Sunday, February 14, 2016

THE INWARD OUTWORKING ~ Part 2 ~ STEPHEN BOHR

THE INWARD OUTWORKING - 2
A sermon by Stephen Bohr
http://www.youtube.com/watch?v=gGypiLnWons

Dibuka dengan doa.


In our last study, we were discussing the issue of the seal of God in Scripture as compared to what is stated by Ellen White in her writings. And we noticed in our study that the Bible explains that the seal of God is the Holy Spirit.  But in the writings of Ellen White, we find that she  states repeatedly that the seal of God is the Sabbath.  And so how do we resolve this apparent discrepancy? Well, we used three models in our last study to try and  explain that there is no contradiction.  We used the model of circumcision,  we used the model of baptism, and we used also the story of the phylacteries, if you remember.  That was the last example that we gave from Scripture.  And we noticed that, simply you have an internal  and an external.  In the writings of Ellen White, she is discussing primarily  the external manifestation of what the Bible refers to  as the internal work of the Holy Spirit in the human heart.  Now we're going to apply what we've studied  in our last lecture, and apply it to the Sabbath  commandment, today, more specifically. 

Dalam pelajaran kita yang terakhir, kita membahas tentang meterai Tuhan di dalam Alkitab dibandingkan dengan apa yang dinyatakan Ellen White dalam tulisan-tulisannya. Dan kita sudah memperhatikan di dalam pelajaran kita, Alkitab menjelaskan bahwa meterai Allah adalah Roh Kudus. Sedangkan dalam tulisan-tulisan Ellen White kita dapati dia berulang-ulang menyatakan bahwa meterai Allah adalah Sabat. Maka, bagaimana kita memecahkan pertentangan yang nyata ini? Nah, kita memakai tiga contoh dalam pelajaran kita yang lalu untuk mencari dan menjelaskan bahwa tidak ada kontradiksi. Kita memakai contoh penyunatan, kita memakai contoh baptisan, dan kita memakai cerita tentang filakteri, moga-moga kalian masih ingat. Itulah contoh yang terakhir yang kita ambil dari Alkitab. Dan kita simak, secara sederhana adalah, ada bagian batiniah dan bagian lahiriah. Dalam tulisan-tulisan Ellen White, dia memfokuskan pembicaraannya pada manifestasi lahiriah dari apa yang disebut Alkitab sebagai pekerjaan Roh Kudus di dalam hati manusia. Sekarang kita akan mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari dalam pelajaran terakhir kita, dan hari ini kita mengaplikasikannya kepada perintah Sabat secara lebih spesifik.


And so I invite you to open your Bibles with me to  Exodus chapter 20, and we are going to read  verses 8 through 11.  This is the fourth commandment of God's holy law,  the law that God wrote with His own finger there on Mount Sinai.  Now notice it says there, "Remember the Sabbath day,  to keep it holy.  Six days you shall labor and do all your work,  but the seventh day is the Sabbath of the Lord your God.  In it you shall do no work: you, nor your son, nor your daughter,  nor your male servant, nor your female servant, nor your cattle,  nor your stranger who is within your gates.  For in six days the Lord made the heavens and the earth,  the sea, and all that is in them and rested the seventh day. Therefore the Lord blessed the Sabbath day and hallowed it." 
Now, does God command us to keep the Sabbath holy outwardly?  He most certainly does.  Does He prescribe what is allowable and what is  not allowable on the Sabbath, in terms of our outward behavior?  Absolutely.  Was He serious when He said that we must keep the Sabbath day holy outwardly?  Absolutely.  The text says, "Remember the Sabbath day to keep it holy.  Six days you shall labor and do all your work,  but the seventh day is the Sabbath of the Lord your God.  In it you shall do no work."  That is referring to secular work.  So God expects His people to keep the Sabbath day  holy outwardly; to rest on that day and  abstain from secular work.  Now was God serious about this external  observance of the Sabbath?  Was He serious about it?  Notice Exodus chapter 31 and we'll read verses 14 and 15.  This was a serious matter.  As we noticed last night in our study, when Moses failed to circumcise his son, God appeared to him, through an angel,  on the road and threatened to what? To kill him.  It was a serious matter. 
It's no less serious when it comes to the outward observance of the holy Sabbath.  It says here in Exodus 31:14, "You shall keep the Sabbath,  therefore, for it is holy to you.  Everyone who profanes it,…" listen carefully now, "…shall surely be..." what?  "...put to death; for whoever does any work on it, that person shall be cut off from among his people. 15 Work shall be done for six days, but the seventh is the Sabbath of rest, holy to the Lord. Whoever does any work on the Sabbath day, he shall surely be put to death." 
And you know what some people say ~ Christians who don't observe the Sabbath ~ they say, "Well, if you apply that principle then,  if people today don't keep the Sabbath, then you have to  kill them, according to what the Bible says.” 
But today we don't live in a theocracy. Today we live in a democracy.  And it makes a big difference. 
For those who say that, they're saying, “It's not really serious  to break the Sabbath anymore because we don't kill people for breaking the Sabbath.” Well, the law also said that whoever committed adultery was suppose to be stoned to death. So I suppose that because we don't stone people to death, then it's okay to commit adultery. It doesn't make any sense.  These are arguments that appear to be plausible, but they're not plausible when you look at them carefully. 

Maka saya mengundang kalian untuk membuka Alkitab bersama saya ke Keluaran pasal 20, dan kita akan membaca ayat 8 hingga 11. Ini adalah hukum keempat dari hukum Tuhan yang suci, hukum yang ditulis Tuhan dengan jariNya sendiri di G. Sinai. Sekarang, perhatikan, dikatakan di  sana, Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” [NKJV yang diindonesiakan]
Nah, apakah Tuhan memerintahkan kita untuk memelihara Sabat secara lahiriah? Betul sekali. Apakah Tuhan menentukan apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat sehubungan dengan tindakan lahiriah kita? Tentu saja. Apakah Tuhan serius ketika Dia berkata bahwa kita harus memelihara kekudusan hari Sabat secara lahiriah? Tentu saja. Teks itu berkata Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan…”  Ini mengacu kepada pekerjaan sekuler. Jadi Tuhan mengharap umatNya memelihara kekudusan hari Sabat secara lahiriah, untuk berhenti bekerja pada hari itu dan tidak melakukan pekerjaan sekuler. Nah, apakah Tuhan serius tentang pemeliharaan Sabat ini secara lahiriah? Apakah Tuhan serius mengenai hal itu? Perhatikan Keluaran 31 dan kita akan membaca ayat 14 dan 15. Ini adalah hal yang serius. Sebagaimana sudah kita pelajari semalam, ketika Musa lalai menyunat putranya, Tuhan menemuinya melalui seorang malaikat dalam perjalanannya dan mengancam mau apa? Membunuhnya. Itu adalah hal yang serius.
Pemeliharaan Sabat yang kudus tidak kurang seriusnya dibandingkan penyunatan. Dikatakan di Keluaran 31:14, Oleh karena itu haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu…”  dengarkan baik-baik sekarang, “…pastilah akan…”  apa?  “…dihukum mati, sebab siapa pun yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. 15 Pekerjaan harus dilakukan selama enam hari lamanya, tetapi hari yang ketujuh adalah Sabat perhentian, yang kudus bagi TUHAN: siapa pun yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati.” [NKJV yang diindonesiakan].
Dan tahukah kalian, apa yang dikatakan beberapa orang ~ orang-orang Kristen yang tidak memelihara Sabat ~ mereka berkata, “Lah, jika kamu mengaplikasikan prinsip itu, jika sekarang ini ada orang yang tidak memelihara Sabat, maka kamu harus membunuh mereka menurut kata Alkitab.”
Tetapi sekarang ini kita tidak hidup di bawah kekuasaan theokrasi. Sekarang kita hidup di bawah kekuasaan demokrasi, dan itu adalah perbedaan yang besar.
Mereka yang berkata seperti itu, mereka berkata, “Tidak apa-apa melanggar Sabat sekarang karena kita tidak membunuh orang-orang karena melanggar Sabat.”
Yah, hukum Tuhan juga berkata siapa yang berzinah harus dirajam sampai mati. Jadi kalau begitu, karena sekarang kita tidak merajam orang sampai mati, berarti boleh saja berzinah? Ini tidak masuk akal. Ini adalah alasan yang sepertinya masuk akal, tetapi bila diteliti, alasan ini tidak masuk akal.


But now I want you to notice that there's a deeper dimension to Sabbath observance than just the outward keeping  of the Sabbath; abstaining from work, abstaining from certain  endeavors, secular endeavors on the Sabbath. In fact, the observance of the seventh day Sabbath is an external sign that we have been made holy by God. Notice what we find in Exodus 31, we're there,  and verses 12 and 13. Exodus 31:12-13. "And the Lord spoke to Moses, saying, 'Speak also to the  children of Israel, saying: 'Surely My Sabbaths  you shall keep, for it is a...'” what?  See the Sabbath observance is a  "...sign between Me and you  throughout your generations, that you may know  that I am the Lord who..." what?  "...who sanctifies you.’"  In other words, "You keep the Sabbath so that you may know that I am the Lord who makes you what?  Holy. In other words, the observance of the Sabbath was a visible evidence that God had separated Israel for Himself.  And that Israel was to be what?  Was to be holy. 

Tetapi sekarang saya mau kalian memperhatikan, ada dimensi yang lebih mendalam pada pemeliharaan Sabat selain hanya memeliharanya secara lahirah, berhenti bekerja, berhenti dari usaha-usaha tertentu, usaha-usaha sekuler pada hari Sabat. Sesungguhnya, pemeliharaan Sabat hari ketujuh adalah tanda lahiriah bahwa kita sudah dikuduskan oleh Tuhan. Perhatikan apa yang kita dapati di Keluaran 31, kita sudah di situ, ayat 12 dan 13. Keluaran 31:12-13, “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 13 Katakanlah kepada orang Israel, demikian: ‘Pastikanlah hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah…”  apa? Lihat, pemeliharaan Sabat adalah suatu   “…tanda antara Aku dan kamu, turun-temurun, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang…”  apa?   “…yang menguduskan kamu.’” [NKJV yang diindonesiakan].
Dengan kata lain, “Peliharalah Sabat supaya kamu tahu Akulah Tuhan yang membuat kamu…” apa? “…Kudus. Dengan kata lain, pemeliharaan Sabat adalah bukti nyata bahwa Tuhan telah memisahkan bangsa Israel bagi DiriNya Sendiri, dan bahwa Israel harus menjadi apa? Menjadi kudus.


