HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 32/32 -
Stephen Bohr
HOME AT LAST
Dibuka
dengan doa.
As
I mentioned in my prayer, today we are going to talk about something very
practical. This is lecture # 32 in the series on the Hebrew Sanctuary, and I
decided that the last lecture would deal with what life will be like in heaven
during the 1000 years and ultimately on the earth made new once sin comes to an
end.
Now,
the first thing that I would like to say is, that when Jesus comes He will be
the real Jesus and He will take us to a real place.
Sebagaimana
yang saya sebutkan tadi dalam doa saya, hari ini kita akan membicarakan hal
yang sangat praktis. Ini adalah pembahasan # 32 dari seri Bait Suci Ibrani, dan
saya memutuskan bahwa pembahasan yang terakhir ini adalah tentang kehidupan
kelak di Surga selama masa 1000 tahun dan akhirnya kehidupan di dunia yang
diciptakan baru setelah dosa disingkirkan.
Nah,
hal pertama yang ingin saya katakan adalah, ketika Yesus datang, Dia adalah
Yesus yang sejati, dan Dia akan membawa kita ke suatu tempat yang benar-benar
ada.
I’d
like to begin by reading Acts 1:9-11, and as you are looking for that passage,
I’d like to ask you, when Jesus resurrected did Jesus have
a real human body, yes or no? He most certainly did. When His disciple
thought they were seeing a ghost, He said, “A ghost does not have flesh and
bones like you see that I have.” And when He met Thomas a week later, He said to Thomas, “Put your finger here in My
wounds, in My hands and in My side, it is I.”
So when Jesus resurrected He had a real genuine human body. Of course it was a
glorified body, it was an
incorruptible body, and an immortal body, He had His resurrection body, in
other words.
Saya
ingin memulai dengan membacakan Kisah 1:9-11, dan sementara kalian mencari
ayat-ayat tersebut, saya ingin bertanya, ketika
Yesus bangkit, apakah Yesus memiliki tubuh manusia, ya atau
tidak? Tentu saja Yesus memiliki
tubuh manusia. Ketika murid-muridNya menyangka bahwa mereka
sedang melihat hantu, Yesus berkata, “Hantu tidak punya daging dan tulang
seperti yang kalian lihat Aku punya.” Dan ketika Dia bertemu Tomas seminggu
kemudian, Yesus berkata kepada Tomas, “Letakkan jarimu di sini di bekas lukaKu,
di tanganKu dan di sisiKu, ini Aku.” Maka ketika Yesus bangkit, Dia bangkit dengan tubuh manusia
yang sejati. Tentu saja itu adalah tubuh yang sudah dimuliakan,
tubuh yang tidak akan rusak, tubuh yang tidak akan mati, dengan kata lain Yesus
memiliki tubuh manusia yang sudah dibangkitkan.
Now, notice Acts 1:9-11 “Now when He had spoken these things,
while they watched, He was taken up, and a cloud received Him out of their
sight…” that is out of the sight of the disciples. “…. 10 And while they
looked steadfastly toward heaven as He went up, behold, two men stood by them
in white apparel…” see, in the Bible sometimes angels
are called men, in other words they are beings. And so it says,
“…two men stood by them in white apparel 11who also said,
‘Men of Galilee, why do you stand gazing up into heaven? This same Jesus’…” this what? “… ‘This same Jesus, who was taken up from
you into heaven, will so come in like manner as you saw Him go into
heaven.’"
So when Jesus comes
again is He going to come as a human being? He most certainly is, a real
flesh and blood human being. And He is going to take us to a real
genuine place, which of course we call heaven.
Sekarang,
simak Kisah 1:9-11 “Sesudah Ia mengatakan
demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari
pandangan mereka…” maksudnya
dari pandangan para murid. “….10Ketika mereka sedang menatap terus-menerus ke langit waktu Ia naik itu,
tiba-tiba berdirilah dua orang yang
berpakaian putih dekat mereka…” lihat
ya, di Alkitab terkadang malaikat disebut “orang”, dengan kata lain mereka
adalah makhluk. Maka dikatakan, “….berdirilah dua orang yang berpakaian putih
dekat mereka, 11dan berkata kepada mereka:
‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus yang sama ini…” apa? “….Yesus yang sama ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu,
akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke
sorga.’"
[NKJV yang diindonesiakan].
Jadi pada saat Yesus datang kembali,
apakah Dia akan datang sebagai
manusia? Betul sekali, manusia
sejati dari daging dan darah. Dan Dia akan membawa kita ke
tempat yang benar-benar ada, yang tentu saja kita sebut Surga.
Now,
I’d like to go through several things that will characterize the future life.
Some people asked the question, “Will we know our friends and relatives who are
saved in that day, will we recognize them?” The fact is that the Bible affirms
that we will.
Notice
1 Corinthians 13:12, here the apostle Paul says, “For now…” that is in the present day, “….now we see in a mirror, dimly, but then…” what? “….face to face. Now I know in part, but
then I shall know just as I also am known.”
So I am going to know, and I am going to be
what? I am going to be known. People are going to know that this is Pastor
Bohr, and I am going to know that that is Rick Shepherd because the Bible tells
us that we will recognize people when Jesus comes.
Sekarang saya ingin membahas beberapa hal yang akan
menjadi ciri kehidupan yang akan datang. Ada orang bertanya, “Apakah kita akan
mengenal teman-teman dan kerabat kita yang selamat pada hari itu nanti, apakah
kita akan mengenali mereka?” Faktanya adalah, Alkitab membenarkan bahwa kita
akan.
Perhatikan
1 Korintus 13:12, di sini rasul Paulus berkata, “Karena sekarang…” yaitu di zaman sekarang ini “….sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang
samar-samar, tetapi nanti…” bagaimana? “….kita akan melihat muka
dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti
aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”
Jadi nanti saya akan mengenal dan saya akan
diapakan? Saya akan dikenal. Orang-orang akan tahu bahwa ini adalah Pastor
Bohr, dan saya akan tahu bahwa itu adalah Rick Shepherd karena Alkitab
mengatakan bahwa kita akan mengenali orang-orang pada waktu Yesus datang.
Now
let’s notice a few things about what the future life is going to be like. Some
of these apply to Heaven and some of these apply to the New Earth.
Go
with me to Isaiah 65:17, here we have a wonderful promise, and it’s repeated by
the way in the book of Revelation as well, in the New Testament. It says here, “For
behold, I create new heavens and a new earth; and the former shall not be
remembered or come to mind.”
What
does God promise that He is going to do? He is going to make a new heaven and a
new earth, and the former things, all of the struggles, and the difficulties of
life will not come to mind.
Nah,
marilah kita simak beberapa hal tentang kehidupan di masa mendatang, seperti
apa itu nantinya. Beberapa dari keterangan ini adalah tentang kehidupan di
Surga, dan beberapa tentang kehidupan di Dunia Baru.
Marilah
bersama saya ke Yesaya 65:17, di sini kita melihat suatu janji yang indah, dan
janji ini diulangi lagi dalam kitab Wahyu, di Perjanjian Baru. Dikatakan di
sini, “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang
baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi
dalam hati.”
Apa
yang dijanjikan Tuhan akan Dia lakukan? Dia akan menciptakan langit baru dan
bumi baru, dan hal-hal yang lama, semua perjuangan dan kesulitan hidup tidak
akan teringat lagi.
The
Bible also tells us that in the future life everyone will be vegetarians,
including the wild animals. Notice Isaiah 11:6-9. This is a beautiful
promise. I don’t know if you look forward to the day when you will be able to
pet a lion and you will be able to pet a tiger. I look forward to those days,
and play with snakes, with poisonous snakes and not have them kill you. Notice
what it says, “The
wolf also shall dwell with the lamb, the leopard shall lie down with the young
goat, the calf and the young lion and the fatling together; and a little child
shall lead them. 7 the cow and the bear shall graze; their young
ones shall lie down together; and the lion shall eat straw like the ox. …” can you imagine a lion eating straw? That will be the day.
But that was the original diet of the animal before death came into the world.
Verse 8
“….8 The nursing child shall play by the cobra's hole, and
the weaned child shall put his hand in the viper's den. 9 They shall
not hurt nor destroy in all My holy mountain…”
and then it gives the reason why, why
won’t they hurt
“….for the earth shall be full of the
knowledge of the LORD as the waters cover the sea.”
So
what is the reason why there will be no ravenous beasts, there will be no
poisonous snakes there? For the simple reason that the earth is going to be
full of the knowledge of the Lord as the waters cover the sea.
Alkitab
juga mengatakan bahwa di
kehidupan yang mendatang, semua orang menjadi vegetarian, termasuk (yang
sekarang dikenal sebagai ) binatang buas. Perhatikan Yesaya
11:6-9. Ini adalah janji yang indah. Saya tidak tahu apakah kalian
menanti-nantikan hari di mana kalian bisa menepuk-nepuk seekor singa, dan
menyayang-nyayang seekor harimau. Saya menanti-nantikan hari-hari itu, dan
bermain dengan ular, dengan ular berbisa dan mereka tidak membunuh kita. Perhatikan
apa yang dikatakan, “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring
di samping kambing. Anak lembu dan anak singa dan
anak domba yang gemuk akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak
kecil akan menggiringnya. 7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan
rumput dan anak mereka akan berbaring bersama, sedang singa akan makan jerami seperti
lembu…” Bisakah kalian membayangkan singa makan
jerami? Itu sungguh mengagumkan. Tetapi sebenarnya itulah menu asli makanan
mereka sebelum kematian masuk ke dalam dunia ini. Ayat 8 “….8 Anak yang
menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan
meletakkan tangannya di sarang ular beludak. 9 Tidak ada yang akan menyakiti atau menghancurkan
di seluruh gunung-Ku yang kudus, …” lalu
alasannya disebutkan, mengapa mereka tidak akan menyakiti “….sebab seluruh bumi penuh
dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.” [NLJV yang diindonesiakan]
Jadi apa alasannya, mengapa nanti tidak akan ada
lagi binatang buas, tidak akan ada lagi ular berbisa di sana? Alasannya
sederhana, karena bumi akan dipenuhi oleh pengetahuan akan Tuhan sebagaimana
air laut menutupi dasar lautan.
Notice
Isaiah 35:1, 2, through verse 7, these verses tell us that there will be no
dessert or parched land in the earth made new, and obviously they won’t exist
in Heaven as well. It says there in Isaiah 35:1 “The wilderness and the wasteland
shall be glad for them, and the deserts shall rejoice and blossom as the rose. 2
It shall blossom abundantly and rejoice, even with joy and singing.…” And then it says, “….The glory of Lebanon
shall be given to it…” Lebanon is a very beautiful place in
biblical times. And so the glory of the new earth is being compared to Lebanon.
So it says,
“…The glory of Lebanon shall be given to it, the excellence of Carmel
and Sharon…” also beautiful places in the Holy
Land,
“….They shall see the glory of the LORD, the excellency of our God…”
Perhatikan
Yesaya 35:1, 2, hingga ayat 7, ayat-ayat ini mengatakan kepada kita bahwa nanti
tidak akan ada padang gurun atau tanah
yang tandus di dunia yang diciptakan baru, dan jelas di Surga juga tidak
akan ada. Dikatakan di Yesaya 35:1 “Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan
bersorak-sorak dan berbunga; 2 seperti bunga mawar ia akan berbunga
lebat, akan bersorak-sorak, yaitu dengan
sukacita dan nyanyian.…” Lalu
dikatakan, “….Kemuliaan
Libanon akan diberikan kepadanya…” Lebanon
adalah tempat yang sangat indah di zaman Alkitab. Maka kemuliaan dunia yang
baru dibandingkan dengan kemuliaan Lebanon. Jadi dikatakan, “…. semarak Karmel dan Saron…” juga tempat-tempat yang indah di Tanah
Suci, “….mereka
itu akan melihat kemuliaan TUHAN, semarak Allah kita….
