THE
BOOK OF HEBREWS
Part 11/14 – Walter Veith
CHAPTER 10 ~ ONCE FOR ALL
https://www.youtube.com/watch?v=rC2f8DFV-0I
Dibuka dengan doa
I think the title says it all about chapter 10, so let's dive right into it.
I want to start with a statement from Patriarchs
and Prophets, that is a pretty good summary I think of what we have done so
far.
“The Saviour typified
in the rites and ceremonies
of the Jewish Law is the very same that is revealed in the gospel. The clouds that enveloped His divine form have rolled back; the
mists and shades have
disappeared; and Jesus, the world’s Redeemer,
stands revealed. He who proclaimed the Law from Sinai, and delivered to Moses the precepts of the ritual
Law, is the same that spoke the Sermon on the Mount.
The great principles of love to God, which He set forth
as the foundation of the Law and
the Prophets, are only a reiteration of what
He had spoken through
Moses to the Hebrew people: ‘Hear, O Israel:
The Lord our God is one Lord: and thou shalt love the Lord thy God with
all thine heart, and with all
thy
soul, and with all
thy
might.’
(Deuteronomy 6:4-5). ‘Thou
shalt love thy neighbor as thyself.’
(Leviticus 19:18). The teacher is the same in both dispensations. God’s claims are the same. The principles of His government are the same. For all proceed from Him ’with whom is no variableness,
neither shadow of turning.’ (James 1:17)...” (Patriarchs and Prophets pg. 373)
I think this is a summary of the entire book of Hebrews.
Menurut saya judul pelajaran ini sudah menjelaskan
tentang pasal 10, jadi mari langsung kita kupas. Saya mau mulai dengan
pernyataan dari Patriarchs
and Prophets, menurut
saya ini adalah rangkuman yang bagus dari apa yang sudah kita pelajari sejauh
ini.
“…Sang Juruselamat yang
disimbolkan dalam ritual-ritual dan upacara-upacara menurut Hukum Yahudi, adalah Sosok yang sama yang diungkapkan di injil.
Awan-awan yang menyelubungi bentukNya yang Ilahi telah digulung ke belakang,
kabut dan bayangan telah lenyap, dan
Yesus Sang Penebus dunia tampil, dinyatakan. Dia yang
mengumandangkan Hukum dari Sinai dan menyampaikan kepada Musa
ketentuan-ketentuan Hukum ritual, adalah Sosok yang sama yang memberikan
Khotbah di atas Bukit. Prinsip-prinsip agung tentang kasih kepada Allah, yang
ditetapkanNya sebagai fondasi dari kitab-kitab Hukum dan tulisan para Nabi,
hanyalah pengulangan dari apa yang telah diucapkanNya kepada orang-orang Ibrani
melalui Musa, ‘4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN Allah
kita adalah satu TUHAN! 5 Dan kamu harus mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.’ (Ulangan
6:4-5). ‘kamu harus mengasihi
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…’ (Imamat 19:18). Gurunya sama dalam kedua zaman itu. Tuntutan-tuntutan
Allah pun sama. Prinsip-prinsip pemerintahanNya sama. Karena semuanya berasal
dari Dia, ‘yang padaNya tidak ada
perubahan maupun bayangan perubahan.’ (Yak. 1:17)…” (Patriarchs
and Prophets hal. 373)
Menurut saya ini adalah
rangkuman dari keseluruhan kitab Ibrani.
We’ve already discussed the statement “the Lord our
God is one Lord”, the אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym], where אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] is in the plural.
Kita sudah membahas pernyataan "TUHAN Allah kita adalah satu TUHAN!”, Sang אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym], di mana אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] itu dalam bentuk jamak.
Christ's sacrifice once for all.
Hebrews 10:1-4
Let's start with verse 1 in Hebrews 10, “1 For the Law having a shadow
of good things to come, and not the very image of the things, can never with
those sacrifices which they offered year by year continually make the comers
thereunto perfect. 2 For then would they not have ceased to be
offered, because that the worshippers once purged should have had no more
conscience of sins? 3 But in those sacrifices there is a remembrance
again made of sins every year. 4 For it is not possible that the
blood of bulls and of goats should take away sins.”
That is a pretty clear opening statement.
The Law was a
shadow of the good things to come, and not the
very image of the things. It was just a shadow, it was not the Substance, and therefore
those sacrifices no matter how numerous, and how important, and how
typical, were
not the means to take away sin. Only the blood of Christ has the
efficacy to do that.
Kurban Kristus satu kali bagi semua manusia.
Ibrani 10:1-4
Mari kita mulai dengan ayat 1 Ibrani 10, “1 Karena
Hukum adalah bayangan dari hal-hal baik yang akan datang, dan bukan gambar hal-hal itu sendiri, sehingga dengan kurban-kurban
yang mereka persembahkan dari tahun ke tahun terus-menerus itu tidak akan pernah membuat mereka yang datang
kepadanya menjadi sempurna. 2 Sebab
andai demikian,
tidakkah kurban-kurban itu akan berhenti
dipersembahkan, karena orang-orang yang beribadah
itu setelah disucikan satu kali, tidak lagi akan memiliki kesadaran akan dosa? 3 Tetapi di kurban-kurban itu
ada peringatan lagi akan dosa yang dibuat setiap tahun. 4 Sebab
tidak mungkin darah lembu jantan dan darah kambing bisa menghapuskan dosa.”
Ini adalah pernyataan pembuka yang sangat jelas.
Hukum adalah
bayangan dari hal-hal baik yang akan datang, dan bukan gambaran hal-hal
itu sendiri. Itu hanya suatu bayangan, bukan Substansinya. Dan oleh karena itu,
semua kurban itu
tidak peduli seberapa pun banyaknya, dan seberapa pentingnya, dan seberapa
tipikalnya, bukanlah sarana
untuk menyingkirkan dosa. Hanya darah Kristus yang memiliki
kemampuan untuk melakukannya.
Hebrew 10:5-7
So the question is, what can take away sin? We've already answered that,
but let's read it in the book of Hebrews. Hebrews 10:5, “5
Wherefore when He cometh into the world, He saith, ‘Sacrifice and offering Thou
wouldest not, but a body hast Thou prepared Me. 6 In burnt offerings
and sacrifices for sin Thou hast had no pleasure.’ 7 Then said I,
‘Lo, I come (in the volume of the book it is written of Me,) to do Thy will, O
God.”
He's quoting
from Psalms 40, so let's read verse 6, “6
Sacrifice and offering Thou didst not desire; Mine ears hast Thou opened. Burnt
offering and sin offering hast Thou not required…” So what does this quote actually mean that Paul is quoting here from the
book of Psalms?
Well, this word “(Mine
ears hast Thou) opened” is כָּרָה [kârâh],
a primitive root, properly to dig;
figuratively to plot; generally to bore or to open; to make open.
Now what does
this mean, “to bore” and “make open”?
Verse 7 says, “7
Then said I, ‘Lo, I come: in the volume of the book it is written of Me…” Verse 8 says, “…8 I
delight to do Thy will, O My God: yea, Thy Law is within My heart.”
Ibrani 10:5-7
Maka pertanyaannya
ialah, apa yang bisa menyingkirkan dosa? Kita sudah menjawab itu, tetapi mari
kita baca lagi kitab Ibrani. Ibrani
10:5, “5 Karena itu
ketika Ia datang ke dunia, Ia berkata,
‘Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, tetapi Engkau telah menyediakan
sebuah tubuh bagiKu. 6 Dengan kurban bakaran dan kurban untuk dosa Engkau tidak
berkenan.’ 7 Lalu Aku berkata, ‘Lihat,
Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku, untuk melakukan
kehendak-Mu, ya Allah.’…”
Dia mengutip dari Mazmur 40.
Jadi mari kita baca ayat 6, “6 Kurban
dan persembahan tidak Engkau dambakan. Engkau
telah membuka telingaKu.
Kurban bakaran dan kurban untuk dosa tidak Engkau
tuntut…” Jadi apa arti
kutipan ini yang dikutip Paulus di sini dari kitab Mazmur?
Nah kata ini “…(Engkau telah) membuka (telingaku)” adalah כָּרָה [kârâh],
suatu
akar kata, tepatnya menggali; arti kiasannya merancang; secara umum melubangi
atau membuka, membuat terbuka.
Nah, apa artinya ini, “melubangi” dan “membuat terbuka”?
Ayat 7 berkata, “…7 Lalu
Aku berkata, ‘Lihat, Aku datang; dalam
gulungan kitab ada tertulis tentang Aku…” Ayat 8 berkata, “…8 Aku suka
melakukan kehendak-Mu, ya AllahKu; iya, Hukum-Mu ada di dalam hati-Ku.”
So let's have a
look at what Wesley has to say about these verses. “Sacrifice
~ these and the following words may in
an improper sense belong to the time of David; when God might be said not to
desire or require legal sacrifices comparatively. Thou didst desire obedience rather than sacrifices,
but in a proper sense they belong only to the person and the times of the Messiah.
And so the sense is, God did not desire or
require them for the satisfaction of His own justice, and the expiation of
men's sins, which could not possibly be
done by the blood of bulls or goats, but
only by the blood of Christ which was typified by them, and which Christ came
into the world to shed, in pursuance of His Father's will, as it here follows…”
and then he quotes Psalms 40:6-8. So here is a prediction concerning the
cessation of the legal sacrifice and the substitution of a better instead of
them.
Jadi marilah kita simak apa yang dikatakan Wesley tentang ayat-ayat ini. “…Kurban ~ ini dan kata-kata berikutnya dalam pengertian yang terbatas, bisa berasal dari zaman Daud; ketika dikatakan Allah tidak menginginkan atau minta kurban-kurban yang ditentukan, sebagai perbandingan. Engkau lebih menginginkan penurutan daripada kurban-kurban. Tetapi dalam pengertian yang sejati mereka adalah milik Sang Messias dan berlaku untuk zamanNya. Maka pengertiannya ialah Allah tidak menginginkan atau menuntut mereka demi memuaskan keadilanNya Sendiri dan guna penghapusan dosa-dosa manusia, yang tidak bisa dilakukan oleh darah lembu jantan atau kambing, tetapi hanya oleh darah Kristus yang dilambangkan oleh mereka. Dan untuk itulah Kristus datang ke dunia, untuk mencurahkan darahNya, demi melakukan kehendak BapaNya, seperti yang dikatakan berikut ini…” lalu dia mengutip Mazmur 40:6-8. Jadi di sini ada amaran tentang akan dihentikannya kurban-kurban yang ditentukan dan penggantiannya dengan Kurban yang lebih baik daripada mereka.
