HOW JESUS UNDERSTOOD HIS SELF IDENTITY
A sermon by Stephen Bohr
http://www.revivalseminars.org/index.php?option=com_content&view=article&id=733%3Aextra-steve-bohr-how-jesus-understood-his-self-identity&catid=27%3Aour-sinless-yet-sympathetic-saviour&Itemid=406&lang=en
Dibuka dengan doa.
Tonight we
have a very, very important subject that we're going to study. We're going to
deal with how Jesus understood His self identity and I'd like to begin by
reading a passage that we find in the Gospel of Matthew 8:23-27.
This is
speaking about the experience that Jesus had when He was in a boat, if you'll
remember, and the disciples were struggling to keep the water out of the boat
in a storm. Let's read about it. “Now when He got into a boat His disciples
followed Him and suddenly a great tempest arose on the sea so that the boat was
covered with the waves but He was asleep. Then His disciples came to Him
and awoke Him saying: ‘Lord save us we
are perishing.’ But He said to them: ‘Why are you fearful? Oh ye of little
faith.’ Then He arose and rebuked the winds and the sea and there was a great
calm…” And now comes the key verse: “…And the men marveled saying: ‘Who can this be?
That even the winds and the sea obey Him.’”
Actually
this question: Who
is this Man? was
asked on repeated occasions during the ministry of Jesus. In fact once the Lord
Jesus Himself asked that question: “‘Who are men saying that I am?’ The
disciples said: ‘Well, some say that You are Elijah, others say Jeremiah, one
of the prophets.’ Then Jesus said: ‘And who do you say that I am?’ And…” of course, “…Peter said: ‘You are the Christ the Son of
the Living God.’”
Malam
ini kita punya topik yang amat sangat penting yang akan kita pelajari. Kita
akan membahas bagaimana Yesus memahami identitas DiriNya, dan saya ingin mulai
dengan membacakan teks yang kita dapati di Injil Matius 8:23-27.
Ini
berbicara tentang pengalaman Yesus ketika berada di dalam perahu, tentunya
kalian ingat, dan murid-muridnya sedang berjuang untuk mencegah air terus masuk
ke dalam perahu pada saat badai. Mari kita baca. “Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan
murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. 24 Sekonyong-konyong mengamuklah
angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus
tidur. 25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya:
‘Tuhan, tolonglah, kita akan binasa.’ 26
Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang iman?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin
dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali…” dan sekarang ini ayat kuncinya, “…27
Dan heranlah orang-orang itu, katanya: ‘Siapakah
kiranya Orang ini, sehingga bahkan angin
dan danau pun taat kepada-Nya?’"
Sebenarnya
pertanyaan: Siapakah Orang ini? ditanyakan berulang kali selama masa pelayanan
Yesus. Bahkan suatu kali Tuhan Yesus sendiri yang menanyakan pertanyaan itu: "Kata orang, siapakah Aku, Anak Manusia itu?" 14
Jawab mereka: ‘Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang
mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari
para nabi.’ 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa
katamu, siapakah Aku ini?’ 16 Maka…”
tentu saja “…
jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’" [Matius 16:13-16]
Time and
again throughout the ministry of Jesus this crucial and critical question was
asked: Who
is Jesus? Now,
the answer, that has been given throughout the centuries, as well as in the
days of Jesus, has been varied. Some people believe that the Lord Jesus was
simply a great prophet. Other individuals believe that He was a great faith
Healer and of course He healed the diseases of many. Still others believe that
He was the greatest moral teacher that has ever existed on planet Earth. And
even the Pharisees believed that Jesus was demon possessed and He was deranged
mentally. And Albert Schweitzer, very well known probably by most of us,
believed that Jesus was a deluded fanatic. Even though he believed that Jesus
was a great moral teacher, that Jesus did many wonderful things. He believed
that Jesus believed that the kingdom was going to come through His work and the
kingdom never came and so Jesus was a deluded fanatic, according to Schweitzer.
Berulang-ulang
selama pelayanan Yesus, pertanyaan yang krusial dan kritikal ini ditanyakan: Siapakah Yesus?
Nah, jawaban yang diberikan selama berabad-abad, sebagaimana di zaman Yesus,
ada bermacam-macam. Ada yang yakin bahwa Tuhan Yesus hanyalah seorang nabi yang
besar. Orang-orang lain meyakini Dia adalah seorang penyembuh, dan memang Dia
menyembuhkan penyakit banyak orang. Masih ada orang-orang lain yang meyakini
Dia adalah seorang guru yang paling hebat dalam mengajarkan moral di atas
planet bumi. Dan bahkan orang-orang Farisi meyakini bahwa Yesus itu dikuasai
oleh iblis dan Dia gila. Dan Albert Schweitzer, yang sangat terkenal dan
mungkin kebanyakan kita tahu siapa dia, dia meyakini bahwa Yesus melakukan
banyak hal yang hebat, dia meyakini Yesus percaya bahwa Kerajaan itu akan
terwujud melalui pekerjaanNya, dan karena Kerajaan itu tidak pernah terwujud,
maka Yesus menjadi seorang fanatik yang tertipu, menurut Schweitzer.
The
question is: According to the Bible, who is Jesus? Now there are three
aspects of Jesus that we find in the Gospels.
1. Number one we have a lot of material on who He is. That is the self identity of Jesus.
2. And then we have a good amount of material on what Jesus did -
His works.
3.
And then there is another and considerable
portion of material that has to do with what Jesus
said, what Jesus taught. Now, what Jesus taught and what Jesus
did are based on who Jesus is.
And so
it's vital that we understand, in our lecture tonight, exactly who Jesus was.
Pertanyaannya adalah: Menurut Alkitab, siapakah Yesus? Nah, ada
tiga aspek dari Yesus yang kita temukan di kitab-kitab Injil.
1.
Pertama, kita punya banyak bahan tentang siapakah
Dia. Inilah identitas diri Yesus.
2.
Lalu kita punya bahan yang cukup banyak tentang apa yang
dilakukan Yesus ~ pekerjaanNya.
3.
Kemudian ada juga
bahan lain yang cukup banyak yang berkaitan dengan apa yang dikatakan Yesus, apa yang
diajarkanNya. Nah, apa yang diajarkan Yesus dan apa yang dilakukanNya
itu berdasarkan siapa Yesus ini.
Jadi sangatlah vital dalam pelajaran kita malam ini, kita mengerti persisnya siapa Yesus ini.
Now, we're
going to study tonight ten
great facts about Jesus and
we're going to gather this material mostly from the Gospels. We'll make a few
references to other Bible verses, but we want to see what the Bible, what the
Gospels particularly, have to say about who Jesus is, what He taught, what He
believed and what He did.
Nah, malam
ini kita akan mempelajari 10
fakta besar mengenai Yesus dan kita akan mengumpulkan materinya
terutama dari kitab-kitab Injil. Kita juga akan mengacu pada beberapa ayat
Alkitab yang lain, tetapi kita mau melihat apa yang dikatakan Alkitab, terutama
kitab-kitab Injil, tentang siapakah Yesus ini, apa yang diajarkanNya, apa yang
diyakiniNya, dan apa yang dilakukanNya.
Our first
great fact is found in the Gospel of John chapter one. If you'll turn with me
there, John chapter one. And we want to read verses one through three. John 1:1-3. This is a passage very well known probably by most of
us and it says there: “In the beginning was the Word and the Word was with God
and the Word was God. He was in the beginning with God. All things were made
through Him and without Him nothing was made that was made.”
Fakta besar
kita yang pertama ditemukan di Injil Yohanes pasal 1. Jika kalian akan
mengikuti saya ke saya, ke Yohanes pasal 1, dan saya mau membacakan ayat 1
hingga 3. Yohanes 1:1-3, ini adalah bacaan yang kira-kira sudah sangat dikenal
oleh kebanyakan kita, dan dikatakan di sana, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada
mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh
Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan.”
(1)
The first great fact that we want to notice
is that according to the New Testament, according to the Gospels: Jesus
Christ is God and
He was
already in the beginning. Notice that it doesn't say: "in the beginning became the Word." It says: "In
the beginning was the Word." In other
words, He already existed in the beginning. In other words, our first great
fact is that Jesus preexisted everything in the universe because He is eternal
God. Go with me also to John Chapter seventeen, John 17 and let's listen to the
words of Jesus Himself. John 17:5 and here
Jesus prayed to His Father and He's praying particularly for His disciples and
He says in this high priestly prayer the following: “And now, o, Father, glorify Me together with
Yourself with the glory, which I had with You before the world was.” So notice
that Jesus existed before the world was. Jesus was in the beginning and Jesus
is God.
(1) Fakta besar yang pertama yang mau kita
simak adalah, menurut Perjanjian Baru, menurut Injil, Yesus
Kristus adalah Tuhan, dan Dia sudah ada sejak awal. Perhatikan
ayat itu tidak berkata, “Pada mulanya terjadilah Firman”, dikatakan, “Pada mulanya adalah Firman” dengan kata lain, Dia sudah ada pada awal
mula. Dengan kata lain, fakta besar yang pertama yaitu, Yesus ada sebelum
segala yang lain di alam semesta karena Dia Tuhan yang kekal. Marilah bersama
saya juga ke Yohanes pasal 17. Yohanes pasal 17, dan mari kita dengarkan
kata-kata Yesus sendiri. Yohanes 17:5, di sini Yesus sedang berdoa kepada
BapaNya, dan terutama Dia sedang mendoakan murid-muridNya dan Dia berkata dalam
doaNya sebagai Imam Besar ini, “Oleh sebab itu, ya Bapa, muliakanlah Aku bersama Diri-Mu
sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki bersama-Mu
sebelum dunia ada.” [NKJV yang diindonesiakan]. Jadi simak, Yesus sudah ada sebelum dunia ada. Yesus ada
pada awal mulanya dan Yesus adalah Tuhan.
Now, I'm
going to make reference to some verses from the New Testament that we're not
going to read but you can just follow along in the list of text that you've
received. For example in Matthew 1:23 the angel
says that one of the names of Jesus is going to be Emmanuel. Now, do you know
what the name Emmanuel means? It means: God with us. And I know that there's
one particular individual here who has a daughter whose name is Emmanuele - the
feminine. Emmanuel means God with us. In other words, when Jesus came to this
earth He was God with us.
Sekarang
saya akan mengacu ke beberapa ayat dari Perjanjian Baru yang tidak akan kita baca
tetapi kalian bisa melihatnya di dalam daftar yang sudah dibagikan kepada
kalian. Misalnya, di Matius 1:23, malaikat itu berkata bahwa salah satu nama
yang akan dipakai Yesus ialah Imanuel. Nah, tahukah kalian apa arti nama
Imanuel? Artinya Tuhan beserta kita. Dan saya tahu ada seseorang di sini yang putrinya
bernama Imanuela ~ bentuk femininnya. Imanuel berarti Tuhan beserta kita.
Dengan kata lain Yesus datang ke dunia ini adalah Tuhan yang beserta dengan
kita.
Go with me
also to John Chapter 8 and I would like to read verse 58. John 8:58. We're still speaking about the first great fact and
that is that Jesus Christ is fully, totally, completely, in every sense,
eternal God. Notice John 8:58. Here Jesus is going to share some very
surprising news with the Jewish listeners that are hearing what He has to say.
Verse 58 of John 8: “Jesus said to them: ‘Most assuredly I say to
you: before Abraham was I AM.’”
Now immediately we ask the question, Did Jesus not know
proper grammar? Didn't He know that you're supposed to say: “Before Abraham was I was”? You just don't say that: "Before Abraham was I am." Well, the
fact is that Jesus was trying to make a point and that is that He is the Great I AM who lef Israel in the Old
Testament.
In fact,
He was the I AM who was in the in the burning bush. Go with me back to Exodus
3:14. This is the experience of the burning bush and here is where we need to
recognize that both the Old and the New Testament testify to Jesus. You see if
you didn't have the Old Testament you would say: "Man,
that's kind of strange: Before Abraham was I am." But when you go to the source
of the name I AM you know why Jesus used it. Now,
notice Exodus 3:14 when Moses
says to God: “When I go to Israel what name should I tell them you have?” And here's the answer. “And God said to Moses: ‘I AM who I
AM.’
And He
said: ‘Thus you shall say to the children of Israel. I AM has sent
me to you.” And of
course the
name I AM indicates an eternal
present existence. You
see, in
the sight of God there is no past, there's no future, there is an
eternal present in the mind of God. And so God is the great I
AM. Jesus identifies Himself as the great I AM, as the God who was in the burning bush.
In fact,
the Jews understood very well what Jesus was trying to say because immediately
afterwards in verse 59 of John 8 they picked up stones to throw at Him because
they recognized that He was declaring Himself to be God. So our first great
fact, very important fact, for what we are going to study and understand
tonight is that Jesus
was, is and for ever will be - everlasting, eternal God.
Marilah
bersama saya juga ke Yohanes pasal 8 dan saya ingin membacakan ayat 58. Yohanes
8:58, masih berbicara mengenai fakta besar yang pertama, yaitu Yesus Kristus
adalah Tuhan yang kekal secara utuh, seluruh, sempurna, dan dalam semua
aspekNya. Perhatikan Yohanes 8:58, di sini Yesus akan membagikan kabar yang
mengejutkan kepada pendengar-pendengar YahudiNya yang sedang mendengarkan apa
yang akan dikatakanNya. Ayat 58 dari Yohanes pasal 8, “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata
kepadamu dengan sungguh-sungguh, sebelum
Abraham ada, Akulah
yang ada sekarang.’" [NKJV yang diindonesiakan].
Nah, segera
kita bertanya, “Apakah Yesus tidak tahu tatabahasa yang benar? Apakah Dia tidak
tahu seharusnya Dia berkata, ‘sebelum Abraham ada, Aku telah ada’? Kita tidak
bisa mengatakan “sebelum Abraham ada, Akulah yang ada sekarang."
