Monday, February 15, 2016

THE SONG OF MOSES ~ STEPHEN BOHR

THE SONG OF MOSES
A sermon by Stephen Bohr

Dibuka dengan doa.


Please turn in your Bibles with me to the book of Revelation 15:2-3. I am going to ask you to keep your finger when we get to the book of Exodus chapter 14, just keep that part of your Bible marked because most of the time we are going to be in the first 14 chapters of the book of Exodus.

Silakan membuka Alkitab kalian bersama saya ke kitab Wahyu 15:2-3. Kalau nanti kita berada di kitab Keluaran pasal 14, saya minta kalian meletakkan jari kalian di sana, tandailah Alkitab kalian di sana, karena sebagian besar pembahasan kita akan berada di 14 pasal yang pertama dari kitab Keluaran.


Anyway, Revelation 15:2-3, it’s speaking here about the 14’000 those are the group who will be alive on planet earth when Jesus returns. In other words they will not go through the experience of physical death. They will be translated from among the living. And it’s interesting to notice how the victory of this group is described in Revelation 15:2-3. And I read, And I saw something like a sea of glass mingled with fire, and those who have the victory over the beast, over his image and over his mark and over the number of his name, standing on the sea of glass, having harps of God. 3They sing the song of Moses, the servant of God, and the song of the Lamb, saying:  ‘Great and marvelous are Your works, Lord God Almighty! Just and true are Your ways, O King of the saints!’”
Many years ago while I was reading these verses, something struck me which I had a question about for quite a period of time. And that is, that if this is speaking about the final deliverance of those who will be alive when Jesus comes, why would they sing the song of Moses? What does Moses have to do with the final deliverance? I mean, Moses lived in the Old Testament, 1400 years before the birth of Jesus. So why would these people sing the song of Moses and the Lamb, why not just the song of the Lamb? Why would Moses be included here?

Nah, Wahyu 15:2-3, ini berbicara tentang ke 144’000, ini adalah kelompok yang akan tetap hidup di planet bumi pada saat Yesus datang. Dengan kata lain mereka tidak akan mengalami kematian fisik. Mereka akan diubahkan dari antara orang-orang yang hidup. Dan yang menarik adalah bagaimana  kemenangan kelompok ini digambarkan di Wahyu 15:2-3. Saya baca,  Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan mereka yang telah mengalahkan binatang itu, dan patungnya, dan tandanya, dan bilangan namanya, berdiri di atas laut kaca, pada mereka ada kecapi Allah. 3 Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa,  hamba Allah, dan nyanyian  Anak Domba, bunyinya: ‘Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja semua orang saleh! [NKJV yang diindonesiakan].
Bertahun-tahun yang lalu ketika saya membaca ayat-ayat ini, untuk waktu yang cukup lama suatu pertanyaan muncul di benak saya. Dan pertanyaan itu adalah, jika ini berbicara tentang penyelamatan terakhir atas mereka yang sedang hidup pada waktu Yesus datang, mengapa mereka menyanyikan nyanyian Musa? Apa kaitannya Musa dengan penyelamatan yang terakhir? Maksud saya, Musa hidup di Perjanjian Lama, 1400 tahun sebelum kelahiran Yesus. Jadi mengapa orang-orang ini menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba, mengapa tidak hanya nyanyian Anak Domba saja? Mengapa Musa diikutkan di sini?


So what I decided was that I would take a closer look at this issue of the song of Moses and the Lamb. And what I discovered is that in the story of the deliverance of Israel from Egypt, when they left and when the Red Sea was dried up and they were delivered from the Egyptians, we have a whole symbolic portrayal of that which is going to happen with God’s people at the very end of time. In other words, what happened in the days of Moses is going to happen again at the end of time. And it is not only the song that is parallel, in other words just as the  song of Moses was sung back there, we are going to sing the song of the Lamb at the end, it’s not only the song which is parallel, but a whole series of events that lead up to this singing of the song are actually typological and illustrative of what’s going to happen at the end of time. In other words we need to study the whole story of the exodus, from Exodus chapter 2 through Exodus chapter 15 and we are going to see a pattern, we are going to see a sequence of events and movements which will be symbolic of what’s going to take place in the same order in connection with the time of trouble and the second coming of Jesus Christ.

Jadi saya memutuskan untuk mempelajari lebih dalam tentang isu nyanyian Musa dan Anak Domba ini. Dan apa yang saya temukan adalah, dalam kisah penyelamatan bangsa Israel dari Mesir, ketika mereka meninggalkan Mesir dan ketika Laut Merah dikeringkan dan mereka diselamatkan dari bangsa Mesir, kita melihat suatu gambaran simbolis yang utuh dari apa yang akan terjadi pada umat Tuhan pada masa akhir zaman. Dengan kata lain, apa yang terjadi di zaman Musa akan terulang lagi pada akhir masa. Dan bukan hanya nyanyiannya saja yang paralel, dengan kata lain, sebagaimana nyanyian Musa dinyanyikan pada waktu itu, kita juga akan menyanyikan nyanyian Anak Domba pada akhirnya, tapi bukan hanya nyanyiannya saja yang paralel tetapi seluruh rangkaian peristiwa yang berakhir dengan dinyanyikan nyanyian tersebut adalah tipologi dan ilustrasi dari apa yang akan terjadi pada akhir masa. Dengan kata lain, kita perlu mempelajari seluruh cerita eksodus, dari Keluaran pasal 2 hingga pasal 15, dan kita akan melihat suatu pola, kita akan melihat suatu rangkaian peristiwa dan kegiatan yang merupakan simbol dari apa yang akan terjadi menurut urutan yang sama, sehubungan dengan masa kesukaran dan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya.


Now, like I mentioned, today we’re going to just deal with the historical type. We are only going to deal with the Old Testament story, but it is a vital significance that we listen and follow along very carefully with all of the sequence of details in this historical type, because in our second part of this presentation, which will be the song of the Lamb, we will notice that history is going to repeat itself all over again but on a very broad worldwide stage.

Nah, seperti yang sudah saya singgung, hari ini kita hanya akan membahas tipe historisnya. Kita hanya akan membahas cerita dari Perjanjian Lama, tetapi ini adalah sangat penting bagi kita untuk mendengarkan dan mengikuti dengan sangat teliti semua urutan detail-detail dalam tipe historis ini karena dalam pembahasan kita yang kedua nanti mengenai nyanyian Anak Domba, kita akan melihat bahwa sejarah akan terulang lagi tetapi pada skala yang sangat luas yang mendunia.


Now, the first thing that I would like us to notice if you’d go with me to Exodus 2:23-25, is that the children of Israel, God’s people, were in bondage to the Egyptians. Exodus 2:23-25, you see, they were in bondage to Egypt, they were servants of Pharaoh. And God wanted them to be His servants, so it was necessary for God to deliver His people from bondage. Notice how this bondage is described in Exodus 2:23: “Now it happened in the process of time that the king of Egypt died. Then the children of Israel groaned because of the bondage, and they cried out; and their cry came up to God because of the bondage. 24 So God heard their groaning, and God remembered His covenant with Abraham, with Isaac, and with Jacob. 25 And God looked upon the children of Israel, and God acknowledged them.”
So we find God’s people groaning, moaning, crying out to God for deliverance, from this taskmaster Pharaoh who has them enslaved. They want to be delivered but they have no power to deliver themselves, and so they cry out to God to deliver them so that they can serve the Lord.

Nah, hal pertama yang saya ingin kita perhatikan jika kita ke Keluaran 2:23-25 adalah bahwa bangsa Israel, umat Tuhan, berada di bawah perbudakan Mesir. Keluaran 2:23-25. Kalian lihat, mereka berada di bawah perbudakan Mesir, mereka adalah hamba-hamba Firaun. Dan Tuhan menginginkan mereka menjadi hamba-hambaNya, maka Tuhan perlu menyelamatkan umatNya dari perbudakan. Perhatikan bagaimana perbudakan ini digambarkan di Keluaran 2:23: Dengan berlalunya waktu, matilah raja Mesir. Kemudian orang Israel mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, dan seruan mereka karena perbudakan itu sampai kepada Allah. 24 Maka Allah mendengar mereka mengerang, dan Allah mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. 25 Maka Allah memberikan perhatianNya kepada bangsa Israel, dan Allah mendengarkan mereka.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi kita dapati umat Tuhan sedang mengerang, mengeluh, berseru kepada Tuhan minta diselamatkan dari majikan Firaun yang telah memperbudak mereka. Mereka minta diselamatkan tetapi mereka tidak berdaya menyelamatkan diri mereka sendiri, maka mereka berseru kepada Tuhan agar Tuhan menyelamatkan mereka supaya mereka boleh melayani Tuhan.


Now it’s interesting to notice according to Scripture who was the task master of Israel, who they were in bondage to. Yes they were in bondage to the Egyptians in general terms but they were in bondage specifically to Pharaoh.
Now, notice in Ezekiel 29, by the way don’t lose your place there in Exodus because we are going to come back to Exodus constantly. Ezekiel 29:3 we have a description of this individual  that Israel was in bondage to. It says there in Ezekiel 29:3 and I am reading this text from the KJV. Speak, and say, ‘Thus saith the Lord GOD; Behold, I am against thee, Pharaoh king of Egypt, the great dragon…”  what is Pharaoh called?   “…the great dragon…”  is that title used in any other place in Scripture? It is used in Revelation 12 where it says that the dragon was enraged with the woman. And so it continues saying,   “…Pharaoh king of Egypt, the great dragon that lieth in the midst of his rivers, which hath said, My river is mine own, and I have made it for myself.’”
So Israel is in bondage to the Egyptians, and their taskmaster or their leader in this bondage is called “the great dragon”. And of course Israel needs to be delivered. But they can’t deliver themselves, they have no weapon they have no power. And that’s the reason why they cried out to God, they are searching for deliverance from the Lord.

Yang menarik adalah, menurut Firman Tuhan, siapakah majikan Israel, siapa yang memperbudak mereka? Betul mereka diperbudak bangsa Mesir secara umum, tetapi khususnya mereka diperbudak oleh Firaun.
Sekarang perhatikan di Yehezkiel 29 ~ jangan lupa, jangan kehilangan tanda kalian di kitab Keluaran karena kita akan terus-menerus kembali ke Keluaran. Di Yehezkiel 29:3 ada suatu deskripsi tentang individu yang memperbudak Israel ini. Dikatakan di Yehezkiel 29:3 dan saya membaca teksnya dari KJV:  “Berbicaralah dan katakan: ‘Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Firaun, raja Mesir, naga yang besar…’”  Firaun disebut apa?   “…naga yang besar…”  apakah sebutan itu dipakai di tempat lain dalam Firman Tuhan? Sebutan itu dipakai di Wahyu 12 di mana dikatakan   “…Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu…”
Dan selanjutnya dikatakan, “…Firaun, raja Mesir, naga yang besar, yang berbaring di tengah sungai-sungainya, yang berkata: Sungaiku aku punya, aku yang membuatnya untuk diriku sendiri. [KJV yang diindonesiakan]
Jadi Israel berada di bawah perbudakan Mesir, dan majikan mereka atau pemimpin mereka dalam perbudakan ini disebut “naga yang besar”. Maka tentu saja Israel perlu diselamatkan. Tetapi mereka tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri, mereka tidak memiliki senjata, mereka tidak punya kekuasaan. Dan itulah alasannya mengapa mereka berseru kepada Tuhan, mereka sedang mencari penyelamatan dari Tuhan.


