Thursday, February 11, 2016

THE THIRD COMMANDMENT ~ STEPHEN BOHR

THE TEN COMMANDMENTS WEEKEND
Part 3/11 - Stephen Bohr
THE THIRD COMMANDMENT

Dibuka dengan doa.

Good evening.
It’s good to see so many of you out here in Sacramento this evening and it’s also nice to know that there are people from all over the world watching this special celebration of the Ten Commandments. And the assignment that I have been given, which is really exciting to me is to speak on the 3rd commandment of God’s holy law written with His own finger.
So I invite you to open your Bibles with me to the book of Exodus 20:7. It says there,  Thou shalt not take the name of the LORD thy God in vain; for the LORD will not hold him guiltless that taketh his name in vain.
Now, in our study I would like to deal with three specific issues concerning this commandment.
1.   I would like us to speak about the meaning of this commandment.
2.   secondly we want to deal with the breadth of this commandment.
3.   And I want to dedicate most of the time to speaking about the end time implications, the prophetic implications of this third commandment.

Selamat malam.
Saya senang melihat begitu banyak dari kalian datang malam ini ke Sacramento, dan juga menyenangkan mengetahui di seluruh dunia ada yang menyaksikan perayaan istimewa 10 Perintah Tuhan ini. Dan tugas yang diberikan saya, yang membuat saya sangat bersemangat, adalah berbicara tentang perintah ketiga dari hukum Tuhan yang kudus, yang ditulisNya dengan jariNya sendiri.
Maka saya mengundang kalian membuka Alkitab bersama saya ke kitab Keluaran 20:7. Dikatakan di sana,Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN tidak akan menganggap orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan, tidak bersalah.” [NKJV yang diindonesiakan].
Nah, dalam pelajaran kita, saya ingin membahas tiga isu khusus mengenai perintah ini.
1.   saya ingin kita membahas makna dari perintah ini.
2.   kedua kita akan membahas jangkauan perintah ini.
3.   saya ingin mengkhususkan sebagian besar dari waktu ini untuk berbicara tentang implikasi akhir zaman, implikasi nubuatan perintah yang ketiga ini.


Let’s talk first of all about “the name”. You notice it says here Thou shalt not take the name of the LORD thy God in vain…” Now, God’s name is really a revelation of His character. His name is an indication of who He is. And so, along with His name, goes also His reputation because the name is a reflection of who He is, of His character. I would like to read some verses where we find this clearly revealed.
Exodus 33:19 says this, “Then He said, ‘I will make all My goodness pass before you, and I will proclaim the name of the LORD before you. I will be gracious to whom I will be gracious, and I will have compassion on whom I will have compassion.’"
So you notice here God says that He is going to proclaim His name, but what He proclaims is His goodness, and the fact that He has compassion and He is gracious. In other words the proclamation of His name is the proclamation of His character. And so His name is a very serious thing because His name is a reflection of who He is.

Pertama-tama marilah kita berbicara tentang “nama” itu. Kalian perhatikan, dikatakan di sini, Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan…”   Sekarang, nama Tuhan sesungguhnya adalah ungkapan karakterNya. NamaNya adalah suatu indikasi siapa Dia itu. Maka, bersama dengan namaNya, juga ada reputasiNya karena nama itu merupakan refleksi siapakah Dia, refleksi dari karakterNya. Saya ingin membacakan beberapa ayat di mana kita lihat itu dinyatakan dengan jelas.
Keluaran 33:19 berkata demikian, “Tetapi firman-Nya: ‘Aku akan membuat semua kebaikanKu lewat di depanmu dan Aku akan mengumandangkan  nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.’” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi kalian lihat di sini, Tuhan berkata bahwa Dia akan mengumumkan namaNya, tetapi apa yang diumumkanNya adalah kebaikanNya, dan faktanya bahwa Dia mengasihani dan penuh kasih karunia. Dengan kata lain, mengumumkan namaNya adalah mengumumkan karakterNya. Maka namaNya adalah sesuatu yang sangat serius karena namaNya merefleksikan siapa Dia.


Now, the name of God according to Scripture is awesome.
Notice Psalm 99:3, here God invites His people by saying “Let them praise Your great and awesome name --- He is holy.”
Also Psalm 111:9, we are told, He has sent redemption to His people; He has commanded His covenant forever: Holy and reverend is His name.” [KJV]
Notice that God’s name is holy, God’s name is reverend, God’s name is an indication of His character, who He is. Therefore we must be very careful about the way in which we use His name.

Nah, menurut Firman Tuhan, nama Tuhan itu sangat mengagumkan.
Perhatikan Mazmur 99:3, di sini Tuhan mengundang umatNya dengan berkata, Biarlah mereka memuji nama-Mu yang besar dan mengagumkan:  Kuduslah Ia.” [NKJV yang diindonesiakan]
Juga di Mazmur111:9 kita mendapat tahu, Dia telah mengirimkan penebusan kepada umat-Nya, Dia menegakkan perjanjian-Nya selamanya; kudus dan mengagumkan itulah namaNya.[KJV yang diindonesiakan]
Perhatikan bahwa nama Tuhan itu kudus, nama Tuhan itu mengagumkan. Nama Tuhan merupakan indikasi karakterNya, siapakah Dia. Itulah sebabnya kita harus sangat berhati-hati dengan cara kita memakai namaNya.


So you notice that in this commandment it speaks about the name of God and then it tells us that we are supposed to be careful about taking that Name in vain.
Now, the question is what is the word “taking” mean? “To take His Name”. Well, you know when a child is born, the child takes on the family name. I have two children, both of them are Bohrs, Jennifer and Steve. In other words when they were born they took on the family name. And so it is when we receive Jesus as our Lord and Savior, we take on the name Christian. In other words we identify with the bearer of the name. And of course the Bearer of the name wants us to reflect the meaning of that name in our life.

Jadi kita lihat bahwa perintah ini berbicara tentang nama Tuhan, kemudian kita diberitahu bahwa kita harus berhati-hati jangan memakai Nama tersebut dengan sembarangan.
Sekarang, pertanyaannya adalah, apa makna kata “memakai”? “Memakai namaNya”. Nah, kita tahu saat seorang anak dilahirkan, anak itu memakai nama keluarganya. Saya punya dua anak, kedua-duanya adalah Bohr, Jennifer dan Steve. Dengan kata lain, ketika mereka lahir, mereka memakai nama keluarga. Begitu juga pada waktu kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita memakai nama Kristen. Dengan kata lain, kita mengidentifikasi diri kita dengan pemilik nama tersebut. Tentu saja pemilik nama itu ingin kita merefleksikan makna nama tersebut dalam hidup kita.


Now, when I speak in the name of the Lord, I am actually speaking for Him because I am bearing His name. So if I say that I am a Christian, or I am a follower of God, the honor of God is at stake because when I take His name, I represent Him. I speak for Him in other words. I am sure you’ve heard the expression “he disgraced the family name” or the expression that individual “ruined my good name”. In other words when we take the name of God, we are supposed to make sure that in our lives, we reflect what that name means, what that name represents.  To take that name and to live like the devil would actually make God look bad. It would actually be a reflection, so to speak, on God’s character.

Nah, bila saya berbicara atas nama Tuhan, sesungguhnya saya berbicara untuk Dia karena saya sedang memakai namaNya. Maka jika saya berkata saya seorang Kristen atau seorang pengikut Tuhan, kehormatan Tuhan sedang dipertaruhkan karena saya memakai namaNya, saya mewakiliNya, dengan kata lain saya berbicara untukNya. Pasti kalian pernah mendengar ungkapan “dia telah memalukan nama keluarga” atau ungkapan seseorang “telah merusak nama baik saya.” Dengan kata lain pada waktu kita memakai  nama Tuhan, kita diwajibkan memastikan bahwa hidup kita mencerminkan makna nama itu, apa yang diwakili oleh nama itu. Jika kita memakai nama tersebut tetapi hidup seperti setan malah akan menjelekkan Tuhan. Itu merupakan cermin, katakanlah, dari karakter Tuhan.


And so we find in this commandment that we are supposed to be very careful about taking the name of the Lord, God. Taking it how? In vain.
Now what does that word “vain” mean?
I looked for every reference in the Old Testament that uses this Hebrew word and basically what the word means is using the name in a meaningless fashion, in an empty fashion.
For example it is used in Psalm 60:11 where we are told that  “…vain is the help of man.” In other words the help of man is useless. The word “vain” means useless.
It’s used in Isaiah 1:13 where we are told that Israel was bringing “vain sacrifices” in other words sacrifices that had no meaning, they were meaningless, they were useless. And probably this is the reason why the NIV translates this commandment by saying, “You shall not misuse God’s name.” It means to use God’s name carelessly, to use His name without thinking, it means using His name uselessly.
Now this commandment is very broad then.

