Thursday, January 28, 2016

EPISODE 15 ~ HIS WAY IS IN THE SANCTUARY ~ STEPHEN BOHR

HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 15/32 - Stephen Bohr
THE PROPHECY OF THE 70 WEEKS PART 1


Dibuka dengan doa.


I would like to begin by reminding all of you who are present here that the 70 week prophecy is the smaller portion of the prophecy of the 2300 days. In other words the 2300 days are the complete prophecy and the 70 weeks are cut off from the prophecy of the 2300 days. The 70 weeks are the first portion of the prophecy of the 2300 days.

Saya ingin memulai dengan mengingatkan kalian semua yang hadir di sini, bahwa nubuatan 70 minggu adalah bagian yang lebih kecil dari nubuatan 2300 hari. Dengan kata lain, nubuatan 2300 hari adalah nubuatan yang lengkap, sedangkan nubuatan 70 minggu itu diambil dari nubuatan 2300 hari. Nubuatan 70 minggu adalah bagian pertama dari nubuatan 2300 hari.


I’d like to begin by reading the prophecy of the 70 weeks as it is written in Daniel chapter 9 and verses 25-27. Immediately after Gabriel comes back, and says to Daniel, “Understand  the  מראה  [mar'eh mar-eh']”  he goes on to speak immediately about the 70 weeks. The 70 weeks are related to the מראה  [mar'eh mar-eh']. They help explain, in other words, the time factor of the 2300 days.

Saya akan mulai dengan membacakan nubuatan 70 minggu ini sebagaimana yang tertulis di Daniel 9:25-27. Langsung setelah Gabriel kembali dan berkata kepada Daniel, “Pahamilah מראה  [mar'eh mar-eh']nya,  dia segera mulai bicara mengenai 70 minggu ini. Nubuatan 70 minggu ini berkaitan dengan מראה  [mar'eh mar-eh']. Dengan kata lain, nubuatan 70 minggu ini membantu menjelaskan unsur waktu dari nubuatan 2300 hari.


And so we find in Daniel 9:25: “Know therefore and understand, that from the going forth of the command to restore and build Jerusalem…” not only to build, but to restore and build Jerusalem,  “… until Messiah the Prince, there shall be seven weeks and sixty-two weeks; the street shall be built again, and the wall, even in troublesome times. And after the sixty-two weeks Messiah shall be cut off, but not for Himself; and the people of the prince who is to come shall destroy the city and the sanctuary. The end of it shall be with a flood, and till the end of the war desolations are determined. Then he…” that is the prince who is to come,  shall confirm a covenant with many for one week; but in the middle of the week…” this is the last week,  “… he shall bring an end to sacrifice and offering. And on the wing of abominations shall be one who makes…” what?  “… desolate…” don’t forget two key words. He uses the word   “… on the wing of abominations shall be one who makes desolate even until the consummation, which is determined, is poured out on the desolate.”

Kita dapati di Daniel 9:25  “Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali…” jadi bukan hanya untuk membangun, melainkan untuk memulihkan dan membangun kembali,  “… sampai pada kedatangan seorang yang diurapi [=Mesias], seorang pangeran, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya; kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan.  Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan dipotong  seorang yang telah diurapi [Mesias], tetapi bukan karena dirinya sendiri.  Dan rakyat pangeran yang bakal datang itu  memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi akhir darinya  adalah karena air bah dan hingga akhir peperangan, terjadi penelantaran seperti yang telah ditetapkan.  Pangeran itu…” dialah pangeran yang bakal datang itu,  “… akan membuat suatu perjanjian yang kuat dengan banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu…” ini adalah masa/minggu yang terakhir,  “… ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban persembahan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang  mengakibatkan…” apa?  “… penelantaran…” jangan lupa dua kata kunci ini, Gabriel memakai kata “… di atas sayap KEKEJIAN akan datang yang  mengakibatkan PENELANTARAN, yaitu hingga apa yang sudah ditentukan akan dicurahkan di atas yang ditelantarkan itu digenapi. [NKJV yang diindonesiakan].


This is the famous prophecy of the 70 weeks. And now we want to interpret the meaning of this magnificent prophecy.
We are not going to be able to finish our study in the lecture today. We are actually going to study 2 parts of the 70 weeks. Today we are going to study upto the point of the cutting of the Messiah and then in our lecture tomorrow we are going to deal with the remaining portion of the prophecy of the 70 weeks.

Ini adalah nubuatan 70 minggu yang terkenal itu. Dan sekarang kita akan menerjemahkan makna dari nubuatan yang hebat ini.
Kita tidak akan sempat menyelesaikan pelajaran kita ini hari ini. Nubuatan 70 minggu ini akan kita pelajari dalam dua bagian. Hari ini kita akan mempelajarinya hingga dipotongnya Sang Mesias, kemudian besok kita akan membahas sisa nubuatan 70 minggu ini.


So let’s begin at Daniel 9:25 where it says, “Know therefore and understand, that from the going forth of the command to restore and build Jerusalem…”
Question: Is there a beginning point to the 70 week prophecy? Yes. It says  “from”.
Is there an ending point to the first 69 weeks at least of the 70 week prophecy?  Absolutely, because it says “from … to” that clearly defines the beginning point and what? And ending point.

Jadi, ayo kita mulai dari Daniel 9:25 di mana dikatakan, “Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali…”
Pertanyaan: Apakah ada titik dimulainya nubuatan 70 minggu ini? Ya. Dikatakan dari saat.”
Apakah ada titik akhir untuk 69 minggu yang pertama dari nubuatan 70 minggu ini? Tentu saja, karena dikatakan “dari saat….. sampai pada” yang jelas menunjukkan titik mulanya dan apa? Dan titik akhirnya.


Now, it’s interesting to notice the word “command”, “… from the going forth of the command…”  That word “command” is used a little bit earlier in Daniel chapter 9. It’s actually used in verse 23 where the Bible tells us that God gave the command to Gabriel to explain the  מראה  [mar'eh mar-eh'] to Daniel.  In other words, what we have here is a decree or an order or a command.

Nah, adalah menarik jika kita perhatikan kata  “firman”,  “… dari saat firman itu keluar…” Kata “firman” itu juga dipakai sebelumnya di Daniel pasal 9, yaitu di ayat 23 di mana Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memberikan “firman” kepada Gabriel untuk menjelaskan tentang מראה  [mar'eh mar-eh'] kepada Daniel. Dengan kata lain, apa yang dimaksudkan di sini adalah suatu dekrit, suatu perintah, atau titah.


Now, you’ll notice that this command contemplates two things:
Number 1, it contemplates the idea of restoring Jerusalem and also of what? Building Jerusalem. Now, I don’t have time to give you all of the details on this, but they are not the same thing. They are related one to another, but they are not the same. Restoring and building are two separate things, although they are related.
Now, in order to understand what it means to restore and build Jerusalem, we now need to understand what is meant by “Jerusalem”.
Now, we usually think of Jerusalem as a city composed of buildings and walls and a temple. But Jerusalem means much more than that. Jerusalem not only means the physical city composed of buildings and walls, it also refers to the social religious and political order of the city. The institutions. The political and the religious institutions of the city. That is to say Jerusalem means the commerce, the rulers, the magistrates, the judges, and the civil and the religious laws. Now, it is  a fact that Jerusalem lost its sovereignty not when the city was destroyed, it lost its sovereignty in the year 605 BC when King Nebuchadnezzar came and he took all of the royalty and all of the princes and all of the rulers away to Babylon from Jerusalem. In other words Jerusalem lost its political autonomy. In other words, now the city  belonged to someone else. And not only that, the institutions by which the city had functioned came to an end because there were no legitimate rulers in the city of Jerusalem.

Nah, kalian akan melihat bahwa titah ini menyangkut dua hal:
Nomor 1, menyangkut niat untuk memulihkan Yerusalem, dan juga apa? Membangun Yerusalem. Nah, saya tidak punya waktu untuk membeberkan semua detail tentang hal ini, tetapi kedua hal itu tidak sama. Mereka saling berkaitan, tetapi mereka bukan hal yang sama. Memulihkan dan membangun adalah dua hal yang berbeda walaupun berkaitan.
Sekarang, supaya kita bisa memahami apa yang dimaksud dengan memulihkan dan membangun Yerusalem, kita perlu memahami apa itu “Yerusalem.”
Biasanya kita menganggap Yerusalem sebagai suatu kota yang terdiri atas bangunan-bangunan dan dinding-dinding dan sebuah Bait Suci. Tetapi Yerusalem punya makna jauh lebih banyak daripada itu. Yerusalem tidak saja berarti kota itu secara fisik yang terdiri atas bangunan-bangunan dan dinding-dinding, tapi itu juga mengacu kepada tatanan sosial, relijius, dan politik kota tersebut. Institusi-institusinya. Institusi-institusi politik dan relijius kota tersebut. Dengan kata lain, Yerusalem berarti juga perniagaannya, pemimpin-pemimpinnya, pegawai-pegawai pemerintahannya, hakim-hakimnya, dan hukum-hukum sipil dan relijiusnya.  
Nah, faktanya adalah Yerusalem kehilangan kedaulatannya bukan pada saat kota tersebut dihancurkan. Yerusalem sudah kehilangan kedaulatannya pada tahun 605 BC ketika raja Nebukadnezar datang dan dia membawa semua bangsawan dan pangeran, dan para pemimpin dari Yerusalem ke Babilon. Dengan kata lain, Yerusalem kehilangan otonominya secara politis. Dengan kata lain, sekarang kota itu menjadi milik orang lain. Dan bukan hanya itu, institusi-institusi yang membuat kota itu berfungsi, berakhir karena tidak ada lagi pemimpin yang resmi di kota Yerusalem.


In fact, let’s notice 2 Kings 24:14-16 where we find this idea of what is meant by “Jerusalem”. Jerusalem does not mean only the physical city. It means the city composed of all its magistrates, its rulers, its business people, its military leaders, etc.  Now, notice 2 Kings 24:14-16, it says here, speaking about Nebuchadnezzar, “Also he carried into captivity all Jerusalem…”  now, I’ve always wondered how he could carry Jerusalem into captivity. He must have had some pretty heavy carts to be able to do that.  What is meant when it says he carried into captivity all Jerusalem”?  Is it talking about the city or is it talking about the leaders of the city, the political and the commercial and the military leaders? Let’s read it, it continues saying, Also he carried into captivity all Jerusalem,  all the captains…” notice,  “… and all the mighty men of valor…” these are the warriors, the military,  “… ten thousand captives, and all the craftsmen and smiths. None remained except the poorest people of the land.  And he carried Jehoiachin captive to Babylon. The king’s mother, the king’s wives, his officers, and the mighty of the land he carried into captivity from Jerusalem to Babylon.”

Sebaiknya, mari kita perhatikan 2 Raja 24:14-16 di mana kita menemukan apa yang dimaksud dengan “Yerusalem.” Yerusalem tidak berarti hanya kota fisiknya. Yerusalem berarti kota itu yang terdiri atas semua pegawai pemerintahannya,  pemimpin-pemimpinnya, pengusaha-pengusahanya, kepala-kepala militernya, dll. Nah, perhatikan 2 Raja 24:14-16, dikatakan di sana, berbicara mengenai Nebukadnezar, Juga ia mengangkut seluruh Yerusalem sebagai tawanan. Nah, saya selalu heran bagaimana Nebukadnezar bisa menggotong kota Yerusalem ke penawanan. Kira-kira dia harus punya angkutan berat yang bisa dipakai untuk melakukannya. Apa maksudnya dengan ia mengangkut seluruh Yerusalem sebagai tawanan…”? Apakah ini berbicara mengenai kota itu, atau ini berbicara mengenai para pemimpin kota itu, pemimpin-pemimpin politik, perniagaan dan militernya? Mari kita baca kelanjutannya yang berkata, Ia mengangkut seluruh Yerusalem  sebagai tawanan,  semua panglima…”  perhatikan,  “…dan semua pahlawan yang gagah perkasa…”  ini adalah tentaranya, militernya,  “… sepuluh ribu orang tawanan, juga semua orang yang terampil dan pandai besi; tidak ada yang ditinggalkan kecuali orang-orang yang paling melarat di negeri itu. Dan Ia mengangkut Yoyakhin sebagai tawanan ke Babel, juga ibunda raja, isteri-isteri raja, pegawai-pegawai istananya dan orang-orang berkuasa di negeri itu dibawanya sebagai tawanan dari Yerusalem ke Babel.” [NKJV yang diindonesiakan].


