HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 19/32 -
Stephen Bohr
DISAPPOINTMENT IN THE
SANCTUARY
Dibuka dengan doa.
As
Jesus moved through the Sanctuary, we find that every event of His ministry, was
clearly marked in God’s calendar.
· When Jesus was going to begin His earthly ministry, He was
baptized at the precise time when the 70 week prophecy indicated He was going to
be baptized.
· When Jesus went to the cross, He died at the exact time of the
Passover and the prophecy of the 70 week gives the year, in the middle of the
last week.
· When Jesus began His intercessory ministry in the heavenly
Sanctuary at the day of Pentecost, it was 50 days after first fruits, after His
resurrection. He fulfilled this prophecy precisely according to the calendar
that God had established.
· We are going to notice this evening, that when Jesus began His
judgment ministry in the Most Holy Place of the heavenly Sanctuary He also
began that ministry exactly at the time when Bible prophecy had predicted.
Sementara
Yesus berpindah-pindah di
dalam Bait Suci, kita dapati bahwa setiap
peristiwa pelayananNya, telah ditentukan dengan jelas dalam penanggalan Tuhan.
· Ketika Yesus akan memulai pelayananNya
di dunia, Dia dibaptiskan pada waktu yang tepat yang ditunjuk oleh
nubuatan 70 minggu kapan Dia harus dibaptis.
· Ketika Yesus disalibkan, Dia mati
tepat pada saat hari Passah, dan
nubuatan 70 minggu telah menunjukkan tahunnya, yaitu di tengah-tengah minggu
yang terakhir.
· Ketika Yesus memulai pelayanan
perantaraanNya (mediasiNya) di dalam Bait Suci di Surga pada hari Pentakosta ~ yaitu
50 hari setelah perayaan Hasil Pertama setelah kebangkitanNya ~ Dia menggenapi nubuatan itu dengan
tepat, sesuai penanggalan yang telah ditentukan Tuhan.
· Malam ini kita akan melihat bahwa
ketika Yesus memulai pelayanan penghakimanNya di dalam Bilik Mahasuci dari Bait
Suci Surgawi, Dia juga memulai pelayanan tersebut tepat pada waktu seperti yang
telah dinubuatan oleh Alkitab.
Now, it’s interesting that each time that Jesus is going to begin a new
ministry in the Sanctuary, His people don’t really understand what He is going
to do. We find this for example of John the Baptist. Did John the Baptist really understand what
Jesus was going to do? No. He expected Jesus to be a ruling king. And when it
came to the place where John the Baptist when he ended up in prison, he sent a
message to Jesus, “Are you the Messiah or are we to expect another?” He didn’t
understand.
Nah, yang menarik
adalah, setiap kali
Yesus akan memulai pelayanan yang baru di dalam Bait Suci, umatNya sesungguhnya
tidak mengerti apa yang akan dilakukanNya. Kita temui contohnya pada Yohanes Pembaptis. Apakah Yohanes
Pembaptis benar-benar paham apa yang akan dilakukan Yesus? Tidak. Dia berharap
Yesus akan menjadi raja yang berkuasa. Dan ketika
tiba saatnya Yohanes Pembatis berakhir di dalam penjara, dia mengirimkan pesan demikian kepada Yesus, “Engkaukah Mesias itu
atau kami masih harus menunggu orang lain?” [Mat 11:3]. Dia tidak mengerti.
We are going to notice tonight that when Jesus entered triumphally
into Jerusalem and everybody was saying “Hosanna to God in the highest!” and they were proclaiming Him king, they
didn’t have the foggiest idea that He was going to die on the cross less than a
week later. On the day of Pentecost the disciples weren’t really clear. They said, “Are You going to restore the
kingdom to Israel at this time?” (Acts 1:6)
And we are going to find it leading up to 1844 the people didn’t
understand either.
Malam ini kita akan melihat bahwa
ketika Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja, dan
semua orang berkata, “Hosana kepada Tuhan di tempat yang mahatinggi!” dan
mereka menyatakan Dia sebagai raja, mereka sama sekali tidak punya bayangan
bahwa kurang dari seminggu kemudian Dia akan mati di salib. Pada hari
Pentakosta murid-muridNya juga tidak benar-benar mengerti. Mereka berkata,
“Apakah Engkau akan memulihkan kerajaan kepada Israel saat ini?” (Kisah 1:6).
Dan kita akan melihat, terus hingga 1844, umatNya juga tidak mengerti.
Now, you say, “Why didn’t Jesus just wait until His people
understood?” The reason is very simple. The dates in Messiah’s calendar are set
in stones. They were established before Jesus came to this earth. He had to be
baptized, He had to die, He had to begin His heavenly ministry and He had to
begin the judgment exactly at the time that was established in His calendar. And
so He decided to go forward even if His people did not understand. “I know that
they are not understanding what I am going to do, but they will catch up
later.” And so God’s people are always playing catch up when it comes to the ministry
of Jesus Christ.
Nah, kalian berkata, “Mengapa Yesus
tidak menunggu hingga umatNya mengerti?” Alasannya sangat sederhana.
Tanggal-tanggal yang ada dalam penanggalan Mesias, sudah ditentukan dan tidak bisa
diubah.
Tanggal-tanggal itu sudah ditentukan sebelum Yesus datang ke dunia ini. Dia
harus dibaptis, Dia harus mati, Dia harus memulai pelayananNya di Surga, dan
Dia harus memulai penghakiman tepat pada waktu-waktu yang sudah ditentukan
dalam penanggalanNya. Maka Dia memutuskan untuk jalan terus walaupun umatNya
tidak mengerti. “Aku tahu mereka tidak mengerti apa yang akan Aku lakukan,
tetapi nanti mereka akan mengejar ketinggalannya.” Dengan demikian umat Tuhan selalu harus mengejar
ketinggalan pemahaman mereka sehubungan
dengan pelayanan Yesus Kristus.
Now, today I am going to compare two great events. We are
going to compare the triumphal entry of Jesus into Jerusalem and what has
come to be known as Palm Sunday, and the great events that surround the year 1844.
Nah, hari ini saya akan membandingkan
dua peristiwa besar. Kita
akan membandingkan kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti raja, peristiwa yang kemudian dikenal
sebagai Minggu Palem, dan
peristiwa-peristiwa besar yang mengelilingi tahun 1844.
So let’s begin first of all by discussing the triumphal entry.
Now, did the Bible have specific prophecies about the kind of Messiah that
Jesus was going to be? Absolutely. Let me just mention some of them. We are not
going to read them because we studied them in the previous lecture.
Jadi, pertama-tama marilah kita mulai
membahas kedatangan Yesus secara kebesaran ke Yerusalem. Nah, apakah di dalam
Alkitab ada nubuatan
khusus mengenai jenis Mesias yang seperti apa yang
akan diemban Yesus? Tentu saja. Saya akan menyebutkan beberapa. Kita tidak akan
membaca ayat-ayatnya karena kita sudah mempelajarinya di dalam
pembahasan-pembahasan sebelumnya.
Do you remember the sacrifice of Isaac? A lamb instead of
his son? Remember the Passover? The Passover lamb was sacrificed on the 14th
of Nissan, exactly at 3 o’clock in the afternoon? Did Jesus fulfill that
precisely? He most certainly did. Daniel 9:26 pointed to the exact year when
Jesus would die in the middle of the week. The morning and evening’s sacrifice
(Exodus 29:38-39) pointed to Jesus. The suffering servant of Isaiah 53:4-7 pointed
to Jesus Christ, He was going to bear our iniquities according to that prophecy.
Numbers 15:2-3 speak about a sacrifice as a sweet aroma and the
apostle Paul quotes that and applies that to Jesus Christ. There were abundant
prophecies that pointed to the fact that Jesus Christ was going to be the humbled, self
sacrificing and dying Messiah. There was no excuse for misunderstanding
because Scripture made it clear what
kind of Messiah was going to come to this earth the first time.
Apakah kalian ingat pengurbanan
Ishak? Seekor domba menggantikan si anak? Ingat domba Passah? Domba passah yang
dikurbankan pada hari ke-14 bulan Nissan, tepat pukul 3 sore? Apakah Yesus
menggenapi itu secara tepat? Benar sekali. Daniel 9:26 menunjuk ke tahun yang
tepat kapan Yesus akan mati, di tengah-tengah minggu. Kurban pagi dan sore (Keluaran 29:38-39)
menunjuk kepada Yesus. Hamba
yang menderita di Yesaya 53:4-7 menunjuk kepada Yesus Kristus,
menurut nubuatan itu Dialah yang akan menanggung dosa-dosa kita. Bilangan
15:2-3 berbicara tentang suatu kurban
yang harum dan rasul Paulus mengutip itu dan mengaplikasikannya kepada Yesus Kristus. Ada sangat banyak
nubuatan yang menunjuk kepada faktanya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dihina, yang
mengurbankan diriNya, dan yang akan mati. Sesungguhnya tidak ada
alasan untuk salah paham karena Kitab Suci sudah begitu jelas menggambarkan
Mesias model apa yang akan datang ke dunia ini pertama kalinya.
Furthermore did Jesus warn the disciples that He was going to go
to Jerusalem and He was going to die and resurrect the third day on repeated
occasions during His ministry? He most certainly did. Let’s notice one of
those.
Lebih lanjut, apakah Yesus
memperingatkan murid-muridNya berulang-ulang selama pelayananNya bahwa Dia akan ke Yerusalem dan bahwa Dia
akan mati dan bangkit pada hari ketiga? Benar sekali. Mari kita perhatikan
salah satu.
Matthew 16:21. This is happening 6 months before the death of
Christ. And it says there, “From that time Jesus began
to show to His disciples that He must go to Jerusalem, and suffer many things
from the elders and chief priests and scribes, and be killed, and be raised the
third day.” Did
He make it clear? Yes. Were the prophecies clear that He was going to come and
be humbled and He was going to die? Absolutely clear. And yet the Jews
and His own disciples misinterpreted bible prophecy. Because they
thought that the Messiah was going to be a ruling king that would destroy the
Romans and would set up His kingdom on earth and put the Jews at the apex of
the world. So we find that they misunderstood bible prophecy.
Matius 16:21.
Ini terjadi 6 bulan sebelum kematian Kristus. Dan dikatakan di sana, “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa
Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari ketiga.” Apakah Dia sudah menjelaskannya? Ya.
Apakah nubuatan-nubuatan itu jelas bahwa Dia akan datang, dan dihina, dan Dia
akan mati? Jelas sekali. Namun orang-orang Yahudi dan
murid-muridNya sendiri salah mengartikan nubuatan Alkitab. Karena mereka sangka Mesias akan menjadi
raja yang berkuasa
yang akan menghancurkan bangsa Roma dan akan mendirikan kerajaanNya di dunia,
dan menempatkan bangsa Yahudi di kedudukan puncak di dunia. Maka kita lihat
bahwa mereka telah salah mengartikan nubuatan Alkitab.
Now, let’s talk a little bit about the triumphal entry of Jesus into
Jerusalem. It’s described in Matthews 21:1-7. The triumphal entry had a very
specific purpose. In less than a week Jesus was going to die and it was
important for all eyes to be riveted on Jesus Christ and what He was going to
do in Jerusalem. They did not understand what He was going to do. But
it was important for all eyes to be focused on Him. And that’s the reason why
we have the
triumphal entry of Jesus into Jerusalem to give publicity to what Jesus was
going to do less than a week later by going to the cross.
