Thursday, January 28, 2016

EPISODE 19 ~ HIS WAY IS IN THE SANCTUARY ~ STEPHEN BOHR

HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 19/32 - Stephen Bohr
DISAPPOINTMENT IN THE SANCTUARY

Dibuka dengan doa.


As Jesus moved through the Sanctuary, we find that every event of His ministry, was clearly marked in God’s calendar.
·       When Jesus was going to begin His earthly ministry, He was baptized at the precise time when the 70 week prophecy indicated He was going to be baptized.
·       When Jesus went to the cross, He died at the exact time of the Passover and the prophecy of the 70 week gives the year, in the middle of the last week.
·       When Jesus began His intercessory ministry in the heavenly Sanctuary at the day of Pentecost, it was 50 days after first fruits, after His resurrection. He fulfilled this prophecy precisely according to the calendar that God had established.
·       We are going to notice this evening, that when Jesus began His judgment ministry in the Most Holy Place of the heavenly Sanctuary He also began that ministry exactly at the time when Bible prophecy had predicted.

Sementara Yesus berpindah-pindah di dalam Bait Suci, kita dapati bahwa setiap peristiwa pelayananNya, telah ditentukan dengan jelas dalam penanggalan Tuhan.
·       Ketika Yesus akan memulai pelayananNya di dunia, Dia dibaptiskan pada waktu yang tepat yang ditunjuk oleh nubuatan 70 minggu kapan Dia harus dibaptis.
·       Ketika Yesus disalibkan, Dia mati tepat pada saat hari Passah, dan nubuatan 70 minggu telah menunjukkan tahunnya, yaitu di tengah-tengah minggu yang terakhir.
·       Ketika Yesus memulai pelayanan perantaraanNya (mediasiNya) di dalam Bait Suci di Surga pada hari Pentakosta ~ yaitu 50 hari setelah perayaan Hasil Pertama setelah kebangkitanNya ~ Dia menggenapi nubuatan itu dengan tepat, sesuai penanggalan yang telah ditentukan Tuhan.
·       Malam ini kita akan melihat bahwa ketika Yesus memulai pelayanan penghakimanNya di dalam Bilik Mahasuci dari Bait Suci Surgawi, Dia juga memulai pelayanan tersebut tepat pada waktu seperti yang telah dinubuatan oleh Alkitab.


Now, it’s interesting that each time that Jesus is going to begin a new ministry in the Sanctuary, His people don’t really understand what He is going to do. We find this for example of John the Baptist.  Did John the Baptist really understand what Jesus was going to do? No. He expected Jesus to be a ruling king. And when it came to the place where John the Baptist when he ended up in prison, he sent a message to Jesus, “Are you the Messiah or are we to expect another?” He didn’t understand.

Nah, yang menarik adalah, setiap kali Yesus akan memulai pelayanan yang baru di dalam Bait Suci, umatNya sesungguhnya tidak mengerti apa yang akan dilakukanNya. Kita temui contohnya pada Yohanes Pembaptis. Apakah Yohanes Pembaptis benar-benar paham apa yang akan dilakukan Yesus? Tidak. Dia berharap Yesus akan menjadi raja yang berkuasa. Dan ketika tiba saatnya Yohanes Pembatis berakhir di dalam penjara, dia mengirimkan pesan demikian kepada Yesus, “Engkaukah Mesias itu atau kami masih harus menunggu orang lain?” [Mat 11:3].  Dia tidak mengerti.


We are going to notice tonight that when Jesus entered triumphally into Jerusalem and everybody was saying “Hosanna to God in the highest!”  and they were proclaiming Him king, they didn’t have the foggiest idea that He was going to die on the cross less than a week later. On the day of Pentecost the disciples weren’t really clear.  They said, “Are You going to restore the kingdom to Israel at this time?” (Acts 1:6)  And we are going to find it leading up to 1844 the people didn’t understand either.

Malam ini kita akan melihat bahwa ketika Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja, dan semua orang berkata, “Hosana kepada Tuhan di tempat yang mahatinggi!” dan mereka menyatakan Dia sebagai raja, mereka sama sekali tidak punya bayangan bahwa kurang dari seminggu kemudian Dia akan mati di salib. Pada hari Pentakosta murid-muridNya juga tidak benar-benar mengerti. Mereka berkata, “Apakah Engkau akan memulihkan kerajaan kepada Israel saat ini?” (Kisah 1:6). Dan kita akan melihat, terus hingga 1844, umatNya juga tidak mengerti.


Now, you say, “Why didn’t Jesus just wait until His people understood?” The reason is very simple. The dates in Messiah’s calendar are set in stones. They were established before Jesus came to this earth. He had to be baptized, He had to die, He had to begin His heavenly ministry and He had to begin the judgment exactly at the time that was established in His calendar. And so He decided to go forward even if His people did not understand. “I know that they are not understanding what I am going to do, but they will catch up later.” And so God’s people are always playing catch up when it comes to the ministry of Jesus Christ.

Nah, kalian berkata, “Mengapa Yesus tidak menunggu hingga umatNya mengerti?” Alasannya sangat sederhana. Tanggal-tanggal yang ada dalam penanggalan Mesias, sudah ditentukan dan tidak bisa diubah. Tanggal-tanggal itu sudah ditentukan sebelum Yesus datang ke dunia ini. Dia harus dibaptis, Dia harus mati, Dia harus memulai pelayananNya di Surga, dan Dia harus memulai penghakiman tepat pada waktu-waktu yang sudah ditentukan dalam penanggalanNya. Maka Dia memutuskan untuk jalan terus walaupun umatNya tidak mengerti. “Aku tahu mereka tidak mengerti apa yang akan Aku lakukan, tetapi nanti mereka akan mengejar ketinggalannya.” Dengan demikian umat Tuhan selalu harus mengejar ketinggalan pemahaman mereka sehubungan dengan pelayanan Yesus Kristus.


Now, today I am going to compare two great events. We are going to compare the triumphal entry of Jesus into Jerusalem and what has come to be known as Palm Sunday, and the great events that surround the year 1844.

Nah, hari ini saya akan membandingkan dua peristiwa besar. Kita akan membandingkan kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti raja, peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Minggu Palem, dan peristiwa-peristiwa besar yang mengelilingi tahun 1844.


So let’s begin first of all by discussing the triumphal entry. Now, did the Bible have specific prophecies about the kind of Messiah that Jesus was going to be? Absolutely. Let me just mention some of them. We are not going to read them because we studied them in the previous lecture.

Jadi, pertama-tama marilah kita mulai membahas kedatangan Yesus secara kebesaran ke Yerusalem. Nah, apakah di dalam Alkitab ada nubuatan khusus mengenai jenis Mesias yang seperti apa yang akan diemban Yesus? Tentu saja. Saya akan menyebutkan beberapa. Kita tidak akan membaca ayat-ayatnya karena kita sudah mempelajarinya di dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya.


Do you remember the sacrifice of Isaac? A lamb instead of his son? Remember the Passover? The Passover lamb was sacrificed on the 14th of Nissan, exactly at 3 o’clock in the afternoon? Did Jesus fulfill that precisely? He most certainly did. Daniel 9:26 pointed to the exact year when Jesus would die in the middle of the week. The morning and evening’s sacrifice (Exodus 29:38-39) pointed to Jesus. The suffering servant of Isaiah 53:4-7 pointed to Jesus Christ, He was going to bear our iniquities according to that prophecy. Numbers 15:2-3 speak about a sacrifice as a sweet aroma and the apostle Paul quotes that and applies that to Jesus Christ. There were abundant prophecies that pointed to the fact that Jesus Christ was going to be the humbled, self sacrificing and dying Messiah. There was no excuse for misunderstanding because  Scripture made it clear what kind of Messiah was going to come to this earth the first time.

Apakah kalian ingat pengurbanan Ishak? Seekor domba menggantikan si anak? Ingat domba Passah? Domba passah yang dikurbankan pada hari ke-14 bulan Nissan, tepat pukul 3 sore? Apakah Yesus menggenapi itu secara tepat? Benar sekali. Daniel 9:26 menunjuk ke tahun yang tepat kapan Yesus akan mati, di tengah-tengah minggu. Kurban pagi dan sore (Keluaran 29:38-39) menunjuk kepada Yesus. Hamba yang menderita di Yesaya 53:4-7 menunjuk kepada Yesus Kristus, menurut nubuatan itu Dialah yang akan menanggung dosa-dosa kita. Bilangan 15:2-3 berbicara tentang suatu kurban yang harum dan rasul Paulus mengutip itu dan mengaplikasikannya  kepada Yesus Kristus. Ada sangat banyak nubuatan yang menunjuk kepada faktanya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dihina, yang mengurbankan diriNya, dan yang akan mati. Sesungguhnya tidak ada alasan untuk salah paham karena Kitab Suci sudah begitu jelas menggambarkan Mesias model apa yang akan datang ke dunia ini pertama kalinya.   


Furthermore did Jesus warn the disciples that He was going to go to Jerusalem and He was going to die and resurrect the third day on repeated occasions during His ministry? He most certainly did. Let’s notice one of those.

Lebih lanjut, apakah Yesus memperingatkan murid-muridNya berulang-ulang selama pelayananNya  bahwa Dia akan ke Yerusalem dan bahwa Dia akan mati dan bangkit pada hari ketiga? Benar sekali. Mari kita perhatikan salah satu.


Matthew 16:21. This is happening 6 months before the death of Christ. And it says there,  “From that time Jesus began to show to His disciples that He must go to Jerusalem, and suffer many things from the elders and chief priests and scribes, and be killed, and be raised the third day.” Did He make it clear? Yes. Were the prophecies clear that He was going to come and be humbled and He was going to die? Absolutely clear. And yet the Jews and His own disciples misinterpreted bible prophecy. Because they thought that the Messiah was going to be a ruling king that would destroy the Romans and would set up His kingdom on earth and put the Jews at the apex of the world. So we find that they misunderstood bible prophecy.  

Matius 16:21. Ini terjadi 6 bulan sebelum kematian Kristus. Dan dikatakan di sana, Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Apakah Dia sudah menjelaskannya? Ya. Apakah nubuatan-nubuatan itu jelas bahwa Dia akan datang, dan dihina, dan Dia akan mati?  Jelas sekali. Namun orang-orang Yahudi dan murid-muridNya sendiri salah mengartikan nubuatan Alkitab. Karena mereka sangka Mesias akan menjadi raja yang berkuasa yang akan menghancurkan bangsa Roma dan akan mendirikan kerajaanNya di dunia, dan menempatkan bangsa Yahudi di kedudukan puncak di dunia. Maka kita lihat bahwa mereka telah salah mengartikan nubuatan Alkitab.


Now, let’s talk a little bit about the triumphal entry of Jesus into Jerusalem. It’s described in Matthews 21:1-7. The triumphal entry had a very specific purpose. In less than a week Jesus was going to die and it was important for all eyes to be riveted on Jesus Christ and what He was going to do in Jerusalem. They did not understand what He was going to do. But it was important for all eyes to be focused on Him. And that’s the reason why we have the triumphal entry of Jesus into Jerusalem to give publicity to what Jesus was going to do less than a week later by going to the cross.