Now, God had chosen a deliverer. The name of this deliverer of course, was Moses. But before Moses could call God’s people out of Egypt, before he could call them out of bondage, Moses needed to learn a very important lesson in humility. He needed to learn the lesson that it is not by might nor by power but by God’s spirit in which the Israelites would be delivered. In other words he had to learn a lesson in humility. You see, Moses thought that he was going to defeat the Egyptians by the force of arms. God said, “No, you must learn to be humble, you must learn to depend upon Me for deliverance.” In fact notice Exodus 4:10-11, and we’ll also read verse 15. It says there, Then Moses said to the LORD, ‘O my Lord, I am not eloquent, neither before nor since You have spoken to Your servant; but I am slow of speech and slow of tongue.’
11   So the LORD said to him, ‘Who has made man's mouth? Or who makes the mute, the deaf, the seeing, or the blind? Have not I, the LORD?’…”
By the way this is after Moses has learned a lot of things and he has unlearned a lot of others. You see, he spent 40 years in the country in the wilderness learning about God, learning to depend upon God, learning humility, learning that he could not do it on his own, that it was all for the honor and glory of God. And so now he says, “Lord, I don’t know how to speak.” And God says, “Hey, who made the mouth? It’s not you who are going to speak, it is I who is going to speak through you to call My people out of Egypt.” In fact notice Exodus 4:11-12, we’ll read verse 11 once again. It says there in Exodus 4:11, “…11 So the LORD said to him, ‘Who has made man's mouth? Or who makes the mute, the deaf, the seeing, or the blind? Have not I, the LORD? …”  And now we’ve come to a critically important verse,   “…12 Now therefore, go, and I will be with your mouth and teach you what you shall say."

Sekarang, Tuhan telah memilih seorang penyelamat. Nama si penyelamat itu tentu saja adalah Musa. Tetapi sebelum Musa bisa memanggil umat Tuhan keluar dari Mesir, sebelum dia bisa memanggil mereka keluar dari perbudakan, Musa perlu belajar suatu pelajaran yang amat penting dalam hal kerendahan hati. Dia perlu belajar bahwa bukan dengan keperkasaan atau dengan kuasa tetapi dengan Roh Tuhan-lah bangsa Israel akan diselamatkan. Dengan kata lain Musa harus belajar rendah hati. Kalian lihat, Musa menyangka dia akan mengalahkan bangsa Mesir dengan kekuatan senjata. Tuhan berkata, “Tidak, kamu harus belajar rendah hati, kamu harus belajar mengandalkan Aku yang menyelamatkan.” Perhatikan Keluaran 4:10-11 dan kita juga akan membaca ayat 15, dikatakan di sana, Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, baik dahulu maupun sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ 11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang membuat mulut manusia, atau yang membuat orang yang bisu, orang yang  tuli, orang yang melihat atau orang yang buta? Bukankah Aku, yakni TUHAN?” [NKJV yang diindonesiakan]
Ketahuilah ini adalah setelah Musa mempelajari banyak hal, dan juga telah melepaskan banyak hal yang lain. Kalian lihat, Musa melewatkan 40 tahun di pedesaan di padang gurun belajar mengenai Tuhan, belajar mengandalkan Tuhan, belajar kerendahan hati, belajar bahwa dia tidak bisa melakukannya sendiri, bahwa semua itu adalah demi kehormatan dan kemuliaan Tuhan. Dan sekarang dia berkata, “Tuhan, aku tidak tahu caranya berbicara.” Dan Tuhan berkata, “Hei, siapa yang membuat mulut? Bukan kamu yang akan berbicara, tapi Aku yang akan berbicara melalui kamu, memanggil umatKu keluar dari Mesir.”
Perhatikan Keluaran 4:11-12, kita akan membaca ayat 11 sekali lagi. Dikatakan di Keluaran 4:11: “…11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang membuat mulut manusia, atau yang membuat orang yang bisu, orang yang  tuli, orang yang melihat atau orang yang buta? Bukankah Aku, yakni TUHAN?…”  dan sekarang kita tiba pada ayat yang sangat penting,    “…12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai mulutmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." [NKJV yang diindonesiakan]


By the way have you ever read in the Gospels where Jesus said that when crunch time comes it will not be us who will speak but it will be the Holy Spirit who will choose our words and remind us what to say? We began to catch an inkling that this story is more than just a story. It’s a story but it is also a prophecy like so many of the stories that we find in the book of Genesis.
So before Moses could call God’s people out of Egypt he needed to learn to depend upon God’s Spirit, he needed to learn the lesson of humility, he needed to learn to give the honor and the glory and the praise only to God. In other words for God to use him he had to be emptied of himself and he had to be filled with the Lord.

Nah, pernahkah kalian membaca di dalam kitab Injil Yesus berkata pada saat masa genting, bukan kita yang akan berbicara tetapi Roh Kudus yang akan memilihkan kata-kata kita dan mengingatkan kita apa yang harus kita katakan? Kita mulai bisa menangkap suatu pertanda bahwa kisah ini lebih dari sekadar cerita. Memang ini suatu kisah, namun ini juga suatu nubuatan, seperti banyak kisah yang lain yang kita temukan di buku Kejadian.
Maka sebelum Musa bisa memanggil umat Tuhan keluar dari Mesir, dia harus belajar mengandalkan Roh Tuhan, dia perlu belajar rendah hati, dia perlu belajar memberikan semua kehormatan dan kemuliaan dan pujian hanya kepada Tuhan. Dengan kata lain, supaya Tuhan bisa memakainya, dia harus mengosongkan dirinya agar dia bisa dipenuhi oleh Tuhan. 


Now I want you to notice Exodus 8:1, now Moses is ready, he’s been emptied of self, he knows that power and strength belong to God, he knows that the glory belongs to God, now God says to Moses, “I have a mission for you. Go to Egypt and call My people out of bondage, to Pharaoh, to the great dragon.”
We have several examples of this call-out of Babylon, God’s people being called out of Egypt, Babylon at the end of time. Let’s read just one example, Exodus 8:11. Actually Exodus 8:1. It says here, And the LORD spoke to Moses, ‘Go to Pharaoh and say to him, 'Thus says the LORD: Let My people go, that they may serve Me.’”
What is the message of Moses? God says through Moses, what? “Let My people go.”   Is there a similar message in the book of Revelation? Have you ever heard of the Loud Cry of Revelation 18, where this glorious angel comes down from Heaven and makes a call to God’s people who are in Babylon, and says, “Come out of her, My people!”
And so we begin to see parallels here between what happened in Egypt and what will happen at the end of time. 

Sekarang saya mau kalian memperhatikan Keluaran 8:1. Sekarang Musa sudah siap, dirinya sudah dikosongkan, dia tahu bahwa kuasa dan kekuatan berasal dari Tuhan, dia tahu bahwa kemuliaan adalah milik Tuhan, sekarang Tuhan berkata kepada Musa, “Aku punya tugas untukmu. Pergilah ke Mesir dan panggillah umatKu keluar dari perbudakan, pergilah ke Firaun, ke naga besar itu.”
Ada beberapa contoh untuk panggilan keluar dari Babilon ini. Umat Tuhan dipanggil keluar dari Mesir, dari Babilon pada akhir zaman. Marilah kita baca satu contoh saja, Keluaran 8:11, maaf seharusnya Keluaran 8:1. Dikatakan di sana, “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pergilah menghadap Firaun dan katakan kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku.’”
Apa pesan yang disampaikan Musa? Tuhan berkata apa melalui Musa? “…Biarkanlah umat-Ku pergi…” Apakah ada pesan yang sama di kitab Wahyu? Pernahkah kalian mendengar tentang Seruan Nyaring Wahyu 18 di mana malaikat yang sangat mulia ini turun dari Surga dan berseru kepada umat Tuhan yang ada di Babilon, dan berkata, “Keluarlah dari sana, umatKu!”
Maka di sini kita mulai melihat paralelnya antara apa yang terjadi di Mesir dan apa yang akan terjadi pada akhir zaman.


Now, another interesting aspect of this story is the fact that there were miracles involved. If you notice the story ~ we are not going to read the verses because there are many miraculous episodes in the first 14 chapters of Exodus ~ but it is interesting to notice that God’s child, Moses, performed powerful miracles in Egypt. But also we are told that the Devil performed powerful counterfeit miracles to match the miracles that God was performing through His servant Moses. In other words we have here miracle against miracle, genuine miracles and counterfeit miracles which we will find will take place once again in the future.

Nah, aspek lain yang menarik dari kisah ini adalah faktanya bahwa di sini melibatkan mujizat-mujizat. Jika kita perhatikan ceritanya ~ kita tidak akan membaca ayat-ayatnya karena ada banyak episode mujizat di 14 pasal pertama kitab Keluaran ~ tetapi yang menarik itu anak Allah, Musa, melakukan mujizat-mujizat yang hebat di Mesir. Tetapi kita juga diberitahu bahwa Iblis melakukan mujizat-mujizat palsu untuk menandingi mujizat-mujizat yang dilakukan Tuhan melalui hambaNya, Musa. Dengan kata lain, di sini mujizat melawan mujizat, mujizat yang asli dan mujizat yang palsu, dan ini nanti akan kita dapati terjadi sekali lagi di masa depan.


Now, it is interesting to notice the conflict which is taking place here. Do you remember that Moses went into Pharaoh and he says, “You know God wants you to let His people go, so that they can go out and celebrate a feast in the wilderness.” Now, let’s read about that in Exodus 5, and we’ll read the first few verses of this chapter. Exodus 5 and we’ll read beginning with verse 1. “Afterward Moses and Aaron went in and told Pharaoh, ‘Thus says the LORD God of Israel: 'Let My people go, that they may hold a feast to Me in the wilderness.'…”  by the way, what was the feast that they wanted to hold in the wilderness? It was actually the Sabbath, because they held the feast in Egypt, the Passover. What was the first thing the Israels celebrate when they went into the wilderness? Read Exodus 16, immediately after singing the song of Moses what did God teach them? The observance of the Sabbath. In other words what Moses and Aaron were requesting was that Israel be allowed to go out into the wilderness to observe the Sabbath. And we are going to notice in a moment,  the additional evidence. And so it says in verse 2    “… 2 And Pharaoh said, ‘Who is the LORD, that I should obey His voice to let Israel go? I do not know the LORD, nor will I let Israel go.’ 3 So they said, ‘The God of the Hebrews has met with us. Please, let us go three days' journey into the desert and sacrifice to the LORD our God, lest He fall upon us with pestilence or with the sword.’ 4 Then the king of Egypt said to them, ‘Moses and Aaron, why do you take the people from their work? Get back to your labor.’…”  verse 5 is very important,   “…5 And Pharaoh said, ‘Look, the people of the land are many now, and you make them  שׁבת  shâbath  from their labor!’ …”  that is “you are making them sabbatized, you are making them keep the Sabbath from their labor, rest from their labor”. In other words Moses and Aaron were actually requesting Pharaoh the opportunity for Israel to keep the Sabbath.

