HIS WAY IS IN
THE SANCTUARY
Part 5/32 - Stephen
Bohr
THE LAMB OF GOD SLAIN
Dibuka
dengan doa.
I’d just like to review briefly as we begin, what we studied in
our last lecture together. If you remember, we studied the reasons why Jesus
had to come to live with us in the Camp as a real genuine man. In other words,
Jesus adopted real humanity, real mortal humanity, in fact. Now let me review
the 7 reasons why Jesus became incarnate.
Di pembukaan ini saya ingin mengulangi
secara cepat apa yang telah kita pelajari bersama-sama dalam pelajaran kita
yang lalu. Jika kalian ingat, kita telah mempelajari alasan-alasasn mengapa
Yesus datang sebagai manusia tulen untuk hidup bersama kita di Perkemahan.
Dengan kata lain, Yesus mengambil kemanusiaan sejati, bahkan kemanusiaan yang
fana. Sekarang, izinkan saya mengulangi ketujuh alasan mengapa Yesus menjadi
manusia.
1.
He became incarnate so that He
could reveal to us what God is really like. Because Jesus is in the
bosom of the Father, no one better to reveal what God really is like.
2.
Secondly we noticed,
that Jesus came to the Camp to live with us so that He could die for our sins. Because
God cannot die. God is immortal. And so Jesus had to assume humanity in order
for Him to be possible for Him to die.
3.
In the third place we
noticed that Jesus had to become a man so that He could be tempted, as the Bible tells us that God cannot be
tempted. God cannot be deceived by the devil. Because God is omniscient, God
knows all. He is omnipotent, the devil cannot lead God into sin, so Jesus had
to assume humanity so that He could be tempted in a real way.
4.
In the fourth place we
noticed that Jesus had to become a man, so that we could have the assurance that He
sympathizes and empathizes with us. That Jesus truly understands us
when He represents us before God.
5.
Then we noticed that
Jesus had to become a man, so that He could serve as our judge. In
other words, He had to be a man so that He could present us before God as our
advocate and judges in a fair way, so
that in the judgment there is no excuse for sin.
6.
And then we noticed that
Jesus came to this earth to live a perfect life as a man so that He could impute His
righteousness to us ~ that means credit His righteousness to us ~ and
secondly to impart His righteousness to us which means that He actually
sheds into our hearts His righteousness so that we live the life that Jesus
lived.
7.
And finally we noticed
that Jesus took human nature so that He could prepare a place for us in heaven
so that He could eventually come back to receive us unto Himself.
And
so we noticed 7 reasons at least for the incarnation of Jesus Christ, for Him
coming to this earth to live with us in the Sanctuary Encampment. We haven’t
even entered the Court of the Sanctuary yet. We had just spoken about Jesus
living in the Camp where Israel lived and tonight we are going to talk about
Jesus entering the Court of the Sanctuary.
1. Yesus menjadi manusia supaya Dia bisa menyatakan
kepada kita, bagaimana sesungguhnya Tuhan itu. Karena Dia adalah
yang terdekat dengan Allah Bapa, tidak ada Sosok lain yang bisa menyatakan
Allah Bapa lebih baik daripada Yesus.
2. Poin kedua, kita tahu bahwa Yesus
datang dan hidup bersama kita di Perkemahan supaya Dia bisa mati untuk dosa-dosa kita.
Karena Tuhan tidak bisa mati. Tuhan itu kekal. Maka Yesus harus memakai kodrat
manusia untuk memungkinkan Dia bisa mati.
3. Ketiga, kita tahu bahwa Yesus harus
menjadi manusia supaya Dia bisa
dicobai, karena Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak bisa dicobai.
Tuhan tidak bisa ditipu oleh Setan karena Tuhan itu Mahatahu, Tuhan tahu
segalanya. Tuhan itu Mahakuasa, Setan tidak bisa membawa Tuhan untuk berdosa.
Jadi Yesus harus mengambil kodrat kemanusiaan agar Dia bisa benar-benar
dicobai.
4. Keempat, Yesus harus menjadi manusia agar kita diberi jaminan bahwa
Dia benar-benar bisa bersimpati dan berempati dengan kita. Bahwa
pada waktu Yesus mewakili kita di hadapan Allah Bapa, Dia benar-benar mengerti
kita.
5. Lalu, Yesus menjadi manusia agar Dia bisa menjadi hakim
kita. Dengan kata lain, Dia harus menjadi manusia agar Dia bisa
mewakili kita di hadapan Allah Bapa sebagai Pembela kita, dan menghakimi kita
dengan adil agar tidak ada keberatan lagi untuk dosa-dosa kita.
6. Lalu kita tahu bahwa Yesus datang ke
dunia ini untuk menjalani kehidupan yang sempurna agar Dia bisa memperhitungkan kebenaranNya kepada kita
~ artinya mengkreditkan kebenaranNya kepada kita. Dan yang kedua agar Dia bisa membagikan
kebenaranNya kepada kita, artinya Dia bisa mencurahkan
kebenaranNya ke hati kita sehingga kita bisa menjalani kehidupan yang
dihidupkan Yesus.
7. Dan akhirnya kita tahu bahwa Yesus
mengambil kodrat manusia supaya
Dia bisa mempersiapkan tempat bagi kita di Surga, agar kelak Dia
bisa datang dan membawa kita kepada DiriNya.
Maka
kita tahu paling sedikit ada 7 alasan bagi penjelmaan Yesus Kristus,
kedatanganNya ke dunia ini untuk hidup bersama kita di Perkemahan Bait Suci.
Kita
masih belum masuk ke Pelataran Bait Suci. Kita baru saja berbicara mengenai
hidup Yesus di Perkemahan di mana Israel hidup, dan malam ini kita akan
berbicara mengenai Yesus memasuki Pelataran Bait Suci.
I’d just like to say that the Court had two main pieces of
furniture. And you see them illustrated here on the platform. First of all you
have on the far end THE ALTAR OF SACRIFICE, that was as you entered the Court of the
Sanctuary. And then a little bit further in, right before you go into the Holy
Place of the Sanctuary, you have what is called the LAVER, which had water in it,
where the priest washed himself before He went to minister in the Holy Place of
the Sanctuary.
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa
Pelataran memiliki dua perabotan inti. Dan kalian bisa melihat gambarnya di
atas sini. Pertama-tama, di sebelah sana adalah MEZBAH KURBAN, yang kalian temui jika
kalian memasuki Pelataran Bait Suci. Lalu setelah masuk sedikit lagi ke dalam,
tepat sebelum kalian masuk ke dalam Bilik Suci dari Bait Suci, ada apa yang
disebut BEJANA, yang berisikan air
di mana imam membasuh dirinya sebelum dia masuk untuk melayani di dalam Bilik
Suci dari Bait Suci.
Now we are going to notice that these two pieces of furniture
actually refer to two functions of Jesus Christ, or two events of the life of
Jesus Christ. We noticed that the Camp represents the life of Jesus where He
came to live in our midst.
Now, the ALTAR OF SACRIFICE represents the death of Jesus
Christ. And the LAVER
we are going to notice, represents the resurrection of Jesus Christ. And then of course, Jesus after that, goes
into the Holy Place of the Sanctuary and the Holy Place is in Heaven.
Sekarang kita akan perhatikan bahwa
kedua potong perabotan itu sesungguhnya mengacu kepada dua fungsi Yesus
Kristus, atau dua peristiwa dalam kehidupan Yesus Kristus. Kita sudah tahu bahwa
Perkemahan mewakili hidup Yesus saat Dia datang untuk hidup di tengah-tengah
kita.
Sekarang, MEZBAH KURBAN mewakili kematian Yesus Kristus. Dan kita perhatikan
bahwa BEJANA mewakili kebangkitan Yesus Kristus.
Dan tentu saja setelah itu, Yesus
masuk ke Bilik Suci dari Bait Suci dan Bilik Suci ini ada di Surga.
Allow me to say that there is no sanctuary Court in heaven. And
the reason for that is, that the work of the Court was done by Jesus on the earth.
You see, He lived with us in the Camp on earth, He died on earth and He
resurrected on earth. So in heaven, all we have is the Holy and Most Holy
Place. The
Court is the earth where Jesus carried forward His work as One
living with us, as One dying, and as One resurrecting from the death.
Izinkan saya berkata bahwa di Surga tidak ada Pelataran
Bait Suci. Dan alasannya adalah karena pekerjaan di Pelataran
telah diselesaikan Yesus di dunia. Kalian lihat, Dia hidup bersama kita di
Perkemahan di dunia, Dia mati di dunia dan Dia bangkit di dunia. Jadi di Surga,
yang tersisa adalah Bilik Suci dan Bilik Mahasuci. Pelataran adalah dunia ini di mana Yesus
menyelesaikan tugasNya sebagai Orang yang hidup bersama kita, sebagai Yang
mati, dan sebagai Yang bangkit dari kematian.
Now we need to ask the question: Why did Jesus had to come to
live a perfect life and to die? Well,
let’s take a closer look at this and understand why Jesus had to come and live
a perfect life and why Jesus had to come to die.
The first thing that I want us to notice is that the Law of
God demands absolute perfection. The Law of God says, “Obey me and
live.” But it also says, “Disobey me” ~ and that is sin ~ “and the wages of sin is
what? The
wages of sin is death.”
Sekarang kita perlu bertanya: Mengapa
Yesus harus datang untuk menjalani kehidupan yang sempurna dan untuk mati? Nah,
marilah kita simak ini dan kita pahami mengapa Yesus harus datang dan menjalani
hidup yang sempurna dan mengapa Yesus harus datang untuk mati.
Yang pertama yang saya ingin kalian
perhatikan adalah bahwa HUKUM
TUHAN MENUNTUT KESEMPURNAAN MUTLAK. Hukum Tuhan berkata, “Patuhi
saya, dan hidup.” Tetapi dia juga berkata, “Melanggar saya ~ dan itu berarti
dosa ~ dan upah dosa ialah apa? Upah
dosa ialah maut.
So basically the sequence is, the Law demands absolute
perfection. If I cannot offer the Law the perfection that it demands ~ that is sin ~ and the wages of sin or the
result of sin is death.
Of course the question is, how many of us have sinned? The Bible
says, “all have sinned and come short of the glory of God. There is none righteous, no, not one.” So we are all on death
row. None
of us can offer the Law the perfect life that the Law demands. And
so the Law says, “Because you cannot offer me the perfect life that I require,
so that you can live, you must die.”
Jadi pada dasarnya, urutannya adalah,
Hukum menuntut kesempurnaan mutlak. Jika saya tidak bisa memenuhi kesempurnaan
yang dituntut oleh Hukum ~ artinya saya berbuat dosa, maka upah dosa atau akibat dosa adalah kematian.
Tentu saja,
pertanyaannya adalah, berapa banyak dari kita pernah berbuat dosa? Alkitab
berkata “Karena semua orang telah berbuat dosa dan tidak bisa mencapai kemuliaan Allah” (Rom 3:23) NKJV yang diindonesiakan. "Tidak ada yang benar,
seorang pun tidak.” (Rom 3:10). Jadi kita semua sedang menunggu
eksekusi hukuman mati. TIDAK
SEORANG PUN DARI KITA BISA MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM AKAN SUATU KEHIDUPAN YANG
SEMPURNA. Dan demikianlah kata Hukum, “Karena kamu tidak bisa
memenuhi hidup sempurna yang saya minta agar kamu boleh hidup, maka kamu harus
mati.”
And so Jesus came to this earth
for several reasons we mentioned, but I want to emphasize and
underline 2 particularly.
Number 1, Jesus came to this earth to live the life that all
of us should live. Jesus came to live a life in perfect harmony with
the Law. And He lived that life for everyone. But Jesus not only came to live
that life in my place, in your place, so that I in Him can stand before the Law
not guilty, not because I am righteous, but because He is righteous. But Jesus also
had to come to pay for our sins. He had to come to pay for the sins
that we had already committed.