Nah, marilah kita berbicara sedikit tentang datangnya Yesus ke Yerusalem yang disambut secara kebesaran, yang digambarkan di Matius 21:1-7. Kedatangan Yesus ke Yerusalem, adalah dengan tujuan yang khusus. Dalam waktu kurang dari satu minggu, Yesus akan mati, dan adalah penting pada saat itu semua mata harus memandang kepada Yesus Kristus dan apa yang akan dilakukanNya di Yerusalem. Mereka tidak mengerti apa yang akan dilakukanNya. Tetapi adalah penting setiap mata harus terfokus kepadaNya. Dan itulah alasannya mengapa Yesus masuk ke Yerusalem yang disambut secara kebesaran, yaitu sebagai publisitas bagi apa yang akan dilakukan Yesus kurang dari seminggu kemudian, dengan penyalibanNya.


Now, who was it that orchestrated the triumphal entry? Who planned it? Jesus did. Let’s read Matthew 21:1-7  “Now when they drew near Jerusalem, and came to Bethphage, at the Mount of Olives, then Jesus sent two disciples,  saying to them, ‘Go…’”  Who sent? Jesus sent. Who said “Go”? Jesus said  “…‘Go into the village opposite you, and immediately you will find a donkey tied, and a colt with her. Loose them and bring them to Me.’…” Who is orchestrating this event? Jesus is planning it. It continues saying,   “… ‘And if anyone says anything to you, you shall say,…’”  He even told them what to say,  “… ‘The Lord has need of them,’ and immediately he will send them.’  All this was done that it might be fulfilled which was spoken by the prophet, saying:  ‘Tell the daughter of Zion, Behold, your King is coming to you, Lowly, and sitting on a donkey, a colt, the foal of a donkey.’…” This is Zechariah 9:9  So the disciples went and did as Jesus commanded them. They brought the donkey and the colt, laid their clothes on them, and set Him on them.”  
Jesus staged this event. Jesus planned this event. Jesus told the disciples to go, Jesus sat on the animal, Jesus allowed the multitudes to proclaim Him king, knowing full well that they misunderstood what kind of king He was going to be and they would be profoundly disappointed less than a week later.

Nah, siapakah yang menyutradari kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut secara kebesaran itu? Siapa yang merencanakannya? Yesus yang merencanakannya. Marilah kita baca Matius 21:1-7  Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: ‘Pergilah...” Siapa yang mengirim ke dua murid? Yesus. Siapa yang berkata “Pergilah!”? Yesus yang berkata,  “… ‘Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku….” Siapa yang menyutradarai peristiwa ini? Yesus yang merencanakannya. Dikatakan selanjutnya,  “… ‘Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah,…”  Dia bahkan memberitahu mereka harus mengatakan apa,  “… ‘Tuhan memerlukannya. Dan ia akan segera mengirimkannya.’  Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ‘Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.’…” Ini adalah Zakharia 9:9.   “… Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang diperintahkan Yesus kepada mereka.  Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya.” (KJV yang diindonesiakan)
Yesus yang merancang peristiwa ini. Yesus merencanakan peristiwa ini. Yesus menyuruh murid-muridNya pergi, Yesus duduk di atas keledai itu, Yesus mengizinkan DiriNya diumumkan sebagai raja oleh banyak orang, walaupun Dia tahu persis bahwa mereka telah salah memahami nantinya Dia akan menjadi raja macam apa, dan dalam waktu kurang dari satu minggu mereka akan kecewa berat.


How could Jesus be party to such a deception? Imagine setting up the stage for the triumphal entry, having them proclaim Him king, knowing full well that they did not understand what kind of king He was, and they would be bitterly disappointed less than a week later. How could Jesus be party to this?

Bagaimana mungkin Yesus bisa mengambil bagian dalam penipuan seperti ini? Bayangkan, mengatur skenarionya untuk masuk ke Yerusalem secara kebesaran, membuat diriNya diumumkan oleh orang banyak sebagai raja, padahal Dia tahu persis mereka tidak mengerti raja macam apa Dia, dan Dia tahu mereka akan kecewa berat kurang dari seminggu kemudian. Bagaimana mungkin Yesus bisa ikut ambil bagian dalam hal ini?


The fact is, Jesus was not to blame, because Bible prophecy pointed to the fact that Jesus was going to enter upon a donkey, it pointed to the fact that He was going to die, and Jesus ~ as we have seen ~ warned them that He was going to die.

Faktanya adalah, itu bukan salah Yesus, karena nubuatan Alkitab sudah menunjuk kepada fakta bahwa Yesus akan masuk ke Yerusalem mengendarai seekor keledai, nubuatan juga menunjuk kepada fakta bahwa Dia akan mati, dan Yesus sendiri ~ sebagaimana telah kita lihat ~ sudah memperingatkan mereka bahwa Dia akan mati.


So you say, “Why did Jesus stage the triumphal entry?” Once again it was because what He was going to do on the cross, needed to be greatly publicized, all eyes needed to be focused on Jesus, because He was going to do something supremely   important. And Jesus chose a special time to die, it was during the Passover when all males 12 years and over, had to come from all over the empire to Jerusalem. So there were people, there were Jews from all nations on the earth ~ we notice because on the day of Pentecost there were all sorts of nationalities there, they were all Jews, but they lived in the diaspora or in the dispersion. And so Jesus said, “My death will be perfect during the Passover because there are Jews from all over the world and eventually they will go back and they’ll tell what they saw.”

Jadi kalian berkata, “Mengapa Yesus membuat skenario kedatanganNya ke Yerusalem sebagai raja?” Sekali lagi, itu karena apa yang akan dilakukanNya di atas salib membutuhkan publisitas besar-besaran, semua mata harus terfokus kepada Yesus, karena Dia akan melakukan sesuatu yang amat sangat penting. Dan Yesus telah memilih waktu yang khusus untuk mati, itu akan terjadi pada perayaan Passah, saat semua laki-laki berusia 12 tahun ke atas, dari seluruh kerajaan harus datang ke Yerusalem. Jadi pada waktu itu ada banyak orang, banyak orang Yahudi dari segala bangsa di dunia ~ karena seperti yang kita ketahui, pada hari Pentakosta, di sana berkumpul segala bangsa ~ mereka semuanya berdarah Yahudi, tetapi mereka hidup di diaspora (di luar Israel) atau di tempat-tempat penyebaran bangsa Israel. Dan Yesus berkata, “KematianKu pas selama perayaan Passah, karena pada waktu itu orang-orang Yahudi dari seluruh dunia akan berkumpul di sana dan akhirnya mereka akan kembali ke tempat tinggal masing-masing, dan mereka akan menceritakan apa yang mereka lihat.”


In the book The Desire of Ages p. 570, Ellen White remarks,  “Christ was following the Jewish custom for a royal entry. The animal on which He rode was that ridden by the kings of Israel, and prophecy had foretold [Zechariah 9:9] that thus the Messiah should come to His kingdom.”

Di dalam buku The Desire of Ages  halaman 570, Ellen White berkata, “Kristus mengikuti tradisi Yahudi bagaimana seorang raja masuk ke sebuah kota. Hewan yang dikendaraiNya adalah hewan yang biasa dikendarai raja-raja Israel, dan nubuatan telah menunjukkan (Zakharia 9:9) bahwa dengan cara itulah sang Mesias akan memasuki kerajaanNya.”


On page 571, she says, “Never before in His earthly life had Jesus permitted such a demonstration. He clearly foresaw the result….”  What does He say? He clearly what? “….He clearly foresaw the result. It would bring Him to the cross…” But now notice,  “…But it was His purpose thus publicly to present Himself as the Redeemer. He desired to call attention to the sacrifice that was to crown His mission to a fallen world.” So even though He knew people misunderstood what kind of king He was going to be, the timing was right but the event was wrong in their minds, He says, “I am going to go ahead, it’s important that everybody sees what I am going to do, and after the event My people will catch up.”

Di halaman 571, Ellen White berkata, “Belum pernah dalam seluruh hidupNya sebagai manusia, Yesus mengizinkan suatu demonstrasi kebesaran seperti ini. Dia jelas telah mengetahui akibatnya…” Apa kata Ellen White? Yesus jelas apa?  Yesus jelas telah mengetahui akibatnya. Itu akan membawaNya ke salib…” Sekarang perhatikan, “… Tetapi memang ini adalah tujuanNya untuk menyatakan Dirinya secara terbuka sebagai Sang Penebus. Yesus ingin menarik semua perhatian kepada pengurbanan yang akan menjadi puncak misiNya bagi dunia yang sudah jatuh dalam dosa.” Jadi, walaupun Yesus tahu, orang-orang telah salah mengerti raja macam apa Dia, tapi saatnya tepat, kendati peristiwanya dalam benak mereka, salah. Yesus berkata, “Aku akan melakukannya. Adalah penting semua orang melihat apa yang akan Aku lakukan, dan setelah peritiwa itu terjadi, pengertian umatKu akan menyusul.”


Now, folks, the triumphal entry was a very sweet experience for those who participated in it. Notice Matthew 21:8-11 where the triumphal entry is described. It says there,  “And a very great multitude spread their clothes on the road; others cut down branches from the trees and spread them on the road.  Then the multitudes…” notice that He had a lot of people following Him in the good times,  “…Then the multitudes who went before and those who followed cried out, saying: ‘Hosanna to the Son of David! ‘Blessed is He who comes in the name of the Lord! Hosanna in the highest!’…” quoting Psalm 118:26,  “… And when He had come into Jerusalem, all the city was moved…” notice that everybody had their eyes riveted around Jesus,  “… saying, ‘Who is this?’  So the multitudes said, ‘This is Jesus, the prophet from Nazareth of Galilee.’”

Nah, Saudara-saudara, kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut secara kebesaran itu adalah suatu pengalaman yang manis bagi mereka yang ikut mengambil bagian. Perhatikan Matius 21:8-11 di mana dilukiskan tentang kedatangan Yesus yang disambut secara kebesaran ini. Dikatakan di sana, Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan.  Dan orang banyak…”  perhatikan pada saat-saat yang menyenangkan, banyak orang mengikuti Yesus,  “… Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: ‘Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!’…” mengutip dari Mazmur 118:26.  “… Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu…” perhatikan, mata semua orang tertuju kepada Yesus, “… dan orang berkata: ‘Siapakah orang ini?" Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.’"


Luke 19 adds some details that you don’t find in Matthew. Luke 19:37-39 I am going to read that passage as well. It says there,  “Then, as He was now drawing near the descent of the Mount of Olives, the whole multitude of the disciples began to…” what?  “… to rejoice and praise God with a loud voice for all the mighty works they had seen,  saying:  ‘Blessed is the King who comes in the name of the LordPeace in heaven and glory in the highest!’…”  Was this a joyful experience? Was everybody happy? Was everybody having a great expectancy that Jesus was going to take the throne in Jerusalem and He was going to be king? Oh, it was a sweet experience for those who participate. And yet Jesus knew that they did not understand the event that was going to take place. The timing was right, because He was going to be sacrificed at Passover time, but they misunderstood the event that was going to take place. He knew that they were going to be deeply disappointed.