Nah, yang menarik itu menyimak konflik yang terjadi di sini. Apakah kalian ingat bahwa Musa pergi ke Firaun dan berkata, “Tuhan ingin Firaun melepaskan umatNya, supaya mereka bisa pergi dan membuat suatu perayaan di padang gurun.” Nah, marilah kita baca tentang hal itu di Keluaran 5, dan kita akan membaca ayat-ayat yang pertama dari pasal ini. Keluaran 5 dan kita akan mulai dari ayat 1. Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun.’…” Nah, perayaan apa yang mau mereka adakan di padang gurun? Perayaan sabat, karena mereka telah mengadakan suatu perayaan di Mesir, perajaan Passah. Apa hal pertama yang dirayakan Israel ketika mereka pergi ke padang gurun? Baca Keluaran 16, segera setelah menyanyikan nyanyian Musa, apa yang diajarkan Tuhan kepada mereka? Memelihara hari Sabat. Dengan kata lain, yang diminta oleh Musa dan Harun adalah, agar bangsa Israel diizinkan pergi ke padang gurun untuk memelihara hari Sabat. Dan nanti kita akan lihat, bukti tambahannya. Maka dikatakan di ayat 2, 2 Tetapi Firaun berkata: ‘Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.’ 3. Lalu kata mereka: ‘Allah orang Ibrani telah menemui kami; izinkanlah kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami, supaya jangan nanti mendatangkan kepada kami penyakit sampar atau pedang.’ 4 Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: ‘Musa dan Harun, mengapakah kamu mengajak bangsa ini meninggalkan pekerjaannya? Kembalilah ke pekerjaanmu!’ …”  ayat 5 sangat penting,   “…5 Lagi kata Firaun: ‘Lihat, sekarang bangsamu di negeri ini sudah banyak, dan kamu membuat mereka שׁבת  shâbath dari pekerjaan mereka!’ …” [NKJV yang diindonesiakan] maksudnya “kamu membuat mereka bersabat, kamu membuat mereka memelihara Sabat dari pekerjaan mereka, beristirahat dari pekerjaan mereka.” Dengan kata lain Musa dan Harun sebenarnya minta kepada Firaun kesempatan bagi bangsa Israel untuk memelihara hari Sabat.


Now, listen to this statement that we find in Patriarchs and Prophets pg. 258 which corroborates this specific point. Ellen White quotes the verses that we just read and then she says this, “In their bondage the Israelites had to some extent lost the knowledge of God's law, and they had departed from its precepts. The Sabbath had been generally disregarded, and the exactions of their taskmasters made its observance apparently impossible. But Moses had shown his people that obedience to God was the first condition of deliverance…”  and now notice this,   “…and the efforts made to restore the observance of the Sabbath had come to the notice of their oppressors.”
What was it that caused this controversy, this hatred of Pharaoh against God’s people? That they perceived that Moses and Aaron were leading the Israelites to keep what? To keep God’s holy Sabbath. In other words, the Sabbath observance enraged Pharaoh.

Sekarang, dengarkan pernyataan ini yang kita temukan di Patriarchs and Prophets hal. 258 yang mengkoroborasi poin ini. Ellen White mengutip ayat-ayat yang baru kita baca kemudian dia berkata begini, “Di dalam perbudakan mereka bangsa Israel telah kehilangan pengetahuan mereka tentang hukum Tuhan, dan mereka telah meninggalkan perintah-perintahNya. Hari Sabat secara umum telah diabaikan, dan tuntutan para mandor kerja mereka membuat pemeliharaan hari Sabat menjadi suatu kemustahilan. Tetapi Musa telah menunjukkan kepada bangsanya bahwa kepatuhan kepada Tuhan adalah syarat pertama untuk diselamatkan…” dan sekarang simak ini, “…dan upaya untuk memulihkan pemeliharaan hari Sabat telah sampai kepada pengetahuan para penindas mereka.”
Apakah penyebab kontroversi ini, kebencian Firaun terhadap umat Allah? Bahwa mereka melihat Musa dan Harun membimbing bangsa Israel untuk memelihara apa? Memelihara hari Sabat Tuhan yang kudus. Dengan kata lain, pemeliharaan hari Sabat membuat Firaun murka.


And by the way, it is interesting to notice that as the plagues fell, God’s people were blamed for the plagues that were falling upon the land of Egypt. And the plagues instead of leading the wicked to repent we are told that the plagues actually hardened the hearts of the wicked even greater against God’s people. By the way we are going to notice this all over again at the end of time. Sabbath is going to be the issue, as we all know. And there are going to be plagues that will fall upon the earth. God’s people are going to be blamed for the plagues that are taking place on the earth. Sabbath observance is going to be made very, very difficult as in Egypt, trying to observe the Sabbath became all the more oppressive for the children of Israel at the end of time. We are going to find the same thing happening all over again.

Dan ketahuilah, yang menarik itu kita lihat pada saat jatuhnya tulah-tulah, umat Tuhan dipersalahkan karena tulah-tulah yang jatuh di tanah Mesir. Dan tulah-tulah tersebut bukannya membuat orang-orang jahat itu bertobat, tetapi kita mendapat tahu bahwa tulah-tulah itu malah benar-benar semakin mengeraskan hati orang-orang jahat terhadap umat Tuhan. Ingatlah, kita akan melihat semua ini lagi pada akhir zaman. Sabat akan menjadi isunya, seperti yang kita ketahui. Dan akan ada malapetaka-malapetaka yang akan jatuh ke atas bumi. Umat Tuhan akan dipersalahkan karena malapetaka-malapetaka yang sedang terjadi di bumi. Pemeliharaan hari SAbat akan menjadi amat sangat sulit seperti di Mesir. Berusaha memelihara hari Sabat menjadi semakin menekan bagi bangsa Israel pada akhir zaman. Kita akan melihat hal yang sama terulang kembali sekali lagi.


It’s interesting to notice as we come towards the latter part of this story Exodus 10:28-29, we find the close of probation for the Egyptian nation. Exodus 10:28-29, it says there,
“Then Pharaoh said to him…”  he says to Moses,   “…‘Get away from me! Take heed to yourself and see my face no more! For in the day you see my face you shall die!’ 29 So Moses said, ‘You have spoken well. I will never see your face again.’"
Do you notice the terminology here? Pharaoh says “You will not see my face again”. And Moses says, “Yes, you are not going to see my face ever again.”
Do you know that in Scripture to “hide the face” means to withdraw favor and to fall under God’s wrath? Notice Psalm 27:9-10, here the psalmist David is praying to God and notice what he says to God, “Do not hide Your face from me…”  what is he praying? That God does not what? Hide His face from him,   “…do not turn Your servant away in anger; You have been my help; do not leave me nor forsake me…”  what happens when God withdraws His face or hides His face? God is what? God is forsaking according to this. So he says,   “…do not leave me nor forsake me, O God of my salvation. 10 When my father and my mother forsake me, then the LORD will take care of me.”
And so you have the moment when Moses said, “This is it. You will no longer see my face. You will no longer enjoy God’s favor.”

Yang menarik, perhatikan sementara kita tiba pada bagian belakang kisah ini, Keluaran 10:28-29, kita dapati berakhirnya masa percobaan bangsa Mesir. Keluaran 10:28-29, dikatakan di sana, “Lalu Firaun berkata kepadanya…”  dia berkata kepada Musa,   “… ‘Pergilah dari aku; hati-hati, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada hari engkau melihat mukaku, engkau akan mati.’ 29 Kemudian Musa berkata: ‘Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!’" [NKJV yang indonesiakan]
Apakah kalian melihat terminologinya di sini? Firaun berkata, “Kamu tidak akan melihat wajahku lagi.” Dan Musa berkata, “Ya. Kamu tidak akan melihat wajahku selama-lamanya.”
Tahukah kalian di dalam Alkitab ungkapan “menyembunyikan wajah” berarti [Tuhan] tidak lagi memberikan kemurahan, dan akan kena murka Tuhan? Simak Mazmur 27:9-10, di sini pemazmur Daud sedang berdoa kepada Tuhan dan perhatikan apa katanya kepada Tuhan. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu dari aku…”  Daud berdoa minta apa? Agar Tuhan tidak apa? Menyembunyikan wajahNya dari Daud.   “…janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; selama ini, Engkaulah pertolonganku, janganlah meninggalkan aku atau pun mengabaikan aku…”  apa yang terjadi saat Tuhan menarik wajahNya atau menyembunyikan wajahNya? Tuhan sedang apa? Menurut ini, Tuhan sedang mengabaikan. Maka Daud berkata,    “…janganlah meninggalkan aku atau pun mengabaikan aku, ya Allah penyelamatku! 10 Pada saat ayahku dan ibuku meninggalkan aku, maka TUHAN yang akan memeliharakan aku.” [NKJV yang diindonesiakan]
Maka di sini kita tiba pada saat ketika Musa berkata, “Habis perkara. Engkau tidak akan memandang wajahku lagi. Engkau tidak akan menikmati kemurahan Tuhan.”


Now, it is interesting also to notice that before Israel left Egypt there was a sealing that took place. God’s people were sealed. Actually they weren’t sealed, but their houses were sealed to protect them from the destruction which was to come. Notice Exodus 12:7, 13, now I want you to notice the terminology here, it says there in verse 7,  “And they shall take some of the blood and put it on the two doorposts and on the lintel of the houses where they eat it…”  verse 13    “…13 Now the blood shall be a sign…”  is the Sabbath a sign? Yes, does the Bible say the Sabbath is a sign? Absolutely.   “…Now the blood shall be a sign for you on the houses where you are. And when I see the blood, I will pass over you; and the plague shall not be on you to destroy you when I strike the land of Egypt.”
Notice that they are sealed so the plagues do not fall upon them and so they are not destroyed. In other words it is a sign of preservation that the angels can see so that they can be spared from the plagues and they can be spared from the destruction.

Yang juga menarik disimak adalah sebelum bangsa Israel keluar dari Mesir, ada pemeteraian. Umat Tuhan dimeteraikan. Sebenarnya bukan orangnya yang dimeteraikan tetapi rumah-rumah mereka yang diberi meterai untuk melindungi mereka dari pembinasaan yang akan datang. Perhatikan Keluaran 12:7 dan 13. Sekarang saya mau kalian perhatikan termonologinya di sini, dikatakan di ayat 7, “Kemudian dari darahnya [darah domba] haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya…”  ayat 13,   “… 13 Dan darah itu menjadi tanda…”  apakah Sabat itu suatu tanda? Ya. Apakah Alkitab mengatakan Sabat itu suatu tanda? Betul sekali.   “…Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan melewati kamu, dan tulah itu tidak akan jatuh ke atas kamu dan memusnahkan kamu pada waktu Aku menghukum tanah Mesir.” [NKJV yang diindonesiakan]
Perhatikan, mereka dimeteraikan supaya tulah tidak jatuh ke atas mereka dan mereka tidak dibinasakan. Dengan kata lain, itu adalah tanda pemeliharaan yang bisa dilihat para malaikat supaya orang-orang itu lolos dari akibat tulah dan mereka boleh lolos dari pemusnahan.


