. So in other words,
those that are the laughing stock of the world, who believe that Jesus Christ
is going to come again and take us to where He is also according to John
chapter 14, you become the laughingstock of the world, then God is not ashamed
to be your God.
Ibrani 11:16
Ayat 16, “16 Tetapi
sekarang mereka merindukan negeri yang lebih
baik, yaitu yang surgawi. Sebab itu Allah
tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah Kota bagi
mereka.”
Saya pikir, kita perlu mempelajari ini lebih banyak.
Dengan kata lain, jika kita percaya
ada sebuah Kota Surgawi yang literal yang telah disiapkan Allah bagi mereka
yang mengasihi Dia, maka Allah
tidak malu disebut Allah kita, karena Allah tidak malu disebut
Allah mereka. Ini mengagumkan. Jadi dengan kata lain, mereka yang menjadi objek
tertawaan dunia, mereka yang percaya bahwa Yesus Kristus akan datang kembali
lagi dan membawa kita ke mana Dia juga berada, menurut Yohanes pasal 14, kita
menjadi bahan tertawaan dunia, maka Allah tidak malu disebut Allah kita.
Hebrews 2:11 said, remember? “11 For
both He that sanctifieth and they who are sanctified are all of one: for which
cause He is not ashamed to call them brethren.”
So God is not only not ashamed to be our God, He is not ashamed to call us brethren, brothers
and sisters in Christ. This is amazing. So let the world laugh, and let us have
faith.
So if God is not ashamed to be our God, and to call us brethren, then we
should not be ashamed either even though the world mocks.
Ingat, Ibrani 2:11
berkata, “11 Sebab baik Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, mereka semua adalah dari satu;
itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara…” Jadi Allah bukan
hanya tidak malu menjadi Allah kita, Dia
tidak malu memanggil kita saudara, saudara laki-laki dan perempuan dalam
Kristus. Ini mengagumkan. Biar
saja dunia menertawakan, biarlah kita tetap punya iman. Jadi
jika Allah tidak malu menjadi Allah kita dan memanggil kita saudara, maka kita
jangan malu juga walaupun dunia mengejek kita.
Psalms 119:80 says, “80 Let
my heart be sound in Thy statutes; that I be not ashamed.”
In other words, study the Word of God, accept it as the truth from Genesis to
Revelation.
Oh, the book of Genesis was not written by
Moses, it had more than one author, chapter 1 is different to chapter 2.
Chapter 1 talks only of אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym], chapter 2 talks
about יְהֹוָה [YaHWeH] אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym].
So are there now two authors, because in
the first chapter it talks about God as plural, and in the second chapter gives
the Creator a name יְהֹוָה [YaHWeH], the
"I am”, is it now a second author?
And what about all the other books? Were
they written by the people that wrote them?
Oh no, they were written after the event,
like the book of Daniel for example, long after the event.
Excuse me, Daniel predicts to our present
day! So no matter where they want to place him, they are in trouble.
Mazmur 119:80 berkata,
“80 Biarlah hatiku
teguh dalam ketetapan-ketetapan-Mu, supaya jangan
aku malu.” Dengan kata lain, pelajarilah Firman
Allah, terimalah itu sebagai kebenaran, dari Kejadian sampai Wahyu.
Oh, kitab Kejadian itu tidak ditulis
Musa, penulisnya lebih dari satu orang, pasal 1 itu beda dengan pasal 2. Pasal
1 hanya bicara tentang אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym], pasal 2 bicara
tentang יְהֹוָה [YaHWeH] אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym].
Jadi, apakah sekarang ada dua penulis
karena di pasal 1 itu bicara tentang Allah dalam bentuk jamak, dan di pasal 2
diberikan nama Sang Pencipta יְהֹוָה [YaHWeH], “Sang Aku ada”, apakah itu lalu penulisnya beda?
Bagaimana dengan semua buku yang lain?
Apakah mereka ditulis oleh orang-orang yang menulis mereka?
Oh, tidak, semua itu ditulis kemudian,
seperti misalnya kitab Daniel, itu ditulis jauh setelah peristiwanya.
Maafkan saya, Daniel menubuatkan hingga
ke zaman kita sekarang. Jadi tidak peduli di mana mereka mau menempatkan
Daniel, mereka kena masalah.
The question is did Jesus believe the book of Genesis was written by Moses?
He referred to it many times, and He told the scribes and Pharisees “as it is written”, “Moses said the following”, so He believed
that Moses wrote it. If Jesus believed it, that should be good enough for me.
How many times did we read what Paul wrote about Moses?
Or what about the book of Job? Was Job a mythological figure? Just a silly
story in the Bible? But Jesus Himself said that the righteousness of Job would
save him in the day of calamity. So
Jesus believed in Job.
Pertanyaannya ialah, apakah Yesus mempercayai kitab
Kejadian ditulis Musa? Dia merujuk kepada kitab itu banyak kali, dan Dia
mengatakan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, “seperti tertulis”, “Musa
berkata sebagai berikut”, jadi Yesus percaya Musa yang menulisnya. Jika Yesus
mempercayainya, itu cukup buat saya.
Berapa kali kita membaca apa yang ditulis Paulus tentang
Musa?
Atau bagaimana tentang kitab Ayub? Apakah Ayub itu sosok
mitos? Hanya sebuah dongeng konyol dalam Alkitab? Tetapi Yesus Sendiri berkata
bahwa kebenaran Ayub menyelamatkan dia di hari bencana
besar. (Yehez. 14:14). Jadi Yesus percaya Ayub.
