VICARIUS FILII
DEI
Part 1/8 -
Stephen Bohr
Dibuka dengan
doa.
In our topic today
we are going to study about the number of the Beast. And I’d like to begin by
reading a text that we find in Rev chapter 13 and verse 1. This is the passage
that begins the description of the Sea Beast, which we have already identified
as the Roman Catholic Papacy, not individuals within the system. We are talking
about a system, we are talking about an organization and we’ve already clearly identified from the Bible that this Beast that
rises from the sea represents the Roman Catholic Papacy.
Hari ini topik
yang akan kita pelajari adalah angka Binatang itu. Saya ingin mengawalinya
dengan membaca teks yang kita dapati di Wahyu 13:1. Ini adalah perikop yang
pertama memberikan deskripsi mengenai Binatang yang keluar dari laut, yang
telah kita identifikasi sebagai Kepausan Roma Katolik [tentunya dalam
pelajaran-pelajaran sebelumnya], tetapi bukan perorangan di dalam sistem itu.
Kita berbicara mengenai suatu sistem, kita berbicara mengenai suatu organisasi,
dan dari Alkitab kita telah
mengidentifikasinya dengan jelas bahwa Binatang yang keluar dari dalam laut ini
mewakili Kepausan Roma Katolik.
It says there in
Rev 13:1, speaking about this Beast, “Then I stood on the sand of the sea and I saw a
Beast rising up out of the sea having seven heads, and ten horns, and on his
horns ten crowns, and on his heads a blasphemous name.”
Di Wahyu 13:1
dikatakan tentang Binatang itu, “Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam
laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat
sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.”
So as we begin
our study we want to notice that THE NAME OF THE BEAST IS A BLASPHEMOUS
NAME. And the blasphemous name is found on the beast’s heads. Now in
order to understand what this blasphemous name is, we must first of all
understand the biblical definition of “blasphemy”. Do we have a clear
definition in the Bible of what “blasphemy” consists of? The answer to
this question is absolutely “yes”! IN THE BIBLE “BLASPHEMY” IS WHEN A MERE MAN CLAIMS TO BE GOD, AND WHEN A MERE MAN
CLAIMS TO HAVE THE POWER TO PERFORM THE WORKS OF GOD.
Jadi kita membuka
pelajaran kita ini dengan memperhatikan bahwa NAMA BINATANG ITU
ADALAH SUATU NAMA HUJAT. Dan nama hujat itu terdapat di kepala-kepala Binatang
itu. Sekarang, untuk bisa memahami nama hujat apa ini, kita harus lebih dulu
memahami definisi alkitab mengenai kata “hujat.” Apakah di dalam Alkitab
ditemukan definisi yang jelas apa saja “hujat” itu? Jawaban kepada pertanyaan
ini adalah, “benar sekali!” DI DALAM ALKITAB, “HUJAT” ITU ADALAH
BILAMANA SEORANG MANUSIA BIASA, MENGAKU SEBAGAI TUHAN, DAN BILA SEORANG MANUSIA
BIASA MENGAKU MEMILIKI KUASA UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN TUHAN.
And we are going
to take a look at several instances in the Scripture where “blasphemy” is
described in this manner. Once again, “blasphemy” in the Bible means, a man, a
mere man who claims to be God, and secondly that mere man claims to be able to
perform the works of God, and exercise in his actions the power of God.
Dan kita akan
melihat ke beberapa tulisan di dalam Firman Tuhan di mana kata “hujat” ini
digambarkan demikian. Sekali lagi, “[meng]hujat” di dalam Alkitab berarti,
seorang manusia biasa, mengaku sebagai Tuhan; dan yang kedua adalah, manusia
biasa ini mengaku mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan, dan dalam sepak-terjangnya,
dia menjalankan kuasa Tuhan.
One time, Jesus
said something very controversial. It’s found in John 10:30. This was what He
said to the Jews that were listening to Him: “I and My Father
are one.”
And we were told
in the context that the Jews immediately picked up stones to cast at Jesus.
Because you see, Lev 24:16 clearly said, and they knew this, that whoever
claimed to be one with the Father, in the sense that Jesus was saying it, was
claiming to be God. And the Levitical law said, that whoever claimed to be God,
needed to be stoned. And so, when they picked up stones, Jesus asked them a
question, He said, “Why do you want to stone me? What evil work have I done to
justify you stoning Me?” And notice what the response was in John 10:33: “For a good work, we do not stone You, but for blasphemy, and because You being a man, make Yourself God.”
Suatu saat Yesus
mengatakan sesuatu yang sangat kontroversial. Ini ditemukan di Yoh 10:30.
Inilah yang dikatakanNya kepada orang-orang Yahudi yang sedang mendengarkanNya:
“Aku dan Bapa adalah satu."
Dan kita tahu
dalam konteks itu orang-orang Yahudi langsung mengambil batu untuk merajam
Yesus. Karena, kita lihat, Imamat 24:16 dengan jelas berkata ~ dan ini
diketahui oleh orang-orang Yahudi itu ~ barangsiapa mengaku bahwa dia adalah
satu dengan Allah Bapa seperti cara Yesus mengatakannya, berarti orang itu
mengaku sebagai Allah. Dan menurut hukum Imamat, barangsiapa mengaku sebagai
Allah, harus dirajam. Oleh karena itu, ketika mereka mengambil batu, Yesus
mengajukan pertanyaan kepada mereka, Dia berkata, “Mengapa kalian mau merajam
Aku? Kejahatan apa yang telah Aku lakukan yang membenarkan kalian merajam Aku?”
Dan perhatikan bagaimana tanggapannya di Yoh 10:33: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan
karena Engkau, sekali pun hanya seorang manusia
saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."
What is BLASPHEMY?
IT’S WHEN A MERE MAN CLAIMS TO BE GOD. Now, Jesus was God, He had a
right to claim to be God. But according to them blasphemy is when a mere man
claims to be God. ALSO BLASPHEMY IS WHEN SOMEONE CLAIMS TO BE ABLE TO
PERFORM THE WORKS OF GOD. Immediately after Jesus said, “I and My
Father are one”, Jesus claimed also to perform the works of His Father.
Apa itu
[meng]hujat? MENGHUJAT ADALAH BILAMANA SEORANG MANUSIA BIASA
MENGAKU SEBAGAI ALLAH. Nah, Yesus memang Allah, jadi Dia berhak mengaku
sebagai Allah. Namun menurut mereka (orang Yahudi), menghujat adalah bilamana
seorang manusia biasa mengaku sebagai Allah. Juga, MENGHUJAT ADALAH
BILAMANA SESEORANG MENGAKU MAMPU MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN ALLAH. Begitu
setelah Yesus berkata, “Aku dan BapaKu adalah satu”, Yesus mengaku juga bisa
melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Nya.
Notice John
10:36-39, Jesus said “’Do you say of him, whom the Father had
sanctified, and sent into the world, You are blaspheming; because I said, I am
the Son of God? If I do not do the works of My Father, do not
believe Me. But if I do, though you do not believe me, believe the works:
that you may know and believe, that the Father is in Me, and I in Him.’
Therefore they sought again to seize Him: but He escaped out of their
hand.”
So notice, THE
DEFINITION THAT SCRIPTURE GIVES, A “BLASPHEMY” IS WHEN A MERE MAN, CLAIMS TO BE
GOD AND CLAIMS TO PERFORM THE WORKS OF GOD OR MANIFESTS IN HIS ACTIONS THE
POWER OF GOD.
Perhatikan Yoh
10:36-39, Yesus berkata, “’masihkah kamu berkata
kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia:
Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau
Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya
kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya
kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh
mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia,
tetapi Ia luput dari tangan mereka.”
Jadi
perhatikan, DEFINISI YANG DIBERIKAN FIRMAN TUHAN MENGENAI
“MENGHUJAT” ADALAH BILA SEORANG MANUSIA BIASA, MENGAKU SEBAGAI TUHAN DAN
MENGAKU MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN TUHAN, ATAU DALAM TINDAKAN-TINDAKANNYA,
DIA MELAKUKAN KUASA TUHAN.
Now, it is
interesting to notice also that the Jews accused Jesus of blasphemy because He
claimed to be the Son of God. Now, all of the Jews believed they were sons of
God in a general sense of the word but they knew that when Jesus was
saying that He was the Son of God, what He was meaning is that He was the
representative of God on earth. That He was the authorized spokesman
for God. If you please, JESUS WAS
CLAIMING TO BE THE VICAR OF GOD OR VICARIUS DEI, THE REPRESENTATIVE OF GOD ON
EARTH.
Nah, adalah
menarik untuk melihat bahwa orang-orang Yahudi itu juga menuduh Yesus telah
menghujat karena Dia mengaku sebagai Anak Allah. Semua orang Yahudi sebenarnya
percaya bahwa mereka adalah anak-anak Allah dalam pengertian yang umum, tetapi
mereka tahu ketika Yesus berkata bahwa Dia adalah Anak Allah, artinya
Dia adalah representatif dari Allah di dunia. Bahwa Dia (Yesus) adalah
jurubicara resmi untuk Allah. Dengan kata lain, YESUS MENGAKU
SEBAGAI VIKAR ALLAH ATAU VICARIUS DEI, REPRESENTATIF ALLAH DI DUNIA.
Now it is
interesting to notice also that blasphemy
as defined in Scriptures, as when a mere man claims to have the power to
forgive sins. Not only when a mere man claims to be God, but also
when he claims to exercise the power or prerogatives of God. Notice
Mark 2:7. Jesus met a paralytic and He said to the paralytic, “Your sins are forgiven.” By the way, this took place in the city of
Capernaum, and the Jews immediately ~ when Jesus said “Your sins are forgiven”
~ they thought in their hearts according toMark 2:7, “Why does this man speak blasphemy like this? Who can forgive sins but God alone?” You see, they
were thinking, if this man forgives sins, and only God can forgives sins, then
this man is claiming to be God. So BLASPHEMY
IS WHEN A MAN CLAIMS TO BE GOD, AND CLAIMS TO BE ABLE TO PERFORM THE FUNCTIONS
AND THE PREROGATIVES OF GOD.
Sekarang, adalah
menarik untuk melihat bagaimana di dalam Firman Tuhan, menghujat
juga didefinisikan sebagai, bilamana seorang manusia biasa mengklaim memiliki
kuasa untuk mengampuni dosa. Tidak hanya bilamana seorang
manusia biasa mengklaim sebagai Tuhan, tetapi juga bila dia mengklaim
menjalankan kuasa atau hak prerogatif Tuhan.
Perhatikan Markus
2:7. Yesus bertemu dengan seorang yang lumpuh dan Dia berkata kepada orang
lumpuh itu, “dosamu sudah diampuni!" Peristiwa ini terjadi di Kapernaum. Ketika
Yesus berkata “Dosamu sudah diampuni”, menurut Markus 2:7, orang-orang
Yahudi segera berpikir di dalam hati mereka, "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah sendiri?" Jadi, kita lihat,
orang-orang Yahudi itu berpikir, jika orang itu mengampuni dosa, sedangkan
hanya Allah yang bisa mengampuni dosa, maka orang itu sedang mengklaim sebagai
Allah. Jadi, MENGHUJAT ADALAH BILAMANA SEORANG MANUSIA
MENGKLAIM SEBAGAI ALLAH DAN MENGAKU MAMPU MELAKUKAN FUNGSI DAN HAK PREROGATIF
ALLAH.
Notice 2 Tess
2:3-4, this is another passage that is speaking of the Antichrist. By the way,
“the man of sin” in 2 Tessalonians is the same as the Beast from the sea, is
the same as the Little Horn, is the same as the Abomination of Desolation, and
the same as the Harlot of Rev 17. These are different symbols that
point to the same power.
Perhatikan 2 Tesa
2:3-4, ini adalah perikop yang lain yang berbicara mengenai Antikris. “Manusia
durhaka” di 2 Tesalonika ini adalah sosok yang sama dengan Binatang yang keluar
dari laut, sama dengan si Tanduk kecil [Daniel 7-8], sama dengan si Pembinasa
keji [Mat 24:15], dan sama dengan si Pelacur dari Wahyu 17. Ini adalah lambang-lambang
yang berbeda yang menunjuk kepada kuasa yang sama.
The “man of sin”
is the same as the Little Horn, the same as the Beast. Notice 2 Tess 2:3-4 what
the Antichrist does? “Let now one
deceives you by any means; for that day (which is the coming of Christ) will not come
unless the falling away comes first ....” ~ better translation is “the apostasy”, in Greek is says ἀποστασία [apostasia], so it should be
translated “that day will not come unless the apostasy comes
first; and the man of sin is revealed.”
