THE
BOOK OF HEBREWS
Part 09/14 – Walter Veith
CHAPTER 8 ~ A BETTER COVENANT
https://www.youtube.com/watch?v=qcg2bNY58vk
Dibuka dengan doa
Hebrews 8:1-2
Now chapter 8 is basically a Sanctuary message. Jesus is the High Priest of
a better Covenant. In Hebrews chapter 8 we read, “1 Now of the things which we
have spoken this is the sum: We have such an High Priest, who is set on the
right hand of the throne of the Majesty in the heavens; 2 A Minister
of the Sanctuary, and of the true tabernacle, which the Lord pitched, and not
man.”
Now here's a very plain statement in Scripture, that the earthly Sanctuary
was a model of a greater reality, a Tabernacle which the Lord pitched and not
man. So if we take God's Word as it stands, then there is a Sanctuary in Heaven and the
earthly was patterned upon it.
Ibrani 8:1-2
Nah, sekarang pasal 8 pada dasarnya adalah tentang Bait
Suci. Yesus adalah Imam Besar dari Perjanjian yang lebih baik. Di Ibrani 8, kita
baca, “1 Nah, dari segala
yang kita bicarakan, inilah kesimpulannya: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang
duduk di sebelah tangan kanan takhta Raja di sorga, 2 seorang Pelayan di Bait Suci dan dari tabernakel yang sejati, yang didirikan oleh Tuhan
dan bukan manusia.”
Nah ini adalah pernyataan yang sangat jelas di Kitab
Suci, bahwa Bait Suci duniawi adalah model dari realita yang lebih besar,
sebuah Tabernakel yang didirikan oleh Tuhan dan bukan manusia. Maka jika kita menerima
Firman Allah sebagaimana adanya, berarti ada
sebuah Bait Suci di Surga, dan yang di bumi dibuat menurut pola tersebut.
Let us have a look at the chiastic structure. This one is a bit different than
the others that we have done. It has an A, B, component so it's not like a sandwich,
it's more like a comparison, where A stands for the New Covenant and it's
contrasted with B namely the Old Covenant.
Mari kita simak struktur kiastiknya. Yang ini sedikit
berbeda daripada yang lain yang sudah kita pelajari. Ini ada komponen A, B, tidak seperti roti sandwich, lebih
seperti perbandingan di mana A mewakili Perjanjian Baru dan itu dibandingkan
dengan B, Perjanjian Lama.
A: So if we go to
Hebrews 8:2 it says, “2 A
minister of the sanctuary, and of the true tabernacle, which the Lord pitched,
and not man.”
A’: If we go to its counterpart which is A’ (with
an asterisk), then we read, “8 For finding fault with them, He saith, ‘Behold,
the days come, saith the Lord, when I will make a New Covenant with the house
of Israel and with the house of Judah.’…” So we have a true Tabernacle and we
have a New Covenant.
B: if we contrast the two B's, Hebrew 8:7, “7 for
if that first Covenant had been faultless…” now referring to the typological one, the shadow, “…then should no
place have been sought for the second.”
B’: and if we contrast that with B’, “ 13 In that He saith, ‘A New Covenant’, He hath made the first Old. Now that
which decayeth and waxeth old
is ready to vanish away.”
So the two contrasts tell us something that's very important. The shadow
one served as a type and it is ready to vanish away; whereas the new one stands
forever.
A: Jadi kalau kita ke Ibrani 8:2 dikatakan, “2 seorang Pelayan
di Bait Suci dan dari tabernakel yang sejati,
yang didirikan oleh Tuhan dan bukan manusia.”
A’: Jika kita ke pasangannya yaitu A’, kita baca, “ 8 Karena telah menemukan kesalahan pada mereka, Ia berkata, ‘Lihat, harinya akan datang,’ firman Tuhan, ‘saat Aku akan membuat
sebuah Perjanjian Baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda.’…” Jadi ada
Tabernakel yang sejati dan ada Perjanjian yang Baru.
B: Jika kita bandingkan kedua B, Ibrani 8:7, “7 Sebab,
sekiranya Perjanjian yang pertama itu tidak bercacat…” ini merujuk ke
yang tipe, yang bayangan, “…maka
tidak akan dicarikan tempat untuk yang kedua.”
B’: dan jika kita
bandingkan itu dengan B’, “ 13 Oleh karena Ia menyebut
suatu Perjanjian Baru, Ia telah menjadikan yang pertama itu Lama. Nah, apa yang telah melapuk dan menjadi usang itu siap lenyap.”
Maka kedua perbandingan ini memberitahu kita sesuatu yang
sangat penting. Yang bayangan
berfungsi sebagai tipe dan siap untuk lenyap; sementara yang baru akan tetap
selamanya.
Now many people don't want to accept this and cling to the shadow, thereby denying
the Substance. The typology, the structure of the book tells us clearly that
there is a replacement of one form by another, as we discussed Melchizedek for
example, exactly the same thing. He served as a type of the greater reality.
Nah, banyak orang
tidak mau menerima ini dan berpegang terus pada bayangan, dengan demikian
menolak Substansi. Tipologinya, struktur kitabnya memberitahu kita dengan jelas
bahwa ada pergantian dari satu bentuk ke bentuk yang lain, seperti misalnya
Melkisedek yang sudah kita bahas, hal yang
persis sama. Melkisedek berfungsi sebagai tipe dari realita yang lebih besar.
So if we look at John 14:6 it reads, “6 Jesus saith unto him, ‘I am
the way, the truth, and the life; no man cometh unto the Father, but by Me’…” this is the better Substance, this is the
real fulfillment of the shadows and the types.
Jadi bila kita
simak Yohanes 14:6 bunyinya, “6 Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui
Aku.’…” inilah Substansi yang lebih baik, inilah penggenapan yang
sebenarnya dari bayangan-bayangan dan tipe-tipe.
Colossians 2:8-10, “8
Beware lest any man spoil you through philosophy and vain deceit, after the
tradition of men, after the rudiments of the world, and not after Christ. 9
For in Him dwelleth all the fulness of the Godhead bodily. 10 And ye
are complete in Him, which is the Head of all principality and power.”
This is the whole aim of the book, to show the Jewish people and the entire
world that embraces the truth as it is in Jesus, that there is no other way to
salvation other than in Jesus Christ.
Kolose 2:8-10, “ 8 Berhati-hatilah, supaya jangan ada yang merusak kamu dengan filsafat dan penipuan hampa menurut ajaran tradisi manusia, menurut prinsip-prinsip mula
dunia dan bukan menurut Kristus. 9
Sebab di dalam Dialah berdiam seluruh
kepenuhan keAllahan secara jasmani. 10 dan kamu sempurna di dalam Dia, yang adalah
Kepala semua pemerintahan dan penguasa…”
Inilah seluruh tujuan kitab itu, untuk menunjukkan kepada
bangsa Yahudi dan seluruh dunia yang memeluk kebenaran di dalam Yesus, bahwa
tidak ada jalan lain ke keselamatan selain dalam Yesus Kristus.
So if we look at the Heavenly Sanctuary do we have any report other than
what the book of Hebrews tells us about a Heavenly reality for the earthly copy?
Well, if we go to the book of Revelation then this one speaks about the
ministry of Christ in Heaven and verse 12 chapter 1 says, “12 And
I turned to see the voice that spake with me. And being turned, I saw seven
golden Candlesticks; 13 And in the midst of the seven Candlesticks,
One like unto the Son of Man, clothed with a garment down to the foot, and girt
about the paps with a golden girdle.”
So here in vision John sees a glimpse of the Heavenly, and He sees Jesus
the Son of Man walking between the
Candlesticks. This title “Son of Man” we read in the book of Daniel, where one
like the Son of Man comes to the Ancient of Days. So this is Jesus ministering
in the Holy compartment, the first chamber of the Sanctuary. And we find it in
the book of Revelation, so this cannot refer to the earthly Sanctuary.
Jadi kalau kita simak Bait Suci surgawi apakah ada tulisan yang lain
selain apa yang dikatakan kitab Ibrani tentang kenyataan Bait Suci surgawi yang tiruannya ada di dunia?
Nah, kalau kita ke kitab Wahyu, maka kitab ini bicara
tentang ministri Kristus di Surga, dan pasal 1:12 mengatakan, “12 Lalu
aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku
berpaling, tampaklah kepadaku tujuh Kaki Dian dari emas, 13 dan di
tengah-tengah ketujuh Kaki Dian itu ada Satu yang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah
yang panjangnya sampai ke kaki, dan dadanya
berlilitkan ikat dari emas.”
Jadi di sini Yohanes melihat dalam penglihatan sekelebat
dari yang surgawi, dan dia melihat Yesus, Anak Manusia berjalan di antara Kaki
Dian. Sebutan “Anak Manusia” kita temui di kitab Daniel,
di mana dikatakan Satu yang serupa Anak Manusia datang kepada Yang Lanjut Usia.
Jadi ini adalah Yesus yang melayani di Bilik Kudus, bilik yang pertama di Bait
Suci. Dan kita lihat di kitab Wahyu, ini tidak mungkin mengacu kepada Bait Suci
yang di dunia.
Revelations 8:3, “3 And
another Angel came and stood at the Altar, having a golden censer; and there
was given unto Him much Incense, that He should offer it with the prayers of
all saints upon the golden Altar which was before the throne. 4 And
the smoke of the Incense, which came with the prayers of the saints, ascended
up before God out of the Angel's hand.”
Here's another glimpse of the first chamber, the Holy Place where he sees
the ministration at the Altar of Incense. So it's a clear description of a
Sanctuary which is not an earthly Sanctuary but a Heavenly Sanctuary.
Wahyu 8:3, “3 Dan
seorang Malaikat lain, datang dan berdiri di dekat Mezbah membawa
sebuah pedupaan emas; dan kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkanNya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas Mezbah emas yang
ada di hadapan takhta itu. 4 Dan
asap kemenyan yang muncul bersama-sama dengan
doa orang-orang kudus itu naik di hadapan
Allah dari tangan Malaikat itu.”
Di sini ada selayang pandang lagi tentang bilik yang
pertama, Bilik Kudus, di mana dia melihat pelayanan di Mezbah Ukupan. Jadi ini
gambaran yang jelas dari Bait Suci yang bukan Bait Suci duniawi melainkan Bait
Suci surgawi.
Now if we jump ahead to Revelation 11:19 there we get another glimpse, and
it says, “19 And
the temple of God was opened in heaven, and there was seen in His temple the
Ark of His Testament: and there were lightnings, and voices, and thunderings,
and an earthquake, and great hail.” So here we have a glimpse into the Most Holy Place where the Ark of the
Covenant was kept.
Nah, bila kita
loncat ke depan ke Wahyu 11:19, di sana kita melihat lagi sedikit, dan
dikatakan, “19 Lalu kuil
Allah terbuka di sorga, dan
kelihatanlah di dalam KuilNya Tabut
Perjanjian-Nya; dan ada kilat, dan bunyi-bunyi, dan guruh-guruh dan gempa bumi dan hujan batu es lebat.” Jadi di sini kita mendapat suatu pandangan ke dalam Bilik
Mahakudus di mana Tabut Perjanjian disimpan.
So clearly the Bible tells us that there is a Heavenly Sanctuary. And to
allegorize it would be to remove a very
clear statement of a ministry that is taking place in Heaven.
It's interesting that Revelation 11 comes at the stage where the ministry transfers
from a ministry in the Holy Place to a ministry in the Most Holy Place.
So this is Day of Atonement language, because only on the Day of Atonement
the priest entered into the Most Holy Place.
