THE
BOOK OF HEBREWS
Part 10/14 – Walter Veith
CHAPTER 9 ~ THE WORLDLY AND HEAVENLY
https://www.youtube.com/watch?v=dFw3JJzTElM
Dibuka dengan doa
Hebrews 9:1-2
If we go to Hebrews 9:1 we read, “1
Then verily the first Covenant had also ordinances of divine service, and a
worldly Sanctuary. 2 For there was a Tabernacle made; the first,
wherein was the Candlestick, and the Table, and the Shewbread; which is called
the Sanctuary.”
So he's describing here the Holy Place.
Ibrani 9:1-2
Jika kita ke Ibrani
9:1, kita membaca, “1
Maka sesungguhnya Perjanjian yang pertama
juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah, dan sebuah Bait Suci di dunia. 2 Sebab ada dibuat sebuah Tabernakel, yang pertama,
di mana terdapat Kaki Dian, dan Meja dengan Roti Sajian; yang
disebut Bilik Kudus.”
Jadi Paulus di sini sedang menggambarkan Bilik Kudus.
Now the Candlestick as we also discussed in the last chapter when we discussed chapter 8, was made of beaten gold.
So Christ
was beaten for us, and the blows of the hammer touched every part of
the Candlestick, as we discussed under chapter 8.
Nah, Kaki Diannya yang juga sudah kita bahas di pasal
sebelumnya ketika kita bicara tentang pasal 8, dibuat dari emas tempaan. Jadi Kristus ditempa (dipukuli) demi kita, dan pukulan-pukulan palu itu
menyentuh setiap bagian dari Kaki Dian ini, seperti yang sudah kita bahas di
pasal 8.
Hebrews 9:3-4
And then he proceeds to the second chamber, and we read in verse 3, “3 And
after the second Veil, the Tabernacle which is called the Holiest of all…” Now in the Greek, it is ἅγια[Hagia = the holy] ἅγιον [hagion = of holies] referring to the Most Holy Place, behind the Veil where the Ark of the
Covenant was located. Verse 4 says, “4
Which had the golden censer. And the Ark
of the Covenant overlaid round about with gold, wherein was the golden pot that
had manna, and Aaron's rod that budded, and the Tables of the Covenant…”
Ibrani 9:3-4
Lalu Paulus melanjutkan ke
bilik kedua, dan kita baca di ayat 3, “3 Dan di
belakang Tirai yang kedua, ialah Tabernakel
yang disebut yang Maha Kudus…” Nah dalam bahasa
Greeka itu ialah ἅγια [Hagia = yang kudus] ἅγιον [hagion = dari
semua yang kudus] yang merujuk kepada Bilik Mahakudus, di
belakang Tabir di mana ada Tabut Perjanjian. Ayat 4 mengatakan, “…4 di
mana ada pedupaan emas. Dan Tabut Perjanjian, yang seluruhnya disalut
dengan emas; di dalamnya ada buli-buli emas
berisi manna, dan tongkat Harun yang pernah
bertunas, dan Loh-Loh batu Perjanjian…”
Now we discussed the structure in chapter 8, so we will see what is he going
to expand on in chapter 9. So he's clearly laid out the first chamber, and now
the second one: ἅγια[Hagia] ἅγιον [hagion].
Nah, kita sudah membahas strukturnya di pasal 8, maka kita akan
menyimak apa yang akan diperluas Paulus di pasal 9 ini. Jadi dia sudah
menggambarkan bilik yang pertama, dan sekarang yang kedua, ἅγια ἅγιον [Hagia hagion].
So the
Altar of Incense was not in the Most Holy, but it was closely associated
with it. The Incense entered the Most Holy as the Veil did not go all the way
to the top of the tent, as we showed in the study on chapter 8.
And in 1 Kings 6:22 the Altar of Incense was also associated with the “oracle” which is
associated with the Most Holy Place. Now we'll look at that in a moment.
So Exodus 30:6 says, “6 And
thou shalt put it before the Veil that is by the Ark of the Testimony, before
the Mercy Seat that is over the Testimony, where I will meet with thee.”
So it was just in front of the Veil, and the Ark was behind it, so they
were basically right opposites each other with a Veil in between. And in 1
Kings 6:22 we read, “22 And
the whole House he overlaid with gold, until he had finished all the House:
also the whole
Altar that was by the Oracle, he overlaid
with gold….” So there we have this word “oracle”
again.
Revelation 8:3 tells us the time when John sees in vision this portion of
the Sanctuary. “3 And
another Angel came and stood at the Altar, having a golden censer; and there
was given unto Him much incense, that He should offer it with the prayers of
all saints upon the golden Altar which was before the throne.”
Maka Mezbah
Ukupan itu tidak ada di Bilik Mahakudus, tetapi itu terkait
dekat dengannya. Kemenyan masuk ke Bilik Mahakudus karena Tabirnya tidak
menutup sampai ke atas tenda, seperti yang sudah ditunjukkan di pelajaran pasal
8.
Dan di 1 Raja 6:22, Mezbah
Ukupan ini juga berkaitan dengan Tempat Allah berbicara (oracle) yang terkait kepada Bilik Mahakudus. Kita akan menyimaknya nanti.
Keluaran 30:6 mengatakan, “6 Dan
engkau harus menempatkannya di depan Tabir yang
terdapat di depan Tabut Kesaksian, di depan Tutup Pendamaian yang ada di
atas Loh Kesaksian, di mana Aku akan bertemu
dengan engkau.”
Jadi dia ada tepat di depan
Tabir, dan Tabut Perjanjian ada di belakangnya, jadi pada dasarnya mereka
berhadapan satu sama lain dengan sebuah Tabir di antaranya. Dan di 1 Raja 6:22
kita baca, “22 Seluruh Rumah itu dilapisinya dengan emas, hingga dia
telah menyelesaikan seluruh Rumah itu; juga seluruh Mezbah yang di depan Tempat Allah bicara, dilapisinya dengan emas.
…” jadi di sini ada
kata “Tempat Allah bicara” itu lagi.
Wahyu 8:3 menceritakan kepada kita ketika Yohanes dalam
penglihatannya melihat bagian ini dari Bait Suci. “…3
Dan seorang Malaikat lain datang dan berdiri di depan Mezbah membawa sebuah
pedupaan emas. Dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkanNya
bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas Mezbah emas yang ada di hadapan takhta itu.”
So both the earthly and the Heavenly had the same furniture; the one was
just a miniature representation of a greater reality.
Maka baik yang di dunia maupun yang ada di Surga memiliki
perabotan dan peralatan yang sama; yang satu dalam bentuk miniatur melambangkan
realita yang lebih besar.
Now the word “oracle” is the word דְּבִ֖יר [debı̂yr ]
and it means “the shrine” or innermost part
of the Sanctuary: the oracle.
Nah kata “Tempat Allah bicara” adalah kata דְּבִ֖יר [debı̂yr ] dan itu berarti “kuil” atau bagian yang paling dalam dari
Bait Suci: Tempat Allah bicara.
So that
Incense that was burnt there was a very special kind of Incense, and it
was
sprinkled on the ashes brought in from the Altar of Burnt Offerings and
it represents
the intercession of our great High Priest, the fragrance thereof rose before and over the curtain to
cover the Mercy Seat. And to imitate that fragrance in any way meant death to the
one who copied it.
Now we must look at these things carefully because they apply
to us and the times we are living in as well.
Maka kemenyan
yang dibakar di sana adalah jenis yang sangat istimewa, dan itu ditaburkan di atas abu yang
dibawa masuk dari Mezbah Kurban, dan itu melambangkan perantaraan dari Imam Besar kita,
bau harumnya naik di depan dan melewati Tabir yang menutupi Tutup
Pendamaian. Dan meniru bau tersebut dalam cara apa pun, berarti mati bagi dia
yang menirunya.
Sekarang kita harus menyimak hal-hal ini dengan hati-hati karena mereka
berlaku bagi kita dan untuk masa
di mana kita hidup juga.
So if we read in Exodus 30:34 it says, “34 And the LORD said unto
Moses, ‘Take unto thee sweet spices, stacte, and onycha, and galbanum; these
sweet spices with pure frankincense: of each shall there be a like weight. 35
And thou shalt make it a perfume, a confection after the art of the apothecary,
tempered together, pure and holy.” So this was a very special recipe with a very special aroma. It represented
the prayers of the saints being made acceptable through the ministration of the
High Priest. Exodus 30:36 says, “36 And thou shalt beat some of
it very small, and put of it before the Testimony in the Tabernacle of the
congregation, where I will meet with thee: it shall be unto you most holy. 37
And as for the perfume which thou shalt make, ye shall not make to yourselves
according to the composition thereof: it shall be unto thee holy for the LORD…”
and then this warning, “…38
Whosoever shall make like unto that, to smell thereto, shall even be cut off
from his people.”
What does that mean? I believe it means that we cannot be so presumptuous
as to
replace the intercession of Christ with a substitute. So if someone
were to say to you, that you have to go through an earthly intercessor, and
that that earthly intercessor or even a supposed Heavenly one such as a deceased
person in the form of a saint ~ which according to the Bible does
not take place, because the dead know nothing, they rest in their graves until
the resurrection ~ that if you were to invoke the intercession of someone else
to make your prayers acceptable, by praying to a saint, in order to reach
the attention of God, then you are making for yourself a copy, and the
consequence would be death.
Apa maksudnya? Menurut saya itu artinya kita tidak boleh lancang sampai menggantikan perantaraan Kristus
dengan seorang pengganti. Jadi kalau ada yang berkata kepada
kita bahwa kita harus melalui
seorang perantara manusia, dan perantara manusia tersebut, atau bahkan yang dianggap sudah ada
di Surga seperti orang kudus yang sudah mati ~ yang menurut
Alkitab itu tidak ada karena orang mati tidak tahu
apa-apa, mereka tidur dalam kubur mereka hingga kebangkitan ~ bahwa jika kita
memohon perantaraan manusia lain untuk menjadikan doa kita layak dengan berdoa
kepada “orang kudus” untuk mendapatkan perhatian Allah, maka kita membuat tiruan bagi
diri kita sendiri, dan konsekuensinya adalah kematian.
In 1 Timothy 2:5 we read, “5 For there is one God, and one
mediator between God and men, the Man Christ Jesus.”
So a religious system that invokes another mediator, no matter how sublime,
is violating this principle in the Word of God. There is only One Mediator, if
you have a problem then go to that Mediator which is Jesus Christ.
Di 1 Timotius 2:5
kita baca, “5
Karena Allah itu satu, dan Pengantara antara
Allah dan manusia itu satu, yaitu Manusia Kristus Yesus.”
