Thursday, February 11, 2016

RIGHTEOUSNESS BY FAITH IN VERITY ~ PART 2 ~ STEPHEN BOHR

RIGHTEOUSNESS BY FAITH IN VERITY

A Sermon by Stephen Bohr  - PART 2

Dibuka dengan doa.

As probably most informed SDAs are aware, in 1888 there was a momentous General Conference session that was held in the city of Minneapolis, Minnesota, it’s known as the Minneapolis General Conference. And the issue that was studied at this particular General Conference session was the subject of Righteousness by Faith, how an individual is made righteous. Now, Ellen White in the aftermath of this particular General Conference, wrote a statement which I would like to begin our study, by reading. It’s actually found in the Review and Herald which was the SDA publication par excellence at that time, the R&H April 1, 1890, just two years after the General Conference session. And this is what she wrote:  “Several have written to me, inquiring if the message of Justification by Faith is the Third Angel’s message. And I have answered, ‘It is the Third Angel’s Message in verity.’” You know the word “verity” is related to the word “veracity” and in Spanish you have the word “verdad” which is “truth”. So Ellen White is saying that the Third Angel’s Message is Righteousness by Faith in truth, in verity.

Sebagian besar orang MAHK yang cukup perduli, mengetahui bahwa di tahun 1888, ada satu sesi General Conference yang sangat penting yang diadakan di kota Minneapolis, Minnesota, yang dikenal sebagai General Conference Minneapolis. Dan isu yang dipelajari oleh sesi General Conference ini adalah tema Pembenaran oleh Iman, bagaimana seorang manusia dibenarkan. Nah, sebagai kelanjutan General Conference tersebut, Ellen White menulis suatu pernyataan yang akan saya bacakan untuk mengawali pelajaran kita hari ini. Pernyataan itu ada di Review and Herald, yaitu publikasi MAHK yang terbaik pada masa itu, R&H edisi 1 April 1890, hanya dua tahun setelah sesi General Conference tersebut. Dan inilah yang ditulisnya: “Beberapa orang menulisi saya, menanyakan apakah pekabaran Pembenaran oleh Iman adalah Pekabaran Malaikat Ketiga. Dan saya telah menjawabnya, ‘Itu benar Pekabaran Malaikat Ketiga yang sesungguhnya.’ (‘It is the Third Angel’s Message in verity.’)”. Kalian tahu kata “verity”[= yang sebenarnya]  berhubungan dengan kata “veracity”[=kejujuran, ketulusan] dan dalam bahasa Spanyol ada kata “verdad” yaitu “kebenaran”. Jadi yang dikatakan Ellen White adalah Pekabaran Malaikat Ketiga itu adalah Pembenaran oleh Iman yang sesungguhnya, yang sebenarnya.


Now if we are going to understand how the Third Angel’s Message is righteousness by faith ~ notice she doesn’t say that it is related to righteousness by faith, she says “it IS righteousness by faith in verity,” we would need to read the passage where we find the Third Angel’s message. And so I invite you to turn in your Bibles with me to Revelation chapter 14 and we will read verses 9-12, the Third Angel’s message which is righteousness by faith in verity. Of course this follows two angels that give their messages. First Angel’s message is:  Fear God, give glory to Him  for the hour of His judgment has come; and worship the creator. Second Angel’s message is a call for God’s people to come out of Babylon. And then you have this third message which we read about in Revelation 14:9 Then a third angel followed them, saying with a loud voice, ‘If anyone worships the beast and his image, and receives his mark on his forehead or on his hand, 10he himself shall also drink of the wine of the wrath of God, which is poured out full strength into the cup of His indignation. He shall be tormented with fire and brimstone in the presence of the holy angels and in the presence of the Lamb. 11And the smoke of their torment ascends forever and ever; and they have no rest day or night, who worship the beast and his image, and whoever receives the mark of his name.’…”
This is a dire warning to all of the world not to worship the Beast, not to worship the image of the Beast, and not to receive the mark of the Beast.

Nah, jika kita perlu memahami mengapa pekabaran Malaikat Ketiga itu adalah pembenaran oleh iman ~ perhatikan Ellen White tidak berkata bahwa pekabaran Malaikat Ketiga itu terkait dengan pembenaran oleh iman, dia katakan, “itu benar adalah pembenaran oleh iman yang sesungguhnya” ~ maka kita harus membaca kutipan di mana pekabaran Malaikat Ketiga itu ada. Jadi saya undang kalian untuk membuka Alkitab kalian ke kitab Wahyu pasal 14 dan kita akan membaca ayat 9-12, pekabaran Malaikat Ketiga adalah pembenaran oleh iman yang sesungguhnya. Tentu saja, pekabaran itu mengikuti dua malaikat lainnya yang menyampaikan pekabaran mereka. Pekabaran Malaikat Pertama adalah: Takutlah akan Allah dan muliakan Dia karena saat penghakimanNya telah tiba dan sembahlah Sang Pencipta. Pekabaran Malaikat Kedua adalah panggilan kepada umat Allah untuk keluar dari Babilon. Lalu pekabaran yang ketiga yang kita  baca di Wahyu 14:9   Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, 10 maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. 11 Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya…"
Ini adalah peringatan yang keras kepada seluruh dunia supaya jangan menyembah Binatang, jangan menyembah patung Binatang itu, dan jangan menerima tanda Binatang itu.


Now, you say, “Pastor Bohr, how in the world is this related to righteousness by faith? How can you take a warning against the Beast and his image and his mark and say that this is related to the issue of righteousness by faith?”
Well, you’ll notice that I did not finish reading the Third Angel’s message, we still have one more verse that we have to look at.
You see, God is going to have a people when the world is worshIping the Beast, and worshiping the image and receiving the mark, God is going to have a people that are distinguished by three characteristics, and those characteristics are found in verse 12. 12Here is the patience of the saints…”  the word “patience” there in Greek actually should be translated  “perseverance”. “…Here is the perseverance of the saints…”  that is one characteristic,   “…here are those who keep the commandments of God…”  characteristic number two. They keep the commandments of God and then comes characteristic number three,   “…and…”  what?   “…and the faith of Jesus.”
So we are beginning to catch a glimpse that God is going to have a people who have three characteristics. They are not going to worship the Beast, its image or receive its mark obviously. In the midst of these crises, they are going to have endurance or perseverance, they are going to be keepers of God’s commandments and they will have the faith that Jesus had.

Kalian berkata, “Pastor Bohr, kok bisa ini berkaitan dengan pembenaran oleh iman?” Kok bisa peringatan terhadap si Binatang, dan patungnya dan tandanya dikatakan berkaitan dengan tema pembenaran oleh iman?
Nah, kalian akan melihat bahwa saya belum selesai membacakan pekabaran Malaikat Ketiga, masih ada satu ayat lagi yang harus kita simak.
Ketahuilah, ketika dunia ini sedang menyembah si Binatang, menyembah patungnya dan menerima tandanya, Tuhan akan memiliki suatu umat yang bisa dikenali dari tiga ciri khas, dan ketiga ciri khas itu tertulis dia ayat 12. Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus…”  kata “ketekunan” di situ dalam bahasa Greeka sebenarnya harus diterjemahkan “ketahanan” “…Yang penting di sini ialah ketahanan orang-orang kudus…”  ini ciri yang pertama,  “…yang memelihara perintah-perintah Allah…”  ciri nomor dua, mereka memelihara perintah-perintah Allah. Kemudian ciri nomor tiga,    “… dan…”  apa?   “… iman dari Yesus.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi kita mulai bisa menangkap sedikit bahwa Tuhan akan memiliki satu umat yang memiliki tiga ciri khas. Sudah jelas mereka tidak akan menyembah Binatang itu, patungnya atau menerima tandanya. Di tengah-tengah krisis ini, mereka akan memiliki ketahanan atau kegigihan, mereka akan memelihara perintah-perintah Tuhan, dan mereka akan memiliki iman yang dimiliki Yesus.


Now my question is, did for example Martin Luther preach righteousness by faith? What would you say if I asked you that question? Did Martin Luther preach righteousness by faith? Yes, absolutely. So let me ask you, did Martin Luther preach the Third Angel’s message? No. So there must be ~ my point is, folks ~ that there must be something beyond the concept of Martin Luther that has to do with righteousness by faith.

Sekarang, pertanyaan saya adalah, sebagai contoh, apakah Martin Luther mengkhotbahkan pembenaran oleh iman? Apa yang akan kalian jawab seandainya saya mengajukan pertanyaan ini? Apakah Martin Luther mengkhotbahkan pembenaran oleh iman? Ya, betul sekali. Maka, coba saya tanya, apakah Martin Luther mengkhotbahkan pekabaran Malaikat Ketiga? Tidak. Jadi, maksud saya, Saudara-saudara, harus ada sesuatu yang melampaui konsep yang disampaikan Martin Luther yang berkaitan dengan pembenaran oleh iman.


Allow me to read you a statement from the book The Great Controversy page 356, where Ellen White makes it clear that Martin Luther did not preach the First, Second or Third Angel’s messages, and yet he preached righteousness by faith. So there must be something more in the Third Angel’s message than just what Luther preached, are you understanding what I am saying?

Izinkan saya membacakan suatu pernyataan dari buku The Great Controversy hal. 356, di mana Ellen White membuatnya sangat jelas bahwa Martin Luther tidak mengkhotbahkan pekabaran Malaikat pertama, Kedua maupun Ketiga, namun demikian Martin Luther tetap mengkhotbahkan pembenaran oleh iman. Jadi pasti ada sesuatu yang lain di dalam pekabaran Malaikat Ketiga ini di luar apa yang telah dikhotbahkan Luther. Apakah kalian paham apa yang saya katakan?


Notice this interesting statement, she is referring particularly to the First Angel’s message, but I believe it applies to the Second and the Third because the Second and the Third follow the First. So, if he didn’t preach the First, he certainly did not preach the Third.  She says in Great Controversy page 356, referring to the First Angel’s message, “No such message has ever been given in past ages. Paul, as we have seen, did not preach it…” Paul did not preach the First Angel’s message, is what Ellen White is saying. Paul did not preach it. “…He pointed his brethren into the then far-distant future for the coming of the Lord. The Reformers did not proclaim it. Martin Luther placed the judgment about 300 years in the future from his day, but…” then she explains this, “…but since 1798…” that’s when the time of the end begins, “…since 1798 the book of Daniel has been unsealed, knowledge of the prophecies has increased, and many have proclaimed the solemn message of the Judgment near….”   So you’ll notice here Martin Luther and the Reformers and Paul did not preach the First, Second, and Third Angel’s messages and yet Martin Luther preached Righteousness by Faith. So there must be something more to the message of Righteousness by Faith in the Third Angel’s message than what was preached by Luther and what was preached by the Reformers.

Perhatikan pernyataan yang menarik ini, Ellen White mengacu terutama kepada pekabaran Malaikat Pertama, tetapi saya yakin ini juga berlaku bagi pekabaran Malaikat yang Kedua dan Ketiga, karena Malaikat yang Kedua dan Ketiga mengikuti yang Pertama. Jadi jika Martin Luther tidak mengkhotbahkan pekabaran Malaikat yang Pertama, sudah pasti dia juga tidak mengkhotbahkan pekabaran Malaikat yang Ketiga. Ellen White berkata di Great Controversy hal. 356, mengacu kepada pekabaran Malaikat Pertama, “Pekabaran seperti ini belum pernah diberikan di masa-masa yang lalu. Paulus, seperti yang telah kita lihat, tidak mengkhotbahkannya…” Paulus tidak mengkhotbahkan pekabaran Malaikat Pertama, itulah yang dikatakan Ellen White. Paulus tidak mengkhotbahkannya. “…Paulus mengarahkan saudara-saudaranya ke masa depan yang pada zamannya masih jauh, ke kedatangan Tuhan. Bapak-bapak Reformator tidak mengabarkannya. Martin Luther menempatkan penghakiman sekitar 300 tahun ke depan dari zamannya, tetapi…” lalu Ellen White menjelaskan ini, “…tetapi sejak 1798…” saat itulah masa akhir zaman dimulai, “…sejak 1798 kitab Daniel telah dibuka meterainya, pengetahuan tentang nubuatan-nubuatan telah bertambah, dan banyak orang telah menyampaikan pekabaran yang serius mengenai Penghakiman yang sudah dekat…” Jadi kalian bisa lihat di sini, Martin Luther dan para Reformator dan Paulus tidak mengkhotbahkan pekabaran Malaikat Pertama, Kedua dan Ketiga, namun demikian Martin Luther mengkhotbahkan Pembenaran oleh Iman. Jadi harus ada sesuatu yang melebihi pekabaran Pembenaran oleh Iman dalam pekabaran Malaikat Ketiga, di luar apa yang sudah dikhotbahkan oleh Luther, dan para Reformator.