Lukas pasal 19 menambahkan beberapa detail yang tidak ditemukan di Matius. Lukas 19:37-39, saya akan membacakan teks ini juga. Dikatakan di sana, Lalu, sedang Ia hampir menuruni Bukit Zaitun, seluruh rombongan  murid mulai …” berbuat apa?  “… bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.  Kata mereka: ‘Diberkatilah Raja yang datang dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!’…” [NKJV yang diindonesiakan]. Bukankah ini suatu pengalaman yang penuh sukacita? Apakah setiap orang bergembira? Apakah setiap orang punya harapan besar bahwa Yesus akan mengambilalih takhta di Yerusalem dan Dia akan menjadi raja? Oh, ini adalah suatu pengalamanan yang manis bagi mereka yang berpartisipasi. Namun Yesus tahu bahwa mereka tidak mengerti peristiwa apa yang akan terjadi. Saatnya tepat karena Dia akan dikurbankan pada waktu Passah, tetapi orang-orang itu telah salah memahami peristiwa yang akan terjadi. Yesus tahu mereka akan kecewa berat.


In The Desire of Ages page 571 we find this very interesting comment from Ellen White, as to why Jesus decided to go forward with the triumphal entry inspite of the fact that He knew that people misunderstood prophecy and they were going to be disappointed. She says this, “The events connected with this triumphal ride would be the talk of every tongue, and would bring Jesus before every mind. After His crucifixion many would recall these events in their connection with His trial and death. They would be led to search the prophecies, and would be convinced that Jesus was the Messiah, and in all lands converts to the faith would be multiplied.”

Di The Desire of Ages hal 571, kita dapati komentar yang sangat menarik dari Ellen White tentang mengapa Yesus memutuskan untuk jalan terus dengan rencanaNya memasuki Yerusalem seperti raja, walaupun faktanya Dia tahu bahwa umatNya telah salah memahami nubuatan dan mereka akan kecewa. Ellen White berkata ini:  “Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kedatangan Yesus secara kebesaran ini akan menjadi pembicaraan setiap lidah, dan akan membuat Yesus berada dalam pikiran setiap manusia. Setelah penyalibanNya nanti, banyak orang akan teringat kepada perisitwa-peristiwa ini  yang berkaitan dengan pengadilan dan kematianNya. Mereka nanti akan terdorong untuk mempelajari nubuatan-nubuatan dan mereka akan diyakinkan bahwa Yesus adalah Sang Mesias, dan di seluruh negeri jumlah orang-orang percaya akan bertambah-tambah.”


Are you understanding why Jesus decided to go ahead with the triumphal entry even though He knew they misunderstood prophecy? It was because everybody needed to be focused on Him and then think back what they had seen and study the prophecies so that they could understand what Jesus had done.

Apakah kalian mengerti mengapa Yesus memutuskan untuk lanjut dengan rencana kedatanganNya ke Yerusalem seperti raja, bahkan walaupun sebenarnya Dia tahu bahwa orang-orang telah salah memahami nubuatan? Karena semua orang harus memusatkan perhatian mereka kepadaNya, dan nanti akan teringat apa yang mereka lihat dan mereka akan mempelajari nubuatan-nubuatan lagi supaya mereka bisa mengerti apa yang telah dilakukan Yesus.


Were the disciples right about the time when this was going to take place?  They were right about the time. The Messiah was going to come, exactly in the middle of the last week, as the fulfillment of the Passover. But what were they wrong about? They were wrong about the event that was going to take place at that specific time. The time was right, but in their minds the event was wrong.

Apakah para murid benar mengenai waktu saat peristiwa ini akan terjadi? Mereka benar mengenai waktunya. Mesias akan datang, persis di tengah-tengah minggu yang terakhir, menggenapi perayaan hari Passah. Tetapi mereka salah mengenai apa? Mereka salah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada waktu tersebut [pada hari Passah tersebut]. Waktunya benar, tetapi dalam pikiran mereka, peristiwa yang akan terjadi waktu itu, salah. [maksudnya: Mereka mengira Mesias akan mengambilalih takhta pada hari Passah itu]


I want to read John 12:16  this is a very interesting verse, it’s talking about the triumphal entry and I want you to notice here, that we are told that the disciples did not really understand what they were doing at the triumphal entry. They were participating, they were acclaiming Jesus king, but I want you to notice they didn’t really understand and notice when they finally did understand.

Saya akan membacakan Yoh 12:16, ini adalah ayat yang sangat menarik, ini berbicara mengenai kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti raja, dan saya ingin kalian perhatikan di sini, kita diberitahu bahwa para murid tidak benar-benar mengerti apa yang mereka lakukan pada saat peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem seperti raja itu. Mereka ikut ambil bagian, mereka mengumandangkan Yesus sebagai raja, tetapi saya mau kalian lihat bahwa mereka tidak benar-benar mengerti dan perhatikan kapan akhirnya mereka benar-benar mengerti. 


Notice John 12:16 His disciples did not understand these things at first…” it’s talking about the triumphal entry,  “…but when Jesus was glorified…” what does that mean: when Jesus was glorified? When He resurrected.  “…when Jesus was glorified then they…” what?  “… remembered…”  this is what Ellen White had to say,  “… they remembered that these things were…” what?  “… were written about Him and that they had done these things to Him.”
Did they understand the prophecies after the fact? They understood the prophecies after the fact but they did not understand before what was going on in the triumphal entry.

Perhatikan Yoh 12:16 Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu…” ini berbicara tentang masuknya Yesus ke Yerusalem seperti raja,  “… tetapi sesudah Yesus dimuliakan…” apa artinya ini: sesudah Yesus dimuliakan? Maksudnya,  sesudah Dia bangkit.  “…sesudah Yesus dimuliakan…” bagaimana mereka?  “… teringatlah mereka…” inilah yang dikatakan Ellen White,  “… teringatlah mereka bahwa nas itu adalah mengenai Dia, dan bahwa mereka telah berbuat hal-hal [yang ditulis nas] itu kepadaNya.” [NKJV yang diindonesiakan.]
Apakah setelah kejadian itu mereka memahami nubuatan-nubuatan tentang hal itu? Setelah terjadinya, mereka memahami nubuatan-nubuatan, tetapi sebelumnya saat kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti raja mereka tidak mengerti apa yang akan terjadi.


Question: Was Jesus a king? He was just not the kind of king that they expected.
I don’t know what you have noticed, but in the gospels there are a lot of royal terminologies that applied to Jesus in the last week of His life. Let me just mention those, you have the text in your list and you can look them up at your leisure.
Did Jesus just a few days before His death predicted that He was going to dethrone the ruler of this world? In John 12:30-33, He says,Now is the judgment of this world; now the ruler of this world will be cast out.” He said, “The ruler that is ruling now, he is a goner, I’m going to take over the throne.”
Did Jesus have a triumphal entry as a king? Did He have a procession? Absolutely, he did, the triumphal entry.
Was Jesus anointed with oil? Remember what Mary did?
Was a crown placed on the head of Jesus? Now, it was a crown of thorns but it was still a crown.
Did they put a purple robe on Him? Who wore purple robes? Kings.
Did the people render Him mock homage by bowing to Him?  Absolutely.
Did they put something in His right hand? Kings have a scepter in their right hand. Was a reed placed in the right hand of Jesus? And when they did, they bowed before Him, they said, “This is the king.”
Did Pilate introduce Jesus as the king? He said, “Behold, your king!”
Was there a mock procession to the place where Jesus was crowned ? Yes there was a procession at the Via Dolorosa.
Was a royal inscription placed on top of the cross?  “Jesus of Nazareth, the King of Israel.”

Pertanyaan: Apakah Yesus seorang raja? Hanya saja Dia bukan macam raja yang mereka harapkan. Entah apa kalian melihatnya atau tidak, tetapi di dalam injil ada banyak sekali terminologi raja yang diaplikasikan kepada Yesus pada minggu terakhir dari hidupNya. Coba saya sebutkan beberapa, kalian bisa melihat ayat-ayatnya di kertas kalian, dan nanti kalian bisa membaca sendiri ayat-ayat itu di waktu senggang kalian.
Apakah beberapa hari sebelum kematianNya, Yesus meramalkan bahwa Dia akan menjatuhkan penguasa dunia ini? Di Yoh 12:30-33, “…Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar…”  Yesus berkata, “Penguasa yang sekarang berkuasa, dia sudah kalah, Aku yang  akan mengambilalih takhta.”
Apakah Yesus memasuki Yerusalem seperti seorang raja? Apakah ada iring-iringan yang mengikutinya? Benar sekali, Yesus memasuki Yerusalem seperti seorang raja.
Apakah Yesus pernah diurapi dengan minyak? Ingat apa yang dilakukan Maria Magdalena?
Apakah suatu mahkota pernah diletakkan di atas kepala Yesus? Nah, mahkota itu dari duri, tetapi toh itu tetap sebuah mahkota.
Apakah mereka mengenakan jubah berwarna ungu padaNya? Siapa yang memakai jubah ungu? Raja-raja.
Apakah orang-orang membungkuk kepadaNya sebagai penghormatan yang sinis? Betul sekali.
Apakah mereka memberi sesuatu ke tangan kananNya? Raja-raja membawa tongkat kekuasaannya di tangan kanan. Apakah sebatang alang-alang diletakkan di tangan kanan Yesus? Dan ketika mereka melakukannya, mereka membungkuk di hadapanNya dan mereka berkata, “Inilah sang raja.”
Apakah Pilatus memperkenalkan Yesus sebagai raja? Dia berkata, “Lihat, ini rajamu!”
Apakah ada iring-iringan yang mencemooh yang mengikutiNya ke tempat di mana Yesus dinobatkan? Ya, ada suatu prosesi di Via Dolorosa.
Apakah ada tulisan kerajaan yang ditempatkan di atas salib? “Yesus dari Nazaret, Raja Israel.”


Was Jesus a king? You better believe He was a king. Not a king of the kingdom of glory, but a king of the kingdom of grace. In other words He was going to be the suffering Messiah first and then glorious reigning Messiah at His second coming. But He was still a king. But they misunderstood what kind of king He was going to be. And the interesting thing is, that Jesus was fulfilling, by His death He was fulfilling the prophecy of the 70 weeks that the Messiah would die in the middle of the week. So you can imagine the excitement of the people when they see Jesus coming in on this donkey and He is allowing them to say, “Hosanna in the highest to the king.” They are saying, “Our hopes are finally going to be fulfilled. Messiah is going to take over the throne and He is going to reign in Jerusalem.” And less than a week later, most of those who were praising Him when He  came into Jerusalem at the triumphal entry,  were crying out “Crucify Him!” Most of those who had joined the movement by excitement forsook the movement and only a small remnant was left. And that small remnant had to hide in the Upper Room.
You see, in the good times everybody was on the side of Jesus. But when prophecy was not fulfilled according to their expectations, the multitudes forsook Jesus and His followers were decimated. In other words, the sweet experience of the triumphal entry quickly turned bitter.