Now, you noticed that “Jerusalem” is used in two different ways in this passage? 
First of all it says, he took Jerusalem captive, but then at the end of the verse it says, he took all these into captivity from Jerusalem to Babylon. So Jerusalem  means two things. It means, first of all, the political and economic and military leaders of Jerusalem, that is the political structure of the city, and it also means the physical city itself. 

Sekarang, kalian sudah tahu bahwa “Yerusalem” dipakai dalam dua cara yang berbeda di bacaan ini.
Pertama dikatakan, Nebukadnezar menawan Yerusalem, tetapi pada akhir ayat itu dikatakan dia membawa mereka yang disebutkan itu sebagai tawanan dari Yerusalem ke Babilon. Jadi Yerusalem punya dua makna. Pertama, yaitu para pemimpin politik, ekonomi dan militernya, yaitu struktur politik dari kota tersebut, dan kedua juga berarti kota itu sendiri secara fisik.


Now I want you to notice also 2 Kings 14:22, where the words “build” and “restore” the very words are used so that you can see that “build” and “restore” though related, mean different things.
2 Kings 14:22 is speaking about Azariah and it says,  “He…” that is Azariah,  “… built Elath and restored it to Judah…”  what does that mean that he built it and he restored it? It means that he gave it back to Judah for Judah to what? To rule over it. And so it says, “He built Elath and restored it to Judah after the king rested with his fathers.”  
Sekarang saya ingin kalian perhatikan juga 2 Raja 14:22, di mana kata “membangun” dan “memulihkan”, yaitu kata-kata yang sama [dengan Daniel 9:25] supaya kalian bisa melihat bahwa “membangun” dan “memulihkan” walaupun itu berkaitan, namun mempunyai arti yang berbeda.
2 Raja 14:22, berbicara mengenai Azariah, dan dikatakan,  Ia…” yaitu Azariah, membangun  Elat dan memulihkannya [mengembalikannya] kepada Yehuda…”  Apa maksudnya dia membangunnya dan dia memulihkannya? Artinya dia mengembalikannya kepada Yehuda, supaya Yehuda berbuat apa? Supaya Yehuda memerintahnya lagi. Jadi dikatakan,   Ia  membangun  Elat dan memulihkannya [mengembalikannya] kepada Yehuda sesudah raja beristirahat bersama nenek moyangnya.” [NKJV yang diindonesiakan].


So any decree that fulfills this command to restore and build Jerusalem not only needs to include building the physical city but also what? Restoring its political, military and judicial institutions, so that the city can function as a political and economic and social entity.

Jadi titah apa pun yang menggenapi perintah ini untuk memulihkan dan membangun Yerusalem, tidak hanya termasuk membangun kota itu secara fisik, tetapi juga apa? Memulihkan tatanan institusi politik, militer dan judisialnya agar kota itu bisa berfungsi sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi dan sosial.


Now there were four decrees that were given with regard to Jerusalem. Let’s take a look at those four  decrees that were given.
The first decree was given by Cyrus, and that was given in the year 536 BC. You can find it in Ezra 1:2-4. We are not going to read it, we don’t have the time and it’s also found in 2 Chronicles 36:23. Now if you read those verses, you’ll discover that Cyrus only gave permission to build the temple. It had nothing to do with restoring and building Jerusalem. It had only to do with the temple, the religious institutions of Israel.

Nah, ada 4 dekrit/titah yang dikeluarkan sehubungan dengan Yerusalem. Mari kita lihat ke-4 dekrit yang dikeluarkan itu.
1.   Yang pertama adalah yang dibuat oleh Cyrus [Koresh] yang dikeluarkan tahun 536 BC. Ini bisa kalian temukan di Ezra 1:2-4. Kita tidak akan membaca ayat-ayat itu, kita tidak ada waktu. Ini juga ada di 2 Tawarikh 36:23. Nah, jika kalian membaca ayat-ayat itu kalian akan tahu bahwa Cyrus hanya memberi izin untuk membangun Bait Suci. Titah ini tidak ada kaitannya dengan memulihkan dan membangun Yerusalem. Hanya menyangkut Bait Suci, institusi relijius bangsa Israel.


Now, after this, after the captivity, several thousand Jews, 50’000 actually returned to Jerusalem, and taking advantage of this decree that Cyrus gave, they began building the temple. And they put the foundations of the temple down, but then there was opposition by the people of the land. And therefore they said, “It’s not time for us to build the temple because we are having all sorts of problems.” And so basically they gave up the idea of building the temple, and all of them started building their own houses and remodeling their own houses, they went for their own thing. We can find this in the book of Haggai chapter 1. It says very clearly there what happened during this period.

Nah, setelah itu [setelah keluarnya titah Cyrus itu], setelah masa penawanan berakhir, beberapa ribu orang Yahudi, tepatnya sekitar 50 ribu dari mereka pulang ke Yerusalem, dan memanfaatkan titah yang dibuat oleh Cyrus, mereka mulai membangun Bait Suci. Dan mereka meletakkan fondasi Bait Suci ini tetapi kemudian mereka mendapat pertentangan dari orang-orang lokal yang berada di sana. Maka mereka berkata, “Kalau begitu belum waktunya kita membangun Bait Suci karena kita menghadapi segala macam masalah.” Jadi pada dasarnya mereka menghentikan niat untuk membangun Bait Suci, dan mereka semuanya mulai membangun rumah mereka sendiri, merenovasi rumah-rumah mereka sendiri, mereka mengerjakan urusan mereka sendiri. Hal ini bisa kita temukan di kitab Hagai pasal 1. Di sana diceritakan dengan sangat jelas apa yang terjadi selama periode itu.


2.   So then, a little bit later on, Darius I,  who is Darius the Persian, not Darius the Mede, not the one who conquered Babylon; but this is Darius the Persian, he gave a decree  renewing the decree that was given by Cyrus. This decree you can read it, it’s found in Ezra 6:3-12, and its also found in the books of Nehemiah and Haggai. And basically, Darius I simply ratified and confirmed the decree that had been given by Cyrus. And this happened as I’ve mentioned in the year 520. Nothing in this decree about restoring and building the city. The only thing that you will find in this decree was rebuilding the temple. And so that this decree cannot fulfil the command to restore and to build Jerusalem.

2.   Maka, tak lama kemudian, Darius I, yang adalah Darius orang Persia bukan Darius orang Mede yang menaklukkan Babilon, tetapi ini adalah Darius orang Persia, dia mengeluarkan titah memperbarui titah yang sudah dikeluarkan oleh Cyrus. Titah ini bisa kalian baca di Ezra 6:3-12, dan juga ditemukan di kitab Nehemiah dan Hagai. Pada dasarnya Darius I hanya mengesahkan dan meneguhkan titah yang sudah dikeluarkan Cyrus. Dan seperti yang sudah saya katakan, ini terjadi di tahun 520. Di dalam titah ini tidak disebut tentang memulihkan dan membangun kota Yerusalem. Satu-satunya yang bisa ditemukan di dalam titah itu adalah membangun kembali Bait Suci. Maka titah ini pun tidak bisa menggenapi perintah [firman] untuk memulihkan dan membangun Yerusalem.


3.   A third decree was given by King Artaxerxes I, also known as Longimanus. It was given in the fall of the year 457 BC. And if you read Ezra 6:14-15, it tells us that this was the third decree with regard to Jerusalem, which was given by Persian kings. It’s the 3rd decree. The first was Cyrus, the second was Darius, and it says in Ezra 6:14-15 this was the third decree that was given.  I believe that this is the decree that fulfills the prophecy of the 70 week, the command to build and restore Jerusalem.

3.   Titah yang ketiga dibuat oleh raja Artahsasta I, yang juga dikenal sebagai Longimanus. Titah ini dikeluarkan pada musim gugur tahun 457 BC. Dan jika kita membaca Ezra 6:14-15, kita tahu bahwa ini adalah titah/dekrit yang ketiga yang dikeluarkan oleh raja-raja Persia sehubungan dengan Yerusalem. Ini adalah titah yang ketiga. Yang pertama adalah oleh Cyrus, yang kedua oleh Darius, dan dikatakan di Ezra 6:14-15 ini adalah titah yang ketiga yang dikeluarkan. Saya yakin inilah dekrit yang menggenapi nubuatan 70 minggu, perintah [firman] untuk membangun dan memulihkan Yerusalem.


4.   And in a moment we are going to go to that, but before we do, allow me to mention the fourth decree. It was given in the year 445 BC. And most evangelical  scholars today believe that this is the decree that marks the beginning of the 70 week prophecy. I disagree with this. Because the year 445 is not a new decree at all. You see, basically what happened is, that after Artaxerxes gave his decree to restore and build Jerusalem, evil reports came from the people that lived in Judah, they wrote a letter to the king and they said, “King, the Jews are rebuilding the city and they are rebuilding the walls. And these are rebellious people, they have a bad history. And therefore if you allow them to continue building, they are going to cause you all sorts of problems.” And so the Bible tells us that Artaxerxes put his decree on hold until he could investigate the situation. And in the year 445 ~ and by the way in the handouts that you have in your hands, you have all of the texts you can check this out ~ what Artaxerxes did, after he had checked out all of the information, he renewed the decree, to restore and to build Jerusalem in the year 445 BC. So this one, does not fit.

4.   Sebentar lagi kita akan membahas ini, tetapi sebelumnya izinkan saya menyebut titah yang keempat. Ini dikeluarkan di tahun 445 BC. Kebanyakan pakar evangelis sekarang ini meyakini bahwa inilah dekrit yang menentukan awal dari nubuatan 70 minggu. Saya tidak sependapat karena yang dikeluarkan tahun 445 ini bukanlah suatu dekrit yang baru. Ketahuilah, apa yang sesungguhnya terjadi adalah, setelah Artahsasta mengeluarkan titahnya untuk memulihkan dan membangun Yerusalem, datanglah laporan-laporan negatif dari penduduk Yehuda. Mereka menulis surat kepada raja dan mereka berkata, “Baginda, orang-orang Yahudi sedang membangun kota, dan mereka membangun kembali dinding-dinding. Dan mereka ini orang-orang pemberontak, dengan masa lalu yang jelek. Maka, jika Baginda mengizinkan mereka terus membangun, mereka akan mendatangkan banyak masalah kepada Baginda.” Maka menurut Alkitab, Artahsasta menangguhkan titah yang sudah dikeluarkannya supaya dia bisa menyelidiki situasinya. Dan pada tahun 445 ~ pada dokumen yang sudah dibagikan kepada kalian, tercantum semua teksnya yang bisa kalian periksa ~ apa yang dilakukan Artahsasta setelah dia mengecek semua informasi yang diterimanya, pada tahun 445 BC dia memperbarui titahnya untuk memulihkan dan membangun Yerusalem. Maka titah ini, tidak cocok. 

Now let’s read the decree that does fit. It’s the decree that is mentioned in Ezra chapter 7. Go with me to chapter 7 of Ezra, and you are going to find the words of Artaxerxes I,  and there is a very interesting little detail here. Here Artaxerxes is speaking and he says,  I issue a decree…”  that word “decree” is the identical word that is used in Daniel 9:25, the word “command” to restore and build Jerusalem. It’s the identical Hebrew word דּבר [ dâbâr ]. **)  So, wouldn’t we suspect that this might be the “decree” if it is the same word “command” that you find in Daniel 9:25? Absolutely. And so, Artaxerxes says,  I issue a decree that all those of the people of Israel and the priests and Levites in my realm, who volunteer to go up to Jerusalem, may go with you.”(v. 13) He is saying to Ezra, that anyone who wants to go to Jerusalem, to restore and to build, can now go.

