Dibuka
dengan doa.
I’d like to invite you to open your bibles with me to the
passage that we are going to take a look at in our study today. It’s found in
Matthew 24:32-35. The title is, the Budding of the Fig Tree. Now, I am going to
read those verses and then we are going to take a look at their meaning. Jesus
is speaking here, and He says this: "Now
learn this parable from the fig tree: When its branch has already become tender
and puts forth leaves, you know that summer is near. 33So you also, when you see all these
things, know that it is near --- at the doors! 34Assuredly, I say to
you, this generation will by no means pass away till all these things take
place. 35Heaven and earth will pass away, but My words will by no
means pass away.”
Saya ingin mengajak kalian membuka Alkitab bersama saya ke bacaan yang
akan kita pelajari dalam pembahasan kita hari ini. Ini ada di Matius 24:32-35.
Judulnya adalah Pohon Ara yang Bertunas. Nah, saya akan membacakan ayat-ayat
itu lalu kita akan melihat artinya. Di sini Yesus yang sedang berbicara, Dia
berkata demikian: “32 Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila
ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas
sudah dekat. 33 Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini,
ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. 34 Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu, ‘Angkatan ini tidak akan
berlalu, hingga semua ini terjadi. 35
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.’”
Now I’d like to share with you the way in which most
conservative Christians today interpret what this passage says about
the fig tree. Basically they say that the fig tree in these verses represents
the nation of Israel. In the budding of the fig tree represents the fact
that Israel was reestablished as a nation in the year 1948. In other
words, they believe that Jesus here was giving a specific prophecy about the
rebirth of the Jewish nation in 1948 after the terrible holocaust of the Jews
during the 2nd World War. In fact many dispensationalist writers,
many conservative Christian writers, have said that this is the greatest sign
of the imminent coming of Jesus Christ to planet earth again. In fact I believe
that most of those who write on bible prophecies today, conservative Christians
that is, say that this is the greatest
sign that the coming of Jesus is even at the doors. Now we want to take a look
at this, and find out whether Matthew 24:32-35 are speaking about the rebirth
of the Jewish nation or not.
Nah, sekarang
saya akan berbagi dengan kalian tentang cara kebanyakan orang Kristen zaman sekarang
menginterpretasikan bacaan ini, mengenai pohon ara itu. Pada
dasarnya mereka berkata bahwa pohon ara di ayat-ayat ini melambangkan bangsa
Israel. Pohon ara yang bertunas
melambangkan fakta bahwa Israel telah lahir kembali sebagai suatu bangsa di tahun 1948. Dengan kata
lain, mereka meyakini bahwa di sini Yesus sedang memberikan suatu nubuatan yang
khusus mengenai kelahiran kembali bangsa Israel di tahun 1948 setelah holocaust
yang mengerikan yang terjadi atas orang-orang Yahudi saat Perang Dunia Kedua. Bahkan banyak penulis
Kristen yang konservatif, penulis golongan dispensationalist (yang percaya kepada teori pengangkatan
sebelum kedatangan Kristus), berkata bahwa ini adalah tanda terbesar akan
dekatnya saat kedatangan Kristus ke planet bumi lagi. Sesungguhnya saya yakin
bahwa kebanyakan mereka yang menulis tentang nubuatan Alkitab sekarang ini,
golongan Kristen konservatif, berkata bahwa ini adalah tanda terbesar bahwa
kedatangan Yesus bahkan sudah ada di depan pintu. Nah, kita akan meneliti ini,
dan mencari tahu apakah Matius 24:32-35 memang berbicara tentang kelahiran
kembali bangsa Yahudi atau bukan.
Now, allow me to say as we begin our study, that in the Old
Testament the fig tree does represent the nation of Israel. Not only
does the fig tree represent the nation of Israel, but also the vineyard is a symbol
of literal Israel.
I would like to read Hosea 9:10 as a text where the Jewish
nation is compared to a fig tree and also to a vine or to a vineyard.
Hosea 9:10, God is speaking here about when He found Israel in
Egypt and then delivered them. It says, there, God is speaking, “I
found Israel like grapes in the wilderness; I saw your fathers as the
firstfruits on the fig tree in its first season. But they went to Baal Peor, and separated themselves to that shame; they became an
abomination like the thing they loved.”
Nah, izinkan saya mengatakan, saat kita
mengawali pelajaran kita, bahwa di
Perjanjian Lama, pohon ara memang melambangkan bangsa Israel.
Bukan saja pohon ara yang melambangkan bangsa Israel, tetapi kebun anggur juga
adalah simbol Israel literal.
Saya ingin membacakan Hosea 9:10 sebagai
teks di mana bangsa Yahudi dibandingkan dengan pohon ara dan juga dengan pokok
anggur atau kebun anggur.
Hosea 9:10, di sini Tuhan berbicara
mengenai saat Dia menemukan Israel di Mesir dan kemudian membebaskan mereka.
Dikatakan di sana, Tuhan yang sedang berbicara, “10 Dulu Aku menemukan Israel seperti buah-buah anggur di padang gurun; Aku melihat nenek moyangmu seperti
buah sulung pada pohon ara. Tetapi mereka telah pergi kepada Baal-Peor dan telah memisahkan diri secara memalukan, mereka menjadi kekejian sama seperti apa yang mereka cintai.”
And so very clearly in this one verse God compares Israel to
grapes ~ by the way if you want another passage that compares Israel to a
vineyard, you could read all of Isaiah chapter 5 where Israel is compared to a
vineyard ~ and you’ll notice also here that Israel is compared to a fig tree,
we are talking about literal Israel now.
So it is true that in the Old Testament the fig tree and the vine or
the vineyard are symbols of national Israel or of literal Israel.
Jadi sangat jelas sekali dalam satu ayat
ini Tuhan menyamakan Israel dengan
anggur ~ dan jika kalian ingin tahu kutipan lain
yang membandingkan Israel dengan kebun anggur, kalian bisa membaca seluruh
pasal 5 kitab Yesaya di mana Israel disamakan
dengan kebun anggur ~ dan kalian juga akan melihat di sini bahwa Israel disamakan dengan pohon ara. Saat ini kita
sedang berbicara tentang Israel literal.
Jadi memang benar di Perjanjian Lama, pohon ara and pokok
anggur atau kebun anggur merupakan simbol-simbol nasional Israel, atau Israel
literal.
Now the question is, what about the New Testament? Does the New Testament also
present literal Israel or national Israel under the symbol of a fig tree
and a vineyard? The fact is that the Gospels make is very, very clear
that both of these still symbolize literal Israel in the times of the New Testament.
Nah, pertanyaannya adalah, bagaimana
dengan Perjanjian Baru? Apakah di Perjanjian Baru Israel literal atau bangsa Israel juga disebutkan
dengan simbol pohon ara atau
kebun anggur? Faktanya adalah kitab-kitab Injil sangat jelas
menyatakan bahwa keduanya tetap
menyimbolkan Israel literal di zaman
Perjanjian Baru.
I invite you to go with me in your bibles to the Gospel of
Matthew chapter 3, and I would like to read verses 9 and 10. This passage is
speaking about the message and mission of John the Baptist. And just to give
you a little chronological detail which is very important, John the Baptist began his ministry
approximately 6 months before Jesus began His. In
other words, John the Baptist began preaching about a half a year before Jesus
began His public ministry. And we all know that John the Baptist had the
intention and the purpose of preparing the way for the coming of the Messiah,
for the coming of Jesus Christ.
Saya ajak kalian bersama saya ke Injil
Matius pasal 3, dan saya ingin membaca ayat 9 dan 10. Bacaan ini berbicara tentang
pekabaran dan misi Yohanes Pembaptis. Dan untuk memberi kalian sedikit
detail kronologinya, yang sangat penting, Yohanes Pembaptis memulai
pelayanannya sekitar 6 bulan sebelum Yesus memulai pelayananNya. Dengan kata lain, Yohanes
Pembaptis mulai mengabarkan injil sekitar setengah tahun sebelum Yesus memulai
pelayanan umumNya. Dan kita semua tahu bahwa niat dan tujuan Yohanes Pembaptis ialah untuk menyediakan jalan bagi
kedatangan Sang Mesias, bagi
kedatangan Yesus Kristus.
Now, John the Baptist was baptizing in the Jordan river, and I
want you to notice the call that he made to those who came out to his baptism.
Matthew 3:9-10 and there are certain details that I am going to stop and
amplify. He said this, “8 Therefore bear…” what? “… fruits…” this is verse 9, remember that, “…Therefore bear fruits worthy of repentance…” Two key words, they are supposed to repent and they are supposed
to bear what? Fruit. Notice, this
is actually verse 8, let’s go to verse 9, “….9 and do not think to say to
yourselves…” notice this, “…'We have Abraham as our father.'…” who would be the ones who would say ‘Abraham is our
father’? It would be the literal Jews. It would be national Israel who would
say ‘Abraham is our father’. So to whom is John the Baptist speaking here?
He is
speaking to national Israel. And notice he calls them to repentance and
he calls them to bear what? To bear fruit. So notice again verse 9, “….9 and do not think to say to yourselves
'We have Abraham as our
father.' For I say to you that God is able to raise up children to Abraham from
these stones.…” By the way John the Baptist was not
only pointing to literal stones, they were next to the river, actually he was
referring in symbolic language to the gentiles. You see, the Jews at
that time believed that the gentiles were stones because they had stony
hearts, hearts that have not been circumcised. They also called the gentiles “swine”,
and they called the gentiles “dogs”, so imagine being called a “swine”
and being called a “dog”, and being called a “stone”. So John the Baptist is
saying, “Listen, “…God
is able to raise up children to Abraham from these stones….” or from these gentiles. I want you
to remember that the gentiles come into view here. And then notice verse 10, “…10And even now the ax
is laid to the root of the trees.…” So is there a mention of a tree here?
Absolutely. “….to the root of the trees. Therefore
every tree…” singular “….every tree which
does not bear…” what? “…good fruit…” what’s going to be the end of it?
“… is cut down and thrown into the fire.”
Nah, Yohanes Pembaptis sedang membaptis di sungai Yordan, dan saya mau
kalian perhatikan seruan yang dibuatnya kepada mereka yang datang kepada
baptisan yang dilakukannya. Matius 3:9-10, ada beberapa detail di mana saya
akan berhenti dan menjelaskannya. Dia berkata demikian, “8 Oleh karena itu, hasilkanlah…” apa? “…buah…”
ini ayat 9, ingat, “…Oleh karena itu, hasilkanlah buah
yang sesuai dengan pertobatan.…” dua
kata kunci, mereka harus bertobat dan mereka harus menghasilkan apa? Buah.
Lihat? Ini sebetulnya ayat 8. Mari kita ke ayat 9, “…9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata kepada dirimu sendiri…” perhatikan
ini, “…‘Kami punya Abraham sebagai bapa kami!’…” siapakah
yang akan berkata bahwa ‘Kami punya Abraham sebagai bapa
kami!’? Tentunya orang Yahudi literal. Tentunya bangsa Israel yang akan berkata ‘Kami punya Abraham sebagai bapa kami!’ Jadi
Yohanes Pembaptis di sini
berbicara kepada siapa? Dia berbicara
kepada bangsa Israel. Dan perhatikan, dia mengajak mereka untuk
bertobat dan dia mengajak mereka untuk menghasilkan apa? Menghasilkan buah.
Jadi perhatikan lagi ayat 9 “…Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat
berkata kepada dirimu sendiri ‘Kami punya Abraham sebagai bapa kami!’ Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat membangkitkan anak-anak bagi Abraham dari
batu-batu ini!…” Ketahuilah,
Yohanes Pembaptis bukan hanya menunjuk kepada batu-batu literal yang ada di sisi sungai, sebenarnya Yohanes sedang berbicara dalam bahasa simbolis, dan yang
dimaksudnya adalah orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain).
