HIS WAY IS IN
THE SANCTUARY
Part 6/32 - Stephen
Bohr
THE MEANING OF PENTECOST
Dibuka
dengan doa.
I’d like to begin by saying, there is a very, very close connection
between what happened on the cross of Calvary, and what happened on the Day of Pentecost
several weeks later.
You say, “Now, what possible connection could there be between
the cross of Christ and what happened at the day of Pentecost?”
The fact is, that most Christians when they read the story of Acts chapter 2
which is taking place by the way 40 days after the resurrection of Christ, they
thought this almost exclusively on what happened on earth on the day of Pentecost.
Tongues of fire were seen and there was a mighty rushing wind, and people were
filled with the spirit and they spoke in other tongues, you know, most of the emphasis
is upon what happened in the upper room on earth. But tonight I want to share
with you that really, the important event on the day of Pentecost did not take
place on earth at all. The important event on the day of Pentecost took
place in heaven. And that event in heaven had an indissoluble
connection with what Jesus did on the cross at Calvary.
Saya ingin mengawali pelajaran ini
dengan berkata, ada hubungan yang
amat sangat erat antara apa yang terjadi pada salib di Kalvari dengan apa yang
terjadi pada hari Pentakosta beberapa minggu kemudian.
Kalian berkata, “Wah, hubungan apa
yang mungkin ada antara salib Kristus dan apa yang terjadi pada hari
Pentakosta?”
Faktanya adalah, kebanyakan orang
Kristen pada waktu membaca cerita di Kisah Rasul pasal 2, yang terjadi 40 hari
setelah kebangkitan Kristus, mereka berpikir hal itu berhubungan semata-mata
dengan apa yang terjadi di dunia pada hari Pentakosta: lidah-lidah api tampak,
dan ada tiupan angin, dan orang-orang dipenuhi oleh Roh dan mereka berbicara
dalam bahasa-bahasa lain, kalian tahu. Kebanyakan penekanan adalah pada apa
yang terjadi di ruang di loteng tersebut, di bumi ini. Tetapi malam ini saya
mau berbagi dengan kalian bahwa peristiwa yang penting pada hari Pentakosta itu
tidak terjadi di bumi. Peristiwa
penting pada hari Pentakosta itu terjadi di Surga. Dan peristiwa
yang di Surga itu memiliki ikatan yang tidak dapt dipisahkan dari apa yang
telah dilakukan Yesus di atas salib di Kalvari.
Now, I want to go through several stories, primarily from the
Old Testament, that shows us that you have first of all a sacrifice or an
offering, and then after the offering you have fire from heaven where God shows
His approval of that offering. Remember that is the sequence: sacrifice
or offering, fire from heaven to show that God approves of that sacrifice or
that offering.
Sekarang saya mau mengemukakan
beberapa cerita, terutama dari Perjanjian Lama, yang menunjukkan bahwa pertama
harus ada kurban atau persembahan, lalu setelah persembahan itu, baru ada api
dari langit di mana Tuhan menunjukkan bahwa Dia berkenan akan persembahan
tersebut. Ingat, ini urutannya: kurban
atau persembahan, api dari langit untuk menunjukkan Tuhan berkenan akan kurban
atau persembahan itu.
The first story that I would like to deal with is the story of
the sacrifice that was made by Abel. Now, the Bible doesn’t tell us exactly how
the sacrifice that Abel offered was consumed. But in the light of everything
that we are going to study tonight, there can be no doubt that the way in which
God showed that He accepted Abel’s sacrifice was because fire fell from heaven
as a result of him offering that sacrifice.
Kisah yang pertama yang ingin saya
ulas adalah kisah mengenai kurban yang dibuat oleh Habel. Nah, Alkitab tidak
memberitahu kita bagaimana cara persisnya kurban yang dipersembahkan Habel itu
diterima Tuhan. Tetapi sehubungan dengan semua yang akan kita pelajari malam
ini, tidak diragukan lagi bagaimana cara Tuhan menunjukkan bahwa Dia menerima
kurban Habel, yaitu dengan menurunkan api dari langit sebagai akibat Habel
mempersembahkan kurban itu.
I want to read a statement that we find, a very important
statement that we find in Signs of the Times, February 6,
1879, here Ellen White writes about how God showed His approval. You know,
interestingly several years ago I did some research, quite a bit of research
into the book of Genesis, and as I read the commentaries, most of the
commentators said, that the way that God showed that He approved of Abel’s
sacrifice, was that the smoke of the sacrifice went up. They way that God
showed that He disapproved of Cain’s sacrifice was that the
smoke went down. Now, that’s an
interesting speculation but that totally goes against everything that the Bible
has to say about how God approves of sacrifice.
Saya ingin membacakan suatu
pernyataan, suatu pernyataan yang penting, yang kita temukan dalam majalah Signs of the Times edisi 6
Februari 1879. Di sini Ellen White menulis mengenai bagaimana Tuhan menunjukkan
penerimaanNya. Kalian tahu, ada yang menarik, beberapa tahun yang lalu, saya
membuat semacam riset, riset yang cukup luas atas kitab Kejadian. Dan dari
komentar-komentar yang saya baca, kebanyakan para komentator berkata cara Tuhan
menunjukkan bahwa Dia berkenan dengan kurban Habel adalah asap kurban yang
dibakar itu naik ke atas. Cara Tuhan menunjukkan bahwa Dia tidak berkenan
dengan kurban Kain adalah, asapnya turun ke bawah. Nah, itu adalah spekulasi
yang menarik, tetapi itu sama sekali bertentangan dengan apa yang dikatakan
Alkitab mengenai bagaimana cara Tuhan menerima suatu kurban.
Now, Ellen White is not adding here to the Bible. She is simply
stating what is found in the rest of the Scripture. Notice what she says, “God had
respect...” that means He had approved, “... He had respect unto this sacrifice,
and fire came down from heaven and consumed
it.” How did God showed His
approval of Abel’s sacrifice, by raining what? Fire from heaven.
Nah, di sini Ellen White tidak
menambahi Alkitab. Dia semata-mata menyatakan apa yang bisa ditemukan di bagian
lain Alkitab. Perhatikan apa katanya, “Tuhan
menghargai...”
ini artinya Tuhan menerima dengan baik, “...Tuhan
menghargai kurban ini, dan api turun dari
langit dan menghabiskannya.” Bagaimana Tuhan menunjukkan bahwa Dia berkenan
atas kurban Habel? Dengan menghujani apa? Api dari langit.
Now, let’s go to the Tabernacle in the wilderness. When the Tabernacle
was inaugurated, how did God show that He accepted the sacrifices? Let’s read Leviticus 9:22-24. It says here: “Then Aaron lifted his hand toward the people, blessed them,
and came down from offering the sin offering, the burnt offering, and peace
offerings. And Moses and Aaron went into the tabernacle of
meeting, and came out and blessed the people...” Now, notice, “... Then
the glory of the Lord appeared to all the people...” and how did God show His approval of the
sacrifices? “...
and fire came
out from before the Lord and
consumed the burnt offering and the fat on the altar. When all the people saw it,
they shouted and fell on their faces.”
Sekarang
marilah kita beralih ke Kemah Suci yang ada di padang gurun. Ketika Kemah Suci
itu diresmikan, bagaimana Tuhan menunjukkan bahwa Dia berkenan menerima
kurban-kurban yang dipersembahkan? Mari kita baca Imamat 9:22-24, dikatakan di
sini: “Harun mengangkat kedua tangannya ke atas bangsa itu, lalu
memberkati mereka, kemudian turunlah ia, setelah mempersembahkan korban
penghapus dosa, korban bakaran dan korban keselamatan. Masuklah Musa dan Harun
ke dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu...” sekarang
perhatikan, “... lalu
tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu...” Dan bagaimana caranya Tuhan menunjukkan
bahwa Dia berkenan atas kurban-kurban persembahan itu? “... Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran
dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya,
bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.”
Now, let’s talk about the time when David offered a sacrifice on
Ornan’s threshing floor. This is when the Ark was brought. Notice 1 Chronicles
21:26. Again the same idea, the sacrifice is accepted by God, by God raining
fire from heaven. Notice 1 Chronicles 21:26 “And David built there an altar to the Lord, and offered burnt offerings
and peace offerings, and called on the Lord; and
He answered him from heaven by...” what? “... by fire on
the altar of burnt offering.”
Once again the sacrifice, and then the fire
showing God’s approval.
Sekarang, marilah
kita berbicara mengenai saat ketika Daud mempersembahkan kurban di tempat
pengirikan milik Ornan. Pada waktu itu Tabut Perjanjian akan diambil.
Perhatikan 1 Tawarikh 21:26. Lagi-lagi pola yang sama, kurban persembahan itu
diterima baik oleh Tuhan, tandanya Tuhan menghujani api dari langit. Perhatikan
1 Tawa 21:26 “Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN, mempersembahkan
korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN. Maka TUHAN menjawab
dia dari Surga dengan...” apa?
“... menurunkan api ke atas mezbah korban bakaran
itu.” [NKJV yang diindonesiakan.] Sekali lagi, kurban persembahan, lalu
api yang menunjukkan bahwa Tuhan berkenan menerimanya.
Now, let’s talk about the inauguration of the
temple that was built by Solomon. 2 Chronicles 7:1. It says there: “When
Solomon had finished praying, fire came down
from heaven and consumed the burnt offering and the sacrifices; and the
glory of the Lord...” what? . “... filled the temple.”
How did God show that He accepted the sacrifices that He
approved of them? Fire came down from heaven and consumed them.
Sekarang, marilah kita berbicara
mengenai peresmian Bait Suci yang dibangun Salomo. 2 Tawarikh 7:1, dikatakan di
sini: “Setelah Salomo mengakhiri
doanya, api pun turun dari langit memakan habis
korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan TUHAN...” apa? “... memenuhi rumah itu.”
Bagaimana
Tuhan menunjukkan bahwa Dia menerima baik kurban-kurban yang dipersembahkan,
bahwa Dia berkenan dengan mereka? Api turun dari langit dan membakar habis
mereka.
Now, let’s talk about the period of the prophets. Go with me to
1 Kings 18:38. How did God show that He approved of Elijah’s sacrifice that
Elijah placed upon the altar? Notice 1 Kings 18:38-39 “Then the fire of the Lord fell and consumed the burnt sacrifice,
and the wood and the stones and the dust, and it licked up the water that was in
the trench. Now when all the people saw it, they
fell on their faces; and they said, “The Lord, He is God! The Lord, He is God!”
So how did God
showed that He accepted the sacrifices that were placed on the altar? By
raining what? By raining down fire from heaven to consume the sacrifices.
Sekarang marilah berbicara mengenai zaman para nabi. Mari bersama saya
ke 1 Raja 18-38. Bagaimana Tuhan menunjukkan Dia berkenan menerima kurban Elia
yang ditempatkan Elia di atas mezbah? Perhatikan 1 Raja 18:38-39. “Lalu turunlah api TUHAN menyambar
habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam
parit itu habis dijilatnya. Ketika
seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata:
"TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" Jadi bagaimana Tuhan menunjukkan bahwa Dia
menerima baik kurban-kurban yang ditempatkan di atas mezbah? Dengan menghujani
apa? Dengan menghujani api dari langit untuk membakar habis kurban-kurban
tersebut.
Now, there is another illustration in Scripture
that doesn’t have to do with fire, but it shows how God revealed His approval as to the sacrifice that was
offered. Now, in the Old Testament we have two rock episodes, and I am going to
go through this quickly because we don’t have a lot of time to dedicate to
this, but I want you to get the picture.
Nah, ada ilustrasi
yang lain di Alkitab yang tidak berkaitan dengan api, tetapi itu menunjukkan
bagaimana Tuhan menyatakan bahwa Dia menerima baik kurban yang dipersembahkan.
Di Perjanjian Lama ada dua kisah tentang “Batu” dan saya akan mengulas ini
cepat-cepat saja karena kita tidak punya banyak waktu untuk membahas ini,
tetapi saya ingin kalian mengerti gambarannya.
The first rock episode is on Exodus chapter 17, the first
several verses. There God told Moses, to take his rod ~ by the
way, the rod represents judgment, everytime that Moses raised his rod judgment
fell upon Egypt, right? So he raised his rod and he was to strike what? He was
to strike or to smite the rock, and when he smote the rock, what did the rock
do? The rock gave its what? Its water.
Now what did that rock represent? Clearly the apostle Paul
says, in 1 Corinthians 10 that the rock
was Christ. The rock represented Christ. Now what is represented by the fact
that the rod struck the rock and then the rock gave its water? The fact is that
Isaiah 53 says that Jesus was stricken and smitten by God. In other words,
Jesus was that rock that was smitten by the rod of God’s judgment in our place.