“Opened” (Heb. “bored”), I have devoted Myself to Thy perpetual service
and Thou hast accepted Me as such, and signified so much by the boring of Mine
ears according to the Law and custom in that case (Exodus 21:5-6). The 70 Jewish
interpreters whom the apostle follows (Hebrews 10:5) translate these words ‘a body has Thou prepared for Me’.
“Membuka” (Bah. Ibrani
“melubangi”). Aku telah mendedikasikan DiriKu kepada pelayananMu yang
terus-menerus dan Engkau telah menerima Aku demikian, dan menandakannya dengan
jelas dengan melubangi telingaKu menurut Hukum dan kebiasaan dalam hal itu
(Keluaran 21:5-6). Ke-70 penerjemah Yahudi yang diikuti para rasul (Ibrani
10:5) menerjemahkan kata-kata ini, “Engkau
telah menyediakan sebuah tubuh bagiKu.”
So let's go to
those verses in Exodus where it talks about the ear being bored through.
Verse 1 in
chapter 21 says, “1 Now these are the judgments
which thou shalt set before them. 2 If thou buy an Hebrew servant,
six years he shall serve: and in the seventh he shall go out free for nothing. 3
If he came in by himself, he shall go out by himself; if he were married, then
his wife shall go out with him. 4 If his master have given him a
wife, and she have born him sons or daughters; the wife and her children shall
be her master's, and he shall go out by himself. 5 And if the
servant shall plainly say, ‘I
love my master, my wife, and my children; I will not go out free.’ 6 Then his master shall bring him unto the judges; he shall also bring
him to the door, or unto the door post; and his master shall bore his ear
through with an aul; and he shall serve him for ever.”
Mari kita ke ayat-ayat tersebut di Keluaran di mana dibicarakan tentang telinga yang dilubangi tembus. Ayat 1 pasal 21 mengatakan, “1 Nah, inilah peraturan-peraturan yang harus kausodorkan kepada mereka. 2 Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, enam tahun ia akan melayani, dan pada tahun yang ketujuh ia akan bebas untuk pergi dengan cuma-cuma. 3 Jika ia datangnya seorang diri, maka ia akan keluar seorang diri; jika ia sudah kawin, maka isterinya akan keluar bersama-sama dengan dia. 4 Jika tuannya telah memberikan kepadanya seorang isteri, dan perempuan itu telah melahirkan anak-anak lelaki atau perempuan baginya, maka perempuan itu dengan anak-anaknya akan menjadi kepunyaan tuannya, dan budak laki-laki itu akan keluar seorang diri. 5 Tetapi jika budak itu dengan jelas berkata, ‘Aku mencintai tuanku, isteriku dan anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka,’ 6 maka tuannya itu akan membawanya menghadap hakim-hakim, dia juga akan membawanya ke pintu atau ke kosen pintu, dan tuannya itu akan melubangi telinganya sampai tembus dengan alat penusuk, dan budak itu akan melayani tuannya untuk selamaya.”
Now this is an
amazing rite that existed in the times of the Old Testament and it has a
very-very deep meaning. So if we can summarize:
v six years he shall serve,
v and the seventh he shall go free.
So such a Hebrew
slave have forfeited his land and property because of poverty and debt, and had
been bought by the one who redeemed him. After six years he could return to his
former life, or he could choose to stay with his master and serve him according
to his master's will forever.
Nah, ini adalah ritual yang mengagumkan yang ada di zaman
Perjanjian Lama, dan ini punya arti yang amat sangat dalam. Maka jika bisa kita
rangkum:
v enam tahun dia akan melayani,
v dan tahun ketujuh dia akan
bebas untuk pergi.
Jadi seorang budak Ibrani seperti ini telah kehilangan
tanahnya dan hartanya karena kemiskinan dan utang, dan telah dibeli oleh orang
yang menebusnya. Setelah enam tahun dia boleh kembali ke hidupnya
yang lama, atau dia boleh memilih untuk tetap tinggal bersama majikannya dan
melayaninya sesuai kehendak majikannya untuk selamanya.
So the question
is, is there a greater truth embedded in this story?
I love my Master,
I will not go, I will serve Him forever. “I delight to do
Thy will, Thy Law is within my heart.” (Psa. 40:8). Isn't this the cry of the New Covenant? There is no life so free as that of the
bond slave to Jesus.
Jadi pertanyaannya
ialah, apakah ada kebenaran yang lebih besar yang terpendam dalam kisah ini?
Aku mencintai
Majikanku, aku tidak akan pergi, aku akan melayani Dia selamanya.
“8 Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya AllahKu; iya, Hukum-Mu ada di dalam hati-Ku." (Mazmur
40:8). Bukankah ini suatu seruan dari Perjanjian yang Baru?
Tidak ada kehidupan yang
sedemikian bebasnya selain hidup seorang yang menjadi budak Yesus.
If we can
summarize it, so the story is actually a plan of salvation in miniature, and it has so many
beautiful components. So if somebody was in abject poverty, and could not
sustain his life, then someone could redeem him and he could serve him six
years, and the seventh he had to let him go free. But if he married during
those six years and had offspring, a wife and children, those were to be left
behind with the one who had redeemed them, and he had to go out by himself. But if he loved his master, then he
could stay and he would be part of that family, and he would serve him according
to the rules and regulations of the master. But he wouldn't again go back to
poverty and debt. So basically he had eternal redemption.
Jika kita bisa
merangkumnya, maka kisah ini
sesungguhnya adalah rancangan keselamatan dalam bentuk miniatur, dan mengandung
begitu banyak komponen yang indah. Jadi jika seseorang
dalam kondisi sangat melarat dan tidak bisa mempertahankan hidupnya, lalu ada yang bisa menebusnya dan dia bisa
melayani penolongnya enam tahun, dan tahun ketujuh penolongnya harus
melepaskannya. Tetapi jika dalam waktu enam tahun itu dia kawin dan punya
keturunan, maka istri dan anak-anaknya harus ditinggalkan pada orang yang telah
menebusnya, dan dia harus pergi sendiri. Tetapi jika dia mencintai majikannya,
maka dia bisa tinggal dan menjadi bagian dari keluarga itu, dan dia akan
melayani majikannya menurut peraturan dan ketetapan majikannya. Tetapi dia
tidak akan kembali lagi ke kemiskinan dan utang. Jadi pada dasarnya dia mendapatkan penebusan kekal.
Now it cuts two
ways when we look at the story of Jesus.
v Jesus too became a bond slave to the Father
for eternity,
because He too loved the Father, and
delighted to do His will. So He wanted to stay with the Father.
v Did the Father
give Him a bride?
The answer is, Yes, He gave Him a
bride.
v And He loved
this bride.
He loved His wife that the Father
gave Him.
v And so He is a
bond slave to righteousness forever.
v Now the six years
and the seventh year.
If we can stir a little bit, is of course indicative of the 6’000
years and the 1’000 years. So it is the plan of redemption that runs
according to the cosmic week which all the pioneers and the Spirit of
Prophecy believed in.
Nah, ini bisa berlaku dua arah, bila kita melihat kisah
Yesus.
v Yesus juga menjadi
budak Bapa untuk kekekalan,
Karena Dia
juga mencintai Bapa, dan suka melakukan kehendakNya. Maka Dia mau tinggal
bersama Bapa.
v Apakah Bapa
memberinya seorang mempelai?
Jawabannya
iya, Bapa memberinya seorang mempelai.
v Dan Dia
mencintai mempelai ini,
Dia
mencintai istriNya yang diberikan Bapa kepadaNya.
v Maka Dia
adalah budak kepada kebenaran untuk selamanya.
v Sekarang tentang enam
tahun dan tahun ketujuh.
Jika kita
boleh mengaduknya sedikit, tentu saja ini mengindikasikan ke-6’000 tahun dan 1’000 tahun. Jadi ini
adalah rancangan penebusan yang dihitung berdasarkan minggu kosmik yang diyakini semua pioner
dan Roh Nubuat.
So if we
continue with Psalms 40 we read verse 10,
“10 I
have not hid Thy righteousness within My heart; I have declared Thy
faithfulness and Thy salvation; I have not concealed Thy lovingkindness and Thy
truth from the great congregation. 11 Withhold not Thou Thy tender
mercies from Me, O LORD; let Thy lovingkindness and Thy truth continually
preserve Me.”
This is of
course Messianic, but it also applies to those who accept the truth. They
should also not hide the righteousness of Christ within their hearts, they
should declare the faithfulness of His salvation. They should not conceal the
lovingkindness and the truth from the great congregation nor should they
withhold Thy tender mercies.
So this applies
to Christ in the first place, and in the second place to His
followers.
Maka kalau kita lanjut dengan Mazmur 40, kita baca ayat
10, “10 Aku tidak menyembunyikan
kebenaranMu dalam hatiKu; Aku telah
menyatakan kesetiaan-Mu dan keselamatanMu; Aku
tidak menyembunyikan
kasih kemurahan-Mu dan kebenaran-Mu dari jemaah yang besar. 11 Janganlah
Engkau, menahan rahmat kemurahan-Mu dariKu, O,
TUHAN; biarlah kasih-kemurahanMu dan kebenaran-Mu terus-menerus
melestarikan
Aku.”
Tentu saja ini
Messianik, tetapi ini juga bisa diaplikasikan kepada mereka yang menerima
kebenaran. Mereka juga tidak boleh menyembunyikan kebenaran Kristus di dalam
hati mereka. Mereka harus menyatakan kesetiaan keselamatanNya. Mereka tidak
boleh menutupi kasih kemurahan dan kebenaranNya dari jemaat besar; maupun
mereka tidak boleh menahan rahmat kemurahanNya.
Jadi ini pertama diaplikasikan kepada Kristus,
dan kedua kepada
pengikut-pengikutNya.
Hebrews 10:8-9
If we continue with Hebrews chapter 10, “8 Above when He said,
‘Sacrifice and offering and burnt offerings and offering for sin Thou wouldest
not, neither hadst pleasure therein; which are offered by the Law.’ 9
Then said He, ‘Lo, I come to do Thy will, O God.’ He taketh away the first,
that He may establish the second.”
So the sacrificial system that was a shadow that pointed to Christ when the
Substance came, when “a body was
prepared for Him”, a human body, when the God of the universe
condescended to take the form of humanity, that is when the sacrificial system
was taken away because it was fulfilled in the one sacrifice, the once
for all sacrifice which was the sacrifice of Jesus Christ.