Maka di dalam perintah ini kita lihat bahwa kita diwajibkan bersikap sangat hati-hati dalam memakai nama Tuhan, Allah. Memakainya secara apa? Secara sembarangan.
Nah, apa maksud kata “sembarangan”?
Saya mencari setiap referensi di dalam Perjanjian Lama yang memakai kata Ibrani ini dan pada dasarnya apa yang dimaksud oleh kata tersebut adalah memakai nama itu tanpa memberinya arti, memakainya dengan sia-sia.
Misalnya kata itu dipakai di Mazmur 60:11 di mana kita mendapat tahu bahwa “…sia-sia pertolongan dari manusia…” Dengan kata lain, pertolongan manusia tidak ada gunanya. Kata “sia-sia” berarti tidak ada gunanya.
Kata itu juga dipakai di Yesaya 1:13 di mana kita mendapat tahu bahwa Israel membawa “kurban-kurban yang tidak bermakna” dengan kata lain korban-korban yang tidak berarti, kurban-kurban yang sia-sia, yang tidak berguna.
Dan kira-kira itulah sebabnya mengapa NIV menerjemahkan perintah ini demikian, “Jangan kamu menyalahgunakan nama Tuhan.” Artinya memakai nama Tuhan sembarangan, memakai namaNya tanpa berpikir, artinya memakai namaNya dengan sia-sia.
Kalau begitu perintah ini sangat luas.


Allow me to share with you some individual implications of this commandment  before we speak about the end time prophetic dimensions of this commandment.
·       This commandment forbids people from using profanity, God’s name in profanity.
·       It forbids using God’s name in common ordinary conversation.
·       It forbids using God’s name in hymns when we are not really thinking about what we are singing.
·       It includes uttering prayers, repetitious prayers where we are using God’s name but we are not really thinking about what we are saying in our prayers.
·       It includes claiming the name of God and in our lives denying His character.
·       It includes swearing in God’s name, saying it in court and then lying, that’s a reflection on God because we are using His name to indicate that we are telling the truth.
·       It includes using slang words such as ~ and I mention them even though if we shouldn’t ~ such as “Gee”, “Gosh”, “my God”, “Golly”. We all get caught up in using slang words which are really slang words which refer to the name of God. This commandment also involves making a vow in God’s name and not living up to our vow.
·       It also involves blaspheming God’s name,
·       and by the way it also includes the fact that no one in earth is to be called “reverend” because in Scripture it is God’s name, which is “Holy and Reverend”.
So this commandment is very broad, it includes many aspects of our lives and you know if we take a look at the list that I’ve mentioned, of violations of this commandment, I’m sure that all of us at one point or another have been transgressors of this commandment. It is very, very broad.

Izinkan saya membagikan kepada kalian beberapa implikasi individual dari perintah ini sebelum kita membahas dimensi nubuatan akhir zamannya.
·       Perintah ini melarang orang memakai kata-kata umpatan, nama Tuhan sebagai umpatan.
·       Perintah ini melarang pemakaian nama Tuhan dalam pembicaraan sehari-hari yang umum.
·       Perintah ini melarang pemakaian nama Tuhan dalam hymne (lagu-lagu pujian) pada waktu pikiran kita tidak ada pada apa yang sedang kita nyanyikan.
·       Termasuk mengucapkan doa-doa, doa yang diulang-ulang di mana kita memakai nama Tuhan tetapi sebenarnya kita tidak memikirkan apa yang kita katakan dalam doa-doa kita.
·       Termasuk mengklaim nama Tuhan namun dalam hidup kita, kita menolak karakterNya.
·       Termasuk bersumpah dengan nama Tuhan, mengucapkannya di pengadilan lalu berbohong, itu menyangkut Tuhan karena seharusnya kita memakai nama Tuhan sebagai pertanda bahwa kita mengatakan yang sebenarnya.
·       Termasuk memakai kata-kata kiasan seperti ~ dan saya menyebutnya di sini walaupun sesungguhnya itu tidak boleh ~ seperti “Gee” (lafal huruf G untuk God), “Gosh”, “my God”, “Golly” [semuanya berarti “astaga”]. Kita semua terjebak memakai kata-kata kiasan ini yang sebenarnya adalah kata-kata kiasan yang mengacu kepada nama Tuhan.
·       Perintah ini juga mengenai membuat sumpah dalam nama Tuhan dan mengingkari sumpah itu.
·       Juga termasuk menghujat nama Tuhan,
·       dan juga termasuk bahwa sebenarnya di dunia tidak ada manusia yang boleh disebut “Reverend” [=Yang dihormati. Biasanya gereja-gereja Protestan menyebut pendeta mereka Reverend = Rev.] karena di Alkitab itu adalah nama Tuhan yaitu “kudus dan terhormat.”
Jadi perintah ini sangat luas, termasuk banyak aspek dalam hidup kita. Dan jika kita melihat daftar yang saya sebutkan tentang pelanggaran-pelanggaran perintah ini, saya yakin kita semua pernah suatu waktu melanggar perintah ini. Perintah ini amat sangat luas.


So this commandment is telling us be careful about the way in which you use God’s name. Don’t use it meaninglessly. Don’t use it in an empty fashion. Make sure you think of what you are doing, respect His name, for His name is Reverend, His name is Holy.

Jadi perintah ini menyuruh kita berhati-hati dengan cara kita memakai nama Tuhan. Jangan memakainya tanpa makna. Jangan memakainya dengan sia-sia. Pastikan kita berpikir apa yang kita lakukan, hormati namaNya, karena namaNya Terhormat, namaNya Kudus.


Now, I would like to dedicate most of my time this evening to speak about the prophetic implications of the third commandment.
Now, we’ve all noticed in the book of Revelation that the end time crises in this world is going to involve primarily the first 4 commandments of the Law of God, what is known as the first table of the Law.
For example, we know that the Beast of Revelation 13 is going to demand worship. This is  a violation of the first commandment, which says that we are only to worship whom? God.
The second commandment is involved. Because there is an image of the Beast and the beast commands everyone to worship the image, the Bible says that we are not supposed to bow down before images, graven images.
We all know that it involves the 4th commandment, primarily the 4th commandment. That’s why the first angel’s message tells us that we are supposed to honor the Creator of the heavens, the earth, the seas and the fountains of waters. That’s why the commandment tells us beware of worshiping the Beast and its image.

Sekarang, saya mau mendedikasikan sebagian besar waktu saya malam  ini untuk berbicara mengenai implikasi nubuatan perintah yang ketiga ini.
Nah, kita semua telah melihat di kitab Wahyu bahwa krisis akhir zaman di dunia terutama menyangkut ke-4 perintah yang pertama dari Hukum Tuhan, yang kita kenal sebagai loh/tablet Hukum yang pertama.
Misalnya, kita tahu bahwa Binatang Wahyu 13 akan menuntut untuk disembah. Ini merupakan pelanggaran perintah yang pertama yang berkata bahwa kita hanya boleh menyembah siapa? Tuhan.
Perintah yang kedua juga terlibat. Karena ada patung Binatang, dan binatang itu menyuruh semua orang menyembah patung tersebut. Alkitab berkata bahwa kita tidak boleh sujud di depan patung, patung buatan.
Kita semua tahu bahwa itu melibatkan juga perintah keempat, dan terutama perintah ke-4. Itulah sebabnya pekabaran malaikat pertama memberitahu kita bahwa kita harus menghormati sang Pencipta langit, bumi, laut dan mata air. Itulah sebabnya perintah itu menyuruh kita harus waspada terhadap penyembahan Binatang dan patungnya.


But you know, when I was asked to make this presentation, I had to sit down for a while and think about how the 3rd commandment is involved in the end time crises. We don’t usually think about the 3rd commandment being involved. Oh, yes, worship, images, the Sabbath, all of those are very clearly revealed in Revelation, but what about the 3rd commandment of the Law of God?

Tetapi, kalian tahu, ketika saya diminta untuk membuat presentasi ini, saya harus mengambil waktu dan berpikir dulu, bagaimana perintah yang ketiga ini terlibat dalam krisis akhir zaman. Biasanya kita tidak berpikir bahwa perintah yang ketiga ini terlibat. Oh, iya, penyembahan, patung, Sabat, semua itu jelas dinyatakan di kitab Wahyu, tetapi bagaimana dengan perintah ketiga dari Hukum Tuhan?


I am going to share with you some very clear biblical testimony that this commandment is very much involved in the final crises. And I would like to approach it from the perspective of the biblical concept of a true prophet and a false prophet.
First of all I would like to talk about a true prophet. A true prophet is God’s mouthpiece. In other words a true prophet speaks in God’s name. In fact the Hebrew word  נביא   [nâbı̂y' naw-bee']  where we get the word “prophet” from, means an announcer or a declarer and all scholars that I have read, say that he is an announcer or declarer of God’s words. In other words he is God’s mouthpiece, he claims to speak for God.
In the New Testament, the Greek word προφήτης  [prophētēs  prof-ay'-tace]  where we get our word “prophet” from, means literally “one who speaks for another”. And so the true biblical prophet claims to speak to the people in God’s name. Now, in the Old Testament we find repeated references to prophets who claim to speak in God’s name but they were false prophets. And this is the ultimate taking of God’s name in vain, we are going to find prophetically speaking.