Notice also Ezekiel chapter 20 and we'll read verses 12 and 20.  Ezekiel 20:12, 20.  Here once again, God is speaking and He's says,  "Moreover I also gave them My Sabbaths, to be a sign..."  see, there it is again. "...a sign between them and Me, that they might know that  I am the Lord who..." what?  "...who sanctifies them."  In other words, that makes them holy.  And then it continues saying in verse 20, "Hallow My Sabbaths, and they will be a sign between Me  and you, that you may know that I am the Lord your God."  In other words, the observance of the Sabbath was a visible  sign that Israel belonged to the Lord.  The observance of the Sabbath was an evidence that God  had made Israel what? That God had made Israel holy.  In other words, the Sabbath did not make Israel holy.  The Sabbath revealed that they had been made holy, or separated  for holiness, by God.  The external observance of the Sabbath did not make  Israel holy, but rather was to announce to the world  that God had made Israel holy.  In other words, it was a sign of holiness.  It did not confer holiness. 

Perhatikan juga Yehezkiel 20 dan kita akan membaca ayat 12 dan 20. Yehezkiel 20:12, 20. Di sini sekali lagi, Tuhan sedang berbicara dan Dia berkata, Selain itu, hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka, menjadi suatu tanda…”  lihat, kata itu lagi,   “…suatu tanda  di antara Aku dan mereka, supaya mereka boleh tahu  bahwa Akulah TUHAN, yang…” apa? “…yang menguduskan mereka…” Dengan kata lain, yang membuat mereka kudus. Kemudian selanjutnya dikatakan di ayat 20, “…Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, dan itu menjadi tanda di antara Aku dan kamu, supaya kamu boleh tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu….” [NKJV yang diindonesiakan]. Dengan kata lain, pemeliharaan Sabat adalah tanda lahiriah bahwa Israel adalah milik Tuhan. Pemeliharaan Sabat adalah bukti bahwa Tuhan telah membuat Israel apa? Tuhan telah membuat Israel kudus. Dengan kata lain, Sabatnya tidak membuat Israel kudus. Sabat hanya menyatakan bahwa mereka sudah dikuduskan, atau dipisahkan untuk dikuduskan oleh Tuhan. Pemeliharaan Sabat secara lahiriah tidak menjadikan Israel kudus, melainkan pemeliharaan Sabat itu untuk mengumumkan kepada dunia bahwa Tuhan telah membuat Israel kudus. Dengan kata lain, pemeliharaan Sabat adalah suatu tanda kekudusan, dia sendiri tidak menganugerahkan kekudusan.


Now here is a very important question.  Who is it that makes our heart holy?  Because the external observance of the Sabbath is a sign that  God has made us holy.  Now the question is, who is it that makes our heart  or our internal being holy, of which the observance of the Sabbath is the external sign?  Actually, it is the Holy Spirit who changes and transforms  the heart and makes us holy.  And the observance of the Sabbath is simply the visible  announcement that the Holy Spirit has made our heart,  has made our inner being holy. 

Sekarang, ada sebuah pertanyaan penting. Siapa yang membuat hati kita kudus? Karena pemeliharaan Sabat secara lahiriah adalah suatu tanda bahwa Tuhan telah menjadikan kita kudus, maka sekarang pertanyaannya, siapa yang membuat hati kita atau batin kita kudus, di mana pemeliharaan Sabat merupakan tanda lahiriahnya? Sesungguhnya, Roh Kudus-lah yang mengubah dan mentransformasikan hati dan membuat kita kudus. Dan pemeliharaan Sabat hanyalah pengumuman lahiriahnya bahwa Roh Kudus telah membuat hati kita, batin kita, kudus.


Now let me share this with you. In Exodus 31:18, we are told that after God wrote the Ten Commandments with His own what? With His own finger, He gave the tables of the law to Moses.  Now, this is the only thing in the Bible that God wrote with His own finger.  Because it was the watchers that wrote on the wall  in Belshazzar's palace.  That was not God; it was a watcher, it was an angel.  The only thing in the Bible that God wrote with His own finger was the Ten Commandments.  Now the question is, what is the finger of God that wrote  the Ten Commandments?  Well, I'm just going to mention these verses.  In Matthew 12:28,  we are told that Jesus cast out demons by the Spirit of God.  But  Luke expresses it differently.  In Luke 11:20, the good doctor, Luke,  tells us that Jesus cast out demons by the finger of God.  So what is the conclusion?  If Matthew says that He cast out demons by the Spirit of God  and Luke says that He cast out demons by the finger of God,  what is the finger of God?  The finger of God is the what?  Is the Holy Spirit
So who wrote the Ten Commandments  on tables of stone?  It was the Holy Spirit.  And now I'd like to ask you the question,  who is it that writes the Ten Commandments  on the tables of our hearts?  It is the same Holy Spirit that wrote them on tables of stone. Because in Jeremiah 31:31-33,  we're told that the Holy Spirit will write God's commandments  and laws in our hearts and in our what?  In our minds.  That is the internal.  But the external is the observance of the Sabbath  as a sign that God has sanctified  or made our heart holy.  Are you understanding what I'm saying? 

Nah, izinkan saya berbagi ini dengan kalian. Di Keluaran 31:18, kita diberitahu bahwa setelah Tuhan menulis ke-10 Perintah dengan apanya sendiri? Dengan jariNya sendiri, Dia memberikan tablet-tablet hukum itu kepada Musa. Nah, inilah satu-satunya hal di dalam Alkitab yang ditulis Tuhan dengan jariNya sendiri. Karena yang menulis di dinding istana Belsyazar adalah malaikat pengamat, itu bukan Tuhan, itu malaikat pengamat. Satu-satunya di Alkitab yang ditulis Tuhan dengan jariNya sendiri adalah ke-10 Perintah. Sekarang, pertanyaannya adalah jari Tuhan yang menulis ke-10 Perintah itu apa?
Nah, saya cukup hanya menyebut ayat-ayat ini. Di Matius 12:28 kita mendapat tahu bahwa Yesus membuang roh-roh jahat dengan Roh Tuhan. Tetapi cara Lukas mengutarakannya berbeda. Di Lukas 11:20, tabib Lukas memberitahu kita bahwa Yesus membuang roh-roh jahat dengan jari Tuhan. Jadi apa kesimpulannya? Jika di Matius dikatakan Yesus membuang roh jahat dengan Roh Tuhan, dan  Lukas berkata Yesus membuang roh jahat dengan jari Tuhan, maka jari Tuhan itu apa? Jari itu itu siapa? Jari Tuhan adalah apa? Adalah Roh Kudus.
Jadi siapa yang menulis ke-10 Perintah pada dua tablet batu? Roh Kudus.
Sekarang saya mau tanya, siapa yang menulis ke-10 Perintah  pada tablet hati kita? Roh Kudus yang sama yang telah menulisnya pada tablet-tablet batu. Karena di Yeremia 31:31-33 kita mendapat tahu bahwa Roh Kudus akan menulis perintah-perintah Tuhan dan hukum-hukumNya di hati kita dan di apa kita? Di pikiran kita. Ini adalah bagian batinnya. Tetapi bagian lahiriahnya adalah memelihara Sabat sebagai tanda bahwa Tuhan telah menyucikan atau membuat hati kita kudus. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?


Now notice John 17:17.  Let's pursue this issue of who is it that makes us holy, of which the Sabbath, the external observance  of the Sabbath, is a visible sign or a visible announcement. Notice John 17:17.  Here Jesus is speaking and He says,  "Sanctify them by Your truth.  Your..." what? "…Your Word is truth."  So here we're told in John 17:17 that the Word  of God is truth. 
Now the word of God is whose sword?  I think you know this. Whose sword is the word of God?  In Ephesians 6:17, it says that “…the sword  of the Spirit is... what?  “...is the Word of God.”  Now, so what does the word of God do?  The word of God what? Sanctifies us, right?  "Sanctify them by Your truth. Your Word is truth."  And who is behind the Word sanctifying the heart?  It's the Holy Spirit, because the Word is the sword  of the Holy Spirit. 
Now John 16:13 amplifies this point. It says, "However, when He, the Spirit of truth..."  What is the Holy Spirit called?  The Spirit of what? Truth. And what is God's word?  God's word is truth. So it says, "However, when He, the Spirit of truth, has come,  He will guide you into all truth;  for He will not speak on His own authority,  but whatever He hears He will speak;  and He will tell you things to come."  So who is it that sanctifies the human heart,  or makes the human heart holy? It is the Holy Spirit.  The Holy Spirit who wrote the Ten Commandments on tables of stone is also the agent that writes  the law of God on our human hearts. 

Nah, perhatikan Yohanes 17:17. Mari kita lanjutkan isu tentang siapa yang menjadikan kita kudus ini, di mana Sabat, pemeliharaan Sabat secara lahiriah, adalah tanda lahiriahnya atau pengumuman yang nyata. Perhatikan Yohanes 17:17, di sini Yesus yang berbicara dan Dia berkata, Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-Mu…”  apa itu?   “…Firman-Mu adalah kebenaran.” [NKJV yang diindonesiakan]. Jadi kita diberitahu di Yohanes 17:17 bahwa Firman Allah adalah kebenaran.
Sekarang, Firman Allah itu pedang siapa? Saya rasa kalian tahu ini. Firman Allah itu pedang siapa? Di Efesus 6:17 dikatakan, …dan pedang Roh, yaitu…”  apa?   “…yaitu Firman Allah.” Nah, jadi apa yang dilakukan Firman Allah? Firman Allah apa? Menguduskan kita, benar? Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-Mu, Firman-Mu adalah kebenaran.” [NKJV yang diindonesiakan].
Dan siapa yang ada di belakang Firman ini yang menguduskan hati kita? Roh Kudus, karena Firman adalah pedang Roh Kudus.
Nah, Yohanes 16:13 menegaskan poin ini. Dikatakan,Tetapi apabila Ia, yaitu Roh Kebenaran…”  Roh Kudus disebut apa? Roh apa? Kebenaran. Dan Firman Allah itu apa? Firman Allah itu kebenaran,   “…Tetapi apabila Ia, yaitu Roh Kebenaran telah datang, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata menurut kuasaNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi siapa yang menguduskan hati manusia, atau yang membuat hati manusia suci? Roh Kudus. Roh Kudus yang menulis ke-10 Perintah Tuhan pada tablet-tablet batu, Dialah juga Yang menulis hukum-hukum Tuhan di hati kita  manusia. 