And as a result, what could Jesus pour out on the day of Pentecost? He could
pour out His what? His Spirit because the water represents what? It represents the Holy
Spirit. That’s right. You can read that in 1 Corinthians 12:13 where it
says, that we have all drunk from one Spirit. The water that comes from the
rock, represents the Holy Spirit. Why could Jesus sent forth the Holy Spirit?
Because first He had been what? He had been smitten under the judgment of God.
He took our judgment upon Himself.
Episode Batu yang
pertama terdapat di Keluaran pasal 17, ayat-ayat awalnya. Di sana Tuhan menyuruh Musa, memakai tongkatnya ~ sebelumnya
saya mau jelaskan bahwa tongkat itu melambangkan penghakiman, karena setiap
kali Musa mengangkat tongkatnya, penghakiman jatuh atas Mesir, bukan? Jadi Musa
harus mengangkat tongkatnya dan dia harus memukul apa? Dia harus memukul batu
itu, dan setelah dia memukul batu itu, apa yang dilakukan batu tersebut? Batu
itu mengeluarkan apa? Airnya.
Nah, batu itu melambangkan apa? Rasul Paulus jelas berkata di
1 Korintus pasal 10 bahwa batu itu adalah Kristus. Batu itu melambangkan Kristus.
Sekarang, perbuatan tongkat itu memukul batu lalu batu itu
mengeluarkan air, melambangkan apa? Di Yesaya pasal 53, dikatakan bahwa Yesus
itu “dipukul dan disakiti Allah.” Dengan kata lain, Yesus adalah batu itu yang
dipukul oleh tongkat penghakiman Allah sebagai pengganti kita. Dan akibatnya,
apa yang dicurahkan Yesus pada hari Pentakosta? Dia bisa mencurahkan apaNya?
RohNya, karena air melambangkan apa? Air
melambangkan Roh Kudus. Benar. Kalian bisa membacanya di 1 Korintus 12:13, di mana
dikatakan bahwa kita semua telah minum dari satu Roh. Air yang keluar dari batu
itu melambangkan Roh Kudus.
Mengapa Yesus perlu mengirim Roh Kudus? Karena pertama Dia
telah diapakan? Dia telah dipukul oleh penghakiman Tuhan. Dia menanggung
penghakiman kita pada diriNya sendiri.
But there is a second rock episode that is found in
Numbers chapter 20:8-11. There, Moses is told to go to the rock, but not to
strike the rock, but to what? But to speak to the rock. So who is he really
speaking to? Symbolically he’s speaking to Christ. And instead of speaking to
the rock, what did Moses do? He smote the rock twice. Why did God tell Moses to
speak to the rock so that the rock would give its water? Listen, folks, Jesus only
had to die once, to pour out His Holy Spirit. If we want His Holy Spirit today,
Jesus does not have to be stricken again, all we have to do is ask for the Holy
Spirit and the Lord will give us His Holy Spirit.
Tetapi ada Episode
batu yang kedua, yang ditemukan di Bilangan 20:8-11. Di sana,
Musa disuruh pergi ke batu itu, tetapi bukan untuk memukulnya, melainkan untuk
apa? Untuk berbicara kepada batu itu. Jadi sebenarnya Musa berbicara kepada
siapa? Secara simbolis, dia berbicara kepada Kristus. Tetapi, Musa bukannya
berbicara kepada batu itu, melainkan apa yang dilakukannya? Dia memukul batu
itu dua kali. Mengapa Tuhan menyuruh Musa berbicara kepada batu itu agar batu
itu mengeluarkan airnya? Dengarkan, saudara-saudara, Yesus hanya perlu mati satu kali, supaya Dia bisa
mencurahkan Roh KudusNya. Jika kita menginginkan Roh Kudus hari ini, Yesus
tidak harus dipukul/disakiti lagi. Cukup kita meminta Roh Kudus dan Tuhan akan
memberi kita Roh KudusNya.
And so notice once again the sacrifice makes it possible to pour out
what? It makes it possible to pour out the Holy Spirit.
Jadi, perhatikan sekali lagi, kurban memungkinkan
dicurahkannya apa? Kurban memungkinan
dicurahkannya Roh Kudus.
Now, let’s talk a little bit about the temple geography. We
noticed first of all that Jesus came and lived with us in the Camp. Then He
moved where? To the Court. He moved to the Altar of Sacrifice where He died for
our sins. Then He resurrected where? He resurrected in the Laver, as we studied
last night, the Laver represented His resurrection. Now, let me ask you, where
do you think Jesus would go next in His ministry? He is following the order
of the Sanctuary. You would expect the
next step to be what? Entering the Holy Place of the Sanctuary.
Sekarang, marilah kita berbicara sedikit mengenai geografi
Bait Suci. Pertama-tama kita perhatikan bahwa Yesus datang dan hidup bersama
kita di Perkemahan. Lalu Dia pindah ke mana? Ke Pelataran. Dia pindah ke Mezbah
Kurban di mana dia mati untuk dosa-dosa kita. Kemudian Dia bangkit di mana? Dia
bangkit di Bejana Pembasuh, seperti yang sudah kita pelajari semalam. Bejana
Pembasuh itu melambangkan kebangkitanNya. Sekarang, coba saya tanya, ke mana
Yesus akan pergi berikutnya dalam pelayananNya? Dia mengikuti urut-urutan Bait
Suci. Jadi kita bisa memperkirakan langkah berikutNya apa? Memasuki Bilik Suci
dari Bait Suci.
Let me ask you what happened on the day of Pentecost? Jesus had
been sacrified, Jesus had died, how did God show that He approved of the
sacrifice of Christ? On the day of Pentecost
God sent what? The Holy Spirit. And what was seen on the day of Pentecost?
Tongues as of what? Tongues as of fire. In other words, the key event on the day of Pentecost
was that God in heaven by sending the fire was saying, “The sacrifice of Jesus Christ, the life of Jesus Christ has
been accepted.” And the fire on earth was the announcement that the sacrifice
had been accepted.
Coba saya tanya apa yang terjadi pada hari Pentakosta? Yesus
sudah dikurbankan, Yesus sudah mati, bagaimana Tuhan menunjukkan bahwa Dia
menerima dengan baik pengurbanan Kristus? Pada hari Pentakosta, Tuhan
mengirimkan apa? Roh Kudus. Dan apa yang tampak pada hari Pentakosta? Lidah
seperti apa? Lidah seperti api. Dengan kata lain, peristiwa kunci pada hari Pentakosta adalah Tuhan di
Surga dengan mengirim apiNya, menyatakan “Kurban Yesus Kristus, hidup Yesus
Kristus telah diterima dengan baik.” Dan api di bumi adalah pengumuman bahwa
kurban tersebut telah diterima.
Let me read you a significant statement of Ellen White. I
never cease to be amazed at Ellen White. She had two and a half years of
primary education, but she understood these things. She had profound
perception. In the SDA church we believe that she had the prophetic gift, and I
have read thousands of pages and I agree 100% with that assessment not because
somebody told me so, not because the
church taught me so, but because I have studied it for myself. Notice what she has to say, this is in her
book Acts of the Apostles pages... eh, actually it’s not Acts of the Apostles,
it’s also there, but it’s The Story
of Redemption page 386, and it’s repeated in the Acts of the Apostles,
but I wrote down here from The Story of Redemption, page 386. Notice what she says: “The rending of the veil
of the temple showed that the Jewish sacrifices and ordinances would no longer
be received. The great sacrifice has been offered and had been accepted...”
The great sacrifices had been what? Offered and accepted. And
now notice: “…And the Holy Spirit which descended on
the day of Pentecost carried the minds of the disciples from the earthly
sanctuary to the heavenly, where Jesus had entered by His own blood…”, now listen to this,
“…to shed upon His
disciples the benefits of His atonement.” What
did Jesus go into the Holy Place to do? To pour out on earth upon His disciples
what? The benefits of His atonement.
Saya mau membacakan suatu pernyataan yang berarti dari Ellen
White. Saya tidak pernah berhenti mengagumi Ellen White. Dia hanya pernah
bersekolah dasar selama dua setengah tahun, tetapi dia bisa memahami hal-hal
ini. Dia memiliki persepsi yang luas dan mendalam. Di dalam gereja MAHK, kami
yakin bahwa dia memiliki talenta nubuat, dan saya sudah membaca ribuan halaman
bukunya dan saya setuju 100% dengan penilaian tersebut, bukan karena saya
diberitahu orang, bukan karena gereja yang mengajar saya demikian, tetapi
karena saya sudah mempelajarinya sendiri.
Perhatikan apa yang dikatakannya dalam bukunya Acts of the
Apostles halaman... eh, sebenarnya bukan Acts of the Apostles, memang juga ada
di sana, tetapi ini di The Story of Redemption halaman 386, yang kemudian diulangi lagi di
Acts of the Apostles, tetapi yang saya tulis di sini adalah dari The Story
of Redemption, halaman 386.
Perhatikan apa katanya: “Tercariknya tabir Bait Suci menunjukkan bahwa
kurban-kurban dan upcara-upacara Yahudi tak lagi diterima. Kurban Agung sudah
dipersembahkan dan sudah diterima…” Kurban agung sudah diapakan? Sudah dipersembahkan dan
diterima. Dan sekarang perhatikan: “…Dan
Roh Kudus yang turun pada hari Pentakosta membawa pikiran murid-murid dari Bait
Suci di dunia ke Bait Suci yang di Surga, di mana Yesus telah masuk membawa
darahNya Sendiri…”, sekarang dengarkan ini, “…untuk
dicurahkan kepada murud-muridNya manfaat dari penebusanNya.”
Untuk apa Yesus masuk ke Bilik
Suci? Untuk mencurahkan ke dunia kepada murid-muridNya apa? Manfaat dari
penebusanNya.
And you say, “Pastor Bohr, what are the benefits of His
atonement?” Very simple. The benefits of His atonement are: His perfect life
and His death for sin. In other words, Jesus by living a perfect life, now had
a life to offer to any and every one who comes to Him in faith and ask Him for
that life. And by dying on the cross, Jesus now has that death to reckon to our
account if we receive Jesus Christ as our Savior and Lord. Those are the
benefits of His atonement on earth. In other words, Jesus went to heaven and
now He has a perfect life and He has a perfect death that He can offer to
everyone who comes to Him in faith.
Dan kalian berkata, “Pastor Bohr, apa manfaat dari
penebusanNya?” Sederhana sekali. Manfaat dari penebusanNya adalah: hidupNya
yang sempurna dan kematianNya yang sempurna bagi hukuman dosa. Dengan kata
lain, dengan menjalani suatu kehidupan yang sempurna, Yesus sekarang memiliki
suatu hidup yang bisa diberikanNya kepada siapa pun yang datang kepadaNya
dengan iman dan meminta dariNya hidup tersebut. Dan dengan mati di atas salib,
Yesus sekarang memiliki kematian yang bisa diperhitungkanNya sebagai milik kita
jika kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Itulah manfaat
dari penebusanNya di dunia. Dengan kata lain, Yesus pergi ke Surga dan sekarang
Dia memiliki suatu hidup yang sempurna dan kematian yang sempurna yang bisa
diberikannya kepada siapa pun yang datang kepadaNya dengan iman.
Now the question is where did Jesus go when He ascended to
heaven? Well, if you look at the geography of the Sanctuary, it’s a no-brainer, Jesus went where? He went into the
Holy Place of the Sanctuary. But we don’t have the simply-follow-the sequence of the Sanctuary. All we have to
do is go to the book of Revelation and examine where Jesus was after His ascension.
Notice what we find in Revelation 4:5. This is in heaven now. This is after the
ascension of Christ. Notice Revelation 4:5, and by the way this is being
written in the year 95AD, it’s over 60 years after the resurrection of Jesus,
so we are going to see where Jesus was 60 years after His resurrection. It says
there in Revelation 4:5 “ And
from the throne proceeded lightnings, thunderings, and voices” and
now listen, “.... Seven
lamps of fire were burning before the throne, which are the seven
Spirits of God.” Let me ask you, where were the 7 lamps of fire located in the
Sanctuary? They were located in the Holy
Place of the Sanctuary. So where is this throne located? It is located in the
Holy Place because it says here that there are 7 flames, 7 lamps of fire. And
what do those 7 lamps of fire represent? It says here that they represented
what? “the seven Spirits of God.”
Sekarang, pertanyaannya adalah, ke mana Yesus pergi ketika
Dia naik ke Surga? Nah, jika kalian melihat geografi Bait Suci, itu adalah
petunjuk yang mudah dan jelas.
