HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 28/32 -
Stephen Bohr
THE HOLY AND
THE PROFANE
Dibuka
dengan doa.
The
Bible gives us stories that teaches universal principles that apply in every
age. Now, the circumstances of those stories might change, but the principles
illustrated by those stories remain eternally. I’d like to begin by speaking
about the conquest of Jericho. If you go with me to Joshua chapter 6 we are
going to read several verses here in this chapter of the book of Joshua that
speaks about the conquest of the promised land. Now, when Israel crossed the Jordan,
the first city that they came to was the city of Jericho. And God told them
that they should march around the city 7 days, and 7 times the 7th
day and of course when they did that, the city was destroyed by God. Now, God
had warned the Israelites not to take anything that was in the city for themselves.
I’d like to read Joshua 6:18 where we are told, “And you, by all means abstain from
the (1)accursed things, lest you become (2)accursed when you take of the (3)accursed things, and make the camp of Israel a
curse, and trouble it.”
Now that word “accursed” at least the time where it is used
first, and the third time that it is used, is the Hebrew word חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem] and
basically that word is also translated in the
Old Testament “devoted”. In other words, I believe that the best
translation is not “to abstain from
accursed things” but “to abstain from
devoted things”.
Now, allow me to read you another text from the book of
Leviticus where this word is translated
“devoted”, so that you can see that it is translated “devoted” in the Old Testament. Leviticus
27:28 uses the same word חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem] it
says there “Nevertheless no devoted…” same word “…no devoted
offering that a man may devote…” there is that same word again, “…to the LORD of all
that he has, both man and
beast, or the field of his possession, shall be sold or redeemed; every devoted…”
there’s the word used for the third
time.
“…every devoted offering is most holy to the LORD.”
So I believe in Joshua, a better translation is not “accursed”,
the best translation is “devoted”. The things in Jericho were “devoted” or set
apart.
Alkitab
memberikan kita kisah-kisah yang mengajarkan prinsip-prinsip yang universal
untuk setiap masa. Nah, kondisi kisah-kisah itu mungkin berbeda-beda, namun
prinsip yang digambarkan oleh kisah-kisah itu tetap kekal. Saya ingin mengawali
dengan berbicara mengenai penaklukan Jerikho. Jika kalian bersama saya ke
Yoshua pasal 6, kita akan membaca beberapa ayat di pasal ini dari kitab Yoshua
yang mengisahkan penaklukkan tanah perjanjian.
Nah,
ketika bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan, kota pertama yang mereka
hadapi adalah kota Yerikho. Dan Tuhan menyuruh mereka untuk berjalan mengitari
kota itu tujuh hari, dan pada hari yang ketujuh tujuh kali, dan tentu saja
ketika mereka melakukan itu, kota itu dihancurkan oleh Tuhan. Nah, Tuhan sudah
memperingatkan bangsa Israel untuk tidak mengambil apa pun di kota itu untuk
diri mereka sendiri. Saya ingin membacakan Yoshua 6:18 di mana dikatakan, “Tetapi kamu, sama sekali jauhkanlah
dirimu dari barang-barang yang (1)terkutuk, supaya jangan kamu (2)terkutuk pada waktu kamu mengambil barang-barang yang (3)terkutuk itu, dan dengan demikian menjadikan perkemahan orang Israel suatu kutukan dan mencelakakannya.”[NKJV yang diindonesiakan]
Nah,
kata “terkutuk” ini, sedikitnya yang pertama dan yang ketiga yang dipakai di
sini, adalah kata Ibrani חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem] dan pada dasarnya kata itu di
Perjanjian Lama juga diterjemahkan “dikhususkan”. Dengan kata lain, saya yakin
terjemahan yang terbaik bukanlah “jauhkanlah dirimu dari barang-barang yang (1)terkutuk,” melainkan “jauhkanlah
dirimu dari barang-barang yang sudah dikhususkan.”
Nah,
izinkan saya membacakan suatu teks yang lain dari kitab Imamat di mana kata ini
diterjemahkan “dikhususkan”, supaya kalian bisa melihat bahwa di Perjanjian
Lama kata ini diterjemahkan “dikhususkan”. Imamat 27:28 memakai kata yang sama חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem], dikatakan
di sana: “Walaupun demikian, tidak ada apa pun yang sudah dikhususkan…”
kata yang sama, “….tidak ada
apa pun yang sudah dikhususkan oleh seseorang bagi TUHAN yang bisa ia khususkan…” ini, kata yang sama lagi, “….dari segala miliknya,
baik manusia atau hewan, maupun ladang miliknya, boleh dijual atau ditebus; setiap
kurban yang telah dikhususkan…” ini kata yang sama dipakai untuk ketiga
kalinya, “…. adalah
maha kudus bagi TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].
Jadi, saya yakin di kitab Yoshua,
terjemahan yang lebih baik bukanlah “terkutuk”, terjemahan yang paling baik
adalah “yang sudah dikhususkan”. Barang-barang yang ada di Yerikho sudah “dikhususkan”
atau dipisahkan.
Now you say, “Set apart for what?”
Well, the book of Joshua tells us for what. Chapter 6 and verse
19, the very next verse says the following “But all the silver and gold, and
vessels of bronze and iron, are
consecrated to the LORD; they shall come into the treasury of the LORD.”
What was the gold and the silver and the bronze to be used for?
It was to come into the treasury of the Lord. In other words these things were
“devoted” to whom? They were “devoted” to God, they weren’t “accursed”, they
were “devoted” to God. Interestingly enough in this verse, Joshua 6:19 where it
says that they are “consecrated” to the Lord, the Hebrew word there is קדשׁ [qôdesh, ko'-desh]
which means “to set apart as holy”.
Nah, kalian berkata, “Dipisahkan
untuk apa?”
Kitab Yosua memberitahu kita untuk
apa. Pasal 6 dan ayat 19, ayat yang persis berikutnya mengatakan demikian, “Tetapi segala emas dan perak serta bejana-bejana dari tembaga dan besi dikuduskan bagi TUHAN; semuanya itu akan
dimasukkan ke dalam perbendaharaan TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].
Emas dan perak dan tembaga itu
dipakai untuk apa? Itu dibawa masuk ke perbendaharaan Tuhan. Dengan kata lain
barang-barang ini “dikhususkan” bagi siapa? Mereka “dikhususkan” bagi Tuhan,
mereka bukan “terkutuk”, mereka “dikhususkan” bagi Tuhan. Yang menarik, di ayat
ini, Yosua 6:19, dikatakan bahwa mereka “dikuduskan” bagi Tuhan, kata Ibraninya
di sini adalah קדשׁ [qôdesh, ko'-desh]
yang berarti “dipisahkan sebagai [sesuatu]
yang kudus”.
Now, listen up. Jericho was the first city that Israel conquered
in the promised land. And because it was the first city that Israel
conquered, the goods of the city were God’s tithe of the holy land. After
that God gave Israel permission to take of the loot when cities fell, but when
it was Jericho, the things of Jericho were devoted, they were set apart as holy
for the Lord.
Sekarang, dengarkan baik-baik. Yerikho adalah kota yang pertama
yang ditaklukkan Israel di tanah perjanjian. Dan karena itu
adalah kota yang pertama yang dikuasai bangsa Israel, kekayaan (barang-barang) kota tersebut adalah
persepuluhan milik Tuhan dari tanah yang suci itu. Setelah itu,
Tuhan memberi izin kepada Israel untuk mengambil semua harta kota-kota yang
mereka taklukkan, tetapi tentang Yeriko, barang-barang Yerikho telah
dikhususkan, mereka telah dipisahkan sebagai barang-barang yang kudus bagi
Tuhan.
Now, there was one individual whose name was Achan who took some
of the gold and some of the silver and hid it under his tent. Now,
interestingly enough, the sin of Achan was not only the sin of stealing, the
sin of Achan was taking what was holy to use for his own secular use. He was
taking the tithe of the land that belonged to the Lord and he was using that
which was dedicated to the Lord that which was holy, for his common everyday
use.
Nah, ada satu orang yang bernama
Akhan yang mengambil sejumlah emas dan perak dan menyembunyikannya di bawah
tendanya. Nah, cukup menarik, dosa Akhan ini bukan saja dosa mencuri, tetapi
dosa Akhan adalah mengambil apa yang kudus untuk dipakai bagi keperluan sekuler
(duniawi)nya sendiri. Dia mengambil persepuluhan dari tanah itu yang adalah
milik tuhan, dan dia mau memakai apa yang sudah dikhususkan bagi Tuhan, yaitu
barang yang kudus untuk kepentingannya sehari-hari yang biasa.
There is one thing which is very clear in the Old Testament as
well as in the New, and that is that the priests were to teach the people the difference
between the holy and the common. In fact the high priest wore on his
forehead a mitre, and I want you to notice what this mitre said, it was kind of
like a crown, it had an inscription on it. Exodus 28:36 speaks about this mitre
or this crown that he used and the inscription that was upon it. It says here “You
shall also make a plate of pure gold and engrave on it, like the engraving of a signet: HOLINESS TO THE LORD.”
What was the inscription on the mitre of the high priest?
“Holiness to the Lord”. The priests were to teach the people the distinction
between the holy and the common.
Ada satu hal yang sangat jelas di
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu para
imam harus mengajar umat tentang perbedaan antara yang kudus dari yang biasa.
Bahkan, imam besar memakai sebuah topi di dahinya, dan saya ingin
kalian perhatikan apa yang tertulis di topi itu. Topi itu seperti suatu
mahkota, yang ada tulisannya. Keluaran 28:36 berbicara mengenai topi atau
mahkota ini yang dipakai imam besar dan tulisan yang terdapat di atasnya. Dikatakan
di sana, “Juga haruslah engkau membuat patam dari emas murni dan pada patam
itu kauukirkanlah, seperti ukiran pada stempel:
‘Kudus bagi TUHAN’.”[NKJV yang diindonesiakan].
Apa tulisan yang ada pada topi
imam besar? “Kudus bagi Tuhan”. Para imam harus mengajar umat perbedaan antara
yang kudus dan yang umum.
Let’s read another verse where this is made very, very clear.
Ezekiel 44:23, here it is speaking about the priests, and one of the duties of
the priests of Israel. Notice what we are told here. And by the way Ezekiel
40-48 is speaking about the services of the temple, so this is in a Sanctuary
context. It says there, “And they…” that is the priests “… shall teach My people
the difference between the holy
and the unholy…” unholy means simply common,
“…and cause them to discern between the unclean and the clean.”
In other words the priests of Israel were to teach the people
the distinction between the holy and that which was secular or was common.
Mari kita baca ayat yang lain yang akan membuat ini amat sangat jelas. Yehezkiel
44:23, di sini yang dibicarakan adalah imam-imam, dan salah satu tugas para
imam Israel. Perhatikan apa yang dikatakan kepada kita di sini. Ketahuilah
Yehezkiel pasal 40-48 itu berbicara mengenai pelayanan Bait Suci, jadi ini
adalah dalam konteks Bait Suci. Dikatakan di sana, “Dan
mereka…” yaitu para imam “….harus mengajar umat-Ku
tentang perbedaan antara yang kudus dengan yang tidak kudus…” tidak kudus itu artinya biasa, umum, “….dan membuat mereka membedakan antara
yang najis dengan yang tahir.”[NKJV yang diindonesiakan].
Dengan kata
lain imam-imam Israel harus mengajar umat perbedaan antara yang kudus dan yang
sekular(duniawi) atau yang biasa (umum).
You see, in Israel there was holy money and secular money. In
Israel there was holy dress and secular dress. In Israel there were common days
and holy days. In Israel there were common places and holy places. In Israel
there was holy music and common music. In Israel there were holy occasions and
there were common occasions. In Israel there were holy vocations and there were
common vocations. And the priests were to teach the Israelites the clear
distinction between that which had been dedicated to God, that which was holy,
and that which was common.
