HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 14/32 - Stephen Bohr
THREE STAGES
OF ISRAEL’S HISTORY
Dibuka dengan doa.
The year was 1445 BC, Israel had been delivered from bondage in
Egypt, and now they were at the foot of Mt. Sinai. And as they were there at
the foot of Mt. Sinai, Got told Moses to come out of the mount because God had
a special message that He wanted Moses to deliver to the people. That message
is found in Exodus 19:1-6. And I am going to read those verses, there are
several very important items of information there. Exodus 19:1-6. Remember that
God has just delivered Israel from bondage in Egypt, this is about three months
later, they are at Mt. Sinai, in the third month rather, they are at Mt. Sinai,
and God tells Moses,
“Come up, I have a message for you to give to Israel.” This is what is
says,
Tahunnya adalah 1445 BC, Israel baru
saja diselamatkan dari perbudakan di Mesir, dan sekarang mereka berada di kaki
Gunung Sinai. Dan selagi mereka berada di kaki Gunung Sinai, Tuhan menyuruh
Musa naik ke gunung itu karena Tuhan punya pesan istimewa yang harus
disampaikan Musa kepada bangsanya. Pesan itu ada di Keluaran 19:1-6. Dan saya
akan membacakan ayat-ayat ini. Ada beberapa informasi yang penting di sini.
Keluaran 19:1-6. Ingat, Tuhan baru saja menyelamatkan Israel dari perbudakan di
Mesir, dan ini terjadi sekitar tiga bulan kemudian, mereka berada di Gunung
Sinai, tepatnya di bulan yang ketiga, mereka ada di G. Sinai, dan Tuhan
menyuruh Musa, “Naiklah, Aku punya pesan yang harus kausampaikan kepada
Israel.” Inilah apa yang dikatakan:
“In the third month
after the children of Israel had gone out of the land of Egypt, on the same
day, they came to the Wilderness of Sinai. For they had departed from
Rephidim, had come to the Wilderness of Sinai, and camped in the
wilderness. So Israel camped there before the mountain. And Moses went up to God,
and the Lord called to him from the mountain,
saying, ‘Thus you shall say to the house
of Jacob, and tell the children of Israel…”
so God is going
to give the message to Moses to give to the people. Verse 4, “… ‘You have seen what I did
to the Egyptians, and how I bore you on eagles’ wings and brought you
to Myself…” God is saying, I took you away from Pharaoh
and I brought you to Myself. I performed these great acts of deliverance from
bondage. And then notice verse 5, “… ‘ Now therefore, if…”
this is a conditional word, “…
if you will indeed obey My voice and keep My covenant…” notice, “… if you will indeed obey My voice and keep My covenant
then you shall be a special treasure to Me above all people; for all the earth is Mine…” Was the election of Israel conditional, yes or
no? Absolutely. It was conditioned to their obedience to
the covenant. Notice verse 6, “… And you shall be to Me a kingdom of priests and a holy nation.’
These are the words which you shall speak to the
children of Israel.’”
“Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka
tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga.
Karena mereka telah
meninggalkan Rafidim, dan tiba di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di padang gurun. Maka orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu. Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya:
‘Beginilah yang
harus kaukatakan kepada keturunan Yakub dan beritahukan kepada orang Israel…” maka Tuhan memberikan pesanNya kepada
Musa untuk disampaikan kepada bangsanya. Ayat 4, “… Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku
telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku…” Tuhan berkata, “Aku telah merebutmu
dari Firaun, dan Aku membawamu kepada DiriKu. Aku telah melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang hebat ini untuk melepaskanmu dari perbudakan.” Lalu
perhatikan ayat 5, “… Jadi sekarang, jika…” kata
ini menunjukan persyaratan, “… jika
kamu sungguh-sungguh mematuhi firman-Ku dan memelihara perjanjian-Ku…” perhatikan,
“… maka
kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri di atas segala bangsa, sebab Akulah
yang empunya seluruh bumi…” Apakah
terpilihnya Israel ini ada syaratnya? Ya atau tidak? Tentu saja! Terpilihnya Israel adalah atas
syarat kepatuhan mereka kepada perjanjian itu. Perhatikan ayat 6, “… Kamu akan menjadi bagi-Ku
kerajaan imam dan bangsa yang kudus.’ Inilah semuanya firman yang harus kausampaikan kepada orang Israel.’" [NKJV yang diindonesiakan].
So God is saying through Moses to Israel,
“I want to make a covenant with you. I want you to be my special people, my
special treasure. I want you to be priests to the nations. I want you to share
the gospel with the world. Are you willing to accept the terms of the covenant,
obey My voice and be faithful to the covenant, yes or no?” And so Moses comes
down and he delivers the message to Israel. Let’s read Exodus 19:7-8 where you
will find the responds of Israel.
Exodus 19:7-8 “So Moses came and called for the elders of the people,
and laid before them all these words which the Lord commanded him. Then all the people answered together
and said…” notice, “…
‘All that the Lord has spoken we will
do.’…” Did they agree to enter
the covenant, yes or no? Did they agree to obey God’s voice and be faithful?
Absolutely. And now notice the end of verse 8, “… So Moses brought back the words of the
people to the Lord.” And now you have a
covenant. God offers the covenant on condition of
obedience, and Israel says, “All that the Lord has
said, that we will do.”
Jadi Tuhan berkata kepada Israel lewat Musa, “Aku mau membuat perjanjian
dengan kamu. Aku mau kamu menjadi umatKu yang istimewa, harta milikKu yang
istimewa. Aku mau kamu menjadi imam bagi bangsa-bangsa lain. Aku mau kamu
membagikan injil [kabar baik] kepada dunia. Apakah kamu bersedia menerima
kondisi perjanjian ini: yaitu mematuhi kata-kataKu dan setia kepada perjanjian
ini, ya atau tidak?” Maka Musa turun dari gunung dan menyampaikan pesan itu
kepada Israel. Mari kita baca di Keluaran 19:7-8, di mana kita akan melihat
tanggapan Israel.
Keluaran 19:7-8 “Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua
bangsa itu dan menyodorkan kepada mereka
segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama…” perhatikan, "…
‘Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan’…." Apakah mereka bersedia membuat perjanjian tersebut, ya
atau tidak? Apakah mereka setuju untuk mematuhi suara Tuhan dan setia kepada
perjanjian itu? Tentu saja. Dan sekarang perhatikan bagian akhir dari ayat 8, “… Lalu
Musa pun menyampaikan jawaban bangsa itu
kepada TUHAN.” [NKJV yang diindonesiakan]. Dan sekarang perjanjian itu jadi. Tuhan menawarkan perjanjian itu berdasarkan syarat
kepatuhan, dan Israel berkata, “Segala yang difirmankan
TUHAN akan kami lakukan”
Now God sealed off this
covenant later on after the Tabernacle was built when the Shekinah glory of God
entered the Sanctuary to dwell among God’s people. Let’s read about that in
Exodus 40:34. This is the capstone. God and Israel have made a covenant, now
Moses builds a Tabernacle, and God’s glory comes into the Tabernacle, God is
saying “I will be your God, and you will be My people.” Exodus 40:34 says, “Then the cloud covered the tabernacle of meeting, and the glory of the Lord filled the tabernacle.” And so now, the covenant was complete.
God was in their midst and Israel was His people.
Nah, Tuhan kemudian memeteraikan
perjanjian ini setelah Tabernakel selesai dibuat, yaitu ketika sang Shekinah, kemuliaan Tuhan masuk ke dalam Kemah
Suci untuk tinggal bersama-sama umat Tuhan. Mari kita baca hal ini di Keluaran
40:34. Ini adalah batu penjurunya, batu yang mengikat keseluruhannya. Tuhan dan
Israel telah membuat suatu perjanjian, sekarang Musa membuat sebuah Tabernakel,
dan kemuliaan Tuhan masuk ke Tabernakel itu, dengan itu Tuhan berkata, “Aku
akan menjadi Allahmu, dan kamu menjadi umatKu.” Keluaran 40:34 berkata, “Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan
kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.” Maka sekarang, perjanjian itu sempurna. Tuhan berada di
tengah-tengah mereka, dan Israel adalah umatNya.
Later on God told Solomon to build a more permanent structure for Him to
dwell in. This Temple was built in the year 960 or was finished in the year 960
BC. And after the Temple was built, once again God sealed His presence with
Israel by coming as His glory into Solomon’s Temple. Let’s read
that in 1 Kings 8:10-11, how the glory of God came into Solomon’s Temple. By
the way, that’s a misnomer because it’s really God’s Temple built by Solomon.
And so it says there in 1 Kings 8, “And it came to pass,
when the priests came out of the holy place, that the cloud filled
the house of the Lord, so
that the priests could not continue ministering because of the cloud; for the
glory of the Lord filled the house of
the Lord.”
Belakangan Tuhan menyuruh Salomo
membangun tempat yang lebih permanen untukNya. Bait Suci itu dibangun tahun
960, atau selesai dibangun tahun 960 BC. Dan setelah Bait Suci ini dibangun,
sekali lagi Tuhan memeteraikan kehadiranNya bersama Israel dengan hadir sebagai kemuliaanNya dalam Bait Suci Salomo. Mari kita baca ini
di 1 Raja 8:10-11, bagaimana kemuliaan Tuhan masuk ke Bait Suci Salomo.
Sebenarnya ini salah istilah, karena itu adalah Bait Suci Tuhan, yang dibangun
oleh Salomo.
Maka dikatakan di 1 Raja pasal 8, “Dan terjadilah ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak bisa melanjutkan
melayani oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. [NKJV yang
diindonesiakan]
Now, it just so happens that from 1445 BC, for a period of about 800 years,
Israel was continually rebellious to God and to His covenant. Even though God
sent messenger, after messenger, after messenger, calling Israel to be
faithful, calling them back to their covenant that they had made with the Lord,
800 years was a history of open rebellion against the Lord. Let’s read this in
2 Chronicles 36:14-16, here the chronicler is telling the story of the history
of Israel, and it says, “Moreover all the leaders of the priests and the people
transgressed more and more, according to
all the abominations…” I want you to remember that’s a key word, “…according to
all the abominations of the nations, and defiled the house of the Lord which He had consecrated in
Jerusalem…” Verse 15, “… And the Lord God
of their fathers sent warnings to
them by His messengers, rising up early and sending them, because He had compassion
on His people and on His dwelling place…”
So did God sent messages calling them to
abandon their abominations? Absolutely. How did they react to God’s warnings? Verse 16, “… But
they mocked the messengers of God, despised His words, and scoffed at His
prophets, until the wrath of the Lord arose
against His people, till there
was no remedy.”
Nah, ternyata dari tahun 1445 BC,
selama sekitar 800 tahun, Israel terus-menerus memberontak kepada Tuhan dan
kepada perjanjianNya. Walaupun Tuhan berulang-ulang mengirim utusan-utusanNya,
memanggil Israel agar kembali setia, memanggil mereka kembali kepada perjanjian
yang telah mereka buat dengan Tuhan, tetapi selama sejarah 800 tahun tersebut yang
ada itu pemberontakan terang-terangan kepada Tuhan. Marilah kita baca tentang
ini di 2 Tawarikh 36:14-16, di sini pencatat sejarah mengisahkan sejarah
Israel, dan dikatakan, “Selain itu, semua pemimpin para imam dan
rakyat semakin melanggar perjanjian dengan
mengikuti segala kekejian…” saya
mau kalian mengingat kata kunci ini, “… mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain dan
menajiskan Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem ….” Ayat
15, “… Namun
TUHAN, Allah nenek moyang mereka, mengirimkan
peringatan-peringatan kepada mereka melalui utusan-utusan-Nya dengan tidak menunda-nunda waktu, karena Ia
sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya…” Jadi, apakah Tuhan mengirim pesan-pesan
untuk memanggil mereka meninggalkan kekejian mereka? Tentu saja. Bagaimana
mereka bersikap terhadap peringatan-peringatan Tuhan? Ayat 16, “… Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan
Allah itu, memandang rendah segala
firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit
terhadap umat-Nya, sampai tidak bisa diredakan lagi.”