Maka jelas Alkitab mengatakan kepada kita bahwa ada
sebuah Bait Suci surgawi. Dan mengatakan itu kiasan, itu sama dengan menyingkirkan suatu pernyataan yang sangat jelas tentang
suatu ministri yang sedang terjadi di Surga.
Yang menarik Wahyu 11 muncul pada tahap di mana ministri
itu dipindahkan dari ministri di Bilik Kudus ke ministri di Bilik Mahakudus.
Maka ini adalah bahasa Hari Grafirat (Pendamaian), karena
hanya pada Hari Grafirat, Imam Besar masuk ke Bilik Mahakudus.
So does the Bible speak about a Sanctuary, a literal Sanctuary that is in Heaven?
The answer is Yes. Paul says it quite plainly, God built it, He pitched it and
not man. And the book of Revelation in
vision tells us that John saw the
ministry taking place first in the Holy and then as the story progresses closer
to our time, he saw the ministry continuing in the Most Holy.
Jadi, apakah Alkitab
bicara tentang sebuah Bait Suci, Bait Suci yang literal yang ada di Surga?
Jawabannya ialah Iya. Paulus mengatakannya dengan jelas, Allah yang membuatnya,
Dia yang mendirikannya, dan bukan manusia. Dan kitab Wahyu mengatakan kepada
kita bahwa Yohanes dalam penglihatannya melihat ministri yang sedang terjadi di
Bilik Kudus kemudian sementara ceritanya berlanjut semakin dekat ke zaman kita,
dia melihat ministri itu berlanjut di Bilik Mahakudus.
Hebrews 8:3-5
So let's continue with Hebrews 8. So verse 3 tells us, “3 For
every high priest is ordained to offer gifts and sacrifices: wherefore it is of
necessity that this Man have somewhat also to offer. 4 For if He were
on earth, He should not be a priest, seeing that there are priests that offer
gifts according to the Law 5 who serve unto the example and shadow
of heavenly things. As Moses was admonished of God when he was about to make
the tabernacle: for, ‘See,’ saith He, ‘that thou make all things according to
the pattern shewed to thee in the mount.’…”
So here we have another confirmation that the earthly is a shadow of the
Heavenly. And the earthly priest had to have something to offer, and so the
Heavenly Priest must have something to offer.
Now the offering of the earthly was an animal offering, and the blood was
the symbol of the life that was shed; and so the Heavenly also had something to
offer, the blood of Christ which is the life which He gave for us.
Ibrani 8:3-5
Jadi mari kita lanjut dengan Ibrani 8. Ayat 3 berkata, “3 Sebab setiap Imam Besar
ditetapkan untuk mempersembahkan kurban dan persembahan, dan karena itu Manusia ini juga perlu punya sesuatu untuk dipersembahkan. 4
Sekiranya Ia di bumi ini, Ia tidak seharusnya
menjadi imam, karena ada imam-imam yang
mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat, 5 yang melayani sesuai contoh dan bayangan dari hal-hal surgawi, sebagaimana Musa diperingatkan oleh Allah, ketika ia akan mendirikan tabernakel
itu, ‘Sebab pastikan,’ firman-Nya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu menurut pola yang telah ditunjukkan kepadamu di atas
gunung.’…”
Jadi di sini ada konfirmasi lain bahwa Bait Suci yang
duniawi itu adalah bayangan dari yang surgawi. Dan imam yang duniawi harus
punya sesuatu untuk dipersembahkan, maka Imam yang surgawi harus punya sesuatu
untuk dipersembahkan.
Nah, yang dipersembahkan imam yang duniawi adalah kurban
hewan, dan darahnya merupakan simbol dari hidup yang dicurahkan; maka yang
surgawi juga harus mempersembakan sesuatu, darah Kristus yang adalah hidup yang
diberikanNya kepada kita.
If we go to Exodus 25 when we read in verse 9 onwards, “9 According to all that I shew thee, after the pattern of the
tabernacle, and the pattern of all the instruments thereof, even so shall ye
make it… 40 And look that thou make them after their pattern, which
was shewed thee in the mount.”
So obviously Moses
was given a tour in vision of exactly what it was that he needed to construct a
copy of in miniature here on this earth, and it didn't only include the
building, it also included the detail of every single item in that Sanctuary, and
every single one pointed to the greater reality which is Jesus Christ. So we
need to learn lessons out of all of them.
Jika kita ke Keluaran 25, kalau kita baca ayat 9 dan
seterusnya, “9 Menurut segala
yang Kutunjukkan kepadamu, menurut pola dari
Tabernakel, dan pola segala
perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya…. 40 Dan pastikan
engkau membuat semuanya itu menurut pola
mereka yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung.”
Maka jelas kepada
Musa diberikan sebuah tour dalam penglihatan tentang persisnya apa yang harus
dia buatkan tiruannya dalam bentuk miniatur di dunia di sini, dan itu tidak
hanya bangunannya, itu juga termasuk detail dari setiap item di dalam Bait Suci
dan setiap item itu menunjuk ke realita yang lebih besar yaitu Yesus Kristus.
Jadi kita perlu mengambil pelajaran dari semuanya itu.
And then it goes to the Candlestick, and it says for example, “4
And this work of the Candlestick was of beaten gold, unto the shaft thereof,
unto the flowers thereof, was beaten work: according unto the pattern which the
LORD had shewed Moses, so he made the Candlestick.” (Numbers 8:4)
So not only what it should look like, but how it should be made, this was
also important. So it's interesting that the Candlestick was made of beaten
gold.
So when we read in Colossians 2:17, “17 Which are a shadow of things
to come; but the body is of Christ…” or the reality, the Substance is Jesus Christ.
Kemudian ke Kaki Dian, dan
dikatakan misalnya, “4
Dan pekerjaan dari Kaki Dian itu dari emas
tempaan; dan tangkainya, dan bunganya, adalah
pekerjaan tempaan; sesuai dengan pola yang
telah diperlihatkan TUHAN kepada Musa, demikianlah dibuatnya Kaki Dian itu.” (Bilangan 8:4)
Jadi
bukan hanya bagaimana bentuknya, tetapi bagaimana cara pembuatannya, itu juga
penting.
Maka
yang menarik ialah Kaki Dian itu dibuat
dari emas tempaan.
Bila kita membaca di Kolose 2:17, “17
yang adalah bayangan dari apa yang akan datang, tetapi
wujudnya ialah Kristus…” atau realitanya,
Substansinya ialah Yesus Kristus.
Then it tells us that everything that was constructed pertained to Jesus
and His ministry.
So if we repeat this to really internalize it, “5 …as Moses was admonished of
God when he was about to make the tabernacle: for, ‘See,’ saith He, ‘that thou
make all things according to the pattern shewed to thee in the mount.’…” (Verse
5).
So when we study the Sanctuary then we must learn lessons out of it.
Kemudian kita diberitahu bahwa segala sesuatu yang dibangun itu berkaitan
kepada Yesus dan ministriNya. Maka kita ulangi ini untuk mencernanya, “5 …sebagaimana
Musa diperingatkan oleh Allah, ketika ia
akan mendirikan tabernakel itu, ‘Sebab pastikan,’ firman-Nya, ‘bahwa engkau membuat
semuanya itu menurut pola yang telah
ditunjukkan kepadamu di atas gunung.’…” (ay. 5).
Maka bila kita
mempelajari Bait Suci, kita harus belajar dari pelajaran-pelajarannya.
It was pitched in the middle of the people with the tribes pitched in a
particular order right around.
There was an outer wall of white linen, and even the way in which these posts
were planted is of significance. For example, some of the posts had to be placed on
silver footings, and this silver was prepared from the redemption money, that quarter
shekel which was melted down and served as a pillar or a base for these
pillars. Now that's interesting because the Bible says, He who overcomes I will
make a pillar in the house of the Lord (“ 12 Him
that overcometh will I make a pillar
in the temple of my God…”~ Rev.
3:12)
Bait Suci itu didirikan
di tengah-tengah perkemahan umat sementara suku-suku mendirikan
tenda mereka menurut tatanan yang tertentu di sekelilingnya.
Ada pembatas
luar dari kain lenan putih, dan bahkan cara meletakkan
tiang-tiangnya itu mengandung arti. Misalnya, ada tiang-tiang yang harus ditempatkan di atas dasar dari
perak, dan perak ini disiapkan dari uang tebusan, seperempat bagian syikal
yang dilebur dan dibuat sebagai dasar untuk tiang-tiang itu. Nah itu menarik
karena Alkitab mengatakan, “12
Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru (tiang) di dalam Bait Suci
Allah-Ku…” (Wah.
3:12)
So what does this pillar stand on, which stands for the humanity? It stands on that
redemption that release from the penalty of sin. So if we build on
another foundation other than Christ, then we have no foundation. So this foundation
was the redemption that we find in Jesus Christ which makes it possible
for us to be a pillar, or to be compared to one of these pillars. And we're
admonished to stand like a needle to the pole, like a needle to the pillar.
Maka tiang
ini yang
melambangkan kemanusiaan berdiri di atas apa? Dia berdiri di atas penebusan yang
membebaskan dari hukuman
dosa. Jadi jika
kita membangun fondasi yang lain daripada Kristus, maka kita tidak punya
fondasi. Jadi fondasi ini adalah
penebusan yang kita dapati dalam Yesus Kristus yang memungkinkan
kita untuk menjadi sebuah tiang, atau dibandingkan dengan salah satu
tiang-tiang itu. Dan kita diperingatkan untuk berdiri tegak seperti jarum
kompas ke kutub utara, seperti jarum ke tiang.
And there was an entrance, one entrance, which was called the Gate,
and you entered in there and then you came across the Altar of Burnt Offering which
had a brass covering over shittim wood.
Then you had the Laver, we'll talk about that in particular.
And then you had the Sanctuary which was divided into a first
compartment and a second compartment, and it had a
particular covering.
Dan ada pintu masuk, satu pintu masuk, yang disebut “Pintu Gerbang” dan orang masuk dari sana kemudian dia bertemu dengan Mezbah Kurban, yang memiliki penutup dari kuningan di atas kayu akasia.
Lalu ada Bejana
Pembasuh, kita nanti akan khusus membicarakan itu.
Kemudian Bait Sucinya yang dibagi ke bilik pertama dan bilik kedua, dan ada tutupnya yang
khas.
So just looking at the symbolism here,
v the white linen,
of course the
Bible tells us that the white linen stands for the righteousness of the saints.
Now we have no righteousness other than a righteousness which is imputed and imparted by Jesus
Christ. So it stands for the righteousness of Jesus Christ.
v And Jesus Himself said that He is the door,
so when you
entered into this opening, this door, you were entering through the ministry of
Jesus Christ, and you came into His presence,
v and immediately you are faced with the Altar of Burnt Offering,
and exactly what
happened there, the lamb, the fat, was burnt in certain components. You had the
priest who would minister unto a repentant sinner that had come in through this
opening, placed his hands on the lamb, as we will see, in type transferred the
sins to the lamb, and then with his own hand he would kill the lamb, typifying
the fact that Jesus died for us, and that we are responsible for that death.
v Then you had the Laver,
where ritual
washings took place. We'll talk about that a little bit later.
And then we enter into the other chambers.
Jadi hanya melihat simbolismenya di sini,
v Lenan putih,
Tentu saja Alkitab mengatakan kepada kita bahwa lenan
putih melambangkan kebenaran
orang-orang kudus. Nah, kita tidak memiliki kebenaran selain
kebenaran yang diperhitungkan dan
dibagikan oleh Yesus Kristus. Maka ini melambangkan kebenaran Yesus Kristus.
v Dan Yesus sendiri mengatakan
Dialah pintunya.