The bible tells us that the priests failed miserably in this
task. Ezekiel 22:26 speaks about the priests and their failure to do this task.
It says there in Ezekiel 22:26 “Her priests have violated My law and
profaned My holy things; they have not distinguished between the holy and unholy,
nor have they made known the
difference between the unclean and the clean; and they have hidden their
eyes from My Sabbaths…” that’s significant, “…they have hidden their
eyes from My Sabbaths, so that I am profaned among them.”
So I want to underline
the fact that the priests were to teach the people clearly the distinction
between that which was holy and that which was common.
Kalian lihat, di Israel ada uang
kudus dan uang duniawi. Di Israel ada pakaian kudus dan pakaian duniawi. Di
Israel ada hari-hari biasa dan hari-hari yang kudus. Di Israel ada
tempat-tempat yang biasa dan tempat-tempat yang kudus. Di Israel ada musik yang
kudus dan musik yang biasa. Di Israel ada saat-saat kudus dan saat-saat biasa.
Di Israel ada pekerjaan-pekerjaan kudus dan pekerjaan-pekerjaan yang biasa. Dan
para imam harus mengajar umat Israel perbedaan yang jelas antara apa-apa yang
sudah didedikasikan kepada Tuhan, berarti yang kudus, dan apa-apa yang biasa.
Alkitab mengatakan bahwa imam-imam
ini gagal total melakukan tugas mereka. Yehezkiel 22:26 berbicara tentang
imam-imam dan kegagalan mereka melakukan tugas ini. Dikatakan di Yehezkiel
22:26, “Imam-imamnya melanggar hukum
Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan
antara yang kudus dengan yang tidak kudus, dan
juga tidak mengajarkan perbedaan antara
yang najis dengan yang tahir, dan mereka telah menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku.…” ini signifikan! “….Mereka telah menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku.
Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka.”[NKJV yang diindonesiakan]
Jadi, saya mau menekankan faktanya
bahwa imam-imam wajib mengajar umat perbedaan yang jelas antara apa-apa yang
kudus dan apa-apa yang biasa.
Now, there was one thing in the Sanctuary which was very holy
among other things, and that was the incense that was used to burn on the altar
of incense or the golden altar. Exodus 30:7-9 speaks about this incense that
was to be offered. Incidentally it was a special formula, and no one was to
duplicate this holy formula because the Bible tells us that if anybody tried to
duplicate the formula and use the incense in a secular environment, the
sentence was death. Notice Exodus 30:7-9 “Aaron shall burn on it…” this is the altar of incense,
“…sweet incense every morning; when he tends the lamps, he shall burn
incense on it. 8And when Aaron lights the lamps at twilight…” that’s in the evening,
“…he shall burn incense on it, a perpetual incense before the LORD
throughout your generations.…” And then it says,
“… 9You shall not offer strange incense on it…”
what does that mean “strange incense”? It
means any other kind of incense than the incense that was made with this
special formula which is holy and dedicated to God. “Don’t you offer any other
kind of incense on My altar of incense.” Was God serious about this? Isn’t
incense, incense? Absolutely not! There was a special incense that was holy and
it was not to be used as secular. And secular incense was not to be presented
as holy before the Lord.
Nah, ada
satu hal di Bait Suci yang sangat kudus di antara benda-benda lain, dan itu
adalah ukupan (dupa) yang dipakai untuk dibakar di mezbah ukupan, atau
mezbah emas. Keluaran 30:7-9 berbicara tentang ukupan ini yang
dipersembahkan kepada Tuhan. Ketahuilah, ukupan itu dibuat
dengan formula yang istimewa, dan tidak ada orang boleh meniru formula kudus
ini karena Alkitab mengatakan kepada kita, jika ada orang mencoba meniru
formula itu dan memakai ukupan itu dalam lingkungan duniawi, hukumannya adalah
mati. Perhatikan Keluaran 30:7-9 “Di atasnya…” ini adalah di atas mezbah ukupan, “…haruslah Harun membakar
ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu,
haruslah ia membakar ukupan di atasnya. 8
Dan apabila Harun memasang
lampu-lampu itu pada waktu di antara dua
senja…” yaitu menjelang senja “….dia harus membakar ukupan di atasnya, suatu ukupan yang terus-menerus di hadapan TUHAN di antara kamu
turun-temurun…” Lalu
dikatakan, “….9Di
atas mezbah itu janganlah kamu persembahkan ukupan yang asing…”[NKJV
yang diindonesiakan].
Apa
maksudnya “ukupan yang asing”? Artinya ukupan jenis apa
pun yang bukan dibuat menurut formula khusus yang kudus dan dikhususkan kepada
Tuhan. “Janganlah kamu mempersembahkan ukupan jenis lain
apa pun di atas mezbah dupa-Ku.” Apakah Tuhan serius mengenai hal ini? Bukankah
dupa itu dupa? Sama sekali tidak! Ada dupa yang khusus yang kudus dan itu tidak
boleh dipakai secara sekular. Dan dupa sekular (dupa biasa) juga tidak boleh
dipersembahkan sebagai dupa kudus di hadapan Tuhan.
Now the question is what did the incense represent? Well, let’s
read a few verses from Scripture to see what the incense symbolized. Psalm
141:2, it says there “Let my prayer be set before You as incense, the lifting up of my
hands as the evening
sacrifice.”
So what is incense
connected with here in Psalm 141:2? It’s connected with prayer. But now listen
carefully, this text tells us that the prayer is linked with incense, but there
is more to the story. Go with me to Revelation 8:3, the prayer itself was not the incense.
The incense was something separate from the prayer. Notice Revelation 8:3 makes
this distinction clear. “Then another angel, having a golden
censer, came and stood at the altar…” This is in heaven,
by the way, this is the heavenly Sanctuary. And it says
“… He was given much…” what?
“…much incense, that he should offer it with the prayers of all
the saints upon the golden altar which was before the throne.”
Does the incense represent the prayers? No, the incense is
offered with the prayers. That’s a very important detail.
Nah,
pertanyaannya adalah, ukupan (dupa) itu melambangkan apa? Marilah kita membaca
beberapa ayat dari Alkitab untuk melihat ukupan itu melambangkan apa. Mazmur
141:2, dikatakan di sana, “Biarlah doaku adalah bagi-Mu
seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan
korban pada waktu petang.”
Jadi,
ukupan itu berkaitan dengan apa di sini di Mazmur 141:2? Berkaitan dengan doa.
Tetapi sekarang dengarkan baik-baik, ayat ini mengatakan kepada kita bahwa doa
itu terkait dengan ukupan, tapi ceritanya masih panjang. Marilah bersama saya
ke Wahyu 8:3. Doa itu sendiri
bukanlah ukupan ini. Ukupan ini adalah sesuatu yang terpisah
dari doa. Perhatikan, Wahyu 8:3 membuat perbedaan itu jelas. “Maka seorang malaikat lain, membawa
sebuah pedupaan emas, datang dan berdiri di dekat
mezbah…” Ini di Surga, ketahuilah, ini adalah
Bait Suci surgawi. Dan dikatakan, “….Dan kepadanya diberikan banyak…” apa? “….banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di
atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta
itu.”[NKJV yang diindonesiakan]
Apakah
ukupan itu melambangkan doa? Tidak, ukupan itu dipersembahkan bersama-sama
dengan doa. Ini adalah detail yang sangat penting.
Now, go with me to Luke 1:8-10 where you have both the symbol
and what the symbol represents. Luke 1:8-10, it’s speaking about Zachariah, the
father of John the Baptist and he was serving in the Sanctuary. And I want you
to notice at what hour he was burning incense on the altar, and what the people
were doing outside while he was burning the incense on the altar. It says in
Luke 1:8 “So it was, that while he was serving
as priest before God in the order of his division…” which by the way was the 8th
division,
“…9according to the custom of the priesthood, his lot fell to
burn incense when he went into the temple of the Lord…” So, Zachariah goes in and he is going to burn
incense, now what were the people doing outside? The incense was added to what?
To the prayers of the saints. Now that’s the symbol right? That’s the symbol in
the Sanctuary. But what does that symbol represent? The last verse tells us,
verse 10 says, “… 10And the whole multitude of
the people was…” what? “…was praying outside at
the hour of incense.”
So there you have the reality: the prayers; and you also have
the symbol which is the incense being burnt at the altar. Now, what does the
incense represent, if added to the prayers of God’s people?
Nah, mari
bersama saya ke Lukas 1:8-10 di mana kita akan mendapatkan keduanya, yaitu
simbol beserta apa yang dilambangkan oleh simbol itu. Lukas 1:8-10 berbicara
mengenai Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis dan dia sedang melayani di Bait Suci.
Dan saya mau kalian perhatikan pada pukul berapa dia membakar ukupan di mezbah,
dan apa yang dilakukan orang-orang di luar Bait Suci sementara dia membakar
ukupan di mezbah. Dikatakan di Lukas 1:8
“Pada suatu kali, sewaktu Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan menurut giliran kelompoknya…” ketahuilah
itu adalah divisi
ke delapan, “….9 sebagaimana
lazimnya menurut keimamatan, dia mendapat bagian untuk membakar ukupan pada waktu dia masuk ke dalam Bait Suci Tuhan…” Jadi
Zakhariah masuk dan dia akan membakar dupa, nah apa yang dilakukan umat di
luar? Ukupan itu ditambahkan kepada apa? Kepada doa orang-orang kudus. Nah,
itulah simbolnya, benar? Itulah simbol
di Bait Suci. Tetapi simbol itu melambangkan apa? Ayat yang terakhir memberitahu kita, ayat 10
berkata, “….10
Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar…” bagaimana? “….sedang
sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran
ukupan.” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi di
sini kita dapatkan kenyataannya: yaitu doa-doa; dan kita juga mendapatkan
simbolnya, yaitu ukupan yang dibakar di mezbah. Nah, ukupan itu melambangkan
apa jika ditambahkan ke doa umat Tuhan?
Let me read you a statement that we find in Selected Messages Vol. 1 pg 329
where Ellen White explains this symbolism of the incense that is added to the
prayers of the saints. Can we pray to God, would God listen to our prayers if our
prayers went directly to His throne? He would have to destroy us because our
prayers are defiled, they come from sinful lips. What must happen with our prayers? They must be
cleansed and purified by the righteousness of Christ because He is our
intercessor. They can’t go just as bare prayers before the Lord. Notice what we
find in this statement, profound. She says, “With the
confession of the repenting, believing sinner, Christ mingles His own
righteousness that the prayer of fallen men may go up as fragrant incense
before the Father and the grace of God be imparted to the believing soul.”
So, what does the incense represent? It represents
the merits of Christ’s righteousness that makes our prayers acceptable before
God.
Saya akan membacakan suatu
pernyataan yang ada di Selected Messages Vol. 1 hal 329 di mana
Ellen White menjelaskan simbolisme ukupan yang ditambahkan kepada doa
orang-orang kudus ini. Bisakah kita berdoa kepada Tuhan, akankah Tuhan
mendengarkan doa kita seandainya doa-doa kita itu langsung menuju ke takhtaNya?
Tuhan akan membinasakan kita karena doa-doa kita najis, doa-doa kita datang
dari bibir-bibir yang berdosa. Jadi apa yang harus terjadi dengan doa-doa kita?
Doa-doa kita harus dibersihkan dan dimurnikan oleh kebenaran Kristus, karena
Dialah pengantara kita. Doa-doa kita tidak bisa melayang begitu saja ke hadapan
Tuhan. Perhatikan apa yang kita temukan dalam pernyataan yang mendalam ini.