And we can take chapter after chapter in the Bible, and we can see that Paul
quoted them. He quoted the book of Leviticus, he quoted the book of Numbers, he
quoted the book of Exodus, he quoted the book of Genesis, he quoted the book of
Job, he quoted all of these books, he quoted the Psalms. He believed. Jesus
believed. But His followers don't. They think someone else wrote it. No, no,
no, we must not be ashamed, and we must let our hearts be “sound in Thy statutes”. As it is written, so it is. Irrespective
of what some brilliant person ~ even if he has a white coat on ~ has to say.
Dan kita bisa mengambil pasal demi pasal di Alkitab, dan
kita bisa melihat bahwa Paulus mengutip mereka. Dia mengutip dari kitab Imamat,
dia mengutip dari kitab Bilangan, dia mengutip dari kitab Keluaran, dia
mengutip dari kitab Kejadian, dia mengutip dari kitab Ayub, dia mengutip dari
semua kitab itu, dia mengutip kitab Mazmur. Dia percaya. Yesus percaya. Tetapi
pengikut-pengikutNya tidak. Mereka berpikir orang lain yang menulis kitab-kitab
itu. Tidak, tidak,tidak, kita jangan malu, kita harus membuat hati kita “teguh dalam
ketetapan-ketetapan-Mu” (Maz. 119:80), sebagaimana tertulis, begitulah adanya, tidak
peduli apa yang dikatakan oleh orang yang brilyan ~ walaupun dia seorang
ilmuwan.
Romans 1:16, “16 For
I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto
salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the
Greek.”
2 Timothy 1:12, “12 For
the which cause I also suffer these things. Nevertheless I am not ashamed, for
I know whom I have believed, and am persuaded that He is able to keep that
which I have committed unto Him against that day.”
We need to have this experience. We need to trust. We need to develop
faith.
Romans 10:11 says, “11 For
the Scripture saith, ‘Whosoever believeth on Him shall not be ashamed.’…”
These are wonderful promises but if they are not “yea” and “amen” in our lives, they mean
nothing.
Matthew 10:32 says, “32
Whosoever therefore shall confess Me before men, him will I confess also before
My Father which is in heaven.”
And then Luke 12:8 tells us, that He
will confess us before angels of God if we confess Jesus before men. “8
Also I say unto you, ‘Whosoever shall confess Me before men, him shall the Son
of man also confess before the angels of God.’…”
So we mustn't be ashamed.
Roma 1:16, “16 Karena
aku tidak malu dengan injil Kristus; karena
Injil adalah kekuatan Allah yang membawa kepada
keselamatan bagi setiap orang yang
percaya, pertama-tama bagi orang Yahudi, dan juga bagi
orang Yunani.”
2 Timotius 1:12, “12
Untuk tujuan itulah aku juga menderita hal-hal ini. Namun demikian aku tidak malu; karena aku tahu
siapa yang aku percayai, dan aku yakin bahwa Dia mampu memeliharakan apa yang telah kupercayakan
kepadaNya hingga pada hari Tuhan.”
Kita perlu
pengalaman ini. Kita perlu mempercayai. Kita perlu mengembangkan
iman.
Roma 10:11
berkata, “11 Karena
Kitab Suci berkata, ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan malu.’…”
Ini adalah
janji-janji yang indah, tetapi jika ini tidak kita “iya” dan “amin”kan dalam hidup kita, mereka tidak berarti
apa-apa.
Matius 10:32
berkata, “32 Karena itu barangsiapa yang akan mengakui Aku di depan manusia, Aku juga
akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
Kemudian Lukas 12:8 mengatakan kepada kita bahwa Dia akan
mengakui kita di hadapan para malaikat Allah jika kita mengakui Yesus di
hadapan manusia. “8 Juga Aku
berkata kepadamu, ‘Barangsiapa yang akan mengakui Aku di depan manusia, Anak
Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.’…”
Jadi kita jangan
merasa malu.
I remember what it was like when I first started. How am I going to do this?
By practice! It becomes possible, to say
this is the way it is, this is what I believe, and I don't care
what you say and what you say to the contrary, the Word of God says it, and I have
come to believe it. And it is the Word of God, and it is immutable. Then if we are
enemies as a consequence, let it be so.
Saya ingat bagaimana rasanya ketika pertama saya mulai.
Bagaimana saya harus melakukan ini? Lewat latihan! Itu menjadi mungkin, mengatakan demikianlah
yang seharusnya, inilah yang saya
percayai, dan saya tidak peduli apa yang dikatakan orang lain,
dan apa yang dikatakan orang lain yang bertentangan dengan itu, Firman Allah
mengatakan demikian, dan saya sudah meyakininya. Dan itulah Firman Allah, dan
itu tidak akan berubah. Lalu, jika
sebagai akibatnya kita menjadi musuh, biarlah demikian.
Hebrews 11:17-19
Verse 17 continues with the faith of Abraham and says, “17 By
faith Abraham, when he was tried, offered up Isaac: and he that had received
the promises offered up his only begotten son…” this must have been an amazing test, and it was given of course as a type of
the great sacrifice that Jesus was made. This was a far greater challenge than
what Adam and Eve had, and this came after millennia of sin on the planet. And
Abraham stood the test. He had many faults, and many failures, but here he
believed God, which is more than what Adam and Eve did. They had a simple test.
This was a far more difficult test to perform. And then it says, “…18 Of whom it was said, that in
Isaac shall thy seed be called. 19 Accounting that God was able to
raise him up, even from the dead; from whence also he received him in a
figure…” so the Bible says that Abraham was
virtually dead ~ speaking in terms of his productive or
reproductive capacity ~ when he conceived Isaac; and now he was
asked to offer him. But he believed God, and he believed that God was able to
raise him up from the dead. He believed in the resurrection. And so he was
prepared to do it, if God requested it.
