HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 27/32 -
Stephen Bohr
THE
SANCTUARY’S FINANCIAL SECRETS
Dibuka
dengan doa.
I’d
like to begin our study today by turning in
my bible and I invite you to turn in yours to Deuteronomy 8:17-18. This
is speaking about Israel entering the promised land and God is giving them a
warning. And there is some very important information in this warning that God
shares with the people of Israel.
Deuteronomy 8:17-18 “then you say in your heart, 'My power
and the might of my hand have gained me this wealth.' 18And you
shall remember the LORD your God, for it is He who gives you power to get
wealth, that He may establish His covenant which He swore to your fathers,
as it is this day.”
This verse expresses a very important
principle, and that is, that God is the One who gives us the power to acquire
wealth. Furthermore, other passages of Scripture make it very clear that the wealth
that we amass is really not our wealth at all, because everything belongs to
God.
In Psalm 24:1, it says “The earth is the LORD's, and all its fullness” In other words we don’t really own
anything. Even the wealth we amass and we accumulate is not ours but His.
Saya ingin
memulai pelajaran kita hari ini dengan membuka Alkitab saya dan saya mengajak
kalian untuk membuka Alkitab kalian ke Ulangan 8:17-18. Ini berbicara mengenai
Israel yang memasuki Tanah Perjanjian dan Tuhan sedang memberikan suatu
peringatan kepada mereka. Dan di dalam peringatan ini terdapat informasi yang
sangat penting yang Tuhan bagikan kepada umat Israel.
Ulangan 8:17-18 “Maka janganlah kaukatakan
dalam hatimu: ‘Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh
kekayaan ini.’ 18 Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu
kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian
yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”
Ayat ini menggambarkan suatu asas yang sangat penting, dan itu adalah,
bahwa Tuhan-lah Satu-satunya yang memberikan kemampuan kepada kita untuk
memperoleh kekayaan. Selain itu teks-teks yang lain dalam Alkitab, menyatakan
dengan sangat jelas bahwa kekayaan
yang kita kumpulkan sebenarnya bukanlah kekayaan kita, karena semua itu milik
Tuhan.
Di Mazmur 24:1, dikatakan, “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya…” Dengan
kata lain, sebenarnya kita tidak memiliki apa-apa. Bahkan kekayaan yang kita
himpun dan kita kumpulkan bukanlah milik kita tetapi milik Tuhan.
Now, God gave a way in which we can
remember that He is the owner and we are His stewards. God has given us a test
and that test has to do with the tithe. You see, the tithe is a method that God uses to
test us to see if we recognize that everything that we have really, actually
belongs to God.
Nah, Tuhan
memberikan suatu cara dengan mana kita boleh mengingat bahwa Dialah Sang
pemilik, dan kita adalah pelayanNya. Tuhan memberikan suatu ujian kepada kita,
dan ujian itu berkaitan dengan persepuluhan. Kalian lihat, persepuluhan adalah cara yang dipakai Tuhan untuk menguji
kita, untuk melihat apakah kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki,
sesungguhnya adalah milik Tuhan.
Now, I’d like us first of all in our study today to take a
look at the tithing system in the Levitical priesthood in the Old Testament.
That’s where we are going to begin with.
Turn with me to Leviticus 27 and we’ll read verse 30, and then we’ll also read
verse 32. Leviticus 27:30 and then we’ll jump down to verse 32. Here we find
the following words: “And
all the tithe of the land, whether of the seed of the land or of the fruit of the tree, is the LORD's. It is holy to the LORD….32And
concerning the tithe of the herd…” this is verse 32, “…And concerning the tithe of the
herd or the flock, of whatever passes under the rod, the tenth one shall be
holy to the LORD.”
Very clearly these verses tell us
that the
tithe is holy and that the tithe belongs to the Lord in a very
special way.
Nah, pertama-tama dalam pelajaran kita hari ini,
saya ingin kita meneliti sistem persepuluhan dalam keimamatan Lewi di zaman
Perjanjian Lama. Dari sinilah kita akan mulai. Marilah bersama saya ke Imamat
27 dan kita akan membaca ayat 30, lalu kita juga akan membaca ayat 32. Imamat
27:30 lalu kita akan meloncat ke ayat 32. Di sini kita dapati kata-kata ini, “Demikian juga segala persepuluhan
dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan,
adalah milik TUHAN; itu kudus bagi TUHAN… 32Mengenai
segala persepuluhan dari lembu sapi…” ini
adalah ayat 32,
“…Mengenai segala persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka
dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang
kesepuluh itu kudus bagi TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].
Ayat-ayat ini dengan jelas sekali
memberitahu kita bahwa persepuluhan
itu kudus, dan bahwa persepuluhan itu milik Tuhan secara istimewa.
Now the question is, what was the
tithe system established for? Okay, 10% of our income is in a special way
God’s, and God has given that as a test
to see if we recognize Him as the owner of everything that we possess. But what
was the money of the tithe to be used for? Turn with me to Numbers 18:20. You
see, Israel was composed of 12 tribes as we know. And there was one of those
tribes, the tribe of Levi that did not receive any inheritance in the land of
Canaan. In other words every tribe of Israel got a portion of land to
distribute among the different families, but the tribe of Levi received no
land, they received no inheritance in the land of Canaan when Israel entered
the promised land. So the question is how were the Levites to sustain
themselves? Notice Numbers 18:20 where we are told that they received no
inheritance. It says there “Then
the LORD said to Aaron: ‘You shall have no inheritance in their land, nor shall
you have any portion among them; I am
your portion and your inheritance among the children of Israel.’’ So God is saying, “I am the inheritance of
Aaron and also of the Levites because you receive no plot of land in the land
of Canaan.”
Nah,
pertanyaannya adalah, sistem persepuluhan itu dibuat untuk apa? Oke, 10%
penghasilan kita adalah milik Tuhan secara istimewa, dan Tuhan telah memberikan
sistem itu sebagai ujian untuk melihat apakah kita mengakui Dia sebagai pemilik
segala yang kita punyai. Tetapi uang persepuluhan itu dipakai untuk apa?
Marilah bersama saya ke Bilangan 18:20. Kalian lihat, kita tahu Israel itu
terdiri atas 12 suku. Dan ada satu dari suku-suku tersebut, yaitu suku Lewi, yang
tidak menerima warisan apa pun di tanah Kanaan. Dengan kata lain, setiap suku
Israel mendapat satu bagian tanah untuk dibagikan di antara keluarga-keluarga
yang berbeda, tetapi suku Lewi tidak menerima tanah apa pun, mereka tidak
menerima warisan di tanah Kanaan, ketika Israel memasuki Tanah Perjanjian. Jadi
pertanyaannya adalah, bagaimana suku Lewi ini bisa menghidupi diri
mereka sendiri? Perhatikan Bilangan 18:20 di mana kita diberitahu bahwa mereka
tidak menerima warisan. Dikatakan di sana, “TUHAN berfirman kepada Harun:
‘Di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan tidak akan
beroleh bagian di tengah-tengah mereka; Akulah bagianmu dan milik pusakamu di
tengah-tengah orang Israel.” Jadi Tuhan berkata, “Akulah warisan
bagi Harun dan juga bagi suku Lewi karena kalian tidak menerima bagian tanah di
tanah Kanaan.”
Now, what were the tithes given to Aaron and to the
Levites for? Notice Numbers 18:21, the very next verse. Here God is speaking
and He says, “Behold, I have given the children of Levi all the tithes in
Israel… ” now let’s stop there for a minute. Who gave the Levites
the tithe? God gave the Levites the tithe. So who paid the Levites? God did. You know it has become very common
in the church today for people to withhold tithe if they don’t like the pastor,
because they say, “We pay your salary.” The fact is, that this text tells us
that the church
members do not pay the salary of the pastor, God pays the salary of the pastor.
This text says it very clearly. “Behold, I have given the children of Levi
all the tithes in Israel…” Now, notice the reason why. It
continues saying,
“….as an inheritance in return for the work which they perform, the work of the
tabernacle of meeting.”
In other words they met the spiritual
needs of Israel. And because they were employed full time, in meeting the
spiritual needs of Israel, Israel was supposed to bring the tithes and God paid
the Levites with the tithes.
Nah, persepuluhan itu diberikan kepada Harun dan suku Lewi untuk apa?
Perhatikan Bilangan 18:21, ayat berikutnya. Di sini Tuhan sedang berbicara, dan
Dia berkata, “Lihat, Aku telah
memberikan kepada bani Lewi segala persembahan
persepuluhan orang Israel…” nah, mari
kita berhenti sejenak di sini. Siapa yang memberikan persepuluhan itu kepada
suku Lewi? Tuhan yang memberikan persepuluhan itu kepada suku Lewi. Jadi siapa
yang menggaji suku Lewi? Tuhan. Kalian tahu, sekarang ini sudah umum terjadi di
gereja, banyak orang menahan persepuluhannya bila mereka tidak menyukai gembala
sidangnya, karena mereka berkata, “Kami yang membayar gajimu.” Faktanya adalah,
teks ini mengatakan kepada kita bahwa bukan
anggota gereja yang membayar gaji gembala sidang, Tuhan-lah yang membayar gaji
gembala sidang. Teks ini mengatakannya dengan jelas sekali. “Lihat, Aku telah memberikan kepada bani
Lewi segala persembahan persepuluhan orang Israel…” Nah,
perhatikan apa alasannya. Selanjutnya dikatakan, “…sebagai milik pusakanya, sebagai
imbalan pekerjaan yang dilakukan
mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan.”[NKJV yang diindonesiakan].
Dengan kata lain, suku Lewi telah memenuhi kebutuhan rohani
umat Israel, dan karena mereka dipekerjakan purna waktu untuk memenuhi
kebutuhan rohani bangsa Israel, Israel harus membawa persepuluhan mereka dan
Tuhan yang menggaji suku Lewi dengan persepuluhan tersebut.
Now I would like you to notice also Numbers 18:24. Once
again the same concept is expressed all over again. It says here, “For the tithes of the children of
Israel, which they offer up as
a heave offering to the LORD…” notice the idea once again, “….I have given to the Levites as an inheritance;
therefore I have said to them, 'Among the children of Israel they shall have no
inheritance.' "
So who gave the Levites the tithes?
Yes, the church members brought their tithes to the Sanctuary, to the Temple,
but really God was paying them for the spiritual service that they rendered to
the congregation of Israel.
Sekarang saya ingin kalian memperhatikan juga
Bilangan 18:24. Sekali lagi konsep yang sama dinyatakan lagi. Dikatakan di
sini, “sebab persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel
kepada TUHAN sebagai persembahan khusus…”
perhatikan, ide yang sama lagi, “… Kuberikan kepada orang
Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman kepada mereka, mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang
Israel.”[NKJV yang diindonesiakan]
Jadi siapa
yang memberikan persepuluhan itu kepada suku Lewi? Ya, anggota gereja (umat
Tuhan) membawa persepuluhan mereka ke Bait Suci, ke Kemah Suci, tetapi
sebenarnya Tuhan-lah yang membayar mereka untuk pelayanan yang mereka berikan
kepada umat Israel.
Now, there is an interesting detail there in Numbers
chapter 18, and that is that even the Levites tithe the tithes. Notice what
we’ll find in Leviticus (it should be Numbers) 18:26 it says here, “Speak thus to the Levites, and say to them:
'When you take from the children of Israel the tithes which I have given you…” notice once again the same idea “…which I have given
you from them as your inheritance, then you shall offer up a heave offering of
it to the LORD, a tenth of the tithe.’”
So notice once again that not only
was the congregation to tithe, but the Levites was supposed to tithe the tithes. Basically the reason why is because the
Levites were the ministers of Israel and they were supposed to give a good
example. How can a minister ask the congregation to tithe if the minister is not
faithful in tithing. The pastor is to be an example to his flock. And so we are
told that the ministers in the Sanctuary, the Levites, had to offer a tithe of
the tithe.