Nah, marilah
kita berbicara sedikit tentang datangnya Yesus ke Yerusalem yang disambut
secara kebesaran, yang digambarkan di Matius 21:1-7. Kedatangan Yesus ke
Yerusalem, adalah dengan tujuan yang khusus. Dalam waktu kurang dari satu
minggu, Yesus akan mati, dan adalah
penting pada saat itu semua mata harus memandang kepada Yesus Kristus dan apa
yang akan dilakukanNya di Yerusalem. Mereka tidak mengerti apa
yang akan dilakukanNya. Tetapi adalah penting setiap mata harus terfokus
kepadaNya. Dan itulah alasannya mengapa Yesus
masuk ke Yerusalem yang disambut secara kebesaran, yaitu sebagai publisitas
bagi apa yang akan dilakukan Yesus kurang dari seminggu kemudian, dengan
penyalibanNya.
Now, who was it that orchestrated the triumphal entry?
Who planned it? Jesus did. Let’s read Matthew 21:1-7 “Now when they drew near Jerusalem, and came to
Bethphage, at the Mount of Olives, then Jesus sent two disciples, saying
to them, ‘Go…’” Who sent? Jesus sent. Who said “Go”? Jesus said “…‘Go into the village opposite you, and
immediately you will find a donkey tied, and a colt with her. Loose them and bring them to Me.’…” Who is orchestrating this event? Jesus is
planning it. It continues saying, “…
‘And if anyone says anything to you, you
shall say,…’” He even told them what to say, “…
‘The Lord has need of them,’ and immediately he will send them.’ All this was done that it might be
fulfilled which was spoken by the prophet, saying: ‘Tell the daughter of Zion, Behold, your
King is coming to you, Lowly, and sitting on a donkey, a colt, the foal of a
donkey.’…” This is Zechariah 9:9 So the disciples went and did as Jesus
commanded them. They brought the donkey and the colt, laid their clothes on
them, and set Him on them.”
Jesus staged this event. Jesus planned this event. Jesus told the disciples
to go, Jesus sat on the animal, Jesus allowed the multitudes to proclaim Him king,
knowing full well that they misunderstood what kind of king He was going to be
and they would be profoundly disappointed less than a week later.
Nah,
siapakah yang menyutradari kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut secara
kebesaran itu? Siapa yang merencanakannya? Yesus yang merencanakannya. Marilah
kita baca Matius 21:1-7 “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di
Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan
pesan: ‘Pergilah...” Siapa yang mengirim ke dua murid?
Yesus. Siapa yang berkata “Pergilah!”? Yesus yang berkata, “… ‘Pergilah ke kampung yang
di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina
tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah
keduanya kepada-Ku….” Siapa yang menyutradarai peristiwa ini?
Yesus yang merencanakannya. Dikatakan selanjutnya, “… ‘Dan jikalau ada orang
menegor kamu, katakanlah,…” Dia
bahkan memberitahu mereka harus mengatakan apa, “… ‘Tuhan memerlukannya. Dan ia akan segera mengirimkannya.’ Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi: ‘Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang
kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban
yang muda.’…” Ini adalah Zakharia 9:9. “… Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat
seperti yang diperintahkan Yesus kepada mereka. Mereka membawa keledai betina itu bersama
anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya.”
(KJV yang diindonesiakan)
Yesus yang merancang peristiwa ini. Yesus merencanakan
peristiwa ini. Yesus menyuruh murid-muridNya pergi, Yesus duduk di atas keledai
itu, Yesus mengizinkan DiriNya
diumumkan sebagai raja oleh banyak orang, walaupun Dia tahu persis bahwa mereka
telah salah memahami nantinya Dia akan menjadi raja macam apa, dan dalam waktu
kurang dari satu minggu mereka akan kecewa berat.
How could Jesus be party to such a deception? Imagine setting up the stage
for the triumphal entry, having them proclaim Him king, knowing full well that
they did not understand what kind of king He was, and they would be bitterly
disappointed less than a week later. How could Jesus be party to this?
Bagaimana mungkin Yesus bisa mengambil bagian dalam
penipuan seperti ini? Bayangkan, mengatur skenarionya untuk masuk ke Yerusalem secara
kebesaran, membuat diriNya diumumkan oleh orang banyak sebagai raja, padahal
Dia tahu persis mereka tidak mengerti raja macam apa Dia, dan Dia tahu mereka
akan kecewa berat kurang dari seminggu kemudian. Bagaimana mungkin Yesus bisa
ikut ambil bagian dalam hal ini?
The fact is,
Jesus was not to blame, because Bible prophecy pointed to the fact that Jesus
was going to enter upon a donkey, it pointed to the fact that He was going to
die, and Jesus ~ as we have seen ~ warned them that He was going to die.
Faktanya adalah, itu bukan salah Yesus, karena nubuatan
Alkitab sudah menunjuk kepada fakta bahwa Yesus akan masuk ke Yerusalem
mengendarai seekor keledai, nubuatan juga menunjuk kepada fakta bahwa Dia akan
mati, dan Yesus sendiri ~ sebagaimana telah kita lihat ~ sudah memperingatkan
mereka bahwa Dia akan mati.
So you say, “Why did Jesus stage the triumphal entry?” Once again it was because
what He was going to do on the cross, needed to be greatly publicized,
all eyes needed to be focused on Jesus, because He was going to do something
supremely important. And Jesus chose a
special time to die, it was during the Passover when all males 12 years and
over, had to come from all over the empire to Jerusalem. So there were people,
there were Jews from all nations on the earth ~ we notice because on the day of
Pentecost there were all sorts of nationalities there, they were all Jews, but
they lived in the diaspora or in the dispersion. And so Jesus said, “My death will
be perfect during the Passover because there are Jews from all over the world and
eventually they will go back and they’ll tell what they saw.”
Jadi kalian berkata, “Mengapa Yesus membuat
skenario
kedatanganNya ke Yerusalem sebagai
raja?”
Sekali lagi, itu karena apa yang akan
dilakukanNya di atas salib membutuhkan publisitas besar-besaran,
semua mata harus terfokus kepada Yesus, karena Dia akan melakukan sesuatu yang
amat sangat penting. Dan Yesus telah memilih waktu yang khusus untuk mati, itu
akan terjadi pada perayaan Passah, saat semua laki-laki berusia 12 tahun ke
atas, dari seluruh kerajaan harus datang ke Yerusalem. Jadi pada waktu itu ada
banyak orang, banyak orang Yahudi dari segala bangsa di dunia ~ karena seperti
yang kita ketahui, pada hari Pentakosta, di sana berkumpul segala bangsa ~
mereka semuanya berdarah Yahudi, tetapi mereka hidup di diaspora (di luar
Israel) atau di tempat-tempat penyebaran bangsa Israel. Dan Yesus berkata, “KematianKu
pas selama perayaan Passah, karena pada waktu itu orang-orang Yahudi dari seluruh dunia akan berkumpul di
sana dan akhirnya mereka akan kembali ke tempat tinggal masing-masing, dan
mereka akan menceritakan apa yang mereka lihat.”
In the book The Desire
of Ages p. 570, Ellen White remarks,
“Christ was following
the Jewish custom for a royal entry. The animal on which He rode was that
ridden by the kings of Israel, and prophecy had foretold [Zechariah 9:9] that
thus the Messiah should come to His kingdom.”
Di dalam buku The Desire of Ages halaman 570, Ellen White berkata, “Kristus mengikuti tradisi Yahudi bagaimana
seorang raja masuk ke sebuah kota.
Hewan yang dikendaraiNya adalah hewan yang biasa dikendarai raja-raja Israel,
dan nubuatan telah menunjukkan (Zakharia 9:9) bahwa dengan cara itulah sang
Mesias akan memasuki kerajaanNya.”
On page 571, she
says, “Never before in His
earthly life had Jesus permitted such a demonstration. He clearly
foresaw the result….” What does He say? He clearly what? “….He clearly foresaw the result. It would bring Him to the cross…” But now notice, “…But it was His purpose thus publicly to
present Himself as the Redeemer. He desired to call attention to the sacrifice
that was to crown His mission to a fallen world.” So even though He knew people misunderstood
what kind of king He was going to be, the timing was right but the event was
wrong in their minds, He says, “I am going to go ahead,
it’s important that everybody sees what I am going to do, and after the event
My people will catch up.”
Di halaman 571, Ellen White berkata, “Belum pernah dalam seluruh hidupNya sebagai manusia,
Yesus mengizinkan suatu
demonstrasi kebesaran
seperti ini. Dia jelas telah mengetahui akibatnya…” Apa kata Ellen White? Yesus jelas apa? Yesus jelas telah mengetahui akibatnya. Itu akan membawaNya ke salib…” Sekarang
perhatikan, “… Tetapi memang ini adalah tujuanNya untuk
menyatakan Dirinya secara terbuka sebagai Sang Penebus. Yesus ingin menarik
semua perhatian kepada pengurbanan yang akan menjadi puncak misiNya bagi dunia
yang sudah jatuh dalam dosa.” Jadi,
walaupun Yesus tahu, orang-orang telah salah mengerti raja macam apa Dia, tapi
saatnya tepat, kendati peristiwanya dalam benak mereka, salah. Yesus berkata,
“Aku akan melakukannya. Adalah penting semua orang melihat apa yang akan Aku
lakukan, dan setelah peritiwa itu terjadi, pengertian umatKu akan menyusul.”
Now, folks, the
triumphal entry was a very sweet experience for those who participated in it.
Notice Matthew 21:8-11 where the triumphal entry is described. It says
there, “And a very great multitude spread their clothes on the
road; others cut down branches from the trees and spread them on the road. Then
the multitudes…” notice that He had a lot of people following Him in the good times, “…Then the multitudes who went before and
those who followed cried out, saying: ‘Hosanna to the Son of David! ‘Blessed is
He who comes in the name of the Lord! Hosanna in the highest!’…” quoting Psalm 118:26, “… And
when He had come into Jerusalem, all the city was moved…” notice that everybody had their eyes
riveted around Jesus, “… saying, ‘Who is this?’ So
the multitudes said, ‘This is Jesus, the prophet from Nazareth of Galilee.’”
Nah,
Saudara-saudara, kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut secara kebesaran
itu adalah suatu pengalaman yang manis bagi mereka yang ikut mengambil bagian.
Perhatikan Matius 21:8-11 di mana dilukiskan tentang kedatangan Yesus yang
disambut secara kebesaran ini. Dikatakan di sana, “Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di
jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan
menyebarkannya di jalan. Dan orang
banyak…” perhatikan pada saat-saat yang
menyenangkan, banyak orang mengikuti Yesus, “… Dan orang banyak yang berjalan di depan
Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: ‘Hosana bagi Anak
Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang
mahatinggi!’…” mengutip dari Mazmur 118:26. “… Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem,
gemparlah seluruh kota itu…” perhatikan, mata semua orang tertuju
kepada Yesus, “… dan orang berkata: ‘Siapakah orang ini?"
Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di
Galilea.’"
Luke 19 adds
some details that you don’t find in Matthew. Luke 19:37-39 I am going to read
that passage as well. It says there, “Then, as He was now drawing near the
descent of the Mount of Olives, the whole multitude of the disciples began to…”
what? “… to rejoice and
praise God with a loud voice for all the mighty works they had seen, saying: ‘Blessed is the King who comes in the name of the Lord! Peace in heaven and glory in the
highest!’…” Was this a joyful experience? Was everybody
happy? Was everybody having a great expectancy that Jesus was going to take the
throne in Jerusalem and He was going to be king? Oh, it was a sweet experience
for those who participate. And yet Jesus knew that they did not understand the
event that was going to take place. The timing was right, because He was going
to be sacrificed at Passover time, but they misunderstood the event that was
going to take place. He knew that they were going to be deeply disappointed.