And the question is what does the Third Angel’s message contain that goes beyond what was preached by Luther and the Reformers and even the apostle Paul? The fact is folks, righteousness by faith in the Third Angel’s message is presented in a new context, in a context of the end time.

Dan pertanyaannya adalah, apa isi pekabaran Malaikat Ketiga yang melampaui apa yang sudah dikhotbahkan oleh Luther dan para Reformator dann bahkan oleh rasul Paulus? Faktanya, Saudara-saudara, pembenaran oleh iman dalam pekabaran Malaikat Ketiga disampaikan dalam suatu konteks yang baru, dalam konteks akhir zaman.


Now, you’ll notice that in the Third Angel’s message you have mentioned of not worshiping the Beast, or his image, or receiving his mark.
Let me ask you in the times of Luther had the image of the Beast been raised up? No. USA is going to make the image of the Beast.
Had the mark of the Beast been imposed in the times of Luther? Absolutely not.
Did the whole world wonder after the Beast in the times of Martin Luther? Absolutely not. You see, the Third Angel’s message is righteousness by faith in an end time context. It’s found in a different context than in the times of Paul, or in the times of  Luther, or the times of the other Reformers. You see, in order to understand the Third Angel’s message where the Beast, and his image and his mark is spoken of, we have to go to the previous chapter. Revelation chapter 13. And we are not going to read these verses, they are verse 11-18, I am just going to summarize because I am sure you have read them many times before.

Sekarang, kalian akan melihat bahwa dalam pekabaran Malaikat Ketiga disebutkan supaya jangan menyembah Binatang itu, atau patungnya atau menerima tandanya.
Coba saya tanya, di zaman Luther, apakah patung Binatang itu sudah ada? Tidak. Amerika Serikat-lah yang akan membuat patung Binatang itu.
Apakah tanda Binatang itu sudah dipaksakan di zaman Luther? Sama sekali tidak.
Apakah seluruh dunia sudah mengagumi dan mengikuti Binatang itu di zaman Martin Luther? Sama sekali tidak.
Kalian lihat, pekabaran Malaikat Ketiga adalah pembenaran oleh iman dalam konteks akhir zaman. Ini ada di dalam konteks yang berbeda daripada di zaman Paulus atau di zaman Luther atau di zaman para Reformator. Kalian lihat, supaya kita bisa mengerti pekabaran Malaikat Ketiga di mana Binatang itu, patungnya dan tandanya dibicarakan, kita harus pergi ke pasal sebelumnya. Wahyu pasal 13. Dan kita tidak akan membaca ayat-ayat itu, yaitu ayat 11-18, saya hanya akan menyimpulkannya karena saya yakin kalian sudah pernah sering membacanya.


Once again in Revelation 13:11-18 you find the same elements of the Third Angel’s message, you find first of all mention of the Beast. You find mention of the image of the Beast. And you find mention of the mark of the Beast. In chapter 13.
Now, the emphasis in chapter 13 is that there is a big crisis that is going to come upon the world. If you read Revelation 13:11-18 you are going to find that it says that whoever does not worship the Beast or his image or receives his mark, will not be able to buy or sell. Is there going to be a big crisis? Sure. But it goes even further. It says that whoever does not worship the Beast or his image or receive its mark, a death sentence will be given against that person.

Sekali lagi di Wahyu 13:11-18 kita dapati unsur-unsur yang sama dari pekabaran Malaikat Ketiga. Pertama disebutkan tentang Binatang itu. Ada disebutkan tentang patung binatang itu, dan ada disebutkan tentang tanda binatang itu. Di pasal 13.
Sekarang, penekanan pasal 13 adalah bahwa akan ada krisis besar di bumi. Jika kita  baca Wahyu 13:11-18 kita akan melihat bahwa siapa yang yang tidak menyembah Binatang itu atau patungnya atau menerima tandanya, tidak akan bisa berjual beli. Apakah ini akan merupakan krisis besar? Tentu saja. Tetapi ini masih berlanjut. Dikatakan, siapa yang tidak menyembah Binatang itu atau patungnya atau menerima tandanya, akan menerima hukuman mati.


In other words when you go to the previous chapter,  not chapter 14 the Third Angel’s message but chapter 13 where the Beast, his image and his mark are first introduced, you’ll find in chapter 13 that there is going to be a crisis, a global crisis where the whole world will wonder after the Beast. The whole world will worship the image of the Beast, the whole world will receive the mark of the Beast, except for a remnant, a remnant that has the perseverance of the saints, a remnant that keeps the commandments of God, a remnant that has the faith of Jesus.

Dengan kata lain, jika kita ke pasal sebelumnya, bukan pasal 14 yang ada Pekabaran Malaikat Ketiga, tetapi pasal 13 di mana Binatang itu, patungnya dan tandanya pertama diperkenalkan, kita akan mendapati di pasal 13, bahwa akan terjadi suatu krisis, krisis yang global, saat seluruh dunia akan mengikuti Binatang itu, seluruh dunia akan menyembah patung binatang itu, dan seluruh dunia akan menerima tanda binatang itu, kecuali sekelompok umat yang sisa, umat yang sisa yang memiliki ketahanan orang-orang kudus, umat yang sisa yang memelihara perintah-perintah Tuhan, umat yang sisa yang memiliki iman Yesus.


And so in chapter 13 you have a description of the crisis, the end time crisis. And in chapter 14 you have the warning, don’t be on the wrong side when this crisis comes. Are you understanding the relationship between these two chapters? There is a time coming, folks, when we will not be able to buy or sell if we are faithful to God and faithful to His Sabbath commandment. There is a time coming when a death decree will be given against God’s people. And God’s people will be characterized by these 3 elements that are in the Third Angel’s message. First of all they will have the perseverance 40’0] of the saints, they will persevere, they will persist, they will endure, that’s what the word means, it’s a Greek word   ὑπομονή [hupomonē]. You know there is another word that is translated “patience” in the New Testament, and usually the KJV translates it “long suffering” that’s kind of like, you know, a passive idea, you know, like you suffer a long period of time. It doesn’t have so much to do with endurance in suffering, but ὑπομονή [hupomonē]   in the Third Angel’s message, is you know, an active faith that perseveres that endures, an active faith that persists, in other words. That’s one characteristics that God’s people will have in the end time.
Secondly they will keep the commandments of God.
And in the third place they will have the faith of Jesus.

Maka di pasal 13 ada deskripsi tentang suatu krisis, krisis akhir zaman. Dan di pasal 14 ada peringatan, jangan berada di pihak yang salah saat krisis ini terjadi. Apakah kalian memahami hubungan antara kedua pasal tersebut? Saatnya akan tiba, Saudara-saudara, ketika kita tidak akan bisa membeli atau menjual jika kita tetap setia kepada Tuhan, setia kepada perintah untuk memelihara SabatNya. Saatnya akan tiba ketika akan dikeluarkan suatu perintah untuk membunuh umat Tuhan. Dan umat Tuhan akan dikenal dengan tiga ciri khas yang ada di pekabaran Malaikat Ketiga. Pertama, mereka akan memiliki ketahanan orang-orang kudus, mereka akan bertahan, mereka akan pantang menyerah, mereka akan menghadapi dengan gigih, itulah maksud kata tersebut, suatu kata Greeka  ὑπομονή [hupomonē]. Kalian tahu ada kata lain yang diterjemahkan “bersabar” di dalam Perjanjian Baru, dan biasanya KJV menerjemahkannya “panjang sabar” kalian tahu ini lebih terkesan pasif, seperti jika kita menjalani penderitaan untuk waktu yang lama. Ini tidak terlalu berkaitan dengan ketahanan dalam penderitaan, tetapi  ὑπομονή [hupomonē] dalam pekabaran Malaikat Ketiga, kalian tahu, itu adalah iman yang aktif, yang bertahan, yang pantang menyerah, dengan kata lain iman yang aktif yang gigih. Itu salah satu ciri khas yang akan dimiliki umat Tuhan pada akhir zaman.
Kedua mereka akan memelihara perintah-perintah Tuhan.
Dan ketiga, mereka akan memiliki iman Yesus.


Now, we don’t have any troubles understanding what the perseverance of the saints is. We don’t have anything really complicated in keeping the commandments of God. We know what commandments that is referring to, it’s referring to the 10 commandments that is found in Exodus chapter 20.
But what about the expression “the faith of Jesus”? The remnant will not only have the perseverance of the saints, they will not only keep the commandments of God, but we are told that they will also have the faith of Jesus. What is meant by “the faith of Jesus?

Nah, kita tidak ada kesulitan memahami apa itu ketahanan orang-orang kudus. Tidak ada yang rumit dengan pemahaman memelihara perintah-perintah Tuhan. Kita sudah tahu perintah mana yang dibicarakan, ini mengacu kepada 10 Perintah Tuhan yang ada di Keluaran pasal 20.
Tetapi bagaimana dengan ungkapan “iman dari Yesus”? Umat yang sisa tidak saja akan memiliki ketahanan orang-orang kudus, mereka tidak saja hanya memelihara perintah-perintah Tuhan, tetapi kita diberitahu bahwa mereka juga akan memiliki iman dari Yesus. Apa yang dimaksud dengan “iman dari Yesus”?


Well,  in order to understand what the faith of Jesus is that God’s people will have, we have to understand first of all the faith that Jesus had.  Correct? If we are going to have the faith of Jesus, we need to understand how Jesus had that faith first because we are going to have the same faith that Jesus had.
Now, the question is what kind of faith did Jesus have and will God’s remnant have along with Jesus?

Nah, agar kita bisa memahami apa itu iman dari Yesus yang akan dimiliki umat Tuhan yang sisa, pertama kita harus memahami lebih dulu iman yang dimiliki Yesus, benar? Jika kita nanti akan memiliki iman Yesus, kita harus lebih dulu mengerti bagaimana Yesus memiliki iman itu karena kita nanti akan memiliki iman yang sama seperti yang dimiliki Yesus.
Nah, pertanyaannya adalah, iman macam apa yang dimiliki Yesus dan yang akan dimiliki umat Tuhan yang sisa bersama-sama dengan Yesus?


I’d like to read a statement that we find in Selected Messages Vol. 3 page 172, where Ellen White describes and defines what the faith of Jesus is. And we are going to pursue this from a biblical perspective as well. She says, “The third angel’s message is the proclamation of the commandments of God and the faith of Jesus Christ. The commandments of God have been proclaimed…” she says,  “…but the faith of Jesus Christ has not been proclaimed by SDA as of equal importance….” Let me ask you, what is more important, the commandments of God or the faith of Jesus? What do you understand of “equal importance”? Is it more important to have the faith of Jesus or is it more important to keep the commandments of God? The fact is that they are of equal importance, according to Ellen White. She continues saying. I’ll go back a little ways, “…The commandments of God have been proclaimed but the faith of Jesus Christ has not been proclaimed by SDA as of equal importance….” And then she says, “…The law and the gospel going hand in hand. I cannot find language to express this subject in its fullness. The faith of Jesus, it is talked of but not understood…” she says, and then she asks the question, “…What constitute the faith of Jesus that belongs to the Third Angel’s message?...” What is the faith of Jesus that belongs to the Third Angel’s message? She asks. And then she answers, “…Jesus becoming our sin-Bearer that He might become our sin-Pardoning Savior. He was treated as we deserved to be treated. He came to our world and took our sins that we might take His righteousness. And faith in the ability of Christ to save us amply and fully and entirely, is the faith of Jesus…”