Yesus ke mana? Dia pergi ke Bilik Suci dari Bait Suci. Tetapi kita tidak
memiliki pola mengikuti urut-urutan Bait Suci. Yang perlu kita lakukan adalah
melihat ke kitab Wahyu dan memeriksa di mana Yesus berada setelah Dia naik ke
Surga. Perhatikan apa yang kita temukan di Wahyu 4:5. Lokasinya ada di Surga.
Ini adalah setelah kenaikan Kristus. Perhatikan Wahyu 4:5, dan tolong dicatat,
tulisan ini dibuat di tahun 95AD, lebih dari 60 tahun setelah kebangkitan
Kristus. Dikatakan di Wahyu 4:5 “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu...” dan
sekarang, dengarkan, “... dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan
takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Coba saya
tanya, di mana lokasi ke tujuh obor yang menyala di dalam Bait Suci? Mereka
terdapat di Bilik Suci dari Bait Suci. Jadi takhta ini ada di mana? Ada di
Bilik Suci karena dikatakan di sini bahwa ada tujuh obor, tujuh lampu yang
menyala. Dan apakah yang dilambangkan oleh ketujuh obor api ini? Dikatakan di
sini bahwa mereka melambangkan, apa? ketujuh Roh Allah.”
Now, don’t misunderstand. There are not 7 Holy Spirits! The
number 7
in Scriptures represents fullness or totality. In other words, 7 is a
symbolic number, it’s the totality or fullness of the Spirit. Now, notice there
in Revelation 4:5, the lamps are there burning before the throne, the 7 lamps.
But then in chapter 5, Jesus arrives, and I want you to notice what happens to
those 7 lamps of fire. Revelation chapter 5, and let’s read verse – let’s see –
verse 8 and then we’ll go back to verse 6.
Verse 8: “Now
when He had taken the scroll...” this is Jesus, “... the
four living creatures and the twenty-four elders fell down before the Lamb,
each having a harp, and golden bowls...”
now listen to this, “ ... golden bowls...” what?
Full of what? “... full of incense, which are the prayers of the
saints.”
Question: Where was incense offered in the Sanctuary? Incense
was offered in the Holy Place of the Sanctuary. At the Altar of Incense. So where is this event taking place in
Revelation chapter 4 and chapter 5? It is taking place in the Holy Place
because there are the 7 lamps of fire and there also is the golden Altar of Incense.
Jangan salah paham. Bukan ada 7 Roh Kudus di sini! Angka 7 dalam Alkitab
melambangkan keseluruhan atau total. Dengan kata lain, 7 adalah
angka simbolis, yaitu keseluruhan
atau sepenuhnya dari Roh Kudus.
Sekarang, perhatikan Wahyu 4:5, obor yang menyala di hadapan takhta, ke tujuh
obor itu. Tetapi kemudian di pasal 5, Yesus muncul, dan saya mau kalian
perhatikan apa yang terjadi pada ketujuh obor api itu. Wahyu pasal 5, dan
sekarang marilah kita membaca ayat... coba... ayat 8 lalu kita kembali ke ayat
6. Ayat 8: “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu...” ini
Yesus, “... tersungkurlah keempat makhluk dan kedua
puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu
kecapi dan satu cawan emas...” sekarang dengarkan
ini, “... cawan emas penuh dengan...” apa? “... penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus.”
Pertanyaan: Di mana dupa/kemenyan dipersembahkan di dalam
Bait Suci? Dupa dipersembahkan di Bilik Suci dari Bait Suci, di Mezbah Ukupan.
Jadi di mana peristiwa di Wahyu pasal 4 dan 5 ini terjadi? Terjadinya di Bilik
Suci karena di ana ada 7 obor api (7 kaki dian) dan juga ada Mezbah Ukupan dari
emas.
But now I want us to notice Revelation 5:6. This is a key
verse. Jesus now arrives on the scene. This is happening in heaven. It says
there: “And I looked, and
behold, in the midst of the throne and of the four living creatures, and
in the midst of the elders, stood a...” what? “... a Lamb...” where
is the lamb located? At the Ark of the Covenant? No! He’s located where the 7 Candlesticks
are and where the Altar of Incense is. And so it says, “... stood a Lamb as
though it had been slain...”
Question: Had this Lamb just been slain and had he just
ascended to heaven? Yes, because this
happened in heaven after His ascension, after His sacrifice. But now notice a
very interesting new expression. It says here: “... having seven horns
and seven eyes...” and now
listen carefully, “... which
are the seven Spirits of God...” what? “... sent out into all the earth.” In Revelation 4:5 the 7 Spirits are what? They are there before the throne. But in
chapter 5 when
Jesus arrives, or the lamb arrives, what happened with those 7 Spirits
or the fullness of the Spirit? The fullness of the Spirit is “sent out into
all the earth.”
Tetapi sekarang saya mau kita perhatikan Wahyu 5:6. Ini
adalah ayat kunci. Yesus sekarang muncul. Ini terjadi di Surga. Dikatakan di
sini: “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan
di tengah-tengah tua-tua itu berdiri...” apa? “... seekor Anak Domba...” di mana
anak domba ini? Di tempat Tabut Perjanjian? Tidak! Dia ada di mana ketujuh Kaki
Dian itu berada, dan di mana Mezbah Ukupan itu berada. Lalu dikatakan, “... berdiri seekor Anak
Domba seperti telah disembelih...”
Pertanyaan: Apakah Anak Domba ini baru saja disembelih dan
apakah Dia baru saja naik ke Surga? Ya, karena ini terjadi di Surga setelah
kenaikanNya, setelah pengurbananNya. Tetapi sekarang perhatikan suatu
pernyataan yang sangat menarik. Dikatakan di sini, “...bertanduk
tujuh dan bermata tujuh...” dan sekarang dengarkan
dengan seksama, “...itulah
ketujuh Roh Allah...” yang
bagaimana? “... yang diutus ke seluruh
bumi.” Di Wahyu 4:5 ke tujuh Roh Allah
itu lagi apa? Mereka ada di hadapan takhta. Tetapi di pasal 5 ketika Yesus muncul, atau Anak Domba itu
muncul, apa yang terjadi pada ketujuh Roh atau keseluruhan [kesempurnaan] Roh
Kudus? Keseluruhan Roh Kudus di “diutus ke seluruh bumi.”
Let me ask you, what event was that when the fullness of the
Spirit was sent out into all the earth? It was sent out when? On the day of Pentecost.
Do you see here, the Lamb slain, and then the Holy Spirit is poured out in Its
fullness. And so what happened on the day of Pentecost was simply God was
announcing by the fire on earth that in heaven the sacrifice of Jesus Christ
had been accepted for sin, and now the Sanctuary was open for business.
Coba saya tanya, peristiwa apa itu di mana kepenuhan Roh
Kudus dikirim ke seluruh dunia? Itu terjadi kapan? Pada hari Pentakosta. Apakah
kalian melihat kaitannya di sini, Anak Domba yang tersembelih, lalu Roh Kudus
dicurahkan secara penuh? Maka apa
yang terjadi pada Hari Pentakosta semata-mata adalah Tuhan mengumumkan lewat
api di dunia bahwa di Surga kurban Yesus Kristus bagi hukuman dosa, sudah
diterima dengan baik, dan sekarang Bait Suci dibuka untuk beroperasi.
Now go with me to Hebrews 9:12 and I am reading from the KJV
because the KJV is the most accurate in this verse. Remember we are
eclectic in our use of translations of
the bible. Not any translation is perfect, some have their pro’s and have their
con’s and vice versa. We need to look for the best translation, and here the
KJV has the best translation. Notice what it says: “Neither
by the blood of goats and calves, but by His own
blood...” that is
Jesus, “... He entered in once into...” the what? “...
into the holy place...” many versions say “the Most Holy Place” which is a
mistranslation. It says, “....entered in once
into the holy place having obtained eternal redemption for us.”
Sekarang mari bersama saya ke Ibrani 9:12 dan sekarang saya
akan membaca dari KJV karena KJV adalah terjemahan yang paling akurat untuk
ayat ini. Ingatlah bahwa kita ini bersikap ekletis terhadap
terjemahan-terjemahan Alkitab yang kita pakai, yaitu memilih yang terbaik dari
beberapa pilihan. Tidak ada terjemahan yang sempurna, semua ada pro dan kon-nya
dan vice versa. Kita harus mencari terjemahan yang terbaik dan di sini KJV
memberikan terjemahan yang terbaik. Perhatikan apa katanya, “Bukan dengan darah
kambing atau anak lembu, melainkan dengan darahNya Sendiri…” yaitu
Yesus, “... Dia telah masuk
satu kali …” ke mana? “… ke dalam Tempat (Bilik)
yang Kudus …” Banyak terjemahan yang
menerjemahkan “ke tempat yang maha
kudus” atau Bilik Mahasuci, yang adalah terjemahan yang salah. Dikatakan, “…masuk satu kali ke dalam
Tempat yang Kudus (Bilik Kudus) setelah mendapatkan penebusan kekal bagi kita.”
Now, listen carefully to what I am going to say. Passover
was in the early spring in the Hebrew year. In fact that was in the
beginning of spring, around the time of Easter. Pentecost was in the late spring,
around our month of May. Now, could
Jesus have entered the Most Holy Place upon His ascension? No. Let me explain
why. Because the Most Holy Place came into view what season of the year? The Most
Holy Place came into view in the fall and Jesus poured out the Holy
Spirit on the day of Pentecost, which is when?
In the spring. So how could Jesus enter in a spring feast into the Most
Holy Place which took place at the time of the fall feast? Are you
understanding what I am saying? So in other words Jesus Christ could not have
entered the Most Holy Place upon His ascension to pour out the Holy Spirit,
because that did not happen on the Day of Atonement which happened in the fall,
it happened when? In the spring at the feast of Pentecost.
Sekarang dengarkan baik-baik apa yang akan saya katakan. Upacara Passah diadakan di awal
musim semi menurut kalender Yahudi. Malah, sebenarnya itu
terjadi pada awal musim semi sekitar waktu Paskah kita. Pentakosta terjadi pada akhir musim semi,
sekitar bulan Mei. Sekarang, mungkinkah Yesus masuk ke Bilik Mahasuci pada
waktu Dia naik ke Surga? Tidak. Saya jelaskan mengapa. Karena Bilik Mahasuci
ini muncul pada musim apa? Bilik
Mahasuci muncul pada musim gugur, sedangkan Yesus mencurahkan
Roh Kudus pada hari Pentakosta, yang terjadi kapan? Di musim semi. Jadi mana
mungkin Yesus masuk pada masa perayaan musim semi ke Bilik Mahasuci yang baru
terjadi pada perayaan musim gugur? Kalian mengerti apa yang saya katakan? Jadi,
dengan kata lain, Yesus Kristus tidak mungkin masuk ke Bilik Mahasuci pada
waktu kenaikanNya untuk mencurahkan Roh Kudus, karena itu tidak terjadi pada Hari Grafirat yang diadakan di
musim gugur, tetapi kapan terjadinya? Di musim semi, pada waktu perayaan
Pentakosta (Hari Raya Korban Sajian).
Now, allow me to give
you an illustration so that you can understand what Jesus went to heaven to
do. I want you to image the owner of a
bank. This owner of this bank, out of mercy and grace says, “I feel so sorry
for those earthlings, they are so much in debt with their mortgage and their
credit cards and their department stores, educational bills and auto loans, so
what I’m going to do is, I am going to deposit in the bank enough money to pay
every person’s debt on planet earth. It doesn’t matter whether it’s mortgage,
credit cards, department stores, educational bills, auto loans, I am going to
deposit in the bank enough capital so
that everybody’s bills can be paid.” And he sends out the announcement. There
is only one catch. And that is, you have to come to the bank personally and ask
for the money. Are you with me?
Sekarang izinkan saya memberikan suatu ilustrasi supaya
kalian bisa mengerti Yesus ke Surga untuk melakukan apa. Saya mau kalian
membayangkan seorang pemilik bank. Pemilik bank ini karena kasih karunianya
berkata, “Saya kasihan pada manusia-manusia di dunia, mereka terbebani begitu
banyak utang dengan hipotek mereka, dan kartu kredit mereka, dan pembelanjaan
mereka dan biaya pendidikan dan kredit mobil mereka, maka saya akan melakukan
ini, saya akan menempatkan cukup banyak uang di bank untuk membayar tagihan
semua orang.” Dan dia mengeluarkan pengumuman. Syaratnya hanya satu, dan itu
adalah, kita harus datang ke bank itu sendiri dan meminta uangnya. Kalian bisa
mengikuti?
