RIGHTEOUSNESS
BY FAITH IN VERITY
A Sermon by Stephen Bohr - PART 2
Dibuka dengan doa.
As
probably most informed SDAs are aware, in 1888 there was a momentous General
Conference session that was held in the city of Minneapolis, Minnesota, it’s
known as the Minneapolis General Conference. And the issue that was studied at
this particular General Conference session was the subject of Righteousness by
Faith, how an individual is made righteous. Now, Ellen White in the aftermath
of this particular General Conference, wrote a statement which I would like to
begin our study, by reading. It’s actually found in the Review and Herald which
was the SDA publication par excellence at that time, the R&H April 1, 1890,
just two years after the General Conference session. And this is what she
wrote: “Several have written to me, inquiring if the message of
Justification by Faith is the Third Angel’s message. And I have answered, ‘It
is the Third Angel’s Message in verity.’” You know the word “verity” is related to the word “veracity” and
in Spanish you have the word “verdad” which is “truth”. So Ellen White is
saying that the Third Angel’s Message is Righteousness by Faith in truth, in verity.
Sebagian
besar orang MAHK yang cukup perduli, mengetahui bahwa di tahun 1888, ada satu
sesi General Conference yang sangat penting yang diadakan di kota Minneapolis,
Minnesota, yang dikenal sebagai General Conference Minneapolis. Dan isu yang
dipelajari oleh sesi General Conference ini adalah tema Pembenaran oleh Iman,
bagaimana seorang manusia dibenarkan. Nah, sebagai kelanjutan General
Conference tersebut, Ellen White menulis suatu pernyataan yang akan saya
bacakan untuk mengawali pelajaran kita hari ini. Pernyataan itu ada di Review and
Herald, yaitu publikasi MAHK yang terbaik pada masa itu, R&H edisi
1 April 1890, hanya dua tahun setelah sesi General Conference tersebut. Dan
inilah yang ditulisnya: “Beberapa orang menulisi saya,
menanyakan apakah pekabaran Pembenaran oleh Iman adalah Pekabaran Malaikat
Ketiga. Dan saya telah menjawabnya, ‘Itu benar Pekabaran Malaikat Ketiga yang
sesungguhnya.’ (‘It is the Third Angel’s Message in verity.’)”. Kalian tahu kata “verity”[= yang sebenarnya] berhubungan dengan kata “veracity”[=kejujuran, ketulusan] dan dalam bahasa
Spanyol ada kata “verdad” yaitu
“kebenaran”. Jadi yang dikatakan Ellen White adalah Pekabaran Malaikat Ketiga itu adalah Pembenaran oleh Iman
yang sesungguhnya, yang sebenarnya.
Now if we are going to understand how the Third Angel’s Message
is righteousness by faith ~ notice she doesn’t say that it is related to
righteousness by faith, she says “it
IS righteousness by faith in verity,” we would need to read the passage where we find the Third
Angel’s message. And so I invite you to turn in your Bibles with me to
Revelation chapter 14 and we will read verses 9-12, the Third Angel’s message which is
righteousness by faith in verity. Of course this follows two angels
that give their messages. First Angel’s message is: Fear God, give glory to Him for the hour of His judgment has come; and
worship the creator. Second Angel’s message is a call for God’s people to come
out of Babylon. And then you have this third message which we read about in
Revelation 14:9 “Then a third angel followed them,
saying with a loud voice, ‘If anyone worships the beast and his image, and
receives his mark on his
forehead or on his hand, 10he himself shall also drink of the wine
of the wrath of God, which is poured out full strength into the cup of His
indignation. He shall be tormented with fire and brimstone in the presence of
the holy angels and in the presence of the Lamb. 11And the smoke of
their torment ascends forever and ever; and they have no rest day or night, who
worship the beast and his image, and whoever receives the mark of his name.’…”
This is a dire warning to all of the
world not to worship the Beast, not to worship the image of the Beast, and not
to receive the mark of the Beast.
Nah, jika kita perlu memahami mengapa
pekabaran Malaikat Ketiga itu adalah pembenaran oleh iman ~ perhatikan Ellen
White tidak berkata bahwa pekabaran Malaikat Ketiga itu terkait dengan
pembenaran oleh iman, dia katakan, “itu benar adalah pembenaran
oleh iman yang sesungguhnya” ~
maka kita harus membaca kutipan di mana pekabaran Malaikat Ketiga itu ada. Jadi
saya undang kalian untuk membuka Alkitab kalian ke kitab Wahyu pasal 14 dan
kita akan membaca ayat 9-12, pekabaran
Malaikat Ketiga adalah pembenaran oleh iman yang sesungguhnya.
Tentu saja, pekabaran itu mengikuti dua malaikat lainnya yang menyampaikan
pekabaran mereka. Pekabaran Malaikat Pertama adalah: Takutlah akan Allah dan
muliakan Dia karena saat penghakimanNya telah tiba dan sembahlah Sang Pencipta.
Pekabaran Malaikat Kedua adalah panggilan kepada umat Allah untuk keluar dari
Babilon. Lalu pekabaran yang ketiga yang kita
baca di Wahyu 14:9 “Dan seorang malaikat lain,
malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau
seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya
atau pada tangannya, 10 maka ia akan minum dari anggur murka Allah,
yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa
dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata
Anak Domba. 11 Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas
sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa,
yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang
telah menerima tanda namanya…"
Ini adalah peringatan yang keras
kepada seluruh dunia supaya jangan menyembah Binatang, jangan menyembah patung
Binatang itu, dan jangan menerima tanda Binatang itu.
Now, you say, “Pastor Bohr, how in
the world is this related to righteousness by faith? How can you take a warning
against the Beast and his image and his mark and say that this is related to
the issue of righteousness by faith?”
Well, you’ll notice that I did not
finish reading the Third Angel’s message, we still have one more verse that we have
to look at.
You see,
God is going to have a people when the world is worshIping the Beast, and
worshiping the image and receiving the mark, God is going to have a people
that are distinguished by three characteristics, and those characteristics are
found in verse 12. 12Here is the patience of the
saints…” the word “patience” there in Greek actually should be
translated “perseverance”. “…Here is the perseverance of the
saints…” that is one characteristic, “…here are those who keep the commandments
of God…” characteristic number two. They keep the commandments of
God and then comes characteristic number three, “…and…” what? “…and the faith of Jesus.”
So we are
beginning to catch a glimpse that God is going to have a people who have three
characteristics. They are not going to worship the Beast, its image or receive
its mark obviously. In the midst of these crises, they are going to have
endurance or perseverance, they are going to be keepers of God’s commandments
and they will have the faith that Jesus had.
Kalian
berkata, “Pastor Bohr, kok bisa ini berkaitan dengan pembenaran oleh iman?” Kok
bisa peringatan terhadap si Binatang, dan patungnya dan tandanya dikatakan
berkaitan dengan tema pembenaran oleh iman?
Nah, kalian
akan melihat bahwa saya belum selesai membacakan pekabaran Malaikat Ketiga,
masih ada satu ayat lagi yang harus kita simak.
Ketahuilah,
ketika dunia ini sedang menyembah si Binatang, menyembah patungnya dan menerima
tandanya, Tuhan akan memiliki suatu umat yang bisa dikenali dari tiga ciri
khas, dan ketiga ciri khas itu tertulis dia ayat 12. “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus…” kata
“ketekunan” di situ dalam bahasa Greeka sebenarnya harus diterjemahkan
“ketahanan” “…Yang penting di sini ialah ketahanan
orang-orang kudus…” ini
ciri yang pertama, “…yang memelihara perintah-perintah Allah…” ciri
nomor dua, mereka memelihara perintah-perintah Allah. Kemudian ciri nomor tiga,
“… dan…” apa? “… iman dari Yesus.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi kita
mulai bisa menangkap sedikit bahwa Tuhan akan memiliki satu umat yang memiliki
tiga ciri khas. Sudah jelas mereka tidak akan menyembah Binatang itu, patungnya
atau menerima tandanya. Di tengah-tengah krisis ini, mereka akan memiliki
ketahanan atau kegigihan, mereka akan memelihara perintah-perintah Tuhan, dan
mereka akan memiliki iman yang dimiliki Yesus.
Now my
question is, did for example Martin Luther preach righteousness by faith? What
would you say if I asked you that question? Did Martin Luther preach
righteousness by faith? Yes, absolutely. So let me ask you, did Martin Luther
preach the Third Angel’s message? No. So there must be ~ my point is, folks ~ that
there must be something beyond the concept of Martin Luther that has to do with
righteousness by faith.
Sekarang, pertanyaan saya adalah, sebagai contoh, apakah Martin Luther
mengkhotbahkan pembenaran oleh iman? Apa yang akan kalian jawab seandainya saya
mengajukan pertanyaan ini? Apakah Martin Luther mengkhotbahkan pembenaran oleh
iman? Ya, betul sekali. Maka, coba saya tanya, apakah Martin Luther
mengkhotbahkan pekabaran Malaikat Ketiga? Tidak. Jadi, maksud saya,
Saudara-saudara, harus ada sesuatu yang melampaui konsep yang disampaikan
Martin Luther yang berkaitan dengan pembenaran oleh iman.
Allow me
to read you a statement from the book The Great Controversy page 356, where
Ellen White makes it clear that Martin Luther did not preach the First, Second
or Third Angel’s messages, and yet he preached righteousness by faith. So there
must be something more in the Third Angel’s message than just what Luther
preached, are you understanding what I am saying?
Izinkan saya membacakan suatu pernyataan dari buku The Great Controversy hal. 356,
di mana Ellen White membuatnya sangat jelas bahwa Martin Luther tidak
mengkhotbahkan pekabaran Malaikat pertama, Kedua maupun Ketiga, namun demikian
Martin Luther tetap mengkhotbahkan pembenaran oleh iman. Jadi pasti ada sesuatu
yang lain di dalam pekabaran Malaikat Ketiga ini di luar apa yang telah
dikhotbahkan Luther. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?
Notice this interesting statement, she is
referring particularly to the First Angel’s message, but I believe it applies
to the Second and the Third because the Second and the Third follow the First.
So, if he didn’t preach the First, he certainly did not preach the Third. She says in Great Controversy page 356,
referring to the First Angel’s message, “No such message has ever been given in past ages. Paul, as we
have seen, did not preach it…” Paul did not preach the First Angel’s message, is what
Ellen White is saying. Paul did not preach it. “…He pointed his brethren into the then far-distant future for
the coming of the Lord. The Reformers did not proclaim it. Martin Luther placed
the judgment about 300 years in the future from his day, but…” then she explains this,
“…but
since 1798…” that’s
when the time of the end begins, “…since 1798 the book of Daniel has been unsealed, knowledge of
the prophecies has increased, and many have proclaimed the solemn message of
the Judgment near….” So
you’ll notice here Martin Luther and the Reformers and Paul did not preach the
First, Second, and Third Angel’s messages and yet Martin Luther preached
Righteousness by Faith. So there must be something more to the message of
Righteousness by Faith in the Third Angel’s message than what was preached by
Luther and what was preached by the Reformers.
Perhatikan pernyataan yang menarik ini, Ellen White mengacu terutama
kepada pekabaran Malaikat Pertama, tetapi saya yakin ini juga berlaku bagi
pekabaran Malaikat yang Kedua dan Ketiga, karena Malaikat yang Kedua dan Ketiga
mengikuti yang Pertama. Jadi jika Martin Luther tidak mengkhotbahkan pekabaran
Malaikat yang Pertama, sudah pasti dia juga tidak mengkhotbahkan pekabaran
Malaikat yang Ketiga. Ellen White berkata di Great Controversy hal. 356,
mengacu kepada pekabaran Malaikat Pertama, “Pekabaran
seperti ini belum pernah diberikan di masa-masa yang lalu. Paulus, seperti yang
telah kita lihat, tidak mengkhotbahkannya…”
Paulus tidak mengkhotbahkan pekabaran Malaikat Pertama, itulah yang
dikatakan Ellen White. Paulus tidak mengkhotbahkannya. “…Paulus
mengarahkan saudara-saudaranya ke masa depan yang pada zamannya masih jauh, ke
kedatangan Tuhan. Bapak-bapak Reformator tidak mengabarkannya. Martin Luther
menempatkan penghakiman sekitar 300 tahun ke depan dari zamannya, tetapi…” lalu Ellen
White menjelaskan ini, “…tetapi sejak 1798…” saat
itulah masa akhir zaman dimulai, “…sejak
1798 kitab Daniel telah dibuka meterainya, pengetahuan tentang
nubuatan-nubuatan telah bertambah, dan banyak orang telah menyampaikan
pekabaran yang serius mengenai Penghakiman yang sudah dekat…” Jadi
kalian bisa lihat di sini, Martin Luther dan para Reformator dan Paulus tidak
mengkhotbahkan pekabaran Malaikat Pertama, Kedua dan Ketiga, namun demikian
Martin Luther mengkhotbahkan Pembenaran oleh Iman. Jadi harus ada sesuatu yang
melebihi pekabaran Pembenaran oleh Iman dalam pekabaran Malaikat Ketiga, di
luar apa yang sudah dikhotbahkan oleh Luther, dan para Reformator.