Saya ingin membacakan suatu pernyataan yang ada di Selected Messages Vol. 3 hal. 172, di mana Ellen White menjelaskan dan mendefinisikan bagaimana yang namanya iman Yesus itu. Dan kita akan mempelajari ini juga dari perspektif Alkitab. Ellen White berkata, “Pekabaran Malaikat Ketiga adalah mengumandangkan perintah-perintah Tuhan dan iman Yesus Kristus. Perintah-perintah Tuhan telah dikumandangkan…” katanya, “…tetapi iman Yesus Kristus tidak dikumandangkan oleh MAHK dengan porsi yang sama…” Coba saya tanya, yang mana lebih penting, perintah-perintah Tuhan atau iman Yesus? Bagaimana kalian memahami istilah “porsi yang sama”? Apakah lebih penting memiliki iman Yesus atau lebih penting memelihara perintah-perintah Tuhan? Sesungguhnya mereka itu sama pentingnya, menurut Ellen White. Dia melanjutkan, saya ulangi sedikit, “…Perintah-perintah Tuhan telah dikumandangkan tetapi iman Yesus Kristus tidak dikumandangkan oleh MAHK dengan porsi yang sama…” lalu dia katakan, “…Hukum dan Injil berjalan bersama-sama. Saya tidak bisa menemukan kata-kata untuk menggambarkan subjek ini secara sempurna. Iman Yesus dibicarakan tetapi tidak dipahami…” katanya, lalu dia mengajukan pertanyaan, “…Apa yang membentuk iman Yesus yang ada di pekabaran Malaikat Ketiga?...”  Nah, apa itu iman Yesus yang ada dalam pekabaran Malaikat Ketiga? Tanyanya. Lalu dia menjawab, “…Yesus menjadi Pemikul dosa kita supaya Dia boleh menjadi Juruselamat Pemberi ampun dosa kita. Dia diperlakukan sebagaimana kita sepantasnya diperlakukan. Dia datang ke dunia kita dan mengambil alih dosa-dosa kita supaya kita boleh mengambil kebenaranNya. Dan mengimani kemampuan Kristus untuk menyelamatkan kita secara penuh, dan sempurna, dan utuh, itu adalah iman Yesus…”


Now, let me read you what the faith of Jesus was like when Jesus bore our sins, when He took upon Himself the sins of the world, our sins, what was the faith of Jesus like? I am going to read a rather long statement from Desire of Ages page 753, this is from the chapter Gethsemane. She says,Upon Christ as our substitute and surety was laid the iniquity of us all…”  so Jesus received the sins of everyone. She continues saying,   “…He was counted a transgressor...”  the Father considered Him a transgressor in other words,   “…that He might redeem us from the condemnation of the law. ...”  then she makes this amazing statement,  “…The guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart. ...”  how many sins did Jesus bear? Every sin that had been committed by the descendants of Adam. And the last I knew all of us descend from Adam. She continues saying  “…The wrath of God against sin, the terrible manifestation of His displeasure because of iniquity, filled the soul of His Son with consternation. All His life Christ had been publishing to a fallen world the good news of the Father’s mercy and pardoning love. Salvation for the chief of sinners was His theme. But now with the terrible weight of guilt He bears, He cannot see the Father’s reconciling face...”  the Father’s face was hidden from Him, folks,  “…The withdrawal of the divine countenance from the Saviour in this hour of supreme anguish pierced His heart with a sorrow that can never be fully understood by man. So great was this agony that His physical pain was hardly felt...”  Very different from the movie the Passion of the Christ, that emphasizes the brutal beating that Jesus took. You know, He hardly felt the physical pain because the psychological pain of bearing the sins of the whole world was so great. She continues saying, now listen carefully, “…Satan with his fierce temptations wrung the heart of Jesus. The Savior could not see through the portals of the tomb. Hope did not present to Him His coming forth from the grave a conqueror, or tell Him of the Father’s acceptance of the sacrifice. He feared that sin was so offensive to God that Their separation was to be eternal. Christ felt the anguish which the sinner will feel when mercy shall no longer plead for the guilty race. It was the sense of sin, bringing the Father’s wrath upon Him as man’s substitute, that made the cup He drank so bitter, and broke the heart of the Son of God....”  quite a description isn’t it? The Devil told Jesus “The weight of sin that You are taking is so great that Your Father cannot forgive You. You are never going to see His face again. You are going to be separated forever. You are going to die and You are going to remain dead.”

Sekarang saya mau membacakan seperti apa iman Yesus itu ketika Yesus memikul dosa-dosa kita, ketika Dia memikul sendiri dosa-dosa dunia, dosa-dosa kita, seperti apa imannya saat itu? Saya akan membacakan kutipan yang agak panjang dari Desire of Ages hal. 753, ini ada di bab Getsemani. Ellen White berkata, “Di atas Kristuslah, yang menjadi pengganti dan penjamin kita, terletak dosa-dosa kita semua…” jadi Yesus menerima dosa semua orang. Ellen White melanjutkan, “…Kristus diperhitungkan sebagai orang yang berdosa…” dengan kata lain Allah Bapa menganggap Dia orang berdosa, “…supaya Dia bisa menebus kita dari kutukan Hukum…” lalu Ellen White memberikan pernyataan yang mengagumkan ini, “…Dosa setiap keturunan Adam menekan di atas hatiNya…” berapa banyak dosa yang ditanggung Yesus? Setiap dosa yang pernah dilakukan oleh keturunan Adam. Dan terakhir kalinya yang saya ketahui, kita semua adalah keturunan Adam. Ellen White melanjutkan, “…Murka Allah pada dosa, manifestasi yang mengerikan dari keberanganNya terhadap dosa, memenuhi hati AnakNya dengan rasa takut. Sepanjang hidupNya, Kristus telah menyatakan kepada dunia yang berdosa, kabar baik tentang kasih Bapak yang penuh kemurahan dan pengampunan. Keselamatan bagi pendosa yang terberat adalah tema pekabaranNya. Tetapi sekarang, karena sangat terbebani  oleh perasaan bersalah yang dipikulNya, Dia tidak bisa melihat wajah BapaNya yang mahapengampun…” wajah Bapa tersembunyi dari Kristus, Saudara-saudara. “…Penarikan mundur wajah Bapa dari Sang Juruselamat pada saat kepiluanNya yang paling tajam menusuk hatiNya dengan rasa duka yang tidak akan pernah bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia. Seberat itu penderitaanNya hingga Dia nyaris tidak merasakan sakit fisikalnya lagi…”  Sangat berbeda dengan film The Passion of the Christ, yang menekankan pada pemukulan brutal yang dialami Yesus. Tahukah kalian, Yesus nyaris tidak merasakan sakit pada fisikNya karena secara psikologi memikul dosa-dosa seluruh dunia sakitnya begitu hebat. Ellen White melanjutkan berkata, sekarang dengarkan baik-baik, “…Dengan melancarkan pencobaannya yang kejam, Setan meremas-remas hati Yesus. Sang Juruselamat tidak dapat melihat melampaui gerbang kubur. Tidak tampak harapan bahwa Dia akan keluar dari kubur sebagai pemenang, atau bahwa Bapa menerima pengorbananNya. Yesus takut Tuhan begitu membenci dosa sehingga perpisahan Mereka itu akan kekal.  Kristus merasakan ketakutan yang akan dirasakan orang yang berdosa saat kemurahan tidak lagi memohon bagi bangsa yang berdosa. Perasaan memikul dosa, yang mengakibatkan murka Bapa jatuh kepadaNya sebagai pengganti manusia, itulah yang menyebabkan cawan yang harus diminumNya itu begitu getir, dan yang menghancurkan hati Anak Allah…” deskripsi yang hebat, bukan? Iblis berkata kepada Yesus, “Beban dosa yang Engkau pikul itu begitu berat sampai BapaMu tidak akan bisa mengampuniMu. Engkau selamanya tidak akan melihat wajahNya lagi. Kalian akan terpisah untuk selamanya. Engkau akan mati dan Engkau akan tetap mati.”


Now, the question is, if Jesus had gone by His feelings would He have been successful? No. Because we just read that He couldn’t see beyond the portals of the tomb. He thought that the separation was going to be eternal. So you say, how then He overcome? Why didn’t Jesus just drop His hands and say, “Hoh, what’s the use, I’m going to be lost and everybody else is going to be lost, what’s the use of going through this?” And He would have given up. Ahh, Ellen White explains the reason why. And on page 756 listen carefully, this teaches a great lesson because we have a tendency, folks, to live by feelings, don’t we? We have a tendency to depend on our feelings, and when we depend on our feelings we can be in the clouds one moment and we can be in the depths of the pit the next.  But when we have the faith that Jesus had, it’s different. Notice what she says, “…Amid the awful darkness, apparently forsaken of God, Christ had drained the last dregs in the cup of human woe. In those dreadful hours He had relied upon the evidence of His Father’s acceptance heretofore given Him. He was acquainted with the character of His Father…”  in other words He knew His Father,  “…He understood His justice, His mercy, and His great love. By faith He rested in Him whom it had ever been His joy to obey. …”  what kind of faith did Jesus have? Faith in His Father even though He couldn’t feel Him, He said “I know Him because I have an experience with Him.” Then she continues saying,   “…And as in submission He committed Himself to God, the sense of the loss of His Father’s favor was withdrawn. By faith, Christ was victor.…” That is the faith of Jesus!

Sekarang pertanyaannya adalah, andai Yesus mengikuti perasaanNya, akankah Dia berhasil? Tidak. Karena kita baru saja membaca bahwa Dia tidak bisa melihat melampaui gerbang kubur. Dia menyangka perpisahan itu akan untuk selamanya. Jadi, kalian berkata, “Lalu bagaimana Dia bisa menang?” Mengapa Yesus tidak menyerah saja dan berkata, “Hoh, apa gunanya, toh Aku akan mati dan semua orang lain juga akan binasa, apa gunanya melakukan semua ini?” Dan Yesus mungkin saja menyerah.
Aah, Ellen White menjelaskan alasannya mengapa. Dan di hal. 756, dengarkan baik-baik, ini mengajarkan suatu pelajaran yang hebat karena, Saudara-saudara, kita ini punya kecenderungan untuk hidup mengikuti perasaan kita, bukan? Kita cenderung bersandar pada perasaan kita, dan jika kita bersandar pada perasaan kita, maka satu saat kita bisa merasa berada di awan-awan dan saat berikutnya kita bisa berada di dasar lubang. Tetapi jika kita memiliki iman yang dimiliki Yesus, tidak akan seperti itu. Perhatikan apa kata Ellen White, “…Di tengah kegelapan yang mengerikan, jelas-jelas telah ditinggalkan Allah, Kristus meneguk tetes terakhir dari cawan yang berisikan celaka bagi manusia. Di saat-saat yang sangat berat itu Dia bersandar pada bukti perkenan BapaNya yang telah diberikan kepadaNya sampai saat itu. Dia kenal tabiat BapaNya…” dengan kata lain, Dia kenal BapaNya, “…Dia mengerti keadilanNya, kemurahanNya, dan kasihNya yang besar. Dengan iman, Dia bersandar pada Sang Bapa yang selalu Dia patuhi dengan penuh sukacita…” iman macam apa yang dimiliki Yesus? Iman dalam BapaNya walaupun Dia tidak bisa merasakan kehadiranNya, Dia berkata, “…Aku mengenalNya karena aku punya pengalaman bersamaNya.” Lalu Ellen White melanjutkan berkata, “…Dan sebagai tanda kepatuhanNya, Dia menyerahkan Dirinya kepada Tuhan, maka memudarlah perasaan bahwa Dia telah kehilangan perkenan BapaNya. Dengan mengandalkan iman, Kristus menjadi pemenang…” Itulah iman Yesus!


Now, listen carefully, folks, if you read the chapter on “The time of trouble” from the book The Great Controversy, Ellen White describes that God’s people when the trial comes over the Beast, his image and his mark, are going to go through a very similar experience as Jesus did. Particularly when you read the section of the chapter on Jacob, that’s why it’s called “the time of Jacob’s trouble”, by the way ~ when you read that section where Jacob feels forsaken of God, he feels that his sin is so great that he is separated forever from God, how does he remain firm? He hangs on to the Angel of the covenant, who is Jesus. And he says, “I will not let you go unless You bless me.” And Jesus says, “Let me go,” when it’s dawning, and Jacob latches on and he says, “I will not let You go.” He felt forsaken by God, but he knew that God had not forsaken him, because he knew God and he knew of God’s promises. God’s people, folks, are going to go through that same experience in the time of trouble. The Devil is going to say to God’s people, “Hey…” you know, he has a record of all the sins that we’ve committed, you know that? He doesn’t lie, he says, “…you’ve committed all these sins, you actually think that God is going to accept you when you have committed all those sins? The load of sin is so great that the separation between you and God is going to be forever.” What’s going to happen if God’s people depend on their feelings?  Ellen White says that God’s people will look at their lives and will see nothing good in their lives. All they see is bad things that they have done in their lives. But at the same time they know that they have repented of their sins, they have confessed their sins, and they have trusted in Jesus Christ, and therefore they have received forgiveness and so they will not depend on their feelings at all,  “Oh, what’s the use, God is not going to accept me because I am a great sinner.” No. At that time they will lay hold of the promises of God where God says that He is willing to forgive when we repent and we confess our sins and trust in Him. Is that a similar experience to the experience that Jesus went through? It’s very similar, folks, except for Jesus was not suffering separation from God  because of His own sins, because it was imputed, but we will suffer something similar to that because of sins we have actually committed. And as the Devil tried to discourage Christ, he will try to discourage us. He will say, “What’s the use of you dying at the hands of your enemies if you are going to die anyway?”