The Bible also tells us there will be no physical defects
or disease in heaven or in the earth made new. The medical doctors will be out
of a job and there will be no exorbitant fees for medical procedures and for
hospital charges. Notice what we find here in Isaiah 35:3-6, “…Strengthen the weak hands, and make firm the
feeble knees. 4 Say to those who are fearful-hearted, ‘Be strong, do not fear! Behold, your God
will come with vengeance, with the recompense of God; He will
come and save you.’ …” and then notice verse 5, it says,
“….5Then the eyes of the blind shall be opened, and the ears
of the deaf shall be unstopped. 6Then the lame shall leap like a
deer, and the tongue of the dumb sing. For waters shall burst forth in the
wilderness, and streams in the desert.…”
Isn’t that a beautiful description of
how all physical defects will disappear when Jesus comes?
Alkitab
juga berkata tidak akan ada cacat fisik atau penyakit di Surga atau di dunia
yang diciptakan baru. Dokter-dokter medis tidak laku dan tidak akan ada biaya-biaya yang selangit untuk operasi
dan tagihan rumah sakit. Perhatikan apa yang kita temukan di Yesaya 35:3-6 “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan
teguhkanlah lutut yang goyah. 4 Katakanlah kepada orang-orang yang
tawar hati: ‘Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang
dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan
kamu!’ …” lalu
perhatikan ayat 5, dikatakan, “….5. Pada waktu itu mata orang-orang buta
akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. 6 Pada
waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan lidah orang bisu akan menyanyi;
sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara…”[NKJV yang diindonesiakan]. Bukankah ini deskripsi yang indah bagaimana semua
cacat jasmani akan lenyap ketika Yesus datang?
The Bible also tells us that there is not going to be any
sorrows, suffering, pain or tears, in Heaven or in the earth made new.
Notice Isaiah 25:8-9 “He will swallow up death forever, and the Lord GOD will wipe
away tears from all faces…” this is repeated in Revelation 21:4
by the way,
“….the rebuke of His people He will take away from all the earth; for
the LORD has spoken…” and then verse 9 is a much quoted
verse, it says, “…9 And it will be said in that
day: ‘Behold, this is our God;
we have waited for Him, and He will save us. This is the LORD; we have waited for Him; we will be glad and rejoice
in His salvation.’"
Alkitab juga mengatakan kepada kita, tidak
akan ada dukacita,
penderitaan, sakit atau air mata di Surga atau di dunia yang dijadikan baru.
Perhatikan
Yesaya 25:8-9 “Ia akan menelan habis maut untuk selama-lamanya; dan Tuhan ALLAH akan
menghapuskan air mata dari segala wajah…” ketahuilah ini diulangi lagi di kitab
Wahyu 21:4, “….dan aib umat-Nya akan dilenyapkanNya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya…” lalu ayat 9 yang sering dikutip,
berkata, “….9.Pada waktu itu orang akan
berkata: ‘Lihatlah, inilah Allah kita, kita telah menantikan
Dia, dan Dia akan menyelamatkan kita. Inilah TUHAN, kita telah menantikan Dia; kita akan
bersyukur dan bersukacita di dalam
keselamatan-Nya.” [NKJV yang diindonesiakan].
As
I have mentioned, a portion of these verses are quoted in the book of
Revelation chapter 21:4, let’s go there for a moment. Revelation 21:4, it says
here, “And
God will wipe away every tear from their eyes; there shall be no more death,
nor sorrow, nor crying. There shall be no more pain, for the former things have
passed away.”
Seperti yang sudah saya singgung tadi, sebagian
ayat-ayat ini dikutip di kitab Wahyu 21:4, marilah kita ke sana sebentar. Wahyu
21:4, dikatakan di sana, “Dan Ia akan menghapus segala
air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi duka, atau ratap tangis. Tidak ada lagi
rasa sakit, sebab segala yang lama itu telah berlalu.”[NKJV yang diindonesiakan]
The
Bible tells us that God’s people will sing for joy, will be able to join the
heavenly choir. Notice what we find in Isaiah 35:10, this also is a much quoted
verse, it says, “And the ransomed of the LORD shall
return, and come to Zion with singing, with everlasting joy on their heads.
They shall obtain joy and gladness, and sorrow and sighing shall flee away.” These are just some of the promises the Bible gives about what heaven is going to
be like and what life on the new earth will be like.
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa umat Tuhan
akan menyanyi dengan sukacita, akan sanggup bergabung dengan paduan suara
surgawi. Simak apa yang kita dapati di Yesaya 35:10, ini juga ayat yang sering
dikutip, dikatakan, “dan orang-orang yang ditebus TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion
dengan bersorak-sorai, dengan sukacita abadi
meliputi mereka; mereka akan memperoleh kegirangan
dan sukacita. Kedukaan dan keluh kesah akan lenyap.” [NKJV yang diindonesiakan].
Ini hanyalah beberapa janji yang diberikan di
Alkitab tentang bagaimana nantinya kondisi di Surga dan kehidupan di dunia yang
baru.
Now let’s talk a little bit about the capital of the
universe, which is the New Jerusalem, the Holy City. Go with me to Hebrews 11,
and we are going to read verse 10, verse 14, and the verse 16. Hebrews 11:10, it is speaking here about
Abraham, and notice that Abraham was not looking forward to that city over the
Middle East, to old Jerusalem. Now
Abraham and the heroes of Hebrews 11 was not looking forward to that city over there
in the Middle East, where there is so much turmoil. We are told here in Hebrews
11:10 “for he waited for the city which
has foundations, whose builder and maker is
God.” Notice verse 14, “For
those who say such things declare plainly that they seek a homeland…” what is that “homeland”? Verse 16,
“…But now they desire a better, that is, a heavenly country. Therefore God is not ashamed
to be called their God, for He has prepared a city for them.”
Nah,
marilah berbicara sedikit tentang ibukota seluruh alam semesta, yaitu Yerusalem
Baru, Kota Suci. Marilah bersama saya ke Ibrani 11, dan kita akan membaca ayat 10, ayat 14, dan ayat 16.
Ibrani 11:10, berbicara tentang Abraham, dan perhatikan bahwa Abraham tidak
menaruh harapannya kepada kota yang ada di Timur Tengah, kota Yerusalem lama.
Nah, Abraham dan para pahlawan Ibrani pasal 11 tidak menaruh harapan kepada
kota di Timur Tengah sana, di mana terjadi begitu banyak keributan. Kita
membaca di Ibrani 11:10 “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang
direncanakan dan dibangun oleh Allah…” simak
ayat 14 “….14
Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan
dengan
terus terang, bahwa mereka mencari suatu
tanah air…” apakah
“tanah air” itu? Ayat 16 “….16 Tetapi sekarang mereka
merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu
Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah
kota bagi mereka.”[NKJV
yang diindonesiakan]
Now
the book of Revelation gives us a description of that city. Let me just mention
some of the highlights of what that city is going to be like.
· First of all it is going to be the capital of the universe.
Because the Bible tells us that God is going to transfer His Headquarters to
planet earth. We are going to notice that in a few moments, in a couple of
verses that we find in the Scripture. Can you imagine what an honor it will be
to have the capital of the universe God’s Headquarters right here on planet
earth, that is an amazing thought. The Bible tells us that the city is made of
pure gold, clear as crystal. You know John is struggling for words to describe
it, because I have never seen gold that looks like crystal, but this gold is so
shiny that it looks like crystal even though it is gold.
· The Bible tells us that the gates are made of pearl, each gate
is one pearl in other words. That is amazing. Have you ever seen a pearl, it’s
absolutely beautiful, it’s not only white but it has the colors of the rainbow
in it when the light shines upon it.
· The Bible tells us that the streets of the city, by the way,
people say “I’m going to walk the golden streets”, no, no, no, that’s not
correct. The Bible never says the city has streets of gold. Actually when we studied
the 70 weeks do you remember that we said that the word “streets” really means
the city square? That’s what it means in Hebrew and also in Greek. In other words, the city square is also
composed of ~ according to the Bible ~ of pure gold.
· Now, there is a river that runs out of the throne of God, clear
as crystal, according to the Bible, then we are really going to know what good
water tastes like. You know, we think that bottled water tastes pretty good,
but I’ll tell you we have not even imagined what real pure water tastes like
until we are able to drink that water that comes from the throne of God.
· And then there is the tree. You know it’s interesting the Bible
says that it is on either side of the river and so some people have struggled
with that. And so they say, “One tree on either side of the river? Wouldn’t
that be two trees?” Well, Ellen White explains it in such a simple way, she
says, that there was one trunk on one side of the river and there was another
trunk on the other side of the river, and then they met in the middle kind of
like an arch and it formed one tree above the river.
· And the Bible says that each month this tree produces its fruit
and God’s people are going to go on a monthly basis to eat the fruit from the
tree of life. You see, even in eternity our source of life will not be within
us, our source of life will be in God’s tree. We will continue to live forever
not because we have an immortal battery that is always going to be functioning,
but because there is a tree where we got to charge our battery every month,
according to Scripture.
· The Bible says that the walls of the city have foundations of
precious stones.
· Can you imagine what it is going to be like to talk to some of
the heroes that are mentioned in Scripture? You know, I’m looking forward to
talking to Adam and reminiscing about certain things. How about Enoch and
talking to Noah? And Abraham, and Moses, and Elijah and the apostle Paul, and
all of these worthies that are mentioned in Scripture, it’s going to be an
exciting event.
· The Bible tells us that we are also going to be able to have
fellowship with friends and relatives who died, who will be resurrected when
Jesus comes. I look forward for example to see my mother, seeing my mother who
died about 3 years ago. I am going to tell you a few more things about her in a
little while. I look forward with great anticipation to see my mother when my
mother comes forth from the grave.
· We’ll be able to travel to distant galaxies, imagine. You know,
we say, “Now, let’s go to the galaxy of Andromeda and pay a visit over there.”
You know, we’ll have a whole vast universe
to visit throughout the ceaseless ages of eternity. There is going to be
so many beautiful things, so many benefits.
Nah, kitab Wahyu memberikan deskripsi tentang kota
itu. Saya akan menyebutkan hanya beberapa pokok yang menggambarkan bagaimana
kota itu nantinya:
· Pertama,
kota itu adalah ibukota seluruh alam semesta. Karena Alkitab mengatakan bahwa
Tuhan akan memindahkan pemerintahan pusatNya ke planet bumi. Kita akan melihat
ini sebentar lagi, dari beberapa ayat yang kita temukan di Kitab Suci. Bisakah
kalian bayangkan betapa besar penghormatannya
sebagai ibukota alam semesta, pusat pemerintahan Tuhan tepat berada di planet
bumi di sini. Ini adalah ide yang mengagumkan.
· Alkitab
mengatakan bahwa kota itu terbuat dari emas murni, bening seperti Kristal.
Kalian tahu, Yohanes kebingungan mencari kata-kata untuk menggambarkan itu,
karena saya belum pernah melihat emas yang bening seperti kristal, tetapi emas
ini begitu bercahaya sampai menyerupai kristal walaupun itu emas.
· Alkitab
mengatakan bahwa gerbangnya terbuat dari mutiara, dengan kata lain, setiap
gerbang itu satu mutiara. Ini mengagumkan. Pernahkah kalian melihat mutiara?
