Wednesday, January 27, 2016

EPISODE 3 ~ HIS WAY IS IN THE SANCTUARY ~ STEPHEN BOHR

HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 3/32 - Stephen Bohr
LIFE AND DEATH IN THE SANCTUARY


Dibuka dengan doa


The title of our study today is “LIFE AND DEATH IN THE SANCTUARY.”  And I’d like to begin by reading a couple of verses that we find in Genesis 1:26-27. This passage is very well known undoubtedly by all of us. It’s speaking about the creation of our first parents, Adam and Eve. It says there in Genesis 1:26-27  Then God said, ‘Let Us make man in Our image, according to Our likeness; let them have dominion over the fish of the sea, over the birds of the air, and over the cattle, over all the earth and over every creeping thing that creeps on the earth.’  So God created man in His own image; in the image of God He created him; male and female He created them.”
In these verses we find, as I mentioned before, the creation of Adam and Eve in a perfect world. The Bible tells us that they were created in God’s image and likeness. At this time there was no sin in the world. And therefore there was also no death. In fact, the Bible makes it clear that it was God’s plan that Adam and Eve and the human race live forever. It was never God’s plan that anyone on this planet should die. God’s plan meant that man should reflect His image and likeness and live forever.

Judul pelajaran kita hari ini adalah “KEHIDUPAN DAN KEMATIAN DI DALAM BAIT SUCI.” Dan saya ingin mengawalinya dengan membacakan dua  ayat yang kita temui di Kejadian 1:26-27. Tidak diragukan lagi ayat-ayat ini sudah pasti sangat  kita kenal. Ayat-ayat ini berbicara mengenai penciptaan orangtua kita yang pertama, Adam dan Hawa. Dikatakan di Kejadian 1:26-27  Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Seperti yang saya katakan, di ayat-ayat ini kita dapati kisah penciptaan Adam dan Hawa di dunia yang sempurna. Alkitab berkata bahwa mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Pada waktu itu, tidak ada dosa di dunia ini. Dengan demikian juga tidak ada kematian. Malah, Alkitab menggambarkannya begitu jelas bahwa rencana Tuhan sesungguhnya adalah agar Adam dan Hawa dan seluruh umat manusia, boleh hidup selamanya. Tuhan tidak merencanakan siapa pun di planet ini untuk mati. Maksud rencana Tuhan adalah manusia memantulkan gambar dan rupaNya, dan hidup untuk selamanya.


But man was not going to live forever because he had some type of immortal soul. The Bible makes it very, very clear that there was a secret to the perpetuation of man’s life. You see, God placed in the garden of Eden a certain tree, it’s called the Tree of Life. Let’s read about that tree in Genesis 2:9. It says there  And out of the ground the Lord God made every tree grow that is pleasant to the sight and good for food...”  and now notice,   “... The tree of life was also in the midst of the garden, and the Tree of the Knowledge of Good and Evil.”

Tetapi manusia tidak hidup selamanya karena dia memiliki jiwa yang baka/kekal/tidak bisa mati. Alkitab telah menjelaskannya dengan sangat jelas bahwa ada suatu rahasia yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia. Kalian tahu, Tuhan telah menempatkan sebuah pohon tertentu di taman Eden, yang disebut Pohon Kehidupan. Marilah kita baca mengenai pohon itu di Kejadian 2:9. Dikatakan di sana: Dan dari dalam tanah TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon yang indah dipandang dan yang baik untuk dimakan buahnya...” sekarang perhatikan, “...dan pohon kehidupan juga ada di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. [NKJV yang diindonesiakan]


We’ll come to that second tree in a few moments.
But you notice it says here, that The tree of life was also in the midst of the garden”.  Now the Bible makes it very clear that in order for Adam and Eve to continue living, they had to continue eating from the Tree of Life. In other words, they did not have some immortal soul inside that would cause them to live forever. Their source of life was not inside, their source of life was outside in a tree. I want you to imagine the Tree of Life kind of like a battery charger. And Adam and Eve would have to come on a regular basis probably monthly, (and I’ll mention in a minute why)  they would have to come and they would have to partake of the Tree of Life and in this way their “batteries” would be charged.
You say, “How do you say every month?”  Well, simply because in Revelation 22:1-2, when everything is restored, we are told that the Tree of Life produces its fruit every month. And so the Bible seems to indicate that on a monthly basis, Adam and Eve had to go to the Tree of Life, to partake of this source of life, to recharge their batteries or to recharge their energies.

Kita akan membicarakan pohon yang kedua nanti.
Tetapi perhatikan, di sini dikatakan bahwa pohon kehidupan juga ada di tengah-tengah taman itu.” Alkitab juga sangat jelas menyatakan bahwa agar Adam dan Hawa boleh hidup terus, mereka harus terus makan dari Pohon Kehidupan ini. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki jiwa yang kekal yang memungkinkan mereka hidup selamanya. Sumber hidup mereka tidak berada di dalam diri mereka. Sumber hidup mereka ada di luar, yaitu ada pada sebuah pohon. Saya ingin kalian membayangkan Pohon Kehidupan ini sebagai semacam charger baterai. Dan Adam dan Hawa harus datang secara teratur, besar kemungkinannya setiap bulan, (dan nanti akan saya berikan alasannya mengapa), mereka harus datang dan mereka harus makan dari Pohon Kehidupan ini, dan dengan cara ini “baterai” mereka akan diisi.
Kalian bertanya, “Mengapa Anda berkata setiap bulan?” Semata-mata karena di kitab Wahyu 22:1-2, pada saat segala sesuatu sudah dipulihkan, kita diberitahu bahwa Pohon Kehidupan ini mengeluarkan buahnya setiap bulan. Maka Alkitab sepertinya memberikan indikasi bahwa setiap bulan, Adam dan Hawa harus datang ke Pohon Kehidupan untuk makan dari sumber hidup ini, agar “baterai” mereka atau enerji mereka boleh diisi.


I’d like to read a couple of statements, both written by Ellen White where she made some remarks about the Tree of Life. In the book Healthful Living, page 45, we find this significant statement: “The Tree of Life possessed the power to perpetuate life...” and we know that  because God had to cast Adam and Eve out of the garden so that they would not continue eating of the tree and live forever. So the tree had virtue, it had life giving virtue. And so it says,   “The Tree of Life possessed the power to perpetuate life, and as long as they ...”  that is Adam and Eve,  “... ate of it, they could not die. The lives of the anti-diluvians...”  that is those who lived before the flood,  “... were protracted because of the life-giving power of this tree, which was transmitted to them from Adam and Eve.” And the Bible tells us that the people who lived before the Flood, some of them lived to be 930, 962, 969 years old, because they had a human body that was closest to the energy that Adam and Eve had received from the hands of the Creator.

Saya ingin membacakan dua pernyataan, keduanya ditulis oleh Ellen White di mana dia memberikan beberapa komentar mengenai Pohon Kehidupan ini. Di dalam bukunya Healthful Living halaman 45, kita temukan pernyataan yang berarti ini: “Pohon Kehidupan memiliki kuasa untuk melanjutkan hidup...” Dan kita tahu Tuhan telah mengusir Adam dan Hawa keluar dari taman Eden agar mereka tidak terus makan dari pohon itu dan hidup selamanya. Jadi, pohon itu memiliki kemampuan, yaitu kemampuan memberi hidup. Jadi dikatakan, “Pohon Kehidupan memiliki kuasa untuk melanjutkan hidup, dan selama mereka...”  maksudnya Adam dan Hawa, “...makan dari pohon itu, mereka tidak akan mati. Hidup manusia anti-diluvian...”   yaitu mereka yang hidup sebelum Air Bah,  “... sangat panjang karena kuasa pemberi hidup yang dimiliki pohon ini, yang telah diwariskan kepada mereka dari Adam dan Hawa.”  Dan Alkitab bercerita kepada kita bahwa manusia yang hidup di zaman sebelum Air Bah, ada yang hidup hingga usia 930, 962, 969, karena mereka memiliki tubuh yang paling dekat kepada enerji yang telah diterima Adam dan Hawa dari tangan Sang Pencipta.


In Patriarchs and Prophets page 60 we find another significant statement. Patriarchs and Prophets is one of my favorite books. It gives the history of Scripture from the fall of Lucifer in Heaven all the way to the time of the Hebrew monarchi. And this is what this statement says:  “In order to possess an endless existence, man must continue to partake of the Tree of Life. Deprived of this, his vitality would gradually diminish until life should become extinct.”   

Di buku Patriarchs and Prophets (Para Bapak dan Nabi) halaman 60, kita temukan pernyataan lain yang juga berarti. Patriarchs and Prophets adalah salah satu buku kegemaran saya. Buku ini berisikan sejarah Alkitab mulai dari kejatuhan Lucifer di Surga terus hingga ke zaman kerajaan Israel. Dan inilah pernyataan itu: “Manusia harus terus makan dari Pohon Kehidupan untuk memiliki hidup yang tidak berakhir. Hilangnya asupan vitalitas ini sedikit demi sedikit mengurangi hidup hingga akhirnya hidup pun lenyap.”


So the source of life for man was not inside. The source of life for man was outside in God’s tree. Man did not have some immortal soul that would cause him to continue living forever. The Bible tells us that in order to continue living forever, man had to continue eating from the Tree of Life.

Jadi, sumber pemberi hidup kepada manusia tidak ada di dalam dirinya sendiri. Sumber pemberi hidup kepada manusia ada di luarnya, di pohon Tuhan. Manusia tidak memiliki jiwa yang kekal yang akan membuatnya bisa hidup terus menerus selamanya. Alkitab berkata, agar manusia bisa hidup terus, dia harus terus makan dari Pohon Kehidupan.


Now, there was another tree that we read about in the garden. And that tree was the Tree of the Knowledge of Good and Evil.  Let’s read Genesis 2:15-17, it says here:  Then the Lord God took the man and put him in the garden of Eden to tend and keep it.  And the Lord God commanded the man, saying, Of every tree of the garden you may freely eat;  but of the tree of the knowledge of good and evil you shall not eat, for in the day that you eat of it you shall surely die.In Hebrews it says, “you will die by death”, I don’t know of any other way of dying, but God is saying “you will really die if you eat from this tree.”

Nah, kita tadi membaca ada sebuah pohon yang lain di taman Eden. Dan pohon itu adalah Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat. Ayo kita baca di Kejadian 2:15-17, dikatakan di sana: TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.  Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,  tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."  Dalam bahasa Ibraninya dikatakan: “engkau akan mati oleh kematian.” Yah, saya tidak tahu apakah ada cara mati yang lain, tetapi yang dikatakan Tuhan adalah, “engkau benar-benar akan mati jika engkau makan dari pohon ini.”


Now, why did God place this tree in the garden of Eden? Simply so that He could give man freedom of choice. You see, if God had not placed this tree in the garden, man would have only one choice and that is to serve God. But the fact that God put this tree in the garden, showed that God was not only  giving man the potential of either following what God had said, but He was also giving him the potential to say “No” to God and to make a choice contrary to God. In other words, the Tree of Knowledge of Good and Evil clearly showed that God gave man freedom of choice.

Nah, mengapa Tuhan menempatkan pohon itu di taman Eden? Semata-mata agar Dia bisa memberi manusia kebebasan memilih. Kalian lihat, seandainya Tuhan tidak menempatkan pohon ini di dalam taman Eden, manusia hanya akan punya satu pilihan, yaitu melayani Tuhan. Tetapi, dengan menempatkan pohon ini di dalam taman Eden, Tuhan menunjukkan bahwa Dia bukan saja memberi manusia potensi untuk mengikuti apa yang dikatakan Tuhan, tetapi Dia juga memberi manusia potensi untuk berkata “Tidak” kepada Tuhan, dan untuk mengambil pilihan yang bertentangan dengan Tuhan. Dengan kata lain, Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat jelas menunjukkan bahwa Tuhan memberi manusia kebebasan untuk memilih.