Kalian lihat, orang-orang Yahudi
pada zaman itu meyakini bahwa bangsa-bangsa non-Yahudi adalah batu
karena mereka memiliki hati batu, hati yang tidak disunat. Mereka juga menyebut bangsa-bangsa non-Yahudi “babi” dan
“anjing”. Jadi bayangkan dipanggil “babi”, dan dipanggil
“anjing”, dan dipanggil “batu”. Maka Yohanes Pembaptis berkata,
“Dengarkan! Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” atau
dari bangsa-bangsa non-Yahudi. Saya mau kalian ingat bahwa bangsa-bangsa
non-Yahudi ada disebut dalam ayat ini. Lalu simak ayat 10, “…10 Dan bahkan sekarang kapak sudah diletakkan di akar pohon…” Jadi, apakah di sini disebutkan tentang
sebatang pohon? Betul sekali. “…di akar pohon. Oleh karena itu
setiap pohon…” bentuk kata tunggal, “…setiap pohon yang tidak
menghasilkan…” apa? “…buah yang baik…” apa
yang bakal menjadi akhirnya? “…itu ditebang dan dibuang ke dalam
api..”
Now, let’s review the elements of this passage because it’s
very, very important.
You have a call to repentance. John the Baptist is calling
national Israel to repentance. He’s saying, “Don’t think that there is
something special in the fact that you are literally children of Abraham
because God can raise up children of Abraham from these stones or from these
gentiles.” He says, “The key is that the tree produce what? Fruit, good fruit.
And if the tree ~ singular ~ does not produce good fruit, it obviously is going
to be cut down, and it is going to suffer judgment. It is going to be thrown”, where? “In the fire.”
Now, this is the first tree episode that I want us to remember.
There are three that we are going to look at in the Gospels.
This is the first one.
Nah, marilah kita ulangi unsur-unsur
dari teks ini karena amat, sangat penting.
Ada seruan untuk bertobat. Yohanes
Pembaptis memanggil bangsa Israel untuk bertobat. Dia berkata, “Jangan
menyangka ada yang istimewa bahwa
kalian ini keturunan literal Abraham, Tuhan
bisa membangkitkan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu
ini, atau dari bangsa-bangsa non-Yahudi ini.” Yohanes berkata, “Kuncinya adalah
pohon itu harus menghasilkan apa? Buah, buah yang baik. Dan jika pohon itu ~
dalam bentuk tunggal ~ tidak menghasilkan buah yang baik, sudah jelas dia akan
ditebang dan akan menderita dihakimi. Dia akan dibuang, ke mana? “Ke dalam api.”
Nah, ini adalah episode pohon
yang pertama yang saya mau kalian ingat.
Ada tiga episode yang akan kita pelajari
dari kitab-kitab Injil. Ini adalah yang pertama.
Now, let’s go to the second reference to a tree. Notice
Luke 13, and we are going to read verses 1-9. By the way, this is taking place according
to those who have studied the chronology of the Gospels ~ approximately 2½ years into the
ministry of Jesus. In other words if you figure 6
months that John the Baptist preached before Jesus began His ministry, plus 2½ years of Jesus’ ministry, at this point from John till when Jesus told
the parable, you have a period of 3 years. That is very significant.
Notice Luke 13:1-9 and you are going to see the same themes that
we read in Matthew 3. Notice verse 1, “There
were present at that season some who told Him…”
that is Jesus,
“…about the Galileans whose blood Pilate had mingled with their
sacrifices…” and of course they felt self
righteous, they said that didn’t happen to us because we are righteous. Notice
verse 2
“….2And Jesus answered and said to them, ‘Do you suppose that
these Galileans were worse sinners than all other Galileans, because they suffered such things? 3I
tell you, no; but unless you…” what? Did we find that word already
in Matthew 3? Yes.
“…but unless you repent you will all likewise…”
what? “….perish…” Now notice verse 4, “….4Or those eighteen on whom the tower in Siloam
fell and killed them, do you think that they were worse sinners than all other men who dwelt in Jerusalem? 5I
tell you, no; but unless you…” here’s that word again,
“…unless you repent you will all likewise perish.’…” So, He is talking to this group of
literal Jews who are feeling very self righteous, and they say, “These
calamities don’t happen to us, because we are righteous. They only happened to
those people because they were sinners.” And Jesus is saying, “Unless you repent, the same thing is going
to happen to you, you will perish.”
Sekarang, mari kita ke episode yang kedua dari pohon.
Perhatikan Lukas pasal 13, dan kita akan membaca ayat 1-9. Ketahuilah, menurut
mereka yang telah mempelajari kronologi kitab-kitab Injil, peristiwa ini terjadi sekitar 2½ tahun dalam pelayanan
Yesus. Dengan kata lain, jika kita menghitung Yohanes Pembaptis
sudah melayani 6 bulan sebelum Yesus memulai pelayananNya, plus 2½ tahun dalam
pelayanan Yesus, pada saat ini dari
waktu Yohanes hingga Yesus menceritakan perumpamaan ini, kita
mendapatkan waktu 3 tahun.
Ini sangat penting.
Perhatikan Lukas
13:1-9, dan kita akan melihat tema-tema yang sama yang sudah kita baca tadi di
Matius pasal 3. Perhatikan ayat 1, “1 Pada waktu itu hadir
di sana beberapa orang yang memberitahu Dia…” yaitu Yesus “…tentang orang-orang
Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan kurban mereka.…” dan tentu saja mereka merasa sebagai
orang-orang yang paling benar, mereka berkata hal
itu tidak terjadi pada kami karena kami orang-orang benar. Simak ayat 2, “…2 Dan Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Sangkamu orang-orang Galilea ini adalah pendosa-pendosa
yang lebih parah daripada semua orang Galilea
yang lain, karena mereka menderita
hal-hal itu? 3
Aku
katakan kepadamu, Tidak, tetapi kecuali kamu…” apa?
Apakah kata tersebut yang sudah kita temui di Matius pasal 3? Ya. “…tetapi kecuali kamu bertobat, kamu
semua akan…” apa? “…binasa seperti itu…” Sekarang perhatikan ayat 4, “…4Atau
kedelapan belas orang, yang mati ketika menara di Siloam jatuh pada mereka, apa kamu sangka mereka adalah
pendosa-pendosa yang lebih parah daripada semua orang lain yang diam di Yerusalem? 5 Aku katakan kepadamu, Tidak, tetapi kecuali kamu…” nah, kata yang sama itu lagi, “…kecuali kamu bertobat, kamu semua akan binasa seperti itu.’…” Jadi Yesus sedang berbicara kepada
kelompok orang-orang Yahudi literal
ini yang sedang merasa sangat bangga dengan kebenarannya sendiri, dan mereka
berkata, “Musibah seperti ini tidak terjadi pada kami karena kami orang-orang
benar. Musibah seperti itu hanya terjadi kepada orang-orang itu karena mereka
adalah orang-orang berdosa.” Dan Yesus berkata, “Kecuali kamu bertobat, hal
yang sama akan terjadi padamu, kamu akan binasa.”
And now Jesus is going to illustrate
this lesson with a parable. Notice what we find beginning at verse 6 and we are
going to interpret the symbols that we have here, “…6He also
spoke this parable: ‘A certain man…” by the way this “certain man” is God the Father. We will
interpret the symbols as we go along, “….A certain man…” that is God the Father, “….had a fig tree…” what does the fig tree represent? We’ve already noticed
from the Old Testament, the fig tree represents Israel. So God the
Father had a fig tree, Israel,
“…planted in his vineyard…” the vineyard represents the world.
See, the fig tree is planted in the midst of the world, Israel was planted in
the midst of the world, and now notice, “….and he came seeking fruit…”
what does fruit represent in Scripture?
You all know that in Galatians 5 it speaks about the fruit of the what? The fruit
of the Spirit and of course the first fruit is love, and there are many
others: long suffering, peace, joy, etc. And so he came looking for fruit on
this fig tree, He is looking for fruit from the nation of Israel, in other words. And now notice the tragic story, it says
here, in verse 7 because it didn’t have fruit, because he found none it says in
verse 6,
“…on it and found none.…” Then verse 7 says,
“…7Then he said to the keeper of his vineyard…” by the way the keeper of the vineyard is whom? The
keeper of the vineyard is Jesus. See, God the Father chose the
nation of Israel and He put it under the tutelage or under the care of Jesus.
So it says, “….Then he said to the keeper of his
vineyard, 'Look, for three years…” you understand the chronology now? 6 months
John the Baptist had been preaching, this is 2½ years into the ministry of
Jesus, that’s a total of 3 years. So it says,
“….‘Look, for three years I have come seeking’…” what? “….‘fruit on this fig tree and find
none.’…” Are these the same basic themes that we found in Matthew
3? A tree that needs to bear fruit, if it doesn’t bear fruit it will suffer
judgment and be cast into the fire? Absolutely. So notice what the owner of the
vineyard says, because no fruit is found, because the fruit of the Spirit is not found
during this period of three years, the owner of the vineyard says this, “…‘Cut it down’…” Is that the same thing that John the Baptist said? Sure,
we have the same theme in this parable. “…‘Cut it down, why does it use up the ground?'…” And now notice, the vinedresser or the keeper of the
vineyard loved this fig tree, and so it says in verse 8, “….8But he answered and
said to him, 'Sir, let it alone this year…” how many more years? One more year. How long does the ministry
of Jesus last? 3½ years, right? How far
into the ministry of Jesus and John the Baptist are we at this point? 3 years. How many
years left in the ministry of Jesus? 1 year. So this is Jesus saying, “This last
year of My ministry I am going to dedicate special attention to this fig tree.”
Verse 8,
“….8But he answered and said to him, 'Sir, let it alone this
year also, until I dig around it and fertilize it. 9And if it bears fruit, well. But if not, after that you can…” what?
“….you can cut it down.' "
Dan sekarang Yesus akan mengilustrasikan pelajaran ini dengan suatu
perumpamaan. Perhatikan apa yang kita temukan pada awal ayat 6, dan kita akan
menginterpretasikan simbol-simbolnya yang ada di sini, 6 Dia
juga bicara tentang perumpamaan ini: ‘Ada seseorang…” nah, “seseorang” ini adalah Allah Bapa, kita akan
menginterpretaskan simbol-simbolnya sambil jalan, “...‘Ada seseorang…” yaitu Allah Bapa, “…mempunyai sebatang
pohon ara…” pohon ara itu melambangkan apa? Kita sudah tahu dari
Perjanjian Lama bahwa pohon
ara melambangkan Israel. Jadi Allah Bapa mempunyai sebatang
pohon ara, Israel, “…yang ditanam di
kebun anggurnya…” kebun
anggur ini melambangkan dunia. Lihat, pohon ara itu ditanam di tengah-tengah
dunia, Israel ditempatkan di tengah-tengah dunia, dan sekarang simak, “…dan ia datang untuk mencari buah
padanya…” buah melambangkan apa dalam Kitab Suci? Kalian semua tahu
kitab Galatia pasal 5 berbicara tentang buah-buah apa? Buah-buah Roh, dan tentu saja buah yang
pertama adalah cinta kasih, dan ada banyak yang lain: panjang sabar, damai,
sukacita, dll. Maka pemilik kebun itu datang mencari buah pada pohon ara ini.
