THE
BOOK OF HEBREWS
Part 08/14 – Walter Veith
CHAPTER 7 ~ THE PRIESTHOOD OF
CHRIST
https://www.youtube.com/watch?v=blG9g9vePT0
Dibuka dengan doa
The very first verse in the book of Hebrew deals with the continuation of
the previous chapter, and it starts again with the story of Melchizedek.
Now Melchizedek
was both a king and a priest, he served as the great type portraying a priesthood and kingship over and above that of the Levitical
system. Now Levi was, as it were, still in the loins of Abraham when Abraham paid tithes to Melchizedek, and
the Bible says, that the lesser pays tithes to the greater.
Though the Scriptures do not reveal who Melchizedek was, and there are many
speculations, and some believe that it was Christ Himself, some say it was the
embodiment of the Holy Spirit, and some believe that it was Shem, and there are
many other fanciful opinions as to who Melchizedek was. So some of these ideas
are fanciful and some speculative, but the fact that the identity is not revealed means
that the purpose of the narrative is to be sought elsewhere, and not in
speculation. So the Bible often tells us not to go beyond what is written. The purpose
of the book of Hebrews is to contrast Substance and shadow, and only
here can the reason for the inclusion be sought. So that which is not revealed
according to the Scriptures is what God deems unnecessary for us to have superb
or complete knowledge on.
Ayat yang pertama dari Kitab Ibrani ini adalah kelanjutan
dari pasal sebelumnya, dan itu diawali dengan kisah Melkisedek.
Nah, Melkisedek adalah seorang raja dan seorang imam, dia
melayani sebagai tipe besar yang menggambarkan
suatu imamat dan
kerajaan di atas sistem Lewi. Nah, pada waktu itu Lewi masih ada di dalam pinggang
Abraham ketika Abraham menyerahkan persepuluhan kepada Melkisedek, dan Alkitab
berkata, yang kedudukannya lebih rendah yang menyerahkan persepuluhan kepada
yang lebih tinggi.
Walaupun Kitab Suci tidak mengungkapkan siapa Melkisedek
ini ~ dan ada banyak spekulasi: ada yang percaya itu Kristus sendiri, ada yang
mengatakan itu perwujudan Roh Kudus, dan ada yang percaya itu Sem (anak Nuh) ~
ada banyak pendapat yang aneh-aneh tentang siapa Melkisedek ini. Jadi ada
konsep-konsep yang bersifat khayal dan beberapa yang spekulatif. Tetapi faktanya bahwa identitasnya
tidak diungkapkan berarti tujuan
kisah ini bukanlah tentang identitasnya, dan harus dicari di tempat lain, bukan di spekulasi. Maka
Alkitab sering mengatakan agar kita tidak pergi melampaui
apa yang tertulis. Tujuan kitab Ibrani
ialah membandingkan Substansi dengan bayangannya, dan hanya di
sinilah alasan kisah Melkisedek dimasukkan di sini, bisa ditemukan. Jadi apa
yang tidak diungkapkan oleh Kitab Suci dianggap Allah tidak perlu bagi kita
memiliki pengetahuan yang tertinggi atau lengkap tentang hal itu.
So we are not told who it is. I think we can rule out that it was:
v Jesus,
because Christ
was prophesied as to when He was to come,
how He should
come,
where He should
come,
when He should
come.
So this doesn't
make much sense at all.
v The embodiment of the Holy
Spirit,
the same
argument can be applied there.
v whether it was possibly Shem,
that is a
possibility and one could speculate and run with it if one wanted to, because
Shem was still alive in the time of Abraham. In fact he was still in life in
the time of Isaac and Jacob. So it is possible. But the Scriptures do not say,
and so to speculate is exactly that, just a speculation.
Jadi kita tidak diberitahu siapa itu. Menurut saya kita
bisa mengeliminasi bahwa itu adalah:
v Yesus,
Karena Kristus sudah dinubuatkan kapan Dia akan datang,
bagaimana Dia akan datang,
di mana Dia harus datang,
kapan Dia harus datang.
Maka ini tidak masuk akal.
v Perwujudan
Roh Kudus,
argumentasi yang sama bisa diaplikasikan di sini.
v Apakah kemungkinan itu Sem,
itu suatu kemungkinan yang bisa dispekulasikan dan
digunakan jika mau, karena Sem masih hidup di zaman Abraham.
Malah Sem masih hidup di zaman Ishak dan Yakub. Jadi itu
suatu kemungkinan. Tetapi Kitab Suci tidak mengatakan demikian, jadi
berspekulasi demikian tidak lebih hanya suatu spekulasi.
So in
the history of Israel, priestly power and kingly power were always kept separate to the point that if the boundary was crossed
by presumption, the result was leprosy. But in this arch type we find them combined,
because Melchizedek
was both king and priest and that makes him the perfect type for the King of Glory
who was also the Lamb of God that takes away the sins of the world. The
cross was the stepping stone to the throne.
Jadi di
sejarah Israel, kekuasaan imam dan
kekuasaan raja selalu
terpisah sedemikian
rupa sehingga bila batasan tersebut diterobos oleh kelancangan, akibatnya
adalah penyakit kusta. Tetapi di bentuk tipe agung ini kita melihat keduanya
bergabung menjadi satu karena Melkisedek
adalah raja dan imam dan itu menjadikan dia tipe yang tepat bagi Raja Kemuliaan
yang juga adalah Anak Domba Allah yang mengangkat dosa-dosa dunia.
Salib merupakan batu pijakan ke takhta.
We have to ask ourselves, the book of Hebrews, is it about Melchizedek or
is it about Jesus Christ? And the answer is, it's about Jesus Christ. He's the
Substance of the shadows, not Melchizedek. But Melchizedek is a type, a very,
very, important type because he was both king and he was priest, and he was a “king of
righteousness”, and all of these labels that are attached to him, make
him a
perfect type for the even more perfect antitype who is Jesus
Christ.
Kita harus bertanya kepada diri sendiri, kitab Ibrani
itu, apakah itu tentang Melkisedek atau itu tentang Yesus Kristus? Dan
jawabannya ialah itu tentang Yesus Kristus. Dialah Substansi dari
bayangan-bayangan, bukan Melkisedek. Tetapi Melkisedek adalah sebuah tipe, sebuah tipe
yang amat sangat penting karena dia
adalah raja dan dia adalah imam,
dan dia adalah “raja
kebenaran”. Dan semua label yang melekat padanya itu menjadikan
dia sebuah tipe yang tepat
bagi antitipe yang lebih sempurna yang adalah Yesus Kristus.
So “before Abraham was, I am”, before Melchizedek was, the “I am” also
superseded him. So the issue is, why is he included in the Bible? Because the
Bible requires a specific reason why Christ Himself could become the High
Priest, and this is the burden of what Paul is trying to explain.
Jadi ”sebelum Abraham ada,
Aku ada.” (Yoh.
8:58) sebelum Melkisedek ada, Sang “Aku ada”
sudah mendahuluinya. Jadi isunya ialah, mengapa Melkisedek dimasukkan dalam Alkitab? Karena
Alkitab membutuhkan suatu alasan khusus mengapa Kristus Sendiri bisa menjadi
Imam Besar, dan ini adalah beban yang berusaha dijelaskan
Paulus.
So in the past these offices of priest and king were separated, and
sometimes some of the kings thought that they could fuse them. So one of the
stories in the Bible is about King Uzziah and his pride and his punishment. We
read about it in 2 Chronicles 26:16. “16 But when he was strong...” this is now King Uzziah “…his heart was lifted up to his destruction:
for he transgressed against the LORD his God, and went into the temple of the
LORD to burn incense upon the altar of incense…” and this was strictly forbidden, because only the high priest was allowed
to burn incense on the altar. “…17
And Azariah the priest
went in after him, and with him fourscore priests of the LORD, that were
valiant men. 18 And they withstood Uzziah the king, and said unto
him, ‘It appertaineth not unto thee,
Uzziah, to burn incense unto the LORD, but to the priests the sons of Aaron,
that are consecrated to burn incense; go out of the Sanctuary; for thou hast
trespassed; neither shall it be for thine honour from the LORD God.’ 19 Then Uzziah was wroth, and had a censer in his hand to burn incense:
and while he was wroth with the priests, the leprosy even rose up in his
forehead before the priests in the house of the LORD, from beside the incense
altar. 20 And Azariah the chief priest, and all the priests, looked upon
him, and, behold, he was leprous in his forehead, and they thrust him out from
thence; yea, himself hasted also to go out, because the LORD had smitten him…”
So the priestly office and the kingly office were strictly separate, except
in the case of Melchizedek, and of course that served as the type for Jesus,
who also was King and Priest. So before Jesus stepped into the role of sacrificial
Lamb and Priest, He first had to be recognized as King as well.
Jadi di zaman lampau, jabatan
imam dan raja itu terpisah, dan terkadang ada raja-raja yang berpikir mereka
bisa menggabungkan keduanya. Salah satu cerita di Alkitab ialah tentang raja Uzia dan
kesombongannya dan hukumannya. Kita membaca tentang ini di 2 Tawarikh 26:16. “16 Tetapi setelah ia menjadi kuat…” ini raja Uzia, “…ia
menjadi tinggi hati yang mengakibatkan
kehancurannya; karena ia berbuat dosa
terhadap TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di
atas mezbah pembakaran ukupan…” dan ini sama sekali tidak boleh, karena hanya imam besar
yang boleh membakar ukupan di atas mezbah. …17
Dan imam Azarya mengikuti di belakangnya
bersama-sama delapan puluh imam TUHAN, yang adalah
orang-orang pemberani. 18 Dan mereka
menentang Uzia sang raja dan berkata kepadanya, ‘Itu tidak berlaku bagimu, Uzia, membakar ukupan kepada TUHAN, tetapi itu bagian imam-imam keturunan Harun
yang telah dikuduskan untuk membakar ukupan.
Keluarlah dari Bait Suci karena engkau telah
berbuat dosa dan untuk itu engkau juga tidak akan
memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah.’ 19 Tetapi Uzia marah, dan di tangannya ada
sebuah pedupaan untuk membakar ukupan.
Sementara dia marah terhadap para imam,
timbullah penyakit kusta di dahinya di
hadapan para imam di rumah TUHAN, di samping
mezbah pembakaran ukupan. 20 Dan Azarya,
Imam kepala, dan semua imam lainnya memandang kepadanya, dan lihatlah, ia kena
kusta di dahinya dan mereka menggusurnya keluar dari sana; benar, ia sendiri juga tergesa-gesa
keluar, karena TUHAN telah memukulnya…”
Jadi jabatan imam dan jabatan raja terpisah secara ketat,
kecuali dalam hal Melkisedek, dan tentu saja itu berfungsi sebagai tipe bagi
Yesus, yang juga adalah Raja dan Imam. Maka sebelum Yesus melangkah masuk ke peranNya sebagai Domba
kurban dan Imam, Dia lebih dulu harus diakui sebagai Raja.
Zechariah 9:9 says, “9
Rejoice greatly, O daughter of Zion; shout, O daughter of Jerusalem: behold,
thy King cometh unto thee: He is just, and having salvation; lowly, and riding
upon an ass, and upon a colt the foal of an ass.” This is a tremendous prophecy.
And I did a series on the book of Zechariah and it is also available on Youtube.
So here is this prophecy that the Messiah would be a Kingly Messiah.
Zakharia 9:9
mengatakan, “9 Bersukacitalah dengan amat sangat, hai puteri Sion, berserulah, hai puteri Yerusalem! Lihat, Rajamu
datang kepadamu; Ia adil dan membawa
keselamatan; rendah hati dan mengendarai seekor keledai, dan di atas seekor keledai muda, anak seekor keledai…” Ini adalah
nubuatan yang luar biasa.
Saya membuat satu seri tentang
kitab Zakharia dan itu juga ada di Youtube.
Jadi di sini ada nubuatan bahwa Sang Messias adalah Messias yang rajani.