Sekarang dengarkan baik-baik, Saudara-saudara, jika kalian membaca bab tentang “Masa Kesukaran Besar” dari buku The Great Controversy, Ellen White menggambarkan pada saat masa pencobaan datang sehubungan dengan Binatang itu, patungnya dan tandanya, umat Tuhan akan melewati pengalaman yang mirip seperti pengalaman Yesus. Terutama jika kalian membaca bagian bab tersebut tentang Yakub. Itulah sebabnya mengapa saat itu disebut “masa kepicikan Yakub” ~ pada waktu kalian membaca bagian itu di mana Yakub merasa ditinggalkan oleh Tuhan, dia merasa dosanya terlalu besar sehingga ia terpisah selamanya dari Tuhan, bagaimana dia bisa tetap tinggal kokoh? Dia bergantung pada Malaikat Perjanjian, yang adalah Yesus. Dan dia berkata, “Aku tidak akan melepaskan Engkau, kecuali Engkau memberkati aku.” Dan menjelang fajar Yesus berkata, “Lepaskan Aku” tetapi Yakub terus berpegang dan dia berkata, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi.” Yakub merasa ditinggalkan Tuhan, tetapi dia tahu bahwa Tuhan tidak meninggalkannya karena dia kenal Tuhan dan dia kenal janji-janji Tuhan. Saudara-saudara, umat Tuhan akan melewati pengalaman yang sama di masa kesusahan besar. Iblis akan berkata kepada umat Tuhan, “Hei…” kalian tahu Iblis memiliki catatan semua dosa yang pernah kita lakukan, kalian tahu itu? Iblis tidak berbohong, dia berkata, “…kamu telah melakukan semua dosa ini, kamu pikir Tuhan akan menerimamu setelah kamu melakukan semua dosa itu? Beban dosa itu sebegitu beratnya kamu dan Tuhan akan dipisahkan untuk selamanya.” Apa yang akan terjadi jika umat Tuhan bersandar pada perasaan mereka?
Ellen White berkata bahwa umat Tuhan akan memandang hidup mereka dan tidak akan menemukan apa pun yang baik dalam hidup mereka. Yang mereka lihat hanyalah hal-hal yang buruk yang telah mereka lakukan dalam hidup mereka. Tetapi pada waktu yang sama mereka tahu bahwa mereka telah bertobat dari dosa-dosa mereka, mereka telah mengakui dosa-dosa mereka, dan mereka telah percaya di dalam Yesus Kristus, maka mereka telah menerima pengampunan dan mereka tidak akan bersandar pada perasaan mereka sama sekali, “Oh, percuma, Tuhan toh tidak akan menerima saya karena saya adalah pendosa besar.” Tidak. Pada saat itu mereka akan memegang semua janji Tuhan, di mana Tuhan berkata bahwa Dia rela mengampuni bilamana kita bertobat dan kita mengakui dosa-dosa kita dan bersandar padaNya. Apakah itu pengalaman yang sama dengan pengalaman yang dialami Yesus? Sangat mirip, Saudara-saudara, kecuali dalam hal Yesus Dia tidak menderita pemisahan dari Tuhan karena dosa-dosaNya sendiri, karena dosa-dosa itu diperhitungkan padaNya; tetapi kita akan menderita hal yang sama karena dosa-dosa yang memang kita lakukan. Dan sebagaimana Iblis mencoba untuk melemahkan Kristus, dia juga akan berusaha melemahkan kita. Dia akan berkata, “Apa gunanya kamu mati di tangan musuh-musuhmu, jika akhirnya kamu toh akan mati?”


Now, the Bible has several examples of this end time generation. I would like to dwell for a few moments upon those examples of this period. We are going to look at these examples of perseverance,   keeping the commandments, and having the faith of Jesus.

Nah, dalam Alkitab ada beberapa contoh tentang generasi akhir zaman ini. Saya ingin mengambil sedikit waktu untuk membahas contoh-contoh itu selama periode tersebut. Kita akan melihat contoh-contoh ketahanan, pemeliharaan perintah-perintah Tuhan, dan bagaimana memiliki iman Yesus.


The first example I would like to take from Scriptures is the story of the three young men that stood before king Nebuchadnezzar in the valley of Dura. Phenomenal story that globalizes at the end of time. Let me ask you, at the end of time is there going to be a beast? Did Nebuchadnezzar act like a beast for a while? Sure, he did.  Did he raise up an image? Yes. Did he command everyone to worship that image? Did he give a death decree to everyone who didn’t worship? Absolutely. The book of Revelation globalizes this. The book of Revelation says, this crisis that took place in the valley of Dura with three young men is going to take place on a global scale at the end of time. It’s going to be universal. It’s going to be not literal Babylon, it’s going to be spiritual Babylon, and God is going to have a faithful remnant.

Contoh yang pertama yang akan saya ambil dari Alkitab adalah kisah tiga pemuda yang berdiri di hadapan raja Nebukadnezar di lembah Dura. Kisah yang fenomenal yang akan mengglobal pada akhir zaman. Coba saya tanya, pada akhir zaman apakah akan ada Binatang? Apakah Nebukadnezar berperilaku seperti binatang selama waktu yang tertentu? Tentu saja. Apakah Nebukadnezar mendirikan sebuah patung? Ya. Apakah dia menyuruh semua orang menyembah patung itu? Apakah dia mengeluarkan perintah untuk menghukum mati siapa saja yang tidak mau menyembah patung itu? Betul sekali. Kitab Wahyu membuat kisah ini menjadi kisah yang global. Kitab Wahyu berkata, krisis yang terjadi di lembah Dura pada tiga pemuda, akan terjadi dalam dalam skala global pada akhir zaman. Itu akan menjadi peristiwa yang universal. Bukan lagi oleh Babilon literal, melainkan oleh Babilon rohani, dan Tuhan akan memiliki umat sisa yang setia.


Now let me ask you about Daniel and his three friends, particularly about his three friends. Did his three friends have perseverance? Hmmm. Did they keep the commandments of God? Did they have the faith of Jesus? Yes they did. Let me read you an interesting statement from the book Manuscript Releases Vol. 14 page 91 where Ellen White compares what happened in the valley of Dura with what’s going to happen at the end of time. She says, “An idol Sabbath has been set up as the golden image was set up in the plains of Dura. And as Nebuchadnezzar the king of Babylon issued the decree that all who would not bow down and worship this image should be killed, so a proclamation will be made that all who will not reverence the Sunday institution will be punished with imprisonment and death.”
What was it that sustained these three young men? Was it only an intellectual faith in Christ and say, “Oh, yeah, Jesus imputed His righteousness to me” and leave it at that? No. You see their faith was proved by their faithfulness. Their faith was proved by their works and by their loyalty to Jesus.

Sekarang, coba saya tanya tentang Daniel dan ketiga temannya, khususnya tentang ketiga temannya. Apakah ketiga temannya ini memiliki ketahanan? Hmmmm. Apakah mereka memelihara perintah-perintah Tuhan? Apakah mereka memiliki iman Yesus? Ya, betul. Coba saya bacakan suatu pernyataan yang menarik dari buku  Manuscript Releases Vol. 14 hal. 91 di mana Ellen White membandingkan apa yang terjadi di lembah Dura dengan apa yang akan terjadi di akhir zaman. Dia berkata, “Suatu sabat berhala telah didirikan sebagaimana  patung emas itu didirikan di lembah Dura. Dan sebagaimana Nebukadnezar raja Babilon mengeluarkan perintah bahwa semua yang tidak mau sujud dan menyembah patung ini, akan dibunuh; demikian juga suatu pengumuman akan dibuat bahwa semua yang tidak mau menghormati lembaga hari Minggu akan dihukum penjara dan dibunuh.”
Apakah yang membuat ketiga pemuda itu bertahan?  Apakah hanya iman intelektual dalam Kristus dan berkata, “Oh, iya Yesus telah mengkreditkan kebenaranNya kepadaku” begitu saja? Tidak. Kalian lihat, iman mereka dibuktikan oleh kesetiaan mereka. Iman mereka dibuktikan oleh perbuatan dan oleh kesetiaan mereka kepada Yesus.


I want to read a statement that we find in the book, actually in the magazine Youth Instructor July 12, 1904, where Ellen White is talking about these three young men, she says, “The three Hebrews were called upon to confess Christ in the face of the burning fiery furnace. It cost them something to do this for their lives were at stake. These youth, imbued with the Holy Spirit declared to the whole kingdom of Babylon their faith….” What did they declare to Babylon? Their faith, “…that He whom they worshipped was the only true and living God….” And now comes a very important phrase, “…the demonstration of their faith on the plain of Dura was the most eloquent presentation of their principles….” The what of their faith? The demonstration of their faith. How do you prove that you have faith? By showing in your works.

Saya mau membacakan suatu pernyataan yang kita dapati di buku, tepatnya di majalah Youth Instructor, edisi Juli 12, 1904, di mana Ellen White berbicara mengenai ketiga pemuda ini, katanya, “Ketiga pemuda Ibrani diuji untuk mengakui Kristus di depan ancaman dapur api yang menyala. Mereka harus membayar mahal untuk itu karena nyawa mereka dipertaruhkan. Para pemuda ini, yang dipenuhi oleh Roh Kudus, menyatakan iman mereka kepada seluruh kerajaan Babilon…” apa yang mereka nyatakan kepada Babilon? Iman mereka, “…bahwa Dia yang mereka sembah adalah satu-satunya Allah yang sejati dan hidup…” Dan sekarang muncullah suatu ungkapan yang sangat penting, “…demonstrasi iman mereka di lembah Dura ini adalah penyampaian keyakinan mereka dalam bahasa yang paling indah…” Apa iman mereka? Demonstrasi iman mereka. Bagaimana kita membuktikan bahwa kita punya iman? Dengan menunjukkannya dalam perbuatan kita.


Now, it’s interesting to notice that the word “deliver” in the book of Daniel is used only in three places in the book of Daniel, the word “deliver”. It’s used in Daniel 3 where you find this story, it’s used in Daniel chapter 6 where Daniel is delivered from the lion’s den, and it’s found in Daniel 12:1 where it speaks about God’s people being delivered in the end time. There must be a connection then between Daniel 3, Daniel 6 and Daniel 12.

Nah, yang menarik untuk kita simak adalah kata “diselamatkan” di dalam kitab Daniel, yang hanya dipakai di tiga tempat di dalam kitab Daniel, kata “diselamatkan” ini. Dipakai di Daniel pasal 3 di mana kita dapati kisah ini, dipakai di Daniel pasal 6 di mana Daniel diselamatkan dari gua singa, dan juga ditemukan di Daniel 12:1 di mana berbicara tentang umat Tuhan diselamatkan pada akhir zaman. Kalau begitu harus ada koneksi antara Daniel pasal 3, pasal 6 dan pasal 12.