What happens if you fail to come to the bank and ask for
money? You will still be what? You will still be in debt.
When Jesus lived His life, He deposited so to speak, enough
currency in the bank of heaven to pay
everyone’s debt on planet earth. No one needs to be in debt by sin. Nobody
needs to have sin against them because when Jesus lived and die, His life and
His death was enough capital to forgive everyone’s sins on planet earth, those
who have lived, are living and will live. Are you understanding what I am
saying?
Bagaimana kalau kita gagal datang ke bank dan meminta
uangnya? Kita masih akan apa? Kita masih akan punya banyak utang.
Ketika Yesus menjalani hidupNya, itu ibarat Dia menempatkan
cukup uang di bank di Surga untuk membayar utang setiap orang di planet bumi.
Tidak ada seorang pun yang perlu terus terbebani utang dosanya. Tidak perlu ada
yang terbebani dosa karena ketika Yesus hidup dan mati, hidupNya dan
kematianNya adalah cukup untuk mengampuni dosa setiap orang di planet bumi,
mereka yang pernah hidup, yang sedang hidup dan yang akan hidup. Mengertikah kalian
apa yang saya katakan?
But what do people have to do? They have to come in faith to
Jesus Christ, who is ministering in the Holy Place, in repentance confessing
sin and trusting in Him, and saying, “Jesus, please take Your life and put it
to my account. Please, Jesus, take Your death and put it to my account.” And
when I personally and individually do this, then my sins are forgiven and God
looks upon me as if I have never sinned.
Tetapi apa yang harus dilakukan oleh orang-orang itu? Mereka
harus datang dengan iman dalam Yesus Kristus, yang sedang melayani di Bilik
Suci, dengan penyesalan, mengakui dosanya, dan percaya dalam Dia, dan berkata,
“ Yesus, tolong ambillah hidupMu dan perhitungkan itu kepadaku. Tolong, Yesus,
ambillah kematianMu dan perhitungkan itu padaku.” Dan saat saya secara pribadi
dan individu melakukan ini, maka dosa-dosa saya diampuni, dan Tuhan melihat
saya seakan-akan saya tidak pernah berbuat dosa.
Now, you are saying, “Pastor, give me proof.” Let’s look at
what the Bible has to say about this. Most Christians think that Jesus finished
His work at the cross. And it’s true that the provision for salvation was
finished at the cross, when Jesus said “It is finished.” But my question
is, if salvation was finished at the cross, what has Jesus been
doing the last 2000 years? Most
Christians can’t answer that.
Sekarang, kalian berkata, “Pastor, saya minta bukti.” Marilah
kita lihat apa yang dikatakan Alkitab tentang hal ini. Kebanyakan orang Kristen
menganggap pekerjaan Yesus sudah selesai di salib. Dan memang benar, persediaan
untuk menyelamatkan sudah diselesaikan di salib ketika Yesus berkata, “Sudah
selesai.” Tetapi pertanyaan saya adalah, seandainya penyelamatan sudah berakhir
di salib, apa yang dilakukan Yesus selama 2000 tahun yang terakhir? Kebanyakan
orang Kristen tidak bisa menjawab ini.
What Jesus has been doing, He opened the Holy Place, He’s
opened for business, for people to come and claim what He did on earth, what He
did in the Court. Now, allow me to read you some statements on what Jesus is
doing in heaven. This is so clear.
1 Timothy 2:5-6, and notice the tense of the verse. It says
here: “For there is...” what tense is that word? Present. “... there is one God and one...” what? “... Mediator
between God and men, the Man Christ Jesus...” so, do we need a mediator? Yes, we do. Now
notice, “... who gave...” what tense is that verb? Past, okay? “... who gave Himself
a ransom for all...” and now notice, there is something that needs
to happen, it says, “... to be...”
what? “... testified in due time.” Let me ask you when is it that the testifying began about
what Jesus did when He died on the cross? It began when the Holy Spirit poured
out and the apostles began preaching Jesus Christ on the day of Pentecost. Are
you with me?
Apa yang
dilakukan Yesus adalah, Dia membuka Bilik Suci, sekarang tempat itu dibuka siap
untuk menerima tamu, agar manusia boleh datang dan mengklaim apa yang telah
dilakukanNya di dunia, apa yang dilakukanNya di Pelataran Bait Suci. Sekarang,
izinkan saya membacakan beberapa pernyataan mengenai apa yang dilakukan Yesus
di Surga. Ini begitu jelas.
1 Timotius
2:5-6 dan perhatikan keterangan waktunya. Dikatakan di sini “Karena Allah itu satu...” [dalam terjemahan
bahasa Inggris jelas ini dalam keterangan waktu sekarang] dan pengantara antara Allah dan Manusia itu…” apa? “…satu, yaitu Manusia Yesus Kristus…” Jadi
apakah kita membutuhkan seorang pengantara? Ya. Sekarang perhatikan, “... yang telah menyerahkan...”
keterangan waktu apa di sini?
Lampau [telah], oke? “... yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai
tebusan bagi semua manusia...” sekarang perhatikan,
ada sesuatu yang harus terjadi, dikatakan di sini “... dan kesaksian itu dinyatakan pada waktunya.” Coba saya
tanya, kapan kesaksian tentang apa yang dilakukan Yesus pada waktu Dia mati di
salib, ini seharusnya dimulai? Kesaksian itu dimulai ketika Roh Kudus
dicurahkan dan para rasul mulai memberitakan Yesus Kristus pada hari
Pentakosta. Apakah kalian bisa mengikuti?
Let’s continue reading. So it says, “For there is one God and one Mediator
between God and men, the Man Christ Jesus, who
gave Himself...” that’s His sacrifice, “... a
ransom for all...” and now notice what needs to happen as a result
of what He did. “... to be...” what? “... testified
in due time....” that is on the day of Pentecost. And then the
apostle Paul explains, he says, “for which I was appointed a...” what?
“... a preacher and an apostle—I am speaking the
truth in Christ and not
lying—a teacher of the Gentiles in faith and truth.”
Ayo kita
lanjutkan membaca. Jadi katanya, “Karena Allah itu satu, dan pengantara
antara Allah dan manusia itu satu, yaitu Manusia Kristus Yesus yang telah
menyerahkan diri-Nya...” yaitu
kurban Kristus, “... sebagai tebusan bagi semua manusia...” sekarang
perhatikan apa yang harus terjadi sebagai akibat apa yang telah dilakukan
Yesus, “...dan kesaksian itu...”
bagaimana? “... kesaksian itu dinyatakan pada waktunya.” Ini
adalah pada hari Pentakosta. Lalu Rasul Paulus menjelaskan, katanya, “Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai...” apa? “... seorang pengkhotbah dan rasul-- yang
kukatakan adalah kebenaran dalam Kristus, bukan
dusta -- seorang pengajar dalam iman dan
kebenaran untuk orang-orang bukan Yahudi.”[NKJV yang
diindonesiakan]
Do you know what the preaching of the apostle
was? It was calling the world to say “Jesus lived for you and Jesus died for
you, you come in faith to Him, you trust in Him, you repent, you confess your
sins, you trust in His merits, and He will take His life and He will take His
death and He will place those to your account.” That was the apostolic
preaching.
Tahukah kalian
apa yang dikhotbahkan rasul itu? Isi khotbahnya kepada dunia adalah untuk
menyampaikan “Yesus telah hidup bagimu, dan Yesus sudah mati bagimu, datanglah
dalam iman kepadaNya, percayalah di dalam Dia, bertobatlah, akuilah
dosa-dosamu, percaya pada jasaNya, dan Dia akan mengambil hidupNya dan kematianNya
dan Dia akan memperhitungkan itu sebagai milikmu.” Itulah khotbah apostolik.
Notice 1 John 2:1 “My little children, these things I write to
you, so that you may not sin. And if anyone sins, we have...” what?
“... we have an Advocate with
the Father, Jesus Christ the righteous.” So what is Jesus doing now?
He is our what? Our Advocate before the Father.
Perhatikan 1 Yoh 2:1 “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan
berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai...” siapa? “... seorang
pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang benar.” Jadi
apa yang sedang dilakukan Yesus sekarang? Dia adalah apa kita? Pengantara kita
di hadapan Bapa.
Notice Hebrews 7:25, it says here: “Therefore He is also able to save to the
uttermost...” now, who is He able to save? Did He save everybody at the
cross? Listen carefully, “Therefore He is also able to save to
the uttermost those who...” what? “... who come to God...” how? “... through
Him...” as
He is the mediator, “... since
He always lives to make intercession for them....”
who is “them”? ”those who come to God through Him.”
Perhatikan Ibrani 7:25. Dikatakan di sini: “Karena itu Ia
sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna...”
Sekarang, siapa yang bisa
diselamatkanNya? Apakah di salib Dia menyelamatkan semua orang? Dengarkan
baik-baik, “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan
dengan sempurna semua orang yang datang kepada
Allah…” bagaimana?
“… melalui Dia...” karena
Dialah pengantaranya “...Sebab Ia hidup senantiasa
untuk melakukan perantaraan bagi
mereka.” Siapakah
“mereka” di sini? “semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia.”[NKJV yang
diindonesiakan].
Now, I want you to notice Roman 8:31-34. Once again Jesus is
spoken of as the mediator we can come to Him in faith, and we can claim what
Jesus did by His life and by His death. Romans 8:33 “ Who shall bring a charge against God’s elect? It is God who justifies. Who is he who condemns? It is Christ who died, and furthermore is also risen, who is even
at the right hand of God, who also makes....” what? “... who also makes intercession for us.”
Sekarang, saya
mau kalian perhatikan Rom 8:31-34. Sekali lagi Yesus disebut seorang pembela,
kita bisa datang kepadaNya dengan iman, dan kita bisa mengklaim apa yang
dilakukanNya dengan hidupNya dan dengan kematianNya. Rom 8:33-34 “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang
membenarkan mereka. Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang
telah mati. Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga ada di sebelah kanan Allah, yang juga menjadi...” apa? “... menjadi Pengantara bagi kita.” [NKJV yang
diindonesiakan].
Now, let me ask you this question: Were all
sins forgiven at the cross? If you ask most Christians that question they would
say “Yes, all sins were forgiven at the cross.” Listen, ALL SINS WERE NOT forgiven at the
cross. I am going to prove it biblically. Because, listen, listen
carefully to what I am going to say, forgiveness
is a personal thing. It is an individual thing. The life and death of
Jesus was corporate, the life was for
everyone, His death was for everyone. But only those who individually and personally
claim it will be benefited by what Jesus did. Are you understanding what I am
saying? Critically important what Jesus is doing in the Holy Place. Most
Christians are oblivious. Most Christians say “Oh, the cross, the cross! Jesus
died on the cross. Hallellujah!” Everyone says it. But then what about Jesus?
What has He been doing for the last 2000 years in the Holy Place of the
heavenly Sanctuary?
Sekarang, coba
saya tanya: Apakah semua dosa diampuni di salib? Jika kalian bertanya soal itu
kepada kebanyakan orang Kristen, mereka akan menjawab, “Ya, semua dosa sudah
diampuni di salib.” Dengarkan, TIDAK
SEMUA DOSA diampuni di salib. Saya akan membuktikannya secara alkitabiah.
Karena, dengarkan, dengarkan dengan seksama kepada apa yang akan saya katakan: pengampunan adalah hal yang
pribadi. Itu adalah urusan perseorangan. Hidup dan kematian
Yesus itu global, untuk semua. HidupNya adalah untuk setiap manusia, dan
kematianNya juga untuk setiap manusia. Tetapi hanya mereka yang mengklaimnya
secara pribadi dan perorangan yang akan mendapat manfaat dari apa yang
dilakukan Yesus. Pahamkah kalian pada apa yang saya katakan? Apa yang dilakukan
Yesus di Bilik Suci adalah sangat penting. Kebanyakan orang Kristen tidak
menyadarinya. Kebanyakan orang Kristen berkata, “Oh, salib, salib! Yesus mati
di salib! Halleluyah!” Semua orang berkata demikian. Tetapi bagaimana dengan
Yesus? Apa yang dilakukanNya selama 2000 tahun terakhir dalam Bilik Suci di
Bait Suci surgawi?
Now I want to read several texts that speak
about forgiveness. Notice what we’ll find in the gospel of Luke 24:46-47. Here’s
where Jesus is speaking about what His apostles should preach, what the message
of the apostles should be, what present truth for that day and age was. Luke
24:46-47, this is in the upper room, the evening of the resurrection. “Then He said to them, ‘Thus it is written, and thus it was necessary for the Christ
to suffer and to rise from the dead the third day...” are you seeing this, Jesus died and He what? Resurrected.