Dengan kata lain Allah mencari
buah-buah dari bangsa Israel. Dan sekarang simak kisah yang
tragis ini. Dikatakan di sana, di ayat 7, karena tidak ada buah, karena dia
tidak menemukan apa-apa seperti yang dikatakan di ayat 6 “…dan tidak menemukannya…” lalu
ayat 7 berkata, “…7 Lalu ia berkata kepada pengurus
kebun anggurnya itu…” Siapa pengurus kebun anggur itu? Pengurus kebun anggur itu adalah
Yesus. Lihat, Allah Bapa memilih bangsa Israel dan Dia menempatkan mereka di bawah pengawasan atau pemeliharaan
Yesus. Maka dikatakan, “…Lalu ia berkata kepada
pengurus kebun anggurnya itu, ‘Lihat, sudah tiga tahun…” kalian mengerti kronologinya sekarang? Yohanes Pembaptis sudah 6 bulan
mengabarkan injil, dan ini sudah berlangsung 2½ tahun dalam pelayanan Yesus, jadi
totalnya 3 tahun. Maka dikatakan, “…‘Lihat, sudah tiga tahun aku datang
mencari…” apa? “…buah pada pohon ara ini dan tidak menemukannya.…” Apakah ini tema dasar yang sama yang
kita temukan di Matius pasal 3, ada pohon yang seharusnya menghasilkan buah,
jika dia tidak menghasilkan buah, dia akan menderita dihakimi dan dilemparkan
ke dalam api? Benar sekali. Sekarang perhatikan apa kata pemilik kebun anggur
itu, karena tidak ditemukan buah, karena
tidak ditemukan buah-buah Roh selama waktu 3 tahun ini, pemilik
kebun anggur itu berkata demikian, “…‘Tebanglah pohon ini!…” Apa
ini kata-kata yang sama yang dikatakan Yohanes Pembaptis? Tentu saja, kita
temui tema yang sama dalam perumpamaan ini. “…‘Tebanglah pohon ini. Untuk
apa ia makan
tempat di tanah ini?...” dan
sekarang simak. Pengurus kebun anggur itu mencintai pohon ara ini, maka
dikatakan di ayat 8, “…8 Tetapi dia menjawab dan
berkata kepadanya, ‘Tuan, biarkanlah dia tahun
ini…” berapa tahun lagi? Satu
tahun lagi. Berapa lamakah masa pelayanan Yesus? 3½ tahun,
benar? Saat itu kita sudah tiba pada tahun pelayanan Yesus
dan Yohanes Pembaptis yang keberapa? Tahun ketiga. Masih berapa tahun yang
tersisa dari masa pelayanan Yesus? 1 tahun. Jadi
di sini Yesus berkata, “Tahun terakhir dari pelayananKu ini, Aku akan
mendedikasikan perhatian khusus kepada pohon ara ini. Ayat 8, “…8 Tetapi
dia menjawab dan berkata kepadanya, ‘Tuan, biarkanlah dia tahun
ini, sampai aku mencangkuli sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, 9 dan
jika ia berbuah, baguslah. Tetapi jika
tidak, setelah itu engkau boleh…” apa? “…engkau boleh menebangnya.’"
Is this parable connected with what John the Baptist taught?
Absolutely. It speaks about a tree, it speaks about fruit, it speaks about
cutting it down if there is no fruit, it speaks about repentance, and even the
chronology fits the ministry of John the Baptist along with the ministry of
Jesus.
Now, the parable ends there and you are left with a question. Did this
fig tree produce fruit in its last year? The fact is you don’t know at
this point in the story. Jesus closes the parable in suspense.
Apakah perumpamaan ini berkaitan dengan
apa yang diajarkan Yohanes Pembaptis? Betul sekali. Ini berbicara tentang
sebatang pohon, berbicara tentang buah, berbicara tentang menebang pohon itu
jika dia tidak berbuah, berbicara tentang pertobatan, dan bahkan kronologinya
klop dengan pelayanan Yohanes Pembaptis dan pelayanan Yesus.
Nah, perumpamaan itu berakhir di sana,
dan kita ditinggalkan dengan sebuah pertanyaan. Apakah pohon ara itu menghasilkan buah pada tahunnya yang
terakhir? Faktanya adalah, sampai titik di cerita ini, kita tidak tahu. Yesus
mengakhiri perumpamaan itu dalam kondisi menggantung.
By the way He did the same thing in the parable of the prodigal
son. You know, the prodigal son was not the one who left home, the prodigal son
was the one who was at home. He was lost at home. You know, his father goes out
to him, he tries to reason with him and the story ends without us knowing whether
the older son was convinced by the argument of his father or not. See, the older
son represented the Jewish nation. They said, “We’ve served You, we
have done everything You said, and we deserve the reward, not those gentiles
who are sinners and they have wasted everything that You had, you know if
anybody deserves a party it’s us not them.” And so the parable ends in suspense. You don’t
know at this point, one year before the end of the ministry of Jesus whether
this fig tree, whether the Jewish nation actually bore fruit and was not cut
down. Of course, we who live in the 21st century could look back and
know the end of the story, but at this point they did not know the end of the
story whether national Israel would accept this calling and bear the fruit of
the Spirit, or not.
Ketahuilah, Yesus melakukan hal yang
sama dengan perumpamaan anak yang hilang. Kalian tahu, anak yang hilang
bukanlah anak yang meninggalkan rumah. Anak yang hilang adalah anak yang
tinggal di rumah. Dia hilang di rumah. Kalian tahu, bapaknya keluar berbicara
kepadanya, bapaknya berusaha meyakinkan dia, dan kisahnya berakhir tanpa kita
mengetahui apakah anak sulung itu berhasil diyakinkan oleh argumentasi bapaknya
atau tidak. Lihat, anak sulung itu
melambangkan bangsa Yahudi. Mereka berkata, “Kami telah melayani
Engkau, kami telah melakukan semua yang Engkau katakan, dan kami berhak
menerima pahala, bukan bangsa-bangsa lain
(non-Yahudi) itu yang adalah orang-orang berdosa, dan mereka telah
menghamburkan segala yang Engkau miliki. Ketahuilah, jika ada orang yang berhak
dipestakan, itu kami, bukan mereka.” Maka perumpamaan
itu berakhir menggantung. Sampai di sini, satu tahun sebelum berakhirnya pelayanan Yesus, kita tidak tahu apakah pohon
ara itu, apakah bangsa Yahudi akhirnya menghasilkan buah dan tidak ditebang.
Tentu saja kita yang hidup di abad ke-21 bisa melihat ke belakang dan
mengetahui akhir kisah tersebut, tetapi pada saat kisah itu diberikan, mereka
tidak tahu akhir kisahnya, apakah Israel sebagai suatu bangsa akan menerima
panggilan tersebut dan menghasilkan buah-buah Roh atau tidak.
That’s the reason why we need to go to a third passage that refers to this tree.
You see, the last week of the ministry
of Jesus on this earth, it is actually taking place on the Monday before His crucifixion,
we meet this fig tree again. This is almost at the end of that last year of the
ministry of Jesus. Notice
Matthew 21:17-19, same tree all over again. But now we are going to know the
destiny of the fig tree. We are going to
notice that it did not bear fruit at the end of that year. It says there
beginning at verse 17, “Then He left them and went out of the city to Bethany, and He
lodged there. 18Now in the morning, as He returned to the city, He
was hungry…” what was
Jesus hungry for? He was hungry for the fruit of the Spirit, right?
“….He was hungry. 19And seeing a…” what “…a fig tree…”
is that the same fig tree that He
spoke about in His parable in Luke
chapter 13? Absolutely. It says, “…And seeing a fig tree by the road, He came
to it and found nothing on it but leaves…”
any fruit? No fruit. “…and
said to it, ‘Let no fruit grow on you…” until 1948. Is that what it says?
It’s not what it says. Jesus actually says, “…‘Let no fruit grow on
you ever again.’…” Now, what part of “ever again” don’t
you understand? It says,
“…Let no fruit grow on you ever again.
Immediately the fig tree…” what? “…withered away.”
Itulah sebabnya
mengapa kita perlu pergi ke bacaan
ketiga yang bericara tentang pohon ini. Kalian lihat, pada minggu terakhir
pelayanan Yesus di dunia, tepatnya terjadi pada
hari Senin sebelum penyalibanNya, kita bertemu dengan pohon ara
ini lagi. Ini adalah menjelang akhir tahun terakhir pelayanan
Yesus. Perhatikan
Matius 21:17-19, pohon yang sama lagi. Tetapi sekarang kita akan tahu bagaimana
nasib pohon ara itu. Kita akan melihat bahwa dia tidak menghasilkan buah pada
akhir tahun itu. Dikatakan di sana, mulai dari ayat 17 “Lalu Ia meninggalkan mereka
dan pergi ke luar kota ke Betania dan Dia bermalam di situ. 18 Pada keesokan paginya dalam perjalanan-Nya kembali
ke kota, Yesus merasa lapar…” Yesus
lapar akan apa? Yesus lapar akan buah-buah Roh, benar? “…Yesus merasa lapar. 19 Dan melihat…” apa? “…sebatang pohon ara…” apakah
ini pohon ara yang sama yang diceritakan Yesus dalam perumpamaanNya di Lukas
pasal 13? Betul sekali. Dikatakan, “…19 Dan melihat sebatang pohon ara di pinggir jalan, Dia
menghampirinya, dan tidak menemukan apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja…” ada buah? Tidak ada buah. “…dan berkata kepada pohon itu, ‘Hedaknya
tidak ada buah lagi yang pernah tumbuh padamu…” sampai
tahun 1948? Apakah itu kataNya? Bukan itu kataNya.
Sesungguhnya Yesus berkata, “…‘Hedaknya
tidak ada buah lagi yang pernah tumbuh padamu selama-lamanya!’…” Bagian
mana dari “selama-lamanya” yang tidak kalian mengerti? “…‘Hendaknya
tidak ada buah lagi yang pernah tumbuh padamu selama-lamanya!’ Dan seketika
itu juga pohon ara itu…” apa? “…layu.”
Now, notice the passage in Mark 11:20-21 this is taking place
the very next day. Mark 11:20-21, “Now in the morning, as they passed by, they saw the fig
tree…” notice this, “…dried up from the roots.…” let me ask you what happens when a tree dries up from the roots? Will it grow again? No, absolutely not. What would
you do with a tree like that? You have to what? Cut it down, of course. So it
says, “Now
in the morning, as they passed by, they saw the fig tree dried up from the
roots. 21And Peter, remembering, said to Him, ‘Rabbi, look! The fig
tree which You cursed has…” what? “….withered
away.’"
Nah, simak teks di Markus 11:20-21, ini terjadi keesokan harinya. Markus
11:20-21, “20 Dan
pagi-pagi ketika mereka
lewat, mereka melihat pohon ara itu…” simak
ini, “…mengering dari
akar-akarnya…” Coba saya tanya apa yang terjadi saat sebatang pohon mengering dari akar-akarnya? Akankah pohon itu tumbuh lagi?
Tidak, tentu saja tidak. Apa yang harus dilakukan pada pohon seperti itu? Harus
diapakan? Ditebang, tentu saja. Maka dikatakan, “…20 Dan pagi-pagi ketika mereka lewat, mereka melihat pohon ara itu mengering
dari akar-akarnya. 21 Dan Petrus yang
ingat, berkata kepada Yesus, ‘Rabi,
lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah…” apa? “…layu."
By the way do you know what happened to the Jewish nation in the year
70? The city of Jerusalem was burned.
Do you remember what John the Baptist said? He said that if the tree
did not bear fruit it would be cut down and cast where? And it will be cast into
the fire. That’s exactly what happened with national Israel because of
the rejection of the Messiah.
Apakah kalian
tahu apa yang terjadi pada bangsa Yahudi di
tahun 70? Kota Yerusalem dibakar.
Apakah kalian
ingat apa kata Yohanes Pembaptis?
Dia berkata, bila pohon itu tidak
menghasilkan buah, dia akan ditebang dan dilemparkan ke mana?
Dan akan dilemparkan ke
dalam api. Itulah persis yang terjadi dengan bangsa Israel
karena penolakan mereka kepada Mesias.
Now, I would like to take a few moments also to speak about the
vineyard, even though this is not brought forth in Matthew 24. Still because
the vineyard is a symbol of Israel,
I think we need to also take a look at a parable that Jesus told in Matthew
21:33-46. And I am going to interpret this parable as we go along.
Sekarang saya akan mengambil waktu
sejenak untuk berbicara mengenai kebun anggur, walaupun ini tidak dikemukakan
di Matius pasal 24. Tetapi karena kebun anggur juga adalah simbol dari Israel,
saya rasa kita perlu juga menyimak perumpamaan yang diceritakan Yesus di Matius
21:33-46. Dan saya akan menginterpretasikan perumpamaan ini sambil berjalan.
Do you remember Hosea 9:10 the vineyard also represented Israel?
So we’ve noticed the fig tree. Now let’s talk about the vineyard, the other
symbol of Israel. Verse 33, “Hear another
parable: There was a certain landowner…”
by the way that is God the
Father, “…who planted a vineyard…” that’s Israel, “…and set a hedge around it…”
that’s the Law of
God, “…dug a winepress in it
and built a tower…” that’s
the Temple. “…And he leased it to vinedressers…” that’s the Jewish leaders, “…and went into a far country…” that is to Heaven is the far country. Are you getting
the picture of what this is saying?
Now, notice verse 34, “…Now when vintage-time drew near, he sent his servants to the
vinedressers…”
by the way these servants that are
sent are those that are sent before the Babylonian captivity. God sent many
prophets to Israel to get them to come back to the Lord, to follow the
way of the Lord. That’s the stage that’s being mentioned here.