Now go with me to Daniel 3 and let’s read about the crisis of these three young men first. Daniel chapter 3, and I am only going to read certain verses here, chapter 3:16-18 and then we’ll go to verses 28-29. I want you to notice the word “deliver” because they had faith, this faith that did not depend on feelings and emotions, this faith that did not depend on circumstances. This faith which was unbreakable and unshakeable. I want you to notice what God did with them. It says there in verse 16, Shadrach, Meshach, and Abed-Nego answered and said to the king, ‘O Nebuchadnezzar, we have no need to answer you in this matter. 17 If that is the case, our God whom we serve is able to…”  what’s the word there? Aaah, key word,  “…is able to deliver us from the burning fiery furnace, and He will deliver us from your hand, O king.…”  but they are not presumptuous. They are not serving God for the loaves and fishes. That’s the problem with the prosperity gospel. You know when you preach the prosperity gospel and everything goes well you say, “Oh, the Lord is blessing,” but when there’s no prosperity what do you build on? Nothing. So they say in verse 17,    “…If that is the case, our God whom we serve is able to deliver us from the burning fiery furnace and He will deliver us from your hand, O king. 18But if not, let it be known to you, O king, that we do not serve your gods, nor will we worship the gold image which you have set up.’ …”  They say, we serve God in the good times and in the bad times and our faith is focused on Him, our faith is totally and completely in Him. And then I want you to notice what we find in verse 28 and 29.   “….28 Nebuchadnezzar spoke, saying, ‘Blessed be the God of Shadrach, Meshach, and Abed-Nego, who sent His Angel…”  By the way the Angel is Jesus, verse 25 says it was the Son of God in the furnace. So it says,    “…Nebuchadnezzar spoke, saying, ‘Blessed by the God of Shadrach, Meshach, and Abed-Nego, who sent His Angel and…”  what? There is the key word again,   “…and  delivered His servants who…”  what?   “…trusted in Him,…”  aaaah, is that faith? Yes!    “…who trusted in Him and they have frustrated the king's word, and yielded their bodies, that they should not serve nor worship any god except their own God! …” verse 29,   “…29Therefore I make a decree that any people, nation, or language which speaks anything amiss against the God of Shadrach, Meshach, and Abed-Nego shall be cut in pieces, and their houses shall be made an ash heap; because there is no other God who can deliver like this.’…"

Sekarang marilah bersama saya ke Daniel pasal 3 dan marilah kita baca tentang krisis yang dihadapi ketiga pemuda itu dulu. Daniel pasal 3, dan saya hanya akan membaca ayat-ayat tertentu di sini, pasal 3:16-18 lalu kita akan ke ayat 28-29. Saya mau kalian perhatikan kata “diselamatkan” karena mereka memiliki iman, iman yang tidak bergantung pada perasaan atau emosi, iman yang tidak tergantung pada kondisi. Iman ini yang tidak terpatahkan dan tidak tergoncangkan. Saya mau kalian perhatikan apa yang Tuhan lakukan pada mereka. Dikatakan di ayat 16, Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja itu, ‘O, Nebukadnezar, kami tidak perlu memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17 Jika demikian, Allah kami yang kami sembah sanggup…”  apa kata yang ada di sana? Aaah, kata kunci   “…sanggup menyelamatkan kami dari tungku perapian yang menyala, dan Ia akan menyelamatkan kami dari tanganmu, ya raja;…”  tetapi mereka tidak lancang. Mereka tidak menyembah Tuhan demi ketul roti dan ikan. Itulah masalahnya dengan injil kemakmuran. Kalian tahu, jika kita menyampaikan injil kemakmuran dan semuanya berjalan lancar, kita berkata, “Oh, Tuhan memberkati”, tetapi bila tidak ada kemakmuran, kita mendasarkannya pada apa? Tidak ada. Jadi di ayat 17 dikatakan,   “…Jika demikian, Allah kami yang kami sembah sanggup menyelamatkan kami dari tungku perapian yang menyala, dan Ia akan menyelamatkan kami dari tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." [NKJV yang diindonesiakan] Mereka berkata, “Kami menyembah Tuhan di masa baik dan di masa susah, dan iman kami terfokus kepadaNya, iman kami sepenuhnya dan seluruhnya ada dalamNya.”  Dan saya mau kalian perhatikan apa yang kita dapati di ayat 28 dan 29. “Berkatalah Nebukadnezar: ‘Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang telah mengutus Malaikat-Nya…”  ketahuilah Malaikat ini adalah Yesus, ayat 25 mengatakan yang ada di dalam tungku api itu adalah Anak Allah. Maka dikatakan,   “…Berkatalah Nebukadnezar: ‘Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang telah mengutus Malaikat-Nya dan…”  apa? Kata kunci itu lagi,   “…menyelamatkan hamba-hamba-Nya, yang…”  apa?   “…telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau melayani dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka sendiri.…”  Ayat 29,   “… 29 Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing abu, karena tidak ada allah lain yang dapat menyelamatkan seperti ini." [NKJV yang diindonesiakan]


You see the context of the third angel’s message? It’s not only just believing that Jesus has given us His imputed righteousness, it means that because we have received His imputed righteousness, because we have been forgiven of our sins, because as we have repented and confessed our sins, and trusted in Jesus, our life is totally and completely committed to Him. Even in the face of death, faith is proved by faithfulness, in other words.

Kalian lihat konteks dari pekabaran Malaikat Ketiga?  Bukan saja percaya bahwa Yesus telah memberikan pembenaranNya kepada kita, tetapi artinya karena kita telah menerima pembenaranNya, karena kita telah diampuni dari dosa-dosa kita, karena kita telah bertobat dan mengakui dosa-dosa kita, dan menaruh kepercayaan dalam Yesus, hidup kita seluruhnya dan sepenuhnya harus komit kepadaNya. Bahkan di depan ancaman kematian, dengan kata lain, iman dibuktikan oleh kesetiaan.


And by the way, you know it’s very interesting that in Hebrews 11:33-34  we are told that the three young men through faith quenched the fire of the furnace. Through faith they quenched the fire. Is that talking only about, you know, that they received the imputed righteousness of Christ? Oh, no, no, no, no. When they stood before that image of the Beast so to speak, and they said, “We will not worship, we keep God’s holy law, we will be faithful only to God,” when they said that they were exhibiting their faith. Faith always leads to faithfulness, in other words.

Dan kalian tahu, yang sangat menarik itu di Ibrani 11:33-34 kita diberitahu bahwa ketiga pemuda itu telah mematikan api tungku perapian dengan iman mereka. Melalui iman mereka padamkan api itu. Apakah ini hanya berbicara bahwa mereka telah menerima pembenaran dari Kristus? Oh, tidak, tidak, tidak, tidak. Ketika mereka berdiri di depan katakanlah patung Binatang itu, dan mereka berkata, “Kami tidak akan menyembah, kami memelihara perintah-perintah Tuhan yang kudus, kami setia hanya kepada Tuhan”, pada waktu mereka berkata demikian mereka sedang mendemonstrasikan iman mereka. Dengan kata lain, iman selalu membawa kepada kesetiaan.


In Prophets and Kings page 513 we find this remarkable statement.As in the days of Shadrach, Meshach, and Abednego, so in the closing period of earth’s history the Lord will work mightily in behalf…”  listen carefully, He will work mightily   “…in behalf of those who stand steadfastly for the right…”  When did we learn to stand steadfastly for the right? He who’s faithful in little will be faithful in much, and he who is unfaithful in little, will be unfaithful in much. Are we faithful to the Lord even in the small things of our lives? She continues saying,  “… He who walked with the Hebrew worthies in the fiery furnace will be with His followers wherever they are. His abiding presence will comfort and sustain. In the midst of the time of trouble—trouble such as has not been since there was a nation—His…”  listen carefully now,  “…His chosen ones will stand unmoved. …”  What do they have? Faith. The faith of whom? Jesus! The same faith that Jesus had in His crisis. It’s more than just justification. It is justification that leads to a holy and sanctified life. Loyalty to Jesus. She continues saying,  “… Satan with all the hosts of evil cannot destroy the weakest of God’s saints. Angels that excel in strength will protect them, and in their behalf Jehovah will reveal Himself as a ‘God of gods,’…”  listen now,  “…able to save to the uttermost those who have put their trust in Him.”  
We need to learn to trust God in the good times and in the bad times. Listen, trusting God in the bad times prepares us to trust God in the worse times and the worst times if you please.


Di Prophets and Kings hal. 513 kita temukan pernyataan yang mengagumkan ini. “Sebagaimana di zaman Sadrakh, Mesakh dan Abednego, begitu pula menjelang penutupan sejarah dunia, Tuhan akan bekerja dengan kuasa bagi…” dengarkan baik-baik, Tuhan akan bekerja dengan kuasa “…bagi mereka yang berdiri kokoh di pihak yang benar…” Kapan kita belajar berdiri kokoh di pihak yang benar? Dia yang setia dalam hal-hal kecil akan setia dalam hal-hal besar, dan dia yang tidak setia dalam hal kecil akan tidak setia juga dalam hal besar. Apakah kita setia kepada Tuhan bahkan dalam hal-hal kecil dalam hidup kita? Ellen White melanjutkan, “…Dia yang berjalan bersama pemuda-pemuda Ibrani yang istimewa ini di dalam tungku perapian juga akan bersama-sama dengan pengikut-pengikutNya di mana pun mereka berada. KehadiranNya yang tidak akan surut, akan menghibur dan menguatkan. Di tengah-tengah masa kesukaran seperti yang belum pernah ada sejak adanya suatu bangsa…” dengarkan baik-baik sekarang, “…umat pilihanNya akan berdiri teguh…” Apa yang mereka miliki? Iman! Iman siapa? Yesus! Iman yang sama yang dimiliki Yesus di masa krisisNya. Itu lebih dari sekadar pembenaran. Ini adalah pembenaran yang membawa kepada suatu hidup yang suci dan dikuduskan. Kesetiaan kepada Yesus. Ellen White melanjutkan, “…Setan dengan seluruh bala tentara gelapnya tidak akan bisa menghancurkan orang kudus Tuhan yang paling lemah sekali pun. Malaikat-malaikat yang sangat kuat akan melindungi mereka, dan bagi mereka Yehova akan menyatakan diriNya sebagai Allah segala allah.’…” dengarkan sekarang, “…yang sanggup menyelamatkan sampai ke ujung-ujungnya semua yang telah menempatkan kepercayaan mereka dalam Dia.”
Kita perlu belajar mempercayai Tuhan di masa baik dan di masa buruk. Dengarkan, menempatkan percaya kita dalam Tuhan di masa buruk mempersiapkan kita untuk mempercayai Tuhan di masa yang lebih buruk dan di masa yang paling buruk.


We have another story in the book of Daniel, the story of Daniel in the lion’s den. Hehehehe, you know since we’ve been little children this story is told in Sabbath School. I remember, I used to love to hear that story of the three young men in the furnace and Daniel in the lion’s den, and the man who built his house upon the rock, those were really precious stories. The fact is that the story of Daniel and the lion’s den is a story that  illustrates what is going to happen in the end time as well.
Notice Daniel chapter 6, we’ll read a few verses here. Daniel 6:5, listen what the issue is, what the controversy or the conflict really is about, why these young men need to have unmovable, unshakeable faith, listen, it says there in verse 5 Then these men…”  that is the enemies of Daniel, “…said, ‘We shall not find any charge against this Daniel unless we find it against him concerning the…”  what?   “…concerning the law of his God.’"
Let me ask you, did the crisis on the valley of Dura have anything to do with God worship? Did it have anything to do with perseverance? Absolutely. It’s an illustration of the third angel’s message.
How about the story of Daniel in the lion’s den? Does it have anything to do with endurance? Or perseverance? Oh, yes it does. Does it have anything to do with keeping the commandments of God even by facing death? Absolutely. How about the faith that Jesus had, implicit faith no matter what the circumstances point to? Same thing.

Ada cerita lain di kitab Daniel, kisah Daniel di gua singa. Hehehehe, kalian tahu sejak kanak-kanak kisah ini sudah diceritakan di Sekolah Sabat. Saya ingat, saya suka sekali mendengar kisah ketiga pemuda di tungku api dan Daniel di gua singa, dan orang yang membangun rumahnya di atas batu karang, itu adalah cerita-cerita yang sangt berharga. Faktanya, kisah Daniel di gua singa adalah cerita yang menggambarkan apa yang akan terjadi juga di akhir zaman.
Perhatikan Daniel pasal 6, kita akan membaca beberapa ayat dari sini. Daniel 6:5, dengarkan apa isunya, apa yang dipertentangkan atau apa konflik yang sebenarnya, mengapa pemuda-pemuda itu perlu memiliki iman yang kokoh, yang tak tergoncangkan. Dengarkan, dikatakan di sana, di ayat 5, Maka berkatalah orang-orang itu…”  maksudnya musuh-musuh Daniel,   “…‘Kita tidak akan menemukan alasan untuk mendakwa Daniel ini, kecuali yang kita temukan dalam hal…”  apa?   “…dalam hal hukum Allahnya!’” [NKJV yang diindonesiakan].
Coba saya tanya, apakah krisis yang terjadi di lembah Dura berkaitan dengan penyembahan kepada Tuhan? Apakah itu berkaitan dengan ketahanan? Betul sekali. Itu adalah gambaran dari pekabaran Malaikat Ketiga.
Bagaimana dengan kisah Daniel di dalam gua singa? Apakah itu berkaitan dengan kegigihan? Atau pertahanan? Oh iya, benar. Apakah itu berkaitan dengan memelihara perintah-perintah Tuhan bahkan di bawah ancaman hukuman mati? Betul sekali.
Bagaimana dengan iman yang dimiliki Yesus, iman yang tak goyah apa pun kondisinya yang sudah tampak? Sama.