Lukas
pasal 19 menambahkan beberapa detail yang tidak ditemukan di Matius. Lukas
19:37-39, saya akan membacakan teks ini juga. Dikatakan di sana, “Lalu, sedang Ia hampir
menuruni Bukit Zaitun, seluruh rombongan murid mulai …” berbuat apa? “… bergembira dan memuji Allah dengan suara
nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat. Kata mereka: ‘Diberkatilah Raja yang datang dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan
di tempat yang mahatinggi!’…” [NKJV
yang diindonesiakan]. Bukankah ini suatu pengalaman yang
penuh sukacita? Apakah setiap orang bergembira? Apakah setiap orang punya
harapan besar bahwa Yesus akan mengambilalih takhta di Yerusalem dan Dia akan
menjadi raja? Oh, ini adalah suatu pengalamanan yang manis bagi mereka yang
berpartisipasi. Namun Yesus tahu bahwa mereka tidak mengerti peristiwa apa yang
akan terjadi. Saatnya tepat karena Dia akan dikurbankan pada waktu Passah,
tetapi orang-orang itu telah salah memahami peristiwa yang akan terjadi. Yesus
tahu mereka akan kecewa berat.
In The Desire
of Ages page 571 we find this very interesting comment from Ellen
White, as to why Jesus decided to go forward with the triumphal entry inspite
of the fact that He knew that people misunderstood prophecy and they were going
to be disappointed. She says this, “The events connected with this triumphal
ride would be the talk of every tongue, and would bring Jesus before every
mind. After His crucifixion many would recall these events in their connection
with His trial and death. They would be led to search the prophecies, and would
be convinced that Jesus was the Messiah, and in all lands converts to the faith
would be multiplied.”
Di The Desire of Ages hal 571, kita dapati
komentar yang sangat menarik dari Ellen White tentang mengapa Yesus memutuskan
untuk jalan terus dengan rencanaNya memasuki Yerusalem seperti raja, walaupun
faktanya Dia tahu bahwa umatNya telah salah memahami nubuatan dan mereka akan kecewa.
Ellen White berkata ini: “Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kedatangan Yesus secara
kebesaran ini akan
menjadi pembicaraan setiap lidah, dan akan membuat Yesus berada dalam pikiran
setiap manusia. Setelah penyalibanNya nanti, banyak orang akan teringat kepada
perisitwa-peristiwa ini yang berkaitan
dengan pengadilan dan kematianNya. Mereka nanti akan terdorong untuk
mempelajari nubuatan-nubuatan dan mereka akan diyakinkan bahwa Yesus adalah
Sang Mesias, dan di seluruh negeri jumlah orang-orang percaya akan
bertambah-tambah.”
Are you understanding why Jesus decided to
go ahead with the triumphal entry even though He knew they misunderstood
prophecy? It was because everybody needed to be focused on Him and then think
back what they had seen and study the prophecies so that they could understand what
Jesus had done.
Apakah
kalian mengerti mengapa Yesus memutuskan untuk lanjut dengan rencana
kedatanganNya ke Yerusalem seperti raja, bahkan walaupun sebenarnya Dia tahu
bahwa orang-orang telah salah memahami nubuatan? Karena semua orang harus
memusatkan perhatian mereka kepadaNya, dan nanti akan teringat apa yang mereka
lihat dan mereka akan mempelajari nubuatan-nubuatan lagi supaya mereka bisa
mengerti apa yang telah dilakukan Yesus.
Were the disciples right about the time
when this was going to take place? They
were right about the time. The Messiah was going to come, exactly in the middle
of the last week, as the fulfillment of the Passover. But what were they wrong
about? They were wrong about the event that was going to take place at that specific
time. The time was right, but in their minds the event was wrong.
Apakah
para murid benar mengenai waktu saat peristiwa ini akan
terjadi?
Mereka benar mengenai waktunya. Mesias akan datang, persis di tengah-tengah
minggu yang terakhir, menggenapi perayaan hari Passah. Tetapi mereka salah
mengenai apa? Mereka salah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada waktu
tersebut [pada hari Passah tersebut]. Waktunya benar, tetapi dalam pikiran mereka, peristiwa yang akan
terjadi waktu itu, salah. [maksudnya: Mereka
mengira Mesias akan mengambilalih takhta pada hari Passah itu]
I want to read John 12:16 this is a very interesting verse, it’s
talking about the triumphal entry and I want you to notice here, that we are
told that the disciples did not really understand what they were doing at the
triumphal entry. They were participating, they were acclaiming Jesus king, but
I want you to notice they didn’t really understand and notice when they finally
did understand.
Saya
akan membacakan Yoh 12:16, ini adalah ayat yang sangat menarik, ini berbicara
mengenai kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti raja, dan saya ingin kalian
perhatikan di sini, kita diberitahu bahwa para murid tidak benar-benar mengerti
apa yang mereka lakukan pada saat peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem seperti
raja itu. Mereka ikut ambil bagian, mereka mengumandangkan Yesus sebagai raja,
tetapi saya mau kalian lihat bahwa mereka tidak benar-benar mengerti dan
perhatikan kapan akhirnya mereka benar-benar mengerti.
Notice John 12:16 “His disciples did not understand these
things at first…” it’s talking about the triumphal entry, “…but when Jesus
was glorified…” what does that mean: when Jesus was glorified? When He resurrected. “…when
Jesus was glorified then they…” what? “… remembered…” this is what Ellen White had to say, “…
they remembered that these things were…” what? “… were written
about Him and that they had
done these things to Him.”
Did they
understand the prophecies after the fact? They understood the prophecies after
the fact but they did not understand before what was going on in the triumphal
entry.
Perhatikan
Yoh 12:16 “Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu…” ini
berbicara tentang masuknya Yesus ke Yerusalem seperti raja, “… tetapi sesudah Yesus
dimuliakan…” apa artinya ini: sesudah Yesus dimuliakan? Maksudnya, sesudah Dia bangkit. “…sesudah Yesus dimuliakan…” bagaimana
mereka? “…
teringatlah mereka…” inilah yang dikatakan Ellen White, “… teringatlah mereka bahwa
nas itu adalah mengenai Dia, dan bahwa mereka telah berbuat hal-hal [yang ditulis nas] itu kepadaNya.” [NKJV yang diindonesiakan.]
Apakah setelah kejadian itu mereka memahami
nubuatan-nubuatan tentang hal itu? Setelah terjadinya, mereka memahami
nubuatan-nubuatan, tetapi sebelumnya saat kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti
raja mereka tidak mengerti apa yang akan terjadi.
Question: Was
Jesus a king? He was just not the kind of king that they expected.
I don’t know
what you have noticed, but in the gospels there are a lot of royal
terminologies that applied to Jesus in the last week of His life. Let me just
mention those, you have the text in your list and you can look them up at your
leisure.
Did Jesus just
a few days before His death predicted that He was going to dethrone the ruler
of this world? In John 12:30-33, He says, “Now is the judgment of this world; now the ruler of this
world will be cast out.” He said, “The ruler that is ruling now, he is a goner, I’m going to take
over the throne.”
Did Jesus have
a triumphal entry as a king? Did He have a procession? Absolutely, he did, the
triumphal entry.
Was Jesus
anointed with oil? Remember what Mary did?
Was a crown
placed on the head of Jesus? Now, it was a crown of thorns but it was still a
crown.
Did they put a
purple robe on Him? Who wore purple robes? Kings.
Did the people
render Him mock homage by bowing to Him?
Absolutely.
Did they put
something in His right hand? Kings have a scepter in their right hand. Was a
reed placed in the right hand of Jesus? And when they did, they bowed before
Him, they said, “This is the king.”
Did Pilate
introduce Jesus as the king? He said, “Behold, your king!”
Was there a
mock procession to the place where Jesus was crowned ? Yes there was a
procession at the Via Dolorosa.
Was a royal
inscription placed on top of the cross?
“Jesus of Nazareth, the King of Israel.”
Pertanyaan: Apakah Yesus seorang raja? Hanya saja Dia bukan
macam raja yang mereka harapkan. Entah apa kalian melihatnya atau tidak, tetapi
di dalam injil ada banyak sekali terminologi raja
yang
diaplikasikan kepada Yesus pada minggu terakhir dari hidupNya. Coba saya
sebutkan beberapa, kalian bisa melihat ayat-ayatnya di kertas kalian, dan nanti
kalian bisa membaca sendiri ayat-ayat itu di waktu senggang kalian.
Apakah beberapa hari sebelum kematianNya, Yesus
meramalkan bahwa Dia akan
menjatuhkan penguasa dunia ini? Di Yoh 12:30-33, “…Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia
ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar…” Yesus berkata, “Penguasa yang sekarang berkuasa, dia
sudah kalah, Aku yang akan mengambilalih
takhta.”
Apakah Yesus memasuki Yerusalem seperti seorang raja?
Apakah ada iring-iringan yang mengikutinya? Benar sekali, Yesus memasuki
Yerusalem seperti seorang raja.
Apakah Yesus pernah diurapi dengan minyak? Ingat apa yang
dilakukan Maria Magdalena?
Apakah suatu mahkota pernah diletakkan di atas kepala
Yesus? Nah, mahkota itu dari duri, tetapi toh itu tetap sebuah mahkota.
Apakah mereka mengenakan jubah berwarna ungu padaNya?
Siapa yang memakai jubah ungu? Raja-raja.
Apakah orang-orang membungkuk kepadaNya sebagai
penghormatan yang sinis? Betul sekali.
Apakah mereka memberi sesuatu ke tangan kananNya?
Raja-raja membawa tongkat kekuasaannya di tangan kanan. Apakah sebatang
alang-alang diletakkan di tangan kanan Yesus? Dan ketika mereka melakukannya,
mereka membungkuk di hadapanNya dan mereka berkata, “Inilah sang raja.”
Apakah Pilatus memperkenalkan Yesus sebagai raja? Dia
berkata, “Lihat, ini rajamu!”
Apakah ada iring-iringan yang mencemooh yang mengikutiNya
ke tempat di mana Yesus dinobatkan? Ya, ada suatu prosesi di Via Dolorosa.
Apakah ada tulisan kerajaan yang ditempatkan di atas
salib? “Yesus dari Nazaret, Raja Israel.”
Was Jesus a
king? You better believe He was a king. Not a king of the kingdom of glory, but
a king of the kingdom of grace. In other words He was going to be the suffering
Messiah first and then glorious reigning Messiah at His second coming.
But He was still a king. But they misunderstood what kind of king He was going
to be. And the interesting thing is, that Jesus was fulfilling, by His death He
was fulfilling the prophecy of the 70 weeks that the Messiah would die in the
middle of the week. So you can imagine the excitement of the people when they
see Jesus coming in on this donkey and He is allowing them to say, “Hosanna in
the highest to the king.” They are saying, “Our hopes are finally going to be
fulfilled. Messiah is going to take over the throne and He is going to reign in
Jerusalem.” And less than a week later, most of those who were praising Him
when He came into Jerusalem at the triumphal
entry, were crying out “Crucify Him!”
Most of those who had joined the movement by excitement forsook the movement
and only a small remnant was left. And that small remnant had to hide in the
Upper Room.
You see, in the
good times everybody was on the side of Jesus. But when prophecy was not
fulfilled according to their expectations, the multitudes forsook Jesus and His
followers were decimated. In other words, the sweet experience of the triumphal
entry quickly turned bitter.