Nah, di Bilangan pasal 18 ini ada suatu detail yang
menarik, dan itu adalah, bahkan suku Lewi mempersembahkan sepersepuluh dari
persepuluhan itu. Perhatikan apa yang kita dapati di Imamat (seharusnya
Bilangan) 18:26, dikatakan di sini, “Lagi haruslah engkau
berbicara kepada orang Lewi dan berkata kepada mereka: ‘Apabila kamu mengambil dari umat
Israel persembahan persepuluhan yang Kuberikan kepadamu …” perhatikan sekali lagi ide yang sama “…yang Kuberikan kepadamu sebagai
milik pusakamu, maka haruslah kamu mempersembahkan suatu persembahan khusus kepada TUHAN, yakni sepersepuluh dari persembahan persepuluhan itu.”[NKJV yang diindonesiakan].
Jadi
perhatikan sekali lagi, bahwa bukan saja umat Israel yang harus mempersembahkan
persepuluhan, tetapi suku
Lewi harus mempersembahkan persepuluhan atas persepuluhan tersebut.
Pada dasarnya, alasannya adalah karena suku Lewi adalah imam-imam Israel, dan
mereka harus memberikan teladan yang baik. Bagaimana seorang gembala sidang
bisa meminta anggota gereja untuk mempersembahkan persepuluhan jika gembala
sidang itu sendiri tida setia dalam mengembalikan persepuluhan. Gembala sidang
harus menjadi teladan bagi domba-dombanya. Maka kita mendapat tahu bahwa para
imam Bait Suci, suku Lewi, harus mempersembahkan sepersepuluh dari persepuluhan
[umat Israel yang mereka terima].
Now, the question is, what if the
priesthood became corrupt? Well, the bible tells us that there were periods
when the priesthood of Israel was very corrupt, and the congregation would be
tempted probably to say, “Why should we take our tithes for those guys to earn
a living if they are in an apostasy?”
Let’s notice one of those examples of apostasy in Israel.
Malachi 1:6 and then we will read verse 8.
Malachi 1:6 and then we will jump down to verse 8. Here God, actually in
the book of Malachi God is complaining a lot about the apostasy of Israel. This
is what He says, "A son honors his father, and a servant his master. If then I am the Father,
Where is My honor?…” says God,
“… And if I am a Master, where is My reverence? says the LORD of
hosts to you priests who despise My name. Yet you say, 'In what way have we
despised Your name?'…” Notice verse 8, “…8 And when you offer the
blind as a sacrifice…” the bible says that they were
supposed to offer unblemished sacrifices, they were taking advantage of it.
“Oh, let’s offer this blind one we can’t sell it for a good price so
let’s offer it to the Lord.” “…8 And when you offer the blind
as a sacrifice, Is it not
evil?…” asked the Lord. “… And when you offer the lame and sick, is it not evil? Offer it then to your
governor! Would he be pleased with you? Would he accept you favorably?’ Says
the LORD of hosts.”
So they were offering lame, sick and
blind sacrifices. They despised the name of the Lord and they did not reference
Him. In fact they didn’t even teach the people the Law. They weren’t preaching
what they were supposed to be preaching.
Nah, pertanyaannya adalah, bagaimana jika
imam-imamnya tidak jujur? Nah, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa ada masa-masa
ketika keimamatan Israel sangat rusak, dan mungkin umat Tuhan tergoda
mengatakan, “Untuk apa kita membawa persepuluhan kita kepada orang-orang itu
untuk menafkahi mereka jika mereka lagi murtad?”
Mari kita perhatikan salah satu contoh kemurtadan Israel.
Maleakhi 1:6, lalu kita akan membaca ayat 8. Maleakhi 1:6, kemudian kita akan
loncat ke ayat 8. Di sini Tuhan ~ sesungguhnya di kitab Maleakhi Tuhan banyak
mengeluhkan kemurtadan Israel. Inilah yang dikatakanNya, “Seorang anak menghormati
bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah
hormat yang kepada-Ku itu? …” kata
Tuhan. “…Jika
Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam
kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan
cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?’ …”
Perhatikan ayat 8 “…8 ‘Apabila kamu mempersembahkan seekor binatang buta,…” Alkitab berkata mereka seharusnya mempersembahkan
kurban yang tidak bercacat cela. Tapi justru mereka menarik keuntungan dari
situasi itu. “Ah, yang buta ini saja yang dipersembahkan sebagai kurban karena kalau
dijual harganya murah, jadi dipersembahkan kepada Tuhan saja. “…8 Apabila kamu
mempersembahkan seekor binatang buta, tidakkah itu jahat? …” tanya Tuhan. “…Apabila kamu mengurbankan binatang yang timpang dan sakit,
tidakkah itu jahat? Persembahkan sajalah
kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu? Apakah
dia akan menerimamu dengan baik?’ firman
TUHAN semesta alam.”[NKJV yang diindonesiakan]
Jadi mereka mempersembahkan kurban-kurban yang
timpang, sakit dan buta. Mereka menghina nama Tuhan dan mereka tidak
menghormatiNya. Sesungguhnya mereka bahkan tidak mengajarkan Hukum Tuhan kepada
umat. Mereka tidak memberitakan apa yang
seharusnya mereka beritakan.
Notice Malachi 2:7-8, here God is
indicting the priesthood with the following words, "‘For the lips of a priest should keep knowledge, and people should seek the law from his
mouth; for he is the messenger of the LORD of hosts. 8But you have departed
from the way; you have caused many to stumble at the law. You have corrupted
the covenant of Levi,’ says the LORD of hosts.”
If you’ll continue reading the book
of Malachi you are going to notice that the people were in a deplorable
spiritual condition, and much of the guilt was with the priests who were not
teaching and preaching what they should have, and they were offering as I have mentioned,
lame and sick sacrifices, blind sacrifices and so on. So you might have
expected God to say “Don’t pay those preachers with the tithe. They don’t
deserve it.” But the interesting thing is that in that very book of Malachi,
where you have all of these descriptions of a problematic priesthood, God had
some very interesting things to say about the tithe.
Notice Malachi 3:7, it says here, “‘Yet from the days of your fathers
you have gone away from My ordinances and have not kept them…” And then God calls upon Israel, He
says, “….Return to Me, and I will return to you,’
says the LORD of hosts. But you said, '
In what way shall we return?'”
Perhatikan Maleakhi 2:7-8, di sini Tuhan sedang mendakwa keimamatan
dengan kata-kata berikut: “Sebab bibir seorang imam harus memelihara pengetahuan dan umat mencari pengajaran dari mulutnya, sebab
dialah utusan TUHAN semesta alam. 8 Tetapi kamu ini telah menyimpang dari jalan; kamu membuat
banyak orang tergelincir dalam mematuhi hukum;
kamu telah merusak perjanjian Lewi, firman
TUHAN semesta alam.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jika kalian lanjutkan membaca kitab Maleakhi, kalian akan
melihat bahwa umat Israel saat itu berada dalam kerohanian yang menyedihkan,
dan sebagian besar salahnya terletak pada imam-imam yang tidak mengajar dan
tidak memberitakan apa yang seharusnya mereka lakukan, dan mereka
mempersembahkan ~ seperti yang telah saya katakan ~ kurban-kurban yang timpang,
sakit, buta, dan sebagainya. Jadi mestinya kita mengira Tuhan akan berkata,
“Tidak usah memberi persepuluhan kepada imam-imam itu. Mereka tidak layak
mendapatkannya.” Tetapi yang menarik adalah, justru di kitab Maleakhi ini di
mana tercatat semua keterangan tentang keimamatan yang bermasalah, Tuhan
menyampaikan hal-hal yang sangat menarik tentang persepuluhan.
Perhatikan Malaekhi 3:7, dikatakan di
sana, “Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku
dan tidak memeliharanya.…” Lalu
Tuhan memanggil Israel, kataNya, “…’Kembalilah kepada-Ku,
maka Aku akan kembali kepadamu,’ firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu
berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?’”
And now comes an interesting passage. God is going to tell
them in which way they need to return. Incidentally that word “return” is the
same word that is translated “converted” in the Old Testament. In other words
God is calling for a true conversion experience from His people who have made
it accustomed to go astray. Now notice how God answers the question, in what
way shall we return? Malachi 3:8-9, this
is very solemn. "Will
a man rob God?...” is it possible to rob God? You’d
better believe it. “….Will a man rob God? Yet you have robbed
Me! But you say, ' In what way have we robbed You?'…” And God answers, “… ‘In tithes and
offerings. 9 You are cursed with a curse, for you have robbed Me, Even this whole nation.”
Sekarang ada kutipan yang menarik. Tuhan akan
memberitahu mereka dengan cara apa mereka harus kembali kepada Tuhan.
Ketahuilah kata “kembali” adalah kata yang sama yang diterjemahkan “bertobat”
di Perjanjian Lama. Dengan kata lain Tuhan menyerukan suatu pengalaman
pertobatan yang sejati dari umatNya yang sudah terbiasa menyeleweng. Nah,
perhatikan bagaimana Tuhan menjawab pertanyaan
“dengan cara apa kami harus kembali?”
Maleakhi 3:8-9, ini adalah jawaban yang sangat
serius. “Bolehkah manusia merampok Allah?…”
Mungkinkah merampok Allah? Jangan sangka itu mustahil. “…Bolehkah manusia merampok Allah?
Namun kamu telah merampok Aku. Tetapi
kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami merampok
Engkau?’…” Dan Tuhan menjawab, “…‘Dalam hal
persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! 9 Kamu telah dikutuk dengan suatu kutukan, karena kamu telah
merampok Aku, ya kamu seluruh bangsa ini!”
So one of the things that they weren’t
doing was tithing, the way that was required. So you have a corrupt priesthood,
and you have people who are not tithing, and perhaps they are not tithing
because the priesthood is corrupt. But now I want you to notice what God has to
say. He doesn’t say “Don’t bring your tithes to the Sanctuary because those
corrupt priests you know, they are not doing their job. Just hang on to it.”
No. Even after talking about the apostasy of Israel, that they were robbing God in their tithes and
offerings, notice what God has to say. Malachi 3:10 “‘Bring all the tithes
into the storehouse, that there may be food in My house, and try Me now in
this,’ says the LORD of hosts, ‘If I will not open for you the windows of
heaven And pour out for you such blessing that there will not be room enough to receive it.’”
So what does God tell His people?
Even His people who are not tithing and they have a corrupt priesthood that is
serving in the Sanctuary, is God saying “Don’t tithe”? No, He is saying, “You
need to bring all of your tithes and offerings to the storehouse.”
Jadi salah
satu hal yang tidak mereka lakukan adalah mengembalikan persepuluhan, sesuai
cara yang ditentukan. Jadi saat itu keimamatannya rusak, dan umatnya tidak
mengembalikan persepuluhan, dan mungkin umat tidak mengembalikan persepuluhan
karena keimamatan sudah rusak. Tetapi sekarang saya mau kalian perhatikan apa
yang Tuhan katakan. Tuhan tidak berkata, “Jangan bawa persepuluhanmu ke Bait
Suci karena imam-imam yang korup itu, kalian tahu, mereka tidak melakukan tugas
mereka. Jadi tahan saja sendiri.” Tidak. Bahkan setelah berbicara mengenai
kemurtadan Israel, bahwa mereka telah merampok Tuhan dalam hal persepuluhan dan
persembahan mereka, perhatikan apa yang masih dikatakan Tuhan.
Maleakhi
3:10 “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku sekarang dalam hal ini,’ firman TUHAN semesta
alam, ‘apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan
mencurahkan berkat kepadamu sedemikian besarnya
hingga tak ada lagi tempat untuk menerimanya.”[NKJV yang diindonesiakan].
Jadi apa
kata Tuhan kepada umatNya? Bahkan kepada umatNya yang tidak mengembalikan
persepuluhan dan keimamatan yang rusak yang melayani mereka di Bait Suci, apakah
Tuhan berkata, “Jangan mengembalikan persepuluhan”? Tidak. Tuhan berkata,
“Kalian harus membawa semua persepuluhan dan persembahanmu ke rumah
perbendaharaan.”