So it says, “… Now when vintage-time drew near, he sent his servants to the
vinedressers…” this is before the Babylonian captivity, “…that they might receive
its fruit…” so God expected fruit, He says,
“I have given you all of the advantages, I fertilized you, I watered
you, I’ve given you all the blessings above every nation on earth, now I expect
some returns. I expect the fruit of the Spirit.”
Verse 35, “….And the
vinedressers took his servants, beat one, killed one, and stoned another…” Is this what they did with the prophets in the Old Testament? Yes,
like Jesus tells about it in Matthew chapter 23.
Verse 36, “… Again he sent other servants…”
by the way this is after the
Babylonian captivity. So “…he sent other servants
more than the first…” prophets
like Zechariah, Haggai, Malachi, Zerubbabel, Joshua the high priest, many-many
individuals after the Babylonian captivity. But notice what happened to them, “…and they did likewise to them….”
And now notice, “…37 Then last of all…” does that have some finality to it when it says “last of all”?
Is this the last straw? Yes, it is! “…Then last of all he sent his son…” who is that? Jesus! “…to them, saying, ‘They
will respect my son.’ 38 But when the vinedressers saw the son, they said among
themselves, ‘This is the heir. Come, let us kill him and seize his
inheritance.’…”
Who are those who said that? “…let us kill him and seize his inheritance.’…” It was national Israel.
Verse 39, “… So they took him and cast him out of the vineyard…” Did Jesus die outside of Jerusalem, outside the gate according to
Hebrews? Yes! “…and killed him…”
Now Jesus is going to ask a question, “…40 Therefore, when the owner of the vineyard comes what will he do
to those vinedressers?” 41 They said to Him, ‘He will destroy those wicked men miserably,
and lease his vineyard to other vinedressers…”
who would those be? Those would be the
gentiles, exactly,
“….and lease his vineyard to other vinedressers who will render to him the…” what?
“…the fruits in their seasons.’…”
So, did the original recipients
produce fruit? No. So God is saying, I am going to give my vineyard to another
people who will bear the fruits thereof.
Verse 42 “…. Jesus said to them, ‘Have you never read in the Scriptures: ‘The stone…”
that is Jesus, “…‘The stone which the builders rejected has become the chief cornerstone?
This was the Lord’s doing, and it is marvelous in our eyes. 43 Therefore I say to you…” notice this, “…the kingdom of God will be…”
what? “…taken from you and
given to a nation bearing the…” what? “….the fruits of it.” Was the kingdom taken away from national Israel according to Jesus?
Absolutely. Whom was it given to according to the book of Acts? It was given to
the gentiles who received Jesus as Savior and Lord.
Notice verse 44, “…And whoever falls on this stone will
be broken…” Jesus is
this stone, “…but on whomever it falls, it will
grind him to powder.’ 45 Now when the chief priests and Pharisees
heard His parables, they perceived that He was speaking of…” whom? “…that He was speaking of them.”
Apakah
kalian ingat Hosea 9:10 bahwa kebun anggur juga melambangkan Israel? Jadi kita
telah mempelajari pohon ara, sekarang mari kita berbicara tentang kebun anggur,
simbol yang lain untuk Israel.
Ayat 33,
“33 Dengarkanlah suatu perumpamaan
yang lain. Ada seorang tuan tanah…” tuan
tanah itu adalah Allah Bapa,
“…menanam sebuah kebun anggur…” itu adalah Israel,
“…dan mendirikan
pagar sekelilingnya….” itu adalah Hukum-Hukum Allah, “…menggali lobang tempat memeras
anggur di dalamnya dan mendirikan menara
jaga…” itu adalah Bait Suci. “…Dan ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap …” Ini
adalah para pemimpin Yahudi,
“…dan pergi ke negeri yang jauh…” yaitu
ke Surga, itulah
negeri yang jauh. Apakah kalian menangkap gambar yang dikatakan ini?
Nah, perhatikan ayat 34, “…34 Ketika hampir tiba musim panen anggur, ia mengutus hamba-hambanya…” nah, hamba-hambanya
yang diutus ini adalah mereka yang dikirim sebelum
penawanan Babilon. Tuhan telah mengirim banyak
nabi ke Israel untuk mengajak mereka kembali kepada Tuhan, untuk
mengikuti jalan Tuhan. Inilah tahap yang disebutkan di sini.
Maka dikatakan, “…34 Ketika hampir tiba musim panen anggur, ia mengutus hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu…” ini
sebelum penawanan Babilon, “…agar mereka boleh menerima buahnya…” Jadi Tuhan mengharapkan buah. Dia berkata, “Aku telah
memberimu segala kelebihan, Aku memupuk kamu, Aku mengairi kamu, Aku telah
memberi kamu segala berkat di atas semua bangsa di bumi, sekarang Aku
mengharapkan ada hasil.
Aku mengharapkan buah-buah Roh.”
Ayat 35, “…Tetapi penggarap-penggarap
itu menangkap hamba-hambanya, memukul yang seorang, membunuh seorang, dan merajam yang lain…” Inikah yang mereka lakukan kepada para nabi Perjanjian Lama?
Ya, seperti yang dikatakan Yesus di Matius pasal 23.
Ayat 36, “…Lagi-lagi tuan itu mengutus hamba-hamba yang lain…” ini
adalah setelah masa penawanan Babilon,
Jadi, “…tuan itu mengutus hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang pertama…” nabi-nabi
seperti Zakharia, Hagai, Maleakhi, Zerubbabel, imam besar Yoshua, banyak orang
setelah penawanan Babilon. Tetapi simak apa yang terjadi pada mereka, “…dan mereka berbuat
yang sama kepada mereka…”
Dan sekarang perhatikan, “…37 Dan yang terakhir…” apakah di sini ada kesan pamungkasan atau penutupan ketika
dikatakan “yang terakhir”?
Apakah ini kesempatan yang terakhir? Ya, betul! “…Dan yang terakhir ia mengutus anaknya…” Siapa
ini? Yesus! “..kepada
mereka, dengan
berkata, ‘Mereka akan menyegani anakku.’
38 Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anak itu, mereka
berkata seorang kepada yang lain: ‘Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia,
dan merebut warisannya.’…” Siapa yang berkata begitu? “…mari kita bunuh dia, dan merebut warisannya.’?…” Yang
berkata demikian adalah bangsa
Israel.
Ayat 39, “…38 Maka mereka menangkapnya dan
melemparkannya ke luar kebun anggur itu…” Apakah Yesus mati di luar kota Yerusalem, di luar
gerbang menurut kitab Ibrani? Ya! “…dan membunuhnya.…”
Sekarang Yesus akan mengajukan pertanyaan, “…40 Maka ketika tuan kebun anggur itu datang, apa yang akan dilakukannya pada penggarap-penggarap itu? 41 Kata mereka kepada-Nya: ‘Ia
akan membinasakan orang-orang jahat itu dan menyewakan kebun anggurnya kepada penggarap-penggarap lain…” siapakah
penggarap-penggarap yang lain ini? Betul sekali, mereka itu adalah bangsa-bangsa lain (non-Yahudi) “…dan menyewakan kebun anggurnya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan
menyerahkan…” apa? “…hasilnya kepadanya pada musimnya.’…” Jadi, apakah penyewa yang asli
menghasilkan buah? Tidak. Jadi Tuhan berkata, Aku akan memberikan kebun
anggurKu kepada bangsa lain yang akan menghasilkan buah dari sana.
Ayat 42, “…Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: ‘Batu…” yaitu
Yesus, “…’Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru utama?’ Ini
adalah perbuatan Tuhan, dan mengagumkan di mata kita. 43 ‘Sebab itu, Aku berkata
kepadamu…” perhatikan
ini, “…’Kerajaan Allah akan…” apa? “…diambil dari kamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan
menghasilkan…” apa? “…buah darinya.”’…” Apakah kerajaan itu diambil dari bangsa Israel
menurut Yesus? Betul sekali. Kerajaan itu diberikan kepada siapa menurut kitab
Kisah? Diberikan kepada bangsa-bangsa
lain (non-Yahudi) yang menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
Perhatikan ayat 44, “…Dan barangsiapa jatuh ke atas
Batu itu ia akan hancur…” Yesus adalah batu ini, “…tetapi barangsiapa ditimpa batu itu, batu
itu akan menggilingnya hingga menjadi debu. 45 Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar
perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa Dia sedang berbicara
tentang…” siapa? “…bahwa Dia sedang berbicara
tentang mereka.”
Now, let’s go back to the fig tree episode in Matthew 24. The
argument is, is that that fig tree, the budding of the fig tree represents
national Israel and that this budding of Israel as a nation in 1948 is the
greatest sign of the imminence of the coming of Jesus. The fact is if you read
these verses carefully you are going to notice it is not this sign that shows
that the coming of Jesus is imminent, but actually it says there “When you see all these things, know that (His coming) is
near.” It’s not that one particular sign that shows that the
end is near, it is the whole accumulation of signs because in Matthew 24 it says, “When you see all these
things, know that it is near.”
Nah, mari
kembali ke episode pohon ara di Matius 24. Argumentasinya adalah, bahwa pohon
ara itu, pohon ara yang bertunas itu melambangkan bangsa Israel dan Israel
sebagai bangsa yang bertunas di tahun 1948 ini adalah tanda terbesar akan
dekatnya kedatangan Yesus. Faktanya adalah, jika kita membaca ayat-ayat
tersebut dengan seksama, kita akan melihat bahwa bukan ini tandanya yang
menunjukkan bahwa kedatangan Yesus sudah dekat, tetapi sebenarnya yang
dikatakan di sana itu, “Demikian juga, jika kamu
melihat SEMUANYA ini, ketahuilah, bahwa
waktu [kedatangan]nya sudah dekat...” [Matius 24:33] Jadi bukan hanya satu tanda yang itu saja yang
menunjukkan bahwa akhirnya sudah dekat, tetapi
seluruh akumulasi tanda-tanda karena di Matius pasal 24
dikatakan, “jika kamu
melihat SEMUANYA ini, ketahuilah, bahwa
waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.”
Also in Luke 21:29-31 we find a very interesting detail about
the fig tree that is not found in Matthew 24. And I want you to notice this
very important detail. By the way what I am saying is, that in Matthew
chapter 24, Jesus is not referring to the fig tree as representing national
Israel. He is simply saying, you know, “When you see the fig tree
budding you know that the summer is near,” so, you know, when you see all these signs
it’s a sign that Jesus is soon to come. In other words, the fig tree has no particular
relevance or importance to the symbol of Israel. And Luke proves that.
Notice Luke 21:29-31 “Then He spoke to them a parable:
‘Look at the fig tree…” and now don’t miss this point, “…Look at the fig tree and…” what? “….and all the trees…” is there something specifically
important about the fig tree in itself? No. It says, “….Look at the fig tree and all the
trees.30 When they are already budding…” not only the fig tree but when all the trees are budding, “….you see and know for yourselves
that summer is now near. 31So you also…” notice this,
“…when you see these things
happening…” not just the sign of the budding of
the fig tree, but
“….when you see (all) these things happening,
know that the kingdom of God is near.’”
Juga di Lukas 21:29-31 kita temukan detail yang sangat
menarik tentang pohon ara yang tidak ada di Matius 24. Dan saya mau kalian
memperhatikan detail yang sangat penting ini. Perhatikan apa yang saya katakan
ini, bahwa di Matius pasal 24,
Yesus tidak mengatakan bahwa pohon ara itu melambangkan bangsa Israel.
Yesus sekadar berkata, kalian tahu, “Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai berdaun, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.” (Matius 24:32) Jadi
kamu tahu pada waktu kamu melihat semua tanda itu, itu adalah tandanya bahwa
Yesus akan segera datang. Dengan kata lain, pohon ara itu sendiri tidak memiliki makna khusus atau
kepentingan khusus sebagai simbol Israel. Dan Lukas
membuktikannya.