Apakah Yesus seorang raja? Percayalah, Dia seorang raja.
Bukan seorang raja dari kerajaan kemuliaan, tetapi seorang raja dari kerajaan
kasih karunia. Dengan kata lain, pertama-tama
Dia harus menjadi Mesias yang menderita, baru kemudian Mesias yang berkuasa dan
mulia pada saat kedatanganNya yang kedua. Tetapi Dia tetap
seorang raja. Namun mereka telah salah mengerti raja macam apa Dia nantinya.
Dan yang menarik adalah, dengan kematianNya Yesus menggenapi nubuatan 70 minggu
bahwa Mesias akan mati di tengah-tengah minggu. Jadi, kalian bisa membayangkan
rasa girang orang-orang itu ketika mereka melihat Yesus datang mengendarai
keledai itu, dan Dia mengizinkan mereka berkata, “Hosana bagi raja di tempat
yang mahatinggi!” Mereka berkata, “Harapan kita akhirnya akan tercapai. Mesias
akan mengambilalih takhta dan Dia akan memerintah di Yerusalem.” Dan kurang
dari satu minggu kemudian, kebanyakan dari mereka yang mengelu-elukan Yesus
ketika Dia masuk ke Yerusalem seperti raja, berteriak “Salibkan Dia!”
Kebanyakan mereka yang ikut dalam gerakan itu
hanya karena
luapan emosi,
meninggalkan gerakan itu, dan cuma sejumlah
kecil yang tersisa. Dan jumlah kecil yang tersisa itu harus bersembunyi di
Ruang Atas.
Kalian lihat, di masa-masa senang, semua orang mau berada
di pihak Yesus. Tetapi ketika nubuatan tidak digenapi seperti harapan mereka,
orang banyak meninggalkan Yesus dan pengikutNya merosot drastis.
Dengan kata lain, pengalaman yang manis dari kedatangan Yesus ke Yerusalem
seperti raja itu, cepat sekali berubah getir.
In fact let’s
read that, in Luke 23:27, we find the change in mood, less than a week later.
Before they were rejoicing and they were happy, but now notice, less than a
week later, it says, “ And
a great multitude of the people followed Him, and women who also…” what? “… mourned and
lamented Him.” Was the sweet experience now a
bitter experience? Absolutely. Was it Christ’s fault? No.
Sebaiknya mari kita
baca di Lukas 23:27, kita lihat ada perubahan suasana
hati,
kurang dari seminggu kemudian. Sebelumnya mereka kegirangan dan mereka
bersukacita, tetapi sekarang perhatikan, kurang dari satu minggu kemudian,
dikatakan, “Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di
antaranya banyak perempuan yang…” juga apa? “… menangisi dan meratapi Dia.” Apakah pengalaman yang manis sekarang menjadi pengalaman
yang getir? Betul sekali. Apakah itu salah Kristus? Bukan.
We can sense
the disappointment in the voice of Mary Magdalene, when the two angels appeared
to her in the garden on resurrection morning, and they asked her “Why are you
weeping?” You see, a week earlier she was with the multitude who proclaimed
Jesus king. The angels said, “Why are you weeping?” Notice, “She said to them, ‘Because they have taken away my Lord,
and I do not know where they have laid Him.’”[John 20:13] See, she was oblivious of the idea of the resurrection. She thought that
somebody had taken the body. And she was weeping.
Kita
bisa merasakan kekecewaan dalam suara Maria Magdalena ketika dua orang malaikat
menemuinya di kebun pada pagi hari kebangkitan Yesus, dan mereka bertanya
kepadanya, “Mengapa kamu menangis?” Kalian lihat, satu minggu sebelumnya, Maria
berada bersama-sama orang banyak yang mengumandangkan Yesus sebagai raja.
Malaikat-malaikat itu berkata,
“… ‘mengapa
engkau menangis?’ Perhatikan, “…Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah
diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’" [Yoh 20:13]. Lihat,
Maria ini sama sekali tidak paham dengan gagasan kebangkitan. Dia sangka ada
orang yang telah mengambil jasad Yesus, dan dia menangis.
We can sense
the disappointment in the two disciples that were on the road to Emmaus. In
Luke 24:21 one of them says to Jesus, “But we trusted that it had been He which should have
redeemed Israel..” We thought He was the redeemer. Was Jesus the redeemer? Just not the kind
of redeemer they were expecting. They were expecting a literal king who will
redeem them from their literal enemies.
Kita bisa merasakan kekecewaan kedua orang murid yang
dalam perjalanan ke Emaus. Di Lukas 24:21, salah seorang berkata kepada Yesus, “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah
yang datang untuk membebaskan bangsa Israel….” Kami sangka Dialah sang penyelamat. Apakah Yesus sang
penyelamat? Hanya saja Dia bukan macam penyelamat yang mereka harapkan. Mereka
menunggu seorang raja betulan yang akan menyelamatkan mereka dari musuh-musuh
mereka yang betulan.
Now, let me ask
you this: How did the church of that day and age react to the triumphal entry?
The religious leaders they just said, “Oh, wonderful, this is the Messiah.” To
the contrary. The religious leaders were furious. The churches of that day and age
were furious. Let’s read from
Matthew 21:15-16, who should have been proclaiming Jesus as king as He came
into Jerusalem? All the scribes and the Pharisees and the religious leaders
should have embraced Him. But notice, who was the one or who were the ones that
actually proclaimed Jesus king? It says in Matthew 21:15-16 “ But when the chief priests and scribes
saw the wonderful things that He did, and the children…” notice, “… the children
crying out in the temple and saying, ‘Hosanna to the Son of David!’…” who were proclaiming Him? Ignorant
disciples and children! How did the religious leaders react? “…
they were…” what? “…
indignant and said to Him, ‘Do You hear what these are saying?’ And Jesus said
to them, ‘Yes. Have you
never read, ‘Out of the mouth of babes and nursing infants You have perfected
praise’?” What
instruments that were chosen to proclaim Jesus king? Not the great religious
leaders of the churches of the day, but children, infants, and ignorant
disciples. Less than a week later, the Jewish Sanhedrin sentenced Jesus to
death.
Sekarang, coba saya tanya ini: Bagaimana reaksi gereja
masa itu kepada kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut seperti raja? Para
pemimpin agama berkata, “Oh, bagus!
Inilah sang Mesias!” begitu? Sebaliknya! Para
pemimpin agama murka. Gereja pada masa itu murka. Mari kita baca
dari Matius 21:15-16, siapa yang seharusnya mengumandangkan Yesus sebagai raja
pada saat Dia masuk ke Yerusalem? Para ahli taurat dan Farisi dan
pemimpin-pemimpin agama seharusnya menerima Dia dengan dua tangan terbuka.
Tetapi perhatikan, siapakah orang-orang yang nyatanya memproklama-sikan
Yesus sebagai raja? Di Matius 21:15-16 dikatakan, “Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak…” perhatikan, “… anak-anak yang berseru dalam Bait Allah:
‘Hosana bagi Anak Daud!’…” Siapa yang memproklamasikan Dia? Murid-murid yang tidak
mengerti dan anak-anak! Bagaimana reaksi para pemimpin agama? “… hati
mereka…” apa? “…
sangat jengkel, lalu mereka berkata kepada-Nya: ‘Engkau dengar apa yang
dikatakan anak-anak ini?’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku dengar; belum
pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau
telah menyediakan puji-pujian?" Sarana apa yang dipakai untuk memproklamasikan Yesus
raja? Bukan para pemimpin besar agama dari gereja masa itu, tetapi anak-anak,
balita, murid-murid yang tidak mengerti. Kurang dari satu minggu kemudian,
dewan Sanhedrin Yahudi menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus.
On the cross,
we are told in Matthew 27:41 that the scribes, the chief priests and the elders
mocked Him and reviled Him. You see the religious establishment was harden in
rebellion, the church of that day was
rebellious and fell into apostasy. They even tried to hide the story of
the resurrection of Jesus, they said, “Ah, no, that’s a story that the disciples
have invented to save face.” The disciples had to hide from the wrath of the
Jews in the Upper Room. In other words, the church of that day and the
religious leaders fell into apostasy, because they did not follow Jesus to the
Court, they did not follow Jesus to the Camp, they were unable to understand
what Jesus was going to do in the Holy Place of the Sanctuary.
Di salib, kita tahu dari Matius 27:41, para ahli taurat
dan imam-imam kepala dan ketua-ketua mencemooh Dia dan mengolok-olokNya. Kalian
lihat, lembaga agama bersikeras
melawanNya, gereja masa itu memberontak dan jatuh murtad. Mereka
bahkan mencoba menyembunyikan peristiwa kebangkitan Yesus. Mereka berkata, “Ah,
tidak, itu adalah cerita yang dikarang murid-muridNya supaya tidak
dipermalukan.” Para murid harus bersembunyi di Ruang Atas dari murka
orang-orang Yahudi. Dengan kata lain, gereja zaman itu dan para pemimpin
rohaninya murtad karena mereka tidak mengikuti perjalanan Yesus ke Pelataran,
mereka tidak mengikutiNya ke Perkemahan, mereka tidak bisa memahami apa yang
akan dilakukan Yesus di Bilik Suci dari Bait Suci.
Now, after the
disappointment, how did Jesus explain why they had been disappointed? He
explained it by leading them to the Scripture, that is He led them to study the
prophecies. He explained the prophecies that they had not understood. Notice
Luke 24:25-27, He was speaking to the two disciples on the road to Emmaus. Luke
24:25-27 “Then He said to them, ‘O foolish ones, and slow of heart to
believe in all that the prophets have spoken! Ought not the Christ to have suffered these
things and to enter into His glory?’ And beginning at Moses and all the Prophets, He expounded
to them in all the Scriptures the things concerning Himself.”
What method did
Jesus use to explain the disappointment? He took them to Bible prophecies and
explained the prophecies they had misunderstood and they said, “Wow!” You say,
“How do we know that they said ‘Wow’?” Notice the two disciples on the road to
Emmaus, Luke 24:32, after Jesus opened the Scriptures and explained Moses and
the Prophets, and the Scriptures, we find there in Luke 24:32 one of the
disciples on the road to Emmaus says to the other, “Did not our heart burn within us while He talked with us
by the way, and while He opened the Scriptures to us?” Did they restudy Bible prophecy? With divine enlightenment, they certainly
did. Notice Luke 24:33-35, the two disciples on the road to Emmaus then
returned to Jerusalem and they were going to talk to the disciples, who were
gathered in the Upper Room. It says there in Luke 24:33 “So they rose up that very hour and returned
to Jerusalem, and found the eleven and those who were with them gathered together, saying,
‘The Lord is risen indeed, and has appeared to Simon!” And
they told about the things that had
happened on the road, and how He was known to them in the breaking of
bread.” Because they
saw His hands with the scars of the nails.
Nah, setelah kekecewaan itu, bagaimana Yesus menjelaskan
mengapa mereka kecewa? Yesus menjelaskannya dengan membawa mereka kembali ke
Kitab Suci, maksudnya Yesus membawa mereka untuk mempelajari nubuatan-nubuatan. Dia
menjelaskan nubuatan-nubuatan yang tidak mereka pahami. Perhatikan Lukas
24:25-27, Dia berbicara kepada dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Lukas
24:25-27 “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang
bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang
telah dikatakan para nabi! Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?’ Lalu
Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab
Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.”
Cara apa yang dipakai Yesus untuk menjelaskan kekecewaan
itu? Dia membawa mereka ke nubuatan-nubuatan Kitab Suci dan menjelaskan
nubuatan-nubuatan yang telah mereka salahartikan dan mereka berkata “Wow!”