And the
question is what does the Third Angel’s message contain that goes beyond what
was preached by Luther and the Reformers and even the apostle Paul? The fact is
folks, righteousness
by faith in the Third Angel’s message is presented in a new context, in
a
context of the end time.
Dan pertanyaannya adalah, apa isi pekabaran Malaikat Ketiga yang
melampaui apa yang sudah dikhotbahkan oleh Luther dan para Reformator dann
bahkan oleh rasul Paulus? Faktanya, Saudara-saudara, pembenaran oleh iman dalam pekabaran Malaikat Ketiga
disampaikan dalam
suatu konteks yang baru, dalam
konteks akhir zaman.
Now,
you’ll notice that in the Third Angel’s message you have mentioned of not
worshiping the Beast, or his image, or receiving his mark.
Let me
ask you in the times of Luther had the image of the Beast been raised up? No.
USA is going to make the image of the Beast.
Had the
mark of the Beast been imposed in the times of Luther? Absolutely not.
Did the
whole world wonder after the Beast in the times of Martin Luther? Absolutely
not. You see, the Third Angel’s message is righteousness by faith in an end time
context. It’s found in a different context than in the times of Paul,
or in the times of Luther, or the times
of the other Reformers. You see, in order to understand the Third Angel’s
message where the Beast, and his image and his mark is spoken of, we have to go
to the previous chapter. Revelation chapter 13. And we are not going to read
these verses, they are verse 11-18, I am just going to summarize because I am
sure you have read them many times before.
Sekarang, kalian akan melihat bahwa dalam pekabaran Malaikat Ketiga
disebutkan supaya jangan menyembah Binatang itu, atau patungnya atau menerima
tandanya.
Coba saya tanya, di zaman Luther, apakah patung Binatang itu sudah ada?
Tidak. Amerika Serikat-lah yang akan membuat patung Binatang itu.
Apakah tanda Binatang itu sudah dipaksakan di zaman Luther? Sama sekali
tidak.
Apakah seluruh dunia sudah mengagumi dan mengikuti Binatang itu di zaman
Martin Luther? Sama sekali tidak.
Kalian lihat, pekabaran
Malaikat Ketiga adalah pembenaran oleh iman dalam konteks akhir zaman. Ini
ada di dalam konteks yang berbeda daripada di zaman Paulus atau di zaman Luther
atau di zaman para Reformator. Kalian lihat, supaya kita bisa mengerti
pekabaran Malaikat Ketiga di mana Binatang itu, patungnya dan tandanya
dibicarakan, kita harus pergi ke pasal sebelumnya. Wahyu pasal 13. Dan kita
tidak akan membaca ayat-ayat itu, yaitu ayat 11-18, saya hanya akan menyimpulkannya
karena saya yakin kalian sudah pernah sering membacanya.
Once
again in Revelation 13:11-18 you find the same elements of the Third Angel’s
message, you find first of all mention of the Beast. You find mention of the
image of the Beast. And you find mention of the mark of the Beast. In chapter
13.
Now, the
emphasis in chapter 13 is that there is a big crisis that is going to come upon
the world. If you read Revelation 13:11-18 you are going to find that it says
that whoever does not worship the Beast or his image or receives his mark, will
not be able to buy or sell. Is there going to be a big crisis? Sure. But it
goes even further. It says that whoever does not worship the Beast or his image
or receive its mark, a death sentence will be given against that person.
Sekali lagi di Wahyu 13:11-18 kita dapati unsur-unsur yang sama dari
pekabaran Malaikat Ketiga. Pertama disebutkan tentang Binatang itu. Ada
disebutkan tentang patung binatang itu, dan ada disebutkan tentang tanda
binatang itu. Di pasal 13.
Sekarang, penekanan pasal 13 adalah bahwa akan ada krisis besar di bumi.
Jika kita baca Wahyu 13:11-18 kita akan
melihat bahwa siapa yang yang tidak menyembah Binatang itu atau patungnya atau
menerima tandanya, tidak akan bisa berjual beli. Apakah ini akan merupakan
krisis besar? Tentu saja. Tetapi ini masih berlanjut. Dikatakan, siapa yang
tidak menyembah Binatang itu atau patungnya atau menerima tandanya, akan
menerima hukuman mati.
In other words when you go to the previous chapter, not chapter 14 the Third Angel’s message but
chapter 13 where the Beast, his image and his mark are first introduced, you’ll
find in chapter 13 that there is going to be a crisis, a global crisis where
the whole world will wonder after the Beast. The whole world will worship the
image of the Beast, the whole world will receive the mark of the Beast, except
for a remnant, a remnant that has the perseverance of the saints, a remnant
that keeps the commandments of God, a remnant that has the faith of Jesus.
Dengan kata lain, jika kita ke pasal sebelumnya,
bukan pasal 14 yang ada Pekabaran Malaikat Ketiga, tetapi pasal 13 di mana
Binatang itu, patungnya dan tandanya pertama diperkenalkan, kita akan mendapati
di pasal 13, bahwa akan terjadi suatu krisis, krisis yang global, saat seluruh
dunia akan mengikuti Binatang itu, seluruh dunia akan menyembah patung binatang
itu, dan seluruh dunia akan menerima tanda binatang itu, kecuali sekelompok
umat yang sisa, umat yang sisa yang memiliki ketahanan orang-orang kudus, umat yang
sisa yang memelihara perintah-perintah Tuhan, umat yang sisa yang memiliki iman
Yesus.
And so in chapter 13 you have a description of the crisis, the
end time crisis. And in chapter 14 you have the warning, don’t be on the wrong
side when this crisis comes. Are you understanding the relationship between
these two chapters? There is a time coming, folks, when we will not be able to
buy or sell if we are faithful to God and faithful to His Sabbath commandment.
There is a time coming when a death decree will be given against God’s people.
And God’s people will be characterized by these 3 elements that are in the
Third Angel’s message. First of all they will have the perseverance 40’0] of
the saints, they will persevere, they will persist, they will endure, that’s
what the word means, it’s a Greek word ὑπομονή [hupomonē]. You know there is another word that is translated
“patience” in the New Testament, and usually the KJV translates it “long
suffering” that’s kind of like, you know, a passive idea, you know, like you
suffer a long period of time. It doesn’t have so much to do with endurance in
suffering, but ὑπομονή [hupomonē] in the Third
Angel’s message, is you know, an active faith that perseveres that endures, an
active faith that persists, in other words. That’s one characteristics that
God’s people will have in the end time.
Secondly they will
keep the commandments of God.
And in the third
place they will have the faith of Jesus.
Maka di pasal 13 ada deskripsi tentang suatu
krisis, krisis akhir zaman. Dan di pasal 14 ada peringatan, jangan berada di
pihak yang salah saat krisis ini terjadi. Apakah kalian memahami hubungan
antara kedua pasal tersebut? Saatnya akan tiba, Saudara-saudara, ketika kita
tidak akan bisa membeli atau menjual jika kita tetap setia kepada Tuhan, setia
kepada perintah untuk memelihara SabatNya. Saatnya akan tiba ketika akan
dikeluarkan suatu perintah untuk membunuh umat Tuhan. Dan umat Tuhan akan
dikenal dengan tiga ciri khas yang ada di pekabaran Malaikat Ketiga. Pertama,
mereka akan memiliki ketahanan orang-orang kudus, mereka akan bertahan, mereka
akan pantang menyerah, mereka akan menghadapi dengan gigih, itulah maksud kata
tersebut, suatu kata Greeka ὑπομονή [hupomonē]. Kalian tahu ada kata lain yang diterjemahkan “bersabar”
di dalam Perjanjian Baru, dan biasanya KJV menerjemahkannya “panjang sabar” kalian
tahu ini lebih terkesan pasif, seperti jika kita menjalani penderitaan untuk
waktu yang lama. Ini tidak terlalu berkaitan dengan ketahanan dalam
penderitaan, tetapi ὑπομονή
[hupomonē] dalam
pekabaran Malaikat Ketiga, kalian tahu, itu adalah iman yang aktif, yang
bertahan, yang pantang menyerah, dengan kata lain iman yang aktif yang gigih.
Itu salah satu ciri khas yang akan dimiliki umat Tuhan pada akhir zaman.
Kedua
mereka akan memelihara perintah-perintah Tuhan.
Dan
ketiga, mereka akan memiliki iman Yesus.
Now, we don’t have
any troubles understanding what the perseverance of the saints is. We don’t
have anything really complicated in keeping the commandments of God. We know
what commandments that is referring to, it’s referring to the 10 commandments
that is found in Exodus chapter 20.
But what about the
expression “the faith of Jesus”? The remnant will not only have the
perseverance of the saints, they will not only keep the commandments of God,
but we are told that they will also have the faith of Jesus. What is
meant by “the faith of Jesus?”
Nah,
kita tidak ada kesulitan memahami apa itu ketahanan orang-orang kudus. Tidak
ada yang rumit dengan pemahaman memelihara perintah-perintah Tuhan. Kita sudah
tahu perintah mana yang dibicarakan, ini mengacu kepada 10 Perintah Tuhan yang ada
di Keluaran pasal 20.
Tetapi
bagaimana dengan ungkapan “iman dari Yesus”? Umat yang sisa tidak saja akan
memiliki ketahanan orang-orang kudus, mereka tidak saja hanya memelihara
perintah-perintah Tuhan, tetapi kita diberitahu bahwa mereka juga akan memiliki
iman dari Yesus. Apa yang dimaksud
dengan “iman dari Yesus”?
Well, in order to understand what the faith of Jesus
is that God’s people will have, we have to understand first of all the faith
that Jesus had. Correct? If we are going
to have the faith of Jesus, we need to understand how Jesus had that faith
first because we are going to have the same faith that Jesus had.
Now, the question is
what kind of faith did Jesus have and will God’s remnant have along with Jesus?
Nah,
agar kita bisa memahami apa itu iman dari Yesus yang akan dimiliki umat Tuhan
yang sisa, pertama kita harus memahami lebih dulu iman yang dimiliki Yesus,
benar? Jika kita nanti akan memiliki iman Yesus, kita harus lebih dulu mengerti
bagaimana Yesus memiliki iman itu karena kita nanti akan memiliki iman yang
sama seperti yang dimiliki Yesus.
Nah,
pertanyaannya adalah, iman macam apa yang dimiliki Yesus dan yang akan dimiliki
umat Tuhan yang sisa bersama-sama dengan Yesus?
I’d like to read a
statement that we find in Selected Messages Vol. 3 page 172, where
Ellen White describes and defines what the faith of Jesus is. And we are going
to pursue this from a biblical perspective as well. She says, “The third angel’s message is the proclamation of the
commandments of God and the faith of Jesus Christ. The commandments of God have
been proclaimed…” she says, “…but the faith of Jesus Christ has not
been proclaimed by SDA as of equal importance….”
Let me ask you, what is more important, the commandments of God or the faith of
Jesus? What do you understand of “equal importance”? Is it more important to
have the faith of Jesus or is it more important to keep the commandments of
God? The fact is that they are of equal importance, according to Ellen White.
She continues saying. I’ll go back a little ways, “…The
commandments of God have been proclaimed but the faith of Jesus Christ has not
been proclaimed by SDA as of equal importance….”
And then she says, “…The law and the gospel going hand in
hand. I cannot find language to express this subject in its fullness. The faith
of Jesus, it is talked of but not understood…” she says, and then
she asks the question, “…What constitute the faith of Jesus
that belongs to the Third Angel’s message?...”
What is the faith of Jesus that belongs to the Third Angel’s message? She asks.
And then she answers, “…Jesus becoming our sin-Bearer that He
might become our sin-Pardoning Savior. He was treated as we deserved to be
treated. He came to our world and took our sins that we might take His
righteousness. And faith in the ability of Christ to save us amply and fully and entirely,
is the faith of Jesus…”
Saya
ingin membacakan suatu pernyataan yang ada di Selected Messages Vol. 3 hal.
172, di mana Ellen White menjelaskan dan mendefinisikan bagaimana yang namanya iman
Yesus itu. Dan kita akan mempelajari ini juga dari perspektif Alkitab. Ellen
White berkata, “Pekabaran Malaikat Ketiga adalah
mengumandangkan perintah-perintah Tuhan dan iman Yesus Kristus.
