REVISITING THE GODHEAD
Part 01/04 -
Stephen Bohr
1+1+1 = 1
http://www.youtube.com/watch?v=ee8U1MhdYJ8
Dibuka dengan doa.
Most pagan religions are characterized by a belief that there
are in existence many gods. This concept is known as polytheism. In contrast to
ancient pagan religions we have Judaism which at least after the Babylonian
captivity taught a staunch monotheism. Now, this doesn’t mean that before the
Babylonian captivity in the Bible you didn’t have a staunch monotheism, what I
am saying that in actual practice before the Babylonian captivity Israel fell
repeatedly into idolatry. Obviously the Bible teaches monotheism from the times of
Moses on. Now, when Christianity was born, Christians had a very difficult
task of explaining how Jesus was God and how the Father was also God, and still
preserve monotheism. The problem became even more complicated when Christians
began teaching that the Holy Spirit is God as well. Of course the obvious
question is if the Father is God and the Son is God, and the Holy Spirit is
God, do we not then have 3 Gods? Do we not have polytheism, the idea that there
is more than one God or multiple gods? Is this not blasphemy, is this not
paganism in the highest sense of the word? Now, this is a problem that the
early church had to struggle with. And as a result of the struggle many
heretical movements arose within the Christian church, to try and explain how
there could be three Persons and yet preserve
monotheism, the idea that there was only one God.
Kebanyakan agama pagan ditandai oleh
kepercayaan adanya banyak dewa. Konsep ini dikenal sebagai politheisme.
Berlawanan dengan agama pagan purba, ialah Yudaisme, yang mengajarkan monotheisme yang kokoh, paling tidak
setelah penawanan Babilon. Nah, ini tidak berarti bahwa sebelum penawanan
Babilon di Alkitab tidak ada monotheisme yang kokoh. Yang saya maksudkan
adalah, dalam prakteknya, sebelum penawanan Babilon, Israel bolak-balik jatuh
dalam penyembahan berhala. Jelas bahwa Alkitab
mengajarkan monotheisme sejak zaman Musa dan seterusnya. Nah,
ketika Kekristenan lahir, orang-orang Kristen kesulitan menjelaskan bagaimana
Yesus itu Allah, dan Allah Bapa itu juga Allah, dan tetap mempertahankan
monotheisme. Masalahnya menjadi semakin rumit ketika orang-orang Kristen mulai
mengajarkan bahwa Roh Kudus juga Allah. Tentu saja pertanyaan yang muncul
adalah, jika Allah Bapa itu Allah, dan Allah Anak itu Allah, dan Roh Kudus itu Allah,
bukankah kita memiliki tiga Allah? Bukankah kita jadi politheisme, konsep bahwa
ada lebih daripada satu Allah, atau banyak Allah? Apakah ini bukan menghujat Allah?
Apakah ini bukan penyembahan berhala dalam arti katanya yang paling parah? Nah,
inilah masalah yang harus dihadapi gereja mula-mula. Dan sebagai akibat
permasalahan ini, muncullah banyak
gerakan bidat di dalam gereja Kristen, untuk berusaha menjelaskan bagaimana
bisa ada tiga Pribadi
namun tetap mempertahankan monotheisme, konsep di mana hanya ada satu Allah.
One group of heretics known as the Ebionites taught
that Jesus was born a normal human being, but He was such an extraordinary
human being in His life that at the moment of His baptism He was adopted into
the Godhead. In other words He was a man who became God. In other words He was adopted
as a member of the Godhead. Obviously this makes Jesus a semi-God and He is not
inherently God within His very own nature, which creates more problems than it
actually solved.
Salah satu kelompok bidat, yang
dikenal sebagai kelompok Ebion,
mengajarkan bahwa Yesus dilahirkan manusia biasa, tetapi Dia hidup sebagai
manusia yang begitu istimewa sehingga pada saat Dia dibaptis, Dia diangkat
menjadi anggota Keallahan. Dengan kata lain, Yesus adalah seorang manusia yang
menjadi Allah. Dengan kata lain, Yesus diadopsi menjadi anggota Keallahan.
Jelas ini menjadikan Yesus
sebagai semi-Allah, dan Dia tidak beresensi Allah dalam
kodratNya. Hal ini menimbulkan lebih banyak masalah daripada menyelesaikan
masalah.
Then you have the heresy known as Modalism or Sabellianism,
named after Sabellius. He taught that actually God is one Person who manifests Himself
in three different forms or modes. It was common for example for those
who taught this heresy to say that in the Old Testament God manifested Himself
as the Father, in the Gospels He manifested Himself as the Son, and in the
church age He manifested Himself as the Holy Spirit. In other words, One Person
at different periods of human history took different forms but you don’t have
three Persons, you have one Person in three different manifestations of human
history. Of course this creates huge problems as well as we’ll notice as we
study the concept of the Trinity in Scripture.
Lalu ada kelompok bidat yang dikenal sebagai Modalisme atau
Sabelianisme, dinamai menurut Sabellius yang mengajarkan bahwa
sebenarnya Allah itu satu
Pribadi yang memanifestasikan Dirinya dalam tiga bentuk atau model.
Bagi mereka yang mengajarkan ajaran bidat ini, mereka sering berkata bahwa di
era Perjanjian Lama Allah memanifestasikan Dirinya sebagai Allah Bapa, di era
Injil Dia memanifestasikan Dirinya sebagai Allah Anak, dan di era gereja Dia
memanifestasikan Dirinya sebagai Roh Kudus. Dengan kata lain, satu Pribadi yang
mengambil bentuk yang berbeda-beda sepanjang era sejarah manusia yang
berbeda-beda. Tentu saja ini juga menciptakan masalah-masalah besar yang nanti
akan kita lihat dalam mempelajari konsep Trinitas di Alkitab.
Another heresy which crept into
the church when this idea of the Father, Son, and Holy Spirit being God is
known as Arianism,
it’s named after Arius. And this is the idea that Jesus was the first creature
made by God, made by the Father. In other words, Jesus is a created being. By
the way the heirs of this idea today are the Jehovah’s Witnesses. They believe
that Jesus was the first creature of the Father and His name was Michael the
Archangel. That is to say, they don’t believe that Jesus is eternal God in the
fullest sense of the word. They teach that Jesus was a god, but of course this
creates more problems than it solves because then you have a Great God, and you
have a lesser God, you still end up with polytheism.
Ajaran
bidat yang lain yang
menyusup ke dalam gereja saat munculnya konsep bahwa
Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah, dikenal sebagai
Arianisme, dinamai menurut Arius. Dan ini mengajarkan bahwa Yesus adalah makhluk
pertama yang diciptakan Allah, Allah Bapa. Dengan kata lain, Yesus adalah makhluk ciptaan.
Supaya tahu, yang sekarang mewarisi konsep ini adalah golongan Saksi Yehovah.
Mereka meyakini Yesus adalah makhluk pertama ciptaan Allah Bapa, dan namaNya
adalah Mikhael, Penghulu Malaikat. Artinya, mereka tidak percaya bahwa Yesus
itu Allah yang kekal dalam arti kata yang sepenuhnya. Mereka mengajarkan bahwa
Yesus adalah satu Allah, tetapi tentunya ini menciptakan lebih banyak masalah
daripada yang diselesaikan, karena ini berarti ada Allah yang besar, dan ada Allah
yang lebih kecil. Dan ini tetap berakhir dengan politheisme.
Now, Muslims and Jews today are staunchly monotheistic religions, in
other words they staunchly stand for the idea that God is one, there is only One true
God.
Now, Christianity agrees with the idea of monotheism but Christianity has a
different understanding of the idea that God is one. In other words
Christianity does not view the oneness of God in the same way that the Jews and
the Muslims do, because the Jews and the Muslims believe that God is one
Person, that is their monotheism. But Scripture teaches that God is one and yet that
one God is composed of three Persons.
Nah, agama Islam dan Yahudi sekarang ini adalah
agama-agama monotheisme yang kokoh, dengan kata lain mereka mempertahankan konsep bahwa Allah
itu satu, hanya ada satu Allah yang benar.
Nah, Kekristenan setuju dengan konsep monotheisme ini, tetapi
Kekristenan memiliki pemahaman yang berbeda mengenai keesaan Allah.
Dengan kata lain, Kekristenan tidak melihat keesaan Allah seperti yang dilihat
oleh agama Yahudi dan agama Islam, karena orang Yahudi dan orang Muslim percaya
Allah itu satu Pribadi, itu bentuk monotheisme mereka. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Allah
itu esa, namun Allah itu adalah tiga Pribadi.
Now I’d like to ask the question, isn’t it logical nonsense to
say that there are three Persons but only one God? How can 3 be equal to 1? In
fact the title of our study today is 1 + 1 + 1 = 1.
Now you say, “Pastor Bohr you have to go back to grammar school
because 1 + 1 + 1 does not equal 1. How can you say that 3 = 1?”
We are going to study that concept in Scripture today.
Sadly even within the SDA church today there are many who are
coming to the conclusion that the doctrine of the Trinity that has been held by
the SDA church for many decades actually is a pagan origin. And many are saying
that this doctrine of the SDA church should be abandoned and that we should
adopt the view basically that the Muslims and the Jews have, that there is only
one Person in God.
Sekarang saya ingin bertanya,
mengatakan ada tiga Pribadi tetapi satu Allah, bukankah itu omong kosong yang
tidak logis? Mana bisa 3 sama dengan 1?
Justru judul pelajaran kita hari ini adalah 1 + 1 + 1 = 1
Nah, kalian berkata, “Pastor Bohr,
Anda harus kembali ke SD karena 1 + 1 + 1 tidak sama dengan 1. Mana bisa Anda
berkata 3 = 1?”
Hari ini kita akan mempelajari konsep tersebut di Alkitab.
Sayangnya bahkan di antara
gereja-gereja MAHK sekarang ada banyak yang berpendapat bahwa doktrin Trinitas
yang telah dipegang oleh gereja MAHK puluhan tahun itu berasal dari doktrin
pagan. Dan banyak yang berkata bahwa doktrin gereja MAHK ini sebaiknya
ditinggalkan dan agar kita mengambil konsep yang
pada dasarnya sama dengan yang dimiliki golongan Muslim dan Yahudi, bahwa Allah
itu hanya satu Pribadi.
Now what I would like to
do in our study today is go through 3 very simple steps to study the biblical
concept of God or the biblical concept of the Trinity.
· The first point that I would like to cover is those texts of
Scripture that speak about God as one. There are many texts in Scripture that refer to
God as one.
· The second step that I want to take is to read the text where
God is spoken of as being more than one, in other words a plurality of Persons within the
Godhead.
· And in the third place what I want to do is relate these two ideas that God
is one and God is more than one so that we can understand in what sense
according to the Bible, God is one.
Nah,
apa yang ingin saya lakukan dalam pelajaran kita hari ini adalah mengikuti 3
langkah sederhana untuk membahas konsep tentang Allah yang alkitabiah, atau
konsep yang alkitabiah tentang Trinitas.
·
Point
pertama yang mau saya tunjukkan adalah ayat-ayat Alkitab yang menyebutkan bahwa
Allah itu satu/esa. Ada banyak ayat di
Alkitab yang menyebut Allah itu esa.
·
Langkah
kedua yang ingin saya ambil adalah membacakan ayat-ayat di mana Allah
disebutkan sebagai lebih dari satu, dengan kata lain adanya Pribadi yang majemuk di dalam Keallahan.
· Dan di urutan
ketiga yang ingin saya lakukan adalah menghubungkan
kedua konsep di atas bahwa Allah adalah esa, dan Allah itu lebih
dari satu supaya kita bisa mengerti dalam makna apa Alkitab berkata Allah itu
esa.
Let’s begin our study and we are going to use Scripture
abundantly in our study today. Deuteronomy 6:4, this text is the central
confession of the faith of Judaism. You will hear it used in every Jewish
synagogue, even till this day. It says there in Deuteronomy 6:4, “Hear,
O Israel: The LORD our God, the LORD is one!”
