HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 21/32 -
Stephen Bohr
GOD ON TRIAL
Dibuka dengan doa.
The book of Job is the most ancient book of the Bible, it is
actually a literary masterpiece. It was written by Moses approximately 1500
years before Jesus was born. But it actually tells the story of a patriarch who lived
about 500 years before Moses wrote the book, in the early patriarchal age.
Kitab Ayub adalah kitab yang tertua dalam Alkitab dan sebenarnya itu adalah
suatu karya sastra yang sangat indah. Kitab ini ditulis oleh Musa sekitar 1500
sebelum Yesus lahir. Tetapi kisahnya
adalah tentang seorang bapak nenek moyang di zaman purba yang hidup sekitar 500
tahun sebelum Musa menulis kitab tersebut.
The book is composed first of all of prose, the first two chapters,
and then from chapter 3 all the way through chapter 42 verse 7 it’s written in
poetry, and finally in chapter 42 from verse 8 through verse 17 once again it
returns to prose.
Now, this book has confused many theologians. There are many
ideas on the purpose of this book. Some say that the purpose of the book is to
answer the question why did the righteous suffer. Some also say that the
purpose of the book is to teach us to be firm and constant in the midst of
suffering. Now, there is no doubt that these issues are included in the story
of Job, but the story is much deeper than just why do the righteous suffer or
the need to persevere in the midst of suffering.
Bagian pertama kitab ini ditulis dalam
bentuk prosa, yaitu dua pasal yang pertama. Lalu mulai pasal 3 terus hingga
pasal 42 ayat 7, seluruhnya ditulis dalam bentuk puisi. Dan akhirnya dari pasal
42 ayat 8 hingga ayat 17, sekali lagi dia kembali ke bentuk prosa.
Nah, banyak theolog telah dibuat
bingung oleh kitab ini. Ada banyak pendapat mengenai tujuan kitab ini. Ada yang
berkata bahwa kitab ini bertujuan menjawab pertanyaan mengapa orang benar harus
menderita. Ada yang berkata bahwa kitab ini bertujuan mengajar kita supaya
teguh dan tidak goyah di tengah penderitaan. Nah, tidak diragukan lagi bahwa
isu-isu tersebut memang termasuk di dalam kisah Ayub, tetapi sebenarnya kisah
itu jauh lebih dalam daripada mengapa orang benar menderita atau keharusan
manusia bertahan di tengah penderitaan.
What’s taking place in the book of Job is really a trial. It is a trial that is taking place in heaven,
interestingly enough. And it really foreshadows the investigative judgment
that is taking place now in heaven. If you look carefully in this story
you are going to find that there is an accuser who is Satan. There is a Defense
Attorney who is Jesus or God. There is a Judge who sits on His throne, there is
a jury they are called the sons of God. Evidence is examined. There are
accusations and there are responses to those accusations. And we’ll notice that
at the end of the story there is a final verdict. This book is saturated with
legal language. In other words, it is to be understood in a judicial context.
It is actually a trial that is taking place in heaven, believe it or not.
Di dalam kitab Ayub apa yang
sebenarnya dikisahkan adalah tentang suatu pengadilan. Dan menariknya, ini adalah pengadilan yang terjadi di Surga. Dan peristiwa itu merupakan bayangan pendahuluan
dari penghakiman pemeriksaan yang sedang terjadi sekarang di Surga.
Jika kalian memperhatikan kisah ini, kalian akan mendapatkan bahwa si penggugat
adalah Setan. Ada seorang Jaksa Pembela, yang adalah Yesus atau Tuhan. Di sana
juga ada seorang Hakim yang duduk di atas takhtaNya. Dan ada dewan juri yang
disebut “anak-anak Allah”. Bukti-bukti diperiksa. Ada tuduhan, dan ada jawaban
kepada tuduhan-tuduhan itu. Dan pada akhir cerita, kita akan mendapatkan vonis
akhirnya. Kitab ini dipenuhi istilah-istilah hukum, dengan kata lain, kisah ini
harus dipahami dalam konteks judisial. Percaya atau tidak, ini adalah pengadilan yang terjadi di Surga.
Let me give you one verse as an example, of the legal language
that is used in the book, and I have in the written material many more texts from
Job that used legal or judicial language.
Notice Job 16:19 . Here Job is speaking to God, and he
says, “Surely even now my witness is in heaven, and my evidence is on high.” “witness” and “evidence”~ language
of a court of law.
Saya akan memberikan satu contoh
tentang istilah hukum yang dipakai di kitab ini, dan di dalam makalah yang
tertulis saya telah mencamtumkan banyak ayat dari kitab Ayub yang memakai
istilah hukum atau istilah judisial.
Perhatikan Ayub 16:19. Di sini Ayub berbicara kepada Tuhan
dan dia berkata, “Sesungguhnya, bahkan
sekarang ini pun Saksiku ada di sorga, dan buktiku ada
di tempat yang tinggi.” [NKJV yang diindonesiakan]. Kata “saksi” dan “bukti” adalah bahasa dalam
suatu pengadilan hukum.
Now, it’s very important for us to remember
that there
was no written revelation when this story took place. None of the books of the
Bible had actually been written yet. So Job did not have all the information
that we have today that helps us know what is going on in the invisible
world. In fact, we are going to notice in this story that heaven knows what is
happening on earth but earth does not know what is happening in heaven. And if
Job had had Scripture and he had known, his trial would have been much easier
for him to bear.
Nah, penting untuk kita ingat bahwa ketika kisah ini
terjadi, saat itu tidak ada wahyu yang
tertulis. Tidak satu pun kitab dari Alkitab yang sudah ditulis pada waktu itu.
Jadi Ayub tidak memiliki semua informasi yang kita miliki sekarang
yang membantu kita mengerti apa yang terjadi di dunia yang tidak kita lihat.
Bahkan, di dalam kisah ini, kita akan melihat bahwa Surga tahu apa yang sedang
terjadi di bumi, tetapi bumi tidak tahu apa yang terjadi di Surga. Dan
seandainya Ayub memiliki Alkitab, dan dia tahu, maka pencobaan yang kena
kepadanya akan terasa lebih ringan.
Now, the scene in Job begins on earth. It’s
kind of like a drama. The curtain opens and we are on earth. And Job is
introduced in chapter 1:1-3 “There was a man in the land of Uz, whose
name was Job; and that man was blameless and upright,
and one who feared God and shunned evil. And seven sons and three daughters were born to
him…” Many
children in biblical times were a sign of God’s blessing. But he not only had
many children, because it continues saying “… Also, his possessions were seven thousand
sheep, three thousand camels, five hundred yoke of oxen, five hundred female
donkeys, and a very large household, so that this man was the greatest of all
the people of the East.” Job was a very rich and prosperous man. But he was also a
very spiritual man. A strange combination indeed, rich but spiritual.
Sekarang, adegan di kitab Ayub dimulai di bumi. Ini seperti
suatu sandiwara. Tirai diangkat dan kita berada di bumi. Dan Ayub diperkenalkan
di pasal 1:1-3. “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan
jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga
anak perempuan…” Di zaman Alkitab, banyak anak adalah
tanda berkat dari Tuhan. Tetapi Ayub bukan hanya memiliki banyak anak, karena
selanjutnya dikatakan, “… Ia memiliki tujuh ribu
ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus
keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang
itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.” Ayub adalah orang yang sangat kaya dan
makmur. Tetapi dia juga orang yang sangat rohaniah. Suatu kombinasi yang tidak
umum, kaya tetapi rohaniah.
Notice Job 1:1, and then we’ll read verses 4
and 5 and also verse 8. “There
was a man in the land of Uz, whose name was Job; and that man was…” listen to his character, “… was blameless and upright, and one who
feared God and shunned evil…” And you know, I read this because some
theologians say that Job was an arrogant individual, self sufficient. Scripture
does not sustain that view. Now notice what it says in verse 4, “…And his sons would go and feast in their houses, each on his appointed day…” probably on their birthdays, “… and would send and invite their three sisters
to eat and drink with them. So it was, when the days of feasting had run
their course, that Job would send and sanctify them…” Notice, he was a family man, he was interested
in the spiritual welfare of his family. So it says “… that Job would send and sanctify them and he
would rise early in the morning and offer burnt offerings according to the number of them all. For Job said, ‘It may
be that my sons have sinned and cursed God in their hearts.’ Thus Job did regularly….”
Verse 8 “… Then
the Lord said to Satan, ‘Have you considered My
servant Job…” in other words, God
says, “Have you looked at My servant who lives down in your territory?” “…that there
is none like him on the
earth, a blameless and upright man, one who fears God and shuns evil’…” Now, notice here, that it is God who is
speaking. In the introduction to the book it is simply being recorded that he
was this, but here it says that God is saying about His servant Job, that he
was blameless, upright, feared God and shun evil.
Perhatikan Ayub 1:1 lalu kita akan membaca ayat 4 dan 5 dan juga ayat 8.
“Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu….” Sekarang dengarkan bagaimana tabiatnya,
“… saleh
dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan…” Tahukah
kalian saya membaca ayat ini karena ada theolog yang berkata bahwa Ayub adalah
orang yang sombong, yang merasa tidak membutuhkan bantuan siapa pun. Alkitab
tidak membenarkan pendapat itu. Nah, perhatikan apa yang dikatakan di ayat 4, “Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka
masing-masing menurut giliran…” kira-kira pada hari ulang tahun mereka,
“… dan
ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama
mereka. Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub akan pergi, dan menguduskan mereka; keesokan
harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran
sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: ‘Mungkin anak-anakku sudah
berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.’ Demikianlah dilakukan
Ayub senantiasa…” [NKJV
yang diindonesiakan]. Ayat 8
“Lalu bertanyalah
TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?...” Dengan
kata lain Tuhan berkata, “Kamu sudah melihat hambaKu yang tinggal di daerah
kekuasaanmu?” “…Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia,
yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan." Perhatikan, di sini Tuhanlah yang
berbicara. Tadi di atas saat Ayub diperkenalkan, itu hanyalah suatu keterangan
bahwa itu adalah tabiat Ayub. Tetapi di sini dikatakan, Tuhan yang berkata
demikian tentang hambaNya Ayub, bahwa dia saleh, jujur, takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan.