Saya akan membagikan beberapa kesaksikan alkitabiah yang sangat jelas bahwa perintah ini sangat terlibat dalam krisis terakhir. Dan saya ingin memulai dari perspektif konsep alkitab tentang seorang nabi yang sejati dan nabi yang palsu.
Pertama, saya ingin berbicara tentang seorang nabi yang sejati.
Seorang nabi sejati, adalah jurubicara Tuhan. Dengan kata lain, seorang nabi sejati berbicara atas nama Tuhan. Bahkan kata Ibrani נביא [nâbı̂y' naw-bee']  dari mana kita memperoleh kata “nabi”, berarti seorang yang memberikan pengumuman atau seorang yang memberikan pernyataan, dan semua pelajar Alkitab yang sudah saya baca, berkata bahwa seorang nabi adalah orang yang mengumumkan atau menyatakan kata-kata Tuhan. Dengan kata lain, dia jurubicara Tuhan, dia mengklaim berbicara untuk Tuhan.
Di Perjanjian Baru, kata Greeka προφήτης  [prophētēs  prof-ay'-tace] dari mana kita memperoleh kata “prophet”[ = nabi] secara harafiah berarti “seseorang yang berbicara untuk orang lain”. Maka seorang nabi sejati menurut Alkitab mengklaim berbicara kepada umat atas nama Tuhan. Nah, di Perjanjian Lama berulang-ulang kita temukan referensi nabi-nabi yang mengklaim berbicara atas nama Tuhan, tetapi mereka ternyata nabi palsu. Dan katakanlah, berbicara tentang nubuatan, ini adalah memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah yang kita temukan.


Notice for example Deuteronomy 18:20, it says here, But the prophet who presumes to speak a word…”  now, notice this, “…in My name, which I have not commanded him to speak, or who speaks in the name of other gods, that prophet shall…”  what?   “… that prophet shall die.”
Notice, that a prophet who claims to speak in God’s name but is not really in tune with God, in the Old Testament, that prophet is to die.
Notice also Jeremiah 14:14, it says there, And the LORD said to me, ‘The prophets prophesy lies in My name. I have not sent them, commanded them, nor spoken to them; they prophesy to you a false vision, divination, a worthless thing, and the deceit of their heart.’”
Notice once again the idea of the false prophet speaking in God’s name.
Now, let me ask you, is the false prophet taking God’s name in vain? Yes or no? Absolutely.

Contohnya, perhatikan kitab Ulangan 18:20, dikatakan di sini, “…Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani mengucapkan suatu perkataan…”  sekarang, perhatikan ini,   “… atas nama-Ku, perkataan yang tidak Kuperintahkan supaya dia ucapkan, atau yang berkata atas nama allah lain, nabi itu harus mati.”[NKJV yang diindonesiakan].
Perhatikan, seorang nabi yang mengklaim berbicara atas nama Tuhan, tetapi sebenarnya tidak selaras dengan Tuhan, di Perjanjian Lama nabi itu harus mati.
Perhatikan juga Yeremia 14:14, dikatakan di sana, “Jawab TUHAN kepadaku: ‘Para nabi itu bernubuat palsu dengan nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong, hal yang tidak berguna, dan  tipu rekaan hatinya sendiri.”
Perhatikan lagi gagasan nabi palsu yang berbicara  atas nama Tuhan.
Sekarang coba saya tanya, apakah nabi palsu itu memakai nama Tuhan dengan sembarangan? Ya atau tidak? Tentu saja.


Let’s read one more verse. Jeremiah 23:25 on the concept of the false prophet and there are many references particularly in the books of Isaiah, Jeremiah, and Ezekiel. We are told in Jeremiah 23:25, I have heard what the prophets have said who prophesy lies in My name, saying, 'I have dreamed, I have dreamed!’”
Do false prophets have dreams and visions? They most certainly do.
Do they claim to speak in God’s name? They most certainly do.
True prophets also claim to speak in God’s name.
Now, here is the big question. How do you know whether a prophet is false or whether a prophet is true? How do you know whether a prophet is using God’s name legitimately and speaking for Him, or whether a prophet is speaking in God’s name but is actually speaking of visions and dreams which he has had himself, which God has not given him.
How do we know the difference?

Mari kita baca satu ayat lagi. Yeremia 23:25 tentang konsep nabi palsu, dan khususnya di dalam kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel ada banyak sekali referensi tentang ini. Di Yeremia 23:25 kita diberitahu, Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang bernubuat palsu atas nama-Ku dengan mengatakan: ‘Aku telah bermimpi, aku telah bermimpi’.”
Apakah nabi palsu bermimpi dan melihat khayal? Tentu saja.
Apakah mereka mengklaim berbicara atas nama Tuhan? Betul sekali.
Nabi yang sejati juga mengaku berbicara atas nama Tuhan.
Sekarang, pertanyaannya yang penting, bagaimana kita tahu apakah seorang nabi itu palsu atau sejati? Bagaimana kita tahu apakah nabi itu memakai nama Tuhan secara resmi dan berbicara untuk Tuhan, atau apakah nabi itu berbicara atas nama Tuhan tetapi sebenarnya menyampaikan khayal dan mimpi yang berasal dari dirinya, yang tidak diberikan Tuhan kepadanya. Bagaimana kita bisa tahu bedanya?


In the book of Deuteronomy we have the answer. Deuteronomy 13:1-5, it’s a lengthy passage but a very important passage. Notice this, "If there arises among you…”  I want you to notice that this is not some prophet from some other nation, this is someone who arises in the nation of Israel, within Israel,   “…If there arises among you a prophet or a dreamer of dreams…”  and now notice,   “…and he gives you a sign or a wonder…”  do you notice here that there are false prophets who do signs and wonders? Very important to remember all of these things because in a moment we are coming to the New Testament.   “…2and the sign or the wonder comes to pass, of which he spoke to you, saying, 'Let us go after other gods' --- which you have not known --- 'and let us serve them,' 3you shall not listen to the words of that prophet or that dreamer of dreams, for the LORD your God is testing you to know whether you love the LORD your God with all your heart and with all your soul.…”  And now notice the litmus test,   “… 4You shall…”  what? Notice the synonyms,   “…You shall walk after the LORD your God and fear Him, and keep His commandments and obey His voice; you shall serve Him and hold fast to Him…”  Do you know all the synonyms we have here? Love, fear, keep the commandments, obey His voice, serve Him, hold fast to Him. That’s what the true prophet teaches. Now notice what the passage continues saying, “… 5But that prophet or that dreamer of dreams shall be put to death, because he has spoken in order to turn you away from the LORD your God, who brought you out of the land of Egypt and redeemed you from the house of bondage, to entice you from the way in which the LORD your God commanded you to walk. So you shall put away the evil from your midst.”

Dalam kitab Ulangan kita temukan jawabannya. Ulangan 13:1-5, ini adalah bacaan yang panjang tetapi sangat penting. Perhatikan ini, “Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, …”  sekarang perhatikan,   “… dan ia memberikan kepadamu suatu  tanda atau mujizat, …”  apakah kalian lihat di sini bahwa ada nabi-nabi palsu yang memberikan tanda-tanda dan mujizat-mujizat? Sangat penting untuk mengingat semua hal ini karena nanti kita akan ke Perjanjian Baru.   “…2 dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: ‘Mari kita mengikuti allah lain’, yang tidak kaukenal, ‘dan mari kita berbakti kepadanya’ 3 maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, menguji kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu…”  dan sekarang perhatikan ujian tertingginya,   “…4 TUHAN, Allahmu, harus kamu…”  apa? Perhatikan sinonim-sinonimnya.   “…harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus melakukan perintah-Nya, kamu harus melakukan perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut erat-erat…”  Tahukah kalian semua sinonim yang ada di sini? Mengasihi, takut, melakukan perintahNya, mendengarkan suaraNya, berbakti kepadaNya, berpaut erat-erat kepadaNya. Itulah yang diajarkan nabi yang sejati. Sekarang perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya,    “…5 Tetapi nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati karena Ia telah berbicara untuk mengalihkan kamu dari TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. [NKJV yang diindonesiakan].


So basically a true prophet can perform signs and wonders. But he teaches God’s people because he rises among them, he teaches God’s people to obey the commandments of God. He teaches them to fear the Lord to walk in His ways, to love God.
The false prophet on the other hand also performs signs and wonders but his message is false because he leads God’s people astray from God’s commandments and from fearing God and from loving God and from following His will and obeying His voice. In other words the test is not the signs and wonders but the test is whether there is obedience to God’s Law taught by the prophet.

Jadi, pada dasarnya, seorang nabi sejati bisa melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi dia mengajar umat Tuhan ~ karena dia muncul dari antara mereka ~ dia mengajar umat Tuhan agar mematuhi perintah-perintah Tuhan. Dia mengajar mereka agar takut kepada Tuhan, dan berjalan di jalan Tuhan, agar mengasihi Tuhan.
Di pihak lain, nabi yang palsu juga melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat tetapi pekabarannya palsu karena dia membawa umat Tuhan menjauh dari perintah-perintah Tuhan dan dari takut akan Tuhan, dan dari mengasihi Tuhan, dan dari mengikuti kehendak Tuhan dan mematuhi kata-kata Tuhan. Dengan kata lain, tolok ukurnya bukanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi tolok ukurnya adalah apakah nabi itu mengajarkan kepatuhan kepada hukum Tuhan.