The word LORD is capitalized, so it’s JEHOVAH, “JEHOVAH or YAHWE
is one.” Very clearly in this text God
is spoken of as one. JEHOVAH or YAHWE is spoken of as one.
Mari kita mulai pelajaran kita dan
hari ini kita akan banyak memakai Alkitab dalam pelajaran kita.
Ulangan 6:4, ayat ini adalah inti
pengakuan iman dalam Yudaisme. Kita akan mendengar ayat ini dipakai dalam
setiap sinagog Yahudi bahkan hingga sekarang. Dikatakan di Ulangan 6:4, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Kata TUHAN
ditulis dengan huruf besar, jadi berarti itu YEHOVAH, “YEHOVAH atau YAHWE itu
esa”. Sangat jelas di ayat ini TUHAN disebut esa.
YEHOVAH atau YAHWE disebut esa.
Notice Isaiah 44, we’ll read verse 6 and we’ll also go to verse
8. Once again we are emphasizing the oneness of God. It says in Isaiah 44:6, “
Thus says the LORD…” once again capitalized, “…the King of Israel, and His
Redeemer, the LORD of hosts…” by the way I don’t know if you notice
here that we have two LORDs at the beginning of verse 6. Did you notice this? “…Thus says the LORD…” capitalized,
“…the King of Israel, and His Redeemer, the LORD of hosts…” so there are actually two LORDs. There are actually two
YAHWEs or two JEHOVAHs. What does He say? “…' I am the First and I am the Last; besides Me there is…” what? “… no God…” verse 8 “…Do not fear, nor be afraid; Have I not told
you from that time, and declared it?
You are My witnesses…” by the way this is the central verse that the Jehovah’s Witnesses use to call themselves
Jehovah’s Witnesses “…You
are My witnesses. Is there a God besides Me? Indeed there is no other Rock;
I know not one.'”
So according to these verses how many is God? God is one. And
yet we’ve noticed at the beginning of verse 6 that there are two YAHWEs, there
are two LORDs, here capitalized or JEHOVAHs as stated in the KJV.
Perhatikan
Yesaya 44, kita akan membaca ayat 6 dan kita juga akan ke ayat 8. Sekali lagi
kita melihat penekanan pada keesaan Allah. Dikatakan di Yesaya 44:6, “Beginilah firman TUHAN…” sekali
lagi dalam huruf besar “…Raja Israel, dan JuruselamatNya TUHAN bala
tentara samawi…”
nah, saya tidak tahu apakah kalian melihat di sini ada dua “TUHAN” pada
awal ayat 6 ini. Apakah kalian melihatnya? “…Beginilah firman TUHAN (1)…” dalam
huruf besar, “…Raja
Israel, dan JuruselamatNya TUHAN (2) bala tentara samawi…” jadi nyata ada dua TUHAN. Ada dua YAHWE atau dua YEHOVA. Apa kata TUHAN? “…‘Akulah yang Pertama
dan Akulah yang Terakhir; selain daripadaKu
tidak…” apa? “…tidak ada Allah’…” ayat 8 “…Janganlah gentar dan
janganlah takut, bukankah telah
Kuberitahukan hal itu kepadamu dan Kunyatakan?
Kamulah saksi-saksi-Ku!…” ketahuilah
inilah ayat inti yang dipakai kelompok Saksi Yehovah menyebut diri mereka “Saksi Yehovah”, “…Kamulah saksi-saksi-Ku.
Adakah Allah selain daripada-Ku? Sesungguhnya tidak ada Gunung Batu yang lain, satu pun tidak Kukenal!" [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi
menurut ayat-ayat ini Allah itu ada berapa? Allah itu satu. Namun, kita tadi
sudah melihat di awal ayat 6 bahwa ada dua YAHWE, ada dua TUHAN, yang
ditulis dengan huruf besar, yang di KJV dicantumkan sebagai YEHOVAH.
Notice Isaiah 45:21-22, once again the idea of the oneness of
God. God is one. It says there in Isaiah 45:21, “Tell and bring forth your case. Yes, let them take counsel
together…” speaking
about the false gods of the nations “…Who has declared this from ancient time? Who has told it from that time? Have not I, the LORD? And there is
no other God besides Me, a just God and a Savior; there is none besides
Me. 22 Look to Me, and be saved, all you ends of the earth! For I am
God, and there is no other.” Several times in these verses, verses 21-22 you have the
emphasis that God is one, there is none besides Him, there is no other God.
Now the emphasis that Isaiah is giving in chapters 44-45 is not
necessarily saying that God is numerically one. What is being
contrasted here is God as the true God with all of the false gods of the pagan
nations. That’s why God is saying, none of those gods are the true god, I am
the true God, I am the only God.
Perhatikan Yesaya 45:21-22, sekali
lagi konsep tentang keesaan Allah. Allah itu esa, dikatakan di Yesaya 45:21. “Beritahukanlah dan kemukakanlah kasusmu,
ya, biarlah mereka berunding bersama-sama…”
ini berbicara tentang allah-allah palsu bangsa-bangsa, “…Siapakah yang telah mengabarkan hal ini dari zaman purbakala?
Siapa yang telah memberitahukannya dari saat itu? Bukankah Aku, TUHAN? Dan tidak ada Allah selain
daripada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!
22 Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan,
hai kamu ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.”
Beberapa kali di dalam ayat-ayat ini,
ayat 21-22, ditekankan bahwa Allah itu esa, tidak ada yang lain kecuali Dia,
tidak ada allah lain.
Sekarang, tekanan yang diberikan Yesaya di pasal 44-45 tidak
berarti Allah itu jumlahnya satu. Apa yang dibandingkan di sini
adalah Allah sebagai Allah yang sejati dibandingkan semua allah palsu
bangsa-bangsa yang menyembah berhala. Itulah sebabnya Allah berkata, tak satu
pun dari allah-allah itu adalah allah yang sejati, Akulah Allah yang sejati,
hanya Akulah satu-satunya Allah.
Let’s
go the New Testament now. Mark 12:29 and then we’ll jump down to verse 32. Mark
12:29 and then we’ll go to verse 32. A lawyer comes to Jesus and asks Him a
question. It says there, “Then one of the scribes came, and
having heard them reasoning together, perceiving that He had answered them
well, asked Him, ‘Which is the first commandment of all?’…”
and then of course Jesus quoted
Deuteronomy 6:4 with which we began our study, “…29…the LORD our God,
the LORD is one…” there is only one true God. Then
notice verse 32, he speaks about the answer that Jesus gives to his question, “…32 So the scribe said to
Him, ‘Well said, Teacher. You
have spoken the truth, for there is one God, and there is no other but He.’
Let
me ask you, does the New Testament emphasize just like the Old Testament that there is
only one God and that there is no other? Absolutely. It’s not only just
a concept that the Jews had, it is a Christian concept which is found in the
New Testament.
Marilah kita sekarang ke Perjanjian Baru. Markus
12:29 lalu kita akan meloncat ke ayat 32. Markus 12:29 kemudian kita ke ayat
32. Seorang ahli hukum datang kepada Yesus dan mengajukan sebuah pertanyaan
kepadaNya. Dikatakan di sana, “28.Lalu seorang dari para ahli
Taurat datang, yang mendengar Yesus dan
orang-orang Saduki bersoal jawab dan setelah
melihat bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, bertanyalah kepadaNya: Hukum manakah yang
paling utama?…” kemudian
tentu saja Yesus mengutip Ulangan 6:4 yang telah kita pelajari tadi di bagian
awal pelajaran kita, “…29…TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa…” hanya ada satu Allah yang benar. Lalu
perhatikan ayat 32, dia berbicara tentang jawaban yang diberikan Yesus kepada
pertanyaannya, “…32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada
Yesus: ‘Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Allah itu esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.’” [NKJV yang diindonesiakan].
Coba saya tanya apakah Perjanjian Baru menekankan sama seperti Perjanjian Lama bahwa
hanya ada satu Allah dan tidak ada yang lain? Betul sekali. Ini
bukan hanya konsep orang Yahudi, ini juga konsep
Kristen yang terdapat di Perjanjian Baru.
Notice
also John 10:30. Here Jesus is speaking about His relationship with His Father,
and this is one of the shorter verses that we find in the Bible. Jesus says
this, “I
and My Father are…” what? “…are one."
Notice
the emphasis once again on the oneness of God. There is the Father and there is Jesus,
but the Bible says that They are one.
Perhatikan juga Yohanes 10:30. Di sini Yesus
berbicara mengenai hubunganNya dengan BapaNya, dan ini adalah salah satu ayat
yang pendek yang kita temui di Alkitab. Yesus berkata demikian, “Aku dan Bapa adalah…” apa? “…adalah satu.”
Perhatikan tekanan sekali lagi pada keesaan Allah. Ada Bapa, ada Yesus, tetapi
Alkitab berkata Mereka adalah satu.
Now let’s notice one more verse that speaks about the oneness of
God, and then we are going to examine the verses where God is spoken of as
being more than one.
John 14:10-11. Here Jesus is speaking and He says this, “Do
you not believe that I am in the Father, and the Father in Me? The words that I
speak to you I do not speak on My own authority;
but the Father who dwells in Me does the works…” notice the Father dwells in Jesus. Notice verse 11 “…11 Believe Me that I am in the Father and the Father in
Me, or else believe Me for the sake of the works themselves.”
Jesus gives the impression in these verses that He and the
Father are to be identified, He says, “The Father in Me, I in the Father.”
Giving the impression that they are not two but they are really what? They are
really one.
So in the New Testament we have this concept that God is one and yet you
have the idea of the Father and Jesus being separate and distinct individuals.
Now how in the world can you understand this?
Nah, mari
kita perhatikan satu ayat lagi yang berbicara tentang keesaan Allah, lalu kita
akan memeriksa ayat-ayat di mana Allah disebut sebagai lebih dari satu.
Yohanes
14:10-11, di sini Yesus sedang berbicara dan Dia berkata demikian, “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam
Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri,
tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya…” perhatikan Bapa berdiam di dalam Yesus.
Simak ayat 11, “…11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku
di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah padaKu demi
pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” [NKJV yang diindonesiakan].
Di
dalam ayat-ayat ini Yesus memberikan kesan bahwa Dia dan Bapa harus diidentifikasi, Dia berkata, “Bapa di dalam Aku, Aku
di dalam Bapa”, memberikan kesan bahwa Mereka bukanlah dua melainkan sebenarnya
mereka apa? Sebenarnya Mereka adalah satu.
Maka
di Perjanjian Baru, ada konsep
ini bahwa Allah itu esa, namun juga ada konsep bahwa Bapa dan Yesus itu
Individu yang terpisah dan berbeda.
Nah,
bagaimana kalian bisa memahami ini?
You
know Jesus is saying that God is one but
at the same time He is speaking about Himself and about His Father.
The
fact is we have several texts in the Bible that refers to a plurality of
persons within God, in other words there are more than 1 Person in the Godhead.
Now we’ve examined already the texts that speak about the oneness of God at
least some of them. Now what I want to do is refer to some texts that speak
about the plurality of persons within the Godhead. You see, God is one,
but there are more Persons than one.
Kalian
tahu, Yesus berkata bahwa Allah itu esa, tetapi pada waktu yang sama Dia
berbicara tentang DiriNya dan tentang BapaNya.
Faktanya,
ada beberapa ayat di Alkitab yang menunjuk kepada kemajemukan Pribadi dalam Keallahan. Dengan kata lain ada lebih
dari satu Pribadi dalam Keallahan. Nah, kita telah memeriksa ayat-ayat yang
berbicara mengenai keesaan Allah ~ paling tidak beberapa dari antaranya ~
sekarang yang mau saya lakukan adalah menunjukkan
beberapa ayat yang berbicara mengenai kemajemukan Pribadi dalam Keallahan.