Maka suatu sistem
relijius yang berdoa kepada perantara yang lain, tidak peduli betapa pun mulianya, itu melanggar prinsip dalam Firman Allah. Hanya ada Satu Perantara, jika kita punya
masalah, pergilah ke Perantara itu, yang adalah Yesus Kristus.
Hebrews 9;5
So God will commune from the Mercy Seat. It is sprinkled with blood. It
meets the criterium to speak to fallen humanity.
Hebrews 9:5 says, “5 And over it, the cherubims of glory
shadowing the Mercy Seat; of which we cannot now speak particularly.”
Hebrews 4:16 which we've already discussed reminds us, “16
Let us therefore come boldly unto the throne of grace, that we may obtain
mercy, and find grace to help in time of need.”
So this representation of the ministry of Jesus Christ and how we can come
boldly to Him and how nobody else may take away that portion of the ministry
from Him, is something that we should internalize. We should know that we have
access to the throne of grace by the mercy of Christ.
Ibrani 9:5
Jadi Allah akan menghubungi dari Tutup Pendamaian. Itu
diperciki darah. Itu memenuhi persyaratan untuk bicara kepada manusia berdosa.
Ibrani 9:5 berkata, “5 Dan di
atasnya kedua kerub kemuliaan menaungi Tutup Pendamaian; tentang hal mana khususnya tidak dapat kita bicarakan sekarang.”
Ibrani 4:16 yang
sudah kita bahas, memperingatkan kita, “16 Sebab
itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia,
supaya kita boleh menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk membantu pada
waktu dibutuhkan.”
Jadi pelambangan
dari ministri Yesus Kristus dan bagaimana kita bisa datang dengan berani
kepadaNya, dan bagaimana tidak ada yang lain yang bisa mengambil porsi ministri
itu dariNya, adalah sesuatu yang harus kita cernakan. Kita harus tahu bahwa
kita punya akses ke takhta kasih karunia melalui rahmat pengampunan Kristus.
Hebrews 9:6-14
If we continue the study on Hebrews 9:6-14 there are some interesting points
here. There are five contrasts which are mentioned there:
1. he's contrasting the first Tabernacle with the true
Tabernacle which is in Heaven,
the second is
not of this creation.
2. he's contrasting the earthly priest with Christ,
the earthly
priest was temporary and had to sacrifice for himself because he too was a
sinner. Christ is Priest forever and was without spot, so His sacrifice was on
our behalf.
Hebrews 7:26
tells us, “26
For such an High Priest became us, who is holy, harmless, undefiled, separate
from sinners, and made higher than the Heavens;
3. The third contrast in that section is
contrasting the Veiled access to the rent Veil access,
so the Veil
stands for the Flesh which opened unrestricted access to God in Christ.
So when Jesus died, the Veil was rent, and that mean that the Veil of
separation between the throne of God and us has been removed. And it was not
yet made manifest under the typical service.
4. The fourth contrast is contrasting the
ceremonial rites with the Substance of the gospel.
5. The fifth contrast is the blood of animals with the blood of
Christ.
Rivers of blood
cannot be compared to the blood of Christ.
So it is a book of contrast, contrasting the one continually with the
other.
So let's look at these verses
Ibrani 9:6-14
Jika kita lanjut mempelajari Ibrani 9:6-14 ada beberapa
poin menarik di sini. Ada 5 kontras yang disebutkan di si sini:
1. dia membandingkan Tabernakel
yang pertama dengan Tabernakel yang sejati di Surga.
Yang kedua bukanlah buatan dunia ini.
2. Dia membandingkan imam
manusia dengan Kristus,
Imam yang manusia itu sementara dan harus mempersembahkan
kurban bagi dirinya sendiri karena dia pun seorang pendosa. Kristus adalah Imam
untuk selamanya, dan tidak bercacat, maka kurbanNya adalah untuk kita.
Ibrani 7:26 memberitahu kita, “26 Sebab Imam Besar yang
demikianlah yang tepat bagi kita, yang kudus,
tidak berniat jahat, tidak cemar, yang terpisah dari orang-orang berdosa, dan dijadikan lebih tinggi daripada segala langit…”
3. Perbandingan ketiga di seksi ini ialah membandingkan akses kepada Tabir dengan akses
Tabir yang robek.
Jadi Tabir
melambangkan Daging yang membuka akses yang tidak terbatas kepada Allah dalam
Kristus. Jadi ketika Yesus mati, Tabir itu dicabik dan itu berarti
Tabir pemisah antara takhta Allah dengan kita telah disingkirkan. Ini belum
diwujudkan di masa pelayanan tipenya.
4. Perbandingan keempat ialah membandingkan ritual seremonial dengan
Substansi Injil.
5. Perbandingan kelima ialah darah hewan dengan darah Kristus.
Darah yang mengalir seperti sungai tidak bisa
dibandingkan dengan darah Kristus.
Jadi ini adalah sebuah kitab perbandingan, membandingkan
yang satu yang terus-menerus dengan yang lain.
Jadi mari kita lihat ayat-ayat ini.
Verse 6 says, “6 Now when these things were thus ordained,
the priests went always into the first Tabernacle, accomplishing the service of
God…” so what the earthly priest did on earth the Heavenly must also do, because
the earth is a pattern of the Heavenly. “… 7 But into the second went
the high priest alone once every year, not without blood, which he offered for
himself, and for the errors of the people: 8 The Holy Ghost this
signifying, that the way into the Holiest of All was not yet made manifest
while as the first Tabernacle was yet standing…” nobody had direct access to God, there was a Veil which represented the
flesh of Christ. Verse 9 says, “…9
which was a figure for the time then present, in which were offered both gifts
and sacrifices…” let's just stop there for a moment. The
first thing to be offered was the sacrifice for the sin; and once that had been
completed, then you sacrificed or offered
the gifts and the thank offerings. Now you can only offer a gift and a
thank offering once you have already retrieved that for which you are to be
grateful, namely the forgiveness of sins. So in the earthly it was always
first the sin offering that was then followed by the thank offerings. So,
“…that could not make him that did the service perfect, as pertaining to the
conscience…” so this is a very interesting word
that is used here, this word “conscience” appears again in verse 14; where it
says that he “could not make him that did the service
perfect” is then corrected in verse 14. We'll read
it when we get there. Hebrews 9:10 says, “10 which stood only in meats
and drinks, and divers washings, and carnal ordinances, imposed on them until
the time of reformation…” in other words, they served as a shadow. And the Jews
could have studied the shadow, and could have recognized the Messiah in them if
they so wished. But they performed it as a ritual, and then as we saw in the
first chapter, they started adding their own Laws and
placed burdens upon them, and many, many, many, things were added, like for
example, fastings. The Bible tells us of a particular fast that God called for
on the Day of Atonement, but the Jews added many, many, fast days which are not
recorded in the Bible. And that is why the Pharisees came to the disciples and
said to them, “But you know, we fast often, but look at you guys, you don't.
You don't do this.” So there were many burdens that they placed upon the people.
And many drink offerings, and washings, etc. were added that placed the burden
on humanity but wasn't called for in the Word of God. So why are we so content today to concern
ourselves with rituals and liturgies when the way to the throne has
been manifest? We know exactly how to get there, “I am the way the truth and the life no one
comes to the Father except by Me” (John 14:6). So why is it that in so many confessions
the liturgies are of such paramount importance that the Word of God is
neglected and put aside, if it is read at all, except in a repetitive form? Redemption
is only through the blood of Christ. Verse 11 says, “…11
But…” this is where we have this contrast, “…Christ being come an High Priest of good
things to come, by a greater and more perfect Tabernacle, not made with hands,
that is to say, not of this building…” so he's repeating what we read in chapter 8, except that he now applies it
directly to Christ and says, this is the Substance of your shadow.
Ayat 6 mengatakan, “6 Nah
ketika hal-hal ini ditentukan demikian, imam-imam selalu masuk ke dalam Tabernakel yang
pertama, untuk mengerjakan pelayanan Allah…” maka apa yang
dilakukan imam-imam manusia di dunia, yang Surgawi juga harus melakukan, karena
yang di dunia adalah pola dari yang di Surga. “…7
tetapi ke dalam yang kedua, hanya imam
besar saja yang masuk sekali setahun, bukan
tanpa darah, yang ia persembahkan untuk
dirinya sendiri dan untuk
pelanggaran-pelanggaran umat. 8 Dengan ini Roh Kudus menyatakan,
bahwa jalan masuk ke Bilik Mahakudus itu belum diwujudkan,
selama Tabernakel pertama itu masih berdiri…” Tidak seorang pun
punya akses langsung ke Allah. Ada Tabir yang melambangkan daging Kristus. Ayat
9 berkata, “…9 yang adalah lambang
untuk masa saat itu, di mana dipersembahkan baik persembahan maupun kurban…” Mari kita berhenti
sejenak di sini. Hal yang pertama dipersembahkan adalah kurban untuk dosa; dan
begitu itu selesai, maka dipersembahkan persembahan dan pemberian ucapan
syukur. Nah persembahan pemberian dan ucapan syukur hanya bisa dilakukan
bilamana orang sudah mendapatkan apa yang membuatnya merasa bersyukur, yaitu
pengampunan dosa. Maka di Bait Suci yang di dunia selalu yang pertama dipersembahkan
adalah kurban untuk dosa, yang kemudian diikuti oleh
persembahan ucapan syukur. Maka, “…yang tidak dapat membuat sempurna dia yang melakukan pelayanan itu, bicara tentang hati
nurani…” jadi ini adalah
kata yang sangat menarik yang dipakai di sini “hati nurani”, yang muncul lagi di ayat 14; yang dikatakan di sini bahwa itu “tidak
dapat membuat sempurna dia yang melakukan pelayanan itu” kemudian dikoreksi di ayat 14. Nanti akan kita baca kalau sampai di sana.
Ibrani 9:10 berkata, “…10 yang ada hanya
dalam makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, dan peraturan-peraturan jasmani, yang dikenakan
kepada mereka sampai tibanya waktu pembaharuan…” dengan kata lain,
mereka berfungsi sebagai bayangan. Dan sebenarnya orang-orang Yahudi itu bisa
mempelajari bayangan-bayangan itu dan bisa mengenali Sang Messias di dalam
mereka, seandainya mereka mau. Tetapi mereka melakukannya sebagai ritual.