Now go with me to Ezekiel 36:26-27,  amplifying this point of the internal experience  and the external obedience that comes as a result  of that experience.  Ezekiel 36:26- 27.  Here, God makes a beautiful promise.  And notice what He says. Ezekiel 36:26- 27. God says, "I will give you a..." what?  "...a new heart and put..." what?  "...a new spirit within you."  Does God promise to change the inside?  He most certainly does.  He continues saying, "I will take the heart of stone  out of your flesh and give you a heart of flesh.  I will put My Spirit within you..."  And now listen what the consequence is.  "…I will put My Spirit within you and cause you to..." what?  "...to walk in My statutes, and you will keep My  judgments and do them."  
What is the external evidence that the Holy Spirit  has worked upon the human heart and sanctified the human heart? It is what? Obedience.  In other words, after saying, "I'll give you a new heart, I'll put a new spirit within you,"  and once again He says, "I will put My Spirit within you,"  He says, "and I will cause you to walk in My statutes  and you will keep My judgments and do them." 

Sekarang marilah bersama saya ke Yehezkiel 36:26-27 yang menjelaskan poin tentang pengalaman batiniah dan kepatuhan lahiriah yang timbul sebagai akibat pengalaman tersebut. Yehezkiel 36:26-27, di sini Tuhan memberikan suatu janji yang indah. Perhatikan apa kata Tuhan, Yehezkiel 36:26-27, Tuhan berkata, Aku akan memberikan kepadamu…”  apa? “…hati yang baru, dan menempatkan…”  apa?   “…roh yang baru di dalam batinmu…”  Apakah Tuhan berjanji untuk mengubah batinnya? Tentu saja. Tuhan melanjutkan berkata, “…Aku akan mengeluarkan dari dagingmu hatimu yang dari batu dan Kuberikan kepadamu hati yang dari daging. 27 Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam batinmu…” Dan sekarang dengarkan apa konsekuensinya, “…Aku akan menempatkan Roh-Ku di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu…”  apa?   “…hidup menurut segala ketetapan-Ku dan kamu akan berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.’ [NKJV yang diindonesiakan].
Apa bukti lahiriahnya kalau Roh Kudus sudah bekerja pada hati manusia dan menguduskannya? Apa? Kepatuhan. Dengan kata lain, setelah mengatakan, “Aku akan memberimu hati yang baru, Aku akan menempatkan Roh yang baru di batinmu,” dan sekali lagi Tuhan berkata, “Aku akan menempatkan Roh-Ku di batinmu”, Tuhan berkata “Aku akan membuat kamu hidup menurut  segala ketetapanKu, dan kamu akan berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” 


So what is Sabbath observance?  Sabbath observance is simply the external experience  of what has taken place in the human heart. 
It kind of reminds me of what Jesus once said.  He said, "You can't see the Holy Spirit,  like you can't see the wind.  But you can see the effects of the Holy Spirit. You can see the effects of the wind, because the wind, for example, moves the leaves of the trees.”  You can't see the wind but you can see that which the wind causes.  In the same way, the Holy Spirit comes and sanctifies the human heart, makes the human heart holy.  And the visible evidence of that, the seal or sign of that,  is the observance of what? The observance of the seventh day Sabbath. 

Jadi pemeliharaan Sabat itu apa? Pemeliharaan Sabat hanyalah pengalaman lahiriah dari apa yang telah terjadi di dalam hati manusia.
Ini mengingatkan saya pada apa yang pernah Yesus katakan. Yesus berkata, “Kamu tidak bisa melihat Roh Kudus, seperti kamu tidak bisa melihat angin. Tetapi kamu bisa melihat dampak Roh Kudus. Kamu bisa melihat dampak angin karena misalnya angin menggerakkan daun-daun pepohonan.” Kamu tidak bisa melihat angin, tetapi kamu bisa melihat apa yang diakibatkan angin. Dengan cara yang sama, Roh Kudus datang dan menguduskan hati manusia, menjadikan hati manusia kudus. Dan bukti lahiriah dari peristiwa itu, meterai atau tanda dari hal itu, adalah pemeliharaan apa? Pemeliharaan Sabat hari ketujuh.


Ellen White, in the devotional book, In Heavenly Places pg 66, had this to say. See, she understood also that the Holy Spirit  is the sealing agent.  She understood that, and that the Sabbath is the  external visible manifestation of that.  She says, Would you impress the seal to obtain a clear impression upon the wax, you do not dash it on by a violent action, but you place the seal carefully and firmly and press it down until the wax receives the mold…”  is she talking about the seal? Yes or no?  Absolutely.  But now notice her explanation. She says, “…Just so the Lord is dealing with our souls. Not now and then, but constantly the new life is implanted by the Holy Spirit after Christ’s likeness..”   Is she saying here that the seal is the Holy Spirit?  She most certainly is. I thought she said that the Sabbath was the seal.  Well you see, she understood the same thing  that the Bible describes.  And that is, that the internal invisible experience  is exhibited by the external observance of God's Sabbath.  The external is the evidence of the internal, in other words. 

Ellen White, dalam buku devosinya In Heavenly Places hal. 66, berkata demikian ~ lihat, dia juga memahami bahwa Roh Kudus-lah yang memeteraikan. Dia paham itu, dan Sabat adalah manifestasi lahiriah yang bisa kita lihat dari hal tersebut. Ellen White berkata, “Untuk mendapatkan suatu cap yang jelas di atas malam (lilin), tentunya kita tidak melemparkannya ke atas malam secara kasar, tetapi kita tempatkan cap itu dengan hati-hati dan ditekan dengan mantap sampai malam itu menerima cetakan cap itu…” Apakah Ellen White sedang berbicara mengenai meterai? Ya atau tidak? Tentu saja. Tetapi sekarang perhatikan penjelasannya. Dia berkata, “…Demikian juga cara Tuhan berbuat dengan jiwa kita. Bukan sekali waktu saja, tetapi secara terus-menerus hidup yang baru itu ditanamkan oleh Roh Kudus, meniru kemiripan Kristus…” Apakah Ellen White di sini berkata bahwa meterai itu adalah Roh Kudus? Betul sekali.  Saya sangka dia berkata bahwa Sabat itulah meterainya. Nah, kalian lihat, Ellen White memahami hal yang sama yang digambarkan Alkitab, dan itu adalah, pengalaman batiniah yang tidak tampak, diwujudkan oleh pemeliharaan Sabat Tuhan secara lahiriah. Dengan kata lain, yang lahiriah adalah bukti dari yang batiniah.


In another statement that we find in Selected Messages,  Volume 1 and page 336, she compares the sealing with wax.  She says this:  “As wax takes the impression of the seal, so the soul is to take the impression of the Spirit of God and retain the image of Christ.” So once again, she identifies the seal with the Holy Spirit
So is Ellen White talking out of both sides of her mouth?  Is Ellen White just confused on this, and sometimes she says  that the seal is the Holy Spirit and sometimes she says that  the seal is the Sabbath? No. You see, the Sabbath is the external sign that the  Holy Spirit has made our heart holy.  Are you following me or not? 

Dalam suatu pernyataan yang lain yang ada di Selected Messages Vol. 1  hal. 336, Ellen White membandingkan pemeteraian dengan mencap malam. Dia berkata demikian: “Sebagaimana malam (lilin) menerima stempel meterai, demikian juga jiwa harus menerima stempel Roh Allah, dan mempertahankan rupa Kristus.”
Jadi sekali lagi Ellen White mengidentifikasi meterai dengan Roh Kudus.
Apakah Ellen White berbicara mencla-mencle? Apakah Ellen White sendiri bingung tentang hal ini, dan terkadang dia berkata bahwa meterai itu Roh Kudus dan terkadang dia berkata meterainya adalah Sabat? Tidak. Kalian lihat, Sabat adalah tanda lahiriah bahwa Roh Kudus telah membuat hati kita kudus. Apakah kalian bisa mengikuti saya, atau tidak?


Now Ellen White constantly, in her writings, makes it very clear that the Sabbath is not an end in itself;  that observance of the Sabbath does not confer holinessObservance of the Sabbath does not make us holy,  IT DOES NOT EARN US SALVATION.  It is an outward sign of an inward experience  produced in our life by the Holy Spirit. 

Nah, di dalam tulisan-tulisannya Ellen White selalu menyatakannya dengan sangat jelas bahwa Sabat itu bukanlah tujuan akhir yang harus diraih, pemeliharaan Sabat tidak mengaruniakan kesucian. Pemeliharaan Sabat tidak membuat kita kudus, TIDAK MENGUPAHI KITA KESELAMATAN. Itu adalah tanda lahiriah dari pengalaman batiniah yang ditimbulkan di dalam hidup kita oleh Roh Kudus.


I'm going to read now several statements where Ellen White makes this clear.  She, like the Bible, says that the Sabbath is a sign,  it is a token, it's an evidence, it is a visible manifestation. In other words, it's simply the outside announcement  of inward holiness. Now in the book, Patriarchs and Prophets, page 307,  Ellen White stated this. And I'm going to read several statements because they're  very very meaningful, and they show that Ellen White understood  that the Sabbath was only a sign, the Sabbath was a token. It was not an end in itself.  It was an exhibition visibly of the fact that Israel had been  separated as holy to the Lord. 
Patriarchs and Prophets, page 307.  “Pointing to God as the Maker of the heavens and the earth, it  [the Sabbath] distinguishes the true God from all false god…”  Why does the Sabbath distinguish the true God  from all false gods?  Because the Sabbath points to God as what?  The Creator.  Is that the distinguishing mark between the true God  and all false gods?  Absolutely.  So she says, "Pointing to God as the Maker of the heavens  and the earth, the Sabbath distinguishes the true God  from all false gods..."  And now listen to this. “…All who keep the 7th day signify by this act…” Signify comes from “sign”, right? Sign-ify if you please. She says,  “…All who keep the 7th day signify by this ac that they are worshipers of Jehovah. Thus the Sabbath is the sign of man’s allegiance to God as long as there are any upon the earth to serve Him.” 
What is the Sabbath?  The Sabbath is a sign. 

Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan di mana Ellen White membuat ini jelas. Sama dengan Alkitab, dia mengatakan Sabat adalah suatu tanda, suatu token, suatu bukti, suatu manifestasi lahiriah. Dengan kata lain, itu semata-mata suatu pernyataan lahiriah dari kekudusan batiniah.
Nah di buku Patriarchs and Prophets, hal. 307, Ellen White menyatakan ini ~ dan saya akan membacakan beberapa pernyataan karena mereka amat sangat berarti, dan mereka menunjukkan bahwa Ellen White memahami Sabat itu hanyalah suatu tanda, Sabat adalah suatu token. Sabat bukan target akhirnya. Sabat adalah suatu demonstrasi lahiriah bahwa Israel telah dipisahkan sebagai bangsa yang kudus bagi Tuhan.
Patriarchs and Prophets hal. 307: “…Dengan menunjuk ke Tuhan sebagai Pencipta langit dan bumi, maka Sabat membedakan Allah yang sejati dari semua allah yang palsu…” Mengapa Sabat membedakan Allah yang sejati dari semua allah yang palsu? Karena Sabat menunjuk Tuhan sebagai apa? Sebagai Sang Pencipta. Apakah itu tanda yang membedakan antara Allah yang sejati dengan semua allah palsu? Benar sekali. Maka Ellen White berkata, “…Dengan menunjuk ke Tuhan sebagai Pencipta langit dan bumi, maka Sabat membedakan Allah yang sejati dari semua allah yang palsu…” Sekarang dengarkan ini, “…Semua yang memelihara hari yang ke-7 menandakan  dengan perbuatan tersebut…” Menandakan, berasal dari kata “tanda”, bukan? Men-tanda-kan. Ellen White berkata, “…Semua yang memelihara hari yang ke-7 menandakan dengan perbuatan tersebut bahwa mereka adalah penyembah Yehova. Maka Sabat adalah tanda kesetiaan manusia kepada Tuhan, selama di atas dunia ini ada manusia yang menyembahNya.”
Sabat itu apa? Sabat itu tanda.


