THE TEN
COMMANDMENTS WEEKEND
Part 3/11 -
Stephen Bohr
THE THIRD
COMMANDMENT
Dibuka
dengan doa.
Good
evening.
It’s
good to see so many of you out here in Sacramento this evening and it’s also
nice to know that there are people from all over the world watching this
special celebration of the Ten Commandments. And the assignment that I have
been given, which is really exciting to me is to speak on the 3rd
commandment of God’s holy law written with His own finger.
So
I invite you to open your Bibles with me to the book of Exodus 20:7. It says
there, “Thou shalt not take the
name of the LORD thy God in vain; for the LORD will not hold him guiltless that
taketh his name in vain.
Now,
in our study I would like to deal with three specific issues concerning this
commandment.
1. I would like us to speak about the meaning of this commandment.
2.
secondly we want to deal
with the breadth of this commandment.
3. And I want to dedicate most of the time to speaking about the
end time implications, the prophetic implications of this third commandment.
Selamat
malam.
Saya
senang melihat begitu banyak dari kalian datang malam ini ke Sacramento, dan
juga menyenangkan mengetahui di seluruh dunia ada yang menyaksikan perayaan
istimewa 10 Perintah Tuhan ini. Dan tugas yang diberikan saya, yang membuat
saya sangat bersemangat, adalah berbicara tentang perintah ketiga dari hukum
Tuhan yang kudus, yang ditulisNya dengan jariNya sendiri.
Maka
saya mengundang kalian membuka Alkitab bersama saya ke kitab Keluaran 20:7.
Dikatakan di sana, “Jangan menyebut nama TUHAN,
Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN tidak akan
menganggap orang yang menyebut nama-Nya
dengan sembarangan, tidak bersalah.” [NKJV yang diindonesiakan].
Nah,
dalam pelajaran kita, saya ingin membahas tiga isu khusus mengenai perintah
ini.
1.
saya
ingin kita membahas makna dari perintah ini.
2.
kedua
kita akan membahas jangkauan perintah ini.
3.
saya
ingin mengkhususkan sebagian besar dari waktu ini untuk berbicara tentang
implikasi akhir zaman, implikasi nubuatan perintah yang ketiga ini.
Let’s
talk first of all about “the name”. You notice it says here “Thou shalt not take the name of the LORD thy God in vain…” Now, God’s name is really a revelation of His character. His name is
an indication of who He is. And so, along with His name, goes also His
reputation because the name is a reflection of who He is, of His character. I
would like to read some verses where we find this clearly revealed.
Exodus
33:19 says this, “Then
He said, ‘I will make all My goodness pass before you, and I will proclaim the
name of the LORD before you. I will be gracious to whom I will be gracious, and
I will have compassion on whom I will have compassion.’"
So
you notice here God says that He is going to proclaim His name, but what He
proclaims is His goodness, and the fact that He has compassion and He is
gracious. In other words the proclamation of His name is the proclamation of
His character. And so His name is a very serious thing because His name
is a reflection of who He is.
Pertama-tama
marilah kita berbicara tentang “nama” itu. Kalian perhatikan, dikatakan di
sini, “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan…” Sekarang, nama Tuhan sesungguhnya adalah ungkapan karakterNya.
NamaNya adalah suatu indikasi siapa Dia itu. Maka, bersama dengan namaNya, juga
ada reputasiNya karena nama itu merupakan refleksi siapakah Dia, refleksi dari
karakterNya. Saya ingin membacakan beberapa ayat di mana kita lihat itu
dinyatakan dengan jelas.
Keluaran
33:19 berkata demikian, “Tetapi firman-Nya: ‘Aku akan
membuat semua kebaikanKu lewat di depanmu dan Aku akan mengumandangkan nama
TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih
karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.’” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi
kalian lihat di sini, Tuhan berkata bahwa Dia akan mengumumkan namaNya, tetapi
apa yang diumumkanNya adalah kebaikanNya, dan faktanya bahwa Dia mengasihani
dan penuh kasih karunia. Dengan kata lain, mengumumkan namaNya adalah
mengumumkan karakterNya. Maka namaNya
adalah sesuatu yang sangat serius karena namaNya merefleksikan siapa Dia.
Now,
the name of God according to Scripture is awesome.
Notice
Psalm 99:3, here God invites His people by saying “Let them praise Your great and awesome name --- He is holy.”
Also
Psalm 111:9, we are told, “He has sent redemption to His people;
He has commanded His covenant forever: Holy and reverend is His name.”
[KJV]
Notice
that God’s name is holy, God’s name is reverend, God’s name is an indication of
His character, who He is. Therefore we must be very careful about the way in
which we use His name.
Nah,
menurut Firman Tuhan, nama Tuhan itu sangat mengagumkan.
Perhatikan
Mazmur 99:3, di sini Tuhan mengundang umatNya dengan berkata, “Biarlah mereka memuji nama-Mu
yang besar dan mengagumkan: Kuduslah Ia.” [NKJV yang diindonesiakan]
Juga
di Mazmur111:9 kita mendapat tahu, “Dia telah mengirimkan penebusan
kepada umat-Nya, Dia menegakkan perjanjian-Nya
selamanya; kudus dan mengagumkan itulah namaNya.” [KJV yang diindonesiakan]
Perhatikan
bahwa nama Tuhan itu kudus, nama Tuhan itu mengagumkan. Nama Tuhan merupakan
indikasi karakterNya, siapakah Dia. Itulah sebabnya kita harus sangat
berhati-hati dengan cara kita memakai namaNya.
So
you notice that in this commandment it speaks about the name of God and then it
tells us that we are supposed to be careful about taking that Name in vain.
Now,
the question is what is the word “taking” mean? “To take His Name”. Well, you
know when a child is born, the child takes on the family name. I have two
children, both of them are Bohrs, Jennifer and Steve. In other words when they
were born they took on the family name. And so it is when we receive Jesus as
our Lord and Savior, we take on the name Christian. In other words we identify
with the bearer of the name. And of course the Bearer of the name wants us to
reflect the meaning of that name in our life.
Jadi
kita lihat bahwa perintah ini berbicara tentang nama Tuhan, kemudian kita
diberitahu bahwa kita harus berhati-hati jangan memakai Nama tersebut dengan
sembarangan.
Sekarang,
pertanyaannya adalah, apa makna kata “memakai”? “Memakai namaNya”. Nah, kita tahu
saat seorang anak dilahirkan, anak itu memakai nama keluarganya. Saya punya dua
anak, kedua-duanya adalah Bohr, Jennifer dan Steve. Dengan kata lain, ketika
mereka lahir, mereka memakai nama keluarga. Begitu juga pada waktu kita
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita memakai nama Kristen.
Dengan kata lain, kita mengidentifikasi diri kita dengan pemilik nama tersebut.
Tentu saja pemilik nama itu ingin kita merefleksikan makna nama tersebut dalam
hidup kita.
Now,
when I speak in the name of the Lord, I am actually speaking for Him because I
am bearing His name. So if I say that I am a Christian, or I am a
follower of God, the honor of God is at stake because when I take His name, I
represent Him. I speak for Him in other words. I am sure you’ve heard
the expression “he disgraced the family name” or the expression that individual
“ruined my good name”. In other words when we take the name of God, we are
supposed to make sure that in our lives, we reflect what that name means, what
that name represents. To take that name
and to live like the devil would actually make God look bad. It would actually
be a reflection, so to speak, on God’s character.
Nah,
bila saya berbicara atas nama Tuhan, sesungguhnya saya berbicara untuk Dia
karena saya sedang memakai namaNya. Maka jika
saya berkata saya seorang Kristen atau seorang pengikut Tuhan, kehormatan Tuhan
sedang dipertaruhkan karena saya memakai namaNya, saya mewakiliNya,
dengan kata lain saya berbicara untukNya. Pasti kalian pernah mendengar
ungkapan “dia telah memalukan nama keluarga” atau ungkapan seseorang “telah
merusak nama baik saya.” Dengan kata lain pada waktu kita memakai nama Tuhan, kita diwajibkan memastikan bahwa
hidup kita mencerminkan makna nama itu, apa yang diwakili oleh nama itu. Jika
kita memakai nama tersebut tetapi hidup seperti setan malah akan menjelekkan
Tuhan. Itu merupakan cermin, katakanlah, dari karakter Tuhan.
And
so we find in this commandment that we are supposed to be very careful about
taking the name of the Lord, God. Taking it how? In vain.
Now
what does that word “vain” mean?
I
looked for every reference in the Old Testament that uses this Hebrew word and
basically what the word means is using the name in a meaningless fashion, in an empty
fashion.
For
example it is used in Psalm 60:11 where we are told that “…vain is the help of man.”
In other words the help of man is useless. The word “vain” means
useless.
It’s
used in Isaiah 1:13 where we are told that Israel was bringing “vain sacrifices” in other words
sacrifices that had no meaning, they were meaningless, they were useless. And
probably this is the reason why the NIV translates this commandment by saying,
“You shall not misuse God’s name.” It means to use God’s name carelessly, to
use His name without thinking, it means using His name uselessly.
Now
this commandment is very broad then.
Maka
di dalam perintah ini kita lihat bahwa kita diwajibkan bersikap sangat
hati-hati dalam memakai nama Tuhan, Allah. Memakainya secara apa? Secara
sembarangan.
Nah,
apa maksud kata “sembarangan”?
Saya
mencari setiap referensi di dalam Perjanjian Lama yang memakai kata Ibrani ini
dan pada dasarnya apa yang
dimaksud oleh kata tersebut adalah memakai nama itu tanpa memberinya arti,
memakainya dengan sia-sia.