Kemudian seperti yang sudah kita pelajari di pasal pertama, mereka menambahkan
hukum mereka sendiri dan meletakkan beban-beban pada semua itu, dan menambahkan
banyak-banyak-banyak hal,
misalnya tentang puasa. Alkitab mengatakan kepada kita tentang puasa khusus
yang diminta Allah untuk Hari Pendamaian, tetapi orang-orang Yahudi menambahkan
banyak-banyak hari-hari puasa yang tidak tercatat dalam Alkitab.
Dan itulah mengapa orang-orang Farisi mendatangi para murid dan berkata kepada
mereka, “Tahukah kalian, kami sering berpuasa, tapi kalian tidak. Kalian tidak
melakukannya!” Jadi ada banyak beban yang mereka tempatkan kepada umat. Banyak
persembahan minuman, dan pembasuhan, dll. yang ditambahkan kepada manusia yang
tidak diminta dalam Firman Allah. Kalau begitu mengapa hari ini kita begitu puas dengan ritual dan
liturgi padahal jalan ke takhta sudah diwujudkan? Kita tahu
persis bagaimana bisa sampai ke sana, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.” (Yoh. 14:6). Jadi mengapa di begitu banyak gereja liturginya dianggap memiliki makna yang
sangat besar sehingga Firman Allah diabaikan dan disingkirkan, kalaupun masih
dibaca, selain dalam bentuk pengulangan? Keselamatan
itu hanya melalui darah Kristus.
Ayat 11 berkata, “11 Tetapi…”
di sinilah kontrasnya,
“…Kristus yang telah datang sebagai
Imam Besar dari hal-hal baik yang akan
datang, dari Tabernakel yang lebih besar dan
yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang
tidak dari dunia ini,…” jadi Paulus
mengulangi apa yang sudah kita baca di
pasal 8, hanya saja sekarang dia mengaplikasikannya langsung kepada Kristus dan
berkata, inilah Substansi dari bayanganmu.
So I incorporated a little longer chiasm in chapter 9 that we can look at. And
this one has an A, B, C, D, component and the reverse thereof, and a central
sandwich portion again which is F, and
it reads like this:
Maka saya masukkan kiasma yang sedikit lebih panjang di
pasal 9 yang bisa kita simak. Dan yang ini memiliki komponen A, B, C, D, dan
kebalikannya, dan satu bagian di tengah yang terjepit lagi, yaitu F, dan
bunyinya sbb.:
A: Hebrews 9:11, “a greater and
more perfect Tabernacle not made with hands…”
A’: Hebrews 9:24 the counterpart of A, “…for Christ is
not entered into the Holy Places made with hands…” “Not with hands” (A), “not with hands” (A’); that's the A
portion.
B: the B portion, Hebrews 9:13-14, “…purifying… blood
of Christ… purge your conscience…”
B’: So if we go to the counterpart B’, Hebrews 9:23 it says, “…purified with
these, but the Heavenly… better sacrifices…” So you had the purification aspect in the contrast.
C: Hebrews 9:18, “…neither the first Testament was dedicated
without blood…”.
C’: So the counterpart would be, Hebrews 9:22, “…and without the shedding of blood is no
remission…”
D: if we go to D, Hebrews 9:18-19, “…blood… (wand) sprinkled both the book and all the people…”
D’: and we go to D’, Hebrews 9:21, “he sprinkled
with blood both the Tabernacle and all the vessels…” this took place at the inauguration ceremony,
and thereafter the priest ministered only in the Holy Place.
F: and then the central part of
the chiasm is verse 20 saying, “…this is the blood
of the Testament…”
A: Ibrani 9:11, “Tabernakel yang
lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia…”.
A’: Ibrani 9:24 pasangan A,
“…Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam Bilik-bilik Kudus buatan tangan manusia…”.
“bukan dibuat oleh tangan
manusia” (A), “bukan….buatan tangan manusia” (A’). Ini bagian A.
B: Bagian B, Ibrani
9:13-14, “…disucikan…
darah Kristus… menyucikan hati nurani…”
B’: Maka kalau kita ke pasangannya B’, Ibrani 9:23 mengatakan, “…ditahirkan
dengan itu, tetapi benda-benda surgawi
sendiri oleh kurban-kurban yang lebih baik…” Jadi ada aspek pemurnian
dalam kontras.
C: Ibrani 9:18, “…Perjanjian
yang pertama pun tidak diberlakukan tanpa darah…”.
C’: Jadi pasangannya ialah Ibrani 9:22, “…dan
tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan…” .
D: Jika kita ke D,
Ibrani 9:18-19, “…darah...memerciki kitab itu dan seluruh umat…”.
D’: Dan kita ke D’, Ibrani 9:21, “…dia memerciki dengan darah, Tabernakelnya
dan semua alat untuk ibadah…” ini terjadi saat upacara
inaugurasi, dan setelah itu imam melayani hanya di Bilik Kudus.
F: Kemudian bagian tengah dari kiasma ini aialah ayat 20, yang
mengatakan, “… ‘Inilah darah Perjanjian.” .
So salvation is rooted in the blood. And the blood of Christ is the one that saves
us from our iniquities, opens the way for us to be reconciled with God.
How any religious system that claims to be Christian can deny the efficacy of the blood and the atonement, is beyond
comprehension. But that is exactly what we see in Roman Catholicism where they
state that salvation is not by the blood but by the works, either of Christ
and the saints added to the treasury of merit, together with your own works.
That is a travesty of what the whole book of Hebrews tells us.
Jadi keselamatan berakar pada darah. Dan darah Kristus adalah
satu-satunya yang menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, yang
membuka jalan bagi kita untuk didamaikan dengan Allah. Bagaimana ada sistem
relijius yang mengklaim bahwa sebagai Kristen mereka boleh menyangkal
kemujaraban darah dan pendamaian itu, sungguh tidak bisa dimengerti. Tetapi
persis begitulah yang kita lihat dalam
Roma Katolikisme di mana mereka menyatakan bahwa keselamatan itu tidak oleh darah
melainkan oleh perbuatan, baik perbuatan dari Kristus dan orang-orang kudus (yang
sudah mati) yang ditambahkan ke dalam perbendaharaan jasa, bersama dengan perbuatan baik kita sendiri.
Ini adalah parodi dari semua yang dikatakan kitab Ibrani kepada kita.
If we look at this issue of the Passover lamb for example, there are some
very interesting points here. Now the book of Hebrews doesn't go into the Feasts,
but I would just like to give a few or one or two little examples of how
precisely Christ fulfilled the prophecy in type to become the Substance thereof.
v If the Jews had studied these typologies,
they would not have missed Jesus.
v And if the Christian world would study
these typologies and the Substance thereof, they wouldn't replace it with
rituals, which no longer have any efficacy; or with religious systems that rip
the heart out of the gospel.
If you take the Passover lamb for example, Numbers 28:4 tells us that, “4
The one lamb shalt thou offer in the morning, and the other lamb shalt thou
offer at even…”
Jika kita melihat isu domba Passah misalnya, ada
poin-poin yang sangat menarik di sini. Nah kitab Ibrani tidak bicara tentang
Perayaan-perayaan, tetapi saya ingin memberikan beberapa, atau satu-dua contoh
kecil tentang bagaimana presisinya Kristus menggenapi nubuatan dalam tipe untuk
menjadi Substansinya.
v Andaikan orang Yahudi
mempelajari tipologi-tipologi ini, mereka tidak akan kelewatan Yesus.
v Dan andaikan dunia Kristus mau
mempelajari tipologi-tipologi ini dan Substansi darinya, mereka tidak akan
menggantikannya dengan ritual yang tidak berguna
lagi, atau
menggantikannya dengan sistem-sistem relijius yang membuang inti dari injil.
Jika kita mengambil domba Passah sebagai contoh, Bilangan
28:4 mengatakan, “4
Domba yang satu haruslah kaupersembahkan
pada waktu pagi, domba yang lain haruslah kaupersembahkan
pada waktu petang…”
These things are so fascinating, just shows how carefully we must study the
Word of God. So this is the translation as we find it in the KJV, but the KJV has
a marginal reading in other words, what does it actually say or how should we
also, could we also, or should we also read it, and the marginal reading says, “for this word ‘even’ it actually reads ‘between the
two evenings’.” So if we had to read it again then
we could read it according to the KJV marginal reading, that “The one lamb
shall thou offer in the morning, and the other lamb shalt their offer between the two evenings…”
Hal-hal ini begitu menarik, ini menunjukkan betapa
seksamanya kita harus mempelajari Firman Allah. Jadi inilah terjemahan yang ada
di KJV, tetapi di KJV ada keterangan di samping, dengan kata lain, apa yang
dikatakan aslinya, atau bagaimana kita juga bisa mengatakannya. Dan keterangan
di samping mengatakan, “kata ‘petang’ ini sesungguhnya adalah ‘di antara dua malam’…” Maka jika kita harus
membacanya lagi, maka kita bisa membacanya menurut keterangan samping KJV, “4 Domba yang satu haruslah kaupersembahkan pada waktu pagi, domba yang lain
haruslah kaupersembahkan di antara dua malam…”
Now some translations actually translated like that, like the Darby
translation (DBY) reads for verse 4 of Numbers 28, “The one lamb
shalt thou offer in the morning, and the other lamb shalt thou offer between
the two evenings.”
Nah, beberapa terjemahan benar-benar menerjemahkannya
demikian, misalnya the Darby translation (DBY) Bilangan 4:28 bunyinya, “4 Domba yang satu haruslah
kaupersembahkan pada waktu pagi, dan domba yang lain haruslah kaupersembahkan
di antara kedua malam…”
And the Young's Literal Translation (YLT) also has it that way, “The
one lamb thou prepares in the morning, and the second lamb thou prepares between
the evenings.”
Dan the Young’s Literal
Translation (YLY) juga mengatakannya
seperti itu, “4 Domba yang satu
kau siapkan pada waktu pagi, domba yang kedua kau persiapkan di antara dua malam.”
Now most of them just translated like this, like the KJV did here, but it gives
you the marginal reading. So one was offered in the morning, and one was offered
at even, but literally “between the two evenings”. Now what does that mean? Well, it's very
fascinating to study how they actually interpreted this, how the Jewish nation performed
this rite and why it is so fascinating that it says this.
Now obviously when you look at the day in the Hebrew system from evening to
evening, it was reckoned. Now they also had the day divided up into
hours, and so the day for them started at six o'clock in the morning, which
was normally associated with sunrise. Of course the day started with the previous evening, but they
had the day divided into hours, so they would start at six o'clock in the morning, and
then they would go to the first hour, and 12 o'clock would be the sixth hour.
If you continued along that, three o'clock would be the ninth hour
until six o'clock in the evening.