Kalian berkata, “Dari mana kita tahu mereka berkata ‘Wow’?” Perhatikan kedua
murid dalam perjalanan ke Emaus, Lukas 24:32, setelah Yesus membuka Kitab Suci
dan menjelaskan tentang Musa dan nabi-nabi dan Kitab Suci, kita temukan di
Lukas 24:32 salah seorang murid yang menuju Emaus itu berkata kepada temannya, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika
Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci
kepada kita?" Apakah
mereka mempelajari lagi nubuatan Kitab Suci? Tentu saja, dengan pencerahan
ilahi. Perhatikan Lukas 24:33-35, kedua murid yang bertemu Yesus dalam
perjalanan ke Emaus itu lalu kembali ke Yerusalem, mereka mau memberitahu para
rasul, yang sedang berkumpul di Ruang Atas. Di Lukas 24:33 dikatakan, “Lalu bangkitlah
mereka dan saat itu juga kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati
kesebelas murid itu dan orang-orang yang bersama
mereka berkumpul menjadi satu. Kata mereka itu: ‘Tuhan benar-benar telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.’ Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa
yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenali Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.” [NKJV yang diindonesiakan]. Karena mereka melihat tanganNya dengan bekas-bekas luka
paku.
A little bit
later, Jesus arrives at the Upper Room where the two disciples arrived and told
the disciples that Jesus had resurrected, and now Jesus speaks to the
disciples.
How did Jesus
explain the disappointment to His disciples? Luke 24: 44-49 “Then He said to
them, ‘These are the words which I spoke to you
while I was still with you, that all things must be fulfilled which were
written in the Law of Moses and the
Prophets and the Psalms
concerning Me.’…” What method did Jesus use to explain the
disappointment to the disciples? The Scriptures. The prophecies that they had
misunderstood. And it continues saying, “… And
He opened their understanding, that they might comprehend…” what? “…the Scriptures. Then He
said to them, ‘Thus it is
written, and thus it was necessary for the Christ to suffer and to rise from
the dead the third day, and that repentance and remission of sins should be
preached in His name to all nations, beginning at
Jerusalem. And you are witnesses of these things. Behold, I send the Promise of My Father
upon you; but tarry in the city of Jerusalem until you are endued with power
from on high.’” So, after the disappointment they restudied Bible prophecies. And they
discovered where their mistakes had been.
Tak lama kemudian, Yesus tiba di Ruang Atas itu di mana
kedua murid sudah tiba dan sedang memberitahu para rasul bahwa Yesus sudah
bangkit, dan sekarang Yesus berbicara kepada murid-muridNya. Bagaimana Yesus
menjelaskan kekecewaan itu kepada para muridNya? Lukas 24:44-49 “Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataan-Ku,
yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni
bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat
Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ …” Dengan cara apa yang dipakai Yesus untuk menjelaskan
kekecewaan kepada para muridNya? Dengan Kitab Suci. Nubuatan-nubuatan yang
telah disalahartikan mereka. Selanjutnya dikatakan, “…Lalu
Ia membuka pikiran mereka, supaya mereka
mengerti…” apa? “…Kitab
Suci. Lalu
kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian, oleh
sebab itulah Mesias harus menderita
dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga; dan bahwa
pertobatan dan pengampunan dosa harus dikabarkan
dalam namaNya kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Dan kamu adalah saksi dari semuanya ini. Lihat, Aku akan mengirim kepadamu apa yang
dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi tunggulah di kota
Jerusalem sampai kamu dikaruniai kekuasaan dari tempat tinggi.’" [NKJV yang diindonesiakan]. Jadi
setelah kekecewaan itu mereka mempelajari lagi nubuatan-nubuatan Alkitab, dan mereka
menemukan di mana mereka telah membuat kesalahan.
They said,
“Men, our heart was burning within us as He opened the Scriptures now we
understand that He was going to be a king of the kingdom of grace. He was going
to die to get back the position that Adam lost, when he allowed himself to be
conquered by the Devil. Now we understand what kind of king Jesus was going to
be.” And as a result, the Christian church was established.
Mereka berkata, “Wah, hati kita serasa terbakar di dada kita ketika Dia membuka
Kitab Suci, sekarang kita paham bahwa waktu itu Dia akan menjadi raja dari
kerajaan kasih karunia. Dia harus mati untuk mendapatkan kembali posisi yang
telah dihilangkan Adam ketika Adam mengizinkan dirinya ditaklukkan Iblis.
Sekarang kita mengerti Yesus menjadi raja apa.” Dan sebagai hasilnya,
berdirilah gereja Kristen.
How many of
those that acclaimed Jesus as the Messiah and as the king, how many of those
were left? The whole multitude was left? No, a very small remnant. They became
the nucleus of the church that Jesus Christ now was going to use to take the
message to the world, the Christian Church. What happened to the church that had
been God’s church upto that point? It became what? It became apostate.
And as we studied the prophecy of the 70 weeks, eventually it was what? That church
was rejected and God chose the Christian church to fulfill His mission to the
world.
Berapa banyak dari mereka yang menobatkan Yesus sebagai
Mesias dan raja, berapa banyak yang tersisa? Apa seluruh kumpulan massa masih
ada? Tidak, hanya tersisa sejumlah kecil. Mereka itulah yang menjadi inti dari
gereja yang sekarang dipakai Yesus Kristus untuk membawa kabar selamat ke seluruh
dunia, yaitu Gereja Kristen.
Apa jadinya dengan gereja yang
hingga saat itu adalah gereja Tuhan? Gereja itu menjadi apa? Menjadi murtad. Dan bila kita mempelajari nubuatan 70 minggu,
bagaimana akhirnya nasib gereja itu? Akhirnya gereja itu ditolak Tuhan, dan Tuhan memilih Gereja
Kristen until menggenapi misiNya kepada dunia.
So, question:
did the Christian church begin with a great disappointment? Yes or no? So how
can the Christian church be the true church if it began with a disappointment?
They misunderstood prophecy, right? They didn’t understand what they were
preaching. Their joy was turned to sorrow. And after the disappointment they
studied the prophecies and “Oh, now we know where we were wrong! We were wrong
about the kind of Messiah, but we were right about the timing.”
Jadi, pertanyaan: Apakah gereja Kristen diawali dengan
suatu kekecewaan besar? Ya atau tidak? Jadi bagaimana mungkin gereja Kristen
itu gereja yang benar jika berawal dari kekecewaan? Mereka telah
salahmengartikan nubuatan, bukan? Mereka tidak mengerti apa yang mereka
khotbahkan. Sukacita mereka berubah menjadi dukacita. Dan setelah kekecewaan
itu mereka mempelajari nubuatan-nubuatan dan “Oh, sekarang kami tahu kami
salah! Kami salah mengenai jenis Mesias, tetapi kami benar mengenai waktunya.”
Now, I would
like us to go for a few minutes to what happened leading upto the year 1844,
because there was a striking parallel between what happened in relationship to
the triumphal entry and what happened in 1844.
Were there
biblical prophecies that pointed to the beginning of the Judgment in 1844? Yes
or no? Remember Daniel 7? Lion, bear, leopard, dragon, 10 horns, Little Horn
for 1260 days, and then the Father, the Ancient of Days goes in, He sits, and
the judgment begins, and then Jesus comes on the clouds of heavens to the
Ancient of Days. Does that give us the approximate timing when the judgment was
going to begin? It was going to begin after 1798.
Nah, saya ingin kita beralih sejenak ke apa yang terjadi
hingga mengarah ke tahun 1844, karena ada persamaan yang sangat mirip dalam
hubungan antara apa yang terjadi saat Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja dan
apa yang terjadi di 1844.
Apakah ada nubuatan-nubuatan Alkitab yang menunjuk kepada
dimulainya Penghakiman pada tahun 1844?
Ya atau tidak? Ingat Daniel pasal 7, singa, beruang, macan kumbang,
naga, 10 tanduk, Tanduk Kecil selama 1260 hari, kemudian Allah Bapa, Yang
Lanjut Usianya masuk, Dia duduk, dan penghakiman dimulai. Lalu Yesus datang di
atas awan di langit, kepada Yang Lanjut Usianya. Apakah itu memberikan kepada
kita perkiraan waktu kapan penghakiman ini akan dimulai? Penghakiman akan
dimulai setelah tahun 1798.
You know where
the Millerites committed their mistakes? They read this passage from Daniel 7
but they didn’t notice carefully that the Bible says, that Jesus when He came on the clouds of
heaven, He didn’t come to the earth, He went on the clouds of heaven to the
Ancient of Days in heaven to begin the Judgment. They didn’t understand
that. And so the Millerites, those who preached the message about 1844, they
thought that Jesus was going to come in 1844, and that He was going to
establish His kingdom here, He was going to destroy the world with fire,
cleanse the world with fire ~ which they believed the world was the Sanctuary ~
even though the Bible does not say that the earth is the Sanctuary ~ God was
going to cleanse the earth with fire, and then Jesus was going to establish His
everlasting kingdom here. You see, they misinterpreted the prophecy of Daniel
chapter 7.
Tahukah kalian di mana golongan Millerit membuat
kesalahan mereka? Mereka membaca dari Daniel pasal 7, tetapi mereka tidak jeli
memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab bahwa Yesus ketika Dia datang di atas awan di langit, Dia tidak
datang ke dunia. Yesus datang di atas awan di langit kepada Yang Lanjut Usianya
di Surga untuk memulai Penghakiman. Mereka tidak mengerti itu.
Maka golongan Millerit, yang membawa pekabaran tentang tahun 1844, menyangka Yesus akan datang ke dunia tahun
1844 dan Dia akan mendirikan kerajaanNya di dunia, Dia akan membinasakan dunia
ini dengan api, menyucikan dunia dengan api ~ yang mereka anggap itulah “Tempat
yang Kudus” walaupun di dalam Alkitab
tidak dikatakan bahwa dunia ini adalah Tempat yang Kudus ~ bahwa Tuhan akan
membersihkan dunia dengan api, lalu Yesus akan datang untuk mendirikan
kerajaanNya yang kekal di sini. Kalian lihat, mereka telah salah menafsirkan
nubuatan Daniel pasal 7.
Let me ask you:
Was there also a prophecy in Daniel 8:14 that gives the exact time when the
Judgment was going to begin? Remember we studied the prophecy “Unto 2300 days and the Sanctuary shall be
cleansed”? Incidentally,
the Bible also gives the month and the day when that Judgment was going to
begin, because the cleansing of the Sanctuary took place on the day of
Atonement. And the Bible gives us the month and the day for the day of
Atonement. It’s found in Leviticus 23:26-27. It says, “And the Lord spoke to Moses, saying: ‘Also the tenth day of this seventh month shall be the Day of Atonement….’” So taking the prophecy of the 2300 days, they arrived
at the year 1844, and taking the sequence in the Hebrew feasts, they
discovered the day and they discovered the month which in 1844,
the day and the month was October 22, 1844.
Coba saya tanya: Apakah di Daniel 8:14 juga ada nubuatan
yang menyebutkan waktunya tepat kapan Penghakiman itu akan dimulai? Ingat, kita
telah mempelajari nubuatan “Sampai lewat 2300 petang dan pagi maka Tempat
Kudus itu akan dibersihkan [NKJV yang
diindonesiakan]. Kebetulan, Alkitab juga memberikan bulan dan harinya
kapan Penghakiman ini akan dimulai, karena pembersihan Bait Suci terjadi pada
hari Grafirat/hari Pendamaian. Dan Alkitab memberikan bulan dan tanggal untuk
Hari Pendamaian itu. Ini ditemukan di Imamat 23:26-27, dikatakan, “TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Akan tetapi pada
tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian’…” Maka memakai
nubuatan 2300 hari, mereka tiba pada tahun 1844, dan memakai
urut-urutan perayaan Yahudi, mereka menemukan harinya, dan
mereka menemukan bulannya, yang di
tahun 1844 itu, hari dan bulannya jatuh pada 22 Oktober 1844.