Ellen White berkata, “Kristus mencampurkan kebenaranNya sendiri kepada pengakuan
seorang berdosa yang sudah bertobat dan percaya, sehingga doa manusia-manusia
yang berdosa boleh naik bagaikan ukupan yang wangi ke hadapan Bapa, dan kasih
karunia Tuhan pun dikaruniakan kepada orang yang percaya.”
Jadi, ukupan itu melambangkan apa? Melambangkan jasa kebenaran Kristus yang
menjadikan doa-doa kita boleh diterima di hadapan Tuhan.
Now, the question is, what does the fire represent? Because you
have the incense. The incense represents the merits of Christ that are added to
our prayers. But what was it that made the incense ascend? It was the fire,
right? The burning of the incense is what made the incense ascend. Now, what
does the fire represent? Well, I think you know what fire represents in
Scripture symbolically. It represents the Holy Spirit. On the day of Pentecost
what happened? Tongues of fire were seen. John the Baptist said He will baptize you
with the Holy Spirit and with what? And with fire. Fire in Scripture represents the Holy
Spirit. And I am going to show you in a few moments that our prayers
are actually aided by the Holy Spirit so that we know what to ask for and how
to pray. The Holy Spirit is involved, in bearing our prayers to Christ
so that Christ can represent us in the heavenly Sanctuary.
Nah, pertanyaannya adalah, apa
yang dilambangkan oleh apinya? Karena ada ukupan, ukupan ini melambangkan jasa
Kristus yang ditambahkan kepada doa-doa kita. Tetapi apa yang membuat ukupan
itu bisa naik? Apinya, betul? Dengan membakar ukupan itulah membuat ukupan itu bisa naik. Nah, apinya itu
melambangkan apa? Nah, saya rasa kalian tahu di Alkitab api itu secara simbolis
melambangkan apa. Melambangkan Roh Kudus. Pada hari Pentakosta apa yang
terjadi? Lidah-lidah apa muncul. Yohanes Pembaptis berkata Dia akan membaptis dengan Roh dan
dengan apa? Dengan api. Di
Alkitab, api melambangkan Roh Kudus. Dan sebentar lagi saya akan
menunjukkan kepada kalian bahwa doa-doa
kita benar-benar mendapatkan bantuan dari Roh Kudus sehingga kita tahu apa yang
harus kita minta dan bagaimana kita seharusnya berdoa. Roh Kudus
ikut terlibat dengan membawa doa-doa kita kepada Kristus supaya Kristus boleh
menajdi pengantara kita di Bait Suci Surgawi.
Now, I want you to notice Leviticus 9:23-24. This is when the
Sanctuary sacrifices were established in the wilderness Tabernacle. I want you
to notice what happened when the sacrifice had been placed upon the altar. “And
Moses and Aaron went into the tabernacle of meeting, and came out and blessed
the people. Then the glory of the LORD appeared to all the people, 24and
fire came out from before the LORD…” and we spoke about
this in the previous lecture how did God show that He accepted the sacrifice of
Christ? By the tongues of fire on the day of Pentecost, remember? So notice
what it continues saying, verse 24, “…and fire came out from before the
LORD, and consumed the burnt offering
and the fat on the altar. When all the people saw it, they shouted and fell on their faces.”
So, how did God show that He accepted the sacrifices that were
placed upon the altar? He rained fire from heaven. Now, listen carefully. That
fire that He rained from heaven was holy fire. It was fire that came from the
Lord. Now, let me ask you, if you had compared that fire with any other fire
would the two fires look similar? Sure, absolutely. If you stuck your finger in
one or the other fire would your finger be burned? Absolutely. If some chemist examine the chemical
qualities of common fire and holy fire, would it be the same? Of course! What
made that fire holy? The fact that God had rained it from heaven, that was holy
fire. And God told the priests, “When you take fire into the Sanctuary, to burn
the incense, you make sure that you take this holy fire. Don’t you take Me any
other incense and don’t take Me any other fire.”
Nah, saya mau kalian memperhatikan Imamat 9:23-24. Ayat-ayat ini
berbicara tentang masa ketika upacara kurban diperkenalkan di Ka’abah yang di
padang gurun. Saya mau kalian menyimak apa yang terjadi ketika kurban itu
diletakkan di atas mezbah. “Masuklah Musa dan Harun ke
dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu
tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu.
24 Dan keluarlah api dari
hadapan TUHAN…” Kita kan sudah membahas ini dalam pelajaran terdahulu bagaimana
Dia menerima kurban Kristus? Dengan turunnya lidah-lidah api pada hari
Pentakosta, ingat? Jadi, perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya, ayat 24 “….Dan keluarlah api dari
hadapan Tuhan, lalu membakar habis korban
bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya,
bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.”[NKJV yang diindonesiakan].
Jadi,
bagaimana Tuhan menunjukkan bahwa Dia menerima kurban yang ditempatkan di atas
mezbah? Dia menghujankan api dari Surga.
Sekarang,
dengarkan baik-baik. Api yang diturunkan Tuhan dari Surga adalah api yang
kudus. Itu adalah api yang datang dari Tuhan. Nah, coba saya tanya, jika kita
membandingkan api itu dengan api yang lainnya, apakah keduanya tampak sama?
Tentu, betul sekali. Jika kita memasukkan jari kita di masing-masing api,
apakah jari kita akan sama terbakarnya? Betul sekali. Jika seorang ahli kimia
memeriksa kandungan kimiawi dari api biasa dan api yang kudus, apakah hasilnya
sama? Tentu! Kalau begitu apa yang membuat api itu kudus? Faktanya bahwa Tuhan
yang menurunkan api itu dari Surga, itu yang membuatnya api kudus. Dan Tuhan
memberitahu para imam, “Pada waktu kalian membawa api ke dalam Bait Suci untuk
membakar ukupan, pastikan kalian membawa api yang kudus ini. Janganlah kalian
membawa kepadaKu ukupan yang lain dan jangan membawa kepadaKu api yang lain.”
Now, we need to read the very next chapter. Because we have a
story of two men, sons of Aaron who ignored that command of God. They took the
right incense, but the wrong fire. They used common fire and they presented it
as it were holy. Let’s read about it. Leviticus 10:1 “Then Nadab and Abihu, the sons of Aaron, each took his censer
and put fire in it, put incense on it…” no problem with the
incense evidently, problem with the fire, it represents our prayers taken to
the presence of Christ through the work of the Holy Spirit. And it says,
“…Then Nadab and Abihu, the sons of Aaron, each took his censer and put
fire in it, put incense on it, and offered…” what?
“…profane fire…” some versions say “strange fire”, it’s not the
fire from the altar, they “…offered profane fire before the LORD, which He
had not…” what? “…which He had not commanded them.”
Nah, kita
perlu membaca pasal berikutnya. Karena di sana ada kisah dua orang, anak-anak
Harun yang tidak mengindahkan perintah Tuhan. Mereka membawa ukupan yang benar,
tetapi api yang salah. Mereka memakai api biasa, dan mereka persembahkan itu
seakan-akan itu api kudus. Mari kita baca Imamat 10:1 “Kemudian anak-anak Harun,
Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya
serta menaruh ukupan di atas api itu. …”
Ternyata tidak ada masalah dengan ukupannya, masalahnya
terletak pada apinya. Ini melambangkan doa-doa kita
yang dibawa ke hadapan Kristus melalui pekerjaan Roh Kudus. Dan dikatakan, “….Kemudian anak-anak Harun,
Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya
serta menaruh ukupan di atas api itu, dan
mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang…” bagaimana? “….api yang najis…” beberapa
terjemahan memakai istilah “api yang asing”, jadi itu bukan api yang berasal
dari mezbah, mereka “…mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang najis, yang tidak…” apa? “….Tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.”[NKJV yang diindonesiakan].
Did they know which fire they should offer? You’d better believe
they knew. Was this willful disobedience and trampling on the holiness of God?
It most certainly was. Because God had not commanded them to take that common
fire. He said, “You take the holy fire from the altar because that’s the fire
that I rained from heaven.” They willfully disobeyed God. So what was the
result? When God sees them bringing this common fire, God says, “Ah, who cares?
Fire is fire.” Ah-ah! Is God serious when He says that something is holy? Oh,
God is very serious when He says that something is holy. And we see how serious
He was in this story. We are told in chapter 10 and verse 2, “So
fire went out from the LORD and devoured them, and they died
before the LORD.”
Wow! Because they presented common fire as if it were what? As
if it were holy.
Apakah
mereka tahu api mana yang harus mereka persembahkan? Percayalah, mereka sudah tahu. Apakah ini merupakan ketidakpatuhan
yang disengaja dan menginjak-injak kesucian Tuhan? Benar sekali.
Karena Tuhan tidak menyuruh mereka mengambil api yang biasa. Tuhan berkata,
“Ambillah api yang kudus dari mezbah karena itulah api yang Aku turunkan dari
Surga.” Mereka dengan sengaja melanggar perintah Tuhan. Jadi apa akibatnya?
Ketika Tuhan melihat mereka membawa api biasa ini, Tuhan berkata, “Ah, tidak
apa, api ya api.” Oh, tidak! Apakah
Tuhan serius ketika Dia berkata bahwa sesuatu itu kudus? Oh, Tuhan sangat
serius ketika Dia berkata bahwa sesuatu itu kudus. Dan di kisah ini kita
melihat betapa seriusnya Tuhan. Pasal 10 ayat 2 memberitahu kita, “Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu melahap keduanya, sehingga mereka
mati di hadapan TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].
Wow! Karena mereka mempersembahkan
api yang biasa seakan-akan apa? Seakan-akan itu kudus.
Now, let me read you that statement from Scripture where it says
that the Holy Spirit helps us in our prayer life and actually intercedes with
us before Jesus with groanings. Romans 8:26-27, here the apostle Paul says, “Likewise
the Spirit also helps in our weaknesses. For we do not know what we should pray
for as we ought, but the Spirit Himself…” does what?
“… makes intercession for us with groanings which cannot be uttered. …” That is what the fire represents, our prayers
ascend to God through the help of the Holy Spirit. By the way the Holy Spirit
does it through coordinating with angelic hosts as we have studied before.
Nah, saya
akan membacakan pernyataan dari Alkitab di mana dikatakan bahwa Roh Kudus yang
membantu kita dalam kehidupan doa kita dan sebenarnya menjadi perantara kita di
hadapan Yesus dengan merintih.
Roma 8:26-27, di sini rasul Paulus berkata, “Demikian juga Roh membantu
kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus
berdoa; tetapi Roh sendiri…” berbuat
apa? “….memohon untuk kita kepada Allah dengan rintihan
yang tidak terucapkan.…” [NKJV yang diindonesiakan].
Itulah yang dilambangkan oleh apinya, doa kita naik kepada
Tuhan melalui bantuan Roh Kudus. Ketahuilah, Roh Kudus melakukannya dengan
berkoordinasi dengan para malaikat, seperti yang sudah pernah kita pelajari.
Now are there certain prayers that
God rejects? How about prayers where we pray to God in willful disobedience to God? Does God hear
those prayers? Absolutely not. Notice what Scripture has to say to us, Proverbs
28:9, it says here, “One
who turns away his ear from hearing the law…” that’s God’s
clearly revealed will, “…even his prayer is…” what? “…is an abomination.”
So if you say the Law was nailed to the cross, that we don’t
have to keep the Law anymore, or that the Law was for the Jews, we are not
under Law but we are under grace, does God listen to those prayers? According
to the bible, He doesn’t. Because it says, “One who turns away his ear from hearing the law even his prayer
is an abomination.”
Nah, adakah doa-doa tertentu yang ditolak Tuhan? Bagaimana dengan doa
yang kita panjatkan kepada Tuhan tetapi kita sengaja
tidak mematuhiNya? Apakah Tuhan mendengarkan doa-doa itu? Sama sekali tidak.