Misalnya
kata itu dipakai di Mazmur 60:11 di mana kita mendapat tahu bahwa “…sia-sia pertolongan dari
manusia…” Dengan kata lain, pertolongan manusia
tidak ada gunanya. Kata “sia-sia” berarti tidak ada gunanya.
Kata
itu juga dipakai di Yesaya 1:13 di mana kita mendapat tahu bahwa Israel membawa
“kurban-kurban
yang tidak bermakna” dengan
kata lain korban-korban yang tidak berarti, kurban-kurban yang sia-sia, yang
tidak berguna.
Dan
kira-kira itulah sebabnya mengapa NIV menerjemahkan perintah ini demikian, “Jangan
kamu menyalahgunakan
nama Tuhan.” Artinya memakai nama Tuhan sembarangan, memakai namaNya tanpa
berpikir, artinya memakai namaNya dengan sia-sia.
Kalau
begitu perintah ini sangat luas.
Allow
me to share with you some individual implications of this commandment before we speak about the end time prophetic
dimensions of this commandment.
· This commandment forbids people from using profanity, God’s name
in profanity.
· It forbids using God’s name in common ordinary conversation.
· It forbids using God’s name in hymns when we are not really
thinking about what we are singing.
· It includes uttering prayers, repetitious prayers where we are
using God’s name but we are not really thinking about what we are saying in our
prayers.
· It includes claiming the name of God and in our lives denying
His character.
· It includes swearing in God’s name, saying it in court and then
lying, that’s a reflection on God because we are using His name to indicate
that we are telling the truth.
· It includes using slang words such as ~ and I mention them even
though if we shouldn’t ~ such as “Gee”, “Gosh”, “my God”, “Golly”. We all
get caught up in using slang words which are really slang words which refer to
the name of God. This commandment also involves making a vow in God’s name and
not living up to our vow.
· It also involves blaspheming God’s name,
· and by the way it also includes the fact that no one in earth is
to be called “reverend” because in Scripture it is God’s name, which is “Holy
and Reverend”.
So
this commandment is very broad, it includes many aspects of our lives and you
know if we take a look at the list that I’ve mentioned, of violations of this
commandment, I’m sure that all of us at one point or another have been
transgressors of this commandment. It is very, very broad.
Izinkan
saya membagikan kepada kalian beberapa implikasi individual dari perintah ini
sebelum kita membahas dimensi nubuatan akhir zamannya.
· Perintah ini melarang orang memakai
kata-kata umpatan, nama Tuhan sebagai umpatan.
· Perintah ini melarang pemakaian nama
Tuhan dalam pembicaraan sehari-hari yang umum.
· Perintah ini melarang pemakaian nama
Tuhan dalam hymne (lagu-lagu pujian) pada waktu pikiran kita tidak ada pada apa
yang sedang kita nyanyikan.
· Termasuk mengucapkan doa-doa, doa yang
diulang-ulang di mana kita memakai nama Tuhan tetapi sebenarnya kita tidak
memikirkan apa yang kita katakan dalam doa-doa kita.
· Termasuk mengklaim nama Tuhan namun
dalam hidup kita, kita menolak karakterNya.
· Termasuk bersumpah dengan nama Tuhan,
mengucapkannya di pengadilan lalu berbohong, itu menyangkut Tuhan karena
seharusnya kita memakai nama Tuhan sebagai pertanda bahwa kita mengatakan yang
sebenarnya.
· Termasuk memakai kata-kata kiasan
seperti ~ dan saya menyebutnya di sini walaupun sesungguhnya itu tidak boleh ~
seperti “Gee” (lafal
huruf G untuk God), “Gosh”, “my God”,
“Golly” [semuanya berarti “astaga”]. Kita semua terjebak memakai
kata-kata kiasan ini yang sebenarnya adalah kata-kata kiasan yang mengacu kepada
nama Tuhan.
· Perintah ini juga mengenai membuat
sumpah dalam nama Tuhan dan mengingkari sumpah itu.
· Juga termasuk menghujat nama Tuhan,
· dan juga termasuk bahwa sebenarnya di
dunia tidak ada manusia yang boleh disebut “Reverend” [=Yang dihormati. Biasanya
gereja-gereja Protestan menyebut pendeta mereka Reverend = Rev.] karena di
Alkitab itu adalah nama Tuhan yaitu “kudus dan terhormat.”
Jadi
perintah ini sangat luas, termasuk banyak aspek dalam hidup kita. Dan jika kita
melihat daftar yang saya sebutkan tentang pelanggaran-pelanggaran perintah ini,
saya yakin kita semua pernah suatu waktu melanggar perintah ini. Perintah ini
amat sangat luas.
So
this commandment is telling us be careful about the way in which you use God’s
name. Don’t use it meaninglessly. Don’t use it in an empty fashion. Make sure
you think of what you are doing, respect His name, for His name is Reverend,
His name is Holy.
Jadi
perintah ini menyuruh kita berhati-hati dengan cara kita memakai nama Tuhan.
Jangan memakainya tanpa makna. Jangan memakainya dengan sia-sia. Pastikan kita
berpikir apa yang kita lakukan, hormati namaNya, karena namaNya Terhormat,
namaNya Kudus.
Now,
I would like to dedicate most of my time this evening to speak about the
prophetic implications of the third commandment.
Now,
we’ve all noticed in the book of Revelation that the end time crises in this
world is going to involve primarily the first 4 commandments of the Law of God,
what is known as the first table of the Law.
For
example, we know that the Beast of Revelation 13 is going to demand worship.
This is a violation of the first
commandment, which says that we are only to worship whom? God.
The
second commandment is involved. Because there is an image of the Beast and the
beast commands everyone to worship the image, the Bible says that we are not
supposed to bow down before images, graven images.
We
all know that it involves the 4th commandment, primarily the 4th
commandment. That’s why the first angel’s message tells us that we are supposed
to honor the Creator of the heavens, the earth, the seas and the fountains of
waters. That’s why the commandment tells us beware of worshiping the Beast and
its image.
Sekarang,
saya mau mendedikasikan sebagian besar waktu saya malam ini untuk berbicara mengenai implikasi
nubuatan perintah yang ketiga ini.
Nah,
kita semua telah melihat di kitab Wahyu bahwa krisis akhir zaman di dunia
terutama menyangkut ke-4 perintah yang pertama dari Hukum Tuhan, yang kita
kenal sebagai loh/tablet Hukum yang pertama.
Misalnya,
kita tahu bahwa Binatang Wahyu 13 akan menuntut untuk disembah. Ini merupakan
pelanggaran perintah yang pertama yang berkata bahwa kita hanya boleh menyembah
siapa? Tuhan.
Perintah
yang kedua juga terlibat. Karena ada patung Binatang, dan binatang itu menyuruh
semua orang menyembah patung tersebut. Alkitab berkata bahwa kita tidak boleh
sujud di depan patung, patung buatan.
Kita
semua tahu bahwa itu melibatkan juga perintah keempat, dan terutama perintah
ke-4. Itulah sebabnya pekabaran malaikat pertama memberitahu kita bahwa kita
harus menghormati sang Pencipta langit, bumi, laut dan mata air. Itulah
sebabnya perintah itu menyuruh kita harus waspada terhadap penyembahan Binatang
dan patungnya.
But
you know, when I was asked to make this presentation, I had to sit down for a
while and think about how the 3rd commandment is involved in the end
time crises. We don’t usually think about the 3rd commandment being
involved. Oh, yes, worship, images, the Sabbath, all of those are very clearly
revealed in Revelation, but what about the 3rd commandment of the Law
of God?
Tetapi,
kalian tahu, ketika saya diminta untuk membuat presentasi ini, saya harus
mengambil waktu dan berpikir dulu, bagaimana perintah yang ketiga ini terlibat
dalam krisis akhir zaman. Biasanya kita tidak berpikir bahwa perintah yang
ketiga ini terlibat. Oh, iya, penyembahan, patung, Sabat, semua itu jelas
dinyatakan di kitab Wahyu, tetapi bagaimana dengan perintah ketiga dari Hukum
Tuhan?
I
am going to share with you some very clear biblical testimony that this
commandment is very much involved in the final crises. And I would like to
approach it from the perspective of the biblical concept of a true prophet and
a false prophet.
First of all I would like to talk about a true prophet. A true
prophet is God’s mouthpiece. In other words a true prophet speaks in God’s
name. In fact the Hebrew word נביא [nâbı̂y'
naw-bee'] where we get the word
“prophet” from, means an announcer or a declarer and all scholars that I have
read, say that he is an announcer or declarer of God’s words. In other words he
is God’s mouthpiece, he claims to speak for God.
In the New Testament, the Greek word προφήτης [prophētēs prof-ay'-tace]
where we get our word
“prophet” from, means literally “one who speaks for another”. And so the true
biblical prophet claims to speak to the people in God’s name. Now, in the Old
Testament we find repeated references to prophets who claim to speak in God’s
name but they were false prophets. And this is the ultimate taking of God’s
name in vain, we are going to find prophetically speaking.
Saya
akan membagikan beberapa kesaksikan alkitabiah yang sangat jelas bahwa perintah
ini sangat terlibat dalam krisis terakhir. Dan saya ingin memulai dari
perspektif konsep alkitab tentang seorang nabi yang sejati dan nabi yang palsu.
Pertama,
saya ingin berbicara tentang seorang nabi yang sejati.
