HIS WAY IS IN
THE SANCTUARY
Part 3/32 - Stephen
Bohr
LIFE AND DEATH IN THE SANCTUARY
Dibuka
dengan doa
The title of our study today is “LIFE AND DEATH IN THE SANCTUARY.”
And I’d like to begin by reading a
couple of verses that we find in Genesis 1:26-27. This passage is very well
known undoubtedly by all of us. It’s speaking about the creation of our first
parents, Adam and
Eve. It says there in Genesis 1:26-27 “Then God
said, ‘Let Us make man in Our image, according to Our likeness; let them have
dominion over the fish of the sea, over the birds of the air, and over the
cattle, over all the earth and over every creeping thing that creeps on
the earth.’ So God created man in His own image; in the image of God He created him; male and
female He created them.”
In these verses we find, as I mentioned before,
the creation of Adam and Eve in a perfect world. The Bible tells us that
they were created in God’s image and likeness. At this time there was no sin in
the world. And therefore there was also no death. In fact, the Bible makes it
clear that it was God’s plan that Adam and Eve and the human race live forever.
It was never God’s plan that anyone on this planet should die. God’s plan meant
that man should reflect His image and likeness and live forever.
Judul pelajaran
kita hari ini adalah “KEHIDUPAN DAN KEMATIAN DI DALAM BAIT SUCI.” Dan saya
ingin mengawalinya dengan membacakan dua
ayat yang kita temui di Kejadian 1:26-27. Tidak diragukan lagi ayat-ayat
ini sudah pasti sangat kita kenal.
Ayat-ayat ini berbicara mengenai penciptaan orangtua kita yang pertama, Adam
dan Hawa. Dikatakan di Kejadian 1:26-27 “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata
yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka.”
Seperti yang saya katakan, di ayat-ayat
ini kita dapati kisah penciptaan Adam dan Hawa di dunia yang sempurna. Alkitab
berkata bahwa mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Pada waktu itu,
tidak ada dosa di dunia ini. Dengan
demikian juga tidak ada kematian. Malah, Alkitab menggambarkannya begitu jelas
bahwa rencana Tuhan sesungguhnya adalah agar Adam dan Hawa dan seluruh umat
manusia, boleh hidup selamanya. Tuhan tidak merencanakan siapa pun di planet
ini untuk mati. Maksud rencana Tuhan adalah manusia memantulkan gambar dan
rupaNya, dan hidup untuk selamanya.
But man was not going to live forever because he had some type
of immortal soul. The Bible makes it very, very clear that there was a secret
to the perpetuation of man’s life. You see, God placed in the garden of Eden a
certain tree, it’s called the Tree of Life. Let’s read about that tree in
Genesis 2:9. It says there “And out of the ground the Lord God made every tree grow that is
pleasant to the sight and good for food...” and now notice,
“... The tree of life was also in the midst of the garden, and
the Tree of the Knowledge of Good and Evil.”
Tetapi
manusia tidak hidup selamanya karena dia memiliki jiwa yang baka/kekal/tidak
bisa mati. Alkitab telah menjelaskannya dengan sangat jelas bahwa ada suatu
rahasia yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia. Kalian tahu, Tuhan
telah menempatkan sebuah pohon tertentu di taman Eden, yang disebut Pohon
Kehidupan. Marilah kita baca mengenai pohon itu di Kejadian 2:9. Dikatakan di
sana: “Dan dari dalam tanah TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon yang indah dipandang dan yang baik untuk dimakan buahnya...” sekarang
perhatikan, “...dan pohon kehidupan juga ada di tengah-tengah taman itu,
serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.” [NKJV yang diindonesiakan]
We’ll come to that second tree in a few
moments.
But you notice it says here, that “The tree of life was also in the midst of the garden”. Now the Bible makes it very clear that in
order for
Adam and Eve to continue living, they had to continue eating from the Tree of
Life. In other words, they did not have some immortal soul inside that
would cause them to live forever. Their source of life was not inside,
their source of life was outside in a tree. I want you to imagine the Tree of
Life kind of like a battery charger. And Adam and Eve would have to come on a
regular basis probably monthly, (and I’ll mention in a minute why) they would have to come and they would have to
partake of the Tree of Life and in this way their “batteries” would be charged.
You say, “How do you say every month?” Well, simply because in Revelation 22:1-2,
when everything is restored, we are told that the Tree of Life produces its
fruit every month. And so the Bible seems to indicate that on a monthly basis,
Adam and Eve had to go to the Tree of Life, to partake of this source of life,
to recharge their batteries or to recharge their energies.
Kita akan membicarakan
pohon yang kedua nanti.
Tetapi perhatikan, di
sini dikatakan bahwa “pohon kehidupan juga
ada di tengah-tengah taman itu.” Alkitab
juga sangat jelas menyatakan bahwa agar
Adam dan Hawa boleh hidup terus, mereka harus terus makan dari Pohon Kehidupan
ini. Dengan kata lain, mereka
tidak memiliki jiwa yang kekal yang memungkinkan mereka hidup selamanya. Sumber hidup mereka
tidak berada di dalam diri mereka. Sumber hidup mereka ada di luar, yaitu ada pada
sebuah pohon. Saya ingin kalian membayangkan Pohon Kehidupan ini sebagai semacam
charger baterai. Dan Adam dan Hawa harus datang secara teratur, besar
kemungkinannya setiap bulan, (dan nanti akan saya berikan alasannya mengapa),
mereka harus datang dan mereka harus makan dari Pohon Kehidupan ini, dan dengan
cara ini “baterai” mereka akan diisi.
Kalian bertanya,
“Mengapa Anda berkata setiap bulan?” Semata-mata karena di kitab Wahyu 22:1-2,
pada saat segala sesuatu sudah dipulihkan, kita diberitahu bahwa Pohon
Kehidupan ini mengeluarkan buahnya setiap bulan. Maka Alkitab sepertinya
memberikan indikasi bahwa setiap bulan, Adam dan Hawa harus datang ke Pohon
Kehidupan untuk makan dari sumber hidup ini, agar “baterai” mereka atau enerji
mereka boleh diisi.
I’d like to read a couple of statements, both
written by Ellen White where she made some remarks about the Tree of Life. In
the book Healthful Living,
page 45, we find this significant statement: “The Tree of Life possessed the power to
perpetuate life...” and we know
that because God had to cast Adam and
Eve out of the garden so that they would not continue eating of the tree and
live forever. So the tree had virtue, it had life giving virtue. And so it
says, “The Tree of
Life possessed the power to perpetuate life, and as long as they ...” that
is Adam and Eve, “... ate of it,
they could not die. The lives of the anti-diluvians...” that is
those who lived before the flood, “... were
protracted because of the life-giving power of this tree, which was transmitted
to them from Adam and Eve.” And the
Bible tells us that the people who lived before the Flood, some of them lived
to be 930, 962, 969 years old, because they had a human body that was closest
to the energy that Adam and Eve had received from the hands of the Creator.
Saya ingin membacakan
dua pernyataan, keduanya ditulis oleh Ellen White di mana dia memberikan
beberapa komentar mengenai Pohon Kehidupan ini. Di dalam bukunya “Healthful Living” halaman 45, kita temukan pernyataan yang berarti ini: “Pohon Kehidupan memiliki kuasa untuk melanjutkan hidup...” Dan kita tahu Tuhan
telah mengusir Adam dan Hawa keluar dari taman Eden agar mereka tidak terus
makan dari pohon itu dan hidup selamanya. Jadi, pohon itu memiliki kemampuan,
yaitu kemampuan memberi hidup. Jadi dikatakan, “Pohon Kehidupan memiliki kuasa untuk melanjutkan hidup, dan
selama mereka...” maksudnya Adam dan
Hawa, “...makan dari pohon itu,
mereka tidak akan mati. Hidup manusia anti-diluvian...” yaitu mereka yang hidup sebelum Air Bah, “... sangat panjang karena kuasa pemberi hidup yang dimiliki
pohon ini, yang telah diwariskan kepada mereka dari Adam dan Hawa.” Dan
Alkitab bercerita kepada kita bahwa manusia yang hidup di zaman sebelum Air
Bah, ada yang hidup hingga usia 930, 962, 969, karena mereka memiliki tubuh
yang paling dekat kepada enerji yang telah diterima Adam dan Hawa dari tangan
Sang Pencipta.
In Patriarchs and Prophets page 60 we find another significant statement.
Patriarchs and
Prophets is one of my favorite books. It gives the
history of Scripture from the fall of Lucifer in Heaven all the way to the time
of the Hebrew monarchi. And this is what this statement says: “In order to possess an endless existence, man must continue
to partake of the Tree of Life. Deprived of this, his vitality
would gradually diminish until life should become extinct.”
Di buku Patriarchs and Prophets (Para
Bapak dan Nabi) halaman 60, kita temukan pernyataan lain yang juga berarti. Patriarchs and Prophets adalah salah satu buku kegemaran saya. Buku ini berisikan
sejarah Alkitab mulai dari kejatuhan Lucifer di Surga terus hingga ke zaman
kerajaan Israel. Dan inilah pernyataan itu: “Manusia harus terus makan dari Pohon Kehidupan untuk
memiliki hidup yang tidak berakhir. Hilangnya asupan vitalitas ini sedikit demi
sedikit mengurangi hidup hingga akhirnya hidup pun lenyap.”
So the source of life for man was not inside.
The source of life for man was outside in God’s tree. Man did not have some immortal soul
that would cause him to continue living forever.
The Bible tells us that in order to continue living forever, man had to continue
eating from the Tree of Life.
Jadi, sumber pemberi
hidup kepada manusia tidak ada di dalam dirinya sendiri. Sumber pemberi hidup
kepada manusia ada di luarnya, di pohon Tuhan. Manusia tidak memiliki jiwa yang kekal yang akan
membuatnya bisa hidup terus menerus selamanya. Alkitab berkata, agar manusia bisa hidup
terus, dia harus terus makan dari Pohon Kehidupan.
Now, there was another tree that we read about
in the garden. And that tree was the Tree of the Knowledge of Good and
Evil. Let’s read Genesis 2:15-17, it
says here: “Then the Lord God took the man and
put him in the garden of Eden to tend and keep it. And the Lord God commanded the
man, saying, ‘Of every tree of the garden you may freely eat; but of the tree of the knowledge of good and
evil you shall not eat, for in the day that you eat of it you shall surely die.’” In Hebrews it says, “you will die by death”, I
don’t know of any other way of dying, but God is saying “you will really die if
you eat from this tree.”
Nah, kita tadi membaca ada sebuah pohon yang lain di taman
Eden. Dan pohon itu adalah Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat.
Ayo kita baca di Kejadian 2:15-17, dikatakan di sana: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman
Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada
manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati." Dalam
bahasa Ibraninya dikatakan: “engkau akan mati oleh kematian.”
Yah, saya tidak tahu apakah ada cara
mati yang lain, tetapi yang dikatakan Tuhan adalah, “engkau benar-benar akan
mati jika engkau makan dari pohon ini.”
Now, why did God place this tree in the garden
of Eden? Simply so that He could give man freedom of choice. You see, if God
had not placed this tree in the garden, man would have only one choice and that
is to serve God. But the fact that God put this tree in the garden,
showed that God was not only giving man
the potential of either following what God had said, but He was also giving him
the potential to say “No” to God and to make a choice contrary to God.
In other words, the Tree of Knowledge of Good and Evil clearly showed that God
gave man freedom of choice.
Nah,
mengapa Tuhan menempatkan pohon itu di taman Eden? Semata-mata agar Dia bisa
memberi manusia kebebasan memilih. Kalian lihat, seandainya Tuhan tidak
menempatkan pohon ini di dalam taman Eden, manusia hanya akan punya satu
pilihan, yaitu melayani Tuhan. Tetapi, dengan
menempatkan pohon ini di dalam taman Eden, Tuhan menunjukkan bahwa Dia bukan
saja memberi manusia potensi untuk mengikuti apa yang dikatakan Tuhan, tetapi
Dia juga memberi manusia potensi untuk berkata “Tidak” kepada Tuhan, dan untuk
mengambil pilihan yang bertentangan dengan Tuhan. Dengan kata
lain, Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat jelas menunjukkan
bahwa Tuhan memberi manusia kebebasan untuk memilih.