That’s the Altar of Sacrifice and what? And the Laver.
Sekarang saya akan membacakan beberapa ayat yang berbicara
mengenai pengampunan. Perhatikan apa yang akan kita temukan di Injil Lukas
24:46-47. Di sini Yesus sedang berbicara mengenai apa yang harus dikhotbahkan
rasul-rasulNya, apa pesan yang harus disampaikan rasul-rasul ini, apa kebenaran
aktual [present truth] untuk waktu dan zaman itu. Lukas 24:46-47, ini terjadi
di ruang di atas, pada malam harinya setelah Yesus bangkit. “Kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus
menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga...” Kalian
bisa mengikuti? Yesus mati dan Dia apa? Dia bangkit.
Itu adalah Mezbah Kurban dan apa? Dan Bejana Pembasuh.
Now, notice, “...thus it was necessary for the Christ to suffer and to rise from the dead the third day and that...” what? “... repentance
and...” what else? “... and remission...” the word “remission” don’t be confused by it, it simply means
“forgiveness”, it’s translated in many versions “forgiveness”. Remission is
forgiveness. And so it says, “...and that repentance and and remission of sins should be...” what? “... preached in His name to all nations...”
What was the
message the apostles were supposed to preach? They were supposed to preach what? Repentance
and what else? And forgiveness of sins. That was present truth.
Sekarang, perhatikan, “Oleh sebab itu, adalah keharusan bagi Mesias untuk menderita dan bangkit dari antara orang mati
pada hari yang ketiga dan bahwa ...” apa?
“...pertobatan dan ...” dan apalagi? “...
pengampunan dosa harus ...” bagaimana?
“...diberitakan
dalam namaNya kepada semua bangsa.” [NKJV yang diindonesiakan.] Jadi apa pesan
yang harus disampaikan oleh para rasul?
Mereka diharuskan berkhotbah tentang apa? Pertobatan dan apa lagi? Dan
pengampunan dosa. Itulah kebenaran aktual untuk
masa itu.
Now, let’s see if the
apostles obeyed what Jesus said. Go with me to Acts 2:38, here the apostle
Peter is preaching on the day of Pentecost. After his sermon, many, many men come
and they say to Peter, “What do we need to do in the light of what you said,
that Jesus has ascended to the right hand of God. He has become the Prince of
His people now, He is up there ministering for His people. What are we supposed
to do?” Notice what Peter had to say in Acts 2:38: “Then Peter said to them, ‘Repent, and let every
one of you be...” what? Aaaah, so repent and be what? “... baptized
in the name of Jesus Christ...” and as we’ve seen, when we are baptized in the
name of Jesus Christ we are included in Him, right? That’s when His life
becomes our life, that’s when His death becomes our death, because in baptism I
am dying and I am resurrecting in Him. And so it says, “Then Peter said
to them, ‘Repent, and let every one of you be baptized in the name of Jesus
Christ for...” what? “...
for the remission of sins...” WERE
ALL SINS REMITTED OR FORGIVEN AT THE CROSS?
NO. Because it says, “’Repent,
and .... be baptized ... for the
remission of sins...” and then notice, it also says “... and you shall receive...” what? “... the
gift of the Holy Spirit.’”
Sekarang marilah kita
lihat apakah para Rasul itu patuh kepada kata-kata Yesus. Marilah ke Kisah
2:38, di sini rasul Petrus sedang berkhotbah pada hari Pentakosta. Setelah
khotbahnya, banyak sekali orang datang dan berkata kepada Petrus, “Sehubungan
dengan apa yang Anda katakan, bahwa Yesus telah naik ke tangan kanan Allah, apa
yang harus kami lakukan? Yesus sekarang sudah menjadi Pangeran/Pemimpin dari
umatNya, Dia ada di atas sana melayani umatNya. Apa yang harus kami lakukan?”
Perhatikan apa yang dikaktakan Petrus di Kisah 2:38. “Jawab Petrus kepada mereka:
‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing…” apa? Aaah, jadi bertobat dan diapakan? “… memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus...” dan seperti yang sudah kita pelajari,
pada saat kita dibaptis dalam nama Yesus Kristus, kita dipersatukan denganNya,
benar? Itulah saatnya ketika hidupNya menjadi hidup kita, dan kematianNya
menjadi kematian kita, karena di dalam baptisan, saya mati dan bangkit dalam
Dia. Jadi, dikatakan, “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk...” apa? “... untuk pengampunan dosamu...” APAKAH
SEMUA DOSA DIAMPUNI DI SALIB? TIDAK. Karena dikatakan, “‘Bertobatlah dan …
dibaptis... untuk pengampunan dosamu...” lalu perhatikan, juga dikatakan, “...maka kamu akan
menerima...” apa? “... karunia Roh Kudus.’” [NKJV yang diindonesiakan]
Notice Acts 5:31. Once again, let’s see when is
it that God forgives sin. It says there in Acts 5:31 speaking about Jesus “ Him God has exalted to His
right hand to be Prince and Savior...” where did Jesus go according to our study? To the right hand
of God, on the throne and where is that throne? You see, some people assume the
throne is always in the Most Holy Place. No, there is also a throne in the
Holy, we are going to study this in our seminar. And so, notice it says, “ Him
God has exalted to His right hand to be Prince and Savior...” what for? “... to give...” what? repentance to Israel and..” what else? “...forgiveness
of sins.”
Perhatikan Kisah
5:31. Sekali lagi, ayo kita lihat kapan Tuhan mengampuni dosa. Dikatakan di
Kisah 5:31, yang berbicara mengenai Yesus, “Dialah yang telah ditinggikan
oleh Allah sendiri ke tangan kanan-Nya
menjadi Pangeran dan Juruselamat...” Kemana
Yesus pergi menurut pelajaran kita? Ke tangan kanan Allah, yang ada di
takhtaNya, dan di manakah takhtaNya ini? Kalian lihat, ada yang menganggap
takhta itu selalu adanya di Bilik Mahasuci. Tidak. Di Bilik Suci juga ada
takhta, kita akan pelajari hal ini di dalam seminar kita. Maka, perhatikan apa
yang dikatakan, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat...” untuk apa? “... untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan...” apa
lagi? “... dan pengampunan dosa.” [NKJV yang diindonesiakan].
Does forgiveness of sins come after the
ascension of Jesus Christ or does it come when He died on the cross? It’s after He’s exalted to be what? Prince and
Savior to give repentance and to give forgiveness of sins.
Apakah pengampunan dosa terjadi
setelah kenaikan Yesus Kristus atau apakah itu terjadi ketika Dia mati di
salib? Itu terjadi setelah Dia
ditinggikan sebagai apa? Sebagai Pangeran dan Juruselamat
untuk memberikan pertobatan dan untuk memberikan pengampunan dosa.
Notice Acts 10:43. The testimony of Scripture
is uniform on this. Acts 10:43 speaking about Jesus, it says: “To Him
all the prophets witness that,
through His name...” listen carefully now, “...whoever...” what does “whoever” mean? Is that individual or is that
corporate? Individual. Did you notice in Acts 2:38 that Peter says, “Repent and
be baptized everyone of you” he says there in Acts 2:38. What does Acts 10:43
says? It says, “To Him
all the prophets witness that,
through His name...” what? “... whoever believes in Him...” listen carefully now, “... will receive remission of sins.” Were their sins remitted at the cross, forgiven at the cross?
No! Clearly not. It says here in Acts 10:43 that “...
whoever believes in Him...” “whoever”
individually
believes in Him, will receive forgiveness of sins.
Perhatikan Kisah
10:43. Kesaksikan Alkitab itu seragam dalam hal ini. Kisah 10:43 berbicara
mengenai Yesus, dikatakan, “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa...” dengarkan
baik-baik sekarang, ”...barangsiapa...” apa
artinya “barangsiapa”? Apakah itu perorangan atau berombongan/global?
Perorangan. Apakah kalian perhatikan di Kisah 2:38 Petrus berkata, “‘Bertobatlah dan hendaklah
kamu masing-masing
memberi dirimu dibaptis...” dia berkata demikian di Kisah 2:38. Apa
yang dikatakan di Kisah 10:43? Di sini dikatakan, “Tentang Dialah semua nabi
bersaksi, bahwa barangsiapa percaya di dalam
Dia, melalui namaNya...” dengarkan
baik-baik sekarang “.... ia akan mendapat pengampunan dosa."
[NKJV yang diindonesiakan]. Apakah dosa mereka diampuni di salib?
Tidak. Jelas tidak. Dikatakan di Kisah 10:43 bahwa “...
barangsiapa percaya di
dalam Dia...” barangsiapa
secara pribadi/perorangan PERCAYA DI DALAM DIA, akan menerima pengampunan dosa.
Notice Acts 8:20-23. This is speaking about Simon Magus, the one
who tried to buy the Holy Spirit. And Peter firmly rebuked him. Notice what it
says in Acts 8:20 “But Peter said to him, ‘Your
money perish with you, because you thought that the gift of God could be
purchased with money! You
have neither part nor portion in this matter, for your heart is not right in
the sight of God...” And now notice what he said, “...
Repent therefore of this your wickedness...” what did he need to do? Repent of his
wickedness and then what else? “... and
pray God...” in the name of whom? We already noticed that we come to God
through Him, “... and pray God if perhaps the thought of
your heart may be...” what? “... may
be forgiven you’...” Was Simon Magus forgiven at the cross? No. He had to repent and pray to God, and then
he would be what? And then he would be forgiven. Are you catching the picture?
Perhatikan Kisah 8:20-23. Ini berbicara mengenai Simon Magus,
orang yang mencoba membeli Roh Kudus. Dan Petrus menegurnya dengan keras.
Perhatikan apa yang dikatakan di Kisah 8:20
“Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu
bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa karunia Allah bisa dibeli dengan uang. Tidak ada bagian
atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak benar di hadapan Allah...’” Sekarang perhatikan apa katanya, “... Jadi bertobatlah dari
kejahatanmu ini...” apa
yang harus dilakukannya? Bertobat dari kejahatannya, lalu apa lagi? “... dan berdoalah kepada
Tuhan...” dalam nama siapa? Kita sudah tahu bahwa kita datang kepada Bapa melalui Kristus, “... dan berdoalah kepada
Tuhan sekiranya
niat hatimu boleh...” apa? “... diampuni...” [NKJV yang diindonesiakan]. Apakah Simon
Magus diampuni di salib? Tidak. Dia harus bertobat dan berdoa kepada Tuhan,
barulah dia akan diapakan? Barulah dia akan diampuni. Apakah kalian menangkap
maknanya?
What did Jesus go to heaven to do? Has He been on vacation for 2000 years? Just sitting there doing nothing, twiddling
His thumbs? I don’t want to be sacrilegious,
but No! Jesus has been receiving
individual clients, through repentance, through confession, and through
trusting in Jesus. We can now claim the benefits of the life of Jesus and His
death on the cross of Calvary.
Yesus pergi ke Surga untuk berbuat
apa? Apa selama 2000 tahun ini Dia sedang berlibur? Cuma duduk saja tidak
berbuat apa-apa, hanya mengempot jari? Saya tidak mau bersikap kurangajar,
tetapi, Tidak! Selama ini Yesus sedang menerima tamu-tamu pribadi, lewat
pertobatan, lewat pengakuan dosa, dan lewat menempatkan kepercayaan dalam Dia.
Kita sekarang bisa mengklaim manfaat dari hidupNya dan kematianNya di salib di
Kalvari.
Now let’s talk for a few minutes about the conditions for sins
to be forgiven. You know, some people simply say, “Receive Jesus Christ and all
is well.” That’s not what the New Testament teaches. THERE ARE CONDITIONS FOR RECEIVING
FORGIVENESS. Here I am going to mention 5 clear conditions that are
mentioned in the New Testamenet.
Sekarang, marilah kita berbicara sebentar mengenai kondisi pengampunan dosa.
Kalian tahu, ada orang berkata, “Terima Yesus Kristus, dan semuanya beres.” Perjanjian
Baru tidak mengajar demikian. ADA
SYARATNYA UNTUK MENERIMA PENGAMPUNAN. Di sini saya akan
menyebutkan 5 syarat yang jelas yang disebutkan di dalam Perjanjian Baru.
The first of these is REPENTANCE.