[NKJV yang diindonesiakan].
In fact the
covenant that God made with Israel at Mt. Sinai was a marriage covenant.
In other words, God married Israel. He wanted Israel to be his wife. You say,
“Where does the Bible say that?” If you read the book of Jeremiah 31:32 God
speaking about Sinai says, “I made a marriage covenant with Israel at
Mt. Sinai.” And yet prophet after prophet says that Israel played the harlot.
In other words, she had other lovers because she followed the abominations of
the nations.
Let’s read one of those texts in Ezekiel 16:15, here God is speaking to Israel and He
says, “But you trusted in your own beauty, played…” what? “… played the harlot because of your fame, and
poured out your harlotry on everyone passing by who would
have it.” And so Israel practiced the abominations
of the
nations, she became a harlot, in other words, she broke her marriage covenant.
And so the messengers or the prophets are God’s lawyers so to speak in divorce
court, and God is saying, “I want a divorce, I want out of this covenant,
because you are committing acts of
abominations and harlotry with the nations.” Finally, at the end
of the 800 years of constant rebellion, God decided that He would come and He
would judge His people for their wickedness and for their abominations.
Sebenarnya, perjanjian yang dibuat Tuhan
dengan Israel di G. Sinai adalah suatu perjanjian pernikahan. Dengan
kata lain, Tuhan menikahi Israel. Tuhan mau Israel menjadi istriNya. Kalian
berkata, “Di mana di Alkitab ada tulisan itu?” Jika kita baca kitab Yeremia
31:32**) Tuhan yang berbicara mengenai Sinai
berkata, “Aku telah membuat suatu
perjanjian pernikahan dengan Israel di G. Sinai.”
**) NKJV
menerjemahkannya “I was a husband to them” = Aku adalah
suami bagi mereka. Dari kata
aslinya בּעל [ bâ‛al baw-al'] yang berarti “suami”.
Namun nabi-nabi Tuhan semuanya berkata
bahwa Israel telah melacurkan diri. Dengan kata lain Israel memiliki
kekasih-kekasih lain karena dia mengikuti kekejian bangsa-bangsa lain.
Mari kita baca
salah satu ayat itu di Yehezkiel 16:15. Di sini Tuhan sedang berbicara kepada
Israel dan Tuhan berkata, “Tetapi engkau mengandalkan
kecantikanmu dan berperilaku seperti sundal karena kemashyuranmu dan engkau menghamburkan kesundalanmu kepada setiap orang yang lewat, yang tertarik mendapatkannya.” [NKJV yang diindonesiakan]. Dan
dengan demikian Israel mempraktekkan kekejian bangsa-bangsa. Dia menjadi
pelacur. Dengan kata lain, dia mengkhianati perjanjian pernikahannya. Maka para
utusan Tuhan atau nabi-nabi itu bisa dianggap
sebagai pengacara Tuhan dalam pengadilan perceraian. Dan Tuhan berkata, “Aku
mau cerai. Aku mau keluar dari perjanjian ini karena kamu melakukan tindakan
kekejian dan melacur dengan bangsa-bangsa lain.” Akhirnya, pada akhir 800 tahun pembrontakan yang terus-menerus itu,
Tuhan memutuskan bahwa Dia akan datang dan Dia akan menghakimi umatNya karena
kejahatan mereka dan karena kekejian mereka.
And so it was
in the year 592 BC according to Ezekiel 1:4, God came to the Jerusalem Temple,
to perform a work of judgment there in the Temple.
Let’s read that
passage that is found in Ezekiel 1:4, about the coming of God to the Jerusalem Temple
to judge His people for their abominations. It says there in Ezekiel 1:4 “Then I looked, and behold, a whirlwind was coming out
of the north, a great cloud with raging fire engulfing itself; and brightness was all around it and radiating out of its
midst like the color of amber, out of the midst of the fire.” And if you continue reading the
following chapters, you will find that this is God, He is coming from the north
and He arrives by way of the east, and He is coming to the Jerusalem Temple to
perform a work of judgment because of the abominations of Israel.
Maka di tahun 592 BC, menurut Yehezkiel
1:4, Tuhan datang ke Bait Suci Yerusalem untuk melaksanakan suatu penghakiman
di sana di dalam Bait Suci. Mari kita
baca teks yang ditemukan di Yehezkiel 1:4 tentang kedatangan Tuhan ke
Bait Suci Yerusalem untuk menghakimi umatNya karena kekejian mereka.
Dikatakan di Yehezkiel 1:4 “Lalu aku melihat, itu dia angin badai
bertiup dari utara, segumpal awan yang besar dengan api yang menyambar-nyambar meliputi diriNya; dan awan
itu dikelilingi oleh sinar, dan dari
tengah-tengahnya memancar keluar warna seperti jingga, keluar dari tengah-tengah api itu.” [NKJV yang diinndonesiakan]. Dan jika kalian lanjutkan membaca pasal-pasal berikutnya,
kalian akan tahu bahwa ini adalah Tuhan, Dia datang dari utara, dan dia tiba di
sebelah timur, dan Dia datang ke Bait Suci di Yerusalem untuk melaksanakan
penghakiman karena kekejian Israel.
Now we don’t have time to read from chapter 8, but the chapter that really
speaks about the abominations that were being committed among God’s people, is
in Ezekiel chapter 8. God shows Ezekiel
all the abominations that are being committed by His own people, and
Ezekiel says, “Lord, that’s terrible.” God says, “You haven’t seen anything
yet. I’m going to show you a greater abomination than this.” And then God shows
him a greater abomination. And Ezekiel says, “Certainly, there can’t be
anything worse than this.” And God says, “You haven’t seen anything yet. I’m
going to show you a greater abomination yet that is being committed among My
people.” And what is at the very top of the list, is that the very religious leaders
had their backs to the Temple of God and their faces were to the east, and they
were worshiping the sun.
Nah, kita tidak punya waktu untuk
membaca dari pasal 8, tetapi pasal yang benar-benar berbicara tentang
kekejian-kekejian yang dilakukan di antara umat-umat Tuhan adalah Yehezkiel
pasal 8 ini. Tuhan menunjukkan kepada Yehezkiel semua kekejian yang dilakukan
umatNya, dan Yehezkiel berkata, “Tuhan, itu parah!” Tuhan berkata, “Itu belum apa-apa. Aku akan menunjukkan kepadamu kekejian yang lebih besar
dari ini.” Lalu Tuhan menunjukkan kepada Yehezkiel kekejian yang lebih parah.
Dan Yehezkiel berkata, “Pasti sudah tidak ada yang lebih parah dari ini.” Dan
Tuhan berkata, “Ini belum semuanya. Aku akan menunjukkan kepadamu kekejian yang
lebih parah lagi yang dilakukan di antara umatKu.” Dan yang ada di urutan paling atas dari daftar itu adalah
para pemimpin agama sedang
membelakangi Bait Suci Tuhan, dengan wajah mereka menghadap ke timur, menyembah
matahari.
And because Israel was committing all of
these abominations, because they have broken their marriage covenant with the
Lord, the Lord came to the Temple, He says, “I’m going to perform a work of
separation of those who are righteous from those who are not righteous.” And
that judgment is spoken of in Ezekiel 9:1-6. Notice what we find there in
Ezekiel 9:1-6 “Then He called out in my hearing with a loud voice,
saying, ‘Let those who have charge over the city…” that’s Jerusalem, “… draw near, each with a deadly weapon in his hand.’ And suddenly
six men came from the direction of the upper gate, which faces north, each with
his battle-ax…” that’s a weapon, “… in his hand. One man among them was clothed with linen…”
this is Jesus
Christ, the High Priest. So it says, there was One “…clothed with
linen and had a writer’s inkhorn at his side. They went in and stood beside the
bronze altar…” which is in the Court. Verse 3 “… Now the glory of the God of Israel had gone
up from the cherub, where it had been, to the threshold of the Temple. And He called to the man clothed with
linen, who had the writer’s inkhorn at his side; and the Lord said to him, ‘Go through the midst of the
city…” that is Jerusalem, “…
through the midst of Jerusalem…” and now notice, “…
and put a mark on the foreheads of the men who sigh and cry over all the
abominations that are done within it….” Was everybody in Jerusalem practicing these abominations?
No. Did those faithful ones need to be separated from the unfaithful before
destruction came? Absolutely. And so it says in verse 4, “… and the Lord said to him, ‘Go through the midst of the
city, through the midst of Jerusalem and put a mark on the foreheads of the men
who sigh and cry over all the abominations that are done within it….” that is within Jerusalem. “…To the others He said in my hearing, ‘Go after him…” in other words, after the separation is
made, after the righteous are separated from the unrighteous, this is what God
came for in chapter 1, was to judge Israel for their unfaithfulness to the
marriage covenant, it says, “… ‘Go after him through the city and kill; do
not let your eye spare, nor have any pity. Utterly slay
old and young men, maidens and little children and women; but do
not come near anyone on whom is the mark; and begin at My sanctuary.’…” that is at the Temple the destruction would
begin. “…
So they began with the elders who were before the Temple.”
After this work of judgment was finished,
of separating the righteous from the unrighteous before destruction came, the
Bible tells us that the Shekinah glory of God, departed the Temple. Notice
Ezekiel chapter 10, this is where the Shekinah glory that had come in chapter 1
to perform the work of judgment, now is going to leave the Temple. Ezekiel
10:19 speaks about the departure of the glory of God from the Temple after He
finished the work of judgment. It says there “And the cherubim lifted their wings and
mounted up from the earth in my sight. When they went out, the wheels were beside them…” the wheels are the wheels of God’s
chariot of God’s throne, and notice what it continues saying “… and they stood at the door of the
east gate of the Lord’s
house…” that is the gate that faces the Mount of Olives
incidentally, and it says, “… and the glory of the
God of Israel was above
them.”
So notice, that the glory of God departs
the Temple and it lingers for a few moments at the east gate of the Temple
which faces the Mount of Olives. And then the glory of the Lord departs the
Temple, and I want you to notice where it goes.
Setelah penghakiman itu terlaksana, yang memisahkan antara mereka yang
benar dari yang tidak benar sebelum kehancuran tiba, Alkitab memberitahu kita
bahwa Shekinah kemuliaan Tuhan meninggalkan Bait Suci. Perhatikan Yehezkiel
pasal 10, di sinilah dicatat Shekinah kemuliaan Tuhan yang datang di pasal 1
untuk melakukan penghakiman, sekarang akan meninggalkan Bait Suci. Yehezkiel
10:19 berbicara mengenai kepergian kemuliaan Tuhan dari Bait Suci setelah Dia
menyelesaikan pekerjaan penghakiman. Dikatakan di sana, “Dan kerub-kerub itu
mengangkat sayap mereka, dan naiklah mereka dari
atas bumi, di depan mataku, dan waktu mereka pergi, roda-rodanya ada
di sisi mereka…” roda-roda
itu adalah roda-roda kereta Tuhan, takhta Tuhan. Dan perhatikan apa yang
dikatakan selanjutnya, “… Lalu mereka berhenti di atas pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur…” dan kebetulan itu adalah pintu gerbang
yang menghadap ke Bukit Zaitun, dan dikatakan, “… dan kemuliaan
Allah Israel berada di atas mereka.” [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi perhatikan, kemuliaan Tuhan beranjak dari Bait Suci,
dan Dia berhenti sejenak di pintu gerbang Bait Suci yang menghadap ke Bukit
Zaitun. Lalu kemuliaan Tuhan meninggalkan Bait Suci, dan saya mau kalian
perhatikan ke mana pergiNya.
Ezekiel 11:22-23, this is where the
Shekinah glory departs from the eastern gate of the Temple, and goes somewhere.