Nah,
faktanya adalah, Yesus sedang menekankan suatu poin, yaitu bahwa Dia adalah Sang “AKU
YANG ADA SEKARANG”, yang memimpin Israel di Perjanjian Lama.
Bahkan,
Dialah Sang “Aku yang ada sekarang” di semak yang menyala. Marilah bersama saya
ke kitab Keluaran 3:14. Ini adalah peristiwa semak yang menyala, dan di sinilah
kita harus mengakui bahwa baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sama-sama
bersaksi tentang Yesus. Kalian lihat,
seandainya tidak ada Perjanjian Lama, kita akan berkata, “Wah, ini
janggal: Sebelum Abraham ada, Akulah yang ada sekarang.” Tetapi bila kita pergi
ke sumber nama “AKULAH YANG ADA SEKARANG”, kita tahu mengapa Yesus menggunakan
istilah itu. Nah, perhatikan Keluaran 3:14 ketika Musa berkata kepada Tuhan,
“Pada waktu saya datang ke Israel, apa nama-Mu yang harus saya sampaikan
mereka?” Dan inilah jawabannya. “Dan Tuhan berkata kepada Musa, ‘AKU ADALAH AKU YANG SEKARANG ADA’, dan Tuhan
berkata, ‘Demikianlah harus kamu katakan kepada orang Israel, ‘Sang AKU YANG SEKARANG ADA yang telah
mengutus aku kepadamu’….” [NKJV yang diindonesiakan]
Dan tentu
saja nama “AKU YANG SEKARANG ADA” merupakan
indikasi suatu eksistensi yang selamanya ada. Kalian lihat, di mata
Tuhan tidak ada waktu lampau, tidak ada waktu yang akan datang, yang
ada ialah kekekalan yang selalu hadir dalam pikiran Tuhan. Maka Tuhan
adalah Sang AKU YANG ADA SEKARANG. Yesus mengidentifikasi DiriNya sebagai Sang
AKU YANG ADA SEKARANG, sebagai Allah yang ada di dalam semak yang menyala.
Bahkan,
orang Yahudi memahaminya dengan sangat baik apa yang mau disampaikan Yesus
karena segera setelah itu di ayat 59 Yohanes pasal 8, mereka memungut batu
untuk melempariNya karena mereka mengerti bahwa Dia sedang menyatakan DiriNya
sebagai Tuhan.
Jadi fakta
besar kita yang pertama, fakta yang sangat penting, yang akan kita pelajari dan
pahami malam ini adalah, baik di
masa lampau, sekarang, dan untuk selamanya Yesus adalah Tuhan yang kekal dan
abadi.
(2)
Now, the second fact that we want to remember
is that Jesus
was the active Agent in the creation of this world. He was the
One who actively implemented the Creation Plan of this world. Let's go back to
a text that we've already read John 1:1-3, and particularly we're interested in verse 3. It says
there: “In the beginning was the Word and the Word
was with God and the Word was God. He was in the beginning with God….” And now here comes the key verse. “…All things were made through Him and without
Him nothing was made that was made.” How many
things were created through Jesus? All things. You might say: "Well, all things on earth." Not quite.
(2) Nah, fakta kedua yang harus kita ingat adalah, Yesus adalah pelaku yang aktif
dalam penciptaan dunia ini. Dialah yang secara aktif
mengimplementasikan rencana penciptaan dunia ini. Marilah kita kembali ke teks
yang tadi sudah kita baca, Yohanes
1:1-3, dan terutama kita tertarik pada ayat 3. Dikatakan di sana, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada
mulanya bersama-sama dengan Allah…” dan sekarang kita tiba pada ayat kuncinya, “… 3
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan.” Berapa banyak yang diciptakan melalui Yesus? Semuanya.
Kalian mungkin berkata, “Iyalah, semuanya yang di dunia.” Tidak tepat.
Go with me
to the book of Colossians. Go with me to Colossians, chapter 1 and let's notice
how many things Jesus made. Colossians, chapter 1 and we want to read starting
with verse 16. It's speaking about Jesus and it says: “For by Him all things were created that are
in heaven and that are on earth, visible and invisible, whether thrones or dominions
or principalities or powers, all things were created through Him and for Him
and He is before all things and in Him all things consist.” So how
many things were created through Jesus? All things, whether they be heavenly or
earthly things, visible or invisible things, principalities, powers,
governments, you name it. All have been created through Jesus Christ.
Marilah bersama saya ke Kolose. Mari kita ke
Kolose pasal 1, dan marilah kita perhatikan apa saja yang diciptakan Yesus.
Kolose pasal 1 dan kita akan mulai membaca dari ayat 6. Ini berbicara tentang
Yesus dan dikatakan, “Karena oleh Dialah telah diciptakan
segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang
tidak kelihatan, baik singgasana maupun penguasa atau pemerintah, maupun kekuasaan; segala sesuatu diciptakan melalui
Dia dan untuk Dia. 17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan
segala sesuatu ada di dalam Dia” [NKJV yang
diindonesiakan].
Jadi apa saja yang diciptakan melalui Yesus?
Semuanya, apakah itu yang ada di Surga atau di dunia, tampak atau tidak tampak,
kerajaan, kekuasaan, pemerintah, apa saja. Semuanya telah diciptakan melalui
Yesus Kristus.
Now you
might be wondering: Why is it important to believe that all things were created
by Jesus? Let me explain why. You see, every single one of us who are gathered
here this evening were created by Jesus. Now you probably are saying: "No,
I was created by my mother." Okay,
let me ask you: who created your mother? She came from her mother, right? And
where did her mother come from? Well, from her mother. And where did her mother
come from? From her mother. And so if you go back far enough where do you end,
according to the Bible? You end with Adam and Eve. That's right. So if Jesus
Christ created Adam and Eve, through them He created us all. In other
words, Jesus
is the Creator of all of us. Why is that important? Because the time would come
when Jesus needed to pay the debt for all. And only He who created all, could
pay the price for all. You see, one creature could perhaps pay for
another creature. But only He who created every being in the whole vast world,
could take the place of every being in the whole vast world and save them from
their sin. So the second great fact is that Jesus is the Creator of all and therefore
it is possible for Him to become the Redeemer of all. He can take our penalty
upon Himself.
Nah,
mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa penting meyakini segala sesuatu
diciptakan oleh Yesus? Coba saya jelaskan. Kalian lihat, setiap kita yang
berkumpul di sini malam ini diciptakan
oleh Yesus. Nah, kira-kira kalian akan berkata, “Tidak, aku diciptakan ibuku.”
Oke, coba saya tanya, siapa yang menciptakan ibumu? Dia berasal dari ibunya, benar?
Dan dari mana ibunya berasal? Dari ibunya. Dan dari mana ibunya itu berasal?
Dari ibunya lagi. Maka jika kita mundur cukup jauh akhirnya menurut Alkitab
kita tiba di mana? Kita berakhir dengan Adam dan Hawa. Betul. Maka jika Yesus
Kristus yang menciptakan Adam dan Hawa, melalui mereka, Yesus menciptakan kita
semua. Dengan kata lain, Yesus
adalah Pencipta kita semua. Mengapa itu penting? Karena saatnya akan datang
ketika Yesus harus membayarkan utang kita semua. Dan hanya Dia yang telah
menciptakan kita, yang bisa membayar harganya bagi kita semua.
Kalian lihat, satu makhluk mungkin bisa membayarkan untuk makhluk yang lain,
tetapi hanya Dia yang menciptakan semua makhluk
di dunia yang luas ini yang bisa mengambil tempat setiap makhluk di
seluruh dunia dan menyelamatkan mereka dari dosa mereka. Maka, fakta besar kedua adalah Yesus adalah Pencipta segalanya,
dan oleh sebab itu Dia bisa menjadi Penebus semua. Dia bisa mengambil dan
menanggung hukuman kita di atas bahuNya sendiri.
(3) Now let's go to our third great fact and that is that
Jesus even though He was God in the beginning, even though He existed already
in the beginning, even though He is eternal God, the Bible tells us that at a
certain point in history when the fullness of time had come, God sent forth His
Son born of a woman. Now don't ask me to explain the mystery of the
Incarnation. I can't do it. I mean, imagine what God did. He took the divine
Christ, who is eternal God and by some mysterious process that we can never
understand, genetically, He took that divine Person Jesus Christ, the eternal
Son of God and He implanted Him into the womb of Mary. And thus God became Man. The eternal God was transplanted to
our rebellious planet and thus He became God-Man. Before this He have been God,
now He becomes the God-Man.
(3) Nah, mari ke fakta besar kita yang ketiga, dan itu adalah
walaupun Yesus itu Allah, yang ada sejak awal mula, walaupun Dia sudah ada sejak
awalnya, walaupun Dia adalah Allah yang kekal, Alkitab memberitahu kita bahwa pada suatu ketika dalam sejarah,
pada saat waktu yang harus digenapi itu tiba, Allah Bapa mengirimkan AnakNya
untuk dilahirkan oleh seorang perempuan. Nah, jangan minta saya
untuk menjelaskan misteri inkarnasi, saya tidak bisa. Maksud saya, bayangkan
saja apa yang dilakukan Tuhan. Dia mengambil Kristus yang ilahi, yang adalah
Allah yang kekal, dan melalui suatu proses yang misterius yang tidak akan bisa
kita pahami secara genetik, Dia mengambil Sosok yang ilahi itu, Yesus Kristus,
Anak Allah yang kekal, dan Dia menanamkanNya ke dalam rahim Maria, dan dengan
demikian Allah menjadi Manusia.
Allah yang kekal, ditransplantasikan ke
planet kita yang pemberontak ini dan kemudian Dia menjadi Manusia-Allah.
Sebelum ini, Dia adalah Allah, dan sekarang Dia menjadi Manusia-Allah.
Let's
notice what it says in Matthew 1:18 about this birth of Jesus. His birth was
absolutely unique because He was born of a virgin, which means that He must
have been born not through sexual intercourse. Now, notice what it says in
verse 18: “Now the birth of Jesus Christ was as follows.
After His mother Mary was betrothed to Joseph…” that is
engaged, “…before they came together, she was found with
child of the Holy Spirit. Then Joseph, her husband, being a just man and not
wanting to make her a public example, was minded to put her away secretly. But
while he thought about these things behold the angel of the Lord appeared to
him in a dream, saying: ‘Joseph son of David. Do not be afraid to take to you
Mary, your wife. For that, which is conceived in her, is of the Holy Spirit and
she will bring forth a Son and you shall call His name Jesus, for He will save
His people from their sins.’…” Now,
notice the justification, the Scriptural justification, for this that is
happening. Verse 22: “Now all this was done that it might be
fulfilled, which was spoken by the Lord through the prophet saying: Behold a virgin
shall be with child and bear a Son and they shall call His name Emmanuel, which
translated is God with us.” And so the
Bible is very clear, the Gospels are very clear, that Jesus is not only eternal
God but at some point in history He became also a Man.
Now,
notice what it says in John 1:14 speaking about this same Word. John 1:14 says: “And the Word became…” what? “…flesh and dwelt among us. And we beheld His
glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and
truth.” Notice,
the Word, who was in the beginning, who was God, now becomes what? becomes
Flesh.
Marilah kita simak apa katanya di Matius 1:18
mengenai kelahiran Yesus. KelahiranNya sangat unik karena Dia dilahirkan
seorang perawan, yang artinya tentulah Dia tidak lahir dari suatu hubungan
seksual. Nah, perhatikan apa katanya di ayat 18, “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut:
Setelah Maria, ibu-Nya, dijanjikan kepada Yusuf…” maksudnya ditunangkan,
“…sebelum mereka hidup sebagai suami isteri, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus,. 19 Lalu Yusuf
suaminya, seorang yang benar dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya di muka umum, bermaksud menceraikannya dengan
diam-diam. 20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah
engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena
Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.’ …” Sekarang perhatikan pembenarannya, pembenaran Alkitab
atas apa yang terjadi. Ayat 22, “… 22 Nah, semua ini terjadi supaya genaplah apa yang difirmankan oleh Tuhan melalui nabi: 23
‘Lihatlah, seorang
anak dara akan mengandung dan melahirkan seorang Anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel’ --yang diterjemahkan
berarti: Allah menyertai kita.’” [NKJV yang
diindonesiakan]. Maka
Alkitab sangat jelas, kitab-kitab Injil itu sangat jelas, bahwa Yesus bukan
hanya Allah yang kekal tetapi pada suatu saat dalam sejarah Dia pernah menjadi
seorang manusia.
Sekarang,
perhatikan apa katanya di Yohanes 1:14, berbicara tentang Firman yang sama ini.
Yohanes 1:14 berkata, “Firman itu telah menjadi…” apa? “… daging
dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai satu-satunya yang berasal dari Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
[NKJV yang diindonesiakan]. Perhatikan,
Firman, yang pada awalnya adalah Allah, sekarang menjadi apa? Menjadi daging.
It's
interesting, if you examine the genealogy of Jesus in Matthew chapter 1, you'll
find that He descends from Abraham and from David, He has a real human lineage.
And if you go to the genealogy of Christ in Luke chapter 3, you'll find that
the genealogy not only takes you back to Abraham and to David, but the
genealogy actually takes you all the way back to Adam. In other words, Jesus
came from a line of human beings. He suffered the results of the great law of
heredity. He was a real Man. He was not a make-believe man, He was a real human
being.