Maka Yesus datang ke dunia untuk
beberapa alasan yang sudah kita sebutkan, tetapi saya mau menekankan dan
menggarisbawahi khususnya dua.
Pertama, Yesus datang ke dunia ini untuk MENGHIDUPKAN HIDUP YANG
SEHARUSNYA KITA HIDUPKAN. Yesus
datang dan menghidupkan suatu hidup yang serasi (harmonis) sepenuhnya dengan
Hukum Tuhan. Dan Dia menjalani kehidupan itu bagi semua orang. Tetapi, Yesus
bukan saja datang untuk menghidupkan hidup itu bagi saya, bagi kalian, agar di
dalam Dia kita bisa berdiri di hadapan Hukum tanpa bersalah, bukan karena kita
benar, melainkan karena Dia benar; tetapi Yesus
juga harus datang untuk MEMBAYAR DOSA-DOSA KITA. Dia harus datang
untuk membayar dosa-dosa yang sudah kita lakukan.
And so Jesus came to this earth first of all to live the
life that we should live, and He came to die the death that we should die.
And He lived and He died for every single person who has ever drawn breath on
planet earth. In other words, Jesus came to live and to die in place of everyone
so that if I receive Jesus Christ, He takes His life and places it into my
account. And He takes His death and He places it into my account. And God looks
upon me as if I had never sinned, not because I haven’t sinned, but because
Jesus never sinned. Is this point very clear? It is the center and core of the Gospel
of Jesus Christ.
Maka Yesus datang ke dunia pertama-tama UNTUK MENJALANI
KEHIDUPAN YANG SEHARUSNYA KITA JALANI, dan Dia datang Dan Dia
hidup dan UNTUK MENJALANI KEMATIAN YANG
SEHARUSNYA KITA JALANI. Dia
mati bagi setiap manusia yang pernah mengirup napas di planet bumi ini. Dengan
kata lain, Yesus datang untuk hidup dan mati sebagai pengganti semua orang
supaya apabila saya menerima Yesus Kristus, Dia mengambil hidupNya dan
memperhitungkannya sebagai milik saya, dan Dia mengambil kematianNya dan dia
memperhitungkannya sebagai kematian saya. Dan bila Tuhan memandang saya,
seolah-olah saya tidak pernah berbuat dosa, bukan karena memang saya tidak
pernah berbuat dosa, tetapi karena Yesus yang tidak pernah berbuat dosa. Apakah
poin ini sangat jelas? INI
ADALAH PUSAT DAN INTI DARI INJIL YESUS KRISTUS.
Now, we want to talk this evening about the work of Jesus in the
Court. We have already discussed His perfect life now we want to talk about His
death at the Altar and His resurrection at the Laver ~ or the washing of the
water.
Malam ini kita akan berbicara mengenai
pekerjaan Yesus di Pelataran. Kita sudah mendiskusikan hidupNya yang sempurna,
sekarang kita akan berbicara mengenai kematianNya di Mezbah Kurban dan
kebangkitanNya di Bejana, atau pembasuhan air.
Now there are several prophecies of the Old Testament that
pointed to the death of Jesus Christ in the Court. And I would like us to
analyze or take a look at some of those prophecies that we find in the Old
Testament. The first of these prophecies is found in Genesis chapter 22. And
so, I invite you to go with me to Genesis 22:2. This is the story of the
sacrifice, or we might say the-almost-sacrifice of Isaac. And I want you to
notice in Genesis 22:2 in this story
Abraham plays the role of God the Father, and Isaac plays the role of Jesus
Christ.
Di dalam Perjanjian Lama ada beberapa
nubuatan yang menunjuk kepada kematian Yesus Kristus di Pelataran. Dan saya mau
kita menganalisa atau menyimak beberapa dari nubuatan tersebut yang kita
temukan di Perjanjian Lama.
Yang pertama dari nubuatan itu
ditemukan di Kejadian pasal 22. Maka, saya undang kalian untuk membuka Kejadian
22:2. Ini adalah kisah pengorbanan, atau lebih tepat dikatakan “pengorbanan yang nyaris” dari Ishak. Dan saya mau kalian
perhatikan Kejadian 22:2 ini. Dalam kisah ini Abraham memainkan peranan Allah
Bapa, dan Ishak memainkan peranan Yesus Kristus.
This is a symbolic story, it is an illustrative story of the
relationship between God the Father and His Son, Jesus Christ. Now, notice Genesis
22:2 a couple of very interesting details. It says here: “Then He said...” this is God speaking, “.... Take
now your son, your...” what? “...
your only son...” By the way that word
“only” should be translated “your unique
son” or “your one-of-a-kind son”, “your
special son”. You say, “How do we know that?” Because Isaac was not Abraham’s
only son. You see the Hebrew word יחיד [ yâchı̂yd yaw-kheed'] means “unique”, it means “one of a kind”, it means
“special” .
Abraham also had Ishmael at this point. And yet Isaac is called Abraham’s
unique, one of a kind son because he was the son of the promise. But now notice
that he is not only called “the unique son” or “the only son” but it says “.... whom you...” what? “...
whom you love...” Does this sound familiar?
“This is My beloved Son in whom I am well pleased.” And so it continues saying, “... and go to the land of Moriah, and offer him
there as a...” what? It says there is the altar of sacrifice “... offer him there as a burnt offering...” Notice
that he wasn’t only to kill him, but he was to also what? Burn him! That’s what happened at the altar in
the sanctuary. And it says, “...
on one of the mountains of which I shall tell you.”
Kisah ini adalah
kisah yang simbolis, kisah yang menggambarkan hubungan antara Allah Bapa dengan
AnakNya, Yesus Kristus. Sekarang, perhatikan Kejadian 22:2, di sana ada dua
detail yang sangat menarik. Dikatakan di sana
“Firman-Nya:...” Tuhan sedang
berbicara, "... Ambillah
anakmu...” siapa? “... anakmu yang tunggal
itu...”. Sebelumnya saya jelaskan, kata “tunggal” itu seharusnya diterjemahkan
“anakmu yang unik” atau “anakmu yang tak ada duanya seperti itu”, “anakmu yang
istimewa.” Kalian berkata, “Dari mana kita tahu itu?” Karena Ishak bukanlah
anak tunggal Abraham. Kalian simak, kata
Ibrani יחיד [ yâchı̂yd yaw-kheed'] yang berarti “UNIK”, artinya “TIDAK ADA DUANYA YANG SEPERTI ITU”
artinya “ISTIMEWA”. Pada
saat itu Abraham juga memiliki Ismail. Namun Ishak disebut anak Abraham yang
unik, yang tak ada duanya seperti itu, karena dia adalah anak perjanjian.
Tetapi sekarang perhatikan, dia bukan saja disebut “anak yang unik” atau “anak
satu-satunya” tetapi dikatakan “... yang engkau...” apakan? “... yang engkau kasihi...” Apa
ini tidak terdengar familier? “Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17). Selanjutnya ayat itu berkata: “... pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana
sebagai...” apa? Di sinilah
mezbah kurban disebutkan, “... sebagai korban bakaran...” Perhatikan, Abraham bukan saja harus
membunuhnya, tetapi dia juga harus berbuat apa? Membakarnya! Itulah yang dilakukan
pada mezbah Bait Suci. Dan dikatakan, “... pada salah satu
gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Now, what’s interesting in this story is the
agony of Abraham and his son, but merely of Abraham’s last three days. I want
you to notice Genesis 22:4. Abraham actually offers Isaac on the third day of
his journey. It says in Genesis 22:4 “Then on the third day Abraham lifted his eyes
and saw the place...” what? “... afar
off.”
Let me ask you, how long did the agony of the
Father for His Son last when Jesus was
on this earth? It lasted also what? It lasted also three days.
Nah, yang menarik
dari kisah ini adalah penderitaan Abraham dan anaknya, khususnya selama tiga
hari yang terakhir. Saya mau kalian perhatikan Kejadian 22:4. Abraham
benar-benar mempersembahkan Ishak pada hari ketiga perjalanannya. Dikatakan di
Kej. 22:4 “Ketika pada hari ketiga
Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu...” dari
mana? “... dari
jauh.”
Saya
mau tanya, berapa lamakah penderitaan Allah Bapa untuk AnakNya selama Yesus
berada di dunia ini? Berlangsung berapa lama? Berlangsung selama tiga hari.
Another interesting detail is, that in this
story Abraham places the wood on the shoulders of Isaac. But Abraham has the
knife and the fire. Now that’s very significant. Let’s read, notice what we’ll
find there in Genesis 22:6, it
says, “So
Abraham took the wood of the burnt offering and laid it on Isaac his son...” and now Isaac his son carries the wood. Let me
ask you who was it that carried the wood?
Upon whom was it placed? Jesus Christ. But Jesus was smitten by whom?
Isaiah 53 says “by His Father”. And that’s why Abraham has the knife and he has
the fire. So it continues saying, “So Abraham took the wood of the burnt offering
and laid it on Isaac his
son and he took the fire in his hand, and a knife, and the two of them went
together.”
Detail lain yang juga
menarik adalah, di dalam kisah ini, Abraham yang meletakkan kayu di atas bahu
Ishak. Tetapi Abraham yang memegang pisau dan penyulut apinya. Nah, ini sangat
signifikan. Marilah kita baca, dan perhatikan apa yang akan ditemukan di Kej. 22:6, dikatakan “Lalu Abraham mengambil kayu
untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya...” dan sekarang anaknya Ishak yang memikul
kayu. Coba saya tanya, siapakah yang memikul kayu (salib)? Di atas siapa kayu
itu diletakkan? Yesus Krisstus. Tetapi Yesus dipukul oleh siapa? Yesaya 53
berkata “oleh Allah [Bapa].” Dan itulah mengapa Abraham yang memegang pisau dan
penyulut api. Dikatakan lebih lanjut, “Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan
memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api
dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.”
And now we reach
the climax of the story. When Isaac is about to be sacrified, something
spectacular happens. Go with me to Genesis 22 and let’s read verse 8, 13-14.
This is an extremely significant passage. It says, “And Abraham said, ‘My son...” Because Isaac had asked the question, you know, “We have the
wood and we have the fire and we have the knife, but where is the sacrifice?” “And Abraham said, ‘My son, God will...” what? “... God
will provide for Himself the lamb for a burnt offering.’...” Who was going to provide the lamb? God was going to provide the lamb for
Himself. And it says, “... So the two of them went...” what? “... together.” Very significant.
Dan
sekarang kita tiba di klimaks kisah tersebut. Ketika Ishak akan segera
dikurbankan, sesuatu yang spektakuler terjadi. Marilah bersama saya ke Kejadian
22 dan marilah kita baca ayat 8, 13-14. Ini adalah bacaan yang sangat
signifikan. Dikatakan, “Sahut Abraham...” Karena
Ishak bertanya, kalian tahu, “Kita punya kayunya dan kita punya apinya dan kita
punya pisaunya, tetapi di mana kurbannya?” “Sahut Abraham: ‘Allah yang akan menyediakan anak domba
untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.’...”
Siapakah yang akan menyediakan
dombanya? Allah yang akan menyediakan dombanya bagi DiriNya sendiri! Dan
dikatakan, “... Demikianlah keduanya berjalan...” bagaimana? “... bersama-sama.” Sangat
signifikan.
“Then Abraham lifted his eyes and looked, and there
behind him was a ram
caught in a thicket by its horns. So Abraham went and took the ram, and offered
it up for a burnt offering...” and now
notice, was this a substitutionary sacrifice?
Was this a substitute for Isaac? Absolutely! It says, “... and offered it up for a burnt offering...” how? “... instead of his son. And
Abraham called the name of the place, The-Lord-Will-Provide; as it is
said to this day,
‘In the Mount of the Lord it shall
be provided.’”