Remember all of these because we are going to come back to it later on in our
study. Notice Ezekiel 11:22-23 “ So the cherubim lifted up
their wings, with the wheels beside them, and the glory of the God of Israel was high above
them…” And now notice, “… And the glory of the Lord went up from the midst of
the city…” is the glory forsaking the
city now? Absolutely. So it says, “…And the glory of the Lord went up from the midst of
the city…” and now notice a very
important detail, “… and…” what? “… stood on the mountain…” in other words, it lingers on the
mountain, “… which is…” where? “… on the east side of the
city.” Which mountain is that where the glory of God
rests for a little while? It is on the Mount of Olives, don’t forget that
because that is very, very important.
Yehezkiel 11:22-23.
Di ayat-ayat inilah dikisahkan kemuliaan Shekinah pergi dari gerbang timur Bait
Suci dan menuju ke suatu tempat. Ingatlah semuanya ini karena nanti kita akan
kembali ke bagian ini. Perhatikan Yehezkiel 11:22-23 “Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya di sisi mereka, sedang kemuliaan Allah Israel
berada tinggi di atas mereka…” Sekarang perhatikan, “… Lalu kemuliaan TUHAN naik
ke atas dari tengah-tengah kota…” apakah
kemuliaan itu meninggalkan kota sekarang? Betul sekali. Maka dikatakan, “… Lalu kemuliaan TUHAN naik
ke atas dari tengah-tengah kota…” sekarang perhatikan ada detail yang
sangat penting, “… dan…”
apa? “… berhenti di
atas gunung…” dengan
kata lain, Dia berhenti sejenak di atas gunung, “… yang di…” mana? “… di sebelah timur kota.” [NKJV
yang diindonesiakan]. Di
gunung mana kemuliaan Tuhan berhenti sejenak? Di Bukit Zaitun. Jangan lupa.
Karena ini adalah amat, sangat penting.
In other words, the
Shekinah glory which had been in the Temple which was a symbol of God’s
presence, now moves to the east gate of the Temple, it is leaving the Temple,
it lingers
at the east gate, and then it moves
and it stands for a few moments upon the Mount of Olives, the mount
east of Jerusalem. And then It takes off and it
departs to Heaven. The
Shekinah glory of God has forsaken the city. And do you know what happens to
the city now?
Dengan kata lain, kemuliaan Shekinah yang tadinya ada di
dalam Bait Suci yang merupakan simbol kehadiran Tuhan, sekarang pindah ke gerbang timur Bait
Suci, dan meninggalkan Bait Suci. Dia berhenti sejenak di atas gerbang Timur,
lalu bergerak dan berhenti lagi
beberapa saat lamanya di atas Bukit Zaitun, bukit yang ada di timur Yerusalem. Lalu Dia berangkat dan pergi ke Surga. Kemuliaan Shekinah Tuhan telah meninggalkan
kota Yerusalem. Dan tahukah kalian apa yang terjadi pada kota itu sekarang?
Go with me to 2 Chronicles 36:17-21: The
abominations led to desolation. Are you following me? Have you ever
heard that expression “abominations of desolation” ? The
abominations of Israel led to the desolation of the city of Jerusalem. Let’s
read about it. It says there in 2 Chronicles 36:17 “Therefore…” because of their wickedness, “… He brought against them the king of the
Chaldeans, who killed their young men with the sword in the house of their
sanctuary, and had no compassion on young man or virgin, on the aged or the
weak…” remember we read this when
we were talking about the sealing in chapter 9? It continues saying, “… He gave them all into his hand. And all the articles from the house of
God, great and small, the treasures of the house of the Lord, and the treasures of the
king and of his leaders, all these he took to Babylon. Then they burned the house of God, broke
down the wall of Jerusalem, burned all its palaces with fire, and destroyed all
its precious possessions. And those who escaped from the sword he
carried away to Babylon…” was Jerusalem desolated?
Why was it desolated? Because of their what? Their abominations. Because they
were unfaithful to God’s covenant.
Mari bersama saya ke 2 Tawarikh 36:17-21. Kekejian yang mengakibatkan penelantaran.
Apakah kalian bisa mengikuti? Pernahkah kalian mendengar ungkapan “kekejian yang menelantarkan”?
Kekejian orang Israel mengakibatkan terlantarnya kota Yerusalem. Marilah kita
baca itu. Dikatakan di 2 Tawarikh 36:17 sana,
karena kejahatan mereka “Itulah sebabnya TUHAN mendatangkan
raja orang Kasdim melawan mereka yang
membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak
menyayangkan teruna atau gadis, yang tua
atau yang lemah…” ingat tidak, kita sudah pernah membaca yang seperti ini
ketika kita berbicara mengenai pemeteraian di pasal 9? Selanjutnya
dikatakan, “… semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya. Dan seluruh perkakas rumah Allah, yang besar
dan yang kecil, serta harta benda yang berharga dari
rumah TUHAN, harta benda raja dan harta benda para panglimanya, semuanya
dibawanya ke Babel…” [NKJV yang diindonesiakan]. Apakah Yerusalem menjadi terlantar? Mengapa dia ditelantarkan? Karena
bangsa Yahudi berbuat apa? Kekejian. Karena mereka tidak setia kepada
perjanjian Tuhan.
Now, the question is, was
Jerusalem going to be desolated forever? Absolutely not. Let’s go to verse 20
again. “And those who escaped from
the sword he carried away to Babylon where they became servants to him and his sons…” now notice carefully, “… until…”
was this captivity going to end? Absolutely. “… until the rule of the kingdom of…” what? “…
of Persia…” Those who are coming to the Sanctuary lectures will be
able to understand this a lot better the historical framework. Verse 21 “… to fulfill the word of the Lord by the mouth of Jeremiah,
until the land had enjoyed her Sabbaths. As long as she lay desolate…” there is the word “desolate” see, when
the city was destroyed it was desolate, “…
As long as she lay desolate, she kept Sabbath, to fulfill…” how long? “… to fulfill seventy years.”
Sekarang, pertanyaannya adalah, apakah Yerusalem akan terlantar selamanya?
Tentu saja tidak. Marilah kita ke ayat 20 lagi.
“Mereka yang luput dari pedang diangkutnya ke
Babel di mana mereka menjadi budaknya dan
budak anak-anaknya…” sekarang
perhatikan baik-baik, “… sampai…” apakah penawanan ini akan berakhir? Tentu saja. “…
sampai kerajaan…” apa? “…
Persia berkuasa.” Mereka
yang ikut pelajaran Bait Suci akan bisa memahami rangka sejarah ini dengan
lebih mudah. Ayat 21: “Untuk menggenapi firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu telah menikmati tahun-tahun sabatnya, selama
tanah itu ditinggalkan terlantar…” Ini, di
sini kata “terlantar” itu, lihat? Ketika kota Yerusalem dihancurkan, dia
menjadi terlantar, “… dia memelihara sabat, untuk
menggenapi …” berapa
lama? “… tujuh puluh tahun.” [NKJV yang diindonesiakan].
So here you have the first stage of the history of Israel.
The first stage that begins in 1445 BC when the covenant is made.
Israel is rebellious for a period of 800 years. So God withdraw the Shekinah
from the Temple, it rests on the Mount of Olives, then leaves to Heaven, and
the city and the Temple now are abandoned by the Shekinah, and therefore the
abominations lead to desolation.
Jadi, di sini kita dapati tahap pertama dari sejarah Israel. Tahap pertama yang mulai pada tahun1445 BC ketika
perjanjian itu dibuat. Israel memberontak selama 800 tahun. Maka Tuhan menarik
kembali Shekinah dari Bait Suci, Dia berhenti di Bukit Zaitun, lalu pergi dan
kembali ke Surga. Dan kota Yerusalem dan Bait Sucinya sekarang ditinggalkan
oleh Sang Shekinah, dengan demikian kekejian-kekejian [Israel]
mengakibatkan penelantaran [Yerusalem].
But we noticed
that God was going to give Israel another chance. A second stage of Israel’s history
after the captivity. After Persia came to rule after Babylon. Now let’s
examine this second stage of Israel’s history. 2 Chronicles 36:22-23. You see,
Israel was restored to their land after the 70 year captivity, and they went
back to reestablish their religion, and eventually their government or the
theocracy. It says there, “Now in the first year of Cyrus king of Persia, that the word of the Lord by the mouth of
Jeremiah might be fulfilled…” that is the 70 years, “…
the Lord stirred up the spirit of Cyrus king of
Persia, so that he made a proclamation throughout all his kingdom, and also put it in writing, saying, ‘ Thus says Cyrus king of Persia: All the kingdoms of
the earth the Lord God of heaven has given me. And He has
commanded me…” this is amazing for a pagan king! “…
And He has commanded me to build Him a house at Jerusalem which is in
Judah…” What was he commanded to do? To build
Jerusalem? No. To build Him what? A house, that is very important, we’ll study
that a little bit more in our next lecture. “… Who is among you of all His people?...” asked Cyrus, “…
May the Lord his God be with him, and let him…”
what? “… and let him go
up!”
Tetapi
sudah kita perhatikan bahwa Tuhan akan memberi Israel kesempatan lain. Tahap kedua dari sejarah Israel
setelah penawanan. Setelah Persia menggantikan kekuasaan
Babilon. Nah, mari kita periksa tahap kedua sejarah Israel ini. 2 Tawarikh
36:22-23. Kalian lihat, Israel dikembalikan ke tanah mereka setelah penawanan
70 tahun, dan mereka kembali untuk memulihkan agama mereka, dan akhirnya
pemerintahan mereka atau teokrasinya. Dikatakan di sana, “Pada tahun pertama zaman Koresh,
raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk
menggenapkan firman Tuhan yang diucapkan oleh
Yeremia…” ini
adalah ke-70 tahun itu, “… sehingga dia [-raja Koresh] membuat pengumuman seara
lisan di seluruh kerajaannya dan juga dalam bentuk tulisan, bunyinya: ‘Beginilah perintah Koresh,
raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN,
Allah semesta langit. Ia menugaskan aku…” ini mengagumkan datang dari seorang
raja kafir! “… Ia
menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di
Yehuda….” Koresh diperintahkan untuk apa? Untuk membangun Yerusalem?
Bukan! Untuk membangun bagi Tuhan apa? Sebuah rumah. Ini sangat penting, dan
kita akan mempelajarinya lebih mendalam di pelajaran kita berikutnya. “… Siapa di antara kamu
termasuk umat-Nya…” Koresh
bertanya, “… semoga TUHAN, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia…” apa? “… berangkat pulang!’"[NKJV yang
diindonesiakan].
And so about 50’000 Jews returned after the 70 year captivity to Jerusalem
to rebuild the Temple as Cyrus had said that they could do. But then they ran
into troubles. You see, the Samaritans were opposed to them rebuilding the
Temple and so about 16 years they ceased rebuilding the Temple and they were
all concerned about building their own homes and beautifying their own homes.
You can read this in the book of Haggai. But then Haggai and Zechariah and some
other prophets arose and they said, “Folks, let’s get down to business. Cyrus
has given the decree that we can build the house of the Lord, let’s get on with
it and do it.” And so from the year 520 to 515, the Temple was built. And in
the year 515 the Temple was dedicated. But that Temple had a serious problem.
Maka sekitar 50’000 orang Yahudi pulang kampung setelah
penawanan selama 70 tahun, balik ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Suci
sebagaimana yang dikatakan Koresh harus mereka lakukan. Tetapi mereka bertemu
dengan masalah. Kalian tahu, orang-orang Samaria menentang mereka membangun
kembali Bait Suci, sehingga sekitar 16 tahun mereka menghentikan pembangunan Bait
Suci, dan mereka semuanya lebih fokus kepada pembangunan rumah-rumah mereka
sendiri, dan memperindah rumah-rumah mereka sendiri. Kalian bisa membaca ini di
dalam kitab Hagai. Tetapi kemudian Hagai dan Zakharia dan beberapa nabi lain
bangkit dan mereka berkata, “Saudara-saudara, ayo kita bekerja. Koresh sudah
mengeluarkan titah bahwa kita boleh membangun rumah Tuhan, ayo kita mulai dan
melakukannya.” Maka dari tahun 520 hingga 515, Bait Suci itu dibangun. Dan pada
tahun 515, Bait Suci itu diresmikan. Tetapi Bait Suci ini punya masalah yang
serius.