Now, it’s very important to realize that God laid down the ground rules. God was the source of ethical decisions. God was the One who said, “Do not eat from the Tree is good, and to eat from the Tree is evil.”  He didn’t tell man, you know,  “Just choose whatever tree you don’t want to eat from, and that’s fine by Me.” God established the rule for ethical decisions.

Nah, adalah sangat penting untuk menyadari bahwa Tuhan-lah yang menentukan peraturan-peraturan dasarnya. Tuhan-lah sumber dari semua peraturan moral. Tuhan-lah yang berkata, “Tidak  makan dari Pohon itu, adalah baik, dan makan dari Pohon itu, adalah jahat.” Tuhan tidak berkata kepada manusia, “Pilih saja pohon mana yang engkau tidak mau makan, itu tidak masalah bagiKu.” Tuhan-lah yang menentukan peraturan moralnya.


Now, there’s something very very important that we find in this one command that God gave Adam and Eve, “Do not eat from the Tree of Knowledge of Good and Evil.” Actually in this one command  were  contained all the principles of the 10 Commandments. Now, let’s read in the book of James 2:10. And I want to show you a very important principle that we find in Scripture.  And I believe that Immanuel read this text in our recent evangelistic series.  It says there in James 2:10  For whoever shall keep the whole law, and yet stumble in one point, he is guilty of...”  what?   “...he is guilty of all.” So in other words, in this one command was actually contained all of the principles of the 10 Commandments. And when Eve decided to eat from the Tree of the Knowledge of Good and Evil, she was actually disobeying all of the principles of God’s 10 Commandments.

Nah, ada keterangan yang amat sangat penting yang kita peroleh dari satu perintah yang diberikan Tuhan kepada Adam dan Hawa: “Jangan makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat.” Sebenarnya dalam satu perintah ini terkandung semua prinsip dari 10 Perintah/10 Hukum Tuhan. Marilah kita membaca dari kitab Yakobus 2:10. Saya ingin menunjukkan kepada kalian suatu prinsip yang sangat penting yang kita temukan dalam Alkitab. Dan saya percaya, Sdr. Immanuel telah membaca teks ini dalam seri evangelis kita. Dikatakan di Yakobus 2:10  Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian daripadanya, ia bersalah terhadap...”  apa?  “... ia bersalah terhadap seluruhnya.”  Jadi dengan kata lain, di dalam satu perintah ini, sebenarnya terkandung semua prinsip dari 10 Perintah. Dan ketika Hawa memutuskan untuk makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat, sebenarnya dia telah melanggar semua prinsip dari 10 Perintah Tuhan.


Let me give you some examples so that you can understand what I mean. When Eve decided to eat from the Tree of the Knowledge of Good and Evil, was she thinking of making herself God? Yes! Because the serpent said to her, “You shall be like...” what?  “... like God.” Was she violating the 1st commandment: “Thou shall have no other gods before me”? Absolutely!

Saya ingin memberikan beberapa contoh supaya kalian bisa memahami apa yang saya maksudkan. Ketika Hawa memutuskan untuk makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat, apakah dia berpikir dia akan menjadikan dirinya Tuhan? Ya! Karena si ular berkata kepadanya, kamu akan menjadi seperti...”  apa?  “...seperti Allah.” Apakah Hawa melanggar perintah yang pertama Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” ? Tentu saja.

What about the 3rd commandment that speaks about taking the name of the Lord God in vain? Was she taking the name of the Lord God in vain?  In fact, she was! Because she actually in the statement that she speaks back to the serpent, she says, “God has told us not to eat from the tree  or to even touch it.”  God had not said that they couldn’t touch the tree, God had said that they could not what? That they could not eat from the tree. She was actually attributing  words to God that God had not spoken. Let me ask you, did Eve dishonor her Creator? Absolutely.

Bagaimana dengan Hukum ke-3 tentang memakai nama Tuhan dengan sembarangan? Apakah Hawa telah memakai nama Tuhan dengan sembarangan? Sesungguhnya, iya! Karena dalam pernyataan yang diucapkannya kepada si ular, dia berkata, Allah berfirman: Jangan kamu makan atau pun raba buah itu...”  Tuhan tidak berkata mereka tidak boleh merabanya, Tuhan berkata mereka tidak boleh apa? Mereka tidak boleh makan dari pohon itu. Hawa telah menempatkan kata-kata yang tidak dikatakan Tuhan sebagai perkataan Tuhan. Coba saya tanya, apakah Hawa sudah melanggar kehormatan Sang Khalik? Tentu saja.


There you have the principle of the 4th Commandment. The 4th Commandment brings attention to the Creator. Did Eve by her sin bring death into the world? Absolutely, because the wages of sin is death.

Di sana juga ada prinsip perintah ke-4. Perintah ke-4 memusatkan perhatian kepada Sang Khalik. Apakah Hawa mendatangkan kematian kepada dunia dengan dosanya? Tentu saja, karena upah dosa ialah maut.


Let me ask you, did she steal when she ate from the Tree? Yes, because the fruit did not belong to her.

Coba saya tanya, apakah dia mencuri ketika dia makan dari Pohon itu? Ya, karena buah itu bukan miliknya.


Did she covet? Yes, the word is actually used there. She coveted the fruit because she thought she could become what?

Apakah Hawa mengingini? Ya, kata itu benar-benar dipakai di sini. Dia mengingini buah itu karena dia menyangka dia bisa menjadi apa?


By the way she also committed spiritual adultery because the Bible compares our relationship with God with marriage.  What happens when we choose another person as our partner other than God?  That is called what? Adultery. So she was violating the 7th commandment by choosing  another lover so to speak who was Satan in this case.

Selain itu, dia juga telah melakukan perzinahan secara rohani karena Alkitab melambangkan hubungan kita dengan Tuhan sebagai hubungan perkawinan. Apa yang terjadi jika kita memilih orang lain sebagai pasangan kita dan bukan Tuhan? Apa namanya itu? Perzinahan! Jadi Hawa juga melanggar perintah ke-7 dengan memilih katakanlah, seorang kekasih yang lain, dalam hal ini Setan.


So in other words, in this one command, was actually encased all of the principles  of the 10 Commandments. By obeying this one command, Adam and  Eve would be obeying all of the Commandments of God.

Jadi dengan kata lain, dalam satu perintah ini, sesungguhnya terangkum semua prinsip 10 PERINTAH. Dengan mematuhi satu perintah ini, berarti Adam dan Hawa mematuhi semua Perintah/Hukum Tuhan.


Now, there’s a very important principle that we need to remember as we examine this story. Turn with me to 1 John 3:4. We read this in our presentation this morning and  we want to read it again and I’m sure that we will read it several times during the seminar. 1 John 3:4, it says there Whoever commits sin also commits lawlessness, and sin is lawlessness” The KJV says “sin is the transgression of the Law”. So let me ask you, was there a law originally in the garden of Eden for Adam and Eve to break? Absolutely. Because sin is transgression of the Law. Adam and Eve could not have sinned unless the Law was there.  Now I want you to notice also that Romans 6:23, the first part of the verse of Romans 6:23 says, “For the wages of sin...” is what?  “The wages of sin is death.”  

Nah, ada satu prinsip yang sangat penting yang perlu kita ingat sementara kita mendalami kisah ini. Mari ke 1 Yohanes 3:4. Ayat ini sudah kita baca pagi tadi dalam presentasi kita, dan kita akan membacanya lagi. Saya yakin ayat ini akan kita baca beberapa kali selama seminar ini. 1 Yoh 3:4, di sini dikatakan: Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Jadi, saya mau bertanya, apakah di Taman Eden aslinya sudah ada hukum yang bisa dilanggar oleh Adam dan Hawa? Sudah pasti. Karena dosa adalah pelanggaran hukum. Adam dan Hawa tidak mungkin berbuat dosa kecuali di sana sudah ada hukum. Sekarang saya mau kalian memperhatikan juga Roma 6:23, bagian pertama dari Roma 6:23 berkata  Sebab upah dosa ialah...” ialah apa?  “... upah dosa ialah maut...”


So I want you to notice the secret. Did God have a command that contained all of the principles of the 10 commandments that He gave to Adam and Eve?  Absolutely. Did He expect Adam and Eve to obey His commandments? Absolutely. When Adam and Eve chose to disobey God’s commandment, what was that? That was sin, which is transgression of the Law. And when they sinned, the Bible says “the wages of sin is...” what?   “...death!”  There could be no death unless there was sin. And there could be no sin unless there was what? Unless there was a law of God. So in other words, in this one command were contained all of the principles of God’s holy Law.

Maka saya mau kalian perhatikan rahasianya. Apakah kepada Adam dan Hawa Tuhan memberikan perintah yang mengandung semua prinsip dari 10 PERINTAHNYA? Tentu saja. Apakah Tuhan berharap Adam dan Hawa mematuhi perintah-perintahNya? Tentu saja. Ketika Adam dan Hawa memilih untuk melanggar perintah Tuhan, itu apa? Itu adalah dosa, dosa adalah pelanggaran hukum. Dan ketika mereka telah berdosa, Alkitab berkata, “upah dosa ialah...”  apa? “...maut!” Tidak akan ada kematian jika tidak ada dosa. Dan tidak akan ada dosa kecuali ada apa? Kecuali ada Hukum Tuhan. Jadi dengan kata lain, dalam satu perintah ini, terkandung semua prinsip dari Hukum Suci Tuhan.


Now, we need to take a look at the original temptation of  Adam and Eve because it mirrors what happened in Heaven when Lucifer decided to sin against God. Turn with me to Genesis 3, and we are going to study in detail  the first 6 verses of Genesis chapter 3. Now, let me say that the devil is a master psychologist. The devil is an expert at playing mind games. In other words he can take error and make it appear just like the truth. He can play tricks on your mind. The only protection that Adam and Eve had, was simply to obey God’s command. As long as they obeyed God’s command, they were saved. But when they started dialoging with Satan, Satan began playing mind games with Eve, and whoever plays mind games with Satan eventually ends up losing.

Sekarang kita perlu menyimak tentang pencobaan yang pertama dari Adam dan Hawa, karena kejadian itu merupakan pantulan bayangan dari apa yang terjadi di Surga ketika Lucifer memutuskan untuk berdosa melawan Tuhan. Mari kita ke Kejadian 3, dan kita akan mempelajari secara mendetail 6 ayat yang pertama dari Kejadian pasal 3.
Sekarang, harus saya katakan bahwa Setan adalah seorang ahlijiwa yang ulung. Setan itu ahli dalam permainan mental. Dengan kata lain dia bisa membuat kesalahan tampak persis seperti kebenaran. Dia bisa mempermainkan pikiran kita. Satu-satunya perlindungan yang dimiliki Adam dan Hawa adalah semata-mata mematuhi perintah Tuhan. Selama mereka mematuhi perintah Tuhan, mereka selamat. Tetapi pada waktu mereka mulai berdialog dengan Setan, Setan mulai mempermainkan pikiran Hawa, dan siapa yang terlibat permainan mental dengan Setan, akhirnya akan kalah.