John 12:13 reads, “13
Took branches of palm trees…” this is now
during the triumphant entry
“…and went forth to meet Him, and cried, ‘Hosanna! Blessed is the King
of Israel that cometh in the name of the Lord.’…”
Yohanes 12:13
berkata, “13 Mengambil cabang-cabang
dari pohon-pohon palem…” ini sekarang di waktu masuknya Yesus ke Yerusalem yang
dielu-elukan sebagai Raja, “…dan keluar
menyongsong Dia dan berseru-seru, ‘Hosana!
Diberkatilah Raja Israel yang datang dalam nama Tuhan!’…”
Matthew 21:15 says, “15
And when the chief priests and scribes saw the wonderful things that He did, and the children crying in the
temple, and saying, Hosanna to the Son of David; they were sore
displeased…” So He was from this kingly line, and as
such in the past that was separated from the priesthood. “…16 And said unto Him, ‘Hearest
Thou what these say?’ And Jesus saith unto them, ‘Yea; have ye never read, Out
of the mouth of babes and sucklings Thou hast perfected praise?’ 17
And He left them, and went out of the city into Bethany; and He lodged there.”
So He was acknowledged as King by the populace, by the common people, not
by the scribes and the Pharisees, but nevertheless He was acknowledged. But
more than that He was coronated by the highest authority of the Jews, namely
King Herod, even if the ceremony was intended to be a mock coronation.
Matius 21:15 mengatakan, “15 Dan ketika
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuatNya,
dan anak-anak yang berseru di Bait Allah, dan berkata, ‘Hosana bagi Anak Daud!’ mereka
sangat jengkel…” Jadi Yesus berasal
dari garis keturunan raja, dan di masa
lampau itu terpisah dari keimamatan. “…16
Dan berkata kepadaNya, ‘Apa Engkau dengar
apa yang dikatakan mereka ini?’ Dan Yesus berkata
kepada mereka, ‘Ya. Apakah kalian belum pernah membaca, Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau mendapatkan puji-pujian yang sempurna?’ 17Lalu Ia meninggalkan mereka dan pergi ke
luar dari kota itu, ke Betania dan Ia bermalam di
situ. …”
Jadi Dia diakui sebagai Raja oleh masyarakat, oleh rakyat
jelata, bukan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Walaupun begitu,
Dia diakui. Tetapi lebih daripada itu Dia dimahkotai oleh kekuasaan yang
tertinggi bangsa Yahudi, yaitu raja Herodes, walaupun upacaranya dimaksudkan
sebagai penobatan pura-pura.
So if we go to Matthew 27:27 we read, “27
Then the soldiers of the governor took Jesus into the common hall, and gathered
unto Him the whole band of soldiers…” so here's the military might “…28 And they stripped Him, and
put on Him a scarlet robe…” so they put a
kingly robe upon Him, but they first
stripped Him ~ that's very interesting ~ they stripped Him of His own clothing,
and they put a kingly robe on Him “… 29
And when they had platted a crown of thorns, they put it upon His head, and a
reed in His right hand…” so that was the
mock scepter. So He was crowned the King. He had a kingly robe, He had a
scepter put in His hand, and a crown put on His head.
“…and they bowed the knee before Him, and mocked Him, saying, ‘Hail, King of
the Jews!’…” so there was a coronation. It was a
mock coronation, but it was a coronation by the authority, and by the
military. “…30
And they spit upon Him, and took the reed, and smote Him on the head. 31
And after that they had mocked Him,…” In fact the Bible gives the idea that they continually smote Him over the
head, driving those thorns into His skin. “…31
And after that they had mocked Him, they took the robe off…” now this is very important. So He's
coronated, they take off the kingly robe
“…from
Him, and put His own raiment on Him, and led Him away to crucify Him.”
Now what was His own raiment that was placed upon Him? We remember that at
the cross the soldiers took His raiment off, and when they came to the inner
garment, they did not tear it in pieces to divide the cloth, the material,
because it was very precious, it was woven in one piece, there was no seam in it.
In other words it represented the robe of righteousness. Melchizedek king of righteousness. So it was
taken off, He received a coronation as King, and then the robe of righteousness was
placed back upon Him and He took it to the cross.
Jadi kita ke Matius 27:27
kita baca, “27 Kemudian serdadu-serdadu gubernur membawa Yesus ke gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul
sekeliling Yesus…” nah, ini kekuatan
militernya. “…28 Dan mereka melucuti
pakaian-Nya dan mengenakan padaNya sebuah
jubah merah darah…” Jadi mereka mengenakan sebuah jubah raja kepadaNya,
tetapi sebelumnya mereka melucuti pakaianNya dulu ~ itu
sangat menarik ~ mereka melucutiNya dari pakaianNya sendiri, dan mereka
mengenakan padaNya sebuah jubah raja. “…29
Dan ketika mereka sudah menganyam sebuah mahkota dari duri,
mereka
menaruhnya di atas kepalaNya, dan
sebatang buluh di tangan kanan-Nya…” jadi itulah pura-pura tongkat kerajaan. Jadi Yesus
dimahkotai sebagai Raja, Dia mengenakan jubah seorang raja, kepadaNya diberikan
sebuah tongkat kerajaan di tanganNya, dan sebuah mahkota diletakkan di atas
kepalaNya. “…dan
mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olok Dia, mengatakan, ‘Salam, Raja orang Yahudi!’…” jadi ada
penobatan. Itu penobatan pura-pura, tetapi tetap
itu suatu penobatan yang dilakukan oleh yang berkuasa, dan oleh militernya. “…30 Dan
mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. 31
Dan sesudah mereka
mengolok-olok Dia…” Faktanya Alkitab memberikan ide bahwa mereka memukuliNya
terus menerus di kepala, dan membuat duri-duri itu
masuk ke kulitNya. “…31 Dan sesudah mereka mengolok-olok
Dia, mereka menanggalkan jubah itu…” nah, ini sangat penting. Jadi Yesus sudah dinobatkan, mereka melepas jubah rajaNya, “…dariNya dan mengenakan pakaian-Nya sendiri kepada-Nya, dan membawa Dia ke luar untuk menyalibkanNya.”
Nah, apa pakaianNya
sendiri yang dikenakan padaNya? Kita ingat di salib
tentara-tentara itu melepas pakaianNya, dan ketika sampai ke pakaian dalamnya, mereka
tidak mencabik-cabiknya untuk membaginya menjadi beberapa bagian, bahannya itu,
karena itu sangat berharga, itu ditenun
utuh, tidak ada sambungannya. Dengan kata lain, itu melambangkan jubah
kebenaran. Melkisedek adalah raja kebenaran. Jadi jubah itu
dilepas, Yesus dinobatkan sebagai Raja, kemudian jubah kebenaran itu dipakaikan kembali kepadaNya, dan itu
dibawaNya sampai ke salib.
So as King He required obedience to the foundation of His government. Every
king has a foundation to his government, which is called the Law. Without a Law
you can have no legal authority, because your authority is derived from the
Law. He
cannot be our Priest before we acknowledge Him as King. So He is our
King and He is our Priest. That requires repentance. In other words,
acknowledgement of the transgression of the Law, and then only can the balm of the atonement be applied by faith in His
righteousness and not the righteousness of the Law.
Maka sebagai Raja, Dia menuntut kepatuhan kepada fondasi
pemerintahanNya. Setiap raja memiliki fondasi pemerintahan, yang disebut Hukum.
Tanpa Hukum tidak ada autoritas yang sah, karena autoritas itu berasal dari
Hukum. Dia tidak bisa menjadi Imam kita
sebelum kita mengakuiNya sebagai Raja. Jadi Dia adalah Raja
kita, dan Dia adalah Imam kita. Itu menuntut adanya pertobatan. Dengan kata
lain, pengakuan tentang adanya pelanggaran kepada Hukum, dan barulah saat itu
balsam pendamaian bisa diaplikasikan melalui iman dalam kebenaranNya, dan bukan
kebenaran Hukum.
So we have a Priest, but we have a King. We have
to be subject to a legal system, so that the will of the King be done in Heaven as it is on
earth. In other words, here on earth there must be those that submit to
the legal authority of the King.
We cannot serve two empires, serving one and violating the rules of the
other. Now if the world and its legal system is contrary to that of Heaven, then
the kingdom here cannot be the same kingdom as the Kingdom of God. So the Kingdom
of God is future, but it already has adherence in the time that we are living
in.
Jadi kita punya Imam, tetapi kita punya Raja. Kita harus
tunduk kepada satu sistem yang sah, sehingga kehendak Sang Raja itu harus terjadi di Surga sebagaimana
di bumi. Dengan kata lain, di
bumi di sini haruslah ada mereka yang tunduk kepada autoritas sah Raja itu.
Kita tidak bisa tunduk kepada dua kerajaan, mematuhi yang
satu dan melanggar peraturan yang lain. Nah, bila dunia dan sistem legalnya bertentangan dengan yang
surgawi, maka kerajaan yang di bumi ini bukanlah kerajaan yang sama dengan
Kerajaan Allah. Maka Kerajaan
Allah itu masih akan datang, tetapi dia sudah memiliki pengikut di zaman di
mana kita hidup.
So there
is a usurper in the world today who claims to be both king and priest. Now
remember in the past, the king and the
priest were separate entities. Melchizedek is the type, Christ is the anti-type,
where the King and the Priest are combined. But there is a usurper who claims
to be king and priest, and he has princes around him, they are called “cardinals”.
But we must remember that the leprosy of sin clings to him hidden
under a robe of his own devising, because he has taken upon himself a
prerogative that does not belong to him, and like Uzziah, he is leprous, a
symbol of sin. That's why the Bible
calls him “the man of
sin”.
Jadi hari
ini di dunia ada seorang perebut kekuasaan yang mengklaim menjadi raja dan imam.
Nah, jangan lupa di masa silam raja dan imam adalah kekuasaan yang terpisah.
Melkisedek adalah tipenya, Kristus itu antitipenya, di
mana Raja dan Imam menjadi satu. Tetapi ada seorang perebut kekuasaan yang
mengklaim sebagai raja dan imam, dan dia memiliki pangeran-pangeran di
sekelilingnya, mereka disebut “kardinal” (uskup). Tetapi kita harus ingat bahwa
dosa kusta melekat
padanya tersembunyi di bawah jubah ciptaannya sendiri, karena dia telah
mengambil bagi dirinya sendiri prerogatif yang bukan
miliknya, dan seperti Uzia, dia kena kusta, suatu simbol dosa. Itulah mengapa
Alkitab menyebutnya “manusia dosa” (LAI: manusia durhaka 2 Tesa. 2:3)
So peace can only come when we acknowledge the King of righteousness and His
perfect robe that is woven in the Heavenly loom, and nobody, nobody gets access
to the Kingdom of God without that particular robe that is woven in the loom of
Heaven, the robe of Christ's righteousness.
Jadi damai hanya bisa datang ketika kita mengakui Raja
kebenaran dan jubah kebenaranNya yang ditenunNya di mesin tenun surgawi, dan
tidak seorang pun, tidak seorang pun mendapatkan akses ke Kerajaan Allah tanpa
jubah istimewa itu yang ditenun di mesin tenun surgawi, jubah kebenaran
Kristus.
Hebrews 7:1
With that in mind, let's turn to chapter 7:1, “1 For
this Melchisedec, king of Salem, priest of the Most High God, who met Abraham
returning from the slaughter of the kings, and blessed him…” this is a very important chapter in the
Bible. Abraham returned from the slaughter of the kings and he was blessed by
Melchizedek. Is there a type in that? Could the anti-typical people return also
from a slaughter of the kings? Verse 2 says, “…2
To whom also Abraham gave a tenth part of all; first being by interpretation
king of righteousness…” king of right, “…and after that also king of Salem…” which is peace,
“…which is, king of peace.”