Ibrani 11:17-19
Ayat 17 berlanjut dengan iman
Abraham dan berkata, “17
Karena iman, Abraham tatkala ia diuji,
mempersembahkan Ishak. Dan ia, yang telah
menerima janji itu, mempersembahkan anaknya yang satu-satunya…”
ini tentunya suatu ujian yang
mengagumkan, dan tentu saja
ini diberikan sebagai suatu tipe (simbol) dari pengorbanan besar yang dialami Yesus. Ini adalah tantangan yang jauh lebih besar
daripada yang dihadapi Adam dan Hawa, dan ini terjadi setelah ribuan tahun
kehadiran dosa di planet ini. Dan Abraham lulus dalam ujian itu. Dia
punya banyak kesalahan dan banyak kegagalan, tetapi di sini dia mempercayai
Allah, dan
itu lebih daripada apa yang dilakukan Adam
dan Hawa. Adam dan Hawa ujiannya sederhana. Ujian Abraham ini jauh lebih sulit
untuk dijalani. Kemudian dikatakan,“18
tentang siapa dikatakan, bahwa dalam
Ishaklah benihmu akan disebut. 19 Mempertimbangkan
bahwa Allah mampu membangkitkan dia bahkan dari
antara orang mati; dari mana ia juga telah menerimanya secara kiasan…” jadi Alkitab berkata bahwa Abraham itu praktis sudah mati ~ bicara tentang kemampuannya mereproduksi ~ ketika dia membuahi Ishak; dan sekarang dia disuruh
mempersembahkan Ishak. Tetapi Abraham mempercayai Allah, dan dia percaya Allah
mampu membangkitkan Ishak dari orang mati. Abraham mempercayai kebangkitan.
Maka dia bersedia melakukannya jika itu yang diminta Allah.
Hebrews 11:20
Hebrews 11:20 says, “…20
By faith Isaac blessed Jacob and Esau concerning things to come.” So he inherited this faith. He also had to
walk his way and find his way to this faith. And he had to wrestle with the Angel,
and yes, his hip was put out of joint. But sometimes it's necessary that we go through
this world with a limp, or maybe lose an arm or an eye, rather than lose the
kingdom of God.
Ibrani 11:20
Ibrani 11:20 berkata, “20 Karena
iman, Ishak memberkati Yakub dan Esau mengenai hal-hal yang akan datang.” Jadi dia
mewarisi iman itu. Dia juga harus menjalani hidupnya sendiri dan menemukan
jalannya ke iman ini. Dan dia harus bergumul dengan Malaikat itu, dan ya,
pinggulnya menjadi keluar dari sendinya, tetapi terkadang kita perlu menjalani
hidup kita di dunia ini dengan pincang, atau mungkin kehilangan satu lengan
atau satu mata, daripada
kehilangan kerajaan Allah.
Let's go through a chiasm in chapter 11, and this one has an A, B, C, D, and a C’, B’, A’, structure. In other words
there's again a central portion in the middle that we need to highlight.
Mari kita ke sebuah kiasma di pasal 11, dan ini ada
struktur A, B, C, D, dan C’, B’, A’. Dengan kata lain, lagi-lagi ada porsi
sentral di tengah yang perlu kita tekankan.
A: Hebrews
11:13 (a) “these all died
in the faith.”
A’: and if we go to the counterpart which is A’ asterisk, it's Hebrews 11:19, “…accounting
that God was able to raise him up even from the dead…”
So this is the issue of faith, they all died in the faith. What was the faith? He believed that He could
raise him from the dead. So he had faith.
B: Hebrews
11:13, “…not having received the promises but having
seen them afar off…”
B’: the counterpart is, Hebrews 11:17, “…by faith Abraham when he was tried offered
up Isaac, and he that had received the promises offered up his only begotten
son…”
So this is basically a chiastic structure with a contrast in it. So “not having
received the promises” he was still
waiting for the City, but he never received it. But he did receive Isaac and he
was asked to offer him, and he was willing to offer his only begotten son, his
one and only, his unique, his μονογενής [monogenēs]. So that was
faith. And then,
C: Hebrews 11:14, “...for they
that say such things declare plainly that they seek a country...”
C’: and Hebrews 11:16, C’ is
the counterpart with an asterisk, “…but now they desire a better country that is
a Heavenly…”
D: what is the center of this chiasm? Hebrews 11:15, “…and
truly if they had been mindful of that country from which they came out, they
might have had opportunity to have returned…” Why didn't they return? Because their faith became Substance, they believed what God had said, and the Bible
says it was accredited to them for righteousness.
A: Ibrani
11:13 (a) “Mereka semua ini mati dalam iman”.
A’: dan jika kita ke pasangannya yaitu A’, itu Ibrani 11:19, “Mempertimbangkan bahwa Allah mampu membangkitkan dia bahkan dari antara orang
mati…”
Maka ini adalah
isu iman, mereka semuanya mati dalam iman. Iman apa? Dia mempercayai bahwa
Allah bisa membangkitkan Ishak dari orang mati. Jadi dia
punya iman.
B: Ibrani
11:13, “…tidak memperoleh apa yang
dijanjikan itu, tetapi karena telah melihat semua itu dari
jauh…”
B’: pasangannya ialah Ibrani 11:17, “Karena iman, Abraham tatkala ia diuji, mempersembahkan Ishak. Dan ia, yang telah menerima janji itu,
mempersembahkan anaknya yang satu-satunya.”
Maka pada dasarnya ini adalah struktur kiastik dengan
perbandingan di dalamnya. Maka “tidak
memperoleh apa yang dijanjikan itu” dia masih terus
menantikan Kota itu, tetapi dia tidak pernah menerimanya. Tetapi dia menerima
Ishak, dan dia diminta mempersembahkannya, dan dia rela mempersembahkan anak
satu-satunya, anaknya yang tidak ada duanya itu, anaknya yang unik, anaknya yang μονογενής [monogenēs]. Jadi itulah yang namanya iman. Kemudian,
C: Ibrani 11:14, "Sebab mereka yang berkata demikian, menyatakan
dengan jelas, bahwa mereka mencari suatu negeri."