Nah, kebanyakan dari mereka menerjemahkannya seperti yang
dilakukan KJV, tetapi disediakan keterangan di samping. Jadi satu domba
dipersembahkan di pagi hari dan satu lagi dipersembahkan saat petang, tetapi
secara harafiah itu “di antara dua malam”. Nah, apa artinya itu? Nah, sangat menarik
mempelajari bagaimana mereka sesungguhnya menerjemahkann ini, bagaimana bangsa
Yahudi melakukan ritual ini dan mengapa itu begitu menarik karena dikatakan
demikian.
Nah, jelaslah bila kita menyimak satu hari menurut sistem Ibrani itu dihitung dari petang
hingga petang. Nah, mereka juga membagi satu hari ke
dalam jam, maka bagi mereka bagian
pagi dimulai pukul 6 di pagi hari, yang biasanya diasosiasikan dengan saat
matahari terbit. Tentu saja hari itu dimulai sejak petang sebelumnya.
Tetapi mereka membagi hari itu ke dalam jam, jadi bagian paginya dimulai pukul
6 pagi, kemudian mereka ke jam yang pertama, dan pukul 12 siang ialah jam ke-6. Jika kita
lanjutkan, pukul 3 siang ialah
jam ke-9, dan seterusnya hingga pukul 6 petang.
And how the Jews interpreted this portion of Scripture “between the evenings” for the evening sacrifice, is very
interesting. They argued this way: the sun normally reaches its highest point
at 12 o'clock that is the sixth hour. At that point the sun starts going down
and at six o'clock in the evening, which is the even, it is gone. And they
reckoned that:
v at 12 o'clock
when it started
going down, they would call that the first evening of the evening
v and the six o'clock
would be the
second one,
when the sun
actually went down.
So if you had to sacrifice that evening sacrifice “between the evenings” that would mean you would have to
sacrifice him between 12 o'clock and 6 o'clock, and the exact middle of that is 3 o'clock in the afternoon. And that is when the high priest would sacrifice
the Passover lamb.
Isn't it fascinating that Jesus died exactly at three o'clock in the
evening? So there was the morning sacrifice, and Jesus was
crucified in the morning. But at three o'clock exactly “between the
evenings” as they interpreted it, He died. So Jesus fulfills every single little
detail of the Law.
There are so many fascinating stories and if we had to look at the Feasts
we could make a study of exactly how He fulfilled every single one of them.
(In this same blog you can find the The Hebrews Religious Calendar series by
Pastor Stephen Bohr, there are 24 episodes altogether and this is a complete
and comprehensive study about the Jewish Feasts and its fulfilment in Jesus
Christ.)
Dan bagaimana orang Yahudi menerjemahkan porsi Kitab Suci
ini “di
antara dua malam” untuk saat kurban petang
itu sangat menarik. Mereka berpendapat demikian: Matahari biasanya mencapai
puncaknya pada pukul 12 siang, itulah jam ke-6. Pada waktu itu matahari mulai
“turun”, dan pada pukul 6 petang, yang adalah malam, matahari sudah terbenam.
Dan mereka menghitungnya:
v Saat pukul
12 tengah hari,
ketika matahari mulai menurun, mereka menyebutnya malam yang
pertama dari malam
hari.
v Dan pukul
6 petang,
Itulah malam yang kedua.
Jadi jika kurban itu harus dipersembahkan “di antara dua malam” itu artinya dia harus dipersembahkan antara pukul 12 siang dan pukul 6 petang, dan tengah-tengahnya yang
tepat ialah pukul 3 petang.
Dan itulah saatnya ketika imam besar akan mempersembahkan
domba Passah.
Bukankah itu menarik bahwa Yesus mati tepat pukul tiga petang? Jadi
ada kurban pagi dan Yesus disalibkan di pagi hari.
Tetapi pukul 3 petang tepat “di antara dua malam” seperti yang mereka artikan, Yesus mati. Jadi Yesus menggenapi setiap detail yang
sekecil-kecilnya dari Hukum.
Ada begitu banyak cerita menarik, dan kita hanya perlu
menyimak Perayaan-perayaan, maka kita bisa mempelajari persisnya bagaimana
Yesus menggenapi setiap buah dari Perayaan itu.
(silakan mempelajari seri The Hebrews Religious Calendar ada 24 episode
pembahasan Pdt. Stephen Bohr, juga
terdapat di blog ini. Seri ini membahas secara lengkap dan komprehensif tentang
semua Perayaan Yahudi dan penggenapannya dalam Yesus Kristus.)
Let's just take Pentecost for example, the Feast of Pentecost.
It is amazing how they had to reckon it, how they had to count those seven
sevens of those seven weeks, counting from the Passover. And on that first
day after the Sabbath when Jesus was in the in the grave, there they had to
bring the wave offering as a symbol of the first sheaf of harvest, and
it of course represents the Resurrection, and those first fruits that rose out of the
grave with Him as witnesses.
And then they had to count those seven weeks, and then you came to the
Pentecost. And the Holy Spirit was poured out upon the people. And on that day
which is also called “the Feast of Harvest” there was a harvest. Jesus had
sowed the seed, that first wave sheaf had been waived and represented that first
Resurrection when He rose. And then Pentecost was the Feast of Harvest, and
three thousand souls were added to the kingdom.
Mari kita lihat Pentakosta misalnya, Perayaan Pentakosta.
Mengagumkan bagaimana mereka harus menghitungnya,
bagaimana mereka harus menghitung ketujuh kali tujuh hari, dari 7
minggu itu, mulai dari Passah. Dan pada
hari pertama setelah hari Sabat ketika Yesus terbaring dalam kubur, mereka
harus membawa persembahan unjukan sebagai simbol berkas panen yang pertama,
dan tentu saja itu melambangkan Kebangkitan, dan buah-buah sulung yang bangkit dari kubur bersama dengan
Yesus sebagai saksi-saksi.
Kemudian mereka harus menghitung tujuh minggu, lalu tiba
pada Pentakosta. Dan Roh Kudus dicurahkan kepada orang-orang. Dan pada hari itu
yang juga disebut “Perayaan Panen” ada panen. Yesus telah menabur benihnya, berkas panen yang pertama sudah
diunjukkan dan melambangkan Kebangkitan yang pertama itu ketika
Yesus bangkit. Kemudian Pentakosta
itu Perayaan Panen, dan tiga ribu jiwa ditambahkan kepada
Kerajaan Allah.
They would be able to find Jesus in every single one of their rituals,
every single one of their Feasts, and they would know that He was the
fulfillment thereof. He had become the Substance of the shadows.
Mereka seharusnya bisa menemukan Yesus dalam setiap
ritual mereka, setiap Perayaan mereka, dan mereka akan tahu bahwa Dialah
penggenapannya. Dia telah menjadi Substansi dari bayangan-bayangan.
If you take the Feast of Tabernacles for example, that was amazing, and how the Feast was performed. The priest,
he would go on the last day of that Feast for that final sacrificial offering, he
would go to the pool of Siloam, and he would take a pitcher of water, about one
quart of water, and with great fanfare
and music and trumpets and procession he would walk from the pool of Siloam to
the Altar, and he would pour the water in the pitcher. It's an amazing ceremony
and it was with great pomp and glamour. And it's interesting that on one
occasion, when that Feast took place, and Jesus was in the Temple as that
priest came with that water from the pool of Siloam, Jesus cried out, “If anybody thirst, let him come unto Me”, and
He referred to the rivers of water that would come out of Him. He applied it
directly to Himself. That's interesting,
that they took that water out of the pool of Siloam because Siloam means “to be
sent”, and Jesus also healed the blind man, and sent him to the pool of Siloam
to wash. And he was sent basically as a witness for Jesus Christ. But the
ultimate Substance who had been sent by God the Father was Jesus Himself. And this word “Siloam” in the Hebrew comes from the
root “Shiloh” שִׁיל֔וֹ [šî·lōw] which
means “Messiah”.
So when Jesus cried out in the Temple that he that is thirsty, let him
come, as that procession walked by, He was fulfilling and drawing the attention
of the very ritual they were performing upon Himself.
And people lose these nuances because they don't study from the shadow to
the Substance. He was the fulfillment of all their types.
Jika kita simak Perayaan Tabernakel (Pondok Daun) misalnya, itu mengagumkan, dan bagaimana Perayaan itu dilaksanakan. Imam, pada hari terakhir Perayaan itu, akan pergi mempersembahkan kurban yang terakhir, dia akan ke kolam Siloam, dan dia akan membawa sebuah tempat air, kira-kira untuk 1 liter, dan dengan banyak sorak sorai dan musik dan suara terompet dan arak-arakan, dia akan berjalan dari kolam Siloam hingga ke Mezbah, dan dia akan mencurahkan air dari tempat air itu. Itu adalah perayaan yang mengagumkan, dan itu dilakukan dengan kemegahan dan kemewahan yang luar biasa. Dan yang menarik ialah, di salah satu peristiwa ketika Perayaan itu sedang berlangsung dan Yesus berada di Bait Suci saat imam itu datang dengan air dari kolam Siloam, Yesus berseru, “Jika ada yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku…” (Yoh. 7:37) dan Yesus merujuk kepada sungai-sungai air yang akan keluar dari DiriNya. Dia mengaplikasikannya langsung kepada DiriNya sendiri. Itu menarik, bahwa mereka mengambil air dari kolam Siloam karena Siloam berarti “dikirim”, dan Yesus juga menyembuhkan orang yang buta dan menyuruhnya ke kolam Siloam untuk membasuh matanya. Dan pada dasarnya dia dikirim menjadi saksi bagi Yesus Kristus (Yoh. 9:7). Tetapi Substansi yang tertinggi yang dikirim oleh Allah Bapa adalah Yesus Sendiri. Dan kata “Siloam” ini dalam bahasa Ibrani berasal dari akar kata “Shiloh” שִׁיל֔וֹ [šî·lōw] yang berarti “Messias”. Maka ketika Yesus berseru di Bait Suci bahwa dia yang haus hendaklah dia datang, sementara arak-arakan itu lewat, Yesus sedang menggenapi dan menarik perhatian dari ritual yang sedang mereka laksanakan kepada DiriNya Sendiri.
Now if we take the story further, and we look at the ministry of our great
High Priest, then we have to also look at the great disappointment in 1844, because
Daniel 8:14 tells us, “14 And
he said unto me, ‘Unto two thousand and three hundred days; then shall the
Sanctuary be cleansed.’…” This is a
remarkable statement.
Now the cleansing of the Sanctuary, what did that mean?
Now after that great disappointment in 1844, the seekers for truth were led
by the Spirit of truth to study the great Sanctuary doctrine. Hitherto they had
believed that the earth was the
Sanctuary, referred to in the text but now their attention was directed towards
the Heavenly Sanctuary.