Job was also a very generous man, a
philanthropic man. He used his possessions to bless others. Notice Job
29:12-17. Here Job is describing what he used his riches for: “Because I delivered the poor
who cried out, the fatherless and the one who had no helper. The
blessing of a perishing man came upon me, and I
caused the widow’s heart to sing for joy. I put on righteousness, and it clothed me; my
justice was like a robe and a turban. I was eyes to the blind, and I was feet to the lame. I was a father to the poor, and I searched out the
case that I did not know. I broke the fangs of the wicked, and plucked
the victim from his teeth.”
Was he a generous man? Oh, yes, very philanthropic. Rich. Spiritual. Generous.
Ayub juga adalah orang yang sangat murah hati, seorang filantropis. Dia
memakai hartanya untuk memberkati orang lain. Perhatikan Ayub 29:12-17. Di sini
Ayub menceritakan kekayaannya dipakai untuk apa saja: “Karena aku menyelamatkan orang miskin
yang berteriak minta tolong, juga anak piatu dan
orang yang tidak ada
penolongnya; aku mendapat ucapan berkat
dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria; aku berpakaian kebenaran dan keadilan
menutupi aku seperti jubah dan serban;
aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh; aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan
perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.
Geraham orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya dari giginya.”
Apakah Ayub orang yang murah hati? Oh, ya, sangat filantropis. Kaya.
Rohaniah. Murah hati.
Now, let’s go to chapter 1 and verse 6.
The curtain closes on the earthly scene, the
state is rearranged and now the curtain opens and we are in heaven. Job 1:6,
God is entertaining a dialogue with Satan. And it says there, “Now there was a day when the sons of God came to present themselves
before the Lord…” “the sons of God” we don’t have time to get into it, but “the
sons of God” are the representatives of the worlds that never sinned. Each
world has a representative in the heavenly council. And so it says, “Now there was a day when the
sons of God came to present themselves before the Lord and Satan also came among
them…” The
reason that Satan came among them is because he had stolen Adam’s position as
the representative of this world when Adam allowed himself to be conquered.
Verse 7 “…
And the Lord said to Satan, ‘From where do you come?’ So Satan answered the Lord and said, ‘From going to and fro on the earth…” that is “from patrolling my
territory” “… and from walking back and forth on it.’…” And
then God perhaps with a touch of healthy pride, says in verse 8, “…Then the Lord said to Satan, ‘Have you considered My servant Job…”
he lives in your
territory but he is My servant! “… that there
is none like him on the earth, a blameless and upright man, one who
fears God and shuns evil?’” “Have you seen My servant? Even though he lives in your
territory, he fears Me and he loves Me and he obeys Me.”
Sekarang marilah kita ke pasal 1 ayat 6.
Tirai turun mengakhiri adegan di bumi.
Tatanan panggung diganti dan sekarang tirai diangkat lagi dan kita berada di
Surga. Ayub 1:6, Tuhan sedang melayani pembicaraan dengan Setan. Dan dikatakan
di sana “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah
menghadap TUHAN…” Kita tidak punya waktu untuk membahas “anak-anak Allah”
ini, tetapi “anak-anak Allah” adalah wakil-wakil dari dunia-dunia yang tidak
pernah berdosa. Setiap dunia mempunyai wakil di Dewan Surgawi. Maka dikatakan, “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah
menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis….” Alasan kedatangan Setan di antara mereka adalah karena
Setan telah mencuri posisi Adam sebagai wakil dari dunia kita ini ketika Adam mengizinkan
dirinya dikalahkan oleh Setan. Ayat 7, “… Maka
bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis
kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi’…." Maksudnya “dari
berpatroli di daerah kekuasaanku.” Lalu mungkin dengan rasa bangga yang
selayaknya, Tuhan berkata di ayat 8, “Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku
Ayub?’...” Dia hidup di daerah kekuasaanmu, tetapi dia adalah
hambaKu! “… ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?
Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur,
yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.’…" Sudahkah kamu melihat hambaKu? Walaupun dia hidup di
daerah kekuasaanmu, dia takut kepadaKu dan dia mengasihi Aku, dan dia patuh
kepadaKu.”
And now in Job 1:9-11 Satan challenges God
and these are perhaps the most important verses in the whole book. Satan
challenges God and he says, “Does Job serve You because he loves You or does
Job serve you for the loaves and fishes? Would Job love and serve You even though when everything went wrong?
Let’s read it. Job 1:9 “So Satan answered the Lord and said, ‘Does Job fear God for
nothing?...” In other words would Job serve You even if he didn’t have anything that You
have given to him? “… Have You…” now notice, “… Have You not
made a hedge around him, around his household, and around all that he has on
every side?...” That was You’ve put a fence around him! I have no access to him. You bless
him, You have bought his allegiance.”
Dan
sekarang di Ayub 1:9-11 Setan menantang Tuhan, dan mungkin ini adalah ayat-ayat
yang paling penting di seluruh kitab ini. Setan menantang Tuhan dan dia
berkata, “Apa Ayub menyembahMu karena dia mengasihiMu atau Ayub menyembahMu
demi roti dan ikannya? (Maksudnya demi berkat-berkat yang diterimanya dari
Tuhan). Akankah Ayub tetap mengasihi dan menyembahMu walaupun segalanya
berantakan?” Mari kita baca ini di Ayub 1:9 “Lalu jawab Iblis kepada
TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?’...” Dengan
kata lain, akankah Ayub menyembahMu jika dia tidak memiliki segala yang telah
Engkau berikan kepadanya? “… ‘Bukankah Engkau’…” sekarang
perhatikan, “… ‘Bukankah
Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang
dimilikinya?’...” “Itu karena Engkau telah membuat pagar
sekelilingnya! Aku tidak bisa menyentuhnya. Engkau memberkatinya, Engkau telah
membeli kesetiannya.”
You know there is this fundamental misconception about
the book of Job and that is that the Devil was accusing Job. The Devil
was not accusing Job, he was accusing God! And you can’t understand the
theology of the book unless you understand that the accusation of Satan is
primarily against God. Because he is saying, “Job serves You for the loaves and
the fishes. He loves You and he fears You because of everything that You have
given him. But he would not serve You if everything disappears. So he serves
You because You have been good to him.”
Kalian tahu, ada suatu pendapat fundamental yang salah
mengenai kitab Ayub dan itu adalah bahwa Iblis menggugat Ayub.
Tetapi Iblis bukan menggugat Ayub, Iblis menggugat Tuhan! Dan kita
tidak akan bisa memahami theologi kitab ini jika kita tidak mengerti bahwa gugatan yang
dilontarkan Setan, yang utama adalah terhadap Tuhan, karena Setan berkata,
“Ayub menyembahMu karena berkat-berkat yang Engkau berikan. Dia mengasihiMu dan
dia takut kepadaMu karena segala sesuatu yang telah Engkau berikan kepadanya.
Tetapi dia tidak akan menyembahMu jika semua itu lenyap. Jadi, dia menyembahMu
karena Engkau baik kepadanya.”
It continues saying there, “…You have blessed the work of his hands, and his
possessions have increased in the land. But now, stretch out Your hand and touch
all that he has, and he will surely curse You to Your face!”
All heaven is listening to this conversation. Heaven is
watching what is happening. And they are asking themselves, “Is it true what
Satan is accusing God of? That Job serves God because God has put a hedge
around him and God is good to him? Does Job serve God only because of the
blessings that he has received? Oh, we wonder.”
So God says, “You wonder? I’ll tell you what you can do.” Notice verse 12.
“… And the Lord said to Satan, ‘Behold, all that he has is in your power; only do not lay a hand on his person.’ So Satan went
out from the presence of the Lord.”
The Devil says, “Oh, goody! Goody! I’m going to prove that Job serves God
because God is good to him.” And so the curtain closes.
Selanjutnya dikatakan di sana, “… ‘Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan
apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu
dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di
hadapan-Mu.’" Seluruh
Surga mendengarkan pembicaraan ini. Surga memperhatikan apa yang sedang
terjadi. Dan mereka bertanya sama sendiri, “Benarkah apa yang dituduhkan Setan
kepada Tuhan? Bahwa Ayub menyembah Tuhan karena Tuhan telah membuat pagar
mengelilinginya dan Tuhan baik kepadanya? Apakah Ayub menyembah Tuhan hanya karena
berkat-berkat yang telah diterimanya? Oh, kami ingin tahu.”
Maka Tuhan berkata, “Kalian ingin tahu? Inilah yang bisa
kalian lakukan.” Perhatikan ayat 12. “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam
kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’
Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.”
Iblis berkata, “Bagus! Bagus! Aku akan membuktikan bahwa
Ayub menyembah Tuhan karena Tuhan baik kepadanya.”
Dan tirai pun menutup.
The stage is rearranged and the curtain opens. And now we are on earth
again. And what happens on earth is truly calamitous. The Bible tells us the
Sabeans, the tribe the dessert tribe people came and stole all of Job’s oxen
and donkeys and killed his servants. Then fire falls from heaven and burns up
the sheep and the servants. The Chaldeans come and they steal all of the camels
and kill all of the servants. A mighty wind comes and collapses the house where
all of his children are gathered together and all of his children perish. Now
this does not take place over the course of several days because the story
tells us while one individual was giving his report, the other one was coming
to give his report about the calamity that has taken place. This takes place
within a period of minutes. He has lost all of his possessions and he has lost
all of his children. He has lost oxen, donkeys, sheep, camels, servants,
children, he is totally bankrupt. How did Job react?
Panggung ditata lagi dan tirai diangkat. Sekarang kita berada
di bumi lagi. Dan apa yang terjadi di bumi benar-benar adalah malapetaka.
Alkitab memberitahu kita bahwa bangsa Syeba, suku bangsa dari padang gurun,
datang dan mencuri semua lembu dan keledai Ayub dan membunuh hamba-hambanya.