Now notice Genesis 3:1. What I want you to notice here is that Satan is trying to engage Eve in  conversation. So what  he’s  going to do is,  he is going to misstate something that God said. He is going to misquote God because he knows that Eve would immediately react, so  she would  correct him and say, “No, that’s not exactly what God said.” You know when somebody tells you something that is wrong, what do you do? You’d say, “No, no, no, no, that’s not right,” and you’d correct him.
Genesis 3:1: Now the serpent was more cunning than any beast of the field which the Lord God had made. And he said to the woman, “Has God indeed said, ‘You shall not eat of every tree of the garden’?”  Is the Devil misstating what God has said? Absolutely. God has said, “Don’t eat from this one”, He didn’t say that they couldn’t eat from any tree from the garden. What is the devil trying to do here? He is trying to engage Eve in conversation. He knows the reaction of Eve will be to say, “No, no, no, no, no, now wait a minute, that’s not exactly what God said.” Is that exactly what happens to the story? Absolutely.
Notice Genesis 3:2-3. Eve is now going to correct the misstatement. It says in verse 2:  And the woman said to the serpent...”  She says, “Now, you got it wrong, you  don’t have it exactly right.  “... We may eat the fruit of the trees of the garden...” but now she’s going to add something that the devil brings up, she’s going to add  the consequences that God said were going to come if they ate from the tree.  Notice what she continues saying in verse 3:  “...  but of the fruit of the tree which is in the midst of the garden, God has said, ‘You shall not eat it, nor shall you touch it, lest you die.’”
So what is Eve doing?  She’s correcting the mistake done by Satan, and then secondly, she’s adding an explanation of what God said would be the consequence of them eating from the Tree of the Knowledge of Good and Evil. She said, “God told us, that if we ate from this tree we would surely...”, what?   “... we would surely die.” Now the devil has her exactly where he wants her.

Sekarang perhatikan Kejadian 3:1. Yang perlu kalian perhatikan di sini Setan berusaha melibatkan Hawa dalam suatu percakapan. Jadi apa yang akan dilakukan Setan adalah, dia akan sengaja salah mengutip sesuatu yang dikatakan Tuhan. Dia akan salah mengutip kata-kata Tuhan karena dia tahu Hawa akan segera bereaksi, jadi Hawa akan meralatnya dan berkata, “Tidak, bukan begitu yang dikatakan Tuhan.” Kalian tahu, kan, jika ada orang yang mengatakan sesuatu yang salah, apa yang akan kalian lakukan? Kalian akan berkata, “Tidak, tidak, tidak, tidak, itu salah,” dan kalian akan meralatnya.
Kejadian 3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Bukankah Setan menyimpangkan apa yang dikatakan Tuhan? Tentu saja. Yang dikatakan Tuhan adalah “Jangan makan dari pohon ini.” Tuhan tidak berkata bahwa mereka tidak boleh makan dari pohon mana pun di dalam taman itu. Setan sedang mencoba berbuat apa di sini? Dia sedang mencoba menarik Hawa ke dalam suatu percakapan. Dia tahu, Hawa akan bereaksi dengan berkata, “Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tunggu dulu, itu bukan yang dikatakan Tuhan.” Bukankah demikian yang terjadi di dalam kisah ini? Tentu saja.
Perhatikan Kejadian 3:2-3. Hawa sekarang akan meralat pernyataan yang salah. Dikatakan di ayat 2 ini, Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu...” Hawa berkata, “Kamu salah tangkap, yang kamu katakan itu tidak tepat. "...Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan...” tetapi sekarang Hawa akan menambahkan sesuatu yang disinggung Setan, dia akan menambahkan apa akibatnya menurut Tuhan jika mereka makan dari pohon tersebut. Perhatikan apa kelanjutan kata-kata Hawa di ayat 3: …‘tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.
Jadi apa yang dilakukan Hawa? Dia meralat kesalahan yang dibuat Setan, dan hal kedua, dia menambah penjelasan apa yang dikatakan Tuhan tentang akibatnya jika mereka makan dari Pohon Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat. Kata Hawa, “Tuhan memberitahu kami, bahwa jika kami makan dari pohon itu, kamu benar-benar akan....”  apa?  “…kami benar-benar akan mati.” Sekarang, Setan telah berhasil menempatkan Hawa di posisi yang dikehendakinya.


Notice the first lie that he utters here, the first blatant open lie. In Genesis 3:4  Then the serpent said to the woman, “You will NOT surely die.” What is the serpent saying to the woman?  “You are immortal!” That’s what he’s saying. “You will not surely die.” Now I want you to notice that at this point Eve is suffering what is called cognitive dissonance.  Now let me explain what that means. It simply means that God said one thing, and the serpent said something that is totally opposite.  So she’s off balance. She’s saying, “Now, who could be right? Is God right or is the serpent right?”  

Perhatikan bohong pertama yang diucapkan Setan di sini, terang-terangan suatu bohong tanpa tedeng aling-aling. Di Kejadian 3:4  Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: Sekali-kali kamu TIDAK akan mati. Apa kata ular kepada perempuan itu? “Kamu itu kekal [= baka, tidak bisa mati]!” Itulah yang dikatakannya. "Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Nah, saya mau kalian perhatikan, bahwa pada saat ini Hawa sedang menderita Disonansi Kognitif [= bingung karena ada konflik pendapat]. Biar saya jelaskan apa maksudnya. Maksud sederhananya, Tuhan mengatakan satu hal, dan ular mengatakan hal yang lain yang sama sekali bertolak belakang. Jadi Hawa kehilangan keseimbangannya, bingung. Katanya, “Siapa yang benar? Apakah Tuhan yang benar, atau ular yang benar?”


In other words, Satan is planting a question in Eve’s mind based on what he says. When he says, “You will not surely die” he knows that the next thought of Eve would be, “then if we are not going to die, why did God say we were going to die?”  Are you with me?  Is the devil playing mind games here? He most certainly is. You cannot argue with the devil. You can’t reason with the devil, he’ll beat you everytime. What Eve should have said is, “Yeah, you know, you appear to be right, what you are saying it makes sense, it is logical, but we live by every word that proceeds out of the mouth of God. We simply obey what God says, we obey God’s words.” That was their only safety.

Dengan kata lain, lewat apa yang dikatakannya, Setan menanamkan pertanyaan dalam benak Hawa. Ketika Setan berkata, "Sekali-kali kamu tidak akan mati,” dia tahu  yang akan dipikirkan Hawa berikutnya adalah, “jika kami tidak akan mati, mengapa Tuhan bilang kami akan mati?  Kalian paham?  Apakah Setan sedang mempermainkan pikiran di sini? Tentu saja. Kita tidak bisa berbantahan dengan Setan. Kita tidak bisa berdebat dengan Setan, dia akan mengalahkan kita setiap kali. Apa yang seharusnya dikatakan Hawa adalah, “Ya, sepertinya kamu benar, apa yang kamu katakan itu masuk akal, logis, tetapi kami hidup oleh setiap kata yang keluar dari mulut Tuhan. Kami semata-mata mematuhi apa kata Tuhan, kami mematuhi kata-kata Tuhan.” Itulah jalan yang paling aman.


Now I want you to notice that the devil planted a thought in the mind of Eve, a question. And that is: well, God says that we are going to die, the serpent says we are not going to die. Now, if we are not going to die what ulterior motive would God have for telling us that we were going to die?
Let me ask you, did the devil have an answer to the question that he planted in Eve’s mind?  See, this is all a mind game. The devil is playing games with her reasoning powers. And when she tries to listen to the reasons of the devil, she’s lost. She should have fled from the tree.

Sekarang, saya mau kalian perhatikan bahwa Setan telah menanamkan suatu pikiran dalam benak Hawa, suatu pertanyaan, dan pertanyaan itu adalah: Nah, Tuhan berkata kami akan mati, tetapi ular berkata kami tidak akan mati. Sekarang, jika kami memang tidak akan mati, apa motivasi Tuhan yang tersembunyi dengan memberitahu kami bahwa kami akan mati?
Coba saya tanya, apakah Setan sudah mempunyai jawaban kepada pertanyaan yang ditanamkannya di benak Hawa? Kalian lihat, semua ini adalah permainan mental. Setan sedang mempermainkan kemampuan nalar Hawa. Dan ketika Hawa mencoba mendengarkan penjelasan Setan, dia sudah terjebak. Seharusnya Hawa lari dari pohon tersebut.

Now I want you to notice what the devil has to say to her in Genesis 3:5. The devil was saying, “Ha-ha, so you want to know why God told you that you were going to die if you are not going to really die, right, you want to know heh, Eve?” And Eve says, “Yea, tell me about it!” In verse 5 the devil tells her about it: For God knows....” hah, the Devil is saying,  God knows something that He doesn’t want you to know!  “... God knows that in the day you eat of it, your...” what?    “... your eyes will be opened...”    What is       he saying?  “God wants you to be...”  what?  “He wants you to be blind! There is some valuable information that God is hiding from you. He wants you to be blind. He wants blind service, He wants blind submission simply because He says so.”  So it says,    “For God knows that in the day you eat of it, your eyes will be opened...” and what is the next phrase?  “... and you will be like God...”   We studied that this morning, right? What did Lucifer say  in Heaven?  “I will be like the Most High.” Now he says, “You will be like...”  what?  “you will be like God.”

Sekarang, saya mau kalian perhatikan apa yang dikatakan Setan di Kejadian 3:5. Setan berkata, “Ha-ha, jadi kamu mau tahu mengapa Tuhan mengatakan kepadamu, kamu akan mati walaupun kamu memang tidak akan mati, betul kan? Kamu ingin tahu, kan, Hawa?” Dan Hawa berkata, “Ya, katakan kepadaku!” Di ayat 5, Setan mengatakan kepadanya:  tetapi Allah mengetahui...” hah, Setan berkata, Tuhan tahu sesuatu yang Dia tidak mau kamu tahu! “...Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya...”   apa?   “...matamu akan terbuka...”   Apa yang dikatakannya? “Tuhan mau kamu menjadi apa? Dia mau kamu menjadi buta! Ada informasi berharga yang sedang Tuhan sembunyikan dari kamu. Tuhan mau kamu buta. Tuhan mau pelayanan buta, Dia mau penurutan buta, semata-mata karena Dia berkata begitu.” Jadi, dikatakan ...Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka...” Dan apa kata-kata berikutnya? “...dan kamu akan menjadi seperti Allah...”  Tadi pagi kita sudah mempelajarinya, bukan? Apa kata Lucifer sewaktu di Surga? “Aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!” Sekarang dia berkata, kamu akan menjadi seperti...”  apa?  “... kamu akan menjadi seperti Allah”


Now I want you to notice something very important. The devil is not saying that she’s going to be like God in every sense of the word. He’s saying that Eve is going to be like God in a certain restricted sense. In what sense? Let’s finish reading the verse. “For God knows that in the day you eat of it, your eyes will be opened and you will be like God...”  what?    “... knowing good and evil.”

Sekarang saya mau kalian perhatikan sesuatu yang sangat penting. Setan tidak berkata bahwa Hawa akan menjadi seperti Tuhan 100%. Dia berkata bahwa Hawa akan menjadi seperti Tuhan dalam batas tertentu. Batas apa? Mari kita selesaikan membaca kalimatnya: tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah...” bagaimana?   “...tahu tentang yang baik dan yang jahat.”


Let me ask you, who is the source of what is right and what is wrong?  Who establishes the standard of what is right and what is wrong? God does, outside of us. God says, “Don’t eat from the tree, because if you eat from the tree that’s evil. Good means not eating, evil means eating from the tree.” God laid down the rule. And of course in that rule it contains all of the principles of the 10 Commandments.