C’: dan Ibrani 11:16, C’ pasangannya, “Tetapi
sekarang mereka merindukan negeri yang lebih
baik, yaitu yang surgawi.”
D: Apa bagian tengah dari kiasma ini? Ibrani
11:15, “Dan sesungguhnya, seandainya mereka memikirkan negeri dari mana mereka telah keluar, mereka bisa saja mempunyai kesempatan untuk kembali”.
Mengapa mereka tidak kembali? Karena iman mereka telah
menjadi Substansi. Mereka mempercayai apa yang telah dikatakan Allah, dan
Alkitab mengatakan bahwa itu diperhitungkan kepada mereka sebagai kebenaran.
Hebrews 11:21
Verse 21, “21 By faith, Jacob when he was a dying, blessed both
the sons of Joseph; and worshipped, leaning upon the top of his staff.”
He was an old man, in other words, and he kept his faith to his old age. And
when Joseph brought his sons, he reversed the blessing. And Joseph was most unpleased,
and tried to take his hand and change the blessing, but with his prophetic eye
he saw the future, and “by faith Jacob
when he was dying, blessed both the sons of Joseph” taking the younger and placing him above
the older, and he worshipped, leaning upon the top of his staff because he was
old.
Ibrani 11:21
Ayat 21, “21 Karena iman, Yakub ketika akan mati,
memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah, sambil bersandar pada kepala
tongkatnya.” Dia seorang yang sudah tua, dengan kata
lain, dia memelihara imannya hingga ke usia lanjutnya. Dan ketika Yusuf membawa
anak-anaknya, dia menukar berkatnya. Dan Yusuf tidak senang dan berusaha
mengangkat tangan Yakub dan mengganti berkat itu, tetapi dengan mata batinnya
Yakub melihat masa depan, dan “Karena
iman, Yakub ketika akan mati, memberkati kedua anak Yusuf”, menempatkan yang lebih muda di atas yang lebih tua. Dan
Yakub menyembah, sambil bersandar di bagian atas tongkatnya karena dia sudah
tua.
Now if of course you have the Douay-Rheims Bible (DRB) which is the Jesuit
version it reads, “by faith Jacob dying, blessed each of the
sons of Joseph, and adored the top of his rod.” Now this is such a ridiculous translation. But
the world thinks that it is fine to associate with people that propagate idolatry
to this sense; they've removed the Second Commandment of idolatry out of their
catechism, and therefore changed the wording, so that it includes idolatry in
this section. It is absolutely astounding that people can go that far.
Nah, tentu saja jika kita lihat di Douay-Rheims Bible
(DRB) yang adalah versi Jesuit, tertulis, “21 Karena iman, Yakub ketika akan mati,
memberkati masing-masing anak Yusuf, dan memuja
kepala tongkatnya.” Nah, ini adalah terjemahan yang begitu konyol.
Tetapi dunia menganggapnya baik-baik saja berasosiasi dengan orang-orang yang
menyebarkan penyembahan berhala dengan pengertian ini; mereka telah menghapus
Perintah Kedua tentang penyembahan berhala dari katekismus mereka, dan dengan
demikian mengubah perkataannya supaya di bagian ini dimasukkan penyembahan berhala. Benar-benar
mengherankan bagaimana manusia rela berbuat sejauh itu.
Hebrews 11:22
“22 By
faith,
Joseph when he died, made mention of the departing of the children of Israel;
and gave commandment concerning his bones.” This in itself is another interesting one, because Joseph knew that the
children of Israel were going to depart and he gave strict instructions that
his bones should be taken out and carried away. And the Bible tells us that that is
exactly what happened, when they left Egypt they took the bones of Joseph
with them. And now we have archaeologists in the world ~ the
scientific white coats of this planet ~
who tell us that they have found the tomb of Joseph and his bones in Egypt! Is that faith? No! That is believing the lie,
so that you can propagate the lie, and make the Word of God to non-effect. The
world does not fit into chapter 11 of the book of Hebrews.
Ibrani 11:22
“22 Karena
iman, Yusuf menjelang matinya menyebut
tentang keluarnya orang-orang Israel; dan memberi perintah tentang tulang-belulangnya.” Ini berdiri
sendiri adalah ayat yang menarik karena Yusuf tahu bahwa bangsa Israel akan
keluar dan dia memberikan instruksi ketat bahwa tulang-tulangnya harus
dikeluarkan dan dibawa pergi. Dan Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa tepat itulah yang terjadi, ketika mereka meninggalkan
Mesir, mereka membawa serta tulang-tulang Yusuf bersama mereka.
Dan sekarang ada para arkeolog (ahli
purbakala) dunia ~ ilmuwan-ilmuwan berjubah putih di planet ini
~ yang mengatakan kepada kita bahwa
mereka telah menemukan kuburan Yusuf dan tulang-tulangnya di Mesir!
Apakah itu iman? Bukan! Itu mempercayai kebohongan, supaya bisa menyebarkan kebohongan itu dan membuat
Firman Allah jadi tidak berarti. Dunia tidak cocok masuk ke pasal 11 kitab
Ibrani.
So where Joseph prevailed we can also prevail.
It says in Galatians 5:16, “16
This I say then, ‘Walk in the Spirit, and ye shall not fulfil the lust of the
flesh.”