Apakah Yesus seorang raja? Percayalah, Dia seorang raja. Bukan seorang raja dari kerajaan kemuliaan, tetapi seorang raja dari kerajaan kasih karunia. Dengan kata lain, pertama-tama Dia harus menjadi Mesias yang menderita, baru kemudian Mesias yang berkuasa dan mulia pada saat kedatanganNya yang kedua. Tetapi Dia tetap seorang raja. Namun mereka telah salah mengerti raja macam apa Dia nantinya. Dan yang menarik adalah, dengan kematianNya Yesus menggenapi nubuatan 70 minggu bahwa Mesias akan mati di tengah-tengah minggu. Jadi, kalian bisa membayangkan rasa girang orang-orang itu ketika mereka melihat Yesus datang mengendarai keledai itu, dan Dia mengizinkan mereka berkata, “Hosana bagi raja di tempat yang mahatinggi!” Mereka berkata, “Harapan kita akhirnya akan tercapai. Mesias akan mengambilalih takhta dan Dia akan memerintah di Yerusalem.” Dan kurang dari satu minggu kemudian, kebanyakan dari mereka yang mengelu-elukan Yesus ketika Dia masuk ke Yerusalem seperti raja, berteriak “Salibkan Dia!” Kebanyakan mereka yang ikut dalam gerakan itu hanya karena luapan emosi, meninggalkan gerakan itu, dan cuma sejumlah kecil yang tersisa. Dan jumlah kecil yang tersisa itu harus bersembunyi di Ruang Atas.
Kalian lihat, di masa-masa senang, semua orang mau berada di pihak Yesus. Tetapi ketika nubuatan tidak digenapi seperti harapan mereka, orang banyak meninggalkan Yesus dan pengikutNya merosot drastis. Dengan kata lain, pengalaman yang manis dari kedatangan Yesus ke Yerusalem seperti raja itu, cepat sekali berubah getir.


In fact let’s read that, in Luke 23:27, we find the change in mood, less than a week later. Before they were rejoicing and they were happy, but now notice, less than a week later, it says,  And a great multitude of the people followed Him, and women who also…” what?  “… mourned and lamented Him.”  Was the sweet experience now a bitter experience? Absolutely. Was it Christ’s fault? No.

Sebaiknya mari kita baca di Lukas 23:27, kita lihat ada perubahan suasana hati, kurang dari seminggu kemudian. Sebelumnya mereka kegirangan dan mereka bersukacita, tetapi sekarang perhatikan, kurang dari satu minggu kemudian, dikatakan,Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang…” juga apa?  “… menangisi dan meratapi Dia.” Apakah pengalaman yang manis sekarang menjadi pengalaman yang getir? Betul sekali. Apakah itu salah Kristus? Bukan.


We can sense the disappointment in the voice of Mary Magdalene, when the two angels appeared to her in the garden on resurrection morning, and they asked her “Why are you weeping?” You see, a week earlier she was with the multitude who proclaimed Jesus king. The angels said, “Why are you weeping?” Notice, “She said to them, ‘Because they have taken away my Lord, and I do not know where they have laid Him.’”[John 20:13] See, she was oblivious of the idea of the resurrection. She thought that somebody had taken the body. And she was weeping.

Kita bisa merasakan kekecewaan dalam suara Maria Magdalena ketika dua orang malaikat menemuinya di kebun pada pagi hari kebangkitan Yesus, dan mereka bertanya kepadanya, “Mengapa kamu menangis?” Kalian lihat, satu minggu sebelumnya, Maria berada bersama-sama orang banyak yang mengumandangkan Yesus sebagai raja. Malaikat-malaikat itu berkata, “… ‘mengapa engkau menangis?’ Perhatikan,  “…Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’" [Yoh 20:13]. Lihat, Maria ini sama sekali tidak paham dengan gagasan kebangkitan. Dia sangka ada orang yang telah mengambil jasad Yesus, dan dia menangis.


We can sense the disappointment in the two disciples that were on the road to Emmaus. In Luke 24:21 one of them says to Jesus, “But we trusted that it had been He which should have redeemed Israel..” We thought He was the redeemer. Was Jesus the redeemer? Just not the kind of redeemer they were expecting. They were expecting a literal king who will redeem them from their literal enemies.

Kita bisa merasakan kekecewaan kedua orang murid yang dalam perjalanan ke Emaus. Di Lukas 24:21, salah seorang berkata kepada Yesus, Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel….” Kami sangka Dialah sang penyelamat. Apakah Yesus sang penyelamat? Hanya saja Dia bukan macam penyelamat yang mereka harapkan. Mereka menunggu seorang raja betulan yang akan menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka yang betulan.


Now, let me ask you this: How did the church of that day and age react to the triumphal entry? The religious leaders they just said, “Oh, wonderful, this is the Messiah.” To the contrary. The religious leaders were furious. The churches of that day and age were furious. Let’s read from Matthew 21:15-16, who should have been proclaiming Jesus as king as He came into Jerusalem? All the scribes and the Pharisees and the religious leaders should have embraced Him. But notice, who was the one or who were the ones that actually proclaimed Jesus king? It says in Matthew 21:15-16     But when the chief priests and scribes saw the wonderful things that He did, and the children…” notice,  “… the children crying out in the temple and saying, ‘Hosanna to the Son of David!’…” who were proclaiming Him? Ignorant disciples and children! How did the religious leaders react?  “… they were…” what?  “… indignant and said to Him, ‘Do You hear what these are saying?’ And Jesus said to them, ‘Yes. Have you never read, ‘Out of the mouth of babes and nursing infants You have perfected praise’?” What instruments that were chosen to proclaim Jesus king? Not the great religious leaders of the churches of the day, but children, infants, and ignorant disciples. Less than a week later, the Jewish Sanhedrin sentenced Jesus to death.

Sekarang, coba saya tanya ini: Bagaimana reaksi gereja masa itu kepada kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut seperti raja? Para pemimpin agama  berkata, “Oh, bagus! Inilah sang Mesias!” begitu? Sebaliknya! Para pemimpin agama murka. Gereja pada masa itu murka. Mari kita baca dari Matius 21:15-16, siapa yang seharusnya mengumandangkan Yesus sebagai raja pada saat Dia masuk ke Yerusalem? Para ahli taurat dan Farisi dan pemimpin-pemimpin agama seharusnya menerima Dia dengan dua tangan terbuka. Tetapi perhatikan, siapakah orang-orang yang nyatanya memproklama-sikan Yesus sebagai raja? Di Matius 21:15-16 dikatakan, “Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak…” perhatikan, “… anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: ‘Hosana bagi Anak Daud!’…”   Siapa yang memproklamasikan Dia? Murid-murid yang tidak mengerti dan anak-anak! Bagaimana reaksi para pemimpin agama?  “… hati mereka…” apa?  “… sangat jengkel, lalu mereka berkata kepada-Nya: ‘Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?" Sarana apa yang dipakai untuk memproklamasikan Yesus raja? Bukan para pemimpin besar agama dari gereja masa itu, tetapi anak-anak, balita, murid-murid yang tidak mengerti. Kurang dari satu minggu kemudian, dewan Sanhedrin Yahudi menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. 


On the cross, we are told in Matthew 27:41 that the scribes, the chief priests and the elders mocked Him and reviled Him. You see the religious establishment was harden in rebellion,  the church of that day was rebellious and fell into apostasy. They even tried to hide the story of the resurrection of Jesus, they said, “Ah, no, that’s a story that the disciples have invented to save face.” The disciples had to hide from the wrath of the Jews in the Upper Room. In other words, the church of that day and the religious leaders fell into apostasy, because they did not follow Jesus to the Court, they did not follow Jesus to the Camp, they were unable to understand what Jesus was going to do in the Holy Place of the Sanctuary.

Di salib, kita tahu dari Matius 27:41, para ahli taurat dan imam-imam kepala dan ketua-ketua mencemooh Dia dan mengolok-olokNya. Kalian lihat, lembaga agama bersikeras melawanNya, gereja masa itu memberontak dan jatuh murtad. Mereka bahkan mencoba menyembunyikan peristiwa kebangkitan Yesus. Mereka berkata, “Ah, tidak, itu adalah cerita yang dikarang murid-muridNya supaya tidak dipermalukan.” Para murid harus bersembunyi di Ruang Atas dari murka orang-orang Yahudi. Dengan kata lain, gereja zaman itu dan para pemimpin rohaninya murtad karena mereka tidak mengikuti perjalanan Yesus ke Pelataran, mereka tidak mengikutiNya ke Perkemahan, mereka tidak bisa memahami apa yang akan dilakukan Yesus di Bilik Suci dari Bait Suci.


Now, after the disappointment, how did Jesus explain why they had been disappointed? He explained it by leading them to the Scripture, that is He led them to study the prophecies. He explained the prophecies that they had not understood. Notice Luke 24:25-27, He was speaking to the two disciples on the road to Emmaus. Luke 24:25-27  Then He said to them, ‘O foolish ones, and slow of heart to believe in all that the prophets have spoken!  Ought not the Christ to have suffered these things and to enter into His glory?’  And beginning at Moses and all the Prophets, He expounded to them in all the Scriptures the things concerning Himself.” 
What method did Jesus use to explain the disappointment? He took them to Bible prophecies and explained the prophecies they had misunderstood and they said, “Wow!” You say, “How do we know that they said ‘Wow’?” Notice the two disciples on the road to Emmaus, Luke 24:32, after Jesus opened the Scriptures and explained Moses and the Prophets, and the Scriptures, we find there in Luke 24:32 one of the disciples on the road to Emmaus says to the other,Did not our heart burn within us while He talked with us by the way, and while He opened the Scriptures to us?” Did they restudy Bible prophecy?  With divine enlightenment, they certainly did. Notice Luke 24:33-35, the two disciples on the road to Emmaus then returned to Jerusalem and they were going to talk to the disciples, who were gathered in the Upper Room. It says there in Luke 24:33 “So they rose up that very hour and returned to Jerusalem, and found the eleven and those who were with them gathered together,  saying, ‘The Lord is risen indeed, and has appeared to Simon!”  And they told about the things that had happened on the road, and how He was known to them in the breaking of bread.” Because they saw His hands with the scars of the nails.

