THE 24 ELDERS
Part 01/06 - Stephen Bohr
MISSION
ACCOMPLISHED
Dibuka
dengan doa.
The
title of our study today is “Mission Accomplished”. And I’d like to begin our study by going to John 1:1-3. These
verses are so well known that probably most of you could repeat them from
memory. There is one particular point that I want to underline in these three
verses. There, the beloved disciple wrote this, “In the beginning was the Word, and
the Word was with God, and the Word was God. 2 He was in the
beginning with God…” And now comes the point that I want
to underline,
“…3 All things were made through Him, and without Him nothing
was made that was made.”
This
text tells us that Jesus was the Creator of everything. In other words Jesus is
responsible for our existence. Now we need to understand that Jesus is not
responsible for our sin, but Jesus is responsible for our existence because we
did not ask to exist. He was the One who created us and He is responsible over
the fact that we exist.
Now,
you might be saying, “Well, that’s kind of unjust. I was born into this world,
I did not choose to be born into this world and so that’s not fair.” Well, it
wouldn’t be fair unless Jesus had given us a chance to escape the sin as it
exists in this world. In other words, if Jesus had created us, and simply said,
“Well, you fell into sin, there’s nothing I can do for you”, we will have
problems with that because we didn’t choose to fall into that condition. But as
long as Jesus has given us a way of escape, He is not responsible for us being
lost. In other words, we don’t choose to come into this world, but we can
choose how we will go out of this world. He has given us a way of escape.
And
so this text tells us that Jesus created everyone.
Judul pelajaran kita hari ini adalah “Tugas Terlaksana”. Dan saya
ingin mengawali pelajaran kita dengan Yohanes 1:1-3. Ayat-ayat ini begitu
dikenal, kira-kira kebanyakan kalian bisa menghafalnya di luar kepala. Ada satu
poin khusus yang ingin saya garisbawahi dari ketiga ayat ini. Di sini, murid
yang terkasih menulis demikian, “Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama
dengan Allah…” Dan
sekarang ini poin yang ingin saya garisbawahi, “…3 Segala sesuatu dijadikan oleh
Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang jadi dari segala yang telah
dijadikan.”
Ayat ini mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah Pencipta segala
sesuatu. Dengan kata lain, Yesus-lah yang bertanggung jawab
untuk keberadaan kita. Nah, kita harus memahami bahwa Yesus tidak bertanggung
jawab untuk dosa kita, tetapi Yesus itu bertanggung jawab untuk kehadiran kita
karena kita tidak minta dihadirkan. Dia-lah yang menciptakan kita dan Dia
bertanggung jawab atas fakta bahwa kita eksis.
Nah, kalian mungkin berkata, “Wah, itu kurang adil.
Saya dilahirkan ke dunia ini, saya tidak memilih untuk dilahirkan ke dunia ini,
maka itu tidak adil.”
Yah, itu tidak adil seandainya Yesus tidak
memberikan kita kesempatan untuk lolos dari dosa yang ada di dunia ini. Dengan
kata lain, andaikan setelah Yesus menciptakan kita lalu Dia berkata, “Yah, kamu
yang jatuh dalam dosa, Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu”, maka kita akan
punya masalah karena kita tidak memilih untuk jatuh dalam kondisi tersebut.
Tetapi, selama Yesus memberi kita suatu jalan keluar, Dia tidak bertanggung
jawab jika kita hilang. Dengan kata
lain, kita memang tidak memilih untuk datang ke dunia ini, tetapi kita bisa
memilih bagaimana caranya kita bisa keluar dari dunia ini. Yesus telah memberi
kita jalan keluar.
Maka teks ini mengatakan kepada kita bahwa
Yesus-lah yang menciptakan semua orang.
Now,
when I say this, there is always people who say, “Well, you know, I wasn’t
created by Jesus, I was born from my mother.”
And
so I say, “Okay, you were born from your mother, who was your mother born
from?”
“Well,
she was born from her mother.”
“And
who was her mother born from?”
“Well,
she was born from her mother.”
“Now
if you go all the way back to the beginning, where does the sequence ends? It
ends with Adam and Eve. When Jesus created Adam and Eve, He created every
single human being that descended from them.”
In
other words, Jesus is responsible for our existence, because Jesus created everyone
in planet earth.
Nah,
saat saya berkata demikian, selalu ada yang berkata, “Yah, Anda tahu, saya
tidak diciptakan oleh Yesus, saya dilahirkan ibu saya.”
Dan
saya berkata, “Oke, kamu dilahirkan dari ibumu. Ibumu lahir dari mana?”
“Ya,
dia lahir dari ibunya.”
“Dan
dari mana ibunya dilahirkan?”
“Yah,
dia dilahirkan ibunya.”
“Nah,
jika kita mundur terus hingga ke asal mulanya, di mana urut-urutan ini berakhir?
Berakhirnya dengan Adam dan Hawa. Ketika Yesus menciptakan Adam dan Hawa, Dia
menciptakan setiap manusia yang adalah keturunan mereka.”
Dengan
kata lain, Yesus bertanggung
jawab untuk eksistensi kita, karena Yesus menciptakan semua orang di planet
bumi.
Now,
when Jesus created this world, He created Adam and Eve and He placed Adam as
the king over this realm or over this territory. I’d like to invite you to turn
in your Bibles with me to Psalm 8:3-5, we are going to talk about the original
individual that God established on this earth to rule over the earth.
It
says in Psalm 8:3, “When I consider Your heavens, the
work of Your fingers, the moon and the stars, which You have ordained, 4 what
is man that You are mindful of him, and the son of man that You visit him? 5
For You have made him…” speaking about the creation of Adam,
“…You have made him a little lower than the angels, and You have…” what? “… crowned him…” now, who is it that uses crown? Kings use crowns. So Adam was
created to be a what? A king, his position was the position of king or ruler.
And so it says, “…You have made him a little lower than the
angels, and You have crowned him with glory and honor. 6 You have
made him to have dominion over the works of Your hands…” Now, every king has a realm over which he rules, right?
And so Adam was created to be king, he must have had a territory over which he
should rule, or a realm over which he should rule. What was that realm? Verse 6 once again, “…You have made him to have dominion over the works of Your
hands, You have put all things
under his feet…” that expression “under his feet”
means that You have placed him as a ruler. Now what was under his feet? Verse
7, “…7 all sheep and oxen --- even
the beasts of the field, 8 the birds of the air, and the fish of the
sea that pass through the paths of the seas…”
Now when the Bible uses that
expression “beasts of the field, birds of the air, and fish of the waters” it
means everything connected with planet earth: sky, earth, and waters. In other
words, Adam was created to occupy the position of king and his realm or his
territory over which he ruled was planet earth.
Nah, ketika Yesus menciptakan dunia ini, Dia
menciptakan Adam dan Hawa, dan Dia menempatkan Adam sebagai raja atas dunia ini
atau atas teritori ini. Saya ingin mengajak kalian membuka Alkitab bersama saya
ke Mazmur 8:3-5. Kita akan berbicara mengenai individu asli yang ditempatkan
Tuhan di dunia ini untuk memerintah dunia ini.
Dikatakan di Mazmur 8:3, “Jika aku memikirkan langit-Mu,
buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang telah
Kautempatkan: 4 apakah manusia, sehingga Engkau memperdulikannya? Dan anak manusia, sehingga Engkau mendatanginya?
5 Karena Engkau telah membuatnya…” berbicara tentang penciptaan Adam, “…Engkau telah membuatnya sedikit lebih rendah daripada malaikat, dan Engkau telah…” apa? “… memahkotainya…” Nah,
siapa yang memakai mahkota? Raja-raja memakai mahkota. Jadi Adam diciptakan
untuk menjadi seorang apa? Seorang raja. Posisinya adalah posisi seorang raja
atau penguasa. Maka dikatakan, “…Engkau telah membuatnya sedikit
lebih rendah daripada malaikat, dan Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan kehormatan. 6 Engkau membuat dia berkuasa
atas buatan tangan-Mu…” Nah,
setiap raja memiliki daerah kekuasaan yang diperintahnya, benar? Maka Adam yang
diciptakan sebagai raja, tentu memiliki teritori yang harus dikuasaiya, atau daerah kekuasaan yang harus diperintahnya. Daerah
kekuasaannya itu apa? Ayat 6 sekali
lagi, “…Engkau
membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu, segala-galanya telah Kauletakkan di
bawah kakinya…” ungkapan
“di bawah kakinya” berarti Engkau telah menempatkannya sebagai seorang
penguasa. Sekarang, apa yang berada di bawah kakinya? Ayat 7, “…7 kambing domba dan lembu sapi sekalian, yaitu binatang-binatang di padang; 8
burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut yang melintasi arus lautan…” [NKJV yang diindonesiakan]. Nah,
bila Alkitab memakai ungkapan “binatang-binatang di padang, burung-burung di
udara, dan ikan-ikan di air” itu berarti segala sesuatu yang terkait dengan
planet bumi: udara, daratan, dan air. Dengan kata lain Adam diciptakan untuk
menduduki jabatan raja dan daerah kekuasaannya atau teritori yang diperintahnya
adalah planet bumi.
But in order for Adam to continue ruling over planet
earth, he had to render perfect obedience to God’s holy Law. In other words he
could not deviate from God’s Law in the minutest detail. You see the law of
God requires absolute sinless perfection. The Law says, “Offer me
sinless perfection and you will live forever.” Unfortunately the Bible tells us
that Adam and Eve chose to sin. And when they sinned another individual took
over Adam’s position as king and took over the territory over which he ruled.
Notice Luke 4:5-7, this is speaking about the moment when the Devil took Jesus
up to a high mountain to tempt Him, and you’ll notice what the Devil says to
Christ. Luke 4:5-7: “Then
the devil, taking Him up on a high mountain, showed Him all the kingdoms of the
world in a moment of time…” Did you notice that the Devil is
showing Him the realm? Showing Him the kingdoms of the world. Now, notice what
it continues saying, “…showed Him all the kingdoms of the world in
a moment of time…” and verse 6 states,
“….6 And the devil said to Him, ‘All this authority I will
give You, and their glory…” what does “authority” imply? That’s
talking about the fact that the Devil is saying, “I am the ruler, I am the one
who governs over the kingdoms of the world.”
So do you notice the two aspects? Adam was created to be
king and the realm of his dominion was the planet earth. In Luke chapter 4 the
Devil is saying, “Look, I have the kingdoms of the world” ~ that’s the realm,
and he says, “and I have the authority over those kingdoms” ~ in other words I
rule as king over those kingdoms. And
then the Devil says, “….All
this authority I will give You and their glory, for this has been delivered to me, and I give it to whomever I
wish…” Who gave the position of king and the territory into the
hands of its enemy? It was Adam. And so the Devil is saying, “The kingdom and
the realm of dominion has been given into my hands, I am now the king and this
is my realm of dominion.
Tetapi supaya Adam bisa terus
memerintah planet bumi, dia harus patuh sepenuhnya pada Hukum kudus Tuhan.
Dengan kata lain Adam tidak boleh menyimpang dari Hukum Tuhan sekecil apa pun.
Kalian lihat, Hukum Tuhan
menuntut kesempurnaan mutlak tanpa dosa. Hukum berkata, “Beri
aku kesempurnaan tanpa dosa dan kamu akan hidup selamanya”. Sayangnya Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa Adam dan Hawa memilih untuk berdosa. Dan ketika
mereka sudah berdosa, maka individu yang lain mengambil alih posisi Adam
sebagai raja, dan mengambil alih teritori yang dikuasainya.
Perhatikan Lukas 4:5-7, ini berbicara
tentang saat ketika Iblis membawa Yesus ke atas puncak gunung yang tinggi untuk
mencobaiNya, dan kalian akan melihat apa yang dikatakan Iblis kepada Kristus.
Lukas 4:5-7 “Kemudian Iblis membawa Yesus ke gunung yang
tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dalam sekejap mata…” apakah
kalian perhatikan Iblis sedang menunjukkan daerah kekuasaannya kepada Yesus?
Menunjukkan kepadaNya kerajaan-kerajaan dunia. Sekarang simak apa katanya
selanjutnya, “…memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dalam sekejap
mata…” dan ayat 6 menyatakan, “…6 Kata Iblis
kepada-Nya: ‘Segala kekuasaan ini serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu…” apa maksudnya “kekuasaan”? Ini
berbicara tentang faktanya bahwa Iblis sedang berkata, “Akulah penguasanya,
akulah yang memerintah atas kerajaan-kerajaan dunia.”
Jadi apakah kalian melihat kedua aspeknya?
·
Adam diciptakan untuk menjadi raja dan
daerah kekuasaannya adalah planet bumi ini.
·
Di Lukas pasal 4, Iblis berkata,
“Lihat, aku yang berkuasa atas kerajaan-krajaan dunia” ~ itulah daerah
kekuasaannya, dan dia berkata, “dan aku yang memiliki kekuasaan atas
kerajaan-kerajaan itu” ~ dengan kata lain, “aku memerintah sebagai raja atas
kerajaan-kerajaan itu.