Ibrani 10:8-9
Jika kita lanjut dengan Ibrani pasal 10, “8 Di atas
ketika Ia berkata, ‘Kurban dan persembahan, dan kurban bakaran dan kurban untuk dosa tidak Engkau kehendaki, dan juga Engkau tidak berkenan kepadanya, yang dipersembahkan menurut Hukum.’ 9
Lalu kemudian kata-Nya, ‘Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu,
O Allah.’ Ia menyingkirkan yang pertama
supaya Ia boleh mendirikan yang kedua…”
Maka sistem kurban ini adalah bayangan yang menunjuk kepada Kristus.
Ketika Substansi itu datang, ketika “sebuah tubuh disediakan bagiNya”, sebuah tubuh manusia, ketika Allah alam semesta
berkenan mengambil bentuk manusia, itulah ketika sistem kurban disingkirkan
karena itu digenapi dengan satu kurban, kurban yang satu kali bagi semua manusia, yaitu kurban
Yesus Kristus.
So when verse 9 says, “… ‘I
come to do Thy will, O God.’ He taketh away the first, that He may establish
the second.”
Then the question we have to ask is, if it be taken away, can it then still
be in effect? And obviously the answer is No! Because if it's gone, it cannot
be in effect.
So if someone wants to reestablish the sacrificial system,
let's say in a third temple situation, that would be an absolute denial of the
Substance, it would be a return to the shadows, because the shadow has
been taken away to establish the second.
Maka ketika ayat 9 berkata, “Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, O
Allah.’ Ia menyingkirkan yang pertama supaya
Ia boleh mendirikan yang kedua.”
Maka pertanyaan
yang harus kita ajukan ialah, jika itu disingkirkan, apakah itu masih berlaku?
Dan jelas jawabannya ialah Tidak! Karena kalau itu sudah tidak ada, itu tidak
bisa berlaku.
Jadi kalau ada
orang mau mendirikan lagi sistem kurban,
katakanlah dalam kondisi Bait Suci yang ketiga, itu adalah penyangkalan mutlak terhadap Substansinya,
itu kembali ke bayangan-bayangan, karena bayangan sudah disingkirkan demi
mendirikan yang kedua.
Hebrews 10:10-12
Verse 10 says, “10 By the which will we are sanctified
through the offering of the body of Jesus Christ once for all. 11
And every priest standeth daily ministering and offering oftentimes the same
sacrifices, which can never take away sins…” And then this big word “…12
But this Man…” referring to Christ, “…
after He had offered one sacrifice for sins for ever, sat down on the right
hand of God.”
So in the light of these, can we say mission accomplished? Can we say, no
more need for sacrifices? I think it cannot be stated any clearer than it is
stated right here in Hebrews chapter 10.
Ibrani 10:10-12
Ayat 10 mengatakan, “10 Oleh kehendak-Nya
inilah kita telah dikuduskan melalui persembahan tubuh Yesus Kristus satu kali
untuk selama-lamanya. 11 Dan
setiap imam setiap hari berdiri melayani dan sering mempersembahkan
kurban yang sama, yang tidak pernah bisa menghapuskan
dosa…” Kemudian kata yang
besar ini, “…12 Tetapi Manusia ini…” merujuk ke Kristus, “…setelah Dia mempersembahkan satu kurban untuk
dosa selamanya, duduk di sebelah tangan kanan
Allah.”
Maka sehubungan dengan ini, bisakah kita berkata bahwa misi sudah tercapai? Bisakah kita
berkata, tidak perlu lagi ada kurban? Menurut saya tidak bisa dinyatakan lebih
jelas lagi daripada yang tertulis di sini di kitab Ibrani pasal 10 ini.
Hebrews 10:13-15
Verse 13 says, “13
From henceforth expecting till His enemies be made His footstool. 14
For by one offering He hath perfected for ever them that are sanctified. 15
Whereof the Holy Ghost also is a witness to us: for after that, He had said
before…”
So one sacrifice has forever consumed the types and embodied them in the
Substance.
Romans 6:9 says, “9 Knowing that Christ being
raised from the dead dieth no more; death hath no more dominion over Him…” It is absolutely crystal clear that Paul has emphatically stated that there
was one sacrifice, no more dying, no more sacrifice needed. It is the one
perfect culminating sacrifice.
Ibrani 10:13-15
Ayat 13 berkata, “ 13 Mulai sekarang
menantikan hingga musuh-musuh-Nya dijadikan
tumpuan kaki-Nya. 14 Sebab oleh satu kurban Ia telah menyempurnakan
untuk selama-lamanya mereka yang dikuduskan.
15 Tentang hal itu Roh Kudus juga adalah
saksi bagi kita; karena setelah itu, Dia telah berkata sebelumnya…”
Jadi satu kurban telah menggenapi semua tipe untuk
selamanya dan mewujudkan mereka di dalam Substansinya.
Roma 6:9 berkata, “…9 Mengetahui bahwa Kristus, sesudah Ia dibangkitkan
dari antara orang mati, tidak mati lagi. Kematian
tidak berkuasa lagi atas Dia…” Sangat jelas bahwa Paulus dengan tegas menyatakan bahwa
hanya ada satu kurban, tidak mati lagi, tidak diperlukan kurban lagi. Ini
adalah kurban satu-satunya yang puncak dan sempurna.
Now let's turn to the Catholic News Agency (CNA) and ask them about the
sacrifice of the mass. This is lesson 24 on “The Sacrifice of the Mass”.
Question
917: what
is the mass?
Answer: The
mass is the unbloody sacrifice of the body and blood of Christ.
Question 919: what is the sacrifice?
Answer: A sacrifice is the offering of an
object by a priest to God alone, and the consuming of it to acknowledge that He
is the Creator and Lord of all things.
Question 920: is the mass the same sacrifice as that offered
of the cross?
Answer: The mass is the same sacrifice as that
of the cross.
One stands absolutely astounded. How is it possible? How is it even
remotely possible that the Scriptures can be so wrested from its meaning, that
an institution can again implement a sacrificial system ~ even though it is not
the sacrifice of an animal, it has exactly the same meaning ~ it is the
same sacrifice as that of the cross!
And even more astounding how could the Protestant world take this upon
itself, and introduce the same system as in the Anglican confession?
And even more astounding how can the rest of the Protestant world assumed
to even partake in a joint eucharistic celebration, knowing that they are
putting Christ to shame all over again?
It is absolutely astounding!
Nah, mari kita ke Catholic News Agency (CNA) dan bertanya kepada mereka
tentang kurban di misa. Ini pelajaran no. 24 tentang “Kurban di Misa”.
Pertanyaan 917: Misa itu apa?
Jawab: Misa adalah kurban tanpa darah
dari tubuh dan darah Kristus.
Pertanyaan 919: Kurban
itu apa?
Jawab: Kurban
adalah persembahan sesuatu yang dilakukan oleh seorang imam kepada Allah saja,
dan melakukan itu ialah mengakui bahwa Dialah Sang Pencipta dan Tuhan dari
segala sesuatu.
Pertanyaan 920: Apakah
misa itu kurban yang sama dengan yang dipersembahkan di salib?
Jawab: Misa
adalah kurban yang sama dengan yang di salib.
Ini sungguh mengherankan. Kok bisa? Bagaimana bisa Kitab
Suci diselewengkan sedemikian dari artinya, bahwa sebuah institusi bisa
mengimplementasikan lagi suatu sistem kurban ~ walaupun itu bukan kurban dengan
hewan, maknanya persis sama ~ itu
adalah kurban yang sama dengan yang di salib!
Dan bahkan lebih mengherankan lagi, bagaimana bisa dunia
Protestan mengambil inisiatif sendiri dan memperkenalkan sistem yang sama ini
seperti yang terjadi di iman Anglikan?
Dan bahkan lebih mengherankan lagi bagaimana mungkin
dunia Protestan lainnya menerima bahkan mau ikut mengambil bagian dalam
suatu perayaan Ekaristi gabungan, padahal mereka tahu mereka sedang kembali mempermalukan Kristus
sekali lagi. Sungguh sangat mengherankan!
So having taken away the Old and established the New we are living in a New Covenant dispensation
and this Covenant as we have already discussed is the “I” Covenant, so where is
the boasting on our behalf or on our side?
Jadi setelah
menyingkirkan yang Lama dan mendirikan yang Baru, kita sekarang hidup di era Perjanjian yang Baru,
dan Perjanjian ini seperti yang sudah kita bahas adalah Perjanjian “Aku”, jadi di mana kesombongannya di pihak
kita?
Romans 3:26 says, “26 To
declare, I say, at this time His righteousness: that He might be just, and the
justifier of him which believeth in Jesus. 27 Where is boasting
then? It is excluded. By what Law? Of works? Nay! But by the Law of faith….” Again this cuts directly across The Joint Declaration on Justification where
works are part and parcel of the agreement. “…27
Where is boasting then? It is excluded. By what Law? Of works? Nay! But by the
Law of faith…”
So if we boast, let us boast in the matchless beauty of our Savior, not in
any merit of our own. Christ within enables to delight in His will, to
serve Him out of love, to delight to do all things written in the roll of the
book of His will.
So when Jesus said, “I delight to do
Thy will.” (Psa. 40:8). “A body Thou has
prepared for Me” (Heb. 10:5) the exact same
thing applies to us too. We should also delight to do His will in the flesh.
Roma 3:26 mengatakan, “ 26 untuk menyatakan,
kataku, pada masa ini kebenaranNya,
supaya Ia bisa berbuat adil dan adalah Pembenar dari orang yang percaya dalam Yesus. 27 Jika
demikian, di mana yang disombongkan? Tidak
ada! Berdasarkan Hukum apa? Dari perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan Hukum iman! …”
Jadi kalau kita menyombong, marilah kita menyombong
tentang keindahan yang tak terperi dari Juruselamat kita, bukan dalam perbuatan
baik apa pun dari diri kita sendiri. Kristus
di dalam kita memampukan kita untuk gemar dalam kehendakNya, untuk melayani
Dia demi kasih, untuk gemar melakukan segala yang tertulis dalam gulungan kitab
kehendakNya.
Maka ketika Yesus berkata, “…Aku suka melakukan kehendak-Mu” (Maz.
40:8) “Engkau telah menyediakan sebuah tubuh bagiKu” (Ibr. 10:5) hal yang persis sama berlaku bagi kita juga. Kita juga
harus gemar melalukan kehendakNya dalam hidup ini.