Sangat indah. Dia bukan hanya berwarna putih, tetapi dia mengeluarkan
warna-warna bianglala di dalamnya bilamana kena sinar.
· Alkitab
mengatakan bahwa jalan-jalan di kota itu ~ ketahuilah, orang-orang suka
berkata, “Saya akan berjalan di
jalan-jalan emas”, tidak, tidak, tidak, itu tidak benar. Alkitab tidak pernah
mengatakan kota itu jalan-jalannya dari emas. Sebenarnya ketika kita
mempelajari nubuatan 70 minggu, apakah kalian ingat kita sudah mengatakan bahwa
“jalan-jalan” sebenarnya berarti alun-alun kota? Itulah maknanya dalam bahasa
Ibrani dan juga bahasa Greeka. Dengan kata lain, alun-alun kota juga terbuat
dari emas murni, menurut Alkitab.
· Nah, ada
sebuah sungai yang mengalir dari takhta Allah, sebening kristal, menurut
Alkitab. Pada waktu itu kita benar-benar akan tahu bagaimana rasanya air yang
murni itu. Kalian tahu, sekarang kita menganggap air botolan rasanya cukup
enak, tetapi percayalah, kita tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya air
yang murni sampai kita boleh minum air yang datang dari takhta Allah ini.
· Kemudian, ada
pohon itu. Kalian tahu, yang menarik Alkitab berkata bahwa pohon ini terdapat
pada kedua sisi sungai itu, maka ada orang yang mendapat kesukaran dengan itu.
Dan mereka berkata, “Satu pohon pada kedua sisi sungai? Apakah bukan seharusnya
dua pohon?” Nah, Ellen White menjelaskannya dengan cara yang begitu sederhana.
Ellen White berkata, bahwa ada satu batang pohon pada satu sisi sungai dan ada
satu batang pohon di sisi yang lain dari sungai itu dan kedua batang ini
bertemu di tengah-tengah sungai seperti membentuk lengkungan, menjadi satu
pohon di atas sungai itu.
· Dan Alkitab
berkata bahwa setiap bulan pohon ini menghasilkan buah, dan umat Allah akan
datang setiap bulan untuk makan buah dari Pohon Kehidupan ini. Kalian lihat,
bahkan di kekekalan, sumber hidup kita tidak terdapat di dalam kita sendiri,
sumber hidup kita akan berada di dalam pohon Tuhan. Kita akan tetap hidup
selamanya bukan karena kita memiliki baterai yang tidak
bisa mati yang akan selalu berfungsi, tetapi karena ada sebuah pohon di mana
kita harus mencharge baterai kita setiap bulan, menurut Alkitab.
· Alkitab
berkata dinding-dinding kota itu fondasinya dari batu-batu permata.
· Bisakah
kalian bayangkan bagaimana rasanya berbicara dengan beberapa pahlawan yang
disebutkan Kitab Suci? Kalian tahu, saya rindu berbicara dengan Adam dan
mengenang hal-hal tertentu. Bagaimana kalau berbicara
dengan Henokh dan Nuh? Dan Abraham dan Musa, dan Elia dan rasul Paulus, semua
orang terhormat yang disebutkan Kitab Suci, itu akan menjadi peristiwa yang
asyik.
· Alkitab
mengatakan bahwa kita juga akan bisa bergaul dengan teman-teman dan kerabat
yang sudah meninggal, yang akan dibangkitkan pada waktu Yesus datang. Saya rindu, misalnya, melihat ibu saya lagi, bertemu dengan ibu saya yang
sudah meninggal 3 tahun lalu. Saya akan bercerita sedikit tentang dia nanti.
Saya rindu dengan sangat berharap untuk melihat ibu saya lagi pada waktu dia
muncul dari kuburnya.
· Bayangkan,
kita bakal bisa bepergian ke galaksi-galaksi yang jauh. Kalian tahu, kita
berkata, “Ayo kita pergi ke galaksi Andromeda dan berkunjung ke sana.” Kalian
tahu, seluruh alam semesta terbentang di hadapan kita, bisa kita kunjungi sepanjang
masa kekekalan yang tidak pernah berakhir. Akan
ada begitu banyak keindahan, begitu banyak manfaat.
But
now I want to ask the question: Is this what Heaven and the New Earth are
really all about? No. This is the icing on the cake. What I describe is only ~
if you please ~ the dessert. But there is something much more significant about
Heaven and the New Earth than all of these fringe benefits that we’ve talked
about so far.
I
want to take us back to the time that Jesus met with His disciples in the upper
room, right before He went to the garden of Gethsemane. At this time Jesus had
spent 3½ years with His disciples. His disciples have learned to love Jesus. In
fact they could not conceive of one day without being with Jesus. For them
being with Jesus was more important even than their daily food. More important
than anything on planet earth. They could not conceive of the idea of Jesus
being gone. And Jesus met with His disciples in the upper room and He shared
with them some news that shook them to their very foundation. His first
statement to the disciples that shook them is that He spoke about His body being
broken and His blood being spilt. That disturbed them. Broken body? Spilled blood? Messiah sits on the throne in
Jerusalem and reigns, what’s this about spilling His blood and His body being
broken? But they were even more disturbed when Jesus announced that one of them
was a traitor. And He said, “One of you this very evening is going to betray
Me.” Oh, they were very distressed now and disturbed, and each one asked with
anxiety “Is it I?” But what caused the
greatest anxiety for the disciples in the upper room was that Jesus told them
that He was going to leave.
Tetapi
sekarang saya mau bertanya: Apakah ini sesungguhnya makna Surga dan Dunia Baru?
Bukan. Ini hanyalah hiasan di bagian atas kue saja. Apa yang saya gambarkan,
katakanlah, hanyalah pencuci mulutnya. Tetapi ada sesuatu tentang Surga dan
Dunia Baru yang jauh lebih berarti daripada semua keuntungan yang telah kita
bicarakan sampai di sini.
Saya
mau membawa kita kembali ke zaman ketika Yesus bertemu dengan murid-muridNya di
ruang atas persis sebelum Dia pergi ke taman Getsemani. Saat itu Yesus sudah
melewatkan 3½ tahun bersama murid-muridNya. Murid-muridNya sudah belajar
mengasihi Yesus, malah mereka tidak bisa membayangkan hidup satu hari tanpa
bersama-sama Yesus. Buat mereka, bersama Yesus itu jauh lebih penting daripada
makanan mereka sehari-hari. Lebih penting daripada apa pun di planet bumi.
Mereka tidak bisa membayangkan Yesus tidak ada. Dan Yesus bertemu dengan
murid-muridNya di ruang atas itu dan Dia memberi mereka kabar yang mengguncang
mereka sampai ke akar-akarnya. Pernyataan Yesus yang pertama kepada para
muridNya yang mengguncang mereka adalah Yesus berbicara mengenai tubuhNya yang
akan dipecah-pecahkan dan darahNya yang akan dicurahkan. Itu membuat mereka
galau. Tubuh yang terpecah? Darah yang tercurah? Mesias bukannya duduk di
takhta di Jerusalem dan berkuasa, apa ini ada darah yang dicurahkan dan
tubuhNya yang dipecah-pecah? Tetapi para murid menjadi semakin galau ketika
Yesus mengumumkan bahwa salah seorang dari antara mereka adalah seorang
pengkhianat. Dan Yesus berkata, “Salah satu dari kamu malam ini juga akan
mengkhianati Aku.” Oh, murid-muridnya merasa sangat tertekan dan galau
sekarang, dan setiap orang bertanya dengan was-was, “Apakah pengkhianat itu
aku?” Tetapi apa yang menimbulkan kegelisahan yang terbesar bagi para murid di
ruang atas itu adalah Yesus memberitahu mereka bahwa Dia akan meninggalkan
mereka.
Go
with me to John 13, and I want to read verse 33, and then we’ll jump down to
verses 36 and 37. John 13:33, notice how
Jesus addresses His disciples, He says, “Little children…” isn’t that beautiful?
“….Little children, I shall be
with you a little while longer. You will seek Me; and as I said to the Jews,
'Where I am going, you cannot come,' so now I say to you…” so Jesus is saying, “I’m leaving, and where I’m going you can’t
come with Me now.” Oh, now they were really disturbed. His body is going to be
broken, His blood is going to be spilled, somebody’s going to betray Him, and
He is going to leave. And of course the spokesman of the disciples, Simon Peter
was especially distressed and disturbed. Verse 36, “….36Simon Peter said to Him, ‘Lord, where are You
going?’ Jesus answered him, ‘Where I am going you cannot follow Me now, but you
shall follow Me afterward’…” “Now, where I’m going, you can’t go
with Me now, but later on you’re going to go with Me.” But Peter wasn’t
satisfied with that. He said, “Now, wait a minute, we can’t live one day without
being in Your presence,” and so in verse 37 we find “…37 Peter
said to Him…” undoubtedly with a sense of urgency,
“… ‘Lord, why can I not follow You now? I will lay down my life for Your
sake.’”
Can
you hear the urgency in his voice? “I don’t want to go later, I want to go now!
We can’t live even one day without You.”
Marilah
bersama saya ke Yohanes 13, dan saya mau membaca ayat 33, lalu kita meloncat
turun ke ayat 36 dan 37. Yohanes 13:33, perhatikan bagaimana Yesus menyebut
murid-muridNya, Dia berkata, “Hai, kanak-kanak-Ku…” bukankah ini sangat indah? “…kanak-kanakKu, hanya seketika saja lagi Aku
ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan
kepada orang-orang Yahudi: ‘Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang’,
demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu…” jadi Yesus berkata, “Aku akan pergi,
dan ke mana Aku pergi, kalian tidak boleh ikut Aku sekarang.” Oh, saat itu mereka benar-benar galau besar. Mana tubuhNya
akan dipecah-pecah, darahNya akan dicurahkan, seseorang akan mengkhianati Dia,
dan Dia akan pergi. Dan tentu saja sebagai jurubicara para murid, Simon Petrus sangat tertekan dan galau. Ayat 36, “….36. Simon
Petrus berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, ke manakah Engkau akan pergi?’ Jawab Yesus: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat
mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.’ …” Nah, ke mana Aku pergi, kalian tidak
boleh ikut sekarang, tetapi nanti kalian boleh pergi bersama Aku.” Tetapi
Petrus tidak puas dengan itu. Dia berkata, “Tunggu dulu, kami tidak bisa hidup
satu hari pun tanpa berada di hadiratMu,”
maka berikutnya di ayat 37 kita temukan, “….37 Kata Petrus kepada-Nya: …” sudah pasti dengan tegang, “…. ‘Tuhan, mengapa aku
tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku
bagi-Mu!"
Apakah kalian bisa merasakan ketegangan dalam
suaranya? “Aku tidak mau pergi nanti, aku mau ikut sekarang! Kami tidak bisa
hidup satu hari pun tanpa Engkau.”
And
then in the very next chapter, we find the famous words of Jesus that many
Christians have memorized, especially from the KJV. You know there is a context
to John 14:1-3, and sometimes we forget the context. The context is the
disciples are extremely disturbed, they are troubled, they say, “He is leaving!
And we can’t go with Him. Yeah, He says we can go later but we don’t want to go
later, we want to be with Him all the time.” And so Jesus knows that they are
distressed. And so in John 14:1 we find the following words: “Let
not your heart be troubled…” That word “troubled” is very
interesting. For example it is used to described the pool of Bethesda, remember
the idea that the person who jumped in first when the waters were “troubled”,
that that person would be healed? When it says that the water was “troubled” it
means that the water was stirred up. In other words, their hearts were churning
within them, they were like troubled waters.