Lalu
Iblis berkata, “…‘Segala kekuasaan
ini serta kemuliaannya akan kuberikan
kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya
kepada siapa saja yang kukehendaki…” [NKJV yang diindonesiakan]. Siapa
yang memberikan posisi raja dan daerah kekuasaannya ke tangan musuhnya? Adam!
Maka Iblis berkata, “Kerajaan dan daerah kekuasaannya telah diserahkan ke
tanganku, sekarang akulah rajanya, dan ini adalah daerah kekuasaanku.”
Now the Bible tells us that everyone who descended from
Adam is also a sinner. In other words there is no one on planet earth that can
offer the Law the sinless perfection
that the Law requires. And so because the Bible says that all have sinned and
come short of the glory of God, all of us are slaves and all of us have lost
our territory our position of dominion. So the question is, how could
man recover the lost throne or the dominion and recover the lost territory over
which Adam was placed to rule originally? The answer to this question is found in
the laws of redemption in the Old Testament.
Nah, Alkitab memberitahu kita bahwa semua orang
yang adalah keturunan Adam, juga adalah pendosa. Dengan kata lain tidak ada
seorang pun di planet bumi yang bisa memenuhi kesempurnaan tanpa dosa yang
dituntut oleh Hukum. Maka karena Alkitab berkata bahwa semua orang telah
berbuat dosa dan tidak mencapai kemuliaan Allah, maka kita semua adalah budak,
dan kita semua telah kehilangan teritori, posisi kekuasaan kita. Maka
pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana
manusia bisa memulihkan takhtanya yang hilang atau kekuasaannya, dan
mendapatkan kembali teritorinya di mana tadinya Adam telah ditempatkan sebagai
penguasa aslinya? Jawaban kepada pertanyaan ini ditemukan di hukum penebusan di
Perjanjian Lama.
I’d like to invite you to turn in your Bibles to Leviticus
25:25 and then we will also read verses 47-49. In Israel, every Israelite was
given a plot of land over which they were sovereign rulers. But what would
happen if an individual sold that plot of land? Could that plot of land or that
territory be recovered in some way? And what if an individual sold himself from
being lord over his dominion and he sold himself into slavery, could he be
delivered from his position of slavery and once again be placed as ruler over
his domain? The answer is yes, but there is a specific prescription that needed
to take place.
Saya mau mengajak kalian membuka Alkitab ke Imamat
25:25 kemudian kita juga akan membaca ayat 47-49. Di Israel, setiap orang
Israel diberikan sebidang tanah, di mana dia adalah penguasanya. Tetapi, apa yang
akan terjadi bila seseorang menjual bidang tanahnya itu? Bisakah bidang tanah
tersebut, atau teritori itu diambil kembali? Dan bagaimana jika seseorang
menjual dirinya dari kedudukannya sebagai penguasa atas daerah kekuasaannya dan
dia menjual dirinya kepada perbudakan, bisakah dia dilepaskan dari posisinya
sebagai budak dan sekali lagi ditempatkan sebagai penguasa atas daerah
miliknya? Jawabannya iya. Tetapi ada persyaratan khusus yang perlu dipenuhi.
Leviticus 25:25 tells us what would happen if an individual
sold his possession that is his territory. It says, “If one of your brethren becomes poor, and has sold some of his possession, and if his
redeeming relative…” the word “redeeming” there means to
buy back by paying a price. That’s what the Hebrew word means. And so, “….if his redeeming relative comes to redeem it, then he may redeem what
his brother sold …” Who was supposed to be the
redeemer? It was supposed to be a relative or a what?
Or a
brother, according to this. So, could a brother or a relative pay the
price to buy back the possession that had been sold? Absolutely.
Imamat 25:25 mengatakan kepada kita apa yang akan
terjadi bila seseorang menjual hak miliknya, yaitu daerah kekuasaannya.
Dikatakan, “Apabila salah seorang dari
saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, dan jika kerabat yang berhak menebusnya…” kata “menebus” di sini berarti membeli
kembali dengan membayar suatu harga. Itulah yang dimaksud oleh kata Ibraninya.
Jadi, “…jika kerabat yang berhak menebusnya datang menebusnya, maka dia bisa menebus apa yang
telah dijual saudaranya itu.”[NKJV yang diindonesiakan].
Siapa yang harus menjadi penebusnya? Dia haruslah seorang kerabat atau
seorang apa? Atau seorang saudara,
menurut ayat ini. Jadi, bisakah seorang saudara atau seorang kerabat membayar
harganya untuk menebus kembali hak milik milik yang telah dijual? Tentu saja.
Now, what would happen if an
individual sold himself into servanthood or into slavery, could he once again
be emancipated so he could occupy his position as ruler over his territory? The
answer is yes.
Go with me to Leviticus 25:47-49, “Now if a sojourner or stranger close
to you becomes rich, and one of
your brethren who dwells by him
becomes poor, and sells himself to the stranger or sojourner close to you, or to a member of the stranger's
family, 48 after he is sold…”
see, he sold himself into servanthood,
it says,
“…after he is sold, he may be…” what?
“…redeemed…” that word גּאל [gâ'al] in the Old
Testament means “to buy something back by paying the price that is required to
buy it back.” So verse 48 says, “…after he is sold he may be redeemed again…” Who could redeem him? “…One of his brothers may redeem him; 49 or his uncle or his uncle's son
may redeem him; or anyone who
is near of kin to him in his family may redeem him; or if he is able he may
redeem himself…” Of course he could redeem himself
because he had sold himself into slavery, that’s a hypothetical statement. But
it is interesting to notice that if an individual sold himself, the only way in
which he could recover his lordship so to speak, was if a next of kin, a close
relative would pay the price to buy back his freedom or to buy back the
territory which he had sold.
Sekarang,
apa yang akan terjadi jika seseorang menjual dirinya menjadi hamba atau budak,
bisakah dia sekali lagi dimerdekakan agar dia bisa menduduki lagi posisinya
sebagai tuan atas daerah kekuasaannya? Jawabannya, iya.
Marilah bersama saya ke Imamat 25:47-49. “Apabila seorang asing atau
seorang pendatang di antaramu menjadi kaya,
sedangkan salah seorang saudaramu yang
tinggal bersamanya jatuh miskin dan menjual
dirinya kepada orang asing atau pendatang yang di antaramu itu, atau kepada
seorang anggota keluarga orang asing itu, 48 maka sesudah ia menjual dirinya…” simak, dia menjual dirinya menjadi
hamba, dikatakan, “…sesuah ia menjual dirinya, ia boleh…” apa? “…ditebus…” kata גּאל [gâ'al] di Perjanjian Lama berarti “membeli kembali
sesuatu dengan membayar harga yang ditentukan untuk membelinya kembali.” Maka
ayat 48 berkata, “…sesudah ia menjual dirinya, ia boleh ditebus lagi…”
Siapa yang boleh menebusnya? “…Salah seorang saudaranya boleh menebus dia, 49 atau saudara ayahnya atau anak
laki-laki saudara ayahnya boleh menebusnya;
atau siapa pun yang adalah kerabatnya dalam keluarganya boleh menebusnya, atau kalau
ia mampu, ia boleh menebus dirinya sendiri.” [NKJV yang diindonesiakan]
Tentu saja dia boleh menebus dirinya sendiri,
karena dia telah menjual dirinya menjadi budak, itu adalah pernyataan yang
hipotetis. Tetapi yang menarik adalah jika seseorang telah menjual dirinya,
satu-satunya jalan dengan mana dia bisa mendapatkan kembali posisinya sebagai,
katakanlah seorang tuan, adalah bila salah seorang kerabatnya, seorang keluarga
dekatnya mau membayar harga tebusan untuk membeli kemerdekaannya atau membeli
kembali teritori yang telah dijualnya.
The problem is, with regards to the
redemption of the position that Adam lost, there was no one in the human race that
could recover the throne that Adam lost. Because we all became servants,
because we all sold ourselves to sin. There was no one within the human race
that could recover the lost possession, the lost territory, because all of us
sold our patrimony by being sinners. You see, the apostle Paul tells us in
Romans 3:10 “There is none righteous, no,
not one.” And in
verse 23 he says, “for
all have sinned and fall short of the glory of God.”
Masalahnya,
sehubungan dengan kasus penebusan posisi yang dihilangkan Adam, tidak ada
seorang pun dari bangsa manusia yang bisa mendapatkan kembali takhta yang
dihilangkan Adam. Karena kita semuanya telah menjadi hamba, karena kita telah
menjual diri kita kepada dosa. Tidak ada seorang pun dari bangsa manusia yang
bisa mendapatkan kembali hak milik yang telah hilang, teritori yang telah
hilang, karena kita semua telah menjual warisan kita pada waktu kita menjadi
orang berdosa. Kalian lihat, rasul Paulus mengatakan di Roma 3:10 “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” dan di ayat 23 dia berkata, “Karena semua orang telah
berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah” [NKJV yang diindonesiakan]
So the human race was in a very tough
predicament, because there was no one within humanity who could redeem
what had been lost. There was no next of kin that could pay the price
to buy back the position of sovereignty and to buy back the territory that had
been sold. This is the reason why Jesus Christ came to this earth.
Jadi
bangsa manusia berada pada posisi yang pelik, karena tidak ada seorang pun dari bangsa manusia yang bisa
menebus apa yang telah hilang. Tidak ada kerabat dekat yang bisa
membayarkan harganya untuk membeli kembali posisi penguasa dan membeli kembali
teritori yang telah terjual. Inilah mengapa Yesus Kristus datang ke dunia ini.
Let me ask you, “Was Jesus our next
of kin before He became incarnate? Was Jesus a member of our family before His
incarnation?”
No. He wasn’t a member of our family.
Whose family did He belong to? He belonged to the family of the Godhead, right?
The Father, the Son and the Holy Spirit. He was a member of a different family.
So, could Jesus apply the laws of redemption when He was a member of a
different family and He was not our next of kin? Absolutely not. What needed to
happen in
order for Jesus to be able to fulfill the laws of redemption? He had to become
our brother or He had to become our next of kin. Are you understanding
me?
And so Jesus gathered all of the
angelic hosts, all of the heavenly beings together, and He said, “Folks, I am
going to leave for planet earth. And I am going to face ‘Goliath’ in place of
all of those slaves down there who have lost their patrimony. I am going to
fight with the enemy down there, but in order to do it, I have to become one of
them. I have to join their family.”
And so we are told in John 1:14 “And the Word became flesh and dwelt
among us, and we beheld His glory, the glory as of the only begotten of the
Father, full of grace and truth.”
You see, Jesus by His incarnation became our next of kin.
He became our brother and therefore He could pay the price to buy back the lost
possession and to buy back our rulership or our sovereignty. Are you following
me or not?
Coba
saya tanya, “Apakah Yesus kerabat dekat kita sebelum Dia lahir ke dunia? Apakah
Yesus seorang anggota keluarga kita sebelum inkarnasiNya?” Tidak. Dia bukan
anggota keluarga kita. Dia termasuk anggota keluarga mana? Dia termasuk anggota
keluarga Ilahi, benar? Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dia adalah anggota
keluarga yang lain. Jadi, dapatkah Yesus memberlakukan hukum penebusan ketika
Dia masih anggota keluarga yang lain dan Dia bukan kerabat dekat kita? Tentu
saja tidak. Apa yang harus terjadi supaya
Yesus bisa memenuhi persyaratan hukum penebusan? Dia harus menjadi saudara
kita, atau Dia harus menjadi kerabat dekat kita. Apakah kalian
memahami saya?
Maka
Yesus mengumpulkan semua malaikat, semua makhluk surgawi, dan Dia berkata,
“Kalian semua, Aku akan pergi ke planet bumi. Aku akan menghadapi ‘Goliat’
mewakili semua budak di bawah sana yang telah kehilangan warisan mereka. Aku
akan berperang dengan musuh di bawah sana, tetapi supaya Aku bisa melakukannya,
Aku harus menjadi sama seperti mereka. Aku harus bergabung dengan keluarga
mereka.”
Maka di Yohanes 1:14 kita diberitahu “Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai
satu-satunya yang berasal dari Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran.” [NKJV yang diindonesiakan].
Kalian
lihat, dengan kelahiranNya di dunia,
Yesus menjadi kerabat dekat kita. Dia menjadi saudara kita dan oleh karenanya
Dia bisa membayarkan harganya untuk membeli kembali hak milik yang telah hilang
dan membeli kembali hak penguasa kita atau kepemimpinan kita.
Apakah kalian bisa mengikuti saya atau tidak?
And so Jesus says to the heavenly beings gathered there, He
says, “I’m leaving. I’m going to be gone
for 33 years. And during those 33 years in human flesh, being next of kin to
those people down there who have lost their possession and they have lost their
position, I am going to do battle with the enemy in their place. And I assure you,” He says to the heavenly
beings, “that 33 years from now I will be back. And I will be a victorious war
hero, so you’d better start preparing the party.”