Coba saya tanya, siapakah sumber dari apa yang benar dan apa yang salah? Siapa yang menentukan standar mana yang benar dan mana yang salah? Tuhan! Di luar kita. Tuhan berkata, “Jangan makan dari pohon itu, karena jika kamu makan dari pohon itu, itu adalah jahat. Baik artinya tidak makan. Jahat artinya makan dari pohon itu.” Tuhan yang menentukan peraturannya. Dan tentu saja dalam peraturan itu terkandung semua prinsip dari 10 PERINTAH.


Now I want you to notice that the source of  ethical decision is not within Eve, it is outside of Eve. But what is the devil telling Eve? He’s saying, “Listen, you can be like God, knowing what is good and what is evil without having to depend on God to tell you what is good and what is evil.”  Do you know this is the first post-modern individual                 in the history of the world?
The ideas of the Emerging Church*) go all the way back to the garden of Eden. The idea that you can be like God, in the sense that you can decide what is good and what is evil, what is right and what is wrong,  without recurring to God’s objective Law  and  His Word, but rather your own heart will tell you what is right and what is wrong. Is that the same thing that Lucifer argued in Heaven  to the angels?

Sekarang, saya mau kalian perhatikan bahwa sumber dari ketentuan etika tidak terdapat di dalam Hawa, tetapi di luar Hawa. Tetapi apakah yang dikatakan Setan kepada Hawa? Dia berkata, “Dengarkan, kamu bisa menjadi seperti Tuhan, tahu apa yang baik dan apa yang jahat tanpa bergantung pada Tuhan untuk memberitahumu apa yang baik dan apa yang jahat.” Tahukah kalian ini adalah indivu pasca-modern yang pertama dalam sejarah dunia?
Pendapat-pendapat Emerging Church*) semuanya berasal dari taman Eden. Pendapat bahwa kita bisa menjadi seperti Tuhan, dalam arti kita bisa memutuskan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang benar dan mana yang salah, tanpa mengacu kepada Hukum Tuhan yang obyektif dan FirmanNya, melainkan berdasarkan hati kita sendiri yang memberitahu kita mana yang benar dan mana yang salah, bukankah itu hal yang sama yang diperdebatkan Lucifer di Surga kepada para malaikat?

*) The Emerging church adalah gerakan yang dimulai akhir abad ke-20, oleh pengikut-pengikut gereja-gereja Protestan dan Katolik, yang melanggar banyak etika dan ajaran Kekristenan.


Remember that statement that I read from the Great Controversy page 499 this morning? Is that the angels needed no law but their own heart could show them what was right and what was wrong.  He is saying the same thing to Eve. He is saying, “You can be immortal if you eat from this tree, and you can be your own source of your ethical decisions, you don’t have to depend on God telling you this is good and this is evil. No, you can decide that for yourself. You don’t have to render blind service to God, you can be the source of your own ethical decisions.

Masih ingat pernyataan yang saya baca dari the Great Controversy [Kemenangan Akhir] hal 499 tadi pagi? Yaitu bahwa malaikat tidak membutuhkan hukum apa pun, selain hati mereka sendiri yang sanggup menunjukkan kepada mereka apa yang benar dan apa yang salah. Setan mengatakan hal yang sama kepada Hawa. Setan berkata, “Kamu bisa menjadi kekal [baka = tidak bisa mati] jika kamu makan dari pohon ini, dan kamu bisa menjadi sumber keputusan-keputusan etikamu sendiri, kamu tidak perlu bergantung pada Tuhan untuk memberitahu kamu ini baik dan itu jahat. Tidak, kamu bisa memutuskan sendiri. Kamu tidak perlu melayani Tuhan secara buta, kamu bisa menjadi sumber keputusan-keputusan etikamu sendiri.


In fact the devil has been insinuating something even greater than this.  And you have to kind of read between the lines to see it. But what Satan is really saying is, “Eve, some times in the past, I ate from this tree and when I ate from this tree... or rather some times in the past God ate from this tree, and when God ate from this tree, He got this marvelous powers of  immortality, and these marvelous powers to distinguish between good and evil.  But after God ate from the tree, He didn’t want anybody else to have this capacity. And so what He did after this was intimidate everyone and tell them, ‘Hei, don’t eat from the tree because you’re going to die.’ But God actually knew in His heart,according to Satan, that if other people ate, He would have rivals around  because they would have the same powers that He has. Are you  understanding  what the devil is saying here? It was an almost overmastering delusion that we have here.

Malah sebenarnya yang disindir Setan lebih dalam daripada ini. Dan kita harus membaca apa yang tersirat untuk mengenalinya. Apa yang dikatakan Setan sebenarnya adalah ini, “Hawa, di waktu yang lampau, saya pernah makan dari pohon ini... atau di masa lampau Tuhan telah makan dari pohon ini, dan ketika Tuhan makan dari pohon ini, Dia menerima kuasa istimewa yaitu kekekalanNya, dan kuasa istimewa untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat. Tetapi, setelah Tuhan makan dari pohon itu, Dia tidak mau orang lain memiliki kemampuan tersebut. Maka apa yang dilakukanNya adalah mengintimidasi semua orang dengan berkata kepada mereka, ‘Hei, jangan makan dari pohon itu karena kamu akan mati.’ Tetapi, menurut Setan, sebetulnya Tuhan tahu di dalam hatiNya, jika orang lain ikut makan dari pohon itu, Tuhan nanti akan mendapat banyak saingan karena mereka akan memiliki kuasa yang sama dengan Tuhan. Apakah kalian mengerti apa yang dikatakan Setan di sini? Inilah suatu penipuan yang nyaris bisa menaklukkan semua.


Of course the Bible tells us that Adam and Eve ate from the tree. Genesis 3:6, it says here:    “So when the woman saw that the tree was good for food...”  I want you to notice how her senses were involved,   when she saw that the tree was good for food,  “... that it was pleasant to the eyes, and a tree desirable to make one wise...”  let me ask you, wise in what sense?   “... desirable to make one wise...”  What did the devil say? Wise in what sense? In deciding what is good and evil for yourself!   “... to make one wise...” it says,    “... she took of its fruit and ate. She also gave to her husband with her, and he ate.”  Do you understand what is going on here?

Tentu saja Alkitab memberitahu kita bahwa Adam dan Hawa makan dari pohon itu. Kejadian 3:6 berkata: Jadi ketika perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan...”  saya ingin kalian memperhatikan bahwa inderanya ikut terlibat, ketika Hawa melihat bahwa pohon itu baik untu dimakan, “...dan menyenangkan kelihatannya, dan pohon yang didambakan karena membuat orang bijak...” Coba saya tanya, “bijak”  dalam hal apa?  “...yang didambakan karena membuat orang bijak...” Apa yang dikatakan Setan? Bijak dalam hal apa? Dalam memutuskan untuk dirimu sendiri mana yang baik dan mana yang jahat.  “...membuat orang bijak...”  katanya, “...Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.” Apa kalian mengerti apa yang terjadi di sini?


And so now Adam and Eve have sinned. They have lost ~ so to speak ~ their spiritual robe of righteousness. And because they have lost their spiritual robe of righteousness, something  happens to them now. Notice Genesis 3:7. Here we find the first consequence of Adam and Eve’s sin. It says,    Then the eyes of both of them were opened, and they knew that they were naked...”   you see before this they were covered  with the robe of light, no artificial garments. But now the robe of light disappeared. They lost their robe of  spiritual righteousness first, and as a result they lost their literal robe of light.  And so it says,  Then the eyes of both of them were opened, and they knew that they were naked, and they sewed fig leaves together and made themselves coverings.” How did Adam and Eve try to solve the problem of their nakedness?  They made themselves coverings made out of what? Fig leaves.

Maka sekarang Adam dan Hawa telah berbuat dosa. Mereka kehilangan ~ katakanlah ~ jubah kebenaran spiritual mereka. Dan karena mereka telah kehilangan jubah kebenaran spiritual mereka, sesuatu sekarang terjadi pada mareka. Perhatikan Kejadian 3:7. Di sini kita temukan akibat pertama dari dosa Adam dan Hawa. Dikatakan, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang...” Perhatikan, sebelum ini mereka tertutup oleh suatu jubah cahaya, bukan pakaian buatan. Tetapi sekarang jubah cahaya itu lenyap. Pertama mereka kehilangan jubah kebenaran spiritualnya, dan sebagai akibatnya, mereka kehilangan cahaya yang adalah jubah fisik mereka. Maka dikatakan, “..Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang, lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Bagaimana Adam dan Hawa mencoba menangani masalah ketelanjangan mereka? Mereka membuat penutup dari apa? Dari daun ara.


Now what does the fig leave garment represent? The context tells us that they represent the excuses that Adam and Eve offered for their sin. Now let’s notice Genesis 3:12, 13.      God comes and He says to Adam, “What have you done?”  Notice the answer:  “Then the man said, ‘The woman whom You gave to be with me, she gave me of the tree, and I ate.  What is he trying to do? What is he trying to do? He’s trying to pass the buck,       he’s offering excuses for his sin. And then God comes to Eve, in verse 13: “... And the Lord God said to the woman, ‘What is this you have done? The woman said, ‘The serpent deceived me, and I ate. You see, the fig leaves are the excuses that Adam and Eve offerred for their sins.  They are trying to justify their sin. But do you know what’s interesting?  Even after they have covered themselves with the fig leaves, God comes in the garden and  He searches for them, and He says, “Adam, where are you? Eve, where are you?”  And the man ~ they are covered with the fig leaves at this time ~ and the man says  “O, we hid in the midst of the trees in the garden because we are naked.”

Nah, daun ara itu melambangkan apa? Konteks cerita itu memberitahu kita bahwa daun-daun ara itu melambangkan alasan-alasan yang diberikan Adam dan Hawa untuk dosa mereka. Sekarang, perhatikan Kejadian 3:12, 13. Tuhan datang dan Dia berkata kepada Adam, “Apa yang telah kamu buat?”  Perhatikan jawaban Adam: Manusia itu menjawab: Perempuan yang Kauberikan kepadaku untuk mendampingi aku, dialah yang memberi buah pohon itu kepadaku, dan kumakan.Adam berusaha untuk apa? Dia mencoba apa? Dia mencoba melemparkan tanggung jawab, dia mengemukakan alasan untuk dosanya. Lalu Tuhan datang kepada Hawa, di ayat 13: Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: Apakah yang telah kauperbuat ini? Jawab perempuan itu: Ular itu yang memperdayakan aku, dan kumakan. Kalian lihat, daun-daun ara itu adalah alasan-alasan yang diajukan Adam dan Hawa untuk dosa mereka. Mereka berusaha membenarkan dosa mereka. Tapi tahukah kalian apa yang menarik di sini? Walaupun setelah mereka menutupi diri dengan daun-daun ara, Tuhan datang ke taman dan Dia mencari mereka, dan Dia berkata, “Adam, di mana kamu? Hawa di mana kamu?” Dan laki-laki itu ~ yang pada waktu itu sudah tertutup oleh daun-daun ara ~ dan laki-laki itu berkata, “Oh, kami bersembunyi di antara pepohonan di taman karena kami telanjang.”

What nakedness are we talking about here?  It’s not only physical nakedness. The physical nakedness came as a result of  losing their spiritual robe of righteousness.  And do you know what else? Because they lost their spiritual robe of righteousness, they lost their physical robe of light which covered them and ultimately they are going to suffer their ultimate nakedness  which the apostle Paul calls “death.” If you will go to 2 Corinthians chapter 5, the apostle  Paul compares death with nakedness. That is the ultimate nakedness, but there is a sequence: you have first of all a spiritual nakedness : sin; and then you have physical nakedness: the robe of light leaves; and then the consequence of that is ultimate nakedness which is death.