It is also used to described Herod when he heard that the
Messiah was born, the Bible says that he was deeply “troubled”.
It’s also used when Jesus came walking on water towards
where the disciples were in an evening when there was a storm. The Bible says
that the disciples were deeply “troubled”.
And so we catch a picture that they are tremendously
“troubled” at the end of chapter 13, and so Jesus in chapter 14 says, “Don’t be
filled with anxiety.” “….Let not your heart be troubled; you
believe in God, believe also in Me.2In My Father's house…” there will be many mansions. Aaaahhh, some of you are
reading! Yeah, because there is this idea that Jesus went to Heaven to build
mansions for us. You really think that Jesus needs 2000 years to build
mansions? You think He has been heavenly contracting for 2000 years? I’d rather
doubt it. When the Bible tells us that Jesus created this world in 6 days
everything in it. The Bible doesn’t say that He is going to prepare mansions
for us, when Jesus said these words He said, “….In My Father’s
house are
many mansions…” the mansions were there when Jesus
spoke. By the way the word “mansions” is
not even the best translations. It is really the Greek word μονή [monē] which
means “permanent dwellings”, it is not just the dwelling where you go on
vacation. μονή [monē] means
to dwell permanently. In other words, Jesus is saying, “In My Father’s house
there are many permanent dwellings.” Why would there be permanent dwellings up
there? Because He is expecting a lot of people, right? So there are these
permanent dwellings. Now, notice what Jesus continues saying. By the way where
is the Father’s house? The Father’s
house is in Heaven, right? We pray, “Our
Father which art everywhere…” No! “Our Father which art…” where? “…In Heaven”. The
Father’s house is in Heaven. So is Jesus promising there are many dwellings for
God’s people in His Father’s house in Heaven. Is He promising to take His
people to Heaven? He most certainly is, He said to Peter “You’re not going to
go now, but you are going to go later where I’m going.” So notice what He
continues saying, “…In
My Father’s house are many dwellings/permanent residences; if it were not so, I would have told you. I go to…” what? “….I go to prepare a place for you. …” what did Jesus go to Heaven for? To prepare a place for
us. So how does He prepare that place? Is He building houses? Does He really
need 2000 years to build houses? Absolutely not. How is Jesus preparing a place for us in
Heaven? It’s by the work that He is doing in the heavenly
Sanctuary. Does He have a work to perform before He can come to get us?
Absolutely. On earth He lived His perfect life, and He died there for sin but
then He went to Heaven so that we can claim the benefits of what He did on
earth, through repentance, and what does He do? He takes our sins and He places
them where? In the Sanctuary covered by His blood. Does He also empower the
Church through His Holy Spirit to preach the Gospel to the world? Must the
world hear the Gospel before Jesus can come? Absolutely. Must the Sanctuary be
cleansed from the record of sin before Jesus can come? Absolutely. So when
Jesus said, “….3And if I
go and prepare a place for you…” He is not talking about primarily
about building houses, about you know paving streets with gold, and things like
that. He is talking about His work in the heavenly Sanctuary, that when He
finishes that work, then the place will be prepared for us. Are you
understanding this point? Now notice
verse 3, He says, “….and if I go and prepare a place for you…”
now, comes the critical point in this
passage,
“…. I will come again…” and now listen carefully,
“….and receive you to Myself; that where I am, there you may be also.”
Kemudian di pasal berikutnya kita
mendapatkan kata-kata Yesus yang terkenal, yang telah diingat di luar kepala
oleh banyak orang Kristen, terutama dari versi KJV. Kalian tahu, Yohanes 14:1-3
itu ada konteksnya, dan terkadang kita lupa konteksnya. Konteksnya adalah para
murid sedang galau berat, mereka gelisah, mereka berkata, “Dia akan pergi! Dan
kita tidak boleh ikut Dia. Iya, Dia bilang kita boleh ikut nanti, tetapi kita
tidak mau pergi nanti, kita mau bersama denganNya terus.” Maka Yesus tahu bahwa
murid-muridNya ini sedang depresi. Jadi di Yohanes 14:1 kita temukan kata-kata berikut: “Janganlah biarkan hatimu gelisah…” kata “gelisah” ini sangat menarik.
Misalnya, kata ini (dalam bahasa aslinya ταράσσω [tarassō]) dipakai untuk menggambarkan kolam di Betesda. Kalian ingat keyakinan
bahwa orang yang pertama melompat ke dalam air ketika air itu “diaduk” (atau
digoncangkan), maka orang tersebut akan sembuh? Ketika dikatakan bahwa air itu
“digoncangkan”, artinya
air itu diaduk. Dengan kata lain, para murid itu merasa seperti hati mereka di
dalam diaduk-aduk, mereka seperti air yang diaduk.
Kata tersebut juga dipakai
menggambarkan perasaan Herodes ketika dia mendengar bahwa telah lahir seorang
Mesias. Alkitab berkata bahwa Herodes sangat gelisah.
Kata ini juga dipakai
menggambarkan saat Yesus berjalan di atas air ke arah murid-muridNya pada malam
saat ada badai. Alkitab berkata bahwa para murid ini sangat bingung.
Maka kita mendapatkan kesan bahwa
para murid ini sangat gelisah pada akhir pasal 13, jadi Yesus berkata di pasal 14, “Janganlah
cemas.”: “Janganlah biarkan hatimu gelisah;
kamu percaya kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. 2Di rumah Bapa-Ku…” akan
ada banyak tempat tinggal. Aaaaahh, beberapa orang dari kalian sedang ikut
membaca! Ya, karena ada pendapat bahwa Yesus pergi ke Surga untuk membangun
gedung-gedung indah bagi kita. Menurut kalian apakah Yesus butuh 2000 tahun
untuk membangun gedung-gedung indah? Menurut kalian apakah Yesus sedang menjadi
kontraktor selama 2000 tahun? Saya
meragukan itu, karena Alkitab berkata bahwa Yesus telah menciptakan dunia ini
dan semua isinya hanya dalam 6 hari. Alkitab tidak berkata bahwa Yesus pergi
untuk membangun gedung-gendung indah untuk kita. Ketika Yesus mengucapkan
kata-kata itu, Dia bilang, “….Di rumah Bapa-ku ada banyak
tempat tinggal…” tempat-tempat tinggal itu sudah ada di sana ketika
Yesus berbicara. Ketahuilah kata yang diterjemahkan
“gedung-gedung indah” itu bukanlah terjemahan yang paling baik. Kata Greekanya
adalah μονή [monē] yang
berarti “tempat tinggal permanen”, jadi
bukan hanya tempat tinggal pada waktu liburan, μονή [monē]
berarti tinggal secara permanen. Dengan kata lain Yesus berkata, “Di
rumah Bapa-ku ada banyak tempat tinggal permanen.” Mengapa di atas sana ada
banyak tempat tinggal permanen? Karena Yesus berharap ada banyak orang yang
datang, benar? Jadi ada banyak tempat tinggal permanen ini. Sekarang perhatikan apa kata Yesus
selanjutnya. Sebenarnya di manakah “rumah Bapa-ku” ini? Rumah Bapa ada di
Surga, betul? Kita berdoa, “Bapak kami yang ada di mana-mana...” Tidak! “Bapak
kami yang ada…” di mana? “…di
Surga.” Apakah Yesus menjanjikan bahwa ada banyak tempat tinggal untuk umat
Allah di rumah BapaNya di Surga? Apakah Yesus berjanji membawa umatNya ke
Surga? Betul sekali. Yesus berkata kepada Petrus, “Kamu tidak akan pergi
sekarang, tetapi nanti kamu akan
pergi ke mana Aku pergi.” Jadi perhatikan apa kata Yesus selanjutnya, “…..Di rumah Bapa-ku ada banyak
tempat tinggal…” atau
tempat tinggal permanen “….Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk…” apa? “….Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.…” Yesus
pergi ke Surga untuk apa? Untuk menyediakan tempat bagi kita. Jadi bagaimana
caranya Dia menyediakan tempat itu? Apakah Dia membangun rumah-rumah? Apakah
Yesus benar-benar membutuhkan waktu 2000 tahun untuk membangun rumah? Tentu
saja tidak. Bagaimana Yesus
menyiapkan tempat bagi kita di Surga? Dengan melakukan apa yang sedang dilakukanNya di Bait
Suci Surgawi. Apakah Yesus punya tugas yang harus dikerjakanNya sebelum Dia bisa datang menjemput kita? Betul
sekali. Dia dunia Dia menjalani kehidupan yang sempurna,
dan Dia mati di sini karena dosa,
tetapi Dia pergi ke Surga supaya melalui pertobatan kita bisa mengklaim
jasa-jasaNya yang dilakukannya di dunia. Dan apa yang dilakukan Yesus? Dia
mengambil dosa-dosa kita dan Dia menempatkannya di mana? Di Bait Suci, ditutupi oleh darahNya. Apakah Yesus juga
memberi kuasa kepada Gereja melalui Roh KudusNya untuk memberitakan Injil
kepada dunia? Betul sekali. Apakah Bait Suci harus dibersihkan dari catatan
dosa sebelum Yesus bisa datang (ke dunia)?
Betul sekali. Jadi ketika Yesus berkata, “…. 3 Dan apabila
Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu…” Dia
tidak berbicara terutama tentang membangun rumah-rumah, tentang ~ kalian tahu ~
melapisi jalan dengan emas dan hal-hal seperti itu. Dia sedang berbicara
tentang pekerjaanNya di Bait Suci Surgawi, yaitu pada waktu Dia menyelesaikan pekerjaan itu, maka waktu
itu tempatnya sudah disiapkan bagi kita. Apakah kalian memahami
poin ini? Nah, simak ayat 3, Yesus berkata, “….dan telah menyediakan
tempat bagimu…” sekarang
tiba pada poin yang krusial dalam ayat-ayat ini, “….Aku akan datang kembali…” dan
sekarang dengarkan baik-baik, “….dan menerima kamu kepada Diriku
Sendiri, supaya di mana Aku berada, kamu pun boleh
berada.” [NKJV yang diindonesiakan].
What
is important about Heaven? What’s important about Heaven is that Jesus is
there! And He wants to be with us. See,
it’s not the mansions that we should be focusing on, or all of the other things
that we spoke about, although those are nice. Jesus says I am going to prepare
the place because then I can receive you to Myself and where I am there you can
be with Me.
Yang
penting tentang Surga itu apa? Yang penting tentang Surga adalah Yesus ada di
sana! Dan Dia ingin bersama-sama dengan kita. Lihat, fokus kita seharusnya
bukan pada tempat-tempat tinggal yang indah, atau semua hal yang tadi kita
bicarakan walaupun semuanya itu menyenangkan. Yesus berkata, Aku akan
menyiapkan tempatnya karena dengan demikian Aku bisa menerima kamu kepada
DiriKu dan di mana Aku berada, di sana kamu boleh bersama Aku.
You
know, Jesus a little bit later on was in the garden of Gethsemane and He prayed
that famous prayer of John 17. This is the prayer that He uttered in the garden
of Gethsemane, He prayed for the unity
of His people. He prayed that His Father would glorify Him with the glory He
had with Him before the world was. He prayed many things. But at the climax of
His prayer, I want you to notice what the passion of Jesus was. Notice John
17:24 here Jesus is speaking to His Father in prayer and He says, “Father,
I desire that they also whom You gave Me may be with Me where I am…” what is the passion of Jesus? That those that have been
given to Him can be what? With Him where He is, “…that they may behold
My glory which You have given Me; for You loved Me before the foundation of the
world.”