Ibrani 7:1-2
Dengan mengingat itu mari kita
ke pasal 7:1, “1 Sebab
Melkisedek yang ini, raja Salem, imam Allah Yang Mahatinggi; yang pergi menyongsong Abraham ketika kembali
dari pembantaian raja-raja, dan memberkati
dia…” Ini adalah pasal
yang sangat penting di Alkitab. Abraham kembali dari pembantaian raja-raja dan
dia diberkati oleh Melkisedek. Apakah di sini ada tipe? Bisakah umat yang
antitipikal kembali juga dari pembantaian raja-raja? Ayat 2 berkata, “…2 Kepadanya pun Abraham memberikan
sepersepuluh dari semuanya, pertama karena menurut interpretasi dia adalah raja kebenaran…” raja dari yang benar, “… dan setelah
itu juga raja Salem…” yang adalah damai, “…yaitu
raja damai sejahtera.”
Isaiah 32:17 says, “17 And
the work of righteousness shall be peace; and the effect of righteousness,
quietness and assurance for ever.”
So what are we dealing with here? We are dealing with a type Melchizedek,
irrespective of where he is, he has certain attributes we will look at them as
we go through the book of Hebrews. And Abraham paid tithe to him, to this king
of righteousness; and this king of peace.
Yesaya 32:17
berkata, “17 Dan yang akan dihasilkan kebenaran ialah
damai sejahtera, dan akibat dari kebenaran itu ketenangan, dan kepastian untuk selama-lamanya.”
Jadi kita di sini berurusan dengan apa? Kita berurusan
dengan suatu tipe Melkisedek, tidak jadi soal di mana dia berada, dia memiliki
sifat-sifat tertentu yang akan kita simak selagi kita mengupas kitab Ibrani.
Dan Abraham memberikan persepuluhan kepadanya, kepada raja kebenaran ini; dan
raja damai ini.
Hebrews 7:3
Hebrews 7:3 says, “3 Without father, without mother, without descent, having neither
beginning of days, nor end of life; but made like unto the Son of God; abideth
a Priest continually.”
So who abided as a
Priest continually? Christ of course. But these verses have created a lot of
confusion in the world, because it says that Melchizedek was “without father,
without mother, without descent, having neither beginning of days nor end of life;
but made like unto the Son of God” served as a type for the Son of God, who “…abideth a Priest
continually.” So the fact of the matter is, that the verse merely tells us
that this priest, this king serves as a type for a higher King, a higher
Priest.
Ibrani 7:3
Ibrani 7:3 mengatakan, “3 Tanpa bapa,
tanpa ibu, tanpa silsilah, tidak memiliki awal maupun akhir; tetapi dijadikan sama seperti Anak Allah, tetap seorang Imam terus menerus. …”
Jadi siapa yang tetap sebagai Imam terus menerus? Tentu
saja Kristus. Tetapi ayat-ayat ini telah menciptakan banyak kebingunan di dunia
karena dikatakan bahwa Melkisedek itu “3 Tanpa bapa,
tanpa ibu, tanpa silsilah, tidak memiliki awal maupun akhir; tetapi dijadikan sama seperti Anak Allah…” yang berfungsi sebagai tipe untuk
Anak Allah, yang “…tetap
menjadi Imam terus menerus…”
Jadi
fakta hal ini ialah, ayat ini semata-mata memberitahu kita bahwa imam
ini, raja ini, berfungsi sebagai tipe untuk Raja yang lebih tinggi, Imam yang
lebih tinggi.
Now why does it say that he was “without father
and without mother”? That's why
people come up with great speculations. Everybody that has ever lived on this
planet has a father and a mother, but this one. Was he without descent? Surely
he was with dissent if he had a father and a mother. So let's just think about this.
The Levitical priests had to trace their genealogy to Aaron, they had to be of
the tribe of Levi, they had to prove their lineage. The genealogies were
elaborate and no one could do duty unless certified.
So when the priests came out of Babylonian captivity and the priesthood was
reinstated in the times of Nehemiah, there had to be a thorough search as to
the lineage before one could qualify to take part in the priestly activities.
So it is
absolutely essential in the Levitical priesthood that we know who the father is
who the mother is, what the descent was, and that we can prove that this line
goes back to the line of Aaron, particularly for the high priest, this
was of paramount importance. It was called an Aaronic priesthood.
But of
Melchizedek there is no record in the Bible as to who his father is,
there is no record as to who his mother is, there is no record as to his line
of descent, and therefore he does not qualify in the Levitical sense of the
priesthood. But he had no lineage and so he serves as a perfect type for
Christ who also doesn't have a lineage going back to Levi and the Aaronic
Priesthood.
So there is nothing mysterious about it. It is given as a contrast to the
Levitical priesthood and not a statement that he didn't have a father and
didn't have a mother and didn't have a descent. So there is much speculation
regarding this verse, but it is not that the king of Salem was without
genealogy, but that he was not qualified by his genealogy, there is no
record for this purpose, and thus he serves as the archtype even in this
respect. Unlike the Levitical priesthood, his priesthood was not inherited and neither was
that of Christ. Contrary to Catholicism,
as God Jesus had no mother, and as Man He had no father.
His function derived from none, are transmitted to none, and are shared by
none, and they last forever.
Nah, mengapa dikatakan dia “tanpa bapa” dan “tanpa ibu”?
Itulah mengapa orang-orang memunculkan spekulasi-spekulasi besar. Semua orang
yang pernah hidup di planet ini punya seorang bapak dan seorang ibu, kecuali
yang satu ini. Apakah dia tidak punya silsilah? Tentu saja dia punya silsilah
jika dia punya bapak dan punya ibu. Jadi mari kita pikirkan ini.
Imam-imam Lewi harus menelusuri jejak silsilah mereka
hingga ke Harun, mereka harus berasal dari suku Lewi, mereka harus membuktikan
garis keturunan mereka. Silsilahnya rumit dan tidak ada yang boleh mulai
melakukan tugasnya kecuali sudah punya sertifikat (disahkan).
Jadi ketika imam-imam keluar dari penawanan Babilon dan
keimamatan dipulihkan di zaman Nehemia, harus ada penelusuran seksama atas
garis-garis keturunan sebelum ada yang memenuhi syarat untuk mengambil bagian
dalam kegiatan keimaman. Jadi mutlak
penting dalam imamat Lewi untuk diketahui siapa bapaknya, siapa ibunya, apa
silsilahnya, dan bahwa bisa dibuktikan garis keturunan ini terus sampai ke
garis Harun, terutama bagi imam besar, itu amat sangat penting.
Imamat itu disebut imamat Harun.
Tetapi tentang Melkisedek
tidak ada catatannya di Alkitab siapa bapaknya dan siapa ibunya,
tidak ada catatan tentang silsilahnya, dan oleh karena itu dia tidak memenuhi syarat sebagai imam menurut imamat
Lewi. Tetapi karena dia tidak punya silsilah, dia cocok berfungsi sebagai tipe
yang tepat bagi Kristus, yang juga tidak punya silsilah ke suku Lewi dan imamat
Harun.
Jadi tidak ada yang misterius tentang hal ini. Ini
diberikan sebagai suatu kontras kepada imamat Lewi dan bukan suatu pernyataan
bahwa dia (Melkisedek) tidak punya bapak dan tidak punya ibu, dan tidak punya
silsilah. Jadi ada banyak spekulasi tentang ayat ini, tetapi ini bukan bahwa raja Salem itu
tidak punya silsilah, melainkan dia tidak menenuhi syarat berdasarkan silsilahnya.
Tidak ada catatan untuk tujuan ini, maka dalam hal ini dia berfungsi sebagai
tipe yang utama. Berbeda dengan keimamatan Lewi, keimamatan Melkisedek ini tidak diperolehnya dari
warisan, begitu pula keimamatan Kristus.
Bertentangan dengan Katolikisme,
sebagai
Allah Yesus tidak punya ibu
sebagai
Manusia, Dia tidak punya bapa
JabatanNya tidak diperolehNya dari mana pun, tidak
dipindahkan kepada siapa pun, tidak dibagikan kepada siapa pun, dan itu berlaku
untuk selama-lamanya.
Where did Christ come from? Melchizedek serves as the perfect example, no father no
mother. Christ existed from all eternity. In other words, here is
another proof that He is not a created being, He existed from eternity. That is
why these verses are incorporated in the book of Hebrews. They are a proof of
the divine character of Jesus Christ.
1 Timothy 3:16 says, “16 And without controversy
great is the mystery of godliness: God was manifest in the flesh, justified in
the Spirit, seen of angels, preached unto the Gentiles, believed on in the
world, received up into glory.”
Can we even fathom the depth of this verse?
Dari mana Kristus
berasal? Melkisedek berfungsi sebagai contoh yang tepat, tanpa bapa tanpa ibu. Kristus eksis dari kekekalan.
Dengan kata lain, di sini ada bukti lain bahwa Kristus bukanlah makhluk
ciptaan, Dia ada sejak kekekalan. Itulah mengapa ayat-ayat ini dimasukkan dalam
kitab Ibrani. Mereka adalah bukti keilahian karakter Yesus Kristus.
1 Timotius 3:16
mengatakan, “16 Dan tanpa bisa dibantah, memang sangat besarlah
misteri KeAllahan itu: Allah dinyatakan dalam daging, dibenarkan dalam Roh, dilihat oleh malaikat-malaikat, diberitakan di antara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dipercayai di dunia, diterima di atas dalam kemuliaan.”
Bisakah kita bahkan
memahami dalamnya ayat ini?
And this is what Paul is trying to bring across. He is not elevating
Melchizedek, he is elevating Jesus Christ, the great antitype. This is the
Substance. Melchizedek is a shadow, an important shadow, because
without that shadow there would be no pretext for the Priestly ministry of
Jesus Christ.
Dan inilah yang berusaha disampaikann Paulus. Paulus
bukan meninggikan Melkisedek, dia meninggikan Yesus Kristus, antitipe yang besar. Inilah
Substansinya. Melkisedek adalah
bayangan, bayangan yang penting, karena tanpa bayangan itu tidak
akan ada dalih untuk ministri keimamatan Yesus Kristus.
So if we go to Hebrews 7:14 it reads, “14 For
it is evident that our Lord sprang out of Juda; of which tribe Moses spake
nothing concerning priesthood.”
So there had to be a type to warrant it.
Maka jika kita ke Ibrani 7:14 kita baca, “14 Sebab
telah nyata bahwa Tuhan kita berasal dari
suku Yehuda; mengenai suku ini
Musa tidak pernah mengatakan apa pun tentang keimamatan.”
Karena itu harus
ada tipe yang memberinya keabsahan.
1 Peter 1:20 says, “20 Who
verily was foreordained before the foundation of the world, but was manifest in
these last times for you.”
If we confuse shadow and Substance in the book of Hebrews, we will be
wandering in glades of confusion, we will be concentrating on
issues that have not been revealed, while we neglect the issues that have been
revealed.
1 Petrus 1:20 mengatakan, “20 Yang sungguh-sungguh sudah
ditentukan sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan pada akhir masa ini untuk
kamu.”
Jika kita merancukan antara bayangan dengan Substansi di
kitab Ibrani, kita akan berputar-pular kebingunan di tengah hutan, kita akan
memusatkan perhatian pada isu-isu yang belum dinyatakan, sementara kita
mengabaikan isu-isu yang sudah dinyatakan.
Revelation 13:7 says, “7 And
it was given unto him to make war with the saints, and to overcome them: and
power was given him over all kindreds, and tongues, and nations…” talking about this enemy of God, in the end
times. “…8 And all that dwell upon the
earth shall worship him, whose names are not written in the book of life of the
Lamb…” so there is an enemy and they will not enter into the rest of God but this
“…Lamb slain…” was slain
“…from the foundation of the world.”
This is what this book of Hebrews is about. It is about the Substance. And
the Substance is always Christ.
Wahyu 13:7 mengatakan, “7 Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan
orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka. Dan autoritas diberikan kepadanya atas setiap suku, bahasa, dan
bangsa…” bicara tentang
musuh Allah ini, di akhir zaman. “…8 Dan semua orang yang diam di
atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis di
dalam kitab kehidupan Anak Domba…” jadi ada musuh dan
mereka tidak mau masuk ke perhentian Allah, tetapi “…Anak Domba
yang telah disembelih…” ini, disembelih “…sejak dunia dijadikan…”
Inilah isi kitab Ibrani. Tentang Substansinya, dan
Substansi itu selalu Kristus.