Perintah-perintah Tuhan telah dikumandangkan…” katanya, “…tetapi iman Yesus Kristus tidak
dikumandangkan oleh MAHK dengan porsi yang sama…”
Coba saya tanya, yang mana lebih
penting, perintah-perintah Tuhan atau iman Yesus? Bagaimana kalian memahami
istilah “porsi yang sama”? Apakah lebih penting memiliki iman Yesus atau lebih
penting memelihara perintah-perintah Tuhan? Sesungguhnya mereka itu sama
pentingnya, menurut Ellen White. Dia melanjutkan, saya ulangi sedikit, “…Perintah-perintah Tuhan telah
dikumandangkan tetapi iman Yesus Kristus tidak dikumandangkan oleh MAHK dengan
porsi yang sama…” lalu dia katakan,
“…Hukum dan Injil
berjalan bersama-sama. Saya tidak bisa menemukan kata-kata untuk menggambarkan
subjek ini secara sempurna. Iman Yesus dibicarakan tetapi tidak dipahami…”
katanya, lalu dia mengajukan
pertanyaan, “…Apa yang membentuk iman Yesus yang ada di pekabaran Malaikat
Ketiga?...” Nah, apa itu iman Yesus yang ada dalam pekabaran
Malaikat Ketiga? Tanyanya. Lalu dia menjawab, “…Yesus menjadi Pemikul dosa kita supaya
Dia boleh menjadi Juruselamat Pemberi ampun dosa kita. Dia diperlakukan
sebagaimana kita sepantasnya diperlakukan. Dia datang ke dunia kita dan
mengambil alih dosa-dosa kita supaya kita boleh mengambil kebenaranNya. Dan mengimani
kemampuan Kristus untuk menyelamatkan kita secara penuh, dan sempurna, dan
utuh, itu adalah iman Yesus…”
Now, let me read you what the faith of
Jesus was like when Jesus bore our sins, when He took upon Himself the sins of
the world, our sins, what was the faith of Jesus like? I am going to read a
rather long statement from Desire of Ages page 753, this is from the
chapter Gethsemane. She says, “Upon Christ as our substitute and surety
was laid the iniquity of us all…” so Jesus received the sins of everyone. She
continues saying, “…He was counted a transgressor...” the Father considered Him a
transgressor in other words, “…that He might redeem us from the
condemnation of the law. ...” then she makes this amazing statement,
“…The guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart.
...” how many sins did Jesus bear? Every sin that had been committed by the
descendants of Adam. And the last I knew all of us descend from Adam. She
continues saying “…The wrath of God against sin, the
terrible manifestation of His displeasure because of iniquity, filled the soul
of His Son with consternation. All His life Christ had been publishing to a
fallen world the good news of the Father’s mercy and pardoning love. Salvation
for the chief of sinners was His theme. But now with the terrible weight of
guilt He bears, He cannot see the Father’s reconciling face...” the Father’s face was hidden
from Him, folks, “…The withdrawal of the divine
countenance from the Saviour in this hour of supreme anguish pierced His heart
with a sorrow that can never be fully understood by man. So great was this
agony that His physical pain was hardly felt...” Very different from the movie the Passion of
the Christ, that emphasizes the brutal beating that Jesus took. You know, He
hardly felt the physical pain because the psychological pain of bearing the
sins of the whole world was so great. She continues saying, now listen carefully, “…Satan with his fierce temptations wrung the heart of Jesus. The Savior
could not see through the portals of the tomb. Hope did not present to Him His
coming forth from the grave a conqueror, or tell Him of the Father’s acceptance
of the sacrifice. He feared that sin was so offensive to God that Their
separation was to be eternal. Christ felt the anguish which the sinner will
feel when mercy shall no longer plead for the guilty race. It was the sense of
sin, bringing the Father’s wrath upon Him as man’s substitute, that made the
cup He drank so bitter, and broke the heart of the Son of God....” quite a description isn’t it? The Devil told
Jesus “The weight of sin that You are taking is so great that Your Father
cannot forgive You. You are never going to see His face again. You are going to
be separated forever. You are going to die and You are going to remain dead.”
Sekarang saya mau membacakan
seperti apa iman Yesus itu ketika Yesus memikul dosa-dosa kita, ketika Dia
memikul sendiri dosa-dosa dunia, dosa-dosa kita, seperti apa imannya saat itu?
Saya akan membacakan kutipan yang agak panjang dari Desire of Ages hal. 753, ini
ada di bab Getsemani. Ellen White berkata, “Di atas Kristuslah, yang menjadi pengganti dan penjamin kita, terletak
dosa-dosa kita semua…” jadi Yesus menerima dosa
semua orang. Ellen White melanjutkan, “…Kristus diperhitungkan
sebagai orang yang berdosa…” dengan kata lain Allah Bapa
menganggap Dia orang berdosa, “…supaya Dia bisa menebus
kita dari kutukan Hukum…” lalu Ellen White memberikan
pernyataan yang mengagumkan ini, “…Dosa setiap keturunan Adam
menekan di atas hatiNya…” berapa banyak dosa yang ditanggung
Yesus? Setiap dosa yang pernah dilakukan oleh keturunan Adam. Dan terakhir
kalinya yang saya ketahui, kita semua adalah keturunan Adam. Ellen White
melanjutkan, “…Murka Allah pada dosa,
manifestasi yang mengerikan dari keberanganNya terhadap dosa, memenuhi hati
AnakNya dengan rasa takut. Sepanjang hidupNya, Kristus telah menyatakan kepada
dunia yang berdosa, kabar baik tentang kasih Bapak yang penuh kemurahan dan
pengampunan. Keselamatan bagi pendosa yang terberat adalah tema pekabaranNya.
Tetapi sekarang, karena sangat terbebani
oleh perasaan bersalah yang dipikulNya, Dia tidak bisa melihat wajah
BapaNya yang mahapengampun…” wajah Bapa tersembunyi dari
Kristus, Saudara-saudara. “…Penarikan mundur wajah
Bapa dari Sang Juruselamat pada saat kepiluanNya yang paling tajam menusuk
hatiNya dengan rasa duka yang tidak akan pernah bisa dipahami sepenuhnya oleh
manusia. Seberat itu penderitaanNya hingga Dia nyaris tidak merasakan sakit
fisikalnya lagi…” Sangat berbeda dengan film The Passion of the Christ, yang menekankan pada pemukulan brutal yang
dialami Yesus. Tahukah kalian, Yesus nyaris tidak merasakan sakit pada fisikNya
karena secara psikologi memikul dosa-dosa seluruh dunia sakitnya begitu hebat.
Ellen White melanjutkan berkata, sekarang dengarkan baik-baik, “…Dengan melancarkan pencobaannya yang kejam, Setan meremas-remas hati
Yesus. Sang Juruselamat tidak dapat melihat melampaui gerbang kubur. Tidak
tampak harapan bahwa Dia akan keluar dari kubur sebagai pemenang, atau bahwa
Bapa menerima pengorbananNya. Yesus takut Tuhan begitu membenci dosa sehingga
perpisahan Mereka itu akan kekal.
Kristus merasakan ketakutan yang akan dirasakan orang yang berdosa saat
kemurahan tidak lagi memohon bagi bangsa yang berdosa. Perasaan memikul dosa,
yang mengakibatkan murka Bapa jatuh kepadaNya sebagai pengganti manusia, itulah
yang menyebabkan cawan yang harus diminumNya itu begitu getir, dan yang
menghancurkan hati Anak Allah…” deskripsi yang hebat,
bukan? Iblis berkata kepada Yesus, “Beban dosa yang Engkau pikul itu begitu
berat sampai BapaMu tidak akan bisa mengampuniMu. Engkau selamanya tidak akan
melihat wajahNya lagi. Kalian akan terpisah untuk selamanya. Engkau akan mati
dan Engkau akan tetap mati.”
Now, the question is, if Jesus had gone by His feelings would He have been
successful? No. Because we just read that He couldn’t see beyond the portals of
the tomb. He thought that the separation was going to be eternal. So you say,
how then He overcome? Why didn’t Jesus just drop His hands and say, “Hoh,
what’s the use, I’m going to be lost and everybody else is going to be lost,
what’s the use of going through this?” And He would have given up. Ahh, Ellen
White explains the reason why. And on page 756 listen carefully, this teaches a
great lesson because we have a tendency, folks, to live by feelings, don’t we?
We have a tendency to depend on our feelings, and when we depend on our
feelings we can be in the clouds one moment and we can be in the depths of the
pit the next. But when we have the faith
that Jesus had, it’s different. Notice what she says, “…Amid the awful darkness, apparently forsaken of God,
Christ had drained the last dregs in the cup of human woe. In those dreadful
hours He
had relied upon the evidence of His Father’s acceptance heretofore given Him. He
was acquainted with the character of His Father…” in other words He knew His
Father, “…He understood His justice, His mercy,
and His great love. By faith He rested in Him
whom it had ever been His joy to obey. …” what kind of faith did Jesus
have? Faith in His Father even though He couldn’t feel Him, He said “I know Him
because I have an experience with Him.” Then she continues saying, “…And as in submission He committed
Himself to God, the sense of the loss of His Father’s favor was withdrawn. By faith,
Christ was victor.…” That is the faith of Jesus!
Sekarang pertanyaannya
adalah, andai Yesus mengikuti perasaanNya, akankah Dia berhasil? Tidak. Karena
kita baru saja membaca bahwa Dia tidak bisa melihat melampaui gerbang kubur.
Dia menyangka perpisahan itu akan untuk selamanya. Jadi, kalian berkata, “Lalu
bagaimana Dia bisa menang?” Mengapa Yesus tidak menyerah saja dan berkata,
“Hoh, apa gunanya, toh Aku akan mati dan semua orang lain juga akan binasa, apa
gunanya melakukan semua ini?” Dan Yesus mungkin saja menyerah.
Aah, Ellen White menjelaskan
alasannya mengapa. Dan di hal. 756, dengarkan baik-baik, ini mengajarkan suatu
pelajaran yang hebat karena, Saudara-saudara, kita ini punya kecenderungan
untuk hidup mengikuti perasaan kita, bukan? Kita cenderung bersandar pada perasaan
kita, dan jika kita bersandar pada perasaan kita, maka satu saat kita bisa
merasa berada di awan-awan dan saat berikutnya kita bisa berada di dasar
lubang. Tetapi jika kita memiliki iman yang dimiliki Yesus, tidak akan seperti
itu. Perhatikan apa kata Ellen White, “…Di tengah kegelapan yang mengerikan, jelas-jelas telah ditinggalkan
Allah, Kristus meneguk tetes terakhir dari cawan yang berisikan celaka bagi
manusia. Di saat-saat yang sangat berat itu Dia bersandar pada bukti perkenan
BapaNya yang telah diberikan kepadaNya sampai saat itu. Dia kenal
tabiat BapaNya…” dengan kata lain, Dia kenal BapaNya, “…Dia mengerti keadilanNya, kemurahanNya, dan kasihNya yang besar. Dengan
iman, Dia bersandar pada Sang Bapa yang selalu Dia patuhi dengan penuh sukacita…”
iman macam apa yang dimiliki Yesus? Iman dalam BapaNya walaupun Dia tidak
bisa merasakan kehadiranNya, Dia berkata, “…Aku mengenalNya karena aku punya
pengalaman bersamaNya.” Lalu Ellen White melanjutkan berkata, “…Dan sebagai tanda kepatuhanNya, Dia menyerahkan Dirinya kepada Tuhan,
maka memudarlah perasaan bahwa Dia telah kehilangan perkenan BapaNya. Dengan mengandalkan iman, Kristus menjadi pemenang…” Itulah iman Yesus!
Now, listen carefully, folks, if you read the chapter on “The time of
trouble” from the book The Great Controversy, Ellen White
describes that God’s people when the trial comes over the Beast, his image and
his mark, are going to go through a very similar experience as Jesus did.
Particularly when you read the section of the chapter on Jacob, that’s why it’s
called “the time of Jacob’s trouble”, by the way ~ when you read that section where
Jacob feels forsaken of God, he feels that his sin is so great that he is
separated forever from God, how does he remain firm? He hangs on to the Angel
of the covenant, who is Jesus. And he says, “I will not let you go unless You
bless me.” And Jesus says, “Let me go,” when it’s dawning, and Jacob latches on
and he says, “I will not let You go.” He felt forsaken by God, but he knew
that God had not forsaken him, because he knew God and he knew of God’s
promises. God’s people, folks, are going to go through that same experience in
the time of trouble. The Devil is going to say to God’s people, “Hey…” you
know, he has a record of all the sins that we’ve committed, you know that? He
doesn’t lie, he says, “…you’ve committed all these sins, you actually think
that God is going to accept you when you have committed all those sins? The
load of sin is so great that the separation between you and God is going to be
forever.” What’s going to happen if God’s people depend on their feelings? Ellen White says that God’s people will
look at their lives and will see nothing good in their lives. All they see is
bad things that they have done in their lives. But at the same time they know that
they have repented of their sins, they have confessed their sins, and they have
trusted in Jesus Christ, and therefore they have received forgiveness and so
they will not depend on their feelings at all, “Oh, what’s the use, God is not going to
accept me because I am a great sinner.” No. At that time they will lay hold of the
promises of God where God says that He is willing to forgive when we repent and
we confess our sins and trust in Him. Is that a similar experience to
the experience that Jesus went through? It’s very similar, folks, except for
Jesus was not suffering separation from God
because of His own sins, because it was imputed, but we will suffer
something similar to that because of sins we have actually committed. And as
the Devil tried to discourage Christ, he will try to discourage us. He will
say, “What’s the use of you dying at the hands of your enemies if you are going
to die anyway?”