Now, it’s very important to realize that God
laid down the ground rules. God was the source of ethical decisions.
God was the One who said, “Do not eat from the Tree is good, and to eat from
the Tree is evil.” He didn’t tell man,
you know, “Just choose whatever tree you
don’t want to eat from, and that’s fine by Me.” God established the rule for ethical
decisions.
Nah,
adalah sangat penting untuk menyadari bahwa Tuhan-lah yang menentukan
peraturan-peraturan dasarnya. Tuhan-lah
sumber dari semua peraturan moral.
Tuhan-lah yang berkata, “Tidak makan
dari Pohon itu, adalah baik, dan makan dari Pohon itu, adalah jahat.” Tuhan
tidak berkata kepada manusia, “Pilih saja pohon mana yang engkau tidak mau
makan, itu tidak masalah bagiKu.” Tuhan-lah
yang menentukan peraturan moralnya.
Now, there’s something very very important that
we find in this one command that God gave Adam and Eve, “Do not eat from the
Tree of Knowledge of Good and Evil.” Actually in this one command were contained
all the principles of the 10 Commandments. Now, let’s read in the book
of James 2:10. And I want to show you a very important principle that we find
in Scripture. And I believe that
Immanuel read this text in our recent evangelistic series. It says there in James 2:10 “For
whoever shall keep the whole law, and yet stumble in one point, he is guilty of...” what? “...he
is guilty of all.” So in other words, in this one command
was actually contained all of the principles of the 10 Commandments. And when
Eve decided to eat from the Tree of the Knowledge of Good and Evil, she was
actually disobeying all of the principles of God’s 10 Commandments.
Nah,
ada keterangan yang amat sangat penting yang kita peroleh dari satu perintah
yang diberikan Tuhan kepada Adam dan Hawa: “Jangan makan dari Pohon Pengetahuan
yang Baik dan yang Jahat.” Sebenarnya
dalam satu perintah ini terkandung semua prinsip dari 10 Perintah/10 Hukum
Tuhan. Marilah
kita membaca dari kitab Yakobus 2:10. Saya ingin menunjukkan kepada kalian
suatu prinsip yang sangat penting yang kita temukan dalam Alkitab. Dan saya
percaya, Sdr. Immanuel telah membaca teks ini dalam seri evangelis kita.
Dikatakan di Yakobus 2:10 “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan
satu bagian daripadanya, ia bersalah terhadap...” apa? “... ia bersalah terhadap seluruhnya.” Jadi dengan kata lain, di dalam satu perintah
ini, sebenarnya terkandung semua prinsip dari 10 Perintah. Dan ketika Hawa
memutuskan untuk makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat,
sebenarnya dia telah melanggar semua prinsip dari 10 Perintah Tuhan.
Let me give you some examples so that you can
understand what I mean. When Eve decided to eat from the Tree of the Knowledge
of Good and Evil, was she thinking of making herself God? Yes! Because the
serpent said to her, “You shall be like...” what? “... like
God.” Was she violating the 1st commandment: “Thou shall have no other gods before me”?
Absolutely!
Saya
ingin memberikan beberapa contoh supaya kalian bisa memahami apa yang saya
maksudkan. Ketika Hawa memutuskan untuk makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik
dan yang Jahat, apakah dia berpikir dia akan menjadikan dirinya Tuhan? Ya!
Karena si ular berkata kepadanya, “kamu akan menjadi seperti...” apa? “...seperti Allah.” Apakah Hawa melanggar perintah yang pertama “Jangan ada padamu allah lain
di hadapan-Ku” ? Tentu saja.
What about the 3rd commandment that speaks about
taking the name of the Lord God in vain? Was she taking the name of the Lord
God in vain? In fact, she was! Because
she actually in the statement that she speaks back to the serpent, she says, “God has told us not to eat from the tree or to even touch it.” God had not said that they couldn’t touch the
tree, God had said that they could not what? That they could not eat from the
tree. She was actually attributing words
to God that God had not spoken. Let me ask you, did Eve dishonor her Creator?
Absolutely.
Bagaimana
dengan Hukum ke-3 tentang memakai nama Tuhan dengan sembarangan? Apakah Hawa
telah memakai nama Tuhan dengan sembarangan? Sesungguhnya, iya! Karena dalam
pernyataan yang diucapkannya kepada si ular, dia berkata, “Allah berfirman: ‘Jangan kamu makan atau pun
raba buah itu’...” Tuhan
tidak berkata mereka tidak boleh merabanya, Tuhan berkata mereka tidak boleh
apa? Mereka tidak boleh makan dari pohon itu. Hawa
telah menempatkan kata-kata yang tidak dikatakan Tuhan sebagai perkataan Tuhan.
Coba saya tanya, apakah Hawa sudah melanggar kehormatan Sang Khalik? Tentu
saja.
There you have the principle of the 4th
Commandment. The 4th Commandment brings attention to the Creator. Did Eve by her sin bring death into the world? Absolutely, because “the wages of sin is death.”
Di sana juga ada prinsip perintah ke-4. Perintah ke-4
memusatkan perhatian kepada Sang Khalik. Apakah Hawa mendatangkan kematian
kepada dunia dengan dosanya? Tentu saja, karena “upah dosa ialah maut.”
Let me ask you, did she steal when she ate from the Tree? Yes,
because the fruit did not belong to her.
Coba saya tanya, apakah dia mencuri
ketika dia makan dari Pohon itu? Ya, karena buah itu bukan miliknya.
Did she covet? Yes, the word is actually used there. She coveted
the fruit because she thought she could become what?
Apakah Hawa mengingini? Ya, kata itu
benar-benar dipakai di sini. Dia mengingini buah itu karena dia menyangka dia bisa menjadi apa?
By the way she also committed spiritual adultery because the Bible
compares our relationship with God with marriage. What happens when we choose another person as
our partner other than God? That is
called what? Adultery. So she was violating the 7th commandment by
choosing another lover so to speak who
was Satan in this case.
Selain itu, dia juga telah melakukan
perzinahan secara rohani karena Alkitab melambangkan hubungan kita dengan Tuhan
sebagai hubungan perkawinan. Apa yang terjadi jika kita memilih orang lain
sebagai pasangan kita dan bukan Tuhan? Apa namanya itu? Perzinahan! Jadi Hawa
juga melanggar perintah ke-7 dengan
memilih katakanlah, seorang kekasih yang lain, dalam hal ini Setan.
So in other words, in this one command, was actually encased all
of the principles of the 10
Commandments. By obeying this one command, Adam and
Eve would be obeying all of the Commandments of God.
Jadi dengan kata lain, dalam satu
perintah ini, sesungguhnya terangkum semua prinsip 10 PERINTAH. Dengan
mematuhi satu perintah ini, berarti Adam dan Hawa mematuhi semua Perintah/Hukum
Tuhan.
Now, there’s a very important principle that we need to remember
as we examine this story. Turn with me to 1 John 3:4. We read this in our
presentation this morning and we want to
read it again and I’m sure that we will read it several times during the seminar.
1 John 3:4, it says there “Whoever
commits sin also commits lawlessness, and sin is lawlessness” The KJV says “sin
is the transgression of the Law”. So let me ask you, was there a law originally in the garden of
Eden for Adam and Eve to break? Absolutely. Because sin is
transgression of the Law. Adam and Eve could not have sinned unless the Law was
there. Now I want you to notice also that
Romans 6:23, the first part of the verse of Romans 6:23 says, “For the wages of sin...” is
what? “The
wages of sin is death.”
Nah, ada satu prinsip
yang sangat penting yang perlu kita ingat sementara kita mendalami kisah ini.
Mari ke 1 Yohanes 3:4. Ayat ini sudah kita baca pagi tadi dalam presentasi
kita, dan kita akan membacanya lagi. Saya yakin ayat ini akan kita baca
beberapa kali selama seminar ini. 1 Yoh 3:4, di sini dikatakan: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab
dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Jadi, saya mau bertanya, apakah di Taman Eden aslinya sudah ada
hukum yang bisa dilanggar oleh Adam dan Hawa? Sudah pasti.
Karena dosa adalah pelanggaran hukum. Adam dan Hawa tidak mungkin berbuat dosa
kecuali di sana sudah ada hukum. Sekarang saya mau kalian memperhatikan juga
Roma 6:23, bagian pertama dari Roma 6:23 berkata “Sebab upah dosa ialah...” ialah apa? “... upah dosa ialah
maut...”
So I want you to notice the secret. Did God
have a command that contained all of the principles of the 10 commandments that
He gave to Adam and Eve? Absolutely. Did
He expect Adam and Eve to obey His commandments? Absolutely. When Adam
and Eve chose to disobey God’s commandment, what was that? That was
sin, which is transgression of the Law. And when they sinned, the Bible
says “the wages of sin is...” what? “...death!” There could be no
death unless there was sin. And there could be no sin unless there was what?
Unless there was a law of God. So in other words, in
this one command were contained all of the principles of God’s holy Law.
Maka saya mau kalian perhatikan
rahasianya. Apakah kepada Adam dan Hawa Tuhan memberikan perintah yang
mengandung semua prinsip dari 10 PERINTAHNYA? Tentu saja.
Apakah Tuhan berharap Adam dan Hawa mematuhi perintah-perintahNya?
Tentu saja. Ketika Adam dan
Hawa memilih untuk melanggar perintah Tuhan, itu apa? Itu adalah dosa, dosa adalah pelanggaran hukum.
Dan ketika mereka telah berdosa, Alkitab berkata, “upah dosa ialah...” apa? “...maut!” Tidak
akan ada kematian jika tidak ada dosa. Dan tidak akan ada dosa kecuali ada apa?
Kecuali ada Hukum Tuhan. Jadi dengan kata lain, dalam satu perintah ini,
terkandung semua prinsip dari Hukum Suci Tuhan.
Now, we need to take a look at the original temptation of Adam and Eve because it mirrors what happened
in Heaven when Lucifer decided to sin against God. Turn with me to Genesis 3,
and we are going to study in detail the
first 6 verses of Genesis chapter 3. Now, let me say that the devil is a master
psychologist. The devil is an expert at playing mind games. In other words he can take
error and make it appear just like the truth. He can play tricks on your mind. The
only protection that Adam and Eve had, was simply to obey God’s command. As
long as they obeyed God’s command, they were saved. But when they started
dialoging with Satan, Satan began playing mind games with Eve, and whoever
plays mind games with Satan eventually ends up losing.
Sekarang kita perlu menyimak tentang
pencobaan yang pertama dari Adam dan
Hawa, karena kejadian itu merupakan pantulan bayangan dari apa yang terjadi di
Surga ketika Lucifer memutuskan untuk berdosa melawan Tuhan. Mari kita ke
Kejadian 3, dan kita akan mempelajari secara mendetail 6 ayat yang pertama dari
Kejadian pasal 3.
Sekarang, harus saya katakan bahwa Setan
adalah seorang ahlijiwa yang ulung. Setan
itu ahli dalam permainan mental. Dengan kata lain dia bisa membuat kesalahan
tampak persis seperti kebenaran. Dia bisa mempermainkan pikiran kita. Satu-satunya perlindungan
yang dimiliki Adam dan Hawa adalah semata-mata mematuhi perintah Tuhan. Selama
mereka mematuhi perintah Tuhan, mereka selamat. Tetapi pada waktu mereka mulai
berdialog dengan Setan, Setan mulai mempermainkan pikiran Hawa, dan siapa yang terlibat permainan
mental dengan Setan, akhirnya akan kalah.
Now notice Genesis 3:1. What I want you to notice here is that
Satan is trying to engage Eve in
conversation. So what he’s going to do is, he is going to misstate something that God said. He is going to misquote
God because he knows that Eve would immediately react, so she would
correct him and say, “No, that’s not exactly what God said.” You know
when somebody tells you something that is wrong, what do you do? You’d say,
“No, no, no, no, that’s not right,” and you’d correct him.