**) Daniel 9:25 is written in Hebrew while Ezra 7:13 is written in Aramaic. The word in Ezra טעם [ ṭe‛êm - teh-ame']  is in Aramaic and is synonymous with the Hebrew word דּבר [ dâbâr ] .

Sekarang mari kita membaca dekrit/titah yang cocok. Itu adalah titah yang disebut di Ezra pasal 7. Marilah bersama saya ke pasal 7 kitab Ezra, dan kita akan menemukan kata-kata Artahsasta I, dan ada suatu detail kecil yang sangat menarik di sini. Di sini Artahsasta sedang berbicara dan dia berkata, “…olehku telah dikeluarkan perintah…”[ay 13] kata “perintah” ini adalah kata yang sama yang dipakai di Daniel 9:25 kata “firman” untuk memulihkan dan membangun Yerusalem. Ini adalah kata Ibrani yang sama דּבר [ dâbâr ]. **)  Jadi, apakah kita tidak harus berpikir bahwa kemungkinan inilah “titah” tersebut jika perkataan yang dipakai adalah perkataan “firman” yang sama, yang kita dapati di Daniel 9:25? Tentu saja. Maka, Artahsasta berkata,olehku telah dikeluarkan perintah, bahwa setiap orang di dalam kerajaanku yang termasuk orang Israel awam, atau para imamnya atau orang-orang Lewi, dan yang rela pergi ke Yerusalem, boleh turut pergi dengan engkau” (ay. 13) Artahsasta berkata kepada Ezra, siapa pun yang mau pulang ke Yerusalem untuk memulihkan dan membangun, sekarang boleh pergi.

**) Daniel 9:25 ditulis dalam bahasa Ibrani sementara Ezra 7:13 ditulis dalam bahasa Aramik. Perkataan di Ezra טעם [ ṭe‛êm - teh-ame'] adalah dalam bahasa Aramik dan merupakan sinonim dengan perkataan Ibrani דּבר [ dâbâr ] .

Now, the question is, why do we take this decree of Artaxerxes in 457 BC, as the decree that begins the 70 weeks? There are three reasons.

Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa kita menganggap titah Artahsasta tahun 457 BC ini sebagai titah yang memulai hitungan 70 minggu? Ada tiga alasan:

·       The first reason is the one that I already mentioned. The word דּבר [ dâbâr ]  which is translated “command” in Daniel 9:25 is the very word that is used in Ezra 7:13 where the king says “I made a decree”. Same word. **) 
·       There is a second reason. None of the three other decrees would fit the chronology of the Messiah. Let’s take a look at that.

·       Alasan yang pertama sudah saya sebutkan tadi. Perkataan דּבר [ dâbâr ] yang diterjemahkan “firman” di Daniel 9:25 adalah perkataan yang sama yang dipakai di Ezra 7:13, ketika rajanya berkata  olehku telah dikeluarkan perintah.” Perkataan yang sama. **)
·       Ada alasan kedua. Tidak satu pun dari ketiga titah yang lain yang sesuai dengan kronologi Sang Mesias. Mari kita lihat.


Let’s suppose that we began the 70 weeks in the year 536 BC. You go 70 weeks of years  later which is 490 years, what date would you end up? You would end up with the year 46 BC. Could that be fulfilled with the Messiah? Absolutely not.

Mari kita umpamakan kita memulai hitungan 70 minggu di tahun 536 BC. Setelah 70 minggu-tahun kemudian, yang berarti 490 tahun, kita akan mendapatkan tahun berapa? Kita akan tiba di tahun 46 BC. Apakah ini bisa digenapi oleh Sang Mesias? Tentu saja tidak.


Well, let’s take the second decree, the decree of Darius, Darius the Persian, and see whether that one fits. You go from the year 520. 490 years forward, where will that take you? It takes you to the year 30 BC. Jesus hasn’t even been born in the year 30 BC.

Nah, marilah kita melihat ke dekrit yang kedua, dekrit Darius orang Persia, dan coba kita lihat apakah itu cocok. Kita berangkat dari tahun 520. 490 tahun ke depan, akan membawa kita ke mana? Itu membawa kita ke tahun 30 BC. Yesus bahkan belum lahir di tahun 30 BC.


But let’s take the one that was given in the year 445 BC, the renewal of the decree of Artaxerxes. If you go from 445 BC forward, it takes you to the year 45 AD. The problem is, Jesus Christ was crucified in the year 31 AD. And so, taking this decree, it would be too late. Every scholar agrees that it would be too late.

Tetapi marilah kita lihat titah yang dikeluarkan tahun 445 BC, titah pembaharuan Artahsasta. Jika kita berangkat dari 445 BC, ke depan akan membawa kita ke tahun 45 AD. Masalahnya, Yesus Kristus sudah disalibkan pada tahun 31 AD, maka jika memakai titah ini, jatuhnya terlambat. Setiap pakar nubuatan setuju bahwa ini sudah terlambat.


And so the first 2 decrees would be too early. And the last decree would be too late. How many decrees does that leave us? It only leaves us one decree.

Maka, dua titah yang pertama jatuhnya terlalu pagi, dan titah yang terakhir jatuhnya terlambat. Masih ada berapa lagi titah yang tersisa? Hanya tersisa satu titah


·       Now, there is a third reason, and this is the most important reason, and that is, that the decree of Artaxerxes in the year 457 is the only one that not only gives permission to build, but it also gives the authorization to restore the political structure of  Hebrew society.

·       Nah, ada alasan ketiga, dan ini adalah alasan yang paling penting, dan itu adalah titah Artahsasta tahun 457, satu-satunya yang memberikan izin bukan saja untuk membangun tetapi juga memberikan autorisasi untuk memulihkan struktur politik masyarakat Yahudi.


Notice once again Ezra 7:12 Artaxerxes, king of kings, to Ezra the priest, a scribe of the Law of the God of heaven: ‘Perfect peace, and so forth…’” verse 13:  I issue a decree that all those of the people of Israel and the priests and Levites in my realm, who volunteer to go up to Jerusalem, may go with you. And whereas you are being sent by the king and his seven counselors to inquire concerning Judah and Jerusalem, with regard to…” what? What were they going to consult about?  “…with regard to…” what?  “… to the Law of your God which is in your hand…”
In other words, was Artaxerxes  saying that you can reestablish society in harmony with the law of God? Absolutely.
But now let’s go down to verses 25-26 where the reestablishment of the civil order of Israel is clearly mentioned. Chapter 7:25-26. It says,   And you, Ezra, according to your God-given wisdom, set…”  what? Hmmm, interesting. Would that have to do with restoring the city? Absolutely.  “…set magistrates and…” what?  “… and judges…”  Is he authorizing to reestablish the civil order as well as building the city? Absolutely. That had been taken away when Nebuchadnezzar…eh, in fact Nebuchadnezzar had taken away the sovereignty of Israel 19 years before the city was destroyed. It was actually withdrawn in 605 and the city was destroyed in 586. So it says,  “ And you, Ezra, according to your God-given wisdom, set magistrates and judges who may judge all the people who are in the region beyond the River, all such…” and listen to this, “… as know the laws of your God…” by whose laws is this area going to be governed now? By the laws of God. The theocracy is being reestablish. And notice,   “… and teach those who do not know them…” And listen, punitive measures can be taken against anyone who did not obey these laws, because it says,   “… Whoever will not observe the law of your God and the law of the king, let…” what?  “… judgment be executed speedily on him, whether it be death, or banishment, or confiscation of goods, or…” what?  “… or imprisonment.” 
Is Artaxerxes authorizing the civil order to be reestablished once again according to the laws of the God of Israel? Absolutely. It is the only decree that fits with the criteria, both chronologically and with the duties and the work that needed to be performed, to restore and to build Jerusalem.

Perhatikan sekali lagi Ezra 7:12  "Artahsasta, raja segala raja, kepada Ezra, imam dan ahli Taurat Allah semesta langit, ‘Damai sejahtera   dan selanjutnya.  Maka sekarang…’” ayat 13:   “… ‘olehku telah dikeluarkan perintah, bahwa setiap orang di dalam kerajaanku yang termasuk orang Israel awam, atau para imamnya atau orang-orang Lewi, dan yang rela pergi ke Yerusalem, boleh turut pergi dengan engkau. Oleh karena engkau disuruh raja serta ketujuh orang penasihatnya untuk mengadakan penyelidikan mengenai Yehuda dan Yerusalem   mengenai…” mengenai apa? Apa yang akan mereka konsultasikan?   “… hukum Allahmu yang menjadi peganganmu…” [NKJV yang diindonesiakan].
Dengan kata lain, apakah Artahsasta berkata bahwa mereka boleh memulihkan masyarakat sesuai dengan hukum Tuhan? Tentu saja.
Tetapi sekarang marilah kita ke ayat 25-26 di mana pemulihan tatanan sipil Israrel disebutkan dengan jelas. Pasal 7:25-26, mengatakan: Maka engkau, hai Ezra, angkatlah…” apa? Hmmmm, menarik. Apakah ini terkait pemulihan kotanya? Tentu saja.  “… angkatlah pegawai-pegawai pemerintah dan hakim-hakim…” Apakah Artahsasta memberi kuasa untuk memulihkan tatanan sipil maupun pembangunan kota? Tentu saja. Itu telah dilenyapkan Nebukadnezar pada waktueh, sesungguhnya Nebukadnezar telah merampas kedaulatan Israel 19 tahun sebelum kota Yerusalem itu dihancurkan. Kedaulatan Israel sudah dicabut tahun 605 sedangkan kota Yerusalem dihancurkan tahun 586.
Jadi dikatakan,  Maka engkau, hai Ezra, angkatlah pegawai-pegawai pemerintah dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat yang diberikan Allahmu, supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang sungai Efrat, yakni semua orang…” dengarkan ini,  “… yang mengetahui hukum Allahmu…” Daerah ini akan diatur berdasarkan hukum siapa sekarang? Berdasarkan hukum Tuhan. Pemerintahan theokratis akan dipulihkan. Dan perhatikan,  “… dan ajarilah orang yang belum mengetahuinya …”   Dengarkan, sanksi hukuman bisa dikenakan terhadap siapa pun yang tidak mematuhi hukum-hukum ini, karena dikatakan,   “… Setiap orang, yang tidak melakukan hukum Allahmu dan hukum raja, harus…” bagaimana?  “… dihukum dengan cepat, baik dengan hukuman mati, maupun dengan pembuangan, penyitaan hartanya, atau…” apa?   “…hukuman penjara." [NKJV yang diindonesiakan].
Apakah Artahsasta memberikan kuasa untuk memulihkan tatanan sipil sekali lagi sesuai dengan hukum-hukum Tuhan Israel? Tentu saja. Inilah satu-satunya titah yang sesuai dengan kriterianya, baik secara kronologis maupun dengan kewajiban dan pekerjaan yang harus dilakukan guna memulihkan dan membangun Yerusalem.


Now, somebody might be asking, “Pastor Bohr, how accurate is the date 457 as the date for this decree of Artaxerxes?” The fact is, the Bible says, this is given in the 7th year of the reign of Artaxerxes. This date is one of the most firmly established dates of antiquity.  In fact there was a book written several years ago, it’s called The Chronology of Ezra 7 by Sigfried Horn an archeologist and by Kenneth Wood. And in this book, which unfortunately is out of print, they draw on historical, biblical, archeological,   and astronomical data, to prove without a shade of a doubt, that 457, the fall of 457 was the date when Artaxerxes gave his decree to restore and to build Jerusalem. This date is set in history. It’s a certain date. So we can know that the 70 week prophecy begins in the fall of the year 457.  In a moment you are going to see the reason why we know it was in the fall.