Kalian tahu, tak lama setelah itu Yesus sedang berada di taman Getsemani, dan
Dia berdoa doaNya yang terkenal yang tertulis di Yohanes pasal 17. Ini adalah
doa yang diucapkanNya di taman Getsemani. Dia berdoa untuk kesatuan umatNya.
Dia berdoa agar BapaNya akan memuliakan Dia dengan kemuliaan yang dimilikiNya
sebelum penciptaan dunia. Dia berdoa banyak hal. Tetapi pada klimaks dari
doaNya, saya mau kalian menyimak apa yang menjadi kerinduan terbesar Yesus.
Perhatikan Yohanes 17:24, di sini Yesus berbicara kepada BapaNya dalam doa dan
Dia berkata, “Ya Bapa, Aku mau supaya mereka yang
telah Engkau berikan kepada-Ku, boleh
bersama-sama dengan Aku di mana Aku berada…”
Apakah kerinduan terbesar Yesus? Agar mereka yang telah diberikan
kepadaNya boleh apa? Bersama-sama dengan Dia dimana Dia berada. “….agar mereka boleh memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” [NKJV yang diindonesiakan].
So
in John 14 He says, so “that
where I am, there you may be
also.” Here in John 17:24 He says, “Father,
I want those You have given to Me to be with Me where I am.”
Notice that famous resurrection passage, in 1
Thessalonians 4:15-17, here the apostle Paul speaks about when Jesus comes, how
the dead will be raised and how the living will be changed in a moment in a
twinkling of an eye, but I think we have missed the main point of this whole
passage. Notice what it says beginning with verse 15, “For this we say to you by the word
of the Lord, that we who are alive and
remain until the coming of the Lord will by no means precede those who are
asleep.…” in other words those who are alive are not going to go to
Heaven before those who went to sleep, before those who died. Verse 16
“…16For the Lord Himself will descend from heaven with a
shout, with the voice of an archangel, and with the trumpet of God. And the
dead in Christ will rise first. 17Then we who are alive and remain shall be caught up
together with them in the clouds to meet the Lord in the air.…” and now notice the most important part of this passage. We
will “….meet the Lord in the air…” and then what does it say? “…And thus we shall
always be with the Lord.” Same
emphasis “be with the Lord”.
Jadi
di Yohanes 14, Yesus berkata, “supaya di mana Aku berada, kamu pun boleh
berada.” Di sini di
Yohanes 17:24 Yesus berkata, “Ya Bapa, Aku mau supaya mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, boleh bersama-sama dengan Aku di mana Aku
berada…”
Perhatikan
bacaan terkenal tentang kebangkitanNya di 1 Tesalonika 4:15-17, di sini rasul
Paulus berbicara mengenai ketika Yesus datang, bagaimana orang-orang yang mati
akan dibangkitkan dan bagaimana orang-orang yang masih hidup akan diubahkan
dalam sesaat, dalam sekejap mata, tetapi saya rasa kita telah kelewatan pokok
yang terutama dari ayat-ayat ini. Perhatikan apa yang dikatakan dimulai dari
ayat 15, “Ini
kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan,
sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang sedang
tidur…” dengan
kata lain mereka yang masih hidup tidak akan pergi ke Surga mendahului mereka
yang sudah tidur, atau mereka yang sudah mati “…..16 Sebab Tuhan sendiri akan turun dari
surga, dengan satu seruan, dengan suara Penghulu Malaikat, dan dengan sangkakala Allah dan mereka yang mati
dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. 17sesudah itu, kita yang
hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan bertemu Tuhan di angkasa. …” dan
sekarang perhatikan bagian yang paling penting dari bacaan ini. Kita akan “….bertemu Tuhan di angkasa…” lalu
dikatakan apa? “…. Demikianlah kita akan
selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”
[NKJV yang diindonesiakan]. Tekanan yang sama yaitu “bersama-sama
dengan Tuhan.”
Notice Revelation 21:2-4 the same theme all over again.
Jesus wants us with Him. That’s why He came and He lived His perfect life,
that’s the reason why Jesus came and died. That’s the reason why Jesus went to
Heaven to intercede for us, to pour out the benefits of what He has done on
earth. That’s the reason why Jesus empowers His church to preach the Gospel so
that as many people as possible can hear the message of what Jesus has done.
That’s the reason why Jesus ultimately is going to cleanse the Sanctuary from
the record of sin so that He can come again to get His people because He wants
them to be where He is.
Perhatikan kitab Wahyu 21:2-4, kembali
tema yang sama lagi. Yesus menginginkan kita bersama denganNya. Itulah sebabnya
mengapa Dia datang dan Dia menjalani hidupNya yang sempurna, itulah sebabnya
mengapa Yesus datang dan mati. Itulah sebabnya mengapa Yesus pergi ke Surga
untuk menjadi pengantara kita, untuk mencurahkan semua manfaat dari apa yang
telah dilakukanNya di dunia. Itulah sebabnya mengapa Yesus memberi kuasa kepada
GerejaNya untuk memberitakan Injil supaya sebanyak mungkin orang boleh
mendengar pekabaran apa yang telah dilakukan Yesus. Itulah sebabnya mengapa
Yesus akhirnya akan membersihkan Bait Suci Surgawi dari semua catatan dosa
supaya Dia boleh datang lagi menjemput umatNya karena Dia ingin mereka ada di
mana Dia berada.
Revelation 21:2-4 “Then I, John, saw the holy city, New Jerusalem, coming down out
of heaven from God, prepared as a bride adorned for her husband. 3 And I heard a loud voice
from heaven saying…” listen carefully now,
“… ‘Behold, the tabernacle of God is
with men, and He will…” what? “….He will dwell with
them, and they shall be His people. God Himself will be with them and be their God…” So what is the emphasis here? That He is going to be what?
With us. And we are going to be with Him. Notice verse 4
“….4And God will wipe away every tear from their eyes; there
shall be no more death, nor sorrow, nor crying. There shall be no more pain,
for the former things have passed away.’"
Wahyu
21:3-4 “Dan aku, Yohanes, melihat kota
yang kudus, Yerusalem yang Baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3Lalu aku, mendengar suara
yang nyaring dari takhta itu berkata…” dengarkan
baik-baik sekarang, “….‘Lihatlah, kemah Allah ada di
tengah-tengah manusia dan Ia akan…” apa? “….Ia akan diam
bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Allah sendiri akan menyertai mereka, dan
menjadi Allah mereka.…” Jadi
apa penekanannya di sini? Bahwa Dia akan apa? Bersama-sama kita, dan kita akan
bersama-sama Dia. Simak ayat 4 “…. 4Dan Ia akan menghapus segala
air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi duka, atau ratap tangis. tak akan ada lagi sakit, sebab segala sesuatu yang lama itu telah
berlalu." [NKJV
yang diindonesiakan]
Then notice Revelation 22:3-4 you know in antiquity to
“see the face” of a person meant to have intimate knowledge concerning that
person. You remember that God said, “You won’t see My face, you just see My
back”?
Now notice what we find in Revelation 22:3-4 “And there shall be no more curse,
but the throne of God and of the Lamb shall be in it, and His servants shall
serve Him. 4They shall…” what? And “…they shall see His
face, and His name shall be on
their foreheads.”
They shall see His face!
You know my favorite hymn in all the hymnals is
Face
to Face with Christ my Savior
Face
to face what will it be
You know that hymn? Beautiful hymn. What is it going to be
like to behold the face of Jesus?
Lalu simak Wahyu 22:3-4, kalian tahu di zaman dahulu
“melihat muka/wajah” seseorang berarti mempunyai pengetahuan intim tentang
orang tersebut. Kalian ingat Tuhan berkata, “ Kamu tidak akan memandang
wajahKu, kamu hanya akan melihat punggung-Ku”?
Nah,
perhatikan apa yang kita temukan di Wahyu 22:3-4 “Maka tidak akan ada lagi
laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan
hamba-hamba-Nya akan melayani-Nya, 4 dan
mereka akan…” apa? “….dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis
di dahi mereka.”[NKJV
yang diindonesiakan].
Mereka akan memandang wajahNya!
Kalian tahu hymne kesukaan saya dari antara semua
hymne adalah
Muka berhadapan muka dengan Kristus Juruselamatku
Muka berhadapan muka bagaimana rasanya
Kalian tahu hymne itu? Hymne yang indah. Bagaimana rasanya
nanti memandang wajah Yesus?
By the way did you know that the New Jerusalem, the name of
the New Jerusalem is going to be changed? You say, “Really?”
Go with me to Ezekiel 48:35. You know Ezekiel, by the way did
I say Isaiah? It’s actually Ezekiel 48:35. If you read Ezekiel 40-48 you are
going to notice a description of the Sanctuary, of the Temple, in the
restoration. And I want you to notice, that the previous verses described the
12 gates of the New Jerusalem, 3 on the east, 3 on the west, 3 on the north and
3 on the south. And then we find this expression in Ezekiel 48:35, it says, “All the way around shall be eighteen thousand cubits; and the name of the city from
that day shall be…” what? “….THE LORD IS THERE.”
What is the name of the Holy City going to be? “….THE
LORD IS THERE.”
So what is important about the city? What’s important
about the city are not the city square of gold, and the river of life, and the
tree of life, and the foundations of the walls that are precious stones, those
are only the icing on the cake. The important thing is that God is there.
Apakah kalian tahu bahwa Yerusalem Baru, nama Yerusalem Baru akan diganti?
Kalian berkata, “Masa?”
Marilah
bersama saya ke Yehezkiel 48:35. Kalian tahu, Yehezkiel, oh, apakah tadi saya
bilang Yesaya? Yang betul Yehezkiel 48:35. Jika kita baca Yehezkiel 40-48 kita
akan melihat gambaran dari Bait Suci, dari Kaabah, di zaman restorasi. Dan saya
mau kalian perhatikan bahwa ayat-ayat sebelumnya menggambarkan ke-12 gerbang
Yerusalem Baru, 3 di sebelah timur, 3 di sebelah barat, 3 di sebelah utara dan
3 di sebelah selatan. Lalu kita dapati ungkapan ini di Yehezkiel 48:35,
dikatakan, “Jadi keliling kota itu adalah delapan belas ribu hasta. Sejak hari
itu nama kota itu ialah…” apa? “….TUHAN HADIR DI SITU.”
Nama Kota
Suci itu akan menjadi apa? “TUHAN HADIR DI SITU.”
Jadi apa yang penting tentang kota itu? Yang
penting tentang kota itu bukan alun-alunnya yang dari emas, dan sungai
kehidupan, dan pohon kehidupan, dan fondasi dindingnya yang terbuat dari batu
permata, semua itu hanyalah hiasan di atas kue. Yang penting adalah Tuhan ada
di sana.
Notice Matthew 1:23, this is speaking about the first
coming of Christ but the principles applies. You know, when Jesus was born, a
name that was given to Him was Immanuel. Do you know what Immanuel means? Let’s
read it. Matthew 1:23 “ ‘Behold, the virgin shall be with child, and bear a Son, and they shall
call His name Immanuel,’ which is translated…” what? “…. ‘God with us.’”
Notice time and again in these verses, “God with us”, “us
with Him” that’s what Heaven and the New Earth are all about.
Perhatikan
Matius 1:23, ini berbicara tentang kedatangan pertama Kristus, tetapi prinsip
yang sama berlaku. Kalian tahu, ketika Yesus lahir, satu nama yang diberikan
kepadaNya adalah Imanuel. Tahukan kalian apa arti Imanuel? Mari kita baca.