Perhatikan apa yang dikatakan Alkitab kepada kita. Amsal 28:9, dikatakan di
sini, “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum…” yang adalah kehendak Tuhan yang
dinyatakan dengan jelas, “…. bahkan
doanya adalah kekejian.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi, jika
kita berkata bahwa Hukum telah dipakukan ke salib, bahwa kita tidak usah
mematuhi Hukum lagi, atau bahwa Hukum adalah untuk orang Yahudi, bahwa kita
tidak di bawah Hukum tapi di bawah kasih karunia; apakah Tuhan mendengarkan
doa-doa ini? Menurut Alkitab, Tuhan tidak mendengarkan. Karena dikatakan, “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, bahkan doanya adalah kekejian.”
Notice also Psalm 66:18-20, the same
idea comes forth. Psalm 66:18-20
“If I regard iniquity in my heart…” says the psalmist,
“…the Lord will not…” what?
“…The Lord will not hear. 19But certainly God has heard me; He has attended to the voice of my prayer. 20Blessed
be God, Who has not turned away
my prayer, nor His mercy from me!”
So what happens when you ~ according
to this text ~ when you regard iniquity in your heart, or when you turn away
your ear from hearing the explicitly revealed Word of God, what happens? You
can pray to God, but Jesus will not present that prayer before the Father. Very
serious.
Perhatikan juga Mazmur 66:18-20, gagasan yang sama muncul. Mazmur
66:18-20 “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku…” kata pemazmur, “….tentulah Tuhan tidak
mau…” apa? “…. Tuhan tidak mau mendengar. 19 Namun, Allah telah mendengar aku, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan.
20 Terpujilah Allah, Yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan
kasih setia-Nya dari padaku.”
Jadi apa
yang terjadi pada waktu kita ~ menurut ayat ini ~ pada waktu kita membiarkan ada
dosa di hati, atau pada waktu kita memalingkan telinga kita dari mendengar
Firman Tuhan yang dinyatakan secara jelas, apa yang terjadi? Kita boleh berdoa
kepada Tuhan, tetapi Yesus tidak akan mempersembahkan doa itu ke hadapan Bapa.
Sangat serius.
Now, let’s continue our story of Nadab and Abihu. Let’s go
to Leviticus 10:3. Now God is going to explain something to Moses and Aaron. He
says this “And Moses said to Aaron, ‘This is
what the LORD spoke, saying: 'By those who come near Me I must be regarded as…”
what? “… holy…” Those who come into My presence must recognize
that I am what? That I am holy, “…
And before all the people I must be
glorified.' So Aaron held his peace.”
God is saying, “When you come into My
presence, you make sure that you respect that which is holy.” God is saying, “I
will not be played with. I will not be trifled with. You cannot approach Me any
old way that you want to approach Me. You have to approach Me on My terms, you
have to respect that which is holy.” He is saying, “Don’t consider Me your good
old buddy or the man upstairs, consider Me the high and lofty One whose name is
Holy, who also comes and inhabits with
those who are humble and contrite of heart.” God is serious when He says we are
supposed to separate that which is holy from that which is common. I
wonder what He says about some worship services of Christians in the world
today. We’ll come back to that a little bit later.
Nah, mari kita lanjutkan kisah kita tentang Nadab
dan Abihu. Mari kita ke Imamat 10:3. Sekarang Tuhan akan menjelaskan sesuatu
kepada Musa dan Harun. Tuhan berkata ini, “Berkatalah Musa kepada Harun: ‘Inilah yang difirmankan TUHAN: ‘Oleh orang yang datang
menghampiri Aku, Aku haruslah dianggap…” apa? “… kudus…” Mereka yang datang ke hadiratKu harus
mengakui bahwa Aku apa? Bahwa Aku kudus. “…dan di muka seluruh bangsa itu Aku harus dimuliakan.’ Dan Harun tidak berani berkata apa-apa.”[NKJV yang diindonesiakan].
Tuhan berkata, “Bila kamu datang ke hadiratKu,
pastikan kamu menghormati apa yang kudus.” Tuhan berkata, “Aku tidak mau
dipermainkan. Aku tidak mau dilecehkan. Kamu tidak boleh datang ke hadiratKu
seenaknya menurut caramu sendiri. Kamu harus datang ke hadiratKu menurut ketentuanKu,
kamu harus menghormati apa yang kudus.” Tuhan sedang berkata, “Jangan
menganggap Aku seperti sobat karibmu atau sekadar tamu yang di loteng,
anggaplah Aku Yang Maha Tinggi, yang namanya Kudus, yang juga datang dan diam
bersama mereka yang rendah hati menyesali dosanya.” Tuhan itu serius ketika Dia berkata bahwa kita harus
memisahkan apa-apa yang kudus dari apa-apa yang biasa. Bayangkan
apa yang akan dikatakan Tuhan mengenai beberapa upacara ibadah yang dilakukan
orang-orang Kristen di dunia sekarang ini. Kita nanti akan kembali ke topik
ini.
I want you to notice what we find in
Leviticus 10:4-7. God here gives a drastic formula to Moses and Aaron. He says
something that is difficult for us to understand. He actually says, “Don’t you
dare mourn those two young men.” Wow! Let’s read about it. Notice Leviticus 10
and we’ll read verses 4 through 7, “Then
Moses called Mishael and Elzaphan, the sons of Uzziel the uncle of Aaron, and
said to them, ‘Come near, carry your brethren from before the sanctuary out of
the camp’…” they are thrown outside the camp! Because they
are no longer members of God’s chosen people. “…5So they
went near and carried them by their tunics out of the camp, as Moses had said. 6And
Moses said to Aaron, and to Elemazar and Ithamar, his sons, ‘Do not uncover
your heads nor tear your clothes…” which will be signs
of afflictions, “…lest you die, and wrath come upon all the
people. But let your brethren, the whole house of Israel, bewail the burning
which the LORD has kindled. 7You shall not go out from the door of
the tabernacle of meeting, lest you die, for the anointing oil of the LORD is upon you.’ And they did according
to the word of Moses.”
You see, if the people had mourned
these two young men, they would have given the impression that they were
sympathizing with them.
Saya mau kalian perhatikan apa yang kita dapati di Imamat 10:4-7. Di
sini Tuhan memberikan formula yang drastis kepada Musa dan Harun. Tuhan
mengatakan sesuatu yang sulit bisa kita pahami. Dia benar-benar berkata,
“Janganlah kalian berani berkabung untuk kedua orang muda itu.” Wow! Mari kita baca
tentang ini. Perhatikan Imamat 10 dan kita akan membaca ayat 4 hingga 7. “Kemudian Musa memanggil Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman
Harun, lalu berkatalah ia kepada mereka: ‘Datang ke mari, angkatlah
saudara-saudaramu ini dari depan tempat kudus ke luar perkemahan.’…” Mereka dilemparkan keluar perkemahan.
Karena mereka tidak lagi dianggap bagian dari umat pilihan Tuhan. “…. 5 Mereka
datang, dan mengangkat mayat keduanya dengan
memegang jubah mereka, ke luar perkemahan, seperti yang dikatakan Musa. 6
Kemudian berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar,
anak-anak Harun: "Janganlah kamu membuka
tutup kepalamu dan mencabik pakaianmu…”
yang adalah tanda-tanda berkabung, “…supaya jangan kamu mati
dan murka TUHAN mengenai segenap umat ini, tetapi biarlah
saudara-saudaramu, yaitu seluruh bangsa Israel, menangis karena api yang
dinyalakan TUHAN itu. 7Janganlah kamu keluar
dari pintu Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, karena minyak urapan TUHAN
ada di atasmu.’ Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa.” [NKJV yang diindonesiakan]
Kalian
lihat, jika orang-orang berani berkabung untuk kedua orang muda tersebut, itu
akan memberikan kesan bahwa mereka bersimpati kepada kedua orang muda itu.
Do you remember what happened in the
rebellion of Korah, Dathan and Abiram? You see, they weren’t Levites but they
wanted to be priests. And so they
brought their censers before the Lord saying, “We want to be priests, you know,
we are capable, able to do it, so why does the Lord say we can’t?” And so Moses
says, “Bring your censers.” And they brought their censers 250 of them. And
Moses says, “If I am a prophet of the Lord and the earth opens up and swallows
you up, then you are going to know whether I am right or not.” And the bible says
that the earth opened up and swallowed up these 250 men. And do you know what
Israel did? They started condemning the Lord and sympathizing with those who
had been swallowed up by the earth.
And God says, “Now, wait a minute!”
God was not going to allow that to happen with Nadab and Abihu. If people had
mourned them, it would have been an announcement that they were sorry for the
death of the young men. God says, “You should be sorry that My holiness has
been trampled upon.”
Ingatkah
kalian apa yang terjadi pada pemberontakan Korah, Datan dan Abiram? Kalian
lihat, mereka bukan orang-orang Lewi, tetapi mereka mau menjadi imam. Maka
mereka membawa perdupaan mereka ke hadapan Tuhan dan berkata, “Kami mau menjadi
imam, engkau tahu bahwa kami mampu, kami bisa melakukannya, jadi mengapa Tuhan
berkata kami tidak boleh?” Dan Musa berkata, “Bawalah perdupaanmu.” Dan mereka
membawa perdupaan mereka, 250 orang semuanya. Dan Musa berkata, “Jika aku
adalah nabi Tuhan, dan bumi ini menganga dan menelan kalian, maka kalian akan
tahu apakah aku benar atau tidak.” Dan Alkitab berkata bahwa bumi menganga dan
menelan seluruh 250 orang itu. Dan tahukah kalian apa yang dilakukan Israel?
Mereka mulai mencela Tuhan dan bersimpati dengan orang-orang yang ditelan bumi
itu.
Dan Tuhan
berkata, “Tunggu dulu!” Tuhan tidak akan mengizinkan hal yang sama terjadi pada
kasus Nadab dan Abihu. Jika orang Israel berkabung untuk mereka, itu sama
dengan mereka menyatakan bahwa mereka menyesalkan kematian orang-orang muda
tersebut. Tuhan berkata, “Kalian justru harus menyesal karena kekudusanKu telah
terinjak-injak.”
Now, we need to ask a very important
question. Why did Nadab and Abihu offer common fire before the Lord? They knew that
they had to offer holy fire. Why did they take common fire and offered it? Why
is it that they saw no difference between the holy and the common. The book of
Leviticus explains why. Notice chapter 10 and verses 8 and 9. Leviticus 10:8-9,
it says,
“Then the LORD spoke to Aaron, saying…” listen to counsel
now,
“…9’Do not drink wine or intoxicating drink, you, nor your
sons with you, when you go into the tabernacle of meeting, lest you die. It shall be a statute forever
throughout your generations’…”
Why weren’t Nadab and Abihu able to
distinguish the holy from the common? Because they were under the influence.
They were intoxicated with wine which did not allow them to distinguish the
holy from the common. Not only that, Moses also gave some additional counsel.
He says, “Don’t intoxicate yourself, so that you don’t die before the Lord so
that you are able to distinguish between the holy and the common.” But then
notice what he also says in verses 10 and 11 of Leviticus 10. “that you may distinguish between
holy and unholy, and between unclean and clean…” and here comes the
additional thing, “…11and that you may teach the
children of Israel all the statutes which the LORD has spoken to them by the
hand of Moses."