Lalu api turun dari langit dan membakar habis domba kambingnya dan
hamba-hambanya. Orang-orang Kaldea datang dan mencuri semua untanya dan
membunuh semua hambanya. Angin kencang bertiup dan membuat rumah di mana semua
anaknya sedang berkumpul ambruk dan semua anaknya binasa. Nah, semua ini tidak
terjadi dalam kurun waktu beberapa hari, karena kisahnya memberitahu kita bahwa
sementara satu orang sedang memberikan laporan, datanglah orang lain menyusul
dengan laporan malapetaka yang lain yang terjadi. Semua ini terjadi dalam waktu
hitungan menit. Ayub kehilangan semua harta miliknya, dan dia kehilangan semua
anaknya. Dia telah kehilangan lembu, keledai, domba kambing, unta, hamba,
anak-anak, dia bankrupt total. Bagaimana reaksi Ayub?
Job 1:20-22 “Then Job arose, tore his robe, and shaved his head; and he fell to
the ground and worshiped. And he said: ‘Naked I came from my mother’s womb, and naked shall I
return there. The Lord gave, and the Lord has taken away’ …” he was half right. The Lord gave but the Lord did not take away. But he
didn’t know. He had no written revelation. Very important. So he says,
“… ‘The Lord gave, and the Lord has taken away. Blessed be the name of the Lord.’” The Devil has said, “He’ll curse You.” But
he says, “… ‘Blessed be the
name of the Lord.’ In all this Job did not sin nor charge God
with wrong.” And I can imagine the heavenly council saying, “Yes! God is right! Job
serves God because he loves Him. And look at that old Devil he took everything
from him and Job still fears and serves God and loves Him with all of his
heart. God is right. And Satan is wrong.” Is all heaven starting to catch a
glimpse of the difference between God and Satan? Absolutely. This is a
universal controversy. All eyes are riveted upon the earth. That’s why 1
Corinthians 4:9 says that earth is the theatre of the universe both before man
and before angels. All the universe is watching. The curtain closes.
Ayub 1:20-22 “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur
kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang
mengambil’…” Ayub hanya setengah benar. Memang Tuhan yang memberi, tetapi
Tuhan tidak mengambil. Tetapi
Ayub tidak tahu. Ayub tidak punya wahyu yang tertulis. Ini
sangat penting. Maka Ayub berkata, “… ‘TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’"
Iblis
telah berkata, “Dia akan mengutuk Engkau.” Tetapi Ayub berkata, “… ‘terpujilah nama TUHAN!’
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat
yang kurang patut.”
Dan saya bisa
membayangkan Dewan Surgawi berkata, “Ya! Tuhan benar! Ayub menyembah Tuhan
karena dia mengasihiNya. Lihatlah si Iblis, dia telah mengambil segala dari
Ayub dan Ayub masih takut dan menyembah Tuhan, dan mengasihi Tuhan dengan
segenap hatinya. Tuhan benar, dan Setan salah.”
Apakah
seluruh Surga mulai melihat perbedaan antara Tuhan dengan Setan? Tentu saja.
Ini adalah kontroversi yang universal. Semua mata sedang tertuju ke bumi.
Itulah sebabnya mengapa 1 Korintus 4:9 berkata dunia ini panggung sandiwara
bagi alam semesta, baik di hadapan manusia maupun di hadapan malaikat. Seluruh
alam semesta sedang menonton. Tirai turun.
The stage is rearranged. And the curtain
opens once again, and now we are once again in heaven. Another council is
taking place. Let’s read about it in Job 2:1-3
“Again there was a day when the sons of God
came to present themselves before the Lord, and Satan came also among them to present
himself before the Lord. And the Lord said to Satan, ‘From where do you come?’
Satan answered the Lord and said, ‘From going to and fro on the
earth, and from walking back and forth on it.’ That is “From patrolling my territory that
Adam gave to me.” Now, I think God with a touch of extra pride, says, “…‘Have you
considered My servant Job, that there is none like him on the earth, a blameless and upright man,
one who fears God and shuns evil? And still he holds fast to his integrity,
although you incited Me against him, to destroy him without cause.’” God is saying, “What you did is absurd.
There is no reason for it.”
Panggung
ditata lagi. Dan sekali lagi tirai diangkat, dan kembali kita berada di Surga
lagi. Dewan Surgawi sedang bertemu lagi. Mari kita baca tentang hal itu di Ayub
2:1-3 “Pada suatu hari yang
lain datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang
juga Iblis untuk menghadap TUHAN. Maka bertanyalah
TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari
perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’" Maksudnya “Dari patroli di daerah kekuasaanku yang
diberikan Adam kepadaku.” Nah, menurut saya, Tuhan dengan rasa bangga berkata, "… ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku
Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan
jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam
kesalehannya, meskipun engkau mendesak Aku memusuhi dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’"
Tuhan
berkata, “Apa yang kamu lakukan itu konyol. Tidak ada alasan untuk itu.”
But Satan has an argument in his mouth. Job
2:4-5 “So Satan answered the Lord and said, ‘Skin for skin!
Yes, all that a man has he will give for his life. But stretch out Your hand
now, and touch his bone and his flesh, and he will surely curse You to Your
face!’” All heaven is listening and watching. So the heavenly council say, “Hmmm…
true, he lost everything, all of his possessions, he lost his children, but
really God didn’t allow Satan to touch him.” Notice what we find in chapter 2
verse 6. “And the Lord said to Satan, ‘Behold, he is in your hand, but spare his life.’” The curtain closes.
Tetapi Setan sudah siap dengan
argumentasinya. Ayub 2:4-5 “Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Kulit ganti
kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah
tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.’" Seluruh Surga sedang mendengarkan dan menonton. Maka
berkatalah Dewan Surgawi, “Hmmmm… benar, Ayub telah kehilangan segalanya, semua
hartanya, dia kehilangan anak-anaknya, tetapi memang betul Tuhan tidak
mengizinkan Setan menyentuhnya.” Perhatikan apa yang kita temukan di pasal 2
ayat 6. “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam
kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’" Tirai turun.
The stage is rearranged. The curtain
opens. And now we are on earth again. Chapter 2 and verses 7-8. “ So Satan went out from the presence of the Lord, and struck Job with
painful boils from the sole of his foot to the crown of his head. And he took for himself a
potsherd…” that’s a piece of pottery “… with which to scrape
himself while he sat in the midst of the ashes.” So now he’s lost his
health. And he is about to lose the support of his wife, who becomes the Devil’s tempter, an instrument in the
Devil’s hand, to tempt Job. Notice chapter 2 verses 9 and 10. “Then his wife said to him, ‘Do you still
hold fast to your integrity? Curse God and die!’…” Who had said that Job was going to curse
God? Satan! So she is an instrument of whom? Of Satan, to try and convince Job
to curse God. “…But he said to her, ‘You speak as one of the foolish
women speaks’…” See, there are wise women, there are foolish women. “… ‘Shall we indeed accept good from God,
and shall we not accept adversity?’ In all this Job did not sin with his lips.”
Once again Job is only half right because
he said “Shall we accept good from God, and also
adversity from God?” Well, God does not send us adversity but Job doesn’t
know. This is a very important detail to understand this book, Job does
not know. His knowledge is incomplete. His knowledge is partial. He doesn’t
know what we know today from reading Scripture.
Panggung ditata lagi. Tirai diangkat. Dan sekarang kita
berada di bumi lagi. Pasal 2 dan ayat 7-8.
“Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu
ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu
kepalanya. Lalu Ayub mengambil sepotong pecahan tembikar…” yaitu sepotong
pecahan tanah liat, “… untuk menggaruk-garuk badannya,
sambil duduk di tengah-tengah abu.” Maka sekarang Ayub telah kehilangan kesehatannya. Dan dia
bakal kehilangan dukungan istrinya, yang
telah menjadi penggoda mewakili Iblis, alat di tangan Iblis untuk mencobai
Ayub. Perhatikan pasal 2 ayat 9 dan 10. “Maka berkatalah isterinya kepadanya: ‘Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!’…” Siapa yang pernah berkata bahwa Ayub akan
mengutuk Tuhan? Setan. Jadi istri Ayub ini adalah alat siapa? Alat Setan, yang
berusaha meyakinkan Ayub agar mengutuk Tuhan. “… Tetapi
jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan tolol!...” Coba
lihat, ada perempuan yang bijak ada perempuan yang tolol. “… ‘Apakah kita
mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” Sekali lagi Ayub hanya setengah benar karena
dia berkata “Apakah
kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Nah, Tuhan
tidak mengirim kita yang buruk, tetapi Ayub tidak tahu. Ini
adalah detail yang sangat penting untuk bisa memahami kitab Ayub ini. Ayub
tidak tahu. Apa yang diketahuinya tidak lengkap. Pengetahuannya hanya sebagian.
Dia tidak tahu apa yang kita ketahui hari ini dari membaca Alkitab.
And then Job is going to lose his best friends. His 3
best friends come to console him and the book tells us that they become his
accusers. Notice chapter 2 and verses 11-13. It says, “Now when
Job’s three friends heard of all this adversity that had come upon him, each
one came from his own place—Eliphaz the Temanite, Bildad the Shuhite, and
Zophar the Naamathite. For they had made an appointment together to come and
mourn with him, and to comfort him….” Some comfort! “… And when they raised their
eyes from afar, and did not recognize him…” he was disfigured from scraping
himself with a potsherd, they did not recognize him, “… they lifted their voices and wept; and each
one tore his robe and sprinkled dust on his head toward heaven….” This is a way of showing
you are terrible, in suffering and affliction in antiquity. “… So they sat down with him
on the ground seven days and seven nights, and no one spoke a word to him, for
they saw that his grief was very great.”
Setelah itu Ayub bakal kehilangan
sahabat-sahabatnya. Tiga sahabatnya datang untuk menghiburnya, dan kitab Ayub
memberitahu kita bahwa mereka malah menjadi penuduhnya. Perhatikan pasal 2 dan
ayat 11-13, dikatakan, “Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar
tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari
tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah,
serta Zofar, orang Naama. Mereka telah membuat
janji untuk bertemu dan bersama-sama datang ke Ayub untuk berkabung bersamanya,
dan menghiburnya…” [NKJV yang diindonesiakan] Menghibur macam apa! “… Ketika
mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi….” Ayub sudah cacat karena menggaruk dirinya dengan potongan
tembikar, mereka tidak mengenalinya lagi. “… Lalu menangislah mereka dengan suara
nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala ke arah langit…” Di zaman purba ini adalah cara menunjukkan seseorang yang
sangat sengsara, dalam penderitaan dan siksaan. “… Lalu
mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun
tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat
berat penderitaannya.”