Now I want you to notice a very interesting passage that we find in the New Testament. Moving on to the New Testament. Are there individuals who claim to be prophets who take God’s name in vain? We’ve just noticed that in the Old Testament. Are there prophets who use God’s name but they don’t speak in vain with God’s name in vain? Absolutely.
Now, go with me to Matthew 7:15, we are going to look at several verses, beginning with verse 15. And there are several details that I want to underline. Please follow the train of thought.
Matthew 7:15 says,  "Beware of…”  what?   “… false prophets, who come to you in…”  what?   “…sheep's clothing…”  what did sheep represent in Old Testament? Jesus!   “…who come to you in sheep’s clothing but inwardly they are…”  what?   “… ravenous wolves. …”
You see the difference? Outside, they are false prophets they appear in sheep’s clothing, but they are really what? Ravenous wolves.

Sekarang saya mau kalian perhatikan suatu bacaan yang sangat menarik yang kita dapati di Perjanjian Baru. Kita beralih ke Perjanjian Baru. Apakah ada orang-orang yang mengklaim sebagai nabi yang memakai nama Tuhan dengan sia-sia? Kita baru saja melihat itu di Perjanjian Lama. Apakah ada nabi-nabi yang memakai nama Tuhan tetapi mereka tidak berbicara dengan sia-sia, mereka tidak berbicara atas nama Tuhan dengan sia-sia? Tentu saja.
Sekarang marilah bersama saya ke Matius 7:15, kita akan melihat beberapa ayat, mulai dengan ayat 15, lalu ada beberapa detail yang mau saya garisbawahi. Harap kalian ikuti alur pikiran ini.
Matius 7:15 berkata, "Waspadalah terhadap…”  apa?   “… nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan…”  apa?   “…menyamar seperti domba…”  Di Perjanjian Lama domba melambangkan siapa? Yesus! “…yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah…”  apa?   “… serigala yang buas.”
Kalian melihat bedanya? Di luar, mereka yang adalah nabi-nabi palsu ini, mereka tampil seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka apa? Serigala buas.


Now, notice Matthew 7:21, is this speaking about false prophet of the Jean Dixon type? Absolutely not. This is speaking about the people who claim to follow the Lord. Notice verse 21,  "Not everyone who says to Me, 'Lord, Lord,'…”  are these Christians? Are these professed Christians? Sure because only a professed Christian would call Jesus, “Lord, Lord.”    “…Not everyone who says to Me, ‘Lord, Lord’,  shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father in heaven…”  And now notice verse 22,   “…Many will say to Me in that day…”  and by the way this is speaking about end time,    “…in that day…”  in the day of judgment,   “…'Lord, Lord, have we not prophesied…”  how?   “… in Your name…”  are they false prophets? Yes they are. Do they look like sheep outside? Yes. Are they really ravenous wolves? Absolutely. Now notice, “…Many will say to Me in that day, ‘Lord, Lord have we not prophesied in Your name…”  are they taking God’s name in vain, yes or no? Absolutely, and   “…cast out demons…”  how?   “… in Your name, and done many wonders…”  how?   “… in Your name?'…”  Do these false prophets have what appear to be genuine spiritual gifts? Absolutely, just like the prophets in the Old Testament who did signs and wonders? Here is a group of individuals who look like sheep outside, inside they are ravenous wolves, they call Jesus ‘Lord, Lord’, they claim to speak in His name, they perform signs and wonders. Now the big question is, why were they false? If they spoke in the name of Jesus, if they performed signs and wonders, what was the problem? Do you remember in the Old Testament, that the false prophets were distinguished because they did not teach God’s people to obey God’s holy commandment and to follow His voice, to love Him and to fear Him and to respect Him? The false prophets didn’t teach that. Only the true prophets.  Now I want you to notice verse 23, this is a critically important verse, still speaking about these false prophets. It says,    “…23               And then I will declare to them, 'I never knew you…”  not even while they were doing signs and wonders.   “…I never knew you…” and now notice, “…depart from Me, you who practice…”  what?   “…who practice lawlessness!'”

Nah, perhatikan Matius 7:21, apakah ini berbicara tentang nabi palsu model Jean Dixon? Sama sekali bukan. Ini berbicara tentang mereka yang mengaku sebagai pengikut Tuhan. Perhatikan ayat 21,21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! …”  apa mereka ini orang Kristen? Apakah ini yang mengaku sebagai orang Kristen? Tentu saja, karena hanya seorang yang mengaku Kristen yang akan memanggil Yesus, “Tuhan, Tuhan.”   “…Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga…”  Dan sekarang perhatikan ayat 22,   “…22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku…”  dan ketahuilah ini berbicara tentang akhir zaman,   “…pada hari akhir…”  pada hari penghakiman,   “…Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat…”  bagaimana?   “…dalam nama-Mu…”  apakah mereka ini nabi-nabi palsu? Ya, benar. Apakah penampilan mereka ibarat domba di luarnya? Ya. Apakah sebenarnya mereka serigala buas? Ya. Sekarang perhatikan,   “…Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu…”  apakah mereka memakai nama Tuhan sembarangan, ya atau tidak? Tentu saja.  “…dan mengusir setan…”  bagaimana?   “…dalam nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat…”  bagaimana? “…dalam nama-Mu juga…”  Apakah nabi-nabi palsu ini sepertinya memiliki karunia rohani yang sejati? Tentu saja, persis seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.  Di sini ada sekelompok manusia yang penampilannya seperti domba di luarnya, tetapi di dalam mereka adalah serigala buas, mereka memanggil Yesus  “Tuhan, Tuhan”, mereka mengklaim berbicara dalam namaNya, mereka melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
Sekarang, pertanyaannya yang penting adalah, mengapa mereka ini dianggap palsu? Jika mereka berbicara dalam nama Yesus, jika mereka melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, masalahnya di mana?
Apakah kalian ingat di Perjanjian Lama, nabi-nabi palsu ini dikenali karena mereka tidak mengajar umat Tuhan untuk mematuhi perintah Tuhan yang kudus dan mengikuti perkataanNya, untuk mengasihiNya dan takut kepadaNya dan menghormatiNya? Nabi-nabi yang palsu tidak mengajarkan itu. Hanya nabi-nabi yang sejati.
Sekarang saya mau kalian lihat ayat 23, ini adalah ayat yang sangat penting, masih berbicara mengenai nabi-nabi palsu, dikatakan, 23 Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu!…”  bahkan tidak sewaktu mereka sedang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.   “…Aku tidak pernah mengenal kamu. …”  sekarang perhatikan,   “…Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian yang melakukan…”  apa?   “…yang melakukan pelanggaran hukum!" [NKJV yang diindonesiakan].


What characterizes these false prophets? They claim to speak in the name of Jesus,  they claim to cast out demons in the name of Jesus, they perform miracles in the name of Jesus, in other words they were taking the name of Jesus but they were doing it in vain because we are told here that they were what? They practice lawlessness.

Apa karakteristik nabi-nabi palsu ini? Mereka mengklaim berbicara atas nama Yesus, mereka mengklaim mengusir setan dalam nama Yesus, mereka mengerjakan mujizat dalam nama Yesus, dengan kata lain mereka memakai nama Yesus tetapi mereka memakainya dengan sembarangan karena kita diberitahu bahwa mereka apa? Mereka melakukan pelanggaran hukum Tuhan.


Now, do you know there is an interesting verse that as SDA we use very frequently to speak about the definition of sin? 1 John 3:4. What does that say? Everyone who sins, what?Whosoever committeth sin…”  what?   “… transgresseth also the law: for sin is the transgression of the law.”

Sekarang, tahukah kalian ada ayat yang menarik yang sering kami sebagai MAHK memakainya untuk berbicara tentang dosa? 1 Yohanes 3:4, apa katanya? Setiap orang yang berbuat dosa, bagaimana?  Setiap orang yang berbuat dosa…”  apa?   “…melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”
  

Do you know that expression “transgression of the law” is identical expression that translates the word “lawlessness”. In other words, the NKJV says “lawlessness” the KJV says “transgression of the law”. It’s the same word.
In other words what characterizes these false prophets who speak in Christ’s name and who performs signs and wonders? What distinguish them from true prophets? The fact that they practice and teach what? They practice and they teach lawlessness. Is this right in line with what we found concerning Old Testament prophets,  those who claim to speak in God’s name? Absolutely.

Dengan kata lain, apa yang menjadi karakter nabi-nabi palsu yang berbicara atas nama Kristus dan yang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat? Apa yang membedakan mereka dari nabi-nabi yang sejati? Faktanya bahwa mereka melakukan dan mengajarkan apa? Mereka melakukan dan mereka mengajarkan pelanggaran hukum. Apakah ini selaras dengan apa yang kita temukan pada nabi-nabi Perjanjian Lama yang mengklaim mereka berbicara atas nama Tuhan? Betul sekali.