Sekarang,
kita perlu mengajukan pertanyaan yang sangat penting. Mengapa Nadab dan Abihu
mempersembahkan api biasa di hadapan Tuhan? Mereka sudah tahu mereka harus
mempersembahkan api yang kudus. Mengapa mereka mengambil api biasa dan
mempersembahkannya? Mengapa mereka tidak bisa melihat bedanya antara yang kudus
dari yang biasa? Kitab Imamat menjelaskan mengapa. Perhatikan pasal 10 dan ayat
8 dan 9. Imamat 10:8-9 berkata, “TUHAN berfirman kepada
Harun…” dengarkanlah nasihatnya sekarang, “….9 ‘Janganlah
engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu
masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan
untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.’”
Mengapa Nadab dan Abihu tidak bisa membedakan yang kudus dari yang
biasa? Karena mereka berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka mabuk anggur yang
membuat mereka tidak bisa membedakan yang kudus dari yang biasa. Bukan hanya
itu, Musa juga memberikan beberapa nasihat tambahan. Dia berkata, “Jangan membuat
dirimu mabuk, supaya jangan kamu mati di hadapan Tuhan, supaya kamu bisa
membedakan antara yang kudus dan yang biasa.” Tetapi, simak apa katanya
kemudian di ayat 10 dan 11 dari Imamat pasal 10, “Supaya kamu dapat membedakan antara
yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis…”
sekarang inilah tambahannya, “….11 dan haruslah kamu dapat
mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN
kepada mereka dengan perantaraan Musa.” [NKJV yang diindonesiakan].
In other words, the counsel given is
“Don’t drink when you go into the Sanctuary, so that you can distinguish the
holy from the common, and also so that you have clear minds and you are able to
teach the statues or the Laws of God to His people, to Israel.”
So what was the great sin of Nadab
and Abihu? It was the sin of taking that which was common and presenting it to
God as if it was holy.
How did God look upon that? Not very favorably
according to the story.
Dengan kata
lain, nasihat yang diberikan adalah, “Jangan minum minuman keras bila kamu
masuk ke Bait Suci, supaya kamu bisa membedakan yang kudus dari yang biasa, dan
juga agar kamu memiliki pikiran yang jernih dan bisa mengajarkan
ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum Tuhan kepada umatNya, kepada Israel.”
Jadi apakah
dosa besar Nadab dan Abihu? Dosanya adalah mengambil
apa yang biasa dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai kudus.
Bagaimana Tuhan memandang perbuatan itu?
Menurut kisahnya, tidak dengan senang
hati.
But now I want us to look at another
story, that presents the other side of the coin. The other side of the coin,
meaning, how
does God feel when somebody takes something that is holy and treats it as if it
is common?
See, the problem of Nadab and Abihu
was that they took which was common and presented it as if it was holy. How
does God feel when we take something which is holy and we treat it as though it
is common. We have a story in the bible that illustrates that point. Daniel
chapter 5. Go with me to Daniel chapter 5:1. This chapter describes the fall of
Babylon when Darius the Mede ~ Darius as he is usually called ~ when Darius the
Mede came to Babylon and dried up the river Euphrates and the city fell. Now
that night the bible tells us Belshazzar was celebrating a special banquet.
Imagine the invading army were outside the city and here he was having a
banquet for a thousand of his leaders. Now notice what we find in Daniel 5:1. Belshazzar the king made a great feast
for a thousand of his lords…” and now comes a very
important detail, “…and drank wine in the presence of the
thousand.” This was
the straw that broke the camel’s back, we are going to notice. He was drinking
wine, he was intoxicated. And for that reason he was not able to distinguish
what was holy from what was common. Go with me to verse 2 of Daniel chapter 5,
it says, “While he tasted the wine…” this is interesting, “…While he tasted the wine…” He was drinking wine, while he was
drinking the wine,
“… Belshazzar gave the command…” listen,
“…to bring the gold and silver vessels which his father Nebuchadnezzar
had taken from the temple…” are these holy vessels? Absolutely!
“…which had been in
Jerusalem, that the king and his lords, his wives, and his concubines might…” what? “…might drink from
them.”
Interesting! That he would take the
holy vessels, and he would treat them as if they were what? As if they were
common, drinking in a common social activity, at a banquet.
Now you are saying, “Did Belshazzar
know that he was doing wrong?” We are going to notice that he knew very well
what those vessels were and where they had come from. He knew the whole story
of Nebuchadnezzar, and yet he still ~ because he was intoxicated, he couldn’t
think straight ~ he brought those holy vessels and he treated them as if they
were common.
Notice Daniel 5:3 “Then they brought the gold vessels
that had been taken from the temple of the house of God…” holy vessels, folks,
“… which had been in
Jerusalem; and the king and his lords, his wives, and his concubines…” did what? “…drank from them.”
Tetapi
sekarang saya mau kita melihat kisah yang lain, yang merupakan sisi lain dari
mata uang yang sama. Sisi lain dari mata uang yang sama berarti, bagaimanakah perasaan Tuhan pada
waktu seseorang mengambil sesuatu yang kudus dan memperlakukannya seolah-olah
sesuatu yang biasa?
Lihat,
masalah Nadab dan Abihu adalah mereka mengambil apa yang biasa dan mempersembahkannya
seakan-akan itu sesuatu yang kudus. Bagaimana perasaan Tuhan bila kita
mengambil sesuatu yang kudus dan kita perlakukan seakan-akan sesuatu yang
biasa? Ada suatu kisah dalam Alkitab yang menggambarkan poin ini. Daniel pasal
5. Marilah bersama saya ke Daniel pasal 5 ayat 1. Pasal ini menggambarkan
jatuhnya kerajaan Babilon ketika Deraies raja Media ~ atau Darius sebagaimana
dia disebut umumnya ~ ketika Deraies raja Media datang ke Babilon dan
mengeringkan sungai Efrat dan kota itu jatuh. Alkitab berkata, malam itu
Belsyazar sedang mengadakan perayaan jamuan makan istimewa. Bayangkan, pasukan
yang akan menyerbu sudah berada di luar kota dan dia masih mengadakan
pesta jamuan makan untuk seribu pembesarnya. Nah, perhatikan apa yang kita
dapati di Daniel 5:1 “Raja Belsyazar mengadakan
perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya…” dan sekarang muncul keterangan yang
sangat penting, “…dan di
hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur.”
Kita akan
melihat bahwa itulah pelanggarannya yang terakhir
yang membuat Tuhan menghukumnya. Dia
sedang minum anggur, dia sedang mabuk. Dan karena itu dia tidak bisa membedakan
apa yang kudus dari apa yang biasa. Marilah bersama saya ke ayat 2 dari Daniel
pasal 5, dikatakan, “Sementara
dia minum anggur…” ini menarik, “….Sementara dia minum anggur…” dia
sedang minum anggur, sementara dia sedang minum anggur itu, “….Belsyazar menitahkan orang…” dengarkan, “….untuk membawa bejana-bejana dari
emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait
Suci…” apakah bejana-bejana ini kudus? Betul
sekali! “….yang ada di Yerusalem, supaya raja dan para
pembesarnya, para isterinya dan para gundiknya boleh…”
apa? “….boleh
minum dari bejana-bejana itu.”[NKJV yang diindonesiakan]
Menarik!
Bagaimana dia mengambil bejana-bejana yang kudus dan dia memperlakukan mereka
seakan-akan itu apa? Seakan-akan benda-benda biasa. Minum-minum dalam suatu
kegiatan sosial yang biasa, dalam suatu jamuan.
Nah, kalian
berkata, “Apakah Belsyazar tahu apa yang dilakukannya?” Kita akan melihat bahwa
dia sangat tahu bejana-bejana tersebut itu apa dan dari mana asalnya. Dia sudah
tahu seluruh kisah Nebukadnezar, namun dia tetap ~ karena dia mabuk dan dia
tidak bisa berpikir jernih ~ dia membawa bejana-bejana yang kudus itu dan dia
memperlakukan mereka seakan-akan itu benda-benda biasa.
Perhatikan
Daniel 5:3 “Kemudian dibawalah bejana-bejana
dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah…” bejana-bejana yang kudus,
Saudara-saudara, “….yang ada di
Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isterinya dan para gundiknya…” berbuat apa? “….minum dari bejana-bejana itu.”[NKJV yang diindonesiakan].
Now, I want you to notice something
very important in the next verse. They were intoxicated and therefore they were
not able to distinguish the holy from the common and the end result was, they
ended up practicing idolatry. Notice Daniel 5:4 “They drank wine, and praised…” what?
“…and praised the gods of gold and silver, bronze and iron, wood and
stone.”
Did a failure to distinguish between the holy
and the common lead to idolatry? Absolutely. It led to worshiping idols
that were made with men’s hands. Are you following me or not? Very, very
important. It led to breaking the commandments that says “Thou shalt not have
any other gods before Me” and the commandment that says, “Don’t make images and
don’t bow down to those images” and it was also trampling on the name of God.
And so basically what we find here is that Belshazzar because he did not
distinguish the holy from the common fell into idolatry and trampled the
commandments of God, particularly the first table of the Law.
Nah, saya
mau kalian perhatikan sesuatu yang sangat penting dalam
ayat berikutnya. Mereka sedang mabuk dan oleh karenanya mereka tidak bisa
membedakan yang kudus dari yang biasa, dan akhirnya mereka mempraktekkan
penyembahan berhala. Perhatikan Daniel 5:4 “mereka minum anggur dan memuja…”
apa? “….dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga,
besi, kayu dan batu.” [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah kegagalan untuk membedakan yang
kudus dari yang biasa membawa kepada penyembahan berhala? Betul
sekali. Itu membawa kepada penyembahan berhala yang telah dibuat oleh
tangan-tangan manusia. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak? Amat sangat
penting. Ini mengakibatkan pelanggaran terhadap perintah yang berkata, “Jangan
ada padamu allah lain di hadapanKu” dan perintah yang berkata, “Jangan membuat
patung dan jangan sujud menyembah patung-patung itu”, dan juga ini
menginjak-injak nama Tuhan. Jadi pada dasarnya apa yang kita lihat di sini
adalah karena Belsyazar tidak membedakan yang kudus dari yang biasa, dia jatuh
kepada penyembahan berhala dan menginjak-injak perintah-perintah Tuhan,
terutama yang tertulis di loh batu yang pertama.
Now, let’s go to Daniel 5:5-6, this
is the straw that broke the camel’s back as I was mentioning to you. See, God
has put up with a lot when it came to Belshazzar, but when it came to not
distinguishing the holy from the common, and as a result trampling on God’s
commandments and practicing false worship, God says, “That’s it.” Notice Daniel
5:5-6, “In the same hour the fingers of a
man's hand appeared and wrote opposite the lampstand on the plaster of the wall
of the king's palace; and the king saw the part of the hand that wrote. 6Then
the king's countenance changed, and his thoughts troubled him, so that the
joints…” I like the way this is described,
“…so that the joints of his hips were loosened and his knees knocked
against each other.”
And so to make a long story short,
eventually Daniel comes to interpret the meaning of the handwriting on the wall
because the experts in Babylon couldn’t do it. And Daniel gives them a long
speech about the story of Nebuchadnezzar’s insanity, because he became arrogant
and proud, God said “I humbled him for seven years.” And then in verse 22 of
chapter 5, we see that Belshazzar knew this very well. He was trampling on what
he knew very well was holy. It says in Daniel 5:22 “But you his son, Belshazzar, have not humbled your heart,
although you knew all this.”
Was this willful disobedience to God
in for us taking what was holy and treating it as that was common and trampling
on God’s commandments and practicing false worship? Absolutely.
Nah, mari kita ke Daniel 5:5-6, inilah pelanggarannya yang
terakhir yang membuat Tuhan menghukumnya, seperti yang sudah saya katakan tadi.