Ketelanjangan apa yang kita bicarakan di sini? Bukan hanya ketelanjangan secara fisik. Ketelanjangann fisik timbul sebagai akibat hilangnya jubah kebenaran spiritual mereka. Dan tahukah kalian selain itu apa lagi? Karena mereka telah kehilangan jubah kebenaran spiritual mereka, mereka kehilangan cahaya yang adalah jubah fisik mereka yang menutupi mereka, dan akhirnya mereka akan menderita ketelanjangan tingkat tertinggi, yang disebut rasul Paulus sebagai “kematian”.  Mari  ke 2 Korintus pasal 5 bersama saya, rasul Paulus membandingkan kematian dengan ketelanjangan. Inilah ketelanjangan tingkat tertinggi. Tetapi ada urutannya: Pertama-tama kita mengalami ketelanjangan spiritual: yaitu dosa. Lalu kita mengalami ketelanjangan fisik: hilangnya jubah cahaya. Kemudian, akibat dari hal itu adalah ketelanjangan tingkat tertinggi, yaitu kematian.


And so Adam and Eve are standing in the garden, they are shaking. They are saying, God gave us His Law and we transgressed His law, we have committed sin and the wages of sin is death,  we lost our spiritual robe of righteousness, we’ve lost our physical robe of light and now the only thing that awaits  us is physical ultimate nakedness, which is death. And when they are shaking, God makes this beautiful gospel promise.

Maka Adam dan Hawa sedang berdiri di taman dengan gemetar. Mereka berkata, Tuhan telah memberikan kepada kita HukumNya, dan kita telah melanggarNya, kita telah berbuat dosa dan upah dosa ialah maut, kita telah kehilangan jubah spiritual kita yaitu kebenaran kita, kita telah kehilangan jubah fisik kita yaitu cahaya kita, dan satu-satunya yang menanti kita adalah ketelanjangan tingkat tertinggi, yaitu kematian. Dan sementara mereka gemetaran, Tuhan memberikan janji injil yang indah ini.


In Genesis 3:15, my favorite verse in the whole Bible. In fact I did a series of 52 1-hour lectures primarily  on  Genesis 3:15, how this verse is developed throughout the whole scripture.
It says there in Genesis 3:15, and God is speaking here to the serpent who has deceived Eve, and has used Eve to lead Adam into sin:   “And I will put enmity between you and the woman, and  between your seed and her Seed...”  See, this is a woman who is going to have a Seed or a Descendant. And then notice the end result:      “... He shall bruise...” or as other version says, “... he shall crushed your head, And you shall bruise His heel.”  Do you know what God is saying?  God is saying, “I’m going to send a Seed to this world born of a woman. And that Seed of the woman is going to do battle with you. In the process of the battle, the Seed of the woman is going to be wounded by you, you are going to cause Him pain on His heel, but when you have hurt His heel, His foot is going to come down and He is going to crush your head.”

Di Kejadian 3:15, ayat favorit saya di seluruh Alkitab ~ malah saya telah membuat 52 episode pelajaran 1 jam terutama mengenai Kejadian 3:15 ini, bagaimana ayat ini berkembang di seluruh Alkitab.
Dikatakan di Kejadian 3:15, dan saat itu Tuhan berbicara kepada si ular yang telah menipu Hawa, dan memanfaatkan Hawa untuk membujuk Adam berbuat dosa.  Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benihmu dan Benihnya...” Lihat, ini adalah perempuan yang akan mempunyai Benih atau Keturunan. Sekarang perhatikan akibat akhirnya:   “... Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan mememarkan tumitNya.” [NKJV yang diindonesiakan]. Tahukah Anda apa yang dikatakan Tuhan di sini? Tuhan berkata, “Aku akan mengirim satu Benih ke dunia ini, yang dilahirkan oleh seorang perempuan. Dan Benih dari perempuan itu akan berperang dengan kamu [si ular]. Dalam proses peperangan itu, Benih perempuan itu akan dilukai olehmu, kamu akan mengakibatkan tumitNya sakit. Tetapi setelah kamu menyakiti tumitNya, kakiNya akan menginjakmu dan Dia akan meremukkan kepalamu.”


This is the first gospel promise of Scripture. It is the promise of the coming of the Messiah, born of a woman according to Galatians 4:4. When Adam and Eve were shaking in their bare feet because they probably didn’t have anything on their feet, when they were shaking, thinking that they were going to die, they were going to suffer ultimate  nakedness, God in their hearing challenges the serpent and says, “I am going to send a Seed that will crush the head of the serpent who has led you into sin.”

Inilah janji injil yang pertama di dalam Alkitab. Inilah janji datangnya seorang Mesias, yang dilahirkan oleh seorang perempuan, menurut Galatia 4:4. Ketika Adam dan Hawa sedang berdiri gemetaran dengan kaki telanjang, karena kemungkinan besar mereka tidak mengenakan apa-apa di kaki mereka; ketika mereka sedang gemetaran, mengira mereka akan mati, mereka akan menderita ketelanjangan tingkat teringgi, maka di depan pendengaran mereka, Tuhan menantang si ular dan berkata, “Aku akan mengirim seorang Benih yang akan meremukkan kepala ular yang telah menyebabkan kalian berdosa.”


I want you to notice Genesis 3:19, after giving this beautiful promise, God says to Adam and Eve, “Because you have lost your spiritual robe of righteousness, and because you’ve lost your physical robe of light, you are going to suffer ultimate death, ultimate nakedness.”  Notice Genesis 3:19, God is speaking to Adam and He says:  In the sweat of your face you shall eat bread till you return to the ground, for out of it you were taken; For dust you are, and to dust you shall...” what?  “... you shall return.”  Now, that sounds pretty final: dust you are, and to dust you shall return.”  Well, you see, we need to read two verses further down where God offers Adam and Eve, hope.

Saya mau kalian memperhatikan Kejadian 3:19. Setelah Tuhan memberikan janji yang sangat indah ini, Dia berkata kepada Adam dan Hawa, “Karena kamu telah kehilangan jubah spiritual kebenaranmu, dan karena kamu telah kehilangan jubah fisik cahayamu, kamu akan mengalami kematian tingkat yang tertinggi, ketelanjangan tingkat tertinggi.” Perhatikan Kejadian 3:19. Tuhan berbicara kepada Adam dan Dia berkata, “...dengan berpeluh di wajahmu engkau akan makan makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan...” apa?  “...engkau akan kembali menjadi debu.”  Ini terdengar sangat tidak ada harapan lagi: engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” Tapi, kita perlu membaca dua ayat lagi di bawah ini, di mana Tuhan menawarkan harapan kepada Adam dan Hawa.


Did you notice that in Genesis 2:15-17 we were told that the very day Adam and Eve ate from the tree they would suffer ultimate nakedness? Spiritual nakedness would lead to physical nakedness,  would lead to ultimate nakedness. God said, “the very day  that you eat of the tree, you will surely die!” But Adam and Eve did not die that very day. God was talking about the final death  from which there is no  resurrection. The question is, WHY DID THEY NOT DIE THAT DAY?

Apakah kalian perhatikan di Kejadian 2:15-17 kita mendapat tahu bahwa pada hari Adam dan Hawa makan dari pohon itu mereka akan mengalami ketelanjangan tingkat tertinggi? Ketelanjangan spiritual akan mengakibatkan ketelanjangan fisik, yang akan mengakibatkan ketelanjangan tingkat tertinggi. Tuhan berkata, ... pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Tetapi Adam dan Hawa tidak mati hari itu. Yang dibicarakan Tuhan adalah kematian terakhir yang tidak akan dibangkitkan lagi. Pertanyaannya adalah, MENGAPA MEREKA TIDAK MATI PADA HARI ITU?


Go with me to Genesis 3:21. Here’s where the Sanctuary comes in. You see, on the very day that Adam and Eve sinned,  there was a sacrifice made to cover the shame of their nakedness. Notice Genesis 3:21  Also for Adam and his wife the Lord God made...”  who made?  He made them for Adam and Eve, it says “the Lord God made tunics of polyester.” No, that’s not what it says. “...tunics of cotton.” No.  “...tunics of linen.” No. It says “tunics of what?”   “...of skin, and [He] clothed them.”  Who made the tunics? God did. Who clothed them? God did. He made them for Adam and Eve. Who is doing this? God is doing this.

Mari bersama saya ke Kejadian 3:21. Di sinilah peran Bait Suci masuk. Kalian tahu, pada hari yang sama Adam dan Hawa berdosa, suatu korban telah dipersembahkan untuk menutupi malunya ketelanjangan mereka. Perhatikan Kejadian 3:21  Dan TUHAN Allah membuat...”  Siapa yang membuat? Tuhan yang membuat untuk Adam dan Hawa. Dikatakan di sini,  “Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari  polyester...”  Tidak, kata-katanya tidak demikian. “...pakaian dari katun.” Bukan. “...pakaian dari linen.” Tidak. Dikatakan di sini, pakaian dari apa? “...dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka” Siapa yang membuat pakaiannya? Tuhan. Siapa yang mengenakannya pada Adam dan Hawa? Tuhan. Dia membuatnya untuk Adam dan Hawa. Siapa yang melakukan ini? Tuhan.


Let me ask you, what do you need in order to get the skin of an animal? The animal has to be killed. You see, there was a death the very day that Adam and Eve sinned. A lamb was sacrificed. And with the skin of the lamb, the shame of their nakedness was covered.  Allow me to read to you a beautiful statement that is found in Bible Echo, which is a magazine that was published May 21, 1900. This was written by Ellen White’s profound  insight into what happened that day. She says, “The instant Adam yielded to Satan’s temptation and did the very thing which God had said he should not do, Christ, the Son of God, stood between the living and the dead saying, ‘Let the punishment fall on Me. I will stand in man’s place. Give him another trial.’ Transgression  place the whole world under the death sentence, but in Heaven there was heard a voice saying, ‘I have found a ransom.’ ” Isn’t that a beautiful statement?

Coba saya tanya, apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh kulit seekor binatang? Binatang itu harus dibunuh dulu. Kalian lihat, pada hari yang sama Adam dan Hawa berbuat dosa, ada kematian yang terjadi. Seekor domba dikurbankan. Dan dengan kulit domba itu, malunya ketelanjangan mereka pun tertutupi. Izinkan saya membacakan suatu pernyataan yang indah yang terdapat di Bible Echo, yaitu sebuah majalah yang terbit pada tanggal 21 Mei 1900. Artikel ini ditulis oleh Ellen White, berdasarkan pemahamannya yang mendalam dan luas mengenai apa yang terjadi pada hari itu. Dia berkata, “Pada saat Adam menyerah kepada pencobaan Setan dan melakukan hal yang justru dilarang Tuhan untuk dilakukan;  Kristus, Anak Allah, berdiri di antara yang hidup dan yang mati, dan berkata, ‘Biarlah hukumannya jatuh padaKu. Aku akan mengambil tempat manusia. Berikanlah kepadanya kesempatan lagi.’ Dosa telah menempatkan seluruh dunia di bawah vonis hukuman mati, tetapi di Surga terdengar suatu suara yang berkata, ‘Aku telah menemukan tebusan.’” Bukankah ini adalah suatu pernyataan yang indah?