Nah, jika kita menyimak cerita itu lebih lanjut, dan kita
melihat kepada ministri Imam Besar kita, maka kita juga harus menyimak ke
kekecewaan besar tahun 1844, karena Daniel 8:14 mengatakan kepada kita, “14 Maka ia berkata kepadaku, ‘Sampai
lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu Bait
Suci itu akan dibersihkan.’…” Ini adalah pernyataan yang luar biasa.
Nah, pembersihan
Bait Suci, apa artinya itu?
Nah, setelah
kekecewaan besar di 1844, para pencari kebenaran dipimpin oleh Roh Kebenaran
untuk mempelajari doktrin Bait Suci. Sebelumnya sampai saat itu mereka meyakini
bahwa dunia inilah “Bait Suci” yang dimaksud dalam ayat itu, tetapi sekarang
perhatian mereka diarahkan kepada Bait Suci yang di Surga.
Now this prophecy in Daniel can of course be calculated in tremendous
detail. To think that the Holy Spirit would have guided Daniel to pen this prophecy
in so much detail, is amazing, and had the Jews studied it ~ after all the wise
men studied it and they realized by a study of the book of Daniel that the time for
the Messiah had come “from the
issuing of the decree that Jerusalem should be restored and rebuilt unto
Messiah the Prince”. And there's a
time prophecy, and there's a portion 70 weeks of this long prophecy, that ends
in 1844, that applies to the Jews. And the time period that they should be the
ones to carry the gospel to the world. And then their time would come to an
end. And then 1844, the end of that 2300 Day prophecy is the time when the Sanctuary
should be cleansed.
Now the early pioneers of the Advent Movement, they thought that the earth
was the Sanctuary, but when they discovered the Sanctuary story in the book of
Hebrews, it suddenly made sense, because Christ had ministered in the Holy, at
some stage He must have moved to the Most Holy, and the only verse in the Bible
that gives us a time frame is this verse in Daniel, which tells us that the
cleansing of the Sanctuary, in other words, of the anti-typical Day of
Atonement was about to take place. So we need to look at this in a little bit
of detail.
Nah nubuatan di Daniel ini tentunya bisa dihitung dengan
detail yang seksama. Bayangkan bagaimana Roh Kudus telah menuntun Daniel
untuk menuliskan nubuatan ini dengan begitu banyak detail, itu mengagumkan, dan
seandainya orang Yahudi mempelajarinya ~ toh orang-orang majus mempelajarinya dan
mereka menyadari bahwa saat kedatangan
Sang Messias sudah tiba, dari mempelajari kitab Daniel “dari
saat titah itu keluar, yakni bahwa Yerusalem
akan dipulihkan dan dibangun kembali hingga Mesias,
Pangeran itu” (Dan. 9:25). Dan ada nubuatan waktu, dan ada porsi 70 minggu (70
sabat) dari nubuatan yang panjang yang
berakhir di 1844, yang diaplikasikan kepada bangsa Yahudi. Dan periode waktu
bahwa merekalah yang harus membawa injil ke dunia. Kemudian waktu mereka
berakhir. Kemudian di 1844,
akhir dari nubuatan 2300 Petang dan Pagi, itulah saatnya Bait Suci akan
dibersihkan.
Nah, pioner-pioner
Gerakan Advent (bukan Masehi Advent Hari Ketujuh), mereka mengira bahwa dunia inilah Bait Sucinya, tetapi
ketika mereka menemukan kisah Bait Suci di kitab Ibrani, tiba-tiba mereka
paham, karena Kristus sudah melayani di Bilik Kudus, maka suatu saat Dia harus
pindah ke Bilik Mahakudus, dan satu-satunya ayat di Alkitab yang memberi kita
kerangka waktu ialah ayat ini di kitab Daniel, yang memberitahu kita bahwa
pembersihan Bait Suci, dengan kata lain Hari Grafirat/Pendamaian yang
antitipikal akan segera terjadi. Maka kita perlu menyimak ini dengan sedikit lebih mendetail lagi.
We read in the Spirit of Prophecy, “Turning
again to the book of Hebrews, the seekers for truth found that the existence of
a second, or new-Covenant Sanctuary was implied in the words of Paul already
quoted: ‘Then verily the first Covenant had also ordinances
of divine service,
and a worldly Sanctuary.’ (Heb.
9:1) And the use of the word ‘also’ intimates that Paul has before made mention of this
Sanctuary. Turning back to the beginning
of the previous chapter, they read: ‘Now of the things which we have spoken this is
the sum: We have such an High Priest, who is set on the right band of the throne of the Majesty
in the Heavens; a Minister of the Sanctuary, and of the true Tabernacle, which the Lord pitched, and not man.’ (Hebrews 8:1, 2), quoting Hebrews 8:1, 2. “…Here is revealed the
Sanctuary of the new Covenant.
The Sanctuary of the first
Covenant was pitched by man, built by Moses; this is pitched
by the Lord, not by man. In that Sanctuary
the earthly priests performed their service; in this, Christ, our
great High Priest, ministers at God’s right
hand. One Sanctuary was on earth,
the other is in Heaven…” (Christ in His
Sanctuary pg. 91)
Kita baca dari Roh Nubuat, “…Berpaling lagi ke kitab Ibrani, para
pencari kebenaran menemukan eksistensi Bait Suci yang kedua, atau Bait Suci
Perjanjian yang baru, yang disinggung dalam kata-kata Paulus yang sudah
dikutip, ‘1 Maka
sesungguhnya Perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan
untuk ibadah, dan sebuah Bait Suci di dunia.’
(Ibr.
9:1) dan dipakainya kata “juga”
menandakan bahwa sebelumnya Paulus sudah menyebut tentang Bait Suci ini. Maka
mereka kembali membuka pasal-pasal sebelumnya, dan mereka membaca, ‘1 Nah, dari segala yang kita bicarakan, inilah kesimpulannya: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk
di sebelah tangan kanan takhta Raja di Surga, 2 seorang Pelayan di Bait Suci dan dari Tabernakel yang sejati, yang didirikan oleh Tuhan
dan bukan manusia.’ (Ibr. 8:1-2) …” mengutip Ibrani 8:1-2 “…Di sini
dinyatakan adanya Bait Suci dari Perjanjian yang baru. Bait Suci dari
Perjanjian yang pertama dibangun oleh manusia, dibangun oleh Musa; yang ini (yang kedua) dibangun oleh Tuhan bukan manusia.
Di dalam Bait Suci itu (yang dibangun manusia),
imam-imam manusia melaksanakan pelayanan mereka; di sini (Bait Suci
kedua) Kristus, Imam Besar kita, melayani di
sebelah tangan kanan Allah. Satu Bait Suci ada di bumi, yang satu ada di
Surga…” (Christ in His Sanctuary hal. 91)
“The Glories
of the Earthly Sanctuary and the Heavenly
Temple.
The Sanctuary
in Heaven, in which Jesus ministers in our behalf, is the great original, of which the
Sanctuary built by Moses was a copy. The matchless splendor of the earthly
Tabernacle reflected to human vision the glories of that Heavenly Temple where
Christ our forerunner ministers for us before the throne of God.
The abiding place of the King of
kings, where ‘thousand thousands
minister unto Him,
and ten thousand times ten thousand stand before Him’ (Daniel 7:10). That Temple,
filled with the glory of the eternal throne, where seraphim ~ its shining guardians ~ veil their faces in
adoration, could find, in the most magnificent structure ever reared by human hands, but a faint reflection
of its vastness and glory. Yet important truths concerning the Heavenly Sanctuary and the great
work there carried forward for man’s redemption were taught by the earthly Sanctuary
and its services. The Holy Places of the Sanctuary in Heaven are represented by the two apartments in the
Sanctuary on earth. As in vision
the apostle John was granted a view of the Temple of God in Heaven, he beheld there ‘seven lamps of fire burning before
the throne.’ (Revelation
4:5). He saw an Angel
‘having a golden censer; and there was given unto Him much incense,
that He should
offer it with the prayers of all
saints upon the golden altar which was before the throne.’
(Revelation
8:3). Here the prophet was permitted
to behold the first apartment
of the Sanctuary in Heaven; and he saw there the ‘seven lamps of
fire’ and ‘the golden altar,’ represented by the golden
Candlestick and the
Altar of Incense
in the Sanctuary on earth. Again, ‘the
Temple of God was opened’ (Revelation 11:19),
and he looked within
the inner veil, upon the Holy of
Holies. Here he beheld ‘the Ark of His
Testament,’ represented by the sacred chest constructed
by Moses to contain the Law of God.
Thus those who were studying
the subject found indisputable
proof of the existence
of a Sanctuary in
Heaven. Moses
made the earthly Sanctuary after a pattern which was shown him.
Paul teaches that that pattern
was the true Sanctuary which is in Heaven.
And John testifies that he saw it in Heaven.”
(Christ in His Ministry pg 92)
“…Kemuliaan dari Bait Suci di dunia dan Bait Suci yang di
Surga.
Bait Suci yang di Surga di mana Yesus melayani demi kita,
adalah yang asli yang agung, dari mana Bait Suci yang dibangun oleh Musa itu
adalah tiruannya.
Keindahan tak terperi dari Tabernakel
duniawi memantulkan kepada penglihatan manusia kemuliaan Bait Suci Surgawi di
mana Kristus Pelopor kita, melayani demi kita di hadapan takhta Allah. Tempat
kediaman Raja segala raja di mana ‘seribu
kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di
hadapan-Nya.’ (Dan. 7:10). Bait Suci itu, yang dipenuhi oleh kemuliaan takhta yang kekal, di mana para
serafim ~ penjaga-penjaganya yang bercahaya ~ menutupi wajah mereka sebagai
tanda adorasi, yang bisa ditemukan dalam struktur yang paling
indah yang pernah dibangun oleh tangan manusia, hanylah suatu pantulan yang
samar-samar dari kemegahannya dan kemuliaannya. Namun demikian, kebenaran yang
penting mengenai Bait Suci surgawi dan pekerjaan besarnya yang dilakukan di
sana untuk penebusan manusia, diajarkan oleh Bait Suci duniawi dan
pelayanan-pelayanannya.