Lihat, Tuhan sudah sangat bersabar terhadap Belsyazar, tetapi pada waktu dia
tidak membedakan antara yang kudus dari yang biasa, dan sebagai akibatnya dia
menginjak-injak perintah-perintah Tuhan dan mempraktekkan penyembahan yang
palsu, Tuhan berkata, “Cukup!” Perhatikan Daniel 5:5-6 “Pada waktu itu juga tampaklah
jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki
dian, dan raja melihat tangan yang sedang menulis itu. 6Lalu raja
menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sehingga sendi-sendi…” saya
suka caranya melukiskan ini, “…. Sehingga sendi-sendi
pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan satu sama lain.”[NKJV yang diindonesiakan].
Maka untuk
mempersingkat kisah yang panjang, akhirnya Daniel datang untuk menerjemahkan
arti tulisan pada dinding karena orang-orang pintar di Babilon tidak mampu
melakukannya. Dan Daniel memberikan kuliah panjang mengenai kisah gilanya
Nebukadnezar pada waktu dia menjadi sombong dan congkak, Tuhan berkata, “Aku
merendahkannya selama tujuh tahun.” Lalu di ayat 22 dari pasal 5, kita lihat
bahwa Belsyazar sangat menyadari hal ini. Dia sedang menginjak-injak apa yang
dia tahu adalah kudus. Dikatakan di Daniel 5:22, “Tetapi tuanku, Belsyazar,
anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui semuanya ini.”
Apakah ini
ketidakpatuhan yang disengaja terhadap Tuhan jika kita mengambil apa yang kudus
dan memperlakukannya seolah-olah sesuatu yang biasa dan menginjak-injak
perintah-perintah Tuhan dan mempraktekkan penyembahan yang palsu? Betul sekali.
Now there are other stories in the
Old Testament and in the New Testament
that illustrate the same principle. Remember the story of Uzzah? God had
said, “Don’t you touch the Ark.” You know the Ark was being brought back from
the Philistine cities and it was going up a hill and it looked like it was
going to fall off, and the bible says that a man called Uzzah reached out to
hold the Ark, and God said, “Uzzah, thank you for saving My Ark”? No, that’s
not what God said. The bible says, instantly he dropped dead because he had
touched the holy Ark of God. Does God take seriously what He has made holy?
Oh, yes, He does.
You know Christians don’t want to
talk about that today, they want a lovey-dovey God, you know, a Santa Claus
God. And even better than Santa Claus, He gives presents to those who are
naughty and nice.
Nah, ada
kisah-kisah lain di Perjanjian Lama dan juga di Perjanjian Baru yang
menggambarkan prinsip yang sama. Ingat kisah Uza? Tuhan sudah berkata, “Jangan
menyentuh Tabut Perjanjian.” Kalian tahu waktu itu Tabut Perjanjian dibawa
pulang dari kota-kota Filistin dan keretanya sedang menaiki bukit dan
sepertinya akan terguling, dan Alkitab berkata bahwa seorang yang bernama Uza
mengulurkan tangannya untuk menahan Tabut Perjanjian, dan Tuhan berkata, “Uza,
terima kasih telah menyelamatkan Tabut PerjanjianKu”? Tidak! Tuhan tidak
berkata begitu. Alkitab berkata, pada detik itu juga Uza jatuh mati karena dia
telah menyentuh Tabut Perjanjian yang kudus. Apakah Tuhan menganggap serius apa yang telah dikuduskan olehNya?
Oh, ya, betul.
Kalian
tahu, orang-orang Kristen tidak suka membicarakan hal itu hari ini, mereka menginginkan
Tuhan yang pengasih dan penyayang, Tuhan Santa Claus, bahkan lebih baik
daripada Santa Claus, karena Dia memberikan hadiah kepada mereka yang nakal
maupun yang baik.
Now, the story of Ananias and Sapphira,
remember that story? That’s New Testament now. That’s after the day of
Pentecost. Remember that they had devoted a certain amount of money to the Lord
and they held back some of it? And so they come and Peter says, “Have you given
all the money?” “Yes, we have.” Booom! Ananias falls dead. And then Saphira
comes in. And Peter says, “Did you sell what you said you were going to sell
and give the money to the Lord?” “Yes,
we did.” Booom! She fell and she died on
the spot. Because they had held back what they had devoted as holy to the Lord.
Nah, kisah
Ananias dan Safira, ingat kisah itu? Itu Perjanjian Baru. Itu terjadi setelah
hari Pentakosta. Ingat bahwa mereka telah menjanjikan sejumlah uang kepada
Tuhan tetapi ada yang mereka tahan? Maka mereka datang dan Petrus berkata,
“Apakah kamu sudah menyerahkan semua uangnya?”
“Ya, sudah.” Booom! Ananias jatuh
mati. Lalu datanglah Safira dan Petrus berkata, “Apakah sudah kamu jual apa yang
katanya mau kamu jual dan uangnya diberikan kepada Tuhan?” “Ya, sudah.”
Booom! Safira jatuh dan dia mati di tempat. Karena mereka telah menahan
apa yang sudah mereka khususkan sebagai
sesuatu yang kudus untuk Tuhan.
Do you remember what happened to the
prophet, when the prophet Elijah who it seems
have the same type of problem that I have, he was going bald, but you
know the 42 kids you know they come running behind Elijah and they say, “Go
up, you baldhead! Go up, you, baldhead!”
The bible says that he turned and he cursed them in the name of the Lord.
See, he was God’s holy prophet. Don’t
you criticize God’s holy prophet, you might get leprosy, remember the story of
Miriam who criticize Moses? The bible says that two she bears came out and the
bible doesn’t say that they killed the children but the bible says that they
went away and they were hurt by these two she-bears, because God
expected His holy prophet to be respected.
Apakah
kalian ingat apa yang terjadi pada seorang nabi, ketika nabi Elia yang rupanya
memiliki masalah yang sama seperti yang saya miliki, yaitu rambutnya habis. Dan
kalian tahu ada 42 orang anak-anak yang berlarian di belakangnya dan
mengejeknya, “Ayo, naik, Gundul! Ayo, naik, Gundul!” (2 Raja 2:24) Alkitab
berkata Elia berpaling dan dia mengutuk mereka dalam nama Tuhan. Kalian lihat,
dia adalah nabi kudus Tuhan, jangan kita mengritik nabi kudus Tuhan, kita bisa
kena kusta ~ ingat kisah Miriam yang mengritik Musa? Alkitab berkata dua
beruang betina muncul dan walaupun Alkitab tidak berkata bahwa beruang-beruang
itu membunuh anak-anak tersebut, tetapi dikatakan mereka pergi dan dilukai oleh
kedua beruang betina itu, karena Tuhan
menghendaki nabiNya yang kudus dihormati.
Now, let’s talk about the end time
scenario of all of this. Because these are stories that we find in Scripture
that have principles that we need to apply to end time events.
Revelation chapter 17 ~ and we are not going to study this chapter, this is a
complex chapter, I’ve done some presentations on this chapter before if you are
interested ~ now Revelation chapter 17, just summarizing, you have a harlot
woman, and this harlot woman is seated on many waters, the waters represent
multitudes, nations, tongues and
peoples. The bible says that this harlot is clothed in purple and
scarlet and she has daughters that were born from her, because she is the
mother of harlots according to this passage. The bible tells us that she has a
cup in her hand. And what do you suppose is in the cup? Wine. Wilkes? No,
Ernest & Julio Gallo, hehehehe, fermented wine. And she gives this wine to
the kings of the earth, and she gives this wine to the multitudes of the earth,
and she makes them drunk. And prophecy tells us that as a result people
practiced idolatry and they trampled on the commandments of God, and they
persecute those who keep the commandments of God.
Nah, mari
kita berbicara tentang skenario akhir zaman dari semua ini. Karena kisah-kisah
ini yang kita temukan dalam Alkitab memiliki prinsip yang perlu kita aplikasikan kepada peristiwa-peristiwa akhir
zaman. Wahyu pasal 17 ~ dan kita tidak akan mempelajari pasal
ini, ini adalah pasal yang kompleks, saya telah membuat beberapa presentasi
tentang pasal ini jika kalian berminat ~ nah, Wahyu pasal 17, hanya
menyimpulkannya: ada seorang perempuan pelacur, dan pelacur ini duduk di atas
banyak air ~ air melambangkan orang banyak, bangsa-bangsa, bahasa dan kaum.
Alkitab berkata bahwa pelacur ini memakai pakaian berwarna ungu dan kirmizi dan
dia memiliki anak-anak perempuan yang lahir darinya, karena dia adalah ibu dari
wanita-wanita pelacur, menurut ayat ini. Alkitab berkata bahwa dia membawa
sebuah cawan di tangannya. Dan menurut kalian apa yang ada di dalam cawannya?
Anggur. Wilkes? Bukan, Ernest & Julio Gallo, hehehe, anggur yang
difermentasi. Dan dia memberikan anggur ini kepada raja-raja di bumi, dan dia
memberikan anggur ini kepada orang banyak di bumi, dan membuat mereka mabuk.
Dan nubuatan memberitahu kita bahwa akibatnya orang-orang mempraktekkan
penyembahan berhala dan mereka menginjak-injak perintah-perintah Tuhan, dan
mereka menganiaya orang-orang yang memelihara perintah-perintah Tuhan.
Allow me to read you a passage from Great Controversy pg 389,
powerful statement from Ellen White, she saw what this wine represent and if I
had time I would need a whole lecture to deal with what is Babylon’s abominable
wine. It represents her false teachings or her false doctrines. Notice what she
says, “When
faithful teachers expound the Word of God, there arise men of learning,
ministers professing to understand the Scripture who denounce sound doctrine as heresy, and thus turn away
inquirers after the truth. Were it not that the world is hopelessly intoxicated
with the wine of Babylon, multitudes would be convicted and converted by the
plain, cutting truths of the word of God. But religious faith appears so confused
and discordant that the people know not what to believe as truth….” And then she says
this, “…The sin of the
world’s impenitence lies at the door of the church.”
Izinkan saya membacakan suatu kutipan
dari Great
Controversy hal 389, suatu pernyataan yang keras dari Ellen White. Dia melihat apa
yang dilambangkan oleh anggur ini, dan seandainya saya punya waktu saya
memerlukan waktu satu pelajaran penuh untuk
membahas apa anggur Babilon yang keji ini. Ini melambangkan ajaran-ajarannya
yang palsu, doktrin-doktrinnya yang palsu. Perhatikan apa kata Ellen White, “Ketika guru-guru yang setia menjelaskan Firman Tuhan, muncullah
orang-orang yang cendekia, hamba-hamba Tuhan yang mengaku memahami Alkitab,
yang menyatakan doktrin yang benar sebagai sesat, dan dengan demikian membuat
para pencari kebenaran berpaling. Seandainya dunia tidak sedemikian tidak
berdayanya dimabukkan oleh anggur Babilon, banyak orang akan diyakinkan dan
ditobatkan oleh kebenaran Firman Tuhan yang jelas dan tajam. Tetapi iman
kerohanian tampak begitu kisruh dan morat-marit hingga orang-orang tidak lagi
tahu harus mempercayai yang mana sebagai kebenaran…”
Lalu Ellen White berkata demikian, “…Dosa dari dunia
yang tidak bertobat terletak pada gereja.”
Who is to blame for
the confusion in the world, the religious and doctrinal confusion in the world?
It is the religious leaders, the ministers, that are teaching things that are
not found in God’s Word and they are teaching practices that the Word of God
condemns. This is the reason
why God gives the last time message to those who are in these churches, and He
calls them to come out. Notice Revelation 18:1-5. After talking about the fall
of Babylon, and the sinfulness of Babylon, God makes a call for His people to come out. “After these things I saw another angel coming down from heaven,
having great authority, and the earth was illuminated with his glory. 2And
he cried mightily with a loud voice, saying, ‘Babylon the great is fallen, is fallen,
and has become a dwelling place of demons, a prison for every foul spirit, and
a cage for every unclean and hated bird!…” these are unclean
birds, they represent demons. Remember when Jesus spoke in the parable of the
sower that the birds came and took away the seed of the truth? And then He
explains what it means, Satan comes and he takes away the seed of truth from
the hearts so that people will not believe. Notice verse 3, “… 3For all the nations…” this is why Babylon has become this way,
“…For all the nations have…” what?