Sekarang dengarkan
baik-baik, Saudara-saudara, jika kalian membaca bab tentang “Masa Kesukaran Besar” dari buku The Great
Controversy, Ellen White menggambarkan pada saat masa pencobaan datang sehubungan
dengan Binatang itu, patungnya dan tandanya, umat Tuhan akan melewati
pengalaman yang mirip seperti pengalaman Yesus. Terutama jika kalian membaca
bagian bab tersebut tentang Yakub. Itulah sebabnya mengapa saat itu disebut
“masa kepicikan Yakub” ~ pada waktu kalian membaca bagian itu di mana Yakub
merasa ditinggalkan oleh Tuhan, dia merasa dosanya terlalu besar sehingga ia
terpisah selamanya dari Tuhan, bagaimana dia bisa tetap tinggal kokoh? Dia
bergantung pada Malaikat Perjanjian, yang adalah Yesus. Dan dia berkata, “Aku
tidak akan melepaskan Engkau, kecuali Engkau memberkati aku.” Dan menjelang
fajar Yesus berkata, “Lepaskan Aku” tetapi Yakub terus berpegang dan dia
berkata, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi.” Yakub merasa ditinggalkan Tuhan, tetapi dia tahu bahwa Tuhan
tidak meninggalkannya karena dia kenal Tuhan dan dia kenal janji-janji Tuhan.
Saudara-saudara, umat Tuhan akan melewati pengalaman yang sama di masa
kesusahan besar. Iblis akan berkata kepada umat Tuhan, “Hei…” kalian tahu Iblis
memiliki catatan semua dosa yang pernah kita lakukan, kalian tahu itu? Iblis
tidak berbohong, dia berkata, “…kamu telah melakukan semua dosa ini, kamu pikir
Tuhan akan menerimamu setelah kamu melakukan semua dosa itu? Beban dosa itu
sebegitu beratnya kamu dan Tuhan akan dipisahkan untuk selamanya.” Apa yang
akan terjadi jika umat Tuhan bersandar pada perasaan mereka?
Ellen White berkata bahwa umat Tuhan akan memandang
hidup mereka dan tidak akan menemukan apa pun yang baik dalam hidup mereka.
Yang mereka lihat hanyalah hal-hal yang buruk yang telah mereka lakukan dalam
hidup mereka. Tetapi pada waktu yang sama mereka tahu bahwa mereka telah bertobat dari dosa-dosa mereka,
mereka telah mengakui dosa-dosa mereka, dan mereka telah percaya di dalam Yesus
Kristus, maka mereka telah menerima pengampunan dan mereka tidak akan bersandar
pada perasaan mereka sama sekali, “Oh, percuma, Tuhan toh tidak
akan menerima saya karena saya adalah pendosa besar.” Tidak. Pada saat itu mereka akan
memegang semua janji Tuhan, di mana Tuhan berkata bahwa Dia rela mengampuni
bilamana kita bertobat dan kita mengakui dosa-dosa kita dan bersandar padaNya.
Apakah itu pengalaman yang sama dengan pengalaman yang dialami Yesus? Sangat
mirip, Saudara-saudara, kecuali dalam hal Yesus Dia tidak menderita pemisahan
dari Tuhan karena dosa-dosaNya sendiri, karena dosa-dosa itu diperhitungkan
padaNya; tetapi kita akan menderita hal yang sama karena dosa-dosa yang memang
kita lakukan. Dan sebagaimana Iblis mencoba untuk melemahkan Kristus, dia juga
akan berusaha melemahkan kita. Dia akan berkata, “Apa gunanya kamu mati di
tangan musuh-musuhmu, jika akhirnya kamu toh akan mati?”
Now, the Bible has several examples of this end time generation. I would
like to dwell for a few moments upon those examples of this period. We are
going to look at these examples of perseverance, keeping the commandments, and having the
faith of Jesus.
Nah, dalam Alkitab ada
beberapa contoh tentang generasi akhir zaman ini. Saya ingin mengambil sedikit
waktu untuk membahas contoh-contoh itu selama periode tersebut. Kita akan
melihat contoh-contoh ketahanan, pemeliharaan perintah-perintah Tuhan, dan bagaimana
memiliki iman Yesus.
The first example I would like to take from Scriptures is the story of the
three young men that stood before king Nebuchadnezzar in the valley of Dura.
Phenomenal story that globalizes at the end of time. Let me ask you, at the end
of time is there going to be a beast? Did Nebuchadnezzar act like a beast for a
while? Sure, he did. Did he raise up an
image? Yes. Did he command everyone to worship that image? Did he give a death
decree to everyone who didn’t worship? Absolutely. The book of Revelation
globalizes this. The book of Revelation says, this crisis that took place in
the valley of Dura with three young men is going to take place on a global
scale at the end of time. It’s going to be universal. It’s going to be not
literal Babylon, it’s going to be spiritual Babylon, and God is going to have a
faithful remnant.
Contoh yang pertama yang
akan saya ambil dari Alkitab adalah kisah tiga pemuda yang berdiri di hadapan
raja Nebukadnezar di lembah Dura. Kisah yang fenomenal yang akan mengglobal
pada akhir zaman. Coba saya tanya, pada akhir zaman apakah akan ada Binatang?
Apakah Nebukadnezar berperilaku seperti binatang selama waktu yang tertentu?
Tentu saja. Apakah Nebukadnezar mendirikan sebuah patung? Ya. Apakah dia
menyuruh semua orang menyembah patung itu? Apakah dia mengeluarkan perintah
untuk menghukum mati siapa saja yang tidak mau menyembah patung itu? Betul
sekali. Kitab Wahyu membuat kisah ini menjadi kisah yang global. Kitab Wahyu
berkata, krisis yang terjadi di lembah Dura pada tiga pemuda, akan terjadi
dalam dalam skala global pada akhir zaman. Itu akan menjadi peristiwa yang
universal. Bukan lagi oleh Babilon literal, melainkan oleh Babilon rohani, dan
Tuhan akan memiliki umat sisa yang setia.
Now let me ask you about Daniel and his three friends, particularly about
his three friends. Did his three friends have perseverance? Hmmm. Did they keep
the commandments of God? Did they have the faith of Jesus? Yes they did. Let me
read you an interesting statement from the book Manuscript Releases Vol. 14
page 91 where Ellen White compares what happened in the valley of Dura with
what’s going to happen at the end of time. She says, “An idol Sabbath has been set up as the
golden image was set up in the plains of Dura. And as Nebuchadnezzar the king
of Babylon issued the decree that all who would not bow down and worship this
image should be killed, so a proclamation will be made that all who will not
reverence the Sunday institution will be punished with imprisonment and death.”
What was it that sustained these three young men? Was it only an
intellectual faith in Christ and say, “Oh, yeah, Jesus imputed His
righteousness to me” and leave it at that? No. You see their faith was proved by their
faithfulness. Their faith was proved by their works and by their loyalty to
Jesus.
Sekarang, coba saya tanya
tentang Daniel dan ketiga temannya, khususnya tentang ketiga temannya. Apakah
ketiga temannya ini memiliki ketahanan? Hmmmm. Apakah mereka memelihara
perintah-perintah Tuhan? Apakah mereka memiliki iman Yesus? Ya, betul. Coba
saya bacakan suatu pernyataan yang menarik dari buku Manuscript Releases Vol. 14 hal. 91 di
mana Ellen White membandingkan apa yang terjadi di lembah Dura dengan apa yang
akan terjadi di akhir zaman. Dia berkata, “Suatu sabat berhala telah didirikan sebagaimana patung emas itu didirikan di lembah Dura. Dan
sebagaimana Nebukadnezar raja Babilon mengeluarkan perintah bahwa semua yang
tidak mau sujud dan menyembah patung ini, akan dibunuh; demikian juga suatu
pengumuman akan dibuat bahwa semua yang tidak mau menghormati lembaga hari
Minggu akan dihukum penjara dan dibunuh.”
Apakah yang membuat ketiga
pemuda itu bertahan? Apakah hanya iman
intelektual dalam Kristus dan berkata, “Oh, iya Yesus telah mengkreditkan
kebenaranNya kepadaku” begitu saja? Tidak. Kalian lihat, iman mereka dibuktikan oleh kesetiaan mereka. Iman mereka
dibuktikan oleh perbuatan dan oleh kesetiaan mereka kepada Yesus.
I want to read a statement that we find in the book, actually in the
magazine Youth
Instructor July 12, 1904, where Ellen White is talking about these
three young men, she says, “The three Hebrews were called upon to confess Christ in the face of the
burning fiery furnace. It cost them something to do this for their lives were
at stake. These youth, imbued with the Holy Spirit declared to the whole
kingdom of Babylon their faith….” What did they declare to
Babylon? Their faith, “…that He whom they worshipped was the only true and living God….” And now comes a very
important phrase, “…the demonstration of their faith on
the plain of Dura was the most eloquent presentation of their principles….” The what of their faith?
The demonstration of their faith. How do you prove that you have faith? By showing in your
works.
Saya mau membacakan suatu
pernyataan yang kita dapati di buku, tepatnya di majalah Youth Instructor, edisi Juli
12, 1904, di mana Ellen White berbicara mengenai ketiga pemuda ini, katanya, “Ketiga pemuda Ibrani diuji untuk mengakui Kristus di depan ancaman dapur
api yang menyala. Mereka harus membayar mahal untuk itu karena nyawa mereka
dipertaruhkan. Para pemuda ini, yang dipenuhi oleh Roh Kudus, menyatakan iman
mereka kepada seluruh kerajaan Babilon…” apa yang mereka nyatakan kepada Babilon?
Iman mereka, “…bahwa Dia yang mereka
sembah adalah satu-satunya Allah yang sejati dan hidup…” Dan sekarang muncullah suatu
ungkapan yang sangat penting, “…demonstrasi iman mereka di
lembah Dura ini adalah penyampaian keyakinan mereka dalam bahasa yang paling
indah…” Apa iman mereka? Demonstrasi iman
mereka. Bagaimana kita membuktikan
bahwa kita punya iman? Dengan menunjukkannya dalam perbuatan kita.
Now, it’s interesting to notice that the word “deliver” in the book of
Daniel is used only in three places in the book of Daniel, the word “deliver”.
It’s used in Daniel 3 where you find this story, it’s used in Daniel chapter 6
where Daniel is delivered from the lion’s den, and it’s found in Daniel 12:1
where it speaks about God’s people being delivered in the end time. There must
be a connection then between Daniel 3, Daniel 6 and Daniel 12.
Nah, yang menarik untuk kita
simak adalah kata “diselamatkan” di dalam kitab Daniel, yang hanya dipakai di tiga
tempat di dalam kitab Daniel, kata “diselamatkan” ini. Dipakai di Daniel
pasal 3 di mana kita dapati kisah ini, dipakai di Daniel pasal 6 di mana Daniel
diselamatkan dari gua singa, dan juga ditemukan di Daniel 12:1 di mana
berbicara tentang umat Tuhan diselamatkan pada akhir zaman. Kalau begitu harus
ada koneksi antara Daniel pasal 3, pasal 6 dan pasal 12.