Another statement we find in The Great Controversy,  page 605, she's talking about the Sabbath as the final test,  the final issue that will separate humanity on earth. She says, “The Sabbath will be the great test of loyalty for it is the point of truth especially controverted. When the final test should be brought to bear upon men, then the line of distinction will be drawn between those who serve God and those who serve Him not. While the observance of the false sabbath in compliance with the law of the state, contrary to the 4th commandment will be an avowal of allegiance to a power that is in opposition to God.”  So what is the observance of Sunday?  It's an avowal of allegiance to the power that changed the day.  Are you following me or not? 

Pernyataan yang lain kita dapati di The Great Controversy, hal. 605, di sini Ellen
White berbicara mengenai Sabat sebagai ujian terakhir, isu terakhir yang akan memisahkan manusia di bumi. Dia berkata,
“Sabat akan menjadi ujian terbesar tentang kesetiaan, karena inilah titik kebenaran yang terutama dipertentangkan. Pada saat ujian terakhir dikenakan kepada manusia, maka akan ditarik suatu garis pemisahan yang jelas antara kelompok mereka yang berbakti kepada Tuhan dan kelompok mereka yang tidak berbakti kepada Tuhan. Sementara pemeliharaan sabat yang palsu mengikuti hukum negara, yang bertentangan dengan perintah yang ke-4, akan merupakan pengakuan kesetiaan kepada suatu kuasa yang melawan Tuhan.”
Jadi pemeliharaan hari Minggu itu apa? Pengakuan kesetiaan kepada kuasa yang telah mengubah hari ibadah tersebut. Apakah kalian bisa mengikuti saya atau tidak?


In other words, the issue is not the day.  The issue is: by keeping the wrong day, we're following  the authority who changed the day.  She continues saying, once again, going back a little bit,  "…contrary to the fourth commandment, will be an  avowal of allegiance to a power that is in opposition to God..."  She says, “…On the other side the keeping of the true Sabbath in obedience to God’s Law is…” listen carefully  “…an evidence of loyalty to the Creator..”.  What is evidence?  It's something you can see, right?  "...the evidence of loyalty to the Creator.  While one class, by accepting the sign of  submission to earthly powers..." What is that visible sign of submission  to the earthly powers?  The observance of Sunday.  She says, "...receive the mark of the beast, the other, choosing the token of allegiance to divine authority,  receive the seal of God." 
So what is the Sabbath?  The Sabbath is a token.  The Sabbath is a sign.  It's an avowal of allegiance to God. 

Dengan kata lain, isunya bukan harinya. Isunya adalah, dengan memelihara hari yang salah, kita tunduk kepada autoritas yang mengganti hari tersebut. Ellen White melanjutkan berkata, sekali lagi, kita mundur sedikit, “…yang bertentangan dengan perintah yang ke-4, akan merupakan pengakuan kesetiaan kepada suatu kuasa yang melawan Tuhan…” Ellen White berkata, “…Di pihak lain, pemeliharaan Sabat yang benar sebagai kepatuhan kepada Hukum Tuhan adalah…” dengarkan baik-baik, “…suatu bukti loyalitas kepada Sang Pencipta…” Bukti itu apa? Sesuatu yang bisa kita lihat, bukan? “…suatu bukti loyalitas kepada Sang Pencipta. Sementara satu golongan, dengan menerima tanda takluk kepada kekuasaan duniawi…” apa tanda takluk lahiriah kepada kekuasaan duniawi? Pemeliharaan hari Minggu. Ellen White berkata, “…menerima tanda Binatang; kelompok yang lain dengan memilih tanda bukti setia kepada autoritas Ilahi, menerima meterai Allah.”
Jadi Sabat itu apa? Sabat adalah suatu bukti. Sabat adalah suatu tanda. Sabat adalah suatu pengakuan setia kepada Tuhan.


Now there's another statement that we find in the  Seventh-day Adventist Bible Commentary, Volume 7,  and page 970.  She says: “Those who would have the seal of God on their foreheads must keep the Sabbath of the 4th commandment. This is what distinguishes them from the disloyal who have accepted a  man-made institution in the place of the true Sabbath. The observance of God’s rest day…”  listen carefully “…is the mark of distinction…”  Is it visible to the world, the mark of distinction?  Absolutely.  “…is the mark of distinction between him that serveth God and him that serveth Him not.”    It's that simple. 

Nah, ada pernyataan lain yang kita dapati di Seventh Day Adventist Bible Commentary, Vol. 7, hal. 970. Ellen White berkata, “Mereka yang mau mendapat meterai Allah di dahi mereka, harus memelihara Sabat perintah ke-4. Inilah yang membedakan mereka dari orang-orang yang tidak setia, yang telah menerima institusi buatan manusia sebagai pengganti Sabat yang sejati. Pemeliharaan hari perhentian Tuhan…” dengarkan baik-baik, “…adalah ciri yang khas…” apakah itu bisa dilihat oleh dunia, ciri yang khas ini? Benar sekali. “…adalah ciri yang khas yang membedakan antara dia yang berbakti kepada Tuhan dari dia yang tidak berbakti kepada Tuhan.” Sesederhana itu.


In another statement, this is a short one,  The Great Controversy, page 438, she says: “The keeping of the Sabbath is a sign of loyalty to the true God.”
Let me ask you, when you pledge allegiance to the flag of the  United States of America, is that an external act?  What is that manifesting?  It's manifesting that in your heart, you have patriotism, right?  Is that a visible manifestation of patriotism when you  cross your heart and say, "I pledge allegiance to the flag  of the United States of America."?  It's an external act.  But really, it's revealing something that's in your heart;  your patriotism.  The flag is simply a symbol, an external symbol,  that you are loyal to the country that you belong to. 

Di pernyataan yang lain, ini adalah pernyataan yang singkat, di The Great Controversy, hal. 438, Ellen White berkata, “Pemeliharaan Sabat adalah tanda setia kepada Tuhan yang sejati.”
Coba saya tanya, bila kita berjanji setia kepada bendera Amerika Serikat, apakah itu suatu tindakan lahiriah? [Stephen Bohr berbicara kepada orang-orang di Amerika]. Itu memanifestasikan apa? Itu memanifestasikan bahwa di dalam hati kita, ada patriotisme, betul? Apakah bila kita meletakkan tangan di atas jantung kita dan berkata, “Saya berjanji akan setia kepada bendera Amerika Serikat”, itu merupakan manifestasi lahiriah dari patriotisme kita? Itu adalah tindakan lahiriah, tetapi sesungguhnya itu mengungkapkan sesuatu yang ada di dalam hati kita: yaitu patriotisme kita. Bendera adalah lambang, lambang lahiriah, bahwa kita setia kepada negara kita.


Now she continues saying in Selected Messages,  Volume 3, page 256: “The Sabbath is a pledge given by God to men, a sign of the relation existing between the Creator and His created beings. By observing the memorial  of the creation of the world in 6 days, and the rest of the Creator on the 7th day, by keeping the Sabbath holy according to His directions, the Israelites…” listen carefully, “…were to declare to the world their loyalty to the only true and living God, the Sovereign of the universe.”  In other words, when they kept the Sabbath, they were  announcing visibly to the world, "We serve the Creator  of the heavens and the earth." 

Sekarang Ellen White melanjutkan berkata di Selected Messages Vol. 3, hal 256: “Sabat adalah suatu janji yang diberikan Tuhan kepada manusia, suatu tanda hubungan yang ada antara Sang Pencipta dengan makhluk ciptaanNya. Dengan memelihara peringatan penciptaan dunia dalam 6 hari, dan hari perhentian Sang Pencipta pada hari yang ketujuh, bangsa Israel dengan memelihara Sabat kudus menurut petunjuk Tuhan…” dengarkan baik-baik, “…wajib menyatakan kepada dunia, kesetiaan mereka kepada satu-satunya Allah yang hidup, Raja alam semesta.” Dengan kata lain, bila mereka memelihara Sabat, mereka sedang mendemonstrasikan secara lahiriah kepada dunia, “Kami menyembah Sang Pencipta langit dan bumi.”


Manuscript Releases Volume 5, page 86.  See, she constantly says that the Sabbath is just a token,  it's a sign, it reveals what power we follow.  It's not an end in itself.  Manuscript Releases Volume 5, page 86, she says:  “Let us reverence God’s institution, the Sabbath day, for it is the sign of our relationship to God, the sign by which we are demonstrated as His people.”   What does it mean to demonstrate?  It means to what? To show.  What is it that shows that we are God's people?  Keeping the sign of God's seventh day Sabbath. 

Manuscript Releases Vol. 5 hal. 86. Lihat, Ellen White selalu berkata bahwa Sabat cuma suatu bukti, suatu tanda, Sabat mengungkapkan kuasa mana yang kita ikuti, dia bukan tujuan akhir kita.  Manuscript Releases Vol. 5 hal. 86, Ellen White berkata, “Marilah kita menghormati institusi Tuhan, hari Sabat, karena itu adalah tanda hubungan kita dengan Tuhan, tanda yang mendemonstrasikan kita sebagai umatNya.”  Apa maknanya demonstrasi? Artinya apa? Artinya menunjukkan. Apa yang menunjukkan bahwa kita adalah umat Tuhan? Memelihara tanda Tuhan, Sabat hari ketujuh.

Manuscript Releases Vol. 11, page 18.  I could read statements from Ellen White all night where she says this. She says, “To the obedient, it is a sign of their loyalty to God.” 
Manuscript Releases Vol. 11, hal 18. Saya bisa membacakan pernyataan-pernyataan Ellen White sepanjang malam tentang hal ini. Dia berkata, “Bagi yang patuh, itu adalah tanda kesetiaan mereka kepada Tuhan.”


One final statement, Spirit Of Prophecy Vol. 2, page 193, she says, “Nothing so distinguished the Jews from surrounding nations and designated them as true worshipers of the Creator as the institution of the Sabbath. Its observance…” now listen carefully “…Its observance was a continual visible token…” a continual what?  “…visible token of their connection with God and separation from other people.” 