Now, let’s summarize what we have studied from the Old and from the New Testament. Matthew 7 is speaking about things that are going to happen in the end times, right? “…Many will say to Me in that day…”
Both passages in the Old Testament and the New Testament speak about false prophets. As we’ve noticed in the passage in Matthew the false prophets come clothed in what? Sheep’s clothing, but inside they are ravenous what? Wolves. And they perform what? Signs and wonders. And what is the issue? The issue is the Law of God. Your attitude towards the law of God. You see, it’s possible for a person to claim to be a Christian  and to speak in the name of Jesus and to do signs and wonders and miracles and still not be on God’s side, that is using, that is the ultimate use of God’s name in vain. To claim to speak in His name, when God has not spoken.

Sekarang, marilah kita simpulkan apa yang telah kita pelajari dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Matius 7 berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman, benar?  “…Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku…”
Baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbicara tentang nabi palsu. Sebagaimana yang kita temukan di Matius, nabi-nabi palsu itu datang berpenampilan seperti apa? Seperti domba. Tetapi di dalam, mereka adalah apa yang buas? Serigala yang buas. Dan mereka membuat apa? Tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Dan isunya apa? Isunya adalah Hukum Tuhan. Sikap manusia terhadap Hukum Tuhan. Kalian lihat, bisa saja seorang mengklaim sebagai orang Kristen dan berbicara atas nama Yesus dan membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban, namun tetap tidak berada di pihak Tuhan. Itulah memakai, itulah yang namanya memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah, yaitu mengklaim berbicara atas namaNya, padahal Tuhan tidak mengatakan apa-apa kepadanya.


And by the way, what we are speaking about is extremely important, because this is dealing with the end time. Notice the passage that continues after verse 23. It says in verse 24, Therefore whoever hears these sayings of Mine, and does them…”  see, that’s what a true prophet does: hears the words, does them.   “…I will liken him to a wise man who built his house on the rock:…”  of course the rock is Jesus. And now notice, “…and the rain descended, the floods came, and the winds blew…”  this is speaking about the final tribulation, the releasing of the winds, the flooding and overflowing the river Euphrates in Revelation 16. So it says,  “…and the rain descended, the floods came, and the winds blew, and beat on that house; and it did not fall, for it was founded on the rock…”  what does it mean to be founded on the rock?  “…whoever hears these sayings of Mine, and…”  what? “…does them…” Now what about the other side, what about the false prophets, who use God’s name but they do it in vain? Notice the other side of the equation. Verse 26,   “….26But everyone who hears these sayings of Mine, and does not do them, will be like a foolish man who built his house on the sand: 27and the rain descended, the floods came, and the winds blew and beat on that house; and it fell. And great was its fall."

Dan ketahuilah, apa yang kita bicarakan ini sangat penting karena ini berkaitan dengan akhir zaman. Perhatikan bacaan selanjutnya setelah ayat 23. Dikatakan di ayat 24, Oleh sebab itu, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya…”  lihat, itulah yang dilakukan seorang nabi sejati: dia mendengar perkataan Tuhan dan melakukannya,   “…ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.…”  Tentu saja batu ini adalah Yesus. Dan sekarang perhatikan,  “… 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup…”  ini berbicara tentang masa kesusahan yang terakhir, saat angin-angin dilepaskan, dan meluapnya sungai Eufrat di Wahyu 16. Maka dikatakan,  “…Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu…”  apa maksudnya didirikan di atas batu?   “…setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan…”  apa?   “…melakukannya…”  Sekarang, bagaimana dengan pihak sebaliknya, bagaimana dengan para nabi palsu yang memakai nama Tuhan tetapi mereka memakainya dengan sia-sia? Perhatikan persamaan dari pihak yang sebaliknya. Ayat 26 “…Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup dan melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kejatuhannya." [NKJV yang diindonesiakan].

          
So you have the two groups those who truly have  the name of Jesus who keep His Laws and those who claim to prophesy in the name of Jesus but they encourage people to break and to transgress and disobey God’s holy law. You might say you have the commandments of God and the traditions of men.

Jadi ada dua kelompok, mereka yang benar-benar memiliki nama Yesus yang benar-benar memelihara hukumNya, dan mereka yang mengklaim bernubuat dalam nama Yesus tetapi mereka mendorong orang melawan dan melanggar dan tidak mematuhi hukum Tuhan yang suci. Bisa dikatakan di sini, perintah Tuhan melawan tradisi manusia.


Now, notice in this context Matthew 7:28-29, the conclusion of this passage says, “And so it was, when Jesus had ended these sayings, that the people were astonished at His teaching, 29     for He taught them as one having…”  what?   “… authority, and not as the scribes.”
Do you see the contrast here? The scribes play the role of the false prophets, Jesus is playing the role of the what? Of the true prophet. The conflict in other words is between the commandments of God and the traditions of men.
Do you know that Jesus never quoted the rabbis of His day and age? Everytime that Jesus spoke He said, “It is written” or “What do the Scriptures say?”

Sekarang, perhatikan dalam konteks ini Matius 7:28-29, kesimpulan bacaan ini berkata, Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang memiliki…”  apa?   “… memiliki kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah kalian melihat kontrasnya di sini? Para ahli Taurat berperan sebagai nabi-nabi palsu. Yesus berperan sebagai apa? Nabi yang sejati. Dengan kata lain, konfliknya adalah antara perintah Tuhan dengan tradisi manusia.
Tahukah kalian Yesus tidak pernah mengutip apa yang dikatakan para rabi pada zamanNya? Setiap kali Yesus berbicara Dia berkata, “Ada tertulis” atau “Apa yang tertulis di Kitab?”


Now I want you to go with me to Matthew 24 and notice verses 11-12. The same idea, the false prophet and lawlessness. Matthew 24:11-12 says,  Then many false prophets will rise up and deceive many…”  and now notice what verse 12 says,   “… 12And because…”  what?   “… lawlessness will abound, the love of many will grow cold.”
Are false prophets once again connected with lawlessness? Absolutely. And you’ll notice that we are told here that because of lawlessness, love will grow what? Will grow cold. Because love is the fulfilling of the law. So if you have lawlessness you have no love.

Sekarang saya mau mengajak kalian ke Matius 24 dan perhatikan ayat 11-12. Gagasan yang sama, nabi palsu dan pelanggaran hukum. Matius 24:11-12 berkata, Lalu banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. …”  Dan sekarang perhatikan apa kata ayat 12,   “…12  Dan karena makin bertambahnya…”  apa?   “… pelanggaran hukum, maka kasih banyak orang akan menjadi dingin.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah nabi palsu sekali lagi dikaitkan dengan pelanggaran hukum? Betul sekali. Dan kalian akan melihat bahwa kita diberitahu karena adanya pelanggaran hukum, kasih akan menjadi apa? Akan menjadi dingin. Karena kasih adalah penggenapan hukum. Maka jika ada pelanggaran hukum, tidak ada lagi kasih.


And then I want you to notice that these false prophets in the end time will perform signs and wonders. Notice verses 23-24, Then if anyone says to you, 'Look, here is the Christ!' or 'There!' do not believe it. 24For false christs and false prophets will rise…”  who is going to rise? “…false christs and false…”  what?   “…prophets…”  what are the false christs and false prophets going to do?   “…and show great signs and wonders to deceive, if possible, even the elect.”
Is this in line with what the false prophets do in the Old Testament? Yes, it is. Is it in line with what Jesus spoke about the false prophets in Matthew chapter 7? Absolutely. And the context is the end time.

Kemudian saya mau kalian perhatikan bahwa nabi-nabi palsu ini di akhir zaman akan membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Perhatikan ayat 23-24, “Lalu  jika ada orang berkata kepada kamu: ‘Lihat, Mesias ada di sini’, atau ‘Mesias ada di sana’, jangan kamu percaya.  24         Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul …”  siapa yang akan muncul?  “…mesias-mesias palsu dan…”  apa?   “…nabi-nabi palsu…”  apa yang akan dilakukan oleh mesias palsu dan nabi palsu?   “…dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat untuk menyesatkan, sekiranya mungkin,  bahkan orang-orang pilihan juga.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah ini sama dengan apa yang dilakukan nabi-nabi palsu di Perjanjian Lama? Ya, benar. Apa ini sama dengan apa yang dibicarakan Yesus tentang nabi-nabi palsu di Matius pasal 7? Tentu saja. Dan konteksnya adalah akhir zaman.


Now, I’d like to dedicate the rest of the time that I have to speak about the book of Revelation. The book of Revelation is in perfect harmony with what we have studied from the Old Testament, what we’ve studied from Matthew 7, and Matthew 24 and the rest of the passages in the New Testament.
Notice Revelation 13:11. It says, Then I saw another beast coming up out of the earth, and he had two horns like a lamb and spoke like a…”  what?   “…like a dragon.” Does that sound similar to the false prophets of Matthew 7? Outwardly in sheep’s clothing but inside what? Ravenous wolves. Here it says two horns like a lamb but he spoke like a what? He spoke like a dragon.
Do you know what this beast is called in Revelation 16:13? Oh, yes, I heard the answer. In Revelation 16:13, this beast that has horns like a lamb but speaks as a dragon just like you have false prophets in sheep’s clothing but they inwardly are ravenous wolves, this beast is called the “false prophet”. Does this false prophet perform signs and wonders in the end time?