Hebrews 10:16-18
So if we read again what he says about this Covenant, Hebrews 10:16, “16 ‘This
is the Covenant that I will make with them after those days,’ saith the Lord, ‘I
will put My Laws into their hearts, and in their minds will I write them; 17
And their sins and iniquities will I remember no more.’ 18 Now where
remission of these is, there is no more offering for sin.”
So again he reiterates in verse 18 that there's no more offering for sin,
because by one offering He has forever made perfect. After all this is
not ordinary blood, this is the blood of the Redeemer, of the Creator.
Ibrani 10:16-18
Jadi jika kita
baca lagi apa yang dikatakan Paulus tentang Perjanjian ini, Ibrani
10:16, “16
‘Inilah Perjanjian yang akan Kubuat dengan
mereka sesudah waktu itu,’ firman Tuhan, ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku di dalam
hati mereka dan dalam pikiran mereka akan Aku tulis mereka,
17 dan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan
mereka tidak akan Aku ingat lagi.’ 18
Jadi di mana ada pengampunan semuanya itu, tidak perlu lagi ada persembahan kurban untuk
dosa.”
Maka kembali Paulus mengulangi di ayat 18 bahwa tidak ada lagi persembahan untuk
dosa karena dengan satu persembahan Dia sudah menjadikannya sempurna
untuk selamanya. Toh ini bukan darah biasa, ini darah Sang Penebus, darah Sang
Pencipta.
Isaiah 51:7, “7
Hearken unto Me, ye that know righteousness, the people in whose heart is My
Law; fear ye not the reproach of men, neither be ye afraid of their revilings.”
This is the whole object. The Law hasn't been removed, it has been
placed within the hearts of men. But it is a New Covenant based on what GOD
can do IN us, and not on what we can do
in our own strength.
Yesaya 51:7, “7
Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengetahui apa yang benar, bangsa yang di hatinya terdapat Hukum-Ku; janganlah takut celaan manusia, dan janganlah kamu takut pada
cacian mereka.”
Inilah seluruh tujuannya. Hukum tidak pernah disingkirkan, itu sudah ditempatkan di dalam hati
manusia. Tetapi ini
adalah Perjanjan yang Baru yang berdasarkan pada apa yang bisa ALLAH lakukan
DALAM kita, dan bukan pada apa yang bisa kita lakukan dengan kekuatan kita
sendiri.
So what does this mean about faith and assurance of faith? If we are in
Christ ~ and the fruits will show whether we are in Christ or not ~ then we
have assurance through faith. So the Christian dispensation in Matthew 27:51
says the following, “51
And, behold, the veil of the temple was rent in twain from the top to the
bottom; and the earth did quake, and the rocks rent.”
In other words this new amazing way was opened up, a direct access to the throne of God.
Jadi apa artinya ini tentang iman dan kepastian iman? Jika kita dalam Kristus ~ dan buahnya akan membuktikan apakah kita dalam Kristus atau tidak ~ maka kita punya kepastian melalui iman. Jadi era dispensasi Kristen di Matius 27:51, mengatakan yang berikut, “51 Dan lihatlah, Tabir Bait Suci tercabik dua dari atas sampai ke bawah; dan bumi berguncang, dan bukit-bukit batu terbelah…”
Dengan kata lain, jalan baru yang mengagumkan ini
dibuka, suatu akses langsung ke takhta Allah.
Hebrews 10:19-21
That's why Hebrews 10:19 continues, “19
Having therefore, brethren, boldness to enter into the Holiest by the blood of
Jesus, 20 by a new and living way, which He hath consecrated for us,
through the Veil, that is to say, His flesh; 21 And having an High
Priest over the house of God...” direct access to
God, no need of an intermediary priesthood. It is absolutely crystal clear in
the Bible that the way to God is through Christ without any mediator, because “there is One Mediator between God and
man, the Man Christ Jesus”.
Ibrani 10:19-21
Itulah mengapa Ibrani 10:19
melanjutkan, “19 Oleh karena itu, saudara-saudara, dengan memiliki keberanian untuk masuk ke Bilik Mahakudus oleh darah
Yesus, 20 melalui jalan hidup yang baru, yang telah dikuduskanNya bagi kita, melewati tabir, yaitu daging-Nya; 21 dan dengan mempunyai
seorang Imam Besar yang mengepalai Rumah
Allah.” akses langsung ke
Allah, tidak butuh keimamatan perantara. Sangat jelas di Alkitab bahwa jalan ke
Allah ialah melalui Kristus, tanpa perantara apa pun karena, “5
…satu Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
Manusia Kristus Yesus.” (1 Tim.
2:5)
So this boldness, this new and living way, this faith based upon immutable
promises, leads to good works and fellowship of the Redeemer. It must have
shaken to the core the early Christians who were wavering between Judaism and
Christianity. Imagine how difficult it was. They were so steeped in their
ritualism. And the problem was that their rituals had been encumbered with hoardes and
loads of extra rules and regulations and fastings which were never ordained by
God in His Word; they were based on tradition and they were a load that
was placed upon the people. They had the strangest rules and the strangest
regulations, for example on the Sabbath day you were not allowed in the morning
when you woke up, to rub your eyes, because that was considered work. There
were so many rules and regulations that they had to keep, and if they broke
them or were found to have broken them, they were subject to severe penalties,
even lashings. Nowhere in the Word of God do you find any of those. And the
ceremonial Law, which had been ordained by God, which was supposed to be a
delight and a joy, became an absolute burden.
So those early Christians that had to wrest themselves from these rituals
that had been encumbered by all of these additional Laws, must have found it a
relief on the one hand, and on the other hand an object of great confusion.
Jadi keberanian ini, jalan hidup yang baru ini, iman yang
berdasarkan pada janji-janji yang tidak berubah, menuntun kepada
perbuatan-perbuatan baik dan persekutuan dengan Sang Penebus. Pastilah itu
telah mengguncang orang-orang Kristen mula-mula sampai ke dasarnya, bagi mereka
yang bimbang antara Yudaisme dan Kekristenan. Bayangkan betapa sulitnya itu.
Mereka begitu terbenam dalam ritualisme. Dan masalahnya ialah ritual-ritual mereka sudah
dibebani dengan bertumpuk-tumpuk peraturan dan ketentuan tambahan dan
puasa-puasa yang tidak pernah ditetapkan oleh Allah dalam FirmanNya;
mereka berdasarkan tradisi dan itu beban yang berat yang dibebankan kepada
umat. Mereka membuat peraturan-peraturan yang paling aneh dan
ketentuan-ketentuan yang paling ajaib, misalnya pada hari Sabat, jika orang
bangun pada pagi hari, dia dilarang mengucek matanya karena itu dianggap
melakukan pekerjaan. Ada begitu banyak peraturan dan ketentuan yang harus
mereka patuhi, dan jika mereka melanggarnya atau ketahuan melanggarnya, mereka
dikenai hukuman yang berat, bahkan dicambuk. Tidak ada di Firman Allah tentang
hal-hal itu. Dan Hukum seremonial yang ditetapkan oleh Allah, yang seharusnya
menjadi kesenangan dan sukacita, benar-benar menjadi beban.
Jadi orang-orang Kristen mula-mula ini, yang harus bergumul
untuk melepaskan diri mereka dari ritual-ritual yang memberatkan dengan semua
peraturan tambahan ini, tentunya di satu pihak merasa lega, dan di pihak lain itu
menjadi objek yang membingungkan.
No wonder there was so much turmoil about this issue in the early church.
And even Paul who stated categorically that circumcision was nothing and uncircumcision
was nothing, but obedience to God was of paramount importance, even he succumbed
to the pressure of the people around him, and had his fellow people circumcised
in order to conform to the rituals.
Tidak mengherankan ada begitu banyak pergolakan di gereja
mula-mula tentang isu ini.
Dan bahkan Paulus yang menyatakan dengan jelas bahwa
sunat itu bukan apa-apa dan tidak sunat itu bukan apa-apa, tetapi kepatuhan
kepada Allah itulah yang paling penting, bahkan dia pun tunduk kepada tekanan
orang-orang di sekitarnya dan menyuruh rekan-rekannya disunat supaya sesuai
dengan ritual-ritual itu.
It must have been a very difficult time. So should they continue with the
form or go forward with the Substance, this was the issue. Should they go back
from glory to ritual or should they proceed from ritual to glory? Should they
boldly enter into the Holiest by the blood of the Lamb, by a new and living way
without the intervention of a priest, subject to like passions such as we are,
and rather turn to the great High Priest in whom there was no sin and by whom
alone we have access to God? These are the issues. And the human mind loves to be comforted in a
sphere that he can touch and feel and experience. This new and living way was
by faith and faith alone, and many people struggle with that. They love
their rituals, the ritual makes them feel safe. It is a wonderful thing if you
can believe that by performing a particular act ~ whether it is a pilgrimage,
or partaking in the mass, or whatever it is, going to a confessional ~ relieves you of the burden. No! God wants the Law in your heart. He wants a
relationship. And that means you must have a personal relationship with Him. A
new and living way.
Itu pastilah suatu masa yang sangat sulit. Jadi haruskah
mereka lanjut dengan bentuk ritual itu atau maju bersama Substansinya, itulah
isunya. Haruskah mereka kembali dari kemuliaan kepada ritual atau haruskah
mereka maju dari ritual ke kemuliaan? Haruskah mereka dengan berani memasuki
Bilik MahaKudus melalui darah Anak Domba, melalui jalan hidup
yang baru tanpa campur tangan seorang imam, yang juga tunduk
kepada nafsu-nafsu yang sama dengan kita; dan memilih untuk berpaling kepada
Imam Besar agung, yang tidak punya dosa, dan yang olehNya Sendiri kita punya
akses kepada Allah? Inilah isu-isunya. Dan pikiran
manusia suka dihibur di alam yang bisa dia sentuh dan rasa dan alami. Jalan
hidup yang baru ini melalui iman dan hanya iman, dan banyak orang kesulitan
dengan itu. Manusia menyukai ritual-ritual mereka, ritual
membuat mereka merasa aman. Itu menyenangkan jika orang bisa percaya bahwa
dengan melakukan suatu tindakan tertentu ~ apakah itu pergi berziarah, atau
mengambil bagian dalam misa, atau apa pun, pergi ke pengakuan dosa ~ itu
melepaskan bebannya dari dia. Tidak! Allah mau di hati kita ada
HukumNya, Dia menginginkan suatu hubungan, dan itu artinya kita harus punya
hubungan pribadi denganNya. Suatu jalan yang hidup dan baru.