Bilik-bilik Kudus Bait Suci di Surga dilambangkan oleh
dua bagian di Bait Suci di dunia. Dalam penglihatan, rasul Yohanes diizinkan
melihat pandangan Bait Suci Allah di Surga. Dia melihat di sana, ‘Tujuh Obor menyala-nyala
di hadapan takhta itu’ (Wah. 4:5). Dia melihat Malaikat ‘membawa sebuah pedupaan emas. Dan kepadaNya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkanNya bersama-sama dengan doa semua orang
kudus di atas Mezbah emas yang ada di
hadapan takhta itu.’ (Wah. 8:3). Di sini nabi itu diizinkan melihat bilik
yang pertama dari Bait Suci di Surga; dan dia melihat di sana Tujuh Obor
menyala dan Mezbah emas yang dilambangkan oleh Kaki Dian emas dan Mezbah Ukupan
di Bait Suci di dunia. Juga ‘Kuil Allah terbuka’ (Wah. 11:19) dan dia melihat di belakang Tabir yang
sebelah dalam, ke dalam Bilik Mahakudus. Di sini dia melihat ‘Tabut KesaksianNya’ (Wah. 11:19) yang
dilambangkan oleh peti kudus yang dibuat oleh Musa untuk menjadi tempat Hukum
Allah.
Maka mereka yang mempelajari topik itu
menemukan bukti yang tidak terbantahkan tentang adanya sebuah Bait Suci di
Surga. Musa membuat Bait Suci duniawi menurut pola yang ditunjukkan kepadanya.
Paulus mengajarkan bahwa pola itu adalah Bait Suci yang sejati yang ada di
Surga. Dan Yohanes menyaksikan bahwa dia melihatnya di Surga. (Christ in His Ministry hal. 91- 92)
Now there are so
many that say that this is pure conjecture. But if we study the book of Hebrews
then we see these things very pertinently, very specifically outlined and
explained. So if there was an earthly ministry then there's also a Heavenly
ministry.
Now if the ministry
started only when this Temple was inaugurated, then it could only have started
when Jesus Christ entered that Temple after His resurrection, because without
the ministering of blood there is no intercession. So Jesus had to enter in
with His own blood as we will see, so it could only have happened after His
resurrection.
Nah, ada begitu banyak yang mengatakan bahwa ini
semata-mata dugaan. Tetapi bila kita mempelajari kitab Ibrani maka kita melihat
hal-hal ini sangat penting, dan digambarkan dan dijelaskan dengan sangat
spesifik. Jadi jika ada ministri duniawi, maka juga ada ministri Surgawi.
Nah bila ministri itu dimulai hanya ketika Bait Suci ini
diinagurasi, maka itu hanya bisa dimulai saat Yesus Kristus memasuki Kuil
(Bilik) itu setelah KebangkitanNya
karena tanpa ministri darah, tidak ada perantaraan. Maka Yesus harus masuk
dengan darahNya Sendiri, seperti yang akan kita lihat, maka itu hanya akan
terjadi setelah kebangkitanNya.
So if we go to verse 12 in Hebrews 9, then we read, “12
Neither by the blood of goats and calves, but by His own blood He entered in
once into the Holy Place, having obtained eternal redemption for us…” now the word used there is ἅγιον [hagion].
And we saw that when Paul spoke about the “Most Holy Place” he used the words
ἅγια ἅγιον [Hagia hagion].
Now what does ἅγιον [hagion] mean? Neuter of G40. It means a sacred thing (that is a spot), --holiest,
Holy
Place. It actually means Sanctuary. But by implication, He must have entered
the Holy Place.
Jadi kalau kita ke Ibrani
9:12, kita baca, “12 Tidak pula oleh
darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan darah-Nya Sendiri Ia telah masuk satu kali ke Bilik Kudus, setelah
mendapatkan penebusan yang kekal bagi kita…”
nah, kata yang dipakai di sini ialah ἅγιον
[hagion].
Dan kita sudah menyimak bilamana Paulus bicara tentang “Bilik Mahakudus”
dia memakai kata-kata ἅγια ἅγιον
[Hagia hagion]
Nah, apa yang dimaksud dengan ἅγιον [hagion]? Netral dari G40,
itu artinya sesuatu
yang sakral (maksudnya tempat), --sangat kudus, Bilik Kudus. Sesungguhnya berarti Bait
Suci. Tetapi implikasinya, tentunya Yesus masuk ke Bilik Kudus.
Now if we go to the modern translations such as the NIV or even the NKJV
they don't render it as the KJV renders it, which is in harmony with the
ministry of the earthly Sanctuary. They change it.
And they say in the NIV that “He did not
enter by means of blood of goats and calves…” which is correct, “…but He entered
the Most Holy Place…”
But the KJV says, “by His own blood He entered in once into
the Holy Place, having obtained eternal redemption for us…”.
So when did Christ then perform His ministry in the Holy Place, if at the
resurrection He went into the Most Holy Place? Then that whole portion of
Scripture is negated and then the type doesn't serve as an anti-type; the
shadow doesn't have a Substance. So it cannot be correct.
Even the NKJV says that He entered into the Most Holy Place, and this is
not in accordance with the shadow and the Substance.
Nah, bila kita ke terjemahan yang modern macam NIV atau
bahkan NKJV, mereka tidak menerjemahkannya seperti KJV yang sesuai dengan
ministri di Bait Suci duniawi. Mereka mengubahnya.
Dan di NIV mereka katakan bahwa, “…Dia
tidak masuk dengan darah kambing-kambing dan anak-anak lembu…” yang memang benar, “…tetapi Dia masuk ke Bilik Mahakudus…”
KJV mengatakan “…dengan darah-Nya Sendiri Ia telah masuk satu kali ke Bilik Kudus, setelah mendapatkan penebusan yang kekal bagi kita…”
Jadi kalau begitu kapan Kristus melaksanakan ministriNya di Bilik Kudus jika pada saat kebangkitan Dia pergi ke
Bilik Mahakudus? Maka seluruh bagian tersebut di Kitab Suci itu disangkal dan tipenya tidak berfungsi sebagai antitipe,
bayangannya tidak punya Substansi. Jadi itu tidak mungkin benar.
Bahkan NKJV mengatakan bahwa Dia
masuk ke Bilik Mahakudus,
dan ini tidak sesuai dengan rumus bayangan dan Substansi.
Hebrews 9:13, “…13
For if the blood of bulls and of goats, and the ashes of an heifer sprinkling
the unclean, sanctifieth to the purifying of the flesh: 14 How much more shall the blood
of Christ, who through the eternal Spirit offered Himself without spot to God,
purge your conscience from dead works to serve the living God?”
So when the earthly was only able to do a typological work, pointing to a
reality to come, the efficacy of Christ's blood is able to purge your conscience
from dead works, in other words, from your
own efforts to achieve a communicating status with God. The Veil was
rent, access was a made available by Christ to the throne of God.
Ibrani 9:13, “13
Sebab, jika darah lembu jantan dan domba jantan, dan abu lembu betina muda dipercikkan
pada yang najis, menguduskan sehingga mentahirkan
secara lahiriah, 14 betapa lebihnya darah Kristus, yang melalui Roh yang kekal telah mempersembahkan Diri-Nya
Sendiri tanpa noda kepada Allah, menyucikan
hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan mati untuk melayani
Allah yang hidup?”
Jadi ketika yang
duniawi hanya bisa melakukan pekerjaan tipologis, menunjuk kepada realita yang
akan datang, maka kemanjuran darah
Kristus mampu menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan-pekerjan mati,
dengan kata lain dari upaya
kita sendiri untuk mencapai suatu status komunikasi dengan Allah.
Tabir itu sudah dirobek, akses ke takhta Allah sudah disiapkan oleh Kristus.
Now it's important to note that Christ was not a martyr. Somebody who dies
for his faith to demonstrate that he believes something, that is a martyr.
Christ was not a martyr He was a Sacrifice. A martyr does not
become a sacrifice, he just becomes a witness. But Jesus Christ was a Sacrifice by choice,
both Priest and Victim at the same time. The efficacy of the blood
cannot be exhausted, it is an eternal theme. 20 times is the blood mentioned in
the book of Hebrews, and 10 times alone in chapter 9.
In Deuteronomy 12:23 we have an interesting verse, which says, “23
Only be sure that thou eat not the blood: for the blood is the life; and thou
mayest not eat the life with the flesh.”
Nah, penting diperhatikan bahwa Kristus bukanlah seorang martir. Seseorang
yang mati karena imannya, untuk mendemonstrasikan bahwa dia meyakini sesuatu,
itu seorang martir. Kristus bukan seorang martir, Dia adalah Seorang Kurban. Seorang martir
bukan kurban, dia hanya menjadi saksi. Tetapi Yesus Kristus adalah Kurban yang sukarela, baik sebagai
Imam maupun Kurban pada waktu yang sama. Kemanjuran darah tidak
ada habisnya, itu adalah tema yang kekal. 20 kali di kitab Ibrani darah ini
disebut, dan 10 kali di pasal 9 saja.
Di Ulangan 12:23 kita melihat ayat yang menarik yang
mengatakan, “23 Hanya
pastikan engkau tidak memakan darahnya,
sebab darah ialah hidup, maka janganlah engkau memakan hidupnya bersama-sama dengan dagingnya.”
We have a similar verse in Leviticus 17:11
which says, “11 For
the life of the flesh is in the blood: and I have given it to you upon the
altar to make an atonement for your souls: for it is the blood that maketh an
atonement for the soul.”
Now this idea that the life is in the
blood is of course also a scientific reality because the blood is the one that
brings the metabolism, the oxygen to the tissues, removes the impurities, etc.
The life truly is in the blood, if the blood is drained you die.
This blood of Jesus wasn't ordinary
blood, it was royal blood, it was sacrificial blood, it was saving blood, it
was essential because without it there was no remission of sins. It is
indescribable, that people could deny the efficacy of this blood. It flowed
from His head, His hands, His feet, and His sides. It was efficacious blood, it
was healing blood, it was life-giving blood, it was washing, feeding, atoning
blood. It was all sufficient for the sins of humanity, past, present, and
future. Salvation is in the blood of the Lamb.
John 6:53 says, “53
Then Jesus said unto them, ‘Verily, verily, I say unto you, except ye eat the
flesh of the Son of Man,
and drink His blood, ye have no life in you. 54 Whoso eateth My
flesh, and drinketh My blood, hath eternal life; and I will raise him up at the
last day.”
So there is a promise attached to
applying the blood.
Ada ayat yang mirip ini di Imamat 17:11 yang mengatakan,“11 Karena hidup makhluk ada di darahnya;
dan Aku telah memberikannya kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian
bagi nyawamu, karena darahlah yang
mengadakan pendamaian bagai nyawa.”
Nah konsep bahwa hidup ada dalam darah tentu saja juga
suatu kenyataan saintifik karena darahlah yang membawa metabolisme, oksigen ke
jaringan-jaringan, menyingkirkan kotoran-kotoran, dll. Hidup sungguh-sungguh
ada dalam darah, jika darah itu dikeluarkan semua orangnya mati.