Notice Haggai 2:2-3. You see, the Shekinah glory did not come in to that Temple
after that Temple was finished. Notice Haggia 2:2-3 “Speak now to Zerubbabel the son of Shealtiel,
governor of Judah, and to Joshua the son of Jehozadak, the high priest, and to
the remnant of the people, saying: ‘Who is left among you…” there are some people who are still
alive that have seen Solomon’s Temple or the Temple built by Solomon, “… ‘Who is left among you who
saw this temple in its former glory? And
how do you see it now? In comparison with it, is this not in your eyes as nothing?’”
Compared to Solomon’s
Temple this house is nothing. And yet Haggai made a promise. A promise that the
Jews to this day are still trying to understand.
Perhatikan Hagai 2:2-3. Kalian lihat, kemuliaan Shekinah tidak masuk ke Bait Suci itu setelah Bait
Suci itu selesai. Perhatikan Hagai 2:2-3 “Katakanlah kepada Zerubabel
bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan
kepada yang tersisa dari bangsa itu,
demikian: ‘Siapakah di antara kamu…” masih
ada beberapa orang yang hidup yang pernah melihat Bait Suci Salomo, atau Bait
Suci yang dibangun oleh Salomo, “… Siapakah
di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula? Dan
bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Jika
dibandingkan, bukankah keadaannya di matamu seperti tidak ada artinya?”
[NKJV yang diindonesiakan]. Dibandingkan
Bait Suci yang dibangun Salomo, maka Rumah ini bukan apa-apa. Namun Hagai
berjanji. Suatu janji yang hingga hari ini masih berusaha dipahami oleh
orang-orang Yahudi.
Haggai 2:6-9 “For thus says the Lord of hosts: ‘Once more (it is a little while) I will
shake heaven and earth, the sea and dry land; and I will shake all nations, and…” the what? “… they shall come to the Desire of All
Nations…” actually most versions
translate “The
Desire of All Nations will come” it’s not people coming to the Desire
of All Nations, it’s the Desire of All Nations coming to the people. So, anyway
it says, “…and I will shake all
nations, and the Desire of All Nations will come…” and now notice, “… and I will fill this temple with glory,’
says the Lord of hosts. ‘The silver is Mine, and the gold is Mine,’ says the Lord of hosts…” God is saying don’t worry about the
silver and gold that you had in the first Temple that you don’t have in this
Temple. Now notice verse 9 “… ‘The
glory of this latter temple shall be greater than the former,’ says the Lord of hosts. ‘And in this
place I will give peace,’ says the Lord of hosts.”
Hagai 2:6-9 “Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Sekali lagi [Sedikit waktu lagi] maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncangkan segala bangsa,
dan mereka akan datang kepada
Yang Dirindukan Segala Bangsa….” sesungguhnya banyak versi Alkitab yang
menerjemahkannya “dan Yang
Dirindukan Segala Bangsa akan datang…”
jadi bukan
orang-orang yang datang kepada Yang Dirindukan Segala Bangsa, melainkan Yang
Dirindukan Segala Bangsa yang mendatangi orang-orang. Jadi, dikatakan, “… maka Aku akan
menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat;
Aku akan menggoncangkan segala bangsa, dan Yang Dirindukan Segala
Bangsa akan datang…” dan sekarang perhatikan, “… maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemuliaan,’ firman TUHAN semesta alam. ‘Kepunyaan-Kulah perak dan
kepunyaan-Kulah emas,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam…” Maksud
Tuhan, jangan khawatir mengenai perak dan emas yang ada di Bait Suci yang pertama,
yang tidak ada di Bait Suci ini. Sekarang perhatikan ayat 9, “… ‘Kemuliaan Rumah yang belakangan ini,
akan melebihi kemuliaan Rumah yang sebelumnya,’ firman TUHAN semesta alam, ‘dan di
tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera,’ demikianlah firman TUHAN semesta
alam." [NKJV yang diindonesiakan].
The
fact is, that the second Temple at least outwardly never reached the glory that
the Temple built by Solomon had. And so
the Jews have never been able to explain this particular prophecy. Because the
Shekinah, according to their way of looking at it, never actually came into the
Temple.
Faktanya adalah, paling tidak dari
bentuk luarnya Bait Suci yang kedua ini tidak pernah menyamai kemuliaan Bait Suci yang
dibangun Salomo. Maka orang-orang Yahudi tidak pernah bisa menjelaskan nubuatan
yang satu ini. Karena menurut cara pandang mereka, Sang Shekinah tidak pernah benar-benar masuk
ke Bait Suci ini.
Now, let me ask you, after the captivity did God send
additional messengers to Israel to try to woo them back to the covenant?
Absolutely. He sent individuals such as Haggai, Zechariah, Joshua, Zerubbabel,
Ezra, Nehemiah, Malachi and eventually John the Baptist. This second period of Israel’s history
is the period of the 70 weeks. After the captivity, God’s people come
back to Jerusalem, they rebuild the city and they rebuild the Temple, and then
God says, “Now, I am going to give you a second period of probation.” And that second
period of probation is the period of the 70 weeks. And God sends
abundant messengers to Israel during this period.
Nah, coba saya tanya, setelah penawanan
itu apakah Tuhan mengirimkan
utusan-utusan tambahan ke Israel untuk berusaha merayu
mereka agar kembali setia kepada perjanjian mereka? Tentu saja. Tuhan
mengirimkan orang-orang seperti Hagai, Zakharia, Yoshua, Zerubabel, Ezra,
Nehemiah, Maleakhi dan akhirnya Yohanes Pembaptis. Periode kedua sejarah Israel adalah periode ke-70 minggu.
Setelah masa penawanan, umat Tuhan kembali ke Yerusalem, mereka membangun lagi
kotanya dan Bait Sucinya, lalu Tuhan berkata, “Sekarang, Aku akan memberimu
masa percobaan kedua.” Dan masa
percobaan kedua itu adalah periode ke-70 minggu itu. Dan Tuhan
mengirimkan banyak utusanNya ke Israel selama masa tersebut.
But the question is, how did Israel react to this second
opportunity that God gave to them during the period of the 70 weeks.
Actually when Jesus came, the Bible tells us He came to
His own, and His own received Him not. They were oblivious to what Jesus was
going to do. In other words they did not take advantage of all of the
additional messengers that God sent to them during the period of the 70 weeks
that they might live up to the terms of the covenant.
Tetapi pertanyaannya adalah, bagaimana
Israel menyikapi kesempatan kedua yang diberikan Tuhan kepada mereka selama
periode ke-70 minggu itu.
Sebenarnya ketika Yesus datang, Alkitab
memberitahu kita, bahwa Dia datang kepada milikNya Sendiri, dan milikNya tidak
menerima Dia. Mereka sama sekali tidak menyadari apa yang dilakukan Yesus.
Dengan kata lain, mereka tidak memanfaatkan semua utusan tambahan yang
dikirimkan Tuhan kepada mereka selama masa 70 minggu itu agar mereka boleh
mematuhi syarat-syarat perjanjian mereka.
So now, we come to the third stage of Israel’s history. The third
stage of Israel’s history is actually when Jesus comes in the last week of the
prophecy of the 70 weeks. You see, God gave them 483 years until the
coming of the Messiah to shape up, to get ready for the coming of the Messiah.
Were they ready when the Messiah came? No. So then the Messiah comes, the third
stage of Israel’s history, and I want you to notice what we find in John 1:14.
Here is how the Bible explains that prophecy of Haggai
that tells us that the latter Temple would have more glory than the first
Temple. Notice John 1:14 “And the Word became flesh and…” what? “… and dwelt among us…” don’t forget that. “… the Word became…” what? “… flesh and…” what? “… and dwelt among us…” and then it says, “… and we beheld…” what? “… His glory, the glory as of the only
begotten of the Father, full of grace and truth.”
Jadi sekarang, kita tiba pada tahap
ketiga dari sejarah Israel. Tahap
ketiga sejarah Israel adalah minggu yang terakhir dari nubuatan 70 minggu itu
ketika Yesus datang. Kalian lihat, Tuhan memberi mereka 483
tahun hingga kedatangan Sang Mesias, untuk berbenah diri, bersiap-siap untuk
kedatangan Sang Mesias. Apakah mereka siap ketika Sang Mesias datang?
Tidak. Maka, datanglah Sang Mesias, dan
itu adalah tahap ketiga dari sejarah Israel. Dan saya mau kalian memperhatikan
apa yang kita temukan di Yohanes 1:14.
Di sini Alkitab menjelaskan nubuatan
Hagai yang memberitahu kita bahwa Bait Suci yang belakangan akan memiliki
kemuliaan yang lebih besar daripada Bait Suci yang pertama. Perhatikan Yoh 1:14
“Firman itu telah menjadi daging, dan…” apa?
“… diam di antara kita…” jangan lupakan ini, “…Firman
itu telah menjadi…” apa?
“… daging,
dan…” apa? “… diam
di antara kita…” lalu lanjutnya, “… dan
kita telah melihat…” apa?
“… kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan
sebagai satu-satunya yang datang dari Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran.” [NKJV yang
diindonesiakan].
Do you remember when God told Moses to build the Temple, He says, “Let them build Me a Tabernacle
that I might dwell among them.”? And then the Shekinah
glory came into that Temple. Let me ask you who was the glory that came into
this Temple that was built after the captivity? It was Jesus Christ. You have
the common words in John 1:14 actually the word “dwelt” is a word that means “He
tabernacled”. You know the Jews were always bragging about what Solomon’s Temple was like. Always
reminiscing about the great days, the good old days. Back in Luke 12:27-28,
Jesus said to them, “Consider
the
lilies, how they grow: they neither toil
nor spin; and yet I say to you, even Solomon in all his glory was not arrayed
like one of these.” Now in the gospel of
Matthew, Jesus adds something that is not found in Luke. After saying, “Look at
the lilies of the field, they grow, they neither toil nor spin and yet even
Solomon, you know, in all his glory was not arrayed like one of these,” then
Jesus goes on to say, in Matthew 12:42 “yet one greater than Solomon is here.” Speaking about Himself,
but they did not recognize Him, they did not see the glory.
Ingatkah kalian ketika Tuhan menyuruh
Musa membangun Kemah Suci, Dia berkata, “Bangunkanlah untukKu sebuah Tabernakel
supaya Aku bisa tinggal di antara mereka”? Lalu kemuliaan Shekinah masuk ke
dalam Kemah suci itu. Coba saya tanya, kemuliaan apa yang masuk ke dalam Bait
Suci yang dibangun setelah penawanan Israel? Yesus Kristus. Kita menemui kata-kata
yang sama di Yoh 1:14. Sebenarnya kata “tinggal” adalah kata yang sama yang
berarti “Dia bertabernakel”. Kalian tahu kan, orang-orang Yahudi selalu
menyombongkan bagaimana indahnya Bait Suci Salomo, selalu membanggakan
masa-masa lalu yang lebih indah. Waktu
di Lukas 12:27-28, Yesus berkata kepada mereka, “Perhatikanlah bunga bakung bagaimana mereka tumbuh, yang tidak memintal dan tidak menenun,
namun Aku berkata kepadamu: bahkan Salomo
dalam segala kemuliaannya pun tidak
berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.” [NKJV yang diindonesiakan]. Nah,
dalam injil Matius, Yesus menambahkan sesuatu yang tidak ditulis di injil
Lukas. Setelah berkata, “Lihatlah ke bunga bakung, mereka tumbuh, mereka tidak
bekerja atau menenun, namun kalian tahu bahkan Salomo dalam kemuliaannya tidak
seindah salah satu dari mereka”, lalu Yesus melanjutkan dan berkata di Matius
12:42 “dan sesungguhnya yang lebih daripada Salomo ada di sini!” Berbicara
mengenai Dirinya sendiri, tetapi mereka tidak mengenaliNya, mereka tidak
melihat kemuliaanNya.