Satu pernyataan terakhir, Spirit of Prophecy Vol. 2, hal. 193, Ellen White berkata, “Tidak ada hal lain yang lebih mencirikhaskan orang Yahudi dari bangsa-bangsa di sekitarnya dan menunjukkan mereka sebagai penyembah-penyembah sejati Sang Pencipta, daripada institusi Sabat. Pemeliharaannya…” sekarang dengarkan baik-baik, “…Pemeliharaannya senantiasa adalah suatu bukti lahiriah…” senantiansa apa? “…suatu bukti lahiriah akan hubungan mereka dengan Tuhan dan pemisahan mereka dari bangsa-bangsa lain.”


You know, when we leave our homes real early on  Sabbath morning dressed up fit to kill, to use the expression,  the neighbors look out the window and they say,  "Where in the world are these people going on a  Saturday morning all dressed up?"  It gives us an opportunity to tell them,  "I serve the Creator of the heavens and the earth.  And the external visible evidence of that is I keep  God's holy Sabbath.  He has separated me as one of His holy followers."  Is the visible evidence extremely important?  It most certainly is. 

Kalian tahu, bila kita meninggalkan rumah pada pagi hari Sabat, dengan pakaian yang paling bagus, para tetangga melongok dari jendela dan mereka berkata, “Kemana saja orang-orang ini pergi pada Sabtu pagi dengan pakaian yang bagus ini?” Itu memberi kita kesempatan untuk mengatakan kepada mereka, “Saya berbakti kepada Sang Pencipta langit dan bumi. Dan bukti lahiriah dari hal itu adalah saya memelihara Sabat kudus Tuhan. Tuhan telah memisahkan saya sebagai salah satu pengikutNya.” Apakah bukti lahiriahnya sangat penting? Tentu saja, itu sangat penting.


Ellen White understood that the Sabbath is a deeper experience  than just keeping an external day holy.  She did emphasize that keeping the day is a sign or a token,  a visible outward manifestation, that we have been made holy,  that we are God's people.  But she understood that the Sabbath has also  a deeper dimension.  Let me read you three statements from the pen of Ellen White  on the deeper dimension of the Sabbath as the seal of God. 

Ellen White memahami bahwa Sabat adalah suatu pengalaman yang lebih mendalam daripada sekadar memelihara sebuah hari yang kudus secara lahiriah. Ellen White menekankan bahwa memelihara hari itu adalah suatu tanda atau suatu bukti, suatu manifestasi lahiriah yang tampak, bahwa kita telah dikuduskan, bahwa kita adalah umat Tuhan. Tetapi dia memahami bahwa Sabat juga memiliki dimensi yang lebih mendalam. Izinkan saya membacakan tiga pernyataan dari pena Ellen White mengenai dimensi Sabat yang lebih mendalam sebagai meterai Tuhan.
This statement is found in Signs Of The Times,  February 13, 1896. She says, “The Sabbath is a test to this generation. In obeying the 4th commandment…” listen carefully now, “…In obeying the 4th commandment in spirit and truth, men will obey all the precepts of the Decalogue. To fulfill this commandment…”  Notice, she understood that this commandment cannot be fulfilled  without something happening in the heart. She says,  “…To fulfill this commandment one must love God supremely and exercise love toward all the creatures that He has made.” 
So if you keep the Sabbath, what is the motivating  factor of the Sabbath?  Love for God and love for our fellow human beings. 
And who plants that in our hearts?  It is the Holy Spirits that plants the love of God.  The Bible says that the Holy Spirit has poured the  love of God into our hearts. 

Pernyataan ini ada di Signs of the Times, edisi 13 Februari 1896. Dia berkata, “Sabat itu menjadi ujian bagi generasi ini. Dengan mematuhi hukum yang ke-4…” dengarkan baik-baik sekarang, “…Dengan mematuhi hukum ke-4 dalam roh dan kebenaran, manusia akan mematuhi semua ketentuan 10 Perintah. Untuk memenuhi perintah ini…” perhatikan, Ellen White memahami bahwa perintah ini tidak mungkin dipenuhi tanpa sesuatu terjadi di dalam hati kita. Ellen White berkata, “…Untuk memenuhi perintah ini, kita harus mengasihi Tuhan di atas segalanya dan mempraktekkan kasih kepada semua makhluk yang telah diciptakanNya.”
Jadi jika kita memelihara Sabat, apa faktor yang memotivasi pemeliharaan Sabat? Kasih bagi Tuhan dan kasih bagi sesama manusia.
Dan siapa yang menanamkan itu di dalam hati kita? Roh Kudus yang menanamkan kasih bagi Tuhan. Alkitab berkata Roh Kudus-lah yang telah mencurahkan kasih Tuhan ke dalam hati kita.


In another statement that we find in the Review And Herald,  May 21, 1895, Ellen While says: “The seal of the living God will be placed upon those only who bear a likeness to Christ in character.” Isn't that interesting.  Just the mere external observance of the Sabbath  is not going to get you the seal of God.  In order to have the seal of God, she says what?  That we must have likeness to Christ in what? In Character.  And that's something that happens internally  in our hearts. 

Dalam sebuah pernyataan yang lain yang ada di The Review and Herald, 21 Mei 1895, Ellen White berkata, Meterai Allah yang hidup akan ditempatkan hanya pada mereka yang memiliki kemiripan dengan karakter Kristus.” Tidakkah ini menarik? Sekadar pemeliharaan Sabat secara lahiriah saja tidak akan membuat kita memperoleh meterai Allah. Supaya bisa mendapatkan meterai Allah, Ellen White berkata apa? Kita harus memiliki kemiripan dengan Kristus dalam hal apa?  Dalam hal karakterNya. Dan itulah sesuatu yang harus terjadi secara batiniah, di dalam hati kita.


Now I want to give you a statement before we go to  the times of Jesus to understand this a little bit better.  I want to give you one final statement where Ellen White  relates the two ideas together; the internal and the external.  This statement is found in Testimonies For The Church  Vol. 8, page 117. She says, “The sign or seal of God is revealed in the observance of the 7th day Sabbath, the Lord’s memorial of Creation.”  
The seal is what? Revealed. 
So where is the seal placed?  Before we observe the Sabbath as the seal of God,  where is the seal of God placed?  It is placed in the heart. 
By whom?  By the Holy Spirit. 
So she says, "The sign or seal," that's the external,  "…of God is revealed in the observance of the  seventh day Sabbath, the Lord's memorial of creation." 

Nah, saya mau menyampaikan satu pernyataan sebelum kita beralih ke zaman Yesus untuk memahami ini sedikit lebih baik lagi. Saya mau memberi kalian satu pernyataan terakhir di mana Ellen White mengaitkan kedua gagasan itu menjadi satu: yaitu bagian batiniah dan bagian lahiriahnya. Pernyataan ini ada di Testimonies for the Church Vol. 8, hal. 117. Ellen White berkata, “Tanda atau meterai Allah dinyatakan di pemeliharaan Sabat hari ke-7, peringatan Tuhan akan Penciptaan.”
Meterai itu kenapa? Dinyatakan.
Jadi di mana meterai itu ditempatkan? Sebelum kita memelihara Sabat sebagai meterai Allah, di mana meterai Allah itu ditempatkan? Di dalam hati.
Oleh siapa? Oleh Roh Kudus.
Maka Ellen White berkata, “Tanda atau meterai…” itu bagian lahiriahnya, “…Allah dinyatakan di pemeliharaan Sabat hari ke-7, peringatan Tuhan akan Penciptaan.”


Now in order to understand this better, this idea of  the internal work of the Holy Spirit and the Sabbath as  the external sign of that work of the Holy Spirit,  we need to go back to the times of Jesus Christ.  The greatest controversies that Jesus had in His day  with the Pharisees was over Sabbath observance.  And unfortunately, many Christians look at the  controversies of Jesus with the Pharisees  and they believe that Jesus was attacking the Sabbath,  or Jesus was doing away with the Sabbath.  That is a misconception because Jesus was not doing away with the Bible Sabbath which He made, because He was the Creator  according to John chapter 1.  He wasn't doing away with His own commandment.  What Jesus was doing was, He was trying to restore the Sabbath to its original meaning that had been ruined by the scribes  and by the Pharisees.  You know what the problem of the Pharisees was?  They had everything outside right, but it did not  come from a good inside.  They kept the Sabbath holy, but their hearts were not holy.  Let me read you a passage that expresses the problem.  Matthew 23:25-28.  Here, Jesus is pronouncing the woes on the  scribes and Pharisees. Matthew 23:25-28, here Jesus says, "Woe to you, scribes and  Pharisees, hypocrites!  For you cleanse the..." What?  Ah, notice, "...the outside of the cup and dish, but..." What?  "...inside they are full of extortion and self-indulgence.  Blind Pharisee, first cleanse the inside of the cup and dish, that the outside of them may be clean also.  Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites!  For you are like whitewashed tombs which indeed  appear beautiful..." What?  "...outwardly, but..." Where?  "...inside are full of dead men's bones and all uncleanness.  Even so you also outwardly appear righteous to men,  but inside you are full of hypocrisy and lawlessness…"  What was the problem that the Pharisees had?  Were they Sabbath keepers?  They kept the Sabbath much more strictly than any of us,  I can assure you that.  They only walked a certain distance.  They didn't look into a mirror on Sabbath.  Especially a woman because she might find a  gray hair and pluck it.  That was the sin of plucking.  I kid you not.  If there was a fire in their household, they could only  save enough food for the meals that remained that very day.  You couldn't jump over a brook on the Sabbath because if you fell in the brook you might  fall into the sin of wringing your robe.  I mean, they had all kinds of rules and regulations.  If you had a prosthetic leg, you had to remove it on the Sabbath  because you couldn't bear a burden on the Sabbath.  You couldn't even have a pin on your shirt, or on your robe on Sabbath because that was bearing a burden on the Sabbath.  Now where does the Bible say those things?  Nowhere.  These were traditions of the scribes and Pharisees.  The Pharisees were strict Sabbath keepers.  But their observance of the Sabbath was worthless  because their hearts were not sanctified,  their hearts were not holy. You see, the inside has to be in harmony with what?  With the outside, and vice versa. 