Lalu Abraham mengangkat matanya dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya
tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya
sebagai korban bakaran...” dan
sekarang, perhatikan, apakah ini merupakan kurban pengganti? Apakah ini
merupakan pengganti bagi Ishak? Tentu saja! Dikatakan, “...lalu mengorbankannya sebagai korban
bakaran...” yang bagaimana? “... pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN yang menyediakan’;
sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan
disediakan.’” [NKJV yang diindonesiakan].
Now, do you know that according to the Bible, Abraham ~ at least
in figure, or in a metaphorical sense ~ received Isaac from the death on the
3rd day? You say, “Where does the Bible
say that?” Go with me to the book of
Hebrews 11:17-19. Let me ask you, was Isaac as good as dead for Abraham? He
most certainly was. But what happened on the third day? On the third day, Abraham received his son
back, how? Alive! Now, notice Hebrews 11:17 “By faith Abraham, when he was
tested, offered up Isaac, and he who had received the promises offered up
his...”
what?
See, that word is not correctly translated, “only begotten son” it really means his “unique” or “special” or
“one of a kind” son. The word
μονογενής
[monogenēs] in the Greek language doesn’t mean “only
begotten”, it means the “unique” or “special” or “one of a kind” son, just as
it says in Genesis 22.
Sekarang, tahukah kalian bahwa menurut Alkitab, Abraham ~ paling tidak
sebagai lambang atau secara metaforis ~
menerima Ishak kembali dari kematiannya pada hari ketiga? Kalian berkata, “Di
mana Alkitab berkata demikian?” Marilah bersama saya ke kitab Ibrani 11:17-19.
Coba saya tanya, apakah Ishak sudah dianggap sama dengan mati oleh Abraham?
Sudah pasti. Tetapi apa yang terjadi pada hari ketiga? Pada hari ketiga,
Abraham menerima anaknya kembali, dalam kondisi apa? Hidup! Sekarang,
perhatikan Ibrani 11:17 “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak.
Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan...” apa? Lihat, kata itu tidak
diterjemahkan dengan tepat. “anaknya yang tunggal” sebenarnya
berarti “unik” atau “istimewa” atau “tidak ada duanya yang seperti itu”. Kata μονογενής [monogenēs]
dalam bahasa Greeka tidak berarti
“anak yang tunggal”, melainkan berarti
“unik” atau “istimewa” atau “tidak ada duanya yang seperti itu”,
sama dengan yang dikatakan di Kejadian 22.
And so it says, “By faith Abraham, when he was tested, offered
up Isaac, and he who had received the promises offered up his only begotten son, of whom it was said, ‘In Isaac your seed shall be called’...” and now notice, “... concluding...” that is, Abraham concluded, “... that God was able to...” what? “... to raise him up, even from the dead, from which he also
received him in a....” what? “... in a figurative sense.” Did Abraham received his son back alive on the
third day? He most certainly did.
Maka dikatakan “Karena iman maka Abraham,
tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu,
rela mempersembahkan anaknya yang tunggal [seharusnya anaknya yang
unik]
yang tentang dirinya telah dikatakan: ‘Dari Ishaklah, Benihmu akan dipanggil’ Sekarang
perhatikan, “Kesimpulannya...” maksudnya Abraham yang menarik
kesimpulan, “... bahwa Allah berkuasa...” untuk
apa? “... membangkitkan
dia
bahkan dari antara orang mati, dari mana dia juga
telah menerimanya kembali...” bagaimana? “... secara kiasan.” Apakah
Abraham menerima anaknya kembali hidup-hidup pada hari ketiga? Betul sekali.
And so we have this beautiful picture of a
father and a son, the unique son, whom the father loved and they suffered together. And the ordeal
lasted 3 days. But on the third day, the
son is given back to the father, alive.
This is a beautiful image of the relationship between God the Father and
His Son, Jesus Christ, and the suffering that They went through as Jesus gave
His life for the sin of the world.
And so in Genesis chapter 22, we have this
beautiful picture that illustrates what Jesus was going to do, when He came to
this earth to die for our sins.
Maka kita mendapatkan gambaran yang indah ini, dari seorang bapak dan
seorang anak, anaknya yang unik, yang dikasihi oleh bapaknya, dan mereka
menderita bersama. Dan penderitaan itu berlangsung tiga hari. Tetapi pada hari
ketiga, sang anak dikembalikan kepada bapaknya, hidup-hidup. Ini adalah
gambaran yang indah dari hubungan antara Allah Bapa dengan AnakNya, Yesus
Kristus, dan penderitaan yang Mereka lewati ketika Yesus memberikan nyawaNya
bagi dosa-dosa dunia ini.
Maka di Kejadian pasal 22 kita temukan gambaran yang indah ini yang
melukiskan apa yang harus dilakukan Yesus ketika Dia datang ke dunia ini untuk
mati bagi dosa-dosa kita.
But there are other prophecies in the Old
Testament, Exodus chapter 12 has another prophecy. This is the prophecy about the
Passover lamb, the sacrifice of the Passover lamb.
Tetapi ada nubuatan-nubuatan yang lain di Perjanjian Lama. Di Keluaran
pasal 12 ada nubuatan yang lain. Ini adalah nubuatan mengenai domba Passah,
kurban dari domba Passah.
The Bible tells us that every male in Israel
had to go to Jerusalem for the Passover, every male 12 years and older, had to
go to celebrate the Passover and unleavened bread in the city of Jerusalem
every year. Now, it’s interesting to notice, that the Passover gives the day, it gives
the month, and it gives the hour when the Passover Lamb was supposed to be
sacrificed. Let’s notice Exodus 12:5-7, speaking about the Passover
Lamb, it says:
Alkitab memberitahu kita bahwa setiap laki-laki di Israel harus pergi ke
Yerusalem untuk upacara Passah, setiap laki-laki berusia 12 tahun ke atas,
harus merayakan Hari Passah dan Roti Tak Beragi di kota Yerusalem setiap tahun.
Nah, ini menarik untuk disimak, bahwa upacara Passah ini memberikan hari, bulan, dan jamnya ketika domba
Passah itu seharusnya dikurbankan. Marilah perhatikan Keluaran
12:5-7, yang berbicara mengenai domba Passah. Dikatakan:
“Your lamb shall be...” what? There is something very interesting, “...without blemish, a male of the first year.
You may take it from the sheep or from the goats. Now you shall keep it until...” what? “the fourteenth day of the same month.” Now, if you look at its context, it is the month of Nissan,
the first month of the Hebrew religious year. So you are supposed to sacrifice
on the 14th day of the same month, that is the month of Nissan. But it not only gives us the day and
the month, it also gives us the hour.
Because it continues saying, “Then the whole assembly of the congregation of
Israel shall kill it at twilight...” I’ll come back to that in a minute. “... And they shall take some of the blood and put it on the two doorposts and on the lintel of the
houses where they eat it.”
“Anak dombamu itu harus...” apa?
Ada hal yang sangat menarik, “... jantan, tidak bercela, berumur setahun;
kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai...” kapan? “... hari yang keempat belas bulan ini....” Sekarang jika kita melihat konteksnya,
ini adalah bulan Nissan, bulan yang petama dari tahun (kalender) agama Ibrani.
Jadi kurban itu harus dipersembahkan pada hari ke-14 bulan yang sama, yaitu
bulan Nissan. Tetapi ini tidak hanya memberi kita hari dan bulannya, ini juga
memberi kita jamnya. Karena, selanjutnya dikatakan, “... lalu
seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja...”
Saya akan segera kembali ke ke poin ini. “... Kemudian dari darahnya haruslah diambil
sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada
rumah-rumah di mana orang memakannya.”
It was supposed to be sacrificed at what hour?
“at
twilight”. You say, “What’s that ‘twilight’?” Literally in Hebrews it says “between
the two evenings”. That’s what it literally says, “between the two
evenings”. You say, “What two evenings
is this talking about? Is there such a
thing as two evenings?” Absolutely. You
see, among the Jews, the first evening is when the sun reaches is
zenith or its climax and it begins its descent. That’s the first. It
starts the afternoon hour, or the evening hours, if you please. The second
evening is when the sun sets. And so what were between the two evenings
be? It would be exactly the middle between when the sun begins its decent at
noon and when the sun actually sets. What time would that be? 3 o’clock
in the afternoon.
Jadi kurban itu seharusnya dipersembahkan kapan? Terjemahan ABI menulis “senja” namun ini tidak jelas pukul berapa. “’Twilight’ itu apa?” Kalian bertanya. Secara harafiah dalam bahasa
Ibraninya dikatakan “DI ANTARA DUA
PETANG”, itulah kata-katanya secara harafiah, “di antara dua petang”.
Kalian bertanya, “Dua petang yang mana? Apa ada waktu dua petang?” Tentu ada.
Kalian lihat, pada bangsa Yahudi, petang
yang pertama terjadi ketika matahari mencapai puncaknya atau klimaksnya dan
mulai menurun. Itu disebut petang yang pertama. Saat itulah
dimulai perhitungan jam-jam “setelah tengah hari” atau “jam-jam sore.” Petang
yang kedua adalah ketika matahari terbenam. Maka waktu “di
antara dua petang” itu apa? Waktu itu adalah tepat di tengah-tengah antara saat
matahari mulai menurun selewat tengah hari dan ketika matahari terbenam. Pukul
berapa saat itu? PUKUL 3 SORE
[jam kita sekarang].
Do you
know what time Jesus died? The Bible says that at the 9th hour Jesus cried out,
“It is
finished, into Your hands I command My spirit”, and He
breathed His last.
And you say, “The 9th hour, is that 3 o’clock?” Yes. Because among the Hebrews the 1st hour
was 6 am, the 3rd hour was 9 am, the 6th hour was noon, the 9th hour was 3
o’clock, and the 12th hour was when the sun set. That’s why Jesus said, “Doesn’t the day have 12 hours?” Are you with me? So the 9th hour is 3 o’clock. Jesus not
only died on the 14th day of Nissan, but He died exactly at 3 o’clock in the
afternoon, just like the Passover prophecy indicated.
Tahukah kalian pukul berapa Yesus mati? Alkitab berkata, pada jam yang
ke-9 Yesus berseru, “Sudah selesai.” [Yoh 19:30] “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." [Luk 23:46] dan
Dia mengembuskan nafasNya yang terakhir.
Dan
kalian berkata, “Jam yang ke-9, apakah itu pukul 3?” Ya. Karena pada orang Yahudi, jam yang pertama adalah
pukul 6 pagi, jam ketiga adalah pukul 9 pagi, jam keenam adalah tengah hari,
jam kesembilan adalah pukul 3 petang, dan jam kedua belas adalah ketika
matahari terbenam. Itulah sebabnya Yesus pernah berkata, "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari?” [Yoh 11:9].
Kalian bisa mengikuti saya, kan? Jadi
pada jam kesembilan adalah pukul 3
sore. Yesus bukan saja mati pada hari ke-14 bulan Nissan, tetapi Dia mati tepat
pukul tiga sore, persis seperti yang dinyatakan oleh nubuatan Passah.
By the way, the New Testament makes it very, very
clear that Jesus fulfilled the Passover Himself. Notice 1 Corinthians 5:7 tells us that
Passover was fulfilled in Jesus Christ. It says there, the apostle Paul
writing, “Therefore
purge out the old leaven, that you may be a new lump, since you truly are
unleavened. For indeed Christ, our Passover, was...” what? “... was sacrificed for us.” Who is our Passover? Jesus Christ. Did Jesus die the very day of
Passover? Yes. Did He die the very month of the Passover? Yes. Did He die at
the precise hour in which the Passover Lamb was sacrificed? Absolutely. You
know, some people are amazed at the prophecies of Nostradamus but really if you
look at it, it’s just a bunch of speculations, a bunch of words where you have
to add an interpretation, and you will
have to use your imagination. Here you don’t have to use your imagination. It
gives you exactly the day, the hour and the month when Jesus Christ was going to die and He died exactly at that
time. And this was written 1500 years before Jesus was born. An amazing prophecy.