And then Jesus, by a mystery that we can never understand, was
implanted in the womb of Mary and He became our next of kin, He became our
brother.
Maka Yesus berkata kepada
makhluk-makhluk Surgawi yang berkumpul di sana, “Aku akan pergi, Aku akan pergi
selama 33 tahun, dan selama 33 tahun itu Aku akan menjadi manusia, menjadi
kerabat orang-orang yang ada di bawah sana yang telah kehilangan hak milik mereka dan kehilangan posisi mereka.
Aku akan berperang dengan musuh, menggantikan mereka. Dan aku jamin,” kataNya
kepada makhluk-makhluk surgawi itu, “bahwa 33 tahun dari sekarang, Aku akan
kembali. Dan Aku akan kembali sebagai pahlawan yang menang perang, jadi kalian
boleh mulai mempersiapkan pestanya.”
Kemudian dengan melalui suatu
cara rahasia yang tidak akan pernah kita mengerti, Yesus ditanamkan di dalam
rahim Maria dan Dia menjadi kerabat kita, Dia menjadi saudara kita.
Now you know it’s interesting to notice that Jesus actually
belongs to two families. Take for example David. In Revelation 22:16 we are
told that Jesus is the root and offspring of David. Now that’s interesting. In
other words He is the creator of David and He is also the son of David. He is
the root and offspring of David.
The Bible also tells us that Jesus is the father of Abraham and
He is the son of Abraham. We are told in Matthew 1 that Jesus was the seed of
Abraham. But Jesus in John 8 told the Jews that were gathered there, “Verily, verily I say unto you, before Abraham was, I am.” In other words Jesus is Abraham’s father and He is Abraham’s
son.
And you say, “That’s absurd. An individual cannot be his
father’s son and his son’s son. (I think it
should be “his father’s son and his father’s father”). It’s impossible.”
But Jesus actually was father of Abraham, and He was also son of
Abraham. He was father of David and He was also the son of David. The father
of Abraham and David as God, and the son of Abraham and David as man. Jesus
became flesh of our flesh and bone of our bone.
Nah, kalian tahu, yang menarik
itu, Yesus sebenarnya termasuk dalam dua keluarga. Misalnya Daud. Di Wahyu
22:16 kita diberitahu bahwa Yesus adalah akar dan tunas Daud. Nah itu menarik.
Dengan kata lain, Dia adalah pencipta Daud dan Dia juga adalah keturunan Daud.
Dia adalah akar dan tunas Daud.
Alkitab juga mengatakan kepada
kita bahwa Yesus adalah bapak Abraham dan Dia adalah anak Abraham. Di Matius
pasal 1 kita diberitahu bahwa Yesus adalah benih Abraham. Tetapi di Yohanes
pasal 8, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang berada di sekitarnya, "Sesungguh-sungguhnya Aku
berkata kepadamu, sebelum Abraham jadi, Aku selalu
ada." [ayat 58 NKJV yang
diindonesiakan]. Dengan kata lain Yesus adalah bapak
Abraham dan Dia juga adalah keturunan Abraham.
Dan kalian berkata, “Itu
mustahil. Seseorang tidak bisa menjadi anak bapaknya dan juga anak anaknya.
(menurut saya Stephen Bohr salah ngomong, seharusnya, “…menjadi anak bapaknya
dan bapak bapaknya.”) Itu mustahil.”
Tetapi Yesus benar-benar adalah
bapak Abraham dan Dia juga adalah keturunan Abraham. Dia adalah bapak Daud dan
Dia juga keturunan Daud. Sebagai
Tuhan Dia adalah bapak Abraham dan Daud, dan sebagai manusia dia adalah
keturunan Abraham dan Daud. Yesus menjadi daging sama seperti
daging kita dan tulang yang sama dengan tulang kita.
And Jesus had two things that He needed to fulfill in His
mission. You see the Law of God demands absolute sinless perfection. No one in
the human race can offer the Law what the Law requires. And therefore the Law
says, “If you don’t offer me the perfection that I require, you must die.” So,
what did Jesus come to this earth for? He came to do two things.
1. He came to live the perfect life that the Law requires in my
place. And then at the end of the perfect life which He lived in our place,
2. Jesus took all of our sins upon Himself, and He was punished for
our sins, He suffered the death penalty that we should suffer.
In other words Jesus had
to come to live the life that the Law requires from us and He came to die the
death that the Law requires from us as sinners. He came to live a perfect
life and He came to die in our place. He lived for us and He died for us. Do
you know that this is illustrated in the Sanctuary service?
Dan Yesus punya dua tugas yang harus
diselesaikanNya dalam misiNya. Kalian lihat, Hukum Tuhan menuntut kesempurnaan
tanpa dosa. Tidak ada seorang pun dari bangsa manusia yang bisa memenuhi
persyaratan yang diminta Hukum. Oleh karena itu, Hukum berkata, “Jika kamu
tidak memberiku kesempurnaan yang aku tuntut, kamu harus mati.” Maka, apa
tujuan Yesus datang ke dunia ini? Dia datang untuk melakukan dua hal:
1.
Dia
datang untuk menghidupkan suatu hidup yang tak bercela yang dituntut oleh Hukum
sebagai ganti saya. Kemudian, pada akhir hidup yang tak bercela yang
dijalaniNya menggantikan kita,
2.
Yesus
mengambil semua dosa kita kepada DiriNya, dan Dia dihukum oleh karena dosa-dosa
kita. Dia yang menderita hukuman mati yang seharusnya kita derita.
Dengan kata lain, Yesus harus
datang untuk menjalani hidup yang dituntut oleh Hukum dari kita, dan Dia datang
untuk menjalani kematian yang dituntut Hukum dari kita sebagai orang-orang
berdosa. Dia datang untuk menjalani hidup yang tak bercela dan Dia datang untuk
mati menggantikan kita. Dia hidup bagi kita dan Dia mati bagi kita.
Tahukah kalian bahwa ini diilustrasikan
di dalam pelayanan Bait Suci?
Notice Exodus 12:5-6. You know usually when we start the study of
the Sanctuary we usually begin in the Court where the altar of sacrifice is.
That’s not the proper place to begin the study of the Sanctuary. The proper
place to begin the study of the Sanctuary is in the Camp where the sinners
live. You see, before Jesus went to the cross, which is illustrated by the
altar, the Lord Jesus came and lived in our midst. He lived a perfect life. He
was tempted in all things such as we are, yet He did not sin. You see, in the
Sanctuary His life and His death for sin
are illustrated by the lamb. Now, you know the Lamb was sacrificed but before
the lamb was sacrificed, they had to be absolutely certain that the lamb did
not have any what? Any blemish or any defect. In other words the fact
that the lamb did not have any blemish or defect represents the perfect life of
Christ. Whereas the sacrifice of the lamb represents the death of Christ.
Two functions, one in the Camp where He lived His perfect life
in our midst. And then the altar of sacrifice where He suffered death in our
place.
Perhatikan Keluaran 12:5-6.
Kalian tahu, biasanya bila kita memulai pelajaran tentang Bait Suci, kita mulai
di Pelataran di mana terdapat mezbah kurban. Itu bukanlah tempat yang tepat
untuk memulai pelajaran tentang Bait Suci. Tempat yang tepat untuk memulai
pelajaran Bait Suci adalah di Perkemahan di mana orang-orang berdosa hidup.
Kalian lihat, sebelum Yesus disalib, yang dilambangkan oleh mezbah kurban,
Tuhan Yesus datang dan hidup di tengah-tengah kita. Dia menjalani suatu hidup
yang tak bercela. Dia dicobai dalam segala hal sama seperti kita, namun Dia
tidak berbuat dosa. Kalian lihat, di Bait Suci hidupNya dan kematianNya karena
dosa dilambangkan oleh anak domba. Nah, kalian tahu bahwa anak domba dikurbankan, tetapi sebelum anak domba itu
dikurbankan, mereka harus benar-benar memastikan anak domba itu tidak memiliki
apa? Noda atau cacat. Dengan kata lain faktanya
bahwa anak domba tersebut tidak memiliki noda atau cacat melambangkan hidup
Kritus yang tak bercela. Sedangkan pengurbanan anak domba itu melambangkan
kematian Kristus.
Dua fungsi, yang satu di
Perkemahan di mana Dia menjalani hidupNya yang tak bercela di tengah-tengah
kita, kemudian di mezbah kurban di mana Dia menderita kematian menggantikan
kita.
Notice Exodus 12:5-6 where this is brought out clearly. Speaking
about the Passover lamb it says, “Your lamb shall be without blemish, a
male of the first year. You may take it
from the sheep or from the goats. 6 Now you shall keep it until the
fourteenth day of the same month. Then the whole assembly of the congregation
of Israel shall kill it at twilight.”
Do you notice two things regarding the lamb? First of all, they
had to be sure there was no blemish ~ that’s the perfect life of Christ ~ and
then secondly they had to slay the lamb that had no blemish. Perfect life of
Christ and His death for sin in our place.
Perhatikan
Keluaran 12:5-6 di mana ide ini
dengan jelas dikemukakan. Berbicara tentang domba Passah, dikatakan, “Anak dombamu itu harus tidak bercela, jantan berumur setahun; kamu
boleh ambil domba atau kambing. 6
Kamu harus memeliharanya sampai hari yang
keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus
menyembelihnya pada waktu antara dua petang (= jam 3 sore).” [NKJV yang diindonesiakan]
Apakah
kalian melihat ada dua hal yang berkaitan dengan domba ini? Pertama domba itu
harus dipastikan tidak bernoda ~ itu adalah hidup Kristus yang tak bercela. Dan
kedua domba yang tidak bernoda itu harus disembelih. Hidup Kristus yang tak
bercela dan kematianNya karena dosa menggantikan kita.
Now this is also spoken of in 1 Peter 1:18-20, here the apostle
Peter says, “knowing
that you were not redeemed…” notice the word “redeem” that we’ve studied
before,
“….knowing that you were not redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your
aimless conduct received by
tradition from your fathers, 19 but [you were redeemed] with the
precious blood of Christ…” there you have His death,
“…as of a lamb without blemish and without spot…” there you have His perfect life,
“…20 He indeed was foreordained before the foundation of the
world, but was manifest in these last times for you”
Nah,
ini juga dibicarakan di 1 Petrus 1:18-20, di sini rasul Petrus berkata, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus…”
perhatikan kata “ditebus” yang sudah kita pelajari, “…Sebab kamu tahu bahwa
kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana
seperti perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari
tradisi nenek moyangmu, 19 tetapi [kamu ditebus] dengan darah Kristus yang mahal…” di sini kita bertemu dengan
kematianNya, “…sebagaimana
seekor domba yang tidak bercela dan tidak bercacat…” di
sini kita bertemu dengan hidupNya yang tak bercela, “…20 sesungguhnya Dia sudah ditentukan sebelum dunia dijadikan, namun
dinyatakan pada akhir masa ini untuk kamu.” [NKJV yang diindonesiakan]
So my question is, “What was the function of Jesus in taking
upon Himself human flesh?”
Jesus came to this world to live a perfect life in obedience to
the Law in our place. He came to this world to bear our sins and to die in our
place. He came to live for all and He came to die for all. And He could do
that because He was the Creator of all. Only He who created all could offer
Himself to take the place of all. Are you following me or not?
And so Jesus bid farewell to heaven and He says, “I’m going to
go down there for 33 years, I am going to live a perfect life, I’m never going
to disobey the Law, and then even though I am a perfect lamb at the end of My
life I am going to be killed because I am going to be bearing the sins of the
world, I am going to offer My life a ransom for many.”
Jadi pertanyaan saya adalah,
“Apakah fungsi Yesus dengan mengambil bentuk manusia?” Yesus datang ke dunia
ini untuk menjalani hidup yang tak bercela dalam kepatuhan kepada Hukum
menggantikan kita. Dia datang ke dunia untuk memikul dosa-dosa kita dan mati
menggantikan kita. Dia datang untuk hidup bagi semua orang dan Dia datang untuk
mati bagi semua orang. Dan Dia
bisa melakukan itu karena Dia adalah Pencipta semuanya. Hanya Dia yang
menciptakan semua yang bisa mempersembahkan DiriNya menggantikan semua orang
lain. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak?
Maka Yesus mengucapkan selamat
tinggal kepada Surga dan Dia berkata, “Aku akan turun ke sana selama 33 tahun,
dan Aku akan menjalani hidup yang tak bercela, Aku tidak pernah akan melanggar
Hukum, kemudian walaupun Aku adalah anak domba yang tak bercela, tapi pada
akhir hidupKu, Aku akan dibunuh karena Aku akan memikul dosa-dosa dunia itu,
Aku akan mempersembahkan hidupKu sebagai tebusan bagi banyak orang.”
Now, do you think the Devil knew why Jesus had come and who He
was? Oh yes he did. Turn in your Bibles to Mark 1:23-24, the demons knew who He
was and why He had come. They knew that He had come to destroy them and to
restore Adam to his original position of rulership and to the territory which
he had lost.