Sekarang, saya ingin mendedikasikan sisa waktu yang ada untuk berbicara tentang kitab Wahyu. Kitab Wahyu itu serasi dengan apa yang telah kita pelajari dari Perjanjian Lama, apa yang sudah kita pelajari dari Matius 7, dan Matius 24, dan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru.
Perhatikan Wahyu 13:11, dikatakan, “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti…”  apa?   “…seperti seekor naga.”
Apakah itu kedengarannya mirip dengan nabi-nabi palsu di Matius 7? Di luarnya tampak seperti domba tetapi di dalamnya apa? Serigala buas. Di sini dikatakan, dua tanduk seperti anak domba tetapi dia berbicara seperti apa? Dia berbicara seperti naga.
Tahukah kalian binatang in di Wahyu 16:13 disebut apa? Oh, ya, saya dengar jawabannya. Di Wahyu 16:13 binatang yang memiliki tanduk seperti anak domba tetapi berbicara seperti naga ini sama seperti nabi-nabi yang tampil seperti domba tetapi di dalamnya mereka adalah serigala buas, binatang ini disebut “nabi palsu”. Apakah nabi palsu ini mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat pada akhir zaman?


Go with me to Revelation 13:13, speaking about this false prophet. It claims to be one thing but really it’s another. It claims to speak for Jesus but it speaks for the dragon. It says in Revelation 13:13 He performs great…”  what?   “…great signs, so that he even makes fire come down from heaven on the earth in the sight of…”  what?   “…in the sight of men.”
Do you see the similarity between this passage in Revelation, this concept in Revelation and Matthew 7, and also the false prophet in the Old Testament?
You see the book of Revelation cannot be interpreted isolated from the Old Testament and the rest of the New Testament. It’s the culmination of previous revelations. Just like in Matthew 7 you have false prophets. You have the lamb, sheep’s clothing; you have the wolf, speaking as a dragon; you have signs and wonders.

Mari bersama saya ke Wahyu 13:13, berbicara tentang nabi palsu ini. Dia mengaku sebagai satu hal tetapi sebenarnya lain. Dia mengaku berbicara bagi Yesus tetapi dia berbicara untuk si naga. Dikatakan di Wahyu 13:13, Dan ia mengadakan…”  apa?   “… tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata…”  apa?   “…di depan mata semua orang.”
Apakah kalian melihat persamaan antara teks di Wahyu, konsep di Wahyu dengan Matius pasal 7 dan juga dengan nabi palsu di Perjanjian Lama?  Kalian lihat, kitab Wahyu tidak bisa diinterpretasikan terlepas dari Perjanjian Lama dan kitab-kitab yang lain di Perjanjian Baru. Kitab itu merupakan kulminasi dari semua wahyu sebelumnya. Sama seperti di Matius 7 ada nabi palsu, ada domba, berpenampilan seperti domba; ada serigala, berbicara seperti naga; dan ada tanda-tanda dan mujizat-mujizat.


Now, let’s talk a little bit more about this false prophet that performs signs and wonders who apparently has a lamblike characteristic but really is a dragon. Go with me to Daniel 8:20. Folks, we are speaking about extremely important things. I could have dedicated the whole talk this evening to speak about read all the verses that said individually you are not supposed to take the name of the Lord God in vain. That’s very good and I went over it briefly. But this is so critically important because we are living in those days. And we need to be able to distinguish the false from the true. And the false and the true are distinguished by the attitude towards God’s what? Towards God’s holy Law.
Notice Daniel 8:20, speaking about a ram, it says, The ram which you saw, having the two horns…”  how many horns does the ram have? Two. How many horns does the beast of Revelation 13 have? Two.   “…they are the kings of…”  what?   “…Media and Persia.” Now, I am not saying this is the same beast as the one in Revelation 13. But I’m bringing it to view because of what we are going to say about that beast of Revelation 13.
What does a beast represent in prophecy? A beast in prophecy represents a nation, a kingdom. What do horns represent in Bible prophecy? Horns represent divisions of kingdoms. You’ll notice in Daniel chapter 8 how many beast you have? The ram is one beast, right? That has two what? Two horns. That means that this one nation is going to be composed of how many kingdoms? Two kingdoms. Are you following me?

Nah, mari kita berbicara sedikit lagi tentang nabi palsu ini yang membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang jelas memiliki karakteristik seperti anak domba, tetapi sebenarnya adalah seekor naga. Marilah bersama saya ke Daniel 8:20. Saudara-saudara, yang kita bicarakan ini adalah hal-hal yang sangat penting. Saya bisa saja menghabiskan seluruh ceramah malam ini untuk membahas bacalah semua ayat yang berkata bahwa secara individu kita tidak boleh memakai nama Tuhan Allah kita dengan sembarangan. Itu bagus sekali dan saya sudah membahasnya dengan singkat. Tetapi ini begitu amat sangat pentingnya karena kita sedang hidup di masa hari-hari akhir ini. Dan kita harus bisa membedakan yang palsu dari yang sejati. Dan yang palsu dibedakan dengan yang sejati dari sikapnya terhadap apa? Terhadap Hukum Tuhan yang kudus.
Simak Daniel 8:20, berbicara tentang seekor domba jantan, dikatakan, Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya…”  berapa tanduk yang dimiliki domba jantan ini? Dua. Berapa tanduk yang dimiliki binatang Wahyu 13? Dua.   “…ialah raja-raja…”  apa?   “… orang Media dan Persia.”
Nah, saya tidak mengatakan bahwa domba jantan ini adalah binatang yang sama dengan yang di Wahyu 13. Tetapi saya mengetengahkannya karena apa yang akan kita bahas mengenai binatang Wahyu 13 ini.
Di dalam nubuatan, binatang melambangkan apa? Seekor binatang di dalam nubuatan melambangkan suatu bangsa, suatu kerajaan. Apakah yang dilambangkan oleh tanduk dalam nubuatan Alkitab? Tanduk melambangkan pembagian kerajaan. Kita lihat di Daniel pasal 8, berapa ekor binatang di sana? Domba jantan adalah satu binatang, benar? Yang memiliki dua apa? Dua tanduk. Berarti satu bangsa ini terdiri atas berapa kerajaan? Dua kerajaan. Apakah kalian memahami saya?


Now, with this in mind, let’s go to Revelation 13 and talk a little  more of this beast with lamblike horns. Do you know that the word “lamb” is used 29 times in the book of Revelation? And every single time with this possible exception, every single time that the word “lamb” is used it applies to Jesus Christ. And I believe that this beast, that has horns like a lamb actually gives the impression or wants to give the impression that it is a Christian power or else you wouldn’t have two horns like a lamb if the lamb represents Jesus 28 times in the book of Revelation.
Now, of course the big question is this. If the horns are Christ-like and they represent kingdoms within one kingdom, in other words a duality of one kingdom, one nation with two kingdoms, the question is, which two kingdoms did Jesus recognize?  Are you understanding what I am saying? The horns are like horns of what? Of a lamb. And the lamb represents whom? Jesus. And the horns represent? Kingdoms, within one kingdom. So the question is, which two kingdoms did Jesus recognize?

Dengan mengingat hal tersebut di atas, marilah kita ke Wahyu 13 dan berbicara sedikit lagi tentang binatang dengan tanduk serupa anak domba tersebut. Tahukah kalian kata “anak domba” dipakai 29 kali di kitab Wahyu dan setiap kali dengan perkecualian yang satu ini, setiap kali kata “anak domba” dipakai, itu mengacu kepada Yesus Kristus. Dan saya yakin, binatang ini, yang punya tanduk seperti anak domba, sesungguhnya memberikan kesan atau ingin menimbulkan kesan bahwa dia adalah suatu kekuasaan Kristen, kalau tidak dia tidak akan memiliki dua tanduk seperti tanduk anak domba, karena anak domba 28 kali dalam kitab Wahyu melambangkan Yesus.
Nah, tentu saja pertanyaannya yang penting adalah ini: Jika tanduk-tanduk itu menyerupai Kristus dan tanduk-tanduk melambangkan kerajaan-kerajaan di dalam satu kerajaan ~ dengan kata lain ada dualitas dalam satu kerajaan, satu bangsa dengan dua kerajaan ~ maka pertanyaannya adalah ini, dua kerajaan mana yang diakui oleh Yesus? Apakah kalian memahami apa kata saya? Tanduk-tanduk itu menyerupai tanduk apa? Seekor anak domba. Dan anak domba melambangkan siapa? Yesus. Dan tanduk-tanduk melambangkan apa? Kerajaan-kerajaan di dalam satu kerajaan. Maka pertanyaannya adalah, dua kerajaan mana yang diakui Yesus?


The fact is, if you go through the New Testament you’ll discover that Jesus recognized two kingdoms. He recognized the secular kingdom, the civil power, and He also recognized the realm of the church, the religious power. We are all acquainted with that text in Matthew 22:21 where Jesus says, "Render therefore to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that are God's.” Did Jesus recognized there are two kingdoms? Absolutely. Jesus said in John 18:36 "My kingdom is not of this world… ”  When He said to Pilate, “You wouldn’t be ruling unless God has placed you there to rule.” So Jesus is recognizing here He has a kingdom that is not of this world and at the same time there is a kingdom that God gives to govern in this world. Jesus in other words recognized two kingdoms.