Maka bila orang masuk melalui bukaan ini, pintu ini, dia
masuk melalui ministri Yesus Kristus dan dia tiba di hadiratNya.
v Lalu langsung orang berhadapan
dengan Mezbah Kurban,
dan tepatnya apa yang terjadi di sana ialah, dombanya,
lemaknya, dibakar di bagian tertentu. Ada imam yang melayani seorang pendosa
yang bertobat yang sudah masuk melalui pintu
gerbang itu,
menempatkan tangannya di atas domba, seperti yang akan kita lihat, dalam tipe
itu memindahkan dosa-dosa kepada domba itu, kemudian dengan tangannya sendiri
dia membunuh domba itu, melambangkan fakta bahwa Yesus mati buat kita, dan kita
bertanggung jawab untuk kematian itu.
v Lalu ada Bejana Pembasuh,
di mana pembasuhan-pembasuhan ritual dilakukan. Kita akan
membahasnya nanti.
Kemudian kita masuk ke bilik-bilik yang lain.
So there was this outer court and that represents the earth. So,
v the gate,
v the door
v and the veil
represent the three dimensions of Christ's
ministry.
So the three dimensions of course were:
ü the sacrifice itself
ü the ministration in the Holy Place
ü and then in the Most Holy Place
progressive one after the other, because
the earthly served as a type for the Heavenly.
Jadi ada Pelataran
dan itu melambangkan dunia
ini. Maka,
v pintu gerbangnya,
v pintunya,
v dan tabirnya.
melambangkan tiga dimensi ministri Kristus:
ü kurban itu sendiri,
ü pelayanan di Bilik Kudus,
ü pelayanan di Bilik Mahakudus.
Progresif yang satu
mengikuti yang lain, karena yang duniawi berfungsi sebagai tipe bagi yang surgawi.
There were four pillars for the veil and here was the veil.
So there were four pillars, and four coverings, four colors, four ingredients in the
Showbread, so this means that salvation
was available to the whole world, because four is the number of those on the
earth. There's the north, the east, the west, and the south. So 4
represents the earth.
5 represents humanity.
There's so much detail in every single item and how it was prepared, and
what the base was like. We don't have
the time to go into all of those details, but it really is worthwhile studying
these things.
Ada 4 tiang untuk tabirnya dan inilah tabirnya.
Jadi ada 4
tiang, dan 4 penutup, 4 warna, 4 bahan dalam roti sajian. Maka
ini artinya keselamatan
tersedia bagi seluruh dunia karena 4 adalah angka mereka yang di
bumi. Ada utara, timur, barat, dan selatan. Jadi 4 melambangkan bumi.
5 melambangkan manusia.
Ada begitu banyak detail pada setiap item dan bagaimana
itu dipersiapkan dan dasarnya seperti apa. Kita tidak punya waktu untuk
membahas semua detailnya, tetapi sungguh bermanfaat mempelajari hal-hal ini.
And then there was this tent, with these four coverings. And we
can look at them in a little bit more detail.
Kemudian ada tenda
itu dengan keempat penutupnya. Dan kita akan menyimak mereka
dengan sedikit lebih seksama.
1.
The outer covering was from badger skin.
Now badger skin didn't look very magnificent. It was not a
glorious appearance, and it's interesting that the badger is also an unclean
animal. And one wonders why the outer covering should have been of
badger skin? And the answer is, that Christ veiled His divinity with a covering of
humanity. So it represents Christ, the lowly Savior, He who became
sin for us, who took our uncleanness upon Himself, and it is
represented by the badger skin. So there was no comeliness to the outer
covering that we should be attracted by it. But it was something to contemplate,
why would He take badger skin? Because He who was sinless became sin for us.
1.
Penutup luarnya
dari kulit badger (dari
keluarga Mustelidae misalnya berang-berang, cerpelai, ferret; dan keluarga Mephitidae
misalnya sigung).
Nah kulit badger tidak terlihat terlalu bagus. Dia tidak tampak mewah, dan yang menarik
badger ini adalah hewan yang najis. Dan menjadi pertanyaan, mengapa penutup luarnya harus dari kulit badger? Jawabannya
ialah, Kristus menyelubungi
KeilahianNya dengan penutup kemanusiaan. Jadi itu melambangkan Kristus,
Juruselamat yang hina, Dia yang
menjadi dosa bagi kita, yang menanggung kenajisan kita
pada DiriNya Sendiri, dan itu dilambangkan oleh kulit badger. Jadi tidak ada keindahan
pada penutup luarnya yang akan membuat kita tertarik padanya. Tetapi ini sesuatu
untuk direnungkan, mengapa Kristus memakai kulit badger? Karena Dia yang tidak punya dosa menjadi dosa bagi kita.
2.
The next one was a skin of rams, dyed red
And that represents Christ the sacrifice or the sacrificial
Savior.
2.
Yang kedua adalah kulit
domba jantan yang diwarna merah.
Dan ini melambangkan
Kristus, Sang Kurban, atau Juruselamat yang dikurbankan.
3. Then there was a covering of the woven
goat's hair and that was pure white.
So that represents
the righteousness of Christ or Christ the sinless Savior.
3.
Kemudian ada penutup dari rambut kambing yang dianyam yang putih murni.
Jadi itu melambangkan
kebenaran Kristus, atau Kristus, Juruselamat yang tidak punya dosa.
4. And the inner one or the royal covering blue,
scarlet, and purple,
is Christ the
worthy King, or Christ the exalted Savior.
So this is
interesting. The inner one that you couldn't see from the outside was the royalty.
He veiled His royalty, He veiled His divinity so that He could become one with
humanity.
There are so
many lessons in this Sanctuary.
4.
Dan penutup
yang paling dalam atau penutup rajanya, biru, merah, dan ungu.
yaitu Kristus Raja yang layak, atau
Kristus Juruselamat yang ditinggikan.
Jadi ini menarik. Yang paling dalam yang tidak bisa
dilihat dari luar itulah yang
kerajaan. Kristus menutupi status rajaNya, Dia menutupi
KeilahianNya supaya Dia bisa menjadi satu dengan kemanusiaan.
Ada begitu banyak pelajaran di Bait Suci ini.
If we look at the Holy Place, and behind the veil the Most Holy Place.
Then in
the Holy Place there was:
ü the Candlestick
ü then there was the Altar of Incense right
up against the veil
ü and then there was the Altar (Table) of
Showbread
Jika kita lihat Bilik Kudus, dan di balik tabir Bilik
Mahakudus.
Maka di
Bilik Kudus terdapat:
ü Kaki Dian
ü lalu ada Mezbah Ukupan yang
tepat di depan tabir
ü lalu ada Meja Roti Sajian
Now if we look at this veil,
we'll see that it doesn't go all the way to the top and it was completely closed
because the high priest only entered into the veil behind the veil into the presence
of the Ark once a year on the Day of Atonement, but when the incense was burnt on the
Altar of Incense, then the smoke would ascend over it and would come into
contact with the Ark of the Covenant. And it is over the Ark of the
Covenant, which
serves like a
throne between the two covering cherubs that the Shekinah glory would appear when God
communed with His people. So He
basically spoke through the veil, and the veil of course represents
the flesh of Jesus Christ.
ü So both of the outer
gate
ü plus the door to the first chamber
ü plus the veil to the Most Holy Place
they all
represent Jesus Christ.
Nah, jika kita lihat Tabir ini, kita akan lihat bahwa dia tidak sampai ke atas, dan dia seluruhnya menutupi karena imam besar hanya masuk ke belakang tabir itu ke hadirat Tabut Perjanjian satu kali dalam setahun pada Hari Pendamaian, tetapi ketika kemenyan dibakar di Mezbah Ukupan, maka asapnya akan naik melewati tabir itu dan akan bersentuhan dengan Tabut Perjanjian. Dan di atas Tabut Perjanjian itulah, yang berfungsi sebagai takhta di antara kedua kerub penudung, kemuliaan Shekinah muncul saat Allah berkomunikasi dengan umatNya. Jadi pada dasarnya Allah berbicara melalui Tabir itu, dan Tabir itu tentu saja melambangkan daging Yesus Kristus.
ü Jadi pintu gerbang,
ü dan pintu bilik pertama (Bilik Kudus),
ü dan Tabir ke Bilik Mahakudus,
mereka semua
melambangkan Yesus Kristus.
So as we said before, when a penitent person came into the Sanctuary, then
he would lay his hands on the offering, and the sin in type was transferred to the
lamb. That's very important. He didn't confess his sins to the priest, he confessed
his sins privately over the lamb, and the lamb then became the substitute,
pointing to the great antitypical Lamb Jesus Christ.
Jadi seperti yang kita katakan sebelumnya, ketika seorang
yang menyesali dosanya datang ke Bait Suci, maka dia akan menumpangkan
tangannya di atas kurban, dan dalam bentuk tipe dosanya dipindahkan kepada
domba itu. Itu sangat penting. Dia tidak mengakui dosanya kepada imam, dia
mengakui dosanya secara pribadi di atas si domba, kemudian domba itu menjadi
pengganti dia, menunjuk ke Domba antitipe Yesus Kristus.
There was also a rope which isn't depicted here which tied the lamb or
connected it in a very intimate way with the Altar of Burnt Offering, and when the fat was taken out and burnt on the Altar,
this represents
the sin, the
inner sin, that had been expiated, which had been removed, and then the
sinner stood justified before God.
Juga ada seutas tali yang tidak digambarkan di sini, yang
mengikat domba itu atau menghubungkan domba itu
dengan cara yang sangat intim dengan
Mezbah Kurban, dan ketika lemaknya
dikeluarkan dan dibakar di mezbah, ini melambangkan dosa-dosa yang ada di dalam
yang sudah diampuni, yang telah
disingkirkan, kemudian si pendosa berdiri di hadapan Allah dalam
kondisi sudah dibenarkan.
The priest himself of course also represents
Jesus Christ but because he was an earthly priest and subject to death,
therefore he was succeeded by the next generation, and the next generation. But
he pointed to a greater reality, which is an immortal High Priest that will
live forever, namely Jesus Christ.
Si imam sendiri tentu saja juga melambangkan Yesus Kristus,
tetapi karena dia seorang imam manusia dan tidak
luput dari kematian,
maka dia digantikan oleh generasi berikutnya, dan generasi berikutnya. Tetapi
imam itu menunjuk kepada realita yang lebih besar, yaitu Sang Imam Besar yang
kekal yang akan hidup selamanya, yaitu Yesus Kristus.
It's also interesting that when the priest officiated, he would take
a tiny portion of the flesh once it had been prepared and eat it,
in type transferring the sin that had been confessed over the offering to
himself, so he became in type a sin bearer. And when he offered for his own
sins ~ because he was a mortal man, a sinner just
as all of humanity is depicted ~ then he would offer that sacrifice for himself, plus all of those that had
been internalized or confessed, and he would take some of that blood into the Holy
Place and apply it to the horns of the Altar of Incense, so in type the
sins were then transferred to the Holy Place as it were a record, a
hard disk, a hard drive, with all the sins of the children of Israel. And this
record of sin accumulated over a year. And once a year even the record of sin
was removed. But we'll come to that later.