So is it a mere
man that is revealed? Yes it’s a mere man.
So “the man
of sin is revealed, the the son of perdition, who opposes and exalts
himself above all who is called God, or what is worshiped, so that he sists as
God, in the temple of God, showing himself that he is God....”
Si “manusia
durhaka” adalah sama dengan si Tanduk Kecil, sama dengan si Binatang.
Perhatikan 2 Tesa 2:3-4, apa yang dilakukan oleh si Antikris?. “Janganlah kamu memberi
dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimana pun juga! Sebab sebelum Hari
itu [yaitu hari kedatangan Kristus] haruslah datang dahulu murtad” [lebih tepat diterjemahkan “murtad” karena dalam bahasa Greekanya adalah ἀποστασία [apostasia]**, jadi terjemahannya seharusnya, “sebelum Hari itu
haruslah datang dahulu murtad; dan “manusia durhaka” itu dinyatakan.
Jadi, apakah yang
dinyatakan itu seorang manusia biasa? Ya! Itu adalah seorang manusia biasa.
“dan haruslah
dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan
diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia
duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.”
**) Alkitab terjemahan bahasa Indonesia sudah benar, menerjemahkan “murtad”,
tapi terjemahan KJV adalah “falling away” atau “kejatuhan” karena itu si
pembicara perlu menjelaskannya bahwa dalam tulisan Greekanya, kata itu
adalah ἀποστασία [apostasia], yang artinya murtad.
VICARIUS FILII DEI
Part 2/8 - Stephen Bohr
What is the main
characteristics of the Antichrist, is he sits in the temple of God, and he
claims to be God.
By the way, what
is the temple of God?
The temple of God
is not the Jewish temple which supposedly is going to be rebuilt in the Middle
East. THE TEMPLE OF GOD IS –
according to every other passage in the writings of the apostle Paul ~
represents THE CHRISTIAN CHURCH.
Ciri-ciri khusus
Antikris, adalah dia duduk di Bait Allah dan dia mengklaim sebagai Allah.
Sebetulnya, Bait
Allah itu apa?
Bait Allah
bukanlah Bait Allah orang Yahudi di Timur Tengah yang katanya akan dibangun
kembali. Mendurut setiap tulisan rasul Paulus, BAIT ALLAH MEWAKILI
GEREJA KRISTEN.
Now, I want you
to notice also that this Antichrist of 2 Tessa 2, not only claims to be God but
he also claims to have the power of God to exercise the power of God. Notice in
the same passage, 2 Tessa 2:9, speaking about this same individual who sits in
the temple of God, showing himself to be God, it says there: “the coming of the lawless one is according to
the working of Satan, with all power, signs and lying wonders.”
Let me ask you,
is this Antichrist only going to claim to be God, or
is he going to be apparently doing the powerful works of God? Evidently he
is also going to be performing the works of God although he is
a mere man, he is the man of sin.
Sekarang, saya
mau kalian memperhatikan juga bahwa si Antrikris dari 2 Tesa bab 2 ini, bukan
saja mengklaim sebagai Tuhan, tetapi dia juga mengklaim memiliki kuasa Tuhan
untuk menjalankan kuasa Tuhan. Perhatikan dalam perikop yang sama, 2 Tesa 2:9,
berbicara mengenai individu yang sama ini, yang duduk di Bait Allah, menyatakan
dirinya sebagai Allah, ayat itu berkata, “Kedatangan si pendurhaka
itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib,
tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.”
Izinkan saya
bertanya, apakah si Antikris ini hanya akan mengklaim
sebagai Allah,atau ternyata dia akan melakukan pekerjaan hebat Allah? Sudah
sangat jelas dia juga akan melakukan pekerjaan Allah, walaupun
dia hanya seorang manusia bisa, dia adalah si “manusia durhaka.”
By the way, the
only other time in the New Testament where these three words appear together in
one verse : “power, signs and wonders” is in Acts 2:22. I
want to read that verse because I’m going to show you what the
Antichirst is going to do. It falsifys the works that Jesus
performed when He was on this earth.
Ketahuilah,
satu-satunya kali di Perjanjian Baru di mana tiga kata ini: “KUASA, MUJIZAT
DAN TANDA-TANDA” muncul
bersama-sama dalam satu ayat adalah di Kisah 2:22. Saya mau membaca
ayat ini karena akan saya tunjukkan apa yang akan dilakukan si Antikris ini.
Dia akan memalsukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan Yesus
ketika Yesus berada di dunia ini.
Go to Acts 2:22.
This is Peter speaking: “Men of Israel,
hear these words: Jesus of Nazareth, a man attested by God to you by MIRACLES, WONDERS AND SIGNS which
God did, through Him in your midst, as you yourselves also know.”
Did Jesus perform
the power and the acts of God? He most certainly did.
Is the Antichrist
going to perform works that appear to be the works of God? Absolutely! Because
he claims to be God.
Kita ke Kisah
2:22. Yang berbicara adalah Petrus: “Hai orang-orang Israel,
dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang
yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan KEKUATAN-KEKUATAN DAN MUJIZAT-MUJIZAT DAN
TANDA-TANDA yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di
tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.”
Apakah Yesus
melakukan kuasa dan tindakan Allah? Tentu.
Apakah si
Antikris akan melakukan pekerjaan yang nampaknya seperti pekerjaan Allah? Jelas
sekali! Karena dia mengklaim sebagai Allah.
But these are not
the only passages that describe blasphemy. You remember that Little Horn of
Daniel 7:25. One of the characteristics of the Little Horn, is that this Horn
speaks pompous words against the Most High. The question is, what
are those pompous words this Little Horn speaks? Rev 13:5 defines
what those words are. It says that the Beast that comes from the sea
“is given a mouth that speaks great things and blasphemies.” So what does the
Little Horn speak? He speaks blasphemies.
What does the
Beast speak? Blasphemies.
Must that mean
then, that the Little Horn and the Beast claim to be God on earth and claim to
have the power to forgive sins and also perform many of God’s other functions?
Absolutely! But this isn’t all. In Daniel 8 we have something very, very
interesting.
Tetapi ini
bukanlah satu-satunya perikop yang menjelaskan tentang hujat. Kalian ingat si
Tanduk Kecil dari Daniel 7:25? Salah satu sifat si Tanduk Kecil adalah, Tanduk
ini berbicara dengan kata-kata yang sombong menentang Yang Mahatinggi.
Pertanyaannya adalah, kata-kata sombong apakah yang
dikatakan si Tanduk Kecil ini? Wahyu 13:5 menggambarkan kata-kata apa
itu. Katanya, Binatang yang keluar dari laut itu “diberikan mulut, yang
penuh kesombongan dan hujat.” Jadi apa
yang dikatakan si Tanduk Kecil? Dia menghujat!
Apakah yang
dikatakan Binatang itu? Menghujat!
Tidakkah ini
berarti, bahwa si Tanduk Kecil dan Binatang itu mengklaim telah menjadi Tuhan
di dunia ini dan mengaku memiliki kuasa untuk mengampuni dosa dan juga
melakukan banyak dari fungsi-fungsi Tuhan yang lain? Sudah pasti! Tapi bukan
hanya itu. Di Daniel 8 ada sesuatu yang amat sangat menarik.
And by the way,
before we go to Daniel 8, let me just mention that in Daniel 7, this
Little Horn also thinks that he can perform the works of God. Because it says
that THE LITTLE HORN not only speaks blasphemy against God,
but he ACTUALLY THINKS HE HAS GOD’S POWER TO CHANGE
GOD’S TIMES AND GOD’S HOLY LAW. In other words he is not only claiming to be God, he is
claiming to exercise the functions and the power of God.
Sebelum kita
pergi ke Daniel 8, izinkan saya mengemukakan bahwa di Daniel 7 Tanduk Kecil ini
juga berpikir dia bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan, karena katanyaTANDUK
KECIL INI bukan hanya mengucapkan kata-kata hujat menentang Allah,
tetapi dia BENAR-BENAR BERPIKIR DIA MEMILIKI KUASA TUHAN UNTUK MENGUBAH WAKTU TUHAN
DAN HUKUM SUCI TUHAN. Dengan kata lain, dia bukan
hanya mengaku sebagai Tuhan, dia mengaku melakukan fungsi-fungsi dan kuasa
Tuhan.
Then of course we
have Daniel 8. Daniel 8 speaks also about the Little Horn. This Little Horn
represents the same as the Little Horn of Daniel 7. But the interesting thing
is, in Daniel 8, this Little Horn is not mentioned as speaking blasphemies
against God. You know what the Little Horn does in Daniel 8? This is extremely
interesting. What THE LITTLE HORN does is he TRIES TO SUPPLANT THE PRINCE OF THE HOST. Do you know
who the Prince of the host is? The Prince of the host is JESUS CHRIST.
You can read for example, Joshua 5:13-15, where the same expression the Prince
of the host is used. And you are going to find that the Prince of the host is
none other than Jesus Christ.
And so Daniel 8
foretold that THE LITTLE HORN WAS GOING
TO TRY AND TAKE AWAY THE FUNCTIONS OF JESUS DEFINED AS THE “DAILY”. Do
you know what the daily is?
Kemudian, ada
Daniel 8. Daniel 8 berbicara juga tentang Tanduk Kecil. Tanduk Kecil ini
melambangkan sosok yang sama dengan Tanduk Kecil di Daniel 7. Tetapi yang
menarik adalah, di Daniel 8, Tanduk Kecil ini tidak dikatakan menghujat Tuhan.
Tahukah kalian apa yang dilakukan Tanduk Kecil itu di Daniel 8? Ini sangat
menarik. Apa yang dilakukanTANDUK KECIL adalah dia BERUSAHA MENGGANTIKAN PANGLIMA BALA TENTARA
[LANGIT]. Tahukah
kalian siapa Panglima bala tentara ini? Panglima bala tentara adalah YESUS
KRISTUS. Kita bisa baca misalnya Yosua 5:13-15 di mana ungkapan yang sama
“Panglima Bala tentara” dipakai. Dan kita akan melihat bahwa Panglima Bala
tentara bukanlah orang lain kecuali Yesus Kristus.
Maka Daniel 8
menubuatkan bahwa TANDUK KECIL INI AKAN BERUSAHA
MENGAMBIL FUNGSI YESUS, YANG DISEBUT “HARIAN/SETIAP HARI”. Tahukah
apa yang dimaksud dengan “harian” ini?
I wished I had
time to give a whole lecture of the daily. THE DAILY HAS TO DO WITH THE FUNCTIONS THAT THE PRIESTS PERFORMED IN THE
COURT AND IN THE HOLY PLACE. The
sacrifice in the Court was to be offered morning and evening, daily.
The lamps in the Holy Place were to burn daily. The bread
was to be there daily. And the incense which represents
the prayers of the saints was to go up daily or
continually. In other words, the Little Horn was going to take away from Jesus
these functions and he was going to appropriate these functions to himself. He
was going to think that he could occupy the place of Jesus Christ.
Sayang saya tidak
punya waktu untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai “harian/setiap hari”
ini. “HARIAN/SETIAP HARI” INI ADA KAITANNYA DENGAN FUNGSI PARA
IMAM YANG DILAKUKAN DI PELATARAN DAN DI TEMPAT KUDUS [DARI BAIT ALLAH]. Kurban di
Pelataran harus dilakukan pagi dan petang, harian/setiap hari.
Dian di Tempat Kudus harus dinyalakan harian/setiap hari.
Roti yang disajikan harus ada di sana harian/setiap hari.
Dan dupa yang melambangkan doa orang-orang saleh, juga harus dinaikkan harian/setiap
hari atau terus-menerus. Dengan kata lain, Tanduk kecil ini
akan mengambil dari Yesus fungsi-fungsi tersebut dan dia akan mengenakan
fungsi-fungsi itu kepada dirinya sendiri. Dia akan berpikir bahwa dia bisa
menempati kedudukan Yesus Kristus.
Are you
understanding what blasphemy is according to Scriptures?
There are
abundant amount of testimonies in the Bible what constitute blasphemy.
Now the question
is, does the Roman Catholic Papacy claim, or has it claimed in the past, that
the Pope is God on earth? Absolutely! Let me just read you a sampling of
statements. I could give you more but we don’t have the time to read them all.
Apakah sekarang
kalian sudah menangkap makna menghujat menurut Firman Tuhan?
Ada banyak sekali
kesaksian di dalam Alkitab yang menjelaskan tentang hujat. Sekarang
pertanyaannya adalah, apakah Kepausan Roma Katolik mengklaim atau pernah
mengklaim di masa lalu, bahwa Paus adalah Tuhan di dunia ini? Benar sekali!