Simak Lukas 21:29-31, “Lalu Yesus bicara
kepada mereka tentang sebuah perumpamaan: ‘Perhatikanlah pohon ara…” dan
sekarang jangan melewatkan poin ini, “…‘Perhatikanlah pohon ara, dan…” apa? “…semua pohon.…” apakah
ada yang istimewa pentingnya tentang pohon ara itu sendiri? Tidak. Dikatakan, “…‘Perhatikanlah pohon ara dan semua pohon. 30 Apabila pohon-pohon
itu sudah berdaun,…” bukan hanya pohon aranya saja, tetapi semua pohon berdaun, “…kamu melihat dan tahu sendiri bahwa musim panas sudah dekat. 31Demikian juga kamu…” perhatikan
ini, “…pada waktu kamu
melihat hal-hal ini terjadi…” bukan hanya tanda bahwa pohon ara berdaun, tetapi “…pada waktu kamu melihat hal-hal ini terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.”
Now, I want to go to another episode that speaks about the fig tree and in this passage,
the fig tree is particularly significant as a symbol of Israel. Go with me to
John 1 and we’ll read verses 43-48. This is the encounter of Jesus with one of
His disciples Nathanael. You’ve probably read this before but now let’s take a
look at some of the details here. John 1, beginning with verse 43, “The following
day Jesus wanted to go to Galilee, and He found Philip and said to him, ‘Follow
Me.’ 44Now Philip was from Bethsaida, the city of Andrew and Peter. 45 Philip found Nathanael and
said to him, ‘We have found Him of whom Moses in the Law, and also the
prophets, wrote --- Jesus of Nazareth, the son of Joseph.’ 46And
Nathanael…” notice that at first he was incredulous, he didn’t believe it. “….And Nathanael said to him, ‘Can anything good come out of
Nazareth?’ Philip said to him, ‘Come and
see.’ 47Jesus saw Nathanael coming toward Him, and said of him,
‘Behold, a …” what? “….an Israelite
indeed …” now let me ask you, if there is an “Israel indeed”, must there be
“Israelites not indeed”? Absolutely. By the way this becomes very clear when
you noticed the Greek word that is used here. It’s the Greek word ἀληθῶς [ alēthōs ] which is better translated “genuine”. In
other words a better translation would be “…‘Behold a genuine
Israelite, in whom is no deceit!’…” the word “deceit” here is the word ψεῦδος [pseudos] *** there is no lie, there is no deceit, there is no counterfeit in him in
other words. Now, if there are genuine Israelites, if Nathanael was a genuine
Israelite, let me ask you, must there be Israelites who are not genuine? Sure.
In fact the NIV instead of translating “Israelite indeed” it translates “a true
Israelite”, a genuine, real Israelite in other words. Now the interesting thing
is, if you read verse 49 when Jesus finds Nathanael, He finds him sitting
where? He finds him sitting under a fig tree. Now, isn’t this interesting? In
fact, going once again to verse 48, it says, “… 48Nathanael said to Him, ‘How do You know
me?’ Jesus answered and said to him, ‘Before Philip called you, when you were
under the…” what? “….when you
were under the fig tree, I saw you.’"
***
Note: Actually the Greek word in John 1:47 is δόλος [dolos] not ψεῦδος [pseudos] but according to Strong’s Dictionary, the
meaning is the same.
Sekarang saya mau ke episode yang lain yang berbicara tentang pohon ara
juga, dan di bacaan ini pohon aranya khusus signifikan sebagai simbol Israel. Marilah
bersama saya ke Yohanes pasal 1 dan kita akan membaca ayat 43-48. Ini adalah
pertemuan Yesus dengan salah seorang muridNya bernama
Natanael. Kalian mungkin sudah pernah membaca ini sebelumnya, tetapi sekarang
mari kita perhatikan beberapa detail di sini. Yohanes pasal 1 mulai dari ayat
43, “43 Pada keesokan harinya Yesus mau ke Galilea, dan Ia mendapatkan Filipus, dan berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku!’ 44 Filipus itu
berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. 45 Filipus mendapatkan Natanael dan berkata kepadanya, ‘Kami telah menemukan Dia, yang tentangNya Musa dan para nabi, menulis
dalam kitab Hukum yaitu Yesus dari Nazaret, anak Yusuf.’ 46Dan Natanael…” perhatikan bahwa pertama dia meragukan,
dia tidak percaya. “…Dan Natanael
berkata kepadanya:
‘Mungkinkah ada yang baik datang dari Nazaret?’ 47Kata Filipus kepadanya, ‘Mari dan lihatlah!’ Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, ‘Lihat, benar-benar seorang…” apa? “…Israel.” Coba saya tanya, jika ada “yang benar-benar Israel”, tentunya ada juga “yang tidak benar-benar Israel” bukan? Betul sekali. Hal ini menjadi
sangat jelas jika kita melihat kata Greeka yang dipakai di sini. Kata Greeka
itu adalah ἀληθῶς [alēthōs] yang lebih tepat diterjemahkan “tulen”. Dengan
kata lain, terjemahan yang lebih tepat adalah “…Lihat, seorang Israel tulen, yang tidak ada kepalsuan di
dalamnya!’…” kata
“kepalsuan” di sini adalah kata ψεῦδος [pseudo]***
dengan kata lain, tidak ada kebohongan, tidak ada penipuan, tidak ada
kepalsuan dalam dirinya. Nah, jika ada Israel yang tulen, jika Natanael adalah
seorang Israel tulen, coba saya tanya, apakah ada Israel yang tidak tulen?
Tentu saja. Bahkan Alkitab versi NIV tidak menerjemahkannya “Israelite indeed” (benar-benar Israel) tetapi
“a true Israelite” (Israel sejati), seorang Israel yang tulen, yang
betul-betul Israel, dengan kata lain. Sekarang, yang menarik adalah, jika kita
membaca ayat 49 saat Yesus mendapatkan Natanael, Dia mendapatkan Natanael duduk
di mana? Yesus mendapatkan Natanael duduk di bawah sebatang pohon. Nah, apakah
ini tidak menarik? Baiklah, kembali lagi ke ayat 48, dikatakan, “…48 Kata Natanael kepada-Nya, ‘Bagaimana Engkau mengenali aku?’ Jawab Yesus kepadanya, ‘Sebelum Filipus memanggil engkau, ketika engkau di bawah…” apa? “…ketika engkau di bawah pohon ara, Aku telah melihatmu.’"
*** Catatan: Sebenarnya kata Greeka di Yohanes 1:47
adalah δόλος
[dolos] bukan ψεῦδος [pseudos] tetapi menurut Strong
Dictionary, artinya sama.
Now what I find interesting here is that a true Israelite was
sitting under the symbol of Israel. In other words Nathanael was a true
Israelite and he was sitting under a fig tree which was a symbol of what? Was a
symbol of Israel. In other words, what we find here is an indication that there are
genuine Israelites and there are counterfeit Israelites. Now, the question is
how do you distinguish the genuine from the counterfeit?
Nah, yang saya anggap menarik di sini
adalah bahwa seorang Israel tulen duduk di bawah simbol dari Israel. Dengan
kata lain, Natanael adalah seorang Israel tulen, dan dia duduk di bawah pohon ara yang adalah simbol apa?
Simbol Israel. Dengan kata lain, apa yang kita dapati di sini adalah suatu
indikasi bahwa ada Israel yang
tulen dan ada Israel yang palsu. Nah, pertanyaannya adalah, bagaimana kita
membedakan antara yang tulen dari yang palsu?
Is it simply because, you know, you are genuine Israelite because you have
Jewish blood flowing through your veins? Or because you live perhaps in
Jerusalem? Or perhaps your last name is Goldstein or Goldberg? No, I don’t
think so. In fact I know that that’s not the case. Do you know what made
Nathanael a true Israelite indeed? Verse 49 explains it. When Jesus spoke to
Nathanael and He said, “You are a genuine Israelite,” what did Nathanael
confess? He says, “You are the Christ, the son of the living God.” In other
words, So you have Nathanael recognized Jesus as the what? As the Messiah. That’s what
made him a true Israel. So you have this true Israelite
because he confesses Jesus Christ and he is sitting under the fig tree, which
is a symbol of Israel. All of these things merge together to indicate what a
true Israelite is. In other words there is genuine Israel and there is
counterfeit Israel. Genuine Israel are those who receive Jesus Christ as Savior and Lord.
Apakah hanya karena ~ kalian tahu ~
seseorang itu berdarah Israel, atau barangkali dia tinggal di Yerusalem, atau
barangkali nama marganya Goldstein atau Goldberg maka dia adalah seorang Israel
tulen? Tidak, saya rasa tidak. Bahkan saya tahu, tidak demikian. Tahukah kalian
apa yang membuat Natanael seorang Israel tulen? Ayat 49 menjelaskannya. Ketika
Yesus berbicara kepada Natanael, Dia berkata, “Kamu seorang Israel tulen,” apa
yang diakui oleh Natanael? Natanael
berkata, “Engkaulah Kristus, Anak dari Allah yang hidup.” Dengan kata lain, Natanael mengenali Yesus sebagai
apa? Sebagai Mesias. Itulah yang menjadikannya seorang Israel tulen.
Jadi ada seorang Israel tulen ini karena dia mengakui Yesus Kristus dan
dia duduk di bawah sebatang pohon ara yang merupakan simbol Israel. Semua keterangan ini menyatu untuk
menunjukkan seorang Israel yang tulen itu yang bagaimana. Dengan kata lain, ada
Israel yang tulen dan ada Israel yang palsu. Israel yang tulen adalah mereka yang menerima Yesus
Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
By the way, Jesus also made this distinction. Notice John 8 and
we’ll read several texts here. John 8:37-45. Did Jesus believe that there are
Jews and then there are ”Jews”? He most certainly did.
What is it that defines a true one from a counterfeit one? Notice John 8:37
Jesus says to those literal Jews who are listening to Him, “…‘I
know that you are Abraham's descendants, but you seek to kill Me, because My
word has no place in you. 38 I speak what I have seen with My
Father, and you do what you have seen with your father.’…” now Jesus is going to reach a very climactic and
disturbing argument in a few moments. He says, “I’ve got My Father, and you
have your father.” Verse 39, “…39They answered and said to
Him, ‘Abraham is our father.’ Jesus said to them, ‘If…” notice this is a big “if”, “…If you were Abraham's children…” is Jesus denying that they are Abraham’s children here? Of
course. He is saying “If you were” which means that they are what? That they
are not. He is saying,
“….If you were Abraham’s children, you would do the…” what? “….the works of Abraham…” So are they Abraham’s children according to the definition of Jesus?
Absolutely not. They are, but they aren’t. Notice verse 40, “…40But…”, you see, If you
were Abraham’s children, you know, you would do the works of
Abraham, “…but
now you seek to kill Me, a Man who has told you the truth which I heard from
God. Abraham did not do this…” in other words what Jesus is saying is “You claim to
be the children of Abraham, Abraham look forward to My day, he loved Me when he
saw Me from afar, and you want to kill Me. So, how is it that you say that you
are Abraham’s children if he loved Me and you want to kill Me?” He is
denying that they are Abraham’s children. Notice, Jesus continues
saying in verse 41,
“…41You do the deeds of your father.’ Then they said to Him, ‘We
were not born of fornication; we have one Father --- God.’ 42Jesus
said to them, ‘If…” notice once again the key word “If”, “…If God were your Father…” is Jesus denying that God is their father? Yes. “….If God were your Father, you would
love Me, for I proceeded forth and came from God; nor have I come of Myself,
but He sent Me. 43Why do you not understand My speech? Because you
are not able to listen to My word…” And then Jesus says something very
politically incorrect, He says, “…44You are of your father the devil…” were they literal Jews? Were they
literally children of Abraham? Yes they were. But were they really Jews or
children of Abraham? No, because they had to have the faith of Abraham. So
notice verse 44,
“…You are of your father the devil, and the desires of your father you want to
do. He was a murderer from the beginning, and does not stand in the truth,
because there is no truth in him. When he speaks a lie, he speaks from his own resources, for he is a liar and the
father of it…” you see the contrast here? In
Nathanael there was no deceit, there was no lie. And in Jesus there was no
what? In Jesus there was no lie.