We’ll also take
a look at Revelation 14:6-7, “The hour of His judgment has come…” and that’s after you have, once again in
Revelation 13 you have the lion, the bear, the leopard, the ten horns, and then
you have the beast that rules 42 months, and then after that, the hour of the Judgment
has come.
Kita juga akan melihat di Wahyu 14:6-7, “… telah tiba saat penghakimanNya…” dan ini setelah di Wahyu pasal 13 kita bertemu dengan
singa, beruang, macan kumbang, 10 tanduk, lalu binatang yang memerintah selama
42 bulan, dan setelah itu “… telah tiba saat penghakimanNya…”
So you have
abundant prophecies that pointed to the fact that the Judgment was going to
begin in heaven, and it was going to begin after 1798, specifically in 1844 and
it was going to begin, obviously before the close of probation. There were
prophecies that indicated that. And so leading up to the year 1844 a great
religious movement arose in the USA primarily although there were individuals
who preached in other countries as well. This was an inter-denominational and
inter-continental movement, which has come to be known as the Great Second Advent
Awakening. Those who preached the message taught that Jesus was going to come first
of all in 1843, then they noticed they
had committed a chronological mistake, and then they adjusted it to October 22,
1844. Thousands of people embraced this message. It’s believed that
over 50’000 in just New England who were actually proclaiming this message, the
most famous of those of course is William Miller. And they studied the
prophecies: “Unto 2300 days and the Sanctuary shall be cleansed”. William
Miller said, “the Sanctuary is going to be cleansed, that is the earth, with
fire. Jesus is going to come and going to cleanse the earth and He is going to
establish His kingdom forever and ever.”
Jadi ada banyak nubuatan yang menunjuk kepada fakta bahwa
Penghakiman akan dimulai di Surga, dan bahwa itu akan dimulai setelah tahun
1798, tepatnya di 1844, dan itu akan dimulai, tentu saja sebelum penutupan masa
percobaan untuk dunia. Ada nubuatan-nubuatan yang menunjukkan itu. Maka hingga
tiba di tahun 1844, muncullah suatu gerakan rohani terutama di Amerika Serikat
walaupun ada orang-orang yang mengabarkannya di negara-negara lain juga. Ini
adalah gerakan lintas-denominasi dan lintas-benua yang kemudian dikenal sebagai
the Great Second Advent
Awakening [= Kebangunan Akbar Menyambut Kedatangan
Kristus yang Kedua]. Mereka
yang membawa pekabaran ini mengajarkan
bahwa Yesus akan datang ke dunia, pertamanya di tahun 1843, lalu
mereka menyadari bahwa mereka telah membuat kesalahan kronologis yang kemudian
mereka sesuaikan ke 22 Oktober 1844.
Ribuan orang menerima pekabaran ini. Diyakini ada lebih dari 50’000 hanya di
New England yang mengumandangkan pekabaran ini, dan tokoh yang paling terkenal
tentu saja adalah William Miller. Dan mereka mempelajari nubuatan “Sampai lewat 2300 petang dan pagi maka Tempat Kudus itu akan dibersihkan.” William Miller berkata, “Bait Suci akan dibersihkan
dengan api, itu adalah dunia ini. Yesus akan datang dan akan membersihkan dunia
ini dan Dia akan mendirikan kerajaanNya yang kekal.”
Was he wrong about the event? Yes. Was he
right about the time? He was right about the time. He was just wrong about the
event. And all of those who were preaching, were wrong about the event. Do you
think God knew that they were wrong about the event? So why did He have them
preach? Because
it was necessary to attract everyone’s attention to something that was going to
happen on that date. And Jesus knew that there was going to be a
disappointment, but He said, “I am going to go forward with My calendar, because
it is in My messianic calendar that I have to begin My judgment on that date. I
know that those who are preaching the message misunderstand the event that is
going to take place, but I am going to forward anyway, and after the fact they
will understand.”
Apakah
William Miller salah dalam hal peristiwa yang akan terjadi? Ya. Apakah dia
benar mengenai waktunya? Dia benar mengenai waktunya. Dia hanya salah mengenai
peristiwanya. Dan semua yang mengabarkan hal itu, salah mengenai peristiwanya.
Menurut kalian apakah Tuhan tahu bahwa mereka salah menginterpretasi
peristiwanya? Kalau begitu mengapa Tuhan tetap menyuruh mereka mengabarkannya? Karena saat itu perlu menarik
perhatian semua orang kepada sesuatu yang akan terjadi pada hari itu.
Dan Yesus tahu bahwa akan terjadi kekecewaan, tetapi Dia berkata, “Aku akan
lanjut dengan agendaku, karena sudah ada di dalam penanggalan mesianikKu bahwa
Aku harus memulai Penghakiman pada hari itu. Aku tahu bahwa mereka yang
mengabarkan hal itu telah salahmengartikan peristiwa yang akan terjadi, tetapi
Aku tetap jalan terus, dan setelah terjadi nanti, mereka akan mengerti.”
How could God be party in such a deception?
It wasn’t a deception. The prophecies were clear. The problem was with their
misconception.
Now, allow me to read you some statements.
These were written by Ellen White. By the way Ellen White participated in that
movement, so what I am going to read now, is the account of an eyewitness. She
experienced this that she is describing. In the book of Christian’s Experience and Teachings of Mrs. Ellen G.
White, page 50, she says this: “In every part of the land light was given
concerning this message, and the cry aroused thousands. It went from city to
city, from village to village, and into the remote country regions. It reached
the learned and talented, as well as the obscure and humble…” and then she
remarks, “…This
was the happiest year of my life.” Was that a
joyful experience thinking that Jesus was going to come on October 22, 1844?
Absolutely. Did God know that they were going to be bitterly disappointed
because of their misconception of Bible prophecy? He most certainly did.
Bagaimana
mungkin Tuhan mau terlibat dalam penipuan seperti ini? Ini BUKAN penipuan.
Nubuatan-nubuatannya jelas. Masalahnya adalah salahpengertian mereka.
Sekarang,
saya mau membacakan beberapa pernyataan. Ini ditulis oleh Ellen White. Supaya
tahu, Ellen White terlibat dalam gerakan itu, jadi apa yang akan saya bacakan
ini adalah kesaksian seorang saksi mata. Dia mengalami sendiri apa yang dia
lukiskan. Di dalam buku Christian’s Experience
and Teachings of Mrs. Ellen G. White,
hal 50, dia berkata demikian: “Di seluruh negeri terang telah diberikan mengenai pekabaran ini, dan
seruan itu membangkitkan ribuan orang. Seruan itu menyebar dari kota ke kota,
dari desa ke desa, dan hingga ke pelosok-pelosok yang terpencil. Pekabaran ini
mencapai orang-orang yang berpendidikan dan berbakat, dan juga orang-orang yang
sederhana dan hina…” lalu dia berkomentar, “… ini adalah hari yang paling bahagia
dalam hidupku.” Bukankah
ini pengalaman yang penuh sukacita, mengira Yesus akan datang pada 22 Oktober
1844? Tentu saja. Apakah Tuhan tahu bahwa mereka akan kecewa berat karena
kesalahan mereka mengartikan nubuatan Alkitab? Pasti Tuhan tahu.
In the book Early Writings page 229, Ellen
White says this: “Thousands
were led to embrace the truth preached by William Miller, and servants of God
were raised up in the spirit and power of Elijah to proclaim the message.”
She says in The Great
Controversy page 400-401 “Like a tidal wave the
movement swept over the land…” so they were called a tsunami, “… From city to city, from village to village, and into
remote country places it went, until the waiting people of God were fully aroused…”
You know October 22, 1844, came and went, and Jesus
didn’t come.
Dalam
buku Early
Writings hal 229, Ellen berkata demikian: “Ribuan
orang menerima kebenaran yang dikhotbahkan William Miller, and hamba-hamba
Allah pun dibangkitkan dalam semagat dan kuasa Elia untuk mengumandangkan
pekabaran itu.”
Di
dalam The
Great Controversy hal 400-401, dia berkata, “Gerakan
itu menyapu seluruh negeri ibarat gelombang besar…” jadi
mereka disebut tsunami, “… dari kota ke kota, dari desa ke desa, hingga masuk ke pelosok-pelosok, hingga semua umat
Tuhan yang sedang menanti, benar-benar terjaga…” Kalian tahu, 22
Oktober 1844 tiba dan berlalu, dan Yesus tidak datang.
Now, who did God choose to proclaim this
message leading up to 1844? The great preachers of the day and age? Nope.
Farmers. A farmer, who was also a soldier in the revolutionary war, William
Miller.
I want you to notice what William Miller
had to say, because he, you know, he studied prophecy, he knew that what he was
teaching was the truth. But he wondered, “What if I am wrong?” Notice what he
says in his book Apology and Defense, page 13. He says: “My great fear was that in their joy at the
hope of a glorious inheritance so soon to be revealed, they would receive the
doctrine without sufficiently examining the Scriptures in demonstration of its
truth. I therefore feared to present it, lest by some possibility I should be
in error, and be the means of misleading any.”
Nah,
siapa yang dipilih Tuhan untuk mengumandangkan pekabaran ini hingga tahun 1844?
Apakah pengkhotbah-pengkhotbah terkenal di zaman itu? Tidak. Petani-petani!
Seorang petani yang juga adalah seorang serdadu dalam perang Amerika Serikat
melawan Inggris (1812-1815 yang dikenal sebagai Anglo-American War), William
Miller.
Saya
ingin kalian melihat apa yang dikatakan William Miller, karena kalian tahu, dia
mempelajari nubuatan, dia tahu bahwa apa yang diajarkannya adalah kebenaran.
Tetapi dia bertanya-tanya, “Bagaimana jika saya salah?” Perhatikan apa katanya
dalam bukunya Apology and Defense, hal 13. Dia berkata, “Kekhawatiranku yang
terbesar adalah kegirangan mereka atas harapan mendapatkan warisan yang mulia
yang akan dinyatakan dalam waktu dekat, sehingga mereka menerima doktrin ini
tanpa mempelajari Kitab Suci dengan teliti untuk membuktikan kebenarannya.
Itulah sebabnya aku khawatir menyodorkannya, seandainya ada kemungkingan aku
salah, dan menjadi sumber yang menyesatkan orang lain.”
October 23, 1844, came and Jesus didn’t come. And the joyful experience
was turned into bitterness. In fact Revelation prophesied this event. In
Revelation chapter 10 we find the experience of a little book. That little
book is the part of Daniel that deals with the 2300 days prophecy. We don’t
have time to get into that right now, but if you are interested I can send you
my notes on that proving that this book, this little book is the portion of
Daniel that has to do with the 2300 days, with the message of the judgment. And
interestingly enough, John is told, “Eat the book!” And John eats the book.
What does that mean, he eats the book? He is assimilating what? The message.
Read Ezekiel 3:1-3 there it is clear. He is assimilating the message. And what
is this message like in his mouth? Oh, in his mouth it is sweet as honey. The
message of the Judgment was sweet as honey, but when it got to his belly what
happened? Hooo, it became bitter. Is
that what happened at the triumphal entry?