Nah, mungkin ada yang akan bertanya, “Pastor Bohr, seberapa akuratnya tanggal 457 sebagai tanggal dikeluarkan dekrit Artahsasta ini?” Sesungguhnya Alkitab berkata, dekrit itu dikeluarkan pada tahun ke-7 pemerintahan Artahsasta. Tanggal ini adalah salah satu dari tanggal kuno yang paling bisa dipastikan. Malah beberapa tahun yang lalu ada sebuah buku berjudul The Chronology of Ezra 7  yang ditulis Sigfried Horn seorang arkeolog dan Kenneth Wood. Dan di dalam buku ini, yang sayang sekali sudah habis terjual, mereka memakai data sejarah, alkitab, arkeologi dan astronomi untuk membuktikan tanpa secuil keraguan pun bahwa tahun 457, pada musim gugurnya adalah saat ketika Artahsasta mengeluarkan dekritnya untuk memulihkan dan membangun Yerusalem. Tanggal ini sudah ditentukan dalam sejarah. Ini adalah tanggal yang pasti supaya kita boleh tahu bahwa nubuatan 70 minggu itu dihitung mulai dari musim gugur 457 BC. Nanti kalian akan melihat alasannya bagaimana kita bisa tahu bahwa ini terjadi di musim gugur.


Now, let’s study the prophecy of the 70 weeks.
It says there in Daniel 9:25  “… from the going forth of the command to restore and build Jerusalem until…” when?   “… until Messiah the Prince, there shall be…” what?  “… seven weeks and sixty-two weeks…” Now, the question is, why didn’t Gabriel just say 69 weeks? Why does he divide this period into 7 weeks and 62 weeks which we know are what? 69 weeks. He could have said 69. The reason why is because, he actually is going to state that the first 7 weeks = 49 years have to do with the restoring and the building of what? Of Jerusalem. In fact, let’s notice what we find in Daniel 9:25 “… until Messiah the Prince, there shall be seven weeks and sixty-two weeks…” 
Now, notice the last part of verse 25 says,  “… the street…”  the street of what? Of Jerusalem. And by the way that’s a mistranslation, but I won’t get it into that because that’s another half an hour.  “… the street shall be built again, and the wall…” also a mistranslation, very clearly a mistranslation,   “… and the wall even in…” what?  “… troublesome times.” So during those 7 weeks or 49 years, the restoring and the building of Jerusalem was going to be done, how?  “…in…” very  “… troublesome…” what?  “… in very troublesome times.” And if you read the book of Ezra, you will see all sorts of oppositions to the rebuilding and restoring of Jerusalem. Those who had stayed back in the land, fought tooth and nail so that it wouldn’t happen. They certainly were troublous times.  But now notice that it says, that, “… from the going forth of the command to restore and build Jerusalem until Messiah the Prince, there shall be seven weeks…” which has to do with the reestablishment of the civil and religious order of Israel  “… and sixty-two weeks…” you come to whom? You come to the arrival of the Messiah.

Sekarang, marilah kita pelajari nubuatan 70 minggu.
Dikatakan di sana di Daniel 9:25   “… dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai …” kapan?    “… sampai pada kedatangan seorang yang diurapi [Mesias], seorang pangeran, ada …” apa?  “…tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya….” Sekarang, pertanyaannya adalah, mengapa Gabriel tidak bilang saja 69 minggu? Mengapa dia membagi periode ini menjadi 7 minggu dan 62 minggu, yang kita tahu adalah apa? 69 minggu. Dia bisa saja menyebutnya 69 minggu. Alasannya adalah karena Gabriel menyatakan bahwa 7 minggu yang pertama, atau 49 tahun yang pertama, berkaitan dengan pemulihan dan pembangunan apa? Yerusalem. Sebenarnya, mari kita perhatikan apa yang ada di Daniel 9:25 “… sampai pada kedatangan seorang yang diurapi [Mesias], seorang pangeran, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya….”
Sekarang perhatikan, bagian terakhir dari ayat 25 ini, dikatakan “… kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan paritnya [NKJV menerjemahkannya “jalan-jalan” dan “dinding-dinding” tetapi banyak versi lain yang menulis “tanah lapang” dan “parit” sama seperti terjemahan bahasa Indonesia. Pdt. Stephen Bohr mengatakan terjemahan NKJV tidak tepat, tetapi dia tidak akan membahas hal ini karena itu sendiri akan makan waktu setengah jam, jadi kita berasumsi saja bahwa “tanah lapang dan parit” adalah terjemahan yang tepat.]    “… kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang…” tanah lapang di mana? Di Yerusalem.  “… dan paritnya, tetapi di tengah-tengah…”  apa?  “…kesulitan.” Jadi selama masa 7 minggu atau 49 tahun itu, pemulihan dan pembangunan Yerusalem akan dilakukan, bagaimana? … di tengah-tengah…”  apa?  “…kesulitan.” Dan jika kalian membaca kitab Ezra, kalian akan melihat segala macam oposisi yang ada terhadap pembangunan dan pemulihan Yerusalem. Penduduk yang dulu tidak ikut dibawa ke Babilon sebagai tawanan, sekarang melawan mati-matian agar hal itu tidak terwujud. Memang saat itu adalah saat yang penuh kesulitan.
Tetapi sekarang perhatikan apa katanya, “… dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada kedatangan seorang yang diurapi [Mesias], seorang pangeran, ada tujuh kali tujuh masa…” yang berkaitan dengan pemulihan tatanan sipil dan relijius bangsa Israel,  “… dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya….” lalu kita sampai di mana? Kita sampai pada kedatangan Sang Mesias.


Now the question is, what does the word “Messiah” mean? The Hebrew word משׁיח [mâshı̂yach ] means “anointed”. It means “anointed.” And so we need to find out what was the act that anointed Jesus Christ?  Now you noticed that it says,  “…until Messiah the Prince” right?  So He has two names. He is called “Messiah” and He is called what? “the Prince”. There is no doubt whatsoever that the Prince is Jesus Christ. He is called by different names in the book of Daniel. He is called “the Prince of the hosts” we have already studied that. He is called “the Prince of the covenant”. He is called “Michael, the great Prince”, and in Daniel 8 He is called “the Prince of princes.”
Sekarang, pertanyaannya adalah, apa arti kata “Mesias?  Kata Ibrani  משׁיח [mâshı̂yach]  berarti yang diurapi. Artinya “yang diurapi”. Jadi kita perlu mencari tahu tindakan apakah yang mengurapi Yesus Kristus? Nah, kalian sudah tahu, dikatakan “…sampai pada kedatangan seorang yang diurapi [Mesias], seorang pangeran…”, bukan? Jadi Dia punya dua nama. Dia disebut Mesias” [= Yang diurapi], dan Dia disebut apa? “Pangeran”. Tidak diragukan lagi bahwa Sang Pangeran adalah Yesus Kristus. Dia disebut dengan pelbagai nama di dalam kitab Daniel. Dia disebut “Panglima bala tentara” ini sudah kita pelajari. Dia disebut “Raja Perjanjian”, dia disebut “Mikael, Pemimpin besar” dan di Daniel pasal 8, Dia disebut “Raja segala raja”  ***)

***) kata Ibrani di kitab Daniel yang diterjemahkan “prince” = “pangeran” dalam bahasa Inggris adalah נגד נגי  ( nâgı̂yd  nâgid), yang diterjemahkan “raja” oleh LAI. Sedangkan yang ditulis di kitab Yesaya dan Daniels  שׂר  ( śar) juga diterjemahkan “prince” = “pangeran” dalam bahasa Inggris.  Karena semua sebutan itu adalah untuk Yesus, maka mudah dikenali karena dalam terjemahan bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama, yaitu “prince”. Dalam terjemahan LAI, diterjemahkan macam-macam, ada “raja”, ada “panglima”, ada “pemimpin” jadi lebih sulit dikenali.


Do you know something very interesting? In the prophetic chapters of Daniel, excluding the historical chapters where he talks about princes that served Nebuchadnezzar, but in the prophetic chapters of Daniel, every single time that the word “prince” appears, it applies to Jesus Christ. There is no exception to the rule. In other words, this “Prince” is none other than who? Than Jesus Christ. In fact Isaiah also calls Him “the Prince of peace.” And Peter in the early chapters of Acts, calls Jesus “the Prince” twice. So there is no doubt whatsoever about who this Messiah the Prince is.

Kalian tahu apa yang menarik? Dalam pasal-pasal kitab Daniel yang berisikan nubuatan, di luar pasal-pasal sejarah di mana dia menceritakan tentang para pangeran yang melayani Nebukadnezar, jadi di dalam semua pasal-pasal Daniel yang berisikan nubuatan, setiap kali kata “prince” muncul (sayang dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia, kata yang dipakai berubah-ubah) kata itu selalu diaplikasikan kepada Yesus Kristus. Tanpa kecuali. Dengan kata lain, “Pangeran” ini tidak lain adalah siapa? Yesus Kristus. Bahkan Yesaya juga menyebut Yesus “Prince of peace” [Raja Damai]. Dan Petrus di pasal-pasal awal Kitab Para Rasul, menyebut Yesus “the Prince” dua kali (dalam terjemahan bahasa Indonesia ditulis “Pemimpin”)


Now, the question is, the word “Messiah” means “anointed”. When was Jesus anointed? Well, let’s go to John 1:32, here it is speaking about the baptism of Jesus, which marks the beginning of His ministry. John 1:32:    And John bore witness, saying, ‘I saw the Spirit descending from heaven like a dove, and He remained upon Him.’” Is that referring to the baptism of Jesus when the Holy Spirit fell upon Jesus? Absolutely.
Now, I want us to go down to verse 41, just a few verses after this, Andrew speaks to his brother Peter, and I want you to notice what Andrew says to Peter. This is immediately after it speaks about the Holy Spirit, John speaking about the Holy Spirit descending upon Christ, it says in verse 41, one of the two who heard John speaking, and following him was Andrew, Simon Peter’s brother:  “He first found his own brother Simon, and said to him, ‘We have found the…?  Messiah…” interesting! Same word, right after the baptism of Jesus.  “… ‘We have found the Messiah…” and now listen what it continues saying,  “… ‘We have found the Messiah which is translated …” what?  “… the Christ.’” You see, in Greek the word “Christ” is exactly equivalent to “Messiah”. Have you ever heard the word “chrisen”? It comes from  “christed” It means to “anoint”  doesn’t it? So “Christ” means the same as “Messiah”. The anointing. Immediately after the baptism of Jesus, we find Andrew saying to Peter, “We have found the Anointed One.”

Nah, pertanyaannya adalah, kata “Mesias” berarti “Yang diurapi”. Kapan Yesus diurapi? Nah, mari kita ke Yoh 1:32, di sini membicarakan pembaptisan Yesus, yang menandai awal pelayananNya. Yoh 1:32 Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.’” Apakah ini mengacu kepada baptisan Yesus ketika Roh Kudus turun ke atasNya? Tentu saja.
Sekarang, saya ingin kita ke ayat 41, beberapa ayat setelah yang di atas, Andreas berbicara kepada saudaranya Petrus, dan saya mau kalian perhatikan apa kata Andreas kepada Petrus. Ini terjadi langsung setelah Alkitab berbicara mengenai Roh Kudus, Yohanes berbicara mengenai Roh Kudus yang turun ke atas Kristus, dikatakan di ayat 41, salah satu dari keduanya mendengar Yohanes berbicara, dan Andreas saudara Simon Petrus mengiktuinya. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: ‘Kami telah menemukan…” siapa?  “… Mesias….’" Menarik! Kata yang sama, langsung setelah baptisan Yesus. “….‘Kami telah menemukan Mesias….’" Dan sekarang dengarkan apa yang dikatakannya selanjutnya, “….‘Kami telah menemukan Mesias, yang diterjemahkan …”  apa?   “…sang Kristus.’" [NKJV yang diindonesiakan]. Kalian lihat, dalam bahasa Greeka, kata “Kristus” adalah ekuivalen yang persis sama dengan “Mesias. Pernahkah kalian mendengar kata “chrisen”? Itu berasal dari kata “christed”, yang berarti “mengurapi”, bukan? Jadi “Kristus” artinya sama dengan “Mesias”, Yang diurapi. Langsung setelah Yesus dibaptiskan, kita mendapatkan Andreas berkata kepada Petrus, “….‘Kami telah menemukan Yang diurapi….’"