It says there in Mark 1:23-24, Jesus is in the synagogue on the
Sabbath, “Now
there was a man in their synagogue with an unclean spirit. And he cried out, 24
saying, ‘Let us alone!
What have we to do with You, Jesus of Nazareth? …” And now notice, “…. Did You come to…” what? “….to destroy us?…” Did they know why He had come? Oh, yes. Did they knew who
He was? Let’s continue reading, “….Did you come to destroy us? I know who You are --- the Holy One of
God!’"
Nah, menurut kalian apakah
Iblis tahu mengapa Yesus datang dan siapa Dia? Oh, ya, dia tahu. Bukalah
Alkitab kalian ke Matius 1:23-24, iblis-iblis itu tahu siapa Dia dan mengapa
Dia telah datang. Mereka tahu bahwa Dia datang untuk menghancurkan mereka dan
mengembalikan Adam ke posisinya yang asli sebagai penguasa dan menempatkannya
lagi di teritorinya yang telah dihilangkannya.
Dikatakan di Markus 1:23-24 di
sana, Yesus sedang berada di sinagog pada hari Sabat, “Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan
roh jahat. Orang itu berteriak: 24 ‘Jangan
usik kami! Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret?…” Sekarang perhatikan, “…Apakah Engkau datang hendak…” apa? “…membinasakan kami?…” Apakah mereka tahu mengapa Yesus
datang? Oh, iya! Apakah mereka tahu siapa Dia? Mari kita teruskan membaca, “…Apakah Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau:
Yang Kudus dari Allah.’" [NKJV yang diindonesiakan]
Now, if the mission of Christ was to come and live a perfect
life in our place and to offer His life as a sacrifice for sin in our place,
what do you suppose the Devil’s mission was? Well, it’s very simple. The
Devil’s mission was simply to keep Jesus from living His perfect life and to
keep Jesus from offering His life as a sacrifice for sin. In other words the Devil’s
mission was to keep Jesus from doing what He came to do, which was to
live His perfect life and to die for sin. And so the Devil 24/7/365 was after
Christ to try to keep Him from living a perfect life, trying to get Him to sin,
and trying to keep Him from offering His life as a sacrifice for sin.
And the Devil used 4 methods to try and prevent Jesus from being
successful in His mission.
Nah, jika misi Kristus adalah
datang untuk menjalani hidup yang tak bercela menggantikan kita dan
mempersembahkan hidupNya sebagai kurban untuk dosa menggantikan kita, menurut
kalian apa kira-kira misi Iblis? Yah, sangat sederhana. Misi Iblis adalah
semata-mata menghalangi Yesus dari menjalani hidup yang tak bercela, dan
menghalangi Yesus mempersembahkan
hidupNya sebagai kurban dosa. Dengan kata lain, misi Iblis adalah menghalangi Yesus melakukan apa yang
Dia datang untuk melakukannya, yaitu menjalani hidup yang tak
bercela dan mati untuk dosa. Maka Iblis terus-menerus mengejar Kristus 24/7/365 dalam upaya untuk
mencegah Dia menjalani hidup yang tak bercela dan berusaha membuatNya melakukan
dosa, dan mencoba menghalangi Dia mempersembahkan hidupNya sebagai korban untuk
dosa.
Dan Iblis memakai 4 cara untuk
berusaha mencegah Yesus berhasil dalam misiNya.
The first method that the Devil used was try to kill Jesus
Christ before He reached the point where He was supposed to offer His own life
as a ransom for men. You see, if the Devil
had killed Jesus before the hour of Jesus had arrived, that would not count as
a sacrifice for sin. Because it was not acceptable if His life was taken, He
had to offer His life. So the Devil says, “If I can kill Him before He offers
His life, then the plan of salvation will not be successful.” And that’s why
constantly in the gospel of John we find the expression “they could not lay
hands on Him because His hour had not yet come”, His time had not yet come.
They could do nothing to Him, as long as the moment for Him to offer His life
had not come.
Cara
yang pertama yang dipakai Iblis adalah berusaha membunuh Yesus Kristus sebelum
tiba saat Dia seharusnya mempersembahkan hidupNya sendiri sebagai tebusan buat
manusia. Kalian lihat,
seandainya Iblis telah membunuh Yesus sebelum saatnya tiba, kematian Yesus
tidak akan terhitung sebagai korban untuk dosa, karena korban itu tidak akan
diterima jika nyawanya diambil, Yesus harus mempersembahkan nyawaNya. Maka
Iblis berkata, “Jika aku bisa membunuhNya sebelum Dia mempersembahkan nyawaNya,
maka rencana keselamatan akan gagal.” Dan itulah mengapa di injil Yohanes
berulang-ulang kita temukan ungkapan “mereka tidak bisa mencelakakanNya karena
saatNya belum tiba”. Saat pengurbananNya belum tiba. Mereka tidak bisa berbuat
apa-apa kepadaNya selama saat Dia harus mempersembahkan nyawaNya belum tiba.
Did the Devil attempt to kill Christ on several occasions? Yes,
he did. When was the first occasion? When He was born. The Devil said, “I’m
going to nip this in the bud. I am going to get rid of Him when He is born.”
Notice Revelation 12:3-4 “And another sign appeared in heaven:
behold, a great, fiery red dragon having seven heads and ten horns, and seven
diadems on his heads. 4 His tail drew a third of the
stars of heaven and threw them to the earth. And the dragon stood before the
woman who was ready to give birth, to devour her Child as soon as it was born.”
Of course we know the way in which that occurred. The Devil
influenced king Herod to kill all of the male children in the hopes of killing
the rival to his throne which the Devil is really saying to Herod, “You know,
if you let Him live, He is going to take your throne.” But the Devil is really
thinking, “If I’m going to let Him live, He is going to take my throne.” And so
we find the Devil attempting to kill Christ from the moment of His birth.
Apakah Iblis mencoba membunuh
Kristus beberapa kali? Ya, betul. Kapan pertama kalinya? Ketika Dia lahir.
Iblis berkata, “Aku akan memotongnya selagi masih kuncup. Aku akan mengenyahkan
Dia ketika Dia lahir.”
Perhatikan
Wahyu 12:3-4 “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor
naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas
kepalanya ada tujuh mahkota. 4 Dan ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri
di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera
sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.”
Tentu saja kita sudah tahu
bagaimana terjadinya. Iblis mempengaruhi raja Herodes untuk membunuh semua bayi
laki-laki dengan harapan bisa membunuh pesaingnya atas takhtanya. Sebenarnya
yang dikatakan Iblis kepada Herodes adalah, “Kamu tahu, jika kamu membiarkan
Dia hidup, Dia akan mengambil takhtamu.” Tetapi sebenarnya yang ada di pikiran
Iblis adalah, “Jika aku membiarkan Dia hidup, Dia akan mengambil takhtaku!”
Maka kita dapati Iblis berusaha membunuh Kristus dari saat kelahiranNya.
Another time there was a storm in a lake. It was a storm out of
season. The fishermen were all out in the lake. It was not expected there would
be a storm and yet there was this horrific storm, and Jesus was sleeping in the
boat. Who do you suppose knew that Jesus was sleeping in the boat? Who caused
the storm? Satan caused the storm, he says, “I’m going to drown those men.”
Another time there was a storm in a lake. It was a storm out of
season. The fishermen were all out in the lake. It was not expected there would
be a storm and yet there was this horrific storm, and Jesus was sleeping in the
boat. Who do you suppose knew that Jesus was sleeping in the boat? Who caused
the storm? Satan caused the storm, he says, “I’m going to drown those men.”
Suatu waktu yang lain, terjadi badai di danau. Saat itu
bukanlah musim badai. Para nelayan semuanya
sedang berada di danau. Tidak ada yang menyangka akan ada badai, tetapi terjadi
badai yang mengerikan ini, dan Yesus sedang tertidur di dalam perahu. Menurut
kalian siapa yang tahu bahwa Yesus sedang tidur di perahu? Siapa yang menyebabkan badai? Setan yang
menyebabkan badai. Dia berkata, “Aku akan menenggelamkan orang-orang itu.”
On another occasion Jesus was preaching in the synagogue in
Nazareth and this is found in Luke 4:28-30, and Jesus said some things that the
Jews didn’t like. Like in the times of Elijah and in the times of Naaman the
Syrian, God favored the Gentiles instead of the Jews. And they were really
angry at Jesus and so the Bible tells us that they pushed Jesus outside the
city and they were going to throw Him over the cliff. Ellen White tells us in Desire of Ages that there were demons
disguised as men there, edging on the group of individuals, the multitudes to
throw Jesus over the cliff. The Devil was trying to kill Christ.
Pada kesempatan yang lain,
Yesus sedang berkhotbah di sinagog di Nazaret dan kisahnya ini ada di Lukas
4:28-30, dan Yesus mengatakan beberapa hal yang tidak disukai orang-orang
Yahudi. Seperti di zaman Elia dan di zaman Naaman orang Siria, Tuhan lebih
memilih orang-orang non-Yahudi daripada yang Yahudi. Dan mereka benar-benar marah
pada Yesus, maka Alkitab mengatakan bahwa mereka mendorong Yesus keluar kota
itu dan mereka bermaksud melemparkanNya dari atas tebing. Ellen White
mengatakan kepada kita di Desire of Ages
bahwa ada setan-setan yang menyamar sebagai manusia di sana, yang mendorong
kelompok manusia itu, massa itu untuk melemparkan Yesus dari tebing. Iblis
berusaha membunuh Kristus.
On several occasions during the ministry of Jesus they picked up
stones to try and stone Christ. The Bible says He would walk in their midst and
they could not find him.
So the Devil says, “I need to kill Him before the moment comes
for Him to offer His life voluntarily for sin.” It didn’t work.
Pada beberapa kesempatan selama
pelayanan Yesus, mereka memungut batu untuk mencoba dan merajam Kristus.
Alkitab berkata, Yesus lalu berjalan di antara mereka dan mereka tidak bisa
menemukanNya.
Jadi Iblis berkata, “Aku harus
membunuhNya sebelum tiba saatNya
mempersembahkan nyawaNya secara sukarela untuk dosa.” Tapi dia tidak berhasil.
The Devil used a second
method to try and get Jesus to fail in His ministry. The Devil tried to infect
Jesus with the virus of sin. 3 times on the Mt. of Temptation the Devil
tried to get Jesus to sin. And each time the Lord Jesus responded by saying “It
is written ~ I live by what God says in His Word and in His law. Man shall not
live by bread alone but by every Word that proceeds out of the mouth of God.”
In other words, Jesus refused on the Mount of Temptation to allow Himself to be infected with the
virus of sin because if He had, He would have been an imperfect sacrifice and
the sacrifice would not have been accepted.
Iblis menggunakan
cara kedua untuk mencoba membuat
Yesus gagal dalam pelayananNya. Iblis berusaha menjangkiti Yesus dengan virus
dosa. Tiga kali di Bukit Pencobaan, Iblis berusaha membuat Yesus
berbuat dosa. Dan setiap kali Tuhan Yesus menjawab dengan berkata “Ada
tertulis”, Aku hidup dengan apa yang dikatakan Tuhan dalam FirmanNya. Manusia
tidak hanya hidup dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari
mulut Tuhan.” Dengan kata lain, di Bukit Pencobaan Yesus menolak DiriNya
dijangkiti oleh virus dosa karena seandainya Dia kena, Dia akan menjadi kurban
yang tidak sempurna dan kurban
tersebut tidak akan diterima.
In Hebrews 4:15 we’re told about the
perfect sinlessness of Christ. It says there, “For we do not have a High Priest who
cannot sympathize with our weaknesses, but was in all points tempted as we
are, yet without sin.”
He was perfectly sinless. He did now allow the Devil to infect
Him with the virus of sin because He had to be a perfect Lamb, a perfect
sacrifice.
Hebrews 7:26 speaks also about the
perfect sinlessness of Christ, it says, “For such a High Priest was fitting
for us, who is holy, harmless,
undefiled, separate from sinners, and has become higher than the heavens.”
Notice the terminology: “holy, harmless, undefiled, separate from sinners”
Di
Ibrani 4:15 kita diberitahu tentang ketidakberdosaan Kristus yang sempurna.
Dikatakan di sana, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak
dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan
yang dalam segala hal dicobai sebagaimana
kita dicobai, namun tidak berbuat dosa.” [NKJV yang diindonesiakan]
Dia sama sekali tidak berdosa.
Dia tidak mengizinkan Iblis menjangkitiNya dengan virus dosa karena Dia harus
menjadi anak domba yang tak bercela, kurban yang sempurna.
Ibrani 7:26 berbicara juga mengenai
ketidakberdosaan Kristus yang sempurna. Dikatakan, “Sebab Imam Besar yang
demikianlah yang layak bagi kita: yaitu yang
saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa, dan lebih tinggi daripada tingkat-tingkat
sorga.” [NKJV yang diindonesiakan]
Perhatikan terminologinya: “saleh, tanpa
salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa”
In John 8, Jesus was speaking to a group of Jews and He threw
out this questions, in John 8:46 where He said, “Which of you convicts Me of sin?