Yang menarik,
jika kita memeriksa silsilah Yesus di Matius pasal 1, kita akan melihat bahwa
Dia adalah keturunan Abraham dan keturunan Daud, Dia memiliki garis keturunan
manusia yang sesungguhnya. Dan jika kita melihat silsilah Kristus di Lukas
pasal 3, kita akan mendapati bahwa silsilah itu bukan saja membawa kita ke
Abraham dan Daud, tetapi silsilah itu benar-benar membawa kita kembali ke Adam.
Dengan kata lain, Yesus berasal dari garis keturunan manusia. Dia juga telah
menderita akibat hukum keturunan. Dia adalah benar-benar manusia. Dia bukan
manusia jadi-jadian. Dia adalah manusia beneran.
Notice
Luke 24:36 to 43. This is a passage that is referring to the post resurrection
state of Jesus. Notice Luke chapter 24 and let's start reading at verse 36.
This is after the resurrection of Jesus. It says: “Now, as they said these things, Jesus Himself
stood in the midst of them and said to them: ‘Peace to you.’ But they were
terrified and frightened and supposed that they had seen a spirit. And He said
to them: ‘Why are you troubled and why do doubts arise in your hearts? Behold
My hands and My feet, that it is I, Myself. Handle Me and see. For a spirit
does not have…” What's the next word? “…Flesh and…” what? “…and
bones as you see I have. When He had said this He showed them His hands and His
feet. And then
they still didn't believe it so He said: ‘Do you have any food here?...” Do spirits
eat? Basically is what He's saying. “…And
so they gave Him something to eat and He ate in their presence….” Did Jesus
have a real human body even after His resurrection? According to Scripture yes, He was a real genuine human
Being.
Perhatikan Lukas 24:36-43, ini adalah bacaan
tentang kondisi Yesus setelah kebangkitanNya. Perhatikan Lukas pasal 24 dan
marilah kita mulai membaca dari ayat 36. Ini adalah setelah kebangkitan Yesus.
Dikatakan, “Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang
hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada
mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ 37 Mereka sangat ngeri dan ketakutan dan menyangka bahwa
mereka melihat hantu. 38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka:
‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati
kamu? 39 Lihatlah tangan-Ku
dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak punya…” apa kata berikutnya? “…daging
dan…” apa? “…dan tulang, seperti yang kamu
lihat ada pada-Ku." 40 Setelah berkata demikian, Ia memperlihatkan
tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 41 Dan ketika mereka belum
percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah
padamu makanan di sini?’…” Apakah hantu makan? Pada dasarnya itulah yang
dikatakanNya. “…42 Lalu mereka
memberikan kepada-Nya sepotong ikan panggang dan
sedikit sarang madu 43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan
mata mereka.” Apakah
Yesus memiliki tubuh manusia yang sebenarnya setelah kebangkitanNya? Menurut
Alkitab, iya, Dia adalah benar-benar manusia.
Notice
also the corroboration that we find in the book of Hebrews. Go with me to
Hebrews chapter 2 and let's notice what the apostle Paul tells us here, in
starting with verse 17. It says, speaking about Jesus: “Therefore in all things He had to be made
like His brethren.” Now, let me explain something. Jesus was not
made with a human nature, like for example a drunk on skid row, who has not
been regenerated, who has not been born again. In other words, when Jesus
was born into this world He was born with a regenerated human nature.
In other words, we could say that Jesus was "born born-again."
Jesus never had to go through a new birth experience. When He was born, He was born
regenerated by the Holy Spirit. In
other words, Jesus began at His
birth where we began when we are born again through the work of the Holy
Spirit. In
other words, the difference between Christ and us is not in our human nature
but it is at a point when we are born again. When Jesus was born He was born already
by the Holy Spirit, regenerated. When we are converted to Christ and we
are born again - at that moment we are at the position where Jesus began.
In other
words, when the Bible says that "Jesus was made like unto His
brethren" - it's
speaking about those who have been regenerated by the Holy Spirit, those who
have been born again. In fact you can check out the word “brother”, the word
“brethren”, as it's applied to Christ and His relationship to His people in the
New Testament and you'll find that every single time that we are called "the
brethren of Jesus" it refers to people that have joined His family, people
who have been converted and have accepted Jesus Christ as Savior and Lord.
So in other words, Jesus was born into this world, according to the Bible, our
Brother.
Perhatikan
juga koraborasi yang kita dapati di kitab Ibrani. Marilah bersama saya ke
Ibrani pasal 2 dan marilah kita simak apa yang dikatakan rasul Paulus kepada
kita di sini, mulai dari ayat 17. Dikatakan, ini berbicara mengenai Yesus, “Itulah sebabnya, dalam segala hal Ia harus dijadikan
sama dengan saudara-saudara-Nya…” [NKJV yang diindonesiakan]. Nah, izinkan saya menjelaskan sesuatu. Yesus tidak
dijadikan dengan kodrat manusiawi seperti misalnya seorang pemabuk di
lokalisasi para pemabuk, yang belum dihidupkan kembali, yang belum dilahirkan baru.
Dengan kata lain, ketika Yesus
dilahirkan ke dunia ini, Dia dilahirkan dengan kodrat manusiawi yang sudah
dihidupkan kembali. Dengan kata lain, bisa kita katakan bahwa Yesus itu dilahirkan sebagai
manusia yang sudah mengalami kelahiran baru. Yesus tidak pernah
harus menjalani pengalaman dilahirkan baru. Ketika Dia lahir, Dia dilahirkan sudah sebagai kelahiran
baru oleh Roh Kudus. Dengan kata lain, Yesus pada saat kelahiranNya,
memulai di mana kita baru memulai setelah kita dilahirkan baru melalui
pekerjaan Roh Kudus. Dengan kata lain, perbedaan
antara Kristus dengan kita bukanlah pada kodrat manusiawi kita tetapi justru
pada titik di mana kita dilahirkan baru. Pada waktu Yesus dilahirkan, Dia sudah
dilahirkan oleh Roh Kudus, sebagai kelahiran baru. Pada waktu
kita bertobat kepada Kristus, dan kita dilahirkan baru, pada saat itulah kita
berada pada posisi yang sama di mana Yesus memulai hidupNya. Dengan kata lain,
ketika Alkitab berkata, Yesus dijadikan
sama dengan saudara-saudaraNya, itu berbicara tentang mereka
yang sudah dihidupkan kembali oleh Roh Kudus, mereka yang sudah dilahirkan
baru. Bahkan kalian bisa memeriksa kata “saudara-saudara”. Kata
“saudara-saudara” yang berlaku bagi Kristus dalam hubunganNya dengan umatNya di
Perjanjian Baru, kita akan menemukan bahwa setiap
kali kita disebut “saudara-saudara Yesus” yang dimaksud adalah orang-orang yang
telah bergabung dengan keluargaNya, orang-orang yang sudah bertobat dan sudah
menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Jadi
dengan kata lain, Yesus dilahirkan ke dalam dunia ini, menurut Alkitab, sebagai
saudara kita.
Now notice
what it also says in verse 14 in Hebrews chapter 2: “In as much then as the children have partaken
of flesh and blood He Himself likewise shared in the…” what? “…in the same. That through death He might
destroy him who have the power of death, that is the devil.” So as the
children had flesh and blood, so Jesus also came into this world with flesh and
blood.
Sekarang perhatikan apa yang dikatakan juga
di ayat 14 Ibrani pasal 2, “Oleh sebab itu sebagaimana anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan
daging, maka Ia Sendiri juga mengambil bagian dalam…” apa? “…dalam
hal yang sama. Agar supaya oleh
kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang
berkuasa atas maut, yaitu Iblis.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi sebagaimana anak-anak itu memiliki
daging dan darah, maka Yesus juga datang ke dunia ini dengan daging dan darah.
So we've
noticed three great facts so far about Jesus.
# 1: He is eternal God.
# 2: He created
every person in this world and therefore He can offer His life in place of
every person that He created.
# 3: Jesus
besides being eternal God is also truly and genuinely a Man.
Jadi
sampai di sini kita telah melihat 3 fakta besar tentang Yesus:
# 1: Dia adalah Allah yang kekal.
# 2: Dia
menciptakan setiap manusia di dunia ini, oleh karena itu Dia bisa
mempersembahkan hidupNya sebagai pengganti setiap manusia yang telah
diciptakanNya.
# 3:
Selain sebagai Allah yang kekal, Yesus juga benar-benar seorang Manusia yang
sejati.
Now why is
it important for Jesus to be both God and to be Man? The answer to this
question is found in the Gospel of John 1:51. John 1:51, and here Jesus is speaking to
Nathaniel who was one of His disciples, one of the disciples that Jesus called.
And you'll notice what it says in John 1:51: “And He said to him: ‘Most assuredly I say to
you hereafter you shall see heaven open and the angels of God ascending and
descending upon the Son of man.’”
You'll see heaven opened and the angels
ascending and descending upon the Son of man. What a
strange declaration. Now, let me ask you: where does this idea come from? The
angels ascending and descending upon something? You know, it's the story of
Jacob in Genesis 28. You remember that he sinned against his father by lying to
him. He stole his brother's birthright and he had to flee from home, and he
felt that God had abandoned him, and after traveling a couple of days he laid
down with his head upon a stone, upon a rock and he had this dream. And in the
dream he saw a ladder. It was firmly planted on earth and its heights reached
into the heavens. And God was at the top of the ladder. Now, let me ask you:
how many key parts does a ladder have? I always have people say:
"two" and I have some people say: "three." It's actually
two. The top and the bottom. Because if you have the top and the bottom you
would have the middle, right? And so a ladder has two key parts: you have the
bottom and you also have the top where you want to reach to. Now, the
interesting thing is: usually when we put a ladder, we plant it on the earth
and then we put it up to where we want to go. But the ladder of Genesis 28 and of
John chapter 1 is placed in the opposite direction. In other words,
it's like a helicopter ladder. It's not a case of us putting a ladder on earth
to reach out to heaven, it's a case of God letting down the ladder from
heaven to earth, until it reaches the earth, so that we can assent.
Sekarang, mengapa itu penting bagi Yesus
sebagai Allah dan sebagai Manusia? Jawaban kepada pertanyaan ini ditemukan di
Injil Yohanes 1:51. Yohanes 1:51 dan di sini Yesus sedang berbicara kepada
Natanael, salah
satu muridNya, salah satu murid yang dipanggil oleh Yesus. Dan kita akan
melihat apa yang dikatakan di Yohanes 1:51, “Lalu kata Yesus kepadanya: ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sesudah ini engkau akan melihat langit terbuka
dan malaikat-malaikat Allah turun naik pada
Anak Manusia." [NKJV yang diindonesiakan].
Kita akan melihat langit terbuka dan
malaikat-malaikat turun-naik pada Anak Manusia. Betapa janggalnya pernyataan
ini. Nah, coba saya tanya: dari mana datangnya gagasan ini ~ malaikat naik dan
turun pada sesuatu? Kalian tahu, itu kisah Yakub di Kejadian pasal 28. Kalian
ingat, Yakub telah berbuat dosa terhadap ayahnya dengan berbohong kepadanya.
Dia telah mencuri hak anak sulung kakaknya dan dia harus lari dari rumah, dan
dia merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan dia, dan setelah berjalan beberapa
hari dia berbaring dan meletakkan kepalanya di atas sebuah batu, di atas sebuah
batu yang besar, dan dia mendapatkan mimpi ini. Dan di dalam mimpi itu dia
melihat sebuah tangga yang terpancang dengan kokoh di atas bumi dan ujungnya
mencapai ke langit. Dan Tuhan berada di puncak tangga itu.
Sekarang coba saya tanya, sebuah tangga punya
berapa bagian? Selalu ada yang menjawab “dua”, dan ada yang menjawab “tiga”.
Sebenarnya dua, bagian atas dan bagian bawah. Karena jika ada bagian atas dan
bagian bawah, sudah pasti ada bagian tengahnya, bukan? Maka sebuah tangga punya
dua bagian utama: ada bagian bawahnya dan ada bagian atasnya ke tempat yang
dicapainya. Nah, yang menarik adalah, biasanya bila kita menempatkan sebuah
tangga, kita menempatkannya di atas tanah, lalu kita tegakkan ke mana tempat
yang mau kita tuju. Tetapi tangga di Kejadian 28 dan di Yohanes pasal 1
ditempatkan dari arah yang berlawanan. Dengan kata lain dia seperti
tangga helikopter. Ini bukan kita yang menempatkan tangga di atas bumi untuk
mencapai langit, tetapi ini adalah Tuhan menurunkan tangga dari langit ke
bumi, hingga dia mencapai bumi supaya kita boleh naik ke atas.
Now, what
does this represent, the fact that the ladder is planted on the earth and it
reaches to the highest heaven? What it means is that Jesus Christ is God with
God in heaven, and at the same time He is Man planted on earth with us, here on
earth. In other words, He's Man with us - that's the earthly part of the ladder
and He's God with everlasting God in heaven - that's the top part of the
ladder. And because He is Man and He is God, He is able to bridge the abyss between
heaven and earth, so that we can make it from this earth to heaven. In
other words, as God He has access to God and as Man He has access to us. He is
the bridge between heaven and earth.
Nah, ini
melambangkan apa, tangga yang dipancangkan di bumi dan mencapai ke langit yang
tertinggi? Maksudnya ialah Yesus Kristus itu Tuhan dan bersama Allah Bapa di
surga, dan pada waktu yang sama, Dia adalah manusia yang berada di tanah
bersama kita, di sini, di bumi. Dengan kata lain, Dia adalah Manusia bersama
kita ~ itulah bagian duniawi dari tangga tersebut; dan Dia adalah Tuhan bersama
Allah yang kekal di surga ~ itulah bagian atas dari tangga tersebut. Dan oleh karena Dia adalah Manusia
dan Dia adalah Tuhan, Dia bisa menjembatani jurang antara surga dan bumi supaya
kita bisa mencapai surga dari bumi ini. Dengan kata lain,
sebagai Tuhan, Dia mempunyai akses kepada Allah Bapa, dan sebagai Manusia dia
punya akses ke kita. Dialah jembatan antara surga dan bumi.