By the way, it’s sustained by the Bible, because 1 Peter 1:18-20 tells us that Jesus was foreordained before the foundation of the world as a Lamb. Revelation 13:8 says that He was slain from the foundation of the world, not physically, but He was slain in promise. There was a promise of the coming  Messiah.  In other words, the very day that Adam and Eve sinned, Jesus said, “I will take upon Myself their death penalty. I will die in their place. I will live the lives that they should live.” And a ransom, that very day was found. This whole ceremony pointed to Jesus Christ.

Supaya tahu saja, pernyataan itu dikuatkan oleh Alkitab, karena 1 Petrus 1:18-20 memberitahu kita bahwa Ia [Kristus] telah dipilih sebelum dunia dijadikan” sebagai Anak Domba. Wahyu 13:8 berkata bahwa Dia “telah disembelih sejak awal penciptaan dunia” [terjemahan bahasa Indonesia hanya “telah disembelih” tetapi dalam terjemahan bahasa Inggris tertulis “slain from the foundation of the world”- KJV atau “slain from the creation of the world”- NIV] tidak secara fisik, namun Dia telah dijanjikan untuk disembelih. Ada janji datangnya seorang Mesias. Dengan kata lain, pada hari yang sama Adam dan Hawa berbuat dosa, Yesus berkata, “Aku Sendiri yang akan menanggung hukumannya. Aku akan mati sebagai ganti mereka. Aku akan menjalani hidup yang seharusnya mereka jalani. Dan pada hari itu, telah ditemukan [uang] penebusan. Seluruh upacara itu mengacu kepada Yesus Kristus.


Now listen up, if man was immortal by nature why would Jesus have to come to die to give them life if they already have immortality?  You see, when the idea of immortality was sold to us, it made Jesus   Christ  unnecessary. Because, we have life because Jesus died. Not because we have some immortal soul within ourselves. So, in other words by teaching that man is immortal, what you are doing is depreciating the importance of the death of Jesus to give us life. If we already had immortal life, why would Jesus have to die to give us what we already possessed or what we already had?

Sekarang dengarkan. Seandainya manusia itu secara kodrati tidak bisa mati, untuk apa Yesus harus datang ke dunia dan mati agar memberikan mereka hidup, seandainya mereka sudah memiliki hidup yang kekal? Kalian lihat, ketika ide kebakaan (imortalitas) jiwa itu dijual kepada kita, itu menjadikan Yesus Kristus tidak dibutuhkan lagi. Karena kita memiliki hidup oleh sebab Yesus meninggal, bukan karena kita memiliki jiwa yang baka di dalam kita sendiri. Jadi, dengan kata lain, dengan mengajar bahwa manusia itu baka, apa yang kalian lakukan adalah mengecilkan makna kematian Yesus untuk memberi kita hidup. Seandainya kita sudah memiliki hidup yang baka, mengapa Yesus harus mati untuk memberi kita sesuatu yang memang sudah kita miliki atau sudah kita punyai?


Now, let’s go to the fulfillment of this. John 19:23-24. You remember that spiritual nakedness led to physical nakedness,  led to ultimate nakedness? That’s what Adam and Eve deserved. Now, how could they escape the death sentence? Only by the death of the Lamb to cover the shame of their nakedness. Now notice John 19:23-24. I want to share with you something that might not be very palatable to you, but it’s biblical. 

Sekarang, marilah kita membahas penggenapan janji itu. Yohanes 19:23-24. Kalian ingat bahwa ketelanjangan spiritual akan mengakibatkan ketelanjangan fisik, yang akan mengakibatkan ketelanjangan tingkat tertinggi. Itulah yang layak diterima Adam dan Hawa. Nah, bagaimana mereka bisa lolos dari vonis hukuman mati [kekal]? Hanya melalui kematian Anak Domba untuk menutupi malunya ketelanjangan mereka. Sekarang perhatikan Yoh 19:23-24. Saya mau berbagi sesuatu dengan kalian yang mungkin tidak sedap, namun itu alkitabiah.


You know, when artists depict Jesus on the cross they usually cover Him with a loin cloth. But Scripture teaches that Jesus hung between Heaven and earth, totally naked. Let’s read John 19:23-24. There’s a very profound symbolism here. It says there in John 19:23  “Then the soldiers, when they had crucified Jesus, took His garments and made four parts...” these are His inner garments. And says, “....and made four parts to each soldier a part, and also the tunic...” See, the tunic was a beautiful robe worn outside His inner garments. It says,  “... Now the tunic was without seam, woven from the top in one piece. They said therefore among themselves, Let us not tear it, but cast lots for it, whose it shall be, that the Scripture might be fulfilled which says: They divided My garments among them...” but then notice, “... And for My clothing they cast lots. Therefore the soldiers did these things. They took His inner garments and His tunic away and Jesus hung between Heaven and earth stark naked.

Kalian tahu, ketika para pelukis menggambarkan Yesus di atas salib, mereka biasanya menutupiNya dengan sehelai kain di bawah perutNya. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Yesus tergantung di antara langit dan bumi, telanjang bulat. Marilah kita baca Yohanes 19:23-24. Di sini ada suatu simbol yang sangat mendalam. Dikatakan di Yoh 19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian...” ini adalah pakaian dalamNya. Dan dikatakan, “...untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil....”  Perhatikan, jubahNya adalah jubah yang indah, yang dipakai di sebelah luar pakaian dalamNya. Dikatakan,  “... Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya. Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka...” tetapi sekarang perhatikan,  “...dan mereka membuang undi atas jubah-Ku. Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.”  Jadi mereka mengambil pakaian dalamNya dan jubahNya, dan Yesus tergantung di antara langit dan bumi dalam keadaan telanjang bulat.


Now you say, what is the symbolism here?  Let me ask you, did the Father look upon Jesus as being guilty? He did, absolutely. Did Jesus take upon Himself our spiritual nakedness of sin? He most certainly did. The Bible says that He took upon Himself the curse, “He who knew no sin was made to be sin for us.” In other words Jesus took our spiritual nakedness, and therefore on the cross He hung, what? Physically naked and what did He suffer? He suffered ultimate what? Nakedness! For Adam and Eve and all of their descendants.
That’s what Genesis 3:21-22, the death of the Lamb to cover the shame of our nakedness.

Nah, kalian berkata, apa simbolnya di sini? Coba saya tanya, apakah Allah Bapa melihat  Yesus sebagai orang berdosa? Tepat, benar. Apakah Yesus menempatkan pada DiriNya Sendiri ketelanjangan spiritual kita yaitu dosa? Sudah pasti Dia melakukan itu. Alkitab berkata bahwa Dia telah menempatkan kutuk itu pada DiriNya Sendiri,  Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita...” [2 Kor 5:21] Dengan kata lain, Yesus mengambil ketelanjangan spiritual kita, oleh sebab itu di atas salib Dia tergantung bagaimana? Secara fisik telanjang bulat. Dan apa yang dideritaNya? Dia menderita apa yang tertinggi? Ketelanjangan! Demi Adam dan Hawa dan semua keturunan mereka.
Itulah Kejadian 3:21-22, kematian Anak Domba untuk menutupi malunya ketelanjangan kita.


Now, the question is, when is the shame of our nakedness covered? Go with me to Galatians 3 and let’s read verse 27. Galatians 3:27, a very important verse that tells us when we are covered with the spiritual robe of Christ’s righteousness, the righteousness that He developed when He took our sin upon Himself.  It says in Galatians 3:27  “For as many of you as were...” what?   “…baptized...” and what’s the next word, the next preposition?  “...INTO Christ, have...” what?  “...have put on Christ.” That expression “put on” is used in the New Testament as putting on a garment, putting on a robe.

Sekarang pertanyaannya adalah, kapan malunya ketelanjangan kita itu tertutup? Marilah bersama saya ke Galatia 3 dan kita baca ayat 27. Galatia 3:27, suatu ayat yang sangat penting, yang memberitahu kita bahwa kita ditutupi oleh jubah spiritual kebenaran Kristus, kebenaran yang Dia ciptakan ketika Dia mengambil dosa kita menjadi milikNya Sendiri. Dikatakan di Galatia 3:27 Karena kamu semua, yang...” apa?  “...dibaptis...” dan apa kata berikutnya, kata depan berikutnya?  “...DALAM Kristus, telah...” apa?  “... telah mengenakan Kristus.” Ungkapan mengenakan” dipakai di dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan mengenakan pakaian, mengenakan jubah.


So let me ask you, at what moment do we put on the robe of Christ righteousness that He died to purchase for us?  We put in on at the moment of baptism.  You say, “Pastor Bohr, why at the moment of baptism?” It’s very simple. In our baptism, what we do is in  miniature we experience what Jesus experienced  on earth. Jesus died, you agree with that? Jesus was buried, correct? And Jesus resurrected. Who did He do this for? He did this for us. He died for us, He was buried for us, and He resurrected for us. Now the question is, how am I included in what Christ did? How am I incorporated INTO Christ? That is the preposition that’s used. How am I incorporated INTO the work Christ?  It’s very simple. I go through the same experience that He did symbolically in baptism.

Jadi, coba saya tanya, pada saat apa kita mengenakan jubah kebenaran Kristus yang dibayarNya bagi kita dengan kematianNya? Kita mengenakannya pada saat dibaptiskan. Kalian berkata, “Pastor Bohr, mengapa pada waktu baptisan?” Sederhana sekali. Di dalam baptisan kita, apa yang kita lakukan adalah kita mengalami dalam bentuk miniatur apa yang telah dialami Yesus di dunia ini. Yesus mati, kalian setuju kan? Yesus dikuburkan, benar?  Dan Yesus bangkit. Untuk siapa Yesus melakukan semua ini? Dia melakukannya untuk kita. Dia mati untuk kita, Dia dikuburkan untuk kita, dan Dia bangkit untuk kita. Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana saya bisa termasuk dalam apa yang dilakukan Kristus? Bagaimana saya dipersatukan KE DALAM Kristus? Itulah kata depan yang dipakai. Bagaimanakah saya dipersatukan KE DALAM pekerjaan Kristus? Sangat sederhana. Di dalam baptisan secara simbolis saya menjalani pengalaman yang sama yang dijalani Yesus.


Were you here this morning to see the baptism? Did you notice the pastor in the baptistry  and he has the candidate who is going to be baptized, and he says, “I baptize you in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit.” What is that person doing before going into the water? Well, they are breathing. But right before they go into the water, what happens? They stop breathing. Do you stop breathing when you die? Most certainly. And then the pastor puts them under the water. Do they breath under the water? They’d better not. See, under the water they are not breathing. Does a person who is under the earth, buried,  breath?  No. What happens? What’s the first thing that a person does when he comes forward from the water?  They “ahhh-ahhh”,  they breath life, they breath again. Just like  when Jesus resurrected. So when we are baptized, we are being incorporated into the experience of Christ, we are included in Him. Are you understanding what I am saying?

Apakah tadi pagi kalian melihat upacara baptisan? Apakah kalian melihat pendeta di kolam baptisan dan dia memegang calon yang akan dibaptis, dan dia berkata, “Saya membaptiskan kamu dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus”? Apa yang dilakukan orang-orang tersebut sebelum mereka dibenamkan ke dalam air? Tentunya mereka semuanya bernapas. Tetapi tepat sebelum mereka dibenamkan ke dalam air, apa yang terjadi? Mereka berhenti bernapas. Apakah kita berhenti bernapas saat kita mati? Tentu saja. Lalu pendeta memasukkan orang-orang itu ke dalam air. Apakah di dalam air mereka bernapas? Jangan sampai! Lihat, di dalam air mereka tidak bernapas. Apakah seseorang yang berada di dalam bumi, dikubur, bernapas? Tidak. Apa yang terjadi? Apa perbuatan pertama yang dilakukan seseorang ketika keluar dari air? Mereka “ahhhh-ahhhh” mereka mengirup napas, mereka bernapas lagi. Sama seperti ketika Yesus bangkit. Jadi ketika kita dibaptis, kita dipersatukan ke dalam pengalaman Kristus. Kita termasuk di dalam Dia. Apakah kalian mengerti apa yang saya katakan?


