Wednesday, January 27, 2016

EPISODE 5 ~ HIS WAY IS IN THE SANCTUARY ~ STEPHEN BOHR

HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 5/32 - Stephen Bohr
THE LAMB OF GOD SLAIN


Dibuka dengan doa.

I’d just like to review briefly as we begin, what we studied in our last lecture together. If you remember, we studied the reasons why Jesus had to come to live with us in the Camp as a real genuine man. In other words, Jesus adopted real humanity, real mortal humanity, in fact. Now let me review the 7 reasons why Jesus became incarnate.

Di pembukaan ini saya ingin mengulangi secara cepat apa yang telah kita pelajari bersama-sama dalam pelajaran kita yang lalu. Jika kalian ingat, kita telah mempelajari alasan-alasasn mengapa Yesus datang sebagai manusia tulen untuk hidup bersama kita di Perkemahan. Dengan kata lain, Yesus mengambil kemanusiaan sejati, bahkan kemanusiaan yang fana. Sekarang, izinkan saya mengulangi ketujuh alasan mengapa Yesus menjadi manusia.

1.   He became incarnate so that He could reveal to us what God is really like. Because Jesus is in the bosom of the Father, no one better to reveal what God really is like.
2.   Secondly we noticed, that Jesus came to the Camp to live with us so that He could die for our sins. Because God cannot die. God is immortal. And so Jesus had to assume humanity in order for Him to be possible for Him to die.
3.   In the third place we noticed that Jesus had to become a man so that He could be tempted, as the Bible tells us that God cannot be tempted. God cannot be deceived by the devil. Because God is omniscient, God knows all. He is omnipotent, the devil cannot lead God into sin, so Jesus had to assume humanity so that He could be tempted in a real way.
4.   In the fourth place we noticed that Jesus had to become a man, so that we could have the assurance that He sympathizes and empathizes with us. That Jesus truly understands us when He represents us before God.
5.   Then we noticed that Jesus had to become a man, so that He could serve as our judge. In other words, He had to be a man so that He could present us before God as our advocate and judges  in a fair way, so that in the judgment there is no excuse for sin.
6.   And then we noticed that Jesus came to this earth to live a perfect life as a man so that He could impute His righteousness to us ~ that means credit His righteousness to us ~ and secondly to impart His righteousness to us which means that He actually sheds into our hearts His righteousness so that we live the life that Jesus lived.
7.   And finally we noticed that Jesus took human nature so that He could prepare a place for us in heaven so that He could eventually come back to receive us unto Himself.

And so we noticed 7 reasons at least for the incarnation of Jesus Christ, for Him coming to this earth to live with us in the Sanctuary Encampment. We haven’t even entered the Court of the Sanctuary yet. We had just spoken about Jesus living in the Camp where Israel lived and tonight we are going to talk about Jesus entering the Court of the Sanctuary.

1.   Yesus menjadi manusia supaya Dia bisa menyatakan kepada kita, bagaimana sesungguhnya Tuhan itu. Karena Dia adalah yang terdekat dengan Allah Bapa, tidak ada Sosok lain yang bisa menyatakan Allah Bapa lebih baik daripada Yesus.
2.   Poin kedua, kita tahu bahwa Yesus datang dan hidup bersama kita di Perkemahan supaya Dia bisa mati untuk dosa-dosa kita. Karena Tuhan tidak bisa mati. Tuhan itu kekal. Maka Yesus harus memakai kodrat manusia untuk memungkinkan Dia bisa mati.
3.   Ketiga, kita tahu bahwa Yesus harus menjadi manusia supaya Dia bisa dicobai, karena Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak bisa dicobai. Tuhan tidak bisa ditipu oleh Setan karena Tuhan itu Mahatahu, Tuhan tahu segalanya. Tuhan itu Mahakuasa, Setan tidak bisa membawa Tuhan untuk berdosa. Jadi Yesus harus mengambil kodrat kemanusiaan agar Dia bisa benar-benar dicobai.
4.   Keempat, Yesus harus menjadi manusia agar kita diberi jaminan bahwa Dia benar-benar bisa bersimpati dan berempati dengan kita. Bahwa pada waktu Yesus mewakili kita di hadapan Allah Bapa, Dia benar-benar mengerti kita.
5.   Lalu, Yesus menjadi manusia agar Dia bisa menjadi hakim kita. Dengan kata lain, Dia harus menjadi manusia agar Dia bisa mewakili kita di hadapan Allah Bapa sebagai Pembela kita, dan menghakimi kita dengan adil agar tidak ada keberatan lagi untuk dosa-dosa kita.
6.   Lalu kita tahu bahwa Yesus datang ke dunia ini untuk menjalani kehidupan yang sempurna agar Dia bisa memperhitungkan kebenaranNya kepada kita ~ artinya mengkreditkan kebenaranNya kepada kita. Dan yang kedua agar Dia bisa membagikan kebenaranNya kepada kita, artinya Dia bisa mencurahkan kebenaranNya ke hati kita sehingga kita bisa menjalani kehidupan yang dihidupkan Yesus.
7.   Dan akhirnya kita tahu bahwa Yesus mengambil kodrat manusia supaya Dia bisa mempersiapkan tempat bagi kita di Surga, agar kelak Dia bisa datang dan membawa kita kepada DiriNya.

Maka kita tahu paling sedikit ada 7 alasan bagi penjelmaan Yesus Kristus, kedatanganNya ke dunia ini untuk hidup bersama kita di Perkemahan Bait Suci.
Kita masih belum masuk ke Pelataran Bait Suci. Kita baru saja berbicara mengenai hidup Yesus di Perkemahan di mana Israel hidup, dan malam ini kita akan berbicara mengenai Yesus memasuki Pelataran Bait Suci.


I’d just like to say that the Court had two main pieces of furniture. And you see them illustrated here on the platform. First of all you have on the far end THE ALTAR OF SACRIFICE, that was as you entered the Court of the Sanctuary. And then a little bit further in, right before you go into the Holy Place of the Sanctuary, you have what is called the LAVER, which had water in it, where the priest washed himself before He went to minister in the Holy Place of the Sanctuary.

Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Pelataran memiliki dua perabotan inti. Dan kalian bisa melihat gambarnya di atas sini. Pertama-tama, di sebelah sana adalah MEZBAH KURBAN, yang kalian temui jika kalian memasuki Pelataran Bait Suci. Lalu setelah masuk sedikit lagi ke dalam, tepat sebelum kalian masuk ke dalam Bilik Suci dari Bait Suci, ada apa yang disebut BEJANA, yang berisikan air di mana imam membasuh dirinya sebelum dia masuk untuk melayani di dalam Bilik Suci dari Bait Suci.


Now we are going to notice that these two pieces of furniture actually refer to two functions of Jesus Christ, or two events of the life of Jesus Christ. We noticed that the Camp represents the life of Jesus where He came to live in our midst.
Now, the ALTAR OF SACRIFICE represents the death of Jesus Christ.  And the LAVER we are going to notice, represents the resurrection of Jesus Christ.  And then of course, Jesus after that, goes into the Holy Place of the Sanctuary and the Holy Place is in Heaven.

Sekarang kita akan perhatikan bahwa kedua potong perabotan itu sesungguhnya mengacu kepada dua fungsi Yesus Kristus, atau dua peristiwa dalam kehidupan Yesus Kristus. Kita sudah tahu bahwa Perkemahan mewakili hidup Yesus saat Dia datang untuk hidup di tengah-tengah kita.
Sekarang, MEZBAH KURBAN mewakili kematian Yesus Kristus. Dan kita perhatikan bahwa  BEJANA mewakili kebangkitan Yesus Kristus.
Dan tentu saja setelah itu, Yesus masuk ke Bilik Suci dari Bait Suci dan Bilik Suci ini ada di Surga.


Allow me to say that there is no sanctuary Court in heaven. And the reason for that is, that the work of the Court was done by Jesus on the earth. You see, He lived with us in the Camp on earth, He died on earth and He resurrected on earth. So in heaven, all we have is the Holy and Most Holy Place. The Court is the earth where Jesus carried forward His work as One living with us, as One dying, and as One resurrecting from the death.

Izinkan saya berkata bahwa di Surga tidak ada Pelataran Bait Suci. Dan alasannya adalah karena pekerjaan di Pelataran telah diselesaikan Yesus di dunia. Kalian lihat, Dia hidup bersama kita di Perkemahan di dunia, Dia mati di dunia dan Dia bangkit di dunia. Jadi di Surga, yang tersisa adalah Bilik Suci dan Bilik Mahasuci. Pelataran adalah dunia ini di mana Yesus menyelesaikan tugasNya sebagai Orang yang hidup bersama kita, sebagai Yang mati, dan sebagai Yang bangkit dari kematian.


Now we need to ask the question: Why did Jesus had to come to live a perfect life and to die?  Well, let’s take a closer look at this and understand why Jesus had to come and live a perfect life and why Jesus had to come to die.
The first thing that I want us to notice is that the Law of God demands absolute perfection. The Law of God says, “Obey me and live.”  But it also says, “Disobey me ~ and that is sin ~ and the wages of sin is what? The wages of sin is death.

Sekarang kita perlu bertanya: Mengapa Yesus harus datang untuk menjalani kehidupan yang sempurna dan untuk mati? Nah, marilah kita simak ini dan kita pahami mengapa Yesus harus datang dan menjalani hidup yang sempurna dan mengapa Yesus harus datang untuk mati.
Yang pertama yang saya ingin kalian perhatikan adalah bahwa HUKUM TUHAN MENUNTUT KESEMPURNAAN MUTLAK. Hukum Tuhan berkata, “Patuhi saya, dan hidup.” Tetapi dia juga berkata, “Melanggar saya ~ dan itu berarti dosa ~ dan upah dosa ialah apa? Upah dosa ialah maut.


So basically the sequence is, the Law demands absolute perfection. If I cannot offer the Law the perfection that it demands ~  that is sin ~ and the wages of sin or the result of sin is death.
Of course the question is, how many of us have sinned? The Bible says, “all have sinned and come short of the glory of God.  There is none righteous, no, not one.”  So we are all on death row. None of us can offer the Law the perfect life that the Law demands. And so the Law says, “Because you cannot offer me the perfect life that I require, so that you can live, you must die.”

Jadi pada dasarnya, urutannya adalah, Hukum menuntut kesempurnaan mutlak. Jika saya tidak bisa memenuhi kesempurnaan yang dituntut oleh Hukum ~ artinya saya berbuat dosa, maka  upah dosa atau akibat dosa adalah kematian.
Tentu saja, pertanyaannya adalah, berapa banyak dari kita pernah berbuat dosa? Alkitab berkata Karena semua orang telah berbuat dosa dan tidak bisa mencapai kemuliaan Allah” (Rom 3:23) NKJV yang diindonesiakan.  "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.” (Rom 3:10). Jadi kita semua sedang menunggu eksekusi hukuman mati. TIDAK SEORANG PUN DARI KITA BISA MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM AKAN SUATU KEHIDUPAN YANG SEMPURNA. Dan demikianlah kata Hukum, “Karena kamu tidak bisa memenuhi hidup sempurna yang saya minta agar kamu boleh hidup, maka kamu harus mati.”