Incidentally the storehouse is a
place in the Temple where the sacrifices and where the tithes were brought and
they were stored in order to pay the Levites for their services.
Notice 1 Chronicles 26:20 on this
idea that in the house of the Lord there was a treasury. In other words they
were to bring their tithes and offerings to the Temple, to the Sanctuary. It
says there in 1 Chronicles 26:20 “Of
the Levites, Ahijah was over
the treasuries of the house of God and over the treasuries of the dedicated
things.”
The dedicated things are the holy
things that Israel brought to the Sanctuary.
And so there was a place in the Sanctuary where the tithes were stored to
remunerate the Levites for the service that they rendered to the children of
Israel.
Ketahuilah
rumah perbendaharaan adalah suatu tempat di Bait Suci untuk membawa kurban dan
persepuluhan, untuk menyimpan semua itu guna membayar suku Lewi untuk pelayanan
mereka.
Perhatikan
1 Tawarikh 26:20 tentang ide bahwa di rumah Tuhan ada tempat perbendaharaan.
Dengan kata lain, mereka harus membawa persepuluhan dan persembahan mereka ke
Kemah Suci, ke Bait Suci. Dikatakan di 1 Tawarikh 26:20 “Dan
dari orang-orang Lewi, Ahijah yang
mengawasi perbendaharaan rumah Allah dan yang mengawasi perbendaharaan
barang-barang yang dipersembahkan.” [NKJV yang diindonesiakan].
Barang-barang
yang dipersembahkan adalah barang-barang yang kudus yang dibawa orang Israel ke
Bait Suci. Jadi di Bait Suci ada tempat untuk menyimpan persepuluhan guna
membayar orang-orang Lewi atas pelayanan yang mereka lakukan bagi umat Israel.
Now it’s common for many Christians
to say, “Well, Pastor Bohr, wasn’t the tithe for the Old Testament? Wasn’t the
tithe for Israel?” You know, it’s interesting, anything that demands a sacrifice
Christians today say, “That was for the Jews.”
For example, keeping the Sabbath,
they say, “Oh, a whole day? I can’t go shopping? I can’t watch basketball and I
can’t watch football? No, the Sabbath was for the Jews.”
And then you speak to them about
healthful living, not eating pork and shrimp and lobster, they say, “No, no,
no, that was for the Jews. They have a different digestive system than we do.”
Hehehehe.
And then you have here the tithe,
returning 10% to the Lord to show that the Lord is the owner? “Naaawwww, that was for the Jews!”
And so Christians say, “All you need to do is believe. Don’t worry
about keeping the Sabbath, don’t worry about tithing, don’t worry about what
you eat and what you drink, it doesn’t make any difference. Just believe in the
Lord, you and your house, and you will be saved.”
Adalah umum
banyak orang Kristen berkata, “Nah, Pastor Bohr, bukankah persepuluhan itu
untuk Perjanjian Lama? Bukankah itu untuk bangsa Israel?” Kalian tahu, yang
menarik itu apa pun yang
membutuhkan pengorbanan, orang Kristen dewasa ini berkata, “Itu buat orang
Yahudi.”
Misalnya,
memelihara hari Sabat, mereka berkata, “Oh, satu hari penuh? Saya tidak boleh pergi
berbelanja? Saya tidak boleh nonton basket dan saya tidak boleh nonton
sepakbola? Ah, tidak, Sabat itu buat orang Yahudi.”
Lalu jika
kita berbicara kepada mereka mengenai pola hidup sehat, tidak makan babi dan
udang dan lobster, mereka berkata, “Oh, tidak, tidak, tidak, itu buat orang
Yahudi. Mereka punya sistem pencernaan yang berbeda dari kita.” Heheheheh.
Dan masalah
persepuluhan ini, mengembalikan 10% kepada Tuhan untuk menunjukkan bahwa
Tuhanlah yang empunya segala. “Naaawwww, itu buat orang Yahudi!”
Maka
orang-orang Kristen berkata, “Kita hanya perlu beriman. Tidak usah bingung
memelihara Sabat, tidak usah bingung dengan persepuluhan, tidak usah bingung
dengan apa yang kamu makan dan minum, semua itu tidak ada pengaruhnya. Cukup
asal beriman dalam Tuhan, kamu dan keluargamu, dan kalian akan selamat.”
Now does the New Testament reenact the idea that the tithe
is to go to remunerate the ministry for their full time work in the cause of
God? Go with me to 1 Corinthians. This is a very interesting passage in the New
Testament written by the apostle Paul. 1 Corinthians 9, and I believe this is
the most powerful passage on tithing that we find in the New Testament. 1
Corinthians 9, and I want to begin by reading verses 1-3. Basically the gist of
these verses is, the apostle Paul is saying, that the fruit of his labor are
the Corinthians. They are the proof that God has called him as an apostle, that
God has called him as a minister. Let’s read verses 1-3, here the apostle Paul
says, “Am I not an apostle? Am I not free? Have I not seen Jesus
Christ our Lord? Are you not my work in the Lord? … ” Notice here he says “work” to win the Corinthians to the
gospel
“…. 2If I am not an apostle to others, yet doubtless I am to
you. For you are the seal of my apostleship in the Lord. 3My defense
to those who examine me is this… ” In other words there were individuals who were criticizing Paul saying, “You aren’t called to the
ministry.” Paul is saying, “The Corinthians, the conversion of the
Corinthians and their accepting the
gospel is an evidence that I was called as an apostle and I was sent to them.”
Nah apakah Perjanjian Baru memberlakukan lagi ide
bahwa persepuluhan itu diperuntukkan menggaji hamba-hamba Tuhan untuk pelayanan
mereka yang purna waktu dalam pekerjaan Tuhan? Marilah bersama saya ke 1
Korintus. Ini adalah bacaan yang sangat menarik di Perjanjian Baru, yang ditulis
rasul Paulus. 1 Korintus 9, dan saya rasa ini adalah teks yang paling berbobot
mengenai persepuluhan yang kita temukan di Perjanjian Baru. 1 Korintus 9, dan
saya mau mulai membaca ayat 1-3. Pada dasarnya inti dari ayat-ayat tersebut
adalah, rasul Paulus berkata bahwa buah-buah pekerjaannya adalah gereja
Korintus. Mereka adalah buktinya bahwa Tuhan telah memanggilnya sebagai seorang
rasul, bahwa Tuhan telah memanggilnya sebagai hambaNya. Mari kita baca ayat
1-3, di sini rasul Paulus berkata, “Bukankah aku rasul? Bukankah
aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu buah
pekerjaanku dalam Tuhan?…” perhatikan
di sini dia berkata “pekerjaan” untuk memenangkan orang-orang Korintus kepada
Injil. “…2 Sekali
pun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul.
Sebab kamu adalah meterai dari kerasulanku di dalam Tuhan. 3. Inilah
pembelaanku kepada mereka yang menyelidiki aku.”[NKJV yang diindonesiakan].
Dengan kata lain, orang-orang yang mengeritik Paulus
ada yang berkata demikian, “Kamu tidak dipanggil kepada pelayanan ini.” Paulus
berkata, “Jemaat Korintus, pertobatan orang-orang Korintus dan keputusan mereka
untuk menerima Injil adalah bukti bahwa aku dipanggil sebagai seorang rasul dan
aku dikirim kepada mereka.”
Now, lets go to 1 Corinthians 9:4-6. Now Paul is going to
discuss a very thorny issue. It seems like the apostle Paul and Barnabas were
travelling and we know that Paul had to make tents in order to sustain himself.
And we don’t know exactly what Barnabas did, maybe he helped him build tents as
well, but I want you to notice what the apostle Paul had to say in 1
Corinthians 9:4-6. Here he says, “Do we have no right to eat and drink?
…” he is talking about himself and Barnabas
“…. 5Do we have no right to take along a believing
wife…” on our trips can’t we take our wives with us? “… as do
also the other apostles, the brothers of the Lord, and Cephas? …” this is Peter, “…. 6Or is it only Barnabas and I who
have no right to refrain from working?”
I like the way the NIV translates
this. It says, “Only Barnabas and I who must work for a living.” In other words
he is saying, “Is it Barnabas and me cannot
benefit from financial support from the church that we have to work in order to get
financial support?” That is what he is saying. And then the apostle Paul argues
using 4 different analogies, that it is necessary for those who work in
preaching the gospel to be remunerated for their spiritual work.
Marilah ke 1 Korintus 9:4-6. Sekarang Paulus akan
membahas suatu isu yang sangat pelik. Sepertinya rasul Paulus dan Barnabas
sedang dalam perjalanan dan kita tahu bahwa Paulus harus membuat tenda untuk
menghidupi dirinya sendiri. Dan kita tidak tahu persis apa yang dikerjakan Barnabas, mungkin
Barnabas membantu Paulus membuat tenda juga, tetapi saya mau kalian perhatikan
apa yang dikatakan rasul Paulus di 1 Korintus 9:4-6. Di sini dia berkata, “Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum?…” dia berbicara mengenai dirinya sendiri
dan Barnabas “…5 Tidakkah
kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen…” dalam perjalanan kami tidak bolehkah
kami mengajak istri kami serta? “…seperti yang dilakukan rasul-rasul lain
dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas?…” maksudnya
Petrus, “…6 Atau
hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari bekerja untuk nafkah?”[NKJV yang diindonesiakan] Saya
suka terjemahan NIV untuk kalimat ini. NIV berkata, “Hanya Barnabas dan aku
yang harus bekerja untuk nafkah?” Dengan kata lain Paulus berkata, “Apakah
Barnabas dan aku tidak berhak menikmati bantuan keuangan dari gereja sehingga
kami harus bekerja untuk mendapatkan nafkah?” Itulah yang dikatakan Paulus.
Lalu rasul Paulus mendebatnya dengan memakai 4 analogi, bahwa mereka yang
bekerja sebagai pengabar injil, harus diberi imbalan untuk pekerjaan spiritual
mereka.
Notice 1 Corinthians 9:7 he is going to use 4 analogies.
He says, “Who ever goes to war at his own
expense?…” Imagine the US government saying, “Now, you are going to
go to war, but you have to pay for your own food, and you have to pay for your
own clothes and you have to pay for your own lodging, and you have to pay for
your own weapons.” Hohoho, that would be, nobody would join the army, right?
Nobody would join the armed forces, because when you serve in the army, what
happens? Everything is provided because you are working in the army, or you are
working in the armed forces. And so it says “….Who ever goes to war
at his own expense?...” Now, that’s the first example. Second example
“….Who plants a vineyard and does not eat of its fruit?…” Pretty logical, isn’t it? Now he gets a third analogy, “….Or who tends a flock and does not
drink of the milk of the flock?…” You see the three analogies? Going to
war, the second is planting a vineyard, and the third is tending a flock. And
then he gives the 4th analogy and he amplifies this one even more. 1
Corinthians 9:8-9, he says,
“….8Do I say these things as a mere man?…” Basically what he is saying is, is
this merely only my own human opinion? Notice what he continues saying, “….Or does not the law say the same also?…” That was the three examples that I have given is that my
human opinion, are those just analogies I invented, or does perhaps the law
also say the same thing that I am telling you?
Now notice the text that he is going to refer to. Deuteronomy 24:4. He
continues saying in verse 9,
“….9For it is written in the law of Moses, ‘You shall not muzzle an ox while it treads
out the grain.’…” why not? Because the ox is working
treading the grain and he has a right to what? A right to eat of the grain.
Exactly.