Now, it’s interesting to notice in their exodus from Egypt what was it that led Israel out of Egypt. Exodus 13:21-22. We’ve all heard about the pillar of cloud and the pillar of fire. It says there in Exodus 13:21 “And the LORD went before them by day in a pillar of cloud to lead the way, and by night in a pillar of fire to give them light, so as to go by day and night…”  notice that Israel was led in their exodus from Egypt by the pillar of fire and the pillar of cloud. Verse 22,   “….22 He did not take away the pillar of cloud by day or the pillar of fire by night from before the people.”
We’re going to find later on that this pillar actually is symbolic of something, it actually represents something over and above the literal pillar of light.

Nah, yang menarik untuk diperhatikan, apa yang membimbing mereka keluar dari Mesir selama pelarian mereka. Keluaran 13:21-22. Kita semua sudah pernah mendengar tentang tiang awan dan tiang api. Dikatakan di Keluaran 13:21, “TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam…”  perhatikan bagaimana bangsa Israel dipimpin dalam pelarian mereka dari Mesir oleh tiang api dan tiang awan. Ayat 22,   “…22 Dia tidak mengambil tiang awan itu pada siang hari atau tiang api pada waktu malam dari bangsa itu.” [NKJV yang diindonesiakan].
Nanti kita akan melihat bahwa tiang ini sesungguhnya merupakan lambang sesuatu, sesungguhnya itu melambangkan sesuatu jauh melebihi tiang cahaya yang literal.


By the way it’s interesting to notice that in Exodus 14, the One who is present in this pillar or in this cloud is spoken of as an Angel. But later on in Exodus 14 we are told ~ and this is extremely interesting ~ that when the Egyptians went into the sea after Israel, that the Lord looked from out of the cloud upon what the Egyptians were doing. In other words the Angel is the Lord. And the word Lord is capitalized, it means Jehovah. By the way it’s very similar to what we find in Daniel 3. You know in Daniel 3 Nebuchadnezzar sees the 4th Man in the furnace and he says, “He looks like the Son of God.” But then later on in verse 28 chapter 3, Nebuchadnezzar says that God sent an Angel to deliver those who trusted in Him. So the Son of God is the Angel of the Lord, or Michael the Archangel if you please.

Ketahuilah, yang menarik itu di Keluaran 14, Sosok yang berada di dalam tiang atau di dalam awan itu, disebut sebagai seorang Malaikat. Tetapi kemudian di Keluaran 14 kita mendapat tahu ~ dan ini sangat penting ~ bahwa ketika bangsa Mesir masuk ke laut mengejar bangsa Israel, dari awan Tuhan melihat apa yang dilakukan orang-orang Mesir. Dengan kata lain Malaikat itu adalah Tuhan. Dan kata Tuhan ditulis dengan huruf besar semuanya, berarti itu Yehova.
Ketahuilah ini sangat mirip dengan apa yang kita dapati di Daniel pasal 3. Kalian tahu, di Daniel pasal 3, Nebukadnezar melihat Sosok ke-4 di dalam tungku api, dan dia berkata, “Dia tampak seperti Anak Allah.” Tetapi kemudian di ayat 8 dari pasal 3, Nebukadnezar berkata bahwa Tuhan mengirimkan seorang Malaikat untuk menyelamatkan orang-orang yang mengandalkan Dia. Maka Anak Allah adalah Malaikat Tuhan, atau jika kalian lebih suka, Dialah Mikael, sang Penghulu Malaikat.


We are going to notice that at the end of time the same Person is going to be the deliverer God’s people, Michael is going to stand up, that great prince who stands watch over the children of His people. There will be a time of trouble but God’s people will be delivered, everyone who is found written in the book. So actually Jesus Himself was in the pillar of cloud leading His people and protecting His people and delivering them.

Kita akan melihat bahwa pada akhir zaman, Sosok yang sama itu akan menjadi penyelamat umat Tuhan. Pada waktu itu Mikhael akan berdiri , Pangeran besar itu, yang menjaga anak-anak umatNya. Akan ada suatu waktu kesesakan yang besar tetapi umat Tuhan akan diselamatkan, barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu. Jadi sesungguhnya Yesus Sendirilah yang berada di dalam tiang awan itu, yang memimpin umatNya dan melindungi umatNya dan menyelamatkan mereka.


Now I want you to notice that when God’s people left Egypt there was a death decree given against them. Notice Exodus 14:3. You see, Pharaoh has noticed all of these Israelites that have escaped his power, they’ve left the power represented by the dragon and so now he is going to try and recover them, he is going to try and destroy them actually. It says here in Exodus 14:3, “For Pharaoh will say of the children of Israel, 'They are bewildered by the land; the wilderness has closed them in.'
By the way, the traditional site which is given for the crossing of the Red Sea I don’t believe is the correct one I believe. As you look at a map that the place of the crossing was at the gulf of Aqaba which leads into Saudi Arabia, the southwest section of Saudi Arabia, where you have the land of Midian, where actually Moses went for the 40 years to tend Jethro’s sheep. But anyway you look at the gulf of Aqaba there, it’s very, very deep and so the Egyptians would have been coming from behind. There’s desert on one side and there are mountains terrible high mountains on the other side so Israel ~ according to the king, according to Pharaoh ~ is shut in and there is no escape. And so Pharaoh gets  all of his army together  and he gets prepared for battle.


Sekarang saya mau kalian simak, ketika umat Tuhan meninggalkan Mesir, ada suatu titah untuk membunuh mereka. Perhatikan Keluaran 14:3. Kalian lihat, Firaun menyadari semua orang Israel telah lolos dari kekuasaannya, mereka telah melarikan diri dari kekuasaan yang dilambangkan oleh naga itu, maka sekarang dia akan berusaha mendapatkan mereka kembali, sesungguhnya dia mau berusaha membinasakan mereka. Dikatakan di Keluaran 14:3, “Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka dibingungkan oleh negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka.” [NKJV yang diindonesiakan] Ketahuilah, daerah yang dianggap tradisi sebagai tempat penyeberangan orang Israel di Laut Merah, menurut saya bukanlah tempat yang benar. Jika kita melihat di peta, tempat penyeberangannya adalah di teluk Akaba yang mengarah ke Saudi Arabia, bagian baratdaya Saudi Arabia, di mana terletak Midian, yang sebenarnya adalah tempat Musa melewatkan 40 tahun untuk menggembalakan domba-domba Jitro. Bagaimana pun juga, jika kita melihat ke teluk Akaba di sana, itu amat sangat dalam, dan orang-orang Mesir datang dari arah belakang, di satu sisi ada padang gurun dan di sisi yang lain ada pegununngan, pegunungan yang sangat tinggi ~ menurut sang raja, menurut Firaun ~ orang Israel sudah terkepung dan tidak ada jalan keluar. Maka Firaun mengumpulkan semua tentaranya dan dia mempersiapkan suatu pertempuran.


Notice Exodus 14:5-9, it says there, “Now it was told the king of Egypt that the people had fled, and the heart of Pharaoh and his servants was turned against the people; and they said, ‘Why have we done this, that we have let Israel go from serving us?’ …”  in other words “they are serving the Lord now, they are not serving us. How could we have let them go?” Verse 6,  “…6 So he made ready his chariot and took his people with him. 7 Also, he took six hundred choice chariots, and all the chariots of Egypt with captains over every one of them. 8 And the LORD hardened the heart of Pharaoh king of Egypt, and he pursued the children of Israel; and the children of Israel went out with boldness. 9 So the Egyptians pursued them, all the horses and chariots of Pharaoh, his horsemen and his army, and overtook them camping by the sea beside Pi Hahiroth, before Baal Zemphon.”
In other words you can imagine what the scene was like. Here is Israel no weapon, no defense, next to this gulf which is supremely profound, their enemies behind 600 chariots armed to the teeth, about to execute the death penalty upon Israel.

Sekarang, perhatikan Keluaran 14:5-9, dikatakan di sana, Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: ‘Mengapa kita telah berbuat ini, sehingga kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?’ …”  dengan kata lain “Mereka sekarang melayani Tuhan, mereka tidak melayani kita lagi. Bagaimana kita bisa membiarkan mereka pergi?” Ayat 6, “…6 Kemudian ia mempersiapkan keretanya dan membawa rakyatnya serta. 7 Juga, dia membawa enam ratus kereta yang terpilih, dan semua kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. 8 Demikianlah TUHAN mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, dan ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel keluar dengan berani. 9 Maka orang Mesir mengejar mereka, semua kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, dan mereka tersusul saat sedang berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon.” [NKJV yang diindonesiakan]
Dengan kata lain, bisa kalian bayangkan bagaimana adegannya. Israel tanpa senjata, tanpa pertahanan, di samping teluk ini yang amat sangat dalam, dan musuh-musuh mereka di belakangnya dengan senjata lengkap, akan segera menjalankan hukuman mati pada Israel.


Notice how Ellen White describes it in Patriarchs and Prophets pg. 283-284, she says,  “The Hebrews were encamped beside the sea, whose waters presented a seemingly impassable barrier before them, while on the south a rugged mountain obstructed their further progress…”  in other words, in themselves there was no escape, there was no hope, they were trapped, they were going to be destroyed by Pharaoh and his army. They definitely needed the help of the Lord and so now they fall into the midst of this terrible time of trouble and they cry out to God because they see that their case in themselves is hopeless.

Perhatikan bagaimana Ellen White menggambarkannya di Patriarchs and Prophets hal. 283-384, dia berkata, “Orang-orang Ibrani berkemah di samping laut, yang airnya tampak sebagai penghalang yang tidak bisa mereka atasi, sementara di sebelah selatan suatu pegunungan berbatu menghalangi kelanjutan perjalanan mereka…” dengan kata lain, dengan kekuatan mereka sendiri tidak ada jalan keluar, tidak ada harapan, mereka terjebak, mereka akan dibinasakan Firaun dan pasukannya. Mereka sungguh-sungguh membutuhkan bantuan Tuhan. Maka sekarang ini mereka masuk ke dalam suatu masa kesukaran yang mengerikan dan mereka berseru kepada Tuhan karena mereka melihat bahwa kasus mereka ini dengan kekuatan mereka sendiri, tidak ada harapan.


Notice Exodus 14:10, here we have this time of trouble where the Israelites are crying out to God. It says there, “And when Pharaoh drew near, the children of Israel lifted their eyes, and behold, the Egyptians marched after them. So they were very afraid, and the children of Israel cried out to the LORD.”
Let me ask you, is this similar to what happened to Jacob when he was about to reenter the land of Canaan, do you remember that his brother was coming armed with 400 men and Jacob kneels and he cries out, “Lord, deliver me for I fear my brother, his wrath is going to be manifested against me.” This is the same idea but with a different story. God’s people are subject here to a death decree. And so they cry out to God, in fact some of them complain, they say, “Why did you take us out of the land of Egypt so that we would be destroyed? Why did we even bother to come out of Egypt?” They showed a lack of faith. By the way God’s people at the end of time are going to exceed the Israelites,   they are not going to show a lack of faith, they are going to trust implicitly in God. So then God gives the answer to His people.