Matius 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang
berarti…” apa? “…. ‘Allah menyertai
kita.’”
Perhatikan berulang-ulang di ayat-ayat ini “Allah
menyertai kita”, “kita bersama Allah” itulah makna langit baru dan bumi baru.
I want to read you a rather long passage from The Desire
of Ages pg 25-26 where Ellen White describes the fruit of the work of
Christ. She says this, “By
His life and His death, Christ has achieved even more than recovery from the
ruin wrought through sin. It…” listen
carefully, “….It was Satan's purpose to bring about an eternal separation
between God and man…” what was the Devil’s intention? “….to bring about an eternal
separation between God and man; but in Christ…” listen
carefully, “….in Christ we become
more closely united to God than if we had never fallen…” Now she is going
to explain what she means, “…In taking our nature, the Saviour has bound
Himself to humanity by a tie that is never to be broken…” because some
people say, Oh, yea, He became a man and He went back to Heaven, and now He is
gone, He is not man anymore. Ah-ah! She
says, “….the Saviour has bound Himself to humanity by a tie that is
never to be broken. Through the eternal
ages He is linked with us. "God so loved the world,
that He gave His only-begotten Son."
(John 3:16). He gave Him not only to bear our sins, and to die as our
sacrifice; He gave Him to the fallen race. To assure us of His immutable counsel
of peace, God
gave His only-begotten Son to become one of the human family, forever to retain
His human nature. This is the pledge that God will fulfill His word. "Unto us a child is born, unto us a son is given: and the
government shall be upon His shoulder."
God has adopted human nature in the person of His Son, and has carried the same
into the highest heaven. It is the "Son of man" who shares the throne
of the universe. It is the "Son of man" whose name shall be
called, "Wonderful, Counselor, The mighty God, The everlasting Father, The
Prince of Peace." (Isa. 9:6). The I
Am is the Daysman between God and humanity, laying His hand upon both. He who
is "holy, harmless, undefiled, separate from sinners," is not
ashamed to call us brethren. (Heb. 7:26;
2:11). In Christ the family of earth and the family of heaven are bound together. Christ glorified is our brother. Heaven is
enshrined in humanity, and humanity is enfolded in the bosom of Infinite Love.”
What
a description! In other words forever we
will have an elder brother on the throne. We are closer to God than if we have never sinned
because Jesus Christ has become one of us. God in the person of Jesus
has adopted humanity, and Jesus is not only our God, Jesus is our Brother. Now,
that had we not sinned, that would not have happened. And Jesus would just be
God. But because of sin Jesus became our Brother, to be our Brother forever.
Saya
akan membacakan suatu kutipan yang rada panjang dari The Desire of Ages hal 25-26 di
mana Ellen White menggambarkan hasil pekerjaan Kristus. Dia mengatakan ini, “Melalui
hidupNya dan kematianNya, Kristus telah mencapai lebih dari memulihkan
kerusakan yang ditimbulkan oleh dosa. Tujuan...” dengarkan
baik-baik, “….Tujuan Setan adalah membuat suatu pemisahan yang abadi antara
Tuhan dan manusia...”
apa tujuan
Setan? “….membuat suatu pemisahan yang abadi antara Tuhan dan manusia;
tetapi di dalam Kristus...” dengarkan baik-baik, “….di dalam Kristus kita semakin dekat dipersatukan dengan Tuhan
seakan-akan kita tidak pernah jatuh dalam dosa...” Sekarang
Ellen White akan menjelaskan apa yang dimaksudnya, “….Dengan mengambil kodrat
manusiawi kita, Sang Juruselamat telah mengikatkan diriNya kepada kemanusiaan
dengan suatu ikatan yang selamanya tidak akan putus...” karena
beberapa orang berkata, “Oh, iya, Dia pernah menjadi manusia dan Dia sudah
kembali ke Surga dan sekarang Dia sudah pergi, Dia bukan seorang manusia lagi.”
Tidak, tidak! Ellen White berkata, “….Sang Juruselamat telah
mengikatkan diriNya kepada kemanusiaan dengan suatu ikatan yang selamanya tidak
akan putus. Untuk selama-selamanya Dia terhubung dengan kita. ‘Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal’ [Yoh 3:16]
Allah tidak hanya mengaruniakanNya untuk menanggung dosa-dosa kita, dan mati
sebagai kurban kita; Allah mengaruniakan AnakNya yang tunggal untuk
menjadi satu dengan keluarga manusia, selama-lamanya mempertahankan kodrat
kemanusiaanNya. Ini adalah janji bahwa Tuhan akan menggenapi firmanNya.
‘Sebab seorang anak telah lahir untuk
kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di
atas bahunya’, Tuhan telah mengadopsi kodrat manusia dalam pribadi AnakNya,
dan telah membawa itu ke langit yang tertinggi. ‘Anak Manusia’lah yang berbagi
takhta alam semesta. ‘Anak Manusia’lah yang
‘namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang
Kekal, Raja Damai.’ [Yes 9:6] Sang ‘Aku Adalah’ ialah perantara Tuhan dan
kemanusiaan, tanganNya menyentuh keduanya. Dia yang ‘saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang
berdosa’ tidak malu menyebut kita saudara [Ibr. 7:26, 2:11]. Di dalam
Kristus, keluarga bumi dan keluarga Surga terikat menjadi satu. Kristus yang
dimuliakan adalah saudara kita. Surga diabadikan dalam kemanusiaan, dan
kemanusiaan direngkuh dalam pelukan Kasih yang tak terbatas.”
Betapa
indahnya deskripsi ini! Dengan kata lain, untuk selama-lamanya kita memiliki
seorang Saudara Tua di atas takhta. Kita
bahkan menjadi lebih dekat kepada Tuhan daripada seandainya kita tidak pernah
jatuh dalam dosa, karena Yesus Kristus telah menjadi salah satu dari kita.
Tuhan dalam pribadi Yesus telah mengadopsi kemanusiaan, dan Yesus bukan saja
Allah kita, Yesus adalah Saudara kita. Nah, seandainya kita tidak pernah jatuh
dalam dosa, hal ini tidak akan terjadi, Yesus hanyalah Allah kita. Tetapi, oleh
karena dosa, Yesus menjadi Saudara kita, menjadi Saudara kita untuk selamanya.
Now,
let me ask you this. Do you really love the appearing of Christ? Do you really,
really in the depths of your soul and in your heart long for the coming of
Jesus? You know, sometimes our lifestyles don’t reveal it. You know, we say we
believe in the second coming of Christ, but we accumulate things in a way that
we seem to indicate that we are planning to spend a long time here on planet
earth. The fact is folks, if we are going to love the appearing of Jesus
Christ, we first of all have to love Him.
Sekarang
coba saya tanya, apakah kalian benar-benar merindukan kedatangan Kristus?
Apakah kalian sungguh-sungguh, di lubuk hati yang terdalam merindukan
kedatangan Yesus? Kalian tahu, terkadang pola hidup kita tidak menyatakan itu.
Kalian tahu, kita berkata kita percaya akan kedatangan Kristus yang kedua,
tetapi kita mengumpulkan harta benda sedemikian rupa seolah-olah kita
menunjukkan bahwa kita punya rencana untuk tinggal lama di atas planet bumi
ini. Saudara-saudara, faktanya adalah, jika
kita merindukan kedatangan Yesus Kristus, lebih dulu kita harus mengasihi Dia.
Let
me give you an illustration. I grew up from the time that I was 5 years old
till the time that I was 14 years old in the country of Venezuela, I lived in
Barquisimeto in Western Venezuela, then I lived in Caracas after that. And I
studied all my primary education in Spanish, in a SDA school there. So when I
was 14 years old, I could speak English, but I did not know how to read of
write English. And so my parents said, “It’s time for Steve to go up to
Wisconsin,” where my Dad was born, and
where he had lots of relatives. “It’s time for him to go to Wisconsin Academy
SDA Boarding school,” and you know, “study in English so that he learns to read
and write in English.” So ~ you know, I
must say that that was a very traumatic event for me because my Mom was a stay
at home Mom, you know while we were growing up she never worked outside the
home. We were extremely close to my Mom,
all my three sisters and I. And I’ve
never been away from home for maybe more than 2-3 days at the most, at the
Pathfinder camp or something like that. And so now they were going to ship me
off, they were going to stay all the way in Venezuela, and I was going to be
shipped off all the way to Wisconsin. And I’ll tell you what. When I got to
Wisconsin Academy I spent many evenings shedding tears, homesick for my mother.
It was a very, very extremely difficult time. First semester all F’s, my grades
were all F’s. You say, “Why?” Well, if you can’t read or write English, what do
you expect? But then after a while, you know, I learned to read and write
English and I became more proficient and then I became a straight C’s student,
with a few B’s intermingled in there. But anyway that was a very difficult time
for me, spending a whole year at that school with my parents living all the way
in South America. I remember about 2 months before the end of the school year I
got a letter from my Mom. And my Mom wrote in that letter “I’m coming to Wisconsin May 21.” How do you
think I felt? Whoo! I’ll tell you, my heart leaped for joy. It was beating
faster, because my mother was going to come. You know I have a calendar on the
wall, you know what I did with that calendar? I had a marker, and everyday that
passed I put an “X” over that day, because it was one day less until my mother
came. And then the day came. I got up
early. The Transportation Manager took me to the Madison-Wisconsin airport, and
at that time I think there was a DC-4, a small plane that was flying in from
Chicago, and the plane I saw it landing and finally it came and it stopped. At
that time you could go out and you could watch the flights come in and go out.
And I stretched my neck out, I wondered if my Mom was on that flight, she’s got
to be on that flight. And people started coming out and coming out, and she
wasn’t coming out! And so I started feeling anxiety maybe she decided not to
come, or maybe she got delayed, or maybe she missed the flight, and I was
filled with anxiety. And then as I was getting worried, lo and behold my
mother’s head came out of the airplane door. Oh, you don’t know how I felt. I
was just so overjoyed to see my Mom, and when she ~ you know at that time you
could almost go out on the runway to greet people, and when she came we
embraced and kissed and it was just such a wonderful experience.
Let
me ask you, why did I love my mother’s appearing? Because I loved her.
And
why did I love her? Because I have spent all my life with her.
Saya
akan memberikan suatu ilustrasi. Dari usia 5 tahun hingga 14 tahun, saya besar
di negara Venezuela, saya tinggal di Barquisimeto di Venezuela Barat, lalu
setelah itu saya tinggal di Caracas. Dan pendidikan dasar saya semuanya dalam
bahasa Spanyol, di sebuah sekolah MAHK di sana. Maka ketika saya berusia 14
tahun, saya bisa berbicara dalam bahasa Inggris, tetapi saya tidak bisa membaca
dan menulis dalam bahasa Inggris. Maka orangtua saya berkata, “Sudah waktunya
bagi Steve untuk pergi ke Wisconsin,” di mana ayah saya lahir, dan di mana dia
memiliki banyak kerabat. “Sudah waktunya bagi dia untuk masuk internat MAHK di
Wisconsin,” kalian tahu, “dan belajar dalam bahasa Inggris supaya dia belajar
membaca dan menulis dalam bahasa Inggris.” Maka ~ kalian tahu ~ terus terang
itu adalah peristiwa yang traumatis buat saya karena ibu saya adalah ibu yang
tinggal di rumah dan selama kami tumbuh, ibu saya tidak pernah bekerja di luar
rumah. Kami sangat dekat kepadanya, semua tiga saudara perempuan saya dan saya.