Yesus juga membuat perbedaan ini. Perhatikan Yohanes pasal 8 dan kita
akan membaca beberapa ayat di sini. Yohanes 8:37-45. Apakah Yesus percaya bahwa
ada orang Yahudi dan “orang Yahudi”? Betul sekali. Apa yang membedakan antara
yang asli dari yang palsu? Simak Yohanes 8:37, Yesus berkata kepada orang-orang
Yahudi literal yang sedang mendengarkan Dia, “37 Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha membunuh
Aku, karena firman-Ku tidak
beroleh tempat di dalam kamu. 38 Aku
mengatakan apa yang telah Aku lihat dari Bapa, dan kamu melakukan apa yang kamu lihat dari bapamu.’…” dalam beberapa saat Yesus akan mencapai
puncak dari perdebatanNya yang akan sangat mengganggu. Yesus berkata, “Aku
punya BapaKu, dan kamu punya bapakmu.” Ayat 39, “…39Jawab mereka kepada-Nya: ‘Bapa kami ialah Abraham.’
Kata Yesus kepada mereka: ‘Andaikan…” perhatikan
ini adalah “andai” yang besar! “…‘Andaikan kamu anak-anak Abraham…” apakah di sini Yesus tidak mengakui
mereka sebagai anak-anak Abraham? Tentu saja. Dia berkata, “Andaikan” yang berarti apa? Berarti mereka bukan. Yesus berkata, “…‘Andaikan
kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu akan mengerjakan pekerjaan…” apa? “…pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham…”Jadi
menurut definisi Yesus
apakah mereka ini anak-anak Abraham? Sama sekali bukan. Mereka anak-anak (keturunan)
Abraham, tetapi mereka bukan anak-anak Abraham.
Simak ayat 40, “…40 Tetapi…” kalian lihat, andaikan
kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu akan mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham, ”…tetapi sekarang kamu berusaha membunuh Aku; seorang Manusia yang telah mengatakan kebenaran
kepadamu, yang Kudengar dari Allah; Abraham
tidak pernah berbuat demikian…” dengan kata lain apa yang dikatakan Yesus adalah, “Kalian
mengaku anak-anak Abraham, Abraham merindukan kedatanganKu, dia mengasihi Aku
saat dia melihat Aku dari kejauhan, dan kalian mau membunuh Aku. Jadi,
bagaimana bisa kalian katakan bahwa kalian adalah anak-anak Abraham jika
Abraham mengasihi Aku tetapi kalian mau membunuhKu?” Yesus tidak mengakui mereka itu anak-anak Abraham. Perhatikan yang dikatakan Yesus
selanjutnya di ayat 41, “…41 Kamu
mengerjakan pekerjaan bapamu.’ Lalu mereka berkata kepadaNya, ‘Kami tidak dilahirkan dari zinah, kami punya satu Bapa, yaitu Allah.’ 42 Kata Yesus kepada mereka, ‘Andaikan…” perhatikan
sekali lagi kata “andaikan”, “…Andaikan Allah adalah Bapamu…” apakah
Yesus tidak mengakui Allah itu
Bapa mereka? Iya. “…Andaikan
Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku,
sebab Aku berasal dan datang dari Allah. Dan
Aku juga
tidak datang atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah
yang telah
mengutus Aku. 43 Mengapa kamu tidak mengerti kata-kata-Ku?
Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku…”
Lalu Yesus mengatakan sesuatu yang secara politis, itu sangat tidak tepat. Dia berkata, “…44 “Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis…” apakah mereka orang Yahudi literal? Apakah mereka adalah anak-anak literal Abraham? Ya, benar. Tetapi apakah mereka benar-benar orang
Yahudi atau anak-anak Abraham? Tidak, karena
mereka tidak memiliki iman Abraham. Jadi, perhatikann ayat 44, “…Kamu berasal dari
bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah yang mau kamu lakukan. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam
kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia mengucapkan dusta, dia
bicara dari sumbernya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapak segala dusta…” Kalian lihat bedanya di sini? Dalam
diri Natanael tidak ada kepalsuan, tidak ada kebohongan. Dan di dalam diri
Yesus tidak didapati apa? Tidak ada kebohongan.
By the way the great apostle Paul,
also confirms what Jesus taught, in the parable of the fig tree, in the parable
of the vineyard, and what He taught in John chapter 8 as well as in John
chapter 1. Let’s notice what the apostle Paul says because most Christians
today use the apostle Paul and they say, “Well you know, the apostle Paul
believes that God has two people: the literal Jews, and then He turned to the
gentiles, and then when the times of the gentiles are over ~ we’ll have a
lecture on the times of the gentiles later on ~ then the church is going to be
raptured to Heaven and then God is going to pick up with the literal Jews
again, with national Israel again.”
Ketahuilah, rasul Paulus juga meneguhkan apa yang diajarkan Yesus dalam
perumpamaan pohon ara, perumpamaan kebun anggur, dan apa yang diajarkan Yesus
di Yohanes pasal 8 dan Yohanes pasal 1. Mari kita simak apa kata rasul Paulus
karena kebanyakan orang Kristen sekarang memakai rasul Paulus dan mereka
berkata, “Nah, kita tahu bahwa rasul Paulus meyakini Tuhan memiliki dua umat:
Yahudi literal, lalu Tuhan berpaling kepada bangsa-bangsa lain
non-Yahudi, lalu ketika waktu untuk bangsa-bangsa lain ini habis ~ nanti kita
akan ada ceramah tentang ‘waktu bangsa-bangsa lain’ ini ~ maka gereja akan
diangkat ke Surga, dan Tuhan akan melanjutkan dengan Yahudi literal lagi, dengan
bangsa Israel lagi.”
Let’s see what the apostle Paul
defines as true Israel. Romans 2:28-29. This is explicit. It’s hard to
understand how anybody in the world can misunderstand what the apostle Paul is
saying. “For he is not a Jew who is one outwardly…” let me ask you, are there outward Jews that are not really
Jews? According to the definition of the
apostle Paul, absolutely. He says,
“For he is not a Jew who is one outwardly, nor is circumcision that which is outward in the flesh…” you see the Jews were distinguished by their circumcision.
He says, circumcision doesn’t make you a Jew. Verse 29, “…29but he is a Jew who is one…” what? “…inwardly; and circumcision is that of the heart, in the Spirit,
not in the letter; whose praise is
not from men but from God.”
Mari kita lihat definisi rasul Paulus tentang Israel yang sejati. Roma
2:28-29. Ini sangat jelas. Sulit dimengerti bagaimana ada orang di dunia bisa
salah memahami apa yang dikatakan rasul Paulus. “28 Sebab dia bukanlah seorang Yahudi yang secara
lahiriah…” coba
saya tanya, apakah ada Yahudi lahiriah yang bukan Yahudi yang sejati? Menurut
definisi rasul Paulus, betul sekali. Dia berkata, “…Sebab dia bukanlah seorang Yahudi yang secara
lahiriah, begitu
juga sunat bukanlah sunat lahiriah secara daging…” kalian
lihat, orang-orang Yahudi dikenali dari sunat mereka. Paulus berkata, sunat
tidak menjadikan kamu seorang Yahudi. Ayat 29, “…29 Tetapi dia yang Yahudi adalah yang…” apa? “…di dalam hatinya; dan sunat adalah sunat pada hati secara Roh, bukan secara
harafiah; yang pujiannya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.”
So let me ask you, are there Jews and then are there “Jews”? Absolutely. What is a
true Israelite? A true Israelite is:
ü one who has accepted Jesus Christ as Savior and Lord,
ü their heart has been circumcised by Jesus
ü and their life is under the control of the Holy Spirit because
it says here “in the Spirit” not in the letter.
Of course the Jews love to live by the letter.
Jadi coba saya tanya, apakah ada orang
Yahudi dan “orang Yahudi”? Betul sekali. Israel yang sejati itu apa? Israel
yang sejati adalah:
ü dia yang
menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan,
ü yang
hatinya sudah disunat oleh Yesus dan
ü hidupnya
di bawah kendali Roh Kudus, karena di sini dikatakan “secara Roh” bukan secara
harafiah.
Kita
sudah tahu bahwa orang Yahudi suka menghidupkan yang harafiah.
Notice Romans 9:6-8. And by the way when I speak about the Jews
of Christ’s day, this is not any reflection on any individual who is a Jew today.
God loves the Jews intensely. He loves them with a deep love. And by the way, it’s not
saying either that Israel cannot exist as a nation. I am simply taking
the biblical definition of what true Israel is, what a true Jew is according to
Scriptures because it has huge prophetic implications.
Simak Roma
9:6-8. Dan perhatikan pada waktu saya berbicara mengenai orang-orang Yahudi di
zaman Kristus, ini bukanlah celaan
atas orang Yahudi secara pribadi sekarang ini. Tuhan sangat mengasihi orang Yahudi.
Dia mengasihi mereka dengan kasih yang sangat dalam. Dan ketahuilah, ini juga bukan mengatakan bahwa Israel tidak boleh
eksis sebagai suatu bangsa. Saya sekadar menunjukkan apa
definisi yang alkitabiah tentang Israel yang sejati, apa Israel yang sejati
menurut Kitab Suci, karena hal itu memiliki implikasi nubuatan yang besar.
Notice Romans 9:6-8, here the apostle Paul says this, “But
it is not that the word of God has taken no effect…” now notice this, “… For they are not all Israel who are of Israel…” You say, “That’s ridiculous. So not all Israelites are Israelites?”
That’s what the apostle Paul is saying. So, what is it that determines
a true Israelite? “…7nor are they all children because they are the seed of Abraham…” not everybody is Abraham’s child just
because he descends physically from Abraham, “…but, ‘In Isaac your seed shall be called.’
8That is, those who are the children of the flesh…”
that is literal, national Jews, “…those who are the children of the
flesh, these are not the
children of God; but the children of the promise…” that is the promise of the Messiah, “….are counted as the seed.…” How could the apostle Paul be more explicit than this
about the identity of Israel. You see, God has transitioned from literal Israel
as His chosen nation, national Israel as His chosen nation, the fig tree
apostatized, and therefore it withered up and it was burned in the fire in the
year 70. That doesn’t mean that literal Jews cannot be saved, who become linked
with Jesus Christ the Messiah, then they become true Jews. That’s why you have
a huge number of Jews these days that are becoming Messianic Jews.
Perhatikan Roma 9:6-8, di sini rasul Paulus mengatakan demikian, “6 Akan tetapi bukan karena firman Allah tidak ada pengaruhnya.…” nah,
perhatikan ini, “…Sebab mereka tidak semuanya Israel yang berasal dari
Israel…” Kalian berkata, “Itu konyol. Jadi tidak semua orang Israel itu
orang Israel?” Itulah yang dikatakan rasul Paulus. Jadi apa yang
menentukan seorang Israel yang sejati? “…7 dan juga tidak semua anak-anak Abraham karena mereka adalah benih Abraham…” tidak semua anak Abraham, hanya karena
secara fisik dia adalah keturunan Abraham, “…tetapi: ‘dalam Ishak-lah akan disebut benihmu’
8 Artinya: mereka yang adalah anak-anak secara
daging,…” maksudnya secara literal, bangsa Yahudi, “…mereka yang adalah anak-anak secara
daging, mereka ini bukanlah anak-anak Allah; tetapi
anak-anak perjanjian–lah…” maksudnya janji akan datangnya Mesias “…yang diperhitungkan sebagai benih.”
Bagaimana rasul Paulus bisa menjelaskan lebih jelas lagi
daripada ini tentang identitas Israel? Kalian lihat, Allah telah beralih dari Israel literal
sebagai umat pilihanNya, yaitu bangsa Israel sebagai umat pilihanNya, pohon
aranya telah murtad, dan oleh sebab itu pohon itu layu dan dibakar dalam api di
tahun 70. Itu tidak berarti bahwa Israel
literal tidak bisa diselamatkan. Mereka yang terhubung dengan Yesus
Kristus sang Mesias, maka mereka menjadi Yahudi sejati. Itulah sebabnya
mengapa sekarang ini ada sejumlah besar orang Yahudi Mesianis (yang percaya
Yesus adalah Mesias).
Notice Galatians 3:26-29. Here the
apostle Paul says this,
“For you are all sons of God through faith in Christ Jesus. 27For as
many of you as were baptized into Christ…”
notice this “…into Christ have put on
Christ.…” so if you are baptized, you put on Christ. What is the
implication? Verse 28, “…28There is neither Jew nor Greek,
there is neither slave nor free, there is neither male nor female; for you are
all one in Christ Jesus. 29And if you are Christ's, then you are Abraham's seed, and heirs according
to the promise.”