And so Jesus came to this earth  for several reasons  we  mentioned, but I want to emphasize and underline 2 particularly.
Number 1, Jesus came to this earth to live the life that all of us should live. Jesus came to live a life in perfect harmony with the Law. And He lived that life for everyone. But Jesus not only came to live that life in my place, in your place, so that I in Him can stand before the Law not guilty, not because I am righteous, but because He is righteous. But Jesus also had to come to pay for our sins. He had to come to pay for the sins that we had already committed.

Maka Yesus datang ke dunia untuk beberapa alasan yang sudah kita sebutkan, tetapi saya mau menekankan dan menggarisbawahi khususnya dua.
Pertama, Yesus datang ke dunia ini untuk MENGHIDUPKAN HIDUP YANG SEHARUSNYA KITA HIDUPKAN. Yesus datang dan menghidupkan suatu hidup yang serasi (harmonis) sepenuhnya dengan Hukum Tuhan. Dan Dia menjalani kehidupan itu bagi semua orang. Tetapi, Yesus bukan saja datang untuk menghidupkan hidup itu bagi saya, bagi kalian, agar di dalam Dia kita bisa berdiri di hadapan Hukum tanpa bersalah, bukan karena kita benar, melainkan karena Dia benar; tetapi Yesus juga harus datang untuk MEMBAYAR DOSA-DOSA KITA. Dia harus datang untuk membayar dosa-dosa yang sudah kita lakukan. 


And so Jesus came to this earth first of all to live the life that we should live, and He came to die the death that we should die. And He lived and He died for every single person who has ever drawn breath on planet earth. In other words, Jesus came to live and to die in place of everyone so that if I receive Jesus Christ, He takes His life and places it into my account. And He takes His death and He places it into my account. And God looks upon me as if I had never sinned, not because I haven’t sinned, but because Jesus never sinned. Is this point very clear? It is the center and core of the Gospel of Jesus Christ.

Maka Yesus datang ke dunia pertama-tama UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN YANG SEHARUSNYA KITA JALANI, dan Dia datang Dan Dia hidup dan UNTUK MENJALANI KEMATIAN YANG SEHARUSNYA KITA JALANI.  Dia mati bagi setiap manusia yang pernah mengirup napas di planet bumi ini. Dengan kata lain, Yesus datang untuk hidup dan mati sebagai pengganti semua orang supaya apabila saya menerima Yesus Kristus, Dia mengambil hidupNya dan memperhitungkannya sebagai milik saya, dan Dia mengambil kematianNya dan dia memperhitungkannya sebagai kematian saya. Dan bila Tuhan memandang saya, seolah-olah saya tidak pernah berbuat dosa, bukan karena memang saya tidak pernah berbuat dosa, tetapi karena Yesus yang tidak pernah berbuat dosa. Apakah poin ini sangat jelas? INI ADALAH PUSAT DAN INTI DARI INJIL YESUS KRISTUS.


Now, we want to talk this evening about the work of Jesus in the Court. We have already discussed His perfect life now we want to talk about His death at the Altar and His resurrection at the Laver ~ or the washing of the water.

Malam ini kita akan berbicara mengenai pekerjaan Yesus di Pelataran. Kita sudah mendiskusikan hidupNya yang sempurna, sekarang kita akan berbicara mengenai kematianNya di Mezbah Kurban dan kebangkitanNya di Bejana, atau pembasuhan air.


Now there are several prophecies of the Old Testament that pointed to the death of Jesus Christ in the Court. And I would like us to analyze or take a look at some of those prophecies that we find in the Old Testament. The first of these prophecies is found in Genesis chapter 22. And so, I invite you to go with me to Genesis 22:2. This is the story of the sacrifice, or we might say the-almost-sacrifice of Isaac. And I want you to notice in Genesis 22:2  in this story Abraham plays the role of God the Father, and Isaac plays the role of Jesus Christ.

Di dalam Perjanjian Lama ada beberapa nubuatan yang menunjuk kepada kematian Yesus Kristus di Pelataran. Dan saya mau kita menganalisa atau menyimak beberapa dari nubuatan tersebut yang kita temukan di Perjanjian Lama.
Yang pertama dari nubuatan itu ditemukan di Kejadian pasal 22. Maka, saya undang kalian untuk membuka Kejadian 22:2. Ini adalah kisah pengorbanan, atau lebih tepat dikatakan pengorbanan yang nyaris dari Ishak. Dan saya mau kalian perhatikan Kejadian 22:2 ini. Dalam kisah ini Abraham memainkan peranan Allah Bapa, dan Ishak memainkan peranan Yesus Kristus.


This is a symbolic story, it is an illustrative story of the relationship between God the Father and His Son, Jesus Christ. Now, notice Genesis 22:2 a couple of very interesting details. It says here: Then He said...”  this is God speaking,  “.... Take now your son, your...”  what?   “... your only son...”   By the way that word “only”  should be translated “your unique son”  or “your one-of-a-kind son”, “your special son”. You say, “How do we know that?” Because Isaac was not Abraham’s only son.  You see the Hebrew word  יחיד [ yâchı̂yd  yaw-kheed'] means “unique”, it means “one of a kind”, it means “special” . Abraham also had Ishmael at this point. And yet Isaac is called Abraham’s unique, one of a kind son because he was the son of the promise. But now notice that he is not only called “the unique son” or “the only son” but it says     “....  whom you...”  what?    “... whom you love...”     Does this sound familiar?   “This is My beloved Son in whom I am well pleased.”  And so it continues saying,      “... and go to the land of Moriah, and offer him there as a...”  what? It says there is the altar of sacrifice     “... offer him there as a burnt offering...”   Notice that he wasn’t only to kill him, but he was to also what?  Burn him! That’s what happened at the altar in the sanctuary.  And it says,  “... on one of the mountains of which I shall tell you.”

Kisah ini adalah kisah yang simbolis, kisah yang menggambarkan hubungan antara Allah Bapa dengan AnakNya, Yesus Kristus. Sekarang, perhatikan Kejadian 22:2, di sana ada dua detail yang sangat menarik. Dikatakan di sana   Firman-Nya:...” Tuhan sedang berbicara,  "... Ambillah anakmu...” siapa?   “... anakmu yang tunggal itu...”. Sebelumnya saya jelaskan,  kata “tunggal” itu seharusnya diterjemahkan “anakmu yang unik” atau “anakmu yang tak ada duanya seperti itu”, “anakmu yang istimewa.” Kalian berkata, “Dari mana kita tahu itu?” Karena Ishak bukanlah anak tunggal Abraham. Kalian simak, kata Ibrani יחיד [ yâchı̂yd  yaw-kheed'] yang berarti “UNIK”, artinya “TIDAK ADA DUANYA YANG SEPERTI ITU” artinya “ISTIMEWA”. Pada saat itu Abraham juga memiliki Ismail. Namun Ishak disebut anak Abraham yang unik, yang tak ada duanya seperti itu, karena dia adalah anak perjanjian. Tetapi sekarang perhatikan, dia bukan saja disebut “anak yang unik” atau “anak satu-satunya” tetapi dikatakan  “... yang engkau...”   apakan?  “... yang engkau kasihi...” Apa ini tidak terdengar familier? “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17). Selanjutnya ayat itu berkata:  “... pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai...” apa? Di sinilah mezbah kurban disebutkan,    “... sebagai korban bakaran...” Perhatikan, Abraham bukan saja harus membunuhnya, tetapi dia juga harus berbuat apa? Membakarnya! Itulah yang dilakukan pada mezbah Bait Suci. Dan dikatakan,  “... pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”


Now, what’s interesting in this story is the agony of Abraham and his son, but merely of Abraham’s last three days. I want you to notice Genesis 22:4. Abraham actually offers Isaac on the third day of his journey. It says in Genesis 22:4   “Then on the third day Abraham lifted his eyes and saw the place...”  what?   “... afar off.”
Let me ask you, how long did the agony of the Father for  His Son last when Jesus was on this earth? It lasted also what? It lasted also three days.

Nah, yang menarik dari kisah ini adalah penderitaan Abraham dan anaknya, khususnya selama tiga hari yang terakhir. Saya mau kalian perhatikan Kejadian 22:4. Abraham benar-benar mempersembahkan Ishak pada hari ketiga perjalanannya. Dikatakan di Kej. 22:4  Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu...” dari mana?   “... dari jauh.”
Saya mau tanya, berapa lamakah penderitaan Allah Bapa untuk AnakNya selama Yesus berada di dunia ini? Berlangsung berapa lama? Berlangsung selama tiga hari.


Another interesting detail is, that in this story Abraham places the wood on the shoulders of Isaac. But Abraham has the knife and the fire. Now that’s very significant. Let’s read, notice what we’ll find  there in Genesis 22:6, it says,  “So Abraham took the wood of the burnt offering and laid it on Isaac his son...”  and now Isaac his son carries the wood. Let me ask you who was it that carried the wood?  Upon whom was it placed? Jesus Christ. But Jesus was smitten by whom? Isaiah 53 says “by His Father”. And that’s why Abraham has the knife and he has the fire. So it continues saying,  “So Abraham took the wood of the burnt offering and laid it on Isaac his son and he took the fire in his hand, and a knife, and the two of them went together.”

Detail lain yang juga menarik adalah, di dalam kisah ini, Abraham yang meletakkan kayu di atas bahu Ishak. Tetapi Abraham yang memegang pisau dan penyulut apinya. Nah, ini sangat signifikan. Marilah kita baca, dan perhatikan apa yang akan ditemukan di Kej. 22:6, dikatakan  Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya...”  dan sekarang anaknya Ishak yang memikul kayu. Coba saya tanya, siapakah yang memikul kayu (salib)? Di atas siapa kayu itu diletakkan? Yesus Krisstus. Tetapi Yesus dipukul oleh siapa? Yesaya 53 berkata “oleh Allah [Bapa].” Dan itulah mengapa Abraham yang memegang pisau dan penyulut api. Dikatakan lebih lanjut,      Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.”

And now we reach the climax of the story. When Isaac is about to be sacrified, something spectacular happens. Go with me to Genesis 22 and let’s read verse 8, 13-14. This is an extremely significant passage. It says, And Abraham said, ‘My son...” Because Isaac had asked the question, you know, “We have the wood and we have the fire and we have the knife, but where is the sacrifice?”  And Abraham said, ‘My son, God will...” what?  “... God will provide for Himself the lamb for a burnt offering.’...”   Who was going to provide the lamb?  God was going to provide the lamb for Himself.  And it says,   “... So the two of them went...”  what?    “... together.”  Very significant.

Dan sekarang kita tiba di klimaks kisah tersebut. Ketika Ishak akan segera dikurbankan, sesuatu yang spektakuler terjadi. Marilah bersama saya ke Kejadian 22 dan marilah kita baca ayat 8, 13-14. Ini adalah bacaan yang sangat signifikan. Dikatakan, Sahut Abraham...”  Karena Ishak bertanya, kalian tahu, “Kita punya kayunya dan kita punya apinya dan kita punya pisaunya, tetapi di mana kurbannya?”  Sahut Abraham:   ‘Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.’...”  Siapakah yang akan menyediakan dombanya? Allah yang akan menyediakan dombanya bagi DiriNya sendiri! Dan dikatakan,  “... Demikianlah keduanya berjalan...”  bagaimana?  “... bersama-sama.”  Sangat signifikan.