Sebenarnya, jika kita memeriksa Perjanjian Baru, kita akan mendapati bahwa Yesus mengakui dua kerajaan. Dia mengakui kerajaan sekuler, yaitu kekuasaan sipil; dan Dia juga mengakui wilayah gereja, yaitu  kekuasaan relijius. Kita semua sudah kenal ayat di Matius 22:21 di mana Yesus berkata, “‘Berikanlah kepada Kaisar barang-barang milik Kaisar, dan kepada Allah barang-barang kepunyaan Allah." [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah Yesus mengakui adanya dua kerajaan? Betul sekali.
Yesus berkata di Yohanes 18:36,  “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” ketika Yesus berkata kepada Pilatus, “Kamu tidak akan berkuasa kecuali Tuhan yang menempatkan kamu di sini untuk berkuasa.”
Jadi Yesus mengakui di sini,  Dia memiliki suatu kerajaan yang tidak terdapat di dunia ini, dan pada waktu yang sama ada sebuah kerajaan yang diberikan Tuhan untuk berkuasa di dunia ini. Dengan kata lain Yesus mengakui adanya dua kerajaan.


Now the question is, is there a nation in the world that was established in recognition of these two kingdoms, separate one from another? Absolutely. Allow me to amplify what I mean.
As we sit here in the Sacramento Central church this evening we are actually citizens of two kingdoms in one country.
You say, “How’s that?”
Well, right now we are sitting in church which is God’s spiritual kingdom, and we pledge allegiance to His kingdom. But at the same time we are citizens of the US and we pledge allegiance to the American flag, if for citizens of the US. In other words even though we live in one nation, in that one nation there is a recognition that there is actually what? Two kingdoms: the kingdom of God which is the church, and the kingdom of men which is the civil government. Are you following me?

Sekarang pertanyaannya adalah, apakah di dunia ini ada suatu bangsa yang didirikan dengan mengakui kedua kerajaan ini, yang terpisah satu dari yang lain? Tentu saja. Izinkan saya memperjelas apa maksud saya.
Sementara kita duduk di sini di gereja Sacramento Central malam  ini, kita adalah warganegara dua kerajaan dalam satu negara.
Kalian berkata, “Maksudnya?”
Nah, sekarang ini, sementara kita duduk di dalam gereja yang adalah kerajaan spiritual Tuhan, kita bersumpah setia kepada kerajaanNya. Tetapi pada waktu yang bersamaan, kita adalah warganegara Amerika Serikat, dan kita bersumpah setia kepada bendera Amerika, bagi mereka yang warganegara Amerika Serikat. Dengan kata lain, walaupun kita hidup di satu negara, di satu negara tersebut ada pengakuan bahwa sesungguhnya ada apa di sana? Dua kerajaan: kerajaan Tuhan yaitu gereja, dan kerajaan manusia yaitu pemerintahan sipil. Apakah kalian memahami saya?


It’s no coincidence that in the First Amendment to the Constitution of the USA we have a recognition of two kingdoms in one nation.
You say, “How’s that?”
The First Amendment to the Constitution actually guarantees religious and civil rights, that’s two kingdoms. Allow me to read you the First Amendment “Congress shall make no law respecting an establishment of religion or prohibiting the free exercise thereof…” Is that a recognition that there is a kingdom over which the civil power has no rule? Absolutely. So would it be inappropriate for the government  to want to  legislate   with regards to religion? Absolutely. But the second part of the First Amendment, guarantees civil rights, the rights of the state, as citizens, it continues saying, “…or abridging the freedom of speech, or of the press, or the right of the people to peaceably assemble, and to petition the government for a redress of grievances.” In other words, within this one nation the USA there is a clear recognition in the First Amendment that we have two kingdoms, the kingdom of Caesar so to speak, the secular kingdom; and the realm of the church over which  the secular power has no realm or no authority. Are you following me?

Bukan suatu kebetulan bahwa dalam Amandemen Pertama pada Konstitusi Amerika Serikat, terdapat pengakuan dua kerajaan di dalam satu negara.
Kalian berkata, “Maksudnya?”
Amandemen Pertama Konstitusi benar-benar menjamin hak-hak relijius dan hak-hak sipil, itu berarti dua kerajaan. Izinkan saya membacakan isi Amandemen Pertama, “Kongres tidak boleh membuat undang-undang mengenai penegakan agama atau melarang kebebasan mempraktekkannya…” Apakah itu pengakuan bahwa ada suatu kerajaan di mana kekuasaan sipil tidak memiliki wewenang? Tentu saja. Maka, apabila pemerintah mau membuat undang-undang mengenai agama,  apakah itu tidak layak? Betul sekali. Bagian kedua Amandemen Pertama menjamin hak-hak sipil, hak-hak kenegaraan seorang warganegara. Selanjutnya dikatakan, “…atau membatasi kebebasan berkata-kata atau kebebasan pers atau hak orang untuk berkumpul secara damai  dan menyampaikan petisi kepada Pemerintah untuk memperbaiki apa-apa yang dikeluhkan.”
Dengan kata lain, di dalam satu negara Amerika Serikat jelas ada pengakuan di dalam Amandemen Pertama ini bahwa kita memiliki dua kerajaan, katakanlah kerajaan Kaisar, kerajaan yang sekuler; dan wilayah kekuasaan gereja di mana kekuasaan sekuler tidak punya kuasa atau  wewenang. Apakah kalian paham?


You know, as Adventist many times in the past we’ve said, “Well, you know the two horns represent two principles.” But then we run into trouble because if there are two principles then how can you say in Daniel 8 that there are two kingdoms but in Revelation there are two principles? They are really two principles that are based on the idea of two kingdoms. In Revelation 13 the idea is still of two kingdoms, by the way, separate from one another, two separate horns.
Now the book of Revelation says that this beast that has lamblike horns is going to end up speaking like a what? Like a dragon. Is it just possible that this nation claims to speak in the name of Jesus but is actually leading God’s people astray?
Is it just possible this is the ultimate taking of God’s name in vain?

Tahukah kalian, sebagai orang Advent, seringkali dulu kita berkata, “Yah, kedua tanduk itu melambangkan dua prinsip.” Tetapi itu kemudian menjadi masalah karena jika itu dua prinsip, mengapa di Daniel pasal 8 dikatakan ada dua kerajaan tetapi di Wahyu dikatakan itu dua prinsip? Sebenarnya itu adalah dua prinsip berdasarkan gagasan dua kerajaan. Di Wahyu 13, gagasannya tetap dua kerajaan, terpisah satu dari yang lain, dua tanduk yang terpisah.
Nah, kitab Wahyu berkata bahwa binatang yang memiliki dua tanduk seperti anak domba ini akhirnya akan berbicara seperti apa? Seperti naga. Mungkinkah bangsa ini mengklaim berbicara dalam nama Yesus tetapi sebenarnya justru membawa umat Tuhan sesat?
Mungkin inikah memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah?


Now somebody might say, “Pastor Bohr that is not happening in the US, this week end the churches are celebrating 10 Commandments Weekend. They are supposed to keep the 10 Commandments. So how is it that you say within the US you have these two principles and some day these two principles are going to be forgotten, two Christ-like principles and this country is going to speak as a dragon. How do you say that?”
Well, the fact is, folks, that the Scripture teaches that God has given 10 commandments and Scripture tells us that whoever tramples on one tramples on them all. Notice James 2:10 it says, For whoever shall keep the whole law, and yet stumble in one point, he is guilty of…”  what?   “…he is guilty of all.”
So it doesn’t have to be that this nation through its religious leaders would say you have to trample on all of the law of God, to be the false prophet. It would be enough to trample on just one. Correct? Absolutely.

Nah, ada yang mungkin berkata, “Pastor Bohr, itu tidak akan terjadi di Amerika Serikat. Minggu ini gereja-gereja merayakan Akhir Pekan 10 Perintah. Mereka kan diwajibkan memelihara 10 Perintah. Jadi mana mungkin Anda berkata di Amerika Serikat yang mengandung dua prinsip tersebut, suatu saat kedua prinsip yang seperti Kristus itu akan dilupakan, dan negara ini akan berbicara seperti naga? Kok bisa Anda berkata begitu?”
Nah, faktanya, Saudara-saudara, Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan telah memberikan ke-10 Perintah itu, dan Alkitab mengatakan bahwa siapa pun yang menginjak-injak salah satunya, menginjak-injak seluruhnya. Perhatikan Yakobus 2:10 berkata,Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap…”  apa?   “…ia bersalah terhadap seluruhnya.”
Jadi tidak perlu bangsa ini melalui pemimpin-pemimpin rohaninya berkata, untuk menjadi nabi palsu orang harus menginjak-injak semua hukum Tuhan. Cukup hanya menginjak-injak satu, benar? Tentu saja.