Now go with me to Daniel 3 and let’s read about the crisis of these three
young men first. Daniel chapter 3, and I am only going to read certain verses
here, chapter 3:16-18 and then we’ll go to verses 28-29. I want you to notice
the word “deliver” because they had faith, this faith that did not depend on feelings and
emotions, this faith that did not depend on circumstances. This faith which was
unbreakable and unshakeable. I want you to notice what God did with
them. It says there in verse 16, “Shadrach,
Meshach, and Abed-Nego answered and said to the king, ‘O Nebuchadnezzar, we
have no need to answer you in this matter. 17 If that is the case, our God whom we serve is
able to…” what’s the word there? Aaah, key word, “…is able to deliver
us from the burning fiery furnace, and He will deliver
us from your hand, O king.…” but they are not presumptuous. They are not
serving God for the loaves and fishes. That’s the problem with the prosperity
gospel. You know when you preach the prosperity gospel and everything goes well
you say, “Oh, the Lord is blessing,” but when there’s no prosperity what do you
build on? Nothing. So they say in verse 17, “…If that is the
case, our God whom we serve is able to deliver
us from the burning fiery furnace and He will deliver
us from your hand, O king. 18But if not, let it be known to you, O
king, that we do not serve your gods, nor will we worship the gold image which
you have set up.’ …” They say, we serve God in the good
times and in the bad times and our faith is focused on Him, our faith is
totally and completely in Him. And then I want you to notice what we find in
verse 28 and 29. “….28 Nebuchadnezzar spoke,
saying, ‘Blessed be the God of Shadrach, Meshach, and Abed-Nego, who sent His
Angel…” By the way the Angel is Jesus, verse 25
says it was the Son of God in the furnace. So it says, “…Nebuchadnezzar spoke, saying, ‘Blessed by
the God of Shadrach, Meshach, and Abed-Nego, who sent His Angel and…” what? There is the key word again,
“…and delivered His servants who…” what? “…trusted in Him,…” aaaah, is that faith? Yes! “…who trusted in Him and they have
frustrated the king's word, and yielded their bodies, that they should not
serve nor worship any god except their own God! …” verse 29, “…29Therefore
I make a decree that any people, nation, or language which speaks anything
amiss against the God of Shadrach, Meshach, and Abed-Nego shall be cut in
pieces, and their houses shall be made an ash heap; because there is no other
God who can deliver like this.’…"
Sekarang marilah bersama
saya ke Daniel pasal 3 dan marilah kita baca tentang krisis yang dihadapi
ketiga pemuda itu dulu. Daniel pasal 3, dan saya hanya akan membaca ayat-ayat
tertentu di sini, pasal 3:16-18 lalu kita akan ke ayat 28-29. Saya mau kalian perhatikan
kata “diselamatkan” karena mereka memiliki iman, iman yang tidak bergantung pada perasaan atau emosi, iman
yang tidak tergantung pada kondisi. Iman ini yang tidak terpatahkan dan tidak
tergoncangkan. Saya mau kalian perhatikan apa yang Tuhan lakukan
pada mereka. Dikatakan di ayat 16, “Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja
itu, ‘O, Nebukadnezar, kami tidak perlu memberi jawab kepada tuanku dalam
hal ini. 17 Jika demikian, Allah
kami yang kami sembah sanggup…” apa kata yang ada di sana? Aaah, kata kunci
“…sanggup menyelamatkan kami dari tungku perapian yang menyala, dan Ia akan menyelamatkan
kami dari tanganmu, ya raja;…” tetapi mereka tidak lancang. Mereka tidak menyembah Tuhan
demi ketul roti dan ikan. Itulah masalahnya dengan injil kemakmuran. Kalian
tahu, jika kita menyampaikan injil kemakmuran dan semuanya berjalan lancar,
kita berkata, “Oh, Tuhan memberkati”, tetapi bila tidak ada kemakmuran, kita
mendasarkannya pada apa? Tidak ada. Jadi di ayat 17 dikatakan, “…Jika
demikian, Allah kami yang kami sembah sanggup menyelamatkan
kami dari tungku perapian yang menyala, dan Ia akan menyelamatkan
kami dari tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah
tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu." [NKJV yang diindonesiakan] Mereka berkata, “Kami
menyembah Tuhan di masa baik dan di masa susah, dan iman kami terfokus
kepadaNya, iman kami sepenuhnya dan seluruhnya ada dalamNya.” Dan saya mau kalian perhatikan apa yang kita
dapati di ayat 28 dan 29. “Berkatalah Nebukadnezar: ‘Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang telah mengutus Malaikat-Nya…” ketahuilah Malaikat ini adalah Yesus, ayat 25 mengatakan
yang ada di dalam tungku api itu adalah Anak Allah. Maka dikatakan, “…Berkatalah
Nebukadnezar: ‘Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang telah mengutus Malaikat-Nya dan…” apa? Kata kunci itu lagi, “…menyelamatkan hamba-hamba-Nya, yang…” apa? “…telah menaruh percaya
kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena
mereka tidak mau melayani dan menyembah
allah manapun kecuali Allah mereka sendiri.…” Ayat 29, “… 29 Sebab itu aku
mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa
manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan
Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan
puing abu, karena tidak ada allah lain yang
dapat menyelamatkan seperti ini." [NKJV yang diindonesiakan]
You see the context of the third angel’s message? It’s not only just
believing that Jesus has given us His imputed righteousness, it means that
because we have received His imputed righteousness, because we have been
forgiven of our sins, because as we have repented and confessed our sins, and
trusted in Jesus, our life is totally and completely committed to Him. Even in the face of
death, faith is proved by faithfulness, in other words.
Kalian lihat konteks dari
pekabaran Malaikat Ketiga? Bukan saja
percaya bahwa Yesus telah memberikan pembenaranNya kepada kita, tetapi
artinya karena kita telah menerima pembenaranNya, karena kita telah
diampuni dari dosa-dosa kita, karena kita telah bertobat dan mengakui dosa-dosa
kita, dan menaruh kepercayaan dalam Yesus, hidup
kita seluruhnya dan sepenuhnya harus komit kepadaNya. Bahkan di depan ancaman
kematian, dengan kata lain, iman
dibuktikan oleh kesetiaan.
And by the way, you know it’s very interesting that in Hebrews 11:33-34 we are told that the three young men through
faith quenched the fire of the furnace. Through faith they quenched the fire.
Is that talking only about, you know, that they received the imputed
righteousness of Christ? Oh, no, no, no, no. When they stood before that image of
the Beast so to speak, and they said, “We will not worship, we keep God’s holy
law, we will be faithful only to God,” when they said that they were exhibiting their faith.
Faith always leads to faithfulness, in other words.
Dan kalian tahu, yang sangat
menarik itu di Ibrani 11:33-34 kita diberitahu bahwa ketiga pemuda itu telah mematikan api tungku perapian
dengan iman mereka. Melalui iman mereka padamkan api itu. Apakah
ini hanya berbicara bahwa mereka telah menerima pembenaran dari Kristus? Oh,
tidak, tidak, tidak, tidak. Ketika mereka berdiri di depan katakanlah patung
Binatang itu, dan mereka berkata, “Kami tidak akan menyembah, kami memelihara
perintah-perintah Tuhan yang kudus, kami setia hanya kepada Tuhan”, pada waktu
mereka berkata demikian mereka
sedang mendemonstrasikan iman mereka. Dengan kata lain, iman
selalu membawa kepada kesetiaan.
In Prophets
and Kings page 513 we find this remarkable statement. “As in the days of
Shadrach, Meshach, and Abednego, so in the closing period of earth’s history
the Lord will work mightily in behalf…” listen carefully, He will
work mightily “…in behalf of those who stand steadfastly for the
right…” When did we learn to stand steadfastly for the right? He who’s faithful in
little will be faithful in much, and he who is unfaithful in little, will be
unfaithful in much. Are we faithful to the Lord even in the small things of our
lives? She continues saying, “… He who walked with the Hebrew worthies
in the fiery furnace will be with His followers wherever they are. His abiding
presence will comfort and sustain. In the midst of the time of trouble—trouble
such as has not been since there was a nation—His…” listen carefully now, “…His chosen ones will stand unmoved. …” What do they have? Faith. The faith
of whom? Jesus! The same faith that Jesus had in His crisis. It’s more than
just justification. It is justification that leads to a holy and sanctified life.
Loyalty to Jesus. She continues saying, “… Satan with all the hosts of evil cannot
destroy the weakest of God’s saints. Angels that excel in strength will protect
them, and in their behalf Jehovah will reveal Himself as a ‘God of gods,’…” listen now, “…able to save to the uttermost those who
have put their trust in Him.”
We need to learn to trust God in the good times and in the bad times.
Listen, trusting God in the bad times prepares us to trust God in the worse
times and the worst times if you please.
Di Prophets and Kings hal. 513
kita temukan pernyataan yang mengagumkan ini. “Sebagaimana di zaman Sadrakh, Mesakh dan Abednego, begitu pula menjelang
penutupan sejarah dunia, Tuhan akan bekerja dengan kuasa bagi…” dengarkan baik-baik, Tuhan
akan bekerja dengan kuasa “…bagi mereka yang berdiri
kokoh di pihak yang benar…” Kapan kita belajar berdiri kokoh di
pihak yang benar? Dia yang setia dalam hal-hal kecil akan setia dalam hal-hal
besar, dan dia yang tidak setia dalam hal kecil akan tidak setia juga dalam hal
besar. Apakah kita setia kepada Tuhan bahkan dalam hal-hal kecil dalam hidup
kita? Ellen White melanjutkan, “…Dia yang berjalan bersama
pemuda-pemuda Ibrani yang istimewa ini di dalam tungku perapian juga akan
bersama-sama dengan pengikut-pengikutNya di mana pun mereka berada.
KehadiranNya yang tidak akan surut, akan menghibur dan menguatkan. Di
tengah-tengah masa kesukaran seperti yang belum pernah ada sejak adanya suatu
bangsa…” dengarkan baik-baik sekarang, “…umat pilihanNya akan berdiri teguh…” Apa yang mereka miliki?
Iman! Iman siapa? Yesus! Iman yang sama yang dimiliki Yesus di masa krisisNya.
Itu lebih dari sekadar pembenaran. Ini
adalah pembenaran yang membawa kepada suatu hidup yang suci dan dikuduskan.
Kesetiaan kepada Yesus. Ellen White melanjutkan, “…Setan dengan seluruh bala tentara gelapnya tidak akan bisa menghancurkan
orang kudus Tuhan yang paling lemah sekali pun. Malaikat-malaikat yang sangat
kuat akan melindungi mereka, dan bagi mereka Yehova akan menyatakan diriNya
sebagai Allah segala allah.’…” dengarkan sekarang, “…yang sanggup menyelamatkan sampai ke ujung-ujungnya semua yang telah
menempatkan kepercayaan mereka dalam Dia.”
Kita perlu belajar
mempercayai Tuhan di masa baik dan di masa buruk. Dengarkan, menempatkan
percaya kita dalam Tuhan di masa buruk mempersiapkan kita untuk mempercayai
Tuhan di masa yang lebih buruk dan di masa yang paling buruk.
We have another story in the book of Daniel, the story of Daniel in the
lion’s den. Hehehehe, you know since we’ve been little children this story is
told in Sabbath School. I remember, I used to love to hear that story of the
three young men in the furnace and Daniel in the lion’s den, and the man who
built his house upon the rock, those were really precious stories. The fact is
that the story of Daniel and the lion’s den is a story that illustrates what is going to happen in the
end time as well.
Notice Daniel chapter 6, we’ll read a few verses here. Daniel 6:5, listen
what the issue is, what the controversy or the conflict really is about, why
these young men need to have unmovable, unshakeable faith, listen, it says
there in verse 5 “Then these
men…” that is the enemies of Daniel, “…said, ‘We shall not find any
charge against this Daniel unless we find it against him concerning the…”
what?
“…concerning the law of his God.’"
Let me ask you, did the crisis on the valley of Dura have anything to do
with God worship? Did it have anything to do with perseverance? Absolutely.
It’s an illustration of the third angel’s message.
How about the story of Daniel in the lion’s den? Does it have anything to
do with endurance? Or perseverance? Oh, yes it does. Does it have anything to
do with keeping the commandments of God even by facing death? Absolutely. How
about the faith that Jesus had, implicit faith no matter what the circumstances
point to? Same thing.
Ada cerita lain di kitab
Daniel, kisah Daniel di gua singa. Hehehehe, kalian tahu sejak kanak-kanak
kisah ini sudah diceritakan di Sekolah Sabat. Saya ingat, saya suka sekali
mendengar kisah ketiga pemuda di tungku api dan Daniel di gua singa, dan orang
yang membangun rumahnya di atas batu karang, itu adalah cerita-cerita yang
sangt berharga. Faktanya, kisah Daniel di gua singa adalah cerita yang
menggambarkan apa yang akan terjadi juga di akhir zaman.
Perhatikan Daniel pasal 6,
kita akan membaca beberapa ayat dari sini. Daniel 6:5, dengarkan apa isunya,
apa yang dipertentangkan atau apa konflik yang sebenarnya, mengapa
pemuda-pemuda itu perlu memiliki iman yang kokoh, yang tak tergoncangkan.
Dengarkan, dikatakan di sana, di ayat 5, “Maka berkatalah orang-orang itu…” maksudnya musuh-musuh Daniel,
“…‘Kita tidak akan menemukan alasan untuk mendakwa Daniel ini, kecuali yang kita temukan dalam hal…” apa? “…dalam hal hukum Allahnya!’” [NKJV yang diindonesiakan].
Coba
saya tanya, apakah krisis yang terjadi di lembah Dura berkaitan dengan
penyembahan kepada Tuhan? Apakah itu berkaitan dengan ketahanan? Betul sekali.
Itu adalah gambaran dari pekabaran Malaikat Ketiga.
Bagaimana
dengan kisah Daniel di dalam gua singa? Apakah itu berkaitan dengan kegigihan?
Atau pertahanan? Oh iya, benar. Apakah itu berkaitan dengan memelihara
perintah-perintah Tuhan bahkan di bawah ancaman hukuman mati? Betul sekali.