Yang juga menarik ketika imam itu melayani, dia akan mengambil seporsi kecil
dari dagingnya setelah itu dipersiapkan, dan memakannya, dalam tipe memindahkan
dosa yang telah diakui di atas hewan kurban kepada dirinya sendiri, sehingga dalam tipe dia menjadi pemikul
dosa. Dan ketika dia mempersembahkan kurban bagi dosa-dosanya
sendiri ~ karena dia adalah manusia
fana dan seorang pendosa juga seperti semua manusia ~ maka dia mempersembahkan kurban bagi dirinya sendiri,
ditambah bagi semua (dosa) yang sudah diakui, yang sudah dimakannya. Dan dia akan membawa dari darah
kurban itu masuk ke Bilik Kudus dan mengoleskannya pada tanduk-tanduk Mezbah
Ukupan, sehingga dalam
tipe dosa-dosa itu dipindahkan ke Bilik Kudus, seolah-olah sebagai catatan,
atau hard disk, atau hard drive, berisikan semua dosa umat Israel. Dan
catatan dosa ini dikumpulkan selama satu tahun, dan satu kali setahun bahkan
catatan dosa itu pun disingkirkan. Tetapi kita bicarakan itu nanti.
Now inside
the Most Holy Place,
ü you had the Ark of the Covenant with
the two covering cherubs,
and the Ark of the Covenant was made of
shittim wood, and it was covered with pure gold.
And inside was the Covenant, or the Moral Law, the Ten
Commandments on the two tables of stone, written on both sides.
Originally there was also a pot of hidden mana, and there was also the staff
of Aaron that had budded. Now it's interesting that that staff when it
budded, produced not only leaves but also produced fruit and flowers. So the
entire process was depicted in one miracle. It budded, and it produced the
leaves, it produced the flowers, and it produced the fruit, representing
also that process
of sanctification through to the production of fruit.
Nah, di dalam Bilik Mahakudus,
ü ada Tabut Perjanjian dengan dua kerub
penudung,
dan Tabut
Perjanjian itu dibuat dari kayu akasia, dan dilapis dengan emas
murni.
Dan di dalamnya terdapat
Perjanjiannya, atau Hukum Moral, Kesepuluh Perintah Allah, di
atas dua loh batu, yang tertulis pada
kedua sisinya.
Aslinya di
sana juga ada sebuah tempat berisi manna yang
tersembunyi, dan juga ada tongkat
Harun yang bertunas. Nah, yang menarik tongkat itu ketika dia
bertunas, tidak hanya mengeluarkan daun tetapi juga menghasilkan buah, yang
juga melambangkan proses pengudusan
hingga sampai tahap menghasilkan buah.
ü Now beside
the Ark was the book that was written by Moses, the scroll.
And that
represented the Ceremonial Law. Now the Ceremonial Law was not placed in the
Ark, so the Ceremonial Law was beside the Ark.
ü So this Mercy Seat at the top which covered the Ark,
shielded one from the condemnation of
the Moral Law, the Moral Law of Ten Commandments,
if you break one, you break them all; and the wages of sin is death. It's the
breaking of the Law, because sin is the transgression of the Law, that's a
reference to the Moral Law. That's why the Mercy Seat covered it.
ü Nah, di samping Tabut Perjanjian itu ada kitab
yang ditulis oleh Musa, gulungan
kitab.
Dan ini adalah Hukum Seremonialnya. Nah, Hukum Seremonial
ini tidak ditempatkan di dalam Tabut, jadi Hukum Seremonial ini ada di samping
Tabut.
ü Tutup
Pendamaiannya di bagian atas Tabut menutupi Tabut itu,
melindungi manusia
dari kutukan Hukum Moral, Kesepuluh Perintah Allah, yang jika dilanggar satu
hukumnya, sama dengan melanggar semuanya; dan upah dosa ialah maut, itu
pelanggaran Hukum karena dosa adalah melanggar Hukum, yang dimaksud di sini ialah Hukum
Moral. Itulah mengapa Tutup Pendamaian menutupinya.
So we continue with Deuteronomy 31:24-26 and it reads, “24 And
it came to pass, when Moses had made an end of writing the words of this Law in
a book…” referring to the Ceremonial Law, “…until they were finished, 25
That Moses commanded the Levites, which bare the Ark of the Covenant of the
LORD, saying, 26 Take this book of the Law, and put it in the side
of the Ark…” not inside
“…the Ark of the Covenant of the LORD your God, that it may be there for
a witness against thee.”
So this book of the Law, the Ceremonial Law, which contained all
the types and shadows was there as a witness “against thee” or against
us. Why should that be?
Maka kita lanjut dengan
Ulangan 31:24-26 dan dikatakan, “24
Dan terjadilah ketika Musa selesai
menuliskan kata-kata Hukum ini dalam sebuah kitab…” mengacu kepada
Hukum Seremonial, “…sampai
selesai, 25 maka Musa
memerintahkan kepada orang-orang Lewi yang mengangkut
Tabut Perjanjian TUHAN, katanya, 26
‘Ambillah kitab Hukum ini dan letakkanlah di
samping Tabut Perjanjian…” bukan di dalamnya, “…Tabut Perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya itu boleh berada di sana sebagai saksi yang menantang engkau…” Jadi kitab Hukum
ini, Hukum Seremonial,
yang berisikan semua tipe dan bayangan, ada di sana sebagai saksi “…yang menantang
engkau” atau menantang kita. Mengapa harus begitu?
Well, the Moral Law had been transgressed, and so humanity was in sin. So
the Bible says the Law was added because of transgression. Now there is no transgression if there is no
Law, because the Bible also says, where there is no Law there's no
transgression. So if it was added
because of transgression, then it must have been added because of the
transgression of another Law, and that of course is the Moral Law. So the Moral
Law was transgressed, and necessitated the addition of the Ceremonial Law.
And the
Ceremonial Law was the shadow that pointed to the greater reality, the
Substance, Jesus Christ, who would come and redeem the world.
And it
is a testimony against us because it requires death, it requires death of
the substitute, so the shadow lamb had to die because it referred to the greater anti-typical
Lamb who also had to die, namely Jesus Christ.
And it
condemned us and that is why we were responsible for that death of the Lamb.
And it showed us our part in this entire sad story. It told us that we were
responsible for the death of the Lamb.
Nah, Hukum Moral telah dilanggar maka kemanusian jatuh
dalam dosa. Jadi Alkitab berkata Hukum itu ditambahkan karena adanya
pelanggaran (Galatia 3:19). Nah, tidak akan ada pelanggaran, jika tidak ada
Hukum; karena Alkitab juga berkata di mana tidak ada Hukum maka tidak akan ada
pelanggaran (Roma 4:15). Maka jika Hukum ini ditambahkan karena adanya
pelanggaran, maka tentunya Hukum ini ditambahkan karena telah terjadi
pelanggaran pada Hukum yang lain, dan tentunya itu ialah Hukum Moral. Jadi Hukum Moral dilanggar, dan itu
mengharuskan ditambahkannya Hukum Seremonial. Dan Hukum Seremonial adalah
bayangannya yang menunjuk ke realita yang lebih besar,
Substansinya, Yesus Kristus yang
akan datang dan menebus dunia.
Dan itu
menjadi kesaksian yang menantang kita karena dia menuntut kematian,
dia menuntut kematian dari si pengganti. Maka
domba bayangan itu harus mati karena dia menunujuk kepada Domba
antitipe yang lebih besar yang harus mati juga, yaitu Yesus Kristus.
Dan itu
menuduh kita, dan itulah mengapa kitalah yang bertanggungjawab
atas kematian Domba itu. Dan itu menunjukkan peranan kita dalam
seluruh kisah yang menyedihkan ini. Ini memberitahu kita bahwa kitalah yang menyebabkan
kematian Domba itu.
So if we look at the two major divisions of the Law:
1. the Moral Law and
2. the Ceremonial Law
Then we will see that the Moral Law is called the “Royal Law” (James 2:8, 12). It's also called the “Law of Liberty”.
So this Law is the Law of Liberty, because
if everybody keeps it, then people will be free. Imagine everybody keeping the
Law of God what a wonderful world this would be, wouldn't it be? You could walk
in the streets without fear of being accosted by some criminal, you could have
your house open and no need for locks or anything to keep the thief out, you
would not have to worry about the covetous neighbor who had evil thoughts
because you possessed something that he or she did not possess, everybody would
have a conviction that God is enthroned rightfully on His throne. The first
tablet there would be respect for God, there would be no other god beside Him,
idolatry would be something that wouldn't exist, and time, precious time spent
with God would be kept. So it's called a Law of Liberty, it sets you free
from the bondage of sin.
Now the Law cannot provide that, so the
Ceremonial Law was added because it pointed to the greater reality which is
Jesus Christ, who would be able to restore that liberty.
v In Exodus 31:18, 32:16, we are also told that this Moral Law was written by the finger of
God on stone.
v It was placed inside the Ark according to Deuteronomy 10:1-5, and 1 Kings 8:9.
And it existed before sin (1 John 3:4, 8; Rom.
4:15, 5:13) because where there is no Law there's no transgression. So if there
was a transgression, then the Law must have existed. And we've already
discussed this in many other lectures. Satan could not have sinned, Lucifer
could not have fallen if there had not been no Law.
Now which Laws did he break? The Bible says
he broke them all,
ü but it started off with coveting the position of God, that is
breaking the
tenth Commandment.
ü If you covet the position of God, and you want to place yourself in that
position, then obviously you want to be God as well, that's breaking the first
Commandment.
ü And if you consider yourself in that place rightfully, that's breaking the second
Commandment, it's idolatry.
ü It's disrespect for God, it's taking His name in vain.
ü If we go through to the second table of stone, honor your father and your
mother well, who was his Father? God was his Father. He was dishonoring
his Father as a consequence.
ü and he proved that he was willing to kill Him because he instigated
the crucifixion of Jesus.
ü He was a liar from the beginning because he never told the truth about
Jesus.
ü And he was a thief because he wanted to steal a position.
Maka kalau kita melihat kedua
pembagian besar Hukum:
1.
Hukum Moral dan
2.
Hukum Seremonial
Lalu kita akan menyimak bahwa Hukum Moral disebut sebagai “Hukum Kerajaan” (Yakobus 2:8, 12) , itu juga disebut “Hukum Kebebasan”.
Jadi hukum
ini adalah Hukum Kebebasan, karena jika semua orang memeliharanya, maka semua
orang bebas. Bayangkan semua orang mematuhi Hukum Allah, akan betapa
menyenangkannya dunia ini, bukan? Kita bisa berjalan di jalan tanpa rasa takut
dihadang orang jahat, kita bisa membiarkan pintu rumah kita terbuka tanpa perlu
kunci atau apa pun untuk mencegah maling masuk, kita tidak usah mengkhawatirkan
tetangga yang iri hati yang punya niat jahat karena kita memiliki
sesuatu yang tidak dimilikinya. Semua orang memiliki keyakinan bahwa Allah
bertakhta secara sah di takhtaNya.
Loh batu
yang pertama itu hormat bagi Allah, tidak akan ada allah lain kecuali Dia; penyembahan
berhala itu sesuatu yang tidak akan eksis; dan waktu, waktu yang
berharga untuk dilewati bersama Allah akan dipelihara. Jadi itu disebut Hukum Kebebasan, itu
membebaskan kita dari belenggu dosa.
Nah, Hukum Moral tidak bisa
memberi itu, maka Hukum Seremonial ditambahkan karena itu menunjuk ke realita
yang lebih besar yaitu Yesus Kristus, yang akan bisa memulihkan kebebasan itu.
v Di Keluaran 31:18, 32:16, kita
mendapat tahu bahwa Hukum Moral ini
ditulis oleh jari Allah di atas batu.
v Itu ditempatkan di dalam Tabut,
menurut Ulangan 10:1-5 dan 1 Raja 8:9.
v Dan itu eksis sebelum dosa (1 Yoh. 3:4, 8; Rom.