Perhatikan Keluaran 14:10, inilah masa kesusahan di mana bangsa Israel berseru kepada Tuhan. Dikatakan di sana, Ketika Firaun telah dekat, orang Israel mengangkat mata mereka, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN.” [NKJV yang diindonesiakan].
Coba saya tanya, apakah ini mirip dengan apa yang terjadi pada Yakub ketika dia akan memasuki tanah Kana’an lagi, apakah kalian ingat bahwa saudaranya sedang menghampiri dengan 400 pasukan bersenjata? Dan Yakub berlutut dan dia berseru, “Tuhan, selamatkan aku karena aku takut saudaraku, murkanya akan dilampiaskannya ke atas aku.” Ini adalah gagasan yang sama dengan cerita yang berbeda. Di sini umat Tuhan berada di bawah ancaman hukuman mati. Maka mereka berseru kepada Tuhan, bahkan ada dari mereka yang mengeluh, mereka berkata, “Mengapa kamu [= Musa] membawa kami keluar dari tanah Mesir supaya kami dibunuh? Untuk apa repot-repot keluar dari Mesir?” Mereka menunjukkan kurangnya iman. Ketahuilah, umat Tuhan pada akhir zaman akan melampaui bangsa Israel. Mereka tidak akan menunjukkan kurangnya iman, mereka akan bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Maka Tuhan memberi jawaban kepada umatNya.


Notice Exodus 14:13-14, “And Moses said to the people, ‘Do not be afraid. Stand still, and see the salvation of the LORD, which He will accomplish for you today. For the Egyptians whom you see today, you shall see again no more forever. 14 The LORD will fight for you, and you shall hold your peace." In other words, you are not going to have to fight.
Is this righteousness by faith? Oh, it sure is righteousness by faith. Trusting in God that God is going to deliver His people, that we are not going to do it, that He is going to do it. First Moses had to learn that lesson.
So God tells Moses, “The deliverance is going to be Mine. I am going to deliver My people from this death decree.” So He tells Moses to extend His rod ~ by the way later on we are going to notice that the rod is symbolic. Everything in this story is symbolic, we are just pointing to the historical details now, but when we get to the end time application, you’ll be amazed: the pillar of fire represents something, the rod of Moses represents something, the waters which are united and then divided represent something. In other words we are dealing with the symbolic portrayal of the end time. But we can’t understand the end time until we understand what happened in the days of Moses.
So God tells Moses, “Extend your rod”, and the rod divides the waters or dries them up. Remember that terminology “the rod dries up or divides the waters.”

Perhatikan Keluaran 14:13-14, Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: ‘Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan dilakukan-Nya hari ini bagimu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. 14 TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu diamlah.’" [NKJV yang diindonesiakan] Dengan kata lain kamu tidak usah berperang.
Apakah ini pembenaran oleh iman? Oh, tentu saja inilah pembenaran oleh iman. Mengandalkan Tuhan bahwa Tuhan akan menyelamatkan umatNya, bahwa bukan kita yang melakukannya, bahwa Dia yang akan melakukannya. Pertama Musa harus mempelajari pelajaran ini.
Maka Tuhan berkata kepada Musa, “Penyelamatan itu adalah urusanKu. Aku yang akan menyelamatkan umatKu dari titah hukuman mati ini.” Jadi Tuhan menyuruh Musa untuk mengulurkan tongkatnya ~ ketahuilah nanti kita akan melihat bahwa tongkat ini adalah lambang. Semuanya di kisah ini adalah lambang. Sekarang kita hanya akan menunjuk kepada detail-detail sejarahnya, tetapi nanti jika kita tiba di aplikasi akhir zaman, kalian akan tercengang: tiang api melambangkan sesuatu, tongkat Musa melambangkan sesuatu, air laut yang menyatu dan kemudian terpisah melambangkan sesuatu. Dengan kata lain, kita sedang berhadapan dengan suatu gambaran simbolis dari akhir zaman. Tetapi kita tidak akan memahami akhir zaman sampai kita paham apa yang terjadi di zaman Musa.
Maka Tuhan menyuruh Musa, “Ulurkan tongkatmu”, maka tongkat itu membelah air atau mengeringkannya. Ingat terminologi ini, “tongkat itu mengeringkan atau membelah air.”


Exodus 14:16 says this, “But lift up your rod, and stretch out your hand over the sea and…”  what? “… divide it…”  That’s important, don’t forget that. “…and divide it. And the children of Israel shall go on…”  what kind of ground?  “…shall go on dry ground…”  see? So dividing the waters is the drying of the waters and so it says,   “…on dry ground through the midst of the sea.”

Keluaran 14:16 berkata demikian, “Tetapi angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan…”  apa?   “…belahlah airnya…”  Ini penting, jangan lupa.   “…dan belahlah airnya. Dan umat Israel akan berjalan …”  di tanah yang bagaimana?   “…akan berjalan di atas daratan yang kering…”  lihat? Maka membelah air adalah mengeringnya air, dan dikatakan,   “…di atas daratan yang kering melewati tengah-tengah laut.”[NKJV yang diindonesiakan]


Notice also Exodus 14:21, and let’s read verse 16 again for the context. Verse 16 and 21.
“But lift up your rod, and stretch out your hand over the sea and…”  what?   “… divide it…”  key word: divide it. “… And the children of Israel shall go on dry ground…”  to divide the waters means to dry the waters. So it says,   “…But lift up your rod, and stretch out your hand over the sea and divide it. And the children of Israel shall go on dry ground through the midst of the sea…”  Verse 21   “…. 21 Then Moses stretched out his hand over the sea; and the LORD caused the sea to go back by a strong east wind all that night, and made the sea into…”  what?   “… dry land, and the waters were divided.”
I think God wants us to know the waters were dried up or the waters were divided. Isn’t there a terminology in Revelation that talks about waters drying up and Babylon being divided into 3 parts? Of course all of this is coincidence. You’d think this is all coincidence? Folks, we are dealing here with typology, we are dealing with type and antitype, with example in the Old Testament fulfillment at the end of time.
And folks, you say, “This is all so academic. You know, it’s not exciting.”
I think it’s exciting. Do you know why God gave us this story? Not only so that we can know that God once upon a time delivered Israel from bondage. Oh yea, and how does that benefit us? Not very much. But if I read the story then and God says “It is going to happen again, it’s going to happen to you and I delivered it once, what makes you think I might deliver you again?” And so if we know what is going to happen we can be prepared for what’s going to happen.

Perhatikan juga Keluaran14:21, dan mari kita  baca ayat 16 lagi untuk konteksnya. Ayat 16 dan 21. “Tetapi angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan…”  apa? “…belahlah airnya…” Kata kunci: membelahnya.  “…Dan umat Israel akan berjalan di atas daratan yang kering…”  membelah air artinya membuat airnya kering. Jadi dikatakan,   “…Tetapi angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya. Dan umat Israel akan berjalan  di atas daratan yang kering melewati tengah-tengah laut…” Ayat 21, “…Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan TUHAN membuat air laut surut ke belakang dengan perantaraan angin timur yang keras sepanjang malam itu, dan membuat laut itu menjadi…”  apa?   “… tanah kering; dan terbelahlah air itu.” [NKJV yang diindonesiakan]
Saya rasa Tuhan mau kita tahu bahwa airnya menjadi kering atau airnya terbelah. Bukankah di Wahyu ada terminologi yang menyebut ada air yang mengering dan Babilon terbagi menjadi 3 bagian? Tentu saja semua ini adalah kebetulan. Menurut kalian apakah itu kebetulan? Saudara-saudara, kita berhadapan dengan tipologi di sini, kita berhadapan dengan tipe dan antitipe, dengan contoh di Perjanjian Lama dan penggenapannya di akhir zaman.
Dan, Saudara-saudara, kalian berkata, “Semua ini terlalu akademis. Ketahuilah, ini tidak menarik.”
Menurut saya ini menarik. Tahukah kalian mengapa Tuhan memberikan kisah ini kepada kita? Bukan hanya supaya kita boleh tahu bahwa di zaman dahulu kala Tuhan pernah menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan. Oh, iya, dan apa manfaatnya itu bagi kita? Tidak begitu banyak. Tetapi jika saya membaca kisah itu dan Tuhan berkata, “Ini akan terjadi lagi, ini akan terjadi lagi kepadamu, dan jika Aku pernah menyelamatkannya, apakah kamu pikir Aku akan menyelamatkan kamu juga?” Maka jika kita tahu apa yang akan terjadi, kita bisa bersiap-siap untuk apa yang akan terjadi.


And then I want you to notice that when the waters are divided, something spectacular happens. The pillar of cloud, eh the pillar of fire which is before Israel, comes over their heads and stands behind them, between them and the Egyptians. Light for God’s people and darkness for their enemies. Notice Exodus 14:19-20, it says,  “And the Angel of God, who went before the camp of Israel, moved and went behind them; and the pillar of cloud went from before them and stood behind them. 20 So it came between the camp of the Egyptians and the camp of Israel. Thus it was a cloud and darkness to the one…”  that is darkness for the Egyptians    “…and it gave light by night to the other, so that the one did not come near the other all that night.” Darkness for the enemies, light for God’s people, remember that, we are going to come back to that later on.
By the way the 5th plague of the book of Revelation is a plague of darkness. This foreshadows the 5th plague.

Lalu saya ingin kalian perhatikan, ketika air itu terbelah, sesuatu yang spektakuler terjadi. Tiang awan itu, ah tiang api yang ada di depan bangsa Israel, bergerak melewati kepala mereka dan mengambil posisi di belakang mereka, di antara mereka dengan bangsa Mesir, memberikan terang bagi umat Tuhan dan kegelapan bagi musuh-musuh mereka. Perhatikan Keluaran 14:19-20, dikatakan, “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan perkemahan Israel, pindah, dan pergi ke belakang mereka; dan tiang awan itu pergi dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara perkemahan orang Mesir dan perkemahan orang Israel. Dengan demikian,  itu adalah awan dan kegelapan bagi yang satu…”  maksudnya kegelapan bagi orang-orang Mesir,   “…dan dia memberikan terang pada malam itu kepada yang lain, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.” [NKJV yang diindonesiakan] Kegelapan bagi musuh-musuh, dan terang bagi umat Tuhan, ingat itu, kita nanti akan kembali lagi kemari.
Ketahuilah malapetaka kelima di kitab Wahyu adalah kegelapan. Ini melambangkan malapetaka yang kelima.


Notice Ellen White’s comment on this in Patriarchs and Prophets pg. 286-287. Ellen White describes this moment, she says, “But now as the Egyptian hosts approached them, expecting to make them an easy prey, the cloudy column rose majestically into the heavens, passed over the Israelites, and descended between them and the armies of Egypt. A wall of darkness interposed between the pursued and their pursuers. The Egyptians could no longer discern the camp of the Hebrews, and were forced to halt. But as the darkness of night deepened…”  notice that this happens at night,   “…as the darkness of night deepened, the wall of cloud became a great light to the Hebrews, flooding the entire encampment with the radiance of day.”
Light for God’s people and darkness for the wicked. This is the darkness of the 5th plague of Revelation.