Sebetulnya Perjanjian
Baru itu sangat, sangat jelas menyatakan bahwa Yesus sendiri yang menggenapi nubuatan Passah itu. Perhatikan 1
Korintus 5:7, memberitahu kita bahwa Passah itu digenapi di dalam Yesus
Kristus. Dikatakan di sana, rasul Paulus yang menulis, “Buanglah ragi yang lama itu,
supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu benar-benar
telah dibersihkan dari ragi. Karena
sesungguhnya Kristus, Anak Domba Paskah kita telah
di...” apakan? “... dikurbankan untuk kita.” [NKJV yang diindonesiakan]. Siapa domba Passah kita? Yesus Kristus.
Apakah Yesus mati tepat pada hari Passah? Ya. Apakah Dia mati tepat pada bulan
Passah? Ya. Apakah Dia mati tepat pada jam di mana domba Passah itu harus
dikurbankan? Betul sekali. Kalian tahu, ada orang yang kagum dengan ramalan
Nostradamus, tetapi sesungguhnya jika kalian perhatikan, semua itu hanyalah
kumpulan spekulasi, sekumpulan kata-kata di mana kalian harus menambahkan
interpretasi, dan kalian harus memakai imajinasi kalian. Di sini, kalian tidak
perlu memakai imajinasi. Di sini sudah diberikan hari, jam, dan bulan yang
tepat kapan Yesus Kristus harus mati, dan Dia mati tepat pada waktu tersebut.
Dan ini sudah ditulis 1500 tahun sebelum kelahiran Yesus. Nubuatan yang
mengagumkan.
Now, there’s another prophecy that gives us the
year of the death of Jesus Christ. See, the Passover gives us the hour, the
date, and the month. But there is another prophecy that gives us the year when
Jesus was going to die. It’s called “The prophecy of the 70 weeks” and we are
going to have two whole lectures on “The Prophecy of the 70 weeks”. One lecture
isn’t enough to cover this prophecy, there is so much material so we are going
to dedicate two whole sessions to talk about “The Prophecy of the 70 weeks”.
However, I want to dedicate just a few moments to read from Daniel 9:26-27
where this prophecy gives us the exact year in which Jesus was going to be
sacrificed as the Lamb. It says in verse 26:
“And after the sixty-two weeks...” when it says “after the 62 weeks” that’s 7 and
62, that’s 69 weeks. “... Messiah shall be...” what? “...
shall be cut off, but not for Himself...” why was Messiah going to be cut off for
Himself? No, He was going to be cut off for others. And then notice verse 27: “Then he shall confirm a covenant with many for
one week...”
this is
week nr. 70 of the 70 weeks. It says, “Then he shall confirm a covenant with many for
one week but in the...” what? “... in the middle of the week He shall bring an end
to...”
what? “... to sacrifice and offering...” And when we study this prophecy we are going to
notice something amazing.
Nah, ada nubuatan lain yang memberikan tahun kematian Yesus Kristus.
Lihat, upacara Passah memberi kita jam, tanggal, dan bulannya. Tetapi ada
sebuah nubuatan lain yang memberi kita tahunnya kapan Yesus akan mati. Nubuatan
itu dikenal sebagai “Nubuatan 70 minggu” dan kita akan mengadakan dua ceramah
tentang “Nubuatan 70 minggu” ini. Satu kali ceramah saja tidak cukup waktu untuk
meliput seluruh nubuatan itu, bahannya
begitu banyak, maka kita akan menyediakan dua sesi ceramah untuk membicarakan
“Nubuatan 70 Minggu” ini. Namun demikian, sekarang saya mau mengambil sedikit
waktu untuk membaca dari Daniel 9:26-27 di mana nubuatan itu memberikan tahun
yang tepat kapan Yesus akan dikurbankan sebagai Sang Domba. Dikatakan di ayat
26 itu: “Sesudah keenam puluh dua minggu...”
yang betul adalah “sesudah ke-62 kali tujuh masa”
sebenarnya adalah 7 dan 62, berarti 69 minggu, “... itu
akan dipotong seorang yang telah diurapi, bukan karena diriNya sendiri,...” Apakah “Yang diurapi” = Mesias ini akan
dipotong karena salahnya sendiri? Tidak. Dia akan dipotong karena orang-orang
lain. Sekarang perhatikan ayat 27: “... Pangeran
itu akan membuat suatu perjanjian yang kuat dengan banyak orang selama satu kali
tujuh masa. Pada... “ apa? “... pada pertengahan tujuh masa itu ia
akan menghentikan...” apa?
“... korban
sembelihan dan korban persembahan.” [NKJV yang diindonesiakan] Dan pada waktu kita mempelajari
nubuatan ini, kita akan menemukan hal yang mengagumkan.
Jesus began His ministry in the year 27 AD.
That was when He was baptized. Three and a half years later, in the middle of
the last week, Jesus Christ died on the cross. And then three and a half years
later probation closed for the Hebrew theocracy. In other words, Jesus died
exactly in the year 31 at springtime during the Passover. This prophecy
pointed to the exact year in which Jesus was going to die on the cross. An
amazing prophecy for sure.
Yesus memulai pelayananNya pada tahun 27 AD, yaitu pada saat Dia
dibaptis. 3 ½ tahun kemudian, pada tengah-tengah minggu yang terakhir, Yesus
Kristus mati di salib. Lalu 3½ tahun lagi masa percobaan bagi teokrasi Yahudi
berakhir. Dengan kata lain Yesus
mati tepat di tahun 31, di musim semi pada hari Passah. Nubuatan
ini menunjuk ke tahun yang tepat ketika Yesus harus mati di salib. Sudah pasti
suatu nubuatan yang mengagumkan.
And by the way, did you notice that it says
here that He would cause the sacrifice and the offerings to cease? Now, I want
to read you a very interesting statement from that classic biography of Christ,
The Desire of Ages , did you know that
that was literally fulfilled, that Jesus made the sacrifice and the oblation or
the offering to cease? Let me just read you a short description given in The Desire of Ages about the moment
when Jesus died. Here Ellen White states: “All is
terror and confusion...” because there’s been
this gigantic earthquake, and the veil of the Temple has been ripped from top
to bottom. She continued saying, “... the priest is about to slay the victim, but the knife
drops from his nerveless hand and the lamb escapes.” Did He
caused the sacrifice and oblation to cease?
Yes, He did! There was no sacrifice that day. So she says, “...but the knife drops
from his nerveless hand and the lamb escapes.” And then she sees the relationship between type and antitype,
between what we find prophesied and the fulfillment of the prophecy, when she
says, “...type
has met antitype in the death of God’s Son, the great sacrifice has been made.”
Omong-omong, apakah kalian melihat ada dikatakan di sini bahwa Yesus
akan menyebabkan kurban dan persembahan dihentikan? Sekarang, saya mau
membacakan suatu pernyataan yang sangat menarik dari biografi Kristus yang
klasik, yaitu buku The Desire of Ages (Kerinduan Segala Zaman). Tahukah kalian bahwa
hal tersebut benar-benar telah digenapi, bahwa Yesus menyebabkan kurban dan
persembahan berhenti? Izinkan saya membacakan suatu pernyataan singkat yang
terdapat di buku The Desire of Ages tentang
saat kematian Yesus. Di sini Ellen White menyatakan: “Semua ketakutan dan penuh kebingungan...” karena telah terjadi gempa bumi hebat, dan
tabir Bait Suci robek dari atas hingga bawah. Ellen White melanjutkan, “... imam akan
menyembelih domba kurban, tetapi pisau terjatuh dari tangannya yang lemas dan
domba itu melarikan diri.” Lalu
Ellen White melihat kaitan antara tipe dan antitipe, antara apa yang kita
temukan dalam nubuatan dan penggenapan dari nubuatan itu, dia berkata, “.... tipe [lambang] bertemu dengan antitipe [yang
sesungguhnya] dalam kematian Anak Allah,
kurban yang agung telah dilakukan.”
So, Jesus, literally in the year 31 AD, 3 o’clock in the afternoon, on the
14th day of Nissan, fulfilled the prophecy concerning the Passover Lamb,
which is represented once again by the Altar of Sacrifice.
Maka, secara harafiah pada tahun 31 AD, pukul 3 sore, pada hari
ke-14 bulan Nissan, Yesus benar-benar
telah menggenapi nubuatan mengenai domba
Passah, yang sekali
lagi disimbolkan oleh Mezbah Kurban.
But there are other prophecies. We have for example the morning
and evening sacrifices in the Sanctuary the morning and evening sacrifice was
offered and placed upon the Altar of Sacrifice. Let me just read that to you.
Exodus 29:38-39, it says here: “Now this is what you shall offer on the altar...” that is this altar, “... two lambs of the first year, day by day
continually. One
lamb you shall offer in the morning, and the other lamb you shall offer at
twilight.”
That is
between the two evenings, 3 o’clock in the afternoon. In other words, the sacrifice
of the lamb morning and evening pointed forward to the death of Jesus Christ on
the cross.
Tetapi masih ada nubuatan-nubuatan yang lain. Kita dapati kurban pagi
dan petang yang diadakan di Bait Suci. Kurban pagi dan petang ini
dipersembahkan dan diletakkan di atas Mezbah Kurban. Izinkan saya membacakan
itu untuk kalian. Keluaran 29:38-39, dikatakan di sini: “Inilah yang harus kaupersembahkan di
atas mezbah itu...” yaitu
mezbah kurban itu, “... dua anak domba berumur setahun, setiap hari secara terus menerus. Domba yang
satu haruslah kaupersembahkan pada waktu
pagi dan domba yang lain kaupersembahkan
pada waktu senja.” Seharusnya “di antara dua petang”
yaitu pukul 3 sore. [NKJV yang diindonesiakan]. Dengan kata lain, kurban domba pagi dan petang
menunjuk kepada kematian Yesus Kristus di atas salib.
But
there are other prophecies. Notice Isaiah 53:4-6, it’s speaking here about the
Messiah, over 700 years before Jesus is born, and it says, “Surely He has borne our griefs and carried our
sorrows; yet we esteemed Him stricken, smitten by God, and afflicted. But He was wounded...” listen
carefully. Remember the prophecy that
says it was not for Himself in the Prophecy of the 70 weeks He will be cut off
but not for Himself? Notice what it says
here: “... But He was wounded for our transgressions,
He was bruised for our iniquities; the chastisement for our peace was upon Him, and by His stripes we are healed. All we like sheep have
gone astray; we have turned, every one, to his own way; and the Lord has laid on Him the iniquity of us all.” Now, is this prophecy referring to Jesus Christ? It most
certainly is. The New Testament applies it to Jesus Christ.
Tetapi masih ada nubuatan yang lain. Perhatikan Yesaya
53:4-6, yang berbicara mengenai Mesias, ditulis 700 tahun sebelum kelahiran
Yesus, dan itu berkata, “Tetapi sesungguhnya, duka kitalah
yang ditanggungNya, dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, namun kita mengira Dia kena tulah, dipukul oleh Allah dan tersiksa. Tetapi Dia
terluka...”
dengarkan baik-baik. Ingat
nubuatan 70 minggu yang berkata bahwa Dia tidak disingkirkan karena
kesalahanNya sendiri? Perhatikan di sini dikatakan, “...dia terluka oleh karena pelanggaran-pelanggaran
kita, Dia dipukuli hingga memar karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman demi pendamaian kita ditanggung olehNya, dan oleh
bilur-bilurNya kita disembuhkan. Kita
sekalian seperti domba yang tersesat,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, dan
TUHAN telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita semua.”