Izinkan saya membacakan contoh beberapa pernyataan. Saya bisa memberikan lebih
banyak lagi, tetapi kita tidak punya cukup waktu untuk membaca semuanya.
This is from the
prestigous commentary, the Roman Catholic Commentary Lucius Ferraris- Prompta
Bibliotheca Vol. 2 in the article Papa or the Pope, notice what he has
to say: “...
the Pope can modify divine law, since his power is not of men, but of God and
HE ACTS IN THE PLACE OF GOD UPON EARTH, with the fullest power of binding and
losing his sheep.”
Notice, that this
Roman Catholic Encyclopedia says that the Pope occupies the place of God.
(contd to part 3)
Ini berasal dari
suatu komentari yang terhormat, komentator Roma Katolik, Lucius Ferraris dalam
bukunya Prompta Bibliotheka Vol. 2 di bawah judul Papa atau Paus: “...
Paus bisa mengubah hukum Ilahi, karena kuasanya tidak berasal dari manusia,
tetapi dari Tuhan, dan DIA BERTINDAK DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI PENGGANTI TUHAN
DI DUNIA, DENGAN KUASA PENUH MENGIKAT DAN MELEPASKAN DOMBANYA.”
Perhatikan,
Ensiklopedia Roma Katolik ini berkata bahwa Paus menempati kedudukan Tuhan.
VICARIUS FILII DEI
Part 3/8 - Stephen Bohr
Pope Nicholas
I, who ruled from 858 to 867AD, had this
to say about the power of the Popes:
“It is evident that the Popes can neither be bound nor unbound
by any earthly power, nor even by that of the apostle [Peter], if he should return
upon the earth, since Constantine the Great…” now, listen to this “…. since Constantine the
Great has recognized that the
pontiffs held the place of God upon earth, divinity not being able to be judged by any living man…” That’s blasphemy, folks! It continues saying, “…We
are then, infallible, and whatever may be our acts, we are not accountable for
them but to ourselves.” (as cited in the
Papacy and the Civil Power p. 248).
Paus Nikolaus I,
yang berkuasa dari 858 sampai 867AD, berkata demikian mengenai kekuasaan
Kepausan:
“Adalah suatu kenyataan bahwa Paus-Paus tidak bisa diikat atau
dilepaskan [= diangkat atau diturunkan dari jabatannya] oleh kuasa dunia apa
pun, bahkan oleh rasul Petrus sekali pun, seandainya dia kembali ke dunia ini,
karena kaisar Contantine Agung...” sekarang, dengarkan ini! “... karena kaisar Constantine Agung sudah
mengakui bahwa PARA PONTIF [=PAUS]
MEMEGANG JABATAN TUHAN DI ATAS BUMI, DAN YANG ILAHI tidak dapat
dihakimi oleh manusia mana pun.” Ini adalah
menghujat, saudara-saudara! Selanjutnya dikatakan, “… Oleh karena itu, KAMI IALAH INFALIBEL (= tidak
bisa berbuat salah) dan APA
PUN TINDAKAN KAMI, KAMI TIDAK HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKANNYA KECUALI KEPADA
KAMI SENDIRI.” (sebagaimana dikutip dari The Papacy and the Civil Power, halaman 248).
Now notice what
Pope Leo XIII has to say, in his Encyclicle letter, the name of the Encyclicle
letter was “On the chief duties of Christians as citizens”, it’s
dated January 10, 1890. Notice what he says. This is more contemporary. “But the surpreme teacher in
the church is the Roman Pontiff…” By the way that’s another name for the Pope. “… Union of minds therefore
requires, together with a perfect accord, in the one faith, complete submission and obedience of will to
the Church and to the Roman Pontiff, as to God Himself.” (The
Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 193).
Sekarang, perhatikan apa kata Paus Leo XIII dalam surat
edarannya kepada semua gereja, nama surat edaran itu adalah “Tentang kewajiban pokok orang Kristen sebagai
warganegara” yang
tertanggal 10 Januari 1890. Perhatikan apa katanya. Surat ini lebih
kontemporer. “Tetapi guru tertinggi di dalam gereja adalah Pontif Roma…” ini adalah nama lain bagi Paus. “…Oleh karena itu, persatuan
pikiran memerlukan, bersama-sama dengan kesepakatan yang sempurna, dalam satu
iman, penyerahan kemauan dan
kepatuhan total kepada Gereja dan KEPADA PONTIF ROMA, SEBAGAIMANA KEPADA TUHAN
SENDIRI.” (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 193)
Leo XIII also
said, in an Encyclicle letter dd. June 20, 1894, he said unabashedly, “We
hold upon this earth, the place of God Almighty.” (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 304).
Leo XIII juga
berkata dalam surat edarannya tanggal 20 Juni 1894, ini katanya tanpa malu-malu, “DI ATAS DUNIA INI, KAMI MEMEGANG KEDUDUKAN TUHAN YANG
MAHAKUASA.” (The Great Encyclicle Letters of Leo XIII. Pg 304).
Time and again
you will find in the writings of Roman Catholics, expressions that apply to the
Pope calling him Vicar of Christ, Vice-regent of Christ, Representative of
Christ, and Vicar of the Son of God.
Berulang-ulang
kita akan menemui di dalam tulisan-tulisan Roma Katolik, ungkapan-ungkapan yang
berlaku bagi Paus, dengan menyebutnya sebagai Vikar Kristus, Penguasa Pengganti
Kristus, Representatif Kristus dan Vikar Anak Allah.
You know, the
Popes have claimed throughout the course of history, to perform the functions
of God. I don’t have time to get into all of these, you have these texts on
your sheets, but
· he claims to have the power to forgive sins,
·
he claims he has
the power to set up kings and remove kings, Daniel 2 says that’s God’s prerogatives to place kings and remove
kings.
·
He claims he has
the prerogative to being bowed down to.
·
He accepts the
title Holy Father,
·
he believes that
he can execute the death penalty upon dissenters,
·
he said he had
the power to change the sabbath to Sunday,
·
he felt that it’s
okay to change God’s prophetic calendar,
·
they claim to be
God’s supreme judges on earth,
·
and they also claim
to be infallible expositors of God’s will in faith and morale.
Now, folks, ALL OF THOSE THINGS IN THE BIBLE ARE
PREROGATIVES OF GOD, IF THE PAPACY CLAIMS TO HAVE THIS POWER IT’S BECAUSE THEY
ARE USURPING THE TITLE AND THEY ARE USURPING THE POWER OF GOD.
Anda tahu,
sepanjang sejarah, para Paus telah mengklaim melakukan fungsi-fungsi Tuhan.
Saya tidak punya waktu untuk mengupas semua ini, Anda bisa membaca teks-teks
itu di dokumen Anda, tetapi Paus mengklaim
· memiliki kuasa untuk mengampuni dosa,
·
dia mengklaim memiliki kuasa untuk mengangkat dan mencopot raja-raja. Daniel pasal 2 berkata bahwa itu adalah hak prerogatif Tuhan untuk
mengangkat dan mencopot raja-raja.
·
Paus mengklaim dia memiliki prerogatif untuk menerima sujud.
·
Dia menerima gelar
Bapak Suci,
·
dia yakin dia boleh menjalankan hukuman mati pada orang-orang yang tidak menerima ajaran
gereja,
·
dia berkata dia memiliki kuasa untuk mengubah sabat ke hari Minggu,
·
dia merasa nyaman mengubah penanggalan nubuatan Tuhan,
·
mereka mengklaim sebagai hakim tertinggi Tuhan di dunia,
·
dan mereka juga mengklaim bisa menjelaskan tanpa salah semua kehendak
Tuhan dalam hal iman dan moral.
Inilah,
saudara-saudara, SEMUA HAL INI DI DALAM ALKITAB
TERTULIS SEBAGAI HAK PREROGATIF TUHAN. JIKA KEPAUSAN MENGKLAIM MEMILIKI KUASA
INI, ITU ADALAH KARENA MEREKA TELAH MEREBUT GELAR ITU AND MEREKA TELAH MEREBUT
KEKUASAAN ALLAH.
Now, let me read
you some blasphemous statements from the book by St. Alphonsus de Liguori. He
is one of the few doctors of the Roman Catholic Church. There are very few of
those. Thomas Acquinas was another and there are a handful of these ones. But he
did a compendium of all the Roman Catholic wisdom on what the power of the
priests is. And I want to read a statement from his book, “Dignity
and Duties of the Priests or Selva” this is page 28, it says
this: “Were
the Redeemer to descend into a church, and sit in a confessional…” you know what a confessional is, right? “… to
administer the sacrement of penance...” you know what
that means? For those of you who are Roman Catholics, it means that you go to
the confessional, you confess your sins and the priest says “Ego te absolvo”, in
other words, ‘I forgive you’. So it says, “… Were the Redeemer to
descend into a church and sit in a confessional to administer the sacrement of
penance, and a priest to sit in another confessional, Jesus would
say over each penitent, ‘Ego te absolvo’, the priest would likewise say over
each of his penitents, ‘Ego te absolvo’, and the penitents of each would be equally
absolved.”
Sekarang, izinkan
saya membacakan beberapa pernyataan hujat dari buku St. Alphonsus de Liguori.
Dia adalah salah satu dari beberapa doktor Gereja Roma Katolik. Hanya ada
beberapa orang saja yang seperti itu. Thomas Acquinas adalah salah satu yang
lain dan ada beberapa orang lainnya. Tetapi dia (Alphonsus de Liguori) menulis
suatu compendium (= buku panduan yang padat
dan komprehensif) tentang semua kebijakan Roma Katolik dalam hal kuasa para
imam. Dan saya ingin membacakan suatu pernyataan dari bukunya ini “Dignity
and Duties of the Priests or Selva”, halaman 28, ini
bunyinya: “Seandainya Sang Juruselamat turun ke gereja dan duduk di
dalam sebuah bilik pengakuan dosa…” Anda tahu apa itu bilik pengakuan dosa, bukan? “…untuk memberikan saskramen
pengampunan...” Anda tahu apa maksudnya ini? Bagi Anda yang
beragama Roma Katolik artinya Anda masuk ke bilik pengakuan, Anda mengakui
dosa-dosa Anda, dan imam berkata “Ego te absolvo”, dengan kata lain ‘Saya
mengampuni Anda’. Jadi katanya di sini, “Seandainya Sang Juruselamat
turun ke gereja dan duduk di dalam sebuah bilik pengakuan dosa untuk memberikan
sakramen pengampunan, dan seorang imam duduk di dalam sebuah bilik pengakuan
yang lain, sementara Yesus akan berkata kepada setiap orang yang mengaku
dosanya, ‘Ego te absolvo’; imam itu juga akan berkata kepada orang yang
mengaku dosa kepadanya ‘Ego te absolvo’, dan kedua orang yang mengaku dosa itu,
dosanya akan diampuni tanpa ada perbedaan.”
(Note: artinya
imam itu memiliki kuasa yang sama dengan yang dimiliki Kristus dalam hal
mengampuni dosa).
Here’s another
statement, it gets worse. Listen, when the priest claims to have the power to
transform the bread and the wine into the real body and blood of Jesus, notice
what St. Alphonsus de Liguori says: “Thus the priest may in a
certain manner, be called the
creator of his Creator, since by saying the words of consecration, he creates, as it were, Jesus in the
sacrament, by giving Him the sacramental existence and
produces Him as a victim to be offered to the Eternal Father. As in creating
the world, it was sufficient for God to have said, ‘Let it be made’ and it was
created, He spoke and they were made, so it is sufficient for the priest
to say ‘Hoc est corpus meum’(= This is my body), and behold the bread is
no longer bread, but the body of Jesus Christ. The power of the priest...” Now,
listen to this! “...the
power of the priest,’ says
St. Bernardine of Sienna, ‘is
the power of the divine person, for the transubstantiation of the bread requires
as much power as the creation of the world.”
That’s blasphemy
according to Scriptures. By the way that’s on pages 33-34 of his book “The
Dignity and Duties of the Priests or Selva.”
Di sini ada
pernyataan yang lain. Semakin parah. Dengarkan, ketika imam mengklaim memiliki
kuasa untuk mengubah roti dan anggur menjadi sungguh-sungguh tubuh dan darah
Kristus, perhatikan apa kata St. Alphonsus de Liguori: “Dengan demikian, imam itu
bisa disebut PENCIPTA DARI YANG
MENCIPTAKAN DIA, karena dengan mengucapkan kata-kata konsekrasi
itu, si IMAM MENCIPTAKAN YESUS DI
DALAM SAKRAMEN ITU, dengan menghadirkanNya secara sakramental, dan
menciptakan Dia [Yesus] sebagai kurban untuk dipersembahkan kepada Bapa yang
kekal. Sebagaimana saat menciptaan dunia, cukuplah bagi Tuhan dengan mengatakan
‘Jadilah’ dan itu terciptalah, Tuhan berfirman maka terjadilah, demikian
juga cukup bagi imam itu untuk berkata ‘Hoc est corpus meum’ (= Inilah tubuhKu)
dan lihatlah, rotinya bukan lagi roti, tetapi menjadi tubuh Yesus Kristus.