Now notice Luke 4:14 we are still talking about Messiah the Prince. Luke 4:14, it says here:  “Then Jesus returned in the power of the Spirit to Galilee…” how did He return to Galilee? In what?  “… in the power of the Spirit…” He returned to Galilee,  “… and news of Him went out through all the surrounding region.” Now, what comes immediately before this text?  If you look in Luke 3, it describes the baptism of Jesus. Then chapter 4, verses 1-11 describe the temptations of Jesus. And then the last part of chapter 4 describes the beginning of the public ministry of Jesus in Galilee, and it says,  after His baptism, after the temptations, when He begins His ministry, it tells us that He “returned in the power of the Spirit to Galilee…”
Now, notice with what words Jesus began His ministry. It’s in the synagogue in Nazareth. Notice Luke 4:18-19. Here Jesus says, “The Spirit of the Lord is…” what?  “… is upon Me, because He has…” what? When did Jesus receive the Holy Spirit?  When He was what? Baptized. So it says,  “The Spirit of the Lord is upon Me, because He has anointed Me to preach the gospel to the poor; He has sent Me to heal the brokenhearted, to proclaim liberty to the captives and recovery of sight to the blind, to set at liberty those who are oppressed; to proclaim the acceptable year of the Lord.” So when was Jesus anointed as the Messiah? He was anointed as the Messiah when He received the Holy Spirit. And when did that take place? At his baptism.
If anybody has any doubt, let’s read Acts 10:36-38   “ The word which God sent to the children of Israel, preaching peace through Jesus Christ—He is Lord of all—that word you know, which was proclaimed throughout all Judea, and began…” where?  “… from Galilee after the baptism which John preached:  how God…” what? There’s the key word:  “… anointed Jesus of Nazareth with…” what?  “… with the Holy Spirit and with power…” When was Jesus anointed with the Holy Spirit and with power? At the moment of His what? Of His baptism. And so it says, here in verse 37, “… that word you know, which was proclaimed throughout all Judea, and began from Galilee after the baptism which John preached:  how God anointed Jesus of Nazareth with the Holy Spirit and with power who went about doing good and healing all who were oppressed by the devil, for God was with Him.”

Sekarang perhatikan Lukas 4:14. Kita masih berbicara mengenai Mesias Sang Pangeran. Lukas 4:14 berkata di sini Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea…” Bagaimana Dia kembali ke Galilea? Dalam apa?  Dalam kuasa Roh…”  Dia kembali ke Galilea.  “… Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah sekeliling itu.” Nah, apa yang terjadi persis sebelum teks ini? Jika kita lihat di Lukas pasal 3, itu melukiskan baptisan Yesus. Lalu pasal 4 ayat 1-11 menggambarkan pencobaan Yesus. Lalu bagian akhir dari pasal 4 menggambarkan awal pelayanan umum Yesus di Galilea, dan dikatakan setelah baptisanNya, setelah pencobaanNya, ketika Dia memulai pelayananNya, dikatakan bahwa Dia Dalam kuasa Roh kembali … ke Galilea…”
Sekarang perhatikan dengan kata-kata apa Yesus memulai pelayananNya. Ini terjadi di sinagog di Nazaret. Perhatikan Lukas 4:18-19. Di sini Yesus berkata,Roh Tuhan ada…” di mana?  “… ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah…” apa? Kapan Yesus menerima Roh Kudus? Pada waktu Dia diapakan? Dibaptis. Jadi dikatakan,  Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; Ia telah mengutus Aku untuk menyembuhkan mereka yang berduka, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang yang tertawan, dan kesembuhan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan." [NKJV yang diindonesiakan].
Jadi kapan Yesus diurapi sebagai Mesias? Dia diurapi sebagai Mesias ketika Dia menerima Roh Kudus. Dan kapan itu terjadi? Pada saat Dia dibaptiskan.
Jika masih ada yang ragu-ragu, marilah kita baca Kisah 10:36-38 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, memberitakan damai sejahtera melalui Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.  Kamu tahu tentang firman itu  yang telah diproklamirkan di seluruh tanah Yudea, mulai…” dari mana?  “… dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes: bagaimana Allah…”  apa?  Itu kata kuncinya: “…   mengurapi Yesus dari Nazaret dengan…”  apa?  “… dengan Roh Kudus dan kuat kuasa…” Kapan Yesus diurapi dengan Roh Kudus dan dengan kuasa? Pada saat apa? Pada saat Dia dibaptiskan. Maka dikatakan di sini di ayat 37,  “… Kamu tahu tentang firman itu  yang telah diproklamirkan di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, bagaimana Allah mengurapi Yesus dari Nazaret dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, yang mulai menjalankan tugasNya, berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”[NKJV yang diindonesiakan].


So when is the moment that the 69 weeks come to an end? It’s when Jesus becomes what?  The Anointed One, and that refers to His what? To His baptism.
Now, do we have a date for the baptism of Christ?  We sure do. Luke 3:1-2, this date refers to the year 27 AD. I want you to notice, it gives us several historical markers. I think God wants us to know when this date is, because notice all the historical markers that God gives. Luke 3:1-2  Now in the fifteenth year of the reign of Tiberius Caesar…” we know that this is the year 27 AD,   “… Pontius Pilate being governor of Judea, Herod being tetrarch of Galilee, his brother Philip tetrarch of Iturea and the region of Trachonitis, and Lysanias tetrarch of Abilene,  while Annas and Caiaphas were high priests…” Did God give us all kinds of historical markers here? He most certainly does. “… the word of God came to John the son of Zacharias in the wilderness.” And then Jesus is baptized. This is the year 27 AD when Jesus begins His ministry.

Jadi kapan saatnya periode ke 69 minggu itu berakhir? Itu berakhir ketika Yesus menjadi apa? Menjadi Yang diurapi. Dan itu mengacu kepada apaNya? Kepada baptisanNya.
Nah, apakah kita tahu kapan Kristus dibaptiskan? Kita tahu. Lukas 3:1-2. Tanggal ini mengacu kepada tahun 27 AD. Saya mau kalian memperhatikan, di sini diberikan beberapa tanda sejarah. Saya rasa Tuhan ingin kita tahu kapan tanggalnya, karena perhatikan saja semua tanda sejarahnya yang diberikan Tuhan.
Lukas 3:1-2 Pada tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius…” kita tahu ini adalah tahun 27 AD,  “… ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes penguasa wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, penguasa wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias penguasa wilayah Abilene,  pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar…” Apakah Tuhan sudah memberi kita segala macam tanda sejarah di sini? Tentu saja.  “… datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.” [NKJV yang diindonesiakan]. Lalu Yesus dibaptis. Ini adalah tahun 27 AD ketika Yesus memulai pelayananNya.


Now let me ask you, to whom did Jesus preach? Jesus went all over the world to preach to the Gentiles, didn’t He? Who did He preach to only? To the Jews. Why? Because the prophecy of the 70 weeks says, “70 weeks are determined for your city and your people”, so Jesus had to preach to the Jews until this time was finished. Are you with me?

Sekarang coba saya tanya, Yesus berkhotbah kepada siapa? Apakah Yesus pergi ke seluruh dunia dan berkhotbah kepada orang-orang kafir? Dia berkhotbah hanya kepada siapa? Kepada orang-orang Yahudi! Mengapa? Karena nubuatan 70 minggu berkata, Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu” jadi Yesus harus berkhotbah kepada orang-orang Yahudi hingga waktu itu berakhir. Apakah kalian paham?


Notice what we’ll find in Matthew 10:5-6, and it is explicit. Matthew 10:5-6 “These twelve Jesus sent out and commanded them, saying: ‘Do not go into the way of the Gentiles’…” when the 70 weeks ended, is that when the gospel was supposed to go to the Gentiles, according to what we studied this morning?  When  at last He sent His Son and they rejected the Son, is that when the gospel is going to go to the Gentiles, “the Kingdom taken from you and given to a nation that produces the fruit thereof”? Yes. But at this point the 70 weeks have not ended. So what is the focus on the ministry of Jesus? It says,    ”… ‘Do not go into the way of the Gentiles and do not enter a city of the Samaritans.  But go rather…” where?  “… to the lost sheep of the house of Israel.” Because the 70 weeks were not up. And the 70 weeks were for the city and for the people of Daniel. Are you with me? How the Bible harmonizes all these things is simply marvelous.

Perhatikan apa yang akan kita temukan di Matius 10:5-6, dan ini sangat jelas. Matius 10:5-6 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain…’” Ketika ke-70 minggu itu berakhir, apakah pada saat itu Injil seharusnya disebarkan kepada orang-orang kafir sesuai apa yang kita pelajari tadi pagi? Ketika akhirnya Dia mengirim AnakNya, dan mereka menolak Sang Anak, itulah saatnya Injil akan diberikan kepada orang kafir, Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” [Mat 21:43] Ya. Tetapi pada saat ini, ke-70 minggu itu belum berakhir. Jadi di manakah Yesus memfokuskan pelayananNya? Dikatakan,  “…‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain  atau masuk ke dalam kota orang Samaria,  melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.’” Karena waktu 70 minggu belum berakhir. Dan ke 70 ini adalah untuk kota dan bangsanya Daniel. Apa kalian paham? Bagaimana semua hal ini sinkron dalam Alkitab betul-betul sangat mengagumkan.


Now let’s go on with our studies. It says in the prophecy of the 70 weeks, Daniel 9:26  “And after the sixty-two weeks…”  notice it does not specify when after, it simply says  “… after the sixty-two weeks…” at some point, “… Messiah shall be…” what?  “…cut off, but not for Himself…” Now, let’s go to Isaiah 53:5  to see if this is an accurate statement. Isaiah 53:5. Did Jesus die for Himself? No, He did not die for Himself. Notice Isaiah 53:5, it says here But He was wounded for our transgressions, He was bruised for our iniquities; the chastisement for our peace was upon Him, and by His stripes we are healed.” So, the suffering and death of Jesus was it for Himself? No! It was for us.

Sekarang, mari kita teruskan pelajaran kita. Dikatakan dalam nubuatan 70 minggu, Daniel 9:26   ”Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu…” perhatikan tidak disebutkan secara spesifik berapa lama setelah itu, hanya  ”Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu…”  suatu ketika, “… akan…” diapakan?  “… akan dipotong seorang yang telah diurapi [Mesias], tetapi bukan karena dirinya sendiri…” Sekarang marilah kita ke Yesaya 53:5 untuk melihat apakah ini adalah pernyataan yang akurat. Yesaya 53:5. Apakah Yesus mati untuk diriNya sendiri? Tidak. Dia tidak mati untuk diriNya sendiri. Perhatikan Yesaya 53:5, dikatakan di sana Tetapi Dia terluka oleh karena pelanggaran-pelanggaran kita, Dia dipukuli hingga memar karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman demi pendamaian kita ditanggung olehNya, dan oleh bilur-bilurNya kita disembuhkan.[NKJV yang diindonesiakan]. Jadi, apakah penderitaan dan kematian Yesus itu untuk diriNya sendiri? Tidak. Itu untuk kita.


Now what does the expression “cut off” means?  It says “… Messiah shall be cut off, but not for Himself…” Notice that what Jesus did, He did for us. So what does “cut off” mean?  Well, Isaiah 53 which is that great messianic prophecy verse 8 tells us what it means.

Nah, apa maksud ungkapan “dipotong”? Dikatakan, “… akan dipotong seorang yang telah diurapi [Mesias], tetapi bukan karena dirinya sendiri…” Perhatikan, apa yang dilakukan Yesus, itu Dia lakukan untuk kita. Jadi, apa maksudnya  “dipotong”? Nah, Yesaya 53 yang adalah nubuatan mesianik yang terkenal, di ayatnya yang ke-8 memberitahu kita apa artinya.