So what has Job lost? He’s lost all of his possessions, he’s lost all of
his servants, he’s lost of all of his children, he’s lost his health, and he’s
lost the support of his wife and his best friends become his accusers. But you
know what really depresses Job is that apparently his best Friend, God, has
also forsaken him.
Jadi Ayub sudah kehilangan apa? Dia kehilangan semua
hartanya, dia kehilangan semua hambanya, dia kehilangan semua anaknya, dia
kehilangan kesehatannya, dan dia kehilangan dukungan istrinya dan
sahabat-sahabatnya menjadi penuduhnya. Tetapi, tahukan kalian apa yang
benar-benar membuat Ayub tertekan adalah rupanya Sahabatnya, Tuhan, juga telah
meninggalkannya.
Some thing that has greatly puzzled theologians as they study this book is
that Satan after chapter 2 appears to disappear from the book. You know all of
the main protagonism in the book appear
at the end of the book. But Satan who caused all of these sufferings, and all
of these griefs, after chapter 2, appears to disappear from the story. And he
gets off scot free. And they say this book is a travesty injustice because we
don’t know what happened to the guy who did all these to Job. The fact is, we
are going to find that Satan did not disappear from the book. He
reappears at the end, but under a different name.
Sesuatu yang telah membuat bingung para theolog pada
waktu mereka mempelajari kitab Ayub ini adalah setelah pasal 2, sepertinya
Setan menghilang dari kitab itu. Kalian tahu bahwa semua pembelaan utama dalam
kitab ini muncul di bagian akhirnya. Tetapi Setan yang menimbulkan semua
penderitaan ini, semua duka ini, seolah-olah hilang dari kisah ini setelah
pasal 2. Dan Setan lolos dari hukuman. Maka para theolog mengatakan kitab ini
adalah suatu parodi terhadap ketidakadilan, karena kita tidak tahu bagaimana nasib
si penyebab semua penderitaan itu pada Ayub. Sebenarnya, kita akan mendapatkan
bahwa Setan tidak lenyap dari kitab
ini. Pada bagian akhir dia muncul lagi, tetapi dengan nama yang berbeda.
So after chapter 2, did Job curse God? He did not. He remained faithful.
And I can image after that second council that the heavenly beings say. “Hallelujah,
God is right, Job has lost everything and yet he’s still fears God, shuns evil,
and loves God inspite of everything that’s going on.”
Jadi setelah pasal 2, apakah Ayub mengutuk Tuhan? Tidak.
Dia tetap setia. Dan saya bisa membayangkan, bahwa setelah pertemuan Dewan
Surgawi yang kedua itu, makhluk-makhluk surgawi berkata, “Halleluyah, Tuhan
benar, Ayub telah kehilangan segalanya, namun dia tetap takut pada Tuhan,
menghindari kejahatan, dan mengasihi Tuhan walaupun setelah apa yang terjadi.”
Now we need to understand, and I want to repeat this again. Job had
incomplete knowledge and as he suffers for a long period of time, he
actually comes to believe that God is doing this to him and he is puzzled. He
cannot understand the reason why. It’s inconceivable in the mind of Job that
his best Friend would actually do this to him. And throughout the book he is
tempted to throw in the towel and do exactly what the Devil said that he should
do. He is plagued with nagging questions and doubts, because God seems to have
forsaken him. In the rest of the book he constantly speaks out to God, he says,
“God, please explain what’s happening, why have You turned against me?” And
God’s answer is a deafening silence. You know, Job can tolerate the idea of
losing all of his possessions and even his children and the support of his
wife, and his health and the support of his friends, but he cannot bear the
thought of losing his best Friend, God.
Especially when he was a man of integrity, he can’t understand what’s
happening, and he pleads with God for an audience. And God answers ~ that is
till chapter 38 ~ with silence.
Nah, kita harus memahami, dan saya mau mengulangi hal ini
lagi, bahwa pengetahuan Ayub
itu tidak lengkap, dan ketika dia menderita selama waktu yang
cukup lama, dia benar-benar yakin bahwa Tuhanlah yang telah berbuat ini
kepadanya, dan dia bingung. Dia tidak bisa memahami alasannya. Tidak
terpikirkan olehnya bahwa Sahabatnya benar-benar telah berbuat ini kepadanya.
Dan sepanjang kitab itu, dia nyaris menyerah dan melakukan persis seperti yang
dikatakan Iblis seharusnya dia lakukan. Dia dibebani oleh pertanyaan-pertanyaan
yang tidak terjawab serta keraguan, karena Tuhan seolah-olah telah
meninggalkannya. Kita lihat di sisa kitab itu dia terus-menerus berbicara
kepada Tuhan, dia berkata, “Tuhan, tolong jelaskan apa yang sedang terjadi, mengapa
Engkau telah berbalik memusuhi aku?” Dan jawaban Tuhan adalah kebisuan yang
memekakkan telinga. Kalian tahu, Ayub
bisa menerima kehilangan semua hartanya, bahkan anak-anaknya dan dukungan
istrinya, dan kesehatannya dan dukungan teman-temannya, tetapi dia tidak tahan
dengan gagasan bahwa dia telah kehilangan Sahabatnya, Tuhan. Terutama karena
dia adalah orang yang punya integritas, dia tidak bisa mengerti apa yang
terjadi, dan dia memohon kepada Tuhan agar diberi jawaban. Dan Tuhan
menjawabnya dengan kebisuan, hingga pasal 38.
Let’s read some of those verses where Job is asking these questions from
God. Notice Job 16:11-14, he says, “God hates me, I can’t understand why, He’s
turned me over to the wicked, I can’t understand why”, notice “God has
delivered me to the ungodly, and turned me over to the hands of the wicked. I was at ease, but He has
shattered me…” Notice the number of times that he says God is doing
this. “…He has shattered me; He also has taken me by my neck, and shaken me
to pieces; He has set me up for His target, His archers surround me.
He pierces my heart and does not pity; He
pours out my gall on the ground. He breaks me with wound upon wound; He runs at me like a warrior.” What is it you’ve got? God has turned around and his Friend has
become his enemy. And he cannot
understand why?
“Marilah kita membaca beberapa ayat di
mana Ayub mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu kepada Tuhan. Perhatikan Ayub
16:11-14, dia berkata, “Tuhan membenciku, aku tidak mengerti mengapa, Dia
menyerahkan aku kepada orang-orang jahat, aku tidak mengerti mengapa.”
Perhatikan, “Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menyerahkan aku
ke dalam tangan orang fasik. Aku hidup
dengan tenteram, tetapi Ia menghancurkan
aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, dan mengocok
aku hingga hancur berkeping-keping, dan aku ditegakkan-Nya menjadi
sasaran-Nya. Pemanah-pemanahNya mengelilingi aku. Dia menikam hatiku dan tidak
mengasihani aku. Empeduku ditumpahkan-Nya ke tanah. Dengan luka di
atas luka, Ia menghancurkan aku; Dia menyerang aku laksana seorang pejuang.
[NKJV yang diindonesiakan]. Apa yang kalian pahami? Tuhan telah berbalik dan
Sahabatnya sekarang menjadi musuhnya. Dan Ayub tidak bisa mengerti mengapa.
Job 16:16-17, 20 Job says, “My face is flushed from
weeping, and on my eyelids is the shadow of death; Although no violence is in my hands, and my prayer is pure….. My friends scorn
me; my eyes pour out tears to God.”
Ayub 16:16-17, 20, Ayub berkata, “mukaku merah karena menangis, dan kelopak
mataku dibayangi kematian,
sungguh pun tidak ada kelaliman pada tanganku, dan doaku tulus. ….Teman-temanku mencemoohkan aku, mataku
menumpahkan air mata kepada Tuhan.” [NKJV yang diindonesiakan]
Job 19:6-7, 11. I am only
choosing certain verses in this section, I could have chosen many more about
what’s going on. Job 19:6-7, and 11. Job says,
“Know then that God has wronged me, and has
surrounded me with His net. If I cry out concerning wrong, I am not
heard. If I cry aloud, there is no justice….. He
has…” that is God, “… He has also kindled His wrath against me,
and He counts me as one of His enemies. His troops come together and build up their
road against me; They encamp all around my tent…” God has become my enemy. And I cannot
understand it because I am His friend.
Ayub
19:6-7, 11. Saya hanya memilih ayat-ayat tertentu dalam bagian ini, tapi saya
bisa memilih lebih banyak ayat lagi mengenai apa yang terjadi.
Ayub 19:6-7
dan 11, Ayub berkata “Ketahuilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan
jala-Nya atasku. Jika aku
berteriak ada yang salah, teriakanku tidak
didengarkan. Jika aku berseru minta tolong,
tidak ada keadilan. …. Dia…” yaitu
Tuhan, “… Dia telah menyalakan murkaNya
terhadap aku, dan menganggap aku sebagai
lawan-Nya. Pasukan-Nya berkumpul dan
membangun rintangan terhadapku, mereka mengepung sekeliling kemahku.” [NKJV yang diindonesiakan]. Tuhan
telah menjadi musuhku, dan aku tidak bisa mengerti itu karena aku ini temanNya.
Job 19:9-11, once again we find the same feeling that Job has, speaking
about God he says, “He has
stripped me of my glory, and taken the crown from my head. He breaks me down on every
side, and I am gone; my hope He has uprooted like a tree. He has also kindled
His wrath against me, and He counts me as one of His enemies….”
Ayub 19:9-11, sekali lagi kita melihat
perasaan yang sama pada Ayub, yang
berbicara tentang Tuhan dan dia berkata, “Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas
mahkota dari kepalaku. Ia menghancurkan
aku dari
segala sisi, dan aku lenyap, dan seperti pohon, harapanku dicabut-Nya. Dia telah menyalakan
murkaNya terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawan-Nya…” [NKJV yang diindonesiakan].
Job 23:3-5, Job says, “Oh, if I could only find God wherever
He is, I’d present my case before Him and I know He will see the light.” Notice
Job 23:3-5 “Oh, that I knew where I
might find Him, that I might come to His seat! I would present my case before Him…” see, this is really a trial. “…I would present my case before Him and fill
my mouth with arguments….” Praise the Lord that he didn’t do that
because there is no bigger fool than the one who represents himself in a court
of law, hehehe, but he didn’t know that God was representing him and God was
defending him. Even though it appeared that God wasn’t. Verse 5, “… I would know the words which He would answer me, and understand
what He would say to me.”