Kuasa imam...” sekarang,
dengarkan ini baik-baik! “ .. KUASA IMAM, kata St Bernardine dari
Sienna, ‘ADALAH KUASA DARI SOSOK
YANG ILAHI, KARENA TRANSUBSTANSIASI ROTI MEMBUTUHKAN KUASA YANG SAMA DENGAN
KUASA UNTUK PENCIPTAAN DUNIA.”
Ini adalah
menghujat menurut Firman Tuhan. Ini terdapat di halaman 33-34 dari bukunya “The Dignity and Duties of the Priests or
Selva.”
Let me read you
one more from the same book, page 34.
“When He ascended into heaven, Jesus Christ left His priests
after Him to hold on earth His place of mediator between God and men,
particularly on the altar... The Priest holds the place of the Savior Himself,
when by saying ‘Ego te absolvo’…” that means I forgive
you, “… he absolves from sin…” or he forgives sins.
Is that blasphemy
according to Scriptures? That is absolutely blasphemy and this system claims to
have the power of God and claims to be able to exercise the prerogatives of
God.
Izinkan saya
membacakan satu lagi dari buku yang sama, halaman 34.
“Ketika Dia naik ke Surga, Yesus Kristus meninggalkan
imam-imamNya untuk memangku jabatannya di dunia ini sebagai perantara Tuhan dan
manusia, terutama di atas altar... Imam menempati kedudukan Sang Juruselamat
sendiri, ketika dengan mengatakan ‘Ego te absolvo’...” artinya ‘saya mengampunimu’ “... dia (imam itu) menghapus
dosa…” atau dia mengampuni dosa.
Apakah ini
menghujat menurut Firman Tuhan? Ini jelas menghujat dan sistem ini (Kepausan)
mengklaim memiliki kuasa Tuhan dan mengklaim bisa menjalankan hak prerogatif
Tuhan.
VICARIUS FILII DEI
Part 4/8 - Stephen Bohr
Now, you noticed
when we began this evening that it says that the Beast has a blasphemous name.
And some people said, “Well, you know, that’s not saying that he has a
blasphemous title but a blasphemous name, so it must be a proper name. Not so,
because in
the book of Revelation, name can
also refer to a title.
And you say, “How
is that?”
Go with me to Rev
19:16. This is speaking about Jesus. I just want to show you that the name does
not have to be a proper name. It doesn’t have to be a name of a specific Pope,
a proper name. It refers to a title.
Notice, Rev 19:16
“And He has on His robe and on His tigh a name written: King of Kings and
Lord of Lords”. Let me ask you, is that a proper name or is
that a title? That is a title. So when it says that the Beast has a name, the name is not a proper
name, it is a title.
Sekarang, Anda
tentunya masih ingat ketika kita mulai malam ini, Binatang itu dikatakan memiliki
nama hujat. Dan ada orang berkata, “Yah, itu tidak berkata bahwa dia memiliki
gelar hujat tetapi nama hujat, berarti itu haruslah suatu Nama Diri. [nama diri
= nama panggilannya, misalnya Petrus, Yohanes, dll.) Tidak begitu, karena di dalam kitab Wahyu, nama juga bisa berarti gelar.
Dan Anda berkata, “Kok bisa?”
Mari kita pergi
ke Wahyu 19:16. Ini berbicara tentang Yesus. Saya hanya ingin menunjukkan
kepada Anda bahwa nama itu tidak harus suatu Nama Diri. Tidak harus nama
seorang Paus khusus, atau Nama Diri. Kata itu merujuk ke suatu gelar.
Perhatikan Wahyu
19:16 “Dan
pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas
segala tuan." Sekarang
saya mau tanya, apakah ini Nama Diri atau gelar? Ini adalah gelar!
Jadi ketika
dikatakan Binatang itu mempunyai suatu nama, nama itu bukanlah Nama
Diri, tetapi GELAR.
Now, did you
notice that the name has a number? You say, “The name has a number? We didn’t
read that!”
Well, let’s go to
Rev 13:17 – the name is a blasphemous name. Are you clear on that point, the
name is a blasphemous name? Now we are going to analyze, the name
has a number. Rev 13:17. “And that no one
may buy or sell except one who has the mark or the name of the Beast, or the
number of his, what? Or the number of his name!”
So, does THE
BLASPHEMOUS NAME OF THE BEAST HAS A NUMBER? It most certainly has a number.
You say, “How do
you get a number from a name?”
Sekarang, apakah
Anda sadar bahwa nama itu ada angkanya? Anda berkata, “Nama itu ada angkanya?
Kami tidak membaca itu!”
Marilah kita
lihat Wahyu 13:17 ~ nama itu adalah nama hujat. Apakah Anda sudah jelas
mengenai poin ini, bahwa nama itu adalah nama hujat? Sekarang
kita akan menganalisa, nama itu ada angkanya. Wahyu 13:17 “dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau
menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu
atau...” atau apa? “…. bilangan namanya.”
Jadi apakah NAMA
HUJAT DARI BINATANG ITU ADA BILANGAN/ANGKANYA? Sangat jelas,
nama itu ada bilangan/angkanya.
Anda berkata,
“Bagaimana kita bisa mendapatkan bilangan/angka dari suatu nama?”
If this name has
a number, which by the way we are going to notice it is 666, how do you get a
number from a name? Let me explain. In biblical times they did
not have arabic numerals as we have today. The way that they wrote
numbers was by using letters of the alphabet. That’s true in Hebrew, Greek and Latin. And it’s
called gematria, the method of using letters of the alphabeth
as numbers.
Jika nama ini ada
bilangan/angkanya, yang akan kita lihat bahwa angka itu adalah 666, bagaimana
kita bisa mendapatkan suatu angka dari sebuah nama? Izinkan saya
menjelaskannya. Di zaman Alkitab, mereka tidak mengenal angka
arabik sebagaimana yang
kita miliki hari ini. Cara mereka menulis angka adalah dengan memakai
huruf-huruf abjad. Itu berlaku dalam
bahasa Ibrani, Greeka [Yunani] dan Latin. Dan itu namanya gematria, yaitu
metode memakai huruf-huruf abjad sebagai angka.
Let me give you
an example, the word for “cross” in the New Testament is σταυρός [stauros]. If you add up the value of the
letters in Greek, because it is a Greek word, the value of the word “cross” is
777. That’s interesting. Now, if you add up the number value of the letters in
“Jesus” Ἰησοῦς [Iēsous], the value
is 888. And if you add up the letters in Greek, we are not cheating, we are not
applying Greek to English, or Latin to Italian. No, we are using the name in the language, in the number
system of the language. The word παράδοσις [paradosis] which means
“tradition”, the number value is 666. Interesting is it not, the word
“tradition”?
Saya akan
memberikan contoh, kata “salib” di Perjanjian Baru adalah σταυρός [stauros].
Jika kita jumlah nilai dari huruf-huruf dalam bahasa Greeka – karena itu adalah
kata dalam bahasa Greeka ~ nilai dari kata “salib” adalah 777. Itu menarik,
kan? Sekarang, jika kita jumlahkan nilai dari huruf-huruf dalam kata “Yesus”
Ἰησοῦς [Iēsous], nilainya
adalah 888. Dan jika kita jumlahkan huruf-huruf dalam bahasa Greeka ~ kita
tidak bermain curang, kita tidak mengaplikasikan huruf Greeka ke bahasa
Inggris, atau huruf Latin ke bahasa Itali. Tidak, kita memakai nama
dalam bahasa yang sama, dengan sistem penomoran bahasa tersebut. Kata παράδοσις [paradosis] yang berarti “tradisi”, nilai
angkanya adalah 666. Menarik, bukan, kata “tradisi” ini?
Now how do we
find the numerical value of the name of the Beast? Allow me to read from a few
versions here what we need to do in order to determine the number of his
name. I want to read from the Living Bible. I don’t normally read from
paraphrases but this paraphrase I believe is very, very faithful to the
original text, to the meaning of the original text. Notice what the Living
Bible says: Rev 13:18 speaks about counting the name of
the Beast and the name has a number. It says, and this is a translation “Here is a puzzle
that calls for careful thought to solve it. Let those who are able, interpret
this code: the numerical values of the letters in his name add to 666.”
Get that? The
numerical values of the letters in his name add to 666!
Sekarang,
bagaimana kita menemukan nilai angka dari nama Binatang itu? Izinkan saya
membaca dari beberapa versi di sini, apa yang harus kita lakukan untuk
menentukan angka dari namanya. Saya ingin membaca dari Alkitab terjemahan
Living Bible. Biasanya saya tidak membaca Alkitab jenis parafrase [=
mempermudah dengan memakai kata-kata lain yang lebih sederhana dari aslinya],
tetapi parafrase yang ini, menurut hemat saya, adalah amat sangat mirip dengan
teks orisinalnya, sangat mirip dengan makna teks aslinya. Perhatikan apa
kata Living Bible tentang Wahyu 13:18, yang berbicara mengenai cara menghitung
nama Binatang itu dan bahwa nama itu ada bilangannya. Begini bunyinya, dan
inilah terjemahannya: “Ini adalah suatu
teka-teki yang membutuhkan pemikiran yang seksama untuk memecahkannya. Biarlah
mereka yang sanggup, menginterpretasikan kode ini: nilai angka dari huruf-huruf
namanya, berjumlah 666.”
Bisa menangkap?
Nilai angka dari huruf-huruf namanya berjumlah 666!
Not as the way
the New English Bible which is kind of a dynamic translation of the Bible. The
New English bible says: “The number represents a man’s name, and the
numerical values of its letters is six hundred and sixty six.”
Even the Roman
Catholic Douay version has a footnote that says this: “The numeral
letters of his name shall make up this number.” So even the Roman Catholic version says what you
have to do is find the number value of the letters of his name, and then
you’ll know what the number of his name is.
Tidak seperti
cara New English Bible yang adalah terjemahan Alkitab yang rada dinamis. Terjemahan
NEB berbunyi: “Angka tersebut mewakili nama seorang manusia, dan
nilai angka dari huruf-hurufnya adalah 666.”
Bahkan di
terjemahan versi Douay, Alkitab milik Roma Katolik terdapat catatan kaki
seperti ini: “Huruf-huruf angka dari namanya merupakan angka
ini.” Jadi bahkan versi
Roma Katolik berkata, apa yang harus dilakukan adalah, temukan nilai angka dari
huruf-huruf namanya, dan Anda akan tahu bilangan/angka namanya itu.
I want you to
notice another characteristic of this Beast with this number. Notice Rev
13:18 “Here
is wisdom, let him who has understanding, calculate the number of the Beast,
for it is the number of a man. His number is 666.” Now, let me tell you something about that
expression: “it is a number of a man”. Really, the word “man”
has an indefinite article “a” but that is not in the original language. It can
be translated, “it is a number of man”. This
is a system that is centered in man.
By the way, isn’t
it interesting that many of these Antichrist passages have the emphasis upon
man, for example, the Little Horn has eyes like a man, this system has the
number of a man, and the one who sits in the temple of God is the man of sin.
In other words this is a system that centers on man, that majors on man,
it claims the prerogatives of God, but it brings honor and glory to man.
Perhatikan
karakteristik yang lain dari Binatang dengan angka ini. Perhatikan Wahyu 13:18 “Yang penting di sini
ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan
binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan
bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.”
Sekarang, izinkan
saya memberitahu Anda mengenai ungkapan ini: “bilangan seorang manusia”. Perkataan “manusia”
didahului oleh kata bilangan “seorang”, tetapi kata ini tidak terdapat
dalam tulisan aslinya. Jadi seharusnya diterjemahkan “bilangan itu
adalah bilangan manusia.” Jadi, sistem ini berpusat pada manusia.
Tidakkah ini
menarik, bahwa banyak dari tulisan-tulisan mengenai Antikris ini menekankan
pada manusia, misalnya: si Tanduk Kecil memiliki mata seperti manusia, sistem
ini memiliki angka manusia, dan yang duduk di Bait Allah adalah manusia
durhaka. Dengan kata lain, ini adalah suatu sistem yang berpusat pada manusia,
titik pusatnya manusia, sistem ini mengklaim hak prerogatif Tuhan, tetapi
sistem ini membawa kehormatan dan kemuliaan bagi manusia.