Seorang
nabi sejati, adalah jurubicara Tuhan. Dengan kata lain, seorang nabi sejati
berbicara atas nama Tuhan. Bahkan kata Ibrani נביא [nâbı̂y'
naw-bee'] dari mana kita memperoleh kata “nabi”, berarti
seorang yang memberikan pengumuman atau seorang yang memberikan pernyataan, dan
semua pelajar Alkitab yang sudah saya baca, berkata bahwa seorang nabi adalah
orang yang mengumumkan atau menyatakan kata-kata Tuhan. Dengan kata lain, dia
jurubicara Tuhan, dia mengklaim berbicara untuk Tuhan.
Di
Perjanjian Baru, kata Greeka προφήτης [prophētēs prof-ay'-tace] dari mana kita memperoleh kata
“prophet”[ = nabi] secara harafiah berarti
“seseorang yang berbicara untuk orang lain”. Maka seorang nabi sejati menurut
Alkitab mengklaim berbicara kepada umat atas nama Tuhan. Nah, di Perjanjian
Lama berulang-ulang kita temukan referensi nabi-nabi yang mengklaim berbicara
atas nama Tuhan, tetapi mereka ternyata nabi palsu. Dan katakanlah, berbicara
tentang nubuatan, ini adalah memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling
parah yang kita temukan.
Notice for example Deuteronomy 18:20, it says here, “But
the prophet who presumes to speak a word…”
now, notice this, “…in My name, which I have not
commanded him to speak, or who speaks in the name of other gods, that prophet
shall…” what? “… that prophet shall die.”
Notice, that a prophet who claims to speak in God’s name but is
not really in tune with God, in the Old Testament, that prophet is to die.
Notice also Jeremiah 14:14, it says there, “And
the LORD said to me, ‘The prophets prophesy lies in My name. I have not sent
them, commanded them, nor spoken to them; they prophesy to you a false vision,
divination, a worthless thing, and the deceit of their heart.’”
Notice once again the idea of the false prophet speaking in
God’s name.
Now, let me ask you, is the false prophet taking God’s name in vain?
Yes or no? Absolutely.
Contohnya, perhatikan kitab Ulangan
18:20, dikatakan di sini, “…Tetapi seorang nabi, yang
terlalu berani mengucapkan suatu perkataan…” sekarang, perhatikan ini, “… atas nama-Ku, perkataan yang tidak Kuperintahkan supaya dia ucapkan, atau yang
berkata atas nama allah lain, nabi itu harus
mati.”[NKJV yang diindonesiakan].
Perhatikan, seorang nabi yang mengklaim
berbicara atas nama Tuhan, tetapi sebenarnya tidak selaras dengan Tuhan, di
Perjanjian Lama nabi itu harus mati.
Perhatikan juga Yeremia 14:14, dikatakan
di sana, “Jawab TUHAN kepadaku: ‘Para nabi itu bernubuat
palsu dengan nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan
tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong,
ramalan kosong, hal yang tidak berguna, dan tipu rekaan hatinya
sendiri.”
Perhatikan lagi gagasan nabi palsu
yang berbicara atas nama Tuhan.
Sekarang coba saya tanya, apakah nabi palsu itu memakai nama
Tuhan dengan sembarangan? Ya atau tidak? Tentu saja.
Let’s read one more verse. Jeremiah 23:25 on the concept of the
false prophet and there are many references particularly in the books of
Isaiah, Jeremiah, and Ezekiel. We are told in Jeremiah 23:25, “I
have heard what the prophets have said who prophesy lies in My name, saying, 'I
have dreamed, I have dreamed!’”
Do false prophets have dreams and visions? They most certainly
do.
Do they claim to speak in God’s name? They most certainly do.
True prophets also claim to speak in God’s name.
Now, here is the big question. How do you know whether a prophet
is false or whether a prophet is true? How do you know whether a prophet is
using God’s name legitimately and speaking for Him, or whether a prophet is
speaking in God’s name but is actually speaking of visions and dreams which he
has had himself, which God has not given him.
How do we know the difference?
Mari kita baca satu ayat lagi. Yeremia
23:25 tentang konsep nabi palsu, dan khususnya di dalam kitab Yesaya, Yeremia,
Yehezkiel ada banyak sekali referensi tentang ini. Di Yeremia 23:25 kita
diberitahu, “Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang
bernubuat palsu atas nama-Ku dengan
mengatakan: ‘Aku telah bermimpi, aku telah bermimpi’.”
Apakah nabi palsu bermimpi dan melihat
khayal? Tentu saja.
Apakah mereka mengklaim berbicara atas
nama Tuhan? Betul sekali.
Nabi yang sejati juga mengaku
berbicara atas nama Tuhan.
Sekarang, pertanyaannya yang penting,
bagaimana kita tahu apakah seorang nabi itu palsu atau sejati? Bagaimana kita
tahu apakah nabi itu memakai nama Tuhan secara resmi dan berbicara untuk Tuhan,
atau apakah nabi itu berbicara atas nama Tuhan tetapi sebenarnya menyampaikan
khayal dan mimpi yang berasal dari dirinya, yang tidak diberikan Tuhan
kepadanya. Bagaimana kita bisa tahu bedanya?
In the book of Deuteronomy we have the answer. Deuteronomy
13:1-5, it’s a lengthy passage but a very important passage. Notice this, "If there arises among
you…” I want you to notice that this is not some prophet from
some other nation, this is someone who arises in the nation of Israel, within
Israel,
“…If there arises among you a prophet or a dreamer of dreams…” and now notice, “…and he gives you a sign or a wonder…” do you notice here that there are false prophets who do
signs and wonders? Very important to remember all of these things because in a
moment we are coming to the New Testament. “…2and the
sign or the wonder comes to pass, of which he spoke to you, saying, 'Let us go
after other gods' --- which you have not known --- 'and let us serve them,' 3you
shall not listen to the words of that prophet or that dreamer of dreams, for
the LORD your God is testing you to know whether you love the LORD your God
with all your heart and with all your soul.…”
And now notice the litmus test,
“… 4You shall…” what? Notice the synonyms,
“…You shall walk after the LORD your God and fear Him, and keep His
commandments and obey His voice; you shall serve Him and hold fast to
Him…” Do you know all the synonyms we have here? Love, fear,
keep the commandments, obey His voice, serve Him, hold fast to Him. That’s what
the true prophet teaches. Now notice what the passage continues saying, “… 5But that prophet or
that dreamer of dreams shall be put to death, because he has spoken in order to
turn you away from the LORD
your God, who brought you out of the land of Egypt and redeemed you from the
house of bondage, to entice you from the way in which the LORD your God
commanded you to walk. So you shall put away the evil from your midst.”
Dalam kitab
Ulangan kita temukan jawabannya. Ulangan 13:1-5, ini adalah bacaan yang panjang
tetapi sangat penting. Perhatikan ini, “Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang
pemimpi, …” sekarang
perhatikan, “… dan ia memberikan kepadamu suatu
tanda atau mujizat, …” apakah kalian lihat di sini bahwa ada
nabi-nabi palsu yang memberikan tanda-tanda dan mujizat-mujizat? Sangat penting
untuk mengingat semua hal ini karena nanti kita akan ke Perjanjian Baru. “…2 dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: ‘Mari kita
mengikuti allah lain’, yang tidak kaukenal, ‘dan mari kita berbakti kepadanya’ 3
maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab
TUHAN, Allahmu, menguji kamu untuk
mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu…” dan sekarang perhatikan ujian
tertingginya, “…4
TUHAN,
Allahmu, harus kamu…” apa? Perhatikan sinonim-sinonimnya. “…harus kamu ikuti, kamu harus takut
akan Dia, kamu harus melakukan perintah-Nya,
kamu harus melakukan perintah-Nya, suara-Nya
harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut erat-erat…” Tahukah kalian semua sinonim yang ada
di sini? Mengasihi, takut, melakukan perintahNya, mendengarkan suaraNya,
berbakti kepadaNya, berpaut erat-erat kepadaNya. Itulah yang diajarkan nabi
yang sejati. Sekarang perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya, “…5 Tetapi nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati karena Ia telah berbicara untuk mengalihkan kamu dari TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan
yang menebus engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk menyesatkan
engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani.
Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”
[NKJV yang diindonesiakan].
So basically a true prophet can perform signs and wonders. But
he teaches God’s people because he rises among them, he teaches God’s people to
obey the commandments of God. He teaches them to fear the Lord to walk in His
ways, to love God.
The false prophet on the other hand also performs signs and
wonders but his message is false because he leads God’s people astray from
God’s commandments and from fearing God and from loving God and from following
His will and obeying His voice. In other words the test is not the signs and
wonders but the test is whether there is obedience to God’s Law taught by the
prophet.
Jadi, pada dasarnya, seorang nabi
sejati bisa melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi dia mengajar umat
Tuhan ~ karena dia muncul dari antara mereka ~ dia mengajar umat Tuhan agar
mematuhi perintah-perintah Tuhan. Dia mengajar mereka agar takut kepada Tuhan,
dan berjalan di jalan Tuhan, agar mengasihi Tuhan.
Di pihak lain, nabi yang palsu juga
melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat tetapi pekabarannya palsu karena dia
membawa umat Tuhan menjauh dari perintah-perintah Tuhan dan dari takut akan
Tuhan, dan dari mengasihi Tuhan, dan dari mengikuti kehendak Tuhan dan mematuhi
kata-kata Tuhan. Dengan kata lain, tolok ukurnya bukanlah tanda-tanda dan
mujizat-mujizat, tetapi tolok ukurnya adalah apakah nabi itu mengajarkan
kepatuhan kepada hukum Tuhan.