It's
really sad that many people in this world believe that human priests can lead
them to God. The problem with that idea that a human priest can lead you to God
is, that a
human priest has only the bottom part of the ladder, because he's a man.
But in order to bridge the abyss between heaven and earth the person must be
man and he must be God. In other words, to the divinity of Jesus, to His
Godhood and to His humanity we owe the possibility of making it from earth to
heaven. If He is God, He is up there. If He's man He's down here, but if He's both,
He closes the abyss for us between heaven and earth.
Sungguh
disayangkan ada banyak orang di dunia yang percaya bahwa imam-imam manusia bisa
membawa mereka kepada Tuhan. Masalah dengan gagasan bahwa imam manusia bisa
membawa kita kepada Tuhan adalah, seorang
imam manusia hanya memiliki bagian bawah dari tangga itu karena dia adalah
manusia. Tetapi supaya bisa menjembatani jurang
antara surga dan bumi, dia haruslah seorang manusia dan dia haruslah Allah.
Dengan kata lain, kita berutang kepada keilahian Yesus, kepada keallahanNya,
dan kepada kemanusiaanNya, yang memungkin kita mencapai surga dari dunia. Jika
Dia adalah Tuhan, Dia ada di atas sana. Jika Dia adalah manusia, Dia ada di
bawah sini. Tetapi jika Dia adalah kedua-duanya, Dia menutup jurang pemisah
antara surga dan bumi bagi kita.
(4) Of the
next great fact that I want to study is that Jesus
being a Man was tempted in all things like we are, as a full
human Being. Now, let me just say that Matthew chapter 4 presents the
temptations of Jesus, later on in this series we're going to talk about the
temptations specifically. We're going to see that the three temptations represent three categories of temptations that come to us. Now,
Jesus wasn't tempted in every specific temptation that we're tempted with. For
example, He wasn't tempted to watch too much television. Because, of course,
there was no television. But was He tempted with His eyes? Yes, He was. So
these three temptations represent three categories of temptations that we
suffer as well as He suffered. He was tempted in all things according to the
Bible.
Now, can
God be tempted, according to the Bible? God cannot be tempted. Go with me to
James chapter 1. James chapter 1 and let's read verse 13. James 1:13. See, God can't be tempted. Could the devil fool God?
Come on, folks, can the devil fool God? Of course not! Why?! Because God knows
everything. How could He be fooled? How could He be deceived? That's what James 1:13 says: “Let no one say when he is tempted: I am
tempted by God. For God cannot be tempted by evil, nor does He Himself tempt anyone.”
So can God
be tempted? No.
(4) Fakta besar berikutnya yang mau kita pelajari adalah Yesus sebagai Manusia dicobai
dalam segala hal sebagaimana kita, sebagai manusia 100%.
Sekarang, saya akan mengatakan bahwa Matius pasal 4 menghadirkan pencobaan
Yesus, dan nanti dalam seri ini kita akan berbicara tentang pencobaan-pencobaan
itu secara spesifik. Kita akan melihat bahwa ketiga pencobaan itu melambangkan ketiga kategori
pencobaan yang datang kepada kita. Nah, Yesus tidak dicobai oleh
setiap pencobaan yang mencobai kita, misalnya Dia tidak dicobai menonton
televisi terlalu banyak, karena tentu saja waktu itu tidak ada televisi. Tetapi
apakah penglihatanNya dicobai? Ya, benar. Maka ketiga pencobaanNya itu
melambangkan tiga kategori pencobaan yang kita derita juga, sama seperti yang
diderita olehNya. Dia dicobai dalam segala hal.
Nah,
dapatkah Tuhan dicobai menurut Alkitab? Tuhan tidak bisa dicobai. Marilah
bersama saya ke Yakobus pasal 1. Yakobus pasal 1 dan marilah kita membaca ayat
13. Yakobus 1:13, lihat, Tuhan tidak bisa dicobai. Bisakah Iblis menipu Tuhan?
Ayolah, Saudara-saudara, bisakah Iblis menipu Tuhan? Tentu saja tidak! Mengapa?
Karena Tuhan tahu semuanya. Mana bisa Tuhan ditipu? Mana bisa Tuhan dibohongi?
Itulah yang dikatakan Yakobus 1:13, “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata:
‘Saya dicobai Allah!’ Sebab Allah tidak
dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi
bisakah Tuhan dicobai? Tidak.
So what if
Jesus had come to this earth as God? He could not have been what? He could not
have been tempted. And if the devil had tempted Him and He has lived here as
God, the devil would have said: “O,
come on! This is just a facade! These are real temptations because every time
that I'm about to get to You, You turn on Your divinity and You know that's me! Because you know all things.” As so if Jesus had come to this
earth as God He could have never been tempted. And we're going to notice that
has severe repercussions when it comes to us. The fact is, that the Bible
teaches that Jesus
came to this earth and was tempted in all things like we are, yet without sin. (Heb 4:15)
Jadi, bagaimana seumpana Yesus datang ke
dunia ini sebagai Tuhan? Dia tidak bisa diapakan? Dia tidak bisa dicobai. Dan
jika Iblis mencobaiNya dan Dia hidup di dunia ini sebagai Tuhan, Iblis akan
berkata, “Wah, yang bener aja. Ini cuma penipuan! Ini adalah pencobaan beneran.
Karena setiap kali aku hampir menangkap Engkau, Engkau menghidupkan keallahanMu
dan Engkau tahu itu aku! Karena Engkau tahu segala sesuatu.” Maka jika Yesus
datang ke dunia ini sebagai Tuhan, Dia tidak mungkin bisa dicobai. Dan kita
akan melihat bahwa itu akan menimbulkan kerugian yang parah ketika hal itu
terjadi pada kita. Faktanya ialah, Alkitab mengajarkan kita bahwa Yesus
datang ke dunia ini dan dicobai dalam segala hal sebagaimana kita, namun Dia
tidak berbuat dosa. [Ibr. 4:15]
By the
way, do you know that Jesus was tempted far greater than Adam, or than
us? You look for example at the temptations of Adam.
· Adam lived in a perfect beautiful garden, didn't he?
Jesus was tempted in an arid dessert.
· Adam was tempted in a garden where he had no scarcity of
food. There was no excuse for him to be hungry. Jesus was tempted when He had
fasted forty days and forty nights.
· Adam was tempted when he had a perfect body and perfect
mind, in fullness of strength. Jesus was tempted when the human race had been
degenerated by four thousand years of sin.
· Adam was not constantly attacked by Satan in the garden.
He had access only to the tree of the knowledge of good and evil. But Jesus
from the time He was born - and we're going to study this tomorrow night - from
the time that He was born till the time that He died, twenty four hours a day
seven days a week the devil was on His track. After Him, tempting Him, making
His life miserable! Not so with Adam.
· And besides, Jesus was tempted to use power that He had,
but I don't have. For example, if the devil told Elder Finn: “If you the son of God, turn these stones into bread!” Would
that be a temptation for Elder Finn? Why not? Because he can't turn stones into
bread! But the fact is, Jesus knew He could! And so His temptations were far
greater, far larger than our temptations!
· And let me say, even though they were far greater and far
larger than our temptations, He was
tempted in the same human nature as we are tempted in. Let me illustrate the
point. Let's suppose... and I don't even know if I should use this example but
I would, it's a good one. Let's suppose that Superman existed, okay? We're
going to notice why it's important for Jesus to have become a Man and have been
tempted in all things like as we are. Let's suppose that Superman exists. Does
Superman have powers that we don't have? Of course, if he existed - that is of
course. Can he melt things with his eyesight? Sure. Does he have the power to
break steel? Of course, he does. Can he blow a tree completely out of its
roots? Of course. He has great powers that I don't have. Now, supposing that
Superman existed and he appeared in front of this auditorium tonight and he
said to all of you: “Folks, so nice to see all of you
tonight.” And then that door is opened and Superman flies out
the door and he says: “Follow
me!” What would you
say? “Excuse me?” Superman has powers that I don't have. Is there any basis for
him to say: "Follow me"?
No. Because he's asking me to do something that he has power to do and I don't.
Are you following me or not?
Nah,
tahukah kalian bahwa Yesus
dicobai lebih berat daripada Adam maupun kita? Lihatlah, sebagai
contoh pada pencobaan Adam.
· Adam hidup di suatu taman yang sempurna dan indah, bukan?
Yesus dicobai di padang gurun yang gersang.
· Adam dicobai di sebuah taman di mana tidak ada kekurangan
makanan. Tidak ada alasan bagi Adam untuk merasa lapar. Yesus dicobai ketika
Dia baru selesai berpuasa 40 hari 40 malam.
· Ketika Adam dicobai dia memiliki tubuh dan pikiran yang
sempurna, dalam kekuatan yang sepenuhnya. Yesus dicobai ketika bangsa manusia
sudah merosot kondisinya akibat terpolusi 4000 tahun oleh dosa.
· Adam tidak terus-menerus diserang oleh Setan di dalam
taman. Setan hanya bisa berada di pohon pengetahuan baik dan buruk. Tetapi
Yesus, sejak dari saat dilahirkan ~ dan ini akan kita pelajari besok ~ dari
saat Dia dilahirkan hingga saat Dia mati, 24 jam setiap hari, 7 hari seminggu,
Setan mengikutiNya, mengejarNya, mencobaiNya, membuat hidupNya menderita! Tidak
begitu dengan Adam.
· Apalagi, Yesus dicobai untuk memakai kemampuan yang Dia
miliki, yang tidak kita miliki. Misalnya, andaikan Iblis berkata kepada Bapak
Ketua Finn, “Jika engkau anak Allah, ubahlah batu-batu ini menjadi roti!” Apakah itu menjadi pencobaan bagi Ketua Finn?
Tidak. Mengapa? Karena dia memang tidak bisa mengubah batu menjadi roti! Tetapi
faktanya, Yesus tahu Dia bisa! Maka pencobaan-pencobaanNya jauh lebih berat,
jauh lebih besar daripada pencobaan-pencobaan kita.
· Dan harus saya katakan, walaupun pencobaan-pencobaanNya
jauh lebih berat dan lebih besar daripada pencobaan-pencobaan kita, Yesus
dicobai dalam kodrat manusiawi yang sama dengan kodrat kita. Coba saya
gambarkan poin ini. Misalkan ~ dan saya masih berpikir-pikir apakah sebaiknya
saya memakai contoh ini, tetapi baiklah, ini adalah contoh yang bagus. Misalkan
Superman benar-benar ada, oke? Kita akan melihat mengapa penting bagi Yesus
untuk menjadi manusia dan dicobai dalam segala sesuatu sama seperti kita.
Misalkan Superman benar-benar ada. Apakah Superman punya kemampuan yang tidak
kita miliki? Tentu saja, seandainya dia benar-benar ada. Bisakah Superman mencairkan
benda-benda dengan tatapan matanya? Tentu. Apakah dia punya kemampuan untuk
mematahkan baja? Tentu. Bisakah dia meniup sebatang pohon sampai tercabut
dengan akar-akarnya? Tentu. Dia memiliki
kemampuan yang besar yang tidak saya miliki. Nah, misalkan Superman ada dan dia
muncul di depan auditorium malam ini dan dia berkata kepada kalian semua,
“Saudara-saudara, saya senang melihat kalian semua malam ini.” Dan pintu itu dalam keadaan terbuka dan
dia terbang keluar dan dia berkata, “Ayo ikut aku!” Apa yang akan kalian
katakan? “Yang bener aja!” Superman punya kemampuan yang tidak saya miliki. Apa
dia punya alasan untuk berkata “ayo ikut aku”? Tidak. Karena dia minta saya
melakukan sesuatu yang dia mampu tetapi yang saya tidak mampu lakukan. Apakah
kalian memahami saya atau tidak?
So if
Jesus - 1 John 2:6 states
that Jesus says that we should walk even as He walked. But the question is: if
Jesus gained a victory over sin because He had superior powers than me, on what
basis could He ask me to follow His example? He couldn't. It would be unjust,
wouldn't it? Now, let me say exactly what happened during the ministry of Jesus
and this is the amazing thing. The Bible tells us that the Lord Jesus when He came to this
earth, even though He had His powers as God, He chose to relinquish the use of
those powers, unless His Father gave Him permission. And the reason for
that was so that He could live on this earth like you and me.
Jadi jika
Yesus ~ 1 Yohanes 2:6 menyatakan bahwa Yesus berkata kita harus hidup
sebagaimana Dia hidup, tetapi pertanyaannya adalah: jika Yesus mengalahkan dosa
karena Dia memiliki kemampuan istimewa yang tidak saya miliki, atas dasar apa
Dia minta saya mengikuti teladanNya? Tidak bisa. Itu namanya tidak adil, bukan?
Nah, saya akan jelaskan tepatnya apa yang terjadi selama pelayanan Yesus, dan
ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus ketika Dia datang ke
dunia ini, walaupun Dia memiliki kuasa sebagai Tuhan,
namun Dia memilih untuk tidak memakai kuasa tersebut, kecuali jika BapaNya memberiNya izin. Dan alasannya untuk itu adalah supaya Dia bisa hidup di
dunia ini seperti kalian dan seperti saya.
Now you
might be saying: “Now, wait a minute pastor, didn't
Jesus cast out demons? Isn't that a greater power than human power? Didn't
Jesus heal sick people?” Yes
He did. “Didn't Jesus read the minds of
people?” He sure
did. “Didn't Jesus resurrect people?” He
most certainly did. “So He must have been using His
divine powers to do all of these things.” The fact is He didn't. Because the
apostles had the same ability as Jesus had. The apostles also cast out
demons, did they not? The apostles also healed the sick, did they not? The
apostles also resurrected the dead, the apostle Paul resurrected a dead person.