Baptism is a phenomenal service. Some people think it’s optional, you know. If you want to be baptized it’s fine, if you don’t want to be baptized that’s alright. Baptism is the official incorporation into what Christ did, at that moment what Christ did becomes yours, because by faith you are included in Him because you are participating symbolically in His experience.  So when you receive Jesus Christ as your Saviour, you are clothed in His spiritual robe, you have put on Jesus Christ.  You are in Him.

Baptisan adalah suatu upacara yang sangat besar. Ada orang yang menganggapnya opsional, kalian tahu? Jika kita mau dibaptis, itu baik, tetapi jika tidak mau dibaptis, itu tidak apa-apa. Baptisan adalah penyatuan resmi ke dalam apa yang dilakukan Kristus. Pada saat itu apa yang telah dilakukan Kristus, menjadi milik kita, karena oleh iman kita telah dihisabkan kepada Dia, kita mengambil bagian secara simbolis dalam pengalamanNya. Jadi ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kepada kita dikenakan jubah spiritualNya, kita mengenakan Yesus Kristus. Kita berada di dalam Dia.


Now this is important. Some people ask me the  question, “Pastor Bohr, are you afraid of dying?”  And I can honestly say, I am not. In fact some people say, “Pastor Bohr, aren’t you afraid when you get in  airplanes so frequently that the airplane is going to fall?”
Any by the way last year I flew 200’000 miles. That’s a lot of flights. I got into a plane 115 times last year, all of them safe. People say, “Aren’t you afraid that the plane is going to fall from the sky?” And I say, “Absolutely not.” Because I believe, that if my usefulness in this earth has come to an end, I am fine with it. If God still has a plan, the angels are going to grab the wings and they are not going to let that airplane fall from the sky. You say,
“How come you can have that assurance? Why aren’t you afraid of dying? You know why? Because I’m in Christ. Because when I was baptized, when I received Jesus as my Saviour I’m in Him. And Jesus died, Jesus was buried, Jesus resurrected, He took my penalty upon Himself. When I go through that experience He takes His righteousness and He covers me with His righteousness. I am no longer in me, I am in Him. Is that good news? That is pointed to in Genesis 3:21. When the Lamb is sacrificed and the shame of the nakedness is what? Is covered.

Nah, ini penting. Ada orang bertanya kepada saya, “Pastor Bohr, apakah Anda takut mati?” Dan dengan jujur saya bilang, tidak. Bahkan ada orang berkata, “Pastor Bohr, apa Anda tidak takut dengan begitu seringnya  naik pesawat terbang, pesawat itu bisa jatuh?” Supaya tahu saja, tahun lalu saya terbang 200’000 mil (= 320’000 km). Itu penerbangan yang sangat banyak. Tahun lalu saya masuk ke dalam pesawat 115 kali, semuanya aman-aman saja. Orang berkata, “Apakah Anda tidak takut pesawatnya akan jatuh dari langit?” Dan saya berkata, “Tentu saja tidak.” Karena saya yakin, jika kegunaan saya di dunia ini sudah berakhir, saya oke-oke saja. Jika Tuhan masih punya rencana, malaikat-malaikat akan memegangi sayap pesawat dan mereka tidak akan membiarkan pesawat itu jatuh dari langit. Kalian berkata, “Mengapa Anda bisa punya keyakinan itu? Mengapa Anda tidak takut mati? Kalian tahu mengapa? Karena saya ada di dalam Kristus. Karena ketika saya dibaptis, ketika saya menerima Yesus sebagai Juruselamat, saya bersatu denganNya. Dan saat Yesus mati, saat Yesus dikuburkan, saat Yesus bangkit, Dia mengambil hukuman saya bagi DiriNya. Ketika saya melewati pengalaman itu, Kristus mengambil kebenaranNya, dan ditutupiNya saya dengan kebenaranNya itu. Saya tidak lagi diri saya sendiri, saya ada di dalam Dia. Apakah itu bukan kabar baik? Itu yang ditunjukkan Kejadian 3:21, ketika domba itu dikurbankan, dan malunya ketelanjangan diapakan? Ditutupi.


So let me ask you, where is our source of life? Inside within some immortal soul or outside in Jesus Christ? Our source of life is outside in Jesus Christ not within ourselves. Now let me read you that great resurrection passage 1 Thessalonians 4:15-16, and there’s a little expression here that I want us to notice. It’s speaking about those who die and the resurrection that will take place when Jesus comes. It says here     For this we say to you by the word of the Lord, that we who are alive and remain until the coming of the Lord will by no means precede those who are asleep.  For the Lord Himself will descend from heaven with a shout, with the voice of an archangel, and with the trumpet of God...” and now listen carefully,  “...And the dead in Christ will rise first.”.  When did we get into Christ? Or when did we get in Christ? When we received Him as our Savior and were baptized, we are in Him.

Jadi, coba saya tanya, di manakah sumber hidup kita? Di dalam kita, di dalam nyawa yang baka; atau di luar kita, di Yesus Kristus? Sumber hidup kita ada di luar, ada pada Yesus Kristus, bukan di dalam diri kita sendiri. Sekarang saya mau membacakan kepada kalian bacaan tentang kebangkitan akbar di 1 Tesalonika 4:15-16, dan di situ ada suatu ungkapan kecil yang saya ingin kalian perhatikan. Itu berbicara mengenai mereka yang mati dan kebangkitan yang akan terjadi ketika Yesus datang. Dikatakan di sana, Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan...” sekarang dengarkan baik-baik,  “...mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit.” Kapan kita bersatu dengan Kristus? Atau kapan kita masuk dalam Kristus? Pada saat kita menerima Dia sebagai Juruselamat kita dan dibaptiskan, kita ada di dalam Kristus.


So must we fear death? No! Because here it says, that the dead in Christ will...” what?  “...will rise first.” God’s people will rise, those who are in Jesus Christ.  Our hope of life is not in us.  Our hope of life is in Him. We have no immortality within ourselves. The immortality is within Jesus. Jesus said, “Because I live, you will live also.” And the Sanctuary clearly shows by the sacrifices of millions of animals that the wages of sin is death. And the only way that sin could be forgiven is when it’s taken into the Sanctuary, into the presence of God through the blood of Jesus Christ. His name be honored and glorified.

Jadi haruskah kita takut pada kematian? Tidak. Karena di sini dikatakan, mereka yang mati dalam Kristus akan...”  apa?   “...akan lebih dahulu bangkit.”  Umat Tuhan akan bangkit, yaitu mereka yang ada di dalam Kristus. Harapan hidup kita tidak berada di dalam kita. Harapan hidup kita ada pada Kristus. Kita tidak memiliki kebakaan/kekekalan dalam diri kita sendiri. Kebakaan/kekekalan itu ada di dalam Kristus. Yesus berkata, Karena Aku hidup, kamu pun akan hidup” [NKJV yang diindonesiakan Yoh 14:19]. Dan Bait Suci jelas menunjukkan lewat jutaan binatang yang dijadikan kurban, bahwa upah dosa ialah maut. Dan satu-satunya jalan agar dosa bisa diampuni adalah ketika dosa dibawa masuk ke dalam Bait Suci, ke hadirat Tuhan lewat darah Yesus Kristus, segala hormat dan kemuliaan bagi namaNya.


And then after God gave in Genesis 3:23 His promises,  clothing the nakedness of man through the death of the Lamb, God cast Adam and Eve out of the garden. Let’s read about this in Genesis 3:23-24. The garden is like the Most Holy Place. And then they would come to the entrance of the garden and they would offer their sacrifices there.  You say, “How do you know that? Because at the entrance of the garden there are cherubim. That’s God’s dwelling place. Men was cast out. Someday we’ll be able to go back in again through Jesus Christ.

Lalu setelah Tuhan memberikan janjiNya di Kejadian 3:23, menutupi ketelanjangan manusia melalui kematian sang domba, Tuhan mengusir Adam dan Hawa keluar dari taman Eden. Marilah kita baca ini di Kejadian 3:23-24. Taman Eden itu ibaratnya Bilik Yang Mahasuci. Lalu mereka harus datang ke pintu masuk taman itu dan mereka harus mempersembahkan kurban di sana. Kalian berkata, “Darimana Anda tahu itu? Karena di pintu masuk ke taman itu ada kerubim. Itulah tempat tinggal Tuhan. Manusia diusir keluar dari sana. Suatu hari kita akan boleh masuk kembali lagi, melalui Yesus Kristus.


Genesis 3:22  “Then the Lord God said, “Behold, the man has become like one of Us, to know good and evil. And now, lest he put out his hand and take also of the tree of life, and eat, and live...” what?  “...forever...”   Did man have to eat from the tree to live forever?  Of course! Then he did not have an immortal soul.  He had to continue eating from the tree. Verse 23:  “Therefore the Lord God sent him out of the garden of Eden to till the ground from which he was taken. So He drove out the man; and He placed cherubim at the east...” where was the entrance to the Sanctuary?  On the east. So it says,  “So He drove out the man; and He placed cherubim at the east of the garden of Eden, and a flaming sword which turned every way, to guard the way to the tree of life.”  Where was the source of life for man? It was in the tree of life. What did the tree of life represent?  It represented life outside of us in Jesus Christ.

Kejadian 3:22  Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup...”  bagaimana?   “...untuk selama-lamanya.”  Apakah manusia harus makan dari pohon itu agar boleh hidup selamanya? Tentu saja! Berarti dia tidak memiliki jiwa yang baka/kekal. Dia harus makan terus-menerus dari pohon tersebut. Ayat 23: Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nya lah beberapa kerub...”  di mana pintu masuk ke Bait Suci? Di sebelah Timur. Jadi, dikatakan di sini:    “...Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nya lah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.”   Jadi di mana sumber hidup bagi manusia? Sumber hidup itu ada di Pohon Kehidupan. Pohon itu melambangkan apa? Melambangkan hidup yang berada di luar kita, yaitu di dalam Yesus Kristus.


So the Bible says, that there is no such thing as an immortal sinner. In fact, let’s notice what the Bible has to say about immortality. 1 Timothy 6:16 tells us who is the only one who is immortal. There we find these words,  “which He will manifest in His own time, He who is the blessed and only Potentate, the King of kings and Lord of lords...” and now notice  “... who alone has immortality...”   Now, let me ask you, what part of “alone” don’t you understand? Other versions say, “who only has immortality.”   So who is the only one who has immortality? the King of kings and Lord of lords.” And then it goes on to say,  “... dwelling in unapproachable light, whom no man has seen or can see, to whom be honor and everlasting power. Amen.”

Jadi Alkitab berkata, tidak ada yang namanya orang berdosa yang baka/kekal itu. Malah, marilah kita perhatikan apa yang dikatakan Alkitab mengenai kebakaan/kekekalan. 1 Timotius 6:16 memberitahu kita siapa satu-satunya yang baka/kekal. Di sana kita temukan kata-kata ini: Yang akan dinyatakanNya sendiri sesuai waktunya,  Dia yang adalah satu-satunya Penguasa yang terberkati,  Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan...”  sekarang perhatikan,  “...Dialah SATU-SATUNYA yang tidak takluk kepada maut...” Saya mau bertanya, bagian mana dari kata “satu-satunya” yang tidak dipahami di sini? Terjemahan versi lain berkata: “Dia Sendiri-lah yang memiliki kebakaan.”  Jadi  siapakah satu-satunya yang memiliki kebakaan?  Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.”  Lalu selanjutnya dikatakan, “...bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.” [NKJV yang diindonesiakan].