Genesis 3:1: “Now
the serpent was more cunning than any beast of the field which the Lord God had made. And he said to the
woman, “Has God indeed said, ‘You shall not eat of every tree of the garden’?” Is the Devil misstating what God has said? Absolutely. God has said, “Don’t eat from this one”, He didn’t
say that they couldn’t eat from any tree from the garden. What is the devil
trying to do here? He is trying to engage Eve in conversation. He knows the
reaction of Eve will be to say, “No, no, no, no, no, now wait a minute, that’s
not exactly what God said.” Is that exactly what happens to the story?
Absolutely.
Notice Genesis 3:2-3. Eve is now going to correct the misstatement. It says in verse
2: “And
the woman said to the serpent...” She says, “Now, you got it wrong, you don’t have it exactly right. “... We may eat the fruit of the trees of the garden...” but
now she’s going to add something that the devil brings up, she’s going to
add the consequences that God said were
going to come if they ate from the tree.
Notice what she continues saying in verse 3: “... but
of the fruit of the tree which is
in the midst of the garden, God has said, ‘You shall not eat it, nor shall you
touch it, lest you die.’”
So what is Eve doing?
She’s correcting the mistake done by Satan, and then secondly, she’s
adding an explanation of what God said would be the consequence of them eating
from the Tree of the Knowledge of Good and Evil. She said, “God told us, that
if we ate from this tree we would surely...”, what? “... we would surely die.” Now the devil has
her exactly where he wants her.
Sekarang perhatikan Kejadian 3:1. Yang
perlu kalian perhatikan di sini Setan berusaha melibatkan Hawa dalam suatu
percakapan. Jadi apa yang akan dilakukan Setan adalah, dia akan sengaja salah mengutip sesuatu yang dikatakan
Tuhan. Dia akan salah mengutip kata-kata Tuhan karena dia tahu Hawa akan segera
bereaksi, jadi Hawa akan meralatnya dan berkata, “Tidak, bukan begitu yang
dikatakan Tuhan.” Kalian tahu, kan, jika ada orang yang mengatakan sesuatu yang
salah, apa yang akan kalian lakukan? Kalian akan berkata, “Tidak, tidak, tidak,
tidak, itu salah,” dan kalian akan meralatnya.
Kejadian 3:1 “Adapun ular ialah yang paling
cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu
berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam
taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’" Bukankah Setan menyimpangkan apa yang
dikatakan Tuhan? Tentu saja. Yang dikatakan Tuhan adalah “Jangan makan dari
pohon ini.” Tuhan tidak berkata bahwa mereka tidak boleh makan dari pohon mana
pun di dalam taman itu. Setan sedang mencoba berbuat apa di sini? Dia sedang
mencoba menarik Hawa ke dalam suatu percakapan. Dia tahu, Hawa akan bereaksi
dengan berkata, “Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tunggu dulu, itu bukan yang
dikatakan Tuhan.” Bukankah demikian yang terjadi di dalam kisah ini? Tentu
saja.
Perhatikan
Kejadian 3:2-3. Hawa sekarang akan meralat pernyataan yang salah. Dikatakan di
ayat 2 ini, “Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu...” Hawa
berkata, “Kamu salah tangkap, yang kamu katakan itu tidak tepat. "...‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan’...” tetapi
sekarang Hawa akan menambahkan sesuatu yang disinggung Setan, dia akan
menambahkan apa akibatnya menurut Tuhan jika mereka makan dari pohon tersebut.
Perhatikan apa kelanjutan kata-kata Hawa di ayat 3: “…‘tetapi tentang buah pohon
yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun
raba buah itu, nanti kamu mati.’"
Jadi apa yang dilakukan Hawa? Dia meralat kesalahan yang
dibuat Setan, dan hal kedua, dia menambah penjelasan apa yang dikatakan Tuhan
tentang akibatnya jika mereka makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang
Jahat. Kata Hawa, “Tuhan memberitahu kami, bahwa jika kami makan dari pohon
itu, kamu benar-benar akan....”
apa? “…kami benar-benar akan
mati.” Sekarang, Setan telah berhasil menempatkan Hawa di posisi yang
dikehendakinya.
Notice the first lie that he utters here, the first blatant open
lie. In Genesis 3:4 “Then the serpent said to the woman, “You will NOT surely die.” What
is the serpent saying to the woman? “You
are immortal!” That’s what he’s saying. “You will not surely die.” Now
I want you to notice that at this point Eve is suffering what is called cognitive
dissonance. Now let me explain what that
means. It simply means that God said one thing, and the serpent said something
that is totally opposite. So she’s off
balance. She’s saying, “Now, who could be right? Is God right or is the serpent
right?”
Perhatikan
bohong pertama yang diucapkan Setan di sini, terang-terangan suatu bohong tanpa tedeng
aling-aling. Di Kejadian 3:4 “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu TIDAK
akan mati.’” Apa kata ular kepada perempuan itu?
“Kamu itu kekal [= baka, tidak bisa mati]!” Itulah yang dikatakannya. "Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Nah,
saya mau kalian perhatikan, bahwa pada saat ini Hawa sedang menderita Disonansi
Kognitif [= bingung karena ada konflik pendapat]. Biar saya jelaskan apa
maksudnya. Maksud sederhananya, Tuhan mengatakan satu hal, dan ular mengatakan
hal yang lain yang sama sekali bertolak belakang. Jadi Hawa kehilangan
keseimbangannya, bingung.
Katanya, “Siapa yang benar? Apakah Tuhan yang benar, atau ular yang benar?”
In other words, Satan is planting a question in Eve’s mind based
on what he says. When he says, “You will not surely die” he knows that the next thought of Eve would be, “then if we are
not going to die, why did God say we were going to die?” Are you with me? Is the devil playing mind games here? He most
certainly is. You cannot argue with the devil. You can’t reason with the devil, he’ll
beat you everytime. What Eve should have said is, “Yeah, you know, you
appear to be right, what you are saying it makes sense, it is logical, but we
live by every word that proceeds out of the mouth of God. We simply obey what
God says, we obey God’s words.” That was their only safety.
Dengan kata
lain, lewat apa yang dikatakannya, Setan
menanamkan pertanyaan dalam benak Hawa. Ketika Setan berkata, "Sekali-kali kamu tidak
akan mati,” dia tahu yang akan dipikirkan Hawa berikutnya adalah,
“jika kami tidak akan mati, mengapa
Tuhan bilang kami akan mati?” Kalian
paham? Apakah Setan sedang mempermainkan
pikiran di sini? Tentu saja. Kita
tidak bisa berbantahan dengan Setan. Kita tidak bisa berdebat dengan Setan, dia
akan mengalahkan kita setiap kali. Apa yang seharusnya dikatakan
Hawa adalah, “Ya, sepertinya kamu benar, apa yang kamu katakan itu masuk akal,
logis, tetapi kami hidup oleh setiap kata yang keluar dari mulut Tuhan. Kami
semata-mata mematuhi apa kata Tuhan, kami mematuhi kata-kata Tuhan.” Itulah
jalan yang paling aman.
Now I want you to notice that the devil planted a thought in the
mind of Eve, a question. And that is: well, God says that we are going to die,
the serpent says we are not going to die. Now, if we are not going to die what
ulterior motive would God have for telling us that we were going to die?
Let me ask you, did the devil have an answer to the question
that he planted in Eve’s mind? See, this
is all a mind game. The devil is playing games with her reasoning powers. And
when she tries to listen to the reasons of the devil, she’s lost. She should
have fled from the tree.
Sekarang, saya
mau kalian perhatikan bahwa Setan telah menanamkan suatu pikiran dalam benak
Hawa, suatu pertanyaan, dan pertanyaan itu adalah: Nah, Tuhan berkata kami akan
mati, tetapi ular berkata kami tidak akan mati. Sekarang, jika kami memang
tidak akan mati, apa motivasi Tuhan yang tersembunyi dengan memberitahu
kami bahwa kami akan mati?
Coba saya tanya,
apakah Setan sudah mempunyai jawaban kepada pertanyaan yang ditanamkannya di
benak Hawa? Kalian lihat, semua ini adalah permainan mental. Setan sedang
mempermainkan kemampuan nalar Hawa. Dan ketika Hawa mencoba mendengarkan
penjelasan Setan, dia sudah terjebak. Seharusnya Hawa lari dari pohon tersebut.
Now I want you to notice what the devil has to say to her in
Genesis 3:5. The devil was saying, “Ha-ha, so you want to know why God told you
that you were going to die if
you are not going to really die, right, you want to know heh, Eve?” And Eve
says, “Yea, tell me about it!” In verse 5 the devil tells her about it: “For God knows....” hah,
the Devil is saying, “God knows something that He doesn’t want you to know!” “... God knows that in the day you eat of it, your...” what? “... your eyes will be
opened...” What is
he saying? “God wants you to
be...” what? “He wants you to be blind! There is some
valuable information that God is hiding from you. He wants you to be blind. He
wants blind service, He wants blind submission simply because He says so.” So it says,
“For God knows that in the day you eat of it, your eyes will be
opened...” and
what is the next phrase? “... and you will be like God...” We studied that this morning, right? What did Lucifer say in Heaven? “I will be like the Most High.” Now he says, “You will be like...” what? “you will be like God.”
Sekarang, saya
mau kalian perhatikan apa yang dikatakan Setan di Kejadian 3:5. Setan berkata, “Ha-ha,
jadi kamu mau tahu mengapa Tuhan mengatakan kepadamu, kamu akan mati walaupun kamu memang
tidak akan mati, betul kan? Kamu ingin tahu, kan, Hawa?” Dan Hawa berkata, “Ya,
katakan kepadaku!” Di ayat 5, Setan mengatakan kepadanya: “tetapi Allah mengetahui...” hah, Setan berkata, Tuhan tahu sesuatu
yang Dia tidak mau kamu tahu! “...Allah mengetahui bahwa
pada waktu kamu memakannya...”
apa? “...matamu akan
terbuka...” Apa
yang dikatakannya? “Tuhan mau kamu menjadi apa? Dia mau kamu menjadi buta! Ada
informasi berharga yang sedang Tuhan sembunyikan dari kamu. Tuhan mau kamu buta.
Tuhan mau pelayanan buta, Dia mau penurutan buta, semata-mata karena Dia
berkata begitu.” Jadi, dikatakan “...Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka...” Dan apa kata-kata berikutnya? “...dan kamu akan menjadi seperti Allah...” Tadi pagi kita sudah mempelajarinya, bukan?
Apa kata Lucifer sewaktu di Surga? “Aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!” Sekarang
dia berkata, “kamu akan menjadi seperti...” apa? “... kamu akan menjadi seperti Allah”
Now I want you to notice something very important. The devil is
not saying that she’s going to be like God in every sense of the word. He’s
saying that Eve is going to be like God in a certain restricted sense. In what
sense? Let’s finish reading the verse. “For God knows that in the day you eat of it, your eyes will be
opened and you will be like God...” what? “... knowing good and
evil.”
Sekarang saya
mau kalian perhatikan sesuatu yang sangat penting. Setan tidak berkata bahwa
Hawa akan menjadi seperti Tuhan 100%. Dia berkata bahwa Hawa akan menjadi
seperti Tuhan dalam batas tertentu. Batas apa? Mari kita
selesaikan membaca kalimatnya: “…tetapi Allah mengetahui,
bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi
seperti Allah...” bagaimana? “...tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Let me ask you, who is the source of what is right and what is
wrong? Who establishes the standard of
what is right and what is wrong? God does, outside of us. God says, “Don’t eat from
the tree, because if you eat from the tree that’s evil. Good means not eating, evil
means eating from the tree.” God laid down the rule. And of course in that rule
it contains all of the principles of the 10 Commandments.
Coba saya tanya,
siapakah sumber dari apa yang benar dan apa yang salah? Siapa yang menentukan
standar mana yang benar dan mana yang salah? Tuhan! Di luar kita. Tuhan
berkata, “Jangan makan dari pohon itu, karena jika kamu makan dari pohon itu,
itu adalah jahat. Baik artinya tidak makan. Jahat artinya makan dari pohon
itu.” Tuhan yang menentukan peraturannya. Dan tentu saja dalam peraturan itu
terkandung semua prinsip dari 10 PERINTAH.