Dan saya tidak pernah jauh dari rumah untuk waktu lebih dari 2-3 hari, untuk
menghadiri perkemahan Pathfinder atau sejenisnya. Dan sekarang mereka akan
mengirim saya pergi. Mereka akan tinggal jauh di Venezuela sementara saya akan
dikirim jauh ke Wisconsin. Dan saya katakan kepada kalian, ketika saya tiba di
Wisconsin Academy, saya lewatkan banyak malam dengan meneteskan air mata,
merindukan ibu saya. Itu adalah masa yang amat sangat berat buat saya. Semester
pertama angka saya semuanya F (angka 4). Kalian bertanya, “Mengapa?” Nah, jika
kita tidak bisa membaca atau menulis dalam bahasa Inggris, apa yang bisa
diharapkan? Tetapi setelah beberapa lamanya, kalian tahu, saya sudah belajar
membaca dan menulis dalam bahasa Inggris, dan saya menjadi lebih mampu, maka
saya menjadi murid C (angka 8) dengan
beberapa B (angka 9) di sana-sini. Tetapi, waktu itu adalah waktu yang berat
buat saya, sepanjang tahun di sekolah itu sementara orangtua saya tinggal jauh
di Amerika Selatan. Saya ingat sekitar 2 bulan sebelum berakhirnya tahun ajaran
itu, saya menerima surat dari ibu saya. Dan ibu saya menulis dalam surat, “Aku
akan ke Wisconsin tanggal 21 Mei.” Menurut kalian bagaimana perasaan saya?
Whoo! Hati saya melompat kegirangan, detaknya lebih cepat, karena ibu saya akan
datang. Kalian tahu, saya punya sebuah kalender di dinding, dan kalian tahu apa
yang saya lakukan dengan kalender itu? Saya pakai marker, dan setiap hari yang
lewat, saya beri tanda “X” pada kalender itu karena itu berarti satu hari berkurang
hingga kedatangan ibu saya. Dan ketika harinya tiba, saya bangun pagi-pagi, dan
Manajer Transportasi membawa saya ke bandara Madison-Wisconsin, dan saat itu
ada sebuah pesawat, saya rasa itu sebuah
DC-4, sebuah pesawat kecil yang terbang dari Chicago, dan saya melihat pesawat
itu mendarat dan akhirnya berhenti. Pada masa itu orang-orang bisa keluar dan
menonton pesawat-pesawat yang datang dan pergi. Dan saya memanjangkan leher,
bertanya-tanya apakah ibu saya ada di pesawat itu. Dia harus ada di pesawat
itu. Dan penumpang-penumpang mulai keluar, dan keluar, tetapi ibu saya tidak
keluar-keluar! Dan saya begitu cemas, barangkali dia memutuskan untuk tidak datang,
atau barangkali dia tertunda, atau barangkali dia ketinggalan pesawat, dan saya
dipenuhi rasa cemas. Dan ketika saya semakin khawatir, lo lihatlah, kepala ibu
saya nongol dari pintu pesawat. Oh, kalian tahu bagaimana perasaan saya. Saya
begitu senangnya melihat ibu saya dan ketika dia ~ kalian tahu, pada masa itu
orang bisa keluar ke landasan pacu untuk menyambut para penumpang, dan ketika
ibu saya datang, kami berpelukan dan berciuman, dan itu adalah pengalaman yang
sangat menyenangkan.
Coba
saya tanya, mengapa saya begitu merindukan kedatangan ibu saya? Karena saya
mencintainya.
Dan
mengapa saya mencintainya? Karena saya telah melewatkan seluruh hidup saya
bersamanya.
Can
we love the appearing of Jesus if we don’t love Jesus because we have not spent
time with Him? The apostle Paul tells us in 1 Corinthians 2:9, “But
as it is written: ‘ Eye has not seen, nor ear heard, nor have entered into the heart of man
the things which
God has prepared for those who…” what? Not for those who believe in
Him, for those who what? “….for those who love Him.’”
Bisakah kita merindukan kedatangan
Yesus jika kita tidak mencintai Yesus karena kita tidak pernah menghabiskan
waktu bersamaNya? Rasul Paulus mengatakan kepada kita di 1 Korintus 2:9, “Tetapi seperti ada tertulis: ‘Apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang…” apa? Bukan mereka yang percaya dalam
Dia, tetapi untuk mereka yang apa? “….mereka yang mengasihi Dia.’”
I’d
like to think of the apostle Paul ~ you know he was in the prison there in Rome
and he knew that he was at the point of death, he knew that he was going to be
decapitated by the emperor Nero, that savage emperor. And he wrote about his
experience in 2 Timothy 4:6-8, I want to read that. He says, “For
I am already being poured out as a drink offering, and the time of my departure
is at hand. 7I have fought the good fight, I have finished the race,
I have kept the faith. 8Finally, there is laid up for me the crown
of righteousness, which the Lord, the righteous Judge, will give to me on that
Day, and not to me only but also to all who have…” believed in His appearing. I must be seeing wrong here, “….and not to me only but also to
all who have…” taught His appearing. No!
“….not to me only but also to all who have…” preached His appearing. No! What does it say? It says,
“….and not to me only but also to all who have…” what? “….who have
loved His appearing.”
And why do you love His appearing? Because you have loved
Him, and you love Him because you have spent time with Him.
Saya suka membayangkan rasul Paulus ~
kalian tahu, dia ada di dalam penjara di Roma, dan dia tahu bahwa dia akan
segera mati, dia tahu bahwa dia akan dipancung kepalanya oleh kaisar Nero,
kaisar yang biadab, dan dia menulis tentang pengalamannya di 2 Timotius 4:6-8, saya akan membacakan itu.
Paulus berkata,
“Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan seperti persembahan minuman, dan saat kematianku sudah dekat. 7 Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman. 8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran
yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya;
tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang…” percaya akan kedatanganNya. Saya telah
salah melihat di sini. “….bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada
semua orang yang…” mengajarkan kedatanganNya. Tidak! “….bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang…” memberitakan kedatanganNya. Tidak! Apa
katanya? Dikatakan, “….bukan hanya kepadaku,
melainkann juga kepada semua orang yang…” apa? “….yang merindukan kedatangan-Nya.” [NKJV yang diindonesiakan].
Dan
mengapa kita merindukan kedatanganNya? Karena
kita sudah mencintaiNya, dan kita mencintaiNya karena kita telah melewatkan waktu
bersamaNya.
It makes me think of the apostle John. He is known as the
beloved disciple because he was closest to Jesus, not because Jesus had favors
but because he grew closer to Jesus than any of the other disciples. He was
greatly saddened by the departure of Jesus. About 60 years later he was an
exile on the island of Patmos, perhaps working in the sulfur mine there is no
clear evidence to that point, but he was in Patmos, exiled. And the Bible tells
us that there on the island of Patmos in Revelation chapter 1 we have a description
of a vision that was given to him and in that vision he saw Jesus Christ, the
glorified Jesus Christ, and he thought to himself, is this perhaps the moment,
is Jesus going to come now, my beloved Jesus? Incidentally John was sitting at
the right hand of Jesus and he was the one that was laying on the bosom of
Christ at the last supper. So he had a very close relationship with Jesus. And
so he sees the glorified Christ, there He is! Is He going to come now? Could
this be it? But then the Bible tells us that Jesus revealed to him the book of
Revelation. He revealed to him Satan’s attempt to annihilate the Christian
church. He showed him the final controversy between good and evil. The final
battle of God’s people with the Beast, and with the false prophet, and with the
Dragon, and at the end of his book, after he had seen all of these things, he
ends his book by saying “Amen. Even so, come, Lord Jesus!”
What did John desire more than anything in the world? He wanted
Jesus to come, “Amen! Even so, come, Lord Jesus!” He was tired of living in
this world of sin and sorrow and sickness and suffering and death. And he
wanted Jesus to come, to fulfill His promise because he had spent time with
Jesus and he loved Jesus.
Ini membuat saya teringat rasul
Yohanes. Dia dikenal sebagai murid yang tercinta karena dialah yang paling dekat
Yesus, bukan karena Yesus pilih kasih tetapi karena Yohanes telah menjadi lebih
dekat kepada Yesus dibandingkan murid-murid yang lain. Dia sangat berduka
karena kepergian Yesus. Sekitar 60 tahun kemudian, dia adalah orang buangan di
pulau Patmos, mungkin bekerja di sebuah tambang belerang tapi tidak ada bukti
yang jelas tentang hal ini, tetapi dia ada di Patmos, terasing. Dan Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa di P. Patmos di Kitab Wahyu pasal 1 kita temukan
deskripsi suatu penglihatan yang diberikan kepada Yohanes dan di dalam
penglihatan itu dia melihat Yesus Kristus, Yesus Kristus yang dimuliakan, dan
dia berpikir sendiri, apakah ini saatnya, apakah Yesus akan datang sekarang,
Yesusku yang aku kasihi? Ketahuilah Yohanes-lah yang duduk di sebelah kanan Yesus
dan dialah yang meletakkan kepalanya di dada Kristus saat Perjamuan Terakhir.
Jadi dia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Yesus. Maka saat dia melihat
Kristus yang dimuliakan, itu Dia! Apakah Yesus akan datang sekarang? Mungkinkah
ini saatnya? Tetapi Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Yesus menyatakan
kepadanya kitab Wahyu. Yesus menyatakan kepadanya usaha Setan untuk melenyapkan
gereja Kristen. Yesus menunjukkan kepada Yohanes pertentangan terakhir antara
yang baik dan yang jahat. Peperangan terakhir umat Allah dengan Binatang itu,
dan dengan nabi palsu, dan dengan si Naga, dan pada akhir kitab ini, setelah
Yohanes melihat semua hal itu, dia mengakhiri kitab ini dengan berkata “Amin. Terjadilah,
datanglah, Tuhan Yesus!”
Apa yang dirindukan Yohanes lebih
daripada apa pun di dunia ini? Dia menginginkan Yesus datang, “Amin! Terjadilah,
datanglah, Tuhan Yesus!” Dia sudah capai hidup di dunia yang penuh dosa dan
duka dan penyakit dan penderitaan dan kematian. Dia menginginkan Yesus datang
untuk menggenapi janjiNya, karena Yohanes telah menghabiskan waktu bersama
Yesus dan dia mengasihi Yesus.
It makes me think about Enoch, that great hero whom the Bible
tells us, walked with God. He was the first person to be translated from earth
to Heaven from among the living. In other words he never even suffered physical
death. But the Bible says that before he was translated, he pleased God, he
walked with God, step by step. I like the way that Ellen White describes it in
the book Patriarchs
and Prophets. She has a chapter titled “Seth and Enoch” and she has
some very interesting detail there about Enoch, and she says that Enoch had
such a close walk with Jesus Christ, Jesus of course at that time was in Heaven
and Enoch was on earth, but he had such a close link mentally with Jesus
Christ, that Jesus said to Enoch, “Enoch, you don’t have anything more to do
there on planet earth. Your body is there but your heart is here, why don’t you
just come up here and we’ll walk together on the street of gold. Come up here
and we’ll spend eternity together.” The first man to be translated from among
the living to walk with Jesus.