Now I want you to notice a very interesting passage that we find
in the New Testament. Moving on to the New Testament. Are there individuals who
claim to be prophets who take God’s name in vain? We’ve just noticed that in
the Old Testament. Are there prophets who use God’s name but they don’t speak
in vain with God’s name in vain? Absolutely.
Now, go with me to Matthew 7:15, we are going to look at several
verses, beginning with verse 15. And there are several details that I want to
underline. Please follow the train of thought.
Matthew 7:15 says, "Beware of…” what? “… false prophets, who come to you in…” what? “…sheep's clothing…” what did sheep represent in Old Testament? Jesus!
“…who come to you in sheep’s clothing but inwardly they are…” what? “… ravenous wolves. …”
You see the difference? Outside, they
are false prophets they appear in sheep’s clothing, but they are really what?
Ravenous wolves.
Sekarang saya mau kalian perhatikan
suatu bacaan yang sangat menarik yang kita dapati di Perjanjian Baru. Kita
beralih ke Perjanjian Baru. Apakah ada orang-orang yang mengklaim sebagai nabi
yang memakai nama Tuhan dengan sia-sia? Kita baru saja melihat itu di
Perjanjian Lama. Apakah ada nabi-nabi yang memakai nama Tuhan tetapi mereka
tidak berbicara dengan sia-sia, mereka tidak berbicara atas nama Tuhan dengan
sia-sia? Tentu saja.
Sekarang marilah bersama saya ke
Matius 7:15, kita akan melihat beberapa ayat, mulai dengan ayat 15, lalu ada
beberapa detail yang mau saya garisbawahi. Harap kalian ikuti alur pikiran ini.
Matius 7:15 berkata, "Waspadalah terhadap…” apa? “… nabi-nabi palsu yang
datang kepadamu dengan…” apa? “…menyamar seperti
domba…” Di Perjanjian Lama domba melambangkan
siapa? Yesus! “…yang
datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka
adalah…” apa? “… serigala yang buas.”
Kalian melihat bedanya? Di luar,
mereka yang adalah nabi-nabi palsu ini, mereka tampil seperti domba, tetapi
sesungguhnya mereka apa? Serigala buas.
Now, notice Matthew 7:21, is this
speaking about false prophet of the Jean Dixon type? Absolutely not. This is
speaking about the people who claim to follow the Lord. Notice verse 21, "Not
everyone who says to Me, 'Lord, Lord,'…”
are these Christians? Are these
professed Christians? Sure because only a professed Christian would call Jesus,
“Lord, Lord.” “…Not everyone who says to Me, ‘Lord,
Lord’, shall enter the kingdom of
heaven, but he who does the will of My Father in heaven…” And now notice verse 22, “…Many will say to Me
in that day…” and by the way this is speaking about
end time, “…in that day…” in the day of judgment, “…'Lord, Lord, have we
not prophesied…” how? “… in Your name…” are they false prophets? Yes they are. Do they look like
sheep outside? Yes. Are they really ravenous wolves? Absolutely. Now notice, “…Many will say to Me in that day,
‘Lord, Lord have we not prophesied in Your name…” are they taking God’s name in vain, yes or no? Absolutely,
and
“…cast out demons…” how? “… in Your name, and
done many wonders…” how? “… in Your
name?'…” Do these false prophets have what appear to be genuine
spiritual gifts? Absolutely, just like the prophets in the Old Testament who
did signs and wonders? Here is a group of individuals who look like sheep
outside, inside they are ravenous wolves, they call Jesus ‘Lord, Lord’, they
claim to speak in His name, they perform signs and wonders. Now the big
question is, why were they false? If they spoke in the name of Jesus, if they
performed signs and wonders, what was the problem? Do you remember in the Old
Testament, that the false prophets were distinguished because they did not teach God’s
people to obey God’s holy commandment and to follow His voice, to love Him and
to fear Him and to respect Him? The false prophets didn’t teach that.
Only the true prophets. Now I want you
to notice verse 23, this is a critically important verse, still speaking about
these false prophets. It says, “…23 And
then I will declare to them, 'I never knew you…” not even while they were doing signs and wonders.
“…I never knew you…” and
now notice, “…depart from Me, you who
practice…” what? “…who practice lawlessness!'”
Nah,
perhatikan Matius 7:21, apakah ini berbicara tentang nabi palsu model Jean
Dixon? Sama sekali bukan. Ini berbicara tentang mereka yang mengaku sebagai
pengikut Tuhan. Perhatikan ayat 21, “21 Bukan setiap orang yang
berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! …” apa
mereka ini orang Kristen? Apakah ini yang mengaku sebagai orang Kristen? Tentu
saja, karena hanya seorang yang mengaku Kristen yang akan memanggil Yesus,
“Tuhan, Tuhan.” “…Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga…” Dan sekarang perhatikan ayat 22, “…22 Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku…”
dan ketahuilah ini berbicara tentang akhir zaman, “…pada hari akhir…” pada hari penghakiman, “…Tuhan, Tuhan, bukankah
kami bernubuat…” bagaimana? “…dalam nama-Mu…” apakah
mereka ini nabi-nabi palsu? Ya, benar. Apakah penampilan mereka ibarat domba di
luarnya? Ya. Apakah sebenarnya mereka serigala buas? Ya. Sekarang perhatikan, “…Pada hari terakhir banyak
orang akan berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu…” apakah
mereka memakai nama Tuhan sembarangan, ya atau tidak? Tentu saja. “…dan mengusir setan…” bagaimana? “…dalam nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat…” bagaimana? “…dalam nama-Mu juga…” Apakah
nabi-nabi palsu ini sepertinya memiliki karunia rohani yang sejati? Tentu saja,
persis seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang melakukan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat. Di sini ada sekelompok
manusia yang penampilannya seperti domba di luarnya, tetapi di dalam mereka
adalah serigala buas, mereka memanggil Yesus
“Tuhan, Tuhan”, mereka mengklaim berbicara dalam namaNya, mereka
melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
Sekarang,
pertanyaannya yang penting adalah, mengapa mereka ini dianggap palsu? Jika
mereka berbicara dalam nama Yesus, jika mereka melakukan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat, masalahnya di mana?
Apakah
kalian ingat di Perjanjian Lama, nabi-nabi
palsu ini dikenali karena mereka tidak mengajar umat Tuhan untuk mematuhi
perintah Tuhan yang kudus dan mengikuti perkataanNya, untuk mengasihiNya dan
takut kepadaNya dan menghormatiNya? Nabi-nabi yang palsu tidak
mengajarkan itu. Hanya nabi-nabi yang sejati.
Sekarang saya mau kalian lihat ayat 23,
ini adalah ayat yang sangat penting, masih berbicara mengenai nabi-nabi palsu,
dikatakan, “…23
Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu!…” bahkan tidak sewaktu mereka sedang
melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. “…Aku tidak pernah mengenal kamu. …” sekarang perhatikan, “…Enyahlah dari pada-Ku,
kamu sekalian yang melakukan…” apa? “…yang
melakukan pelanggaran hukum!" [NKJV yang diindonesiakan].
What characterizes these false
prophets? They claim to speak in the name of
Jesus, they claim to cast out demons in
the name of Jesus, they perform miracles in the name of Jesus, in other words
they were taking the name of Jesus but they were doing it in vain because we are
told here that they were what? They practice lawlessness.
Apa karakteristik nabi-nabi palsu
ini? Mereka mengklaim berbicara atas nama Yesus, mereka
mengklaim mengusir setan dalam nama Yesus, mereka mengerjakan mujizat dalam
nama Yesus, dengan kata lain mereka memakai nama Yesus tetapi mereka memakainya
dengan sembarangan karena kita diberitahu bahwa mereka apa? Mereka melakukan pelanggaran
hukum Tuhan.
Now, do you know there is an
interesting verse that as SDA we use very frequently to speak about the
definition of sin? 1 John 3:4. What does that say?
Everyone who sins, what?
“Whosoever committeth sin…”
what? “… transgresseth also the
law: for sin is the transgression of the law.”
Sekarang,
tahukah kalian ada ayat yang menarik yang sering kami sebagai MAHK memakainya
untuk berbicara tentang dosa? 1 Yohanes 3:4, apa katanya? Setiap
orang yang berbuat dosa, bagaimana? “Setiap orang yang berbuat dosa…”
apa? “…melanggar juga hukum Allah, sebab dosa
ialah pelanggaran hukum Allah.”
Do you know that expression “transgression of the law” is
identical expression that translates the word “lawlessness”. In other words,
the NKJV says “lawlessness” the KJV says “transgression of the law”. It’s the
same word.
In other words what characterizes these false prophets who speak in
Christ’s name and who performs signs and wonders? What distinguish them from
true prophets? The fact that they practice and teach what? They practice
and they teach lawlessness. Is this right in line with what we found concerning
Old Testament prophets, those who claim
to speak in God’s name? Absolutely.
Dengan kata lain, apa yang menjadi
karakter nabi-nabi palsu
yang berbicara atas nama Kristus dan yang melakukan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat? Apa yang membedakan mereka dari nabi-nabi yang sejati? Faktanya
bahwa mereka melakukan dan
mengajarkan apa? Mereka melakukan dan mereka mengajarkan pelanggaran hukum.
Apakah ini selaras dengan apa yang kita temukan pada nabi-nabi Perjanjian Lama
yang mengklaim mereka berbicara atas nama Tuhan? Betul sekali.
Now, let’s summarize what we have studied from the Old and from
the New Testament. Matthew 7 is speaking about things that are going to happen
in the end times, right? “…Many
will say to Me in that day…”
Both passages in the Old Testament and the New Testament speak
about false prophets. As we’ve noticed in the passage in Matthew the false
prophets come clothed in what? Sheep’s clothing, but inside they are ravenous
what? Wolves. And they perform what? Signs and wonders. And what is the issue?