[NKJV yang diindonesiakan]. Sekarang,
apakah nubuatan ini mengacu kepada Yesus Kristus? Tentu saja. Kitab Perjanjian
Baru mengaplikasikannya kepada Yesus Kristus.
Go
with me to Acts 8 and we will read verses 32-36. This is the story of the
Ethiopian eunuch that was met by Philip. And the eunuch was studying Isaiah 53
and he can’t make any sense out of it and he says, “Who is this prophecy
talking about?” Let’s pick up this story in verse 32 “The place in the Scripture which he
read was this: “He was led as a sheep to the
slaughter; and as a lamb before its shearer is silent, so He opened not His mouth. In His humiliation His justice was taken away, and who will
declare His generation? For His life is taken from the earth.” Is he quoting Isaiah chapter 53? Absolutely. Now, notice “So the eunuch answered Philip and said, ‘I ask you, of whom does
the prophet say this, of himself or of some other man?’ Then Philip opened his mouth, and beginning at this Scripture...” he what? He “...
preached Jesus to him.” Who is the center of the prophecy of Isaiah
53? Jesus Christ.
Marilah ke Kisah Rasul pasal 8 dan kita akan membaca ayat 32-36. Ini adalah kisah
sida-sida orang Etiopia yang bertemu dengan Filipus. Dan sida-sida itu sedang
mempelajari Yesaya pasal 53, dan dia tidak bisa mengerti, dan dia berkata,
“Nubuatan ini berbicara mengenai siapa?” Marilah kita teruskan ceritanya dari
ayat 32. “Nas Kitab Suci yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: ‘Seperti seekor domba
Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang
menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam keterhinaan-Nya keadilan pun dirampas dariNya; dan siapakah yang akan menyatakan keturunanNya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.’” Apakah
sida-sida itu mengutip Yesaya pasal 53? Betul sekali. Sekarang,
perhatikan: “... Maka kata sida-sida itu
kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi ini berkata demikian? Tentang dirinya sendiri
atau tentang orang lain?’ Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas
itu ia...” dia
berbuat apa? Dia “... memberitakan Yesus kepadanya.” [NKJV yang
diindonesiakan]. Siapakah
tokoh utama nubuatan Yesaya 53? Yesus Kristus.
Notice
1 Peter 2:23-24 where Isaiah 53 is referred to again and applied to Jesus
Christ. 1 Peter 2:23-24, speaking about Jesus it says, “who, when He was reviled, did not revile in return; when He
suffered, He did not threaten, but committed Himself to Him who judges righteously; who Himself...” that is Jesus, “... bore our sins in His own body on the tree,
that we, having died to sins, might live for righteousness...” and then comes the quotation from Isaiah 53 “... by whose stripes you were healed.”
Perhatikan 1 Petrus 2:23-24 di mana Yesaya 53 disinggung lagi
dan diaplikasikan kepada Yesus Kristus. 1 Pet 2:23-24, berbicara mengenai
Yesus, dikatakan: “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika
Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan Dirinya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri...” yaitu
Yesus, “... telah memikul dosa kita di dalam
tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, boleh hidup untuk kebenaran...” Lalu
muncullah kutipan dari Yesaya 53, “... Oleh bilur-bilur-Nya
kamu telah disembuhkan.” [NKJV yang diindonesiakan].
Did
Peter understand that the prophecy of Isaiah 53 of this Messiah being taken as
a lamb to the slaughter? Did he understand that this applies to be Jesus
Christ? He most certainly did. Once again all of this points to the Altar of
Sacrifice. All of these prophecies have
shown me that Jesus was going to come and Jesus was going to die for our sins.
Apakah Petrus mengerti bahwa nubuatan Yesaya 53 itu berbicara
mengenai Mesias yang dibawa sebagai domba ke tempat penyembelihan? Apakah dia
mengerti bahwa ini diaplikasikan kepada Yesus Kristus? Tentu saja. Sekali lagi
semua ini mengacu kepada Mezbah Kurban. Semua nubuatan itu telah menunjukkan
kepada saya bahwa Yesus akan datang, dan Yesus akan mati untuk dosa-dosa kita.
Notice
another interesting prophecy that we find in the Old Testament that was
fulfilled in Jesus. Numbers 15:2-3, here it says, “Speak to the children of Israel, and say to them: ‘When you
have come into the land you are to inhabit, which I am giving to you, and you make an offering by fire to the Lord, a burnt offering or a sacrifice...” remember those words, “...a burnt offering
or a sacrifice to fulfill a vow or as a freewill offering or in your appointed
feasts, to make a...” what? “... a sweet aroma to the Lord, from the herd or the flock.” So in other words the sacrifice was what before
God? A sweet aroma.
Perhatikan suatu nubuatan lain yang juga menarik yang kita
temukan di Perjanjian Lama, yang digenapi oleh Yesus. Bilangan 15:2-3, di sini
dikatakan, “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka:
‘Apabila kamu masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu menjadi tempat
kediamanmu. dan kamu hendak mempersembahkan korban api-apian bagi TUHAN’...” ingatlah
kata-kata ini, “... ‘korban api-apian bagi TUHAN untuk membayar suatu nazar khusus, atau
sebagai persembahan sukarela atau pada waktu perayaan-perayaanmu, untuk mempersembahkan’...” apa? “... ‘bau yang menyenangkan
bagi TUHAN dari lembu atau pun kawanan domba.’”
[NKJV yang diindonesiakan]. Jadi,
dengan kata lain, kurban itu adalah apa bagi Tuhan? Suatu bau yang
menyenangkan.
Now,
let’s go to Ephesians 5:2 to find out who this applies to. Ephesians 5:2, here
the apostle Paul is going to apply this idea that the sacrifices and offerings
were sweet aromas is going to apply to Jesus Christ. It says there in Ephesians
5:2 “And walk in love,
as Christ also has loved us and given Himself for us, an...” what? Remember the words, “... an offering
and a sacrifice to God for a sweet-smelling aroma.” To whom does this prophecy
in Numbers points to? It points to Jesus Christ.
Sekarang marilah ke Efesus 5:2 untuk mencaritahu kepada siapa
ini diaplikasikan. Efesus 5:2, di sini rasul Paulus akan mengaplikasikan ide
bahwa kurban dan persembahan, bau yang menyenangkan itu kepada Yesus Kristus.
Dikatakan di Efesus 5:2 “dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah
mengasihi kita dan telah menyerahkan
diri-Nya untuk kita sebagai...” apa?
Ingat kata-katanya, “... persembahan dan korban
yang harum bagi Allah.” [NKJV yang diindonesiakan]. Nubuatan
di kitab Bilangan ini mengacu kepada siapa? Kepada Yesus Kristus.
Let me mention just
two other prophecies. Leviticus 22:20-22. It’s speaking about choosing a lamb
for the sacrifice. The bible tells us that the lamb had to be unblemished. In
other words, the lamb was examined very carefully to make sure that the lamb
physically did not have any defect. Now, you need to understand that a lamb is
an animal, all you can do is examine it physically to see that it did not have
a defect, but that represented the fact that Jesus had no moral defect. You see
the type is always more imperfect than the antitype. In other words the shadow
is never as clear as the reality to what
the shadow points. So in the Old Testament you could only determine that the
lamb had no physical blemish or defect, but that represented the fact that Jesus
had no moral defect in His character.
Saya ingin menyebut dua nubuatan lagi. Imamat 22:20-22.
Berbicara mengenai pemilihan domba kurban. Alkitab memberitahu kita bahwa domba
itu haruslah tidak bercacat. Dengan kata lain, domba itu harus diperiksa dengan
sangat teliti untuk memastikan bahwa secara fisik domba itu tidak ada cacatnya.
Sekarang, kalian harus mengerti bahwa domba itu seekor hewan, jadi apa yang
bisa dilakukan adalah memeriksanya secara fisik untuk melihat apakah dia punya
cacat, tetapi hal ini melambangkan fakta bahwa Yesus tidak memiliki cacat
moral. Kalian mengerti, bahwa tipe [lambang] selalu kalah sempurna daripada
antitipe [yang dilambangkan]-nya. Dengan kata lain, bayangan selalu kalah jelas
dibandingkan realita yang dilambangkan oleh bayangan tersebut. Jadi di dalam
Perjanjian Lama, orang hanya bisa memastikan domba itu tidak memiliki cacat
fisik, tetapi hal itu melambangkan bahwa Yesus tidak memiliki cacat moral dalam
karakterNya.
Notice what we’ll
find here in Leviticus 22:20-22 “Whatever has a defect, you shall not offer,
for it shall not be acceptable on your behalf. And whoever offers a
sacrifice of a peace offering to the Lord, to fulfill his vow, or a freewill
offering from the cattle or the sheep, it must be perfect to be accepted; there
shall be no defect in it. Those that are blind or broken or
maimed, or have an ulcer or eczema or scabs, you shall not offer to the Lord, nor make
an offering by fire of them on the altar to the Lord.” In other
words, the lambs had to be without blemish and without defect.
Perhatikan, apa yang akan kita temukan di Imamat 22:20-22. “Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena persembahan atas namamu itu tidak akan diterima.
Dan siapa pun yang mempersembahkan kepada TUHAN korban perdamaian sebagai pembayar nazar khusus kepada Tuhan untuk memenuhi nazarnya, atau sebagai korban sukarela
dari lembu atau kambing domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, agar diterima. Tubuhnya tidak boleh ada cacatnya. Binatang
yang buta atau yang patah tulang, atau pincang, atau yang punya borok,
yang sakit eksim atau yang berkurap,
janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN, atau
kamu jadikan sebagai korban api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah.” Dengan kata lain, domba-domba itu harus tanpa
cela dan tanpa cacat.
Now, what about the
priest? Did the priest also had to be without defect? Absolutely! Go with me to
Leviticus 21:17-21. Once again, the priests in the Old Testament they could
only determine that they had no physical blemish, but that represented the
fact that Jesus Christ had no physical
or moral defects. In other words the shadow is not as perfect as the reality to
which the shadow points. Leviticus
21:17-21 “Speak
to Aaron, saying: ‘No man of your descendants in succeeding
generations, who has any defect, may
approach to offer the bread of his God. For any man who has a
defect shall not approach: a man blind or lame, who has a marred face or any limb too long, a man who has a broken
foot or broken hand, or
is a hunchback or a dwarf, or a man who has a defect in
his eye, or eczema or scab, or is a eunuch. No man of the descendants
of Aaron the priest, who has a defect, shall come near to offer the offerings made by fire to the Lord. He has a
defect; he shall not come near to offer the bread of his God.”
Sekarang, bagaimana dengan imamnya? Apakah si imam juga harus
tanpa cacat? Tentu saja! Mari bersama saya ke Imamat 21:17-21. Sekali lagi,
imam-imam di Perjanjian Lama hanya bisa menentukan bahwa mereka tidak memiliki
cacat fisik, tetapi hal ini melambangkan fakta bahwa Yesus Kristus tidak
memiliki cacat fisik maupun moral. Dengan kata lain, bayangannya tidak
sesempurna kenyataan yang dilambangkan oleh bayangan itu. Imamat 21:17-21: “Katakanlah kepada Harun, begini: ‘Tak
seorang pun dari antara keturunanmu turun-temurun yang bercacat badannya, boleh datang mendekat untuk mempersembahkan
santapan Allahnya, karena setiap orang
yang bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang timpang,
orang yang bercacat mukanya, orang yang salah
satu kakinya lebih panjang, orang
yang patah kakinya atau tangannya, orang
yang bungkuk atau yang kerdil badannya atau
yang cacat matanya, orang yang sakit eksim atau berkurap atau yang impoten. Tidak seorang pun dari keturunan
imam Harun, yang bercacat badannya, boleh
datang untuk mempersembahkan segala korban api-apian TUHAN; dia yang punya cacat, tidak boleh datang dekat
untuk mempersembahkan santapan Allahnya.’” [NKJV yang diindonesiakan].