Ayub 23:3-5, Ayub berkata, “Oh,
seandainya aku bisa menemukan di mana Tuhan berada, aku akan menyerahkan
perkaraku di hadapanNya, dan aku yakin Dia akan melihat yang sebenarnya.”
Perhatikan Ayub 23:3-5 “Ah, seandainya
aku tahu di mana aku bisa menemukan Dia, supaya aku boleh datang ke takhtaNya. Maka akan kupaparkan perkaraku di
hadapan-Nya…” lihat, ini benar-benar adalah pengadilan. “…akan
kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan…”
[NKJV yang diindonesiakan]. Puji Tuhan, Ayub tidak melakukan itu karena tidak ada
yang lebih tolol daripada orang yang membela dirinya di dalam pengadilan hukum,
hehehe, tetapi Ayub tidak tahu bahwa Tuhan sedang mewakili dia, dan Tuhan yang
membela dia, walaupun tampaknya seolah-olah Tuhan tidak membelanya. Ayat 5, “Maka aku akan mengetahui jawaban-jawaban yang
diberikan-Nya kepadaku dan aku akan mengerti, apa yang difirmankan-Nya
kepadaku.”
And then he says in chapter 30:20-21 “I cried out to God and
all I get is silence. I get no answer.” Job 30:20-21 “I cry out to You, but You do not answer me; I stand up,
and You regard me. But
You have become cruel to me; With the strength of Your hand You oppose me.” Remember Job did not have any written
revelation, he didn’t really have a clear view of what was happening behind the
scenes, all he could see was that calamities were coming to his life and he
didn’t know who is causing them. He thinks God has turned against him.
Lalu Ayub berkata di pasal 30:20-21, “Aku berseru kepada
Tuhan dan yang kudapatkan hanyalah kebisuan. Aku tidak memperoleh jawaban.”
Ayub 30:20-21 “Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi
Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan
aku. Engkau menjadi kejam terhadap aku,
Engkau memusuhi aku dengan kekuatan tangan-Mu.” Ingat, Ayub tidak memiliki wahyu yang tertulis sama
sekali, dia tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang apa yang terjadi di
balik layar. Yang bisa dilihatnya adalah malapetaka yang menimpa hidupnya dan
dia tidak tahu siapa yang menyebabkannya. Dia mengira Tuhan telah berbalik memusuhinya.
Notice Job 30:9-11 tells us that nations make fun of Job “And now I am their taunting song; Yes, I am their
byword. They abhor me, they keep far from me;
They do not hesitate to spit in my face. Because He…” that is God, “… has loosed my bowstring and afflicted me, they have cast off restraint before me.” That is because God is doing this to me they cast off all restraint and they do with me whatever they choose.
They do not hesitate to spit in my face. Because He…” that is God, “… has loosed my bowstring and afflicted me, they have cast off restraint before me.” That is because God is doing this to me they cast off all restraint and they do with me whatever they choose.
Perhatikan Ayub 30:9-11 yang memberitahu kita bahwa bangsa-bangsa
menertawakan Ayub. “Tetapi sekarang aku menjadi sajak sindiran dan
ejekan mereka. Aku menjadi cemoohan mereka, mereka
jijik padaku, mereka menjauhkan diri dariku, mereka
tidak enggan meludahi mukaku, karena Dia…”
yaitu
Tuhan, telah
melepaskan tali busurku dan menyesahku, mereka berbuat semena-mena terhadap aku.” [NKJV yang diindonesiakan]. Ini dikarenakan Tuhan telah berbuat demikian kepadaku
maka mereka memperlakukan aku sesuka hati mereka.
Job 31:5-6 once
again we find legal terminology. Here Job says, “If I have walked
with falsehood, or if my foot has hastened to deceit, let me be weighed on
honest scales, that God may know my integrity.”
Ayub 31:5-6 di sini sekali lagi kita temukan istilah
hukum. Di sini Ayub berkata “Jikalau aku bergaul dengan dusta, atau kakiku
cepat melangkah ke tipu daya, biarlah
aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku
tidak bersalah.
And chapter 31:35 Job cries out to God, “Please answer me.” Job 31:35 “Oh, that I had one to hear me! Here is my
mark. Oh, that the Almighty
would answer me, that my
Prosecutor had written a book!...” See, there is a prosecutor there. This book
is saturated with legal terminology. This is a judgment that is taking place in
heaven and the case that is being examined is the case of Job.
Dan
pasal 31:35, Ayub berseru kepada Tuhan, “Ah, sekiranya ada yang
mendengarkan aku! --Inilah hasratku! ( תּו [tâv] = keinginan,
hasrat, tanda) Seandainya Yang Mahakuasa mau menjawab aku! Sekiranya
Penuduhku telah menuliskan kitab tuduhannya!” [NKJV yang diindonesiakan] Lihat,
ada seorang penuduh di situ. Kitab ini penuh dengan istilah-istilah hukum. Ini
adalah pengadilan yang sedang terjadi di Surga dan kasus yang sedang diperiksa
adalah kasus Ayub.
Now, not all of this section of the book of Job after chapter 38 is
negative. Job also has his moments of triumphal faith. He is saying, “Why, God?
Why are You my enemy? Why don’t You answer me? Why don’t You hear me?” But then
he has moments where he says, “Oh, I know my Redeemer lives.” Kind of like an
ambivalent feeling, wanting to let go
but no I am not going to let go.
Notice Job 13:15, he says, “Though He slay me, yet will I trust Him. Even so, I will
defend my own ways before Him.” Here is the idea of defending.
Nah, tidak semua bagian kitab Ayub setelah pasal 38 itu negatif. Ada
saat-saat di mana iman Ayub menang. Ayub berkata, “Mengapa, Tuhan? Mengapa
Engkau menjadi musuhku? Mengapa Engkau tidak menjawab aku? Mengapa Engkau tidak
mendengar aku?” Tetapi pada saat-saat imannya yang menang, Ayub berkata, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup…” (19:25) Sepertinya perasaannya terombang-ambing, mau melepaskan,
tetapi ah tidak, aku tidak akan melepaskan. Perhatikan Ayub 13:15, dia berkata “Walaupun Dia membunuhku, namun aku akan tetap berserah
padaNya. Biarpun demikian, aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya.” [NKJV yang diindonesikan]. Di
sini ada gagasan untuk membela diri.
In Job 14:14-15, once again the faith of Job comes out in the midst of
trial and suffering. He asks the question
“If a man dies, shall he live again? All the days of my hard service
I will wait, till my change comes….” This is one. This mortal will be changed into
immortality. And then he says, “…You shall call, and I will answer
You; You shall desire the work of Your hands.” That is, “You are going to desire me in
that day.”
Di Ayub 14:14-15, sekali lagi iman Ayub muncul di
tengah-tengah pencobaan dan penderitaan. Dia mengajukan pertanyaan, “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Selama hari-hari pelayananku yang berat, aku akan
menunggu, hingga perubahanku tiba….” [NKJV yang diindonesiakan]. Ini
satu. Yang fana akan diubah menjadi tidak fana (baka). Lalu Ayub berkata, “…maka
Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada
buatan tangan-Mu.” Artinya,
“pada hari itu Engkau akan mendambakan aku.”
Job 19:25-27 shows this triumphal faith of Job again. Job 19:25-27, he
says “For I know that
my Redeemer lives, And He shall stand at last on the earth;
And after my skin is destroyed, this I know, that in my flesh I shall see God, Whom I shall see for myself, and my eyes shall behold, and not another…” I know my Redeemer lives, and I know that in that day I will see Him.
And after my skin is destroyed, this I know, that in my flesh I shall see God, Whom I shall see for myself, and my eyes shall behold, and not another…” I know my Redeemer lives, and I know that in that day I will see Him.
Ayub 19:25-27 menunjukkan iman Ayub yang lagi menang.
Ayub 19:25-27, dia berkata, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya
Ia akan berdiri di atas bumi; Juga sesudah kulit tubuhku hancur, aku
tahu, bahwa dengan dagingku aku akan melihat Allah, yang akan aku
lihat sendiri, dan mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain….” [NKJV yang diindonesiakan]. Aku
tahu, Penebusku hidup, dan aku tahu, bahwa pada hari itu aku akan melihat Dia.
Job 23, once again has these words of hope and courage. Job 23 and
beginning with verse 8 “Look, I go
forward, but He is not there, and
backward, but I cannot perceive Him. When He works on the left hand, I cannot
behold Him; When He turns to
the right hand, I cannot see Him. But
He knows the way that I take; When
He has tested me, I shall come forth as gold….”
Verse 11, “… My foot has held fast
to His steps; I have kept His way and not turned aside. I have not
departed from the commandment of His lips; I have treasured the words of His
mouth more than my necessary food…”
Ayub
pasal 23 sekali lagi berisikan kata-kata pengharapan dan dorongan. Ayub 23 mulai
dari ayat 8, “Lihatlah, aku berjalan ke depan, tetapi Ia tidak di sana; dan aku berjalan ke belakang, tetapi tidak kudapati Dia. Bila Dia bekerja di sebelah tangan kiri, aku tidak
bisa melihatNya, bila Dia berpaling ke tangan
kanan, aku tidak bisa melihat Dia. Tetapi Ia
tahu jalan hidupku; setelah Ia menguji aku, aku akan keluar seperti emas….” Ayat 11 “…
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku telah
menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.
Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, aku
telah menghargai kata-kata dari mulutNya lebih daripada makanan yang
kubutuhkan.”
Was Job still faithful? Yes he was. But asking questions because he
had incomplete knowledge. Let’s not be too hard on Job. We have the Bible, he
didn’t. He didn’t have all of these biblical ideas about what happens in the
world in consequence of the work of Satan.
Apakah
Ayub tetap setia? Ya, dia tetap setia. Tetapi dia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan karena apa yang diketahuinya tidak lengkap. Janganlah
terlalu menyalahkan Ayub. Kita memiliki Alkitab, dia tidak. Dia tidak punya
semua gagasan alkitabiah tentang apa yang terjadi di dunia sebagai akibat
perbuatan Setan.