Here was a man who had integrity, and he fought against the lusts of the
flesh, and ran away from the wife of the one that he was serving; and we can do
the same. And he kept his integrity, and he kept his faith, and in fact Joseph
is one of those examples in the Bible that smacks of perfection just like Daniel. But when Daniel
prayed, he associated himself with those that were sinful, he never elevated
himself in any way.
Jadi di mana Yusuf berhasil menang, kita juga bisa
menang.
Dikatakan di
Galatia 5:16, “16 Jadi ini yang
kukatakan, ‘Hiduplah dalam Roh, maka
kamu tidak akan menuruti nafsu daging.’
Di sinilah seseorang yang punya
integritas, dan dia bergumul dengan nafsu daging, dan lari dari istri orang
yang dilayaninya; dan kita bisa melakukan yang sama. Dan dia mempertahankan integritasnya, dan dia mempertahankan
imannya, dan sesungguhnya Yusuf adalah salah satu teladan dalam Alkitab yang
memberikan rasa kesempurnaan, persis seperti Daniel. Tetapi ketika Daniel
berdoa, dia mengasosiasikan dirinya dengan mereka yang berdosa, dia tidak
pernah meninggikan dirinya dalam bentuk apa pun.
Hebrews 11:23-27
Verse 23, “ 23 By faith, Moses when he was born, was hid three
months of his parents, because they saw he was a proper child…” so this actually refers to the faith of the
parents. And then this amazing statement, these parents, “…and they were not afraid of the king's
commandment.” And if we go to Moses himself, “24 By
faith, Moses when he was come to years, refused to be called the son of
Pharaoh's daughter…” he could have
become the next pharaoh. “…25
Choosing rather to suffer affliction with the people of God, than to enjoy the
pleasures of sin for a season; 26 Esteeming the reproach of Christ
greater riches than the treasures in Egypt: for he had respect unto the
recompence of the reward…” he believed the
promises of God and so “…27 By faith he forsook Egypt,
not fearing the wrath of the king: for he endured, as seeing Him who is
invisible.”
So he had “the Substance of things hoped for, the evidence of things
not seen”. Both his parents and he were not
afraid of the king's command. Moses not fearing the wrath of the king.
Ibrani 11:23-27
Ayat 23, “23
Karena iman, Musa setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang
tuanya karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya…” jadi ini
sebenarnya bicara tentang iman orangtuanya. Kemudian pernyataan yang luar biasa
ini, kedua orangtua ini, “…dan mereka tidak takut akan perintah raja…” Dan jika kita ke
Musa sendiri, “…24 Karena iman, Musa setelah dewasa, menolak disebut anak
puteri Firaun,…” padahal dia bisa menjadi Firaun berikutnya, “…25 ia lebih memilih menderita sengsara bersama
umat Allah daripada menikmati kenikmatan dosa
untuk suatu masa. 26 Menghargai penghinaan demi Kristus
sebagai kekayaan yang lebih besar daripada harta
di Mesir, sebab ia menghargai
balasan pahalanya…” dia mempercayai janji-janji Allah, maka, “…27
Karena iman ia telah meninggalkan Mesir, tidak takut akan murka raja, karena Ia menjalaninya
dengan tabah, sebagaimana ia melihat Dia yang tidak kelihatan.”
Jadi Musa memiliki “Substansi
(wujud) dari hal-hal yang diharapkan,
bukti dari hal-hal yang tidak dilihat.” Baik orangtuanya dan dirinya tidak takut pada perintah
raja. Musa tidak takut pada murka raja.
The question I have for the people living in the world today, do they have
fear for the wrath of the king? Is there a king? Is there one that we should
fear that is a counterpart of the king of Egypt? Is there one that says, “Who is the Lord that I should obey His
voice? I am above the Bible and I will decide what is right and wrong, and I will
determine the common good for all of humanity, and I will decree that my mark
shall become the mark of obedience in the entire world. And if you do not
follow my mark you will not be able to buy or sell. And I will force and coerce
you to do it.” Is there such a king? “And
if you do not do it, I will put you in prison, and I will slaughter you in the
end. And I will deprive you of your children!” Is there such a king? Is
there such a king who could issue death decrees, such as that who can
force you to partake in rituals of
death?
Well, they were not afraid of the king's command, and neither was Moses
afraid of the wrath of the king. So then neither should we. This is an example
of faith. This is the time that we are living in.
Pertanyaan yang saya punya bagi manusia yang hidup di
bumi sekarang ini, apakah mereka takut pada murka raja itu? Apakah ada seorang
raja? Apakah ada yang harus kita takuti yang adalah pasangan raja Mesir? Apakah
ada yang berkata, “Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan
suaraNya? Aku lebih tinggi daripada Alkitab dan aku yang akan menentukan
apa yang benar apa yang salah, dan aku
yang akan menentukan apa kebaikan bersama buat seluruh kemanusiaan, dan aku
yang akan mengeluarkan titah agar tandaku menjadi tanda kepatuhan di seluruh
dunia. Dan jika kamu tidak mematuhi tandaku, kamu tidak akan bisa berjual-beli.
Dan aku akan memaksa dan mendesak kamu untuk melakukannya.” Apakah ada raja yang seperti ini? “Dan
jika kamu tidak melakukannya, aku akan menjebloskan kamu ke penjara, dan
akhirnya aku akan membantai kamu. Dan aku akan melenyapkan semua anakmu!” Apakah ada raja seperti ini? Apakah ada raja
seperti ini yang bisa mengeluarkan titah untuk membunuh yang bisa memaksa kita
mengambil bagian dalam ritual-ritual kematian?
Nah, mereka tidak takut pada titah raja itu, begitu pula
Musa tidak takut pada murka raja itu. Kalau begitu kita juga jangan. Ini adalah
suatu teladan iman. Inilah saatnya di mana kita
hidup.