Then  Abraham lifted his eyes and looked, and there behind him was a ram caught in a thicket by its horns. So Abraham went and took the ram, and offered it up for a burnt offering...”  and now notice, was this a substitutionary sacrifice?  Was this a substitute for Isaac? Absolutely! It says, “... and offered it up for a burnt offering...” how?    “... instead of his son.  And Abraham called the name of the place, The-Lord-Will-Provide; as it is said to this day, ‘In the Mount of the Lord it shall be provided.’”
Lalu Abraham mengangkat matanya dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran...”  dan sekarang, perhatikan, apakah ini merupakan kurban pengganti? Apakah ini merupakan pengganti bagi Ishak? Tentu saja! Dikatakan,   “...lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran...” yang bagaimana? “... pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN yang menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’” [NKJV yang diindonesiakan].

Now, do you know that according to the Bible, Abraham ~ at least in figure, or in a metaphorical sense ~ received Isaac from the death on the 3rd day?  You say, “Where does the Bible say that?”  Go with me to the book of Hebrews 11:17-19. Let me ask you, was Isaac as good as dead for Abraham? He most certainly was. But what happened on the third day?  On the third day, Abraham received his son back, how? Alive! Now, notice Hebrews 11:17  By faith Abraham, when he was tested, offered up Isaac, and he who had received the promises offered up his...” what? See, that word is not correctly translated, “only begotten son” it really means his “unique” or “special” or “one of a kind” son. The word μονογενής   [monogenēs]  in the Greek language doesn’t mean “only begotten”, it means the “unique” or “special” or “one of a kind” son, just as it says in Genesis 22.

Sekarang, tahukah kalian bahwa menurut Alkitab, Abraham ~ paling tidak sebagai lambang  atau secara metaforis ~ menerima Ishak kembali dari kematiannya pada hari ketiga? Kalian berkata, “Di mana Alkitab berkata demikian?” Marilah bersama saya ke kitab Ibrani 11:17-19. Coba saya tanya, apakah Ishak sudah dianggap sama dengan mati oleh Abraham? Sudah pasti. Tetapi apa yang terjadi pada hari ketiga? Pada hari ketiga, Abraham menerima anaknya kembali, dalam kondisi apa? Hidup! Sekarang, perhatikan Ibrani 11:17   Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan...”   apa? Lihat, kata itu tidak diterjemahkan dengan tepat. “anaknya yang tunggal” sebenarnya berarti “unik” atau “istimewa” atau “tidak ada duanya yang seperti itu”. Kata   μονογενής   [monogenēs]  dalam bahasa Greeka tidak berarti “anak yang tunggal”, melainkan berarti “unik” atau “istimewa” atau “tidak ada duanya yang seperti itu”, sama dengan yang dikatakan di Kejadian 22.   

And so it says,    “By faith Abraham, when he was tested, offered up Isaac, and he who had received the promises offered up his only begotten son,  of whom it was said, ‘In Isaac your seed shall be called’...”  and now notice,  “...  concluding...”  that is, Abraham concluded,  “... that God was able to...” what?  “... to raise him up, even from the dead, from which he also received him in a....”  what?   “... in a figurative sense.” Did Abraham received his son back alive on the third day? He most certainly did.

Maka dikatakan Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal [seharusnya anaknya yang unik] yang tentang dirinya telah dikatakan: Dari Ishaklah, Benihmu akan dipanggil’  Sekarang perhatikan, Kesimpulannya...” maksudnya Abraham yang menarik kesimpulan,  “...  bahwa Allah berkuasa...” untuk apa?  “... membangkitkan dia bahkan dari antara orang mati, dari mana dia juga telah menerimanya kembali...”  bagaimana?   “... secara kiasan.” Apakah Abraham menerima anaknya kembali hidup-hidup pada hari ketiga? Betul sekali.


And so we have this beautiful picture of a father and a son, the unique son, whom the father loved  and they suffered together. And the ordeal lasted 3 days.  But on the third day, the son is given back to the father, alive.  This is a beautiful image of the relationship between God the Father and His Son, Jesus Christ, and the suffering that They went through as Jesus gave His life for the sin of the world.
And so in Genesis chapter 22, we have this beautiful picture that illustrates what Jesus was going to do, when He came to this earth to die for our sins.

Maka kita mendapatkan gambaran yang indah ini, dari seorang bapak dan seorang anak, anaknya yang unik, yang dikasihi oleh bapaknya, dan mereka menderita bersama. Dan penderitaan itu berlangsung tiga hari. Tetapi pada hari ketiga, sang anak dikembalikan kepada bapaknya, hidup-hidup. Ini adalah gambaran yang indah dari hubungan antara Allah Bapa dengan AnakNya, Yesus Kristus, dan penderitaan yang Mereka lewati ketika Yesus memberikan nyawaNya bagi dosa-dosa dunia ini.
Maka di Kejadian pasal 22 kita temukan gambaran yang indah ini yang melukiskan apa yang harus dilakukan Yesus ketika Dia datang ke dunia ini untuk mati bagi dosa-dosa kita.


But there are other prophecies in the Old Testament, Exodus chapter 12 has another prophecy. This is the prophecy about the Passover lamb, the sacrifice of the Passover lamb.

Tetapi ada nubuatan-nubuatan yang lain di Perjanjian Lama. Di Keluaran pasal 12 ada nubuatan yang lain. Ini adalah nubuatan mengenai domba Passah, kurban dari domba Passah.


The Bible tells us that every male in Israel had to go to Jerusalem for the Passover, every male 12 years and older, had to go to celebrate the Passover and unleavened bread in the city of Jerusalem every year. Now, it’s interesting to notice, that the Passover gives the day, it gives the month, and it gives the hour when the Passover Lamb was supposed to be sacrificed. Let’s notice Exodus 12:5-7, speaking about the Passover Lamb, it says:

Alkitab memberitahu kita bahwa setiap laki-laki di Israel harus pergi ke Yerusalem untuk upacara Passah, setiap laki-laki berusia 12 tahun ke atas, harus merayakan Hari Passah dan Roti Tak Beragi di kota Yerusalem setiap tahun. Nah, ini menarik untuk disimak, bahwa upacara Passah ini memberikan hari, bulan, dan jamnya ketika domba Passah itu seharusnya dikurbankan. Marilah perhatikan Keluaran 12:5-7, yang berbicara mengenai domba Passah. Dikatakan:


“Your lamb shall be...” what? There is something  very interesting,    “...without blemish, a male of the first year. You may take it from the sheep or from the goats. Now you shall keep it until...” what?  “the fourteenth day of the same month.” Now, if you look  at its context, it is the month of Nissan, the first month of the Hebrew religious year. So you are supposed to sacrifice on the 14th day of the same month, that is the month of  Nissan. But it not only gives us the day and the month, it also gives us the hour.  Because it continues saying,  “Then the whole assembly of the congregation of Israel shall kill it at twilight...”  I’ll come back to that in a minute. “...  And they shall take some of the blood and put it on the two doorposts and on the lintel of the houses where they eat it.”   

“Anak dombamu itu harus...”   apa? Ada hal yang sangat menarik,  “... jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai...” kapan?   “... hari yang keempat belas bulan ini....”  Sekarang jika kita melihat konteksnya, ini adalah bulan Nissan, bulan yang petama dari tahun (kalender) agama Ibrani. Jadi kurban itu harus dipersembahkan pada hari ke-14 bulan yang sama, yaitu bulan Nissan. Tetapi ini tidak hanya memberi kita hari dan bulannya, ini juga memberi kita jamnya. Karena, selanjutnya dikatakan,     “... lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja...” Saya akan segera kembali ke ke poin ini.   “... Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.”


It was supposed to be sacrificed at what hour? “at twilight”. You say, “What’s that ‘twilight’?”  Literally in Hebrews it says “between the two evenings”. That’s what it literally says, “between the two evenings”.  You say, “What two evenings is this talking about?  Is there such a thing as two evenings?”  Absolutely. You see, among the Jews, the first evening is when the sun reaches is zenith or its climax and it begins its descent. That’s the first. It starts the afternoon hour, or the evening hours, if you please. The second evening is when the sun sets. And so what were between the two evenings be? It would be exactly the middle between when the sun begins its decent at noon and when the sun actually sets. What time would that be? 3 o’clock in the afternoon.

Jadi kurban itu seharusnya dipersembahkan kapan? Terjemahan ABI menulis “senja” namun ini tidak jelas pukul berapa. “’Twilight’ itu apa?” Kalian bertanya. Secara harafiah dalam bahasa Ibraninya dikatakan “DI ANTARA DUA PETANG”, itulah kata-katanya secara harafiah, “di antara dua petang”. Kalian bertanya, “Dua petang yang mana? Apa ada waktu dua petang?” Tentu ada. Kalian lihat, pada bangsa Yahudi, petang yang pertama terjadi ketika matahari mencapai puncaknya atau klimaksnya dan mulai menurun. Itu disebut petang yang pertama. Saat itulah dimulai perhitungan jam-jam “setelah tengah hari” atau “jam-jam sore.”  Petang yang kedua adalah ketika matahari terbenam. Maka waktu “di antara dua petang” itu apa? Waktu itu adalah tepat di tengah-tengah antara saat matahari mulai menurun selewat tengah hari dan ketika matahari terbenam. Pukul berapa saat itu? PUKUL 3 SORE [jam kita sekarang].


 Do you know what time Jesus died? The Bible says that at the 9th hour Jesus cried out, “It is finished, into Your hands I command My spirit”,  and He breathed His last.
And you say, “The 9th hour, is that 3 o’clock?”  Yes. Because among the Hebrews the 1st hour was 6 am, the 3rd hour was 9 am, the 6th hour was noon, the 9th hour was 3 o’clock, and the 12th hour was when the sun set. That’s why Jesus said, “Doesn’t the day have 12 hours?” Are you with me? So the 9th hour is 3 o’clock. Jesus not only died on the 14th day of Nissan, but He died exactly at 3 o’clock in the afternoon, just like the Passover prophecy indicated.

Tahukah kalian pukul berapa Yesus mati? Alkitab berkata, pada jam yang ke-9 Yesus berseru, “Sudah selesai.” [Yoh 19:30] “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." [Luk 23:46] dan Dia mengembuskan nafasNya yang terakhir.
Dan kalian berkata, “Jam yang ke-9, apakah itu pukul 3?” Ya. Karena pada orang Yahudi, jam yang pertama adalah pukul 6 pagi, jam ketiga adalah pukul 9 pagi, jam keenam adalah tengah hari, jam kesembilan adalah pukul 3 petang, dan jam kedua belas adalah ketika matahari terbenam. Itulah sebabnya Yesus pernah berkata, "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari?” [Yoh 11:9]. Kalian bisa mengikuti saya, kan?  Jadi pada jam kesembilan adalah pukul 3 sore. Yesus bukan saja mati pada hari ke-14 bulan Nissan, tetapi Dia mati tepat pukul tiga sore, persis seperti yang dinyatakan oleh nubuatan Passah.


By the way, the New Testament makes it very, very clear that Jesus fulfilled the Passover Himself.  Notice 1 Corinthians 5:7 tells us that Passover was fulfilled in Jesus Christ. It says there, the apostle Paul writing, “Therefore purge out the old leaven, that you may be a new lump, since you truly are unleavened. For indeed Christ, our Passover, was...” what?   “... was sacrificed for us.”  Who is our Passover?  Jesus Christ. Did Jesus die the very day of Passover? Yes. Did He die the very month of the Passover? Yes. Did He die at the precise hour in which the Passover Lamb was sacrificed? Absolutely. You know, some people are amazed at the prophecies of Nostradamus but really if you look at it, it’s just a bunch of speculations, a bunch of words where you have to add an interpretation, and  you will have to use your imagination. Here you don’t have to use your imagination. It gives you exactly the day, the hour and the month when Jesus Christ was  going to die and He died exactly at that time. And this was written 1500 years before Jesus was born.  An amazing prophecy.