Kalian lihat, Allah itu esa,
tetapi ada lebih dari satu Pribadi.
Let’s go to Genesis 1:26, a very interesting verse, it’s speaking
about the creation of man, the plan to create man. It says there. “Then
God said…” by the way the word “God” there is אלהים ['ĕlôhı̂ym]
it’s plural,
it could be translated “Gods”, “…Then God said…” now notice this, “…’Let Us make man in Our image, according to Our likeness; let them have dominion over the fish of the sea, over
the birds of the air, and over the cattle, over all the earth and over every
creeping thing that creeps on the earth."
Do you notice the pronouns here? “…God said, ’Let Us make man
in Our image, according to Our likeness…” Very
clearly you have an idea of a plurality of Persons within God in this verse.
Marilah ke
Kejadian 1:26, ayat yang sangat menarik, berbicara tentang penciptaan manusia,
rencana untuk menciptakan manusia. Dikatakan di sana, “Lau berfirmanlah Allah…” ketahuilah kata “Allah” di sini adalah אלהים ['ĕlôhı̂ym] ini berbentuk jamak, bisa diterjemahkan “Allah-Allah”, “…Lalu berfirmanlah Allah
[majemuk]…” sekarang
simak ini, “…‘Baiklah
Kita menjadikan manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita,
biarlah mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
segala binatang melata yang merayap di bumi.’” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah
kalian melihat kata ganti orangnya di sini? “…berfirmanlah Allah:
‘Baiklah Kita menjadikan manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita…”
Sangat jelas kita melihat konsep
kemajemukan Pribadi dalam Allah di ayat ini.
Notice Genesis 11:7. This is the episode at the tower of Babel,
and God is in heaven, He is watching what the builders of the tower of Babel
are doing and notice what He says, “Come, let Us go down and there confuse their language, that they may not
understand one another's speech."
Once again “…let Us
go down…” and if you read on in chapter 11, it says, God confused there
at Babel their language. So it was God who confused the languages of the people
but at the same time we find that God says, “…let Us go down and there
confuse their language…” so once again you have the idea that even though God
is one, you have more than one Person within the Godhead.
Perhatikan Kejadian 11:7. Ini adalah
episode menara Babel, dan dari Surga, Allah melihat apa yang dilakukan
orang-orang yang membangun menara Babel, perhatikan apa kata Allah, ”Baiklah Kita turun dan mengacaukan
bahasa mereka di sana, sehingga
mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” [NKJV yang diindonesiakan]
Sekali lagi ”…Baiklah Kita turun…” dan jika kita baca selanjutnya di
pasal 11, dikatakan Allah mengacaukan bahasa mereka di Babel sana. Jadi Allah-lah
yang mengacaukan bahasa orang-orang itu, tetapi di waktu yang sama kita dapati Allah
berkata, ”…Baiklah Kita
turun dan mengacaukan bahasa mereka di sana…” jadi sekali lagi kita mendapatkan konsepnya bahwa walaupun Allah
itu esa, ada lebih dari satu Pribadi dalam Keallahan.
Notice Genesis 3:22, there are several references in Genesis
that speak about this phenomena of God being one but there being more than one
Person in the Godhead. This is after Adam and Eve sin and God sees that it’s
necessary to cast them out of the garden of Eden. “Then the LORD God said, ‘Behold, the
man has become like one of…” what? “…one of Us…” once again, “…man has become like one of Us…” The Devil said, “You shall be like…” who? “You shall be
like God.” Now they weren’t like God in every way, they were like God in the
sense that now they knew good and evil, because God already knew evil, because
that had originated in heaven before the creation of this world. But
interestingly enough, God says “…’Behold,
the man has become like one of Us…” in a specific sense, “…to know good and evil. And now, lest he put out his hand and
take also of the tree of life, and eat, and live forever’ 23 therefore
the LORD…” that’s the word “YAHWE” or “JEHOVAH”
“…God sent him out of the garden of Eden to till the ground from which
he was taken.”
Once again the pronoun “US” is used to refer to man in the
garden of Eden or immediately after he was cast out of the garden of Eden.
Indicating that even though God is one, there is a plurality of Persons within
the Godhead.
Perhatikan
Kejadian 3:22, ada beberapa referensi di Kejadian yang berbicara mengenai
fenomena Allah yang esa tetapi yang lebih dari satu Pribadi. Peristiwa ini
setelah Adam dan Hawa berdosa, dan Allah menganggapnya perlu untuk membuang
mereka keluar dari taman Eden. “Lalu
berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Lihat, manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari…” apa? “…Kita…” Sekali lagi, “…manusia itu telah menjadi
seperti salah satu dari Kita…” Iblis berkata, “Engkau akan seperti…”
siapa? “Engkau akan seperti Allah.” Nah Adam dan Hawa tidak menjadi seperti
Allah dalam segala hal, mereka menjadi seperti Allah dalam pengertian mereka
sekarang mengenal kebaikan dan kejahatan, karena Allah sudah mengenal kejahatan yang pertama
muncul di Surga sebelum penciptaan dunia ini. Yang menarik, Allah berkata, “…Lihat, manusia telah menjadi seperti salah satu dari Kita…” dalam
arti khusus, “…tahu
tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan
tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya,
sehingga ia hidup untuk selama-lamanya. 23 Maka TUHAN…” ini
adalah kata “YAHWE” atau “YEHOVAH” “…Allah mengusir dia dari taman Eden supaya
ia mengusahakan tanah dari mana tadinya ia
diambil.” [NKJV yang diindonesiakan].
Sekali
lagi kata ganti orang “KITA” dipakai untuk mengacu kepada peristiwa di taman
Eden atau segera setelah manusia diusir keluar dari taman Eden, mengindikasikan
bahwa walaupun Allah itu esa, tapi ada kemajemukan Pribadi pada KeAllahan.
Let’s examine several other verses in the Old Testament to this
idea of the plurality of Persons within God.
Isaiah 6:3 speaks about the call of the prophet Isaiah and even
though the idea of the Trinity does not come through real clearly here, there
is a hint that you have 3 Persons within the Godhead.
You say, “How’s that?”
Well, Isaiah 6:3 is speaking about the hymn being sung by the
seraphim, the 6-winged creatures. And it says there in Isaiah 6:3, “And
one cried to another and said: ‘Holy,
holy, holy…” how many times? Three times.
“… is the LORD…” the word “LORD” there is capitalized once again,
“…the LORD of hosts; the whole earth is full of His glory!’"
Is it just perhaps true that the reason why you have three
“holy”s here is because you have three Persons that are receiving the honor and
glory and praise of the seraphim?
Marilah kita periksa beberapa ayat lain
di Perjanjian Lama tentang konsep kemajemukan Pribadi di dalam Allah.
Yesaya 6:3 berbicara tentang panggilan
nabi Yesaya dan walaupun konsep Trinitas tidak muncul terlalu jelas di sini, tetapi
ada petunjuk kecil bahwa di sini ada 3 Pribadi dalam Keallahan.
Kalian berkata, “Kok bisa?”
Nah, Yesaya 6:3 berbicara tentang
himne yang dinyanyikan serafim, makhluk bersayap 6. Dan dikatakan di Yesaya
6:3, “Dan yang satu berseru kepada yang lain
katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah…” berapa
kali? Tiga kali. “…TUHAN…”
kata “TUHAN” lagi-lagi dalam huruf besar, “…TUHAN bala tentara sawami, seluruh bumi penuh
kemuliaan-Nya!’”
Mungkinkah alasan mengapa ada tiga
“kudus” di sini adalah karena ada tiga Pribadi yang menerima penghormatan dan
kemuliaan dan pujian dari para serafim?
Notice Isaiah 61:1, here it comes out even more clearly. Isaiah
61:1, I want you to see in this verse that you have three Persons. By the way
this is the verse with which Jesus began His ministry in Nazareth. You can find
it in Luke 4. “The Spirit…” there you have one, “…of the Lord GOD…” there you have two, “…is upon Me…” did you catch that? Once again, “…The Spirit of the Lord God is upon
Me…” and this is a Messianic prophecy, “…because the LORD has anointed Me…”
see the distinction between “LORD”
and “Me”?
“…the LORD has anointed Me to preach good tidings to the poor; He has
sent Me to heal the brokenhearted, to proclaim liberty to the captives, and the
opening of the prison to those who are
bound…”
So you have three individuals
here:
· the Spirit,
· the Lord God
· and “Me” which is
referring to the Messiah.
Simak
Yesaya 61:1, di sini lebih jelas. Yesaya 61:1, saya mau kalian melihat ada tiga
Pribadi di ayat ini. Ketahuilah ini adalah ayat yang dipakai Yesus untuk
mengawali pelayananNya di Nazaret. Bisa kita dapati di Lukas 4. “Roh…” di
sini satu, “…Tuhan ALLAH…”
di sini yang kedua, “…ada pada-Ku…” apakah kalian menangkapnya? Sekali
lagi, “…Roh
Tuhan ALLAH ada pada-Ku…” ini
adalah nubuatan mesianik, “…karena TUHAN telah mengurapi Aku…” lihat bedanya antara “TUHAN” dan “Aku”? “…TUHAN telah mengurapi Aku
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, Dia telah mengutus Aku untuk menyembuhkan orang-orang yang remuk
hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan membukakan penjara bagi mereka yang terkurung
…” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi di sini ada 3 individu:
· Roh
· Tuhan Allah
· Dan “Aku”
yang mengacu kepada Sang Mesias.
Notice Isaiah 48:16, here God is speaking, He says, " Come near to Me, hear this: I
have not spoken in secret from the beginning; From the time that it was, I was there…” and now listen to this, “….And now the Lord GOD…”
there’s one,
“…and His Spirit…” two, “…have sent Me…” three.
Once again the idea of three within the Godhead.
Simak
Yesaya 48:16, di sini Allah sedang berbicara, Dia berkata, “Mendekatlah kepada-Ku,
dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku merahasiakannya,
sejak waktu itu Aku ada di situ…” sekarang dengarkan ini, “…Dan sekarang, Tuhan
ALLAH…” ini satu, “…dan RohNya…” dua, “…telah mengutus Aku.” [NKJV yang diindonesiakan]
Sekali lagi konsep tiga dalam
Keallahan.
Notice
also Isaiah 63:9-10 here you have three individuals but the Messiah is spoken
of
with
a different name.
Notice
Isaiah 63:9-10, it’s speaking about Israel, and God is speaking here, “In
all their affliction…” or it’s been spoken about God rather, “…In all their affliction, He was
afflicted…” there’s one “…He was afflicted, and the Angel of
His Presence saved them…” See? God is afflicted, then it says,
“…the Angel of His Presence saved them…”
let’s continue reading “…In His love and in His pity He
redeemed them; and He bore them and carried them all the days of old. 10
But they rebelled and grieved…” whom? “…His Holy Spirit; So He turned Himself against them as an
enemy, and He fought against
them.”
Do
you see the Three in those two verses?
You
have first of all “…He was afflicted…”
Secondly
you have “…the Angel of His Presence saved them…”
And
then later on in verse 10 “…But they rebelled and grieved His
Holy Spirit…”
So, you have:
· THE LORD,
· you have the Angel of His Presence,
· and you have the grieving of the Holy Spirit.
Once again the idea of
three Persons very clearly expressed in these two verses of Isaiah 63.
Perhatikan juga Yesaya 63:9-10, di sini ada tiga
individu, tetapi Sang Mesias disebut dengan nama lain.