Scripture also tells us in Romans 2:6-7 that we must seek immortality. If we have to seek it, it’s because we don’t have it. Because you don’t seek for what you have. Notice what we’ll find there, in Romans 2:6-7  who “will render to each one according to his deeds”  eternal life to those who by patient continuance in doing good...”  they what?    “... seek for glory, honor, and IMMORTALITY...” What must we do with regard to immortality?  We must what? Seek it!  Notice 2 Timothy 1:10, the Bible is very clear on this point. Immortality has only been brought to light by the gospel. It says there in 2 Timothy 1:10  and it’s speaking about the plan of salvation  but has now been revealed by the appearing of our Savior Jesus Christ, who has abolished death...”  When it says He has abolished death, this is not talking about physical death because believers in Christ still die. It’s talking about ultimate nakedness, ultimate death. So it says,    “... who has abolished death and brought...” what?   “... life and immortality to light...” by what means?  “... through the gospel.” Through the gospel of Jesus Christ.

Alkitab juga memberitahu kita di Roma 2:6-7 bahwa kita harus mencari kebakaan/ kekekalan. Jika kita harus mencarinya, itu karena kita tidak memilikinya. Karena orang tidak mencari apa yang sudah dimilikinya. Perhatikan apa yang kita dapati di Rom 2:6-7  Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik...” Mereka bagaimana? “...mencari kemuliaan, kehormatan dan KETIDAKBINASAAN.” Apa yang harus kita lakukan sehubungan dengan kebakaan? Kita harus apa? Mencarinya! Perhatikan 2 Timotius 1:10, Alkitab sangat jelas mengenai poin ini. Kebakaan hanya dinyatakan oleh terang injil. Dikatakan di sana di 2 Timotius 1:10, dan ini berbicara mengenai rencana keselamatan:   dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus,  yang telah melenyapkan kematian…”   Saat dikatakan Yesus Kristus telah melenyapkan maut, ini tidak berbicara mengenai kematian krodati sebagai manusia karena umat percaya di dalam Kristus masih harus mati. Ini berbicara mengenai ketelanjangan tingkat tertinggi, kematian tingkat tertinggi [kekal]. Jadi, dikatakan, “ ...yang telah melenyapkan kematian dan membawa...”  apa?  hidup dan kebakaan…” melalui apa? “…melalui Injil. [NKJV yang diindonesiakan].  Melalui injil Yesus Kristus.


Notice also 1 Corinthians 15:53-54. Very clearly it is saying, immortality must be put on. You have to put on it’s because you don’t have it by nature. It says there, the apostle Paul speaking about the resurrection  For this corruptible must put on incorruption, and this mortal must put on immortality.  So when this corruptible has put on incorruption, and this mortal has put on immortality, then shall be brought to pass the saying that is written: Death is...” what?   “...death is swallowed up in victory.

Perhatikan juga 1 Korintus 15:53-54. Ayat ini mengatakan dengan sangat jelas, kebakaan harus dikenakan. Kita harus mengenakannya karena kita tidak memilikinya secara alamiah. Dikatakan di sana, rasul Paulus sedang berbicara mengenai kebangkitan, Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: Maut...” Bagaimana?   “... maut telah ditelan dalam kemenangan.


If man is already immortal by nature, why would Jesus have to die in order to give him what he already has? You see, immortality is one of the incommunicable attributes of God. Do you know what those attributes are? For example: Omnipotence, Omniscience, Omnipresent, Immutability, and also Immortality. You see, immortality is something that belongs ONLY to God.

Seandainya seorang manusia itu sudah memiliki kebakaan secara alamiah, mengapa Yesus harus mati untuk memberikan kepadanya apa yang sudah dimilikinya? Kalian lihat, kebakaan adalah salah satu atribut  Tuhan yang tidak bisa dipindahkan. Tahukah kalian apa atribut-atribut Tuhan yang tidak bisa dipindahkan itu? Misalnya: Mahakuasa, Mahatahu, Bisa berada di mana-mana, Tidak bisa berubah, dan juga Baka/Kekal. Kalian lihat, kebakaan adalah sesuatu yang HANYA dimiliki oleh Tuhan.


So what were the two lies that the devil brought in in the garden of Eden? Two lies that are being presented even within the Christian church today.
First lie: “You will not surely die.” And the idea is that human beings have some type of immortal form that lives on after death, that even God cannot eradicate or destroy because it is indestructible. You say, “Yea that’s true, you see the wicked will suffer death by burning eternally in hell. That’s not death. Death means to be deprived of what? Life. It means simply death from which there is no resurrection. The Bible says they sleep a perpetual  sleep and not awake, and now speaking about the wicked. So the first lie is that man by nature is immortal. The Devil said, “you will not surely die.”

Jadi apakah kedua kebohongan yang dibawa Iblis masuk ke dalam taman Eden? Dua kebohongan yang hingga hari ini terdapat di dalam gereja Kristen masa kini.
Kebohongan pertama:Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Dan idenya adalah bahwa manusia memiliki suatu bentuk yang baka yang akan hidup terus setelah kematian, dan bahkan Tuhan tidak bisa menghapus atau menghancurkannya karena itu tidak bisa dihancurkan. Kalian berkata, Ya, itu benar, memang orang jahat akan menderita dalam kematian dengan dibakar di neraka secara kekal. Itu bukan kematian. Kematian artinya kehilangan apa? Kehilangan hidup. Artinya adalah mati yang tidak akan hidup lagi. Alkitab berkata, mereka tidur tanpa akhir, untuk selamanya tidak akan bangun, dan itu berbicara mengenai orang-orang jahat. Jadi kebohongan yang pertama adalah manusia secara kodrati adalah kekal/baka. Setan berkata, Sekali-kali kamu tidak akan mati.”


The second lie is also being taught in many Christian pulpits. And that is the idea that you can be like God, knowing good and evil. That’s the foundation of post-modern thought. It’s the foundation of the Emerging Church idea where people say, “Don’t tell me what the Bible says, don’t tell me what your ethical system is. I believe that  I can decide on my own, what is right and what is wrong.” That’s why in the Christian church you have people who say it is okay to live a gay lifestyle and you have people that say it is not okay to live a gay lifestyle.  And those who believe that you can live a gay lifestyle, say “Don’t impose your ethics on me, this is what I believe to be true.  Let me ask you, who is it that defines truth?  Is it something that comes out of my heart? “I know good and evil, I don’t have to do what God says”. Absolutely not. Good and evil are defined outside of man by God. In His holy Law and in His holy Word. And we must live like Jesus lived by  every word that proceeds out of the mouth of God. Only in that way can we be absolutely safe from the arguments of Satan. Let’s not argue with him. Let’s take the Bible the way that it is written and let’s simply obey God because God’s way is always the best way.

Kebohongan yang kedua, juga diajarkan dari atas mimbar-mimbar Kristen. Dan itu adalah ide bahwa kita bisa menjadi seperti Tuhan, mengetahui yang baik dan yang jahat. Ini adalah dasar pemikiran pasca-moderen. Ini adalah dasar dari ide  Emerging Church, di mana orang berkata, “Jangan bicara tentang apa yang dikatakan Alkitab. Jangan bicara mengenai sistem etikamu. Saya yakin saya bisa memutuskannya sendiri, mana yang betul dan mana yang salah.”  Itulah mengapa di gereja-gereja Kristen ada orang-orang yang berkata, gaya hidup gay [homoseks] itu oke-oke saja, dan ada orang-orang yang berkata, gaya hidup gay itu tidak boleh. Dan mereka yang percaya bahwa gaya hidup gay itu oke, berkata, “Jangan memaksakan etikamu pada kami, inilah yang kami yakini benar. Coba saya tanya, siapa yang mengatakan mana kebenaran itu? Apakah itu sesuatu yang keluar dari hati kita? “Saya tahu yang baik dan yang jahat, saya tidak perlu mengikuti apa yang dikatakan Tuhan?” Tentu saja tidak! Kebaikan dan kejahatan ditentukan oleh kekuatan di luar manusia, ditentukan oleh Tuhan. Dalam HukumNya yang suci dan dalam FirmanNya. Dan kita harus hidup sebagaimana Yesus hidup, yaitu oleh setiap kata yang keluar dari mulut Tuhan. Hanya dengan cara itulah kita bisa benar-benar aman dari perdebatan Setan. Jangan berdebat dengan Setan. Percayalah kepada Alkitab, dan apa yang tertulis di sana, dan patuhilah Tuhan tanpa berdalih karena jalan Tuhan selalu adalah jalan yang terbaik.


The Devil wanted people to think that by getting rid of the Law, you would be truly free,       you would be emancipated and you would be able to choose your own ethical lifestyle. Let me ask you, has it worked out very well?  Just look at the world.  Wars, and rumors of wars, corruption, thefts, kidnapping, murders. What is the world like without the Word of God?  The Devil wants to get rid of the Law, and any church or any theologian that says the Law was nailed to the cross, that we are not under law, we are under the grace so  God doesn’t expect us to keep the Law, is simply repeating the deceptions that Satan spoke in the garden of Eden: “You will not surely die but you will be like God, knowing good and evil.”  

Setan mau manusia berpikir bahwa dengan menyingkirkan Hukum [Tuhan], manusia akan menjadi benar-benar bebas, kita akan dimerdekakan, dan kita akan bisa memilih etika gaya hidup kita sendiri. Coba saya tanya, apakah hasilnya selama ini bagus? Lihat saja ke dunia kita. Perang, berita perang, korupsi, pencurian, penyanderaan, pembunuhan. Bagaimana modelnya dunia ini tanpa Firman Tuhan? Setan ingin menyingkirkan Hukum, dan gereja mana pun atau theolog siapa pun yang berkata bahwa Hukum sudah dipakukan di kayu salib, bahwa kita tidak lagi berada di bawah hukum kita berada di bawah kasih karunia, sehingga Tuhan tidak lagi menginginkan kita mematuhi HukumNya, semata-mata sedang mengulangi kebohongan yang diucapkan Setan di taman Eden, Sekali-kali kamu tidak akan mati... kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”


So the short of it, folks, is, that our only hope of life is found outside of us, in Jesus Christ who came and died for our sins. And our only hope of knowing what is good and what is evil is also outside of us in God’s holy Law and in God’s holy Word.

Jadi kesimpulannya, Saudara-saudara, satu-satunya harapan kita untuk mendapatkan hidup adalah di luar diri kita, di dalam Yesus Kristus, yang datang dan mati untuk dosa-dosa kita. Dan satu-satunya harapan untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat juga berada di luar diri kita, yaitu di dalam Hukum Tuhan yang suci dan di dalam Firman Tuhan yang suci.


I pray to God that we will live the way that Jesus lived. Everytime that the Devil came to Jesus, Jesus didn’t argue with him. Jesus didn’t say, “I think this” or “I think that”. Jesus simply said, “Man shall not live by bread alone, but he shall live by every word that proceeds out of the mouth of God.”  

Saya berdoa kepada Tuhan bahwa kita bisa hidup sebagaimana cara Yesus hidup. Setiap kali Setan datang kepada Yesus, Yesus tidak membantahnya. Yesus tidak berkata, “Menurut saya begini” atau “menurut saya begitu.” Yesus cukup berkata, Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” [Mat 4:4]





















19 11 2013

No comments:

Post a Comment