Question: did Jesus teach many times there in the Temple
of Jerusalem? He most certainly did. He was the Shekinah glory in the Temple. In
fact let’s notice in the Bible the last visit that Jesus made to the Temple. Go
with me to Luke 19:37-38. Now, remember what we studied in the book of Ezekiel,
because we will come back to this, you see. Ezekiel is talking about the first
destruction of Jerusalem, now we are going to talk about the second destruction
of Jerusalem, and why it was destroyed.
Luke 19:37-38, here Jesus is descending from the Mount of
Olives and He is going to go into Jerusalem through the golden gate, through
the eastern gate. The Shekinah is going to go into the Temple for the last
time. Notice what we find in Luke 19:37-38
“Then, as He was now drawing near the
descent of the Mount of Olives, the whole multitude of the disciples began to
rejoice and praise God with a loud voice for all the mighty works they had
seen, saying: ‘Blessed is the King who comes in the name of the Lord!’ Peace in heaven and glory in the highest!” Remember that Haggai had said, “I would
give…” what? “…Peace in this place”. And
so they are singing. This is the triumphal entry. Peace in heaven and glory in
the highest.
Pertanyaan: apakah Yesus
sering mengajar di dalam Bait Suci Yerusalem? Tentu saja. Dialah kemuliaan Shekinah di dalam
Bait Suci itu.11 Sebaiknya
marilah kita perhatikan apa yang ditulis Alkitab tentang kunjungan terakhir
Yesus ke Bait Suci itu. Marilah bersama saya ke Lukas 19:37-38. Nah, ingat apa
yang telah kita pelajari dari kitab Yehezkiel, karena nanti kita akan kembali
ke topik ini. Yehezkiel berbicara mengenai penghancuran pertama Yerusalem,
sekarang kita akan berbicara mengenai kehancuran yang kedua dari Yerusalem, dan
mengapa dia dihancurkan.
Lukas 19:37-38, di sini Yesus sedang menuruni Bukit
Zaitun, dan Dia menuju ke Yerusalem melalui pintu emasnya, melalui gerbang
sebelah timur. Sang Shekinah akan datang ke Bait Suci untuk terakhir kalinya.
Perhatikan apa yang kita temukan di Lukas 19:37-38 “Lalu, sedang Ia hampir menuruni Bukit Zaitun, seluruh rombongan murid mulai bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat
yang telah mereka lihat. Kata mereka:
‘Diberkatilah Raja yang datang dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang
mahatinggi!’" [NKJV yang diindonesiakan]. Ingat, Hagai pernah berkata, “Aku akan memberikan…” apa? “…
Damai di tempat ini.” Maka mereka bernyanyi. Ini adalah masuknya Yesus ke
Yerusalem sambil dielu-elukan banyak orang dengan sukacita. Damai di Surga dan
kemuliaan di tempat yang mahatinggi.
But do you know what the religious leaders did when they saw Jesus coming
triumphantly into Jerusalem? Luke 19:47-48. See, if it hadn’t been for the
religious leaders, the people would have accepted Jesus Christ. But the leaders
were constantly working at cross purposes with Jesus. Luke 19:47-48
“And He was
teaching daily…” where? “… in the temple…” The living Shekinah. “… But the chief priests, the scribes, and the
leaders of the people sought to…” what? “… to destroy Him, and were unable to do anything; for all
the people were very attentive to hear Him.” Where was the problem?
With the religious leaders or with the people? It was with the religious
leaders. They wanted to destroy Him, and He was the living Shekinah teaching in
the Temple, according to Scripture.
Tetapi tahukah kalian apa yang dilakukan para pemuka agama
ketika mereka melihat Yesus datang ke Yerusalem sambil dielu-elukan? Lukas
19:47-48. Lihat saja, seandainya bukan karena sikap para pemuka agama itu,
masyarakat akan menerima Yesus Kristus. Tetapi para pemuka agama itu selalu
bertentangan dengan tujuan Yesus. Lukas 19:47-48 “Tiap-tiap hari Ia mengajar…” di
mana? “… di dalam
Bait Allah…” Sang
Shekinah yang hidup, “…dan
Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa
Israel berusaha untuk…” apa? “… membinasakan Dia, tetapi mereka tidak mampu melakukannya, sebab seluruh
rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.” [NKJV yang diindonesiakan]. Jadi
masalahnya ada di mana? Ada pada para pemuka agama atau ada pada masyarakat?
Ada pada para pemuka agama. Mereka ingin membinasakan Yesus, padahal menurut
Alkitab, Dialah Shekinah yang hidup, yang mengajar di Bait Suci.
Now let’s notice Matthew 21 when Jesus actually enters
the Temple. Matthew 21:12-13, very important verses. It says here ~ remember He
has descended from the Mount of Olives, He’s gone through the golden gate,
through the eastern gate, He has moved
to the Temple, the religious leaders, they don’t want anything to do with Him,
they want to destroy Him, and now Jesus enters the Temple. Notice, verse 12, “Then Jesus went into the temple of God…” very important phrase.
What was the Temple at that time? It was still what? It was still God’s Temple.
“Then Jesus went into the temple of God and drove out all those who bought
and sold in the temple, and overturned the tables of the money changers and the
seats of those who sold doves. And He said to them…” now, listen carefully, “… It is written, ‘My house…”
what did Jesus call the Temple? This was God’s Temple and He says, ‘This is
My house’ “… shall be called a house of prayer’, but you have made it a…” what? “… ‘a den of thieves.’” And now listen up. As
Jesus is in the Temple He begins to teach a series of parables. Very
interesting parables. And do you know what He describes in these parables? He
describes the history of Israel, the sad history of Israel, as He teaches in
the Court of the Temple.
Nah, mari perhatikan Matius 21 ketika
Yesus benar-benar masuk ke Bait Suci. Matius 21:12-13, ayat yang amat penting.
Dikatakan di sana ~ ingat, Yesus sudah menuruni Bukit Zaitun, Dia sudah
melewati gerbang emas, melewati gerbang timur, Dia sudah menuju ke Bait Suci,
dan para pemuka agama yang tidak mau menerimaNya, mereka mau membunuhNya, dan
sekarang Yesus masuk ke dalam Bait Allah. Perhatikan, ayat 12 “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah…” istilah yang sangat penting. Pada waktu itu Bait Suci itu
apa? Bait Suci itu masih apa? Masih
Bait Suci Allah. “… Lalu
Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir
semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja
penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
dan berkata kepada mereka…” sekarang, dengarkan baik-baik, “…‘Ada
tertulis: Rumah-Ku…” Yesus
menyebut Bait Suci itu apa? Itu adalah Bait Suci Allah, dan Yesus berkata, “…‘Ada
tertulis: Rumah-Ku… akan disebut rumah doa.’ Tetapi kamu menjadikannya…” apa?
“… sarang penyamun.’" Sekarang perhatikan. Selagi Yesus berada di Bait Suci,
Dia mulai mengajarkan beberapa perumpamaan. Perumpamaan-perumpamaan yang sangat
menarik. Dan tahukah kalian apa yang dikisahkan Yesus dalam
perumpamaan-perumpamaan itu? Dia mengisahkan sejarah Israel, sejarah Israel
yang menyedihkan, selagi Yesus mengajar di Pelataran Bait Suci.
One of those parables is an acted parable that Jesus
referred to, was the story of the fig
tree. Do you remember the cursing of the fig tree? All of the parables of Jesus
had to do with the rebellion of Israel and how He was trying to woo them back.
You know, you remember Jesus saw a fig tree in the distance? He says to the
disciples, “He, let’s go see if we can get some figs from that tree. I’m
hungry.” Do you know what the fig tree represented? All scholars in harmony
with the Old Testament say that the fig
tree represents Israel. And so Jesus goes and He looks at the tree, and the
tree has all kinds of leaves but not one fig. And what did Jesus do with the
fig tree? He cursed the fig tree, and the Bible tells us that after He cursed
the fig tree, it dried up by its roots. Let’s read Matthew 21:18-19 “ Now in the morning, as He
returned to the city, He was hungry. And seeing a fig tree by the road, He
came to it and found nothing on it but leaves, and said to it, ‘Let no fruit grow on you
ever again.’…” Was this fig tree ever
going to bear fruit? Never. In fact the parallel passage in Mark says that it
dried up from its roots. What happens when a tree dries up from its roots? That
is it. And so He says, “…‘Let no fruit grow on you
ever again.’ Immediately the fig tree…” what? “… the fig tree withered away.” Was probation going to close without remedy
for the nation of Israel as a result of rejecting the Messiah?
Absolutely. This acted parable clearly illustrates that God’s plan would come
to an end for the literal Jewish nation or the Jewish theocracy.
Salah satu
dari perumpamaan-perumpamaan itu adalah perumpamaan di mana Yesus adalah
pelakunya juga, yaitu kisah tentang pohon ara. Apakah kalian ingat pohon ara
yang dikutuk? Semua perumpamaan Yesus berkaitan dengan pembrontakan Israel dan
bagaimana Dia berusaha merayu mereka kembali. Kalian tahu kan, kalian ingat
Yesus melihat sebatang pohon ara di kejauhan? Yesus berkata kepada
murid-muridNya, “Hei, ayo kita lihat apakah kita bisa mendapatkan buah dari
pohon itu. Aku lapar.” Tahukah kalian pohon ara itu melambangkan apa? Semua
pakar Alkitab setuju dengan Perjanjian Lama, dan mengatakan bahwa pohon ara itu melambangkan
Israel. Maka Yesus menghampiri pohon itu dan dia memandang pohon itu yang lebat
daunnya tapi tidak ada buahnya satu pun. Dan apa yang dilakukan Yesus dengan
pohon ara itu? Dia mengutuk pohon itu dan Alkitab memberitahu kita bahwa
setelah Dia mengutuk pohon ara itu, pohon itu mengering dari akarnya. Mari kita
baca Matius 21:18-19 “Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus
merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat
pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu
selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: ‘Engkau tidak akan berbuah
lagi selama-lamanya!’…” Apakah
pohon ara ini akan pernah berbuah? Tidak. Bahkan teks paralel di kitab Markus
mencatat bahwa pohon itu mengering dari akarnya. Apa yang terjadi jika sebatang
pohon mengering dari akarnya? Tamatlah riwayatnya. Maka Yesus berkata, “… ‘Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!’
Dan
seketika itu juga…” apa? “… keringlah pohon ara itu.” Apakah masa percobaan bagi Israel akan berakhir tanpa ampun
sebagai akibat penolakan mereka terhadap Sang Mesias? Pasti. Perumpamaan di mana Yesus adalah juga
pelakunya ini dengan jelas menggambarkan rencana Tuhan bagi bangsa Israel
jasmani yang akan berakhir atau
berakhirnya teokrasi Israel.
Now, in the Temple Jesus taught another
parable. It’s the parable of the vinedressers. And I want you to see the three
stages of Israel’s history in this parable. Go with me to Matthew 21:33-43. I
am going to interpret this parable as we go along. “Hear another parable: There was a certain landowner…” the landowner is God the Father, “… who planted a vineyard…” the vineyard is the city of Jerusalem, “… and set a hedge around
it…” that’s the Law, “… dug a winepress in it
and built a tower…” that’s the Temple. “… And he leased it to vinedressers…” who are the vinedressers? Israel. “… and went into a far
country. Now when vintage-time drew near, he sent his servants…” notice this is the first group of servants. How many stages does
Israel’s history have? It has three. Notice,
“… Now when vintage-time drew near, he sent his servants…” these are like Isaiah, Jeremiah, the prophets that came before
the exile, “… to the vinedressers, that they might
receive…” what? “… its fruit. And the vinedressers took his servants, beat one, killed one,
and stoned another…” So, you say, “That’s it!” Oh, that’s not it, there is a second
stage! “… Again he sent other servants…”
this is after the
captivity, and that’s people like Haggai, Zechariah, Malachi, John the Baptist,
etc. So “…he sent other
servants more than the first, and they
did likewise to them….” And
now notice, “… Then last of all…” does this have a sense of finality to it? That this is it?