Perhatikan Yesaya 63:9-10, ini berbicara mengenai
Israel, dan Allah yang sedang berbicara di sini, “Dalam segala penderitaan mereka…”
atau lebih tepatnya ini berbicara mengenai Allah, “…Dalam segala penderitaan
mereka, Dia menderita…” ini satu, “….Dan Malaikat yang ada di hadiratNya menyelamatkan mereka…” lihat? Tuhan menderita, lalu dikatakan, “…Malaikat yang ada di hadiratNya
menyelamatkan mereka…” Mari
kita lanjutkan membaca, “…Dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya Dia
menebus mereka; dan Dia mengangkat mereka dan menggendong mereka selama zaman
dahulu kala. 10 Tetapi mereka memberontak dan mendukakan…” siapa? “… Roh Kudus-Nya; maka Ia berbalik menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri
berperang melawan mereka.” [NKJV yang diindonesiakan]
Apakah kalian melihat ke-Tiganya dalam ayat ini?
Pertama, “…Dia menderita…”
Kedua “…Malaikat yang ada di hadiratNya menyelamatkan mereka…”
Kemudian di ayat 10 “…Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh
Kudus-Nya;”
Maka:
· Ada Allah,
· Ada
Malaikat yang ada di hadiratNya,
· Dan ada Roh
Kudus yang didukakan.
Sekali lagi konsep tiga Pribadi diungkapkan dengan
sangat jelas dalam dua ayat di Yesaya 63.
I wished we had time to talk a little bit more about “…the Angel of His Presence…” In the Old Testament “…the Angel of His Presence…” is also spoken of as “the Angel of the
LORD.” And “the Angel of the LORD” very frequently in the Old Testament is
spoken of as being God.
The Angel for example that delivered the three friends of Daniel
from the fiery furnace, Nebuchadnezzar said that His appearance was like the Son of
God.
At the burning bush, the Angel of the LORD appeared in the bush
and then He speaks and He says, “I am the
God of Abraham, Isaac and Jacob.” The Angel is speaking this.
You know Jacob struggles with the Angel in Genesis 32 and you
know he says “Finally I have struggled with men and with God and I’ve seen God face
to face” and that’s why he called that place Penuel and yet he was struggling with the Angel of
the Lord. In other words “…the
Angel of His Presence…” is God, according to
Scripture.
Seandainya saja kita punya cukup waktu
untuk membahas sedikit lebih banyak tentang “Malaikat yang ada di hadiratNya”.
Di Perjanjian Lama, “Malaikat yang ada di hadiratNya” ini
juga disebut sebagai “Malaikat TUHAN”, dan seringkali di Perjanjian Lama
“Malaikat TUHAN” disebut sebagai
Allah.
Contohnya, Malaikat yang menyelamatkan
ketiga teman Daniel dari tungku api, kata Nebukadnezar tampaknya seperti Anak Allah.
Malaikat TUHAN yang muncul di semak
yang menyala, yang kemudian berbicara dan berkata, “AKUlah Allah Abraham, Ishak dan Yakub”.
Malaikat itu yang berkata demikian.
Kalian tahu, Yakub bergumul dengan
Malaikat di Kejadian pasal 32, dan kalian tahu dia berkata, “akhirnya aku telah
bergumul dengan manusia dan dengan
Allah, dan aku telah melihat wajah Allah berhadapan muka” [Kej. 32:28-30] dan
itulah sebabnya dia menyebut tempat itu Pniel, padahal yang bergumul dengannya
adalah Malaikat TUHAN. Dengan kata lain, menurut Firman Tuhan, “Malaikat
yang ada di hadiratNya” adalah Allah.
Now,
let’s go to several texts from the New Testament that show us this idea of
three Persons within the Godhead. Matthew 3:16-17, this is at the moment of the
baptism of Jesus. And I want you to notice the Three once again. “When
He had been baptized, Jesus came up immediately from the water…” there you have one,
“…and behold, the heavens were opened to Him, and He saw…” what? “…the Spirit of God descending like a dove
and alighting upon Him. 17 And suddenly a voice came from heaven…” whose voice was that? The Father’s because He says,
“…saying, ‘This is My beloved Son, in whom I am well pleased.’"
How many do you have at
the baptism of Jesus? Three:
· You have Jesus who is being baptized,
· you have the Spirit that is descending upon Him,
· and you have the voice of the Father from heaven saying, ”This is My beloved Son.”
Nah, marilah kita ke beberapa ayat dari Perjanjian
Baru yang menunjukkan kepada kita konsep
tiga Pribadi dalam Keallahan.
Matius 3:16-17, ini adalah saat baptisan Yesus. Dan
saya mau kalian perhatikan ke-Tiganya sekali lagi, “Sesudah dibaptis, Yesus
segera keluar dari air…” ini
yang pertama, “…dan lihatlah, pada
waktu itu juga langit terbuka bagiNya, dan
Ia melihat…” apa? “…Roh Allah turun seperti burung merpati dan hinggap ke atas-Nya, 17 dan tiba-tiba terdengarlah suara dari
sorga…” suara siapa itu? Allah Bapa, karena Dia
berkata, “…yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan.’" [NKJV yang diindonesiakan].
Berapa yang ada pada baptisan Yesus? Tiga:
· ada Yesus
yang dibaptiskan,
· ada Roh
yang turun ke atasNya,
· dan ada
suara Allah Bapa dari surga berkata, ”Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.
Notice John 14:16, here
Jesus is speaking about the outpouring of the Holy Spirit, notice once again
the idea of three. “And I…” this is Jesus, “… will pray the Father…” there you have number two, “…and He will give you
another Helper…” who is that other helper? The Holy
Spirit, right? “…that He may abide with you forever.”
Once again John 14:16
has Three:
· I,
· the Father,
· and the Helper who is the Holy Spirit.
By the way when Jesus
used the word “other” in Greek there are two words that are translated “other”.
One is the word ἕτερος [het'-er-os] we get the word “heterosexual” from that. Heterosexual
means of a different what? Of the same sex but of a different kind. And the
word that is used here in John 14:16 is not
ἕτερος [het'-er-os] in other words
another of a different kind, the word is ἄλλος [al'-los] which means another of the same kind. So
when He says, “I’m going to send you another Counselor,” He is saying “I’m
going to send you another Counselor just like Me.”
Perhatikan
Yohanes 14:16, di sini Yesus berbicara mengenai pencurahan Roh Kudus,
perhatikan sekali lagi konsep Tiga itu. “Aku…” ini Yesus, “…akan minta kepada Bapa…” ini
nomor dua, “…dan Ia
akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain…” siapakah Penolong yang lain ini? Roh
Kudus, bukan? “…supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.”
Sekali
lagi di Yohanes 14:16 ada Tiga:
· Aku,
· Bapa,
· dan Penolong yang adalah Roh Kudus.
Ketahuilah
ketika Yesus memakai kata “yang lain” dalam bahasa Greeka ada dua kata yang
diterjemahkan “yang lain”. Satu adalah kata ἕτερος [het'-er-os] dari mana kita mendapatkan kata
“heteroseksual.” “Heteroseksual” artinya yang berbeda apa? Sama tentang seksual tetapi dari jenis yang berbeda. Dan
kata yang dipakai di Yohanes 14:16 ini bukan ἕτερος [het'-er-os],
dengan kata lain bukan yang lain yang berbeda. Kata yang dipakai adalah ἄλλος [al'-los] yang berarti yang lain dari jenis yang sama.
Jadi ketika Yesus berkata, “Aku akan mengirimkan kepadamu Penasihat yang lain”
Yesus berkata “Aku akan mengirimkan kepadamu Penasihat yang persis sama seperti Aku.”
Notice
John 15:26, once again the same idea of threeness. "But
when the Helper comes…” there’s number 1,
“…whom I shall send to you from the Father…” there’s number 2, “…the Spirit of truth
who proceeds from the Father, He will testify of…” what? “…of Me…”
there’s number three.
Once again, you have:
· the “Helper”,
· you have the “Father”,
· and you have “Me.”
The idea of three coming
clearly through in the New Testament.
Perhatikan
Yohanes 15:26, sekali lagi konsep yang sama
tentang bertiga. “Tetapi
ketika Sang Penolong datang…” ini nomor satu, “…yang akan Kuutus kepadamu dari
Bapa…” ini nomor dua, “…yaitu Roh Kebenaran yang
keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang…”
apa? “…tentang Aku…” ini nomor tiga.
Sekali
lagi ada:
· Sang “Penolong”,
· ada “Bapa”,
· dan ada “Aku”
Konsep
bertiga ini muncul dengan sangat jelas melalui Perjanjian Baru.
Notice
Galatians 4:6, we’ll notice several more from the New Testament. Galatians 4:6,
it says there, “And because you are sons, God…” there’s one,
“…has sent forth the Spirit…” there’s two, “…of His Son…” there is three, “…into your hearts, crying out, ‘Abba,
Father!’"
So you have:
· God sending
· the Spirit
· of His Son,
three, once again.
Perhatikan
Galatia 4:6, kita akan melihat beberapa ayat lainnya lagi dari Perjanjian Baru.
Galatia 4:6, dikatakan di sini, “Dan karena kamu adalah anak,
maka Allah…” ini
satu, “…telah mengirim Roh…” ini dua, “…dari Anak-Nya…” ini
tiga, “…ke dalam hatimu,
yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’" [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi,
ada:
· Allah yang mengirim,
· Roh,
· dari AnakNya
Sekali
lagi tiga.
Matthew
28:19, this is the great commission that Jesus gives to His disciples. “’Go
therefore and make disciples of all the nations, baptizing them in the name of
the Father and of the Son and of the Holy Spirit.”
By
the way how many names do the Three of them have? There are three Persons but one name!
“the name of the Father and of the
Son and of the Holy Spirit” that shows oneness, but it also shows what?
Three. Three in One. It continues saying, “…teaching them to observe all things
that I have commanded you; and lo, I am with you always, even to the end of the age.’ Amen.”
Matius
28:19, ini adalah tugas besar yang diberikan Yesus kepada murid-muridNya. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
Nah,
ada berapa nama yang dimiliki Mereka bertiga? Ada tiga Pribadi, tetapi satu nama! “nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus” Ini
menunjukkan kesatuan, tetapi juga menunjukkan apa?
Tiga! Tiga dalam Satu. Selanjutnya dikatakan, “…20 dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’. Amen."
2
Corinthians 13:14, another verse that refers to three. 2 Corinthians 13:14 is
the benediction, the apostolic benediction that the apostle Paul gives to
conclude the letters to the Corinthians. It says there, “The
grace of the Lord Jesus Christ…” there is number 1, “…and the love of God…” there is number 2, “…and the communion of
the Holy Spirit be with you
all. Amen.”
Once
again the idea of 3.
Time
and again in the Old Testament and in the New Testament you have this idea that
you have one God, but you have three Persons.
2
Korintus 13:14, ayat lain yang mengacu kepada ke-Tiganya. 2 Korintus 13:14
adalah pemberkatan, pemberkatan apostolik yang
diberikan rasul Paulus untuk mengakhiri suratnya kepada jemaat Korintus.
Dikatakan di sana, “Kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus…” ini
nomor satu, “…dan
kasih Allah…” ini
nomor dua, “…dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin.”
Lagi-lagi
konsep 3.
Berulang-ulang
di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ada konsep ini bahwa ada satu Allah,
tetapi ada tiga Pribadi.
Notice 1 Corinthians 12:4-6, it says, “There
are diversities of gifts, but the same Spirit. 5 There are
differences of ministries, but the same…”
what? Come on, you can help me,
“…the same Lord. …” And then it says,
“… 6And there are diversities of…” what? “… activities, …” Yes, but there is one what? “… but it is the same
God who works all in all”
Do you notice there, three?
· You have the Spirit,
· you have the Lord,
· and you have who? You have God.
Once again three are participating in the impartation of the
gifts of the Holy Spirit.
Perhatikan 1 Korintus 12:4-6, dikatakan, “Ada rupa-rupa karunia, tetapi
satu Roh. 5Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi…”
apa? Ayo, kalian bisa membantu saya, “…Tuhan yang sama…” Lalu dikatakan, “…6 Dan ada
berbagai-bagai…” apa? “…pekerjaan…” Ya,
tetapi ada apa? “…tetapi Allah yang
sama yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah kalian perhatikan di sana: Tiga?