Hebrews 11:28-29
Hebrews 11:28, “28 Through faith he kept the passover, and
the sprinkling of blood, lest He that destroyed the firstborn should touch
them…” so now we're going back into the religious connotation. What did he
believe? He believed in the efficacy of the blood of the Lamb for our
salvation, and not the decree of an earthly king that promises you an utopia
and a truly human life here on this planet, and calls that salvation; when it
is a pile of potash. “…29 By faith they passed
through the Red sea as by dry land: which the Egyptians assaying to do were
drowned.”
We are facing a Jordan experience, and we will have to go through that sea
very shortly. The armies will be behind us, and the rope of faith will dangle
from the sky without a hook in front of us, and we will have to grab hold of
it, and swing across the chasm, if we want to get into that other land.
Is it difficult to face the wrath of the powerful? Is it difficult to be
despised by those who should count you as brothers and sisters in Christ? Will
our faith hold when church and state and false brethren, and sometimes
well-meaning brethren, are great against us? Will we hold on to our faith?
Ibrani 11:28-29
Ibrani 11:28, “28 Karena iman, ia memelihara
Passah dan pemercikan darah, supaya jangan Dia
yang membinasakan anak-anak sulung menyentuh mereka…” jadi sekarang kita
kembali ke konotasi relijiusnya. Apa yang diyakininya? Dia meyakini kemanjuran
darah Anak Domba untuk keselamatan kita, dan bukan titah seorang raja dunia
yang menjanjikan suatu kehidupan utopia yang manusiawi di sini di planet ini
dan menyebut itu keselamatan padahal itu hanya seonggok garam abu. “…29
Karena iman, mereka telah melintasi Laut Merah seakan
itu di tanah kering, yang ketika orang-orang Mesir mencobanya,
tenggelam.”
Kita sedang menghadapi suatu pengalaman Yordan, dan tidak
lama lagi kita akan harus melalui laut itu. Tentara akan ada di belakang kita,
dan tali iman akan terjuntai dari langit tanpa pengait di hadapan kita, dan
kita akan harus menangkapnya dengan cepat, dan mengayun menyeberangi jurang
jika kita mau tiba di negeri seberang.
Apakah sulit menghadapi murka mereka yang berkuasa?
Apakah sulit dibenci oleh mereka yang seharusnya menganggap kita saudara dalam
Kristus? Akankah iman kita bertahan saat gereja dan Pemerintah dan
saudara-saudara palsu, dan terkadang saudara-saudara yang bermaksud baik,
sangat menentang kita? Akankah kita berpegang teguh pada iman kita?
Hebrews 11:30-31
Verse 30, “30 By faith the walls of Jericho fell down,
after they were compassed about seven days…” this number seven appears over and over again in the Scripture, and it will
be just as important in the time that we live in. “…31
By faith the harlot Rahab perished not with them that believed not, when she
had received the spies with peace.” In the same way the stones are beginning to
cry out. And I believe that many a person will grab hold of the Substance, and
leave the shadow behind. And there are many-many Rahab’s in the world, many
religious systems contain many-many people that will embrace the truth, and
say, “ Surely the Lord God is with you.
And I know that this city, this earthly city will be destroyed, therefore I
will cast my lot and hang a red lint, testifying my faith in the blood of the
Lamb, out of the window on the wall.”
And “on the wall” means in accordance with the Law, and that portion
of the wall never tumbled down but the rest did.
Ibrani 11:30-31
Ayat 30, “30 Karena
iman, tembok-tembok
Yerikho runtuh, setelah tembok-tembok itu dikelilingi sekitar tujuh hari…” angka 7 ini muncul
berulang-ulang di Kitab Suci, dan itu sama pentingnya di zaman di mana kita
hidup. “…31 Karena iman, Rahab perempuan sundal itu, tidak turut binasa
bersama-sama dengan orang-orang tidak percaya,
ketika ia telah menerima pengintai-pengintai itu dengan damai…” Dengan cara yang sama batu-batu mulai berseru. Dan saya
yakin banyak orang akan memegang erat-erat Substansinya dan meninggalkan
bayangannya. Dan ada banyak Rahab-Rahab di dunia, banyak sistem relijius yang
berisikan banyak-banyak orang yang akan memeluk kebenaran dan berkata, “Benarlah Tuhan
Allah bersama dengan kamu. Dan saya tahu kota ini, kota duniawi ini akan
dibinasakan, karena itu saya akan
mengambil resiko dan menggantungkan tali merah keluar jendela di dinding,
menjadi kesaksian iman saya dalam darah Anak Domba.” Dan “di dinding”
berarti sesuai dengan Hukum, dan porsi dinding itu tidak pernah
runtuh sementara yang lainnya runtuh.
Hebrews 11:32-35
Hebrews 11:32, “32 And what shall I more say? For the time
would fail me to tell of Gideon, and of Barak, and of Samson, and of Jephthae;
of David also, and Samuel, and of the prophets…” I mean just reading this list is absolutely amazing. How much faith did they
really have? Gideon, how much faith did he have? What he did do in the end? Didn't
he erect idols and start worshipping them? What about Barak? Barak was so
afraid he wouldn't go unless the female prophet accompanied him, and so he was
deprived of the glory and a woman conquered his enemy. What about Samson? Is he in the Hall of Fame?
Yes, he is! Did he mess up in his life? Absolutely. Did he stick to his vows?
He really struggled, he had a serious problem. And what about Jephthae? And what about David? The only one here
who is squeaky clean is Samuel. What about the prophets? All of them had ~ the
Bible says ~ like passions such as we are, but the difference is they had
faith, even if it was like a mustard seed. So it tells us, “…33
Who through faith subdued kingdoms, wrought righteousness, obtained promises,
stopped the mouths of lions, 34 quenched
the violence of fire, escaped the edge of the sword, out of weakness were made
strong, waxed valiant in fight, turned to flight the armies of the aliens. 35
Women received their dead raised to life again; and others were tortured, not
accepting deliverance; that they might obtain a better resurrection.”