Let
me ask you, what did the lamb represent?
The lamb represented the Unblemished Lamb that was sacrificed and placed
on the altar represented Jesus Christ.
What
did the priest represent? The priest
also represented whom? The priest also represented Jesus Christ.
You
say “How could the priest and the lamb both represent Jesus Christ?” It’s very simple, you see, the bible says
that Jesus
Christ offered Himself. In the Old Testament system you needed a priest
to offer the lamb. Well, Jesus is the priest and the lamb, because Jesus offers
Himself and He’s undefiled. Notice Hebrews 7:26-27 on this point. Hebrews
7:26-27 it says here: “ For
such a High Priest was fitting for us, who is...” what? “... holy, harmless, undefiled, separate from
sinners, and has become higher than the heavens...” and now notice, “...
who does not need daily, as those high priests,
to offer up sacrifices, first for His own sins and then for the people’s, for
this He did once for all when He....” what? “... when he offered up Himself.” What kind of priest was Jesus Christ? He was an
unblemished what? Priest! And He officiated His own sacrifice.
Coba saya tanya, apakah yang dilambangkan oleh domba itu?
Domba melambangkan Domba yang tak bercela yang dikurbankan dan ditempatkan di
atas mezbah, yaitu Yesus Kristus.
Apa yang dilambangkan imam? Imam juga melambangkan siapa?
Imam juga melambangkan Yesus Kristus.
Kalian berkata, “Mana bisa imam dan domba sama-sama melambangkan Yesus Kristus?” Jawabannya sangat
sederhana. Kalian lihat, Alkitab berkata bahwa Yesus Kristus mempersembahkan DiriNya. Dalam sistem kurban
Perjanjian Lama, dibutuhkan seorang imam yang mempersembahkan domba kurban.
Nah, Yesus adalah si imam dan si domba, karena Yesus mempersembahkan diriNya,
dan Dia tidak bercela. Perhatikan Ibrani 7:26-27 mengenai hal ini. Ibrani 7:26-27,
dikatakan di sini: “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang cocok untuk kita: yaitu yang...”
bagaimana? “... saleh, tanpa salah,
tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada
tingkat-tingkat sorga...” sekarang perhatikan, “... yang tidak seperti
imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk
dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah
dilakukan-Nya satu kali untuk semua manusia,
ketika Ia....” apa? “... ketika Ia mempersembahkan
diri-Nya sendiri sebagai korban.” [NKJV yang diindonesiakan]. Imam
macam apakah Yesus Kristus? Dia adalah imam yang tanpa cacat! Dan Dia
mempersembahkan diriNya sendiri sebagai kurban.
Was
He also a perfect lamb? Yes, He was. Go with me to 1 Peter 1:18-20. Listen,
these prophecies are much more precise than what Nostradamus could have ever given. You know, I’ve been
reading a book that is very interesting on the Quatrain of Nostradamus and you
have to use a wild imagination to figure out what he is trying to say, but with the bible
you don’t have to do that. The bible is exact and precise, it tells you when,
where and how, and who. Notice 1 Peter 1:18-20, Jesus is also the perfect lamb:
“... knowing that you were not redeemed with corruptible things, like silver or gold, from your aimless conduct received by tradition from your fathers, but...” you were redeemed “... with the precious blood of Christ...” now notice this, “... as of
a...” what? “... as of a lamb without blemish and without...” what? “... spot. He indeed was foreordained before the foundation
of the world, but was manifest in these last times for you.”
Apakah Dia juga Domba yang sempurna? Dia Domba yang sempurna.
Marilah bersama saya ke 1 Petrus 1:18-20. Dengarkan, nubuatan-nubuatan ini jauh
lebih tepat daripada apa yang bisa disajikan Nostradamus. Kalian tahu, saya
membaca sebuah buku yang sangat menarik mengenai Quatrain [sajak 4 baris]
Nostradamus, dan kalian harus memakai daya imajinasi yang liar untuk mengerti
apa yang ingin dikatakan olehnya. Tetapi dengan Alkitab, kalian tidak perlu
demikian. Alkitab itu tepat dan mendetail, dia memberitahu kita kapan, di mana,
bagaimana, dan siapa. Perhatikan 1 Petrus 1:18-20, Yesus juga adalah domba yang
sempurna. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu tidak
ditebus dengan benda-benda yang fana seperti perak atau emas, dari cara hidupmu
yang sia-sia yang kamu terima dari tradisi nenek moyangmu, tetapi…” kamu telah ditebus, “... dengan darah Kristus yang mahal, …” sekarang
perhatikan ini, “seperti…” apa? “… seperti seekor domba yang tidak bercela dan tidak….” apa? “… tidak bercacat.
Sesungguhnya Dia sudah ditentukan sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan
pada akhir masa ini untuk kamu.” [NKJV yang diindonesiakan].
Was
Jesus the unblemished priest? Yes! Was Jesus the unblemished lamb? Yes! Jesus officiated His own sacrifice, and you
know what’s interesting? Not only was
Jesus the perfect priest, that offered Himself the perfect sacrifice, but when
He resurrected, He took His own blood as the priest into the Holy Place of the
Sanctuary.
Apakah Yesus itu imam yang tak bercacat-cela? Ya! Apakah
Yesus itu domba yang tak bercela? Ya! Yesus mempersembahkan DiriNya sendiri sebagai kurban yang
sempurna, dan
tahukah kalian apa yang menarik di sini? Bukan saja Yesus itu seorang imam yang
sempurna yang mempersembahkan DiriNya sebagai kurban yang sempurna, tetapi
ketika Dia bangkit, Dia membawa darahNya sendiri, sebagai imam, masuk ke Bilik
Suci dari Bait Suci.
Now,
that’s interesting. All of these pointed to whom? To Jesus! Notice Hebrews
4:15. On the perfect nature of Jesus
Christ, the fact that He had no moral defect. It says: “For we do not have a High Priest who cannot
sympathize with our weaknesses, but was in all points tempted as we
are, yet...” what? “... yet without sin.”.
Notice 2
Corinthians 5:21 the bible is clear on this point. 2 Cor 5:21, it
says, “For
He...” that is God the
Father, “... made Him...” that is Jesus, “... who knew no sin to be...” what? “... to be sin for us, that we might become the righteousness of God in
Him.” He who knew no sin, was made sin for us so that
we might be found what? So that we might be found righteous.
Nah, itu menarik. Semuanya ini menunjuk kepada siapa? Ke
Yesus! Perhatikan Ibarani 4:15. Mengenai kesempurnaan sifat Yesus Kristus,
bahwa Dia tidak memiliki cacat moral. Dikatakan: “Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, melainkan yang dalam
segala hal dicobai sebagaimana kita dicoba, namun..” bagaimana? “... namun tidak berbuat dosa.” [NKJV yang diindonesiakan]
Perhatikan
2 Korintus 5:21. Alkitab sangat jelas tentang poin ini. 2 Korintus 5:21
berkata, “Dia...” maksudnya
Yesus, “... yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya...” ini Allah Bapa, “...menjadi...” apa? “... dosa karena kita, supaya
kita boleh menjadi kebenaran Tuhan dalam Dia.”
[NKJV yang diindonesiakan] Dia yang
tidak mengenal dosa, dibuat menjadi dosa karena kita, supaya kita bisa didapati
bagaimana? Supaya kita boleh
dianggap benar.
One more text,
notice Galatians 3:13, it says here “Christ has redeemed us from the curse of the
law...” and how did He do it? “... having become a curse for us (for it is written, ‘Cursed is everyone who hangs
on a tree.’”
Satu lagi teks, perhatikan Galatia 3:13, dikatakan di sini, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat...” dan
dengan cara apa Dia melakukannya? “...dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada
kayu salib!’”
These are only some of the prophecies of the Old Testament
that pointed to the work of Jesus in the Court. Jesus coming to die for our sins after living in
the Camp as a perfect lamb. You see, Jesus lives in the Camp as the perfect
lamb and then He goes to the altar and dies as the perfect lamb, and He
officiates His own sacrifice.
Ini hanya beberapa dari nubuatan di Perjanjian Lama yang
menunjuk kepada pekerjaan Yesus di Pelataran. Yesus datang untuk mati bagi dosa
kita setelah hidup di Perkemahan sebagai domba yang sempurna. Kalian lihat,
Yesus hidup di Perkemahan sebagai domba yang sempurna, lalu Dia pergi ke Mezbah
dan mati sebagai domba yang sempurna, dan Dia Sendiri yang mempersembahkan
pengurbanan Dirinya.
Now, I need to make one point very, very clear, and that is, that
what Jesus did in the Camp and in the Court, He did for every single person who
has ever lived in planet earth. Not only for the saints. His life and His death was for every
single person who has ever drawn breath on planet earth. In other
words, the work of Jesus in the Camp and in the Court, is a corporate work that
includes the whole human race. Let’s read some verses about that.
Sekarang, saya harus menekankan satu poin supaya benar-benar
jelas, dan itu adalah, bahwa apa yang dilakukan Yesus di Perkemahan dan di
Pelataran, Dia melakukannya buat setiap manusia yang pernah hidup di planet
bumi. Bukan hanya untuk orang-orang suci. HIDUPNYA
DAN KEMATIANNYA ADALAH UNTUK SETIAP MANUSIA YANG PERNAH MENGIRUP NAPAS DI
PLANET BUMI. Dengan kata lain, pekerjaan Yesus di Perkemahan dan
di Pelataran, adalah pekerjaan gabungan yang melibatkan seluruh bangsa manusia.
Marilah kita baca beberapa ayat mengenai hal ini.
Hebrews 2:9. And I know what are you thinking. So you say, “Everybody is going to be saved, right,
Pastor?” No! You see, that’s why we need
to understand our next couple of lectures on the work of Jesus Christ in the
Holy Place of the Sanctuary. Now, notice
Hebrews 2:9 “But we see Jesus,
who was made a little lower than the angels, for the suffering of death crowned
with glory and honor, that He, by the grace of God, might taste death for the saints...” No! It says “... might
taste death for everyone.” For how many people
did Jesus die? For everyone!
Ibrani 2:9, dan saya tahu apa yang kalian pikirkan. Kalian
berkata, “Berarti setiap orang akan selamat, bukan, Pastor?” Tidak! Kalian
lihat, itulah sebabnya kita harus memahami dua pelajaran kita berikutnya
mengenai pekerjaan Yesus di Bilik Suci dalam Bait Suci. Sekarang, perhatikan
Ibrani 2:9 “Tetapi Yesus, yang untuk waktu
yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk menjalani penderitaan kematian, kita
lihat sekarang dimahkotai kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia
Allah Ia bisa mengalami kematian bagi semua orang suci....” Tidak! Dikatakan, “ .... Ia mengalami kematian bagi SEMUA MANUSIA.” [NKJV yang
diindonesiakan]. Yesus
mati untuk berapa orang? Untuk semua orang!
Notice 1 Timothy 2:5-6,
the same idea comes through “For there is one God and one
Mediator between God and men, the Man Christ Jesus, who gave Himself a
ransom for some....” Ah, no, it doesn’t say “some”, “...
who
gave Himself a ransom for...” what? “... for
all, to be testified in due time.”
Perhatikan 1 Timotius 2:5-6, ide yang sama dinyatakan “Karena Allah itu satu dan pengantara antara
Allah dan manusia itu satu, yaitu manusia
Kristus Yesus, yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi beberapa....” Oh,
bukan, tidak dikatakan “beberapa”, “...yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi...” siapa?
“... SEMUA MANUSIA; dan
kesaksian itu dinyatakan
pada waktunya.” [NKJV yang diindonesiakan].
Notice
1 John 2:1-2. What Jesus did, He did for
the whole world. He lived for the whole world and He died for the whole world.