To “cut off” speaking of the Messiah, it says,  He was taken from prison and from judgment, and who will declare His generation? For He was…” what? Interesting!  “… He was cut off from the land of the…” what?  “… of the living…” Does that mean that He died, does “cut off” mean that He died? Yes! “… He was cut off from the land of the…” what?  “… of the living…”  did He do it for Himself? No. Because it continues saying, for what?  “… for the transgressions of My people He was…” what?  “… He was stricken.” Did Jesus do this for Himself? No. Was He “cut off” or did He die? He most certainly did. Who fulfills this specification where it says that “… after the sixty-two weeks…” the Messiah would be cut off, that is He would be killed,  “… but not…” what?  “… but not for Himself…” but for others. There is only One, it has to be Jesus Christ. Because the messianic prophecy in Isaiah 53 is in perfect harmony with the prophecy of Daniel chapter 9.

“DIPOTONG” berbicara mengenai Sang Mesias, dikatakan, Dia dibawa dari penjara dan dari pengadilan, dan siapa yang akan menyatakan keturunannya? Karena Dia…” apa? Menarik!  “… Dia dipotong dari dunia…apa?  “… dunia orang hidup…”  Apakah itu berarti Dia mati? Apakah “dipotong” berarti Dia mati? Iya!  “… Dia dipotong dari dunia…” apa?  “… dunia orang hidup…”  Apakah Dia melakukan itu karena diriNya sendiri? Tidak. Karena selanjutnya dikatakan, untuk siapa?    “… Karena dosa umatKu-lah Dia…” kenapa?  “… Dia dipukul.” Apakah Yesus melakukan ini untuk diriNya sesndiri? Tidak. Apakah Dia “dipotong” atau Dia mati? Jelas sekali Dia mati. Siapa yang menggenapi spesifikasi ini di mana dikatakan, “…Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan dipotong seorang yang telah diurapi…”  artinya Dia akan dibunuh,  “… tetapi tidak…” apa?  “… tidak karena diriNya sendiri…” melainkan untuk orang-orang lain. Hanya ada satu Orang, dan itu haruslah Yesus Kristus. Karena nubuatan mesianik di Yesaya 53 ini sinkron dengan sempurna dengan nubuatan Daniel pasal 9.


Now, let’s go on to the next phrase which says, in Daniel 9:26, after speaking of the cutting off, of Messiah the Prince, not for Himself, after His death, it says, listen carefully,  “… and the people of the prince…”  who do you think this Prince is?  Is there any change between the previous phrase and this to indicate this is a different prince? Evangelical scholars today say this is the antichrist prince. There is no evidence in the sequence of this prophecy that this is some kind of antichrist prince who is going to rise in the future.  Notice what it says,   “… and the people of the prince who is to come…” will what?  “… shall destroy the city and the sanctuary…”
Question: Was Jerusalem going to be destroyed again? This is interesting. Because God has told Daniel  you know, Jerusalem is going to be what? Restored and what? Built. But then after 69 weeks the Messiah, the Anointed One is going to come, and after that at some point after the 69 weeks the Messiah is going to be cut off, and He is not cut off for Himself. And then it says, the Sanctuary and the city are going to be destroyed again. Are you following me or not? They are going to be destroyed again.

Sekarang, marilah kita ke ungkapan berikutnya di Daniel 9:26 yang berkata ~ setelah berbicara mengenai dipotongnya Mesias Sang Pangeran itu, bukan karena diriNya sendiri. Setelah kematian Sang Mesias ini, dikatakan ~ dengarkan baik-baik, “… rakyat  pangeran …” menurut kalian siapakah Pangeran ini? Apakah ada perubahan antara ungkapan yang sebelumnya dan ungkapan ini yang mengindikasikan bahwa ini adalah pangeran yang berbeda? Pakar-pakar evangelis sekarang ini berkata itu adalah Pangeran Antikristus yang akan muncul di masa yang akan datang. Perhatikan apa katanya,  “…rakyat pangeran yang bakal datang itu…”  akan apa?  “… akan memusnahkan kota dan tempat kudus itu…”
Pertanyaan: Apakah Yerusalem akan dihancurkan lagi? Ini menarik. Karena Tuhan telah memberitahu Daniel, kalian tahu, Yerusalem akan diapakan? Dipulihan dan apa? Dibangun. Tetapi kemudian setelah 69 minggu, Mesias, Yang diurapi akan datang, dan setelah itu, pada suatu waktu setelah 69 minggu, Sang Mesias akan dipotong, dan Dia tidak dipotong karena diriNya sendiri. Lalu dikatakan, bahwa Bait Suci dan kota itu akan dihancurkan lagi. Apakah kalian bisa mengikuti atau tidak? Bait Suci dan kota itu akan dihancurkan lagi.


Now does the cutting off of the Messiah have anything to do with the destruction of the city?  It most certainly does. The Messiah’s cut off, not for Himself and then it speaks about what? It speaks about the destruction of the city. And it continues saying, once again,  “… and the people of the prince who is to come shall destroy the city and the sanctuary. The end of it…” that is of the city and the Sanctuary,  “… shall be with a …” what?  “… a flood…”  In Scripture, invasions of armies, are represented by the flood, for example, read Isaiah 8:7-8. It’s not on your list, but you might want to write it down Isaiah 8:7-8. And then it continues saying, “… and till the end of the war…” here comes the key word, what is the key word?  “… desolations…” don’t forget that word,  “… desolations are…” what?  “… are determined.”

Sekarang, apakah dipotongnya Sang Mesias ada kaitannya dengan penghancuran kota itu? Betul sekali. Dipotongnya Sang Mesias yang bukan karena diriNya sendiri, kemudian apa yang dibicarakan? Yang dibicarakan setelah itu adalah penghancuran kota. Dan selanjutnya dikatakan, sekali lagi,  Dan rakyat pangeran yang bakal datang itu, akan memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi akhir darinya…”   yaitu dari kota dan tempat kudus (Bait Suci) itu, “…adalah karena…” apa?  “…air bah…Dalam Alkitab, invasi tentara dilambangkan oleh air bah, misalnya, bacalah Yesaya 8:7-8. Ini tidak ada dalam daftar kalian, tetapi barangkali kalian mau mencatatnya, Yesaya 8:7-8. Lalu selanjutnya dikatakan,       “… dan hingga akhir peperangan,sekarang muncul kata kunci. Apa kata kuncinya?  “… PENELANTARAN…”  jangan lupa kata itu,   “… penelantaran …apa?   “…telah ditetapkan.” [NKJV yang diindonesiakan].


Now, we need to interpret who this prince is. There are three views concerning the prince.
·       The first view is the traditional 7th Day Adventist view of the prince. Basically the idea is that the prince is Titus. And the people of the prince are the Roman armies. That’s the traditional point of view.
·       A second view is that the prince is a nasty Antichrist, that is going to arise in the future after the rapture of the church. That does not fit at all as we go along the study of the 70 weeks.
·       The third view is the one that I espoused. And that is, that the prince is Jesus. And the people of the prince are the Jews. And you say,  “Pastor that doesn’t fit.” Well, let’s examine it to see if it does fit.

Sekarang, kita perlu mengartikan siapakah Pangeran ini. Ada tiga pandangan mengenai Pangeran ini.
·       Yang pertama adalah pandangan tradisional MAHK, pada dasarnya pandangan itu adalah bahwa pangeran itu Titus. Dan rakyat dari pangeran itu adalah tentara Roma. Itu adalah pandangan yang tradisional.
·       Pandangan yang kedua adalah pangeran ini si Antikristus yang jahat, yang akan muncul di masa yang akan datang setelah gereja diangkat ke Surga. Pandangan ini sama sekali tidak cocok dan ini akan kita lihat selama kita mempelajari nubuatan 70 minggu ini.
·       Pandangan ketiga adalah pandangan yang saya yakini. Dan itu adalah Pangeran itu Yesus. Dan rakyat dari Pangeran ini adalah orang-orang Yahudi. Dan kalian berkata, “Pastor, itu tidak cocok.” Nah, marilah kita periksa untuk melihat apakah itu sebenarnya cocok.


First of all let’s talk about view # 1. Listen carefully. View #1 is that the prince is Titus and the people of the prince are the Roman armies. This view is not sustainable. And you say, “Why is it not sustainable?” For the simple reason that in verse 27, we are told that that prince would do three things. What would he do?
·       First of all, he would confirm the covenant with many for one week. Did Titus do that? Did Titus confirm a covenant with Israel for the last weeks? No. He lived in the year 70.
·       Secondly, in the midst of the last week he would cause the sacrifice and  oblation to cease. Did Titus do that? He did cause the sacrifice and oblation to cease but in the year 70, not in the middle of the last week.
·       And then finally, he would make Jerusalem desolate. That’s the only one that fits. Are you understanding me?
And so Titus does not fit. Because the people of the prince would actually be those, or the prince of the people rather, would confirm the covenant for a week, in the midst of the last week he would cause the sacrifice and oblation to cease, and in the 3rd place, his death would lead to the desolation of Jerusalem.

Pertama-tama, marilah kita bicara mengenai pandangan nr. 1. Dengarkan baik-baik. Pandangan nr. 1 adalah bahwa pangeran itu Titus dan rakyat pangeran itu adalah tentara Romawi. Pandangan ini tidak bisa dipertahankan. Dan kalian berkata, “Mengapa tidak?” Karena alasan yang sederhana yang ada di ayat 27, kita diberitahu bahwa pangeran ini akan melakukan tiga hal. Apa yang akan dilakukannya?
·       Pertama dia akan membuat perjanjian yang kuat dengan banyak orang selama satu minggu. Apakah Titus melakukan itu? Apakah Titus membuat perjanjian yang kuat dengan Israel selama minggu yang terakhir? Tidak. Titus hidup di tahun 70.
·       Kedua, di tengah-tengah minggu yang terakhir, pangeran ini akan menyebabkan kurban sembelihan dan kurban persembahan dihentikan. Apakah Titus melakukan itu?  Memang benar Titus mengakibatkan berhentinya kurban sembelihan dan kurban persembahan, tetapi itu di tahun 70, bukan di tengah-tengah minggu (minggu yang terakhir dari nubuatan 70 minggu).
·       Dan akhirnya dia akan menyebabkan Yerusalem ditelantarkan. Hanya satu itu yang cocok dengan Titus. Apakah kalian memahami saya?
Maka Titus tidak cocok. Karena rakyat pangeran itu seharusnya adalah mereka, oh, lebih tepatnya pangeran dari rakyat itu akan membuat perjanjian yang kuat selama satu minggu, dan di tengah-tengah minggu yang terakhir itu, dia akan menyebabkan kurban sembelihan dan kurban persembahan dihentikan. Dan di urutan ke3, kematiannya akan menyebabkan Yerusalem ditelantarkan.


Now, the question is, who is this prince? And who are the people of the prince. You say, “Pastor Bohr, you are a little bit crazy, you are saying that the Jews destroy their city? The people of the prince destroy Jerusalem?” That’s exactly what I’m saying. Let me talk first of all to provide you with an analogy what happened with the first destruction of Jerusalem. Let me ask you who destroyed Jerusalem the first time? There are three explanations given in the Bible. Now I am going to give you only the references. They are  on your list.
·       Daniel 9:14, and I quote, it says, “… the Lord … brought it [= this disaster] upon us…”  So who caused the first destruction of Jerusalem? The Lord.
·       2 Chronicles 36:17-20 says that God used Nebuchadnezzar to destroy the city of Jerusalem. It says, infact:   … He brought against them the king of the Chaldeans…”
·       And Daniel 9:11, and 14-15 say very clearly that it was Israel’s sins that brought the destruction of Jerusalem.