Now, we want to
ask a question. What language should we use to determine the value of
letters of the name? Well, you say how do we know which language to use, should
we use the Greek number system to determine the meaning of the name? Should we
use the Hebrew system to value the letters, should we use the Latin system to
value the letters, how do you know which number system to use to determine the
numerical value of the name. Well, the fact is, there is no doubt
whatsoever, that we need to use the Latin as
the language to determine the number and the name of this Beast. And
you say, “Why Latin?” Well, for a very simple reason. You remember that there
was a dragon in Rev 12 that tried to kill the Child as soon as the Child was
born. Let me ask you, what empire was ruling at that time? It was Rome.
Sekarang,
pertanyaan: Bahasa apa yang harus kita pakai untuk menentukan nilai dari
huruf-huruf nama itu? Nah, Anda berkata, mana kami tahu harus memakai bahasa
apa, apakah kami harus memakai sistem angka Greeka untuk menentukan arti nama
itu? Apakah kami harus memakai sistem Ibrani untuk menilai huruf-hurufnya, atau
haruskah kita memakai sistem Latin untuk menilai huruf-hurufnya, dari mana kami
tahu harus memakai sistem penomoran mana untuk menentukan nilai anngka dari
nama itu.
Nah, faktanya
adalah, tidak diragukan lagi, kita harus memakai bahasa Latin
sebagai bahasa untuk menentukan angka dan nama Binatang ini. Anda
berkata, “Mengapa latin?” Karena alasan yang sangat sederhana. Anda ingat ada
seekor naga di Wahyu 12 yang berusaha membunuh Sang Anak begitu Sang Anak
dilahirkan. Coba saya tanya, kerajaan apa yang berkuasa pada waktu itu? Roma!
VICARIUS FILII DEI
Part 5/8 - Stephen Bohr
Then you
read Rev
13:2 and
it says that the
dragon gives his seat and his power and his authority to whom? To the Beast. So let me ask you, where does the Beast receive his authority
from? He receives it from the dragon, and THE DRAGON REPRESENTS SATAN, BUT ALSO WHAT?
ROME! So
in other words, the Beast, the Little Horn, receives their power from Rome. By
the way the
Little Horn also comes from the head of the dragon which is Rome. In other words, this power, the Little
Horn or the Beast are from what nation? They
are Roman powers which means that we must use the system of what? The
system of numbers that was used in Rome. Now let me ask you, what numbers
system was used in Rome?
Kemudian
Anda membaca Wahyu 13:2 dan di sana tertulis bahwa naga itu memberikan kekuatan,
takhta dan kekuasaannya kepada siapa? Kepada Binatang itu. Jadi, pertanyaannya, dari
mana Binatang ini menerima kekuasaannya? Dia menerimanya dari si naga, dan NAGA ITU MELAMBANGKAN SETAN, TETAPI JUGA APA? JUGA
ROMA! Jadi, dengan kata lain, Binatang
itu, si Tanduk Kecil, menerima kekuasaannya dari Roma.
Selain itu, si Tanduk Kecil juga berasal dari
kepala si naga yang adalah Roma. Dengan kata
lain, kekuasaan ini, yang dimiliki si Tanduk kecil atau
Binatang itu, berasal dari bangsa mana? Itu adalah kekuasaan Roma. Berarti kita harus memakai sistem mana? Sistem penomoran yang dipakai Roma. Sekarang, pertanyaan: angka-angka
apa yang dipakai di Roma?
Now allow me
to read you a text from the New Testament to prove that Latin was spoken in the
days of Christ. John 19:20 tells us that Latin was spoken. Don’t you think that
I am just saying, no, they spoke Latin way back then. No. I am not saying that,
the Bible says that Latin was the language of Rome back then. Notice, John
19:20 it says, “Then many of the Jews read this
title, for the place where Jesus was crucified was near the city and it was
written in Hebrew…” what
else? “… Greek…” and what else? In “…Latin.” So did Latin exist in the times of the Roman
empire? Yes, it was the official
language of Rome.
Sekarang, izinkan saya membacakan kalian
suatu teks dari Perjanjian Baru untuk membuktikan bahwa bahasa latin dipakai di
zaman Kristus. Yohanes 19:20 menceritakan kepada kita bahwa bahasa Latin
dipakai saat itu. Jangan berpikir itu hanya kata saya, bahwa mereka memakai bahasa Latin pada zaman
itu, tidak. Bukan saya yang berkata demikian, Alkitab yang mengatakan bahwa
bahasa Latin adalah bahasa Negara Roma pada zaman itu. Perhatikan Yohanes 19:20
yang berkata, “Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu,
sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu
tertulis dalam bahasa Ibrani…” apa lagi? “… bahasa Latin…” apa lagi? “… dan bahasa Yunani.” Jadi apakah bahasa Latin
eksis pada zaman kekaisaran Roma? Ya, itu adalah bahasa resmi Roma.
Let me ask
you, what is the official language of Papal Rome? Portugese? No, the official
language of Papal Rome is Latin which means that his name must be a Latin name,
because it is Roman power and we must use Roman numerals to determine the
number of his name. Are you understanding what I am saying? This is very, very important.
Coba saya tanya, apakah bahasa resmi Roma Kepausan?
Bahasa Portugis? Tidak! Bahasa resmi Roma Kepausan adalah bahasa Latin. Berarti
nama ini haruslah sebuah nama Latin, karena ini adalah zaman kekuasaan Roma,
dan kita harus memakai angka-angka Roma untuk menentukan jumlah angka nama
Binatang itu. Pahamkah kalian apa yang saya katakana? Ini amat sangat penting.
Okay, now
let me just digress a moment here because I want to show you that the number
666 is very closely related to Rome. You know, in antiquity as I was
mentioning, in Hebrew and in Greek, they used letters to denote numbers. And
they did the same thing in Latin, but they changed things around. Whereas in
Greek and in Hebrew, you know, certain there were many, many of letters of the
alphabeth that were equivalent to numbers, it wasn’t so in Latin. In Latin what
they did, was choose 6 Roman numerals to represent all numbers. You say, “No,
Pastor, there were 7. There’s the I, the
V, the X, the L, the C, and the D, right? And the M, so there’s 7, there’s not
6.” Let me tell you, the original system which was developed by the Latin
poets, did not include the M, the M was added in the Middle Ages. The way that
they used to write 1000 was not with an M, I have pictures of this, they would
write 2 D’s side by side, to indicate 1000.
Oke, sekarang saya mau beralih ke subjek yang lain
sejenak karena saya mau menunjukkan bahwa angka 666 itu punya hubungan yang
sangat erat dengan Roma. Kalian tahu, di zaman lalu seperti yang saya katakana,
dalam bahasa Ibrani dan Greeka, mereka memakai abjad sebagai penunjuk angka.
Dan mereka berbuat yang sama dengan bahasa Latin, namun mereka memutarbaliknya.
Jika di bahasa Greeka dan Ibrani, kalian tahu, pasti ada banyak abjad yang
memiliki nilai angka, tidak demikian dalam bahasa Latin. Dalam bahasa Latin apa
yang mereka lakukan adalah mereka memilih 6 angka untuk mewakili semua angka.
Kalian berkata, “Tidak, Pendeta, ada 7. Yaitu huruf I, huruf V, huruf X, huruf
L, huruf C dan huruf D, benar? Lalu huruf M. Jadi ada 7, bukan 6.” Supaya
kalian tahu, sistem asli yang diciptakan oleh penyair-penyair Latin tidak
mengikutsertakan huruf M. Huruf M baru ditambahkan di zaman Abad Pertengahan.
Cara mereka dulu menulis angka 1000 tidak dengan satu M, saya memiliki
gambar-gambar ini, tetapi mereka akan menulis 2 huruf D berdampingan, untuk
menyatakan angka 1000.
And so the
Latin poets established a system where there were 6 letters of the alphabeth
that were equivalent to numbers. And
do you know what’s very interesting? If you add the 6 Roman numerals that were part of the original
system, you’ll have 1+5+10+50+100+500, the total of the Roman numerals is 666.
This would
seem to indicate they were supposed to look for the number 666 somewhere in
Rome. Now the question that comes up is what is the name that this system has,
that this system applies to its leader which is a blasphemous name. I am going
to tell you what the name is. The name is VICARIUS FILII DEI. Do you know what that
expression means, that name means in Latin? VICARIUS FILII DEI, it means Vicar of
the Son of God. See, in Latin when you have an ending in “i”: “FILII” and “DEI” it’s the Genetive, it’s
possessive. So, basically it means vicar or representative or one who takes the
place of the Son of God.
Maka para penyair latin menetapkan suatu system di mana 6
huruf abjad disamakan dengan nilai suatu angka. Dan tahukah kalian apa yang
sangat menarik? Jika kita jumlahkan ke 6 angka Romawi itu yang merupakan bagian
dari sistem yang asli, kita akan mendapat 1+5+10+50+100+500, jumlah dari
angka-angka Romawi itu adalah 666.
Ini mengindikasikan bahwa mereka seharusnya mencari angka
666 itu di dalam Roma. Sekarang, pertanyaan yang muncul adalah, apakah nama
sistem itu, sistem yang mengaplikasikan suatu nama hujat kepada pemimpinnya.
Saya akan memberitahu kalian apa nama itu. Nama itu adalah VICARIUS
FILII DEI. Tahukah kalian apa makna ungkapan ini dalam bahasa
Latin? VICARIUS FILII DEI berarti, Vikar
Anak Allah. Perhatikan dalam bahasa Latin bilamana ada akhiran
“i”: “FILII” and “DEI”
ini adalah bentuk genetif, bentuk
kepunyaan. Jadi pada dasarnya, itu berarti vikar atau wakil, atau seseorang
yang mengambil tempat Anak Allah.
Now, some
people say, “Well you know this is just this name, really it’s not a name given
to the Popes, it’s not an official name of the Popes, it’s just Protestants
that say that that’s the name of the Pope.” Well, I want to go through some
historical evidence to show you that it’s not so. For example, in the Donation of
Constantine ~ I am going to go
through some history now and you might not know a lot of this history, but I
think this is very, very, important. In the Donation of Constantine, we find
the following words, written in this document which I want to talk to you a
little bit more about in a few moments. “As the blessed Peter is seen to have been
constituted Vicar of the Son of God…” blessed Peter was what? Constitued what? “…Vicar of the Son of God…” by the way this was written in Latin and the
expression is VICARIUS FILII DEI, “…on the earth, so the pontiffs who are the
representatives of that same chief of the apostles, should obtain from us and
our empire, the power of a supremacy greater than the clemency of our earthly
imperial serenity is seen to have
conceded to it.”
Nah, ada orang berkata, “Yah, ini kan cuma nama,
sebenarnya ini kan bukan nama yang diberikan kepada Paus, ini bukan nama resmi
Paus, hanya orang Protestan yang berkata bahwa ini adalah nama Paus.” Baiklah,
saya mau membawa kalian ke bukti-bukti sejarah untuk menunjukkan bahwa itu
tidak benar. Misalnya dalam dokumen Donation of Constantine. Saya akan masuk
ke sejarah sekarang, dan mungkin kalian tidak tahu terlalu banyak tentang
sejarah hal ini, tetapi saya anggap ini amat sangat penting. Di dalam Donation
of Constantine kita jumpai kata-kata di bawah ini yang tertulis di dalam
dokumen itu, yang sebentar lagi akan kita bicarakan lebih jauh. “Karena
Petrus yang terberkati ternyata telah diangkat Vikar Anak Allah…” Petrus yang terberkati diapakan? Diangkat
apa? “… Vikar Anak Allah…” Jangan lupa dokumen itu
ditulis di dalam bahasa Latin, dan ungkapan yang dipakai adalah VICARIUS FILII DEI, “…di atas bumi, maka
para pontiff yang ada representatif dari kepala para rasul yang sama, harus
memperoleh dari kami dan kerajaan kami, kuasa supremasi yang lebih tinggi
daripada yang diakui oleh kemurahan kekaisaran duniawi.”
Let me tell
you a few things about the Donation of Constantine. It was actually,
purportedly a letter that was written by Constantine the Great the emperor to
Pope Sylvester I. And if you read the Donation of Constantine, you’ll see that
Constantine apparently gave temporal power to the Pope, he practically gave the
Pope unlimited temporal or political power in the Donation of Constantine.
Saya akan memberitahu kalian beberapa hal mengenai
Donation of Constantine ini. Sebenarnya ini adalah suatu surat yang menurut
asumsi ditulis oleh kaisar Constantine Agung, kepada Paus Sylvester I. Dan jika
kalian membaca Donation of Constantine, kalian akan melihat bahwa Constantine
nyata-nyata telah memberikan kuasa duniawi kepada Paus, dia nyaris memberi Paus
kuasa duniawi atau kuasa politis yang tidak terbatas di dalam dokumen Donation
of Constantine ini.