Now I want you to notice that the source of ethical decision is not within Eve, it is
outside of Eve. But what is the devil telling Eve? He’s saying, “Listen, you
can be like God, knowing what is good and what is evil without having to depend
on God to tell you what is good and what is evil.” Do you know this is the first post-modern
individual in the history
of the world?
The ideas of the Emerging Church*) go all the way back to the garden of Eden. The idea that you can be like God, in the sense that you can
decide what is good and what is evil, what is right and what is wrong, without recurring to God’s objective Law and
His Word, but rather your own heart will tell you what is right
and what is wrong. Is that the same thing that Lucifer argued in Heaven to the angels?
Sekarang, saya
mau kalian perhatikan bahwa sumber dari ketentuan etika tidak terdapat
di dalam Hawa, tetapi di luar Hawa. Tetapi apakah yang dikatakan Setan kepada
Hawa? Dia berkata, “Dengarkan, kamu bisa menjadi seperti Tuhan, tahu apa yang
baik dan apa yang jahat tanpa bergantung pada Tuhan untuk memberitahumu apa
yang baik dan apa yang jahat.” Tahukah kalian ini adalah indivu pasca-modern
yang pertama dalam sejarah dunia?
Pendapat-pendapat
Emerging Church*)
semuanya berasal dari taman Eden. Pendapat bahwa
kita bisa menjadi seperti Tuhan, dalam arti kita bisa memutuskan mana yang baik dan mana yang jahat,
mana yang benar dan mana yang salah, tanpa mengacu kepada Hukum Tuhan yang
obyektif dan FirmanNya, melainkan berdasarkan hati kita sendiri yang memberitahu
kita mana yang benar dan mana yang salah, bukankah itu hal yang sama yang
diperdebatkan Lucifer di Surga kepada para malaikat?
*) The
Emerging church adalah gerakan yang dimulai akhir abad ke-20, oleh
pengikut-pengikut gereja-gereja Protestan dan Katolik, yang melanggar banyak
etika dan ajaran Kekristenan.
Remember that statement that I read from the Great Controversy
page 499 this morning? Is that the angels needed no law but their own heart
could show them what was right and what was wrong. He is saying the same thing to Eve. He is saying,
“You can be immortal if you eat from this tree, and you can be your own source
of your ethical decisions, you don’t have to depend on God telling you this is
good and this is evil. No, you can decide that for yourself. You don’t have to
render blind service to God, you can be the source of your own ethical
decisions.”
Masih ingat
pernyataan yang saya baca dari the
Great Controversy [Kemenangan Akhir] hal 499 tadi
pagi? Yaitu bahwa malaikat tidak membutuhkan hukum apa pun, selain hati mereka
sendiri yang sanggup menunjukkan kepada mereka apa yang benar dan apa yang
salah. Setan mengatakan hal yang sama kepada Hawa. Setan berkata, “Kamu bisa
menjadi kekal [baka = tidak bisa mati] jika kamu makan dari pohon ini, dan kamu
bisa menjadi sumber keputusan-keputusan etikamu sendiri, kamu
tidak perlu bergantung pada Tuhan untuk memberitahu kamu ini baik dan itu
jahat. Tidak, kamu bisa memutuskan sendiri. Kamu tidak perlu melayani Tuhan
secara buta, kamu bisa menjadi sumber keputusan-keputusan etikamu sendiri.”
In fact the devil has been insinuating something even greater
than this. And you have to kind of read
between the lines to see it. But what Satan is really saying is, “Eve, some
times in the past, I ate from this tree and when I ate from this tree... or
rather some times in the past God ate from this tree, and when God ate from
this tree, He got this marvelous powers of immortality, and these marvelous powers to
distinguish between good and evil. But
after God ate from the tree, He didn’t want anybody else to have this capacity.
And so what He did after this was intimidate everyone and tell them, ‘Hei,
don’t eat from the tree because you’re going to die.’ But God actually knew in
His heart,” according to Satan, “that
if other people ate, He would have rivals around because they would have the same powers that
He has.” Are you understanding what the devil is saying here? It was an almost
overmastering delusion that we have here.
Malah sebenarnya
yang disindir Setan
lebih dalam
daripada ini. Dan kita harus membaca apa yang tersirat untuk mengenalinya. Apa
yang dikatakan Setan sebenarnya adalah ini, “Hawa, di waktu yang lampau, saya
pernah makan dari pohon ini... atau di masa lampau Tuhan telah makan dari pohon
ini, dan ketika Tuhan makan dari pohon ini, Dia menerima kuasa istimewa yaitu
kekekalanNya, dan kuasa istimewa untuk membedakan antara yang baik dan yang
jahat. Tetapi, setelah Tuhan makan dari pohon itu, Dia tidak mau orang lain
memiliki kemampuan tersebut. Maka apa yang dilakukanNya adalah mengintimidasi
semua orang dengan berkata kepada mereka, ‘Hei, jangan makan dari pohon itu
karena kamu akan mati.’ Tetapi,” menurut Setan, “sebetulnya Tuhan
tahu di dalam hatiNya, jika orang lain ikut makan dari pohon itu, Tuhan nanti
akan mendapat banyak saingan karena mereka akan memiliki kuasa yang sama dengan
Tuhan.” Apakah
kalian mengerti apa yang dikatakan Setan di sini? Inilah suatu penipuan yang nyaris bisa menaklukkan
semua.
Of course the Bible tells us that Adam and Eve ate from the
tree. Genesis 3:6, it says here: “So when the woman saw
that the tree was good for
food...” I want you to notice how her senses were involved, when she saw that the tree was good for
food, “... that it was
pleasant to the eyes, and a tree desirable to make one wise...” let me ask you, wise in
what sense? “... desirable to make one
wise...” What did the devil say? Wise in what sense? In deciding what is
good and evil for yourself! “... to make one wise...” it
says, “... she took of its fruit and ate.
She also gave to her husband with her, and he ate.” Do you understand what is going on here?
Tentu saja
Alkitab memberitahu kita bahwa Adam dan Hawa makan dari pohon itu. Kejadian 3:6
berkata: “Jadi ketika perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan...” saya
ingin kalian memperhatikan bahwa inderanya ikut
terlibat, ketika Hawa melihat bahwa
pohon itu baik untu dimakan, “...dan menyenangkan kelihatannya, dan pohon yang didambakan karena membuat
orang bijak...” Coba saya tanya, “bijak” dalam hal apa? “...yang didambakan karena membuat
orang bijak...” Apa yang dikatakan Setan? Bijak dalam hal apa? Dalam memutuskan untuk dirimu sendiri mana
yang baik dan mana yang jahat. “...membuat
orang bijak...” katanya, “...Lalu ia mengambil dari
buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama
dengan dia, dan suaminya pun memakannya.” Apa kalian mengerti apa yang terjadi di
sini?
And so now Adam and Eve
have sinned. They have lost ~ so to speak ~ their spiritual robe of
righteousness. And because they have lost their spiritual robe of
righteousness, something happens to them
now. Notice Genesis 3:7. Here we find the first consequence of Adam and Eve’s
sin. It says, “Then the eyes of both of them were opened, and they knew that
they were naked...” you see before this they were covered with the robe of light, no artificial
garments. But now the robe of light disappeared. They lost their robe of spiritual righteousness first, and as a result they lost their literal robe of light. And so it says, “Then the eyes of
both of them were opened, and they knew that they were naked, and they sewed fig leaves together and made
themselves coverings.” How
did Adam and Eve try to solve the problem of their nakedness? They made themselves coverings made out of
what? Fig leaves.
Maka
sekarang Adam dan Hawa telah berbuat dosa. Mereka kehilangan ~ katakanlah ~
jubah kebenaran spiritual mereka. Dan karena mereka telah kehilangan jubah
kebenaran spiritual mereka, sesuatu sekarang terjadi pada mareka. Perhatikan
Kejadian 3:7. Di sini kita temukan akibat pertama dari dosa Adam dan Hawa.
Dikatakan, “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang...” Perhatikan, sebelum ini mereka tertutup
oleh suatu jubah cahaya, bukan pakaian buatan. Tetapi sekarang jubah cahaya itu
lenyap. Pertama mereka kehilangan jubah kebenaran spiritualnya, dan sebagai
akibatnya, mereka kehilangan cahaya yang adalah jubah fisik mereka. Maka dikatakan, “..“Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang, lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Bagaimana Adam
dan Hawa mencoba menangani masalah ketelanjangan mereka? Mereka membuat penutup
dari apa? Dari daun ara.
Now what does the fig leave garment represent? The context tells
us that they represent the excuses that Adam and Eve offered for their sin. Now
let’s notice Genesis 3:12, 13. God
comes and He says to Adam, “What have you done?” Notice the answer: “Then the man said, ‘The woman whom You gave to
be with me, she gave me of the tree, and I ate.’” What is he trying to do? What is he trying to do? He’s trying to
pass the buck, he’s offering excuses for his sin.
And then God comes to Eve, in verse 13: “... And
the Lord God said to the woman, ‘What is this you have done?’ The woman said, ‘The serpent deceived me, and I ate.’” You
see, the
fig leaves are the excuses that Adam and Eve offerred for their sins. They are trying to justify their sin.
But do you know what’s interesting? Even
after they have covered themselves with the fig leaves, God comes in the garden
and He searches for them, and He says,
“Adam, where are you? Eve, where are you?”
And the man ~ they are covered with the fig leaves at this time ~ and
the man says “O, we hid in the midst of
the trees in the garden because we are
naked.”
Nah, daun ara
itu melambangkan apa? Konteks cerita itu memberitahu kita bahwa daun-daun ara
itu melambangkan alasan-alasan yang diberikan Adam dan Hawa untuk dosa mereka.
Sekarang, perhatikan Kejadian 3:12, 13. Tuhan datang dan Dia berkata kepada
Adam, “Apa yang telah kamu buat?”
Perhatikan jawaban Adam: “Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang Kauberikan kepadaku untuk mendampingi aku, dialah yang memberi buah pohon itu kepadaku, dan kumakan.’” Adam berusaha untuk apa? Dia mencoba apa? Dia mencoba
melemparkan tanggung jawab, dia mengemukakan alasan untuk dosanya. Lalu Tuhan
datang kepada Hawa, di ayat 13: “Kemudian berfirmanlah TUHAN
Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini?’ Jawab perempuan itu: ‘Ular itu yang memperdayakan aku, dan kumakan.’” Kalian
lihat, daun-daun ara itu adalah
alasan-alasan yang diajukan Adam dan Hawa untuk dosa mereka. Mereka berusaha
membenarkan dosa mereka. Tapi tahukah kalian apa yang menarik di sini? Walaupun
setelah mereka menutupi diri dengan daun-daun ara, Tuhan datang ke taman dan
Dia mencari mereka, dan Dia berkata, “Adam, di mana kamu? Hawa di mana kamu?”
Dan laki-laki itu ~ yang pada waktu itu sudah tertutup oleh daun-daun ara ~ dan
laki-laki itu berkata, “Oh, kami bersembunyi di antara pepohonan di taman
karena kami telanjang.”
What nakedness are
we talking about here? It’s not only
physical nakedness. The physical nakedness came as a result of losing their spiritual robe of
righteousness. And do you know what
else? Because they lost their spiritual robe of righteousness, they lost their
physical robe of light which covered them and ultimately they are going to
suffer their ultimate nakedness which
the apostle Paul calls “death.” If you will go to 2 Corinthians chapter 5, the
apostle Paul compares death with nakedness.
That is the ultimate nakedness, but there is a sequence: you
have first of all a spiritual nakedness : sin; and then you have physical
nakedness: the robe of light leaves; and then the consequence of that is
ultimate nakedness which is death.
Ketelanjangan
apa yang kita bicarakan di sini? Bukan hanya ketelanjangan secara fisik.
Ketelanjangann fisik timbul sebagai akibat hilangnya jubah kebenaran spiritual
mereka. Dan tahukah kalian selain itu
apa lagi? Karena mereka telah kehilangan jubah kebenaran spiritual mereka,
mereka kehilangan cahaya yang adalah
jubah fisik mereka yang menutupi mereka, dan akhirnya mereka akan menderita
ketelanjangan tingkat tertinggi, yang disebut rasul Paulus sebagai “kematian”. Mari ke 2 Korintus pasal 5 bersama saya, rasul Paulus membandingkan
kematian dengan ketelanjangan. Inilah ketelanjangan tingkat tertinggi. Tetapi ada
urutannya: Pertama-tama kita mengalami ketelanjangan spiritual: yaitu dosa.