Bagaimana
dengan iman yang dimiliki Yesus, iman yang tak goyah apa pun kondisinya yang
sudah tampak? Sama.
Let’s read in Daniel 6:16, it says, “So the king gave the command, and they brought Daniel and
cast him into the den of lions.
But the king spoke, saying to
Daniel…” listen carefully now,
“… ‘Your God, whom you serve…” occasionally, I’m just making sure
that you’re awake, “…’Your God whom you serve…” now here’s the second word in Daniel where
“deliver” is found, only chapter 3, chapter 6 and chapter 12, we’ll come to
chapter 12 in a moment, “…’Your God whom you serve continually, He
will…” what? Aaah when you continually serve the
Lord, the Lord is going to come through, “…He deliver you.”
And then I want
you to notice verse 20. The king comes the next morning to the lion’s den. It
says, “…And when he came to the den, he cried out
with a lamenting voice to Daniel. The king spoke, saying to Daniel, ‘Daniel,
servant of the living God, has your God, whom you…” there it is again,
“…whom you serve continually, been able to…” ah, the key word again,
“…been able to deliver you from the
lions?’”
Daniel did not become cat food after all but those who prepared the plot,
did.
You say, “Well the lions weren’t hungry.” They weren’t hungry? Just read
the story. Before the enemies got to the bottom of the lion’s den, they were
feasting on the ones who prepared the plot. It continues saying there once
again, ah verse 20, “…And when he
came to the den, he cried out with a lamenting voice to Daniel. The king spoke,
saying to Daniel, ‘Daniel, servant of the living God, has your God, whom you
serve continually, been able to deliver you
from the lions?’…” And then after the fact the king says
these words that we find in verse 27 “…He delivers
and rescues, and He works signs and wonders in heaven and on earth, Who
has…” what? “…Who has delivered Daniel from the power of the
lions.’…” The word “deliver”. Who has God delivered? Those who are faithful because
they have faith, package deal.
Mari kita baca Daniel 6:16, dikatakan, “Sesudah itu raja memberi perintah, lalu mereka membawa Daniel dan melemparkannya ke dalam gua singa. Tetapi
berbicaralah raja kepada Daniel…” dengarkan baik-baik sekarang, “…‘Allahmu
yang kausembah…” sekali-sekali, saya hanya mau memastikan kalian semua
tidak tidur, “… ‘Allahmu yang kausembah…” nah, inilah kata yang kedua di kitab Daniel di mana
“menyelamatkan” ditemukan. Hanya ada di pasal 3, pasal 6 dan pasal 12. Nanti
kita akan ke pasal 12. “… ‘Allahmu yang kausembah terus-menerus,…” apa? Aaah, jika kita terus-menerus menyembah Tuhan, Tuhan
tidak akan mengecewakan, “…Dialah kiranya yang menyelamatkan engkau!’…” Lalu saya mau kalian perhatikan ayat 20. Keesokan harinya
raja datang ke gua singa, dikatakan, “…dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan
suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba Allah yang hidup, apakah Allahmu yang …” di sini ada lagi, “…yang
kausembah terus menerus, sanggup…” haaa, kata kuncinya lagi
“…sanggup menyelamatkan engkau dari
singa-singa itu?”[NKJV yang diindonesiakan]
Daniel ternyata tidak jadi makanan kucing, tetapi
mereka yang membuat plot untuk menjebaknya, itu yang jadi.
Kalian berkata, “Ah, singa-singa itu tidak lapar.” Tidak
lapar? Coba baca saja kisahnya. Sebelum musuh-musuh Daniel mencapai dasar gua,
singa-singa itu sudah berpesta-pora memangsa mereka yang membuat plot itu.
Selanjutnya dikatakan sekali lagi, ah di ayat 20, “dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah
ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel,
hamba Allah yang hidup, apakah Allahmu yang
kausembah terus menerus, sanggup menyelamatkan engkau dari singa-singa itu?”[NKJV yang diindonesiakan] Kemudian setelah peristiwa itu, kita mendapatkan raja
mengucapkan kata-kata di ayat 27, “Dia menyelamatkan dan menolong, dan
mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang…” apa? “…telah menyelamatkan Daniel dari kekuasaan singa-singa." [NKJV yang diindonesiakan].
Kata “menyelamatkan”. Siapa yang diselamatkan Tuhan? Mereka yang setia karena
mereka memiliki iman, itu perjanjian satu paket.
Did any other generation go through a crisis such as this? No, folks. The third angel’s message is a
message for the end time crisis, the worst crisis that the world has ever seen.
And God’s people are going to need to have faith in Jesus that is translated
into faithfulness in the life.
Apakah ada generasi lain
yang pernah mengalami krisis seperti ini? Tidak, Saudara-saudara. Pekabaran
Malaikat Ketiga adalah pekabaran untuk krisis akhir zaman, krisis yang terburuk
yang pernah terjadi di dunia. Dan umat Tuhan bakal membutuhkan memiliki iman
dalam Yesus yang termanifestasikan dalam
kesetiaan di dalam hidup mereka.
Let’s go to Daniel chapter 6:22, here Daniel is speaking and he says, “‘My God sent His angel and shut the
lions' mouths, so that they have not hurt me…”
now listen
carefully here, “…because I was found innocent before
Him…” not only before God but also before the
state, because it continues saying “…I was found innocent before Him; and also,
O king, I have done no wrong before you.’”
Blameless before God, and before men as well.
You know what’s interesting? If you go to Hebrews 11:33 you’ll find that it
says by faith Daniel closed the mouth of the lions, just like by faith the
three young men quenched the fires of the fiery furnace.
Mari kita ke Daniel 6:22, di
sini Daniel berbicara dan dia berkata, “Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa
itu, sehingga mereka tidak mencelakai
aku…” sekarang dengarkan baik-baik di sini,
“…karena aku telah didapati tak
bersalah di hadapan-Nya; dan juga terhadap
tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kesalahan.” [NKJV yang diindonesiakan] Tidak
bersalah di hadapan Tuhan, dan juga di hadapan manusia.
Kalian
tahu, apa yang menarik? Jika kita ke Ibrani 11:33, kita akan mendapati
dikatakan bahwa dengan imannya Daniel telah menutup mulut singa-singa, sama
seperti dengan imanlah ketiga pemuda itu memadamkan api di tungku api yang
menyala.
That’s why the Third Angel’s message, folks, is so important. Because there
is a crisis that’s coming, similar to the crisis that was faced by the three
young men and that was faced by Daniel in the lion’s den. It is the greatest
crisis in the history of the world. It’s over the Beast, his image, its mark.
Most of the world will go along, God’s people will feel forsaken of God and yet
they will hang on, they will trust the promises of God, they’ll say “Though He
slay me, yet I trust in Him.” [Job 13:15]
Now, let’s pursue this for a short while more.
Itulah sebabnya pekabaran Malaikat Ketiga itu
begitu penting, Saudara-saudara. Karena bakal ada krisis yang akan datang, yang
mirip dengan krisis yang dihadapi oleh ketiga pemuda dan yang dihadapi Daniel
di gua singa. Ini adalah krisis yang paling gelap dalam sejarah dunia, krisis
yang berkaitan dengan Binatang itu, patungnya dan tandanya. Sebagian besar
dunia akan menurut, dan umat Tuhan akan merasa sepertinya telah ditinggalkan
oleh Tuhan, namun mereka akan tetap bertahan, mereka akan bersandar pada
janji-janji Tuhan, mereka akan berkata, “Walaupun Dia membunuhku, namun aku akan
tetap berserah padaNya.” [Ayub 13:15 NKJV yang diindonesiakan].
Sekarang
marilah kita bahas ini sedikit waktu lagi.
At this point somebody might ask, “Does Paul’s definition of righteousness
by faith which was preached by Luther by the way, conflict with the perspective
of for example James?” Luther loved Paul but he didn’t like James very much. He
called James the epistle of straw. So, the question is, “Did Paul and James
conflict in their view of salvation?” Did Paul believe that a man is made
righteous by a forensic act of God while James believed a man is made righteous
by holy life? Not at all. You see, faith
and works, folks, are a package deal. Neither can exist without the other. In order to
be genuine, faith must be active, faith is an action word, it’s not
something that happens in your head, it’s something that’s revealed in action
in your life. Paul was looking at the motivating force of works which is faith, and
James was looking at the result of true faith which is works. Paul was
looking at the root of salvation and James was looking at the fruit. The true
faith is uncompromising trust in Jesus Christ, but this translates into
obedience, faithfulness to Jesus. In other words, faith is always faithful. And
you know, James presents two examples of faith. One example was Abraham. By the
way do you know that James says that Abraham was justified by works? And Rahab
was justified by works? You say, “Wait a minute, that contradicts Paul because
Paul says we are justified by faith without works of Law.”
And here James says, ‘Was not Abraham justified by works? Wasn’t Rahab
justified by works?’”
Listen folks, we just need to understand that they are fighting against two
enemies of the gospel. Paul is fighting against
faithless works, and James is fighting against workless faith. And neither
one or both of those are counterfeits, they are not the real thing, they are
not genuine.
Di sini mungkin ada yang
akan bertanya, “Apakah definisi Paulus tentang pembenaran oleh iman yang
dikhotbahkan Luther, bertentangan dengan misalnya perspektif Yakobus?” Luther
menyukai Paulus tetapi dia tidak begitu menyukai Yakobus. Dia menyebut surat
Yakobus itu surat jerami. Jadi pertanyaannya adalah, “Apakah Paulus dan Yakobus
bertentangan dalam pandangan mereka mengenai keselamatan?” Apakah Paulus
percaya bahwa manusia itu dijadikan benar oleh suatu tindakan penghakiman Tuhan
sementara Yakobus meyakini manusia itu dibenarkan oleh kehidupan yang kudus?
Sama sekali tidak. Kalian lihat, iman dan perbuatan, Saudara-saudara, adalah
satu paket yang utuh. Yang satu tidak bisa ada tanpa yang lain. Supaya iman itu sejati, iman harus aktif. Iman itu adalah
kata yang berbuat, itu bukan sesuatu yang terjadi di dalam kepala kita, itu
adalah sesuatu yang dinyatakan dalam perbuatan dalam hidup kita. Paulus
menekankan pada kuasa motivasi perbuatan yang adalah iman; sedangkan Yakobus
menekankan pada hasil dari iman yang sejati, yaitu perbuatan. Paulus menekankan
pada akar keselamatan dan Yakobus menekankan pada buahnya. Iman yang
sejati adalah percaya tanpa kompromi dalam Yesus Kristus, tetapi ini harus
dimanifestasikan dalam kepatuhan, kesetiaan kepada Yesus. Dengan kata lain,
iman itu selalu setia. Dan tahukah kalian, Yakobus menyampaikan dua contoh
iman. Contoh pertama adalah Abraham. Tahukah kalian Yakobus mengatakan bahwa
Abraham dibenarkan karena perbuatannya? Dan Rahab dibenarkan karena
perbuatannya?
Kalian berkata, “Tunggu
dulu, itu bertentangan dengan Paulus, karena Paulus berkata kita ini dibenarkan
melalui iman tanpa melakukan Hukum.”
Dan di sini Yakobus berkata,
‘Bukankah Abraham dibenarkan oleh perbuatan? Bukankah Rahab dibenarkan oleh
perbuatan’?
Dengarkan, Saudara-saudara,
kita hanya perlu memahami bahwa mereka sedang berperang melawan dua musuh
injil. Paulus sedang berperang melawan perbuatan tanpa iman, dan
Yakobus sedang berperang melawan iman tanpa perbuatan. Dan
kedua-duanya adalah ajaran yang palsu, ajaran-ajaran itu bukan ajaran yang
benar, bukan ajaran yang sejati.
It’s interesting to notice that Abraham acted on his faith and trust. When
God said to Abraham, “Leave Ur of the Chaldeans,” what did Abraham do? He says,
“Lord, thank you for this great revelation, I believe You.” And so he sits in
his easy chair. How did he show that he trusted God’s word? He packed up and
left. When God said, “Abraham, sacrifice your son.” What did Abraham say? “Oh,
Lord, what a great revelation You have given me, yeah this is a great
intellectual philosophy.” No. What did Abraham do? He got the knife and he got
the wood, and He woke up his son, and he took his son to be sacrificed. His
faith was shown by his faithfulness. His faith was shown by his works.
And what about Rahab the harlot that was mentioned by James? He said that
she was justified by works. What that means, folks, is that her faith was
justified by her works because her works show that her faith was real. Faith is
justified by works.
What about Rahab? It says she receives the spies.
What about Rahab? It says she receives the spies.
You say, “Well, what big faith do you need to receive the spies?”