4:15, 5:13) karena di mana tidak ada Hukum, maka tidak ada pelanggaran. Karena
itu, jika ada pelanggaran, berarti Hukum pasti sudah eksis. Dan kita sudah
membahas ini di banyak ceramah yang lain. Setan tidak mungkin berbuat dosa, Lucifer tidak mungkin jatuh
andaikan tidak ada Hukum.
Nah, Hukum yang mana yang dilanggar Lucifer? Alkitab
mengatakan dia melanggar semuanya,
ü tetapi itu dimulai dengan mengingini
kedudukan Allah, itu melanggar Perintah Kesepuluh.
ü Jika kita menginginkan posisi
Allah, dan kita mau menempatkan diri kita di posisi itu, maka jelas kita juga mau menjadi Allah,
itu melanggar Perintah Pertama.
ü Dan jika kita menganggap kita
sah di tempat itu, itu melanggar Perintah Kedua,
itu menyembah berhala.
ü Itu tidak menghormati Allah, memakai namaNya dengan tidak
pantas (Ketiga).
ü Jika kita ke loh batu yang
kedua, hormati ayahmu dan ibumu, nah, siapakah Bapanya? Allah itu Bapanya.
Sebagai akibatnya, Dia tidak
menghormati Bapanya (Kelima).
ü Dan dia membuktikannya dengan bersedia membunuhNya
karena dialah yang menginstigasi penyaliban Yesus. (Keenam).
ü Dialah seorang pendusta dari
awal karena dia selalu berbohong tentang Yesus (Kesembilan).
ü Dan dia seorang pencuri karena
dia mau mencuri suatu kedudukan (Kedelapan).
So that's the Moral Law that was
transgressed in Heaven already, and then continued here on earth.
v So the Moral Law tells us what sin
is.
So Romans 3:20;
7:7, tell us that the purpose was to reveal what sin is.
v It's called a complete Law, it's called a perfect Law, it's called a holy Law
(Deut. 5:22; Psalms 19:7; Rom 7:12)
it is stated
that it is just, and that it is good, and that it will stand forever.
v So the Moral Law is cast in stone,
that alone
should tell us that it can never be removed, and that's why Jesus said He has
not come to take away the Law, not one jot or one tittle will by any means
disappear from the Law.
Jadi itulah Hukum Moral yang sudah dilanggar di Surga,
kemudian dilanjutkan di dunia di sini.
v Maka Hukum Moral itu
memberitahu kita apa itu dosa.
Jadi Roma 3:20, 7:7, mengatakan kepada kita bahwa tujuannya ialah untuk
mengungkapkan apa itu dosa.
v Dia disebut Hukum yang lengkap,
dia disebut Hukum yang sempurna,
dia disebut Hukum yang kudus
(Ulangan 5:22; Mazmur 19:7; Roma 7:12),
dikatakan bahwa dia adil, dan bahwa dia baik, dan bahwa
dia kekal selamanya.
v Jadi Hukum Moral itu dicetak
di atas batu,
itu saja sudah mengatakan kepada kita bahwa dia tidak
akan bisa disingkirkan, dan itulah mengapa Yesus berkata Dia tidak datang untuk
menghapuskan Hukum, tidak satu coretan atau satu titik pun akan lenyap oleh apa
pun dari Hukum itu. (Mat. 5:17-18).
The Ceremonial
Law in contrast was also called “the Law of Commandments contained in
ordinances” we can read
that name for it in Ephesians 2:5, and Hebrews 9:10 talks about it.
v Deuteronomy 31:9, 24 tell us that it was written by Moses as we just
read in the book of the Law.
v And was placed beside the Ark according to Deuteronomy 31:24-26.
v And it was added because of transgression (Gal. 3:19) in other words it was
given after
sin.
v And the purpose was to reveal (Lev. 6:1, 6-7) the remedy
for sin (John 7:29),
v and it was temporary (Mat. 27:51) it had to be replaced by the Reality.
Hukum Seremonial sebagai perbandingan, juga disebut “Hukum dari
Perintah-perintah yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan”, kita
bisa membaca nama ini di Efesus 2:5, dan Ibrani 9:10 bicara tentang itu.
v Ulangan 31:9, 24, mengatakan
kepada kita bahwa itu ditulis
oleh Musa, seperti yang baru kita baca di kitab Hukum,
v dan ditempatkan di samping Tabut
menurut Ulangan 31:24-26.
v Dan itu ditambahkan karena adanya pelanggaran
(Gal. 3:19), dengan kata lain itu diberikan setelah dosa.
v Tujuannya untuk mengungkapkan
(Imamat 6:1, 6-7) obat bagi dosa
(Yoh. 7:29).
v Dan sifatnya sementara (Mat.
27:51), dia harus digantikan oleh Realitanya.
Now when we come to
the Laver
there are some interesting things that we can say about the Laver, but let's
first read what Martin Luther said about these ritual washings that took place
at the Laver.
Martin Luther said,
“The reason that Christ washed not His own but His disciples’ feet, whereas the
high priests in the Law washed not others but his own, was this: the high
priest in the Law was unclean, and a sinner like other men, therefore he washed
his own feet and offered not only for the sins of the people but also for his
own. But our everlasting High Priest is holy, innocent, unstained, separate
from sinners, therefore it was needless for Him to wash His feet, but He washed
and cleansed us through His blood from all our sins.”
So Martin Luther
had a very fine understanding.
Nah, bila kita tiba di Bejana Pembasuh, ada beberapa hal yang
menarik yang bisa kita katakan tentang Bejana Pembasuh ini, tetapi sebelumnya
mari kita baca dulu apa kata Martin Luther tentang ritual-ritual pembasuhan yang
terjadi di Bejana Pembasuh.
Martin Luther berkata, “…Alasan Kristus tidak membasuh kakiNya Sendiri melainkan
kaki murid-muridNya, sementara imam-imam besar menurut Hukum tidak membasuh
orang lain melainkan dirinya sendiri, ialah ini: imam besar menurut Hukum itu
najis, seorang pendosa sama seperti manusia lainnya, oleh karena itu dia
membasuh kakinya sendiri dan mempersembahan kurban bukan hanya bagi dosa umat
tetapi juga bagi dosanya sendiri.
Tetapi Imam Besar kita yang kekal itu kudus, murni, tidak
bernoda, terpisah dari para pendosa; oleh karena itu tidak perlu bagiNya untuk membasuh
kakiNya, tetapi Dia membasuh dan membersihkan kita melalui darahNya dari segala
dosa kita.”
Jadi Martin Luther memiliki pemahaman yang sangat mendalam.
Now isn't that interesting in this world that we live in, that we on a
regular basis read in the news how the papacy for example, the pope
will wash the feet of people, but he doesn't wash his own feet? What
does that tell us? Because even the high priest washed his own feet and not the
feet of others. Whose position is he then emulating? Isn't he thereby
saying that he is another Jesus Christ in the flesh? It's actually a
position over and above that of the high priest who at the Laver had to wash
his hands and his feet before he could enter into the Holy Place made by hands.
Nah, bukankah itu menarik, di dunia di mana kita hidup ini, secara teratur kita membaca di berita bagaimana Kepausan misalnya, Paus akan membasuh kaki orang-orang tetapi dia tidak membasuh kakinya sendiri? Itu mengatakan apa kepada kita? Karena bahwa imam besar (Israel) membasuh kakinya sendiri dan bukan kaki orang lain. Posisi siapa yang ditiru oleh Paus kalau begitu? Bukankah dengan demikian dia mengatakan bahwa adalah seorang Yesus Kristus yang lain dalam bentuk manusia? Itu adalah suatu posisi melebihi dan mengatasi posisi imam besar yang di Bejana Pembasuh harus membasuh tangannya dan kakinya sendiri sebelum dia boleh masuk ke dalam Bilik Kudus yang dibuat oleh tangan manusia.
It's also interesting that this Laver was constructed from the looking
glasses of the ladies, in other words, the mirrors. They were made of
course of polished
brass, and these were taken and created this Laver, they were melted
down and reconstructed. Now what does that tell us? Looking glasses can be interpreted as a
form of vanity, not necessarily, it's fine to look at to see if you are
presentable, but if it is something that becomes a tool of admiration of the
self, then it is a problem. So it actually stands for humility. And for this
humility to again take place or to position itself in the hearts of men, it was
necessary that this demonstration should be made. And that it was melted down to become the Laver
and represent a cleansing from everything that is earthly.
Yang juga menarik ialah Bejana Pembasuh ini dibuat dari bahan untuk mengaca oleh para wanita, dengan kata lain, cermin. Cermin
tentunya saat itu dibuat dari kuningan
yang dipoles, dan ini diambil untuk membuat Bejana Pembasuh,
mereka dilebur dan dibentuk lagi. Nah, itu mengatakan apa kepada kita? Cermin bisa diartikan sebagai
suatu bentuk kesombongan, tidak selalu sih, sah-sah
saja melihat di cermin untuk melihat apakah penampilan kita layak, tetapi bila
itu sudah menjadi sarana untuk mengagumi diri sendiri, maka itu menjadi masalah.
Jadi sesungguhnya itu melambangkan kerendahan hati. Dan supaya kerendahan hati
ini kembali ada, atau agar dia punya tempat di hati manusia, maka demonstrasi
ini perlu dilakukan, dan cermin-cermin dilebur
untuk dijadikan Bejana Pembasuh yang melambangkan pembersihan dari segala
sesuatu yang bersifat duniawi.
Now the
Candlestick was the other instrument that we talked about, and it had seven
candles, all receiving their oil from one central core. It had to be pure
olive oil and sometimes these wicks were made from the attire of the priests,
so it represented righteousness.
Now it was made from beaten gold, because every single portion of it no
matter what it was, whether it was the flowers, the ornaments on it, or the
entire structure, was made from beaten gold, representing the righteousness of
Christ and Jesus Christ who was beaten for us in every aspect of His
earthly life. So there is beautiful symbolism in all of these.
Nah, Kaki Dian adalah alat lain yang kita bicarakan. Dan dia memiliki tujuh pelita, semua menerima minyak mereka dari satu sumber bersama. Minyaknya haruslah minyak zaitun murni dan terkadang sumbunya dibuat dari bahan pakaian para imam, jadi itu melambangkan kebenaran.
Nah, ini dibuat
dari emas tempaan, karena setiap bagiannya, entah apa pun itu,
apakah bunganya, hiasannya, atau keseluruhan strukturnya, dibuat dari emas
tempaan, melambangkan kebenaran Kristus,
dan Yesus Kristus yang telah dipukul demi kita dalam setiap
aspek dari kehidupan duniawiNya. Jadi ada simbolisme yang indah ini dalam semua
ini.
And the
Altar of Incense, it had of course a crown around it representing the royalty,
it had the horns of the Altar and it
was made of shittim wood overlaid with pure gold and we read in Revelations 8:4,
“4 And
the smoke of the incense, which came with the prayers of the saints, ascended
up before God out of the Angel's hand.”
So in other words, the high priest in his administration would offer up this
Incense and it represented the prayers of the saints, made
acceptable to God. In other words, transformed into an acceptable form
to go and reach the Heavens. That is really quite amazing because the Bible
also says that the Holy Spirit intercedes with groaning to make our prayers
acceptable. (Rom. 8:26). So this is how we pray through Jesus Christ.
Dan Mezbah Ukupan, tentu saja ada mahkota di sekelilingnya melambangkan kerajaan, ada tanduk-tanduk mezbah dan itu dibuat dari kayu akasia, dilapisi oleh emas murni, dan kita membaca di Wahyu 8:4, “4 Dan asap kemenyan bersama dengan doa orang-orang kudus naik ke hadapan Allah dari tangan Malaikat itu.”