Now, it’s
interesting that this document was known as early as the 9th century
AD, but beginning with the 11th century AD, it began to be used by
the Popes in order to prove that they have the right to govern not only in
religious affairs but they have the right to govern in political affairs as
well because they used the forgery, they said that Constantine sancted this as
the emperor and he told us that we could govern not only in religious affairs
but also in civil affairs.
Nah, adalah fakta yang menarik bahwa dokumen ini sudah
diketahui keberadaannya sejak abad ke-9 AD, tetapi pada awal abad ke-11 AD,
dokumen ini mulai dipakai oleh para Paus untuk membuktikan bahwa mereka
memiliki hak untuk menguasai bukan saja masalah kerohanian, tetapi mereka
memiliki hak untuk menguasai masalah politik juga karena mereka memakai dokumen
palsu ini yang mengatakan bahwa Constantine telah meneguhkan ini sebagai
kaisar, dan dia memberitahu kami (para Paus) bahwa kami boleh berkuasa bukan
saja dalam hal kerohanian tetapi juga dalam hal sipil.
Well, the
authencity of the Donation of Constantine was questioned, beginning in the 15th
century, when literary criticism began to grow. A man by the name of Nicholas of Cusa was the first to really
say, “You know, there’s something in
this that shows this doesn’t go….”
Nah, keaslian dokumen Donation of Constantine
dipertanyakan, sejak abad ke-15, ketika kekritisan literatur mulai tumbuh.
Seorang yang bernama Nicholas of Cusa adalah yang pertama berkata, “Kalian
tahu, ada sesuatu dalam dokumen ini yang menunjukkan bahwa ini tidak cocok.
VICARIUS FILII DEI
Part 6/8 - Stephen Bohr
It’s a
forgery from much later.
And then a
scholar by the name of Lorenzo Valla,
decided that he would do a very meticulous historical study of the Donation of Constantine, and he
showed beyond any reasonable doubt that this
document was a total forgery that was used TO
TRY AND SUSTAIN THE TEMPORAL CLAIMS OF THE ROMAN CATHOLIC PAPACY.
By the way,
the Papacy did not enjoy the work of Laurentius Valla, because in 1559 the
Roman Catholic Inquisition put his book on the index of forbidden books.
Ini adalah
pemalsuan dari zaman yang lebih baru.
Lalu seorang
pakar bernama Lorenzo Valla, memutuskan bahwa dia akan
melakukan suatu studi yang teliti dari dokumen Donation of Constantine, dan dia membuktikan tanpa keraguan apa pun, bahwa dokumen
ini adalah PEMALSUAN YANG DIPAKAI OLEH KEPAUSAN ROMA KATOLIK UNTUK
MENCOBA DAN MEMPERTAHANKAN KLAIM-KLAIM KEKUASAAN DUNIAWINYA.
Perlu
diketahui, Kepausan tidak menyukai karya Laurentius Valla ini, karena di
tahun1559, Inkuisisi Roma Katolik memasukkan bukunya [buku tulisan Laurentius
Valla] ini dalam daftar buku-buku terlarang.
Well, some
Catholic theologians say, well, you know, this was a forgery. You can’t say
that because this document used the name Vicarius Filii Dei, and it says that
this title was given to Peter and it was given to his successors, you can’t say
that that is the official title of the Roman Catholic Papacy, when it is a
forgery.
But the fact is, folks, this
document, EVEN THOUGH IT WAS A FORGERY, WAS USED AT
LEAST BY 10 POPES AND PANNED OFF AS AUTHENTIC IN THE ROMAN CATHOLIC CHURCH. In
other words, even though it is a forgery they say, it is definitely true. For
hundred of years they actually used the wording of the Donantion of Constantine
to defend the temporal power of the Roman Catholic Papacy.
Nah,
beberapa theologia Katolik berkata, “Nah, kita tahu ini [dokumen Donation of Constantine]
adalah palsu. Karena itu Anda tidak bisa mengatakan karena dokumen itu memakai
nama Vicarius Filii Dei dan mengatakan bahwa gelar ini diberikan kepada Petrus,
dan diberikan kepada penerus-penerusnya, Anda tidak bisa mengatakan bahwa ini
adalah gelar resmi dari Kepausan Roma Katolik, karena dokumen ini palsu”.
Tetapi, faktanya saudara-saudara, dokumen ini [= Donation of Constantine]WALAUPUN ITU PALSU, TETAPI DIPAKAI OLEH SEKURANG-KURANGNYA 10 ORANG PAUS,
DAN DISODORKAN SEBAGAI DOKUMEN YANG ASLI DI DALAM GEREJA ROMA KATOLIK.
Dengan kata
lain, mereka berkata walaupun ini adalah suatu dokumen yang palsu, tetapi
isinya sungguh benar. SELAMA RATUSAN TAHUN MEREKA BETUL-BETULMEMAKAI KATA-KATA DARI DONATION OF CONSTANTINE UNTUK MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN TEMPORAL KEPUASAN ROMA KATOLIK.
By the way, this
title Vicarius Filii Dei was incorporated into the official Roman Catholic
Canon Law, in what is known
as Gratian’s
Decretals which was published in 1140. And
this is an official document of the Roman Catholic church. Canon Law is the law
of the Roman Catholic church and that language from the Donation of Constantine was
incorporated into the Decretals
of Gratian. Which means that IT BECAME OFFICIAL IN ROMAN CATHOLICISM, IN
OTHER WORDS IT IS AN OFFICIAL TITLE.
Ketahuilah, gelar Vicarius Filii Dei ini, sudah dimasukkan ke
dalam Canon Law resmi Roma Katolik, dan dikenal
sebagai Dekrit Gratian yang diterbitkan tahun 1140. Dan ini adalah dokumen resmi dari gereja
Roma Katolik. Canon Law adalah peraturan [undang-undang] dari gereja Roma
Katolik. Dan bahasa dari Donation of Constantine ini dimasukkan ke
dalam Dekrit Gratian. Berarti, GELAR
TERSEBUT MENJADI RESMI DI AJARAN ROMA KATOLIKISME, DENGAN KATA LAIN ITU [GELAR
VICARIUS FILII DEI] ADALAH
GELAR YANG RESMI.
By the way, the
title is also used by Cardinal Henry Edward Manning, in his book The Temporal Power of the Vicar of Jesus Christ, which
he wrote in the year 1862. Actually, at his time, none of the
nation in Europe wanted anything to do with the Roman Catholic Papacy.
And so Manning wrote this book to scold the nations of Europe because they did
not support the Papacy after the French Revolution when the Papacy received the
deadly wound. So, I would like to read his statement where he was castigating
the nations of Europe for abandoning the Papacy. He said this: “See this Catholic Church, this church of God, feeble and weak,
rejected even by the very nations called Catholics. There is Catholic France,
and Catholic Germany, and Catholic Italy giving up this exploded figment of the
temporal power of the Vicar of Jesus Christ…”
In other words, they
are giving up this concept of Jesus Christ, the
Vicar of Jesus Christ ~ “… and so, because the church seems weak…” and
now, listen to this ~ “… and THE
VICAR OF THE SON OF GOD…” by the way, that is Vicarius
Filii Dei ~ “… THE
VICAR OF THE SON OF GOD is renewing the Passion of his Master upon
earth, therefore we are scandalized, therefore we turn our
faces from him.” (p. 141-142) He is saying, “we turn our faces from the Vicar of the Son of God,” which was the Pope that was ruling in his
day.
Ketahuilah, gelar ini juga dipakai oleh Uskup Henry Edward
Manning, dalam bukunya The Temporal Power of the Vicar of Jesus Christ, yang dia tulis di tahun 1862. Sebenarnya,
di zamannya, bangsa-bangsa di Eropa tidak mau punya hubungan apa pun dengan
Kepausan Roma Katolik. Maka Manning menulis bukunya ini untuk menegur
bangsa-bangsa di Eropa ini karena mereka tidak mau mendukung Kepausan setelah
Revolusi Perancis ketika Kepausan menerima luka parahnya. Jadi, saya ingin
membacakan pernyataannya dimana dia mengritik bangsa-bangsa di Eropa karena
mereka telah meninggalkan Kepausan. Begini katanya: “Lihatlah Gereja Katolik ini, gereja Tuhan ini, lemah dan tidak berdaya,
ditolak bahkan oleh bangsa-bangsa yang mengaku katolik. Ada Perancis Katolik,
dan Jerman Katolik, dan Itali Katolik, meninggalkan kekuasaan temporal dari
Vikar Yesus Kristus yang telah meletus menjadi figmen…” Dengan kata lain mereka meninggalkan konsep
ini dari Yesus Kristus, yaitu konsep Vikar dari Yesus Kristus, “…dan dengan demikian, karena gereja
tampaknya lemah…” dan
sekarang, dengarkan ini: “… dan VIKAR
DARI ANAK ALLAH…” jangan lupa ini adalah Vicarius Filii Dei “…VIKAR DARI ANAK ALLAH sedang mengalami kembali Penderitaan dari
Tuhannya di atas bumi, oleh karena itu kita merasa bahwa itu adalah suatu
skandal, itulah sebabnya kita memalingkan wajah darinya.” (hal 141-142). Dia berkata, “kita memalingkan wajah dari
Vikar Anak Allah” yang adalah Paus yang berkuasa pada zamannya.
Then he
continued saying in his book speaking about the growing temporal power of
the Papacy under the Popes Gregory I, Leo III, Gregory VII and Alexander III,
he says, “At this time, the power of the Pope, the temporal power of the Pope became
a dogma, a law of conscience and axiom of the reason of theological certainty.” And then he said this, “So
that I may say there never was a time when the temporal power of the VICAR OF THE SON OF
GOD…” there is the
same title again! “... the temporal power of the Vicar of the
Son of God, though assailed as we see it, was more firmly rooted throughout the whole Unity of the Catholic church and convictions of its
members...” (page 231).
By the way the title is also
in the prestigeous Roman Catholic Dictionary or Encyclopedia,
called Prompta Bibliotheka, written or
prepared by Lucius Ferraris.
Lalu
lanjutnya dalam bukunya, berbicara mengenai berkembangnya kekuasaan duniawi
dari Kepausan di bawah Paus Gregory I, Leo III, Gregory VII dan Alexander III,
dia berkata, “Pada
saat ini, kekuasaan Paus, kekuasaan duniawi Paus menjadi suatu dogma, suatu
hukum bagi hati nurani dan aksion dari pemikiran kepastian teologia.” Lalu dia berkata begini, “Jadi, bisa saya katakan, tidak
pernah ada suatu waktu ketika kekuasaan duniawi dari VIKAR ANAK ALLAH…” gelar itu disebut lagi! “… kekuasaan
temporal dari Vikar Anak Allah, walaupun diserang sebagaimana telah kita
saksikan, lebih mengakar
daripada sekarang di
seluruh kesatuan dari gereja Katolik dan keyakinan anggota-anggotanya...” (hal 231).
Ketahuilah, gelar ini juga ada di dalam Kamus atau
Ensiklopedia Roma Katolik yang
dihormati, yaitu Prompta Bibliotheka,
ditulis atau disiapkan oleh Lucius Ferraris.
I’d like to
read to you an interesting statement from a book by John Paul II, called “Crossing the Threshold of Hope” a
very, very popular book. This is what he says ~ I think it is page 7 of his
book, actually it’s, … he says this, actually it’s page 3. He says, “The
leader of the Catholic church is defined by the faith as the VICAR OF JESUS
CHRIST (and is accepted as such by believers).” And then John Paul II says this: “The Pope is considered the man on earth who
represents the Son of God… ” is that not what a “Vicar” is?
Someone who represents someone? Yes! And now, notice, who what? “… who ‘TAKES THE PLACE’ of the Second Person of
the omnipotent God of the Trinity.” What is he saying? THE POPE OCCUPIES THE PLACE OF JESUS CHRIST, and actually represents Jesus Christ, taking
His place.
Saya ingin
membacakan suatu pernyataan yang menarik dari buku yang ditulis oleh Paus
Yohanes Paulus II, berjudul “Crossing the Threshold of Hope” [= Melangkahi Ambang Harapan],
suatu buku yang amat sangat terkenal. Inilah yang dikatakannya ~ saya rasa ada
di halaman 7 dari bukunya, yang benar adalah halaman 3, dia berkata demikian: “Pemimpin Gereja Katolik didefinisikan
oleh iman sebagai VIKAR YESUS KRISTUS (dan
ini diterima oleh umat percaya).” Lalu Yohanes Paulus II berkata
demikian: “Paus dianggap sebagai manusia
di dunia yang mewakili Anak Allah…” apakah itu bukan seorang “Vikar”?