Nah, setelah kekecewaan itu, bagaimana Yesus menjelaskan mengapa mereka kecewa? Yesus menjelaskannya dengan membawa mereka kembali ke Kitab Suci, maksudnya Yesus membawa mereka untuk mempelajari nubuatan-nubuatan. Dia menjelaskan nubuatan-nubuatan yang tidak mereka pahami. Perhatikan Lukas 24:25-27, Dia berbicara kepada dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi!  Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?’ Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.”
Cara apa yang dipakai Yesus untuk menjelaskan kekecewaan itu? Dia membawa mereka ke nubuatan-nubuatan Kitab Suci dan menjelaskan nubuatan-nubuatan yang telah mereka salahartikan dan mereka berkata “Wow!” Kalian berkata, “Dari mana kita tahu mereka berkata ‘Wow’?” Perhatikan kedua murid dalam perjalanan ke Emaus, Lukas 24:32, setelah Yesus membuka Kitab Suci dan menjelaskan tentang Musa dan nabi-nabi dan Kitab Suci, kita temukan di Lukas 24:32 salah seorang murid yang menuju Emaus itu berkata kepada temannya, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Apakah mereka mempelajari lagi nubuatan Kitab Suci? Tentu saja, dengan pencerahan ilahi. Perhatikan Lukas 24:33-35, kedua murid yang bertemu Yesus dalam perjalanan ke Emaus itu lalu kembali ke Yerusalem, mereka mau memberitahu para rasul, yang sedang berkumpul di Ruang Atas. Di Lukas 24:33 dikatakan, Lalu bangkitlah mereka dan saat itu juga kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu dan orang-orang yang bersama mereka berkumpul menjadi satu. Kata mereka itu: ‘Tuhan benar-benar telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.’  Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenali Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.” [NKJV yang diindonesiakan]. Karena mereka melihat tanganNya dengan bekas-bekas luka paku.


A little bit later, Jesus arrives at the Upper Room where the two disciples arrived and told the disciples that Jesus had resurrected, and now Jesus speaks to the disciples.
How did Jesus explain the disappointment to His disciples?  Luke 24: 44-49  “Then He said to them, ‘These are the words which I spoke to you while I was still with you, that all things must be fulfilled which were written in the Law of Moses and the Prophets and the Psalms concerning Me.’…”  What method did Jesus use to explain the disappointment to the disciples? The Scriptures. The prophecies that they had misunderstood. And it continues saying,  “…  And He opened their understanding, that they might comprehend…”  what?  “…the Scriptures.  Then He said to them, ‘Thus it is written, and thus it was necessary for the Christ to suffer and to rise from the dead the third day, and that repentance and remission of sins should be preached in His name to all nations, beginning at Jerusalem.  And you are witnesses of these things.  Behold, I send the Promise of My Father upon you; but tarry in the city of Jerusalem until you are endued with power from on high.’” So, after the disappointment they restudied Bible prophecies. And they discovered where their mistakes had been.

Tak lama kemudian, Yesus tiba di Ruang Atas itu di mana kedua murid sudah tiba dan sedang memberitahu para rasul bahwa Yesus sudah bangkit, dan sekarang Yesus berbicara kepada murid-muridNya. Bagaimana Yesus menjelaskan kekecewaan itu kepada para muridNya? Lukas 24:44-49  Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ …” Dengan cara apa yang dipakai Yesus untuk menjelaskan kekecewaan kepada para muridNya? Dengan Kitab Suci. Nubuatan-nubuatan yang telah disalahartikan mereka. Selanjutnya dikatakan,  “…Lalu Ia membuka pikiran mereka, supaya mereka mengerti…” apa?  “…Kitab Suci.  Lalu kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian, oleh sebab itulah  Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga;  dan bahwa pertobatan dan pengampunan dosa harus dikabarkan dalam namaNya kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Dan kamu adalah saksi dari semuanya ini. Lihat, Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi tunggulah di kota Jerusalem sampai kamu dikaruniai kekuasaan dari tempat tinggi.’" [NKJV yang diindonesiakan].  Jadi setelah kekecewaan itu mereka mempelajari lagi nubuatan-nubuatan Alkitab, dan mereka menemukan di mana mereka telah membuat kesalahan.


They said, “Men, our heart was burning within us as He opened the Scriptures now we understand that He was going to be a king of the kingdom of grace. He was going to die to get back the position that Adam lost, when he allowed himself to be conquered by the Devil. Now we understand what kind of king Jesus was going to be.” And as a result, the Christian church was established.

Mereka berkata, “Wah, hati kita serasa terbakar di dada kita ketika Dia membuka Kitab Suci, sekarang kita paham bahwa waktu itu Dia akan menjadi raja dari kerajaan kasih karunia. Dia harus mati untuk mendapatkan kembali posisi yang telah dihilangkan Adam ketika Adam mengizinkan dirinya ditaklukkan Iblis. Sekarang kita mengerti Yesus menjadi raja apa.” Dan sebagai hasilnya, berdirilah gereja Kristen.


How many of those that acclaimed Jesus as the Messiah and as the king, how many of those were left? The whole multitude was left? No, a very small remnant. They became the nucleus of the church that Jesus Christ now was going to use to take the message to the world, the Christian Church. What happened to the church that had been God’s church upto that point? It became what? It became apostate. And as we studied the prophecy of the 70 weeks, eventually it was what? That church was rejected and God chose the Christian church to fulfill His mission to the world.

Berapa banyak dari mereka yang menobatkan Yesus sebagai Mesias dan raja, berapa banyak yang tersisa? Apa seluruh kumpulan massa masih ada? Tidak, hanya tersisa sejumlah kecil. Mereka itulah yang menjadi inti dari gereja yang sekarang dipakai Yesus Kristus untuk membawa kabar selamat ke seluruh dunia, yaitu Gereja Kristen.
Apa jadinya dengan gereja yang hingga saat itu adalah gereja Tuhan? Gereja itu menjadi apa? Menjadi murtad.  Dan bila kita mempelajari nubuatan 70 minggu, bagaimana akhirnya nasib gereja itu? Akhirnya gereja itu ditolak Tuhan, dan Tuhan memilih Gereja Kristen until menggenapi misiNya kepada dunia.


So, question: did the Christian church begin with a great disappointment? Yes or no? So how can the Christian church be the true church if it began with a disappointment? They misunderstood prophecy, right? They didn’t understand what they were preaching. Their joy was turned to sorrow. And after the disappointment they studied the prophecies and “Oh, now we know where we were wrong! We were wrong about the kind of Messiah, but we were right about the timing.”

Jadi, pertanyaan: Apakah gereja Kristen diawali dengan suatu kekecewaan besar? Ya atau tidak? Jadi bagaimana mungkin gereja Kristen itu gereja yang benar jika berawal dari kekecewaan? Mereka telah salahmengartikan nubuatan, bukan? Mereka tidak mengerti apa yang mereka khotbahkan. Sukacita mereka berubah menjadi dukacita. Dan setelah kekecewaan itu mereka mempelajari nubuatan-nubuatan dan “Oh, sekarang kami tahu kami salah! Kami salah mengenai jenis Mesias, tetapi kami benar mengenai waktunya.”


Now, I would like us to go for a few minutes to what happened leading upto the year 1844, because there was a striking parallel between what happened in relationship to the triumphal entry and what happened in 1844.
Were there biblical prophecies that pointed to the beginning of the Judgment in 1844? Yes or no? Remember Daniel 7? Lion, bear, leopard, dragon, 10 horns, Little Horn for 1260 days, and then the Father, the Ancient of Days goes in, He sits, and the judgment begins, and then Jesus comes on the clouds of heavens to the Ancient of Days. Does that give us the approximate timing when the judgment was going to begin? It was going to begin after 1798.

Nah, saya ingin kita beralih sejenak ke apa yang terjadi hingga mengarah ke tahun 1844, karena ada persamaan yang sangat mirip dalam hubungan antara apa yang terjadi saat Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja dan apa yang terjadi di 1844.
Apakah ada nubuatan-nubuatan Alkitab yang menunjuk kepada dimulainya Penghakiman pada tahun 1844?  Ya atau tidak? Ingat Daniel pasal 7, singa, beruang, macan kumbang, naga, 10 tanduk, Tanduk Kecil selama 1260 hari, kemudian Allah Bapa, Yang Lanjut Usianya masuk, Dia duduk, dan penghakiman dimulai. Lalu Yesus datang di atas awan di langit, kepada Yang Lanjut Usianya. Apakah itu memberikan kepada kita perkiraan waktu kapan penghakiman ini akan dimulai? Penghakiman akan dimulai setelah tahun 1798.


You know where the Millerites committed their mistakes? They read this passage from Daniel 7 but they didn’t notice carefully that the Bible says, that Jesus when He came on the clouds of heaven, He didn’t come to the earth, He went on the clouds of heaven to the Ancient of Days in heaven to begin the Judgment. They didn’t understand that. And so the Millerites, those who preached the message about 1844, they thought that Jesus was going to come in 1844, and that He was going to establish His kingdom here, He was going to destroy the world with fire, cleanse the world with fire ~ which they believed the world was the Sanctuary ~ even though the Bible does not say that the earth is the Sanctuary ~ God was going to cleanse the earth with fire, and then Jesus was going to establish His everlasting kingdom here. You see, they misinterpreted the prophecy of Daniel chapter 7.

Tahukah kalian di mana golongan Millerit membuat kesalahan mereka? Mereka membaca dari Daniel pasal 7, tetapi mereka tidak jeli memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab bahwa Yesus ketika Dia datang di atas awan di langit, Dia tidak datang ke dunia. Yesus datang di atas awan di langit kepada Yang Lanjut Usianya di Surga untuk memulai Penghakiman. Mereka tidak mengerti itu. Maka golongan Millerit, yang membawa pekabaran tentang tahun 1844,  menyangka Yesus akan datang ke dunia tahun 1844 dan Dia akan mendirikan kerajaanNya di dunia, Dia akan membinasakan dunia ini dengan api, menyucikan dunia dengan api ~ yang mereka anggap itulah “Tempat yang Kudus”  walaupun di dalam Alkitab tidak dikatakan bahwa dunia ini adalah Tempat yang Kudus ~ bahwa Tuhan akan membersihkan dunia dengan api, lalu Yesus akan datang untuk mendirikan kerajaanNya yang kekal di sini. Kalian lihat, mereka telah salah menafsirkan nubuatan Daniel pasal 7.


Let me ask you: Was there also a prophecy in Daniel 8:14 that gives the exact time when the Judgment was going to begin? Remember we studied the prophecy “Unto 2300 days and the Sanctuary shall be cleansed”? Incidentally, the Bible also gives the month and the day when that Judgment was going to begin, because the cleansing of the Sanctuary took place on the day of Atonement. And the Bible gives us the month and the day for the day of Atonement. It’s found in Leviticus 23:26-27. It says, And the Lord spoke to Moses, saying: ‘Also the tenth day of this seventh month shall be the Day of Atonement….’” So taking the prophecy of the 2300 days, they arrived at the year 1844, and taking the sequence in the Hebrew feasts, they discovered the day and they discovered the month which in 1844, the day and the month was October 22, 1844.

Coba saya tanya: Apakah di Daniel 8:14 juga ada nubuatan yang menyebutkan waktunya tepat kapan Penghakiman itu akan dimulai? Ingat, kita telah mempelajari nubuatan “Sampai lewat 2300 petang dan pagi maka Tempat Kudus itu akan dibersihkan [NKJV yang diindonesiakan]. Kebetulan, Alkitab juga memberikan bulan dan harinya kapan Penghakiman ini akan dimulai, karena pembersihan Bait Suci terjadi pada hari Grafirat/hari Pendamaian. Dan Alkitab memberikan bulan dan tanggal untuk Hari Pendamaian itu. Ini ditemukan di Imamat 23:26-27, dikatakan,TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian’…” Maka memakai nubuatan 2300 hari, mereka tiba pada tahun 1844, dan memakai urut-urutan perayaan Yahudi, mereka menemukan harinya, dan mereka menemukan bulannya, yang di tahun 1844 itu, hari dan bulannya jatuh pada 22 Oktober 1844.