The issue is the Law of God. Your attitude towards the law of God. You see,
it’s possible for a person to claim to be a Christian and to speak in the name of Jesus and to do
signs and wonders and miracles and still not be on God’s side, that is using, that is the
ultimate use of God’s name in vain. To claim to speak in His name, when God has
not spoken.
Sekarang, marilah kita simpulkan apa
yang telah kita pelajari dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Matius 7
berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman, benar? “…Pada hari terakhir banyak
orang akan berseru kepada-Ku…”
Baik Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru berbicara tentang nabi palsu. Sebagaimana yang kita temukan di Matius,
nabi-nabi palsu itu datang berpenampilan seperti apa? Seperti domba. Tetapi di
dalam, mereka adalah apa yang buas? Serigala yang buas. Dan mereka membuat apa?
Tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Dan isunya apa? Isunya adalah Hukum Tuhan.
Sikap manusia terhadap Hukum Tuhan. Kalian lihat, bisa saja seorang mengklaim
sebagai orang Kristen dan berbicara atas nama Yesus dan membuat tanda-tanda dan
mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban, namun tetap tidak berada di pihak
Tuhan. Itulah memakai, itulah yang namanya memakai
nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah, yaitu mengklaim berbicara atas
namaNya, padahal Tuhan tidak mengatakan apa-apa kepadanya.
And by the way, what we are speaking about is extremely
important, because this is dealing with the end time. Notice the passage that
continues after verse 23. It says in verse 24, “Therefore whoever hears these sayings
of Mine, and does them…” see, that’s what a true prophet does:
hears the words, does them. “…I will liken him to a wise man who built
his house on the rock:…” of course the rock is Jesus. And now
notice, “…and the rain descended, the floods
came, and the winds blew…” this is speaking about the final
tribulation, the releasing of the winds, the flooding and overflowing the river
Euphrates in Revelation 16. So it says, “…and the rain
descended, the floods came, and the winds blew, and beat on that house; and it
did not fall, for it was founded on the rock…”
what does it mean to be founded on
the rock? “…whoever hears these sayings of Mine, and…” what? “…does them…” Now what about the other side, what about the false prophets,
who use God’s name but they do it in vain? Notice the other side of the
equation. Verse 26, “….26But everyone who hears these
sayings of Mine, and does not do them, will be like a foolish man who built his
house on the sand: 27and the rain descended, the floods came, and
the winds blew and beat on that house; and it fell. And great was its
fall."
Dan
ketahuilah, apa yang kita bicarakan ini sangat penting karena ini berkaitan
dengan akhir zaman. Perhatikan bacaan selanjutnya setelah ayat 23. Dikatakan di
ayat 24, “Oleh sebab itu, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya…” lihat, itulah yang dilakukan seorang
nabi sejati: dia mendengar perkataan Tuhan dan melakukannya, “…ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.…” Tentu saja batu ini adalah Yesus. Dan
sekarang perhatikan, “… 25 Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu angin bertiup…” ini berbicara tentang masa kesusahan
yang terakhir, saat angin-angin dilepaskan, dan meluapnya sungai Eufrat di
Wahyu 16. Maka dikatakan, “…Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin bertiup melanda rumah
itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu…” apa maksudnya didirikan di atas batu? “…setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan…” apa? “…melakukannya…” Sekarang, bagaimana dengan pihak
sebaliknya, bagaimana dengan para nabi palsu yang memakai nama Tuhan tetapi
mereka memakainya dengan sia-sia? Perhatikan persamaan dari pihak yang sebaliknya. Ayat 26 “…Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak
melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas
pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup dan melanda rumah itu, sehingga
rubuhlah rumah itu dan hebatlah kejatuhannya."
[NKJV yang diindonesiakan].
So you have the two groups those who truly have the name of Jesus who keep His Laws and those
who claim to prophesy in the name of Jesus but they encourage people to break
and to transgress and disobey God’s holy law. You might say you have the
commandments of God and the traditions of men.
Jadi ada dua kelompok, mereka yang
benar-benar memiliki nama Yesus yang benar-benar memelihara hukumNya, dan
mereka yang mengklaim bernubuat dalam nama Yesus tetapi mereka mendorong orang
melawan dan melanggar dan tidak mematuhi hukum Tuhan yang suci. Bisa dikatakan
di sini, perintah Tuhan melawan tradisi manusia.
Now, notice in this context Matthew 7:28-29, the conclusion of
this passage says, “And
so it was, when Jesus had ended these sayings, that the people were astonished
at His teaching, 29 for He
taught them as one having…” what? “… authority, and not
as the scribes.”
Do you see the contrast here? The scribes play the role of the
false prophets, Jesus is playing the role of the what? Of the true prophet. The
conflict in other words is between the commandments of God and the traditions
of men.
Do you know that Jesus never quoted the rabbis of His day and
age? Everytime that Jesus spoke He said, “It is written” or “What do the
Scriptures say?”
Sekarang,
perhatikan dalam konteks ini Matius 7:28-29, kesimpulan bacaan ini berkata, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak
itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai
orang yang memiliki…” apa? “… memiliki kuasa,
tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah
kalian melihat kontrasnya di sini? Para ahli Taurat berperan sebagai nabi-nabi
palsu. Yesus berperan sebagai apa? Nabi yang sejati. Dengan kata lain, konfliknya
adalah antara perintah Tuhan dengan tradisi manusia.
Tahukah kalian Yesus tidak pernah
mengutip apa yang dikatakan para rabi pada zamanNya? Setiap kali Yesus
berbicara Dia berkata, “Ada tertulis” atau “Apa yang tertulis di Kitab?”
Now I want you to go with me to Matthew 24 and notice verses
11-12. The same idea, the false prophet and lawlessness. Matthew 24:11-12 says, “Then many false prophets will rise up
and deceive many…” and now notice what verse 12 says,
“… 12And because…” what? “… lawlessness will
abound, the love of many will grow cold.”
Are false prophets once again connected with lawlessness?
Absolutely. And you’ll notice that we are told here that because of
lawlessness, love will grow what? Will grow cold. Because love is the
fulfilling of the law. So if you have lawlessness you have no love.
Sekarang
saya mau mengajak kalian ke Matius 24 dan perhatikan ayat 11-12. Gagasan yang
sama, nabi palsu dan pelanggaran hukum. Matius 24:11-12 berkata, “Lalu
banyak
nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. …” Dan
sekarang perhatikan apa kata ayat 12, “…12
Dan karena makin
bertambahnya…” apa? “… pelanggaran hukum, maka kasih banyak orang akan menjadi dingin.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah
nabi palsu sekali lagi dikaitkan dengan pelanggaran hukum? Betul sekali. Dan
kalian akan melihat bahwa kita diberitahu karena adanya pelanggaran hukum,
kasih akan menjadi apa? Akan menjadi dingin. Karena kasih adalah penggenapan
hukum. Maka jika ada
pelanggaran hukum, tidak ada lagi kasih.
And then I want you to notice that these false prophets in the
end time will perform signs and wonders. Notice verses 23-24, “Then
if anyone says to you, 'Look, here is
the Christ!' or 'There!' do not believe it.
24For false christs and false prophets will rise…” who is going to rise? “…false christs and false…”
what? “…prophets…” what are the false christs and false prophets going to do?
“…and show great signs and wonders to deceive, if possible, even the
elect.”
Is this in line with what the false prophets do in the Old
Testament? Yes, it is. Is it in line with what Jesus spoke about the false
prophets in Matthew chapter 7? Absolutely. And the context is the end time.
Kemudian saya mau kalian perhatikan
bahwa nabi-nabi palsu ini di akhir zaman akan membuat tanda-tanda dan
mujizat-mujizat. Perhatikan ayat 23-24, “Lalu jika ada orang
berkata kepada kamu: ‘Lihat, Mesias ada di sini’, atau ‘Mesias ada di sana’,
jangan kamu percaya. 24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi
palsu akan muncul …” siapa
yang akan muncul? “…mesias-mesias palsu dan…” apa? “…nabi-nabi palsu…” apa yang akan dilakukan oleh mesias
palsu dan nabi palsu? “…dan mereka akan mengadakan tanda-tanda
yang dahsyat dan mujizat-mujizat untuk
menyesatkan, sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan juga.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah ini sama dengan apa yang
dilakukan nabi-nabi palsu di Perjanjian Lama? Ya, benar. Apa ini sama dengan
apa yang dibicarakan Yesus tentang nabi-nabi palsu di Matius pasal 7? Tentu
saja. Dan konteksnya adalah akhir zaman.
Now, I’d like to dedicate the rest of the time that I have to
speak about the book of Revelation. The book of Revelation is in perfect
harmony with what we have studied from the Old Testament, what we’ve studied
from Matthew 7, and Matthew 24 and the rest of the passages in the New
Testament.
Notice Revelation 13:11. It says, “Then I saw another beast coming up
out of the earth, and he had two horns like a lamb and spoke like a…” what? “…like a dragon.” Does that sound similar to the false prophets of Matthew 7?
Outwardly in sheep’s clothing but inside what? Ravenous wolves. Here it says
two horns like a lamb but he spoke like a what? He spoke like a dragon.
Do you know what this beast is called in Revelation 16:13? Oh,
yes, I heard the answer. In Revelation 16:13, this beast that has horns like a
lamb but speaks as a dragon just like you have false prophets in sheep’s
clothing but they inwardly are ravenous wolves, this beast is called the “false
prophet”. Does this false prophet perform signs and wonders in the end
time?