Jadi dengan kata lain, imam besar dalam melakukan
pekerjaannya mempersembahkan kemenyan
ini, dan itu melambangkan doa-doa
orang-orang kudus yang dijadikan
layak bagi Allah. Dengan kata lain, diubahkan ke dalam bentuk
yang layak untuk naik dan mencapai Surga. Ini sungguh sangat mengagumkan karena
Alkitab juga berkata bahwa Roh Kudus
menjembatani dengan rintihan untuk menjadikan doa-doa kita layak diterima. (Rom.
8:26). Jadi beginilah kita berdoa melalui Yesus Kristus.
Then the Altar (Table) of Showbread we read in John 6:51, “51 I
am the Living Bread which came down from heaven: if any man eat of this Bread,
he shall live for ever: and the Bread that I will give is My flesh, which I
will give for the life of the world.”
Now this Showbread was to be replaced on a weekly basis there were 12 loaves
and it represented
the 12 tribes of Israel and it also represented of course Jesus
Christ the Bread of Heaven, it was given for the life of the world.
Kemudian Meja Roti Sajian, kita baca di Yohanes 6:51, “51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Siapa pun yang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya; dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan supaya dunia hidup.”
Nah, Roti Sajian ini harus diganti
setiap minggu, ada 12 buah dan itu melambangkan bagi ke-12 suku Israel, dan
itu juga melambangkan tentu saja Yesus
Kristus Roti Surgawi yang diberikan kepada dunia supaya dunia
hidup.
Now later on in the history of Israel this earthly Sanctuary which was a
portable Sanctuary was replaced with a permanent structure. It's interesting
that many of the pieces of equipment were supplied with rings of solid gold, like
the Altar of Incense, and the Showbread, and the Candlesticks, and the Ark of
the Covenant, and they had to be carried on poles by the priests, and they
weren't allowed to touch it directly. That's why these poles were inserted. And
the other equipment like the boards and the poles etc. that were the rest of
the construction, they were allowed to be placed on carts and transported on
carts pulled by animals
Nah, belakangan dalam sejarah Israel, Bait Suci duniawi
ini yang tadinya adalah Kemah Suci yang bisa dipindah-pindahkan, diganti dengan
bangunan yang permanen. Yang menarik banyak dari peralatannya dilengkapi dengan
cincin-cincin dari emas murni, seperti di Mezbah Ukupan, dan Meja Roti Sajian,
dan Kaki Dian, dan Tabut Perjanjian, dan mereka harus dibawa dengan tongkat-tongkat
oleh para imam dan mereka tidak diperbolehkan menyentuh secara langsung
benda-benda itu. Itulah sebabnya tongkat-tongkat itu dimasukkan. Dan peralatan
yang lain seperti papan-papan dan tiang-tiang, dll. yang adalah sisa dari
bangunan itu, mereka boleh diletakkan di dalam gerobak-gerobak dan dipindahkan
dalam gerobak-gerobak yang ditarik oleh binatang.
Now the temple of Solomon was a permanent structure, and even there the
pattern was precisely again given in vision, and had to be followed to the minutest detail. So we read in
1 Chronicles 28:10, “10
Take heed now; for the LORD hath chosen thee to build an house for the
sanctuary: be strong, and do it. 11 Then David gave to Solomon his
son the pattern of the porch…” so David had received in vision just as
Moses had received in vision the exact pattern of how it had to be built
“…and of the houses thereof, and of the treasuries thereof, and of the upper
chambers thereof, and of the inner parlours thereof, and of the place of the
mercy seat,…” so every single detail as in the case
of the portable Sanctuary was supplied in vision to David and he handed it over
to Solomon his son. “…12
And the pattern of all that he had by the Spirit, of the courts of the house of
the LORD, and of all the chambers round about, of the treasuries of the house of God, and of the treasuries of the
dedicated things…” So every single
item was again manufactured according to the pattern.
Nah, Bait Suci yang dibangun Salomo adalah bangunan yang permanen, dan bahkan di sana polanya diberikan secara presisi lagi dalam penglihatan, dan harus diikuti sampai ke detailnya yang paling kecil. Jadi kita baca di 1 Tawarikh 28:10, “10 Camkanlah sekarang, sebab TUHAN telah memilih engkau untuk mendirikan sebuah rumah untuk menjadi Bait Suci; kuatkanlah hatimu dan lakukanlah itu. 11 Lalu Daud memberikan kepada Salomo, anaknya, pola berandanya…” jadi Daud telah menerima dalam penglihatan sama seperti Musa, pola yang persis bagaimana itu harus dibangun, “…dan dari rumah-rumahnya, dan perbendaharaan-perbendaharaannya, dan kamar-kamarnya yang di atas, dan kamar-kamarnya yang di dalam, dan dari tempat untuk tutup pendamaian…” jadi setiap detail yang terperinci sebagaimana pada Kemah Suci yang bisa dipindahkan, diberikan lewat penglihatan kepada Daud dan dia meneruskannya kepada Salomo anaknya. “…12 Dan pola dari semuanya itu dia mendapatnya dari Roh, tentang Pelataran rumah TUHAN, dan semua bilik di sekelilingnya, mengenai perbendaharaan-perbendaharaan rumah Allah, dan perbendaharaan-perbendaharaan barang-barang yang kudus…” jadi setiap item dibuat lagi menurut pola itu.
We read in the Spirit of Prophecy, “God gave David a pattern of the temple which Solomon built.
None but the most skillful
men of design and art were allowed
to have anything to do with the work. Every stone for the temple was prepared to exactly fill its
place, before being brought to the temple. And the temple came together
without the sound of an axe or a
hammer. There is no such building to be found in the world for beauty, richness
and splendor.” (Spiritual
Gifts 4a pg. 155.1)
Kita baca dari Roh
Nubuat, “…Allah memberi Daud sebuah pola dari Bait
Suci yang dibangun Salomo. Hanya ahli-ahli yang paling terampil dalam membuat
rancangan dan kesenian yang diizinkan
berurusan dengan pekerjaan tersebut. Setiap batu untuk Bait Suci itu
dipersiapkan untuk mengisi tempatnya dengan tepat sebelum dibawa ke Bait Suci.
Dan Bait Suci itu dibangun tanpa satu pun suara
kapak atau palu. Tidak ada bangunan seperti ini yang bisa ditemukan di seluruh
dunia dalam hal keindahan, kemewahannya, dan kemuliaannya.” (Spiritual Gifts 4a hal. 155.1)
So every single detail, even how it
was to be constructed. And it's interesting that he, Solomon, created a
quarry even on that very mount, and today there is
this gap between Golgotha and the mount where the temple is situated, and these
stones were cut out there precisely and hammered. This quarry represents the world,
and it is in this world that we are to
be hewed and squared and where the chisel and the
hammer is supposed to correct the faults in our characters. And once that stone
was built into the temple, no hammer and no equipment was applied to it. It was
complete. It represents humanity having been incorporated into the Heavenly. So
our
character building must take place here and the change of heart must take place here
before we are built into that Heavenly temple. And we are told in the
New Testament that we are living stones built into a living temple, which in
the future will represent the redeemed of all mankind.
Jadi setiap detail, bahkan mengenai bagaimana itu harus dibangun. Dan yang menarik ialah Salomo membuat semacam tempat penggalian batu tepat di bukit yang sama itu, dan hari ini ada lubang ini antara Golgota dan bukit di mana Bait Suci itu terletak, dan batu-batu itu dipotong dan dipalu di sana dengan bentuk dan ukuran yang presisi. Tempat mempersiapkan batu-batu ini melambangkan dunia, dan di dunia inilah kita dipahat dan dipotong, dan di mana pahat dan palu harus memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam karakter kita. Dan begitu batu itu dipasang ke bangunan Bait Suci, sudah tidak ada palu atau peralatan lain yang mengenainya lagi. Batu itu sudah sempurna. Melambangkan kemanusiaan yang diinkorporasikan kepada yang surgawi. Maka pembentukan karakter kita harus terjadi di sini dan perubahan hati harus terjadi di sini sebelum kita dipasang pada bangunan Bait Suci surgawi. Dan di Perjanjian Baru kita diberitahu bahwa kita adalah batu-batu yang hidup yang disusun di Bait Suci yang hidup, yang di masa depan akan melambangkan umat tebusan dari semua manusia.
Now obviously if the old has to be replaced with the new, if the type has
to become the anti-type, if the shadow has to become the Substance, then there must
be a changing of the priesthood. And we looked at that in the previous chapter
but now let us go a step further.
Nah jelas jika yang lama harus diganti dengan yang baru,
jika tipenya harus menjadi antitipe, jika bayangan harus menjadi Substansi,
maka harus ada pergantian keimamatan,
Dan kita telah menyimak itu di pasal sebelumnya, tetapi sekarang mari kita maju
selangkah.
Hebrews 8:6-8
“6 But
now hath He obtained a more excellent ministry, by how much also He is the
mediator of a better Covenant, which was established upon better promises. 7
For if that first Covenant had been faultless, then should no place have been
sought for the second. 8 For finding fault with them, He saith,
‘Behold, the days come,’ saith the
Lord, ‘when I will make a New Covenant
with the house of Israel and with the house of Judah.’…”
Now let's just stop there for a moment.
Does God make mistakes? The answer is No! Is He infallible? The answer is
Yes, He is infallible. So how could it have been full of fault? Well, we're
talking about Substance versus shadow. The shadow is incomplete, but it served its
purpose, it pointed to the greater reality. But being incomplete it
wasn't perfect. It was perfect for the time in which it was being used while
the Messiah was not here, but it pointed to that reality, and therefore
couldn't fulfill the totality of the New Covenant. So when He replaced the Old Covenant with
a New Covenant, the old one was faulty only in the sense that it was not the
reality, but it was perfect in its depiction, because it was an exact
copy of the reality. But once we have embraced the reality then that
should be our religion and not the shadow.
Let me give a silly example. If you have a
picture of the one that you admire and love, and you look daily at this
picture, and this picture is to you almost like a reality. When the reality
comes and you can embrace the reality, you can embrace the person that you have
this relationship with you, is the picture of any value then? Or would you say
to the reality, “Step aside, I don't need you, I have a picture.” It's as silly
as that. If the shadow has given place to the Substance then why cling to the
picture if you can have the reality?
Ibrani 8:6-8
“6 Tetapi sekarang Ia telah mendapat
suatu ministri yang lebih unggul, melalui
mana Ia adalah Pengantara dari Perjanjian
yang lebih baik, yang didirikan di atas janji-janji yang
lebih baik. 7 Sebab, sekiranya
Perjanjian yang pertama itu tidak bercacat maka
tidak akan dicarikan tempat untuk yang
kedua. 8 Karena telah menemukan
kesalahan pada mereka, Ia berkata, ‘Lihat,
harinya akan datang,’ firman Tuhan, ‘saat
Aku akan membuat sebuah Perjanjian Baru
dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda.’…”
Nah, mari kita berhenti di sini sejenak.
Apakah Allah berbuat salah? Jawabannya Tidak! Apakah
Allah infalibel (tidak bisa salah)? Jawabannya ialah Iya, Allah itu
infalibel. Kalau begitu bagaimana bisa ada banyak
kesalahan? Nah, kita sedang bicara tentang Substansi versus bayangannya. Bayangan itu tidak lengkap,
tetapi dia melakukan fungsinya, yaitu dia menunjuk kepada realita yang lebih besar. Tetapi karena dia tidak
lengkap, maka dia tidak sempurna. Dia sempurna untuk waktu di mana dia dipakai
selama Sang Messias belum ada. Tetapi dia menunjuk ke realita tersebut, dan
oleh karenanya dia tidak bisa menggenapi keseluruhan Perjanjian yang Baru. Maka
ketika Dia mengganti Perjanjian
yang Lama dengan Perjanjian yang Baru, yang lama itu salah hanya dalam
pengertian dia bukan realitanya, tetapi dia sempurna dalam pelambangannya,
karena dia adalah tiruan yang persis dari realitanya. Tetapi begitu kita memeluk realitanya, maka itulah yang
harus menjadi agama kita dan bukan bayangannya.