…” In other words, “Who of you can convince Me that I am a
sinner?” Of course it’s a rhetorical question, nobody could say that He was a
sinner.
Di
Yohanes 8, Yesus berbicara kepada sekelompok orang Yahudi dan Dia melontarkan
pertanyaan ini, di Yohanes 8:46, Yesus berkata, “Siapakah di antaramu yang menyatakan bahwa Aku bersalah
berbuat dosa?...” Dengan kata lain, “Siapa di antara kamu
yang bisa membuktikan bahwa Aku adalah orang yang berdosa?” Tentu saja ini
adalah pertanyaan retorik, tidak ada orang yang bisa mengatakan Yesus seorang
berdosa.
In 1 John 3:5 once again we have a
description of the perfect sinlessness of the life of Christ. It says
there, “And you know that He was manifested to take away our sins, and
in Him there is no sin.”
Di 1
Yohanes 3:5, sekali lagi kita melihat deskripsi hidup Kristus yang tak bercela
tidak berdosa. Dikatakan di sana, “Dan kamu tahu, bahwa Ia dijadikan manusia untuk mengangkat dosa kita, dan di dalam Dia
tidak ada dosa.” [NKJV
yang diindonesiakan]
One final verse on the perfect sinlessness of Christ, 1 Peter
2:21-22, here Peter says inspired by God’s Spirit, “For to this you were called, because
Christ also suffered for us, leaving us an example, that you should follow His
steps: 22 ‘Who committed no
sin, nor
was deceit found in His mouth’…”
Jesus committed no what? Jesus committed no sin. Jesus came to
live the life that the Law requires from us. He came to live a perfect life.
The Devil says, “I’m not going to allow Him to do it.” So, the Devil was after
Him 24/7/365 but each time Jesus refused to allow the Devil to infect Him with
the virus of sin. He lived His perfect life. The Devil could not kill Him and
the Devil could not infect Him.
Satu
ayat yang terakhir mengenai ketidakberdosaan Kristus, 1 Petrus 2:21-22, di sini
Petrus berkata di bawah inspirasi Roh Tuhan, “Sebab untuk itulah kamu
dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kamu mengikuti jejak-Nya: 22 yang tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada
dalam mulut-Nya.”
Yesus
tidak berbuat apa? Yesus tidak berbuat dosa. Yesus datang untuk menjalani
kehidupan yang dituntut oleh Hukum dari kita. Dia datang untuk menjalani hidup yang
tak bercela. Iblis berkata, “Aku tidak akan mengizinkan Dia melakukannya.” Maka
Iblis mengejarNya 24/7/365, tetapi setiap kali Yesus tidak membiarkan Iblis
menjangkitiNya dengan virus dosa. Yesus menjalani hidup yang tak bercela. Iblis
tidak bisa membunuhNya dan Iblis tidak bisa menjangkitiNya.
So the Devil says, “What I am going to do is distract Him from
the cross. I am going to distract Him and lead Him to choose a different path
or a different way of getting the throne back.” So the third method of the Devil is to
distract Him for having to live and die in place of man offering Him an
easy way, and of course the easier way is to offer Jesus the throne without
Jesus having to suffer and to die.
Jadi, Iblis berkata, “Apa yang
akan aku lakukan adalah mengalihkan perhatianNya dari salib. Aku akan
mengalihkan perhatianNya dan membawaNya agar memilih jalur yang lain, atau cara
yang lain untuk mendapatkan takhta itu kembali.” Maka cara yang ketiga yang dipakai Iblis adalah dengan mengalihkan
perhatianNya dari harus menjalani hidup dan mati menggantikan
manusia, dengan memberiNya jalan keluar yang mudah, dan tentu saja jalan keluar
yang lebih mudah adalah dengan menawarkan takhta itu kepada Yesus tanpa Dia
harus menderita dan mati.
Now, let me ask you, did the Devil on repeated occasions try to
get Jesus to take a detour, a different way of getting the throne of the world
back?
Yes, on the Mt. of Temptation, the Devil says, “Look, here’s all
the kingdoms of the world, and all the authority I have those because Adam gave
them to me,” he says, “You don’t have to go to Jerusalem and suffer and die,
no, no, no, all You have to do is bow down and worship me for an instant and
You will be the king, without any suffering and without any agony.”
Jesus says, “No way! That’s not the way. The way of the cross
leads home.”
Sekarang coba aku tanya kalian,
apakah Iblis berulang-ulang mencoba membuat Yesus membelok ke jalan yang
berbeda, cara yang berbeda untuk mendapatkan takhta dunia kembali?
Ya, di Bukit Pencobaan, Iblis
berkata, “Lihat, ini semua kerajaan dunia, dan aku memiliki semua kuasa atasnya
karena Adam telah memberikannya kepadaku,” katanya, “Engkau tidak usah pergi ke
Yerusalem untuk menderita dan mati, tidak, tidak, tidak, Engkau cuma perlu
sujud dan menyembahku sejenak dan Engkau akan menjadi raja tanpa harus
menderita dan tanpa rasa sakit apa pun.”
Yesus berkata, “Tidak bisa! Itu
bukan caranya. Cara saliblah yang membawa kita pulang.”
In John 6:15 Jesus had just fed 5’000 people with 5 loaves and 2
fishes. And the Bible tells us that the people were so impressed that they
wanted to make Jesus a temporal king, and by the way the ring leader was Judas
Iscariot. Constantly the disciples wanted Jesus to take the throne. Now Jesus
had to win the throne back but not in that way. The Devil tried to distract
Him, getting Him to choose a different path.
In John 6:15 after feeding the 5’000 we are told this, “Therefore
when Jesus perceived that they were about to come and take Him by force to make
Him king, He departed again to the mountain by Himself alone.”
Di Yohanes 6:15 Yesus baru saja
memberi makan 5’000 orang dengan 5 ketul roti dan 2 ikan. Dan Alkitab
memberitahu kita bahwa orang-orang begitu terkesan sehingga mereka mau
menjadikan Yesus raja dunia, dan ketahuilah biang keladinya adalah Yudas
Iskariot. Berulang-ulang para murid mau mengusung Yesus ke takhta. Nah, Yesus
harus memenangkan takhta itu kembali, tetapi tidak dengan cara seperti itu.
Iblis mencoba mengalihkan perhatianNya,
dengan memaksaNya memilih
jalan yang berbeda.
Di Yohanes 6:15 setelah memberi
makan 5’000 orang, kita diberitahu ini, “Karena itu, ketika Yesus tahu, bahwa mereka akan datang dan hendak membawa
Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir lagi ke gunung, seorang diri.”
Six months before His death Jesus
asked His disciples, “Who are men saying I am?” And the disciples said, “Well,
some people say You are Jeremiah, some say You are Elijah, others say that You
are one of the prophets.”
Then Jesus said, “Who do
you say I am?”
And Peter who appeared to be the
spokesman for the disciples said, “Oh, You are the Christ…” which means the
Messiah, “…You are the Messiah, the Son of the living God.”
And Jesus now said to Peter, “Peter,
well said. Flesh and blood did not reveal it to you, My Father in heaven did.”
Because Peter didn’t even know what he was confessing.
You say, “How do we know that he
didn’t know what he was saying?”
Yea, he knew that Jesus was the
Messiah, but he had it wrong in his mind the kind of Messiah.
Enam bulan
sebelum kematianNya, Yesus bertanya kepada murid-muridNya, “Kata orang, siapa
Aku?” Dan para murid menjawab, “Yah, ada yang bilang Engkah Yeremia, ada yang
mengatakan Engkau Elia, yang lain mengatakan Engkau adalah salah satu nabi.”
Lalu Yesus
berkata, “Menurut kalian, siapakah Aku?”
Dan Petrus
yang tampil sebagai juru bicara para murid, berkata, “Oh, Engkau adalah
Kristus…” yang artinya Mesias, “…Engkaulah Mesias, Putra Allah yang hidup.”
Dan Yesus
sekarang berkata kepada Petrus, “Petrus, bagus katamu. Daging dan darah tidak
menyatakannya kepadamu, tetapi BapaKu yang di Surga yang menyatakannya
kepadamu.” Karena Petrus sebenarnya tidak tahu apa yang dinyatakannya.
Kalian
berkata, “Dari mana kita tahu bahwa Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya?”
Ya, Petrus
tahu bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi di benaknya dia memiliki konsep Mesias
yang salah.
In fact Jesus immediately afterwards
in Matthew 16:22-23 Jesus says, “I must go to Jerusalem, I must suffer. I am going
to be killed, and I will resurrect the third day.” And when Jesus says that
Peter is indignant. Notice the story in Matthew 16:22-23. “Then
Peter took Him aside and began to rebuke Him…”
imagine Peter rebuking the Master,
“…saying, ‘Far be it from You, Lord; this shall not happen to
You!’…” whose emissary was Peter at that point? Who was trying to
say to Jesus, “No, You’ll die? Messiah rules.” Notice verse 23,
“…23 But He turned and said to Peter, ‘Get behind Me, Satan!
…” wow! He wasn’t talking to Peter, He was talking to whom?
To the Devil who was using Peter, “…’Get behind Me, Satan!’ You are an offense
to Me, for you are not mindful of the things of God, but the things of men’…”
Sesungguhnya segera setelah itu di Matius 16:22-23 Yesus berkata, “Aku
harus pergi ke Yerusalem, Aku harus menderita. Aku akan dibunuh dan Aku akan
bangkit pada hari ketiga.” Dan ketika Yesus berkata demikian, Petrus marah.
Perhatikan ceritanya di Matius 16:22-23, “Lalu Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia…” bayangkan Petrus menegur Sang Guru, “…katanya: ‘Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu
sekali-kali takkan terjadi pada-Mu!’…” pada saat itu Petrus merupakan duta
siapa? Siapa yang berusaha berkata kepada Yesus, “Masa Engkau mati? Ah, tidak. Mesias memerintah.” Perhatikan ayat
23, “…23 Maka Yesus berpaling dan berkata
kepada Petrus: ‘Mundurlah dari-Ku, Setan!…” Wow! Yesus tidak berbicara kepada
Petrus, Yesus sedang berbicara kepada siapa? Kepada Iblis yang memakai Petrus, “…’Mundurlah dari-Ku, Setan! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab
engkau tidak memperdulikan hal-hal Allah,
melainkan hal-hal manusia.’" [NKJV yang
diindonesiakan].
Now after Peter’s confession the
disciples began their journey with Christ towards Jerusalem, this was Christ’s
last journey to Jerusalem, and the disciples were disturbed because Jesus had
said He was going to Jerusalem to suffer and to die. They kind of didn’t hear
that He would resurrect on the 3rd day because they were so focused
on His suffering and on His death, and so for 6 days the Bible tells us that
they were walking behind Jesus and they were sad and you know, they said, “We
are going to Jerusalem, He says He is going to be killed, He is going to die
there.” And six days later Jesus knew they were terribly discouraged, and so He
took three of His disciples up to the Mt. of Transfiguration. And the Bible
says He was transfigured in their presence. He looked like He will look at His
second coming. In other words, He was trying to tell them, “After the suffering
comes the glory as a result of what I am going to do in Jerusalem. I will be
glorified someday and I will come again, not as the suffering servant but as
the King of kings and Lord of lords.” And Moses and Elijah appeared, speaking
to Christ on the mountain, encouraging Jesus. And then when this scene ended
Peter still didn’t get it. Peter said, Peter knew that they were on their way
to Jerusalem, he said, “Lord, it is good for us to stay here…” heheheh, “…Let’s
not go to Jerusalem. It is good to stay here, let’s build three tabernacles,
and just stay here.” It was a temptation to stay.
Nah,
setelah pengakuan Petrus itu, para murid
memulai perjalanan mereka bersama Kristus menuju Yerusalem, ini adalah
perjalanan terakhir Kristus ke Yerusalem, dan para murid sedang galau karena
Yesus berkata Dia ke Yerusalem itu untuk menderita dan mati. Para murid sepertinya tidak mendengar bahwa
Yesus akan bangkit pada hari ketiga karena mereka begitu terfokus pada
penderitaan dan kematianNya. Maka Alkitab berkata kepada kita bahwa selama 6
hari para murid ini berjalan mengikuti Yesus dan
mereka bersedih hati, kalian tahu, dan mereka berkata, “Kita akan ke Yerusalem.