Hah, let me read you a statement from Patriarchs and Prophets 482-483 it took a
lot of faith. Ellen White explains, and you can find this also in the book of
Joshua. “The inhabitants of the city, terrified and suspicious were constantly on the
alert…” this is in Jericho. “…And the messengers were in
great danger. They were however, preserved by Rahab, a woman of Jericho at the peril of her own
life…” If they had discovered that
she was hiding those spies there she
would have been killed. She hid them at the risk of her life. And then Ellen
White explains, “…in return for her kindness they gave her a promise of protection…” in other words, deliverance, “…when the city should be taken.”
Menyimak bahwa Abraham
memanifestasikan iman dan keyakinannya itu menarik. Ketika Tuhan berkata kepada
Abraham, “Tinggalkan Ur di Kaldea,” apa yang dilakukan Abraham? Apakah Abraham
berkata, “Tuhan, terima kasih untuk pernyataan yang hebat ini, aku percaya
padaMu” lalu dia cuma duduk di kursi malasnya? Bagaimana dia membuktikan bahwa
dia mempercayai kata-kata Tuhan? Dia berkemas dan pergi.
Ketika Tuhan berkata,
“Abraham, kurbankan anakmu.” Apa kata Abraham? “Oh, Tuhan, betapa hebatnya
pernyataanMu, iya ini adalah filosofi intelektual yang hebat”? Tidak. Apa yang dilakukan Abraham? Dia
mengambil pisau, dia membawa kayu, dan dia membangunkan anaknya dan dia membawa
anaknya untuk dikurbankan. Imannya dibuktikan oleh kesetiaannya. Imannya
dibuktikan oleh perbuatannya.
Dan bagaimana dengan Rahab
si pelacur yang disebut Yakobus? Yakobus berkata bahwa Rahab dibenarkan oleh
perbuatannya. Apa yang dimaksud dengan itu, Saudara-saudara, adalah imannya
dibuktikan oleh perbuatannya. Bagaimana dengan Rahab? Dikatakan bahwa Rahab
menerima mata-mata dari Israel.
Kalian berkata, “Yah, memang
butuh iman seberapa besar untuk menerima mata-mata?” Hah! Coba saya bacakan
pernyataan dari Patriarchs and Prophets 482-483. Dibutuhkan iman yang sangat
besar. Ellen White menjelaskan, dan kalian juga bisa menemukan ini di kitab
Yosua. “Penduduk kota itu, ketakutan dan penuh
curiga, selalu dalam keadaan waspada…” ini di Yeriko. “…Dan para utusan itu berada dalam bahaya besar. Namun mereka disembunyikan
oleh Rahab, seorang wanita Yeriko, dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri…” Seandainya orang-orang itu
tahu Rahab sedang menyembunyikan mata-mata itu di sana, Rahab akan dibunuh.
Rahab menyembunyikan mereka dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Dan Ellen
White menjelaskan, “…sebagai balasan kebaikannya, mereka
memberi Rahab janji perlindungan…” dengan kata lain,
keselamatan, “…pada waktu kota itu nanti
direbut.”
Listen, folks, Hebrews 11 is known as the chapter of faith. But faith is
not believing in something, faith is believing in someone. Everyone in Hebrews
11 is acting upon God’s words, their faith was made complete by their works.
The emphasis in Hebrews 11 is not primarily upon imputed righteousness ~ that
is righteousness that is credited to our account ~ but rather upon faithful
obedient life that flows from a relationship with Jesus Christ. True faith
always lead to faithfulness. Faithless works will not save a person, but
workless faith will not save a person either. Faith is the invisible side of
works and works are the visible side of faith. Everyone in Hebrews 11
is doing something to prove that they have faith. Abel offered, Enoch pleased,
Noah built, Abraham left, Abraham offered, Isaac and Jacob blessed their
offspring, Moses was hidden at the risk of her life I might say, Moses refused
to be called the son of Pharaoh, Moses left Egypt, Moses kept the Passover,
Israel passed the Red Sea, Israel marched around Jericho, Rahab hid the spies.
All of those are action words. Their faithfulness is proof of their faith.
Dengarkan, Saudara-saudara,
Ibrani 11 dikenal sebagai pasal iman. Tetapi iman bukanlah percaya kepada sesuatu,
iman itu mempercayai
seseorang. Semua di Ibrani 11 berbuat
berdasarkan Firman Tuhan, iman
mereka disempurnakan oleh perbuatan mereka. Penekanan di Ibrani
11 bukanlah terutama pada pembenaran yang diperhitungan ~ maksudnya pembenaran
yang dikreditkan ke rekening kita ~ melainkan pada hidup yang setia dan patuh, yang mengalir dari suatu
ikatan dengan Yesus Kristus.
Iman yang sejati selalu
membuahkan kesetiaan. Perbuatan
tanpa iman tidak akan menyelamatkan orang, tetapi iman tanpa perbuatan juga
tidak akan menyelamatkan orang. Iman adalah bagian rohani dari perbuatan, dan
perbuatan adalah bagian jasmani dari iman. Semua yang disebutkan
di Ibrani pasal 11 sedang melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa mereka
memiliki iman. Habel mempersembahkan kurban, Henokh menyenangkan Tuhan, Nuh
membangun, Abraham meninggalkan, Abraham mempersembahkan, Ishak dan Yakub
memberkati keturunannya, Musa disembunyikan di bawah ancaman nyawanya, Musa
menolak disebut anak Firaun, Musa meninggalkan Mesir, Musa memelihara upacara
Passah, Israel menyeberangi Laut Merah, Israel mengelilingi Yeriko, Rahab
menyembunyikan mata-mata. Semua itu adalah kata-kata perbuatan. Kesetiaan
mereka adalah bukti iman mereka.
In Hebrews 11:34-40 notice all of the action words.
32 And what more shall I say? For the time would fail me to tell
of Gideon and Barak and Samson and Jephthah, also of David and Samuel and the prophets: 33who through
faith subdued kingdoms, worked righteousness, obtained promises, stopped the
mouths of lions,34quenched the violence of fire, escaped the edge of
the sword, out of weakness were made strong, became valiant in battle, turned
to flight the armies of the aliens. 35Women received their dead
raised to life again. Others were tortured, not accepting deliverance, that
they might obtain a better resurrection. 36Still others had trial of
mockings and scourgings, yes, and of chains and imprisonment. 37They
were stoned, they were sawn in two, were tempted, were slain with the sword.
They wandered about in sheepskins and goatskins, being destitute, afflicted,
tormented ---38 of
whom the world was not worthy. They wandered in deserts and mountains, in dens and caves of the earth. 39And
all these, having obtained a good testimony through faith, did not receive the
promise, 40God having provided something better for us, that they
should not be made perfect apart from us.”
Di Ibrani 11:34-40
perhatikan semua kata-kata perbuatan ini.
Dan apakah lagi yang harus aku katakan? Sebab aku akan kekurangan waktu untuk menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson,
Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, 33 yang melalui iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan
kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34
memadamkan api yang dahsyat, luput dari mata pedang, dari kelemahannya telah beroleh kekuatan, menjadi gagah perkasa dalam peperangan, dan telah
memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. 35 Ibu-ibu telah
menerima kembali keluarganya yang telah mati, karena dibangkitkan. Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan
tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih
baik. 36 Ada pula yang dicobai, diejek dan didera, bahkan yang
dibelenggu dan dipenjarakan. 37 Mereka dirajam, digergaji, dicobai, dibunuh
dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit
kambing sambil menderita kekurangan, penderitaan
dan siksaan. 38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara
di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. 39
Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman
mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. 40
Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita
mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” [NKJV yang diindonesiakan]
What kind of people is God going to have in the midst of the end time
crisis? The crisis that is described in the Third Angel’s message, the warning
that there’s a trial coming. People won’t be able to buy or sell, they’ll be
subject to a death decree, the world will want to exterminate them from the
face of the earth. What do God’s people need to be like?
And you say, “Well, Pastor, we know that’s going to happen someday.”
Folks, by what is happening in the world, I believe that we are rushing to
the moment of the fulfillment of these things. But it’s like that we are
comatose, lukewarm is what the Bible calls it, when we really should be up and
active we should be showing our faith by our actions by our works.
Umat macam apa yang akan
dimiliki Tuhan di tengah-tengah krisis akhir zaman? Krisis yang digambarkan
dalam pekabaran Malaikat Ketiga, peringatan bahwa akan ada masa pencobaan yang
akan datang. Orang-orang tidak akan bisa membeli atau menjual, mereka akan
dikenai ancaman hukuman mati, dunia akan ingin menumpas mereka dari muka bumi.
Umat Tuhan harus menjadi seperti apa?
Dan kalian berkata, “Nah,
Pastor, kita tahu bahwa hal itu akan terjadi suatu hari nanti.”
Saudara-saudara, melihat apa
yang sedang terjadi di dunia, saya yakin kita sedang bergegas ke saat
penggenapan hal-hal tersebut. Tetapi sepertinya kita sedang dalam kondisi koma,
suam-suam adalah istilah Alkitabnya, padahal sebenarnya kita seharusnya bangkit
dan aktif, kita seharusnya mendemonstrasikan iman kita melalui tindakan dan
perbuatan kita
Now I can’t end until I mention the last place in Daniel where the word
“deliver” is used. Daniel 12:1, here’s what Daniel 3 and Daniel 6 have
fulfilled. When at the end time God’s people are subject to a death decree, we
find these words: “At that time
Michael shall stand up…” Michael is a name for Christ, and
standing up means that probation is going to close. And notice what Michael is
going to do. “…the great prince who stands watch over the sons of your
people…” are we going to have a guardian? Are we
going to have somebody, a protector? Absolutely. So it says, He “…stands watch over the sons of your
people…” but does that mean we are going to be
exempt from the time of trouble? No, no, no, because it says
“…and there shall be a time of trouble, such as never was since there
was a nation, even to that
time…” that’s the time of trouble that the Bible
talks about, the worst time of trouble in the history of the world, where the
Devil is going to, you read that chapter on the time of trouble in the Great
Controversy, the Devil is going to try to shake the faith of God’s
people. “What’s the use, your sins are too large, God isn’t going to save you. You’re
going to be killed by the powers of the earth, go along!” But God’s people will
not go along. Notice how this verse ends,
“…. And at that time…” that is when the wicked are about to destroy God’s people, “…at that time your
people shall be…” what?
“… delivered, every one who is found
written…” what?
“…written in the book...” of life, that is.
Nah, saya belum bisa
mengakhiri sebelum saya menjelaskan tempat terakhir di kitab Daniel di mana
kata “diselamatkan” dipakai. Daniel 12:1, inilah yang telah digenapi oleh Daniel
3 dan Daniel 6. Pada saat akhir zaman, umat Tuhan akan dikenai ancaman hukuman
mati. Kita temukan kata-kata ini: “Pada waktu itu juga berdirilah
Mikhael…” Mikhael adalah nama untuk Kristus. Dan berdiri berarti
masa percobaan akan berakhir. Dan perhatikan apa yang akan dilakukan Mikhael. “…Pangeran besar itu, yang menjaga anak-anak bangsamu…” apakah kita bakal punya penjaga? Apakah kita bakal
mempunyai seorang pelindung? Betul sekali. Maka dikatakan, Dia “menjaga anak-anak bangsamu…” tetapi apakah ini berarti kita akan diluputkan dari masa
kesusahan besar? Tidak, tidak, tidak, karena dikatakan “…dan
akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi
sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.…” Inilah masa kesukaran yang dibicarakan Alkitab, masa
kesukaran yang paling buruk dalam sejarah dunia, di mana Iblis akan ~ bacalah
bab tentang masa kesukaran besar ini di dalam The Great Controversy ~ di mana
Iblis akan berusaha menggoncang iman umat Tuhan. “Percuma, dosamu terlalu
besar, Tuhan tidak akan menyelamatkan kamu. Kamu akan dibunuh oleh kekuasaan
dunia. Ikut sajalah!” Tetapi umat Tuhan tidak akan ikut. Perhatikan bagaimana
ayat ini berakhir, “…Dan
pada waktu itu…” yaitu pada waktu orang-orang jahat akan menghancurkan
umat Tuhan, “…pada waktu itu bangsamu
akan…” apa? “…diselamatikan,
yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis…” apa? “…tertulis dalam Kitab itu” [NKJV yang diindonesiakan]. Maksudnya Kitab Kehidupan.
So the
question is, folks, how do we develop this kind of faith? Well, the book of
Hebrews has the answer. After talking about all of the heroes of faith, we find
in chapter 12:1-2 the secret, of how these people did it. Let’s read those
verses, Hebrews 12:1-2. After mentioning all the heroes of faith, here’s the
secret. “Therefore we also, since we are surrounded by so great a cloud
of witnesses…” that is all those heroes of chapter 11, “…let us…” two things now, “…let us lay aside
every weight, and the sin which so easily ensnares us…” So what is the first thing that we need to do? Lay aside every
weight and sin, that means we are supposed to cease from doing the things that
defile our character. It continues saying “…and let us run with endurance…” see that word “endurance”? It’s the
same word that we find in the Third Angel’s message, “…and let us run with
endurance the race that is set before us…”
and now here comes the secret, “… 2looking
unto Jesus…” what did those heroes do? They set aside every weight of sin,
and they looked on to Jesus. And notice what Jesus is talking about. “…looking unto Jesus, the author and finisher of our faith, who for the joy that was
set before Him endured the cross, despising the shame, and has sat down at the
right hand of the throne of God.…” that tells us how we are to meditate on Christ. We are to
meditate on His endurance on the cross, His despising the shame, and His
sitting at the right hand of God. We are to have our eyes focused on Jesus
Christ.