Darah Yesus bukanlah darah biasa, itu darah raja, itu
darah kurban, itu darah yang menyelamatkan, itu sangat penting karena tanpa itu
tidak ada pengampunan dosa. Tidak bisa digambarkan ada orang yang menyangkal
kemujaraban darah ini. Darah ini mengalir dari kepalaNya, tanganNya, kakiNya,
dan sisiNya. Itu darah yang mujarab, darah yang menyembuhkan, darah yang
memberi hidup, yang membasuh, yang memberi makan, yang mendamaikan. Darah yang
lengkap bagi dosa kemanusiaan di masa
lampau, sekarang, dan akan datang. Keselamatan ada dalam darah Anak Domba.
Yohanes 6:53 mengatakan, “53
Maka kata Yesus kepada mereka, ‘Aku
berkata kepadamu sungguh-sungguh, kecuali kamu makan daging Anak Manusia dan
minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup
dalam dirimu. 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada hari yang terakhir’…”
Jadi ada janji
yang dikaitkan kepada aplikasi darah itu.
Now Paul makes quite an interesting argument in regards to a Testament. And
basically he says that the death of the testator was necessary before the
Testament came into effect, even for those of past generations. And
this blood
ratified the eternal Covenant.
1 Peter 2:24 says, “24 Who
His own self bare our sins in His own body on the tree, that we, being dead to
sins, should live unto righteousness: by whose stripes ye were healed. 25
For ye were as sheep going astray; but are now returned unto the Shepherd and
Bishop of your souls.”
This idea of embracing the Substance is the central theme, and if we miss
it and we don't understand the symbolism, then it's impossible to understand
the plan of salvation.
Nah, Paulus membuat argumentasi yang cukup menarik
sehubungan dengan suatu Surat Wasiat. Dan pada dasarnya dia mengatakan bahwa kematian si pembuat Surat Wasiat
itu harus terjadi sebelum Surat Wasiat itu bisa berlaku,
walaupun untuk generasi-generasi yang sudah lewat. Dan darah yang meratifikasi Perjanjian yang kekal.
1 Petrus 2:24 berkata, “24 yang
Ia sendiri telah memikul dosa kita di tubuh-Nya sendiri
di kayu salib, supaya kita, yang
telah mati terhadap dosa, boleh hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah disembuhkan.
25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi
sekarang kamu telah kembali kepada Gembala dan Pemelihara jiwamu.”
Konsep memeluk Substansinya adalah tema inti, dan jika
kita luput dan kita tidak mengerti simbolismenya, maka mustahillah untuk
mengerti rancangan keselamatan.
Hebrews 9:15-18
That's why in verse 15 as we continue with Hebrews 9, “15 And
for this cause He is the Mediator
of the New Testament, that by means of death, for the redemption of the
transgressions that were under the first Testament, they which are called might
receive the promise of eternal inheritance….” And then he comes with this idea that “…16 For where a Testament is,
there must also of necessity be the death of the testator. 17 For a
Testament is of force after men are dead: otherwise it is of no strength at all
while the testator liveth. 18 Whereupon neither the first Testament
was dedicated without blood.” So in the first Testament wasn't the death of the
real testator, it was just the death of a figure, a shadow of what was to come.
But
the death
was absolutely necessary for the Covenant to come into force. So Jesus was
not just an example, He was the sacrificial Lamb and His blood was absolutely
necessary to ratify the Testament, just as the first one was also ratified by
blood, being the blood of animals.
Ibrani 9:15-18
Itulah mengapa di Ibrani 9:15
kita lanjut, “15 Dan demi tujuan inilah Ia menjadi Pengantara dari Perjanjian yang baru, agar melalui kematian untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di masa Perjanjian yang pertama,
mereka yang dipanggil boleh menerima janji warisan
yang kekal…” Lalu Paulus memunculkan konsep ini. “…16
Sebab di mana ada wasiat, di situ juga
diperlukan adanya kematian si pembuat wasiat. 17 Karena suatu
wasiat barulah berlaku setelah pembuat wasiat itu mati, kalau tidak, ia tidak punya kekuatan
hukum sama sekali selama pembuat wasiat itu masih hidup. 18
Itulah sebabnya, Perjanjian yang pertama pun tidak
diberlakukan tanpa darah…” Jadi di Perjanjian
yang pertama, tidak ada kematian si pembuat wasiat itu sendiri, hanya kematian
dari suatu lambang, bayangan dari apa yang akan datang. Tetapi kematian itu mutlak diperlukan agar Perjanjian itu
berlaku. Jadi Yesus
bukan hanya sebuah contoh, Dialah
Domba kurban dan darahNya mutlak diperlukan untuk mengesahkan Perjanjian itu,
sebagaimana Perjanjian yang
pertama juga disahkan oleh darah, tapi darah hewan.
Hebrews 9:19-23
Verse 19 says, “19 For when Moses had spoken
every precept to all the people according to the Law, he took the blood of
calves and of goats, with water, and scarlet wool, and hyssop, and sprinkled
both the book, and all the people, 20 Saying, ‘This is the blood of
the Testament which God hath enjoined unto you.’ 21 Moreover he
sprinkled with blood both the Tabernacle, and all the vessels of the ministry….”
this was the inauguration ceremony where the
Tabernacle was anointed, inaugurated for service. And thereafter the priest officiated only in
the Holy until the Day of Atonement when he entered into the Most Holy. So Christ too with His blood inaugurated the Temple,
thereafter
officiated in the Holy (as the KJV correctly translates it), and then
at a later stage at the fulfillment of the prophecy of Daniel, 1844
entered into the Most Holy, and that is when the ceremony of the Day of
Atonement took place.
Now this ceremony is very interesting. Ten days
before this ceremony there was the blowing of the trumpets, the Feast of
Trumpets, and these trumpets heralded the judgment to come. And the Day
of Atonement was a day when they had to afflict themselves. It was the
prescribed day of fast, and if you did not take part in the ceremony you were
cut off.
We are now
living in that anti-typical Day of Atonement, that judgment time, and very soon the High Priest will say, “It is finished.
Let him who is filthy be filthy still, let him who is righteous be righteous
still.” And the close of probation will come.
Now is the time to afflict our souls, to make right with God, and to see
whether there is anything in us that has not been purged.
Verse 20 said, “…20 Saying, ‘This is the blood
of the Testament which God hath enjoined unto you…” the sprinkling of the vessels, the
inauguration took place. “…21
Moreover he sprinkled with blood both the Tabernacle, and all the vessels of
the ministry. 22 And almost
all things are by the Law purged with blood; and without shedding of blood is
no remission. 23 It was therefore necessary that the patterns of
things in the Heavens should be purified with these; but the Heavenly things
themselves with better sacrifices than these…” namely the sacrifice of Christ.
Ibrani 9:19-23
Ayat 19 berkata, “19 Sebab ketika Musa sudah mengucapkan setiap ketentuan menurut Hukum kepada seluruh
umat, ia mengambil darah anak lembu dan kambing,
serta air, dan bulu domba yang merah dan
hisop, lalu memerciki kitab itu dan seluruh umat, 20 sambil berkata,
‘Inilah darah Perjanjian yang diperintahkan
Allah kepada kamu untuk kamu lakukan.’ 21 Selain
itu dia memerciki dengan darah Tabernakelnya dan semua alat untuk ibadah…” Ini upacara inaugurasi ketika Tabernakelnya diurapi, ditahbiskan untuk pelayanan. Dan setelah itu imam hanya
melayani di Bilik Kudus hingga Hari Pendamaian ketika dia memasuki Bilik
Mahakudus. Jadi Kristus juga dengan
darahNya menginaugurasi Bait Suci, setelah itu Dia melayani di Bilik Kudus
(seperti yang diterjemahkan dengan benar oleh KJV), dan belakangan saat
penggenapan nubuatan Daniel pada tahun
1844, Dia masuk ke Bilik Mahakudus, dan itulah ketika upacara
Hari Pendamaian terjadi.
Nah upacara ini
sangat menarik. Sepuluh hari
sebelumnya terompet-terompet ditiup, Hari Raya Terompet, dan
terompet-terompet ini mengumumkan penghakiman yang akan datang. Dan Hari
Pendamaian adalah suatu hari ketika bangsa Israel harus menyelidiki hati mereka
sendiri. Inilah hari puasa yang ditentukan dan jika ada yang tidak ikut ambil
bagian dalam upacara ini, maka dia dibunuh.
Kita sekarang hidup di
antitipe Hari Pendamaian tersebut, masa penghakiman itu, dan tidak lama lagi Imam Besar akan berkata, “Sudah selesai. Biarlah dia
yang cemar tetap cemar, dan dia yang benar tetap benar.” Dan pintu kasihan akan menutup.
Sekarang inilah saatnya menyelidiki hati kita, untuk
berdamai dengan Allah, dan melihat apakah ada apa pun di dalam kita yang belum
ditahirkan.
Ayat 20 berkata, “20
sambil berkata, ‘Inilah darah Perjanjian yang diperintahkan
Allah kepada kamu untuk kamu lakukan.’ …” peralatan-peralatan yang diperciki, inaugurasi terjadi. “…21
Selain itu dia memerciki dengan darah Tabernakelnya
dan semua alat untuk ibadah. 22 Dan hampir segala sesuatu
menurut Hukum dikuduskan dengan darah; dan tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan. 23 Jadi tiruan segala
sesuatu yang di Surga haruslah ditahirkan dengan itu, tetapi
benda-benda surgawi sendiri oleh kurban-kurban
yang lebih baik daripada itu…” yaitu kurban Kristus.
The Spirit of Prophecy tells us, “But the most important
question remains to be answered:
What is the cleansing of the Sanctuary? That there was such a
service in connection with the earthly Sanctuary
is stated in the Old
Testament Scriptures. But can there be anything
in Heaven to be cleansed?
In Hebrews 9 the cleansing
of both the earthly
and the Heavenly Sanctuary is
plainly taught. ‘Almost all things
are by the Law purged with blood; and without
shedding of blood is no remission. It was therefore necessary
that the patterns
of things in the Heavens should be
purified with these [the blood of animals]; but the
Heavenly things themselves with
better sacrifices than these.’ (Hebrews 9:22, 23), even the precious
blood of Christ.