Perhatikan 1 Korintus 9:7, Paulus akan memakai 4
analogi. Dia berkata, “Siapakah yang pernah turut
dalam peperangan atas biayanya sendiri?...” Bayangkan, pemerintahan Amerika Serikat
berkata, “Sekarang, kalian akan pergi berperang, tapi kalian harus membayar
makanan kalian sendiri, kalian harus membayar pakaian kalian sendiri, dan
kalian harus membayar biaya penginapan kalian sendiri, dan kalian harus
membayar untuk senjata kalian sendiri.” Hohohoho, kalau begitu tidak ada yang
mau masuk tentara, bukan? Tidak ada yang mau ikut angkatan bersenjata, karena
jika kita melayani di ketentaraan, apa yang terjadi? Semuanya disediakan karena
kita bekerja di ketentaraan, atau kita bekerja di angkatan bersenjata. Maka
dikatakan, “Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri?…”
Nah, itu contoh yang pertama. Contoh kedua, “…Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya?…” Cukup
logis, kan? Sekarang Paulus memakai analogi ketiga, “…Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak
minum susu domba itu?” Apakah kalian melihat ketiga analogi
itu? Pergi berperang, yang kedua adalah menanam kebun anggur, dan yang ketiga
menggembalakan kawanan domba. Lalu Paulus memberikan analogi yang keempat, dan
di sini dia semakin menekankannya. 1 Korintus 9:8-9, dia berkata, “Apakah aku mengatakan ini sebagai
manusia saja?…” Pada dasarnya apa yang dikatakan Paulus adalah, apakah ini
hanya pendapatku sendiri sebagai manusia? Perhatikan apa yang dikatakannya
selanjutnya, “…Bukankah hukum Taurat juga berkata
demikian?…” Ketiga contoh yang telah aku berikan, apakah itu pendapatku
sebagai manusia saja, apakah analogi-analogi itu aku yang menciptakan, atau
apakah Hukum Taurat juga mengatakan hal yang sama yang aku katakan kepadamu?
Sekarang perhatikan teks yang diacunya, Ulangan 24:4. Paulus melanjutkan di
ayat 9, “…9 Sebab
dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang
sedang mengirik!’…” mengapa
tidak? Karena lembu itu sedang bekerja
mengirik gandum dan dia berhak apa? Dia berhak makan gandum tersebut. Tepat
sekali.
Now, notice what it continues saying “….Is it oxen God is concerned
about?…” In other words did God give this law because He was so
worried about oxen being able to eat because they work? I want you to notice
what he says in 1 Corinthians 9:10, because he is going to say, this was
written not for oxen, this was written for us, for those who work in the
gospel. Because you see, an ox is a beast of burden and he serves his
master. And so the apostle Paul is
saying, “We are apostles that preach the gospel and we serve our master. So
this was written not for the good of oxen alone, it was written for those who
serve the gospel. Notice what he says in verse 10, “….10Or does
He say it altogether for our
sake's?...” Does He say this for oxen or does He say this altogether
for our sake's? Then he answers his own question, “… For our sake's, no doubt, this is written, that he who plows should plow in hope, and he
who threshes in hope should be partaker of his hope.…” what is the apostle Paul saying here? He is saying that an
individual who preaches the gospel should be what? Should be remunerated
because of the work that he performs by
preaching the gospel.
Nah, perhatikan apa katanya selanjutnya, “…Lembukah yang Allah perhatikan?…” dengan kata lain, apakah Tuhan
memberikan hukum ini karena Dia begitu mengkhawatirkan lembu-lembu tidak bisa
makan karena mreka bekerja? Saya ingin kalian memperhatikan apa kata Paulus di
1 Korintus 9:10, karena dia akan berkata, hukum ini tidak ditulis untuk kepentingan lembu-lembu, melainkan untuk
kita, untuk mereka yang bekerja demi Injil. Kalian lihat, karena seekor lembu
adalah hewan pemikul beban, dan dia melayani majikannya. Maka rasul Paulus
berkata, “Kami adalah para rasul yang memberitakan
Injil dan kami melayani Majikan kami. Jadi ini ditulis bukan saja demi
kepentingan lembu-lembu, melainkan demi mereka yang melayani Injil. Perhatikan
apa kata Paulus di ayat 10, “…10Atau Dia mengatakan ini seluruhnya demi kepentingan kita?…” Apakah
Tuhan mengatakan ini demi lembu-lembu atau Dia mengatakan ini seluruhnya demi
kepentingan kita? Lalu Paulus menjawab pertanyaannya sendiri, “…Tidak diragukan lagi, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu yang membajak harus membajak dalam pengharapan
dan yang mengirik dalam pengharapan harus ikut punya
bagian dalam harapan itu..”[NKJV yang diindonesiakan]. Apa
kata rasul Paulus di sini? Dia berkata bahwa seseorang yang memberitakan Injil
harus apa? Harus mendapat imbalan karena pekerjaan yang dilakukannya dengan memberitakan
Injil.
Now notice 1 Corinthians 9:11-12 where he continues his argument
and he makes it very clear. He says, “….11If we…” that is the apostles who preach,
“….If we have sown spiritual
things for you, is it a great
thing if we reap your material things…” are you understanding what he is
saying? In other words if we should serve your spiritual needs, is it too much
to ask you to supply our material or physical needs. Verse 12,
“….12If others are partakers of this right over you, are
we not even more?…” and then he says,
“….Nevertheless we have not used this right…” notice that it is not a privilege, it is a what? It is a
right, according to him. So he says in verse 12, “…12If others are partakers of this right over you, are we not even more? Nevertheless we
have not used this right…” yes, this is right, “….but endure all things lest we
hinder the gospel of Christ.”
Sekarang, perhatikan 1 Korintus 9:11-12 di mana
Paulus melanjutkan argumentasinya dan dia membuatnya sangat jelas. Dia berkata,
“11Jadi, jika kami…” yaitu
para rasul yang berkhotbah, “…jika kami telah menaburkan benih rohani
bagi kamu, berlebihankah kalau kami menuai
hasil duniawimu?…” Pahamkah
kalian apa yang dikatakan Paulus? Dengan kata lain, jika kami melayani
kebutuhan rohanimu, apakah berlebihan memintamu untuk menyediakan kebutuhan materi
atau kebutuhan fisik kami? Ayat 12, “…12 Kalau orang lain ikut punya bagian atas hak ini darimu, tidakkah terlebih lagi kami?…” lalu kata Paulus, “…Namun demikian kami tidak pernah
mempergunakan hak itu.…” perhatikan
bahwa itu bukanlah suatu pemberian,
tetapi apa? Itu hak, menurut Paulus. Maka dia berkata di ayat 12 “…12 Kalau orang
lain ikut punya bagian atas hak ini darimu, tidakkah terlebih lagi kami? Namun demikian kami tidak pernah mempergunakan hak itu.…”
ya, benar, “…Sebaliknya, kami menanggung segala
sesuatu, supaya jangan kami menghalangi
pemberitaan Injil Kristus.”[NKJV yang diindonesiakan]
Now, the next two verses are
critically important. Have you understood this argument so far? Now the next two verses are really crucial
because they deal with the Sanctuary, and this is a series on the Sanctuary.
He is going to take what happened
with the Levites and he is going to apply it to those who preached the gospel
in New Testament times.
Nah, dua
ayat berikutnya sangatlah penting. Apakah kalian sudah memahami argumentasi ini
sampai di sini? Nah, dua ayat berikutnya benar-benar krusial karena mereka
berkaitan dengan Bait Suci dan serial ini adalah tentang Bait Suci.
Dia akan
memakai apa yang terjadi kepada suku Lewi dan dia akan mengaplikasikannya
kepada mereka yang memberitakan Injil di zaman Perjanjian Baru.
Notice 1 Corinthians 9:13. He says, “13 Do you not know that those who
minister the holy things…” who were the ones who minister the
holy things? The priests, the Levites. “….Do you not know
that those who minister the holy things eat of the things of the temple…”
is that talking about the tithes that
were brought? Absolutely. Notice “…. and those who serve at the altar…” who were the ones that served at the altar? The priests. “….and those who serve at the altar partake of the offerings of the altar? …”
Now listen carefully,
“….Even so…” what does “even so” mean? In the same
way as back there, “…the Lord has…” recommended, the Lord has suggested, hehehe, it doesn’t say the Lord
has recommended or suggested, it says “….the Lord has commanded
that those who preach the gospel should live from the gospel.…” Is he saying that the tithe is also a New Testament
principle? He is saying very clearly that the tithe is also a New Testament
principle.
Perhatikan 1 Korintus 9:13. Dia berkata, “13 Tidak tahukah kamu, bahwa
mereka yang melayani benda-benda
kudus…” siapakah yang melayani benda-benda
kudus? Para imam, suku Lewi. “…Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang
melayani benda-benda kudus mendapat penghidupannya dari tempat
kudus itu…” apakah
ini berbicara mengenai persepuluhan yang kita bawa? Betul sekali. Perhatikan, “…dan bahwa mereka yang
melayani mezbah…” siapakah
yang melayani di mezbah? Para imam. “…dan bahwa mereka yang melayani mezbah,
mendapat bahagian mereka dari persembahan di mezbah
itu?…” Nah, dengarkan baik-baik, “…14Demikian
pula…” apa maksud “demikian pula”? Artinya
dengan cara yang sama seperti yang dikatakan sebelumnya, “…Tuhan telah…” menghimbau,
Tuhan telah mengusulkan, hehehe, tidak dikatakan bahwa Tuhan telah menghimbau atau mengusulkan, dikatakan, “…Tuhan telah MEMERINTAHKAN bahwa mereka yang memberitakan
Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”[NKJV yang diindonesiakan].
Apakah Paulus berkata bahwa
persepuluhan itu juga suatu asas Perjanjian Baru? Paulus mengatakannya dengan sangat jelas
bahwa persepuluhan itu juga adalah suatu asas Perjanjian Baru.
And if you continue reading ~ we are not going to do that
right now ~ you can read verses 15-18, the apostle Paul basically says, “You
know, I have not asked for this right to be applied to me. I build tents, and
the reason why is because if I receive money for preaching the gospel, my
enemies would say that I am in preaching for the money.” So he says, “I am a self supporting
missionary.” But he says, “That doesn’t mean that all who preach the gospel
must be self supporting missionaries.” Because he very clearly says, that those
who share the gospel should live from the gospel and that was from the tithes.
Dan jika kalian lanjutkan membaca ~ kita tidak akan
melakukan itu sekarang ~ kalian bisa membaca ayat 15-18, pada dasarnya rasul
Paulus berkata, “Kalian tahu, aku tidak pernah meminta agar hak ini diberikan
kepadaku. Aku membuat tenda, dan alasannya adalah seandainya aku menerima uang
untuk memberitakan Injil, musuh-musuhku akan berkata bahwa aku memberitakan
Injil demi uang.” Maka Paulus berkata, “Aku adalah misionaris yang swasembada.”
Tetapi dia berkata, “Namun itu tidak berarti bahwa semua yang memberitakan
Injil harus menjadi misionaris swasembada.” Karena Paulus mengatakannya dengan
jelas sekali bahwa mereka yang membagikan Injil harus hidup dari pemberitaan
Injil, dan itu datang dari persepuluhan.
Now it’s very interesting to know that the book of Hebrews
tells us that the tithe, or the priesthood
rather, or the Levites was abolished when Jesus died at the cross. And
so some Christians say, “Well, if the priesthood was abolished at the cross,
that must mean that the tithing that remunerated the priests, was also done
away with.”
Now let’s read those texts that speak about the Levitical
priesthood coming to an end.
Hebrews 7:18-19. It’s comparing the New Testament system
with Christ having arrived and the Old Testament system of offering and
sacrifices. Here it says, “For on the one hand there is an annulling of
the former commandment…” if you read the context it is talking
about the commandment concerning the priests, not the commandments of God in
Exodus 20. So it says, “….For on the one hand there is an annulling
of the former commandment because of its weakness and unprofitableness, 19for
the law made nothing perfect…” when it says ”the Law” once again
read the context, it is speaking of the law
of the priesthood, “….on the other hand, there is…” what? “….the bringing in of a better hope,
through which we draw near to God.”
So what happened with the old system having to do with the
priesthood? They were what? They were annulled, because of their weakness and
unprofitableness.