1 John 2:1-2 “My little children...” here he is writing to the followers of Jesus, the disciples of Jesus, “... My little children, these things I write to you, so that
you may not sin. And if anyone sins, we have an Advocate with the Father, Jesus
Christ the righteous. And He Himself...” that is Jesus, “... is the
propitiation for our sins...” that is for the followers of Jesus. But now notice, “... and not for ours
only but also for...” what? “...the whole world.” Oh, you know the verse, “For God so loved Fresno...” Fresno too, but “For God so
loved...” what? “... the world that He gave His only begotten Son...”
Perhatikan 1 Yohanes 2:1-2. Apa yang dilakukan Yesus, Dia
lakukan untuk seluruh dunia. Dia hidup untuk seluruh dunia, dan Dia mati bagi
seluruh dunia. 1 Yohanes 2:1-2 “Anak-anakku,” di
sini dia menulis kepada pengikut-pengikut Yesus, murid-murid Yesus, “... Anak-anakku, hal-hal ini
kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang
berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus,
yang benar. Dan Ia Sendiri...” yaitu Yesus, “...yang menjadi pendamai dosa-dosa kita...” yaitu
semua pengikut Yesus. Tetapi sekarang perhatikan, “... dan bukan untuk dosa
kita saja, tetapi juga ...” apa?
“... untuk dosa seluruh dunia.” Oh, kalian kenal ayat ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan Fresno....” iyah,
Fresno juga, tetapi, “... begitu besar kasih Allah akan...” apa? “... DUNIA INI,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang unik...”
[NKJV yang diindonesiakan].
Allow me to read
you a spectacular statement by Ellen White, The
Desire of Ages page 753. She
caught this nuance “Upon Christ as our substitute and surety was
laid the iniquity of us all. He was counted a transgressor that He might redeem
us from the condemnation of the Law.” And now listen to
this: “...
the guilt of every descendant of Adam was pressing upon His heart.” How much guilt? “The guilt of every descendant of Adam.” You know, some people commit suicide because
they feel guilty, and depressed over their guilt. Imagine bearing the guilt of all
of humanity from all ages. We have not suffered at all compared to Jesus, our
sufferings are nil compared to His. She continues saying, “... the guilt of every descendant of Adam was
pressing upon His heart, the wrath of God against sin, the terrible
manifestation of His displeasure because of iniquity filled the soul of
His Son with consternation. All His life
Christ had been publishing to a fallen world the good news of the Father’s
mercy and pardoning love. Salvation for the chief of sinners was His theme. But
now, with the terrible weight of guilt
He bears, He cannot see the Father’s reconciling face. The withdrawal of
the divine countenance from the Saviour in this hour of supreme anguish pierced
His heart with a sorrow that can never be fully understood by man. So great was
this agony that His physical pain was hardly felt.”
Powerful
statement. For how many did Jesus bear
the guilt? Every descendant of Adam.
Jesus lived for every person that had ever lived on planet earth, and He died
for every person on planet earth. His life and His death are available for everyone.
Izinkan saya membacakan suatu pernyataan hebat dari Ellen
White, dari The Desire of Ages, halaman 753. Ellen White menangkap perbedaan
yang sangat halus dalam makna ini. “Sebagai pengganti dan penjamin kita, di atas bahu Kristuslah
ditempatkan dosa kita semua. Dia diperhitungkan sebagai seorang yang berdosa,
supaya Dia bisa menebus kita dari hukuman Hukum.” Dan sekarang,
dengarkan ini: “... perasaan berdosa setiap keturunan Adam
membebani hatiNya dengan berat.” Berapa
banyak perasaan berdosa? “Perasaan berdosa dari setiap keturunan Adam.” Kalian tahu, ada orang yang bunuh diri karena mereka merasa
berdosa, dan menjadi depresi karena perasaan berdosa ini. Bayangkan jika harus
memikul perasaan berdosa semua manusia dari segala zaman. Penderitaan kita sama
sekali tidak ada artinya dibandingkan Yesus, penderitaan kita adalah nol
dibandingkan penderitaanNya. Ellen White melanjutkan, “... perasaan
berdosa setiap keturunan Adam membebani hatiNya dengan berat, murka Tuhan
terhadap dosa, manifestasi yang mengerikan dari kemarahanNya karena dosa,
memenuhi jiwa AnakNya dengan perasaan ngeri. Seumur hidupNya, Kristus
menyatakan kepada dunia yang berdosa ini, kabar baik dari kemurahan dan kasih
pengampunan Allah Bapa. Keselamatan bagi orang-orang yang paling berdosa adalah
tema pekabaranNya. Tetapi sekarang, dibebani oleh perasaan berdosa yang
dipikulNya, Dia tidak bisa melihat wajah Bapa yang penuh pengampunan. Penarikan
wajah Allah Bapa dari Sang Juruselamat pada jam penderitaanNya yang paling
berat, menusuk hatiNya dengan kesedihan yang tidak sepenuhnya bisa dimengerti
oleh manusia. Begitu besarnya kesengsaraanNya, sehingga Dia nyaris tidak
merasakan sakit pada jasmaniNya.”
Pernyataan yang kuat. Untuk berapa banyak orangkah Yesus
memikul perasaan berdosa itu? Setiap keturunan Adam. Yesus hidup untuk setiap
manusia yang pernah hidup di planet bumi, dan Dia mati untuk setiap manusia di
planet bumi. HIDUPNYA DAN KEMATIANNYA DISEDIAKANNYA BAGI
SETIAP ORANG.
And so some people say,
“Well, that means everybody is going to be saved, right?”
What is the most
famous verse in the bible? John 3:16.
John 3:16 includes
all, but then it excludes some. That very verse. It says, “For God so loved the world, that He gave His only begotten
Son...” and then what does it say,
“... that whoever believes in Him...” that means to have faith in Him, “... should not perish but have everlasting life.”
Dan oleh karena itu, ada orang yang berkata, “Nah, berarti
setiap orang kan akan selamat, betul?”
Apakah ayat yang paling terkenal di dalam Alkitab? Yohanes
3:16.
Yohanes 3:16 mencakup semua orang, tetapi dia juga
menyingkirkan beberapa orang. Di ayat yang sama itu. Dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu...” lalu, apa
kelanjutannya? “... supaya setiap orang yang percaya dalam Dia...” artinya
yang memiliki iman di dalam Dia, “... tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.” [NKJV yang diindonesiakan].
Did God gave Jesus
for the whole world? Who
will benefit from what Jesus did? Those who believeth in Him. By the way,
this text, John 3:16, if you read the
context, it was talking about the serpent that was raised up in the wilderness.
Let’s read about that in John 3:14, I want you to notice something very
important. You remember when Israels were being bitten by the snakes and they were dying because they were
poisoned? Was it enough to raise up the
serpent in the wilderness? No! What did the people have to do? They had to
look, individually and personally, they had to look at the serpent raised in
the wilderness. Is it enough that Jesus died?
No! We have to what? We have to behold Him by faith. It says there, “And as Moses lifted up the serpent in the wilderness, even
so must the Son of Man be lifted up, that whoever believes in Him should not
perish but have eternal life.” And then it says in
verse 16 “For God so loved
the world, that He gave His only begotton Son that whoever...” what? “...believes in Him
should not perish but have everlasting life.”
Apakah Allah Bapa memberikan Yesus kepada seluruh dunia ini? Siapa yang akan mendapat manfaat dari apa
yang dilakukan Yesus? MEREKA
YANG BERIMAN DI DALAM DIA.
Supaya tahu, teks ini, Yohanes 3:16, jika dibaca konteksnya, dia berbicara
mengenai ular yang ditinggikan di padang gurun. Marilah kita baca tentang hal
itu di Yohanes 3:14. Saya mau kalian perhatikan ada hal yang sangat penting.
Kalian ingat ketika orang Israel dipatuk ular dan mereka sekarat karena terkena
racun ular? Apakah cukup hanya dengan meninggikan ular di padang gurun? Tidak!
Apa yang harus dilakukan orang-orang itu? Mereka harus memandang, secara
individu dan secara pribadi, mereka harus memandang ular yang ditinggikan di
padang gurun. Apakah cukup Yesus mati? Tidak! Kita harus berbuat apa? Kita
harus memandangNya dengan iman. Dikatakan di sini, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian
juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya dalam Dia, jangan binasa tapi beroleh hidup
yang kekal.” Lalu
dikatakan di ayat 16: “... Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang unik itu, supaya setiap orang
yang...” bagaimana? “... PERCAYA DALAM DIA tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
[NKJV yang diindonesiakan].
Now listen carefully.
In our next lecture we are going to see how Jesus pours out the benefits of
what He did while He was on earth. We are going to talk about how you can claim
what Jesus did. How His life and His death become yours. It’s not automatic for
everyone. You have to claim it. There are conditions that must be met in order
for you to benefit from His life and from His death. Believing in Him is one of
them.
Sekarang, dengarkan baik-baik. Dalam pembahasan kita
berikutnya kita akan melihat bagaimana Yesus mencurahkan manfaat dari apa yang
dilakukanNya selagi Dia ada di dunia. Kita akan berbicara mengenai bagaimana
kalian bisa mengklaim apa yang dilakukan Yesus. Bagaimana hidupNya dan matiNya
menjadi milik kita. Ini tidak otomatis berlaku bagi semua orang. Kita harus
mengklaim itu. Ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh kita agar boleh menikmati
manfaat dari hidupNya dan matiNya. Beriman di dalam Dia adalah salah satu
persyaratan tersebut.
Now, do you
understand what the Altar of Sacrifice represent?
Now, let’s talk
about the
Laver. The Laver represents the Resurrection of Jesus Christ. Reviewing: Jesus lived a perfect life in the
Camp. Jesus died as a substitute on the Altar in the Court. Jesus resurrects at
the Laver, and as we’ll notice tomorrow night He enters into the Holy Place to
intercede before His Father for those who come in faith to Him.
Sekarang, apakah kalian mengerti apa yang dilambangkan oleh
Mezbah Kurban?
Sekarang marilah kita berbicara mengenai BEJANA-nya. Bejana ini melambangkan kebangkitan Yesus
Kristus.
Kita ulangi: Yesus menjalani kehidupan yang sempurna di
Perkemahan. Yesus mati sebagai pengganti kita di Mezbah di Pelataran. Yesus
bangkit di Bejana, dan besok malam kita akan memperhatikan bagaimana Dia
memasuki Bilik Suci untuk mewakili kita di hadapan BapaNya, bagi mereka yang
datang kepadaNya dengan iman.
By the way do you
know something very interesting? A person who touched a dead carcass was
considered unclean because death was unclean. When Jesus died, He
would have been considered what? Unclean. So what needed to happen with
Jesus? He needed to be what? Cleansed.
And at
His resurrection, He was cleansed at the Laver. Let me read you a very
interesting verse from Scripture. Go with me to Titus 3:4-5. Very important
verse. It says here, “But when the kindness and the love of God our
Savior toward man appeared, not by works of righteousness which we have done,
but according to His mercy He saved us, through the...” what? What do you wash with? Water, yes. And
what was in the laver? Water! It says,
with “... washing of...” what? “... regeneration...” that’s a very important word, “... regeneration and
renewing of the...” what? “... renewing of the Holy
Spirit.”
Tahukah kalian ada hal yang sangat menarik? Seseorang yang
menyentuh mayat dianggap najis karena kematian
itu najis. Ketika Yesus mati, Dia dianggap apa? Najis. Jadi, apa
yang terjadi dengan Yesus? Dia harus diapakan? Dia harus dibasuh (dibersihkan).