Hebrews 7:4-10
Let's continue with verse 4 in the book of Hebrews chapter 7. “4 Now consider how great this man was…” now he's building upon this typology,
talking about Melchizedek, and
“…unto whom even the patriarch Abraham gave the tenth of the spoils. 5
And verily they that are of the sons of Levi, who receive the office of the priesthood,
have a commandment to take tithes of the people according to the law, that is,
of their brethren, though they come out of the loins of Abraham: 6
But he whose descent is not counted from them, received tithes of Abraham…” so Melchizedek didn't come from this
priestly Levitical line, but Abraham paid tithe to Melchizedek, “…and blessed him that had the promises. 7
And without all contradiction the less is blessed of the better…” So in other words, what he's saying, Melchizedek must have had a higher
stature than Abraham. So who was he, the Bible doesn't say. Was he Shem? He
could have been, but we don't know. So we don't need to speculate. But we can
take the issues and apply them to Christ. “…8 And here men that die
receive tithes; but there He receiveth them, of whom it is witnessed that He
liveth. 9 And as I may so say, Levi also, who receiveth tithes,
payed tithes in Abraham 10 For he was yet in the loins of his father,
when Melchisedec met him…” Well, Levi
hadn't been born yet, because the promise hadn't been fulfilled yet to Abraham.
He waited for it patiently. But because he was in the loins of Abraham he was
corporately still in the body of Abraham. In type, Levi actually
through Abraham paid tithe to Melchizedek. In other words the Levitical priesthood was subject to a higher priesthood, that of
Melchizedek. How much more so higher to a still higher Priesthood which
was Jesus Christ’s. This is what he is
trying to bring to the fore. He's taking us to the Substance to which these types
and shadows pointed to.
Ibrani 7:4-10
Mari kita lanjut dengan ayat 4 di kitab Ibrani pasal 7. “4 Nah,
pikirkan betapa besarnya orang itu…”
sekarang Paulus membangun di atas
tipologi ini, bicara tentang Melkisedek, dan “…yang kepadanya bahkan Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari
segala rampasan perang. 5 Dan sesungguhnya
mereka yang dari anak-anak Lewi, yang
menerima jabatan imam, mendapat perintah
untuk memungut persepuluhan dari umat Israel menurut hukum Taurat, yaitu dari
saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga adalah keturunan Abraham. 6
Tetapi dia yang bukan dari keturunan mereka, menerima persepuluhan
dari Abraham…” jadi Melkisedek tidak berasal dari garis keturunan Lewi
ini, namun Abraham menyerahkan persepuluhan kepada Melkisedek, “…dan
memberkati dia yang telah menerima janji-janji,
7 Dan tanpa perdebatan, yang
lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi…” Jadi dengan kata
lain, apa yang dikatakan Paulus ialah, Melkisedek tentunya punya kedudukan yang
lebih tinggi daripada Abraham. Jadi siapakah dia, Alkitab tidak mengungkapkan.
Apakah dia Sem? Boleh jadi. Tetapi kita tidak tahu. Jadi kita tidak perlu
berspekulasi. Tetapi kita bisa mengambil isunya dan mengaplikasikannya kepada
Kristus. “…8 Dan di sini
manusia-manusia fana menerima persepuluhan, tetapi di sana Ia menerima mereka, yang tentang Dia telah disaksikan bahwa Ia hidup. 9 Dan kalau boleh saya katakan, Lewi juga, yang menerima persepuluhan,
memberikan persepuluhan melalui Abraham. 10 sebab ia masih
berada dalam tubuh bapa leluhurnya, ketika Melkisedek bertemu dengannya…” Nah, Lewi waktu itu belum lahir, karena janji kepada
Abraham (Ishak) belum digenapi. Abraham menunggu penggenapan janji itu dengan
sabar. Tetapi karena Lewi waktu itu masih di dalam pinggang (tubuh) Abraham,
dia masih terhitung sebagai kesatuan di dalam tubuh Abraham. Dalam tipe Lewi sebenarnya
memberikan persepuluhan kepada Melkisedek melalui Abraham. Dengan kata lain,
keimamatan Lewi lebih rendah daripada suatu keimamatan yang
lebih tinggi, yaitu keimamatan
Melkisedek. Berapa lebih tingginya lagi Keimamatan Yesus
Kristus. Inilah yang berusaha diketengahkan Paulus. Dia membawa kita kepada
Substansinya, yang ditunjukkan oleh tipe-tipe dan bayangan-bayangan ini.
If we look at Hebrews 7:4 again and we read, “4 Now consider how great this
man was, unto whom even the patriarch Abraham gave the tenth of the spoils.”
Then we must remember
ü he came to meet Abraham's army,
ü he brought bread and wine,
we discussed
that previously, these are symbols that also point to Jesus Christ who brought
to us bread and wine, symbol of His body, symbol of His blood,
ü he blessed Abraham,
and the higher
blesses the lower,
ü he accepted Abraham's tithe.
Jika kita simak Ibrani 7:4 lagi dan kita baca, “4 Nah,
pikirkan betapa besarnya orang itu yang kepadanya bahkan Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari
segala rampasan perang.”
Maka kita harus ingat bahwa,
ü dia keluar untuk bertemu
dengan pasukan Abraham,
ü dia membawa roti dan anggur,
kita sudah membahas ini sebelumnya, ini adalah
simbol-simbol yang juga mengacu kepada Yesus Kristus yang membawakan kita roti
dan anggur, simbol dari tubuhNya dan darahNya,
ü dia memberkati Abraham,
yang lebih tinggi memberkati yang lebih rendah,
ü dia menerima persepuluhan
Abraham.
Romans 4:3 says, “3 For
what saith the Scripture? Abraham believed God, and it was counted unto him for
righteousness.” Abraham is the father of them that believe
but he is also the father as it were in his human capacity of the descendants
that eventually brought forth the Messiah Himself.
Roma 4:3 mengatakan, “3 Sebab
apakah yang dikatakan Kitab Suci? ‘Abraham
percaya kepada Tuhan, dan itu diperhitungkan
kepadanya sebagai kebenaran.’…" Abraham adalah
nenek moyang orang-orang percaya, tetapi dalam kapasitas manusianya dia juga
nenek moyang dari keturunan-keturunannya yang akhirnya memunculkan Messiah
Sendiri.
“29 And if ye be Christ's…” says Galatians 3:29 “…then are ye Abraham's seed, and heirs
according to the promise.”
“29Dan jikalau
kamu adalah milik Kristus…” kata Galatia 3:29, “…maka kamu adalah benih Abraham dan menurut janji Allah, adalah ahliwaris.”
Perhaps it would be good if we went to the story in the Bible and just refresh
our memories as to what happens. And let's go to Genesis 14 and look at the
story again. Genesis 14. It says there, “1 And it came to pass in the
days of Amraphel king of Shinar…” this is very interesting because Shinar is Babylon, “…Arioch king of Ellasar, Chedorlaomer king
of Elam, and Tidal king of nations; 2 That these made war with Bera
king of Sodom, and with Birsha king of Gomorrah…” and there were a number of kings that were with these kings of Sodom and
Gomorrah. They had rebelled against Chedarlaomer and they had served him 12
years and on the 13th year they rebelled. This is all very interesting. The
number 12 and 13 and of course the secret societies of the world love this
numerology, because it also depicts the 12 around 1, Jesus had 12 disciples and
He was in the center. And so the Rosicrucians followed the same story. But the
story tells us of a coalition of kings, with the king of Babylon that went and
made war and routed the king of Sodom and Gomorrah, and the other kings around
him and took away Lot and his family. Now we read “…5 And in the fourteenth year
came Chedorlaomer, and the kings that were with him, and smote the Rephaims…” etc. and all of these. Verse 7 says, “…7
And they returned, and came to Enmishpat, which is Kadesh, and smote all the
country of the Amalekites, and also the Amorites, that dwelt in Hazezontamar.
8 And there went out the king of Sodom, and the king of Gomorrah, and the
king of Admah, and the king of Zeboiim, and the king of Bela (the same is
Zoar;) and they joined battle with them in the vale of Siddim;…” and then what happened is, the kings with
this coalition with the king of Babylon prevailed “…10 And the vale of Siddim was
full of slimepits…” and says at
verse 10, “…and the kings of Sodom and Gomorrah fled,
and fell there; and they that remained fled to the mountain. 11 And
they took all the goods of Sodom and Gomorrah, and all their victuals, and went
their way. 12 And they took Lot, Abram's brother's son, who dwelt in
Sodom, and his goods, and departed…” So you had this coalition of kings with the king of Babylon that went out
and conquered another coalition of kings. It's almost like a battle between the king
of the north and the king of the south. And the kings of the north
prevailed over these kings of the south. But they also took captive Lot and his
family, and this is where the issue comes in. Now Abraham is the one that is
told that Lot and his family have been taken captive by this coalition of kings, with the king of Babylon, and he summons
his men and he goes after them and the Bible says in verse 16, “…16 And he brought back all the
goods, and also brought again his brother Lot, and his goods, and the women
also, and the people. 17 And the king of Sodom went out to meet him
after his return from the slaughter of Chedorlaomer, and of the kings that were
with him, at the valley of Shaveh, which is the king's dale. 18 And
Melchizedek king of Salem brought forth bread and wine: and he was the priest
of the Most High God. 19 And he blessed him, and said, ‘Blessed be
Abram of the Most High God, Possessor of heaven and earth.’…” it's interesting that this word “possessor”
is קָנָה[qânâh] and it means to be the owner, but it also means to be the redeemer, and it
also means to be the owner by purchase. So there are many, many nuances hidden
in this word when it describes God. “…21 And the king of Sodom said
unto Abram, 'Give me the persons, and take the goods to thyself.' 22
And Abram said to the king of Sodom, 'I have lift up mine hand unto the LORD,
the Most High God, the Possessor...” the same word being used there
“...of heaven and earth...” so it implies the Owner, but it also implies the Redeemer, the one who has purchased back.
Now let's take the story a little bit
further. So you had these two coalitions of kings fighting against each
other, and the one that was the coalition that included the king of Babylon
prevailed, but there was collateral damage. Lot and his people. And Abraham
went out and retrieved, in other words, got them back, and brought them back,
and it's interesting that he didn't take them back to Sodom where they came
from, and Gomorrah, but went another route and ended up in Salem which is
Jerusalem, its original name, and there the king of righteousness and peace met
them and blessed them. So if we look at the story, we can ask ourselves, at the
end of time, once this king of the north coalition with the king of Babylon has
conquered the other coalition that was against him, and the whole world again
was wondering after the Beast, is there collateral damage and some of God's
people have been captured in the process? And Abraham and his forces go and
retrieves them, and receives a blessing from the typical king which refers to a
blessing from an anti-typical King. So what is our duty? Our duty is to retrieve the
anti-typical Lots and their women from the grasp of the coalition of kings
that set themselves against God. And the kings of Sodom said, we want to repay
you. But Abraham said not a shoestring, nothing, I want nothing from you. And
then the story says, “...23 That I will not take
from a thread even to a shoelatchet, and that I will not take any thing that is
thine, lest thou shouldest say, ‘I have made Abram rich’. 24 Save
only that which the young men have eaten, and the portion of the men which went
with me,…” and then he mentions the men.
Mungkin sebaiknya kita ke
kisah di Alkitab dan juga menyegarkan ingatan kita tentang apa yang terjadi.