· Ada Roh,
· ada Tuhan,
· dan ada
siapa? Ada Allah.
Sekali lagi tiga berpartisipasi dalam membagikan karunia-karunia Roh
Kudus.
Notice
1 Peter 1:2, Peter also has this concept, this idea. It says there, “Peter…”
ah actually I am going to start reading at verse 1, “Peter,
an apostle of Jesus Christ. To the pilgrims of the Dispersion in Pontus,
Galatia, Cappadocia, Asia, and Bithynia, 2 elect according to the
foreknowledge of God the Father…” there you have one,
“…in sanctification of the Spirit…”
there you have two, “…for obedience and sprinkling of
the blood of Jesus Christ…” there’s three, “…Grace to you and peace be
multiplied.”
Perhatikan 1 Petrus 1:2, Petrus juga punya konsep
ini, ide ini. Dikatakan di sana, “Dari Petrus…” ah, sebenarnya saya akan mulai membaca
dari ayat 1, “…Dari
Petrus, rasul Yesus Kristus. Kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 2 yaitu
orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah Bapa…” di sini satu, “…dikuduskan oleh Roh…” ini dua, “…supaya taat, dan percikan darah Yesus Kristus…” ini tiga, “…Kiranya kasih karunia dan
damai sejahtera makin melimpah atas kamu.” [NKJV yang diindonesiakan]
Now,
let’s go to Revelation 1:4-5. It says there, “John, to the seven churches which are
in Asia: Grace to you…” and now notice, “… and peace from Him who is and who
was and who is to come…” there you have one, “…and from the seven Spirits who are
before His throne…” the number seven is symbolic of completeness
or totality, the fullness of the Spirit. And then it says,
“…5 and
from Jesus Christ, the faithful witness, the firstborn from the dead, and the
ruler over the kings of the earth…”
Once again:
· you have “…Him
who is and who was and who is to come…”
· You have “…the seven Spirits…”
· and you have “…Jesus Christ…”
Three.
Sekarang, mari ke Wahyu 1:4-5, “Dari Yohanes kepada ketujuh
jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia kepadamu…” dan sekarang perhatikan, “…dan damai sejahtera dari Dia, yang sekarang
ada dan yang dulu ada dan yang akan
datang…” ini satu, “… dan dari ketujuh Roh
yang ada di hadapan takhta-Nya…” angka
7 itu simbolis melambangkan kelengkapan atau totalitas, kepurnaan Roh. Kemudian
dikatakan, “…5 dan dari Yesus Kristus, Saksi
yang setia, yang sulung bangkit dari antara
orang mati dan penguasa atas raja-raja
bumi…”
[NKJV yang diindonesiakan].
Sekali lagi:
· Ada
“…Dia, yang
sekarang ada dan yang dulu ada dan yang akan datang…”
· Ada
“…ketujuh
Roh…”
· Dan
ada “…Yesus
Kristus…”
Tiga.
Notice
Ephesians 2:18, I want to read a few more because I want you to see how
pervasive this idea is in the New
Testament. Ephesians 2:18 once again has three. It says, “For
through Him…” that is Jesus,
“…we both have access by one Spirit…”
there’s number two,
“… to…” whom? “…to the Father…” there’s number 3.
Simak
Efesus 2:18, saya mau membacakan beberapa ayat lagi karena saya mau kalian
melihat betapa menyeluruhnya konsep ini di Perjanjian Lama. Efesus 2:18, sekali
lagi menyatakan tiga. Dikatakan, “Karena melalui Dia…” yaitu
Yesus, “…kita sama-sama beroleh
jalan oleh satu Roh…” ini
nomor dua, “… ke…” mana? “…ke Bapa…” nomor tiga.
Notice
also John 1:1-3, and this passage only mentions two, but it still proves the
point that God is composed of more than one. It says in John 1:1-3, “In
the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God…” Now isn’t that interesting? You have One who is with God,
so it’s not the same Person as God there, He is with God, He is with Someone
who is called God, but it also says that He is what? God. So how many persons
do you have in that verse who are God? Two. Very clearly. Verse 2,
“… 2 He was in the beginning with God…” there you have it again, “…3 All things were made through Him…” by the way that expression “all things were made through
Him” means
that there is Someone who is making the things through Him. There has to be
Someone who is using Him as the instrument through whom things are made.
So it says,
“…All things were made through Him, and without Him nothing was made
that was made.”
Perhatikan juga Yohanes 1:1-3 dan di dalam
ayat-ayat ini hanya disebutkan dua, tetapi ini tetap membuktikan bahwa Tuhan
itu terdiri atas lebih dari satu. Dikatakan di Yohanes 1:1-3, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah…” Nah,
apakah ini tidak menarik? Ada satu Pribadi yang bersama-sama dengan Allah,
berarti Dia bukan Allah tersebut, Dia bersama-sama dengan Allah, Dia bersama
satu Pribadi yang disebut Allah. Tetapi ayat ini juga berkata bahwa Dia itu
apa? Allah! Jadi di ayat ini ada berapa Pribadi yang Allah? Dua! Sangat jelas.
Ayat 2, “…2 Ia pada mulanya bersama-sama
dengan Allah…” ini,
lagi-lagi kata-kata yang sama, “…3 Segala
sesuatu dijadikan melalui Dia…” ketahuilah, ungkapan “segala sesuatu
dijadikan melalui Dia” berarti
ada Yang menjadikan segala sesuatu itu melalui Dia. Harus ada Yang memakai Dia
sebagai alat untuk menjadikan segala sesuatu. Maka dikatakan, “…Segala sesuatu dijadikan melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun
yang telah jadi, dijadikan.” [NKJV yang diindonesiakan].
Notice John 6:46, it says here, “Not that anyone has seen the Father,
except He who is from God; He has seen the Father.”
Now
is this insinuating that Jesus has seen the Father? Of course. Now if Jesus and
the Father were the same Person, then Jesus probably was looking in the mirror.
We know that that’s not the case. He was with the Father, He saw the Father,
They are two separate Individuals.
Simak
Yohanes 6:46, dikatakan di sana, “Bukannya ada orang yang pernah melihat
Bapa, kecuali Dia yang datang dari Allah,
Dialah yang pernah melihat Bapa..” [NKJV yang diindonesiakan]
Nah,
apakah ini memberikan kesan bahwa Yesus pernah melihat Allah Bapa? Tentu. Nah
jika Yesus dan Bapa itu Pribadi yang sama, maka berarti Yesus sedang memandang
cermin. Kita tahu bukan begitu kasusnya. Yesus ada bersama Bapa, Dia pernah
melihat Bapa, Mereka adalah dua Pribadi yang berbeda.
Notice
1 John 2:1. This is a very well known verse, it’s speaking about Jesus as our
Advocate or Intercessor, “My little children, these things I
write to you, so that you may not sin. And if anyone sins, we have an Advocate
with the Father, Jesus Christ the righteous.”
So
if Jesus and the Father are the same Person, then Jesus is interceding with Himself. We know that that’s not the case. If He is
the Advocate with the Father, He is one and the Father obviously is another.
Perhatikan 1 Yohanes 2:1. Ini adalah ayat yang
sangat dikenal, ini berbicara tentang Yesus sebagai pembela atau perantara kita.
”Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika
seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa yaitu Yesus
Kristus, yang benar.
Jadi jika Yesus dan Bapa adalah Pribadi yang
sama, berarti Yesus sedang memohon
kepada Dirinya sendiri. Kita tahu bukan begitu kasusnya. Jika Yesus adalah
Pengantara pada Bapa, maka Dia adalah satu Pribadi, dan
Bapa adalah Pribadi yang berbeda.
Notice
also Romans 8:34, one more verse where we have a plurality of persons within
the Godhead. Romans 8:34, “Who is he who condemns? It
is Christ who died, and furthermore is also risen, who is even at the
right hand of God, who also makes intercession for us.”
You
know if He is at the right hand of God, He has to be a separate Individual from
God the Father. Furthermore if He is interceding He has to be interceding
before Someone, that means that there are at least 2 Persons in this verse that
refers to the Godhead.
Perhatikan juga Roma 8:34, satu lagi ayat di mana
kita melihat kemajemukan pribadi dalam Keallahan. Roma 8:34, “Kristus Yesus, yang telah
mati. Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga ada di sebelah kanan Allah, yang juga menjadi
pengantara bagi kita.”
Kalian tahu, jika Yesus berada di tangan kanan
Allah, Dia haruslah Individu yang berbeda dari Allah. Lebih jauh lagi
jika Yesus sedang menjadi perantara, Dia harus menjadi perantara di hadapan
Seseorang, berarti sedikitnya ada 2 Pribadi di ayat ini yang mengacu kepada
Ilahi.
And
so the conclusion is inevitable. The Bible is clear that God is one. Very,
very clear. Many verses, Old Testament and New Testament underline the fact
that God is one. But equally true, are all of those texts where God is spoken of as more
than one, in some verses two: Jesus and His Father; and in many verses
three: God the Father, the Son and the Holy Spirit.
Maka,
kesimpulannya tidak terelakkan. Alkitab
sangat jelas bahwa Allah itu satu. Amat sangat jelas. Banyak
ayat, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, menggarisbawahi faktanya
bahwa Allah itu satu. Tetapi
semua ayat di mana Allah disebutkan sebagai lebih dari satu, itu sama benarnya. Di beberapa ayat Allah disebutkan sebagai
dua: Yesus dan BapaNya; dan di banyak ayat sebagai tiga: Allah Bapa, Anak dan
Roh Kudus.
Now,
the big question is this, how do we reconcile those two ideas? How is it
possible for God to be one, and yet for God to be three? You know in math as I
was mentioning it is impossible for 3 to be equal to 1. That is logical
nonsense. And yet sometimes when we think theologically, logic does not apply.
So,
in what sense is God one and in what sense is God three?
Nah,
pertanyaan pentingnya adalah, bagaimana kita bisa menggabungkan kedua konsep
ini? Bagaimana mungkin Allah itu satu,
namun Allah itu tiga? Kalian tahu, dalam
matematika seperti yang tadi saya sebutkan, mustahil 3 sama dengan 1. Itu omong
kosong yang tidak masuk akal. Namun terkadang
bila kita berpikir secara theologis, nalar tidak bisa dipakai.
Jadi
dalam pemahaman apa Allah itu esa dan dalam pemahaman apa Allah itu tiga?
Let’s
read some verses that reconcile these two ideas. You see the Trinity is not
that difficult to understand when we understand what the word “one” means.
Go
with me once again to Deuteronomy 6:4, “Hear, O Israel: The LORD our God, the
LORD is one!”
By the way that word “one” that is
used there is the Hebrew word אחד ['echâd]. It doesn’t mean numerically, but it means
“one” in terms of unity, not one numerically but one in unity. I am
going to show you that from other texts in Scripture. In other words, you can
have three but they are one in the sense that they are perfectly united.
Mari kita baca
beberapa ayat yang menghubungkan kedua konsep ini. Kalian lihat, Trinitas tidak
sulit dipahami bila kita memahami makna kata “esa.”
Marilah
bersama saya sekali lagi ke Ulangan 6:4, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita,
TUHAN itu esa!”
Ketahuilah,
kata “esa” yang dipakai di sini adalah kata
Ibrani אחד ['echâd].
Ini bukan angka satu, tetapi
“esa” ini maknanya “kesatuan”, bukan satu dalam angka, tetapi satu
kesatuan.
Saya akan menunjukkan dari ayat-ayat yang lain
dalam Firman Tuhan. Dengan kata lain, bisa ada tiga, tetapi Mereka
adalah satu dalam arti mereka itu menyatu dengan sempurna.
Notice Genesis 2:24, here the same word is used, it’s not
referring to God, it’s referring to man, it helps us however to understand in
what sense God is one. Genesis 2:24, “Therefore a man shall leave his
father and mother and be joined to his wife, and they shall become…” what? “… one flesh.”