Saya akan
memberikan suatu contoh yang konyol. Jika kita punya sebuah foto dari orang
yang kita kagumi dan kasihi, dan kita pandang foto ini setiap hari, dan foto
ini bagi kita hampir seperti realitanya. Ketika realitanya datang, dan kita bisa
memeluk realitanya, kita bisa memeluk orang yang menjalin hubungan dengan kita
ini, apakah fotonya masih berharga waktu itu? Atau apakah kita akan berkata
kepada yang realita, “Minggirlah, aku tidak membutuhkan kamu, aku punya
fotomu.” Ya sekonyol itulah. Jika bayangan sudah memberikan tempatnya kepada
Substansi, kalau begitu mengapa kita masih menggandoli bayangannya padahal kita
bisa memiliki realitanya?
So when Jeremiah prophesied about this New Covenant it was still a future
Covenant. So let's just go there. Jeremiah 31:31, “31
‘Behold, the days come,’ saith the LORD, ‘that I will make a New Covenant with
the house of Israel, and with the house of Judah: 32 Not according
to the covenant that I made with their fathers in the day that I took them by the
hand to bring them out of the land of Egypt; which My covenant they brake,
although I was an husband unto them,’ saith the LORD…” they could have understood it, they could
have studied the details, they could have deduced from the shadow what the
Substance was going to be like. But the shadow became to them their reality,
they clung to the picture and they ignored the reality. Verse 33 says, “…33 ‘But this shall be the
Covenant that I will make with the house of Israel after those days,’…” in other words, in future, “…saith the LORD, ‘I will put My Law in
their inward parts, and write it in their hearts; and will be their God, and
they shall be My people…” So does it say that He will take the Law
away in the New Covenant? No! He will write it into their inmost parts. Now this Covenant does it affect only the Moral
Law, does it also affect the Ceremonial Law? I would say
both
because once the Substance has been revealed to us, then all the shadow that
pointed to us, becomes a reality to us and is written in our hearts. And the
Moral Law likewise instead of being written just on tables of stone would be
written on the tables of the heart. “…34 And they shall teach no
more every man his neighbour, and every man his brother, saying, Know the LORD:
for they shall all know Me, from the least of them unto the greatest of
them,’…” now why should they all know Him? Of course
only those in whose hearts this Covenant has been written will know Him. That
means they understand what the types and the shadows pointed to, and have
embraced the Reality, the Substance.
“…saith the LORD, ‘for I will
forgive their iniquity, and I will remember their sin no more.’…”
Jadi ketika Yeremia bernubuat
tentang Perjanjian yang Baru ini, itu masih perjanjian yang akan datang. Jadi
mari kita ke sana. Yeremia 31:31, “31
‘Lihat, harinya
akan datang,’ firman TUHAN, ‘ketika Aku
akan membuat Perjanjian yang Baru dengan
kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan menurut perjanjian yang telah Kubuat dengan nenek moyang mereka pada hari Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir,
perjanjian-Ku yang telah mereka langgar, meskipun Aku adalah suami bagi mereka,’ demikianlah firman TUHAN.…” seharusnya mereka
bisa memahaminya, mereka seharusnya bisa mempelajari detailnya, mereka
seharusnya bisa mengambil kesimpulan dari bayangannya, Substansinya akan
seperti apa. Tetapi bayangannya justru
bagi mereka telah menjadi realitanya, mereka menggandoli fotonya
dan mereka mengabaikan realitanya.
Ayat 33 berkata, “… 33 Tetapi beginilah Perjanjian
yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah
waktu itu’…” dengan kata lain di masa depan, “…demikianlah
firman TUHAN. ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku di bagian dalam mereka, dan menulisnya di hati
mereka; dan Aku akan menjadi Allah mereka dan
mereka akan menjadi umat-Ku.’…” Jadi apakah
dikatakan bahwa Dia akan menghapus Hukum di Perjanjian yang Baru? Tidak! Dia
akan menulisnya di bagian dalam mereka. Nah, Perjanjian yang ini apakah dia hanya mempengaruhi Hukum Moral,
apakah dia juga mempengaruhi
Hukum Seremonial? Saya katakan, keduanya, karena begitu Substansi sudah
diungkapkan kepada kita, maka semua bayangan yang menunjukkan kepada kita,
menjadi suatu realita bagi kita, dan itu ditulis di hati kita. Dan begitu juga
Hukum Moral sebagai gantinya ditulis hanya di atas loh-loh batu, akan ditulis
di loh-loh hati. “…34 Dan mereka tidak akan lagi setiap orang mengajar tetangganya, dan setiap orang saudaranya, dengan mengatakan,
‘Kenallah TUHAN!’ Sebab mereka semua akan mengenal Aku, dari yang paling kecil hingga yang paling besar dari mereka,’…” nah, mengapa
mereka semua akan mengenalNya? Tentu saja hanya mereka yang di hatinya tertulis
Perjanjian ini, yang akan mengenalNya. Itu artinya mereka mengerti tipe-tipe
dan bayangan-bayangan menunjuk kepada apa, dan telah memeluk Realitanya,
Substansinya, “…firman TUHAN, ‘sebab Aku
akan mengampuni kesalahan mereka dan dosa mereka tidak akan Kuingat lagi.’…"
Now how does this Covenant differ from the Old Covenant? Well, the Old
Covenant was a two-way Covenant, to which all the people agreed. Let's just
read it there, Exodus 19:5, “5 Now
therefore, if ye will obey My voice indeed, and keep My Covenant, then ye shall
be a peculiar treasure unto Me above all people: for all the earth is Mine:
6 And ye shall be unto Me a kingdom of priests, and an holy nation. These
are the words which thou shalt speak unto the children of Israel.’ 7
And Moses came and called for the elders of the people, and laid before their
faces all these words which the LORD commanded him…” so he read to them the Ten Commandments
etc. Then verse 8, “…8
And all the people answered together, and said, ‘All that the LORD hath spoken
we will do.’ And Moses returned the words of the people unto the LORD.”
So there was a two-way agreement. God gave the instruction, and the people
agreed, and said, “This we will do.” And Moses took the word of the people and
brought it to God, and said, “It's a deal. We will do it.” God then spoke the
details of the Covenant in Exodus 23, giving numerous promises, conditional to
their obedience. And again they answered, Exodus 24:3, “3 And
Moses came and told the people all the words of the LORD, and all the
judgments: and all the people answered with one voice, and said, ‘All the words
which the LORD hath said will we do.’…”
So there was this two-way agreement.
Nah, bagaimana Perjanjian ini
berbeda dari Perjanjian yang Lama? Nah, Perjanjian
yang Lama adalah Perjanjian dua pihak, yang disetujui oleh semua
umat. Mari kita baca di Keluaran 19:5, “5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mau mematuhi suara-Ku
dan memelihara Perjanjian-Ku, maka kamu akan
menjadi harta unik milikKu di atas segala bangsa, sebab Akulah yang
empunya seluruh bumi. 6 Dan kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam, dan bangsa yang
kudus.’ Inilah firman yang harus kausampaikan
kepada orang Israel.’ 7 Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua
bangsa itu dan menyodorkan kepada mereka
segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya…” Maka Musa
membacakan kepada mereka Kesepuluh Perintah Allah, dll. Kemudian di ayat 8, “…8 Dan seluruh
bangsa itu menjawab bersama-sama dan berkata,
‘Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan’. Lalu Musa pun menyampaikan jawaban bangsa itu kepada TUHAN.”
Jadi ada perjanjian dua pihak. Allah memberi instruksi,
dan umat setuju dan berkata, “Ini akan kami lakukan.” Dan Musa membawa perkataan umat dan
menyampaikannya kepada Allah, dan berkata, “Sepakat. Kami akan melakukannya.”
Allah lalu mengucapkan detail-detail Perjanjian itu di Keluaran 23, memberikan
banyak janji yang bersyarat sesuai penurutan mereka. Dan lagi-lagi mereka
menjawab di Keluaran 24:3, “3
Dan Musa datang dan memberitahukan kepada
bangsa itu segala firman TUHAN, dan segala peraturan itu, dan seluruh bangsa itu menjawab serentak, ‘Segala firman yang telah
diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan.’…"
Jadi ini
Perjanjian dua belah pihak.
Now if we think about that, then we can possibly agree when I write here how
lame this affirmation was. Hardly had the words left their mouth and they were
dancing around a golden calf. The defect of the Covenant lay in the weakness of
the fallen human nature and the consequent inability to put away their
sin. The defect didn't lie on the part of God. God gave the Covenant, and He added numerous
promises, every single one of them by their own admission later, having
been kept
by God. So the weakness wasn't on the side of God. The weakness was on
the side of man.
Human nature is slow to learn that as we receive justification so we must also
receive sanctification. The New Covenant had to be different. There had
to be a change.
Sekarang, jika kita renungkan itu, maka mungkin kalian
akan setuju kalau saya menulis di sini betapa lemahnya pernyataan orang Israel itu. Baru saja
kata-kata itu keluar dari mulut mereka, mereka sudah menari-nari mengelilingi
sebuah lembu emas. Cacat Perjanjian
itu terletak pada kelemahan kodrat manusia berdosa dan sebagai
akibat ketidaksanggupan mereka untuk menyingkirkan dosa. Cacatnya bukan di
pihak Allah. Allah memberikan Perjanjian,
dan Dia menambahkan banyak janji,
setiap janji itu menurut pengakuan mereka sendiri belakangan, telah dipenuhi oleh Allah.
Jadi kelemahannya bukan di pihak Allah. Kelemahannya ada di pihak manusia.
Kodrat manusia itu lambat mengerti bahwa karena kita
menerima pembenaran, demikian pula kita harus menerima pengudusan. Perjanjian yang Baru
haruslah berbeda. Harus ada perubahan.
Hebrews 8:9-10
So if we continue with Hebrews 8:9 says, “9
‘Not according to the Covenant that I made with their fathers…” so he's reiterating what Jeremiah had said “…in the day when I took them by the hand to
lead them out of the land of Egypt; because they continued not in my Covenant,
and I regarded them not,’ saith the Lord. 10 ‘For this is the
Covenant that I will make with the house of Israel after those days,’ saith the
Lord…” so now our question is how's the new one
different? The answer is, it is not based on what we promise but on what He
promises. Hebrews 8:10 now let's listen to this carefully, “…10 ‘For this is the Covenant
that I will make with the house of Israel after those days,’ saith the Lord,
‘I will put My Laws into their mind, and
write them in their hearts: and I will be to them a God, and they shall be to
Me a people.’…”
If we jump to Hebrews 10 and borrow verse 16 for a while, it says, “16
‘This is the Covenant that I will make with them after those days,’ saith the
Lord, ‘I will put My Laws into their hearts, and in their minds will I write
them.’…” quoting from Jeremiah.