Seseorang yang mewakili orang lain? Ya!
Dan sekarang, perhatikan, yang bagaimana? “… yang MENGAMBIL TEMPAT dari Pribadi Kedua dari
Allah Trinitas yang Mahakuasa.” Apa
katanya? PAUS MENDUDUKI TEMPAT DARI YESUS KRISTUS, dan benar-benar mewakili Yesus Kristus dengan
mengambil tempatNya.
By the way,
one of the great patristic scholars, an expert in the writings of the church
fathers in the Roman Catholic church was Johannes
Quasten. Even today, if you ask the Roman Catholic, who the standard
was when it comes to the writings of the church fathers, the name of Johannes
Quasten will come up. Notice what he had to say: “The title Vicarius Christi (that is Vicar of Christ) as well as the title Vicarius Filii Dei is
very common as the title….” of what? “… as
the title of the Pope.”
Ketahuilah,
salah seorang dari pakar-pakar hebat yang mempelajari tulisan para bapak gereja
Roma Katolik, adalah Johannes Quasten. Bahkan jika kita
bertanya kepada gereja Roma Katolik siapa yang dijadikan standar dalam hal
tulisan bapak-bapak gereja, nama Johannes Questen pasti akan muncul. Perhatikan
apa yang dia katakan, “Gelar Vicarius Filii Christi (artinya Vikar dari Kristus)
maupun gelar Vicarius Filii Dei adalah sangat umum sebagai…” gelar siapa? “… sebagai gelar Paus.”
Now, for
some time after this we are saying that this title Vicarius
Filii Dei, was on the papal tiara or on the papal mitre. Now the people today
look at the mitre and they look at the tiara and they say, “The name Vicarius
Filii Dei is not on there.” And so the Roman Catholic church has said it was
never on there.
Nah, selama
beberapa waktu setelah ini, kami berkata bahwa gelar Vicarius Filii Dei ini terdapat
di tiara [= mahkota susun 3] Paus atau di mitre [= topi panjang] Paus. Sekarang
ini orang-orang melihat ke mitre dan mereka melihat ke tiara dan mereka berkta,
“Nama Vicarius Filii Dei tidak ada kok di sana.” Maka gereja Roma Katolik
berkata, bahwa memang itu tidak pernah ada di sana.
VICARIUS FILII DEI
Part 7/8 - Stephen Bohr
I want to
share a statement from the
Great Controversy page
61 where Ellen White explains what happened to several of the records that were
kept there in the period of the Middle Ages. Actually they were not preserved,
they were destroyed. Notice what she says, “Rome endeavored also to destroy every record of her cruelty toward dissenters.
Papal councils decreed that books and writings containing such records should
be committed to the flames. Before the invention of printing, books were few in
number and in a form not favorable for preservation; therefore there was little
to prevent the Romanists from carrying out their purpose.”
Saya mau
membagikan pernyataan dari buku The Great Controversy halaman 61 di mana Ellen
White menjelaskan apa yang terjadi kepada beberapa rekor (catatan) yang
disimpan di sana selama zaman Abad Pertengahan. Ternyata, rekor-rekor itu tidak
dipelihara, rekor-rekor itu dihancurkan. Perhatikan apa katanya: “Roma juga berusaha keras untuk
menghancurkan setiap rekor (catatan) dari kekejamannya terhadap orang-orang
yang menolak ajarannya. Konsili-konsili Kepausan mengundang-undangkan bahwa
buku-buku dan tulisan-tulisan yang berisi rekor-rekor ini harus diserahkan
untuk dibakar. Sebelum percetakan diciptakan, hanya ada sedikit sekali buku dan
adanya dalam bentuk yang tidak mudah dipertahankan; karena itu tak banyak yang
bisa mencegah orang-orang Roma dari melaksanakan keinginan
mereka.”
I want to read
you a couple of statements from Our
Sunday Visitor. It is actually
a very important publication. It is the main publication of the
Archdiocese of Baltimore, or at least it was. In the edition of November 15, 1914, and by the way, I have
copies of both of these that I am going to read now, so this is something that
I have in my possession, in my files. The question was asked Nov 15, 1914, and
this is the question: “Is it true that the words of the Apocalypse in
the 13th chapter, 18th verse, refer to the Pope?” Now, here’s the
answer given in this Roman Catholic publication: “The words referrred to are
these: ‘Here is wisdom. He that hath understanding, let him count the number of
the Beast, for it is the number of a man. And the number of him is 666.’… ” Now notice this: “…The title of the Pope in
Rome is Vicarius Filii Dei….” This is an official Roman Catholic publication! “…THIS IS INSCRIBED ON HIS
MITRE, and
if you take the letters of his title which represents Latin numerals, and add
them together, they come to 666.”
Saya mau
membacakan dua pernyataan dari Our Sunday Visitor. Ini
adalah publikasi yang sangat penting. Ini adalah publikasi utama dari Keuskupan Tinggi Baltimore, paling tidak
dulunya begitu. Dalam terbitannya 15 Nopember
1914 ~ dan ketahuilah, saya memiliki copy dari keduanya yang akan aya
bacakan sekarang, jadi ini adalah dokumen yang saya miliki dan ada di tangan
saya, di arsip saya. Sebuah pertanyaan diajukan pada 15 Nop 1914, dan inilah
pertanyaannya: “Apakah benar, kata-kata Wahyu pasal 13, ayat 18,
mengacu kepada Paus?” Sekarang, inilah jawaban yang diberikan dalam
publikasi Roma Katolik tersebut: “Kata-kata yang direfer adalah
ini: ‘Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia
menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang
manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.’ GELAR PAUS
DI ROMA ADALAH VICARIUS FILII DEI …” ini adalah publikasi
resmi dari Roma Katolik! “… TULISAN INI TERTULIS DI MITRENYA [di topi panjangnya] dan jika
Anda mengambil huruf-huruf dari gelar ini yang mewakili angka-angka Latin, dan
menjumlahnya semua, mereka mencapai 666.”
In another edition
of Our Sunday Visitor, April
18, 1915, another question was asked, here it is: “What are the
letters supposed to be in the Pope’s crown, and what do they signify if
anything?” Here’s the answer that was given in this publication: “THE LETTERS INSCRIBED IN THE
POPE’S MITRE ARE THESE: VICARIUS FILII DEI…” this is not some Protestants saying this! “… the letters inscribed in the Pope’s mitre
are these: Vicarius Filii Dei, which is the Latin for the Vicar of the
Son of God.” (Vicar means, he
who represents, he who occupies the place, as was defined by John Paul II).
It continues saying: “Catholics hold that the church which is a
visible society, must have a visible head. Christ before His ascension into
Heaven, appointed St. Peter to act as His representative. Upon the death of
Peter, the man who succeeded to the office of Peter as the Bishop of Rome, was
recognized as the head of the church. Hence to the Bishop of Rome, as head of the church, was given the title
‘VICAR OF CHRIST’.”
Dalam terbitan
yang lain dari Our Sunday Visitor, 18 April 1915, pertanyaan lain yang diajukan adalah ini:
“Huruf-huruf yang seharusnya ada di mahkota Paus itu apa, dan apa maknanya jika
ada?” Inilah jawaban yang diberikan di dalam terbitan ini: “HURUF-HURUF
YANG TERCANTUM DI MITRE (TOPI PANJANG) PAUS ADALAH INI: VICARIUS FILII DEI…” ini bukan orang-orang Protestan yang
berkata demikian! “… Huruf-huruf yang tercantum di mitre Paus
adalah ini: Vicarius Filii Dei, yaitu bahasa Latin untuk Vikar dari Anak Allah…” [Vikar artinya, dia yang mewakili, dia
yang menduduki tempat, sebagaimana didefinisikan oleh Yohanes Paulus II). Dia
melanjutkan: “…Gereja Katolik meyakini,
karena gereja adalah suatu perkumpulan yang nampak, harus memiliki kepala yang
nampak. Sebelum kenaikanNya ke Surga, Kristus menunjuk St. Petrus untuk
bertindak sebagai representatifNya. Pada saat kematian Petrus, orang yang
mewarisi jabatan Petrus sebagai Uskup Roma, diakui sebagai kepala gereja.
Dengan demikian KEPADA USKUP ROMA SEBAGAI KEPALA GEREJA, DIBERIKAN
GELAR ‘VIKAR DARI KRISTUS.’”
Now, the
interesting thing is, a Roman Catholic apologist by the name of Patrick
Madrid, contacted Robert Lockwood who was the editor of Our Sunday
Visitor, and said he wanted to take a look at the 1915 issue of Our
Sunday Visitor, and when he contacted Robert Lockwood, he said, “I’m sorry,
but that particular issue is not
available. It has been expunged from the archieves.” Now, let me
tell you folks, if they expunged an incriminating article like that, a whole
issue – not just an article – but a whole issue of Our Sunday Visitor from
their archieves, would it just be very
possible to delete or take away the title Vicarius Filii Dei from the tiara or
from the mitre of the Pope’s crown. Absolutely!
Sekarang, hal
yang menarik adalah, seorang apologist [= orang yang berdebat untuk
mempertahankan atau membenar suatu institusi] Roma Katolik bernama Patrick
Madrid, menghubungi Robert Lockwood yang adalah editor Our Sunday Visitor, dan berkata dia
ingin melihat terbitan 1915 dari Our Sunday Visitor. Dan
ketika dia menghubungi Robert Lockwood, Robert berkata, “Maafkan, tetapi terbitan
itu tidak tersedia. Terbitan itu telah dimusnahkan dari arsip.”
Sekarang,
dengarkan ini saudara-saudara, jika mereka telah memusnahkan suatu artikel yang
memberatkan seperti itu, seluruh terbitan, bukan hanya artikel itu saja,
melainkan seluruh terbitan Our Sunday
Visitor dari arsip mereka, apakah tidak sangat mungkin
untuk menghapus atau melenyapkan gelar Vicarius Filii Dei dari tiara atau topi
panjang mahkota Paus? Pasti!
By the way there
are witnesses from the past who testified they saw the papal tiara or the
mitre with the name Vicarius Filii Dei.
Now it’s true,
that September
16, 1917, and this article was repeated August 3, 1941, of Our Sunday Visitor, the
Roman Catholic church disowned what they have said in the first two
issues. This is what they said: “The
words Vicarius Filii Dei are not the name of the Pope, they do not even
constitute his official title.”
Ketahuilah, di
masa lampau ada saksi-saksi yang telah memberikan kesaksian bahwa mereka sudah
pernah melihat nama Vicarius Filii Dei pada tiara Paus (mahkota susun tiga)
atau mitre (topi panjang) Paus.
Memang benar
bahwa pada 16 September 1917,
dan artikel ini kemudian diulangi lagi pada 3 Agustus 1941 oleh Our
Sunday Visiotr, gereja Roma Katolik menyatakan bahwa mereka tidak mengakui mereka pernah berkata demikian
dalam dua terbitan yang lebih dulu. Inilah kata mereka: “Kata-kata Vicarius Filii Dei
bukanlah nama dari Paus, kata-kata itu bahkan tidak merupakan bagian dari gelar
resminya.”
Now we’ve already
noticed historically that it is his official title and it is officially incorporated and used in
the Donation of Constantine, in Gratian’s Decretals and
also used by Pope John Paul II, it’s used by Cardinal Henry Edward Manning, it’s
used in different sources as an official title. And of course Johannes
Quasten, the renown patristic scholar of the Roman Catholic church says
that it is the official title. So, let me ask you, which issue of Our Sunday
Visitor should we believe?
Sekarang, kita
sudah tahu secara historis ini adalah gelar
resminya dan secara resmi tercantum
dan dipakai di Donation of
Constantine, Dekrit Gratian, dan juga dipakai oleh Paus Yohanes Paulus
II, dipakai oleh Uskup Cardinal Henry Edward Manning, dipakai dalam pelbagai sumber sebagai gelar resmi.
Dan tentu juga Johannes Quasten,
pakar tulisan bapak-bapak gereja Roma Katolik berkata, bahwa ini adalah gelar
resminya. Jadi, saya bertanya, terbitan Our Sunday Visitor yang manakah yang harus kita percayai?
Now, there are
many people these days who choose different names to apply to the number 666,
for example they say “Dux Cleri” which means the head of the clergy, comes out
to 666. Another word “Lateinos” which means latin man, also comes out to 666,
another name “Ludovicus” means chief of the court of Rome, if you add up
the letters in Roman numerals, it also comes up to 666. Actually, the name of
John Paul II in Latin: Yoanes Paulus Secundo also comes out to 666. And
so, they try and find the number 666 in all of these names. But let me tell you
that problem I have with all of these names: none of these names are particularly
blasphemous. Is it blasphemous to speak of the head of the clergy?