Dia bilang Dia akan dibunuh, Dia akan mati di sana.” Dan enam hari kemudian
Yesus tahu bahwa mereka sangat putus asa, dan Dia membawa tiga dari murid-murid
itu naik ke Bukit Transfigurasi. Dan Alkitab berkata bahwa di depan mata
mereka, Yesus diubahkan. Yesus tampak persis seperti bagaimana Dia akan tampil
pada kedatanganNya yang kedua. Dengan kata lain, Yesus berusaha menyampaikan
kepada mereka, “Setelah penderitaan, datanglah kemuliaan sebagai akibat dari
apa yang akan Aku lakukan di Yerusalem. Aku akan dimuliakan kelak dan Aku akan
datang lagi, bukan sebagai hamba yang menderita melainkan sebagai Raja segala
raja dan Tuan segala tuan.” Dan Musa serta Elia muncul, berbicara kepada
Kristus di bukit itu, membesarkan hatiNya. Kemudian adegan ini berakhir, dan
Petrus tetap tidak paham. Petrus berkata, Petrus tahu mereka sedang dalam
perjalanan ke Yerusalem, tapi dia berkata, “Tuhan, baiklah kita tinggal di sini
saja…” hehehe, “…Kita jangan ke
Yerusalem. Bagusnya kita tinggal di sini. Mari kita bangun tiga tabernakel dan
tinggal di sini saja.” Tinggal di situ
merupakan suatu pencobaan.
You remember that towards the end of
the life of Christ during the last week of His life some Greeks came for an
interview to speak with Jesus. See, they wanted Jesus to go to Greece to speak
the beautiful things that He had spoken and to perform His marvelous signs. And
so they came to Jesus for an interview and they talked to Philip and Philip talked
to Andrew and when they said to Jesus, “The Greeks want to speak to You.” Yesus
said something that was very strange.
Let’s read about this in John
12:20-24 “Now
there were certain Greeks among those who came up to worship at the feast. 21Then
they came to Philip, who was from Bethsaida of Galilee, and asked him, saying,
‘Sir, we wish to see Jesus.’ 22 Philip came and told Andrew, and in
turn Andrew and Philip told Jesus…” Now notice the strange answer of
Jesus,
“…23 But Jesus answered them, saying, ‘The hour has come that
the Son of Man should be glorified…” In other words, “The hour for Me is
not to go to Greece, the hour is now to be glorified, to die, and to resurrect
and to be exalted.” Then He said this, “….24 Most assuredly, I say to you, unless a
grain of wheat falls into the ground and dies, it remains alone; but if it
dies, it produces much grain.’” What He is saying
is, “If I go to Greece now people will believe but they can’t be saved, because
in order to be saved there has to be a perfect life and a death for sin in
their place. And so they’ll hear My beautiful words and they will be healed by
My marvelous works, but they won’t be saved.” He said, “The only way in which
they can truly be saved is if a seed of wheat
or grain of wheat falls to into the earth…” that grain of wheat is
Jesus, “…and dies, it then germinates, it becomes a plant and it produces much
fruit.” Jesus said, “If I die and I am buried I will sprout to new life and
then there will be many people saved in the kingdom.” The Devil was trying to
distract Jesus from going to the cross to go to Greece to preach the gospel, he
was even using something positive to try and distract Jesus from the way of the
cross.
Kalian ingat
bahwa menjelang akhir hidup Kristus, pada minggu terakhir dari hidupNya,
beberapa orang Yunani datang untuk wawancara dengan Yesus. Lihat, mereka mau
minta Yesus ke Yunani untuk menyampaikan
semua kata-kata yang indah yang pernah diucapkanNya, dan melakukan tanda-tanda
mujizatNya. Maka mereka datang ke Yesus mau wawancara dan mereka bertemu dengan
Filipus dan Filipus berbicara dengan Andreas dan mereka berkata kepada Yesus,
“Orang-orang Yunani mau berbicara dengan Engkau.” Yesus memberikan jawaban yang
sangat aneh.
Mari kita baca
tentang ini di Yohanes 12:20-24 “Di antara mereka yang datang
untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. 21
Orang-orang itu datang kepada Filipus, yang
berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: ‘Tuan, kami ingin
bertemu dengan Yesus.’ 22 Filipus pergi dan memberitahu Andreas; lalu Andreas dan Filipus menyampaikannya kepada Yesus…”
Sekarang perhatikan jawaban Yesus yang aneh, “…23 Tetapi
Yesus menjawab mereka, kata-Nya: ‘Telah tiba saatnya bagi Anak Manusia untuk dimuliakan…” dengan kata lain, “Saatnya bagi-Ku
bukan untuk pergi ke Yunani, saatnya sekarang adalah untuk dimuliakan, untuk
mati, dan bangkit, dan ditinggikan.” Lalu Yesus berkata demikian, “…24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi
jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.’…” [NKJV yang diindonesiakan]. Apa yang dikatakan Yesus adalah, “Jika
Aku pergi ke Yunani, orang-orang akan percaya, tetapi mereka tidak akan selamat
karena supaya orang bisa diselamatkan, harus ada hidup yang tak bercela dan
kematian untuk dosa menggantikan mereka. Jadi, mereka akan mendengar
kata-kataKu yang indah-indah, dan mereka akan disembuhkan oleh pekerjaanKu yang
mengagumkan, tetapi mereka tidak akan selamat.” Yesus berkata, “Satu-satunya
cara yang bisa benar-benar menyelamatkan mereka adalah jika sebuah benih atau
gandum jatuh ke tanah…” benih gandum itu adalah Yesus, “…dan mati, kemudian
tumbuh, menjadi tanaman dan dia menghasilkan banyak buah.” Yesus berkata, “Jika Aku mati, dan
dikuburkan, Aku akan bertunas menjadi kehidupan baru lalu akan ada banyak
orang yang diselamatkan di dalam kerajaan.”
Iblis berusaha
mengalihkan perhatian Yesus dari pergi ke salib menjadi pergi ke Yunani untuk
mengabarkan injil. Dia menggunakan sesuatu yang positif untuk mencoba mengalihkan
perhatian Yesus dari jalan salib.
Even when Judas betrayed Jesus
Christ, you know some people think that Judas betrayed Christ because he wanted
Christ to be crucified. No, no, no, no, no, that’s not what the gospel say.
Judas betrayed Christ because he wanted to put Jesus between a rock in a hard
place. He wanted to pressure Jesus into retaliating against those who arrested
Him and to proclaim Himself king. He wanted to pressure Jesus into taking over
the kingdom.
You say, “How do we know that?”
Hey, if it was the intention of
Judas that Jesus be crucified, he wouldn’t have committed suicide when he saw
that Jesus was being crucified. He would say, “Hey, my plan worked perfectly!”
But what happened when he saw that Jesus did not escape and did not proclaim
Himself king, the Bible says that he went and threw the money ~ you see, money
meant nothing for this covetous man anymore
~ he threw the money there in front of the priest, and he said, “I have
betrayed innocent blood” and the Bible says he went and he committed suicide.
You see, once again the Devil was
using, in fact the Bible says that the Devil entered Judas ~ that’s what the
Bible says, and through Judas the Devil was trying to pressure Jesus in to
taking the throne in a different way than living a perfect life and dying for
sin.
Bahkan ketika
Yudas mengkhianati Yesus Kristus, kalian tahu, ada orang yang mengira Yudas
mengkhianati Kristus karena dia ingin Kristus disalibkan. Tidak, tidak, tidak,
tidak, tidak, itu bukan apa kata Alkitab. Yudas mengkhianati Kristus karena dia
mau memojokkan Yesus. Dia mau menekan Yesus supaya memberontak terhadap mereka
yang menangkapNya lalu memproklamirkan DiriNya raja. Dia mau menekan Yesus agar
mengambil alih kerajaan.
Kalian
berkata, “Dari mana kita tahu itu?”
Hei,
seandainya niat Yudas adalah supaya Yesus disalibkan, dia tidak akan bunuh diri
saat dia melihat Yesus akan disalibkan. Dia akan berkata, “Hei, rencanaku
berhasil sempurna!” Tetapi apa yang terjadi ketika dia melihat Yesus tidak
meloloskan Diri dan tidak memproklamirkan DiriNya raja? Alkitab berkata, Yudas
pergi dan melemparkan uangnya ~ kalian lihat, uang sudah menjadi tidak berarti
lagi bagi orang yang serakah ini ~ dia lemparkan uang itu di depan imam dan dia
berkata, “Aku telah mengkhianati orang yang tidak berdosa”, dan Alkitab berkata
dia lalu pergi dan membunuh dirinya.
Kalian lihat,
sekali lagi Iblis memakai ~ bahkan Alkitab berkata bahwa Iblis merasuki Yudas ~
itu kata Alkitab, dan melalui Yudas, Iblis berusaha menekan Yesus untuk
mengambil alih takhta dengan cara yang berbeda dari menjalani hidup yang tak
bercela dan mati bagi dosa.
The Devil used the fourth method,
and this was the most terrible method of all, the most trying for Jesus Christ.
Basically the
4th method was to discourage Jesus in such a way that He would pick
up and that He would leave where He was loved in heaven. Do you know
that Jesus at any point during His ministry could have chosen to go back to
heaven, and allow the human race to perish? And the Devil, especially at the
end of the life of Christ, tried to discourage Jesus in such a way that Jesus
would simply say, “It’s not worth staying here. I am going back to heaven where
I am loved.”
Let’s notice several verses in the
final days, in the final hours of the life of Christ.
Iblis memakai
cara keempat, dan ini adalah cara yang paling mengerikan, pencobaan yang paling
berat buat Yesus Kristus. Pada dasarnya, cara
yang ke-4 adalah dengan mematahkan semangat Yesus sedemikian rupa sehingga Dia
ingin berkemas dan meninggalkan tempat ini kembali ke Surga di mana Dia
dikasihi. Tahukah kalian bahwa pada tahap mana
pun dari pelayananNya Yesus bisa saja memilih untuk kembali ke Surga dan
membiarkan umat manusia binasa? Dan Iblis, terutama menjelang akhir hidup
Kristus, berusaha mematahkan semangat Yesus sedemikian rupa sehingga Yesus bisa
berkata, “Percuma tinggal di sini, Aku akan pulang ke Surga di mana Aku
dikasihi.”
Mari kita
perhatikan beberapa ayat pada hari-hari akhir, jam-jam akhir hidup Kristus.
Matthew 26:38, Jesus speaks to His
disciples when He goes to the garden of Gethsemane and He says, “My
soul is exceedingly sorrowful, even to death. Stay here and watch with
Me." Notice Jesus is filled with sorrow
as He goes to the garden of Gethsemane. And then in chapter 26:39, 42-44, Jesus
3 times begged the Father, that if it was possible that the cup might be taken
from Him. Notice Matthew 26:39, it says,
“He
went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, ‘O My Father,
if it is possible, let this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but
as You will.’…” verse 42, “…Again, a second time, He went away and
prayed, saying, ‘O My Father, if this cup cannot pass away from Me unless I
drink it, Your will be done.’…” and then verse 44 tells us,
“…44 So He left them, went away again, and prayed the third
time, saying the same words.”
Matius 26:38,
Yesus berbicara kepada murid-muridNya ketika dia pergi ke taman Getsemani dan
Dia berkata, “Hati-Ku sangat sedih, seperti
mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku…” Perhatikan Yesus dipenuhi rasa duka pada saat Dia masuk
ke taman Getsemani. Kemudian di pasal 26:39, 42-44, tiga kali Yesus meminta
kepada Bapa, sekiranya mungkin agar cawan itu boleh dibebaskan dariNya.
Perhatikan Matius 26:39 “…Maka Ia berjalan
sedikit lagi, lalu sujud dengan wajahNya
sampai ke tanah dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini lalu dari Aku, namun
demikian janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau
kehendaki.’…” ayat
42 “…Lalu
kedua kalinya Dia pergi dan berdoa,
kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin berlalu, kecuali Aku meminumnya,
jadilah kehendak-Mu!’…” lalu
ayat 44 mengatakan kepada kita, “…44 Maka Ia meninggalkan
mereka lalu pergi lagi dan berdoa untuk
ketiga kalinya, mengucapkan kata-kata yang sama.”
[NKJV yang diindonesisakan]
Let me ask you what was it that was
contained in
that cup that Jesus had to drink? Folks, it was the wrath of His Father,
that word “cup” that is used there, is the same word that is used in Revelation
16 where it speaks about the bowls of God’s wrath being poured out upon the
earth. The word “bowl” in Revelation 16 is the same word “cup” here. Jesus was
going to drink the wine of the wrath of God because He was bearing the sins of
the whole world upon Himself.
Who gave Him that cup? His Father
gave Him that cup.
Notice John 18:11, “So
Jesus said to Peter, ‘Put your sword into the sheath…” this is when he cut off the ear of the servant of the high
priest,
“…’Put your sword into the sheath. Shall I not drink the cup which My
Father has given Me?’…” why would the Father give Jesus the
cup of His wrath? It’s because Jesus was carrying upon Himself the sins of the
whole world. It’s the punishment for sin. He had lived a perfect life and the
Devil is saying to Jesus, “If You go through with this, You will never see Your
Father’s face ever again. You’d better leave while You can.”