Jadi pertanyaannya, Saudara-saudara, bagaimana kita
mengembangkan iman seperti ini? Nah, kitab Ibrani punya jawabannya. Setelah
berbicara tentang semua pahlawan iman ini, kita dapati di pasal 12:1-2,
rahasianya, bagaimana orang-orang itu melakukannya. Mari kita baca ayat-ayat
itu, Ibrani 12:1-2, setelah menyebut semua pahlawan iman itu, inilah
rahasianya, “Oleh karena itu, kita juga, karena kita sudah
dikelilingi oleh begitu banyak saksi…”
yaitu
semua pahlawan yang disebut di pasal 11, “…bagaikan
awan, marilah kita…” dua hal sekarang,
“…marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu mudah menjerat kita…” Jadi apa hal pertama yang perlu kita
lakukan? Menanggalkan semua beban dan dosa, artinya kita harus berhenti
melakukan hal-hal yang menajiskan tabiat kita. Selanjutnya dikatakan, “…dan marilah kita berlari dengan ketahanan…” lihat kata
“ketahanan” ini? Ini adalah kata yang sama yang kita temukan dalam pekabaran
Malaikat Ketiga, “…dan marilah kita berlari dengan ketahanan
dalam perlombaan yang sudah disediakan di
depan kita…” sekarang,
kita tiba pada rahasianya, “…2 dengan mata yang tertuju
kepada Yesus…” apa
yang dilakukan para pahlawan itu? Mereka menanggalkan
setiap beban dari dosa, dan mereka memandang Yesus, dan
perhatikan apa yang dikatakan Yesus, “…dengan mata yang tertuju kepada Yesus, Pencipta dan Penyempurna iman kita, yang demi sukacita yang disediakan di depanNya, telah menahan salib, mengabaikan
kehinaan, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” [NKJV yang diindonesiakan]. Ini
memberitahu kita bagaimana kita harus merenungkan Kristus. Kita harus
merenungkan ketahananNya di salib, bagaimana Dia mengabaikan kehinaan, dan
bagaimana Dia sekarang duduk di sebelah kanan Bapa. Mata kita harus terfokus
pada Yesus.
I’d like to read just two quotations and then a final illustration.
Vol. 5 of the Testimonies page 202 -203. Ellen White describes
the condition of the church in her day. What would she say today, I wonder. She
says, “A deadly spiritual malady…” you know what the word “malady” means? Sickness. “…A deadly spiritual malady is upon the
church. Its members are wounded by Satan; but they will not look to the cross
of Christ, as the Israelites looked to the brazen serpent, that they may live…” now, why don’t we look upon Christ? Here is the explanation. “…The world has so many claims upon them…” that’s us, “…The world has so many claims upon them that they have not time
to look to the cross of Calvary long enough to see its glory or to feel its
power…” we just kind of take a little
glance, a little look you know? No, no, no. She says the world has so many
claims, that there is no time to look long enough to see its glory and to feel
its power. And then she says, “…When they now and then catch a glimpse
of the self-denial and self-dedication which the truth demands, it is
unwelcome, and they turn their attention in another direction, that they may the sooner
forget it…”
Saya ingin membacakan dua kutipan
lagi, lalu ilustrasi yang terakhir.
Vol. 5 Testimonies hal.
202-203. Ellen White menggambarkan kondisi gereja di zamannya, bayangkan apa
yang akan dikatakannya hari ini. Dia berkata, “…Suatu penyakit
kerohanian yang mematikan ada di dalam gereja. Anggota-anggotanya sudah dilukai
Setan, tetapi mereka tidak mau memandang salib Kristus, sebagaimana bangsa
Israel memandang ular tembaga supaya mereka hidup…” Nah, mengapa
kita tidak memandang Kristus? Ini penjelasannya. “…Dunia punya begitu banyak klaim atas mereka, sehingga
mereka tidak punya waktu untuk memandang salib Kalvari cukup lama untuk melihat
kemuliaannya atau merasakan kuasanya…” Kita ini cuma
memandang sekilas, melihat sedikit saja, kalian tahu? Tidak, tidak, tidak,
Ellen White berkata bahwa dunia punya begitu banyak klaim, sehingga tidak ada
lagi waktu untuk memandang salib cukup lama untuk melihat kemuliaan dan
merasakan kuasanya. Lalu dia berkata, “…Jika
sekali waktu mereka menangkap sekilas penyangkalan diri dan penyerahan diri
yang dituntut oleh kebenaran, mereka tidak suka menerimanya, dan mereka
mengalihkan perhatian mereka ke arah yang lain, supaya
mereka boleh segera melupakannya…”
Desire of Ages 668 she says, “All true obedience comes from the heart. It was hard work with Christ, and
if we consent, He will so identify Himself with our thoughts and aims, so blend
our hearts and minds into conformity to His will, that when obeying Him we
shall be but carrying out our own impulses. …” Amazing statement! So much with Jesus that
when we perform we are carrying out our own impulses, because He and I have
become identified with one another. Then she says, “…The will, refined and sanctified, will
find its highest delight in doing His service. When we know God as it is our
privilege to know Him, our life will be a life of continual obedience. Through
an appreciation of the character of Christ, through communion with God, sin
will become hateful to us.” Through communion
with God sin will become what? Hateful.
Desire of Ages hal. 668,
Ellen White berkata, “Kepatuhan yang sejati datang
dari hati. Itu adalah kerja keras bersama Kristus. Dan jika kita mau, Kristus
akan mengidentifikasi DiriNya dengan pikiran dan tujuan kita, memadukan hati
dan pikiran kita menjadi sesuai dengan kehendakNya, sehingga pada waktu kita
mematuhi Dia, sebenarnya kita hanya melakukan apa yang menjadi dorongan hati
kita sendiri…” Pernyataan yang hebat! Begitu banyak
bersama Yesus sehingga pada waktu kita melakukan sesuatu, kita melakukan
dorongan hati kita sendiri karena Dia dan saya telah menjadi satu. Lalu Ellen
White berkata, “…Kehendak kita,
diperhalus dan dikuduskan, akan mencapai tingkat yang tertinggi dengan
melakukan kehendakNya. Pada waktu kita mengenal Tuhan sebagaimana yang menjadi
hak istimewa kita untuk mengenalnya, hidup kita akan menjadi hidup yang penuh
kepatuhan. Dengan menghargai tabiat Kristus, dengan adanya hubungan yang erat
dengan Tuhan, kita akan membenci dosa.”
Lewat suatu hubungan erat dengan
Tuhan, dosa akan menjadi apa? Dosa akan kita benci.
We don’t spend enough time at the foot of the cross to see what it cost Jesus, because we are so caught
up in the world. Even with things that are not bad in themselves, we are so
caught up through the routine of life and what we need to do, we are so busy.
It’s amazing the more gadgets are invented the less time we have.
I remember when you had to stop the car and go to make a phone call in a
phone booth. You know these days, everything, you know the more things are
invented the less time we have. Because we are trying to do more and more. And
we don’t have time for what is really significant and important. And that is
the focus on Jesus Christ.
Kita kurang melewatkan waktu di
kaki salib untuk melihat betapa mahalnya harga yang dibayar Yesus, karena kita
begitu terperangkap oleh dunia. Bahkan dengan hal-hal yang sebenarnya bukan
hal-hal yang buruk, kita begitu terikat oleh rutinitas dalam hidup dan apa yang
harus kita lakukan, kita begitu sibuk. Yang mengherankan itu semakin banyak
gadget yang diciptakan, semakin sedikit waktu yang kita miliki.
Saya ingat zaman ketika kita harus
menghentikan mobil, keluar untuk menelepon dari telepon umum. Kalian tahu,
sekarang ini, semuanya, semakin banyak barang baru diciptakan semakin sedikit
waktu kita karena kita terus berusaha melakukan semakin banyak. Dan kita tidak
punya waktu untuk hal-hal yang benar-benar berarti dan penting, dan itu adalah
fokus kepada Yesus Kristus.
You know God will have a people in the end time that will be victorious
over sin. There are those who say, “No, we are going to continue sinning until
Jesus comes. Who do you know that’s perfect?”
Somebody just wrote to me this week, used to be an Adventist, isn’t any
more. He says, “The reason why I rejected the Adventist message and I left is
because Ellen White says we can reach perfection before Jesus comes.” That’s
what he says in his email.
And there are many Adventist church saying “It’s impossible.”
Well, then we are going to have to ask Enoch how he did it
because the Bible says he is the first to enter the pearly gates. Is
that right? The Bible says that he walked with God. In fact do you know that
Hebrews 11, he’s one of the heroes in Hebrews 11, by faith Enoch walked with
God and therefore the Bible says, “…he pleased God.” And so God said, “Enoch, you know, I’m up here, I know you are in
communion with Me…” like a husband and wife you know, when I travel well over
there and my wife is here, but even though there is a distance there is that a
bond of love. Well, it’s the same. Jesus said to Enoch, “Enoch, you know we
have this bond, but I am up here, you are down there, but you know even though
you are down there, your heart’s not there anymore. You have no reason to stay
there. Your heart’s totally and completely up here. Come up to Heaven and we’ll
walk down the streets of gold together.”
That’s what God is waiting. Total and unreserved and complete commitment to
Jesus, and that’s what’s going to take to stand before the Beast, its image and
its mark and remain faithful, even in the face of losing everything we have
including our life. And now is
the time for us through the grace of God to develop that faith. May God help us
and strengthen us and focus us on Jesus so that the things of earth will grow
strangely dim, in the light and the glory and grace.
Let us pray.
Kalian tahu, Tuhan akan memiliki
umat pada akhir zaman yang akan mengalahkan dosa. Ada yang berkata, “Tidak,
kita akan terus berbuat dosa hingga Yesus datang. Siapa yang kamu kenal yang
sudah sempurna?”
Ada orang yang baru menulis kepada
saya minggu ini, dulunya dia orang Advent, sekarang tidak lagi. Dia berkata,
“Alasan mengapa saya menolak pekabaran Advent dan keluar adalah karena Ellen
White berkata kita bisa mencapai kesempurnaan sebelum Yesus datang.” Itulah
yang dikatakannya dalam emailnya.
Dan ada banyak gereja Advent yang
berkata, “Itu mustahil.”
Nah, kita harus bertanya kepada
Henokh bagaimana dia melakukannya, karena Alkitab berkata dia adalah orang
pertama yang melewati pintu mutiara, benar kan? Alkitab berkata dia berjalan
bersama Tuhan. Bahkan tahukah kalian bahwa di Ibrani pasal 11, dia adalah salah
satu pahlawan di Ibrani pasal 11? Dengan iman Henokh berjalan bersama Tuhan,
dan oleh karena itu Alkitab berkata, “…dia
berkenan kepada Allah.” Maka Tuhan berkata, “Henokh, kamu
tahu, Aku ada di atas sini, Aku tahu kamu itu terhubung denganKu…” seperti
suami dan istri, kalian tahu, kalau saya bepergian ke sana kemari dan istri
saya ada di sini, walaupun ada jarak tetapi tetap ada ikatan kasih. Nah, ini
sama. Yesus berkata kepada Henokh, “Henokh, kamu tahu kita memiliki ikatan itu,
tetapi Aku ada di atas sini dan kamu ada di bawah sana. Tetapi walaupun kamu di
bawah sana, hatimu tidak lagi di sana. Kamu tidak punya alasan untuk tinggal di
sana lagi. Hatimu sudah seluruhnya dan sepenuhnya ada di atas sini. Naiklah ke
Surga dan kita boleh berjalan di jalan-jalan emas bersama-sama.”
Itulah yang ditunggu Tuhan. Komitmen yg penuh, tanpa reserve
dan sempurna kepada Yesus. Dan itulah yang diperlukan
supaya bisa tahan berdiri di depan Binatang itu, patungnya dan tandanya, dan
tetap tinggal setia, bahkan dengan ancaman kehilangan semua yang kita miliki,
termasuk nyawa kita.
Dan sekarang adalah saatnya bagi
kita, melalui kasih karunia Tuhan, untuk mengembangkan iman itu. Semoga Tuhan
membantu kita dan menguatkan kita dan membuat kita fokus pada Yesus, supaya
hal-hal dunia ini akan menjadi semakin pudar di bawah sinar dan kemuliaan dan
kasih karuniaNya.
Mari kita berdoa.
15 05 15
No comments:
Post a Comment