Sebetulnya Perjanjian Baru itu sangat, sangat jelas menyatakan bahwa Yesus sendiri yang  menggenapi nubuatan Passah itu. Perhatikan 1 Korintus 5:7, memberitahu kita bahwa Passah itu digenapi di dalam Yesus Kristus. Dikatakan di sana, rasul Paulus yang menulis,  Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu benar-benar telah dibersihkan dari ragi. Karena sesungguhnya Kristus, Anak Domba Paskah kita telah di...” apakan?   “... dikurbankan untuk kita. [NKJV yang diindonesiakan].  Siapa domba Passah kita? Yesus Kristus. Apakah Yesus mati tepat pada hari Passah? Ya. Apakah Dia mati tepat pada bulan Passah? Ya. Apakah Dia mati tepat pada jam di mana domba Passah itu harus dikurbankan? Betul sekali. Kalian tahu, ada orang yang kagum dengan ramalan Nostradamus, tetapi sesungguhnya jika kalian perhatikan, semua itu hanyalah kumpulan spekulasi, sekumpulan kata-kata di mana kalian harus menambahkan interpretasi, dan kalian harus memakai imajinasi kalian. Di sini, kalian tidak perlu memakai imajinasi. Di sini sudah diberikan hari, jam, dan bulan yang tepat kapan Yesus Kristus harus mati, dan Dia mati tepat pada waktu tersebut. Dan ini sudah ditulis 1500 tahun sebelum kelahiran Yesus. Nubuatan yang mengagumkan.


Now, there’s another prophecy that gives us the year of the death of Jesus Christ. See, the Passover gives us the hour, the date, and the month. But there is another prophecy that gives us the year when Jesus was going to die. It’s called “The prophecy of the 70 weeks” and we are going to have two whole lectures on “The Prophecy of the 70 weeks”. One lecture isn’t enough to cover this prophecy, there is so much material so we are going to dedicate two whole sessions to talk about “The Prophecy of the 70 weeks”. However, I want to dedicate just a few moments to read from Daniel 9:26-27 where this prophecy gives us the exact year in which Jesus was going to be sacrificed as the Lamb. It says in verse 26:  And after the sixty-two weeks...”  when it says “after the 62 weeks” that’s 7 and 62, that’s 69 weeks.  “... Messiah shall be...” what?  “... shall be cut off, but not for Himself...”  why was Messiah going to be cut off for Himself? No, He was going to be cut off for others. And then notice verse 27: “Then he shall confirm a covenant with many for one week...” this is week nr. 70 of the 70 weeks. It says,   “Then he shall confirm a covenant with many for one week but in the...”  what?   “... in the middle of the week He shall bring an end to...”  what?  “... to sacrifice and offering...”  And when we study this prophecy we are going to notice something amazing. 

Nah, ada nubuatan lain yang memberikan tahun kematian Yesus Kristus. Lihat, upacara Passah memberi kita jam, tanggal, dan bulannya. Tetapi ada sebuah nubuatan lain yang memberi kita tahunnya kapan Yesus akan mati. Nubuatan itu dikenal sebagai “Nubuatan 70 minggu” dan kita akan mengadakan dua ceramah tentang “Nubuatan 70 minggu” ini. Satu kali ceramah saja tidak cukup waktu untuk meliput seluruh nubuatan itu,  bahannya begitu banyak, maka kita akan menyediakan dua sesi ceramah untuk membicarakan “Nubuatan 70 Minggu” ini. Namun demikian, sekarang saya mau mengambil sedikit waktu untuk membaca dari Daniel 9:26-27 di mana nubuatan itu memberikan tahun yang tepat kapan Yesus akan dikurbankan sebagai Sang Domba. Dikatakan di ayat 26 itu:  Sesudah keenam puluh dua minggu...”  yang betul adalah “sesudah ke-62 kali tujuh masa sebenarnya adalah 7 dan 62, berarti 69 minggu,    “... itu akan dipotong seorang yang telah diurapi, bukan karena diriNya sendiri,...”  Apakah “Yang diurapi” = Mesias ini akan dipotong karena salahnya sendiri? Tidak.  Dia akan dipotong karena orang-orang lain.  Sekarang perhatikan ayat 27:    “... Pangeran itu akan membuat suatu perjanjian yang kuat dengan banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada... “  apa?  “... pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan...”  apa?   “... korban sembelihan dan korban persembahan.” [NKJV yang diindonesiakan] Dan pada waktu kita mempelajari nubuatan ini, kita akan menemukan hal yang mengagumkan.


Jesus began His ministry in the year 27 AD. That was when He was baptized. Three and a half years later, in the middle of the last week, Jesus Christ died on the cross. And then three and a half years later probation closed for the Hebrew theocracy. In other words, Jesus died exactly in the year 31 at springtime during the Passover. This prophecy pointed to the exact year in which Jesus was going to die on the cross. An amazing prophecy for sure.

Yesus memulai pelayananNya pada tahun 27 AD, yaitu pada saat Dia dibaptis. 3 ½ tahun kemudian, pada tengah-tengah minggu yang terakhir, Yesus Kristus mati di salib. Lalu 3½ tahun lagi masa percobaan bagi teokrasi Yahudi berakhir. Dengan kata lain Yesus mati tepat di tahun 31, di musim semi pada hari Passah. Nubuatan ini menunjuk ke tahun yang tepat ketika Yesus harus mati di salib. Sudah pasti suatu nubuatan yang mengagumkan.

And by the way, did you notice that it says here that He would cause the sacrifice and the offerings to cease? Now, I want to read you a very interesting statement from that classic biography of Christ, The Desire of Ages , did you know that that was literally fulfilled, that Jesus made the sacrifice and the oblation or the offering to cease? Let me just read you a short description given in The Desire of Ages about the moment when Jesus died. Here Ellen White states: “All is terror and confusion...”  because there’s been this gigantic earthquake, and the veil of the Temple has been ripped from top to bottom. She continued saying,  “... the priest is about to slay the victim, but the knife drops from his nerveless hand and the lamb escapes.”   Did He caused the sacrifice and oblation to cease?  Yes, He did! There was no sacrifice that day. So she says,  “...but the knife drops from his nerveless hand and the lamb escapes.” And then she sees the relationship between type and antitype, between what we find prophesied and the fulfillment of the prophecy, when she says,  “...type has met antitype in the death of God’s Son, the great sacrifice has been made.”

Omong-omong, apakah kalian melihat ada dikatakan di sini bahwa Yesus akan menyebabkan kurban dan persembahan dihentikan? Sekarang, saya mau membacakan suatu pernyataan yang sangat menarik dari biografi Kristus yang klasik, yaitu buku The Desire of Ages (Kerinduan Segala Zaman). Tahukah kalian bahwa hal tersebut benar-benar telah digenapi, bahwa Yesus menyebabkan kurban dan persembahan berhenti? Izinkan saya membacakan suatu pernyataan singkat yang terdapat di buku The Desire of Ages tentang saat kematian Yesus. Di sini Ellen White menyatakan: “Semua ketakutan dan penuh kebingungan...”  karena telah terjadi gempa bumi hebat, dan tabir Bait Suci robek dari atas hingga bawah. Ellen White melanjutkan, “... imam akan menyembelih domba kurban, tetapi pisau terjatuh dari tangannya yang lemas dan domba itu melarikan diri.”   Lalu Ellen White melihat kaitan antara tipe dan antitipe, antara apa yang kita temukan dalam nubuatan dan penggenapan dari nubuatan itu, dia berkata, “.... tipe [lambang] bertemu dengan antitipe [yang sesungguhnya]  dalam kematian Anak Allah, kurban yang agung telah dilakukan.”


So, Jesus, literally in the year 31 AD, 3 o’clock in the afternoon, on the 14th day of Nissan, fulfilled the prophecy concerning the Passover Lamb, which is represented once again by the Altar of Sacrifice.

Maka, secara harafiah pada tahun 31 AD, pukul 3 sore, pada hari ke-14 bulan Nissan, Yesus benar-benar telah menggenapi nubuatan mengenai domba Passah, yang sekali lagi disimbolkan oleh Mezbah Kurban.


But there are other prophecies. We have for example the morning and evening sacrifices in the Sanctuary the morning and evening sacrifice was offered and placed upon the Altar of Sacrifice. Let me just read that to you. Exodus 29:38-39, it says here:      “Now this is what you shall offer on the altar...”  that is this altar,   “... two lambs of the first year, day by day continually.  One lamb you shall offer in the morning, and the other lamb you shall offer at twilight.” That is between the two evenings, 3 o’clock in the afternoon. In other words, the sacrifice of the lamb morning and evening pointed forward to the death of Jesus Christ on the cross.

Tetapi masih ada nubuatan-nubuatan yang lain. Kita dapati kurban pagi dan petang yang diadakan di Bait Suci. Kurban pagi dan petang ini dipersembahkan dan diletakkan di atas Mezbah Kurban. Izinkan saya membacakan itu untuk kalian. Keluaran 29:38-39, dikatakan di sini: Inilah yang harus kaupersembahkan di atas mezbah itu...”  yaitu mezbah kurban itu,  “... dua anak domba berumur setahun, setiap hari secara terus menerus. Domba yang satu haruslah kaupersembahkan pada waktu pagi dan domba yang lain kaupersembahkan pada waktu senja.” Seharusnya “di antara dua petang” yaitu pukul 3 sore. [NKJV yang diindonesiakan].  Dengan kata lain, kurban domba pagi dan petang menunjuk kepada kematian Yesus Kristus di atas salib.

But there are other prophecies. Notice Isaiah 53:4-6, it’s speaking here about the Messiah, over 700 years before Jesus is born, and it says, “Surely He has borne our griefs and carried our sorrows; yet we esteemed Him stricken, smitten by God, and afflicted.  But He was wounded...” listen carefully. Remember the prophecy  that says it was not for Himself in the Prophecy of the 70 weeks He will be cut off but not for Himself?  Notice what it says here:  “... But He was wounded for our transgressions, He was bruised for our iniquities; the chastisement for our peace was upon Him, and by His stripes we are healed.  All we like sheep have gone astray; we have turned, every one, to his own way; and the Lord has laid on Him the iniquity of us all.” Now, is this prophecy referring to Jesus Christ? It most certainly is. The New Testament applies it to Jesus Christ.

Tetapi masih ada nubuatan yang lain. Perhatikan Yesaya 53:4-6, yang berbicara mengenai Mesias, ditulis 700 tahun sebelum kelahiran Yesus, dan itu berkata, Tetapi sesungguhnya, duka kitalah yang ditanggungNya, dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, namun kita mengira Dia kena tulah, dipukul oleh Allah dan tersiksa. Tetapi Dia terluka...”  dengarkan baik-baik. Ingat nubuatan 70 minggu yang berkata bahwa Dia tidak disingkirkan karena kesalahanNya sendiri? Perhatikan di sini dikatakan,    “...dia terluka oleh karena pelanggaran-pelanggaran kita, Dia dipukuli hingga memar karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman demi pendamaian kita ditanggung olehNya, dan oleh bilur-bilurNya kita disembuhkan. Kita sekalian seperti domba yang tersesat, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, dan TUHAN telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita semua.” [NKJV yang diindonesiakan]. Sekarang, apakah nubuatan ini mengacu kepada Yesus Kristus? Tentu saja. Kitab Perjanjian Baru mengaplikasikannya kepada Yesus Kristus.