What a marvelous gallery of faith! It gives us hope when we look at these
people.
Ibrani 11:32-35
Ibrani 11:32, “32 Dan apa lagi yang harus aku katakan? Sebab waktunya akan kurang bagiku untuk
menceriterakan tentang Gideon, dan Barak, dan Simson, dan Yefta,
dan Daud juga,
dan Samuel dan para nabi…” maksud saya, hanya dengan membaca daftar ini saja sudah mengagumkan. Berapa banyak
iman yang mereka miliki sesungguhnya? Gideon, berapa banyak iman yang dia
miliki? Apa yang dilakukannya pada akhirnya? Bukankah dia mendirikan
patung-patung dan mulai menyembah mereka? Bagaimana dengan Barak? Barak begitu
takutnya dia tidak mau berangkat kecuali ditemani oleh seorang nabiah, sehingga
dia kehilangan kemuliaan, dan seorang
perempuanlah yang menaklukkan
musuhnya. Bagaimana dengan Simson? Apakah dia ada di “Kategori
Orang-orang yang Dihormati Karena Pencapaian Mereka”? Ya, benar! Apakah dia merusak hidupnya? Tentu saja.
Apakah dia memegang sumpahnya? Dia benar-benar bergumul, dia punya masalah yang
serius. Dan bagaimana dengan Yefta? Dan bagaimana dengan Daud? Satu-satunya
yang bersih cling adalah Samuel. Bagaimana dengan para nabi? Kata Alkitab
mereka semuanya mempunyai nafus-nafsu sama
seperti kita, bedanya ialah mereka
punya iman walaupun cuma sebesar biji sesawi. Jadi kita
diberitahu, “…33 yang karena
iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengerjakan
kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34
memadamkan api yang dahsyat, lolos dari mata
pedang, dari kelemahan telah
dibuat kuat, menjadi gagah berani dalam peperangan, dan telah membuat pasukan-pasukan asing kabur berlarian. 35 Ibu-ibu telah
menerima kembali milik mereka yang mati,
dibangkitkan; dan yang lain disiksa, menolak dibebaskan, supaya mereka beroleh
kebangkitan yang lebih baik.”
Betapa luar biasanya galeri iman ini! Memberi kita
harapan bila kita melihat orang-orang ini.
Hebrews 11:36-38
Verse 36, “36 And others had trial of cruel mockings and
scourgings, yea, moreover of bonds and imprisonment…” I think he's including himself there. “…37
They were stoned, they were sawn asunder…” referring to Stephen for example, where he stood by and watched them stone
him to death; or Isaiah that was sawn asunder, they
“…were tempted, were slain with the sword, they wandered about in
sheepskins and goatskins; being destitute, afflicted, tormented; 38
of whom the world was not worthy. They wandered in deserts, and in mountains,
and in dens and caves of the earth.”
Ibrani 11:36-38
Ayat 36, “36 Dan yang lain
mengalami ujian ejekan
yang kejam dan didera, ya, bahkan yang dibelenggu dan
dipenjarakan…” menurut saya Paulus memasukkan
dirinya di sini. “…37 Mereka dirajam, digergaji jadi dua…” merujuk ke
Stefanus misalnya, di mana dia (Paulus) berdiri dan menyaksikan mereka
merajamnya sampai mati; atau Yesaya yang
digergaji jadi dua. Mereka “…diuji, dibunuh
dengan pedang, mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit
kambing, dalam kekurangan, kesusahan dan tersiksa, 38 bagi siapa dunia ini
tidak layak. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dan dalam liang-liang
dan gua-gua
bumi.”
So I thought I’d include a picture
of the cover of Foxe's Book of Martyrs. I don't
know how many of you have read it. It is an exceedingly
depresive book to read because it just lists one after the other, it is like a
modern Christian Hall of Fame, like a
Hebrews chapter 11 of the Christian world.
Saya memutuskan untuk memasukkan sampul depan buku Foxe’s Book of Martyrs. Saya tidak tahu berapa
banyak dari kalian yang pernah membaca buku ini. Ini adalah buku yang sangat
membuat depresi yang membacanya karena isinya terus-menerus tentang martir-martir, ini seperti “Kategori
Orang-orang yang Dihormati” bagi tokoh-tokoh Kristen, seperti Ibrani pasal 11-nya dunia Kristen.
Revelation 6:9, “9 And
when he had opened the Fifth Seal, I saw under the altar the souls of them that
were slain for the Word of God, and for the testimony which they held.”
When I read Revelation it says that he was on the isle of Patmos, says
John, “for the Word of God and the Testimony.”
This should make us think as a people
“to the Word and to the Testimony” ~ “to the Law and
to the Testimony if they speak not according to this word, they have no light
in them” ~ and the remnant of the seed that keep
the Commandments of God and hold to the
testimony.
When are we as a people going to wake up to these realities? Here they are
waiting under the altars, and their lives were a testimony in itself, not only
the words that they spoke.
Wahyu 6:9, “9 Dan ketika Anak Domba itu membuka Meterai yang
Kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh
karena Firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.”
Ketika saya membaca kitab Wahyu, dikatakan bahwa dia ada
di pulau Patmos, kata Yohanes, “…karena
Firman Allah dan kesaksian Yesus Kristus.” (Wah.
1:9).
Ini haruslah membuat kita berpikir sebagai umat,
“bandingkan dengan Firman dan Kesaksian” ~ “20 Bandingkan dengan Hukum dan dengan Kesaksian. Jika mereka
tidak berbicara sesuai dengan kata-kata tersebut,
itu karena tidak ada terang di dalam mereka.” (Yes. 8:20)
~ dan umat yang sisa yang memelihara
Perintah-perintah Allah dan berpegang pada Kesaksian.