Sekarang, pertanyaannya adalah, siapakah pangeran ini? Dan siapa rakyat pangeran ini? Kalian berkata, “Pastor Bohr, Anda kurang beres, masa Anda berkata bahwa bangsa Yahudilah yang menghancurkan kota mereka sendiri? Rakyat pangeran itu yang menghancurkan Yerusalem?”  Justru memang itulah yang saya katakan.
Pertama-tama izinkan saya memberikan suatu analog apa yang terjadi saat kehancuran pertama Yerusalem. Coba saya tanya, siapa yang menghancurkan Yerusalem pertama kalinya? Alkitab memberikan tiga penjelasan. Sekarang saya akan memberi kalian referensinya. Sudah ada di daftar kalian.
·       Daniel 9:14 dan saya kutip, dikatakan, “… TUHAN … mendatangkannya [= malapetaka ini] kepada kami…” Jadi siapa yang menyebabkan penghancuran pertama Yerusalem? Tuhan.
·       2 Tawarikh 36:17-20 berkata bahwa Tuhan memakai Nebukadnezar untuk menghancurkan kota Yerusalem. Dikatakan, TUHAN mendatangkan raja orang Kasdim melawan mereka…”
·       Dan Daniel 9:11, 14-15 berkata dengan sangat jelas bahwa dosa bangsa Israel-lah yang mendatangkan kehancuran Yerusalem.


So the question is, who destroyed Jerusalem?  Was it God, was it Nebuchadnezzar or was it the people? Heheheh, all of the above. You see, the people, the rebellion of the people led God to use Nebuchadnezzar to punish the people for their rebellion. Are you understanding me or not? In fact the Bible says this. Notice what Jeremiah said to King Zedekiah, this is in Jeremiah 38:21, 23, Jeremiah is saying, “Submit to the king of Babylon or else.” Notice:  “But if you refuse to surrender…” he says to king Zedekiah,  “…if you refuse to surrender, this is the word that the Lord has shown me…  you shall cause this city to be burned with fire.’” Who is going to cause the city to be burned with fire? Zedekiah, the king. Why? Because  he was not obeying the Lord, he was being rebellious and he was not subjecting himself to king Nebuchadnezzar.

Jadi pertanyaannya  adalah, siapa yang menghancurkan Yerusalem? Apa Tuhan? Apa Nebukadnezar, atau rakyat Yahudi? Heheheh, semuanya. Kalian lihat, rakyat Yahudi, pembrontakan orang Yahudi membuat Tuhan memakai tangan Nebukadnezar untuk menghukum orang Yahudi karena pembrontakan mereka. Anda memahami saya tidak? Faktanya, inilah yang dikatakan Alkitab. Perhatikan apa kata nabi Yeremia kepada raja Zedekia, ini terdapat di kitab Yeremia 38:21, 23. Yeremia berkata, “Menyerahlah kepada raja Babilon, atau kamu celaka.” Perhatikan:  Tetapi jika engkau enggan menyerahkan diri…”  katanya kepada raja Zedekia,   Tetapi jika engkau enggan menyerahkan diri maka inilah firman yang dinyatakan TUHAN kepadaku: kota ini akan dihanguskan dengan api."
Siapa yang menyebabkan kota itu dihanguskan api? Raja Zedekia. Mengapa? Karena dia tidak mau patuh kepada Tuhan, dia bersikap memberontak, dan dia tidak mau menyerah kepada raja Nebukadnezar.


Now, let’s talk about the second destruction of Jerusalem. Did you notice that each time that the destruction of Jerusalem is addressed in the prophecy of the 70 weeks, there is something that the Messiah did immediately before? He’s cut off, and Jerusalem is destroyed. Then it says, He causes the sacrifice and oblation to cease, and once again Jerusalem is destroyed. Does the rejection of the Messiah, and the death of the Messiah had anything to do with the destruction of Jerusalem? Absolutely.
Go with me to Psalm 118:22-23. Psalm 118 is a messianic prophecy. Notice what it says,  The stone which the builders rejected…”  You may have  recognized this as the messianic prophecy, right?  “… The stone which the builders rejected has become the chief cornerstone.  This was the Lord’s doing; It is marvelous in our eyes.” Now to whom does this prophecy apply? Is this referring just  to anyone or is this referring to Jesus Christ the Messiah? It’s referring to the Messiah.  Notice Matthews 21:42, Jesus quotes this verse. He says this Psalm belongs to Me. Matthew 21:42  Jesus said to them, ‘Have you never read in the Scriptures: ‘The stone which the builders rejected
has become the chief cornerstone? This was the Lord’s doing, and it is marvelous in our eyes’”?
To whom does Jesus apply this prophecy of Psalm 118? He applies it to Himself.

Sekarang, marilah kita berbicara mengenai penghancuran Yerusalem kedua kalinya. Apakah kalian sadar bahwa setiap kali disebutkan tentang penghancuran Yerusalem dalam nubuatan 70 minggu, ada sesuatu yang dilakukan Sang Mesias sebelumnya? Sang Mesias dipotong, dan Yerusalem dihancurkan. Lalu dikatakan, Sang Mesias menyebabkan kurban sembelihan dan kurban persembahan dihentikan, sekali lagi Yerusalem dihancurkan. Apakah penolakan terhadap Sang Mesias dan kematian Sang Mesias berkaitan dengan penghancuran Yerusalem? Tentu saja.
Marilah bersama saya ke Mazmur 118:22-23. Mazmur 118 adalah nubuatan mesianik. Perhatikan apa yang dikatakannya, Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan…” tentunya kalian mengenali ini sebagai nubuatan mesianik, bukan?  Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru utamaIni adalah perbuatan TUHAN, dan mengagumkan di mata kita.” [NKJV yang diindonesiakan]. Nah nubuatan ini berlaku bagi siapa? Apakah ini mengacu kepada siapa saja atau mengacu kepada Yesus Kristus Sang Mesias? Ini mengacu kepada Sang Mesias. Perhatikan Matius 21:42, Yesus mengutip ayat ini. Dia berkata, Mazmur ini adalah tentang Aku. Matius 21:42 Kata Yesus kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru utama: ini adalah perbuatan Tuhan, dan mengagumkan di mata kita.’?Kepada siapa Yesus mengaplikasikan nubuatan Mazmur 118 ini? Dia mengaplikasikannya kepada diriNya sendiri.


Do you know that a little bit later on in this Psalm, in verse 26 we find a very interesting verse that was sung, listen carefully, it was sung by those who are accompanying Jesus in the triumphal entry at the Jerusalem. You see, it says, “the prince, the people of the prince who is…”  what? “… who is to come.”  Now, let’s notice that expression “who is to come” Go with me to Psalm 118:26  we have already shown that this is a messianic psalm. The people were singing what? Blessed is he who…” what?  “… who comes in the name of the Lord! We have blessed you from the house of the Lord.” So who is it that comes in the name of the Lord according to Psalm 118? It is none other than Jesus Christ.

Tahukah kalian, lebih ke bawah sedikit dari ayat Mazmur ini, di ayat 26 kita menemukan ayat yang sangat menarik, yang dinyanyikan? Dengarkan baik-baik, ini dinyanyikan oleh mereka yang mengiringi Yesus ketika Dia masuk ke kota Yerusalem dielu-elukan sebagai raja. Kalian lihat, dikatakan, Dan rakyat pangeran  yang…” apa?  “… yang bakal datang itu….Sekarang, marilah kita perhatikan ungkapan “… yang bakal datang itu.” Ayo kita ke Mazmur 118:26, kita sudah melihat bahwa ini adalah mazmur mesianik. Orang-orang menyanyikan apa?  Diberkatilah Dia yang…” apa?  “… yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.” Jadi menurut Mazmur 118, siapa yang datang dalam nama Tuhan? Tidak lain adalah Yesus Kristus.


Now, let’s go to an interesting passage that puts all of these together. Luke 19:37-44. And I want you to see there are three things in this passage, three key things. Luke 19:37-44. Three main ideas. The first idea is that Jesus comes into Jerusalem and the people are singing  Blessed is he who comes in the name of the Lord!...” this is the prince who is to come. The second idea is that Jesus speaks about His rejection by the Jewish nation. And the third idea, is that Jesus speaks about the destruction of Jerusalem.

Nah, mari kita ke teks yang menarik, yang menggabungkan semua ini menjadi satu. Lukas 19:37-44. Dan saya mau kalian lihat, ada tiga hal dalam teks ini, tiga hal kunci. Lukas 19:37-44. Tiga pokok utama.
Yang pertama adalah Yesus masuk ke Yerusalem, dan rakyat menyanyi Diberkatilah Dia yang datang dalam nama TUHAN!”
Topik kedua adalah Yesus berbicara mengenai penolakanNya oleh bangsa Yahudi.
Dan topik ketiga adalah Yesus berbicara mengenai penghancuran Yerusalem.


Three ideas:
1.   First idea, Jesus comes into Jerusalem and they sing  Blessed is he who comes in the name of the Lord!...”
2.   Second idea, Jesus is rejected.
3.   Third idea, Jesus speaks about the destruction of Jerusalem. 

Tiga topik:
1.   Pertama, Yesus datang ke Yerusalem dan mereka menyanyikan Diberkatilah Dia yang datang dalam nama TUHAN!”
2.   Topik kedua, Yesus ditolak.
3.   Topik ketiga, Yesus berbicara mengenai penghancuran Yerusalem


Let’s read this passage Luke 19:37-44  Then, as He was now drawing near the descent of the Mount of Olives, the whole multitude of the disciples began to rejoice and praise God with a loud voice for all the mighty works they had seen,  saying:  ‘Blessed is the King who comes in the name of the Lord!’  …”  Is this the prince who is to come?  Absolutely.’ “… ‘Peace in heaven and glory in the highest!’…” And now notice,   “… And some of the Pharisees called to Him from the crowd, ‘Teacher, rebuke Your disciples.’ But He answered and said to them, ‘I tell you that if these should keep silent, the stones would immediately cry out.’  Now as He drew near, He saw the city and wept over it,  saying, ‘If you had known, even you, especially in this your day, the things that make for your peace! But now they are hidden from your eyes…’” Is Jesus speaking about His rejection by the city of Jerusalem? He most certainly is. And what is the result going to be because this nation has rejected Him? Notice what we’ll find in verse 43, the destruction is spoken of, “… ‘ For days will come upon you when your enemies will…’” what?  “… ‘will build an embankment around you, surround you and close you in on every side, and level you, and your children within you, to the ground; and they will not leave in you one stone upon another…’” and what is the reason, why?  “… ‘because you did not know the time of your visitation.’”

Marilah kita baca teks ini, Lukas 19:37-44 Lalu, sedang Ia hampir menuruni Bukit Zaitun, seluruh rombongan murid mulai bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.  Kata mereka: ‘Diberkatilah Raja yang datang dalam nama Tuhan…” Apakah ini pangeran yang akan datang? Tentu saja.   “… damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!’…” Sekarang perhatikan,   “… Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.’  Jawab-Nya: ‘Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.’  Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,  kata-Nya: ‘Wahai, seandainya saja engkau tahu, yaitu engkau terutama pada saatmu sekarang ini, akan hal-hal yang mendatangkan damai sejahteramu! Tetapi hal-hal itu tersembunyi dari matamu.’…”  Apakah Yesus berbicara mengenai penolakanNya oleh kota Yerusalem? Betul sekali. Dan apa yang akan menjadi akibatnya karena penolakan bangsa ini atas Dia? Perhatikan apa yang kita temukan di ayat 43, penghancuran itu disebutkan,   “… ‘Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan’…” apa?   “… membangun tembok mengelilingi engkau, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,  dan mereka akan meratakan engkau beserta dengan anak-anakmu di dalam kotamu hingga rata dengan tanah, dan mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat engkau.” [NKJV yang diindonesiakan].