Dan pada kebangkitanNya, Dia dibasuh
di Bejana. Izinkan saya membacakan suatu ayat yang sangat
menarik dari Kitab Suci. Marilah bersama saya ke Titus 3:4-5. Ayat yang sangat
penting. Dikatakan di sini: “Tetapi pada waktu kemurahan dan kasih
Tuhan Juruselamat kita muncul, Dia menyelamatkan kita bukan karena perbuatan
benar yang telah kita lakukan, melainkan karena kasih karuniaNya, melalui…” apa?
Dengan apa kita membasuh? Air, betul. Dan apa yang ada di dalam Bejana? Air!
Dikatakan “... pembasuhan kelahiran kembali…” ini
adalah kata yang amat penting, “… kelahiran kembali, dan pembaharuan yang...” bagaimana? “... yang dikerjakan oleh Roh
Kudus” (Titus 3:5) NKJV yang diindonesiakan.
Now let me tell you what that Greek word is
there. The Greek word that is translated “regeneration”
is a compound word that is composed of two
words, two Greek words. One is the word παλιγ “palig” [pal-ing] which
means “again”
, and the word γενεσία [genesia ghen-es-ee'-ah], or “genesis”, which means what? What
does “genesis” mean? “To begin”. In other words you put παλιγ and γενεσία together and it means to begin what? To begin
again. Most lexicons and dictionaries that I checked
out from experts in the biblical languages say,
that this means “to regenerate” or it means “rebirth.”
Sekarang, saya mau
memberitahu kalian apa kata Greekanya di sini. Kata Greeka yang diterjemahkan
“regeneration” atau “kelahiran kembali” adalah kata majemuk yang terdiri atas
dua kata, dua kata Greeka. Yang satu adalah παλιγ “palig” [pal-ing] yang
berarti “lagi”, dan kata γενεσία [genesia ghen-es-ee'-ah] atau “genesis”, yang
berarti apa? Apa arti kata “genesis”? “Memulai.”
Dengan kata lain, jika digabungkan παλιγ dan
γενεσία menjadi satu, artinya adalah “memulai” apa? “Memulai lagi”.
Kebanyakan Lexikon dan kamus yang saya cek dari pakar-pakar bahasa Alkitab,
berkata, ini berarti, “menghidupkan
lagi” atau “hidup kembali.”
Now, let me ask you, where was Jesus
regenerated? What does “regenerate”
mean? It means to give what? It means to give life what? What does “re-“ mean?
“Generate”
is to give life, but “regenerate” is to what? To give it again. Let me ask
you, when was Jesus regenerated? When is
it that He began again after His death? It was when Jesus was resurrected from the death.
Now not only do you have here in this verse the washing which refers to the
Laver water, but “regeneration”, the word “regeneration” meaning beginning again
or rebirth
from the grave, but also you have “renewing of the Holy Spirit.”
Sekarang, coba saya
tanya, di manakah Yesus hidup kembali? Apa arti “hidup kembali”? Artinya
memberikan apa? Memberikan apa kepada hidup? Apa arti kata “re-“? “Generate” artinya “memberi
hidup” tetapi “regenerate” itu apa? Memberinya lagi. Coba saya saya, kapan
Yesus hidup lagi? Kapankah Dia memulai baru lagi setelah kematianNya? Saat Yesus dibangkitkan dari
mati. Jadi di ayat ini, bukan saja disebutkan tentang
pembasuhannya yang mengacu kepada air di Bejana, tetapi “regeneration”, kata
“regeneration” berarti mulai lagi, atau kelahiran
baru dari kematian, tetapi juga ada “pembaharuan oleh Roh
Kudus.”
Allow me to tell you something about that word
“renewing”. That word “renewing” is the Greek word καινότης
[kainotēs kahee-not'-ace]. And let’s read in the New Testament that uses that
word “renewing” to see what it refers to. It’s actually used in two other
verses in the New Testament, it is used in Romans 6:4 and Romans 7:6. We are only going to read Romans 6:4. Notice
what this word “renewing” refers to. It
says, “Therefore we were buried with Him through baptism into...” what?
“... death, that just as Christ was raised...” so what
is the theme here? Death and what?
Resurrection. “Therefore we were buried with Him
through baptism into death, that just as Christ was raised from the dead by the
glory of the Father, even so we also should walk in ...”
what?
“... in newness of life.”
Izinkan
saya memberitahu kalian sesuatu mengenai kata “pembaharuan”. Kata ini, dalam
bahasa Greekanya adalah καινότης [kainotēs kahee-not'-ace]. Sekarang, marilah kita
baca dari Perjanjian Baru ayat yang
memakai kata “pembaharuan” ini untuk melihat kata ini mengacu kepada apa. Kata
ini dipakai dalam dua ayat lain di Perjanjian Baru, yaitu di Roma 6:4 dan Roma
7:6. Kita hanya akan membaca Roma 6:4. Perhatikan kata “pembaharuan” ini mengacu
kepada apa. Dikatakan, “Dengan demikian melalui baptisan kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam...” apa?
“...kematian,
supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati...” jadi
apa temanya di sini? Kematian dan apa? Kebangkitan. “Dengan demikian melalui baptisan kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita harus
hidup...” bagaimana? “... dalam hidup yang baru.” [NKJV yang
diindonesiakan]
What happens in baptism? Do we die with Christ in baptism? Are we
buried with Christ in baptism? Do we
resurrect to newness of life in baptism?
Absolutely!. So what does this word here mean? “newness”? And in Titus 3:5 “the renewing of the Holy Spirit”
is referring to what? Is referring to the Resurrection. Are you
understanding what I am saying?
Apa
yang terjadi dalam baptisan? Apakah kita mati bersama Kristus dalam baptisan?
Apa kita dikuburkan bersama Krisitus dalam baptisan? Apakah kita bangkit kepada
kehidupan yang baru dalam baptisan? Tentu saja! Jadi apa makna kata “yang baru”
itu?
Dan di Titus 3:5 “pembaharuan oleh
Roh Kudus” mengacu kepada apa? Mengacu kepada Kebangkitan. Apakah kalian
mengerti apa yang saya katakan?
So after Jesus dies, because His body
is a corpse, it has to be what? It has to be cleansed. And so It’s cleansed
where? When Jesus resurrects with a glorified body, He
resurrects at the Laver, it’s the renewing of His life, it’s the regeneration
of His life. In other words the Laver represents the resurrection of Jesus
Christ.
Jadi
setelah Yesus mati, karena tubuhNya menjadi mayat, itu harus diapakan? Harus
dibersihkan. Maka itu dibersihkan di mana? Ketika Yesus bangkit dengan tubuh
yang mulia, Dia bangkit di tempat Bejana (dilambangkan oleh Bejana), di sanalah
hidupNya diperbarui, di sanalah hidupNya dihidupkan kembali. Dengan kata lain, BEJANA ITU MELAMBANGKAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS.
So Jesus basically lived in the Camp
with us, He lived His perfect life there, as a perfect priest and a perfect
lamb. Then He came to the Altar of Sacrifice, and He offered Himself, He is the officiating priest in His own
sacrifice. At the Laver He is regenerated,
or His life is renewed as we read
in Romans 6:4. In other words He resurrects from the death with His glorified, immortal and incorruptable body.
Maka
Yesus pada dasarnya hidup di Perkemahan bersama kita, Dia menjalankan hidupNya
yang sempurna di sana, sebagai imam yang sempurna dan domba yang sempurna. Lalu
Dia datang ke Mezbah Kurban, dan Dia mempersembahkan DiriNya, Dia adalah imam
yang bertugas mempersembahkan DiriNya sebagai kurban.
Di Bejana, Dia dihidupkan kembali, atau hidupNya diperbarui sebagaimana yang
kita baca di Roma 6:4. Dengan kata lain, Dia bangkit dari kematian dengan tubuh
yang dimuliakan, tidak bisa mati, dan kekal.
Now, here’s the important question
that will set the stage for our next study together. Where do you expect Jesus
to go next? Do you know what most
Christians believe? They say, “Jesus
jumped from the Court to the Most Holy Place.”
My question is, is there a Holy Place between the Court and the Most
Holy? Of course. Do you think Jesus
jumped over the Holy Place into the Most Holy Place directly? Absolutely not.
Did Jesus have a function to fulfill in the Holy Place in the Sanctuary? He
most certainly did. He had a role to fulfill where the 7 BRANCH CANDLESTICK is. He had a role to fulfill where the TABLE OF SHOWBREAD is. He had a
role to fulfill where the ALTAR OF
INCENSE is.
Sekarang,
ini adalah pertanyaan yang penting yang akan menjadi dasar pembahasan pelajaran
berikutnya yang kita pelajari bersama-sama. Menurut kalian ke mana Yesus akan
pergi berikutnya? Tahukah kalian apa yang dipercayai kebanyakan orang Kristen?
Mereka berkata, “Yesus melompat dari Pelataran
ke Bilik Mahasuci.” Pertanyaan saya adalah, apakah di antara Pelataran
dan Bilik Mahasuci ada Bilik Suci? Tentu saja. Apakah menurut kalian Yesus
melompati Bilik Suci langsung ke Bilik Mahasuci? Tentu saja tidak. Apakah Yesus
punya tugas yang harus dilaksanakanNya di Bilik Suci dalam Bait Suci? Tentu
saja. Yesus punya peranan yang harus digenapiNya di mana KETUJUH KAKI DIAN berada. Dia punya
peranan yang harus digenapiNya di MEJA
ROTI SAJIAN. Dia punya peranan
yang harus dipenuhiNya di mana MEZBAH UKUPAN (DUPA) berada.
All those three pieces of furniture
represent something very important concerning
the relationship between Christ and His people. So the next step that we
find Jesus taking in the Sanctuary walk is going into where? Going into the
Holy Place of the Sanctuary. And the question is what did He go into the Holy
Place for? You know if you ask a Christian today, “What is Jesus doing the last
2000 years?” They’d say, “Hmmm, good
question.” For most Christian everything
was finished when Jesus died on the cross. That’s it. That’s NOT it. Because Jesus
lived in the Camp, He died in the Court, He resurrected at the Laver, He goes
into the Holy Place, and then He goes into the Most Holy Place.
Ketiga
perabotan ini mewakili sesuatu yang sangat penting sehubungan dengan relasi
antara Kristus dengan umatNya. Jadi, langkah berikutnya, kita temukan Yesus dalam
perjalananNya di Bait Suci ke mana?
Memasuki Bilik Suci dari Bait Suci. Dan pertanyaannya adalah, untuk apa
Dia masuk ke Bilik Suci? Kalian tahu, jika kalian bertanya kepada seorang
Kristen hari ini, “Apa yang dilakukan Yesus selama 2000 tahun terakhir?” Mereka akan berkata, “Hmmm... pertanyaan yang
bagus.” Bagi kebanyakan orang Kristen, semuanya sudah selesai ketika Yesus mati
di atas salib. Cuma itu. Tetapi BUKAN
ITU SAJA! Karena Yesus tadinya hidup di Perkemahan, Dia
mati di Pelataran, Dia bangkit di Bejana, Dia masuk ke Bilik Suci lalu Dia
pergi ke Bilik Mahasuci.
Let me ask you, is there a function
for Jesus after His work in the Court in planet earth? Most certainly. And we
are going to study His work in the Holy Place tomorrow and also on Friday
night. We are going to see, that in the Holy Place is where we are going to claim
the benefits of what Jesus did while He was on earth. So don’t miss
tomorrow night.
Coba
saya tanya, apakah Yesus masih punya tugas setelah pekerjaanNya di Pelataran di
planet bumi? Tentu saja. Dan kita akan mempelajari pekerjaanNya di Bilik Suci
besok dan juga Jumat malam. Kita akan melihat, bahwa DI BILIK SUCI INILAH KITA BISA MENGKLAIM MANFAAT DARI APA
YANG TELAH DILAKUKAN YESUS DI DUNIA. Jadi jangan lewatkan besok
malam.
19 12 2013
No comments:
Post a Comment