A sweet experience turned bitter after the aftermath? Absolutely.
23
Oktober 1844 tiba dan Yesus tidak datang. Dan pengalaman sukacita berubah
menjadi kegetiran. Bahkan kitab
Wahyu sudah menubuatkan peristiwa ini. Di Wahyu pasal 10 kita
temukan pengalaman dengan sebuah kitab kecil. Kitab kecil itu adalah bagian
dari kitab Daniel yang membahas nubuatan 2300 hari. Sekarang kita tidak punya
waktu untuk membahas kitab ini, tetapi jika kalian berminat saya bisa
mengirimkan catatan saya yang membuktikan bahwa kitab ini, kitab kecil ini
adalah bagian dari tulisan Daniel yang berkaitan dengan 2300 hari, berkaitan dengan
pekabaran tentang Penghakiman. Dan yang menarik adalah, Yohanes disuruh makan
kitab itu. Dan dia makan kitab itu. Apa maksudnya dia makan kitab itu? Dia
sedang mencerna pekabaran itu. Dan bagaimana rasanya pekabaran itu dalam
mulutnya? Oh, di dalam mulutnya terasa manis seperti madu. Pekabaran tentang
Penghakiman ini manis seperti madu, tetapi ketika itu tiba di perutnya, apa
yang terjadi? Hooo, dia menjadi getir. Bukankah itu yang terjadi pada waktu
Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja? Suatu pengalaman yang manis yang berubah
getir setelah lewat? Betul sekali.
Allow me to read you a statement by Hiram
Edson, he was one of those who preached this message and this will bring tears
to your eyes. This is the day after the disappointment. He says, ”…
we confidently expected to see Jesus Christ and all the holy angels with Him;
and that His voice would call up Abraham, Isaac, and Jacob and all the ancient
worthies, and dear friends which had been torn from us by death, and that our
trials and sufferings, with our earthly pilgrimage would close, and we should
be caught up to meet our coming Lord to be forever with Him, to inhabit bright
golden mansions in the golden home city prepared for the redeemed. Our
expectations were raised high and thus we looked for our coming Lord until the
clock tolled 12, at midnight. The day had then passed and our disappointment
became a certainty. Our fondest hopes and expectations were blasted, and such a
spirit of weeping came over us as I never experienced before. It seemed that
the loss of all earthly friends could have been no comparison. We wept, and
wept, till the day dawn. I mused in my own heart, saying, ‘My advent experience
has been the richest and brightest of all my Christian experience. If this had
proved a failure, what was the rest of my Christian experience worth? Has the
Bible proved a failure? Is there no God, no heaven, no golden home city, no
paradise? Is all this but a cunningly devised fable? Is there no reality to our
fondest hope and expectation of these things?’ And thus we had something to
grieve and weep over, if all our fond hopes were lost. And as I said, we wept
till the day dawn.” ~ Hiram Edson, manuscript fragment on his “Life and Experience” no date, pp. 4-5.
Saya
mau membacakan suatu pernyataan oleh Hiram Edson, dia adalah salah satu yang mengkhotbahkan pekabaran
ini dan ini akan membuat kalian terharu. Ini menggam-barkan keesokan harinya setelah kekecewaan itu. Dia
berkata, “… kami begitu yakin akan melihat Yesus Kristus dan semua malaikat yang
suci bersamaNya; dan suaraNya yang akan membangunkan Abraham, Ishak dan Yakub,
dan semua orang saleh dari zaman purba, dan teman-teman kami yang telah dirampas
oleh kematian dari kami, dan bahwa cobaan dan penderitaan kami serta perjalanan
kami di dunia ini akan berakhir, dan kami akan diangkat untuk bertemu dengan
Tuhan kami yang datang, supaya bisa selamanya bersama-sama denganNya, mendiami
rumah-rumah indah yang bercahaya terang keemasan di kota emas, yang disediakan
untuk umat tebusan. Harapan kami terangkat begitu tinggi dan dengan demikian kami menunggu kedatangan
Tuhan kami hingga lonceng berbunyi 12 tengah malam. Hari itu sudah lewat, dan
kekecewaan kami menjadi suatu kepastian. Harapan kami yang terindah serta
penantian kami hancur, dan kami dikuasai oleh roh duka yang belum pernah saya
alami sebelumnya. Seandainya semua teman kami di dunia ini lenyap pun tidak
sebanding dengan perasaan saat itu. Kami menangis, dan menangis, hingga fajar.
Saya bertanya-tanya dalam hati sendiri, ‘Pengalaman menantikan kedatangan Kristus adalah
pengalaman saya yang paling kaya dan cemerlang dari seluruh pengalaman
kekristenan saya. Jika ini terbukti suatu kegagalan, apa nilainya pengalaman
kekristen saya yang lain? Apakah Alkitab ternyata suatu kegagalan? Apakah Tuhan
tidak ada, Surga tidak ada, tidak ada kota emas, tidak ada firdaus? Apakah
semua ini hanyalah omong kosong yang diciptakan secara licik? Apakah harapan
kami yang terindah dan penantian kami akan hal-hal itu, tidak ada
kenyataannya?’ Maka kami punya alasan untuk berduka dan mencucurkan air mata,
jika semua harapan terindah kami lenyap. Dan seperti saya katakan, kami
menangis hingga fajar.” ~ Hiram Edson,
manuscript fragment on his “Life and Experience”
tidak bertanggal, hal 4-5.
These were people who loved the Lord. They
left their potatoes in the field without harvesting because they believed Jesus
was coming. They invested all of their resources to publish magazines and books
announcing the coming of Jesus on October 22, 1844. They took of their own
money to pay debts of fellow-believers so that when Jesus would come, they
would not be indebted. They prayed all night. They studied Scriptures all
night. They confessed their faults one to another and made things right. These
were spiritual people but their hopes
were dashed because they misunderstood prophecy.
Ini
adalah orang-orang yang mencintai Tuhan. Mereka meninggalkan kentang-kentang
mereka di kebun tanpa memanennya karena mereka yakin Yesus akan datang. Mereka
mencurahkan semua dana mereka untuk mencetak majalah dan buku memberitakan
kedatangan Yesus pada tanggal 22 Oktober 1844. Mereka memakai uang mereka
pribadi untuk melunasi utang saudara-saudara seiman, agar pada saat kedatangan
Yesus, tidak ada yang punya utang. Mereka berdoa sepanjang malam. Mereka mempelajari
Kitab Suci sepanjang malam. Mereka mengakui kesalahan mereka yang satu kepada
yang lain dan memperbaiki semua kesalahan. Ini adalah orang-orang yang spiritual, tetapi
harapan mereka hancur berkeping karena mereka salahmengartikan nubuatan.
Allow me to read you another statement,
this was by Washington Morse, another one of those who participated in this
movement. He says, “The
passing of the time was a bitter disappointment. True believers had given up
all for Christ, and had shared His presence as never before. The love of Jesus
filled every soul, and with inexpressible desire they prayed, ‘Come, Lord
Jesus, and come quickly.’ But He did not
come. And now to turn again to the cares, perplexities, and dangers of life, in
full view of jeering and reviling unbelievers who scoffed as never before, was
a terrible trial of faith and patience. When elder Himes…” who was one of
the pioneers, “…visited Waterbury, Vermont, a short time after the
passing of time, and stated that the brethren should prepare for another cold
winter, my feelings were almost incontrollable. I left the place of meeting and
wept like a child.” ~ Washington Morse “Remembrance
of Former Days”, the Advent Review and Sabbath Herald, May 7, 1901.
Izinkan
saya membacakan pernyataan yang lain, yang ini oleh Washington Morse, orang
lain lagi yang juga ikut berpartisipasi dalam gerakan ini. Dia berkata, “Berlalunya waktu merupakan kekecewaan yang getir. Orang-orang yang
sungguh-sungguh percaya telah meninggalkan semuanya untuk Kristus, dan telah merasakan kehadiranNya yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Kasih untuk Yesus
memenuhi setiap jiwa, dan dengan hasrat yang tak terlukiskan, mereka berdoa,
‘Datanglah, Tuhan Yesus, datanglah cepat.’ Tetapi Dia tidak datang. Dan
sekarang kami harus kembali ke semua kekhawatiran, kebingungan, dan bahaya
dalam hidup, di hadapan semua orang yang tidak percaya, yang menertawakan dan
mencaci, dan mencemooh dengan luar biasa. Ini adalah suatu pencobaan iman dan
kesabaran yang sangat berat. Ketika ketua Himes…” yang
adalah salah satu pioneer, “… mengunjungi Waterbury, Vermont, tak lama setelah itu, dan menyatakan
bahwa saudara-saudara harus bersiap-siap untuk menghadapi musim dingin lagi,
perasaan saya nyaris tak terkendalikan. Saya tinggalkan pertemuan itu dan menangis seperti seorang anak kecil.”
~ Washington Morse “Remembrance of Former Days”, the Advent Review
and Sabbath Herald, May 7, 1901.
Are you catching the picture? Did the
disciples feel the same way? They sure did. William Miller himself said this
after the disappointment, “It passed. And the next day, it seemed as though all the demons from the
bottomless pit were let loose upon us. The same ones …” listen
carefully, “… the same ones and many more who were crying for mercy
two days before, were now mixed with the rabble and mocking, scoffing and
threatening in a most blasphemous manner.” ~ William Miller in a letter to
I.O. Orr, MD, dd. December 13, 1844.
Was that what happened to the disciples?
Absolutely.
Apakah
kalian menangkap gambarnya? Apakah murid-murid Yesus merasakan hal yang sama?
Mereka merasakan hal yang sama. William Miller sendiri mengatakan ini setelah
kekecewaan itu, “Penantian
itu berlalu. Dan keesokan harinya seolah-olah semua setan
dari lubang yang tidak ada dasarnya dilepaskan kepada kami. Orang-orang yang
sama…” dengarkan
baik-baik, “… orang-orang yang sama dan banyak yang lain yang sebelumnya berseru
memohon pengampunan dua hari sebelumnya, sekarang bergabung dengan kelompok
yang mencemooh, mencaci dan mengancam dengan cara yang sangat menghina.” ~ William Miller dalam suratnya
kepada I.O.
Orr, MD, tertanggal 13 December 1844.
Bukankah
ini yang terjadi kepada murid-murid Yesus? Betul sekali.
How did the religious world of that day and
age receive the message of the Millerites? The answer is, that all of the
main line churches of that day rejected the message of the Millerites
and expelled them from their churches. In fact in 1842, Ellen White and all of
her family were disfellowshipped from
the Methodist church simply for attending a tent meeting that was held by
William Miller. Multitudes of believers were cast out of their churches and
rejected by the ministers. The ministers wanted nothing to do with this
message. Is there anything new under the sun? Same thing happened back
at the triumphal entry with the religious leaders.
Bagaimanakah
dunia agama pada masa itu menerima pekabaran golongan Millerit? Jawabannya adalah, semua gereja jalur utama pada masa itu, menolak pekabaran
golongan Millerit dan mengusir mereka dari gereja-gereja mereka.
Bahkan di tahun 1842, Ellen White dan seluruh keluarganya, dikeluarkan dari
keanggotan gereja Methodist hanya karena mereka menghadiri suatu pertemuan
tenda yang diadakan oleh William Miller. Banyak orang yang percaya dikeluarkan
dari gereja-gereja mereka dan ditolak oleh para pendeta. Para pendeta tidak mau punya urusan dengan pekabaran ini.