Hebrews 10:22-23
Hebrews 10:22, “22 Let us draw near with a true
heart in full assurance of faith…” it is a step of faith. It is so sad that
people will go no further than their teachers. In the rabbinical system, whatever the rabbi said that was Law, you
dare not think outside of this box. And I experienced it myself when I was in
Israel. I was in a situation where a number of these rabbinical students in their
traditional garb had become so impoverished that they were even willing to come
and ask for a donation from a gentile such as myself. And I was quite willing
to help them out because they really looked destitute, but I didn't want to do
it without a little conversation concerning the Word of God.
And so I said, “Yes, I’ll help you, but can we sit down and talk for a
moment?”
Which they're very very reluctantly did.
And we spoke about the issues about Daniel, about everything that points to
the Messiah in the Bible, and they were absolutely horrified, because they
said, “You may not, you may not study the Scriptures in your own understanding.
You must follow what the rabbis had said.”
But I said, “What if the rabbis are wrong?”
“No, they cannot be wrong.”
Basically it is a form of infallibility, and if you can rely on this
infallibility, it gives you a sense of safety.
And the same in Catholicism. There is someone there who infallibly decrees
something which is totally contrary to the Scripture, but because it gives you
comfort to perform the ritual that has been proclaimed, you think that that is
perfectly fine, and is the way to salvation. No! It is not. We have to
“…draw near with a true heart in full
assurance of faith, having our hearts sprinkled from an evil conscience, and
our bodies washed with pure water. 23 Let us hold fast the
profession of our faith without wavering; for He is faithful that promised…” we
mustn't waver.
Ibrani 10:22-23
Ibrani 10:22, “22 Marilah kita mendekat
dengan hati yang tulus dalam kepastian penuh dari iman…” ini adalah suatu
langkah iman. Begitu menyedihkan orang tidak mau melangkah maju lebih jauh daripada
guru-guru mereka. Di sistem rabinikal, apa pun yang dikatakan rabi, itu dianggap Hukum, orang tidak berani berpikir di luar kotak itu. Dan saya pernah
mengalaminya sendiri ketika saya ada di Israel. Saya berada di sebuah kondisi
di mana sejumlah murid-murid rabi yang mengenakan pakaian tradisional mereka, berada dalam keadaan begitu
kelaparan sampai mereka bahkan mau datang minta sumbangan dari seorang kafir seperti saya. Dan saya sih bersedia membantu mereka
karena mereka sungguh tampak kekurangan, tetapi saya
tidak mau melakukannya tanpa sedikit pembicaraan tentang Firman Allah.
Dan saya berkata, “Ya, saya akan membantu, tetapi bisakah
kita duduk dan bicara sejenak?”
Yang mana mereka lakukan
dengan amat sangat berat hati.
Dan kami berbicara tentang isu-isu Daniel, tentang segala
yang menunjuk kepada Sang Messias di Alkitab, dan mereka benar-benar ketakutan,
karena mereka berkata, “Anda tidak boleh mempelajari Kitab Suci dengan
pengertian sendiri. Anda harus mengikuti apa yang sudah dikatakan para rabi.”
Tetapi saya berkata, “Bagaimana kalau rabi-rabi itu
salah?”
“Tidak, mereka tidak bisa salah.”
Pada dasarya itulah suatu bentuk infalibilitas, dan jika
orang bisa mengandalkan infalibilitas ini, itu memberinya suatu bentuk rasa
aman.
Dan hal yang sama terdapat dalam Katolikisme. Ada
seseorang di sana yang mengeluarkan perintah yang tidak bisa salah, yang
seluruhnya bertentangan dengan Kitab Suci, tetapi karena itu memberikan rasa
aman untuk melakukan ritual yang telah diumumkan, orang
menganggap itu baik-baik saja dan itulah jalan
ke keselamatan. Tidak! Itu tidak benar. Kita harus “…mendekat dengan
hati yang tulus dalam kepastian penuh dari iman, setelah hati kita mendapatkan percikan yang membersihkannya dari hati nurani yang
jahat, dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 23
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan iman
kita tanpa bimbang, sebab Ia yang
menjanjikannya, itu setia…” kita jangan bimbang.
So a question that I have is, oh how frightened we are of this little word “faith”.
How ready we are to lean on the arm of flesh. But there is a new and living way.
Proverbs 3:5 says, “5
Trust in the LORD with all thine heart; and lean not unto thine own
understanding.…” I would love to
add ther:
· nor the understanding of your neighbor,
· nor the understanding of your priest,
· nor the understanding of your pastor,
· nor the understanding of your rabbi,
· nor the understanding of your imam.
Read for yourself what the Word of God says
and incorporate it into your life. Draw near by faith, hold fast by hope, and
cling by love.
Those are the three things we need to do:
1. draw near by faith
2. hold fast by hope
3. and cling by love
Faith and trust go together. We have to trust in order to ratify faith,
otherwise it's not faith. Intellectual faith is not enough. Verse 22 asks
nothing less than the “full
assurance”. How do we obtain it? And the only
answer to that is by experience.
Maka
pertanyaan yang saya miliki ialah, betapa takutnya kita pada kata kecil “iman”
ini. Begitu relanya kita bersandar pada lengan manusia. Tetapi ada
jalan yang baru yang hidup.
Amsal 3:5
berkata, “5 Percayailah TUHAN dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Saya ingin menambahkan di sana:
· juga tidak pengertian tetanggamu,
· maupun pengertian imammu,
· maupun pengertian pendetamu,
· maupun pengertian rabimu,
· maupun pengertian imammu.
Bacalah sendiri apa kata Firman Allah dan masukkan itu ke
dalam hidupmu. Mendekatlah dengan iman, berpegang teguh dengan pengharapan dan melekatlah
dengan kasih.
Inilah ketiga hal yang perlu kita
lakukan:
1.
mendekat dengan
iman
2.
berpegang teguh
dengan harapan
3.
melekat dengan
kasih
Iman dan mempercayai (bergantung
pada) berjalan bersama-sama. Kita harus mempercayai
(bergantung pada) supaya bisa meratifikasi iman, kalau tidak begitu, itu bukan iman. Iman intelektual
tidak cukup. Ayat 22 menuntut tidak kurang dari “kepastian
penuh”. Bagaimana kita mendapatkannya? Dan satu-satnya
jawaban untuk itu ialah melalui
pengalaman.
James 4:8 says, “8
Draw nigh to God, and He will draw nigh to you. Cleanse your hands, ye sinners;
and purify your hearts, ye double minded.” In other words, what he is saying is come and taste and see if
the Lord is good.
Yakobus 4:8 berkata, “8
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu,
hai kamu orang-orang berdosa, dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua
hati!” Dengan kata lain, apa yang dikatakannya
ialah datang dan kecaplah, dan lihatlah apakah Tuhan itu baik.
When Philip found Nathanael and he was very skeptical as to this Messiah,
can anything good come out of Nazareth? He said, “Come and see. Come and taste.
Come and have a look.” So we have to draw near by faith, even if our faith is
very small, and then once we’ve developed faith, then we can get hope,
v because faith leads to hope,
v but hope that is not based in love won't
work.
v So we have faith, hope, and love.
And the Scriptures tell us that in the end
once this world has reached its zenith, and we pass to the New World then only
love will remain. In fact if you look up the word “faith” and “hope” in a
dictionary in the New World you will not find it, because you will
not need faith, and you will not need hope, because it's been accomplished. But
love will remain forever.
Ketika Filipus menemukan Nathanael dan dia bersikap
sangat skeptis tentang Sang Messias ini ~ bisakah ada yang baik berasal dari
Nazaret? ~ Filipus berkata, “Datang dan
lihatlah. Datang dan kecaplah. Datang dan simaklah.” Jadi kita harus mendekat
melalui iman, walaupun iman kita itu kecil, lalu begitu kita sudah
mengembangkan iman, kita bisa mendapatkan harapan,
v karena iman menuntun kepada
pengharapan,
v tetapi pengharapan yang tidak
berdasarkan kasih, tidak bekerja.
v Maka kita punya iman,
pengharapan dan kasih.
Dan Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa pada akhirnya,
begitu dunia ini mencapai titik zenitnya, dan kita pindah ke Dunia Baru, maka
hanya kasih yang tersisa. Bahkan bila kita mencari kata “iman” dan “pengharapan”
di dalam kamus di Dunia Baru,
kita tidak akan menemukannya karena kita tidak akan butuh iman dan kita tidak akan butuh
pengharapan, karena semuanya sudah tercapai. Tetapi kasih yang akan tetap ada
selamanya.
So if I can summarize, I would say,
v that faith exercised leads to trust,
v trust leads to hope
v hope leads to love
that is the sequence. And therefore we cannot expect someone who has come
from an atheistic world to suddenly discover Jesus in the Bible and say, “Okay,
I love this” or “I love Jesus.” It
doesn't work that way. You first have to develop faith, faith based on
what? Based
on the truth, as it is in the Scriptures.
Jadi jika bisa saya rangkum, saya akan berkata,
v iman yang dipraktekkan membawa
kepada rasa mempercayai,
v mempercayai membawa kepada
pengharapan
v pengharapan membawa kepada
kasih
itulah urutannya. Oleh karena itu kita tidak bisa
mengharapkan seseorang yang berasal dari dunia atheis untuk tiba-tiba menemukan
Yesus di Alkitab dan berkata, “Oke, aku mencintai ini” atau “Aku mencintai
Yesus”. Bukan begitu cara bekerjanya. Pertama
kita harus mengembangkan iman,
iman berdasarkan apa? Berdasarkan
kebenaran, seperti yang terdapat dalam Kitab Suci.
So in my particular case when I was an atheist it was prophecy that told me
there's more to this Word of God than just a bunch of words strung together by
some ancient people. No, there was something more to it. And it kindled a small
spark of faith, that this Word might just be true. And then following and
actually exercising that faith, I found out that you could trust this God,
because whatever He had promised actually came true. And once you have learned
this trust and you walk together, eventually it will lead to an understanding
of the Deity that you are working with, and it will lead to love. So the
greatest of them is love. Love longs to give. If it cannot give, then it
withers away. Love cannot exist by itself, that's another very interesting
point. If love cannot exist by itself,
if God is love, He cannot be by Himself. The greater the demands placed upon
it, the more it grows.