Perhatikan komentar Ellen White di Patriarchs and Prophets hal. 286-287. Ellen White menggambarkan momen ini, katanya, “…Tetapi sekarang sementara bala tentara Mesir menghampiri mereka, menyangka bisa menjadikan mereka mangsa yang empuk, tiang awan itu bangkit dengan perkasa ke langit, melewati bangsa Israel, lalu turun antara mereka dengan bala tentara Mesir. Suatu dinding kegelapan menghalangi antara yang dikejar dan pengejar mereka. Orang Mesir tidak lagi bisa melihat perkemahan Ibrani, dan mereka terpaksa berhenti. Tetapi sementara kegelapan malam menjadi semakin pekat…” perhatikan bahwa ini terjadi pada malam hari, “…sementara kegelapan malam menjadi semakin pekat, dinding awan itu menjadi suatu terang yang benderang bagi orang-orang Ibrani, memenuhi seluruh perkemahan mereka dengan terang pagi hari.”
Terang bagi umat Tuhan dan kegelapan bagi orang jahat. Inilah kegelapan malapetaka yang ke-5 di kitab Wahyu.


And now the army of the Egyptians becomes confused.
You know what the word Babylon means? By coincidence that means confusion. You can get rid of the word coincidence, it’s not a coincidence. All of these were mapped out by God millennia ago because He wants us to know what is going to happen in the future and how we need to trust in Him and how we can withstand what’s going to come.

Dan sekarang pasukan Mesir menjadi bingung.
Kalian tahu apa arti kata “Babel”? Kebetulan artinya kebingungan. Kalian boleh membuang kata “kebetulan”nya, itu bukan suatu kebetulan. Semua ini sudah dirancang oleh Tuhan beribu-ribu tahun yang lalu karena Dia mau kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan bagaimana kita harus mengandalkan Dia dan bagaimana kita bisa bertahan menghadapi apa yang akan terjadi.


Notice Exodus 14:24-25, God said He was going to fight for the Israelites, how much did the Israelites have to fight? How many weapons did they have to use? None. Who did all the fighting? God did. Let me ask you what are God’s people going to do during the time of trouble? Well, we need to make sure that they don’t take away our guns, is that the way it is? Of course not, our protection will be in the Lord.

Perhatikan Keluaran 14:24-25, Tuhan berkata Dia yang akan berperang bagi bangsa Israel. Seberapa banyak peperangan yang harus dilakukan orang Israel? Berapa banyak senjata yang harus mereka pakai? Tidak ada. Siapa yang berperang? Tuhan. Coba saya tanya, apa yang akan dilakukan umat Tuhan selama masa kesukaran besar? Wah, kita perlu memastikan mereka tidak merampas pistol-pistol kita, apakah begitu caranya? Tentu saja tidak. Perlindungan kita ada pada Tuhan.


Notice Exodus 14:24-25 “Now it came to pass, in the morning watch, that the LORD looked down upon the army of the Egyptians through the pillar of fire and cloud…”  who looked out through the pillar of fire and cloud? The Lord, and “LORD” is capitalized there, the Hebrew name for the covenant God, YHWH or Jehovah as we say. And now notice, “…and He troubled the army of the Egyptians. 25 And He took off their chariot wheels, so that they drove them with difficulty; and the Egyptians said…”  now notice this, “…‘Let us flee from the face of Israel, for the LORD fights for them against the Egyptians.’" You see, they now notice that in fighting Israel they are actually fighting the God of Israel, and God is intervening to fight for them.

Perhatikan Keluaran 14:24-25, Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN memandang ke bawah ke tentara orang Mesir dari tiang api dan awan itu…”  siapa yang memandang dari tiang api dan awan? Tuhan. Dan kata “Tuhan” ditulis dengan huruf besar di sana, nama Ibrani bagi Sang Tuhan Perjanjian, YHWH atau yang kita sebut Yehova. Dan sekarang perhatikan,  “…dan Dia mengacau tentara orang Mesir itu. 25 Dan Ia mencopot roda kereta mereka, sehingga mereka mengendarainya dengan kesulitan, dan orang Mesir berkata:…”  perhatikan ini sekarang,   “…‘Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab TUHAN-lah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." [NKJV yang diindonesiakan]. Kalian lihat, sekarang mereka sadar bahwa dengan memerangi Israel mereka sesungguhnya bertempur melawan Tuhan orang Israel, dan Tuhan campur tangan berperang bagi mereka.


You know to give you an example when a bear or a lion attacked one of the sheep of David, what did David do? He bailed out, didn’t he? Naw, he didn’t bail out. I mean when the wolf or when the bear wanted to eat one of David’s sheep, what did David do? He got up to defend his sheep, because it’s his sheep! So when the wolf tried to eat the lamb, he was trying to eat David. Are you understanding what I am saying?
It’s kind of like the head and the body,  see, the church is the body of Christ, Jesus is the head. Do you think that Jesus is going to allow people to beat up His body? Oh, no, the head is going to intervene, see? Jesus is the husband, His church is the wife, let me ask you, Alfred, what would you do if somebody was beating up your wife? Oh, wow, “You don’t want to know”, he says! Let me ask you this, Alfred, they are not beating up you, just beating up your wife. Aaah, in touching your wife he is touching whom? He is touching you, exactly. And so in the end of time it is not God’s people who are going to It’s kind of like the head and the body,  see, the church is the body of Christ, Jesus is the head. Do you think that Jesus is going to allow people to beat up His body? Oh, no, the head is going to intervene, see? Jesus is the husband, His church is the wife, let me ask you, Alfred, what would you do if somebody was beating up your wife? Oh, wow, “You don’t want to know”, he says! Let me ask you this, Alfred, they are not beating up you, just beating up your wife. Aaah, in touching your wife he is touching whom? He is touching you, exactly. And so in the end of time it is not God’s people who are going to fight, the wicked are going to fight against God’s people but in fighting against God’s people they are fighting against whom? They are fighting against the Lord.

Nah, saya beri contoh, bila seekor beruang atau singa menyerang salah satu domba-domba Daud, apa yang dilakukannya? Dia lari, bukan? Tidak, dia tidak lari. Maksud saya saat beruang itu atau serigala itu mau menerkam salah satu domba Daud, apa yang dilakukan Daud? Dia bangkit membela dombanya, karena domba itu miliknya! Jadi ketika serigala itu mencoba memangsa dombanya dia sedang mencoba memangsa Daud. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Ini mirip seperti kepala dengan tubuh. Lihat, gereja adalah tubuh Kristus. Yesus kepalanya. Menurut kalian apakah Yesus akan mengizinkan orang lain memukuli tubuhNya? Oh, tidak, kepala itu akan campur tangan, lihat? Yesus adalah sang suami, gereja itu istrinya, coba saya tanya Anda, Alfred, apa yang akan Anda lakukan jika ada yang memukuli istri Anda? Oh, wow, dia bilang, “Lebih baik Anda tidak tahu” saking mengerikannya. Coba saya tanya ini, Alfred, mereka kan tidak memukuli Anda, cuma memukuli istri Anda. Aaaah, jadi dengan menyentuh istri Anda, dia menyentuh siapa? Dia menyentuh Anda.
Maka pada akhir zaman bukan umat Tuhan yang akan berperang, orang jahat akan berperang dengan umat Tuhan, tetapi dengan memerangi umat Tuhan, mereka sedang berperang melawan siapa? Mereka sedang berperang melawan Tuhan.


Now notice Exodus 14:26-31 as this nears its climax. Exodus 14:26-31. By the way while the waters are united are they a menace to God’s people? While the waters are united are they a danger to God’s people? Yes, because God’s people can’t escape. But what happens if the waters dry up? Then the waters become allies of God’s people, if you please. Notice Exodus 14:26, “Then the LORD said to Moses, ‘Stretch out your hand over the sea, that the waters may come back upon the Egyptians, on their chariots, and on their horsemen.’ 27 And Moses stretched out his hand over the sea; and when the morning appeared, the sea returned to its full depth, while the Egyptians were fleeing into it. So the LORD overthrew the Egyptians in the midst of the sea. 28 Then the waters returned and covered the chariots, the horsemen, and all the army of Pharaoh that came into the sea after them. Not so much as one of them remained. 29 But the children of Israel had walked on dry land in the midst of the sea, and the waters were a wall to them on their right hand and on their left. 30 So the LORD saved Israel that day out of the hand of the Egyptians, and Israel saw the Egyptians dead on the seashore. 31 Thus Israel saw the great work which the LORD had done in Egypt; so the people feared the LORD, and believed the LORD and His servant Moses.”
By the way I want you to notice that not only were the waters dried up, not only were the waters divided, but then after the waters were dried up and after the waters were divided, then the waters avalanched themselves upon the enemies of God’s people.
We are going to find this symbolic of what happens at the moment of the 6th plague.

Sekarang, perhatikan Keluaran 14:26-31 ini mendekati klimaksnya. Keluaran 14:26-31. Nah, apakah sementara air itu menyatu dia merupakan ancaman bagi umat Tuhan? Sementara air itu menyatu apakah dia merupakan bahaya bagi umat Tuhan? Ya, karena umat Tuhan tidak bisa lari. Tetapi apa yang terjadi jika airnya mengering? Maka air itu, katakanlah, menjadi sekutu bagi umat Tuhan.
Perhatikan Keluaran 14:26, Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik ke atas orang Mesir, ke atas kereta mereka dan pasukan berkuda mereka.’ 27 Dan Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan saat pagi merekah berbaliklah air laut ke kedalamannya yang semula, selagi orang Mesir lari ke dalam air itu.  Demikianlah TUHAN mengalahkan orang Mesir di tengah-tengah laut. 28 Lalu air itu kembali dan menutupi kereta-kereta, pasukan berkuda dan seluruh pasukan Firaun, yang  menyusul orang Israel ke laut.  Seorang pun tidak ada yang tersisa dari mereka.  29 Tetapi orang Israel telah berjalan di daratan yang kering di tengah-tengah laut, dan air itu menjadi tembok bagi mereka di kanan dan di kiri mereka. 30 Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati di pantai laut. 31 Dengan demikian orang Israel melihat perbuatan besar yang dilakukan TUHAN di Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.” [NKJV yang diindonesiakan].
Nah, saya mau kalian perhatikan, bukan saja airnya mengering, bukan saja air itu terbelah, tetapi ketika air itu mengering dan setelah air itu terbelah, maka air itu jatuh kembali seperti gunung longsor ke atas musuh-musuh umat Tuhan. Kita akan menemukan simbol ini pada apa yang terjadi pada saat malapetaka yang keenam.


Now, something which many people have failed to notice is that when God delivered Israel at the Red Sea, as Israel was crossing the Red Sea, there was this horrendous storm that took place with thunder and earthquake and lightning. Now you say, “Where do we know that from?”
Go with me to Psalm 77 and we’ll begin reading at verse 15. Psalm 77:15, this is reminiscing about this experience.
“You have with Your arm redeemed Your people, the sons of Jacob and Joseph. Selah. 16 The waters saw You, O God; the waters saw You, they were afraid; the depths also trembled. 17 The clouds…” notice that it’s the clouds “…poured out water; the skies sent out a sound; Your arrows also flashed about…”  so let me ask you is there thunder? One of God’s arrows is what? His lightning, that’s right. Is there a terrible storm of water? Yes there is. Notice verse 18, “…18 The voice of Your thunder was in the whirlwind; the lightnings lit up the world; the earth trembled and shook…”  You say, “How do you know this is talking about the crossing of the Red Sea?” It says,  “…19 Your way was in the sea, Your path in the great waters, and Your footsteps were not known. 20 You led Your people like a flock by the hand of Moses and Aaron.”