Lalu kita mengalami ketelanjangan fisik: hilangnya jubah cahaya. Kemudian,
akibat dari hal itu adalah ketelanjangan tingkat tertinggi, yaitu kematian.
And so Adam and Eve
are standing in the garden, they are shaking. They are saying, “God gave us His Law
and we transgressed His law, we have committed sin and the wages of sin is
death, we lost our spiritual robe of
righteousness, we’ve lost our physical robe of light and now the only thing
that awaits us is physical ultimate
nakedness, which is death.” And when they are shaking, God makes this beautiful gospel
promise.
Maka
Adam dan Hawa sedang berdiri di taman dengan gemetar. Mereka berkata, “Tuhan
telah memberikan kepada kita HukumNya, dan kita telah melanggarNya, kita telah
berbuat dosa dan upah dosa ialah maut, kita telah kehilangan jubah spiritual
kita yaitu kebenaran kita,
kita telah kehilangan jubah fisik kita yaitu cahaya
kita, dan satu-satunya yang menanti kita adalah ketelanjangan tingkat
tertinggi, yaitu kematian.”
Dan sementara mereka gemetaran, Tuhan memberikan janji injil yang indah ini.
In Genesis 3:15, my
favorite verse in the whole Bible. In fact I did a series of 52 1-hour lectures
primarily on Genesis 3:15, how this verse is developed
throughout the whole scripture.
It says there in
Genesis 3:15, and God is speaking here to the serpent who has deceived Eve, and
has used Eve to lead Adam into sin: “And I will
put enmity between you and the woman, and
between your seed and her Seed...” See, this is a woman who is going to have a
Seed or a Descendant. And then notice the end result: “... He shall bruise...” or as
other version says, “... he shall crushed
your head, And you shall bruise His heel.” Do you know what God is
saying? God is saying, “I’m going to
send a Seed to this world born of a woman. And that Seed of the woman is going
to do battle with you. In the process of the battle, the Seed of the woman is
going to be wounded by you, you are going to cause Him pain on His heel, but
when you have hurt His heel, His foot is going to come down and He is going to
crush your head.”
Di
Kejadian 3:15, ayat favorit saya di seluruh Alkitab ~ malah saya telah membuat
52 episode pelajaran 1 jam terutama mengenai Kejadian 3:15 ini, bagaimana ayat
ini berkembang di seluruh Alkitab.
Dikatakan
di Kejadian 3:15, dan saat itu Tuhan berbicara kepada si ular yang telah menipu
Hawa, dan memanfaatkan Hawa untuk membujuk Adam berbuat dosa. “Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benihmu dan Benihnya...”
Lihat, ini adalah perempuan yang
akan mempunyai Benih atau Keturunan. Sekarang perhatikan akibat akhirnya: “... Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan mememarkan tumitNya.”
[NKJV yang diindonesiakan]. Tahukah
Anda apa yang dikatakan Tuhan di sini? Tuhan berkata, “Aku akan mengirim satu Benih ke dunia ini, yang
dilahirkan oleh seorang perempuan. Dan Benih dari perempuan itu akan berperang
dengan kamu [si ular]. Dalam proses peperangan itu, Benih perempuan itu akan
dilukai olehmu, kamu akan mengakibatkan tumitNya sakit. Tetapi setelah kamu
menyakiti tumitNya, kakiNya akan menginjakmu dan Dia akan meremukkan kepalamu.”
This is the
first gospel promise of Scripture. It is the
promise of the coming of the Messiah, born of a woman according to Galatians
4:4. When Adam and Eve were shaking in their bare feet because they probably didn’t
have anything on their feet, when they were shaking, thinking that they were
going to die, they were going to suffer ultimate nakedness, God in their hearing challenges
the serpent and says, “I am going to send a Seed that will crush the head of
the serpent who has led you into sin.”
Inilah janji injil yang pertama di
dalam Alkitab. Inilah janji datangnya seorang
Mesias, yang dilahirkan oleh seorang perempuan, menurut Galatia 4:4. Ketika
Adam dan Hawa sedang berdiri gemetaran dengan kaki telanjang, karena
kemungkinan besar mereka tidak mengenakan apa-apa di kaki mereka; ketika mereka
sedang gemetaran, mengira mereka akan mati, mereka akan menderita ketelanjangan
tingkat teringgi, maka di depan pendengaran mereka, Tuhan menantang si ular dan
berkata, “Aku akan mengirim seorang Benih yang akan meremukkan kepala ular yang
telah menyebabkan kalian berdosa.”
I want you to
notice Genesis 3:19, after giving this beautiful promise, God says to Adam and
Eve, “Because you have lost your spiritual robe of righteousness, and because
you’ve lost your physical robe of light, you are going to suffer ultimate
death, ultimate nakedness.” Notice
Genesis 3:19, God is speaking to Adam and He says: “In the sweat of your face you shall eat bread till you
return to the ground, for out of it you were taken; For dust you are, and to dust you shall...” what? “... you shall return.” Now, that
sounds pretty final: “dust you are, and to dust you shall return.” Well, you see, we need to
read two verses further down where God offers Adam and Eve, hope.
Saya
mau kalian memperhatikan Kejadian 3:19. Setelah Tuhan memberikan janji yang
sangat indah ini, Dia berkata kepada Adam dan Hawa, “Karena kamu telah kehilangan
jubah spiritual kebenaranmu, dan karena kamu telah kehilangan jubah fisik
cahayamu, kamu akan mengalami kematian tingkat yang tertinggi, ketelanjangan
tingkat tertinggi.” Perhatikan Kejadian 3:19. Tuhan berbicara kepada Adam dan
Dia berkata, “...dengan berpeluh di wajahmu engkau akan makan
makananmu, sampai
engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab
engkau debu dan...” apa?
“...engkau akan
kembali menjadi debu.” Ini
terdengar sangat tidak ada harapan lagi: “engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”
Tapi, kita perlu membaca dua ayat
lagi di bawah ini, di mana Tuhan menawarkan harapan kepada Adam dan Hawa.
Did you notice that
in Genesis 2:15-17 we were told that the very day Adam and Eve ate from the
tree they would suffer ultimate nakedness? Spiritual nakedness would lead to
physical nakedness, would lead to
ultimate nakedness. God said, “the very
day that you eat of the tree, you will
surely die!” But Adam
and Eve did not die that very day. God was talking about the final death from which there is no resurrection. The question is, WHY DID THEY
NOT DIE THAT DAY?
Apakah
kalian perhatikan di Kejadian 2:15-17 kita mendapat tahu bahwa pada hari Adam
dan Hawa makan dari pohon itu mereka akan mengalami ketelanjangan tingkat
tertinggi? Ketelanjangan spiritual akan mengakibatkan ketelanjangan fisik, yang
akan mengakibatkan ketelanjangan tingkat tertinggi. Tuhan berkata, “... pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Tetapi Adam dan Hawa tidak mati hari
itu. Yang dibicarakan Tuhan adalah kematian terakhir yang tidak akan
dibangkitkan lagi. Pertanyaannya adalah, MENGAPA MEREKA TIDAK MATI PADA HARI
ITU?
Go with me to
Genesis 3:21. Here’s where the Sanctuary comes in. You see, on the very day that Adam and Eve
sinned, there was a sacrifice made
to cover the shame of their nakedness. Notice Genesis 3:21 “Also for Adam and his wife the Lord God made...” who
made? He made them for Adam
and Eve, it says “the Lord God made tunics of polyester.” No,
that’s not what it says. “...tunics of
cotton.” No. “...tunics of linen.” No. It says “tunics of what?” “...of skin, and [He] clothed them.” Who made
the tunics? God did. Who clothed them? God did. He made them for Adam and Eve.
Who is doing this? God is doing this.
Mari bersama saya ke Kejadian 3:21. Di sinilah peran Bait Suci masuk. Kalian tahu, pada
hari yang sama Adam dan Hawa berdosa, suatu korban telah dipersembahkan
untuk menutupi malunya ketelanjangan mereka. Perhatikan Kejadian 3:21 “Dan TUHAN Allah
membuat...” Siapa yang membuat? Tuhan yang membuat untuk
Adam dan Hawa. Dikatakan di sini, “Dan TUHAN Allah
membuat pakaian dari polyester...” Tidak, kata-katanya tidak demikian. “...pakaian dari katun.” Bukan. “...pakaian
dari linen.” Tidak. Dikatakan di sini, pakaian
dari apa? “...dari kulit binatang untuk
manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka”
Siapa yang membuat pakaiannya?
Tuhan. Siapa yang mengenakannya pada Adam dan Hawa? Tuhan. Dia membuatnya untuk
Adam dan Hawa. Siapa yang melakukan ini? Tuhan.
Let me ask you, what
do you need in order to get the skin of an animal? The animal has to be killed.
You see, there
was a death the very day that Adam and Eve sinned. A lamb was sacrificed. And with the skin of the lamb, the shame of their
nakedness was covered. Allow me to read
to you a beautiful statement that is found in Bible
Echo, which is a magazine that was published May 21, 1900. This was
written by Ellen White’s profound
insight into what happened that day. She says, “The instant Adam yielded to Satan’s temptation
and did the very thing which God had said he should not do, Christ, the Son of
God, stood between the living and the dead saying, ‘Let the punishment fall on
Me. I will stand in man’s place. Give him another trial.’ Transgression place the whole world under the death
sentence, but in Heaven there was heard a voice saying, ‘I have found a ransom.’
” Isn’t that a beautiful statement?
Coba saya tanya, apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh kulit
seekor binatang? Binatang itu harus dibunuh dulu. Kalian lihat, pada hari yang sama Adam dan
Hawa berbuat dosa, ada kematian yang terjadi. Seekor domba
dikurbankan. Dan dengan kulit domba itu, malunya ketelanjangan mereka pun
tertutupi. Izinkan saya membacakan suatu pernyataan yang indah yang terdapat di
Bible Echo, yaitu
sebuah majalah yang terbit pada tanggal 21 Mei 1900. Artikel ini ditulis oleh
Ellen White, berdasarkan pemahamannya yang mendalam dan luas mengenai apa yang
terjadi pada hari itu. Dia berkata, “Pada saat Adam menyerah kepada pencobaan Setan
dan melakukan hal yang justru dilarang Tuhan untuk dilakukan; Kristus, Anak Allah, berdiri di antara yang
hidup dan yang mati, dan berkata, ‘Biarlah hukumannya jatuh padaKu. Aku akan
mengambil tempat manusia. Berikanlah kepadanya kesempatan lagi.’ Dosa telah menempatkan seluruh dunia di bawah
vonis hukuman mati, tetapi di Surga terdengar suatu suara yang berkata, ‘Aku
telah menemukan tebusan.’” Bukankah
ini adalah suatu pernyataan yang indah?
By the way, it’s
sustained by the Bible, because 1 Peter 1:18-20 tells us that Jesus was foreordained before the foundation of the world as a Lamb. Revelation 13:8 says
that He was slain from the foundation of the world, not physically, but
He was slain in promise. There was a promise of the coming Messiah. In other words, the very day that Adam and Eve sinned,
Jesus said, “I will take upon Myself their death penalty. I will die in their
place. I will live the lives that they should live.” And a ransom, that
very day was found. This whole ceremony pointed to Jesus Christ.