Sekarang, supaya kita bisa memahaminya dengan lebih baik gagasan tentang pekerjaan batiniah oleh Roh Kudus dan Sabat sebagai tanda lahiriah dari pekerjaan Roh Kudus itu, kita perlu kembali ke zaman Yesus Kristus. Pertentangan yang terbesar yang dihadapi Yesus di zamanNya dengan orang-orang Farisi adalah mengenai pemeliharaan Sabat. Sayangnya banyak orang Kristen yang memandang pertentangan Yesus dengan orang-orang Farisi itu, kemudian menganggap Yesus menyerang pemeliharaan Sabat, atau Yesus akan menghapus Sabat. Ini adalah suatu kesalahpahaman karena Yesus tidak berniat menghapus Sabat Alkitab yang Dia ciptakan sendiri, karena menurut Yohanes pasal 1 Dia-lah Sang Pencipta. Yesus tidak menghapus perintah yang dibuatNya sendiri. Apa yang dilakukan Yesus adalah, Dia berusaha mengembalikan Sabat kepada maknanya yang asli, yang telah dirusak oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Kalian tahu, orang Farisi punya masalah apa? Segala tindakan lahiriah mereka benar, tetapi semuanya itu tidak berasal dari batin yang baik di dalam. Mereka memelihara kekudusan Sabat, tetapi hati mereka tidak kudus.
Izinkan saya membacakan bacaan yang mengungkapkan masalah itu. Matius 23:25-28. Di sini Yesus sedang mengutuki celaka pada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Matius 23:25-28. Di sini Yesus berkata, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu bersihkan…” apa? Aaah, perhatikan, “…sebelah luar cawan dan pinggan, tetapi…”  apa?   “…sebelah dalamnya penuh pemerasan dan pemanjaan diri. 26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan dan pinggan itu, supaya sebelah luarnya juga akan bersih. 27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang memang tampak indah…” apa?  “…sebelah luarnya, tetapi…”  di mana?   “…di sebelah dalamnya penuh tulang belulang orang mati dan pelbagai kenajisan. 28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan pelanggaran hukum.” [NKJV yang diindonesiakan].  
Apa masalah yang dimiliki orang Farisi? Apakah mereka pemelihara Sabat? Mereka memelihara Sabat jauh lebih ketat daripada siapa pun di antara kita, saya jamin itu. Mereka hanya berjalan sepanjang jarak yang ditentukan. Mereka tidak melihat ke cermin pada hari Sabat, terutama seorang wanita karena dia mungkin menemukan sebatang uban lalu mencabutnya dan membuat dosa mencabut rambut. Saya tidak membohongi kalian. Jika terjadi kebakaran di rumah mereka, mereka hanya boleh menyelamatkan makanan yang cukup untuk sisa hari itu saja. Mereka tidak boleh melompati sungai kecil pada hari Sabat karena seandainya jatuh, mereka akan jatuh dalam dosa memeras pakaian basah. Mereka punya segala macam peraturan. Orang yang memakai kaki palsu harus mencopotnya pada hari Sabat karena dilarang membawa beban pada hari Sabat. Bahkan tidak boleh memakai peniti di pakaian atau jubah mereka pada hari Sabat karena itu namanya membawa beban pada Sabat. Nah, di mana di dalam Alkitab yang mengatakan hal-hal ini? Tidak ada. Ini adalah tradisi para ahli Taurat dan Farisi. Orang Farisi adalah pemelihara Sabat yang ketat. Tetapi pemeliharaan Sabat mereka tidak ada gunanya karena hati mereka tidak dikuduskan, hati mereka tidak suci. Kalian lihat, batin harus harmonis dengan apa? Dengan lahir, dengan yang di luar, dan sebaliknya.


Let me give you an illustration.  Mark chapter 3 and verses 1 through 7,  so you see what's going on here.  Mark chapter 3 verses 1 through 7.  This is one of the Sabbath miracles of Jesus.  It says there, "And He entered the synagogue again,  and a man was there who had a withered hand.  So they watched Him closely, whether He would heal him  on the Sabbath, so that they might accuse Him…."  No sin in accusing on the Sabbath,  but it is a sin to heal.  Notice verse 3. "…And He said to the man who had the  withered hand, 'Step forward…'"  In other words, "I'm going to show everyone  what I'm going to do."  "…Then He said to them, 'Is it lawful on the Sabbath  to do good or to do evil, to save life or to kill?'  But they kept silent…"  They were smart.  "…And when He had looked around at them with anger..."  This is the only reference in the gospels where it says  that Jesus got angry.  This is not anger like we have.  This is called righteous indignation.  So it says, "…And when He had looked around at them  with anger, being grieved by the hardness of their hearts..."  Where was their problem?  Their problem was with the heart.  "...He said to the man, 'Stretch out your hand.'  And he stretched it out, and his hand was restored  as whole as the other..."  And now notice the irony.  "…Then the Pharisees went out and immediately plotted  with the Herodians against Him, how they might destroy Him."  It was a sin on Sabbath to heal someone,  but it's okay to plan to destroy someone and kill them.  You see, they had the external right,  but the internal was wrong.  You see, you have to have both; the work of the Holy Spirit  in the heart that leads you to love God and your  fellow human being, and then your Sabbath observance  will be acceptable in the sight of God.  You have to have both. 

Saya akan memberikan ilustrasi. Markus 3:1-7, supaya kalian melihat apa yang terjadi di sini. Markus 3:1-7. Ini adalah salah satu mujizat yang dilakukan Yesus pada hari Sabat. Dikatakan di sana,Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. 2 Maka  mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia akan menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat menuduh Dia.…”  Jadi tidak berdosa menuduh orang pada hari Sabat tetapi menyembuhkan orang, berdosa. Perhatikan ayat 3, “…3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: ‘Majulah kemari!’…”  dengan kata lain, “Aku akan menunjukkan kepada semua orang apa yang akan Aku lakukan”.   “…4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: ‘Manakah yang sesuai Hukum, pada hari Sabat berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?’ Tetapi mereka diam saja…”  Mereka cerdik.   “… 5 Dan setelah Ia memandang mereka dengan geram…”  Inilah satu-satunya referensi di dalam kitab-kitab Injil yang mengatakan Yesus geram. Ini bukan seperti kemarahan kita, ini yang disebut kegeraman demi kebenaran. Maka dikatakan, “…Dan setelah Ia memandang mereka dengan geram, hatiNya berduka karena kekerasan hati mereka…”  di mana letak masalahnya? Masalah mereka ada di hati mereka.   “…Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan orang itu mengulurkannya, maka tangannya pun pulih, sama seperti tangannya yang lain…”  Dan sekarang perhatikan ironinya,   “… 6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian terhadap Dia, bagaimana mereka bisa membunuhNya.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi, pada hari Sabat menyembuhkan orang itu dosa, tetapi merencanakan untuk menghancurkan dan membunuh orang itu boleh-boleh saja. Kalian lihat, lahiriah mereka benar tetapi batinnya tidak. Pahamkah kalian, kita harus memiliki keduanya: pekerjaan Roh Kudus di dalam hati kita yang akan membawa kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama manusia, kemudian pemeliharaan Sabat kita akan berkenan di pemandangan Tuhan? Kita harus memiliki keduanya.  


Ellen White, in the Desire Of Ages, page 286,  speaks about the manner of the observance of the Sabbath  by the Pharisees.  She says: “The observance of the Sabbath as a mere outward observance… was a mockery.”
In Desire Of Ages, pages 283 and 284,  and I'm going to read extensively now,  Ellen White is discussing how the Pharisees kept the Sabbath  and how it was not acceptable to God.  She says this:  “As the Jews departed from God and failed to make the righteousness of Christ their own by faith, the Sabbath lost its significance to them. Satan was seeking to exalt himself and to draw men away from Christ and he worked to pervert the Sabbath because it is the sign of the power of Christ….”  Because it's the sign of Christ as Creator and Redeemer.  She continues saying: “…The Jewish leaders accomplished the will of Satan by surrounding God’s rest day with burdensome requirements. In the days of Christ the Sabbath had become so perverted that its observance reflected the character of selfish and arbitrary men rather than the character of the loving heavenly Father. The rabbis virtually represented God as giving laws which it was impossible for men to obey. They led the people to look upon God as a tyrant and to think that the observance of the Sabbath, as He required it, made men hard hearted and cruel. It was the work of Christ to clear away these misconceptions. Although the rabbis followed Him with merciless hostility, He did not even appear to conform to their requirements but went straight forward, keeping the Sabbath according to the Law of God.”
 So was Jesus doing away with the Sabbath by healing on Sabbath?  No, He was restoring the Sabbath to its original? Meaning. 

Ellen White di The Desire of Ages hal. 286 berbicara mengenai cara pemeliharaan Sabat orang Farisi. Ellen White berkata, “Pemeliharaan Sabat yang sekadar pemeliharaan lahiriah… adalah kepalsuan.”
Di Desire of Ages hal 283 dan 284 ~ dan sekarang saya akan membacakan teks yang agak panjang ~ Ellen White membahas bagaimana orang Farisi memelihara Sabat dan bagaimana itu tidak berkenan bagi Tuhan. Dia berkata demikian, “Ketika orang Yahudi meninggalkan Tuhan dan gagal menjadikan kebenaran Kristus sebagai milik mereka melalui iman, Sabat pun kehilangan maknanya bagi mereka. Setan berusaha meninggikan dirinya dan menarik manusia menjauhi Kristus, dan Setan berusaha menyimpangkan Sabat karena itu adalah tanda kuasa Kristus…” Karena itulah tanda Kristus sebagai Sang Pencipta dan Penebus. Ellen White melanjutkan berkata, “…Para pemimpin Yahudi melakukan kehendak Setan dengan memenuhi hari perhentian Tuhan dengan tuntutan-tuntutan yang memberatkan. Di zaman Kristus, Sabat telah menjadi sedemikian menyimpangnya sehingga pemeliharaannya mencerminkan karakter manusia yang egois dan sewenang-wenang, bukan lagi karakter Bapa surgawi yang maha pengasih. Para rabi nyata-nyata menggambarkan Tuhan sebagai Yang memberikan peraturan-peraturan yang mustahil bisa dipatuhi manusia. Mereka membuat orang-orang memandang Tuhan sebagai tiran dan membuat orang menanggap pemeliharaan Sabat seperti yang diminta Tuhan, malah membuat hati manusia mengeras dan menjadi kejam. Kristus bekerja untuk menghilangkan konsep-konsep yang salah ini. Walaupun para rabi mengikutiNya dengan sikap permusuhan yang tak kenal ampun, Kristus tidak sedikit pun mau menyesuaikan diriNya dengan tuntutan mereka, melainkan maju terus memelihara Sabat sesuai Hukum Tuhan.”
Jadi, apakah Yesus menghapus Sabat dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat? Tidak.  Yesus justru memulihkan Sabat ke apanya yang asli? Maknanya yang asli.