Go with me to Acts 8 and we will read verses 32-36. This is the story of the Ethiopian eunuch that was met by Philip. And the eunuch was studying Isaiah 53 and he can’t make any sense out of it and he says, “Who is this prophecy talking about?” Let’s pick up this story in verse 32    The place in the Scripture which he read was this: “He was led as a sheep to the slaughter; and as a lamb before its shearer is silent, so He opened not His mouth.  In His humiliation His justice was taken away, and who will declare His generation? For His life is taken from the earth.”   Is he quoting Isaiah chapter 53? Absolutely. Now, notice   So the eunuch answered Philip and said, ‘I ask you, of whom does the prophet say this, of himself or of some other man?’ Then Philip opened his mouth, and beginning at this Scripture...” he what? He   “... preached Jesus to him.”  Who is the center of the prophecy of Isaiah 53?  Jesus Christ.

Marilah ke Kisah Rasul pasal 8 dan kita akan membaca ayat 32-36. Ini adalah kisah sida-sida orang Etiopia yang bertemu dengan Filipus. Dan sida-sida itu sedang mempelajari Yesaya pasal 53, dan dia tidak bisa mengerti, dan dia berkata, “Nubuatan ini berbicara mengenai siapa?” Marilah kita teruskan ceritanya dari ayat 32.  Nas Kitab Suci yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: ‘Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam keterhinaan-Nya keadilan pun dirampas dariNya; dan siapakah yang akan menyatakan keturunanNya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.’”  Apakah sida-sida itu mengutip Yesaya pasal 53? Betul sekali. Sekarang, perhatikan:   “... Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi ini berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’ Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia...”  dia berbuat apa? Dia  “... memberitakan Yesus kepadanya.” [NKJV yang diindonesiakan]. Siapakah tokoh utama nubuatan Yesaya 53? Yesus Kristus.


Notice 1 Peter 2:23-24 where Isaiah 53 is referred to again and applied to Jesus Christ. 1 Peter 2:23-24, speaking about Jesus it says,  “who, when He was reviled, did not revile in return; when He suffered, He did not threaten, but committed Himself to Him who judges righteously;  who Himself...” that is Jesus,  “... bore our sins in His own body on the tree, that we, having died to sins, might live for righteousness...” and then comes the quotation from Isaiah 53   “... by whose stripes you were healed.”

Perhatikan 1 Petrus 2:23-24 di mana Yesaya 53 disinggung lagi dan diaplikasikan kepada Yesus Kristus. 1 Pet 2:23-24, berbicara mengenai Yesus, dikatakan: Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan Dirinya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri...”  yaitu Yesus,   “... telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, boleh hidup untuk kebenaran...”  Lalu muncullah kutipan dari Yesaya 53,  “... Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah disembuhkan. [NKJV  yang diindonesiakan].


Did Peter understand that the prophecy of Isaiah 53 of this Messiah being taken as a lamb to the slaughter? Did he understand that this applies to be Jesus Christ? He most certainly did. Once again all of this points to the Altar of Sacrifice.  All of these prophecies have shown me that Jesus was going to come and Jesus was going to die for our sins.

Apakah Petrus mengerti bahwa nubuatan Yesaya 53 itu berbicara mengenai Mesias yang dibawa sebagai domba ke tempat penyembelihan? Apakah dia mengerti bahwa ini diaplikasikan kepada Yesus Kristus? Tentu saja. Sekali lagi semua ini mengacu kepada Mezbah Kurban. Semua nubuatan itu telah menunjukkan kepada saya bahwa Yesus akan datang, dan Yesus akan mati untuk dosa-dosa kita.


Notice another interesting prophecy that we find in the Old Testament that was fulfilled in Jesus. Numbers 15:2-3, here it says,  “Speak to the children of Israel, and say to them: ‘When you have come into the land you are to inhabit, which I am giving to you,  and you make an offering by fire to the Lord, a burnt offering or a sacrifice...” remember those words,  “...a burnt offering or a sacrifice to fulfill a vow or as a freewill offering or in your appointed feasts, to make a...” what?   “... a sweet aroma to the Lord, from the herd or the flock.” So in other words the sacrifice was what before God? A sweet aroma.

Perhatikan suatu nubuatan lain yang juga menarik yang kita temukan di Perjanjian Lama, yang digenapi oleh Yesus. Bilangan 15:2-3, di sini dikatakan, Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: ‘Apabila kamu masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu menjadi tempat kediamanmu. dan kamu hendak mempersembahkan korban api-apian bagi TUHAN’...”  ingatlah kata-kata ini,  “... ‘korban api-apian bagi TUHAN  untuk membayar suatu nazar khusus, atau sebagai persembahan sukarela atau pada waktu perayaan-perayaanmu, untuk mempersembahkan’...”  apa?   “... ‘bau yang menyenangkan bagi TUHAN dari lembu atau pun kawanan domba.’” [NKJV yang diindonesiakan]. Jadi, dengan kata lain, kurban itu adalah apa bagi Tuhan? Suatu bau yang menyenangkan.


Now, let’s go to Ephesians 5:2 to find out who this applies to. Ephesians 5:2, here the apostle Paul is going to apply this idea that the sacrifices and offerings were sweet aromas is going to apply to Jesus Christ. It says there in Ephesians 5:2   And walk in love, as Christ also has loved us and given Himself for us, an...” what? Remember the words,  “... an offering and a sacrifice to God for a sweet-smelling aroma.” To whom does this prophecy  in Numbers points to? It points to Jesus Christ.

Sekarang marilah ke Efesus 5:2 untuk mencaritahu kepada siapa ini diaplikasikan. Efesus 5:2, di sini rasul Paulus akan mengaplikasikan ide bahwa kurban dan persembahan, bau yang menyenangkan itu kepada Yesus Kristus. Dikatakan di Efesus 5:2  dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kita dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai...”  apa? Ingat kata-katanya,   “... persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” [NKJV yang diindonesiakan]. Nubuatan di kitab Bilangan ini mengacu kepada siapa? Kepada Yesus Kristus.


Let me mention just two other prophecies. Leviticus 22:20-22. It’s speaking about choosing a lamb for the sacrifice. The bible tells us that the lamb had to be unblemished. In other words, the lamb was examined very carefully to make sure that the lamb physically did not have any defect. Now, you need to understand that a lamb is an animal, all you can do is examine it physically to see that it did not have a defect, but that represented the fact that Jesus had no moral defect. You see the type is always more imperfect than the antitype. In other words the shadow is never as clear as the reality  to what the shadow points. So in the Old Testament you could only determine that the lamb had no physical blemish or defect, but that represented the fact that Jesus had no moral defect in His character.

Saya ingin menyebut dua nubuatan lagi. Imamat 22:20-22. Berbicara mengenai pemilihan domba kurban. Alkitab memberitahu kita bahwa domba itu haruslah tidak bercacat. Dengan kata lain, domba itu harus diperiksa dengan sangat teliti untuk memastikan bahwa secara fisik domba itu tidak ada cacatnya. Sekarang, kalian harus mengerti bahwa domba itu seekor hewan, jadi apa yang bisa dilakukan adalah memeriksanya secara fisik untuk melihat apakah dia punya cacat, tetapi hal ini melambangkan fakta bahwa Yesus tidak memiliki cacat moral. Kalian mengerti, bahwa tipe [lambang] selalu kalah sempurna daripada antitipe [yang dilambangkan]-nya. Dengan kata lain, bayangan selalu kalah jelas dibandingkan realita yang dilambangkan oleh bayangan tersebut. Jadi di dalam Perjanjian Lama, orang hanya bisa memastikan domba itu tidak memiliki cacat fisik, tetapi hal itu melambangkan bahwa Yesus tidak memiliki cacat moral dalam karakterNya.


Notice what we’ll find here in Leviticus 22:20-22  Whatever has a defect, you shall not offer, for it shall not be acceptable on your behalf.  And whoever offers a sacrifice of a peace offering to the Lord, to fulfill his vow, or a freewill offering from the cattle or the sheep, it must be perfect to be accepted; there shall be no defect in it.  Those that are blind or broken or maimed, or have an ulcer or eczema or scabs, you shall not offer to the Lord, nor make an offering by fire of them on the altar to the Lord.”  In other words, the lambs had to be without blemish and without defect.

Perhatikan, apa yang akan kita temukan di Imamat 22:20-22.Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena persembahan atas namamu itu tidak akan diterima. Dan siapa pun yang mempersembahkan kepada TUHAN korban perdamaian sebagai pembayar nazar khusus kepada Tuhan untuk memenuhi nazarnya, atau sebagai korban sukarela dari lembu atau kambing domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, agar diterima. Tubuhnya tidak boleh ada cacatnya. Binatang yang buta atau yang patah tulang, atau pincang,  atau yang  punya borok, yang sakit eksim atau yang berkurap, janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN, atau kamu jadikan sebagai korban api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah.”  Dengan kata lain, domba-domba itu harus tanpa cela dan tanpa cacat.


Now, what about the priest? Did the priest also had to be without defect? Absolutely! Go with me to Leviticus 21:17-21. Once again, the priests in the Old Testament they could only determine that they had no physical blemish, but that represented the fact  that Jesus Christ had no physical or moral defects. In other words the shadow is not as perfect as the reality to which the shadow points.  Leviticus 21:17-21   Speak to Aaron, saying: ‘No man of your descendants in succeeding generations, who has any defect, may approach to offer the bread of his God.  For any man who has a defect shall not approach: a man blind or lame, who has a marred face or any limb too long,  a man who has a broken foot or broken hand,  or is a hunchback or a dwarf, or a man who has a defect in his eye, or eczema or scab, or is a eunuch.  No man of the descendants of Aaron the priest, who has a defect, shall come near to offer the offerings made by fire to the Lord. He has a defect; he shall not come near to offer the bread of his God.” 

Sekarang, bagaimana dengan imamnya? Apakah si imam juga harus tanpa cacat? Tentu saja! Mari bersama saya ke Imamat 21:17-21. Sekali lagi, imam-imam di Perjanjian Lama hanya bisa menentukan bahwa mereka tidak memiliki cacat fisik, tetapi hal ini melambangkan fakta bahwa Yesus Kristus tidak memiliki cacat fisik maupun moral. Dengan kata lain, bayangannya tidak sesempurna kenyataan yang dilambangkan oleh bayangan itu. Imamat 21:17-21: Katakanlah kepada Harun, begini: ‘Tak seorang pun dari antara keturunanmu turun-temurun yang bercacat badannya, boleh datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya,   karena setiap orang yang bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang timpang, orang yang bercacat mukanya, orang yang salah satu kakinya lebih panjang,  orang yang patah kakinya atau tangannya,  orang yang bungkuk atau yang kerdil badannya atau yang cacat matanya, orang yang sakit eksim atau berkurap atau yang impoten. Tidak seorang pun dari keturunan imam Harun, yang bercacat badannya, boleh datang untuk mempersembahkan segala korban api-apian TUHAN; dia yang punya cacat, tidak boleh datang dekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya.’” [NKJV yang diindonesiakan].