No. Is it blasphemous to speak of the chief of the court of Rome?
No. Is the name Yoanes Paulus Secundo particularly blasphemous, his
proper name? Absolutely not. Is the word Lateinos which means Latin man
is that particularly blasphemous? No. The
name which gives the number must be one kind of a name. It must be a blasphemous name, a name
which apparently gives him the right to
claim the perogatives of God and to claim the power of God.
Sekarang, dewasa
ini ada banyak orang yang memilih nama-nama yang berbeda untuk diaplikasikannya
kepada angka 666, misalnya mereka berkata “Dux Cleri” yang artinya Kepala dari Imam, jika ditotal angkanya
666. Kata yang lain adalah “Lateinos” yang artinya orang Latin
juga bila ditotal menjadi 666. Nama yang lain “Ludovicus” yang
adalah kepala dari sidang Roma, jika dijumlah huruf-hurufnya memakai angka
Roma, juga mencapai 666. Malah, nama Yohanes Paulus II dalam bahasa Latin:
Yoanes Paulus Secundo juga mencapai 666. Maka, mereka berusaha menemukan angka
666 ini dalam semua nama tersebut.
Tetapi,
dengarkan, saya punya masalah dengan semua nama ini: tidak ada satu nama pun yang bisa dianggap nama hujat.
Apakah itu menghujat sebagai Kepala Imam? Tidak. Apakah itu menghujat berbicara
tentang Kepala Sidang Roma? Tidak. Apakah nama Yoanes Paulus Secundo itu
menghujat, nama dirinya? Pasti tidak. Apakah kata “Lateinos” yang berarti
manusia Latin itu menghujat? Tidak.
Nama yang jumlahnya 666 haruslah suatu nama yang tertentu. Nama itu haruslah
sebuah nama hujat, nama yang
jelas memberinya kuasa untuk mengklaim hak prerogatif
Tuhan dan mengklaim kuasa Tuhan.
VICARIUS FILII DEI
Part 8/8 - Stephen Bohr
By the way,
do you know who Jesus left on this earth as His representative when He left? It was not the Pope, it was the Holy Spirit.
We find in
in John 14:16-18, here Jesus is speaking: “And I will
pray the Father and He will give you another Helper, that He may abide with you
forever – the Spirit of truth, whom the world cannot receive, because it
neither sees Him or knows Him; but you know Him, for He dwells with you and
will be in you. I will not leave you orphans, I will come
to you.”
So who did
Jesus sent as His representative on earth? The Holy Spirit!
Tahukah
Anda, siapa yang Yesus tinggalkan di dunia ini sebagai representatifNya ketika
Dia pergi? Dia bukanlah Paus. Dia adalah Roh Kudus.
Kita temukan
di Yoh 14:16-18, di sini Yesus berkata: “Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia
tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia.
Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. AKU TIDAK AKAN MENINGGALKAN KAMU SEBAGAI YATIM PIATU. Aku datang
kembali kepadamu.”
Jadi siapa
yang dikirim Yesus sebagai representatifNya di dunia? Roh Kudus!
Now look how
interesting this is. Jesus said, I am going to be the visible Head
and I am going to be in Heaven. The Holy Spirit is going to be the invisible
Head and He is going to be on earth. THE
ROMAN CATHOLIC CHURCH HAS CHANGED THAT AROUND. And they say, “the invisible Head of
the church is in Heaven, Jesus Christ; and the visible head of the church is
the Pope on earth. In this way, the Pope has usurped not only the position
of Jesus Christ, but has usurped the position of the Holy Spirit.
If that isn’t the epitome of blasphemy, I don’t know what is.
Sekarang,
lihat betapa menariknya ini. Yesus berkata, Aku akan menjadi Kepala Gereja yang
nampak dan Aku akan berada di Surga. Roh Kudus akan menjadi Kepala yang tidak
nampak, dan Dia akan berada di bumi.
GEREJA
ROMA KATOLIK MEMUTARBALIKKAN INI. Mereka berkata, “Kepala Gereja
yang tidak nampak ada di Surga, yaitu Yesus Kristus; dan kepala gereja di bumi
adalah Paus. Dengan cara ini, Paus
telah merebut bukan saja hanya kedudukan Yesus Kristus, tetapi telah merebut
posisi Roh Kudus. Jika itu bukan lambang tertinggi dari hujat,
saya tidak tahu lagi apa itu.
By the way,
did you know that the word “Antichrist” is almost synanomous to the
expression “Vikar of the Son of God – Vicarius Filii Dei”? You’d say, “Now, wait a minute, Pastor,
Antichrist means somebody who is against Christ or somebody who is opposed to
Christ.”
That is
possible. But you know, the Greek preposition ἀντί
[an-tee'] also means “to take the place of” or “to substitute for
someone”. Let me give
you some examples. In Greek the word ἀντί βασιλεύς [anti basileus]
means “one who takes the place of the king when the king leaves”.
You are acquainted with the name “Antipas” right? “Antipas”
actually means “one who ruled in place of his father”, he did not rule against
his father, he ruled in place of his father. We have the word “antitype”. Do
you know what the word “antitype” means? It means that would take the
place of “the type”. When the “antitype” comes, you don’t need the “type”
anymore because “the type” is fulfilled. So “antitype” means “that which takes
the place of the type.”
Tahukah Anda
bahwa kata “Antikris” itu nyaris bersinonim dengan ungkapan
“Vikar Anak Allah? – Vicarius Filii Dei”? Anda akan berkata,
“Tunggu, Pendeta, Antikris kan berarti seseorang yang melawan Kristus atau
seseorang yang bertentangan dengan Kristus.”
Itu mungkin.
Tetapi tahukah Anda, kata
depan Greeka ἀντί [an-tee'] juga
berarti “mengambil tempat dari” atau “menggantikan seseorang”. Saya berikan beberapa contoh:
Kata Greeka ἀντί βασιλεύς [anti basileus] berarti “orang yang menggantikan kedudukan raja
pada saat raja pergi.” Anda tentunya kenal nama “Antipas”, bukan? “Antipas”
sesungguhnya berarti “seseorang yang memerintah sebagai pengganti ayahnya”, dia
tidak memerintah melawan ayahnya, dia memerintah menggantikan ayahnya.
Kita tahu
kata “antitipe”. Tahukah Anda apa makna “antitipe” ini? Artinya, dia akan
mengambil tempat “tipe.” Pada waktu “antitipe” datang, kita tidak butuh “tipe”
lagi karena “tipe” sudah digenapi. Jadi “antitipe” berarti “yang menggantikan
tempat tipe.”
So the
question is, what is meant then by the word “Antichrist”?
The word “Antichrist” does not mean
merely “against Christ”, it means the “one who seeks to occupy the place
of Christ.”. Just like
John Paul II said in his book “The Threshold of Hope.”
Jadi,
pertanyaannya adalah, apa yang dimaksudkan dengan kata “Antikris”?
Kata “Antikris” tidak hanya berarti “melawan Kristus”,
dia berarti “orang yang berusaha menduduki tempat Kristus.” Sama seperti yang dikatakan
Yohanes Paulus II dalam bukunya “The
Threshold of Hope.”
I’d like to
finish by reading the statement from the book of Dave Hunt, Global Peace. Now, I disagree
with Dave Hunt almost on everything that he writes. In fact I disagree with his
identity of the Antichrist here, he says, this Antichrist is going to be a
nasty individual who is going to rise in the Middle East when the temple is
rebuilt after the church has been raptured to Heaven. Now, I don’t believe any
of that. I believe that the Antichrist arose in the Middle Ages, and he ruled
for a long period of time. It wasn’t one person, it was a succession of
individuals. But I believe that the portrait that Dave Hunt gives of the
Antichrist is accurate and it applies to a teeth to the Roman Catholic Papacy.
Notice what
he says this is pages 6-8 in his book Global
Peace: “While the Greek prefix ‘anti’ generally means ‘against’ or ‘opposed to’, it can also mean ‘in the
place of’ or ‘a substitute for’. The Antichrist will embody both meanings. He will oppose Christ while pretending to be
Christ... Instead
of a frontal assault against Christianity, the evil one will pervert the church
from within by posing as its founder. He will cunningly misrepresent Christ, while
pretending to be Christ. And by that process of substitution, he will
undermine and pervert, all that Christ truly is...” And now notice what he says: “…if
the Antichrist will indeed pretend to be the Christ, then HIS FOLLOWERS MUST BE ‘CHRISTIANS’! THE
CHURCH OF THAT DAY WILL WITHOUT DISSENTING VOICE, HAIL HIM AS ITS LEADER.”
Saya ingin
mengakhiri dengan membacakan pernyataan dari buku Dave Hunt, berjudul Global Peace.
Nah, saya
tidak sependapat dengan Dave Hunt mengenai nyaris semua yang dia tulis.
Sebenarnya saya tidak sependapat dengan identitas Antikrisnya, dia berkata
bahwa Antikris adalah orang yang sangat jahat yang akan muncul di Timur Tengah
ketika Bait Suci dibangun kembali setelah jemaat diangkat ke Surga. Nah, saya
tidak percaya hal itu sama sekali. Saya percaya bahwa Antikris muncul di Abad
Pertengahan, dan dia telah memerintah untuk waktu yang lama. Dia bukan hanya
satu manusia, tetapi merupakan suksesi dari banyak individu. Tetapi saya
percaya gambaran yang diberikan Dave Hunt tentang Antikris
adalah akurat dan itu pas persis cocok dengan Kepausan Roma Katolik.
Perhatikan
apa katanya, ini di halaman 6-8 di bukunya Global Peace: “Sementara kata depan Greeka ‘anti’ secara umum “melawan’
atau ‘menentang’, dia juga bisa berarti ‘sebagai pengganti’ atau
‘substitusi dari’. Si Antikris akan menghidupkan kedua makna ini. Dia akan melawan Kristus sementara
berpura-pura menjadi Kristus... Si jahat tidak akan menyerang
Kekristenan secara frontal, dia akan bekerja dari dalam dan membawa gereja ke
jalan yang menyimpang dengan menyamar sebagai pendirinya. Dengan liciknya dia
akan salah-menggambarkan Kristus sementara dia menyamar sebagai Kristus. Dan lewat
proses substitusi ini, dia akan menghancurkan dan menyimpangkan ajaran Kristus
yang sebenarnya....” Sekarang
perhatikan apa katanya, “…
Jika Antikris benar-benar menyamar sebagai Kristus, maka PENGIKUT-PENGIKUTNYA
PASTILAH ‘ORANG-ORANG KRISTEN’! GEREJA PADA MASA ITU AKAN MENYEMBAHNYA TANPA
KECUALI SEBAGAI PEMIMPIN MEREKA.
Do you
understand a little bit better now what the number of the Beast is? The
number of the Beast is 666. But that
number is the number of his
what? Of his
blasphemous name, which is Vicarius Filii Dei, where he claims to occupy the position
of God on earth, to occupy the position of Jesus Christ on earth, and to
exercise the power and prerogatives of Jesus of forgiving sins, of
interceding for sinners, of placing kings and deposing kings, of speaking
infallibly in faith and morals, and receiving – you know – people bowing down
to him and calling him “the Holy Father” when Jesus
said, “No one on
this earth should be called ‘Father’, for one is your Father, your God who is
in Heaven.”
Apakah
sekarang kalian lebih mengerti mengenai angka Binatang itu? Angka Binatang itu adalah 666. Tetapi angka
tersebut adalah angka apanya? Angka tersebut adalah angka dari nama hujatnya,
yang adalah Vicarius Filii Dei, dengan mana dia mengklaim
menempati posisi Tuhan di dunia, menempati posisi Yesus Kristus di dunia, dan
melaksanakan kuasa dan hak prerogatif Yesus dalam mengampuni dosa, dan menjadi
perantara bagi orang-orang berdosa, dengan mengangkat dan menurunkan raja-raja,
dengan mengaku infalibel (tidak mungkin bersalah) dalam hal iman dan moral, dan
meneria – Anda tahu – disujudi oleh orang-orang dan menerima dipanggil “Bapa
Suci”, padahal Yesus berkata, ”janganlah kamu menyebut siapa pun
bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.” (Mat 23:9)
Folks, all
of these characteristics clearly show what this power is and God has given us
all these so that we can escape from his power in these last days.
Saudara-saudara,
semua krakteristik ini menunjukkan
kekuasaan apa ini, dan Tuhan
telah memberikan kita semua keterangan ini supaya kita boleh lolos dari
kuasanya di hari-hari akhir sekarang.
Selesai
No comments:
Post a Comment