Let me read you some verses of the Bible. Acts 2:38, we have already read it,
let’s read it again. “Then Peter said to them, ‘Repent,
and let every one of you be...” what? “... be baptized
in the name of Jesus Christ for the remission of sins and you shall receive the
gift of the Holy Spirit.” What is the condition for receiving
forgiveness? “Repentance” the apostle Peter says.
Yang pertama adalah PERTOBATAN. Izinkan saya
membacakan beberapa ayat Alkitab. Kisah 2:38. Kita sudah membacanya tadi, mari
kita baca lagi, “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu...” apa?
“... dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia
Roh Kudus.’” Apa syaratnya menerima pengampunan? “Bertobatlah”, kata
rasul Petrus.
Notice
Luke 17:3-4. Notice once again the idea of repentance and forgiveness ~
repentance and forgiveness. Is repentance corporate or is repentance an
individual thing? It is individual. Notice. “Take
heed to yourselves. If your brother sins against you, rebuke him; and if he repents...” is that a condition for receiving forgiveness? Yes! “... if
he repents, forgive him.” And
now comes the difficult part: “... And if he sins against you seven times in a
day, and seven times in a day returns to you, saying, ‘I repent,’ you shall forgive him.”
Perhatikan Lukas 17:3-4. Perhatikan sekali lagi rumus tentang
pertobatan dan pengampunan ~ pertobatan dan pengampuan. Apakah pertobatan itu berombongan
atau pertobatan itu sesuatu yang
bersifat perorangan? Perorangan. Perhatikan,
“Kalian perhatikanlah! Jikalau saudaramu berbuat dosa terhadap kamu, tegorlah dia, dan jikalau ia
menyesal...” apakah
ini bukan syarat untuk menerima pengampunan? Ya! “... jikalau ia menyesal, ampunilah
dia.” Sekarang tiba bagian yang sulit: “... Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap
engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: ‘Aku
menyesal’, engkau harus mengampuni dia." [NKJV
yang diindonesiakan].
And of course the immediate question is, how do
you know that his repentance is genuine? The fact is, that is not for you to
determine. That’s the reason for the Judgment that we are going to talk about.
You see, the Judgment will reveal if repentance was genuine or not. That is one
of the purposes of the Judgment, which we will deal with a little bit later on.
Dan tentu saja, pertanyaan
berikutnya adalah, bagaimana kita tahu bahwa pertobatannya itu tulus? Faktanya
adalah, itu bukan tugas kita untuk menentukan. Itulah alasan mengapa ada
Penghakiman yang akan kita bicarakan. Kalian lihat, Penghakiman nanti akan
menyatakan apakah suatu pertobatan itu tulus atau tidak. Itulah salah satu
tujuan Penghakiman, yang akan kita bicarakan kemudian.
Now, let’s talk about true and counterfeit
repentance. Is there such a thing as counterfeit repentance? Sure. Counterfeit
repentance is when I am sorry for the consequences that sin produces.
You say, “What does that mean?” Let me give you an illustration. The Lord
blessed me with 3 sisters, no brothers. So it was 3 against 1. And sometimes I
would fight with my sisters, tooth and nail. And my Dad would come and he would
say, “Steve, you’re gonna go without dessert.” That was torture. And you know
what I would say? I would say, “Dad, I’m sorry, I’m sorry, Dad.” Do you think I
was sorry for fighting with my sisters?
Are you kidding? I was sorry because I was not going to get any cake!
That is counterfeit repentance. It’s repenting because of the consequences that
your sin would produce and not that you’re sorry because of the sin itself.
Sekarang, marilah berbicara
mengenai pertobatan yang sejati dan yang palsu. Apakah ada pertobatan yang
palsu? Tentu saja. Pertobatan yang
palsu adalah pada waktu saya menyesali akibat yang ditimbulkan oleh dosa.
Kalian berkata, “Maksudnya?” Coba saya beri suatu ilustrasi. Tuhan telah
memberkati saya dengan 3 orang saudara perempuan, tidak ada saudara laki-laki.
Jadi bagi saya itu tiga lawan satu. Dan terkadang saya berkelahi dengan
saudara-saudara perempuan saya, ngotot berkelahinya. Dan ayah saya akan muncul
dan berkata, “Steve, kamu tidak dapat kue.” Itu penyiksaan. Dan tahukah kalian
saya akan berkata apa? Saya akan berkata, “Yah, saya menyesal, saya menyesal,
Yah.” Apakah kalian sangka saya menyesal karena telah berkelahi dengan
saudara-saudara saya? Tentu saja tidak. Saya menyesal karena saya tidak akan
mendapat kue! Itu namanya pertobatan palsu. Itu adalah penyesalan karena akibat
yang akan ditimbulkan oleh dosa tetapi bukan penyesalan karena dosa itu
sendiri.
Now, listen carefully. We cannot repent. Repentance is a gift
that God gives you. You say, “Now, wait a minute! You say that I can’t
repent?” No. In fact you know what? I don’t want to repent. If God did not give
me repentance, I would never repent. So, even repentance comes from Him. You
say, “Where does the bible say that?” Let’s read 2 verses. Go with me to Acts
5:31 which we already read but now let’s look at it in a different context.
Acts 5:31, let’s read it carefully. Speaking about Christ, it says, “ Him
God has exalted to His right hand to be Prince and Savior...” and now listen carefully, “... to...”
what? “... to give
repentance to Israel and forgiveness of
sins.” Who is it that give repentance? God gives
repentance. We don’t come up with it naturally.
Sekarang, dengarkan
baik-baik. Kita tidak bisa
bertobat. Bertobat itu adalah pemberian yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Kalian berkata, “Tunggu, Anda bilang saya tidak bisa bertobat?” Tidak.
Sesungguhnya, kalian tahu, saya tidak mau bertobat. Seandainya Tuhan tidak
memberikan pertobatan kepada saya, saya selamanya tidak akan bertobat. Jadi,
bahkan pertobatan datang dari Tuhan. Kalian berkata, “Di mana Alkitab berkata
begitu?” Marilah membaca 2 ayat. Marilah kita ke Kisah 5:31 yang tadi sudah
kita baca, tetapi sekarang marilah kita melihatnya dari sudut yang berbeda.
Kisah 5:31, ayo kita baca dengan seksama. Berbicara mengenai Kristus,
dikatakan, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri ke tangan kanan-Nya menjadi Pangeran dan Juruselamat...” sekarang dengarkan baik-baik, “... untuk..” apa?
“... untuk memberikan pertobatan kepada Israel dan
pengampunan dosa.”
[NKJV yang diindonesiakan] Jadi
siapa yang memberi pertobatan? Tuhan
yang memberi pertobatan. Kita sendiri tidak bisa bertobat secara alamiah dari diri sendiri.
Now, what is it about God that gives us repentance?
What causes us to repent? Notice Romans
2:4 here it says, “Or do you despise the riches of His goodness,
forbearance, and longsuffering, not knowing...”
now, notice this, “... not knowing that the goodness of God...” what?
“... the goodness of God leads
you to...” what? “...
leads you to repentance?”
So, you know, when I see that I am wicked and I
am evil, and I’m no good, and I got angry and I lost my temper, and then I look
at Jesus and “Oh, Jesus, You are so perfect, You are so immaculate and so
wonderful, You never lost Your temper, I am a miserable man,” but then I say, “But You died on the cross for
me.” What do I do? I repent. I say, “Jesus, I’m sorry that my sin made you go
to the cross, that I made You suffer.” The goodness of Jesus, His willingness to forgive me
is what leads me to what? Is what leads me to repentance.
Sekarang, mengapa
Tuhan memberi kita pertobatan? Apa yang menyebabkan kita bertobat? Perhatikan
Rom 2:4, dikatakan di sini, “Ataukah kamu tidak
menghargai kekayaan kemurahanNya, toleransiNya
dan panjangsabarNya, tanpa mengetahui…” sekarang perhatikan ini, “... tanpa mengetahui bahwa kemurahan Allah itulah yang telah menuntunmu kepada…” apa? “... menuntunmu kepada pertobatan?” Rom 2:4, dikatakan di sini, “Ataukah kamu tidak
menghargai kekayaan kemurahanNya, toleransiNya
dan panjangsabarNya, tanpa mengetahui…” sekarang perhatikan ini, “... tanpa mengetahui bahwa kemurahan Allah itulah yang telah menuntunmu kepada…” apa? “... menuntunmu kepada pertobatan?” [NKJV yang diindonesiakan]
Jadi,
kalian tahu, ketika saya menyadari saya kejam, saya jahat, saya tidak baik, dan
saya marah, saya emosi, lalu saya memandang Yesus dan, “Oh, Yesus, Engkau
begitu sempurna, Engkau begitu suci dan hebat, Engkau tidak pernah marah, saya
ini orang celaka,” tetapi kemudian saya berkata, “Tetapi Engkau sudah mati di
salib untuk saya.” Apa yang saya lakukan? Saya bertobat! Saya berkata, “Yesus,
saya menyesal dosa saya membuat Engkau harus disalibkan, saya yang telah
membuat Engkau menderita.” Kebaikan
Yesus, kesediaanNya mengampuni saya itulah
yang membawa saya kepada apa? Itulah yang membawa saya kepada pertobatan.
Do you know when Adam and Eve really repented?
Did they repent immediately after they sinned? Are you kidding? They were
trying to justify it. They weren’t sorry. Do you know when they were sorry? When they had to sacrifice the first animal.
And God explained to them, that that lamb represents Jesus Christ. Your sin is
going to kill Jesus! Do you think that they felt differently about sin
now? They no longer tried to excuse sin.
See, when we catch a glimpse of the cross the perfection of Christ and what it did to Jesus, that will
show the goodness of God, and that that
will lead us to what? It will lead us to repentance.
Tahukah kalian kapan
Adam dan Hawa benar-benar bertobat? Apakah mereka segera bertobat setelah
mereka berbuat dosa? Yang bener aja! Mereka justru berusaha membenarkannya.
Mereka tidak menyesal. Tahukah kalian kapan mereka menyesal? Ketika mereka
harus mengurbankan hewan yang pertama. Dan Tuhan menjelaskan kepada mereka,
bahwa domba itu melambangkan Yesus Kristus. Dosamu akan membunuh Yesus! Menurut
kalian apakah mereka lalu mempunyai pendapat yang berbeda tentang dosa
sekarang? Mereka tidak lagi mencoba membenarkan dosa. Paham? Ketika kita
melihat sekilas salib dan kesempurnaan Kristus, dan apa yang telah dilakukan
salib itu kepada Yesus yang menunjukkan kemurahan dan kebaikan Tuhan, itulah
yang akan membawa kita kepada apa? Kepada pertobatan.
So what is true repentance? True repentance is
saying I’m sorry, or being sorry with no “if’s”, “but’s” or “maybe’s”. Repentance means you are not repenting
because you are afraid of receiving a punishment or you want to gain a reward.
Simply you realized that what you did was wrong, that you broke the heart of
Jesus through your sin. Are you
understanding what REPENTANCE IS? It’s SORROW FOR SIN because of what it did to
our friend, Jesus Christ.
So, the only way that we repent is by looking
at the goodness of Jesus Christ on the cross at Calvary. What He was willing to
go through to forgive our sins. Then our heart is broken and we truly repent.
Jadi pertobatan sejati itu apa? Pertobatan sejati itu berkata “Saya
menyesal” atau merasa menyesal tanpa embel-embel “jika”, “tetapi” atau
“mungkin”. Bertobat artinya kita bukan menyesal karena kita takut menerima hukuman atau kita ingin mendapatkan
hadiah/pahala. Semata-mata karena kita menyadari bahwa apa yang kita lakukan
itu salah, bahwa kita telah menyedihkan hati Yesus dengan dosa kita. Pahamkah
kalian apa itu PERTOBATAN? ITU
ADALAH DUKACITA UNTUK DOSA, karena apa yang diakibatkannya
kepada sahabat kita, Yesus Kristus.
Jadi satu-satunya jalan untuk bertobat adalah dengan memandang kemurahan dan kebaikan Yesus
Kristus di atas salib di Kalvari. Apa dia telah dialamiNya dengan ikhlas demi
mengampuni dosa kita. Maka hati kita akan berduka, dan kita bertobat dengan
sungguh-sungguh.
Second condition for receiving forgiveness.
First of all repentance. Second
condition is CONFESSION. You see, repentance means simply being sorry
for sin. Confession
means saying that you are sorry for sin. Notice Daniel 9:4-5 where
Daniel is uttering this magnificent prayer that we are going to study later on
in this seminar. The people of God are in captivity because of their sins, and
notice what he says, “And I prayed to the Lord my God, and made...
“ what? “... and
made confession, and said...” You see, he is confessing this with his lips.