Nah, sangatlah menarik kitab Ibrani mengatakan kepada kita bahwa
persepuluhan, atau lebih tepatnya keimamatan, atau keimamatan Lewi, telah
dihapus ketika Yesus mati di atas salib. Maka beberapa orang Kristen berkata,
“Nah, jika keimamatan sudah dihapuskan di salib, itu tentunya berarti bahwa
persepuluhan untuk imbalan para imam, juga sudah dihapus.”
Sekarang, marilah kita baca teks-teks yang
berbicara mengenai berakhirnya keimamatan Lewi itu.
Ibrani 7:18-19. Ini membandingkan sistem Perjanjian
Baru setelah kedatangan Kristus dengan sistem persembahan dan kurban di
Perjanjian Lama. Di sini dikatakan, “Karena di
satu pihak terjadi pembatalan perintah yang terdahulu.…” jika
kalian baca konteksnya ini berbicara mengenai perintah (hukum) mengenai
keimamatan, bukan perintah-perintah Tuhan yang ada di Keluaran pasal 20. Jadi
dikatakan, “…Karena di satu pihak terjadi pembatalan
perintah yang terdahulu, berhubung itu lemah dan tidak menguntungkan, 19sebab
hukum Taurat tidak membuat apa pun menjadi
sempurna…” untuk “hukum Taurat” yang disebut di sini, sekali lagi bacalah konteksnya, ini berbicara
tentang hukum yang mengatur keimamatan, “…di pihak lain …” apa? “…dimunculkannya suatu pengharapan yang lebih baik, yang membawa kita lebih
dekat kepada Allah.”[NKJV yang diindonesiakan].
Jadi apa yang terjadi dengan sistem yang lama
sehubungan dengan keimamatan? Mereka diapakan? Mereka dibatalkan, karena
kelemahannya dan ketidakmenguntungkannya.
Numbers 18:21 mentions makes it very clear that it was the
Levites who were supposed to receive the tithes. Let’s read that again because
it is very important. It says, “Behold,
I have given the children of Levi all the tithes in Israel as an inheritance in
return for the work which they perform, the work of the tabernacle of meeting.”
Now, the argument that is used by
many Christians is this: The Levitical
priesthood was done away with when Jesus died at the cross. And because the
Levitical priesthood was done away with when Jesus died at the cross, the funds
that the people were to bring to remunerate that priesthood also were done away
at the cross. Now, let me ask you, does that sound pretty logical? It sounds
very logical to me. I don’t know if it does to you. But if the Levitical
priesthood is no longer functioning because it was done away with, then it
would stand to reason that the tithes that people brought to sustain their
priesthood no longer have to be brought.
Now I see some eyebrows rising,
saying, “Pastor Bohr, are you saying we don’t have to tithe?” Not at all,
hehehe. I am using the argument that many Christians used. But now I am going to show you biblically
that even though the Levitical priesthood came to an end, and there were no
Levite priest anymore that the tithing principles still endures.
Bilangan 18:21 membuatnya sangat jelas bahwa para Lewi-lah yang
seharusnya menerima persepuluhan. Mari kita baca lagi, karena ini sangat
penting. Dikatakan, “Lihat, Aku telah memberikan kepada bani Lewi
segala persembahan persepuluhan orang Israel sebagai milik pusakanya, sebagai imbalan
pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan.”[NKJV yang diindonesiakan].
Nah, argumentasi yang dipakai oleh banyak orang Kristen
adalah ini: Keimamatan Lewi telah dihapus ketika Yesus mati di salib. Dan
karena keimamatan Lewi sudah dihapus ketika Yesus mati di salib, dana yang
seharusnya dibawa umat untuk menggaji imamat itu juga sudah berakhir di salib.
Nah, izinkan saya bertanya, apakah ini terdengar cukup masuk
akal? Buat saya ini terdengar sangat masuk akal. Entah kepada kalian, tetapi
jika keimamatan Lewi sudah tidak berfungsi lagi karena sudah dihapus, maka
seharusnya persepuluhan yang dibawa umat untuk membiayai keimamatan itu, tidak
perlu lagi diserahkan.
Nah, saya melihat beberapa alis terangkat, dan kalian
berkata, “Pastor Bohr, apakah Anda mengatakan bahwa kita tidak usah
mengembalikan persepuluhan lagi?” Sama sekali tidak, hehehe. Saya memakai
argumentasi yang dipakai banyak orang Kristen. Tetapi sekarang saya akan
menunjukkan secara alkitabiah, bahwa walaupun keimamatan Lewi sudah berakhir,
dan sudah tidak ada lagi imam Lewi, namun asas persepuluhan masih ada.
And now, listen carefully to the line
of reasoning that I am going to use. We are going to go first of all to Genesis
and then we are going to go to the book of Hebrews and examine something very
interesting.
Now, let’s go to Genesis 14, and you
say, “What could Genesis 14 have to do with tithing?” It has a lot to do with tithing. Now, the
story that we find in Genesis 14, is being written, or actually taking place
500 years before the Levitical priesthood was established. That is an important
point. It’s happening between 1900 and 2000 BC. And the Levitical priesthood
was established around the year 1445 BC, so this is about 500 years before the
Levitical priesthood, this story that we are going to take a look at is taking
place.
Now the story at Genesis 14 is that 4 kings allied themselves to go fight against the
king of Sodom. And of course in Sodom who lived? Lot lived in Sodom. And so these 4 kings
joined forces, they went to Sodom, they conquered the city, they took captives
including Lot, and they looted the cities and took all of the possessions from
the cities. Now, when Abraham heard about this, he said, “I have to go and I
have to rescue Lot and I also have to get all of those possessions back.” And
so he gathered 318 choice men, very carefully chosen, to go and battle against
those 4 kings to get back Lot and the loot. Now, he was successful. He overcame
these kings, he got Lot back, he acquired all of the possessions back again,
and on his way back something very interesting happened. He met on the way a
mysterious figure that seems to appear and then disappear from the biblical
record. The name of this individual was Melchizedek. Let’s read about this in
Genesis 14:18, very interesting that there was a priesthood before the priesthood of
Levi. It was the priesthood of Melchizedek. Now, notice, “Then Melchizedek…” verse 18
“….king of Salem brought out bread and wine…”
Isn’t that interesting? When do we
use bread and wine? We use bread and wine at communion. This is apparently a
communion service, at least in figure or in type, and so it
says,
“….Then Melchizedek king of Salem brought out bread and wine…” and it says, “….he was
the…” what? “….the
priest of God Most High.”
Dan
sekarang, dengarkan baik-baik garis
penalaran yang akan saya pakai. Pertama-tama kita akan ke kitab Kejadian, lalu
kita akan kembali ke kitab Ibrani dan memeriksa sesuatu yang sangat menarik.
Nah,
marilah kita ke Kejadian pasal 14, dan kalian berkata, “Apa kaitannya Kejadian
14 dengan persepuluhan?” Banyak kaitannya dengan persepuluhan. Nah, kisah yang
kita temukan di Kejadian 14 ditulis, atau terjadi sekitar 500 tahun sebelum
keimamatan Lewi diadakan. Ini adalah poin yang penting. Kejadian pasal 14 ini
terjadi antara tahun 1900-2000 BC, dan keimamatan Lewi diadakan sekitar 1445
BC, jadi kisah yang akan kita simak ini terjadi
sekitar 500 tahun sebelum keimamatan Lewi.
Nah, kisah
di Kejadian 14 adalah ada 4 raja yang bersatu melawan raja Sodom. Dan tentu
saja siapa yang tinggal di Sodom? Lot tinggal di Sodom. Jadi keempat raja ini
menggalang kekuatan bersama, mereka mendatangi Sodom, mereka menaklukkan kota
itu, mereka menawan warga kota termasuk Lot, dan mereka menjarah kota-kota dan
mengambil semua harta kota-kota itu. Nah, ketika Abraham mendengar ini, dia
berkata, “Aku harus ke sana dan menyelamatkan Lot, dan aku juga harus merebut
kembali semua harta itu.” Maka Abraham pun mengumpulkan 318 orang pilihannya,
yang dipilihnya dengan sangat cermat, untuk pergi dan berperang melawan keempat
raja tersebut, guna menyelamatkan Lot dan harta kota itu. Nah, Abraham
berhasil. Dia menaklukkan raja-raja tersebut, dia berhasil membawa Lot pulang,
dan dia mendapatkan semua harta kota itu kembali. Dan dalam perjalanan
pulangnya ada sesuatu yang sangat menarik, terjadi. Dalam perjalanannya dia
bertemu dengan satu sosok misterius yang sepertinya muncul lalu menghilang lagi
dari catatan alkitab. Nama sosok ini adalah Melkisedek. Mari kita baca ini di
Kejadian 14:18, sangat menarik, bahwa sebelum
keimamatan Lewi sudah ada keimamatan yang lain, yaitu keimamatan Melkisedek.
Sekarang, perhatikan, “Lalu
Melkisedek …” ayat 18 “…raja Salem, mengeluarkan
roti dan anggur…” menarik,
kan? Kapan kita memakai roti dan anggur? Kita memakai roti dan anggur pada
waktu komuni (perjamuan suci). Jadi rupanya waktu itu diadakan perjamuan suci,
paling tidak dalam lambang atau simbol. Maka dikatakan, “…Lalu Melkisedek raja Salem, mengeluarkan roti dan anggur…” dan dikatakan, “…ia adalah…” apa? “…seorang imam Allah Yang
Mahatinggi..”[NKJV yang diindonesiakan].
Question: was there a priesthood before the Levitical priesthood? There was a
priesthood before the Levitical priesthood. Now let’s notice how the story
continues developing. Remember this is happening 500 years before the Levitical
priesthood is established. Let’s go to verse 19. It says there in verse 19, speaking about
Melchizedek,
“And he blessed him…” Melchizedek blessed Abraham
“….and said: ‘Blessed be Abram of God Most High, …” and now notice this “…Possessor of heaven and earth’…” How is the Most
High spoken of? He is what? He is the possessor of heaven and earth. It means
that He is the owner of heaven and earth. Interesting that Melchizedek would
introduce that Most High God, who is the Possessor and Owner of everything.
Pertanyaan: Apakah sebelum keimamatan Lewi ada
keimamatan lain? Sebelum keimamatan Lewi ada keimamatan lain. Nah, sekarang
mari kita lihat bagaimana kelanjutan kisahnya. Ingat, ini terjadi 500 tahun
sebelum keimamatan Lewi diadakan. Mari kita ke ayat 19, dikatakan di ayat 19,
berbicara mengenai Melkisedek, “Lalu ia memberkati
Abram…” Melkisedek memberkati Abraham, “…katanya: ‘Diberkatilah
kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi…”
dan sekarang perhatikan ini, “…Pemilik
langit dan bumi.’”[NKJV
yang diindonesiakan].
Allah yang
Mahatinggi ini disebut sebagai apa? Dia adalah apa? Dia adalah pemilik langit
dan bumi. Berarti Dialah yang empunya langit dan bumi. Menarik bahwa Melkisedek
memperkenalkan Allah yang Mahatinggi sebagai
Pemilik dan Yang Empunya segala sesuatu.
Now, the question is, what did Abraham do when Melchizedek
blessed him and when Melchizedek said that he represented the Most High God, he
was the priest of the Most High God, and that God was the Possessor of heaven
and earth. What did Abraham immediately feel like he had to do? Absolutely.
Notice what we find in Genesis 14:20. It says, “….And blessed be God Most High…” still Melchizedek speaking, “….Who has delivered your enemies into your hand.’…” And now speaking about Abraham, “….And he gave him a
tithe of all.”
Did Abraham recognize that because
God is the possessor of heaven and earth he needed to return a faithful tithe
to the high priest Melchizedek?
Absolutely.
So did the priesthood exist before
the Levitical priesthood? Yes.
Did tithing exist before the Levitical
priesthood? Absolutely. It is not part of the Mosaic law, it predates the Mosaic Law, according
to Scripture.