Let me ask you, what did the lamb represent?  The lamb represented the Unblemished Lamb that was sacrificed and placed on the altar represented Jesus Christ.
What did the priest represent?  The priest also represented whom? The priest also represented Jesus Christ.
You say “How could the priest and the lamb both represent Jesus Christ?”  It’s very simple, you see, the bible says that Jesus Christ offered Himself. In the Old Testament system you needed a priest to offer the lamb. Well, Jesus is the priest and the lamb, because Jesus offers Himself and He’s undefiled. Notice Hebrews 7:26-27 on this point. Hebrews 7:26-27 it says here:    For such a High Priest was fitting for us, who is...”  what?   “... holy, harmless, undefiled, separate from sinners, and has become higher than the heavens...”  and now notice,  “... who does not need daily, as those high priests, to offer up sacrifices, first for His own sins and then for the people’s, for this He did once for all when He....”  what?  “... when he offered up Himself.”  What kind of priest was Jesus Christ? He was an unblemished what? Priest! And He officiated His own sacrifice.

Coba saya tanya, apakah yang dilambangkan oleh domba itu? Domba melambangkan Domba yang tak bercela yang dikurbankan dan ditempatkan di atas mezbah, yaitu Yesus Kristus.
Apa yang dilambangkan imam? Imam juga melambangkan siapa? Imam juga melambangkan Yesus Kristus.
Kalian berkata, “Mana bisa imam dan domba sama-sama melambangkan Yesus Kristus?” Jawabannya sangat sederhana. Kalian lihat, Alkitab berkata bahwa Yesus Kristus mempersembahkan DiriNya. Dalam sistem kurban Perjanjian Lama, dibutuhkan seorang imam yang mempersembahkan domba kurban. Nah, Yesus adalah si imam dan si domba, karena Yesus mempersembahkan diriNya, dan Dia tidak bercela. Perhatikan Ibrani 7:26-27 mengenai hal ini. Ibrani 7:26-27, dikatakan di sini:  Sebab Imam Besar yang demikianlah yang cocok untuk kita: yaitu yang...”   bagaimana?  “... saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga...”  sekarang perhatikan,  “... yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk semua manusia, ketika Ia....” apa?    “... ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.” [NKJV yang diindonesiakan]. Imam macam apakah Yesus Kristus? Dia adalah imam yang tanpa cacat! Dan Dia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai kurban.


Was He also a perfect lamb? Yes, He was. Go with me to 1 Peter 1:18-20. Listen, these prophecies are much more precise than what Nostradamus  could have ever given. You know, I’ve been reading a book that is very interesting on the Quatrain of Nostradamus and you have to use a wild imagination to figure out  what he is trying to say, but with the bible you don’t have to do that. The bible is exact and precise, it tells you when, where and how, and who. Notice 1 Peter 1:18-20, Jesus is also the perfect lamb:  “... knowing that you were not redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your aimless conduct received by tradition from your fathers,  but...”  you were redeemed   “... with the precious blood of Christ...”   now notice this,  “... as of a...” what?   “... as of a lamb without blemish and without...” what?   “... spot. He indeed was foreordained before the foundation of the world, but was manifest in these last times for you.”

Apakah Dia juga Domba yang sempurna? Dia Domba yang sempurna. Marilah bersama saya ke 1 Petrus 1:18-20. Dengarkan, nubuatan-nubuatan ini jauh lebih tepat daripada apa yang bisa disajikan Nostradamus. Kalian tahu, saya membaca sebuah buku yang sangat menarik mengenai Quatrain [sajak 4 baris] Nostradamus, dan kalian harus memakai daya imajinasi yang liar untuk mengerti apa yang ingin dikatakan olehnya. Tetapi dengan Alkitab, kalian tidak perlu demikian. Alkitab itu tepat dan mendetail, dia memberitahu kita kapan, di mana, bagaimana, dan siapa. Perhatikan 1 Petrus 1:18-20, Yesus juga adalah domba yang sempurna.Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi nenek moyangmu, tetapi…”  kamu telah ditebus,    “... dengan darah Kristus yang mahal, …” sekarang perhatikan ini, “seperti…”  apa?  “… seperti seekor domba yang tidak bercela dan tidak….”  apa?  “… tidak bercacat. Sesungguhnya Dia sudah ditentukan sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan pada akhir masa ini untuk kamu.” [NKJV yang diindonesiakan].


Was Jesus the unblemished priest? Yes! Was Jesus the unblemished lamb? Yes!  Jesus officiated His own sacrifice, and you know what’s interesting?  Not only was Jesus the perfect priest, that offered Himself the perfect sacrifice, but when He resurrected, He took His own blood as the priest into the Holy Place of the Sanctuary.

Apakah Yesus itu imam yang tak bercacat-cela? Ya! Apakah Yesus itu domba yang tak bercela? Ya! Yesus mempersembahkan DiriNya sendiri sebagai kurban yang sempurna, dan tahukah kalian apa yang menarik di sini? Bukan saja Yesus itu seorang imam yang sempurna yang mempersembahkan DiriNya sebagai kurban yang sempurna, tetapi ketika Dia bangkit, Dia membawa darahNya sendiri, sebagai imam, masuk ke Bilik Suci dari Bait Suci.


Now, that’s interesting. All of these pointed to whom? To Jesus! Notice Hebrews 4:15.  On the perfect nature of Jesus Christ, the fact that He had no moral defect. It says:  For we do not have a High Priest who cannot sympathize with our weaknesses, but was in all points tempted as we are, yet...” what?   “... yet without sin.”.
Notice 2 Corinthians 5:21 the bible is clear on this point. 2 Cor 5:21, it says,  “For He...” that is God the Father,  “... made Him...” that is Jesus,  “... who knew no sin to be...” what?  “... to be sin for us, that we might become the righteousness of God in Him.” He who knew no sin, was made sin for us so that we might be found what? So that we might be found righteous.

Nah, itu menarik. Semuanya ini menunjuk kepada siapa? Ke Yesus! Perhatikan Ibarani 4:15. Mengenai kesempurnaan sifat Yesus Kristus, bahwa Dia tidak memiliki cacat moral. Dikatakan:  Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam segala hal dicobai sebagaimana kita dicoba, namun..”  bagaimana?   “... namun tidak berbuat dosa.” [NKJV yang diindonesiakan]
Perhatikan 2 Korintus 5:21. Alkitab sangat jelas tentang poin ini. 2 Korintus 5:21 berkata,  “Dia...”  maksudnya Yesus,  “... yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya...” ini Allah Bapa,  “...menjadi...”  apa?   “... dosa karena kita, supaya kita boleh menjadi kebenaran Tuhan dalam Dia.” [NKJV yang diindonesiakan] Dia yang tidak mengenal dosa, dibuat menjadi dosa karena kita, supaya kita bisa didapati bagaimana? Supaya kita boleh dianggap benar.


One more text, notice Galatians 3:13, it says here “Christ has redeemed us from the curse of the law...” and how did He do it?   “... having become a curse for us (for it is written, ‘Cursed is everyone who hangs on a tree.’”

Satu lagi teks, perhatikan Galatia 3:13, dikatakan di sini,Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat...” dan dengan cara apa Dia melakukannya?   “...dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”


These are only some of the prophecies of the Old Testament that pointed to the work of Jesus in the Court. Jesus  coming to die for our sins after living in the Camp as a perfect lamb. You see, Jesus lives in the Camp as the perfect lamb and then He goes to the altar and dies as the perfect lamb, and He officiates His own sacrifice.

Ini hanya beberapa dari nubuatan di Perjanjian Lama yang menunjuk kepada pekerjaan Yesus di Pelataran. Yesus datang untuk mati bagi dosa kita setelah hidup di Perkemahan sebagai domba yang sempurna. Kalian lihat, Yesus hidup di Perkemahan sebagai domba yang sempurna, lalu Dia pergi ke Mezbah dan mati sebagai domba yang sempurna, dan Dia Sendiri yang mempersembahkan pengurbanan Dirinya.


Now, I need to make one point very, very clear, and that is, that what Jesus did in the Camp and in the Court, He did for every single person who has ever lived in planet earth. Not only for the saints. His life and His death was for every single person who has ever drawn breath on planet earth. In other words, the work of Jesus in the Camp and in the Court, is a corporate work that includes the whole human race. Let’s read some verses about that.

Sekarang, saya harus menekankan satu poin supaya benar-benar jelas, dan itu adalah, bahwa apa yang dilakukan Yesus di Perkemahan dan di Pelataran, Dia melakukannya buat setiap manusia yang pernah hidup di planet bumi. Bukan hanya untuk orang-orang suci. HIDUPNYA DAN KEMATIANNYA ADALAH UNTUK SETIAP MANUSIA YANG PERNAH MENGIRUP NAPAS DI PLANET BUMI. Dengan kata lain, pekerjaan Yesus di Perkemahan dan di Pelataran, adalah pekerjaan gabungan yang melibatkan seluruh bangsa manusia. Marilah kita baca beberapa ayat mengenai hal ini.


Hebrews 2:9. And I know what are you thinking. So you say,  “Everybody is going to be saved, right, Pastor?”  No! You see, that’s why we need to understand our next couple of lectures on the work of Jesus Christ in the Holy Place of the Sanctuary. Now,  notice Hebrews 2:9  But we see Jesus, who was made a little lower than the angels, for the suffering of death crowned with glory and honor, that He, by the grace of God, might taste death for the saints...” No! It says   “... might taste death for everyone.” For how many people did Jesus die? For everyone!

Ibrani 2:9, dan saya tahu apa yang kalian pikirkan. Kalian berkata, “Berarti setiap orang akan selamat, bukan, Pastor?” Tidak! Kalian lihat, itulah sebabnya kita harus memahami dua pelajaran kita berikutnya mengenai pekerjaan Yesus di Bilik Suci dalam Bait Suci. Sekarang, perhatikan Ibrani 2:9  Tetapi Yesus, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk menjalani penderitaan kematian, kita lihat sekarang dimahkotai kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia bisa mengalami kematian bagi semua orang suci....” Tidak! Dikatakan,    “ .... Ia mengalami kematian bagi SEMUA MANUSIA.[NKJV yang diindonesiakan]. Yesus mati untuk berapa orang? Untuk semua orang!


Notice 1 Timothy 2:5-6, the same idea comes through  “For there is one God and one Mediator between God and men, the Man Christ Jesus, who gave Himself a ransom for some....”  Ah, no, it doesn’t say “some”,  “... who gave Himself a ransom for...” what?   “... for all, to be testified in due time.”

Perhatikan 1 Timotius 2:5-6, ide yang sama dinyatakan  “Karena Allah itu satu dan pengantara antara Allah dan manusia itu satu, yaitu manusia Kristus Yesus,  yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi beberapa....”   Oh, bukan, tidak dikatakan “beberapa”,    “...yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi...”  siapa?   “... SEMUA MANUSIA; dan kesaksian itu dinyatakan pada waktunya.[NKJV yang diindonesiakan].