Absolutely! “… Then last of all he sent
his son…” who is that? Jesus! “… to them, saying, ‘They
will respect my son.’ But when the vinedressers saw the son, they said among
themselves, ‘This is the heir. Come, let us kill him and seize his
inheritance.’ So they took him and cast him out of the vineyard…” out of where? Jerusalem!
Jesus died outside Jerusalem! “… and killed him.
Therefore, when the
owner of the vineyard comes…” Jesus asks the question, “… what will he do to
those vinedressers?” They
are oblivious to what Jesus is talking
about. But they are going to condemn themselves. Verse 41, “They said to Him, ‘He will destroy those wicked men miserably,
and lease his vineyard to other vinedressers who will render to him the fruits
in their seasons.’ Jesus
said to them, ‘Have you never
read in the Scriptures: ‘The stone which the builders rejected has become the
chief cornerstone? This was the Lord’s doing, And it is marvelous in our eyes’…” And then notice what Jesus says, as a result of killing the Son,
He says, “… ‘Therefore I say to you, the kingdom of
God will be…” what? “… will be taken from you and given to a
nation bearing the fruits of it.” What is that nation that bears the fruit thereof? It is the
gentiles. The word “nation” there is the word ἔθνος [ethnos eth'-nos ]. Generally in the New
Testament when Israel is spoken of, it’s λαός [laos lah-os'] that’s God people. But this is the word ἔθνος [ethnos eth'-nos ] where we get our word
“ethnic” from.
In other words, Jesus is saying, “Because
you did not respond to the first call, you did not respond to the second call
and you actually destroyed the Son in the third call, last of all, you
said “That’s it.” I’m going to give my vineyard to others who will produce the
fruit thereof, and the message was going to go to the Gentiles.
Nah, di dalam Bait Suci, Yesus
mengajarkan suatu perumpamaan yang lain. Ini adalah perumpamaan
penggarap-penggarap kebun anggur. Dan saya mau kalian melihat ketiga tahap
sejarah Israel dalam perumpamaan ini. Marilah bersama saya ke Matius 21:33-43.
Sambil jalan saya akan menerjemahkan perumpamaan ini. “Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan
tanah…” tuan tanah itu adalah Allah Bapa, “… menanam kebun anggur…” kebun anggur itu adalah kota Yerusalem,
“…dan mendirikan pagar sekelilingnya….” ini
adalah hukum-hukum Allah, “… Ia menggali lobang tempat memeras anggur
dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu…” ini adalah Bait Suci. “… Kemudian ia menyewakan kebun
itu kepada penggarap-penggarap…” Siapakah
penggarap-penggarap ini? Israel. “… lalu berangkat ke negeri lain. Ketika
hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya…” perhatikan
ini adalah kelompok pertama dari hamba-hamba itu. Ada berapa tahap dalam
sejarah Israel? Tiga. Perhatikan, “… Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh
hamba-hambanya…” mereka ini seperti Yesaya, Yeremia,
nabi-nabi yang ada sebelum penawanan
Israel “… kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima…” apa?
“…hasil
yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya
itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain
pula dengan batu…” Maka kalian berkata, “Wah, itulah
akhirnya!” Oh, tetapi masih belum, masih
ada tahap yang kedua! “…Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba
yang lain…” ini
adalah setelah masa penawanan itu, dan mereka adalah nabi-nabi seperti Hagai,
Zakharia, Maleakhi, Yohanes Pembaptis, dll. Jadi, “… tuan itu menyuruh pula hamba-hamba
yang lain lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan
sama seperti kawan-kawan mereka…” Sekarang
perhatikan, “…
Akhirnya…” apakah
di sini ada kesan pamungkasan atau penutupan? Bahwa ini adalah yang terakhir?
Tentu saja! “… Akhirnya
ia menyuruh anaknya…” Siapa
ini? Yesus! “.. kepada
mereka, katanya: ‘Anakku akan mereka segani.’
Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka
berkata seorang kepada yang lain: ‘Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia,
supaya warisannya menjadi milik kita.’
Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu…” keluar
dari mana? Yerusalem! Yesus mati di luar kota Yerusalem! “… lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang…” Yesus
mengajukan pertanyaanNya, “… apakah yang akan dilakukannya dengan
penggarap-penggarap itu?" Orang-orang Israel itu sama sekali
tidak punya bayangan apa yang dikatakan Yesus. Tetapi, mereka akan menjatuhkan hukuman bagi
diri mereka sendiri. Ayat 41 “Kata mereka kepada-Nya: ‘Ia akan membinasakan
orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada
penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada musimnya.’ Kata Yesus kepada
mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru utama: ini adalah perbuatan Tuhan, dan
mengagumkan di mata kita’…” Lalu perhatikan apa kata Yesus, sebagai akibat mereka
membunuh si Anak, Dia berkata, “… ‘Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa
Kerajaan Allah akan…” apa?
“… diambil
dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu.”
Siapakah bangsa yang akan menghasilan buah? Mereka adalah orang-orang non-Yahudi, orang-orang kafir [menurut
orang Yahudi semua bangsa yang bukan Yahudi adalah “kafir”]. Kata “bangsa” di
sini adalah kata ἔθνος [ethnos eth'-nos ]. Secara umum dalam
Perjanjian Baru, bilamana Israel yang disebut, mereka disebut λαός [laos lah-os'] yang artinya umat Allah. Tetapi di sini ini
dipakai kata ἔθνος [ethnos eth'-nos ] dari mana kita mendapatkan
kata “etnik.”
Dengan
kata lain, Yesus berkata, “Karena
kalian tidak merespon kepada panggilan yang pertama, kalian juga tidak merespon
kepada panggilan kedua, dan kalian malah membunuh Sang Anak pada panggilan
ketiga, dan terakhir kalian berkata ‘Sekarang tamatlah sudah!’
maka Aku akan memberikan kebun
anggurKu kepada yang lain, yang akan menghasilkan buah darinya, dan pekabaran itu
akan diberikan kepada
bangsa-bangsa non-Yahudi.
You know
there is another parable that Jesus taught in the Temple, it’s similar to this
one, it’s found in Matthew 22:1-14. You
know when I get the ropes series at 3 ABN, I preached a whole sermon on
Matthew 22:1-14. It’s a fascinating parable, it gives the same idea. There it
says that messengers were sent out to invite the people to the wedding. And
they said, “No, thanks.” So then, the fatted calf is prepared which refers to
the death of Jesus Christ, and they reject the call again. And so the message
is given, “Now, you go to the highways and to the byways, and compel everyone
that you can to come in.” That’s the call to the gentiles. In other words
another parable that Jesus taught in the Temple deals with the fact that the kingdom
will be taken from the Jewish nation, from the Jewish theocracy and it will be
given to the gentiles.
Kalian tahu ada suatu perumpamaan yang lain yang
diajarkan Yesus di Bait Suci, yang mirip dengan perumpamaan ini, yang terdapat
di Matius 22:1-14. Kalian tahu ketika saya mendapat kesempatan mengisi acara
serial
berantai di 3ABN saya mengkhotbahkan tentang Matius 22:1-14 ini.
Ini adalah perumpamaan yang menarik, dan mengungkapkan ide yang sama. Di sana
dikatakan, bahwa utusan-utusan dikirim keluar untuk mengundang orang-orang
datang ke suatu perjamuan pernikahan, dan orang-orang itu yang diundang berkata, “Tidak bisa.” Maka
lembu tambun pun dipersiapkan yang melambangkan kematian Yesus Kristus. Dan
orang-orang itu menolak undangan itu lagi. Maka perintah pun diberikan
“Sekarang kalian pergilah ke jalan-jalan besar dan gang-gang kecil dan undanglah semua orang yang bisa kalian
temui untuk datang.” Itulah panggilan kepada orang-orang non-Yahudi. Dengan
kata lain, perumpamaan lain yang diajarkan Yesus di Bait Suci adalah tentang
faktanya bahwa Kerajaan Allah akan
diambil dari bangsa Yahudi, dari pemerintahan teokratis Yahudi, dan itu akan
diberikan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi.
Let’s go to
Matthew 23:29-33, Jesus is still in the Temple and now He is coming to the last
remarks that He is going to make in the Temple before leaving. Notice Matthew
23:29-33. These are on the woes on the religious leaders, on the Scribes and on
the Pharisees, it says there “Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites! Because
you build the tombs of the prophets and adorn the monuments of the righteous, and say, ‘If we
had lived in the days of our fathers, we would not have been partakers with them
in the blood of the prophets.’…” Of course they are
planning on killing Jesus. And He continues saying, “…Therefore you
are witnesses against yourselves that you are sons of those who murdered the
prophets…” And then He says, “….Fill up, then, the measure of your fathers’ guilt…” What does that
mean: “fill up the measure”? The cup
is going to be what? Full. Do you know what that
means? It simply means that their iniquity is complete. Remember, in Genesis
15:16 it says “the iniquity of the
Amorites is not yet full
[complete]” so they couldn’t enter the
promised land because they had not sinned their day of grace away? By the way
in Revelation chapter 16 it speaks about the seven last plagues and the cups
have the fullness of the wrath of God. That means they are unmixed with what?
With mercy. And then Jesus says in verse 33: “….Serpents…” Wow! “…
brood of vipers! How can you escape the condemnation of hell?”
Marilah kita ke Matius 23:29-33. Yesus
masih ada di Bait Suci, dan sekarang Dia tiba pada komentarnya yang terakhir
yang akan diberikanNya di Bait Suci sebelum Dia meninggalkannya. Perhatikan
Matius 23:29-33. Ini adalah mengenai celaka bagi para pemuka agama, bagi para
ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dikatakan di sana “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah
tugu orang-orang saleh dan berkata: ‘Jika kami hidup di zaman nenek moyang
kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu’…” Padahal
mereka sedang merencanakan pembunuhan Yesus, dan Dia melanjutkan berkata, “… Tetapi dengan demikian
kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh
nabi-nabi itu….” Lalu kataNya, “… Jadi, penuhilah juga
takaran nenek moyangmu!...” Apa maksudnya “penuhilah takaran nenek moyangmu”?
Cawannya akan menjadi apa? Penuh. Apakah kalian mengerti apa maknanya? Maknanya
semata-mata adalah dosa mereka sudah mentok. Ingat, di Kejadian 15:16 dikatakan
“kedurjanaan orang Amori itu belum genap" sehingga orang Israel belum bisa masuk ke tanah perjanjian,
karena dosa orang Amori belum mencapai batas pintu kasihan mereka. Di Wahyu pasal 16, ditulis tentang ketujuh
malapetaka yang terakhir, dan cawan-cawan itu penuh dengan murka Allah. Artinya
cawan-cawan itu sudah tidak bercampur dengan apa? Dengan belas kasihan. Lalu
Yesus berkata di ayat 33, “Hai kamu ular-ular…” Wow!
“… hai kamu
keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari
hukuman neraka?”
But you know what’s interesting? Even though this is happening a couple of
days before the death of Jesus, there was still 3½ years probation that Jesus was
going to give to the Jewish nation even after He was crucified. Because
the 70 weeks don’t end when Jesus was crucified, the 70 weeks end in the year 34,
3½ years later. So even after they killed Jesus, Jesus said “I am going to send
you more messengers”. You might call this the fourth stage of the history of
Israel, although it’s really part of the third, because it’s part of the 70
weeks.
Tahukah kalian apa yang menarik? Walaupun ini terjadi dua hari sebelum
kematian Yesus, Yesus masih memberikan 3½
tahun waktu percobaan lagi kepada bangsa Yahudi setelah penyalibanNya.
Karena ke-70 minggu itu tidak berakhir pada saat penyaliban Yesus tetapi ke-70 minggu itu berakhir pada
tahun 34, yaitu 3½ tahun
kemudian. Jadi walaupun setelah mereka membunuh Yesus, Yesus berkata, “Aku akan
mengirim utusan-utusan lagi”. Kalian
boleh menyebut ini tahap ke-4 dari sejarah Israel walaupun sebenarnya itu
adalah bagian dari tahap ketiga, karena
itu adalah bagian dari ke-70 minggu.