Marilah kita ke Kejadian 14 dan menyimak kisah itu lagi. Kejadian 14, dikatakan
di sana, “1 Dan terjadilah pada zaman Amrafel, raja
Sinear…” ini sangat menarik
karena Sinear itu Babilon, “…Ariokh raja Elasar, Kedorlaomer raja Elam,
dan Tideal raja Goyim, 2 bahwa raja-raja ini berperang melawan Bera
raja Sodom, Birsya raja Gomora,…” dan ada beberapa raja yang berkoalisi dengan raja-raja
Sodom dan Gomora. Mereka memberontak terhadap Kedorlaomer, mereka telah mengabdi kepadanya selama 12 tahun, dan
pada tahun ke-13 mereka memberontak. Semua ini sangat menarik. Angka 12 dan 13,
dan tentu saja perkumpulan-perkumpulan
rahasia dunia senang sekali dengan numerologi karena itu juga menggambarkan 12
orang yang mengelilingi 1, Yesus punya 12 murid dan Dia ada di tengah, maka
golongan Rosicrucian mengikuti kisah yang sama. Tetapi kisah ini bercerita
tentang koalisi raja-raja, dengan raja Babilon keluar dan berperang dan
mengalahkan raja Sodom dan Gomora, dan raja-raja lain yang di seputarnya, dan
menawan Lot dan keluarganya. Sekarang kita
baca, “…5 Dalam tahun yang keempat belas
datanglah Kedorlaomer serta raja-raja yang bersama dengan dia, dan menggempur
Refaim…” dst. dst. Ayat 7
mengatakan, “…7 Dan baliklah mereka dan tiba di
En-Mispat, yakni Kadesh, dan mengalahkan seluruh negeri
orang Amalek, dan juga bangsa Amori, yang
diam di Hazezon-Tamar. 8 Lalu keluarlah raja negeri Sodom dan raja negeri Gomora, dan raja negeri Adma, dan raja
negeri Zeboim dan raja negeri Bela, yakni negeri Zoar, dan mereka berperang bersama mereka di lembah Sidim,…” Kemudian yang
terjadi ialah, raja-raja yang berkoalisi dengan raja Babilon, menang. “…10 Dan
lembah Sidim itu penuh dengan lubang-lubang ter…” dikatakan di ayat 10, “…dan raja-raja Sodom dan Gomora melarikan diri, dan jatuh di
sana; dan mereka yang tersisa melarikan diri ke gunung. 11
Dan mereka mengambil segala harta benda
Sodom dan Gomora, dan segala bahan makanan mereka, lalu pergi. 12 Dan mereka membawa Lot, anak saudara Abram, yang diam di Sodom, dan harta bendanya, dan mereka
pergi…” Jadi ada koalisi
raja-raja ini dengan raja Babilon yang keluar dan menaklukkan koalisi raja-raja
yang lain. Ini hampir seperti perang antara raja negeri utara dan raja negeri selatan.
Dan raja-raja dari utara menang atas raja-raja dari selatan. Tetapi mereka juga
menangkap Lot dan keluarganya sebagai tawanan, dan di sinilah isu itu muncul.
Nah, Abraham yang diberitahu bahwa Lot dan keluarganya telah ditawan oleh
koalisi raja-raja yang bersama raja Babilon, dan Abram mengumpulkan
orang-orangnya dan dia keluar mengejar mereka. Dan Alkitab berkata di ayat 16, “…16
Dan dia membawa kembali segala harta benda
itu; juga Lot saudaranya, dan
perempuan-perempuannya juga, dan orang-orangnya. 17 Dan raja Sodom keluar bertemu dengannya sekembalinya dari
pembantaian Kedorlaomer dan para raja yang
bersama-sama dengan dia di lembah Syawe,
yakni Lembah Raja. 18 Dan Melkisedek,
raja Salem, membawa keluar roti dan anggur; dan ia adalah imam
Allah Yang Mahatinggi. 19 Lalu ia memberkati Abram, katanya, ‘Diberkatilah
kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pemilik
langit dan bumi’…” yang menarik kata
“pemilik” ini iala קָנָה[qânâh] dan itu berarti
pemiliknya, tetapi itu juga berarti yang menebus, dan juga berarti menjadi
pemilik melalui pembelian. Jadi ada banyak nuansa yang tersembunyi di kata ini
bila menggambarkan Allah. “…21
Berkatalah raja Sodom kepada Abram, ‘Berikanlah kepadaku orang-orangnya, dan
ambillah untukmu harta bendanya.’ 22 Dan
kata Abram kepada raja Sodom, ‘Aku telah bersumpah
demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pemilik…”
kata yang sama yang dipakai tadi, “…langit dan bumi.’…” jadi itu mengimplikasikan Pemiliknya, tetapi
juga mengimplikasikan Penebusnya, yang
telah menebusnya kembali. Nah, mari kita lanjut sedikit lebih jauh lagi dengan
kisah ini. Jadi ada dua koalisi raja-raja yang saling berperang. Dan koalisi di
mana ada raja Babilon, menang, tetapi
ada korban sampingan. Lot dan orang-orangnya. Dan Abraham keluar dan merebut
mereka kembali, dengan kata lain, memperoleh mereka, membawa mereka kembali,
dan yang menarik ialah Abraham tidak membawa mereka ke Sodom dari mana mereka
berasal, dan Gomora, melainkan mengambil jalan berbeda dan berakhir di Salem
yang adalah Yerusalem, itu namanya yang asli. Dan di sana raja kebenaran dan
damai bertemu dengan mereka dan memberkati mereka. Jadi bila kita lihat
kisahnya dan kita bertanya kepada diri kita sendiri, pada akhir zaman, begitu
raja negeri utara yang berkoalisi dengan
raja Babilon telah menaklukkan koalisi yang lain yang menentangnya, dan seluruh
dunia kembali mengagumi Binatang itu, apakah akan ada korban sampingan dan
beberapa umat Allah tertangkap dalam proses tersebut? Dan Abaham dan pasukannya
pergi dan membebaskan mereka, dan menerima berkat dari seorang raja tipikal
yang merujuk kepada berkat dari seorang Raja yang antitipikal. Maka, apakah
kewajiban kita? Kewajiban kita
adalah membebaskan Lot-Lot antitipikal dan perempuan-perempuan mereka dari
cengkeraman koalisi raja-raja yang menempatkan diri mereka sebagai musuh Allah.
Dan raja-raja Sodom berkata, kami mau mengganti kerugianmu. Tetapi Abraham
mengatakan, sehelai tali sepatu pun tidak, tidak ada apa pun, aku sama sekali tidak
mau apa pun dari kamu. Kemudian kisah ini berkata,“…23 bahwa aku tidak akan mengambil sehelai benang pun dari tali
kasut, dan bahwa aku tidak akan mengambil apa pun milikmu, supaya jangan engkau berkata, ‘Aku telah
membuat Abram menjadi kaya.’ 24 Hanya apa yang telah dimakan oleh pemuda-pemuda itu
dan juga bagian orang-orang yang pergi bersamaku…” lalu dia menyebut
nama orang-orang tersebut.
Now in chapter 15 it says, “1 After these things the Word
of the LORD came unto Abram in a vision, saying, ‘Fear not, Abram: I am thy shield and thy
exceeding great reward…” Here again we
have this message that it is Christ himself who is the reward of the
redeemed. If we drop down to verse 4 it
says, “…4 And, behold, the Word of the LORD came unto him, saying,
‘This shall not be thine heir; but he that shall come forth out of thine own
bowels shall be thine heir.’…” And verse 6
says, “…6 And he believed in the LORD;
and He counted it to him for righteousness.”
Nah, di pasal 15
dikatakan, “1 Setelah hal-hal itu, datanglah Firman TUHAN
kepada Abram dalam suatu penglihatan, mengatakan,
‘Janganlah takut, Abram, Akulah Perisaimu dan Upahmu
yang sangat besar’…” Di sini kembali kita melihat pesan bahwa Kristus sendirilah yang adalah
upah orang-orang tebusan. Jika kita turun ke ayat 4 dikatakan, “…4
Dan lihat, Firman TUHAN datang kepadanya, mengatakan, ‘Dia ini
tidak akan menjadi ahliwarismu, melainkan yang
keluar dari perutmu sendiri yang akan menjadi ahliwarismu…” Dan ayat 6
berkata, “…6 Dan dia percaya dalam
TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
So basically this story of Melchizedek has a very deep spiritual meaning, and
it will take a lifetime to unpack all the details of that typology.
So he came to meet Abraham's army, he brought bread and wine, he blessed
Abraham and he accepted Abraham's tithe. And if we go to the anti-type we can
expect the same thing.
ü Abraham's army.
Who is that today? The
army of the Lord. God's people.
What is their duty?
To go and retrieve the anti-typical Lots, to go and retrieve those
women: those
churches, to bring them back.
ü to receive a blessing of bread and wine and
to be blessed
by the anti-typical Priest
ü and then we pay our tithes in gratitude.
Jadi pada dasarnya kisah Melkisedek ini punya makna
spiritual yang sangat dalam, dan itu akan memerlukan seumur hidup untuk
mengupas semua detailnya dari tipologi itu.
Jadi dia datang untuk bertemu dengan pasukan Abraham, dia
membawa roti dan anggur, dia memberkati Abraham dan dia menerima persepuluhan
Abraham. Dan jika kita ke antitipenya, kita boleh berharap melihat hal yang
sama.
ü Pasukan Abraham.
Hari ini, siapakah itu? Tentara Tuhan. Umat Allah.
Tugas mereka apa? Pergi dan merebut
kembali Lot-Lot antitipikal, pergi dan merebut
kembali perempuan-perempuan itu, yaitu gereja-gereja, dan membawa mereka pulang.
ü Untuk menerima suatu berkat
dari roti dan anggur dan diberkati
oleh Imam antitipikalnya.
ü Lalu kita menyerahkan persepuluhan kita
dengan rasa syukur.
So Jesus is compared to Melchizedek. The perfection of Christ in contrast
to our imperfection, cries out for an intercessor that can bridge the gap, that
which the Levitical priesthood could not accomplish, but merely foreshadowed, it needed the greater reality of another
Priesthood endowed with the power of re-creation. You needed a Priesthood that
could also create and only the Creator God qualifies for that.
Jadi Yesus dibandingkan dengan Melkisedek. Kesempurnaan
Kristus dibandingkan dengan ketidaksempurnaan kita, sangat membutuhkan seorang
perantara yang bisa menjembatani jurang itu, yang tidak bisa dilakukan oleh
keimamatan Lewi yang semata-mata hanya bisa menjadi bayangan pendahulunya. Itu membutuhkan
kenyataan yang lebih besar dari Keimamatan lain yang dipenuhi oleh kuasa untuk
menciptakan ulang. Kita membutuhkan Keimamatan yang juga bisa mencipta, dan
hanyalah Allah Pencipta yang memenuhi syarat itu.
Hebrews 7:11-12
So if we continue to Hebrews 7:11 we read, “11 If therefore perfection were
by the Levitical priesthood, (for under it the people received the Law,) what
further need was there that another priest should rise after the order of
Melchizedek, and not be called after the order of
Aaron?...” Why would you need another
priesthood? “…12 For the priesthood being
changed, there is made of necessity a change also of the Law…” because it was a very strict requirement
that only the descendants of Levi could be partakers of the priesthood, so
there must be a change of the Law if that is going to be altered in any way.
Ibrani 7:11-12
Maka bila kita lanjut ke
Ibrani 7:11, kita baca, “11 Karena itu, andaikata kesempurnaan itu diperoleh melalui imamat Lewi (karena di bawah imamat itu umat Israel telah menerima
Taurat) apa perlunya lagi imam lain harus dibangkitkan menurut tata sistem Melkisedek, dan tidak dipanggil
saja menurut tata sistem Harun? …” Mengapa kita perlu
imamat yang lain? “…12 Sebab, kalau keimamatan diganti, maka diperlukan juga pergantian Hukum…” karena
persyaratannya sangat ketat, bahwa hanya keturunan Lewi yang boleh ambil bagian
dalam keimamatan, maka harus ada pergantian Hukum jika itu akan diubah dalam
bentuk apa pun.
So we can say that the Levitical priesthood to come to an end and for it to
be replaced with another priesthood, there would have to first come a change in
the Law. The precedent for this is found only in the priestly order of
Melchizedek. There is no other precedent in the Bible that warrants this change.