Coba saya
tanya, apa yang terdapat di
dalam cawan yang harus diminum Yesus? Saudara-saudara, itu
adalah murka BapaNya. Kata “cawan” yang dipakai di sini adalah kata yang sama
yang dipakai di Wahyu pasal 16 di mana dibicarakan tentang cawan-cawan murka
Allah yang dicurahkan ke atas dunia. Kata “cawan” di Wahyu 16 adalah kata “cawan”
yang sama di sini. Yesus harus minum anggur
murka Allah karena Dia sedang memikul dosa-dosa seluruh dunia di
atas DiriNya sendiri.
Siapa yang
memberinya cawan itu? BapaNya yang memberiNya cawan itu.
Perhatikan
Yohanes 18:11 “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Masukkan
pedangmu itu ke dalam sarungnya…” ini adalah ketika Petrus memotong
telinga pelayan imam besar, “…Masukkan pedangmu
itu ke dalam sarungnya. Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan
Bapa kepada-Ku?’…” Mengapa
Bapak memberikan Yesus cawan murkaNya? Karena Yesus sedang memikul dosa-dosa
seluruh dunia di atas DiriNya sendiri. Itulah hukuman bagi dosa. Dia telah
menjalani hidup yang tak bercela, dan Iblis berkata kepada Yesus, “Jika Engkau
meneruskan proyek ini, Engkau tidak akan melihat wajah BapaMua lagi untuk
selama-lamanya. Sebaiknya Engkau pergi selagi masih bisa.”
In fact
Hebrews 5:7 describes the agony of Jesus in the garden of Gethsemane. The Devil
was torturing the heart of Jesus with his temptations according to Desire of Ages, telling Him, “Listen, leave
now while You can or else You are going to be lost and everyone else is going
to be lost.” And Jesus, you know, He wanted the encouragement of His disciples,
He says, “Pray, pray for Me.” And three times He finds them sleeping and the
Devil is saying to Jesus, “Oh, Your disciples sure love You a lot, don’t they? They are sleeping while
You are agonizing,” trying to discourage Christ.
It says
in Hebrews 5:7 speaking about the suffering of Jesus in Gethsemane, “who, in the days of His flesh, when
He had offered up prayers and supplications, with vehement cries and tears to
Him who was able to save Him from death, and was heard because of His godly
fear…” notice the expression: prayers, supplications, cries, and
tears He is raising up to His Father. In fact His agony was so great that instead of sweating sweat, the Bible
says that He sweated blood.
Ibrani 5:7 menggambarkan penderitaan Yesus di taman Getsemani. Menurut Desire of Ages, Iblis sedang menyiksa hati
Yesus dengan pencobaan-pencobaannya, dia berkata, “Dengarkan, tinggalkan
sekarang proyek ini selagi masih ada kesempatan, atau Engkau akan selamanya
hilang dan semua orang juga akan hilang.” Dan kalian tahu, Yesus, Dia
mendambakan dukungan murid-muridNya, Dia berkata, “Berdoalah, berdoalah untuk
Aku.” Dan tiga kali Yesus mendapati murid-muridNya tertidur, dan Iblis berkata
kepada Yesus, “O, murid-muridMu sungguh sangat mengasihiMu, bukan? Mereka tidur
sementara Engkau menderita.” Iblis berusaha membuat Kristus patah semangat.
Dikatakan di Ibrani 5:7 yang berbicara tentang penderitaan Kristus di
Getsemani, “Semasa hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan
permohonan dengan ratap tangis dan air mata
kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya
Ia telah didengarkan.”
Perhatikan kata-kata yang dipakai: doa, permohonan, tangisan, air mata,
yang dinaikkanNya kepada BapaNya. Bahkan penderitaanNya sedemikian hebat sampai
Alkitab berkata peluhNya bukan air melainkan darah.
Luke 22:44 says “And being in agony, He prayed more
earnestly. Then His sweat became like great drops of blood falling down to the
ground.”
Ellen White in Desire of Ages pg. 753 expresses the agony. And let me interject
before we read that statement, something very important. Jesus did not die from His wounds.
Do you know that Ellen White tells us that Jesus would have died in the garden
of Gethsemane before one finger was placed on Him if it hadn’t been for an
angel that was sent to strengthen Him. That’s before anything happened to Jesus
before one finger was placed on Him, she says, He fell dying to the ground and
an angel was sent to revive Him, so He would not die. Jesus did not die because
of His wounds, Jesus died because of the weight of sin of the whole world that He was
bearing upon Himself after living His perfect life. Ellen White says, “Satan with his fierce
temptations wrung the heart of Jesus. The Saviour could not see through the
portals of the tomb. Hope did not present to Him His coming forth from the
grave a conqueror, or tell Him of the Father's acceptance of the sacrifice. He
feared that sin was so offensive to God that Their separation was to be
eternal…” Imagine that. The Devil is saying, the separation is going
to be eternal. Then she says, “…Christ felt the anguish which the sinner
will feel when mercy shall no longer plead for the guilty race. It was the
sense of sin, bringing the Father's wrath upon Him as man's substitute, that
made the cup He drank so bitter, and broke the heart of the Son of God.”
Lukas 22:44
berkata, “Dan sementara sangat menderita Ia makin bersungguh-sungguh berdoa. Saat
itu, peluh-Nya seperti tetesan darah
yang besar, jatuh ke tanah.[NKJV yang diindonesiakan]
Ellen White di
Desire of Ages hal. 753 menggambarkan
penderitaan tersebut. Dan sebelum kita membaca pernyataan itu, saya mau
memotong dengan sesuatu yang sangat penting. Yesus tidak mati karena
luka-lukaNya. Tahukah kalian Ellen White mengatakan kepada kita bahwa Yesus
bisa mati di taman Getsemani sebelum Dia disentuh oleh satu jari pun,
seandainya bukan karena seorang malaikat dikirimkan untuk menguatkanNya. Itu
sebelum apa-apa terjadi pada Yesus, sebelum satu jari pun menyentuhNya. Ellen
White berkata, Yesus sekarat dan jatuh ke tanah, dan seorang malaikat dikirim
untuk menyadarkanNya agar Dia tidak mati. Yesus
tidak mati karena luka-lukaNya, Yesus mati karena beban dosa seluruh dunia yang
dipikulNya Sendiri setelah
menjalani hidupNya yang tanpa cela.
Ellen White
berkata, “Setan memeras hati Yesus
dengan pencobaan-pencobaannya yang berat. Sang Juruselamat tidak
bisa melihat melampaui
gerbang kubur. HarapanNya tidak membuatNya bisa melihat bahwa Dia akan keluar
dari kubur sebagai pemenang atau meyakinkanNya bahwa Allah Bapa akan menerima
kurbanNya. Yesus takut bahwa bagi Tuhan dosa itu sedemikian menjijikkan
sehingga perpisahan Mereka akan berlangsung selama-lamanya…” Bayangkan itu. Iblis berkata, perpisahan
itu untuk selama-lamanya. Lalu Ellen White berkata, “…Kristus
mengalami rasa tersiksa yang sama yang dirasakan orang berdosa ketika kasih
karunia sudah tidak lagi memohonkan pengampuan bagi bangsa yang berdosa.
Perasaan berdosa yang sama, yang mendatangkan murka Bapa ke atasNya sebagai
pengganti manusia, itulah yang menjadikan cawan yang harus diminumNya
sedemikian getir, dan meremukkan hati Putra Allah.”
And do you know something, folks?
Jesus said to His disciples, He said to Peter after he cut off the ear, He
said, “Put away that sword. Don’t you know that if I wanted to I could call right now 12 legions of the
angels and they would deliver Me?” In other words Jesus is saying, “I could
leave right now if I wanted to. I don’t have to go through with this.”
Imagine the Devil says to Jesus,
“Hah, Your disciples really care for You, don’t they? One of them betrayed You,
the other one denied You, and all of the rest of them scampered away. And they
slept when You asked them to pray for You. Hey, not even Your disciples are going to be saved much less the human race,
pick up and leave while You can.”
Dan tahukah
kalian, Saudara-saudara, Yesus berkata kepada murid-muridNya, Dia berkata
kepada Petrus setelah Petrus memotong telinga pelayan imam, Yesus berkata,
“Singkirkan pedang itu. Tidakkah kamu tahu, seandainya Aku mau, sekarang juga
Aku bisa memanggil 12 legiun malaikat dan mereka akan menyelamatkan Aku?”
Dengan kata lain, Yesus berkata, “Andai Aku mau, Aku bisa pergi sekarang juga.
Aku tidak harus menjalani ini.”
Bayangkan
Iblis berkata kepada Yesus, “Hah, murid-muridMu sungguh perduli padaMu, bukan?
Yang satu mengkhianatiMu, yang satu mengingkariMu, dan sisanya yang lain
semuanya melarikan diri. Dan mereka tidur sementara Engkau minta mereka berdoa
untukMu. Hei, bahkan murid-muridMu saja tidak akan selamat, apalagi bangsa
manusia. Berkemaslah dan pergilah selagi masih bisa.”
The Bible tells us that Jesus was
beaten and He was punched. They spit in His face. The purpose of the Devil is
either to get Jesus to leave, and to go where He is appreciated, or else for
Jesus to retaliate and in this way sin and ruin the plan of salvation.
We are told in Mark 14:65 “Then some began to spit on Him, and
to blindfold Him, and to beat Him, and to say to Him, ‘Prophesy!’ And the
officers struck Him with the palms of their hands.”
In Mark 15:16-20 we find how Jesus
was treated. The Devil is causing this because he wants Jesus either to
retaliate of he wants Jesus to leave.
It says there in Mark 15:16 “Then the soldiers led Him away into
the hall called Praetorium, and they called together the whole garrison. 17 And they clothed Him with purple; and
they twisted a crown of thorns, put it on His head, 18 and began to salute Him, ‘Hail, King of the
Jews!’ 19 Then they struck Him on the head with a reed and spat on
Him; and bowing the knee, they worshiped Him. 20 And when they had
mocked Him, they took the purple off Him, put His own clothes on Him, and led
Him out to crucify Him.”
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Yesus dipukuli dan ditonjok. Mereka
meludahi wajahNya. Tujuan Iblis adalah untuk memaksa Yesus meninggalkan tempat
itu dan pergi ke mana Dia disayangi, atau agar Yesus melawan dan dengan
demikian menggagalkan rencana keselamatan.
Kita diberitahu di Markus 14:65 “Lalu mulailah beberapa orang
meludahi Dia dan menutup mata-Nya dan memukul-Nya sambil berkata kepada-Nya: ‘Bernubuatlah!’ Para pengawal pun memukul Dia dengan telapak tangan mereka.”
Di Markus 15:16-20 kita melihat bagaimana Yesus diperlakukan. Iblis yang
menyebabkan itu karena dia mau membuat Yesus melawan atau meninggalkan tempat
itu.
Dikatakan di Markus 15:16 “Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke aula yang disebut Praetorium (tempat tinggal gubernur), dan seluruh pasukan dipanggil untuk berkumpul.
17 Dan mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, dan menganyam sebuah mahkota duri dan
menaruhnya di atas kepala-Nya. 18 Kemudian mereka mulai memberi
hormat kepada-Nya: ‘Salam, hai raja orang Yahudi!’ 19 Lalu mereka
memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan dengan melipat lutut mereka
menyembah-Nya. 20 Sesudah mengolok-olok Dia mereka menanggalkan
jubah ungu itu dari-Nya dan mengenakan pakaian-Nya sendiri kepada-Nya dan menggiringNya ke
luar untuk menyalibkan Dia.” [NKJV yang
diindonesiakan].
Do you know that even while Jesus
hung on the cross, the Devil tried to entice Him to come down from the cross?
There were individuals gathered at the foot of the cross that actually said to
Jesus, “If You are really the Son of God, come down and prove it!” They were
breathing the words of the Devil.
Notice Matthew 27:41-43 “Likewise the chief priests also,
mocking with the scribes and elders, said, 42 ‘He saved others;
Himself He cannot save. If He is the King of Israel, let Him now come down from
the cross, and we will believe Him. 43 He trusted in God; let Him
deliver Him now if He will have Him; for He said, 'I am the Son of God.'…
"
Tahukah kalian
bahwa bahkan selagi Yesus tergantung di salib, Iblis masih mencoba membujukNya
untuk turun dari salib? Ada orang-orang yang berkumpul di kaki salib yang benar-benar
berkata kepada Yesus, “Jika Kamu sungguh Putra Allah, turunlah dan buktikan!”
Mereka sedang menyuarakan kata-kata Iblis.
Perhatikan
Matius 27:41-43 “Demikian juga imam-imam
kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olok Dia dan berkata:
42 ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia
selamatkan! Andai Ia Raja Israel biarlah Ia turun dari salib itu dan kami akan
percaya pada-Nya. 43 Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: biarlah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah
berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.’" [NKJV yang diindonesiakan].
But Jesus would not be
discouraged. He was going to go to the
tomb even if it meant eternal separation from His Father, that’s how much Jesus
loves us.
In John 8:29, Jesus explained that
His Father was always with Him. In fact it says there, Jesus is speaking, “And
He who sent Me is with Me. The Father has not left Me alone, for I always do
those things that please Him." So Jesus says, “The Father is always with Me. He has never left
Me alone.”