By the way does this mean that the man jumps into the woman or
the woman jumps into the man and they become one person? Obviously not. What
does the word “one” mean here? It does not mean one numerically, it means
“one” in terms of unity. They are perfectly two united in one because
they are supposed to think in a similar way, they are supposed
to be in
harmony, they are supposed to be in accord, in other words. Numerically
they are obviously two, but in terms of unity they are one.
So let me ask you in this verse is it possible for two to be
one? Of course. So if it’s possible for two to be one why can’t three be one?
Perhatikan Kejadian 2:24. Di sini kata
yang sama dipakai tidak mengacu kepada Allah tetapi kepada manusia. Tapi ini
membantu kita memahami dalam arti kata apa Allah itu esa. Kejadian 2:24, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi…” apa? “…satu
daging.”
Nah, apakah ini berarti laki-laki itu
melompat masuk ke dalam wanita itu atau si wanita yang melompat masuk ke dalam
laki-laki dan mereka menjadi satu manusia? Jelas tidak. Apa makna kata “satu”
di sini? Maknanya bukan angka satu, maknanya
“satu” dalam arti kesatuan. Kedua orang ini menjadi satu
kesatuan secara sempurna karena mereka seharusnya memiliki pikiran yang sama, dengan kata
lain mereka seharusnya harmonis,
mereka seharusnya selaras.
Secara angka mereka jelas dua, tetapi secara kesatuan, mereka itu satu.
Jadi coba saya tanya, di dalam ayat
ini apakah mungkin dua menjadi satu? Tentu. Maka jika dua mungkin menjadi satu,
mengapa tiga tidak mungkin menjadi satu?
Now, let’s notice what Jesus had to say. He was even more
explicit about this marriage in the New Testament. Matthew 19:4-6, “And
He answered and said to them…” Jesus is speaking to the Jewish
leaders, “…’Have you not read that He who
made them at the beginning 'made them male
and female,' 5 and said, 'For this reason a man shall leave his father
and mother and be joined to his wife, and the two shall become one flesh'?…” Notice the two shall become one flesh. And now Jesus is
really strong on this, He says,
“…6 So then, they are no longer two…” Now, I see some of you who are husband and wife here, and
unless I am seeing double, I see two. But Jesus says, “…they are no longer two, but one
flesh…” they are one, He is explicit. “….Therefore what God has joined together…” do you see the idea of unity there?
“…What God has joined together, let not man separate.’"
So husband and wife are two, but Jesus says they are no longer
two, they are what? They are one. So two equals one in theology not in math.
Nah, mari kita simak apa
yang dikatakan Yesus. Dia bahkan lebih eksplisit mengenai perkawinan di
Perjanjian Baru. Matius 19:4-6: “Jawab Yesus kepada mereka:…” Yesus sedang berbicara kepada para
pemimpin Yahudi, “…‘Tidakkah kamu baca, bahwa
Ia yang menciptakan manusia pada awal mulanya
menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, 5 dan firman-Nya: ‘Karena alasan inilah, laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging’? …” Perhatikan
keduanya menjadi satu daging. Dan sekarang Yesus benar-benar menegaskan ini,
kataNya, “…6 Demikianlah mereka bukan lagi dua…” Nah, saya melihat ada di antara kalian
yang suami-istri di sini, dan kecuali mata saya melihat ganda, yang saya lihat
adalah dua sosok. Tetapi Yesus berkata, “…mereka bukan lagi dua,
melainkan satu…” mereka
satu, Yesus sangat tegas. “…Karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah…” apakah kalian melihat konsep kesatuan
di sini? “…tidak
boleh diceraikan manusia." [NKJV yang diindonesisakan].
Maka suami dan istri itu
dua, tetapi Yesus berkata mereka bukan lagi dua, mereka apa? Mereka satu. Jadi dalam theologia, dua sama dengan
satu, tidak dalam matematika.
Genesis 11:6-7, once again this is speaking of the Tower of
Babel. And there were thousands of people probably who were building this
tower, “And
the LORD said, ‘Indeed the people are one…” so they all jumped into one body, right? By the way the
word here isאחד ['echâd] the
same word of Genesis 2:24. “…‘the
people are one’…” what is Moses trying to tell us when
he tells us that the Lord said the people were one? One person? No! They were
perfectly what? United. “…And the LORD said,
‘Indeed the people are one and they all have one language, and this is what
they begin to do; now nothing that they propose to do will be withheld from
them. 7 Come, let Us go down and there confuse their language, that
they may not understand one another's speech."
So once again all of those thousands of builders of the tower of
Babel were told by Moses who was quoting God, that all those people were how
many? One. They were not one numerically, they were one in the sense of unity.
Kejadian
11:6-7, sekali lagi ini berbicara tentang menara Babel. Ada mungkin ribuan
manusia yang sedang membangun menara itu, “dan TUHAN berfirman: ‘Memang benar mereka ini satu…” jadi mereka semuanya melompat ke satu
tubuh, begitu? Ketahuilah kata yang ada di sini adalah אחד ['echâd] kata yang sama yang ada di Kejadian 2:24 “…mereka ini satu…” Apa
yang mau disampaikan Musa kepada kita dengan berkata bahwa Tuhan mengatakan
orang-orang itu satu? Satu manusia? Tidak. Mereka bagaimana? Menyatu secara
sempurna, “…dan TUHAN berfirman:
‘Memang benar mereka
ini satu, dan mereka semua mempunyai satu
bahasa, dan inilah yang mulai mereka lakukan;
mulai sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang menghalangi mereka 7 Mari,
sebaiknya Kita turun dan mengacaukan bahasa mereka di
sana, sehingga mereka tidak mengerti lagi perkataan
satu sama lain.’” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi sekali
lagi, semua ribuan tukang yang membangun menara Babel itu, menurut Musa yang
mengutip Tuhan, semua orang itu berapa banyaknya? Satu! Mereka bukan satu dalam
jumlah, mereka satu dalam arti kesatuan.
Notice Galatians 3:28, let’s examine a few texts from the New
Testament that use the word “one”. Galatians 3:28, it says here, “There
is neither Jew nor Greek, there is neither slave nor free, there is neither
male nor female; for you are all one in
Christ Jesus.”
What are we? We are what? One. Well, I see a good number of
people here today. You don’t all look like one, I must not only be seeing
double, I must be seeing multiple people here. The fact is, what is meant by
the apostle Paul when he says that we are all one in Christ Jesus? He is not
speaking numerically, he is speaking theologically. We are all one in the sense of being
what? United.
Simak Galatia 3:28, mari kita periksa
beberapa ayat dari Perjanjian Baru yang menggunakan kata “satu”. Galatia 3:28,
dikatakan di sini, “Dalam hal ini tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak
atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus
Yesus.”
Apakah kita? Kita ini apa? Satu. Nah,
saya melihat ada banyak orang di sini hari ini. Kalian tidak terlihat sebagai
satu. Berarti saya bukan saja melihat ganda, tetapi pasti saya melihat
kelipatan di sini. Apa yang sesungguhnya dimaksudkan rasul Paulus ketika dia
berkata bahwa kita ini satu dalam kristus Yesus? Paulus tidak berbicara
tentang angka, dia berbicara secara
theologi. Kita ini semuanya satu, dalam
arti apa? Kesatuan.
Notice also 1 Corinthians 12:20, “But now indeed there are many members, yet…” what? “…yet one body.”
Many members one body. In the same way husband and wife are two
but they are one. The builders of the tower of Babel were many but they were
one. When we join Jesus Christ, we are one. We are not one numerically, we are
one in terms of unity. Are you understanding how three can be equal to one?
Perhatikan juga 1 Korintus 12:20, “Tetapi sekarang, memang benar ada banyak anggota, namun…” apa? “…satu tubuh.” [NKJV yang diindonesiakan]
Banyak anggota satu tubuh. Sama
seperti suami dan istri itu dua tetapi satu. Orang-orang yang membangun menara
Babel itu banyak, tetapi mereka satu. Ketika kita bergabung dengan Yesus
Kristus, kita satu. Kita bukannya satu secara angka, kita satu dalam arti
kesatuan. Apakah kalian paham bagaimana tiga bisa sama dengan satu?
When the Bible says that God is one, it’s speaking about unity.
When the Bible says there are three, it’s speaking about three
Persons in that unity. It’s not polytheism we
are dealing with here, because it is possible for three to be equal to one when
you understand “one” in the biblical sense of the word.
Saat
Alkitab berkata Allah itu esa, Alkitab berbicara mengenai kesatuan.
Saat
Alkitab berkata ada Tiga, Alkitab berbicara mengenai tiga Pribadi dalam
kesatuan itu.
Ini bukan politheisme yang kita
hadapi, karena bisa saja tiga sama dengan satu bila kita memahami “satu” di dalam makna Alkitab.
Notice John 17:10-11 and we’ll also read verses 20-21, this is
the great prayer of Jesus in the garden of Gethsemane before He went to the
cross. He says, “And all Mine are Yours, and Yours are
Mine, and I am glorified in them. 11 Now
I am no longer in the world, but these are in the world, and I come to You.
Holy Father, keep through Your name those whom You have given Me…” notice, “…that they may be one as We are [one]
…” verse 20 “…20 I do not pray for these alone, but also for those who
will believe in Me through their word; 21
that they all may be…” what? “… one, as You, Father,
are in Me, and I in You; that they also may be one in Us, that the world may
believe that You sent Me.”
Jesus was praying for His 11 disciples because Judas was going to apostatize. Did
Jesus pray that His 11 disciples should be one? Did He want them all to be one?
Yes. Does that mean that they were no longer, ah you didn’t have Peter, and
John, and Andrew, they all jumped into one person? Of course not. What was Jesus praying for? He
was praying for them to be what? To be in unity, to be united. All in one
accord like it happened on the day of Pentecost, they were all of one accord,
in one place according to the Scripture.
By the way did you notice Jesus wanted us all to be one even as
He and His Father were one? So if 11
people can be one, can also God the Father and His Son be two and yet be one?
Obviously yes. Because it is speaking about unity. It is not speaking
about numbers.
Perhatikan
Yohanes 17:10-11 dan kita juga akan membaca ayat 20-21. Ini adalah doa istimewa
Yesus di taman Getsemani sebelum Yesus ke salib. Dia berkata, “dan segala milik-Ku adalah
milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam
mereka. 11 Sekarang Aku tidak ada
lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang
kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka demi nama-Mu, yaitu mereka yang
telah Engkau berikan kepada-Ku…” perhatikan, “…supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita
[adalah satu]…” ayat
20, “…20
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang
akan percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
21 supaya mereka semua boleh menjadi…” apa? “…satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di
dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka
juga boleh menjadi satu di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku.”[NKJV yang diindonesiakan]
Yesus
sedang berdoa bagi ke-11 muridNya karena Yudas akan membelot. Apakah Yesus
berdoa agar ke-11 muridNya akan menjadi satu? Apakah Yesus mau mereka semuanya
menjadi satu? Ya. Apakah itu berarti mereka tidak lagi, eh, tidak ada Petrus
lagi, atau Yohanes, atau Andreas, mereka semuanya melebur menjadi satu orang?
Tentu saja tidak. Yesus berdoa minta apa? Dia berdoa agar mereka apa? Agar
mereka bersatu, dipersatukan. Semua seia-sekata seperti yang terjadi pada hari
Pentekosta, menurut Firman Tuhan mereka
semuanya sehati, berkumpul di satu tempat.
Nah, apakah
kalian melihat bahwa Yesus ingin kita semua menjadi satu sebagaimana Dia
dan BapaNya juga satu? Jadi, bila 11 orang bisa menjadi satu, bisakah Allah
Bapa dan AnakNya berdua menjadi satu? Jelas sekali ya, karena ini berbicara mengenai kesatuan.