We’ll also take a look at Revelation 14:6-7, “The hour of His judgment has come…” and that’s after you have, once again in Revelation 13 you have the lion, the bear, the leopard, the ten horns, and then you have the beast that rules 42 months, and then after that, the hour of the Judgment has come.

Kita juga akan melihat di Wahyu 14:6-7, “… telah tiba saat penghakimanNya…” dan ini setelah di Wahyu pasal 13 kita bertemu dengan singa, beruang, macan kumbang, 10 tanduk, lalu binatang yang memerintah selama 42 bulan, dan setelah itu “… telah tiba saat penghakimanNya…”


So you have abundant prophecies that pointed to the fact that the Judgment was going to begin in heaven, and it was going to begin after 1798, specifically in 1844 and it was going to begin, obviously before the close of probation. There were prophecies that indicated that. And so leading up to the year 1844 a great religious movement arose in the USA primarily although there were individuals who preached in other countries as well. This was an inter-denominational and inter-continental movement, which has come to be known as the Great Second Advent Awakening. Those who preached the message taught that Jesus was going to come first of all  in 1843, then they noticed they had committed a chronological mistake, and then they adjusted it to October 22, 1844. Thousands of people embraced this message. It’s believed that over 50’000 in just New England who were actually proclaiming this message, the most famous of those of course is William Miller. And they studied the prophecies: “Unto 2300 days and the Sanctuary shall be cleansed”. William Miller said, “the Sanctuary is going to be cleansed, that is the earth, with fire. Jesus is going to come and going to cleanse the earth and He is going to establish His kingdom forever and ever.”

Jadi ada banyak nubuatan yang menunjuk kepada fakta bahwa Penghakiman akan dimulai di Surga, dan bahwa itu akan dimulai setelah tahun 1798, tepatnya di 1844, dan itu akan dimulai, tentu saja sebelum penutupan masa percobaan untuk dunia. Ada nubuatan-nubuatan yang menunjukkan itu. Maka hingga tiba di tahun 1844, muncullah suatu gerakan rohani terutama di Amerika Serikat walaupun ada orang-orang yang mengabarkannya di negara-negara lain juga. Ini adalah gerakan lintas-denominasi dan lintas-benua yang kemudian dikenal sebagai the Great Second Advent Awakening [= Kebangunan Akbar Menyambut Kedatangan Kristus yang Kedua]. Mereka yang membawa pekabaran ini mengajarkan bahwa Yesus akan datang ke dunia, pertamanya di tahun 1843, lalu mereka menyadari bahwa mereka telah membuat kesalahan kronologis yang kemudian mereka sesuaikan ke 22 Oktober 1844. Ribuan orang menerima pekabaran ini. Diyakini ada lebih dari 50’000 hanya di New England yang mengumandangkan pekabaran ini, dan tokoh yang paling terkenal tentu saja adalah William Miller. Dan mereka mempelajari nubuatan  “Sampai lewat 2300 petang dan pagi maka Tempat Kudus itu akan dibersihkan.” William Miller berkata, “Bait Suci akan dibersihkan dengan api, itu adalah dunia ini. Yesus akan datang dan akan membersihkan dunia ini dan Dia akan mendirikan kerajaanNya yang kekal.”


Was he wrong about the event? Yes. Was he right about the time? He was right about the time. He was just wrong about the event. And all of those who were preaching, were wrong about the event. Do you think God knew that they were wrong about the event? So why did He have them preach? Because it was necessary to attract everyone’s attention to something that was going to happen on that date. And Jesus knew that there was going to be a disappointment, but He said, “I am going to go forward with My calendar, because it is in My messianic calendar that I have to begin My judgment on that date. I know that those who are preaching the message misunderstand the event that is going to take place, but I am going to forward anyway, and after the fact they will understand.”

Apakah William Miller salah dalam hal peristiwa yang akan terjadi? Ya. Apakah dia benar mengenai waktunya? Dia benar mengenai waktunya. Dia hanya salah mengenai peristiwanya. Dan semua yang mengabarkan hal itu, salah mengenai peristiwanya. Menurut kalian apakah Tuhan tahu bahwa mereka salah menginterpretasi peristiwanya? Kalau begitu mengapa Tuhan tetap menyuruh mereka mengabarkannya? Karena saat itu perlu menarik perhatian semua orang kepada sesuatu yang akan terjadi pada hari itu. Dan Yesus tahu bahwa akan terjadi kekecewaan, tetapi Dia berkata, “Aku akan lanjut dengan agendaku, karena sudah ada di dalam penanggalan mesianikKu bahwa Aku harus memulai Penghakiman pada hari itu. Aku tahu bahwa mereka yang mengabarkan hal itu telah salahmengartikan peristiwa yang akan terjadi, tetapi Aku tetap jalan terus, dan setelah terjadi nanti, mereka akan mengerti.”


How could God be party in such a deception? It wasn’t a deception. The prophecies were clear. The problem was with their misconception.
Now, allow me to read you some statements. These were written by Ellen White. By the way Ellen White participated in that movement, so what I am going to read now, is the account of an eyewitness. She experienced this that she is describing. In the book of Christian’s Experience and Teachings of  Mrs. Ellen G. White, page 50, she says this: “In every part of the land light was given concerning this message, and the cry aroused thousands. It went from city to city, from village to village, and into the remote country regions. It reached the learned and talented, as well as the obscure and humble…”  and then she remarks, “…This was the happiest year of my life.” Was that a joyful experience thinking that Jesus was going to come on October 22, 1844? Absolutely. Did God know that they were going to be bitterly disappointed because of their misconception of Bible prophecy? He most certainly did. 

Bagaimana mungkin Tuhan mau terlibat dalam penipuan seperti ini? Ini BUKAN penipuan. Nubuatan-nubuatannya jelas. Masalahnya adalah salahpengertian mereka.
Sekarang, saya mau membacakan beberapa pernyataan. Ini ditulis oleh Ellen White. Supaya tahu, Ellen White terlibat dalam gerakan itu, jadi apa yang akan saya bacakan ini adalah kesaksian seorang saksi mata. Dia mengalami sendiri apa yang dia lukiskan. Di dalam buku Christian’s Experience and Teachings of  Mrs. Ellen G. White, hal 50, dia berkata demikian:  “Di seluruh negeri terang telah diberikan mengenai pekabaran ini, dan seruan itu membangkitkan ribuan orang. Seruan itu menyebar dari kota ke kota, dari desa ke desa, dan hingga ke pelosok-pelosok yang terpencil. Pekabaran ini mencapai orang-orang yang berpendidikan dan berbakat, dan juga orang-orang yang sederhana dan hina…”  lalu dia berkomentar,  “… ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku.” Bukankah ini pengalaman yang penuh sukacita, mengira Yesus akan datang pada 22 Oktober 1844? Tentu saja. Apakah Tuhan tahu bahwa mereka akan kecewa berat karena kesalahan mereka mengartikan nubuatan Alkitab? Pasti Tuhan tahu.


In the book Early Writings page 229, Ellen White says this: “Thousands were led to embrace the truth preached by William Miller, and servants of God were raised up in the spirit and power of Elijah to proclaim the message.”
She says in The Great Controversy  page 400-401 “Like a tidal wave the movement swept over the land…” so they were called a tsunami, “… From city to city, from village to village, and into remote country places it went, until the waiting people of God were fully aroused…” You know  October 22, 1844, came and went, and Jesus didn’t come.

Dalam buku Early Writings hal 229, Ellen berkata demikian:  “Ribuan orang menerima kebenaran yang dikhotbahkan William Miller, and hamba-hamba Allah pun dibangkitkan dalam semagat dan kuasa Elia untuk mengumandangkan pekabaran itu.”
Di dalam The Great Controversy hal 400-401, dia berkata, “Gerakan itu menyapu seluruh negeri ibarat gelombang besar…” jadi mereka disebut tsunami,  “… dari kota ke kota, dari desa ke desa, hingga  masuk ke pelosok-pelosok, hingga semua umat Tuhan yang sedang menanti, benar-benar terjaga…”  Kalian tahu, 22 Oktober 1844 tiba dan berlalu, dan Yesus tidak datang.


Now, who did God choose to proclaim this message leading up to 1844? The great preachers of the day and age? Nope. Farmers. A farmer, who was also a soldier in the revolutionary war, William Miller.
I want you to notice what William Miller had to say, because he, you know, he studied prophecy, he knew that what he was teaching was the truth. But he wondered, “What if I am wrong?” Notice what he says in his book Apology and Defense, page 13. He says: “My great fear was that in their joy at the hope of a glorious inheritance so soon to be revealed, they would receive the doctrine without sufficiently examining the Scriptures in demonstration of its truth. I therefore feared to present it, lest by some possibility I should be in error, and be the means of misleading any.”

Nah, siapa yang dipilih Tuhan untuk mengumandangkan pekabaran ini hingga tahun 1844? Apakah pengkhotbah-pengkhotbah terkenal di zaman itu? Tidak. Petani-petani! Seorang petani yang juga adalah seorang serdadu dalam perang Amerika Serikat melawan Inggris (1812-1815 yang dikenal sebagai Anglo-American War), William Miller.
Saya ingin kalian melihat apa yang dikatakan William Miller, karena kalian tahu, dia mempelajari nubuatan, dia tahu bahwa apa yang diajarkannya adalah kebenaran. Tetapi dia bertanya-tanya, “Bagaimana jika saya salah?” Perhatikan apa katanya dalam bukunya Apology and Defense, hal 13. Dia berkata,  “Kekhawatiranku yang terbesar adalah kegirangan mereka atas harapan mendapatkan warisan yang mulia yang akan dinyatakan dalam waktu dekat, sehingga mereka menerima doktrin ini tanpa mempelajari Kitab Suci dengan teliti untuk membuktikan kebenarannya. Itulah sebabnya aku khawatir menyodorkannya, seandainya ada kemungkingan aku salah, dan menjadi sumber yang menyesatkan orang lain.”


October 23, 1844, came and Jesus didn’t come. And the joyful experience was turned into bitterness. In fact Revelation prophesied this event. In Revelation chapter 10 we find the experience of a little book. That little book is the part of Daniel that deals with the 2300 days prophecy. We don’t have time to get into that right now, but if you are interested I can send you my notes on that proving that this book, this little book is the portion of Daniel that has to do with the 2300 days, with the message of the judgment. And interestingly enough, John is told, “Eat the book!” And John eats the book. What does that mean, he eats the book? He is assimilating what? The message. Read Ezekiel 3:1-3 there it is clear. He is assimilating the message. And what is this message like in his mouth? Oh, in his mouth it is sweet as honey. The message of the Judgment was sweet as honey, but when it got to his belly what happened? Hooo, it became bitter.  Is that what happened at the triumphal entry?  A sweet experience turned bitter after the aftermath? Absolutely.