Sekarang, saya ingin mendedikasikan
sisa waktu yang ada untuk berbicara tentang kitab Wahyu. Kitab Wahyu itu serasi
dengan apa yang telah kita pelajari dari Perjanjian Lama, apa yang sudah kita
pelajari dari Matius 7, dan Matius 24, dan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian
Baru.
Perhatikan Wahyu 13:11, dikatakan, “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan
bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti…” apa? “…seperti seekor naga.”
Apakah itu kedengarannya mirip dengan
nabi-nabi palsu di Matius 7? Di luarnya tampak seperti domba tetapi di dalamnya
apa? Serigala buas. Di sini dikatakan, dua tanduk seperti anak domba tetapi dia
berbicara seperti apa? Dia berbicara seperti naga.
Tahukah kalian binatang in di Wahyu
16:13 disebut apa? Oh, ya, saya dengar jawabannya. Di Wahyu 16:13 binatang yang
memiliki tanduk seperti anak domba tetapi berbicara seperti naga ini sama
seperti nabi-nabi yang tampil seperti domba tetapi di dalamnya mereka adalah
serigala buas, binatang ini
disebut “nabi palsu”. Apakah nabi palsu ini mengadakan
tanda-tanda dan mujizat-mujizat pada akhir zaman?
Go with me to Revelation 13:13, speaking about this false
prophet. It claims to be one thing but really it’s another. It claims to speak
for Jesus but it speaks for the dragon. It says in Revelation 13:13 “He
performs great…” what? “…great signs, so that
he even makes fire come down from heaven on the earth in the sight of…” what? “…in the sight of men.”
Do you see the similarity between this passage in Revelation,
this concept in Revelation and Matthew 7, and also the false prophet in the Old
Testament?
You see the book of Revelation cannot be interpreted isolated
from the Old Testament and the rest of the New Testament. It’s the culmination of
previous revelations. Just like in Matthew 7 you have false prophets. You have
the lamb, sheep’s clothing; you have the wolf, speaking as a dragon; you have
signs and wonders.
Mari bersama saya ke Wahyu 13:13,
berbicara tentang nabi palsu ini. Dia mengaku sebagai satu hal tetapi
sebenarnya lain. Dia mengaku berbicara bagi Yesus tetapi dia berbicara untuk si
naga. Dikatakan di Wahyu 13:13, “Dan ia mengadakan…” apa? “… tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia
menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata…” apa? “…di depan mata semua orang.”
Apakah kalian melihat persamaan antara
teks di Wahyu, konsep di Wahyu dengan Matius pasal 7 dan juga dengan nabi palsu
di Perjanjian Lama? Kalian lihat, kitab
Wahyu tidak bisa diinterpretasikan terlepas dari Perjanjian Lama dan
kitab-kitab yang lain di Perjanjian Baru. Kitab itu merupakan kulminasi dari
semua wahyu sebelumnya. Sama seperti di Matius 7 ada nabi palsu, ada domba,
berpenampilan seperti domba; ada serigala, berbicara seperti naga; dan ada
tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
Now, let’s talk a little bit more about this false prophet that
performs signs and wonders who apparently has a lamblike characteristic but
really is a dragon. Go with me to Daniel 8:20. Folks, we are speaking about
extremely important things. I could have dedicated the whole talk this evening
to speak about read all the
verses that said individually you are not supposed to take the name of the Lord
God in vain. That’s very good and I went over it briefly. But this is so
critically important because we are living in those days. And we need to be
able to distinguish the false from the true. And the false and the true are
distinguished by the attitude towards God’s what? Towards God’s holy Law.
Notice Daniel 8:20, speaking about a ram, it says, “The
ram which you saw, having the two horns…”
how many horns does the ram have?
Two. How many horns does the beast of Revelation 13 have? Two.
“…they are the kings
of…” what? “…Media and Persia.” Now, I am not saying this is the same beast as the one in
Revelation 13. But I’m bringing it to view because of what we are going to say
about that beast of Revelation 13.
What does a beast represent in prophecy? A beast in prophecy
represents a nation, a kingdom. What do horns represent in Bible prophecy?
Horns represent divisions of kingdoms. You’ll notice in Daniel chapter 8 how
many beast you have? The ram is one beast, right? That has two what? Two horns.
That means that this one nation is going to be composed of how many kingdoms?
Two kingdoms. Are you following me?
Nah, mari kita berbicara sedikit lagi
tentang nabi palsu ini yang membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang jelas
memiliki karakteristik seperti anak domba, tetapi sebenarnya adalah seekor
naga. Marilah bersama saya ke Daniel 8:20. Saudara-saudara, yang kita bicarakan
ini adalah hal-hal yang sangat penting. Saya bisa saja menghabiskan seluruh
ceramah malam ini untuk membahas bacalah semua ayat yang berkata bahwa secara
individu kita tidak boleh memakai nama Tuhan Allah kita dengan sembarangan. Itu
bagus sekali dan saya sudah membahasnya dengan singkat. Tetapi ini begitu amat
sangat pentingnya karena kita sedang hidup di masa hari-hari akhir ini. Dan
kita harus bisa membedakan yang palsu dari yang sejati. Dan yang palsu
dibedakan dengan yang sejati dari sikapnya terhadap apa? Terhadap Hukum Tuhan
yang kudus.
Simak Daniel 8:20, berbicara tentang
seekor domba jantan, dikatakan, “Domba jantan yang kaulihat
itu, dengan kedua tanduknya…” berapa
tanduk yang dimiliki domba jantan ini? Dua. Berapa tanduk yang dimiliki
binatang Wahyu 13? Dua. “…ialah raja-raja…” apa? “… orang Media dan Persia.”
Nah, saya tidak mengatakan bahwa domba
jantan ini adalah binatang yang sama dengan yang di Wahyu 13. Tetapi saya
mengetengahkannya karena apa yang akan kita bahas mengenai binatang Wahyu 13
ini.
Di dalam nubuatan, binatang
melambangkan apa? Seekor binatang di dalam nubuatan melambangkan suatu bangsa,
suatu kerajaan. Apakah yang dilambangkan oleh tanduk dalam nubuatan Alkitab?
Tanduk melambangkan pembagian kerajaan. Kita lihat di Daniel pasal 8, berapa
ekor binatang di sana? Domba jantan adalah satu binatang, benar? Yang memiliki
dua apa? Dua tanduk. Berarti satu bangsa ini terdiri atas berapa kerajaan? Dua
kerajaan. Apakah kalian memahami saya?
Now, with this in mind, let’s go to Revelation 13 and talk a
little more of this beast with lamblike
horns. Do you know that the word “lamb” is used 29 times in the book of Revelation?
And every single time with this possible exception, every single time that the
word “lamb” is used it applies to Jesus Christ. And I believe that this beast,
that has horns like a lamb actually gives the impression or wants to give the
impression that it is a Christian power or else you wouldn’t have two horns
like a lamb if the lamb represents Jesus 28 times in the book of Revelation.
Now, of course the big question is this. If the horns are
Christ-like and they represent kingdoms within one kingdom, in other words a
duality of one kingdom, one nation with two kingdoms, the question is, which
two kingdoms did Jesus recognize? Are
you understanding what I am saying? The horns are like horns of what? Of a
lamb. And the lamb represents whom? Jesus. And the horns represent? Kingdoms,
within one kingdom. So the question is, which two kingdoms did Jesus recognize?
Dengan mengingat hal tersebut di atas,
marilah kita ke Wahyu 13 dan berbicara sedikit lagi tentang binatang dengan
tanduk serupa anak domba tersebut. Tahukah kalian kata “anak domba” dipakai 29
kali di kitab Wahyu dan setiap kali dengan perkecualian yang satu ini, setiap
kali kata “anak domba” dipakai, itu mengacu kepada Yesus Kristus. Dan saya
yakin, binatang ini, yang punya tanduk seperti anak domba, sesungguhnya
memberikan kesan atau ingin menimbulkan kesan bahwa dia adalah suatu kekuasaan
Kristen, kalau tidak dia tidak akan memiliki dua tanduk seperti tanduk anak
domba, karena anak domba 28 kali dalam kitab Wahyu melambangkan Yesus.
Nah, tentu saja pertanyaannya yang
penting adalah ini: Jika tanduk-tanduk itu menyerupai Kristus dan tanduk-tanduk
melambangkan kerajaan-kerajaan di dalam satu kerajaan ~ dengan kata lain ada
dualitas dalam satu kerajaan, satu bangsa dengan dua kerajaan ~ maka
pertanyaannya adalah ini, dua kerajaan mana yang diakui oleh Yesus? Apakah
kalian memahami apa kata saya? Tanduk-tanduk itu menyerupai tanduk apa? Seekor
anak domba. Dan anak domba melambangkan siapa? Yesus. Dan tanduk-tanduk
melambangkan apa? Kerajaan-kerajaan di dalam satu kerajaan. Maka pertanyaannya
adalah, dua kerajaan mana yang diakui Yesus?
The fact is, if you go through the New Testament you’ll discover
that Jesus recognized two kingdoms. He recognized the secular kingdom, the
civil power, and He also recognized the realm of the church, the religious
power. We are all acquainted with that text in Matthew 22:21 where Jesus says, "Render therefore to Caesar the
things that are Caesar's, and to God the things that are God's.” Did Jesus recognized there are two kingdoms? Absolutely. Jesus
said in John 18:36 "My
kingdom is not of this world… ” When He said to Pilate, “You wouldn’t
be ruling unless God has placed you there to rule.” So Jesus is recognizing
here He has a kingdom that is not of this world and at the same time there is a
kingdom that God gives to govern in this world. Jesus in other words recognized
two kingdoms.