The apostles also read the human mind. You say: “Where?” Remember
that Peter read the mind of Ananias and Sapphira and told them that they had
sinned against the Holy Spirit? Let me ask you: Are they doing these things
because they are God? No! But because the Holy Spirit is giving them the capacity to do
that. And that was the case with Jesus. Jesus, when He came to this
earth, He made a decision in heavenly Council with His Father and that is that
when He came here, He was going to live like one of us. He was going to gain
the victory over temptation as one of us. And what's really amazing is that
Jesus was tempted in everything, like I mentioned, and yet He never sinned. Not because He used
His divine power but because He depended upon the power of His Father.
Nah,
kalian mungkin berkata, “Tunggu dulu, Pastor, bukankah Yesus mengusir roh-roh
jahat? Bukankah itu kemampuan yang jauh lebih besar daripada kemampuan manusia?
Bukankah Yesus juga menyembuhkan orang sakit?” Ya, betul.
“Bukankah
Yesus juga bisa membaca pikiran orang?” Memang benar.
“Bukankah
Yesus membangkitkan orang mati?” Betul sekali.
“Jadi,
tentunya Dia memakai kuasa ilahiNya untuk melakukan semua hal itu.”
Faktanya,
Dia tidak. Karena para rasul memiliki
kemampuan yang sama yang dimiliki Yesus. Para rasul juga
mengusir roh-roh jahat, bukan? Para rasul juga menyembuhkan orang sakit, bukan?
Para rasul juga membangkitkan orang mati, rasul Paulus membangkitkan seorang
yang mati. Para rasul juga bisa membaca pikiran orang. Kalian berkata, “Di
mana?” Ingat Petrus membaca pikiran Ananias dan Safira dan mengatakan bahwa
mereka telah berbuat dosa terhadap Roh Kudus? Coba saya tanya, apakah para
rasul melakukan hal-hal ini karena mereka Tuhan? Tidak! Tetapi karena Roh Kudus memberi mereka
kemampuan melakukannya. Dan itulah yang terjadi dengan Yesus.
Yesus, ketika Dia datang ke dunia, Dia membuat suatu keputusan di dalam Dewan
surgawi bersama BapaNya, yaitu ketika nanti Dia datang, Dia akan hidup seperti
kita. Dia akan mengalahkan pencobaan sebagaimana kita. Dan yang sungguh-sungguh
menakjubkan adalah Yesus dicobai dalam
segala hal ~ seperti yang tadi saya katakan ~ namun Dia tidak pernah berbuat dosa. Bukan karena Dia memakai kuasa ilahiNya, tetapi
karena Dia mengandalkan kuasa BapaNya.
Notice
what it says in John 8:46 with regards to Christ. Here Christ throws out a
challenge. John 8:46, Jesus asks the question: “Which of you convicts Me of sin?...” In other
words: “Who can tell Me that I am a sinner, that I have committed sin?”
Notice
also John 14:30. Once again Jesus says that the evil one has nothing in Him. He
says there: “I will no longer talk much with
you for the ruler of this world is coming and he has…” what? “…he has nothing in Me…” In other
words, the devil had no point of contact with Jesus, the devil was not able to
entice Jesus even in thought to go against God's will. And it wasn't because He
was using His divine power, it was because as a man He was depending upon the power
of His Father.
Perhatikan
apa yang dikatakan di Yohanes 8:46 sehubungan dengan Kristus. Di sini Kristus
melemparkan suatu tantangan. Yohanes 8:46, Yesus mengajukan pertanyaan, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?...” Dengan kata lain, “Siapa yang bisa mengatakan Aku seorang
pendosa, bahwa Aku pernah berbuat dosa?”
Perhatikan
juga Yohanes 14:30. Sekali lagi Yesus berkata bahwa si jahat tidak punya
pegangan atas Dirinya. Dia berkata di sana, “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan
kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak punya…” apa? “…ia tidak punya apa pun dalam diri-Ku.” [NKJV yang diindonesiakan].
Dengan
kata lain Iblis tidak punya sumber kontak dengan Yesus, Iblis tidak berhasil
membujuk Yesus bahkan dalam pikiranNya untuk melawan kehendak Tuhan. Dan itu
bukan karena Yesus memakai kemampuan ilahiNya, itu karena sebagai seorang manusia, Dia bersandar pada
kemampuan BapaNya.
Notice
what it says in John 5:19-20. Here Jesus states clearly how He lived when He was on
this earth. John 5:19-20, notice: “Then Jesus answered and said to them: ‘Most
assuredly I say to you - the Son can do nothing of Himself, but what He sees
the Father do, for whatever He does, the Son also does in like manner…” So the Son
does nothing of Himself, what He sees the Father do, He does. And then
notice verse 20: “…For the Father loves the Son and show Him all
things that He Himself does and He will show Him greater works than these, that
you may marvel.” Several
times in the first chapters of John Jesus says: “I can of Myself do absolutely nothing.”
Perhatikan apa yang dikatakan di Yohanes
5:19-20, di sini Yesus menyatakan dengan jelas bagaimana Dia hidup ketika
berada di dunia ini. Yohanes 5:19-20, perhatikan, “Maka Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, kata-Nya: ‘Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu, Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa, sebab
apa pun yang dikerjakan Bapa, Anak juga melakukannya dengan cara yang sama…” Jadi Anak tidak melakukan apa pun Sendiri. Apa yang Dia
lihat dilakukan oleh Bapa, itu yang Dia lakukan. Sekarang perhatikan ayat 20, “… 20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia
menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia
akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada
pekerjaan-pekerjaan ini, sehingga kamu
menjadi takjub.” [NKJV yang diindonesiakan].
Beberapa kali di dalam pasal-pasal pertama
Yohanes, Yesus berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa dari diriKu
sendiri…” [Yoh. 5:30]
Now, why
was it important for Jesus to become a Man and be tempted in all things, as it says in Hebrews chapter 4, “…in all things such as we are, yet without sin?” Incidentally,
somebody says: “Well, how can He understand me then, if He never sinned?” Let me give you an illustration so you
can understand. If you are sinking in quicksand and you are all the way up to
your neck, what would you rather have? Would you rather have another person in
the quicksand sympathizing with you and understanding your plight? Or would you
have rather somebody standing on solid ground to pull you out? I know the
answer! You would have somebody that has not fallen into the quicksand! Listen,
if Jesus had fallen into the quicksand of sin with us, He would need somebody
to pull Him out too. But praise the Lord that He's not in the quicksand,
sympathizing with me. He's on solid ground willing to pull me out from the
quicksand of sin.
Nah, mengapa penting bagi Yesus
untuk menjadi manusia dan dicobai dalam segala hal sebagaimana dikatakan di
Ibrani pasal 4, “…yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicobai,
namun tidak berbuat dosa.” [NKJV yang diindonesiakan]?
Kebetulan, ada yang berkata,
“Yah, mana Dia bisa mengerti saya jika Dia tidak pernah berbuat dosa?”
Coba saya berikan suatu
ilustrasi supaya kalian boleh mengerti. Jika kita sedang tenggelam dalam pasir
hanyut dan kita sudah terbenam hingga ke leher, kita mau pilih yang mana?
Apakah kita lebih suka ada orang lain di dalam pasir hanyut itu juga yang
prihatin dengan nasib kita dan memahami masalah kita? Atau kita lebih suka ada
orang yang berdiri di atas tanah yang padat yang bisa menarik kita keluar dari
pasir hanyut itu? Saya tahu jawabannya! Kita akan memilih orang yang tidak
jatuh ke dalam pasir hanyut juga!
Dengarkan, andai Yesus juga jatuh ke dalam pasir hanyut itu
bersama-sama kita, Dia sendiri akan membutuhkan orang lain untuk menarikNya
keluar juga. Tetapi puji Tuhan Dia tidak berada di dalam pasir hanyut itu
prihatin dengan nasib kita. Dia berdiri di tanah yang padat dan bersedia
menarik kita keluar dari pasir hanyut dosa.
Now why is
it important for Jesus to have become a Man so that He could be tempted as we
are, yet without sin? I sustain that there are three reasons.
a)
Number one. 1 John 2:6 says
that: Jesus has left us an example so that as He
walked, we should walk as well. So
in other words, the victory of Jesus over temptation becomes an example for us also to
overcome temptation. The same power that He had, is the power, which is
available to us.
b)
And this brings me to my second point. Not
only was it important for Jesus to suffer temptation and conquer temptation to
give me an example of how I should conquer temptation, but Jesus actually overcame temptation, so that He could give me
the power to overcome temptation. Not only an Example of how to
overcome, but also the power to overcome! Now, notice John 15:5 on this point. John 15:5, here Jesus says: “I am the vine you are the branches. He who
abides in Me and I in him bears much fruit, for without Me you can do…” what? “…nothing.” So as
Jesus came to victory through the power of His Father in Him, Jesus says that
if we are drawing to Him as the vine and we as branches, we can have the same
power to overcome, which Jesus had. We all know that famous verse of the
apostle Paul where he says: “I can do some things through Christ, who strengthens me.” {Audience:
All things!} Thank you, thank you. How is that again? “I can do most things through Christ who strengthens me”? {Audience:
All things!}. Oh, thank you very much. You're on the ball tonight. “I can do…” what? “…all things through
Christ who strengthens me, except to gain
the victory over temptation.” That's not
what the Bible says! Notice, that it says here: “I can do
ALL things through Christ who strengthens me.” That's
very similar to what we just read in John 15:5: “Without Me you can do nothing.” Only Paul
puts it positively and Jesus negatively: “Without me you can do nothing.” Paul says: “With Him I can do
everything - I can do all things through Christ who strengthens me.”
Now you say: “How in the world can I gain the victory over temptation the way Jesus
did?”
Well, it's very simple folks. Go with me to
John chapter 15 and let's read verses 5 and then let's read verse 7. John 15
and then verse 5 and also verse 7. It says here in verse 5 of John chapter 15
the following, we just read it: “I am the vine you are the branches. He who
abides in Me and I in Him bears much fruit, for without Me you can do nothing…”
Notice,
Jesus says: We are to abide in Him, right?
What does it mean to abide in Him? Go to verse 7: “If you abide in Me...” and what
is the next phrase? “...and My words abide in you.” So how
does Jesus
abide in us? Through His, what? through His words. How did Jesus answer
the devil in the bout of temptation? “It is written!” (Mat 4:4) Because
the Word of God was dwelling in Jesus. And so Jesus says: “To dwell in you” means “to have My Word dwell in you.”
Incidentally, let me share this with you. In
the Gospel of John chapter 6, Jesus said something, which was revolutionary, it
really scared the Jewish leaders. He said: “Unless you eat My flesh and
drink My blood, you have no life in you.” And of
course they thought that Jesus was talking about cannibalism. They thought He
was actually saying that people had to eat His flesh and drink His blood to
have everlasting life. And Jesus knew that they were thinking that and so in
John chapter 6, if you go with me there for a minute, John 6:63 Jesus is going
to explain what He meant. He says there: “It is the Spirit who gives life. The flesh
profits nothing…” In other
words, it doesn't do any good to eat My flesh. And then He says: “…The words that I speak to you are spirit and
they are…” what? “…and they are life.” So in
other words, if you want to overcome the devil like Jesus overcame the devil,
you must have Jesus abiding in you and Jesus abides in you through His what?
Through His word so that you can answer the devil: “It is written”. The problem is many of us are not putting
scripture in our hearts and therefore when the devil comes we're at his mercy.
Notice with me Psalm 119 I love this passage here. Psalm 119 and let's read
verses 9 through 11, Psalm 119:9-11. You
want to underline this, this is beautiful, it says here. “How can a young man cleanse his way? By taking heed
according to your Word. With my whole heart I have sought You, oh let me not
wonder from your commandments…” And then here's
my favorite “…Your
word I have hidden in my heart that I might not…” what? “…that I might not sin against you….” So how did Jesus gain the victory over temptation?
The same way we can by abiding in the Word and by facing the devil with the Word.
c)
The third reason why the Lord Jesus had to be
tempted as a man, had to live a life a perfect life in human nature was, so
that He could develop a life that He could attribute to me, or He could credit
to my account. Let me explain what I mean. You see when man sinned, God said,
“You must die because the wages of sin are death”, in other words when man
sinned, his life was stained by sin and therefore he was subject to death. What
was the
only way in which the life of man could be redeemed? Well, we know that Jesus had to pay for the sin of man.
But Jesus had to do something before that. Jesus had to live a perfect life so
that He could offer that perfect life in my place before the Father. The Bible says so, that we could be accepted
in the Beloved. In other words my sinful life would be covered by a sinless
life of Jesus as I accept Him as my Savior and my Lord. This is what the
Apostle Paul calls in Romans Chapter
four, the righteousness which is
reckoned or accredited to Abraham and to David and to the people who accept
Jesus, in other words you not only need someone to pay for your sins,
you need someone to stand in your place. His life to stand in your place.
You remember the story that we studied last
time, the story of the prodigal son. What did the father put over the shoulders
of his prodigal son? The robe. And what did that robe represent? The righteousness
of the Father, in other words the Father now looks at him and he
says, “Forget all of those things that
you've done. My righteousness stands in place of your unrighteousness.” In
other words he is accepted in the Beloved.
But in order to offer a perfect life He had to live a perfect life,
didn’t He? Then He had to overcome every temptation that came against Him,
because if He did not have a perfect life His sacrifice would be in vain,
because His sacrifice would be flawed. And so He had to live a perfect sinless
life, so that, that life could be accredited to my account and I could be
saved.