23 Oktober 1844 tiba dan Yesus tidak datang. Dan pengalaman sukacita berubah menjadi kegetiran. Bahkan kitab Wahyu sudah menubuatkan peristiwa ini. Di Wahyu pasal 10 kita temukan pengalaman dengan sebuah kitab kecil. Kitab kecil itu adalah bagian dari kitab Daniel yang membahas nubuatan 2300 hari. Sekarang kita tidak punya waktu untuk membahas kitab ini, tetapi jika kalian berminat saya bisa mengirimkan catatan saya yang membuktikan bahwa kitab ini, kitab kecil ini adalah bagian dari tulisan Daniel yang berkaitan dengan 2300 hari, berkaitan dengan pekabaran tentang Penghakiman. Dan yang menarik adalah, Yohanes disuruh makan kitab itu. Dan dia makan kitab itu. Apa maksudnya dia makan kitab itu? Dia sedang mencerna pekabaran itu. Dan bagaimana rasanya pekabaran itu dalam mulutnya? Oh, di dalam mulutnya terasa manis seperti madu. Pekabaran tentang Penghakiman ini manis seperti madu, tetapi ketika itu tiba di perutnya, apa yang terjadi? Hooo, dia menjadi getir. Bukankah itu yang terjadi pada waktu Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja? Suatu pengalaman yang manis yang berubah getir setelah lewat? Betul sekali.


Allow me to read you a statement by Hiram Edson, he was one of those who preached this message and this will bring tears to your eyes. This is the day after the disappointment. He says, ”… we confidently expected to see Jesus Christ and all the holy angels with Him; and that His voice would call up Abraham, Isaac, and Jacob and all the ancient worthies, and dear friends which had been torn from us by death, and that our trials and sufferings, with our earthly pilgrimage would close, and we should be caught up to meet our coming Lord to be forever with Him, to inhabit bright golden mansions in the golden home city prepared for the redeemed. Our expectations were raised high and thus we looked for our coming Lord until the clock tolled 12, at midnight. The day had then passed and our disappointment became a certainty. Our fondest hopes and expectations were blasted, and such a spirit of weeping came over us as I never experienced before. It seemed that the loss of all earthly friends could have been no comparison. We wept, and wept, till the day dawn. I mused in my own heart, saying, ‘My advent experience has been the richest and brightest of all my Christian experience. If this had proved a failure, what was the rest of my Christian experience worth? Has the Bible proved a failure? Is there no God, no heaven, no golden home city, no paradise? Is all this but a cunningly devised fable? Is there no reality to our fondest hope and expectation of these things?’ And thus we had something to grieve and weep over, if all our fond hopes were lost. And as I said, we wept till the day dawn.” ~ Hiram Edson, manuscript fragment on his “Life and Experience” no date, pp. 4-5. 

Saya mau membacakan suatu pernyataan oleh Hiram Edson, dia adalah salah satu yang mengkhotbahkan pekabaran ini dan ini akan membuat kalian terharu. Ini menggam-barkan keesokan harinya setelah kekecewaan itu. Dia berkata, “… kami begitu yakin akan melihat Yesus Kristus dan semua malaikat yang suci bersamaNya; dan suaraNya yang akan membangunkan Abraham, Ishak dan Yakub, dan semua orang saleh dari zaman purba, dan teman-teman kami yang telah dirampas oleh kematian dari kami, dan bahwa cobaan dan penderitaan kami serta perjalanan kami di dunia ini akan berakhir, dan kami akan diangkat untuk bertemu dengan Tuhan kami yang datang, supaya bisa selamanya bersama-sama denganNya, mendiami rumah-rumah indah yang bercahaya terang keemasan di kota emas, yang disediakan untuk umat tebusan. Harapan kami terangkat begitu tinggi dan  dengan demikian kami menunggu kedatangan Tuhan kami hingga lonceng berbunyi 12 tengah malam. Hari itu sudah lewat, dan kekecewaan kami menjadi suatu kepastian. Harapan kami yang terindah serta penantian kami hancur, dan kami dikuasai oleh roh duka yang belum pernah saya alami sebelumnya. Seandainya semua teman kami di dunia ini lenyap pun tidak sebanding dengan perasaan saat itu. Kami menangis, dan menangis, hingga fajar. Saya bertanya-tanya dalam hati sendiri, ‘Pengalaman  menantikan kedatangan Kristus adalah pengalaman saya yang paling kaya dan cemerlang dari seluruh pengalaman kekristenan saya. Jika ini terbukti suatu kegagalan, apa nilainya pengalaman kekristen saya yang lain? Apakah Alkitab ternyata suatu kegagalan? Apakah Tuhan tidak ada, Surga tidak ada, tidak ada kota emas, tidak ada firdaus? Apakah semua ini hanyalah omong kosong yang diciptakan secara licik? Apakah harapan kami yang terindah dan penantian kami akan hal-hal itu, tidak ada kenyataannya?’ Maka kami punya alasan untuk berduka dan mencucurkan air mata, jika semua harapan terindah kami lenyap. Dan seperti saya katakan, kami menangis hingga fajar.”  ~ Hiram Edson, manuscript fragment on his “Life and Experience” tidak bertanggal, hal 4-5. 


These were people who loved the Lord. They left their potatoes in the field without harvesting because they believed Jesus was coming. They invested all of their resources to publish magazines and books announcing the coming of Jesus on October 22, 1844. They took of their own money to pay debts of fellow-believers so that when Jesus would come, they would not be indebted. They prayed all night. They studied Scriptures all night. They confessed their faults one to another and made things right. These were spiritual people  but their hopes were dashed because they misunderstood prophecy.

Ini adalah orang-orang yang mencintai Tuhan. Mereka meninggalkan kentang-kentang mereka di kebun tanpa memanennya karena mereka yakin Yesus akan datang. Mereka mencurahkan semua dana mereka untuk mencetak majalah dan buku memberitakan kedatangan Yesus pada tanggal 22 Oktober 1844. Mereka memakai uang mereka pribadi untuk melunasi utang saudara-saudara seiman, agar pada saat kedatangan Yesus, tidak ada yang punya utang. Mereka berdoa sepanjang malam. Mereka mempelajari Kitab Suci sepanjang malam. Mereka mengakui kesalahan mereka yang satu kepada yang lain dan memperbaiki semua kesalahan. Ini adalah orang-orang yang spiritual, tetapi harapan mereka hancur berkeping karena mereka salahmengartikan nubuatan.


Allow me to read you another statement, this was by Washington Morse, another one of those who participated in this movement. He says, “The passing of the time was a bitter disappointment. True believers had given up all for Christ, and had shared His presence as never before. The love of Jesus filled every soul, and with inexpressible desire they prayed, ‘Come, Lord Jesus, and come quickly.’  But He did not come. And now to turn again to the cares, perplexities, and dangers of life, in full view of jeering and reviling unbelievers who scoffed as never before, was a terrible trial of faith and patience. When elder Himes…” who was one of the pioneers,  “…visited Waterbury, Vermont, a short time after the passing of time, and stated that the brethren should prepare for another cold winter, my feelings were almost incontrollable. I left the place of meeting and wept like a child.” ~ Washington Morse “Remembrance of Former Days”, the Advent Review and Sabbath Herald, May 7, 1901.

Izinkan saya membacakan pernyataan yang lain, yang ini oleh Washington Morse, orang lain lagi yang juga ikut berpartisipasi dalam gerakan ini. Dia berkata, “Berlalunya waktu merupakan kekecewaan yang getir. Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya telah meninggalkan semuanya untuk Kristus, dan telah merasakan kehadiranNya yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Kasih untuk Yesus memenuhi setiap jiwa, dan dengan hasrat yang tak terlukiskan, mereka berdoa, ‘Datanglah, Tuhan Yesus, datanglah cepat.’ Tetapi Dia tidak datang. Dan sekarang kami harus kembali ke semua kekhawatiran, kebingungan, dan bahaya dalam hidup, di hadapan semua orang yang tidak percaya, yang menertawakan dan mencaci, dan mencemooh dengan luar biasa. Ini adalah suatu pencobaan iman dan kesabaran yang sangat berat. Ketika ketua Himes…” yang adalah salah satu pioneer,  “… mengunjungi Waterbury, Vermont, tak lama setelah itu, dan menyatakan bahwa saudara-saudara harus bersiap-siap untuk menghadapi musim dingin lagi, perasaan saya nyaris tak terkendalikan. Saya tinggalkan pertemuan itu dan menangis seperti seorang anak kecil.”   ~ Washington Morse “Remembrance of Former Days”, the Advent Review and Sabbath Herald, May 7, 1901.


Are you catching the picture? Did the disciples feel the same way? They sure did. William Miller himself said this after the disappointment, “It passed. And the next day, it seemed as though all the demons from the bottomless pit were let loose upon us. The same ones …” listen carefully,  “… the same ones and many more who were crying for mercy two days before, were now mixed with the rabble and mocking, scoffing and threatening in a most blasphemous manner.” ~ William Miller in a letter to I.O. Orr, MD, dd. December 13, 1844.
Was that what happened to the disciples? Absolutely.

Apakah kalian menangkap gambarnya? Apakah murid-murid Yesus merasakan hal yang sama? Mereka merasakan hal yang sama. William Miller sendiri mengatakan ini setelah kekecewaan itu,  Penantian itu berlalu. Dan keesokan harinya seolah-olah semua setan dari lubang yang tidak ada dasarnya dilepaskan kepada kami. Orang-orang yang sama…” dengarkan baik-baik,  “… orang-orang yang sama dan banyak yang lain yang sebelumnya berseru memohon pengampunan dua hari sebelumnya, sekarang bergabung dengan kelompok yang mencemooh, mencaci dan mengancam dengan cara yang sangat menghina.” ~ William Miller dalam suratnya kepada  I.O. Orr, MD, tertanggal 13 December 1844.
Bukankah ini yang terjadi kepada murid-murid Yesus? Betul sekali.


How did the religious world of that day and age receive the message of the Millerites? The answer is, that all of the main line churches of that day rejected the message of the Millerites and expelled them from their churches. In fact in 1842, Ellen White and all of her family were disfellowshipped  from the Methodist church simply for attending a tent meeting that was held by William Miller. Multitudes of believers were cast out of their churches and rejected by the ministers. The ministers wanted nothing to do with this message. Is there anything new under the sun? Same thing happened back at the triumphal entry with the religious leaders.

Bagaimanakah dunia agama pada masa itu menerima pekabaran golongan Millerit?  Jawabannya adalah, semua gereja jalur utama pada masa itu, menolak pekabaran golongan Millerit dan mengusir mereka dari gereja-gereja mereka. Bahkan di tahun 1842, Ellen White dan seluruh keluarganya, dikeluarkan dari keanggotan gereja Methodist hanya karena mereka menghadiri suatu pertemuan tenda yang diadakan oleh William Miller. Banyak orang yang percaya dikeluarkan dari gereja-gereja mereka dan ditolak oleh para pendeta. Para pendeta tidak mau punya urusan dengan pekabaran ini. Apakah masih ada barang yang baru di bawah matahari? Hal yang sama juga terjadi dengan para pemimpin agama di masa lampau pada saat Yesus masuk ke Yerusalem seperti raja.