Sebenarnya, jika kita memeriksa
Perjanjian Baru, kita akan mendapati bahwa Yesus mengakui dua kerajaan. Dia
mengakui kerajaan sekuler, yaitu kekuasaan sipil; dan Dia juga mengakui wilayah
gereja, yaitu kekuasaan relijius. Kita
semua sudah kenal ayat di Matius 22:21 di mana Yesus berkata, “‘Berikanlah kepada Kaisar barang-barang
milik Kaisar, dan kepada Allah barang-barang
kepunyaan Allah." [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah Yesus mengakui adanya dua
kerajaan? Betul sekali.
Yesus berkata di Yohanes 18:36, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia
ini.” ketika Yesus
berkata kepada Pilatus, “Kamu tidak akan berkuasa kecuali Tuhan yang
menempatkan kamu di sini untuk berkuasa.”
Jadi Yesus mengakui di sini, Dia memiliki suatu kerajaan yang tidak
terdapat di dunia ini, dan pada waktu yang sama ada sebuah kerajaan yang
diberikan Tuhan untuk berkuasa di dunia ini. Dengan kata lain Yesus mengakui
adanya dua kerajaan.
Now the question is, is there a
nation in the world that was established in recognition of these two kingdoms,
separate one from another? Absolutely. Allow me to amplify what I mean.
As we sit here in the Sacramento Central
church this evening we are actually citizens of two kingdoms in one country.
You say, “How’s that?”
Well, right now we are sitting in
church which is God’s spiritual kingdom, and we pledge allegiance to His
kingdom. But at the same time we are citizens of the US and we pledge
allegiance to the American flag, if for citizens of the US. In other words even
though we live in one nation, in that one nation there is a recognition that
there is actually what? Two kingdoms: the kingdom of God which is the church,
and the kingdom of men which is the civil government. Are you following me?
Sekarang
pertanyaannya adalah, apakah di dunia ini ada suatu bangsa yang didirikan
dengan mengakui kedua kerajaan ini, yang terpisah satu dari yang lain? Tentu
saja. Izinkan saya memperjelas apa maksud saya.
Sementara
kita duduk di sini di gereja Sacramento Central malam ini, kita adalah warganegara dua kerajaan
dalam satu negara.
Kalian
berkata, “Maksudnya?”
Nah,
sekarang ini, sementara kita duduk di dalam gereja yang adalah kerajaan
spiritual Tuhan, kita bersumpah setia kepada kerajaanNya. Tetapi pada waktu
yang bersamaan, kita adalah warganegara Amerika Serikat, dan kita bersumpah
setia kepada bendera Amerika, bagi mereka yang warganegara Amerika Serikat.
Dengan kata lain, walaupun kita hidup di satu negara, di satu negara tersebut
ada pengakuan bahwa sesungguhnya ada apa di sana? Dua kerajaan: kerajaan Tuhan
yaitu gereja, dan kerajaan manusia yaitu pemerintahan sipil. Apakah kalian
memahami saya?
It’s no coincidence that in the First
Amendment to the Constitution of the USA we have a recognition of two kingdoms
in one nation.
You say, “How’s that?”
The First Amendment to the
Constitution actually guarantees religious and civil rights, that’s two
kingdoms. Allow me to read you the First Amendment “Congress shall make no
law respecting an establishment of religion or prohibiting the free exercise
thereof…” Is that a
recognition that there is a kingdom over which the civil power has no rule?
Absolutely. So would it be inappropriate for the government to want to
legislate with regards to
religion? Absolutely. But the second part of the First Amendment, guarantees
civil rights, the rights of the state, as citizens, it continues saying, “…or
abridging the freedom of speech, or of the press, or the right of the people to
peaceably assemble, and to petition the government for a redress of
grievances.” In other
words, within this one nation the USA there is a clear recognition in the First
Amendment that we have two kingdoms, the kingdom of Caesar so to speak, the
secular kingdom; and the realm of the church over which the secular power has no realm or no
authority. Are you following me?
Bukan suatu
kebetulan bahwa dalam Amandemen Pertama pada Konstitusi Amerika Serikat,
terdapat pengakuan dua kerajaan di dalam satu negara.
Kalian
berkata, “Maksudnya?”
Amandemen
Pertama Konstitusi benar-benar menjamin hak-hak relijius dan hak-hak sipil, itu
berarti dua kerajaan. Izinkan saya membacakan isi Amandemen Pertama, “Kongres tidak boleh membuat
undang-undang mengenai penegakan agama atau melarang kebebasan
mempraktekkannya…” Apakah itu pengakuan bahwa ada suatu kerajaan di
mana kekuasaan sipil tidak memiliki wewenang? Tentu saja. Maka, apabila
pemerintah mau membuat undang-undang mengenai agama, apakah itu tidak layak? Betul sekali. Bagian
kedua Amandemen Pertama menjamin hak-hak sipil, hak-hak kenegaraan seorang
warganegara. Selanjutnya dikatakan, “…atau membatasi kebebasan berkata-kata atau kebebasan pers atau
hak orang untuk berkumpul secara damai
dan menyampaikan petisi kepada Pemerintah untuk memperbaiki apa-apa yang
dikeluhkan.”
Dengan kata
lain, di dalam satu negara Amerika Serikat jelas ada pengakuan di dalam
Amandemen Pertama ini bahwa kita memiliki dua kerajaan, katakanlah kerajaan
Kaisar, kerajaan yang sekuler; dan wilayah kekuasaan gereja di mana kekuasaan
sekuler tidak punya kuasa atau wewenang.
Apakah kalian paham?
You know, as Adventist many times in the past we’ve said, “Well,
you know the two horns represent two principles.” But then we run into trouble
because if there are two principles then how can you say in Daniel 8 that there
are two kingdoms but in Revelation there are two principles? They are really
two principles that are based on the idea of two kingdoms. In Revelation 13 the
idea is still of two kingdoms, by the way, separate from one another, two
separate horns.
Now the book of Revelation says that this beast that has
lamblike horns is going to end up speaking like a what? Like a dragon. Is it
just possible that this nation claims to speak in the name of Jesus but is
actually leading God’s people astray?
Is it just possible this is the ultimate taking of God’s name in
vain?
Tahukah kalian, sebagai orang Advent,
seringkali dulu kita berkata, “Yah, kedua tanduk itu melambangkan dua prinsip.”
Tetapi itu kemudian menjadi masalah karena jika itu dua prinsip, mengapa di
Daniel pasal 8 dikatakan ada dua kerajaan tetapi di Wahyu dikatakan itu dua
prinsip? Sebenarnya itu adalah dua prinsip berdasarkan gagasan dua kerajaan. Di
Wahyu 13, gagasannya tetap dua kerajaan, terpisah satu dari yang lain, dua tanduk
yang terpisah.
Nah, kitab Wahyu berkata bahwa
binatang yang memiliki dua tanduk seperti anak domba ini akhirnya akan
berbicara seperti apa? Seperti naga. Mungkinkah bangsa ini mengklaim berbicara
dalam nama Yesus tetapi sebenarnya justru membawa umat Tuhan sesat?
Mungkin inikah memakai nama Tuhan
dengan sembarangan yang paling parah?
Now somebody might say, “Pastor Bohr that is not happening in
the US, this week end the churches are celebrating 10 Commandments Weekend.
They are supposed to keep the 10 Commandments. So how is it that you say within
the US you have these two principles and some day these two principles are
going to be forgotten, two Christ-like principles and this country is going to
speak as a dragon. How do you say that?”
Well, the fact is, folks, that the Scripture teaches that God
has given 10 commandments and Scripture tells us that whoever tramples on one
tramples on them all. Notice James 2:10 it says, “For whoever shall keep the whole law,
and yet stumble in one point,
he is guilty of…” what? “…he is guilty of all.”
So it doesn’t have to be that this nation through its religious
leaders would say you have to trample on all of the law of God, to be the false
prophet. It would be enough to trample on just one. Correct? Absolutely.
Nah, ada yang mungkin berkata, “Pastor
Bohr, itu tidak akan terjadi di Amerika Serikat. Minggu ini gereja-gereja
merayakan Akhir Pekan 10 Perintah. Mereka kan diwajibkan memelihara 10
Perintah. Jadi mana mungkin Anda berkata di Amerika Serikat yang mengandung dua
prinsip tersebut, suatu saat kedua prinsip yang seperti Kristus itu akan
dilupakan, dan negara ini akan berbicara seperti naga? Kok bisa Anda berkata
begitu?”
Nah, faktanya, Saudara-saudara,
Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan telah memberikan ke-10 Perintah itu, dan
Alkitab mengatakan bahwa siapa pun yang menginjak-injak salah satunya,
menginjak-injak seluruhnya. Perhatikan Yakobus 2:10 berkata, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan
satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap…” apa? “…ia bersalah terhadap seluruhnya.”
Jadi tidak perlu bangsa ini melalui
pemimpin-pemimpin rohaninya berkata, untuk menjadi nabi palsu orang harus
menginjak-injak semua hukum Tuhan. Cukup hanya menginjak-injak satu, benar?
Tentu saja.
Now, let me exemplify
what I mean.
In the US now there are two sides in the political debate, there
is the left and there is the right. And it is interesting that the left,
generally speaking not everybody, but most of the people on the left want to
redefine the 7th commandment. They want to redefine marriage. They
want to change the commandment that speaks about marriage. But on the other
hand those who are on the right, also believe that one of the commandments have
been changed, which commandment is that? The 4th commandment.