“…have drunk of the wine of the wrath of her fornication, the kings of
the earth have committed fornication with her, and the merchants of the earth
have become rich through the abundance of her luxury.’…” Now, notice, “… 4 And I heard another voice from
heaven saying, ‘Come out of her, My people, lest you share in her sins, and
lest you receive of her plagues. 5 For her sins have reached to
heaven, and God has remembered her iniquities.”
Kebingungan di dunia, kesemrawutan rohani dan doktrinal di dunia ini salah siapakah? Para pemimpin
rohani, para hamba Tuhan yang mengajarkan hal-hal yang tidak ditemukan di dalam
Firman Tuhan, dan mereka mengajarkan praktek-praktek yang dikutuk oleh Firman
Tuhan. Inilah alasannya mengapa Tuhan memberikan
peringatanNya yang terakhir kepada mereka yang berada di dalam gereja-gereja
ini, dan Dia memanggil mereka untuk keluar. Perhatikan Wahyu 18:1-5. Setelah
berbicara mengenai kejatuhan Babilon dan betapa berdosanya Babilon, Tuhan
membuat seruan memanggil umatNya untuk keluar. “Kemudian dari pada itu aku
melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar
dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. 2 Dan ia berseru dengan
suara yang kuat, katanya: ‘Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan
ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh
najis dan kandang segala burung yang najis
dan yang dibenci…” ini
adalah burung-burung yang haram, mereka melambangkan setan-setan. Ingat ketika
Yesus berbicara dalam parabel penabur, bagaimana burung-burung datang dan
mengambil benih kebenarannya? Lalu Yesus menjelaskan apa maksudnya, yaitu Setan
datang dan dia mengambil benih kebenaran dari hati sehingga manusia tidak akan
percaya. Perhatikan ayat 3 “…3 karena semua bangsa
telah…” apa? “….telah minum dari anggur murka cabulnya, dan raja-raja di bumi telah
berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh
kelimpahan kemewahannya.’…” Sekarang, perhatikan, “….4 Lalu aku
mendengar suara lain dari sorga berkata: ‘Keluarlah
darinya, hai umat-Ku, supaya kamu jangan mengambil bagian dalam
dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. 5
Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah
telah mengingat segala kejahatannya.”[NKJV yang diindonesiakan]
Does God have a people in Babylon? Does
God have a people in all these churches where the truth is not taught? You’d better believe it. Most of His people
are in all the churches of the world, sincere, loving people, who serve God to
the best of their knowledge, but they are simply listening probably to their
religious leaders that teach them things that are directly contrary to
Scripture. But if they are sincere and they truly love the Lord, when they hear
the truth, they will hear the voice of Jesus, and they will come out.
Apakah Tuhan memiliki umat di Babilon? Apakah Tuhan
memiliki umat di semua gereja di mana kebenaran tidak diajarkan? Percayalah hal itu. Kebanyakan umat Tuhan ada di
dalam gereja-gereja dunia, orang-orang yang tulus, yang pengasih, yang melayani
Tuhan sebaik-baiknya sesuai pengetahuan mereka, tetapi mereka semata-mata
mendengarkan mungkin kepada para pemimpin rohaninya yang mengajari mereka
hal-hal yang jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Tetapi jika mereka tulus
dan mereka benar-benar mengasihi Tuhan, pada waktu mereka mendengar kebenaran,
mereka akan mendengar suara Yesus, dan mereka akan keluar.
Now, let’s apply
this in practical terms of what we have studied. Let me ask you, “Is
Sunday holy? Is the Sabbath holy? Who made Sunday holy? It is an idol of time created by man. Am I right? Most certainly so.
Sunday holy? Is the Sabbath holy? Who made Sunday holy? It is an idol of time created by man. Am I right? Most certainly so.
Nah, marilah kita aplikasikan apa yang telah kita pelajari ini secara
praktis. Coba saya tanya, “Apakah hari Minggu itu kudus? Apakah hari Sabat itu
kudus? Siapa yang membuat hari Minggu kudus?” Hari Minggu adalah berhala waktu yang diciptakan manusia.
Apa saya benar? Betul sekali.
Now, why do I say
this? Why is it that Christians today exults Sunday as a holy day of worship
and they say that you don’t have to keep the Sabbath? The reason why is because
they are drinking the wine of the harlot, the Roman Catholic Papacy who claims
to have changed the day of worship as we have studied in this seminar. They
don’t try to hide it. They say, “We were the ones who changed the date! By the
authority that Jesus Christ gave to the Church to change His commandments.” In
other words, the religious world is intoxicated
with the wine of Babylon.
Nah, mengapa saya berkata demikian?
Mengapa orang Kristen sekarang ini meninggikan hari Minggu sebagai hari
ibadah yang kudus dan mereka berkata kita tidak usah memelihara hari Sabat?
Alasannya adalah karena mereka sedang minum anggur perempuan pelacur itu,
Kepausan Roma Katolik, yang mengaku telah mengganti hari ibadah seperti yang
sudah kita pelajari dalam seminar ini. Kepausan bahkan tidak berusaha
menyembunyikan fakta ini. Mereka berkata, “Kamilah yang mengganti harinya! Oleh
wewenang yang diberikan Yesus Kristus kepada Gereja untuk mengubah
PerintahNya.” Dengan kata lain, dunia
rohani sedang mabuk oleh anggur Babilon.
You see, the first
day according to the bible is a common work day. Because God says, “Six days
shall you labour and do all your work, but the seventh day is the Sabbath of
the Lord, your God.” So, in other words Sunday is a common work day. The Sabbath
is God’s what? Is God’s rest day. Is the Christian world distinguishing between
the holy and the common? They are not distinguishing between the holy and the
common. And listen carefully to what I am going to say, as a result
they are practicing idolatry.
Kalian lihat, hari pertama menurut Alkitab adalah hari kerja biasa.
Karena Tuhan berkata, “Enam hari kamu harus bekerja dan melakukan semua
pekerjaanmu, tetapi hari yang ketujuh adalah Sabat Tuhan Allahmu.” Jadi dengan
kata lain, hari Minggu adalah
hari kerja biasa. Hari Sabat adalah apa? Hari istirahat Tuhan.
Apakah dunia Kristen
membedakan antara yang kudus dengan yang biasa? Mereka tidak membedakan antara yang kudus dan yang biasa.
Dan dengarkan baik-baik kepada apa yang akan saya katakan: Sebagai akibatnya, mereka sedang
mempraktekkan penyembahan berhala.
You say, “Now, wait
a minute! Are you saying that the observance of Sunday is idolatry?”
Some are doing it ignorantly, but nevertheless it is idolatry.
And you say, “How is
that?” Well, let me explain how.
Let me ask you, “Who
created the sun?” God created the sun. Is the sun a holy object or a secular
object? A secular object, right?
Now, what happens if
you make the sun a sacred object and you worship the sun? What is that called?
Idolatry.
Now, who made the
first day of the week? God.
Did He make that day
holy? No.
So what happens if you make
that day holy? It’s idolatry. It’s the same principle. The only
difference is, that the first is an idol composed of matter, where the second
is an idol composed of time. But it is still an idol because it is something made
by man for worship that God did not make for worship. Are you following
me?
Kalian berkata, “Tunggu dulu! Apakah Anda berkata bahwa memelihara hari Minggu
itu menyembah berhala?”
Ada yang melakukannya karena tidak menyadarinya, namun demikian itu betul penyembahan berhala.
Dan kalian berkata, “Kok bisa?” Nah, izinkan saya menjelaskannya
sekarang.
Coba saya tanya, “Siapa yang menciptakan matahari?” Tuhan menciptakan
matahari.
Apakah matahari itu objek yang kudus atau objek duniawi (biasa)? Objek
duniawi, betul?
Nah, apa yang terjadi jika kita membuat matahari sebagai objek yang
kudus dan kita menyembah matahari? Apa namanya itu? Penyembahan berhala.
Sekarang, siapa yang menciptakan hari pertama dalam seminggu? Tuhan.
Apakah Tuhan membuat hari itu
kudus? Tidak.
Lalu apa yang terjadi jika kita menjadikan hari itu kudus? Itu penyembahan berhala.
Ini adalah prinsip yang sama. Bedanya adalah, yang pertama yang
dijadikan berhala yang disembah adalah benda, sedangkan pada yang kedua
berhalanya adalah waktu. Tetapi tetap berhala
karena itu adalah sesuatu yang
dibuat oleh manusia untuk disembah, yang tidak diciptakan Tuhan untuk disembah.
Apakah kalian bisa mengikuti saya?
Now, let me read you
a statement from Ellen White, Vol. 9 of the Testimonies pg 211, I know what
I am saying is strong, but it’s the truth. Notice what she says, “The Sabbath question is one that will demand
great care and wisdom in its presentation. Much of the grace and power of God
will be needed to cast down the idol…” to cast down what? “… the idol that has been erected in the shape
of a false sabbath.”
Nah, mari saya bacakan suatu pernyataan dari Ellen White, di Testimonies
Vol. 9 hal 211, saya tahu apa yang saya katakan ini keras, tetapi itu adalah
kebenaran. Perhatikan apa kata Ellen White, “Masalah Sabat ada hal yang perlu disampaikan dengan sangat
hati-hati dan bijaksana. Kita membutuhkan banyak karunia dan kuasa Tuhan untuk
mencampakkan berhala ini…” untuk
mencampakkan apa? “…berhala ini yang telah didirikan dalam
bentuk Sabat yang palsu.”
So what is the first
day of the week for the Christian world? Is a what? An idol! Because
anything that man makes for worship that God did not make for worship is what?
Is an idol. And I repeat once again. The only difference between worshiping the
sun and the worshiping of the day of the sun is that man made the sun an object
of worship, and man made time a matter of worship. But the principle is exactly
the same.
Jadi hari pertama dalam
seminggu buat dunia Kristen itu apa? Apa? Berhala! Karena apa
pun yang dibuat oleh manusia untuk disembah yang bukan Tuhan yang membuatnya
untuk disembah adalah apa? Adalah berhala. Dan saya ulangi lagi. Satu-satunya
perbedaan antara menyembah matahari dan menyembah hari matahari adalah manusia
menjadikan matahari objek yang disembahnya, dan manusia menjadikan waktu sesuatu yang disembahnya.
Tetapi prinsipnya persis sama.
Now you are saying,
“Pastor, are you saying then that God does not accept the prayers of those
individuals who are keeping Sundays?”
I am not saying that
at all because most Christians are oblivious to what I am talking about tonight.
Most Christians don’t know anything about this. They simply go to church on
Sunday and they assimilate what their religious leaders teach them and then
they go home and watch the football game, or go to the restaurant to go out to
eat. Now, if you don’t know about this, and you are sincere and you love the
Lord, and you are going to church on Sunday, God still accepts your prayers.
However, according to what we have studied, if you know the truth of God, if you know
from your study that the Sabbath is God’s rest day, and you insist on keeping
Sunday because of family, because of friends, because of work, or
whatever it is, then you are accountable before God. And God will not hear your prayers.
Because the bible tells us, that he who turns away his ear from hearing God’s
Law, his prayer will be what? Will be an abomination. And that’s why the world
needs to know this. The religious world
needs to know this that we are talking about.