Finally we come to chapter 38
and God has heard enough. Now God is going to tell Job, “Job, you be quiet, I
am going to ask the questions.” Job 38:1. Finally God breaks the silence. “Then the Lord answered Job out of the whirlwind, and
said…” now, listen carefully. “… ‘Who is this who darkens counsel by words without knowledge?’...” What is Job’s problem? His words had no
what? Knowledge! He says, “… ‘Now prepare
yourself like a man; I will question you, and you shall answer Me’…” And you know in chapters 38, 39 and 40 God
asked Job over 60 questions, and the main question is “Where were you…” puny little man, “…
when I laid the foundations of the earth?...”
And if you read
chapters 38 and 39, you will discover something very interesting, and that is
that God describes creation week in its exact order, first, second, third,
fourth, fifth and sixth day. And He says to Job, “Job, you are so intelligent,
where were you when I did all these?” And as God describes His marvelous work
of creation and at each instance Job gets smaller and smaller and smaller and
he says, “Now I realize that the universe did not revolve around me.” God is
saying, “Job, I have a cosmic map on My hands, who are you to question such a
great God?”
Akhirnya, kita tiba pada pasal 38 dan Tuhan sudah tidak
mau mendengar seruan Ayub lagi. Sekarang Tuhan akan memberitahu Ayub, “Ayub,
diamlah, Aku sekarang yang akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.” Ayub 38:1.
Akhirnya Tuhan mengakhiri kebisuanNya. “Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub…” sekarang dengarkan baik-baik, “…
‘Siapakah dia yang mengaburkan kebijaksanaan
dengan perkataan-perkataan yang tidak berlandaskan pengetahuan?’...” Apa masalah Ayub? Kata-katanya tidak berlandaskan apa?
Pengetahuan! Kata Tuhan, “… ‘Sekarang,
bersiaplah engkau secara jantan! Aku akan
menanyai engkau, dan engkau akan menjawab Aku.’…” Dan kalian tahu di pasal 38, 39, and 40, Tuhan
mengajukan lebih dari 60 pertanyaan kepada Ayub, dan pertanyaanNya yang utama
adalah “…Di manakah engkau…” hai manusia kecil, “…
ketika Aku meletakkan dasar bumi?...” (38:4)
Dan jika kita membaca pasal 38 dan 39, kita akan
menemukan sesuatu yang sangt menarik, dan di sana itulah Tuhan menggambarkan
apa yang terjadi selama minggu Penciptaan dalam urutannya yang tepat, hari
pertama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat, hari kelima, dan hari keenam.
Dan Tuhan berkata kepada Ayub, “Ayub, kamu begitu pintar, di mana kamu ketika
Aku melakukan semua ini?” Dan pada waktu Tuhan menguraikan pekerjaanNya yang
mengagumkan saat Penciptaan, semakin lama Ayub merasa semakin kecil. Dan Ayub
berkata, “Sekarang aku sadar bahwa aku bukanlah pusat alam semesta ini.” Tuhan
berkata, “Ayub, di tanganKulah seluruh peta kosmik, siapa kamu kok mempertanyakan
Allah yang sedemikian besar?”
And God ends with a very penetrating question, His series
of questions in Job 40:1-2 “Moreover the Lord answered Job, and said: ‘Shall the one who contends with the
Almighty correct Him? He who
rebukes God, let him answer it.’” Are you understanding the question? God is saying to Job,
“You know, do you have any right to correct the Almighty? He who rebukes God, let him answer that question.” And then Job answers God’s
question. And basically he says, “You are right and I am wrong. You’ve made
Your point. Who am I to question what You do and what You are? I am just a miserable, insignificant, small
human being demanding answers from the King of the universe.” And so Job says,
“You’ve made your point, I am not going to speak again.” Notice Job 40:3 and
we’ll read through verse 5, “Then Job
answered the Lord and said: ‘Behold,
I am vile…’ that word “vile” really means insignificant. “Vile” in English means evil,
but really in the Hebrews it means “insignificant”. “… I am insignificant. What shall I answer
You? I lay my hand over my mouth. Once I have spoken, but I will not answer;
Yes, twice, but I will proceed no further.’” In other words, “I am not going to speak
anymore.”
Dan Tuhan mengakhirinya dengan pertanyaan yang masuk
dalam ke sanubari Ayub, rangkaian pertanyaan yang tertulis di Ayub 40:1-2 “Maka jawab TUHAN kepada Ayub: ‘Apakah dia
yang menantang Yang Mahakuasa yang akan mengoreksi Dia? Hendaklah dia yang mencela Allah, yang menjawab!’" [NKJV yang
diindonesiakan]. Pahamkah
kalian pertanyaan ini? Tuhan berkata kepada Ayub, “Kamu tahu, apakah kamu punya
hak mengoreksi Yang Mahakuasa? ‘Hendaklah dia
yang mencela Allah, yang menjawab’ pertanyaan ini.”
Lalu Ayub menjawab pertanyaan Tuhan. Dan pada dasarnya
Ayub berkata, “Engkau benar dan aku yang salah. Engkau telah menyatakan posisiMu.
Siapalah aku yang menanyakan apa yang Engkau perbuat dan siapakah Engkau? Aku
hanyalah seorang manusia kecil yang menyedihkan, tidak berarti, yang menuntut
jawaban dari Raja seluruh alam semesta.” Dan Ayub berkata, “Engkau telah
menyatakan pendapatMu, aku tidak akan berbicara lagi.” Perhatikan Ayub 40:3 dan
kita akan membaca hingga ayat 5. “Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
‘Sesungguhnya, aku ini terlalu hina’….” Dalam bahasa Ibrani artinya “tidak signifikan” (tidak
berarti). “… ‘aku ini terlalu hina. Jawab
apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku sudah
berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan
kulanjutkan.’…" Dengan
kata lain, “Aku tidak akan berbicara lagi.”
And then in chapter 41 we reach the climax of the story
of Job. Satan once again reappears. But at the end of the book his name is not
Satan, Satan
means the adversary, but a different name is given to him. The name
that is given to him is Leviathan, that is the same Devil. Now I want you to know there are
several verses in chapter 41 and you tell me what Leviathan represents. See,
Job has said to the Lord, “You’ve made Your point, You are great, I am small, I
am a creature, I’m not going to ask anymore questions.” But God has a few more
questions to ask Job. Notice Job 41:1, God says, “Can you draw out Leviathan with a hook, or
snare his tongue with a line which you lower? Can
you put a reed through his nose, or pierce his jaw with a hook?
Will he make many supplications to you? Will he speak softly to you?
Will he make a covenant with you? Will you take him as a servant forever?” What is God asking Job? He says, “Can you contend with a Leviathan? Can you take him as your servant? Forever?”
Will he make many supplications to you? Will he speak softly to you?
Will he make a covenant with you? Will you take him as a servant forever?” What is God asking Job? He says, “Can you contend with a Leviathan? Can you take him as your servant? Forever?”
Lalu di pasal 41 kita tiba pada klimaks kisah Ayub.
Sekali lagi Setan muncul. Tetapi di bagian akhir kitab ini, namanya bukan
Satan. Satan artinya Penantang. Tetapi suatu nama lain diberikan kepadanya. Nama yang diberikan
kepadanya adalah Lewiatan, yang sama dengan Iblis. Nah, saya ingin kalian tahu ada
beberapa ayat di pasal 41, dan coba kalian katakan Lewiatan itu
melukiskan apa? Lihat, Ayub berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Engkau telah
menyatakan pendapatMu. Engkau Mahabesar, aku kecil, aku makhluk ciptaan, aku
tidak akan mengajukan pertanyaan lagi.” Tetapi Tuhan masih punya beberapa
pertanyaan untuk Ayub. Perhatikan Ayub 41:1, Tuhan berkata, “Dapatkah engkau menarik Lewiatan dengan kail, atau menangkap lidahnya dengan tali yang
engkau turunkan? Dapatkah engkau
mengenakan tali rotan pada hidungnya, atau mencocok
rahangnya dengan kaitan? Akankah dia mengajukan banyak permohonan belas
kasihan kepadamu, atau berbicara dengan lemah lembut kepadamu? Mungkinkah ia mengikat perjanjian dengan
engkau, akankah engkau mengambil dia menjadi
hamba untuk selama-lamanya?” Apa
yang ditanyakan Tuhan kepada Ayub? Tuhan
berkata, “Bisakah kamu melawan Lewiatan? Bisakah kamu menjadikan dia hambamu? Selamanya?”
Catatan
: LAI menerjemahkan “Leviathan” sebagai buaya. Tetapi
“Leviathan” jelas bukan buaya! Jika kita memeriksa kitab Wahyu, kita akan
melihat bahwa Setan disebut “Naga”, dan Leviathan ini adalah sebutan naga itu.
Now, who is this Leviathan? Obviously we are dealing with
a symbol.
Let’s go to verses 18-21 and I hope you read this whole
chapter because the chapter is captivating. Job 41:18-21. You know some
scholars think this is a crocodile. This is not a crocodile, unless you’ve seen
a firebreathing crocodile. It says in verse 18, “His sneezings flash forth light, and his eyes are like the eyelids of the morning. Out
of his mouth go burning lights; Sparks of fire shoot out. Smoke goes out of his
nostrils, as from a boiling pot
and burning rushes. His breath kindles coals, and a flame goes out of his
mouth.” This is a
dragon, right? Notice verses 24-27, it says that Leviathan is invincible. It
says there in verse 24 “His heart is
as hard as stone…” Oh, he has a stony heart. “… Even as hard as
the lower millstone. When
he raises himself up, the mighty are afraid; Because of his crashings they are
beside themselves. Though
the sword reaches him, it cannot avail; Nor does spear, dart, or javelin. He
regards iron as straw, and
bronze as rotten wood.” Is this a powerful creature? It’s a firebreathing creature and God
says, “Job, can you contend with
Leviathan and defeat him?” Of course Job would have known what Leviathan was
because in his culture it was believed that there was a creature which was
called “Lotan” and also called “Leviathan” which the gods had to fight against
in order to be able to create the cosmos. So this was within his culture he
would understand that this represented the enemies of the gods, in this case
the enemy of God.
Nah, siapakah Lewiatan ini?
Jelas kita sedang berbicara mengenai suatu simbol.