Ini tidak berbicara mengenai angka.
By the way we sing a little chorus, “We are one in the Spirit,
we are one in the Lord”, that doesn’t mean that we are one numerically, it
means that we are one in terms of the theological meaning of Scripture.
Nah, kita juga menyanyikan suatu koor
pendek, “Kita satu dalam Roh, kita satu dalam Tuhan”, itu tidak berarti bahwa
kita ini satu secara angka, ini berarti kita satu dalam makna theologi Firman
Tuhan.
Now, notice John 14:10-11, once again the emphasis of the unity
between Jesus and His Father. It says there, “Do you not believe that I am in the Father, and the Father in
Me? The words that I speak to you I do not speak on My own authority; but the Father who dwells
in Me does the works…” notice He is speaking about His unity
with His Father. My Father tells Me what to do. My Father tells Me what to say,
I am in such unity with Him that We work in harmony. Verse 11,
“….11 Believe
Me that I am in the Father and
the Father in Me…” once again the idea of unity,
“…or else believe Me for the sake of the works themselves.”
Nah,
perhatikan Yohanes 14:10-11, sekali lagi penekanan kesatuan antara Yesus dan
BapaNya. Dikatakan di sana, “Tidak percayakah engkau,
bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Kata-kata
yang Aku ucapkan kepadamu, tidak Aku katakan
dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang
melakukan pekerjaan-Nya…” perhatikan Yesus sedang berbicara
tentang kesatuanNya dengan BapaNya. BapaKu mengatakan kepadaKu apa yang harus
Aku lakukan, Bapaku mengatakan kepadaKu apa yang harus Aku katakan, Aku begitu
menyatu denganNya sehingga Kami bekerja secara harmonis. Ayat 11, “…11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan
Bapa di dalam Aku…” sekali
lagi konsep kesatuan “…atau setidak-tidaknya, percayalah demi pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.”
John 14:20, a few verses further down in chapter 14, “At
that day you will know that I am
in My Father, and you in Me, and I in you.”
Now what is Jesus saying, “I and the Father, the Father and Me.
I and you, you and Me”? He is saying there is supposed to be a perfect triangle
here between the Father, the Son and us. We are supposed to be in perfect
unity. In other words the oneness is a oneness
of unity. This is the reason why I believe that instead of speaking of the
doctrine of the Three we should talk of the doctrine of the Tri-unity of God.
Because They are three Persons that are in perfect unity. They are one God in thought, in power,
in character, in work, in objectives, in purpose, in plans, but They are not
one Person. In other words we could say They are distinguishable, but They are
not separable. They are three of the same kind.
You know in my household there are four Bohr’s, we all have the
same last name: Bohr. Well, in God’s family there are three, and They are all
called God. Their name is God. Three in one.
Yohanes 14:20 beberapa ayat lebih
lanjut di pasal 14, “Pada waktu itulah kamu akan
tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”
Nah, Yesus ini ngomong apa: “Aku dan
Bapa, Bapa dan Aku; Aku dan kamu, kamu dan Aku”? Yesus berkata seharusnya ada
sebuah segitiga yang sempurna di sini antara Bapa, Anak, dan kita. Kita
seharusnya berada dalam kesatuan yang sempurna. Dengan kata lain, satunya itu adalah satunya
kesatuan. Inilah mengapa saya yakin bahwa daripada berbicara
tentang doktrin mengenai ke-Tiga-nya, seharusnya kita berbicara tentang doktrin
Tri-uni Allah. Karena
Mereka adalah tiga Pribadi yang bersatu secara sempurna. Mereka adalah satu Allah dalam
pikiran, dalam kuasa, dalam tabiat, dalam pekerjaan, dalam objektif, dalam
tujuan, dalam rancangan, tetapi Mereka bukan satu Pribadi. Dengan
kata lain kita bisa berkata Mereka
bisa dibedakan, tetapi Mereka tidak bisa dipisahkan. Mereka adalah tiga dari jenis
yang sama.
Kalian tahu di rumah tangga saya ada
empat Bohr, kami semua memiliki nama akhir yang sama: Bohr. Nah, dalam rumah
tangga Allah ada tiga, dan Mereka semuanya disebut
Allah. Nama Mereka Allah. Tiga dalam satu.
Now, throughout the course of the history of the church, several
imperfect analogies have been given for the Trinity. For example some people
say that the Trinity is like a tree. You know a tree has a root, it has
branches, it has fruits, but it’s just one tree. The problem with that is the
fruit is only part of the tree, and the branches are only part of it, and the
root is only part of it. With the Trinity, They are all completely God in
Themselves. They are not a part of God, They are totally God within Themselves.
Other people say, you know it’s kind of like an egg. It has a
shell, a yolk and a white part. Well, once again the problem is you know, that
would mean that each one is only a part of God, when the Bible teaches that Each one of Them
is God in Their fullness.
Others say, you know, They are like the sun. The sun has light,
heat and brightness. Once again that’s not a good analogy because each one of
these things is only a part of what the sun produces.
Other people say, you know it’s like man, man is body, soul, and
spirit, according to Scripture. Well, the thing is the spirit is only a part of
man, and the body is only a part of man, the soul is only a part of man. And so
to speak of the Godhead in terms of body, soul and spirit would mean that each
Person is only a part of God not God in its fullness.
Nah, sepanjang perjalanan sejarah
gereja, muncul beberapa analogi yang tidak sempurna mengenai Trinitas. Misalnya
beberapa orang berkata bahwa Trinitas itu seperti pohon. Kalian tahu, pohon itu
punya akar, punya cabang, punya buah, tetapi pohonnya satu. Masalahnya dengan
konsep ini adalah, buahnya hanyalah bagian dari pohon itu, dan cabang-cabangnya
juga hanya bagian dari pohon itu, dan akarnya adalah bagian pohon itu.
Sementara pada Trinitas, Mereka
semuanya secara Sendiri-sendiri adalah Allah sepenuhnya, Mereka
bukan bagian dari Allah, Mereka
masing-masing secara individu adalah Allah yang sempurna.
Ada orang yang berkata, kalian tahu,
Trinitas itu seperti telur, ada kulitnya, ada kuningnya, dan ada putihnya. Nah,
sekali lagi masalahnya kalian tahu, itu berarti setiap bagian hanyalah bagian
dari Allah, padahal Alkitab mengajarkan
bahwa Setiap masing-masing dari Mereka adalah Allah sepenuhnya.
Yang lain berkata, kalian tahu, Mereka
itu seperti matahari. Matahari memiliki terang, panas, dan cahaya. Sekali lagi
itu bukan analogi yang tepat karena setiap bagian itu hanyalah satu bagian dari
apa yang dihasilkan oleh matahari.
Orang lain berkata, kalian tahu,
Trinitas itu seperti manusia, manusia mempunyai tubuh, jiwa, dan roh menurut
Firman Tuhan. Nah, masalahnya, roh itu hanyalah bagian dari manusia, dan tubuh
adalah bagian dari manusia, jiwa adalah bagian dari manusia. Maka jika kita
berbicara tentang Allah dengan ungkapan tubuh, jiwa dan roh, berarti setiap
Pribadi hanyalah bagian dari Allah dan bukan Allah sepenuhnya.
Now allow me to read you some very interesting statements we
find in the writings of Ellen White on the Trinity. I am going to go quickly
through these, they are really striking statements.
The first one is found in Review
and Herald, August 15, 1907, she is speaking about Hebrews 1:1-2, and she
says this, “The
position of Jesus Christ in reference to His Father is brought to view. While
They are one in purpose, and one in mind, yet in personality They are two. May
we not learn from this that there is to be unity between believers?”
You see what she is saying? They are two distinct personalities,
but They are in unity. She says, “Can’t we learn something from that and have
unity even though we are many?”
Sekarang
saya mau membacakan beberapa pernyataan yang menarik yang kita dapati di
tulisan Ellen White mengenai Trinitas. Saya akan menyampaikannya dengan cepat,
ini adalah pernyataan-pernyataan yang sangat jelas.
Yang
pertama ada di Review and Herald, Agustus 15,
1907, Ellen White berbicara tentang Ibrani 1:1-2, dan dia berkata demikian,
“Posisi Yesus Kristus sehubungan dengan BapaNya, diketengahkan di sini.
Walaupun Mereka itu satu dalam tujuan, dan satu dalam pikiran, namun Mereka
adalah dua dalam Pribadi. Tidakkah kita bisa belajar dari ini sehingga ada
persatuan di antara orang-orang percaya?”
Kalian
lihat apa yang dikatakan Ellen White? Mereka adalah dua Pribadi yang jelas
berbeda, tetapi Mereka adalah satu kesatuan. Ellen White berkata, “Tidakkah
kita bisa belajar dari hal ini dan bersatu walaupun jumlah kita banyak?”
In another statement that we find in Ministry of Healing, pg 421-422, she says this: “The
Scriptures clearly indicate the relation between God and Christ, and they bring
to view as clearly the personality and individuality of each.”
Notice Jesus and the Father have personality and individuality.
By the way, I looked up the definition of “individuality” in the
World Book Dictionary and this is the definition: “the character or qualities
that distinguish one person or a thing from another.” So when Ellen White says “The
Scriptures clearly indicate the relation between God and Christ, and they bring
to view as clearly the personality and individuality of each.” That means that each
One is an individual in Himself. She continues saying, “The
personality of the Father and the Son, also the unity that exists between Them,
are presented in the seventeenth chapter of John, in the prayer of Christ for
His disciples… The unity that
exists between Christ and His disciples does not destroy the personality of
either. …” are you catching what she’s saying? “…The unity
that exists between Christ and His disciples does not destroy the personality…”
they are still 11 disciples plus the one that was named on the
day of Pentecost, and Christ. She continues saying, “…The unity
that exists between Christ and His disciples does not destroy the personality
of either. They are one in purpose, in mind, in character, but not in person.
It is thus that God and Christ are one. “
Dalam pernyataan yang lain yang kita
dapati di Ministry of Healing, hal.
421-422, Ellen White berkata demikian, “Firman
Tuhan dengan jelas menunjukkan hubungan antara Allah dengan Kristus, dan
menyatakan dengan jelas kepribadian dan individualitas masing-masing.”
Perhatikan Yesus dan Allah Bapa
memiliki kepribadian dan individualitas.
Nah, saya mencari definisi
“individualitas” dalam kamus World Book Dictionary dan inilah definisinya:
“karakter atau sifat yang membedakan satu orang atau satu benda dari yang
lain.” Jadi ketika Ellen White berkata,
“Firman Tuhan dengan jelas menunjukkan hubungan antara Allah dengan Kristus,
dan menyatakan dengan jelas kepribadian dan individualitas masing-masing” itu berarti Setiap Pribadi adalah satu
individu sendiri. Ellen White melanjutkan berkata, “Kepribadian Bapa dan
Anak, juga kesatuan yang ada antara Mereka, dinyatakan di pasal ke-17 kitab
Yohanes dalam doa Kristus bagi murid-muridNya… Kesatuan yang ada antara Kristus
dan murid-muridNya tidak meniadakan kepribadian masing-masing…” Apakah kalian menangkap apa yang
dikatakan Ellen White? “…Kesatuan
yang ada antara Kristus dan murid-muridNya tidak meniadakan kepribadian
masing-masing…” Mereka tetap 11 murid plus satu yang dipilih
pada hari Pentekosta, serta Kristus. Ellen White melanjutkan, “…Kesatuan yang ada antara
Kristus dan murid-muridNya tidak meniadakan kepribadian masing-masing. Mereka
satu dalam tujuan, dalam pikiran, dalam tabiat, tetapi tidak dalam pribadi.