So we find
that the Bible tells us that Jesus was tempted in all things like as we are and
yet the Lord Jesus never sinned, for this reason He can be my example. For this
reason He can empower me to overcome, and for this reason He can credit me with
His perfect life, so that the Father doesn't look at me, the Father looks at
Jesus.
Jadi, mengapa penting bagi Yesus menjadi
manusia supaya Dia boleh dicobai sebagaimana kita, namun tetap tidak berbuat
dosa? Ada tiga alasan yang saya pertahankan:
a)
Nomor 1. 1 Yohanes 2:6 berkata bahwa: Yesus telah
meninggalkan suatu teladan buat kita, supaya sebagaimana
Dia hidup, kita juga harus hidup seperti itu. Jadi dengan kata lain, kemenangan
Yesus mengalahkan pencobaan menjadi teladan bagi kita untuk juga mengalahkan
pencobaan. Kemampuan yang sama yang Dia miliki, adalah kemampuan yang
juga bisa kita dapatkan.
b) Dan ini
membawa kepada poin saya yang kedua. Bukan saja penting bagi Yesus untuk
menderita pencobaan dan mengalahkan pencobaan guna memberikan teladan bagi saya
bagaimana caranya saya bisa mengalahkan pencobaan, tetapi Yesus betul-betul mengalahkan pencobaan
supaya Dia bisa memberi saya kemampuan untuk mengalahkan pencobaan.
Bukan hanya teladan saja bagaimana cara mengalahkannya, tetapi juga kemampuan
untuk mengalahkannya! Sekarang, perhatikan Yohanes 15:5 tentang poin ini.
Yohanes 15:5, di sini Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu…”
apa? “…tidak dapat berbuat apa-apa.” Jadi
sebagaimana Yesus mendapatkan kemenangan melalui kuasa BapaNya di dalam
DiriNya, Yesus berkata bahwa jika kita mendekat kepadaNya, Dia sebagai pokok
anggur dan kita ini cabang-cabangnya, kita akan punya kuasa yang sama untuk
mengalahkan, seperti yang dimiliki Yesus. Kita semua tahu ayat terkenal rasul
Paulus di mana dia berkata, “Beberapa perkara dapat kulakukan melalui Kristus yang memberi kekuatan
kepadaku.” {Audiens:
“Segala perkara”!}. Terima kasih, terima kasih. Bagaimana, sekali lagi? “Banyak perkara dapat kulakukan
melalui Kristus yang memberi kekuatan
kepadaku.” {Audiens: “Segala perkara”!} Oh, terima kasih banyak.
Malam ini perhatian kalian lagi tajam. “Segala perkara dapat kulakukan melalui Kristus yang memberi kekuatan kepadaku, kecuali mendapatkan kemenangan atas
pencobaan.” Tidak begitu kata
Alkitab. Perhatikan, di sini dikatakan “Segala perkara dapat kulakukan melalui Kristus yang
memberi kekuatan kepadaku.” [Fil. 4:13 NKJV yang diindonesiakan] Itu sangat
mirip dengan apa yang baru kita baca di Yohanes 15:5 “…di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”
Hanya Paulus menyampaikannya
secara positif dan Yesus secara negatif: “…di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” Paulus berkata: “Melalui Kristus aku bisa
melakukan segala”, “Segala perkara dapat
kulakukan melalui
Kristus yang memberi kekuatan kepadaku.”
Sekarang kalian berkata, “Bagaimana caranya saya bisa
mencapai kemenangan atas pencobaan seperti Yesus?”
Nah, sederhana, Saudara-saudara. Marilah bersama saya ke
Yohanes pasal 15 dan marilah kita baca ayat 5, kemudian mari kita baca ayat 7.
Yohanes 15:5 dan juga 7. Dikatakan di sini di ayat 5 Yohanes pasal 15 seperti
berikut, tadi sudah kita baca: “Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa…” Perhatikan Yesus berkata kita harus tinggal di dalam Dia,
benar? Apa maksudnya “tinggal di dalam Dia”? Mari ke ayat 7, “…Jikalau kamu tinggal di dalam Aku…” apa ungkapan berikutnya? “…dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu…” Jadi bagaimana Yesus
tinggal di dalam kita? Melalui apaNya? Melalui FirmanNya. Bagaimana Yesus
menjawab Iblis dalam pertarungan pencobaanNya?
“Ada tertulis”! [Mat. 4:4] karena
Firman Tuhan tinggal di dalam Yesus. Maka Yesus berkata, “Aku tinggal di dalam kamu” berarti “memiliki FirmanKu
tinggal di dalam kamu”.
Nah, saya
ingin berbagi hal ini dengan kalian. Di injil Yohanes pasal 6, Yesus
mengucapkan sesuatu yang sangat revolusioner. Itu benar-benar membuat para
pemimpin Yahudi ketakutan. Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kecuali kamu makan daging-Ku dan minum darah-Ku, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Dan tentu saja mereka menyangka Yesus berbicara tentang
kanibalisme. Mereka sangka Yesus mengatakan bahwa orang harus makan dagingNya
dan minum darahNya agar mendapatkan hidup kekal. Dan Yesus tahu apa yang mereka
pikirkan, maka di Yohanes pasal 6 ~ jika kalian mau ke sana bersama saya,
Yohanes 6:63 ~ Yesus akan menjelaskan apa yang dimaksudNya. Dia berkata di
sana, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna…” dengan kata lain, tidak ada gunanya makan dagingKu.
Kemudian Yesus berkata, “…Perkataan-perkataan yang
Kukatakan kepadamu adalah roh dan mereka adalah…” apa? “…mereka
adalah hidup.” Jadi
dengan kata lain, jika kita mau mengalahkan Iblis seperti Yesus mengalahkan
Iblis, kita harus ada Yesus yang tinggal di dalam kita melalui apaNya? Melalui
FirmanNya agar kita bisa menjawab Iblis, “Ada tertulis.” Masalahnya
banyak dari kita tidak menempatkan Firman Tuhan di dalam hati kita dan oleh
karena itu, pada saat Iblis datang, kita menjadi bulan-bulanannya.
Mari
bersama saya ke, kita perhatikan Mazmur 119. Saya suka bacaan ini. Mazmur 119,
dan mari kita baca ayat 9-11. Mazmur 119:9-11. Anda harus menggarisbawahi ini,
ini sangat indah. Dikatakan di sana, “Bagaimanakah
seorang muda boleh membersihkan hidupnya?
Dengan mematuhi Firman-Mu. 10
Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari
perintah-perintah-Mu…” Lalu inilah favorit saya, “…11
Firman-Mu telah kusimpan di dalam
hatiku, supaya aku jangan…” apa? “…supaya aku jangan berdosa
terhadap Engkau.…” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi
bagaimana Yesus mendapatkan kemenangan
atas pencobaan? Cara yang sama yang bisa kita peroleh dengan tinggal di dalam Firman
dan dengan menghadapi Iblis dengan Firman.
c)
Alasan
yang ketiga mengapa Tuhan Yesus harus dicobai sebagai seorang manusia, harus
mempunyai hidup yang sempurna dalam kodrat manusiawi adalah supaya Dia boleh
memiliki suatu hidup yang bisa diberikanNya kepada saya, atau yang bisa
dikreditkanNya kepada saya. Izinkan saya menjelaskan apa maksud saya. Kalian
lihat, ketika manusia jatuh dalam dosa, Tuhan berkata, “Kamu harus mati karena
upah dosa ialah maut”, dengan kata lain ketika manusia berdosa, hidupnya
dinodai oleh dosa, dan oleh karena itu dia harus mati. Apakah satu-satunya cara agar hidup
manusia bisa ditebus? Nah, kita tahu bahwa Yesus harus membayar untuk dosa manusia. Tetapi
sebelum itu Yesus harus berbuat sesuatu. Yesus
harus menjalani suatu hidup yang sempurna supaya Dia bisa mempersembahkan
hidupNya yang sempurna sebagai ganti hidup saya di hadapan Bapa. Alkitab berkata
demikian, bahwa kita bisa diterima di dalam Yang Terkasih [= Kristus]. Dengan
kata lain, hidup saya yang berdosa akan ditutupi oleh hidup Yesus yang tidak
berdosa pada saat saya menerimaNya sebagai Juruselamat dan Tuhan saya. Inilah
yang disebut rasul Paulus di Roma pasal 4 sebagai kebenaran yang diperhitungkan
atau dikreditkan kepada Abraham dan Daud dan kepada mereka yang menerima Yesus.
Dengan kata lain, kita bukan hanya
perlu seseorang untuk membayarkan dosa-dosa kita, kita perlu seseorang untuk
menggantikan tempat kita. Hidupnya menggantikan tempat kita.
Kalian
ingat cerita yang kita pelajari di waktu yang lalu, cerita tentang anak yang
hilang? Apa yang diletakkan si bapak di atas bahu anaknya yang hilang? Sebuah
jubah. Dan jubah itu
melambangkan apa? Kebenaran
bapaknya. Dengan kata lain, bapaknya sekarang memandang anaknya
dan dia berkata, “Lupakan semua hal yang telah kamu perbuat. Kebenaranku
berdiri di tempatmu sebagai ganti ketidakbenaranmu.” Dengan kata lain dia
diterima di dalam Yang Terkasih.
Tetapi supaya
memiliki suatu hidup yang sempurna, Yesus harus menjalankan hidup yang
sempurna, bukan? Maka Dia harus mengalahkan setiap pencobaan yang datang
menyerangNya, karena andaikan Dia tidak memiliki hidup yang sempurna,
pengorbananNya akan sia-sia karena pengorbananNya cacat.
Maka Yesus
harus menjalani suatu kehidupan yang sempurna, tanpa dosa, supaya hidupNya itu
bisa diperhitungkan bagi saya, dan saya boleh diselamatkan.
Maka
kita dapati Alkitab mengatakan bahwa Yesus telah dicobai dalam segala hal sama
seperti kita, namun Tuhan Yesus tidak pernah berbuat dosa. Karena alasan inilah
Dia bisa menjadi teladan saya. Karena alasan ini Dia bisa memberi saya
kemampuan untuk mengalahkan pencobaan, dan karena alasan inilah Dia bisa
mengkreditkan hidupNya yang sempurna kepada saya supaya Bapa tidak lagi melihat
saya, Bapa memandang Yesus.
(5) The next reason why or the next point in our study
tonight the next great fact about Jesus is that Jesus came to this earth to reveal what
his Father is really like. In John Chapter fourteen we find Jesus
saying to Philip, “He who has seen Me has seen the Father.” You see up
till this point the devil had given God a black eye had given God a bad
reputation. In fact in the times of Christ ~ we're going to study tomorrow
night, when we are going to speak about good and evil in the Gospels ~ all
throughout the Old Testament period and up to the times of Christ, the people
believed that if you got sick it was God that was punishing you for sin, in
fact they called leprosy the finger of God. In other words God was afflicting
you with leprosy because you were a great sinner. The man who was blind, who
was born blind, “Who sinned, this man or his parents that he should be born
blind?” In other words the devil had given the impression that God was
responsible for all of the evil and all of the sickness and all of the
suffering and all of the sorrow in the world. It was necessary for one
to come and show what God was really like. But of course God can’t come as God
because the Bible says that God is a consuming fire. He would have had to
destroy the sinner if He came in His divine glory. And so the divine glory was covered
by humanity so that Jesus could reveal what God is like and not destroy me. And
so Jesus says, “He who has seen Me has seen the Father.”
(5) Alasan berikut
mengapa, atau poin berikutnya dalam pelajaran kita malam ini, fakta besar
berikutnya tentang Yesus, adalah Yesus
datang ke dunia untuk menyatakan bagaimana sesungguhnya BapaNya itu.
Dalam Yohanes pasal 14 kita mendapatkan Yesus berkata kepada Filipus, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa.” [Yoh 14:9]. Kalian lihat, hingga saat itu Iblis selalu menggambarkan
Tuhan dengan buruk, dan memberikan reputasi yang buruk kepada Tuhan. Malah, di
zaman Kristus ~ ini akan kita pelajari besok malam saat kita akan berbicara
tentang apa yang baik dan apa yang jahat di dalam Injil ~ sepanjang masa
Perjanjian Lama terus hingga ke zaman Kristus, orang-orang meyakini jika ada
yang sakit, itu karena Tuhan menghukumnya untuk dosanya, bahkan mereka menyebut
penyakit kusta sebagai jari Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan memberimu penyakit
kusta karena kamu adalah pendosa besar. Orang yang buta, yang lahir buta,
dituduh, “Siapa yang sudah berbuat dosa, orang ini atau orangtuanya sehingga
dia lahir buta?” Dengan kata lain, Iblis telah menanamkan kesan bahwa Tuhan bertanggungjawab untuk semua
yang jahat dan semua penyakit dan semua penderitaan dan semua kesusahan yang
ada di dunia. Maka haruslah datang seseorang untuk menunjukkan
sesungguhnya bagaimana Tuhan itu.
Tetapi
tentu saya Tuhan tidak bisa datang sebagai Tuhan karena Alkitab berkata bahwa
Tuhan adalah api yang menghanguskan. Dia akan menghanguskan orang yang berdosa
jika Tuhan datang dalam kemuliaan ilahiNya. Maka kemuliaan ilahiNya diselubungi
oleh kemanusiaan supaya Yesus bisa menyatakan bagaimana Tuhan sebenarnya dan
saya tidak binasa. Maka Yesus berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” [Yoh 14:9].
If you
want to know what God is like, all you have to do is look at Jesus. But
sometimes it’s true that we think, well, Jesus loves me this I know, but then
we were not sure about the Father. We kind of think of the Father as Someone
who’s sitting on His Throne up there, He's aloof you know, He's the One that
needs to be appeased. He's the one who needs to be interceded before by the
Son. We consider Him a little bit aloof.