Nah, pertanyaannya adalah, apa yang dilakukan Abraham ketika Melkisedek
memberkatinya dan ketika Melkisedek berkata bahwa dialah wakil Allah yang
Mahatinggi, dia adalah imam dari Allah yang Mahatinggi, dan bahwa Allah adalah
Pemilik langit dan bumi? Abraham langsung merasa dia harus berbuat apa? Betul
sekali. Perhatikan apa yang kita temukan di Kejadian 14:20, dikatakan, “…‘dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi…” masih Melkisedek yang berbicara, “…yang telah menyerahkan
musuhmu ke tanganmu.’…” dan
sekarang berbicara mengenai Abraham, “… Lalu Abram memberikan
kepadanya sepersepuluh dari semuanya.”
Apakah
Abraham mengakui bahwa karena Tuhan adalah Pemilik langit dan bumi dia harus
mengembalikan persepuluhan yang setia kepada imam besar Melkisedek? Betul sekali.
Jadi apakah
keimamatan sudah ada sebelum keimamatan Lewi? Ya.
Apakah pengembalian persepuluhan sudah
ada sebelum keimamatan Lewi? Betul sekali. Asas persepuluhan bukan bagian dari Hukum Musa,
menurut Alkitab dia lebih tua
daripada Taurat Musa.
Now what does the priesthood of
Melchizedek represent? You know, it’s
interesting that Jesus was from which tribe?
He was from the tribe of Judah. Did Jesus have a right to be high priest
if He was from the tribe of Judah? Absolutely not. He had the right to be what?
King, but not priest. So Jesus could not be priest according to the order of
Aaron. Because that was the tribe of Levi. So Jesus could not be a priest
according to the order of Aaron. He had to be priest from a different order.
And what order is Jesus a priest after? He is after the order of Melchizedek. You see,
Melchizedek gives Him the right to be priest and Judah gives Him the right to
be king. Are you with me or not?
Nah,
keimamatan Melkisedek itu mewakili apa? Kalian tahu, yang menarik
ialah, dari suku mana Yesus berasal. Yesus datang dari suku Yehuda. Apakah
Yesus berhak menjadi imam besar jika Dia berasal dari suku Yehuda? Sama sekali
tidak. Dia berhak menjadi apa? Raja, tapi bukan imam besar. Maka Yesus tidak
boleh menjadi imam besar menurut ketentuan Harun karena itu adalah suku Lewi. Jadi Yesus
tidak bisa menjadi imam besar menurut ketentuan Harun. Yesus harus menjadi imam
dari ketentuan yang lain. Jadi Yesus
menjadi imam menurut ketentuan siapa? Menurut ketentuan Melkisedek.
Kalian lihat, Melkisedek memberi Yesus hak menjadi imam dan Yehuda memberi
Yesus hak menjadi raja. Apakah kalian bisa mengikuti saya atau tidak?
Now, let’s notice Psalm 110:4 where
we find another reference to Melchizedek and his priesthood, and how long that
priesthood was going to last.
Did the priesthood of the Levites
come to an end, yes or no?
Does the priesthood of Melchizedek ever come to an end?
No. Notice what we’ll find in Psalm 110:4 “The LORD has sworn and will not relent, ‘You are a priest forever…” a priest for how long? Forever, according to the order of
Aaron. No! “…. According to the order of …”
whom?
“… of Melchizedek.’"
The question is, in whom is this Psalm
fulfilled, and with whom? Go with me to Hebrews 6:19-20. Here, the apostle Paul
whom I believe to be behind the book of Hebrews, says this, “This hope we have as an anchor of the soul, both sure and steadfast,
and which enters the Presence behind
the veil, 20where the forerunner has entered for us, even Jesus, having become High Priest
forever according to the order of Melchizedek.”
Notice another reference, there are
many references, to this same verse Psalm
110:4 in Hebrews but let’s read only one
more. Hebrews 7:17, speaking about Jesus it says, “For He testifies: ‘You are a priest forever according to the
order of Melchizedek.’"
Nah, marilah kita simak Mazmur 110:4 di mana kita
menemukan acuan lain kepada Melkisedek dan keimamatannya, dan berapa lamakah
keimamatan itu akan berlangsung.
Apakah keimamatan Lewi sudah berakhir? Ya atau
tidak?
Apakah keimamatan Melkisedek pernah berakhir?
Tidak. Perhatikan apa yang akan kita temukan di Mazmur 110:4 “TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan berubah: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya…” imam untuk berapa lama? Selama-lamanya,
menurut ketentuan Harun. Tidak! “…menurut ketentuan …” siapa? “…
Melkisedek.”[NKJV yang diindonesiakan]
Pertanyaannya adalah, Mazmur ini digenapi oleh siapa? Marilah bersama
saya ke Ibrani 6:19-20. Di sini rasul Paulus yang saya yakini adalah penulis
kitab Ibrani, berkata demikian, “Pengharapan yang kita miliki itu adalah sauh yang pasti dan kokoh
bagi jiwa kita, yang menghampiri Sosok di
belakang tabir, 20 di mana sang perintis telah masuk bagi kita, yaitu Yesus, setelah menjadi Imam Besar untuk
selama-lamanya menurut ketentuan Melkisedek.”[NKJV yang diindonesiakan].
Perhatikan acuan yang lain, ada banyak acuan kepada ayat di Mazmur 110:4
ini di kitab Ibrani, tetapi marilah kita baca satu lagi saja. Ibrani 7:17,
berbicara mengenai Yesus, dikatakan, “Sebab Dia bersaksi:
‘Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut ketentuan Melkisedek.”[NKJV yang diindonesiakan].
So you have the priesthood of Levi,
which received tithes, and that priesthood came to an end. But you have another
priesthood, which is the priesthood of Melchizedek, and that priesthood lasts
forever. Was there tithing under both priesthoods? Yes. There was tithing under
the priesthood of Aaron which came to an end, but there was also tithing under
the priesthood of whom? Of Melchizedek.
So is the tithe principle something
that predates the Levitical system? Is
it something that we need to do forever? Absolutely, because the priesthood of Christ is
forever.
Jadi ada
keimamatan Lewi, yang menerima persepuluhan, dan keimamatan itu telah berakhir.
Tetapi ada keimamatan yang lain, yaitu keimamatan Melkisedek, dan keimamatan
ini berlangsung selamanya.
Apakah ada
persepuluhan di bawah kedua keimamatan? Ya. Ada persepuluhan di bawah
keimamatan Harun yang telah berakhir, tetapi juga ada persepuluhan di bawah
keimamatan siapa? Melkisedek.
Jadi apakah
asas persepuluhan ini
lebih tua dari sistem keimamatan Lewi? Apakah ini sesuatu yang harus kita lakukan selamanya?
Tentu saja, karena keimamatan
Kristus itu selamanya.
Now, the argument of Hebrews 7 is
very tricky. So allow me to just go through this, I am going to go through this
slowly so that you can understand it.
If you read Hebrews 7:4-10 this is
the line of argument, we don’t use to
argue this way in our world today, but this is inspired Scripture, and
we can trust it. Basically the idea is this:
Melchizedek is greater than Abraham for two reasons.
1.
Melchizedek was greater than Abraham because
Abraham was blessed by him, and the one who blesses is greater than the one who
is blessed. That’s number one.
2.
Melchizedek was greater than Abraham because
Abraham gave Melchizedek the tithe.
Are you understanding this? So in 2 ways Melchizedek is greater
than Abraham. Number 1, because Melchizedek blessed Abraham, and the one who
blesses is greater. Number 2, is that Melchizedek received the tithe from
Abraham and not the other way around.
Now, listen carefully.
Was Levi a descendant of Abraham? Sure, Levi was the son of
whom? The son of Jacob. And Jacob was the son of whom? The son of Isaac. And
Isaac was the son of whom? The son of Abraham. Now listen carefully to the line
of argument.
Levi
was in the loins of Abraham, because he was a descendant of Abraham, when Abraham tithed to Melchizedek.
Now, we don’t usually argue that way, but that’s the way that the argument
goes. See, because Levi descends from Abraham, when Abraham gave Melchizedek the
tithes, Levi was giving the tithes to Melchizedek.
So whose priesthood is greater?
The priesthood of Melchizedek.
But the argument continues.
Nah, perdebatan tentang Ibrani pasal 7 itu sangat
pelik. Izinkan saya menjelaskan ini, saya akan menjelaskannya secara
perlahan-lahan supaya kalian bisa memahaminya.
Jika kita membaca Ibrani 7:4-10, inilah garis
perdebatannya. Kita tidak terbiasa mendebat seperti ini di dunia sekarang ini,
tetapi ini adalah Firman yang diilhamkan, dan kita bisa mengandalkannya. Pada
dasarnya, idenya adalah sbb.:
Melkisedek itu lebih besar (lebih tinggi pangkatnya)
daripada Abraham karena dua alasan:
1. Melkisedek lebih besar daripada Abraham
karena Abraham diberkatinya, dan yang memberkati itu lebih tinggi pangkatnya
daripada yang diberkati. Itu alasan1.
2. Melkisedek lebih besar daripada Abraham karena
Abraham memberikan kepadanya persepuluhan.
Apakah kalian memahami ini? Jadi Melkisedek lebih
besar daripada Abraham dalam dua hal: pertama karena Melkisedek yang memberkati
Abraham dan orang yang memberkati itu lebih besar. Nomor 2 adalah, Melkisedek
menerima persepuluhan dari Abraham dan bukan sebaliknya. Sekarang, dengarkan
baik-baik.
Apakah suku Lewi itu keturunan Abraham? Tentu. Lewi
adalah anak siapa? Anak Yakub. Dan Yakub anak siapa? Anak Ishak. Dan Ishak anak
siapa? Anak Abraham. Sekarang dengarkan garis perdebatannya.
Lewi berada
di dalam pinggul [di dalam alat reproduksi] Abraham karena dia adalah seorang
keturunan Abraham, pada waktu Abraham mengembalikan persepuluhan
kepada Melkisedek. Nah, tidak biasanya kita berdebat dengan cara ini, tetapi
beginilah perdebatan ini. Lihat, karena Lewi menurun dari Abraham, maka ketika Abraham memberikan
persepuluhan kepada Melkisedek, Lewi juga memberikan persepuluhan kepada
Melkizedek.
Jadi keimamatan siapa yang lebih besar? Keimamatan
Melkisedek.
Tetapi perdebatannya masih berlanjut.
Therefore when Abraham gave the tithe to Melchizedek, Levi was giving
the tithe to Melchizedek through the instrumentality of Abraham. Because the
Levites gave the tithes to Melchizedek through Abraham, and Abraham was blessed
by Melchizedek, the priesthood of Melchizedek is greater than the priesthood of the
Levites. Are you able to follow that? A very important line of
argument.
Karena itu, ketika Abraham menyerahkan
persepuluhannya kepada Melkisedek, Lewi sedang menyerahkan persepuluhan kepada
Melkisedek melalui Abraham sebagai alatnya. Karena Lewi menyerahkan
persepuluhan kepada Melkisedek melalui Abraham, dan Abraham diberkati oleh
Melkisedek, maka keimamatan
Melkisedek lebih besar daripada keimamatan Lewi. Bisakah kalian
mengikutinya? Ini adalah argumentasi yang sangat penting.
And so the tithe today is still
binding, because there is a priesthood that
is greater than the priesthood of the Levites. It’s still a priesthood. It’s
the priesthood of Christ. And there is also tithing in connection with it
because Melchizedek in the Old Testament received what? He received the tithes.
So is the tithe principle still
binding for Christians today? It most certainly is still binding. Not
necessarily according to the order of Aaron, but according to the order of
whom? According to the order of Melchizedek,
which is a greater priesthood than the priesthood of Levi.
Maka hari
ini, asas persepuluhan itu tetap
mengikat, karena ada keimamatan yang lebih besar daripada
keimamatan Lewi. Dan keimamatan itu masih ada, itu adalah keimamatan Kristus.
Dan asas persepuluhan juga terkait dengannya karena Melkisedek di Perjanjian
Lama menerima apa? Dia menerima persepuluhan.