Marilah kita ke ayat 18-21, dan saya berharap kalian mau
membaca seluruh pasal ini karena pasal ini sangat menarik. Ayub 41:18-21.
Kalian tahu, beberapa pakar Alkitab menyangka ini adalah buaya. Ini bukan
buaya, kecuali kalian pernah melihat buaya yang mengembuskan napas api.
Dikatakan di ayat 18, “Bersinnya menyinarkan cahaya, matanya laksana
merekahnya fajar. Dari dalam mulutnya keluar suluh, dan berpancaran bunga
api. Dari dalam lubang hidungnya
mengepul asap bagaikan dari dalam belanga
yang mendidih dan menggelegak isinya. Nafasnya menyalakan bara, dan nyala api
keluar dari dalam mulutnya.” Ini
adalah seekor naga, benar? Perhatikan
ayat 24-27, dikatakan bahwa Lewiatan itu tidak terkalahkan. Dikatakan di ayat 24, “Hatinya keras seperti batu…” Oh, jadi dia punya hati sekeras batu. “… bahkan keras seperti batu kilangan bawah. Bila ia bangkit, maka semua yang berkuasa
menjadi gentar, karena hantamannya, mereka menjadi
bingung ketakutan. Bila ia diserang
dengan pedang, itu tidak mempan, demikian juga dengan tombak,
seligi atau lembing. Besi dirasanya
seperti jerami, tembaga seperti kayu lapuk.”
Apakah ini
makhluk yang kuat? Ini adalah makhluk yang mengembuskan api, dan Tuhan berkata,
“Ayub, bisakah kamu melawan Lewiatan dan mengalahkannya?” Tentu saja Ayub tahu Lewiatan itu apa karena dalam kebudayaannya, ada kepercayaan
tentang seekor makhluk yang disebut “Lotan” dan juga disebut “Lewiatan” yang harus diperangi para dewa agar bisa
menciptakan alam semesta. Jadi makhluk ini ada di dalam kebudayaan Ayub dan dia
mengerti bahwa Lewiatan ini melambangkan musuh para dewa, dalam hal ini
musuh Tuhan.
Notice chapter 41:33-34 clearly identifies who this
creature is. Job 41:33-34, on earth there is nothing like him, God is speaking
here, which is “… On earth there is nothing like him,
Which is made without fear. He beholds…” a better translation would be “… he looks down on every high thing; he is
king over all the children of pride.” Who is king over the children of pride? The first one who
is proud in the history of the universe who said, “I will ascend to the heights and I will be
like the Most High.” He who said, “I am beautiful, I am most wise, I am all
rich.” Satan! Now allow me to read you a couple of passages from Scripture that
proves this.
Perhatikan pasal 41:33-34 dengan jelas mengidentifikasi
siapakah makhluk ini. Ayub 41:33-34. Di bumi tidak ada makhluk seperti itu. Di
sini Tuhan berbicara, demikian, “Tidak ada yang
seperti dia di atas bumi; yang diciptakan
tanpa rasa takut. Dia memandang rendah
segala yang tinggi. Dia adalah raja atas semua
anak-anak yang angkuh. [NKJV yang diindonesiakan]. Siapa yang adalah raja anak-anak angkuh? Yang pertama
angkuh dalam sejarah alam semesta adalah dia yang berkata “Aku akan naik ke tempat yang tinggi dan aku akan menjadi
seperti Yang Mahatinggi.” [Yes 14:14]
Dia yang berkata, “Aku sangat indah, aku sangat bijak, aku sangat kaya.”
Sekarang saya akan membacakan dua teks dari Alkitab yang membuktikan ini.
Isaiah 27:1. Isaiah 24, 25, 26, 27 is known as the little
book of Revelation in the Old Testament.
Isaiah 27:1 “In that day the Lord with His severe sword, great and strong,
Will punish Leviathan the fleeing…” what? Ooohhh, the fleeing … what is Leviathan? “…the fleeing…” what? “…serpent, Leviathan that twisted serpent…” And because the translators think this is some type of crocodile, they translate “… He will slay the reptile that is in the sea.” Actually the Greek word is Δρακων [Drakon] and the KJV translates that “dragon”. So this is the dragon and the serpent.
Will punish Leviathan the fleeing…” what? Ooohhh, the fleeing … what is Leviathan? “…the fleeing…” what? “…serpent, Leviathan that twisted serpent…” And because the translators think this is some type of crocodile, they translate “… He will slay the reptile that is in the sea.” Actually the Greek word is Δρακων [Drakon] and the KJV translates that “dragon”. So this is the dragon and the serpent.
Yesaya 27:1. Yesaya pasal 24, 25, 27, 27 terkenal sebagai
buku Wahyu kecil di Perjanjian Lama.
Yesaya 27:1 “Pada waktu itu TUHAN akan melaksanakan hukuman
dengan pedang-Nya yang keras, besar dan kuat atas Lewiatan, ular yang melarikan diri…” Oooh, apa yang melarikan diri? Apa Lewiatan ini? Apa yang
melarikan diri? “…ular yang melarikan diri, Lewiatan,
ular yang memutarbalikkan [kebenaran] itu…” Dan karena para penerjemah menyangka ini ada sejenis
buaya, mereka menerjemahkannya “… dan Ia akan membunuh ular naga**) yang di laut.” Sebenarnya kata Greekanya adalah Δρακων [Drakon] dan KJV menerjemahkannya “dragon” atau “naga.” Jadi ini
adalah naga dan ular.
Catatan: **) Anehnya LAI menerjemahkan bagian terakhir ayat 1 ini
dengan kata “ular naga yang di laut” padahal di pasal 41:1, LAI
mengidentifikasi Lewiatan sebagai “buaya”! Jadi mereka tidak konsisten. Di sana
“buaya” di sini “ular naga yang di laut.”
Now Revelation ends this testimony as to the identity of this being. You know what God is
telling Job? God is telling Job, “You want to know who is causing you problems and the cosmic mess on My
hands? It’s the Leviathan.” And now Job
is going to understand, he is going to see it.
Notice Revelation 12:7-9 “And war broke out in heaven: Michael and his angels
fought with the dragon; and the dragon and his angels fought, but
they did not prevail, nor was a place found for them in heaven any longer…” Now notice the terminology “… So the great dragon
was cast out, that…” what? “…
that serpent of old, called the Devil and Satan…” what was the name that is given to this
being at the beginning of the book of Job? Satan. First time in history that
the name “Satan” appears. First time in Scripture because Job was written first
before anything else. So three names are given in this passage: Satan, the
Dragon, and the Serpent. So who is Leviathan? Leviathan is a symbol of
the Devil. And it continues saying, “… called the Devil and Satan who deceives the
whole world; he was cast to the earth, and his angels were cast out with him.”
Nah, kitab Wahyu mengakhiri kesaksian ini dengan
identitas makhluk tersebut. Kalian tahu apa yang dikatakan Tuhan kepada Ayub?
Tuhan memberitahu Ayub, “Kamu mau tahu siapa yang menyebabkan masalah-masalahmu
dan yang menimbulkan persoalan kosmik di tanganKu? Ya si Lewiatan itu.” Dan
sekarang Ayub mengerti, dia akan memahaminya.
Perhatikan Wahyu 12:7-9 “Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan
malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh
malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat
tempat lagi di sorga….” Sekarang,
perhatikan istilahnya, “Maka
naga besar itu…” siapa dia? “… si
ular tua, yang disebut Iblis atau Satan…” apa nama yang pertama diberikan kepada makhluk ini di
kitab Ayub? Setan. Pertama kalinya nama “Setan” muncul. Pertama kalinya di
dalam Alkitab karena kitab Ayub adalah kitab yang ditulis dulu sebelum
kitab-kitab lainnya. Jadi ada tiga nama yang dimunculkan dalam teks ini: Setan, si Naga, dan si Ular.
Jadi siapakah Lewiatan? Lewiatan adalah simbol dari Iblis. Dan selanjutnya
dikatakan, “… Maka naga besar itu, si ular tua, yang disebut
Iblis atau Satan yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia
dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”
Now, do you remember that Job said, “I’m not going to
talk anymore? I put my hand over my mouth and I’m going to shut up.” Excuse the
expression. But now Job feels like he has to talk again after God shows him
Leviathan. Now he gets it.
Job 42:1-6,
listen carefully, the climax of the
of the book.
Job 42:1-6 “Then Job answered the Lord and said: ‘I know that
You can do everything …” including what? According to the context including what? You can defeat
who? Leviathan! “… ‘I
know that You can do everything, and that no purpose of Yours can be withheld from You. You asked, ‘Who is
this who hides counsel without knowledge?’…” Now, listen carefully, “…
Therefore I have uttered what I did not understand…” What was the problem with Job? Lack of
knowledge, understanding, information. He didn’t have Scripture. He thought it
was God, and who was it? Leviathan! Satan. “… Therefore I
have uttered what I did not understand, things too wonderful for me, which I
did not know. Listen, please, and let me speak; You said, ‘I will question you, and
you shall answer Me.’…” And now listen, “… ‘I
have heard of You by the hearing of the ear, but now my eye sees You…” And it is now I understand You. Do you think the heavenly
universe is watching this? What view are they giving of God. Ah, this is the good God. What vision are they getting of
Satan? Wicked, evil, destroyer. The whole universe is seeing the difference
between God and the enemy of God. “… ‘I
have heard of You by the hearing of the ear, but now my eye sees You. Therefore
I abhor myself, and repent in
dust and ashes.’” In other words he is saying, “I’m sorry I ever questioned You.”
Nah, apakah kalian ingat apa yang dikatakan Ayub, “Aku
tidak akan buka mulut lagi? Aku menutupi mulutku dengan tangan dan aku akan tutup
mulut.” Maafkan istilahnya. Tetapi sekarang Ayub merasa dia harus bicara lagi
setelah Tuhan menunjukkan Lewiatan kepadanya. Sekarang dia paham. Ayub 42:1-6,
dengarkan baik-baik, inilah klimaks dari kitab ini.
Ayub 42:1-6 “Maka jawab Ayub kepada TUHAN: ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan
segala sesuatu…” termasuk
apa? Sesuai konteks kisah ini, termasuk apa? Engkau bisa mengalahkan siapa?