But the fact is that the New Testament tells us that the Father loves us
as much as His Son. In fact He was willing to give His Son because He loves us
so much and so Jesus came to show what His Father is really like. And tomorrow
we will amplify this point a little bit more.
Jika
kalian ingin tahu bagaimana Tuhan itu, kalian hanya perlu memandang Yesus.
Tetapi terkadang memang kita berpikir, iyalah Yesus mengasihi saya, saya tahu
ini, tetapi kita tidak yakin tentang Allah Bapa. Kita membayangkan Bapa sebagai
Sosok yang duduk di atas takhtaNya di atas sana, tidak terjangkau, bahwa Dia
itu yang amarahNya harus diredakan, Dia yang perlu ditengahi oleh sang Anak.
Kita menganggap Bapa itu agak jauh dari jangkauan. Tetapi faktanya, Perjanjian
Baru memberitahu kita bahwa Bapa
mengasihi kita sama seperti AnakNya. Bahkan Bapa bersedia mengaruniakan AnakNya
karena Dia begitu mengasihi kita. Itulah sebabnya Yesus datang
untuk menunjukkan bagaimana BapaNya itu sesungguhnya. Dan besok kita akan
memperjelas poin ini sedikit lebih banyak.
(6) Another
reason why Jesus came to this earth is so that He could pay my penalty for sin.
Notice what it says in Matthew 20:28. A very important concept in this verse.
Here Jesus says, “Just as the Son of Man did not come to be
served. But to serve and to give his life a…” what? “…a ransom for many.” You know
what a ransom is? Have to do with kidnapping, doesn't it? Somebody kidnapped you
and the kidnappers asked for ransom. When the ransom is paid, you're free. It's
also the language of the pawn shop, right? You take something to the pawn
shop, and they give you money for it and
then in order to get it back you have to what? You have to pay, you have to buy
it back. The Bible says that we've sold ourselves into sin, in other words a
ransom had to be paid, somebody had to pay my debt. I want you to notice the
dilemma that God was in. After man sinned, the devil says to God, “Listen, if
You don't punish man with death, You're a liar, because You said that the wages
of sin is death. So if You don't punish him with death, You're lying and You're
not really just.” But then he says, “On the other hand, if You do punish him
and destroy him, then You are not love. What God of love would destroy?” And so the devil put a controversy
between the justice and the mercy of God.
He said, “If You're merciful to man, You can’t be just and if You're
just, You cannot be merciful.” But the
fact is, God showed that He can be both just and merciful because the Lord
Jesus came to this earth and He suffered the penalty for my sins. Justice was
satisfied because He paid, and at the same time He showed His mercy because I
don't have to pay. He paid in my place.
And so
Jesus is just and the justifier of all those who believe in Him. He came to
give his life as a ransom for many. That's the reason why when Jesus was
baptized, shortly before He was baptized, John the Baptist introduced Jesus as
the Lamb of God. What happened to the lamb of God? Sins were placed on their heads and then
their throats were slit. And the blood gushed out indicating that the lamb was
going to die in place of the sinner.
(6) Alasan lain mengapa Yesus datang ke dunia adalah supaya Dia bisa membayarkan
hukuman dosa saya. Perhatikan apa katanya di Matius 20:28, ada konsep
yang sangat penting dalam ayat ini. Di sini Yesus berkata, “…sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan hidup-Nya menjadi…” apa? “…tebusan bagi banyak orang.”
Kalian
tahu apa namanya tebusan? Berkaitan dengan penculikan, bukan? Ada yang menculik
kita dan para penculik minta tebusan. Bila tebusan itu dibayar, kita
dibebaskan. Ini juga bahasa yang dipakai di pegadaian, benar? Kita membawa
sesuatu ke pegadaian dan mereka memberi kita uang untuk itu. Kemudian untuk
mendapatkannya kembali, kita harus apa? Kita harus menebusnya, kita harus
membelinya kembali. Alkitab berkata bahwa kita telah menggadaikan diri kita
pada dosa, dengan kata lain, suatu tebusan harus dibayar, seseorang harus
membayarkan utang saya.
Saya mau
kalian melihat dilema yang dihadapi Tuhan. Setelah manusia berdosa, Iblis
berkata kepada Tuhan, “Dengar, jika Engkau tidak menghukum manusia dengan
kematian, Engkau adalah seorang pembohong karena Engkau berkata bahwa upah dosa
itu maut. Maka jika Engkau tidak menghukumnya dengan kematian, berarti Engkau
berbohong dan Engkau tidak benar-benar adil.” Tetapi kemudian Iblis berkata
lagi, “Di pihak lain, jika Engkau menghukumnya dan membinasakannya, maka Engkau
bukanlah kasih. Mana ada Allah yang pengasih yang membinasakan?” Maka Iblis menempatkan suatu kontradiksi
antara keadilan dan kasih karunia Tuhan. Iblis berkata, “Jika Engkau mengasihi
manusia, Engkau tidak bisa berlaku adil; dan jika Engkau adil, Engkau tidak
bisa mengasihi.” Tetapi faktanya, Tuhan membuktikan bahwa Dia bisa baik adil
maupun mengasihi karena Tuhan Yesus datang ke dunia ini dan Dia menderita
hukuman dosa saya. Keadilan dipuaskan karena Yesus telah membayarkan harganya,
dan pada waktu yang sama Dia membuktikan kasih karuniaNya karena saya tidak
usah membayar sendiri. Dia yang membayarkan sebagai pengganti saya.
Maka Yesus
itu adil dan Dialah yang membenarkan semua yang percaya di dalam Dia. Dia
datang untuk menyerahkan hidupNya sebagai tebusan bagi orang banyak. Itulah
alasannya mengapa ketika Yesus dibaptis, sedikit waktu sebelum Dia dibaptis,
Yohanes Pembaptis memperkenalkan Dia sebagai Anak Domba Allah. Apa yang terjadi
pada domba Allah? Dosa-dosa diletakkan di atas kepala mereka kemudian leher
mereka digorok, dan darah memancar keluar menandakan bahwa domba itu akan mati
sebagai pengganti orang yang berdosa.
Incidentally
it was indispensable that Jesus be a man in order to be able to die. Why? Because the Bible says that God is immortal.
What does immortal mean? He can't die. God can't die. It's impossible for Him
to die. So if Jesus had come as God my sins could not have been paid for, but
that's the reason why Jesus became man, mortal man. So that being a man He
could die. He could pay for my sins.
John 15:13,
“No greater Love does a man have than to lay
his life down for his friends.”
Jesus says
in Matthew 26:27-28, the Bible says that Jesus came to ratify a new covenant so
that the sins of human beings could be totally and completely forgiven.
Isaiah 53,
says that the iniquity of us all was placed upon Him, upon Jesus.
In fact in
John chapter three, if you go with me there, John 3:14-16, we find a very
interesting story here. John 3:14 “…and as Moses lifted up the serpent in the
wilderness even so must the Son of Man be lifted up that whoever believes in
Him should not perish but have eternal life.” As Moses
lifted up what? The serpent in the wilderness.
What is this serpent, raised up in the wilderness? What does a serpent
represent in the Bible? It represents Satan, it represents sin. So how is it that Jesus is represented by a serpent?
The fact is that the Bible says, that “…He who
knew no sin…” which is Jesus “…was made to be sin for us, that we might be
found the righteousness of God in him.” In other
words He who was not a serpent, came under the dominion of the serpent, to pay
for my sins, so that I could be considered righteous in the sight of God.
And,
folks, when the Lord Jesus was in the Garden of Gethsemane and He cried out
three times, “Father if this cup can pass from me let it
be so. Nevertheless not my will be done but yours”, the sins of the
whole world were being placed upon Jesus.
When Jesus
hung upon the cross and He cried out in anguish and it was so powerful, His cry
was so powerful that the Gospel writer even wrote it in Aramaic in which Jesus
spoke it, he remembered the exact words,
and they were registered in Aramaic not in Hebrew. “Eloi,
Eloi lama sabachthani”, My God, My God, why hast Thou forsaken Me?
Forsaken by His own Father apparently, because the load of sin that He was
carrying was offensive to God, that God hid His face from His own Son. In other
words on the cross of Calvary Jesus was paying the penalty for your sin and for
my sins. He had to be a man for that and He also had to be God to be able to
offer this sacrifice to God in our place.
Tidak
boleh tidak Yesus harus menjadi
manusia supaya Dia bisa mati. Mengapa? Karena Alkitab berkata
Tuhan itu baka. Apa maksudnya baka? Dia tidak bisa mati. Tuhan tidak bisa mati.
Mustahil bagi Tuhan untuk mati. Maka jika Yesus datang sebagai Tuhan, dosa-dosa
saya tidak akan terbayarkan. Itulah alasannya mengapa Yesus datang sebagai
manusia, manusia yang fana. Supaya sebagai manusia Dia bisa mati, Dia bisa
membayarkan dosa-dosa saya.
Yohanes
15:13, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Yesus
berkata di Matius 26:27-28, Alkitab berkata bahwa Yesus datang untuk
mengesahkan suatu perjanjian baru agar dosa-dosa manusia boleh diampuni
semuanya secara menyeluruh.
Yesaya 53
[ay. 6] berkata bahwa semua kejahatan kita diletakkan di atasNya, di atas
Yesus.
Bahkan di
Yohanes pasal 3, jika kalian ke sana bersama saya, Yohanes 3:14-16, kita dapati
suatu kisah yang sangat menarik di sini. Yohanes 3:14, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di
padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 supaya
setiap orang yang percaya dalam Dia, jangan
binasa tapi beroleh hidup yang kekal.” [NKJV yang diindonesiakan] Sebagaimana Musa meninggikan apa? Ular di padang gurun. Ular ini apa, yang
ditinggikan di padang gurun? Di dalam Alkitab ular itu melambangkan apa?
Melambangkan Setan, melambangkan dosa. Jadi, bagaimana kok Yesus dilambangkan oleh ular?
Faktanya adalah Alkitab berkata, “Dia yang tidak mengenal dosa…” yaitu Yesus,
“…telah dibuat Bapa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh memiliki kebenaran Tuhan di dalam Dia.” [2 Kor 5:21 NKJV yang diindonesiakan].
Dengan
kata lain, Dia yang bukan ular, ditempatkan di bawah kekuasaan ular, untuk
membayarkan dosa-dosa saya, supaya saya boleh dianggap benar di pandangan
Tuhan.
Dan,
Saudara-saudara, ketika Tuhan Yesus berada di taman Getsemani dan Dia berseru
tiga kali, “Bapa, sekiranya cawan ini boleh berlalu
daripada-Ku, jadilah demikian. Namun bukanlah kehendakKu yang akan jadi
melainkan kehendakMu.” [Mark 14:36], dosa seluruh dunia diletakkan di atas Yesus.
Ketika
lagi tergantung di atas salib, Yesus berseru dengan penuh penderitaan dan
sedemikian mengesankan, seruanNya sedemikian mengesankan sehingga penulis Injil
bahkan menulisnya dalam bahasa Aramik, bahasa yang dipakai Yesus untuk
mengucapkan seruan tersebut. Penulis Injil itu mengingat kata-kataNya yang
tepat, dan kata-kata itu dicatat dalam bahasa Aramik bukan dalam bahasa Ibrani,
“Eloi,
Eloi lama sabachthani, AllahKu, AllahKu,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?” [Markus
15:34] Ternyata
Dia ditinggalkan oleh BapaNya sendiri karena beban dosa yang dipikulNya begitu
menjijikkan bagi Tuhan sehingga Tuhan menyembunyikan wajahNya dari AnakNya
sendiri. Dengan kata lain di atas salib di Kalvari Yesus telah membayarkan hukuman untuk dosa
kalian dan dosa saya. Dia harus menjadi manusia untuk itu, dan Dia juga
haruslah Tuhan supaya dapat mempersembahkan kurban ini kepada Bapa sebagai
pengganti kita.
Now let's
go quickly through the last three points that identify who Jesus is.
(7) the Bible
also says that the Lord Jesus resurrected from the dead. Why is that important? Well if Jesus died to
pay for our sins and He stayed in the tomb, how could He give us life? How can a
dead God save us? So it was indispensable that Jesus not only died to pay for
my sins but that Jesus also resurrected from the dead, and that resurrection is
registered in the Gospels. And I put on our list here particularly Matthew
20:1-7 where you see that the resurrection of Jesus was literal, it was
personal and it was physical. In fact, Jesus, according to Revelation Chapter 1
has the keys of death and of the grave. In other words, Jesus has taken away
the keys from the devil. He said, “Give Me those keys!” And what is Jesus
planning to do with those keys someday? He's planning to use them to open up
all the graves of His children all over the world. He said, “Because I live you shall live also.”
Sekarang
marilah kita cepat-cepat membahas tiga poin terakhir yang mengidentifikasi
siapakah Yesus ini.
(7) Alkitab juga berkata bahwa Tuhan Yesus bangkit dari orang mati.
Mengapa itu penting? Nah, andaikan Yesus mati membayarkan dosa-dosa kita dan
Dia tetap berada di dalam kubur, bagaimana Dia bisa memberi kita hidup?
Bagaimana Tuhan yang mati bisa menyelamatkan kita? Maka, tidak boleh tidak
Yesus harus mati untuk membayar dosa-dosa saya, tetapi Yesus juga harus bangkit
dari orang mati, dan kebangkitan itu tercatat di dalam kitab-kitab Injil. Dan
saya mencantumkan dalam daftar kita di sini, terutama Matius 20:1-7 di mana
kita bisa melihat bahwa kebangkitan Yesus itu bersifat literal/harafiah, personal,
dan fisikal. Bahkan, menurut Wahyu pasal 1, Yesus memegang kunci kematian dan
kubur. Dengan kata lain, Yesus telah mengambil kunci-kunci itu dari Iblis.