What determines you are Abraham’s seed? It is not where you
live, it’s not what kind of blood you have, it’s not what your last name is, it
has to do with whether you have linked up your life with Jesus Christ as your
Savior and as your Lord.
Perhatikan Galatia 3:26-29. Di sini rasul Paulus berkata
demikian, “26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. 27Karena seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus…” perhatikan ini, “…ke dalam Kristus, telah
mengenakan Kristus.…” jadi
jika kita sudah dibaptis, kita mengenakan Kristus. Apa implikasinya? Ayat 28, “…28 Tidak ada orang Yahudi atau
orang Yunani, tidak ada budak atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus. 29 Dan jikalau kamu adalah milik
Kristus, maka kamu juga adalah benih Abraham
dan menurut janji Allah, adalah
ahliwarisNya.”
Apa yang menentukan kita sebagai benih Abraham? Bukan di
mana kita hidup, bukan jenis darah apa yang kita miliki, bukan apa nama marga
kita, tetapi itu tergantung apakah hidup kita sudah terhubung dengan Yesus
Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita.
By the way, the apostle Paul had this very, very clear in his
own life experience. Notice what we find in the book of Philippians 3:3-8, he
is reminiscing about his own experience, so we should listen very carefully to
the apostle Paul because he is not just giving a discourse in theology, he is
speaking about his own practical life. He says this, “For
we are the circumcision, who worship God in the Spirit, rejoice in Christ
Jesus, and have no confidence in the flesh…”
what according to the apostle Paul is
the true circumcision? It’s not being a literal Jew, it’s not being a national
Israelite. He says circumcision are those who worship God in the Spirit, rejoice in Christ
Jesus, and have no confidence in the flesh. And then he explains what
he means by “confidence in the flesh”, he says, “…4though I also might have confidence in the
flesh…” now he is going to describe what he means by confidence in
the flesh. He means being a literal Jew, or a literal national Israelite. He
says,
“….though I also might have confidence in the flesh. If anyone else
thinks he may have confidence in the flesh, I more so…” and then he gives a list, he says, “…5circumcised the eighth
day, of the stock of Israel, of
the tribe of Benjamin, a Hebrew of the Hebrews; concerning the Law, a Pharisee;
6concerning zeal, persecuting the church; concerning the
righteousness which is in the Law, blameless.…”
so he says, if you want to have
confidence in being a literal Jew, and being a Pharisee, and of the tribe of Benjamin,
and zealous for the Law, etc. hey, here’s the prime example of it. Now, what
else does he say? Notice verse 7,
“…7But what things were gain to me, these I have counted loss for
Christ…” because none of these things count for anything, except
for Christ. Verse 8, “…8Yet indeed I also count all
things loss for the excellence of the knowledge of Christ Jesus my Lord, for whom I have suffered the loss of all
things, and count them as rubbish, that I may gain…” whom? “…that I may gain Christ.”
Rasul Paulus mempunyai pengalaman yang amat sangat jelas di dalam
hidupnya sendiri. Perhatikan apa yang kita dapati di Filipi 3:3-8, dia sedang
mengenang pengalamannya sendiri, jadi sebaiknya kita dengarkan rasul Paulus
baik-baik, karena dia bukan hanya memberikan ceramah theologi, dia
berbicara mengenai kehidupannya sendiri. Dia berkata demikian, “3 Karena kita inilah sunat itu, yang beribadah
kepada Allah dalam Roh, bersukacita dalam Kristus Yesus, dan tidak mengandalkan daging…” Menurut
rasul Paulus, sunat yang sejati itu apa? Ternyata bukan menjadi Yahudi literal, bukan menjadi bangsa Yahudi. Rasul Paulus berkata, sunat adalah mereka yang
beribadah kepada Tuhan dalam Roh, bersukacita dalam Kristus Yesus, dan tidak
mengandalkan kemampuan daging. Lalu dia menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan
“mengandalkan daging”, dia berkata, “…4 Sekalipun aku
juga punya alasan untuk mengandalkan daging…” sekarang
dia akan menggambarkan apa yang dimaksudnya dengan mengandalkan daging.
Maksudnya, menjadi Yahudi literal,
atau bangsa Israel. Dia berkata, “…Sekalipun aku juga punya alasan untuk mengandalkan
daging. Jika ada orang yang menyangka dia
boleh mengandalkan daging, aku lebih lagi…” lalu
dia memberikan daftarnya, dia berkata, “…5disunat pada
hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang yang paling Ibrani dari semua orang Ibrani, dalam hal hukum Taurat, seorang
Farisi, 6 dalam hal semangat, penganiaya jemaat, dalam hal kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, aku tidak bercacat…” Jadi rasul Paulus berkata, jika kalian
mau mengandalkan pada fakta sebagai
orang Yahudi literal,
dan sebagai orang Farisi, dan dari suku Benyamin, dan ketat membela Hukum, dll. hei, aku inilah contoh yang
paling cocok. Nah, apa lagi yang dikatakannya? Perhatikan ayat 7, “…7 Tetapi apa yang dahulu kuanggap
menguntungkan bagiku, sekarang karena Kristus kuanggap tidak bernilai…” karena
semua hal itu tidak bernilai apa-apa, selain
Kristus. Ayat 8 “…8 Malahan
segala sesuatu juga kuanggap tidak bernilai demi
keistimewaan pengetahuan
tentang Kristus Yesus, Tuhanku, untuk DIa-lah aku telah menderita kehilangan segala sesuatu, yang kuanggap
sebagai sampah, supaya aku boleh memperoleh…”
siapa? “…supaya aku boleh memperoleh Kristus.”
Are you understanding what this is talking about? Is Jesus then
saying in Matthew chapter 24 that the reestablishment
of the literal Jewish national Israel in 1948 was a fulfillment of
prophecy? Listen, folks, when you read
the prophecies in the Old Testament, God told Israel, “If you forsake Me and
you do not listen to My voice, I am going to scatter you among all nations.
But, if when you are scattered, you repent and you are sorry for what you have
done, you come back to Me, I will gather you once again to your land and I will
heal you.”
Let me ask you, what was it that scattered national Israel when
Jerusalem was destroyed? It was the fact that they refused to listen to the
voice of Jesus, their Messiah. And therefore what happened to them? We read in
Luke chapter 21 and also Luke chapter 19, they were scattered among all of the
nations, weren’t they? So let me ask you, did they all suddenly come to believe
in 1948? Did they repent? Did national Israel say, “Oh, we are sorry that we
crucified the Messiah, you know, we now receive Him as our Savior and as our
Lord.”? Did they? No! They were restored to Jerusalem in unbelief but that goes
against everything that bible prophecy contemplates. In other words, that
restoration in 1948 was not a fulfillment of prophecy, it was a political
circumstance that took place. In other words they could never have been restored in
1948 as God’s chosen nation in their land as a fulfillment of prophecy unless they
repented and received Jesus Christ as Savior and Lord. Because that is
the total pattern in the Old Testament. No one is rewarded in unbelief. Repent and
be converted that your sins will be blotted out. “If we confess our sins, He is faithful and just to forgive our sins and cleanse us from
all unrighteousness.” There is a condition that had to be fulfilled for Israel to be
restored. And the condition to this day has never been fulfilled because national Israel with the exception of the Messianic Jews, is
still rejecting Jesus Christ as their promised Messiah.
Apakah kalian paham ini bicara tentang
apa? Apakah Yesus berkata di Matius pasal 24 bahwa pemulihan status Yahudi literal, Israel sebagai suatu bangsa, di tahun 1948 adalah penggenapan
nubuatan? Dengarkan, Saudara-saudara, bilamana kita membaca nubuatan di
Perjanjian Lama, Tuhan mengatakan kepada Israel, “Jika kamu meninggalkan Aku,
dan kamu tidak mendengarkan suaraKu, Aku akan menceraiberaikan kamu di antara
semua bangsa. Tetapi jika setelah kamu terceraiberai, kamu bertobat dan kamu
menyesali apa yang telah kamu lakukan, dan kamu kembali kepadaKu, Aku akan
mengumpulkan kamu sekali lagi ke tanahmu dan Aku akan menyembuhkan kamu.”
(Nehemiah 1:8-9, Ulangan 30:1-5).
Coba saya tanya, apa yang
menceraiberaikan bangsa Israel ketika Yerusalem dihancurkan? Faktanya bahwa
mereka menolak mendengarkan suara Yesus, Mesias mereka. Maka apa yang terjadi
pada mereka? Kita baca di Lukas pasal 21 dan juga pasal 19, bahwa mereka
diceraiberaikan di antara bangsa-bangsa, bukan? Jadi coba saya tanya, apakah
tiba-tiba mereka semuanya jadi percaya
(kepada Yesus) di tahun 1948? Apakah mereka sudah bertobat? Apakah Israel
sebagai suatu bangsa berkata, “Oh, kami menyesal kami telah menyalibkan Mesias,
kalian tahu, sekarang kami menerima Dia sebagai Juruselamat kami dan Tuhan
kami”? Apakah mereka berbuat itu? Tidak!
Mereka kembali ke Yerusalem tetap masih tidak percaya, dan itu sama
sekali bertolakbelakang dengan apa yang dikatakan nubuatan Alkitab. Dengan kata
lain, restorasi pada tahun 1948 itu
bukan penggenapan nubuatan, yang terjadi itu adalah suatu kondisi politik.
Dengan kata lain, mereka tidak
mungkin dipulihkan di tahun 1948 sebagai umat pilihan Tuhan ke tanah air mereka
sebagai penggenapan nubuatan kecuali
jika mereka bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
Karena itulah total pola yang ada di Perjanjian Lama. Orang tidak
percaya tidak ada yang
diberi pahala.
Bertobat dan berubah, supaya dosamu dihapus. “Jika kita mengakui dosa
kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita
dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9) Ada
syaratnya yang harus dipenuhi oleh Israel untuk dipulihkan. Dan syarat itu
hingga hari ini tidak pernah dipenuhi karena Israel sebagai
bangsa ~ dengan perkecualian orang-orang Yahudi Mesianis ~ masih tetap menolak
Yesus Kristus sebagai Mesias mereka yang telah dijanjikan.
I would like to read a couple of passages, very significant
passages from the writings of Ellen White about the Jewish nation, about national Israel.
The first is found in the journal Review and
Herald, February 25, 1896, and these are strong words but it’s in harmony
with what Jesus taught. Did Jesus teach that if He was rejected the result
would be scattering and destruction and being burned by fire? Absolutely.
Notice what she says,
“The
curse rests upon Jerusalem. The Lord has obliterated those things which men
would worship in and about Jerusalem, yet many hold in reverence literal
objects in Palestine, while they neglect to behold Jesus as their advocate in
the heaven of heavens.”
There are people who say, “Oh, if I could just visit
the Holy Land, if I could just walk where Jesus walked.” What Ellen White is saying is the curse is
upon old Jerusalem, it is
not a holy place anymore. Do you know what makes a place holy? The presence of
Jesus. Jesus left the temple, He said, “Your house is left unto you…” what? “…desolate.” And “You will not see Me again, until you say,
‘Blessed is He who comes in the name of the Lord.’” which is referring to His second coming.
Saya ingin
membacakan dua kutipan, sangat signifikan, dari tulisan Ellen White tentang
bangsa Yahudi, tentang Israel sebagai suatu bangsa. Yang pertama ditemukan di
jurnal Review and
Herald, 25 Februari, 1896, dan ini adalah kata-kata yang keras,
tetapi serasi dengan apa yang diajarkan Yesus. Apakah Yesus mengajarkan bahwa
jika Dia ditolak, akibatnya adalah penceraiberaian, penghancuran, dan
pembakaran oleh api? Betul sekali. Simak apa yang dikatakan Ellen White, “Yerusalem sudah terkutuk.
Tuhan telah melenyapkan benda-benda yang
disembah di- dan sekitar Yerusalem, namun banyak orang masih menganggap
obyek-obyek literal di
Palestina sebagai suci, sementara mereka lalai memandang Yesus sebagai Perantara mereka di Surga.”