Maka di kasus pribadi saya, ketika saya masih seorang
atheis, nubuatanlah yang menunjukkan kepada saya Firman Allah ini ternyata banyak
isinya yang penting, bukan hanya seonggok kata-kata yang dirangkai jadi satu
oleh beberapa manusia purba. Tidak, ada lebih banyak isinya daripada itu. Dan
itu menyalakan suatu percikan api iman, bahwa Firman itu mungkin memang benar.
Kemudian mengikuti itu dan benar-benar mempraktekkan iman itu, saya menemukan
bahwa kita bisa mempercayai Allah ini, karena apa pun yang Dia janjikan,
benar-benar terjadi sungguh. Dan sekali kita sudah belajar mempercayai
demikian, dan kita berjalan bersama-sama, akhirnya itu akan membawa kepada
suatu pemahaman tentang Sang Ilahi yang bekerjasama dengan kita, dan itu akan
membawa kepada kasih. Maka yang terbesar dari mereka adalah kasih. Kasih rindu
memberi. Jika dia tidak bisa memberi, maka dia menjadi layu. Kasih tidak bisa
hadir sendiri, itu poin lain yang menarik. Jika kasih tidak bisa hadir sendiri,
dan jika Allah itu kasih, Dia tidak bisa sendirian. Semakin besar tuntutan
kepada kasih, semakin dia tumbuh.
So armed with faith, hope, and love we can believe the following words,
Deuteronomy 9:1, “1
Hear, O Israel: Thou art to pass over Jordan this day, to go in to possess
nations greater and mightier than thyself, cities great and fenced up to
heaven, 2 A people great and tall, the children of the Anakims, whom
thou knowest, and of whom thou hast heard say, ‘Who can stand before the
children of Anak!’ 3 Understand therefore this day, that the LORD
thy God is He which goeth over before thee; as a consuming fire He shall
destroy them, and He shall bring them down before thy face: so shalt thou drive
them out, and destroy them quickly, as the LORD hath said unto thee.”
Do we believe that? Did they believe it? Well, two did, but ten did not.
And if we come to the end of time, and we are on the very borders of Canaan on
the banks of the Jordan anti-typically speaking, can we believe it?
Maka dipersenjatai dengan iman, pengharapan, dan kasih,
kita bisa percaya pada kata-kata berikut, Ulangan 9:1, “1 Dengarlah, hai Israel! Engkau harus
menyeberangi sungai Yordan hari ini, untuk masuk menguasai
bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat daripada kamu; kota-kota besar yang dibentengi sampai ke langit; 2 suatu bangsa yang besar dan
tinggi, keturunan bangsa Enak, yang kamu kenal
dan yang tentangnya kamu sudah dengar orang
berkata, ‘Siapakah yang dapat bertahan menghadapi keturunan Enak? 3 Maka pahamilah
pada hari ini, bahwa TUHAN Allahmu, yaitu
Dia yang berjalan di depanmu laksana api yang menghanguskan, Dia akan memusnahkan
mereka, dan Dia akan membuat mereka tunduk
di hadapanmu. Demikianlah engkau akan menghalau
mereka keluar, dan membinasakan mereka dengan segera, seperti yang dikatakan TUHAN kepadamu.”
Apakah kita percaya itu? Apakah mereka mempercayainya?
Nah, dua orang percaya, tetapi yang sepuluh tidak. Dan bila kita tiba di akhir
masa, dan kita berada tepat di perbatasan Kana’an, di pinggir sungai
Yordan yang antitipikal, akankah kita mempercayainya?
So faith says, we can do it, because we trust the One who said we can do it.
What does unbelief say? Numbers 13:31, “31 But
the men that went up with him said, ‘We be not able to go up against the
people; for they are stronger than we.’ 32 And they brought up an
evil report of the land which they had searched unto the children of Israel,
saying, ‘The land, through which we have gone to search it, is a land that
eateth up the inhabitants thereof; and all the people that we saw in it are men
of a great stature…” are we afraid of
the men of great stature that live in the world today, the great
philanthropists, the great leaders in the world, the presidents, the prelates,
the popes of this world, are we afraid, and say, “We’d better do what they say,
because surely we cannot conquer them”? “…33
And there we saw the giants, the sons of Anak…” The evolution theory, whatever theory there is, the cosmic theories, we
cannot oppose them with our simple Word of God,
“…which come of the giants: and we were in our own sight as
grasshoppers, and so we were in their sight.’…”
The great white coats of these days, the brilliant men who will tell us
exactly what we have to do in order to comply to whatever they conjure up. Do
we not have a God in Israel who can take care of these things? So faith that
looks no further than the circumstances surrounding us will falter. Faith must
be based on the promises of God which cannot fail, even if the circumstances
seem foreboding. Now is the time when we need Caleb's and Joshua's to
encourage the people to trust and believe the Word of God.
Jadi iman berkata, kami bisa melakukannya, karena kami mempercayai
Dia yang berkata bahwa kami bisa melakukannya.
Apa kata ketidakpercayaan?
Bilangan 13:31, “31
Tetapi orang-orang yang naik bersama-sama
dengan dia berkata, ‘Kita tidak mampu maju
menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat daripada kita.’ 32 Dan mereka menyampaikan laporan yang jahat tentang negeri yang telah
mereka intai, kepada umat Israel dengan berkata, ‘Negeri yang telah kami pergi untuk mengintai
adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat
di sana adalah orang-orang yang besar-besar
perawakannya…” Apakah kita takut kepada orang-orang
besar yang hidup di dunia sekarang ini, para filantrofis besar, para pemimpin
besar dunia, para presiden, para petinggi gereja, para paus dunia ini, apakah
kita takut dan kita berkata,
“Sebaiknya kita lakukan apa kata mereka, karena sudah pasti kita tidak bisa
menaklukkan mereka”? “33
Dan di sana kami melihat raksasa-raksasa, keturunan
Enak…” teori Evolusi, teori apa pun yang ada, teori-teori
kosmik, kami tidak bisa menentang mereka dengan Firman Allah kami yang
sederhana, “…yang berasal dari raksasa; dan kami dalam pemandangan kami sendiri seperti
belalang, dan demikian pula kami di pemandangan
mereka…” Para ilmuwan
terkenal zaman sekarang, orang-orang brilyan yang akan memberitahu kita
persisnya apa yang harus kita lakukan supaya sesuai dengan apa pun yang mereka
ciptakan. Tidakkah kita punya Allah di Israel yang bisa mengurus semua hal ini? Maka iman yang tidak memandang lebih jauh daripada kondisi yang mengelilingi kita, akan
melemah. Iman harus berdasarkan
janji-janji Allah yang tidak bisa gagal, walaupun kondisi tampaknya menakutkan.
Sekarang inilah waktunya kita membutuhkan Kaleb-Kaleb dan Yosua-Yosua untuk
menguatkan orang-orang mempercayai dan meyakini Firman Allah.
Hebrew 10:24-25
That is why Hebrews chapter 10 continues with the theme, verse 24 says, “24 And
let us consider one another to provoke unto love and to good works: 25
Not forsaking the assembling of ourselves together, as the manner of some is;
but exhorting one another: and so much the more, as ye see the day
approaching.”
This is a tall order that we have
here.
So we
must provoke each other to good works, in other words, encourage the
good works, help people to come on board, and determine what is God's will, and
not one person coercing another to do his will or to do it the way that he does
it; but by studying the Word of God. And if the Word of God in the Law and the
Testimony state that something needs to be done, then together study it, and
implement it, not because Joe said so, or whoever said so, but because the Word
of God said it.
Ibrani 10:24-25
Inilah mengapa Ibrani 10 melanjutkan dengan tema itu,
ayat 24 berkata, “ 24
Dan marilah kita saling memperhatikan, saling mendorong untuk mengasihi dan berbuat baik. 25
Tidak meninggalkan persekutuan kita bersama-sama, sebagaimana kebiasaan beberapa
orang, tetapi menasihati satu sama lain; dan
itu semakin diperbanyak,
karena kamu melihat bahwa harinya mendekat.”
Ini adalah
perintah yang berat yang kita miliki di sini.
Jadi kita harus mendorong satu sama lain untuk berbuat
baik, dengan kata lain mendorong berbuat
baik, membantu orang untuk bergabung dengan kita, dan menentukan mana yang
kehendak Allah, dan bukan yang satu memaksa yang lain
untuk melakukan keinginannya atau melakukannya menurut cara yang dia lakukan;
melainkan dengan mempelajari Firman Allah. Dan jika Firman Allah di kitab-kitab Hukum dan Kesaksian menyatakan ada yang harus dilakukan,
maka pelajarilah bersama dan lakukanlah, bukan karena Joe yang berkata begitu,
atau siapa pun yang berkata begitu, tetapi karena Firman Allah yang berkata
begitu.
The next one is forsake not the assembly of ourselves. Sometimes the brethren can
be an exceedingly painful experience, but do not neglect the assembly because
we need to encourage each other. Yes, there will be a shaking that is coming to
God's people, there will be a separation when the pressure increases, but while
there is still time let us exhort one another, by powerful argument try to
convince. And what is the best argument that we have? The Bible and the Spirit
of Prophecy. Use the Law and the Testimony. And what must we do? We must do it
more and more as you see the day approaching. Do not stop preaching the message
to the inside and to the outside.
Berikutnya ialah jangan
meninggalkan persekutuan antar kita sendiri. Terkadang
saudara-saudara bisa menimbulkan pengalaman yang menyakitkan, tetapi jangan
meninggalkan persekutuan karena kita perlu saling menguatkan. Ya, nanti akan
ada penampian di umat Allah, akan ada perpisahan ketika tekanan meningkat,
tetapi selagi masih ada waktu marilah kita saling menasihati, dengan dasar
argumentasi yang kuat untuk meyakinkan. Dan apakah argumentasi yang terbaik
yang kita punya? Alkitab dan Roh Nubuat. Pakailah kitab-kitab Hukum dan
Kesaksian. Dan apa yang harus kita lakukan? Kita harus melakukannya semakin
lama semakin banyak saat kita melihat harinya mendekat. Jangan berhenti
menyampaikan pekabaran baik kepada yang di dalam maupun yang di luar.
Hebrews 10:26-31
Then come a few frightening verses. So I’ve written here that the following
frightening denunciation that has instilled fear in the hearts of many a timid
soul, when taken out of context these verses are indeed frightening, but
they must
be understood in the light of the theme of the book of Hebrews, which
is that of shadow versus Substance. Paul is here not dealing with sins of weakness
or despair but with the rejection of the Substance for the sake of the
shadow, which is a very serious issue, let's not underplay this. He is contrasting
the Law of Moses with the New Covenant, rejecting Christ as the Substance of
the shadows. And calling the Substance accursed, is committing the sin
against the Holy Spirit. That is a very-very dangerous thing.