Notice 1 John 2:1-2.  What Jesus did, He did for the whole world. He lived for the whole world and He died for the whole world. 1 John 2:1-2  My little children...”    here he is writing to the followers of Jesus, the disciples of Jesus,  “... My little children, these things I write to you, so that you may not sin. And if anyone sins, we have an Advocate with the Father, Jesus Christ the righteous. And He Himself...” that is Jesus,  “... is the propitiation for our sins...” that is for the followers of Jesus. But now notice,  “... and not for ours only but also for...”  what?   “...the whole world.”  Oh, you know the verse, “For God so loved Fresno...”  Fresno too, but “For God so loved...” what?  “... the world that He gave His only begotten Son...” 

Perhatikan 1 Yohanes 2:1-2. Apa yang dilakukan Yesus, Dia lakukan untuk seluruh dunia. Dia hidup untuk seluruh dunia, dan Dia mati bagi seluruh dunia. 1 Yohanes 2:1-2  “Anak-anakku,”  di sini dia menulis kepada pengikut-pengikut Yesus, murid-murid Yesus,  “... Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang benar. Dan Ia Sendiri...” yaitu Yesus,  “...yang menjadi pendamai dosa-dosa kita...”   yaitu semua pengikut Yesus. Tetapi sekarang perhatikan,  “... dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga ...”  apa?    “... untuk dosa seluruh dunia.”  Oh, kalian kenal ayat ini, Karena begitu besar kasih Allah akan Fresno....” iyah, Fresno juga, tetapi, “... begitu besar kasih Allah akan...”  apa?   “... DUNIA INI, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang unik...” [NKJV yang diindonesiakan].


Allow me to read you a spectacular statement by Ellen White, The Desire of Ages  page 753. She caught this nuance  “Upon Christ as our substitute and surety was laid the iniquity of us all. He was counted a transgressor that He might redeem us from the condemnation of the Law.” And now listen to this: “... the guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart.”   How much guilt? “The guilt of every descendant of Adam.” You know, some people commit suicide because they feel guilty, and depressed over their guilt. Imagine bearing the guilt of all of humanity from all ages. We have not suffered at all compared to Jesus, our sufferings are nil compared to His. She continues saying, “... the guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart, the wrath of God against sin, the terrible manifestation of His displeasure because of iniquity filled the soul of His  Son with consternation. All His life Christ had been publishing to a fallen world the good news of the Father’s mercy and pardoning love. Salvation for the chief of sinners was His theme. But now, with the terrible weight of guilt  He bears, He cannot see the Father’s reconciling face. The withdrawal of the divine countenance from the Saviour in this hour of supreme anguish pierced His heart with a sorrow that can never be fully understood by man. So great was this agony that His physical pain was hardly felt.”  
Powerful statement.  For how many did Jesus bear the guilt?  Every descendant of Adam. Jesus lived for every person that had ever lived on planet earth, and He died for every person on planet earth. His life and His death are available for everyone.

Izinkan saya membacakan suatu pernyataan hebat dari Ellen White, dari The Desire of Ages, halaman 753. Ellen White menangkap perbedaan yang sangat halus dalam makna ini. “Sebagai pengganti dan penjamin kita, di atas bahu Kristuslah ditempatkan dosa kita semua. Dia diperhitungkan sebagai seorang yang berdosa, supaya Dia bisa menebus kita dari hukuman Hukum.” Dan sekarang, dengarkan ini: “... perasaan berdosa setiap keturunan Adam membebani hatiNya dengan berat.” Berapa banyak perasaan berdosa? “Perasaan berdosa dari setiap keturunan Adam.” Kalian tahu, ada orang yang bunuh diri karena mereka merasa berdosa, dan menjadi depresi karena perasaan berdosa ini. Bayangkan jika harus memikul perasaan berdosa semua manusia dari segala zaman. Penderitaan kita sama sekali tidak ada artinya dibandingkan Yesus, penderitaan kita adalah nol dibandingkan penderitaanNya. Ellen White melanjutkan,  “... perasaan berdosa setiap keturunan Adam membebani hatiNya dengan berat, murka Tuhan terhadap dosa, manifestasi yang mengerikan dari kemarahanNya karena dosa, memenuhi jiwa AnakNya dengan perasaan ngeri. Seumur hidupNya, Kristus menyatakan kepada dunia yang berdosa ini, kabar baik dari kemurahan dan kasih pengampunan Allah Bapa. Keselamatan bagi orang-orang yang paling berdosa adalah tema pekabaranNya. Tetapi sekarang, dibebani oleh perasaan berdosa yang dipikulNya, Dia tidak bisa melihat wajah Bapa yang penuh pengampunan. Penarikan wajah Allah Bapa dari Sang Juruselamat pada jam penderitaanNya yang paling berat, menusuk hatiNya dengan kesedihan yang tidak sepenuhnya bisa dimengerti oleh manusia. Begitu besarnya kesengsaraanNya, sehingga Dia nyaris tidak merasakan sakit pada jasmaniNya.”
Pernyataan yang kuat. Untuk berapa banyak orangkah Yesus memikul perasaan berdosa itu? Setiap keturunan Adam. Yesus hidup untuk setiap manusia yang pernah hidup di planet bumi, dan Dia mati untuk setiap manusia di planet bumi. HIDUPNYA DAN KEMATIANNYA DISEDIAKANNYA BAGI SETIAP ORANG.


And so some people say, “Well, that means everybody is going to be saved, right?”
What is the most famous verse in the bible? John 3:16.
John 3:16 includes all, but then it excludes some. That very verse. It says, “For God so loved the world, that He gave His only begotten Son...”  and then what does it say,  “... that whoever believes in Him...” that means to have faith in Him, “... should not perish but have everlasting life.”

Dan oleh karena itu, ada orang yang berkata, “Nah, berarti setiap orang kan akan selamat, betul?”
Apakah ayat yang paling terkenal di dalam Alkitab? Yohanes 3:16.
Yohanes 3:16 mencakup semua orang, tetapi dia juga menyingkirkan beberapa orang. Di ayat yang sama itu. Dikatakan, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu...”   lalu, apa kelanjutannya?   “... supaya setiap orang yang percaya  dalam Dia...”  artinya yang memiliki iman di dalam Dia,    “... tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” [NKJV yang diindonesiakan].


Did God gave Jesus for the whole world?  Who will benefit from what Jesus did? Those who believeth in Him. By the way, this text, John 3:16,  if you read the context, it was talking about the serpent that was raised up in the wilderness. Let’s read about that in John 3:14, I want you to notice something very important. You remember when Israels were being bitten by the snakes  and they were dying because they were poisoned?  Was it enough to raise up the serpent in the wilderness? No! What did the people have to do? They had to look, individually and personally, they had to look at the serpent raised in the wilderness. Is it enough that Jesus died?  No! We have to what? We have to behold Him by  faith. It says there,     “And as Moses lifted up the serpent in the wilderness, even so must the Son of Man be lifted up, that whoever believes in Him should not perish but have eternal life.”  And then it says in verse 16  “For God so loved the world, that He gave His only begotton Son that whoever...” what?   “...believes in Him should not perish but have everlasting life.”

Apakah Allah Bapa memberikan Yesus kepada seluruh dunia ini? Siapa yang akan mendapat manfaat dari apa yang dilakukan Yesus? MEREKA YANG BERIMAN DI DALAM DIA. Supaya tahu, teks ini, Yohanes 3:16, jika dibaca konteksnya, dia berbicara mengenai ular yang ditinggikan di padang gurun. Marilah kita baca tentang hal itu di Yohanes 3:14. Saya mau kalian perhatikan ada hal yang sangat penting. Kalian ingat ketika orang Israel dipatuk ular dan mereka sekarat karena terkena racun ular? Apakah cukup hanya dengan meninggikan ular di padang gurun? Tidak! Apa yang harus dilakukan orang-orang itu? Mereka harus memandang, secara individu dan secara pribadi, mereka harus memandang ular yang ditinggikan di padang gurun. Apakah cukup Yesus mati? Tidak! Kita harus berbuat apa? Kita harus memandangNya dengan iman. Dikatakan di sini,  “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya dalam Dia, jangan binasa tapi beroleh hidup yang kekal.”  Lalu dikatakan di ayat 16: “... Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang unik itu, supaya setiap orang yang...” bagaimana?  “... PERCAYA DALAM DIA tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” [NKJV yang diindonesiakan].


Now listen carefully. In our next lecture we are going to see how Jesus pours out the benefits of what He did while He was on earth. We are going to talk about how you can claim what Jesus did. How His life and His death become yours. It’s not automatic for everyone. You have to claim it. There are conditions that must be met in order for you to benefit from His life and from His death. Believing in Him is one of them.

Sekarang, dengarkan baik-baik. Dalam pembahasan kita berikutnya kita akan melihat bagaimana Yesus mencurahkan manfaat dari apa yang dilakukanNya selagi Dia ada di dunia. Kita akan berbicara mengenai bagaimana kalian bisa mengklaim apa yang dilakukan Yesus. Bagaimana hidupNya dan matiNya menjadi milik kita. Ini tidak otomatis berlaku bagi semua orang. Kita harus mengklaim itu. Ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh kita agar boleh menikmati manfaat dari hidupNya dan matiNya. Beriman di dalam Dia adalah salah satu persyaratan tersebut.


Now, do you understand what the Altar of Sacrifice represent?
Now, let’s talk about the Laver. The Laver represents the Resurrection of Jesus Christ.  Reviewing: Jesus lived a perfect life in the Camp. Jesus died as a substitute on the Altar in the Court. Jesus resurrects at the Laver, and as we’ll notice tomorrow night He enters into the Holy Place to intercede before His Father for those who come in faith to Him.

Sekarang, apakah kalian mengerti apa yang dilambangkan oleh Mezbah Kurban?
Sekarang marilah kita berbicara mengenai BEJANA-nya.  Bejana ini melambangkan kebangkitan Yesus Kristus.
Kita ulangi: Yesus menjalani kehidupan yang sempurna di Perkemahan. Yesus mati sebagai pengganti kita di Mezbah di Pelataran. Yesus bangkit di Bejana, dan besok malam kita akan memperhatikan bagaimana Dia memasuki Bilik Suci untuk mewakili kita di hadapan BapaNya, bagi mereka yang datang kepadaNya dengan iman.


By the way do you know something very interesting? A person who touched a dead carcass was considered unclean because death was unclean. When Jesus died, He would have been considered what? Unclean. So what needed to happen with Jesus?  He needed to be what? Cleansed. And at His resurrection, He was cleansed at the Laver. Let me read you a very interesting verse from Scripture. Go with me to Titus 3:4-5. Very important verse.  It says here,  “But when the kindness and the love of God our Savior toward man appeared, not by works of righteousness which we have done, but according to His mercy He saved us, through the...” what? What do you wash with? Water, yes. And what was in the laver?  Water! It says, with  “... washing of...”  what?   “... regeneration...” that’s a very important word,  “... regeneration and renewing of the...” what?  “... renewing of the Holy Spirit.”   

Tahukah kalian ada hal yang sangat menarik? Seseorang yang menyentuh mayat dianggap najis karena kematian itu najis. Ketika Yesus mati, Dia dianggap apa? Najis. Jadi, apa yang terjadi dengan Yesus? Dia harus diapakan? Dia harus dibasuh (dibersihkan). Dan pada kebangkitanNya, Dia dibasuh di Bejana. Izinkan saya membacakan suatu ayat yang sangat menarik dari Kitab Suci. Marilah bersama saya ke Titus 3:4-5. Ayat yang sangat penting. Dikatakan di sini: Tetapi pada waktu kemurahan dan kasih Tuhan Juruselamat kita muncul, Dia menyelamatkan kita bukan karena perbuatan benar yang telah kita lakukan, melainkan karena kasih karuniaNya, melalui…” apa? Dengan apa kita membasuh? Air, betul. Dan apa yang ada di dalam Bejana? Air! Dikatakan “... pembasuhan kelahiran kembali…”  ini adalah kata yang amat penting, “… kelahiran kembali, dan pembaharuan yang...”  bagaimana?   “... yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Titus 3:5) NKJV yang diindonesiakan.