Now, let me exemplify  what I mean.
In the US now there are two sides in the political debate, there is the left and there is the right. And it is interesting that the left, generally speaking not everybody, but most of the people on the left want to redefine the 7th commandment. They want to redefine marriage. They want to change the commandment that speaks about marriage. But on the other hand those who are on the right, also believe that one of the commandments have been changed, which commandment is that? The 4th commandment.
Even though both of these commandments are creation institutions because God made marriage before sin, and God made the Sabbath before sin. And by the way, both of them in Scripture are symbols of the relationship between God and His people. God says He is the husband, the church is the bride. See it’s a symbolic representation of the relationship between God and His people. And the Sabbath is the sign between God and His people.
So it’s no coincidence that today there is an attempt to destroy both of these commandments from both sides of the political spectrum.  If I might wax bold for a few moments, but one side is not anymore guilty than the other side. What difference is there between redefining and changing the 7th commandment or redefining and changing the 4th commandment? There really is absolutely no what? There’s absolutely no difference.

Sekarang coba saya gambarkan apa maksud saya.
Di Amerika Serikat sekarang ada dua pihak yang terlibat debat politik, pihak kiri dan pihak kanan. Dan yang menarik, mayoritas pihak kiri ~ tidak semuanya tetapi umumnya ~ mereka mau memberikan definisi baru kepada hukum ke-7. Mereka mau merevisi pengertian tentang pernikahan. Mereka mau mengubah hukum yang berbicara tentang pernikahan.
Di pihak lain, yang di sisi kanan, juga yakin bahwa salah satu hukum itu telah diubah. Hukum yang mana? Hukum ke-4.
Walaupun kedua hukum tersebut adalah lembaga-lembaga penciptaan karena Tuhan telah menciptakan pernikahan sebelum adanya dosa, dan Tuhan telah menciptakan Sabat sebelum dosa. Ketahuilah, keduanya di dalam Alkitab merupakan lambang hubungan antara Tuhan dengan umatNya. Tuhan berkata Dialah suaminya, gereja adalah pengantin wanitaNya. Lihat ini adalah representasi yang melambangkan hubungan antara Tuhan dengan umatNya. Sedangkan Sabat adalah tanda antara Tuhan dengan umatNya.
Maka, bukanlah suatu kebetulan bahwa hari ini ada usaha untuk menghancurkan kedua hukum ini dari dua belah sisi spektrum politik. Kalau boleh saya memberanikan diri berkata, pihak yang satu tidak lebih bersalah daripada pihak yang lain. Apa bedanya antara memberikan definisi baru dan mengubah hukum ke-7  dengan memberikan definisi baru dan mengubah hukum ke-4? Sama sekali tidak ada apa? Sama sekali tidak ada bedanya.


And so the book of Revelation speaks about this ultimate taking of God’s name in vain. The false prophet claiming to speak in God’s name, having two horns like a lamb, the recognition of two kingdoms within one nation. These two kingdoms separated from one another. But ultimately speaking like a dragon.

Maka kitab Wahyu berbicara tentang parahnya memakai nama Tuhan secara sembarangan. Nabi palsu mengklaim berbicara atas nama Tuhan, yang memiliki dua tanduk seperti anak domba ~ yaitu pengakuan dua kerajaan di dalam satu negara, kedua kerajaan ini terpisah satu dari yang lain ~ tetapi akhirnya berbicara seperti naga. 


I’m going to mention something that I saw on television, this was on a Christian broadcasting network I was watching November 13, 2001, in Arizona, and there was an individual who was giving his testimony about how God had led in his life and he said this, “Before I was a Christian, I had visions of myself preaching in stadiums and before thousands of people…” that was before he was a Christian, then he said this, “…in the last 12 months I have been having some new dreams and visions, some amazing dreams. I have been seeing fire, I have seen myself in stadiums where literal fire was falling from heaven, the glory of God is about to be revealed visibly.” And then he referred to the day of Pentecost and the experience of Elijah on Mt. Carmel and the pillar of fire in the wilderness, to say that this was going to happen as he preached in huge stadiums before thousands and thousands of people. But this same individual teaches that we are supposed to keep Sunday holy in honor of the resurrection of Jesus. 
Does the book of Revelation speak about the false prophet bringing fire down from heaven in the sight of men? I know I am speaking boldly, but it’s important that we have these things in mind because in the book of Isaiah 4:1 we are told that in the last days 7 women will lay hold of one man, or course women represent churches, seven = totality. And they will lay hold of one man, and they will say, “We will eat our own bread, we will garb ourselves with our own clothing, only let your name be called upon us, let us be called by your name.” And that man of course is Jesus.

Saya akan menceritakan sesuatu yang saya lihat di televisi, ini di saluran siaran Kristen yang saya tonton pada 13 November 2001 di Arizona. Ada seorang yang sedang memberikan kesaksian tentang bagaimana Tuhan telah membimbing hidupnya dan dia berkata demikian, “Sebelum saya menjadi Kristen, saya mendapatkan penglihatan diri saya sedang berkhotbah di stadion-stadion di hadapan ribuan orang…” itu sebelum dia menjadi orang Kristen, kemudian dia berkata demikian, “…selama 12 bulan yang terakhir, saya telah mendapatkan mimpi-mimpi baru dan penglihatan-penglihatan, yang mengagumkan. Saya melihat api, saya melihat diri saya di stadion-stadion di mana api sungguh jatuh dari langit, dan kemuliaan Tuhan akan dinyatakan secara nyata.” Kemudian dia menyebut hari Pentakosta dan pengalaman Elia di Bukit Karmel, dan tiang api  di padang gurun, untuk mengatakan bahwa ini akan terjadi saat dia berkhotbah di stadion-stadion yang sangat besar di hadapan beribu-ribu orang. Tetapi orang yang sama ini mengajar agar orang memelihara hari Minggu untuk menghormati kebangkitan Yesus.
Apakah kitab Wahyu berbicara mengenai nabi palsu yang membawa api turun dari langit di depan mata manusia? Saya tahu saya berbicara dengan berani, tetapi ini sangat penting dan kita harus mengingat hal-hal ini karena kitab Yesaya 4:1 memberitahu kita bahwa di hari-hari akhir, 7 orang wanita akan menangkap seorang pria ~ tentu saja wanita-wanita itu melambangkan gereja-gereja, dan 7 adalah angka keseluruhan. Dan mereka akan menangkap seorang pria anda mereka akan berkata, “Kami akan menanggung roti dan pakaian kami sendiri, hanya biarlah namamu dipakai pada kami, biarlah  kami dipanggil dengan namamu.” Dan pria itu tentunya adalah Yesus.


Now, I praise God that the book of Revelation tells us that there is going to be a faithful remnant. A faithful remnant who does not have the name on the lips, who does not have the name of God, the name of Christ on the lips but who has the name of Christ in the forehead. Revelation 14:1 speaks about a group, the 144’000 which are those who will be alive when Jesus comes, and we are told these individuals are standing with the Lamb on Mt. Zion, and we’re told that they have the seal of God in their forehead.
I praise God that God is going to have a group of people in this world. Who because they love the Lord will obey all of the commandments, will teach everyone in the world to keep God’s commandments, to preach them not from Capitol Hill, not from the Supreme Court, but in the pulpits of the churches. And that Law might not be written on stone but that Law will be written in the heart.

Nah, puji Tuhan kitab Wahyu mengatakan kepada kita bahwa akan ada umat  sisa yang setia. Suatu umat sisa yang setia yang tidak menempatkan nama Tuhan di bibir mereka, yang tidak menempatkan nama Kristus di bibir saja tetapi yang memiliki nama Kristus di dahi mereka. Wahyu 14:1 berbicara tentang suatu kelompok, ke-144’000 yaitu mereka yang masih hidup ketika Yesus datang, dan kita mendapat tahu bahwa orang-orang ini akan berdiri bersama Anak Domba di Bukit Zion, dan kita diberitahu bahwa mereka memiliki meterai Tuhan di dahi mereka.
Saya memuji Tuhan, karena Tuhan akan memiliki kelompok ini di dunia ini, yang karena  mengasihi Tuhan mereka akan mematuhi semua perintahNya, dan akan mengajar setiap orang di dunia untuk mematuhi perintah Tuhan, dan mengabarkannya bukan dari Gedung Putih, bukan dari Mahkamah Agung, tetapi dari mimbar-mimbar gereja. Dan Hukum itu mungkin tidak tertulis di atas batu tetapi Hukum itu akan ditulis di hati.


You know Jesus said that the mouth speaks from the abundance of what? Of the heart. So if Jesus is in our heart, our mouth will speak what’s in our heart. We will not take the name of Jesus in vain, but we will use the name of Jesus reverently. And the greatest reverence that we can show for Jesus is the fact that we teach people that we are supposed to obey His commandments because Jesus said, “If you love Me, you will keep My commandments.”

Kalian tahu Yesus berkata bahwa mulut berbicara dari kelimpahan apa? Dari kelimpahan hati [Mat 12:34]. Maka jika Yesus berada di dalam hati kita, mulut kita akan berkata-kata tentang apa yang ada di hati kita. Kita tidak akan memakai nama Yesus dengan sembarangan, tetapi kita akan memakai nama Yesus dengan penuh hormat. Dan penghormatan terbesar yang bisa kita tunjukkan bagi Yesus adalah fakta bagaimana kita mengajar orang lain supaya mematuhi perintah-perintahNya, karena Yesus berkata, “Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan mematuhi perintah-perintahKu” (Yoh 14:15).

15 10 15








No comments:

Post a Comment