Let’s read in Daniel 6:16, it says, So the king gave the command, and they brought Daniel and cast him into the den of lions. But the king spoke, saying to Daniel…”  listen carefully now,   “… ‘Your God, whom you serve…”  occasionally, I’m just making sure that you’re awake,   “…’Your God whom you serve…”  now here’s the second word in Daniel where “deliver” is found, only chapter 3, chapter 6 and chapter 12, we’ll come to chapter 12 in a moment,   “…’Your God whom you serve continually, He will…”  what? Aaah when you continually serve the Lord, the Lord is going to come through,   “…He deliver you.”  And then I want you to notice verse 20. The king comes the next morning to the lion’s den. It says,  “…And when he came to the den, he cried out with a lamenting voice to Daniel. The king spoke, saying to Daniel, ‘Daniel, servant of the living God, has your God, whom you…”  there it is again,   “…whom you serve continually, been able to…”  ah, the key word again,   “…been able to deliver you from the lions?’”
Daniel did not become cat food after all but those who prepared the plot, did.
You say, “Well the lions weren’t hungry.” They weren’t hungry? Just read the story. Before the enemies got to the bottom of the lion’s den, they were feasting on the ones who prepared the plot. It continues saying there once again, ah verse 20, “…And when he came to the den, he cried out with a lamenting voice to Daniel. The king spoke, saying to Daniel, ‘Daniel, servant of the living God, has your God, whom you serve continually, been able to deliver you from the lions?’…”  And then after the fact the king says these words that we find in verse 27   “…He delivers and rescues, and He works signs and wonders in heaven and on earth, Who has…”  what?   “…Who has delivered Daniel from the power of the lions.’…” The word “deliver”. Who has God delivered? Those who are faithful because they have faith, package deal.

Mari kita baca Daniel 6:16, dikatakan, “Sesudah itu raja memberi perintah, lalu mereka membawa Daniel dan melemparkannya ke dalam gua singa. Tetapi berbicaralah raja kepada Daniel…”  dengarkan baik-baik sekarang,    “…‘Allahmu yang kausembah…”  sekali-sekali, saya hanya mau memastikan kalian semua tidak tidur,   “… ‘Allahmu yang kausembah…”  nah, inilah kata yang kedua di kitab Daniel di mana “menyelamatkan” ditemukan. Hanya ada di pasal 3, pasal 6 dan pasal 12. Nanti kita akan ke pasal 12.  “… ‘Allahmu yang kausembah terus-menerus,…”  apa? Aaah, jika kita terus-menerus menyembah Tuhan, Tuhan tidak akan mengecewakan,   “…Dialah kiranya yang menyelamatkan engkau!’…” Lalu saya mau kalian perhatikan ayat 20. Keesokan harinya raja datang ke gua singa, dikatakan, “…dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba Allah yang hidup, apakah Allahmu yang …”  di sini ada lagi,   “…yang kausembah terus menerus, sanggup…”  haaa, kata kuncinya lagi   “…sanggup menyelamatkan engkau dari singa-singa itu?”[NKJV yang diindonesiakan]
Daniel ternyata tidak jadi makanan kucing, tetapi mereka yang membuat plot untuk menjebaknya, itu yang jadi.
Kalian berkata, “Ah, singa-singa itu tidak lapar.” Tidak lapar? Coba baca saja kisahnya. Sebelum musuh-musuh Daniel mencapai dasar gua, singa-singa itu sudah berpesta-pora memangsa mereka yang membuat plot itu. Selanjutnya dikatakan sekali lagi, ah di ayat 20, “dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba Allah yang hidup, apakah Allahmu yang kausembah terus menerus, sanggup menyelamatkan engkau dari singa-singa itu?”[NKJV yang diindonesiakan]  Kemudian setelah peristiwa itu, kita mendapatkan raja mengucapkan kata-kata di ayat 27, Dia menyelamatkan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang…” apa? “…telah menyelamatkan Daniel dari kekuasaan singa-singa." [NKJV yang diindonesiakan]. Kata “menyelamatkan”. Siapa yang diselamatkan Tuhan? Mereka yang setia karena mereka memiliki iman, itu perjanjian satu paket.


Did any other generation go through a crisis such as this?  No, folks. The third angel’s message is a message for the end time crisis, the worst crisis that the world has ever seen. And God’s people are going to need to have faith in Jesus that is translated into faithfulness in the life.

Apakah ada generasi lain yang pernah mengalami krisis seperti ini? Tidak, Saudara-saudara. Pekabaran Malaikat Ketiga adalah pekabaran untuk krisis akhir zaman, krisis yang terburuk yang pernah terjadi di dunia. Dan umat Tuhan bakal membutuhkan memiliki iman dalam Yesus yang termanifestasikan dalam kesetiaan di dalam hidup mereka.


Let’s go to Daniel chapter 6:22, here Daniel is speaking and he says, “‘My God sent His angel and shut the lions' mouths, so that they have not hurt me…”  now listen carefully here,   “…because I was found innocent before Him…”  not only before God but also before the state, because it continues saying   “…I was found innocent before Him; and also, O king, I have done no wrong before you.’”  Blameless before God, and before men as well.
You know what’s interesting? If you go to Hebrews 11:33 you’ll find that it says by faith Daniel closed the mouth of the lions, just like by faith the three young men quenched the fires of the fiery furnace.

Mari kita ke Daniel 6:22, di sini Daniel berbicara dan dia berkata,Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mencelakai aku…”  sekarang dengarkan baik-baik di sini,   “…karena aku telah didapati tak bersalah di hadapan-Nya; dan juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kesalahan. [NKJV yang diindonesiakan] Tidak bersalah di hadapan Tuhan, dan juga di hadapan manusia.
Kalian tahu, apa yang menarik? Jika kita ke Ibrani 11:33, kita akan mendapati dikatakan bahwa dengan imannya Daniel telah menutup mulut singa-singa, sama seperti dengan imanlah ketiga pemuda itu memadamkan api di tungku api yang menyala.


That’s why the Third Angel’s message, folks, is so important. Because there is a crisis that’s coming, similar to the crisis that was faced by the three young men and that was faced by Daniel in the lion’s den. It is the greatest crisis in the history of the world. It’s over the Beast, his image, its mark. Most of the world will go along, God’s people will feel forsaken of God and yet they will hang on, they will trust the promises of God, they’ll say “Though He slay me, yet I trust in Him.” [Job 13:15]
Now, let’s pursue this for a short while more.

Itulah sebabnya pekabaran Malaikat Ketiga itu begitu penting, Saudara-saudara. Karena bakal ada krisis yang akan datang, yang mirip dengan krisis yang dihadapi oleh ketiga pemuda dan yang dihadapi Daniel di gua singa. Ini adalah krisis yang paling gelap dalam sejarah dunia, krisis yang berkaitan dengan Binatang itu, patungnya dan tandanya. Sebagian besar dunia akan menurut, dan umat Tuhan akan merasa sepertinya telah ditinggalkan oleh Tuhan, namun mereka akan tetap bertahan, mereka akan bersandar pada janji-janji Tuhan, mereka akan berkata, Walaupun Dia membunuhku, namun aku akan tetap berserah padaNya.[Ayub 13:15 NKJV yang diindonesiakan].
Sekarang marilah kita bahas ini sedikit waktu lagi.


At this point somebody might ask, “Does Paul’s definition of righteousness by faith which was preached by Luther by the way, conflict with the perspective of for example James?” Luther loved Paul but he didn’t like James very much. He called James the epistle of straw. So, the question is, “Did Paul and James conflict in their view of salvation?” Did Paul believe that a man is made righteous by a forensic act of God while James believed a man is made righteous by holy life?  Not at all. You see, faith and works, folks, are a package deal. Neither can exist without the other. In order to be genuine, faith must be active, faith is an action word, it’s not something that happens in your head, it’s something that’s revealed in action in your life. Paul was looking at the motivating force of works which is faith, and James was looking at the result of true faith which is works. Paul was looking at the root of salvation and James was looking at the fruit. The true faith is uncompromising trust in Jesus Christ, but this translates into obedience, faithfulness to Jesus. In other words, faith is always faithful. And you know, James presents two examples of faith. One example was Abraham. By the way do you know that James says that Abraham was justified by works? And Rahab was justified by works? You say, “Wait a minute, that contradicts Paul because Paul says we are justified by faith without works of Law.”
And here James says, ‘Was not Abraham justified by works? Wasn’t Rahab justified by works?’”
Listen folks, we just need to understand that they are fighting against two enemies of the gospel. Paul is fighting against faithless works, and James is fighting against workless faith. And neither one or both of those are counterfeits, they are not the real thing, they are not genuine.

Di sini mungkin ada yang akan bertanya, “Apakah definisi Paulus tentang pembenaran oleh iman yang dikhotbahkan Luther, bertentangan dengan misalnya perspektif Yakobus?” Luther menyukai Paulus tetapi dia tidak begitu menyukai Yakobus. Dia menyebut surat Yakobus itu surat jerami. Jadi pertanyaannya adalah, “Apakah Paulus dan Yakobus bertentangan dalam pandangan mereka mengenai keselamatan?” Apakah Paulus percaya bahwa manusia itu dijadikan benar oleh suatu tindakan penghakiman Tuhan sementara Yakobus meyakini manusia itu dibenarkan oleh kehidupan yang kudus? Sama sekali tidak. Kalian lihat, iman dan perbuatan, Saudara-saudara, adalah satu paket yang utuh. Yang satu tidak bisa ada tanpa yang lain. Supaya iman itu sejati, iman harus aktif. Iman itu adalah kata yang berbuat, itu bukan sesuatu yang terjadi di dalam kepala kita, itu adalah sesuatu yang dinyatakan dalam perbuatan dalam hidup kita. Paulus menekankan pada kuasa motivasi perbuatan yang adalah iman; sedangkan Yakobus menekankan pada hasil dari iman yang sejati, yaitu perbuatan. Paulus menekankan pada akar keselamatan dan Yakobus menekankan pada buahnya. Iman yang sejati adalah percaya tanpa kompromi dalam Yesus Kristus, tetapi ini harus dimanifestasikan dalam kepatuhan, kesetiaan kepada Yesus. Dengan kata lain, iman itu selalu setia. Dan tahukah kalian, Yakobus menyampaikan dua contoh iman. Contoh pertama adalah Abraham. Tahukah kalian Yakobus mengatakan bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatannya? Dan Rahab dibenarkan karena perbuatannya?
Kalian berkata, “Tunggu dulu, itu bertentangan dengan Paulus, karena Paulus berkata kita ini dibenarkan melalui iman tanpa melakukan Hukum.”
Dan di sini Yakobus berkata, ‘Bukankah Abraham dibenarkan oleh perbuatan? Bukankah Rahab dibenarkan oleh perbuatan’?
Dengarkan, Saudara-saudara, kita hanya perlu memahami bahwa mereka sedang berperang melawan dua musuh injil. Paulus sedang berperang melawan perbuatan tanpa iman, dan Yakobus sedang berperang melawan iman tanpa perbuatan. Dan kedua-duanya adalah ajaran yang palsu, ajaran-ajaran itu bukan ajaran yang benar, bukan ajaran yang sejati.

It’s interesting to notice that Abraham acted on his faith and trust. When God said to Abraham, “Leave Ur of the Chaldeans,” what did Abraham do? He says, “Lord, thank you for this great revelation, I believe You.” And so he sits in his easy chair. How did he show that he trusted God’s word? He packed up and left. When God said, “Abraham, sacrifice your son.” What did Abraham say? “Oh, Lord, what a great revelation You have given me, yeah this is a great intellectual philosophy.” No. What did Abraham do? He got the knife and he got the wood, and He woke up his son, and he took his son to be sacrificed. His faith was shown by his faithfulness. His faith was shown by his works.
And what about Rahab the harlot that was mentioned by James? He said that she was justified by works. What that means, folks, is that her faith was justified by her works because her works show that her faith was real. Faith is justified by works.
What about Rahab? It says she receives the spies.
You say, “Well, what big faith do you need to receive the spies?” 
Hah, let me read you a statement from Patriarchs and Prophets 482-483 it took a lot of faith. Ellen White explains, and you can find this also in the book of Joshua. “The inhabitants of the city, terrified and suspicious were constantly on the alert…” this is in Jericho. “…And the messengers were in great danger. They were however, preserved by Rahab,  a woman of Jericho at the peril of her own life…” If they had discovered that she was hiding those spies there  she would have been killed. She hid them at the risk of her life. And then Ellen White explains, “…in return for her kindness they gave her a promise of protection…” in other words, deliverance,  “…when the city should be taken.”