You say “Where does Jesus say that?” Matthew 23:34-36 “Therefore, indeed, I send you prophets, wise men, and
scribes…” Prophet was Stephen we are
going to notice; the wise men, the 7 deacons are called wise men; in other
words He sent additional messengers after the crucifixion of Jesus. “… some of them…” this is future, notice, “… some of them you…” what? “…
you will kill and crucify…” see, this is future from
that point, “… and some of them you will scourge
in your synagogues…” like they did with Peter
and John in Acts chapter 2 and 3, “… and persecute from city to city…” who was it that persecutes
from city to city? Saul of Tarsus. And now, notice. Because you treat these
messengers ~ these last messengers in this way, notice that the cup is full.
Verse 35 “…. that on you may come all the righteous
blood shed on the earth, from the blood of righteous Abel to the blood of
Zechariah, son of Berechiah, whom you murdered between the temple and the
altar. Assuredly, I say to you, all these
things will come upon this generation.” Is this the end of the Hebrew theocracy? Absolutely.
Kalian
berkata, “Di mana Yesus berkata begitu?” Matius 23:34-36 “Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang
bijaksana dan ahli-ahli Taurat,…” Nabinya
adalah Stefanus, ini akan kita pelajari; orang-orang bijaksana adalah ke 7
diakon yang disebut orang-orang bijaksana; dengan kata lain Yesus mengirim
utusan-utusan tambahan setelah penyalibanNya. “… beberapa di antara mereka…” ini di masa yang akan datang.
Perhatikan, “… beberapa di antara mereka…” apa? “… akan kamu bunuh dan kamu salibkan…” lihat
ini masih akan terjadi di masa depan di lihat dari saat diucapkannya, “… yang lain akan kamu sesah
di rumah-rumah ibadatmu…” seperti yang mereka lakukan pada Petrus
dan Yohanes di Kisah pasal 2 dan 3, “… dan kamu aniaya dari kota ke kota…” siapa
yang menganiaya dari kota ke kota? Saulus dari Tarsus. Dan sekarang,
perhatikan. Karena kalian memperlakukan utusan-utusan ini ~ utusan-utusan yang
terakhir ini ~ demikian, perhatikan bahwa cawannya menjadi penuh. Ayat 35, “… supaya kamu menanggung semua darah orang benar yang ditumpahkan di bumi, mulai dari darah Habel, orang benar itu, sampai kepada darah Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus
dan mezbah. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!" [NKJV yang diindonesiakan]. Apakah
ini berarti berakhirnya pemerintahan teokratis Yahudi? Tentu saja!
Now, Jesus finishes His remarks to the scribes and Pharisees, and I want
you to notice what happens. Matthew 23:37-38 “O Jerusalem, Jerusalem, the one who kills the
prophets and stones those who are sent to her! How often…” we noticed that He tried to woo them in
the Old Testament twice before the captivity, after the captivity, “… How often I wanted to gather your children
together, as a hen gathers her chicks under her wings, but you were not
willing!...” And now notice carefully, what was the Temple when Jesus
entered the Temple for the final time as the Shekinah glory? It was the Temple
of God, and Jesus called it what? “My house”, but now notice the change. Verse
38, “… See! Your house is left to you…” what? “… desolate.” Did
we see that word in the Old Testament?
We most certainly did. And what did the abominations lead to? To what? To
desolation.
Sekarang
Yesus mengakhiri komentarnya kepada para ahli Taurat dan Farisi, dan saya mau
kalian perhatikan apa yang terjadi. Matius 23:37-38: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari
dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali…” kita
telah melihat bahwa Yesus mencoba merayu mereka dalam Perjanjian Lama, dua kali
sebelum penawanan, setelah penawanan, “… Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di
bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau…” Dan
sekarang perhatikan baik-baik, ketika Yesus sebagai kemuliaan Shekinah memasuki
Bait Suci terakhir kalinya, itu Bait Suci siapa? Bait Suci Tuhan, dan Yesus
menyebutnya apa? “RumahKu.” Tetapi sekarang perhatikan
perubahannya. Ayat 38, “… Lihatlah rumahmu ini telah ditinggalkan…” apa? “…kepadamu
terlantar.” [NKJV yang diindonesiakan]. Apakah kita pernah melihat kata ini di
dalam Perjanjian Lama? Tentu saja. Jadi kekejian-kekejian
itu mengakibatkan apa? Mengakibatkan apa? Mengakibatkan penelantaran.
By the way, do you know where Jesus went after He left the Temple? He went to the same place that the Shekinah
went after the Shekinah left the Temple in Ezekiel’s time. Is this all
coincidence? No, it’s not coincidence at all. Notice Matthew 24:1 it says “Then Jesus went out and departed from
the temple…” why was the Temple desolate? Because the
Shekinah was no longer there. “Then Jesus went out and departed from the temple and His disciples came up
to show Him the buildings of the temple.”
Omong-omong, tahukah kalian ke mana Yesus pergi setelah Dia
meninggalkan Bait Suci? Dia pergi ke tempat yang sama Sang
Shekinah
dulu pergi setelah Sang Shekinah meninggalkan Bait Suci di zaman Yehezkiel.
Apakah semua ini hanya suatu kebetulan? Bukan, ini bukan kebetulan. Perhatikan
Matius 24:1, dikatakan, “Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi…” Mengapa Bait
Suci menjadi terlantar? Karena Sang Shekinah sudah tidak ada lagi di sana.
“Sesudah itu Yesus keluar dari Bait
Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada
bangunan-bangunan Bait Allah.”
And then Jesus speaks about the destruction of Jerusalem. Why was Jerusalem
destroyed? Because they rejected Jesus. Let’s read it in Matthew 24:2-3 “ And Jesus said to them, ‘Do you not see all these
things? Assuredly, I say to you, not one stone shall be
left here upon
another, that shall not be thrown down.’ Now as He sat…”
where? Oh, the Shekinah is on the Mount of
Olives now! He has forsaken the Temple, and so it says, “…Now as He sat on
the Mount of Olives, the disciples came to Him privately, saying, ‘Tell us,
when will these things be? And what will
be the sign of Your coming, and of the end of the age?’” And then Jesus begins giving His sermon, His famous
sermon on the Mount of Olives. And I want you to notice what Jesus predicted.
Lalu Yesus
berbicara mengenai kehancuran Yerusalem. Mengapa Yerusalem dihancurkan? Karena
mereka menolak Yesus. Mari kita baca di
Matius 24:2-3. “Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di
atas batu yang lain; yang
tidak akan diruntuhkan.’ Ketika Yesus duduk di…” mana? Oh, Sang Shekinah ada di Bukit
Zaitun sekarang! Dia telah meninggalkan Bait Suci, maka dikatakan, “….Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun,
datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia.
Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah
tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?’" Lalu
Yesus mulai memberikan khotbahNya, khotbahNya yang terkenal di Bukit Zaitun.
Dan saya mau kalian memperhatikan apa yang dinubuatkan Yesus.
We will only
read Matthew 24:15. Listen carefully, the two key words that we find in the
prophecy of the 70 weeks are contained here in Matthew 24:15 and then Luke 21
explains what this means. Notice what Jesus says, “Therefore
when you see the ‘abomination of desolation,’…” are those the words we find in the Old
Testament? Yes. “… When you see ‘the abomination of desolation’…” and if you are thinking this has nothing
to do with Daniel, Jesus says, “… spoken of by Daniel the
prophet, ‘standing in the holy place’ (whoever reads, let him understand)…” What Jesus is referring to was the Roman
army had surrounded the city of Jerusalem, they have placed their standards
which had an eagle, in the ground, and they
were worshiping their standards, and the interesting thing is, that God had
told His people ~ if you can continue there reading Matthew 24 ~ God has told
His people “When you see this sign, this ‘abomination of desolation’ make sure
you flee the city so that you are not destroyed when the city is
destroyed.”
Was there a work of separation that took place before the city is
destroyed? Absolutely. Not one Christian, we were told in The
Great Controversy,
perished in the destruction of Jerusalem.
Because they had been separated before the destruction came, just like
it happened in the Old Testament.
Kita hanya akan membaca Matius 24:15.
Dengarkan baik-baik, kedua kata kunci yang kita temukan dalam nubuatan 70
minggu terdapat di Matius 24:15 di sini, dan kemudian Lukas 21 menjelaskan apa
maknanya. Perhatikan apa kata Yesus, “Jadi apabila kamu melihat kekejian yang menelantarkan…” Apakah kedua kata ini kita temukan dalam Perjanjian Lama?
Ya. “Jadi
apabila kamu melihat kekejian yang menelantarkan
berdiri di tempat kudus,…” dan seandainya kalian berpikir ini tidak ada
kaitannya dengan kitab Daniel, Yesus sudah berkata, “… yang disebut
oleh nabi Daniel—barangsiap yang membaca hendaklah
dia mengerti.” [NKJV yang diindonesiakan]. Apa
yang dibicarakan Yesus adalah tentara Romawi yang telah mengepung kota
Yerusalem, mereka telah menancapkan bendera mereka yang bergambar seekor burung
rajawali di atas bumi, dan mereka menyembah bendera itu, hal yang menarik
adalah Tuhan telah memberitahu umatNya ~ jika kalian bisa melanjutkan membaca
Matius pasal 24 ~ Tuhan telah memberitahu umatNya, “Bilamana kalian melihat
tanda ini, tanda ‘kekejian yang menelantarkan’ ini [berdiri di Bait Suci],
pastikan kalian lari meninggalkan kota agar kalian jangan binasa, karena kota
itu akan dibinasakan.”
Apakah ada pemisahan yang terjadi sebelum kota itu
dihancurkan? Benar sekali. Menurut The Great Controversy, tidak ada satu
orang Kristen pun yang binasa saat Yerusalem dihancurkan, karena mereka telah
dipisahkan sebelum kehancuran itu tiba, sama seperti yang terjadi di zaman
Perjanjian Lama.
Now, what does this mean, “when you see the abomination of desolation”?
It’s actually the Roman army that surrounded Jerusalem. You say, “How do we
know that?” Luke 21:20, here Jesus teaches the same thing but He uses different
words. In Matthews He says, “When
you see ‘the abomination of desolation’”
but now notice what He says, “But when you see Jerusalem…” what? “… surrounded by armies, then know that its
desolation is near.” What were those armies that surrounded Jerusalem
that gave the signal to those who were inside that they needed to flee in order
not to be destroyed? It was the Roman army.
Then you say, “How could they flee if they have the city surrounded?” Well,
Josephus tells us that for some unexplained reason ~ but we know what it was,
it was God’s providence ~ the Roman army suddenly left and the Jews inside the city they said, “Hey, this is a signal that God is with us!”
and they went after the Romans and the Romans suffered many losses. Do you know
what the Christians did when the Romans departed? They all escaped to the
mountains of Judea just like Jesus said. And then the Romans came back and they
destroyed the city and they destroyed the Temple. Are you following what we are
studying this morning? It’s vital for what we are going to study in our next
two lectures.
Nah, apa maksudnya “Jadi apabila kamu melihat kekejian
yang menelantarkan…”? Sebenarnya ini
adalah tentara Romawi yang mengepung Yerusalem. Kalian berkata, “Dari mana kita
tahu itu?” Lukas 21:20, di sini Yesus mengajar hal yang sama tetapi Dia memakai
kata-kata yang berbeda. Di Matius, Yesus berkata, “Jadi apabila kamu melihat kekejian yang menelantarkan…”, tetapi sekarang perhatikan apa kata
Yesus, "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh
tentara-tentara, ketahuilah, bahwa penelantarannya
sudah
dekat.” [NKJV yang diindonesiakan]. Tentara siapa yang mengepung Yerusalem yang
merupakan tanda bagi mereka yang berada di dalam kota agar mereka segera
melarikan diri supaya tidak dibinasakan? Tentara Romawi.