When the Jews in the time of Christ said that He was performing His
miracles by the power of Beelzebub they were dancing on this ledge.
Isaiah 5:20 says,“20 Woe
unto them that call evil good, and good evil; that put darkness for light, and
light for darkness; that put bitter for sweet, and sweet for bitter!”
We must be very careful what our estimation of the Word of God should be.
Ibrani 10:26-31
Lalu ada beberapa ayat yang menakutkan. Jadi saya tulis
di sini bahwa penolakan yang menakutkan berikut ini, yang telah
mendatangkan rasa takut di hati banyak orang yang penakut, bila dikeluarkan
dari konteks, maka ayat-ayat ini
memang menakutkan, tetapi mereka harus
dipahami sehubungan dengan tema kitab Ibrani, yakni tentang bayangan versus
Substansi. Paulus di sini tidak
bicara tentang dosa-dosa kelemahan atau keputusasaan, melainkan tentang
penolakan terhadap Substansinya demi bayangannya, yang adalah isu
yang sangat serius. Janganlah kita meremehkan ini. Paulus sedang membandingkan antara Hukum Musa
dengan Perjanjian Baru, menolak Kristus sebagai Substansi dari bayangan,
dan menyebut Substansi itu terkutuk, itu menghujat Roh Kudus. Itu adalah hal
yang amat sangat berbahaya.
Ketika orang Yahudi di zaman Kristus berkata bahwa Dia
membuat mujizat dengan kuasa Beelzebub (Mat. 12:24), mereka sedang menari di
tepi tebing.
Yesaya 5:20 berkata, “20
Celakalah mereka yang menyebut kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang menempatkan kegelapan sebagai terang dan terang sebagai
kegelapan, yang menempatkan pahit sebagai manis, dan manis sebagai pahit.”
Kita harus sangat
hati-hati dengan penilaian kita
tentang Firman Allah.
Chapter 10:26, “26 For if we sin wilfully after that we have
received the knowledge of the truth, there remaineth no more sacrifice for
sins,…” So that is a very scary verse if you take
it by itself, because that means basically that if you willfully do something
wrong, even in a fit of rage for example, or in a fit of despair, that there's
no more sacrifice for you, that you are lost. You can read it like that, but we
have to take
it in the context of the great theme of the book of Hebrews: Substance
versus the shadow. If you know something is true, and you willfully
reject it, and say it is from the Devil, that is when you are in great-great
peril. So let's continue, “…27 but a certain fearful
looking for of judgment and fiery indignation, which shall devour the
adversaries…” in another place Paul said, “if we neglect so great a salvation” (Heb. 2:3) if we set it aside for naught, then we are
in peril. And then he compares it, verse
28, “…28 He that despised Moses' Law
died without mercy under two or three witnesses. 29 Of how much
sorer punishment, suppose ye, shall he be thought worthy, who hath trodden
under foot the Son of God, and hath counted the blood of the Covenant,
wherewith he was sanctified, an unholy thing, and hath done despite unto the
Spirit of grace?...” I don't want to
sound harsh, but it is obvious from what we have studied so far that whole
religious systems have as systems done precisely this. The individuals within the organizations
might be blissfully unaware of what they are following, but if they are confronted with the truth,
they will have to separate from these systems, because these systems have done
exactly that: counted the blood of the Covenant of non-effect. And that is why
the Bible calls some of these systems Babylon. “Come out of her My
people.” If you realize that your system is not in
harmony with this teaching of the Bible,
you have to separate yourself from them. “To the Law and to
the Testimony if they speak not according to this word, they have no light in
them”. So
the study says “… 30
For we know Him that hath said, ‘Vengeance belongeth unto Me, I will
recompense,’ saith the Lord. And again, ‘The Lord shall judge His people.’ 31
It is a fearful thing to fall into the hands of the living God.”
Pasal 10:26, “26 Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah kita menerima
pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk dosa…” Jadi ini adalah
ayat yang sangat menakutka jika dia berdiri sendiri, karena berarti pada
dasarnya jika kita sengaja berbuat sesuatu yang salah, bahkan dalam luapan
emosi amarah misalnya, atau luapan keputusasaan, lalu tidak ada lagi kurban
bagi kita, kita tidak selamat. Ayat ini
bisa sih dibaca begitu, tetapi kita harus menempatkannya
dalam konteks tema besar kitab Ibrani: Substansi versus bayangan. Jika kita tahu
suatu kebenaran, dan kita sengaja menolaknya, dan mengatakan itu berasal dari
Ibis, saat itulah kita berada dalam bahaya besar. Mari kita lanjutkan, “…27 melainkan
suatu penantian yang menakutkan
akan adanya penghakiman
dan api kemarahan yang akan melahap habis musuh-musuh…” di tempat lain
Paulus berkata, “…jikalau
kita mengabaikan keselamatan yang sebesar
itu…” (Ibr.
2:3) jika kita
menyingkirkannya sebagai tidak berarti apa-apa, maka kita berada dalam bahaya.
Kemudian Paulus membandingkannya, ayat 28, “ 28 Orang yang menolak Hukum Musa,
mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. 29
Menurut kamu, betapa lebih beratnya hukuman yang layak bagi dia yang telah menginjak-injak
Anak Allah, dan yang telah menganggap najis darah Perjanjian
dengan mana dia dikuduskan, dan yang telah
menghina Roh kasih karunia?…” Saya tidak mau terdengar garang, tetapi jelas dari apa
yang telah kita pelajari sampai di sini, bahwa seluruh sistem relijius telah melakukan persis demikian.
Para individu di dalam organisasi-organisasi tersebut mungkin saja sama sekali
tidak menyadari apa yang mereka ikuti, tetapi jika mereka dikonfrontasikan
dengan kebenaran, mereka harus memisahkan diri dari sistem-sistem itu, karena
sistem-sistem itu telah berbuat persis demikian: yaitu menganggap darah Perjanjian tidak ada gunanya.
Dan itulah mengapa Alkitab menyebut sistem-sistem ini Babilon, “…‘Keluarlah darinya, hai umat-Ku’…” (Wah.
18:4) Jika kita menyadari sistem kita tidak
sesuai dengan ajaran Alkitab, kita harus memisahkan diri dari mereka. “20 Bandingkan dengan Hukum dan dengan
Kesaksian. Jika mereka tidak berbicara
sesuai dengan kata-kata tersebut, itu karena tidak ada terang di dalam mereka.” (Yes.
8:20). Maka pelajaran ini
berkata, “30 Sebab kita mengenal Dia yang telah berkata, ‘Pembalasan adalah hak-Ku.
Akulah yang akan memberi balasan,’ kata Tuhan. Dan lagi, ‘Tuhan akan menghakimi
umat-Nya.’ 31 Mengerikan kalau
jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.”
This is a very serious warning that we have in the word of God. But as we
read it in the context, it is about the greater picture of rejecting Jesus
Christ, setting Him aside for naught, and clinging to a Substance (should be “shadows”).
Ini adalah
peringatan yang sangat keras yang kita temukan di Firman Allah. Tetapi bila
kita baca dalam konteksnya, ini
adalah tentang gambaran penolakan Yesus Kristus, menyingkirkan
Dia sebagai bukan apa-apa, dan melekat kepada bayangannya.
So the early Christians were sorely tried for their faith. The fires of
persecution raged. Many were torn between the freedom of the new and living way
and the customs of Judaism. Today we are faced with very similar situations and
the words spoken in the following verses apply just as much to us.
Maka orang-orang Kristen mula-mula diuji keras imannya.
Api persekusi berkecamuk. Banyak yang tidak bisa memutuskan antara kebebasan
dari jalan hidup yang baru dengan tradisi
Yudaisme. Hari ini kita menghadapi situasi yang serupa, dan kata-kata yang
diucapkan ayat-ayat berikutnya sama berlakunya kepada kita juga.
Hebrews 10:32-35
Hebrews 10:32, “32 But call to remembrance the former days,
in which, after ye were illuminated, ye endured a great fight of
afflictions…” it's just a matter of fact that once you
embrace the truth in its fullness, you will be persecuted. You will be
persecuted by the very systems, the religious systems that you belong to, you
will be persecuted within the family circle, you will be persecuted
within the
wider national circle, and you will be persecuted in the great
religious conglomerate that has been established in the world out
there. Because it goes against the grain
to say there is only one way to salvation, and the Law and the Testimony
tell us what that way is. “…33 Partly, whilst ye were
made a gazingstock both by reproaches and afflictions; and partly, whilst ye
became companions of them that were so used…” that's a very interesting statement by Paul. So as soon as you make a
decision to follow Christ, absolutely to make Him “the way, the truth,
and the life” to come back into harmony with His
will, “I delight to do Thy will, Thy Law is within my
heart”. Once you
have grasped that concept and you have
allowed God to write His Law into your heart, then you will become a reproach
and a gazing stock, and people will say that you have lost your mind, and you will be
afflicted. And then when you separate from the system where you started to
realize these truths, and you become a companion of them that have suffered
before you, then the persecution really starts. Verse 34, “…34
For ye had compassion of me in my bonds, and took joyfully the spoiling of your
goods, knowing in yourselves that ye have in heaven a better and an enduring
Substance…” in other words, they believed Paul, they
separated themselves and they became part of the Christian world. They had
sympathy with Paul who was imprisoned. This is a very important analogy. He was
imprisoned, he was the one that was being afflicted. But they sympathized with
him, and separated from their former brethren. And then he says, “…35
Cast not away therefore your confidence, which hath great recompence of
reward.”
The rewards are literally out of this world.
Ibrani 10:32-35
Ibrani 10:32, “ 32 Ingatlah akan masa yang lalu, di mana sesudah kamu menerima terang, kamu menderita suatu pergumulan besar dalam penganiayaan…” ini adalah fakta,
bahwa begitu kita memeluk kebenaran
dalam keseluruhannya, kita akan dipersekusi. Kita akan
dipersekusi oleh
sistem-sistem yang sama, yaitu sistem-sistem
relijius di mana kita menjadi anggota, kita akan dipersekusi di lingkaran keluarga,
kita akan dipersekusi di lingkungan
nasional yang lebih luas, dan kita akan dipersekusi di gabungan akbar relijius
yang didirikan di dunia
di luar sana. Karena mengatakan bahwa hanya ada satu
jalan keselamatan, dan bahwa kitab-kitab Hukum
dan Kesaksian-lah yang mengatakan
kepada kita jalan yang mana itu, itu berlawanan dengan peraturan yang berlaku. “…33 Sebagian
karena kamu dijadikan tontonan baik melalui cercaan dan penganiayaan,
dan sebagian karena kamu menjadi
teman (= bergabung dengan) mereka yang diperlakukan
sedemikian…” ini adalah pernyataan yang sangat
menarik dari Paulus. Begitu kita membuat keputusan untuk mengikuti Kristus,
mutlak menjadikan Dia “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh. 14:6), untuk kembali menjadi serasi dengan kehendakNya, “8 Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya AllahKu; iya, Hukum-Mu ada di dalam hati-Ku." (Maz.