Who caused the destruction of Jerusalem?  Titus? Would Titus have destroyed Jerusalem if the people were faithful? No. Would God have destroyed Jerusalem if the people had been faithful? Absolutely not. So who brought destruction upon Jerusalem?  You know, there is a text in the Old Testament where God says, “O, Israel, you have destroyed yourself.”
What is it that led to the destruction of Jerusalem? It was the rejection of the Messiah by the people.
Siapa yang menyebabkan Yerusalem dihancurkan? Titus? Apakah Titus akan menghancurkan Yerusalem seandainya orang Yahudi setia kepada Tuhan? Tidak. Apakah Tuhan akan menghancurkan Yerusalem seandainya orang Yahudi setia kepadaNya? Tentu saja tidak. Jadi siapa yang menyebabkan Yerusalem dihancurkan? Tahukah kalian di Perjanjian Lama ada sebuah ayat di mana Tuhan berkata “O, Israel, engkau menghancurkan dirimu sendiri.” [ayat yang dikutip ini adalah Hosea 13:9, tetapi Alkitab bahasa Indonesia terjemahannya tidak sama, jadi di sini kita pakai NKJV yang diindonesiakan.].
Jadi apa yang menyebabkan Yerusalem dihancurkan? Penolakan orang-orang Yahudi kepada Sang Mesias. 


Now let’s review some of the things that we studied this morning.
You remember Matthew chapter 21, Jesus arrives in the Temple, right? And then you have the fig tree episode. Everything He deals with after Matthew 21 has to do with the history and the rebellion of the Jewish nation. The fig tree episode that has no fruit, Jesus curses the fig tree and it dries up from the roots, and Jesus says, “You are never going to produce fruit ever again,” and it represents the Jewish theocracy as a nation,  it’s not saying all Jews are lost. It’s talking about the Jewish theocracy as God’s chosen vessel to proclaim the gospel.

Sekarang marilah mereview beberapa hal yang kita pelajari pagi ini.
Kalian ingat Matius pasal 21, Yesus tiba di Bait Suci, benar? Lalu ada episode pohon ara. Segala sesuatu yang dibicarakan Yesus setelah Matius pasal 21, berkaitan dengan sejarah dan pembrontakan bangsa Yahudi. Episode pohon ara yang tidak berbuah, Yesus mengutuk pohon ara itu dan pohon itu mengering dari akarnya, dan Yesus berkata, “Kamu selamanya tidak akan menghasilkan buah lagi”, dan ini melambangkan pemerintahan teokratis Yahudi sebagai suatu bangsa, ini bukan mengatakan bahwa semua orang Yahudi tidak selamat. Ini berbicara tentang theokrasi Yahudi sebagai umat pilihan Tuhan untuk mengabarkan Injil.


You remember also the parable of the vineyard workers? The three stages there, He sends messengers, they reject them. So He sends more messengers and they reject them. And then He says, “Last of all I’m going to send…”  what?  “…I’m going to send My Son”, and what did they do? They rejected Him as well. And then Jesus after He tells this parable, we find Jesus saying, “The kingdom will be taken from you and given to a nation that produces the fruits thereof.” Who is that nation that produces the fruits thereof? It will become absolutely clear, if it isn’t already, tomorrow when we deal with the 2nd part of the 70 weeks that it has to do with the preaching of the gospel in the gentile world.

Kalian ingat juga kan perumpamaan pekerja-pekerja kebun anggur? Ketiga tahapannya, yaitu Dia mengirimkan utusan-utusanNya, mereka menolak utusan-utusan itu. Maka Dia mengirimkan lebih banyak lagi utusan-utusanNya, dan mereka juga menolak utusan-utusan ini. Dan Dia berkata, “Terakhir Aku akan mengirim…” siapa?  “… Aku akan mengirim AnakKu”, dan apa yang mereka lakukan? Mereka juga menolakNya. Lalu setelah Yesus menceritakan perumpamaan ini, Dia berkata, Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” (Mat 21:43) Siapakah bangsa yang menghasilkan buah dari kebun anggur itu?  Seandainya sekarang ini masih belum jelas, maka besok pada waktu kita mempelajari bagian kedua dari nubuatan 70 minggu ini, akan menjadi sangat jelas bahwa hal ini berhubungan dengan pengabaran Injil di dunia non-Yahudi.


And then you noticed that after He gives the parable of the vineyard workers, He pronounces the woe’s on the scribes and the Pharisees, and He says, “Fill up the cup.” The cup is full. But as we noticed Jesus says, “I’m still going to send you wisemen, and I am still going to send you prophets,” because the 70 weeks don’t end when Jesus is rejected, they end 3½ years later. Are you with me or not?  So there are still 3½ years of grace for the Hebrew nation even after this.

Lalu kalian melihat bahwa setelah Yesus menceritakan perumpamaan tentang para pekerja kebun anggur itu, Dia mengumumkan celaka pada para ahli Taurat dan orang Farisi, dan Dia berkata, “Penuhilah cawannya.” Cawan sudah penuh. Tetapi kita lihat Yesus berkata, “Aku masih akan mengirim orang-orang bijak kepadamu, dan Aku masih akan mengirim nabi-nabi kepadamu,” karena waktu 70 minggu ini tidak berakhir saat Yesus ditolak, waktu itu berakhir 3½ tahun kemudian. Apakah kalian paham atau tidak? Jadi masih ada 3½ tahun masa grasi bagi bangsa Yahudi walaupun setelah penolakan itu.


Then Jesus after He pronounces the woe’s to the scribes and Pharisees, in Matthew 23:38 He departs the Temple. The Shekinah is departing the Temple, and He says, “Your house is left unto you…” what? “… desolate.” Is that a word that is used in Daniel chapter 9? Absolutely! “Your house is left unto you desolate.” In other words, the Shekinah has abandoned the Temple. And now where does Jesus go to sit? Just like in the first destruction, He goes to sit on the Mount of Olives, and what does He begin talking about? He begins talking about the destruction of what? Of Jerusalem. Because of the rejection of the Messiah. Are you following me or not?

Lalu Yesus memberitahukan celaka bagi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, di Matius 23:38 Yesus meninggalkan Bait Suci. Sang Shekinah meninggalkan Bait Suci, dan Dia berkata, rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu terlantar.” [NKJV yang diindonesiakan].   “terlantar”~ bukankah ini kata yang sama yang dipakai di Daniel pasal 9? Betul sekali!  rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu terlantar.” Dengan kata lain, Sang Shekinah telah meninggalkan Bait Suci. Dan sekarang ke mana Yesus pergi duduk? Sama dengan ketika penghancuran Yerusalem yang pertama kalinya, Dia pergi duduk di Bukit Zaitun. Dan Dia mulai berbicara mengenai apa? Dia mulai berbicara mengenai penghancuran apa? Penghancuran Yerusalem. Karena penolakan terhadap Sang Mesias. Apakah kalian bisa mengikuti atau tidak?


Is this prophecy talking about some future Antichrist after the rapture? Listen carefully to what the Christian world has done.
First of all they have absolved the Jewish nation from the guilt of the death of the Messiah. And how have they done that? They have done that by projecting this prophecy to a future Antichrist after the rapture. So the Jewish nation has nothing to do with the fulfillment of the rejection of the Messiah.
The second thing that they have done is by saying that the prophecy of the Little Horn applies to the future Antichrist, they have absolved the Roman Catholic Church from the guilt of killing the body of Jesus Christ: His church.

Apakah nubuatan ini berbicara mengenai seorang Antikristus yang akan datang setelah pengangkatan sidang ke Surga? Dengarkan baik-baik, apa yang telah dilakukan oleh dunia Kristen.
Pertama mereka telah membebaskan bangsa Yahudi dari dosa membunuh Sang Mesias. Bagaimana mereka melakukan itu? Mereka melakukannya dengan memproyeksikan nubuatan ini kepada seorang Antikristus di masa yang akan datang setelah pengangkatan sidang ke Surga. Sehingga bangsa Yahudi tidak terkait lagi dengan penggenapan nubuatan mengenai penolakan Sang Mesias ini.
Hal kedua yang mereka lakukan adalah, dengan mengatakan bahwa nubuatan si Tanduk Kecil ini mengacu kepada Antikristus di masa depan, mereka telah membebaskan gereja Roma Katolik dari dosa membunuh tubuh Yesus Kristus, yaitu gerejaNya.


And so basically by directing this prophecy to the future, they have lost sight of the guilt of the Jewish nation as a nation, and the guilt of the Roman Catholic Papacy in persecuting the saints of the Most High because they are projecting these things to the future and they do not see how these things have been fulfilled in the past.

Jadi pada dasarnya dengan mengarahkan nubuatan ini ke masa depan, dunia Kristen telah menghilangkan jejak dosa orang Yahudi sebagai suatu bangsa, dan dosa Kepausan Roma Katolik dalam menganiaya orang-orang suci Yang Maha Tinggi, karena mereka telah mengalihkan hal-hal ini ke masa depan, dan mereka tidak melihat bagaimana hal-hal ini telah digenapi di masa lampau.


Notice how Ellen White describes the destruction of Jerusalem, the reason, in Great Controversy page 35. “The Jews had forged their own fetters…” What have the Jews done? They have forged their own fetters.  “… They had filled for themselves the cup of vengeance. In the utter destruction that befell them as a nation, and in all the woes that followed them in their dispersion, they were but reaping the harvests which their own hands had sown…”  Who destroyed Jerusalem? They did, by rejecting the Messiah. “… Says the prophet…” now she quotes that verse, it’s found in Hosea 13:9  “… Says the prophet, ‘O, Israel, thou hast destroyed thyself, for thou hast fallen by thine iniquity.’ [Hosea 13:9, 14:1]  Their sufferings…” now listen carefully,  “… their sufferings are often represented as a punishment visited upon them by the direct decree of God. It is thus, that the great deceiver seeks to conceal his own work. By stubborn rejection of divine love and mercy…” listen carefully, “… the Jews had caused the protection of God to be withdrawn from them, and Satan was permitted to rule them according to his will.”

Perhatikan bagaimana Ellen White menggambarkan penghancuran Yerusalem, dan alasannya, dalam The Great Controversy hal 35. “Orang-orang Yahudi telah membuat belenggu mereka sendiri…” Apa yang telah dilakukan orang Yahudi? Mereka telah membuat belenggu mereka sendiri. “…Mereka telah mengisi sendiri cawan pembalasan atas mereka. Dalam kehancuran total yang menimpa mereka sebagai suatu bangsa, dan dalam semua celaka yang mengikuti mereka yang tercerai berai, mereka hanya menuai akibat dari apa yang mereka tanam sendiri…” Siapa yang menghancurkan Yerusalem?  Mereka [=orang Yahudi], dengan menolak Sang Mesias. “…Kata nabi…” sekarang Ellen White mengutip ayat yang ada di Hosea 13:9, “…Kata nabi, ‘O, Israel, engkau menghancurkan dirimu sendiri, sebab engkau telah jatuh karena dosamu.’ [Hosea 13:9, 14:1 ~ NKJV yang diindonesiakan]. Penderitaan mereka…” sekarang dengarkan baik-baik, “…Penderitaan mereka sering digambarkan sebagai suatu hukuman yang dijatuhkan ke atas mereka oleh titah langsung dari Tuhan. Sesungguhnya si penipu ulung [= Setan] berusaha menyembunyikan pekerjaannya sendiri. Dengan terus-menerus menolak kasih dan rahmat Ilahi…” dengarkan baik-baik,  “…orang-orang Yahudi mengakibatkan perlindungan Tuhan ditarik dari mereka, dan Setan diizinkan menguasai mereka sesuka hatinya.”


So which of the tree options makes more sense?
Was it Titus  and the armies of Rome? No.
Is it some future Antichrist? No.
Who is it referring to? The people of the Prince are the Jews, the people of Jesus Christ who brought rejection against the city for their  rejection of Jesus.

Jadi yang mana dari ketiga opsi di atas yang lebih masuk akal?
Apakah Titus dan tentara Romawi? Bukan.
Apakah seorang Antikristus di masa mendatang? Bukan.
Ini mengacu kepada siapa? Rakyat Sang Pangeran adalah orang-orang Yahudi, umat Yesus Kristus, yang mengakibatkan kota itu ditolak [oleh Tuhan] sebagai akibat penolakan mereka terhadap Yesus.






30 03 14


No comments:

Post a Comment