Supaya tahu saja, pernyataan itu dikuatkan oleh Alkitab, karena 1 Petrus
1:18-20 memberitahu kita bahwa “Ia [Kristus] telah dipilih sebelum dunia dijadikan”
sebagai Anak Domba. Wahyu 13:8 berkata bahwa Dia “telah disembelih sejak awal penciptaan
dunia” [terjemahan bahasa Indonesia hanya “telah disembelih” tetapi
dalam terjemahan bahasa Inggris tertulis “slain from the foundation of the
world”- KJV atau “slain from the creation of the world”- NIV] tidak secara
fisik, namun Dia telah dijanjikan untuk disembelih. Ada janji datangnya seorang
Mesias. Dengan kata lain, pada
hari yang sama Adam dan Hawa berbuat dosa, Yesus berkata, “Aku Sendiri yang akan
menanggung hukumannya. Aku akan mati sebagai ganti mereka. Aku akan menjalani
hidup yang seharusnya mereka jalani.” Dan pada hari itu, telah ditemukan [uang] penebusan. Seluruh
upacara itu mengacu kepada Yesus Kristus.
Now listen up, if man
was immortal by nature why would Jesus have to come to die to give them life if
they already have immortality? You see, when
the idea of immortality was sold to us, it made Jesus Christ
unnecessary. Because, we have life because Jesus died. Not because we
have some immortal soul within ourselves. So, in other words by
teaching that man is immortal, what you are doing is depreciating the
importance of the death of Jesus to give us life. If we already had immortal
life, why would Jesus have to die to give us what we already possessed or what
we already had?
Sekarang dengarkan. Seandainya manusia itu secara kodrati tidak bisa
mati, untuk apa Yesus harus datang ke dunia dan mati agar memberikan mereka
hidup, seandainya mereka sudah memiliki hidup yang kekal? Kalian lihat, ketika
ide kebakaan (imortalitas) jiwa itu dijual kepada kita, itu menjadikan Yesus
Kristus tidak dibutuhkan lagi. Karena kita
memiliki hidup oleh sebab Yesus meninggal, bukan karena kita memiliki jiwa yang
baka di dalam kita sendiri. Jadi, dengan kata lain, dengan
mengajar bahwa manusia itu baka, apa yang kalian lakukan adalah mengecilkan makna
kematian Yesus untuk memberi kita hidup. Seandainya kita sudah memiliki hidup
yang baka, mengapa Yesus harus mati untuk memberi kita sesuatu yang memang
sudah kita miliki atau sudah kita punyai?
Now, let’s go to the
fulfillment of this. John 19:23-24. You remember that spiritual nakedness led
to physical nakedness, led to ultimate
nakedness?
That’s what Adam and Eve deserved. Now, how could they escape the death
sentence? Only by the death of the Lamb to cover the shame of their nakedness.
Now notice John 19:23-24. I want to share with you something that might not be
very palatable to you, but it’s biblical.
Sekarang, marilah kita membahas penggenapan janji itu. Yohanes 19:23-24.
Kalian ingat bahwa ketelanjangan spiritual akan mengakibatkan ketelanjangan
fisik, yang akan mengakibatkan ketelanjangan tingkat tertinggi. Itulah yang
layak diterima Adam dan Hawa. Nah, bagaimana mereka bisa lolos dari vonis
hukuman mati [kekal]? Hanya melalui
kematian Anak Domba untuk menutupi malunya ketelanjangan mereka. Sekarang
perhatikan Yoh 19:23-24. Saya mau berbagi sesuatu dengan kalian yang mungkin
tidak sedap, namun itu alkitabiah.
You know, when
artists depict Jesus on the cross they usually cover Him with a loin cloth. But
Scripture
teaches that Jesus hung between Heaven and earth, totally naked. Let’s
read John 19:23-24. There’s a very profound symbolism here. It says there in
John 19:23 “Then the soldiers, when they had crucified Jesus, took His garments and
made four parts...” these are His inner garments. And says, “....and made four parts to each soldier a part, and also the tunic...” See, the tunic was a beautiful robe worn
outside His inner garments. It says, “... Now the tunic was without seam, woven from the top in one piece. They
said therefore among themselves, ‘Let us not tear it, but cast lots for
it, whose it shall be,’ that the Scripture might be fulfilled
which says: ‘They
divided My garments among them...” but then
notice, “... And for My clothing they cast
lots.’ Therefore
the soldiers did these things.” They took His inner garments and His tunic away
and Jesus hung between Heaven and earth stark naked.
Kalian tahu, ketika para pelukis menggambarkan Yesus di atas salib,
mereka biasanya menutupiNya dengan sehelai kain di bawah perutNya. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Yesus
tergantung di antara langit dan bumi, telanjang bulat. Marilah kita baca
Yohanes 19:23-24. Di sini ada suatu simbol yang sangat mendalam. Dikatakan di
Yoh 19:23 “Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil
pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian...”
ini adalah pakaian dalamNya. Dan dikatakan,
“...untuk tiap-tiap
prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil....” Perhatikan,
jubahNya adalah jubah yang indah, yang dipakai di sebelah luar pakaian
dalamNya. Dikatakan, “... Jubah itu tidak
berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Karena itu mereka berkata
seorang kepada yang lain: ‘Janganlah kita
membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk
menentukan siapa yang mendapatnya.’ Demikianlah
hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Mereka
membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka...” tetapi
sekarang perhatikan, “...dan mereka
membuang undi atas jubah-Ku.’ Hal itu telah
dilakukan prajurit-prajurit itu.” Jadi mereka mengambil
pakaian dalamNya dan jubahNya, dan Yesus tergantung di antara langit dan bumi
dalam keadaan telanjang bulat.
Now you say, what is
the symbolism here? Let me ask you, did
the Father look upon Jesus as being guilty? He did, absolutely. Did Jesus take
upon Himself our spiritual nakedness of sin? He most certainly did. The Bible
says that He took upon Himself the curse, “He who knew no sin was made to
be sin for us.” In other words Jesus took our spiritual
nakedness, and therefore on the cross He hung, what? Physically naked and what
did He suffer? He suffered ultimate what? Nakedness! For Adam and Eve and all of
their descendants.
That’s what Genesis
3:21-22, the death of the Lamb to cover the shame of our nakedness.
Nah, kalian berkata, apa simbolnya di sini? Coba saya tanya, apakah
Allah Bapa melihat Yesus sebagai orang
berdosa? Tepat, benar. Apakah Yesus menempatkan pada DiriNya Sendiri
ketelanjangan spiritual kita yaitu dosa? Sudah pasti Dia melakukan itu. Alkitab
berkata bahwa Dia telah menempatkan kutuk itu pada DiriNya Sendiri, “Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita...” [2 Kor 5:21] Dengan kata lain, Yesus mengambil
ketelanjangan spiritual kita, oleh sebab itu di atas salib Dia tergantung
bagaimana? Secara fisik telanjang bulat. Dan apa yang dideritaNya? Dia
menderita apa yang tertinggi? Ketelanjangan! Demi Adam dan Hawa dan semua
keturunan mereka.
Itulah
Kejadian 3:21-22, kematian Anak Domba untuk menutupi malunya ketelanjangan
kita.
Now, the question is,
when is the shame of our nakedness covered? Go with me to Galatians 3 and let’s
read verse 27. Galatians 3:27, a very important verse that tells us when we are
covered with the spiritual robe of Christ’s righteousness, the righteousness
that He developed when He took our sin upon Himself. It says in Galatians 3:27 “For as many of you as were...” what? “…baptized...” and what’s the next word, the next preposition?
“...INTO Christ, have...” what?
“...have put on
Christ.” That expression “put on”
is used in the New Testament as putting on a garment, putting on a robe.
Sekarang pertanyaannya adalah, kapan malunya ketelanjangan kita itu
tertutup? Marilah bersama saya ke Galatia 3 dan kita baca ayat 27. Galatia
3:27, suatu ayat yang sangat penting, yang memberitahu kita bahwa kita ditutupi
oleh jubah spiritual kebenaran Kristus, kebenaran yang Dia ciptakan ketika Dia
mengambil dosa kita menjadi milikNya Sendiri. Dikatakan di Galatia 3:27 “Karena kamu semua, yang...” apa?
“...dibaptis...” dan
apa kata berikutnya, kata depan berikutnya? “...DALAM
Kristus, telah...” apa? “... telah mengenakan
Kristus.” Ungkapan “mengenakan” dipakai
di dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan mengenakan pakaian, mengenakan
jubah.
So let me ask you, at
what moment do we put on the robe of Christ righteousness that He died to
purchase for us? We put in on at the moment of baptism. You say, “Pastor Bohr, why at the moment of
baptism?” It’s very simple. In our baptism, what we do is in miniature we experience what Jesus experienced
on earth. Jesus died, you agree
with that? Jesus was buried, correct? And Jesus resurrected. Who did He do this
for? He did this for us. He died for us, He was buried for us, and He
resurrected for us. Now the question is, how am I included in what Christ did?
How am I incorporated INTO Christ? That is the preposition that’s
used. How am I incorporated INTO the work Christ? It’s very simple. I go through the same
experience that He did symbolically in baptism.
Jadi, coba saya tanya, pada saat apa kita mengenakan jubah kebenaran
Kristus yang dibayarNya bagi kita dengan kematianNya? Kita mengenakannya pada saat dibaptiskan. Kalian berkata, “Pastor Bohr, mengapa pada waktu baptisan?”
Sederhana sekali. Di dalam baptisan
kita, apa yang kita lakukan adalah kita mengalami dalam bentuk miniatur apa
yang telah dialami Yesus di dunia ini. Yesus mati, kalian setuju
kan? Yesus dikuburkan, benar? Dan Yesus
bangkit. Untuk siapa Yesus melakukan semua ini? Dia melakukannya untuk kita.
Dia mati untuk kita, Dia dikuburkan untuk kita, dan Dia bangkit untuk kita.
Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana saya bisa termasuk dalam apa yang
dilakukan Kristus? Bagaimana saya dipersatukan KE DALAM Kristus? Itulah kata depan yang
dipakai. Bagaimanakah saya dipersatukan KE
DALAM pekerjaan Kristus? Sangat sederhana. Di dalam baptisan secara
simbolis saya menjalani pengalaman yang sama yang dijalani Yesus.
Were you here this
morning to see the baptism? Did you notice the pastor in the baptistry and he has the candidate who is going to be
baptized, and he says, “I baptize you in the name of the Father, and of the
Son, and of the Holy Spirit.” What is that person doing before going into the
water? Well, they are breathing. But right before they go into the water, what
happens? They stop breathing. Do you stop breathing when you die? Most
certainly. And then the pastor puts them under the water. Do they breath under
the water? They’d better not. See, under the water they are not breathing. Does
a person who is under the earth, buried, breath? No. What happens? What’s the first thing that
a person does when he comes forward from the water? They “ahhh-ahhh”, they breath life, they breath again. Just
like when Jesus resurrected. So when we are
baptized, we are being incorporated into the experience of Christ, we are
included in Him. Are you understanding what I am saying?
Apakah tadi pagi kalian melihat upacara baptisan? Apakah kalian melihat
pendeta di kolam baptisan dan dia memegang calon yang akan dibaptis, dan dia
berkata, “Saya membaptiskan kamu dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus”? Apa
yang dilakukan orang-orang tersebut sebelum mereka dibenamkan ke dalam air?
Tentunya mereka semuanya bernapas. Tetapi tepat sebelum mereka dibenamkan ke
dalam air, apa yang terjadi? Mereka berhenti bernapas. Apakah kita berhenti
bernapas saat kita mati? Tentu saja. Lalu pendeta memasukkan orang-orang itu ke
dalam air. Apakah di dalam air mereka bernapas? Jangan sampai! Lihat, di dalam
air mereka tidak bernapas. Apakah seseorang yang berada di dalam bumi, dikubur,
bernapas? Tidak. Apa yang terjadi? Apa perbuatan pertama yang dilakukan
seseorang ketika keluar dari air? Mereka “ahhhh-ahhhh” mereka mengirup napas,
mereka bernapas lagi. Sama seperti ketika Yesus bangkit. Jadi ketika kita dibaptis, kita
dipersatukan ke dalam pengalaman Kristus. Kita termasuk di dalam Dia.
Apakah kalian mengerti apa yang saya katakan?
Baptism is a
phenomenal service. Some people think it’s optional, you know. If you want to
be baptized it’s fine, if you don’t want to be baptized that’s alright. Baptism
is the official incorporation into what Christ did, at that moment what Christ
did becomes yours, because by faith you are included in Him because you are
participating symbolically in His experience. So when you receive Jesus Christ as your
Saviour, you are clothed in His spiritual robe, you have put on Jesus
Christ. You are in Him.