Nah, kalian berkata, “Pastor, apakah Anda mengatakan bahwa Tuhan tidak
mendengar doa orang-orang yang memelihara hari Minggu?”
Saya sama sekali tidak berkata begitu karena kebanyakan orang Kristen
tidak pernah tahu apa yang saya bicarakan malam ini. Kebanyakan orang Kristen
tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Mereka hanya pergi ke gereja pada hari
Minggu, dan mereka menyerap apa yang diajarkan oleh pemimpin-pemimpin rohani
mereka, lalu mereka pulang dan menonton pertandingan sepak bola atau pergi ke
restoran untuk makan di luar. Nah, jika orang tidak tahu mengenai hal ini, dan
dia tulus dan mengasihi Tuhan, dan dia pergi ke gereja pada hari Minggu, Tuhan
tetap menerima doa-doanya. Namun, menurut apa yang telah kita pelajari, jika kita sudah tahu kebenaran
Tuhan, jika kita sudah tahu dari pelajaran kita bahwa hari Sabat adalah hari
istirahat Tuhan, dan kita tetap bersikokoh memelihara hari Minggu demi
keluarga, demi teman, demi pekerjaan, atau apa pun, maka kita bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Dan Tuhan tidak akan mendengar
doa kita karena Alkitab berkata, barangsiap memalingkan
telinganya dari mendengarkan Hukum Tuhan, doanya adalah apa? Doanya adalah
kekejian. Dan itulah mengapa dunia perlu
mengetahui tentang hal ini. Dunia kerohanian perlu tahu tentang apa yang kita
bicarakan ini.
Now allow me to read
you a statement from Ellen White where she describes, where she actually
connects the sin of Nadab and Abihu with this Sabbath-Sunday issue. She says, “Those who
ignore the Lord’s Sabbath to keep holy the first day of the week offered a
strange fire to God….” I know this is strong, but it’s the truth, it’s
the truth of God’s Word. Listen, if God accepts Sunday as a day of worship He
is going to have to apologize to Nadab and Abihu. He is going to have to say,
“I’m sorry, you took that which was common and you presented it as holy.” Is the
Christian world taking a common day of work and presenting it as if it was holy?
So if God accepts that He is going to have to apologize to to Nadab and Abihu
for what He did to them. Now, listen to what she continues saying, “Those who ignore
the Lord’s Sabbath to keep holy the first day of the week offered a strange
fire to God. It is a strange
sabbath, which He has commanded them not. Will He accept it at their hands? Men
have sought out many inventions. They have taken a common day, upon which God
has placed no sanctity, and have clothed it with sacred prerogatives. They have
declared it to be a holy day, but this does not give it a vestige of sanctity.
They dishonor God by accepting human institutions and presenting to the world
as the Christian Sabbath a day which has no ‘Thus saith the Lord’ for its
authority. As did Nadab and Abihu, they offer the common in place of the
sacred.” (Signs of the Times, 31 March 1898)
Sekarang izinkan saya membacakan suatu pernyataan dari Ellen White di
mana dia menggambarkan, di mana dia benar-benar menghubungkan dosa Nadab dan
Abihu dengan isu Sabat-Minggu ini. Dia berkata, “Mereka yang mengacuhkan Sabat Tuhan untuk memelihara hari
yang pertama dalam seminggu mempersembahkan api yang asing kepada Tuhan…” Saya tahu ini teguran yang keras, tapi ini adalah kebenaran, inilah
kebenaran Firman Tuhan.
Dengarkan, seandainya Tuhan menerima hari Minggu sebagai hari ibadah,
maka Tuhan harus minta maaf kepada Nadab dan Abihu. Tuhan harus berkata,
“Maafkan Aku, kalian telah mengambil apa yang biasa dan kalian
mempersembahkannya sebagai sesuatu yang kudus.” Apakah dunia Kristen telah mengambil hari kerja yang biasa dan
mempersembahkannya seolah-olah itu hari yang kudus? Jadi
seandainya Tuhan menerima itu, Dia harus meminta maaf kepada Nadab dan Abihu
atas apa yang telah dilakukanNya kepada mereka.
Nah, sekarang dengarkan apa yang dikatakan selanjutnya, “Mereka yang mengacuhkan Sabat Tuhan untuk memelihara hari
yang pertama dalam seminggu mempersembahkan api yang asing kepada Tuhan. Itu
adalah sabat yang asing yang tidak diperintahkan olehNya kepada mereka. Akankah
Tuhan menerimanya dari tangan mereka? Manusia telah mencoba banyak ciptaannya.
Mereka telah mengambil hari yang biasa yang oleh Tuhan tidak dikuduskan, dan
manusia telah menyelimutinya dengan keistimewaan yang kudus. Manusia telah
menyatakannya sebagai hari yang kudus, tetapi tindakan ini tidak memberinya
tanda kekudusan. Manusia tidak menghormati Tuhan dengan menerima adat buatan
manusia dan mempersembahkannya kepada dunia sebagai Sabat Kristen, suatu hari
yang tidak didukung oleh wewenang ‘demikianlah firman Tuhan’. Sebagaimana Nadab
dan Abihu, mereka telah mempersembahkan yang biasa menggantikan yang kudus.” (Signs
of the Times, 31 March 1898)
Powerful statement?
So what have we studied tonight? What have we learnt tonight? We’ve learnt that
God will
not accept us taking something common and presenting it to God as if it is
holy. And God will not accept us taking something holy and treating it as if it
is what? As if it is common. Now, let’s apply that to the
Sabbath-Sunday issue. The Christian world takes a common day and they presented
it to God as what? As holy. Whereas they take the holy day of God, and they
treat it as if it is what? Common. Is that the same sin of Nadab and Abihu? It
most certainly is, especially if you know it and you still choose to be
disobedient to God.
Pernyataan yang keras? Jadi apa yang telah kita pelajari malam ini? Apa yang sudah kita pelajari malam ini? Kita telah mempelajari bahwa Tuhan tidak akan menerima kita
mengambil sesuatu yang biasa dan mempersembahkannya kepada Tuhan seakan-akan itu
kudus. Dan Tuhan tidak akan menerima kita mengambil sesuatu yang kudus dan
memperlakukannya seolah-olah itu apa? Seolah-olah itu biasa.
Nah, mari kita aplikasikan kepada isu Sabat-Minggu. Dunia Kristen telah
mengambil suatu hari yang biasa dan mereka mempersembahkannya kepada Tuhan
seakan-akan apa? Seakan-akan itu kudus. Sementara mereka telah mengambil hari
Tuhan yang kudus dan mereka memperlakukannya seakan-akan apa? Biasa. Apakah itu
dosa Nadab dan Abihu? Betul sekali, terutama jika kita sudah mengetahuinya dan
kita masih tetap memilih tidak mematuhi Tuhan.
Now allow me to say
a few things to Adventists, hehehe, I pick on our own. You see, in the
Adventist Church, we have fallen in some places into the same error, into the
same sin that was committed by Nadab and Abihu.
Let me ask you, “Do
you think that God cares the way we dress when we come to church? Does God accept
us coming in work clothes to church, in unironed dirty clothes to church? No,
we are going to meet the King of the Universe. There has to be special ironed
and washed clothing to come before the Lord, our best. And yet Christians today
say, “Ah, no. I dress down to go to church.” But they would never dressed down
if they were going to meet the President of the US. They would never dressed
down if they were going to some formal event, but to go to church you dress
down. Does God care about the way that we present ourselves to Him in the Sanctuary?
You’d better believe it.
How about what we do
on Sabbath? Does God care about what we do on the Sabbath? Whether we go out to
eat in the restaurant, or bring the Crispy King Donuts to the foyer of the
church, like happens in some churches? God cares.
Does He care
about what we talk about on the Sabbaths? He most certainly does.
Does God care
about the kind of music that we listen to? Is all religious music
sacred music? You know, that is what the Christian world has said, as long as
it has Christian words, God doesn’t care about the music. Is there such a thing
as sacred music? Yes. Is there such a
thing as common or secular music? Absolutely. Must we make a distinction
between the two? Absolutely. A distinction has to be made between the holy and
the common.
Last night we
studied about the tithe. To whom does the tithe belong? To God. Does God care
when we take His holy tithe and we use it for everyday expenses? You’d
better believe it. God takes that personally. Because that is not ours, that is
holy, it is separated to the Lord. And yet there are many Adventists even
within my own church that don’t tithe. Let’s not point the finger at Sunday
keepers. Alone. Because if we are doing these things we are in no better shape.
We must
learn to distinguish between the holy and the common.
Sekarang izinkan saya mengatakan beberapa hal kepada orang-orang Advent,
hehehe, saya menegur kelompok sendiri. Kalian lihat, di gereja Advent, dalam
beberapa aspek kita telah jatuh ke dalam kesalahan yang sama, ke dalam dosa
yang sama yang dilakukan oleh Nadab dan Abihu.
Coba saya tanya, menurut kalian apakah Tuhan perduli cara kita berpakaian pada waktu kita datang
ke gereja? Apakah Tuhan menerima kita datang dengan pakaian
kerja ke gereja, dengan pakaian yang kotor dan tidak licin ke gereja? Tidak.
Kita ini akan bertemu dengan Raja Alam Semesta. Harus ada pakaian yang
istimewa, yang sudah dicuci dan sudah digosok untuk dipakai di hadapan Tuhan,
pakaian yang terbaik kita. Namun orang-orang Kristen hari ini berkata, “Ah,
tidak, saya justru berpakaian yang jelek-jelek saja ke gereja.” Tetapi jika
kita akan pergi bertemu dengan Presiden Amerika Serikat kita tidak akan
berpakaian yang jelek-jelek. Kita tidak akan berpakaian yang jelek-jelek jika
kita pergi menghadiri acara yang formal, tetapi ke gereja kita berpakaian yang
jelek. Apakah Tuhan perduli cara
kita mempersembahkan diri kita kepadaNya di Bait Suci?
Percayalah itu!
Bagaimana dengan apa yang kita lakukan pada hari Sabat? Apakah Tuhan perduli apa yang kita
lakukan pada hari Sabat? Apakah kita keluar untuk makan di
restoran atau membawa Donut Crispy King ke lobbi gereja seperti yang terjadi di
beberapa gereja? Tuhan perduli.
Apakah Dia perduli apa
yang kita bicarakan pada hari Sabat? Tentu saja.
Apakah Tuhan perduli musik
jenis apa yang kita dengarkan? Apakah semua musik rohani itu
musik yang kudus? Kalian tahu, itulah yang dikatakan dunia Kristen hari ini,
selama liriknya mengandung kata-kata kristiani, Tuhan tidak perduli dengan
musiknya. Apakah ada musik yang kudus? Ya. Apakah ada musik yang biasa atau
sekular? Tentu saja. Haruskah kita membuat perbedaan antara keduanya? Tentu
saja. Suatu perbedaan harus dibuat antara yang kudus dan yang biasa.
Semalam kita belajar tentang persepuluhan. Siapakah yang memiliki
persepuluhan? Tuhan. Apakah Tuhan
perduli jika kita mengambil persepuluhanNya yang kudus dan kita pakai untuk
pengeluaran sehari-hari? Percayalah! Tuhan menganggapnya sangat
serius. Karena itu bukan hak kita, itu kudus, itu harus dikhususkan bagi Tuhan.
Namun ada banyak orang Advent bahkan di dalam gereja saya sendiri yang tidak
mengembalikan persepuluhan. Jangan menuding para pemelihara hari Minggu saja.
Karena jika kita melakukan hal-hal ini kita tidak lebih bagus daripada mereka. Kita harus belajar membedakan
antara yang kudus dan yang biasa.
05 12 14
membuat kita semakin menegrti tentang firman Tuhan
ReplyDeleteSemoga bermanfaat. Tuhan memberkati.
Delete