Now she continues saying on page 284 of Desire of Ages, “No other institution which was committed to the Jews tended so fully to distinguish them from surrounding nations as did the Sabbath. God designed that its observance…” listen carefully, “…God designed that its observance should designate them as His worshipers...”  What does that mean, "designate them as His worshipers"?  That people could what? Could see it.  That's right.  She continues saying: “…It was to be a token of their separation from idolatry, and their connection with the true God….” Now listen carefully, this is profound.  “…But in order to keep the Sabbath holy, men must themselves be holy.” That's profound. 

Sekarang Ellen White melanjutkan berkata di hal. 284 Desire of Ages, “Selain Sabat, tidak ada lembaga lain yang diberikan kepada bangsa Yahudi yang bisa begitu membedakan mereka dari bangsa-bangsa di sekitar mereka. Tuhan merancang pemeliharaannya…” dengarkan baik-baik, “…Tuhan merancang agar pemeliharaannya akan menunjukkan mereka sebagai umat yang menyembahNya…” Apa maksudnya, “menunjukkan mereka sebagai umat yang menyembahNya”? Agar orang-orang bisa apa? Bisa melihatnya. Benar.  Ellen White melanjutkan berkata, “…Sabat itu dirancang sebagai bukti pemisahan mereka dari penyembahan berhala dan hubungan mereka dengan Allah yang sejati…” Sekarang dengarkan baik-baik, ini sangat mendalam. “…Tetapi supaya bisa memelihara kekudusan Sabat, manusianya sendiri haruslah kudus.” Ini mendalam.


So what comes first; keeping the Sabbath holy,  or the Holy Spirit making your heart holy?  The Holy Spirit making your heart holy.  Or else your Sabbath observance is worthless.  She says:  “…through faith they must become partakers of the righteousness of Christ. When the command was given to the people of Israel, ‘Remember the Sabbath day, to keep it holy’ the Lord said also to them ‘Ye shall be holy men unto Me.’ [Exo 20:8, 22:31] Only thus could the Sabbath distinguish Israel as the worshipers of God.”
You see, the Sabbath as a sign of Christ's righteousness  to glorify Him, had become a sign of their own righteousness  to glorify them.  Their Sabbath made them mean, intolerant, spirited, judgmental, and arrogant, as if they were holier than everybody else. 

Jadi apa yang lebih dulu, memelihara kekudusan Sabat atau Roh Kudus yang membuat hati kita kudus? Roh Kudus yang membuat hati kita kudus, kalau tidak begitu pemeliharaan Sabat kita sia-sia. Ellen White berkata, “…melalui iman mereka harus mengambil bagian dalam kebenaran Kristus. Pada saat perintahNya diberikan kepada bangsa Israel, ‘Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya’, Tuhan juga berkata kepada mereka, ‘Kamu harus menjadi orang-orang yang kudus bagiKu.” [Kel. 20:8, 22:31]. Hanya dengan demikian Sabat itu bisa membedakan bangsa Israrel sebagai penyembah Tuhan.”
Kalian lihat, Sabat yang adalah tanda kebenaran Kristus untuk memuliakan Dia, telah menjadi tanda kebenaran mereka sendiri untuk memuliakan mereka. Sabat mereka menjadikan mereka jahat, tidak toleran, menuntut, menghakimi, dan sombong, seolah-olah mereka lebih suci daripada orang lain.


You know I find it interesting today, that there are  enemies of the Sabbath within the Christian world,  and more particularly, people who have left the  Seventh-day Adventist church.  There's one I'm thinking of in particular who's name  I'm not going to mention.  And basically, he says, "You know, I don't have to keep  the Sabbath holy.  I don't have to go to church on Sabbath  and keep the Sabbath holy."  He says, "Because Jesus is my Sabbath.  You see, Jesus said, 'Come unto Me all you who labor  and are heavy laden, and I will give you rest.'  So Jesus gives me His rest in my heart." 
Would you agree with that?  So only the internal is important, not the external?  Have we found that the external visible manifestation  is just as important as the internal
You know, I'd like to ask this particular individual,  “Do you believe that people really need to get baptized in water?  Or is it enough just to say, ‘Oh, I believe in Jesus  and Jesus has cleansed my heart.’?” 
I know that he would say, "Oh no, God expects your heart  to be clean, but He expects you to be baptized in the water." 
I'll bet if you asked this individual today,  "Do you really think that it's necessary to gather together  for communion and to eat a little piece of bread  and to drink a little cup of grape juice?  Do you really think that's necessary  when you really understand in your heart what the  bread represents and what the grape juice represents?  Why go through the external form  if we understand in our hearts what Jesus did?" 
And if you went a step further and said,  "Do you really think that somebody has to get married  in an official visible ceremony?  Isn't it enough to love each other in their heart?" 
I'm sure that he would say, "No way, you have to have  the external ceremony." 
But when it comes to the Sabbath, they say,  "Oh no, Jesus is my Sabbath. Jesus is my rest.  He has come into my heart to give me my rest."  Does that exonerate us from keeping the external day  of the Sabbath to announce to the world that Jesus  has given us His rest?  Absolutely not. 

Kalian tahu, menurut saya, dewasa ini ada yang menarik, ada musuh-musuh Sabat di dalam dunia Kristen, dan terutama mereka yang telah meninggalkan gereja MAHK. Saya teringat akan satu orang yang tidak akan saya sebutkan namanya, dan orang ini, berkata seperti ini, “Tahu nggak, saya tidak perlu memelihara kekudusan Sabat. Saya tidak perlu ke gereja pada hari Sabat dan memelihara kekudusan Sabat.” Dia berkata, “Karena Yesus itulah Sabat saya. Bukankah Yesus berkata, ‘Marilah kepadaKu semua yang bekerja keras dan memikul beban berat, dan Aku akan memberimu perhentian.’? [Mat. 11:28 NKJV yang diindonesiakan]. Jadi Yesus memberikan perhentianNya kepada saya di hati saya.”
Apakah kalian setuju dengan itu? Jadi hanya bagian batinnya yang penting, bagian lahiriahnya tidak? Bukankah kita tadi sudah melihat bahwa manifestasi lahiriah yang tampak juga sama pentingnya seperti bagian batiniahnya?
Kalian tahu, saya ingin bertanya kepada orang ini, “Apakah Anda percaya bahwa kita perlu dibaptiskan dalam air, atau sudah cukup hanya mengatakan, ‘Oh, saya sudah percaya Yesus dan  Yesus telah membersihkan hati saya’?”
Saya yakin dia akan berkata, “Oh, tidak, Tuhan menghendaki hati kita bersih, tetapi Tuhan juga menghendaki kita dibaptis di dalam air.”
Saya yakin jika hari ini kita bertanya kepada orang ini, “Apakah memang perlu kita berkumpul untuk perjamuan kudus dan makan sepotong roti kecil dan minum secangkir kecil air anggur? Menurut Anda apakah itu suatu keharusan, padahal kita sudah paham dalam hati kita apa yang dilambangkan oleh roti itu dan apa yang dilambangkan oleh air anggur? Untuk apa harus menjalani bentuk lahiriahnya bila kita sudah paham di dalam hati kita apa yang dilakukan Yesus?”
Dan jika kita mengambil satu langkah lebih lanjut dan berkata, “Menurut Anda apakah orang harus menikah dalam upacara resmi secara lahiriah? Apa tidak cukup saling mencintai di dalam hati saja?”
Saya yakin orang ini akan berkata, “Tidak bisa! Kita harus menjalani upacara lahiriahnya.”
Tetapi kalau berkaitan dengan Sabat, mereka berkata, “Oh, tidak, Yesus-lah Sabat saya. Yesus perhentian saya. Dia sudah datang ke hati saya untuk memberi saya perhentian saya.” Apakah  itu membebaskan kita dari keharusan memelihara Sabat secara lahiriah yang menyatakan kepada dunia bahwa Yesus telah memberikan kita perhentianNya? Sama sekali tidak.


Do you know that Ellen White says that some people  who externally keep the Sabbath are going to be lost?  Because some people say, "Oh Ellen White, she was a legalist.  You know, she believed that by keeping the Sabbath,  you would be saved."  That's what the Christian world accuses Ellen White and Adventists of believing.  We've never believed that by keeping the Sabbath  we become holy, or God is going to save us because  we keep the Sabbath.  We believe that God has made us holy,  He separated us for Him, and therefore we keep the Sabbath.  The Sabbath is the fruit, it's not the root of salvation.  In other words, faith that does not work is not true what? Is not true faith.  Ellen White said this about the mere external  observance of the Sabbath. 
Spiritual Gifts Vol. 4, page 95. “I was shown that merely observing the Sabbath and praying morning and evening are not positive evidences that we are Christians. These outward forms may all be strictly observed and yet true godliness be lacking.” Was she right?  Absolutely.  She relates the internal with the external. 

Tahukah kalian Ellen White berkata bahwa ada orang-orang yang memelihara Sabat secara lahiriah tapi akhirnya tidak selamat? Karena ada yang berkata, “Oh, Ellen White seorang legalist. Tahu nggak, dia percaya bahwa dengan memelihara Sabat, orang bisa selamat.” Itulah yang dituduhkan dunia Kristen tentang keyakinan Ellen White dan jemaat Advent. Kami tidak pernah punya keyakinan bahwa dengan memelihara Sabat kami menjadi suci, atau Tuhan akan menyelamatkan kami karena kami memelihara Sabat. Kami meyakini bahwa Tuhan telah menguduskan kami, Dia telah memisahkan kami bagi DiriNya, oleh sebab itu kami memelihara Sabat. Sabat adalah buah keselamatan, bukan akarnya. Dengan kata lain, iman tanpa perbuatan bukanlah apa? Bukanlah iman yang sejati. Ellen White berkata begitu mengenai hanya memelihara Sabat secara lahiriah.
Spiritual Gifts Vol. 4 hal. 95: “Saya diperlihatkan bahwa hanya dengan memelihara Sabat dan berdoa pagi dan malam, bukanlah bukti-bukti yang positif bahwa kita sudah Kristen. Bentuk-bentuk lahiriah ini mungkin saja dipelihara dengan ketat, namun tanpa ada  kekudusan yang sejati.” Apakah Ellen White benar? Tentu saja. Dia mengaitkan yang batiniah dengan yang lahiriah.


In another place, Letter 191, 1899, she says:  An outward observance of the Sabbath will not save the soul. The principles interwoven with every one of the ten commandments are to be honored and obeyed in the individual’s practical life. The law, God requires, shall be written on the tables of every soul.”   Did she understand the internal and the external?  Did she understand that it's not having the rest of Christ  in the heart and not keeping the Sabbath;  or keeping the Sabbath and not having the rest in the heart?  Did she understand the proper relationship between  the internal and the external?  Absolutely.  You see, external observance without the internal experience is unacceptable. And the internal experience, so called, and saying,  "I don't have to keep the Sabbath,"  is also unacceptable to God.  The observance of the Sabbath is the visible evidence that God has made my heart holy through the internal  work of the Holy Spirit. 