So the story of Melchizedek is of paramount importance.
Jadi agar kita bisa mengatakan bahwa keimamatan Lewi itu berakhir, dan digantikan dengan imamat yang lain, lebih dulu
harus ada perubahan dalam Hukum. Dalih untuk ini terdapat hanya di keimamatan menurut
tata sistem Melkisedek. Tidak ada dalih lain dalam Alkitab yang membuat
perubahan ini sah.
Jadi kisah Melkisedek itu amat sangat penting.
Hebrews 7:13-16
So if we continue with 7:13 it says, “13 For He of whom these things
are spoken pertaineth to another tribe, of which no man gave attendance at the
altar. 14 For it is evident…” that the One who's spoken about is Jesus Christ of course “…14 For it is evident that our
Lord sprang out of Juda; of which tribe Moses spake nothing concerning
priesthood…” so there must be this precedent in
order to make the transition from a Levitical priesthood to one which did not
require this genealogy. And this is where Melchizedek becomes so important. “…15 And it is yet far more
evident: for that after the similitude of Melchisedec there ariseth another
priest, 16 Who is made, not after the law of a carnal commandment,
but after the power of an endless life…” in other words, what he's saying is shadow gives way to Substance. The Law,
the
Levitical requirements with all its sacrificial systems and its earthly
priesthood was carnal, and it pointed to a greater reality, but it couldn't
save you, it was only a shadow, only an example of this greater
Substance, this greater reality. So it needed another priesthood which has the power
to resurrect the dead, and to bring that which was dead back to life.
So this
Priest had to be the Creator, there's no other way. He has to be immortal.
He is the
author of life.
Ibrani 7:13-16
Jadi kalau kita lanjut dengan
7:13, dikatakan, “13 Sebab
Ia, yang dibicarakan di sini, termasuk suku
lain; yang darinya tidak ada seorang pun
yang melayani di mezbah. 14 Sebab telah nyata…” Yang dibicarakan tentunya ialah Yesus Kristus. “…14
Sebab telah nyata bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda;
mengenai suku ini Musa tidak pernah
mengatakan apa pun tentang keimamatan…” jadi harus ada
dalih untuk membuat transisi dari imamat Lewi menjadi imamat yang tidak
mensyaratkan silsilah ini. Dan di sinilah Melkisedek menjadi begitu penting. “…15
Dan hal itu masih jauh lebih nyata lagi,
jikalau menurut kesamaan dengan Melkisedek, bangkit seorang imam lain, 16 yang diangkat bukan berdasarkan hukum perintah manusia, tetapi berdasarkan kuasa dari hidup yang kekal…” dengan kata lain yang dikatakan Paulus ialah, bayangan
sudah digantikan oleh Substansi. Hukum, persyaratan-persyaratan
imamat Lewi dengan semua sistem kurbannya dan keimamatan duniawinya itu fana,
dan itu menunjuk ke sebuah kenyataan yang lebih besar, tetapi itu tidak bisa menyelamatkan
manusia, itu hanyalah sebuah bayangan, hanya sebuah contoh dari
Substansi yang lebih besar ini, realita yang lebih besar ini. Maka dibutuhkan imamat yang lain
yang punya kuasa untuk membangkitkan yang mati, dan untuk
membawa yang mati kembali hidup.
Jadi Imam
yang ini haruslah Sang Khalik, tidak ada jalan lain. Dia haruslah immortal (baka). Dialah Pencipta kehidupan.
Shallow views of sin give rise to shallow views of Calvary. Understanding
sin is what drives one to the cross.
In the cross is demonstrated the exceeding sinfulness of sin. Understanding
the sinfulness of our nature, makes us cling to the cross, and demonstrates our
great need of a Savior. If our safety lies in a ritual ~ whether I perform a
pilgrimage or take part in a particular activity ~ then we have totally missed
the point. There is no merit in any of these ritual things, that is why a Christianity
that relies on rituals is a useless way to find salvation.
Pandangan yang dangkal tentang dosa mengakibatkan
pandangan yang dangkal tentang Kalvari. Memahami dosa itulah yang membuat orang
datang ke salib.
Di salib didemonstrasikan betapa sangat jahatnya dosa.
Memahami keberdosaan dari alami kita membuat kita
berpegang pada salib, dan mendemonstrasikan kebutuhan kita yang sangat besar
akan seorang Juruselamat. Andai keselamatan kita terletak pada sebuah ritual ~
apakah itu melakukan perjalanan ziarah atau mengambil bagian dalam
suatu kegiatan khusus ~ maka kita sudah sama sekali tersesat. Tidak ada pahala apa pun dalam
ritual-ritual ini, itulah mengapa Kekristenan yang bersandar pada ritual-ritual adalah cara
yang sia-sia menemukan keselamatan.
Hebrews 7:17-19
Verse 17 in the book of Hebrews chapter 7 says, “17 For He testifieth, ‘Thou art
a Priest for ever after the order of Melchizedek.’…” another priesthood, another power. So in
other words, there is no need for another priesthood. Those who speak of an
ongoing sacrificial priesthood here on earth, and let's name them by name, such
as the Anglicans and the Catholic traditions have it, because they have a priesthood with a
sacrificial system which they call “the mass, the Eucharistic celebration”. They have lost the essence of the gospel.
They have forsaken the Substance and immersed themselves in shadows. No! Even
worse than that. They have forsaken the path of righteousness, and
presumptuously usurped the prerogatives of Christ. They have dragged
the Substance back into the shadow, and replace the priesthood that is grounded
in the type of Melchizedek. Verse 18 says “…18 For there is verily a
disannulling of the commandment going before for the weakness and
unprofitableness thereof…” The weakness of the
Levitical priesthood was that it only served as a type, it didn't have the
Substance, it couldn't fulfill the promises. Only God Himself could do that. “…19 For
the Law…” in other words the ceremonial Law
with its priestly activities
“…made nothing perfect, but the bringing in of a better hope did; by the
which we draw nigh unto God…” this is the
essence of the story. It is almost unimaginable that people today, if they have
studied the book of Hebrews, could go back to an earthly priesthood. And yet it
happened. So when Paul admonished those early Hebrews, not to cling to the
shadow but to move forward with the Substance, I wonder whether his prophetic
eye looked into the future and he saw what would happen to the Christian world,
because those were Christians, they had come out of those shadows, and accepted
and embraced the Substance. And he must have been horrified if his prophetic
eye enabled him to see what was going to happen in the future. And I know he
did see it, because he warned against “the man of sin” and he gave very specific details as to
how he would arise and where he would arise.
Ibrani 7:17-19
Ayat 17 di kitab Ibrani pasal
7 mengatakan, “17 Sebab Dia memberi
kesaksian, ‘Engkau adalah Imam untuk
selama-lamanya, menurut tata sistem
Melkisedek.’…” imamat yang lain, kuasa yang lain. Maka dengan kata lain,
tidak dibutuhkan imamat yang
lain lagi. Mereka yang bicara tentang keimamatan yang
mempersembahkan kurban di dunia di sini ~ dan marilah kita sebutkan nama mereka, seperti golongan Anglikan, dan tradisi Katolik ~
melakukannya karena mereka memiliki keimamatan dengan sistem kurban yang mereka
sebut “Misa, perayaan Eukaristi”.
Mereka telah kehilangan esensi injil. Mereka telah meninggalkan Substansi dan
menenggelamkan diri mereka sendiri dalam bayangan-bayangan. Tidak! Bahkan lebih
parah dari itu. Mereka telah
meninggalkan jalan kebenaran dan dengan langcang merebut hak prerogatif Kristus.
Mereka telah menyeret Substansi itu kembali ke bayangannya, dan mengganti
imamat yang memiliki dasarnya di tipe Melkisedek. Ayat 18 berkata, “…18 Karena
memang benar ada suatu pembatalan dari perintah yang berlaku sebelumnya karena kelemahannya dan sifatnya yang tidak
menguntungkan…” Kelemahan imamat
Lewi ialah itu hanya
berfungsi sebagai sebuah tipe, dia tidak punya Substansi, dia
tidak bisa menggenapi janjinya. Hanya Allah sendiri yang bisa melakukan itu. “…19 sebab Hukum…” dengan kata lain, Hukum seremonial dengan semua aktivitas
imamatnya, “…tidak membuat apa pun sempurna, tetapi membawa masuk pengharapan yang
lebih baik, itulah (yang membuat sempurna); karena dengan itulah kita mendekat kepada Allah.…”
Inilah esensi kisahnya. Hampir tidak
bisa dibayangkan manusia hari ini, jika mereka mempelajari kitab Ibrani, bisa
kembali ke imamat duniawi. Namun itulah yang terjadi. Maka ketika Paulus
menegur orang-orang Ibrani yang mula-mula supaya tidak berpegang kepada
bayangan tetapi agar maju bersama Substansinya, saya bertanya-tanya apakah mata
batin
Paulus bisa memandang ke masa depan dan dia
melihat apa yang akan terjadi di dunia Kristen ~ karena orang-orang itu adalah
orang-orang Kristen, mereka sudah keluar dari bayangan-bayangan dan menerima
dan memeluk Substansinya. Dan Paulus tentunya akan merasa ngeri bila matanya bisa melihat ke depan kepada apa yang akan
terjadi di masa depan. Dan saya yakin Paulus melihatnya karena dia mengingatkan
terhadap “manusia dosa” (“manusia
durhaka” – 2 Tesa. 2:3) dan dia memberikan
detail yang sangat terperinci tentang bagaimana sosok itu akan bangkit dan di
mana dia akan bangkit.
Wesley wrote, “For the Law taken by itself, separate from
the gospel, made nothing perfect, could not perfect its votaries either in
faith, or love, in happiness, or holiness. But the bringing in of a better hope
of the gospel dispensation, which gives us a better ground of confidence, does;
by which we draw nigh to God, yea so nigh as to be one spirit with Him. And
this is true perfection.”
Wesley menulis, “…Karena Hukum, berdiri
sendiri terpisah dari injil, tidak membuat apa pun sempurna, tidak bisa
menyempurnakan pendukung-pendukungnya baik dalam hal iman, atau kasih, dalam
kebahagiaan, atau kekudusan. Tetapi dengan dibawa masuknya suatu pengharapan yang
lebih baik dari zaman Injil (Perjanjian Baru),
yang memberi kita dasar keyakinan yang lebih baik, dengan mana kita boleh
datang lebih dekat kepada Allah, iya, sedemikian dekatnya bahkan seperti
menjadi satu roh denganNya. Dan inilah kesempurnaan yang sesungguhnya.”
So the perfection that Paul is speaking about is always the perfection
of the Substance. This is something we can strive for, this is
something that we must emulate in our sphere, as He is perfect in His sphere.
Jadi kesempurnaan yang dibicarakan Paulus itu selalu kesempurnaan Substansinya.
Ini adalah sesuatu yang bisa kita perjuangkan, ini adalah sesuatu yang harus kita tiru, dalam tingkatan
kita, sebagaimana Dia sempurna di tingkatNya.
Galatians 3:3 says, “3 Are
ye so foolish? Having begun in the Spirit, are ye now made perfect by the
flesh?” Do we want to return to that ritualistic religion?
Galatia 3:3 berkata, “3 Apakah kamu sebodoh itu? Setelah mulai dalam Roh, apakah kamu sekarang dijadikan sempurna oleh daging?…”
Apakah kita mau kembali ke agama
ritualistis?
Colossians 1:28, “28
Whom we preach, warning every man, and teaching every man in all wisdom; that
we may present every man perfect in Christ Jesus.”
We would have far fewer arguments if we realized who we are and how far we
have fallen, and if we raised our eyes to the only One who is capable of
recreating that which is dead in sin and transgression.
Kolose 1:28, “28 Yang
kami khotbahkan, mengingatkan setiap orang, dan mengajar
setiap orang dalam segala hikmat, agar kami
bisa mempersembahkan setiap orang sempurna dalam Kristus Yesus.”