He is not only sorry inside, but he is saying it. It continues saying, “... O
Lord, great and awesome God, who keeps His covenant and mercy with those who
love Him, and with those who keep His commandments, we have sinned and committed iniquity, we have done
wickedly and rebelled, even by departing from Your precepts and Your judgments.” Any
excuses being offered by Daniel at all?
No excuses. Is he openly with his lips confessing his sin and the sin of
his people? Absolutely!
Syarat nomor dua untuk menerima pengampunan. Pertama pertobatan. Syarat kedua adalah PENGAKUAN.
Kalian lihat, pertobatan artinya semata-mata menyesali dosa. Pengakuan artinya mengakui bahwa
kita menyesali dosa itu. Perhatikan Daniel 9:4-5 di mana Daniel mengucapkan doanya
yang indah yang akan kita pelajari juga nanti dalam seminar ini. Umat Allah sedang
ditawan karena dosa-dosa mereka, dan perhatikan apa kata Daniel, “Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan...” apa?
“... mengaku
dosaku, demikian...” Kalian
lihat, Daniel mengaku dengan mulutnya.
Dia bukan hanya merasa menyesal di dalam hati, tetapi dia
mengutarakannya. Selanjutnya, "... ‘Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan
dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia dengan mereka yang mengasihi
Engkau, dan dengan mereka yang berpegang
pada perintah-Mu! Kami telah berbuat
dosa dan kekejian, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, yaitu dengan menyimpang dari perintah dan hukum-Mu.’”[NKJV yang diindonesiakan]. Apakah Daniel mengemukakan segala
alasan dan pembenara untuk dosa-dosa? Sama sekali tidak ada. Dengan bibirnya
secara terbuka dia mengakui dosanya dan dosa bangsanya. Tepat sekali!
Notice Psalms 32.
This is the Psalm that David wrote after
he committed adultery with Bathsheba. Psalms 32, it’s called the Penitential Psalms. And verse 5, here David says, “I
acknowledged my sin to You, And my iniquity I have not hidden. I said, ‘I will
confess my transgressions to the Lord’... ” and what happened
as a result?
“... ‘And You’...” what? “... ‘And You forgave the iniquity of my sin.’”
“... ‘And You’...” what? “... ‘And You forgave the iniquity of my sin.’”
Perhatikan
Mazmur 32. Ini adalah mazmur yang ditulis Daud setelah dia berzinah dengan
Batsheba. Mazmur 32, diberi judul Mazmur Penyesalan. Dan ayat 5, di sini Daud
berkata, “Aku mengakui dosaku kepada-Mu dan perbuatan jahatku
tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN
pelanggaran-pelanggaranku,’...” dan
sebagai hasilnya apa yang terjadi? “... dan Engkau...” apa? “...dan Engkau telah mengampuni kejahatan
dosaku.” [NKJV yang diindonesiakan].
Notice Psalm 38:18. Here once again the Psalmsist says, “For I will declare my iniquity;” Notice, confession with the lips, audibly. “I will declare my
iniquity, I will be in...” what? “in anguish over my
sin”
Perhatikan Mazmur 38:18. Di sini sekali lagi pemazmur
berkata, “Karena aku akan menyatakan perbuatan jahatku...” Perhatikan,
pengakuan dengan bibir, dengan suara. “... aku akan menyatakan perbuatan jahatku, aku...” apa? “... sangat berduka karena dosaku.” [NKJV yang
diindonesiakan].
Do
you remember the story of the Prodigal Son?
You know, he went, left home and lived it up, he dishonored his father,
and while he was still afar off, he repented of what he had done. And he was
drawn back home by the love of his father. He says, “Even the servants in my
father’s house live better than I am living now.” He was drawn by the love of his
father. And when he comes home, what did he say? Does he simply not say
anything? He comes back, he has repented and not say anything? No! He says
what? “I have sinned against heaven and against you,
and I am not worthy to be called your son.” And what does the father do? The father then
takes the best robe and covers him with
the best robe. That’s JUSTIFICATION, being covered with the
righteousness of Jesus Christ. But he confessed his sin and he repented while
he was afar off.
Ingatkah kalian tentang kisah Anak yang Hilang? Kalian tahu,
dia pergi, meninggalkan rumah, berfoya-foya, memalukan ayahnya, dan selagi dia
masih jauh dari rumah, dia bertobat akan apa yang dilakukannya. Dia merasa
ditarik pulang oleh kasih ayahnya. Dia berkata, “Bahkan orang gajian di rumah
bapakku hidup lebih layak daripada hidupku sekarang.” Dia ditarik oleh kasih
ayahnya. Dan ketika dia tiba di rumah, apa katanya? Apakah dia diam saja? Dia
pulang, dia bertobat dan dia tidak berkata apa-apa? Tidak, dia berkata apa? “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa.” [Luk 15:18-19] Lalu apa yang dilakukan ayahnya?
Ayahnya lalu mengambil jubah yang terindah dan mengenakan jubah yang terbaik
itu kepadanya. Itulah “PEMBENARAN”,
ditutupi oleh kebenaran Yesus Kristus. Tetapi si anak hilang itu mengakui
dosanya, dan dia bertobat selagai dia masih jauh di luar rumah.
Do
you remember the story of the pharisee and the publican? They both go to the
temple to pray. The Bible says, the pharisee prayed to himself, “Lord, I’m thankful that I’m not like other
man, especially like this miserable sinning publican.” What did the publican say? The Bible says that
he stood afar off, and he wouldn’t even dare look to heaven, and he beat his
chest, and what did he say? He said, “Lord, be merciful to me...”, what? “... a sinner.” And the Bible says, that that publican went home justified,
which basically means that he went home forgiven.
Ingatkah kalian kisah tentang orang farisi dan pemungut
cukai? Mereka pergi ke Bait Suci untuk berdoa. Alkitab berkata, orang farisi
itu berdoa kepada dirinya sendiri, “Ya Allah, aku bersyukur aku tidak sama seperti orang lain, terutama
seperti pemungut cukai yang
menyedihkan ini.” [Luk 18:11] Apa
kata si pemungut cukai? Alkitab berkata, dia berdiri jauh-jauh, dan dia bahkan
tidak berani mengangkat matanya ke langit, dan dia memukuli dadanya, dan apa
katanya? “Ya Allah, kasihanilah aku...”
apa? “...
orang berdosa ini.” Dan
Alkitab berkata bahwa pemungut cukai itu pulang mendapatkan pembenaran, yang
artinya adalah dia pulang dan mendapatkan pengampunan.
Notice
Acts 19:18-19, this is talking about a group of people who are very wicked, you
know, they were involved in
spiritualism, and they were converted into Jesus Christ, and notice what they
did as a result. Acts 19:18-19 “And many who had believed came...” what? “... came confessing
and telling their...” what? “... their deeds.” It’s a public confession. “... Also, many of those who had
practiced magic brought their books together and burned them...”
how? “... in the sight of all. And they counted up the
value of them, and it totaled fifty thousand pieces of silver.”
Perhatikan Kisah 19:18-19, ini berbicara mengenai sekelompok
orang yang sangat jahat, kalian tahu, mereka terlibat dalam spiritualisme, dan
mereka menerima Yesus Kristus. Perhatikan apa yang mereka lakukan sebagai
hasilnya. Kisah 19:18-19 “Banyak di antara mereka yang telah menjadi percaya, datang ..” apa?
“... datang
mengaku dan
mengungkap….”
apa? “… perbuatan-perbuatan mereka.” Ini adalah pengakuan terbuka di depan umum. “… Juga banyak di antara mereka, yang pernah
melakukan sihir, mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya...” bagaimana?
“... di
depan mata semua orang. Dan mereka menghitung
nilai kitab-kitab itu dan jumlahnya adalah
lima puluh ribu uang perak” [NKJV yang
diindonesiakan]
Notice
Romans 10:10 we are still talking about the 2nd condition: Confession. Here it
says: “For with the heart one believes unto righteousness, and with the mouth
confession is made unto salvation.”
Perhatikan
Rom 10:10, kita masih berbicara mengenai syarat nomor 2: PENGAKUAN. Di sini
dikatakan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut
orang mengaku dan diselamatkan.”
You’re all
acquainted with that very famous verse,
you can repeat it from memory. 1 John 1:9 it says, “If we...”
what? It’s our condition for receiving
forgiveness. Yes! “... if we confess our sins, He is...” what? “... He is faithful and just to
forgive us our sins
and to cleanse us from all unrighteousness.” Must
we confess in order to receive forgiveness?
And must we repent in order to confess? Absolutely.
Kalian
semuanya kenal ayat yang sangat terkenal, yang bisa kalian ulang dari ingatan,
1 Yoh 1:9, dikatakan, “Jika kita...”
apa? Ini adalah syarat untuk
menerima pengampunan. Ya, betul! “... mengaku dosa kita, maka
Ia adalah...” apa?
“... setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Haruskah
kita mengaku dosa kita supaya mendapatkann pengampunan? Dan haruskah kita
bertobat supaya kita bisa mengakui dosa kita? Tentu saja!
One more text that
deals with confession. Proverbs 28:13 “He who covers his sins will not prosper, but whoever confesses...” and now this is the bridge to our next
condition, he who confesses and what? “... and forsakes them will have mercy.”
Satu ayat lagi yang membahas pengakuan. Amsal 28:13 “Siapa menyembunyikan
pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya...” dan
ini adalah jembatan menuju syarat berikutnya. Siapa yang mengakuinya dan apa? “... dan meninggalkannya, akan mendapatkan
pengampunan.” [NKJV yang diindonesiakan]
Now, let’s go quickly to the third
condition for receiving forgiveness. We must BELIEVE IN CHRIST. We must
trust in His merits, we must trust that He will be willing to take His life and
His death, and to place them to our account. When we have repented, when we
have confessed our sin, now we say to Jesus, “Lord Jesus, I’m a miserable
sinner, I confess it with my lips, I can feel it in my heart, but please,
Jesus, I believe and trust in You. Take Your life, please, and put it to my account, take
Your death and put it to my account, so that You can look at me as if I had
never sinned.” And when I trust in Jesus that way, Jesus will do just that.
Notice Acts 10:43, we are talking
about trusting or believing in Jesus. It says there in Acts 10:43, speaking
about Jesus: “To
Him all the prophets witness
that, through His name, whoever...”
what? “... whoever believes in Him will receive...” what? “...
will receive remission...” or forgiveness “... of
sins.”
Sekarang, marilah kita
membahas dengan cepat syarat
ketiga untuk menerima pengampunan. Kita harus BERIMAN DALAM KRISTUS,
kita harus beriman pada jasaNya, kita harus percaya bahwa Dia akan bersedia
mengambil hidupNya dan kematianNya dan memperhitungkannya sebagai milik kita.
Saat kita sudah bertobat, saat kita sudah mengakui dosa kita, sekarang kita
berkata kepada Yesus, “Tuhan Yesus, saya adalah orang berdosa yang celaka, saya
mengakuinya dengan bibir saya, saya merasakannya di dalam hati saya, tetapi
mohon, Yesus, saya percaya dan beriman dalam Engkau. Ambillah hidupMu, tolong,
dan perhitungkanlah itu sebagai milikku. Ambillah kematianMu dan perhitungkan
itu sebagai milikku, agar Engkau boleh melihat aku seolah-olah aku tidak pernah
berdosa.” Dan bilamana saya beriman seperti itu dalam Yesus, Yesus akan
melakukannya persis begitu.
Perhatikan Kisah 10:43,
kita sedang berbicara mengenai mempercayai dan beriman dalam Yesus. Dikatakan
di Kisah 10:43, tentang Yesus, “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa...” bagaimana?
“... barangsiapa percaya di dalam Dia, melalui namaNya, ia
akan mendapat...” apa? “... pengampunan dosa.” [NKJV yang
diindonesiakan].
Of course you know that famous
verse, “For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever
believes in Him should not perish but have everlasting life.” Just
like in the Old Testament, Israel, those who looked and beheld the serpent
raised in the wilderness were saved. So as we look upon Jesus and trust in His
life and in His death, we can have the assurance of forgiveness.
Tentu
saja, kalian mengenal ayat yang terkenal ini “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Persis
seperti dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel yang melihat dan memandang ular
yang ditinggikan di padang gurun, mereka diselamatkan. Demikian pula jika kita
memandang Yesus dan beriman dalam hidup dan matiNya, kita akan mendapatkan
jaminan pengampunanNya.