Now let me tell you what that Greek word is there. The Greek word that is translated “regeneration” is a compound word that is composed of two words, two Greek words. One is the word  παλιγ “palig” [pal-ing] which means “again” , and the word γενεσία [genesia  ghen-es-ee'-ah], or “genesis”, which means what? What does “genesis” mean? “To begin”. In other words you put παλιγ  and γενεσία together and it means to begin what?  To begin again.   Most lexicons and dictionaries that I checked out from experts in the biblical languages say,  that this means “to regenerate” or it means “rebirth.”

Sekarang, saya mau memberitahu kalian apa kata Greekanya di sini. Kata Greeka yang diterjemahkan “regeneration” atau “kelahiran kembali” adalah kata majemuk yang terdiri atas dua kata, dua kata Greeka. Yang satu adalah παλιγ “palig” [pal-ing] yang berarti “lagi”, dan kata γενεσία [genesia  ghen-es-ee'-ah] atau “genesis”, yang berarti apa? Apa arti kata “genesis”? “Memulai.” Dengan kata lain, jika digabungkan παλιγ  dan  γενεσία  menjadi satu, artinya adalah “memulai” apa? “Memulai lagi”. Kebanyakan Lexikon dan kamus yang saya cek dari pakar-pakar bahasa Alkitab, berkata, ini berarti, “menghidupkan lagi” atau “hidup kembali.”


Now, let me ask you, where was Jesus regenerated?  What does “regenerate” mean? It means to give what? It means to give life what? What does “re-“ mean? “Generate” is to give life, but “regenerate” is to what? To give it again. Let me ask you, when was Jesus regenerated?  When is it that He began again after His death? It was when Jesus was resurrected from the death. Now not only do you have here in this verse the washing which refers to the Laver water, but “regeneration”, the word “regeneration” meaning beginning again or rebirth from the grave, but also you have “renewing of the Holy Spirit.”

Sekarang, coba saya tanya, di manakah Yesus hidup kembali? Apa arti “hidup kembali”? Artinya memberikan apa? Memberikan apa kepada hidup? Apa arti kata “re-“? “Generate” artinya “memberi hidup” tetapi “regenerate” itu apa? Memberinya lagi. Coba saya saya, kapan Yesus hidup lagi? Kapankah Dia memulai baru lagi setelah kematianNya? Saat Yesus dibangkitkan dari mati. Jadi di ayat ini, bukan saja disebutkan tentang pembasuhannya yang mengacu kepada air di Bejana, tetapi “regeneration”, kata “regeneration” berarti mulai lagi, atau kelahiran baru dari kematian, tetapi juga ada “pembaharuan oleh Roh Kudus.”


Allow me to tell you something about that word “renewing”. That word “renewing” is the Greek word καινότης [kainotēs kahee-not'-ace]. And  let’s read in the New Testament that uses that word “renewing” to see what it refers to. It’s actually used in two other verses in the New Testament, it is used in Romans 6:4 and Romans 7:6.  We are only going to read Romans 6:4. Notice what this word “renewing” refers to.  It says,  “Therefore we were buried with Him through baptism into...” what?   “... death, that just as Christ was raised...”  so what is the theme here?  Death and what? Resurrection. “Therefore we were buried with Him through baptism into death, that just as Christ was raised from the dead by the glory of the Father, even so we also should walk in ...”  what?   “... in newness of life.”

Izinkan saya memberitahu kalian sesuatu mengenai kata “pembaharuan”. Kata ini, dalam bahasa Greekanya adalah καινότης [kainotēs kahee-not'-ace]. Sekarang, marilah kita baca dari Perjanjian Baru ayat yang memakai kata “pembaharuan” ini untuk melihat kata ini mengacu kepada apa. Kata ini dipakai dalam dua ayat lain di Perjanjian Baru, yaitu di Roma 6:4 dan Roma 7:6. Kita hanya akan membaca Roma 6:4. Perhatikan kata “pembaharuan” ini mengacu kepada apa. Dikatakan, Dengan demikian melalui baptisan kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam...” apa?  “...kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati...” jadi apa temanya di sini? Kematian dan apa? Kebangkitan.  “Dengan demikian melalui baptisan kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita harus  hidup...”  bagaimana?   “... dalam hidup yang baru.” [NKJV yang diindonesiakan]


What happens in baptism?  Do we die with Christ in baptism? Are we buried with Christ in baptism?  Do we resurrect to newness of life in baptism?  Absolutely!. So what does this word here mean? “newness”?  And in Titus 3:5 “the renewing of the Holy Spirit” is referring to what? Is referring to the Resurrection. Are you understanding what I am saying?

Apa yang terjadi dalam baptisan? Apakah kita mati bersama Kristus dalam baptisan? Apa kita dikuburkan bersama Krisitus dalam baptisan? Apakah kita bangkit kepada kehidupan yang baru dalam baptisan? Tentu saja! Jadi apa makna kata “yang baru” itu? Dan di Titus 3:5 “pembaharuan oleh Roh Kudus” mengacu kepada apa? Mengacu kepada Kebangkitan. Apakah kalian mengerti apa yang saya katakan?


So after Jesus dies, because His body is a corpse, it has to be what? It has to be cleansed. And so It’s cleansed where? When Jesus resurrects with a glorified body, He resurrects at the Laver, it’s the renewing of His life, it’s the regeneration of His life. In other words the Laver represents the resurrection of Jesus Christ.

Jadi setelah Yesus mati, karena tubuhNya menjadi mayat, itu harus diapakan? Harus dibersihkan. Maka itu dibersihkan di mana? Ketika Yesus bangkit dengan tubuh yang mulia, Dia bangkit di tempat Bejana (dilambangkan oleh Bejana), di sanalah hidupNya diperbarui, di sanalah hidupNya dihidupkan kembali. Dengan kata lain, BEJANA ITU MELAMBANGKAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS.

So Jesus basically lived in the Camp with us, He lived His perfect life there, as a perfect priest and a perfect lamb. Then He came to the Altar of Sacrifice, and He offered Himself,  He is the officiating priest in His own sacrifice. At the Laver He is regenerated,  or  His life is renewed as we read in Romans 6:4. In other words He resurrects from the death with His    glorified, immortal and incorruptable body.

Maka Yesus pada dasarnya hidup di Perkemahan bersama kita, Dia menjalankan hidupNya yang sempurna di sana, sebagai imam yang sempurna dan domba yang sempurna. Lalu Dia datang ke Mezbah Kurban, dan Dia mempersembahkan DiriNya, Dia adalah imam yang bertugas mempersembahkan DiriNya sebagai kurban. Di Bejana, Dia dihidupkan kembali, atau hidupNya diperbarui sebagaimana yang kita baca di Roma 6:4. Dengan kata lain, Dia bangkit dari kematian dengan tubuh yang dimuliakan, tidak bisa mati, dan kekal.


Now, here’s the important question that will set the stage for our next study together. Where do you expect Jesus to go next?  Do you know what most Christians believe?  They say, “Jesus jumped from the Court to the Most Holy Place.”  My question is, is there a Holy Place between the Court and the Most Holy?  Of course. Do you think Jesus jumped over the Holy Place into the Most Holy Place directly? Absolutely not. Did Jesus have a function to fulfill in the Holy Place in the Sanctuary? He most certainly did. He had a role to fulfill where the 7 BRANCH CANDLESTICK is. He had a role to fulfill where the TABLE OF SHOWBREAD is. He had a role to fulfill where the ALTAR OF INCENSE is.

Sekarang, ini adalah pertanyaan yang penting yang akan menjadi dasar pembahasan pelajaran berikutnya yang kita pelajari bersama-sama. Menurut kalian ke mana Yesus akan pergi berikutnya? Tahukah kalian apa yang dipercayai kebanyakan orang Kristen? Mereka berkata, “Yesus melompat dari Pelataran  ke Bilik Mahasuci.” Pertanyaan saya adalah, apakah di antara Pelataran dan Bilik Mahasuci ada Bilik Suci? Tentu saja. Apakah menurut kalian Yesus melompati Bilik Suci langsung ke Bilik Mahasuci? Tentu saja tidak. Apakah Yesus punya tugas yang harus dilaksanakanNya di Bilik Suci dalam Bait Suci? Tentu saja. Yesus punya peranan yang harus digenapiNya di mana KETUJUH KAKI DIAN berada. Dia punya peranan yang harus digenapiNya di MEJA ROTI SAJIAN. Dia punya peranan yang harus dipenuhiNya di mana MEZBAH UKUPAN (DUPA) berada.


All those three pieces of furniture represent something very important concerning  the relationship between Christ and His people. So the next step that we find Jesus taking in the Sanctuary walk is going into where? Going into the Holy Place of the Sanctuary. And the question is what did He go into the Holy Place for? You know if you ask a Christian today, “What is Jesus doing the last 2000 years?”  They’d say, “Hmmm, good question.” For most Christian  everything was finished when Jesus died on the cross. That’s it. That’s NOT it. Because Jesus lived in the Camp, He died in the Court, He resurrected at the Laver, He goes into the Holy Place, and then He goes into the Most Holy Place.

Ketiga perabotan ini mewakili sesuatu yang sangat penting sehubungan dengan relasi antara Kristus dengan umatNya. Jadi, langkah berikutnya, kita temukan Yesus dalam perjalananNya di Bait Suci ke mana?  Memasuki Bilik Suci dari Bait Suci. Dan pertanyaannya adalah, untuk apa Dia masuk ke Bilik Suci? Kalian tahu, jika kalian bertanya kepada seorang Kristen hari ini, “Apa yang dilakukan Yesus selama 2000 tahun terakhir?”  Mereka akan berkata, “Hmmm... pertanyaan yang bagus.” Bagi kebanyakan orang Kristen, semuanya sudah selesai ketika Yesus mati di atas salib. Cuma itu. Tetapi BUKAN ITU SAJA! Karena Yesus tadinya hidup di Perkemahan, Dia mati di Pelataran, Dia bangkit di Bejana, Dia masuk ke Bilik Suci lalu Dia pergi ke Bilik Mahasuci.


Let me ask you, is there a function for Jesus after His work in the Court in planet earth? Most certainly. And we are going to study His work in the Holy Place tomorrow and also on Friday night. We are going to see, that in the Holy Place is where we are going to claim the benefits of what Jesus did while He was on earth. So don’t miss tomorrow night.

Coba saya tanya, apakah Yesus masih punya tugas setelah pekerjaanNya di Pelataran di planet bumi? Tentu saja. Dan kita akan mempelajari pekerjaanNya di Bilik Suci besok dan juga Jumat malam. Kita akan melihat, bahwa DI BILIK SUCI INILAH KITA BISA MENGKLAIM MANFAAT DARI APA YANG TELAH DILAKUKAN YESUS DI DUNIA. Jadi jangan lewatkan besok malam.
         





19 12 2013

No comments:

Post a Comment