Kita akan punya lebih sedikit perbantahan jika kita
menyadari siapa kita dan seberapa jauh kita sudah jatuh, dan jika kita
mengangkat mata kita kepada Satu-satunya yang sanggup menciptakan baru yang
sudah mati dalam dosa dan pelanggaran.
So the word “perfect” occurs nine times in the book of Hebrews, as in the
case of “Melchizedek” it must be read in the context of the comparison
between Substance and shadow. If taken out of this context and applied
to the human capacity, then it is opting for a shadow. And we must be very
careful that we do not stay with the milk, but that we progress to the
Substance.
v Hebrews 2:10 said,
“10 For
it became Him, for whom are all things, and by whom are all things, in bringing
many sons unto glory, to make the Captain of their salvation perfect through
sufferings.” He's the one who is perfect.
So if we look at
these verses where they occur in the book of Hebrews ~ first one was in chapter 2.
v Let's read the one in verse 9 and chapter
5,
“9 And being made perfect, He
became the author of eternal salvation unto all them that obey Him.” We've discussed that one in detail when we
dealt with chapter 5.
v Now 7:19,
“19 For
the Law made nothing perfect, but the bringing in of a better hope did; by the
which we draw nigh unto God.” So the one who
is perfect is the Substance Jesus Christ.
v Hebrews 9:9, let's run ahead a little bit,
“9
Which was a figure for the time then present, in which were offered both gifts
and sacrifices…” this is the
Levitical Priesthood with its sacrifices “…
that could not make him that did the service perfect, as pertaining to the
conscience…” only Christ can do that, only the
Creator God can do that.
v Verse 11 says,
“ 11
But Christ being come an High Priest of good things to come, by a greater
and more perfect tabernacle…” referring to the
Heavenly ministry
“…not made with hands, that is to say, not of this building.”
v We have the word in Hebrews 10:1,
“1 For
the Law having a shadow of good things to come, and not the very image of the
things…” shadows, Substance, “…can never with those sacrifices which they
offered year by year continually make the comers thereunto perfect.” And neither can we. None of our strivings
running in the shadows can do this, only the imputed and imparted righteousness
of Christ can achieve this in humanity.
v Hebrews 11:40 says,
“40 God
having provided some better thing for us, that they without us should not be
made perfect.” Referring to that time when Jesus
Christ will come with the clouds of Heaven and we will be translated in a moment
in a twinkling of an eye, and the dead will rise incorruptible. Not before this
vile body is changed unto His glorious body can we say that we have a sinless
nature.
v Hebrews 12:23,
“ 23 To
the general assembly and church of the firstborn, which are written in heaven,
and to God the Judge of all, and to the spirits of just men made perfect” Here again the context is in Christ.
v chapter 13:21,
“21
Make you perfect in every good work to do His will…” who makes you perfect? Jesus makes you
perfect “…working in you that which is well pleasing
in His sight, through Jesus Christ; to whom be glory for ever and ever. Amen.” Appropriating this capacity of perfection to
ourselves is nothing short of presumption.
Jadi kata “sempurna”
ada 9 kali di dalam kitab Ibrani, sebagaimana dalam hal “Melkisedek” itu harus dibaca dalam konteks
perbandingan antara Substansi dan bayangan. Jika dikeluarkan
dari konteks ini dan diaplikasikan kepada kapasitas manusia, maka itu memilih bayangannya.
Dan kita harus sangat berhati-hati kita tidak tetap macet di susu melainkan
kita maju ke Substansinya.
v Ibrani 2:10 mengatakan,
“10
Sebab layaklah bagi Dia--yang demi-Nya segala sesuatu,
dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, membawa banyak anak-anak kepada kemuliaan, dengan
menjadikan Komandan keselamatan mereka sempurna melalui penderitaan.” Dialah yang sempurna.
Jadi marilah kita
simak ayat-ayat ini yang terdapat di kitab Ibrani. Yang pertama ada di pasal 2.
v Mari kita baca yang di 5:9,
“9
dan sesudah Ia dijadikan sempurna, Ia telah menjadi pencipta
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” Kita sudah membahas ini secara mendetail ketika kita
membahas pasal 5.
v Sekarang 7:19,
“19
sebab Hukum tidak membuat apa pun sempurna,
tetapi membawa masuk pengharapan yang lebih baik, itulah (yang
membuat sempurna); karena dengan itulah kita mendekat kepada
Allah.” Jadi yang sempurna itu Substansinya,
Yesus Kristus.
v Ibrani 9:9, mari kita mendahului sedikit,
“9 Yang merupakan simbol untuk masa itu,
di mana dipersembahkan baik persembahan maupun
kurban…” inilah keimamatan Lewi dengan
kurban-kurbannya, “…yang tidak dapat membuat
dia yang mempersembahkannya menjadi sempurna, sehubungan dengan hati
nuraninya…” hanya Kristus yang bisa melakukan itu, hanya Allah
Pencipta yang bisa melakukan itu.
v Ayat 11 berkata,
“11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar dari hal-hal yang baik yang akan datang, dari tabernakel yang lebih besar dan yang lebih
sempurna…” mengacu kepada ministri surgawi, “…yang
bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang bukan
dari dunia ini.”
v Katanya juga ada di Ibrani 10:1,
“1 Karena Hukum Taurat yang
adalah sebuah bayangan dari hal-hal
baik yang akan datang, dan bukan gambar yang
sesungguhnya dari hal-hal itu…” bayangan-bayangan dan Substansi, “…dengan
kurban-kurban itu yang dipersembahkan terus-menerus dari tahun ke tahun, tidak akan
bisa membuat mereka yang datang kepadanya menjadi sempurna.” Begitu pula kita. Tidak
ada upaya kita yang mana pun dalam bayang-bayang bisa melakukan itu.
Hanyalah kebenaran Kristus yang diperhitungkan dan diberikan bisa mencapai itu
pada manusia.
v Ibrani 11:40 berkata,
“40 Allah setelah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; agar tanpa kita mereka tidak akan dijadikan sempurna.” Mengacu ke waktu
ketika Yesus Kristus akan datang dengan awan-awan di Surga dan kita akan
diubahkan dalam sejenak, dalam sekejap mata, dan mereka yang sudah mati akan
dibangkitkan dengan tubuh yang tidak bisa mati. Sebelum tubuh kita yang jahat ini diubahkan ke tubuhNya yang mulia, kita tidak bisa
mengatakan bahwa kita punya alami yang bebas dosa.
v Ibrani 12:23,
“23
Kepada himpunan umum dan jemaat anak-anak
sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada
Allah, Hakim dari semua, dan kepada roh-roh
orang-orang benar yang telah dijadikan
sempurna.” Di sini lagi, konteksnya ialah dalam
Kristus.
v Ibrani 13:21,
“21
menjadikan kamu
sempurna dalam setiap perbuatan yang baik untuk melakukan kehendak-Nya…” siapa yang membuat kita sempurna? Yesus membuat kita
sempurna, “…mengerjakan di dalam kamu apa yang berkenan di pemandangan-Nya, melalui Yesus
Kristus, bagi Dialah kemuliaan untuk
selama-lamanya! Amin…” Mengaplikasikan kemampuan untuk menjadi
sempurna bagi diri kita sendiri, itu lebih dari kelancangan.
Hebrews 7:20-21
Hebrews 7:20, “20 And
inasmuch as not without an oath He was made priest: 21 For those
priests were made without an oath…” referring to the Levitical priesthood
“…but this with an oath by Him that said unto Him, ‘The Lord sware and
will not repent, Thou art a Priest for ever after the order of Melchizedek’…”
So I hope it is apparent that it is
not Melchizedek that the Scriptures refer to in the writings of Paul when it
says “about whom we have much to say” (Heb. 5:11). No! It was about the
Priesthood of Christ, about which there was much to say, and this is what he is
talking about.
Ibrani 7:20-21
Ibrani 7:20, “20 Dan oleh karena
bukannya tanpa sumpah Dia dijadikan Imam ~ 21
karena imam-imam itu menjadi imam tanpa sumpah…” mengacu kepada imamat Lewi, “…~ tetapi
yang ini, dengan sumpah oleh Dia yang
berfirman kepada-Nya, ‘Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyangkal, Engkau
adalah Imam selamanya menurut tata sistem
Melkisedek.’…"
Jadi aku
harap jelas bukan Melkisedek yang dirujuk oleh Kitab Suci dalam tulisan Paulus
ketika dikatakan “11
Tentang hal mana banyak yang harus kami
katakan” (Ibr.
5:11). Bukan! Itu tentang Imamat Kristus, yang
banyak yang harus dikatakan, dan inilah yang dibicarakan Paulus.
So how great was this Melchizedek? He
brought bread and wine, he blessed the patriarch who knelt before him and gave
him tithes of all.
When Abraham knelt there, he was the representative of all that by
faith respond to the call of Christ. In
type Levi here in the loins of Abraham knelt too, and acknowledged the higher priesthood,
which merely foreshadowed the still higher eternal Priesthood of Christ.
Jadi
seberapa besarnyakah Melkisedek ini? Dia membawa roti dan anggur, dia
memberkati bapa bangsa yang berlutut di hadapannya dan menyerahkan persepuluhan
dari semuanya kepadanya.
Ketika Abraham
berlutut di sana, dia adalah wakil dari semua manusia yang melalui iman
merespon kepada panggilan Kristus. Dalam
tipe, Lewi yang saat itu ada di dalam pinggang Abraham juga berlutut dan
mengakui imamat yang lebih tinggi, yang hanya menjadi bayangan
pendahulu dari Imamat abadi Kristus yang lebih tinggi.
So let's read that verse again, verse
11, “11 If
therefore perfection were by the Levitical priesthood ~ for under it the people
received the Law ~ what further need was there that another priest should rise
after the order of Melchizedek, and not be called after the order of Aaron?”
Jadi mari kita baca ayat itu lagi, ayat 11, “11 Karena itu, andaikata
kesempurnaan itu diperoleh melalui imamat
Lewi (karena di bawah imamat itu umat Israel
telah menerima Taurat) apa perlunya lagi imam
lain harus dibangkitkan menurut tata sistem Melkisedek, dan tidak dipanggil saja menurut tata sistem Harun?”
So Wesley states regarding this
verse, “The
apostle now demonstrates that the Levitical priesthood must yield to the Priesthood
of Christ, because Melchizedek after whose order He is a Priest, is opposed to
Aaron (Hebrews 7:11-14). Hath no end of life (Heb. 7:15-19) but ‘remaineth a
priest constantly’. If now perfection were by the Levitical priesthood, if this
perfectly answered all God's designs, and man's wants, for under it the people
received the Law ~ whence some might infer that perfection was by that
priesthood ~ what further need was there of another priest of a new order,
should be set up? From this single consideration it is plain that both the
priesthood and the Law which were inseparably connected, were now to give way
to a better Priesthood and more excellent dispensation.”
Jadi Wesley membuat pernyataan tentang ayat ini, “…Rasul itu sekarang mendemonstrasikan bahwa imamat Lewi
harus mengalah kepada Imamat Kristus, karena Melkisedek, menurut tata sistem
mana Dia menjadi Imam, itu bertentangan dengan Harun (Ibr. 7:11-14). Tidak
diketahui kapan hidupnya berakhir (Ibr. 7:15-19), tetapi ‘tetap menjadi imam terus-menerus’. Andai sekarang kesempurnaan itu
diperoleh dari imamat Lewi, jika itu bisa menjawab semua rancangan Allah dan
kebutuhan manusia, karena di bawahnya manusia telah menerima Hukum ~ di mana
mungkin ada yang mengatakan bahwa kesempurnaan didapat melalui imamat tersebut
~ untuk apa lagi perlu diangkat imam yang lain dari tata sistem yang baru? Dari
satu pertimbangan ini saja, sudah jelas bahwa keimamatan dan Hukum yang terkait
tidak terpisahkan ini, sekarang harus minggir untuk digantikan oleh Imamat yang
lebih baik dan era yang lebih unggul.”
That brings us to our chiastic
structure in Hebrews chapter 7. Again there are many. This is just one example.