1 John 2:1, we have
read it before: “My little children, these things I write to you, so that you
may not sin. And if anyone sins, we have an Advocate with the Father, Jesus
Christ the righteous.” The
reason why it says “Jesus Christ the righteous” is because He can come to the
Father, He can say, “Father, Pastor Bohr has just repented because he had seen
Our goodness, and he has confessed his sin, and he has trusted in My merits.
You know, his life isn’t worth 10 cents, You will have to destroy him, but he
has claimed Me as his Savior, so Father, take My righteousness and place it to
his account.” That’s why it is important for Jesus Christ the righteous One to
represent me before God.
1 Yoh
2:1 sudah pernah kita baca sebelumnya, “Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika
seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus
Kristus, yang benar.” Alasan mengapa dikatakan “Yesus
Kristus yang benar”
adalah karena Dia bisa datang kepada Bapa, Dia bisa berkata, “Bapak, Pastor
Bohr baru saja bertobat karena dia telah melihat kemurahan Kita, dan dia telah
mengakui dosanya, dan dia percaya pada jasaKu. Engkau tahu, hidupnya sendiri
nilainya tidak sampai 10 sen, dan Engkau kelak harus membinasakannya, tetapi
dia telah mengklaim Aku sebagai Juruselamatnya. Jadi, Bapa, ambillah
kebenaranKu dan perhitungkanlah itu sebagai miliknya.” Itulah sebabnya adalah
penting bagi Yesus Kristus, yang Benar, untuk mewakili saya di hadapan Tuhan.
Allow me to read
you very quickly a few statements here from Ellen White’s the little book “Faith and Works”, I recommend
that you get it, it’s phenomenal. Page 106. She says: “It is the righteousness
of Christ that makes the penitent sinner acceptable to God and works his
justification...” It is what? The
righteousness of Christ that makes what kind of a sinner? “…the penitent sinner
acceptable to God and works his justification.” That means
forgiveness. Now listen, this is the encouraging part: “... However sinful has been his life,
if he believes in Jesus as his personal Savior, he stands before God in the
spotless robe of Christ’ imputed righteousness.” Isn’t that good news?
Izinkan
saya membacakan cepat-cepat beberapa pernyataan di sini dari buku kecil Ellen
White, Faith and Works. Saya
rekomendasikan kalian mencari buku ini, buku ini sangat bagus. Halaman 106. Dia
berkata, “Kebenaran Kristus-lah yang membuat orang berdosa yang sudah bertobat, bisa diterima
oleh Tuhan dan mengerjakan pembenarannya...” Jadi apa? Kebenaran Kristus yang membuat orang berdosa yang
bagaimana? “... orang berdosa yang
sudah bertobat, bisa diterima oleh Tuhan dan mengerjakan pembenarannya.” Itu artinya diampuni.
Sekarang dengarkan, ini adalah bagian yang membesarkan hati, “... Betapa pun berdosanya kehidupannya dulu,
jika dia beriman dalam Yesus sebagai Juruselamat pribadinya, dia berdiri di
hadapan Allah dengan jubah kebenaran Kristus yang tidak bercela, yang
diperhitungkan kepadanya.” Apa
ini bukan kabar baik?
In the devotional
book by Ellen White, “The Faith I
live by” page 107 she says: “The grace of Christ is
freely to justify the sinner without merit or claim on his part. Justification
is a full, complete, pardon of sin...” And
now notice this, “... The moment a sinner
accepts Christ by faith, that moment he is pardoned. The righteousness of
Christ is imputed to him, and he is no more to doubt God’s forgiving grace.” Is
that good news? See, Ellen White
believed in justification by faith. That when we receive Jesus, we can have the
assurance of salvation not in us, but in
Him.
Dalam
buku renungan harian yang ditulis Ellen White, “The Faith I live by” halaman 107, dia berkata, “Kasih karunia Kristus dilimpahkan tanpa batas
untuk membenarkan orang berdosa yang tidak memiliki kebenaran atau hak apa
pun. Pembenaran adalah pengampunan dosa
yang sempurna dan seutuhnya...” Dan
sekarang perhatikan ini, “... Pada saat seorang berdosa menerima Kristus
oleh iman, saat itulah dia diampuni. Kebenaran Kristus diberikan kepadanya, dan
dia tidak perlu lagi meragukan kasih karuna pengampunan Tuhan.” Bukankah ini kabar baik? Lihat, Ellen White mengimani
pembenaran oleh iman. Bahwa saat kita menerima Yesus, kita bisa mendapatkan
jaminan penyelamatan, bukan dari diri kita sendiri, melainkan dalam Dia.
Let’s go to our fourth
condition. The faith or the trust in Jesus must PRODUCE GOOD WORKS. Now,
notice, we are not saved by works, we are saved FOR WORKS. A genuine faith will
work. A faith that does not work is counterfeit faith. Some people say, “Only
believe”, well the Bible says that the Devil believes. The demons believe in
their brains in ther heads, that Jesus died, He was buried, He resurrected, and He is in heaven at the right
hand of God. But if your faith and trust in Jesus does not translate into a
changed life, it is a counterfeit relationship with Christ.
Marilah
kita ke syarat nomor 4. Iman
atau percaya dalam Yesus harus MENGHASILKAN
PERBUATAN YANG BAIK. Sekarang, perhatikan, kita tidak
diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan UNTUK BERBUAT BAIK. Iman
yang sejati akan berbuat [baik]. Iman yang tidak disertai perbuatan baik adalah
iman palsu. Ada yang berkata, “Cukup percaya saja,” nah, Alkitab berkata, bahwa
Iblis pun percaya. Roh-roh jahat percaya di dalam otak mereka, di dalam kepala
mereka, bahwa Yesus sudah mati, dikuburkan, dan Dia sudah bangkit dan Dia
berada di Surga di sebelah kanan Allah Bapa. Tetapi jika percaya dan iman kita
dalam Yesus tidak mengubah hidup kita, itu adalah hubungan yang palsu dengan
Kristus.
We read Proverbs
28:13 “He who covers his sins will not
prosper, but whoever confesses...” and what? “... and forsakes them will have...” what? “...
will have mercy.”
Kita baca di Amsal 28:13 “Siapa menyembunyikan
pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya...” dan
apa? “... dan
meninggalkannya akan...” apa? “... mendapatkan
pengampunan.” [NKJV
yang diindonesiakan].
John
the Baptist says that we are supposed to produce fruits, that flow from
repentance. He says, “fruits that are meet
for repentance”
[Mat 3:8] that means fruits that reveal that repentance is real. And you know
that Jesus once said, “By their faith you shall know them” Oh, thank you very
much. Jesus did not say “By their
faith ye shall know them”, He said by their what? “...
by their fruits ye shall know them.”
Yohanes Pembaptis
berkata kita harus menghasilkan buah-buah, yang mengalir keluar dari
pertobatan. Katanya, “buah yang
sesuai dengan pertobatan.” [Mat 3:8] artinya
buah-buah yang menyatakan bahwa pertobatan itu sungguh-sungguh. Dan kalian
tahu, Yesus pernah berkata, “dari
imannyalah kamu akan mengenal mereka” Oh,
terima kasih banyak. Yesus
tidak berkata “dari
imannyalah kamu akan mengenal mereka” Dia
berkata dari apanya? “... dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” [Mat 7:20]
And
James chapter 2, and I am not going to read it because we don’t have time,
James 2:14-25 there James, the brother of Jesus, he was a half brother, a son
of Joseph from a previous marriage, because Joseph was married before, he says
that “...faith
without works is...” what? “... faith without works is dead...” Let me ask you, can a dead faith
save you?
Dan di Yakobus pasal 2, saya tidak akan membacanya karena
kita tidak punya waktu, Yakobus 2:14-25 di sana Yakobus saudara Yesus, dia
adalah saudara tirinya, seorang anak dari Yusuf dari perkawinan sebelumnya
karena Yusuf sudah pernah menikah sebelumnya, dia berkata bahwa “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu...” apa?
“... iman itu pada
hakekatnya adalah mati.” Coba saya tanya, bisakah iman yang mati
menyelamatkan kita?
Now what relationship is there between faith
and works? Faith is the propelling power and works follow faith. It’s like
when you start your car and you put it in drive. Let me ask you which wheels
move first? The front wheels or the back wheels? Usually people ask, “Well, is
it front wheel drive or back wheel drive?” Doesn’t make any difference. Because
when it’s a back wheel drive, when the back wheels propel, the front wheels
follow. That’s the relationship between faith and works. Faith is the propelling power and works
are the result of the faith.
Sekarang, apa kaitannya antara iman dengan perbuatan? Iman adalah tenaga yang
menggerakkan dan perbuatan mengikuti iman. Ini ibarat kita
menjalankan mobil dan kita hidupkan mesinnya. Coba saya tanya, roda yang mana
yang bergerak dulu? Yang depan atau yang belakang? Biasanya orang akan
bertanya, “Lha itu mobil front wheel drive atau back wheel drive?” Tidak jadi
soal. Karena bila pun mobil itu back wheel drive, pada waktu roda belakang
bergerak, roda depan mengikuti. Itulah kaitan antara iman dengan perbuatan. Iman adalah tenaga penggeraknya
dan perbuatan adalah hasil dari iman.
And if there are no works, if the life doesn’t
change, if we continue living like the Devil, how can we say that we are
following Jesus Christ as our Savior and as our Lord? Jesus said that when we
are connected to the vine, we bear not just fruit, we bear what? Much fruit.
And so, if our relationship with Jesus does not change our life, it is a
counterfeit faith. So we need to repent, we need to confess, we need to trust
in the merits of Jesus, and we need to have a trust and a faith that translates
into a changed life.
Dan jika tidak ada perbuatan, jika hidup kita tidak ada perubahan, jika
kita tetap hidup seperti Iblis, bagaimana kita bisa berkata bahwa kita
mengikuti Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita? Yesus berkata, bila
kita terhubung kepada pokok anggur, kita bukan saja menghasilkan buah, kita
menghasilkan apa? Banyak buah! Maka, jika hubungan kita dengan Yesus tidak
mengubah hidup kita, itu adalah iman yang palsu. Oleh karena itu kita harus
bertobat, harus mengakui dosa kita, harus yakin pada jasa Yesus, dan harus
memiliki percaya dan iman yang mengubah hidup kita.
Let me mention very briefly the final
condition, and that is BAPTISM. You remember that Peter said, “Repent and be...” what? “... be baptized everyone of you.” Baptism is
a condition for receiving justification. As we’ve noticed, Jesus Christ
lived, He died, He was buried, and He resurrected. Now how am I included in
what Jesus did? How does God look at me as dead, buried and resurrected in
Christ? It’s through the
ceremony of baptism. You see, when I am baptized, I am incorporated
into Christ. In Galatians chapter 3, the apostle Paul says that those who have
accepted Jesus Christ, have been baptized into Christ, they have put on Jesus
Christ. And so now, because I am in Christ Jesus, Jesus comes before the Father
and says, “Father, I have a new brother.” And the Father says, “Oh, really, what’s
his name?” “Pastor Bohr.” And so the Father says, “Oh, Pastor Bohr is Your brother? Well, if he he
is Your brother, he is My son too.” That’s what Jesus meant when He said, that
we are accepted through Him.
Saya akan menyinggungnya dengan singkat syarat terakhir, dan itu adalah BAPTISAN. Kalian ingat Petrus
berkata, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing...” apa? “... memberi dirimu dibaptis...” Baptisan
adalah syarat menerima pembenaran. Sebagaimana sudah kita simak, Yesus
hidup, Dia mati, Dia dikuburkan, dan Dia bangkit. Sekarang, bagaimana saya bisa
disatukan dalam apa yang dilakukan Yesus? Bagaimana Tuhan bisa menganggap saya mati, dikuburkan, dan
dibangkitkan dalam Kristus? Itu adalah lewat upacara baptisan. Kalian lihat, pada
waktu saya dibaptiskan, saya disatukan dengan Kristus. Di kitab Galatia pasal
3, rasul Paulus berkata bahwa mereka yang telah menerima Yesus Kristus, telah
dibaptiskan di dalam Kristus, mereka telah mengenakan Yesus Kristus. Maka
sekarang, karena saya sudah berada di dalam Kristus Yesus, Yesus datang ke
hadapan Bapa dan berkata, “Bapa, Saya mendapat saudara baru.” Dan Bapa berkata,
“Ah, sungguh? Siapa namanya?” “Pastor
Bohr.” Lalu Bapa berkata, “Oh, Pastor Bohr adalah saudaraMu? Nah, jika dia
adalah saudaraMu, dia juga menjadi anakKu.” Itulah yang dimaksud Yesus ketika
Dia berkata bahwa kita telah diterima lewat diriNya.
29
12 13
No comments:
Post a Comment