Baptisan adalah suatu upacara yang sangat besar. Ada orang yang
menganggapnya opsional, kalian tahu? Jika
kita mau dibaptis, itu baik, tetapi jika tidak mau dibaptis, itu tidak apa-apa.
Baptisan adalah penyatuan resmi
ke dalam apa yang dilakukan Kristus. Pada saat itu apa yang telah dilakukan
Kristus, menjadi milik kita, karena oleh iman kita telah dihisabkan kepada Dia,
kita mengambil bagian secara simbolis dalam pengalamanNya. Jadi
ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kepada kita dikenakan jubah spiritualNya, kita mengenakan Yesus
Kristus. Kita berada di dalam Dia.
Now this is
important. Some people ask me the question, “Pastor Bohr, are you afraid of
dying?” And I can honestly say, I am not. In fact some people say, “Pastor
Bohr, aren’t you afraid when you get in
airplanes so frequently that the airplane is going to fall?”
Any by the way last year I flew 200’000 miles. That’s a lot of flights. I got into a plane 115 times last year, all of them safe. People say, “Aren’t you afraid that the plane is going to fall from the sky?” And I say, “Absolutely not.” Because I believe, that if my usefulness in this earth has come to an end, I am fine with it. If God still has a plan, the angels are going to grab the wings and they are not going to let that airplane fall from the sky. You say, “How come you can have that assurance? Why aren’t you afraid of dying?” You know why? Because I’m in Christ. Because when I was baptized, when I received Jesus as my Saviour I’m in Him. And Jesus died, Jesus was buried, Jesus resurrected, He took my penalty upon Himself. When I go through that experience He takes His righteousness and He covers me with His righteousness. I am no longer in me, I am in Him. Is that good news? That is pointed to in Genesis 3:21. When the Lamb is sacrificed and the shame of the nakedness is what? Is covered.
Any by the way last year I flew 200’000 miles. That’s a lot of flights. I got into a plane 115 times last year, all of them safe. People say, “Aren’t you afraid that the plane is going to fall from the sky?” And I say, “Absolutely not.” Because I believe, that if my usefulness in this earth has come to an end, I am fine with it. If God still has a plan, the angels are going to grab the wings and they are not going to let that airplane fall from the sky. You say, “How come you can have that assurance? Why aren’t you afraid of dying?” You know why? Because I’m in Christ. Because when I was baptized, when I received Jesus as my Saviour I’m in Him. And Jesus died, Jesus was buried, Jesus resurrected, He took my penalty upon Himself. When I go through that experience He takes His righteousness and He covers me with His righteousness. I am no longer in me, I am in Him. Is that good news? That is pointed to in Genesis 3:21. When the Lamb is sacrificed and the shame of the nakedness is what? Is covered.
Nah, ini penting. Ada orang bertanya kepada saya, “Pastor Bohr, apakah
Anda takut mati?” Dan dengan jujur saya bilang, tidak. Bahkan ada orang
berkata, “Pastor Bohr, apa Anda tidak takut dengan begitu seringnya naik pesawat terbang, pesawat itu bisa jatuh?”
Supaya tahu saja, tahun lalu saya terbang 200’000 mil (= 320’000 km). Itu
penerbangan yang sangat banyak. Tahun lalu saya masuk ke dalam pesawat 115
kali, semuanya aman-aman saja. Orang berkata, “Apakah Anda tidak takut
pesawatnya akan jatuh dari langit?” Dan saya berkata, “Tentu saja tidak.”
Karena saya yakin, jika kegunaan saya di dunia ini sudah berakhir, saya oke-oke
saja. Jika Tuhan masih punya rencana, malaikat-malaikat akan memegangi sayap
pesawat dan mereka tidak akan membiarkan pesawat itu jatuh dari langit. Kalian
berkata, “Mengapa Anda bisa
punya keyakinan itu? Mengapa Anda tidak takut mati?” Kalian tahu mengapa? Karena saya
ada di dalam Kristus. Karena ketika saya dibaptis, ketika saya menerima Yesus
sebagai Juruselamat, saya bersatu denganNya. Dan saat Yesus mati, saat Yesus
dikuburkan, saat Yesus bangkit, Dia mengambil hukuman saya bagi DiriNya. Ketika
saya melewati pengalaman itu, Kristus
mengambil kebenaranNya, dan ditutupiNya saya dengan kebenaranNya itu. Saya
tidak lagi diri saya sendiri, saya ada di dalam Dia. Apakah itu
bukan kabar baik? Itu yang ditunjukkan Kejadian 3:21, ketika domba itu
dikurbankan, dan malunya ketelanjangan diapakan? Ditutupi.
So let me ask you,
where is our source of life? Inside within some immortal soul or outside in
Jesus Christ? Our source of life is outside in Jesus Christ not within ourselves. Now
let me read you that great resurrection passage 1 Thessalonians 4:15-16, and
there’s a little expression here that I want us to notice. It’s speaking about
those who die and the resurrection that will take place when Jesus comes. It
says here “ For this we say to you by
the word of the Lord, that we who are alive and remain until the coming of the Lord will by no means precede those
who are asleep. For
the Lord Himself will descend from heaven with a shout, with the voice of an
archangel, and with the trumpet of God...” and
now listen carefully, “...And the dead in Christ will rise first.”. When did
we get into Christ? Or when did we get in Christ? When we received Him as our Savior and were
baptized, we are in Him.
Jadi, coba saya tanya, di manakah sumber hidup kita? Di dalam
kita, di dalam nyawa yang baka; atau di luar kita, di Yesus Kristus? Sumber hidup kita ada di luar, ada pada Yesus Kristus,
bukan di dalam diri kita sendiri. Sekarang saya mau membacakan kepada kalian
bacaan tentang kebangkitan akbar di 1 Tesalonika 4:15-16, dan di situ ada suatu
ungkapan kecil yang saya ingin kalian perhatikan. Itu berbicara mengenai mereka
yang mati dan kebangkitan yang akan terjadi ketika Yesus datang. Dikatakan di
sana, “Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang
masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka
yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu
malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun
dari sorga dan...” sekarang dengarkan
baik-baik, “...mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit.” Kapan
kita bersatu dengan Kristus? Atau kapan kita masuk dalam Kristus? Pada saat kita menerima Dia
sebagai Juruselamat kita dan dibaptiskan, kita ada di dalam Kristus.
So
must we fear death? No! Because here it says, that “the dead in Christ will...” what?
“...will rise first.” God’s people will
rise, those who are in Jesus Christ. Our
hope of life is not in us. Our hope of
life is in Him. We have no immortality within ourselves. The immortality is within Jesus.
Jesus said, “Because I live, you will live also.” And the Sanctuary clearly shows by the
sacrifices of millions of animals that the wages of sin is death. And the only
way that sin could be forgiven is when it’s taken into the Sanctuary, into the
presence of God through the blood of Jesus Christ. His name be honored and glorified.
Jadi haruskah kita takut pada kematian? Tidak. Karena di sini
dikatakan, “mereka yang mati dalam Kristus akan...” apa? “...akan lebih dahulu
bangkit.” Umat
Tuhan akan bangkit, yaitu mereka yang ada di dalam Kristus. Harapan hidup kita
tidak berada di dalam kita. Harapan hidup kita ada pada Kristus. Kita tidak memiliki kebakaan/kekekalan
dalam diri kita sendiri. Kebakaan/kekekalan itu ada di dalam Kristus.
Yesus berkata, “Karena Aku
hidup, kamu pun akan hidup” [NKJV yang diindonesiakan Yoh
14:19].
Dan Bait Suci jelas menunjukkan lewat jutaan binatang yang dijadikan kurban,
bahwa upah dosa ialah maut. Dan satu-satunya jalan agar dosa bisa diampuni
adalah ketika dosa dibawa masuk ke dalam Bait Suci, ke hadirat Tuhan lewat
darah Yesus Kristus, segala hormat dan kemuliaan bagi namaNya.
And
then after God gave in Genesis 3:23 His promises, clothing the nakedness of man through the
death of the Lamb, God cast Adam and Eve out of the garden. Let’s read about
this in Genesis 3:23-24. The garden is like the Most Holy Place. And then they
would come to the entrance of the garden and they would offer their sacrifices
there. You say, “How do you know that?” Because at the entrance of the garden there
are cherubim. That’s God’s dwelling place. Men was cast out. Someday we’ll be
able to go back in again through Jesus Christ.
Lalu setelah Tuhan memberikan janjiNya di Kejadian 3:23,
menutupi ketelanjangan manusia melalui kematian sang domba, Tuhan mengusir Adam
dan Hawa keluar dari taman Eden. Marilah kita baca ini di Kejadian 3:23-24.
Taman Eden itu ibaratnya Bilik Yang Mahasuci. Lalu mereka harus datang ke pintu
masuk taman itu dan mereka harus mempersembahkan kurban di sana. Kalian
berkata, “Darimana
Anda tahu itu?” Karena di pintu masuk ke taman itu ada kerubim. Itulah
tempat tinggal Tuhan. Manusia diusir keluar dari sana. Suatu hari kita akan
boleh masuk kembali lagi, melalui Yesus Kristus.
Genesis
3:22 “Then
the Lord God said, “Behold, the man has become like one of Us, to know good and
evil. And now, lest he put out his hand and take also of the tree of life, and
eat, and live...” what?
“...forever...” Did man have to eat from the tree to live
forever? Of course! Then he did not have
an immortal soul. He had to continue
eating from the tree. Verse 23: “Therefore the Lord God sent him out of
the garden of Eden to till the ground from which he was taken. So He drove out the man;
and He placed cherubim at the east...” where was the entrance to the Sanctuary?
On the east. So it says, “So He drove out the man; and He
placed cherubim at the east of the garden of Eden, and a flaming sword which
turned every way, to guard the way to the tree of life.” Where was the source of life for man? It was in
the tree of life. What did the tree of life represent? It represented life outside of us in Jesus Christ.
Kejadian 3:22 “Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah
menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat;
maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari
buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup...” bagaimana? “...untuk
selama-lamanya.” Apakah
manusia harus makan dari pohon itu agar boleh hidup selamanya? Tentu saja!
Berarti dia tidak memiliki jiwa yang baka/kekal. Dia harus makan terus-menerus
dari pohon tersebut. Ayat 23: “Lalu TUHAN
Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia
diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nya lah beberapa kerub...” di mana pintu masuk ke Bait Suci? Di sebelah
Timur. Jadi, dikatakan di sini: “...Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nya lah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan
menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” Jadi di
mana sumber hidup bagi manusia? Sumber hidup itu ada di Pohon Kehidupan. Pohon itu melambangkan
apa? Melambangkan hidup yang berada
di luar kita, yaitu di dalam Yesus Kristus.
So
the Bible says, that there is no such thing as an immortal sinner. In fact,
let’s notice what the Bible has to say about immortality. 1 Timothy 6:16 tells
us who is the only one who is immortal. There we find these words, “which He will manifest in His own time, He
who is the blessed and
only Potentate, the King of kings and Lord of lords...” and now notice “... who alone has
immortality...” Now, let me ask you, what part of “alone” don’t you understand? Other
versions say, “who
only has immortality.” So who is the only one who has immortality? “the King of kings and Lord of lords.” And then it goes on to say, “... dwelling in
unapproachable light, whom no man has seen or can see, to whom be honor and everlasting power. Amen.”
Jadi Alkitab berkata, tidak ada yang namanya orang berdosa yang baka/kekal
itu. Malah, marilah kita perhatikan apa yang dikatakan Alkitab mengenai
kebakaan/kekekalan. 1 Timotius 6:16 memberitahu kita siapa satu-satunya yang
baka/kekal. Di sana kita temukan kata-kata ini: “Yang akan dinyatakanNya sendiri sesuai waktunya, Dia yang adalah
satu-satunya Penguasa yang terberkati, Raja di atas segala
raja dan Tuan di atas segala tuan...” sekarang perhatikan, “...Dialah SATU-SATUNYA
yang tidak takluk kepada maut...” Saya mau
bertanya, bagian mana dari kata “satu-satunya” yang tidak dipahami di sini?