Even though both of these commandments are creation institutions
because God made marriage before sin, and God made the Sabbath before sin. And
by the way, both of them in Scripture are symbols of the relationship between
God and His people. God says He is the husband, the church is the bride. See
it’s a symbolic representation of the relationship between God and His people.
And the Sabbath is the sign between God and His people.
So it’s no coincidence that today there is an attempt to destroy
both of these commandments from both sides of the political spectrum. If I might wax bold for a few moments, but
one side is not anymore guilty than the other side. What difference is there
between redefining and changing the 7th commandment or redefining
and changing the 4th commandment? There really is absolutely no
what? There’s absolutely no difference.
Sekarang coba saya gambarkan apa
maksud saya.
Di Amerika Serikat sekarang ada dua
pihak yang terlibat debat politik, pihak kiri dan pihak kanan. Dan yang
menarik, mayoritas pihak kiri ~ tidak semuanya tetapi umumnya ~ mereka mau memberikan
definisi baru kepada hukum ke-7. Mereka mau merevisi pengertian tentang pernikahan.
Mereka mau mengubah hukum yang berbicara tentang pernikahan.
Di pihak lain, yang di sisi kanan,
juga yakin bahwa salah satu hukum itu telah diubah. Hukum yang mana? Hukum
ke-4.
Walaupun kedua hukum tersebut adalah
lembaga-lembaga penciptaan karena Tuhan telah menciptakan pernikahan sebelum
adanya dosa, dan Tuhan telah menciptakan Sabat sebelum dosa. Ketahuilah,
keduanya di dalam Alkitab merupakan lambang hubungan antara Tuhan dengan
umatNya. Tuhan berkata Dialah suaminya, gereja adalah pengantin wanitaNya.
Lihat ini adalah representasi yang melambangkan hubungan antara Tuhan dengan
umatNya. Sedangkan Sabat adalah tanda antara Tuhan dengan umatNya.
Maka, bukanlah suatu kebetulan bahwa
hari ini ada usaha untuk menghancurkan kedua hukum ini dari dua belah sisi
spektrum politik. Kalau boleh saya memberanikan diri berkata, pihak yang satu
tidak lebih bersalah daripada pihak yang lain. Apa bedanya antara memberikan
definisi baru dan mengubah hukum ke-7
dengan memberikan definisi baru dan mengubah hukum ke-4? Sama sekali
tidak ada apa? Sama sekali tidak ada bedanya.
And so the book of Revelation speaks about this ultimate taking
of God’s name in vain. The false prophet claiming to speak in God’s name,
having two horns like a lamb, the recognition of two kingdoms within one
nation. These two kingdoms separated from one another. But ultimately speaking
like a dragon.
Maka kitab Wahyu berbicara tentang
parahnya memakai nama Tuhan secara sembarangan. Nabi palsu mengklaim berbicara
atas nama Tuhan, yang memiliki dua tanduk seperti anak domba ~ yaitu pengakuan
dua kerajaan di dalam satu negara, kedua kerajaan ini terpisah satu dari yang
lain ~ tetapi akhirnya berbicara seperti naga.
I’m going to mention something that I saw on television, this
was on a Christian broadcasting network I was watching November 13, 2001, in
Arizona, and there was an individual who was giving his testimony about how God
had led in his life and he said this, “Before I was a Christian, I had visions
of myself preaching in stadiums and before thousands of people…” that was
before he was a Christian, then he said this, “…in the last 12 months I have
been having some new dreams and visions, some amazing dreams. I have been
seeing fire, I have seen myself in stadiums where literal fire was falling from
heaven, the glory of God is about to be revealed visibly.” And then he referred
to the day of Pentecost and the experience of Elijah on Mt. Carmel and the
pillar of fire in the wilderness, to say that this was going to happen as he
preached in huge stadiums before thousands and thousands of people. But this
same individual teaches that we are supposed to keep Sunday holy in honor of
the resurrection of Jesus.
Does the book of Revelation speak about the false prophet
bringing fire down from heaven in the sight of men? I know I am speaking
boldly, but it’s important that we have these things in mind because in the
book of Isaiah 4:1 we are told that in the last days 7 women will lay hold of
one man, or course women represent churches, seven = totality. And they will
lay hold of one man, and they will say, “We will eat our own bread, we will
garb ourselves with our own clothing, only let your name be called upon us, let
us be called by your name.” And that man of course is Jesus.
Saya akan menceritakan sesuatu yang
saya lihat di televisi, ini di saluran siaran Kristen yang saya tonton pada 13
November 2001 di Arizona. Ada seorang yang sedang memberikan kesaksian tentang
bagaimana Tuhan telah membimbing hidupnya dan dia berkata demikian, “Sebelum
saya menjadi Kristen, saya mendapatkan penglihatan diri saya sedang berkhotbah
di stadion-stadion di hadapan ribuan orang…” itu sebelum dia menjadi orang
Kristen, kemudian dia berkata demikian, “…selama 12 bulan yang terakhir, saya
telah mendapatkan mimpi-mimpi baru dan penglihatan-penglihatan, yang
mengagumkan. Saya melihat api, saya melihat diri saya di stadion-stadion di
mana api sungguh jatuh dari langit, dan kemuliaan Tuhan akan dinyatakan secara
nyata.” Kemudian dia menyebut hari Pentakosta dan pengalaman Elia di Bukit
Karmel, dan tiang api di padang gurun, untuk mengatakan bahwa ini
akan terjadi saat dia berkhotbah di stadion-stadion yang sangat besar di
hadapan beribu-ribu orang. Tetapi orang yang sama ini mengajar agar orang
memelihara hari Minggu untuk menghormati kebangkitan Yesus.
Apakah kitab Wahyu berbicara mengenai
nabi palsu yang membawa api turun dari langit di depan mata manusia? Saya tahu
saya berbicara dengan berani, tetapi ini sangat penting dan kita harus mengingat
hal-hal ini karena kitab Yesaya 4:1 memberitahu kita bahwa di hari-hari akhir,
7 orang wanita akan menangkap seorang pria ~ tentu saja wanita-wanita itu
melambangkan gereja-gereja, dan 7 adalah angka keseluruhan. Dan mereka akan
menangkap seorang pria anda mereka akan berkata, “Kami akan menanggung roti dan
pakaian kami sendiri, hanya biarlah namamu dipakai pada kami, biarlah kami dipanggil dengan namamu.” Dan pria itu
tentunya adalah Yesus.
Now, I praise God that the book of Revelation tells us that
there is going to be a faithful remnant. A faithful remnant who does not have
the name on the lips, who does not have the name of God, the name of Christ on
the lips but who has the name of Christ in the forehead. Revelation 14:1 speaks
about a group, the 144’000 which are those who will be alive when Jesus comes,
and we are told these individuals are standing with the Lamb on Mt. Zion, and
we’re told that they have the seal of God in their forehead.
I praise God that God is going to have a group of people in this
world. Who because they love the Lord will obey all of the commandments, will
teach everyone in the world to keep God’s commandments, to preach them not from
Capitol Hill, not from the Supreme Court, but in the pulpits of the churches.
And that Law might not be written on stone but that Law will be written in the
heart.
Nah, puji Tuhan kitab Wahyu mengatakan
kepada kita bahwa akan ada umat sisa
yang setia. Suatu umat sisa yang setia yang tidak menempatkan nama Tuhan di
bibir mereka, yang tidak menempatkan nama Kristus di bibir saja tetapi yang
memiliki nama Kristus di dahi mereka. Wahyu 14:1 berbicara tentang suatu
kelompok, ke-144’000 yaitu mereka yang masih hidup ketika Yesus datang, dan
kita mendapat tahu bahwa orang-orang ini akan berdiri bersama Anak Domba di
Bukit Zion, dan kita diberitahu bahwa mereka memiliki meterai Tuhan di dahi
mereka.
Saya memuji Tuhan, karena Tuhan akan
memiliki kelompok ini di dunia ini, yang karena
mengasihi Tuhan mereka akan mematuhi semua perintahNya, dan akan
mengajar setiap orang di dunia untuk mematuhi perintah Tuhan, dan
mengabarkannya bukan dari Gedung Putih, bukan dari Mahkamah Agung, tetapi dari
mimbar-mimbar gereja. Dan Hukum itu mungkin tidak tertulis di atas batu tetapi
Hukum itu akan ditulis di hati.
You know Jesus said that the mouth speaks from the abundance of
what? Of the heart. So if Jesus is in our heart, our mouth will speak what’s in
our heart. We will not take the name of Jesus in vain, but we will use the name
of Jesus reverently. And the greatest reverence that we can show for Jesus is
the fact that we teach people that we are supposed to obey His commandments
because Jesus said, “If you love Me, you will keep My commandments.”
Kalian tahu Yesus berkata bahwa mulut
berbicara dari kelimpahan apa? Dari kelimpahan hati [Mat 12:34]. Maka jika
Yesus berada di dalam hati kita, mulut kita akan berkata-kata tentang apa yang
ada di hati kita. Kita tidak akan memakai nama Yesus dengan sembarangan, tetapi
kita akan memakai nama Yesus dengan penuh hormat. Dan penghormatan terbesar
yang bisa kita tunjukkan bagi Yesus adalah fakta bagaimana kita mengajar orang
lain supaya mematuhi perintah-perintahNya, karena Yesus berkata, “Jika kamu
mengasihi Aku, kamu akan mematuhi perintah-perintahKu” (Yoh 14:15).
15 10 15
No comments:
Post a Comment