Lalu kalian berkata, “Bagaimana mereka bisa melarikan diri
jika tentara Romawi sudah mengepung kota?” Nah, Josephus [seorang ahli sejarah
masa itu] memberitahu kita bahwa karena alasan yang tidak jelas ~ tetapi kita
tahu apa alasan itu, itu adalah campur tangan Tuhan ~ tentara Romawi tiba-tiba
mengundurkan diri dan orang-orang Yahudi di dalam kota berkata, “Hei, ini
adalah pertanda bahwa Tuhan menyertai kita!” dan mereka pergi mengejar tentara
Romawi, dan tentara Romawi menderita banyak kekalahan. Tahukah kalian apa yang
dilakukan orang-orang Kristen ketika tentara Romawi itu pergi? Mereka semuanya
melarikan diri ke bukit-bukit Yudea, persis seperti yang diperintahkan Yesus.
Lalu tentara Romawi kembali dan mereka menghancurkan kota Yerusalem dan mereka
menghancurkan Bait Suci. Apakah kalian bisa mengikuti apa yang kita pelajari
pagi ini? Ini sangat vital untuk apa yang akan kita pelajari dalam dua
pelajaran berikutnya.
Now, notice Luke 19:41-44 “Now as He drew near…” this is at the triumphal
entry “… He saw the city and wept over it, saying, ‘If you had known, even
you, especially in this your day, the things that make for your peace! But now
they are hidden from your eyes. For days will come upon you when your
enemies will build an embankment around you, surround you and close you in on
every side, and level you, and your children within
you…” this is the desolation of
Jerusalem, “… to the ground; and they will not leave in
you one stone upon another…” for what reason? “… because you did not know the…” what? “…the time of your visitation.’” Who had made that visitation? Jesus Christ.
Sekarang, perhatikan Lukas 19:41-44 “Dan ketika Yesus telah
dekat…” ini adalah peristiwa kedatangan Yesus ke Yerusalem yang
dielu-elukan banyak orang, “… dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ‘Wahai, seandainya saja engkau
tahu, yaitu engkau, terutama pada saatmu sekarang ini, akan hal-hal yang
mendatangkan damai sejahteramu! Tetapi hal-hal itu tersembunyi dari matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan membangun tembok mengelilingi engkau dan menghimpit engkau dari
segala jurusan, dan mereka akan meratakan
engkau beserta dengan anak-anakmu di
dalam kotamu hingga rata dengan tanah…” ini adalah penelantaran Yerusalem, “… dan mereka tidak akan
membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain…” mengapa?
“… karena
engkau tidak mengetahui…” apa? “…saat, bilamana Allah melawat engkau.’…" [NKJV yang diindonesiakan]. Siapa
yang melawat? Yesus Kristus.
Now, let me make
something very clear, God loves the Jews. Even Jews were unbelieving, God loves
them, God loves everyone in this world. When we talk this way in harmony with
Scripture we are not saying that we should be anti-Jewish. There are many individuals within Judaism
that sincerely love the Lord, many of them are
becoming Messianic Jews. But we are talking about the end of the Jewish
theocracy as God’s nation, not all of the individuals within that nation. Is
that clear? There are many sincere individuals within that nation, just as
there are many sincere individuals within the Roman Catholic and the Protestant
churches that keep the wrong day of the week. That’s why in Revelation God says
to these people, “Come
out of her, My people.”
Sekarang, saya ingin menyatakan sesuatu
dengan sangat jelas: Tuhan mengasihi orang Yahudi. Walaupun orang Yahudi tidak
percaya, Tuhan mengasihi mereka. Tuhan mengasihi semua orang di dunia ini. Kita
berbicara demikian sejalan dengan Firman Tuhan, kita tidak mengatakan bahwa kita
harus menjadi anti-Yahudi. Ada banyak orang dalam faham Yudaisme yang secara
tulus mengasihi Tuhan, dan banyak dari mereka sedang berubah menjadi beriman
kepada Sang Mesias. Tetapi di sini kita berbicara mengenai pemerintahan
teokratis Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan, bukan mengenai individu-individu
pribadi bangsa tersebut. Apakah ini jelas? Ada banyak individu dalam bangsa itu
yang tulus, sama seperti ada banyak individu yang tulus dalam gereja Roma
Katolik dan gereja-gereja Protestan, yang beribadah pada hari yang salah.
Itulah sebabnya mengapa di kitab Wahyu, Tuhan berkata kepada orang-orang ini, “Keluarlah dari
sana, umat-Ku!”.
So let’s review the three stages of Israel’s history.
· The first stage is the first 800 years.
From Mt. Sinai to the captivity.
· After that God says, “70 weeks more” =
490 years. Did they shape up? No. When Jesus came, they were oblivious to what
His mission was.
· And so Jesus is sent. This is the last
opportunity. Last of all He sends His Son as the last resort. And what do they
do? Instead of accepting the Son, they arise to destroy Him.
And what happens with the Jewish theocracy? The Jewish theocracy comes to
an end.
And now the gospel is to be preached by whom? By the gentiles to the world.
Jadi, marilah kita mengulang ketiga
tahap sejarah Israel.
· Tahap pertama adalah 800 tahun yang
pertama, dari G. Sinai hingga masa penawanan.
· Setelah itu Tuhan berkata, “70 minggu
lagi” = 490 tahun. Apakah bangsa Israel berubah? Tidak. Ketika Yesus datang
mereka sama sekali tidak tahu apa-apa tentang misiNya.
· Lalu dikirimlah Yesus. Ini adalah
kesempatan yang terakhir. Yang terakhir Tuhan mengirim AnakNya sebagai upaya
terakhir. Dan apa yang mereka lakukan? Bukannya menerima Sang Anak, mereka
justru bangkit untuk membinasakan Dia.
Dan apa yang terjadi pada pemerintahan
teokratis Yahudi? Pemerintahan teokratis Yahudi berakhir.
Dan sekarang
Injil diberitakan oleh siapa? Oleh bangsa-bangsa non-Yahudi ke seluruh dunia.
Now, allow me to read you a statement near the close of our presentation
from The Great Controversy pages 21-23, we
need to bring this to our day, to our time. Ellen White here says, “The great sin of the Jews
was their rejection of Christ. The great sin of the Christian world would be
the rejection of the Law of God, the foundation of His government in Heaven and
in earth.” What was the great sin of the Jews? The rejection of
whom? Of Christ. What will be the rejection of the Christian world? God’s Law.
Well, you say, “They are two different things.” No, they are not. You see, the Law of
God is a reflection of the character of Christ. It is a written description of Christ in His
character so if you crucify the Law, who are you really crucifying? You are crucifying Jesus Christ, because the
Law is a reflection of Him.
Nah, saya ingin membacakan suatu
pernyataan menjelang akhir dari pelajaran hari ini dari buku The Great Controversy, hal 21-23. Kita perlu membawa hal ini
ke zaman kita. Ellen White berkata di sini, “Dosa besar orang-orang Yahudi adalah penolakan mereka
terhadap Kristus. Dosa besar dunia Kristen adalah penolakan mereka terhadap
Hukum Tuhan, yang adalah fondasi pemerintahanNya di Surga dan di bumi.” Jadi apa dosa besar orang Yahudi? Penolakan terhadap
siapa? Terhadap Kristus. Dan apa yang akan ditolak oleh dunia Kristen? Hukum
Tuhan.
Nah, kalian berkata, “Itu kan dua hal
yang berbeda.” Tidak, itu bukan dua hal yang berbeda. Kalian lihat, hukum Tuhan adalah pantulan dari karakter Kritus. Itu adalah deskripsi tertulis tentang
karakter Kristus, maka jika kalian menyalibkan Hukum, siapa sebenarnya yang
kalian salibkan? Kalian menyalibkan Yesus Kristus, karena Hukum itu adalah
refleksi DiriNya.
Now, I find it very interesting that in the Christian church today. In
churches today you hear statements such as
· “the Law was nailed to the cross”,
· “no one can keep it”,
· “it was for the Jews”,
· “we are not under Law but under grace”,
· “we are not under the letter but under
the Spirit”,
· “only believe and ye shall be saved”.
You hear that from the pulpit. But in the political arena you hear a
different tune. You hear evangelical
saying, “Now, folks, we need to get the government to establish laws that
preserve the sacredness of marriage, and the sacredness of life, and we need to
have the government give anti-pornography law, and we need to post the 10
Commandments in our court rooms. I thought they were nailed to the cross? This
is double speak. This is talking out of both sides of your mouth. How can you
say in the church “You can’t keep the Law”, “you are not under Law, you are
under grace”, “it was for the Jews” and then turn around saying, “Seeler, put
the 10 Commandments in your courtrooms! And straighten up what we have made a
mess of.” You see, people have listened
to their preachers and they have come to believe what their preachers say. The preachers say, “Ah, nobody can keep the
Law, God doesn’t expect you to keep the Law, you are saved by grace.” And so
Christians say, “Good, I’ll go out and live it up, and I’ll have my cake and I
will eat it too.” Are you understanding me?
Sekarang, menurut saya adalah hal yang
sangat menarik di dalam gereja Kristen masa kini. Di gereja-gereja sekarang ini
kita mendengar pernyataan seperti
·
“Hukum sudah dipakukan di salib”,
·
“tidak ada manusia yang bisa menuruti Hukum”,
·
“Hukum itu untuk orang Yahudi”,
·
“kita tidak berada di bawah Hukum tapi di bawah kasih
karunia”,
·
“kita tidak di bawah tulisan harafiah Hukum tetapi di
bawah Roh”,
·
“percaya saja, dan kamu akan selamat”.
Kita mendengar hal-hal ini dari mimbar.
Tetapi di arena politik, kita mendengar nyanyian yang berbeda. Kita mendengar
para pengabar injil berkata, “Saudara-saudara, kita harus memaksa pemerintah
untuk membuat hukum-hukum yang mempertahankan kesucian perkawinan dan
kesakralan hidup; dan kita perlu pemerintah membuat hukum anti-pornografi; dan
kita perlu memasang tulisan 10 Hukum di dalam ruang-ruang pengadilan kita.”
Lho, bukankah mereka berkata bahwa 10 Hukum sudah dipakukan ke salib? Ini namanya ular berkepala dua. Ini ngomong
ngalor-ngidul tidak sama. Bagaimana di dalam gereja mereka bisa berkata “Tidak
ada yang bisa mematuhi Hukum”, “kita tidak di bawah Hukum, kita di bawah kasih
karunia”, “Hukum itu untuk orang Yahudi”, lalu setelah itu berbalik punggung
dan berkata, “Pak Seeler, pasanglah tulisan 10 Hukum di ruang-ruang
pengadilanmu, dan perbaikilah semua kesalahan yang telah kita perbuat!” Kalian tahu, orang-orang mendengarkan pendeta-pendeta mereka, dan
mereka sudah terlanjur percaya kepada apa yang dikatakan para pendeta. Para
pendeta berkata, “Ah, tidak ada yang bisa mematuhi Hukum, Tuhan tidak
mengharapkan kamu mematuhi Hukum, kamu itu diselamatkan oleh kasih karunia.”
Maka orang-orang Kristen berkata, “Bagus, saya akan hidup semau saya, dan saya tetap
masuk Surga.” Apakah kalian memahami saya?
So the sin of the Jews is no greater than the sin of the Christian world
today. And the destruction of Jerusalem has a two fold fulfillment. The
disciples asked Jesus two questions.
“When will these things be?” ~
the destruction of Jerusalem ~ “and what will be the sign of Your coming
and the end of the world?” What happened with the Jewish nation will happen
with the Christian world at the end of time as well. Did you understand
what we studied this morning? It’s the
foundation for what we will study in our next two lectures.
Maka dosa orang Yahudi tidaklah lebih besar daripada dosa
dunia Kristen hari ini. Dan kehancuran Yerusalem memiliki penggenapan ganda.
Para murid mengajukan dua pertanyaan kepada Yesus, “bilamanakah itu akan terjadi” ` yaitu penghancuran Yerusalem ~ “dan
apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Apa yang terjadi
kepada bangsa Yahudi akan terjadi kepada dunia Kristen pada akhir zaman juga. Apakah kalian mengerti apa yang kita pelajari pagi ini?
Ini adalah fondasi dari apa yang akan kita pelajari dalam dua pelajaran
berikutnya.
12
03 14
No comments:
Post a Comment