Nah, sesuatu yang gagal dipahami banyak orang adalah ketika Tuhan menyelamatkan Israel di Laut Merah selagi Israel sedang menyeberangi Laut Merah, terjadilah badai besar bersama guntur dan gempa bumi dan kilat.
Nah, kalian berkata, “Dari mana kita tahu itu?”
Marilah bersama saya ke Mazmur 77 dan kita akan mulai membaca dari ayat 15. Mazmur 77:15, ini sedang mengingat-ingat kembali pengalaman tersebut.
“Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. [Sela] 16 Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar. 17 Awan-awan…” perhatikan, awan-awan yang,   “…mencurahkan air, langit bergemuruh, bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan…” coba saya tanya, apakah ada guntur? Salah satu panah Tuhan itu apa? KilatNya, benar. Apakah ada badai besar? Ya, ada. Perhatikan ayat 18, “…18  Deru guntur-Mu ada dalam angin puyuh, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang…”  Kalian berkata, “Dari mana kita tahu ini berbicara tentang penyeberangan Laut Merah? Dikatakan,   “…19 Pola-Mu terlukis di laut, jalan-Mu di laut yang luas, dan jejak-Mu tidak diketahui. 20 Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan tangan Musa dan Harun." [NKJV yang diindonesiakan]


They say, “Why is this important”? I want you to notice several things that we have here in that particular order.
·       First of all you have light upon God’s people and you have darkness upon the wicked. That’s plague # 5.
·       Then the waters are dried up. What is the 6th plague in Revelation after the plague of darkness # 5? The waters of the Euphrates are what? The waters of the Euphrates are dried up, that the kings of the sun rising might come, that a way might be prepared, it says that a way might be prepared for the coming of the kings of the sun rising. So you have the drying up of the waters under the 6th plague.
·       Have you ever noticed what you have under the 7th plague of Revelation?  You can read chapter 16 beginning with verse 17, it speaks about a worldwide earthquake, it speaks about lightning, it speaks about thunder and it speaks about hail storms.
So prefigured in this story you have plague # 5, 6, and 7. You have the plague of darkness, you have the drying up of waters, the preparing of the way for God’s people, God coming as the kings of the east to  rescue His people. By the way, here it says that God’s people were rescued when the sun rose. In Revelation 16 it says, speaks about the kings that come to rescue God’s people from the sun rising. And then you have the 7th plague where you have thunder and lightning and earthquake and a terrible hail storm, just like we find in the story in Exodus 14.

Mereka berkata, “Mengapa ini penting?”
Saya mau kalian memperhatikan beberapa hal yang ada menurut urutannya.
·       Pertama ada terang untuk umat Tuhan dan kegelapan bagi orang jahat. Itu malapetaka # 5.
·       Lalu airnya mengering. Apakah malapetaka yang ke-6 di Wahyu setelah malapetaka kegelapan # 5? Air sungai Efrat bagaimana? Air sungai Efrat mengering, supaya raja-raja dari matahari terbit boleh datang, supaya jalannya dipersiapkan. Dikatakan supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari matahari terbit.” [Wah 16:12]. Jadi di malapetaka ke-6, terjadilah air yang mengering.
·       Pernahkah kalian perhatikan apa yang ada pada malapetaka yang ke-7 di Wahyu? Kalian bisa membaca pasal 16 mulai dari ayat 17, berbicara tentang gempa bumi yang mengglobal, berbicara tentang kilat, berbicara tentang guntur, dan berbicara tentang hujan batu.
Maka cerita ini sudah melambangkan malapetaka # 5, 6, dan 7. Ada malapetaka kegelapan, ada mengeringnya air yaitu persiapan jalan bagi umat Tuhan, kedatangan Tuhan sebagai raja-raja dari timur untuk menyelamatkan umatNya. Nah, di sini dikatakan bahwa umat Tuhan diselamatkan pada saat matahari terbit. Di Wahyu 16 dikatakan, berbicara mengenai raja-raja yang datang dari matahari terbit untuk menyelamatkan umat Tuhan. Lalu ada malapetaka ke-7 di mana guntur, kilat dan gempa bumi dan badai hujan batu yang mengerikan, sama seperti yang kita temukan di kisah di Keluaran pasal 14.


In fact let’s notice it is at the morning watch, it’s actually at sunrise that God’s people are delivered. Exodus 14:24 and then we’ll go to verse 27. Exodus 14:24 says, “Now it came to pass, in the morning watch, that the LORD looked down upon the army of the Egyptians through the pillar of fire and cloud, and He troubled the army of the Egyptians….27 And Moses stretched out his hand over the sea; and when the morning appeared…”  is that at the sun rising that God’s people are delivered? Absolutely.   “…and when the morning appeared, the sea returned to its full depth, while the Egyptians were fleeing into it. So the LORD overthrew the Egyptians in the midst of the sea.”  And as we have already read not one of the enemies of God’s people remained. God delivered His people, not one of God’s children died in the crossing of the Red Sea.

Bahkan mari kita perhatikan, pada saat jaga pagi, sesungguhnya itu pada saat matahari terbit umat Tuhan diselamatkan. Keluaran 14:24 lalu kita akan ke ayat 27. Keluaran 14:24 berkata, Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN memandang ke bawah ke tentara orang Mesir dari tiang api dan awan itu dan Dia mengacau tentara orang Mesir itu… 27Dan Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan saat pagi merekah…”  apakah itu saat matahari terbit umat Tuhan diselamatkan? Betul sekali.   “…dan saat pagi merekah berbaliklah air laut ke kedalamannya yang semula, selagi orang Mesir lari ke dalam air itu.  Demikianlah TUHAN mengalahkan orang Mesir di tengah-tengah laut.” [NKJV yang diindonesiakan].
Dan seperti yang sudah kita  baca, tidak satu pun dari musuh-musuh umat Tuhan yang tersisa. Tuhan menyelamatkan umatNya, tidak satu pun anak-anak Tuhan mati saat menyeberangi Laut Merah.


And then, and only then, you have the song of Moses, which is the song of their deliverance from their enemies. And by the way, I would like to read that song, it’s found in the very next chapter, Exodus 15.
I want you to notice how the honor, and the glory and the praise belong to God. Exodus 15 and I am going to just go through this song because it’s a spectacularly well written song. Can you imagine a million voices not counting women and children singing this song in the wilderness? It must have thundered in the wilderness. It says there,

Kemudian, barulah setelah itu, ada nyanyian Musa, yaitu nyanyian penyelamatan mereka dari musuh-musuh mereka. Dan saya ingin membacakan nyanyian itu, yang terdapat di pasal berikutnya, Keluaran 15.
Saya mau kalian perhatikan bagaimana kehormatan dan kemuliaan dan pujian adalah milik Tuhan. Keluaran 15, dan saya akan membacakan nyanyian ini karena nyanyian ini ditulis dengan sangat indah. Bisakah kalian bayangkan sejuta suara belum termasuk wanita dan anak-anak menyanyikan nyanyian ini di padang gurun? Pasti suaranya menggelegar di padang gurun. Dikatakan di sini:


 “Then Moses and the children of Israel sang this song to the LORD, and spoke, saying:
‘I will sing to the LORD, for He has triumphed gloriously!
The horse and its rider He has thrown into the sea!
2 The LORD is my strength and song,
and He has become my salvation; He is my God,
and I will praise Him; My father's God, and I will exalt Him.
 3The LORD is a man of war; The LORD is His name.
4 Pharaoh's chariots and his army He has cast into the sea;
his chosen captains also are drowned in the Red Sea.
5 The depths have covered them; they sank to the bottom like a stone.
6 Your right hand, O LORD, has become glorious in power;
Your right hand, O LORD, has dashed the enemy in pieces.
7 And in the greatness of Your excellence
You have overthrown those who rose against You;
You sent forth Your wrath;
It consumed them like stubble…” 

Interesting, the Bible says that they were actually drowned with water, but here in symbolic language it’s speaking about them being consumed like stubble. We began to notice a little inkling of another destruction that is coming in the future. Verse 8,

“… 8 And with the blast of Your nostrils the waters were gathered together;
the floods stood upright like a heap;
the depths congealed in the heart of the sea.
9 The enemy said, 'I will pursue, I will overtake,
I will divide the spoil; my desire shall be satisfied on them.
I will draw my sword, my hand shall destroy them.’
10 You blew with Your wind, the sea covered them;
They sank like lead in the mighty waters.
11 Who is like You, O LORD, among the gods?
Who is like You, glorious in holiness,
 fearful in praises, doing wonders?
12 You stretched out Your right hand; the earth swallowed them.
13 You in Your mercy have led forth
the people whom You have redeemed;
You have guided them in Your strength
to Your holy habitation…”

By the way, who’s the glory being given here to? I think the Lord wants us to know that it’s HIM. Notice verse 14,

“… 14   The people will hear and be afraid;
sorrow will take hold of the inhabitants of Philistia.
15 Then the chiefs of Edom will be dismayed;
the mighty men of Moab, trembling will take hold of them;
all the inhabitants of Canaan will melt away.
16 Fear and dread will fall on them;
by the greatness of Your arm they will be as still as a stone,
till Your people pass over, O LORD,
Till the people pass over
Whom You have purchased. …” 


“Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini kepada TUHAN, dan berkata:
"Aku akan menyanyi kepada TUHAN, sebab Ia telah menang dengan megah!
Kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut!
2TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku,
Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku,
Dan aku akan memuji Dia, Ia Allah bapaku, dan aku agungkan Dia.
3 TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya.
4 Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut;
para perwiranya yang pilihan juga ditenggelamkannya di Laut Merah
5 Samudera raya menutupi mereka; mereka tenggelam ke dasarnya seperti batu.
6 Tangan kanan-Mu, O TUHAN, mulia karena kekuasaan-Mu,
tangan kanan-Mu,  O TUHAN, menghancurkan musuh berkeping-keping
7 Dan dalam kehebatan-Mu yang besar
Engkau mengalahkan mereka yang bangkit menentang Engkau;
Engkau melepaskan murka-Mu,
yang menghabiskan mereka seperti tunggul gandum…

Menarik. Alkitab berkata mereka sebenarnya tenggelam dalam air, tetapi di sini dalam bahasa simbolis, berbicara tentang mereka dihabiskan seperti tunggul. Kita mulai melihat secercah pertanda dari suatu penghancuran yang lain, yang akan terjadi di masa depan. Ayat 8,   

8 Dan dengan tiupan dari lubang hidung-Mu segala air pun berkumpul
Arus air berdiri tegak bagaikan onggokan;
Air laut membeku di tengah-tengah laut.
9 Kata musuh: ‘aku akan mengejar, aku akan menyusul mereka,
aku akan membagi-bagi jarahan; nafsuku akan kulampiaskan pada mereka,
akan kuhunus pedangku; tanganku akan melenyapkan mereka!’  
10 Engkau meniup dengan taufan-Mu, laut pun menutupi mereka;
seperti timah mereka tenggelam dalam air yang deras
11 Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN;
siapakah seperti Engkau, mulia dalam kekudusan-Mu,
mengagumkan untuk dipuji,  yang membuat keajaiban?
12 Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu; bumi pun menelan mereka.
13 Dengan kasih setia-Mu Engkau telah menuntun
umat yang telah Kautebus;
dengan kekuatan-Mu Engkau membimbing mereka
ke tempat kediaman-Mu yang kudus…”


Nah, di sini kemuliaan diberikan kepada siapa? Saya rasa Tuhan mau kita tahu bahwa itu DIA. Perhatikan ayat 14,    

“…14 Bangsa-bangsa akan mendengarnya dan menjadi gentar;
 Kesedihan akan mencekam penduduk Filistin.
15 Pada waktu itu para kepala kaum di Edom akan cemas,
orang-orang perkasa di Moab akan gemetar;
semua penduduk tanah Kanaan akan menciut nyalinya.
16 Ngeri dan takut akan menimpa mereka,
oleh kebesaran lengan-Mu mereka menjadi diam seperti batu,
sampai umat-Mu menyeberang, ya TUHAN,
sampai mereka menyeberang
mereka yang telah Engkau tebus…”



That’s the song of Moses. See, could you ever understand that song unless you’ve been through the experience?  You know most people today sing because they want to make themselves happy. There is something missing so they want a good time, you know they want to hoop it up. But you know, the main reason we sing is not to make ourselves happy, the main reason we sing is because we are happy. And we want to praise the Lord. And we want to give glory to the Lord. It’s not all about us, it’s about HIM.