Ada orang-orang
yang berkata, “Oh, andaikan saya bisa mengunjungi Tanah Suci, andaikan saya
bisa berjalan di mana Yesus pernah berjalan.” Apa yang dikatakan Ellen White
adalah, ada kutukan pada Yerusalem lama , itu
sudah bukan tempat yang suci lagi. Tahukah kalian apa yang membuat suatu tempat
itu suci? Kehadiran Yesus. Yesus sudah meninggalkan Bait Suci. Dia berkata, “…rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu…” apa? “…terlantar.” [Matius 23:38] dan “…‘Kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata:
‘Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!’” [Matius 23:39] yang berbicara tentang kedatangan Kristus yang kedua.
The second statement is found in Review and
Herald, June 9, 1896. This one is even stronger. She says this, “How many there are who feel that it would
be a good thing to tread the soil of old Jerusalem and that their faith would
be greatly strengthened by visiting the scenes of the Savior’s life and death…” then she says this, “…but old Jerusalem will never be a sacred place…” so much for the rebuilding of the third
temple, “…but
old Jerusalem will never be a sacred place until it is cleansed by the refining
fire from Heaven. The darkest blot of guilt rests upon the city that refused
the light of Christ. Do we want to walk in the footsteps of Jesus? We need not
seek out the paths in Nazareth, Bethany, and Jerusalem, we shall find the
footprints of Jesus by the sickbed, by the side of suffering humanity, in the
hovels of the poverty stricken and distressed. We may walk in these footsteps,
comforting the suffering, speaking words of hope and comfort to the despondent,
doing as Jesus did when He was upon earth, we shall walk in His blessed steps.
Jesus said, “If any man would come after
Me let him deny himself and take up his cross daily and follow Me.”
When the sin cursed earth is purified from every stain of
sin, when the Mt. Olives is rent asunder…” this
is after the Millennium by the way according to Zechariah 14, she says “…when the Mt. Olives is rent asunder and
becomes an immense plain, when the Holy City of God descends upon it, the land
that is now called ‘The Holy Land’ will indeed become holy. But God’s cause and
work will not be advanced by making pilgrimages to Jerusalem. The curse of God
is upon Jerusalem for the rejection and crucifixion of His only begotten Son.
But God will cleanse away the vile blood. The prophet says, “I saw a new Heaven and a New Earth, for
the first Heaven and the first Earth are passed away and the sea is no more.
And I saw the Holy City, New Jerusalem, coming down out of Heaven from God,
made ready as a bride adorned for her husband.”
Pernyataan yang kedua ada di Review and Herald, 9 Juni 1896. Ini bahkan
lebih keras. Ellen White mengatakan ini, “Betapa
banyaknya orang
yang merasa menapak tilas tanah Yerusalem lama adalah hal yang baik, dan iman
mereka akan sangat dikuatkan dengan mengunjungi tempat-tempat di mana Sang
Juruselamat pernah hidup dan mati…” lalu Ellen
White berkata demikian, “…tetapi Yerusalem lama tidak
akan pernah menjadi tempat yang suci…” jadi membangun kembali Bait Suci yang ketiga tidak
ada gunanya, “…tetapi
Yerusalem lama tidak akan pernah menjadi tempat yang suci sampai dia disucikan
oleh api yang memurnikan dari Surga. Noda hitam yang terbesar dari perasaan
bersalah menyelubungi kota itu yang telah menolak terang Kristus. Apakah kita
mau berjalan di jejak Kristus? Kita tidak perlu mencari jalan-jalan di Nazaret,
Betani dan Yerusalem. Kita akan menemukan jejak Yesus di samping tempat tidur
orang yang sakit, di sisi manusia yang sedang menderita, di gubuk-gubuk mereka
yang menderita kemiskinan dan tekanan. Kita boleh berjalan di jejak-jejak ini,
memberi penghiburan kepada yang menderita, menyampaikan kata-kata harapan dan
menghibur yang putus asa, melakukan apa yang dilakukan Yesus ketika Dia ada di
dunia, kita akan berjalan di jejak-jejakNya yang terberkati. Yesus berkata, “Jika ada
yang mau mengikut Aku, hendaknya dia
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). Saat
dunia yang terkutuk oleh dosa dimurnikan dari setiap noda dosa, saat Bukit
Zaitun terbelah dua…” ketahuilah, ini adalah setelah Millenium menurut Zakharia 14. Ellen White berkata, “… saat
Bukit Zaitun terbelah dua dan menjadi suatu dataran yang sangat luas, saat Kota
Allah yang Suci turun ke atasnya, tanah yang sekarang disebut ‘Tanah Suci’ akan
benar-benar menjadi suci. Tetapi kemajuan
dan pekerjaan Tuhan tidak akan diuntungkan dengan membuat perjalanan ziarah ke
Yerusalem. Kutukan Tuhan ada pada Yerusalem akibat penolakan dan penyaliban
AnakNya yang tunggal. Tetapi Tuhan akan menghapus lenyap darah yang keji. Nabi berkata, ‘ 1 Dan aku melihat sebuah
langit yang baru dan sebuah bumi yang baru,
sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan tidak ada
lagi laut. 2 Dan aku… melihat kota yang kudus itu, Yerusalem Baru turun, keluar dari sorga, dari Allah, dipersiapkan
sebagai pengantin perempuan yang dihiasi untuk suaminya.’
(Wah 21:1-2).”
So is prophecy being fulfilled in the
Middle East with national Israel? Absolutely not!
When will prophecy be fulfilled with literal
Jerusalem? Only after the Millennium when the feet of Jesus split the Mt.
Olives, a plain is
opened so
that the New Jerusalem can come down and rest upon that plain. Then the
presence of Jesus and the Holy City will make that place once again holy and
will be cleansed from the blot that was placed upon it because of the rejection
of the only begotten Son of God.
Jadi apakah nubuatan sedang digenapi di
Timur Tengah dengan bangsa Israel? Sama sekali tidak!
Kapan nubuatan akan digenapi di Yerusalem literal?
Hanya setelah Millenium (Masa 1000 tahun) ketika kaki Yesus membelah Bukit
Zaitun, dan suatu dataran luas terbentang sehingga Yerusalem Baru bisa turun dan
mendarat di atas dataran itu. Lalu kehadiran Yesus dan Kota Suci
akan menjadikan tempat itu suci sekali lagi, dan tempat itu akan dibersihkan
dari noda hitam yang ditempatkan padanya karena telah menolak Anak tunggal
Allah.
Do you know what the Devil has done?
By taking texts like this about the fig
tree in Matthew chapter 24, he has focused all eyes of Christians upon the
Middle East. You read books on Bible prophecies today, you cannot find a single
book in bookstores, in evangelical bookstores where there is anything other
than prophecies being fulfilled at some point in literal Israel. They teach
that the literal temple is going to be rebuilt in temple mount, there is going
to be a literal Antichrist who will sit in that temple and he will raise up a
literal image and he will rule for a literal 3½ years and he will persecute the
literal Israelites. And so what people do? As a result of this preaching of the
false prophet of Revelation chapter 13, all of the eyes of the people are
directed to the Middle East. They say “1948, look, the greatest sign, Israel
was reestablished as a nation at that date, therefore we are to look over there
for the fulfillment of Bible prophecy.” The sad thing is, because everybody is
looking over there for the fulfillment of Bible prophecy, prophecy is fulfilled in Rome and in
the US and no one can see the fulfillment of prophecy because they are looking
in the wrong place.
You see, the Devil is an expert at
misdirection. You know in football there is a play, a running play that is
called a counterplay. Those of you who are into football know what I am talking
about. It’s when the ball carrier, the half back or the full back carries the
ball, and all of the blockers on the line move in one direction and so all of
the contrary team thinks that the one who is carrying the ball is moving in
that direction, because all of his blockers are blocking in that direction. But
then, the deception is in the fact that instead of him running around that end
where the blockers are blocking, he
fools everybody and he takes an end around on the other end and many times
makes many yards. It is a misdirection play. And that is exactly what the devil
is doing, with what’s happening in Bible prophecy. People are looking at the Middle East
for the fulfillment of prophecy. It is a distraction. In other words it
is a misdirection to the fulfillment of Bible prophecy, and therefore when
prophecy is truly fulfilled here in the US and in Rome, and with the nations of
the world, people just cannot grasp it. They cannot see it because they are
looking in the wrong place.
Tahukah kalian apa yang telah dilakukan Iblis?
Dengan mengambil ayat-ayat seperti ini tentang
pohon ara di Matius pasal 24, dia telah membuat semua mata orang Kristen
terfokus ke Timur Tengah. Zaman sekarang jika kita membaca tentang nubuatan
Alkitab, kita tidak akan menemukan satu buku pun di toko buku, di toko buku
Kristen, di mana tidak ada nubuatan yang sedang digenapi pada suatu masa di
Israel literal. Mereka mengajarkan bahwa
sebuah Bait Suci fisik akan dibangun kembali di bukit Zaitun, bahwa akan ada
seorang Antikristus literal yang akan duduk di Bait Suci
itu dan dia akan membangun suatu patung literal dan dia akan berkuasa selama 3½ tahun dan dia akan
menganiaya orang-orang Israel
literal.
Maka, apa yang dilakukan orang? Sebagai akibat
pekabaran seperti ini oleh nabi palsu dari Wahyu pasal 13, semua mata manusia
diarahkan ke Timur Tengah. Mereka berkata “1948, lihat, tanda yang terbesar,
Israel dibangun kembali sebagai suatu bangsa pada tanggal itu, maka kita harus
memandang ke sana untuk penggenapan nubuatan.” Yang menyedihkan adalah, karena
semua orang sedang memandang ke sana untuk penggenapan nubuatan Alkitab, nubuatan sedang digenapi di Roma
dan di Amerika Serikat dan tidak ada orang yang melihat penggenapan nubuatan
tersebut karena mereka sedang memandang ke tempat yang salah.
Kalian lihat, Iblis adalah ahlinya mengarahkan ke tempat yang salah.
Kalian tahu di dalam permainan sepakbola Amerika,
ada suatu “running play” (seorang pemain berusaha membawa bola
melewati tim Lawan) yang disebut “counterplay”. Kalian yang hobi sepakbola tentu paham apa yang saya bicarakan. Ini adalah saat si pembawa bola, si “halfback” atau “fullback” membawa bola dan semua yang harus memblok bergerak ke satu arah,
sehingga tim lawan berpikir si pembawa bola
akan bergerak ke arah tersebut karena semua yang ngeblok sedang memblokir arah itu. Tetapi, tipuannya adalah si pembawa bola bukan berlari
ke sana di mana semua yang memblokir sedang berada, dia menipu semua orang dan
dia mengambil arah yang berbeda, dan seringkali kiat itu menghasilkan banyak “yard” (progress
dalam sepakbola Amerika diukur dengan “yard”). Ini adalah permainan penipuan. Dan inilah yang persis dilakukan
Iblis dengan nubuatan Alkitab. Orang-orang pada memandang ke
Timur Tengah untuk penggenapan nubuatan. Ini adalah pengalihan perhatian.
Dengan kata lain ini menunjuk ke arah yang salah dalam penggenapan nubuatan
Alkitab, akibatnya ketika nubuatan benar-benar digenapi di sini, di Amerika
Serikat dan di Roma, dan dengan bangsa-bangsa dunia, orang-orang tidak tanggap.
Mereka tidak bisa melihatnya karena mereka sedang melihat ke tempat yang salah.
So, folks, the short of all of this
is, that God wants us to be true Israel.
God wants us to receive Jesus Christ as our Savior and Lord. The final warfare
will be against the real Jews, the spiritual Jews, those who have their hearts
circumcised by Christ and by the Holy Spirit. They will rise the enmity of the
world against them, not literal Israel. And at the end Jesus Christ will intervene
to deliver His true spiritual Israel because He is the King of Kings and the
Lord of Lords.
Jadi, Saudara-saudara, singkatnya adalah, Tuhan
ingin kita menjadi Israel yang sejati. Tuhan ingin kita menerima Yesus Kristus
sebagai Juruselamat dan Tuhan kita. Peperangan yang terakhir adalah terhadap Yahudi yang sejati, Yahudi rohani, mereka yang
hatinya sudah disunat oleh Kristus dan Roh Kudus. Mereka akan membangkitkan
permusuhan dunia terhadap mereka, bukan Israel literal. Dan pada akhirnya, Yesus Kristus akan turun tangan
menyelamatkan umatNya, Israel rohani yang sejati karena Dia adalah Raja segala
Raja dan Tuan segala Tuan.
12 02 15
No comments:
Post a Comment