Jadi apakah
asas persepuluhan itu masih mengikat untuk orang Kristen hari ini? Tentu saja
masih mengikat. Tidak menurut ketentuan Harun, tetapi menurut ketentuan siapa? Menurut
ketentuan Melkisedek, yang keimamatannya lebih besar daripada keimamatan Lewi.
Now let me talk about the tithe in practical terms. Fresno
Central Church receives approximately 1.2 million dollars in tithes per
year, but Fresno Central Church does not hang on to one penny of those 1.2 million. All of
the 1.2 million goes to our central office in Clovis and the money is used to
remunerate all of the pastors in the central California area and some of you
are probably thinking they are saying, “You know if we have enough tithes to
pay for 10 pastors why do we only have 2 pastors paid by Conference funds?”
Well, let me tell you why, and I am not complaining about this. It is because
other churches don’t have enough tithe funds to pay for a pastor. And so the
churches that have more income as tithes, they help the smaller churches so
that the smaller churches can have pastoral help. Isn’t that magnanimous? Isn’t
that God’s plan for the strong to help the weak? And so Fresno Central Church does not retain
1 penny of the tithe. You say, “Well,
how does the church function then?” Let
me ask you, can we rob God in offerings also?
Let me read you once again, Malachi 3:8, very important verse: " Will a man rob God? Yet you
have robbed Me! But you say, ' In what way have we robbed You?'…” And then God answers, “… ‘In tithes and
offerings.”
Now, you are saying if Fresno Central doesn’t get to keep any of
its tithe, how does the church run financially?” Well let me say, that our
church as a yearly budget of approximately 300.000 dollars, that’s our yearly
budget at Fresno Central Church, but we can’t use the tithe for that because
the tithe does not stay here. We have to pay things such as ~ let met give you
a list ~ utilities, insurance, newsletter, telephone, evangelistic materials,
phone, office secretary, custodio, grounds, photocopies, Sabbath school
supplies, flowers, youth ministry, pathfinders, vacation bible school,
community services, repairs, school subsidies, tuition assistance, departmental
expenses among other things. So the question is how can Fresno Central function
financially if we don’t get to keep any of the tithe?
The answer is simply that there is a little line on your tithe
envelope that says “church budget”, and that money all stays at Fresno Central
church. Every penny that you give for “church budget” stays at Fresno Central
church, and are distributed among all of those things that I’ve mentioned to
pay for the expenses of Fresno Central church.
Nah, saya mau berbicara mengenai segi praktis
persepuluhan ini. Gereja Fresno Central menerima persepuluhan sekitar 1.2 juta dollar
setahun, tetapi Gereja Fresno Central tidak menahan satu sen pun dari 1.2 juta
tersebut. Seluruh 1.2 juta itu dikirim ke kantor pusat kita di Clovis dan
uangnya dipakai untuk menggaji semua pendeta di daerah California tengah.
Beberapa dari kalian mungkin berpikir dan berkata, “Lho, jika persepuluhan kami
cukup menggaji 10 pendeta, mengapa kita hanya memiliki 2 orang pendeta yang
dibayar oleh dana Conference?” Nah, saya beritahu mengapa, dan saya bukannya
mengeluh. Hal ini karena gereja-gereja lain tidak menerima dana persepuluhan
yang cukup untuk menggaji seorang pendeta.
Karena itu gereja-gereja yang menerima lebih banyak persepuluhan, membantu
gereja-gereja yang lebih kecil, agar gereja-gereja yang lebih kecil boleh
mendapatkan bantuan kependetaan. Bukankah ini hebat? Bukankah itu rencana Tuhan
bahwa yang lebih kuat membantu yang lemah? Maka gereja Fresno Central tidak
menahan 1 sen pun dari uang persepuluhan.
Kalian berkata, “Kalau begitu bagaimana gereja
Fresno bisa beroperasi?” Coba saya tanya, bolehkah kita merampok Tuhan dalam
persembahan juga? Mari saya bacakan Maleakhi 3:8 sekali lagi, ayat yang sangat
penting: “…Bolehkah manusia merampok
Allah? Namun kamu telah
merampok Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami merampok Engkau?’…” Lalu Tuhan menjawab, “…‘dalam hal persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!”[NKJV yang diindonesiakan].
Nah, kalian berkata, “Jika Fresno Central tidak
menahan persepuluhannya, bagaimana gereja itu beroperasi secara finansial?”
Nah, saya beritahukan, gereja kami memiliki budget tahunan sebesar kira-kira
300.000 dollar, itu budget tahunan kami di gereja Fresno Central, tetapi kami
tidak bisa memakai uang persepuluhan untuk itu karena uang persepuluhan itu
tidak disimpan di sini. Kami harus membayar hal-hal seperti ~ saya akan
memberikan daftarnya kepada kalian ~ di antaranya: air, listrik, gas, asuransi,
buletin berkala, telepon, bahan-bahan penginjilan, sekretaris kantor,
pemeliharaan, halaman, fotocopy, materi sekolah sabat, bunga, pelayanan pemuda,
pathfinders, sekolah alkitab liburan, pelayanan masyarakat, perbaikan, subsidi
pendidikan, bantuan uang sekolah, pengeluaran departemen.
Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana gereja Fresno
Central bisa berjalan secara finansial jika kami tidak menyimpan
persepuluhannya?
Jawabannya sederhana, di amplop kecil persepuluhan
kita, ada tertulis “budget gereja”, dan uang yang itu semuanya ditahan di
gereja Fresno Central. Setiap sen yang kalian persembahkan untuk “budget
gereja”, disimpan di gereja Fresno Central, dan didistribusikan di antara semua
hal yang saya sebutkan tadi untuk membayar pengeluaran-pengeluaran gereja
Fresno Central.
So when you return your tithe, you haven’t
given a penny, because that’s not yours anyway. The tithe belongs to the Lord.
We don’t “pay” tithe, we “return” tithe. It comes through our fingers and we
return it to God. In other words we are not being generous by returning the
tithe, because the tithe isn’t ours in the first place. Are you following me? It is in
the offerings where we show our gratitude and our thankfulness to God,
particularly when we sustain the ministry of our church.
Jadi pada waktu kalian mengembalikan
persepuluhan kalian, sesungguhnya kalian tidak memberikan satu sen pun, karena
toh itu bukan milik kalian. Persepuluhan itu milik Tuhan. Kita
bukan “membayar” persepuluhan, kita “mengembalikan” persepuluhan. Uang itu
melewati jari-jari kita dan kita mengembalikannya kepada Tuhan. Dengan kata
lain kita bukannya bermurah hati dengan mengembalikan persepuluhan, karena
persepuluhan itu sejak semula bukan milik kita. Apakah kalian bisa mengikuti
saya? Jadi, di dalam
persembahanlah kita menunjukkan rasa syukur dan terimakasih kita kepada Tuhan,
terutama bila kita menghidupi pelayanan gereja kita.
Now Fresno Central has perennially
been behind in its church budget. Sometimes when we get to the month October,
November, our treasurer doesn’t have any fingernail left, because he has been
chewing at this fingernails. The same
our finance committee chair, I always tell them “We live by faith, not by
fright.” And all every year, for the
last 15 years, we’ve operated in the black. I say “Don’t worry about it, God’s people will come
through because lots of people settle their accounts at the end of the year.”
But you really shouldn’t have to function that way. If everybody in the church
contributed a certain percentage of their income, not only the 10% of tithe,
but a certain percentage of their income to church budget, we would never be
behind. We would be in the black all throughout the course of the year. But we
have a tendency to procrastinate and we have other priorities other than
the priority of the house of God or the
church.
Nah, Fresno
Central setiap tahun selalu terbelakang dengan budget gerejanya. Terkadang bila
kami sudah tiba di bulan Oktober, November, bendahara kami sudah kehabisan kuku
jarinya, karena semuanya sudah dikrikitinya (karena bingung). Begitu
juga kepala komite keuangan kami. Saya selalu berkata kepada mereka, “Kita
hidup oleh iman, bukan oleh panik.” Dan setiap tahun, selama 15 tahun sudah,
kami selalu berhasil menutup semua pengeluaran. Saya katakan, “Jangan khawatir
tentang itu, umat Tuhan pasti akan menutupnya karena banyak orang melunasi rekening
mereka pada akhir tahun.” Tetapi sebenarnya kita tidak seharusnya beroperasi
seperti itu. Jika setiap orang di dalam gereja memberikan persentase tertentu
dari penghasilan mereka, bukan hanya yang 10% untuk persepuluhan, tetapi
persentase tertentu dari penghasilan mereka kepada budget gereja, kami tidak
akan tertinggal. Kami akan selalu bisa menutup semua pengeluaran sepanjang
tahun. Tetapi kita punya kecenderungan untuk menunda-nunda, dan kita
mendahulukan prioritas yang lain, bukan prioritas Rumah Tuhan atau gereja.
Now, allow me to say a few things
about offerings. God wants us to be disciplined givers. He doesn’t want us to do
like many people do, when they see the Elder get up and say, “And now, it’s
time to pick up the tithes and offering, will the Deacons please stand.” So, “Oh!
It’s offering time!” So you look for coins, or you look for a dollar or two and
put it in the offering plate. That is undisciplined giving. God does not want
us to give in that way. He wants us to be planned givers.
Nah, izinkan saya mengatakan beberapa hal mengenai
persembahan. Tuhan mau kita
menjadi pemberi yang disiplin. Dia tidak mau kita berbuat
seperti yang banyak dilakukan orang-orang, ketika seorang Ketua berdiri dan
berkata, “Dan sekarang adalah waktunya untuk mengambil persepuluhan dan
persembahan, harap para Diakon berdiri.” Maka, “Oh, waktunya persembahan!” Lalu
kalian mencari koin, atau kalian mencari uang satu-dua dollar dan meletakkannya
di piring persembahan. Itu adalah memberikan persembahan yang tidak disiplin.
Tuhan tidak menghendaki kita berbuat demikian. Dia mau kita menjadi pemberi yang sudah mempersiapkannya.
Now, go with me to 1 Corinthians 16:1-2, here we have 4
principles that I want to share with you, concerning giving. And you know most
Christians use this to try and prove that Sunday is the day we are supposed to
keep. It’s not teaching that at all. It is teaching 4 principles of giving.
Notice what it says, here the apostle Paul says, “Now concerning the collection for the saints, as I have given
orders to the churches of Galatia…” This isn’t only the case of
Corinthians, he also spoke to other churches, “….so you must do
also…” now, notice, “…. 2On the first day of the week…” that means regularly, that’s the first principle:
regularly, “….On the first day of the week…” that would be the first opportunity they would have after
working on Friday and resting on the Sabbath, to calculate how much money they
had earned the week before, so it says, “….On the first day of
the week…” that is regularly, “…let each one of you…” that’s the second principle:
individually, each one of you, “…lay something aside…” principle nr.3: privately, don’t come to church and be an
emergency giver. Do it at home, and then
bring it to the church. And then it continues saying, “….storing up as he may
prosper…” that’s proportionately, the way that God has blessed you.
So 4 principles: regularly, individually, privately at home, and
proportionately. And he says, “….that
there be no collections when I come.” In other words, so I don’t have to stand and twist arms
and beg you to give money when I come.
If you do this on a regular basis, and you do it individually, and you
do it proportionately, and you do it regularly, when I come the money will be
there. And I’ll receive the money to help the saints or the needy in Jerusalem.
Are you understanding the principles?