Lewiatan! “…‘Aku
tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu
yang gagal. Engkau bertanya : ‘Siapakah dia
yang mengaburkan kebijaksanaan tanpa memiliki
pengetahuan?’…” Sekarang, dengarkan baik-baik, “…Itulah
sebabnya, tanpa pengertian aku telah berbicara
tentang hal-hal yang tidak aku pahami…” Apa masalah Ayub? Kurangnya pengetahuan, kurangnya
pemahaman, kurangnya informasi. Dia tidak memiliki Alkitab. Dia menyangka itu
perbuatan Tuhan, padahal perbuatan siapa?
Lewiatan, Setan. “…Itulah sebabnya, tanpa pengertian
aku telah berbicara tentang hal-hal yang tidak aku pahami, yang terlalu
hebat bagiku yang tidak kuketahui. Mohon dengarlah, dan izinkanlah aku berbicara. Engkau berkata, ‘Aku akan menanyai
engkau, dan engkau akan
menjawab Aku.’…” Dan sekarang dengarkan, “… Aku
mendengar tentang Engkau lewat pendengaran, tetapi sekarang mataku sendiri
memandang Engkau….” Dan
baru sekaranglah aku memahamiMu.
Menurut kalian apakah alam semesta Surgawi sedang
menonton ini? Kesan apakah yang mereka peroleh tentang Tuhan? Ah, ini adalah
Tuhan yang baik. Penglihatan apakah yang mereka peroleh tentang Setan? Jahat,
kejam, penghancur. Seluruh alam semesta sedang menyaksikan perbedaan antara
Tuhan dan musuh Tuhan. “… Aku mendengar tentang Engkau lewat
pendengaran, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku muak dengan diriku sendiri, dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan
abu." [NKJV yang diindonesiakan]. Dengan kata lain dia berkata, “Aku menyesal aku pernah
meragukan Engkau.”
Did Job ever curse God? Never! Because the Bible says God
gave to him twice as much as when he had before. God would not have rewarded him if he had
cursed God. And so the whole universe say, “God is right and Satan is wrong.”
Apakah Ayub pernah mengutuk Tuhan? Tidak pernah! Karena
Alkitab berkata Tuhan mengaruniakan kepadanya dua kali lipat dari semua yang
pernah dimilikinya sebelumnya. Tuhan pasti tidak akan memberinya pahala itu
seandainya dia telah mengutuk Tuhan. Maka seluruh alam semesta berkata, “Tuhan
yang benar, dan Setan yang salah.”
Now, listen carefully. This story is going to be repeated in the
end time. During the time of troubles such as never has been seen in the
history of the world, the Bible tells us that the beholding universe
will see on this earth an entire generation of human beings who love God so
much that they will be willing to die rather than give up their trust in God.
The Bible tells us that the Devil will take everything from God’s people.
He will take their possessions, he will take away their heath, he will throw
people into prison, he will turn their families against them, their friends
will abandon them, they will have no earthly support. And yet because they have the
experience of Job and other experiences in the Bible, they will say like Job,
“Though you slay me, yet will I trust in Him.”
In fact Job 23:10, Job understood, he says, “But He knows the way that I take;
When He has tested me, I shall come forth as gold.”
When He has tested me, I shall come forth as gold.”
Sekarang dengarkan baik-baik. Kisah ini akan terulang pada akhir zaman. Pada masa
kesusahan besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah dunia,
Alkitab memberitahu kita bahwa seluruh alam semesta akan menyaksikan suatu
generasi manusia di atas bumi ini yang begitu mengasihi Tuhan mereka bersedia
mati daripada melepaskan iman mereka dalam Tuhan. Alkitab memberitahu kita
bahwa Iblis akan mengambil segalanya
dari umat Tuhan. Dia akan mengambil harta mereka, kesehatan
mereka, dia akan melemparkan mereka ke dalam penjara, dia akan membuat keluarga
mereka berbalik memusuhi mereka, teman-teman mereka akan meninggalkan mereka,
umat Tuhan tidak akan mendapat dukungan dari dunia. Namun demikian karena mereka memiliki pengalaman Ayub dan
pengalaman-pengalaman yang lain di dalam Alkitab, mereka akan berkata seperti
Ayub, “Walaupun kamu membunuhku, tetapi aku tetap akan beriman kepadaNya.”
(Ayub 13:15 NKJV)
Bahkan di Ayub 23:10 Ayub mengerti dan dia berkata, Tetapi Ia tahu jalan hidupku; setelah Ia menguji aku, aku akan keluar seperti emas….” [NKJV yang
diindonesiakan]
Do you remember the story of the three young men that were thrown into the
fiery furnace? Did they prize their relationship with God more than they prized
their lives? They did. And it was a matter of loyalty to God. No matter what.
And they were willing to give up their lives in order to be loyal to God. You
know when they stood before King Nebuchadnezzar, King Nebuchadnezzar says, “You
know, if you don’t bow before the image and worship it, one sentence is for
you. You will be thrown into the fire
and no god will be able to deliver you from there but my hand.” And they
say, “God will be able to deliver us and we will not worship your image that
you have raised up.” And so Nebuchadnezzar has the furnace heated 7 x worse
than ever before. I believe that represents the period of the 7 last plagues,
the great tribulation. And they were thrown into the fiery furnace. They loved
God so much they were willing to die. The universe was watching what was
happening. And then of course you know how the story develops. They are in the
fire and they are walking around like they are in a garden. The only thing
that burned up were the ropes with which
they were tied. And when they see the fourth man in the furnace they say “Didn’t we cast three? I see four.
And they are walking in the midst of the fire and they are not burned.” And
then Nebuchadnezzar said, “Shadrach, Meschah, Abednego, come out!” The
Bible says that when God delivers, He delivers
really, because not even a hair
from their heads were burned off. They didn’t even smell like smoke. The Bible
says that.
Ingatkah kalian kisah tentang tiga orang pemuda yang
dilemparkan ke dalam tungku api? Apakah mereka lebih menghargai hubungan mereka
dengan Tuhan daripada hidup mereka? Iya. Dan itu adalah soal kesetiaan bagi
Tuhan. Tidak perduli apa yang terjadi. Dan mereka bersedia menyerahkan nyawa
mereka supaya mereka tetap setia kepada Tuhan. Tahukah kalian ketika mereka
berdiri di hadapan Raja Nebukadnezar, Raja Nebukadnezar berkata, “Kalian tahu
tidak jika kalian tidak sujud di hadapan patung itu dan menyembahnya, vonisnya
hanya satu buat kalian. Kalian akan dilemparkan ke dalam api dan tidak ada dewa
mana pun yang akan sanggup menyelamatkan kalian dari sana selain tanganku.” Dan
mereka berkata, “Tuhan sanggup menyelamatkan kami dan kami tidak akan menyembah
patungmu yang telah engkau bangun.” Maka Nebukadnezar menyuruh tungku apinya
dipanaskan 7 x lebih panas daripada sebelumnya. Saya percaya itu melambangkan
masa ke-7 malapetaka, masa kesusahan besar. Dan ketiga pemuda itu dilemparkan
ke dalam tungku api yang menyala. Mekera begitu mengasihi Tuhan mereka siap
mati. Seluruh alam semesta sedang menonton apa yang terjadi. Tentu saja kalian
tahu bagaimana perkembangan kisah ini. Mereka berada di dalam tungku api dan
mereka berjalan-jalan seolah-olah berada di kebun. Satu-satunya yang terbakar
adalah tali yang dipakai mengikat mereka. Dan ketika orang-orang melihat sosok
keempat di dalam tungku itu mereka berkata, “Bukankah yang kami lemparkan itu
tiga orang? Kok aku melihat ada empat? Dan mereka berjalan-jalan di tengah-tengah
api itu dan mereka tidak terbakar.” Lalu Nebukadnezar berkata, “Sadrakh,
Mesakh, Abednego, keluarlah!”
Alkitab berkata, pada waktu Tuhan menyelamatkan, Dia
benar-benar menyelamatkan, karena tidak sehelai rambut pun di kepala mereka
yang terbakar. Mereka bahkan tidak berbau asap. Alkitab berkata demikian.
Did God reward
His servants? Did He spare them the trial? He did not spare them the trial. He delivered them
in the midst of trial which is different than the many who are teaching
today, who say “Ah no, the church is
going to be raptured to heaven and the tribulations are for the Jews.” And they’ll be found in the midst of the tribulation without
any refuge because they have not made any preparation beforehand.
Apakah Tuhan memberi pahala hamba-hambaNya? Apakah Tuhan
membebaskan mereka dari pencobaan? Tuhan
tidak membebaskan mereka dari pencobaan. Dia menyelamatkan mereka dari tengah
pencobaan, hal yang sama sekali berbeda dengan yang diajarkan
banyak orang sekarang ini, yang berkata, “Ah tidak, gereja [umat Tuhan] akan
diangkat ke Surga dan masa kesusahan itu adalah untuk bangsa Yahudi.” Dan
mereka ini akan ditemukan di tengah-tengah kesusahan besar tanpa bantuan karena
mereka tidak membuat persiapan sebelumnya.
Do you know the Bible says in Isaiah 33 that it is the righteous that will
be able to live with the everlasting fire? I read this in a previous lecture, you know why?
Because they have a fire-proof character. The fire of God does not consume them. Now, the wicked, the
fire is going to consume them and they are not going to burn forever and ever.
The fire will consume them and that’s it. But God’s people will be able to live in
the presence of a holy God, in the midst of a fire that consumes because they
have loved God more than life itself.
Tahukah kalian Alkitab berkata di Yesaya 33 bahwa orang
benar akan sanggup hidup bersama api yang kekal? Saya membaca ini dalam ceramah
yang lalu. Tahukah kalian mengapa? Karena mereka memiliki tabiat yang
anti-bakar. Api Tuhan tidak akan membakar mereka. Nah, orang-orang jahat,
mereka akan dihanguskan oleh api, mereka tidak akan dibakar selama-lamanya. Api
akan membakar mereka dan menghanguskan mereka, dan itu saja. Tetapi umat Tuhan akan sanggup hidup di
hadapan Tuhan yang kudus, di tengah-tengah api yang membakar karena mereka
mengasihi Tuhan lebih daripada hidup mereka sendiri.
03 07 14
No comments:
Post a Comment