Di tempat lain, Letter 191, 1899, Ellen White berkata, “Pemeliharaan Sabat secara lahiriah tidak akan menyelamatkan jiwa. Prinsip-prinsip yang terkait dengan setiap hukum dari 10 Perintah Tuhan harus dihormati dan dipatuhi dan dipraktekkan dalam hidup seseorang. Tuhan menuntut agar HukumNya ada tertulis pada tablet hati setiap manusia.” Apakah Ellen White mengerti yang batiniah dan yang lahiriah? Apakah dia mengerti bahwa bukan sekadar memiliki perhentian Kristus di dalam hati tapi tidak memelihara Sabat; atau memelihara Sabat tetapi tidak memiliki perhentian di dalam hati? Apakah Ellen White mengerti hubungan yang tepat antara yang batiniah dan yang lahiriah? Tentu saja. Lihat, pemeliharaan lahiriah tanpa pengalaman batiniah, tidaklah diterima oleh Tuhan. Dan pengalaman batiniah, katakanlah demikian, tetapi berkata “Saya tidak usah memelihara Sabat”, juga tidak berkenan bagi Tuhan. Pemeliharaan Sabat adalah bukti lahiriah bahwa Tuhan telah membuat hati saya kudus melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam batin.


So was Ellen Write right when she said that the Sabbath  is the seal of God or the sign of God?  Was she also right when she said that the Holy Spirit is the seal or the sign that impresses God's  character in our hearts?  Yes, it's not either or. It's both and. 

Jadi, apakah Ellen White benar ketika dia berkata bahwa Sabat adalah meterai Tuhan atau tanda Tuhan? Apakah dia juga benar ketika dia berkata bahwa Roh Kudus adalah meterai atau tanda yang menera karakter Tuhan pada hati kita? Ya. Ini bukan memilih salah satu tetapi harus kedua-duanya.


Allow me to end by telling you a story.  A few years ago, there was this individual that was driving home  and it was raining torrents of water.  And when he was right near home, he ran out of gas.  And it was just raining so hard and he had to get home.  And so he got out of the car, you know, and kind of covered himself with a newspaper and pushed his car,  there was a gas station nearby, and pushed his car.  Somebody else helped him push his car to the gas station.  And when he got to the gas station and parked there  in front of the place where you pump the gas,  he saw a sign that said, "Closed on Saturdays."  "Oh have mercy," he says. "Oh no, after getting wet."  But then he noticed that there was a house  next to the gas station.  So he said, "Oh, maybe the owner of the gas station  lives in that house."  So he goes, it's about 9 o'clock in the morning, and he knocks on the door.  And this individual comes to the door nicely dressed  in a suit with a tie, white shirt, nice shiny shoes.  And he says, "Can I help you, sir?" 
He says, "Yes, you know, I ran out of gas  and I'm wondering if this gas station belongs to you." 
He says, "Yes, yes I'm the owner of the gas station." 
"Do you suppose that it would be possible for you  to sell me a little bit of gas so that I can get home?" 
Where do you think that individual was going  all dressed up?  To Sabbath school. That's right.  And this individual, he straightened himself out,  and he looked at this man and he said, "Sell you gas  on the holy Sabbath?  Don't you know the Bible says that we're not suppose to  buy or sell on the Sabbath?  I'm a Seventh-day Adventist, I keep the Sabbath."  And he shut the door in his face. 
The only way that we found out about this story  is because several years later, two Seventh-day Adventist  literature evangelists ~ literature evangelists are people who sell books ~ visited his home.  And they introduced themselves as Seventh-day Adventists.  And he looked at them and he said,  "You're Seventh-day Adventists?  Well I want you to know that I wouldn't buy  a book from you whether it was the last book in existence  in the whole wide world."  And then he told them the story of how this gas station owner  who was a Seventh-day Adventist had said, "I will not sell you  any gas because it's the holy Sabbath." 
You know, if I had been that gas station owner,  I would have said, "Hey, I'll give you the gas  on the Sabbath day."  Would that have revealed the character of Christ  much more clearly to this individual?  Absolutely.  It would have shown that the love of God  and the love for your fellow human beings  was in the heart.  But this man was a legalist.  He kept the law to a T, externally.  But he had no love; no true love for God and no true love for his neighbor. 

Izinkan saya mengakhiri dengan menceritakan suatu cerita. Beberapa tahun lalu, ada seseorang yang sedang dalam perjalanan pulang dengan mobilnya. Saat itu hujan lebat sekali. Dan ketika dia sudah tidak jauh dari rumahnya, dia kehabisan bensin. Dan hujannya begitu lebat sementara dia harus pulang. Maka dia keluar dari mobilnya, dan melindungi dirinya dengan koran dan mendorong mobilnya. Tak jauh dari sana ada sebuah pompa bensin. Dia mendorong mobilnya, dan ada orang lain yang membantunya mendorong hingga tiba di depan pompa bensin itu. Dia parkir di sana di dekat pompanya, dan dia melihat sebuah tulisan “Sabtu Tutup”. “Ya, ampun,” katanya. “Sudah basah kuyup seperti ini.” Tetapi dia melihat ada sebuah rumah di samping pompa bensin itu. Maka dia berkata, “Oh, barangkali si pemilik pompa bensin ini tinggal di rumah itu.” Jadi dia ke sana, waktu itu sekitar pukul 9 pagi, dan dia ketuk pintu. Dan keluarlah seseorang yang berpakian rapi, berjas, berdasi, dengan kemeja putih dan sepatu yang mengilat. Dan orang ini bertanya, “Apa yang bisa saya bantu?”
Dia berkata, “Iya, Anda tahu, saya kehabisan bensin dan apakah barangkali pompa bensin itu milik Anda?”
Orang itu berkata, “Ya, ya, sayalah pemilik pompa bensin itu.”
“Bolehkah Anda menjuali saya sedikit bensin supaya saya bisa pulang?”
Menurut kalian ke mana orang yang berpakaian rapi itu akan pergi? Ke Sekolah Sabat, benar. Dan orang ini, dia membusungkan dadanya, dan memandang tamunya itu dan berkata, “Menjual bensin pada hari Sabat yang kudus? Tidakkah Anda tahu Alkitab berkata kita tidak boleh berjual-beli pada hari Sabat? Saya seorang MAHK, saya memelihara Sabat.” Lalu dia menuntup pintu di depan hidung tamunya.
Kisah ini tidak akan kita ketahui seandainya bukan karena beberapa tahun kemudian dua orang evangelis literatur MAHK ~ evangelis literatur adalah mereka yang menjual buku ~ mengunjungi rumah orang yang kehabisan bensin ini. Dan mereka memperkenalkan diri sebagai orang MAHK. Orang tersebut memandang mereka dan berkata, “Kalian orang MAHK? Nah, supaya kalian tahu, saya tidak sudi membeli buku dari kalian seandainya itu adalah buku yang terakhir pun di dunia ini.” Lalu dia menceritakan pengalamannya bagaimana pemilik pompa bensin itu yang adalah seorang MAHK berkata, “Saya tidak mau menjuali Anda bensin karena hari ini hari Sabat yang kudus.”
Kalian tahu, andaikan saya pemilik pompa bensin itu, saya akan berkata, “Hei, saya beri saja Anda bensin itu pada hari Sabat.”  Apakah itu akan lebih jelas menyatakan karakter Kristus kepada si tamu itu? Tentu saja. Itu akan menunjukkan bahwa kasih Tuhan dan kasih kepada sesama ada di dalam hati. Tetapi orang itu adalah seorang legalist. Dia memelihara hukumnya dengan ketat, secara harafiah. Tetapi dia tidak memiliki kasih, tidak memiliki kasih yang sejati bagi Tuhan dan bagi sesamanya.


So folks, the bottom line is that if the Holy Spirit  has come into our hearts and has changed our hearts,  transformed our hearts, and made us holy,  made our character like the character of Jesus,  it will be our delight to keep the Sabbath.  To keep the Sabbath as God has indicated we should keep it.  Keep it like Jesus did.  Let me ask you, what did Jesus use the Sabbath for?  It was the special day that Jesus used to bless humanity;  to bring healing and to teach the Word of God  and to reveal the beautiful wonderful character of God.  Because Jesus had the internal work of the Holy Spirit  in His heart, and His Sabbath observance exhibited that.  And the reason why the devil hates the Sabbath  is because the Sabbath brings honor and glory to Jesus.  And that's the reason why the devil twisted the meaning of the Sabbath. He ruined the Sabbath through the work of the Pharisees because he knew that the Sabbath, correctly kept,  is a revelation of what God's character is really like. 

Jadi, Saudara-saudara, kesimpulannya adalah, bila Roh Kudus sudah masuk ke dalam hati kita dan sudah mengubah hati kita, sudah mentransformasi hati kita, dan membuat kita kudus, membuat karakter kita mirip karakter Yesus, memelihara Sabat akan menjadi kegemaran kita. Memelihara Sabat sebagaimana yang ditunjukkan Tuhan harus kita pelihara, memeliharanya seperti Yesus memeliharanya. Coba saya tanya, apa yang dilakukan Yesus pada hari Sabat? Itu adalah hari istimewa yang dipakai Yesus untuk memberkati manusia, memberi kesembuhan dan mengajar Firman Tuhan, dan menyatakan indahnya dan hebatnya karakter Tuhan. Karena Yesus memiliki pekerjaan batiniah Roh Kudus di dalam hatiNya, dan pemeliharaan Sabatnya menyatakan itu. Alasan mengapa Iblis membenci Sabat adalah karena Sabat membawa hormat dan kemuliaan bagi Yesus. Itulah sebabnya mengapa Iblis memutarbalik makna Sabat. Dia merusak Sabat melalui pekerjaan orang-orang Farisi karena dia tahu bahwa Sabat itu jika dipelihara dengan benar, merupakan pernyataan karakter Tuhan yang sesungguhnya.


So I pray to God that God will give us, first of all,  the internal experience of the work of the Holy Spirit  upon our hearts.  And that when that takes place, that we will keep the  Sabbath day according to the commandment.  Not because we have to, but because we love Jesus.  And love flows in Sabbath observance from our hearts. 
Let’s pray.

Jadi, saya mohon kepada Tuhan, supaya Tuhan memberikan kepada kita, pertama, pengalaman batiniah yang dikerjakan Roh Kudus di dalam hati kita. Dan bilamana itu sudah ada, kita akan memelihara hari Sabat sesuai yang diperintahkan. Bukan karena kita harus, tetapi karena kita mengasihi Yesus. Dan kasih mengalir dalam pemeliharaan Sabat dari hati kita.

Mari kita berdoa.



+++++

No comments:

Post a Comment