Ellen White in Early Writings page 234 describes the opposition of the religious leaders. She says, “Preachers and people joined to oppose this message from heaven and to persecute William Miller and those who united with him in the work. Falsehoods were circulated to injure his influence…” Did that happen with Jesus? Absolutely.  “… and at different times after he had plainly declared the counsel of God, applying cutting truths to the hears of his hearers, great rage was kindled against him, and as he left the place of meeting, some waylaid him in order to take his life. But angels of God were sent to protect him, and they led him safely away from the angry mob. His work was not yet finished.”

Ellen White dalam bukunya Early Writings, hal 234 menggambarkan pertentangan dari para pemimpin agama. Dia berkata,  “Para pengkhotbah dan umat bergabung untuk menentang pekabaran dari Surga ini dan menganiaya William Miller dan mereka yang punya hubungan dengannya di dalam pekerjaan itu. Fitnah disebarkan untuk melemahkan pengaruhnya…” Apakah itu terjadi dengan Yesus? Betul sekali.  “… dan pada saat-saat yang berbeda, setelah William Miller menyampaikan nasihat dari Tuhan, mengaplikasikan kebenaran-kebenaran yang pedas kepada para pendengarnya, timbullah murka terhadapnya, dan pada saat dia meninggalkan tempat pertemuan, beberapa orang mencegatnya dengan tujuan untuk membunuhnya. Tetapi malaikat-malaikat Tuhan dikirimkan untuk melindunginya, dan mereka membawanya dengan selamat menjauh dari gerombolan orang-orang yang lagi murka itu. Tugasnya masih belum selesai.”


In another quotation we find in Christians Experience and Teachings of Ellen White   page 52, she says, “…the orthodox churches…” which mean the main line churches of that day and age, “… the orthodox churches used every means to prevent the belief in Christ’ soon coming from spreading. No liberty was granted in their meetings to those who dared mention the hope of  the soon coming of Christ, professed lovers of Jesus scornfully rejected the tidings that He, whom they claimed as their best friend, was soon to visit them. They were excited and angered against those who proclaimed the news of His coming and who rejoiced that they would speedily behold Him in His glory. 

Dalam suatu kutipan yang lain di Christians Experience and Teachings of Ellen White hal 52, dia berkata,  “… gereja-gereja ortodoks…” maksudnya gereja-gereja jalur utama pada masa itu,  “… gereja-gereja ortodoks memakai segala cara untuk menghalangi penyebaran keyakinan bahwa Kristus akan segera datang. Dalam pertemuan-pertemuan mereka, orang-orang yang berani menyinggung tentang harapan segera datangnya Kristus tidak diberi kebebasan berbicara.  Orang-orang yang mengaku mencintai Yesus dengan marah menolak berita bahwa Dia, yang mereka sebut sebagai Sahabat terdekat mereka, akan segera datang mengunjungi mereka. Mereka menjadi emosi dan marah terhadap orang-orang yang mengumandangkan berita kedatangan Kristus dan yang bersukacita akan segera memandangNya dalam kemuliaanNya.


In 1844 the religious world fell, because they did not follow Jesus into the Most Holy Place. Just like the Jewish nation fell because they failed to follow Jesus into the Holy Place. In other words, as Judaism became apostate, the religious world became apostate when they refused to enter with Jesus into the Most Holy Place. In fact in vol. 4 of The Spirit of Prophecy page 232, Ellen White says ~ and remember she belonged to this movement ~  “The churches spurned the counsel of God by rejecting the Advent message. The Lord rejected them. The first angel was followed by a second, proclaiming, ‘Babylon is fallen, is fallen, that great city, because she made all nations drink of the wine of the wrath of her fornication.’

Tahun 1844, dunia agama jatuh karena mereka tidak mengikuti Yesus ke Bilik Mahasuci. Sama dengan bangsa Yahudi yang jatuh karena mereka gagal mengikuti Yesus masuk ke Bilik Suci. Dengan kata lain, sebagaimana Judaisme menjadi murtad, dunia agama juga menjadi murtad ketika mereka menolak masuk bersama Yesus ke Bilik Mahasuci. Sesungguhnya di buku The Spirit of Prophecy vol. 4 hal 232, Ellen White berkata ~ dan harap diingat dia termasuk dalam gerakan ini ~  “Gereja-gereja menolak dengan angkuhnya nasihat Tuhan dengan menolak pekabaran kedatangan Kristus. Tuhan pun menolak mereka. Malaikat yang pertama diikuti oleh yang kedua, mengumumkan “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya.”


The question is, how was the disappointment explained? The great disappointment of 1844. How did those who remained, the faithful remnant, how did they understand what truly had happened, the explanation of their disappointment. Let me read you a statement. This is ah, Hiram Edson who was one of those who belonged to this movement. The day after the disappointment, October 23, 1844, he was going across a field and he was going to try and comfort some of the people who were disappointed. And notice what he says,  “We started, and while passing through a large field, I was stopped about midway of the field. Heaven seemed opened to my view, and I saw distinctly and clearly that instead of our High Priest coming out of the Most Holy of the heavenly Sanctuary to come to this earth on the 10th day of the 7th month, at the end of the 2300 days, He for the first time entered on that day the second apartment of that Sanctuary; and that He had a work to perform in the Most Holy before coming to the earth.” ~ F.D. Nichol, “The Midnight Cry”, p. 458.

Pertanyaannya adalah, bagaimana kekecewaan itu dijelaskan? Kekecewaan besar yang terjadi tahun 1844. Bagaimana mereka yang tersisa, yang setia, bagaimana mereka mengerti apa yang sebenarnya terjadi, penjelasan untuk kekecewaan mereka. Saya akan membacakan suatu pernyataan. Ini adalah, ah,  Hiram Edson, salah satu pengikut gerakan itu. Keesokan harinya setelah kekecewaan itu, 23 Oktober 1844, dia sedang berjalan melalui sebuah ladang dan dia berniat mencoba menghibur beberapa orang yang kecewa. Perhatikan apa yang dikatakannya,  “Kami berangkat, dan ketika melewati sebuah ladang yang luas, di tengah-tengah ladang itu saya dihentikan. Saya seolah-olah melihat Surga terbuka di depan mata saya, dan saya melihat dengan nyata dan jelas bahwa Imam Besar kita bukannya keluar dari Bilik Mahasuci Bait Suci Surgawi untuk datang ke dunia pada hari ke-10 bulan ke-7, pada akhir nubuatan 2300 hari itu, tetapi untuk pertama kalinya pada hari itu Dia masuk ke bilik kedua Bait Suci, dan bahwa Dia punya tugas yang harus dilakukanNya di dalam Bilik Mahasuci itu sebelum datang ke dunia.”  ~ F.D. Nichol, “The Midnight Cry”, hal 458.


And after he had this momentary intuition, where he saw Jesus not returning to the earth, but going into the Most Holy Place of the heavenly Sanctuary, he shared this with the other believers, and do you know what they did? They gathered in study groups, they said, “We need to study this out.” And they went to Scriptures and they studied many of the prophecies they had looked at before, and they said,  “How didn’t we catch it that the Son of Man was going in the clouds to the Ancient of Days? How didn’t we understand in Luke chapter 12 that the wedding is not when Jesus comes here, but the wedding takes place in heaven. He returns from the wedding to pick up His people. How didn’t we understand that the Sanctuary is not the earth? No place in the Bible says that the Sanctuary is the earth. How didn’t we understand the book of  Hebrews where it says that Jesus now serves in the Sanctuary in heaven?” They said, “How did we miss this?” This small remnant, formed the nucleaus of what today is the 7th Day Adventist Church.

Dan setelah dia mendapatkan intuisi sejenak itu di mana dia melihat Yesus bukannya kembali ke dunia tetapi masuk ke dalam Bilik Mahasuci dari Bait Suci di surga, dia membagikan hal ini kepada saudara-saudara seimannya, dan tahukah kalian apa yang mereka lakukan? Mereka membentuk kelompok-kelompok belajar, mereka berkata, “Kita harus mempelajari ini dengan baik.” Dan mereka menyelidiki Alkitab dan mereka mempelajari banyak nubuatan yang sudah pernah mereka pelajari sebelumnya, dan mereka berkata, “Bagaimana mungkin tadinya kita tidak menangkap bahwa Anak Manusia di atas awan itu menuju kepada Yang Lanjut Usianya? Bagaimana mungkin tadinya kita tidak mengerti Lukas pasal 12, bahwa perjamuan perkawinan itu bukan pada waktu Yesus datang ke dunia, tetapi perjamuan perkawinan itu terjadi di Surga? Dan Yesus kembali dari perjamuan itu untuk menjemput umatNya. Bagaimana mungkin tadinya kita tidak mengerti bahwa Tempat Kudus itu bukan dunia ini? Di Alkitab tidak ada ayat yang mengatakan bahwa Tempat Kudus itu dunia ini. Bagaimana mungkin tadinya kita tidak mengerti kitab Ibrani di mana dikatakan bahwa Yesus sekarang melayani di dalam Bait Suci di surga?” Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kita bisa melewatkan ini?” Dan jumlah kecil yang tersisa ini, merupakan kelompok inti dari apa yang dikenal sebagai gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sekarang.


And you know what’s interesting? Shortly after 1844 when they entered the Most Holy Place with Christ, they suddenly started discovering all of the distinctive truths of the Adventist church. They discovered that the Law of God was not nailed to the cross because it is in the Most Holy Place! They discovered that the Sabbath is still binding because it’s in God’s Law. They discovered that the Judgment means that Jesus is cleansing the heavenly Sanctuary. They also discovered that the dead are dead.
You say, “How did they discover that?” It’s very simple. If Jesus began to judge people on a certain day on October 22, 1844, then they didn’t go to heaven or to hell when they died. So they said, the dead must be in the grave waiting the resurrection of Jesus.

And thus the 7th Day Adventist Church was established in harmony with Bible prophecy.


Dan tahukah kalian apa yang menarik? Tidak lama setelah 1844, pada waktu mereka memasuki Bilik Mahasuci bersama Kristus, tiba-tiba mereka mulai menemukan semua kebenaran yang khas dari gereja MAHK. Mereka menemukan bahwa Hukum Tuhan itu tidak dipakukan ke salib karena masih ada di dalam Bilik Mahasuci! Mereka menemukan bahwa Sabat itu masih mengikat karena ada di Hukum Tuhan. Mereka menemukan bahwa Penghakiman berarti Yesus membersihkan Bait Suci di Surga. Mereka juga menemukan bahwa orang yang sudah mati, betul mati. Kalian berkata, “Bagaimana mereka menemukan itu?” Mudah. Jika Yesus mulai menghakimi manusia pada hari yang sudah ditentukan yaitu 22 Oktober 1844, berarti orang-orang yang sudah mati tidak pergi ke Surga atau ke neraka pada saat mereka mati. Jadi mereka berkata, orang-orang mati pasti ada di kubur mereka menantikan dibangkitkan oleh Yesus.

Dengan demikian, terbentuklah gereja MAHK selaras dengan nubuatan Alkitab.



13 06 14


No comments:

Post a Comment