Yesus berkata, “Berikan kunci-kunci itu kepadaKu!” Dan apa yang akan dilakukan
Yesus dengan kunci-kunci itu kelak? Dia merencanakan untuk memakai kunci-kunci
itu untuk membuka semua kubur anak-anakNya di seluruh dunia. Dia berkata, “Karena Aku hidup, kamu juga akan hidup.”
(8) The Bible also says that Jesus is our intercessor, the One
who intercedes for us before the Father. Let's notice John chapter 3 very
quickly, John 3:16, very well known verse, John 3:16, at football games you always find
it behind the goal posts, don't you? Those of you who watch football ~ John 3:16
~ probably the person who has the sign up at the football game doesn't have the
foggiest idea what it means. But anyway it says here “For God so loved the world...” does that include everybody? Yes. “…That he gave his only begotten son…” But now I want you to notice that it includes everybody
but it excludes some. “…For God so loved the world that He gave His only
begotten Son that whomsoever believeth in Him should not perish but have
everlasting life.” He came to save the world. He was sacrificed
for the world but He will only save those who believe in him.
Now let me
illustrate the point. What is Jesus doing now? What has He been doing the last
two thousand years? You know, you ask Christians that and you get kind of
thrown for a loop. You know, really what has He been doing for the last 2000
years? I'll tell you what He's been doing. He's been interceeding for us.
According to Hebrews 7:25 as well as many other verses as well. He's been
interceding for us.
You say,
“Wait a minute, wait a minute, interceding for what?”
For sin.
“But
didn’t He pay for all sins at the cross? Did He?”
Did Jesus
pay for all sins at the cross? He most certainly did.
“Then
everybody's going to be saved.”
No,
because during the last two thousand years, Jesus has been serving as our
intercessor. We must personally come to Him and claim the benefits of what He's done.
We must claim the payment that He has made. Let me give you an
illustration, supposing that there is this bank, we’ll call it the Bank of the Universe. It
has enough money in it to pay for all of the debts of every single person on
the planet earth. How many people do you think will go to that bank? Would you go? I think you would go, hehehe, in
a minute’s time. There's only one catch, even though it has resources in it to
pay for every single debt in the whole wide world, you have to go and you have
to withdraw the money. Is it possible that many people would not go to withdraw
the money and they would still stay in debt?
Absolutely. When Jesus died he
deposited in the bank of heaven enough merit to save every human being that has
ever lived on this earth. He paid for every single sin that has ever been
committed. But there's a catch, you have to claim the payment that He made. You
have to go to the bank. You have to pray, you have to claim Jesus as the
intercessor, you have to ask for
forgiveness for your sins. You have to ask for His sacrifice to apply to
you personally and individually. And that's what Jesus has been doing the last
two thousand years. He has been interceding in the presence of the Father for
us.
(8) Alkitab juga
berkata bahwa Yesus adalah
pengantara kita, yang memohon untuk kita di hadapan Bapa. Mari
kita perhatikan Yohanes pasal 3, dengan cepat, Yohanes 3:16, ayat yang sangat
terkenal. Yohanes 3:16, di pertandingan bola kita selalu melihat tulisan ini di
belakang tiang gol, bukan? Kalian yang suka nonton bola ~ Yohanes 3:16 ~
kira-kira orang yang memasang tulisan itu di pertandingan bola sama sekali
tidak mengerti apa maksudnya. Tetapi, baiklah, dikatakan di sini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini…” apakah semua orang termasuk? Ya.
“…sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu…” sekarang saya mau kalian perhatikan, semua orang termasuk
tetapi ada yang tidak termasuk, “…Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya
setiap orang yang percaya dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.”
Yesus
datang untuk menyelamatkan dunia, Dia dikurbankan bagi dunia, tetapi Dia hanya
akan menyelamatkan mereka yang percaya dalam Dia.
Nah, saya
akan mengilustrasikan poin ini. Apa yang sedang dilakukan Yesus sekarang? Apa
yang dilakukannya selama 2000 tahun terakhir ini? Kalian tahu, jika kita menanyakan
ini kepada orang Kristen, kita akan
mendapatkan jawaban yang mengherankan. Sebenarnya, apa yang dilakukan Yesus
selama 2000 tahun yang terakhir ini? Saya beritahu apa yang dilakukanNya. Dia sedang
memohon untuk kita. Menurut Ibrani 7:25 dan juga ayat-ayat lainnya, Dia sedang
menjadi perantara kita.
Kalian
berkata, “Tunggu, tunggu, memohon untuk apa?”
Untuk
ampun dosa.
“Tetapi
bukankah Dia sudah membayar untuk semua dosa di salib, toh?”
Apakah
Yesus sudah membayar semua dosa di salib? Betul sekali.
“Kalau
begitu, semua orang kan akan diselamatkan?”
Tidak.
Karena selama 2000 tahun yang terakhir, Yesus sedang melayani sebagai perantara
kita. Kita harus datang secara pribadi kepadaNya dan mengklaim
semua kebaikan yang telah dilakukanNya. Kita harus mengklaim pembayaran yang
telah dilakukanNya. Saya
akan memberikan ilustrasi. Misalkan ada sebuah bank, sebutlah ini Bank Alam
Semesta. Bank ini punya cukup uang untuk membayarkan semua utang setiap manusia
di planet bumi. Menurut kalian, berapa banyak
orang yang akan datang ke bank ini? Apakah kalian akan datang? Saya rasa kalian
akan datang, hehehe, bahkan bergegas. Tapi ada satu syaratnya. Walaupun bank
itu punya dana untuk membayarkan setiap utang yang ada di seluruh dunia, kita
masih harus datang sendiri dan kita harus menarik uang tersebut. Mungkinkah ada banyak orang yang tidak mau
datang untuk menarik uang itu dan mereka akan tetap punya utang? Tentu saja. Ketika
Yesus mati, Dia mendepositokan di Surga cukup banyak kebaikan untuk
menyelamatkan setiap manusia yang pernah hidup di dunia ini. Yesus telah
membayar untuk setiap dosa yang pernah dilakukan. Tapi ada syaratnya. Kita
harus mengklaim pembayaran yang dibuat Yesus. Kita harus datang ke bank itu.
Kita harus berdoa, kita harus mengklaim Yesus sebagai perantara, kita harus
minta ampun untuk dosa-dosa kita. Kita harus minta agar pengorbananNya berlaku
bagi setiap diri kita secara pribadi. Dan itulah yang dilakukan Yesus selama
2000 tahun yang terakhir. Dia sedang
menjadi perantara di hadapan Bapa bagi kita.
Final two
points very quickly.
(9) the Lord Jesus is also going to serve as our judge. Is that
comforting to you to know that Jesus is the judge? Comforting to me, because I
know that the Judge is one of us. He has been over the road, He can sympathize with
us. He can understand us. He knows us. He's a human being like we are
and we know that He's going to represent us fairly. But there's another reason
why Jesus the Son of Man is the judge and that is because in the judgment
there's not going to be any excuse. Somebody might say, “Well, You just didn't
know how terrible the temptations were. You know, for example drugs, man, they
were so strong they were so powerful, You never really knew what it was like.”
And Jesus is going to say, “None of
that. I went over the same road. I hung on the cross, when I was on the cross
they offered Me a drug to calm the pain. Gall mixed with vinegar, that was a
drug and I said no, I refused it because I wanted to have a clear mind.” So
they'll be no excuse in the judgment.
Furthermore
Jesus has to be God in order to be judge because the Bible says that we are going
to be judged according to our thoughts, our intentions, our feelings and the
secret things in our hearts, and only an omniscient God could be able to
discern those things and so Jesus the Son of Man will be the judge.
Dua poin
terakhir, cepat-cepat.
(9) Tuhan
Yesus juga akan melayani sebagai hakim kita. Apakah itu membuat
hati kita tenang mengetahui Yesus adalah hakimnya? Membuat hati saya tenang,
karena saya tahu bahwa hakimnya adalah salah seorang dari kita. Dia sudah pernah melewati jalan
yang sama. Dia bisa bersimpati pada
kita, Dia bisa memahami kita, Dia mengenal kita. Dia sama manusianya seperti
kita, dan kita tahu Dia akan mewakili kita dengan adil. Tetapi
ada alasan lain mengapa Yesus Anak Manusia adalah hakimnya, dan itu karena di
penghakiman tidak akan ada yang bisa beralasan macam-macam. Ada orang yang
mungkin berkata, “Yah, Engkau tidak tahu betapa mengerikannya
pencobaan-pencobaan itu. Engkau tahu, misalnya narkoba, wah, itu daya tariknya
begitu kuat, begitu besar, Engkau tidak pernah tahu bagaimana rasanya.” Dan
Yesus akan berkata, “Omong kosong. Aku sudah melewati jalan yang sama. Aku
pernah tergantung di salib, dan ketika di atas salib mereka menawarkan obat
bius kepadaku untuk meredakan sakitnya, yaitu anggur asam bercampur cuka, itu
adalah obat bius, dan Aku berkata ‘Tidak’, Aku menolaknya karena Aku mau
memiliki pikiran yang jernih.” Jadi nanti tidak akan ada alasan lagi di
penghakiman.
Lebih
lanjut, Yesus haruslah Tuhan supaya bisa menghakimi, karena Alkitab berkata bahwa
kita akan dihakimi menurut semua
pikiran, niat, perasaan dan segala rahasia hati kita, dan hanya
Tuhan yang Mahatahu yang bisa mengetahui semua itu. Itulah sebabnya Yesus Anak
Manusia yang akan menjadi hakimnya.
(10) And
finally the Bible tells us that a portion of Jesus' self-identity is the fact
that He is going to come again very soon to this earth. The consummation of our
hopes. In Acts chapter 1, when Jesus was ascending to heaven, He said to the disciples through an angel, “this same Jesus whom you had seen go to
heaven will come in like manner as you have seen Him go to heaven.”
Jesus said
in John 14:1-3 “Let not your heart be troubled you believe
in God believe also in me. In the Father's house are many mansions if it were
not so I would have told you I go to prepare a place for you and if I go to
prepare a place for you I will come again and receive you to Myself that where
I am there you may be also.” The consummation of our hopes, the glorious coming of
Jesus Christ. The primary reason is not to destroy the wicked. The primary
reason is to gather His children unto Himself so that we can live eternally with
Him.
(10) Dan akhirnya Alkitab memberitahu kita, bahwa sebagian
dari identitas diri Yesus adalah faktanya
bahwa Dia akan datang kembali, tak lama lagi, ke dunia ini. Penggenapan segala
harapan kita. Di Kisah pasal 1, ketika Yesus naik ke Surga, Dia
berkata kepada para muridNya melalui seorang malaikat, “Yesus yang sama ini yang kalian lihat naik
ke Surga, akan datang dengan cara yang sama sebagaimana kalian lihat Dia naik
ke Surga.”
Yesus
berkata in Yohanes 14:1-3, “Janganlah biarkan
hatimu gelisah; kamu percaya kepada
Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan
tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan menerima
kamu kepada Diriku sendiri, supaya di mana Aku berada, kamu pun boleh berada.” [NKJV yang diindonesiakan]. Penggenapan
segala harapan kita, kedatangan Yesus Kristus dalam kemuliaan. Alasan utamanya
bukanlah untuk membinasakan yang jahat. Alasan utamanya adalah untuk
mengumpulkan anak-anakNya kepada DiriNya sendiri supaya kita boleh hidup
bersamaNya dalam kekekalan.
So the
Bible tells us many things about Jesus. It tells us that:
· He is God,
· He is man,
· He is the creator,
· He was born from a virgin into this world,
· He was tempted in all things like we are yet without sin
so that He can help us.
· The Bible tells us that Jesus lived a perfect life for
us, Jesus died the death that we should suffer,
· Jesus resurrected from the tomb so that He can give us
life,
· Jesus is our intercessor,
· Jesus will be the judge and
· Jesus will soon come again.
In other
words Jesus is our all, He is our everything. He is not merely a prophet, He is
not merely a miracle worker. He is not merely a great man. He's not what many
people think He is. He is our Savior, our only hope in this world of sin and sorrow and suffering,
and the sooner He comes, the better. I'm tired of living in this world of sin
and sorrow and sickness and suffering and death. It's time to go home, isn't
it? With our beloved Jesus.
Jadi,
Alkitab memberitahu banyak hal kepada kita tentang Yesus. Dikatakan bahwa:
· Dia itu Allah,
· Dia itu manusia,
· Dia itulah Sang Pencipta,
· Dia dilahirkan dari seorang perawan ke dunia ini,
· Dia dicobai dalam segala hal sama seperti kita namun
tidak berbuat dosa sehingga Dia bisa menolong kita,
· Alkitab mengatakan bahwa Yesus menjalani suatu hidup yang
sempurna bagi kita, dan Yesus menjalani kematian yang seharusnya kita derita,
· Yesus bangkit dari kubur supaya Dia bisa memberi kita
hidup,
· Yesus perantara kita,
· Yesus juga akan menjadi hakim dan,
· Yesus akan segera datang kembali.
Dengan
kata lain, Yesus adalah segalanya bagi kita, Dialah segalanya. Dia bukan hanya
seorang nabi, Dia bukan hanya seorang pembuat mujizat, Dia bukan hanya seorang
manusia yang hebat, Dia bukan apa yang disangka banyak orang. Dia adalah Juruselamat kita, satu-satunya
harapan kita di dunia yang penuh dosa dan kesusahan dan penderitaan,
dan semakin cepat Dia datang, semakin baik. Saya sudah capek hidup di dunia
berdosa dan penuh kesusahan dan penyakit dan penderitaan dan kematian ini.
Sudah waktunya pulang, bukan? Bersama-sama dengan Yesus yang kita kasihi.
13 11 15
No comments:
Post a Comment