Again it has the structure A, B, C, and the reverse thereof.
Ini membawa
kita ke struktur kiastik kita di Ibrani pasal 7. Lagi-lagi ada banyak. Ini
hanya sebuah contoh. Lagi-lagi ini strukturnya A, B, C, dan kebalikannya.
A: So Hebrews 7:12, “12 For the priesthood being changed, there is made of necessity a change also of the Law.”
A’: If we go to the
antithesis A’ at the bottom here, Hebrews 7:28, “28 For
the Law maketh men high priests which have infirmity; but the word of the oath,
which was since the Law, maketh the Son, who is consecrated for evermore.” So
we had a change of the priesthood, and we have a change of the priesthood.
B: then if we go to
be Hebrews 7:17, “17 For He testifieth, ‘Thou art a priest for
ever after the order of Melchizedek.’…”
B’: the counterpart B’, “24 But
this Man, because He continueth ever, hath an unchangeable priesthood.”
C: And then we come
to the meat of the Substance, Hebrews 7:19,
“19 For
the Law made nothing perfect, but the bringing in of a better hope did; by the
which we draw nigh unto God.”
A: Jadi Ibrani 7:12, “12 Sebab, kalau
keimamatan diganti, maka diperlukan juga pergantian Hukum.”
A’: Jika kita ke antithesis A’ di bagian
bawah sini, Ibrani 7:28,
“28 Sebab Hukum menjadikan
manusia-manusia menjadi imam besar yang memiliki kelemahan, tetapi perkataan sumpah, yang diucapkan setelah adanya Hukum, menetapkan Sang Anak, yang senantiasa
kudus selamanya.” Maka terjadi
perubahan keimamatan, dan ada perubahan keimamatan.
B: Lalu bila kita ke 7:17, “17 Sebab
Dia memberi kesaksian, ‘Engkau adalah Imam untuk
selama-lamanya, menurut tata sistem
Melkisedek.’…”
B’: pasangannya B’, “ 24 Tetapi, Manusia
ini, karena Ia hidup selama-lamanya, memiliki
keimamatan yang tidak bisa diganti.”
C: Lalu kita tiba di bagian isi
dari Substansinya, Ibrani 7:19, “19
sebab Hukum tidak membuat apa pun sempurna,
tetapi membawa masuk pengharapan yang lebih baik, itulah; karena dengan mana kita
mendekat kepada Allah.
So this is the crux of the matter. The
typology that is used, the story of Melchizedek, points to this greater reality.
And this is what they could not understand. This is what they could not comprehend,
about which we have much to say. So traditions, customs, washings, rituals, ceremonies,
venerations of ancestral figures, of current luminaries, all of these fade into
insignificance when compared to the excellence of Christ. To continue in any of these is to
confess an inferior priesthood on a road leading to perdition.
I sometimes read what the Parliament
of World’s Religions **) puts out, and they are constantly
referring to their luminaries that we have to listen to, their enlightened
ones. It is amazing to me that the world wants to run to earthly luminaries,
when there is the excellence of Christ. There is no other name.
**) The World’s
Parliament of Religions (1893) an attempt to create a global dialogue of
faiths.
Jadi inilah
inti masalahnya. Tipologi yang dipakai, kisah Melkisedek, menunjuk kepada
realita ini yang lebih besar. Dan inilah yang tidak bisa mereka pahami. Inilah
yang tidak bisa mereka dalami, tentang apa yang
masih banyak yang harus
kami katakan. Jadi tradisi-tradisi, kebiasaan-kebiasaan, pembasuhan-pembasuhan,
ritual-ritual, upacara-upacara, penghormatan kepada nenek moyang, penghormatan
kepada tokoh-tokoh yang ada, semuanya itu memudar menjadi tidak berarti bila
dibandingkan dengan keunggulan Kristus. Tetap melanjutkan yang mana pun dari yang disebut di atas berarti
mengakui suatu keimamatan yang lebih rendah di jalan yang sedang menuju
kebinasaan.
Terkadang
saya membaca apa yang dinyatakan oleh World’s Parliament of Religions **), dan mereka terus-menerus
menyebut tokoh-tokoh mereka yang harus kita dengarkan sebagai orang-orang
mereka yang tercerahkan. Mengagumkan bagi saya bagaimana dunia ini mau lari
kepada tokoh-tokoh duniawi padahal ada keunggulan Kristus. Tidak ada nama lain.
**) The World’s Parliament of
Religions (yang didirikan 1893) suatu
upaya untuk menciptakan dialog global tentang agama (keyakinan).
Hebrews 7:22-24
Hebrews 7:22, “ 22
By so much was Jesus made a surety of a better testament. 23 And
they truly were many priests, because they were not suffered to continue by
reason of death: 24 But this Man, because He continueth ever, hath
an unchangeable Priesthood.”
When will we as Christians understand
what the religion of the Bible is all about?
When will we go to the Source of strength?
Why are we so intent of running
between luminaries and shadows?
This Priesthood is untransferable. I want you to think about that. It is
untransferable. It would be a leap into utter darkness to impersonate this Priesthood and
place it back into the hands of men subject to the curse of death. And
this is
exactly what humanity has done. It is time for the true Christians to
stand up and to say there is no other priesthood, there is none, it has been
replaced, it has been done away with. There is only one that remains and
therefore we can come boldly to the throne of grace, and do not have to mingle
in the shadows to try and find Substance.
Ibrani 7:22-24
Ibrani 7:22,
“22 Oleh semuanya itulah Yesus dijadikan jaminan dari suatu kesaksian
yang lebih baik. 23 Dan memang benar jumlah mereka yang menjadi imam
itu banyak, karena mereka tidak diizinkan untuk tetap menjabat dari alasan kematian. 24 Tetapi, Manusia ini, karena Ia hidup selama-lamanya, memiliki
keimamatan yang tidak bisa diganti.
Kapankah
sebagai orang Kristen kita bisa mengerti agama yang ada di Alkitab itu tentang
apa?
Kapan kita
akan pergi ke Sumber kekuatan?
Mengapa kita
begitu ngotot pergi ke tokoh-tokoh duniawi dan bayang-bayang?
Keimamatan ini
tidak bisa dipindahkan. Saya mau kalian merenungkan itu. Itu tidak bisa
dipindahkan. Memalsukan
Keimamatan ini sama dengan suatu lompatan ke kegelapan pekat dan menempatkannya kembali di
tangan manusia yang tunduk kepada kutukan maut. Dan tepat inilah yang telah dilakukan
kemanusiaan. Sudah waktunya bagi Kristen-kristen sejati untuk
berdiri dan mengatakan tidak ada keimamatan lain, tidak ada, keimamatan yang
lama sudah digantikan, itu sudah dihapuskan. Hanya ada satu yang tersisa, dan
oleh karenanya kita bisa datang dengan
berani ke takhta kasih karunia dan tidak usah bercampur
dengan bayang-bayang
untuk berusaha mencari Substansinya.
Hebrews 7:25-28
Hebrews 7:25, “25
Wherefore He is able also to save them to the uttermost that come unto God by
Him, seeing He ever liveth to make intercession for them. 26 For
such an High Priest became us, who is holy, harmless, undefiled, separate from
sinners, and made higher than the heavens; 27 Who needeth not
daily…” listen carefully, “…27 Who needeth not daily as
those high priests, to offer up sacrifice, first for his own sins, and then for
the people's: for this He did once, when He offered up Himself….”
So if we read those verses carefully,
then we must agree that here lie the ashes of any earthly priesthood for all
time, exposed as a fraud, introduced by an enemy, to lead unsuspecting souls away from
the True Shepherd. We have to preach a Priesthood that is centered in
Christ and Christ alone. Why would we want to go to an earthly sinful dying
priest to find a solution to our problems?
Ibrani 7:25-28
Ibrani 7:25, “25 Karena itu Ia sanggup juga
menyelamatkan mereka sepenuhnya yang datang
kepada Allah melalui Dia, sebab Ia hidup
senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. 26 Sebab Imam Besar yang
demikianlah yang tepat bagi kita, yang kudus,
tidak berniat jahat, tidak cemar, yang terpisah dari orang-orang berdosa, dan dijadikan lebih tinggi daripada segala langit, 27 yang tidak perlu setiap hari…” dengarkan baik-baik, “…seperti imam-imam besar lain,
mempersembahkan kurban, pertama untuk dosanya sendiri, dan
sesudah itu untuk umat; sebab itu telah dilakukan-Nya satu kali ketika Ia
mempersembahkan Diri-Nya Sendiri.”
Maka jika
kita baca ayat-ayat itu dengan seksama,
maka kita harus setuju bahwa di sinilah letak abu dari keimamatan duniawi yang mana pun sepanjang
masa, yang terekspos sebagai kepalsuan,
yang diperkenalkan oleh si musuh,
untuk membawa orang-orang yang tidak curiga menjauh dari Gembala yang sejati.
Kita haruslah mengkhotbahkan suatu imamat yang berpusat pada Kristus dan Kristus saja. Mengapa kita
mau datang kepada seorang imam duniawi yang berdosa dan sekarat untuk
mendapatkan solusi bagi masalah-masalah kita?
Hebrews 7:28
Hebrews 7:28, “28 For
the Law maketh men high priests which have infirmity; but the word of the oath,
which was since the Law, maketh the Son, who is consecrated for evermore.”
The burden of Paul is to elevate the
Substance.
Ibrani 7:28
Ibrani 7:28, “28 Sebab Hukum menjadikan
manusia-manusia menjadi imam besar yang memiliki kelemahan, tetapi perkataan sumpah, yang diucapkan setelah adanya Hukum, menetapkan Sang Anak, yang senantiasa
kudus selamanya.”
Beban Paulus ialah meninggikan Substansinya.
So we could say that the dignity of this office is consecrated
forever more and can no longer be entrusted to finite men. So my question is,
what heights might be achieved by trusting in Him to lift us out of the
quagmire of sin? The greatness of our sin is always less than the greatness of
the grace of God. The condescension of God to identify Himself with humanity shows
the regard that He has for our race, and He holds out the hope of a restoration
of that image with which we were originally endowed. Only the Creator God can
recreate humanity.
Let's move away from shadows and move to Substance. Jesus said
in Matthew 11:28, “28
Come unto Me, all ye that labour and are heavy laden, and I will give you rest.”
Maka bisa kita katakan bahwa pemangku
jabatn dari jabatan ini dikuduskan selamanya dan tidak bisa dipercayakan kepada
manusia fana. Jadi pertanyaan saya ialah, sampai ketinggian mana yang bisa
dicapai dengan mempercayai Dia untuk mengangkat kita keluar dari lumpur dosa?
Kehebatan dosa kita selalu kalah daripada kehebatan kasih karunia Allah.
Persetujuan Allah untuk mengidentifikasikan DiriNya dengan kemanusiaan
menunjukkan perhatian yang dimilikiNya bagi bangsa kita, dan Dia memberikan
harapan akan pemulihan keserupaan denganNya, yang aslinya dikaruniakan kepada
kita. Hanya Allah Pencipta yang bisa menciptakan kembali kemanusiaan.
Marilah kita menjauh dari
bayang-bayang dan bergerak menuju Substansinya. Yesus berkata di Matius 11:28, “28 ‘Marilah kepadaKu, kamu
semua yang bekerja keras dan memikul beban
berat, dan Aku akan memberimu perhentian.”
So this is the key note of chapter 7,
let's just reiterate it.
Verse 25, “25
Wherefore He is able also to save them to the uttermost that come unto God by
Him, seeing He ever liveth to make intercession for them.”
Let us embrace the Substance and stop
walking in the shadows.
Let's pray.
Jadi inilah
pesan kunci pasal 7, mari kita ulangi.
Ayat 25, “25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan mereka sepenuhnya yang datang kepada Allah melalui Dia, sebab Ia hidup senantiasa untuk
menjadi Pengantara mereka…”
Mari kita peluk Substansinya dan
berhenti berjalan dalam bayang-bayang.
Mari kita berdoa.
07 06 22
No comments:
Post a Comment