Nah, marilah bersama saya ke 1 Korintus 16:1-2, di
sini ada 4 asas yang ingin saya bagikan kalian, mengenai persembahan. Tahukah
kalian bahwa kebanyakan orang Kristen memakai ayat ini untuk membuktikan bahwa
hari Minggu adalah hari yang seharusnya kita pelihara? ***) Tapi ini sama sekali tidak berbicara mengenai hal itu. Ayat ini
mengajarkan tentang 4 asas persembahan. Perhatikan apa katanya, di sini rasul
Paulus berkata, “Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu
berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di
Galatia.…” Korintus
ini bukanlah satu-satunya kasus, Paulus juga berbicara kepada gereja-gereja
yang lain, Sekarang perhatikan, “…2 Pada hari pertama dari
tiap-tiap minggu…” artinya secara teratur, ini adalah asas
yang pertama: secara teratur, “…2Pada hari pertama dari
tiap-tiap minggu…” yaitu
pada kesempatan pertama yang mereka miliki setelah terakhir bekerja pada hari
Jumat dan beristirahat pada hari Sabat, untuk menghitung berapa uang yang telah
mereka peroleh minggu sebelumnya. Jadi dikatakan, “…Pada hari pertama dari
tiap-tiap minggu…” jadi
secara teratur, “…
hendaklah kamu masing-masing…” Ini asas yang kedua: secara perorangan,
setiap orang dari kamu, “…menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di
rumah…” asas ketiga: sudah disiapkan di rumah, jangan
datang ke gereja dan menjadi pemberi darurat. Sediakan itu di rumah, lalu
bawalah itu ke gereja. Kemudian selanjutnya dikatakan, “…sesuai dengan apa yang kamu peroleh…”
yaitu secara proporsional, sesuai berkat yang telah Tuhan
berikan kepadamu. Jadi 4 asas: secara teratur, secara perorangan, secara
pribadi di rumah, dan secara proporsional. Dan Paulus berkata, “…supaya jangan pengumpulan
itu baru diadakan, kalau aku datang.” Dengan kata lain, supaya pada waktu aku
datang, aku tidak harus bangkit dan memaksa dan memohon kalian untuk memberikan
persembahan. Jika kalian melakukan ini secara teratur, dan kalian melakukannya
secara perorangan, dan kalian melakukannya secara proporsional, dan kalian
melakukannya dengan teratur, pada waktu aku datang, dananya sudah tersedia. Dan
aku akan menerima uang itu untuk membantu orang-orang kudus atau orang-orang
yang membutuhkan di Yerusalem. Apakah kalian memahami asas-asasnya?
***) Jika kita membaca ayat ini dengan cermat, maka kita
akan melihat Paulus mengatakan bahwa pengumpulan uang itu yang dilakukan pada
hari Minggu (hari pertama dari setiap minggu), supaya kalau dia (Paulus) datang, jangan
baru dikumpulkan. Berarti Paulus TIDAK DATANG PADA
HARI MINGGU, karena itu hari Minggu dipakai untuk mengumpulkan uang, karena
Paulus tidak datang hari itu. Berarti
ayat ini sama sekali tidak mengatakan bahwa Paulus berbakti
bersama jemaat Korintus pada hari Minggu.
It’s just a matter of making up our minds, folks, that we
are going to sit down and we are going to say, “Okay, I am going to give such
and such a percentage of my income for church budget.” Tithe is non-negotiable, that
is not ours. You know we just decide to return that to the Lord. But in
offerings we need to pray about it, we need to sit down and ask the
Lord, “What have You done for me? Well, you have given me everything, You are a
wonderful God, so let me return to You in offerings according to what You have
done for me.” And then pray to God and ask God to reveal to you what percentage
you should put in for church budget. Are you following me?
Ini hanya masalah membuat keputusan,
Saudara-saudara, bahwa kita akan duduk dan kita akan berkata, “Oke, aku akan
memberikan persentase sekian-sekian dari penghasilanku untuk budget gereja.”
Persepuluhan
itu tidak bisa ditawar, itu bukan milik kita. Kita hanya membuat
keputusan untuk mengembalikannya kepada Tuhan. Tetapi persembahan, perlu kita doakan.
Kita perlu duduk dan bertanya kepada Tuhan, “Apakah yang telah Engkau lakukan
untukku? Nah, Engkau telah memberiku segalanya, Engkau adalah Tuhan yang
mahamurah, jadi biarlah aku mengembalikan kepadaMu dalam persembahan sesuai apa
yang telah Engkau lakukan bagiku.” Kemudian berdoalah kepada Tuhan dan minta
Tuhan menyatakan kepada kalian berapa persen yang harus kalian persembahkan
untuk budget gereja. Apakah kalian bisa mengikuti saya?
Now, notice what we find in 2 Corinthians 9:6-7, it says
here, and it is a very important principle. If you plant one corn seed, how
many ears of corn are you going to get? One or perhaps two, right? One seed,
small harvest. What happens if you plant hundreds of seeds? You are going to
harvest hundreds of ears of corn. That’s
just the principle. What you sow, you what? You reap. Now, notice this,
“But this I say: He who
sows sparingly will also reap sparingly, and he who sows bountifully will also
reap bountifully. 7So let
each one give as he
purposes…” where? “….in his heart…” see, it’s a decision of the heart first. See, God never asks
us for our money. God asks for our heart, and when He has our heart, He
has our money. Are you following me? That’s why Jesus said, “Where a man’s
treasure is, there is where his heart will be also.” And so notice what he continues saying in
verse 7 “….So let each one give as he purposes in his
heart, not grudgingly or of necessity…” that means by compulsion or by obligation, “….for God loves a
cheerful giver.”
Nah, perhatikan apa yang kita temukan di 2 Korintus
9:6-7, dikatakan di sini, dan ini adalah asas yang sangat penting. Jika kita
menanam satu benih jagung, berapa jagungkah yang akan kita peroleh? Satu atau
mungkin dua, betul? Satu benih, panen kecil. Apa jadinya jika kita menanam
ratusan benih? Kita akan menuai ratusan biji jagung. Itulah asasnya. Apa yang
kita tanam, itu apa? Itu yang kita tuai.
Sekarang, perhatikan ini, “Camkanlah ini: Orang yang
menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan
menuai banyak juga. 7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut
kerelaan…” apanya? “… hatinya…” Lihat, ini adalah keputusan yang datang
dari hati dulu. Tuhan tidak pernah
meminta uang kita. Tuhan meminta hati kita, dan jika Tuhan
memiliki hati kita, Dia mendapatkan uang kita. Apakah kalian mengikuti saya?
Itu sebabnya mengapa Yesus berkata, “Karena di mana hartamu
berada, di situ juga hatimu berada.” [Mat 6:21] Maka perhatikan apa kata Paulus
selanjutnya di ayat 7 “…7 Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan berat hati
atau karena kewajiban…” maksudnya secara terpaksa atau karena
keharusan, “…sebab
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”[NKJV yang diindonesiakan].
Let me read you this statement from Ellen White, Testimonies
for the Church Vol. 1 pg 545, she says, listen carefully, “God wants no unwilling
offering, no pressed sacrifice. Those who are thoroughly converted, and who
appreciate the work of God…” two conditions: thoroughly converted, and appreciate the work
of God, “…will give cheerfully. The little required of them, considering
it a privilege to bestow.”
Don’t think that offering is an obligation “Oh, by God I
have to give an offering because if I don’t, God is going to curse me.”
Listen, we
don’t give in order to be blessed, we give and as a result we are blessed.
We don’t give to earn the favor of God but we give and God says, “Oh, here is a
bonus for you.”
Saya akan membacakan pernyataan ini dari Ellen
White, Testimonies
for the Church Vol. 1 hal 545, dia berkata, dengarkan baik-baik, “Tuhan
tidak menghendaki persembahan yang tidak sukarela, atau kurban yang terpaksa.
Mereka yang benar-benar telah diubahkan, dan yang menghargai pekerjaan Tuhan…” dua syarat:
benar-benar telah diubahkan dan menghargai pekerjaan Tuhan, “…akan
memberi dengan sukacita. Mereka menganggap memberikan yang sedikit yang diminta
dari mereka sebagai suatu kehormatan untuk memberikannya.”
Jangan mengira bahwa persembahan itu suatu
kewajiban. “Ya, Tuhan, aku harus memberikan persembahan, karena jikalau tidak,
Tuhan akan mengutukku.” Dengar, kita
tidak memberi supaya diberkati, kita memberi dan sebagai akibatnya kita
diberkati. Kita tidak memberi untuk berusaha mengambil hati
Tuhan, tetapi kita memberi dan Tuhan berkata, “Oh, ini bonus untukmu.”
Luke 6:38, here once again we find
the same principle expressed.
“Give, and it will be given to you: good measure, pressed down, shaken
together, and running over will be put into your bosom. For with the same
measure that you use, it will be measured back to you."
So, as we give, we receive in return. That is a principle
of life.
Lukas 6:38, di sini sekali lagi kita temukan asas
yang sama, “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang
dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam
ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu."
Jadi sebagaimana kita memberi, kita akan
menerimanya kembali. Itulah asas kehidupan.
Allow me to read in closing one more statement that we
find in Proverbs 3:9-10. It says here, “Honor the LORD with your
possessions, and with the firstfruits of all your increase…” and now notice the promise “….10So your
barns will be filled with plenty, and your vats will overflow with new wine.”
Sebagai penutup saya akan membacakan satu
pernyataan lagi yang kita temukan di Amsal 3:9-10, dikatakan di sana, “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari
segala penghasilanmu, …” sekarang
perhatikan janjinya, “…10 maka lumbung-lumbungmu akan
diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan
air buah anggurnya.”
The only way that you know that that’s true is if you try
it. God says, “Test Me now, try Me now! Give it a whirl!” You know this year,
our salary in Central California Conference the pastors was decreased 3%
because of the economy. So you know the decision that I made? I say, “Lord, my
salary has been decreased 3% I’m going to increase my church budget by 3%.” And
the Lord has blessed immensely. Boy, could I ever tell you. And so, and so let’s not use the excuse oh
the economy’s dead, I just don’t have it, we have to buy pizza, right? And to
buy clothing, and things that we don’t need, toys, etc. It’s just a matter of
priorities. It’s a matter of what is
most important in our lives. It’s a matter of what comes first. And those who
make Jesus Christ first and last and best are the happiest people in the world.
Satu-satunya jalan kita bisa membuktikan kebenaran
itu adalah jika kita coba. Tuhan berkata, “Ujilah Aku sekarang, cobalah Aku
sekarang! Mari coba!” Kalian tahu, tahun ini, gaji kami di Central California
Conference, untuk pendeta dipotong 3% karena kondisi ekonomi. Jadi tahukah
kalian keputusan yang saya buat? Saya berkata, “Tuhan, gaji saya telah dipotong
3%, jadi saya akan menaikkan persembahan budget gereja saya dengan 3%.” Dan
Tuhan telah memberkati saya dengan berkelimpahan. Andai saja saya bisa
menceritakannya kepada kalian. Maka, janganlah memakai alasan, “Oh ekonominya
mati, aku tidak mampu, kami harus membeli pizza, kan? Dan membeli pakaian, dan
barang-barang yang tidak kami butuhkan, mainan, dll.” Ini hanyalah masalah
prioritas. Pertanyaannya adalah apa yang paling penting dalam hidup kita, apa
yang kita dahulukan. Dan mereka
yang menjadikan Yesus Kristus yang pertama dan terakhir dan yang paling
istimewa, adalah orang-orang yang paling bahagia di dunia.
So I would pray that as we have studied this, this isn’t
only academic, okay we need to return the tithe, to remunerate the preacher and
we need to also give offerings in order to sustain the church. But if this will
be a priority we will say, the church is important to us, the preaching of the
gospel is important to us, this has to be the number one priority as we order
our finances on this earth.
Jadi saya
ingin berdoa, bahwa setelah kita mempelajari ini, bahwa ini bukan hanya
pelajaran akademis, oke kita perlu mengembalikan persepuluhan guna menggaji
pendeta, dan kita juga harus memberikan persembahan guna membiayai gereja. Tetapi
jika ini adalah prioritas kita, kita akan berkata bahwa gereja itu lebih
penting bagi kita, pekabaran Injil itu penting bagi kita, ini haruslah menjadi
prioritas nomor satu pada waktu kita mengatur keuangan kita di dunia ini.
10
11 14
No comments:
Post a Comment