(Christ in His Sanctuary pg. 95)
This is absolutely in harmony with what we have just read. To deny it is to
deny the very Scriptures themselves
Roh Nubuat mengatakan kepada
kita,
“…Tetapi pertanyaan yang paling penting yang masih harus dijawab ialah
apakah pembersihan Bait Suci itu? Bahwa ada pelayanan yang serupa itu
sehubungan dengan Bait Suci duniawi tercantum di Kitab Perjanjian Lama. Tetapi
apakah di Surga ada yang perlu dibersihkan? Di Ibrani pasal 9 pembersihan Bait
Suci duniawi dan Surgawi diajarkan dengan jelas. ‘22 Dan hampir segala sesuatu menurut Hukum
dikuduskan dengan darah; dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. 23
Jadi tiruan segala sesuatu yang di Surga haruslah ditahirkan dengan itu (darah hewan), tetapi benda-benda
surgawi sendiri oleh kurban-kurban yang
lebih baik daripada itu’ (Ibr. 9:22-23) yaitu darah Kristus yang
mahal.” (Christ in His Sanctuary hal. 95)
Ini mutlak serasi dengan apa yang baru saja kita baca. Menyangkal ini ialah menyangkal Kitab
Suci sendiri.
Hebrews 9:24-25
Hebrews 9:24 says, “ 24 For Christ is not entered
into the Holy Places made with hands, which are the figures of the true; but
into Heaven itself, now to appear in the presence of God for us: 25
Nor yet that He should offer Himself often, as the High Priest entereth into
the Holy Place every year with blood of others…” one sacrifice, once, that's why Hebrews 9:26 says, “…26 For then must He often have
suffered since the foundation of the world: but now once in the end of the
world hath He appeared to put away sin by the sacrifice of Himself.”
This is such a clear statement. Who can put away sin but God alone? He
did it not by example, nor by His teaching, nor by His works, wonderful as they
were, but by
the sacrifice of Himself. This alone negates the Joint Declaration on Justification signed by the Roman Catholic
church and the Protestant world. It is by faith in His blood that we are justified,
and not by works as the joint declaration states.
Ibrani 9:24-25
Ibrani 9:24 mengatakan, “24 Sebab Kristus bukan masuk ke
dalam Bilik-bilik Kudus buatan tangan
manusia, yang merupakan gambaran dari yang sebenarnya, tetapi ke Surga sendiri,
sekarang untuk muncul di hadirat Allah demi kita.
25 Juga bukan agar Dia harus sering mempersembahkan Dirinya, sebagaimana Imam
Besar setiap tahun masuk ke dalam Bait Suci
dengan darah yang lain…” satu kurban, satu
kali, itulah mengapa Ibrani 9:26 berkata, “…26
Andai
demikian tentunya Ia harus menderita berulang-ulang sejak dunia ini dijadikan.
Tetapi sekarang, satu kali pada akhir
zaman Ia muncul untuk menghapuskan dosa dengan mengorbankan DiriNya.”
Ini adalah pernyataan yang sangat jelas. Siapa yang bisa menyingkirkan dosa
selain Allah sendiri? Dia melaksanakannya bukan dengan memberi contoh, maupun
melalui ajaranNya, maupun melalui pekerjaanNya seberapa pun baiknya semua itu,
melainkan melalui pengorbanan DiriNya.
Ini saja sudah menyangkal kebenaran Joint Declaration on Justification (Deklarasi
Gabungan tentang Pembenaran) yang ditandatangani gereja Roma Katolik bersama
dunia Protestan. Melalui iman dalam
darahNya-lah kita dibenarkan, dan bukan oleh perbuatan seperti
yang dinyatakan oleh deklarasi gabungan itu.
1 Timothy 3:16 says, “16 And
without controversy great is the mystery of godliness: God was manifest in the
flesh, justified in the Spirit, seen of angels, preached unto the Gentiles,
believed on in the world, received up into glory.”
And Philippians 2:6 says, “6
Who, being in the form of God, thought it not robbery to be equal with God.”
John 1:1 says, “1 In
the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God.”
This was God, manifest in the flesh. This was divine blood, not the blood
of sheep and goats; divine blood that purged our sin and opened the way to
communication with God.
1 Timotius
3:16 berkata, “16 Dan tanpa bisa dibantah, memang sangat besarlah
misteri Keallahan itu: Allah dinyatakan dalam daging, dibenarkan dalam Roh, dilihat oleh malaikat-malaikat, diberitakan di antara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dipercayai di dunia, diterima di atas dalam kemuliaan.”
Dan Filipi 2:6 berkata, “6 Yang
dalam rupa Allah, tidak berpikir untuk mengambil
kedudukan itu agar menjadi setara dengan Allah.”
Yohanes 1:1 berkata, “1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan
Firman itu adalah Allah.” Inilah Allah, yang
mengambil wujud manusia. Inilah darah Ilahi, bukan darah domba dan kambing; melainkan darah Ilahi yang menguduskan dosa kita
dan membuka jalan komunikasi dengan Allah.
Hebrews 9:27-28
Verse 27 in Hebrews 9 says, “27
And as it is appointed unto men once to die, but after this the judgment: 28
So Christ was once offered to bear the sins of many; and unto them that look
for Him shall He appear the second time, without sin unto salvation.”
In other words, the sin will have been purged when Jesus Christ comes with
the clouds of Heaven.
Ibrani 9:27-28
Ayat 27 di Ibrani 9
berkata, “27 Dan sebagaimana telah ditetapkan bagi manusia untuk
mati satu kali, tetapi sesudah itu penghakiman, 28 demikian pula
Kristus satu kali dipersembahkan untuk
menanggung dosa banyak orang; dan kepada
mereka yang menantikan Dia, Ia akan
menyatakan Diri-Nya untuk kedua kalinya, tanpa
dosa untuk keselamatan.” Dengan kata lain,
dosa sudah dimurnikan pada waktu Yesus Kristus datang dengan awan-awan di
langit.
This is the story of the ministry of Jesus Christ.
We are now living in the judgment time, the anti-typical Day of Atonement. And
soon He will come and when He comes the decree will have already gone out, “let
he that is righteous be righteous still” and they will be without sin, sealed by
God Himself.
Inilah kisah ministri Yesus Kristus.
Kita sekarang hidup di masa penghakiman, Hari Pendamaian
antitipikal. Dan tidak lama lagi Dia akan datang, dan ketika Dia datang
dekritnya sudah keluar, “Biarlah dia yang benar tetap benar” (Wah. 22:11), dan mereka akan menjadi tanpa dosa, dimeteraikan oleh
Allah Sendiri.
Hebrews 7:27 says, “27 Who needeth not daily, as those high
priests, to offer up sacrifice, first for his own sins, and then for the
people's: for this He did once, when He offered up Himself.”
My question again, how can a so-called Christian religious system say that
it offers Christ and that this offering of the mass is the identical offering that took place
on the cross? How can they make such claims? When the Scripture is so
clear, that by one offering He has forever made perfect. And then the Bible
says, “He forever liveth” (Heb. 7:25), but they claim that He dies at every
single occasion when the mass is read. This is so contrary to the Scriptures.
Ibrani 7:27 mengatakan, “27 yang
tidak perlu setiap hari seperti imam-imam
besar lain, mempersembahkan kurban, pertama untuk dosanya sendiri, dan sesudah itu untuk umat; sebab itu telah
dilakukan-Nya satu kali ketika Ia mempersembahkan Diri-Nya Sendiri.”
Pertanyaan saya
lagi, bagaimana suatu sistem relijius yang mengaku Kristen bisa mengatakan bahwa dia mempersembahkan Kristus dan
persembahan misa ini identik sama dengan persembahan yang
terjadi di salib? Bagaimana mereka
bisa membuat klaim seperti ini? Padahal Kitab Suci itu begitu jelas, bahwa dengan satu persembahan Dia
telah membuat semuanya selamanya sempurna. Kemudian Alkitab berkata, “Ia hidup senantiasa” (Ibr.
7:25) tetapi mereka mengklaim bahwa Dia mati
setiap kali misa itu diadakan. Ini begitu bertentangan dengan Kitab Suci.
We have direct access to God through Jesus Christ, and we can come directly
to the throne of grace because the Veil has been torn apart.
John 19:30 says, “30
When Jesus therefore had received the vinegar, He said, ‘It is finished.’ And
He bowed His head, and gave up the ghost.”
In other words, He is a perfect offering that need never be repeated.
That's why Romans 6:10 says, “10 For
in that He died, He died unto sin once: but in that He liveth, He liveth unto
God.”
Kita punya akses langsung kepada Allah melalui Yesus
Kristus, dan kita bisa datang langsung ke takhta kasih karunia karena Tabir itu
sudah dicabik.
Yohanes 19:30 mengatakan, “30 Ketika Yesus
setelah itu menerima
anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai!’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya
dan menyerahkan nyawa-Nya.” Dengan kata lain Dia adalah persembahan yang
sempurna yang tidak pernah perlu diulang lagi. Itulah sebabnya Roma 6:10
berkata, “10 Karena dalam hal
Dia mati, Dia mati bagi dosa, satu kali;
tetapi karena Dia hidup, Dia hidup bagi Allah.”
This is the burden of Paul in the book of Hebrews to show the efficacy of
this High Priest, of this divine sacrifice that was given once for the sins of humanity,
and never again has to be repeated, never again may there be an Altar in a Christian
church. That's why Protestantism removed all the Altars. And some Protestants went back in the Oxford
Movement (19th Century) and brought the Altars back. What a travesty
to distort the book of Hebrews and to put Christ to open shame, by making Him a
continual sacrifice. He died once and He liveth forever more. Let us trust the
Word of God, let us follow in the footsteps of the writings of Paul, which were
penned by the Holy Ghost, so that we may have
communion with God through Christ.
Let's pray.
Inilah beban Paulus di kitab Ibrani, untuk menunjukkan
kemanjuran Imam Besar itu, tentang kurban Ilahi yang diberikan satu kali bagi
dosa kemanusiaan, dan tidak pernah lagi perlu diulang, tidak pernah lagi boleh ada Mezbah di gereja Kristen.
Itulah mengapa Protestantisme menyingkirkan semua mezbah. Dan di Gerakan Oxford (abad ke-19)
beberapa Protestan membawa kembali mezbah ke gereja. Itu sungguh suatu parodi,
mendistorsi kitab Ibrani dan menempatkan Kristus untuk dipermalukan secara
terbuka dengan membuat Dia menjadi kurban berulang-ulang. Dia mati satu kali
dan Dia hidup untuk selamanya. Mari kita mempercayai Firman Allah, mari kita
mengikuti langkah-langkah tulisan Paulus, yang ditulis oleh ilham Roh Kudus,
agar kita boleh menjalin hubungan dengan Allah melalui Kristus.
Mari kita berdoa.
19 06 22
No comments:
Post a Comment