But listen carefully, Matthew 27:46
tells us that when Jesus hung on the cross He could not feel the presence of
His Father. In fact He cries out, “My God, My God, why have You forsaken Me?
Why hast Thou forsaken Me? You walked with Me all during My life, but now I
don’t feel Your presence, why have You forsaken Me?”
Tetapi Yesus
tidak mau dipatahkan semangatNya. Dia bertekad pergi ke kubur walaupun andai
itu berarti perpisahan abadi dengan BapaNya, sebesar itulah kasihNya pada kita.
Di Yohanes
8:29, Yesus menjelaskan bahwa BapaNya selalu bersamaNya, bahkan dikatakan di sana, Yesus
berkata, “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai
Aku. Bapa tidak membiarkan Aku sendiri,
sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Jadi Yesus berkata, “Bapa selalu
beserta Aku. Dia tidak pernah meninggalkan Aku sendiri.”
Tetapi
dengarkan baik-baik, Matius 27:46 mengatakan kepada kita bahwa ketika Yesus
tergantung di salib, Dia tidak bisa merasakan kehadiran BapaNya. Bahkan Dia
sampai berseru, “TuhanKu, TuhanKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mengapa
Engkau menelantarkan Aku? Engkau mendampingi Aku
selama hidupKu, tetapi sekarang Aku tidak merasakan kehadiranMu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?”
And then Jesus says on the cross, “It is finished.” And as we’ll
notice in our next lecture in this series, Jesus was actually speaking those
words to His Father. Jesus was saying, “I have lived the perfect life that the
Law requires, and now I am bearing the sins of the world. Salvation is
finished. There is a perfect life and there is a death for sin, available to
every repentant human being who comes confessing his sins and trusting in Me.
It is finished.”
John 19:30 says, “So
when Jesus had received the sour wine, He said, ‘It is finished!’ And bowing
His head, He gave up His spirit.”
But you know what? Luke tells us
that Jesus said one last thing, after He said “It is finished” this is found in
Luke 23:46. Now, listen, folks, Jesus felt forsaken by His Father, we just read
it, He said, “My God, My God, why have You forsaken Me?” He could not see beyond
the portals of the tomb, He feared that sin was so offensive to God that the
separation would be eternal. And yet Jesus, the last words that He pronounces
on the cross, are found in Luke 23:46 where we are told, “And
when Jesus had cried out with a loud voice, He said, ‘Father, into Your hands I
commit My spirit.' Having said
this, He breathed His last.”
Do you know what Jesus was saying?
Jesus was saying, “Father, You promised that if I was faithful, that if I lived
a perfect life, and that if I offered My life as a ransom for sin, that You
would preserve My spirit, and that You would resurrect Me from the dead.
Father, into Your hands I am commanding My spirit. Because You have promised on
the third day You are giving My spirit back, You are going to resurrect Me and
I will be alive again. Father, into Your hands I command My spirit.”
So Jesus, did not die a dejected and
pessimistic life, Jesus feels separated from His Father, but He says, “Father,
I claim Your promise that You will return to Me, My spirit. You will preserve
My spirit and You will return to Me My self identity, You will make Me who I
was in life on the third day, when I resurrect from the dead.”
Kemudian di
salib Yesus berkata, “Sudah selesai.” Dan yang nanti akan kita simak dalam
pelajaran kita berikutnya tentang seri ini, Yesus sebenarnya mengucapkan
kata-kata tersebut kepada BapaNya. Yesus berkata, “Aku telah menjalani hidup
yang tanpa cela yang dituntut oleh Hukum, dan sekarang Aku sedang memikul
dosa-dosa dunia. Prosedur penyelamatan sudah selesai. Sudah ada hidup yang
tidak bercela dan sudah ada kematian untuk dosa, tersedia bagi setiap manusia
yang bertobat, yang datang mengakui dosa-dosanya dan mempercayai Aku. Sudah
selesai.”
Yohanes
19:30 berkata, “Sesudah Yesus mendapat tawaran anggur
asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai!" Lalu Ia menundukkan
kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” [NKJV yang diindonesiakan]
Tetapi tahukah
kalian, Lukas memberitahukan kita Yesus mengatakan satu hal yang terakhir
setelah Dia berkata “Sudah selesai”, ini ada di Lukas 23:46. Nah, dengarkan,
Saudara-saudara, Yesus merasa ditinggalkan oleh BapaNya, kita baru saja membaca
tentang hal itu, Yesus berkata, “TuhanKu, TuhanKu mengapa Engkau meninggalkan
Aku”, Yesus tidak bisa melihat di balik gerbang kubur, Dia khawatir dosa itu
begitu menjijikkan bagi Tuhan sehing\ga perpisahan itu abadi. Namun begitu,
kata-kata terakhir yang diucapkan Yesus di atas salib, yang ada di Lukas 23:46,
di mana kita mendapat tahu, “Lalu Yesus
berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan roh-Ku.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menarik
napasNya yang terakhir.” [NKJV yang diindonesiakan].
Tahukah kalian
apa yang dikatakan Yesus? Yesus berkata, “Bapa, Engkau telah berjanji jika Aku
setia, jika Aku menjalani hidup yang tidak bercela, dan jika Aku
mempersembahkan hidupKu sebagai tebusan dosa, maka Engkau akan memelihara
rohKu, dan Engkau akan membangkitkan Aku dari orang-orang mati. Bapa, ke dalam
tanganMu Aku serahkan rohKu. Karena Engkau telah berjanji pada hari ketiga
Engkau akan mengembalikan rohKu, Engkau akan membangkitkan Aku dan Aku akan
hidup lagi. Bapa, ke dalam tanganMu Aku serahkan rohKu.”
Jadi Yesus tidak
mati kecewa dan pesimis, Yesus merasa terpisah dari BapaNya, tetapi Dia
berkata, “Bapa, Aku klaim janjiMu bahwa Engkau akan mengembalikan rohKu
kepadaKu. Engkau akan memelihara rohKu dan Engkau akan mengembalikan kepadaKu
identitas diriKu, pada hari ketiga Engkau akan menjadikan Aku sebagaimana Aku
pernah hidup, pada waktu Aku bangkit dari orang mati.”
Jesus died on what is known as Good
Friday. He rested in the tomb on the Sabbath, and very early on the first day
of the week, two angels descended from heaven. One of them removed the stone.
Hah! You know the Devil was trying to keep Jesus in the tomb. Kind of makes me
snicker. The Devil thought that he could keep the Prince of Life in the tomb
with a little stone in front of the entrance of the tomb? With the Roman guard?
With his demons there present in front of the tomb? He actually thought that he
could keep Jesus in the tomb? And so when one of the angels removed the stone
and sits upon it, and the other angel stood in front of the tomb, and with a
commanding voice he said, “O, Thou Son of God, Thy Father calls Thee.” Remember
He had said, “Father, into Your hands I command My spirit.” Immediately out
through the entrance of the tomb came Jesus Christ. He had removed the
wrappings and He had folded them neatly, see? He was a neat individual. This
teaches us that we should make our beds, kids, in the morning. It teaches us
many important lessons that we need to be orderly, see? He didn’t say, “Oh, I
am going to resurrect” you know and throw everything aside. No, He folded
everything perfectly. And when He came out of the tomb He said in a commanding
voice, “I am the resurrection and the life!” The Roman soldiers fell like they
were dead, the demons scattered, the earth shook, because the Messiah had come
forth from the grave. Now He had a perfect life and He had a death for sin that
He could offer to every sinner that comes to Him, repentant, confessing sins
and trusting in Jesus Christ as Savior and as Lord.
Yesus mati
pada hari yang kita kenal sebagai Jumat Agung. Dia
beristirahat di dalam kubur pada hari Sabat, dan pagi sekali pada hari pertama
minggu itu, dua malaikat turun dari Surga. Salah satu dari mereka menggulingkan
batu. Hah! Kalian tahu, Iblis berusaha menahan Yesus di dalam kubur. Ini membuat
saya ingin mencibir. Iblis menyangka dia bisa menahan Pangeran Hidup di dalam
kubur dengan sebuah batu di depan lubang masuknya? Dengan tentara penjaga Roma?
Dengan roh-roh jahat yang hadir di depan kubur? Iblis sungguh-sungguh menyangka
dia bisa menahan Yesus di dalam kubur? Maka ketika salah satu malaikat itu
menggulingkan batu dan duduk di atasnya, dan malaikat yang satu lagi berdiri di
depan kubur dan dengan suara yang berwibawa berkata, “O, Engkau Putra Allah,
BapaMu menganggilMu.” Ingat, Yesus pernah berkata, “Bapa, ke dalam tanganMu Aku
serahkan rohKu.” Segera setelah itu keluarlah Yesus Kristus dari lubang kubur.
Dia telah membuka kain kafanNya dan Dia melipatnya dengan rapi. Lihat, Dia
adalah pribadi yang rapi. Anak-anak, ini mengajar kita bahwa kita harus
merapikan tempat tidur kita di pagi hari. Ini mengajarkan banyak pelajaran
penting kepada kita bahwa kita harus teratur, lihat? Yesus tidak berkata, “Oh,
Aku akan bangkit” lalu Dia melemparkan segalanya begitu saja.
Tidak, Yesus melipat semuanya dengan sempurna. Dan ketika Dia keluar dari
kubur, Dia berkata dengan suara yang berwibawa, “Akulah kebangkitan dan hidup!”
Tentara-tentara Roma jatuh seakan mati, roh-roh jahat lari sipat kuping, bumi
berguncang, karena Mesias telah keluar dari kubur. Sekarang Dia punya hidup
yang tidak bercela dan Dia punya kematian untuk dosa yang bisa diberikanNya
kepada setiap orang berdosa yang datang kepadaNya, bertobat, mengakui
dosa-dosanya dan mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan sebagai
Tuhan.
But Jesus did not resurrect by
Himself. Our final point is that there was a group of individuals that resurrected
with Him.
Notice Matthew 27:51-53 “Then,
behold, the veil of the temple was torn in two from top to bottom; and the
earth quaked, and the rocks were split, 52
and the graves were opened; and many bodies of the saints who had fallen
asleep were raised…” and now notice, “…53 and coming out of the graves
after His resurrection, they went into the holy city and appeared to many.”
There was a multitude of individuals that were resurrected with
Christ, and the purpose was twofold:
1. For 40 days to go into the city and prove that Jesus had
resurrected from the dead,
2. And secondly when Jesus went to heaven 40 days after His
resurrection, Jesus took these people who resurrected with Him as a sample to
heaven, of all of those that will come forth from the grave when Jesus comes
for the second time in power and glory. In other words, by taking that small
group to heaven Jesus is saying to the Devil, “I am only taking the sample now,
but when I return again I am going to take all of the rest of them with Me as
well.”
Now some people have reached the conclusion that this group that
resurrected with Christ were the 24 elders of Revelation 4 and 5. But the
question is, as we conclude this presentation,
are
those who resurrected with Jesus really the 24 elders? Or are the 24
elders a different group who play a very important role in the plan of
salvation? Don’t miss the next exciting episode when we will study this
subject.
Tetapi Yesus tidak bangkit sendirian. Poin kita yang terakhir adalah, ada sekelompok orang yang bangkit
bersama-sama dengan Yesus.
Perhatikan Matius 27:51-53, “Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan
bukit-bukit batu terbelah, 52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak
orang kudus yang telah tidur, dibangkitkan…” dan sekarang perhatikan, “…53 Dan sesudah
kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan
menampakkan diri kepada banyak orang.”
Ada
serombongan orang yang bangkit bersama Kristus, dan tujuannya ada dua:
1.
Selama 40 hari mereka masuk ke kota dan membuktikan
bahwa Yesus telah bangkit dari yang mati,
2.
Yang kedua, ketika Yesus naik ke Surga 40 hari
kemudian setelah kebangkitanNya, Yesus membawa orang-orang ini yang bangkit
bersamaNya ke Surga, sebagai contoh semua yang bakal keluar dari kuburnya
ketika Yesus datang kedua kalinya dalam kuasa dan kemuliaan. Dengan kata lain,
dengan membawa kelompok kecil ini ke Surga, Yesus berkata kepada Iblis,
“Sekarang Aku hanya membawa contohnya, tetapi kelak bila Aku kembali, Aku akan
membawa mereka semuanya bersamaKu juga.”
Nah, ada orang yang mengambil kesimpulan bahwa kelompok ini yang bangkit
bersama Kristus adalah ke-24 ketua di Wahyu pasal 4 dan 5. Tetapi pertanyaannya
adalah, sementara kita mengakhir presentasi ini, apakah mereka yang bangkit bersama Kristus benar-benar
ke-24 ketua? Atau ke-24 itu kelompok yang lain yang memainkan
peranan yang sangat penting dalam rencana keselamatan?
Jangan melewatkan episode berikutnya yang sangat menarik ketika kita
akan mempelajari topik ini.
17 12 15
No comments:
Post a Comment