Inilah nyanyian Musa. Lihat, mungkinkah kita menghayati nyanyian tersebut kecuali kita pernah melewati pengalaman itu? Kalian tahu, kebanyakan orang hari ini menyanyi karena mereka mau merasa gembira. Ada sesuatu yang hilang, maka mereka ingin merasa gembira, kalian tahu, mereka mau menyemarakkan suasana. Tetapi tahukah kalian, alasan utama kita menyanyi bukanlah untuk membuat diri kita gembira. Alasan utama kita menyanyi karena hati kita gembira, kita ingin memuji Tuhan dan kita mau memuliakan Tuhan. Jadi bukan tentang kita, tetapi tentang TUHAN.

And now I want you to notice, the conclusion of this song of Moses, God promises to take His people to His holy hill. Notice Exodus 15:17-18, says, “… 17 You will bring them in and plant them in the mountain of Your inheritance…”  what is the mountain of God’s inheritance? It is Mount? In the Old Testament, what is it, Mount what? Zion! 

“…You will bring them in and plant them
in the mountain of Your inheritance,
in the place, O LORD,
which You have made for Your own dwelling,
 the sanctuary, O Lord, which Your hands have established.
18 The LORD shall reign forever and ever. …”

Sekarang saya mau kalian perhatikan, kesimpulan dari nyanyian Musa ini, Tuhan berjanji membawa umatNya ke gunungNya yang kudus. Perhatikan Keluaran 15:17-18, berkata, 17 Engkau membawa mereka masuk dan Kaucangkokkan mereka di atas gunung warisan-Mu…”  apa maksudnya gunung warisan Tuhan? Apakah itu Gunung? Di Perjanjian Lama apa itu? Gunung apa? Sion!  

17 Engkau membawa mereka masuk
dan Kaucangkokkan mereka di atas gunung warisan-Mu;
di tempat yang telah Kaubuat kediaman-Mu, ya TUHAN;
di tempat kudus, yang didirikan tangan-Mu, ya TUHAN.
18 TUHAN akan memerintah selama-lamanya."


Where does He promise to take His people? To the mountain of His inheritance, to Mount Zion, to His Sanctuary. Have you ever read in the book of Revelation where the 144’000 stand? They stand on the sea of glass, but the sea of glass is where? On Mount Zion. Revelation 14:1. And we believe that God is going to reign forever and ever from Jerusalem, like it says here, God is going to take Israel up to the mountain of His inheritance to Mt. Zion, little Mt. Zion over in Canaan which becomes a symbol of the true Mt. Zion where God will take His people at the end of time.

Ke mana Tuhan berjanji membawa umatNya? Ke gunung warisanNya, ke Gunung Sion, ke Bait SuciNya. Pernahkah kalian baca di kitab Wahyu di mana  ke-144’000 berdiri? Mereka berdiri di laut kaca, tetapi di mana laut kaca ini? Di Gunung Sion. Wahyu 14:1. Dan kita yakin Tuhan akan memerintah untuk selama-lamanya dari Yerusalem, seperti yang dikatakan di sana. Tuhan akan membawa Israel naik ke gunung warisanNya, ke Gunung Sion. Gunung Sion yang kecil di Kanaan adalah simbol dari Gunung Sion yang sebenarnya di mana Tuhan akan membawa umatNya pada akhir zaman.


I’d like to conclude this morning by reading a passage that we find in Psalm 15:1-5, who is going to dwell on God’s holy hill? This will also introduce part II of this presentation on the Song of Moses and the Lamb.
Do those who go to God’s holy hill need to have a special preparation for that? Yes, they do. Notice Psalm 15:1-5. “LORD, who may abide in Your tabernacle? Who may dwell in Your holy hill?…”  what was the question? Who can dwell in Your tabernacle? Who can dwell in Your holy hill? By the way, that’s Zion, same mountain, mountain of God’s inheritance. Notice the answer, “…2 He who walks uprightly, and works righteousness, and speaks the truth in his heart; 3 he who does not backbite with his tongue, nor does evil to his neighbor, nor does he take up a reproach against his friend; 4 in whose eyes a vile person is despised, but he honors those who fear the LORD; he who swears to his own hurt and does not change; 5 he who does not put out his money at usury, nor does he take a bribe against the innocent…” So is there going to be  a special character of those who are going to dwell on Mt. Zion? Absolutely. And then notice,   “…He who does these things shall never be…”  what?   “…shall never be moved.”

Saya ingin mengakhiri pagi ini dengan membacakan suatu bacaan yang ada di Mazmur 14:1-5, siapa yang akan tinggal di gunung kudus Tuhan? Ini juga akan memperkenalkan bagian kedua dari presentasi ini mengenai nyanyian Musa dan Anak Domba.
Apakah mereka yang akan pergi ke gunung kudus Tuhan perlu memiliki persiapan khusus untuk itu? Ya, betul. Perhatikan Mazmur 15:1-5, “Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh diam di kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?…”  apa pertanyaannya? Siapa yang bisa berdiam di tabernakelMu? Siapa yang bisa tinggal di gunung kudus-Mu? Itu Sion, gunung yang sama, gunung warisan Tuhan. Perhatikan jawabannya,  “…2 Yaitu dia yang hidup dengan benar, yang melakukan apa yang benar, dan yang berbicara sesuai isi hatinya yang benar, 3 yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya atau berbuat jahat kepada tetangganya, dan yang juga tidak menimpakan cela kepada temannya; 4 yang memandang hina orang yang keji, tetapi yang menghormati mereka yang takut akan TUHAN; yang mau bersumpah walaupun merugikan dirinya, dan tidak berubah; 5 yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah…”  Jadi apakah mereka yang akan berdiam di Gunung Sion harus memiliki tabiat yang khusus? Betul sekali. Sekarang perhatikan,   “… Siapa yang berlaku demikian, tidak akan…”  apa?   “… tidak akan digeser selama-lamanya.”[NKJV yang diindonesiakan]


Do you remember that question that is asked at the end of chapter 6 of Revelation right before we see the 144’000?
“For the great day of His wrath has come, and who is able to…”  what?   “…to  stand? …”  In other words  “who will not be moved?” The answer is the 144’000. They follow the Lamb wherever He goes. No lies are detected on their mouths, they are without spot before the throne of God, they did not become defiled with women, doesn’t mean that they were not married, that means that they did not have illicit relationships with the theology of those who do not follow what the Bible teaches. In other words, both Revelation and the story that we find in Exodus dovetailed they are to be understood and studied together. God is going to do once again in the future what He did in the past. I don’t know about you, but I am thankful that the Lord doesn’t simply say in the Bible, “Folks, when crunch time comes, you know, when the time of trouble comes, don’t worry, hang in there, I’ll be with you.”
You say, “How do I know?”
“Trust Me.”
God doesn’t do it that way. He says, “I’m going to deliver you. You want proof? I did it back there. I showed you how I did it. And it’s going to happen all over again in the same way. You’d think if I delivered them, I am not going to deliver you?”
Of course. The same processes are going to be followed. And praise the Lord, that God’s people who trust in Him, are going to be delivered as Israel was delivered in the midst of their crises. As it says in Daniel 12:1, God’s people will be delivered, everyone whose name is found written in the book.
The question is, is our name in the book?

Apakah kalian ingat pertanyaan yang ditanyakan pada akhir pasal 6 Wahyu tepat sebelum kita melihat ke-144’000? Sebab sudah tiba hari besar murkaNya, siapakah yang dapat…”  apa?   “… bertahan?” Dengan kata lain,  “siapa yang tidak akan digeser?” Jawabnya yaitu ke-144’000. Mereka mengikuti Anak Domba ke mana pun Dia pergi. Di mulut mereka tidak ada dusta, mereka tidak bernoda di hadapan takhta Allah, mereka tidak dicemarkan oleh wanita ~ ini tidak berarti mereka tidak menikah, tetapi ini berarti mereka tidak memiliki hubungan gelap dengan theologi yang tidak mengikuti apa yang diajarkan Alkitab. Dengan kata lain, baik kitab Wahyu dan kisah yang kita jumpai di Keluaran itu pas satu sama lain, dan keduanya harus dipahami dan dipelajari bersama-sama. Di masa depan Tuhan akan melakukan sekali lagi apa yang pernah dilakukanNya di masa lampau. Saya tidak tahu bagaimana menurut kalian, tetapi saya bersyukur Tuhan tidak sekadar berkata di Alkitab, “Saudara-saudara, pada saat masa genting tiba, kalian tahu, pada saat masa kesusahan besar tiba, jangan khawatir, bertahanlah, Aku menyertai kalian.”
Kalian berkata, “Dari mana saya tahu?”
“Percayalah padaKu.”
Tuhan tidak berbuat begitu. Tuhan berkata, “Aku akan menyelamatkan kamu. Kamu mau bukti? Aku sudah pernah melakukannya dulu. Aku sudah menunjukkannya kepadamu bagaimana Aku melakukannya. Dan itu akan terulang kembali dengan cara yang sama. Kamu pikir, jika Aku sudah menyelamatkan mereka, apakah Aku tidak akan menyelamatkan kamu?”
Tentu saja. Proses yang sama akan diikuti. Dan puji Tuhan, umatNya yang mengandalkan Dia, akan diselamatkan sebagaimana Israel diselamatkan di tengah-tengah krisis mereka.
Seperti yang dikatakan di Daniel 12:1, umat Tuhan akan diselamatkan, semua yang namanya ada tertulis di kitab.
Pertanyaannya sekarang: Apakah nama kita tertulis di kitab?






29 10 15

No comments:

Post a Comment