Ini membuat saya teringat Henokh,
pahlawan besar yang menurut Alkitab, hidup bersama Tuhan. Dialah orang yang
pertama diangkat dari bumi ke Surga dari antara orang yang hidup. Dengan kata
lain dia bahkan tidak pernah menderita kematian fisik. Tetapi Alkitab berkata
bahwa sebelum dia diangkat, dia berkenan di mata Tuhan, dia hidup bersama
Tuhan, langkah demi langkah. Saya suka cara Ellen White menggambarkannya di
dalam buku Patriarchs and Prophets. Ellen White menulis bab berjudul “Set
dan Henokh” dan dia memberikan beberapa detail yang sangat menarik di sana
tentang Henokh. Dia berkata bahwa Henokh hidupnya begitu dekat dengan Yesus
Kristus, tentunya pada saat itu Yesus ada di Surga dan Henokh di bumi, tetapi
Henokh memiliki hubungan mental yang dekat dengan Yesus Kristus sehingga Yesus
berkata kepada Henokh, “Henokh, kamu sudah tidak punya urusan lagi di planet
bumi. Tubuhmu ada di sana tetapi hatimu ada di sini, mengapa kamu tidak naik
saja kemari dan kita akan berjalan bersama-sama di jalan emas? Naiklah kemari
dan kita bisa melewatkan kekekalan bersama-sama.” Orang yang pertama yang diangkat dari antara
manusia yang hidup, untuk berjalan bersama Yesus.
Makes me think of that little song
Turn your eyes upon Jesus
Look full in His wonderful face
And the things of earth will grow strangely dim
In the light of His glory and
grace
Don’t let anything in this world occupy your attention or take
the place of Jesus Christ.
Membuat saya teringat akan lagu pendek
itu,
Pandanglah pada Yesus
Pandanglah wajahNya yang indah
Dan semua isi dunia secara
ajaib akan menjadi suram
Dalam sinar kemuliaan dan
rahmatNya.
Oh, but I got a nice house. Is it made of gold?
Oh, I have a wonderful automobile. Does it fly? Because we are
going to be able to fly, imagine. We can fly to distant galaxies. That’s going
to be something! That’s a velocity that we cannot conceive of, that’s a
different type of transportation that we are acquainted with.
And so we need to learn to turn our eyes upon Jesus. And the
more we turn our eyes upon Him, the more we love Him, and the more we are
changed into His image and likeness.
Oh, tapi saya punya rumah bagus.
Apakah itu terbuat dari emas?
Oh, saya punya mobil hebat. Apakah itu
bisa terbang? Karena nanti kita akan bisa terbang, bayangkan. Kita bisa terbang
ke galaksi yang jauh. Itu kan istimewa! Itu kecepatan yang tidak bisa kita
bayangkan, itu adalah jenis transportasi lain yang tidak kita kenal.
Maka kita perlu belajar memandang
Yesus. Dan semakin kita memandang Yesus, semakin kita mencintai Dia, dan
semakin kita diubahkan menjadi serupa dan mirip
denganNya.
It makes me think of an experience I had one time. I went to
preach at a certain location, and there was this lady that came up to me after
my sermon, and she said, “Pastor Bohr, do you know so and so?”
I said, “Yes, I sure do know him. He is a good guy.”
She said, “Well, you preach just like he does.”
I said, “Oh, really?” And I looked at her and I said, “In what way?”
She said, “The inflection of his voice, the way he moves his
arms, the way he moves his body. It’s just identical.”
I said, “Really?” I was playing the devil’s advocate, hehehe.
And after a little while I said, “Do you know why he preaches that way? Because
he was my student for 3 years.” Hehehehe.
She said, “Oh, really? I’m sorry, Pastor, I didn’t mean to
offend you.”
“Oh, I am not offended at all,” I said, “When you spend 3 years,
3 college years in a classroom with a teacher, something is bound to rub off.”
And even today, we had him in one of our
retreats here, at Wawona a few years ago, and I heard several members say, “You
know, you preach just like he does.”
Why does he preach like I do? Because he spent time with me.
Because he spent time beholding.
Is that true also in our relationship with Christ? It most
certainly is. The more time that we spend with
Jesus, the more we become like Him. The more time we spend with
television, with worldly music and worldly entertainment, the more we become
like the world. It’s a divine principle of our psychological make up, we are
what we look at and we are what we hear, primarily we are composed of those.
Ini mengingatkan saya kepada
pengalaman saya suatu kali. Saya pergi berkhotbah di suatu tempat dan ada
seorang ibu yang datang menghampiri saya setelah selesai khotbah dan dia berkata,
“Pastor Bohr, apakah Anda mengenal si anu?”
Saya berkata, “Ya, tentu saja saya
kenal dia. Dia orang yang baik.”
Ibu itu berkata, “Nah, cara Anda
berkhotbah persis sama seperti dia.”
Saya berkata, “Oh, masa?” Dan saya
memandang ibu itu dan berkata, “Dalam hal apa?”
Ibu itu berkata, “Perubahan nada
suaranya, caranya menggerakkan lengan, caranya menggerakkan tubuh. Persis
sama.”
Saya berkata, “Masa?” Saya sedang menggoda Ibu itu, hehehe. Dan
setelah lewat sejenak saya berkata, “Ibu tahu mengapa dia berkhotbah seperti
itu? Karena dia itu murid saya selama 3 tahun.” Heheheh.
Ibu itu berkata, “Oh, sungguh? Wah,
maaf, Pastor, saya tidak bermaksud menyinggung Anda.”
“Oh, saya sama sekali tidak tersinggung,”
kata saya. “Bila orang melewatkan 3 tahun, 3 tahun pelajaran di dalam ruang
kuliah bersama seorang guru, pasti ada yang menular.” Dan bahkan hingga hari
ini, orang tersebut mengikuti salah satu retret kami di sini, di Wawona,
beberapa tahun yang lalu, dan saya mendengar beberapa anggota berkata, “Tahu
enggak, cara khotbah Anda persis seperti dia.”
Mengapa cara dia berkhotbah mirip saya? Karena dia
melewatkan waktu bersama saya. Karena dia melewatkan waktu memandang saya.
Apakah demikian juga dalam hubungan
kita dengan Kristus? Betul sekali. Semakin
banyak waktu yang kita lewatkan bersama Yesus, semakin kita menjadi mirip Dia.
Semakin banyak waktu kita lewatkan bersama televisi, dengan musik duniawi dan
hiburan duniawi, semakin kita menjadi mirip dunia. Itu adalah prinsip ilahi
dari pengaturan psikologi kita. Kita menjadi apa yang kita pandang dan apa yang
kita dengar, kita terbentuk secara primer dari itu.
You know somebody once said to me, “You know the problem with
you Christians is that you are so heavenly minded you no earthly good.”
So I look at him and I said, “That’s an interesting statement.
Is it just possible you are so earthly minded you are no heavenly good.”
Is it just possible that we are so earthly minded we are no
heavenly good? See, folks, Jesus wants to be with us and He wants us to be with
Him. That’s the passion of His life. That’s the reason He came to live for us,
that’s the reason why Jesus came to die for us. That’s the reason for the last
2000 years Jesus has been interceding for us, presenting our sins covered by
His blood before His Father. That’s the reason during the last 2000 years that
Jesus has been pouring out His Spirit upon His church to preach the Gospel to
the world so that everybody can know what Jesus has done so people can have an
opportunity to be saved. That’s the reason why Jesus in 1844 began the process
with the dead as we noticed with Adam, the process of cleansing the record of
sin from the Sanctuary through His blood. All of these things that Jesus has
done in the Sanctuary, He has done because He wants to be with us, and He wants
us to be with Him. The big question is: Will we be or will we allow this world
and the things of this world to focus us so much on this earth that really we
are no heavenly good. It all depends on what we spend our time doing. If we
pray without ceasing, if we study God’s word daily, and I am not talking only
about reading, I’m talking about studying God’s word, if we go to other people
and we share our testimony about our
relationship with Jesus, with a smile on our face, then our experience with
Jesus Christ will grow. And we’ll come to the point that Enoch came to. We’ll say there is nothing more that
this world has to offer, I want to be in Heaven. I want to be with Jesus. And
that would mean that all of our time, and all of our efforts, and all of our
talents, and all of our means will be used for the proclamation of the Gospel
and the finishing of God’s work, so that we can go home.
Tahukah kalian pernah ada orang
berkata kepada saya, “Tahukah Anda, masalah kalian orang-orang Kristen ini,
pikiran kalian begitu tertuju ke Surga sehingga kalian tidak cocok untuk
dunia.”
Maka saya memandangnya dan saya
berkata, “Itu adalah pernyataan yang menarik. Mungkin saja pikiran Anda begitu
tertuju kepada dunia sehingga Anda tidak cocok untuk Surga.”
Mungkinkah pikiran kita begitu tertuju
kepada dunia sehingga kita tidak cocok untuk Surga? Lihat, Saudara-saudara,
Yesus mau bersama-sama kita dan Dia mau kita bersama denganNya. Itulah
kerinduanNya yang terbesar. Itulah mengapa Dia datang untuk hidup bersama kita,
itulah mengapa Yesus datang untuk mati bagi kita. Itulah mengapa selama 2000 tahun
yang terakhir Yesus menjadi perantara kita, mempersembahkan dosa-dosa kita yang
ditutupi oleh darahNya di hadapan Bapa-Nya.
Itulah mengapa selama 2000 tahun yang terakhir Yesus mencurahkan RohNya ke atas
gerejaNya untuk mengabarkan Injil kepada dunia supaya semua orang boleh tahu
apa yang telah dilakukan Yesus, supaya manusia boleh memiliki kesempatan untuk
diselamatkan. Itulah mengapa di tahun 1844 Yesus mulai memproses orang-orang
yang sudah mati, seperti yang sudah kita pelajari dengan Adam, yaitu proses membersihkan
catatan dosa dari Bait Suci melalui darahNya. Segala yang Yesus telah lakukan
di dalam Bait Suci, Dia lakukan karena Dia ingin bersama-sama dengan kita dan
Dia ingin kita bersama denganNya. Pertanyaan yang penting adalah, apakah kita
akan, atau apakah kita mengizinkan dunia ini dan semua yang ada di dunia
membuat kita begitu terfokus pada dunia ini sehingga kita benar-benar tidak
cocok untuk Surga? Semuanya tergantung, kita
memakai waktu kita untuk apa. Jika kita berdoa tanpa henti, jika kita
mempelajari Firman Tuhan setiap hari ~ dan maksud saya bukan sekadar membaca, tetapi
mempelajari Firman Tuhan, jika kita pergi ke orang lain dan kita membagikan
kesaksian tentang hubungan kita dengan Yesus, sambil tersenyum, maka pengalaman
kita bersama Yesus akan bertumbuh. Dan kita akan tiba pada posisi yang dicapai
Henokh. Kita akan berkata, dunia ini tidak bisa menawarkan apa-apa lagi, aku
mau ada di Surga, aku mau bersama Yesus. Dan itu berarti semua waktu kita,
usaha kita, bakat kita, dan pendapatan kita akan dipakai untuk memberitakan
Injil dan menyelesaikan pekerjaan Tuhan, supaya kita boleh pulang.
Is it time to go home?
You’d better believe it’s time to go home. The signs in the
world show that Jesus is coming soon, and the sooner the better.
Folks, I want to end with the words of the apostle John, on the
island of Patmos,
Amen!
Even so, come, Lord Jesus!
Amen.
Apakah sudah saatnya pulang?
Percayalah, sudah saatnya pulang.
Tanda-tanda di dunia ini sudah menunjukkan bahwa Yesus segera datang, dan
semakin cepat semakin baik.
Saudara-saudara, saya ingin mengakhiri
dengan kata-kata rasul Yohanes di P. Patmos,
Amin!
Terjadilah,
datanglah, Tuhan Yesus!
Amin.
26 01 15
No comments:
Post a Comment