Menyimak bahwa Abraham memanifestasikan iman dan keyakinannya itu menarik. Ketika Tuhan berkata kepada Abraham, “Tinggalkan Ur di Kaldea,” apa yang dilakukan Abraham? Apakah Abraham berkata, “Tuhan, terima kasih untuk pernyataan yang hebat ini, aku percaya padaMu” lalu dia cuma duduk di kursi malasnya? Bagaimana dia membuktikan bahwa dia mempercayai kata-kata Tuhan? Dia berkemas dan pergi.
Ketika Tuhan berkata, “Abraham, kurbankan anakmu.” Apa kata Abraham? “Oh, Tuhan, betapa hebatnya pernyataanMu, iya ini adalah filosofi intelektual yang hebat”?  Tidak. Apa yang dilakukan Abraham? Dia mengambil pisau, dia membawa kayu, dan dia membangunkan anaknya dan dia membawa anaknya untuk dikurbankan. Imannya dibuktikan oleh kesetiaannya. Imannya dibuktikan oleh perbuatannya.
Dan bagaimana dengan Rahab si pelacur yang disebut Yakobus? Yakobus berkata bahwa Rahab dibenarkan oleh perbuatannya. Apa yang dimaksud dengan itu, Saudara-saudara, adalah imannya dibuktikan oleh perbuatannya. Bagaimana dengan Rahab? Dikatakan bahwa Rahab menerima mata-mata dari Israel.
Kalian berkata, “Yah, memang butuh iman seberapa besar untuk menerima mata-mata?” Hah! Coba saya bacakan pernyataan dari Patriarchs and Prophets 482-483. Dibutuhkan iman yang sangat besar. Ellen White menjelaskan, dan kalian juga bisa menemukan ini di kitab Yosua. “Penduduk kota itu, ketakutan dan penuh curiga, selalu dalam keadaan waspada…” ini di Yeriko. “…Dan para utusan itu berada dalam bahaya besar. Namun mereka disembunyikan oleh Rahab, seorang wanita Yeriko, dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri…” Seandainya orang-orang itu tahu Rahab sedang menyembunyikan mata-mata itu di sana, Rahab akan dibunuh. Rahab menyembunyikan mereka dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Dan Ellen White menjelaskan, “…sebagai balasan kebaikannya, mereka memberi Rahab janji perlindungan…” dengan kata lain, keselamatan, “…pada waktu kota itu nanti direbut.”


Listen, folks, Hebrews 11 is known as the chapter of faith. But faith is not believing in something, faith is believing in someone. Everyone in Hebrews 11 is acting upon God’s words, their faith was made complete by their works. The emphasis in Hebrews 11 is not primarily upon imputed righteousness ~ that is righteousness that is credited to our account ~ but rather upon faithful obedient life that flows from a relationship with Jesus Christ. True faith always lead to faithfulness. Faithless works will not save a person, but workless faith will not save a person either. Faith is the invisible side of works and works are the visible side of faith. Everyone in Hebrews 11 is doing something to prove that they have faith. Abel offered, Enoch pleased, Noah built, Abraham left, Abraham offered, Isaac and Jacob blessed their offspring, Moses was hidden at the risk of her life I might say, Moses refused to be called the son of Pharaoh, Moses left Egypt, Moses kept the Passover, Israel passed the Red Sea, Israel marched around Jericho, Rahab hid the spies. All of those are action words. Their faithfulness is proof of their faith.

Dengarkan, Saudara-saudara, Ibrani 11 dikenal sebagai pasal iman. Tetapi iman bukanlah percaya kepada sesuatu, iman itu mempercayai seseorang. Semua di Ibrani 11 berbuat berdasarkan Firman Tuhan, iman mereka disempurnakan oleh perbuatan mereka. Penekanan di Ibrani 11 bukanlah terutama pada pembenaran yang diperhitungan ~ maksudnya pembenaran yang dikreditkan ke rekening kita ~ melainkan pada hidup yang  setia dan patuh, yang mengalir dari suatu ikatan dengan Yesus Kristus.
Iman yang sejati selalu membuahkan kesetiaan. Perbuatan tanpa iman tidak akan menyelamatkan orang, tetapi iman tanpa perbuatan juga tidak akan menyelamatkan orang. Iman adalah bagian rohani dari perbuatan, dan perbuatan adalah bagian jasmani dari iman. Semua yang disebutkan di Ibrani pasal 11 sedang melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa mereka memiliki iman. Habel mempersembahkan kurban, Henokh menyenangkan Tuhan, Nuh membangun, Abraham meninggalkan, Abraham mempersembahkan, Ishak dan Yakub memberkati keturunannya, Musa disembunyikan di bawah ancaman nyawanya, Musa menolak disebut anak Firaun, Musa meninggalkan Mesir, Musa memelihara upacara Passah, Israel menyeberangi Laut Merah, Israel mengelilingi Yeriko, Rahab menyembunyikan mata-mata. Semua itu adalah kata-kata perbuatan. Kesetiaan mereka adalah bukti iman mereka.


In Hebrews 11:34-40 notice all of the action words.
32 And what more shall I say? For the time would fail me to tell of Gideon and Barak and Samson and Jephthah, also of David and Samuel and the prophets: 33who through faith subdued kingdoms, worked righteousness, obtained promises, stopped the mouths of lions,34quenched the violence of fire, escaped the edge of the sword, out of weakness were made strong, became valiant in battle, turned to flight the armies of the aliens. 35Women received their dead raised to life again. Others were tortured, not accepting deliverance, that they might obtain a better resurrection. 36Still others had trial of mockings and scourgings, yes, and of chains and imprisonment. 37They were stoned, they were sawn in two, were tempted, were slain with the sword. They wandered about in sheepskins and goatskins, being destitute, afflicted, tormented ---38               of whom the world was not worthy. They wandered in deserts and mountains, in dens and caves of the earth. 39And all these, having obtained a good testimony through faith, did not receive the promise, 40God having provided something better for us, that they should not be made perfect apart from us.”

Di Ibrani 11:34-40 perhatikan semua kata-kata perbuatan ini.
Dan apakah lagi yang harus aku katakan? Sebab aku akan kekurangan waktu untuk  menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, 33 yang melalui iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34 memadamkan api yang dahsyat, luput dari mata pedang, dari kelemahannya telah beroleh kekuatan, menjadi gagah perkasa dalam peperangan, dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. 35 Ibu-ibu telah menerima kembali keluarganya  yang telah mati, karena dibangkitkan. Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. 36 Ada pula yang dicobai, diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. 37 Mereka dirajam, digergaji, dicobai, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, penderitaan dan siksaan. 38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. 39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. 40 Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” [NKJV yang diindonesiakan]


What kind of people is God going to have in the midst of the end time crisis? The crisis that is described in the Third Angel’s message, the warning that there’s a trial coming. People won’t be able to buy or sell, they’ll be subject to a death decree, the world will want to exterminate them from the face of the earth. What do God’s people need to be like?
And you say, “Well, Pastor, we know that’s going to happen someday.”
Folks, by what is happening in the world, I believe that we are rushing to the moment of the fulfillment of these things. But it’s like that we are comatose, lukewarm is what the Bible calls it, when we really should be up and active we should be showing our faith by our actions by our works.

Umat macam apa yang akan dimiliki Tuhan di tengah-tengah krisis akhir zaman? Krisis yang digambarkan dalam pekabaran Malaikat Ketiga, peringatan bahwa akan ada masa pencobaan yang akan datang. Orang-orang tidak akan bisa membeli atau menjual, mereka akan dikenai ancaman hukuman mati, dunia akan ingin menumpas mereka dari muka bumi. Umat Tuhan harus menjadi seperti apa?
Dan kalian berkata, “Nah, Pastor, kita tahu bahwa hal itu akan terjadi suatu hari nanti.”
Saudara-saudara, melihat apa yang sedang terjadi di dunia, saya yakin kita sedang bergegas ke saat penggenapan hal-hal tersebut. Tetapi sepertinya kita sedang dalam kondisi koma, suam-suam adalah istilah Alkitabnya, padahal sebenarnya kita seharusnya bangkit dan aktif, kita seharusnya mendemonstrasikan iman kita melalui tindakan dan perbuatan kita


Now I can’t end until I mention the last place in Daniel where the word “deliver” is used. Daniel 12:1, here’s what Daniel 3 and Daniel 6 have fulfilled. When at the end time God’s people are subject to a death decree, we find these words: At that time Michael shall stand up…”  Michael is a name for Christ, and standing up means that probation is going to close. And notice what Michael is going to do.   “…the great prince who stands watch over the sons of your people…”  are we going to have a guardian? Are we going to have somebody, a protector? Absolutely. So it says, He “…stands watch over the sons of your people…”  but does that mean we are going to be exempt from the time of trouble? No, no, no, because it says   “…and there shall be a time of trouble, such as never was since there was a nation, even to that time…”  that’s the time of trouble that the Bible talks about, the worst time of trouble in the history of the world, where the Devil is going to, you read that chapter on the time of trouble in the Great Controversy, the Devil is going to try to shake the faith of God’s people. “What’s the use, your sins are too large, God isn’t going to save you. You’re going to be killed by the powers of the earth, go along!” But God’s people will not go along. Notice how this verse ends,   “…. And at that time…”  that is when the wicked are about to destroy God’s people,   “…at that time your people shall be…”  what?   “… delivered, every one who is found written…”  what?   “…written in the book...”  of life, that is.

Nah, saya belum bisa mengakhiri sebelum saya menjelaskan tempat terakhir di kitab Daniel di mana kata “diselamatkan” dipakai. Daniel 12:1, inilah yang telah digenapi oleh Daniel 3 dan Daniel 6. Pada saat akhir zaman, umat Tuhan akan dikenai ancaman hukuman mati. Kita temukan kata-kata ini: Pada waktu itu juga berdirilah Mikhael…”  Mikhael adalah nama untuk Kristus. Dan berdiri berarti masa percobaan akan berakhir. Dan perhatikan apa yang akan dilakukan Mikhael.   “…Pangeran besar itu, yang menjaga anak-anak bangsamu…”  apakah kita bakal punya penjaga? Apakah kita bakal mempunyai seorang pelindung? Betul sekali. Maka dikatakan, Dia   “menjaga anak-anak bangsamu…”  tetapi apakah ini berarti kita akan diluputkan dari masa kesusahan besar? Tidak, tidak, tidak, karena dikatakan    “…dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.…”  Inilah masa kesukaran yang dibicarakan Alkitab, masa kesukaran yang paling buruk dalam sejarah dunia, di mana Iblis akan ~ bacalah bab tentang masa kesukaran besar ini di dalam The Great Controversy ~ di mana Iblis akan berusaha menggoncang iman umat Tuhan. “Percuma, dosamu terlalu besar, Tuhan tidak akan menyelamatkan kamu. Kamu akan dibunuh oleh kekuasaan dunia. Ikut sajalah!” Tetapi umat Tuhan tidak akan ikut. Perhatikan bagaimana ayat ini berakhir,   “…Dan pada waktu itu…”  yaitu pada waktu orang-orang jahat akan menghancurkan umat Tuhan,   “…pada waktu itu bangsamu akan…”  apa?   “…diselamatikan, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis…”  apa?   “…tertulis dalam Kitab itu” [NKJV yang diindonesiakan].  Maksudnya Kitab Kehidupan.


So the question is, folks, how do we develop this kind of faith? Well, the book of Hebrews has the answer. After talking about all of the heroes of faith, we find in chapter 12:1-2 the secret, of how these people did it. Let’s read those verses, Hebrews 12:1-2. After mentioning all the heroes of faith, here’s the secret.  Therefore we also, since we are surrounded by so great a cloud of witnesses…”  that is all those heroes of chapter 11,  “…let us…”  two things now,   “…let us lay aside every weight, and the sin which so easily ensnares us…”  So what is the first thing that we need to do? Lay aside every weight and sin, that means we are supposed to cease from doing the things that defile our character. It continues saying    “…and let us run with endurance…”  see that word “endurance”? It’s the same word that we find in the Third Angel’s message,    “…and let us run with endurance the race that is set before us…”  and now here comes the secret,  “… 2looking unto Jesus…”  what did those heroes do? They set aside every weight of sin, and they looked on to Jesus. And notice what Jesus is talking about. “…looking unto Jesus, the author and finisher of our faith, who for the joy that was set before Him endured the cross, despising the shame, and has sat down at the right hand of the throne of God.…”  that tells us how we are to meditate on Christ. We are to meditate on His endurance on the cross, His despising the shame, and His sitting at the right hand of God. We are to have our eyes focused on Jesus Christ.
   