Kapankah kita
sebagai umat akan menyadari realita ini? Di sini mereka sedang menunggu di
bawah mezbah, dan hidup mereka merupakan kesaksian sendiri, bukan hanya
kata-kata yang mereka ucapkan.
Hebrews 11:39-40
Verse 39, “39 And these all, having obtained a good
report through faith, received not the promise…” so this should make us think, “…40
God having provided some better thing for us, that they without us should not
be made perfect.” Everybody is
lying in state except a few that served
as a type and as an encouragement to those
that should come after, such as Enoch, such as Elijah, such as Moses that was
resurrected, such as the first fruits that came out of the grave and Jesus took
the captives with Him. But for the rest of humanity, the Abraham’s, the Abel's,
even the Adam’s of this world, they're all lying and resting waiting for the
resurrection. Nobody has received the promise because they together with us should be
made perfect. We are living in that time ~ the Bible says ~ “of whom the
world was not worthy” (Heb. 11:38).
Ibrani 11:39-40
Ayat 39, “39 Dan mereka ini
semua, yang telah mendapatkan laporan yang baik karena iman, tidak memperoleh apa yang
dijanjikan…” jadi ini harus membuat kita berpikir, “…40
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita, bahwa mereka tanpa kita tidak akan dijadikan
sempurna.” Semua dalam keadaan mati, kecuali
beberapa yang berfungsi sebagai tipe dan dorongan bagi mereka yang akan hadir
kemudian, misalnya Henokh, misalnya Elia, misalnya Musa yang dibangkitkan,
misalnya buah-buah sulung yang keluar dari kubur dan dibawa Yesus sebagai
tawanan bersamaNya. Tetapi seluruh kemanusiaan yang lain, para Abraham, para
Habel, bahkan para Adam dunia ini, mereka semuanya tidur dan beristirahat menantikan kebangkitan. Tidak ada seorang pun yang sudah menerima janji itu karena
mereka bersama-sama dengan kita harus dijadikan sempurna. Kita
sedang hidup di zaman itu ~ kata Alkitab ~ “bagi
siapa dunia ini tidak layak.” (ay.
38).
Three times in the KJV the words are “walk worthy”,
v Ephesians 4:1,
“1
therefore, the prisoner of the Lord, beseech you that ye walk worthy of the vocation wherewith
ye are called.” When we are
called we have a particular task, we're not supposed to sit on the knowledge
and keep it to ourselves, we are supposed to share, we are supposed to be αποστέλλω [apostéllo], sent, Σιλωάμ [Silōam] as
Jesus was sent so we are to be sent, we have a particular vocation. "Walk
worthy" of that vocation.
v Colossians 1:10,
“ 10
That ye might walk worthy of the Lord unto all pleasing, being fruitful in
every good work, and increasing in the knowledge of God.”
So if we want to
“walk worthy” study the Bible. Not only study the Bible, have fruits in accordance with
the Word.
v And then 1
Thessalonians 2:12,
“ 12
That ye would walk worthy of God, who hath called you unto His kingdom and
glory...” waiting for that City.
Now in a previous one we already said a
house without someone inside it to share it with, to have this ἀγάπη [agapē] relationship
with, is empty. We're not looking for a house, we're looking for a home. So the
actual relationship should be with God. So “walk worthy” of God.
Tiga kali di KJV kata-katanya ialah “hidup layak”,
v Efesus 4:1,
“1
Sebab itu, seorang tawanan karena
Tuhan, memohon kepadamu supaya kamu hidup layak
dengan panggilan dengan mana kamu
dipanggil.” Bila kita dipanggil, kita punya tugas
tertentu, kita tidak boleh duduk di atas pengetahuan tersebut dan menyimpannya
untuk diri kita sendiri, kita harus membagikannya, kita harus menjadi αποστέλλω [apostéllo], diutus, Σιλωάμ
[Silōam] sebagaimana Yesus
diutus, demikian pula kita diutus, kita punya panggilan yang khas, “hidup layak” sesuai panggilan itu.
v Kolose 1:10,
“10
Agar kamu bisa hidup layak bagi Tuhan supaya
diperkenan dalam segala hal, berbuah dalam segala perbuatan baik, dan bertambah
dalam pengetahuan tentang Allah.” Jadi jika kita mau
“hidup
layak” pelajarilah Alkitab. Bukan hanya
mempelajari Alkitab, tetapi berbuah sesuai dengan Firman.
v Kemudian 1 Tesalonika 2:12,
“12 Agar kamu mau hidup layak
bagi Allah, yang telah memanggil kamu ke
KerajaanNya dan kemuliaan-Nya…” menantikan Kota itu.
Nah, di pembahasan sebelumnya, kita sudah mengatakan sebuah rumah tanpa
penghuni di dalamnya, untuk berbagi, untuk memiliki hubungan ἀγάπη
[agapē] ini, itu hampa. Kita tidak mencari sebuah rumah, kita
mencari hubungan kekeluargaan. Maka hubungan yang sesungguhnya seharusnya ialah dengan
Allah. Jadi “hidup
layak”-lah bagi Allah.
May God give us the courage and the strength
to emulate those that went before us because the times that we are heading towards,
will require that all of their attributes are consolidated in our very beings.
Let us pray.
Semoga Allah memberi kita keberanian dan kekuatan untuk
meniru mereka yang hidup sebelum kita, karena zaman ke mana kita
sekarang menuju akan membutuhkan semua atribut mereka terkonsolidasi dalam diri
kita.
Mari kita berdoa.
29 06 22