Terjemahan versi lain berkata: “Dia Sendiri-lah yang memiliki kebakaan.” Jadi siapakah satu-satunya yang memiliki
kebakaan? “Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.” Lalu
selanjutnya dikatakan, “...bersemayam
dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah
melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan
kuasa yang kekal! Amin.” [NKJV yang diindonesiakan].
Scripture also tells
us in Romans 2:6-7 that we must seek immortality. If we have to seek it, it’s
because we don’t have it. Because you don’t seek for what you have. Notice what
we’ll find there, in Romans 2:6-7 “who “will render to each one according to his deeds” eternal
life to those who by patient continuance in doing good...” they what?
“... seek for glory, honor, and IMMORTALITY...” What
must we do with regard to immortality? We must what? Seek it! Notice 2 Timothy 1:10, the Bible is very
clear on this point. Immortality has only been brought to light by the gospel.
It says there in 2 Timothy 1:10 and it’s
speaking about the plan of salvation “but has now been revealed by the appearing of
our Savior Jesus Christ, who has
abolished death...” When it says He has abolished death, this is not talking about physical
death because believers in Christ still die. It’s talking about ultimate
nakedness, ultimate death. So it says, “... who has abolished
death and brought...” what? “... life and immortality to light...” by
what means? “... through the
gospel.” Through the gospel of
Jesus Christ.
Alkitab juga memberitahu
kita di Roma 2:6-7 bahwa
kita harus mencari kebakaan/ kekekalan.
Jika kita harus mencarinya, itu karena kita tidak memilikinya. Karena orang
tidak mencari apa yang sudah dimilikinya. Perhatikan apa yang kita dapati di
Rom 2:6-7 “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup
kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik...”
Mereka bagaimana? “...mencari
kemuliaan, kehormatan dan KETIDAKBINASAAN.” Apa
yang harus kita lakukan sehubungan dengan kebakaan? Kita harus apa? Mencarinya!
Perhatikan 2 Timotius 1:10, Alkitab sangat jelas mengenai poin ini. Kebakaan
hanya dinyatakan oleh terang injil. Dikatakan di sana di 2 Timotius 1:10, dan
ini berbicara mengenai rencana keselamatan:
“dan
yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang
telah melenyapkan kematian…” Saat dikatakan Yesus
Kristus telah melenyapkan
maut, ini tidak berbicara mengenai kematian krodati sebagai manusia karena umat
percaya di dalam Kristus masih harus mati. Ini berbicara mengenai ketelanjangan
tingkat tertinggi, kematian tingkat tertinggi [kekal]. Jadi, dikatakan, “ ...yang telah melenyapkan kematian dan membawa...” apa? “…hidup dan kebakaan…” melalui apa? “…melalui Injil.”
[NKJV yang diindonesiakan]. Melalui injil Yesus
Kristus.
Notice also 1
Corinthians 15:53-54. Very clearly it is saying, immortality must be put on.
You have to put on it’s because you don’t have it by nature. It says there, the
apostle Paul speaking about the resurrection “For this corruptible must
put on incorruption, and this mortal must put on immortality. So when this corruptible
has put on incorruption, and this mortal has put on immortality, then shall be
brought to pass the saying that is written: ‘Death is...” what? “...death is swallowed up in victory.’”
Perhatikan juga 1 Korintus 15:53-54. Ayat ini mengatakan dengan sangat
jelas, kebakaan harus dikenakan. Kita harus mengenakannya karena kita tidak
memilikinya secara alamiah. Dikatakan di sana, rasul Paulus sedang berbicara
mengenai kebangkitan, “Karena yang
dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati
ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini
mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang
tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: ‘Maut...”
Bagaimana? “... maut telah ditelan dalam kemenangan.’”
If man is already
immortal by nature, why would Jesus have to die in order to give him what he
already has? You see, immortality is one of the incommunicable attributes of
God. Do you know what those attributes are? For example: Omnipotence,
Omniscience, Omnipresent, Immutability, and also Immortality. You see, immortality
is something that belongs ONLY to God.
Seandainya seorang manusia itu sudah memiliki kebakaan secara alamiah,
mengapa Yesus harus mati untuk memberikan kepadanya apa yang sudah dimilikinya?
Kalian lihat, kebakaan adalah salah satu atribut Tuhan yang tidak bisa dipindahkan. Tahukah
kalian apa atribut-atribut Tuhan yang tidak bisa dipindahkan itu? Misalnya:
Mahakuasa, Mahatahu, Bisa berada di mana-mana, Tidak bisa berubah, dan juga
Baka/Kekal. Kalian lihat, kebakaan adalah
sesuatu yang HANYA dimiliki oleh Tuhan.
So what were the two
lies that the devil brought in in the garden of Eden? Two lies that are being
presented even within the Christian church today.
First lie: “You will not surely
die.” And the idea is that human beings have some
type of immortal form that lives on after death, that even God cannot eradicate
or destroy because it is indestructible. You say, “Yea that’s true, you see the wicked will suffer
death by burning eternally in hell.” That’s not death. Death means to be deprived of what? Life. It means simply death from which there is no resurrection. The Bible
says they sleep a perpetual sleep and
not awake, and now speaking about the wicked. So the first lie is that man by
nature is immortal. The Devil said, “you will not surely
die.”
Jadi apakah kedua kebohongan yang dibawa Iblis masuk ke dalam taman
Eden? Dua kebohongan yang hingga hari ini terdapat di dalam gereja Kristen masa
kini.
Kebohongan
pertama: “Sekali-kali
kamu tidak akan mati.” Dan
idenya adalah bahwa manusia memiliki suatu bentuk yang baka yang akan hidup
terus setelah kematian, dan bahkan Tuhan tidak bisa menghapus atau
menghancurkannya karena itu tidak bisa dihancurkan. Kalian berkata, “Ya, itu benar, memang
orang jahat akan menderita dalam kematian dengan dibakar di neraka secara
kekal.”
Itu bukan kematian. Kematian artinya
kehilangan apa? Kehilangan hidup. Artinya adalah mati yang tidak akan hidup
lagi. Alkitab berkata, mereka tidur tanpa akhir, untuk selamanya tidak akan
bangun, dan itu berbicara mengenai orang-orang jahat. Jadi kebohongan yang
pertama adalah manusia secara kodrati adalah kekal/baka. Setan berkata, “Sekali-kali
kamu tidak akan mati.”
The second lie
is also being taught in many Christian pulpits. And that is the idea that you can be like God, knowing good and evil. That’s the foundation of post-modern thought. It’s the foundation of
the Emerging Church idea where people say, “Don’t tell me what the Bible says, don’t
tell me what your ethical system is. I believe that I can decide on my own, what is right and what
is wrong.” That’s why in the Christian church you have people who say it is
okay to live a gay lifestyle and you have people that say it is not okay to
live a gay lifestyle. And those who
believe that you can live a gay lifestyle, say “Don’t impose your ethics on me, this is what I
believe to be true.” Let me ask you, who is it that defines
truth? Is it something that comes out of
my heart? “I know good and evil, I don’t have to do what God says”. Absolutely
not. Good
and evil are defined outside of man by God. In His holy Law and in His holy
Word. And we must live like Jesus lived by every word that proceeds out of the mouth of
God. Only in that way can we be absolutely safe from the arguments of Satan.
Let’s not argue with him. Let’s take the Bible the way that it is written and
let’s simply obey God because God’s way is always the best way.
Kebohongan
yang kedua, juga
diajarkan dari atas mimbar-mimbar Kristen. Dan itu adalah ide bahwa kita bisa menjadi seperti
Tuhan, mengetahui yang baik dan yang jahat. Ini adalah dasar
pemikiran pasca-moderen. Ini adalah dasar dari ide Emerging Church, di mana orang berkata,
“Jangan bicara tentang apa yang dikatakan Alkitab. Jangan bicara mengenai
sistem etikamu. Saya yakin saya bisa memutuskannya sendiri, mana yang betul dan
mana yang salah.” Itulah mengapa di
gereja-gereja Kristen ada orang-orang yang berkata, gaya hidup gay [homoseks] itu
oke-oke saja, dan ada orang-orang yang berkata, gaya hidup gay itu tidak boleh.
Dan mereka yang percaya bahwa gaya hidup gay itu oke, berkata, “Jangan memaksakan etikamu pada kami, inilah yang kami yakini benar.” Coba saya tanya, siapa yang mengatakan mana kebenaran itu? Apakah itu
sesuatu yang keluar dari hati kita? “Saya tahu yang baik dan yang jahat, saya
tidak perlu mengikuti apa yang dikatakan Tuhan?” Tentu saja tidak! Kebaikan dan kejahatan
ditentukan oleh kekuatan di luar manusia, ditentukan oleh Tuhan. Dalam HukumNya
yang suci dan dalam FirmanNya. Dan kita harus hidup sebagaimana
Yesus hidup, yaitu oleh setiap kata yang keluar dari mulut Tuhan. Hanya dengan
cara itulah kita bisa benar-benar aman dari perdebatan Setan. Jangan berdebat
dengan Setan. Percayalah kepada Alkitab, dan apa yang tertulis di sana, dan
patuhilah Tuhan tanpa berdalih karena jalan Tuhan selalu adalah jalan yang
terbaik.
The Devil wanted
people to think that by getting rid of the Law, you would be truly free, you would be emancipated and you would
be able to choose your own ethical lifestyle. Let me ask you, has it worked out
very well? Just look at the world. Wars, and rumors of wars, corruption, thefts,
kidnapping, murders. What is the world like without the Word of God? The Devil wants to get rid of the Law, and any church
or any theologian that says the Law was nailed to the cross, that we are not
under law, we are under the grace so God
doesn’t expect us to keep the Law, is simply repeating the deceptions that
Satan spoke in the garden of Eden: “You will not surely
die but you will be like God, knowing good and evil.”
Setan mau manusia berpikir bahwa dengan menyingkirkan Hukum [Tuhan],
manusia akan menjadi benar-benar bebas, kita akan dimerdekakan, dan kita akan
bisa memilih etika gaya hidup kita sendiri. Coba saya tanya, apakah hasilnya
selama ini bagus? Lihat saja ke dunia kita. Perang, berita perang, korupsi,
pencurian, penyanderaan, pembunuhan. Bagaimana modelnya dunia ini tanpa Firman
Tuhan? Setan ingin menyingkirkan Hukum, dan gereja mana pun atau theolog siapa pun yang berkata bahwa
Hukum sudah dipakukan di kayu salib, bahwa kita tidak lagi berada di bawah
hukum kita berada di bawah kasih karunia, sehingga Tuhan tidak lagi
menginginkan kita mematuhi HukumNya, semata-mata sedang mengulangi kebohongan
yang diucapkan Setan di taman Eden, “Sekali-kali kamu tidak akan mati... kamu akan menjadi seperti Allah,
tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
So the short of it,
folks, is, that our only hope of life is found outside of us, in Jesus Christ
who came and died for our sins. And our only hope of knowing what is good and
what is evil is also outside of us in God’s holy Law and in God’s holy Word.
Jadi kesimpulannya, Saudara-saudara, satu-satunya harapan kita untuk
mendapatkan hidup adalah di luar diri kita, di dalam Yesus Kristus, yang datang
dan mati untuk dosa-dosa kita. Dan satu-satunya harapan untuk mengetahui mana
yang baik dan mana yang jahat juga berada di luar diri kita, yaitu di dalam
Hukum Tuhan yang suci dan di dalam Firman Tuhan yang suci.
I pray to God that we
will live the way that Jesus lived. Everytime that the Devil came to Jesus,
Jesus didn’t argue with him. Jesus didn’t say, “I think this” or “I think
that”. Jesus simply said, “Man shall not live by bread alone, but he
shall live by every word that proceeds out of the mouth of God.”
Saya berdoa kepada Tuhan bahwa kita bisa hidup sebagaimana cara Yesus
hidup. Setiap kali Setan datang kepada Yesus, Yesus tidak membantahnya. Yesus
tidak berkata, “Menurut saya begini” atau “menurut saya begitu.” Yesus cukup
berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah.” [Mat 4:4]
19 11 2013
No comments:
Post a Comment