Ibrani 8:9-10
Jadi jika kita lanjut dengan Ibrani 8:9, dikatakan, “9 Tidak
menurut Perjanjian yang telah Kubuat
dengan nenek moyang mereka…” jadi Paulus mengulangi apa yang dikatakan Yeremia, “…pada hari Aku memegang tangan mereka dan menuntun mereka keluar dari tanah Mesir; sebab
mereka tidak berlanjut dalam Perjanjian-Ku,
dan Aku tidak mengindahkan mereka,’ firman
Tuhan. 10 ‘Karena inilah Perjanjian
yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah
waktu itu,’ firman Tuhan…” jadi sekarang pertanyaan kita ialah, bagaimana yang baru ini
berbeda? Jawabannya ialah, dia tidak
berdasarkan pada apa yang kita janjikan, melainkan pada apa yang Tuhan janjikan.
Ibrani 8:10, sekarang dengarkan baik-baik, “…10
‘Karena inilah Perjanjian yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah waktu
itu,’ firman Tuhan. ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku dalam pikiran mereka dan menuliskannya
dalam hati mereka, dan Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.’…”
Jika kita loncat ke Ibrani 10 dan meminjam ayat 16 sebentar, dikatakan, “…16
‘Inilah perjanjian yang akan Kubuat dengan
mereka sesudah waktu itu,’ firman Tuhan.
‘Aku akan menaruh Hukum-Ku ke dalam hati
mereka dan menuliskannya dalam pikiran
mereka.’…” mengutip ari Yeremia.
So this
New Covenant is not a two-way Covenant, in a sense it is a promise of
God of what He will do. Now the heart of course is the spiritual and emotional
experience, the mind is the intellectual experience and your memory database, and
the Law is inscribed in the deepest affections of the one who receives its. So
obedience is because of love and not because of anything that you undertake in
your own strength.
Jadi Perjanjian
yang Baru ini bukanlah Perjanjian dua pihak. Pada dasarnya itu adalah janji Allah tentang
apa yang akan diperbuatNya. Nah, hati tentunya adalah pengalaman
spiritual dan emosinal, pikiran adalah pengalaman intelektual dan database
ingatan kita. Dan Hukum dituliskan di perasaan yang terdalam mereka yang menerimanya.
Maka penurutan itu karena cinta, dan
bukan karena apa pun yang kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri.
Hebrews 8:11
So if we go to Hebrews 8:11 it says,
“11
‘And they shall not teach every man his neighbour, and every man his brother,
saying, ‘Know the Lord’, for all shall
know Me, from the least to the greatest…” in other words, if this Law is written in your heart then you will know God, and if you
know God then you will allow Him to work within you, and to bring about that
action and reaction that comes solely from Him. So to know God even in
the deep things of God and to be known of God, is obviously the deepest
experience to which any man is capable of. So this is the basis of the New
Covenant.
Ibrani 8:11
Maka jika kita ke
Ibrani 8:11, dikatakan, “11
Dan mereka tidak akan mengajar setiap orang
tetangganya dan setiap orang
saudaranya, dengan mengatakan, ‘Kenallah Tuhan!’ Sebab semua akan mengenal Aku,
dari yang paling kecil hingga yang paling
besar…” dengan kata lain, jika Hukum ini tertulis di hati kita, maka kita akan
mengenal Allah, dan jika kita mengenal Allah, maka kita akan mengizinkan Dia bekerja
di dalam kita, dan menghasilkan aksi dan reaksi yang datang semata-mata dariNya.
Maka mengenal Allah, bahkan hal-hal yang mendalam tentang Allah, dan untuk
dikenal oleh Allah, jelas adalah pengalaman yang paling mendalam yang mampu
dialami seseorang. Jadi inilah dasar dari Perjanjian yang Baru.
Now the Old Covenant was based on good promises, according to the Bible; and
the New
Covenant according to the Bible is based on better promises.
Nah, Perjanjian yang Lama didasarkan atas janji-janji
yang baik, menurut Alkitab; dan Perjanjian
yang Baru menurut Alkitab itu berdasarkan janji-janji yang lebih baik.
So the
Old one is
v earthly, it's the earthly church,
v and a nation under God,
v it spoke about deliverance from Egypt,
v it brought the people to an earthly Canaan,
v it had an earthly Sanctuary,
v there was an earthly Jerusalem,
v there was an earthly priest, and he was
mortal,
v there was mortality.
Maka yang
Lama itu:
v duniawi, itu adalah gereja
yang di dunia,
v dan satu bangsa di bawah
Allah,
v itu bicara tentang pembebasan
dari Mesir,
v itu membawa umat ke Kana’an
duniawi,
v memiliki Bait Suci duniawi,
v Yerusalem duniawi,
v imam yang
duniawi, dan dia fana,
v ada kematian.
So if we go to the better promises:
v we
have a Heavenly church,
v and
a nation under God,
v there's
deliverance from sin,
not just
deliverance from Egypt, but the fulfillment thereof, what it stood for,
deliverance from sin,
v a
Heavenly Canaan
v a
Heavenly Sanctuary
v a
Heavenly Jerusalem
v a
Heavenly Priest
v and
immortality
Obviously these are better promises and therefore represent a better
Covenant.
Maka jika kita ke janji-janji
yang lebih baik:
v gereja yang surgawi,
v satu bangsa di bawah Allah,
v penyelamatan dari dosa,
bukan hanya pembebasan dari Mesir melainkan
penggenapannya, apa yang dilambangkannya, penyelamatan dari dosa,
v Kana’an surgawi,
v Bait Suci surgawi,
v Yerusalem surgawi,
v Imam surgawi,
v dan kebakaan.
Jelas ini adalah janji-janji yang lebih baik dan oleh
karenanya melambangkan Perjanjian yang lebih baik.
Does this
now mean that we do nothing, that God does everything for us? And the answer
is basically YES! God does everything for us, except that we have to consent because
the Bible says He stands at the door and He knocks, and He won't force Himself.
He's not a coercive God, but if we open He
will come in.
Apakah ini
berarti kita sekarang tidak usah berbuat apa-apa karena Allah yang melakukan
segalanya buat kita? Dan jawabannya pada dasarnya ialah IYA! Allah yang melakukan
segalanya buat kita, tetapi kita harus mengizinkanNya karena
Alkitab berkata Dia berdiri di depan pintu dan Dia mengetuk, Dia tidak memaksa.
Dia bukan Allah yang memaksa. Tetapi bila kita buka pintunya, Dia akan masuk.
Now if the soul temple is defiled then what will Jesus do? What did He do when
He came to the earthly Sanctuary? When He entered into it the first time, didn't
He cleanse the Sanctuary? Yes, He did! And any accumulated thing that was out
of place. Wasn't there a second cleansing of the Sanctuary? So when
Christ enters into this earthly Sanctuary (soul temple) there will also have to
be a cleansing of the Sanctuary as He performed in the earthly Sanctuary.
If we reject Him, then eventually there is no more sacrifice left, and He will
leave the temple as He left the earthly temple.
Nah, jika Bait Suci jiwa itu tercemar, maka apa
yang akan dilakukan Yesus? Apa yang dilakukanNya ketika Dia datang ke Bait Suci
duniawi? Ketika pertama kalinya Dia memasukinya, tidakkah Dia membersihkan Bait
Suci itu? Ya, benar! Dan segala yang terkumpul di sana yang tidak seharusnya
ada di sana. Bukankah ada pembersihan kedua di Bait Suci itu? Jadi ketika Kristus masuk ke Bait
Suci jiwa, harus juga ada pembersihan Bait Suci itu sebagaimana yang dilakukanNya di
Bait Suci duniawi. Jika kita menolak Dia, maka akhirnya tidak ada lagi
kurban, dan Dia akan meninggalkan Bait Suci jiwa kita seperti Dia meninggalkan
Bait Suci duniawi.
So let us like the disciples and those Christians that embrace the truth, embrace the
truth and allow Him to change that which is an obstacle to our relationship
with Him. And how do we achieve that? Well, it is a process, it is a
lifelong process, we have to internalize the Word. He will write the Law on our hearts,
that means we must start to think as He thinks. We must have a
transformation, a total transformation. The word “repent”
means to turn around, to walk the other way, and the only way that we
can achieve that is if we allow Him to walk the way FOR us, IN us,
THROUGH us.
Jadi marilah kita seperti para murid dan orang-orang
Kristen yang memeluk kebenaran, peluklah
kebenaran dan izinkan Dia mengubah apa yang menjadi penghalang bagi hubungan
kita denganNya. Dan bagaimana kita bisa mencapai itu? Nah, itu
suatu proses, proses seumur hidup, kita harus mencerna Firman. Dia akan menulis
Hukum itu di hati kita, itu artinya kita
harus mulai berpikir seperti Dia. Kita harus mengalami suatu
transformasi, transformasi yang total. Kata
“bertobat” artinya
putar balik, berjalan ke arah sebaliknya, dan satu-satunya cara kita bisa
mencapai itu ialah jika kita
mengizinkan Dia yang menjalani jalan itu UNTUK kita, DALAM kita, dan MELALUI
kita.
Hebrews 8:12-13
Hebrews 8:12 says, “…12 For I will be merciful to
their unrighteousness, and their sins and their iniquities will I remember no
more.’…” isn't that an amazing promise? “…13 In that He saith, ‘A New
Covenant, He hath made the first Old. Now that which decayeth and waxeth old is
ready to vanish away.”
Ibrani 8:12-13
Ibrani 8:12
berkata, “12 Sebab Aku akan berbelas
kasihan terhadap kesalahan mereka, dan dosa-dosa mereka dan kejahatan
mereka tidak akan Aku
ingat lagi. …” bukankah ini janji yang luar biasa? “…13
Oleh karena Ia menyebut suatu Perjanjian Baru, Ia telah
menjadikan yang pertama itu tua. Nah, apa yang telah melapuk dan menjadi usang itu siap lenyap.”
So my question is, so where is the other side of the Covenant where we
promise what we will do? It's not there! Why? Because it will
fail, just as they failed we would fail. So only what God does in us can succeed.
And may God give us the willingness to subject ourselves to the
hammering and the beating of those stones to chip off the rough edges, so that
when the product is complete ~ because we permit Him to be the Master Builder ~
then it can be built into that temple, and there will be no more crying, there
will be no more tears, and the promises of God will have been fulfilled. We have one
life in which we permit Him to create this change in our disposition.
Once the work is complete, and we enter into the Heavenly Canaan, then the
growth will be only in the realms of that which is right, and this is the plan
of salvation, a restoration of that which was lost in Eden.
Let's pray.
Jadi pertanyaan saya ialah, mana pihak lain dari Perjanjian itu, di mana kita berjanji
akan melakukan bagian kita? Tidak ada di sana!
Mengapa? Karena itu akan gagal,
sama seperti mereka telah gagal, kita juga akan gagal. Jadi hanya apa yang dilakukan Allah
dalam kita yang akan berhasil.
Dan semoga Allah
memberi kita kerelaan menundukkan
diri kita untuk dipalu dan
ditempa, guna mengikis
lenyap sudut-sudut yang kasar, supaya ketika hasilnya selesai ~ karena kita telah mengizinkan Dia menjadi
Pembangun Utama ~ maka kita bisa dipasangkan ke dalam
bangunan Bait Suci, dan di sana tidak akan ada lagi tangisan, di sana tidak
akan ada lagi air mata, dan janji-janji Allah akan digenapi. Kita punya satu hidup di mana
kita izikan Dia untuk menciptakan perubahan ini dalam watak kita.
Begitu pekerjaan itu tuntas, dan kita masuk ke Kana’an surgawi, maka
pertumbuhan hanya akan terjadi dalam kawasan apa yang benar, dan inilah
rancangan keselamatan, suatu pemulihan dari apa yang telah hilang di Eden.
Mari kita berdoa.
14 06 22
No comments:
Post a Comment