Jadi pertanyaannya, Saudara-saudara, bagaimana kita mengembangkan iman seperti ini? Nah, kitab Ibrani punya jawabannya. Setelah berbicara tentang semua pahlawan iman ini, kita dapati di pasal 12:1-2, rahasianya, bagaimana orang-orang itu melakukannya. Mari kita baca ayat-ayat itu, Ibrani 12:1-2, setelah menyebut semua pahlawan iman itu, inilah rahasianya, Oleh karena itu, kita juga, karena kita sudah dikelilingi oleh begitu banyak saksi…”  yaitu semua pahlawan yang disebut di pasal 11,   “…bagaikan awan, marilah kita…”  dua hal sekarang,   “…marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu mudah menjerat kita…”  Jadi apa hal pertama yang perlu kita lakukan? Menanggalkan semua beban dan dosa, artinya kita harus berhenti melakukan hal-hal yang menajiskan tabiat kita. Selanjutnya dikatakan,   “…dan marilah kita berlari dengan ketahanan…”  lihat kata “ketahanan” ini? Ini adalah kata yang sama yang kita temukan dalam pekabaran Malaikat Ketiga, “…dan marilah kita berlari  dengan ketahanan dalam perlombaan yang sudah disediakan di depan kita…”  sekarang, kita tiba pada rahasianya,   “…2 dengan mata yang tertuju kepada Yesus…”  apa yang dilakukan para pahlawan itu? Mereka menanggalkan setiap beban dari dosa, dan mereka memandang Yesus, dan perhatikan apa yang dikatakan Yesus,   “…dengan mata yang tertuju kepada Yesus, Pencipta dan Penyempurna  iman kita, yang demi sukacita yang disediakan di depanNya, telah menahan salib, mengabaikan kehinaan, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” [NKJV yang diindonesiakan]. Ini memberitahu kita bagaimana kita harus merenungkan Kristus. Kita harus merenungkan ketahananNya di salib, bagaimana Dia mengabaikan kehinaan, dan bagaimana Dia sekarang duduk di sebelah kanan Bapa. Mata kita harus terfokus pada Yesus.


I’d like to read just two quotations and then a final illustration.
Vol. 5 of the Testimonies page 202 -203. Ellen White describes the condition of the church in her day. What would she say today, I wonder. She says,  A deadly spiritual malady…”  you know what the word “malady” means? Sickness.   “…A deadly spiritual malady is upon the church. Its members are wounded by Satan; but they will not look to the cross of Christ, as the Israelites looked to the brazen serpent, that they may live…”  now, why don’t we look upon Christ? Here is the explanation.  “…The world has so many claims upon them…”  that’s us,  “…The world has so many claims upon them that they have not time to look to the cross of Calvary long enough to see its glory or to feel its power…”  we just kind of take a little glance, a little look you know? No, no, no. She says the world has so many claims, that there is no time to look long enough to see its glory and to feel its power. And then she says,  “…When they now and then catch a glimpse of the self-denial and self-dedication which the truth demands, it is unwelcome, and they turn their attention in another direction, that they may the sooner forget it…”  

Saya ingin membacakan dua kutipan lagi, lalu ilustrasi yang terakhir.
Vol. 5 Testimonies hal. 202-203. Ellen White menggambarkan kondisi gereja di zamannya, bayangkan apa yang akan dikatakannya hari ini. Dia berkata, “…Suatu penyakit kerohanian yang mematikan ada di dalam gereja. Anggota-anggotanya sudah dilukai Setan, tetapi mereka tidak mau memandang salib Kristus, sebagaimana bangsa Israel memandang ular tembaga supaya mereka hidup…” Nah, mengapa kita tidak memandang Kristus? Ini penjelasannya. “…Dunia punya begitu banyak klaim atas mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk memandang salib Kalvari cukup lama untuk melihat kemuliaannya atau merasakan kuasanya…” Kita ini cuma memandang sekilas, melihat sedikit saja, kalian tahu? Tidak, tidak, tidak, Ellen White berkata bahwa dunia punya begitu banyak klaim, sehingga tidak ada lagi waktu untuk memandang salib cukup lama untuk melihat kemuliaan dan merasakan kuasanya. Lalu dia berkata, “…Jika sekali waktu mereka menangkap sekilas penyangkalan diri dan penyerahan diri yang dituntut oleh kebenaran, mereka tidak suka menerimanya, dan mereka mengalihkan perhatian mereka ke arah yang lain, supaya mereka boleh segera melupakannya…” 


Desire of Ages 668 she says, “All true obedience comes from the heart. It was hard work with Christ, and if we consent, He will so identify Himself with our thoughts and aims, so blend our hearts and minds into conformity  to His will, that when obeying Him we shall be but carrying out our own impulses. …”  Amazing statement! So much with Jesus that when we perform we are carrying out our own impulses, because He and I have become identified with one another. Then she says,  “…The will, refined and sanctified, will find its highest delight in doing His service. When we know God as it is our privilege to know Him, our life will be a life of continual obedience. Through an appreciation of the character of Christ, through communion with God, sin will become hateful to us.” Through communion with God sin will become what? Hateful.

Desire of Ages hal. 668, Ellen White berkata, “Kepatuhan yang sejati datang dari hati. Itu adalah kerja keras bersama Kristus. Dan jika kita mau, Kristus akan mengidentifikasi DiriNya dengan pikiran dan tujuan kita, memadukan hati dan pikiran kita menjadi sesuai dengan kehendakNya, sehingga pada waktu kita mematuhi Dia, sebenarnya kita hanya melakukan apa yang menjadi dorongan hati kita sendiri…” Pernyataan yang hebat! Begitu banyak bersama Yesus sehingga pada waktu kita melakukan sesuatu, kita melakukan dorongan hati kita sendiri karena Dia dan saya telah menjadi satu. Lalu Ellen White berkata, “…Kehendak kita, diperhalus dan dikuduskan, akan mencapai tingkat yang tertinggi dengan melakukan kehendakNya. Pada waktu kita mengenal Tuhan sebagaimana yang menjadi hak istimewa kita untuk mengenalnya, hidup kita akan menjadi hidup yang penuh kepatuhan. Dengan menghargai tabiat Kristus, dengan adanya hubungan yang erat dengan Tuhan, kita akan membenci dosa.”
Lewat suatu hubungan erat dengan Tuhan, dosa akan menjadi apa? Dosa akan kita benci.


We don’t spend enough time at the foot of the cross  to see what it cost Jesus, because we are so caught up in the world. Even with things that are not bad in themselves, we are so caught up through the routine of life and what we need to do, we are so busy. It’s amazing the more gadgets are invented the less time we have.
I remember when you had to stop the car and go to make a phone call in a phone booth. You know these days, everything, you know the more things are invented the less time we have. Because we are trying to do more and more. And we don’t have time for what is really significant and important. And that is the focus on Jesus Christ.

Kita kurang melewatkan waktu di kaki salib untuk melihat betapa mahalnya harga yang dibayar Yesus, karena kita begitu terperangkap oleh dunia. Bahkan dengan hal-hal yang sebenarnya bukan hal-hal yang buruk, kita begitu terikat oleh rutinitas dalam hidup dan apa yang harus kita lakukan, kita begitu sibuk. Yang mengherankan itu semakin banyak gadget yang diciptakan, semakin sedikit waktu yang kita miliki.
Saya ingat zaman ketika kita harus menghentikan mobil, keluar untuk menelepon dari telepon umum. Kalian tahu, sekarang ini, semuanya, semakin banyak barang baru diciptakan semakin sedikit waktu kita karena kita terus berusaha melakukan semakin banyak. Dan kita tidak punya waktu untuk hal-hal yang benar-benar berarti dan penting, dan itu adalah fokus kepada Yesus Kristus.


You know God will have a people in the end time that will be victorious over sin. There are those who say, “No, we are going to continue sinning until Jesus comes. Who do you know that’s perfect?”
Somebody just wrote to me this week, used to be an Adventist, isn’t any more. He says, “The reason why I rejected the Adventist message and I left is because Ellen White says we can reach perfection before Jesus comes.” That’s what he says in his email.
And there are many Adventist church saying “It’s impossible.”
Well, then we are going to have to ask Enoch  how he did it  because the Bible says he is the first to enter the pearly gates. Is that right? The Bible says that he walked with God. In fact do you know that Hebrews 11, he’s one of the heroes in Hebrews 11, by faith Enoch walked with God and therefore the Bible says, “…he pleased God.” And so God said, “Enoch, you know, I’m up here, I know you are in communion with Me…” like a husband and wife you know, when I travel well over there and my wife is here, but even though there is a distance there is that a bond of love. Well, it’s the same. Jesus said to Enoch, “Enoch, you know we have this bond, but I am up here, you are down there, but you know even though you are down there, your heart’s not there anymore. You have no reason to stay there. Your heart’s totally and completely up here. Come up to Heaven and we’ll walk down the streets of gold together.”
That’s what God is waiting. Total and unreserved and complete commitment to Jesus, and that’s what’s going to take to stand before the Beast, its image and its mark and remain faithful, even in the face of losing everything we have including our life.  And now is the time for us through the grace of God to develop that faith. May God help us and strengthen us and focus us on Jesus so that the things of earth will grow strangely dim, in the light and the glory and grace.

Let us pray.

Kalian tahu, Tuhan akan memiliki umat pada akhir zaman yang akan mengalahkan dosa. Ada yang berkata, “Tidak, kita akan terus berbuat dosa hingga Yesus datang. Siapa yang kamu kenal yang sudah sempurna?”
Ada orang yang baru menulis kepada saya minggu ini, dulunya dia orang Advent, sekarang tidak lagi. Dia berkata, “Alasan mengapa saya menolak pekabaran Advent dan keluar adalah karena Ellen White berkata kita bisa mencapai kesempurnaan sebelum Yesus datang.” Itulah yang dikatakannya dalam emailnya.
Dan ada banyak gereja Advent yang berkata, “Itu mustahil.”
Nah, kita harus bertanya kepada Henokh bagaimana dia melakukannya, karena Alkitab berkata dia adalah orang pertama yang melewati pintu mutiara, benar kan? Alkitab berkata dia berjalan bersama Tuhan. Bahkan tahukah kalian bahwa di Ibrani pasal 11, dia adalah salah satu pahlawan di Ibrani pasal 11? Dengan iman Henokh berjalan bersama Tuhan, dan oleh karena itu Alkitab berkata, “…dia berkenan kepada Allah.” Maka Tuhan berkata, “Henokh, kamu tahu, Aku ada di atas sini, Aku tahu kamu itu terhubung denganKu…” seperti suami dan istri, kalian tahu, kalau saya bepergian ke sana kemari dan istri saya ada di sini, walaupun ada jarak tetapi tetap ada ikatan kasih. Nah, ini sama. Yesus berkata kepada Henokh, “Henokh, kamu tahu kita memiliki ikatan itu, tetapi Aku ada di atas sini dan kamu ada di bawah sana. Tetapi walaupun kamu di bawah sana, hatimu tidak lagi di sana. Kamu tidak punya alasan untuk tinggal di sana lagi. Hatimu sudah seluruhnya dan sepenuhnya ada di atas sini. Naiklah ke Surga dan kita boleh berjalan di jalan-jalan emas bersama-sama.”
Itulah yang ditunggu Tuhan. Komitmen yg penuh, tanpa reserve dan sempurna kepada Yesus. Dan itulah yang diperlukan supaya bisa tahan berdiri di depan Binatang itu, patungnya dan tandanya, dan tetap tinggal setia, bahkan dengan ancaman kehilangan semua yang kita miliki, termasuk nyawa kita.
Dan sekarang adalah saatnya bagi kita, melalui kasih karunia Tuhan, untuk mengembangkan iman itu. Semoga Tuhan membantu kita dan menguatkan kita dan membuat kita fokus pada Yesus, supaya hal-hal dunia ini akan menjadi semakin pudar di bawah sinar dan kemuliaan dan kasih karuniaNya.

Mari kita berdoa.

15 05 15












No comments:

Post a Comment