Apakah masih ada barang yang baru di bawah matahari? Hal yang sama juga terjadi
dengan para pemimpin agama di masa lampau pada saat Yesus masuk ke Yerusalem
seperti raja.
Ellen White in Early Writings page 234
describes the opposition of the religious leaders. She says, “Preachers and people joined to oppose this
message from heaven and to persecute William Miller and those who united with
him in the work. Falsehoods were circulated to injure his influence…” Did that happen with Jesus? Absolutely. “…
and at different times after he had plainly declared the counsel of God,
applying cutting truths to the hears of his hearers, great rage was kindled
against him, and as he left the place of meeting, some waylaid him in order to
take his life. But angels of God were sent to protect him, and they led him
safely away from the angry mob. His work was not yet finished.”
Ellen
White dalam bukunya Early Writings, hal 234 menggambarkan pertentangan dari para
pemimpin agama. Dia berkata, “Para pengkhotbah dan umat bergabung untuk menentang pekabaran dari Surga
ini dan menganiaya William Miller dan mereka yang punya hubungan dengannya di
dalam pekerjaan itu. Fitnah disebarkan untuk melemahkan pengaruhnya…” Apakah
itu terjadi dengan Yesus? Betul sekali. “…
dan pada saat-saat yang berbeda, setelah William Miller menyampaikan nasihat
dari Tuhan, mengaplikasikan kebenaran-kebenaran yang pedas kepada para pendengarnya, timbullah murka terhadapnya, dan pada saat dia
meninggalkan tempat pertemuan, beberapa orang mencegatnya dengan tujuan untuk
membunuhnya. Tetapi malaikat-malaikat Tuhan dikirimkan untuk melindunginya, dan
mereka membawanya dengan selamat menjauh dari gerombolan orang-orang yang lagi
murka itu. Tugasnya masih belum selesai.”
In another quotation we
find in Christian’s Experience and Teachings of Ellen White page 52, she says, “…the orthodox churches…” which mean the main line churches of
that day and age, “… the orthodox churches used every means to prevent the
belief in Christ’ soon coming from spreading. No liberty was granted in their
meetings to those who dared mention the hope of
the soon coming of Christ, professed lovers of Jesus scornfully rejected
the tidings that He, whom they claimed as their best friend, was soon to visit
them. They were excited and angered against those who proclaimed the news of
His coming and who rejoiced that they would speedily behold Him in His
glory.
Dalam suatu kutipan yang lain di Christian’s Experience and
Teachings of Ellen White hal 52, dia berkata, “… gereja-gereja ortodoks…” maksudnya gereja-gereja jalur utama pada masa itu, “… gereja-gereja ortodoks memakai segala cara untuk
menghalangi penyebaran keyakinan bahwa Kristus akan segera datang. Dalam pertemuan-pertemuan mereka, orang-orang yang berani menyinggung tentang harapan segera
datangnya Kristus tidak diberi kebebasan berbicara. Orang-orang yang
mengaku mencintai Yesus dengan marah menolak berita bahwa Dia, yang mereka
sebut sebagai Sahabat terdekat mereka,
akan segera datang mengunjungi mereka. Mereka menjadi emosi dan marah terhadap orang-orang yang mengumandangkan
berita kedatangan Kristus dan yang bersukacita akan segera memandangNya dalam
kemuliaanNya.
In 1844 the religious world fell, because
they did not follow Jesus into the Most Holy Place. Just like the Jewish nation
fell because they failed to follow Jesus into the Holy Place. In other words, as Judaism became apostate, the religious world
became apostate when they refused to enter with Jesus into the Most Holy
Place. In fact in vol. 4 of The Spirit of Prophecy page 232, Ellen
White says ~ and remember she belonged to this movement ~ “The churches spurned the counsel of God by rejecting the Advent message.
The Lord rejected them. The first angel was followed by a second, proclaiming, ‘Babylon is fallen, is fallen, that great
city, because she made all nations drink of the wine of the wrath of her
fornication.’”
Tahun 1844, dunia agama jatuh karena
mereka tidak mengikuti Yesus ke Bilik Mahasuci. Sama dengan bangsa Yahudi yang
jatuh karena mereka gagal mengikuti Yesus masuk ke Bilik Suci. Dengan kata lain, sebagaimana
Judaisme menjadi murtad, dunia agama juga menjadi murtad ketika
mereka menolak masuk bersama Yesus ke Bilik Mahasuci. Sesungguhnya di buku The Spirit
of Prophecy vol. 4 hal 232, Ellen White berkata ~ dan harap diingat dia
termasuk dalam gerakan ini ~ “Gereja-gereja menolak dengan angkuhnya nasihat Tuhan dengan menolak
pekabaran kedatangan Kristus. Tuhan pun menolak mereka. Malaikat yang pertama
diikuti oleh yang kedua, mengumumkan “Sudah
rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa
dengan anggur hawa nafsu cabulnya.”
The question is, how was the disappointment
explained? The great disappointment of 1844. How did those who remained, the
faithful remnant, how did they understand what truly had happened, the
explanation of their disappointment. Let me read you a statement. This is ah,
Hiram Edson who was one of those who belonged to this movement. The day after
the disappointment, October 23, 1844, he was going across a field and he was
going to try and comfort some of the people who were disappointed. And notice
what he says, “We started, and while passing through a
large field, I was stopped about midway of the field. Heaven seemed opened to
my view, and I saw distinctly and clearly that instead of our High Priest
coming out of the Most Holy of the heavenly Sanctuary to come to this earth on
the 10th day of the 7th month, at the end of the 2300
days, He for the first time entered on that day the second apartment of that
Sanctuary; and that He had a work to perform in the Most Holy before coming to
the earth.” ~ F.D. Nichol, “The Midnight Cry”, p. 458.
Pertanyaannya
adalah, bagaimana kekecewaan itu dijelaskan? Kekecewaan besar yang terjadi
tahun 1844. Bagaimana mereka yang tersisa, yang setia, bagaimana mereka
mengerti apa yang sebenarnya terjadi, penjelasan untuk kekecewaan mereka. Saya akan membacakan suatu
pernyataan. Ini adalah, ah, Hiram Edson,
salah satu pengikut gerakan itu. Keesokan harinya setelah kekecewaan itu, 23
Oktober 1844, dia sedang berjalan melalui sebuah ladang dan dia berniat mencoba
menghibur beberapa orang yang kecewa. Perhatikan apa yang dikatakannya, “Kami berangkat, dan ketika melewati sebuah ladang yang luas, di
tengah-tengah ladang itu saya dihentikan. Saya seolah-olah melihat Surga
terbuka di depan mata saya, dan saya melihat dengan nyata dan jelas bahwa Imam
Besar kita bukannya keluar dari Bilik Mahasuci Bait Suci Surgawi untuk datang
ke dunia pada hari ke-10 bulan ke-7, pada akhir nubuatan 2300 hari itu, tetapi
untuk pertama kalinya pada hari itu Dia masuk ke bilik kedua Bait Suci, dan
bahwa Dia punya tugas yang harus dilakukanNya di dalam Bilik Mahasuci itu
sebelum datang ke dunia.” ~ F.D. Nichol,
“The
Midnight Cry”, hal 458.
And after he had this momentary intuition,
where he saw Jesus not returning to the earth, but going into the Most Holy
Place of the heavenly Sanctuary, he shared this with the other believers, and
do you know what they did? They gathered in study groups, they said, “We need
to study this out.” And they went to Scriptures and they studied many of the
prophecies they had looked at before, and they said, “How didn’t we catch it that the Son of Man
was going in the clouds to the Ancient of Days? How didn’t we understand in
Luke chapter 12 that the wedding is not when Jesus comes here, but the wedding
takes place in heaven. He returns from the wedding to pick up His people. How
didn’t we understand that the Sanctuary is not the earth? No place in the Bible
says that the Sanctuary is the earth. How didn’t we understand the book of Hebrews where it says that Jesus now serves
in the Sanctuary in heaven?” They said, “How did we miss this?” This small
remnant, formed the nucleaus of what today is the 7th Day Adventist
Church.
Dan
setelah dia mendapatkan intuisi sejenak itu di mana dia melihat Yesus bukannya kembali
ke dunia tetapi masuk ke dalam Bilik Mahasuci dari Bait Suci di surga, dia
membagikan hal ini kepada saudara-saudara seimannya, dan tahukah kalian apa
yang mereka lakukan? Mereka membentuk kelompok-kelompok belajar, mereka
berkata, “Kita harus mempelajari ini dengan baik.” Dan mereka menyelidiki
Alkitab dan mereka mempelajari banyak nubuatan yang sudah pernah mereka
pelajari sebelumnya, dan mereka berkata, “Bagaimana mungkin tadinya kita tidak
menangkap bahwa Anak Manusia di atas awan itu menuju kepada Yang Lanjut
Usianya? Bagaimana mungkin tadinya kita tidak mengerti Lukas pasal 12, bahwa
perjamuan perkawinan itu bukan pada waktu Yesus datang ke dunia, tetapi
perjamuan perkawinan itu terjadi di Surga? Dan Yesus kembali dari perjamuan itu
untuk menjemput umatNya. Bagaimana mungkin tadinya kita tidak mengerti bahwa
Tempat Kudus itu bukan dunia ini? Di Alkitab tidak ada ayat yang mengatakan
bahwa Tempat Kudus itu dunia ini. Bagaimana mungkin tadinya kita tidak mengerti
kitab Ibrani di mana dikatakan bahwa Yesus sekarang melayani di dalam Bait Suci
di surga?” Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kita bisa melewatkan ini?” Dan jumlah kecil yang tersisa ini,
merupakan kelompok inti dari apa yang dikenal sebagai gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh sekarang.
And you know what’s interesting? Shortly
after 1844 when they entered the Most Holy Place with Christ, they suddenly
started discovering all of the distinctive truths of the Adventist church.
They discovered that the Law of God was not nailed to the cross because it is
in the Most Holy Place! They discovered that the Sabbath is still binding
because it’s in God’s Law. They discovered that the Judgment means that Jesus
is cleansing the heavenly Sanctuary. They also discovered that the dead are
dead.
You say, “How did they discover that?” It’s
very simple. If Jesus began to judge people on a certain day on October 22,
1844, then they didn’t go to heaven or to hell when they died. So they said,
the dead must be in the grave waiting the resurrection of Jesus.
And thus the 7th Day Adventist Church
was established in harmony with Bible prophecy.
Dan
tahukah kalian apa yang menarik? Tidak
lama setelah 1844, pada waktu mereka memasuki Bilik Mahasuci bersama Kristus,
tiba-tiba mereka mulai menemukan semua kebenaran yang khas dari gereja MAHK.
Mereka menemukan bahwa Hukum Tuhan itu tidak dipakukan ke salib karena masih ada
di dalam Bilik Mahasuci! Mereka menemukan bahwa Sabat itu masih mengikat karena
ada di Hukum Tuhan. Mereka menemukan bahwa Penghakiman berarti Yesus
membersihkan Bait Suci di Surga. Mereka juga menemukan bahwa orang yang sudah
mati, betul mati. Kalian berkata, “Bagaimana mereka menemukan itu?” Mudah. Jika
Yesus mulai menghakimi manusia pada hari yang sudah ditentukan yaitu 22 Oktober
1844, berarti orang-orang yang sudah mati tidak pergi ke Surga atau ke neraka
pada saat mereka mati. Jadi mereka berkata, orang-orang mati pasti ada di kubur
mereka menantikan dibangkitkan oleh Yesus.
Dengan
demikian,
terbentuklah gereja MAHK
selaras dengan nubuatan Alkitab.
13 06 14
No comments:
Post a Comment