Demikian jugalah kesatuan antara Allah dengan Kristus…”
Notice this statement that Ellen White presented in 1897, she says, “The prince of the power of evil can only be held in check by the power of God in the Third Person of the Godhead, the Holy Spirit.” The reason I read this one is because many Adventists are saying that the Holy Spirit is just an influence or a force, that It’s not a Person. Ellen White makes it clear that not only the Father and the Son are Persons, she makes it very clear that the Holy Spirit is a Person, as does the Bible as well. Once again she says, “The prince of the power of evil can only be held in check by the power of God in the Third Person of the Godhead, the Holy Spirit.” [Evangelism pg. 617]. So is the Holy Spirit a Person? He is the Third Person.
Perhatikan
pernyataan ini yang diberikan Ellen White di 1897, dia berkata, “Penghulu
kuasa kegelapan hanya bisa ditahan oleh kuasa Allah dalam Pribadi Ketiga dari
Keallahan, yaitu Roh Kudus.” Alasan mengapa saya membacakan pernyataan ini
adalah karena banyak orang Advent berkata bahwa Roh Kudus hanya suatu pengaruh
atau kekuatan, Dia bukan Pribadi. Ellen White membuatnya sangat
jelas bahwa bukan saja Bapa dan Anak yang adalah Pribadi, Ellen White
menyatakannya dengan jelas bahwa Roh Kudus adalah Pribadi, seperti yang
dikatakan Alkitab juga. Sekali lagi Ellen White berkata, “Penghulu
kuasa kegelapan hanya bisa ditahan oleh kuasa Allah dalam Pribadi Ketiga dari
Keallahan, yaitu Roh Kudus.” [Evangelism hal. 617]. Jadi apakah
Roh Kudus itu Pribadi? Dia adalah Pribadi Ketiga.
Notice in 1898 Ellen White had this
to say, Desire of Ages pg.671 “Sin could be resisted and
overcome only through the mighty agency of the Third Person of the Godhead, …the
Third Person of the Godhead, who would come with no modified energy, but in the
fullness of divine power…” notice that the Holy Spirit is not only a Person but He has the
fullness of divine power, “…It is the Spirit that
makes effectual what has been wrought out by the world's Redeemer…”
Perhatikan
di 1898 Ellen White berkata demikian, Desire of
Ages hal. 671, “Dosa bisa ditolak dan dikalahkan hanya
melalui perantaraan yang perkasa dari Pribadi Ketiga dari Keallahan… Pribadi
Ketiga dari Keallahan, yang akan datang tanpa memodifikasi
kekuatanNya, tetapi dengan seluruh kuasa ilahiNya…” perhatikan bahwa Roh Kudus bukan hanya suatu
Pribadi, tetapi Dia memiliki kuasa Ilahi sepenuhnya, “…Roh
Kuduslah yang menjadikan efektif apa yang telah dibentuk oleh Juruselamat dunia…”
In 1899 Ellen White said this. Evangelism pg. 616. “…We
need to realize that the Holy Spirit, who is as much a Person as God is a
Person, is walking through these grounds…” she is talking about Avondale College
here. So she says, that ”… the Holy Spirit, who is as much a Person as God is a Person …”
Di 1899
Ellen White berkata demikian, Evangelism
hal. 616, “…Kita harus menyadari bahwa Roh Kudus yang adalah satu Pribadi
sebagaimana Allah adalah
satu Pribadi, sedang berjalan di antara kita di sini…” Ellen White
sedang berbicara mengenai Avondale College di sini, jadi dia berkata bahwa, ”…Roh
Kudus yang adalah satu Pribadi sebagaimana Allah
adalah satu pribadi…”
In 1906 she had this to say about the
Holy Spirit, “The Holy Spirit is a Person, for He beareth witness with
our spirits that we are the children of God. When this witness is borne, it
carries with it its own evidence. At such times we believe and are sure that we
are the children of God…”
then she says this, “…the Holy Spirit has a
personality…” so if anybody tells you that the
Holy Spirit is just a force and you know Jesus is inferior to the Father, He is
not fully God, we need to shut the door to that. She says, “…the Holy Spirit has a
personality, else He could not bear witness to our spirits and with our spirits
that we are the children of God. He must also be a divine Person…” in other words He is not only a
Person but He is a divine Person, He is God,
“…or
else He could not search out the secrets which lie hidden in the mind of God.
For what man knoweth the things of a man, save the spirit of man which is in
him? Even so, the things of God knoweth no man, but the Spirit of God.”
Di tahun
1906 Ellen White berkata demikian tentang Roh Kudus, “Roh
Kudus adalah satu Pribadi, karena Dia memberi kesaksian bersama-sama dengan roh
kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Pada waktu kesaksian ini dimunculkan,
dia muncul dengan buktinya sendiri. Pada saat itu kita percaya and kita yakin
bahwa kita adalah anak-anak Allah…” lalu Ellen White berkata ini,
“…Roh Kudus memiliki kepribadian…” jadi jika ada orang yang mengatakan kepada kalian
bahwa Roh Kudus hanyalah suatu kekuatan dan bahwa Yesus itu kalah derajatNya terhadap
Bapa, bahwa Yesus bukan Allah sepenuhnya, maka kita perlu menutup pintu kepada
konsep itu. Ellen White berkata, “…Roh Kudus memiliki
kepribadian, jika tidak, Dia tidak bisa memberikan kesaksian kepada roh kita,
dan bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Roh Kudus pasti
haruslah satu Pribadi yang Ilahi…” dengan kata lain Roh Kudus bukan hanya satu
Pribadi tetapi Dia adalah Pribadi yang Ilahi, Dia adalah Allah, “…jika
tidak Dia tidak bisa mengetahui rahasia yang tersembunyi di dalam pikiran
Allah. Karena manusia mana yang bisa mengetahui hal-hal tentang manusia, kalau bukan karena roh
manusia yang ada di dalamnya? Demikian jugalah hal-hal tentang Allah tidak
diketahui manusia, melainkan oleh Roh
Allah.” [1 Kor 2:11]
One final statement, Evangelism pg. 615, Ellen White speaks about
the Heavenly-Trio. She realized there were Three in the Trinity, Three in the
Godhead. She says this, “There
are three living Persons of the Heavenly Trio…” I like that: “…three living Persons of the
Heavenly Trio: the Father, the Son and the Holy Spirit. Those who receive
Christ by living faith are baptized, and these powers will cooperate with the
obedient subjects of heaven in Their
efforts to live the new life in Christ.” Three living
Persons in the Heavenly Trio.
Satu
pernyataan yang terakhir, Evangelism hal.
615, Ellen White berbicara mengenai Trio-Surgawi. Dia menyadari ada Tiga
Pribadi dalam Trinitas, Tiga Pribadi dalam Keallahan. Ellen White berkata
demikian, “Ada tiga Pribadi yang hidup dalam Trio Surgawi…” saya suka ini, “…tiga Pribadi yang hidup dalam Trio Surgawi:
Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Mereka yang menerima Kristus melalui iman yang
hidup, dibaptiskan. Dan kuasa-kuasa ini akan bekerja sama dengan warga Surgawi
yang patuh, dalam usaha Mereka untuk menghidupkan
kehidupan yang baru di dalam Kristus.” Tiga
Pribadi yang hidup dalam Trio Surgawi.
Now somebody is probably saying,
“Well, Pastor Bohr, what difference does it make whether you believe in the
Trinity or not? You know, it’s okay if you believe that God is just one
Person.”
Let me in closing share with you the
reason why it’s important to recognize that God is Trinity. We are going to
notice in our next study that the Godhead works in perfect harmony but each one
of the Persons of the Godhead has His particular function. And we are
going to find also in our next study that there are other beings in heaven that
help the Godhead, you have the cherubim, the seraphim, the heavenly hosts, the
heavenly angels and the inhabitants of the worlds. We are going to discuss all
of these things in succeeding lectures in this series.
Now why is the doctrine of the
Trinity important?
First of all it’s comforting to know
that we don’t have only one almighty power, working in our behalf. We don’t
only have two but we have three that are working with the utmost power to gain
the victory in the lives of God’s people in this world.
Furthermore, and this is even more serious, the Bible explains
that the essence of God is love. But in order for love to exist, there has to
be a giver and a receiver, is that true? In order to love there has to be
someone to love? Now, what would happen if God at some point was only one
Person? The big question is, who would
God have loved? Love cannot exist with only one person unless you speak about
self-love, and self-love is the essence of sin. And so the Trinity safeguards the certainty of
love in the universe before anything in this universe existed.
Now, there are some questions about the Trinity that I could
never answer, for example:
· Where did They come from? That’s a
mystery, I can’t answer that.
· Another question: where did They get Their
powers from? Don’t ask me, I don’t have
any idea.
· What were They doing before They
created anything in the universe? There must have been some time when They were
there and there was nothing. What were They doing? I don’t know.
But we have enough information to know that They are three. They
work for our good, They guarantee love, and someday we will be able to inhabit
eternity eternally with Them.
Nah,
mungkin ada yang berkata, “Yah, Pastor Bohr, apakah ada bedanya apa kita
percaya adanya Trinitas atau tidak? Anda tahu, kan cukup jika kita percaya
bahwa Allah itu cuma satu Pribadi?”
Izinkan
sebagai penutup, saya membagikan alasannya mengapa penting bagi kita untuk
mengenali bahwa Allah itu Trinitas.
Dalam
pelajaran kita berikutnya kita akan belajar bahwa Allah bekerja dengan keharmonisan yang sempurna, tetapi
Setiap Pribadi Allah memiliki fungsi khususNya sendiri. Dan
dalam pelajaran kita berikutnya kita akan melihat bahwa ada makhluk-makhluk
lainnya di Surga yang membantu Allah, ada kerubim, serafim, bala tentara
samawi, bala tentara malaikat, dan penduduk dunia-dunia lain. Kita akan
membicarakan semuanya ini dalam ceramah-ceramah seri ini berikutnya.
Sekarang,
mengapa doktrin Trinitas itu penting?
Pertama,
mengetahui bahwa kita tidak hanya memiliki satu kuasa Ilahi yang bekerja demi
kita, itu sangat menghibur. Kita bukan hanya memiliki dua, tetapi kita memiliki
tiga kuasa Ilahi yang bekerja dengan kuasa tertinggi untuk memperoleh
kemenangan dalam hidup umat Allah di bumi ini.
Lebih
daripada itu, dan ini bahkan lebih serius, Alkitab menjelaskan bahwa esensi
Allah adalah kasih. Supaya kasih bisa ada, harus ada yang memberi dan yang
menerima, benar kan? Supaya bisa mengasihi, harus ada yang dikasihi, kan? Nah,
apa yang akan terjadi seandainya pada suatu masa Allah itu hanya satu Pribadi?
Pertanyaan yang mencolok adalah siapa yang dikasihi Allah? Kasih tidak bisa ada
jika hanya ada satu pribadi, kecuali jika yang kita bicarakan adalah mengasihi
diri sendiri, dan mengasihi diri sendiri adalah esensi dosa. Maka Trinitas melindungi jaminan
adanya kasih di dalam alam semesta ini sebelum apa pun ada di alam semesta ini.
Nah, ada pertanyaan-pertanyaan tentang Trinitas
yang tidak pernah bisa saya jawab, misalnya:
· Dari mana
Mereka asalnya? Itu adalah suatu misteri, saya tidak bisa menjawabnya.
· Pertanyaan
yang lain: Dari mana Mereka memperoleh kuasa Mereka? Jangan tanya saya, saya
tidak tahu.
· Apa yang
Mereka lakukan sebelum Mereka menciptakan apa pun di alam semesta? Pasti ada
suatu waktu ketika Mereka ada dan tidak ada apa-apa yang lain. Apa yang Mereka
lakukan? Saya tidak tahu.
Tetapi kita punya cukup informasi untuk mengetahui
bahwa Mereka bertiga. Bahwa mereka bekerja demi kebaikan kita, bahwa Mereka
menjamin adanya kasih, dan suatu hari kita akan bisa tinggal di kekekalan
selama-lamanya bersama-sama Mereka.
26 02 16