40:8). Begitu kita telah menangkap
konsep itu, dan kita telah mengizinkan Allah menuliskan HukumNya di dalam hati
kita, maka kita menjadi
cercaan dan tontonan, dan orang-orang akan berkata kita sudah tidak waras, dan kita akan dianiaya.
Kemudian ketika kita memisahkan diri dari
sistem itu, di mana kita mulai menyadari kebenaran-kebenaran
ini, dan kita menjadi teman mereka
yang telah menderita sebelum kita, maka pada saat itu persekusi benar-benar dilancarkan.
Ayat 34, “…34 Karena kamu telah berbelas kasihan padaku dalam belengguku, dan dengan senang hati
membagikan barang-barangmu, sebab kamu tahu, bahwa di Surga kamu memiliki Substansi yang
lebih baik dan lebih permanen…” dengan kata lain, mereka mempercayai Paulus, mereka
memisahkan diri dan mereka menjadi bagian dari dunia Kristen. Mereka bersimpati
pada Paulus yang dipenjarakan. Ini adalah analogi yang sangat penting. Paulus dipenjarakan, dialah yang sedang
dianiaya. Tetapi mereka bersimpati padanya, dan memisahkan diri dari
saudara-saudara mereka yang lama. Lalu Paulus berkata, “…35 Sebab itu janganlah kamu
melepaskan keyakinanmu, yang punya balasan pahala yang
besar.”
Pahalanya benar-benar secara literal di luar dunia ini.
(di luar dunia = sangat luar biasa, tidak ada di dunia ini)
So if I can summarize.
To turn one's back on the new and living way, and to return to the rituals
of earthly priesthoods, sacrifices, and rituals, is to follow the way of Cain.
The world religions want to follow a Christless path to the celestial City,
an earthbound route of sustainability, that is what they are telling us. They want to save the planet, and create a
utopia here in this world.
v The Jews want their temple, and their
sacrifices.
v The Christians want their priests, and
altars, and liturgies, and hypnotic singing, and dancing around the golden
calf.
v But Christ wants the heart and the mind stayed on the
promises of God.
It might sound somewhat harsh but that is the reality in the world out
there.
Jadi jika bisa saya simpulkan.
Membalikkan punggung kepada jalan hidup yang baru,
dan kembali kepada ritual-ritual imamat duniawi, kurban-kurban, dan
ritual-ritual, ialah mengikuti jalan Kain.
Agama-agama di dunia mau mengikuti jalan yang tanpa
Kristus menuju Kota Surgawi, suatu rute yang mampu dipertahankan di dunia, itulah yang mereka
katakan kepada kita. Mereka mau menyelamatkan planet ini, dan
menciptakan utopia di sini di dunia ini.
v Bangsa Yahudi menginginkan
Bait Suci dan kurban-kurban mereka,
v Orang Kristen menginginkan
imam-imam mereka, dan altar-altar, dan liturgi-liturgi dan nyanyian yang
menghipnotis mereka, dan tarian-tarian mengelilingi anak lembu emas.
v Tetapi Kristus menginginkan hati dan pikiran tetap pada
janji-janji Allah.
Mungkin terdengar agak keras, tetapi itulah realitanya di
dunia di luar sana.
Hebrews 10:36-39
Hebrews 10:36, “36 For
ye have need of patience, that, after ye have done the will of God, ye might
receive the promise…” now this was
part of his theme. Abraham longed for a City whose builder and maker was God,
but he did not receive that promise. He received other promises along the line,
the son of his promise was born in his old age, but he never received that
promise of that City, that rest that he was wanting to enter into. But we need
patience. “…37
For yet a little while, and He that shall come will come, and will not tarry…” where lies our hope? Does the hope lie in a
reconstructed earth, are we waiting for QAnon to set matters straight? Or are
we waiting for the return of Jesus Christ, knowing that this planet is in its
death row? “…38 Now the just shall live by
faith; but
if any man draw back, My Soul shall have no pleasure in him…” and this is the crux of the matter. I
cannot go from the Substance once I have embraced it, back to the shadow. Verse
39, “…39 But we are not of them who
draw back unto perdition; but of them that believe to the saving of the soul.”
What a tremendous theme. We must embrace this truth and cling to it,
because it is the only hope.
Ibrani 10:36-39
Ibrani 10:36, “ 36 Sebab kamu memerlukan kesabaran, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu boleh menerima janji itu…” Nah, ini adalah
bagian dari tema Paulus. Abraham merindukan sebuah Kota yang pendiri dan
pembangunnya ialah Allah, tetapi dia tidak menerima janji itu. Dia menerima
janji-janji yang lain dalam hidupnya, anak yang
dijanjikan lahir di usia lanjutnya, tetapi dia tidak pernah menerima janji Kota
itu, perhentian yang ingin dia masuki. Tetapi kita butuh kesabaran. “…37 Sebab sebentar lagi dan Ia yang akan datang, akan
datang, dan tidak akan berlambat…” di mana letak pengharapan kita? Apakah harapan itu ada
pada bumi yang direkonstruksi ulang, apakah kita menantikan QAnon (teori konspirasi dan gerakan politik
yang mendukung D. Trump) untuk membenahi
segala urusan? Atau apakah kita menantikan kembalinya Yesus Kristus, mengetahui
bahwa planet ini sedang menantikan eksekusi kematiannya? “…38
Nah, orang benar akan hidup oleh iman. Tetapi jika siapa pun mengundurkan dirinya, Aku tidak berkenan kepadanya…” dan inilah inti
masalahnya. Saya tidak boleh meninggalkan Substansi setelah saya menerimaNya, lalu kembali lagi ke
bayangan. Ayat 39, “…39 Tetapi kita bukanlah dari mereka yang mengundurkan diri menuju kebinasaan, tetapi
dari mereka yang percaya hingga ke penyelamatan nyawa.”
Betapa hebatnya tema ini. Kita harus memeluk kebenaran
ini dan melekat padanya karena inilah satu-satunya harapan.
So let us look at a chiastic structure within this chapter 10 because we
are looking at one in every single chapter, and just see how it breaks down. It
has an A, B, C, and a B’, A’, with asterixes. In other words, there is a
sandwich again of a particular message.
Jadi marilah kita lihat struktur kiastik ini yang ada di
pasal 10 karena kita menyimak satu di setiap pasal, dan kita lihat saja
bagaimana uraiannya. Ini ada A, B, C, dan B’, A’. Dengan kata lain ada isinya
di tengah dengan pesan tertentu.
A: Hebrews 10:38 (a), “now the just shall live by faith”.
A’: so the antithesis is Hebrews 10:39, “but of them that believe to the saving of the
soul”.
So if you
believe, that means you have faith.
So the two outer A's deal with faith and
believing in God.
B: Hebrews 10:38 (b) “but if any man draw back”.
B’: Verse 39 (a) “but we are not
of them that draw back unto perdition”
C: And then the substance in the middle, verse 38 (c) “My Soul shall have no pleasure in him”
A: Ibrani 10:38 (a), “ 38 Nah, orang benar akan hidup oleh iman.”
A’: Jadi antithesisnya ialah Ibrani 10:39, “tetapi dari
mereka yang percaya hingga ke penyelamatan nyawa”.
Jadi jika kita mempercayai, itu berarti kita punya iman.
Jadi kedua A
di bagian paling luar berkaitan dengan iman dan mempercayai Allah.
B: Ibrani 10:38 (b) “Tetapi jika siapa pun mengundurkan
dirinya”
B’: Ayat 39 (a) “ 39 Tetapi
kita bukanlah dari mereka yang mengundurkan
diri menuju
kebinasaan”
C: Lalu substansinya di tengah, ayat 38 (c) “Aku tidak berkenan kepadanya”.
So we need faith. We must not draw back to perdition because God will have
no pleasure in us if we do. So cling to
the Word of God and follow the Shepherd wheresoever He leadeth. John 14:19 says,
“19 Yet
a little while, and the world seeth Me no more; but ye see Me, because I live, ye shall live also.”
So just a little while, that “little while” is 2’000
years and they are just about up.
And “the world sees Me no more; but ye see Me”, why? Because you have communion with Him
you have direct access to the throne of God to the Mercy Seat, to the ἱλαστήριον [hilastērion] to the propitiation, why? Because He
lives, He's not dead. He's not part of a sacrifice dail and He's
constantly being sacrificed the way He was sacrificed on the cross. No! By one
sacrifice He has forever made perfect. And because He lives, if we believe in Him,
we shall live also. Let us pray that we may have the faith of Substance and not
walk in the shadow.
Let's pray.
Jadi kita butuh iman. Kita tidak boleh mundur kembali ke
kebinasaan karena Allah tidak berkenan pada kita jika kita berbuat itu. Maka
melekatlah kepada Firman Allah dan ikutilah Sang Gembala ke mana pun Dia
menuntun. Yohanes 14:19 berkata, “19
Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi; tetapi kamu melihat Aku, karena Aku hidup, kamu pun akan hidup.”
Jadi sebentar
lagi, “sebentar lagi” itu 2’000 tahun, dan mereka hampir jatuh waktu.
Dan “dunia
tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku”, mengapa? Karena
kita punya hubungan dengan Dia, kita punya akses langsung ke takhta Allah, ke
takhta Pendamaian, ke ἱλαστήριον
[hilastērion] ke pendamaian,
mengapa? Karena Dia hidup, Dia tidak mati. Dia bukan bagian
dari kurban harian dan Dia dikurbankan terus-menerus seperti cara pengorbananNya di salib. Tidak! Dengan satu kurban
Dia telah menjadikan sempurna untuk selamanya. Dan karena Dia hidup, jika kita mempercayaiNya, kita akan
hidup juga. Semoga kita memiliki iman Substansi dan tidak berjalan dalam
bayang-bayang.
Mari kita berdoa.
23 06 22
No comments:
Post a Comment